Laporan Kinetika Vinegar

29
KINETIKA FERMENTASI DALAM PRODUKSI MINUMAN VINEGAR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI Disusun oleh: Mulyanto Onggo W NIM : 11.70.0076 Kelompok B2 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Transcript of Laporan Kinetika Vinegar

Page 1: Laporan Kinetika Vinegar

KINETIKA FERMENTASI DALAM PRODUKSI MINUMAN VINEGAR

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI FERMENTASI

Disusun oleh:

Mulyanto Onggo W

NIM : 11.70.0076

Kelompok B2

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG

2014

Page 2: Laporan Kinetika Vinegar

1. HASIL PENGAMATAN

Praktikum ini dilakukan mulai tanggal 12 Juni hingga 17 Juni (N0 – N96) kami

melakukan pengamatan kinetika fermentasi dalam produksi minuman beralkohol

dengan substrat yang digunakan adalah sari buah apel. Apel mengandung zat dengan

gizi yang tinggi seperti kalsium, fosfor, besi, serat, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2,

dan vitamin C. Karena sifatnya yang menyehatkan ini maka apel banyak diolah menjadi

berbagai panganan dan minuman. Salah satu olahan apel yaitu cider apel. Yeast yang

digunakan pada praktikum kali ini adalah Saccharomyces cereviseae. Berikut ini adalah

hasil pengamatan saat praktikum kinetika fermentasi dalam pembuatan minuman

beralkohol :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kinetika Fermentasi dalam Pembuatan Minuman Beralkohol

Berdasarkan hasil pengamatan tabel diatas Cider diamati pada hari ke-0 dilambangkan

sebagai N0, hari kesatu dilambangkan sebagai N24, hari kedua dilambangkan sebagai

N48, hari ketiga dilambangkan sebagai N72, hari keempat dilambangkan sebagai N96.

Parameter yang diamati antara lain jumlah mikroba tiap petak, rata-rata/jumlah MO tiap

1

Page 3: Laporan Kinetika Vinegar

2

petak, rata-rata/jumlah tiap cc, tingkat kekeruhan(OD), Ph, dan total asam. Dari tabel 1

diatas, untuk mempermudah pemamahaman akan hasil pengamatan yang didapatkan

maka akan disajikan 5 buah grafik.

Berikut adalah grafik-grafik tersebut :

N0 N24 N48 N72 N960

100000000

200000000

300000000

400000000

500000000

600000000

Hubungan Jumlah Sel VS Waktu

B1

B2

B3

B4

B5

Waktu

Jum

lah

Sel

Grafik 1. Hubungan Waktu dan Jumlah Sel/cc

Hasil pengamatan pada grafik 1 dapat terlihat hubungan antara lama waktu fermentasi

dengan jumlah sel mikroorganisme. Pada kebanyakan kelompok terjadi peningkatan

jumlah sel mikroorganisme hingga fermentasi hari ke 2 (N48) kecuali pada kelompok

B1 dimana jumlah sel tetap 0. Namun setelah waktu fermentasi melebihi 3 hari yaitu

pada N96, jumlah sel mikroorganisme kelompok B1 dan B5 mengalami penurunan.

N0 N24 N48 N72 N96

-1.0000

-0.5000

0.0000

0.5000

1.0000

Grafik Hubungan OD dengan Waktu

B1

B2

B3

B4

B5

Waktu

OD

Grafik 2. Hubungan Waktu dan Optical Density (OD)

Page 4: Laporan Kinetika Vinegar

3

Pada grafik 2 dapat terlihat hubungan antara lama waktu fermentasi dengan tingkat

kekeruhan yang terukur sebagai optical density (OD). Pada hasil tersebut terjadi

peningkatan dan penurunan yang berbeda-beda dari tiap kelompok.

-1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.80

100000000

200000000

300000000

400000000

500000000

600000000

Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan OD

B1

B2

B3

B4

B5

OD

Jum

lah

Sel

Grafik 3. Hubungan Optical Density (OD) dan Jumlah Sel/cc

Pada grafik 3 dapat terlihat hubungan antara jumlah sel mikroorganisme dan tingkat

kekeruhan (OD) pada cider apel. Berdasarkan grafik tersebut sulit diketahui hubungan

yang jelas antara jumlah sel dengan OD. Nilai OD yang diperoleh tiap-tiap kelompok

menunjukkan terdapat hasil yang negatif.

