PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP...

96
PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KELOR (Moringa oleifera Lam.) DENGAN METODE IN-VITRO DAN LAPANG SKRIPSI Oleh: Rizkha Dwi Syahputra NIM. 135050101111062 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP...

Page 1: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI

TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KELOR

(Moringa oleifera Lam.)

DENGAN METODE IN-VITRO DAN LAPANG

SKRIPSI

Oleh:

Rizkha Dwi Syahputra

NIM. 135050101111062

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI

TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KELOR

(Moringa oleifera Lam.)

DENGAN METODE IN-VITRO DAN LAPANG

SKRIPSI

Oleh:

Rizkha Dwi Syahputra

NIM. 135050101111062

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,
Page 4: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,
Page 5: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Rizkha Dwi Syahputra, lahir di

Trenggalek pada tanggal 06 Oktober 1994, anak kedua dari

pasangan suami istri Bapak Heru Seputra dan Ibu Lilik Sri

Astutik. Penulis menempuh pendidikan dasar di MI Al-Huda

Rejowinangun lulus pada tahun 2007, pendidikan menengah

pertama di SMPN 1 Trenggalek lulus pada tahun 2010,

pendidikan menengah atas di SMAN 1 Trenggalek lulus pada

tahun 2013 dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya jalur SNMPTN pada tahun 2013.

Penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah

Biologi tahun 2014/2016 dan Pendamping Asisten IPTEK Bahan

Pakan tahun 2017. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang di

PT. Dinamika Megatama Citra unit Jombang dan Malang dengan

judul “Manajemen Pemeliharaan Parent Stock Broiler Periode

Starter dan Layer di Breeding Farm PT. Dinamika Megatama

Citra Unit Jombang dan Malang”. Penulis juga tergabung dalam

tim pendampingan perguruan tinggi pada kegiatan Penguatan

Pakan Induk Sapi Potong Tahun 2017. Sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana (S1) Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya, penulis menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Perlakuan Peretasan Biji terhadap

Perkecambahan Benih Kelor (Moringa oleifera Lam.) dengan

metode In-Vitro dan Lapang”.

Page 6: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

ii

Page 7: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah,

dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Perlakuan

Peretasan Biji terhadap Perkecambahan Benih Kelor

(Moringa oleifera Lam.) dengan Metode In-Vitro Dan

Lapang”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Strata satu (S-1) Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis sangat berterima kasih kepada:

1. Prof. Ir. Hendrawan S, M.Rur.Sc, PhD selaku

pembimbing utama dan penyedia dana penelitian serta

Prof. Dr. Ir. Ifar Subagiyo, M.Agr.St, PhD selaku

pembimbing pendamping atas saran dan bimbingannya.

2. Prof. Dr. Ir. Moch. Junus, MS dan Dr. Ir. Herni

Sudarwati, MS selaku penguji penguji yang telah

memberi banyak masukan dan saran selama Ujian

Sarjana.

3. Ibu, Ayah dan kakak atas dukungan moral, materi,

motivasi, serta doa dan kasih sayang yang tak henti

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Pihak Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan

Laboratorium Lapang Kepuharjo atas kesediaannya

sebagai tempat penelitian.

5. Hanif dan Dea sebagai tim penelitian yang telah banyak

membantu terselesaikannya rangkaian kegiatan

penelitian dan skripsi.

6. Teman-teman semua yang telah memberikan bantuan

moral dan material dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

iv

Penulis mengharapkan saran dan kritik demi

kesempurnaan dan perbaikannya sehingga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di

lapang serta dapat dikembangkan lebih lanjut.

Malang, 21 Juni 2017

Penulis

Page 9: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

v

EFFECT OF SEEDS HATCHING TREATMENT ON KELOR (Moringa oleifera Lam.) GERMINATION USING

IN-VITRO AND FIELD METHOD

Rizkha Dwi Syahputra 1), Hendrawan Soetanto 2) and Ifar Subagiyo 2)

1) Student of Animal Nutrition and Feed Department, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University

2) Lecture of Animal Nutrition and Feed Department, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

The research aimed to determine the effect hatching treatment of seeds on Moringa oleifera Lam. germination using

in-vitro and field method. The research material was Moringa

oleifera Lam. seeds from Kupang, East Nusa Tenggara (NTT). The method used in this research was experiment in a Completely Randomized Design nested pattern with 4 treatments and 5 replications. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA), if difference among treatments are obtained, then proceed with Duncan’s Multiple Range Test. Plumula and radicle growth were analyzed using an exponential regression analysis. Results of the research on the effects hatching treatment of seeds on Moringa oleifera Lam. was highly significant (P<0.01) on the germination and viability test, significant (P<0.05) on the growth of sprouts, but not significantly (P>0.05) to the mean average days of germination and seed vigor index of in the laboratory and the field. Based on these results, it can be concluded that the treatment of sanding is able to improve the germination of seeds of Moringa oleifera Lam. in the laboratory, but this treatment

Page 10: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

vi

gives lower yield compared to seeds of Moringa oleifera Lam. without hatching treatment when germinated in the field.

Keywords: Moringa oleifera Lam., seeds, hatching, germination

Page 11: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

vii

PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KELOR

(Moringa oleifera Lam.)

DENGAN METODE IN-VITRO DAN LAPANG

Rizkha Dwi Syahputra 1), Hendrawan Soetanto 2) dan

Ifar Subagiyo 2)

1) Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 2) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

RINGKASAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang dan di Laboratorium Lapang Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Malang, mulai 21 November 2016 sampai dengan 14 Desember 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui macam perlakuan peretasan, perlakuan terbaik yang mempengaruhi perkecambahan serta mengetahui indeks vigor dan pertumbuhan kecambah benih kelor (Moringa oleifera Lam.) di laboratorium dan lapang.

Materi penelitian adalah benih kelor (Moringa oleifera Lam.) dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan bentuk fisik utuh, kering dan beratnya ≥ 0,2 g. Jumlah benih kelor yang diteliti sebanyak 400 biji yang terbagi di laboratorium dan di lapang masing-masing 200 biji. Metode yang digunakan adalah percobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang, 4 perlakuan, 5 ulangan. Data dianalisis dengan Analisis Variansi (ANAVA), apabila terdapat

perbedaan hasil signifikan, dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s. Pendugaan pola pertumbuhan plumula dan radikula dilakukan analisis regresi eksponensial. Perlakuan

Page 12: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

viii

yang digunakan adalah benih kelor tanpa perlakuan peretasan (P0), benih direndam dalam air dengan suhu awal 75 oC selama 15 menit (P1), benih diamplas (P2) dan benih dikelupas kulit bijinya (P3). Variabel penelitian meliputi daya berkecambah, viabilitas benih, rata-rata hari berkecambah, indeks vigor, panjang plumula dan panjang radikula. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan peretasan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap uji daya kecambah dan viabilitas, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap rata-rata hari berkecambah, indeks vigor benih kelor di laboratorium dan lapang. Perlakuan P2 di laboratorium lebih tinggi daripada P0, P1 dan P3 dengan nilai daya kecambah 97,96 ± 0,229%, viabilitas 100 ± 0,000%, rata-rata hari berkecambah 3,62 ± 0,370 hari, indeks vigor 2,78 ± 0,345 biji/hari, sedangkan pendugaan pertumbuhan plumula memiliki determinasi 0,472 dengan laju pertumbuhan 0,205 cm/hari dan radikula determinasi 0,704 dengan laju pertumbuhan 0,154 cm/hari terhadap umur sampai 14 HST. Adapun hasil di lapang diperoleh bahwa perlakuan P0 lebih tinggi daripada P1, P2 dan P3 dengan nilai daya kecambah 79,65 ± 0,665%, viabilitas 85,58 ± 0,721%, rata-rata hari berkecambah 10,46 ±0,643 hari, indeks vigor 0,83 ± 0,153 biji/hari dan pendugaan pertumbuhan plumula memiliki determinasi 0,587 dengan laju pertumbuhan 0,084 cm/hari terhadap umur sampai 21 HST.

Kesimpulan penelitian diperoleh bahwa perlakuan peretasan dengan pengamplasan mampu meningkatkan daya kecambah, indeks vigor, panjang plumula dan radikula serta mempercepat rata-rata hari perkecambahan benih kelor di laboratorium, namun perlakuan tersebut memberikan hasil lebih rendah dibandingkan dengan benih kelor tanpa perlakuan peretasan saat dikecambahkan di lapang.

Page 13: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

ix

DAFTAR ISI

Isi Halaman

RIWAYAT HIDUP ....................................................... i KATA PENGANTAR................................................... iii ABSTRACT ................................................................... v RINGKASAN ............................................................... vii DAFTAR ISI................................................................. ix DAFTAR TABEL......................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN................................................. xvii DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL ..................... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ......................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah .................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................... 4 1.4. Kegunaan Penelitian ................................................. 4 1.5. Kerangka Pikir ..........................................................4 1.6. Hipotesis ..................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelor (Moringa oleifera Lam.) ................................... 9 2.2. Struktur Biji ........................................................... 12 2.3. Definisi Benih dan Dormansi Benih ......................... 13 2.4. Kemurnian Benih .................................................... 14 2.5. Perkecambahan ........................................................ 15 2.6. Karakteristik Kecambah ........................................... 17

2.6.1. Kecambah Normal......................................... 17 2.6.2. Kecambah Abnormal ..................................... 17 2.6.3. Benih tidak Berkecambah ............................... 19 2.6.4. Unit Benih Multi-germ ................................... 19

2.7. Uji Daya Kecambah ............................................... 19

Page 14: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

x

2.7.1. Uji Daya Kecambah di Laboratorium ............. 19 2.7.2. Uji Daya Kecambah di Lapang .......................20

2.8. Perlakuan Peretasan Benih .......................................22 2.8.1. Perendaman Air Panas ................................... 22 2.8.2. Pengamplasan.................................................24 2.8.3. Pengelupasan Kulit Biji (Testa) ......................24

2.9. Daya Kecambah dan Viabilitas Benih ........................25 2.10. Kecepatan Tumbuh Kecambah ............................... 26 2.11. Vigoritas Benih ......................................................28 2.12. Panjang Plumula dan Panjang Radikula....................29

BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Kegiatan .................................... 31 3.2. Materi Penelitian .................................................... 31

3.2.1. Benih Kelor (Moringa oleifera) ...................... 31 3.2.2. Alat dan Bahan .............................................. 31

3.3. Metode Penelitian ................................................... 32 3.4. Pelaksanaan Penelitian............................................. 32

3.4.1. Langkah-langkah Penelitian di Laboratorium... 32 3.4.2. Langkah-langkah Penelitian di Lapang ............ 33

3.5. Variabel Penelitian .................................................. 34 3.6. Analisis Data........................................................... 36 3.7. Batasan Istilah ......................................................... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kemurnian Benih Kelor ........................................... 37 4.2. Daya Kecambah dan Viabilitas Benih Kelor .............. 38 4.3. Rata-rata Hari Berkecambah Benih Kelor.................. 45 4.4. Vigoritas Benih Kelor .............................................. 46 4.5. Pendugaan Pertumbuhan Plumula dan Radikula

Benih Kelor ............................................................ 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ............................................................... 57 5.2. Saran ..................................................................... 57

Page 15: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

xi

DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 59

LAMPIRAN .................................................................... 71

Page 16: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

xii

Page 17: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan nutrisi daun kelor ...................................... 10

2. Tabel ANAVA ........................................................... 37

3. Kemurnian benih kelor di dalam penelitian ................. 39

4. Daya kecambah dan viabilitas benih kelor..................... 41

5. Rata-rata hari berkecambah benih kelor ........................ 47

6. Indeks vigor benih kelor .............................................. 49

Page 18: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

xiv

Page 19: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema kerangka pikir penelitian ................................. 7

2. Moringa oleifera Lam. pada awal pembibitan menggunakan biji ..................................................... 11

3. Struktur anatomi biji yang dibelah melintang .............. 13

4. Tipe perkecambahan ................................................. 17

5. Bagian plumula dan radikula yang diukur .................. 36

6. Struktur kecambah normal kelor di laboratorium......... 43

7. Struktur kecambah normal kelor di lapang .................. 44

8. Struktur kecambah abnormal kelor di laboratorium ..... 45

9. Struktur kecambah abnormal kelor di lapang .............. 45

10. Struktur benih mati kelor laboratorium ....................... 46

11. Struktur benih mati kelor lapang ................................ 46

12. Pola pertumbuhan plumula benih kelor di laboratorium 50 13. Pola pertumbuhan plumula benih kelor di lapang ......... 51

14. Pola pertumbuhan plumula benih kelor perlakuan

kontrol (P0) .............................................................. 52

Page 20: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

xvi

15. Pola pertumbuhan plumula benih kelor perlakuan pengamplasan (P2) ....................................................53

16. Pola pertumbuhan plumula benih kelor perlakuan

pengelupasan (P3) .....................................................53

17. Pola pertumbuhan radikula benih kelor di laboratorium .................................................................................54

Page 21: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Uji kemurnian benih ................................................. 71

2. Analisis ragam daya kecambah kelor (Moringa

oleifera Lam.) .......................................................... 73

3. Analisis ragam viabilitas kelor (Moringa oleifera Lam.)........................................................... 79

4. Analisis ragam rata-rata hari berkecambah kelor (Moringa oleifera Lam.)............................................ 85

5. Analisis ragam indeks vigor kelor (Moringa

oleifera Lam.)........................................................... 89

6. Data panjang plumula kelor (cm) sampai umur 14 HST di laboratorium............................................. 93

7. Perhitungan regresi eksponensial panjang plumula

kelor (cm) di laboratorium ........................................ 97

8. Data panjang plumula kelor (cm) sampai umur

21 HST di lapang .................................................... 101

9. Perhitungan regresi eksponensial panjang plumula

kelor (cm) di lapang ................................................ 105

10. Data panjang radikula kelor (cm) sampai umur

14 HST di laboratorium........................................... 109

11. Perhitungan regresi eksponensial panjang radikula

kelor (cm) di laboratorium ........................................ 115

12. Dokumentasi penelitian ........................................... 119

Page 22: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

xviii

Page 23: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

xix

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

% = persentase oC = derajat celcius

ANAVA = Analisis Variansi

BNJ = Beda Nyata Jujur

cm = centi meter

db = derajat bebas

dkk. = dan kawan-kawan

dpl. = di atas permukaan laut

et al. = et alii/and others

HST = Hari setelah tanam

JK = Jumlah Kuadrat

KT = Kuadrat Tengah m = meter

mg = Mili gram

RAL = Rancangan Acak Lengkap

SD = Standart Deviasi

SK = Sumber Keragaman

Page 24: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

xx

Page 25: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang PenelitianKendala yang masih banyak ditemui pada peternakan

rakyat di Indonesia salah satunya adalah belum tercukupikebutuhan gizi untuk mendukung proses pertumbuhan,reproduksi dan produksi ternak ruminansia. Hal ini dapatmengurangi keuntungan karena lambatnya pertumbuhan ternakdan produksi yang rendah. Cara yang yang dapat dilakukanuntuk memperbaiki masalah tersebut adalah pemberian pakanberkualitas baik dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternaktanpa mengabaikan ketersedian maupun ekonomisnya.

