PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT DAN DEWAN...
Transcript of PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT DAN DEWAN...
i
PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT DAN DEWAN PENGAWAS
SYARIAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE UNTUK MENINGKATKAN KINERJA BANK SYARIAH
(Studi Empiris Pada Perbankan Syariah di Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dewi Megasari NIM: 207082000556
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin SE, Ak, M.Si Yusro Rahma SE, M.Si NIP. 197306152005011009 NIP. 198005062008012016
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
ii
Hari ini Rabu Tanggal 2 Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Dewi Megasari NIM: 207082000556 dengan judul
Skripsi “PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT DAN DEWAN
PENGAWAS SYARIAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE UNTUK MENINGKATKAN KINERJA BANK SYARIAH
(Studi Empiris Pada Perbankan Syariah di Jakarta)”. Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Juni 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Reskino, SE, Ak Rahmawati, SE, MM Penguji II Penguji III
Dr. Yahya Hamja, MM Penguji Ahli
iii
Hari ini Kamis Tanggal 17 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan Ujian Skripsi atas nama Dewi Megasari NIM 207082000556 dengan
judul skripsi: “Pengaruh Peran Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah
dalam Mewujudkan Good Corporate Governance untuk Meningkatkan
Kinerja Bank Syariah” (Studi Empiris pada Perbankan Syariah di Jakarta).
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Jakarta, 17 September 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si Yusro Rahma, SE, M.Si Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Reskino, SE, Ak, M.Si
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
iv
Daftar Riwayat Hidup
I. INDETITAS PRIBADI 1. Nama : Dewi Megasari 2. Tempat & Tgl. Lahir : Lampung, 5 Februari 1985 3. Agama : Islam 4. Alamat : Komp.Ciputat Baru Jl.Mercury E/A 72 5. Telepon : 085714073792 / 021-44677416 6. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD : (1991–1997) Cacaban 2 Magelang 2. SMP : (1997–2000) SLTP N 6 Magelang 3. SMA : (2000–2003) SMU Muhammadiyah 4 Jogja 4. D3 : (2003–2006) AA YKPN Jogjakarta 5. S1 : (2007-2010) UIN Syarif Hidayatullah
III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Masrum 2. Tempat & Tgl. Lahir : Lampung, 13 Mei 1960 3. Alamat : Komp. Ciputat Baru Jl.Mercury E/A 72
Ciputat 4. Ibu : Indah Nuryati 5. Tempat & Tgl. Lahir : 24 Mei 1962 6. Alamat : Komp. Ciputat Baru Jl.Mercury E/A 72
Ciputat 7. Anak Ke dari : 1 dari 3 saudara
v
Influence the Role of Audit Committees and Boards of Supervisors of Sharia in Achieving Good Corporate Governance to Enhance the Performance of Islamic Bank
By:
Dewi Megasari
ABSTRACT
The purposes of this study are to determine the role of audit committees and Sharia Supervisory Board in achieving good corporate governance in Islamic Banking. In this study, primary data in the form of dissemination of the questionnaire conducted in Jakarta with the respondent's office employees who worked at the Islamic bank. Determination of the samples was done using convenience sampling method. Questionnaire distributed numbered eighty-but again only sixty-three and sixty can be processed. Analyzing the data for hypothesis testing conducted by path analysis.
Results showed that the variables of the audit committee and board of trustees Islamic influence on good corporate governance and audit committee variables and good corporate governance influence performance of Islamic bank, while the sharia supervisory board did not influence the performance of Islamic bank.
Keyword : Audit Committees, Sharia Supervisor Board, Good Corporate Governance and Performance of Islamic Bank.
vi
Pengaruh Peran Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah dalam Mewujudkan Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah
Oleh:
Dewi Megasari
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan komite audit dan Dewan Pengawas Syariah dalam mewujudkan good corporate governance di Perbankan Syariah. Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran kuesioner yang dilakukan di Jakarta dengan responden karyawan yang bekerja pada kantor bank syariah. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan berjumlah delapan puluh tetapi kembali hanya enam puluh tiga dan yang bisa diolah enam puluh. Penganalisisan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis jalur (Path Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel komite audit dan dewan pengawas syariah berpengaruh terhadap good corporate governance, dan variabel komite audit dan good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja bank syariah, sedangkan dewan pengawas syariah tidak berpengaruh terhadap kinerja bank syariah.
Kata kunci: Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah, Good Corporate Governance dan Kinerja Bank Syariah.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ’Alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah
SWT. Teriring shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Peran Komite Audit dan Dewan
Pengawas Syariah dalam Mewujudkan Good Corporate Governance untuk
Meningkatkan Kinerja Bank Syariah”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai
masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah
semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan,
bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya dari pihak lain, yakni
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Yang tersayang kedua orang tua, ayah dan ibu, mbah putri dan mbah
kakung yang memberikan masukan, motivasi, sandaran dari setiap
permasalahan yang timbul, doa, ridhonya serta kasih sayangnya sehingga
penulis mendapatkan semangat lebih untuk menyelesaikan skripsi ini,
terima kasih atas segala bimbingan, asuhan, kasih sayangnya serta
pengorbanannya dalam hidup penulis selama ini, semoga ilmu yang
didapat penulis selama ini dapat memberikan kontribusi yang besar
nantinya untuk menjaga, membanggakan, mencukupi dan membuat
bangga bapak dan ibu kelak, amin.
2. Terima kasih kepada Keluarga besar Bp. Drs. Hendrisman Rahim, MA,
FSAI atas semua dorongan yang bersifat materil dan spiritual sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. Maafkan atas segala
kekhilafan penulis selama ini banyak merepotkan semoga kebaikannya
selama ini diberikan balasan yang berlipat, semoga keluarganya diberikan
anugerah oleh Allah SWT.
viii
3. Terima kasih kepada Keluarga besar Bp. Ir. Mustofa Dwi P. atas segala
bantuan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
4. Bapak Dr. Amilin., SE., Ak., M.Si sebagai dosen pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya ditengah kesibukannya untuk
membimbing, memberikan banyak masukan mengenai pengembangan
judul skripsi ini serta memberikan arahan dalam penggunaan metode yang
tepat terhadap penelitianyang dilakukan dan memotivasi penulis, semoga
bapak sekeluarga diberikan kesehatan, kasih sayang serta perlindungan
dari Allah SWT, amin. Terima kasih banyak pak.
5. Terima kasih kepada Ibu Yusro Rahma, SE, M.Si sebagai Pembimbing II,
yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan dari setiap
permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan
skripsi, semoga allah SWT membalas segala kebaikan.
6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si dan Ibu Yessy Fitri, SE., Ak., M.Si
sebagai Ketua dan Wakil Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
8. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid dan Ibu Reskino, SE, Ak sebagai dosen
penguji ahli I dan dosen penguji ahli II.
9. Terima kasih kepada seluruh dosen dan karyawan akademik yang telah
memberikan ilmu, bantuan, perhatian dan pelayanan yang telah diberikan.
10. Terima kasih kepada adikku Rita atas segala doa dan bantuannya selama
penulis menyelesaikan skripsi ini.
11. Terima kasih kepada Andi Sutarno yang mencintaiku dan selalu
memberikan semangat yang tak henti-henti, yang setia menemani dari
kebon jeruk-menteng-parung. Terima kasih atas semua pengorbanannya.
12. Terima ksih kepada Wahyu Nugroho W.,SE atas bimbingannya dalam
menentukan judul yang tepat, dan bantuannya dalam menyelesaikan
kesulitan yang penulis hadapi.
ix
13. Terima Kasih kepada Kakak Momon, SE atas segala bantuan yang
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
14. Teman –teman seperjuangan Tomi, Ami, Vera, Mute, Feris, Ifa, semua
teman – teman jurusan akuntansi non reguler yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai. Lebih dari ucapan terima
kasih kepada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Allah SWT, semoga
senantiasa mamberikan sinar terang kepada seluruh hamba-Nya dan semoga
aktivitas penulis selalu diberkahi serta penulis selalu diberikan hidayah-Nya.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukan.
Jakarta, September 2010
Penulis
DAFTAR ISI
x
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ........................................... i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ........................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ........................................................ iii
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................ iv
Abstract .................................................................................................... v
Abstrak ..................................................................................................... vi
Kata Pengantar ........................................................................................ vii
Daftar isi ................................................................................................... x
Daftar Tabel ............................................................................................. xii
Daftar Gambar ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur ................................................................... 9
1. Auditing .............................................................................. 9
2. Komite Audit ...................................................................... 12
3. Dewan Pengawas Syariah ................................................... 19
4. Good Corporate Governance ............................................. 23
5. Kinerja Perbankan Syariah ................................................. 28
B. Keterkaitan Antar Variabel ..................................................... 32
1. Peran komite audit dan dewan pengawas syariah berkontribusi
secara parsial maupun simultan terhadap Good Corporate
Governance ...................................................................... 32
2. Peran komite audit, dewan pengawas syariah dan Good Corporate
Governance berkontribusi secara parsial dan simultan
terhadap kinerja perbankan syariah ................................... 33
xi
C. Hasil Penelitian Sebelumnya .................................................. 34
D. Model Penelitian ..................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................ 37
B. Metode Penentuan Sampel....................................................... 37
C. Metode Pengumpulam Data..................................................... 38
D. Metode Analisis ...................................................................... 38
E. Operasional Variabel ............................................................... 47
1. Variabel Eksogen ................................................................ 47
2. Variabel Endogen ................................................................ 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………. 54
2. Karateristik Responden …………………………………… 55
B. Hasil Uji Penelitian
1. Hasil Uji Validitas ………………………………………… 56
2. Hasil Uji Rliabilitas ……………………………………….. 59
3. Hasil Uji Hipotesis ……………………………………….. 60
BAB V Kesimpulan dan Implikasi
A. Kesimpulan …………………………………………………… 86
B. Saran ………………………………………............................. 88
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 89
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 92
DAFTAR TABEL
xii
No. Tabel Keterangan Hal
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................... 35
3.1 Operasional Variabel Penelitian ........................................... 51
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ........................................ 54
4.2 Data Sampel Penelitian ......................................................... 55
4.3 Deskriptif Responden ........................................................... 55
4.4 Hasil Uji Validitas Komite Audit ......................................... 56
4.5 Hasil Uji Validitas Dewan Pengawas Syariah ...................... 57
4.6 Hasil Uji Validitas Good Corporate Governance ................ 58
4.7 Hasil Uji Validitas Kinerja Perbankan Syariah .................... 58
4.8 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................ 59
4.9 Coefficients – Sub Struktur 1 ............................................... 60
4.10 Correlations – Sub Struktur 1 ............................................. 62
4.11 Anova – Sub Struktur 1 ....................................................... 64
4.12 Summary – Sub Struktur 1 .................................................. 65
4.13 Koefisien Jalur, Kontribusi Langsung, Tidak Langsung,
Kontribusi Total, Kontribusi Komite Audit (X1), dan
Internal Audit (X2) Secara Simultan dan Signifikan
Terhadap Good Corporate Governance (Y) ....................... 68
4.14 Coefficients – Sub Struktur 2 .............................................. 69
xiii
4.15 Correlations – Sub Struktur 2 .............................................72
4.16 Anova – Sub Struktur 2 ....................................................... 76
4.17 Summary – Sub Struktur 2 .................................................. 77
4.18 Koefisien Jalur, Kontribusi Langsung, Tidak Langsung,
Kontribusi Total, Kontribusi Komite Audit (X1),
Internal Audit (X2), dan Good Corporate Governance (Y),
Secara Simultan dan Signifikan Terhadap
Kinerja Perbankan Syariah (Z) ........................................... 80
DAFTAR GAMBAR
xiv
No. Gambar Keterangan Hal
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ................................................. 36
3.1 Hubungan Struktur I Variabel X1 dan X2 terhadap Y .......... 42
3.2 Hubungan Struktur II Variabel X1, X2, dan Y terhadap Z ... 43
4.1 Hubungan Kausal Empiris Sub Struktur 1
Variabel X1, X2, terhadap Y .................................................. 67
4.2 Hubungan Kausal Empiris Sub Struktur 2
Variabel X1, X2 dan Y terhadap Z .........................................79
PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT DAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH
DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE UNTUK
MENINGKATKAN KINERJA BANK SYARIAH
(Studi Empiris Pada Perbankan Syariah di Jakarta)
Oleh:
Dewi Megasari 207082000556
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.
Sisi ekonomi adalah sisi yang tidak terpisahkan dari dimensi
kehidupan umat manusia. Sistem yang berkembang di dunia adalah sistem
kapitalisme dan sosialisme yang tampaknya untuk pemerataan dapat
diterima oleh dunia Islam, karena pada lahirnya tidak berbenturan dengan
agama. Tetapi pada kenyataanya kedua sistem di atas tadi mengacu pada
sekularisme murni. Sementara keinginan Islam, disamping mencapai
tujuan-tujuan material harus juga dipertimbangkan faktor nilai, karakter
luhur manusia, keutuhan sosial dan pembalasan Allah di akhirat nanti.
Singkatnya kegiatan-kegiatan ekonomi tidak saja semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan material, tapi terlebih-lebih kegiatan
tersebut haruslah bernilai ibadah di mata Allah SWT.
Sejarah perbankan syariah di Indonesia pada awalnya adalah dengan
munculnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang pertama kali berlatar
belakang syariah di Indonesia. Melihat monopoli yang dilakukan BMI
sejak tahun 1991-1999, menyebabkan BMI kesulitan untuk mendorong
atau memajukan kinerja banknya. Baru pada pertengahan tahun 1999
muncullah pesaing usaha di bidang perbankan syariah dari bank lain
seperti Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (BMS). Dengan
adanya pesaing-pesaing tersebut, masyarakat atau nasabah dapat lebih
1
leluasa memilih bank yang sesuai dengan kinerja bank yang bagus.
Mengingat pangsa bank syariah semakin meningkat dari tahun ke tahun
dan umumnya masyarakat Indonesia mayoritas beragama islam. Hal ini
membuktikan bahwa perbankan syariah mempunyai prospek dan potensi
yang sangat besar untuk mengembangkan perbankan syariah.
Kenyataan bahwa perbankan syariah di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Secara Institusional
perjalanan bank syariah pada tahun 2005 dari 3 Bank Umum Syariah
(BUS) dan 19 Unit Usaha Syariah (UUS) sekarang menjadi 6 Bank Umum
Syariah (BUS) dan 25 UUS Unit Usaha Syariah (UUS) pada januari 2010.
Dari segi jaringan kantor, pada tahun 2005 terdapat 550 kantor dan
sekarang menjadi 1346 kantor pada akhir tahun 2005. Hal ini
menyebabkan dalam waktu yang relatif singkat, kinerja bank syariah dapat
meningkat dengan cepat dan baik (Statistik Perbankan Syariah Bank
Indonesia Januari 2010).
Hasil penelitian dan permodelan potensi serta preferensi
masyarakat terhadap bank syariah yang dilakukan BI tahun 2006
menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap perbankan syariah.
Namun, sebagian besar responden mengeluhkan kualitas pelayanan,
termasuk keterjangkauan jaringan yang rendah. Kelemahan inilah yang
coba diatasi dengan office channeling yang didasari Peraturan BI Nomor
8/3/PBI/2006. Aturan ini memungkinkan cabang bank umum yang
2
mempunyai unit usaha syariah melayani produk dan layanan syariah,
khususnya pembukaan rekening, setor, dan tarik tunai (Wibowo,2009:1).
Dari perkembangan itu maka pihak perbankan syariah harus ada
yang mengawasi dan memperhatikan semua unit usaha perbankan syariah.
Oleh karena itu disetiap bank syariah mempunyai komite audit dan dewan
pengawas syariah untuk menilai kepatuhan karyawan bank syariah
terhadap kebijaksanaan, prosedur, dan peraturan-peraturan yang dibuat
bank syariah tersebut. Dengan adanya komite audit dan dewan pengawas
syariah di tiap-tiap bank syariah maka proses atau kegiatan perbankan
yang mereka lakukan akan terawasi dan terkontrol dengan baik sesuai
dengan kebijakan-kebijakan yang ada.
Menurut Marini (2001:207), walaupun di Indonesia komite audit
belum lama diperkenalkan, sebenarnya komite ini sudah sejak lama
dibentuk di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Hal
ini terlihat misalnya pada tahun 1967 American Institute of Certified
Public Accountant (AICPA) menerbitkan sebuah pernyatan yang
merekomendasikan agar setiap perusahaan yang Go Public membentuk
suatu komite yang terdiri dari orang-orang yang bukan merupakan pejabat
perusahaan, yang diberi kewenangan menunjuk auditor independen dan
mengikuti secara terus menerus pelaksanaan kegiatan dari auditor tersebut.
