Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi pada Industri Penyempurnaan Kain.docx

download Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi pada Industri Penyempurnaan Kain.docx

of 51

description

Pengaruh penggunaan input tenaga kerja, bahan baku, dan mesin terhadap produksi industri penyempurnaan kainAnalisis Regresi Linear Berganda

Transcript of Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi pada Industri Penyempurnaan Kain.docx

PAPER MIKROEKONOMI

PENGARUH PENGGUNAAN INPUT TENAGA KERJA, BAHAN BAKU, DAN MESIN TERHADAP PRODUKSI INDUSTRI PENYEMPURNAAN KAIN DI INDONESIA TAHUN 2010

Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester lima mata kuliah Mikroekonomi

Disusun oleh :HANIF HASANA JAMIL10.6302 / 3SE3Dosen : Dr. Budiasih

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK JAKARTA2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul Pengaruh Penggunaan Input Tenaga Kerja, Bahan Baku, dan Mesin terhadap Produksi Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia Tahun 2010 tepat pada waktunya.Paper ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Mikroekonomi. Dalam penelitian ini, kami ingin meneliti faktor-faktor produksi apa sajakah yang mempengaruhi produksi industri penyempurnaan kain di Indonesia tahun 2010.Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, antara lain :1. Dr. Budiasih selaku dosen mata kuliah Mikroekonomi.2. Kedua orang tua peneliti yang senantiasa mendukung kami dari jauh.3. Teman-teman mahasiswa STIS kelas 3SE3.Peneliti menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan semoga paper ini dapat bermanfaat.

Jakarta, Februari 2013

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN11.1. Latar Belakang11.2. Rumusan Masalah31.3. Tujuan31.4. Manfaat4

BAB II LANDASAN TEORI52.1. Tinjauan Pustaka52.2. Penelitian Terkait112.3. Kerangka Pikir132.4. Hipotesis Penelitian13

BAB III METODOLOGI 153.1. Sumber Data153.2. Analisis Deskriptif15 3.3. Analisis Inferensia16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Gambaran Umum Industri Penyempurnaan Kain Indonesia Taun 2012264.1.1. Penyerapan Tenaga Kerja264.1.2. Nilai Penggunaan Bahan Baku274.1.3. Nilai Penggunaan Mesin284.1.4. Nilai Produksi284.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Produksi Industri Penyempurnaan Kain Tahun 2012294.2.1. Pengujian Asumsi Klasik294.2.2. Pengujian Statistik344.2.3. Kontribusi Variabel Independen374.2.4. Variabel Dominan384.2.5. Skala Usaha (Return to Scale) 394.2.6. Average Product394.2.7. Marginal Product40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN425.1. Kesimpulan425.2. Saran42

DAFTAR PUSTAKA44LAMPIRAN45

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangIndustri tekstil dan produk tekstil atau lebih dikenal dengan industri TPT adalah salah satu industri perintis dan tulang punggung manufaktur Indonesia. Posisi strategis industri ini semakin tampak nyata jika ditinjau dari sisi kontribusinya terhadap perekonomian khususnya dalam bentuk pendapatan ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Bahkan jika mencermati periode sekitar 20 tahun yang lalu perkembangan kinerja industri tekstil menunjukkan masa keemasannya, dimana pada saat itu industri ini mampu menyumbang lebih dari 35% dari total ekspor manufaktur dan penciptaan lapangan kerja terbesar di sektor manufaktur.Secara bisnis, industri TPT mempunyai keunggulan dibandingkan dengan industri lainnya. Pertama, industri ini memiliki pasar yang stabil karena permintaan akan tekstil dan produk tekstil merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kedua, industri ini mempunyai pasar yang sangat gemuk karena banyaknya penduduk dunia di pasar domestik saja peluangnya mencapai lebih dari 200juta konsumen yang akan membeli produk industri ini. Ketiga, produk industri ini merupakan sebagian dari alat pemenuhan gaya hidup sehingga transaksi untuk produk ini tidak hanya satu atau dua kali dalam satu tahun. Tiga keunggulan inilah yang membuat industri TPT selalu berperan dalam perekonomian nasional.Industri TPT nasional memiliki struktur industri yang terintegrasi dari hulu hingga ke hilir (up stream, mid stream, dan down stream) dan memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu industri dengan industri lainnya. Sektor hulu terdiri dari industri-industri yang menghasilkan serat dan benang. Sektor antara terdiri dari industri-industri yang memproduksi kain. Sedangkan sektor hilir terdiri dari industri yang menghasilkan barang jadi konsumsi masyarakat.Sektor antara atau industri kain merupakan salah satu sub sektor utama dari industri TPT. Industri kain di Indonesia mulai masuk ke fase ekspor sejak tahun 1983. Berdasarkan nilai ekspor, dalam periode 1980-1993, pertumbuhan rata-rata ekspor tahunan tekstil mencapai 32%. Ekspor industri kain mengalami puncaknya pada tahun 1992. Pada tahun 1993, Indonesia masuk ke 13 besar eksportir tekstil dunia bersamaan dengan Hongkong, Korea Selatan, China Taipei, China, Pakistan dan India. Produksi kain nasional sebagian besar digunakan untuk keperluan industri garmen domestik. Pasokan bahan baku kain sebagian besar masih dipasok dari industri kain domestik, namun peranan kain impor sudah mencapai 39%. Statistik impor mencatat bahwa impor kain dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan paling tinggi.

