PENGARUH PERENDAMAN TAHU DALAM VINEGAR BERBASIS KULIT...

59
1 PENGARUH PERENDAMAN TAHU DALAM VINEGAR BERBASIS KULIT PISANG KEPOK TERHADAP MUTU FISIK TAHU KARYA TULIS ILMIAH ROMAULI MEGAWATI MANALU P01031116087 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI 2019

Transcript of PENGARUH PERENDAMAN TAHU DALAM VINEGAR BERBASIS KULIT...

  • 1

    PENGARUH PERENDAMAN TAHU DALAM VINEGAR BERBASIS

    KULIT PISANG KEPOK TERHADAP MUTU FISIK TAHU

    KARYA TULIS ILMIAH

    ROMAULI MEGAWATI MANALU

    P01031116087

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI

    2019

  • 2

    PENGARUH PERENDAMAN TAHU DALAM VINEGAR BERBASIS

    KULIT PISANG KEPOK TERHADAP MUTU FISIK TAHU

    Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk

    Menyelesaikan Program Studi Diploma III di Jurusan Gizi Politeknik

    Kesehatan Kemenkes Medan

    ROMAULI MEGAWATI MANALU

    P01031116087

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI

    2019

  • 3

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Judul : Pengaruh Perendaman Tahu dalam Vinegar

    Berbasis Kulit Pisang Terhadap Mutu Fisik

    Tahu

    Nama Mahasiswa : Romauli Megawati Manalu

    Nomor Induk Mahasiswa : P01031116087

    Program Studi : Diploma III

    Menyetujui :

    Dr. Oslida Martony, SKM, M. Kes

    Pembimbing Utama

    Mincu Manalu S. Gz, M. Kes Erlina Nasution, S. Pd, M. Kes

    Penguji I Penguji II

    Mengetahui

    Ketua Jurusan Gizi

    Dr. Oslida Martony, SKM, M. Kes

    NIP : 196403121987031003

    Tanggal Lulus : 26 Juli 2019

  • 4

    RINGKASAN

    ROMAULI MEGAWATI MANALU “PENGARUH PERENDAMAN TAHU DALAM VINEGAR BERBASIS KULIT PISANG KEPOK TERHADAP MUTU FISIK TAHU” (DIBAWAH BIMBINGAN OSLIDA MARTONY)

    Tahu merupakan makanan yang populer dan sangat digemari

    masyarakat karena rasanya yang enak dan harganya nya yang terjangkau. Namun Tahu juga memiliki kandungan air yang tinggi sehingga mudah rusak karena mudah ditumbuhi mikroba sehingga kebanyakan industri tahu yang ada di indonesia menambahkan bahan pengawet yang dilarang yaitu formalin.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Perendaman Tahu dalam Vinegar Berbasis Kulit Pisang Kepok Terhadap Mutu Fisik Tahu.

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Gizi. Penelitian ini dilaksanakan sejak April 2019, pengumpulan data tanggal 19 Mei 2019. Jenis penelitian bersifat eksperimental dengan konsentrasi vinegar 2%, 2.5%, dan 3% dan dilakukan dengan 2 kali pengulangan. Parameter penelitian meliputi Lapisan Lendir pada permukaan, aroma, tekstur, dan warna.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tahu yang direndam di dalam vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 3% menghasilkan mutu fisik Tahu dengan skor tertinggi yaitu dengan nilai skor rata-rata Lapisan Lendir pada Permukaan Tahu adalah 8, nilai skor rata-rata Aroma adalah 8, nilai skor rata-rata Tekstur adalah 8, nilai skor rata-rata Warna adalah 8. Hasil analisis uji anova terhadap Tahu yang direndam di dalam vinegar kulit pisang kepok diketahui nilai P = 0.000 maka H0 ditolak yang artinya ada pengaruh pemberian vinegar kulit pisang kepok terhadap mutu fisik Tahu.

    Kata Kunci : Vinegar Kulit Pisang Kepok, Tahu, Mutu Fisik

  • 5

  • 6

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha

    Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pengaruh Perendaman

    Tahu dalam Vinegar Berbasis Kulit Pisang Terhadap Mutu Fisik

    Tahu”

    Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak

    mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada

    kesempatan ini dengan ketulusan hati maka penulis menyampaikan

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi

    Politeknik Kesehatan Medan sekaligus sebagai pembimbing yang

    telah banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran

    memberikan bimbingan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

    2. Mincu Manalu, S. Gz, M. Kes, selaku penguji I yang telah banyak

    memberikan arahan dan bimbingan selama penulisan Karya Tulis

    Imiah ini.

    3. Erlina Nasution, S. Pd, M. Kes selaku penguji II yang telah banyak

    memberikan arahan dan bimbingan selama penulisan Karya Tulis

    Ilmiah ini.

    4. Orang Tua tercinta Koster Manalu dan Rusniati Tambunan, Ibu

    Sambung Rut Sinaga, abang tercinta Lambok Manalu dan Marolop

    Manalu yang senantiasa memberikan dukungan, dan doa yang

    tulus.

    5. Saudara Terkasih Raja Sihombing, Vina, teman-teman Mahasiswa

    Jurusan Gizi yang turut membantu dalam penulisan Karya Tulis

    Ilmiah ini.

    Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

    sempurna, untuk itu penulis mengharapkan sumbang saran dari semua

    pihak dalam penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

    Penulis

  • 7

    DAFTAR ISI

    Halaman

    PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................. iii

    RINGKASAN ........................................................................................... iv

    ABSTRACT ............................................................................................. v

    KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

    DAFTAR ISI……………………………………………………………………vii

    DAFTAR TABELviii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    A.Latar Belakang ............................................................................ 1 B.Rumusan Masalah ....................................................................... 3

    C.Tujuan Penelitian......................................................................... 3 1. Tujuan Umum .......................................................................... 3 2. Tujuan Khusus ......................................................................... 3

    D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4 1.Bagi Masyarakat ....................................................................... 4 2. Bagi Peneliti ............................................................................. 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5

    A. Vinegar ....................................................................................... 5 1.Pengertian ................................................................................ 5 2. Syarat Mutu Vinegar ................................................................ 8 3.Fungsi Vinegar .......................................................................... 9 4.Jenis-Jenis Vinegar ................................................................... 9

    B.Tahu…………………………………………………………………...11 1.Pengertian………………………………………………………….11 2.Macam-macam Tahu……………………………………………...12 3.Kriteria Mutu Tahu…………………………………………………13 4.Metode Pengawetan Tahu dengan Perendaman……………...14

    C.Uji Mutu Fisik…………………………………………………………14 D.Kerangka Konsep……………………………………………………16 E.Defenisi Operasional………………………………………………...16 F.Hipotesa……………………………………………………………….17

    BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………..18

    A.Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………….18 B.Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………………..18 C.Prosedur Pengenceran Vinegar Berbasis Kulit Pisang Kepok…19 D.Pembuatan Vinegar Berbasis Kulit Pisang Kepok……………….19

  • 8

    E.Prosedur Perendaman Tahu kedalam Vinegar Berbasis Kulit Pisang Kepok………………………………………………………...20 F.Jenis Panelis…………………………………………………………21 G.Cara Pengumpulan Data…………………………………………...21 H.Pengolahan dan Analisis Data……………………………………..22

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………23 A.Lendir Pada Permukaan Tahu……………………………………..23 B.Aroma…………………………………………………………………24 C.Tekstur………………………………………………………………...25 D.Warna…………………………………………………………………26

    BAB V Kesimpulan dan Saran……………………………………………...28 A.Kesimpulan…………………………………………………………...28 B.Saran…………………………………………………………………..28

    Daftar Pustaka………………………………………………………………...29 Lampiran………………………………………………………………………31

  • 9

    DAFTAR TABEL

    No Hal

    1. Syarat Mutu Vinegar ………………………………………………8

    2. Komposisi Tahu……………………………………………………11

    3. Kriteria Mutu Tahu…………………………………………………13

  • 10

    DAFTAR LAMPIRAN

    No Hal

    1. Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis Terhadap Tahu

    Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Lapisan Lendir Pada

    Permukaan Tahu…………………………………………………….31

    2. Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan Terhadap Mutu

    Fisik Tahu Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Lapisan

    Lendir Pada PermukaanTahu………………………………………32

    3. Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis Terhadap Tahu

    Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Aroma Tahu………………..33

    4. Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan Terhadap Mutu

    Fisik Tahu Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Aroma Tahu…..34

    5. Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis Terhadap Tahu

    Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Tekstur Tahu………………35

    6. Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan Terhadap Mutu

    Fisik Tahu Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Tekstur Tahu…36

    7. Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis Terhadap Tahu

    Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Warna Tahu……………….37

    8. Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan Terhadap Mutu

    Fisik Tahu Meliputi Penilaian Panelis Terhadap Warna Tahu…..38

    9. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Panelis (informant consent)39

    10. Skema Pembuatan Vinegar Hingga Proses Pencelupan Tahu

    Kedalam Vinegar /cuka…………………………………………….40

    11.Lembar Penilaian Organoleptik Tahu……………………………..41

    12. Dokumentasi ………………………………………………………..43

    13. Surat Pernyataan……………………………………………………45

    14. Daftar Riwayat Hidup……………………………………………….46

    15. Bukti Bimbingan Karya Tulis Ilmiah……………………………….47

  • 11

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Tahu merupakan pangan yang populer di Indonesia. Selain karna

    rasa yang enak dan harga nya yang murah, tahu merupakan salah satu

    makanan yang menyehatkan karena kandungan proteinnya yang tinggi

    serta mutu nya setara dengan mutu protein hewani. Hai ini bisa dilihat dari

    nilai NPU ( Net Protein Utiliy) tahu yang mencerminkan banyaknya protein

    yang dapat dimanfaatkan tubuh, yaitu sekitar 65 persen. Di samping itu,

    tahu mempunyai daya cerna tinggi sekitar 85-98 persen (Sudirman, 2012).