Selanjutnya pada tahun 1973, pasar modal Amerika Serikat tepatnya di
New York Stock Exchange. Per 30 juni 1978, setiap perusahaan domestik
3
yang tercatat di bursa New York Stock Exchange disyaratkan untuk
memiliki komite audit.
Salah satu yang paling menarik adalah kenyataan bahwa hampir
semua perusahaan di Amerika Serikat kini telah mempunyai komite audit,
padahal tidak terdapat satu pun hukum yang mengikat bahwa keberadaan
komite audit tersebut adalah suatu keharusan. Oleh karena itu, pengakuan
perlunya komite audit dapat dipandang sabagai persyaratan pasar
(required by the market), bukan karena adanya kewajiban secara hukum
(required by law).
Fungsi utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah (DPS)
adalah mengawasi jalannya operasional bank syariah sehari-hari agar
selalu sesuai dengan petunjuk dan ketentuan-ketentuan syari’at Islam. Hal
ini, karena akad/transaksi yang berlaku di dalam sistem perbankan syariah
sangat berbeda dengan akad/transaksi yang berlaku di dalam perbankan
konvensional. Dalam kaitan ini, dalam sistem perbankan syariah
diperlukan garis-garis panduan (guidelines) yang berbeda pula dengan
sistem perbankan konvensional. Garis panduan ini disusun dan ditetapkan
oleh Dewan Syariah Nasional. Selain itu, Dewan Pengawas Syariah (DPS)
harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya setiap tahun) bahwa
bank syariah yang diawasi telah berjalan sesuai atau tidak sesuai dengan
syari’at Islam. Pernyataan DPS ini disampaikan dalam buku laporan
tahunan (annual raport) bank yang bersangkutan. Tugas lain Dewan
Pengawas Syariah (DPS) adalah meneliti dan membuat rekomendasi atas
4
produk baru bank syariah yang diawasinya. Dengan demikian, DPS
bertindak sebagai penyaring pertama atas produk yang telah diteliti dan
difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (Antonio,2001:25).
Perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnis dan era globalisasi
menuntut dikembangkannya suatu sitem dan paradigma baru dalam
pengelolaan bisnis dan industri. Good Corporate Governance (GCG) atau
yang lebih umum dikenal dengan tata kelola perusahaan yang baik muncul
sebagai satu pilihan yang bukan saja menjadi formalitas, namun suatu
sistem nilai dan best practices yang sangat fundamental bagi peningkatan
nilai perusahaan.
Menurut Wibowo (2009:7) sebagaimana yang terjadi pada bisnis-
bisnis pada lembaga keuangan lainnya, semakin besar volume transaksi
bisnis maka akan semakin besar pula kemungkinan penyalahgunaan
kepercayaan terutama dari sisi penanggung. Oleh karena itu, Perbankan
Syariah sebagai salah satu lembaga keuangan yang berdasar syari'at Islam
menjadi uswah hasanah dalam penerapan Good Corporate Governance
(GCG). Bank-bank syariah harus berada di garda terdepan dalam
implementasi GCG tersebut. Penerapan Good Corporate Govarnance di
bank syariah, tidak saja meningkatkan kepercayaan publik kepada bank
syariah, tetapi juga merupakan bagian dari upaya meningkatkan
kepercayaan masyarakat kepada perbankan nasional.
5
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Wiyono (2010). Adapun yang membedakannya adalah
variabel penelitian yang digunakan yaitu: peran komite audit dan dewan
pengawas syariah di dalam bank syariah, sedangkan pada penelitian
sebelumnya tidak adanya peran dewan pengawas syariah dalam mengukur
kinerja bank syariah. Dengan meneliti dari peranan komite audit dan
dewan pengawas syariah dapat terlihat perkembangan bank syariah dengan
melihat sejauh mana pengawasan dan kedisiplinan komite audit dan dewan
pengawas syariah dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan
kinerja bank syariah tersebut.
Atas dasar tersebut, peneliti membuat judul yaitu “Pengaruh Peran
Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah dalam Mewujudkan
Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank
Syariah (Studi Empiris pada Perbankan Syariah di Jakarta) ”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, permasalahan yang terjadi adalah:
1. Apakah peran komite audit dan dewan pengawas syariah berpengaruh
secara parsial maupun simultan terhadap Good Corporate Governance?
2. Apakah peran komite audit, dewan pengawas syariah dan Good Corporate
Governance berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kinerja
perbankan syariah?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis peran komite audit dan dewan pengawas syariah
berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap Good Corporate
Governance.
2. Untuk menganalisis peran komite audit, dewan pengawas dan Good
Corporate Governance berpengaruh secara parsial maupun simultan
terhadap kinerja perbankan syariah.
D. Manfaat Penulisan
Terdapat beberapa manfaat yang dapat digunakan melalui penelitian ini,
yaitu:
1. Bagi Komite Audit
Penelitian ini dapat dijadikan masukan agar dalam melakukan pengawasan
dan penilaian dapat memberikan masukan yang sangat baik guna
menerapkan Good Corporate Governance.
2. Bagi Dewan Pengawas Syariah
Memberikan masukan dalam melakukan pengawasan terhadap perbankan
syariah di Indonesia menuju Good Corporate Governance.
3. Bagi Perbankan Syariah
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan kinerja bank
syariah untuk mencapai Good Corporate Governance.
7
4. Bagi Peneliti
Untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat berarti
tentang peranan komite audit dan dewan pengawas syariah pada bank
syariah yang merupakan salah satu instrumen good corporate governance
pada bank syariah.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Pengertian Audit
Akuntansi dan audit memegang peranan penting dalam
memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkannya. Elder, Beasly, Arens dan Yusuf (2009;11)
mendefinisikan audit sebagai berikut:
“Auditing is the accummulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent and independent person”.
Agoes (2004;3), menyatakan sebagai berikut:
“ Suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematik oleh pihak-pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pernyataan pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut “.
Hall dan Singleton (2007;3) mendefinisikan Audit sebagai berikut:
“Audit adalah proses sistematis mengenai mendapatkan dan mengevaluasi secara objektif bukti yang berkaitan dengan penilaian mengenai berbagai kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penilaian-penilaian tersebut dan membentuk criteria serta menyampaikan hasilnya ke para pengguna yang berkepentingan”.
Dari definisi tersebut bahwa auditing sangat diperlukan bagi
perusahaan dan dalam auditing sendiri sangat diperlukan orang-orang
9
yang berkompenten dan independen dalam hal auditing. Disamping
itu, auditing harus dilakukan dengan kritis dan sistematis. Karena
semua itu akan dapat menghasilkan informasi yang sangat berguna
bagi semua perusahaan yang memerlukannya.
Untuk melakukan auditing diperlukan standar yang dapat menjadi
acuan dalam audit. Standar tersebut sangat berguna bagi auditor dalam
melakukan audit dan standar merupakan pedoman dalam menjalankan
tanggung jawabnya. Standar tersebut meliputi keahlian dan
independensi seorang auditor. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI.2001:150.1) menyebutkan bahwa standar auditing terdiri dari
sepuluh standar yang dikelompokan menjadi tiga kelompok besar,
yaitu: standar umun, standar pekerjaan lapangan, dan standar
pelaporan. Dijelaskan standar auditing sebagai berikut:
a. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
10
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
c. Standar Pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
11
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Dari standar-standar yang telah disebutkan merupakan acuan bagi auditor
untuk mengaudit dan menetapkan apakah laporan manajemen tersebut
telah sesuai dengan standar yang ada. Oleh karena itu, auditor sangat
memegang teguh standar tersebut.
2. Komite Audit
Berikut ini disajikan definisi mengenai komite audit dari beberapa
sumber refrensi. Menurut Rittenberg dan Scwieger (2001:378)
menyebutkan bahwa pengertian komite audit adalah:
“An audit committee is a subcommittee of the board of directors that is composed of independent, outside directors. The audit committee has oversight responsibility (on behalf of the full board of directors and its stakeholders) for the outside reporting of the company including annual financial statements; risk monitoring and control processes; and both internal and external audit functions.”
Sedangkan menurut Widjaja (2003:4), komite audit adalah suatu komite
yang dibentuk oleh dewan komisaris, yang harus bebas dari pengaruh
manajemen perusahaan dan bersifat independen serta bertanggung jawab
kepada dewan komisaris dalam meningkatkan pengawasan dewan
komisaris terhadap kinerja perusahaan.
Jadi komite audit haruslah terbebas dari segala pengaruh manajemen
perusahaan. Komite audit dengan bekerja secara independen akan
12
menghasilkan kualitas pengawasan yang baik dan akan meningkatkan
kinerja perusahaan dalam menghadapi persaingan usaha.
Komite audit harus bebas dari pengaruh manajemen sehingga dapat
mewujudkan tanggung jawabnya untuk mengevaluasi efektivitas
pengendalian manajemen dan peran auditor eksternal termasuk auditor
internal perusahaan. Selain itu, komite audit juga dapat membantu dewan
komisaris secara keseluruhan dalam masalah-masalah yang berkaitan
dengan laporan keuangan dan kontrol atas operasi keuangan. Mereka juga
dapat memperkuat posisi manajemen dengan memberikan keyakinan
bahwa seluruh langkah-langkah yang mungkin dilakukan telah diambil
untuk memberikan penelaahan independen atas kebijakan-kebijakan
keuangan dan operasi manajemen.
Di dalam komposisi komite audit, seorang komite audit haruslah
merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus merangkap
sebagai ketua komite audit. Anggota lainnya merupakan pihak eksternal
yang independen sekurang-kurangnya satu diantaranya mempunyai
kemampuan di bidang akuntansi atau keuangan.
Dengan adanya komite audit, hasil dari laporan internal auditor
diolah dan dilaporkan oleh komite audit kepada Komisaris Bank atau
Dewan Pengawas di perbankan. Di dalam Peraturan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) nomor: PER-05/MBU/2006 tentang
komite audit bagi Badan Usaha Milik Negara yang disebutkan dalam pasal
3 menyebutkan tugas komite audit adalah sebagai berikut:
13
a. Membantu komisaris/dewan pengawas untuk memastikan efektivitas
sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal
auditor dan internal auditor.
b. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh
satuan pengawas intern maupun auditor eksternal.
c. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem
pengendalian manajemen serta pelaksanaannya.
d. Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap
segala informasi yang dikeluarkan BUMN.
e. Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian
komisaris/dewan pengawasan serta tugas-tugas komisaris/dewan
pengawasan lainnya.
Surat Keputusan Ketua Bappepam Nomor: KEP-41/PM/2003
tanggal 2 Desember 2003 (lampiran), pedoman pembentukan komite audit
dan persyaratan keanggotaan komite audit sebagai berikut:
Pedoman Pembentukan Komite Audit
a. Struktur komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan
komisaris dan dilaporkan kepada rapat umum pemegang saham.
b. Anggota komite audit yang merupakan komisaris indepanden
bertindak sebagai ketua komite audit. Dalam hal komisaris
independen yang menjadi anggota komite audit lebih dari satu orang
maka salah satunya bertindak sebagai komite audit.
14
Persyaratan keanggotaan Komite Audit:
a. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang
pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
b. Salah seorang dari anggota komite audit memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi dan keuangan.
c. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami
laporan keuangan.
d. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundangan
di bidang pasar modal dan peratuaran perundang-undangan yang
terkait dengannya.
e. Bukan merupakan orang dalam kantor akuntan publik yang
memberikan jasa audit dan atau non audit pada emiten atau
perusahaan publik yang bersangkutan dalam satu tahun terakhir
sebelum diangkat oleh komisaris sebagai mana dimaksud dalam
peraturan Nomor VIII.A.2 tentang independensi akuntan yang
memberikan jasa audit di pasar modal.
f. Bukan merupakan karyawan kunci emiten atau publik yang
bersangkutan dalam satu tahun terakhir sebelum diangkat komisaris.
g. Tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak langsung pada
emiten atau perusahaan publik. Dalam hal anggota komite audit
memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka
15
waktu enam bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib
mengalihkan kepada pihak lain.
h. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan
publik, komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten atau
perusahaan publik.
i. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung
yang berkaitan dengan saham emiten atau perusahaan publik.
j. Tidak merangkap sebagai anggota komite audit pada emiten atau
perusahaan publik lain pada periode yang sama.
Dalam Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI) seri
tata kelola perusahaan jilid II (2001:12-13) mengenai peranan dewan
komisaris dan komite audit dalam corporate governance, pada umumnya
komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu: laporan
keuangan, tata kelola perusahaan, pengawasan perusahaan. Penjelasan dari
ketiga bidang tersebut adalah sebagai berikut:
a. Laporan Keuangan (financial report)
Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah
untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh
manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang hal-
hal sebagai berikut:
1) Kondisi keuangan.
2) Hasil usaha.
3) Rencana dan komitmen jangka panjang.
16
Ruang lingkup pelaksanaan ini adalah:
1) Merekomendasikan auditor eksternal;
2) Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan auditor eksternal, yaitu;
(a) Surat penunjukan auditor.
(b) Perkiraan biaya audit.
(c) Jadwal kunjungan auditor.
(d) Koordinasi dengan internal audit.
(e) Pengawasan terhadap hasil audit.
(f) Menilai pelaksanaan pekerjaan auditor.
3) Menilai kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan yang
menyangkut kebijaksanaan;
4) Meneliti laporan keuangan (financial statement), yang meliputi:
(a) Laporan tengah tahunan (interim financial statement).
(b) Laporan tahunan (annual financial statement).
(c) Opini auditor dan (management letters).
Khusus tentang penilaian kebijakan akuntansi dan keputusan suatu
kebijaksanaan, dapat dilakukan secara efektif dengan memperoleh
suatu rangkuman yang singkat tentang semua kebijakan akantansi
yang mendasari laporan keuangan yang diperoleh dari pejabat dalam
bidang akuntansi.
b. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governace)
Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan
atau corporate governance adalah untuk memastikan bahwa
17
perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-undang dan
peraturan yang berlaku, ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini
adalah:
1) Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan
kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan
kepentingan dan penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan
perusahaan dan kecurangan.
2) Memonitor proses pengadilan yang sedang terjadi maupun yang
ditunda serta yang menyangkut masalah tata kelola perusahaan
dalam hal mana perusahaan menjadi salah satu pihak yang terkait
di dalamnya.
3) Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan
benturan kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan, dan
kecurangan.
4) Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan
tata kelola perusahaan dan temuan-temuan lainnya.
c. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)
Tanggung jawab komite audit untuk pengawasan perusahaan termasuk
di dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang
berpotensi mengandung resiko dan sistem pengandalian intern serta
memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.
Ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan
penilaian tentang kecukupan dan efektivitas sistem pengawasan intern.
18
Jadi, peranan komite audit di dalam bank maupun perusahaan dapat
mengatur dan mengawasi kebijakan komisaris bank atupun perusahaan
agar dapat berjalan sesuai dengan aturan dan keputusan-keputusan dari
komisaris atau dewan pengawas.
3. Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah (DPS) merupakan istilah umum yang
digunakan di Indonesia untuk menyebut institusi pengawasan internal
syariah di bank syariah. Beberapa negara menyebut DPS sebagai shari'a
supersory board (SSB), atau shari'a committee, atau shari'a council.
Menurut Arifin (2005:106) pengertian DPS adalah badan independen yang
ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) yang berada pada suatu
bank syariah.
Pengertian DPS menurut Accounting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) dalam Governance Standard
for Islamic Financial Institutions (GSIFI) nomor 1 paragraf 2 dinyatakan
bahwa:
“A shari’a supervisory board is an independent body of specialised jurists in fiqih mua’amalat (Islamic commercial jurisprudence). However, the Shari’a supervisory board may include a member other than those specialised in fiqih mua’amalat, but who should be an expert in the field of Islamic Financial institutions and with knowledge of fiqih mua’amalat…”. Pada tahun 2000, DSN menerbitkan surat keputusan Dewan
Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia nomor: 03 tahun 2000 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah Pada
Lembaga Keuangan Syari'ah. DPS sebagai lembaga independen yang
19
berfungsi melakukan pengawasan syariah terhadap keberadaan lembaga
keuangan syariah baik bank maupun non bank.
Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha lembaga
keuangan syari'ah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syari'ah yang
telah difatwakan oleh DSN. Adapun fungsi utama DPS adalah sebagai
penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usaha syari'ah
dan pimpinan kantor cabang syari'ah mengenai hal-hal yang terkait dengan
aspek syari'ah.
Sebagai pengawas syariah, fungsi DPS sesungguhnya sangat
strategis dan mulia, karena menyangkut kepentingan seluruh umat Islam
pengguna lembaga tersebut. Secara emosional umat Islam akan selalu
berpedoman pada keberadaan pengawas syariah karena dari sinilah
kepercayaan pada bank syariah tersebut ditumbuhkan. Dengan kata lain
lembaga inilah yang paling bertanggung jawab atas kebenaran praktik
bank syari’ah dengan prinsip-prinsip syariah (Usamah,2009).
Sebagaimana diatur dalam PBI No. 6/24/PBI/2004 dalam Abuzaky
(2008), mekanisme kerja DPS dijelaskan sebagai berikut:
1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah
yang berada di bawah pengawasannya.
2. Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan
syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan kepada Dewan
Syariah Nasional.
20
3. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan
syariah yang diawasinya kepada Dewan Syariah Nasional sekurang-
kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.
4. Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan
pembahasan Dewan Syariah Nasional.
Sedangkan Mengenai tugas dan fungsi DPS diatur dalam Pedoman Rumah
Tangga DSN sebagai berikut:
1. DPS pada setiap lembaga keuangan mempunyai tugas pokok:
a) memberikan nasihat dan saran kepada direksi, pimpinan unit usaha
syariah dan pimpinan kantor cabang lembaga keuangan syariah
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah.
b) melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun secara pasif,
terutama dalam pelaksanaan fatwa DSN serta memberikan
pengarahan/ pengawasan atas produk/jasa dan kegiatan usaha agar
sesuai dengan prinsip syariah.
c) sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah dengan DSN dalam
mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa
dari lembaga keuangan syariah yang memerlukan kajian dan fatwa dari
DSN.
3. DPS berfungsi sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada
lembaga keuangan syariah wajib:
a) mengikuti fatwa DSN.
b) merumuskan permaslahan yang memerlukan pengesahan DSN.
21
c) melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan lembaga keuangan
syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya satu kali
dalam setahun.
Menurut Karim, R.A.A dalam Usamah (2009), ada tiga alternatif
model pengorganisasian DPS yaitu :
1. Model pertama, adalah model penasehat yaitu menjadikan pakar-pakar
syariah sebagai penesehat semata dan kedudukannya dalam organisasi
sebagai tenaga part time yang datang ke kantor jika diperlukan. Pada
model ini, DPS cenderung bersifat pasif.
2. Model kedua adalah model pengawasan yaitu adanya pengawasan
syari’ah yang dilakukan oleh beberapa pakar syari’ah terhadap bank
syariah yang secara rutin mendisdkusikan masalah-masalah syari’ah
dengan para pengambil keputusan operasional maupun finansial
organisasi. Model organisasi DPS yang kedua ini memiliki kewenangan
aktif untuk melakukan pengawasan terhadap lembaga tempat ia
bertugas.
3. Model ketiga, yaitu model departemen syariah, yaitu model pengawasan
syariah yang dilakukan oleh sebuah departemen syari’ah. Dengan model
ini ahli syariah bertugas full time, didukung oleh staf teknis yang
membantu tugas-tugas pengawasan syariah yang telah digariskan oleh
ahli syariah departemen tersebut.
Fungsi dan peran DPS pada bank syariah, selain melakukan
pengawasan secara rutin atas perencanaan dan operasional lembaga
22
keuangan syariah, juga berfungsi sebagai: Pemberi nasihat dan saran
kepada manajemen mengenai hal-hal yang terkait dengan syariah;
Mediator hubungan antara bank syari’ah dengan DSN terutama dalam
setiap upaya pengembangan produk dan jasa yang perlu mendapatkan
fatwa dari DSN.
4. Good Corporate Governance
Berikut ini beberapa definisi mengenai Good Corporate Governance
dari berbagai refrensi. Menurut Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI) (2001:1) dalam publikasi yang pertamanya
mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu: Seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan. Disamping itu FCGI juga
menjelaskan, bahwa tujuan dari Corporate Governance adalah untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
Corporate Governance merupakan proses yang diterapkan dalam
menjalankan suatu perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang, dengan memperhatikan
kepentingan stakeholders lainnya. Jadi yang dimaksud dengan stakeholder
lainnya adalah pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, yaitu
23
bagian internal dan eksternal perusahaan seperti kreditor, karyawan,
pemasok, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.
Menurut Daniri (2005:4), GCG didefinisikan sebagai sistem yang
mengatur pengelolaan dan pengawasan bisnis korporasi, mengatur hak dan
kewajiban pihak terkait (Board of Commissioners, Board of Directors,
shareholders, dan stakeholders lainnya), memuat aturan main dan
prosedur yang harus ditempuh dalam membuat keputusan yang terkait
dengan keputusan korporasi, merumuskan mekanisme untuk penetapan
yang objektif dan cara-cara yang ditempuh untuk mencapai objektif serta
pemantauan kerja. Jadi, GCG adalah sebuah tatanan yang mengatur
hubungan antara semua pihak dalam struktur perusahaan yang menentukan
arah dan performance suatu perusahaan itu sendiri.
Sedangkan menurut Wardani dalam Febrian (2009:14) prinsip-
prinsip dasar dari Good Corporate Governance yang pada dasarnya
memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu
perusahaan. Penerapan Good Corporate Governance pada bank syariah
mengacu pada Islamic Financial Services Board (IFSB), IFSB
mengeluarkan Shari’ah Governance System untuk mengatur penerapan
tata kelola institusi syariah terutama bank syariah.
24
Tabel 2.1 Penggabungan Fungsi GCG Konvensional dengan Syariah
Fungsi Lembaga
Keuangan Konvensional
Lembaga Keuangan Syariah
Governance Dewan komisaris Dewan Pengawas Syariah
Pengendalian Internal auditor Eksternal auditor
Pengawas syariah internal Pengawas syariah eksternal
Kepatuhan Pejabat tingkat unit atau depertemen
Unit kepatuhan syariah
Sumber: IFSB Shari’ah Governance, 2009.
Di dalam pelaksanaan GCG pada bank syariah terdapat Dewan
Pengawas Syariah yang memiliki fungsi sebagai berikut (Bank Syariah
Mandiri,2008):
a. Mengawasi dan memantau kegiatan operasional bank untuk
menjamin kepatuhannya terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh
Dewan Syariah Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia (MUI).
b. Menilai dan memberi persetujuan mengenai aspek-aspek syariah
pada setiap pedoman produk dan operasional perusahaan.
c. Memberikan pendapat mengenai kepatuhan syariah atas kegiatan
operasional perusahaan dalam laporan publikasi.
d. Meninjau produk dan layanan baru, yang belum diatur oleh fatwa
yang dikeluarkan oleh DSN – MUI.
e. Menyerahkan laporan pengawasan syariah setiap 6 (enam) bulan
kepada Dewan Komisaris, Direksi, DSN – MUI dan Bank Indonesia.
25
Diuraikan oleh Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) dalam Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI), ada empat unsur penting dalam Corporate Covernance,
yaitu: fairness (keadilan), transparency (transparansi), accountability
(akuntabilitas), responsibility (pertanggungjawaban). Dari empat unsur itu
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Fairness (Keadilan)
Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk
hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing,
serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.
2. Transparancy (Transparansi)
Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta
jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan
keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.
3. Accountability (Akuntabilitas)
Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk
menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang
saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.
4. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku
sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai social (OECD Business
Sector Advisory Group on Corporate Governance, 1998).
26
Prinsip-prinsip Corporate Governance dari OECD yang dijelaskan dalam
FCGI (2001:2) menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Hak-hak para pemegang saham;
2. Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham;
3. Peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam
Corporate Governance;
4. Transparansi dan Penjelasan;
5. Peranan Dewan Komisaris.
Penerapan GCG secara benar sesuai dengan aturan atau best
practice dimana aspek keadilan, akuntabilitas, tanggungjawab dan
transparansi menjadi prioritas, akan mendorong peningkatan kinerja
perusahaan karena lebih banyaknya dukungan dari unsur didalam dan
diluar perusahaan sehingga mendorong peningkatan keuntungan serta nilai
(value) perusahaan. Prinsip prinsip Good Corporate Governance tersebut
juga sangat sesuai dengan Islam. Penerapan Good Corporate Govarnance
di bank syariah, tidak saja meningkatkan kepercayaan publik kepada bank
syariah, tetapi juga merupakan bagian dari upaya meningkatkan
kepercayaan masyarakat kepada perbankan nasional (Wibowo,2009:2).
Jadi dengan GCG baik komite audit dan dewan pengawas syariah
harus memerhatikan faktor-faktor seperti keadilan, transparansi,
akuntabilitas, dan pertanggungjawaban dalam melaksanakan GCG baik di
dunia perbankan maupun perusahaan. Dengan memerhatikan faktor-faktor
tersebut maka hasil GCG di dalam perusahaan maupun perbankan dapat
27
berjalan dengan baik dan lancar dan dapat dengan mudah berkoordinasi
dengan dewan direksi.
5. Kinerja Perbankan Syariah
Bank syariah merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional
yang mendasarkan operasionalnya pada syariat islam. Bank Syariah
menurut Arifin (2006:60), adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah.
Sedangkan menurut Muhammad (2004:2), bank syariah adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata
lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayarannya serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip syariat islam.
Menurut Metwally (1995:13), prinsip utama yang digunakan dalam
kegiatan perbankan syariah adalah:
1. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.
2. Melakukan kegiatan usaha perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah.
3. Memberikan zakat.
Oleh karena itu, dalam operasinya perbankan syariah tidak
menerapkan sistem bunga, seperti bank konvensional tetapi menerapkan
sistem bagi hasil untuk para nasabah. Dengan itulah yang membedakan hal
28
mendasar dari bank konvensional yang keuntungan nasabahnya diperoleh
dengan bunga.
Pelaksanaan fungsi perbankan sebenarnya telah ada dan menjadi
tradisi sejak zaman Rosulullah seperti pembiayaan, penitipan harta,
pinjam-meminjam uang, dan bahkan melaksanakan fungsi pengiriman
uang. Namun, pada saat itu tentu saja fungsi-fungsi perbankan tersebut
dilakukan dengan secara sederhana dan perorangan sesuai kebutuhan
masyarakat, sehingga belum terlembagakan secara sistematis.
Sebenarnya Islam juga telah memiliki aturan yang cukup
komprehensif mengenai hukum-hukum dalam suatu perekonomian, hal itu
bisa digali lebih lanjut dalam Al-Quran, Hadits, maupun buku-buku karya
para ulama. Bahkan, beberapa istilah perbankan modern ada yang berakar
kata dari ilmu fiqh. Misalnya, istilah kredit (Inggris: credit berarti
kepercayaan; Romawi: credo yang berarti kepercayaan, dan Arab: qard
berarti meminjamkan uang berdasarkan kepercayaan). Selain itu, istilah
cek (Inggris: check; Perancis: cheque, Arab: saq/suquq yang berarti pasar)
istilah cek terkenal sebagai alat pembayaran yang bisa digunakan di pasar-
pasar.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tetap mengalami
kendala karena bank syariah hadir di tengah-tengah perkembangan dan
praktik-praktik perbankan konvensional yang sudah mengakar dalam
kehidupan masyarakat secara luas. Kendala yang dihadapi oleh perbankan
29
(lembaga keuangan) syariah tidak terlepas dari belum tersedianya sumber
daya manusia secara memadai dan peraturan perundang-undangan.
Meskipun, telah banyak kajian yang mencoba untuk mempermudah
penjelasan tentang pelaksanaan operasional perbankan syariah. Hal ini
mengingat bahwa di masing-masing negara, terutama yang masyarakatnya
mayoritas muslim, tidak mempunyai infrastruktur pendukung dalam
operasional perbankan syariah secara merata. Konsekuensi perkembangan
di masing-masing negara tersebut tentunya akan berdampak baik langsung
maupun tidak langsung terhadap perkembangan perbankan syariah di
dunia. Apalagi pada saat ini produk-produk keuangan semakin cepat
perkembangannya.
Jadi, bank syariah dalam penerapan oprasionalnya menggunakan
cara-cara berdagang dan berjualan cara Rosullulah. Dengan menggunakan
prinsip dan hadist dalam melaksanakan operasional maka para nasabah
dapat terjamin terhindar dari riba.
Kinerja bank syariah saat ini sudah sangat baik. Dulu tahun 1999
hanya ada satu bank yaitu Bank Syariah Muamalat Indonesia, kini telah
menjadi enam bank yang berbasis syariah yaitu, Bank Syariah Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank
syariah BRI, Bank Syariah Bukopin, dan Bank Panin Syariah (Statistik
Perbankan Syariah Bank Indonesia januari,2010).
Semua itu berkembang karena perbankan syariah semakin diminati
oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam. Sekarang juga
30
pembiayaan perbankan syariah di Indonesia semangkin meningkat. Tetapi
dengan menggunakan syaria-syariat islam seperti Wadiah, Mudharabah,
Musyarakah, Salam, Istishna’, Ijarah, dan Qardh.
Jika dibanding dengan para bankir konvensional, maka bankir
syariah seharusnya lebih unggul dan terdepan dalam implementasi GCG di
lembaga perbankan, mengingat lembaga perbankan syariah membawa
nama agama ke dalam lembaga bisnis. Tegasnya, bankir syariah harus
memainkan perannya sebagai pionir penegakan GCG di lembaga
perbankan. Jika para bankir syariah melakukan penyimpangan dan moral
hazard, hal itu tidak saja berimplikasi kepada lembaga tersebut tetapi juga
kepada citra syariah. Meskipun masyarakat mengetahui bahwa hal itu
kesalahan oknum tertentu.
Tetapi orang akan dengan cepat menilai bahwa lembaga syariah
melakukan moral hazard, apalagi lembaga konvensional.
Keharusan tampilnya bankir syariah sebagai pionir penegakan GCG
dibanding konvensional, karena permasalahan governance dalam
perbankan syariah ternyata sangat berbeda dengan bank konvensional.
Pertama, bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip
syariah (shariah compliance) dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya,
Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam
governance structure perbankan syariah. Kedua, karena potensi terjadinya
informasi asymmetry sangat tinggi bagi perbankan syariah maka
permasalahan agency theory menjadi sangat relevan. Hal ini terkait dengan
31
permasalahan tingkat akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana
nasabah dan pemegang saham. Karenanya, permasalahan keterwakilan
investment account holders dalam mekanisme good corporate governance
menjadi masalah strategis yang harus pula mendapat perhatian bank
syariah. Ketiga, dari perspektif budaya korporasi, perbankan syariah
semestinya melakukan transformasi budaya di mana nilai-nilai etika bisnis
Islami menjadi karakter yang inheren dalam praktik bisnis perbankan
syariah (Rifka,2009).
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Peran Komite Audit berkontribusi secara parsial dan simultan
terhadap Good Corporate Governance.
Menurut Sanjaya (2005) dalam penelitiannya mengenai pengaruh
komite audit dalam Good Corporate Governance komite audit harus
memberikan laporan yang tepat terhadap dewan komisaris dan minimal
memberikan laporan setahun sekali kepada dewan komisaris. Selain itu
anjuran dari Bapepam kepada perusahaan yang telah go publik agar
memiliki komite audit. Mengingat pentingnya keberadaan Komite Audit
dalam meningkatkan kinerja perusahaan, terutama dari aspek
pengendalian, maka Komite Audit perlu mendapatkan perhatian dari
manajemen dan Dewan Komisaris. Bank Indonesia (BI) sudah
menyatakan bahwa bank syariah juga diwajibkan menyampaikan laporan
penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) kepada BI mulai
32
tahun 2008 sebagaimana bank konvensional. Oleh karena itu, Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dalam Perbankan Syariah diharapkan tidak
hanya ahli dalam bidang Fiqh, tapi perlu memperluas lagi pemahaman dan
pengetahuannya mengenai aspek operasional Perbankan Syariah
(Wibowo,2009:7).
