PENGARUH PENGGUNAAN LKS EKSPERIMEN BERBASIS...
Transcript of PENGARUH PENGGUNAAN LKS EKSPERIMEN BERBASIS...
PENGARUH PENGGUNAAN LKS EKSPERIMEN
BERBASIS KONSTRUKTIVISME TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
HALIMAH
NIM 108016200005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Yang
Menggunakan LKS Eksperimen Berbasis Konstruktivisme Dengan LKS
Eksperimen Yang Terdapat Dalam Buku disusun oleh Halimah, NIM.
108016200005, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, Juni 2013
Yang mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Pengaruh Penggunaan LKS Eksperimen Berbasis
Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar Siswa disusun oleh HALIMAH
108016200005, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah
pada tanggal 23 Juli 2013 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.
Jakarta, 23 Juli 2013
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Sesungguhnya sesudah kesulitan
terdapat kemudahan, maka….
Berusahalah….
ITS DEDICATED FOR MY PRECIOUS MOM AND
DAD…. I LOVE YOU
i
ABSTRAK
Halimah. Pengaruh Penggunaan LKS Eksperimen Berbasis Konstruktivisme
Terhadap Hasil Belajar Siswa. Quasi eksperimen. Skripsi. Jakarta: Program Studi
Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan LKS eksperimen
berbasis konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan laju
reaksi. Penelitian ini dilakukan bulan Oktober 2012 di SMAN 90 Jakarta. Metode
penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian
pretest posttest control group design. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil
belajar berupa tes uraian. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan pada rata-rata
post test didapatkan = > = 1,6646 maka H0 ditolak. Karena
bila thitung lebih kecil atau sama dengan dari ttabel, maka H0 diterima. Maka dapat
disimpulkan hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
LKS eksperimen dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari pada hasil
belajar kimia siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS yang terdapat
dalam buku. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan LKS eksperimen berbasis
konstruktivisme berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada
konsep laju reaksi.
Kata kunci : LKS eksperimen berbasis konstruktivisme, Penggunaan LKS.
ii
ABSTRACT
Halimah. Influence of Constructivism Eksperiment Worksheet to Student
Learning Outcome. Quasi Experiment.Thesis. Jakarta: Chemical Education
Studies Program, Departement of Educational Science, Faculty of Science and
Teacher Training Tarbiya, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
The aim of this study to know influence of constructivism experiment worksheet to
student learning outcome on the concept of chemical reaction rate. The research
was conducted at SMAN 90 Jakarta on October 2012. The method used in the
research is quasi experiment using pretest posttest control group design. The
instrument in this research is used student achievement test. The result calculated
used t test, t count value is 6,06 while t table 1,6646. Because t count > t table it
mean refuses H0. It can concluded the influence of constructivism experiment
worksheet is accepted. This is show that used constructivism experiment
worksheet give influence that significant to student learning outcome on the
concept of chemical reaction rate.
Keywords : constructivism experiment worksheet, using experiment worksheet.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam senantiasa penulis curahkan
kepada nabi besar Muhammad SAW yang senantiasa menuntun para umatnya.
Skripsi ini merupakan proses yang cukup panjang bagi penulis. Akan tetapi
hal ini membawa harapan baru dan menjadi motivasi bagi penulis dalam penyelesaian
Skripsi ini. Setelah melalui proses yang cukup panjang akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan LKS Eksperimen
Berbasis Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar Siswa”.
Penulis sangat menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena, MA., Ph.D sekalu Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hanna Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Studi Pendidikan Kimia sekaligus
pembimbing I yang dengan kesabarannya dan ketekunannya menghadapi
saya.
4. Nanda Saridewi, M.Si sekali dosen pembimbing II yang begitu banyak
menginspirasi, memotovasi, memberikan pencerahan dengan penuh
kesabaran.
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Drs. Matalih, M.Si selaku kepala sekolah SMAN 90 Jakarta
iv
7. Drs. Parjuangan Lubis, MM selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum
SMAN 90 Jakarta.
8. Dra. Nurdiana, selaku guru pengampu mata pelajaran kimia kelas XI, yang
dengan kemurahan hatinya menizinkan saya melakukan penelitian dan saya
banyak mengambil pelajaran dari beliau.
9. Drs. Sentot Sumitro, MM, dan Erita Sy, S.Pd selaku guru MGMP mata
pelajaran kimia SMAN 90 Jakarta yang banyak memberi saya inspirasi dan
motivasi.
10. Seluruh Guru dan Staff SMAN 90 Jakarta.
11. Mama yang dengan ikhlas dan sabar mendidik saya serta memotivasi saya
(love you mama). Ayah walaupun jasadmu telah tiada namun ruh mu masi
sangat terasa (dad.. miss you). Dan seluruh anggota keluargaku (kakak dan
keponakanku) yang mendukung secara moral maupun materil.
12. Seluruh Teman-teman Pendidikan Kimia 2008 (Lilis, Winda, Silvi, Arif, Vivi,
Lena, Devi, Eka, Chaerani, Citra, Debby, Devi, Gofar, Feri, Nika, Rosalia)
dan lainnya yang tidak disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih untuk
hari-hari yang indah kawan.
13. Jamil, Tari, Desi, Luki, IPA 2008, Muiz, Ipin, Reza, Weno dan semua orang
yang berpengaruh dalam hidupku yang telah banyak membantu, memberikan
dorongan dan banyak motivasi.
Kritik dan saran sangat dibutuhkan bagi penulis untuk kesempurnaan dalam
skripsi ini, sehingga mudah dipahami dan berguna bagi semua orang yang
membutuhkannya.
Jakarta, Juni 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................... i
ABTRACT ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................... 4
E. Tujuandan Manfaat Penelitian ......................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL ........ 6
A. Hakikat Hasil Belajar ..................................................................... 6
B. Konstruktivisme ............................................................................ 11
C. Hakikat LKS .................................................................................. 20
D. Eksperimen .................................................................................... 25
E. LKS Eksperimen Berbasis Konstruktivisme ................................. 28
F. Laju Reaksi .................................................................................... 29
G. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 34
H. Kerangka Berfikir .......................................................................... 37
I. Hipotesis ........................................................................................ 38
vi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 39
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 39
B. Metode dan Desain Penelitian ....................................................... 39
C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 41
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 43
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................. 43
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 46
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 50
A. Data ......................................................................................... 50
B. Uji Prasyarat Analisis .................................................................... 52
C. Pembahasan .................................................................................... 55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 64
A. Kesimpulan .................................................................................... 64
B. Saran ......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 66
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Grafik Laju Reaksi Perubahan Konsentrasi
Produk dan Konsentrasi Reaktan ................................... 30
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir .......................................................... 37
Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Skor Post Test Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................................... 56
Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Gain Score Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol .......................................................... 56
Gambar 4.3 Klasifikasi Gain .............................................................. 57
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan LKS Eksperimen Berbasis Konstruktivisme
dan LKS Eksperimen yang Terdapat dalam Buku ............... 22
Tabel 3.1 Desain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................... 39
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar......................................... 41
Tabel 4.1 Deskiripsi Nilai Pre Test Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ....................................................................... . 50
Tabel 4.2 Deskiripsi Nilai Post Test Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ....................................................................... 51
Tabel 4.3 Deskiripsi Gain Score Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ................................................................................. 52
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pre Test ...................................... 53
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pre Test .......................................... 53
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Post Test dan Gain Score .......... 54
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Post Test dan Gain Score ........ 54
Tabel 4.8 Hasil Uji t Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................. 55
Tabel 6.1 Data Terurut Hasil Pre Test Kelas Eksperimen .................... 146
Tabel 6.2 Data Terurut Hasil Pre Test Kelas Kontrol ........................... 146
Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Pre Test Kelas Eksperimen ................. 147
Tabel 6.4 Distribusi Frekuensi Pre Test Kelas Kontrol ........................ 148
Tabel 6.5 Data Terurut Hasil Post Test Kelas Eksperimen................... 150
Tabel 6.6 Data Terurut Hasil Post Test Kelas Kontrol ......................... 150
Tabel 6.7 Distribusi Frekuensi Post Test Kelas Eksperimen ................ 151
Tabel 6.8 Distribusi Frekuensi Post Test Kelas Kontrol ....................... 152
Tabel 6.9 Data Terurut Hasil Gain Score Kelas Eksperimen ............... 154
ix
Tabel 6.10 Data Terurut Hasil Gain Score Kelas Kontrol ...................... 154
Tabel 6.11 Distribusi Frekuensi Gain Score Kelas Eksperimen ............. 155
Tabel 6.12 Distribusi Frekuensi Gain Score Kelas Kontrol.................... 155
Tabel 6.13 Sebaran Frekuensi Normalitas Pre Test Kelas Eksperimen .. 158
Tabel 6.14 Sebaran Frekuensi Normalitas Post Test Kelas
Eksperimen .......................................................................... 160
Tabel 6.15 Sebaran Frekuensi Normalitas Gain Score Kelas
Eksperimen .......................................................................... 161
Tabel 6.16 Sebaran Frekuensi Normalitas Pre Test Kelas Kontrol ....... 162
Tabel 6.17 Sebaran Frekuensi Normalitas Post Test Kelas Kontrol ...... 164
Tabel 6.18 Sebaran Frekuensi Normalitas Gain Score Kelas Kontrol ... 165
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ...................................................... 69
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ............................................................ 79
Lampiran 3 LKS Kelas Eksperimen ..................................................... 88
Lampiran 4 LKS Kelas Kontrol ............................................................ 106
Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrument Penilaian Hasil Belajar .................... 110
Lampiran 6 Format Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar ................. 118
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument ................. 135
Lampiran 8 Hasil Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ 137
Lampiran 9 Hasil Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...... 140
Lampiran 10 Hasil Gain Score Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 143
Lampiran 11 Data Hasil Pre Test ............................................................ 146
Lampiran 12 Data Hasil Post Test .......................................................... 150
Lampiran 13 Data Gain Score ................................................................. 154
Lampiran 14 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .............................................................................. 158
Lampiran 15 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ............................................................................... 166
Lampiran 16 Hasil Uji t Gain Score dan Post Test ................................. 170
Lampiran 18 Foto Penelitian ................................................................... 174
Lampiran 19 Surat Izin Penelitian .......................................................... 176
Lampiran 20 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ................. 177
Lampiran 21 Bimbingan Skripsi ............................................................. 178
Lampiran 22 Uji Referensi ..................................................................... 179
Lampiran 23 Biodata Penulis ................................................................. 180
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah utama pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih
rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar
peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini
tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat
konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu
bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa
proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan
tidak memberikan akses pada anak didik untuk berkembang secara mandiri
melalui penemuan dalam proses berfikirnya.1
Penggunaan media atau alat bantu pembelajaran disadari oleh banyak
praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik di
dalam kelas maupun di luar kelas, terutama membantu peningkatan hasil belajar
siswa.2 Namun, dalam implementasinya tidak banyak guru yang memanfaatkan
media pembelajaran tersebut untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu
media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah LKS (lembar
kerja siswa). “Lembar kerja siswa merupakan panduan bagi siswa untuk
mengerjakan pekerjaan tertentu yang dapat meningkatkan dan memperkuat hasil
belajar”.3 Menurut diknas, LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus di isi oleh peserta didik.4 LKS ini juga berkontribusi fositif dalam
membangun konsep sehingga siswa lebih memahami materi yang diajarkan.
1 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta, Prenada Media
Group, 2009), h.5
2 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru,(Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), h.2
3 Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran,(Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), h.171
4 Andi Prastowo. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: Diva press,
2011), h.203
2
Salah satu keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil
belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Salah satunya adalah kegiatan pembelajaran yang diterapkan. Penerapan
kegiatan pembelajaran yang sesuai dapat memberi kontribusi positif terhadap
hasil belajar siswa yaitu meningkatnya hasil bejar siswa. Bahan ajar yang
dibebankan kepada guru saat ini pada pembelajaran kimia untuk bisa
disampaikan kepada siswa sangat banyak. Oleh karena itu guru cenderung
memilih metode pembelajaran yang lebih menekankan bagaimana
menyelesaikan beban kurikulum tepat waktu dari pada menerapkan metode
pembelajaran yang mengajak siswanya untuk mengembangkan kemampuan
dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Akibat dari pembelajaran tersebut adalah adanya kesulitan siswa dalam
menyerap konsep kimia yang diajarkan oleh guru. Untuk mempermudah siswa
menyerap konsep yang diajarkan, maka harus dilakukannya metode eksperimen,
metode ini diyakini sebagai metode yang paling tepat dalam mengajarkan
konsep-konsep sains, karena sains berasal dari hal-hal yang bersifat fakta.5
Sedangkan menurut Nana Sudjana, ekperimen merupakan metode mengajar
yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan
usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar.6
Sejalan dengan metode eksperimen, konstruktivisme merupakan salah
satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia.
Konstruktivisme yaitu mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih
bermakna dengan cara berkerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.7 Manusia
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan objek,
fenomena, pengalaman dan lingkungan. Dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme siswa diharapkan lebih matang dalam memahami materi yang
5 Tonih Feronika, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, ( Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009), h.104
6 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2010), h.83
7 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009),
h.57
3
diajarkan. Metode eksperimen dan pendekatan konstruktivisme ini mempunyai
tujuan yang sama yaitu siswa diharapkan dapat lebih memahami materi yang
diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada metode eksperimen, siswa di tuntut untuk bekerja sendiri dan
menemukan sendiri pengetahuan yang baru, hal ini sejalan dengan pendekatan
konstruktivisme. Pada metode eksperimen ini, dibutuhkan lembar kerja
eksperimen sebagai media agar mencapai tujuan pembelajaran sesuai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. LKS yang digunakan guru cenderung tidak
sesuai dengan kebutuhan siswa dan tidak dapat mengkonstruk dengan maksimal
materi yang dipelajari. “Komponen-komponen LKS meliputi: Judul eksperimen,
teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data
pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi”.8 Sedangkan
pada kenyataannya Seperti di SMAN 90 Jakarta, guru kimia cenderung untuk
menggunakan LKS yang sudah tersedia di dalam buku pelajaran, tanpa
mengetahui apakah LKS memenuhi kompenen utama LKS dan LKS tersebut
tepat digunakan dan dapat membantu siswa untuk lebih mengerti dan
mengkonstruk sendiri pemahamannya sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Pada kenyataannya LKS yang terdapat dalam buku tidak
memenuhi komponen-komponen lengkap LKS seperti yang tertera di atas.
Komponen LKS yang terdapat dalam buku hanya judul percobaan, alat dan
bahan, cara kerja, dan kesimpulan.
Dalam Proses belajar mengajar, guru yang paling mengetahui keadaaan
siswa dan apa yang dibutuhkan oleh siswa, akan lebih baik jika LKS tersebut
didesain sesuai kebutuhan siswa. Alangkah lebih baiknya LKS yang didesain itu
juga dapat mengkonstruk pemahaman siswa sehingga mencapai tujuan
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian
tersebut, peneliti dalam penelitian ini ingin mengetahui “Pengaruh
Penggunaan LKS Eksperimen Berbasis Konstruktivisme Terhadap Hasil
Belajar Siswa”.
8 Trianto, Op. cit., h. 223
4
B. Identifikasi Masalah
Agar penelitian lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih
mendalam maka diperlukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah yang
ada sebagai berikut:
1. Kurangnya media pembelajaran terutama LKS eksperimen.
2. Guru tidak membuat sendiri LKS eksperimen yang sesuai dengan
kebutuhan siswa.
3. LKS eksperimen yang dimanfaatkan tidak memenuhi komponen lengkap
LKS.
4. LKS eksperimen yang dimanfaatkan cenderung tidak membangun
pemahaman siswa.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka
diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. LKS eksperimen yang digunakan adalah LKS eksperimen kimia berbasis
konstuktivisme pada pokok bahasan laju reaksi.
2. LKS eksperimen berbasis konstuktivisme dirancang untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap hasil belajar kimia.
3. LKS eksperimen berbasis konstuktivisme juga dirancang untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar kimia.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang terkait dengan
penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh penggunaan LKS eksperimen
berbasis konstruktivisme terhadap hasil belajar kimia?”.
5
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan KS eksperimen berbasis
konstruktivisme terhadap hasil belajar kimia.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan produk berupa LKS eksperimen berbasis konstuktivisme
yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran kimia khususnya media
LKS eksperimen pada materi laju reaksi.
2. Bagi guru sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan LKS
eksperimen yang tepat untuk pengajaran kimia.
3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan/pengalaman sebagai bekal
untuk menjadi seorang guru yang profesional.
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Hakikat Hasil Belajar
1. Belajar
“Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya”.1
“Menurut Gagne belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang
meliputi kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan
perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan
berbagai jenis kerja”.2 “Sedangkan menurut Suyono dan Hariyanto belajar
adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan mengokohkan
kepribadian”.3 Belajar bukan menghafal bukan juga mengingat. “Belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang”.4 Perubahan sebagai proses hasil proses belajar dapat ditunjukkan
seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.5
Jadi, belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh pengetahuan
yang ditandai dengan adanya perubahan kemampuan menjadi lebih baik.
Menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) Terdapat 4 hakikat universal dari belajar atau bisa disebut juga
empat pilar belajar,6 yaitu :
1 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2005), h. 5
2 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), h.12
3 Ibid., h.9
4 Nana Sudjana, Op. cit., h.28
5 Ibid.
6 Suyono dan Hariyanto, op. cit., h.29-33
7
a. Learning to know
Belajar untuk mengetahui (learning to know), berkaitan dengan
perolehan, penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan. Belajar untuk
mengetahui menurut UNESCO dipahami sebagai cara dan tujuan dari
eksistensi manusia. Belajar untuk mengetahui berimplikasi terhadap
diakomodasikannya konsep belajar tentang bagaimana belajar (learning how
to learn) dengan mengembangkan seluruh potensi konsentrasi pembelajar,
ketrampilan meningat dan kecakapan untuk berpikir.
b. Learning to do
Belajar untuk berkerja (learning to do), adalah belajar atau berlatih
menguasai ketrampilan dan kompetensi kerja. Jadi menurut konsep UNESCO
belajar jenis ini berkaitan dengan pendidikan vokasional.
c. Learning to live together
Belajar untuk hidup bersama (learning to live together), mengisyaratkan
keniscayaan interaksi berbagai kelompok dan golongan dalam kehidupan
global yang dirasakan semakin menyempit akibat kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi.
d. Learning to be
Belajar untuk menjadi manusia yang utuh mengharuskan tujuan belajar
dirancang dan diimplementasikan sedemikian rupa, sehingga pembelajar
menjadi manusia yang utuh, paripurna. Manusia yang utuh adalah manusia
yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan
seimbang, baik aspek ketakwaan terhadap Tuhan, intelektual, emosi, sosial,
fisik, maupun moral.
2. Hasil belajar
Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari segi hasil. “Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”.7 Hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya
kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan
7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2005) h.22
8
hasil yang sama.8 Jadi, hasil belajar adalah akibat yang diperoleh oleh siswa
setelah memperoleh suatu pengetahuan.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.9 Ranah
kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Ranah afektif berkenaan
dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau
reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotoris
berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga
ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pelajaran.10
Ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap
pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual.11
Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom,
mengemukakan adanya 6 (enam) kelas atau tingkat yakni:12
a. Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa
pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta,
istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari.
b. Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif
berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang
dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.
Dalam pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia
memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.
8 Sumiati dan Asra, Op. cit., h.38
9 Nana Sudjana, Op. cit., h.22
10
Ibid., h.22-23
11
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.202
12
Ibid., h.202-204
9
c. Penggunaan atau penerapan, merupakan kemampuan menggunakan
generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret
dan/atau situasi baru. Untuk penggunaan/penerapan, siswa dituntut
memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih generalisai/abstraksi
tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk
diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.
d. Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-
bagian yang menjadi unsur pokok. Untuk analisis, siswa diminta untuk
menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep
dasar.
e. Sintesis, merupakan kemampuan mengabungkan unsur-unsur pokok ke
dalam struktur yang baru. Dalam sintesis, siswa diminta melakukan
generalisasi.
f. Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu
maksud atau tujuan tertentu. Dalam evaluasi, siswa diminta untuk
menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus.
Proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh 2 faktor inti, yaitu faktor
internal (dari dalam diri) dan faktor eksternal. Berikut ini adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar13
:
a. Faktor internal
1. Faktor fisiologis
Secara umum, kondisi fisiologi seperti kesehatan yang prima, tidak
dalam keadaan lelah, tidak dalam keadaan cacat jasmani, semuanya akan
membantu dalam proses dan hasil belajar. Bahkan menurut Aminuddin
Rasyad dalam Yudhi, pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu
pengetahuan. Artinya, kondisi panca indera tersebut akan memberikan
pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan dan
kelemahan panca indera dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman
akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan atau
stimuli dalam proses belajar.
13 Yudhi Munadi, Op. cit., h.24-35
10
2. Faktor psikologis
Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi
psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal
jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan
hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis antara lain,
intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan
daya nalar.
b. Faktor eksternal
1. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula
lingkungan sosial.
2. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor-faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. faktor-
faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-
tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini dapat
berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru.
Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah:14
1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang
telah diberikan.
2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta
didik terhadap program pembelajaran.
3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta
didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
4. Untuk mendiagonsis keunggulan dan kelamahan peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat
14 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h.15
11
dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan pembinaan dan
pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya dapat dijadikan
acuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan.
5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai
dengan jenis pendidikan tertentu.
6. Untuk menentukan kenaikan kelas.
7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
“Informasi hasil belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi yang
telah ditetapkan dan dikumpulkan dengan berbagai bentuk penilaian, misalnya
tes tertulis (paper and pencil test) serta penilaian unjuk kerja
(performance)”.15
Tes tertulis yang sering digunakan adalah tes objektif dan
tes uraian. Sedangkan unjuk kerja siswa sering dinilai dengan cara pemberian
tugas atau portofolio.
B. Konstruktivisme
“Belajar lebih dari sekedar mengingat. Bagi siswa untuk benar-benar
mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri, lalu
selalu bergulat dengan ide-ide”.16
“Menurut pandangan konstruktivistik
belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini
harus dilakukan oleh si pembelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif
berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang
dipelajari”.17
Selain itu menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan
belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi
juga pada pengetahuan awal siswa. “Teori konstruktivis ini menyatakan
bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
15 Adi Suryanto, Evaluasi Pembelajaran di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.4.3
16
Endang Widi Winarni, Mengajar IPA Secara Bermakna, (Bengkulu: UNIB Press, 2009),
h.46
17
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h.58
12
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai”18
. Bagi memahami dan
dapat menerapkan pengetahuan mereka harus berkerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah
dengan ide-ide.19
“Belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses
pembentukan pengetahuan”.20
Pembentukan ini harus dilakukan oleh peserta
didik sendiri. Maka peserta didik harus aktif berfikir, melakukan kegiatan,
aktif berfikir, menyusun konsep dan member makna sesuatu yang
dipelajarinya.21
“Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari
apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar”.22
Pada dasarnya, pengetahuan
dibentuk pada diri manusia berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya
dan hasil interaksinya dengan lingkungan sosial di sekelilingnya. Belajar
adalah perubahan proses mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan
pengalamannya yang dialami para siswa sebagai hasil interaksinya dengan
lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang mereka peroleh itu adalah hasil
interpretasi pengalaman tersebut yang disusun dalam pikiran/otaknya. Jadi
siswa bukan berasal dari ada yang diberikan guru, melainkan merupakan hasil
usahanya sendiri berdasarkan hubungannya dengan dunia sekitar. Mengajar
adalah suatu upaya yang berusaha membantu siswa dalam merekonstruksi
pengetahuannya berdasarkan pengalamannya masing-masing. Jadi mengajar
bukan menyampaikan sejumlah informasi secara utuh kepada siswa. Dengan
demikian, konstruktivis ini merupakan suatu preposisi yang sederhana yaitu
siswa mengkosntruk pengertiannya terhadap dunia tempatnya hidup.23
Konstruksitivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi
premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun,
18 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta,
Prestasi Pustaka, 2007), h.13
19
Ibid.
20
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), h.78
21
Ibid.
22
Nuryani Rustaman dkk, Materi dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta: Universitas
Terbuka,2010), h.2.6
23
Lukmanul Hakim, Op. cit., h.46
13
mengkonstruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita
hidup.24
Kontruktivisme melandasi pemikirannya bahwa pengetahuan
bukanlah sesuatu yang given dari alam karena hasil kontak manusia dengan
alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif manusia
itu sendiri.25
Konstruktivis percaya bahwa pembelajar mengkonstruk sendiri
realitasnya atau paling tidak menterjemahkannya berlandaskan persepsi
tentang pengalamannya, sehingga pengetahuan individu adalah sebuah fungsi
dari pengalaman sebelumnya, juga struktur mentalnya, yang kemudian
digunakannya untuk menterjemahkan objek-objek serta kejadian-kejadian
baru.26
Jadi, konstruktivisme adalah proses pebentukan pengetahuan yang
dilakukan oleh peserta didik berdasar pengalaman yang dialaminya.
Asumsi-asumsi dasar dari konstruktivisme seperti yang diungkap oleh
Merril (1991) dalam Suyono adalah sebagai berikut 27
:
a. Pengetahuan dikonstruksikan melalui pengalaman;
b. Belajar adalah penafsiran personal tentang dunia nyata;
c. Belajar adalah sebuah proses aktif di mana makna dikembangkan
berlandaskan pengalaman;
d. Pertumbuhan konseptual berasal dari negoisasi makna, saling berbagi
tentang perspektif ganda dan pengubahan representasi mental melalui
pembelajaran kolaboratif;
e. Belajar dapat dilakukan dalam setting nyata, ujian dapat diintegrasikan
dengan tugas-tugas dan tidak merupakan aktivitas yang terpisah (penilaian
autentik).
“Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu
agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar”. 28
Guru tidak mentransfer pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu
24 Suyono dan Hariyanto, Op. cit., h.105
25
Ibid.
26
Ibid., h.106
27
Ibid.
28
Asri Budiningsih, Op. cit., h.59
14
siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.29
Guru dituntut untuk lebih
memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak
dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan
sesuai dengan kemauannya.30
Tugas guru adalah memfasilitasi proses dengan
membuat (1) membuat pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi
siswa, (2) memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan dan
menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan
strategi mereka sendiri dalam belajar.31
1. Prinsip Pendekatan Konstruktivis
Ada beberapa prinsip pendekatan konstuktivis yang dapat dijadikan
sebagai acuan dalam mengelola proses pembelajaran, yaitu32
:
a. Siswa diberi masalah yang sesuai dengan kehidupannya.
b. Penstukturan belajar pada konsep primer.
c. Menjajagi dan menghargai pendapat siswa.
d. Kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
e. Menilai belajar siswa dalam konteks mengajar.