Hijauan makanan ternak merupakan pakan alami yangsangat penting untuk ternak ruminansia dengan keistimewaanbergizi, lebih sehat, produk ternak lebih organik, konsumsi danpalatabilitas tinggi serta tidak bersaing dengan manusia. Selainitu hijauan mempunyai harga yang relatif murah daripadakonsentrat menjadi pilihan utama bagi peternak. Sumberhijauan pakan ternak mempunyai banyak ragam dan jenis, salahsatunya adalah leguminosa yang dapat dijadikan pakansuplemen. Manfaat leguminosa diantaranya dapatmeningkatkan konsumsi dan kecernakan pakan berkualitasrendah seperti rumput maupun sisa hasil pertanian.

Salah satu jenis tanaman yang sangat potensial untukdibudidayakan adalah kelor (Moringa oleifera Lam.). Tanamanini ajaib karena multiguna, memiliki 7 kali vitamin C jeruk, 4kali kalsium susu dan 2 kali protein yogurt setiap 100 gramdaun segar. Mengandung banyak vitamin dan mineral lainnyaseperti vitamin A hingga zinc dan semua asam amino esensialyang baik digunakan untuk perbaikan gizi (Krisnadi, 2015).

Page 26: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

2

Soetanto, Marhaeniyanto dan Chuzaemi (2011) menyatakanpenambahan daun kelor baik secara tunggal maupun dicampurdengan molases ke dalam ransum ternak ruminansia terbuktimeningkatkan pertambahan bobot badan maupun produksi susukambing. Kelor juga dapat menambah nitrogen dalam tanah(Folkard dan Sutherland, 2004). Melihat banyaknya manfaatdari tanaman ini, kelor diyakini sangat baik digunakan sebagaiHMT (Hijauan Makanan Ternak).

Kelor dapat dengan mudah tumbuh di tanah kering,miskin hara, di bawah naungan dan juga dapat membantu untukmemperbaiki kondisi tanah dilingkungannya. Budidayatanaman kelor dapat dilakukan dengan biji atau menggunakanstek batang (Krisnadi, 2015). Penggunaan biji sebagai benihsering terkendala oleh masa dormansi yang lama untukberkecambah karena kulit biji yang keras serta kualitaskemurnian benih yang tidak baik. Kulit biji yang kerasmerupakan mekanisme untuk melindungi bagian dalam biji darilingkungan alam. Setiap biji memiliki kekerasan kulit tidaksama, hal ini mengakibatkan lama pematahan dormansi bijitidak seragam serta pertumbuhan sulit tercapai. Menurut Sutopo(2002), dormansi fisik disebabkan oleh kulit buah yang kerasdan impermeabel atau penutup buah yang menghalangi imbibisidan pertukaran gas. Masa dormansi yang menghambat prosesperkecambahan dapat dipatahkan melalui perlakuan peretasanbaik secara fisik, mekanik maupun kimia. Perlakuan inimemungkinkan benih kelor mampu berkecambah lebih baikserta dapat memberikan harapan menghasilkan produksitanaman yang baik. Persentase daya kecambah, viabilitas benih,rata-rata hari berkecambah, indeks vigor serta panjang plumuladan radikula merupakan variabel uji perkecambahan karenamencerminkan mutu fisiologis benih.

Page 27: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

3

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakanpenelitian mengenai uji pengaruh perlakuan peretasan bijiterhadap perkecambahan benih kelor (Moringa oleifera Lam.)secara fisik dengan perendaman air panas dan mekanik denganpengamplasan serta pengelupasan kulit benih yang diteliti dilaboratorium dan lapang. Kedua cara tersebut digunakan karenaaplikasinya lebih mudah dan ekonomis daripada perlakuankimiawi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasitentang perlakuan peretasan terbaik, mempercepat danmeningkatkan perkecambahan benih kelor sehingga budidayakelor dapat berkelanjutan sebagai hijauan pakan ternak maupuntujuan yang lain.

1.2. Rumusan MasalahRumusan masalah penelitian ini adalah:1. Terdapat banyak hal yang menentukan keberhasilan

peretasan benih.2. Saat ini belum diketahui macam perlakuan terbaik

untuk meretaskan benih kelor (Moringa oleiferaLam.).

3. Memilih dan melakukan uji coba peretasan benihkelor (Moringa oleifera Lam.) dengan berbagaiperlakuan.

4. Menentukan perlakuan terbaik dari hasil uji cobaperetasan benih kelor (Moringa oleifera Lam.) dilaboratorium dan lapang.

Page 28: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

4

1.3. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah:1. Mengetahui macam perlakuan peretasan yang

mempengaruhi perkecambahan benih kelor(Moringa oleifera Lam.).

2. Mengetahui perlakuan terbaik yang mempengaruhiperkecambahan benih kelor (Moringa oleiferaLam.).

3. Mengetahui indeks vigor dan pertumbuhankecambah kelor (Moringa oleifera Lam.) dilaboratorium dan lapang.

1.4. Kegunaan Penelitian1. Meningkatkan perkecambahan benih kelor (Moringa

oleifera Lam.) melalui proses peretasan.2. Menentukan perlakuan peretasan yang optimal dalam

menghasilkan perkecambahan benih kelor (Moringaoleifera Lam.).

3. Menentukan perlakuan peretasan dalam mencapaiindeks vigor dan pertumbuhan benih kelor (Moringaoleifera Lam.) yang lebih cepat atau efisien dilaboratorium dan lapang.

1.5. Kerangka PikirKebutuhan pakan ternak yang berkualitas baik,

ekonomis serta dapat mencukupi kebutuhan ternak terutamaruminansia menjadi hal sangat penting. Hijauan yang beragamdan sangat melimpah di Indonesia menjadi potensipengembangan variasi pakan ternak ruminansia. Budidayahijauan pakan ternak dapat dicapai dengan baik salah satunyadengan pengadaan benih yang berkualitas, memiliki kemurnian

Page 29: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

5

tinggi serta proses perkecambahannya baik. Benih yangdibutuhkan dalam skala besar dapat dikoleksi untuk disemaikandengan cara menanam langsung di lapang (Nuroniah danKosasih, 2010).

Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satutanaman ajaib tinggi nutrisi dan banyak kegunaannya dapatdigunakan sebagai hijauan pakan ternak (Krisnadi, 2015).Budidaya kelor dapat dilakukan dengan stek dan biji (benih).Penyemaian tanpa dilakukan perlakuan peretasan memilikikelemahan lambat tumbuh bahkan gagal berkecambah akibatadanya kulit yang mengakibatkan terjadinya masa dormansi.Usaha untuk mempercepat perkecambahan dan mematahkanmasa dormansi benih kelor diperlukan proses peretasan benih.

Perlakuan peretasan yang mudah serta ekonomis dapatdilakuakan dengan cara fisik dan mekanik sehingga mampudilakukan semua petani atau peternak. Ani, (2006)menyebutkan perlakuan pematahan dormansi secara fisik dapatdilakukan dengan perendaman benih ke dalam air mendidihsedangkan secara mekanik seperti pengamplasan danpengelupasan kulit biji. Setelah dilakuan proses perlakuanperetasan, kulit benih lebih mudah diresapi air sertamemungkinkan metabolisme terjadinya perkecambahan lebihcepat dan baik. Penelitian ini mencoba memberikan perbedaanperlakuan peretasan dan mencari cara terbaik untukmematahkan dormansi benih kelor di laboratorium dan lapang.

Tahapan pelaksanaan penelitian didahului prosespenyeleksian benih kelor dengan cara menimbang dan memilihbentuk fisik benih yang baik untuk mendapatkan persentasekemurnian benih. Proses selanjutnya adalah pemberianperlakuan skarifikasi fisik dengan perendaman benih kelor kedalam air 75oC selama 15 menit, pemberian perlakuan

Page 30: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

6

skarifikasi mekanik dengan pengamplasan dan pengelupasankulit benih kelor. Hasil dievaluasi dengan menghitungpersentase daya kecambah, viabilitas benih, rata-rata hariberkecambah, indeks vigor, panjang plumula dan radikuladimana variabel tersebut menjadi parameter capaian dalampengujian mutu fisiologis benih. Apabila hasil perlakuanperetasan dapat diketahui yang paling berpengaruh terhadapperkecambahan benih kelor, cara tersebut dapat diaplikasikanuntuk budidaya yang berkelanjutan, sehingga dapat menambahvariasi hijauan pakan ternak yang telah diketahui sebelumnya.Skema kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

1.6. HipotesisAdanya macam perlakuan peretasan dapat

mempengaruhi perkecambahan maupun laju benih kelor(Moringa oleifera Lam.) di laboratorium dan lapang.

Page 31: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

7

Gambar 1. Skema kerangka pikir penelitian

Kebutuhan hijauan pakan yang baik, okonomisserta mencukupi kebutuhan nutrisi ternak

Memanfaatkan potensi keragaman hijauan diIndonesia

Kelor (Moringa oleifera Lam.)Tanaman

ajaibtingginutrisi

yang dapatdigunakan

sebagaihijauanpakanternak

(Krisnadi,2015)

Penyediaan benih berkualitas yang memilikikemurnian dan proses perkecambahan baik

(Nuroniah dan Kosasih, 2010)

Budidaya kelor menggunakan biji(benih) terkendala masa dormansi

Mempercepat proses perkecambahandengan mematahkan masa dormansi

melalui perlakuan peretasan

Perlakauan peretasan yang mudah dan ekonomisdilakuakan dengan cara fisik yaitu perendaman benih kedalam air mendidih sedangkan secara mekanik sepertipengamplasan dan pengelupasan kulit biji (Ani, 2006)

Mengevaluasi pengujian mutu fisiologis benih keloryang diretaskan di laboratorium dan lapang

Perlakuan peretasan terbaik dapat diaplikasikanuntuk budidaya kelor yang berkelanjutan

Ternak Ruminansia

Page 32: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

8

Page 33: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

9

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelor (Moringa oleifera Lam.)Kelor (Moringa oleifera Lam.) adalah spesies tanaman

berasal dari Agra dan Oudh, di barat laut India, wilayahpegunungan Himalaya bagian selatan, tumbuh dalam bentukpohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7-12 m,batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulittipis, permukaan kasar. Percabangan kelor bertipe simpodial,arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus danmemanjang. Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupunvegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah maupundataran tinggi sampai di ketinggian ± 1000 m dpl, banyakditanam sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atauladang. Masyarakat kuno India menggunakannya untuk tujuanpengobatan. Sekarang, masyarakat India pada umumnyamemanfaatkan kelor sebagai pakan ternak atau sayuran(Krisnadi, 2015), karena kaya nutrisi seperti pada Tabel 1.

Klasifikasi kelor menurut Krisnadi (2015):Kingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)Sub Kelas : DilleniidaeOrdo : CapparalesFamili : MoringaceaeGenus : MoringaSpesies : Moringa oleifera Lam.

Page 34: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

10

Tabel 1. Kandungan nutrisi daun kelor

Sumber: Bey, (2010).

Moringa oleifera Lam. juga dikenal sebagai lobakkuda, pohon benzolive atau pohon drumstick yang paling

Vitamin dan Mineral Kelor/100 g DaunKeterangan Segar Kering

Karoten (Vit. A)Thiamin (B1)Riboflavin (B2)Niacin (B3)Vitamin CKalsiumKaloriKarbohidratTembagaLemakSeratFeMagnesiumFosforKaliumProteinZinc

6.78 mg0,06 mg0,05 mg0,8 mg220 mg440 mg92 kal12,5 g

0,07 mg1,70 g0,90 g

0.85 mg42 mg70 mg

259 mg6.70 g

0.16 mg

18,9 mg2,64 mg20,5 mg8,2 mg

17,3 mg2003 mg205 kal38,2 g

0,57 mg2,3 g19,2 g

28,2 mg368 mg204 mg

1324 mg27.1g

3.29 mg

Asam Amino KelorKeterangan Daun Segar Daun Kering

ArgininHistidinIsoleusinLeusinLysineMetioninPhenylalinineTreoninTryptophanValin

406,6 mg149,8 mg299,6 mg492,2 mg342,4 mg117,7 mg310,3 mg117,7 mg107 mg

374,5 mg

1.325 mg613 mg825 mg

1.950 mg1.325 mg350 mg

1388 mg1188 mg425 mg

1063 mg

Page 35: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

11

berguna dan bergizi sebagai sayuran, pakan ternak, biogas,biopestisida dan pemurnian air. Tanah lempung semi kering didaerah tropis dan subtropis bersuhu antara 26 oC sampai 40 oCdengan curah hujan tahunan setidaknya 500 mm adalah tempatoptimum tumbuh kelor (Yerima, Ayuk, Enang, Guehjung andTiamgne, 2016). Bagian kelor yang bergizi tinggi terdapat padadaunnya sehingga dapat dijadikan sumber protein untuk ternakdengan kisaran protein kasar 19% sampai 26% dalam bentukkering, selain itu kelor memiliki toksisitas yang rendahsehingga aman dikonsumsi ternak (Adegun and Ayodele,2015). Daun segar moringa mengandung 40% protein dengansembilan macam asam amino essensial, 1000 mg Ca/8 ounce,200 mg vitamin C/100 g daun segar dan 28 mg zat besi/100 gdaun segar (Fuglie, 2002).

