PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA … SARLINDA.pdfPROGRAM DIPLOMA IV GIZI 2018 . PENGARUH...

111
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA POSYANDU LANSIA MENGGUNAKAN LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KUNJUNGAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LABIBIA KOTA KENDARI SKRIPSI Penyusun : Sarlinda NIM P00313017071 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI PROGRAM DIPLOMA IV GIZI 2018

Transcript of PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA … SARLINDA.pdfPROGRAM DIPLOMA IV GIZI 2018 . PENGARUH...

  • PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA POSYANDU LANSIA MENGGUNAKAN LEAFLET

    TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KUNJUNGAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS

    LABIBIA KOTA KENDARI

    SKRIPSI

    Penyusun :

    Sarlinda NIM P00313017071

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    PROGRAM DIPLOMA IV GIZI 2018

  • PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA POSYANDU LANSIA MENGGUNAKAN LEAFLET

    TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KUNJUNGAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS

    LABIBIA KOTA KENDARI

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Sains Terapan

    Penyusun :

    Sarlinda NIM P00313017071

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    PROGRAM STUDI DIPLOMA IV 2018

  • PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA POSYANDU LANSIA MENGGUNAKAN LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN

    PENGETAHUAN DAN KUNJUNGAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LABIBIA

    KOTA KENDARI

    Sarlinda dengan bimbingan Rosnah dan Kameriah Gani

    INTISARI

    Latar belakang : Posyandu Lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut, yang dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usila yang menitik beratkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh penyuluhan menggunakan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan dan kunjungan lansia di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Pra Eksperimen artinya desain penelitian experiment dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 57 responden. Pengetahuan lansia dan jumlah kunjungan lansia ke posyandu dalam 3 bulan kedepan (Bulan April, Mei dan Juni tahun 2018) diperoleh dengan menggunakan kuesioner Hasil : Pengetahuan terbanyak saat pre test yaitu kurang sebanyak 46 (80,7%) dan saat post test menjadi cukup sebanyak 45 (78,9%). Kunjungan lansia terbanyak saat pre test yaitu kurang aktif sebanyak 43 responden (75,4%) dan saat post test mengalami perubahan menjadi aktif sebanyak 51 responden (89,5%). Kesimpulan : Sebelum dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan sebagian besar pengetahuan kurang yaitu 46 (80,7%), Setelah dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan sebagian besar pengetahuan cukup yaitu 45 responden (78,9%). Sebelum dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan sebagian besar kunjungan kurang 43 responden (75,4%). Setelah dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan sebagian besar kunjungan aktif sebanyak 51 responden (89,5%). Ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap peningkatan pengetahuan dan kunjungan lansia yang dibuktikan dengan hasil uji mann whitney menunjukkan untuk variabel kunjungan nilai ρvalue (0,019) < α(0,05) dan variabel pengetahuan nilai ρvalue (0,031) < α(0,05). Kata kunci : Penyuluhan, leaflet, posyandu lansia

  • COUNSELLING INFLUENCE ABOUT IMPORTANT IS POSYANDU LANSIA USE THE LEAFLET TO MAKE UP OF KNOWLEDGE

    AND VISIT LANSIA IN POSYANDU REGIONAL LANSIA WORK THE PUSKESMAS LABIBIA

    TOWN KENDARI

    Sarlinda Supervised by Rosnah and Kameriah Gani

    ABSTRAC

    Background : Posyandu Lansia represent the service means for old age clan, what is done from, by, and for the clan of usila which dot weigh against at service of promotif and preventif, without disregarding curative effort and rehabilitatif. Target : This Research aim to for the influence of counselling use the leaflet to make-up of knowledge and visit lansia in regional Posyandu Lansia work the the public health centre of Labibia of Town Kendari. Method : This Research represent the research of its meaning experiment Pre [is] desain of research experiment with the amount of sampel research as much 57 responder. knowledge Lansia and sum up the visit lansia to posyandu in 3 month;moon to the fore (April Month;Moon, May And year June 2018) obtained by using kuesioner Result : Knowledge of a lot of moment pre test that is less as much 46 (80,7%) and moment post test to become enough as much 45 (78,9%). visit Lansia of a lot of moment pre test that is less be active as much 43 responder (75,4%) and moment of post test experience of the change become active as much 51 responder (89,5%). Conclusion : Before conducted a counselling use the leaflet show most knowledge less that is 46 (80,7%), After conducted by a counselling use the leaflet show most knowledge enough that is 45 responder (78,9%). Before conducted by a counselling use the leaflet show most visit less 43 responder (75,4%). After conducted by a counselling use the leaflet show most active visit as much 51 responder (89,5%). There is influence of counselling gizi to make-up of knowledge and visit lansia proved with the result test the mann whitney show for the variable of visit assess the value ( 0,019) < (0,05) and knowledge variable assess the value (0,031) < (0,05) Keyword : Counselling, visit of parents, knowledge.

  • KATA PENGANTAR

    Dengan penuh kerendahan hati serta sadar akan keterbatasan

    kemampuan, perkenankanlah penulis mengawali rasa terima kasih

    dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

    karena atas izin-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

    tepat pada waktunya dan semoga segala aktivitas keseharian kita bernilai

    ibadah di sisi-Nya. Amin.

    Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

    kepada ibu Rosnah, STP., MPH selaku pembimbing I dan

    ibu Kameriah Gani, SKM., M.Kes selaku pembimbing II yang telah

    dengan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan

    bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga

    kepada penulis salama menyusun skripsi.

    Demikian pula rasa hormat dan terima kasih penulis ucapkan

    kepada :

    1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kendari.

    2. Ibu Sri Yunanci V.G, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Gizi

    3. Bapak Dr. Sultan Akbar Toruntju, SKM, M.Kes selaku Ketua Program

    Studi Diploma D-IV Gizi.

    4. Bapak Petrus, SKM, M.Kes., Ibu Suwarni, DCN., MPH., dan Ibu

    Hariani, SST, MPH selaku tim penguji yang telah memberikan saran

    dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik

  • 5. Bapak dan ibu Dosen Gizi yang telah memberi bekal ilmu

    pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan

    menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    6. Kepala Puskesmas Labibia beserta staf yang telah mengizinkan dan

    membantu penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka

    penyelesaian penulisan skripsi ini.

    7. Ayahanda Tatta (alm) dan Ibunda Saddia yang sangat banyak

    memberikan bantuan moral, material, arahan, dan selalu mendoakan

    keberhasilan dan keselamatan selama menempuh pendidikan.

    8. Rekan-rekan sejawat mahasiswa(i) Program Studi D IV Gizi Poltekkes

    Kemenkes Kendari yang senantiasa memberikan banyak bantuan

    yang tak ternilai harganya.

    Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa

    melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, penulis menyadari masih

    terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan

    adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan

    skripsi ini. Amin

    Kendari, Agustus 2018

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    COVER .................................................................................................. i

    LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... v

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................... vi

    INTISARI ................................................................................................ vii

    ABSTRAC .............................................................................................. viii

    KATA PENGANTAR ............................................................................. ix

    DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah .......................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ............................................................ 5

    D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6

    E. Keaslian Penelitian .......................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Uraian Teori .................................................................... 11

    1. Tinjauan Tentang Posyandu Lansia............................ 11

    2. Tinjauan Tentang Pengetahuan ................................ 18

    3. Tinjauan Tentang Penyuluhan .................................... 20

    4. Tinjauan Tentang Leaflet ............................................ 24

    5. Tinjauan Tentang Lansia ............................................ 24

    6. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kunjungan

    Lansia di Posyandu Lansia ......................................... 26

    B. Landasan Pemikiran ........................................................ 32

    1. Kerangka Pikir ............................................................. 32

    2. Kerangka Konsep ........................................................ 33

  • C. Hipotesis Penelitian ......................................................... 33

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ............................................................... 34

    B. Populasi dan Sampel ....................................................... 34

    C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 36

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ....................... 36

    E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................. 37

    F. Prosedur Penelitian ......................................................... 40

    G. Manajemen Data .............................................................. 40

    H. Etika Penelitian ................................................................ 41

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ............................................................... 43

    B. Pembahasan ................................................................... 49

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ..................................................................... 60

    B. Saran .............................................................................. 60

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Keaslian Penelitian………………………………... 9 Tabel 2. Distribusi Jumlah Sampel berdasarkan

    Posyandu Lansia di Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018............................................

    36

    Tabel 3. Distribusi Jumlah penduduk dan komposisi

    Penduduk wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari........................................................

    44

    Tabel 4. Distribusi Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja

    Puskesmas Labibia Kota Kendari……………….. 45

    Tabel 5. Distribusi Posyandu Lansia di Wilayah Kerja

    Puskesmas Labibia Kota Kendari……………….. 46

    Tabel 6. Karakteristik Sampel Menurut Kelompok Umur

    di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia..................

    46 Tabel 7. Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin

    di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia..................

    47 Tabel 8. Karakteristik Sampel Menurut Tingkat

    Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia.................................................................

