PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LABORATORIUM...

10
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DI SMA NEGERI 11 TEBO KARYA ILMIAH OLEH WIDYA ISTIANI A1C110018 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI NOVEMBER 2014

Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LABORATORIUM...

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DI

SMA NEGERI 11 TEBO

KARYA ILMIAH

OLEH

WIDYA ISTIANI

A1C110018

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

NOVEMBER 2014

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DI

SMA NEGERI 11 TEBO

Oleh: Widya Istiani

1), Asrial

2), M. Haris Effendi Hsb

3)

1) Mahasiswa pendidikan kimia

2) Dosen pendidikan kimia

3) Dosen pendidikan kimia

Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan

Universitas jambi

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Media

Laboratorium Virtual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sifat Koligatif

Larutan di SMA Negeri 11 Tebo.

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

eksperimen semu (Quasy Experimental Design) dengan model Nonrandomized

Control Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian adalah kelas XII IPA

SMA 11 Tebo tahun ajaran 2014/2015. Sampel yang dijadikan objek penelitian

adalah kelas XII IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XII IPA 2 sebagai

kelas kontrol. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah tes objektif.

Analisis yang digunakan adalah dengan uji-t. Uji prasayarat menggunakan uji

normalitas dan uji homogenitas.

Hasil penelitian merupakan selisih antara nilai tes awal dan tes akhir siswa

dan diperoleh nilai rata-rata nilai kelas eksperimen adalah 52,33 dan rata-rata nilai

pada kelas kontrol adalah 34,67. Data dianalisis secara kuantitatif dengan

menggunakan uji-t dan diperoleh hasil bahwa uji hipotesis nilai diperoleh thitung =

6.352 dan ttabel = 1,679. Dari data uji hipotesis diketahui harga thitung > ttabel (6.352>

1,679) pada taraf nyata 0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar

kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan

bahwa terdapat pengaruh penggunaan media laboratorium virtual terhadap hasil

belajar siswa pada materi sifat koligatif larutan di SMA Negeri 11 Tebo.

Kata Kunci : Laboratorium Virtual, Hasil Belajar

PENDAHULUAN

IPA bukan hanya sebagai penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja,

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Dengan demikian pembelajaran IPA bukan

hanya pembelajaran yang menitik beratkan

pada konsep pengetahuan, akan tetapi lebih

diutamakan pada proses penelitian dan

penemuan sendiri. Pembelajaran IPA tidak

akan terpisah dari kegiatan praktikum.

Woolnough dan Allsop (dalam Rustaman,

2003) mengemukakan empat alasan

pentingnya kegiatan praktikum IPA. Pertama,

praktikum dapat membangkitkan motivasi

belajar IPA. Kedua, praktikum

mengembangkan keterampilan dasar

melakukan eksperimen. Ketiga, praktikum

menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah.

Keempat, praktikum menunjang materi

pelajaran.

Sebagai solusi untuk mengatasi

praktikum yang tidak bisa dilakukan, sekarang

ini ada suatu software yang sering disebut

dengan laboratorium virtual. Menurut Sutrisno

(2012) Praktikum kimia secara virtual artinya,

kita melakukan percobaan berbantuan

komputer yang telah tersedia software yang

siap untuk dioperasikan. Kita seolah-olah

melakukan praktikum seperti praktikum di

laboratorium yang sebenarnya.

Pembelajaran model kooperatif dengan

Media laboratorium virtual diberikan pada

kelas eksperimen sedangkan pada kelas

kontrol dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif dengan media

lembarkerja siswa. Menurut Sanaky (2009)

media pembelajaran adalah sebuah alat yang

berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan

pesan pembelajaran. Perbedaan penerapan

media pembelajaran pada kedua kelas

diharapkan akan memberikan hasil belajar

yang berbeda. Media berupa lembar kerja

siswa merupakan media hanya berupa gambar,

media ini kurang menarik jika dibandingkan

dengan media yang berupa visual bergerak.