2. Elemen Belajar yang Konstruktivis
Konstruktivis mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Ada lima
elemen belajar yang konstruktivistik, yaitu33
:
a. Pengaktifan pengetahuan baru (activating knowledge).
b. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge).
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge).
d. Memprektekkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge).
29 Ibid.
30 Ibid.
31 Suwarna, Pengajaran Mikro, (Yongyakarta: Tiara Wacana, 2006), h.121
32
Lukmanul Hakim, Op. cit., h.46
33
Ibid., h.47
15
e. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut
(reflecting knowledge)
3. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh
teori konstrukstivisme, yaitu34
:
a. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.
b. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
c. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin
dicapai.
d. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan
pada hasil.
e. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
f. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
g. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
h. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dalam pemahaman siswa.
i. Medasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif.
j. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran; seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan analisis.
k. Menekankan pentingnya “bagaimana” pada siswa belajar.
l. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
dengan siswa lain dan guru.
m. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
n. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata.
o. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
p. Memperhatikan keyakinan dalam sikap siswa dalam belajar.
q. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan
dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.
34 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV.Wacana Prima, 2009), h.28
16
4. Penerapan Teori Konstruksivisme di Kelas
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruksivisme tersebut di atas,
berikut ini dipaparkan tentang penerapannya di kelas35
:
a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar.
Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta
mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan
identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-
pertanyaan dan kemudian menganalisa serta menjawabnya berarti telah
mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta
menjadi “pemecah masalah” (problem solvers).
b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan
beberapa waktu kepada siswa untuk merespon.
Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas
dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan
pertanyaan dan cara-cara siswa merespons atau menjawabnya akan
mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan
penyelidikan.
c. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi.
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan
menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik
respon-respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk
menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi,
justifikasi dan mempertahankan gagasan-gagasan atau pemikirannya.
d. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan
siswa lainnya.
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang
bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau
menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk
mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-
gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya
35 Ibid., h.29-30
17
sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa
nyaman dan aman untuk mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog
yang sangat bermakna akan terjadi dikelas.
e. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong
terjadinya diskusi.
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai prediksi, seringkali
siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang
menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipoteses yang mereka buat,
terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.
f. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-
materi interaktif.
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme
melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam
dalam dunia nyata. Kemudian guru membantu para siswa untuk menghasilkan
abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut
secara bersama-sama.
5. Format pelajaran konstruktivis
a. Fase start
Guru dapat memulai dengan pertanyaan umum terbuka
(misalnya,”menurut kalian kimia itu ilmu tentang apa?”) lalu mendorong
murid untuk memberikan jawaban-jawaban terbuka dan mendiskusikan
tentang subjek ini. sebagai alternatif adalah mulai dengan sebuah masalah
yang relevan dengan kehidupan murid sehari-hari. Setalah itu pelajaran yang
dimaksud dapat di indroduksikan. Guru mungkin juga mengintroduksikan
suatu situasi yang membingungkan atau mengejutkan, yang menyebabkan
murid memikirkan tentang situasi tersebut.36
36 Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching Teori dan Aplikasi, (Jogakarta:
Pustaka Pelajar, 2008) h. 105-106
18
b. Fase eksplorasi
Murid mengerjakan kegiatan yang ditetapkan sesuai fase 1. Kegiatan
biasanya bersifat eksploratik, melibatkan situasi atau bahan-bahan riil, dan
memberikan kesempatan untuk kerja kelompok. Kegiatannya harus di
stukturisasikan sedemikian rupa sehingga para murid menghadapi isu-isu yang
memungkinkan mereka mengembangkan pemahaman, dan mestinya juga
cukup menantang. Ada baiknya untuk meningatkan murid tentang proses-
peroses metakognitif yang mungkin inin mereka terapkan ketika
menyelesaikan masalah.37
c. Fase refleksi
Pada fase ini, murid mungkin diminta untuk menengok kembali kegiatan
itu dan menganalisis serta mendiskusikan apa yang telah mereka kerjakan,
baik dengan kelompok-kelompok lain maupun dengan guru. Guru dapat
memberikan scaffolding yang bermanfaat selama fase ini, melalui pertanyaan
dan komentar yang dirancang untuk mengaitkan eksprolasi itu dengan konsep
kunci yang sedang di eksprorasi.38
d. Fase aplikasi dan diskusi
Setelah itu guru dapat meminta seluruh kelas untuk mendiskusikan
berbagai temuan yang menarik esimpulan. Langkah berikutnya dapat
diidentifikasi oleh guru atau murid, dan poin-poin kunci direkap.39
Secara rinci dapat dikemukakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar
konstruktivisme, seorang pendidik harus memperhatikan hal sebagai berikut40
:
a. Mengakui adanya konsepsi awal yang dimiliki siswa melalui
pengalaman sebelumnya.
b. Menekankan pada kemampuan awal minds-on dan hands-on.
c. Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan
konseptual.
37 Ibid., h.106
38
Ibid.
39
Ibid.
40
Endang Widi Winarni, Op. cit., h.49
19
d. Mengetahui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif.
e. Mengutamakan terjadinya interaksi social
Implementasi konstruktivisme dalam pembelajaran meliputi 4 tahapan
yaitu41
:
a. Apersepsi
Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukanakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu pendidik memancing
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematic tentang fenomena
yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas.
Siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan, mengilustrasikan
pemahamannya tentang konsep itu.
b. Eksplorasi
Tahap kedua, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan
menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan
penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang pendidik.
c. Diskusi dan penjelasan konsep
Tahap ketiga, saat siswa memberikan penjelasan dan solusi didasarkan
hasil observasi ditambah dengan penguatan pendidik, maka siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari, sehingga siswa
memperoleh konsep secara bermakna.
d. Pengembangan dan aplikasi
Tahap keempat, pendidik berusaha menciptakan iklim pembelajaran
yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptualnya, baik dengan kegiatan atau pemunculan dan pemecahan
masalah-masalah yang berkaitan isu-isu di lingkungannya.
41 Ibid., h.49-50
20
C. Hakikat LKS
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran.42
“LKS
merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa
diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri”.43
Sedangkan menurut diknas, LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus di kerjakan oleh peserta didik.44
Menurut Warsita, Lembar kegiatan
siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan
penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas dan tugas
tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai.45
Lembar kerja
siswa merupakan panduan bagi siswa untuk mengerjakan pekerjaan tertentu
yang dapat meningkatkan dan memperkuat hasil belajar.46
Lembar Kerja Siswa, yaitu materi ajar yang sudah dikemas sedemikian
rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut
secara mandiri. Dalam LKS, peserta didik akan mendapatkan materi,
ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, peserta didik
juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang
diberikan. Dan, pada saat yang bersamaan, peserta didik diberi materi serta
tugas yang berkaitan dengan materi tersebut. Dari penjelasan ini dapat kita
pahami bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar
kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada
kompetensi dasar yang harus dicapai.47
LKS disusun harus sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan
pembelajaran yang akan dihadapi. Selain itu, Keberadaan LKS memberi
42 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 74
43
Denny Setiawan, dkk, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007),
h. 2.25
44
Andi Prastowo, Op. cit., h.203
45
Ibid., h.204
46
Sumiati dan Asra, Op. cit., h.172
47
Andi Prastowo, Op. cit., h.204
21
pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga
penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan misalnya syarat
didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik.48
“LKS memuat sekumpulan
kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan
pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator
pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh”.49
Pengaturan awal (advance
organizer) dari pengetahuan dan pengetahuan siswa diberdayakan melalui
penyediaan media belajar pada setiap kegiatan eksperimen sehingga situasi
belajar menjadi lebih bermakna, dan dapat terkesan dengan baik pada
pemahaman siswa. Karena nuansa keterpaduan konsep merupakan salah satu
dampak pada kegiatan pembelajaran, maka muatan materi setiap LKS pada
setiap kegiatannya diupayakan agar dapat mencerminkan hal itu.50
“Komponen-komponen LKS meliputi: Judul eksperimen, teori singkat tentang
materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta
pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi”.51
Untuk kelas eksperimen LKS yang digunakan adalah LKS eksperimen
dengan pendekatan konstruktivisme, sedangkan untuk kelas kontrol adalah
LKS eksperimen yang terdapat dalam buku paket BSE karya Budi Utami, dkk.
LKS yang terdapat dalam buku ini terdapat kekurangan, diantaranya adalah
tidak memiliki komponen lengkap LKS yang sudah disebutkan diatas. LKS
yang terdapat dalam buku hanya mempunyai komponen judul eksperimen, alat
dan bahan, cara kerja, data hasil pengamatan dan pertanyaan hanya untuk
memberikan kesimpulan dari hasil eksperimen. Bahkan pada LKS untuk
eksperimen pengaruh konsentrasi, LKS tersebut hanya sampai pada tabel data
hasil pengamatan. Berikut ini Tabel 2.1 mengenai perbedaan LKS eksperimen
berbasis konstuktivisme dan LKS eksperimen yang terdapat dalam buku.
48 Eli Rohaeti, dkk, Pengembangan LKS Mata Pelajaran Sains Kimia untuk SMP kelas
VII,VIII dan IX
49
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta, Prenada Media
Group, 2009), h.223
50
Ibid.
51 Ibid.
22
Tabel 2.1 Perbedaan LKS Eksperimen Berbasis Konstruktivisme dan LKS
Eksperimen yang Terdapat dalam Buku
Komponen LKS Berbasis Konstruktivisme LKS yang Terdapat dalam
Buku
Judul
eksperimen Ya Ya
Teori singkat
tentang materi
Siswa diminta untuk mencari
sendiri teori dari berbagai
sumber
Tidak
Alat dan bahan
Ya, disesuaikan dengan
kondisi alat dan bahan di
sekolah
Ya
Prosedur
eksperimen Ya, berupa skema
Ya. Terdapat beberapa
bagian yang dapat membuat
siswa miskonsepsi.
Data
pengamatan Ya Ya
Pertanyaan Ya Tidak
Kesimpulan Ya Ya
Kelebihan Content disesuaikan dengan
kebutuhan siswa.
Terdapat dalam buku yang
terpublikasi secara Nasional
sehingga bisa digunakan
oleh banyak orang.
Kekurangan
Penggunaan masih sangat
terbatas (hanya untuk
penelitian).
Pada LKS pengaruh
konsentrasi tidak terdapat
pertanyaan maupun tugas
untuk menyimpulkan hasil
eksperimen.
Terdapat beberapa content
yang tidak sesuai
penggunaannya di sekolah.
23
2. Macam-macam bentuk LKS
Karena adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada
masing-masing LKS, hal ini berakibat LKS memiliki berbagai macam
bentuk.52
Terdapat lima macam bentuk LKS, sebagaimana dijelaskan berikut
ini :
a. LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep
Sesuai prinsip konstruktivisme, seorang akan belajar jika ia aktif
mengonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Salah satu cara
mengimplementasikannya dikelas adalah dengan mengemas materi
pembelajaran dalam bentuk LKS, yang memiliki ciri-ciri mengetengahkan
terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkret, sederhana, dan
berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Berdasarkan hasil pengamatan
mereka, selanjutnya peserta didik kita ajak untuk mengkonstruksi pengetahuan
yang mereka dapat tersebut.
LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan peserta didik, meliputi
melakukan, mengamati, dan menganalisis. Oleh karena itu, kita perlu
merumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik, kemudian
kita minta peserta didik untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya.
Selanjutnya, kita berikan pertanyaan-pertanyaan analisis yang membantu
peserta didik unutk mengaitkan fenomena yang mereka amati dengan konsep
yang akan mereka bangun dalam benak mereka.
b. LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan
berbagai konsep yang telah ditemukan.
Di dalam sebuah pembelajaran, setelah peserta didik berhasil
menemukan konsep, peserta didik selanjutnya kita latih untuk menerapkan
konsep yang telah dipelajari. Caranya dengan memberikan tugas kepada
mereka untuk melakukan diskusi, kemudian meminta mereka untuk berlatih
memberikan kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab.
52Andi Prastowo, Op. cit., h. 208-211
24
c. LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar
LKS bentuk ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di
dalam buku. Peserta didik akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika mereka
membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu peserta
didik menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat dalam
buku. LKS jenis ini juga sesuai untuk keperluan remediasi.
d. LKS yang berfungsi sebagai penguatan
LKS bentuk ini diberikan setelah peserta didik mempelajari topik
tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas dalam LKS ini mengarah pada
pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat didalam buku
pelajaran. Selain sebagai pembelajaran pokok, LKS ini juga cocok untuk
pengayaan.
e. LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum
Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum kedalam buku tersendiri, kita
dapat menggabunggan petunjuk praktikum kedalam kumpulan LKS. Dengan
demikian, dalam LKS bentuk ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu isi
(content) dari LKS.
3. Fungsi LKS
Menurut Andi Prastowo (2011) LKS memiliki setidaknya empat fungsi
sebagai berikut 53
:
a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan peserta didik.
b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami
materi yang diberikan.
c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.
d. Mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
4. Tujuan penyusunan LKS
Menurut Sumiati dan Asra, tujuan penyusunan LKS adalah54
:
53 Ibid., h.205-206
25
a. Menyiapkan kondisi siswa untuk siap belajar sebelum pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.
b. Membimbing siswa untuk memproses hasil belajarnya (menemukan atau
membuktikan konsep yang dipelajarinya).
c. Memotivasis siswa untuk belajar mandiri.
d. Memperkaya konsep yang telah siswa pelajari untuk diterapkan di dalam
kehidupan nyata.
Pengerjaan LKS bisa dilakukan secara individu maupun kelompok.
Dengan demikian kemampuan siswa dapat diketahui, dan penguatan serta
umpan balik pun dapat dirasakan secara perorangan maupun kelompok juga.
LKS juga dapat berfungsi sebagai alat untuk memberi pengayaan terhadap
hasil belajar, karena dapat memperluas dan memperkaya materi pelajaran
yang dipelajari. Jika LKS tersebut dikerjakan secara cermat dan hati-hati akan
menambah pengalaman belajar siswa, tidak hanya sesuai dengan materi
pembelajaran, tetapi juga diperkaya dengan pengalaman lain yang lebih luas.55
D. Eksperimen
“Metode eksperimen adalah metode mengajar dengan cara
mempraktekan langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep yang
sedang dipelajari. Metode ini, diyakini sebagai metode yang paling tepat
dalam mengajarkan konsep-konsep sains, karena sains berasal dari hal-hal
yang bersifat fakta”.56
“Menurut Sagala, metode eksperimen adalah cara
penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang
dipelajari”.57
Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini
siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan
54
Sumiati dan Asra, Op. cit., h.172 55
Ibid.
56
Tonih Feronika, Op. cit., h.104.
57
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.220
26
menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses
sesuatu.58
Dalam metode eksperimen siswa mempraktekan dan melakukan
percobaan secara langsung. “Pelaksanaan eksperimen memperjelas hasil
belajar karena setiap siswa melakukan kegiatan percobaan”.59
Berikut ini
merupakan langkah-langkah dalam melakukan eksperimen :60
a. Merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan apa yang akan dicapai
siswa.
b. Mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan.
c. Memeriksa apakah semua peralatan itu dalam keadaan berfungsi atau
tidak.
d. Menetapkan langkah pelaksanaan agar efisien.
e. Memperhitungkan/menetapkan alokasi waktu.
f. Memberikan penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan
dalam eksperimen.
g. Membicarakan dengan siswa tentang langkah yang ditempuh, materi
pembelajaran yang diperlukan, variabel yang perlu diamati dan hal yang
perlu dicatat.
h. Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa selama
eksperimen.
i. Menetapkan apa follow-up (tindak lanjut) eksperimen.
Metode eksperimen mempunyai kebaikan sebagai berikut :61
a. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaan sendiri dari pada hanya menerima kata
guru atau buku saja
b. Dapat mengembangkan sikap untuk menadakan studi eksploratoris tentang
sains dan teknologi, suatu sikap dari seseorang ilmuan
58
Ibid.
59
Sumiati dan Asra, Op. cit., h.101
60
Ibid., h.102
61
Syaiful Sagala, Op. cit., h.220-221
27
c. Metode ini di dukung oleh asas-asas didaktik modern antara lain: satu,
siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau
kejadian. Kedua, siswa terhidar jauh dari verbalisme. Ketiga, memperkaya
pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis. Keempat,
mengembangkan sikap berfikir ilmiah. Kelima, hasil belajar akan tahan
lama dan internalisasi.
Selain kebaikan tersebut, metode eksperimen mengandung beberapa
kelemahan, sebagai berikut :62
a. Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan
bahan yang tidak terlalu mudah diperoleh dan murah.
b. Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan
kemampuan atau pengendalian.
c. Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan
bahan mutakhir.
Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelamahan dari metode
eksperimen yaitu :63
a. Hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin
dicapai sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab
dengan eksperimen.
b. Hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang
langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam
eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variable yang perlu
dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat.
c. Bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang
diperlukan.
62 Ibid.
63
Ibid.
28
d. Guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir, ia membanding-
bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan
mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-
kekeliruan.
Tindak lanjut metode eksperimen adalah, setelah selesai berikanlah tugas
kepada siswa baik secara tertulis atau secara lisan, misalnya membuat
karangan laporan dan lain-lain. Dengan demikian kita dapat menilai sejauh
mana hasil eksperimen dipahami siswa.
E. LKS Eksperimen Berbasis Konstruktivisme
“Dalam proses pembelajaran konstruktivisme, siswa harus terlibat aktif
dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas”.64
Guru
dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar mengunakan cara-cara yang
membuat sebuah informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa. Untuk
itu guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
mengaplikasikan, yaitu dengan cara eksperimen yang di fasilitasi media
lembar kerja siswa. Lembar kerja siswa, yaitu materi ajar yang sudah dikemas
sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi
ajar tersebut secara mandiri. Selain itu, metode eksperimen adalah metode
mengajar dengan cara mempraktekan langsung untuk menguji atau
membuktikan suatu konsep yang sedang dipelajari dalam metode eksperimen
siswa mempraktekan dan melakukan percobaan secara langsung. Pelaksanaan
eksperimen memperjelas hasil belajar karena setiap siswa melakukan kegiatan
percobaan. Sedangkan konstruktivisme merupakan sebuah pendekatan yang
menganggap mengajar adalah suatu upaya yang berusaha membantu siswa
dalam merekonstruksi pengetahuannya berdasarkan pengalamannya masing-
masing. Jadi mengajar bukan menyampaikan sejumlah informasi secara utuh
kepada siswa.
64 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media Group, 2007), h. 116
29
Berdasarkan definisi diatas, dapat kita bentuk menjadi kesatu kesatuan,
LKS eksperimen berbasis konstruktivisme adalah materi ajar saat melakukan
eksperimen yang dikemas agar siswa dapat mempelajari dan membangun
pengetahuan baru dari pengetahuan yang dimiliki. LKS eksperimen berbasis
konstruktivisme memiliki komponen yang diantaranya adalah judul
eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen,
data pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi. Dalam
LKS eksperimen konstruktivisme ini, menurut pemikiran peneliti tidak
diberikan dasar teori, hal ini bertujuan agar siswa dapat menemukan dari
sumber lain agar menambah daya ingat akan hal tersebut. Selain itu prosedur
eksperimen tidak seperti LKS kebanyakan, dalam LKS ini prosedur berupa
skema agar siswa lebih mudah mengerti. Dan pada bagian akhir terdapat
berbagai pertanyaan berupa analisis yang sejalan dengan percobaan yang
dilakukan yaitu laju reaksi. Pertanyaan tersebut dibuat oleh peneliti untuk
merangsang siswa mengkonstruk pengetahuannya berdasar percobaan yang
dilakukan.
F. Laju Reaksi
Laju reaksi adalah kecepatan dalam suatu reaksi kimia. “Menurut ilmu
kimia, laju reaksi adalah besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi
per satuan waktu”. “Perubahan ini biasa dinyatakan sebagai perubahan
konsentrasi molar (molaritas) sehingga laju reaksi dapat dinyatakan sebagai
perubahan konsentrasi akhir (hasil reaksi) terhadap konsentrasi awal
(pereaksi) per satuan waktu. Satuan laju reaksi kimia dinyatakan dengan
molaritas perdetik (M/detik)”.65
Molaritas di definisikan sebagai jumlah mol zat yang terlarut dalam 1
liter larutan. Larutan adalah campuran homogen antara dua komponen zat atau
lebih. Komponen yang jumlahnya banyak disebut pelarut, sedangkan
komponen yang jumlahnya sedikit disebut zat terlarut.
65 Sandri Justiana dan Muchtaridi. Kimia 2. (Jakarta: Yudhistira, 2009), h.71
30
Gambar 2.1 Grafik laju reaksi perubahan konsentrasi produk dan konsentrasi
reaktan
Pada awal reaksi reaktan berada dalam keadaan maksimum sedangkan
produk dalam keadaan minimum. Setelah reaksi berlangsung, maka produk
mulai terbentuk. Semakin lama produk akan semakin banyak terbentuk,
sedangkan reaktan semakin lama semakin berkurang.66
Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa konsentrasi reaktan semakin berkurang
sehingga laju reaksinya adalah berkurangnya konsentrasi R terhadap satuan
waktu, dirumuskan sebagai :67
v = -
Dan dari Gambar 2.1 juga terlihat bahwa produk semakin bertambah,
sehingga laju reaksinya adalah bertambahnya konsentasi P setiap satuan
waktu, dirumuskan sebagai berikut :
v = +
Secara matematika, laju reaksi dapat dijelaskan sebagai berikut.
Misalkan diketahui reaksi :
66 Budi Utami, dkk, Kimia. (Jakarta: Pusat Perbukuan Diknas, 2009), h. 82
67
Ibid.
31
mA + nB pC + qD
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut, laju reaksi dapat diartikan
sebagai laju berkurangnya konsentrasi molar A atau B atau pertambahan
konsentrasi molar C atau D. koefisien reaksi sangat mempengaruhi laju reaksi,
yang dapat dituliskan :
Laju pengurangan B =
x laju berkurangnya A
Laju pengurangan C =
x laju berkurangnya A
Laju pengurangan D =
x laju berkurangnya A
Untuk membedakan pengurangan dan pertambahan suatu laju reaksi,
laju pengurangan bertanda negatif, sedangkan laju pertambahan bertanda
positif.
Laju reaksi = -laju berkurangnya A = -
laju berkurangnya B =
laju
pertambahan C =
laju pertambahan D
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
a. Pengaruh luas pemukaan terhadap laju reaksi
Laju reaksi dipengaruhi luas permukaan bidang sentuh antara zat-zat
yang bereaksi. Suatu zat padat akan lebih cepat bereaksi jika permukaannya
diperluas dengan cara mengubah bentuk kepingan menjadi serbuk. Atau
dengan kata lain, ukurannya diperkecil. Dalam bentuk serbuk, ukurannya
menjadi lebih kecil tetapi banyak sehingga luas permukaan bidang tumbukan
antar zat pereaksi akan semakin besar.68
Saat suatu zat ditambahkan kedalam suatu larutan lain, permukaan zat
tersebut akan bersentuhan dengan larutan. Menurut teori tumbukan, semakin
banyak permukaan zat yang bersentuhan dengan partikel larutan, peluang
terjadinya reaksi semakin banyak sehingga reaksi antara zat dengan larutan
68 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Op. cit., h.75
32
semakin cepat. Jadi, dengan memperbesar luas bidang sentuh, reaksi akan
berlangsung lebih cepat.69
b. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi
gerakatau energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering
terjadi. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan
terjadinyatumbukan efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin
besar.Suhu atau temperatur ternyata juga memperbesar energi potensial suatu
zat. Zat-zat yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar
menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut tidak
mampumelampaui energi aktivasi. Dengan menaikkan suhu, maka hal ini akan
memperbesar energi potensial, sehingga ketika bertumbukan akan meng-
hasilkan reaksi.70
Jadi, semakin tinggi suhu reaksi, semakin cepat pelarutan
berlangsung.71
c. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Selain luas permukaan dan suhu, laju reaksi juda dipengaruhi oleh
konsentrasi. Pada umumnya, reaksi akan berlangsung lebih cepat jika
konsentrasi pereaksi diperbesar. Zat yang konsentrasinya besar mengandung
jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun
lebih rapat dibanding zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang
susunannya lebih rapat, akan lebih sering bertumbukan dibanding dengan
partikel yang susunannya renggang, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi
makin besar.72
Hubungan antara konsentrasi dan laju reaksi dinyatakan dalam
persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi.73
Reaksi : mA + nB pC +qD
Persamaan laju reaksi : v = k . [A]x . [B]
y
69 Budi Utami, dkk, Op. cit., h.84
70
Ibid.
71
Sandri Justiana dan Muchtaridi, Op. cit., h. 76
72
Budi Utami, dkk, Op. cit., h.83
73
Sandri Justiana dan Muchtaridi, Op. cit., h. 79
33
Nilai pangkat x dan y pada persamaan laju reaksi disebut orde atau
tingkat atau pangkat reaksi pada pereaksi yang bersangkutan. Adapun jumlah
pangkat konsentrasi pereaksi-pereaksi disebut orde reaksi total.
d. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat atau memperlambat
reaksi. Katalis yang memperlambat reaksi disebut inhibitor. Namun, katalis
yang umum digunakan adalah zat yang mempercepat reaksi. Katalis banyak
digunakan dalam industri dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, beberapa
reaksi kimia dialam juga melibatkan katalis. Mekanisme kerja katalis
bergantung jenis katalisnya.74 Fungsi katalis adalah menurunkan energi
aktivasi, sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkan katalis, maka reaksi
akan lebih mudah terjadi.75
Katalis dapat dikelomppokan dalam 4, yaitu 76
:
1. Katalis homogen
Katalis homogen adalah katalis yang wujudnya sama dengan wujud
zat-zat pereaksi. Dalam suatu reaksi kimia, katalis homogen berfungsi
sebagai zat perantara (fasilitator). Berikut ini contoh reaksi kimia yang
melibatkan katalis homogen
Pembuatan gas SO3
2SO2 + O2 2SO3 (lambat)
2SO2 + O2 → 2SO3 (cepat)
Mekanisme
2SO2 + 2 NO2 2SO3 + 2NO
2NO + O2 2NO2
+
2SO2 + O2 2SO3
2. Katalis heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang wujudnya berbeda dengan
pereaksi. Reaksi zat-zat yang melibatkan katalis heterogen berlangsung
74 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Op. cit., h. 83
75
Budi Utami, dkk, Op. cit., h.84
76
Sandri Justiana dan Muchtaridi, Op. cit., h. 83-88
34
pada permukaan katalis tersebut. Misalnya, reaksi hidrogenasi etena
(C2H4) dengan katalis logam nikel (Ni).