Perbanyakan kelor paling umum menggunakan stekbatang dan dengan biji. Keunggulan stek batang dapatmemberikan produksi biomassa lebih banyak karena cabangyang lebih rimbun sedangkan perbanyakan menggunakan bijimeliliki respon pertumbuhan lebih lambat dan batang utamacenderung tumbuh ke atas serta memiliki cabang lebih sedikitseperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. (Moringa oleifera Lam.) pada awal pembibitanmenggunakan biji

Page 36: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

12

Perbanyakan tanaman menggunakan biji dapatdilakukan dengan cara menanam biji sedalam 2-3 cm dan bijidimasukkan sebanyak 2-3 biji per lubang tanam kemudianditutup dengan kompos sampai permukaan rata dengan tanah.Jarak baris sebesar 30 cm dan jarak tanam dalam satu barissebesar 10 cm (Awaludin dan Panjaitan, 2011). Kelor (Moringaoleifera Lam.) dengan jarak antar tanaman 10 cm x 10 cmhingga 20 cm x 20 cm dapat dipanen interval 35-45 hari, jaraktanam 50 cm x 100 cm dapat dipanen interval 50-60 hari danpenggunaan sistem agroforestri dengan jarak 2-4 m antar barisdapat dipanen interval umur 60 hari setelah umur satu tahun(Leone, Alberto, Alberto, Junior dan Simona, 2015).

2.2. Struktur BijiBiji merupakan bagian kecil berembrio (tersusun oleh

sel-sel gamet di dalam kandung embrio dan cadangan makanan)dari tanaman yang perkembangannya masih terkekang. Strukturbiji secara umum terdiri dari tiga bagian dasar yaitu (1) embrioyang akan membentuk epikotil (calon pucuk), hipokotil (calonakar) dan kotiledon (calon daun), (2) jaringan penyimpancadangan makanan diantaranya kotiledon, endosperm danperisperm, (3) pelindung biji atau testa (Sutopo, 2002). Bijimatang setidaknya terdiri dari embrio dan kulit biji. Embriopada leguminosa atau dikotil terdiri dari kotiledon, plumula(epikotil) dan radikula (Kamil (1979). Struktur anatomi bijidikotil dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 37: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

13

Gambar 3. Struktur anatomi biji yang dibelah melintang

Biji yang masak terasa keras bila ditekan menggunakanjari tangan, sedangkan biji yang belum masak terasa kosong dandapat dihilangkan dengan cara menampi (Stur dan Horne,2001). Kulit biji memiliki ketebalan sekitar 0,50 ± 0,02 cmberfungsi melindungi embrio dan kotiledon (Putri, Dodo danWawaningrum, 2011). Kotiledon berfungsi melakukanfotosintesis selama perkecambahan dan melaksanakanperombakan, penyerapan dan transportasi nutrisi dariendosperm ke bagian tumbuh (Haryanti dan Budihastuti, 2015).Ciri khas kelor adalah memiliki biji yang terdapat pada polong.Saat polong matang dan membuka, biji mudah menyebarterbawa angin (Anonimous, 2015).

2.3. Definisi Benih dan Dormansi pada BenihBenih merupakan biji tanaman yang akan digunakan

untuk penanaman atau penyemaian. Semakin besar ukuran danberat benih, semakin banyak cadangan makanan dan kandunganproteinnya yang akan berpengaruh terhadap tingkat dankecepatan berkecambah (Sutopo, 2002). Menurut Naemah(2012) biji yang mengalami proses seleksi untuk tujuanpenanaman disebut benih dengan keadaan harus sudah masakdan kering. Bagian benih yang masak terdiri dari lapisan

Page 38: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

14

pelindung atau testa, lapisan dalam yang tipis atau tegument danbakal tanaman atau embrio. Keadaan benih yang baik akanmempuyai vigoritas tinggi, mampu berkecambah normal padakondisi sub optimum dan kondisi optimum (Yuniarti, Zanzibar,Megawati dan Leksono, 2014).

Dormansi merupakan keadaan benih tidakberkecambah pada kondisi lingkungan yang ideal untukperkecambahan. Intensitas dormansi dipengaruhi olehlingkungan selama perkembangan benih yang mempunyai lamadormansi dan mekanisme dormansi berbeda antar spesies danantar genotip. Kategori dormansi dibagi menjadi mekanis, fisikdan kimia. Dormansi mekanis disebabkan embrio tidakberkembang karena dibatasi secara fisik. Dormansi fisikdisebabkan oleh terganggunya penyerapan air karena kulitbenih yang impermeabel yang dapat dibagi menjadi (a)Photodormancy di mana proses fisiologis dalam benihterhambat oleh keberadaan cahaya. (b) Immature embryo dimana proses fisiologis dalam benih terhambat oleh kondisiembrio yang tidak/belum matang. (c) Thermodormancy di manaproses fisiologis dalam benih terhambat oleh suhu. Dormansikimia disebabkan benih/buah mengandung zat kimiapenghambat (Hasbianto dan Tresniawati, 2013). Sutopo (2002)menerangkan bahwa masa dormansi tergantung pada jenisbenih maupun tipe dormansinya. Benih yang memilikipermeabilitas baik memungkinkan air dan uap air diikat benihsehingga terjadi proses penyerapan atau imbibisi(Kartasapoetra, 1992).

2.4. Kemurnian BenihKemurnian benih dinilai melalui hasil pengujian di

laboratorium maupun lapang. Kriteria yang digunakan yaitu

Page 39: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

15

benih bermutu baik dari segi genetik maupun fisik. Benih murniyang sudah bersertifikat adalah benih yang sudah ditetapkan,diatur dan diawasi pemasarannya oleh Badan Benih Nasionaldisebut benih bina. Keterangan-keterangan yang terdapat padabenih bina yaitu nama benih, nomor kelompok, tempat asal,persentase benih murni, persentase benih tanaman lain,persentase kotoran, persentase daya tumbuh dan nama badanhukum terkait. Ketetapan benih bina padi, jagung dan kedelaiharus memiliki benih murni minimal 95%, daya tumbuhminimal 60% dan benih lain maksimal 2% (Sutopo, 2002).

Prosedur penghitungan kemurnian benih dapatdilakukan dengan cara mengambil benih contoh kerja kemudianmemisahkan benih dari kotoran benih, benih kosong dan benihjenis lain. Persen dihitung berdasarkan jumlah berat total darimasing-masing komponen dan bukan dari berat contoh kerja,kemudian jumlah berat dari masing-masing komponendibandingkan dengan contoh kerja untuk mengetahuikesalahan. Jumlah persen semua komponen penyusun benihharus 100%. Hasil uji benih gaharu yang telah dilakukandiketahui memiliki persentase kemurnian berkisar antara 64,3%hingga 90,5% (Ningsih, Biantary dan Jumani, 2015). Benihyang telah diketahui kemurniannya dan memiliki ukuran yangbesar dapat menjadi keuntungan. Ukuran benih yang besarumumnya memiliki vigor yang lebih baik dibandingkan benihukuran kecil, hal ini disebabkan cadangan makanan, protein danlemak benih ukuran besar lebih banyak dibanding benih ukurankecil (Yulyatin dan Diratmaja, 2015).

2.5. PerkecambahanPerkecambahan adalah proses munculnya radikula dan

plumula sampai kecambah dapat berkembang sehat pada

Page 40: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

16

kondisi yang optimal dalam periode waktu tertentu yang dapatdihitung persen kecambahnya dengan maksud rasio antarajumlah benih yang telah menjadi kecambah normal dibagijumlah total benih yang ditabur dan dapat dihitung pada akhirjangka waktu tertentu. Struktur kecambah yang diperlukanuntuk tumbuh adalah sistem perakaran, tunas aksial, kotiledondan kuncup terminal (Anonimous, 2009).

Tahapan perkecambahan benih meliputi penyerapanair, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma,kemudian metrabolisme sel, enzim-enzim mulai aktif,penguraian karbohidrat, lemak dan protein ke titik tumbuh,dilanjutkan asimilasi di daerah meristem menghasilkan energitumbuh dan yang terakhir proses pembelahan menghasilkankecambah (Sutopo, 2002). Kartasapoetra (1992) menerangkanbahwa setiap tahapan, perkecambahan dipengaruhi olehkelembaban, temperatur, oksigen dan cahaya antara 750 luxsampai 1,250 lux. Kelembaban terlalu tinggi dapat menciptakanlingkungan yang cocok bagi hama kecambah. Sutopo (2002)menambahkan bahwa cahaya, suhu dan kelembaban adalah tigafaktor penting perkecambahan. Kualitas benih juga menjadifaktor keberhasilan perkecambahan dengan memperhatikanvigoritas, daya kecambah dan perlakuan awal (pematahandormansi).

Tipe perkecambahan benih terbagi menjadi dua yaituepigeal yang ditandai dengan kotiledon ikut muncul di ataspermukaan media bersama plumula yang merupakanperkecambahan tanaman berkeping dua atau dikotil sedangkanhipogeal ditandai dengan munculnya plumula ke ataspermukaan media tetapi kotiledon tetap di bawah yangmerupakan perkecambahan tanaman berkeping satu ataumonokotil (Sutopo, 2002). Moringa oleifera Lam. memiliki tipe

Page 41: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

17

perkecambahan hipogeal karena kotiledon tetap berada dibawah permukaan tanah dan mulai berkecambah 5 sampai 20hari setelah tanam (Yerima et al. 2016). Tipe perkecambahanepigeal dan hipogeal dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tipe perkecambahan (a) Hipogeal dan (b) Epigeal

2.6. Karakteristik Kecambah

2.6.1. Kecambah NormalKecambah normal adalah kecambah dengan

semua struktur kecambah penting yang dapat berkembangbaik dan panjang kecambah minimal dua kali panjangbenihnya serta kecambah harus dalam keadaan sehat saatberkecambah. Kecambah normal memiliki akar primerbaik dan akar seminal lebih dari dua, hipokotil baik,plumula tumbuh normal dan segar serta memiliki kotiledonsatu untuk monokotil dan dua untuk dikotil (Sutopo, 2002).

2.6.2. Kecambah AbnormalKecambah abnormal merupakan keadaan

kecambah yang tidak berpotensi untuk berkembangmenjadi kecambah normal. Kecambah dapat digolongkansebagai kecambah abnormal apabila:a. Kecambah rusak yaitu kecambah yang struktur

pentingnya hilang atau rusak berat.

(a) (b)

Page 42: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

18

b. Kecambah cacat (tidak seimbang) yaitu kecambahyang pertumbuhannya lemah atau kecambah yangstruktur pentingnya cacat atau tidak proporsional.

c. Kecambah busuk yaitu apabila kecambah berpenyakitparah.

d. Kecambah lambat yaitu keadaan bila kecambah padaakhir pengujian belum mencapai ukuran normal dankeluar daun bukan akar (Sutopo, 2002).Kartasapoetra (1992) menyatakan bahwa penilaian

kurang baik terhadap benih diantaranya tunas keluarterlebih dahulu dari pada akarnya saat perkecambahan,benih hanya bertunas tanpa memiliki akar, akar yangmembesar, tidak lurus serta tumpul dan mengandungbanyak air dan akar utama tidak muncul, hanya akarsamping yang muncul.

2.6.3. Benih tidak BerkecambahBenih tidak berkecambah merupakan keadaan

benih yang tetap tidak berkecambah walaupun sudah diakhir masa pengujian dan dapat digolongkan menjadi:a. Benih keras yaitu benih yang tetap keras walaupun

sudah di akhir masa pengujian.b. Benih segar tidak tumbuh yaitu benih selain benih

keras yang gagal berkecambah namun tetap baik dansehat serta mempunyai potensi untuk tumbuh menjadikecambah normal.

c. Benih mati yaitu benih yang di akhir masa pengujiantidak keras, tidak segar dan tidak berkecambah.

d. Benih hampa yaitu benih yang hampa atau hanyamengandung beberapa jaringan sisa.

Page 43: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

19

e. Benih terserang hama yaitu benih yang mengandunglarva serangga atau menunjukkan adanya seranganserangga yang mempengaruhi perkecambahan(Sutopo, 2002).

Biji mati merupakan biji yang tidakberkecambah, tidak segar dan tidak keras tetapimengalami pembusukan karena serangga (Srivastava andSimarski, 1986).

2.6.4. Unit Benih Multi-germUnit benih multi-germ merupakan benih yang

menghasilkan lebih dari satu kecambah dan buah terisilebih dari satu benih (Anonimous, 2009).

2.7. Uji Daya Kecambah

2.7.1. Uji Daya Kecambah di LaboratoriumTeknik uji daya kecambah di laboratorium

menggunakan substrat kertas dibagi menjadi tiga yaituUDK (Uji Di atas Kertas) cocok untuk tipe perkecambahanyang peka cahaya menggunakan substrat 3-4 lembar kertaspada petridishh, UAK (Uji Antar Kertas) dan UKD (UjiKertas Digulung) cocok untuk tipe perkecambahan tidakpeka cahaya (Sutopo, 2002).

Hasil penelitian Purnama (2009) menunjukkanbahwa jenis dan jumlah substrat kertas serta interaksiantara keduanya memberikan pengaruh yang nyata dansangat nyata terhadap viabilitas benih. Penggunaan 4lembar kertas merang, 5 lembar kertas buram dan 5 lembarkertas stensil menunjukkan hasil yang sama dengan kertasmerang 5 lembar sebagai acuan untuk semua komoditasbenih kecuali benih pare. Santana (2005) menunjukkan

Page 44: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

20

kertas stensil atau buram dapat digunakan untuk alternatifsubstrat perkecambahan benih yang berukuran besar,sedangkan untuk benih berukuran kecil, kertas burammenunjukkan hasil lebih baik. Purbojati dan Suwarno(2006) menunjukkan kertas stensil dapat menggantikankertas merang dan saring untuk metode UKDdp (UjiKertas Digulung dalam plastik). Kertas stensil memilikikemampuan yang tidak berbeda dengan kertas merangsebagai substrat pengujian viabilitas benih pada berbagaitingkat vigor (Suwarno dan Hapsari, 2008). Uji dayakecambah menggunakan substrat kertas seringmenggunakan bantuan germinator yang didefinisikansebagai alat perkecambahan benih di laboratoriumpembenihan (Alief, 2013). Suhu germinator listrik ± 25 oCbiasa digunakan untuk pengamatan jumlah kecambahnormal, kecambah abnormal, benih segar tidak tumbuh,dan benih mati (Lesilolo, Rini dan Matatula, 2013).