    Namun Tahu mempunyai kandungan air yang tinggi sehingga mudah

    rusak karena mudah ditumbuhi mikroba. Untuk memperpanjang masa

    simpan, kebanyakan industri tahu yang ada di indonesia menambahkan

    bahan pengawet. Bahan pengawet yang dapat ditambahkan tidak terbatas

    pada pengawet yang diizinkan, tetapi banyak pengusaha yang curang

    dengan menambahkan formalin. Formalin merupakan bahan tambahan

    pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut

    peraturan menteri kesehatan (MenKes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.

    Selain itu, dasar hukum yang melarang penggunaan formaldehid

    adalah UU No 7/1996 tentang Pangan. Kedua, UU No 8/1999 tentang

    Perlindungan Konsumen. Ketiga, Peraturan Pemerintah RI Nomor 28

    Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

    Namun Ironisnya, formalin ini sangat mudah ditemukan karena

    harganya yang murah, sehingga sering digunakan oleh produsen dan

    pedagang Tahu dan makanan lainnya untuk mengawetkan produknya. Hal

    ini menyebabkan keresahan dan kecemasan di masyarakat mengingat

    efek samping konsumsi formalin dapat membahayakan kesehatan (Eddy

    S. M, 2014.)

    Hasil penelitian BPOM dari 290 sampel tahu yang diteliti dari kota

    Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,

    Mataram dan Makassar Berdasarkan hasil pengujian laboratorium

  • 12

    diperoleh temuan bahwa 33,45% dari sampel tahu mengandung formalin.

    Tjiptaningdyah (2010) juga melakukan penelitian mengenai studi

    keamanan pangan pada tahu putih yang beredar di Pasar Sidoarjo

    menggunakan FMR (Formalin Mean Reagen). Hasil penelitian nya

    menunjukkan 62,85% tahu yang dijual di pasar tradisional dan 65,9 %

    yang dijual pasar modern Kota Sidoarjo positif mengandung formalin.

    Selain tahu, makanan lain yang biasa ditambahkan formalin adalah

    Camilan anak-anak yang dijual oleh pedagang kaki lima. Menurut

    penelitian Martony, O (2017) persentase camilan positif mengandung

    formalin adalah 25% (6 dari 24 sampel).

    Tahu yang direndam di dalam air yang diganti setiap hari pada suhu

    kamar telah menjadi busuk selama 1.5 hari (Ponte carvo dan Bourne,1978

    dalam Setyadi 2008). Sedangkan tahu yang dibiarkan pada udara terbuka

    tanpa perendaman di dalam air pada suhu kamar hanya tahan sekitar 10

    jam. Setelah lebih dari batas tersebut rasanya menjadi asam, lalu

    berangsur-angsur busuk, sehingga tidak layak di konsumsi lagi

    Hal tersebut disebabkan oleh kadar air dalam tahu mencapai 86%

    dan protein tahu yang relatif tinggi yaitu 8-12%. Dengan komposisi seperti

    itu, tahu merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan

    mikroorganisme pembusuk (Cholifah, 2017). Sehingga perlu dilakukan

    pengawetan dengan cara yang aman. Salah satu cara pengawetan bahan

    makanan yang aman adalah menurunkan PH bahan makanan dengan

    penambahan asam seperti cuka.

    Cuka adalah salah satu produk fermentasi yang dibuat

    menggunakan bahan baku yang bergula atau berpati. Cuka dapat dibuat

    dari aneka buah-buahan yang diambil sari buahnya. Cuka yang dijual atau

    ditawarkan kepada konsumen harus mengandung kadar asam minimal

    4% dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh SNI

    (Desrosier, 1988 dalam Nurismanto, dkk 2014)

    Pembuatan cuka dari kulit pisang sangat berpotensi karena hasil

    pertanian pisang di Indonesia sangat melimpah..Limbah kulit pisangini

  • 13

    dapat diperoleh dari tempat penjual gorengan atau dari tempat

    pengolahan kripik pisang.

    Menurut penelitian Setyadi (2008) menunjukkan bahwa formula

    larutan pengawet asam asetat glasial 2% dan 2.5% dapat memperpanjang

    umur simpan sampai 2 hari. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mikroba yang

    sudah melebihi batas SNI dan sudah mulai timbul lendir pada tahu pada

    hari ke-2. Perlakuan formulasi terbaik untuk mempertahankan umur

    simpan tahu adalah tahu dengan asetat 3% Tahu dengan perlakuan

    formulasi tersebut dapat mempertahankan umur simpan sampai 3 hari.

    Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan vinegar kulit

    pisang kepok dengan kadar asam asetat yang sesuai dengan ketentuan

    yaitu minimal 4% (Kwartiningsih dan Mulyati, 2005) dan mampu

    mengawetkan tahu

    B. Rumusan Masalah

    Bagaimana pengaruh perendaman tahu dalam vinegar organik

    berbasis kulit pisang terhadap mutu fisik Tahu

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Mengetahui pengaruh Perendaman Tahu dalam Vinegar Berbasis

    Kulit Pisang Kepok Terhadap Mutu Fisik Tahu

    2. Tujuan Khusus

    a. Menilai kondisi penampakan lendir pada permukaan tahu

    dengan dan tanpa penambahan vinegar berbasis kulit pisang

    kepok

    b. Menilai kondisi Aroma pada tahu dengan dan tanpa

    penambahan vinegar berbasis kulit pisang kepok

    c. Menilai tekstur tahu dengan dan tanpa penambahan vinegar

    berbasis kulit pisang kepok

    d. Menilai warna pada tahu dengan dan tanpa

    penambahan vinegar berbasis kulit pisang kepok

  • 14

    D. Manfaat Penelitian

    a. Bagi peneliti

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

    dan pengetahuan peneliti tentang penggunaan vinegar

    berbasis kulit pisang kepok untuk menggantikan formalin

    untuk meningkatkan mutu fisik tahu

    b. Bagi penjual Tahu

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif

    lain untuk menambah mutu fisik dan umur simpan tahu

    sehingga menjadi nilai tambah tersendiri bagi para penjual

    tahu

    c. Bagi masyarakat

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

    kepada masyarakat sehingga dapat dimanfaatkannya vinegar

    alami berbasis kulit pisang kepok sebagai bahan untuk

    meningkatkan mutu fisik dan daya simpan pada tahu

  • 15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Vinegar

    1. Pengertian

    Vinegar atau cuka adalah suatu kodimen yang dibuat dari berbagai

    bahan yang bergula atau berpati melalui fermentasi asetat. Produk ini

    merupakan suatu larutan asam asetat dalam air yang mengandung cita

    rasa, zat warna dan substansi yang terekstrak, asam buah, ester-ester,

    garam-garam organik dari buah, yang berbeda-beda sesuai dengan

    asalnya (Desrosier, 1988 dalam Nurismanto, dkk 2014)

    Pembuatan cuka dilakukan dengan fermentasi, yaitu perubahan

    kimia pada substrat organik melalui aktivitas enzim suatu mikroba yang

    prosesnya dapat berlangsung secara aerob atau anaerob. Dalam proses

    fermentasi , terdapat dua proses yaitu:

    a. Fermentasi Alkohol

    Fermentasi alkohol merupakan proses yang pertama dimana gula

    (fruktosa, glukosa) difermentasi menggunakan ragi (Sacharomyces

    cereviseae ) menghasilkan alkohol dan asam organik serta terbentuk gas

    karbondioksida. Proses fermentasi ini terjadi dalam kondisi anaerob,

    karena tidak membutuhkan oksigen sebagai oksidator. Menurut Waluyo

    1984 dalam Priasty 2013, Kadar alkohol yang diperlukan adalah 10-13%.

    Jika Alkohol yang terbentuk selama proses fermentasi kadarnya terlalu

    banyak (lebih dari 14%-15%) justru akan menghambat pertumbuhan

    bakteri dan sebaliknya jika kadar alkohol yang dihasilkan terlalu sedikit,

    maka asam asetat yang terbentuk akan sedikit dan sebagian akan hilang

    sebagai ester atau teroksidasi menjadi CO2.