3. Enzim
Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam
makhluk hidup, sehingga enzim dikenal juga sebagai biokatalis. Enzim
bersifat khas, artinya hanya dapat mengkatalis suatu reaksi tertentu.
4. Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang berfungsi sebagai katalis.
Artinya, zat hasil reaksi yang terbentuk akan mempercepat reaksi kimia.
Contohnya adalah reaksi antara kalium permanganate dengan asam oksalat
dan perusakan ozon.
G. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Nizarwati, Yusuf Hartono dan Hj.
Nyimas Aisyah yang berjudul “Pengembangan perangkat pembelajaran
berorientasi konstruktivisme untuk mengajarkan konsep perbandingan
trigonometri siswa kelas X SMA” menyimpulkan bahwa perangkat
pembelajaran berorientasi konstruktivisme yang dikembangkan dalam
penelitian ini dikategorikan valid dan praktis dan dari hasil analisis data tes
hasil belajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi
konstruktivisme diketahui bahwa nilai rata-rata siswa telah mencapai 17,61
dalam kategori memiliki kemampuan pemahaman konsep yang sangat baik.
Hal ini berarti bahwa perangkat pembelajaran berorientasi konstruktivisme
yang digunakan sudah termasuk kategori efektif.77
Penelitian dilakukan oleh Een Yulianti, Budi Purwanto, dan Slamet
“Perbedaan peningkatan hasil dan minat belajar fisika menggunakan LKS
77 Nizarwati., dkk. Pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi konstruktivisme
untuk mengajarkan konsep perbandingan trigonometri siswa kelas X SMA. Jurnal pendidikan
matematika.Volume 3 No 2. 2009.
35
berbasis eksperimen dan LKS berbasis demonstrasi” menunjukkan bahwa
LKS Berbasis Eksperimen lebih baik dalam meningkatkan hasil dan minat
belajar siswa dalam pembelajaran Fisika materi pokok “Momentum dan
Impuls” pada siswa kelas XI SBI di SMA Negeri 8 Yogyakarta dibandingkan
dengan LKS Berbasis Demonstrasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata
standart gain hasil belajar siswa yang menggunakan LKS Berbasis
Eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan LKS
Berbasis Demonstrasi (0,3396 > 0,1568).78
Penelitian yang dilakukan oleh Sanni Merdekawati dan Himmawati Puji
Lestari yang berjudul “Developing Student Worksheet In English Based On
Constructivism Using Problem Solving Approach For Mathematics Learning
On The Topic Of Social Arithmetics” menyatakan bahwa tingkat validitas
adalah 4,01, dari 5 yang artinya adalah valid. Kemudian tingkat efektivitas
sebesar 80,56% yang artinya sangat efektif berdasar tes siswa. Dan tingkat
kepraktisan adalah 81,6% (berdasarkan pengamatan proses pembelajaran) dan
3,03 dari skala 4 (berdasar respon siswa).79
Penelitian yang dilakukan oleh Nora Surmilasari yang berjudul
“Pengembangan LKS Matematika Berbasis Konstruktivisme untuk
Pembelajaran Materi Perkalian Dua Matriks Di Kelas XII SMA” menyatakan
bahwa Berdasarkan penilaian dari pakar konstruktivism, guru dan pemerhati
matematika, LKS berbasis konstruktivisme dikategori valid. Tahapan small
group menggambarkan kepraktisan LKS. Berdasarkan observasi aktivitas
siswa penggunaan LKS berbasis konstruktivisme dalam kategori sangat baik
(81%), sehingga LKS memiliki potensial efek terhadap aktivitas siswa. Hasil
78 Yulianti, Een, Budi Purwanto, dan Slamet, Perbedaan peningkatan hasil dan minat
belajar fisika menggunakan LKS berbasis eksperimen dan LKS berbasis demonstrasi.
Prosiding Seminar Nasional, Penelitian Pendidikan dan Penerapan IPA, UNY 14 Mei 2011.
79
Sanni Merdekawati, dan Lestari, Himmawatipuji, “Developing Student Worksheet In
English Based On Constructivism Using Problem Solving Approach For Mathematics
Learning On The Topic Social Arithmetics”, Makalah disampaikan pada International
Seminar and the Fourth National Conference on Mathematics Education, 21-23 Juli.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yongyakarta, 2011.
36
belajar siswa tahap field test yaitu dengan rata-rata 82 termasuk dalam
kategori baik. 80
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Elniati dengan judul Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi Konstruktivisme
menyatakan bahwa secara statistic hasil belajar kelompok siswa yang
menggunakan perangkat konstruktivis lebih baik dari siswa yang mengikuti
pembelajaran secara konvensional. Namun dalam proses pembelajaran siswa
yang berada pada sekolah kelompok tinggi dan sedang jauh lebih aktif dan
kreatif dibandingkan dengan siswa yang berada pada sekolah kelompok
rendah.81
Penelitian yang dilakukan oleh Ellizar dengan judul Models Of Teaching
By Constructivism Approach With Module menyatakan bahwa Pendekatan
konstruktivisme merupakan cara yang efektif dalam pembelajaran Kimia.
Dalam penelitian ini pendekatan konstruktivisme menggunakan modul dapat
meningkatkan hasil belajar. Hasil belajar siswa sekolah biasa bahkan mampu
menyamai hasil belajar siswa sekolah favorit. Dalam penelitian ini juga
terungkap bahwa baik pada sekolah favorit maupun pada sekolah biasa,
pendekatan konstruktivisme dengan menggunakan modul sebagai media
pembelajaran ternyata sangat efektif untuk pembelajaran Kimia.82
80 Surmilasari, Nora, “Pengembangan LKS Matematika Berbasis Konstruktivisme untuk
Pembelajaran Materi Perkalian Dua Matriks Di Kelas XII”, Makalah dipresentasikan dalam
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Pendidikan
Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa. 10 November.
Yongyakarta: FMIPA UNY, 2012.
81
Sri Elniati, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi
Konstruktivisme”, Jurnal Guru No.1, Vol.4, Juli 2007, h.25
82
Ellizar, Models Of Teaching by Constuctivism Approach With Module, Jurnal
kependidikan triadik, April 2009 Volume 12, No.1
37
H. Kerangka Berfikir
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Hasil Belajar
Internal Eksternal
Faktor
fisiologis
Faktor
psikologis
Instrumental Lingkungan
Media LKS Eksperimen berbasis konstruktivisme
LKS
materi ajar yang
sudah dikemas
sehingga siswa
dapat
mempelajari
materi ajar
tersebut secara
mandiri
Eksperimen
Metode mengajar
dengan cara
mempraktekan
langsung untuk
menguji atau
membuktikan
suatu konsep
yang sedang
dipelajari.
Konstruktivisme
Proses pembentukan
pengetahuan yang
dilakukan oleh
peserta didik
berdasar pengalaman
yang dialaminya.
38
I. Hipotesis
Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0 = hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS
eksperimen berbasis konstruktivisme tidak lebih baik dari pada penguasaan
materi siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS yang terdapat
dalam buku.
Ha = hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS
eksperimen berbasis konstruktivisme lebih baik dari pada penguasaan materi
siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS yang terdapat dalam
buku.
Hipotesis statistik
H0 : μe ≤ μk
Ha : μe ≥ μk
Keterangan
μe : rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
μk : rata-rata hasil belajar kelas kontrol
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA N 90 Jakarta yang berlokasi di Jl. Sabar
Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Penelitian dilaksanakan
pada semester 1 (ganjil) pada 16 - 19 Oktober 2012.
B. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi-
experimental research), karena peneliti tidak memungkinkan untuk
mengontrol semua variabel yang tidak diperlukan. Kelas eksperimen
mendapat pembelajaran dengan menggunakan media lembar kegiatan siswa
(LKS) eksperimen berbasis konstuktivisme sedangkan kelas kontrol mendapat
pembelajaran menggunakan LKS yang terdapat pada buku sumber yang
digunakan dikelas yaitu LKS pada buku BSE dengan pengarang Budi Utami
dkk. Pada akhir eksperimen, hasil belajar kedua kelas tersebut diukur dengan
menggunakan post test pada materi laju reaksi. Desain yang digunakan
adalah “Nonequivalent Control Group Design” dapat dilihat pada Tabel 3.1.1
Tabel 3.1 Desain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Pre test Perlakuan Post test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 Y O2
Keterangan
O1 : Pre test (hasil sebelum dilaksanakan treatment)
1 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 78
40
O2 : Post test (hasil sesudah dilaksanakan treatment)
X : Treatment dengan LKS eksperimen berbasis konstruktivisme
Y : Treatment dengan LKS eksperimen yang terdapat dalam buku
Adapun racangan penelitian dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1. Memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan purposive sampling.
2. Memberikan pre test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Memberikan dua perlakuan yang berbeda pada kedua kelas ini. Kelas
eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan LKS eksperimen dengan
pendekatan konstruktivisme sedangkan kelas kontrol mendapatkan
pembelajaran dengan LKS praktikum yang terdapat pada buku BSE
dengan pengarang Budi Utami dkk.
4. Memberikan post test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
5. Menghitung skor hasil belajar siswa pada kedua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
6. Menghitung skor peningkatan (gain score) penguasaan materi.
7. Menganalisis apakah hasil belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi
secara signifikan dari pada kelas kontrol.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 90 Jakarta tahun pelajaran 2012-2013
2. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek yang akan diteliti merupakan siswa-
siswa yang sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak
dimungkinkan untuk membuat kelompok baru secara acak. Jadi, Sampel
dalam penelitian ini adalah 2 kelas yang dipilih secara purposive dari 4 kelas
yang ada. Pada pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling.
41
Kelas XI-IA3 sebagai kelas eksperimen, dan kelas XI-IA4 sebagai kelas
kontrol. Masing-masing kelas tersebut terdapat 40 siswa. Tujuan dipilihnya
Kelas XI-IA3 sebagai kelas eksperimen, dan kelas XI-IA4 sebagai kelas
kontrol berdasarkan guru pengampu mata pelajaran kimia, jam pelajaran
kimia, dan laboratorium.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara.2 Teknik yang digunakan untuk memperoleh data
dalam penelitian ini adala tes. Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang
diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang
dapat dijadikan ddasar bagi penetapan skor angka.3 Tes yang diberikan dalam
penelitian ini adalah pre test dan post test. Pre test yaitu tes yang bertujuan
untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam pembelajaran kimia sebelum
mendapat perlakuan. Sedangkan post test yaitu tes yang diberikan pada siswa
setelah mendapat perlakuan. Bentuk tes yang diberikan berupa tes uraian
(essai).
Tabel 3.2 Kisi Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
No Indikator C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jumlah
1 Menyebutkan reaksi yang
berlangsung cepat dan reaksi yang
berlangsung lambat
1 1
2 Menjelaskan Pengaruh luas
permukaan terhadap laju reaksi
2,3,4* 3
3 Menganalisis pengaruh luas
permukaan terhadap laju reaksi
5* 6* 2
4 Menyebutkan contoh aplikasi luas
permukaan dalam kehidupan
7 1
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
h. 137
3 S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h.170
42
sehari-hari
5 Menjelaskan pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi
8*,9*,10* 3
6 Menganalisis pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi
11,
12*
2
7 Menyebutkan contoh aplikasi
pengaruh konsentrasi terhadap laju
reaksi
13* 1
8 Menjelaskan pengaruh suhu
terhadap laju reaksi
14, 15 2
9 Menganalisis pengaruh suhu
terhadap laju reaksi
16,
17*
2
10 Menyebutkan contoh aplikasi
pengaruh suhu terhadap laju reaksi
18* 1
11 Menjelaskan pengaruh katalis
terhadap laju reaksi
19*, 20 21* 3
12 Menganalisis pengaruh katalis
terhadap laju reaksi
22*,
23
2
13 Menyebutkan contoh aplikasi
pengaruh katalis terhadap laju
reaksi
24 1
Jumlah 1 14 2 6 1 24
Keterangan :
Tanda * menyatakan soal yang signifikan
43
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati.4 Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1. Tes kemampuan awal (pre test)
Pre test adalah tes yang diberikan kepada siswa sebelum guru
mengajarkan program yang telah disusun.5 Pre test dilakukan sebelum
pelaksanaan pembelajaran dan bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa sebelum kedua kelas mendapatkan perlakuan yang berbeda. Data yang
terkumpul dari pre test akan digunakan sebagai perbandingan dengan hasil
post test yang diberikan nantinya. Pre test yang diberikan kepada siswa berupa
tes esai.
2. Test prestasi belajar (post test)
Post test adalah tes yang diberikan kepada siswa setelah belajar selesai. 6
Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah kedua kelas
mendapatkan perlakuan yang berbeda. Data yang terkumpul dari hasil post
test ini kemudian akan dianalisis untuk mengetahui apakah ada perbedaan
hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Post test yang
diberikan kepada siswa berupa tes esai.
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Satu hal yang paling penting dalam sebuah penelitian adalah mengenai
validitas dan reliabilitas alat ukur atau instrumen yang digunakan, sehingga
pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung
jawabkan dari penelitian tersebut. Hasil penelitian yang valid bila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada objek yang diteliti. Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan
4 Sugiyono. Op. cit., h. 102
5 Nana Sudjana, Op. cit., Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, h.144
6 Ibid., h.144
44
antara data dalam waktu yang berbeda.7 Instrumen yang valid dan reliabel
dalam pengumpulan data maka diharapkan hasil penelitian akan manjadi valid
dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak
untuk mendapatkan penelitian yang valid dan reliabel.8
1. Validitas
Validitas merupakan derajat ketepatan suatu alat ukur tentang pokok isi
atau arti sebenarnya yang diukur.9 Validitas berkenaan dengan keterkaitan
data yang diperoleh dengan sifat variabel yang diteliti.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi adalah prosedur yang sangat penting dalam proses penyusunan tes
sebab validitas isi menentukan langkah secara berurut dari ukuran-ukuran
validitas dan reliabilitas.10
Untuk instrumen yang berbentuk test seperti dalam
penelitian ini, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan
antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.11
Maksudnya butir-butir soal disusun sesuai dengan materi dan indikator
pembelajaran. Selanjutnya instrumen tes tersebut diuji cobakan ke siswa untuk
mengetahui soal yang valid. Rumus yang dapat digunakan untuk menguji
validitas soal, yaitu :12
∑
√ ∑ ∑
= koefisien korelasi antara skor butir dan skor total
∑ = jumlah perkalian x dengan y
x2 = kuadrat dari x
y2 = kuadrat dari y
7 Sugiyono, Op. cit., h.121-122
8 Ibid., h.122
9 Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI press, 1993, ), h.176
10
Ibid., h.179
11
Sugiyono, Op. cit., h.129
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006) h. 170
45
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rxy dibandingkan
dengan rtabel dengan taraf signifikasi (α=0,05). Jika rxy ≥ rtabel maka soal
tersebut valid dan jika rxy < rtabel maka soal tersebut tidak valid. Jadi, apabila
valid soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar. Unutk
mengetahui validitas dari butir soal peneliti menggunakan program ANATES
versi 4.0.5. Dari 24 butir soal yang diujicobakan, 13 soal yang dinyatakan
valid (lihat Tabel 3.3).
2. Reliabilitas
Reliabilitas biasanya didefinisikan sebagai konsistensi dari tes yaitu
derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukan oleh instrument
pengukuran.13
Reliabilitas ialah mengukur instrumen terhadap ketepatan
(konsisten).14
Untuk mengukur reliabilitas tes digunakan rumus Cronbach
Alpha :
(
)(
∑
)
Keterangan :
α = koefisien realibilitas tes
k = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
∑ = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir
= varian total
Untuk mengetahui reliabilitas dari butir soal peneliti menggunakan
program ANATES versi 4.0.5. Dari hasil ANATES, diperoleh nilai reliabilitas
sebesar 0,85.
13 Consuelo G. Sevilla, Op. cit., h.175
14
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar. Pengantar Statistika. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008) h.287
46
G. Teknik Analisis Data
1. Gain score
Gain adalah selisih antara nilai pos test dan pre test. Untuk mengetahui
sejauh mana peningkatan penguasaan materi siswa dari pre test ke post test .
Untuk mencari skor peningkatan pemahaman (gain score) yang diperoleh
siswa digunakan rumus:15
Kemudian hasil perhitungan gain score diberi kategori rendah, sedang
dan tinggi. Menurut Hake bahwa gain score ternormalisasi menunjukkan
tingkat efektivitas perlakuan dari pada perolehan skor atau post test. Terdapat
tiga kategori perolehan, yaitu16
:
Gain tinggi : nilai (<g>) > 0,7
Gain sedang : nilai 0,7 > (<g>) > 0,3
Gain rendah : nilai (<g>) < 0,3
2. Uji Normalitas
Sebelum data hasil pre test dan post test, gain score di analisis lebih
lanjut, terlebih dahulu dilakukan uji distribusi normal. Dalam penelitian ini
digunakan rumus Chi-Kuadrat 17
:
∑
Keterangan
X2 : Normalitas data
oi : Frekuensi yang diamati
hi : Frekuensi yang diharapkan
Uji normalitas dilakukan pada data hasil pre test, post test, dan gain
score. Hipotesis yang digunakan pada uji normalitas adalah :
15 David E Meltzer, The relationship between mathematics preparation and conceptual
learning gains in physics: a possible “hidden variable” in diagnostic pretest scores.
16 Richard R. Hake. Anlyzing change / gain score. (Dept. of Physics: Indiana University)
17
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Op. cit., h.279
47
H0 : data yang akan diuji berdistribusi normal
Ha : data yang diuji tidak berdistribusi normal
H0 diterima atau data yang diuji berdistribusi normal jika X2 hitung ≤ X
2
tabel dengan taraf signifikasi (α) = 0,05 dan db=k-3 dengan k adalah kelompok
interval, k=6 maka db=6-3 = 3.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut
homogen yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika kedua varians
sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena
datanya sudah dianggap homogen. Namun untuk varian yang tidak sama
besarnya, perlu diadakan pengujian homogenitas.18
Berikut ini rumus untuk
uji homogenitas19
:
Uji homogenitas dilakukan pada data hasil pre test, post test, dan gain
score. Hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas adalah :
H0 : data kelas eksperimen dan data kelas kontrol mempunyai variansi yang
homogen.
Ha : data kelas eksperimen dan data kelas kontrol mempunyai tidak variansi
yang homogen.
Hipotesis statistik :
H0 : s12 = s2
2
Ha : s12 ≠ s2
2
Kriteria keputusannya adalah H0 diterima atau data yang diuji homogen
jika F hitung ≤ F tabel dengan taraf signifikasi (α)= 0,01. Ftabel dengan F0,01(39,39)
adalah 2,13.
18 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar , Op. cit., h. 133
19
Ibid., h.134
48
4. Uji t
Uji t dilakukan terhadap r, rata-rata gain score, dan rata-rata skor post
test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah ada
perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Digunakan
rumus20
:
√
: rata-rata skor kelas eksperimen
: rata-rata skor kelas kontrol
: banyaknya siswa kelas eksperimen
: banyaknya siswa kelas kontrol
: variansi kelas eksperimen
: variansi kelas kontrol
Taraf signifikasi (α) yang digunakan adalah 0,05. dan pengujian statistik
yang digunakan dalam :
a. uji t terhadap rata-rata gain score kelas eksperimen dan kelas control.
H0 : µge ≤ µgk = peningkatan penguasaaan materi siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan LKS eksperimen berbasis konstruktivisme tidak
lebih baik dari pada penguasaan materi siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan LKS yang terdapat dalam buku.
Ha : µge ≥ µgk = peningkatan penguasaaan materi siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan LKS eksperimen berbasis konstruktivisme lebih baik
dari pada penguasaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan LKS yang terdapat dalam buku.
20 Sugiyono, Op. cit., h.197
49
Kriteria keputusan H0 ditolak jika > dengan db = n1+ n2 –
2, db=40+40-2= 78. t tabel dari α=0,05 dengan db=78 adalah =
1,6646.
b. uji t terhadap post test kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H0 : µe ≤ µk = hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan LKS eksperimen berbasis konstruktivisme tidak lebih baik dari
pada penguasaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
LKS yang terdapat dalam buku.
Ha : µe ≥ µk = hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan LKS eksperimen berbasis konstruktivisme lebih baik dari pada
penguasaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS
yang terdapat dalam buku.
Kriteria keputusannya adalah H0 diterima jika t hitung ≤ tα dan jika t hitung ≥
tα maka H0 ditolak dengan db=78. t tabel dari α=0,05 dengan db=78 adalah
= 1,6646.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data
Penelitian dilaksanakan pada kelas XI-IA3 (sebagai kelas eksperimen)
dan XI-IA4 (sebagai kelas kontrol) di SMAN 90 Jakarta.Data yang diambil
dari penelitian ini adalah kemampuan awal dan kemampuan akhir.Setelah itu
dianalisis untuk mengetahui hasil belajar kelas eksperimen dan hasil belajar
kelas kontrol.
1. Hasil Belajar
a. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil tes awal (pretes) pengolahan data penelitian mengenai
hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan jumlah siswa
kelas eksperimen 40 siswa dan kelas kontrol juga 40 siswa. Berikut ini Tabel
4.1 mengenai deskripsi data pretest.
Tabel 4.1 Deskripsi Nilai Pre Test Siswa Pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Xmin 14 12
Xmaks 66 46
Mean 37,05 28,27
Median 37 28
Modus 40 32
Standar deviasi 9,89 7,00
Varians 97,83 49,01
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata hasil pre tes kelas
eksperimen dalah 37,05 dan kelas kontrol adalah 28,27. Sedangkan nilai yang
51
sering muncul (modus) kelas eksperimen adalah 40 dan kelas kontrol adalah
32. Dan di dapatkan varians 97,83 untuk kelas eksperimen, 49,01 untuk kelas
kontrol.
b. Data Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah dilakukannya treatment pada kelas eksperimen dengan LKS
eksperimen berbasis kontruktivisme dan kelas kontrol dengan LKS eksperimen
yang terdapat di dalam buku, maka siswa diberikan tes akhir (post test).
Berikut ini Tabel 4.2 mengenai deskripsi data post tes.
Tabel 4.2 Deskripsi Nilai Post Test Siswa Pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Xmin 68 54
Xmaks 90 88
Mean 78,80 70,67
Median 78 70
Modus 78 76
Standar deviasi 4,90 6,96
Varians 24,09 48,56
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa nilai post test tertinggi terdapat
pada kelas eksperimen yaitu 90. Sedangkan rata-rata hasil post test kelas
eksperimen dalah 78,80 dan kelas kontrol adalah 70,67. Sedangkan nilai yang
sering muncul (modus) pada post test kelas eksperimen adalah 78 dan kelas
kontrol adalah 76 dengan nilai tengah (median) kelas eksperimen 78 dan kelas
kontrol 70. Selain itu, di dapatkan varians 24,09 untuk kelas eksperimen, 48,56
untuk kelas kontrol.
52
c. Gain Score Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Skor peningkatan (gain score) didapatkan setelah data hasil pre test dan
post test diketahui. Berikut ini Tabel 4.3 mengenai deskripsi gain score.
Tabel 4.3 Deskripsi Gain Score Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Xmin 0,41 0,38
Xmaks 0,86 0,77
Mean 0,645 0,583
Median 0,64 0,60
Modus 0,64 0,54
Standar deviasi 0,0935 0,0923
Varians 0,00874 0,00851
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa rata-rata gain score kelas
eksperimen dalah 0,645 dan kelas kontrol adalah 0,583. Sedangkan nilai yang
sering muncul (modus) pada kelas eksperimen adalah 0,64 dan kelas kontrol
adalah 0,54 dengan nilai tengah (median) kelas eksperimen 0,64 dan kelas
kontrol 0,60. Dengan Standar deviasi 0,0935 untuk kelas eksperimen dan
0,0923 untuk kelas kontrol.
B. Uji Prasarat Analisis
1. Uji Prasyarat Sampel
Uji prasyarat sampel dilakukan pada data pre test.Uji prasyarat sampel
menggunakan uji normalitas dan homogenitas.Uji normalitas digunakan untuk
menguji apakah data berdistribusi normal sehingga analisis bisa
dilanjutkan.Pada data ini digunakan rumus chi kuadrat. Sedangkan uji
homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi data yang akan
53
dianalisis homogen atau tidak.uji homegenitas dilakukan dengan
membandingkan kedua variansnya. Berikut ini disajikan data mengenai hasil
uji normalitas dan homogenitas pre test.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pre Test
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Xhitung 7,16 3,07
Xtabel 7,81 7,81
Keputusan Normal Normal
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa data pre test dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal karena semua nilai X2
hitung >
X2
(0,05;3). Perhitungan hasil uji normalitas dapat di lihat pada lampiran 14.
Sedangkan hasil uji homogenitas data pre test dapat di lihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Pre Test
Nilai
Fhitung 1,99
Ftabel 2,13
Keputusan Homogen
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa data pre test homogen karena F
hitung<
).Perhitungan hasil uji normalitas dapat di lihat pada lampiran
15. Karena data pre test berdistribusi normal dan homogen maka sampel dapat
digunakan untuk penelitian dan data dapat dianalsis lebih lanjut.
2. Uji Prasyarat Statistik
Uji prasyarat statistik dilakukan pada data post test dan gain score. Uji
prasyarat statistik menggunakan uji normalitas dan homogenitas. Berikut ini
54
disajikan data mengenai hasil uji normalitas dan homogenitas dari data post
test dan gain score.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Post test dan Gain Score
Xhitung Xtabel Keputusan
Post test 5,08 7,81 Normal
Gain score 4,65 7,81 Normal
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa data post test dan gain score dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal karena semua nilai X2
hitung > X2
(0,05;3). Perhitungan hasil uji normalitas dapat di lihat pada lampiran
14. Sedangkan hasil uji homogenitas data post test dan gain score dapat di lihat
pada Tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Post test dan Gain Score
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui post test dan gain score dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol homogeny karena F hitung<
).Perhitungan
hasil uji normalitas dapat di lihat pada lampiran 15. Karena post test dan gain
score dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan
homogen maka data dapat dianalsis lebih lanjut menggunakan uji t.
