PERSEPSI PENGURUS MASJID TERHADAP FATWA MUI …repository.uinjambi.ac.id/1478/1/PUTRI RAHAYU...

82
PERSEPSI PENGURUS MASJID TERHADAP FATWA MUI NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG BUNGA (INTEREST/FA’IDAH) (STUDI KASUS DI KELURAHAN KENALI BESAR KECAMATAN ALAM BARAJO KOTA JAMBI) S K R I P S I Oleh : Putri Rahayu NIM : EES150813 PEMBIMBING : Drs. H. A. Tarmizi, M. HI Mohammad Orinaldi, S.E., M.S.Ak PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of PERSEPSI PENGURUS MASJID TERHADAP FATWA MUI …repository.uinjambi.ac.id/1478/1/PUTRI RAHAYU...

  • PERSEPSI PENGURUS MASJID TERHADAP FATWA MUI NOMOR 1

    TAHUN 2004 TENTANG BUNGA (INTEREST/FA’IDAH)

    (STUDI KASUS DI KELURAHAN KENALI BESAR KECAMATAN

    ALAM BARAJO KOTA JAMBI)

    S K R I P S I

    Oleh :

    Putri Rahayu

    NIM : EES150813

    PEMBIMBING :

    Drs. H. A. Tarmizi, M. HI

    Mohammad Orinaldi, S.E., M.S.Ak

    PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    JAMBI

    2019

  • i

  • ii

  • iii

    PERSEMBAHAN

    Bapak, Ibu dan Adik-adikku tersayang

    Seluruh Keluarga Besarku

    Semua Guru-guruku dari SD hingga Kuliah

    Teman-teman seperjuangku jurusan Ekonomi Syari‟ah 2015

    Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Al-Fath

    Komunitas Hijrah Youth Move Up

    Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al-Uswah

    Marbot masjid Kelurahan Kenali Besar

    Seluruh Civitas Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi

    Mereka yang selalu mendoakanku

  • iv

  • v

    MOTTO

    Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

    tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang

    beriman”. (QS. Al-Baqarah : 278)1

    1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Departemen Agama

    RI, 2008), Surah Al-Baqarah Ayat 278.

  • vi

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengurus masjid terhadap

    fatwa MUI nomor 1 tahun 2004 tentang bunga. Metode yang digunakan dalam

    penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif dengan mengumpulkan data melalui

    observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

    diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut : Pertama, 5 dari 11 Pengurus

    masjid di Kelurahan Kenali Besar sudah mengetahui dan memahami perbedaan

    antara bank konvensional dan bank syariah. Namun, 6 pengurus masjid lainnya

    masih beranggapan bahwa bank konvensional dan bank syariah sama saja.

    Adapun alasan pengurus masjid menyimpan uang kas masjid di bank

    konvensional yakni hanya untuk keamanan saja dan karena bank konvensional

    dekat, padahal berdasarkan penelusuran penulis bahwa di Kelurahan Kenali

    Besar telah ada lembaga keuangan syari’ah. Kedua, Pengurus masjid di

    Kelurahan Kenali Besar sebagian besar belum mengetahui fatwa MUI Nomor 1

    Tahun 2004 tentang bunga (interest/fa‟idah) dikarenakan kurangnya sosialisai

    dari Majelis Ulama Indonesia, khususnya di Provinsi Jambi.

    Kata Kunci : Bunga bank, riba, pengurus masjid, fatwa MUI

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah

    SWT yang mana dalam penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan

    kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    Disamping itu, tidak lupa pula iringan sholawat serta salam penulis haturkan

    kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

    Skripsi ini diberi judul “Persepsi Pengurus Masjid terhadap Fatwa

    MUI Nomor 1 Tahun 2004 tentang Bunga (interest/fa’idah) (Studi Kasus di

    Kelurahan Kenali Besar Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi)”. Adapun

    tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir yang merupakan

    syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam jurusan Ekonomi

    Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin

    Jambi. Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak hambatan

    dan rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam

    penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama

    bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing Bapak Drs. H. A.

    Tarmizi, M.HI selaku pembimbing I dan Bapak Mohammad Orinaldi.,S.E.,

    M.S.Ak selaku pembimbing II, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

    Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada

    semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali

    kepada Yang Terhormat :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asyari, MA, Ph.D selaku Rektor

    Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

  • viii

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... i

    NOTA DINAS ........................................................................................... ii

    PERSEMBAHAN ..................................................................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv

    MOTTO .................................................................................................... v

    ABSTRAK ................................................................................................ vi

    KATA PENGANTAR............................................................................... vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

    D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7

    E. Kerangka Teori ............................................................................... 8

    F. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 26

    BAB II. METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ............................................................................... 30

    B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 30

    C. Jenis dan Sumbe Data ..................................................................... 31

    D. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 32

    E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 33

    F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 35

  • x

    BAB III. GAMBARAN UMUM

    A. Letak Geografis Kelurahan Kenali Besar ......................................... 37

    B. Kependudukan ............................................................................... 37

    C. Sosial-Ekonomi Masyarakat ............................................................ 39

    D. Keberadaan Bank di Kelurahan Kenali Besar .................................. 39

    E. Profil Masjid ................................................................................... 39

    BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Persepsi Pengurus Masjid terhadap Bank Konvensional dan Bank

    Syari’ah .......................................................................................... 49

    B. Persepsi Pengurus Masjid terhadap Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2004

    tentang Bunga ................................................................................. 54

    BAB V. PENUTUP

    A. Kesimpulan ..................................................................................... 59

    B. Saran ............................................................................................... 59

    C. Kata Penutup ................................................................................... 60

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Fatwa MUI No 1 Tahun 2004 tentang Bunga ................................. 3

    Tabel 2 Masjid Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi ................................... 5

    Tabel 3 Masjid Yang Menyimpan Dana di Bank ......................................... 6

    Tabel 4 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 26

    Tabel 5 Lokasi Penelitian ............................................................................ 31

    Tabel 6 Jumlah Penduduk Kelurahan Kenali Besar ..................................... 38

    Tabel 7 Profil Pengurus Masjid Yang di Wawancarai ................................. 48

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Di Indonesia, fatwa-fatwa hukum Islam dikeluarkan oleh Majelis Ulama

    Indonesia (MUI). Pedoman fatwa Majelis Ulama Indonesia ditetapkan dalam

    surat keputusan Nomor: U-596/MUI/X/1997. Kewenangan Majelis Ulama

    Indonesia adalah memberi fatwa tentang masalah keagamaan yang bersifat umum

    yang menyangkut umat Islam Indonesia secara nasional dan dalam masalah

    agama Islam di daerah yang diduga dapat meluas ke daerah lain.2

    Sebagai representasi ulama dari berbagai organisasi Islam di Indonesia,

    Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan pengkajian yang mendalam terhadap

    hukum bunga bank. Ada dua pertimbangan utama bagi MUI dalam melakukan

    pengkajian terhadap bunga bank ini, yaitu hukum asal bunga bank yang

    diidentikkan dengan riba pada jaman kehidupan Nabi dahulu dan juga

    mempertimbangkan kondisi perbankan di Indonesia saat ini yang sudah terdapat

    banyak perusahaan dan kantor bank syariah di Indonesia. Akhirnya pada bulan

    Januari 2004 MUI mengeluarkan fatwa keharaman bunga bank.3

    2 Tuti Hasanah, “Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional Ke Dalam Hukum Positif,”

    Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran Vol. 16 No. 2 (2016): hal. 161. 3 Muhammad Ghafur W,“Pengaruh Fatwa MUI tentang Keharaman Bunga/Interest

    terhadap Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Penelitian Agama, Vol. XVII, No. 2 (2008): hal. 357.

  • 2

    Tabel 1

    Fatwa MUI No 1 Tahun 2004 tentang Bunga

    Pertama : Pengertian Bunga (Interest/Fa’dah) dan Riba

    1. Bunga (interest/fa‟idah) adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang (al-qardh) yang diperhitungkan dari pokok

    pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan/hasil pokok

    tersebut, berdasarkan tempo waktu, diperhitungkan secara pasti di

    muka, dan pada umumnya berdasarkan persentase.

    2. Riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan ( yang (بال عو ضterjadi karena penangguhan dalam pembayaran ( yang (ز يا د ة األ حم

    diperjanjikan sebelumnya, ( dan inilah yang disebut riba (ا شتر ط يقد و

    nasi‟ah.

    Kedua : Hukum Bunga (Interest)

    1. Praktek pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW, yakni riba nasi‟ah. Dengan

    demikian, praktek pembungaan uang termasuk salah satu bentuk riba,

    dan riba haram hukumnya.

    2. Praktek pembungaan tersebut hukumnya adalah haram, baik dilakukan oleh Bank, Asuransi, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi,

    dan Lembaga Keuangan lainnya maupun dilakukan oleh individu.

    Ketiga : Bermu’amalah dengan Lembaga Keuangan Konvensional

    1. Untuk wilayah yang sudah ada kantor/jaringan Lembaga Keuangan Syari’ah dan mudah dijangkau, tidak dibolehkan melakukan transaksi

    yang didasarkan kepada perhitungan bunga.

    2. Untuk wilayah yang belum ada kantor/jaringan Lembaga Keuangan Syari’ah, diperbolehkan melakukan kegiatan transaksi di lembaga

    keuangan konvensional berdasarkan prinsip dharurat/hajat.4

    Berdasarkan fatwa di atas, maka dalam tataran konsep dan tataran

    normatif, Majelis Ulama Indonesia mempersamakan bunga dan riba.

    Konsekuensi hukum dari mempersamakan atau setidaknya menganggap bunga

    termasuk dalam kategori riba, maka dapat ditarik garis hukum bahwa bunga bank

    adalah haram. Hal ini dipertegas dengan adanya larangan bermu’amalah dengan

    lembaga keuangan konvensional untuk wilayah yang sudah ada kantor/jaringan

    Lembaga Keuangan Syari’ah yang mudah dijangkau.5

    4 Ma’ruf Amin et al., Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975: Edisi

    Terbaru (Jakarta:Erlangga, 2015), hal. 1043-1044. 5 Khotibul Umam, “Pelarangan Riba dan Penerapan Prinsip Syariah Dalam Sistem

    Hukum Perbankan di Indonesia”, Mimbar Hukum Vol. 29 No. 3 (2017): hal. 402.