Tingginya peranan kain impor tersebut salah satunya disebabkan produksi kain nasional yang cenderung menurun sejak tahun 2002. Pada tahun 2002, produksi kain nasional mencapai 1.275 ton. Akan tetapi, produksi kain nasional menurun menjadi 1.273 ton pada tahun 2003. Angka produksi tersebut terus menurun hingga tahun 2007 yang hanya mencapai 970 ton. Apabila fenomena ini terus berlanjut, maka ketergantungan akan produk kain impor akan semakin meningkat sehingga pasar domestik akan semakin terpuruk.

1.2. Rumusan MasalahDulunya, industri kain merupakan industri yang berperan penting dalam perekonomian nasional karena ekspornya yang tinggi hingga tahun 1993. Akan tetapi, produksi dari industri ini terlihat menurun sejak tahun 2002 dan berimbas pada sektor hilir dari industri TPT, yaitu industri garmen. Ketergantungan industri garmen terhadap kain impor menjadi semakin tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis produksi kain nasional dan melihat sberapa besar pengaruh dari faktor-faktor produksi yang digunakan terhadap produksi kain nasional. Secara khusus, dalam penelitian ini akan menggunakan data Industri Penyempurnaan Kain tahun 2010 yang diperoleh dari survei Industri Besar dan Sedang yang dilakukan Badan Pusat Statistik.Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Bagaimana gambaran umum tentang Industri Penyempurnaan Kain tahun 2010?2. Apakah terdapat pengaruh faktor tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, bahan baku, dan mesin terhadap produksi pada Industri Penyempurnaan Kain tahun 2010?3. Seberapa besar pengaruh faktor tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, bahan baku, dan mesin terhadap produksi pada Industri Penyempurnaan Kain tahun 2010?4. Bagaimana nilai elastisitas produksi dan skala usaha Industri Penyempurnaan Kain tahun 2010?5. Berapa nilai average product dan marginal product dari setiap faktor produksi pada Industri Penyempurnaan Kain tahun 2010?

1.3. TujuanBerdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, tujuan dari penelitian ini yaitu :1. Mengetahui gambaran umum tentang Industri Penyempurnaan Kain tahun 2010.2. Mengetahui ada tidaknya pengaruh faktor tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, bahan baku, dan mesin terhadap produksi pada Industri Penyempurnaan Kain tahun 2010.3. Mengetahui seberapa besar pengaruh faktor tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, bahan baku, dan mesin terhadap produksi pada Industri Penyempurnaan Kain tahun 2010.4. Menganalisis nilai elastisitas produksi dan skala usaha Industri Penyempurnaan Kain tahun 2010.5. Menganalisis nilai average product dan marginal product dari setiap faktor produksi pada Industri Penyempurnaan Kain tahun 2010.

1.4. ManfaatPenelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada :1. Perusahaan-perusahaan dalam Industri Penyempurnaan Kain, sebagai pertimbangan dalam penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, bahan baku, dan mesin sehingga dapat memaksimumkan produksi sehingga diharapkan mempunyai prospek pasar yang lebih baik, baik di dalam maupun luar negeri.2. Pemerintah, sebagai dasar penentuan kebijakan terutama yang berkaitan dengan produksi kain nasional.3. Peneliti berikutnya, sebagai referensi tambahan dalam melakukan penelitian tentang Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia.

BAB IILANDASAN TEORI

1.1. Tinjauan Pustaka2.1.1. Pengertian IndustriDefinisi industri menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.Menurut Badan Pusat Statistik (2009), industri merupakan cabang kegiatan ekonomi, sebuah perusahaan atau badan usaha sejenisnya dimana tempat seseorang bekerja. Kegiatan ini diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI).Menurut Kamus Ekonomi(1998), industri merupakan usaha produktif, terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang menggunakan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar.

2.1.2. Penggolongan IndustriBPS (Badan Pusat Statistik) menggolongkan usaha industri pengolahan di Indonesia ke dalam empat kategori berdasarkan banyak pekerja yang bekerja pada suatu perusahaan atau usaha industri pengolahan tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan.Empat kategori tersebut adalah :a. Industri kerajinan rumah tangga, yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 1-4 orang.b. Industri kecil, yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 5-19 orang.c. Industri sedang, yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 20-99 orang.d. Industri besar, yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih.

2.1.3. Pengertian ProduksiProduksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input (Tati S. Joesron dan Fathorrozi, 2003:77). Sedangkan menurut Miller dan Meiners (1997), produksi merupakan konsep arus (flow concept), yang dimaksud dengan konsep arus adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkatan-tingkatan output per unit periode atau waktu. Sedangkan outputnya sendiri selalu diasumsikan konstan kualitasnya. Pemakaian sumber daya dalam suatu proses produksi juga diukur sebagai arus .Dalam industri modern, aktivitas produksi bukan sekedar dipandang sebagai aktivitas untuk mentransformasikan input menjadi output, tetapi dipandang sebagai aktivitas penciptaan nilai tambah, dimana setiap aktivitas dalam proses produksi memberikan nilai tambah (value added). Pemahaman terhadap nilai tambah ini penting agar dalam setiap aktivitas produksi selalu menghindari pemborosan penggunaan input. Dengan demikian produksi dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas dalam perusahaan industri berupa penciptaan nilai tambah dari input menjadi output secara efektif dan efisien sehingga produk sebagai output dari proses penciptaan nilai tambah itu dapat dijual dengan harga yang kompetitif (Vincent Gasperz, 2005:167).