3. Uji Statistik
Dari hasil uji prasayat sampel dan uji prasyarat statistik diketahui data
berdistribusi normal dan homogen.Sehingga dapat dilakukan uji hipotesis.Pada
penelitian ini digunakan uji t (t test).Uji t (t-test) digunakan jika ingin menguji
perbedaan dua rata-rata dari dua sampel tentang suatu variabel yang diteliti.
Post test Gain Score
Fhitung 2,01 1,02
Ftabel 2,13 2,13
Keputusan Homogen Homogen
55
Dalam penelitian ini dilakukan uji t terhadap gain score (skor peningkatan) dan
post test. Tabel 4.8 merupakan ringkasan hasil uji t.
Tabel 4.8 Hasil Uji t Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Thitung Ttabel
Post test 6,06 1,66
Gain Score 3,10 1,66
Dari Tabel 4.8 diketahui data hasil pengujian yang telah dilakukan pada
rata-rata rata-rata post test didapatkan = > = 1,66 maka H0
ditolak. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan LKS eksperimen dengan pendekatan konstruktivisme
lebih baik dari pada hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan LKS yang terdapat dalam buku. Sedangkan untuk rata-rata gain score
didapatkan = 3,10> = 1,66 maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan
bahwa peningkatan penguasaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan LKS eksperimen dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari
pada penguasaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS
yang terdapat dalam buku.Perhitungan uji t dapat di lihat pada Lampiran 16.
C. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahuipengaruh penggunaan LKS
eksperimen berbasis konstuktivisme.Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui
peningkatan hasil belajar antara kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan
media LKS eksperimen berbasis konstruktivisme dan kelas yang mendapatkan
pembelajaran dengan LKS eksperimen yang terdapat dibuku.
Sebelum data dianalsis lebih lanjut, peneliti ingin membahas secara
deskiptif data hasil post test. Berikut ini disajikan Gambar 4.1 Post test kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
56
Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Skor Post Test Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Dari Gambar 4.1 diketahui rata-rata data post test kelas eksperimen lebih
unggul dari kelas kontrol. Sedangkan untuk rata-rata post test kelas
eksperimen sudah mencapai KKM, dan untuk kelas kontrol belum mencapai
KKM yaitu 76. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa kelas eksperimen
mempunyai nilai diatas KKM yaitu 76. Sedangkan untuk rata-rata skor
peningkatan atau gain score dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Gain Score Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dari dari Tabel 4.3 diketahui bahwa gain skor tertinggi pada kelas
eksperimen mencapai 0,86 sedangkan pada kelas kontrol hanya 0,77. Selain
itu, pada Gambar 4.2 diketahui bahwa rata-rata gain score kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata gain score kelas kontrol. Kelas
eksperimen mempunyai rata-rata gain score 0,645 dan kelas kontrol hanya
65
70
75
80
kelaseksperimen
kelas kontrol
rata
-rat
a p
ost
te
st
post test
0.54
0.56
0.58
0.6
0.62
0.64
0.66
kelas eksperimen kelas kontrol
Gai
n s
core
57
0,583 (Lampiran 13). Dari rata-rata gain score kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata gain score kelas kontrol dapat diambil
kesimpulan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen yang
menggunakan LKS eksperimen berbasis konstruktivisme lebih baik dari pada
peningkatan hasil belajar kelas kontrol yang menggunakan LKS eksperimen
yang terdapat dalam buku paket. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Asrul Karim menemukan bahwa pemahaman konsep siswa
yang belajar dengan pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dari siswa
yang belajar dengan pembelajaran konvensional serta kemampuan berpikir
kritis siswa yang belajar dengan metode penemuan terbimbing terlihat lebih
baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar
dengan pembelajaran konvensional.1
Selain itu, peneliti juga mengklasifikasikan gain score kelas eksperimen
dan kelas kontrol ke dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah. Berikut ini
disajikan Gambar 4.3 data klasifikasi gain score.
Gambar 4.3 Klasifikasi Gain Score
Dari Gambar 4.3 diketahuisiswa pada kelas eksperimen lebih unggul
pada gain tinggi dari pada kelas kontrol. Artinya siswa kelas eksperimen yang
mendapat nilai gain score > 0,7 dalam hal ini masuk dalam klasifikasi gain
1 Asrul Karim, Penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika
untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berfikir kritsi siswa sekolah dasar,
ISSN 1412-565X , Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011, h.29
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Tinggi Sedang
Jum
lah
Klasifikasi Gain
Eksperimen
Kontrol
58
tinggi, kelas eksperimen lebih banyak dari pada siswa dari kelas kontrol.
Sedangkan untuk klasifikasi gain sedang yang mempunyai nilaiantara 0,7>
(<g>) > 0,3 kelas kontrol lebih unggul dari pada kelas eksperimen. Untuk
gain rendah, tidak ada satupun siswa yang memperoleh gain rendah dari kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini berarti, siswa kelas eksperimen
lebih unggul untuk gain tinggi, artinya pembelajaran dengan menggunakan
LKS eksperimen berbasis konstruktivisme lebih meningkatkan hasil belajar
siswa dari pada kelas kontrol yang menggunakan LKS yang terdapat dalam
buku paket.
Sebelum dilakukannya pengujian hipotesis dari data yang didapatkan,
maka harus melalui uji normalitas dan homogenitas.Uji normalitas data
digunakan untuk menguji apakah data kontinu berdistribusi normal sehingga
analisis dengan validitas, reliabilitas, uji t, dapat dilaksanakan.Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan uji chi kuadrat untuk pengujian
normalitas data dengan menggunakan uji chi kuadrat dengan taraf signifikasi
(α)= 0,05 dan db=3.
Dari data yang didapatkan diketahui bahwa chi kuadrat hitung pre test,
post test dan gain score dari kelas eksperimen lebih kecil dari pada chi kuadrat
tabel, maka data kelas eksperimen berdistribusi normal. Karena, bila harga chi
kuadarat hitung lebih kecil atau sama dengan chi kuadrat tabel (Xh2≤ Xt
2)
maka distribusi data dinyatakan normal dan bila lebih besar (>) dinyatakan
tidak normal. Sedangkan untuk kelas kontrol, mempunyai chi kuadrat hitung
pre test, post test dan gain score kelas kontrol lebih kecil dari pada chi kuadrat
tabel, maka data kelas kontrol berdistribusi normal. Karena, bila harga chi
kuadarat hitung lebih kecil atau sama dengan chi kuadrat tabel (Xh2≤ Xt
2)
maka distribusi data dinyatakan normal dan bila lebih besar (>) dinyatakan
tidak normal (Lampiran 14).
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut
homogen yaitu dengan membandingkan kedua variansnya.Jika kedua varians
59
sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena
datanya sudah dianggap homogen. Namun untuk varian yang tidak sama
besarnya, perlu diadakan pengujian homogenitas. Dari data diketahui bahwa
data pre test, post test, dan gain score lebih keci ldari Ftabel, maka data yang
diuji homogen. Karena jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima (homogen).
Keseluruhan data yang didapatkan yaitu data pre test, post test dan gain
score berdistribusi normal dan homogen.Maka data dapat dianalisis lebih
lanjut pengujian hipotesis dengan uji t. Uji t untuk membandingkan gain skor
dan post test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil uji hipotesis menggunakan uji t dengan taraf signifikasi (α) 0,05
dan db=78. Data hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 4.8.Uji dilakukan untuk
mengetahui peningkatan penguasaan materi antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol terhadap rata-rata gain score kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari
uji yang dilakukan di dapatkan hasil = 3,10 > = 1,66 maka H0
ditolak. Karena bila thitung lebih kecil atau sama dengan dari ttabel, maka H0
diterima. Hasil thitung dari penelitian ini lebih besar dari ttabel maka H0 ditolak,
dapat disimpulkan bahwa peningkatan penguasaaan materi siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan LKS eksperimen berbasis konstruktivisme
lebih baik dari pada penguasaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan LKS yang terdapat dalam buku. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Een Yulianti, Budi Purwanto, dan Slamet menunjukkan bahwa
LKS Berbasis Eksperimen lebih baik dalam meningkatkan hasil dan minat
belajar siswa dalam pembelajaran Fisika materi pokok “Momentum dan
Impuls” pada siswa kelas XI SBI di SMA Negeri 8 Yogyakarta dibandingkan
dengan LKS Berbasis Demonstrasi.Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata
standart gain hasil belajar siswa yang menggunakan LKS Berbasis
60
Eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan LKS
Berbasis Demonstrasi (0,3396> 0,1568).2
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan uji t dengan taraf signifikasi (α) 0,05
dan db=78 terhadap rata-rata post test kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Dari uji yang dilakukan di dapatkan hasil = . Ternyata =
> = 1,66 sehingga H0 ditolak. Karena bila thitung lebih kecil atau
sama dengan dari ttabel, maka H0 diterima. Hasil thitung dari penelitian ini lebih
besar dari ttabel maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
kimia siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS eksperimen
berbasis konstruktivisme lebih baik dari pada hasil belajar kimia siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan LKS yang terdapat dalam buku. Hal ini
juga didukung oleh beberapa peneltian sebelumnya diantaranya penelitian
yang dilakukan oleh Sri Elniati. Dalam penelitiannya, Sri Elniati memaparkan
bahwa hasil belajar matematika kelompok siswa yang menggunakan
perangkat konstruktivis lebih baik dari siswa yang mengikuti pembelajaran
secara konvensional.3 Penelitian yang dilakukan oleh Sanni Merdekawati dan
Himmawati Puji Lestari, menyatakan bahwa LKS berbasis konstruktivisme
membuat siswa mengkonstruk pengetahuan melalui pengalaman mereka
dalam kegiatan mereka dan merefleksi pengalaman mereka untuk membentuk
pengetahuan baru dan kesimpulan.4
Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa kelas eksperimen yang
menggunakan LKS eksperimen berbasis konstruktivisme mempunyai nilai
gain atau skor peningkatan hasil belajar yang lebih baik dari pada kelas
2Een Yulianti, Budi Purwanto, dan Slamet, Perbedaan peningkatan hasil dan minat belajar
fisika menggunakan LKS berbasis eksperimen dan LKS berbasis demonstrasi, Prosiding
seminar nasional, penelitian Pendidikan dan Penerapan IPA,UNY 14 Mei 2011.
3Sri Elniati, Pengembangan perangkat pembelajaran matematika berorientasi
konstruktivisme, Jurnal Guru No.1, Vol.4, Juli 2007, h.25 4 Sanni Merdekawati dan Himmawati Puji Lestari, Developing student worksheet in English
based on constructivism using problem solving approach for mathematics learning on the
topic social arithmetics, h.192
61
kontrol yang hanya menggunakan LKS yang terdapat dalam buku, hal tersebut
juga didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya
yang menggunakan perangkat pembelajaran yang salah satunya adalah LKS
konstruktivisme yang efektif digunakan dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Karena LKS eksperimen berbasis konstruktivisme ini didesain agar
siswa dapat mengkonstuksi pengetahuannya. Kelebihan utama dari LKS
eksperimen ini adalah adanya pertanyaan-pertanyaan untuk mengarahkan dan
membantu siswa mengkonstruksi pengetahuannya yang berhubungan erat
dengan materi yang dipraktikumkan. Kelebihan tersebut tidak ditemukan pada
LKS eksperimen yang terdapat dibuku, LKS eksperimen yang terdapat dibuku
cenderung terlihat apa adanya, dan hanya seperti skenario yang harus
dimainkan oleh siswa.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ellizar, menyatakan bahwa
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS dapat meningkatkan rasa
ingin tahu siswa selanjutnya setelah dia dapat menjawab benar setiap
pertanyaan yang diberikan dalam modul.5 Hal ini dapat kita hubungkan
dengan LKS eksperimen berbasis konstruktivisme, pertanyaan dalam LKS
eksperimen tersebut selain untuk mengarahkan dan membantu siswa
mengkonstruksi pengetahuannya juga dapat meningkatkan rasa ingin tau siswa
akan materi yang dipraktikumkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Sedangkan LKS yang terdapat dalam buku tidak mempunyai komponen
pertanyaan.
LKS yang terdapat dalam buku paket BSE karya Budi Utami, dkk tidak
memenuhi komponen utama LKS.Pada LKS pengaruh konsentrasi tidak ada
komponen pertanyaan maupun tugas untuk membuat kesimpulan dari
eksperimen. Sedangkan pada LKS pengaruh luas permukaan bidang sentuh,
suhu dan katalis, pertanyaan hanya berupa tugas untuk membuat kesimpulan
5 Ellizar, Models of teaching by constuctivism approach with module, Jurnal kependidikan
triadik, April 2009 Volume 12, No.1
62
dari hasil eksperimen tanpa ada pertanyaan-pertanyaan lain yang berhubungan
dengan eksperimen yang dilakukan.
Pada LKS yang terdapat dalam buku juga mempunyai beberapa
kekurangan dari segi content. Pada LKS pengaruh suhu, salah satu
perbandingannya adalah suhu 25°C. Saat melakukan eksperimen suhu ruangan
> 25°C sehingga siswa mengalami kesulitan untuk melakukan percobaan. Hal-
hal seperti ini yang seharusnya menjadi fokus guru karena tidak semua content
yang terdapat dalam buku sesuai dengan keadaan dilapangan. Pada LKS
pengaruh katalis, menggunakan NaCl sebagai inhibitor. Tetapi menurut
peneliti hal tersebut tidak banyak bermanfaat, justru hanya banyak membuang
waktu percobaan karena menggunakan waktu pengamatan yang cukup lama
dan terjadinya reaksi tidak dapat diamati dengan jelas. Oleh karena itu, kelas
eksperimen yang menggunakan LKS eksperimen berbasis konstruktivisme
lebih memberikan pengaruh dan meningkatkan hasil belajar siswa
dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan LKS eksperimen yang
terdapat dalam buku.
LKS eksperimen berbasis konstuktivisme memberikan pengaruh dan
meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan LKS eksperimen yang terdapat dalam buku. Rata-rata gain
score siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol
dan setelah itu dilakukan uji t diketahui bahwa peningkatan penguasaan materi
siswa kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS
eksperimen berbasis konstruktivisme lebih baik dari pada penguasaan materi
siswa kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS yang
terdapat dalam buku. Selain itu, rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen
juga lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol dan setelah
dilakukan uji t diketahui hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen yang
mendapatkan pembelajaran dengan LKS eksperimen berbasis konstruktivisme
lebih baik dari pada hasil belajar kimia siswa kelas kontrol yang mendapatkan
pembelajaran dengan LKS yang terdapat dalam buku . Hal ini dikarenakan
63
LKS eksperimen berbasis konstuktivisme mempunyai pertanyaan-pertanyaan
yang didesain untuk meningkatkan rasa ingin tahu, serta untuk mengarahkan
dan membantu siswa mengkonstruksi pengetahuannya.6
6Nizarwati, dkk,Pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi
konstruktivisme untuk mengajarkan konsep perbandingan trigonometri siswa kelas X
SMA.Jurnal pendidikan matematika.Volume 3 No 2. 2009.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, interpretasi hasil dan pembahasan
penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS
eksperimen berbasis konstruktivisme lebih baik dari pada hasil belajar
kimia siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS yang terdapat
dalam buku.
2. Peningkatan penguasaaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan LKS eksperimen berbasiskonstruktivisme lebih baik dari pada
peningkatan penguasaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan LKS yang terdapat dalam buku.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas maka penulis
mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
Pembelajaran dengan media LKS eksperimen berbasis konstruktivisme
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran kimia
di sekolah, karena pembelajaran ini telah terbukti memberikan pengaruh dan
meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dalam kegiatan pembelajaran
2. Bagi guru kimia
Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar kimia siswa dapat
memanfaatkan media LKS eksperimen berbasis konstruktivisme dalam
kegiatan eksperimen.
65
3. Bagi peneliti lain
Penelitian ini masih dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mengukur
kecerdasan yang lain seperti berfikir kritis, kecakapan hidup siswa, maupun
keterampilan proses sains siswa.
66
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. ___________. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011. Arikunto,Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006. Asrori, Mohammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV.Wacana Prima, 2009. Baharuddin, dan Wahyuni, EsaNur. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Group, 2007. Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Ellizar. Models Of Teaching by Constuctivism Approach With Module. Jurnal
kependidikan triadik, April 2009 Volume 12, No.1 Elniati, Sri. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi
Konstruktivisme. Jurnal Guru No.1, Vol.4, Juli 2007. Feronika, Tonih., dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2009. Hake, Richard R. Anlyzing change / gain score. Dept. of Physics: Indiana
University. Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima,
2009. Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011. Justiana, Sandri,dan Muchtaridi. Kimia 2. Jakarta: Yudhistira, 2009. Karim, Asrul. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran
Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Berfikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. ISSN 1412-565X , Edisi Khusus No. 1,
Agustus 2011. Meltzer, David E. The Relationship Between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible “Hidden Variable” In
Diagnostic Pretest Scores. Merdekawati, Sanni, dan Lestari, Himmawatipuji. Developing Student Worksheet
In English Based On Constructivism Using Problem Solving Approach For
Mathematics Learning On The Topic Social Arithmetics. Makalah
disampaikan pada International Seminar and the Fourth National
Conference on Mathematics Education. 21-23 Juli. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yongyakarta, 2011.
67
Muijs, Daniel, dan Reynolds, David. Effective Teaching Teori dan Aplikasi.
Yongyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru.Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008. Nizarwati.,dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi
Konstruktivisme Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri
Siswa Kelas X SMA. Jurnal pendidikan matematika.Volume 3 No 2. 2009. Prastowo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva
press, 2011. Rustaman, Nuryani.,dkk. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas
Terbuka,2010. Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010. S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005. Setiawan, Denny.,dkk. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka,
2007. Sevilla, Consuelo G. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI press, 1993. Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2010. ____________. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Rosdakarya,
2005. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta,2010. Sumiati., dan Asra. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2009. Surmilasari, Nora. Pengembangan LKS Matematika Berbasis Konstruktivisme
untuk Pembelajaran Materi Perkalian Dua Matriks Di Kelas XII. Makalah
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika dengan tema Pendidikan Matematika dan Matematika dalam
Membangun Karakter Guru dan Siswa. 10 November. Yongyakarta:
FMIPA UNY, 2012. Suryanto, Adi. Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2009. Suyono., dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011. Suwarna.Pengajaran Mikro. Jongjakarta: Tiara Wacana, 2006. Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta, Prenada
Media Group, 2009. ______. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.
68
Usman, Husaini., dan Akbar, Purnomo Setiadi. Pengantar Statistika. Jakarta:
Bumi Aksara, 2008. Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2005. Utami, Budi.,dkk. Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Diknas, 2009. Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta, 2008. Wapole, Ronald E. Pengantar Statistik. Jakarta, Gramedia, 1995. Winarni, EndangWidi. Mengajar IPA Secara Bermakna. Bengkulu: UNIB Press,
2009. Yulianti, Een, Budi Purwanto, dan Slamet. Perbedaan peningkatan hasil dan
minat belajar fisika menggunakan LKS berbasis eksperimen dan LKS
berbasis demonstrasi. Prosiding seminar nasional, penelitian Pendidikan dan
Penerapan IPA, UNY 14 Mei 2011.
69
Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah SMA NEGERI 90 JAKARTA
Mata Pelajaran Kimia
Kelas/Semester XI / Ganjil
Alokasi Waktu 2 x 45 menit
Standar Kompetensi
3. Memahami kinetika reaksi
kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
3.1 Mendeskripsikan pengertian laju rekasi
dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
Indikator
3.1.1 Menyebutkan reaksi yang
berlangsung cepat dan reaksi yang
berlangsung lambat
3.1.2 Menjelaskan pengaruh luas
permukaan terhadap laju reaksi
3.1.3 Menganalisis pengaruh luas
permukaan terhadap laju reaksi
3.1.4 Menyebutkan contoh aplikasi luas
permukaan dalam kehidupan sehari-hari
3.1.4 Menyebutkan contoh aplikasi luas
permukaan dalam kehidupan sehari-hari
3.1.5 Menjelaskan pengaruh suhu terhadap
laju reaksi
3.1.6 Menganalisis pengaruh suhu terhadap
laju reaksi
3.1.7 Menyebutkan contoh aplikasi
pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
70
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari pembelajaran ini diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
2. Mengetahui aplikasi pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari
3. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh suhu terhadap laju reaksi
4. Mengetahui aplikasi suhu terhadap laju reaks di dalam kehidupan sehari-hari
B. Materi Pembelajaran
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
a. Pengaruh luas pemukaan terhadap laju reaksi
Laju reaksi dipengaruhi luas permukaan bidang sentuh antara zat-zat yang
bereaksi. Suatu zat padat akan lebih cepat bereaksi jika permukaannya diperluas
dengan cara mengubah bentuk kepingan menjadi serbuk. Atau dengan kata lain,
ukurannya diperkecil. Dalam bentuk serbuk, ukurannya menjadi lebih kecil tetapi
banyak sehingga luas permukaan bidang tumbukan antar zat pereaksi akan semakin
besar.
Saat suatu zat ditambahkan kedalam suatu larutan lain, permukaan zat
tersebut akan bersentuhan dengan larutan. Menurut teori tumbukan, semakin banyak
permukaan zat yang bersentuhan dengan partikel larutan, peluang terjadinya reaksi
semakin banyak sehingga reaksi antara zat dengan larutan semakin cepat. Jadi,
semakin besar luas permukaan zat, semakin mudah zat tersebut larut. Seperti yang
akan kita lakukan pada praktikum ini, menganalisis pengaruh luas permukaan.
b. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Semakin tinggi suhu reaksi, semakin cepat pelarutan berlangsung. Selain
mempengaruhi kecepatan pelarutan, suhu reaksi juga mempengaruhi kecepatan suatu
reaksi kimia. Karena suhu reaksi mengakibatkan bertambahnya energi kinetik
molekul-molekul pereaksi sehingga energi kinetiknya melebihi harga energi aktivasi.
Oleh Karena itu, reaksi akan berlangsung lebih cepat.
71
Praktikum yang dilakukan adalah menganalisis pengaruh suhu terhadap laju
reaksi mengunakaan natrium tiosulfat dan asam klorida. Dengan suhu ruangan, 35oC
dan 45oC. semakin tinggi suhu maka laju reaksi semakin cepat. Jadi percobaan
natrium tiosulfat dan asam klorida dengan suhu 45oC lebih cepat dibandingkan yang
lainnya.
C. Metode Pembelajaran
Metode : Eksperimen (praktikum)
D. Media Pembelajaran
LKS eksperimen berbasis konstruktivisme, Papan tulis, spidol, alat-alat
praktikum
E. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Karakter yang
diharapkan
Pendahuluan
( 10 menit)
1. Guru menginformasikan
kepada siswa agar
berkumpul dalam
kelompok. Terdapat 8
kelompok yang terdiri
dari 5 orang
perkelompoknya. Dan
guru membagikan LKS
kepada setiap kelompok
1. Siswa berkumpul dengan
teman satu kelompok dan
mempersiapaka diri untuk
melaksanakan praktikum.
Kerja sama,
keaktifan
2. Guru menginformasikan
tujuan praktikum
2. Siswa mendengarkan
tujuan praktikum yang
diinformasikan guru
Perhatian
3. Guru memberikan waktu
kepada siswa untuk
3. Siswa mengecek alat dan
bahan yang sudah disiapkan
Keaktifan , rasa
ingin tahu
72
mengecek alat dan bahan
yang terdapat dalam meja
praktikum
Kegiatan Inti
(70 menit)
4. Guru mempersilahkan
siswa untuk membuka
dan mengerjakan bagian
pendahuluan LKS
4. Siswa mengerjakan bagian
awal LKS yaitu
menyebutkan reaksi yang
berlangsung cepat berdasar
gambar yang diberikan
keseriusan
5. Guru mempersilahkan
siswa mengerjakan
praktikum pengaruh luas
permukaan dan suhu
terhadap laju reaksi
secara berkelompok
berdasar LKS
eksperimen berbasis
konstruktivisme
5. Siswa melakukan praktikum
pengaruh luas permukaan
dan suhu terhadap laju
reaksi secara berkelompok
berdasar LKS eksperimen
berbasis konstruktivisme.
Rasa ingin tahu,
berfikir kritis,
keseriusan,
kerja sama,
kerja keras
Penutup (10
menit)
6. Guru menanyakan
kepada siswa
kesimpulan yang di
dapat dari praktikum
pengaruh luas
permukaan dan suhu
terhadap laju reaksi
6. Siswa menyimpulkan yang
di dapat dari praktikum
pengaruh luas permukaan
dan suhu terhadap laju
reaksi adalah semakin luas
permukaan, semakin cepat
laju reaksi. Semakin tinggi
suhu laju reaksi semakin
cepat.
Berfikir kritis,
rasa ingin tahu
F. Sumber Belajar
Justiana,sandri dan Muchtaidi.2009. Kimia 1. Jakarta: yudhistira
Utami,Budi, dkk. 2009. Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional
73
G. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Jenis Tagihan : Pre test dan Post test
Bentuk Instrumen : Essay
Mengetahui, Jakarta, 18 Oktober 2012
Guru Mata Pelajaran Guru Praktikan
Dra. Nurdiana Halimah
NIM.108016200005
74
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 2
KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah SMA NEGERI 90 JAKARTA
Mata Pelajaran Kimia
Kelas/Semester XI / Ganjil
Alokasi Waktu 1 x 45 menit
Standar Kompetensi
3. Memahami kinetika reaksi
kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
3.1 Mendeskripsikan pengertian laju rekasi
dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
Indikator
3.1.8 Menjelaskan pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi
3.1.9 Menganalisis pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi
3.1.10 Menyebutkan contoh aplikasi
pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
3.1.11 Menjelaskan pengaruh katalis
terhadap laju reaksi
3.1.12Menganalisis pengaruh katalis
terhadap laju reaksi
3.1.13 Menyebutkan contoh aplikasi katalis
dalam kehidupan sehari-hari..
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari pembelajaran ini diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
75
2. Mengetahui aplikasi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari
3. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh katalis terhadap laju reaksi
4. Mengetahui aplikasi katalis terhadap laju reaksdi dalam kehidupan sehari-hari
B. Materi Pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
c. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi. Semakin besar konsentrasi, laju
reaksi akan semakin cepat. Ini dikarenakan, jika konsentrasi semakin tinggi karena
banyaknya partikel yang bertumbukan. Hubungan antara konsentrasi dan laju reaksi
dinyatakan dalam persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi.