    Secara ringkas seluruh rangkaian reaksi yang terjadi adalah

    hidrolisis pati atau polisakarida menjadi maltose (disakarida) kemudian

    hidrolisis menjadi glukosa dan selanjutnya diubah menjadi alcohol dan

    gas karbondioksida oleh Saccharomyyces cereviceae untuk pembuatan

    vinegar

  • 16

    Reaksi perubahan patimenjadi alkohol fermentasi

    (C6H10O5)n n(C12H22O11)

    pati maltosa

    C12H22O11 +H2O 2 C6H12O6

    maltosa air glukosa

    C12H22O11 2C2H5OH+2CO2 +2ATP

    glukosa Etanol

    Menurut Setiawati (2013), Variabel yang berpengaruh pada proses

    fermentasi adalah bahan baku, suhu, pH, konsentrasi ragi, lama

    fermentasi, kadar gula, dan nutrisi ragi.

    1) Bahan Baku

    Pada umumnya bahan baku yang mengandung senyawa organik

    terutama glukosa dan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam

    proses fermentasi bioetanol. Pada penelitian kali digunakan kulit pisang

    kepok sebagai bahan baku.

    2) Suhu

    Suhu berpengaruh terhadap proses fermentasi melalui dua hal secara

    langsung mempengaruhi aktivitas enzim khamir dan secara langsung

    mempengaruhi hasil alkohol karena adanya penguapan, seperti proses

    biologis (enzimatik) yang lain, kecepatan fermentasi akan bertambah

    sesuai dengan suhu yang optimum umumnya 27 – 32˚C. ragi roti

    mempunyai temperatur maksimal sekitar 40 – 50oC dengan temperatur

    minimum 0˚C. Pada interval 15 – 30˚C fermentasi mengikuti pola bahwa

    semakin tinggi suhu, fermentasi makin cepat berlangsung. Suhu optimum

    untuk ragi roti adalah 19 – 32˚C dan suhu optimum untuk ragi tape adalah

    35 – 47˚C. Oleh karena itu, pengaturan suhu dibuat dalam range tersebut.

  • 17

    3) pH

    Pada umumnya pH untuk fermentasi dibutuhkan keasaman 3,4 – 4,

    ini didasari lingkungan hidup dari starter yang dapat tumbuh dan

    melakukan metabolisme pada pH tersebut.

    4) Konsentrasi Ragi

    Konsentrasi ragi yang diberikan pada larutan yang akan

    difermentasikan optimalnya adalah 2 – 4% dari volume larutan. Jika

    konsentrasi ragi yang diberikan kurang dari kadar optimal yang disarankan

    akan menurunkan kecepatan fermentasi karena sedikitnya massa yang

    akan menguraikan glukosa menjadi etanol, maka akan dibutuhkan

    substrat yang lebih banyak karena substrat yang ada tidak cukup

    sehingga menurunkan kecepatan fermentasi.

    5) Lama Fermentasi

    Lama fermentasi biasanya ditentukan pada jenis bahan dan jenis

    yeast serta gula. Fermentasi berhenti ditandai dengan tidak

    terproduksinya lagi CO2. Kadar etanol yang dihasilkan akan semakin

    tinggi sampai waktu optimal dan setelah itu kadar etanol yang dihasilkan

    menurun (Prescott and Dunn, 1959 dalam Setiawati (2013). Pada

    penelitian ini dipakai waktu yang dipakai adalah 1 minggu

    6) Kadar Gula

    Kadar gula yang optimum untuk aktivitas pertumbuhan starter

    adalah 10-18%. Gula disini sebagai substrat, yaitu sumber karbon bagi

    nutrient ragi tape dan ragi roti yang mempercepat pertumbuhan untuk

    selanjutnya menguraikan karbohidrat menjadi etanol. Apabila terlalu

    pekat, aktivitas enzim akan terhambat sehingga waktu fermentasi menjadi

    lambat disamping itu terdapat sisa gula yang tidak dapat terpakai dan jika

    terlalu encer maka hasilnya berkadar alkohol rendah. Jika kadar gula di

    bawah 10% fermentasi dapat berjalan tetapi etanol yang dihasilkan terlalu

    encer sehingga tidak efisien untuk didestilasi dan biayanya mahal. Jika

  • 18

    kadar gula di atas 18 % fermentasi akan menurun dan alkohol yang

    terbentuk akan menghambat aktivitas ragi, sehingga waktu fermentasi

    bertambah lama dan ada sebagian gula yang tidak ter fermentasi.

    7) Nutrisi Ragi

    Nutrisi diperlukan sebagai tambahan makanan bagi pertumbuhan

    ragi. Nutrisi yang diperlukan misalnya: garam ammonium (NH 4 CL) dan

    garam phosphate (pupuk TSP). (Winarno & Fardiaz,1992 dalam Setiawati

    (2013).

    b. Fermentasi Asam Asetat.

    Proses yang kedua yaitu alkohol yang dihasilkan akan di fermentasi

    oleh Acetobacter aceti dan menghasilkan asam asetat. Proses fermentasi

    kedua ini terjadi dalam kondisi aerob, karena membutuhkan oksigen

    sebagai oksidator ( Wartini, 2015), Menurut SNI 01-3711-1995 mengenai

    syarat mutu Vinegar, bahwa kadar asam asetat dalam Vinegar minimal

    4%,

    2. Syarat Mutu Vinegar

    Tabel 1. Syarat mutu Vinegar

    No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

    Cuka dapur Cuka meja

    1 Keadaan

    2 Bentuk - Cairan encer,

    jernih, tidak

    berwarna

    Cairan encer,

    jernih, tidak

    berwarna

    3 Bau - Khas asam

    cuka

    Khas asam

    cuka

    4 Kadar asam cuka %b/b Min 12,5 Min 4-12,5

    5 Cemaran logam

    Seng (Zn) mg/kg Maks 2 Maks 1

    Besi (Fe) mg/kg Maks 0,5 Maks 0,3

    Sumber : (SNI 01-3142-1998)

  • 19

    3. Fungsi Vinegar

    Menurut Setyadi (2008), asam cuka juga berperan sebagai pengawet

    dimana asam akan menurun kan pH bahan pangan sehingga dapat

    menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan jumlah asam yang

    cukup akan menyebabkan denaturasi protein bakteri. Asam cuka juga

    berfungsi untuk menambah cita rasa, mengurangi rasa manis dan

    dapat pula memperbaiki tekstur

    Vinegar dapat digunakan sebagai bahan penyedap (untuk

    memperbaiki flavor) pada berbagai masakan, atau sebagai minuman

    setelah dilakukan proses aging/penuaan, yang memberikan keistimewaan

    tersendiri karena flavor (perpaduan antara rasa dan bau) yang baik

    (Kwartiningsih dan Mulyati, 2005)

    4. Jenis jenis vinegar

    a. Vinegar air kelapa

    Bahan yang digunakan dalam pembuatan vinegar air kelapa meliputi

    air kelapa segar, gula pasir, ammonium sulfate, ammonium phospate,

    starter Saccharomyces cerevisiae atau ragi roti, serta bakteri asam asetat

    yakni Acetobacter acetii. Secara mikrobiologis karkas ayam yang

    direndam dalam vinegar ini mampu menurunkan bakteri patogen (E.coli,

    Salmonella, S. aureus, L. Monocytogenes) sehingga dapat

    memperpanjang umur simpan baik pada suhu ruang maupun suhu dingin.

    Tetapi uji aplikasi vinegar ini menghasilkan karkas ayam dengan tekstur

    yang agak keras dan warna yang lebih pucat (Miskiyah, 2017).

    b. Vinegar kulit nanas

    Kulit nanas (Ananas comosus) mengandung karbohidrat sebanyak

    17,53%. Adanya kandungan karbohidrat ini dapat diolah menjadi cuka.

    Proses pembuatan cuka dilakukan melalui 2 tahap fermentasi yaitu,

    secara anaerob dengan Saccharomyces cerevisiae dan fermentasi aerob

    dengan bakteri Acetobacter aceti. Menurut SNI 01-3711-1995 mengenai

    syarat mutu cuka, bahwa kadar asam asetat dalam cuka minimal 4%,

  • 20

    sedangkan kadar asam asetat yang dihasilkan dari vinegar kulit nanas

    tidak sesuai dengan syarat mutu cuka yaitu sebesar 3,29% (Wahyuni,

    2015).

    c. Vinegar bonggol pisang

    Bonggol pisang merupakan pangkal batang yang berbentuk

    bulat dan besar yang mengandung kira-kira 11% pati dan dapat

    menghasilkan alkohol. Menurut waluyo dalam Priasty, dkk. (2013)

    bahwa kadar alkohol yang diperlukan untuk pembuatan cuka

    berkisar antara 11-13%. Pada penelitian pendahuluan yang telah

    dilakukan, didapatkan kadar alkohol yaitu 11%, sehingga bonggol

    pisang berpotensi dijadikan menjadi cuka.

    d. Vinegar kulit pisang kepok

    Kulit pisang kepok merupakan salah satu limbah pertanian yang

    belum banyak dimanfaatkan masyarakat. Kandungan karbohidrat

    pada kulit pisang kepok cukup tinggi (yaitu 18,5%). Limbah kulit

    pisang kepok mengandung monosakarida terutama glukosa sebesar

    8,16 %, oleh karena itu limbah kulit pisang kepok berpotensiuntuk

    dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol

    melalui proses fermentasi (Munadjim, 1988).

