PENGARUH PERSEPSI PENGURUS MENGENAI SHU …lib.unnes.ac.id/1131/1/2013.pdf · PENGARUH PERSEPSI...
-
Upload
truongmien -
Category
Documents
-
view
231 -
download
7
Transcript of PENGARUH PERSEPSI PENGURUS MENGENAI SHU …lib.unnes.ac.id/1131/1/2013.pdf · PENGARUH PERSEPSI...
PENGARUH PERSEPSI PENGURUS MENGENAI SHU TERHADAP KEPUTUSAN PENENTUAN HARGA DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN KOPERASI PADA UNIT
PERTOKOAN KPRI DI KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Istiana
NIM. 3364981655
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si. Drs. Asrori, M.S. NIP. 130515747 NIP. 131570078
Mengetahui : Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman, M.Si.
NIP. 131967646
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan didepan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
Muhammad Khafid, S.Pd. M.Si. NIP. 132243641
Anggota I Anggota II Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si. Drs. Asrori, M.S. NIP. 130515747 NIP. 131570078
Mengetahui : Dekan FE,
Drs. Agus Wahyudin, M.Si NIP. 131658236
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Januari 2007
Istiana
NIM 3364981655
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Life’s battles don’t always go to the stronger or faster man. But
sooner or later, the person who wins. Is the one who thinks and say :
Yes I can !.”
“Janganlah kamu bersikap lemah, janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajat)nya, jika
kamu orang-orang yang beriman.”
(QS. Ali Imran : 139)
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Ayah dan ibu Rifai, serta ibu angkatku
Mak Is, dan Eyangku tersayang yang selalu bersabar menyayangiku serta senantiasa mendoakanku.
Kakak, adik, dan 2 keponakanku di rumah. Semua sohib yang selalu mendukungku
Neni, Lina, Mas Iphonk, Gaharu dan teman seperjuangan “Ekonomi B ‘98” yang selama ini bersamaku.
Almamaterku
vi
SARI Istiana. 2007. “Pengaruh Persepsi Pengurus mengenai SHU terhadap Keputusan Penentuan Harga dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi pada unit Pertokoan di Kota Semarang”. Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. 107h. Kata Kunci : Persepsi, SHU, Strategi Penentuan Harga, Tujuan Koperasi Laba dalam koperasi disebut dengan SHU. Diharapkan setiap koperasi dapat meraih Sisa Hasil Usaha (SHU), disamping harus bersaing dalam hal kualitas dan hidup berdampingan dengan badan usaha-badan usaha ekonomi lainnya. Hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab dari manajemen terhadap keberhasilan pengelolaan usaha koperasi. Permasalahan yang dihadapi oleh KPRI adalah masalah strategi penentuan harga yang paling optimal pada unit pertokoan KPRI untuk meningkatkan kesejahteraan anggota sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh koperasi, dimana penentuan harga tersebut membutuhkan pertimbangan dan penafsiran terhadap laba yang hendak dicapai. Permasalahan yang peneliti ajukan adalah (1) Bagaimanakah persepsi pengurus dan manajer (pengelola) mengenai SHU sebagai laba koperasi (2) Bagaimanakah penentuan harga oleh pengurus dan manajer (pengelola) di koperasi (3) Adakah pengaruh persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota Semarang. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui persepsi pengurus dan manajer (pengelola) mengenai SHU sebagai laba koperasi. (2) Untuk mengetahui strategi penentuan harga pada unit usaha pertokoan oleh pengurus dan manajer (pengelola) KPRI dalam rangka mencapai tujuan koperasi. (3) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengurus KPRI di kota Semarang yang berada pada KPRI yang memiliki unit pertokoan dan termasuk dalam golongan A dan B (data Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang). Adapun ukuran polulasinya sebesar 52 orang di 26 KPRI. Pengambilan sampel yang berjumlah 34 pengurus dan pengelola (manajer) dilakukan dengan teknik purposive sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel persepsi pengurus mengenai SHU koperasi sebagai variabel bebas (X) dan Variabel strategi penentuan harga pada unit pertokoan KPRI sebagai variabel terikat (Y). Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan deskriptif persentase dan metode analisa regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi termasuk dalam kategori cukup tahu dengan deskriptif persentase 58,89% dan keputusan strategi penentuan harga pada unit pertokoan dalam rangka mencapai tujuan koperasi termasuk dalam kategori baik dengan deskriptif persentase 68,63%.
vii
Setelah data dianalisis dan dilakukan pengujian hipotesis dengan SPSS for windows release 1.0, hasil analisa regresi satu prediktor diperoleh Fhit 19,022 lebih besar dari Ftab 4,15 pada taraf signifikansi 0,000 yang berarti dibawah 5% sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Hasil pembahasan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara variabel persepsi mengenai SHU dengan variabel keputusan strategi penentuan harga pada unit pertokoan dalam rangka mencapai tujuan koperasi. Sehingga semakin tinggi kualitas persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi, maka akan semakin meningkat kualitas strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi. Besarnya pengaruh persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penetuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi sebesar 37,33%.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengurus dan manajer (pengelola) KPRI dalam mempertimbangkan laba yang hendak dicapai untuk merumuskan kebijaksanaan strategi penentuan harga pada unit usaha pertokoan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Maka disarankan untuk pengurus dan manajer koperasi agar lebih meningkatkan pengetahuannya tentang makna laba dalam koperasi, sehingga benar-benar memahami arti laba bagi koperasi. Sebaiknya keputusan strategi penentuan harga dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya, sehingga tujuan koperasi dapat tercapai.
viii
PRAKATA
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul : “PENGARUH PERSEPSI PENGURUS MENGENAI SHU TERHADAP
KEPUTUSAN PENENTUAN HARGA DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN
KOPERASI PADA UNIT PERTOKOAN KPRI DI KOTA SEMARANG ” dengan
baik dan lancar.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih
kepada yang terhormat :
1. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Sukirman, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
3. Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si, Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
4. Drs. Asrori, M.Si, Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ayah, Ibu dan Mamakku yang selalu mendoakan setiap saat serta memberikan
dukungan moril dan materiil.
ix
6. Kakak dan Adikku yang selalu menemani dan membantu disetiap langkah
penulis.
7. Teman-temanku dan semua pihak yamg telah membantu dan memberi dukungan.
Mudah–mudahan apa yang penulis tuangkan dalam skripsi ini dapat
menambah informasi dan bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Januari 2007
Penulis
x
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................ v
SARI ...................................................................................................... vi
PRAKATA ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI.......................................................................................... x
DAFTAR TABEL.................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 . Alasan Pemilihan Judul .................................................... 1
1.2 . Permasalahan .................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 7
1.5 Sistematika Skripsi. ........................................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................ 9
2.1. Koperasi ............................................................................. 9
2.1.1. Pengertian Koperasi.................................................. 9
2.1.2. Tujuan Koperasi ....................................................... 12
xi
2.1.3. Prinsip Koperasi ......................................................... 13
2.1.4. Asas Koperasi ............................................................. 20
2.1.5. Jenis-jenis Koperasi Berdasarkan Kegiatannya.......... 20
2.1.6. Koperasi Pegawai Republik Indonesian (KPRI) ........ 21
2.2. Strategi Penentuan Harga Koperasi .................................... 22
2.2.1. Pengertian Strategi Penentuan Harga.......................... 22
2.2.2. Strategi Penentuan Harga Koperasi ............................ 25
2.3. Tinjauan Tentang Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi ........ 29
2.3.1. Pengertian SHU ........................................................ 29
2.3.2. Perolehan SHU.......................................................... 30
2.3.3. Penggunaan SHU ...................................................... 31
2.4. Persepsi .............................................................................. 33
2.4.1. Pengertian Persepsi.................................................... 33
2.4.2. Persepsi Mengenai SHU Koperasi ............................ 34
2.4.3. Tautan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan
Individual .................................................................. 37
2.5. Kerangka Pemikiran ........................................................... 39
2.6. Hipotesis ............................................................................ 41
BAB III. METODELOGI PENELITIAN ......................................... 42
3.1. Populasi dan Sampel .......................................................... 42
3.1.1. Populasi Penelitian .................................................... 42
3.1.2. Sampel Penelitian ...................................................... 42
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..................... 43
xii
3.3. Jenis dan Sumber Data ...................................................... 45
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................... 46
3.5. Validitas dan Reliabilitas ................................................... 47
3.5.1. Validitas..................................................................... 47
3.5.2. Reliabilitas................................................................. 50
3.6. Metode Analisis Data ......................................................... 51
3.6.1. Analisis Deskriptif..................................................... 51
3.6.2. Uji Normalitas Data................................................... 52
3.6.3. Metode Analisis Regresi ........................................... 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................. 56
4.1. Hasil Penelitian .................................................................. 56
4.1.1 Gambaran Umum KPRI di Kota Semarang .............. 56
4.1.2. Deskriptif Variabel Penelitian .................................. 62
4.1.2.1. Persepsi pengurus terhadap SHU sebagai
laba koperasi.............................................. 62
4.1.2.2. Keputusan strategi penentuan harga ........... 68
4.1.3. Analisis Regresi Sederhana .................................... 78
4.2. Pembahasan ....................................................................... 79
4.2.1. Analisis Hasil Penelitian Variabel Persepsi
Mengenai SHU sebagai Laba Koperasi. .............. 79
4.2.2. Analisis Hasil Penelitian Variabel Persepsi Mengenai
SHU sebagai Laba Koperasi ................................ 81
xiii
4.2.3. Pengaruh Persepsi Mengenai SHU sebagai Laba
Koperasi terhadap Keputusan Strategi Penentuan
Harga pada Unit Pertokoan dalam Rangka
Mencapai Tujuan Koperasi .................................. 82
BAB V. PENUTUP .............................................................................. 84
5.1. Kesimpulan ........................................................................ 84
5.2. Saran ................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 86
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Contoh Harga Eceran Barang Kebutuhan Pokok................ . 5
Tabel 3.1 Validitas Instrumen ............................................................... 49
Tabel 3.2 Skor jawaban angket ............................................................. 52
Tabel 3.3 Tabel Regresi dengan satu prediktor ( skor deviasi ) ............ 55
Tabel 4.1 Kegiatan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) ..... 57
Tabel 4.2 Daftar Sampel KPRI Kota Semarang ................................... 60
Tabel 4.3 Daftar Nama Responden Pengurus dan Manajer
(Pengelola) KPRI Kota Semarang ........................................ 61
Tabel 4.4 Tabulasi Deskriptif Persentase Persepsi mengenai SHU
sebagai Laba Koperasi ........................................................... 63
Tabel 4.5 Kriteria Skor Persepsi Mengenai SHU .................................. 63
Tabel 4.6 Kriteria Skor Sikap Pengurus terhadap SHU ........................ 65
Tabel 4.7 Kriteria Skor Minat Pengurus terhadap SHU ....................... 66
Tabel 4.8 Kriteria Skor Tempat dimana Persepsi terhadap SHU
dilakukan ............................................................................... 68
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Mengenai SHU…................... 68
Tabel 4.10 Tabulasi Deskriptif Persentase Keputusan Strategi
Penentuan Harga dalam Rangka Mencapai Tujuan
Koperasi ................................................................................ 70
Tabel 4.11 Kriteria Skor Strategi Penentuan Harga pada unit
Pertokoan dalam Rangka mencapai Tujuan Koperasi .......... 69
xv
Tabel 4.12. Kriteria skor strategi penentuan harga untuk peningkatan
laba ...................................................................................... 71
Tabel 4.13. Kriteria skor strategi penentuan harga untuk peningkatan
volume penjualan ................................................................ 75
Tabel 4.14. Kriteria skor strategi penentuan harga untuk
mengembalian modal usaha ................................................ 77
Rabel 4.15. Distribusi Frekuensi Keputusan Strategi Penentuan Harga
dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi ......................... 78
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kebijakan Penentuan Harga dalam Koperasi .................. 34
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ............................................ 41
Gambar 4.1. Gambar Deskripsi Frekuensi persepsi mengenai SHU
sebagai laba koperasi........................................................ 70
Gambar 4.2. Gambar Distribuai Frekuensi Keputusan
penentuan harga ............................................................... 78
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian
Lampiran 2 Tabel Perhitungan Validitas Butir Pada Angket Penelitian
Lampiran 3 Contoh Perhitungan Validitas Butir Pada Analisis Target
Lampiran 4 Perhitungan Reliabilitas Pada Analisis Target
Lampiran 5 Tabulasi Skor Persiapan Deskriptif Persentase Persepsi Mengenai
SHU (Variabel X)
Lampiran 6 Tabulasi Skor Persiapan Deskriptif Persentase Keputusan Strategi
Penentuan Harga Dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi
(Variabel Y)
Lampiran 7 Data Persepsi Mengenai SHU Sebagai Laba Koperasi (Variabel X)
Lampiran 8 Data Keputusan Strategi Penentuan Harga Dalam Rangka
Pencapaian Tujuan Koperasi
Lampiran 9 Tabel Persiapan Analisis Regresi
Lampiran 10 Analisa Regresi
Lampiran 11 Histogram, Normalitas Data
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Alasan Pemilihan Judul
Secara umum Badan Usaha (BU) diartikan sebagai suatu organisasi
yang bergerak dibidang ekonomi, bertujuan untuk mencari keuntungan
dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber-sumber produksi yang
tersedia. Pengertian BU ini juga relevan dengan BU koperasi dalam Undang-
undang (UU) koperasi No. 25 tahun 1992, yang menyatakan bahwa koperasi
merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-perorangan atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan. Sebagai konsekuensi logis dari perannya sebagai BU, maka
usaha koperasi harus dikelola dan ditangani secara profesional dengan
menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana pengelolaan BU pada umumnya.
Dengan demikian diharapkan setiap koperasi dapat meraih Sisa Hasil Usaha
(SHU), disamping harus bersaing dalam hal kualitas dan hidup berdampingan
dengan badan usaha-badan usaha ekonomi lainnya. Hal ini menjadi tugas dan
tanggung jawab dari manajemen terhadap keberhasilan pengelolaan usaha
koperasi.
Sasaran menyeluruh suatu organisasi bisnis adalah keberhasilan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Keberhasilan suatu koperasi dalam
mencapai tujuannya bukan hanya ditentukan dari besarnya laba yang
2
diperoleh, melainkan juga diukur dari banyaknya anggota dan masyarakat
memperoleh pelayanan dari koperasi. Karena tujuan koperasi pada dasarnya
adalah untuk memperjuangkan kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan
ekonomi anggotanya.
Kesejahteraan bermakna sangat luas dan juga bersifat relatif, karena
ukuran sejahtera bagi seseorang dapat berbeda satu sama lain. Hal ini
dikarenakan penafsiran orang pada satu objek yang sama sering ada
ketidaksepakatan antar individu, bahkan dapat cukup berbeda dari kenyataan
yang objektif. Proses pengorganisasian dan penafsiran terhadap suatu objek
merupakan proses persepsi. Perilaku orang seringkali didasarkan pada
persepsi mereka. Menurut Robbins (1996) persepsi dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan dan kualitas pilihan terakhir individu dalam
organisasi.
SHU merupakan salah satu alat untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota, selain kemampuan pelayanan, keterampilan administrasi dan
penerapan prinsip-prinsip manajemen. Dimana besarnya SHU yang diraih
koperasi dapat memperlancar pemupukan modal, yang pada gilirannya
koperasi mampu memberikan layanan ekonomi yang bermakna baik kepada
anggotanya maupun masyarakat umum. Menghasilkan SHU adalah suatu
keharusan tetapi lebih jauh lagi harus menyadari kewajibannya terhadap para
anggota, lingkungan, karyawan, dan dirinya sendiri. Oleh karena itu penting
untuk mengetahui makna laba bagi koperasi, agar koperasi tidak mengejar
laba sebagai tujuan badan usahanya.
3
Tujuan koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 pasal 3 (tiga) adalah
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945. Tujuan ini dijabarkan dalam berbagai aspek
program oleh manajemen koperasi pada setiap Rapat Anggota Tahunan
(RAT)
Tujuan koperasi yang tersebut diatas masih bersifat umum jadi secara
khusus akan ditentukan oleh perusahaan ekonomi yang dihadapi oleh para
anggotanya dalam bentuk tujuan yang lebih operasional bagi koperasi sebagai
badan usaha. Beraneka ragam tujuan yang berbeda-beda dikejar oleh
organisasi perusahaan, seperti kesinambungan keuntungan, efisiensi, mutu
produk, menjadi pemimpin pasar (market leader), dan lain-lain. Karena
anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) pada hakikatnya
adalah para “konsumen”, maka potensi tersebut digunakan untuk
menumbuhkan koperasi konsumen, yaitu koperasi yang kegiatan utamanya
mengelola warung serba ada atau supermarket (PSAK No. 27 butir 19),
bertujuan untuk menyediakan kebutuhan pokok para anggotanya agar mereka
dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan harga yang terjangkau.
Tujuan membantu mengkoordinasi keputusan dan pengambilan keputusan.
Uraian diatas memperlihatkan pentingnya perumusan strategi bisnis
guna pencapaian tujuan. Semua organisasi baik yang berusaha dengan tujuan
laba maupun yang tidak, akan selalu menghadapi masalah-masalah yang
4
berhubungan dengan penetapan harga atas barang atau jasa yang mereka
tawarkan.
Setiap aturan maupun tujuan-tujuan yang relevan bagi manajemen
mungkin sesuai dengan beberapa kelompok kepentingan dalam koperasi dan
bertentangan bagi yang lainnya. Menurut Ropke (2000:86), dimana koperasi
menjual produk kepada anggotanya pada harga yang serendah mungkin tanpa
menderita kerugian, disebut strategi penentuan harga yang “optimal” bagi
suatu koperasi yang mengecerkan barang/jasa kepada anggotanya. Karena
dengan harga yang rendah, koperasi dapat memberikan harga pelayanan
kepada anggotanya, dengan maksud agar kesejahteraan anggota yang
merupakan tujuan badan usaha koperasi dapat tercapai.