Reaksi : mA + nB pC +qD
Persamaan laju reaksi : v = k . [A]x . [B]
y
Nilai pangkat x dan y pada persamaan laju reaksi disebut orde atau tingkat
atau pangkat reaksi pada pereaksi yang bersangkutan. Adapun jumlah pangkat
konsentrasi pereaksi-pereaksi disebut orde reaksi total.
Praktikum yang dilakukan adalah menganalisis pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi mengunakaan pita magnesium dan larutan HCl konsentrasi 1 M,
2 M dan 3 M. seperti yang sudah dijelaskan diatas semakin besar konsentrasi, laju
reaksi akan semakin cepat maka pada praktikum ini pita magnesium dan larutan HCl
3 M memiliki laju yang paling cepat.
d. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat atau memperlambat
reaksi. Katalis yang memperlambat reaksi disebut inhibitor. Namun, katalis yang
umum digunakan adalah zat yang mempercepat reaksi. Katalis banyak digunakan
dalam industri dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, beberapa reaksi kimia dialam
juga melibatkan katalis. Mekanisme kerja katalis bergantung jenis katalisnya. Katalis
dapat dikelomppokan dalam 4, yaitu:
76
1. Katalis homogen
Katalis homogen adalah katalis yang wujudnya sama dengan wujud zat-
zat pereaksi. Dalam suatu reaksi kimia, katalis homogen berfungsi sebagai zat
perantara (fasilitator). Berikut ini contoh reaksi kimia yang melibatkan katalis
homogen
Pembuatan gas SO3
2SO2 + O2 2SO3 (lambat)
2SO2 + O2 → 2SO3 (cepat)
Mekanisme
2SO2 + 2 NO2 2SO3 + 2NO
2NO + O2 2NO2
+
2SO2 + O2 2SO3
2. Katalis heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang wujudnya berbeda dengan pereaksi.
Reaksi zat-zat yang melibatkan katalis heterogen berlangsung pada permukaan
katalis tersebut.
3. Enzim
Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam
makhluk hidup, sehingga enzim dikenal juga sebagai biokatalis. Enzim bersifat
khas, artinya hanya dapat mengkatalis suatu reaksi tertentu.
4. Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang berfungsi sebagai katalis. Artinya,
zat hasil reaksi yang terbentuk akan mempercepat reaksi kimia.
Praktikum yang dilakukan adalah menganalisis pengaruh katalis terhadap laju
reaksi percobaan pertama mengunakaan hidrogen peroksida dan percobaan kedua
menggunakan hidrogen peroksida yang ditambahkan dengan besi klorida. Percobaan
kedua yang mengunakan katalis besi klorida berlangsung lebih cepat dan tidak
merubah (secara fisik) larutan hidrogen peroksida.
77
C. Metode Pembelajaran
Metode : Eksperimen (praktikum)
D. Media Pembelajaran
LKS eksperimen berbasis konstruktivisme, Papan tulis, spidol, alat-alat
praktikum
E. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Karakter
yang
diharapkan
Pendahuluan
(5 menit)
1. Guru menginformasikan
kepada siswa agar
berkumpul dalam
kelompok. Terdapat 8
kelompok yang terdiri
dari 5 orang
perkelompoknya. Dan
guru membagikan LKS
kepada setiap kelompok
1. Siswa berkumpul dengan
teman satu kelompok dan
mempersiapaka diri untuk
melaksanakan praktikum.
Kerja sama,
keaktifan
2. Guru menginformasikan
tujuan praktikum
2. Siswa mendengarkan
tujuan praktikum yang
diinformasikan guru
Perhatian
3. Guru memberikan waktu
kepada siswa untuk
mengecek alat dan
bahan yang terdapat
dalam meja praktikum
3. Siswa mengecek alat dan
bahan yang sudah disiapkan
Keaktifan ,
rasa ingin tahu
Kegiatan Inti 4. Guru mempersilahkan 4. Siswa melakukan Rasa ingin
78
(35 menit) siswa mengerjakan
praktikum pengaruh
konsentrasi dan
pengaruh katalis
terhadap laju reaksi
secara berkelompok
berdasar LKS
eksperimen berbasis
konstruktivisme
praktikum pengaruh
konsentrasi dan pengaruh
katalis terhadap laju reaksi
secara berkelompok
berdasar LKS eksperimen
berbasis konstruktivisme.
tahu, berfikir
kritis,
keseriusan,
kerja sama,
kerja keras
Penutup (5
menit)
5. Guru menanyakan
kepada siswa
kesimpulan yang didapat
dari praktikum pengaruh
konsentrasi dan
pengaruh katalis
terhadap laju reaksi
5. Siswa menyimpulkan yang
didapat dari praktikum
pengaruh konsentrasi dan
pengaruh katalis terhadap laju
reaksi.
Berfikir kritis,
rasa ingin tahu
F. Sumber Belajar
Justiana,sandri dan Muchtaidi.2009. Kimia 1. Jakarta: yudhistira
Utami,Budi, dkk. 2009. Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional
G. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Jenis Tagihan : Pre test dan Post test
Bentuk Instrumen : Essay
Mengetahui, Jakarta, 19 Oktober 2012
Guru Mata Pelajaran Guru Praktikan
Dra. Nurdiana Halimah
NIM.108016200005
79
Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1
KELAS KONTROL
Nama Sekolah SMA NEGERI 90 JAKARTA
Mata Pelajaran Kimia
Kelas/Semester XI / Ganjil
Alokasi Waktu 2 x 45 menit
Standar Kompetensi
3. Memahami kinetika reaksi
kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
3.1 Mendeskripsikan pengertian laju rekasi
dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
Indikator
3.1.1 Menyebutkan reaksi yang
berlangsung cepat dan reaksi yang
berlangsung lambat
3.1.2 Menjelaskan pengaruh luas
permukaan terhadap laju reaksi
3.1.3 Menganalisis pengaruh luas
permukaan terhadap laju reaksi
3.1.4 Menyebutkan contoh aplikasi luas
permukaan dalam kehidupan sehari-hari
3.1.4 Menyebutkan contoh aplikasi luas
permukaan dalam kehidupan sehari-hari
3.1.5 Menjelaskan pengaruh suhu terhadap
laju reaksi
3.1.6 Menganalisis pengaruh suhu terhadap
laju reaksi
80
3.1.7 Menyebutkan contoh aplikasi
pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari pembelajaran ini diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
2. Mengetahui aplikasi pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari
3. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh suhu terhadap laju reaksi
4. Mengetahui aplikasi suhu terhadap laju reaks di dalam kehidupan sehari-hari
B. Materi Pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
a. Pengaruh luas pemukaan terhadap laju reaksi
Laju reaksi dipengaruhi luas permukaan bidang sentuh antara zat-zat yang
bereaksi. Suatu zat padat akan lebih cepat bereaksi jika permukaannya diperluas
dengan cara mengubah bentuk kepingan menjadi serbuk. Atau dengan kata lain,
ukurannya diperkecil. Dalam bentuk serbuk, ukurannya menjadi lebih kecil tetapi
banyak sehingga luas permukaan bidang tumbukan antar zat pereaksi akan semakin
besar.
Saat suatu zat ditambahkan kedalam suatu larutan lain, permukaan zat
tersebut akan bersentuhan dengan larutan. Menurut teori tumbukan, semakin banyak
permukaan zat yang bersentuhan dengan partikel larutan, peluang terjadinya reaksi
semakin banyak sehingga reaksi antara zat dengan larutan semakin cepat. Jadi,
semakin besar luas permukaan zat, semakin mudah zat tersebut larut. Seperti yang
akan kita lakukan pada praktikum ini, menganalisis pengaruh luas permukaan.
b. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Semakin tinggi suhu reaksi, semakin cepat pelarutan berlangsung. Selain
mempengaruhi kecepatan pelarutan, suhu reaksi juga mempengaruhi kecepatan suatu
reaksi kimia. Karena suhu reaksi mengakibatkan bertambahnya energi kinetik
81
molekul-molekul pereaksi sehingga energi kinetiknya melebihi harga energi aktivasi.
Oleh Karena itu, reaksi akan berlangsung lebih cepat.
Praktikum yang dilakukan adalah menganalisis pengaruh suhu terhadap laju
reaksi mengunakaan natrium tiosulfat dan asam klorida. Dengan suhu ruangan, 35oC
dan 45oC. semakin tinggi suhu maka laju reaksi semakin cepat. Jadi percobaan
natrium tiosulfat dan asam klorida dengan suhu 45oC lebih cepat dibandingkan yang
lainnya
C. Metode Pembelajaran
Metode : Eksperimen (praktikum)
D. Media Pembelajaran
LKS praktikum, Papan tulis, spidol, alat-alat praktikum
E. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Karakter
yang
diharapkan
Pendahuluan
(10 menit)
1. Guru
menginformasikan
kepada siswa agar
berkumpul dalam
kelompok. Terdapat 6
kelompok yang terdiri
dari 6-7 siswa
perkelompoknya.
1. Siswa berkumpul dengan
teman satu kelompok dan
mempersiapakan diri untuk
melaksanakan praktikum.
Kerja sama,
keaktifan
2. Guru menginformasikan
tujuan praktikum
2. Siswa mendengarkan
tujuan praktikum yang
diinformasikan guru
Perhatian
3. Guru memberikan waktu
kepada siswa untuk
mengecek alat dan
3. Siswa mengecek alat dan
bahan yang sudah
disiapkan
Keaktifan ,
rasa ingin tahu
82
bahan yang terdapat
dalam meja praktikum
Kegiatan Inti
(70 menit)
4. Guru mempersilahkan
siswa mengerjakan
praktikum pengaruh luas
permukaan dan suhu
terhadap laju reaksi
secara berkelompok
berdasar LKS
praktikum.
4. Siswa melakukan praktikum
pengaruh luas permukaan
dan suhu terhadap laju
reaksi secara berkelompok
berdasar LKS praktikum.
Rasa ingin
tahu, berfikir
kritis,
keseriusan,
kerja sama,
kerja keras
Penutup (10
menit)
5. Guru menanyakan
kepada siswa
kesimpulan yang di
dapat dari praktikum
pengaruh luas
permukaan dan suhu
terhadap laju reaksi
5. Siswa menyimpulkan yang
di dapat dari praktikum
pengaruh luas permukaan
dan suhu terhadap laju
reaksi adalah. Semakin luas
permukaan, semakin cepat
laju reaksi. Semakin tinggi
suhu laju reaksi semakin
cepat.
Berfikir kritis,
rasa ingin tahu
F. Sumber Belajar
Justiana,sandri dan Muchtaidi.2009. Kimia 1. Jakarta: yudhistira
Utami,Budi, dkk. 2009. Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional
G. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Jenis Tagihan : Pre test dan Post test
Bentuk Instrumen : Essay
Mengetahui, Jakarta, 17 Oktober 2012
Guru Mata Pelajaran Guru Praktikan
Dra. Nurdiana Halimah
NIM.108016200005
83
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 2
KELAS KONTROL
Nama Sekolah SMA NEGERI 90 JAKARTA
Mata Pelajaran Kimia
Kelas/Semester XI / Ganjil
Alokasi Waktu 1 x 45 menit
Standar Kompetensi
3. Memahami kinetika reaksi
kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
3.1 Mendeskripsikan pengertian laju rekasi
dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
Indikator
3.1.8 Menjelaskan pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi
3.1.9 Menganalisis pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi
3.1.10 Menyebutkan contoh aplikasi
pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
3.1.11 Menjelaskan pengaruh katalis
terhadap laju reaksi
3.1.12Menganalisis pengaruh katalis
terhadap laju reaksi
3.1.13 Menyebutkan contoh aplikasi katalis
dalam kehidupan sehari-hari..
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari pembelajaran ini diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
84
2. Mengetahui aplikasi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari
3. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh katalis terhadap laju reaksi
4. Mengetahui aplikasi katalis terhadap laju reaksdi dalam kehidupan sehari-hari
B. Materi Pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
a. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi. Semakin besar konsentrasi, laju
reaksi akan semakin cepat. Ini dikarenakan, jika konsentrasi semakin tinggi karena
banyaknya partikel yang bertumbukan. Hubungan antara konsentrasi dan laju reaksi
dinyatakan dalam persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi.
Reaksi : mA + nB pC +qD
Persamaan laju reaksi : v = k . [A]x . [B]
y
Nilai pangkat x dan y pada persamaan laju reaksi disebut orde atau tingkat
atau pangkat reaksi pada pereaksi yang bersangkutan. Adapun jumlah pangkat
konsentrasi pereaksi-pereaksi disebut orde reaksi total.
Praktikum yang dilakukan adalah menganalisis pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi mengunakaan pita magnesium dan larutan HCl konsentrasi 1 M,
2 M dan 3 M. seperti yang sudah dijelaskan diatas semakin besar konsentrasi, laju
reaksi akan semakin cepat maka pada praktikum ini pita magnesium dan larutan HCl
3 M memiliki laju yang paling cepat.
b. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat atau memperlambat
reaksi. Katalis yang memperlambat reaksi disebut inhibitor. Namun, katalis yang
umum digunakan adalah zat yang mempercepat reaksi. Katalis banyak digunakan
dalam industri dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, beberapa reaksi kimia dialam
juga melibatkan katalis. Mekanisme kerja katalis bergantung jenis katalisnya. Katalis
dapat dikelomppokan dalam 4, yaitu:
85
5. Katalis homogen
Katalis homogen adalah katalis yang wujudnya sama dengan wujud zat-
zat pereaksi. Dalam suatu reaksi kimia, katalis homogen berfungsi sebagai zat
perantara (fasilitator). Berikut ini contoh reaksi kimia yang melibatkan katalis
homogen
Pembuatan gas SO3
2SO2 + O2 2SO3 (lambat)
2SO2 + O2 → 2SO3 (cepat)
Mekanisme
2SO2 + 2 NO2 2SO3 + 2NO
2NO + O2 2NO2
+
2SO2 + O2 2SO3
6. Katalis heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang wujudnya berbeda dengan pereaksi.
Reaksi zat-zat yang melibatkan katalis heterogen berlangsung pada permukaan
katalis tersebut.
7. Enzim
Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam
makhluk hidup, sehingga enzim dikenal juga sebagai biokatalis. Enzim bersifat
khas, artinya hanya dapat mengkatalis suatu reaksi tertentu.
8. Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang berfungsi sebagai katalis. Artinya,
zat hasil reaksi yang terbentuk akan mempercepat reaksi kimia.
Praktikum yang dilakukan adalah menganalisis pengaruh katalis terhadap
laju reaksi percobaan pertama mengunakaan hidrogen peroksida dan percobaan
kedua menggunakan hidrogen peroksida yang ditambahkan dengan besi klorida.
Percobaan kedua yang mengunakan katalis besi klorida berlangsung lebih cepat
dan tidak merubah (secara fisik) larutan hidrogen peroksida
86
c. Metode Pembelajaran
Metode : Eksperimen (praktikum)
d. Media Pembelajaran
LKS praktikum, Papan tulis, spidol, alat-alat praktikum
e. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Karakter yang
diharapkan
Pendahuluan
( 5 menit)
(6 m
e
n
i
t
)
1. Guru menginformasikan
kepada siswa agar
berkumpul dalam
kelompok. Terdapat 6
kelompok yang terdiri
dari 6-7 siswa
perkelompoknya.
1. Siswa berkumpul dengan
teman satu kelompok dan
mempersiapaka diri untuk
melaksanakan praktikum.
Kerja sama,
keaktifan
2. Guru menginformasikan
tujuan praktikum
2. Siswa mendengarkan tujuan
praktikum yang
diinformasikan guru
Perhatian
3. Guru memberikan waktu
kepada siswa untuk
mengecek alat dan
bahan yang terdapat
dalam meja praktikum
3. Siswa mengecek alat dan
bahan yang sudah disiapkan
Keaktifan , rasa
ingin tahu
Kegiatan Inti
(35 menit)
4. Guru mempersilahkan
siswa mengerjakan
praktikum pengaruh
konsentrasi dan
pengaruh katalis
terhadap laju reaksi
secara berkelompok
4. Siswa melakukan praktikum
pengaruh konsentrasi dan
pengaruh katalis terhadap
laju reaksi secara
berkelompok berdasar LKS
praktikum.
Rasa ingin tahu,
berfikir kritis,
keseriusan,
kerja sama,
kerja keras
87
berdasar LKS
praktikum.
Penutup (5
menit)
5. Guru menanyakan
kepada siswa
kesimpulan yang di
dapat dari praktikum
pengaruh konsentrasi
dan pengaruh katalis
terhadap laju reaksi
5. Siswa menyimpulkan yang
di dapat dari praktikum
pengaruh konsentrasi dan
pengaruh katalis terhadap
laju reaksi.
Berfikir kritis,
rasa ingin tahu
6. Sumber Belajar
Justiana,sandri dan Muchtaidi.2009. Kimia 1. Jakarta: yudhistira
Utami,Budi, dkk. 2009. Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional
7. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Jenis Tagihan : Pre test dan Post test
Bentuk Instrumen : Essay
Mengetahui, Jakarta, 19 Oktober 2012
Guru Mata Pelajaran Guru Praktikan
Dra. Nurdiana Halimah
NIM.108016200005
88
Lampiran 3. LKS Kelas Eksperimen
LEMBAR KERJA SISWA
PRAKTIKUM LAJU REAKSI
Oleh
Halimah
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
89
Perhatikan reaksi-reaksi berikut. Tentukan mana reaksi yang berlangsung cepat dan mana
yang berlangsung lambat….
Pengkaratan besi Pembakaran arang
Pelapukan kayu Pembakaran kayu
Reaksi berlangsung
…………………………….
Reaksi berlangsung
…………………………….
Reaksi berlangsung
…………………………….
Reaksi berlangsung
…………………………….
90
LEMBAR KERJA SISWA
PENGARUH LUAS PERMUKAAN TERHADAP LAJU REAKSI
Standar kompetensi : 3. memahami kinetika reaksi kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi dasar :3.1 mendeskripsikan pengertian laju rekasi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
1. TUJUAN
Menyelidiki pengaruh luas permukaan bidang sentuh terhadap laju reaksi heterogen
dan homogen.
2. TEORI
Carilah dasar teori dari buku, internet !!
3. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
3 buah tabung reaksi
Gelas Ukur 25 mL
Neraca
Lumpang dan alu
Stopwatch
B. BAHAN
Pualam (CaCO3)
Larutan HCl 3 M
Air
91
4. LANGKAH KERJA
CaCO3(s) + HCl(aq) → *
*tentukan hasil reaksi antara pualam dan asam klorida
Masukan 10 mL larutan HCl 3 M
kedalam gelas kimia
Tambahkan 0,5 g keping-keping pualam
(CaCO3) kedalam gelas kimia
Nyalakan stopwatch ketika CaCO3 jatuh kedalam HCl,
catat waktu sejak hingga pualam habis berekasi
Siapkan 0,5 g keping pualam
(CaCO3)
Ulangi dengan cara yang sama,
dengan pualam (CaCO3) 0,5 g
berupa serbuk (telah digerus
halus)
92
5. HASIL PENGAMATAN
No Bentuk zat Molaritas HCl (M) Waktu (detik)
1 Keping pualam (CaCO3)
2 Serbuk pualam (CaCO3)
6. PERTANYAAN
A. Sebutkan hasil reaksi antara pualam dan asam klorida ….
………………………………………………………………………............................................................................
………………………………………………………………………............................................................................
………………………………………………………………………............................................................................
………………………………………………………………………............................................................................
B. Sebutkan nama garam campuran yang merupakan hasil reaksi antara pualam
dan asam klorida….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
C. Apa gas hasil reaksi antara pualam dan asam klorida, dan sebutkan ciri-ciri gas
tersebut….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
D. Mana waktu (detik) yang lebih cepat antara kepingan pualam atau serbuk
pulam….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
93
E. Jelaskan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi seperti pada percobaan
antara pualam dan asam klorida….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
F. Sebutkan contoh pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
7. KESIMPULAN
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
94
LEMBAR KERJA SISWA
PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU REAKSI
Standar kompetensi : 3. memahami kinetika reaksi kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi dasar :3.1 mendeskripsikan pengertian laju rekasi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
1. TUJUAN
Menyelidiki pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
2. TEORI
Carilah dasar teori dari buku, internet !!
3. ALAT DAN BAHAN
ALAT
3 buah Gelas kimia 50 mL Kaki tiga
Gelas ukur 25 mL Kasa asbes
Gelas kimia 1000mL Pembakar spirtus
Stopwatch Thermometer
Kertas Spidol
BAHAN
Larutan HCl 2 M
Larutan Na2S2O3 0,2 M
4. LANGKAH KERJA
Na2S2O3(aq) + 2HCl (aq) → *
*tentukan hasil reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida
95
Gelas 1
Siapkan gelas kimia dan
masukan larutan Na2S2O3
0,2M dengan suhu ruangan
Ukur suhu ruangan
Buatlah tanda silang
pada secarik kertas
kemudian letakan
dibawah gelas kimia yg
berisi larutan Na2S2O3
Siapkan 20 mL larutan Na2S2O3 0,2M
masing-masing kedalam 3 gelas kimia.
Beri tanda gelas 1, 2 dan 3
Hentikan pencatat waktu
setelah tanda silang
tertutupi
Masukan 10 mL larutan
HCl 2M kedalam gelas
kimia
Tekan Stopwatch
Gelas 2 Gelas 3
Panaskan larutan
Na2S2O3 0,2M
sampai suhu 35oC
Panaskan larutan
Na2S2O3 0,2M
sampai suhu 45oC
Masukan 10 mL larutan
HCl 2M kedalam gelas
kimia yg telah
dipanaskan 35oC, dan
Tekan Stopwatch
Masukan 10 mL larutan
HCl 2M kedalam gelas
kimia yg telah dipanaskan
45oC, dan Tekan
Stopwatch
Buatlah tanda silang
pada secarik kertas
kemudian letakan
dibawah gelas kimia yg
berisi larutan Na2S2O3
Buatlah tanda silang
pada secarik kertas
kemudian letakan
dibawah gelas kimia yg
berisi larutan Na2S2O3
Hentikan pencatat waktu
setelah tanda silang
tertutupi
Hentikan pencatat waktu
setelah tanda silang
tertutupi
96
5. HASIL PENGAMATAN
No Suhu (oC) Molaritas HCL (M) Molaritas Na2S2O3 (M) Waktu (detik)
1
2
3
6. PERTANYAAN
A. Sebutkan hasil reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida ….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
B. Reaksi antara natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan asam klorida (HCl) akan
menghasilkan zat baru berupa endapan yang dapat menutupi tanda silang. Apa
nama zat tersebut dan sebutkan ciri-cirinya ….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
C. Sebutkan nama garam campuran hasil reaksi antara natrium tiosulfat dan asam
klorida ….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
D. Apa gas hasil reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida, dan sebutkan ciri-ciri
gas tersebut….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
97
E. Apa yang terjadi pada percobaan antara natrium tiosulfat dan asam klorida jika
suhu dinaikan 200C….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
F. Mengapa semakin tinggi suhu, waktu yang diperlukan untuk bereaksi semakin
sedikit ….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
G. Jelaskan pengaruh suhu terhadap laju reaksi seperti reaksi yang terjadi antara
natrium tiosulfat dan asam klorida ….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
H. Sebutkan contoh pengaruh suhu terhadap laju reaksi dalam kehidupan sehari-
hari….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
7. KESIMPULAN
………………………………………………………………………………………….………
………………………………………………………………………………….………………
………………………………………………………………………….………………………
………………………………………………………………….………………………………
………………………………………………………….………………………………………
………………………………………………….………………………………………………
98
LEMBAR KERJA SISWA
PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP LAJU REAKSI
Standar kompetensi : 3. memahami kinetika reaksi kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi dasar :3.1 mendeskripsikan pengertian laju rekasi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
1. TUJUAN
Menyelidiki pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
2. TEORI
Carilah dasar teori dari buku, internet !!
3. ALAT DAN BAHAN
ALAT
3 Buah Tabung Reaksi
Gelas ukur 25 mL
Stopwatch
BAHAN
Larutan HCl 1 M, 2 M, 3 M
3 batang pita magnesium (Mg) dengan panjang 3 cm
4. LANGKAH KERJA
Mg(s) + HCl (aq) → *
*tentukan hasil reaksi antara pita magnesium dan asam klorida
99
5. HASIL PENGAMATAN
No Panjang pita Mg (cm) Molaritas HCl (M) Waktu (detik)
1
2
3
Siapkan 10 mL larutan HCl 1 M kedalam gelas
kimia
Siapkan Stopwatch, masukan 3 cm pita
Mg kedalam gelas kimia, nyalakan
stopwatch !
Catat waktu yang diperlukan,
sampai pita Mg Habis bereaksi
dengan HCl
Ulangi dengan cara yang
sama, dengan konsentrasi
HCl 2M dan 3 M
100
6. PERTANYAAN
A. Berdasarkan percobaan diatas, urutkanlah kosentrasi (M) dari waktu yang paling
cepat ….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
B. Buatlah Grafik hubungan antara waktu dan konsentrasi berdasarkan data hasil
percobaan….
C. Sebutkan hasil reaksi antara pita magnesium dan asam klorida berdasar percobaan
diatas….
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
D. Apa gas hasil reaksi antara magnesium dan asam klorida, dan sebutkan ciri-ciri gas
tersebut….
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
…………………………………………………………………………………………………………………...………...
Wak
tu R
eaks
i (d
etik
)
Konsentrasi HCl (M)
101
E. Jelaskan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi berdasarkan percobaan
diatas….
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
F. Sebutkan contoh pengaruh Konsentrasi terhadap laju reaksi dalam kehidupan
sehari-hari….
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
…………………………………………………………………………………………………………………...………
7. KESIMPULAN
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
102
LEMBAR KERJA SISWA
PENGARUH KATALIS TERHADAP LAJU REAKSI
Standar kompetensi : 3. memahami kinetika reaksi kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi dasar :3.1 mendeskripsikan pengertian laju rekasi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
1. TUJUAN
Menyelidiki pengaruh Katalis terhadap laju reaksi
2. TEORI
Carilah dasar teori dari buku, internet !!