  • 3

    Dalam perekonomian modern, bank adalah lembaga perantara dan

    penyalur dana antara pihak yang berkelebihan dengan pihak yang kekurangan

    dana. Ini disebut juga financial intermediary dengan kata lain tugas bank adalah

    menerima simpanan dan member pinjaman. Bank memberikan fasilitas jasa

    seperti penukaran mata uang, pengiriman uang dari satu tempat ketempat lain,

    mengeluarkan dan mengedarkan uang.6

    Sebagai lembaga intermediasi keuangan, bank syariah muncul sebagai

    bank yang sarat akan etika dan nilai-nilai universal syariat Islam. Hadirnya bank

    syariah merupakan jawaban atas praktik keuangan (bank) konvensional selama

    ini. Dalam mekanisme operasional bank konvensional, bank menerapkan

    mekanisme jasa pengembalian tetap (fixed return) dalam bentuk bunga

    (interest/usury), baik dalam mekanisme penghimpunan maupun penyaluran dana.

    Di dalam mekanisme bank konvensional memberikan pinjaman kepada pihak

    kedua (debitor) oleh pihak bank disyaratkan adanya balas jasa tetap berdasarkan

    jumlah pinjaman dan disandarkan atas waktu atau tempo perjanjian hitung-

    piutang tersebut. Begitu pula bank konvensional saat menghimpun dana dari

    masyarakat, bank memberikan imbalan tetap berupa bunga sebagai imbal jasa

    dana yang dikelola sebagai sumber pembiayaan oleh bank konvensional.7

    Berdasarkan penelitian Khotibul Umam yang berjudul pelarangan riba

    dan penerapan prinsip syariah dalam sistem hukum perbankan di Indonesia

    disimpulkan bahwa di Indonesia melalui fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis

    6 Aidi Sugiarto, “Fatwa MUI tentang Bunga Bank (Studi terhadap Pandangan

    Masyarakat Mlangi),” Skripsi (2008): hal. 2-3. 7 Mamduh, “Persepsi, Preferensi, Sikap dan Prilaku Takmir Masjid terhadap Bank

    Syariah (Studi di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang)”, Skripsi (2015): hal. 1-2.

  • 4

    Ulama Indonesia mempersamakan bunga bank dengan riba. Solusi konkrit atas

    larangan terhadap riba, termasuk bunga bank yaitu dengan penerapan prinsip

    syariah perbankan yang telah digariskan melalui fatwa DSN-MUI sebagai hukum

    positif karena adanya pengakuan terhadap fatwa dimaksud melalui Undang-

    Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah.8

    Dalam Surah Al-Baqarah (2) Ayat 275 menerangkan akan haramnya riba:

    Artinya:“ Orang-orang yang makan (mengambil) riba9 tidak dapat berdiri

    melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran

    (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah

    disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu

    sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

    mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya

    larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka

    baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);

    dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil

    riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di

    dalamnya”10

    8 Khotibul Umam, “Pelarangan Riba dan Penerapan Prinsip Syariah Dalam Sistem

    Hukum Perbankan di Indonesia”,...hal. 410. 9 Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang

    disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.

    10 Departemen Agama RI, Al-Qur’anTajwid dan Terjemahannya (Bandung: CV Penerbit

    Diponegoro, 2010), Surah Al-Baqarah Ayat 275.

  • 5

    Dalam Hadits Rasulullah SAW, riwayat Imam Ibnu Majah:

    ةَع يْنرَع ٍْن َعبب ُْهرَع مُه : قال , عَع ُْنِكحَع انرِّ جُه ٌْن ي رُه َْعا َع و بًا َعيْنسَع ٌَع حُه و بْنعُه ِّ وسهَّىَع انرِّ بَعا سَع هَعي هَّى هللا عَع سُهولُه هللا صَع قَعال رَع

    ُّه ُهيَّ

    “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah bersabda: “Riba adalah tujuh

    puluh dosa; dosanya yang paling ringan adalah (sama dengan) dosa

    orang yang berzina dengan ibunya.” (HR. Ibnu Majah).11

    Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor lurah Kelurahan Kenali

    Besar terdapat 25 Masjid di Kelurahan Kenali Besar, antara lain :

    Tabel 2

    Masjid di Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi

    No Nama Masjid Alamat

    1. Masjid Al Hariri Jl. Kapt Patimura RT.02

    2. Masjid Darun Najah Jl. Walisongo RT. 03

    3. Masjid Fathurahman Jl. Kapt Patimura RT.05

    4. Masjid Al Maizoh Jl. Kapt Patimura Lr. Bersama RT.06

    5. Masjid Asy-Syuhada’ Jl. Lingkar Barat III RT.08

    6. Masjid Nurul idayah Jl. Lingkar Barat II Lr. Abadi RT.09

    7. Masjid Babul Fatah Jl. Sersan Anwar Bay RT.10

    8. Masjid Al Muqorrobin Jl. H. Ibrahim Komp. Amuntai RT. 11

    9. Masjid Mifthahul Jannah Jl. Patimura II Lr. H. Leman RT.12

    10. Masjid Sabilal Muthadin Jl. Dr. Purwadi RT.13

    11. Masjid Nur Aminah Jl. Patimura II RT.14

    12. Masjid Mukhlisin Jl. Kenali Jaya RT.15

    13. Masjid Ratna Wilis Jl. Beradat RT.16

    14. Masjid Baiturahman Jl. H Somad RT.18

    15. Masjid Muhajjirin Komp. Kota Baru Indah RT.19

    16. Masjid Al Mauwannah Komp. Bougenvile Lestari

    17. Masjid Madinatul Jadidah Komp. Kota Baru Indah RT.30

    18. Masjid Baitul Hikmah Jl. Walisongo Kampung Bugis RT.35

    19. Masjid Nur Ikhlas Komp. Yeyes Lestari RT.38

    20. Masjid Darul Iman Komp. Guru Patimura RT.41

    21. Masjid Nurul Iman Jl. Kapt. Patimura RT.42

    22. Masjid Nurhasanah Komp. Kembar Lestari RT.45

    23. Masjid Al Munawaroh Jl. Penerangan RT.48

    24. Masjid Al-Ikhlas Jl. Lingkar Barat III RT.44

    25. Masjid Al-Muslim Perum Lotus Residence RT. 69

    Sumber : Kantor Lurah Kenali Besar

    11 Ma’ruf Amin et al., Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia... hal. 1245-1245.

  • 6

    Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada bulan Januari 2019

    di masjid Kelurahan Kenali Besar, penulis menemukan beberapa masjid yang

    menyimpan dana di Bank Konvensional dan di Bank Syari’ah, antara lain :

    Tabel 3

    Masjid Yang Menyimpan Dana Di Bank

    No. Nama Masjid Bank

    1. Masjid Fathurahman Bank Negara Indonesia (BNI)

    2. Masjid Babul Fatah Bank Rakyat Indonesia (BRI)

    3. Masjid Mifthahul Jannah Bank Syariah Mandiri (BSM)

    4. Masjid Nur Aminah Bank Syari’ah Mandiri (BSM)

    5. Masjid Mukhlisin Bank 9 Jambi

    6. Masjid Baiturahman Bank 9 Jambi Syari’ah

    7. Masjid Muhajirin Bank 9 Jambi

    8. Masjid Darul Iman Bank Syari’ah Mandiri (BSM)

    9. Masjid Ratna Wilis Bank Syari’ah Mandiri (BSM)

    10. Masjid Nurhasanah Bank 9 Jambi

    11. Masjid Sabilal Muthadin Bank 9 Jambi

    Masjid memiliki peran sentral dalam sejarah peradaban Islam. Masjid

    tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga digunakan sebagai

    pusat aktivitas umat Islam dalam berbagai bidang. Sebagaimana sejarah

    mengatakan pada masa Rasulullah SAW, masjid merupakan pusat peradaban dan

    pusat aktivitas baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah.12

    Pemilihan pengurus masjid sebagai objek penelitian tidak lepas dari tugas

    dan fungsi pokoknya sebagai pemimpin masyarakat yang bertugas untuk

    memakmurkan masjid sebagai pusat ibadah umat Islam. Sehingga takmir masjid

    memiliki status sosial yang lebih tinggi dalam hal agama dibandingkan

    masyarakat yang lain.

    12

    Sochimin, “Manajemen Keuangan Masjid Berbasis Pemberdayaan Ekonomi Umat”, Jurnal Ekonomi Islam: el-Jizya Vol. 4 No. 1 (2016): hal. 121.

  • 7

    Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk

    mengangkat dan mengajukan penelitian lebih mendalam dengan judul “Persepsi

    Pengurus Masjid terhadap Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2004 tentang Bunga

    (Interest/Fa’idah) (Studi Kasus di Kelurahan Kenali Besar Kecamatan Alam

    Barajo Kota Jambi).”

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana persepsi pengurus masjid terhadap bank konvensional dan

    bank syari’ah?

    2. Bagaimana persepsi pengurus masjid terhadap fatwa MUI Nomor 1

    tahun 2004 tentang bunga (interest/fa‟idah)?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui persepsi pengurus masjid terhadap bank

    konvensional dan bank syari’ah.

    2. Untuk mengetahui persepsi pengurus masjid terhadap fatwa MUI

    Nomor 1 tahun 2004 tentang bunga (Interest/fa‟idah).

    D. Manfaat Penelitian

    Dengan tercapainya tujuan-tujuan penelitian tersebut, maka akan ada

    beberapa kegunaan (manfaat) yang dapat diambil, antara lain:

    1. Bagi para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan

    bagi penelitian-penelitian lainnya.

  • 8

    2. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat

    menyuguhkan suatu pengetahuan umum yang menarik, dan dipetik

    manfaatnya. Terutama pengetahuan tentang bunga (interest/fa‟idah).

    3. Bagi Penulis, hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan tentang

    perspektif pengurus masjid tentang fatwa MUI nomor 1 tahun 2004

    tentang bunga (interest/fa‟idah).