2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4 3.6 3.80

100000000

200000000

300000000

400000000

500000000

600000000

Hubungan Jumlah Sel dengan pH

B1

B2

B3

B4

B5

pH

Jum

lah

Sel

Gambar 4. Hubungan Jumlah Sel dengan pH

Page 5: Laporan Kinetika Vinegar

4

Pada grafik 4 dapat terlihat hubungan antara jumlah sel dengan tingkat keasaman(pH).

Pada hasil pengukuran tersebut terjadi peningkatan dan penurunan yang berbeda-beda

dari tiap kelompok.

15 16 17 18 19 20 21 22 230

100000000200000000300000000400000000500000000600000000

Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Total Asam

B1

B2

B3

B4

B5

Total Asam

Jum

lah

Sel

Grafik 5. Hubungan Jumlah Sel dengan Total Asam

Pada grafik 5 dapat terlihat hubungan antara jumlah sel dengan total asam. Pada hasil

pengukuran tersebut juga terjadi peningkatan dan penurunan yang berbeda-beda dari

tiap kelompok.

Page 6: Laporan Kinetika Vinegar

2. PEMBAHASAN

Praktikum kinetika fermentasi dalam pembuatan minuman beralkohol yang telah kami

lakukan menggunakan sari apel dengan bantuan yeast Saccharomyces cereviceae.

Dalam jurnalnya yang berjudul “Effect of Biomass Reduction on the Fermentation of

Cider” Nogueira et al (2007) mendefinisikan cider apel sebagai minuman alkohol kadar

rendah dari sari apel.Sari apel diperoleh dari pengepresan buah apel yang kemudian

mengalami proses fermentasi alkohol, sedangkan yeast adalah mikroorganisme, dan

merupakan salah satu mahluk hidup yang sangat kecil ukurannya. Apel mengandung zat

dengan gizi yang tinggi seperti kalsium, fosfor, besi, serat, vitamin A, vitamin B1,

vitamin B2, dan vitamin C (Candra, 2010). Berdasarkan jurnal “Effect of Alcoholic

Fermentation in the Content of Phenolic Compounds in Cider Processing” Buah apel

juga mengandung antioksidan yang berperan besar dalam proses perbaikan metabolisme

tubuh. Karena sifatnya yang menyehatkan ini maka apel banyak diolah menjadi

berbagai panganan dan minuman. Salah satu olahan apel yaitu cider apel.

Saccahomyces cereviseae memiliki temperatur yang optimal untuk pertumbuhan selama

fermentasi sekitar 28oC hingga 32oC dengan pH lingkungan optimal antara 4 - 5 (Reed

& Rehm, 1983). Penggunaan yeast tersebut sesuai dengan teori yang ada dalam Wang et

al,. (2004) yang menyatakan bahwa fungsi utama dari Saccharomyces cerevisiae untuk

mengkatalisis secara cepat, efisien dan lengkap sari apel yang kita miliki. Selain itu juga

merombak gula menjadi alkohol tanpa menimbulkan off-flavour. Wood (1998) juga

menambahkan bahwa S. cerevisiae selain merombak gula-gula sederhana menjadi

alkohol juga menggunakannya dalam metabolisme sel dan pembentukan biomassa sel

untuk menghasilkan gliserol, asam asetat dan asam suksinat sebagai produk samping.

Berdasarkan jurnal “Yeast species associated with the spontaneous fermentation of

cider” dikatakan bahwa proses fermentasi sari buah melibatkan pengembangan

berurutan dari berbagai jenis mikroorganisme. Spesies yeast dengan dinamika yang

berbeda selama proses fermentasi berlangsung dapat mempengaruhi rasa, aroma, dan

penampilan yang dihasilkan. Hal ini sangat mempengaruhi proses fermentasi dan

jumlah sel. Fermentasi yang semakin lama menyebabkan meningkatnya jumlah yeast

yang akan menghasilkan asam sehingga akan menghambat pertumbuhan bakteri itu

sendiri (Valles et al, 2006).