3. ALAT DAN BAHAN
ALAT
Gelas kimia 100 mL Stopwatch
Gelas Ukur 50 mL Pipet tetes
BAHAN
Larutan Hidrogen Peroksida (H2O2) 5%
Larutan Besi III Klorida (FeCl3) 0,1 M
103
4. LANGKAH KERJA
Percobaan 1
Percobaan 2
Nyalakan stopwatch dan amati apa
yang terjadi pada larutan tersebut
Catat waktu hingga gelembung gas tak
terbentuk lagi
Masukan 50 mL larutan H2O2
5% kedalam gelas kimia
Masukan 20 tetes Larutan FeCl3
0,1 M
Nyalakan stopwatch sejak penambahan Larutan
FeCl3 dan amati apa yang terjadi pada larutan
tersebut
Catat waktu hingga gelembung gas tak terbentuk lagi
Masukan 50 mL larutan H2O2
5% kedalam gelas kimia
104
5. HASIL PENGAMATAN
No Larutan H2O2
(mL)
Larutan yang
ditambahkan (mL)
Waktu (detik) Hasil Pengamatan
1
2
6. PERTANYAAN
A. Bagaimanakah keadaan masing-masing larutan dengan dalam percobaan tersebut….
…………………………………………………………………...................................................................................
…………………………………………………………………...................................................................................
…………………………………………………………………...................................................................................
…………………………………………………………………...................................................................................
…………………………………………………………………...................................................................................
…………………………………………………………………...................................................................................
B. Urutkan waktu (detik) dari kedua percobaan tersebut dari yang paling cepat ….
…………………………………………………….....................................................................................................
…………………………………………………….....................................................................................................
…………………………………………………….....................................................................................................
…………………………………………………….....................................................................................................
C. Apakah Besi Klorida mengalami perubahan selama bereaksi dengan hidrogen
peroksida mengalami peruraian….
…………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………………………………………………………..
D. Apa yang dimaksud dengan katalis….
……………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………..
105
E. Jelaskan pengaruh katalis terhadap laju reaksi seperti yang terjadi pada percobaan
di atas….
…………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………………………………………………………..
F. Sebutkan contoh pengaruh katalis terhadap laju reaksi dalam kehidupan sehari-
hari….
……………………………………………….............................................................................................................
……………………………………………….............................................................................................................
………………………………………………........................................................................................................... ..
………………………………………………........................................................................................................... ..
………………………………………………........................................................................................................... ..
………………………………………………........................................................................................................... ..
………………………………………………........................................................................................................... ..
7. KESIMPULAN
………………………………………………………………...……………………………………………………….......
………………………………………………………………...……………………………………………………….......
………………………………………………………………...……………………………………………………….......
………………………………………………………………...……………………………………………………….......
………………………………………………………………...……………………………………………………….......
………………………………………………………………...……………………………………………………….......
………………………………………………………………...……………………………………………………….......
………………………………………………………………...……………………………………………………….......
………………………………………………………………...……………………………………………………….......
………………………………………………………………...………………………………………………………......
106
Lampiran 4. LKS Kelas Kontrol
107
108
109
110
Lampiran 5. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Hasil Belajar
KISI-KISI INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR
Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Laju Reaksi
Kelas/Semester : XI/1
Alokasi Waktu : 1 x 45 menit
Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar Indikator Soal Jenjang
Mendeskripsikan
pengertian laju reaksi
dengan melakukan
percobaan tentang
faktor-faktor yang
Menyebutkan reaksi yang
berlangsung cepat dan
reaksi yang berlangsung
lambat
1. Nyatakan apakah masing-masing perubahan berikut tergolong cepat atau
lambat
a. Pengkaratan besi
b. Memudarnya warna pakaian
c. Proses nyala petasan
d. Proses pematangan buah
C 1
111
mempengaruhi laju
reaksi.
e. Pembakaran bahan bakar roket
Menjelaskan Pengaruh luas
permukaan terhadap laju
reaksi
2. Data hasil percobaan A + B → C
no Massa
(g)
Bentuk
zat
[B]
M
Waktu
(s)
Suhu
oC
1 5 Serbuk 0,1 2 25
2 5 Larutan 0,1 3 25
3 5 Butiran 0,1 5 25
4 5 Larutan 0,1 1,5 25
5 5 Larutan 0,1 1,5 25
Pada percobaan 1 dan 3 laju reaksi dipengaruhi oleh faktor? Jelaskan ….
C 2
3. Di depot-depot penjualan air minum isi ulang terdapat modul penyaring
air berisi pasir, karbon aktif, dan zeolit. Jelaskan mengapa bahan-bahan
tersebut berbentuk serbuk tidak berupa padatan kasar?
C 2
4. Manakah yang lebih luas permukaannya, serbuk pualam atau kepingan
pualam? jelaskan
C 2*
Menganalisis pengaruh luas
permukaan terhadap laju
5. Mengapa serbuk kalsium lebih cepat bereaksi dengan larutan HCl 1 M
dari pada kepingan kalsium dengan massa yang sama…
C 3*
112
reaksi 6. Seorang siswa melakukan percobaan reaksi CaCO3 + HCl seperti yang
terjadi dibawah ini:
HCl 2M HCl 2M HCl 2M
CaCO3 CaCO3 CaCO3
serbuk butiran kepingan
a. Alat dan bahan apa saja yang diperlukan dalam percobaan ini?
b. Sebutkan produk hasil reaksi dari percobaan ini?
c. Kesimpulan apa yang dapat diambil dari percobaan?
C 5*
Menyebutkan contoh
aplikasi luas permukaan
dalam kehidupan sehari-hari
7. Sebutkan 2 (dua) contoh aplikasi laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan luas permukaan bidang sentuh….
C 2
Menjelaskan pengaruh
konsentrasi terhadap laju
reaksi
8. Jelaskan mengapa konsentrasi mempengaruhi laju reaksi…. C 2*
9. Data percobaan reaksi besi (Fe) dan larutan asam klorida (HCl) adalah
sebagai berikut :
C 2*
B C A
113
no Fe (0,2g) [HCl]
M
1 Serbuk 0,1
2 Serbuk 0,2
3 Serbuk 2
4 Serbuk 0,5
5 Serbuk 1
Dari data diatas, reaksi yang berlangsung paling cepat adalah? jelaskan
10. Mengapa reaksi berlangsung lebih cepat pada konsentrasi yang lebih
tinggi? jelaskan
C 2*
Menganalisis pengaruh
konsentrasi terhadap laju
reaksi
11.
HCl 0,5M HCl 1M
Perhatikan masing-masing larutan diatas, pada masing-masing gelas
dimasukan 1 cm pita magnesium (Mg)
a. Dari kedua tabung manakah yang berlangsung lebih cepat ?
b. Sebutkan produk hasil reaksi ?
c. Faktor apa yang mempengaruhinya ?
C 4
A B
114
d. Jelaskan mengapa demikian?
12. Bubuk detergent yang digunakan untuk mencuci pakaian mengandung
zat-zat penghilang noda pada pakaian. Zat-zat ini akan bereaksi dengan
noda tersebut. Dua pakaian seragam dengan noda yang sangat kotor
dicuci dengan bubuk detergent yang sama. Pakaian pertama dicuci
dengan 1 takaran detergent. Pakaian kedua dicuci dengan 2 takaran
detergent. Takaran manakah yang dapat memebersihkan pakaian lebih
cepat? jelaskan
C 4*
Menyebutkan contoh
aplikasi pengaruh
konsentrasi terhadap laju
reaksi
13. Sebutkan 1 (satu) contoh aplikasi laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan pengaruh konsentrasi….
C 2*
Menjelaskan pengaruh suhu
terhadap laju reaksi
14. Kenaikan suhu akan mempercepat reaksi hal ini terjadi karena… C 2
15. Mengapa gula lebih cepat larut dengan air hangat, dibandingkan dengan
air dingin? jelaskan
C 2
Menganalisis pengaruh suhu
terhadap laju reaksi
16. Data hasil percobaan untuk reaksi B + C→ hasil
percobaan Massa/bentuk
zat (g)
Konsentrasi
[C] M
Waktu
(detik)
Suhu
(oC)
C 4
115
1 10 g serbuk 0,1 2 25
2 10 g larutan 0,1 3 25
3 10 kepingan 0,1 5 25
4 10 g larutan 0,1 1,5 35
Apa yang dapat disimpulkan berdasar percobaan 2 dan 4 ….
17. Reaksi metana dengan oksigen merupakan reaksi eksoterm, tetapi
campuran gas metana dengan oksigen tidak begitu saja langsung beraksi
tanpa percikan api, jelaskan mengapa demikian….
C 4*
Menyebutkan contoh
aplikasi pengaruh suhu
terhadap laju reaksi
18. Sebutkan 1 (satu) contoh aplikasi laju reaksi dalam keseharian yang
berkaitan dengan pengaruh suhu….
C 2*
Menjelaskan pengaruh
katalis terhadap laju reaksi
19. Jelaskan pengaruh katalis terhadap laju reaksi…. C 2*
20. Reaksi antara gas H2dan O2 pada suhu 25 oC berlangsung sangat lambat,
tetapi ketika ditambah serbuk Pt, reaksi menjadi lebih cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh….
C 2
21. C 3*
116
Berdasrakan gambar diatas, apa yang bisa kamu simpulkan berhubungan
dengan katalis dan laju reaksi?
Menganalisis pengaruh
katalis terhadap laju reaksi
22. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25oC sangat sukar terjadi
meskipun dilakukan dengan cara pemanasan bahkan sampai mencair dan
mendidih. Tetapi bila dicampur dengan sedikit MnO2 penguraian
berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukan bahwa laju reaksi
dipengaruhi oleh? Jelaskan….
C 4*
23. Pada Percobaan pertama dilaboratorium memasukan hidrogen peroksida
(H2O2) kedalam gelas kimia, setelah beberapa lama muncul gelembung
gas pada larutan tersebut. Sedangkan pada percobaan kedua, H2O2
ditambahkan dengan FeCl3 gelembung gas langsung muncul,
penambahan FeCl3 berwarna kuning jingga, lalu berubah menjadi cokelat.
C 4
117
Tetapi pada akhir reaksi kembali berwarna kuning jingga.
Apa yang dapat disimpulkan dari pernyataan diatas….
Menyebutkan contoh
aplikasi pengaruh katalis
terhadap laju reaksi
24. Sebutkan 1 (satu) contoh aplikasi laju reaksi dalam bidang industri yang
berkaitan dengan pengaruh katalis….
C 2
118
Lampiran 6. Format Pedoman Penskoran Soal Tes
FORMAT PEDOMAN PENSKORAN SOAL TES
Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Laju Reaksi
Kelas/Semester : XI/1
Alokasi Waktu : 1 x 45 menit
Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.
Indikator Soal Jawaban Skor
Menyebutkan
reaksi yang
berlangsung
cepat dan
1. Nyatakan apakah masing-masing perubahan berikut
tergolong cepat atau lambat
Tiap jawaban benar
mendapat 1 skor
a. Pengkaratan besi
Reaksi berlangsung lambat
1
119
reaksi yang
berlangsung
lambat
b. Memudarnya warna pakaian
Reaksi berlangsung lambat
1
c. Proses nyala petasan
Reaksi berlangsung cepat
1
d. Proses pematangan buah
Reaksi berlangsung lambat
1
e. Pembakaran bahan bakar roket Reaksi berlangsung cepat
1
Skor maksimal 5
Menjelaskan
Pengaruh luas
permukaan
terhadap laju
reaksi
2. Data hasil percobaan A + B → C
no Massa
(g)
Bentuk
zat
[B]
M
Waktu
(s)
Suhu
oC
1 5 Serbuk 0,1 2 25
2 5 Larutan 0,1 3 25
3 5 Butiran 0,1 5 25
4 5 Larutan 0,1 1,5 25
5 5 Larutan 0,1 1,5 25
Pada percobaan 1 dan 3 laju reaksi dipengaruhi oleh
faktor? Jelaskan ….
0
Pada percobaan 1 & 3 laju reaksi di pengaruhi
oleh pengaruh luas permukaan bidang sentuh.
1
Pada percobaan 1 & 3 laju reaksi di pengaruhi
oleh pengaruh luas permukaan bidang sentuh.
Zat yang berbentuk serbuk mempunyai waktu
reaksi lebih cepat dibandingkan dengan zat
yang berbentuk butiran.
2
Pada percobaan 1 & 3 laju reaksi di pengaruhi
oleh pengaruh luas permukaan bidang sentuh.
Zat yang berbentuk serbuk mempunyai waktu
3
120
reaksi lebih cepat dibandingkan dengan zat
yang berbentuk butiran. Karena makin luas
permukaannya makin banyak kemungkinan
terjadinya tumbukan antar partikel.
Skor maksimal 3
Menjelaskan
Pengaruh luas
permukaan
terhadap laju
reaksi
3. Di depot-depot penjualan air minum isi ulang terdapat
modul penyaring air berisi pasir, karbon aktif, dan
zeolit. Jelaskan mengapa bahan-bahan tersebut
berbentuk serbuk tidak berupa padatan kasar?
0
Bahan tersebut berbentuk serbuk untuk
mempercepat penyerapan kotoran.
1
Bahan tersebut berbentuk serbuk untuk
mempercepat penyerapan kotoran. Semakin
luas permukaan bidang sentuh reaksi
berlangsung cepat.
2
Bahan tersebut berbentuk serbuk untuk
mempercepat penyerapan kotoran. Semakin
luas permukaan bidang sentuh reaksi
berlangsung cepat. Karena makin luas
permukaannya makin banyak kemungkinan
terjadinya tumbukan antar partikel.
3
Skor maksimal 3
121
Menjelaskan
Pengaruh luas
permukaan
terhadap laju
reaksi
4. Manakah yang lebih luas permukaannya, serbuk pualam
atau kepingan pualam? jelaskan
0
Serbuk pualam lebih luas permukaannya
dibandingkan keping pualam.
1
Serbuk pualam lebih luas permukaannya.
Karena serbuk pualam mempunyai permukaan
bidang sentuh yang lebih luas.
2
Serbuk pualam lebih luas permukaannya.
Karena serbuk pualam mempunyai permukaan
bidang sentuh yang lebih luas. Semakin luas
permukaannya semakin banyak kemungkinan
terjadinya tumbukan antar partikel.
3
Serbuk pualam lebih luas permukaannya.
Karena serbuk pualam mempunyai permukaan
bidang sentuh yang lebih luas. Semakin luas
permukaannya semakin banyak kemungkinan
terjadinya tumbukan antar partikel. Yang
menjadikan serbuk pualam lebih cepat bereaksi
dibandingkan kepingan pualam.
4
Skor maksimal 4
Menganalisis 5. Mengapa serbuk kalsium lebih cepat bereaksi dengan 0
122
pengaruh luas
permukaan
terhadap laju
reaksi
larutan HCl 1 M dari pada kepingan kalsium dengan
massa yang sama?
Karena serbuk kalsium lebih luas
permukaannya dibanding kepingan kalsium
1
Karena serbuk kalsium lebih luas
permukaannya dibanding kepingan kalsium
Semakin luas permukaannya semakin banyak
kemungkinan terjadinya tumbukan antar
partikel.
2
Karena serbuk kalsium lebih luas
permukaannya dibanding kepingan kalsium
Semakin luas permukaannya semakin banyak
kemungkinan terjadinya tumbukan antar
partikel. Yang menjadikan serbuk kalsium
lebih cepat bereaksi dibandingkan kepingan
kalsium.
3
Skor maksimal 3
Menganalisis 6. Seorang siswa melakukan percobaan reaksi CaCO3 + 0
123
pengaruh luas
permukaan
terhadap laju
reaksi
HCl seperti yang terjadi dibawah ini:
HCl 2M HCl 2M HCl 2M
CaCO3 CaCO3 CaCO3
serbuk butiran kepingan
d. Alat dan bahan apa saja yang diperlukan dalam
percobaan ini?
e. Sebutkan produk hasil reaksi dari percobaan ini?
f. Kesimpulan apa yang dapat diambil dari
percobaan?
a. Alat
3 buah beaker glass
Neraca
Stop watch
Bahan
CaCO3 serbuk, butiran dan kepingan
HCl 2M
a. Alat
3 buah beaker
glass (skor 1)
Neraca (skor 1)
Stop watch (skor
1)
Bahan
CaCO3 serbuk,
butiran dan
kepingan (skor 2)
HCl 2M (skor 1)
b. Kalsium klorida, Karbon dioksida, air Kalsium klorida
(skor 1)
Karbon dioksida
(skor 1)
air (skor 1)
Semakin luas permukaan sentuhan semakin
sering terjadi kontak reaksi makin cepat
Skor 2
Skor maksimum 11
Menyebutkan 7. Sebutkan 2 (dua) contoh aplikasi laju reaksi dalam 0
A C B
124
contoh aplikasi
luas
permukaan
dalam
kehidupan
sehari-hari
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan luas
permukaan bidang sentuh….
Gula pasir lebih cepat larut kedalam air
dibandingkan dengan gula batu.
1
Sate yang dibuat kecil dan tipis agar lebih cepat
matang
1
Skor maksimal 2
Menjelaskan
pengaruh
konsentrasi
terhadap laju
reaksi
8. Jelaskan mengapa konsentrasi mempengaruhi laju
reaksi….
0
Semakin banyak partikel dalam reaksi semakin
sering partikel bertumbukan.
1
Semakin banyak partikel dalam reaksi semakin
sering partikel bertumbukan. Sehingga reaksi
berlangsung cepat.
2
Skor maksimal 2
Menjelaskan
pengaruh
konsentrasi
terhadap laju
reaksi
9. Data percobaan reaksi besi (Fe) dan larutan asam
klorida (HCl) adalah sebagai berikut :
no Fe (0,2g) [HCl] M
1 Serbuk 0,1
2 Serbuk 0,2
0
Reaksi yang berlangsung paling cepat adalah
reaksi nomer 3
1
Reaksi yang berlangsung paling cepat adalah 2
125
3 Serbuk 2
4 Serbuk 0,5
5 Serbuk 1
Dari data diatas, reaksi yang berlangsung paling cepat
adalah? jelaskan
reaksi nomer 3, karena memiliki konsentrasi
HCl 2 M.
Reaksi yang berlangsung paling cepat adalah
reaksi nomer 3, karena memiliki konsentrasi
HCl 2 M. Semakin besar konsentrasi semakin
cepat laju reaksi.
3
Skor maksimal 3
Menjelaskan
pengaruh
konsentrasi
terhadap laju
reaksi
10. Mengapa reaksi berlangsung lebih cepat pada
konsentrasi yang lebih tinggi? jelaskan
0
Karena konsentrasi tinggi maka semakin
banyak molekul reaktan yang tersedia .
1
Semakin tinggi konsentrasi maka semakin
banyak molekul reaktan yang tersedia dengan
demikian kemungkinan bertumbukan akan
semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi
meningkat.
2
Skor maksimal 2
Menganalisis
pengaruh
konsentrasi
terhadap laju
11.
HCl 0,5M HCl 1M
0
a. Tabung B 1
b. Magnesium klorida dan hidrogen Magnesium
klorida(skor 1)
A B
126
reaksi Perhatikan masing-masing larutan diatas, pada masing-
masing gelas dimasukan 1 cm pita magnesium (Mg)
e. Dari kedua tabung manakah yang berlangsung
lebih cepat ?
f. Sebutkan produk hasil reaksi ?
g. Faktor apa yang mempengaruhinya ?
h. Jelaskan mengapa demikian?
Hidrogen (skor1)
c. Konsentrasi 1
d. Semakin besar konsentrasi maka semakin
cepat laju reaksi
2
Skor maksimal 6
Menganalisis
pengaruh
konsentrasi
terhadap laju
reaksi
12. Bubuk detergent yang digunakan untuk mencuci
pakaian mengandung zat-zat penghilang noda pada
pakaian. Zat-zat ini akan bereaksi dengan noda tersebut.
Dua pakaian seragam dengan noda yang sangat kotor
dicuci dengan bubuk detergent yang sama. Pakaian
pertama dicuci dengan 1 takaran detergent. Pakaian
kedua dicuci dengan 2 takaran detergent. Takaran
manakah yang dapat memebersihkan pakaian lebih
cepat? jelaskan
0
Pakaian dengan 2 takaran lebih cepat karena
konsentrasi lebih besar yaitu 2 takar
dibandingkan dengan pakaian pertama yang
hanya 1 takaran.
1
Pakaian dengan 2 takaran lebih cepat karena
konsentrasi lebih besar yaitu 2 takar
dibandingkan dengan pakaian pertama yang
hanya 1 takaran. Semakin besar konsentrasi,
semakin cepat laju rekasi.
2
Pakaian dengan 2 takaran lebih cepat karena
konsentrasi lebih besar yaitu 2 takar
3
127
dibandingkan dengan pakaian pertama yang
hanya 1 takaran. Semakin besar konsentrasi,
semakin cepat laju rekasi. Karena semakin
banyak reaktan yang tersedia dan
kemungkinan bertumbukan akan semakin
banyak sehingga kecepatan reaksi meningkat.
Skor maksimal 3
Menyebutkan
contoh aplikasi
pengaruh
konsentrasi
terhadap laju
reaksi
13. Sebutkan 1 (satu) contoh aplikasi laju reaksi dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pengaruh
konsentrasi….
0
Pemakaian kaporit untuk membersihkan kolam
renang. Kaporit digunakan untuk
membersihkan kuman. Konsentrasi larutan
kaporit yang digunakan sangat menentukan
kebersihan kolam renang. Apabila
konsentrasinya terlalu rendah makan larutan
kaporit tidak cukup untuk mematikan kuman
tersebut.
2
Skor maksimal 2
Menjelaskan
pengaruh suhu
terhadap laju
14. Kenaikan suhu akan mempercepat reaksi hal ini terjadi
karena…
0
Menaikan suhu berarti menambah energy
sehingga Ek molekul akan membesar.
1
128
reaksi Menaikan suhu berarti menambah energi,
sehingga Ek molekul akan membesar dan
mengakibatkan kecepatan reaksi semakin
bertambah
2
Skor maksimal 2
Menjelaskan
pengaruh suhu
terhadap laju
reaksi
15. Mengapa gula lebih cepat larut dengan air hangat,
dibandingkan dengan air dingin? jelaskan
0
Karena suhu mempengaruhi laju reaksi 1
Karena suhu mempengaruhi laju reaksi,
semakin tinggi suhu laju reaksi semakin cepat.
2
Karena suhu mempengaruhi laju reaksi,
semakin tinggi suhu laju reaksi semakin cepat.
Kenaikan laju reaksi disebabkan oleh kenaikan
suhu akan menyebabakan makin cepatnya
molekul-molekul pereaksi bergerak sehingga
memungkinkan terjadi tabrakan antar molekul.
3
Skor maksimal 3
Menganalisis
pengaruh suhu
terhadap laju
16. Data hasil percobaan untuk reaksi B + C→ hasil
percobaan Massa/bentuk
zat (g)
Konsentrasi
[C] M
Waktu
(detik)
Suhu
(oC)
0
Percobaan 2 dan 4 dipengaruhi oleh suhu 1
Percobaan 2 dan 4 dipengaruhi oleh suhu, jika 2
129
reaksi 1 10 g serbuk 0,1 2 25
2 10 g larutan 0,1 3 25
3 10 g
kepingan
0,1 5 25
4 10 g larutan 0,1 1,5 35
Apa yang dapat disimpulkan berdasar percobaan 2 dan 4
….
suhu di naikan 10oC (pada percobaan 2 suhu
25oC menjadi 35
oC pada percobaan 4) maka
dengan konsentrasi yang sama kecepatan reaksi
menjadi 2x dari kecepatan semula .
Percobaan 2 dan 4 dipengaruhi oleh suhu, jika
suhu di naikan 10oC (pada percobaan 2 suhu
25oC menjadi 35
oC pada percobaan 4) maka
dengan konsentrasi yang sama kecepatan reaksi
menjadi 2x dari kecepatan semula . Hal ini
dibuktikan dengan waktu reaksi pada
percobaan 4 menjadi 1,5 detik.
3
Skor maksimal 3
Menganalisis
pengaruh suhu
terhadap laju
reaksi
17. Reaksi metana dengan oksigen merupakan reaksi
eksoterm, tetapi campuran gas metana dengan oksigen
tidak begitu saja langsung beraksi tanpa percikan api,
jelaskan mengapa demikian….
0
Karena suhu mempengaruhi laju reaksi metana
yang dibuktikan dengan memerlukannya
percikan api untuk bereaksi.
1
Karena suhu mempengaruhi laju reaksi metana 2
130
yang dibuktikan dengan memerlukannya
percikan api untuk bereaksi. Semakin tinggi
suhu laju reaksi semakin cepat karena kenaikan
suhu akan menyebabakan makin cepatnya
molekul-molekul pereaksi bergerak sehingga
memungkinkan terjadi tabrakan antar molekul.
Skor maksimal 2
Menyebutkan
contoh aplikasi
pengaruh suhu
terhadap laju
reaksi
18. Sebutkan 1 (satu) contoh aplikasi laju reaksi dalam
keseharian yang berkaitan dengan pengaruh suhu….
0
Sayuran, buah disimpan di dalam lemari
pendingin agar lebih tahan lama
2
Skor maksimal 2
Menjelaskan
pengaruh
katalis
terhadap laju
reaksi
19. Jelaskan pengaruh katalis terhadap laju reaksi…. 0
Katalis adalah zat yang berfungsi untuk
mempercapat terjadinya suatu reaksi
1
Katalis adalah zat yang berfungsi untuk
mempercapat terjadinya suatu reaksi, akan
tetapi zat tersebut tidak ikut bereaksi.
2
Katalis adalah zat yang berfungsi untuk 3
131
mempercapat terjadinya suatu reaksi, akan
tetapi zat tersebut tidak ikut bereaksi. Peran
katalis adalah menurunkan energi aktivasi,
sehingga reaksi berlangsung lebih cepat.
Skor maksimal 3
Menjelaskan
pengaruh
katalis
terhadap laju
reaksi
20. Reaksi antara gas H2dan O2 pada suhu 25 oC
berlangsung sangat lambat, tetapi ketika ditambah
serbuk Pt, reaksi menjadi lebih cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh….
0
Dipengaruhi oleh katalis, yaitu Pt 1
Dipengaruhi oleh katalis, yaitu Pt. Hal ini
dibuktikan dengan awal reaksi gas H2dan O2
pada suhu 25 oC berlangsung sangat lambat.
2
Dipengaruhi oleh katalis, yaitu Pt. Hal ini
dibuktikan dengan awal reaksi gas H2dan O2
pada suhu 25 oC berlangsung sangat lambat.
Akan tetapi setelah penambahan Pt reaksi
menjadi cepat.
3
Skor maksimal 3
Menjelaskan
pengaruh
katalis
terhadap laju
21. 0
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi. 1
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi.
Seperti mobil yang jalan menaiki bukit, itu
2
132
reaksi
Berdasarkan gambar diatas, apa yang bisa kamu simpulkan
berhubungan dengan katalis dan laju reaksi?
sama dengan reaksi yang berlangsung lambat
karena tanpa katalis. Dan mobil yang melewati
terowongan yang sama dengan reaksi
berlangsung cepat karena menggunakan katalis.