    E. Kerangka Teori

    1. Persepsi

    Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), Persepsi adalah

    tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan atau proses seseorang

    mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya.13

    Menurut Schiffman dan

    Kanuk sebagaimana dikutip oleh Tati Suryani, persepsi adalah sebagai proses

    dimana dalam proses tersebut individu memilih, mengorganisasikan, dan

    menginterpretasikan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna. Menurut robert

    Kreitner dan Angelo Kinicki, persepsi adalah proses interpretasi seseorang atas

    lingkungannya. Seseorang mengelompokkan informasi dari berbagai sumber

    kedalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak

    atas pemahaman itu. Oleh sebab itu, persepsi merupakan proses psikologis yang

    sangat kompleks yang melibatkan aspek fisiologis manusia. Dalam prosesnya,

    psikologis memiliki peranan yang sangat penting dimulai dari adanya aktivitas

    13

    Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Arti Kata Persepsi”, https://kbbi.web.id/persepsi.html, diakses pada 17 Mei 2019.

  • 9

    memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan sehingga individu dapat

    memberikan makna atas suatu objek.14

    Sarlito W. Sarwono berpendapat persepsi secara umum merupakan proses

    perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi

    berlangsung pada saat seorang meniram stimulus dari dunia luar yang ditangkap

    oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak. Persepsi

    merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami yang menggunakan alat

    pengindraan.

    Di dalam persepsi mengandung suatu proses dalam diri untuk

    mengetahui dan mengevaluasi sejauh mana kita mengetahui orang lain. Pada

    proses ini kepekaan dalam diri seseorang terhadap lingkungan sekitar mulai

    terlihat. Cara pandang akan menentukan kesan yang dihasilkan dari proses

    persepsi.15

    2. Masjid dan Pengurus Masjid

    a) Pengertian Masjid dan Fungsinya

    Masjid berasal dari bahasa Arab sajada yang berarti tempat sujud atau

    tempat menyembah Allah SWT. Bumi yang kita tempati ini adalah masjid bagi

    kaum muslimin. Setiap muslim boleh melakukan sholat di wilayah mana pun di

    bumi ini; terkecuali di atas kuburan, di tempat yang yang bernajis, dan di tempat-

    tempat yang menurut ukuran syari’at Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat

    sholat. Selain itu, masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan

    14 Mamduh, “Persepsi, Preferensi, Sikap dan Perilaku Takmir Masjid terhadap Bank

    Syariah (Studi di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang)”,...hal. 36 – 37. 15 Rohmaul Listyana dan Yudi Hartono, “Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap

    Penanggalan Jawa dalam Penentuan Waktu Pernikahan”, Jurnal Agastya Vol. 5 No. 1 (2015): hal. 121.

  • 10

    sholat secara berjama’ah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan

    silaturrahmi di kalangan kaum muslimin.

    Di masa Nabi SAW, ataupun sesudahnya, masjid menjadi pusat atau

    sentral kegiatan kaum muslimin. Kegiatan di bidang pemerintahan pun

    mencakup, ideologi, politik, ekonomi, sosial, peradilan dan kemiliteran dibahas

    dan dipecahkan dilembaga masjid. Masjid berfungsi pula sebagai pusat

    pengembangan kebudayaan Islam, terutama saat gedung-gedung khusus untuk itu

    belum didirikan. Masjid juga merupakan ajang halaqoh atau diskusi, tempat

    mengaji, dan memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan agama ataupun umum.

    Pertumbuhan remaja masjid dewasa ini juga termasuk upaya memaksimalkan

    fungsi kebudayaan yang diemban masjid.16

    Secara terminologis Masjid juga dapat diartikan sebagai tempat beribadah

    umat Islam, khususnya dalam melaksanakan shalat. Masjid sering disebut dengan

    Baitullah (rumah Allah), yaitu rumah yang dibangun untuk mengabdi kepada

    Allah. Setiap masjid yang dibangun diperuntukkan bagi kaum muslimin supaya

    dipergunakan sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Bukan hanya untuk

    golongan maupun organisasi tertentu saja meskipun mereka yang

    membangunnya. 17

    Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat

    sholat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Masjid juga merupakan tempat yang

    paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui adzan, qomat, tasbih,

    tahmid, tahlil, istigfar, dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai

    16 Moh. E Ayub, Manajemen Masjid (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hal. 1-2. 17

    Siswanto, Panduan Pengelolaan Himpunan Jama’ah Masjid (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), hal. 2.

  • 11

    bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pangagungan asma Allah. Selain itu

    fungsi masjid adalah18

    :

    1. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan mendekatkan

    diri kepada Allah SWT;

    2. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihkan diri,

    menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan

    pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan

    jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian;

    3. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan

    persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat;

    4. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan

    kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan;

    5. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jama’ah dan kegotong-

    royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama;

    6. Masjid adalah majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan

    kecerdasaan dan ilmu pengetahuan muslimin;

    7. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader

    pemimpin umat;

    8. Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan membagikannya;

    dan

    9. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervial sosial.

    18 Moh. E Ayub, Manajemen Masjid…hal. 6-7.

  • 12

    Dalam perjalanan sejarahnya Masjid telah mengalami perkembangan

    yang pesat, baik dalam bentuk bangunanya maupun fungsi dan perannya, hampir

    dapat dikatakan dimana komunitas Islam berada di situ ada Masjid. Memang

    umat Islam tidak bisa terlepas dengan Masjid. Masjid telah menjadi sarana

    berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da’wah dan lain

    sebagainya, di samping menjadi tempat beribadah.

    Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan, diperluas

    jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan

    management yang baik. Tegasnya, perlu tindakan meng-aktualkan fungsi dan

    peran Masjid dengan memberi warna dan nafas modern.19

    b) Pengurus Masjid

    Pengurus masjid dipilih oleh jama’ah dan dari jama’ah secara demokratis.

    Mereka dianggap (tepatnya: diperkirakan) mampu mengemban amanah jama’ah.

    Yakni, melaksanakan tugas dengan baik dan membuat laporan

    pertanggungjawaban kerja secara berkala.20

    Setiap pengurus masjid harus memiliki akhlak yang baik dan mulia.

    Sebagai pribadi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan masjid, kualitas

    kepemimpinan dan kemampuan managerial saja belum cukup. Persyaratan lain

    yang harus terdapat dalam dirinya adalah akhlak yang terpuji. Sebab, sebagai

    panutan orang banyak, akhlak inilah yang menumbuhkan penghargaan dan

    kepercayaan jama’ah. Pengurus berakhlak mulia tentunya akan bertindak dan

    19

    Siswanto, Panduan Pengelolaan Himpunan Jama’ah Masjid… hal 6-7. 20 Moh. E Ayub, Manajemen Masjid... hal.21.

  • 13

    berbuat yang baik dan bermanfaat di masjid, sehingga citra masjid juga menjadi

    baik.21

    Pengurus masjid terdiri dari beberapa orang. Ada ketua, sekretaris,

    bendahara dan seksi-seksi (bagian-bagian), yang bertugas sesuai dengan

    kedudukan dan lingkup kerjanya masing-masing.22

    c) Management Keuangan Masjid

    Keuangan masjid ialah pendanaan untuk operasional masjid yang

    didapatkan dari zakat, infaq dan shadaqah, hibah, bantuan dana pemerintah,

    bantuan swasta dan usaha ekonomi, yang dijalankan oleh pengelola atau

    pengurus masjid. Dana yang dikumpulkan itu digunakan untuk operasional

    pengelolaan masjid, disesuaikan dengan pendapatan yang diterima.23

    1) Administrasi keuangan adalah sistem administrasi yang mengatur

    keuangan organisasi baik masuk maupun keluar. Uang yang masuk

    dan keluar harus tercatat dengan rapi dan dilaporkan secara periodik.

    2) Budgetting adalah pembiayaan kegiatan yang dibuat baik untuk

    perencanaan tahunan maupun perencanaan yang lain. Yang

    merupakan anggaran pengeluaran dan pemasukan dan disesuaikan

    dengan kegiatan yang akan diselenggarakan. Diusahakan dalam

    penyusunan anggaran ini pengurus memiliki sumber dana yang jelas

    supaya tidak mengalami defisit atau tekor.

    21 Ibid., hal. 26. 22 Ibid., hal. 51. 23 Vika Dliyaullami, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyimpanan Uang Kas Masjid di

    Bank BRI Konvensional: Studi Kasus di Masjid Baitul Muttaqin Desa Wringinjajar Mranggen Demak,” Skripsi (2017), hal. 1-2.

  • 14

    3) Pembayaran jasa, diantaranya adalah honor untuk Imam, Muadzin,

    Marbot, Khotib, Ustadz, penceramah, tenaga kerja dan lain

    sebagainya. Tentu saja pembayaran jasa ini disesuaikan dengan

    kesepakatan atau kepatutan yang bisa dipertanggungjawabkan.

    4) Laporan keuangan, secara periodik dilaporkan Bendahara kepada

    Ketua Umum dan jama’ah, baik melalui laporan tertulis, papan

    keuangan atau pengumuman sebelum shalat jum’at. Laporan ini dapat

    berbentuk neraca keuangan debet dan kredit yang disesuaikan dengan

    kebutuhan.

    5) Dana dan Bank, Dana yang diperoleh dapat disimpan dalam brankas

    atau dalam bentuk rekening Bank. Sekarang ini sudah ada Bank

    Syariah, maka sebaiknya dana yang diperoleh dapat disimpan di situ

    supaya pemegang uang kas hanya bendahara yang juga bertindak

    selaku kasir. Bidang dana dan usaha hanya bersifat sementara dalam

    upaya pengumpulan dana.24

    3. Bank

    Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

    tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana

    dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

    dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

    rakyat banyak. Dana atau uang yang dihimpun dalam bentuk simpanan

    24 Siswanto, Panduan Pengelolaan Himpunan Jama’ah Masjid… hal. 178-180.

  • 15

    disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam usahanya bank juga memberikan jasa

    keuangan lainnya.25

    Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang

    kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

    menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa

    bank lainnya. Kegiatan menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan

    atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam

    bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat

    ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat

    mau menanamkan dananya, salah satu contohnya seperti memberikan rangsangan

    berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut dapat

    berupa bunga dari bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil,

    bagi bank yang berdasarkan prinsip syari’ah. Selanjutnya kegiatan meyalurkan

    dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro,

    tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank

    berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berdasarkan

    prinsip syari’ah.