2.7.2. Uji Daya Kecambah di LapangUji daya kecambah di lapang dilakukan

menggunakan media yang terdiri dari campuran tanah danpupuk kandang dengan komposisi yang telah ditentukan.Tanah yang biasa digunakan adalah top soil yang memilikiciri-ciri berasal dari lapisan permukaan tanah paling atas,warna coklat kehitaman sampai coklat tua dan mempunyaistruktur yang remah. Komposisi 20% tanah dan 30%pupuk kandang perpengaruh terhadap berat kering total,berat kering pucuk, dan berat kering akar cemara sebesar27,1 g, 18,02 g dan 9,03 g. Penambahan tanah dan pupukkandang berkorelasi positif terhadap kemampuan mediadalam menyimpan air (Nugroho, 2013).

Page 45: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

21

Media tanam yang baik merupakan media yangdapat menyediakan cukup air dan unsur hara untukpertumbuhan tanaman, memiliki tata udara yang baik,agregat mantap, berkemampuan menahan air yang baikserta memiliki ruang untuk perakaran yang cukup. Prinsipmedia tanam yang baik yaitu mampu menyediakan nutrisi,air, dan oksigen bagi tanaman sehingga akan memberikanpertumbuhan yang baik bagi tanaman (Fahmi, 2014).Campuran tanah lapisan atas dengan pupuk kotoran ayam(manure) memberikan persentase germinasi kelor tertinggi> 90% karena mengandung 1,2% pospor dalam bentuk ionPO4

3- dan HPO42- (Asante, Boadu dan Baatuuwie, 2012).

Kriteria media yang baik untuk perkecambahanadalah gembur mampu menyimpan air dan bebas darihama ataupun penyakit. Tanah lempung berpasir yangberunsur organik adalah media yang baik untukperkecambahan lapang selain itu kedalaman penanamanjuga akan mempengaruhi perkecambahan benih (Sutopo,2002). Tanah remah sangat baik untuk pertumbuhan danperkembangan tanaman, karena mengandung bahanorganik yang merupakan sumber ketersediaan hara bagitanaman (Syahputra, Rahmawati dan Imran, 2014). Asanteet al (2012) menyatakan tanah berkompos terdiri dari sisabagian tanaman, abu dan kotoran hewan (kambing dandomba) direkomendasikan sebagai media pembibitan kelorkarena menunjukkan hasil yang baik terhadapperkecambahan kelor 6 sampai 14 hari setelah tanammaupun pertumbuhan setelahnya. Yerima et al. (2016)menambahkan bahwa penggunaan 75% tanah + 25%pupuk kandang memberikan perkecambahan terbaik

Page 46: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

22

sedangkan penggunaan 50% tanah + 50% pupuk kandangdapat memperbaiki pertumbuhan benih kelor.

2.8. Perlakuan Peretasan BenihPerlakuan peretasan atau skarifikasi benih adalah usaha

menghentikan dormansi benih dengan cara fisik maupun kimiatergantung pada tipe dormansi. Beberapa cara yang dapatdilakukan adalah cara mekanis dengan penipisan kulit benihdan peretakan kulit benih, cara fisik antara lain denganperendaman benih dalam air panas maupun air dingin,sedangkan cara kimia dilakukan dengan perendaman benihdalam perendaman asam sulfat dan zat kimia lainnya.Skarifikasi dengan cara mekanik dan fisik sering digunakan dilapang karena murah dan mudah dipraktekkan daripadamenggunakan cara kimiawi (Yuniarti dkk, 2014).

Menurut Juhanda, Nurmiaty dan Ermawati (2013) carapengamplasan yang dilakukan pada bagian kulit menyebabkanbenih bersifat permeabel sehingga air dapat masuk ke dalambenih yang diskarifikasi. Sari, Hanum dan Charloq (2014)menambahkan bahwa sebaiknya sebelum dilakukan skarifikasi,alangkah baiknya benih diseleksi dengan memilih ukuran yangsama besar dan tidak rusak. Berikut adalah beberapa perlakuanperetasan benih secara fisik maupun mekanik.

2.8.1. Perendaman Air PanasPerlakuan fisik benih dengan perendaman dalam air

panas (hot water treatment) termasuk perlakuan murah danmudah dipraktekkan untuk skarifikasi benih (Situmeang,Purwantoro dan Sulandari, 2014). Pemberian perlakuan airpanas secara umum dapat dilakukan dengan mencelupkanbenih dalam air panas bersuhu sekitar 80oC selama 5-10menit. Tetapi cara ini memiliki resiko terhadap kerusakan

Page 47: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

23

biji dan bahkan mematikan biji perlakuan (Stur dan Horne,2001). Purba, Indriyanto dan Bintoro (2014) mendapatkanbahwa perendaman benih aren dalam air bersuhu awal75oC selama 15 menit kemudian direndam dalam larutangiberelin selama 24 jam yang berpengaruh baik terhadappersentase kecambah dan daya kecambah benih aren,sedangkan pada benih kemiri (Aleurites moluccana) yangterbaik adalah perendaman dalam air kelapa selama 4 jam(Suita, Kurniati, Yuniarti, Kartiana, Ismiati, Haryadi danHidayat, 2004).

Perlakuan perendaman benih trembesi dalam air60oC selama 72 jam menghasilkan persentase kecambahpaling tinggi yaitu 68,75%. Hal ini diduga karena prosesimbibisi optimal terjadi pada perendaman benih selama 72jam (Lubis, Riniarti dan Bintoro, 2014), menurutSitumeang dkk. (2014), perlakuan pemanasan pada suhu60-70°C dapat menurunkan nilai perkecambahan benihsedangkan pada suhu 45-55°C dapat mengurangi jumlahkoloni jamur yang tumbuh pada perkecambahan benih.Perlakuan perendaman pada suhu 45°C selama 10 menitadalah perlakuan pemanasan yang tepat karena denganwaktu perlakuan yang singkat dapat mengurangi sembilanjenis koloni jamur yang tumbuh saat perkecambahan tanpamenurunkan gaya berkecambah benih kedelai Sedangkanmenurut Suita dan Nurhasybi (2014) perlakuanpendahuluan dengan air panas yang dikecambahkan dirumah kaca akan selesai pada hari ke 21 dan dilaboratorium rata-rata selesai pada hari ke-28 setelahtanam.

Page 48: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

24

2.8.2. PengamplasanPerlakuan pematahan dormansi secara mekanik

dapat dilakukan dengan pengamplasan, pengikiran,pemotongan dan melubangi kulit benih yang biasa disebutskarifikasi (Sutopo, 2002). Pengamplasan dilakukan padabagian kulit benih sampai berwarna putih kekuning-kuningan (Juhanda, 2013). Cara ini hanya cocok jikajumlah biji perlakuan sedikit, misalnya digunakan untukuji daya tumbuh (Stur dan Horne, 2001).

Pengamplasan mempengaruhi laju imbibisi benihsehingga dapat menunjukkan bobot benih lebih tinggidibanding dengan benih yang tidak diberi perlakuanskarifikasi (Juhanda, 2013). Semakin banyak testa benihyang dihilangkan melalui pengamplasan, semakinberkurang hambatan mekanis dari jaringan tersebut untukmelakukan imbibisi sehingga mempercepatperkecambahan (Widyawati, Tohari, Yudono danSoemardi, 2009).

2.8.3. Pengelupasan Kulit Biji (Testa)Testa adalah bagian biji yang melindungi embrio

dari lingkungan eksternal, mengontrol penyerapan air danpertukaran gas serta dapat menjadi inhibitor embrio.Kerugian terdapatnya testa yang keras sering menjadifaktor penghalang, sehingga penghilangan ataupengelupasan testa secara menyeluruh atau sebagian dapatmempercepat laju penyerapan air. El-Siddig (2001) dalamWidyawati dkk. (2009) menyebutkan bahwa merusakkantesta dengan pengkeratan maupun pengelupasan akanmeningkatkan penyerapan air sehinggaperkecambahannya lebih awal dan cepat. Yuniarti (2016)

Page 49: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

25

menambahkan bahwa risiko perlakuan peretakan ataupengelupasan kulit benih mengakibatkan rendahnyapersentase daya kecambah dan kecepatan berkecambahdaripada benih tanpa perlakuan. Hasil rendah tersebutdisebabkan oleh penyerapan air yang berlebih pada saatpenyiraman sehingga mengakibatkan kebusukan dankematian benih.

2.9. Daya Kecambah dan Viabilitas BenihDaya kecambah dapat diartikan sebagai tumbuh dan

berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio yangmenunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normalpada lingkungan yang sesuai. Pengujian daya tumbuh atau dayaberkecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih,beberapa persentase dari jumlah benih tersebut yang mampuberkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan.Kemampuan berkecambah secara normal yaitu dimana benihtersebut tumbuh secara baik dan normal (Kartasapoetra, 2003).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk uji dayakecambah antara lain kelembaban sekitar 90%-95%,pengambilan data (dilakukan saat kecambah dalam faseperkembangan) dan lama waktu pengujian. Dijelaskan pulabahwa hasil uji yang baik di laboratorium belum tentu samabaiknya jika dilakukan uji di lapang (Sutopo, 2002). Selain ujidaya kecambah, viabilitas juga perlu diuji untuk benih yanghidup, baik dorman maupun tidak dorman. Pengujian benihsangat penting dilakukan, sehingga para petani terhindar dariberbagai kerugian karena tujuan pengujian benih ialah untukmengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih (Purba dkk.,2014).

Page 50: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

26

Persentase perkecambahan merupakan akumulasijumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih padakondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telahditentukan. Rumus perhitungan persentase perkecambahanadalah % perkecambahan = jumlah kecambah normal : jumlahbiji yang diuji × 100% (Sutopo, 2002). Nilai daya kecambah

yang tinggi dikarenakan benih selama dalam penyimpanandapat mempertahankan cadangan makanan sehingga pada saatdikecambahkan memiliki energi yang besar untuk cepatberkecambah. Selama penyimpanan, benih akan mengalamipenuaan dan kemunduran (deteriorasi). Indikasi biokimiakemunduran benih dicirikan antara lain penurunan aktivitasenzim dan penurunan cadangan makanan, sedangkan indikasifisiologi kemunduran benih dapat ditentukan dari penurunandaya berkecambah dan vigor (Sumampow, 2010).

Sari dkk., (2014) menyatakan bahwa skarifikasi dengancara pengguntingan pada kulit benih Mucana bracteatamemberikan persentase daya kecambah tertinggi sebesar51,82% diikuti penggosokan sebesar 49,03% dan perendamanair panas sebesar 37,48% pada umur 4 HST (Hari SetelahTanam). Perbedaan persentase daya kecambah disebabkanbenih yang diberi perlakuan mendapat suplai air yang berbedasesuai dengan perlakuan yang diberikan, apabila cukup prosesperkecambahan akan cepat terjadi (Payung, Prihatiningtyas danHasanatun, 2012).

2.10. Kecepatan BerkecambahKecepatan berkecambah adalah kecepatan biji tanaman

untuk berkecambah, dapat dihitung dari jumlah hari munculnyaradikula maupun plumula (Sutopo, 2002). Kegunaanmenghitung kecepatan berkecambah adalah sebagai salah satu

Page 51: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

27

parameter untuk mengetahui vigor. Hilangnya vigoritasmengisyaratkan hilangnya viabilitas benih sedangkankecepatan berkecambah menunjukkan proses metabolismedalam biji. Cepatnya biji berkecambah menandakanmetabolisme dalam biji juga berlangsung cepat. Terdapat duahal yang menghambat metabolisme benih yaitu faktor daridalam biji itu sendiri (internal) seperti kematangan biji danfaktor dari luar biji (eksternal) yang dipengaruhi lingkungan.Oleh karena itu skarifikasi dilakukan agar benih dapat tumbuhsecara serentak dan cepat (Lubis dkk., 2014).

Posisi benih saat penanaman berpengaruh nyataterhadap kecepatan berkecambah dan vigoritas. Posisi bijitelungkup, posisi biji dengan mikropil di bawah maupun posisimiring merupakan posisi yang baik bagi terjadinyaperkecambahan sehingga kecepatan berkecambah dan vigornyatinggi (Santoso, 2007). Benih kelor yang disemaikan tanpamemperhatikan posisi tanam di lapang akan mulai berkecambahpada enam hari setelah tanam. Saat dua minggu setelah tanamjumlah perkecambahan meningkat hampir dua kali lipat. Harike 18 setelah tanam perkecambahan mulai melambat dankisaran hari 22 sampai 30 hari setelah tanam perkecambahantelah berhenti (Niwah and Mapongmetsem, 2014). Sutopo(2002) menerangkan bahwa kecepatan atau rata-rataperkecambahan dapat dihittung dengan rumus:

RH =

hberkecambayangbenihtotal

...2211 NxTxTNTN

Keterangan: RH = rata-rata hari perkecambahanN = jumlah benih yang berkecambah setiap hari.T = jumlah waktu awal pengujian sampai akhir.

Page 52: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

28

2.11. Vigoritas BenihPengujian benih sangat penting dilakukan demi

terhindarnya para petani dari berbagai kerugian. Tujuanpengujian benih ialah untuk mengkaji dan menetapkan nilaisetiap contoh benih terhadap kualitas benih. Vigoritasmerupakan salah satu uji kualitas benih yang mencerminkankemampuan benih menumbuhkan tanaman normal, meskikondisi alam tidak optimum atau suboptimum (Purba dkk.,2014). Menurut Utami (2013) vigor benih merupakan sifat-sifatbenih yang menentukan potensi kecepatan berkecambah,seragam, dan normal pada kondisi lapang yang bervariasi.Benih yang cepat berkecambah berarti mempunyai vigor yangtinggi. Vigor benih dapat dibagi dua yaitu vigor kekuatantumbuh benih yang mencerminkan vigor benih bila ditanam dilapangan dan vigor daya simpan yang mencerminkankemampuan lama benih dapat disimpan. Benih yang memilikivigor tinggi, mampu disimpan untuk periode simpan yangnormal dalam keadaan sub optimum dan akan lebih panjangdaya simpannya jika dalam keadaan ruang simpan yangoptimum.