5

Page 7: Laporan Kinetika Vinegar

Gambar 1. Proses sterilisasi sari apel

6

Berdasarkan jurnal “Temperature-Dependent Kinetic Model for Nitrogen-Limited Wine

Fermentations” diungkapkan nitrogen merupakan sumber nutrisi untuk pertumbuhan

yeast. Konsentrasi nitrogen dalam proses fermentasi mungkin tergantung pada faktor-

faktor lain, seperti suhu dan konsentrasi awal gula. Proses fermentasi pada suhu tinggi

menghasilkan sisa nitrogen yang tinggi pula pada akhir fermentasi. Selain itu faktor-

faktor lingkungan juga ikut berpengaruh dalam pertumbuhan mikroorganisme yaitu

meliputi nutrien, suhu, kelembaban, oksigen, dan pH. Masing-masing dari komponen

ini merupakan faktor yang penting dan dapat membatasi pertumbuhan (Hayes, 1995).

Stanburry & Whitaker (1984) menambahkan bahwa penyediaan oksigen yang cukup,

yang diberikan merupakan salah satu langkah untuk menjamin beerlangsungnya

kebutuhan metabolisme mikroorganisme.

Sari apel yang digunakan dalam praktikum saat itu diperoleh dari pengepresan buah

apel dan kemudian mengalami proses fermentasi alkohol dan konversi malolatik

(Nogueira et al, 2007). Sari apel tersebut

disterilisasi kemudian diberi inokulum

Saccharomyces cereviceae yang dilakukan

secara aseptis seperti yang Nampak pada

gambar 1 di samping. Menurut Fardiaz

(1992) proses sterilisasi sari buah apel

tersebut untuk membunuh atau mematikan

semua jasad renik/mikroorganisme yang

terdapat pada suatu benda, sehingga bila ditumbuhkan didalam suatu medium tidak ada

lagi jasad renik lain yang dapat berkembang biak, sedangkan teknik aseptis menurut

Hadioetomo (1993).bertujuan untuk mencegah infeksi diri dari bakteri yang merugikan

serta mencegah agar kultur yang akan

ditumbuhkan nantinya tidak tercemar oleh

kontaminan-kontaminan yang tidak

diinginkan, baik karena kontaminasi

praktikan, maupun karena kontaminasi

udara lingkungan sekitar. Gambar 2. Inokulasi kultur yeast ke sari apel

Page 8: Laporan Kinetika Vinegar

7

Tahap selanjutnya setelah sari apel diinokulasi adalah inkubasi selama 4 hari (96 jam).

Menurut Said (1987), proses shaker inkubator digunakan sebagai media aerasi untuk

memenuhi kebutuhan oksigen dan agitasi untuk menjamin tercapainya keseragaman

suspensi dari sel mikroba pada media nutrien yang homogen. Proses aerasi ini sangat

diperlukan karena pertumbuhan Saccharomyces cereviseae biasanya berlangsung secara

aerob (Van Hoek et al, 2004). Dalam melakukan proses inkubasi ini, praktikan

menempatkansari apel dalam labu erlenmeyer yang telah ditutup dengan aluminium foil

yang kemudian diletakkan di atas shaker. Metode ini sesuai dengan metode yang

diungkapkan oleh Rahman (1992) yang menyatakan bahwa proses shaker dilakukan

dengan menempatkan bahan fermentasi dalam wadah dengan kondisi tertutup di atas

shaker.

Pengamatan cider apel dilakukan setiap 24 jam sekali. Parameter pengamatan

meliputi jumlah selyang diuji menggunakan alat haemocytometer dan tingkat

kekeruhan(OD) menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm.

Haemocytometer merupakan suatu ruang hitung yang terdiri atas petak–petak

berukuran kecil untuk menghitung jumlah sel di bawah mikroskop, biasanya

digunakan untuk sel yang ukurannya sebesar ukuran sel darah merah (Hadioetomo,

1993). Volume petak yang digunakan pada praktikum kali ini adalah 0,05mm x

0,05mm x 0.1 mm.

Gambar 3. Pengisian sari apel ke

haemocytometer

Gambar 4. Pengujian OD menggunakan

spektrofotometer

Page 9: Laporan Kinetika Vinegar

8

Proses pengujian jumlah sel menggunakan alat haemocytometer untuk kelompok kami

B2 menunjukkan hasil sebagai berikut:

Berdasarkan grafik 1, Hasil pengamatan pada grafik 1 dapat terlihat hubungan antara

lama waktu fermentasi dengan jumlah sel mikroorganisme. Pada kebanyakan kelompok

terjadi peningkatan jumlah sel mikroorganisme hingga fermentasi hari ke 2 (N48)

kecuali pada kelompok B1 dimana jumlah sel tetap 0. Namun setelah waktu fermentasi

melebihi 3 hari yaitu pada N96, jumlah sel mikroorganisme kelompok B1 dan B5

mengalami penurunan. Hasil yang berbeda-beda ini menurut Hayes (1995) disebabkan

karena adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.