    Bagi perbankan yang berdasarkan prinsip konvesional, keuntungan utama

    diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan

    bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga ini di

    bank dikenal dengan istilah spread based. Jika suatu bank mengalami suatu

    25

    Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu, Achmad Abror, Lembaga Keuangan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hal. 10.

  • 16

    kerugian dari selisih bunga, di mana suku bunga simpanan lebih besar dari suku

    bunga kredit, istilah ini dikenal dengan nama negatif spread.

    Kemudian bagi bank yang berdasarkan prinsip syar’iah keuntungan

    bukan diperoleh dari bunga. Di bank ini jasa bank yang diberikan disesuaikan

    dengan prinsip syariah yang berdasarkan hukum Islam. Prinsip syari’ah yang

    diterapkan oleh bank syari’ah adalah:

    a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah);

    b. Pembiayaan berdasarkan prinsip pernyertaan modal (musharakah);

    c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

    (murabahah);

    d. Pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa

    pilihan (ijarah); atau

    e. Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang

    disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). 26

    4. Fatwa

    Secara etimologi (lughawi), kata fatwa berasal dari bahasa arab al-Fatwa.

    Menurut Ibnu Mandzur, kata fatwa merupakan bentuk mashdar dari kata fata,

    yaftu, fatwan, yang bermakna muda, baru penjelasan, penerangan. Pararel dengan

    pendapat tersebut, al-Fayumi sebagaimana dikutip oleh Ma’ruf Amin

    mengemukakan bahwa, “al-fatwa berasal dari kata al-fata, artinya pemuda yang

    kuat”. Sehingga, orang yang mengeluarkan fatwa dikatakan sebagai mufti, karena

    orang tersebut diyakini mempunyai kekuatan dalam memberikan penjelasan dan

    26

    Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), hal. 11 – 14.

  • 17

    jawaban terhadap permasalahan yang dihadapainya sebagai kekuatan yang

    dimiliki oleh seorang pemuda. Berbeda dengan hal tersebut, menurut al-Jurjani,

    “fatwa berasal dari al-fata atau al-futya, artinya jawaban terhadap suatu

    permasalahan dalam bidang hukum, sehingga fatwa dalam pengertian ini

    diartikan sebagai memberikan penjelasan.”

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fatwa didefinisikan sebagai

    “jawab” (keputusan, pendapat) yang diberikan oleh mufti tentang suatu masalah.

    Arti lain dari fatwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “nasihat

    orang alim”, “pelajaran baik” , “petuah”. Sedangkan, secara terminology (syar’i),

    as-Syatibi menjelaskan bahwa, “fatwa dalam arti al-ifta berarti keterangan-

    keterangan tentang hukum syara‟ dalam suatu persoalan sebagai jawaban atas

    pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa baik secara perseorangan maupun

    kolektif. Selaras dengan pendapat Yusuf Qardlawy, Zamakhsyari sebagaimana

    dikutip oleh Ma’ruf Amin menyatakan bahwa, “fatwa adalah penjelasan hukum

    syara‟ tentang suatu masalah atas pertanyaan seseorang atau kelompok. Senada

    dengan hal tersebut, Murtadho Ridwan menyatakan bahwa fatwa merupakan

    hasil ijtihad ulama yang sangat mendalam untuk menyelesaikan masalah-masalah

    yang dihadapi masyarakat.27

    Secara fungsional, fatwa memiliki fungsi tabyin dan tawjih. Tabyin

    artinya menjelaskan hukum yang merupakan regulasi praktis bagi masyarakat,

    khususnya masyarakat yang memang mengharapkan keberadaannya. Tawjih,

    yakni memberikan guidance (petunjuk) serta pencerahan kepada masyarakat luas

    27

    Slamet Suhartono, “Eksistensi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dalam Perspektif Negara Hukum Pancasila”, Al-ihkam Vol. 12 No. 2 (2017): hal. 452-453.

  • 18

    tentang permasalahan agama yang bersifat kontemporer.28

    Fatwa adalah jawaban

    atau penjelasan dari ulama mengenai masalah keagamaan dan berlaku untuk

    umum.

    Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang merupakan wadah musyawarah

    pada ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim serta menjadi pengayom bagi

    seluruh muslim Indonesia adalah lembaga yang berkompeten dalam menjawab

    dan memecahkan setiap masalah solusi keagamaan yang dihadapi oleh

    masyarakat luas. Fatwa MUI adalah tentang suatu masalah keagaman yang telah

    disetujui oleh anggota komisi dalam rapat komisi.29

    Dasar-dasar umum penetapan fatwa tertuang dalam bab 2 pasal 2, terdiri

    atas tiga ayat, sebagai berikut30

    :

    a. Setiap Fatwa harus mempunyai dasar atas Kitabullah dan Sunah Rasul

    yang mu‟tabarah, serta tidak bertentangan dengan kemaslahatan umat.

    b. Jika tidak terdapat dalam Kitabullah dan Sunah Rasul, sebagaimana

    ditentukan pada pasal 2 ayat 1, Fatwa hendaklah tidak bertentangan

    dengan Ijma‟, Qiyas yang mu‟tabar, dan dalil-dalil hukum yang lain,

    seperti Istihsan, Masalih Mursalah, dan Saddu az-Zari‟ah.

    c. Sebelum pengambilan Fatwa hendaklah ditinjau pendapat-pendapat para

    imam mazhab terdahulu, baik yang berhubungan dengan dalil-dalil

    hukum maupun yang berhubungan dengan dalil yang dipergunakan oleh

    28 M. Erfan Riadi, “Kedudukan Fatwa Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif:

    Analisis Yuridis Normatif”, Ulumuddin VI (2010): hal. 472. 29

    Ma’ruf Amin et al., Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia... hal. 7-8 30 Ibid., hal 21 .

  • 19

    pihak yang berbeda pendapat, serta pandangan penasihat ahli yang

    dihadirkan.

    5. Bunga dan Riba

    a. Definisi Bunga

    Bunga merupakan tanggungan pada pinjaman uang, yang biasanya

    dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan31

    1) The American Heritage Dictionary of the English Language:

    Interest is change for a financial loan, usually a precentage of the

    amount loaned.

    2) Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia), Prof. Dr. Winardi, SE.:

    Interest (net) – bunga modal (netto). Pembayaran untuk penggunaan

    dana-dana. Diterangkan dengan macam-macam cara, misalnya:

    a) Balas jasa untuk pengorbanan konsumsi atas pendapatan yang

    dicapai pada waktu sekarang (contoh: teori abstinence).

    b) Pendapatan-pendapatan orang yang berbeda mengenai

    preferensi likuiditas yang menyesuaikan harga.

    c) Harga yang mengatasi terhadap masa sekarang atas masa yang

    akan datang (teori preferensi waktu).

    d) Pengukuran produktivitas macam-macam investasi (efesiensi

    marginal modal).

    e) Harga yang menyesuaikan permintaan dan penawaran akan

    dana-dana yang dipinjamkan (teori dana yang dipinjamkan).

    31

    Ummi Kalsum, “Riba dan Bunga Bank Dalam Islam: Analisis Hukum dan Dampak Terhadap Perekonomian Umat”, Jurnal Al-‘Adl Vol. 7 No. 2 (2014): hal.71.

  • 20

    3) Dictionary of Economics, Sloan dan Zurcher:

    Interest adalah sejumlah uang yang dibayar atau untuk penggunaan

    modal. Jumlah tersebut, misalnya dinyatakan dengan satu tingkat

    atau presentase modal yang bersangkut paut dengan itu yang

    dinamakan suku bunga modal.32

    Praktik membungakan uang biasa dilakukan oleh orang-orang secara

    pribadi atau oleh lembaga keuangan. Orang atau badan hukum yang

    meminjamkan uang kepada perorangan atau menyimpan uangnya di lembaga

    keuangan biasanya akan memperoleh imbalan bunga atau disebut bunga

    meminjamkan atau bunga simpanan. Sebaliknya, orang atau badan hukum yang

    meminjam uang dari perorangan atau lembaga keuangan diharuskan

    mengembalikan uang yang dipinjam ditambah bunganya, bunga ini disebut

    bunga pinjaman. Dari peristiwa tersebut di atas dicatat beberapa hal sebagai

    berikut:

    a) Bunga adalah tambahan terhadap uang yang disimpan pada lembaga

    keuangan atau uang yang dipinjamkan.

    b) Besarnya bunga yang harus dibayar diterapkan di muka tanpa melihat

    apakah lembaga keuangan penerima simpanan atau pinjaman berhasil

    dalam usahanya atau tidak.

    c) Besarnya bunga yang harus dibayar dicantumkan dalam angka persentase

    atau angka perseratus dalam setahun yang artinya apabila utang tidak

    32

    Wirdyaningsih et al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 18.

  • 21

    dibayar atau simpanan tidak diambil dalam beberapa tahun dapat terjadi

    utang itu atau simpanan itu menjadi berlipat ganda jumlahnya.

    Dari ketiga hal tersebut di atas tampak jelas, bahwa praktik

    membungakan uang adalah upaya untuk memperoleh tambahan uang atas uang

    semula dengan cara:

    1. Pembayaran tambahan uang itu prakarsanya tidak datang dari yang

    meminjam;

    2. Dengan jumlah tambahan yang besarnya ditetapkan di muka;

    3. Peminjam sebenarnya tak mengetahui dengan pasti apakah usahanya akan

    berhasil atau tidak dan apakah ia akan sanggup membayar tambahan dari

    pinjamannya itu; dan

    4. Pembayaran tambahan uang itu dihitung dengan presentase, sehingga

    tidak tertutup kemungkinan suatu saat jumlah seluruh kewajiban yang

    harus dibayar menjadi berlipat ganda.33

    b. Definisi Riba

    Al-Qur’an memakai kata riba untuk bunga. Pengertian riba di dalam

    kamus adalah kelebihan atau peningkatan atau surplus. Tetapi dalam ilmu

    ekonomi, riba berarti kelebihan pendapatan yang diterima oleh si pemberi

    pinjaman dari si peminjam, yaitu kelebihan dari jumlah uang pokok yang

    dipinjam, sebagai upah atas dicairkannya sebagian harta dalam waktu yang

    ditentukan.34

    Dalam bahasa Indonesia riba diartikan sebagai bunga (baik sedikit

    maupun banyak). Dalam bahasa Inggris riba diartikan interest (bunga yang

    33 Ibid., hal 26-27. 34

    Arisson Hendry et al., Perbankan Syariah Perspektif Praktisi (Jakarta: Muamalat Institute, 1999), hal. 8.