Berdasarkan hal tersebut bahwa peran komite audit dan dewan
pengawas syariah sangat penting dalam mewujudkan dan
mempertahankan Good Corporate Governance. Berdasarkan tersebut
bahwa komite audit dan dewan pengawas syariah dapat berkontribusi
dalam penerapan Good Corporate Governance. Oleh karena itu, hipotesis
penelitian pertama (Ha1) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ha1: Peran komite audit dan dewan pengawas syariah berkontribusi
secara parsial maupun simultan terhadap Good Corporate
Governance.
2. Peran Komite audit, Dewan Pengawas Syariah dan Good Corporate
Governance berkontribusi secara parsial dan simultan terhadap
kinerja perbankan syariah.
Menurut Wibowo (2009) perbankan syariah sebagai salah satu
lembaga keuangan yang berdasar syari'at Islam menjadi uswah hasanah
dalam penerapan GCG (Good Corporate Governance). Penerapan Good
Corporate Govarnance di bank syariah, tidak saja meningkatkan
kepercayaan publik kepada bank syariah, tetapi juga merupakan bagian
33
dari upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada perbankan
nasional
Menurut Wiyono (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
menyatakan audit internal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja perbankan syariah,tetapi dewan pengawas syariah (DPS).
Berdasarkan uraian tersebut bahwa peran komite audit, dewan pengawas
syariah dan Good Corporate Governance sangat berpengaruh dalam
meningkatkan kinerja perbankan syariah. Oleh karena itu, maka dapat
dirumuskan hipotesis kedua (Ha2) sebagai berikut:
Ha2: Peran komite audit, dewan pengawas syariah dan Good Corporate
Governance berkontribusi secara parsial dan simultan terhadap
kinerja perbankan syariah.
C. Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai peran komite audit dan dewan pengawas syariah
serta Good Corporate Governance dan kinerja perbankan syariah telah
banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian
tersebut banyak memberikan masukan dalam meningkatkan kinerja bank
syariah. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai
peran komite audit dan dewan pengawas syariah dalam mewujudkan Good
Corporate Governance untuk meningkatkan kinerja perbankan syariah.
34
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Sebelumnya
Peneliti Judul Perbedaan Persamaan Hasil Santi Yustini (2009)
Pengaruh Komite Audit dan Auditor Internal dalam Pendeteksian Kecurangan (studi empiris pada beberapa perusahaan di jakarta)
Meneliti tentang pendeteksian kecurangan Metode Regresi berganda
Komite Audit
Komite audit dan internal audit sangat berpengaruh dalam menemukan kecurangan yang terjadi di perusahaan
I Made Sughiarta Sanjaya (2005)
Peranan Komite Audit dalam Good Corporate Governance
Meneliti peran komite audit dalam meningkatkan Good Corporate Governance, tanpa melibatkan internal audit Deskriptif Kualitatif
Peran komite audit dalam meningkatkan Good Corporate Governance
Komite audit sangat berperan dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
Wahyu Nugroho Wiyono (2009)
Pengaruh Peran Komite Audit dan Audit Internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah (Studi Empiris pada Perbankan Syariah di Jakarta
Meneliti peran komite audit dan internal audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance Metode Analisis Jalur
Peran komite audit dalam mewujud kan Good Corporate Governance meningkatkan kinerja bank syariah
Komite audit dan Audit Internal mempunyai pengaruh terhadap GCG dan kinerja perbankan syariah
35
D. Model Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang peranan
komite audit dan dewan pengawas syariah dalam mewujudkan good
corporate governance untuk meningkatkan kinerja perbankan syariah yang
merupakan kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
ε1
Komite Audit (X1)
Dewan Pengawas Syariah (X2)
Kinerja Bank
Syariah (Z)
Good Corporate Governance
(Y)
ε2
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi penelitian ini adalah Komite Audit dan Dewan Pengawas
Syariah di Bank Syariah yang ada di Jakarta. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini akan
menjelaskan peranan komite audit dan dewan pengawas syariah dalam
mewujudkan Good Corporate Governance di perbankan syariah yang ada di
Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Pemilihan bank syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode convenience sampling, yaitu: istilah umum yang
mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience
Sampling berarti unit sampling yang ditarik mudah dihubungi, tidak
menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Hamid,
2007:30). Metode convenience sampling digunakan karena peneliti memiliki
kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat dari elemen populasi yang
datanya mudah diperoleh peneliti. Responden yang digunakan dalam
penelitian ini adalah karyawan bank syariah di Jakarta yang berhubungan
dengan penelitian ini.
37
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan adalah jenis data primer. Menurut Husain
(2009:42), data primer adalah yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian
kuesioner. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan
kuesioner berupa pertanyaan yang menjadi instrumen variabel yang akan
dikirimkan pada bank syariah yang menjadi objek penelitian. Apabila
diperlukan, pengumpulan data juga dilakukan dengan bertemu langsung
dengan responden.
D. Metode Analisis
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data,
dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif.
Memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali,
2005:19).
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti
melakukan uji reliabilitas dan validitas.
38
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban
responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali
dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengukuran reliabilitas
yang dilakukan dengan One Shot. Untuk mengukur reliabilitas
digunakan uji statistic Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan
realibel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Sedangkan,
jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak realibel (Imam Ghozali,
2005:41-42).
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
keusioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson
Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang
diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation
39
yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh
adalah valid (Imam Ghozali,2005:45).
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model
analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari
analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan
analisis regresi untuk menaksirkan hubungan kausalitas antar variabel
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Imam
Ghozali.2005:160). Model path analysis digunakan untuk menganalisis
pola hubungan antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
langsung seperangkat variabel bebas (independen) terhadap variabel
terkait (dependen) (Riduwan dan Engkos,2007:2).
Teknik analisa jalur ini akan digunakan dalam menguji besarnya
kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur
dari hubungan kausal antara variabel X1 dan X2 terhadap Y serta
berdampak kepada Z pada diagram jalur digunakan dua macam anak
panah, yaitu (Riduwan dan Engkos,2007:15-18)
a. Anak panah satu arah yang menyatakan pengaruh langsung dari
sebuah variabel eksogen [variabel penyebab (X)] terhadap sebuah
variabel endogen [varibel akibat (Y)], misalnya X1 Y dan
b. Anak panah dua arah yang menyatakan hubungan korelasional antara
variabel eksogen, misalnya X1 X2.
40
Langkah-langkah menguji path anlysis adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural
b. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi.
1) Gambarkan diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya
dan rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai hipotesis yang
diajukan.
2) Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah
dirumuskan.
c. Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan).
Uji secara keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:
Ha: ρyx1 = ρyx2 = ......... = ρyxk ≠ 0
Ho: ρyx1 = ρyx2 = ......... = ρyxk = 0
1) Kaidah pengujian signifikansi secara manual menggunakan tabel F
dengan taraf signifikan (α) = 0,05
2) Kaidah pengujian signifikansi dengan program SPSS
(a) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak signifikan
(b) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan.
41
d. Menghitung koefisien jalur secara individu
Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis
statistik sebagai berikut:
Ha: ρyx1 ≠ 0
Ho: ρyx1 = 0
Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikasi analisis jalur bandingkan
antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig dengan
dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak signifikan.
2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan.
Model persamaan untuk menguji hipotesis dengan analisis jalur dapat
dibuat melalui persamaan struktur sebagai berikut:
Gambar 3.1 Hubungan Struktur I Variabel X1 dan X2 terhadap Y
\
Komite Audit (X1)
Dewan Pengawas Syariah (X2)
Good Corporate Governance
(Y)
ρyε1
ρyx
Г12
ρyx
42
Struktur I
Y = ρyx1X1 + ρyx2X2 + ρyε1
Y = ρyx1X1 + ρyε1
Y = ρyx2X2 + ρyε1
Gambar 3.2 Hubungan Struktur II Variabel X1, X2, dan Y terhadap Z
Struktur II
Z = ρyx1X1 + ρyx2X2 + ρzyY + ρzε2
Z = ρyx1X1 + ρzε2
Z = ρyx2X2 + ρzε2 Z = ρzyY + ρzε2
Dimana
Z = Kinerja Bank Syariah
X1 = Komite Audit
X2 = DPS
Y = Good Corporate Governance
ε1
Г12
Komite Audit (X1)
Dewan Pengawas Syariah (X2)
Kinerja Bank
Syariah (Z)
Good Corporate
Governance
ε2
ρzε
ρzx1
ρyx1
ρzy
ρyx2
ρzx2
43
Pengujian hipotesis dengan analisis jalur, dapat dilakukan melalui:
a. Pengujian secara simultan (Uji Statistik F)
Pengujian secara simultan (Uji statistik F) menunjukkan apakah
semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model secara
bersama-sama terhadap variabel dependen yang diujipada tingkat
signifikan 0,05 (Imam Ghozali,2005:84). Menurut Riduwan dan
Engkos (2007:132) untuk mengetahui signitifikasi analisis Sig dengan
dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak signifikan
b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan.
Hipotesis Struktur I adalah sebagai berikut:
Ha : ρyx1 , ρyx2 ≠ 0
Ho : ρyx1 , ρyx2 = 0
Ha1 = Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah berkontribusi
secara simultan dan signifikan terhadap Good Corporate
Governance
44
Ho1 = Komite Audit dan Dewan Pengawas syariah tidak berkontribusi
secara simultan dan signifikan terhadap Good Corporate
Governance
Hipotesis Struktur II adalah sebagai berikut:
Ha : ρzy , ρzx2 , ρzx1 ≠ 0
Ho : ρzy , ρzx2 , ρzx1 = 0
Ha2 = Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah dan Good Corporate
Governance berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap Kinerja Bank Syariah.
Ho2 = Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah dan Good Corporate
Governance tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap Kinerja Bank Syariah.
b. Pengujian secara individual (Uji t)
Pengujian secara individual (Uji t) digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen
secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikasi 0,05 (Imam Ghozali,2005:84). Menurut Riduwan dan
Engkos (2007:132) untuk mengetahui signitifikasi analisis Sig dengan
dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak signifikan
45
b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan.
Hipotesis Struktur I adalah sebagai berikut:
Ha : ρyx1 ≠ 0
Ho : ρyx1 = 0
Ha = Komite Audit berkontribusi secara signifikan terhadap Good
Corporate Governance
Ho = Komite Audit tidak berkontribusi secara signifikan terhadap
Good Corporate Governance
Ha : ρyx2 ≠ 0
Ho : ρyx2 = 0
Ha = Dewan pengawas Syariah berkontribusi secara signifikan
terhadap Good Corporate Governance
Ho = Dewan pengawas Syariah tidak berkontribusi secara signifikan
terhadap Good Corporate Governance
Hipotesis Struktur II adalah sebagai berikut:
Ha : ρzx1 ≠ 0
Ho : ρzx1 = 0
Ha = Komite Audit berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap Kinerja Bank Syariah.
Ho = Komite Audit tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap Kinerja Bank Syariah.
46
Ha : ρzx2 ≠ 0
Ho : ρzx2 = 0
Ha = Dewan Pengawas Syariah berkontribusi secara simultan dan
signifikan terhadap Kinerja Bank Syariah.
Ho = Dewan Pengawas Syariah tidak berkontribusi secara simultan
dan signifikan terhadap Kinerja Bank Syariah.
Ha : ρzy ≠ 0
Ho : ρzy = 0
Ha2 = Good Corporate Governance berkontribusi secara simultan dan
signifikan terhadap Kinerja Bank Syariah.
Ho2 = Good Corporate Governance tidak berkontribusi secara
simultan dan signifikan terhadap Kinerja Bank Syariah.
E. Operasionalisasi Variabel
Variabel operasional yang akan diuraikan dalam metode penelitian ini adalah
1. Variabel Eksogen
a. Komite Audit
Komite audit adalah suatu komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris, yang harus bebas dari pengaruh manajemen perusahaan
dan bersifat independen serta bertanggung jawabkepada dewan
komisaris. Variabel tersebut merupakan penjabaran dari Widjaja
(2003:4). Indikatornya berupa pengawasan terhadap proses pelaporan
keuangan, pemeriksaan terhadap laporan keuangan, pengawasan
47
terhadap proses manajemen dan pengendalian, pengawasan terhadap
laporan auditor internal, menjamin manajemen melaksanakan
rekomendasi auditor internal, mengawasi proses corporate
governance, mengawasi bank syariah, mengerti pokok-pokok
persoalan yang mungkin mempengaruhi kinerja bank dan mengawasi
proses oprasional bank. Diduga variabel ini dipengaruhi oleh variabel-
variabel endogen. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala
ordinal 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang
setuju (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
b. Dewan Pengawas Syariah
Dewan pengawas syariah adalah badan independen yang
ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) yang berada pada
suatu bank syariah, seperti yang desebutkan oleh Arifin (2005:10).
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal 5 poin dari
sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4)
sampai sangat setuju (5).
2. Variabel Endogen
a. Good Corporate Governance
GCG didefinisikan sebagai sistem yang mengatur pengelolaan
dan pengawasan bisnis korporasi, mengatur hak dan kewajiban pihak
terkait (Board of Commissioners, Board of Directors, shareholders,
dan stakeholders lainnya), memuat aturan main dan prosedur yang
harus ditempuh dalam membuat keputusan yang terkait dengan
48
keputusan korporasi, merumuskan mekanisme untuk penetapan yang
objektif dan cara-cara yang ditempuh untuk mencapai objektif serta
pemantauan kerja. Variabel tersebut merupakan penjabaran dari
Daniri (2005). Menurut Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI) (2001:1) dalam publikasi yang pertamanya
mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu: "Seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta
para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan." Dari beberapa
definisi tersebut menyebutkan bahwa GCG sangat diperlukan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Variabel ini diukur dengan
menggunakan skala ordinal 5 poin dari tidak setuju (1), kurang setuju
(2), netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
b. Kinerja Perbankan Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, bank syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan
dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayarannya serta peredaran
uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam.
Karenanya, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang
penting dalam governance structure perbankan syariah. Variabel
49
tersebut merupakan penjabaran dari definisi Arifin (2006:1). Variabel
ini diukur dengan menggunakan skala ordinal 5 poin dari tidak setuju
(1), kurang setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
50
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Peran Komite Audit (Sumber: Santi Yustini (2009) dan I Made Sughiarta Sanjaya (2005))
.
1. Pengawasan atas proses operasional agar sesuai standar.
2. Menelaah kebenaran informasi yang disampaikan direksi kepada komisaris.
3. Mengerti semua pokok permasalahan.
4. Kompetensi personil komite audit.
5. Melakukan pertemuan dengan dewan pengawas syariah dan manajemen.
6. Hubungan kerja dengan dewan pengawas syariah dan manajemen.
7. Mengawasi laporan dewan pengawas syariah.
Ordinal
Good Corporate Governance (GCG) (Sumber: Putri Maruti Agusti N (2009))
1. Transparansi 2. Kemandirian 3. Akuntabilitas
1. Menempatkan laporan keuangan di internet.
2. Kualitas komite audit dan DPS
3. Komite audit secara teratur rapat dengan DPS
4. Tekanan pihak internal yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang baru.
5. Membuat standar profesional untuk karyawan.
6. Mempunyai pejabat khusus yang bertugas untuk memastikan bahwa perusahaan sepenuhnya taat pada hukum dan peraturan perundangan-undangan yang ada.
Ordinal
51
Tabel 3.1 (Lanjutan) Variabel Sub Variabel Indikator Skala
4. Kewajaran
7. Pedoman etik dan tingkah laku yang tertulis.
8. Memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada stakeholders.
9. Memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya.
10. Memberikan kesempatan kepada pihak yang berkepentingan memberikan masukan dan pendapat.
Dewan Pengawas Syariah (Sumber: Abuzaky, 2008).
1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah.
2. Memberikan usulan pengembangan lembaga keuangan syariah.
3. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang dibawahi.
4. Memenuhi standar good corporate governance, aspek akuntabilitas dan transparansi.
5. Mengetahui dan memahami berbagai peraturan perbankan.
6. Menjadi juru bicara berkaitan dengan isu-isu syariah yang muncul.
Ordinal
Bersambung Pada Halaman Selanjutnya
52
Tabel 3.1 (Lanjutan) Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Peningkatan Kinerja (Sumber: Urfy Damayanti,2009).