Rayandra Asyhar (2010) mengatakan alat

bantu dan media guru dalam konsepsi

pengajaran visual adalah setiap gambar,

model, benda atau alat yang dapat memberikan

pengalaman visual yang nyata kepada peserta

didik. Media pembelajaran dapat

meningkatkan perhatian (atensi) peserta didik

terhadap materi pembelajaran. Oleh karena

penerapan media Laboratorium virtual dipilih

sebagai alternatif yang dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik.

Salah satu materi kimia yang memerlukan

praktikum adalah sifat koligatif larutan. Ada

beberapa indikator dalam kurikulum KTSP

yang harus dikuasai siswa pada materi sifat

koligatif larutan, diantaranya (1) Mengamati

penurunan titik beku suatu zat cair akibat

penambahan zat terlarut melalui percobaan (2)

Menghitung penurunan titik beku larutan

elektrolit dan non elektrolit berdasarkan data

percobaan (3) Mengamati kenaikan titik didih

suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut

melalui percobaan (4) Menghitung kenaikan

titik didih larutan elektrolit dan non elektrolit

berdasarkan data percobaan. Praktikum ini

dilakukan untuk menambah pemahaman siswa

tentang terjadinya titik didih dan titik beku

pada larutan elektrolit maupun larutan

nonelektrolit. Pada materi ini siswa dituntut

untuk memahami konsep penurunan titik beku

dan kenaikan titik didih dengan melakukan

percobaan.

Dari data nilai siswa-siswi SMA Negeri

11 Tebo diperoleh hanya 50% siswa pada

materi sifat koligatif larutan yang tuntas

dengan KKM 71. Motivasi belajar siswa dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa, untuk

menumbuhkan motivasi belajar dapat

dilakukan dengan menggunakan media

pembelajaran yang menarik. Menurut

Sardiman (2012) guru melakukan usaha-usaha

untuk dapat menumbuhkan dan memberikan

motivasi agar anak didiknya melakukan

aktivitas belajar dengan baik. Dengan

menggunakan media laboratorium virtual ini,

maka diharapkan akan ada peningkatan hasil

belajar siswa khususnya pada materi sifat

koligatif larutan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis

bermaksud mengadakan sebuah penelitian

eksperimen dengan mengangkat judul

“Pengaruh Penggunaan Media Laboratorium

Virtual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada

Materi Sifat Koligatif Larutan di SMA Negeri

11 Tebo”

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Stefani

(2012) yaitu pemanfaatan laboratorium virtual

melalui model pembelajaran berbasis masalah

untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa

SMA kelas XI IPA 1 SMA N 3 Kota Jambi

pada materi pH asam basa. Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan

laboratorium virtual melalui model

pembelajaran berbasis masalah dapat

meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa

kelas XI IPA 1 SMA N 3 Kota Jambi.

Penelitian lainnya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Ika Maryani (2010) yaitu

pembelajaran berbantuan media laboratorium

virtual laboratory Hasil penelitian

menunjukkan bahwa metode pembelajaran

kooperatif GI berbantuan media laboratorium

virtual dapat meningkatkan kualitas proses

belajar kimia materi pokok Laju Reaksi.

Penelitian selanjutnya yaitu yang

dilakukan oleh Haipan Salam, Agus Setiawan,

dan Ida Hamidah (2010) yaitu pembelajaran

berbasis virtual laboratory untuk

meningkatkan penguasaan konsep pada materi

listrik dinamis yang dilakukan terhadap

mahasiswa tingkat satu salah satu LPTK di

Indonesia yang sedang mengikuti mata kuliah

Fisika. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa

(1) pembelajaran berbasis virtual lab dapat

meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa

pada topik listrik dinamis. (2) metoda

pembelajaran virtual lab dapat dijadikan

alternatif untuk mengatasi keterbatasan

peralatan praktikum, (3) mahasiswa

memberikan respon baik terhadap

pembelajaran berbasis virtual lab.