Beberapa faktor tersebut, antara lain nutrien, suhu, kelembaban, oksigen, dan pH.

Menurut Van Hoek et al (2004), keoptimalan produktivitas baker’s yeast juga akan

sangat dipengaruhi oleh parameter lingkungan sekitar, seperti pH, suhu, laju aerasi,

jenis gula, nitrogen, dan fosfor. Selain itu menurut Kulkarni et al (2011) dalam

jurnalnya yang berjudul “Effect of Additives on Alcohol Production and Kinetic Studies

of S.cereviceae for Sugar Cane Wine Production”, pertumbuhan serta laju produksi

alkohol oleh S.cerevisiae juga dapat dipengaruhi oleh penambahan zat aditif seperti

biotin atau daun jambu. Namun, pada hasil penelitiannya menunjukkan hasil bahwa

penambahan biotin pada kondisi pertumbuhan yang optimun tidak dapat meningkatkan

produksi alkohol sedangkan penambahan daun jambu dapat meningkatkan produksi

alkohol selama proses fermentasi.

Gambar 5. Hasil penampang mikroskop

haemocytometer N0

Gambar 6. Hasil penampang mikroskop

haemocytometer N24

Gambar 9. Hasil penampang mikroskop

haemocytometer N96

Gambar 8. Hasil penampang mikroskop

haemocytometer N72

Gambar 7. Hasil penampang mikroskop

haemocytometer N48

Page 10: Laporan Kinetika Vinegar

9

Peningkatan jumlah sel mikroorganisme ini terjadi karena Saccharomyces cereviceae

menggunakan glukosa pada sari apel sebagai energi untuk melakukan pertumbuhan.

Sedangkan penurunan jumlah sel mikroorganisme pada hari ke 3 hingga ke 4 terjadi

karena Saccharomyces cereviceae mengalami kematian. Hasil ini membuktikan teori

Shuler (1989) yang menyatakan bahwa kultur yang diinokulasi akan melalui beberapa

fase yaitu fase lag, fase log, fase stasioner dan fase kematian. Fase lag terjadi dengan

cepat setelah inokulasi dan ini adalah masa penyesuaian sel dengan lingkungan. Fase

lag ini terjadi pada N0. Selama fase ini, jumlah massa meningkat sedikit tanpa

peningkatan densitas sel. Pada fase log, sel sudah menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan baru. Setelah periode adaptasi, sel dapat mengganda dengan cepat dan

jumlah serta densitas sel meningkat secara eksponensial. Pada fase stasioner di mana

pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Hal ini disebabkan karena nutrisi mulai habis,

sehingga tidak terjadi pembelahan oleh mikroorganisme. Pada akhir fase seharusnya

terjadi fase stasioner dan diakhiri dengan fase kematian (N96) di mana pertumbuhan

mikroorganisme sama dengan kematian. Fase pertumbuhan agak terlihat pada kurva

kelompok B1 dimana fase log terjadi pada waktu N0-N24, fase stasioner pada waktu

N24-N48, dan fase kematian pada waktu N48-N96. Pada kelompok lain fase

pertumbuhanlag, log, stasioner dan kematiaan Saccharomyces cereviceae tidak dapat

teramati sempurna.

Pada grafik 2 dapat terlihat hubungan antara lama waktu fermentasi dengan tingkat

kekeruhan yang terukur sebagai optical density (OD). Pada hasil tersebut terjadi

peningkatan dan penurunan yang berbeda-beda dari tiap kelompok. Hal tersebut tidak

sesuai dengan teori Clark (2007) bahwa absorbansi atau optical density berbanding

lurus dengan konsentrasi sel. Dengan demikian konsentrasi sel dalam suspensi dapat

dinyatakan sebagai nilai OD (optical density).