Secara skematis kegiatan produksi dapat digambarkan seperti berikut ini.

Input(faktor-faktor produksi)ProsesPengubahanPengolahanOutputBarang atau Jasa

Gambar 2.1. Kegiatan ProduksiSumber : J. Sudarsono (1992:9)

2.1.4. Input / Faktor ProduksiInput merupakan kebutuhan bagi produksi suatu komoditi yang meliputi bakat manajerial, semangat kewirausahaan, dan keberanian mengambil resiko, bahan-bahan mentah atau baku, berbagai macam ketrampilan atau tenaga kerja, mesin-mesin, modal, bangunan, pabrik dan peralatan dan sebagainya (Miller dan Meiners, 1997).

1. Tenaga KerjaUndang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mendefinisikan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.Menurut Payaman Simanjutak (1998), sumber daya manusia atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama, mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua dari sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Kemampuan untuk bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kemampuan kerja secara fisik diukur dengan usia kelompok penduduk yang termasuk dalam usia kerja disebut tenaga kerja atau manpower. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja (working age population) (Payaman Simanjutak, 1998).Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, tidak saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi kualitas tenaga kerja perlu diperhatikan (Soekartawi, 1994 : 7-8). Kualitas tenaga kerja dipengaruhi oleh jenis kelamin. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah / pengepakan serta pengangkutan, sedangkan tenaga kerja wanita mengerjakan pengemasan / pembungkusan.

2. Bahan BakuBahan baku bagi industri yang bergerak dalam suatu proses produksi merupakan kebutuhan mutlak yang harus terpenuhi, agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan. Disamping itu, bahan baku merupakan salah satu komponen terpenting dalam suatu proses produksi, disamping kemampuan tenaga kerja dan mesin yang digunakan. Oleh karena itu, bahan baku dan bahan penolong serta sumber daya yang diperlukan harus cukup tersedia. Persediaan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan sehingga biaya bahan baku menjadi efisien (Suryana, 2006 : 189). Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Kwik Kian Gie (1995:24) yang menyatakan bahwa tidak tersedianya bahan baku bagi industri, akan menyebabkan terhentinya proses produksi dari industri tersebut. Dengan kata lain bahan baku merupakan suatu keharusan dalam setiap proses produksi yang menentukan kelangsungan hidup industri tersebut.

3. MesinMenurut Sofjan Assauri (2004), mesin adalah suatu peralatan yang digerakkan oleh suatu kekuatan atau tenaga yang dipergunakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian-bagian produk tertentu. Sedangkan menurut Daryanto (2008), mesin merupakan alat bantu untuk melakukan proses transformasi atau proses pengolahan dari masukan (input) menjadi keluaran (output). Mesin sangat berperan penting daam proses pengolahan, karena tanpa adanya mesin maka proses produksi menjadi tidak efisien dan hasilnya tidak optimal.

2.1.5. Fungsi ProduksiMenurut Soekartawi (1994:15), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Sedangkan menurut Ari Sudarman (2004), mendefinisikan fungsi produksi merupakan suatu skedul (atau tabel atau persamaan matematis) yang menggambarkan jumlah output maksimumyang dapat dihasilkan dari suatu faktor produksi tertentu pula, atau singkatnya fungsi produksi adalah katalog dari kemungkinan hasil produksi. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi produksi adalah persamaan yang menghubungkan antara input yang digunakan dalam proses produksi dengan output yang dihasilkan dalam tingkat teknologi tertentu per unit waktu. Secara matematis hubungan antara faktor produksi (input) dengan produksi (output) dapat dituliskan sebagai berikut.

dimana adalah produksi (output) dan adalah faktor produksi (input) yang digunakan.Sadono Soekirno (1985 : 152) menjelaskan bahwa fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut.

dimana : jumlah produksi jumlah stok modal tenaga kerja jumlah kekayaan alam= teknologi

1. 2. 2.1. 2.1.1. 2.1.2. 2.1.3. 2.1.4. 2.1.5. 2.1.6. Fungsi Cobb DouglasFungsi produksi Cobb Douglas dikenalkan oleh Cobb, C.W. dan Douglas, P.H. pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul A Theory of Production (Suhartati dan Fathorozi, 2003). Soekartawi (2002) mendefinisikan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independent, yang menjelaskan (x). Menurut Walter Nicholson (1995:367) menyatakan bahwa fungsi produksi dimana =1 (elastisitas subtitusi) disebut fungsi Cobb-Douglas yang memiliki bentuk umum cembung yang normal. Secara matematis fungsi produksi Cobb-Douglas dituliskan dengan persamaan sebagai berikut.

dimana : = variabel yang dijelaskan (output) = variabel yang menjelaskan = besaran yang akan didugaPersyaratan dalam menggunakan fungsi Cobb Douglas antara lain (Soekartawi, 2003): a. Tidak ada pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).b. Dalam fungsi produksi, perlu diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan tingkat teknologi pada setiap pengamatan.c. Tiap variabel X dalam pasar persaingan sempurna (perfetc competition).d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan, v.Menurut Hadikoesworo (1986) dan Soekartawi (2002) menyatakan bahwa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti karena mempunyai keunggulan yang menjadikannya menarik yaitu:a. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, karena fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linear dengan cara melogaritmakan;b. Hasil pendugaan melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas;c. Jumlah besaran elastisitas sekaligus menunjukkan tingkat besaran skala usaha(return of scale)yang berguna untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha tersebut mengikuti kaidah skala usaha menaik, skala usaha tetap ataukah skala usaha yang menurun.d. Koefisien intersep dari fungsi Cobb Douglas merupakan indeks efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang sedang dikaji itu.e. Koefisien-koefisien fungsi Cobb Douglas secara langsung menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang dipergunakan dan dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb Douglas itu.