Dalam survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada
beberapa KPRI di Kota Semarang, diperoleh informasi bahwa kebanyakan
produk yang dijual di KPRI memiliki harga jual yang relatif sama dengan
harga yang ada dipasaran, bahkan ada yang diatas harga pasar (contoh pada
tabel 1.1.). Dengan melihat kondisi semacam ini maka menjadi sebuah
pertanyaan besar, bagaimana strategi penentuan harga yang dilakukan oleh
manajemen dalam rangka mencapai tujuan koperasi yaitu mensejahterakan
anggota dengan pelayanan yang optimal. Penetapan harga ini mengarah pada
harga yang dapat mencapai tujuan laba yang maksimum, bukan pada tujuan
yang hendak dicapai oleh badan usaha koperasi, yaitu penetapan harga yang
dapat memberikan pelayanan kepada anggota dengan sebaik-baiknya agar
dapat memperoleh barang dengan mudah dan murah.
5
Tabel 1.1. Contoh Harga Eceran Barang Kebutuhan Pokok Barang Harga Koperasi Harga Pasar
Sabun Cuci Bukrim 1 Kg Gula (Tanpa Merk) 1 Kg Susu Anlene Gold 300 gr Telor 1 Kg Nestle Air mineral 330 ml Penyedap Rasa 250 gr Minyak Bimoli 250 ml Sabun Mandi Lifebuoy Mie Instan Beras Mentik Wangi 1 Kg Pasta Gigi Pepsodent jumbo
Rp 5.000,00 Rp 5.700,00 Rp 21.000,00 Rp 7.750,00 Rp 1.000,00 Rp 5.575,00 Rp 2.600,00 Rp 1.500,00 Rp 800,00 Rp 4.500,00 Rp 5.250,00
Rp 4.750,00 Rp 5.700,00 Rp 19.700,00 Rp 7.500,00 Rp 950,00 Rp 5.300,00 Rp 2.600,00 Rp 1.350,00 Rp 800,00 Rp 4.500,00 Rp 5.200,00
(Sumber:Data Primer yang diolah, 2005) Menetapkan harga bukanlah hal yang mudah. Bermaksud mencapai
tingkat laba yang memuaskan, bukan tingkat laba yang maksimum. Penetapan
ini sebagai tujuan untuk suatu target yang memungkinkan pemenuhan segala
kewajiban baik sosial maupun ekonomi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
data tentang persepsi yang dimiliki oleh para pengurus KPRI khususnya di
kota Semarang terhadap SHU koperasi dan sumbangan pemikiran bagi
manajemen koperasi untuk merumuskan strategi penentuan harga dalam
rangka mencapai tujuan koperasi.
Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi
Pengurus Mengenai SHU Terhadap Keputusan Strategi Penentuan
Harga Dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi Pada Unit Pertokoan
KPRI Di Kota Semarang.”
6
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah persepsi pengurus dan manajer (pengelola) mengenai SHU
sebagai laba koperasi?
2. Bagaimanakah strategi penentuan harga oleh pengurus dan manajer
(pengelola) di koperasi?
3. Adakah pengaruh persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi terhadap
keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan
koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota Semarang ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui persepsi pengurus dan manajer (pengelola) mengenai
SHU sebagai laba koperasi.
2. Untuk mengetahui strategi penentuan harga pada unit usaha pertokoan
oleh pengurus dan manajer (pengelola) KPRI dalam rangka mencapai
tujuan koperasi.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh persepsi mengenai SHU
sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam
rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota
Semarang.
7
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terdiri dari :
1. Memberikan masukan informasi bagi manajemen koperasi sebagai bahan
pertimbangan untuk merumuskan kebijaksanaan strategi penentuan harga
pada unit usaha pertokoan dalam rangka mencapai tujuan koperasi.
2. Sebagai bahan referensi dan pemikiran untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Sistematika Skripsi
Sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagian Pendahuluan
Bagian ini meliputi : Judul Skripsi, Sari, Pengesahan, Motto dan
Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar
Tabel, dan Daftar Lampiran.
2. Bagian Isi Skripsi
BAB I : PENDAHULUAN
Alasan Pemilihan Judul, Permasalahan, Tujuan Penelitian,
Kegunaan Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Landasan Teori, Kerangka Pemikiran, Hipotesis.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Metode
Pengumpulan Data, Validitas dan Reliabilitas, Uji Normalitas
Data, Metode Analisis Data.
8
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian, Pembahasan Hasil Penelitian.
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan, Saran.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Koperasi
2.1.1. Pengertian Koperasi
Secara etimologi, koperasi berasal dari kata co dan operation. Co
berarti bersama, operation yang berarti bekerja. Jadi koperasi adalah suatu
perkumpulan yang beranggotakan orang seorang atau badan-badan, yang
bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah anggotanya (Sitio dan Tamba
2001:15). Berikut ini disajikan beberapa definisi koperasi:
a. Definisi ILO
Definisi koperasi yang lebih detil dan berdampak internasional
diberikan oleh ILO (Internasional Labour Organization). Dalam
definisi ILO tersebut, terdapat 6 elemen yang dikandung koperasi
sebagai berikut.
1) Koperasi adalah perkumpulan orang-orang.
2) Penggabungan orang-orang tersebut berdasar kesukarelaan.
3) Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai.
4) Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisasi bisnis (badan
usaha) yang diawasi dan dikendalikan secara demokratis.
5) Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan.
6) Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang.
10
b. Definisi UU No. 25/1992
Definisi Koperasi Indonesia menurut UU No. 25/1992 tentang
Perkoperasian pada pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut.
Koperasi adalah BU yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan
atas asas kekeluargaan.
Berdasarkan batasan koperasi ini, Koperasi Indonesia mengandung
5 unsur sebagai berikut.
1) Koperasi adalah Badan Usaha
Sebagai Badan Usaha, maka koperasi harus memperoleh laba.
Laba merupakan elemen kunci dalam suatu sistem usaha bisnis, di
mana sistem itu akan gagal bekerja tanpa memperoleh laba.
2) Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan atau badan-badan
hukum koperasi
Ini berarti bahwa, Koperasi Indonesia bukan kumpulan modal.
Dalam hal ini, UU Nomor 25 Tahun 1992 memberikan jumlah
minimal orang-orang (anggota) yang ingin membentuk organisasi
koperasi (minimal 20 orang), untuk koperasi primer dan 3 Badan
hukum Koperasi untuk koperasi sekunder. Syarat lain yang harus
dipenuhi ialah bahwa angota-anggota tersebut mempunyai
kepentingan ekonomi yang sama.
11
3) Koperasi Indonesia adalah koperasi yang bekerja berdasarkan
“prinsip-prinsip koperasi”
Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992, ada 5 prinsip Koperasi
Indonesia dan ini akan diuraikan pada penjelasan berikutnya.
Secara singkat, prinsip koperasi ini pada dasarnya merupakan jati
diri koperasi.
4) Koperasi Indonesia adalah “Gerakan Ekonomi Rakyat”
Ini berarti bahwa, Koperasi Indonesia merupakan bagian dari
sistem perekonomian nasional. Dengan demikian, kegiatan usaha
koperasi tidak semata-mata hanya ditujukan kepada anggota, tetapi
juga kepada masyarakat umum.
5) Koperasi Indonesia “berazaskan kekeluargaan”
Dengan azas ini, keputusan yang berkaitan dengan usaha dan
organisasi dilandasi dengan jiwa kekeluargaan. Segala keputusan
yang diambil seyogyanya berdasarkan musyawarah dan mufakat.
Inti dari azas kekeluargaan yang dimaksud adalah adanya rasa
keadilan dan cinta kasih dalam setiap aktivitas yang berkaitan
dengan kehidupan berkoperasi.
Jadi Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan
dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar
prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan
taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumya. Bagi
suatu koperasi ini berarti harus bekerja menurut prinsip koperasi dengan
12
melandaskan pada azas-azas koperasi yang mengandung unsur-unsur
sosial di dalamnya.
2.1.2. Tujuan Koperasi
Dalam UU koperasi No.25 tahun 1992 pasal 3 tujuan koperasi
adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional,
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Dalam tujuan tersebut dikatakan bahwa, koperasi memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Pernyataan ini mengandung arti bahwa, meningkatkan kesejahteraan
anggota menjadi program utama koperasi melalui pelayanan usaha. Jadi,
pelayanan anggota merupakan prioritas utama dibandingkan dengan
masyarakat umum.
Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan
ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota.
Menurut PSAK No 27 butir 3d memajukan kesejahteraan anggota adalah
peningkatan pelayanan koperasi kepada anggotanya dalam bentuk manfaat
ekonomi yang diperoleh sebagai anggota koperasi, misalnya dengan
memperoleh barang-barang konsumsi dengan harga yang lebih murah jika
dibandingkan dengan harga yang ada di pasar umum (toko-toko lain),
sehingga para anggota yang bersangkutan dapat menghemat
pengeluarannya (Hendrojogi 2002:161).
13
Jadi tujuan utama pendirian suatu koperasi adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya, dalam
memperjuangkannya koperasi berpegang pada asas dan prinsip-prinsip
koperasi.
2.1.3. Prinsip Koperasi
Prinsip-prinsip koperasi adalah ketentuan-ketentuan pokok yang
berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi,
serta merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan usahanya
sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Pada dasarnya, prinsip-
prinsip koperasi sekaligus merupakan jati diri atau ciri khas koperasi
tersebut. Adanya prinsip koperasi ini menjadikan watak koperasi sebagai
badan usaha berbeda dengan badan usaha lain (Sitio dan Tamba 2001:20).
Berikut ini disajkan beberapa pendapat mengenai prinsip-prinsip
koperasi:
a. Prinsip Rochdale
Prinsip Rochdale ini menjadi acuan atau tujuan dasar bagi berbagai
koperasi di seluruh dunia. Penyesuaian dilakukan oleh berbagai
negara sesuai dengan keadaan koperasi, sosial-budaya, dan
perekonomian masyarakat setempat. Adapun unsur-unsur prinsip
Rochdale ini menurut bentuk aslinya adalah sebagai berikut.
1) Pengawasan secara demokratis
2) Keanggotaan yang terbuka
3) Bunga atas modal dibatasi
14
4) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada anggota sebanding
dengan jasa masing-masing anggota
5) Penjualan sepenuhnya dengan tunai
6) Barang-barang yang dijual harus asli dan tidak yang dipalsukan
7) Menyelenggarakan pendidikan kepada anggota dengan prinsip-
prinsip koperasi
8) Netral terhadap politik dan agama
b. Prinsip ICA
ICA (International Cooperative Alliance) merumuskan prinsip-
prinsip koperasi dirinci sebagai berikut.
1) Keanggotan koperasi secara terbuka tanpa adanya pembatasan
yang dibuat-buat
2) Kepemimpinan yang demokrasi atas dasar satu orang satu suara
3) Modal menerima bunga yang terbatas, itupun bila ada
4) SHU dibagi 3:
a) Sebagian untuk cadangan
b) Sebagian untuk masyarakat
c) Sebagian untuk dibagikan kembali kepada anggota sesuai
dengan jasa masing-masing anggota.
5) Semua koperasi harus melaksanakan pendidikan secara terus-
menerus
6) Gerakan koperasi harus melaksanakan kerja sama yang erat, baik
di tingkat regional, nasional, maupun internasional
15
c. Prinsip-Prinsip Koperasi Indonesia
Sama halnya seperti di negara lain, koperasi Indonesia juga
mengadopsi sebagian prinsip Rochdale dan atau prinsip ICA.
1) UU No. 12 tahun 1967
Di Indonesia, prinsip-prinsip koperasi juga disebut sendi-sendi
dasar koperasi. Dalam UU No. 12 tahun 1967, istilah yang
digunakan adalah “sendi-sendi dasar” koperasi. Di Indonesia,
prinsip-prinsip koperasi ini mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan kondisi sosial, politik, dan ekonomi Indonesia.
Prinsip-prinsip atau sendi-sendi dasar Koperasi menurut UU No.
12 tahun 1967, adalah sebagai berikut.
a) Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga
negara Indonesia
b) Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai
pencerminan demokasi dalam koperasi
c) Pembagian SHU diatur menurut jasa masing-masing anggota
d) Adanya pembatasan bunga atas modal
e) Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan
masyarakat pada umumnya
f) Usaha dan ketatalaksanaanya bersifat terbuka
g) Swadaya, swakarta, dan swasembada sebagai pencerminan
prinsip dasar percaya pada diri sendiri
16
2) UU No. 25 tahun 1992
Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No.25 tahun 1992 yaitu
pasal 5 ayat (1) dan (2) dan yang berlaku saat ini di Indonesia
adalah sebagai berikut.
a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
(1) Keanggotaan koperasi tidak boleh dipaksakan oleh
siapapun, dan
(2) Seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasi-
nya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam
AD/ART koperasi.
b) Pengelolaan dilakukan secara demokatis
(1) Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan
keputusan para anggota, dan
(2) Anggota adalah pemegang dan pelaksana kekuasaan
tertinggi dalam koperasi
c) Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota
(1) koperasi bukanlah badan usaha yang berwatak kapitalis
sehingga SHU yang dibagi kepada anggota (di badan
usaha swasta disebut dividen) tidak berdasarkan modal
yang dimiliki anggota dalam koperasinya, tetapi
berdasarkan kontribusi jasa usaha yang diberikan anggota
kepada koperasinya. Dengan kaa lain, semakin banyak
17
seorang anggota melakukan transaksi bisnis (jual beli)
dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang
diterima. Prinsip ini tentunya berlaku apabila koperasinya
tidak mengalami kerugian.
(2) Koperasi Indonesia tetap konsisten untuk mewujudkan
nilai-nilai keadilan dalam kehidupan masyarakat.
d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
(1) fungsi modal dalam koperasi bukan sekedar untuk
mencari keuntungan (profit motive), akan tetapi
dipergunakan untuk “kemanfaatan” anggota (benefit
motive), dan
(2) jasa yang terbatas berarti bahwa suku bunga atas modal
dalam koperasi tidak melebihi suku bunga atas modal
yang berlaku di pasar.
e) Kemandirian
Kemandirian pada koperasi dimaksudkan bahwa koperasi harus
mampu berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan usaha
dan organisasi. Mandiri berarti dapat berdiri sendiri tanpa
tergantung pada pihak lain. Prinsip ini pada hakekatnya
merupakan faktor pendorong (motivator) bagi koperasi untuk
meningkatkan keyakinan akan kekuatan sendiri dalam
mencapai tujuan.
18
Dalam UU no. 12 tahun 1967, prinsip ini dikemas dalam
“Swadaya, Swakerta, dan Swasembada” dan menggambarkan
adanya percaya pada diri sendiri. Swadaya berarti kekuatan
atau usaha sendiri, swakerta mengandung arti mengerjakan atau
membuat sendiri, dan swasembada bermakna mencukupi
dengan kemampuan sendiri.
f) Pendidikan perkoperasian
Agar anggota koperasi berkualitas baik, berkemampuan tinggi,
dan berwawasan luas, maka pendidikan adalah mutlak.
Pendidikan perkoperasian merupakan bagian yang tidak
terpisahkan (menjadi sangat penting) dalam mewujudkan
kehidupan berkoperasi, agar sesuai dengan jati dirinya. Melalui
pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi
anggota yang memahami serta menghayati nilai-nilai dan
prinsip-prinsip serta praktik-praktik koperasi.
Inti dari prinsip ini ialah bahwa peningkatan kualitas sumber
daya koperasi (SDMK) adalah sangat vital dalam memajukan
koperasinya. Disadari, dengan hanya kualitas SDMK yang
baiklah maka cita-cita atau tujuan koperasi dapat diwujudkan.
Nampaknya UU No. 25 tahun 1992 mengantisipasi dampak
dari globalisasi ekonomi di mana SDMK menjadi penentu
utama berhasil tidaknya koperasi melaksanakan fungsi dan
tugasnya.
19
g) Kerja sama antarkoperasi
Koperasi-koperasi ada yang mempunyai bidang usaha yang
sama, dan ada pula usaha yang berbeda serta tingkatan yang
berbeda. Pada masing-masing usaha tersebut disadari bahwa
kemampuan koperasi masih bervariasi, namun disadari bahwa
koperasi-koperasi tersebut pada dasarnya mengemban misi
yang sama, yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumya.
Kerjasama antar koperasi dapat dilakukan ditingkat lokal,
nasional, dan internasional. Prinsip ini sebenarnya lebih
bersifat “strategi” dalam bisnis.
Dari kedua prinsip koperasi Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa
essensi dasar kerja koperasi sebagai badan usaha tidaklah secara nyata.
Hanya saja dalam UU No.25 tahun 1992 ada penambahan mengenai
prinsip kerja sama antara koperasi. Ini dapat dipahami bahwa, untuk
mengantisipasi tren globalisasi ekonomi, koperasi perlu meningkatkan
kekuatan tawar-menawarnya dengan menjalin kerjasama antarkoperasi.
Jadi prinsip-prinsip koperasi adalah ketentuan-ketentuan pokok
yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja
koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan
ekonomi rakyat.