Penelitian diatas dapat terlihat bahwa

pembelajaran dengan media laboratorium

virtual dapat meningkatkan konsep dan

aktivitas belajar siswa. Dengan keberhasilan

penelitian yang dilakukan sebelumnya peneliti

berharap ada pengaruh penggunaan

laboratorium virtual pada materi sifat koligatif

larutan.

B. Belajar dan Pembelajaran Belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

(Slameto, 2010). Sedangkan menurut

pengertian secara psikologis belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010)

bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan

jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif,

afektif dan psikomotor.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas,

belajar merupakan proses yang dilakukan oleh

siswa itu sendiri. Pada kegiatan belajar, siswa

menggunakan seluruh unsur yang ada pada

dirinya, baik itu unsur kognitif, afektif maupun

psikomotorik untuk melakukan suatu

pengalaman dengan cara berinteraksi dengan

lingkungannya sehingga membentuk suatu

perubahan dalam dirinya sebagai hasil belajar.

Sedangkan Pembelajaran merupakan proses

atau aktivitas belajar tersebut dan

pembelajaran merupakan kegiatan yang

sengaja dirancang untuk mempermudah proses

belajar.

Syaiful Bahri Djamarah (2010)

menyatakan beberapa factor yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar

diantaranya :

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari

keidupan anak didik. Dalam lingkunganlah

anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata

rantai kehidupan yang disebut ekosistem.

Selama hidup anak didik tidak bisa

dihindarkan diri dari lingkungan alami dan

lingkungan sosial budaya.

a. Lingkungan Alami

lingkungan hidup adalah lingkungan tempat

tinggal anak didik, hidup dan berusaha di

dalamnya. Kesejukan udara dan ketenangan

suasana kelas diakui sebagai kondisi

lingkungan kelas yang kondusif untuk

terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang

menyenangkan.

b. Lingkungan Sosial Budaya

pendapat yang tak dapat disangkal adalah

mereka yang mengatakan bahwa manusia

adalah makhluk homo socius. Semacam

makhluk yang berkecenderungan untuk hidup

bersama satu sama lainnya. Hidup dalam

kebersamaan dan saling membutuhkan akan

melahirkan interaksi sosial.

2. Faktor Instrumental

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang

akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat

kelembagaan. Dalam rangka melicinkan

kearah itu diperlukan seperangkat kelengkapan

dalam berbagai bentuk dan jenisnya.

Semuanya dapat diberdayakan menurut fungsi

masing-masing kelengkapan sekolah. Faktor

instrumental diantaranya :

a. Kurikulum.

Kurikulum dapat dipakai oleh guru

dalam merencanakan program pengajaran.

Muatan kurikulum akan mempengaruhi

intensitas dan frekuensi belajar anak didik.

b. Program

Program sekolah dapat dijadikan acuan

untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar.

Program pengajaran yang guru buat akan

mempengaruhi kemana arah proses belajar itu

berlangsung.

c. Sarana dan Fasilitas

Sarana dan fasilitas yang tersedia harus

dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya

guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar

anak didik di sekolah.

a. Media

Media adalah sebuah sarana yang mampu

memberikan informasi sebuah pesan atau

informasi kepada orang yang berinteraksi

dengan media tersebut. Jika diilustrasikan

dalam proses pembelajaran, maka orang yang

dimaksud bierinteraksi dengan media tersebut

adalah siswa. Hal ini bertujuan agar siswa

termotivasi dengan adanya alat bantu yang

berupa media pembelajaran tersebut.

b. Guru

Guru merupakan unsure manusiawi dalam

pendidikan.kehadiran guru mutlak diperlukan

didalamnya.

3. Kondisi Fisiologis

kondisi fisiologis pada umumnya sangat

berpengaruh terhadap kemampuan belajar

seseorang. Orang yang dalam keadaan segar

jasmaninya akan berlainan belajarnya dari

orang yang dalam keadaan kelelahan. Aspek

fisiologis ini diakui mempengaruhi

pengelolaan kelas.