1. Mampu membuat keputusan.
2. Mampu bertanggung jawab.
3. Mampu dan bersedia melakukan perubahan.
4. Berinisiatif dan mampu mengambil keputusan.
5. Mencoba tantangan baru.
Ordinal
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Perbankan Syariah yang berada di
wilayah DKI Jakarta. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan
yang bekerja di Perbankan Syariah. Pengumpulan data dilaksanakan
melalui penyebaran kuesioner secara langsung maupun melalui perantara
kepada responden. Penyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 19 Juli
2010 sampai 16 Agustus 2010 dan dilakukan ke 3 Bank Syariah yang
berada di wilayah DKI Jakarta. Berikut ini dalam tabel 4.1 adalah nama
perbankan syariah yang diberikan kuesioner, sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian
No Nama Bank Syariah Kuesioner
dikirim Kuesioner
dikembalikan 1 Bank Muamalat Indonesia 30 24 2 Bank Syariah Mandiri 25 20 3 Bank Mega Syariah 25 19
Total 80 63 Sumber: Data Primer
Dalam tabel 4.1 dijelaskan kuesioner yang disebarkan berjumlah 80 buah
dan jumlah yang dikembalikan adalah sebanyak 63 buah atau 78.75%.
Jumlah kuesioner yang tidak kembali adalah 17 buah atau 21,25%.
Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 60 buah atau 95%,
54
sedangkan yang tidak dapat diolah karena tidak diisi lengkap berjumlah 3
buah atau 5%. Data sampel penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.2
Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian
No Keterangan Karyawan Persentase 1 Jumlah Kuesioner yang disebar 80 100% 2 Jumlah Kuesioner yang tidak kembali 17 21,25% 3 Jumlah Kuesioner yang tidak dapat diolah 3 5% 4 Jumlah Kuesioner yang dapat diolah 60 95%
Sumber: Data Primer yang diolah
2. Karateristik Responden
Dalam tabel 4.3 ini, menyajikan indentitas responden karyawan bank
syariah di wilayah Jakarta berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, dan lama bekerja. Disajikan sebagai berikut
Tabel 4.3 Deskriptif Responden
Deskriptif Keterangan Frekuensi Persentase
Jumlah Sampel 60 100%
Jenis Kelamin Pria
Wanita
38
22
63,33%
36,67%
Usia 19 - 30 tahun
31 - 40 tahun
> 40 tahun
36
17
7
60%
28,33%
11,67%
Pendidikan
Terakhir
D3
S1
8
52
13,33%
86,67%
Lama Bekerja < 1 tahun
1–3 tahun
> 3 tahun
16
19
25
26,67%
31,67%
41,67%
Sumber: Data primer yang diolah
55
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa responden yang
berjenis kelamin pria berjumlah 38 orang atau 63,33% dan wanita
berjumlah 22 orang atau 36,67%. Lalu, responden berdasarkan usia
didapatkan yang berumur 19-30 tahun berjumlah 36 orang atau 60%,
untuk responden yang berumur 31-40 tahun berjumlah 17 orang atau
28,33%, dan untuk responden yang berumur diatas 40 tahun berjumlah 7
orang atau 11,67%. Untuk responden yang berdasarkan pendidikan
terakhir didapatkan bahwa responden yang lulusan D3 berjumlah 8 orang
atau 13,33%, dan untuk responden yang lulusan S1 berjumlah 52 orang
atau 86,67%. Untuk responden yang berdasarkan lama bekerja didapatkan
bahwa responden yang telah bekerja dibawah 1 tahun berjumlah 16 orang
atau 26,67%, responden yang bekerja pada 1-3 tahun berjumlah 19 orang
atau 31,67%, dan untuk responden yang bekerja lebih dari 3 tahun
berjumlah 25 orang atau 41,67%.
B. Hasil Uji Data Penelitian
1. Hasil Uji Validitas
Berikut adalah tabel 4.4 yang menjelaskan hasil uji validitas komite
audit.
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Komite Audit
Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
KA1 0,838** 0,000 Valid KA2 0,864** 0,000 Valid KA3 0,855** 0,000 Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
56
Tabel 4.4 (Lanjutan) Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
KA4 0,847** 0,000 Valid KA5 0,830** 0,000 Valid KA6 0,837** 0,000 Valid KA7 0,864** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.4 menunjukkan variabel komite audit mempunyai kriteria
valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05. Berikut tabel 4.5 menjelaskan hasil uji validitas dewan
pengawas syariah.
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Dewan Pengawas Syariah
Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
DPS1 0,783** 0,000 Valid DPS2 0,899** 0,000 Valid DPS3 0,892** 0,000 Valid DPS4 0,912** 0,000 Valid DPS5 0,882** 0,000 Valid DPS6 0,911** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.5 menunjukkan variabel dewan pengawas syariah
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
57
Berikut merupakan hasil uji validitas good corporate governance dapat
dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Good Corporate Governance
Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan GCG1 0,865** 0,000 Valid GCG2 0,861** 0,000 Valid GCG3 0,886** 0,000 Valid GCG4 0,808** 0,000 Valid GCG5 0,820** 0,000 Valid GCG6 0,850** 0,000 Valid GCG7 0,792** 0,000 Valid GCG8 0,808** 0,000 Valid GCG9 0,750** 0,000 Valid GCG10 0,864* 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.6 menunjukkan variabel Good Corporate Governance
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Berikut tabel 4.7 yang menjelaskan uji
validitas Perbankan Syariah.
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Kinerja Perbankan Syariah
Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan KBS1 0,871** 0,000 Valid KBS2 0,876** 0,000 Valid KBS3 0,874** 0,000 Valid KBS4 0,903** 0,000 Valid KBS5 0,888** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
58
Tabel 4.7 menunjukkan variabel kinerja perbankan syariah
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Untuk menilai konsistensinya dari instrumen penelitian, instrumen
dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha diatas 0,6.
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach's
Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
Komite Audit (X1) .934 .935 7 Dewan Pengawas Syariah (X2)
.942 .942 6
Good Corporate Governance (Y)
.949 .949 10
Kinerja Perbankan Syariah (Z)
.928 .929 5
Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel komite
audit sebesar 0,934, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner ini sangat reliabel. Variabel dewan pengawas syariah sebesar
0,942, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini
sangat reliabel. Variabel Good Corporate Governance sebesar 0,949
sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini sangat
reliabel. Variabel kinerja perbankan syariah sebesar 0,928 sehingga dapat
disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini sangat reliabel.
59
3. Hasil Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) sebagai uji
hipotesisnya. Adapun dalam pengujian hipotesis ini terdiri dari dua sub
struktur, yaitu sub struktur 1 dan sub struktur 2. Seluruh pengujian dan
analisis data menggunakan bantuan SPSS 12.0 (Statistical Program for
Special Science) for windows sebagai berikut:
a. Hasil Uji Sub Struktur 1
1) Hasil Uji Secara Individual Sub Struktur 1.
Berikut ini tabel 4.9 yang menjelaskan coefficients untuk uji
sub struktural 1.
Tabel 4.9 Coefficients – Sub Struktur 1
Unstandarized Coefficients
Standardized Coefficients
Model
B Std. Error Beta
t
Sig 1 (Constant)
Komite Audit Dewan Pengawas Syariah
2.535.408
1.106
1.798.148.173
.305 .651
1.410 2.750 5.867
.164
.008
.000
a Dependent Variabel: Good Corporate Governance Sumber: Data primer yang diolah
(a) Kontribusi Komite Audit (X1) Terhadap Good Corporate
Governance (Y).
Uji secara individual ditunjukkan oleh tabel 4.9 coefficients.
Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t yang
dihitung dengan rumus:
ρx1 0.305 ρx1 =seρx1
=0.110
= 2.750
60
Terlihat bahwa pada kolom Sig (signifikansi) pada tabel 4.9
coefficients diperoleh variabel komite audit dengan nilai sig sebesar
0,008. Kemudian dibandingkan dengan probabilitas 0,05 ternyata
nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas sig atau (0,05
> 0,008), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya koefisien analisis
jalur adalah signifikan. Jadi, pengaruh komite audit berkontribusi
secara signifikan terhadap good corporate governance. Besarnya
pengaruh komite audit terhadap good corporate governance sebesar
0,305 atau 30,5%. Dengan demikian komite audit dapat
mempengaruhi good corporate governance.
(b) Kontribusi Dewan Pengawas Syariah (X2) Terhadap Good
Corporate Governance (Y).
Uji secara individual ditunjukkan oleh tabel 4.9 coefficients.
Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t yang
dihitung dengan rumus:
px2 0.651 pyx2 =sepx2
=0,111
= 5.867
Terlihat bahwa pada kolom Sig (signifikansi) pada tabel 4.9
coefficients diperoleh variabel dewan pengawas syariah dengan nilai
sig sebesar 0,000. Kemudian dibandingkan dengan probabilitas 0,05,
ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas sig
atau (0,05 > 0,000), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
koefisien analisis jalur adalah signifikan. Jadi, pengaruh dewan
61
pengawas syariah berkontribusi secara signifikan terhadap good
corporate governance. Besarnya pengaruh dewan pengawas syariah
terhadap good corporate governance sebesar 0,651 atau 65,1%.
Dengan demikian dewan pengawas syariah dapat mempengaruhi
good corporate governance.
2) Hasil Uji Hubungan Korelasi Antara Komite Audit (X1) dan
Dewan Pengawas Syariah (X2)
Berikut ini tabel 4.10 yang menjelaskan Correlations untuk
uji sub struktural 1
Tabel 4.10 Correlations – Sub Struktur 1
KA DPS GCG
KA Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 .
60
.908** .000 60
.896** .000
60 DPS Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.908** .000 60
1 .
60
.928
.000 60
GCG Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.896** .000 60
.928** .000 60
1 .
60 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan perhitungan korelasi diperoleh angka korelasi
antara variabel komite audit dan dewan pengawas syariah sebesar -
0,908 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 korelasi antara
variabel komite audit dan good corporate governance sebesar
62
0,896 dengan tingkat signifikansi 0,000 dan korelasi antara
variabel dewan pengawas syariah dan good corporate governance
sebesar 0,928 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Untuk
menafsirkan angka tersebut, digunakan kriteria korelasi menurut
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2008):
a. 0,00 – 0,199 : korelasi sangat rendah
b. 0,20 – 0,399 : korelasi rendah
c. 0,40 – 0,599 : korelasi cukup kuat
d. 0,60 – 0,799 : korelasi kuat
e. 0,80 – 1,00 : korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,908 mempunyai maksud hubungan antara
variabel komite audit dan dewan pengawas syariah adalah
memiliki korelasi yang sangat kuat. Korelasi sebesar 0,896
mempunyai maksud hubungan antara variabel komite audit dan
good corporate governance juga sangat kuat dan searah (karena
hasilnya positif). Searah artinya semakin tinggi pengaruh komite
audit maka semakin tinggi pula peran good corporate governance
yang dihasilkan. Korelasi antara dua variabel bersifat signifikan
karena angka signifikansinya sebesar 0,000. Jika angka signifikansi
(sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan.
Korelasi sebesar 0,928 mempunyai maksud hubungan antara
variabel dewan pengawas syariah dan good corporate governance
adalah sangat kuat dan searah (karena hasilnya positif). Searah
63
artinya semakin tinggi pengaruh dewan pengawas syariah maka
akan tinggi juga peran good corporate governance yang
dihasilkan. Korelasi antara dua variabel bersifat signifikan karena
angka signifikansinya sebesar 0,000. Jika angka signifikansi
(sig)<0,05 maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan.
3) Hasil Uji Secara Simultan Sub Struktural 1
Berikut ini tabel 4.11 yang menjelaskan Anova untuk uji sub
struktural 1
Tabel 4.11 Anova – Sub Struktur 1
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression Residual Total
3681.112517.871
4198.983
25759
1840.5569.085
202.583 .000a
a. Predictors: (Constant),DPS, KA b. Dependent Variable: GCG Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 4.11 anova diperoleh nilai F sebesar 202,583 dengan
nilai probabilitas (sig) = 0,000 karena nilai sig < 0,05, maka
keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Jika F secara manual
dihitung dengan rumus F, berdasarkan koefisien R2 pada tabel 4.12
summary, nilai F dapat dihitung sebagai berikut:
F = (n – k – 1)Rsquare
k (1– Rsquare)
64
Keterangan:
n = Jumlah sampel
k = Jumlah variabel eksogen (variabel independen)
Rsquare = R2
F = = 203,207
(60 – 2 – 1) (0,877)
2 (1 – 0,877)
Berikut ini tabel 4.12 yang menjelaskan summary untuk uji sub
struktural 1
Tabel 4.12 Summary – Sub Struktur 1
Model R R Square Adjusted R
Square Std Error of the Estimate
1 .936a .877 .872 3.014 a. Predictors: (Constant), DPS, KA Sumber: Data primer yang diolah
Untuk melihat pengaruh komite audit dan dewan pengawas
syariah secara gabungan dapat dilihat dari hasil penghitungan
dalam model summary, khususnya angka Rsquare. Besarnya angka
Rsquare (r2) adalah 0,877 angka tersebut dapat digunakan untuk
melihat besarnya pengaruh komite audit dan dewan pengawas
syariah terhadap peran good corporate governance, dengan cara
menghitung Koefisien Determinasi (KD) dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
KD = 0,877 x 100%
65
KD = 87,7%
Keterangan:
KD : Koefisien Determinasi
r2 : Rsquare
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pernyataan
komite audit dan dewan pengawas syariah mempengaruhi good
corporate governance sebesar 87,7%. Adapun sisanya sebesar
12,3% (100% - 87,7%) dipengaruhi oleh variabel lain, seperti
auditor eksternal, auditor internal.
Kerangka hubungan kausal Sub-Struktur 1 antara jalur (X1
terhadap Y, X2 terhadap Y, dan X1, X2 terhadap Y) dapat dibuat
melalui persamaan struktural sebagai berikut:
X2 = ρX1Y X1 + ρX2Y X2 + ρY ε1
Diketahui:
R2 X1 . X2 . Y = 0,877
ρY ε1 = R−1 2 = √1 – 0,877 = 0,351
Keterangan:
ρX1Y : standardized coefficients, koefisien jalur pengaruh
langsung X1 terhadap Y.
ρX2Y : standardized coefficients, koefisien jalur pengaruh
langsung X2 terhadap Y.
ρY ε1 : besarnya pengaruh variable lain
R2 : RSquare
66
X1 : Komite Audit
X2 : Dewan Pengawas Syariah
Y = 0,305x1 + 0,651x2 + 0,351ε1
Gambar 4.1 Hubungan Kausal Empiris Sub Struktur 1
Variabel X1, X2, terhadap Y
Komite Audit (X1)
Dewan Pengawas Syariah (X2)
Good Corporate
Governance
ρyε1
= 0,351
ρyx1 = 0,305
ρyx2 = 0,651
r12 = 0,908
Pengaruh bersama atau koefisien X1 terhadap X2 atau
koefisien determinan dan faktor residual dihitung sebagai berikut:
R2 Y(X1 X2) = ∑(ρYXk).(rYk) = (ρYX1).(rYX1)+(ρYX2).(rYX2)
keterangan:
R2 Y1(X1 X2) : Rsquare
ρY : standardized coefficients Beta
rY : korelasi variabel X terhadap variabel Y
X1 : komite audit
X2 : dewan pengawas syariah
R2 Y(X1 X2) = ∑(ρYXk).(rYk)
= (ρYX1).(rYX1)+(ρYX2).(rYX2)
= (0,305)x(0,351) + (0,651)x(0,928)
= 0,877
67
Berdasarkan tabel 4.11 anova diperoleh nilai F sebesar
203,207 dengan nilai probabilitas (sig) = 0,000, karena nilai sig
0,000 < 0,05, maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha
diterima. Sehingga terbukti bahwa pernyataan komite audit dan
dewan pengawas syariah berpengaruh secara simultan dan
signifikan terhadap Good Corporate Governance. Hasil pengujian
Sub-Struktur 1 dapat diringkas seperti tabel 4.13 sebagai berikut:
Tabel 4.13 Koefisien Jalur, Kontribusi Langsung, Tidak Langsung,
Kontribusi Total, Kontribusi Komite Audit (X1), dan Dewan Pengawas Syariah (X2) Secara Simultan dan
Signifikan Terhadap Good Corporate Governance (Y)
Kontribusi Variabel
Koefisien Jalur Langsung Tidak
Berpengaruh Total
Kontribusi Bersama
X1 0,305 0,305 9,30% X2 0,651 0,651 42,38% ε1 0,351 0,351 12,32%
X1 dan X2
0,877 = 87,7%
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur Sub-Struktur 1
tersebut, maka memberikan informasi secara objektif sebagai
berikut:
(1) Besarnya kontribusi Komite Audit (X1) yang secara langsung
dan signifikan mempengaruhi Good Corporate Governance
(Y) adalah 0,3052 = 0,0930 atau 9,30%.