20
2.1.4. Asas Koperasi
Asas koperasi tercantum dalam UU koperasi No.25 tahun 1992
pasal 2, menetapkan kekeluargaan sebagai asas koperasi. Dengan
semangat kekeluargaan diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran pada
masing-masing orang yang terlibat dalam organisasi koperasi, untuk
senantiasa bekerjasama dengan anggota-anggota koperasi lainnya, dengan
rasa setiakawan yang tinggi. Kunci penting dalam asas kekeluargaan itu
ialah kebersamaan dan gotong royong dalam menjalankan kegiatan
koperasi agar para anggota dan pengurus dapat menciptakan kesejahteraan
bersama sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
2.1.5. Jenis-jenis Koperasi Berdasarkan Kegiatannya
a. Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dibidang kegiatan
ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yang
dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang
anggota koperasi.
b. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan
sehari-hari. Tujuan koperasi konsumsi adalah agar anggotanya dapat
membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan
harga yang layak.
21
c. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang didirikan untuk
memberikan kemampuan kepada anggota-anggotanya memperoleh
pinjaman dengan mudah, ongkos (bunga) yang ringan.
Ketiga jenis koperasi tersebut, kesemuanya memiliki tujuan yang
sama yaitu untuk mensejahterakan anggotanya dengan berdasarkan pada
prinsip kekeluargaan, begitu juga dengan KPRI di kota Semarang
bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya di lingkup kerjanya.
2.1.6. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
KPRI adalah koperasi yang merupakan suatu wadah yang berusaha
di bidang konsumsi yang anggotanya di lingkungan tertentu untuk
memenuhi kebutuhan anggotanya (Widiyanti 1989:110). Menurut Arifinal
Chaniago (1992:30), KPRI adalah suatu jenis kegiatan fungsional yang
merupakan wadah untuk menampung kegiatan-kegiatan karyawan dalam
usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Koperasi fungsional
mempunyai sifat tertutup dalam arti hanya berkisar pada dirinya sendiri
dan anggotanya, disusun berdasarkan lingkungan tertentu, seperti kantor
dan kesatuan. Anggota-anggotanya para pegawai negeri dan warga
angkatan bersenjata yang lebih bersifat “pegawai” daripada “pengusaha”.
Jadi sekalipun berkembang maju, tetapi sifatnya tertutup. Situasi seperti
ini menyebabkan peranan koperasi fungsional dalam kehidupan akan tidak
terasa.
22
Anggota-anggota koperasi fungsional pada hakikatnya adalah
“konsumen” maka potensi tersebut harus digunakan untuk menumbuhkan
koperasi konsumen (Widiyanti 1996:13). Menurut PSAK No. 27 butir 19,
koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir
atau pemakai barang atau jasa. Contoh koperasi konsumen adalah koperasi
yang kegiatan utamanya mengelola warung serba ada atau supermarket.
KPRI dalam penelitian ini adalah koperasi yang anggotanya
adalah para pegawai RI di lingkup kantor di kota Semarang yang memiliki
tujuan yang sama untuk bersama-sama mensejahterakan anggotanya
melalui unit kegiatan yang dimilikinya, dan turut serta berusaha untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar melalui unit usaha pertokoan.
2.2.Strategi Penentuan Harga Koperasi
2.2.1.Pengertian Strategi Penentuan Harga
Strategi dapat diartikan dengan rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus atau tertentu. Basuswastha dan
Irawan (1994) mendefinisikan harga sebagai jumlah uang (ditambah
barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Dalam strategi penentuan
harga, tujuan penetapannya ditentukan terlebih dahulu. Tujuan ini berasal
dari perusahaan itu sendiri. Banyak perusahaan yang mengadakan
pendekatan terhadap penentuan harga berdasarkan tujuan yang hendak
dicapainya.
23
Berikut ini akan dibahas secara ringkas strategi penentuan harga
yang akan dipakai oleh suatu koperasi berdasarkan tujuan usaha yang
hendak dicapainya (Ropke 2000:84):
a. Maksimimasi profit
Perusahaan dalam ekuilibrium, ketika memaksimimasi profitnya yang
didefinisikan sebagai perbedaan antara Total Cost (TC) dan Total
Revenue (TR). Dengan aturan persamaan Marginal Revenue=Marginal
Cost (MR=MC). Dalam gambar profit dimaksimisasi dengan tingkat
output di Q1 dan harga di P1.
b. Kompetitif Ekuilibrium
Koperasi berperilaku seperti halnya berada didalam struktur pasar yang
kompetitif. Kondisi efisiensi terpenting yaitu harga sama dengan
Marginal Cost (P=MC), pembeli dikenakan harga yang sama persis
dengan biaya yang dikeluarkan untuk sumber daya dalam produksi pada
unit produksi tambahan tersebut. Dalam gambar, situasi yang ekuivalen
akan tercapai pada Q4 dan P4.
c. Maksimimasi output
Dalam kondisi bahwa tidak akan ada kerugian yang diderita oleh
koperasi. Kondisi akan terwujud jika Average Cost (AC)=Average
Revenue (AR). Harganya menjadi P=AC=AR. Dalam gambar harga
yang diberikan terbentuk melalui harga di P5 dan Output di Q5.
d. Meminimasi Average Cost
24
Merupakan tujuan koperasi untuk memberikan pelayanan kepada
anggota dengan tingkat harga yang serendah-rendahnya. Koperasi
memproduksi output (Q2) pada Average Cost yang minimum. Harga
yang sesuai adalah P2.
Perbedaan:
demand
P3
P2 MC
P1 AC
H P4
A P5
R P=AR
G
A PM4
PM3
PM2
Q3 Q2 Q1 Q4 Q5
B A R A N G MR
Gambar 2.1. Kebijakan Penentuan Harga dalam Koperasi
(Jochen Ropke 2000)
anggotadibagidapatyangKeuntunganPPM =− 22
25
e. Maksimimasi SHU/Demand (patronage refund)
Jika koperasi bertujuan memaksimumkan SHU yang dapat
didistribusikan kepada anggotanya, koperasi tersebut harus
memproduksi output yang merupakan hasil terbesar dari perbedaan
antara harga yang akan dibebankan, dengan rata-rata biaya produksinya
(AC), yaitu pada P3 Q3.
Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk merumuskan strategi
penentuan harga salah satunya dengan pendekatan tujuan yang hendak
dicapai koperasi.
2.2.2.Strategi Penentuan Harga pada Unit Pertokoan dalam Rangka
Mencapai Tujuan Koperasi
Masalah utama penetapan harga adalah masalah penentuan tingkat
harga yang paling optimal. Yaitu tingkat harga yang memperhitungkan
seluruh ongkos produksi, kondisi persaingan dan daya saing produk, serta
sumbangannya terhadap SHU koperasi dalam jangka panjang. untuk
mendapatkan tingkat harga yang optimal ini, maka penetapan harga harus
dilakukan secara terencana dengan memperhatikan berbagai faktor
(Baswir 2000:194).
Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan-
tujuan yang hendak dicapai. Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai
tujuan yang sama dengan perusahaan lainnya. Tujuan-tujuan yang hendak
dicapai tersebut antara lain: laba maksimum, volume penjualan tertentu,
26
penguasaan pasar, kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu
tertentu (Swastha dan Irawan 1994).
Dilihat dari tujuan utama pendirian suatu koperasi , tujuan koperasi
secara khusus akan ditentukan oleh permasalahan ekonomi yang dihadapi
oleh para anggotanya dalam bentuk tujuan yang lebih operasional bagi
koperasi sebagai badan usaha. Orang mendirikan koperasi agar secara
bersama-bersama dapat memenuhi kepentingan bersama atau atas dasar
kesamaan kepentingan pada koperasi yaitu secara bersama-sama dapat
memenuhi kebutuhan secara bersama, dimana mereka memerlukan
pembelian kebutuhan pokok sehari-hari dengan harga yang lebih murah.
Tujuan koperasi secara khusus disini adalah tujuan koperasi konsumsi
yaitu koperasi yang mempunyai tujuan agar anggota-anggotanya dapat
memenuhi kebutuhan konsumsinya dengan kualitas barang yang baik dan
harga yang murah. Konsumsi adalah membeli kebutuhan pokok sehari-hari
dengan mudah, kualitas baik dan harga yang lebih ringan. Kebutuhan
pokok sehari-hari dapat berupa barang-barang pangan dan sandang. Untuk
mempermudah anggota-anggotanya dan masyarakat mendapatkan barang-
barang tersebut, maka koperasi mendirikan toko koperasi.
Hadirnya unit usaha pertokoan pada dasarnya tidak terlepas dari
kebutuhan para anggotanya yang ingin kebutuhan sehari-harinya
(konsumsi) dapat terpenuhi dengan baik, sehingga membuka unit usaha
pertokoan. Menurut Chaniago (1992:51) koperasi konsumsi adalah
koperasi yang anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai
27
kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi. Koperasi konsumsi
biasanya didirikan oleh anggota-anggota yang terdiri dari para konsumen
yang mengadakan pembelian bersama barang-barang keperluan atau
kebutuhan sehari-hari mereka seperti beras, bahan pakaian, kopi, gula,
minyak, garam, dan sebagainya untuk kemudian dijual kepada anggotanya
dengan harga yang seekonomis mungkin (Anoraga 1999:21).
Harga dapat mempengaruhi pelanggan atau anggota dalam
mengambil keputusan untuk membeli. Segi harga sangat mempengaruhi
tindakan-tindakan anggota koperasi. Ini dipengaruhi oleh penghasilan dan
selain itu oleh sikap, yang pertama menentukan kemampuan untuk
membeli dan yang kedua menentukan kemauan (rasional) untuk membeli.
Koperasi harus berusaha menyediakan produk dengan harga yang pantas,
dan jika perlu denagn harga yang semurah-murahnya, sehingga dapat
terjangkau oleh anggota. Akan tetapi harga yang ditetapkan itu harus dapat
menutup harga pokoknya atau harga belinya, dimana telah diperhitungkan
keuntungan walaupun hanya sedikit. Disini koperasi harus mempunyai
senjata yang ampuh berupa potongan harga dari kuantita (Ign
Sukamdiyo,1996:110). Pada toko harga barang-barang yang ada
hendaknya disesuaikan dengan harga pasar, bahkan kalau mungkin lebih
murah dengan kualitas yang sama. Dengan demikian, para anggota
koperasi yang bersangkutan dapat menghemat pengeluarannya.
Dari sudut pandang ekonomi, penetapan harga yang optimal dari
suatu koperasi tidak dapat ditarik kesimpulannya, hal ini dikarenakan
28
setiap aturan maupun tujuan-tujuan penetapan harga yang relevan,
mungkin sesuai bagi beberapa kelompok kepentingan dalam koperasi (atau
bagi sebagian individu dalam beberapa kelompok) dan bertentangan bagi
yang lainnya. Namun dalam aturan harga, dimana koperasi menjual jasa
atau produknya kepada anggota pada harga yang serendah mungkin tanpa
menderita kerugian disebut strategi penetapan harga yang “optimal“ bagi
suatu koperasi yang mengecerkan barang atau jasa kepada anggotanya
(Ropke 2000:86).
Dengan harga serendah mungkin tanpa menderita kerugian,
koperasi bertujuan memaksimumkan jumlah anggota untuk memasuki
koperasi, disamping menjual sebanyak-banyaknya output. Hal ini sesuai
dengan tujuan utama pendirian suatu koperasi, agar secara bersama-sama
dapat memenuhi kebutuhan secara bersama, disamping dapat dipandang
sebagai indikator dari keberhasilan koperasi juga sebagai implikasi dari
keberhasilan para pengurus itu sendiri.
Koperasi harus memilih apakah akan bersaing dengan menonjolkan
aspek keunikan produk, harga murah, atau fokus pada sasaran pasar
tertentu.
Seperti telah diuraikan sebelumnya tujuan yang hendak dicapai
koperasi, maka pengelolaan usaha koperasi ditujukan untuk peningkatan
kesejahteraan ekonomi para anggota. Hal ini berbeda dengan perusahaan
non koperasi yang bertujuan untuk mencari laba, sehingga mereka
memiliki profit oriented yang maksimum. Menurut Widiyanti (1996:194),
29
dalam usaha koperasi, dorongan untuk memperoleh laba setinggi-
tingginya tidak berlaku pada koperasi, karena laba tidak diraih koperasi
sebagai tujuan badan usahanya.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan strategi penentuan
harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi adalah penentuan harga
pada unit pertokoan yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota
sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh koperasi.
2.3.Tinjauan Tentang Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
2.3.1. Pengertian SHU
Laba dalam koperasi disebut sebagai sisa hasil usaha (SHU) (Sitio
dan Tamba 2001:77). Berdasarkan konsep laba akuntansi (accounting
income), laba adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang
timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan pada periode tersebut (Belkaoui 1997:233). Konsep laba
ekonomik menurut Smith, mengungkapkan bahwa laba sebagai suatu
kenaikan dalam kekayaan, dan dikaitkan dengan praktik bisnis. Konsep
laba akuntansi lebih ditekankan pada proses menghasilkan laba, dikaitkan
dengan penandingan (matching) antara pendapatan dan beban. Sedangkan
konsep laba ekonomik lebih menekankan laba berdasarkan kenaikan
kapital (Triyuwono 2001:9).
Ditinjau dari aspek ekonomi manajerial, SHU koperasi adalah
selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (total revenue [TR])
30
dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost [TC]) dalam satu tahun
buku. Sedangkan dari aspek legalistik, pengertian SHU menurut UU No.
25 tahun 1992, tentang perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah pendapatan
koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya,
penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 27
butir 33, SHU merupakan gabungan dari hasil partisipasi neto dengan
anggota dan laba atau rugi kotor dengan non anggota, ditambah atau
dikurangi dengan pendapatan dan beban lain-lain serta beban
perkoperasian dan pajak penghasilan badan koperasi
2.3.2. Perolehan SHU
SHU diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota
dan bukan anggota.
Pendapatan koperasi timbul dari transaksi dengan anggota yang
diakui sebesar partisipasi bruto yaitu penjualan barang atau jasa kepada
anggota. Selisih antara partisipasi bruto dengan beban pokok adalah
partisipasi neto.
Pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi dengan non
anggota diakui sebagai pendapatan (penjualan). Selisih antara pendapatan
dan harga pokok transaksi dengan non anggota diakui sebagai laba atau
rugi kotor (PSAK No. 27 butir 77).
31
2.3.3. Penggunaan SHU
Penggunaan SHU yang dibagikan diantaranya adalah untuk
anggota, dana pendidikan, dan untuk koperasi sendiri. Jumlah yang
merupakan hak koperasi diakui sebagai cadangan (PSAK No.27 butir 59).
Dalam PSAK No. 27 butir 55, pembentukan cadangan dapat ditujukan
antara lain untuk pemupukan modal, pengembangan usaha koperasi,
menutup resiko kerugian, dan pembagian kepada anggota yang keluar dari
keanggotaan koperasi.
SHU merupakan salah satu alat untuk melihat perkembangan
koperasi sebagai Badan Usaha. Menurut Sitio dan Tamba (2001:137).
Variabel kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembangan atau
pertumbuhan koperasi di Indonesia terdiri dari kelembagaan (jumlah
koperasi perpropinsi, jumlah koperasi perjenis/kelompok koperasi, jumlah
koperasi aktif dan nonaktif), keanggotaan, volume usaha, permodalan, aset
dan SHU.
Koperasi dikatakan baik atau berkembang bukan hanya dilihat dari
jumlah SHU, tetapi juga dilihat dari pelaksanaan program kerja yang telah
ditentukan oleh Rapat anggota Tahunan (RAT). Lebih penting lagi
menyangkut palayanan kepada anggota. Koperasi yang dapat melayani
anggota dengan sebaik-baiknya berarti koperasi tersebut dapat dikatakan
berhasil. Namun sebagai suatu badan usaha, koperasi juga dituntut untuk
dapat mencapai laba (SHU) yang memadai. Untuk itu, pengurus harus
32
bekerja keras dan memiliki manajemen yang baik sehingga menghasilkan
pelayanan yang memuaskan dan SHU yang wajar.
Besarnya laba seringkali dipakai sebagai ukuran untuk menilai
berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan (Mulyadi 1997:223).
Namun ukuran bagi keberhasilan suatu koperasi bukan ditentukan
berdasarkan besarnya SHU atau laba yang besar, melainkan diukur dari
banyaknya anggota dan masyarakat memperoleh pelayanan dari koperasi
(Widiyanti 1996:18).
Menurut Hans H. Munker, koperasi dengan tegas menolak motif
mengejar laba (profit motive) dalam kegiatan usahanya, kemudian
mengganti dengan memberi pelayanan (service motive). Hal ini tidak
berarti laba tidak penting. Laba (profit) bukan menjadi tujuan, tetapi
merupakan akibat kerjasama (Sudarsono dan Edilius 2002:114). Laba
(profit) bukanlah satu-satunya yang dikejar oleh manajemen koperasi,
melainkan juga aspek pelayanan (benefit oriented) (Sitio dan tamba
2001:78). Dalam badan usaha koperasi, orientasi usahanya lebih
menekankan pada pelayanan usaha yang dapat memberikan manfaat dan
kepuasan bersama para anggotanya.
Meskipun laba penting dihasilkan untuk mencapai tujuan
koperasi yaitu meningkatkan kesejahteraan anggotanya, namun bukan
berarti laba menjadi tujuan utama badan usaha koperasi. Kesejahteraan
semata-mata tidak hanya dari laba, melainkan juga dari kemampuan
koperasi memberikan pelayanan kepada anggotanya. Pelayanan ini berupa
33
manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai anggota koperasi, misalnya yang
berupa terpenuhinya kebutuhan bersama, yaitu mendapatkan bahan
mentah lebih murah, memperoleh kepastian pasaran dengan harga yang
pantas, memperoleh barang konsumsi lebih baik dan murah, memperoleh
akses lebih mudah dan murah dalam kegiatan simpan pinjam. Sehingga
laba tidak menjadi dasar pertimbangan utama dari kegiatan usaha koperasi.