4. Kondisi Psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses

psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan

dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi

belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah

berdiri sendiri, terlepas dari factor lain seperti

factor dari luar dan factor dari dalam. Factor

psikologis sebagai factor dari dalam tentu saja

merupakan hal yang utama dalam menentukan

intensitas belajar seorang anak. Oleh karena

itu, minat, bakat, kecerdasan, motivasi, dan

kemampuan-kemampuan kognitif adalah

factor psikologis yang utama mempengaruhi

proses dan hasil belajar anak didik.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat

disimpulkan dalam belajar, banyak sekali

faktor yang mempengaruhinya. Diantara ada

faktor internal, eksternal, faktor-faktor stimuli

belajar, faktor metode belajar, dan faktor

individual. Semua faktor-faktor ini

mempengaruhi siswa dalam belajar karena

siswa merupakan kunci terjadinya perilaku

belajar dan tercapainya sasaran belajar. C. Hasil Belajar

Menurut Arikunto (2013) hasil belajar

merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa

dalam mengikuti proses pengajaran yang

dilakukan guru. Hasil belajar ini biasanya

dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, atau

kata-kata baik, sedang, kurang dan sebagainya.

Asep Jihad (2012) menyatakan hasil

belajar tampak sebagai perubahan tingkah laku

pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur

dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat

diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik dibandingkan

dengan sebelumya. Aspek kognitif adalah

aspek yang mencakup kegiatan mental (otak).

Dalam aspek kognitif terdapat enam jenjang

proses berfikir, mulai dari jenjang terendah

sampai dengan jenjang yang pling tinggi.

Keenam jenjang yang dimaksud adalah : (1)

pengetahuan (C1) yaitu mengingat kembali

satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana, (2)

pemahaman (C2) yaitu kemampuan

menangkap makna atau arti dari suatu konsep,

(3) penerapan (C3) yaitu kesanggupan

menerapkan dan mengabstraksi suatu konsep,

ide,rumus, hukum, dan situasi yang baru.

Dari beberapa uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajar. Untuk

mengukur kemampuan siswa tersebut biasanya

dilakukan tes. Tes yang dimaksud berupa tes

formatif yang telah diarahkan kepata

pertanyaan sampai dimanakah guru telah

berhasil menyampaikan bahan pelajaran

kepada siswa. D. Praktikum

Kamidinal (2012) mengemukakan bahwa

metode praktikum merupakan penunjang

kegiatan proses belajar untuk menemukan

prinsip tertentu atau menjelaskan tentang

prinsip-prinsip yang dikembangkan. Suparno

(2007) menjelaskan bahwa praktikum adalah

metode yang mengajak siswa melakukan

kegiatan percobaan untuk membuktikan atau

menguji teori yang telah dipelajari memang

memiliki kebenaran

Kegiatan praktikum akan memberikan

makna apabila kegiatan tersebut direncanakan

dengan baik, memberi kesempatan untuk

memilih prosedur alternative, merancang

eksperimen, mengumpulkan data atau

menginterpretasikan data yang diperoleh.

Untuk dapat melaksanakan praktikum dengan

tuntunan tersebut diperlukan keterampilan

berfikir atau intelektual skill. Untuk

mengembangkan keterampilan tersebut dalam

praktikum, siswa perlu menggunakan prosedur

yang logis dan strategis. E. Laboratorium Virtual sebagai Media

Pembelajaran

Laboratorium Virtual adalah serangkaian

alat-alat laboratorium yang berbentuk

perangkat lunak (software) komputer berbasis

multimedia interaktif, yang dioperasikan

dengan komputer dan dapat mensimulasikan

kegiatan di laboratorium seakan-akan

pengguna berada pada laboratorium

sebenarnya.