Apabila kita lihat grafik 3, hubungan antara jumlah sel mikroorganisme dan tingkat

kekeruhan (OD) pada cider apel. Berdasarkan grafik tersebut sulit diketahui hubungan

yang jelas antara jumlah sel dengan OD. Nilai OD yang diperoleh tiap-tiap kelompok

menunjukkan terdapat hasil yang negatif. Seharusnya hubungan jumlah sel/cc dengan

Page 11: Laporan Kinetika Vinegar

10

OD berbanding lurus, sebab dengan jumlah sel banyak atau keruh maka OD akan

meningkat. Semakin tinggi nilai absorbansi, maka akan semakin tinggi pula kadar

biomassanya (Van Hoek et al., 2004). Sebaliknya, apabila jumlah sel yang sedikit atau

kurang keruh maka OD akan menurun. Hal ini sudah sesuai dengan yang dikatakan oleh

Arthey & Ashurst (1998) bahwa absorbansi (Optical Density) berbanding lurus dengan

konsentrasi sel. Hadioetomo (1993) juga menambahkan bahwa mikroba yang tumbuh

dalam cairan ditunjukkan dengan bertambahnya kekeruhan. Semakin besar jumlah sel

maka nilai OD-nya juga semakin tinggi.

Berdasarkan jurnal “Kinetics studies on ethanol production from banana peel waste

using mutant strainof Saccharomyces cerevisiae” dijelaskan bahwa pH optimal dimana

laju produksi ethanol oleh S. Cerevisiae adalah pada pH 4,5. Hasil pengamatan dapat

dilihat pada grafik 4 yang menggambarkan hubungan antara jumlah sel dengan tingkat

keasaman(pH) dimana menunjukkan peningkatan jumlah sel hingga pH tertentu. Setelah

melewati pH optimum tersebut grafik menunjukkan penurunan jumlah sel

mikroorganisme. Grafik 5 menggambarkan hubungan antara jumlah sel dengan total

asam. Namun pada hasil pengukuran kedua parameter tersebut terjadi peningkatan dan

penurunan yang berbeda-beda dari tiap kelompok. Sehingga masih diragukan hubungan

antara keduanya.

Page 12: Laporan Kinetika Vinegar

3. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan teori-teori yang ada, dapat kita simpulkan beberapa

hal, antara lain :

Fermentasi cider dapat terjadi karena adanya aktivitas antimikrobia yaitu

Saccharomyces cereviceae.

Fermentasi merupakan oksidasi anaerobik suatu komponen oleh enzim

mikroorganisme untuk menghasilkan energi.

Fase pertumbuhan yeast meliputi fase lag, log, stasioner, dan fase kematian

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah nutrien

dalam substrat, suhu, kelembaban, Oksigen dan pH.

Pembentukan alkohol dalam proses penumbuhan baker’s yeast sangat tidak

diharapkan, karena alkohol dapat mengurangi jumlah biomassa.

Jumlah yeast / cc akan terus meningkat seiring semakin lamanya fermentasi

Peningkatan jumlah sel, akan meningkatkan pula nilai OD (Optical Density)

suatu bahan.

Semakin lama waktu inkubasi akan meningkatkan kekeruhan sehingga

meningkatkan nilai OD.

Semarang, 2 Juni 2014

Praktikan Asisten Dosen

- Stella Mariss H. - Meilisa Lelyana D. - Chrysentia Archinitta L.M. - Katharina Nerissa A.A. - Adriani Cintya S.

Mulyanto Onggo W.

11.70.0076

11

Page 13: Laporan Kinetika Vinegar

4. DAFTAR PUSTAKA

Candra, Asep. (2010).Cuka Apel Stabilkan Tekanan Darah. http://kesehatan.kompas.com/read/2010/06/01/11331416/Cuka.Apel.Stabilkan.Tekanan.Darah

Clark, Jim. (2007). Hukum Beer-Lambert. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/spektrum_serapan_ultraviolet-tampak__uv-vis_/hukum_beer_lambert/

Coleman, M. C., R. Fish & D. E. Block. (2007). Temperature-Dependent Kinetic Model for Nitrogen-Limited Wine Fermentations. Department of Chemical Engineering and Material Science and Department of Viticulture and Enology,University of California, One Shields Avenue, Davis, California.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hadioetomo, R. S. (1993). Mikobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hayes, P. R. (1995). Food Microbiology and Hygiene. Chapman and Hall. Great Britain.