  • 21

    B. Tahu

    1. Pengertian

    Bagi orang Indonesia nama tahu tidak asing lagi untuk didengar,

    karena tahu adalah salah satu makanan yang paling favorit bagi orang

    Indonesia. Merupakan makanan yang selalu hadir disetiap harinya baik itu

    merupakan lauk pendamping nasi maupun sebagai camilan, baik itu tanpa

    olahan maupun dengan dimodifikasi menjadi bentuk panganan lainnya

    yang berbasis tahu

    Tahu dibuat dari kedelai yang diambil sari nya, yang kemudian

    diendapkan menggunakan bahan penggumpal (Murdiati, 2013). Tahu

    merupakan salah satu makanan sumber protein yang banyak dikonsumsi

    oleh masyarakat. Kandungan protein nabati yang tinggi pada tahu

    dianggap dapat menggantikan protein hewani (Iftriani, 2016)

    Alasan mengapa tahu sangat digemari adalah selain harga nya yang

    murah, Tahu merupakan makanan yang menyehatkan dan mengandung

    zat-zat yang dibutuhkan untuk memperbaiki gizi. Kedelai mengandung

    protein, karbohidrat, lemak, dan zat-zat mineral (Sikanna, 2016).

    Tabel 2 komposisi tahu

    Energi 80 kkal

    Protein 10,9 gr

    Karbohidrat 0,8 gr

    Lemak 4,7 gr

    Serat 0,8 gr

    Kalsium 223 mg

    Fosfor 183 mg

    Air 82 gr

    Tabel komposisi Pangan Indonesia, 2009

    Tahu merupakan bahan pangan yang bertahan hanya selama 1-2

    hari saja tanpa pengawet dengan suhu kamar. Setelah lebih dari batas

    tersebut rasanya menjadi asam, lalu berangsur angsur busuk, sehingga

    tidak layak dikonsumsi lagi. Tahu yang direndam didalam air yang diganti

  • 22

    setiap hari pada suhu kamar telah menjadi busuk selama1.5 hari (Ponte

    carvo dan Bourne,1978 dalam Setyadi 2008). Sedangkan tahu yang

    dibiarkan pada udara terbuka tanpa perendaman didalam air pada suhu

    kamar hanya tahan sekitar 10 jam.

    2. Macam- Macam Tahu

    a. Tahu Putih

    Tahu ini teksturnya padat dengan pori pori agak besar. Dipasaran

    dijumpai dengan beragam bentuk dan ukuran. Tahu putih hanya bisa

    bertahan selama 1-2 hari.

    b. Tahu kuning

    Tahu Kuning atau dikenal dengan sebutan Tahu Takwa adalah

    tahu yang berwarna kuning, yang disebabkan karena air rendaman tahu

    diberi kunyit atau pewarna sintesis. Tahu kuning merupakan makanan

    khas Kota Kediri, karena sentral (pusat) pembuatannya banyak dijumpai di

    Kediri. Tahu kuning memiliki bentuk kotak persegi empat dan agak pipih.

    Tahu ini juga memiliki kepadatan yang lebih baik dibandingkan tahu putih,

    https://id.wikipedia.org/wiki/Tahuhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kunyithttps://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_pewarnahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Kedirihttps://id.wikipedia.org/wiki/Tahu

  • 23

    sehingga ketika dipotong tahu tidak mudah hancur. Selain itu, tahu kuning

    memiliki tekstur kenyal, berpori halus, dan lembut.Dari segi rasanya, tahu

    kuning memiliki rasa yang gurih tanpa rasa asam sama sekali. Jika

    digoreng, bagian luarnya akan berubah menjadi kering dan renyah,

    sedangkan bagian dalam tetap lembut dan kenyal.

    c. Tahu Sutera atau Tofu

    Disebut tahu sutera karena teksturnya sangat halus. Pada

    umumnya tofu berwarna putih. Dipasaran dijual dalam keadaan segar dan

    di kemas dengan plastik kedap udara. Tofu ada yang berbentuk silinder

    dan segi empat

    3. Kriteria Mutu Tahu

    Tahu yang masih segar harus memenuhi kriteria sesuai dengan

    standar yang ditetapkan oleh SNI seperti terlihat padaTabel 2.

    Tabel 3.Kriteria mutu tahu

    Parameter Satuan Persyaratan

    Bau - Normal tahu

    Rasa - Normal tahu

    Warna

    -

    Putih normal atau kuning

    normal Penampakan

    -

    normal tidak berlendir dan

    tidak berjamur

    dan tidak berjamur

    cemaran Mikroba:

  • 24

    Angka lempeng total Koloni/g 1.0 x106

    escherichia coli Angka paling

    mungkin/g

    maks. 10

    Salmonella koloni/g Negatif

    Sumber: (SNI01-3142-1998)

    4. Metode Pengawetan Tahu dengan Perendaman

    Pengawetan produk pangan ditujukan untuk memperpanjang umur

    simpan suatu makanan dan dalam hal ini dengan jalan menghambat

    pertumbuhan mikroba. Salah satu metode untuk mengawetkan produk

    pangan yaitu perendaman ke dalam larutan pengawet. Metode

    perendaman sangat umum dilakukan pada produk pangan khusus nya

    produk yang memiliki permukaan yang lebih luas. Hal ini ditujukan agar

    bahan pengawet dapat membunuh sejumlah besar mikroba yang

    tumbuh pada permukaan produk pangan selain itu juga memudahkan

    bahan pengawet untuk berdifusi ke dalam produk pangan. Hal yang harus

    diperhatikan dalam mengawetkan produk pangan dengan metode

    perendaman adalah waktu pencelupan yang optimal. Penentuan waktu

    pencelupan didasarkan pada karakteristik masing-masing produk pangan.

    (Setyadi.2008).

    Waktu perendaman optimum untuk mengawetkan tahu dalam larutan

    organik adalah 1 menit. Menurut Hasil Penelitian Setyadi, 2008,

    perendaman tahu ke dalam larutan asam organik selama lebih dari 1

    menit akan menyebabkan perubahan tekstur tahu, dimana tahu akan

    menjadi semakin lunak karena konsistensi tekstur tahu semakin

    berkurang, selain itu rasa dan aroma asam timbul sangat menyengat

    C. Uji Mutu Fisik

    Mutu Fisik tahu putih yang dapat dikatakan baik adalah tahu yang

    memiliki penampakan halus tanpa lendir, tekstur yang kompak dan kenyal,

    berwarna putih cerah, serta memiliki rasa dan aroma khas tahu segar.

    Sedangkan mutu sensori tahu yang buruk yaitu timbul lendir di permukaan

  • 25

    tahu, tekstur tidak kompak dan lunak, adanya kapang, serta memiliki bau

    dan rasa yang masam. (Setyadi, 2008)

    Uji mutu fisik dilakukan untuk mengetahui nilai dari ketampakan yang

    meliputi lendir dipermukaan, bau, tekstur, dan warna. Prosedur penilaian

    dilakukan oleh 15 panelis tidak terlatih dengan memberikan penilaian

    secara rinci terhadap tahu pada rentang nilai 1 sampai 9.

    Uji mutu fisik ini menggunakan uji skor (scoring test) dalam

    menentukan tingkatan mutu berdasarkan skala angka 1 (satu) sebagai

    nilai terendah dan angka 9 (sembilan) sebagai nilai tertinggi yang

    tercantum dalam lembar penilaian. Penilaian contoh yang diuji dilakukan

    dengan cara memberikan nilai pada lembar penilaian sesuai dengan

    tingkatan mutu produk.

    Menurut Nurqaderianie (2016), pada pengujian ikan yang dijual

    eceran di kota Makassar memperoleh nilai berkisar antara 7,08-8,42 yang

    berarti ikan masih memiliki kualitas yang baik dan memenuhi syarat yang

    ditetapkan SNI (2006) yaitu standar ikan segar yaitu minimal 7.

    Menurut Puri (2016), kesegaran ikan dapat dilihat dengan kriteria

    sesuai dengan SNI (2006) yaitu nilai 7-9 menunjukkan ikan masih segar,

    4-6 menunjukan ikan dalam keadaan agak segar, dan 1-3 menunjukan

    ikan dalam kondisi sudah tidak segar.

    Sedangkan menurut Santhi (2017), bahwa nilai organoleptik 9

    menunjukan ikan dalam kondisi sangat segar. Kondisi ikan segar

    ditunjukkan dengan nilai 7-8. Nilai 5-6 merupakan ambang batas antara

    kondisi ikan jelek. Dan ikan dikatakan busuk dan tidak layak untuk

    dikonsumsi lagi yaitu pada nilai organoleptik 1-4.

  • 26

    D. Kerangka Konsep

    E. Defenisi Operasional

    Variabel Definisi Skala

    pengukuran

    1 Vinegar kulit

    pisang

    Vinegar berbasis kulit pisang kepok

    merupakan salah satu produk pengawet

    bahan pangan yang berasal dari limbah

    organik kulit pisang kepok yang

    diperoleh dari pasar Lubuk Pakam.