Vigor benih juga dipengaruhi oleh proses dan carabenih dikeringkan, dibersihkan, disortir dan dikemas di unitpengolahan benih (seed processing), serta cara dan kondisipenyimpanan benih. Penilaian dapat dilakukan denganmenghitung indeks vigor yang merupakan indikator kecepatandan keserempakan benih berkecambah serta mengekspresikanjumlah benih berkecambah pada interval satu hari setelahdikecambahkan. Nilai indeks vigor yang besar menandakanbenih dapat berkecambah serempak, berproduksi normal danmampu memberikan persentase daya kecambah yang tinggipada benih A. mangium sebagai contoh benih uji (Yuniarti dkk.,

Page 53: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

29

2014). Copeland (1976) dalam Ferryal, Yudono dan Toekidjo(2013) merumuskan indeks vigor dapat dihitung dengan carasebagai berikut:

Dn

Gn......

D3

G3

D2

G2

D1

G1I.V.

Dimana: G = Jumlah benih yang berkecambah pada haritertentu

D = Waktu yang bersesuaian dengan jumlah tersebutn = Jumlah hari pada perhitungan akhir.

2.12. Panjang Plumula dan Panjang RadikulaPerkecambahan dimulai dengan munculnya radikula

dan plumula sebagai awal terbentuknya batang. Panjangplumula dihitung diakhir kegiatan penelitian dengan caramengukur panjang plumula dari pangkal (permukaan tanah)sampai ujung titik tumbuh menggunakan penggaris (Kartika,Surahman dan Susanti, 2015). Menurut Dharma, Samudindadan Adrianton (2015) faktor pematahan dormansi berpengaruhsangat nyata terhadap panjang plumula kelapa sawit. Hamdani,Sumadi, Suriadinata dan Martins (2016) menyebutkanpeningkatan tinggi tanaman disebabkan oleh produksi auksinyang menyebabkan pemanjangan batang.

Dharma dkk. (2015) menerangkan bahwa pengukuranpanjang radikula dilakukan dengan cara membongkarkecambah yang dijadikan tanaman sampel. Radikula dicucibersih dengan cara menyemprotkan air sampai sisa-sisa pasirhilang dan akar menjadi bersih, setelah itu dianginkan agarkering, lalu pengukuran dilakukan mulai pangkal batang sampaiujung radikula. Pengamatan panjang radikula dilakukan padasaat akhir pengamatan.

Page 54: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

30

Page 55: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

31

BAB IIIMATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan

Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang dandi Laboratorium Lapang Kepuharjo, Kecamatan Karangploso,Malang, mulai 21 November 2016 sampai dengan 14 Desember2016.

3.2. Materi Penelitian

3.2.1. Benih Kelor (Moringa oleifera)Benih kelor (Moringa oleifera Lam.) yang

digunakan diperoleh dari Kupang, Nusa Tenggara Timur(NTT). Benih yang digunakan sudah mengalami prosespengeringan. Penyeleksian dilakukan dengan cara memilihbenih yang mempunyai bentuk fisik utuh, kering danberatnya ≥ 0.2 g. Jumlah benih kelor yang diteliti sebanyak400 biji yang terbagi menjadi 200 biji untuk penelitian dilaboratorium dan 200 biji untuk penelitian di lapang.

3.2.2. Alat dan BahanAlat – alat yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah water bath (alat pemanas air), germinator (SeedburoEquipment Company IL 60607), pinset, gunting, amplas,thermometer, hygrometer, caliper/sketmat, penggaris,gembor, timbangan analitik, skop, mesin bor, cawan petri,bak perkecambahan benih/nampan plastik ukuran (25 cm ×40 cm × 5 cm) dan alat pencatatan.

Bahan–bahan yang akan digunakan adalah benihkelor (Moringa oleifera), kertas buram, paranet, plastik

Page 56: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

32

polietilen, bambu, air serta campuran tanah dan pupukkandang dengan perbandingan 1:1.

3.3. Metode PenelitianMetode yang digunakan adalah percobaan yang

dilakukan di laboratorium dan lapang, masing-masingmengikuti Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarangdengan 4 perlakuan, 5 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 10benih, sehingga total benih yang dibutuhkan adalah 200 benihuntuk setiap penelitian di laboratorium maupun di lapang.Perlakuan yang dicobakan adalah benih kelor tanpa perlakuanperetasan (P0), benih direndam air panas dengan suhu awal750C selama 15 menit (P1), benih diamplas (P2) dan benihdikelupas kulit bijinya (P3), kemudian dilakukan penelitian dilaboratorium dan lapang.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Langkah-langkah penelitian di Laboratoriuma. Persiapan Benih dan Perlakuan Pendahuluan

Langkah awal sebelum penelitian yaitu menghitungkemurnian benih dan seleksi benih kelor yang mempunyaibentuk fisik utuh, kering dan berukuran ≥ 0,2 g, memberikanperlakuan pengamplasan, pengelupasan kulit biji/testa danperendaman air panas 75oC.b. Persiapan Media dan Peletakan Benih

Persiapan media dilakukan dengan mengguntingkertas buram 4 lapis berbentuk bulat berdiameter 15 cmsesuai petridish sebanyak 20 buah, dilanjutkan pelabelan danpemberian air pada media tersebut. Benih kelor diletakkandan ditata di dalam petridish sesuai perlakuan dan ulangan(benih pada setiap perlakuan dibagi menjadi 5 ulangan

Page 57: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

33

menggunakan 5 petridish dan setiap ulangan terdiri dari 10benih), disiram dan ditutup cawan petri sambil menunggusuhu dalam germinator stabil ± 25oC. Petridish dimasukkanke dalam germinator dan ditutup.c. Perawatan dan Koleksi data

Langkah-langkah yang dilakukan untukpemeliharaan yaitu pengontrolan suhu kelembabangerminator, air pada substrat kertas dilaksanakan setiap hari.Koleksi data penelitian di laboratorium dilaksanakan selama14 hari dengan rincian koleksi data jumlah kecambahtumbuh normal, kecambah abnormal, benih segar belumtumbuh dan mati dilaksanakan setiap hari. Koleksi datapanjang plumula dan radikula dilaksanakan pada 4 HST, 10HST dan 14 HST (Hari Setelah Tanam).

3.4.2. Langkah-langkah Penelitian di Lapanga. Persiapan Benih dan perlakuan Pendahuluan

Langkah awal sebelum penelitian yaitu menghitungkemurnian benih dan seleksi benih kelor yang mempunyaibentuk fisik utuh, kering dan berukuran ≥ 0,2 g, memberikanperlakuan pengamplasan, pengelupasan kulit biji/testa danperendaman air panas 75oC.b. Persiapan Media dan Peletakan Benih

Mencampur tanah dan pupuk kandang sempaihomogen kemudian dibagi pada 4 bakperkecambahan/nampan (25 cm × 40 cm × 5 cm) berlubangbagian bawah sejumlah 5 × 7 lubang per nampan. Membuat5 larikan sesuai dengan ulangan setiap perlakuan padamasing-masing nampan, menanam benih kelor 10 buah(setiap ulangan) pada setiap larikan dengan jarak ± 2 cmantar benih, kedalaman ± 0,5 cm kemudian benih ditutup

Page 58: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

34

dengan tanah dan disiram air secukupnya. Bakperkecambahan dilindungi dinding pembatas 1 m2

menggunakan paranet dan plastik polietilen sebagai atap.c. Perawatan dan Koleksi data

Langkah perawatan diantaranya yaitu pengendalianterhadap gulma, hama dan penyiraman sehari sekali. Koleksidata penelitian di lapang dilaksanakan setiap hari selama 21hari (lebih lama daripada di laboratorium karena memberikesempatan benih yang belum berkecambah) dengan rincianuntuk koleksi data jumlah kecambah tumbuh, kecambahnormal, kecambah abnormal, benih segar belum tumbuh danmati dilaksanakan setiap hari, koleksi data panjang plumuladilaksanakan pada 7 HST, 14 HST dan 21 HST. Panjangradikula dilakukan pengkuran pada 21 HST (Hari SetelahTanam).

3.5. Variabel Penelitian:Variabel yang diukur pada penelitian ini meliputi:

1) Kemurnian benih kelor% Benih murni =

% Benih tanaman lain =

% kotoran =

Keterangan:Benih murni (k1), benih tanaman lain (k2) dankotoran benih (k3).

2) Daya kecambah (%)

DK =

kandikecambahyangbenih

normalhberkecambayangbenih × 100%

Page 59: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

35

3) Viabilitas Benih (%)

V =

X

AFG × 100%

Keterangan:G = jumlah benih yang berkecambah normalF = jumlah benih segar yang belum berkecambahA = jumlah benih yang berkecambah tidaknormalX = jumlah benih yang dikecambahkan

4) Rata-rata hari berkecambah

RH =

hberkecambayangbenihtotal

...2211 NxTxTNTN

Keterangan:RH = rata-rata hari perkecambahanN = jumlah benih yang berkecambah setiap hari.T = jumlah waktu awal pengujian sampaidengan akhir dari interval tertentu suatu uji.

5) Indeks Vigor

Dn

Gn......

D3

G3

D2

G2

D1

G1I.V.

Keterangan:G = jumlah benih yang berkecambah pada hari

tertentu.D = waktu yang bersesuaian dengan jumlah tersebut.n = jumlah hari pada perhitungan akhir (Ferryal

dkk., 2013).

Page 60: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

36

6) Pendugaan Pertumbuhan Plumula (cm) danRadikula (cm)

Panjang plumula dan radikula diukurmenggunakan sketmat (caliper) 150 × 0,02 mm dandengan bantuan penggaris apabila panjang sampelmelebihi skala sketmat. Bagian plumula dan radikulakelor yang diukur dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Bagian plumula dan radikula kelor yangdiukur.

3.6. Analisis DataRancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan

Rancangan Acak Lengkap pola tersarang dengan modelmatematis:

Yijk = µ + αi + βj(i) + εk(ij)

Keterangan:Yijk = pengamatan dari faktor A level ke 1-2, faktor B level

ke 1-4 (tersarang pada faktor A) dan pada ulanganke 1-5.

µ = nilai tengah.αi = pengaruh faktor A pada level ke 1-2.

Page 61: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

37

βj(i) = pengaruh faktor B pada level ke 1-4 tersarang padafaktor A.

εk(ij) = galat percobaan untuk level ke 1-2 (faktor A) level ke 1-4 (faktor B) ulangan ke 1-5.

Hasil pengamatan dari berbagai perlakuan dan ulangandianalisis dengan analisis variansi (ANAVA) seperti pada Tabel2.Tabel 2. Tabel ANAVA

SK db JK KT Fhitung Ftabel

Lokasi 1

(Perlakuan-Lokasi) 6

Galat 32

Total 39

Apabila Fhitung > Ftabel maka untuk mengetahuiperlakuan terbaik, dianalisis menggunakan Duncan’s MultipleRange Test (DMRT) dengan persamaan:

DMRT = rp α .√KTG/rKeterangan:Rp α = nilai tabel DMRTKTG = KT Galatr = banyak ulangan,

Sedangkan untuk mengetahui pendugaan polapertumbuhan plumula dan radikula dilakukan analisis regresieksponensial dengan model matematis:

Ү = αebX

Keterangan:Y = variabel tidak bebasX = variabel bebasα,b = konstantae = bilangan pokok logaritma

Page 62: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

38

3.7. Batasan Istilaha) Benih: biji yang digunakan untuk kegiatan

penanaman.b) In-Vitro: metode untuk mengecambahkan benih

menggunakan media buatan yang steril, cocok dandidukung dengan lingkungan terkontrol di dalamlaboratorium.

c) Kecambah: tumbuhan muda yang baru sajaberkembang dari tahap embrionik di dalam biji ataubenih. Tahap perkembangannya disebutperkecambahan yang merupakan satu tahap kritisdalam kehidupan tumbuhan.

d) Perlakuan peretasan: usaha untuk menghentikanmasa dormansi.

e) Testa: kulit terluar yang melindungi bagian isi biji.f) Plumula: bakal atau calon batang yang tumbuh

selama masa perkecambahan.g) Radikula: bakal atau calon akar yang tumbuh selama

masa perkecambahan.h) Kotiledon: keping biji atau bakal daun yang

terbentuk pada embrio dan merupakan organcadangan makanan pada biji sekelompok tanaman.

i) Epigeal: proses perkecambahan dimanapertumbuhan plumula dan kotiledon berada di ataspermukaan tanah. Contohnya kacanghijau dan jarak(dikotil).

j) Hipogeal: proses perkecambahan dimanapertumbuhan plumula muncul ke permukaan tanahsedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah.Contohnya jagung dan kacang kapri (monokotil).

Page 63: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

39

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kemurnian Benih KelorKemurnian benih merupakan hal yang penting untuk

keseragaman benih agar mencapai produktifitas yangmenguntungkan. Kemurnian benih kelor diketahui masih belummemiliki sertifikasi layaknya seperti padi, jagung dan tanamanholtikultura sehingga dalam penelitian ini dilakukan usahauntuk mengetahui kemurnian benih kelor. Kemurnian benihkelor yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel3.Tabel 3. Kemurnian benih kelor di dalam penelitian

Komponen Kemurnian(%) Benih >0,2 g Benih <0,2 g

Benih murni 98 45% (432benih)

55% (800benih)

Benihtanaman lain

0 - -

Kotoran benih 2 - -Nama: Moringa oleifera Lam.Total benih: 200 g (1232 benih).Kotoran benih: kulit benih kelor, sayap benih kelor, sisa polong,tangkai, daun dan pertikel tanah.