68
(2) Besarnya kontribusi Dewan Pengawas Syariah (X2) yang
secara langsung dan signifikan mempengaruhi Good Corporate
Governance (Y) adalah 0,6512 = 0,4238 atau 42,38%.
(3) Besarnya kontribusi Komite Audit (X1) dan Dewan Pengawas
Syariah secara simultan yang langsung dan signifikan
mempengaruhi Good Corporate Governance (Y) adalah 0,877
atau 87,7%. Sisanya sebesar 0,123 atau 12,3% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian.
b. Hasil Uji Sub Struktur 2
1) Hasil Uji Secara Individual Sub Struktur 2.
Berikut ini tabel 4.14 yang menjelaskan coefficients untuk uji
sub struktural 2.
Tabel 4.14 Coefficients – Sub Struktur 2
Unstandarized Coefficients
Standardized Coefficients
Model
B Std. Error Beta
t
Sig 1 (Constant)
KA DPS GCG
0,12.315.219.173
.990
.085
.119
.072
.418 .248 .307
.012 3.696 1.841 2.418
.990
.000
.071
.019a Dependent Variable: KBS Sumber: Data primer yang diolah
69
(a) Kontribusi Komite Audit (X1) Terhadap Kinerja
Perbankan Syariah (Z).
Uji secara individual ditunjukkan oleh tabel 4.14
coefficients. Secara individual uji statistik yang digunakan
adalah uji t yang dihitung dengan rumus:
ñx1 0,418 tx1 = señx1 = 0,11310 = 3.696
Terlihat bahwa pada kolom Sig (signifikansi) pada tabel
4.14 coefficients diperoleh variabel Komite Audit dengan nilai
sig sebesar 0,000. Kemudian dibandingkan dengan probabilitas
0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai
probabilitas sig atau (0,05 > 0,000), maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya koefisien analisis jalur adalah signifikan. Jadi,
pernyataan komite audit berkontribusi secara signifikan
terhadap kinerja perbankan syariah. Besarnya pengaruh komite
audit terhadap kinerja perbankan syariah sebesar 0,418 atau
41,8%. Dengan demikian komite audit dapat mempengaruhi
kinerja perbankan syariah.
(b) Kontribusi Dewan Pengawas Syariah (X2) Terhadap
Kinerja Perbankan Syariah (Z).
Uji secara individual ditunjukkan oleh tabel 4.14
coefficients. Secara individual uji statistik yang digunakan
adalah uji t yang dihitung dengan rumus:
70
ñx2 0,248 tx1 = señx2 = 0,13471 = 1,841
Terlihat bahwa pada kolom Sig (signifikansi) pada tabel
4.14 coefficients diperoleh variabel audit internal dengan nilai
sig sebesar 0,071. Kemudian dibandingkan dengan probabilitas
0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih kecil dari nilai
probabilitas sig atau (0,05 < 0,071), maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya koefisien analisis jalur adalah tidak signifikan.
Jadi, peranan dewan pengawas syariah tidak berkontribusi
secara signifikan terhadap kinerja perbankan syariah.
Kemudian koefisien lintasan parsial (path coefficient) terhadap
kinerja perbankan syariah sebesar 0,248 atau 24,8%.
(c) Kontribusi Good Corporate Governance (Y) Terhadap
Kinerja Perbankan Syariah (Z).
Uji secara individual ditunjukkan oleh tabel 4.14
coefficients. Secara individual uji statistik yang digunakan
adalah uji t yang dihitung dengan rumus:
ñx1 0,307 tx1 =señx1
=0,127
= 2,418
Terlihat bahwa pada kolom Sig (signifikansi) pada tabel 4.14
coefficients diperoleh variabel Good Corporate Governance
dengan nilai sig sebesar 0,019. Kemudian dibandingkan
dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih
besar dari nilai probabilitas sig atau (0.05 > 0.019), maka Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya koefisien analisis jalur adalah
71
signifikan. Jadi, pengaruh Good Corporate Governance
berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja perbankan
syariah. Besarnya pengaruh Good Corporate Governance
terhadap kinerja perbankan syariah sebesar 0,307 atau 30,7%.
Dengan demikian Good Corporate Governance mempengaruhi
kinerja organisasi perusahaan.
2) Hasil Uji Hubungan Korelasi Antara Komite Audit (X1),
Dewan Pengawas Syariah (X2), dan Good Corporate
Governance (Y).
Berikut ini tabel 4.15 yang menjelaskan correlations untuk
uji sub struktural 2.
Tabel 4.15 Correlations – Sub Struktur 2
KA DPS GCG KPS
KA Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 ,
60
.908** .000 60
.896** .000 60
.918** .000 60
DPS Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.908** .000 60
1 .
60
.928** .000 60
.912** .000 60
GCG Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.896** .000 60
.928**.000 60
1 .
60
.911** .000 60
KPS Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.918**
.000 60
.912**
.000 60
.911** .000 60
1 . 60
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Data primer yang diolah
72
Berdasarkan perhitungan korelasi diperoleh angka korelasi
antara variabel komite audit dan dewan pengawas syariah sebesar
0,908 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 korelasi antara
variabel komite audit dan good corporate governance sebesar
0,896 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 korelasi antara
variabel komite audit dan kinerja perbankan syariah sebesar 0,918
korelasi antara variabel dewan pengawas syariah dan good
corporate governance sebesar 0,928 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000 korelasi antara variabel dewan pengawas syariah dan
kinerja perbankan syariah sebesar 0,912 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000 dan korelasi antara variabel good
corporate governance dan kinerja perbankan syariah sebesar 0,911
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Untuk menafsirkan
angka tersebut, digunakan kriteria korelasi menurut Riduwan dan
Engkos Achmad Kuncoro (2008):
a. 0,00 – 0,199 : korelasi sangat rendah
b. 0,20 – 0,399 : korelasi rendah
c. 0,40 – 0,599 : korelasi cukup kuat
d. 0,60 – 0,799 : korelasi kuat
e. 0,80 – 1,00 : korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,908 mempunyai maksud hubungan antara
variabel komite audit dan dewan pengawas syariah adalah
korelasinya sangat kuat dan searah (karena hasilnya positif).
73
Searah artinya semakin tinggi pernyataan komite audit maka
semakin tinggi pula peranan dewan pengawas syariah. Korelasi
antara dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansinya
sebesar 0,000. Jika angka signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan
kedua variabel tersebut signifikan. Korelasi sebesar 0,896
mempunyai maksud hubungan antara variabel komite audit dan
good corporate governance adalah sangat kuat dan searah (karena
hasilnya positif). Searah artinya semakin tinggi pengaruh komite
audit maka semakin tinggi pula peran good corporate governance
yang dihasilkan. Korelasi antara dua variabel bersifat signifikan
karena angka signifikansinya sebesar 0,000. Jika angka signifikansi
(sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan.
Korelasi sebesar 0,918 mempunyai maksud hubungan antara
variabel komite audit dan kinerja perbankan syariah adalah sangat
kuat dan searah (karena hasilnya positif). Searah artinya semakin
tinggi peranan komite audit maka semakin tinggi pula kinerja
perbankan syariah yang dihasilkan. Korelasi antara dua variabel
bersifat signifikan karena angka signifikansinya sebesar 0,000. Jika
angka signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel
tersebut signifikan. Korelasi sebesar 0,928 mempunyai maksud
hubungan antara variabel dewan pengawas syariah dan good
corporate governance adalah sangat kuat dan searah (karena
hasilnya positif). Searah artinya semakin tinggi peran dewan
74
pengawas syariah maka semakin tinggi pula good corporate
governance yang dihasilkan. Korelasi antara dua variabel bersifat
signifikan karena angka signifikansinya sebesar 0,000. Jika angka
signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel tersebut
signifikan. Korelasi sebesar 0,912 mempunyai maksud hubungan
antara variabel dewan pengawas syariah dan kinerja perbankan
syariah adalah sangat kuat dan searah (karena hasilnya positif).
Searah artinya semakin tinggi peranan dewan pengawas syariah
maka semakin tinggi pula kinerja perbankan syariah yang
dihasilkan. Korelasi antara dua variabel bersifat signifikan karena
angka signifikansinya sebesar 0,000. Jika angka signifikansi (sig) <
0,05 maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan. Korelasi
sebesar 0,911 mempunyai maksud hubungan antara variabel good
corporate governance dan kinerja perbankan syariah adalah sangat
kuat dan searah (karena hasilnya positif). Searah artinya semakin
tinggi good corporate governance maka semakin tinggi pula
kinerja perusahaan syariah yang dihasilkan. Korelasi antara dua
variabel bersifat signifikan karena angka signifikansinya sebesar
0,000. Jika angka signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan kedua
variabel tersebut signifikan.
3) Hasil Uji Secara Simultan Sub Struktur 2
Berikut ini tabel 4.16 yang menjelaskan Anova untuk uji sub
struktural 2.
75
Tabel 4.16 Anova – Sub Struktur 2
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression Residual Total
1190.927149.007
1339.933
35659
396.9762.661
149.192 .000a
a. Predictors: (Constant), GCG, DPS, KA b. Dependent Variable: KBS Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 4.16 anova diperoleh nilai F sebesar 149,192
dengan nilai probabilitas (sig) = 0,000 karena nilai sig < 0,05 maka
keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima, artinya koefisien
analisis jalur adalah signifikan. Jika F secara manual dihitung
dengan rumus F, berdasarkan koefisien R2 pada tabel 4.19
summary, nilai F dapat dihitung sebagai berikut:
F =
Keterangan:
n = Jumlah sampel
k = Jumlah variabel eksogen (variabel independen)
Rsquare = R2
F = = 228,257
Berikut ini tabel 4.17 yang menjelaskan Summary untuk uji
sub struktural 2.
k (1– Rsquare)
(n – k – 1)Rsquare
(60 – 2 – 1) (0,889)
2 (1 – 0,889)
76
Tabel 4.17 Summary – Sub Struktur 2
Model R R Square Adjusted R
Square Std Error of the Estimate
1 .943a .889 .883 1.631 a. Predictors: (Constant), GCG, AI, KA Sumber: Data primer yang diolah
Untuk melihat pengaruh komite audit, dewan pengawas
syariah dan good corporate governance secara gabungan dapat
dilihat dari hasil penghitungan dalam model summary, khususnya
angka Rsquare. Besarnya angka Rsquare (r2) adalah 0,889 angka
tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh komite
audit, dewan pengawas syariah dan good corporate governance
terhadap peran kinerja perbankan syariah, dengan cara menghitung
Koefisien Determinasi (KD) dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
KD = r2 x 100%
KD = 0,889 x 100%
KD = 88,9%
Keterangan:
KD : Koefisien Determinasi
r2 : Rsquare
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pernyataan
komite audit, dewan pengawas syariah dan good corporate
governance secara bersama terhadap kinerja perbankan syariah
77
adalah 88,9%. Adapun sisanya sebesar 11,1% (100% - 88,9%)
dipengaruhi oleh variabel lain, seperti auditor internal.
Kerangka hubungan kausal Sub-Struktur 2 antara jalur (X1
terhadap Z, X2 terhadap Z, Y terhadap Z dan X1, X2, Y terhadap Z)
dapat dibuat melalui persamaan struktural sebagai berikut:
X3 = ρX1Z X1 + ρX2Z X2 + ρYZ X3 + ρY ε1
Diketahui:
R2 X1 . X2 . Y, Z = 0,889
ρY1 ε1 = R−1 2 = √1 – 0,889 = 0,333
Keterangan:
ρX1Z : standardized coefficients, koefisien jalur pengaruh
langsung X1 terhadap Z.
ρX2Z : standardized coefficients, koefisien jalur pengaruh
langsung X2 terhadap Z.
ρYZ : standardized coefficients, koefisien jalur pengaruh
langsung X2 terhadap Z.
ρY ε1 : besarnya pengaruh variable lain
R2 : RSquare
X1 : Komite Audit
X2 : Dewan Pengawas Syariah
Y : Good Corporate Governance
Z : kinerja perbankan syariah
78
Z = 0,418 X1 + 0,248 X2 + 0,307 Y + 0,333 ε1
Gambar 4.2 Hubungan Kausal Empiris Sub Struktur 2
Variabel X1, X2 dan Y terhadap Z
Pengaruh bersama atau koefisien X1 dan X2 terhadap Y atau
koefisien determinan dan faktor residual dihitung sebagai berikut:
R2 Z(X1 Y X2) = ∑(ρZXk).(rZk) = (ρZX1).(rZX1)+(ρZX2).(rZX2)
+ (ρZY).(rZY)
keterangan:
R2 Z(X1X2Y) : Rsquare
ΡZ : standardized coefficients Beta
rZ : korelasi variabel X terhadap variabel Z
X1 : komite audit
X2 : dewan pengawas syariah
Y : good corporate governance
Z : kinerja perbankan syariah
ε1
Г12 = 0,908
Komite Audit (X1)
Dewan Pengawas Syariah (X2)
Kinerja Bank
Syariah (Z)
Good Corporate Governance
(Y)
ε2
ρzε2 = 0,351 ρzε2 = 0,333
ρzx1 = 0,418 ρyx1 = 0,896
ρzy = 0,307
ρyx2 = 0,928 ρzx2 = 0,248
79
R2 Z(X1 Y X2) = ∑(ρZXk).(rZk)
= (ρZX1).(rZX1)+(ρZX2).(rZX2) + (ρZY).(rZY)
=(0,418)x(0,918)+(0,248)x(0,912)+(0,307)x(0,911)
= 0,889
Berdasarkan tabel 4.16 anova diperoleh nilai F sebesar
149,192 dengan nilai probabilitas (sig) = 0,000 karena nilai sig
0,000 < 0,05, maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha
diterima. Sehingga terbukti bahwa komite audit, dewan pengawas
syariah, dan good corporate governance, berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap kinerja perbankan perusahaan.
Hasil pengujian Sub-Struktur 2 dapat diringkas seperti tabel 4.18
sebagai berikut:
Tabel 4.18 Koefisien Jalur, Kontribusi Langsung, Tidak Langsung, Kontribusi Total, Kontribusi Komite Audit (X1), Dewan Pengawas Syariah (X2),
dan Good Corporate Governance (Y), Secara Simultan dan Signifikan Terhadap Kinerja Perbankan Syariah (Z)
Kontribusi
Variabel Koefisien Jalur Langsung Tidak Berpengaruh Total
Kontribusi Bersama
X1 0,418 0,418 17,47% X2 0,248 0,248 6,15% Y 0,307 0,307 9,42% ε1 0,351 0,351 12,32% ε2 0,333 0,333 11,09%
X1, X2 dan Y
0,889 = 88,9 %
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur Sub-Struktur 2
tersebut, maka memberikan informasi secara objektif sebagai berikut:
80
(1) Besarnya kontribusi komite audit (X1) yang secara langsung dan
signifikan mempengaruhi kinerja perbankan syariah (Z) adalah 0,4182
= 0,1747 atau 17,47%.
(2) Besarnya kontribusi dewan pengawas syariah (X2) yang secara tidak
langsung mempengaruhi kinerja perbankan syariah (Z) tetapi melalui
good corporate governance (Y) adalah 0,2482 = 0,0615 atau 6,15%.
(3) Besarnya kontribusi good corporate governance (Y) yang secara
langsung dan signifikan mempengaruhi kinerja perbankan syariah (Z)
adalah 0,3072 = 0,0942 atau 9,42%.
Besarnya kontribusi komite audit (X1), dewan pengawas syariah
(X2), dan good corporate governance (Y) secara simultan yang langsung
dan signifikan mempengaruhi kinerja perbankan syariah (Z) adalah 0,889
= 88,9%. Sisanya sebesar 0,3332 = 0,1109 atau 11,09% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian.
Berikut merupakan pembahasan berdasarkan analisis tersebut
diatas:
1. Pengaruh Komite Audit Terhadap Good Corporate Governance.
Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa komite audit berpengaruh
secara langsung dan signifikan terhadap good corporate governance.