Jadi bagi suatu koperasi, laba tidak menjadi tujuan utama dalam
pengelolaan usahanya. Hal ini dikarenakan manajemen koperasi yang harus
bekerja menurut prinsip ekonomi dengan melandaskan pada asas-asas
koperasi yang mengandung unsur sosial. Sehingga dalam menjalankan
kegiatan organisasinya, pandangan terhadap laba sebagai pertimbangan
utama dalam penentuan tujuan dari koperasi, tentunya tidak bisa dibenarkan.
Bagi pengurus dan pengelola koperasi yang bertanggung jawab atas
terlaksananya prinsip-prinsip koperasi dalam menjalankan kegiatan
organisasi, akan memberikan persepsi tertentu dalam pertimbangan-
pertimbangan pengelolaan usaha koperasi.
2.4.Persepsi
2.4.1. Pengertian Persepsi
Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang
pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang
dialami. Persepsi adalah suatu proses dengan mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi
34
makna kepada lingkungan mereka (Robbins 1996:124). Persepsi
merupakan proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu,
sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada sesuatu
ingatan tertentu baik secara indera penglihatan, indera perabaan, dan
sebagainya yang mana pada akhirnya bayangan itu dapat disadarinya.
Persepsi dapat berupa tanggapan (penerimaan) langsung dari seseorang,
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalu pancaindera. Persepsi
dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang
semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan.
Menurut Sondang P. Siagian (1989:103) sasaran persepsi dapat
berupa orang, benda atau peristiwa orang yang melihatnya.
Persepsi disini adalah tanggapan para pengurus dan manajer
(pengelola) KPRI kota Semarang.
2.4.2. Persepsi Mengenai SHU Koperasi
Sejumlah faktor bekerja untuk membentuk dan kadang
memutarbalikkan persepsi. Faktor-faktor ini dapat berada pada pihak
pelaku persepsi (perceiver), dalam objeknya atau target yang
dipersepsikan, atau dalam konteks dari situasi dalam mana persepsi itu
dilakukan (Robbins 1996:126). Menurut Abdul Rahman Shaleh (2004:94)
bahwa kebutuhan, minat dan nilai telah terbukti merupakan pengaruh yang
penting dalam persepsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi disini
35
adalah sikap, minat, dan tempat. Berikut ini dibahas faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi secara ringkas :
1. Sikap
Seorang individu yang memandang pada suatu target dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sarat dipengaruhi oleh
karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individual itu,
diantaranya adalah sikap. Sikap adalah keadaan pikiran yang
dipengaruhi oleh kecenderungan, perasaan, gagasan dan tindakan
(William B. Martin,1991:14). Menurut Bimo Walgito (1980:51) sikap
sebagai suatu tingkatan afek (penilaian) yang bersifat positif maupun
negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologik. Perasaan
yang positif yaitu perasaan ditandai adanya sikap menerima atau setuju,
sebaliknya perasaan yang positif yaitu adanya sikap menolak atau tidak
senang. Syaifuddin Azwar (1988:3) menyatakan bahwa aspek perilaku
yang biasanya dinyatakan dalam bentuk respon positif ataupun respon
negatif. Louse Thurstone dan Charles Osgorel mengatakan bahwa sikap
adalah suatu bentuk evaluasi (penilaian) atau reaksi perasaan. Menurut
Soehardi Sigit (2003:86) sikap adalah tanggapan (response) seseorang
terhadap sesuatu stimulus yang menimbulkan tangkapan kognitif
(pikiran), afektif (penilaian), dan konaktif (kecenderungan perilaku).
Sikap merupakan keyakinan atau pandangan yang dapat menyebabkan
orang berperilaku secara tetap terhadap suatu objek atau gagasan yang
36
sama. Sikap disini adalah pandangan atau penilaian terhadap SHU
koperasi.
2. Minat
Karakteristik pribadi selain sikap yang mempengaruhi persepsi adalah
minat. Akan selalu terjadi komunikasi atau hubungan dengan orang
lain, benda, situasi dan aktivitas-aktivitas yang terdapat di lingkungan
sekitar. Dalam hubungan tersebut mungkin mereka menerima,
membiarkan atau menolaknya. Apabila seseorang menaruh minat, itu
berarti dirinya menyambut atau bersikap positif dalam berhubungan
dengan objek atau lingkungan tersebut dengan demikian maka akan
cenderung untuk memberi perhatian dan melakukan tindakan lebih
lanjut. Minat adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu. Menurut Abdul (2004:262) minat dapat diartikan
sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian atau
bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari
minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dalam batasan tersebut
terkandung suatu pengertian bahwa di dalam minat ada pemusatan
perhatian subjek, ada usaha (untuk : mendekati / mengetahui / memiliki
/ menguasai / berhubungan) dari subjek yang dilakukan dengan
perasaan senang, ada daya penarik dari objek. Minat disini adalah
keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi terhadap SHU koperasi.
3. Tempat
37
Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi-persepsi
seseorang. Keadaan tempat kerja, dan keadaan sosial dapat
mempengaruhi perhatian. Tempat disini adalah dimana persepsi
terhadap SHU koperasi dilakukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi disini adalah sikap,
minat, tempat dari pengurus dan manajer (pengelola) KPRI terhadap SHU.
Jadi persepsi mengenai SHU koperasi disini adalah tanggapan yang
berupa pandangan atau penilaian, keinginan atau ketertarikan pengurus
dan manajer (pengelola) KPRI kota Semarang terhadap laba dalam
koperasi.
2.4.3. Tautan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Menurut Robbins (1996) bahwa persepsi individu dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dan kualitas pilihan terakhir
seseorang. Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap
suatu masalah (problem). Terdapat suatu penyimpangan antara sesuatu
keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan.
Individu-individu berpikir dan menalar sebelum mereka bertindak.
Karena inilah suatu pemahaman bagaimana orang-orang mengambil
keputusan dapat membantu menjelaskan dan meramalkan perilaku mereka.
Berpikir dilakukan orang dengan tujuan untuk memahami realita dalam
rangka mengambil keputusan (making decision) memecahkan persoalan
(problem solving), dan menghasilkan sesuatu yang baru (creativity).
38
Menurut Abdul (2004:238), keputusan yang diambil beraneka ragam,
tetapi ada tanda-tanda umumnya:
1) Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual
2) Keputusan selalu melibatkan pilihan dan berbagai alternatif
3) Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun dalam
pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.
Disamping tanda-tanda umum mengambil keputusan, dalam
mengambil keputusan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor personal yang
sangat mempengaruhi dalam mengambil keputusan adalah:
1) Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki
2) Motif, alasan seseorang melakukan sesuatu
3) Sikap, perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian
(pendapat/keyakinan).
Seperti diketahui bahwa semua keputusan menuntut penafsiran dan
evaluasi terhadap informasi. Data yang diterima dari bebagai sumber perlu
diproses dan ditafsirkan, data manakah yang relevan dengan keputusan
dan mana yang tidak. Persepsi-persepsi dari pengambil keputusan akan
menjawab pertanyaan ini. Akan dikembangkan alternatif-alternatif serta
kekuatan dan kelemahan dari tiap alternatif perlu dievaluasi. Karena
alternatif-alternatif tidak muncul dengan mengidentifikasi mereka sebagai
alternatif, atau dengan kekuatan dan kelemahanya ditandai dengan jelas,
proses perseptual dari pengambil keputusan individual akan mempunyai
hubungan yang besar pada hasil akhirnya.
39
Pengurus dan manajer (pengelola) dalam hal ini subjek yang
memiliki tugas untuk mengelola usaha koperasi, oleh karena itu mereka
tentunya memiliki persepsi atau tanggapan mengenai SHU, yang pada
akhirnya mempengaruhi perilaku mereka dalam merumuskan keputusan
atau kebijakan menentukan rencana atau strategi terhadap besarnya SHU
yang hendak dicapai oleh koperasi.
2.5.Kerangka Pemikiran
Kesejahteraan bermakna sangat luas dan juga bersifat relatif, karena
ukuran sejahtera bagi seseorang dapat berbeda satu sama lain. Hal ini
dikarenakan penafsiran orang pada satu objek yang sama sering ada
ketidaksepakatan antar individu bahkan dapat cukup berbeda dari kenyataan
yang objektif. SHU merupakan salah satu alat untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota, selain kemampuan pelayanan, keterampilan
administrasi dan penerapan prinsip-prinsip manajemen. Menghasilkan SHU
adalah suatu keharusan tetapi lebih jauh lagi harus menyadari kewajibannya
terhadap para anggota, lingkungan, karyawan, dan dirinya sendiri. Hal ini
untuk memenuhi kewajiban baik sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu
koperasi tidak mengejar laba sebagai tujuan badan usaha.
Pengelolaan usaha koperasi ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan
ekonomi para anggota maka hal ini berbeda dengan perusahaan non koperasi
yang bertujuan untuk mencari laba, sehingga mereka memiliki profit oriented
yang maksimum. Penentuan harga dalam koperasi ditujukan untuk
40
peningkatan kesejahteraan anggota yang menjadi tujuan dari badan usahanya.
Strategi penentuan harga yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota
adalah harga yang tidak mengarah pada harga yang mencapai tujuan laba yang
maksimum. Karena dengan profit oriented yang maksimum, tujuan koperasi
adalah untuk mencari laba semata bukannya untuk peningkatan kesejahteraan
anggotanya. Menurut Ropke (2000:86), dimana koperasi menjual produk
kepada anggotanya pada harga yang serendah mungkin tanpa menderita
kerugian, disebut strategi penentuan harga yang “optimal” bagi suatu koperasi
yang mengecerkan barang/jasa kepada anggotanya. Jadi penentuan harga
pelayanan yang dapat mensejahterakan anggota adalah dengan harga yang
serendah mungkin (menutup harga beli dan memperhitungkan laba) atau
murah sehingga para anggota koperasi yang bersangkutan dapat menghemat
pengeluarannya.
Strategi penentuan harga membutuhkan pertimbangan atau penafsiran
dan evaluasi terhadap besarnya laba yang hendak dicapai. Kebijakan
manajemen koperasi terhadap laba yang hendak dicapai didasarkan pada
penafsiran mereka mengenai laba dalam koperasi. Menurut Robbins (1996),
persepsi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan kualitas pilihan
terakhir individu dalam organisasi.
Dengan menggunakan kerangka pemikiran tersebut menunjukkan arah
dari penyusunan penelitian, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang
persoalan yang dihadapi. Dengan demikian kerangka pemikiran yang akan
penulis kemukakan adalah :
41
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
Sumber : Stephen P. Robbins. 1996. Perilaku Organisasi. Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta.
Gambar : Pengaruh Persepsi Mengenai SHU terhadap Keputusan Strategi Penentuan Harga Dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi Pada Unit Pertokoan KPRI di Kota Semarang.
2.6.Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus diuji
kebenarannya. Berdasarkan teori diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
“Ada pengaruh persepsi pengurus mengenai SHU sebagai laba koperasi
terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai
tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di Kota Semarang.”
Persepsi mengenai SHU sebagai laba
koperasi
(X)
Keputusan Strategi Penentuan Harga Dalam
Rangka Mencapai Tujuan Koperasi
(Y)
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Populasi dan Sampel Penelitian
3.1.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi
Arikunto,1998:115). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan
pengurus dalam KPRI yang memiliki unit pertokoan dan termasuk KPRI
dalam golongan A dan B (berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM
Kota Semarang) di kota Semarang. Aspek yang akan diteliti adalah
pengurus. Adapun ukuran polulasinya sebesar 26 KPRI.
3.1.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang akan diteliti
(Arikunto,1998:117). Sampel harus mencerminkan populasi sehingga
generalisasi terhadap sampel akan digunakan dalam penelitian, dengan
kata lain sampel harus representatif. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu pengambilan sample
yang berdasarkan pertimbangan subyektif penelitian yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian. Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah
34 orang pengurus dari 17 KPRI (memiliki unit pertokoan dan termasuk
dalam golongan A dan B berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM Kota
43
Semarang) se-Kota Semarang. Adapun kriteria sampel yang termasuk
dalam kategori penelitian ini adalah :
1. Kebijakan dari PKPRI serta Dinas Koperasi dan UKM Kota
Semarang,
2. KPRI tersebut memiliki unit usaha pertokoan,
3. KPRI tersebut termasuk dalam kategori golongan A dan B
berdasarkan data Dinas Usaha Kecil dan Menengah Kota
Semarang.
Alasan peneliti mengambil sampel sebesar 34 pengurus dan
(pengelola) KPRI karena keterbatasan waktu, dana, biaya dan risiko yang
ditanggung oleh peneliti. Menurut Gay (1976) sampel ukuran minimal
dalam penelitian regresi adalah 30 subjek.
3.2.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang mejadi titik
perhatian dalam suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,1998:99). Variabel-
variabel penelitian yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
a. Variabel persepsi pengurus mengenai SHU koperasi sebagai variabel
bebas (X)
b. Variabel strategi penentuan harga pada unit pertokoan KPRI sebagai
variabel terikat (Y)
44
3.2.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah proses melekatkan arti pada suatu
konstruk atau variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan
yang perlu untuk mengukur konstruk atau variable tersebut (Kerlinger,
1986). Operasionalisasi variabel penelitian digunakan untuk instrumen
pada penelitian.
a. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi mengenai
SHU yaitu mengungkap tanggapan pengurus dan manajer (pengelola)
mengenai SHU sebagai laba dalam koperasi.
Dengan indikator:
1) Sikap yaitu pandangan atau penilaian terhadap SHU sebagai laba
koperasi, dengan skala pengukuran interval.
a) Sikap pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU
untuk kesejahteraan anggota.
b) Sikap pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU
untuk meningkatkan dana cadangan.
c) Sikap pengurus dan manajer terhadap SHU untuk balas
jasa atas modal koperasi.
2) Minat yaitu keinginan atau ketertarikan terhadap SHU sebagai laba
koperasi, dengan skala pengukuran interval.
a) Minat pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU
untuk kepentingan anggota.
45
b) Minat pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU
untuk kepentingan usaha koperasi.
c) Minat pengurus dan manajer (pengelola) terhadap SHU
untuk kepentingan kinerja manajemen.
3) Tempat yaitu dimana persepsi terhadap SHU dilakukan, dengan
skala pengukuran interval.
a) SHU dalam situasi koperasi fungsional.
b) SHU dalam situasi koperasi konsumen.
c) SHU dalam situasi koperasi pegawai.
b. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan strategi
penentuan harga pada unit pertokoan dalam rangka mencapai tujuan
koperasi yaitu rencana penetapan harga yang paling optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota, dengan skala pengukuran
interval.
Dengan indikator :
1) Strategi penentuan harga untuk peningkatan laba.
2) Strategi penentuan harga untuk peningkatan volume penjualan.
3) Strategi penentuan harga untuk pengembalian modal usaha.
3.3.Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang
langsung diperoleh dari sumber data oleh penyidik untuk tujuan penelitian.
46
Data primer dalam penelitian ini berasal dari jawaban kuesioner yang
dikembalikan oleh 34 pengurus di 17 KPRI (memiliki unit pertokoan dan
termasuk KPRI dalam golongan A dan B berdasarkan data Dinas Koperasi
dan UKM Kota Semarang) Kota Semarang.
3.4.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi yang digunakan bagi metode pengumpul
data dengan jalan melihat dan mempelajari dokumen-dokumen, buku-
buku, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan lain sebagainya (Suharsimi Arikunto,1998:234).
Metode ini digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data
melalui informasi tertulis yang berhubungan dengan masalah-masalah
penelitian.
2. Metode Kuesioner (Angket)
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto,1998:139).
47
Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner
tertutup artinya kuesioner yang sudah disediakan jawabannya, sehingga
responden hanya memilih jawaban yang sesuai. Pertanyaan dalam angket
ini tersusun dalam bentuk pilihan ganda.
Data tersebut yang diperoleh dari instrumen ini digunakan untuk
Prosedur pengumpulan data dengan kuesioner, yang disampaikan kepada
KPRI yang menjadi sampel secara contact persons. Pengumpulan data
melalui contact person dengan menjadikan individu sebagai jaringan
untuk menyebarkan kuesioner pada responden lain. Cara tersebut
dilakukan untuk mengharapkan tingkat kembalian (respon rate) kuesioner
yang tinggi (Sekaran, 2000)
Kuesioner didesain terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, berisi
deskripsi responden, merupakan uraian responden secara demografis.
Bagian kedua, terdiri instrumen pertanyaan yang mengkonstruksikan
variabel penelitian. Bagian kedua ini berisi pertanyaan dengan jawaban
menggunakan skala interval. (Sugiyono,2002:107)
Alasan digunakan metode kuesioner ini adalah :
a. Untuk menjawab mengenai persepsi pengurus mengenai SHU
sebagai laba koperasi dan keputusan strategi penentuan harga
dalam rangka mecapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI
di kota Semarang.
48
b. Responden adalah orang yang paling mengetahui sendiri sehingga
data informasi yang tidak dapat diperoleh dengan metode
dokumentasi dapat diperoleh dengan metode ini,
c. Responden memiliki kemampuan untuk menyatakan keinginan
dalam metode kuesioner ini. (Suharsimi Arikunto, 1998:128)
3.5.Validitas dan Reliabilitas
3.5.1. Validitas
Adalah suatu alat ukur yang menunjukkan alat kevalidan dan
mempunyai kesahihan suatu alat instrumen (Suharsimi Arikunto
1996:158). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dalam mengungkapkan data dari instrumen yang
dimaksud.
Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas
internal yaitu validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara
bagian-bagian instrumen secara keseluruhan. Penelitian ini menggunakan
teknik validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis ini digunakan
karena sebelum menyusun instrumen peneliti terlebih dahulu menanyakan
pada pengurus tentang persepsi pengurus terhadap SHU koperasi dan
strateginya dalam menentukan harga dalam rangka mencapai tujuan
koperasi pada unit usaha pertokoan koperasi. Sedangkan validitas empiris
mengukur tingkat validitas dengan analisis.
49
Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti
mencobakan instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkah
ini bisa disebut dengan kegiatan uji coba instrumen. Apabila data yang
didapat dari uji coba ini sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka
berarti bahwa instrumen yang digunakan sudah valid. Dalam penelitian ini,
pengujian validitas internal digunakan analisa butir. Dengan cara skor
yang ada pada butir dikorelasikan dengan skor total dan analisis yang
digunakan adalah Korelasi Product Moment:
{ }{ }xy 2 2 2 2
NΣΧY (ΣΧ)(ΣY)rNΣΧ (ΣΧ) NΣY (ΣY)
-=- -
Keterangan :
xyr = koefisien korelasi
N = jumlah subyek atau responden
X = skor butir
Y = skor total
2ΣΧ = jumlah kuadrat nilai X
2ΣY = jumlah kuadrat nilai Y
(Suharsimi Arikunto 1998:160)
50
Tabel 3.1. Validitas Instrumen
No. soal xyr tabelr Kriteria
1 0,866 0,339 Valid 2 0,706 0,339 Valid 3 0,752 0,339 Valid 4 0,805 0,339 Valid 5 0,752 0,339 Valid 6 0,793 0,339 Valid 7 0,719 0,339 Valid 8 0,730 0,339 Valid 9 0,810 0,339 Valid
10 0,731 0,339 Valid 11 0,813 0,339 Valid 12 0,701 0,339 Valid
(Sumber:Data Primer yang diolah, 2005)
Berdasarkan atas hasil validitas instrumen persepsi mengenai
SHU sebagai laba koperasi dan keputusan strategi penentuan harga dalam
rangka mencapai tujuan koperasi. Dan hasil tersebut dikonsultasikan
dengan tabel harga regresi moment dengan taraf signifikansi 5% atau
interval kepercayaan 95% diperoleh angka sebesar 0,339. Dengan
demikian hitung tabelr r> , maka instrumen tersebut valid (lampiran 2).
3.5.2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah dapat dipercaya atau diandalkan (Suharsimi
Arikunto 1998:170). Pada penelitian ini untuk mencari reliabilitas
instrumen menggunakan rumus Alpha, karena instrumen dalam
penelitian ini berbentuk angket yang skornya merupakan rentangan
antara 1-5 dan uji validitas menggunakan item total seperti yang
dikemukakan Suharsimi Arikunto (1996:190) bahwa untuk mencari
51
reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau
suatu bentuk uraian maka menggunakan rumus Alpha :
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡
σ
σ−⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡−
= ∑2t
2b
11 11k
kr
keterangan :
11r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau soal
∑σ2b = jumlah varian butir
∑σ2t = varian total (Suharsimi Arikunto 1998:193).
hasil perhitugan reliabilitas diperoleh 0,935 dikonsultasikan
dengan tabelr pada taraf signifikansi 5% atau interval kepercayaan 95%
yaitu 0,339. Sehingga dapat disimpulkan reliabilitas perhitungan lebih
besar dari regresi tabel, maka instrumen dikatakan reliabel (lampiran 4).
3.6.Metode Analisa Data
3.6.1. Metode Analisis Deskriptif Persentase
Metode ini digunakan untuk mengetahui dan menganalisis data
mengenai persepsi mengenai SHU sebagai laba dan keputusan strategi
penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi pada unit
pertokoan KPRI untuk mengetahui tingkat persentase skor jawaban
digunakan perhitungan:
52
Keterangan:
% = deskriptif persentase
n = nilai yang diperoleh
N = nilai yang diharapkan
Tabel 3.3.
Skor jawaban angket No. Jawaban Skor Variabel X Skor Variabel Y 1. 2. 3. 4. 5.
A B C D E
1 2 3 4 5
5 4 3 2 1
(Sumber:Umar Husein, 2000:45)
Perhitungan deskriptif persentase ini mempunyai langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan skor tertinggi dan skor terendah.
2. Menetapkan ring yang dicari yaitu selisih antara skor tertinggi
dengan terendah.
3. Menetapkan interval yaitu hasil range yang dibagi menjadi 5 kriteria.
4. Untuk mengetahui kriteria hasil perhitungan dan dibuat tabel.
3.6.2. Uji Normalitas Data
Untuk menguji normalitas digunakan rumus :
n% = x100%N
53
( )∑=
−=
k
1i i
2ii2
EEOX
Keterangan :
2X = chi kuadrat
iO = frekuensi yang diobservasi
iE = frekuensi yang diharap
K = banyak kelas interval
(Sudjana 1992:273)
Sampel yang digunakan berdistribusi normal jika 2X < dari
harga kritik dalam tabel yang signifikan 95% dengan derajat kebebasan
dk(k-3).
Dari hasil perhitungan untuk variabel X diperoleh 2X = 0,2867
< 2X tabel = 5,99, maka data tersebut berdistribusi normal (lampiran 5).
3.6.3. Metode Analisis Regresi Sederhana
Yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi mengenai
SHU sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga
dalam rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI.
a. Mencari Persamaan Regresi
Untuk mencari regresi linier satu prediktor persamaannya
adalah:
Y = aX + K (Sutrisno Hadi 1990:1).
Dimana:
54
Y = Keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai
tujuan koperasi
X = Persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi
a = Bilangan koefisien persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi
k = Bilangan konstanta
Dengan menggunakan skor deviasi maka persamaan diatas
dapat berubah menjadi:
y = ax
dimana: y = Y-Y
x = X-X
(Sutrisno hadi 1990:7)
b. Analisis varians garis regresi
Yaitu untuk menguji signifikansi garis regresi bilangan F
dengan rumus :
Yang mana : Freg = Harga bilangan F untuk garis regresi
RKreg = Rerata kuadrat garis regresi
RKres = Rerata kuadrat garis residu
(Sutrisno Hadi, 1994 : 14)
Kriteria :
Ftabel < Freg maka signifikan, yaitu adanya regresi antara Y dengan X
Ftabel > Freg maka signifikan, yaitu tidak adanya regresi antara Y dengan X
Tabel 3.4. Tabel Regresi dengan satu prediktor ( skor deviasi )
2
Σ x ya =Σ x
regreg
res
RKF
RK=
55 Sumber variasi db JK RK F reg
Regresi 1 2
2
(Σxy)Σx
reg
reg
JKdb
reg
res
RKRK
Residu N-2 2
22
(Σxy)ΣyΣx
= res
res
JKdb
Total N-1 ∑y2
Perhitungan ini digunakan untuk menguji signifikansi
persamaan garis regresi sehingga nantinya menentukan hipotesis dapat
diterima atau ditolak.
( Sutrisno Hadi 1994:44 )
Untuk penghitungan ini selanjutnya akan digunakan SPSS for windows
realise 1.0
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum KPRI di Kota Semarang
KPRI adalah termasuk jenis / golongan koperasi fungsional, dan
anggotanya mempunyai kesamaan profesi dan kepentingan yang sama
yaitu sebagai pegawai KPRI di kota Semarang. Terbentuk dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan pegawai di lingkungan kantor KPRI di kota
Semarang, tapi bukan berarti masalah keuntungan dikesampingkan.
Sebagaimana layaknya badan usaha yang lain, keuntungan merupakan
tujuan utama berdirinya badan usaha. Akan tetapi untuk badan usaha
koperasi keuntungan bukan merupakan tujuan utama, melainkan salah
satu tujuan dari beberapa tujuan di bidang materi. Keuntungan (SHU)
koperasi merupakan salah satu alat untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota. Sehingga dengan adanya KPRI di kota Semarang merupakan
wadah untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan.
KPRI se-kota Semarang didirikan karena adanya dorongan
kebutuhan para pegawai. Dengan berdirinya KPRI diharapkan dapat
membantu dan meringankan para pegawai dalam memenuhi kebutuhan
serta mampu meningkatkan kesejahteraan para pegawai.
Ruang lingkup kegiatan koperasi diantaranya meliputi usaha yang
bersifat organisasi dan usaha-usaha yang bertujuan pada pelayanan
57
anggota dan bersifat mencari keuntungan untuk anggota atau bisa disebut
kegiatan ekonomi anggota. (Tabel 4.1.)
Tabel 4.1 Kegiatan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan
1. Kegiatan Organisasi
a.Kegiatan intern : - Rapat Anggota Tahunan (RAT) - Pertemuan Pengurus - Pemeriksaan oleh Pengawas - Pembinaan dan Pemeriksaan
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) b.Kegiatan ekstern : - Kerjasama dengan Pusat
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) - Kerjasama dengan instansi
terkait - Kerjasama dengan organisasi
koperasi lainnya
2. Kegiatan Usaha
a.Kegiatan unit usaha Simpan Pinjam : Pelayanan kebutuhan pinjaman uang kepada anggota
b.Kegiatan unit usaha Pertokoan : Pelayanan kebutuhan makanan, sandang, minuman c.Kegiatan unit usaha Pengadaan Barang dan Jasa : Pelayanan Photo Copy, penyewaan tempat dan wartel
(Sumber: data Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang)
Dalam unit usaha pertokoan, tujuannya memberikan pelayanan
dengan harga rendah pada anggota atau dengan kata lain dengan harga di
bawah harga pasar. Hal ini merupakan salah satu usaha koperasi untuk
memberikan pelayanan yang sebaik mungkin terhadap apa yang
diperlukan oleh anggotanya
58
Pengelolaan usaha KPRI di kota Semarang ini dilaksanakan oleh
pengurus dibantu oleh manajer serta karyawan. Dalam UU No. 25 tahun
1992 disebutkan bahwa koperasi adalah badan usaha. Jadi pelaksanaan
pengelolaan usaha KPRI diharapkan dapat meraih SHU, disamping harus
bersaing dalam hal kualitas dan hidup berdampingan dengan badan usaha-
badan usaha ekonomi lainnya.
Ketua koperasi dibantu oleh wakil dan staf-staf yang mengelola
administrasi dan keuangan koperasi. Untuk mewujudkan tujuan koperasi
pengelolaan koperasi dilakukan berdasarkan prinsip dan asas koperasi
yaitu secara demokratis dengan berdasar atas keinginan, kebutuhan dan
kepentingan anggotanya. Hal ini dibuktikan dengan adanya rapat-rapat
anggota untuk mengambil kebijakan mengenai pengembangan usaha
koperasi, selain itu dalam setiap tahunnya diselenggarakannya Rapat
Anggota Tahunan (RAT) sebagai wadah untuk mengevaluasi terhadap
pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh pengurus koperasi.
Dalam penelitian ini yang diteliti adalah KPRI yang telah terdaftar
pada Dinas Usaha Kecil dan Menengah Kota Semarang khususnya pada
KPRI yang memiliki unit usaha pertokoan dan KPRI tersebut termasuk
dalam golongan A dan B berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM Kota
Semarang. Aspek yang diambil adalah pengurus dan pengelola (manajer)
adalah berjumlah 52 orang dari 26 KPRI. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling dengan
mengambil sampel berjumlah 34 orang yang terdiri dari pengurus dan
59
pengelola (manajer) dari 17 KPRI di kota Semarang. Adapun kriteria
sampel yang termasuk dalam kategori penelitian ini adalah :
1. Kebijakan dari PKPRI serta Dinas Koperasi dan UKM Kota
Semarang,
2. KPRI tersebut memiliki unit usaha pertokoan,
3. KPRI tersebut termasuk dalam kategori golongan A dan B
berdasarkan data Dinas Usaha Kecil dan Menengah Kota
Semarang.
Berikut ini adalah tabel 4.2. yang menggambarkan KPRI yang
digunakan sebagai sampel dan tabel 4.3. Responden pengurus dan manajer
(pengelola) dalam penelitian ini :
60
Tabel 4.2. Daftar Sampel KPRI Kota Semarang
No. KPRI 1. “HANDAYANI” Universitas Negeri Semarang (UNNES) Jl. Kelud Raya 2
Semarang. 2. “UNDIP” Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP) Jl. Prof. H. Sudarto,
SH Tembalang. 3. “POLINES” Politeknik Negeri Semarang (POLINES) Jl. Prof. H. Sudarto,
SH Tembalang. 4. “ANRIWIL” Badan Arsip Daerah Propinsi Jawa Tengah Jl. Setiabudi
Komplek APDN Srondol. 5. “WIDYA PRAJA” Badan Diklat Propinsi Jawa Tengah Jl. Setiabudi
Komplek APDN Srondol. 6. “MANFAAT” Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Tengah Jl. Kyai
Mojo Srondol. 7. “AMAL BHAKTI” Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah Jl.
Sisingamangaraja no. 5 Semarang 8. “BINA CITRA HUSADA” RS. Dr. Kariadi Semarang d/a RS. Dr. Karyadi
Semarang. 9. “WARGA” Balai Metrologi Kota Semarang Jl. Imam Bonjol no 100
Semarang. 10. “BAHTERA” Badan Koordinasi KB Nasional Jl. Pemuda no 79 Semarang 11. “GEMI” Dinas P&K Propinsi Jawa Tengah Jl. Pemuda Semarang. 12. “PUSTAKA” Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah Jl. Sriwijaya no.
29A Semarang. 13. “DEWADARU SEJAHTERA” Balai Taman Nasional Karimunjawa Jl.
Menteri Supeno I/2 Semarang. 14. “KOPEL” Depot. Logistik Jawa Tengah Jl. Menteri Supeno I/1 Semarang. 15. “KOPEN” Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Semarang Jl. Kimangun
Sarkoro 21 Semarang. 16. “USAHA BERSAMA” Balai Riset & Standardisasi Industri &
Perdagangan Semarang Jl. Kimangun Sarkoro 6 Semarang. 17. “KPPDK KEHAKIMAN” KPPDK Kantor Wilayah Kehakiman Jawa
Tengah Jl. Dr. Cipto no. 64 Semarang (Sumber: data Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang)
61
Tabel 4.3. Daftar Nama Responden Pengurus dan Manajer (Pengelola)
KPRI Kota Semarang No. Nama Jabatan KPRI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Priyono, S.pd. Drs. Lilik Sunaryo H. Kashadi, SH. Dra. Hj. Sumarsih, Msi. Tarsono W. Vonny M. Bakhrun Efendi Suharno Supriyanto Nur Hidayah Hertanti Erna Kesuma Sri Widarti, Mpd. Hj. Dewi Nur Nawangwulan Siti Fauziah Rusminah Sri Hardiyanti Hartanti S. Suhardjono, SE. Indriani Trikoyo, S.pd. Siti Fatarini Uswatun Hasanul Heryanto Djoko Santoso Bambang Hermawan Sumarni Sulistrianto, S.Si. Ilmi Budi Mariani, S.Si Lilik Setyabudi Yudie Fitrianto Agustin Endang Wiworo Sarwoko, Ah.T Adi Setiawan Nunung Wahyu Triono, SH. Mutia Farida SH, MH
Manajer Sekretaris
Ketua Sekretaris Manajer
Sekretaris Ketua
Bagian Penjualan Ketua
Sekretaris Sekretaris Manajer
Bendahara Bagian Penjualan
Sekretaris Bagian Penjualan
Ketua Bagian Penjualan
Ketua Bagian Penjualan Bagian Penjualan
Sekretaris Manajer
Sekretaris Ketua
Manajer Manajer
Bendahara Sekretaris Bendahara
Ketua Bagian Penjualan
Ketua Sekretaris
Handayani Handayani
Undip Undip Polines Polines Anriwil Anriwil
Widya Praja Widya Praja
Manfaat Manfaat
Amal Bhakti Amal Bhakti
Bina Citra Husada Bina Citra Husada
Warga Warga Bahtera Bahtera Gemi Gemi
Pustaka Pustaka
Dewadaru Sejahtera Dewadaru Sejahtera
Kopel Kopel Kopen Kopen
Usaha Bersama Usaha Bersama
KPPDK KPPDK
62
4.1.2. Deskriptif Variabel Penelitian
Digunakan analisa deskriptif persentase untuk menganalisa data
dalam penenlitian di bawah ini, yaitu:
4.1.2.1. Bagaimana persepsi pengurus terhadap SHU sebagai laba
koperasi.
Untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai tingkat
persepsi pengurus dari KPRI terhadap SHU sebagai laba dalam
koperasi digunakan analisa deskriptif persentase diperoleh skor
sebesar 58,89%. Skor tersebut dikonsultasikan pada tabel 4.5.,
termasuk dalam kriteria cukup tahu. Sehingga dapat dikatakan bahwa
para pengurus dan manajer (pengelola) dari KPRI (terdapat unit
pertokoan dan termasuk dalam KPRI golongan A dan B berdasarkan
data Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang) Kota Semarang relatif
cukup tahu tentang laba dalam koperasi.
Tabel 4.4.