  • 22

    sedikit) atau usury (bunga yang banyak). Sebagian besar ulama berpendapat

    usury maupun interest termasuk riba.35

    Sedangkan secara terminologis, menurut al-Shabuni, riba adalah

    tambahan yang diambil oleh pemberi hutang dari penghutang sebagai

    perumbangan dari masa (meminjam). Al-Jurjani mendefinisikan riba sebagai

    tambahan atau kelebihan yang tiada bandingannya bagi salah satu orang yang

    berakad. Sementara Abdurrahman al-Jaziri dalam Kitab al-Fiqh ala Madzahib

    al-Arba‟ah menjelaskan bahwa riba menurut istilah fukaha adalah tambahan

    pada salah satu dua barang yang sejenis yang ditukar tanpa adanya

    imbalan/imbangan terhadap tambahan tersebut.36

    Secara umum Ulama Fiqih mendefinisikan riba dengan, “kelebihan harta

    dalam suatu muamalah dengan tidak ada imbalan atau gantinya”. Dibawah ini,

    disebutkan beberapa definisi riba dari beberapa ulama: 37

    1) Ibnu Hajar Al Askalani, mengatakan “Esensi riba adalah kelebihan,

    apakah itu berupa barang ataupun uang, seperti uang dua dinar sebagai

    pengganti satu dinar.”

    2) Allama Mahmud Al Hassan Tauki, mengatakan, “Riba berarti kelebihan

    atau kenaikan, dan jika dalam suatu perjanjian barter (pertukaran barang

    dengan barang), meminta adanya kelebihan satu benda untuk benda yang

    sama.”

    35 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal.

    14. 36

    Abdul Ghofur, “Konsep Riba Dalam Al-Qur’an”, Economica Vol. VII (2016): hal. 5. 37 Arisson Hendry et al., Perbankan Syariah Perspektif Praktisi... hal. 8-9.

  • 23

    3) Syekh Waliyullah Dahlawi, mengatakan “unsur riba terdapat pada hutang

    yang diberikan dengan syarat si peminjam bersedia membayarnya lebih

    banyak dari apa yang telah diterimanya.”

    4) Abu Bakar bin Al Arabi, mengatakan “setiap kelebihan yang tidak ada

    sesuatu pun yang dikembalikan sebagai penggantinya disebut riba.”

    5) Qatadah, mengatakan, sebelum kedatangan Islam yang disebut riba

    adalah “jika seseorang menjual barangnya pada orang lain untuk jangka

    waktu tertentu, dan ketika sampai batas waktu yang ditentukan si pemberi

    tidak dapat membayarnya, lalu si penjual memberikan perpanjangan

    waktu pembayarannya.

    Menurut Ensiklopedi Islam Indonesia yang disusun oleh tim penulis IAIN

    Syarif Hidayatullah, “Ar-Riba atau ar-Rima makna asalnya ialah tambah,

    tumbuh, dan subur. Adapun pengertian tambah dalam konteks riba ialah

    tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan

    syara’, apakah tambahan itu berjumlah sedikit maupun berjumlah banyak, seperti

    yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an.”38

    Riba dapat timbul dalam pinjaman (riba

    dayn) dan dapat pula timbul dalam perdagangan (riba bai‟). Riba dayn adalah

    tambahan atas pokok, baik sedikit maupun banyak. Riba bai’ terdiri dari dua

    jenis, yaitu riba karena pertukaran barang sejenis, tetapi jumlahnya tidak

    seimbang (riba fadl), dan riba karena pertukaran barang sejenis dan jumlahnya

    dilebihkan karena melibatkan jangka panjang waktu (riba nasi‟ah).39

    38

    Wirdyaningsih et al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia... hal. 21. 39 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah… hal. 13-14.

  • 24

    c. Hukum Riba

    Ulama sepakat bahwa muamalah dengan cara riba hukumnya haram.

    Keharaman ini dapat dijumpai dalam tahapan pengharaman riba melalui ayat-

    ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah SAW.40

    Allah SWT menunjukkan bahwa riba itu bersifat negatif, dalam Surah Ar-

    Rum (30) Ayat 39 :

    Artinya:“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah

    pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah....”41

    Allah SWT telah memberikan isyarat akan keharaman riba melalui

    kecaman terhadap praktek riba di kalangan masyarakat Yahudi. Surah An-Nisaa

    (4) Ayat 161 :

    Artinya:“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka

    telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda

    orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-

    orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.”42

    Allah SWT mengharamkan salah satu bentuk riba, yaitu yang bersifat

    berlipat ganda dengan larangan yang tegas, tercantum dalam surah Ali Imran (3)

    Ayat 130:

    40 Arisson Hendry et al., Perbankan Syariah Perspektif Praktisi… hal. 9. 41 Departemen Agama RI, Al-Qur’anTajwid dan Terjemahannya (Bandung: CV Penerbit

    Diponegoro, 2010), Surah Ar-Rum Ayat 39. 42Ibid., Surah An-Nisaa Ayat 161.

  • 25

    Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba

    dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu

    mendapat keberuntungan.”43

    Allah SWT mengharamkan riba secara keseluruhan (total) dengan segala

    bentuknya. Hal ini disampaikan melalui firman-Nya dalam surah Al Baqarah (2)

    Ayat 275-281. Dalam ayat 275, Allah SWT menyatakan bahwa jual beli sangat

    berbeda dengan riba, dalam 276 Allah SWT menyatakan memusnahkan riba dan

    dalam 277 Allah SWT memerintahkan untuk meninggalkan segala bentuk riba

    yang masih ada. Keharaman riba secara total ini, menurut ahli fiqh berkisar pada

    akhir tahun ke delapan atau awal tahun kesembilan hijriah. 44

    Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, antara lain;

    Riwayat Imam Muslim:

    بْنِد هللا ٍْن عَع ِآهَعُّه : قَعالَع , عَع بَعا وَع يُه ْن هَّىَع ِآمَع انرِّ سَع ِّ وَع هَعيْن هَّى هللا عَع سُهولُه هللا صَع ٍَع رَع ِّ قَعا , نَععَع ِْدَع ي ا ا تِبَعُّه وَع شَع قا ل قُههْنتُه وَع آَع

    َُعا عْن ًِ ا سَع ًَع دِّ ثُه بِ ا َُهحَع ًَع ل إِ ََّ

    “Dari Abdullah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW melaknat orang yang

    memakan (mengambil) dan memberikan.” Rawi berkata: saya bertanya:

    “(apakah Rasulullah melaknat juga) orang yang menuliskan dan dua

    orang yang menjadi saksinya?” Ia (Abdullah) menjawab: “Kami hanya

    menceritakan apa yang kami dengar.” (HR. Muslim)

    Riwayat Imam Nasaai:

    ةَع يْنرَع ٍْن َعبب ُْهرَع ٍْن نَعىْن : قال , عَع ٌَع انرِّ بَعا فً ٌٌ يَعأْن آُههو ِّ وسهَّىَع يَعأْنتب عهى انَُّا ِس زَع يا هَعي هَّى هللا عَع سُهولُه هللا صَع قَعال رَع

    يَعأْن آُههو َع صا بُّه ِيٍ غبا ر ِ

    “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah bersabda: “Akan datang kepada

    umat manusia suatu masa di mana mereka (terbiasa) memakan riba.

    Barang siapa tidak memakan (mengambil)-nya, ia akan terkena

    debunya.” (HR. An-Nasa‟i)

    43

    Ibid., Surah Ali-Imran Ayat 130. 44 Arisson Hendry et al., Perbankan Syariah Perspektif Praktisi… hal. 10.

  • 26

    Riwayat Imam Ibnu Majah:

    ةَع يْنرَع ٍْن َعبب ُْهرَع مُه : قال , عَع ُْنِكحَع انرِّ جُه ٌْن ي رُه َْعا َع و بًا َعيْنسَع ٌَع حُه و بْنعُه ِّ وسهَّىَع انرِّ بَعا سَع هَعي هَّى هللا عَع سُهولُه هللا صَع قَعال رَع

    ُّه ُهيَّ

    “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah bersabda: “Riba adalah tujuh

    puluh dosa; dosanya yang paling ringan adalah (sama dengan) dosa

    orang yang berzina dengan ibunya.” (HR. Ibnu Majah).45

    F. Tinjauan Pustaka

    Tinjauan pustaka yang sering disebut juga dengan kajian terdahulu atau

    literatur review, adalah bagian dari proposal yang mendiskusikan laporan

    penelitian, tulisan (buku atau jurnal) atau kegiatan akademis lainnya seperti

    seminar terdahulu berkenaan atau berdekatan dengan fokus kajian yang akan

    dilakukan.46

    Tabel 4

    Penelitian Terdahulu

    No Peneliti Judul

    Penelitian

    Metode Kesimpulan

    1. Mamduh

    (2015)

    Persepsi,

    preferensi,

    sikap dan

    perilaku

    takmir

    masjid

    terhadap

    bank

    syariah

    (Studi di

    kecamatan

    Ngaliyan

    Kota

    Semarang)

    Field

    reseach,

    Kualitatif

    Dalam penelitian ini

    menjelaskan bahwa

    presentase takmir masjid

    terhadap pelaksanaan

    prinsip-prinsip syariah ke

    dalam konsep dan praktek

    operasional masing-masing

    berbeda. Dimana, penilaian

    (kritisi) terhadap praktek

    operasional yang belum

    sesuai prinsip-prinsip

    syariah jauh besar

    menyatakan tidak setuju jika

    praktek sudah sesuai dengan

    prinsip syariah, sedangkan

    penilaian terhadap konsep

    hanya sedikit yang menilai

    belum sesuai bahwa konsep

    45 Ma’ruf Amin et al., Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia... hal. 1245-1245. 46

    Suaidi Asyari, Paduan Penulisan Karya Ilmiah (Jambi: Program Pascasarjana IAIN STS JAMBI, 2011), hal. 32.