    Dibuat melalui dua proses yaitu pertama

    merebus 1 kg kulit pisang kepok dengan

    menambahkan 1500 ml air, kemudian

    disaring dan tampung filtratnya,

    tambahkan 170 gr gula pasir

    dan 1,2 gr ammonium sulfat, setelah

    dingin tambahkan ragi roti sebanyak 30

    gr kemudian dimasukkan kedalam

    toples dan di tutup rapat dalam suhu

    ruang selama 7 hari. Selanjutnya

    -

    Tahu

    Tanpa penambahan

    Vinegar Kulit Pisang

    Kepok ( Sebagai

    Pembanding)

    Dengan penambahan

    Vinegar kulit pisang

    kepok

    Uji Mutu Fisik :

    Lendir

    Permukaan

    tahu, Aroma,

    tekstur, warna.

  • 27

    ditambah dengan acetobacter acetii

    sebanyak 15%, kemudian di biarkan

    dalam suhu ruang selama 10 hari.

    Untuk membuat vinegar dengan

    berbagai konsentrasi maka digunakan

    metode pengenceran.

    2 Tahu Tahu yang digunakan merupakan tahu

    dengan kualitas yang baik sesuai

    dengan kriteria SNI dan langsung di

    ambil dari pabrik tahu saat tahu baru

    saja selesai di produksi. Lalu tahu di

    simpan di wadah tertutup sebelum di

    berikan vinegar.

    -

    3 Uji Mutu Fisik Uji mutu fisik merupakan pengujian fisik

    yang dilakukan oleh 15 orang panelis

    tidak terlatih dengan memberikan

    penilaian terhadap mutu fisik tahu

    dengan rentang penilaian 1 sampai 9.

    Penilaian 1 sampai 9 dimana penilaian

    terendah pada skor 1 dan penilaian

    tertinggi pada skor 9 dengan

    persyaratan minimal skor 7 dan

    spesifikasi penilaian tertera pada

    lampiran 3 (SNI 2729:2013)

    Ordinal

    F. Hipotesa

    H0 : Tidak ada pengaruh penambahan vinegar kulit pisang

    kepok terhadap mutu fisik tahu

    Ha : Ada pengaruh penambahan vinegar kulit pisang kepok

    terhadap mutu fisik tahu

  • 28

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi dan waktu penelitian

    Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Gizi. Penelitian ini

    dilaksanakan sejak April 2019, pengumpulan data tanggal 19 Mei

    2019.

    B. Jenis dan rancangan penelitan

    Jenis penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan

    percobaan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor

    tunggal yaitu konsentrasi vinegar berbasis kulit pisang kepok 2%,

    2.5%, dan 3% dan dilakukan dengan 2 kali pengulangan. Parameter

    penelitian meliputi pengujian organoleptik yang meliputi ketampakan

    Lapisan Lendir pada permukaan, aroma, tekstur, dan warna.

    Pengujian dilakukan oleh 15 orang panelis terlatih meliputi skor 1

    sampai 9 dengan nilai terendah ada pada skor 1 dan nilai tertinggi

    ada pada skor 9 dengan persyaratan minimal skor 7 (SNI

    2729:2013).

    B322 = Tanpa penambahan vinegar berbasis kulit pisang

    kepok

    B231. = Perendaman Tahu dalam vinegar berbasis kulit

    pisang kepok dengan konsentrasi 2%

    B432 = Perendaman Tahu dalam vinegar berbasis kulit

    pisang kepok dengan konsentrasi 2.5%

    B132 = Perendaman Tahu dalam vinegar berbasis kulit

    pisang kepok dengan konsentrasi 3%

  • 29

    C. Prosedur Pengenceran Vinegar Berbasis Kulit Pisang Kepok

    Pengenceran vinegar dihitung berdasarkan rumus :

    Keterangan :

    V1 = Volume vinegar pekat yang dibutuhkan (a ml)

    N1 = Konsentrasi vinegar yang tersedia (4,08 %)

    V2 = Volume vinegar yang diinginkan (500 ml)

    N2 = Konsentrasi vinegar yang diinginkan (1%, 2%, 3%)

    1. Bahan

    a. Larutan vinegar pekat (a ml)

    b. 1500 ml air

    2. Alat

    a. 1 buah Labu ukur ukuran 500 ml

    b. 1 buah pipet ukur

    c. Kertas parafim

    3. Prosedur Pengenceran vinegar

    a. Pipet a ml larutan vinegar kulit pisang kepok pekat kemudian

    b. masukkan kedalam labu ukur ukuran 500 ml

    c. Tambahkan air hingga mencapai titik batas, tutup dengan

    kertas parafilm kemudian kocok 25-30 kali

    d. Lakukan dengan cara yang sama untuk pembuatan larutan

    dengan konsentrasi 2%, 2,5% dan 3%

    D. Pembuatan vinegar berbasis kulit pisang kepok (Setiawati,

    dkk, 2013)

    1. Bahan pembuatan Vinegar

    a. Limbah kulit pisang kepok 1 kg

    b. Acetobacter aceti 10%

    c. Gula pasir 170 gr

    d. Ammonium sulfat 1.2 gr

  • 30

    e. Saccharomyces cerevisiae 5gr

    2. Alat yang digunakan dalam pembuatan Vinegar

    a. Timbangan 1 buah

    b. Gelas ukur 1 buah

    c. Pisau

    d. Saringan 1 buah

    e. Panci

    f. Sendok

    g. Waskom

    h. Kompor gas

    i. Piring

    3. Cara Pembuatan Cuka Berbahan dasar kulit pisang kepok

    a. Timbang kulit pisang kepok sebanyak 1 kg

    b. Tambahkan 1,5 liter air

    c. Rebus sampai mendidih

    d. Saring lalu masukkan ke dalam toples, tambahkan 1.2 gr

    ammonium sulfat dan 170 gr gula pasir.

    e. Dinginkan, lalu tambahkan 30 gr ragi (Sacharomyces cereviseae)

    f. Biarkan fermentasi berlangsung selama 7 hari dalam keadaan

    anaerob. Setelah itu Lakukan analisis kadar alkohol.

    g. Hasil Fermentasi pertama kemudian disaring lagi dan

    ditambahkan induk cuka (Acetobacter aceti) sebanyak 10%

    h. Biarkan fermentasi berlangsung 10 hari

    i. Lakukan analisa kandungan asam asetat

    E. Prosedur Perendaman Tahu kedalam Vinegar Berbasis Kulit

    Pisang Kepok

    1. Bahan

    a. 4 potong Tahu Putih ukuran 4x4x2 cm dan berat 70g

    b. 500 ml vinegar/cuka masing-masing 2%, 2.5%, dan 3%

  • 31

    2. Alat

    a. 1 buah timbangan digital

    b. 1 buah baskom pencelupan

    c. 4 buah piring

    d. 1 buah pencepit

    3. Prosedur Pencelupan Tahu kedalam vinegar/cuka

    a. Bersihkan tahu dengan hati hati

    b. Timbang tahu per potong dan catat hasil penimbangan

    c. Rendam tahu selama 1 menit kedalam larutan vinegar/cuka 2%,

    2.5%, dan 3% serta tanpa pencelupan sebagai pembanding

    d. Setelah itu amati tahu dari 10 jam setelah perendaman

    F. Jenis Panelis

    Jenis panelis adalah panelis tidak terlatih. Jumlah panelis

    sebanyak 15 orang yang diambil dari Mahasiswa/i Politeknik

    Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Gizi Lubuk Pakam dengan

    kriteria lulus matakuliah Ilmu Teknologi Pangan (ITP), tidak sakit,

    tidak merokok, dan bersedia mengikuti uji organoleptik.

    G. Cara Pengumpulan Data

    Data hasil uji mutu fisik diperoleh secara langsung yang

    dilakukan oleh 15 panelis yang terdiri dari mahasiswa Poltekkes

    Medan Jurusan Gizi Lubuk Pakam di Laboratorium Teknologi Pangan

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Gizi.

    Langkah – langkah pengumpulan data dari panelis adalah

    sebagai berikut :

    a. Tahu disajikan di piring hidang dan masing – masing

    perlakuan diberikan kode

    b. Panelis memberikan penilaian uji mutu fisik meliputi

    ketampakan lendir, bau, dan tekstur (Lampiran 8).

    Uji mutu fisik ini menggunakan uji skor (scoring test) dalam menentukan

    tingkatan mutu berdasarkan skala angka 1 (satu) sebagai nilai terendah

  • 32

    dan angka sembilan sebagai nilai tertinggi yang tercantum dalam lembar

    penilaian yang telah dimodifikasi.

    H. Pengolahan dan Analisis Data

    Data yang dihasilkan dari uji mutu fisik diuji dengan mencari nilai

    rata-rata dari setiap perlakuan kemudian dibandingkan dengan syarat

    mutu Tahu dengan modifikasi uji organoleptik Ikan segar menurut SNI

    2729:2013. Apabila hasil rata-rata dari setiap perlakuan memperoleh nilai

    7-9 maka Tahu dikatakan Segar. Nilai 5-6 merupakan ambang batas

    antara kondisi tahu tidak layak konsumsi, dan tahu dikatakan tidak layak

    dikonsumsi lagi yaitu pada nilai organoleptik 1-4. Kemudian data diolah

    dengan menggunakan uji annova pada α 5%. Jika P hitung ≤ 0.05 maka

    H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan diantara jenis

    perlakuan. Untuk itu analisa dilanjutkan dengan uji Duncan untuk

    mengetahui jenis perlakuan mana yang paling berbeda.