Menurut Rayandra Arsyar (2010) media

dalam proses belajar mengajar cenderung

diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis,

atau elektronis untuk menangkap, memproses,

dan menyusun kembali informasi visual atau

verbal. Setiap sistem pembelajaran yang

melakukan peran mediasi, mulai dari guru

sampai peralatan paling canggih merupakan

alat yang menyampaikan pesan atau

mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.

Dapat disimpulkan dari beberapa

pendapat yang diungkapkan oleh para ahli di

atas bahwa media adalah sebuah sarana yang

mampu memberikan sebuah pesan atau

informasi kepada orang yang berinteraksi

dengan media tersebut. Jika diilustrasikan

dalam proses pembelajaran, maka orang yang

dimaksud berinteraksi dengan media tersebut

adalah siswa. Hal ini bertujuan agar siswa

termotivasi dengan adanya alat bantu yang

berupa media pembelajaran.

Menurut Sutrisno (2012) Laboratorium

virtual atau biasa disebut dengan virtual labs

adalah serangkaian alat-alat laboratorium yang

berbentuk perangkat lunak berbasik

multimedia interaktif, yang dioperasikan

dengan computer dan dapat mensimulasikan

kegiatan dilaboratorium seolah-olah pengguna

berada pada laboratorium sebenarnya.

Laboratorium virtual berpotensi untuk

memberikan peningkatan secara signifikan dan

pengalaman belajar yang efeketif.

Menurut Farreira (dalam Stefani, 2012)

ada beberapa manfaat yag diperoleh dengan

menggunakan laboratorium virtual adalah :

1. Mengurangi keterbatasan waktu, jika tidak

ada cukup waktu untuk mengajari seluruh

peserta didik di dalam lab hinga mereka

paham.

2. Mengurangi hambatan geografis, jika

terdapat siswa atau mahasiswa yang

berlokasi jauh dari pusat pembelajaran

(kampus).

3. Ekonomis, tidak membutuhkan bangunan

laboratorium, alat-alat dan bahan-bahan

seperti pada laboratorium konvensional.

4. Meningkatkan kualitas eksperimen, karena

memungkinkan untuk diulang untuk

memperjelas keraguan dalam pengukuran

di lalaboratorium.

5. Meningkatkan efektivitas pembelajaran,

karena siswa atau mahasiswa akan semakin

lama menghabiskan waktunya dalam

laboratorium virtual tersebut berulang-

ulang.

6. Meningkatkan keamanan dan keselamatan,

karena tidak berinteraksi dengan alat dan

bahan yang nyata.

Kelebihan menggunakan media

laboratorium virtual antara lain:

1) Keselamatan, dengan pembelajaran

menggunakan laboratorium virtual

keselamatan siswa terjamin karena tidak

bereksperimen secara langsung. Hal ini

menguntungkan apabila dilakukan

penelitian dengan zat yang berbahaya.

2) Dapat memperluas pengalaman siswa,

karena memberikan kesempatan untuk

menjelajah tempat di dunia yang tidak

mungkin di dunia nyata. Misalnya

pembuatan nuklir, proses gunung

meledak, dan kehidupan di ruang angkasa.

3) Kesempatan untuk menyelidiki,

memberikan kesempatan siswa untuk

bereksperimen dengan simulasi pada

lingkungan sekitar.

Keterbatasan penggunaan media virtual:

1) Siswa kurang dapat dinilai aspek

psikimotornya, misalnya apakah mereka

dapat memegang atau menggunakanpipet

tetes dengan benar.

2) Belum bisa digunakanpada daerah yang

minim teknologi / akses internet.