    47 Tabel 9. Pengetahuan Sampel Tentang Posyandu

    Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia.................................................................

    48 Tabel 10. Kunjungan Sampel ke Posyandu Lansia di

    Wilayah Kerja Puskesmas Labibia......................

    48 Tabel 11. Hasil Statistik Uji Mann-Whitney Test................. 49

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kerangka Teori ………………………………..... 32 Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian............................ 33

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Lembar Permintaan Menjadi Responden

    Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

    Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

    Lampiran 4. Master Tabel Penelitian

    Lampiran 5. Uji Statistik

    Lmapiran 6. Dokumentasi

    Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

    Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Posyandu Lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia

    lanjut, yang dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usila yang menitik

    beratkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan

    upaya kuratif dan rehabilitatif. Apapun upaya promotif dan preventif

    tersebut dapat diterapkan dengan melaksanakan kegiatan posyandu

    Lansia dan menerapkan pola hidup sehat serta berperan aktif dalam

    gerakan kesehatan di usia lanjut dengan tujuan untuk mewujudkan masa

    tua yang berbahagia dan berguna (Ismainar, 2015).

    Manfaat dari posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik

    dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan kartu menuju

    sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau

    ancaman salah satu kesehatan yang dihadapi. Jenis pelayanan kesehatan

    yang diberikan di posyandu lansia antara lain pemeriksaan status mental,

    pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan

    hemoglobin, kadar gula dan protein dalam urin, pelayanan rujukan ke

    puskesmas dan penyuluhan kesehatan (Kemenkes RI. 2011).

    Perlunya lansia untuk meningkatkan kunjungannya Posyandu

    lansia sangat dipentingkan agar para lansia terjaga kesehatannya dan

    para lansia memahami pentingnya kunjungan Posyandu dan para lansia

    dapat hidup mandiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan

  • Posyandu lansia adalah pengetahuan lansia akan posyandu,

    pemanfaatan posyandu, dukungan keluarga, dan peran kader posyandu.

    pengetahuan lansia akan posyandu masih belum positif, mereka

    menganggap bahwa menjadi tua/lansia merupakan hal biasa dan tidak

    perlu menjalani pemeriksaan apapun (Marlina, 2010).

    Lansia yang tidak aktif dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan

    di posyandu lansia, maka kondisi kesehatan mereka tidak dapat terpantau

    dengan baik, sehingga apabila mengalami suatu resiko penyakit akibat

    penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan dapat

    berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka. Penyuluhan dan sosialisasi

    tentang manfaat posyandu lansia perlu terus ditingkatkan dan perlu

    mendapat dukungan berbagai pihak, baik keluarga, pemeritah maupun

    masyarakat itu sendiri (Sari, 2013).

    Menurut WHO pada tahun 2010 persentase lansia dunia diestimasi

    9,11% dari jumlah penduduk dunia. Di Amerika tahun 2011 di estimasi

    akan terjadi silver tsunami of aging, yaitu terdapat 12 % populasi lansia. Di

    Jepang lansia dengan usia 65 tahun keatas sebanyak 22,6%. Di Jerman

    lansia dengan usia 65 tahun keatas sebanyak 20,5%. Di China sebanyak

    13%. Diperkirakan Indonesia, di tahun 2010 mempunyai populasi lansia

    dengan usia 60 tahun keatas sebanyak 9,77% dan di tahun 2020

    sebanyak 11,34% (BPS, 2009)

    Menurut Pusat Statistik jumlah lansia di Indonesia sampai pada

    tahun 2013 diperkirakan 23,9 juta jiwa dan sekitar 9,77% dari jumlah

  • penduduk total, dan jumlah ini meningkat terus menerus secara signifikan

    (Hayani, 2012).

    Jumlah penduduk lanjut usia Provinsi Sulawesi Tenggara tahun

    2016 sebanyak 152.848 jiwa dan sekitar 5,8% dari keseluruhan penduduk.

    Menurut kelompok umur, jumlah penduduk lansia terbagi menjadi lansia

    muda (60-69 tahun) sebanyak 110.791 orang, lansia menengah (70-79

    tahun) sebanyak 60.969 orang, dan lansia tua (80 tahun ke atas)

    sebanyak 20.093 orang. Sementara itu penduduk pra lansia yaitu

    kelompok umur 45-54 tahun sebanyak 268.022 orang dan 55-59 tahun

    sebanyak 98.179 orang.

    Data Kota Kendari jumlah penduduk lansia tahun 2016 sebanyak

    12.413 jiwa, sedangkan lansia yang memanfaatkan pelayanan kesehatan

    usia lanjut pada tahun sebanyak 3.897 jiwa atau sekitar 31,4% dari jumlah

    lansia (Profil Dinkes Kota Kendari, 2016).

    Puskesmas Labibia memiliki 5 (lima) posyandu lansia yaitu 1 buah

    di Kelurahan Anggilowu, 1 buah di Kelurahan Alolama, 1 di Kelurahan

    Labibia, 2 di Kelurahan Wawombalata. Berdasarkan data lansia di wilayah

    kerja Puskesmas Labibia tahun 2015 sebanyak 83 orang dengan

    kunjungan sebanyak 56 orang (67%), tahun 2016 jumlah lansia sebanyak

    102 orang dengan kunjungan sebanyak 63 orang (61%), dan tahun 2017

    jumlah lansia 148 orang dengan kunjungan sebanyak 58 orang (39%).

    Hal tersebut menunjukkan bahwa kunjungan ke Posyandu Lansia di

    wilayah kerja Puskesmas Labibia masih sangat rendah, dimana lansia

  • yang dibina masih kurang dari target pencapaian cakupan pelayanan

    kesehatan lansia pada tahun 2010 berdasarkan Standar Pelayanan

    Minimal (SPM) yaitu sebesar 70% (Depkes RI, 2010).

    Ketidakhadiran lansia di posyandu, menurut kader posyandu

    disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang didasari oleh kurangnya

    penyebaran informasi. Akibat dari kehadiran dan kurangnya penyebaran

    informasi ke lansia untuk datang ke Posyandu dalam intensitas rendah,

    maka lansia tidak dapat mengetahui bagaimana cara hidup sehat dengan

    segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada diri

    mereka. Selama ini kegiatan konseling gizi Puskesmas menggunakan

    media leaflet sebagai alat bantu yang merupakan fasilitator dalam

    memperlancar penyampaian informasi (Yuliani, 2015).

    Leaflet adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk

    menyampaikan pesan yang bersifat promosi, anjuran, larangan-larangan

    kepada khalayak massa dan berbentuk cetakan. Sehingga akhir dari

    tujuannya tersebut adalah agar masyarakat yang sebagai obyek

    memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam media komunikasi

    massa tersebut. Keunggulan dari leaflet adalah bahwa booklet ini

    menggunakan media cetak sehingga biaya yang dikeluarkan itu bisa lebih

    murah jika dibandingkan dengan menggunakan media audio dan visual

    (Wahono, 2010).

    Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian tentang “Pengaruh Penyuluhan Tentang Pentingnya Posyandu

  • Lansia Menggunakan Leaflet Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan

    Kunjungan Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Labibia

    Kota Kendari”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka

    rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :“Apakah penyuluhan

    tentang pentingnya posyandu lansia menggunakan leaflet berpengaruh

    pada tingkat pengetahuan dan kunjungan lansia di posyandu lansia

    wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari ?”.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui pengaruh tentang pentingnya posyandu

    lansia menggunakan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan dan

    kunjungan lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Labibia

    Kota Kendari.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui pengetahuan sebelum mendapatkan

    penyuluhan menggunakan leaflet di posyandu lansia wilayah kerja

    Puskesmas Labibia Kota Kendari.

    b. Untuk mengetahui pengetahuan sesudah mendapatkan

    penyuluhan menggunakan leaflet di posyandu lansia wilayah kerja

    Puskesmas Labibia Kota Kendari.

  • c. Untuk mengetahui kunjungan lansia sebelum mendapatkan

    penyuluhan menggunakan leaflet di posyandu lansia wilayah kerja

    Puskesmas Labibia Kota Kendari.

    d. Untuk mengetahui kunjungan lansia sesudah mendapatkan

    penyuluhan menggunakan leaflet di posyandu lansia wilayah kerja

    Puskesmas Labibia Kota Kendari

    e. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan menggunakan leaflet

    terhadap peningkatan pengetahuan dan kunjungan lansia di

    Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian dapat memberikan beberapa manfaat yaitu:

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil peneltian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan

    pengetahuan bagi lansia dan juga bagi keluarga tentang Posyandu

    lansia serta pemanfaatan kunjungan posyandu

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Puskesmas

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan upaya

    untuk meningkatkan penyuluhan berbagai macam hal berkaitan

    dengan masalah kesehatan dalam pelayanan posyandu lansia.

    b. Bagi Posyandu lansia dan keluarga

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    pengetahuan dan dampak positif untuk lebih meningkatkan

  • pelayanan terutama dalam meningkatkan dukungan keluarga itu

    sendiri, juga sebagai informasi bagi pemerintah dan praktisi agar

    lebih memperhatikan masalah kesehatan lansia dan meningkatkan

    kualitas pelayanan.

    c. Bagi peneliti selanjutnya

    Hasil penelitian dapat dijadikan dasar pengembangan bagi

    peneliti lain yang meneliti hubungan tingkat pengetahuan lansia

    tentang posyandu lansia dengan pemanfaatan kunjungan

    posyandu lansia selanjutnya.