  • 27

    sudah sesuai prinsip

    syariah.47

    2. Vika

    Dliyaullami

    (2017)

    Tinjauan

    Hukum

    Islam

    terhadap

    Penyimpan

    an Uang

    Kas Masjid

    di Bank

    BRI

    Konvension

    al (Studi

    Kasus di

    Masjid

    Baitul

    Muttaqin

    Desa

    WringinJaja

    r Mranggen

    Demak)

    Field

    Reseach,

    Kualitatif

    Dalam penelitian ini dapat

    di tarik kesimpulan bahwa

    Praktek penyimpanan uang

    kas Masjid Baitul Muttaqin

    Desa WringinJajar Kec

    Demak di BRI konvensional

    tidak boleh karena di

    lingkungan sekitar masjid

    masih ada lembaga

    keuangan syariah.48

    3. Muhammad

    Ghafur W.

    (2008)

    Pengaruh

    Fatwa MUI

    tentang

    keharaman

    bunga/inter

    est terhadap

    perkemban

    gan

    perbankan

    syariah di

    Indonesia

    Kualitatif Dalam penelitian ini di tarik

    beberapa kesimpulan, antara

    lain: Pertama, keluarnya

    Fatwa keharaman

    bunga/interest oleh MUI

    belum seluruhnya difahami

    oleh masyarakat, selain itu

    masih banyak masyarakat

    yang tidak mengikuti

    pendapat MUI tersebut.

    Kedua, pengetahuan

    masyarakat terhadap bank

    syariah relatif masih rendah.

    Ketiga, uji rata-rata atas tiga

    variabel di bank syariah

    (pertumbuhan aset,

    pembiayaan dan DPK)

    menunjukkan tidak adanya

    perbedaan kondisi pada

    waktu sebelum dan sesudah

    47 Mamduh, “Persepsi, Preferensi, Sikap, dan Perilaku Takmir Masjid terhadap Bank

    Syariah...”, hal.79-81. 48

    Vika Dliyaullami, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Penyimpanan Uang Kas Masjid di Bank Konvensional...”, hal. 73-74.

  • 28

    Fatwa MUI. Artinya, fatwa

    MUI tidak berdampak

    signifikan terhadap

    pertumbuhan variabel-

    variabel bank syariah di

    Indonesia. 49

    4. Muhammad

    Afdi Nizar

    (2007)

    Analisis

    Kinerja

    Perbankan

    Syari’ah

    Paska

    Fatwa MUI

    Tentang

    Keharaman

    Bunga

    Metode

    Analisis

    Deskriptif

    Dalam penelitian ini

    menjelaskan bahwa fatwa

    keharaman bunga (riba)

    yang ditetapkan oleh

    Majelis Ulama Indonesia

    memberikan pengaruh

    signifikan terhadap kinerja

    perbankan syari’ah secara

    keseluruhan; share asset

    perbankan syari’ah terhadap

    total aset perbankan

    nasional paska fatwa MUI

    menunjukkan peningkatan

    dibandingkan dengan

    sebelum ditetapkannya

    fatwa tersebut; dana pihak

    ketiga yang berhasil

    dimobilisasikan perbankan

    syari’ah paska fatwa MUI

    lebih besar dibandingkan

    sebelumnya, dengan

    kecendrungan yang terus

    meningkat.50

    5. Muhammad

    Isa (2018)

    Pengetahua

    n, persepsi

    dan sikap

    pengurus

    masjid

    terhadap

    perbankan

    syariah

    (Studi di

    Kecamatan

    Panyabunga

    n Barat

    Field

    reseach,

    Kualitatif

    Dari hasil penelitian ini

    dapat ditarik beberapa

    kesimpulan, sebagai berikut:

    Pertama, pengurus masjid di

    Kec Panyabungan Barat

    sudah mengetahui

    keberadaan bank di

    Kabupaten Mandailing

    Natal, baik bank

    konvensional maupun bank

    syariah. Namun, hanya

    mengenal bank syariah

    49 Muhammad Ghafur,“Pengaruh Fatwa MUI tentang Keharaman Bunga/Interest

    terhadap Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Penelitian Agama Vol.XVII No.2 (2008): hal. 369.

    50 Muhammad Afdi, “Analisis Kinerja Perbankan Syari’ah Paska Fatwa MUI tentang

    Keharaman Bunga”, Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 11, No.4 (2007): hal. 25.

  • 29

    Kabupaten

    Mandailing

    Natal)

    secara umum saja. Kedua,

    pengurus masjid di kec

    Panyabungan Barat

    memiliki persepsi yang

    positif terhadap perbankan

    syariah. Mereka merasa

    bahwa bank syariah

    memang bank yang sesuai

    dengan ajaran Islam. Ketiga,

    sikap pengurus masjid di

    Kec. Panyabungan Barat

    terhadap bank syariah

    umumnya menyukai produk

    dan jasa bank syariah. Hal

    yang menarik dari data ini

    adalah bahwa dukungan dan

    kesukaan mereka terhadap

    produk dan jasa bank

    syariah hampir tidak

    terealisasi dalam kehidupan

    sehari-hari. Dengan kata lain

    bank syariah tidak cukup

    hanya berpromosi dengan

    bahasa agama namun juga

    harus meningkatkan kualitas

    pelayanannya dan kuantitas

    outlet pelayanannya.51

    Adapun yang membedakan penelitian penulis dengan penelitian yang

    dilakukan peneliti terdahulu adalah subjek penelitian ini terfokus pada persepsi

    pengurus masjid terhadap fatwa MUI nomor 1 tahun 2004 tentang bunga

    (interest/fa‟idah) dan masjid di Kelurahan Kenali Besar Kecamatan Alam Barajo

    sebagai objek penelitian ini.

    51 Muhammad Isa,“Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap Pengurus Masjid terhadap Bank

    Syariah (Studi di Kecamatan Panyabungan Barat Kabupaten Mandailing Natal)”, j-EBIS Vol.3 No.1 (2018): hal. 17.

  • 30

    BAB II

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif yaitu

    suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap suatu

    prilaku, fenomena, peristiwa, masalah atau keadaan tertentu. Metode penelitian

    kualitatif adalah metode (jalan) penelitian yang sistematis yang digunakan untuk

    mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di

    dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang

    alamiah ketika hasil penelitian diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan

    ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dari fenomena yang

    diamati.52

    Dengan pendekatan deskriptif yaitu dengan cara mendeskripsikan

    suatu masalah, peristiwa atau kejadian saat ini sebagaimana adanya saat

    penelitian berlangsung.53

    B. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di beberapa masjid di Kelurahan Kenali Besar

    Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi, antara lain :

    52 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian

    (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hal. 186. 53

    Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: GP Press Group, 2013), hal. 10.

  • 31

    Tabel 5

    Lokasi Penelitian

    No. Nama Masjid Alamat

    1. Masjid Fathurahman Jl. Kapt Patimura Lrg. Bersama RT.06

    2. Masjid Babul Fatah Jl. Sersan Anwar Bay RT. 05

    3. Masjid Mifthahul Jannah Jl. Patimura II Lrg. H. Leman RT.12

    4. Masjid Nur Aminah Jl. Patimura II RT. 14

    5. Masjid Mukhlisin Jl. Kenali Jaya RT. 15

    6. Masjid Baiturahman Jl. H. Somad RT.18

    7. Masjid Muhajirin Komp. Kota Baru Indah RT. 19

    8. Masjid Darul Iman Komp. Guru Patimura RT. 41

    9. Masjid Ratna Wilis Jl. Beradat RT.16

    10. Masjid Nurhasanah Komp. Kembar Lestari RT.45

    11. Masjid Nur Ikhlas Perum Yeyes Lestari III RT. 38

    C. Jenis dan Sumber Data

    Dalam penelitian ini, ada 2 (dua) jenis data yang digunakan, yaitu data

    primer dan data sekunder.

    a) Data Primer

    Data Primer yakni data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti seperti

    observasi, wawancara, dan dokumentasi.54

    Berdasarkan definisi tersebut, dalam

    penelitian ini sumber data primer diperoleh dari individu, lembaga-lembaga yang

    dianggap memiliki informasi berkaitan dengan masalah yang diteliti dan proses

    kegiatan, peristiwa.

    b) Data Sekunder

    Data Sekunder yakni data yang telah dikumpulkan oleh orang lain. Data

    sekunder dapat dikumpulkan dengan cara membaca hasil penelitian/karya orang

    lain, laporan tahunan sebuah perusahaan, statistik pemerintah, data tamu hotel

    (misalnya dan sejenisnya yang telah dikumpulkan orang lain.55

    Dalam penelitian

    54

    Suaidi Asyari,. Paduan Penulisan Karya Ilmiah… hal. 34. 55 Ibid.,

  • 32

    ini, data sekunder diperoleh dari bahan-bahan dokumen, laporan, surat-surat

    keputusan, kepustakaan dan lain sebagainya.

    D. Metode Pengumpulan Data

    a. Observasi

    Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan

    manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Observasi juga dilakukan bila belum

    banyak keterangan dimiliki tentang masalah yang kita selidiki. Observasi

    diperlukan untuk menjajakinya. Jadi berfungsi sebagai eksplorasi. Dari hasil ini

    kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan

    mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkannya.56

    Metode observasi

    adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

    penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.57

    b. Wawancara

    Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

    melalui tanya jawab sehingga dapar dikonstruksikan makna dalam suatu topik

    tertentu, atau dengan kata lain pengertian wawancara adalah suatu metode

    pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung

    untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat

    dibangun makna dalam suatu topik tertentu.58

    Dalam penelitian ini penulis

    menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) kepada

    pengurus masjid. Dimana, wawancara mendalam adalah proses memperoleh

    56 Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 106. 57 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu

    Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 115. 58 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif… hal. 186

  • 33

    keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

    muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,

    dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.59

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah cara pengumpulan informasi yang didapatkan dari

    dokumen, yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta ijazah, rapor, peraturan

    perundang-undangan, buku harian, surat-surat pribadi, catatan biografi, dan lain-

    lain yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti.60

    Dokumentasi juga

    merupakan data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguat data observasi

    dan data wawancara.