(edukasi.kompasiana.com/)

F. Matrei Sifat Koligatif Larutan Non

Elektrolit

a. Kenaikan Titik Didih Air (∆Tb)

Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada

saat zat cair mendidih. Perbedaan titik didih

larutan dengan titik didih pelarut murni

disebut kenaikan titik didih yang dinyatakan

sebagai ∆Tb (b berasal dari kata boil). Titik

didih suatu larutan lebih tinggi atau lebih

rendah daripada titik didih pelarut, bergantung

pada kemudahan zat terlarut itu menguap

dibandingkan dengan pelarutnya. Perubahan

pelarut murni ke larutan, yakni ∆Tb,

berbanding lurus dengan molalitas (m) dari

larutan tersebut:

∆Tb = Kb . M

Kb adalah tetapan kenaikan titik molal dari

pelarut (°C/m). Kenaikan titik didih (ΔTb)

adalah titik didih larutan (Tb) dikurangi titik

didih pelarut murni (Tbo).

b. Penurunan Titik Beku (ΔTf)

Seperti halnya pada kenaikan titik didih,

adanya zat terlarut dalam larutan akan

mengakibatkan titik beku larutan lebih kecil

daripada titik beku pelarutnya. Penurunan titik

beku, ΔTf (f berasal dari kata freeze)

berbanding lurus dengan molalitas (m) larutan:

ΔTf ∞ m atau ΔTf = Kf x m

dengan Kf adalah tetapan penurunan titik beku

molal pelarut (°C/m). Penurunan titik beku

(Tf) adalah titik beku pelarut murni (Tfo)

dikurangi titik beku larutan (Tf).

ΔTf = ΔTfo - Tf

Rumus untuk kenaikan titik didih dan

penurunan titik beku untuk larutan elektrolit

juga dikalikan dengan faktor Van't Hoff.

∆Tb = Kb m {1 + (n-1) α}

∆Tf = Kf m {1 + (n-1) α}

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang akan dilakukan

adalah penelitian eksperimen yang

dilaksanakan di kelas XII IPA SMA N 11

Tebo Penelitian ini menggunakan rancangan

penelitian eksperimen semu (Quasy

Experimental Design) dengan model

Nonrandomized Control Group Pretest-

Posttest Design. Dimana ada dua kelas sampel

yang menjadi objek penelitian untuk diberi

perlakuan. Perlakuan pada kelas eksperimen

dengan diajarkan pembelajaran kooperatif

bermedia laboratorium virtual dan pada kelas

kontrol diajarkan dengan model pembelajaran

kooperatif.. Adapun instrumen penelitian yang

digunakan adalah tes objektif. Analisis yang

dengan uji-t. Uji prasayarat menggunakan uji

normalitas dan uji homogenitas.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di kelas XII IPA

SMA Negeri 11 Tebo pada materi sifat

koligatif larutan sub materi kenaikan titik

didih dan penurunan titik beku. Dalam

penelitian ini terdapat satu kelas eksperimen

(kelas XII IPA1) yang di ajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif

bermedia laboratorium virtual dan satu kelas

kontrol (XII IPA 2) yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif

tanpa media. Kedua kelas sampel diajar

dengan materi yang sama tetapi berbeda pada

penggunaan media pembelajaran yang

diterapkan.

Sebelum melakukan penelitian, terlebih

dahulu dilakukan tes awal pada kelas kontrol

dan kelas eksperimen. Setelah kedua kelas

diberikan perlakuan, selanjutnya peneliti

melakukan tes akhir. Data yang digunakan

untuk analisis adalah selisih antara nilai tes

awal dengan tes akhir siswa. Dari data yang

diperoleh pada kelas kontrol, selisih nilai

antara tes awal dan tes akhir terbanyak antara

21-40 yaitu sebanyak 22 siswa, dan 6 siswa

memiliki selisih nilai cukup. Sedangkan pada

kelas ekperimen terdapat 16 siswa dengan

selisih nilai cukup dan 9 siswa dengan selisih

nilai baik. Sedangkan hasil perhitungan dari

uji-t nilai tes akhir menunjukkan bahwa

thitung>ttabel (6.352>1,679) pada taraf

kepercayaan 95%. Hal ini berarti H1 diterima

dimana dapat dikatakan bahwa hasil belajar

kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda.

Perbedaan nilai pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol menunjukkan adanya pengaruh

media laboratrium virtual dalam meningkatkan

hasil belajar siswa. Hal ini terjadi karena

beberapa faktor yang menjadi penyebab,

diantaranya pada kelas ekperimen yang

diajarkan terlihat siswa lebih aktif dan

berperan besar dalam pembelajaran.