    E. Keaslian Penelitian

    Tabel 1. Keaslian Penelitian

    No Penelitian Subjek Metode Persamaan Perbedaan

    1. Hayani, Fitri (2012) tentang Hubungan Perilaku Lansia Dan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Tanggerang Tahun 2012

    Semua lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Tangerang

    Cross Sectional

    Study

    Populasi sama kelompok lansia

    Rancangan penelitian menggunakan cross sectional study

    2. Marlina (2010) tentang Dukungan Keluarga Terhadap Pengontrolan

    Kelompok lansia

    Cross Sectional

    Study

    Populasi sama kelompok lansia

    Rancangan penelitian menggunakan cross sectional study

  • Hipertensi Pada Anggota Keluarga Yang Lansia Di Gampong Benteng Kecamatan Kota Sigli Nanggroe Aceh Darussalam

    3. Rahmalia Ningsih, Arneliwati, Widia Lestari (2014) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Lansia Mengunjungi Posyandu Lansia

    Semua lansia yang berada di Posyandu Lansia Tuah Karya Pekanbaru

    Deskriptif korelatif

    Populasi sama kelompok lansia

    Variabel lain dukungan keluarga

    4.

    Rahmita Novayenni, Febriana, Jumaini (2015) tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Angka Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia

    Semua lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sekijang

    Pre dan post Test

    Menggunakan penelitian Pre dan post Test

    Variabel lain umur, jenis kelamin, dan pekerjaan

    5. Sari (2013) tentang Pengaruh Tingkat Pengetahuan Lanjut Usia

    Semua lansia yang berada di Desa Karangjati

    Pre dan post Test

    Menggunakan penelitian Pre dan post Test

    Tempat penelitian berbeda

  • Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia di Desa Karangjati Kalijambe Sragen Tahun 2013

    6. Sigit Eko Prasetio (2015) tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Wilayah kartasura

    Semua kelompok usia yang telah memiliki umur 45-59 tahun di Desa Pabelan

    Quasi Eksperime

    ntal Design

    Menggunakan penelitian Quasi, variabel pengetahuan

    Variabel lain yaitu sikap lansia

    7. Wahono, Hesti (2010) tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Gantungan Makamhaji

    Semua lansia yang berada di posyandu Gantungan

    Cross Sectional

    Study

    Populasi sama kelompok lansia

    Rancangan penelitian menggunakan cross sectional study

  • 8. Winarsih (2011) tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Puskesmas Kemensu II Kabupaten Boyolali

    Semua lansia yang berada di puskesmas Kemensu II

    Cross Sectional

    Study

    Populasi sama kelompok lansia

    Rancangan penelitian menggunakan cross sectional study

    9. Yuliani (2015) tentang Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Lansia Dalam Memanfaatkan Posyandu Lansia

    Kelompok lansia

    Pre dan post Test

    Menggunakan penelitian Pre dan post Test

    Tempat penelitian berbeda

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Uraian Teori

    1. Tinjauan Tentang Posyandu Lansia

    a. Pengertian

    Pos pelayanan terpadu adalah pusat kegiatan masyarakat

    dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.Posyandu

    adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang

    dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan

    dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian

    NKKBS (Notoatmodjo, 2012).

    Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk

    masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati,

    yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan

    pelayanan kesehatan (Wahono, 2010).

    Pemeriksaan kesehatan di posyandu lanjut usia meliputi

    pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan

    dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS lansia) untuk mengetahui

    lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman salah satu kesehatan

    yang dihadapi. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu

    lansia antara lain pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari,

    pemeriksaan status inental, pemeriksaan status gizi, pengukuran

    tekanandarah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein dalam

  • urin, pelayanan rujukan ke puskesmas dan penyuluhan kesehatan.

    Kegiatan lain yang sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti

    Pemberian Makanan Tambahan (PMT lansia) dengan memperhatikan

    aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olahraga seperti senam lanjut

    usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Kemenkes,

    2013).

    Lansia yang tidak aktif dalam memanfaatkan pelayanan

    kesehatan di posyandu lansia, maka kondisi kesehatan mereka tidak

    dapat terpantau dengan baik, sehingga apabila mengalami suatu

    resiko penyakit akibat penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan

    dikhawatirkan dapat berakibat fatal danmengancam jiwa mereka.

    Penyuluhan dan sosialisasi tentang manfaat posyandu lansia perlu

    terus ditingkatkan dan perlu mendapat dukungan berbagai pihak, baik

    keluarga, pemeritah maupun masyarakat itu sendiri. Sasaran

    Posyandu Lansia meliputi beberapa kelompok di mana ada sasaran

    langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah usia

    virilitas/pra senilis 45 s.d. 59 tahun, Lansia 60 s.d. 69 tahun, dan lansia

    risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun (Adhani, 2011).

    Sedangkan sasaran yang tidak langsung adalah keluarga di

    mana lansia berada, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial

    yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia, petugas

    kesehatan yang melayani kesehatan lansia dan masyarakat luas.

  • Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan

    memberibagi lansia kemudahan pelayanan kesehatan dasar, sehingga

    kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan

    optimal. Berbagai kegiatan dan program posyandu lansia tersebut

    sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang tua di

    wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaafkan adanya

    posyandu tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat

    terpelihara dan terpantau secara optimal.

    Lansia yang tidak aktif dalam memanfaatkan pelayanan

    kesehatan diposyandu lansia, maka kondisi kesehatan mereka tidak

    dapat terpantau sehingga apabila mengalami suatu resiko penyakit

    akibat penurunankondisi tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan

    dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka. Penyuluhan dan

    sosialisasi tentang manfaat posyandu lansia perlu terus ditingkatkan

    dan perlu mendapat dukungan berbagai pihak, baik keluarga,

    pemeritah maupun masyarakat itu sendiri (Winarsih, 2011).

    b. Penyelenggaraan Posyandu Lansia

    Penyelenggara posyandu menurut Kemenkes (2013) terdiri dari

    beberapa kategori sebagai berikut:

    1) Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih

    menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas

  • 2) Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua

    RW yang berasal dari keder PKK, tokoh masyarakat formal dan

    informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

    c. Lokasi Posyandu Lansia

    Syarat lokasi/letak yang harus dipenuhi meliputi :

    1) Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat.

    2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.

    3) Dapat merupakan lokal tersendiri.

    4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk,

    balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.

    d. Tujuan Posyandu Lansia

    Adapun tujuan dari dibentuknya posyandu lansia yaitu

    (Kemenkes, 2013) :

    1) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai

    kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung.

    2) Memelihara kemandirian secara maksimal.

    3) Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai.

    4) Melaksanakan pengobatan secara tepat.

    5) Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual

    6) Sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia

    7) Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia

  • 8) Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan

    kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai

    dengan kebutuhan.

    Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara

    lain:

    a) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di

    masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai

    dengan kebutuhan lansia

    b) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta

    masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping

    meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

    e. Manfaat Posyandu Lansia

    Menurut Kemenkes (2013), manfaat dari posyandu lansia

    adalah :

    1) Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar.

    2) Kesehatan rekreasi tetap terpelihara

    3) Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang.

    f. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

    Menurut Kemenkes (2013), posyandu lansia hanya

    menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai

    berikut :

    1) Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran tinggi badan dan

    penimbangan berat badan.

  • 2) Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, Indeks

    Massa Tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seerti pengobatan

    sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.

    3) Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, terdapat

    juga pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan

    dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi,

    berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan

    sebagainya

    4) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan

    mental bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.

    g. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia

    Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi

    pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan

    dipantau Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal

    penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan

    yang dihadapi.

    Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di

    posyandu lansia (Kemenkes, 2013) :

    1) Emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit.

    2) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan

    pengukuran tinggi badan kemudian dicatat pada grafik Indeks Masa

    Tubuh (IMT).

  • 3) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan

    stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

    4) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau

    cuprisulfat

    5) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal

    adanya penyakit gula (diabetes mellitus).

    6) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai

    deteksi awal adanya penyakit ginjal.

    7) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan

    atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.

    8) Penyuluhan Kesehatan.

    Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan

    kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

    dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan

    kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk

    meningkatkan kebugaran. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di

    Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu:

    tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan

    kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran

    pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan

    laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS)

    lansia (Kemenkes, 2013).

  • 2. Tinjauan Tentang Pengetahuan

    a. Pengertian

    Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

    orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

    Penginderaan melalui panca indera yakni penglihatan, pendengaran,

    penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

    diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

    merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

    seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2012).

    Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang

    makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal.

    Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan

    konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi

    yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi

    bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status

    gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh

    cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila

    tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi essential.

    Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi

    dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang

    membahayakan.

  • b. Tingkat pengetahuan

    Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut

    Notoadmodjo (2012) mempunyai enam tingkatan, yaitu:

    1) Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Disebut juga dengan istilah recall (mengingat kembali)

    terhadap suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari

    atau rangsangan yang telah diterima.

    2) Memahami

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

    secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat

    menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

    telah paham terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat

    menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

    dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

    3) Aplikasi

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil (sebenarnya).

    Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum,

    rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

    yang lain.

  • 4) Analisa

    Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

    obyek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur

    organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain.

    Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata karena

    dapat menggambarkan, membedakan, dan mengelompokkan.

    5) Sintesis

    Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

    melaksanakan atau menghubungkan bagian suatu bentuk

    keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

    kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

    ada.

    6) Evaluasi

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

    Penilaian ini berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri

    atau menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya.

    3. Tinjauan Tentang Penyuluhan

    a. Pengertian

    Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan

    kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi

    dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia

  • secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih

    mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat

    b. Sasaran

    Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga,

    kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat

    dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga

    binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga

    diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang

    menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah,

    keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi

    lingkungan yang buruk dan sebagainya.

    Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan

    pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita,

    kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan

    seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai institusi

    pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan

    dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat

    dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan,

    masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah (Saydam,

    2011).

    c. Materi atau Pesan

    Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran

    hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu,

  • keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang

    disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang

    disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah

    dimengerti, tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam

    penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media

    untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian

    sasaran (Fitriani, 2011).

    d. Metode

    Menurut Notoatmodjo (2012), metode penyuluhan merupakan

    salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil

    penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain :

    1) Metode penyuluhan perorangan (individual)

    Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk

    membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik

    pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan

    pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah

    atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan

    atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain :

    a) Bimbingan dan penyuluhan

    Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih

    intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat

    dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan

  • dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian

    akan menerima perilaku tersebut.

    b) Wawancara

    Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan

    dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan

    klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum

    menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima

    perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah

    atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan

    kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan

    yang lebih mendalam lagi.

    2) Metode penyuluhan kelompok

    Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus

    mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan

    formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan

    berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan

    tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan

    3) Metode penyuluhan massa

    Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada

    masyarakat yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran

    bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis

    kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan

    sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus

  • dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa

    tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak

    langsung, biasanya menggunakan media massa.

    4. Tinjauan Tentang Leaflet

    Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui

    lembaran yang dilipat. Leaflet bertujuan untuk meningkatkan

    pengetahuan, karena memberikan informasi yang lebih spesifik.

    Keterbatasan Leaflet sebagai media cetak perlu waktu yang lama untuk

    mencetak tergantung dari pesan dan alat, relatif mahal untuk mencetak

    gambar atau foto, sulit menampilkan gerak di halaman, dapat mengurangi

    minat pembaca jika terlalu banyak dan panjang dan perlunya perawatan

    yang intensif.

    Adapun manfaat menggunakan media leaflet antara lain : sasaran

    dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi

    kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan

    sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh

    anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat

    memberikan informasi yang detail yang mana tidak diberikan secara lisan,

    mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan

    dengan kelompok sasaran.

    Sementara itu ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak

    cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah

  • hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan

    secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik. (Lucie, 2005).

    5. Tinjauan Tentang Lansia

    1. Pengertian

    Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh

    semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa

    dihindari oleh siapapun. Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial

    dan biologi. Sebagai suatu fakta sosial, lansia merupakan proses

    penarikan diri seseorang dari berbagai status dalam struktur

    masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti semakin

    lemahnya manusia secara fisik dan kesehatan. Manusia lanjut usia

    adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan

    biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

    pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Karena itu kesehatan

    manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap

    dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara

    produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta

    berperan aktif dalam pembangunan (Wahono, 2010)

    2. Klasifikasi Lansia

    Beberapa pendapat mengenai batasan umur antara lain

    (Notoatmodjo, 2012) :

    a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi :

  • 1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai

    59 tahun

    2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun

    3) Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun

    4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

    b. Menurut Kemenkes RI ada lima klasifikasi lansia, yaitu (Kemenkes,

    2011) :

    1) Pralansia (prasenilis)

    Seseorang yang berusia 45-59 tahun.

    2) Lansia

    Seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.

    3) Lansia resiko tinggi

    Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih.

    4) Lansia potensial

    Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau

    kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

    5) Lansia tidak potensial

    Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

    tergantung orang lain

  • 6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia

    a. Peran Kader

    Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan

    terlatih dalam bidang tertentu yang tumbuh ditengah-tengah

    masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan

    meningkatkan dan membina kesejahteraan masyarakat dengan rasa

    iklas tampa pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan

    tugas-tugas kemanusiaan (Wahono, 2010).

    Kader kesehatan adalah adalah seseorang yang mau dan

    mampu melaksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan derajat

    kesehatan masyarakat di bawah pembinaan petugas kesehatan yang

    dilakukan atas kesadaran diri sendiri dan tanpa pamrih apapun.

    Jumlah kader posyandu lansia disetiap kelompok tergantung

    pada jumlah anggota kelompok, volume dan jenis kegiatan yaitu

    sedikitnya 3 orang. Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok

    sendiri atau bilamana sulit mencari kader dari anggota kelompok saja

    diambil dari diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia

    menjadi kader (Wahono, 2010).

    Tugas kader posyandu lansia antara lain :

    1) Menyiapkan alat dan bahan.

    2) Melaksanakan pembagian tugas.

    3) Menyiapkan materi / media penyuluhan.

    4) Mengundang ibu-ibu untuk datang ke posyandu.

  • 5) Pendekatan tokoh masyarakat.

    6) Mendaftar lansia.

    7) Mencatat kegiatan sehari-hari lansia.

    b. Sikap Lansia

    Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus

    atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat emosi

    yang bersangkutan (senang, tidak senang, setuju – tidak setuju, baik-

    tidak baik, dan sebagainya).

    1) Komponen pokok sikap

    Menurut Notoadmojo (2012) sikap itu sendiri terdiri dari 3

    komponen pokok, yaitu :

    a) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek,

    artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran ibu

    lansia terhadap posyandu lansia.

    b) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek,

    artinya bagaimana penilaian (terkandung didalam faktor emosi)

    ibu lansia terhadap posyandu lansia.

    c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap

    adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau

    perilaku terbuka. Misalnya sikap ibu untuk bertindak atau

    perilaku terhadap posyandu lansia.

    Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama-sama

    membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan

  • sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi

    memegang peranan penting.

    c. Dukungan Sosial

    Dukungan sosial adalah suatu sikap dengan cara memberikan

    kenyamanan dan bantuan secara fisik atau nyata kepada lansia,

    misalnya memperhatikan kesehatan lansia, mengantar atau menemani

    lansia untuk berobat atau berkunjung ke posyandu atau puskesmas.

    Dukungan sosial juga di sebut sebagai dukungan instrumental

    yaitu bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau

    materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, memberikan

    uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain.

    Bantuan instrumental ini berupa dukungan materi seperti benda

    atau barang yang dibutuhkan oleh orang lain dan bantuan finansial

    untuk biaya pengobatan, pemulihan maupun biaya hidup sehari-hari

    selama seseorang tersebut belum dapat menolong dirinya sendiri.

    Komponen-komponen Dalam Dukungan Sosial meliputi :

    1) Kerekatan Emosional (Emotional Attachment)

    Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan

    seseorang memperoleh kerekatan (kedekatan) emosional sehingga

    menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Bagi lansia adanya

    orang kedua yang cocok, terutama yang tidak memiliki pasangan

    hidup, menjadi sangat penting untuk dapat memberi dukungan

    sosial atau dukungan moral (moral support)

  • 2) Integrasi sosial (Social Integration)

    Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan lansia

    untuk memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang

    memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta

    melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama.

    Sumber dukungan semacam ini memungkinkan lansia

    mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan

    dimiliki dalam kelompok.

    3) Adanya Pengakuan (Reanssurance of Worth)

    Pada dukungan sosial jenis ini lansia mendapat pengakuan

    atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan

    dari orang lain atau lembaga. Sumber dukungan sosial semacam

    ini dapat berasal dari keluarga atau lembaga/instansi atau

    perusahaan/organisasi dimana sang lansia pernah bekerja. Karena

    jasa, kemampuan dan keahliannya maka ia tetap mendapat

    perhatian dan santunan dalam berbagai bentuk penghargaan.

    4) Ketergantungan yang dapat diandalkan ( Reliable Reliance).