    E. Teknik Analisis Data

    Hal-hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitantif, yaitu:

    menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial, mendeskripsikan

    kejadian proses sosial itu apa adanya dan menganalisis makna yang ada dibalik

    informasi, data dan proses sosial suatu fenomena sosial.61

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data model

    Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman analisis data kualitatif

    adalah suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara

    bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau

    verifikasi.

    59 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu

    Sosial Lainnya… hal. 108. 60 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif… hal. 186. 61

    Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya…hal. 153.

  • 34

    a) Data Reduction (Reduksi Data)

    Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak sehingga

    perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih

    hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan

    polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan

    gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

    pengumpulan data selanjutnya, kemudian mencarinya bila diperlukan.

    b) Data Display (Penyajian Data)

    Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah menampilkan

    (display) data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

    bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart, dan sejenisnya.

    Data yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

    kualitatif adalah data berupa teks yang bersifat naratif. Dengan menampilkan

    data, hal ini akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

    c) Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)

    Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and

    Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

    dikemukakan masih bersifat sementara sehingga akan berubah bila tidak

    ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung tahap pengumpulan data

    berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung

    oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, saat peneliti kembali ke lapangan

  • 35

    untuk mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan bersifat

    kredibel.62

    Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi

    sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah

    pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan

    umum yang disebut analisis.63

    F. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    BAB 1 : PENDAHULUAN

    Bab 1, Pendahuluan merupakan bab yang menjelaskan latar belakang,

    rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, kerangka teori

    tentang fatwa, bunga dan riba, masjid dan pengurus masjid, bank, dan tinjuan

    pustaka.

    BAB II : METODE PENELITIAN

    Bab II, Metode Penelitian menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi

    penelitian, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan data, dan teknik

    analisis data.

    BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    Bab III, Gambaran Umum memaparkan tentang gambaran umum lokasi

    penelitian, yang terdiri dari sekilas tentang Kelurahan Kenali Besar, Keberadaan

    Lembaga Keuangan (bank) di Kelurahan Kenali Besar dan Profil Masjid.

    62 Endang Widi Winarmi, Teori dan Praktik Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, PTK, R & D,

    (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hal. 172-174 63 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif… hal. 226

  • 36

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini penulis

    memaparkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang akan diteliti oleh penulis

    mengenai persepsi pengurus masjid terhadap fatwa MUI nomor 1 tahun 2004

    tentang bunga (interest/fa’idah) (Studi kasus masjid di Kelurahan Kenali Besar).

    BAB V : PENUTUP

    Bab V, Penutup, memaparkan kesimpulan yang diperoleh selama penulis

    melakukan penelitian skripsi, berisikan saran-saran yang semoga dapat

    bermanfaat bagi pihak pengurus masjid maupun peneliti selanjutnya, dan juga

    dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran dan curriculum vitae.

  • 37

    BAB III

    GAMBARAN UMUM

    A. Letak Geografis Kelurahan Kenali Besar

    Kenali Besar merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Alam Barajo,

    Kota Jambi, Provinsi Jambi, Indonesia. Di kecamatan Alam Barajo terdapat 5

    kelurahan antara lain Kenali Besar, Rawasari, Mayang Mangurai, Bagan Pete,

    Beliung.Kecamatan Alam Barajo merupakan hasil pemekaran dari kecamatam

    Kota Baru.64

    Secara geografis wilayah kelurahan Kenali Besar memiliki luas

    wilayah 1.101 km2 terdiri atas daratan 1.091 Ha dan perairan 10 km

    2. Adapun

    batasan wilayah kelurahan Kenali Besar yakni65

    :

    Utara : Rawasari dan Simp IV sipin

    Selatan : Pematang gajah dan Mendalo Darat

    Barat : Penyengat Rendah dan Pematang Sulur

    Timur : Bagan Pete

    B. Kependudukan

    Berdasarkan monografi Kelurahan Kenali Besar tahun 2017, jumlah

    penduduk di Kelurahan Kenali Besar berjumlah 32.070 jiwa, terdiri dari laki-laki

    15. 980 jiwa dan wanita 16.090 jiwa.

    64 http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kecamatan_dan_kelurahan_di_kota_Jambi, diakses pada 17 Mei 2019.

    65 Kantor Lurah Kelurahan Kenali Besar, Monografi Kelurahan, 2017.

  • 38

    Tabel 6

    Jumlah Penduduk Kelurahan Kenali Besar

    No. Komposisi umur

    penduduk

    Jenis Kelamin Jumlah

    L P

    1. 0-6 Tahun 780 810 1.590

    2. 7-12 Tahun 965 960 1.925

    3. 13-15 Tahun 764 843 1.687

    4. 16-18 Tahun 863 1.319 2.182

    5. 19-25 Tahun 863 898 1.761

    6. 26-30 Tahun 1.310 1.242 2.552

    7. 31-35 Tahun 1.511 1.412 2.923

    8. 36-40 Tahun 1.436 1.430 2.866

    9. 41-45 Tahun 2.510 2.430 4.940

    10. 46-50 Tahun 2.740 2.686 5.426

    11. 51-55 Tahun 1.436 1.364 2.800

    12. 56-60 Tahun 460 450 910

    13. >60 Tahun 342 246 588

    Jumlah 15.980 16.090 32.070

    Sumber : Monografi Kelurahan Kenali Besar

    Dari aspek pendidikan, masyarakat Kelurahan Kenali Besar banyak

    warga yang hanya lulus SD 480 orang, sedangkan SMP 200 orang, SMA 100

    orang, D1-D3 84, Sarjana 315 orang dan Pascasarjana 64 orang. Adapun warga

    yang merupakan lulusan dari Pondok Pesantren 189 orang, Pendidikan

    Keagamaan 200 orang, Sekolah luar biasa 15 orang, Kursus Keterampilan 320

    orang.

    Dari aspek agama, mayoritas penduduk Kelurahan Kenali Besar

    beragama Islam. Adapun Sarana Ibadah di Kelurahan Kenali Besar yakni masjid

    ± 22 buah, mushola ± 8 buah dan gereja ± 3 buah.66 Melihat realitas tersebut,

    fungsi infrastruktur keagamaan, terutama masjid, sangatlah penting bagi

    kehidupan masyarakat dalam aspek keagamaan. Namun demikian, fungsi dan

    peran masjid harus diperluas tidak hanya memainkan peran dan fungsi ibadah,

    66 Ibid.,

  • 39

    akan tetapi meluas kepada fungsi pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Sehingga

    masyarakat mampu membangun peradaban yang tinggi melalui institusi masjid.67

    C. Sosial-Ekonomi Masyarakat

    Kelurahan Kenali Besar merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan

    Alam Barajo yang memiliki latarbelakang sosial-ekonomi yang sangat beragam

    mulai dari sektor industri hingga pertanian. Dari data monografi, jumlah

    penduduk yang bekerja 20.000 orang, jumlah penduduk yang mencari kerja

    2.070 orang dan jumlah penduduk yang tidak bekerja/menganggur 1.000 orang.

    Adapun sektor/lapangan usaha antara lain : pertanian tanaman pangan,

    perkebunan, jasa, industri, perdagangan, perikanan, peternakan, pertanian

    lainnya, angkutan dan lainnya.68

    D. Keberadaan Bank di Kelurahan Kenali Besar

    Berdasarkan data perbankan yang penulis peroleh69

    terdapat 3 lembaga

    keuangan di Kelurahan Kenali Besar, antara lain: Bank BNI Syariah, Bank BNI,

    dan Bank BTN.

    E. Profil Masjid

    Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Kelurahan Kenali Besar

    sampai dengan Januari 2019 terdapat 25 masjid di Kelurahan Kenali Besar. Dari

    total 25 masjid tersebut, penulis mengambil 11 masjid yang menyimpan dana di

    Bank Konvensional dan Bank Syariah, dimana tiap-tiap masjid diambil 1 takmir

    sebagai narasumber yang diwawancarai.

    67 Mamduh, “Persepsi, Preferensi, Sikap dan Prilaku Takmir Masjid terhadap Bank

    Syariah (Studi di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang)”... hal. 58. 68

    Kantor Lurah Kelurahan Kenali Besar, Monografi Kelurahan, 2017. 69 http://jambikota.go.id/new/bank/, diakses pada 10 Juli 2019.

  • 40

    Profil masjid-masjid tersebut antara lain70

    :

    1. Nama Masjid : Masjid Fathurrahman

    Alamat : Jl. Kapten Patimura RT. 05 Kel. Kenali Besar

    Luas Tanah : 500 m2

    Status Tanah : Wakaf

    Luas Bangunan : 400 m2

    Tahun Berdiri : 1994

    Daya Tampung Jamaah : 300 orang

    Fasilitas : Parkir, taman, gudang, tempat penitipan

    sepatu/sandal, ruang belajar (TPA/Madrasah), perlengkapan pengurusan

    jenazah, perpustakaan, kantor sekretariat, penyejuk udara/AC, sound sistem

    dan multimedia, pembangkit listrik/genset, kamar mandi/WC, tempat wudhu,

    sarana ibadah.

    Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf,

    menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, pusat kegiatan

    belajar masyarakat), menyelenggarakan dakwah Islam/tabliq akbar,

    menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam, menyelenggarakan sholat

    Jumat, menyelenggarakan ibadah sholat fardhu

    Jumlah Pengurus : 80 orang

    Imam : 15 orang

    Khatib : 21 orang

    70

    http://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid//?keyword=kenali+besar, diakses pada 20 Juli 2019.

  • 41

    2. Nama Masjid : Masjid Babul Fatah

    Alamat : Jl. Sersan Anwar Bay RT. 05 Kel. Kenali Besar

    Status Tanah : Wakaf

    Luas Bangunan : 625 m2

    Tahun Berdiri : 1990

    Daya Tampung Jamaah : 200

    Fasilitas : Parkir, gudang, perlengkapan pengurusan

    jenazah, kantor sekretariat, sound sistem dan multimedia, kamar mandi/WC,

    tempat wudhu, sarana ibadah.

    Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf,

    menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan dakwah Islam/tabligh

    akbar, menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam, menyelenggarakan

    sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat fardhu.