Tetapi fungsi Cobb Douglas juga mempunyai kelemahan-kelemahan, antara lain :a. Spesifikasi variabel yang keliru, hal ini menyebabkan nilai elastisitas produksi yang diperoleh negatif atau nilainya terlalu besar atau kecil. Spesifikasi ini akan menimbulkan terjadinya multikolinearitas pada variabel bebas.b. Kesalahan pengukuran variabel, hal ini terjadi bila data kurang valid sehingga menyebabkan besaran elastisitas produksi yang terlalu besar atau kecil.c. Bias terhadap variabel manajemen. Faktor manajemen merupakan faktor penting untuk meningkatkan produksi karena berhubungan langsung dengan variabel terikat seperti manajemen penggunaan faktor produksi yang akan mendorong besaran elastisitas tehnik dari fungsi produksi ke arah atas. Manajemen ini berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam pengalokasian variabel input dan kadang sulit diukur dalam pendugaan fungsi cob douglas.d. Multikolinearitas, dalam fungsi ini sulit dihindarkan meskipun telah diusahakan agar besaran korelasi antara variabel indipenden tidak terlalu tinggi seperti memperbaiki spesifikasi variabel yang dipakai.

1.2. Penelitian TerkaitSyafitri Ruliana (2008) meneliti dengan judul Faktor Modal dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Ukiran Kayu di Sentra Industri Seni Patung dan Ukir Desa Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh modal dan tenaga kerja terhadap produksi ukiran kayu di sentra industri seni patung dan ukit Desa Mulyoharjo, Jepara. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa modal dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi ukiran kayu, tetapi faktor tenaga kerja proporsinya lebih besar tenaga kerja dibandingkan faktor modal. Atin Ariyanti (2007) meneliti dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Industri Tempe di Semarang Timur. Penelitian ini menggunakan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya pemeliharaan peralatan, dan biaya transportasi sebagai variabel independennya, dan hasil produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian faktor yang dominan memberikan sumbangan terhadap hasil produksi industri tempe di Semarang Timur adalah biaya bahan baku. Oleh karenanya sebaiknya pengrajin tempe meningkatkan input bahan baku guna meningkatkan hasil produksi dengan cara menambah biaya untuk bahan baku.Indah Susantun (2000) Fungsi Keuntungan Cobb Douglas dalam Pendugaan Efisiensi Ekonomi Relatif. Penelitian pada industri pengolahan tempe di Kabupaten Bantul, hasilnya bahwa input bahan baku mempunyai kontribusi yang besar terhadap keuntungan dan digunakan sebagai alat untuk meningkatkan keuntungan.Amiruddin Syam (2002) meneliti dengan judul Analisis Efisiensi Produksi Komoditas Kapas di Sulawesi Selatan. Usahatani kapas masih memberikan keuntungan bagi petani yang mengusahakan, terobosan teknologi transgenik dan pola kemitraan dengan perusahaan pengelola juga dapat memberikan alternatif cerah ke depan. Adanya kerjasama yang saling menguntungkan dan pada dasarnya dibarengi oleh peningkatan keuntungan yang berkesinambungan. Pada kapas input produksi pupuk, baik itu pupuk Urea, TSP maupun ZA sangat nyata mempengaruhi fungsi produksi. Demikian pula varietas benih yang ditanam. Walaupun usahatani kapas transgenik yang diusahakan petani membutuhkan biaya tambahan yang lebih besar dibanding kapas lokal, tetapi petani masih mendapatkan nilai tambah. Krishna Agung Santosa dan Ahmadi meneliti dengan judul (1996) Faktorfaktor Produksi Susu Peternakan Sapi Perah Rakyat di Daerah Kering. Hasilnya adalah dari sembilan variabel faktor produksi yang diteliti, hanya dua faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi susu yaitu jumlah sapi laktasi dan modal. Meskipun jumlah sapi laktasi berpengaruh, namun elastisitas produksinya di bawah 1, sehingga tidak ekonomis bila jumlah sapi ditingkatkan karena peningkatan ini akan memberikan peningkatan yang menurun.

1.3. Kerangka PikirKerangka pemikiran merupakan acuan untuk memfokuskan peneliltian. Kerangka juga merupakan penyederhanaan dan menjadi landasan dalam tujuan penelitian. Adapun kerangka pemikian dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Tenaga Kerja Wanita (X1)

Hasil Produksi Industri Penyempurnaan Kain(Y)Tenaga Kerja Laki-laki (X2)

Bahan Baku (X3)

Mesin (X4)

1.4. Hipotesis Penelitian1. Banyaknya tenaga kerja wanita pada perusahaan yang termasuk dalam industri penyempurnaan kain berpengaruh kuat terhadap produktivitas perusahaan.2. Banyaknya tenaga kerja laki-laki pada perusahaan yang termasuk dalam industri penyempurnaan kain berpengaruh kuat terhadap produktivitas perusahaan.3. Banyaknya bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pada perusahaan yang termasuk dalam industri penyempurnaan kain berpengaruh kuat terhadap produktivitas perusahaan.4. Banyaknya mesin yang digunakan dalam proses produksi pada perusahaan yang termasuk dalam industri penyempurnaan kain berpengaruh kuat terhadap produktivitas perusahaan.5. Skala usaha Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia mengalami Decreasing Return to Scale. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sejak tahun 2002 produksi kain nasional cenderung mengalami penurunan.6. Average product tenaga kerja wanita merupakan yang paling tinggi, karena pada Industri Penyempurnaan Kain lebih membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan ketekunan.