Pembelajaran dengan model pembelajaran

Kooperatif dalam penelitian ini adalah

pembelajaran dengan metode belajar

berkelompok. Pada pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif melalui enam fase

pembelajaran diantaranya menyampaikan

tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan

informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok kooperatif, membimbing kelompok

bekerja dan belajar, menganalisis dan

mengevaluasi, kemudian memberikan

penghargaan kepada siswa.

Proses pembelajaran pada kedua kelas

diawali dengan menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa. Dalam kegiatan ini guru

memulai pembelajaran dengan memberikan

salam pembuka, mengingatkan siswa pada

materi pelajaran yang lalu, memotivasi siswa,

menyampaikan tujuan pembelajaran dan pada

pertemuan awal guru memberikan penjelasan

mengenai model pembelajaran yang akan

dijalani.

Tahap selanjutnya adalah menyajikan

informasi. Dalam tahap ini guru menyajikan

informasi kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Dalam

penelitian, peneliti memberikan materi

pembelajaran sifat koligatif larutan. Pada kelas

eksperimen peneliti mendemontrasikan cara

penggunaan media laboratorium virtual,

sedangkan pada kelas kontrol peneliti hanya

menceritakan hasil dari beberapa percobaan

yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut

Sanaky (2009) media pembelajaran adalah

sebuah alat yang berfungsi dan digunakan

untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Tahap berikutnya mengorganisasikan

siswa ke dalam kelompok kooperatif . Dalam

tahap ini, siswa sudah duduk di dalam

kelompoknya masing-masing. Dalam

pembagian kelompok peneliti menggunakan

prinsip pembelajaran kooperatif dimana

kelompok harus heterogen, pentingnya

interaksi antar anggota, komunikasi yang baik

kemudian adanya tutor sebaya. Pembagian

kelompok peneliti lakukan sebelum

pembelajaran dimulai. Dalam tahap ini peneliti

menyampaikan kepada siswa langkah kerja

yang harus dilakukan oleh siswa. Pada kelas

kontrol peneliti membagikan lembar kerja

siswa yang berisi hasil percobaan yang telah

dilakukan orang lain, sedangkan pada kelas

eksperimen peneliti membagian penuntun

praktikum laboratorium virtual. Kemudian

membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Pada tahap ini siswa melakukan belajar

kelompok secara bebas bersama teman-teman

dalam kelompoknya. Dari pengamatan pada

kelas kontrol terdapat beberapa siswa yang

kurang tertarik dengan tugas yang diberikan.

Sedangkan pada kelas ekperimen terlihat siswa

antusias dalam mengikuti pelajaran. Pada

kelas eksperimen penggunaan media

laboratorium virtual mampu membangkitkan

minat siswa untuk mempelajari kimia, karena

didalamnya terdapat animasi visual yang

menggambarkan proses penurunan titik beku

dan kenaikan titik didih. Sehingga siswa

antusias dan tertarik untuk belajar. Hal ini

sesuai dengan Rayandra Asyhar (2010) yang

mengatakan alat bantu dan media guru dalam

konsepsi pengajaran visual adalah setiap

gambar, model, benda atau alat yang dapat

memberikan pengalaman visual yang nyata

kepada peserta didik. Media pembelajaran

dapat meningkatkan perhatian (atensi) peserta

didik terhadap materi pembelajaran.

Setelah itu menganalisis dan

mengevaluasi. Pada tahap ini adalah penyajian

dari hasil pekerjaan kelompok yang telah

siswa kerjakan. Dalam penyajian hasil kerja

kelompok, peneliti menunjuk salah satu

kelompok untuk menyajikan hasil kerja

mereka. Sedangkan kelompok lain

memberikan pendapat terhadap hasil yang

disajikan. Tahap terakhir adalah pemberian

penghargaan. Dalam tahap ini pada kedua

kelas tidak ada perbedaan perlakuan peneliti

hanya memberikan penghargaan kepada

kelompok yang memiliki kerjasama yang

bagus.