  • 33

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Lendir Pada Permukaan Tahu

    Salah satu indikator yang diuji dalam menilai mutu Tahu yaitu

    dengan mengamati kondisi lendir pada permukaan tahu.

    Penentuan mutu kondisi lendir pada permukaan tahu bergantung

    pada kondisi Lendir pada permukaan yang semestinya dan tidak

    menyimpang dari spesifikasi mutu Tahu.

    Tabel rata-rata penilaian mutu permukaan tahu

    No Sampel Rata-

    rata Keterangan

    Nilai P

    1 B322 6 Lapisan lendir mulai keruh

    0.000

    2 B231 7 Lapisan lendir mulai agak

    keruh

    3 B432 8 Lapisan lendir jernih,

    transparan, cukup cerah

    4 B132 8 Lapisan lendir jernih,

    transparan, cukup cerah

    Penilaian panelis terhadap Lapisan lendir pada permukaan

    tahu pada perlakuan B322 yaitu Tahu yang tidak diberi perlakuan

    (tanpa perendaman dengan vinegar) mempunyai nilai rata-rata 6

    (Lapisan Lendir Mulai Keruh) . Perlakuan B231 yaitu perendaman

    Tahu ke dalam vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 2%

    mempunyai nilai rata-rata 7 (Lapisan lendir mulai agak keruh).

    Perlakuan B432 dan B132 yaitu perendaman tahu ke dalam

    vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 2.5% dan 3%

    mempunyai nilai rata-rata 8 (Lapisan lendir jernih, transparan,

    cukup cerah)

  • 34

    Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa rata-rata penilaian

    panelis terhadap kondisi Lapisan Lendir Tahu antara perlakuan

    B322, B231, B432, B132 saling signifikan.

    Oleh karena itu, Tahu yang direndam di dalam vinegar kulit

    pisang kepok dengan konsentrasi 3% menghasilkan kondisi

    Lapisan lendir yang masih tampak segar dengan kriteria Lapisan

    lendir jernih yang transparan, dan cukup cerah. Hal tersebut

    disebabkan oleh asam asetat yang terkandung di dalam vinegar

    kulit pisang kepok dengan konsentrasi 3% mampu menghambat

    bakteri pembusuk di dalam tahu.

    2. Aroma

    Aroma menjadi salah satu indikator dalam penilaian mutu fisik

    Tahu dengan memperhatikan perubahan pada aroma tahu.

    Penilaian mutu aroma tahu dilakukan dengan indra penciuman

    Tahu normal nya memiliki aroma khas Tahu (aroma khas kedelai)

    dan tidak terdeteksi adanya aroma asam maupun aroma busuk.

    Tabel rata-rata penilaian aroma tahu

    No Sampel Rata-

    rata Keterangan

    Nilai P

    1 B322 6 Netral

    0.000

    2 B231 6 Netral

    3 B432 7 Beraroma khas tahu

    4 B132 8 Sangat beraroma khas tahu

    Penilaian panelis terhadap aroma tahu pada perlakuan B322

    yaitu Tahu yang tidak diberi perlakuan (tanpa perendaman dengan

    vinegar) mempunyai nilai rata-rata 6 (Netral). Perlakuan B231 yaitu

    perendaman Tahu ke dalam vinegar kulit pisang kepok dengan

    konsentrasi 2% mempunyai nilai rata-rata 6 (Netral). Perlakuan

    B432 yaitu perendaman tahu ke dalam vinegar kulit pisang kepok

    dengan konsentrasi 2.5% mempunyai nilai rata-rata 7 (Beraroma

  • 35

    khas tahu). Sedangkan perlakuan B132 tahu ke dalam vinegar kulit

    pisang kapok dengan konsentrasi 3% mempunyai nilai rata-rata 8

    (Sangat beraroma khas tahu)

    Hasil analisis uji anova terhadap Tahu yang direndam di

    dalam vinegar kulit pisang kepok diketahui nilai P = 0.000 maka H0

    ditolak yang artinya ada pengaruh pemberian vinegar kulit pisang

    kepok terhadap mutu fisik Tahu. Uji lanjut Duncan menunjukkan

    bahwa rata-rata penilaian panelis terhadap kondisi aroma pada

    tahu antara perlakuan B322, B231, B432, B132 saling signifikan.

    Oleh karena itu, Tahu yang direndam di dalam vinegar kulit

    pisang kepok dengan konsentrasi 3% menghasilkan aroma yang

    sesuai dengan kriteria SNI dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

    Hal tersebut disebabkan oleh asam asetat yang terkandung di

    dalam vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 3% mampu

    menghambat bakteri pembusuk di dalam Tahu

    3. Tekstur

    Tekstur Tahu juga dijadikan indkator dalam penilaian mutu

    tahu. Tekstur dinilai dengan menggunakan indra peraba. Biasanya

    tahu masih bertekstur padat dan kompak

    Tabel rata-rata penilaian mutu tekstur tahu

    No Sampel Rata-

    rata Keterangan

    Nilai P

    1 B322 5 Lunak

    0.000

    2 B231 6 Agak lunak

    3 B432 7 Agak sedikit lunak

    4 B132 8 Sangat padat, kompak

    Penilaian panelis terhadap tekstur tahu pada perlakuan B322

    yaitu Tahu yang tidak diberi perlakuan (tanpa perendaman dengan

    vinegar) mempunyai nilai rata-rata 5 (Lunak). Perlakuan B231 yaitu

    perendaman Tahu ke dalam vinegar kulit pisang kepok dengan

  • 36

    konsentrasi 2% mempunyai nilai rata-rata 6 (agak Lunak).

    Perlakuan B432 yaitu perendaman tahu ke dalam vinegar kulit

    pisang kepok dengan konsentrasi 2.5% mempunyai nilai rata-rata 7

    (agak sedikit lunak). Sedangkan perlakuan B132 tahu ke dalam

    vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 3% mempunyai nilai

    rata-rata 8 (sangat padat, kompak)

    Hasil analisis uji anova terhadap Tahu yang direndam di

    dalam vinegar kulit pisang kepok diketahui nilai P = 0.000 maka H0

    ditolak yang artinya ada pengaruh pemberian vinegar kulit pisang

    kepok terhadap mutu fisik Tahu. Uji lanjut Duncan menunjukkan

    bahwa rata-rata penilaian panelis terhadap kondisi tekstur tahu

    antara perlakuan B322, B231, B432, B132 saling signifikan.

    Oleh karena itu, Tahu yang direndam di dalam vinegar kulit

    pisang kepok dengan konsentrasi 3% menghasilkan tekstur yang

    sesuai dengan kriteria SNI dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

    Hal tersebut disebabkan oleh asam asetat yang terkandung di

    dalam vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 3% mampu

    menghambat bakteri pembusuk di dalam Tahu

    4. Warna

    Warna tahu juga merupakan salah satu indikator dalam

    penentuan penilaian mutu fisik tahu. Tahu normalnya memiliki

    warna putih,

    Tabel rata-rata nilai mutu Tahu

    No Sampel Rata-

    rata Keterangan

    Nilai P

    1 B322 4 Berwarna sedikit kekuningan

    0.000

    2 B231 6 Berwarna Agak putih cerah

    3 B432 7 Agak sedikit berwarna putih

    cerah

    4 B132 8 Berwarna sangat putih cerah

  • 37

    Penilaian panelis terhadap warna tahu pada perlakuan B322

    yaitu tanpa perendaman Tahu ke dalam vinegar kulit pisang kepok

    mempunyai nilai rata-rata 4 (Berwarna sedikit kekuningan).

    Perlakuan B231 yaitu perendaman tahu ke dalam vinegar kulit

    pisang kepok dengan konsentrasi 2% mempunyai nilai rata-rata 6

    (berwarna agak putih cerah). Perlakuan B432 yaitu perendaman

    tahu ke dalam vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi 2.5%

    mempunyai nilai rata-rata 7 (agak sedikit berwarna putih cerah).

    Sedangkan perlakuan B132 yaitu tahu dengan perendaman 3%

    vinegar mempunyai nilai rata-rata 8 (berwarna sangat putih cerah)

    Oleh karena itu, Tahu yang direndam di dalam vinegar kulit

    pisang kepok dengan konsentrasi 3% menghasilkan kondisi Warna

    yang masih tampak segar dengan kriteria tahu berwarna sangat

    putih cerah. Hal tersebut disebabkan oleh asam asetat yang

    terkandung di dalam vinegar kulit pisang kepok dengan konsentrasi

    3% mampu menghambat bakteri pembusuk di dalam tahu.