Kulkarni Mayuri K., Pallavi T. Kininge, Nitin V. Ghasghase, Priya R. M., Sunil S. J. (2011). Effect of Additives on Alcohol Production and Kinetic Studies of S.cereviceae for Sugar Cane Wine Production. Department of Biotechnology, Kolhapur Institute of Technology, Kolhapur, India, International Journal of Advanced Biotechnology and ResearchVol 2, Issue 1, 2011, pp 154-158

Manikandan K., V Saravanan and T Viruthagiri. (2007). Kinetics studies on ethanol production from banana peel waste using mutant strainof Saccharomyces cerevisiae.

Department of Chemical Engineering, Annamalai University, Annamalai Nagar 608 002, India.

Nogueira A., Caroline M., Deise R.S.S., Nina W., Gilvan W. ( 2007). Effect of Biomass Reduction on the Fermentation of Cider. Brazilian Archives of Biology and Technology Vol.50, n. 6 : pp.1083-1092

Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan. Jakarta.Hayes (1995).

Reed, G & Rehm, H. J. (1995). Biotechnology volume 9. VCH Verlagsge Sellschaft. New York.

Said, E. G. (1987). Bioindustri: Penerapan Teknologi Fermentasi. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

12

Page 14: Laporan Kinetika Vinegar

13

Schlegel, H.G. & K, Schmidt. (1994). Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Shuler, L.M. (1989). Bioprocess Engineering Basic Concepts. Prentice Hall international Incorporation. London

Stanburry, P.F. & Whitaker. (1984). Principles of Fermentation Technology. Pergamon Press. New York.

Valles B.S, Bedrin˜ anaa R.P, Norman Ferna´ ndez Tasco´ na N.F, Simo´nb A.Q, Madreraa R.R, (2006). Yeast species associated with the spontaneous fermentation of cider. Valencia, Spain Food Microbiology 24 (2007) 25–31.

Van Hoek, et al. (2004). Effect of Spesific Growth Rate on Fermentative Capacity of Baker’sYeast.http://aem.asm.org/cgi/content/full/64/11/4266?maxtoshow=&hits=RESULTFORMAT.

Wang, D.; Y. Xu; J. Hu; dan G. Zhao. (2004). Fermentation Kinetics of Different Sugars by Apple Wine Yeast Saccharomyces cerevisiae. Journal Of The Institute Of Brewing.

Wood BJB. 1998. Microbiologi of Fermented Food. 2nd ed. Blackie Academy and Profesional, London

Page 15: Laporan Kinetika Vinegar

5. LAMPIRAN

5.1. Perhitungan

Rumus Rata-rata / ∑ tiap cc :

Jumlah selcc

= 1volume petak

xrata−rata jumlah mo . tiap petak

Volume petak=0,05 mm x 0,05 mmx 0,1 mm

¿0,00025 mm

¿0,00000025 cc=2,5 x 10−7 cc

Kelompok B1

N0 :

Jumlah sel/cc =15,75

2,5 x 10−7 = 6,3 x 104 sel/cc

N24 :

Jumlah sel/cc = 24,25

2,5 x 10−7 = 9,7 x 104 sel/cc

N48 :

Jumlah sel/cc = 44

2,5 x 10−7 = 17,6 x 107 sel/cc

N72 :

Jumlah sel/cc =58,25

2,5 x 10−7 = 23,3 x 107 sel/cc

N96 :

Jumlah sel/cc = 38

2,5 x 10−7 = 15,2 x 107 sel/cc

Kelompok B2

N0 :

Jumlah sel/cc =43,5

2,5 x 10−7 = 1,74 x 108 sel/cc

N24 :

Jumlah sel/cc = 63,5

2,5 x 10−7 = 2,54 x 108 sel/cc

N48 :

14

Page 16: Laporan Kinetika Vinegar

15

Jumlah sel/cc = 63

2,5 x 10−7 = 2,52 x 108 sel/cc

N72 :

Jumlah sel/cc =69,5

2,5 x 10−7 = 2,78 x 108 sel/cc

N96 :

Jumlah sel/cc = 73,5

2,5 x 10−7 = 2,94 x 108 sel/cc

Kelompok B3

N0 :

Jumlah sel/cc =25

2,5 x 10−7 = 1,00 x 108 sel/cc

N24 :