    Jumlah Pengurus : 20 orang

    Imam : 4 orang

    Khatib : 4 orang

    3. Nama Masjid : Masjid Miftahul Jannah

    Alamat : Jl. Patimura II Lrg. H. Leman RT.12

    Luas Tanah : 1.728 m2

    Status Tanah : Wakaf

    Luas Bangunan : 144 m2

    Tahun Berdiri : 2000

    Daya Tampung Jamaah : 150 orang

  • 42

    Fasilitas : Parkir, perlengkapan pengurusan jenazah, sound

    sistem dan multimedia, pembangkit listrik/genset, kamar mandi/WC, tempat

    wudhu, sarana ibadah.

    Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf,

    menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan kegiatan hari besar

    Islam, menyelenggarakan sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat

    fardhu.

    Jumlah Pengurus : 30 orang

    Imam : 3 orang

    Khatib : 10 orang

    4. Nama Masjid : Masjid Nur Aminah

    Alamat : Jl. Patimura II RT. 14 Kel. Kenali Besar

    Luas Tanah : 500 m2

    Status Tanah : SHM

    Luas Bangunan : 225 m2

    Tahun Berdiri : 2009

    Daya Tampung Jamaah : 200

    Fasilitas : Parkir, gudang, perlengkapan pengurusan

    jenazah, penyejuk udara/AC, sound sistem dan multimedia, kamar

    mandi/WC, tempat wudhu, sarana ibadah.

    Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf,

    menyelenggarakan kegiatan sosial ekonomi (koperasi masjid),

    menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan dakwah Islam/tabligh

  • 43

    akbar, menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam, menyelenggarakan

    sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat fardhu.

    Jumlah Pengurus : 31 orang

    Imam : 3 orang

    Khatib : 3 orang

    5. Nama Masjid : Masjid Mukhlisin

    Alamat : Jl. Kenali Jaya RT. 15 Kel. Kenali Besar

    Luas Tanah : 957 m2

    Status Tanah : Wakaf

    Luas Bangunan : 200 m2

    Tahun Berdiri : 1996

    Daya Tampung Jamaah : 150 orang

    Fasilitas : Parkir, gudang, ruang belajar (TPA/Madrasah),

    perlengkapan pengurusan jenazah, penyejuk udara/AC, sound sistem dan

    multimedia, pembangkit listrik/genset, kamar mandi/WC, tempat wudhu,

    sarana ibadah.

    Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf,

    menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan kegiatan hari besar

    Islam, menyelenggarakan sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat

    fardhu.

    Jumlah Pengurus : 20 orang

    Imam : 5 orang

  • 44

    6. Nama Masjid : Masjid Baiturrahman

    Alamat : Jl. H. Somad RT. 18 Kel. Kenali Besar

    Luas Tanah : 1.080 m2

    Status Tanah : Wakaf

    Luas Bangunan : 244 m2

    Tahun Berdiri : 2007

    Daya Tampung Jamaah : 540 orang

    Fasilitas : Parkir, gudang, tempat penitipan sepatu/sandal,

    ruang belajar (TPA/Madrasah), aula serba guna, perlengkapan pengurusan

    jenazah, perpustakaan, kantor sekretariat, penyejuk udara/AC, sound sistem

    dan multimedia, pembangkit listrik/genset, kamar mandi/WC, tempat wudhu,

    sarana ibadah.

    Kegiatan : Menyelenggarakan ibadah sholat fardhu,

    menyelenggarakan sholat jumat,.

    Jumlah Pengurus : 6 orang

    Imam : 21 orang

    Khatib : 21 orang

    7. Nama Masjid : Masjid Muhajirin

    Alamat : Jl. Beradat RT.16

    Luas Tanah : 700 m2

    Status Tanah : Wakaf

    Luas Bangunan : 144 m2

    Tahun Berdiri : 1990

  • 45

    Daya Tampung Jamaah : 300 orang

    Fasilitas : Parkir, gudang, sound sistem dan multimedia,

    kamar mandi/WC, tempat wudhu, sarana ibadah.

    Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf,

    menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, pusat kegiatan

    belajar masyarakat), menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan

    dakwah Islam/tabliq akbar, menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam,

    menyelenggarakan sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat fardhu

    Jumlah Pengurus : 14 orang

    Imam : 3 orang

    Khatib : 3 orang

    8. Nama Masjid : Masjid Darul Iman

    Alamat : Komp. Guru Patimura RT 41

    Luas Tanah : 300 m2

    Status Tanah : Wakaf

    Luas Bangunan : 225 m2

    Tahun Berdiri : 2000

    Daya Tampung Jamaah : 300 orang

    Fasilitas : Gudang, sound sistem dan multimedia, penyejuk

    udara/AC, kamar mandi/WC, tempat wudhu, sarana ibadah.

    Kegiatan : Menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam,

    menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan sholat jumat,

    menyelenggarakan ibadah sholat fardhu

  • 46

    Jumlah Pengurus : 20 orang

    Imam : 4 orang

    Khatib : 2 orang

    9. Nama Masjid : Masjid Ratna Wilis

    Alamat : Jl. Beradat RT.16

    Luas Tanah : 1.000 m2

    Status Tanah : Wakaf

    Luas Bangunan : 400 m2

    Tahun Berdiri : 2000

    Daya Tampung Jamaah : 1000 orang

    Fasilitas : Parkir, gudang, sound sistem dan multimedia,

    penyejuk udara/AC, kamar mandi/WC, tempat wudhu, sarana ibadah.

    Kegiatan : Hadroh, menyelenggarakan kegiatan hari besar

    Islam, menyelenggarakan sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat

    fardhu

    Jumlah Pengurus : 33 orang

    Imam : 6 orang

    Khatib : 6 orang

    10. Nama Masjid : Masjid Nurhasanah

    Alamat : Perum Kembar Lestari RT. 45 Kel. Kenali Besar

    Luas Tanah : 400 m2

    Status Tanah : SHM

    Luas Bangunan : 200 m2

  • 47

    Tahun Berdiri : 2007

    Daya Tampung Jamaah : 150 orang

    Fasilitas : Parkir, taman, gudang, kantor sekretariat, ruang

    belajar (TPA/Madrasah), perlengkapan pengurusan enazah, penyejuk

    udara/AC, sound sistem dan multimedia, kamar mandi/WC, tempat wudhu,

    sarana ibadah.

    Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf,

    menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, pusat kegiatan

    belajar masyarakat), menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan

    dakwah Islam/tabliq akbar, menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam,

    menyelenggarakan sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat fardhu.

    Jumlah Pengurus : 20 orang

    Imam : 6 orang

    Khatib : 10 orang

    11. Nama Masjid : Masjid Sabilal Muhtadin

    Alamat : Jl. Ir. Purwadi RT 13

    Luas Tanah : 900 m2

    Status Tanah : Wakaf

    Luas Bangunan : 400 m2

    Tahun Berdiri : 1995

    Daya Tampung Jamaah : 300 orang

    Fasilitas : Parkir, taman, gudang, koperasi ruang belajar

    (TPA/Madrasah), perlengkapan pengurusan jenazah, penyejuk udara/AC,

  • 48

    sound sistem dan multimedia, pembangkit listrik/genset, kamar mandi/WC,

    tempat wudhu, sarana ibadah.

    Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf,

    menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, pusat kegiatan

    belajar masyarakat), menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan

    dakwah Islam/tabliq akbar, menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam,

    menyelenggarakan sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat fardhu.

    Jumlah Pengurus : 24 orang

    Imam : 2 orang

    Khatib : 2 orang

    Tabel 7

    Profil pengurus masjid yang diwawancarai antara lain

    Nama Masjid Nama Takmir Keteragan

    Masjid Fathurahman R. Syafril, SH Bendahara Masjid

    Masjid Babul Fatah Bawaihi Yunus Ketua Masjid

    Masjid Mifthahul Jannah Drs. H. Abdul Ghaffar, MA Ketua Masjid

    Masjid Nur Aminah H. M. Amin Ketua Masjid

    Masjid Al Mukhlisin H. Sutarji Bendahara Masjid

    Masjid Baiturahman Herliman Bendahara Masjid

    Masjid Muhajirin Jumhadi Ketua Masjid

    Masjid Darul Iman Mahmud My Ketua Masjid

    Masjid Ratna Wilis Hambali Bendahara Masjid

    Masjid Nurhasanah Rafliansyah, SH Bendahara Masjid

    Masjid Sabilal Muthadin Suhaimi Hasim Ketua Masjid

  • 49

    BAB IV

    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Persepsi Pengurus Masjid terhadap Bank Konvensional dan Bank

    Syari’ah

    Dari total 11 pengurus masjid yang telah diwawancarai, penulis

    menemukan 5 pengurus masjid yang telah mengetahui perbedaan antara bank

    konvensional dan bank syariah. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Mahmud

    My selaku ketua Masjid Darul Iman :

    “jelas berbeda, antara bank syariah dan bank konvensional itu di akadnya

    berbeda. Kalo bank konvensional menggunakan sistem bunga, sedang bank

    syariah menggunakan sistem mudharabah/bagi hasil”.71

    Disisi lain Bapak Abdul Ghaffar selaku ketua Masjid Miftahul Jannah juga

    berpendapat yang sama :

    “bank konvensional sebagian ulama mengatakan itu riba tapi kalau bank

    syari‟ah menggunakan sistem syari‟ah, kalau syari‟ah ada aturan-aturan

    berdasarkan Islam. Istilahnya bukan bunga tapi bagi hasil/mudharabah

    namanya. Tapi kalau sistem konvensional itu memang dianggap bunga.

    Kalau bunga sudah pasti diharamkan”.72

    Dan juga Bapak Herliman selaku bendahara Masjid Baiturrahman

    berpendapat bahwa :

    71 Wawancara dengan Bapak Mahmud My selaku ketua Masjid Darul Iman pada tanggal

    11 Juli 2019. 72

    Wawancara dengan Bapak Abdul Ghaffar selaku ketua Masjid Miftahul Jannah pada tanggal 12 Juli 2019.

  • 50

    “kalau dibank konvensional pakai hitung bunga, kalau di bank syariah ada

    akadnya, bagi hasil”.73

    Pernyataan ketiga narasumber di atas didukung oleh pernyataan dari

    narasumber lainnya yaitu Bapak Jumhadi selaku ketua Masjid Muhajirin :

    “bank syari‟ah itu bagi hasil