Tabulasi Deskriptif Persentase Persepsi mengenai SHU sebagai Laba Koperasi
No Indikator Skor total DP Kategori 1. Sikap terhadap SHU sebagai 296 58,04% Cukup setuju laba koperasi 2. Minat terhadap SHU sebagai 296 58,04% Cukup ingin laba koperasi 3. Tempat dimana persepsi 309 60,58% Cukup setuju terhadap SHU sebagai laba koperasi dilakukan Jumlah 901 58,89% (Sumber:Data Primer yang diolah, 2005)
63
Hasil perhitungan % untuk menentukan kriteria variabel
persepsi mengenai SHU adalah:
Skor total : 901
Skor maksimal : 9 x 5 x 34 = 1530
100%Skor totalDP xSkor maksimal
=
901 100%1530
x=
58,89%=
Tabel 4.5. Kriteria Skor Persepsi Mengenai SHU
No. Interval Persentase Kriteria 1 1286-1530 84%- 100% Sangat Tahu2 1041-1285 67,5%-83,5% Tahu 3 796-1040 51%-67% Cukup Tahu4 551-795 34,5%-50,5% Kurang Tahu5 306-550 18%-34% Tidak Tahu
Jika dipisahkan menurut indikator masing-masing sebagai
berikut: Sikap pengurus terhadap SHU sebagai laba dalam koperasi
diperoleh hasil sebesar 58,04% yang bila dikonsultasikan dengan tabel
4.6. maka termasuk kategori cukup setuju. Minat pengurus terhadap
SHU sebagai laba koperasi diperoleh hasil sebesar 58,04% yang bila
dikonsultasikan dengan tabel 4.7. maka termasuk kategori cukup
ingin. Tempat dimana pengurus dan manajer (pengelola) KPRI
64
memberikan tanggapan tentang SHU sebagai laba dalam koperasi
diperoleh hasil sebesar 60,58% bila dikonsultasikan dengan tabel 4.8.
maka termsuk kategori cukup setuju.
1) Sikap terhadap SHU sabagai Laba Koperasi
Sikap terhadap SHU sebagai laba koperasi adalah pandangan
dan penilaian pengurus KPRI terhadap laba dalam koperasi.
Dalam sikap terhadap SHU sebagai laba koperasi terdapat 3
(tiga) item soal yang terdapat pada butir soal 1, butir soal 2, dan soal
3. Hasil penelitian menyebutkan, bahwa soal pertama tentang SHU
untuk kesejahteraan anggota sebagian besar memberikan pandangan
bahwa SHU menjadi dasar pertimbangan utama usaha koperasi untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota yaitu sebesar 41,18% atau
sebanyak 14 sampel terjawab setuju. Untuk soal kedua tentang SHU
untuk meningkatkan dana cadangan sebagian besar memberikan
pandangan bahwa untuk peningkatan dana cadangan, usaha koperasi
hanya berorientasi pada SHU yaitu sebesar 32,35% dari sampel atau
sebanyak 11 sampel terjawab setuju. Sedangkan untuk soal ketiga
tentang SHU untuk balas jasa atas modal sebanyak 29,41% dari
sampel terjawab kurang setuju terhadap faktor terpenting untuk
menentukan besarnya pembagian SHU adalah modal yang disetor.
Hasil perhitungan untuk menentukan kategori indikator ini adalah:
Skor total : 91 + 101 + 104 = 296 (Lampiran 6)
Skor maksimal : 3 x 5 x 34 = 510
65
100%SkortotalDP xSkormaksimal
=
296 58,04%510
= =
Tabel 4.6. Kriteria Skor Sikap Pengurus terhadap SHU No. Interval Persentase Kriteria 1 429-510 84%- 100% Sangat Setuju2 347-428 67,5%-83,5% Setuju 3 265-346 51%-67% Cukup Setuju4 183-264 34,5%-50,5% Kurang Setuju5 101-182 18%-34% Tidak Setuju
Dan hasil deskriptif persentase tercapai nilai 58,04% sehingga
bila dikonsultasikan dengan tabel 4.6., maka sikap pengurus terhadap
SHU mencapai hasil yang cukup setuju terhadap laba dalam koperasi.
2) Minat terhadap SHU sebagai Laba Koperasi
Minat terhadap SHU sebagai laba koperasi adalah keinginan
atau kecenderungan pengurus KPRI terhadap laba dalam koperasi.
Dalam minat terhadap SHU sebagai laba koperasi terdapat 3
(tiga) item soal yang terdapat pada butir soal nomor 4, butir soal
nomor 5 dan soal 6. Hasil penelitian menyebutkan bahwa soal
keempat tentang minat pengurus terhadap SHU untuk kepentingan
anggota sebagian besar berkeinginan atau berkecenderungan terhadap
peningkatan SHU untuk kepentingan anggota melalui peningkatan
66
bisnis semata, yaitu sebesar 35,28% atau sebanyak 12 sampel terjawab
berminat. Untuk soal kelima tentang minat pengurus terhadap SHU
untuk kepentingan usaha sebagian besar berkeinginan atau
berkecenderungan terhadap SHU adalah tujuan utama untuk
kepentingan peningkatan usaha koperasi yaitu sebesar 41,18% atau
sebanyak 14 sampel terjawab berminat. Sedangkan untuk soal keenam
tentang minat pengurus terhadap SHU untuk kepentingan kinerja
manajemen sebagian besar berkeinginan atau berkecenderungan
terhadap ukuran keberhasilan bagi manajemen koperasi hanya
ditentukan berdasarkan besarnya SHU yang diperoleh yaitu sebesar
35,29% sebanyak 12 sampel terjawab cukup berminat.
Hasil perhitungan untuk menentukan kategori indikator ini adalah:
Skor total : 96 + 99 + 101 = 296 (lampiran 6)
Skor maksimal : 3 x 5 x 34 = 510
100%SkortotalDP xSkormaksimal
=
296 58,04%510
= =
Tabel 4.7. Kriteria Skor Minat Pengurus terhadap SHU No. Interval Persentase Kriteria 1 429-510 84%- 100% Sangat Ingin2 347-428 67,5%-83,5% Ingin 3 265-346 51%-67% Cukup Ingin4 183-264 34,5%-50,5% Kurang Ingin5 101-182 18%-34% Tidak Ingin
67
Dan hasil analisis deskriptif persentase tercapai nilai 58,04%
sehingga bila dikonsultasikan dengan tabel 4.7., maka minat pengurus
mencapai hasil yang cukup ingin terhadap SHU sebagai laba dalam
koperasi.
3) Tempat dimana persepsi SHU sebagai laba koperasi dilakukan
Tempat dimana persepsi terhadap SHU sebagai laba koperasi
adalah persepsi pengurus terhadap laba berdasarkan keadaan tempat
kerja KPRI.
Dalam tempat dimana persepsi terhadap SHU sebagai laba
koperasi dilakukan terdapat 3 (tiga) item soal yang terdapat pada butir
soal nomor 7, butir soal nomor 8 dan soal nomor 9. Hasil penelitian
diperoleh hasil bahwa soal ketujuh tentang SHU dalam koperasi
fungsional sebagian besar memberikan pendapat bahwa SHU menjadi
tujuan utama usaha dalam koperasi yang berlingkungan kantor yaitu
sebesar 32,35% dari sampel atau sebanyak 11 sampel terjawab setuju.
Untuk soal kedelapan tentang SHU dalam koperasi konsumen
sebagian besar pengurus memberikan pendapat kurang setuju bahwa
SHU menjadi dasar pertimbangan utama dalam kegiatan penyediaan
kebutuhan sehari-hari anggotanya yaitu sebesar 41,18% dari sampel
atau sebanyak 14 sampel terjawab kurang setuju. Sedangkan soal
kesembilan tentang SHU dalam koperasi pegawai sebagian besar
memberikan pendapat kurang setuju terhadap ukuran keberhasilan
68
koperasi hanya pada SHU yaitu sebesar 38,24% dari sampel atau
sebanyak 13 sampel terjawab kurang setuju.
Hasil perhitungan untuk menentukan kategori indikator ini adalah:
Skor total : 92 + 109 + 108 = 309 (lampiran 6)
Skor maksimal : 3 x 5 x 34 = 510
100%SkortotalDP xSkormaksimal
=
309 60,59%510
= =
Tabel 4.8.
Kriteria Skor Tempat dimana Persepsi terhadap SHU dilakukan No. Interval Persentase Kriteria 1 429-510 84%- 100% Sangat Setuju 2 347-428 67,5%-83,5% Setuju 3 265-346 51%-67% Cukup Setuju 4 183-264 34,5%-50,5% Kurang Setuju 5 101-182 18%-34% Tidak Setuju
Dan hasil deskriptif persentase tercapai nilai 60,59% sehingga
bila dikonsultasikan dengan tabel 4.8., maka mencapai hasil cukup
setuju terhadap SHU sebagai laba dalam koperasi.
Berdasarkan hasil analisis deskripsi persepsi mengenai SHU
sebagai laba koperasi (lampiran 6) diketahui dari 34 pengurus dan manajer
(pengelola), terdapat 3 orang atau 9% sangat tahu terhadap SHU sebagai
laba koperasi, 6 orang atau 18% tahu terhadap SHU sebagai laba koperasi,
11 orang atau 32% cukup tahu, dan 11 orang atau 32% kurang tahu.
69
Sedangkan yang tidak tahu terhadap SHU sebagai laba koperasi ada 3
orang atau 9% (lihat tabel 4.9).
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Persepsi Mengenai SHU
Sebagai Laba Koperasi
Kategori Frequency Percent Cumulative Percent
Sangat tahu 3 9% 9%
Tahu 6 18% 27%
Cukup tahu 11 32% 59%
Kurang tahu 11 32% 91%
Tidak tahu 3 9% 100%
Total 34 100% (Sumber : Data primer yang diolah 2005)
Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Persepsi Mengenai SHU
Sebagai Laba Koperasi
Berdasarkan hasil analisis deskripsi tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar pengurus dan manajer (pengelola) mempuyai
pengetahuan atau pengenalan yang cukup tentang laba dalam
koperasi.
9%
18%
32%
32%
9%
Sangat TahuTahuCukup TahuKurang TahuTidak Tahu
70
4.1.2.2. Bagaimana Keputusan Strategi Penentuan Harga pada Unit
Pertokoan dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi
Untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai tingkat
keputusan pengurus KPRI di Kota Semarang tentang strategi
penentuan harga pada unit pertokoan dalam rangka mencapai tujuan
koperasi digunakan analisa deskripsi persentase. Dari hasil analisa
deskripsi persentase diperoleh skor 68,63%. Skor tersebut
dikonsultasikan pada tabel 4.11., termasuk dalam kriteria baik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa strategi penentuan harga para
pengurus dan manajer (pengelola) KPRI Kota Semarang relatif baik
dalam rencana penentuan harga yang dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh
koperasi.
Tabel 4.10.
Tabulasi Deskriptif Persentase Keputusan Strategi Penentuan Harga
dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi No Indikator Skor total DP Kategori 1. Strategi penentuan harga 113 66,47% Cukup setuju untuk peningkatan laba 2. Strategi penentuan harga 120 70,59% Setuju untuk peningkatan volume penjualan 3. Strategi penentuan harga 117 68,82% Setuju
untuk pengembalian modal usaha
Jumlah 350 68,63% (Sumber:Data Primer yang diolah, 2005)
71
Hasil perhitungan % menentukan kategori indikator adalah:
Skor total : 350
Skor maksimal : 3 x 5 x 34 = 510
100%Skor totalDP xSkor maksimal
=
350 100%510
x=
68,63%=
Tabel 4.11. Kriteria Skor Strategi Penentuan Harga
pada unit Pertokoan dalam Rangka mencapai Tujuan Koperasi No. Interval Persentase Kriteria 1 429-510 84%- 100% Sangat Setuju2 347-428 67,5%-83,5% Setuju 3 265-346 51%-67% Cukup Setuju4 183-264 34,5%-50,5% Kurang Setuju5 101-182 18%-34% Tidak Setuju
Jika dipisahkan menurut indikator masing-masing sebagai
berikut: keputusan strategi penentuan harga untuk peningkatan laba
diperoleh hasil sebesar 66,47% yang bila dikonsultasikan dengan tabel
4.12. maka termasuk kategori cukup setuju dalam penentuan harga
yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota sebagai tujuan yang
hendak dicapai oleh koperasi. Keputusan strategi penentuan harga
untuk peningkatan volume penjualan diperoleh hasil sebesar 70,59%
yang bila dikonsultasikan dengan tabel 4.13. maka termasuk kategori
setuju. Keputusan strategi penentuan harga untuk pengembalian
72
modal usaha diperoleh hasil sebesar 68,82% bila dikonsultasikan
dengan tabel 4.14 maka termasuk kategori setuju dalam penentuan
harga yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota sebagai tujuan
yang hendak dicapai oleh koperasi.
1) Strategi Penentuan Harga untuk Peningkatan Laba
Strategi penentuan harga untuk peningkatan laba adalah usaha
koperasi untuk meningkatkan SHU melalui rencana penentuan harga
yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota sebagai tujuan yang
hendak dicapai oleh koperasi.
Dalam keputusan strategi penentuan harga koperasi untuk
peningkatan laba diajukan satu item soal yang terdapat pada butir soal
nomor 10 bahwa 47,06% atau sebanyak 16 sampel terjawab setuju
terhadap usaha peningkatan laba unit pertokoan KPRI melalui harga
yang dapat menghemat pengeluaran anggota meskipun laba yang
dihasilkan hanya sedikit.
Hasil perhitungan untuk menentukan kriteria indikator ini adalah:
Skor total : 113 (lampiran 9)
Skor maksimal : 1 x 5 x 34 = 170
100%SkortotalDP xSkormaksimal
=
113 100%170
x=
66,47%=
73
Tabel 4.12. Kriteria Skor Strategi Penentuan Harga
untuk Peningkatan Laba Koperasi No. Interval Persentase Kriteria 1 145-172 84%- 100% Sangat Setuju2 117-144 67,5%-83,5% Setuju 3 89-116 51%-67% Cukup Setuju4 61-88 34,5%-50,5% Kurang Setuju5 33-60 18%-34% Tidak Setuju
Dan hasil deskriptif persentase tercapai nilai 66,47% sehingga
bila dikonsultasikan dengan tabel 4.12., maka mencapai hasil cukup
baik dalam penentuan harga yang dapat meningkatkan kesejahteraan
anggota sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh koperasi.
2) Keputusan Strategi Penentuan Harga untuk Peningkatan Volume
Penjualan
Strategi penentuan harga untuk peningkatan volume penjualan
adalah usaha koperasi untuk meningkatkan volume penjualannya
melalui rencana penentuan harga yang dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh
koperasi.
Dalam keputusan strategi penentuan harga untuk peningkatan
volume penjualan diajukan satu item soal yang terdapat pada butir soal
nomor 11 diketahui bahwa 38,24% atau sebanyak 13 sampel terjawab
setuju terhadap usaha peningkatan volume penjualan pertokoan KPRI
melalui penentuan harga yang semurah mungkin (menutup harga beli
74
dan memperhitungkangkan laba) yang mempermudah anggota
memenuhi kebutuhan pokoknya.
Hasil perhitungan untuk menentukan kriteria indikator ini adalah:
Skor total : 120 (lampiran 9)
Skor maksimal : 1 x 5 x 34 = 170
100%SkortotalDP xSkormaksimal
=
120 100%170
x=
70,59%=
Tabel 4.13. Kriteria Skor Strategi Penentuan Harga untuk Peningkatan Volume Penjualan
No. Interval Persentase Kriteria 1 145-172 84%- 100% Sangat Setuju2 117-144 67,5%-83,5% Setuju 3 89-116 51%-67% Cukup Setuju4 61-88 34,5%-50,5% Kurang Setuju5 33-60 18%-34% Tidak Setuju
Dan hasil deskriptif persentase tercapai nilai 70,59% sehingga
bila dikonsultasikan dengan tabel 4.13., maka mencapai hasil baik
dalam penentuan harga yang dapat meningkatkan kesejahteraan
anggota sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh koperasi.
75
3) Keputusan Penentuan Harga untuk Pengembalian Modal Usaha
Strategi penentuan harga untuk pengembalian modal usaha
adalah usaha koperasi untuk mengembalikan modal usahanya melalui
rencana penentuan harga yang dapat meningkatkan kesejahteraan
anggota sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh koperasi.
Dalam keputusan strategi penentuan harga koperasi untuk
pengembalian modal koperasi diajukan satu item soal yang terdapat
pada butir soal nomor 12 diketahui bahwa 38,24% atau sebanyak 13
sampel terjawab setuju terhadap usaha pengembalian modal yang
tertanam dalam jangka waktu tertentu agar dapat kembali sesuai
dengan yang diharapkan maka unit pertokoan KPRI menetapkan harga
pada perbedaan terkecil antara biaya yang dikeluarkan dan harga yang
akan dibebankan.
Hasil perhitungan untuk menentukan kriteria indikator ini adalah:
Skor total : 117 (lampiran 9)
Skor maksimal : 1 x 5 x 34 = 170
100%SkortotalDP xSkormaksimal
=
117 100%170
x=
68,82%=
76
Tabel 4.14. Kriteria Skor Strategi Penentuan Harga
untuk Peningkatan Modal Usaha No. Interval Persentase Kriteria 1 145-172 84%- 100% Sangat Setuju2 117-144 67,5%-83,5% Setuju 3 89-116 51%-67% Cukup Setuju4 61-88 34,5%-50,5% Kurang Setuju5 33-60 18%-34% Tidak Setuju
Dan hasil deskriptif persentase tercapai nilai 68,82% sehingga
bila dikonsultasikan dengan tabel 4.14., maka mencapai hasil yang
baik dalam penentuan harga yang dapat meningkatkan kesejahteraan
anggota sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh koperasi.
Berdasarkan hasil analisis deskripsi keputusan strategi penentuan
harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi (lampiran 9) diketahui dari
34 pengurus dan manajer (pengelola), terdapat 7 orang atau 20% sangat
baik dalam strategi penentuan harga koperasi, dan 12 orang atau 25% baik
dalam strategi penentuan harga koperasi. 6 orang atau 18% cukup baik,
dan 4 orang atau 12% kurang baik. Sedangkan yang tidak baik dalam
strategi penentuan harga koperasi 5 orang atau 15% (lihat tabel 4.15).