    Dalam dukungan sosial jenis ini, lansia mendapat dukungan

    sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan

    bantuannya ketika lansia membutuhkan bantuan tersebut. Jenis

    dukungan social jenis ini pada umum berasal dari keluarga. Untuk

    lansia yang tinggal di lembaga, misalnya pada Sasana Werdha ada

    petugas yang selalu siap untuk membantu para lansia yang tinggal

  • di lembaga tersebut, sehingga para lansia mendapat pelayanan

    yang memuaskan.

    5) Bimbingan (Guidance)

    Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan

    kerja atau pun hubungan sosial yang memungkinkan lansia

    mendapatkan informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan

    dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang

    dihadapi. Jenis dukungan sosial jenis ini bersumber dari guru, alim

    ulama, pamong dalam masyarakat, figur yang dituakan dan juga

    orang tua.

    6) Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance)

    Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan

    perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini

    memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan bahwa orang

    lain tergantung padanya untuk memperoleh kesejahteraan. Itulah

    sebabnya sangat banyak lansia yang merasa sedih dan kurang

    bahagia jika berada jauh dari cucu-cucu atau pun anak-anaknya.

    Dengan memahami pentingnya dukungan social bagi lansia, kita

    semua diharapkan mampu untuk memberikan partisipasi dalam

    pemberian dukungan sosial sesuai dengan kebutuhan lansia.

  • B. Landasan Pemikiran

    Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia) adalah

    suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia dimasyarakat yang proses

    pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama

    lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan

    nonpemerintah, swasta, organisasi sosial dengan menitikberatkan

    pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan

    rehabilitatif (Kemenkes, 2011). Strategi tenaga kesehatan untuk

    memberikan pemahaman akan manfaat posyandu lansia melalui media

    yaitu leaflet. Leaflet merupakan media gambar yang menarik dan mudah

    dipahami isinya. (Winarsih, 2011).

    1. Kerangka Pikir

    Gambar 1. Bagan Kerangka Teori (Green, 1980 dalam Notoatmojo, 2012)

    Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan : - Akses jauh - Informasi

    kurang - Keluarga tidak

    mendukung

    Pendidikan Kesehatan Melalui

    Penyuluhan (Leaflet)

    Pengetahuan

    Proses Perubahan

    Perilaku

    Kunjungan posyandu

    lansia Meningkat

  • 2. Kerangka Konsep

    Berdasarkan kerangka teori diatas, maka peneliti merumuskan

    kerangka konsep penelitian yang akan menjadi acuan dalam

    melakukan penelitian seperti di bawah ini. Uraian tersebut dapat

    digambarkan seperti gambar di bawah ini :

    Keterangan :

    : Variabel yang diteliti

    Gambar 2. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

    C. Hipotesis Penelitian

    1. Tidak ada pengaruh penyuluhan tentang pentingnya posyandu lansia

    menggunakan leaflet terhadap pengetahuan lansia di Posyandu Lansia

    wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari.

    2. Ada pengaruh penyuluhan tentang pentingnya posyandu lansia

    menggunakan leaflet terhadap pengetahuan lansia di Posyandu Lansia

    wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari.

    Pengetahuan dan Kunjungan Sebelum

    Penyuluhan Menggunakan

    Leaflet

    Penyuluhan Menggunakan

    Leaflet

    Pengetahuan dan Kunjungan Lansia akan Mengalami

    Peningkatan

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Pra Eksperimen, artinya

    tanpa pembanding. Pendekatan yang dilakukan menggunakan teknik one

    group pre test dan post test design yaitu suatu penelitian yang dilakukan

    untuk menilai satu kelompok saja secara utuh (Notoatmodjo, 2012).

    Sebelum Perlakuan Sesudah

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dari penelitian ini adalah seluruh lansia yang terdaftar

    di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari tahun

    2017 berjumlah 148 orang

    2. Sampel

    Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia yang

    terdaftar di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Labibia Kota

    Kendari yang berjumlah 57 orang.

    a. Besar Sampel

    Cara penentuan jumlah sampel menggunakan rumus

    (Riduwan, 2010) :

    )1(

    )1(22

    2

    ppZNd

    ppNzn

    01 x 02

  • Keterangan : n = besar sampel N = besar populasi Z = nilai standar normal alpha = 0,01 (1,96) p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 39 %

    (persentase kunjungan lansia tahun 2017) d = besarnya penyimpangan yang bisa ditolerir (d=0,1)

    )1(

    )1(22

    2

    ppZNd

    ppNzn

    )39,0(39,0)96,1()1,0.(148

    )39,01(39,096,1.14822

    2

    n

    3935,2

    2033,135n

    49,56n dibulatkan menjadi 57 sampel.

    b. Teknik Penarikan Sampel

    Model pengambilan sampel secara proporsional random

    sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 54 sampel. Adapun

    besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing

    posyandu dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono (2011) :

    n = 1N

    XxN

    Keterangan :

    n = Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata

    N = Jumlah semua populasi

    X = Jumlah populasi pada setiap strata

    N1 = Sampel

    Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing-masing 5

    posyandu tersebut yaitu :

  • Tabel 2. Distribusi Jumlah Sampel berdasarkan Posyandu Lansia di Puskesmas Labibia Kota Kendari Tahun 2018

    No Nama Posyandu

    Lansia Perhitungan Sampel

    1 Anggilowu 5,1157148

    30x 12

    2 Alolama

    2,957

    148

    24x 9

    3 Tongkuno

    1,1057

    148

    26x 10

    4 Mentari Senja

    4,1657

    148

    43x 16

    5 Melaindoia

    6,957

    148

    25x 10

    Total 57

    C. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 April s/d 5 Juni

    tahun 2018 bertempat wilayah kerja Puskesmas Labibia.

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

    1. Penyuluhan menggunakan leaflet adalah penambahan pengetahuan

    dan kemampuan seseorang (lansia) melalui leaflet tentang manfaat

    posyandu lansia

    2. Kunjungan lansia adalah jumlah kehadiran lansia datang ke posyandu

    (Winarsih, 2011).

    Kriteria Objektif :

    Aktif : Bila kehadiran lansia sebanyak ≥ 2 kali/tahun

    Kurang Aktif : Bila kehadiran lansia sebanyak < 2 kali/tahun

  • 3. Pengetahuan lansia adalah segala sesuatu yang diketahui oleh lansia

    tentang posyandu lansia, yaitu: mengenai pengertian, tujuan , manfaat,

    dan pelayanan yang didapatkan di Posyandu lansia.

    Kriteria obyektif :

    a. Jumlah pertanyaan = 16

    b. Setiap pertanyaan berskala = 1 – 2

    c. Skor tertinggi = 16 x 2 = 32 = 100%

    d. Skor terendah = 1 x 2 = 2 = 6,25 %

    e. Kisaran (range) = Skor tertinggi – Skor terendah

    = 100% - 6,25 % = 93,75 %

    Kriteria objektif dibagi dalam 2 (dua) kategori (cukup dan kurang)

    2

    75,93i = 45,83 %

    100% - 45,83 % = 46,87 %

    Cukup : Bila sampel memperoleh skor > 46,87% dari total

    skor pertanyaan yang diberikan

    Kurang : Bila sampel memperoleh skor ≤ 46,87% dari total

    skor pertanyaan yang diberikan

    4. Lansia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua

    orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh

    siapapun.

    5. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

    lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang

    digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan

  • pelayanan kesehatan (Wahono, 2010).

    E. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data

    1. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data

    a. Data primer

    Data primer yang terdiri dari :

    1) Karakteristik sampel meliputi umur, jenis kelamin, tingkat

    pendidikan diperoleh dengan menggunakan kuesioner

    2) Pengetahuan lansia tentang manfaat posyandu diperoleh

    dengan menggunakan kuesioner

    3) Jumlah kunjungan lansia ke posyandu dalam 3 bulan kedepan

    (Bulan April, Mei, Juni tahun 2018) diperoleh dengan

    menggunakan kuesioner

    b. Data sekunder

    Data sekunder yang terdiri dari :

    1) Data tentang gambaran tempat penelitian yang meliputi tentang

    letak geografis, keadaan demografis serta jumlah kader

    posyandu dari dokumen yang tersedia (profil Puskesmas

    Labibia)

    2) Data tentang program kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja

    Puskesmas Labibia.

    2. Mekanisme Pengumpulan Data

    Pengumpulan data pengetahuan dilaksanakan dengan tiga

    tahap, yaitu:

  • a. Pre test

    Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan hari

    pelaksanaan posyandu lansia di posyandu masing-masing

    Kelurahan setiap bulannya diadakan satu kali, dilaksanakan

    sebelum lansia diberikan leaflet tentang pengertian, manfaat, dan

    tujuan dari posyandu lansia. Pelaksanaan pre test bertujuan untuk

    mendapatkan data pengetahuan sampel sebelum penyuluhan yaitu

    dengan metode wawancara terpimpin (menggunakan kuesioner

    dengan jumlah 16 pernyataan) pada sampel yang ditanyakan

    langsung oleh peneliti.

    b. Penyuluhan menggunakan leaflet

    Pelaksanaan penyuluhan dilakukan setelah semua data pre

    test pengetahuan sampel terkumpul. Tempat pelaksanaan

    penyuluhan dilaksanakan di aula Kelurahan Labibia.

    c. Post test

    Pengumpulan data pengetahuan dilaksanakan segera

    setelah leaflet selesai di bagikan dan para lansia telah

    membacanya dan menyimak, untuk mendapatkan data

    pengetahuan sampel peneliti menanyakan langsung kepada lansia

    atau keluarga yang menemani tentang materi posyandu lansia

    dengan bantuan kuesioner (kuesioner yang sama pada saat

    pretest).