Jumlah sel/cc = 38

2,5 x 10−7 = 15,2 x 107 sel/cc

N48 :

Jumlah sel/cc = 61,75

2,5 x 10−7 = 24,7 x 107 sel/cc

N72

Jumlah sel/cc =94,25

2,5 x 10−7 = 3,77 x 108 sel/cc

N96

Jumlah sel/cc = 133,25

2,5 x 10−7 = 5,33 x 108 sel/cc

Kelompok B4

N0 :

Jumlah sel/cc = 1

2,5 x 10−7 x 50,5 = 2,02 x 108 sel/cc

N24:

Jumlah sel/cc = 1

2,5 x 10−7 x 61= 2,44 x 108 sel/cc

N48:

Jumlah sel/cc = 1

2,5 x 10−7 x 69,5 = 2,78 x 108 sel/cc

Page 17: Laporan Kinetika Vinegar

16

N72:

Jumlah sel/cc = 1

2,5 x 10−7 x 86 = 3,44 x 108 sel/cc

N96:

Jumlah sel/cc = 1

2,5 x 10−7 x 96,5 = 3,86 x 108 sel/cc

Kelompok B5

N0 :

Jumlah sel/cc = 1

2,5 x 10−7 x 0 = 0 sel/cc

N24:

Jumlah sel/cc = 1

2,5 x 10−7 x 37 = 1,48 x 108 sel/cc

N48:

Jumlah sel/cc = 1

2,5 x 10−7 x 33,25 = 1,33 x 108 sel/cc

N72:

Jumlah sel/cc = 1

2,5 x 10−7 x 72,25= 2,89 x 108 sel/cc

N96:

Jumlah sel/cc = 1

2,5 x 10−7 x 62,75 = 2,51 x 108 sel/cc

Perhitungan Total Asam

Total asam =

ml NaOH x Normalitas NaOH x 19210 ml sampel

Kelompok B1

N0 :

9,4 x 0,1 x 19210

= 18,048 mg/ml

N24 :

Page 18: Laporan Kinetika Vinegar

17

9,5 x0,1 x19210

= 20,16 mg/ml

N48 :

9,7 x0,1 x19210

= 20,544 mg/ml

N72 :

8,5 x0,1 x19210

= 17,088 mg/ml

N96 :

8 x0,1 x19210

= 16,32 mg/ml

Kelompok B2

N0 :

9,4 x 0,1 x 19210

= 19,97 mg/ml

N24 :

9,5 x0,1 x19210

= 20,16 mg/ml

N48 :

9,7 x0,1 x19210

= 20,54 mg/ml

N72 :

8,5 x0,1 x19210

= 20,74 mg/ml

N96 :

8 x0,1 x19210

= 22,08 mg/ml

Kelompok B3

N0 :

9,4 x 0,1 x 19210

= 18,05 mg/ml

N24 :

9,5 x0,1 x19210

= 18,24 mg/ml

N48 :

Page 19: Laporan Kinetika Vinegar

18

9,7 x0,1 x19210

= 18,62 mg/ml

N72 :

8,5 x0,1 x19210

= 16,32 mg/ml

N96 :

8 x0,1 x19210

= 15,36 mg/ml

Kelompok B4

N0

Total Asam = 8 x0,1 x192

10 = 15,36 mg/ml

N24

Total Asam = 8,5 x0,1 x192

10 = 16,32 mg/ml

N48

Total Asam = 9,5 x0,1 x192

10 = 18,24 mg/ml

N72

Total Asam = 8 x0,1 x192

10 =15,36 mg/ml

N96

Total Asam = 8 ,5 x 0,1 x 192

10 = 16,32 mg/ml

Kelompok B5

N0

Total Asam = 10,1 x 0,1 x 192

10 = 19,39 mg/ml

N24

Total Asam = 10,2 x 0,1 x 192

10 = 19,58 mg/ml

N48

Total Asam = 10,5 x 0,1 x192

10 = 20,16 mg/ml

N72

Page 20: Laporan Kinetika Vinegar

19

Total Asam = 10,5 x 0,1 x192

10 =20,16 mg/ml

N96

Total Asam = 11,2 x0,1 x192

10 = 21,50 mg/ml

5.2. Jurnal

~terlampir~

5.3. Laporan Sementara

~terlampir~