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi
dengan cara menurunkan energi aktivasi.
Seperti mobil yang jalan menaiki bukit, itu
sama dengan reaksi yang berlangsung lambat
karena tanpa katalis. Dan mobil yang melewati
terowongan yang sama dengan reaksi
berlangsung cepat karena menggunakan katalis.
3
Skor maksimal 3
Menganalisis
pengaruh
katalis
terhadap laju
reaksi
22. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25oC sangat
sukar terjadi meskipun dilakukan dengan cara
pemanasan bahkan sampai mencair dan mendidih.
Tetapi bila dicampur dengan sedikit MnO2 penguraian
berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukan bahwa
laju reaksi dipengaruhi oleh? Jelaskan….
Dipengaruhi oleh katalis yaitu MnO2 1
Dipengaruhi oleh katalis yaitu MnO2. Karena
katalis adalah zat yang mempercepat reaksi
dimana pada akhir reaksi terbentuk kembali
dengan jumlah yang tetap
2
Dipengaruhi oleh katalis yaitu MnO2. Karena
katalis adalah zat yang mempercepat reaksi
3
133
dimana pada akhir reaksi terbentuk kembali
dengan jumlah yang tetap. Katalis
mempercepat reaksi dengan menurunkan
energy aktivasi sehingga reaksi berlangsung
lebih cepat.
Skor maksimal 3
Menganalisis
pengaruh
katalis
terhadap laju
reaksi
23. Pada Percobaan pertama dilaboratorium memasukan
hydrogen peroksida (H2O2) kedalam gelas kimia,
setelah beberapa lama muncul gelembung gas pada
larutan tersebut. Sedangkan pada percobaan kedua,
H2O2 ditambahkan dengan FeCl3 gelembung gas
langsung muncul, penambahan FeCl3 berwarna kuning
jingga, lalu berubah menjadi cokelat. Tetapi pada akhir
reaksi kembali berwarna kuning jingga.
Apa yang dapat disimpulkan dari pernyataan diatas….
0
FeCl3 yang berperan sebagai katalis 1
FeCl3 yang berperan sebagai katalis karena
FeCl3 mempercepat laju reaksi dengan ditandai
langsung munculnya gelembung
2
FeCl3 yang berperan sebagai katalis karena
FeCl3 mempercepat laju reaksi dengan ditandai
langsung munculnya gelembung dan zat itu
tidak mengalami perubahan yang kekal karena
warna kembali menjadi kuning jingga.
3
Skor maksimal 3
Menyebutkan
contoh aplikasi
pengaruh
24. Sebutkan 1 (satu) contoh aplikasi laju reaksi dalam
bidang industri yang berkaitan dengan pengaruh
katalis….
0
Penambahan ragi untuk mempercepat
pengembangan adonan roti di pabrik
2
134
katalis
terhadap laju
reaksi
pembuatan roti.
Skor maksimal 2
Skor total 78
135
Lampiran 7. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
REKAP ANALISIS BUTIR
=====================
Rata2= 46.67
Simpang Baku= 7.77
KorelasiXY= 0.73
Reliabilitas Tes= 0.85
Butir Soal= 24
Jumlah Subyek= 39
Nama berkas: C:\USERS\HALIMAH\DOCUMENTS\UJI VALIDASI.AUR
No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 0.00 0.00 Sangat Mudah -0.046 -
2 2 1.34 9.09 Sedang 0.168 -
3 3 1.94 18.18 Sedang 0.253 -
4 4 2.80 29.55 Sedang 0.426 Signifikan
5 5 2.89 30.30 Sedang 0.489 Signifikan
6 6 2.60 16.53 Sedang 0.577 Sangat Signifikan
7 7 1.21 22.73 Sedang 0.300 -
8 8 7.78 50.00 Sangat Mudah 0.614 Sangat Signifikan
9 9 5.37 45.45 Sedang 0.645 Sangat Signifikan
10 10 5.86 54.55 Sedang 0.645 Sangat Signifikan
11 11 2.58 13.64 Sangat Mudah 0.380 -
12 12 6.34 45.45 Sedang 0.750 Sangat Signifikan
136
13 13 2.93 54.55 Sedang 0.515 Sangat Signifikan
14 14 1.92 22.73 Mudah 0.300 -
15 15 1.52 15.15 Sedang 0.190 -
16 16 2.05 18.18 Sedang 0.360 -
17 17 3.63 45.45 Sukar 0.569 Sangat Signifikan
18 18 2.93 54.55 Sedang 0.587 Sangat Signifikan
19 19 4.57 33.33 Sedang 0.619 Sangat Signifikan
20 20 1.41 6.06 Sedang 0.282 -
21 21 1.49 15.15 Sedang 0.389 Signifikan
22 22 2.61 24.24 Sedang 0.451 Signifikan
23 23 0.49 6.06 Mudah -0.030 -
24 24 1.27 27.27 Sedang 0.302 -
137
Lampiran 8.Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
DATA HASIL PRE TEST KELAS EKSPERIMEN
No Nama
Nomor
Jumlah Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Agung Nugroho 2 0 1 1 5 1 0 1 2 2 0 0 1 1 1 18 36
2 Anisa Suciyanti 2 0 0 0 3 1 1 1 2 0 0 2 2 2 1 17 34
3 Anjar Hero W 2 0 0 0 0 1 2 1 2 0 0 0 1 1 0 10 20
4 Annisa Silvy A 0 0 0 1 7 0 2 1 1 2 0 2 2 1 1 20 40
5 Astri Maulinda 2 0 0 1 5 1 3 1 2 2 0 2 1 1 1 22 44
6 Aulia Novica 1 0 0 2 5 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 12 24
7 Ayuningtyas Putri 1 0 1 1 5 1 2 1 1 2 0 0 1 2 2 20 40
8 Deby Adhitya 3 0 0 2 8 1 3 1 2 2 0 2 1 2 2 29 58
9 DiniIka P 2 0 0 2 3 1 3 1 2 2 0 2 1 3 2 24 48
10 Firda Andini 1 0 2 2 6 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 14 28
11 Fitria Nandasari 2 0 0 2 6 1 3 1 2 0 0 0 2 2 1 22 44
12 Gilang Rizky P 3 0 0 0 4 1 3 1 2 2 0 2 1 0 1 20 40
13 Harry Mukti W 1 0 0 1 4 1 0 1 2 0 0 0 2 2 0 14 28
14 Julia Dhalianty 1 0 2 1 6 1 2 1 2 2 0 2 0 0 1 21 42
15 KaefiyahNurul I 1 0 0 1 5 0 3 0 2 2 0 0 0 0 0 14 28
16 Kelvin Rachmad A 4 3 2 1 8 0 1 1 2 2 1 2 2 2 2 33 66
17 Khairunnisa 2 0 2 0 4 2 3 1 2 2 0 2 0 0 0 20 40
18 Laras Widyawati 4 0 1 1 6 1 1 0 2 2 0 2 2 2 2 26 52
19 Livia Mayan A 1 0 0 1 3 0 3 1 1 2 1 2 2 1 0 18 36
20 M Armansyah 3 0 0 1 6 0 3 1 2 2 0 2 1 2 0 23 46
21 Mokhamad Reza A 0 0 0 0 4 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 7 14
22 Moses Manullang 4 0 0 0 8 1 0 0 1 2 1 2 2 1 1 23 46
23 Muhammad Agni 1 0 0 1 4 1 2 0 2 0 0 0 2 2 1 16 32
24 M Ferdianto 3 0 0 1 4 0 1 0 1 0 0 2 1 1 2 16 32
25 M Hafiidz F 1 0 0 1 4 1 0 1 1 2 0 2 1 2 1 17 34
26 M Yusuf I 1 0 0 1 6 1 2 1 2 2 0 2 2 1 0 21 42
27 Nandayu Larasati 0 0 0 1 4 1 3 0 2 2 0 2 2 1 1 19 38
28 Niken Larasati H P 2 0 0 2 4 1 2 0 1 0 1 2 1 1 0 17 34
29 Nouval Abdullah 1 0 0 0 4 1 2 1 2 0 0 0 1 1 0 13 26
30 Ratu Permata K 1 0 0 1 4 1 0 1 1 0 0 2 1 1 0 13 26
31 Renaldi Rizky S 4 0 1 1 9 0 2 1 1 0 0 0 1 2 0 22 44
32 Rifqi Purusutomo 1 0 1 1 8 0 2 1 1 0 1 0 1 1 0 18 36
33 Rizka Hazizah 1 0 1 0 4 1 0 0 1 2 0 2 0 1 0 13 26
34 Rizky Pahlevi l 1 0 2 1 7 1 2 1 1 1 0 0 1 1 1 20 40
138
35 Sufyan Alfarisi 3 0 2 1 6 1 1 0 2 2 0 2 1 1 0 22 44
36 Vanadhia Amanita 1 0 2 2 6 1 3 0 1 0 0 0 1 0 0 17 34
37 Veby Rilian 1 0 0 1 8 1 3 1 2 1 0 0 1 0 0 19 38
38 Winda Indrawati 1 0 0 1 4 1 3 1 1 2 0 0 1 1 0 16 32
39 Yoseptina Enggal P 1 0 0 1 9 1 3 1 2 0 0 0 1 0 0 19 38
40 Yusuf Indrawan 1 0 0 1 7 0 2 0 1 0 0 2 1 1 0 16 32
DATA HASIL PRE TEST KELAS KONTROL
No Nama
Nomor
Jumlah Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Aditya Darmawan 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 1 2 0 1 0 10 20
2 Ahmad Bukhari M 4 0 2 2 5 1 1 1 2 1 0 2 1 1 0 23 46
3 Ahmad Husain A 0 0 0 1 4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 10 20
4 Amalia Idzni 0 0 0 1 6 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 10 20
5 AnggunAgusti Y 0 0 0 1 4 0 2 1 1 2 0 1 0 1 1 14 28
6 Anita Silvia 1 0 2 1 6 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 16 32
7 Annisa Rahma T 1 0 0 1 5 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 10 20
8 Aska Fatahna A 4 0 0 1 5 1 2 0 2 2 0 2 1 1 0 21 42
9 Astri Azaira 4 0 0 0 5 0 2 1 2 0 0 2 1 0 0 17 34
10 Ayu Septina W 1 0 1 1 2 0 1 0 2 2 1 0 1 1 0 13 26
11 Bobby Suharman J 4 0 1 1 4 0 1 1 1 2 0 2 1 1 0 19 38
12 CarakaYuda 1 0 0 0 0 1 2 1 2 0 0 0 0 0 1 8 16
13 Dina Anggraeni D 1 0 0 1 4 1 0 0 2 0 1 0 1 1 1 13 26
14 Dwi Madya P W 1 0 0 1 4 1 0 1 2 0 0 1 0 0 1 12 24
15 Dwi Widayastuti 1 0 0 1 6 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 14 28
16 Ephistalia R 0 0 0 1 6 0 0 1 2 0 0 0 0 1 1 12 24
17 Farhansyah Muhfi 1 0 0 1 0 0 0 1 2 2 1 0 1 0 1 10 20
18 Firda Nazifah 3 0 0 1 7 1 0 0 2 2 0 0 0 0 1 17 34
19 Firman Yulianto 0 0 2 1 2 0 2 0 2 0 0 2 0 1 0 12 24
20 Fitri Amalia 4 0 0 1 6 1 0 1 2 0 0 2 1 0 1 19 38
21 Hermon Teguh J M 1 0 0 1 5 0 0 1 2 0 0 2 2 1 0 15 30
22 Iza Riskiana 1 0 1 2 6 1 2 0 2 0 0 0 0 0 1 16 32
23 JosuaYeremia T G 1 0 0 0 0 1 0 1 2 0 1 2 1 2 2 13 26
24 Khoirotunnisa DS 2 0 0 1 5 1 1 1 2 0 0 0 0 1 0 14 28
25 Levi Tamara 1 0 0 1 3 1 0 0 1 2 1 0 1 1 0 12 24
26 Mutia Syaili 0 0 0 1 4 1 2 1 2 2 1 2 0 0 0 16 32
27 NasrullanNur N 1 0 0 1 6 1 2 1 2 0 0 0 0 0 1 15 30
28 Nurul Rahma D 1 0 0 1 5 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 11 22
29 Nurulita Rahayu 1 0 0 1 9 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 15 30
139
30 Pasis Pamungkas W 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 2 0 1 0 6 12
31 Ratu Putri Khairina 3 0 0 1 4 1 0 1 2 2 0 2 1 1 1 19 38
32 Rima Ananda S 1 0 1 1 5 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 12 24
33 Rismoyo Nahri F 1 0 0 1 6 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 13 26
34 Rizqi Muhammad A 4 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 13 26
35 Sabina Chinantya A 4 0 0 0 2 1 2 1 2 0 0 2 1 1 1 17 34
36 Satria Henarta P 4 0 1 1 4 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 15 30
37 Sella Rahmayanti 1 0 0 1 4 1 0 1 1 0 0 2 0 0 1 12 24
38 Sintya Ratnasari 1 0 0 1 5 1 0 1 2 2 0 2 0 0 1 16 32
39 Tasya Febri R 1 0 0 1 6 1 2 1 1 0 0 0 1 1 1 16 32
40 Zasminofialti 4 0 0 0 5 1 1 0 1 0 0 2 0 1 1 16 32
140
Lampiran 9.Hasil Post Test KelasEksperimendanKelasKontrol
DATA HASIL POST TEST KELAS EKSPERIMEN
No Nama Nomor
Jumlah Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Agung Nugroho 2 3 4 2 1 2 0 0 2 1 2 2 2 10 3 36 72
2 Anisa Suciyanti 4 3 3 2 1 3 2 2 1 1 3 1 3 11 2 42 84
3 Anjar Hero W 2 0 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 9 3 38 76
4 Annisa Silvy A 2 3 4 1 1 2 0 0 2 2 2 2 2 10 3 36 72
5 Astri Maulinda 3 0 4 2 1 3 2 2 2 3 2 1 1 9 3 38 76
6 Aulia Novica 3 3 4 2 0 2 2 2 2 3 2 2 2 10 2 41 82
7 Ayuningtyas Putri P 3 0 4 1 1 2 2 2 2 2 2 0 2 9 3 35 70
8 Deby Adhitya 3 0 4 2 0 3 2 0 2 3 2 1 3 10 3 38 76
9 Dini Ika P 2 2 3 2 0 2 2 2 3 3 3 2 2 11 2 41 82
10 Firda Andini 3 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 7 3 40 80
11 Fitria Nandasari 3 3 4 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 11 2 40 80
12 Gilang Rizky P 3 3 4 2 0 2 2 0 2 2 2 1 2 10 3 38 76
13 Harry Mukti W 3 3 3 2 1 1 2 2 2 3 3 2 3 8 3 41 82
14 Julia Dhalianty 3 0 4 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 10 3 38 76
15 Kaefiyah Nurul I 4 3 4 2 2 2 0 2 2 3 2 2 3 11 3 45 90
16 Kelvin Rachmad A 3 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 11 3 45 90
17 Khairunnisa 2 3 4 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 10 3 40 80
18 Laras Widyawati 2 0 4 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 10 3 36 72
19 Livia Mayan A 3 0 4 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 11 2 38 76
20 M Armansyah 2 0 4 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2 11 3 38 76
21 Mokhamad Reza A 4 0 4 2 0 3 2 2 2 0 3 2 3 10 3 40 80
22 Moses Manullang 3 3 4 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 10 2 40 80
23 Muhammad Agni 3 3 3 0 0 2 0 2 2 2 3 2 3 10 3 38 76
24 M Ferdianto 3 2 4 2 0 2 0 2 2 2 2 0 3 10 2 36 72
25 M Hafiidz F 3 3 4 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 10 3 39 78
26 Muhammad Yusuf I 4 3 4 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 10 3 43 86
27 Nandayu Larasati 3 3 4 2 0 1 2 2 2 2 3 1 3 7 3 38 76
28 Niken Larasati H P 3 0 4 2 2 2 0 2 2 3 2 1 2 11 2 38 76
29 Nouval Abdullah 2 0 4 1 1 2 2 2 2 3 2 0 2 10 3 36 72
30 Ratu Permata K 3 3 4 2 2 3 0 0 2 2 2 0 3 9 3 38 76
31 Renaldi Rizky S 3 0 4 3 0 3 2 2 2 2 2 2 2 10 3 40 80
32 Rifqi Purusutomo 2 3 4 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 11 3 39 78
33 Rizka Hazizah 3 3 4 2 0 2 0 2 2 1 3 2 2 10 3 39 78
34 RizkyPahlevi I 2 2 3 3 0 2 2 2 1 3 2 0 2 11 3 38 76
141
35 Sufyan Alfarisi 3 2 4 3 0 3 2 2 1 2 3 1 2 10 3 41 82
36 Vanadhia Amanita 4 2 4 3 0 2 0 2 3 2 3 2 2 11 3 43 86
37 Veby Rilian 3 3 4 2 1 2 2 2 2 0 2 2 3 9 2 39 78
38 Winda Indrawati 3 2 3 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 11 3 38 76
39 Yoseptina Enggal P 2 0 4 2 2 2 0 2 2 3 2 2 2 10 3 38 76
40 Yusuf Indrawan 2 0 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 10 2 34 68
DATA HASIL POST TEST KELAS KONTROL
No Nama
Nomor
Jumlah Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Aditya Darmawan 2 0 4 2 0 3 2 2 2 2 2 1 2 11 3 38 76
2 Ahmad Bukhari 3 0 4 2 1 3 2 2 3 3 3 2 2 11 3 44 88
3 Ahmad Husain A 2 0 4 1 0 1 0 2 3 2 3 2 2 10 3 35 70
4 Amalia Idzni 2 0 4 2 0 3 0 0 2 2 3 2 2 9 3 34 68
5 Anggun Agusti Y 2 0 4 2 0 3 0 0 2 2 2 2 2 8 3 32 64
6 Anita Silvia 2 0 4 1 0 2 2 2 2 2 3 2 2 11 3 38 76
7 Annisa Rahma T 2 0 4 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 11 3 38 76
8 Aska Fatahna A 2 0 4 2 0 2 2 2 3 1 3 1 3 10 3 38 76
9 Astri Azaira 2 0 4 1 0 1 2 2 2 2 3 2 2 9 3 35 70
10 Ayu Septina 2 0 4 1 0 2 2 0 2 1 2 1 2 10 3 32 64
11 Bobby Suharman 2 0 4 0 0 2 2 0 2 3 3 2 2 11 0 33 66
12 Caraka Yuda 2 0 4 0 0 2 0 2 2 2 3 2 3 10 3 35 70
13 Dina Anggraeni D 2 0 2 1 0 1 2 0 2 1 3 1 2 10 3 30 60
14 DwiMadya P W 2 0 4 0 0 1 0 2 2 2 3 1 2 10 3 32 64
15 Dwi Widayastuti 2 0 4 1 0 1 0 2 2 2 3 1 2 10 3 33 66
16
Ephistalia
Rachmadhieni 2 0 4 1 0 2 2 2 2 2 2 2 3 11 3 38 76
17 Farhansyah Muhfi 2 0 4 2 0 2 2 2 2 3 2 1 2 11 3 38 76
18 Firda Nazifah 2 0 4 1 0 1 2 2 1 3 2 2 3 11 1 35 70
19 FirmanYulianto 2 0 0 1 0 2 2 2 2 3 2 2 2 11 3 34 68
20 Fitri Amalia 2 0 4 1 0 2 2 2 2 2 2 2 3 11 3 38 76
21 Hermon Teguh J 2 0 0 1 0 2 2 2 2 2 3 2 2 11 3 34 68
22 Iza Riskiana 2 0 4 1 2 2 0 2 2 2 3 2 3 10 3 38 76
23 Josua Yeremia 2 0 1 0 0 2 0 2 3 2 3 2 3 10 3 33 66
24 Khoirotunnisa DS 3 0 4 0 1 2 2 2 3 3 3 1 2 10 3 39 78
25 Levi Tamara 3 0 2 0 2 2 2 2 3 2 3 1 3 10 3 38 76
26 Mutia Syaili 2 0 4 1 2 2 2 2 2 2 3 1 2 10 3 38 76
27 Nasrullan Nur N 2 0 4 0 2 2 0 2 2 3 2 2 3 10 0 34 68
142
28 Nurul Rahma D 2 0 4 0 2 2 0 2 2 3 3 2 3 10 3 38 76
29 Nurulita Rahayu 2 0 4 1 0 1 2 0 2 1 2 2 3 10 3 33 66
30 Pasis Pamungkas 2 0 2 0 0 2 0 0 2 1 2 2 2 9 3 27 54
31 Ratu Putri K 2 0 3 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 9 3 31 62
32 Rima Ananda S 2 0 4 1 0 2 0 0 2 3 3 2 3 10 3 35 70
33 Rismoyo Nahri F 2 0 1 2 0 2 0 0 2 3 3 2 2 9 3 31 62
34 Rizqi M Akbari 2 0 2 1 0 1 2 0 2 2 3 1 2 8 3 29 58
35 Sabina Chinantya 3 0 4 2 0 2 2 2 3 2 3 2 3 10 3 41 82
36 Satria Henarta P 2 0 4 2 0 2 2 0 2 0 1 2 3 11 3 34 68
37 Sella Rahmayanti 3 0 4 2 0 2 2 2 2 2 2 2 3 9 3 38 76
38 Sintya Ratnasari 3 0 4 2 0 2 2 2 2 2 1 2 3 10 3 38 76
39 Tasya Febri R 4 0 4 2 0 1 2 2 3 3 1 1 3 10 3 39 78
40 Zasminofialti 0 0 4 2 0 2 2 2 2 3 2 2 3 11 3 38 76
143
Lampiran 10.Hasil Gain Score Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
DATA HASIL GAIN SCORE KELAS EKSPERIMEN
No Nama post test free
test postes-
freetest N gain
1 AgungNugroho 72 36 36 0.56
2 AnisaSuciyanti 84 34 50 0.75
3 Anjar Hero W 76 20 56 0.70
4 AnnisaSilvy A 72 40 32 0.53
5 AstriMaulinda 76 44 32 0.57
6 AuliaNovica 82 24 58 0.76
7 AyuningtyasPutri P 70 40 30 0.50
8 DebyAdhitya 76 58 18 0.43
9 DiniIka P 82 48 34 0.65
10 FirdaAndini 80 28 52 0.72
11 FitriaNandasari 80 44 36 0.64
12 GilangRizky P 76 40 36 0.60
13 Harry Mukti W 82 28 54 0.75
14 Julia Dhalianty 86 42 44 0.76
15 KaefiyahNurul I 90 28 62 0.86
16 Kelvin Rachmad A 90 66 24 0.70
17 Khairunnisa 80 40 40 0.66
18 LarasWidyawati 72 52 20 0.41
19 Livia Mayan A 76 36 40 0.62
20 MohamadArmansyah 76 46 30 0.55
21 Mokhamad Reza A 80 14 66 0.76
22 Moses Manullang 80 46 34 0.63
23 Muhammad Agni Nur L 76 32 44 0.64
24 Muhammad Ferdianto 72 32 40 0.58
25 Muhammad Hafiidz F 78 34 44 0.66
26 Muhammad Yusuf I 86 42 44 0.76
27 NandayuLarasati 76 38 38 0.61
28 NikenLarasati H P 76 34 42 0.63
29 Nouval Abdullah 72 26 46 0.62
30 RatuPermataKarimah 76 26 50 0.67
31 RenaldiRizky S 80 44 36 0.64
32 RifqiPurusutomo 78 36 42 0.65
33 RizkaHazizah 78 26 52 0.70
34 RizkyPahlevi I 76 40 36 0.60
144
35 SufyanAlfarisi 82 44 38 0.67
36 Vanadhia Amanita 86 34 52 0.78
37 VebyRilian 78 38 40 0.64
38 WindaIndrawati 76 32 44 0.64
39 YoseptinaEnggal P 76 38 38 0.61
40 Yusuf Indrawan 68 32 36 0.53
DATA HASIL GAIN SCORE KELAS KONTROL
No Nama
post
test
free
test posttest-
freetest N gain
1 AdityaDarmawan 76 20 56 0.70
2 Ahmad Bukhari M 88 46 42 0.77
3 Ahmad Husain A 70 20 50 0.62
4 AmaliaIdzni 68 20 48 0.60
5 AnggunAgusti Y 64 28 36 0.50
6 Anita Silvia 76 32 44 0.64
7 AnnisaRahma T 76 20 56 0.70
8 AskaFatahna A 76 42 34 0.58
9 AstriAzaira 70 34 36 0.54
10 AyuSeptinaWardani 64 26 38 0.51
11 Bobby SuharmanJuliyanto 66 38 28 0.45
12 CarakaYuda 70 16 54 0.64
13 Dina Anggraeni D 60 26 34 0.46
14 DwiMadya P W 64 24 40 0.52
15 DwiWidayastuti 66 28 38 0.52
16 EphistaliaRachmadhieni 76 24 52 0.68
17 FarhansyahMuhfi 76 20 56 0.70
18 FirdaNazifah 70 34 36 0.54
19 FirmanYulianto 68 24 44 0.57
20 FitriAmalia 76 38 38 0.61
21 Hermon Teguh J M 68 30 38 0.54
22 IzaRiskiana 76 32 44 0.64
23 JosuaYeremia Thomas G 66 26 40 0.54
24 Khoirotunnisa DS 78 28 50 0.69
25 Levi Tamara 76 24 52 0.68
26 MutiaSyaili 76 32 44 0.64
27 NasrullanNur N 68 30 38 0.54
28 NurulRahma D 76 22 54 0.69
29 NurulitaRahayu 66 30 36 0.51
30 PasisPamungkas W 54 12 42 0.47
145
31 RatuPutriKhairina 62 38 24 0.38
32 Rima Ananda S 70 24 46 0.60
33 RismoyoNahri F 62 26 36 0.48
34 Rizqi Muhammad Akbari 58 26 32 0.43
35 Sabina Chinantya A 82 34 48 0.72
36 SatriaHenarta P 68 30 38 0.54
37 SellaRahmayanti 76 24 52 0.68
38 SintyaRatnasari 76 32 44 0.64
39 TasyaFebri R 78 32 46 0.67
40 Zasminofialti 76 32 44 0.64
146
Lampiran 11. Data Hasil Pre Test
HASIL PRETEST
A. Hasil pretest kelas eksperimen
Tabel 6.1 Data Terurut Hasil Pretest Kelas Eksperimen
66 58 52 48 46 46 44 44 44 44
42 42 40 40 40 40 40 38 38 38
36 36 36 34 34 34 34 32 32 32
32 28 28 28 26 26 26 24 20 14
B. Hasil pretest kelas kontrol
Tabel 6.2 Data Terurut Hasil Pretest Kelas Kontrol
4h6 42 38 38 38 34 34 34 32 32
32 32 32 32 30 30 30 30 28 28
28 26 26 26 26 26 24 24 24 24
24 24 22 20 20 20 20 20 16 12
Berdasarkan hasil pretest kelas eksperimen, diperoleh bahwa skor
maksimum (Xmax) adalah 66 dan skor minimum (Xmin) adalah 14.