    F. Prosedur Penelitian

  • Bagan 1. Prosedur Penelitian

    G. Manajemen Data

    1. Penyajian Data

    Data yang telah diolah dan disajikan dalam bentuk tabel

    distribusi frekuensi kemudian dinarasikan.

    2. Analisis Data.

    a. Analisis Univariat

    Analisis ini digunakan untuk mengetahui karakteristik

    sampel dan persentasenya

    I. Tahap persiapan a. Perizinan b. Instrumen penelitian

    II. Tahap Perlakuan a. Pengumpulan data

    - Memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden

    - Tahapan :

    - Pre test (pembagian kuesioner)

    - Kegiatan penyuluhan dengan membagikan leaflet tentang

    posyandu lansia)

    - Post test (pembagian kuesioner kembali)

    - Tahap pengambilan dokumentasi masing-masing responden

    III. Tahap Akhir a. Pengolahan dan analisis data b. Pembahasan dan penelitian

  • b. Analisis Bivariat

    Analisis menggunakan statistik uji Mann Whitney test

    yang digunakan untuk menguji dua sampel independent dengan

    bentuk data ordinal. Dengan rumus yang digunakan adalah :

    111

    2112

    )1(R

    nnnnU

    2

    22212

    2

    )1(R

    nnnnU

    Keterangan

    N1 = Jumlah sampel 1

    N2 = Jumlah sample 2

    R1 = Jumlah jenjang pada sampel 1

    R2 = Jumlah jenjang pada sampel 2

    Kriteria Pengambilan Keputusan :

    H0 diterima bila Uhitung ≥ Utabel

    H0 ditolak bila Uhitung ≤ Utabel

    H. Etika Penelitian

    1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

    Lembar persetujuan diberikan pada subyek yang akan diteliti.

    Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan dan

    dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.

    Jika sampel bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani

    lembar persetujuan tersebut. Jika responden menolak untuk diteliti

    maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-

    haknya.

  • 2. Anonimity (tanpa nama)

    Untuk menjaga kerahasiaan sampel, peneliti tidak

    mencantumkan nama koresponden pada lembar pengumpulan data,

    cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar

    tersebut.

    3. Confidentiality (kerahasiaan)

    Kerahasiaan informasi sampel dijamin oleh peneliti, hanya

    kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan

    sebagai hasil riset.

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Keadaan Geografis

    Kantor Puskesmas Labibia terletak di Kelurahan Labibia

    Kecamatan Mandonga Kota Kendari pada 3.922688 Lintang

    Selatan dan 122.49731 Bujur Timur. Luas wilayah kerja Puskesmas

    Labibia ± 60 KM2 yang berjarak ± 6 KM dari Ibukota Propinsi.

    Luas wilayah kerja Puskesmas Labibia ± 60 KM2 yang

    berjarak ± 6 KM dari Ibukota Propinsi. Wilayah kerja Puskesmas

    Labibia meliputi 4 Kelurahan di Kecamatan Mandonga dari 6

    Kelurahan yang ada di Kecamatan Mandonga, meliputi :

    a. Kelurahan Anggilowu

    b. Kelurahan Alolama

    c. Kelurahan Wawombalata

    d. Kelurahan Labibia

    Dimana kedua kelurahan yang tidak masuk dalam wilayah

    kerja Puskesmas Labibia adalah Kelurahan Mandonga dan

    Kelurahan Korumba.

    Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Labibia antara

    lain :

    a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia

    b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mandonga

  • c. Sebelah Timur berbatasan dengan Gunung Nipa-nipa

    d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bondoala

    2. Kondisi Kependudukan

    Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Labibia tahun

    2017 yang mendiami 4 Kelurahan yaitu Kelurahan Anggilowu,

    Kelurahan Alolama Kelurahan Wawombalata dan Kelurahan

    Labibia, dari 4 kelurahan tersebut yang memiliki penduduk

    terbanyak adalah Kelurahan Anggilowu, untuk lebih jelasnya dapat

    dilihat pada tabel distribusi penduduk sebagai berikut :

    Tabel 3. Distribusi Jumlah penduduk dan komposisi Penduduk wilayah kerja Puskesmas Labibia

    Kota Kendari

    No. Kelurahan Jenis Kelamin

    L P Jumlah

    1 Anggilowu 2884 2854 5738

    2 Alolama 1474 1447 2921

    3 Wawombalata 1605 1594 3199

    4 Labibia 1198 1220 2418

    Total 7161 7115 14276

    Sumber : Profil Puskesmas Labibia, 2017

    3. Tenaga Kesehatan

    Dalam menjalankan fungsinya sebagai Pusat Kesehatan

    Masyarakat, Puskesmas Labibia memiliki beberapa staf sebagai

    pelaksana tugasnya, yang masing-masing bekerja sesuai dengan

    bidang tugasnya masing-masing.

  • Tabel 4. Distribusi Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari

    No. Pendidikan PNS Kontrak Sukarela Jumlah

    1. S2 Master Manajemen Kesehatan

    1 - - 1

    2. Dokter Umum 1 - - 1

    3. Dokter Gigi 1 - - 1

    4. S1 Kesmas (SKM) 4 1 2 7

    5. S1 Teknologi Pangan (STP)

    1 - - 1

    6. S1 Keperawatan 4 - 1 5

    7. Apoteker 1 - - 1

    8. S1 Analis Kesehatan - - 1 1

    9. D4 Kebidanan 1 - - 1

    10. D3 Kebidanan 3 1 6 10

    11. D3 Gizi 2 - 1 3

    12. D3 Sanitasi 1 - 2 3

    13. D3 Keperawatan 6 - 2 8

    14. D3 Perawat Gigi - - 1 1

    15. D3 Farmasi - - 1 1

    16 D1 Kebidanan 1 - - 1

    17. Perawat (SPK) 2 - - 2

    18. SMA 1 2 3

    Total 30 4 17 51

    Sumber : Profil Puskesmas Labibia, 2017

    4. Posyandu Lansia

    Posyandu lansia yang berada dalam wilayah kerja

    Puskesmas Labibia secara keseluruhan terdapat 5 (lima) posyandu

    lansia, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

  • Tabel 5. Distribusi Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia Kota Kendari

    No Nama Posyandu

    Lansia Alamat/

    Kelurahan

    Jumlah Lansia (orang)

    Strata Posyandu

    1. Anggilowu Anggilowu 30 Purnama

    2. Alolama Alolama 24 Purnama

    3. Mentari Senja Labibia 43 Purnama

    4. Tongkuno Wawombalata 26 Purnama

    5. Melaindoro Wawombalata 25 Purnama

    Sumber : Profil Puskesmas Labibia, 2017

    B. Hasil Penelitian

    1. Karakteristik Sampel

    a. Kelompok Umur

    Umur adalah usia sampel pada saat wawancara dilakukan

    pada hitungan tahun seperti pada tabel 6 :

    Tabel 6. Karakteristik Sampel Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia

    Kelompok Umur (Tahun) n %

    45 – 59 29 50,9

    60 – 69 24 42,1

    > 70 4 7,0

    Total 57 100

    Tabel 6 menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak yaitu

    umur 45-59 tahun sebanyak 29 (50,9%) dan terkecil yaitu umur >

    70 tahun sebanyak 4 (7%).

  • b. Jenis Kelamin

    Jenis kelamin lansia yang berkunjung di posyandu lansia

    dapat dilihat pada tabel 7 :

    Tabel 7. Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia

    Jenis Kelamin n %

    Laki-Laki 16 28,1

    Perempuan 41 71,9

    Total 57 100

    Tabel 7 menunjukkan bahwa jenis kelamin terbanyak yaitu

    perempuan sebanyak 41 (71,9%) dan terkecil yaitu laki-laki

    sebanyak 16 (28,1%).

    c. Tingkat Pendidikan

    Tingkat pendidikan lansia di posyandu lansia dapat dilihat

    pada tabel 8 :

    Tabel 8. Karakteristik Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia

    Tingkat Pendidikan n %

    Tidak Tamat SD 13 22,8

    Tamat SD 21 36,8

    Tamat SMP 14 24,6

    Tamat SMA 6 10,5

    Akademi/Sarjana 3 5,3

    Total 57 100

    Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak

    yaitu tamat SD sebanyak 21 (36,8%) dan terkecil yaitu

    Akademi/Sarjana sebanyak 3 (5,3%).