BAB IIIMETODOLOGI

3.1. Sumber DataData yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapat dari subdirektorat Industri Besar Sedang Badan Pusat Statistik (BPS) yang merupakan hasil survei Industri Besar Sedang (IBS) tahun 2010. Total perusahaan yang bergerak dalam industri penyempurnaan kain adalah sebanyak 95 perusahaan. Data yang digunakan meliputi :1. Data nilai produksi industri penyempurnaan kain tahun 20102. Data jumlah tenaga kerja laki-laki pada industri penyempurnaan kain tahun 20103. Data jumlah tenaga kerja wanita pada industri penyempurnaan kain tahun 20104. Data nilai bahan baku pada industri penyempurnaan kain tahun 20105. Data nilai mesin dalam rupiah pada industri penyempurnaan kain tahun 2010

3.2. Analisis DeskriptifIqbal Hasan (2004:185) menjelaskan : Analisis deskriptif adalah merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sampel. Sedangkan Sugiyono memberikan pengertian metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Analisis deskripsi meliputi beberapa hal, yaitu :a. Distribusi Frekuensib. Pengukuran Tendensi Sentralc. Pengukuran Variabilitas (Wiyono, 11 : 2001)Analisis deskritif dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan gambaran umum tentang industri penyempurnaan kain di Indonesia tahun 2010 dilihat dari penyerapan tenaga kerja, penggunaan bahan baku, nilai mesin dan nilai produksi.

3.3. Analisis InferensiaPenelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 16.0. Dalam Gujarati (2003) analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel, variabel tak bebas, pada satu atau lebih variabel lain, variabel yang menjelaskan (explanatory variables), dengan maksud menaksir dan atau meramalkan nilai rata-rata hitung (mean) atau rata-rata (populasi) variabel tak bebas, dipandang dari segi nilai yang diketahui atau tetap (dalam pengambilan sampel berulang) variabel yang menjelaskan atau variabel bebasnya.Model regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb Douglas dengan empat variabel, dapat ditulis sebagai berikut :

Fungsi produksi kemudian dijabarkan ke dalam model ekonometrika yang berbentuk persamaan logaritma sebagai berikut :

dimana : = jumlah produksi = input tenaga kerja wanita (orang) = input tenaga kerja laki-laki (orang) = input bahan baku (dalam rupiah)= input mesin (dalam rupiah) = konstanta = elastisitas input tenaga kerja wanita = elastisitas input tenaga kerja laki-laki = elastisitas input bahan baku = elastisitas input mesin = faktor disturbance atau variabel pengganggu

Karena terdapat perbedaan dalam satuan dan besaran variabel bebas maka persamaan regresi harus dibuat model logaritma natural. Alasan pemilihan model logaritma natural adalah sebagai berikut (Imam Ghozali, 2005) :a. Menghindari adanya heteroskedastisitas.b. Mengetahui koefisien yang menunjukkan elastisitas.c. Mendekatkan skala data.

3.3.1. Uji Asumsi KlasikUntuk mendapatkan estimator yang tidak bias, linier, dan mempunyai varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimators = BLUE), kita dapat menggunakan metode OLS. Adapun beberapa asumsi yang harus dipenuhi sebelum menggunakan metode OLS adalah sebagai berikut.1. E(t) = 0, dimana t = 1, 2, , n, artinya rata-rata error term sama dengan nol.2. cov(t , j) = 0, untuk tiap t j, artinya tidak ada korelasi antara error term dengan yang lainnya atau disebut tidak ada autokorelasi.3. t ~ N(0, ), artinya untuk setiap error term mengikuti distribusi normal dengan rata-rata 0 dan varian .4. Var (t ) = , artinya setiap error term mempunyai varian sama atau mempunyai penyebaran yang sama (homoskedastis)

3.3.1.1. Uji NormalitasDalam penggunaan model regresi linear berganda, data harus terdistribusi secara normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal (Santosa&Ashari, 2005:231). Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji normalitas bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu :1. Analisis GrafikAnalisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram dan Normal Probability Plot. Pada Normal Probability Plot, normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.b. Jika data menyebar jauh garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali 2007:110-112).

2. Uji Kolmogorov Smirnov Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Kriteria probabilitas dari uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut Ghozali (2007:112):1. Bila nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov bernilai di bawah 0.05 maka data tidak berdistribusi normal.2. Bila nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov bernilai di atas 0.05 maka data berdistribusi normal.