Dengan demikian, dengan adanya komite audit semua kegiatan atau semua
rencana harus sesuai dengan rekomendasi komite audit. Semakin tinggi
peran yang dilakukan komite audit, maka semakin baik juga penerapan
good corporate governance dalam perbankan syariah. Sedangkan,
81
semakin rendah peran komite audit, maka semakin tidak baik penerapan
good corporate governance di perbankan syariah. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian I Putu Sughiarta (2005) dan Santi Yustini (2009)
bahwa komite audit sangat berperan penting dalam pelaksanaan good
corporate governance di perbankan syariah yang berguna untuk
pemberian keputusan dan pemberian kebijakan bagi perbankan syariah.
2. Pengaruh Dewan Pengawas Syariah Terhadap Good Corporate
Governance.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Dewan Pengawas Syariah
berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap good corporate
governance. Dengan demikian, dengan adanya dewan pengawas syariah
semua pengawasan kegiatan atau semua rencana harus sesuai dengan
pengawasan dewan pengawas syariah. Semakin tinggi pengawasan yang
dilakukan dewan pengawas syariah, maka semakin baik juga penerapan
good corporate governance dalam perbankan syariah. Sedangkan,
semakin rendahnya pengawasan dari dewan pengawas syariah, maka
semakin tidak baik penerapan good corporate governance dilakukan di
perbankan syariah. Hasil penelitian ini sejalan dengan Wibowo Ari (2009),
bahwa pengawasan yang dilakukan oleh dewan pengawas syariah
mengenai akan sangat baik untuk penerapan good corporate governance
di perbankan syariah tersebut. Dari pernyataan tersebut bahwa dewan
pengawas syariah mempengaruhi good corporate governance dengan cara
82
melakukan pengawasan atas laporan penerapan good corporate
governance kepada Bank Indonesia.
3. Pengaruh Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah Terhadap Good
Corporate Governance.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa komite audit dan dewan
pengawas syariah sangat berpengaruh secara langsung dan signifikan
terhadap good corporate governance di Perbankan Syariah. Dengan
demikian, dengan adanya komite audit dan dewan pengawas syariah
semua keputusan dan pengawasan kegiatan atau semua rencana harus
sesuai dengan keputusan komite audit dan pengawasan dewan pengawas
syariah. Semakin tinggi keputusan dan pengawasan yang dilakukan, maka
semakin baik juga penerapan good corporate governance dalam
perbankan syariah. Sedangkan, semakin rendahnya pengawasan dari audit
internal, maka semakin tidak baik penerapan good corporate governance
dilakukan di perbankan syariah.
4. Pengaruh Komite Audit terhadap Kinerja Perbankan Syariah.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh
secara langsung dan signifikan terhadap kinerja perbankan syariah.
Dengan demikian, dengan adanya keputusan dari komite audit semua
kegiatan atau semua rencana harus sesuai dengan rekomendasi komite
audit. Semakin tinggi peran yang dilakukan komite audit, maka semakin
baik juga kinerja perbankan syariah tersebut. Sedangkan, semakin rendah
peran komite audit, maka semakin tidak baik kinerja perbankan syariah
83
tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wiyono Wahyu Nugroho (2010). Karena keputusan yang dikeluarkan oleh
komite sangat berpengaruh dalam pelaporan keuangan perbankan syariah
dan itu yang melihatkan kinerja perbankan tersebut baik atau tidak.
5. Pengaruh Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja Perbankan Syariah
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Dewan Pengawas Syariah
tidak berpengaruh terhadap kinerja perbankan syariah, karena kegiatan
dewan pengawas syariah hanya mengawasi dan dari pengawasan tersebut
tidak berpengaruh bagi kinerja perbankan syariah. Jadi, semakin tinggi
atau rendahnya pengawasan yang dilakukan dewan pengawas syariah,
maka tidak akan berpengaruh bagi kinerja perbankan syariah. Pernyataan
tersebut didukung oleh Usamah (2009) fungsi utama Dewan Pengawas
Syariah (DPS) adalah mengawasi jalannya operasional bank syariah
sehari-hari agar selalu sesuai dengan petunjuk dan ketentuan-ketentuan
syari’at Islam. Jadi dalam penelitian ini dewan pengawas syariah tidak
signifikan dan tidak berpengaruh terhadap kinerja perbankan syariah.
6. Pengaruh Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja
Perbankan Syariah.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa komite audit sangat
berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap kinerja perbankan
syariah. Dengan demikian, keputusan komite audit sangat berpengaruh dan
pengawasan yang dilakukan dewan pengawas syariah tidak berpengaruh
terhadap kinerja perbankan syariah. Pernyataan komite audit didukung
84
oleh Wiyono Wahyu Nugroho (2010). Karena keputusan yang dikeluarkan
oleh komite sangat berpengaruh dalam pelaporan keuangan perbankan
syariah dan itu yang memperlihatkan kinerja perbankan tersebut baik atau
tidak. Jadi dalam penelitian ini dewan pengawas syariah tidak signifikan
dan tidak berpengaruh terhadap kinerja perbankan syariah.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap good
corporate governance. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari I
Putu Sughiarta (2005) yaitu komite audit sangat berperan penting dalam
pelaksanaan good corporate governance di perbankan syariah yang
berguna untuk pemberian keputusan dan pemberian kebijakan bagi
perbankan syariah.
2. Dewan pengawas syariah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
good corporate governance. Hasil ini konsisten dengan penelitan Wibowo
Ari (2009) yaitu bahwa dewan pengawas syariah sangat berperan penting
dalam pelaksanaan good corporate governance di perbankan syariah yang
berguna untuk pemberian keputusan dan pemberian kebijakan bagi
perbankan syariah.
3. Komite audit dan dewan pengawas syariah mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja perbankan syariah secara simultan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian dan pernyataan yang dinyatakan
oleh I Putu Sughiarta (2005) dan Santi Yustini (2009) yaitu bahwa komite
86
audit sangat berperan penting dalam pelaksanaan good corporate
governance di perbankan syariah yang berguna untuk pemberian
keputusan dan pemberian kebijakan bagi perbankan syariah.
4. Komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
perbankan syariah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Wiyono
Wahyu Nugroho (2010) yaitu keputusan yang dikeluarkan oleh komite
audit sangat berpengaruh dalam pelaporan keuangan perbankan syariah
dan itu yang melihatkan kinerja perbankan tersebut baik atau tidak.
5. Dewan pengawas syariah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja perbankan syariah. Pernyataan ini belum ada penelitian
terdahulu yang menyatakan bahwa dewan pengawas syariah sangat
berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap kinerja perbankan syariah.
6. Komite audit dan dewan pengawas syariah mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja perbankan syariah secara simultan. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian dan pernyataan yang dinyatakan
I Putu Sughiarta (2005) dan Wiyono wahyu Nugroho (2010) bahwa
keputusan yang dibuat oleh komite audit dan dewan pengawas syariah
sangat berpengaruh dalam pelaporan keuangan perbankan syariah dan itu
yang melihatkan kinerja perbankan baik atau tidak.
87
88
B. Saran
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan dan pertimbangan
bagi Perbankan Syariah untuk lebih meningkatkan peran komite audit dan
pengawasan dewan pengawas syariah agar good corporate governance dan
kinerja perbankan syariah dapat semakin meningkat dan terus berkembang ke
arah yang lebih baik lagi.
Dari hasil penelitian terdapat aspek yang dapat mempengaruhi good
corporate governance yaitu komite audit dan dewan pengawas syariah.
Namun variabel-variabel diatas bukanlah semata-mata faktor yang dapat
mempengaruhi good corporate governance.
Oleh karena itu penulis mengharapkan partisipasi aktif peneliti
berikutnya untuk meneliti aspek-aspek lain yang mempengaruhi good
corporate governance dan kinerja perbankan syariah. Populasi penelitian
tidak hanya diambil dari perbankan syariah, mungkin bisa dikembangkan
pada perbankan lainnya dengan menerapkan metode empiris, sehingga
memungkinkan adanya perbedaan hasil dan kesimpulan apabila dilakukan
untuk objek dan profesi yang berbeda.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode
penelitian yang berbeda seperti metode wawancara langsung kepada
responden untuk memperoleh data yang lebih berkualitas. Penelitian
selanjutnya diharapkan lebih menambah waktu penelitian, sehingga tidak
terlalu singkat.
DAFTAR PUSTAKA Abuzaky, “Peran Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Pengawasan Ekonomi
Syariah”, diakses tanggal 12 Juli 2010: http:/www.pa-kendal.net. Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh KAP”, Edisi Ketiga,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), Jakarta, 2004. Antonio, M.S. “Bank syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani Press. Jakarta,
2001. Arifin, Zainul. “Memahami Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”. Pustaka
Alvabet, 2006. Arifin, Zainul, “Memahami Bank Syariah : Lingkup, Peluang, Tantangan dan
Prospek”, AlvaBet. Jakarta, 2005. Badan Pengawasan Penanaman Modal (BAPEPAM). “Pembentukan dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit”, Desember, Kep-41/PM/2003. Bank Syariah Mandiri, “Laporan GCG Bank Syariah Mandiri”, artikel ini diakses
tanggal 12 Juli 2010: http//www.BSM.com. Daniri, Mas Achmad,.”Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya
dalam Konteks Indonesia”, PT Ray Indonesia, Jakarta, 2005. Elder, Ramdal J., Mark S. Beasley, Alvin A. Arens & Amir Abdi Yusuf.
“Auditing and Assurance Services”, New Jersey: Prentice Hall, 2009. Febrian, Andi, “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan”,
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009 Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI).“Peranan Dewan
Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance”. Jakarta 2001.
Hall, James A., dan Tommie Singleton. “Information Technology Auditing &
Assurance”, Salemba Empat, Jakarta, 2007. Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi”, Jakarta: FEIS UIN Syarif
Hidayatullah, 2007. Husain, Umar. “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”. Rajawali pers,
Jakarta. 2009.
89
Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Imam, Ghozali. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Edisi 3,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Marini, Purwanto “komite audit: tinjauan sejarah, kerangka teoritis, kondisi
praktek di Indonesia, temuan empiris” Jurnal Universitas katholik widyamandala Surabaya, 2001.
Metwally. “Teori dan Ekonomi Islam”, Bangkit Daya Insana, Jakarta, 1995. Muhammad. “Manajemen Dana Bank Syariah”, Ekonisia, Yogyakarta, 2004. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) “Tentang Komite Audit
BUMN.”PER-05/MBU/2006. Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro,.“Cara Menggunakan dan Memakai
Analisis Jalur (Path Analysis)”, alfabeta. Bandung. 2007. Rifka Dejavu, “Good Corporate Governance di Bank Syariah”, artikel ini diakses
tanggal 12 Juli 2010, dari: http//www.blogspot.com/GCG di bank syariah/ rifkadejavu.blogspot.com
Rittenberg, bradley J. Scwieger “auditing concepts for a changing environment”
Harcourd Collage Orlando 2001. Sanjaya, I Made Sugiartha. “Peranan Komite Audit dalam Good Corporate
Governance”, Jurnal Ekonomi, Jakarta, 2005. Santi Yustini , “Pengaruh Komite Audit dan Auditor Internal dalam Pendeteksian
Kecurangan”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Januari 2010. Urfy, Damayanti. “Kontribusi Motivasi dan Etos Kerja terhadap Komitmen serta
dampaknya pada Peningkatan Kinerja Auditor.” Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2009.
Usamah, “Peran Kompetensi dan Model Pengorganisasian Dewan Pengawas
Syariah Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah di Indonesia”, artikel ini diakses tanggal 12 Juli 2010: http/www.eprint.undip.ac.id.
90
91
Wibowo,Ari, “Membangun Perbankan Syari'ah Menuju Good Corporate Governance”, artikel ini diakses tanggal 12 Juli 2010: http//www.pesantren.uii.ac.id.
Widjaja, Amin Tunggal. “Komite Audit (Auditing Commitee)”. Haravindo,
Jakarta, 2003. Wiyono, Wahyu Nugroho, ” Pengaruh Peran Komite Audit dan Audit Internal
Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance Untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah (Studi Empiris Pada Perbankan Syariah di Jakarta)”, Skripsi UIN Syarif Hidatullah, Jakarta, 2010.