  • 2. Analisis Univariat

    a. Pengetahuan

    Pengetahuan mengenai posyandu lansia disajikan pada

    tabel 9 :

    Tabel 9. Pengetahuan Sampel Tentang Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia

    Pengetahuan Pre Test Post Test

    n % n %

    Cukup Kurang

    11 46

    19,3 80,7

    45 12

    78,9 21,1

    Total 57 100 57 100

    Tabel 9 menunjukkan bahwa pengetahuan terbanyak saat

    pre test yaitu kurang sebanyak 46 (80,7%) dan pengetahuan

    terbanyak saat post test yaitu cukup sebanyak 45 (78,9%).

    b. Kunjungan Lansia

    Kunjungan lansia di posyandu lansia disajikan pada tabel 9 :

    Tabel 10. Kunjungan Sampel ke Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Labibia

    Kunjungan Lansia Pre Test Post Test

    n % n %

    Aktif Kurang Aktif

    14 43

    24,6 75,4

    51 6

    89,5 10,5

    Total 57 100 57 100

    Tabel 10 menunjukkan bahwa kunjungan lansia terbanyak

    saat pre test yaitu kurang aktif sebanyak 43 (75,4%) dan kunjungan

    lansia terbanyak saat post test yaitu aktif sebanyak 51 (89,5%).

  • 3. Analisis Bivariat

    Berdasarkan analisis tabel 11 hasil statistik uji Mann Whitney

    Test diperoleh nilai rata-rata yang signifikan dapat dilihat pada tabel 11

    Tabel 11. Hasil Statistik Uji Mann-Whitney Test

    Pengukuran Variabel

    N Mann

    Whitney

    pValue

    Kunjungan (pre-post) 57 249

    0,019

    Pengetahuan (pre-post) 57 271 0,031

    Hasil uji mann whitney menunjukkan untuk variabel kunjungan

    nilai ρvalue (0,019) < 0,05 dan variabel pengetahuan nilai ρvalue

    (0,031) < 0,05 maka terdapat perbedaan antara dua kelompok atau

    yang berarti H1 di terima

    C. Pembahasan

    1. Pengetahuan Sampel Sebelum Mendapatkan Penyuluhan

    Sebelum intervesi berupa penyuluhan gizi menggunakan leaflet

    dilakukan, hasil rekapan kuesioner pengetahuan sampel menunjukkan

    bahwa pengetahuan sampel sebagian besar memiliki pengetahuan

    kurang yaitu 46 (80,7%). Pengetahuan lansia yang kurang tentang

    posyandu lansia mengakibatkan kurangnya pemahaman lansia dalam

    pemanfaatan posyandu lansia. Keterbatasan pengetahuan ini akan

    mengakibatkan dampak yang kurang baik dalam pemeliharaan

    kesehatannya. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat

    diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya.

  • Masih banyak sampel yang belum mengetahui kegiatan yang

    ada di posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas labibia,

    dikarenakan sebagian besar sampel tidak mengikuti seluruh kegiatan

    yang ada di posyandu lansia. Sampel hanya mengikuti kegiatan

    tertentu saja, seperti penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan

    darah, dan atau kegiatan senam lansia.

    Pengetahuan lansia yang kurang mengakibatkan kurangnya

    pemahaman lansia akan pentingnya posyandu lansia, sehingga

    menyebabkan rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia.

    Keterbatasan pengetahuan akan mengakibatkan dampak yang kurang

    baik dalam pemeliharaan kesehatannya. Pengetahuan lansia akan

    manfatanya dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan

    sehari-hari. Menghadiri kegiatan posyandu lansia secara aktif, maka

    sampel akan mendapatkan pengetahuan tentang posyandu lansia,

    mendapatkan penyuluhan bagaimana cara hidup sehat, dan

    mengetahui segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang ada

    pada lansia.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan umumnya lansia

    memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang posyandu lansia.

    Pertanyaan pengetahuan menunjukkan bahwa sampel belum tepat

    menjawab pada pertanyaan kepemilikan dari posyandu lansia. Pada

    umumnya sampel menjawab bahwa posyandu lansia merupakan milik

    pemerintah, padahal sebenarnya posyandu lansia merupakan milik

  • masyarakat, karena posyandu lansia berlandaskan semboyan dari

    masyarakat, untuk masyarakat, dan oleh masyarakat.

    Pengetahuan yang rendah akan mempengaruhi seseorang

    untuk tidak hadir ke posyandu karena mereka tidak mengetahui apa itu

    manfaat berkunjung posyandu lansia. Pengetahuan yang rendah

    tentang manfaat berkunjung posyandu lansia dapat diperoleh dari

    pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya dengan

    menghadiri kegiatan yang ada posyandu lansia, mereka akan

    mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat

    dengan segala keterbatasan atau masalah yang melekat pada diri

    mereka. Dengan pengalaman inilah nantinya pengetahuan tersebut

    akan semakin meningkat dan menjadi dasar dalam pembentukan sikap

    sehingga dapat mendorong minat atau motivasi untuk selalu mengikuti

    kegiatan posyandu lansia.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hayani (2012)

    menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

    dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia.

    2. Pengetahuan Sampel Setelah Mendapatkan Penyuluhan

    Setelah (post test) dilakukan penyuluhan gizi melalui leaflet,

    tingkat pengetahuan sampel mengalami perubahan yang signifikan

    yaitu sebagian besar pengetahuan cukup sebanyak 45 sampel

    (78,9%).

  • Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan

    mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat

    dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat

    pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia akan

    menjadi lebih meningkat, yaitu menjadi meningkat, yang menjadi dasar

    pembentukan sikap dan dapat mendorong minat para lansia untuk

    selalu datang mengikuti kegiatan posyandu lansia setiap bulannya.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat

    pengetahuan seseorang maka semakin rendah tingkat pemanfaatan

    dan semakin sulit untuk memahami arti dari Posyandu yang

    sebenarnya, begitupun sebaliknya. Keberhasilan program di posyandu

    tidak hanya ditentukan oleh petugas kesehatan saja tapi juga

    dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat yang tinggi dan

    kesadarannya untuk menerapkan apa yang telah diperoleh saat

    pelaksanaan posyandu berlangsung. Selain itu perlunya meningkatkan

    sosialisi megenai program posyandu yang akan menambah wawasan

    lansia akan pentingnya mengikuti posyandu lansia, sehinga

    menimbulkan minat lansia untuk datang ke posyandu. Dengan

    mengikuti posyandu maka lansia akan mengetahui keterbatasan atau

    masalah kesehatan yang melekat pada mereka.

    Untuk mengatasi kurangnya pemahaman sampel akan manfaat

    posyandu lansia, maka perlu adanya peningkatan pengetahuan agar

    mereka lebih mengetahui manfaat apa saja yang diberikan apabila

  • berkunjung ke posyandu lansia. Olehnya itu peneliti melakukan

    penyuluhan menggunakan leaflet demi meningkatkan tingkat

    pengetahuan sampel sehingga aktif berkunjung mengikuti posyandu

    lansia.

    Salah satunya sangat diharapkan petugas kesehatan yang

    dibantu oleh kader dapat lebih memantau sampel pada saat kegiatan

    posyandu lansia untuk mengikuti seluruh kegiatan yang ada di

    posyandu lansia agar sampel mengetahui tahapan yang dilakukan dan

    menggunakan KMS yang berfungsi untuk memantau kesehatan

    sampel, dan petugas kesehatan dapat meningkatkan promosi

    kesehatan dan informasi mengenai posyandu lansia kepada sampel

    dan keluarga sampel.

    Sejalan dengan penelitian Dwi Eka Handayani (2012) bahwa

    pengetahuan lansia diperoleh dari hasil pengalaman lansia selama

    proses aktif di posyandu, sehingga lansia mampu merasakan manfaat

    dari kegiatan Posyandu Lansia.

    Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari

    (2013) yang menyatakan ada pengaruh tingkat pengetahuan terhadap

    kunjungan lansia ke posyandu lansia.

    3. Kunjungan Sampel Sebelum Mendapatkan Penyuluhan

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa posyandu lansia yang

    dilaksanakan oleh Puskesmas Labibia sebagian besar diikuti oleh

    kelompok umur 45-59 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan

  • Posyandu akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur lansia,

    ada kecenderungan semakin tua umur seseorang semakin sering

    mereka mengalami sakit sehingga semakin sering pula mereka

    memanfaatkan pelayanan kesehatan di Posyandu tersebut, juga

    semakin tua umur seseorang maka semakin banyak fungsi organ

    tubuh yang mengalami gangguan/masalah yang berdampak pada

    kebutuhan klien akan pemeliharaan kesehatannya. Menurut

    Hardywinoto (2013) menyatakan bahwa pada umur lansia sangat

    butuh sarana pelayanan kesehatan terkait penurunan berbagai fungsi

    dan kelemahan

    Sebelum dilakukan penyuluhan gizi, penelitian ini di awali

    dengan membagikan kuesioner kepada sampel, hal ini dilakukan untuk

    melihat keaktifan dalam memanfaatkan posyandu lansia dan mengukur

    tingkat pengetahuan, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

    besar kurang aktif memanfaatkan posyandu lansia (kunjungan kurang)

    sebanyak 43 sampel (75,4%). Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya

    lansia yang tidak aktif datang ke posyandu lansia daripada yang aktif.