3.3.1.2. Uji HeterokedastisitasPengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Heteroskedastisitas mempunyai suatu keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda. Heterokedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linear, yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua pengamatan atau disebut homokedastisitas (Gujarati dalam Elmasari, 2010:53)Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID dan uji Korelasi Spearman.1. Plot antara ZPRED dengan SRESID Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.Dasar analisisnya adalah sebagai berikut:a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.b. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Uji Korelasi SpearmanHipotesis yang digunakan pada uji Korelasi Spearman adalah sebagai berikut.H0 : model yang digunakan mempunyai sifat Homoskedastisitas H1 : model yang digunakan terdapat gejala Heteroskedastisitas

Kriteria pengambilan keputusannya yaitu jika nilai koefisien korelasi semua prediktor terhadap residual adalah > 0,05 dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas (Sugiyono, 2009).

3.3.1.3. Uji MultikolinearitasMultikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah: 1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir. 2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan:menggunakan Variance Inflation Factors (VIF). (Ghozali, 2006: 351).

Dimana adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Ghozali, 2006: 362).

3.3.1.4. Uji AutokorelasiUji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan diri sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai periode sesudahnya (Santosa&Ashari, 2005:240).Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Imam Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.Pengujian asumsi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson dan uji Run (Run Test).

1. Uji Durbin-WatsonUji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel bebas. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson (Ghozali, 2006: 467):

Hipotesis yang akan diuji pada Uji Durbin Watson adalah sebagai berikut:H0 : tidak ada autokorelasi H1 : ada auatokorelasi Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan pada tabel beikut.Tabel 1. Kriteria Pengambilan Keputusan Uji AutokorelasiHipotesis NolKeputusanJika

Tidak ada autokorelasi positifTidak ada autokorelasi positifTidak ada autokorelasi negatifTidak ada autokorelasi negatifTidak ada autokorelasi positif/negatifTolakTak ada keputusanTolakTak ada keputusanTerima0 < d < dLdL d dU4 - dL < d < 44 - dU d 4 - dLdU < d < 4 - dU

Sumber: Ghozali (2006: 96)

2. Uji Run (Run Test) Uji Run (Run Test) ini merupakan bagian dari statistik non-parametric yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai Asymp. Sig (2-tailed) uji Run Test. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali,2006:103).

3.3.2. Pengujian Statistik3.3.2.1. Uji Signifikansi Simultan (Overall Test)Overall Test digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel tidak bebas, dengan hipotesis sebagai berikut.H0 : (tidak ada variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas)H1 : (minimal ada satu variabel ke-j yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebas)

Statistik Uji :

dimana = jumlah kuadrat regresi = jumlah kuadrat error = rata-rata kuadarat regresi = rata-rata kuadrat error = jumlah parameter = jumlah sampel

Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut.a. Apabila Fobs >F tabel ( ;k-1,n-k ) maka H0 ditolak dan artinya secara simultan variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.b. Apabila Fobs t tabel ( /2,n-k )| maka H0 ditolak dan artinya secara simultan variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.b. Apabila |tobs < ttabel ( /2,n-k )| maka H0 ditolak dan artinya secara simultan variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.

3.3.3. Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi ParsialKoefisien determinasi (R) bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variasi variabel independen dapat menerangkan dengan baik variasi variabel dependen. Untuk mengukur kebaikan suatu model (goodness of fit) dengan menggunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi (R2) merupakan angka yang memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (X) (Gujarati. 2003). Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut:

0 < < 1

Apabila nilai R kecil atau mendekati nol menunjukkan kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi tidak bebas sangat terbatas. Nilai R yang mendekati satu menunjukkan kemampuan variabel-variabel bebas menjelaskan hampir semua informasi yang digunakan untuk memprediksi variasi variabel tidak bebas.Dalam membandingkan dua model regresi atau lebih dengan menggunakan R2 harus diperhitungkan banyaknya variabel bebas yang ada dalam model. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan koefisien determinasi alternatif yaitu koefisien determinasi yang disesuaikan (). Koefisien determinasi yang disesuaikan berarti disesuaikan dengan derajat bebasnya. Secara matematis dituliskan sebagai berikut.

3.3.4. Skala Usaha (Return to Scale)Elastisitas produksi dalam fungsi Cobb Douglas ditunjukkan oleh besarnya koefisien pangkat () dan dapat menggambarkan fase kenaikan hasil produksi return to scale dari suatu usaha apakah increasing return to scale, constant return to scale, atau decreasing return to scale. Tiga kemungkinan return to scale dapat dijelaskan sebagai berikut.1. Decreasing return to scale, bila < 1, pada kondisi ini proporsi penambahan masukan melebihi proporsi penambahan produksi.2. Constant return to scale, bila =1, pada kondisi ini penambahan input produksi akan proporsional dengan penambahan produksi.3. Increasing return to scale, bila > 1, pada kondisi ini proporsi penambahan input produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

1. 2. 3. 3.1. 3.2. 3.3. 3.3.1. 3.3.2. 3.3.3. 3.3.4. 3.3.5. Average ProductAverage Physical Product (APP) adalah hasil rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut (Boediono, 1997).

dimana : Average Product Total Output Total Input

3.3.6. Marginal ProductMarginal Physical Product (MPP) adalah tambahan (kenaikan) dari TPP yaitu TPP atau Y, yang disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input variabel (Boediono, 1997).

dimana : Marginal Product Penambahan Output Penambahan Input Elastisitas Input terhadap Produksi Average Product

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Industri Penyempurnaan Kain Indonesia Tahun 2010Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009, Industri Penyempurnaan Kain merupakan bagian dari Industri Penyelesaian Akhir (Finishing) Tekstil. Kegiatan utama pada Industri Penyempurnaan Kain yaitu pengelantangan, pencelupan dan penyempurnaan lainnya untuk kain. Berikut disajikan secara rinci mengenai penyerapan tenaga kerja, nilai penggunaan bahan baku, nilai penggunaan mesin, dan nilai produksi Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia tahun 2010.