77
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Keputusan Strategi Penentuan Harga dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi
Kategori Frequency Percent Cumulative Percent
Sangat setuju 7 20% 20%
Setuju 12 35% 55%
Cukup setuju 6 18% 73%
Kurang setuju 4 12% 85%
Tidak setuju 5 15% 100%
Total 34 100% (Sumber : Data primer yang diolah 2005)
Gambar 4. Distribusi Frekuensi Keputusan Strategi Penentuan Harga dalam Rangka Mencapai Tujuan Koperasi
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar pengurus dan manajer memiliki strategi
penentuan harga yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota
sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh koperasi.
20%
35%
18%
12%
15%
Sangat SetujuSetujuCukup SetujuKurang SetujuTidak Setuju
78
4.1.3. Hasil Analisis Regresi Sederhana
a. Bentuk regresi
Berdasarkan perhitungan yang dilaksanakan diperoleh a = 0,251
dan k = 3,649 sehingga diperoleh persaman sebagai berikut: (lampiran
13).
Y = ax + k
Y = 0,251x + 3,649
b. Analisis Varian Garis Regresi (Uji F)
Berdasarkan hipotesis yang dikemukakan yaitu persepsi
mengenai SHU sebagai laba koperasi berpengaruh terhadap keputusan
strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi.
Dengan kaidah keputusan yaitu:
Terima Ho - jika tabelhitung FF ≤ , atau signifikansi > 5%
Tolak Ho - jika tabelhitung FF ≥ , atau signifikansi < 5%
Keputusan yang didapatkan berdasarkan hasil analisis
diperoleh hitungF 19,022 pada taraf signifikansi 0,000 berarti < 5%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hitungF 19,022 ≥ tabelF 4,15 pada
taraf signifikansi < 5%. Hal tersebut berarti Ho ditolak artinya secara
signifikan persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi
mempengaruhi keputusan penentuan harga dalam rangka mencapai
tujuan koperasi.
79
Persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi berpengaruh
terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai
tujuan koperasi. Besarnya pengaruh tersebut adalah 0,611 x 0,611 =
0,3733 atau 37,33%, ini berarti setiap terjadi kenaikan kualitas
persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi satu satuan akan diikuti
kenaikan kualitas keputusan penentuan harga dalam rangka mencapai
tujuan koperasi sebesar 0,611.
4.2. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Dari analisa data hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa persepsi
mengenai SHU sebagai laba koperasi berpengaruh terhadap keputusan
penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan
KPRI di kota Semarang.
4.2.1. Analisis Hasil Penelitian Variabel Persepsi Mengenai SHU sebagai
Laba Koperasi
Laba dalam koperasi disebut dengan SHU. Dari hasil analisis
deskriptif persentase menunjukkan bahwa secara global persepsi pengurus
KPRI di kota Semarang termasuk dalam kategori cukup tahu mengenai
laba dalam koperasi, yaitu sebesar 58,89%. Hal ini ditunjukkan oleh
indikator persepsi pengurus yaitu: Sikap pengurus KPRI terhadap SHU
sebagai laba dalam koperasi sebesar 58,04%, Minat pengurus KPRI
terhadap SHU sebagai laba koperasi sebesar 58,04%. Berdasarkan tempat
80
dimana SHU berada, pengurus memberikan tanggapan terhadap SHU
sebagai laba koperasi sebesar 60,58% .
Sehingga dari hasil analisis ketiga indikator diatas dapat
mengungkapkan bagaimana persepsi pengurus terhadap SHU sebagai laba
koperasi, yaitu pengurus mempunyai pengetahuan atau pemahaman
tentang laba dalam koperasi. Hal ini membuktikan bahwa koperasi
dikelola sebagai badan usaha, ditunjukkan dari Sisa Hasil Usaha KPRI di
Kota Semarang rata-rata dalam keadaan dinamis dimana Sisa Hasil Usaha
yang diperoleh meningkat.
Berdasarkan sikap pengurus terhadap SHU, pengurus memiliki
penilaian yang bersifat positif yaitu perasaan yang ditandai sikap
menerima atau setuju terhadap SHU sebagai laba koperasi. Dan Minat
pengurus terhadap SHU, pengurus cenderung menerima atau menaruh
perhatian terhadap SHU sebagai laba koperasi. Sedangkan penafsiran
pengurus terhadap laba koperasi berdasarkan tempat, pengurus memiliki
penilaian yang cenderung bersifat positif yaitu perasaan yang ditandai
sikap menerima atau setuju terhadap SHU sebagai laba koperasi.
Menurut Robbins (1996) Penafsiran orang dapat cukup berbeda
dari kenyataan yang objektif, dan perilaku orang seringkali didasarkan
pada persepsi mereka. Jadi kualitas pengetahuan pengurus mengenai
pengelolaan koperasi sebagai badan usaha perlu ditingkatkan, agar dapat
meningkatkan Sisa Hasil Usahanya.
81
4.2.2. Analisis Hasil Penelitian Variabel Keputusan Strategi Penentuan
Harga pada Unit Pertokoan dalam Rangka Mencapai Tujuan
Koperasi
Dari hasil analisis deskriptif presentase untuk penentuan harga
pada unit usaha pertokoan KPRI di kota Semarang termasuk dalam
kategori setuju terhadap strategi penentuan harga dengan maksimisasi
output, yaitu sebesar 68,63%. Hal ini ditunjukkan oleh indikator strategi
penentuan harga pada unit pertokoan dalam rangka mencapai tujuan
koperasi: indikator strategi penentuan harga untuk peningkatan laba
sebesar 66,47%, strategi penentuan harga untuk peningkatan volume
penjualan sebesar 70,59%, dan strategi penentuan harga untuk
pengembalian modal usaha diperoleh hasil sebesar 68,82%.
Dari hasil analisis ketiga indikator dapat mengungkapkan
bagaimana strategi penentuan harga pada unit pertokoan, yaitu pengurus
menerapkan maksimisasi output terhadap harga koperasi. Hal ini
membuktikan pengambilan keputusan atau kebijakan oleh pengurus KPRI
di Kota Semarang diarahkan untuk pencapaian tujuan koperasi,
ditunjukkan dari pelayanan harga yang diberikan kepada anggota dengan
harga yang relatif murah.
Pengurus cenderung bersifat positif yaitu menerima atau setuju
terhadap penentuan harga yang relatif lebih murah, harga yang
menghemat pengeluaran anggota. Hal ini berkaitan dengan laba yang yang
diinginkan oleh pengurus. Strategi penentuan harga harus
82
mempertimbangkan laba agar koperasi dapat mengembalikan modal
usahanya dan meningkatkan pendapatannya. Koperasi bersaing dengan
badan usaha lainnya dalam bentuk manfaat yang sebesar-besarnya yang
dapat diberikan kepada anggota dibandingkan dengan badan usaha
lainnya. Menurut Ropke (2000:86), dimana koperasi menjual produk
kepada anggotanya pada harga yang serendah mungkin tanpa menderita
kerugian, disebut strategi penentuan harga yang “optimal” bagi suatu
koperasi yang mengecerkan barang/jasa kepada anggotanya. Jadi
keputusan dan kebijakan pengelolaan usaha koperasi diarahkan untuk
mencapai tujuan koperasi, agar dapat memberikan pelayanan harga yang
optimal kepada anggotanya.
4.2.3. Pengaruh Persepsi Mengenai SHU sebagai Laba Koperasi terhadap
Keputusan Strategi Penentuan Harga pada Unit Pertokoan dalam
Rangka Mencapai Tujuan Koperasi
Dari hasil analisis deskriptif persentase untuk keputusan strategi
penentuan harga pada unit pertokoan pada KPRI di kota Semarang dalam
rangka mencapai tujuan koperasi termasuk dalam kategori baik. Hasil
tersebut membuktikan bahwa pengambilan keputusan penentuan harga
dipengaruhi oleh penilaian dan keinginan pengurus terhadap laba, karena
penentuan harga membutuhkan pertimbangan dan penafsiran terhadap
besarnya laba yang hendak dicapai. Sehingga diperoleh hasil bahwa
persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi mempunyai pengaruh yang
berarti terhadap keputusan penentuan harga pada unit pertokoan. Hal ini
83
dapat dilihat dari hasil uji F yang diperoleh F hitung sebesar 19,022, pada
taraf kesalahan 5% diperoleh F tabel sebesar 4,15, tampak bahwa F hitung
lebih besar daripada F tabel, yang berarti Ho ditolak artinya ada pengaruh
antara persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi terhadap strategi
penentuan harga pada unit pertokoan dalam rangka mencapai tujuan
koperasi. Bentuk pengaruh yang diberikan merupakan pengaruh yang
linier dengan persamaan Y = 0,251x + 3,649. Persamaan tersebut secara
umum memberikan gambaran bahwa kualitas persepsi mengenai SHU
sebagai laba koperasi makin ditingkatkan, maka kualitas strategi
penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi akan semakin
meningkat. Sebaliknya jika terjadi kualitas persepsi mengenai SHU
sebagai laba koperasi turun maka diikuti pula penurunan strategi
penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan juga bahwa besarnya pengaruh
persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi
penetuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi sebesar 0,611 x
0,611 = 0,3733 atau 37,33%. Ini berarti setiap terjadi kenaikan kualitas
persepsi mengenai SHU sebagai laba koperasi satu satuan akan diikuti
kenaikan kualitas keputusan penentuan harga dalam rangka mencapai
tujuan koperasi sebesar 0,611. Maka semakin meningkat pengetahuan
pengurus tentang laba koperasi akan semakin meningkat pula kualitas
keputusan penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi.
84
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa simpulan
antara lain:
1. Pengurus termasuk dalam kategori cukup tahu mengenai laba koperasi.
Sebesar 58,59%. Hal ini ditunjukkan dari SHU yang diperoleh koperasi
cenderung meningkat. Pengurus bersifat positif yaitu menerima atau
tertarik terhadap SHU sebagai laba koperasi.
2. Strategi pengurus dalam menentukan harga koperasi termasuk dalam
kategori setuju terhadap strategi penentuan harga dengan maksimisasi
output, yaitu sebesar 68,63%. Hal ini ditunjukkan dari pelayanan harga
yang diberikan kepada anggota dengan harga yang relatif murah.
3. Ada pengaruh positif yang signifikan antara persepsi mengenai SHU
sebagai laba koperasi terhadap keputusan strategi penentuan harga dalam
rangka mencapai tujuan koperasi pada unit pertokoan KPRI di kota
Semarang sebesar 37,33%.
85 5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Agar para pengurus koperasi lebih meningkatkan pengetahuannya
mengenai pengelolaan koperasi sebagai badan usaha, sehingga
pengelolaan usaha koperasi dapat meningkatkan Sisa Hasil Usahanya.
2. Diharapkan para pengurus dapat membuat keputusan dan kebijakan harga
yang diarahkan untuk mencapai tujuan koperasi, sehingga dapat
memberikan pelayanan harga yang optimal bagi anggota.
3. Untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti persepsi mengenai SHU koperasi
dan strategi penentuan harga dalam rangka mencapai tujuan koperasi
untuk semua unit usaha koperasi secara keseluruhan.
86
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rachman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta : Prenada Media Group.
Arifin Sitio, Halomoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta :
Erlangga. Basuswatha dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta:
Liberty, edisi ke-2. Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Hendrojogi. 2002. “Koperasi” Azas-Azas Teori Dan Praktek Edisi Revisi. Jakarta
: Raja Grafindo Persada. IAI. 1999. Standart Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Jochen Ropke. 2000. Ekonomi Koperasi. Jakarta : Salemba Empat Ninik Widiyanti, Y.W. Sunindhia. 1988. Koperasi dan Perekonomian Indonesia.
Jakarta : Rineka Cipta. Philip Kotler. 1996. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Siagian, Sondang P. 1986. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi.
Jakarta : Gunung Agung. Singgih Santoso. 2002. SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : Elex Media
Komputindo. Sri Edi Swasono. 1983. Koperasi di Dalam Orde Ekonomi Indonesia. Jakarta : UI
Press. Stephen P. Robbin. 1996. Perilaku Organisasi. Konsep, Kontroversi, Aplikasi.
Jakarta : PT Prenhallindo Sudarsono, Edilius. 2002. Koperasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Pindea
Cipta. Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
87 Sutrisno Hadi. 1987. Analisa Regresi. Yogyakarta. Andi Offset. Umar Husein. 1998. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada.
Lampiran 2
TABEL PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR PADA ANGKET PENELITIAN
Nomor angket No Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Y Y2
1 R- 01 1 2 1 2 2 2 3 1 2 4 4 4 28 784 2 R- 02 2 1 2 2 2 3 3 1 2 3 3 3 27 729 3 R- 03 1 2 3 2 2 2 2 4 2 4 4 4 32 1024 4 R- 04 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 4 4 31 961 5 R- 05 4 5 2 4 2 3 2 4 4 4 4 4 42 1764 6 R- 06 4 1 1 4 2 3 1 1 2 4 4 4 31 961 7 R- 07 2 2 1 1 3 3 2 3 2 2 1 2 24 576 8 R- 08 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 14 196 9 R- 09 4 2 5 4 3 3 3 4 4 4 5 5 46 2116
10 R- 10 3 1 5 3 4 3 2 4 4 5 5 5 44 1936 11 R- 11 2 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 40 1600 12 R- 12 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 19 361 13 R- 13 5 5 3 2 2 4 3 5 4 4 5 5 47 2209 14 R- 14 2 2 2 3 2 3 3 4 3 2 2 1 29 841 15 R- 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60 3600 16 R- 16 2 2 3 3 2 2 4 2 2 2 4 2 30 900 17 R- 17 2 4 4 3 3 4 4 2 4 2 4 4 40 1600 18 R- 18 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 50 2500 19 R- 19 2 4 4 2 4 2 2 4 4 2 2 2 34 1156 20 R- 20 2 4 4 2 4 2 2 4 4 2 2 2 34 1156 21 R- 21 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 41 1681 22 R- 22 1 2 2 1 1 1 1 4 5 1 2 4 25 625 23 R- 23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 2304 24 R- 24 2 2 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 39 1521 25 R- 25 2 3 3 2 2 3 2 2 2 4 3 3 31 961 26 R- 26 2 3 3 2 2 3 2 2 2 4 3 3 31 961 27 R- 27 1 4 1 4 4 2 4 3 2 1 2 1 29 841 28 R- 28 3 3 4 2 3 2 3 3 3 5 5 5 41 1681 29 R- 29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60 3600 30 R- 30 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 3 56 3136 31 R- 31 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 47 2209 32 R- 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 2304 33 R- 33 2 2 4 1 1 3 1 1 2 1 2 2 22 484 34 R- 34 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 31 961
ΣX 91 101 104 96 99 101 92 109 108 113 120 117
ΣX2 301 355 378 318 333 337 292 403 390 431 474 455
ΣXY 3774 4056 4204 3890 3969 4029 3691 4357 4334 4511 4790 4634 k 12
r rx 0,8660 0,7060 0,7520 0,8050 0,7520 0,7930 0,7190 0,7300 0,8100 0,7300 0,8130 0,7010 σb2 123,8110
R tabel 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 Σ σ2b 17,74
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid r 11 0,935
σb2 1,6894 1,6168 1,7612 1,3806 1,3157 1,0874 1,2664 1,5753 1,3806 1,6306 1,4844 1,5407 Reliabel
Lampiran 3
CONTOH PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR PADA ANALISIS ANGKET
No X Y X2 Y2 XY 1 1 28 1 784 28 2 2 27 4 729 54 3 1 32 1 1024 32 4 2 31 4 961 62 5 4 42 16 1764 168 6 4 31 16 961 124 7 2 24 4 576 48 8 1 14 1 196 14 9 4 46 16 2116 184
10 3 44 9 1936 132 11 2 40 4 1600 80 12 1 19 1 361 19 13 5 47 25 2209 235 14 2 29 4 841 58 15 5 60 25 3600 300 16 2 30 4 900 60 17 2 40 4 1600 80 18 4 50 16 2500 200 19 2 34 4 1156 68 20 2 34 4 1156 68 21 3 41 9 1681 123 22 1 25 1 625 25 23 4 48 16 2304 192 24 2 39 4 1521 78 25 2 31 4 961 62 26 2 31 4 961 62 27 1 29 1 841 29 28 3 41 9 1681 123 29 5 60 25 3600 300 30 5 56 25 3136 280 31 4 47 16 2209 188 32 4 48 16 2304 192 33 2 22 4 484 44 34 2 31 4 961 62 Σ 91 1251 301 50239 3774
r xy = ( )( )( )} ( ) }{{ 2222 ΣΥ−ΝΣΥΣΧ−ΝΣΧ
ΣΥΣΧ−ΝΣΧΥ
= ( )( )( )} ( )}{{ 1251)50239(3491)301(34
125191)3774(342 −−
−
r xy = 0,866 untuk α = 5, dengan N = 34 diperoleh r tabel = 0,339
Karena r xy > r tabel maka valid
Lampiran 4
PERHITUNGAN RELIABILITAS PADA ANALISIS ANGKET Untuk menghitung reliabilitas instrumen digunakan rumus:
r 11 = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡σσ∑
−⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
− 2t
2b1
1kk
sebelumnya maka perlu dicari varian tiap butir angket dengan rumus:
σ2 b
= Ν
ΝΧ∑
−Χ∑2
2 )(
Contoh Butir angket no 1
σ2 1 = 9 6.1
4 34 3)1 9(1 3
2
=−σ
butir angket no 2
σ 2 2
= 2 6.14 3
4 3)1 0 1(5 5 3
2
=−
Untuk butir angket yang lain dicari dengan cara yang sama, sehingga diperoleh seperti label analisis reliabilitas instrumen. Harga varian tiap butir tersebut selanjutnya dijumlahkan Σ σ
2 b = σ2 1 + σ2 4 + σ2 3 + …….. + σ2 12
= 1 . 6 9 + 1 . 6 2 + 1 . 7 6 +……… + 1 . 5 4 = 1 7 . 7 4 Varians total dicari dengan rumus:
Σ σ2 t = Ν
ΝΥ∑
−Υ∑2
2 )(
= 4 3
4 3)1 5 2 1(9 3 2 0 5
2
−
= 1 2 3.8 1 1 Jadi reliabilitasnya adalah:
r 1 1 = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡σσ∑
−⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
− 2t
2b1
1kk
r 1 1 = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
− 1 1 8 , 3 2 14 7 ,7 11
12 12 1
r 1 1 = 0 . 9 3 5 Untuk σ = 5 %, dengan N = 34 diperoleh r tabel = 0,339 Karena r11 > r tabel maka reliabel
Lampiran 5
UJI NORMALITAS DATA
Hipotesis Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan :
X2 = ∑=
−k
i
ii
EEO
1 1
2)(
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika x2 < 2
tabelx
Pengujian Hipotesis Nilai maksimum = 60 Panjang kelas = 10 Nilai minimal = 14 Rata-rata ( X ) = 36.79 Rentang = 46 S = 11.13 Banyak kelas = 5 N = 34
Frekuensi
Interval Batas Kelas
Z untuk Batas Kelas
Peluang untuk Z
Luas Kelas
Ei Oi (Oi-Ei)2
Ei 11-20 10.5 -2.36 0.4909 0.063 2.142 2 0.0094 21-30 20.5 -1.46 0.4279 0.2122 7.215 8 0.0854 31-40 30.5 -0.57 0.2157 0.345 11.73 11 0.0454 41-50 40.5 0.33 0.1293 0.2614 8.89 10 0.1392 51-60 50.5 1.23 0.3907 0.0927 3.152 3 0.0073
60.5 2.13 0.4834 X2= 0.2867
α = 5% dk = 2
X2 Tabel = 5.99 Karena x2 berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal.