    Dari segi pendidikan lansia, mereka sebagian besar tidak bersekolah

    sehingga untuk menerima informasi tentang posyandu lansia kesulitan

    dan akhirnya malas untuk datang serta kurang perhatian dalam

    menjaga kesehatan di usia tuanya dengan datang ke posyandu lansia.

    Ketidakaktifan lansia datang ke posyandu lansia ini dapat

    dimungkinkan karena pengetahuan lansia yang sebagian besar kurang

  • ditunjang dengan banyak lansia yang tidak sekolah. Para lansia kurang

    baik dalam penerimaan informasi mengenai posyandu lansia yang

    telah disuluhkan, sehingga lansia tidak paham dan menganggap

    posyandu lansia itu tidak penting untuk menunjang kesehatannya.

    Tingginya persentase sampel yang kurang aktif dalam mengikuti

    posyandu lansia berkemungkinan keluarga tidak mendukung.

    Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau

    kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga

    bias menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri

    untuk mendampingi atau mengantarkan lansia ke posyandu,

    mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha

    membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah kunjungan lansia

    yang mengikuti posyandu lansia masih rendah dibandingkan dengan

    yang aktif mengikuti posyandu lansia. Lansia yang aktif dilihat dari

    rutinnya untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia setiap bulannya.

    Rendahnya kunjungan sampel ke posyandu lansia dikarenakan masih

    kurangnya pendekatan terhadap sampel, seperti masih banyaknya

    sampel yang beranggapan bahwa posyandu lansia adalah tempat

    berobat yang harus mendapatkan obat.

    Menurunnya angka kunjungan lansia dalam memanfaatkan

    posyandu lansia, perlu adanya peningkatan pengetahuan agar mereka

    lebih mengetahui manfaat apa saja yang diberikan apabila berkunjung

  • ke posyandu lansia. Untuk itu diperlukan penyuluhan melalui media

    yang menarik seperti leaflet. Dalam hal ini promosi dilakukan secara

    terencana, terarah, dan berkesinambungan sehingga dengan kegiatan

    promosi itulah nantinya mereka yang berpengetahuan rendah tersebut

    akan lebih mengetahui lagi apa itu posyandu lansia, kegiatan apa saja

    yang ada didalamnya, manfaat apa yang diberikan, keuntungan apa

    yang didapat sehingga mereka yang tidak berkunjung lebih termotivasi

    lagi untuk berkunjung ke posyandu lansia.

    4. Kunjungan Sampel Setelah Mendapatkan Penyuluhan

    Setelah dilakukan intervensi, maka prosedur penelitian yang

    dilakukan dengan membagikan kuesioner kembali kepada sampel,

    jelas terlihat pada tingginya angka kunjungan lansia untuk

    memanfaatkan posyandu lansia sebanyak 51 sampel (89,5%).

    Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan lansia datang ke

    Posyandu Lansia adalah suatu frekuensi keterlibatan dan

    keikutsertaan dalam mengikuti kegiatan posyandu secara rutin setiap

    bulan dan merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan Lansia

    dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan dirinya secara

    optimal. Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk

    dibatasi karena perilaku merupakan kumpulan dari berbagai faktor baik

    internal maupun eksternal (lingkungan).

    Banyaknya sampel yang aktif berkunjung berdasarkan

    penelitian diketahui adanya jarak yang dekat antara rumah dengan

  • tempat posyandu lansia. Hasil pengumpulan data yang dilakukan

    bahwa sampel yang aktif berkunjung selalu memanfaatkan

    fasilitas/kegiatan pengukuran berat badan, pengukuran tekanan darah

    dan pemberian makanan tambahan.

    Dari data yang diperoleh lansia perempuan cenderung

    mempunyai perilaku yang tinggi untuk mengikuti Posyandu lansia 41

    (71,9%), sebaliknya bagi lansia laki-laki mempunyai perilaku

    cenderung kurang menyimak. Hal ini diakibatkan perempuan lebih

    tekun dalam menghadapi tindakan terutama mengikuti Posyandu

    lansia. Laki-laki tentunya cepat bosan jika dilihat dari segi psikologis

    jika mengikuti Posyandu lansia, jadi kesimpulannya untuk

    meningkatkan perilaku lansia untuk berkunjung ke Posyandu lansia

    harus melalui promosi kesehatan, ceramah, penyuluhan dan lain-lain.

    Menurut Green (1980) dalam Notoatmojo (2012) bahwa perilaku

    manusia yang terwujud dalam bentuk keaktifannya untuk datang ke

    posyandu lansia ini merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan

    seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi,

    sikap dan sebagainya.

    Kepatuhan merupakan suatu perekat yang mengikat

    sekelompok manusia dengan sistem-sistem, kepatuhan dalam

    mengikuti posyandu lansia merupakan hal yang penting bagi lansia

    dalam meningkatkan derajat kesehatan, sehingga dimasa tuanya

    lansia lebih berdaya guna.

  • Pendekatan dapat dilakukan oleh pimpinan puskesmas dan

    pemegang program posyandu lansia dengan cara bekerja sama

    dengan kader dan tokoh masyarakat agar sampel mengikuti kegiatan

    di posyandu lansia, selain itu penyebab rendahnya kunjungan sampel

    ke posyandu lansia adalah kurangnya pemerataan pelayanan

    kesehatan terhadap lansia. Pendekatan dan pemerataan pelayanan

    kesehatan perlu ditingkatkan lagi, agar sampel lebih aktif mengikuti

    kegiatan di posyandu lansia yang akan berdampak pada peningkatan

    kualitas hidup dan usia harapan hidup.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

    oleh Handayani & Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa

    ketidakaktifan lansia dikarenakan mayoritas lansia masih bekerja,

    lansia tidak ingin bergantung pada keluarganya, lansia ingin hidup

    mandiri tanpa bantuan dari keluarganya.

    5. Pengaruh penyuluhan tentang pentingnya posyandu lansia

    menggunakan leaflet

    Hasil uji mann whitney menunjukkan untuk variabel kunjungan

    nilai ρvalue (0,019) < 0,05 dan variabel pengetahuan nilai ρvalue

    (0,031) < α 0,05 maka terdapat pengaruh penyuluhan pentingnya

    posyandu lansia menggunakan leaflet terhadap peningkatan

    pengetahuan dan kunjungan lansia .

    Namun dalam penelitian ini masih terdapat lansia yang tidak

    memanfaatkan posyandu ini dapat disebabkan karena lansia tidak atau

  • belum mengetahui manfaat dari posyandu lansia itu sendiri.

    Predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan ini adalah kurangnya

    pengetahuan lansia, keluarga serta masyarakat tentang posyandu

    lansia baik dalam memahami dan mengetahui tujuan dan adanya

    kegiatan posyandu lansia menyebabkan motivasi atau pemanfaatan

    posyandu lansia oleh lansia akan berkurang (Ramdan, Suriah &

    Sumiati, 2012).

    Hasil penelitian yang dilakukan bahwa sampel tidak mengetahui

    adanya Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Labibia, bahkan

    mereka berfikir bahwa posyandu diperuntukkan hanya pada balita

    saja, sehingga dapat dipastikan bahwa lansia tersebut tidak melakukan

    pemanfaatan terhadap posyandu lansia yang sudah ada, sedangkan

    lansia lainnya sebenarnya mengetahui keberadaan posyandu lansia di

    wilayah tersebut, namun karena jarak posyandu lansia yang cukup

    jauh dari rumah dan tidak adanya keluarga yang mengantar jemput ke

    posyandu lansia, maka lansia memutuskan untuk berobat ke

    pelayanan kesehatan terdekat saja seperti praktik klinik dokter,

    puskesmas dan sebagainya.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

    oleh Rahmita dkk (2015) bahwa hasil uji statistik didapatkan nilai

    p value=0,018, karena nilai p value< α (0,05) maka Ho ditolak

    sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kunjungan

    sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan.

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Sebelum dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan

    sebagian besar pengetahuan kurang yaitu 46 (80,7%)

    2. Setelah dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan

    sebagian besar pengetahuan cukup yaitu 45 responden (78,9%).

    3. Sebelum dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan

    sebagian besar kunjungan kurang 43 responden (75,4%)

    4. Setelah dilakukan penyuluhan menggunakan leaflet menunjukkan

    sebagian besar kunjungan aktif sebanyak 51 responden (89,5%).

    5. Ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap peningkatan pengetahuan dan

    kunjungan lansia di Posyandu Lansia yang dibuktikan