Sehingga dapet dibuat table distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu
menentukan skor rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P).
1. Rentang (R)
R = Xmax-Xmin
= 66-14
= 52
2. Banyak Kelas (K)
147
K = 1+3,3log n
= 1+3,3 log 40
= 6,28 ≈ 6
3. Panjang Kelas (P)
P =
=
= 8,6 ≈ 9
Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Pre Test Kelas Eksperimen
Kelas Batas
kelas
Nilai
Tengah
(xi)
Frekuensi
(fi) fi.xi (fi.xi)
2
14-22 13,5 18 2 36 1296
23-31 22,5 27 7 189 35721
32-40 31,5 36 19 684 467856
41-49 40,5 45 9 405 164025
50-58 49,5 54 2 108 11664
59-67 58,5 63 1 63 3969
Jumlah
(Ʃ )
216 243 40 1485 52067025
Berdasarkan Tabel distribusi frekuensi tersebut makan ditentukan skor
rata-rata (X), median, modus, dan standar deviasi dari skor pretest ini.
a. Rata-rata (X)
X =
=
= 37,05
b. Median = 37
c. Modus = 40
d. Standar deviasi =9,891
148
Berdasarkan hasil pretest kelas kontrol, diperoleh bahwa skor maksimum
(Xmax) adalah 46 dan skor minimum (Xmin) adalah 12. Sehingga dapet
dibuat table distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan skor
rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P).
4. Rentang (R)
R = Xmax-Xmin
= 46-12
= 34
5. Banyak Kelas (K)
K = 1+3,3log n
= 1+3,3 log 40
= 6,28 ≈ 6
6. Panjang Kelas (P)
P =
=
= 6
Tabel 6.4 Distribusi Frekuensi Pre Test Kelas Kontrol
Kelas Batas
kelas
Nilai
Tengah
(xi)
Frekuensi
(fi) fi.xi (fi.xi)
2
12-17 11,5 14,5 2 29 841
18-23 17,5 20,5 6 123 15129
24-29 23,5 26,5 14 371 137641
30-35 29,5 32,5 13 422,5 178506,25
36-41 35,5 38,5 3 115,5 13340,25
42-47 41,5 44,5 2 89 7921
Jumlah
(Ʃ )
159 177 40 1150 353378,5
149
Berdasarkan Tabel distribusi frekuensi tersebut makan ditentukan skor
rata-rata (X), median, modus, dan standar deviasi dari skor pretest ini.
e. Rata-rata (X)
X =
=
= 28,27
f. Median = 28
g. Modus = 32
h. Standar deviasi =7,001
150
Lampiran 12. Data Hasil Post Test
HASIL POSTTEST
A. Hasil post test kelas eksperimen
Tabel 6.5 Data Terurut Hasil Post Test Kelas Eksperimen
90 90 86 86 84 82 82 82 82 80
80 80 80 80 80 78 78 78 78 76
76 76 76 76 76 76 76 76 76 76
76 76 76 72 72 72 72 72 70 68
B. Hasil post test kelas kontrol
Tabel 6.6 Data Terurut Hasil Post Test Kelas Eksperimen
88 82 78 78 76 76 76 76 76 76
76 76 76 76 76 76 76 76 70 70
70 70 70 68 68 68 68 68 66 66
66 66 64 64 64 62 62 60 58 54
Berdasarkan hasil posttest kelas eksperimen, diperoleh bahwa skor
maksimum (Xmax) adalah 90 dan skor minimum (Xmin) adalah 68.
Sehingga dapet dibuat table distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu
menentukan skor rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P).
1. Rentang (R)
R = Xmax-Xmin
= 90-68
= 22
151
2. Banyak Kelas (K)
K = 1+3,3log n
= 1+3,3 log 40
= 6,28 ≈ 6
3. Panjang Kelas (P)
P =
=
=3,67 ≈ 4
Tabel 6.7 Distribusi Frekuensi Post Test Kelas Eksperimen
Kelas Batas
kelas
Nilai
Tengah (xi)
Frekuensi
(fi) fi.xi (fi.xi)
2
68-71 67,5 69,5 2 139 19321
72-75 71,5 73,5 5 367,5 135056,25
76-79 75,5 77,5 18 1395 1946025
80-83 79,5 81,5 10 815 664225
84-87 83,5 85,5 3 256,5 65792,25
88-91 87,5 89,5 2 179 32041
Jumlah
(Ʃ )
465 477 40 3152 2862460,5
Berdasarkan Tabel distribusi frekuensi tersebut makan ditentukan skor
rata-rata (X), median, modus, dan standar deviasi dari skor pretest ini.
4. Rata-rata (X)
X =
=
= 78,8
5. Median = 76
6. Modus = 76
152
7. Standar deviasi =4,909
Berdasarkan hasil post test kelas kontrol, diperoleh bahwa skor maksimum
(Xmax) adalah 88 dan skor minimum (Xmin) adalah 54. Sehingga dapet
dibuat table distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan skor
rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P).
1. Rentang (R)
R = Xmax-Xmin
= 88-54
= 34
2. Banyak Kelas (K)
K = 1+3,3log n
= 1+3,3 log 40
= 6,28 ≈ 6
3. Panjang Kelas (P)
P =
=
= 5,67 ≈ 6
Tabel 6.8 Distribusi Frekuensi Post Test Kelas Kontrol
Kelas Batas
kelas
Nilai
Tengah
(xi)
Frekuen
si (fi) fi.xi (fi.xi)
2
54-59 53,5 56,5 2 113 12769
60-65 59,5 62,5 6 375 140625
66-71 65,5 68,5 14 959 919681
72-77 71,5 74,5 14 1043 1087849
78-83 77,5 83,5 3 250,5 62750,25
84-89 83,5 86,5 1 86,5 7482,25
Jumlah
(Ʃ )
411 1048,5 40 2827 2231156,5
153
Berdasarkan Tabel distribusi frekuensi tersebut makan ditentukan skor
rata-rata (X), median, modus, dan standar deviasi dari skor pretest ini.
4. Rata-rata (X)
X =
=
= 70,675
5. Median = 70
6. Modus = 76
7. Standar deviasi =6,969
154
Lampiran 13. Data Gain Score
HASIL GAIN SCORE
A. Hasil gain score kelas eksperimen
Tabel 6.9 Data Terurut Gain Score Kelas Eksperimen
0.86 0.787 0.76 0.76 0.75 0.75 0.75 0.75 0.72 0.7
0.7 0.7 0.67 0.67 0.66 0.66 0.65 0.65 0.64 0.64
0.64 0.64 0.64 0.636 0.629 0.625 0.62 0.612 0.61 0.6
0.6 0.588 0.57 0.5 0.53 0.53 0.52 0.5 0.42 0.41
B. Hasil gain score kelas kontrol
Tabel 6.10 Data Terurut Gain Score Kelas Eksperimen
0.77 0.72 0.7 0.7 0.7 0.69 0.69 0.68 0.68 0.68
0.676 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.642 0.625 0.612 0.605
0.6 0.58 0.578 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54 0.527
0.526 0.514 0.513 0.5 0.486 0.477 0.459 0.451 0.432 0.38
Berdasarkan hasil gain score kelas eksperimen, diperoleh bahwa skor
maksimum (Xmax) adalah 0.86 dan skor minimum (Xmin) adalah 0.41.
Sehingga dapet dibuat table distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu
menentukan skor rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P).
1. Rentang (R)
R = Xmax-Xmin
= 0.86-0.41
= 0.45
2. Banyak Kelas (K)
155
K = 1+3,3log n
= 1+3,3 log 40
= 6,28 ≈ 6
3. Panjang Kelas (P)
P =
=
=0.075
Tabel 6.11 Distribusi Frekuensi Gain Score Kelas Eksperimen
Kelas Batas
kelas
Nilai
Tengah
(xi)
Frekuensi
(fi) fi.xi (fi.xi)
2
0.41-0.484 0,4095 0.447 2 0.894 0.799
0.485-0.559 0,4845 0.522 5 2.61 6.812
0.56-0.634 0,5595 0.597 9 5.373 28.86
0.635-0.709 0,6345 0.672 15 10.08 101.6
0.71-0.784 0,7095 0.747 7 5.229 27.34
0.785-0.86 0,7845 0.8225 2 1.645 2.7
Jumlah (Ʃ ) 35.82 3.8075 40 25.83 173.517
Berdasarkan Tabel distribusi frekuensi tersebut makan ditentukan skor
rata-rata (X), median, modus, dan standar deviasi dari skor pretest ini.
a. Rata-rata (X)
X =
=
= 0,645
b. Median = 0,64
c. Modus = 0,64
156
d. Standar deviasi =0,0935
Berdasarkan hasil gain score kelas kontrol, diperoleh bahwa skor
maksimum (Xmax) adalah 0.77 dan skor minimum (Xmin) adalah 0.38.
Sehingga dapet dibuat table distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu
menentukan skor rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P).
1. Rentang (R)
R = Xmax-Xmin
= 0.77-0.38
= 0.39
2. Banyak Kelas (K)
K = 1+3,3log n
= 1+3,3 log 40
= 6,28 ≈ 6
3. Panjang Kelas (P)
P =
=
=0.065
Tabel 6.12 Distribusi Frekuensi Gain Score Kelas Kontrol
Kelas Batas
kelas
Nilai
Tengah
(xi)
Frekuensi
(fi) fi.xi (fi.xi)
2
0.38-0.444 0.375 0.412 2 0.824 0.678
0.45-0.509 0.4445 0.4795 5 2.3975 5.748
0.51-0.574 0.5095 0.542 10 5.42 29.37
0.575-0.64 0.5745 0.6075 14 8.505 72.33
0.641-0.704 0.645 0.6725 7 4.7075 22.16
0.705-0.77 0.7045 0.7375 2 1.475 2.175
Jumlah (Ʃ ) 3.253 3.451 40 23.329 132.46
157
Berdasarkan Tabel distribusi frekuensi tersebut makan ditentukan skor
rata-rata (X), median, modus, dan standar deviasi dari skor pretest ini.
4. Rata-rata (X)
X =
=
= 0,583
5. Median = 0,6
6. Modus = 0,54
7. Standar deviasi =0,0923
158
Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
UJI NORMALITAS KELAS EKSPERIMEN
1. Uji normalitas pretest kelas eksperimen
a. Hipotesis
H0 : data pre test yang diuji berdistribusi normal
Ha : data pre test yang diuji tidak berdistribusi normal
b. Taraf signifikansi : α = 0,05
c. Uji statistic dengan Chi Kuadrat
∑
Keterangan
foi: frekuensi observasi ke-i
fhi: frekuensi harapan ke-i
d. Kriteria keputusan
H0 ditolak jika X2
hitung > X2 (α;db) dengan α= 0,05 dan db=k-3 dengan k
adalah banyaknya kelas interval
e. Perhitungan
Menentukan sebaran frekuensi untuk data pre test kelas eksperimen
Jangkauan : Xmax-Xmin = 66-14 = 52
Banyak kelas : 1+3,3log40= 6,28 ≈6
Panjang kelas :
=
= 9
Tabel 6.13 Sebaran Frekuensi Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
Interval fo fh fo-fh
14-22 2 1 1 1 1
23-31 7 5 2 4 0,8
32-40 19 14 5 25 1.78
159
41-49 9 14 -5 25 1,78
50-58 2 5 -3 9 1,8
59-67 1 1 0 0 0
Jumlah
(Ʃ )
40 0 7,16
k=6, maka db=k-3 = 6-3 = 3, X2 (0,05;3) =7,815
X2
hitung = 7,16 < X2 (0,05;3) =7,815, maka H0 diterima yang artinya data
pre test berdistribusi normal
2. Uji normalitas post test kelas eksperimen
a. Hipotesis
H0 : data post test yang diuji berdistribusi normal
Ha : data post test yang diuji tidak berdistribusi normal
b. Taraf signifikansi : α = 0,05
c. Uji statistic dengan Chi Kuadrat
∑
Keterangan
foi: frekuensi observasi ke-i
fhi: frekuensi harapan ke-i
d. Kriteria keputusan
H0 ditolak jika X2
hitung > X2 (α;db) dengan α= 0,05 dan db=k-3 dengan k
adalah banyaknya kelas interval
e. Perhitungan
Menentukan sebaran frekuensi untuk data pre test kelas eksperimen
Jangkauan : Xmax-Xmin = 90-68 = 22
Banyak kelas : 1+3,3log40= 6,28 ≈6
Panjang kelas :
=
= 3,76 ≈ 4
160
Tabel 6.14 Sebaran Frekuensi Normalitas Post Test Kelas Eksperimen
Interval fo fh fo-fh
68-71 2 1 1 1 1
72-75 5 5 0 0 0
76-79 18 14 4 16 1,14
80-83 10 14 -4 16 1,14
84-87 3 5 -2 4 0,8
88-91 2 1 1 1 1
Jumlah
(Ʃ )
40 0 5,08
k=6, maka db=k-3 = 6-3 = 3, X2 (0,05;3) =7,815
X2
hitung = 5,08 < X2 (0,05;3) =7,815, maka H0 diterima yang artinya data
post test berdistribusi normal
3. Uji normalitas gain score kelas eksperimen
a. Hipotesis
H0 : data gain score yang diuji berdistribusi normal
Ha : data gain score yang diuji tidak berdistribusi normal
b. Taraf signifikansi : α = 0,05
c. Uji statistic dengan Chi Kuadrat
∑
Keterangan
foi: frekuensi observasi ke-i
fhi: frekuensi harapan ke-i
d. Kriteria keputusan
161
H0 ditolak jika X2
hitung > X2 (α;db) dengan α= 0,05 dan db=k-3 dengan k
adalah banyaknya kelas interval
e. Perhitungan
Menentukan sebaran frekuensi untuk data gain score kelas eksperimen
Jangkauan : Xmax-Xmin = 0,86-0,41 = 0,45
Banyak kelas : 1+3,3log40= 6,28 ≈6
Panjang kelas :
=
= 0,075
Tabel 6.15 Sebaran Frekuensi Normalitas Gain Score Kelas
Eksperimen
Interval fo fh fo-fh
0,41- 0,484 2 1 1 1 1
0,485- 0,559 5 5 0 0 0
0,56- 0,634 9 14 -5 25 1,78
0,635- 0,709 15 14 1 1 0,07
0,71- 0,784 7 5 2 4 0,8
0,785- 0,86 2 1 1 1 1
Jumlah (Ʃ ) 40 0 4,65
k=6, maka db=k-3 = 6-3 = 3, X2 (0,05;3) =7,815
X2
hitung = 4,65 < X2 (0,05;3) =7,815, maka H0 diterima yang artinya data
gain score berdistribusi normal
162
UJI NORMALITAS KELAS KONTROL
4. Uji normalitas Pretest kelas kontrol
f. Hipotesis
H0 : data pre test yang diuji berdistribusi normal
Ha : data pre test yang diuji tidak berdistribusi normal
g. Taraf signifikansi : α = 0,05
h. Uji statistic dengan Chi Kuadrat
∑
Keterangan
foi: frekuensi observasi ke-i
fhi: frekuensi harapan ke-i
i. Kriteria keputusan
H0 ditolak jika X2
hitung > X2 (α;db) dengan α= 0,05 dan db=k-3 dengan k
adalah banyaknya kelas interval
j. Perhitungan
Menentukan sebaran frekuensi untuk data pre test kelas kontrol
Jangkauan : Xmax-Xmin = 46-12= 34
Banyak kelas : 1+3,3log40= 6,28 ≈6
Panjang kelas :
=
= 6
Tabel 6.16 Sebaran Frekuensi Normalitas Pretest Kelas Kontrol
Interval fo fh fo-fh
12-17 2 1 1 1 1
18-23 6 5 1 1 0,2
24-29 14 14 0 0 0
30-35 13 14 -1 1 0,07
36-41 3 5 -2 4 0,8
3542-47 2 1 1 1 1
163
Jumlah
(Ʃ )
40 0 3,07
k=6, maka db=k-3 = 6-3 = 3, X2 (0,05;3) =7,815
X2
hitung = 3,07 < X2 (0,05;3) =7,815, maka H0 diterima yang artinya data
pre test berdistribusi normal
5. Uji normalitas post test kelas kontrol
f. Hipotesis
H0 : data post test yang diuji berdistribusi normal
Ha : data post test yang diuji tidak berdistribusi normal
g. Taraf signifikansi : α = 0,05
h. Uji statistic dengan Chi Kuadrat
∑
Keterangan
foi: frekuensi observasi ke-i
fhi: frekuensi harapan ke-i
i. Kriteria keputusan
H0 ditolak jika X2
hitung > X2 (α;db) dengan α= 0,05 dan db=k-3 dengan k
adalah banyaknya kelas interval
j. Perhitungan
Menentukan sebaran frekuensi untuk data pre test kelas kontrol
Jangkauan : Xmax-Xmin = 88-54=34
Banyak kelas : 1+3,3log40= 6,28 ≈6
Panjang kelas :
=
= 5,67 ≈ 6
164
Tabel 6.17 Sebaran Frekuensi Normalitas Post Test Kelas Kontrol
Interval fo fh fo-fh
54-59 2 1 1 1 1
60-65 6 5 1 1 1
66-71 14 14 0 0 0
72-77 14 14 0 0 0
78-83 3 5 -2 4 0,8
84-89 1 1 0 0 0
Jumlah
(Ʃ )
40 0 2,8
k=6, maka db=k-3 = 6-3 = 3, X2 (0,05;3) =7,815
X2
hitung = 2,8 < X2 (0,05;3) =7,815, maka H0 diterima yang artinya data
post test berdistribusi normal
6. Uji normalitas gain score kelas kontrol
f. Hipotesis
H0 : data gain score yang diuji berdistribusi normal
Ha : data gain score yang diuji tidak berdistribusi normal
g. Taraf signifikansi : α = 0,05
h. Uji statistic dengan Chi Kuadrat
∑
Keterangan
foi: frekuensi observasi ke-i
fhi: frekuensi harapan ke-i
i. Kriteria keputusan
165
H0 ditolak jika X2
hitung > X2 (α;db) dengan α= 0,05 dan db=k-3 dengan k
adalah banyaknya kelas interval
j. Perhitungan
Menentukan sebaran frekuensi untuk data gain score kelas kontrol
Jangkauan : Xmax-Xmin = 0,77-0,38=0,39
Banyak kelas : 1+3,3log40= 6,28 ≈6
Panjang kelas :
=
= 0,065
Tabel 6.18 Sebaran Frekuensi Normalitas Gain Score Kelas Kontrol
Interval fo fh fo-fh
0.38-0.444 2 1 1 1 1
0.45-0.509 5 5 0 0 0
0.51-0.574 10 14 -4 16 1,14
0.575-0.64 14 14 0 0 0
0.641-0.704 7 5 2 4 0,8
0.705-0.77 2 1 1 1 1
Jumlah (Ʃ ) 40 0 3,94
k=6, maka db=k-3 = 6-3 = 3, X2 (0,05;3) =7,815
X2
hitung = 3,94 < X2 (0,05;3) =7,815, maka H0 diterima yang artinya data
gain score berdistribusi normal
166
Lampiran 15. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
UJI HOMOGENITAS VARIANSI
1. Uji homogenitas variansi data pretest
a. Hipotesis
H0 : skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontol mempunyai
variansi yang homogen
Ha : skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontol tidak mempunyai
variansi yang homogen
b. Hipotesis statistic
H0 : se2 = sk
2
Ha : se2 ≠ sk
2
c. Taraf signifikansi : α = 0,01
d. Uji statistik
e. Kriteria keputusan
H0 diterima jika
< F hitung<
dengan v1 = n1-1 dan
v2=n2-1
f. Perhitungan
ne = 40
nk= 40
se = 9,892 se2=97,831
sk = 7,001 sk2=49,014
1,995
167
db= ne-1= 40-1= 39, dan nk-1= 40-1=39
α=0,01 maka
= = 2,13
=
=
= 0,46
< F hitung<
(0,46 <1,995 < 2,13) maka H0 diterima,
artinya skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontol mempunyai
variansi yang homogen.
g. Uji homogenitas variansi data post test
a. Hipotesis
H0 : skor postest kelas eksperimen dan kelas kontol mempunyai
variansi yang homogen
Ha : skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontol tidak mempunyai
variansi yang homogen
b. Hipotesis statistic
H0 : se2 = sk
2
Ha : se2 ≠ sk
2
c. Taraf signifikansi : α = 0,01
d. Uji statistic
e. Kriteria keputusan
H0 diterima jika
< F hitung<
dengan v1 = n1-1 dan
v2=n2-1
f. Perhitungan
ne = 40
nk= 40
se = 4,909 se2=24,098
sk = 6,969 sk2= 48,566
168
2,015
db= ne-1= 40-1= 39, dan nk-1= 40-1=39
α=0,01 maka
= = 2,13
=
=
= 0,46
< F hitung<
(0,46 < 2,015 < 2.13) maka H0 diterima,
artinya skor post test kelas eksperimen dan kelas kontol mempunyai
variansi yang homogen.
h. Uji homogenitas variansi data gain score
a. Hipotesis
H0 : gain score kelas eksperimen dan kelas kontol mempunyai variansi
yang homogen
Ha : gain score kelas eksperimen dan kelas kontol tidak mempunyai
variansi yang homogen
b. Hipotesis statistic
H0 : se2 = sk
2
Ha : se2 ≠ sk
2
c. Taraf signifikansi : α = 0,1
d. Uji statistic
e. Kriteria keputusan
H0 diterima jika
< F hitung<
dengan v1 = n1-1 dan
v2=n2-1
169
f. Perhitungan
ne = 40
nk= 40
se = 0,0935 se2=0,00874
sk = 0,0923 sk2=0,00851
1,027
db= ne-1= 40-1= 39, dan nk-1= 40-1=39
α=0,01 maka
= = 2,13
=
=
= 0,46
< F hitung<
(0,46 <1,027 < 2,13) maka H0 diterima,
artinya gain score kelas eksperimen dan kelas kontol mempunyai
variansi yang homogen.
170
Lampiran 16. Hasil Uji t Gain Score dan Post Test
UJI T
A. Uji T terhadap rata-rata gain score kelas eksperimen dan kelas control
1. Hipotesis
H0 : peningkatan penguasaaan materi siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan LKS praktikum dengan pendekatan
konstruktivisme tidak lebih baik dari pada penguasaan materi siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan LKS yang terdapat dalam
buku.
Ha : peningkatan penguasaaan materi siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan LKS praktikum dengan pendekatan
konstruktivisme lebih baik dari pada penguasaan materi siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan LKS yang terdapat dalam buku.
2. Hipotesis statistic
H0 : μge ≤ μgk
Ha : μge ≥ μgk
3. Taraf signifikasi : α= 0,05
4. Statistic uji
√( )
( )
( )
: rata-rata skor kelas eksperimen
: rata-rata skor kelas control
: banyaknya siswa kelas eksperimen
: banyaknya siswa kelas control
: variansi kelas eksperimen
: variansi kelas control
5. Kriteria keputusan
171
H0 ditolak jika > ( ) dengan db = n1+ n2 – 2
6. Perhitungan
0,645
= 0,583
= 40
se = 0,0935 se2=0,00874
sk = 0,0923 sk2=0,00851
√( ) ( ) (
)
√
( )
√
( )= 1,6646
= 3,1 > ( )= 1,6646 maka H0 ditolak. Dapat disimpulakan
bahwa peningkatan penguasaaan materi siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan LKS praktikum dengan pendekatan
konstruktivisme lebih baik dari pada penguasaan materi siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan LKS yang terdapat dalam buku
B. Uji T terhadap rata-rata post test kelas eksperimen dan kelas kontrol
1. Hipotesis
H0 : hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
LKS praktikum dengan pendekatan konstruktivisme tidak lebih baik
172
dari pada penguasaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan LKS yang terdapat dalam buku.
Ha : hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
LKS praktikum dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari
pada penguasaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan LKS yang terdapat dalam buku.
2. Hipotesis statistic
H0 : μge ≤ μgk
Ha : μge ≥ μgk
3. Taraf signifikasi : α= 0,05
4. Statistic uji
√( )
( )
( )
: rata-rata skor kelas eksperimen
: rata-rata skor kelas kontrol
: banyaknya siswa kelas eksperimen
: banyaknya siswa kelas control
: variansi kelas eksperimen
: variansi kelas kontrol
5. Kriteria keputusan
H0 ditolak jika > ( ) dengan db = n1+ n2 – 2
6. Perhitungan
78,8
= 70,675
= 40
se = 4,909 se2=24,098
sk = 6,969 sk2= 48,566
173
√( ) ( ) (
)
√ ( )
√
( )= 1,6646
= > ( )= 1,6646 maka H0 ditolak . Dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan LKS praktikum dengan pendekatan
konstruktivisme lebih baik dari pada penguasaan materi siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan LKS yang terdapat dalam buku.
174
Lampiran 17. Foto Penelitian
praktikum 1 kelas eksperimen
praktikum 2 kelas eksperimen
175
Praktikum 1 kelas kontrol
Praktikum 2 kelas kontrol
BIODATA PENULIS
alimah anak ke lima dari lima bersaudara
terlahir dari pasangan H. Hamim dan Hj.
Salamah pada 22 April 1991 di Jakarta 22
tahun lalu. Bertempat tinggal di Jl.KH.Hasyim No.21 Rt
05 Rw 01 Kembangan Utara Jakarta Barat 11610.
Motivasi hidupnya adalah “Belajarlah lebih
banyak, berjuanglah lebih keras, hidup tidak berpihak
kepada mereka yang pantang menyerah. Dan percayalah
karena sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
Memulai pendidikan di MI Al Hasyimiyah (1996-2002) melanjutkan ke
MTS Sa’adatudarain (2002-2005) kemudian melanjutkan ke MAN 12 Jakarta
(2005-2008), dan menamatkan S1 (Sarjana Pendidikan) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Kimia
(2008-2013) dengan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan LKS
Eksperimen Berbasis Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar” di bawah
bimbingan Bapak Dedi Irwandi, M.Si dan Ibu Nanda Saridewi, M.Si
H