Kemurnian benih kelor 98%, kotoran benih hanya 2%dan tidak ada benih tanaman lain pada Tabel 3 menunjukkanbahwa benih kelor yang digunakan dalam penelitian ini sudahterseleksi. Hasil tersebut sudah diatas batas minimal ketetapanbenih bina padi, jagung dan kedelai yang disebutkan Sutopo(2002) bahwa kemurnian benih minimal 95% dan benihtanaman lain maksimal 2%. Hasil tersebut juga masih diatas

Page 64: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

40

kemurnian benih gaharu yang disebutkan memiliki persentasekemurnian berkisar antara 64,3% hingga 90,5% (Ningsih dkk.,2015).

Benih murni yang didapat juga telah dikelompokkanantara benih besar > 0,2 g dan benih kecil < 0,2 g.Pengelompokan ini dapat dilakukan karena rata-rata benih keloryang digunakan memiliki berat 0,17 g sampai 0,26 g. Yulyatindan Diratmaja (2015) menyatakan bahwa benih yang murnisewajarnya memiliki kualitas yang baik pula, salah satunyaditentukan oleh ukuran benih. Semakin besar ukuran benihumumnya memiliki vigor lebih baik, hal ini disebabkancadangan makanan, protein dan lemak benih ukuran besar lebihbanyak dibanding benih ukuran kecil.

4.2. Daya Kecambah dan Viabilitas Benih KelorAnalisis ragam (Lampiran 2 dan Lampiran 3)

menunjukkan adanya perbedaan sangat nyata (P<0,01) antarperlakuan peretasan terhadap daya kecambah dan viabilitasbenih kelor yang diuji di laboratorium maupun lapang. Datadaya kecambah dan viabilitas benih kelor disajikan pada Tabel4.

Page 65: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

41

Tabel 4. Daya kecambah dan viabilitas benih kelorPe

rlak

uan Persentase Daya Kecambah

Benih Kelor (%)Persentase Viabilitas Benih

Kelor (%)

Laboratorium Lapang Laboratorioum Lapang

P0 93,82c ± 0,469 79,65c ± 0,665 100,00b ± 0,000 85,58c ± 0,721

P1 0,00a ± 0,000 0,00a ± 0,000 0,00a ± 0,000 0,00a ± 0,000

P2 97,96c ± 0,229 75,19c ± 1,004 100,00b ± 0,000 80,97c ± 1,136

P3 57,35b ± 1,821 49,45b ± 0,831 97,96b ± 0,229 53,33b ± 0,770

Keterangan: a-c Superskip yang berbeda pada kolom yangmenunjukkan adanya perbedaan yang nyata(P<0,01)

Tabel 4 menunjukkan bahwa P0 dan P2 di laboratoriummemiliki persentase daya kecambah > 90%. Hal inimenandakan daya kecambah benih kelor telah memenuhikelulusan mutu benih. Hal ini dinyatakan Umar (2012) bahwabatas kelulusan mutu benih yang umum diterapkan memilikipersentase daya kecambah > 80%. Hasil ini juga menunjukkanbahwa daya kecambah benih kelor yang diuji dengan masasimpan ± 30 hari lebih baik daripada yang telah digunakanFotouou, Toit dan Robbertse (2015) hanya 67% denganviabilitas 80%. Selain itu hasil ini juga lebih baik daripadaMubvuma, Mapanda dan Mashonjoa (2013) yang menyatakanbahwa penyimpanan benih kelor selama 30 dan 60 hari di suhu25oC memiliki daya kecambah 40,66% dan 83%.

P0 dan P2 di laboratorium maupun lapang memilikipersentase daya kecambah dan viabilitas lebih baik daripada P1dan P3. Hasil P3 di laboratorium memiliki persentase dayakecambah sebesar 57,35 ± 1,821% dan viabilitas benih 97,96 ±0,229%, sedangkan di lapang P3 meliliki persentase daya

Page 66: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

42

kecambah sebesar 49,45 ± 0,831% dan viabilitas benih 53,33 ±0,770%. Perbedaan persentase daya kecambah disebabkanbenih yang diberi perlakuan mendapat suplai air yang berbedasesuai dengan perlakuan yang diberikan, apabila cukup prosesperkecambahan akan cepat terjadi (Payung dkk., 2012).

Rendahnya persentase daya kecambah dan viabilitasbenih kelor P3 yang kulit benihnya telah dikelupas disebabkanoleh penyerapan air berlebih. Hal ini sepadan dengan pendapatYuniarti (2016) bahwa perlakuan pengelupasan benih beresikoterhadap rendahnya persentase daya kecambah benih kayuafrika akibat penyerapan air yang berlebih sehingga terjadikebusukan dan kematian pada beberapa benih. Kartasapoetra(1992) menerangkan bahwa rendahnya persentase dayakecambah maupun viabilitas benih kelor di lapang dapatdisebabkan metabolisme yang terganggu akibat faktor imbibisiair, suhu maupun struktur kimia dan fisik lainnya.

Perbedaan hasil uji di laboratorium dan lapang baikpersentase daya kecambah maupun viabilitas benih dilaboratorium dipengaruhi oleh suhu antara 25oC sampai 26oCdan kelembaban sekitar 90% di ruang perkecambahan daripadakeadaan di lapang dengan perubahan suhu lingkungan antara19oC sampai 31oC dan kelembaban 60% sampai 98% selamapengujian. Lesilolo dkk., (2013) menyatakan bahwa secaraumum suhu ± 25oC merupakan temperatur ideal yangdigunakan untuk uji perkecambahan, sedangkan Sotopo (2002)menerangkan bahwa variasi temperatur dalam ujiperkecambahan tidak lebih dari 1oC pada setiap periode 24 jamdan kelembaban ruang perkecambahan harus antara 90%sampai 95%.

P1 (perlakuan perendaman benih kelor dalam air panas)tidak dapat dilakukan uji karena mengalami kematian, hal ini

Page 67: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

43

diduga karena temperature yang terlalu panas atau waktuperendaman terlalu lama. Hal ini sesuai pendapat Stur danHorne (2001) bahwa perendaman menggunakan air panassangat beresiko terhadap kerusakan biji dan bahkan mematikanbiji perlakuan.

Berikut ini adalah kriteria kecambah kelor (Moringaoleifera Lam.) yang dikecambahkan di laboratorium danlapang. Hasil uji perkecambahan di laboratorium maupun dilapang terdapat kecambah normal, abnormal dan mati sebelumberkecambah. Struktur kecambah normal di laboratoriummaupun di lapang dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.

Gambar 6. Struktur normal kecambah kelor di laboratorium

Gambar 6 memperlihatkan struktur normal kecambahkelor di laboratorium yang memiliki kelengkapan bagian-bagian kecambah mulai dari kotiledon, plumula dan radikula.Ketiga bagian tersebut dapat terlihat karena tidak adapenghalang media tumbuh seperti di lapang.

Page 68: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

44

Gambar 7. Struktur normal kecambah kelor di lapang

Gambar 7 menunjukkan bahwa struktur normalkecambah kelor di lapang hanya terlihat bagian plumula dankuncup daun yang mulai mekar, sedangkan radikula dankotiledon berada di dalam tanah karena kelor memiliki tipeperkecambahan hipogeal. Hal ini sesuai dengan pernyataanSutopo (2002) bahwa kecambah normal memiliki semuastruktur penting yang dapat tumbuh baik, memiliki panjangkecambah minimal dua kali panjang benihnya dan sehat.Dijelaskan pula oleh Yerima et al. (2016) bahwa kelor memilikitipe perkecambahan hipogeal karena kotiledon tetap berada dibawah permukaan tanah.

Hasil uji perkecambahan di laboratorium dan lapangjuga terdapat kecambah kelor yang abnormal. Kecambahabnormal pada benih kelor memiliki struktur yang tidakkomplit. Struktur abnormal kecambah kelor di laboratoriummaupun lapang dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.

Page 69: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

45

Gambar 8. Struktur abnormal kecambah kelor di laboratorium

Gambar 8 memperlihatkan bahwa kecambah abnormalpada P0 di laboratorium hanya memiliki plumula, pada P2terdapat kecambah dengan plumula yang baik tetapiradikulanya tumbuh lambat, kecil dan menjulur ke atas,sedangakan pada P3 terdapat benih yang hanya mempunyairadikula sampai akhir pengujian. Kartasapoetra (1992)menerangkan bahwa kecambah abnormal terjadi bila saatperkecambahan plumula keluar terlebih dahulu dari padaakarnya dan benih hanya bertunas tanpa memiliki akar atauhanya akar samping yang muncul.

Gambar 9. Struktur abnormal benih kelor di lapang

Gambar 9 menunjukkan bahwa terdapat benihabnormal dengan dua plumula. Hal ini dapat disebabkan karena

Page 70: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

46

benih menghasilkan lebih dari satu kecambah dan buah terisilebih dari satu benih. Perkecambahan seperti ini dapat terjadipada benih multi-germ (Anonimous, 2009).

Selain kedua kriteria yang telah disebutkan, terdapatbenih kelor yang mati saat pengujian di laboratorium maupunlapang. Benih mati kelor di laboratorium maupun di lapangdapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.

Gambar 10. Struktur benih mati kelor di laboratorium (a) benihmati karena hampa; (b) benih mati akibat suhurendam (P1) terlalu panas

Gambar 11. Benih mati kelor di lapang akibat busuk

Gambar 10 a menunjukkan bahwa di laboratoriumditemukan benih mati akibat isi benih kopong sehingga setelahterkena air dan kulit benih yang sudah lunak, benih terasalembek saat ditekan. Sedangkan Gambar 10 b benih mati kelor

a. b.

Page 71: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

47

disebabkan suhu perlakuan perendaman pada P1 terlalu panassehingga membunuh embrio. Struktur benih ini masih utuh dankeras tetapi tidak dapat berkecambah walaupun sudah sampaiakhir masa pengujian. Gambar 11 memperlihatkan saat dilapang ada benih kelor yang busuk dan masih terdapat larva didalamnya. Menurut Sutopo (2002) benih mati dikategorikandari benih yang di akhir masa pengujian tidak keras, tidak segardan tidak berkecambah, benih hampa yang hanya mengandungbeberapa jaringan sisa serta benih terserang hama yangmengandung larva serangga.

4.3. Rata-rata Hari Berkecambah Benih KelorAnalisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa

perlakuan peretasan tidak memberikan pengaruh nyata(P>0,05) terhadap kecepatan rata-rata hari tumbuh kecambahkelor di laboratorium maupun di lapang. Rata-rata hariberkecambah benih kelor disajikan pada Tabel 5.Tabel 5. Rata-rata hari berkecambah benih kelor

PerlakuanRata-rata Hari Berkecambah Kelor (hari)

Laboratorioum LapangP0 4,16 ± 0,152 10,46 ± 0,643P2 3,62 ± 0,370 12,34 ± 2,569P3 4,26 ± 1,607 11,64 ± 1,875

Keterangan: Berbagai perlakuan tidak memberikan perbedaanyang nyata (P>0,05) terhadap rata-rataberkecambah benih kelor. P1 tidak dihitungstatistika karena benih mati 100%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa P2 di laboratoriummemberikan respon rata-rata hari berkecambah kelor tercepatyaitu 3,62 ± 0,370 hari daripada P0 dan P3 yang berkecambahmulai 4,16 ± 0,152 hari dan 4,26 ± 1,607 hari. Sedangkan di

Page 72: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

48

lapang didapat bahwa P0 memiliki rata-rata hari berkecambahlebih cepat yaitu 10,46 ± 0,64 hari daripada P3 dan P2 yangberkecambah 11,64 ± 1,875 hari dan 12,34 ± 2,569 hari. P2yang memberikan hasil terbaik di laboratorium membuktikanbahwa perlakuan peretasan benih kelor secara pengamplasandapat mempercepat perkecambahan diduga kerena prosesimbibisi yang terjadi lebih awal. Hasil ini sepadan denganpernyataan Payung dkk. (2012) dan Widyawati dkk. (2009)bahwa benih yang diberi perlakuan pengkeratan danpengamplasan menyebabkan hambatan mekanis penyerapan airakan berkurang sehingga mempercepat proses perkecambahandaripada yang tidak diberi perlakuan.

Rata-rata benih kelor berkecambah di laboratoriumsekitar 4,01 hari sedangkan di lapang 11.48 hari. Perbedaanhasil ini disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan yangberbeda antara kedua tempat perkecambahan. Hal ini didukungSutopo (2002) bahwa ada dua faktor yang menghambatmetabolisme benih yaitu faktor dari dalam biji itu sendiri(internal), dan faktor dari luar biji (eksternal) sehinggamempengaruhi kemampuan benih berkecambah, apabila benihsemakin cepat berkecambah, metabolisme dalam benih jugaberlangsung cepat dan vigoritasnya baik.

4.4. Vigoritas Benih KelorAnalisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa

perlakuan peretasan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadapindeks vigor benih kelor di laboratorium maupun di lapang.Nilai indeks vigor pada masing-masing perlakuan peretasanbenih kelor di laboratorium dan lapang disajikan pada Tabel 6.

Page 73: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

49

Tabel 6. Indeks vigor benih kelor

PerlakuanIndeks Vigor Benih Kelor (biji/hari)Laboratorioum Lapang

P0 2,43 ± 0,070 0,83 ± 0,153P2 2,78 ± 0,345 0,66 ± 0,163P3 2,55 ± 0,741 0,51 ± 0,148

Keterangan: Berbagai perlakuan tidak memberikan perbedaanyang nyata (P>0,05) terhadap Indeks vigor benihkelor. P1 tidak dihitung statistika karena benihmati 100%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa walaupun tidak adapengaruh nyata (P>0,05) antar perlakuan dengan indeks vigor,P2 di laboratorium memiliki nilai tertinggi sebesar 2,78 ± 0,345biji/hari, sedangkan di lapang hasil indeks vigor P0 memilikinilai tertinggi 0,83 ± 0,153 biji/hari. Rata-rata indeks vigor dilaboratorium lebih tinggi dan berbeda sangat nyata (P<0,01)dari pada di lapang diduga akibat kondisi di laboratorium lebihterkontrol terutama suhu lingkungan dan ketersediaan airnya,sehingga benih yang berkecambah setiap hari lebih banyak.Menurut Umar (2012) nilai indeks vigor yang besarmenandakan benih yang berkecambah secara serempak padaawal perkecambahan tinggi. Yuniarti dkk. (2014) menerangkanuji vigor dapat dijadikan gambaran bagaimana potensi benihtumbuh serempak, cepat dan berproduksi normal pada kondisisub optimum serta berpengaruh terhadap daya kecambah dankecepatan berkecambah benih A. magium.