1. 2. 3. 4. 4.1. 4.1.1. Penyerapan Tenaga KerjaTabel 4.1. Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia Tahun 2010NoSkala UsahaJumlah PerusahaanJumlah Tenaga Kerja

WanitaLaki-lakiTotal

1.2.Industri SedangIndustri Besar623319819492

624

5067

2605

14559

Jumlah9511473569117164

Dari tabel 4.1. di atas diketahui bahwa Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia tahun 2010 didominasi oleh industri berskala sedang yaitu sebanyak 62 perusahaan, sedangkan industri berskala besar hanya terdiri dari 33 perusahaan. Akan tetapi, jumlah yang dominan ini tidak membuat jumlah tenaga kerja pada industri berskala sedang lebih besar dari tenaga kerja pada industri berskala besar. Jumlah tenaga kerja pada industri berskala sedang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah tenaga kerja pada industri berskala besar. Jumah tenaga kerja pada industri berskala sedang yaitu 2605 orang, dengan rincian tenaga kerja wanita sebanyak 19981 orang dan tenaga kerja laki-laki sebanyak 624 orang. Sedangkan jumlah tenaga kerja pada industri berskala besar yaitu 14559 orang dengan rincian tenaga kerja wanita sebanyak 9492 orang dan tenaga kerja laki-laki sebanyak 5067 orang. Baik pada industri berskala sedang maupun besar terjadi dominasi tenaga kerja wanita. Persentase tenaga kerja wanita pada industri berskala sedang yaitu 76%, sedangkan persentase tenaga kerja wanita pada industri berskala besar yaitu 65%. Secara keseluruhan, persentase tenaga kerja wanita pada industri penyempurnaan kain adalah sebesar 67%. Dominasi tenaga kerja wanita ini merupakan hal yang wajar karena kegiatan pada industri penyempurnaan kain lebih membutuhkan ketekunan dan keterampilan yang biasanya lebih dikuasai oleh wanita.

4.1.2. Nilai Penggunaan Bahan BakuTabel 4.2. Nilai Penggunaan Bahan Baku pada Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia Tahun 2010NoSkala UsahaPenggunaan Bahan Baku(ribuan rupiah)

1.2.Industri SedangIndustri Besar154329758

2133295599

Total2287625357

Tabel di atas menyajikan informasi mengenai nilai penggunaan bahan baku pada Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia tahun 2010 berdasarkan skala usaha industri. Nilai penggunaan bahan baku pada industri sedang yaitu 154,33 milyar rupiah. Nilai penggunaan bahan baku pada industri besar yaitu 2,13 trilyun rupiah. Secara keseluruhan, nilai penggunaan bahan baku pada Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia tahhun 2010 adalah 2,29 trilyun rupiah.

4.1.3. Nilai Penggunaan MesinTabel 4.3. Nilai Penggunaan Mesin pada Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia Tahun 2010NoSkala UsahaJumlah PerusahaanNilai Mesin (ribuan rupiah)

TotalRata-rata

1.2.Industri SedangIndustri Besar623339736325707891546640908,467721451258,9697

Total957476278717869767,0632

Tabel di atas menyajikan informasi mengenai nilai penggunaan mesin Industri Penyempurnaan Kain berdasarkan skala usahanya. Secara rata-rata, nilai penggunaan mesin pada industri berskala sedang lebih kecil dibandingkan dengan nilai penggunaan mesin pada industri berskala besar. Nilai penggunaan mesin pada industri sedang yaitu 640,91 juta rupiah. Sedangkan nilai penggunaan mesin pada industri besar yaitu 21,45 milyar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa industri besar memiliki mesin yang lebih banyak dari industri sedang.

4.1.4. Nilai ProduksiTabel 4.4. Nilai Produksi pada Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia Tahun 2010NoSkala UsahaJumlah PerusahaanNilai Produksi (ribuan rupiah)

TotalRata-rata

1.2.Industri SedangIndustri Besar6233327810022

3514762004

5287258,42106507939,5152

Total95384257202640448126,5895

Tabel di atas menajikan informasi mmengenai nilai produksi pada Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia tahun 2010 berdasarkan skala usahanya. Nilai produksi total pada industri sedang yaitu sebesar 327,81 milyar, sedangkan nilai produksi total pada industri besar yaitu 3,51 trilyun rupiah. Secara keseluruhan, nilai produksi total Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia tahun 2010 adalah sebesar 3,84 trilyun rupiah.Apabila dilihat secara rata-rata, nilai produksi pada industri sedang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai produksi rata-rata pada industri besar. Nilai produksi rata-rata pada industri sedang yaitu 5,29 milyar rupiah. Sedangkan nilai produksi rata-rata pada industri besar yaitu 106,51 milyar rupiah.

4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Produksi2. 3. 4. 4.1. 4.2. 4.2.1. Pengujian Asumsi KlasikSebelum dilakukan pengujian statistik, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik agar diperoleh estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pengujian asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji Normalitas, Heteroskedastisitas, Multikolinieritas, Autokorelasi, dan Heteroskedastisitas.