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Penolakan Ho
X2 Tabel
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Penolakan Ho
5.99 0.2867
Lampiran 6
DATA PERSEPSI MENGENAI SHU SEBAGAI LABA KOPERASI (VARIABEL X)
Sikap Minat Tempat No Kode
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Σ %
1 R1 1 2 1 2 2 2 3 1 2 16 36% 2 R2 2 1 2 2 2 3 3 1 2 18 40% 3 R3 1 2 3 2 2 2 2 4 2 20 44% 4 R4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 19 42% 5 R5 4 5 2 4 2 3 2 4 4 30 67% 6 R6 4 1 1 4 2 3 1 1 2 19 42% 7 R7 2 2 1 1 3 3 2 3 2 19 42% 8 R8 1 1 1 1 2 1 1 2 1 11 24% 9 R9 4 2 5 4 3 3 3 4 4 32 71%
10 R10 3 1 5 3 4 3 2 4 4 29 64% 11 R11 2 3 2 3 3 4 3 4 4 28 62% 12 R12 1 2 1 2 2 2 1 1 1 13 29% 13 R13 5 5 3 2 2 4 3 5 4 33 73% 14 R14 2 2 2 3 2 3 3 4 3 24 53% 15 R15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 100% 16 R16 2 2 3 3 2 2 4 2 2 22 49% 17 R17 2 4 4 3 3 4 4 2 4 30 67% 18 R18 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35 78% 19 R19 2 4 4 2 4 2 2 4 4 28 62% 20 R20 2 4 4 2 4 2 2 4 4 28 62% 21 R21 3 3 3 3 3 4 3 3 4 29 64% 22 R22 1 2 2 1 1 1 1 4 5 18 40% 23 R23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 80% 24 R24 2 2 4 3 3 3 3 4 3 27 60% 25 R25 2 3 3 2 2 3 2 2 2 21 47% 26 R26 2 3 3 2 2 3 2 2 2 21 47% 27 R27 1 4 1 4 4 2 4 3 2 25 56% 28 R28 3 3 4 2 3 2 3 3 3 26 58% 29 R29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 100% 30 R30 5 5 5 5 5 5 4 5 5 44 98% 31 R31 4 4 4 4 5 4 2 4 4 35 78% 32 R32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 80% 33 R33 2 2 4 1 1 3 1 1 2 17 38% 34 R34 2 3 3 2 2 2 2 3 3 22 49%
Jumlah 296 296 309 901 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase
Interval Kategori Jumlah Responden 84%- 100% Sangat Tahu 3 67,5%-83,5% Tahu 6
51%-67% Cukup Tahu 11 34,5%-50,5% Kurang Tahu 11
18%-34% Tidak Tahu 3
Lampiran 7
TABULASI SKOR PERSIAPAN DESKRIPTIF PERSENTASE PERSEPSI MENGENAI SHU (VARIABEL X)
a. Sikap terhadap SHU sebagai Laba Koperasi Soal 1
Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total 1 6 17,65 6 2 14 41,18 28 3 3 8,82 9 4 7 20,59 28 5 4 11,76 20
Jumlah 34 100 91 Soal 2
Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total 1 4 11,76 4 2 11 32,35 22 3 6 17,65 18 4 8 23,53 32 5 5 14,71 25
Jumlah 34 100 101 Soal 3
Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total 1 6 17,65 6 2 6 17,65 12 3 7 20,59 21 4 10 29,41 40 5 5 14,71 25
Jumlah 34 100 104
b. Minat terhadap SHU sebagai laba koperasi Soal 4
Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total 1 4 11,76 4 2 12 35,29 24 3 7 20,59 21 4 8 23,53 32 5 3 8,82 15
Jumlah 34 100 96
Soal 5 Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total
1 2 5,88 2 2 14 41,18 28 3 7 20,59 21 4 7 20,59 28 5 4 11,76 20
Jumlah 34 100 99 Soal 6
Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total 1 2 5,88 2 2 10 29,41 20 3 12 35,29 36 4 7 20,59 28 5 3 8,82 15
Jumlah 34 100 101 c. Situasi dimana Persepsi terhadap SHU sebagai Laba Koperasi dilakukan Soal 7
Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total 1 5 14,71 5 2 11 32,3 22 3 9 26,47 27 4 7 20,595 28 5 2 5,88 10
Jumlah 34 100 92 Soal 8
Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total 1 5 14,71 5 2 5 14,71 10 3 6 17,65 18 4 14 41,18 56 5 4 11,76 20
Jumlah 34 100 109 Soal 9
Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total 1 2 5,88 2 2 11 32,35 22 3 4 11,76 12 4 13 38,24 52 5 4 11,76 20
Jumlah 34 100 108
Lampiran 8
ANALISIS DESKRIPTIP PERSENTASE PERSEPSI MENGENAI SHU Range = Data Maksimal – Data Minimal Data Maksimal = 9 x 5 x 34 = 1530 Data Minimal = 9 x 1 x 34 = 306 Range = 1530 – 306 = 1224
Panjang Kelas Interval = BanyakRange
= 1224 : 5 = 245
Interval Persentase Kriteria 1286 – 1530 84 % - 100 % Sangat Tahu 1041 – 1285 67,5% - 83,5 % Tahu 796 – 1040 51% - 67% Cukup Tahu 551 – 795 34,5% - 50,5 % Kurang Tahu 306 – 550 18% - 34% Tidak Tahu
Dari hasil penelitian diperoleh Skor Total = 901 Skor Maksimal = 1530
DP = %100 xMaksimal Skor
Total Skor
= %100x1530901
= 58,89% Kriteria = Cukup tahu A. SIKAP TERHADAP SHU SEBAGAI LABA KOPERASI Range = Data Maksimal – Data Minimal Data Maksimal = 3 x 34 x 5 = 510 Data Minimal = 3 x 34 x 1 = 102 Range = 510 – 102 = 408
Panjang Kelas Interval =BanyakRange
= 408 : 5 = 82
Interval Persentase Kriteria 429 - 510 84 % - 100 % Sangat Setuju 347 – 428 67,5% - 83,5 % Setuju 265 – 346 51% - 67% Cukup Setuju 183 – 264 34,5% - 50,5 % Kurang Setuju 101 - 182 18% - 34% Tidak Setuju
Dari hasil penelitian diperoleh Skor Total = 296 Skor Maksimal = 510
DP = %100 xMaksimal Skor
Total Skor
= %100x510296
= 58,04% Kriteria = Cukup Setuju B. MINAT TERHADAP SHU SEBAGAI LABA KOPERASI Range = Data Maksimal – Data Minimal Data Maksimal = 3 x 34 x 5 = 510 Data Minimal = 3 x 34 x 1 = 102 Range = 510 - 102 = 408
Panjang Kelas Interval =BanyakRange
= 408 : 5 = 82
Interval Persentase Kriteria 429 – 510 84 % - 100 % Sangat Ingin 347 – 428 67,5% - 83,5 % Ingin 265 – 346 51% - 67% Cukup Ingin 183 – 264 34,5% - 50,5 % Kurang Ingin 101 - 182 18% - 34% Tidak Ingin
Dari hasil penelitian diperoleh Skor Total = 296 Skor Maksimal = 510
DP = %100 xMaksimal Skor
Total Skor
= %100x510296
= 58,04% Kriteria = Cukup Ingin C. TEMPAT DIMANA PERSEPSI TERHADAP SHU SEBAGAI LABA KOPERASI
DILAKUKAN Range = Data Maksimal – Data Minimal Data Maksimal = 3 x 34 x 5 = 510 Data Minimal = 3 x 34 x 1 = 102 Range = 510 – 102 = 408
Panjang Kelas Interval =BanyakRange
= 408 : 5 = 82
Interval Persentase Kriteria 429 - 510 84 % - 100 % Sangat Setuju 347 – 428 67,5% - 83,5 % Setuju 265 – 346 51% - 67% Cukup Setuju 183 – 264 34,5% - 50,5 % Kurang Setuju 101 - 182 18% - 34% Tidak Setuju
Dari hasil penelitian diperoleh Skor Total = 309 Skor Maksimal = 510
DP = %100 xMaksimal Skor
Total Skor
= %100x510309
= 60,59% Kriteria = Cukup Setuju
Lampiran 9
DATA KEPUTUSAN STRATEGI PENENTUAN HARGA DALAM RANGKA PENCAPAIAN TUJUAN KOPERASI (VARIABEL Y)
Nomor Angket No Kode Responden
10 11 12 Σ %
1 R1 4 4 4 12 80% 2 R2 3 3 3 9 60% 3 R3 4 4 4 12 80% 4 R4 4 4 4 12 80% 5 R5 4 4 4 12 80% 6 R6 4 4 4 12 80% 7 R7 2 1 2 5 33% 8 R8 1 1 1 3 20% 9 R9 4 5 5 14 93%
10 R10 5 5 5 15 100% 11 R11 4 4 4 12 80% 12 R12 2 2 2 6 40% 13 R13 4 5 5 14 93% 14 R14 2 2 1 5 33% 15 R15 5 5 5 15 100% 16 R16 2 4 2 8 53% 17 R17 2 4 4 10 67% 18 R18 5 5 5 15 100% 19 R19 2 2 2 6 40% 20 R20 2 2 2 6 40% 21 R21 4 4 4 12 80% 22 R22 1 2 4 7 47% 23 R23 4 4 4 12 80% 24 R24 4 4 4 12 80% 25 R25 4 3 3 10 67% 26 R26 4 3 3 10 67% 27 R27 1 2 1 4 27% 28 R28 5 5 5 15 100% 29 R29 5 5 5 15 100% 30 R30 4 5 3 12 80% 31 R31 4 4 4 12 80% 32 R32 4 4 4 12 80% 33 R33 1 2 2 5 33% 34 R34 3 3 3 9 60%
Jumlah 113 120 117 350 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase
Interval Kategori Jumlah Responden 84%- 100% Sangat Setuju 7 67,5%-83,5% Setuju 12
51%-67% Cukup Setuju 6 34,5%-50,5% Kurang Setuju 4
18%-34% Tidak Setuju 5
Lampiran 10
TABULASI SKOR PERSIAPAN DESKRIPTIF PERSENTASE
KEPUTUSAN STRATEGI PENENTUAN HARGA DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN KOPERASI (VARIABEL Y)
a. Keputusan Strategi Penentuan Harga untuk Penentuan Laba Soal 10
Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total 5 5 14,71 25 4 16 47,06 64 3 2 5,88 6 2 7 20,59 14 1 4 11,76 4
Jumlah 34 100 113 b. Keputusan Strategi Penentuan Harga untuk Peningkatan Volume Penjualan Soal 11
Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total 5 8 23,53 40 4 13 38,24 52 3 4 11,76 12 2 7 20,59 14 1 2 5,88 2
Jumlah 34 100 120 c. Keputusan Strategi Penentuan Harga untuk Pengembalian Modal Usaha Soal 12
Skor Jumlah Jawaban Persentase Skor Total 5 7 20,59 35 4 13 38,24 52 3 5 14,71 15 2 6 17,65 12 1 3 8,82 3
Jumlah 34 100 117
Lampiran 11
ANALISIS DISKRIPTIF PERSENTASE KEPUTUSAN STRATEGI PENENTUAN HARGA DALAM RANGKA MENCAPAI
TUJUAN KOPERASI Range = Data Maksimal – Data Minimal Data Maksimal = 3 x 34 x 5 = 510 Data Minimal = 3 x 34 x 1 = 102 Range = 510 - 102 = 408
Panjang Kelas Interval =BanyakRange
= 408 : 5 = 82
Interval Persentase Kriteria 429 - 510 84 % - 100 % Sangat Setuju 347 – 428 67,5% - 83,5 % Setuju 265 – 346 51% - 67% Cukup Setuju 183 – 264 34,5% - 50,5 % Kurang Setuju 101 - 182 18% - 34% Tidak Setuju
Dari hasil penelitian diperoleh Skor Total = 350 Skor Maksimal = 510
DP = %100 xMaksimal Skor
Total Skor
= %100x510350
= 68,63% Kriteria = Setuju A. KEPUTUSAN STRATEGI PENENTUAN HARGA UNTUK PENINGKATAN
LABA Range = Data Maksimal – Data Minimal Data Maksimal = 1 x 34 x 5 = 170 Data Minimal = 1 x 34 x 1 = 34 Range = 170 - 34 = 136
Panjang Kelas Interval =BanyakRange
= 130 : 5 = 28
Interval Persentase Kriteria 145 – 172 84 % - 100 % Sangat Setuju 117 – 144 67,5% - 83,5 % Setuju 89 – 116 51% - 67% Cukup Setuju 61 – 88 34,5% - 50,5 % Kurang Setuju 33 - 60 18% - 34% Tidak Setuju
Dari hasil penelitian diperoleh Skor Total = 113 Skor Maksimal = 170
DP = %100 xMaksimal Skor
Total Skor
= %100x170113
= 66,97% Kriteria = Cukup Setuju B. KEPUTUSAN STRATEGI PENGGUNAAN HARGA UNTUK PENINGKATAN
PENJUALAN Range = Data Maksimal – Data Minimal Data Maksimal = 1 x 34 x 5 = 170 Data Minimal = 1 x 34 x 1 = 34 Range = 170 - 34 = 136
Panjang Kelas Interval =BanyakRange
= 130 : 5 = 28
Interval Persentase Kriteria 145 – 172 84 % - 100 % Sangat Setuju 117 – 144 67,5% - 83,5 % Setuju 89 – 116 51% - 67% Cukup Setuju 61 – 88 34,5% - 50,5 % Kurang Setuju 33 - 60 18% - 34% Tidak Setuju
Dari hasil penelitian diperoleh Skor Total = 120 Skor Maksimal = 170
DP = %100 xMaksimal Skor
Total Skor
= %100x170120
= 70,59% Kriteria = Setuju
C. KEPUTUSAN STRATEGI PENENTUAN HARGA UNTUK PENGEMBALIAN MODAL USAHA
Range = Data Maksimal – Data Minimal Data Maksimal = 1 x 34 x 5 = 170 Data Minimal = 1 x 34 x 1 = 34 Range = 170 - 34 = 136
Panjang Kelas Interval =BanyakRange
= 130 : 5 = 28
Interval Persentase Kriteria 145 – 172 84 % - 100 % Sangat Setuju 117 – 144 67,5% - 83,5 % Setuju 89 – 116 51% - 67% Cukup Setuju 61 – 88 34,5% - 50,5 % Kurang Setuju 33 - 60 18% - 34% Tidak Setuju
Dari hasil penelitian diperoleh Skor Total = 117 Skor Maksimal = 170
DP = %100 xMaksimal Skor
Total Skor
= %100x170117
= 68,82% Kriteria = Setuju
Lampiran 12
TABEL PERSIAPAN ANALISIS REGRESI
No Kode Responden X (Persepsi) Y (Keputusan)
1 R1 16 12 2 R2 18 9 3 R3 20 12 4 R4 19 12 5 R5 30 12 6 R6 19 12 7 R7 19 5 8 R8 11 3 9 R9 32 14
10 R10 29 15 11 R11 28 12 12 R12 13 6 13 R13 33 14 14 R14 24 5 15 R15 45 15 16 R16 22 8 17 R17 30 10 18 R18 35 15 19 R19 28 6 20 R20 28 6 21 R21 29 12 22 R22 18 7 23 R23 36 12 24 R24 27 12 25 R25 21 10 26 R26 21 10 27 R27 25 4 28 R28 26 15 29 R29 45 15 30 R30 44 12 31 R31 35 12 32 R32 36 12 33 R33 17 5 34 R34 22 9
Jumlah 901 350 Rata- rata 26,5 10,29