Indeks vigor di lapang yang turun 3 sampai 5 kali darihasil di laboratorium serta capaian nilai terbaik perlakuanperetasan yang berbeda antara P2 di laboratorium dan P0 dilapang, memberikan informasi bahwa kemampuan tumbuh dikedua lingkungan tersebut juga berbeda. Hasil ini membuktikan

Page 74: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

50

bahwa P2 di laboratorium mengalami penurunan lebih daripadaP0, sehingga P0 di lapang memiliki nilai tertinggi. Hal inimembuktikan bahwa indeks vigor mencerminkan vigor benihbila ditanam di lapangan. Apabila benih tersebut bervigor baikakan tetap mampu menumbuhkan tanaman normal, meskikondisi alam suboptimum (Purba dkk., 2014). Ferryal dkk.(2013) menambahkan bahwa indeks vigor dapat menunjukkanjumlah benih yang berkecambah pada interval satu hari setelahbenih dikecambahkan.

4.5. Pendugaan Pertumbuhan Plumula dan Radikula BenihKelor

Hasil analisis regresi pada Lampiran 7 sampaiLampiran 11 menunjukkan umur berpengaruh nyata (P<0,05)terhadap panjang plumula dan radikula di laboratorium maupunlapang. Pendugaan pertumbuhan panjang plumula benih kelordi laboratorium disajikan pada Gambar 12 dan di lapang padaGambar 13.

Gambar 12. Pola pertumbuhan plumula benih kelor dilaboratorium a) plumula kelor perlakuan kontrol(P0); b) plumula kelor perlakuan amplas (P2) danc) plumula kelor perlakuan kelupas (P3)

0

5

10

15

0 5 10 15Pan

jang

plu

mul

a (c

m)

Umur (hari)P0 P2

YP0 = 0,765 e0,178x

R2P0 = 0,377 (P<0,05)

YP3 = 0,280 e0,155x

R2P3 = 0,206 (P<0,05)

YP2 = 0,663 e0,205x

R2P2 = 0,472 (P<0,05)

Page 75: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

51

Gambar 12 menunjukkan bahwa pertumbuhan plumulabenih kelor di laboratorium yang diberi perlakuanpengamplasan (P2) memberikan laju pertumbuhan tertinggisebesar 0,205 cm/hari dan memiliki nilai koefisien determinasi(R2) sebesar 0,472 menunjukkan bahwa pengaruh umurterhadap panjang plumula benih kelor P2 di laboratoriumadalah 47,2%. Benih kelor tanpa perlakuan peretasan (P0)memiliki nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,377menunjukkan bahwa pengaruh umur terhadap panjang plumulabenih kelor P0 di laboratorium adalah 37,7% sedangkanperlakuan pengelupasan (P3) nilai koefisien determinasi (R2)sebesar 0,206 menunjukkan bahwa pengaruh umur terhadappanjang plumula adalah 20,6%.

Gambar 13. Pola pertumbuhan plumula benih kelor di lapanga) plumula kelor perlakuan kontrol (P0); b)plumula kelor perlakuan amplas (P2) dan c)plumula kelor perlakuan kelupas (P3)

Gambar 13 menunjukkan bahwa pertumbuhan plumulabenih kelor di lapang (P0) memberikan respon pertumbuhan

0

2

4

6

8

10

0 5 10 15 20 25

Pan

jang

plu

mul

a (c

m)

Umur (hari)P0 P2 P3

YP0 = 1,493 e0,084x

R2P0 = 0,587 (P<0,05)

YP2 = 0,529 e0,124x

R2P2 = 0,486 (P<0,05)

YP3 = 0,817 e0,103x

R2P3 = 0,463 (P<0,05)

Page 76: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

52

tertinggi dibanding perlakuan yang lain. Nilai koefisiendeterminasi (R2) sebesar 0,587 menunjukkan bahwa pengaruhumur terhadap panjang plumula benih kelor P0 di lapang adalah58,7%. Hal ini menandakan hasil lebih tinggi dibanding denganperlakuan peretasan (P2) dengan koefisien determinasi (R2)sebesar 0,486 atau 48,6% maupun perlakuan pengelupasan (P3)dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,463 atau46,3%.

Pendugaan pertumbuhan plumula benih kelor antarperlakuan yang sama di laboratorium dan di lapang juga telahdiamati sehingga didapat pola pertumbuhan. Berikut inidisajikan pada Gambar 14 pola pertumbuhan plumula perlakuankontror (P0), Gambar 15 pola pertumbuhan plumula perlakuanpengamplasan (P2) dan Gambar 16 pola pertumbuhan plumulaperlakuan pengelupasan (P3).

Gambar 14. Pola pertumbuhan plumula benih kelor perlakuankontrol (P0)

0

10

20

30

40

0 5 10 15 20 25Pan

jang

plu

mul

a (c

m)

Umur (hari)P0 Laboratorium P0 Lapang

YP0 Lab = 0,765 e0,178x

R2P0 Lab = 0,377 (P<0,05)YP0 Lap = 1,493 e0,084x

R2P0 Lsp = 0,587 (P<0,05)

Page 77: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

53

0

2

4

6

8

0 5 10 15 20 25

Pan

jang

plu

mul

a (c

m)

Umur (hari)P3 Laboratorium P3 Lapang

Gambar 15. Pola pertumbuhan plumula benih kelor perlakuanpengamplasan (P2)

Gambar 16. Pola pertumbuhan plumula benih kelor perlakuanpengelupasan (P3)

Regresi antara umur dengan panjang radikula hanyadilakukan pada data di laboratorium, sedangkan di lapang tidakdilakukan karena pengambilan data hanya satu kali saat akhirpengujian. Pengaruh umur terhadap panjang radikula benihkelor di laboratorium disajikan pada Gambar 17.

0

10

20

30

40

50

60

0 5 10 15 20 25

Pan

jang

plu

mul

a (c

m)

Umur (hari)P2 Laboratorium P2 Lapang

YP2 Lab = 0,663 e0,205x

R2P2 Lab = 0,472 (P<0,05)

YP2 Lap = 0,529 e0,124x

R2P2 Lap = 0,486 (P<0,05)

YP3 Lab = 0,280 e0,155x

R2P3 Lab = 0,206 (P<0,05)

YP3 Lap = 0,817 e0,103x

R2P3 Lap = 0,463 (P<0,05)

Page 78: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

54

Gambar 17. Pola pertumbuhan radikula benih kelor dilaboratorium a) radikula kelor perlakuan kontrol(P0); b) radikula kelor perlakuan amplas (P2) danc) radikula kelor perlakuan kelupas (P3)

Gambar 17 menunjukkan bahwa perlakuanpengamplasan (P2) memberikan laju pertumbuhan radikulapaling tinggi sebesar 0,154 cm/hari dengan nilai koefisiendeterminasi (R2) sebesar 0,704 yang berarti bahwa pengaruhumur terhadap panjang radikula benih kelor P2 di laboratoriumadalah 70,9%. Perlakuan kontrol (P0) memberikan lajupertumbuhan sebesar 0,124 cm/hari dengan nilai koefisiendeterminasi (R2) sebesar 0,678 lebih tinggi daripada perlakuanpengelupasan (P3) dengan laju pertumbuhan sebesar 0,098cm/hari dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,353.

Hasil regresi perlakuan pengamplasan (P2) dilaboratorium dan perlakuan kontrol (P0) di lapang yangmenunjukkan kemampuan plumula maupun radikula tumbuhlebih tinggi diduga karena dari awal sudah menunjukkan dayakecambah, kecepatan atau rata-rata hari berkecambah sertaindeks vigor yang tinggi (P<0,01) dibanding perlakuan lainnya.

0

2

4

6

8

10

12

14

0 5 10 15

Pan

jang

radi

kula

(cm

)

Umur (hari)P0 P2 P3

YP0 = 0,529 e0,124x

R2P0 = 0,678 (P<0,05)

YP2 = 1,418 e0,154x

R2P2 = 0,704 (P<0,05)

YP3 = 1,513 e0,098x

R2P3 = 0,353 (P<0,05)

Page 79: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

55

Hal ini sesuai dengan Dharma dkk (2015) yang menyatakanbahwa faktor pematahan dormansi berpengaruh sangat nyataterhadap panjang plumula.

Berdasarkan hasil yang telah didapat, terdapatkesesuaian dengan pernyataan Sutopo (2002) yangmenyebutkan bahwa belum tentu hasil uji benih di laboratoriumsama baiknya jika diujikan di lapang. Hasil uji di lapangmemang berbeda dengan di laboratorium yang mana benihkelor tanpa perlakuan peretasan memberikan respon terbaik dilapang, sehingga dapat dikatakan benih kelor tersebut mampuberkecambah dengan baik tanpa dilakukan perlakuan peretasansebelum penanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataanMubvuma et al. (2013) bahwa kelor tidak memiliki dormansikarena benih yang baru dipanenpun mudah berkecambahapabila kondisi lingkungan mendukung proses perkecambahan.

Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa pertumbuhanplumula di laboratorium lebih tinggi daripada di lapang. Hal inidikarenakan kondisi lingkungan di laboratorium lebihterkontrol sehingga keadaan lingkungan lebih mendukungterjadinya perkecambahan. Keadaan ini dipengaruhi terutamaoleh ketersediaan air yang lebih stabil sehingga benih kelormengalami imbibisi lebih cepat, ditandai dengan plumula danradikula lebih panjang. Faktor cahaya juga diduga dapatmempengaruhi hasil ini karena menurut Sutopo (2002) apabilakondisi lingkungan gelap atau kurang cahaya, kecambah akanmengalami etiolasi atau terjadinya pemanjangan pada hipokotilatau epikotil tetapi pucat dan lemah. Hal ini dipengaruhihormon auksin yang lebih aktif jika berada ditempat lebih gelapatau kurang cahaya, akibatnya pemanjangan sel pada titiktumbuh lebih cepat (Hamdani dkk. 2016).

Page 80: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

56

Page 81: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

57

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan1. Perlakuan peretasan dengan pengamplasan mampu

memperbaiki perkecambahan benih kelor (Moringaoleifera Lam.) di laboratorium, namun perlakuantersebut memberikan hasil lebih rendah dibandingkandengan benih kelor tanpa perlakuan peretasan saatdikecambahkan di lapang.

2. Perlakuan peretasan dengan pengamplasan dilaboratorium mampu meningkatkan daya kecambah97,96%, viabilitas 100%, indeks vigor 2,78 biji/hari danmempercepat rata-rata hari perkecambahan benih kelor3,62 hari.

3. Laju pertumbuhan paling tinggi terjadi pada peretasandengan pengamplasan, terbukti plumula mencapai0,205 cm/hari dan radikula sebesar 0,154 cm/hari.

5.2. SaranBerdasarkan hasil penelitian, perkecambahan benih

kelor (Moringa oleifera Lam.) lebih baik dan cepat tumbuhapabila diretaskan dahulu di laboratorium kemudian dilanjutkandengan proses pemindahan atau penanaman di lahan yang telahditentukan, namun perlu adanya penelitian lebih lanjut untukmendapatkan perlakuan peretasan yang lebih daripada hasilpenelitian ini.

Page 82: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

58

Page 83: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

57

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan1. Perlakuan peretasan dengan pengamplasan mampu

memperbaiki perkecambahan benih kelor (Moringaoleifera Lam.) di laboratorium, namun perlakuantersebut memberikan hasil lebih rendah dibandingkandengan benih kelor tanpa perlakuan peretasan saatdikecambahkan di lapang.

2. Perlakuan peretasan dengan pengamplasan dilaboratorium mampu meningkatkan daya kecambah97,96%, viabilitas 100%, indeks vigor 2,78 biji/hari danmempercepat rata-rata hari perkecambahan benih kelor3,62 hari.

3. Laju pertumbuhan paling tinggi terjadi pada peretasandengan pengamplasan, terbukti plumula mencapai0,205 cm/hari dan radikula sebesar 0,154 cm/hari.

5.2. SaranBerdasarkan hasil penelitian, perkecambahan benih

kelor (Moringa oleifera Lam.) lebih baik dan cepat tumbuhapabila diretaskan dahulu di laboratorium kemudian dilanjutkandengan proses pemindahan atau penanaman di lahan yang telahditentukan, namun perlu adanya penelitian lebih lanjut untukmendapatkan perlakuan peretasan yang lebih daripada hasilpenelitian ini.

Page 84: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

58

Page 85: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

59

DAFTAR PUSTAKA

Adegun, M. K. and O. J. Ayodele. 2015. Growth and Yield ofMoringa oleifera as Influenced by Spacing andOrganic Manures in South-Western Nigeria.International Journal of Agronomy and AgriculturalResearch (IJAAR). Vol. 6 (6): 30-37.

Alief. 2013. Germinator. CV. Globalindo Teknik Mandiri.Bogor. http://alatpembibitan.co.id/germinator.html. [29Januari 2017].

Ani, N. 2006. Pengaruh Perendaman Benih Dalam Air PanasTerhadap Daya Kecambah dan Pertumbuhan BibitLamtoro (Leucaena leucocophala). Jurnal PenelitianBidang Ilmu Pertanian 4(1): 24-28.

Anonimous. 2009. Peraturan Direktur Jenderal RehabilitasiLahan dan Perhutanan Sosial tentang Petunjuk TeknisPengujian Mutu Fisik – Fisiologi Benih. (No: P.06/V-Set/2009). Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan danPerhutanan Sosial. http://Sipth.Pda-shl.Menlhk.Go.Id/Dist/File/Peraturan/P06.Pdf. [14Januari 2017].

Anonimous. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan tentangPenyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan.(Nomor: P. 1/Menhut-Ii/2009). KementerianKehutanan. http://lpp.dep-hut.go.id/down-lot.php. [14Januari 2017].

Page 86: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

60

Anonimous. 2015. Moringa Seeds (India’s Largest Exporterand Producer of Moringa Seeds). Ancient GreenfieldsPvt Ltd. http://www.moringa-seeds.com/. [14 Januari2017].