LAMPIRAN
No Komite Audit Dewan Pengawas Syariah
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA DPS1 DPS2 DPS3 DPS4 DPS5 DPS6 DPS
1 5 4 5 5 5 4 5 33 5 5 5 4 5 5 29
2 4 5 4 4 5 4 5 31 4 5 4 5 4 5 27
3 5 4 3 5 5 5 4 31 5 5 5 5 5 4 29
4 4 4 5 4 5 4 5 31 4 4 5 5 4 5 27
5 5 5 4 4 5 5 4 32 5 5 5 4 5 5 29
6 5 4 5 5 3 4 5 31 4 4 5 4 4 5 26
7 4 4 4 4 5 5 4 30 4 4 5 5 5 5 28
8 4 5 4 5 4 4 4 30 5 5 5 5 4 5 29
9 5 4 5 5 5 4 5 33 4 5 5 5 4 4 27
10 4 4 4 5 4 5 4 30 5 5 4 5 4 5 28
11 5 5 5 4 3 4 5 31 4 5 4 4 5 4 26
12 4 4 4 5 4 5 4 30 5 5 4 5 4 4 27
13 5 5 4 4 3 4 5 30 5 5 5 5 5 5 30
14 4 5 5 5 4 5 4 32 4 5 5 5 5 5 29
15 5 4 5 4 5 4 4 31 4 5 5 5 5 5 29
16 4 5 4 3 4 5 5 30 5 4 5 5 4 5 28
17 5 4 5 4 5 5 4 32 4 5 5 5 5 5 29
18 4 5 5 3 5 5 3 30 5 5 4 4 5 5 28
19 5 4 4 4 4 5 4 30 4 5 4 5 4 4 26
20 4 4 4 5 4 4 4 29 4 5 5 5 5 5 29
21 5 5 3 4 3 3 3 26 5 4 5 5 5 5 29
22 4 5 4 4 4 4 4 29 4 5 4 5 4 4 26
23 5 4 3 5 5 4 4 30 5 5 3 4 5 3 25
24 4 4 4 4 4 4 5 29 4 5 5 5 5 4 28
25 4 3 4 4 4 5 4 28 5 5 4 4 5 5 28
26 5 4 3 5 3 4 5 29 5 5 5 5 5 4 29
27 4 4 5 4 4 4 4 29 5 5 4 5 4 4 27
28 4 5 4 4 4 5 4 30 4 4 4 5 5 5 27
29 5 4 3 3 5 4 5 29 5 5 5 5 4 4 28
30 4 4 4 4 4 5 5 30 4 5 4 5 5 5 28
31 5 4 3 5 3 3 4 27 5 5 5 4 4 5 28
32 4 4 5 4 3 4 5 29 4 5 4 5 4 4 26
33 5 5 4 3 4 5 4 30 5 5 5 5 5 5 30
34 4 4 5 4 4 4 4 29 4 5 4 5 4 4 26
35 3 3 4 3 3 3 3 22 5 4 4 5 5 4 27
36 4 3 4 3 4 4 3 25 4 5 5 4 4 4 26
37 5 4 5 4 5 3 4 30 5 5 4 5 4 4 27
38 4 4 5 5 5 4 5 32 5 5 5 5 4 4 28
39 5 5 4 4 5 4 4 31 4 5 5 4 4 5 27
40 4 4 4 5 4 5 4 30 5 4 4 4 3 4 24
41 3 3 3 4 3 4 3 23 4 3 4 5 4 3 23
42 4 4 4 4 5 4 3 28 5 4 3 4 3 4 23
43 4 3 4 4 4 3 4 26 4 3 4 3 4 4 22
44 5 4 3 3 3 4 3 25 4 4 3 4 3 3 21
45 4 4 4 3 3 3 2 23 3 3 3 3 4 3 19
46 4 3 3 2 2 4 3 21 4 4 4 3 3 3 21
47 3 4 3 3 3 3 3 22 3 3 3 2 3 2 16
48 4 3 4 3 3 3 4 24 2 3 2 3 3 3 16
49 3 3 3 3 2 2 2 18 3 3 3 2 3 2 16
50 3 2 2 2 3 3 3 18 4 3 3 4 3 3 20
51 2 2 3 3 3 2 3 18 3 3 3 3 2 2 16
52 2 3 2 3 2 3 2 17 3 2 2 2 3 3 15
53 3 2 1 2 3 2 1 14 2 3 3 3 3 3 17
54 2 3 2 2 3 3 2 17 3 2 3 2 3 2 15
55 3 2 2 2 2 2 1 14 4 2 3 3 2 3 17
56 3 1 2 1 2 2 2 13 3 3 3 2 3 2 16
57 2 2 1 2 1 3 3 14 2 3 2 2 2 2 13
58 2 2 2 2 2 2 2 14 3 2 2 2 1 2 12
59 2 1 2 1 2 1 2 11 4 3 2 2 2 1 14
60 2 2 1 2 1 2 1 11 3 2 3 2 1 2 13
No Good Corporate Governance
GCG1 GCG2 GCG3 GCG4 GCG5 GCG6 GCG7 GCG8 GCG9 GCG10 GCG
1 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 47
2 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 45
3 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 44
4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 46
5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 44
6 4 5 4 3 4 5 5 5 4 4 43
7 5 4 5 4 5 5 4 5 3 4 44
8 4 5 5 3 4 4 3 4 4 5 41
9 5 5 4 4 3 5 4 5 3 4 42
10 4 4 4 5 4 4 4 4 3 3 39
11 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 46
12 4 3 4 3 4 5 5 4 3 4 39
13 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 45
14 4 5 5 3 4 4 3 3 5 5 41
15 5 4 4 4 3 5 4 3 4 4 40
16 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 43
17 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 49
18 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 43
19 5 4 4 5 5 3 4 5 3 5 43
20 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 43
21 4 4 5 5 5 5 5 4 3 4 44
22 4 5 4 4 4 5 4 5 4 3 42
23 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 42
24 5 4 5 5 5 5 5 4 3 4 45
25 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 44
26 5 4 3 5 5 4 4 5 4 5 44
27 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 43
28 5 4 4 4 5 4 4 4 4 3 41
29 5 5 5 5 3 4 5 5 4 4 45
30 4 4 4 4 5 5 4 4 3 4 41
31 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3 39
32 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 45
33 5 4 3 5 4 4 4 4 3 5 41
34 4 5 5 5 5 4 3 4 4 5 44
35 4 4 5 4 5 5 4 5 3 4 43
36 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 42
37 5 4 5 4 5 4 4 4 3 4 42
38 4 5 5 3 4 4 3 3 4 5 40
39 5 5 4 4 3 3 4 3 3 4 38
40 4 4 4 5 4 4 4 3 3 4 39
41 5 5 5 4 5 4 3 4 4 5 44
42 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 39
43 4 3 4 3 4 3 4 3 4 5 37
44 4 3 3 4 3 4 3 5 4 3 36
45 3 3 3 3 2 3 2 4 3 2 28
46 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 25
47 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 25
48 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 27
49 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 28
50 3 2 2 2 2 2 3 4 3 2 25
51 2 3 3 2 3 3 4 3 2 3 28
52 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 25
53 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 27
54 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 24
55 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 26
56 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 24
57 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 26
58 3 2 1 2 2 1 1 2 2 3 19
59 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 20
60 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 17
No Kinerja Bank Syariah
KBS1 KBS2 KBS3 KBS4 KBS5 KBS
1 5 5 5 4 5 24
2 4 5 5 5 4 23
3 5 5 4 5 5 24
4 4 4 5 5 5 23
5 5 5 4 4 5 23
6 4 4 5 4 5 22
7 5 5 4 5 5 24
8 5 4 5 5 4 23
9 4 4 4 5 5 22
10 5 5 4 4 4 22
11 4 5 5 4 5 23
12 5 5 4 5 4 23
13 5 5 5 5 5 25
14 4 5 5 5 5 24
15 4 5 5 5 5 24
16 5 4 5 5 4 23
17 4 5 5 5 5 24
18 4 5 4 5 4 22
19 5 5 3 4 5 22
20 4 5 5 5 5 24
21 5 5 4 4 5 23
22 5 5 5 5 5 25
23 5 5 4 5 4 23
24 4 4 4 5 5 22
25 5 5 5 5 4 24
26 4 5 4 5 5 23
27 5 5 5 4 4 23
28 4 5 4 5 4 22
29 5 5 5 5 5 25
30 4 5 4 5 4 22
31 5 4 4 5 5 23
32 4 3 5 4 4 20
33 5 4 5 3 3 20
34 4 4 4 4 4 20
35 5 5 5 4 3 22
36 4 4 4 4 4 20
37 5 4 5 5 5 24
38 5 5 4 4 4 22
39 4 4 5 4 4 21
40 4 5 4 5 5 23
41 3 4 5 5 5 22
42 4 4 4 4 4 20
43 3 3 3 4 4 17
44 4 4 3 4 3 18
45 4 3 4 3 4 18
46 3 2 3 5 4 17
47 4 3 4 3 3 17
48 3 4 3 3 4 17
49 4 3 3 4 3 17
50 3 4 4 3 2 16
51 3 4 2 4 3 16
52 4 3 2 3 3 15
53 3 3 3 3 3 15
54 3 2 2 3 3 13
55 2 3 1 2 3 11
56 3 2 2 2 2 11
57 2 3 2 1 2 10
58 2 2 1 2 2 9
59 1 1 2 1 1 6
60 1 2 1 1 1 6
Uji Validitas
Komite Audit (KA)
Correlations
1 .727** .644** .663** .653** .629** .691** .838**. .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60.727** 1 .684** .689** .635** .737** .670** .864**.000 . .000 .000 .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60.644** .684** 1 .665** .697** .629** .728** .855**.000 .000 . .000 .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60.663** .689** .665** 1 .632** .647** .721** .847**.000 .000 .000 . .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60.653** .635** .697** .632** 1 .669** .628** .830**.000 .000 .000 .000 . .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60.629** .737** .629** .647** .669** 1 .674** .837**.000 .000 .000 .000 .000 . .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60.691** .670** .728** .721** .628** .674** 1 .864**.000 .000 .000 .000 .000 .000 . .000
60 60 60 60 60 60 60 60.838** .864** .855** .847** .830** .837** .864** 1.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .
60 60 60 60 60 60 60 60
Pearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)N
KA1
KA2
KA3
KA4
KA5
KA6
KA7
KA
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Correlations
1 .679** .638** .676** .584** .631** .783**. .000 .000 .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60.679** 1 .745** .805** .767** .748** .899**.000 . .000 .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60.638** .745** 1 .769** .744** .818** .892**.000 .000 . .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60.676** .805** .769** 1 .747** .796** .912**.000 .000 .000 . .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60.584** .767** .744** .747** 1 .790** .882**.000 .000 .000 .000 . .000 .000
60 60 60 60 60 60 60.631** .748** .818** .796** .790** 1 .911**.000 .000 .000 .000 .000 . .000
60 60 60 60 60 60 60.783** .899** .892** .912** .882** .911** 1.000 .000 .000 .000 .000 .000 .
60 60 60 60 60 60 60
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
DPS1
DPS2
DPS3
DPS4
DPS5
DPS6
DPS
DPS1 DPS2 DPS3 DPS4 DPS5 DPS6 DPS
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Good Corporate Governance (GCG)
Correlations
1 .728** .736** .734** .698** .637** .618** .691** .611** .711** .865**. .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.728** 1 .765** .639** .594** .694** .637** .636** .671** .748** .861**.000 . .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.736** .765** 1 .646** .761** .757** .648** .624** .655** .732** .886**.000 .000 . .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.734** .639** .646** 1 .656** .630** .613** .666** .502** .621** .808**.000 .000 .000 . .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.698** .594** .761** .656** 1 .666** .583** .619** .482** .731** .820**.000 .000 .000 .000 . .000 .000 .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.637** .694** .757** .630** .666** 1 .746** .706** .578** .625** .850**.000 .000 .000 .000 .000 . .000 .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.618** .637** .648** .613** .583** .746** 1 .614** .525** .591** .792**.000 .000 .000 .000 .000 .000 . .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.691** .636** .624** .666** .619** .706** .614** 1 .575** .571** .808**.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 . .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.611** .671** .655** .502** .482** .578** .525** .575** 1 .655** .750**.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 . .000 .000
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.711** .748** .732** .621** .731** .625** .591** .571** .655** 1 .846**.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 . .000
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60.865** .861** .886** .808** .820** .850** .792** .808** .750** .846** 1.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Pearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)NPearson CorrelatioSig. (2-tailed)N
GCG1
GCG2
GCG3
GCG4
GCG5
GCG6
GCG7
GCG8
GCG9
GCG10
GCG
GCG1 GCG2 GCG3 GCG4 GCG5 GCG6 GCG7 GCG8 GCG9 GCG10 GCG
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Kinerja Bank Syariah
Correlations
1 .755** .724** .707** .678** .871**. .000 .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60.755** 1 .691** .720** .716** .876**.000 . .000 .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60.724** .691** 1 .724** .698** .874**.000 .000 . .000 .000 .000
60 60 60 60 60 60.707** .720** .724** 1 .826** .903**.000 .000 .000 . .000 .000
60 60 60 60 60 60.678** .716** .698** .826** 1 .888**.000 .000 .000 .000 . .000
60 60 60 60 60 60.871** .876** .874** .903** .888** 1.000 .000 .000 .000 .000 .
60 60 60 60 60 60
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
KBS1
KBS2
KBS3
KBS4
KBS5
KBS
KBS1 KBS2 KBS3 KBS4 KBS5 KBS
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Uji Reabilitas
Komite Audit
Reliability Statistics
.934 .935 7
Cronbach'sAlpha
Cronbach'sAlpha Based
onStandardized
Items N of Items
Dewan Pengawas Syariah
Reliability Statistics
.942 .942 6
Cronbach'sAlpha
Cronbach'sAlpha Based
onStandardized
Items N of Items
Good Corporate Governance
Reliability Statistics
.949 .949 10
Cronbach'sAlpha
Cronbach'sAlpha Based
onStandardized
Items N of Items
Kinerja Bank Syariah
Reliability Statistics
.928 .929 5
Cronbach'sAlpha
Cronbach'sAlpha Based
onStandardized
Items N of Items
Uji Sub Struktural I
Hasil uji secara individual
Coefficientsa
2.535 1.798 1.410 .164.408 .148 .305 2.750 .008
1.016 .173 .651 5.867 .000
(Constant)KADPS
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: GCGa.
Hasil uji hubungan korelasi
Correlations
1 .908** .896**. .000 .000
60 60 60.908** 1 .928**.000 . .000
60 60 60.896** .928** 1.000 .000 .
60 60 60
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
KA
DPS
GCG
KA DPS GCG
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Hasil uji secara simultan
ANOVAb
3681.112 2 1840.556 202.583 .000a
517.871 57 9.0854198.983 59
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), DPS, KAa.
Dependent Variable: GCGb.
Model Summaryb
.936a .877 .872 3.014Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), DPS, KAa.
Dependent Variable: GCGb.
Uji sub struktural 2
Hasil uji secara individual
Coefficientsa
.012 .990 .012 .990
.315 .085 .418 3.696 .000
.219 .119 .248 1.841 .071
.173 .072 .307 2.418 .019
(Constant)KADPSGCG
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: KBSa.
Hasil uji hubungan korelasi
Correlations
1 .908** .896** .918**. .000 .000 .000
60 60 60 60.908** 1 .928** .912**.000 . .000 .000
60 60 60 60.896** .928** 1 .911**.000 .000 . .000
60 60 60 60.918** .912** .911** 1.000 .000 .000 .
60 60 60 60
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
KA
DPS
GCG
KBS
KA DPS GCG KBS
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Hasil uji secara simultan
ANOVAb
1190.927 3 396.976 149.192 .000a
149.007 56 2.6611339.933 59
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), GCG, KA, DPSa.
Dependent Variable: KBSb.
Model Summaryb
.943a .889 .883 1.631Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), GCG, KA, DPSa.
Dependent Variable: KBSb.
KUISIONER
PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT DAN DEWAN PENGAWAS
SYARIAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE UNTUK MENINGKATKAN KINERJA BANK SYARIAH
(Studi Empiris Pada Perbankan Syariah di Jakarta)
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
Kepada Yth.
Bapak/Ibu Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program Strata
Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Dewi Megasari
NIM : 207082000556
bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul
“Pengaruh Peran Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah Dalam Mewujudkan
Good Corporate Governance Untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah”.
Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden
dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon maaf
telah menggangu waktu bekerjanya. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu
bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian.
Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu merupakan faktor kunci untuk
mengetahui pengaruh komite audit dan dewan pengawas syariahl dalam mewujudkan
Good Corporate Governance untuk meningkatkan kinerja bank syariah.
Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab dengan
lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor yang tidak di
isi maka kuesioner dianggap tidak berlaku.
Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting memilih
jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
Atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua
pertanyaan dalam eksperimen ini, saya sampaikan terima kasih.
Dosen Pembimbing Hormat saya,
Peneliti
(Dr. Amilin SE, AK. MSi) (Dewi Megasari)
DATA RESPONDEN
Nama Bank :
Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
Usia : ( ) 19-30 th ( ) 31-40 th ( ) >40 th
Jabatan anda saat ini :
Pendidikan Terakhir : ( ) S3 ( ) S2 ( ) S1 ( ) D3
Lama Bekerja :
Latar Belakang Pendidikan : ( ) Akuntansi ( ) Manajemen
( ) Ekonomi dan Studi Pembangunan
( ) Perbankan ( ) Ekonomi Syariah
( ) Lain-lain
Pertanyaan Penelitian
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian
anda, dimana:
Keterangan Nilai
SS = Sangat Setuju 5
S = Setuju 4
N = Netral 3
TS = Tidak Setuju 2
STS = Sangat Tidak Setuju 1
Komite Audit No. Pertanyaan SS S N TS STS
1. Komite Audit melakukan pengawasan atas proses operasional perusahaan agar sesuai standar.
2. Komite Audit menelaah kebenaran informasi yang disampaikan oleh direksi kepada komisaris, terkait laporan keuangan perusahaan.
3. Komite Audit memahami dan mengerti pokok permasalahan yang ada pada perusahaan.
4. Personil komite audit haruslah memiliki kompetensi dibidangnya.
5. Komite Audit mengadakan pertemuan dengan dewan pengawas syariah dan manajemen secara berkala.
6. Komite Audit memiliki hubungan kerja dengan dewan pengawas syariah dan manajemen.
7. Komite Audit mengawasi laporan dewan pengawas syariah.
Good Corporate Governance
(GCG) No. Pertanyaan
SS S N TS STS1. Dalam menerapkan GCG perusahaan
menempatkan laporan keuangan yang dihasilkan di internet.
2. Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah haruslah orang-orang yang berkualitas
3. Komite Audit secara teratur mengadakan rapat dengan Dewan Pengawas Syariah.
4. Penerapan GCG menimbulkan tekanan pihak internal yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang baru.
5. Untuk mewujudkan GCG perusahaan membuat standar profesional untuk karyawan.
6. Perusahaan mempunyai pejabat khusus yang bertugas untuk memastikan bahwa perusahaan sepenuhnya taat pada hukum dan peraturan perundangan-undangan yang ada.
7. Perusahaan seharusnya memiliki kode etik yang tertulis.
8. Perusahaan memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada stakeholders sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
9. Perusahaan memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan agama, suku, ras, golongan, gender dan golongan fisik.
10. Perusahaan memberikan kesempatan kepada pihak yang berkepentingan (pemegang saham, pelanggan) untuk memberikan masukan dan pendapat bagi kepentingan perusahaan.
Dewan Pengawas Syariah No. Pertanyaan SS S N TS STS
1. Dewan Pengawas Syariah (DPS) melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya.
2. DPS memberikan usulan pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan.
3. DPS melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang dibawahinya kepada Dewan Syariah Nasional.
4. DPS harus memenuhi standar good corporate governance, aspek akuntabilitas dan transparansi, demi terciptanya kinerja yang baik dan memuaskan.
5. Personil DPS harus mengetahui dan memahami berbagai peraturan perbankan, terkait lembaga keuangan yang mereka bawahi.
6. DPS menjadi juru bicara berkaitan dengan isu-isu syariah yang muncul pada lembaga keuangan yang berada dibawah pengawasan.
Peningkatan Kinerja No. Pertanyaan SS S N TS STS
1. Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, saya dituntut untuk mampu membuat keputusan.
2. Saya dituntut untuk mampu bertanggung jawab.
3. Saya mampu dan bersedia melakukan perubahan yang lebih baik.
4. Saya harus berinisiatif dan mampu mengambil keputusan dalam memecahkan suatu permasalahan.
5. Saya berani mencoba tantangan baru.