Pada proses pembelajaran di kelas kontrol

terdapat suasana yang berbeda dari kelas

eksperimen. Pada kelas kontrol pembelajaran

didominasi oleh peran guru dalam

menjelaskan materi dan siswa kesulitan dalam

menemukan konsep soal yang diberikan.

Menurut Arsyad (2013) bahwa pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar dapat membangkitkan keinginan dan

minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan pembelajaran dan bahkan

membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

Minat memberikan sumbangan terbesar

terhadap keberhasilan belajar siswa. Sehingga

hasilnya di kelas kontrol pun berbeda dengan

kelas eksperimen.

Peran guru dalam mensiasati agar siswa

semangat belajar sangat membantu dalam

keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan uraian

diatas, diketahui bahwa penerapan media

laboratorium virtual berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan

pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh media Laboratorium

virtual terhadap hasil belajar siswa pada materi

sifat koligatif larutan sub materi penurunan

titik beku dan kenaikan titik didih di SMA

Negeri 11 Tebo.

DAFTAR RUJUKAN Anonim. Diakses Pada tanggal 6 Desember

2013. Kelebihan dan Keterbatasan

Laboratorium Virtual.

http://edukasi.kompasiana.com

Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran.

Jakarta : Raja Grafindo Persada

Arsyar, R. 2010. Kreatif Mengembangkan

Media Pembelajaran. Jakarta : GP

Press

Baharudin dan Wahyuni, E.N. 2010. Teori

Belajar dan Pembelajaran. Jakarta

:Ar-Ruz Zmedia

Djamarah, S. B. 2010. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Haryono. 2013 . Pembelajaran IPA yang

Menarik dan Mengasyikkan.

Yogyakarta : Kepel Press

Jihad, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran.

Yogyakarta : Multi Pressindo

Kamidinal. 2012. Teknik Laboratorium

Kimia. Yogyakarta : Pustka

Belajar

Maryani, I. 2010. Pembelajaran Kooperatif GI

(Group Investigation) Berbantuan

Media Laboratorium Virtual

Dilengkapi Handout untuk

Meningkatkan Kualitas Proses dan

Hasil Belajar. Surakarta :

Universitas Sebelas Maret.

Mulyani. 2011. Pengembangan LKS

Praktikum Virtual Untuk

Pembelajaran Fisika SMA

Menggunakan Program Phet

Dengan Pendekatan Keterampilan

Proses. Bandung : Universitas

Pasundan

Reismeiyanto. 2008. Manfaat Virtual from

www.google.com diakses 30

November 2013

Rustaman, dkk. 2003. Strategi Belajar

Mengajar Biologi. Jakarta :

FMIPA UPI

Salam, H Dan Setiawan, A. 2010.

Pembelajaran Berbasis Virtual

Laboratory Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep Pada Materi

Listrik Dinamis. Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia

Sanaky. 2009. Media Pembelajaran.

Yogyakarta : Safiria Insania Press

Slameto. 2010. Belajar dan Fakto-Faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta.

Soemanto. 2003. Psikologi Pendidikan.

Jakarta : Bina Aksara

Stefani, M. 2012. Pemanfaatan Laboratorium

Virtual melalui Model

Pembelajaran Berbasis Masalah

untuk Meningkatkan Aktivitas

Belajar Siswa SMA N 3 Kota

Jambi Pada Materi pH Asam

Basa. Jambi: Universitas Jambi

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung :

Tarsito

Sukardi, 2005. Metodologi Penelitian

Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sutrisno. 2012. Kreatif Mengembangkan

Aktivitas Pembelajaran Berbasis

TIK. Jakarta : Referensi

Suparno. 2007. Metodologi Pembelajaran

Fisika. Yogyakarta : Universitas

Sanata Dharma Triyono