Asante, W. J., K. O. Boadu and N. B. Baatuuwie. 2012. InitialGrowth Response of Moringa oleifera Seedlings toDifferent Soil Amandments. African Journal ofAgricultural Research. Vol. 7 (45): 6082-6086.http://www.academicjournals.org/AJAR. [10November 2016].

Awaludin dan T. Panjaitan. Teknologi Budidaya Kelor. 2011.BPTP Nusa Tenggara Barat.http://ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php. [26Januari 2017].

Balitto, S. F. Syahid dan N. N. Kristina. 2014. PemanfaatanTanaman Kelor (Moringa oleifera) untukMenungkatkan Produksi Air Susu Ibu. Warta Penelitiandan Pengembangan Tanaman Industri 20 (3): 26-29.

Bey, H. 2010. All Things Moringa: The Story of an AmazingTree of Life. www.allthingsmoringa.com. [26 Januari2017].

Daksa, W. R., A. Ete dan Adrianton. 2014. IdentifikasiToleransi Kekeringan Padi Gogo Lokal Tanangge padaBerbagai Larutan Peg. E-J. Agrotekbis 2 (2): 114-120.

Dharma, I. P. E. S., S. Samudin dan Adrianton. 2015.Perkecambahan Benih Pala (Myristica Fragrans

Page 87: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

61

Houtt.) dengan Metode Skarifikasi dan PerendamanZpt Alami. e-J. Agrotekbis 3 (2): 158 – 167.

Fahmi, Z. I. 2014. Media Tanam sebagai Faktor Eksternal yangMempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. Balai BesarPerbenihan dan Proteksi Tanaman PerkebunanSurabaya. http://ditjenbun.pertanian.go.id. [14 Januari2017].

Ferryal, M. B., P. Yudono dan Toekidjo. 2013. PengaruhTingkat Kemasakan Polong Terhadap Hasil BenihDelapan Aksesi Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata(L.) Walp.). Alumni Fakultas Pertanian UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta: 1-14.https://jurnal.ugm.ac.id/jbp/article/view/1360/pdf_9.[22 Juni 2017].

Folkard, G. And J. Sutherland. 2004. Moringa. O MovimentoGaia Folheto 26. http://www.gaia-movement.org/files/Folheto%2026p%20Moringa.pdf.[1 Mei 2017].

Fuglie, L. J. 2002. The MoringaTree: A Local Solution toMalnutrition. B.P. 5338. Dakar, Senegal.https://www.google.co.id/m?&q=fuglie+moringa. [1Mei 2017].

Fotouo-M. H, E. S. du-Toit, P. J. Robbertse. 2015. Germinationand Ultrastructural Studies of Seeds Produced by aFast-Growing, Drought-Resistant Tree: Implicationsfor its Domestication and Seed Storage. AoB PLANTS

Page 88: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

62

7.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4379585/. [17 Mei 2017].

Hamdani, J. S., Sumadi, Y. R. Suriadinata dan L. Martins. 2016.Pengaruh Naungan dan Zat Pengatur Pertumbuhandan Hasil Tanaman Kentang Kultivar Atlantik diDataran Medium. J. Agron. Indonesia. Vol. 44 (1): 33-39.

Haryanti, S. dan R. Budihastuti. 2015. Morfoanatomi, BeratBasah Kotiledon dan Ketebalan Daun KecambahKacang Hijau (Phaseolus Vulgaris L.) pada Naunganyang Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. 23(1):47-56. http://eprints.undip.ac.id/45893/1/7. [22 Juni2017].

Hasbianto, A. dan C. Tresniawati. 2013. Efektivitas TeknikPematahan Dormansi pada Beberapa Genotipe JarakKepyar (Ricinus communis L.). Seminar NasionalInovasi Teknologi Pertanian: 456-472.http://kalsel.litbang.pertanian.go.id. [22 Juni 2017].

Juhanda, Y. Nurmiaty dan Ermawati. 2013. PengaruhSkarifikasi Pada Pola Imbibisi dan PerkecambahanBenih Saga Manis (Abruss Precatorius L.). J. AgrotekTropika 1 (1): 45-49.http://fp.unila.ac.id/wp-content/uploads/sites/16/2013/03/JAT-11-45-49-Januari-2013.pdf. [22 Juni 2017].

Kamil, E. 1979. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya. Padang.

Page 89: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

63

Kartasapoetra, A. G. 1992. Teknologi Benih (Pengolahan Benihdan Tuntunan Praktikum). Rineka CIPTA, Jakarta.

Kartika, M. Surahman dan M. Susanti. 2015. PemetahanDormansi Benih Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jaqc)Menggunakan KNO3 dan Skarifikasi. Enviagro. JurnalPertanian dan Lingkungan. Vol. 8 (2).http://jagro.unbari.ac.id/index.php/agro/article/view/10. [22 Juni 2017].

Krisnadi, A. D. 2015. Kelor Super Nutrisi. Kelorina.com. Blora.http://kelorina.com/ebook.pdf. [13 Januari 2017].

Leone, A., S. Alberto, B. Alberto, A. Junior, and B. Simona.2015. Cultivation, Genetic, Ethnopharmacology,Phytochemistry and Pharmacology of Moringaoleifera Leaves. Int. J. Mol. Sci, 16: 12791-12835.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles. [22 Juni2017].

Lesilolo, M. K., J. Riry dan E. A. Matatula. 2013. PengujianViabilitas Dan Vigor Benih Beberapa Jenis Tanamanyang Beredar di Pasaran Kota Ambon. Agrologia 2(1):1-9.

Lubis, Y. A., M. Riniarti dan A. Bintoro. 2014. Pengaruh LamaWaktu Perendaman dengan Air Terhadap DayaBerkecambah Trembesi (Samanea saman). JurnalSylva Lestari 2 (2): 25-32.http://www.jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JHT/article/download/345/327. [22 Juni 2017].

Page 90: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

64

Muhl, Q.E., E. S. Du-Toit and P. J. Robbertse. 2011.Temperature Effect on Seed Germination andSeedling Growth of Moringa oleifera Lam. Seed Sci.& Technol. Vol. 39: 208-213.https://www.researchgate.net/publication/263677020. [3 Maret 2016].

Mubvuma, M. T., Mapanda S., Mashonjowa E. 2013. Effect ofStorage Temperature and Duration on Germination ofMoringa Seeds (Moringa oleifera). Greener Journal ofAgricultural Sciences 3:427–432.

Naemah, D. 2012. Teknik Lama Perendaman Terhadap DayaKecambah Benih Jelutung (Dyera polyphylla Miq.Steenis). Laporan Penelitian. Fakultas KehutananUniversitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Ningsih, M. K., M. P. Biantary dan Jumani. 2015. Uji MutuFisik Dan Fisiologis Benih Pohon Penghasil Gaharu(Aquilaria microcarpa Baill.) Berdasarkan FenotipePohon Induk Di Khdtk Samboja Kabupaten KutaiKartanegara. Jurnal AGRIFOR Vol. 14 (2): 221-238.

Niwah, C. B. and P. M. Mapongmetsem. 2014. SeedGermination and Initial Growth in Moringa OleiferaLam. 1785 (Moringaceae) in Sudano-sahelian Zone.International Research Journal of Plant Science(ISSN: 2141-5447).

Nugroho, A. W. 2013. Pengaruh Komposisi Media TanamTerhadap Pertumbuhan Awal Cemara Udang(Casuarina Equisetifolia Var. Incana) Pada Gumuk

Page 91: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

65

Pasir Pantai. Indonesian Forest Rehabilitation Journal1 (1): 113-125.

Nuroniah, H. S. dan A. S. Kosasih. 2010. Mengenal JenisTrembesi (Samanea saman (Jacquin) Merrill) sebagaiPohon Peneduh. Jurnal Mitra Hutan Tanaman 5 (1): 1-5.

Payung, D., Prihatiningtyas dan Hasanatun. 2012. Uji DayaKecambah Benih Sengon di Green House. Jurnal HutanTropis 2 (2): 132-138.

Purba, O., Indriyanto dan A. Bintoro. 2014. PerkecambahanBenih Aren (Arenga pinnata) Setelah Diskarifikasidengan Giberalin pada Berbagai Konsentrasi. JurnalSylva Lestari 2 (2): 71-78.http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JHT/article/viewFile/350/33 [22 Juni 2017].

Purbojati, L dan F. C. Suwarno. 2006. Studi Alternatif SubstratKertas untuk Pengujian Viabilitas Benih denganMetode UDK. Buletin Agronomi. 34 (1): 55-61.

Putri, W.U., Dodo dan H. Wawangningrum. 2011. StrukturBuah, Biji dan Perkecambahan Biji Burahol(Stelechocarpus burahol (Blumw) Hook.f. danThomson). Prosiding Seminar Nasional PERHORTI2011. 1136-1142.

Santana, D. B. 2005. Studi Alternatif Substrat Kertas untukPengujian Viabilitas Benih Berukuran Besar dan Kecil.

Page 92: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

66

Skripsi. Departemen Budi daya Pertanian. FakultasPertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sari, H. P., C. Hanum dan Charloq. 2014. DayaPerkecambahan dan Pertumbuhan Mucana bracteataMelalui Pematahan Dormansi dan Pemberian ZatPengatur Tumbuh Giberelin (GA3). Jurnal OnlineAgroteknologi 2 (2): 630-644.

Situmeang, M., A. Purwantoro dan S. Sulandari. 2014.Pengaruh Pemanasan Terhadap Perkecambahan danKesehatan Benih Kedelai (Glicinemax (L.) Merrill).Vegetalika 3 (3): 27-37.

Srivastava, J. P. and L. T. Simarski. 1986. Seed ProductionTechnology. International Center for AgriculturalResearch in the Dry Areas (ICARDA), Aleppo, Syria.http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNAAW797.pdf. [1Januari 2017].

Stur, W.W. dan P. M. Horne. 2001. Mengembangkan TeknologiHijauan Makanan Ternak (HMT) bersama Petani Kecil- Cara Menanam, Mengelola dan Memanfaatkan HMT.Monograf ACIAR 90. pp. 96 halaman. Australia.

Soetanto, H., E. Marhaeniyanto dan S. Chuzaemi. 2011.Penerapan Teknologi Suplementasi Berbasis DaunKelor Dan Molases Pada Peternakan Kambing Rakyat.Buana Sains 11 (1): 25-34.

Suita, E., R. Kurniaty, N. Yuniarti, E. R. Kartiana, E. Ismiati,D. Haryadi dan A. R. Hidayat. (2004). Seleksi Benih

Page 93: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

67

Berdasarkan Ukuran Serta Pematahan Dormansi JenisTanaman Hutan Berdasarkan Fisik, Mekanis DanKimia (2 Jenis): Kemiri (Aleurites moluccana) danTanjung (Mimupsop elengi). Laporan Hasil PenelitianNo. 404. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor.

Sumampow, D. M. F. 2010. Viabilitas Benih Kakao(Theobroma cacao L.) pada Media Simpan SerbukGergaji. Soil Environmen 8 (3): 102-105.http://repo.unsrat.ac.id/pdf. [2 Februari 2017].

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Suwarno, F. C. dan I. Hapsari. 2008. Studi Alternatif SubstratKertas untuk Pengujian Viabilitas Benih denganMetode Uji UKDdp. Buletin Agronomi. 36 (1):84-91.https://media.neliti.com/media/publications/7869-ID-studi-alternatif-substrat-kertas-untuk-pengujian-viabilitas-benih-dengan-metode.pdf. [22 Juni 2017].

Syahputra, E., M. Rahmawati dan S. Imran. 2014. PengaruhKomposisi Media Tanam dan Konsentrasi Pupuk DaunTerhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada(Lactuca Sativa L.). J. Floratek 9 (1): 39–45.

Umar, S. 2012. Pengaruh Pemberian Bahan Organik TerhadapDaya Simpan Benih Kedelai (Glycinemax (L.) Merr.).Berita Biologi 11 (3): 401-410. e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/download/510/325. [22 Juni 2017].

Page 94: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

68

Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992.Sistem Budidaya Tanaman.http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/UU-No.12-Tahun-1992-Tentang-Sistem-Budidaya-Tanaman.pdf. [13 Januari 2017].

Utami, S. 2013. Uji Viabilitas Dan Vigoritas Benih Padi LokalRamos Adaptif Deli Serdang Dengan Berbagai TingkatDosis Irradiasi Sinar Gamma di Persemaian. Agrium18 (2): 158-161.

Widyawati, N., Tohari, P. Yudono dan I. Soemardi. 2009.Permeabilitas dan Perkecambahan Benih Aren(Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). J. Agron. Indonesia37 (2): 152 – 158.

Yerima, R. M. Ayuk, R. K. Enang, N. Guehjung dan Y.A.Tiamgne. 2016. Perbenihan dan Awal BibitPertumbuhan Moringa oleifera Lam dengan BijiBerbeda merendam Waktu dan Substrat di YongkaWestern Highlands Penelitian Garden Park(YWHRGP) Nkwen-Bamenda, North-West Kamerun.American Journal of Plant Sciences: 2173-2185.http://www.scirp.org/journal/ajps. [3 Maret 2017].

Yulyatin, A. dan A. Diratmaja. 2015. Pengaruh Ukuran BenihKedelai terhadap Kualitas Benih. Agros. Vol.17 (2):166-172.

Yuniarti, N. 2016. Teknik Penanganan Benih yang Tepat untukMeningkatkan Viabilitas Benih Kayu Afrika(Maesopsis eminii). PROS SEM MASY BIODIV

Page 95: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

69

INDON. Vol. 2 (1). 37-42.http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/M/M0201/M020108.pdf. [22 Juni 2017].

Yuniarti, N., M. Zanzibar, Megawati dan B. Leksono. 2014.Perbandingan Vigoritas Benih Acacia Mangium HasilPemuliaan dan yang Belum Dimuliakan. JurnalPenelitian Kehutanan Wallacea. Vol. 3 (1): 57 – 64.

Yunita, E. 2011. Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan.http://karedok.net/modul-buku/biologi/pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan. [27 April 2017].

Page 96: PENGARUH PERLAKUAN PERETASAN BIJI TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5165/1/Rizkha%20Dwi%C2%A0Syahputra.pdfpercobaan laboratorium dan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang,

70