  • 38

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    a. Pada indikator Lapisan lendir yang memiliki nilai rata-rata

    tertinggi adalah tahu yang direndam di dalam vinegar kulit

    pisang kepok dengan konsentrasi 3% yaitu dengan nilai rata-rata

    8

    b. Pada indikator Aroma yang yang memiliki nilai rata-rata tertinggi

    adalah tahu yang direndam di dalam vinegar kulit pisang kepok

    dengan konsentrasi 3% dengan nilai rata-rata 8

    c. Pada indikator Tekstur yang yang memiliki nilai rata-rata tertinggi

    adalah tahu yang direndam di dalam vinegar kulit pisang kepok

    dengan konsentrasi 3% dengan nilai rata-rata 8

    d. Pada indikator warna yang yang memiliki nilai rata-rata tertinggi

    adalah tahu yang direndam di dalam vinegar kulit pisang kepok

    dengan konsentrasi 3% dengan nilai rata-rata 8

    B. Saran

    a. Untuk uji organoleptik yang dilakukan selama ini kurang stabil

    karena hanya diuji oleh mahasiswa saja, sebaiknya mengikuti

    sertakan dosen agar lebih stabil dan valid.

    b. Cuka yang telah dihasilkan sebaiknya dapat dilihat nilai jual nya

    dan dipasarkan ke pabrik tahu maupun ke penjual-penjual tahu

    untuk dapat menambah daya simpan dan mutu fisik tahu,

    sehingga produsen maupun pedagang tidak menggunakan

    pengawet yang dilarang seperti formalin untuk mengawetkan

    tahu.

  • 39

    DAFTAR PUSTAKA

    Ayustaningwarno, Fitriyono. 2014. Teknologi Pangan, Teori Praktis, dan

    Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

    Cholifah, Nur. 2017. Pemanfaatan Bawang Putih dan daun Pandan

    sebagai Pengawet Alami Tahu Ditinjau dari Masa Simpan dan

    Tingkat Kesukaan. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Yogyakarta

    Iftriani, Indah, Sri Wahyuni, Haidir Amin. 2016. Analisis Kandungan Bahan

    Pengawet Formalin Pada Tahu Yang Diperdagangkan Dipasar

    Tradisional Kota Kendari (Pasar Panjang, Pasar Anduonohu, Pasar

    Basah Dan Pasar Baruga. Fakultas Teknologi dan Industri

    Pertanian, Universitas Halu Oleo

    Martony, O, J. Silalahi, Z. Lubis, H. Santosa, R. Siburian. 2017. Analysis

    Of Harmful Ingredients In Student Snacks At Lubuk Pakam, Deli

    Serdang District, Indonesia. Rasayan Journal Of Chemistry, Vol 10,

    No 4

    Nurismanto, Rudi.2014. Pembuatan Asam Cuka Pisang Kepok

    (Musaparadisiaca L.) Dengan Kajian Lama Fermentasi dan

    Konsentrasi Inokulum (Acetobacteracetii). J. Perkapangan, Vol. 8,

    No. 2

    Nurqaderianie, A.S., Metusalach, dan Fahrul. 2016. Tingkat Kesegaran

    Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang Dijual Eceran

    Keliling di Kota Makassar. Jurnal IPTEKS PSP. Vol. 3, No. 6

    Priasty, E. W., Hasanuddin, dan Kurnia H. D. 2013. Kualitas Asam Cuka

    Kelapa (Cocos nucifera L.) dengan Metode Lambat (Slow Methods).

    Jurnal Agroindustri, Vol. 3, No. 1.

    Puri, Anitsa Asrining. 2016. Uji Bakteriologis dan Organoleptik Ikan

    Tongkol (Euthynnus affinis) di Pasar Tradisional, Modern, dan

    Gudang Lelang Kota Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian

    Universitas Lampung, Bandar Lampung.

    Setiawati. D. R. 2013. Proses Pembuatan Bioethanol dari Kulit Pisang

    Kepok. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 19, No. 1

    Setyadi, Dodi. 2008. Pengaruh Pencelupan Tahu Dalam Pengawet Asam

  • 40

    Organik Terhadap Mutu Sensori Dan Umur Simpan. Skripsi.

    Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor

    Sikanna, R. 2016. Analisis Kualitatif Kandungan Formalin Pada Tahu yang

    dijual Dibeberapa Pasar Di Kota Palu. Jurnal Riset Kimia 2(2):85-

    90. Jurusan Kimia Fakultas MIPA : Universitas Tadulako.

    Sudirman, Nurlinda, 2012. Gambaran Penggunaan Pengawet Formalin

    Pada Tahu Di Pasar Tradisional Pa’baeng-Baeng Kota Makassar.

    Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin

    Makassar

    Tjiptaningdyah, Restu. 2010. Studi Keamanan Pangan Pada Tahu Putih

    yang Beredar di Pasar Sidoarjo (Kajian dari Kandungan Formalin).

    Fakultas Pertanian Universitas DR. Soetomo Surabaya

    Wahyuni, Sri. 2015. Pemanfaatan Kulit Nanas (Ananas Comosus)

    Sebagai Bahan Baku Pembuatan Cuka Dengan Penambahan

    Acetobacter Acetii. Naskah Publikasi. Program Studi Pendidikan

    Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pengetahuan Universitas

    Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

    Widaningrum, Miskiyah, Juniawati. 2015. Efikasi Cuka Kulit Pisang dan Air

    Kelapa Sebagai Penghambat Listeria monocytogenes Pada Daging

    Ayam.

    Wikipedia. “Tahu Kuning.” Wikipedia, The Free Encylopedia. Wikipedia,

    The Free Encyclopedia, 15 Desember 2018. http.// id. wikipedia.

    Org/wiki/tahu kuning

  • 41

    Lampiran 1

    Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis terhadap Tahu meliputi

    Penilaian Lendir Pada Permukaan Tahu

    Komponen Panelis Perlakuan

    A1 A2 X B1 B2 X C1 C2 X D1 D2 X

    Lendir

    Pada

    Permukaan

    Tahu

    P1 6 8 7 7 7 7 8 8 8 8 9 8.5

    P1 6 7 6.5 7 7 7 8 9 8.5 8 8 8

    P3 5 6 5.5 5 6 5.5 8 8 8 8 8 8

    P4 6 6 6 7 6 6.5 9 8 8.5 8 7 7.5

    P5 7 5 6.5 6 8 7 8 7 7.5 9 8 8.5

    P6 5 6 5.5 7 7 7 8 8 8 8 9 8.5

    P7 5 6 5.5 6 6 6 8 9 8.5 8 8 8

    P8 5 6 5.5 7 6 6.5 7 8 7.5 7 7 7

    P9 6 6 6 7 7 7 7 8 7.5 8 7 7.5

    P10 6 6 6 8 8 8 9 8 8.5 8 8 8

    P11 6 5 5.5 7 8 7.5 8 8 8 9 8 8.5

    P12 5 6 5.5 7 5 6 9 8 8.5 7 8 9

    P13 7 7 7 7 9 8 7 8 7.5 7 7 7

    P14 5 5 5.5 8 7 7.5 8 8 8 8 8 8

    P15 6 6 6 8 8 8 7 8 7.5 8 8 8

    TOTAL 6 7 8 8

  • 42

    Lampiran 2.

    Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan terhadap

    Mutu Fisik Tahu meliputi Lapisan Lendir Pada Permukaan Tahu

    ANOVA

    Hasil Uji

    Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Between Groups 42.767 3 14.256 41.009 .000

    Within Groups 19.467 56 .348

    Total 62.233 59

    Hasil Uji Lapisan Lendir Pada Permukaan Tahu

    Duncan

    Konsentrasi N

    Subset for alpha = 0.05

    1 2 3

    Tanpa Perlakuan 15 5.9667

    Konsentrasi 2% 15 6.9667

    Konsentrasi 2.5% 15 8.0000

    Konsentrasi 3% 15 8.0000

    Sig. 1.000 1.000 1.000

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

  • 43

    Lampiran 4

    Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis terhadap Tahu meliputi

    Penilaian Aroma

    Komponen Panelis Perlakuan

    A1 A2 X B1 B2 X C1 C2 X D1 D2 X

    Bau

    P1 7 6 6.5 5 7 6 7 7 7 9 8 8.5

    P1 5 6 5.5 7 7 7 8 8 8 8 9 8.5

    P3 5 6 5.5 5 6 5.5 7 6 6.5 8 8 8

    P4 6 7 6.5 6 6 6 7 7 7 7 7 7

    P5 6 6 6 5 5 5 8 7 7.5 7 8 7.5

    P6 6 8 7 5 7 6 7 7 7 8 8 8

    P7 6 5 5.5 6 6 6 8 7 7.5 7 7 7

    P8 6 6 6 5 6 5.5 7 8 7.5 8 8 8

    P9 7 5 6 6 6 6 7 8 7.5 8 8 8

    P10 6 5 5.5 5 6 5.5 7 6 6.5 9 8 8.5

    P11 6 6 6 6 5 5.5 8 8 8 8 8 8

    P12 5 6 5.5 6 6 6 7 6 6.5 8 8 8

    P13 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8 7 7.5

    P14 5 6

    5

    .5 6 6 6 5 6

    5

    .5 8 9

    8

    .5

    P15 6 6 6 7 7 7 6 6 6 7 8 9

    TOTAL 6 6 7 8

  • 44

    Lampiran 4.

    Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan terhadap

    Mutu Fisik Tahu meliputi Aroma

    ANOVA

    Hasil Uji

    Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Between Groups 41.250 3 13.750 37.561 .000

    Within Groups 20.500 56 .366

    Total 61.750 59

    Hasil Uji Bau

    Duncan

    Konsentrasi N

    Subset for alpha = 0.05

    1 2 3

    Tanpa Perlakuan 15 6.0000

    Konsentrasi 2% 15 6.0000

    Konsentrasi 2.5% 15 7.0000

    Konsentrasi 3% 15 8.0000

    Sig. 1.000 1.000 1.000

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

  • 45

    Lampiran 5

    Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis terhadap Tahu meliputi

    Penilaian Tekstur

    Komponen Panelis Perlakuan

    A1 A2 X B1 B2 X C1 C2 X D1 D2 X

    Tekstur

    P1 5 6 5.5 6 7 6.5 8 8 8 9 8 8.5

    P1 5 5 5 6 6 6 8 7 7.5 8 8 8

    P3 5 6 5.5 5 6 5.5 7 8 7.5 7 7 7

    P4 6 6 6 6 6 6 7 8 7.5 8 8 8

    P5 5 5 5 7 7 7 7 7 7 9 8 8.5

    P6 6 5 5.5 6 6 6 7 6 6.5 8 9 8.5

    P7 3 3 3 7 7 7 8 8 8 7 8 9

    P8 5 5 5 5 6 5.5 7 6 6.5 8 8 8

    P9 5 5 5 7 7 7 7 7 7 7 8 7.5

    P10 3 3 3 5 6 5.5 5 6 5.5 7 8 7.5

    P11 5 5 5 6 5 5.5 6 6 6 7 7 7

    P12 5 6 5.5 6 6 6 8 7 7.5 8 8 8

    P13 6 5 5.5 5 6 5.5 7 7 7 8 7 7.5

    P14 5 6 5.5 6 6 6 7 6 6.5 8 9 8.5

    P15 5 5 5 5 5 5 7 7 7 8 9 8.5

    TOTAL 5 6 7 8

  • 46

    Lampiran 6

    Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan terhadap

    Mutu Fisik Tahu meliputi Tekstur

    ANOVA

    Hasil Uji

    Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Between Groups 75.000 3 25.000 50.000 .000

    Within Groups 28.000 56 .500

    Total 103.000 59

    Hasil Uji Tekstur

    Duncan

    Konsentrasi N

    Subset for alpha = 0.05

    1 2 3 4

    Tanpa Perlakuan 15 5.0000

    Konsentrasi 2% 15 6.0000

    Konsentrasi 2.5% 15 7.0000

    Konsentrasi 3% 15 8.0000

    Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

  • 47

    Lampiran 7

    Rata-rata Rekapitulasi Penilaian Panelis terhadap Tahu meliputi

    Penilaian Warna

    Komponen Panelis Perlakuan

    A1 A2 X B1 B2 X C1 C2 X D1 D2 X

    Warna

    P1 4 6 4 7 7 7 8 7 7.5 7 8 7.5

    P1 5 5 5 6 5 5.5 7 7 7 7 7 7

    P3 4 5 4.5 6 6 6 7 6 6.5 8 8 8

    P4 5 5 5 5 6 5.5 8 8 8 8 8 8

    P5 5 5 5 6 7 6.5 8 7 7.5 9 8 8.5

    P6 2 4 3 6 6 6 7 8 7.5 8 9 8.5

    P7 3 3 3 5 6 5.5 8 8 8 8 7 7.5

    P8 4 5 4.5 6 6 6 7 6 6.5 8 9 8.5

    P9 5 3 4 6 6 6 7 8 7.5 8 9 8.5

    P10 3 3 3 5 6 5.5 7 7 7 7 8 9

    P11 2 4 3 6 6 6 7 7 7 8 8 8

    P12 4 3 3,5 5 5 5 7 6 6.5 7 8 7.5

    P13 4 4 4 7 7 7 7 7 7 9 8 8.5

    P14 5 5 5 5 6 5.5 5 6 5.5 8 8 8

    P15 5 5 5 7 7 7 6 6 6 7 7 7

    TOTAL 4 6 7 8

  • 38

    Lampiran 8

    Hasil Analisis Uji Anova dan Uji Duncan terhadap

    Mutu Fisik Tahu meliputi Warna

    ANOVA

    Hasil Uji

    Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    Between Groups 75.000 3 25.000 50.000 .000

    Within Groups 28.000 56 .500

    Total 103.000 59

    Hasil Uji

    Duncan

    Konsentrasi N

    Subset for alpha = 0.05

    1 2 3 4

    Tanpa Perlakuan 15 4.0667

    Konsentrasi 2% 15 6.0000

    Konsentrasi 2.5% 15 7.0000

    Konsentrasi 3% 15 8.0000

    Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

  • 39

    Lampiran 9

    SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI PANELIS

    (INFORMED CONSET)

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama :

    Umur :

    Semester :

    Alamat :

    Telp/Hp :

    Dengan sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut

    berpartisipasi menjadi panelis penelitian “ Pengaruh Perendaman Tahu dalam

    Vinegar Berbasis Kulit Pisang Kepok Terhadap Mutu Fisik Tahu” yang akan

    dilakukan oleh Romauli Megawati Manalu dari program studi Diploma III

    Jurusan Gizi Politeknik Kemenkes Medan.

    Lubuk Pakam, Mei 2019

    Mengetahui

    Peneliti

    Romauli Megawati Manalu

  • 40

    Lampiran 10

    Skema Pembuatan Vinegar hingga Proses Pencelupan Tahu kedalam

    vinegar/cuka

    Pengenceran

    Kulit pisang kepok ditimbang sebanyak 1 kg,

    kemudian di cuci hingga bersih

    Kulit pisang kepok di rebus dengan air

    sebanyak 1500 ml, biarkan selama 30 menit,

    kemudian saring dan tampung filtratnya

    Dalam keadaan panas, filtrat dicampur

    dengan 170 gram gula pasir dan 1,2 gram

    ammonium sulfat, aduk hingga rata

    Setelah dingin, tambahkan dengan 30 gram

    ragi roti (Saccharomyces cerevisiae), masukkan

    kedalam toples kaca, tutup rapat dan biarkan

    selama 7 hari simpan dalam suhu kamar

    Kemudian tambahkan Acetobacter acetii

    sebanyak 15% lalu tutup rapat lagi dan biarkan

    selama 10 hari

    Larutan

    cuka

    Larutan

    Bioetanol

    Tahu di rendam 1 menit kedalam

    vinegar/cuka dengan masing-masing konsentrasi

    2%, 2.5%, 3% dan dengan tanpa pencelupan

  • 41

    Lampiran 11

    Lembar penilaian organoleptik Tahu (Modifikasi dari lembar

    penilaian organoleptik Ikan Segar)

    Nama Panelis : ……………………………..

    Tanggal : …………………….............

    Cantumkan kode contoh pada kolom yang tersedia sebelum

    melakukan pengujian.

    Berilah tanda √ pada nilai yang dipilih sesuai perlakuan yang diuji.

    Bagian Spesifikasi Nilai Perlakuan

    B322 B231 B432 B132

    Penampakan

    Lendir

    permukaan

    Tahu

    Lapisan lendir jernih,

    transparan, mengkilap cerah 9

    Lapisan lendir jernih,

    transparan, cukup cerah 8

    Lapisan lendir mulai agak keruh 7

    Lapisan lendir mulai keruh 6

    Lendir agak tebal, mulai

    berubah warna 5

    Lendir tebal sedikit

    menggumpal, berubah warna 3

    Lendir tebal menggumpal,

    berubah warna 1

    Keadaan

    Aroma Amat sangat Beraroma Khas

    tahu, spesifik jenis kuat 9

    Sangat beraroma khas tahu 8

    Beraroma khas tahu 7

  • 42

    Netral 6

    Tidak beraroma khas tahu 5

    Sangat tidak beraroma khas

    tahu 3

    Amat sangat tidak beraroma

    khas tahu 1

    Tekstur Amat sangat Padat, kompak 9

    Sangat Padat, kompak 8

    Agak sedikit lunak 7

    Agak lunak 6

    Lunak 5

    Lunak, agak hancur ketika di

    sentuh 3

    Sangat lunak, hancur ketika di

    sentuh 1

    Warna Berwarna Amat sangat Putih

    cerah 9

    Berwarna Sangat putih cerah 8

    Agak sedikit berwarna putih

    cerah 7

    Berwarna Agak putih cerah 6

    Berwarna agak Kekuningan 5

    Berwarna sedikit kekuningan 4

    Berwarna kekuningan 3

    Berwarna sangat kekuningan 2

    Berwarna amat sangat

    kekuningan 1

  • 43

    Lampiran 12

    Dokumentasi

  • 44

  • 45

  • 46

    Lampiran 14

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Romauli Megawati Manalu

    Tempat/tanggal lahir : Sidikalang, 30 September 1998

    Jumlah bersaudara : 3 Orang

    Alamat Rumah : Jl. Dalihan Natolu No 47, Sidikalang

    No. Hp : 085275567714

    Riwayat Pendidikan : 1. SD HKBP Sidikalang

    2. SMPN 1 Sidikalang

    3. SMAN 2 Sidikalang

    Hobby : Membaca, menonton.

    Motto : Bersyukurlah

  • 47

  • 48

  • 49