1. 2. 3. 4. 4.1. 4.2. 4.2.1. 4.2.1.1. Uji Normalitas

Gambar 4.1. Histogram Data

Gambar 4.2. Normal Probability Plot (NPP)

Dari kedua gambar di atas, terlihat bahwa sebaran data mengikuti sebaran normal. Pada gambar 4.1., histogram yang terbentuk tidak condong ke kiri ataupun ke kanan. Pada gambar 4.2. , data tersebar mengikuti mengikuti garis normal yang ditunjukkan dengan diagonal pada plot. Namun, analisis dengan histogram dan normal probability plot bersifat subjektif karena tidak ada patokan yang jelas untuk menentukan apakah data yang digunakan berdistribusi normal ataupun tidak. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan uji formalitas terhadap kenormalan data dengan menggunakan uji Kolmogorv-Smirnov dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

lnYlnX1lnX2lnX3lnX4

N9595959595

Normal ParametersaMean15.72383.95492.582714.648513.3514

Std. Deviation1.801231.295931.834872.188072.30078

Most Extreme DifferencesAbsolute.074.134.091.078.104

Positive.074.134.091.078.104

Negative-.045-.111-.080-.050-.055

Kolmogorov-Smirnov Z.7211.308.883.7621.016

Asymp. Sig. (2-tailed).677.065.417.606.254

a. Test distribution is Normal.

Tabel di atas merupakan hasil pengujian kenormalan data dengan uji Kolmogorv-Smirnov olahan software SPSS 16.0. Besarnya nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada variabel independen maupun dependen lebih dari nilai signifikansi yang ditentukan (0,05). Dapat disimpulkan bahwa logaritma natural dari nilai produksi, tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, nilai penggunaan bahan baku, dan nilai penggunaan mesin pada industri penyempurnaan kain di Indonesia tahun 2010 mengikuti distribusi normal. Dengan demikian asumsi kenormalan terpenuhi.

4.2.1.2. Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.3. Plot antara Nilai Prediksi dengan Residual

Gambar di atas menyajikan plot antara nilai produksi yang diprediksi dengan residual. Terlihat bahwa titik-titik yang ada dalam plot tidak membentuk pola tertentu, akan tetapi terlihat menyebar. Hal ini mengindikasikan bahwa varian dari error bernilai konstan dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendukung analisis plot yang dilakukan, maka dalam penelitian ini digunakan uji formalitas Korelasi Spearman yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Hasil Uji Korelasi Spearman

lnX1lnX2lnX3lnX4Unstandardized Residual

Spearman's rholnX1Correlation Coefficient1.000.489**.639**.666**.014

Sig. (2-tailed)..000.000.000.891

N9595959595

lnX2Correlation Coefficient.489**1.000.645**.543**-.003

Sig. (2-tailed).000..000.000.980

N9595959595

lnX3Correlation Coefficient.639**.645**1.000.666**-.015

Sig. (2-tailed).000.000..000.886

N9595959595

lnX4Correlation Coefficient.666**.543**.666**1.000.050

Sig. (2-tailed).000.000.000..632

N9595959595

Unstandardized ResidualCorrelation Coefficient.014-.003-.015.0501.000

Sig. (2-tailed).891.980.886.632.

N9595959595

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel di atas, diketahui korelasi antara variabel independen pertama (lnX2) dengan residual sebesar 0,014 dengan signifikansi 0,85. Korelasi antara variabel independen kedua (lnX2) dengan residual sebesar -0,003 dengan signifikansi 0,98. Korelasi antara variabel independen ketiga (lnX3) dengan residual sebesar -0,015 dengan signifikansi 0,886. Sedangkan korelasi antara variabel independen ke empat (lnX4) dengan residual sebesar -0,050 dengan signifikansi 0,632. Karena nilai signifikansi dari semua variabel independen lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% tidak terjadi heteroskedastisitas pada data yang digunakan. Dengan demikian asumsi homoskedastisitas terpenuhi.

4.2.1.3. Uji Autokorelasi

Gambar 4.3. Hasil Uji Durbin-Watson

Autokorelasi

dLdU4-dU4-dL1,57951,75462,24542,4205DW= 1,785PositifTidak Ada KesimpulanNon-autokorelasiTidak Ada KesimpulanAutokorelasiNegatif

Dari hasil pengolahan SPSS 16.0 diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,785. Sedangkan dari tabel Durbin-Watson dengan n=95 dan =5% diperoleh nilai dU = 1,7546 dan dL = 1,5795. Dari gambar diatas terlihat bahwa nilai DW berada di antara dU dan 4-dU . Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Untuk memperkuat analisis ini, digunakan uji rum (run test) sebagai berikut.

Tabel 4.7. Hasil Uji Run (Run Test)Unstandardized Residual

Test Valuea-.03010

Cases < Test Value47

Cases >= Test Value48

Total Cases95

Number of Runs41

Z-1.546

Asymp. Sig. (2-tailed).122

a. Median

Sesuai dengan hasil pengujian autokorelasi dengan uji Durbin-Watson, hasil pengujian dengan uji Run (Run test) juga menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada data yang digunakan. Ini terlihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,122. Asumsi non-autokorelasi terpenuhi saat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05. Karena nilai Asymp. Sig. (0,122) lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Hal ini wajar karena data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data cross-section tahun 2010. Pada umumnya autokorelasi terjadi pada data time-series.4.2.1.4. Uji Mutikolinearitas

Tabel 4.8. Hasil Uji MultikolinearitasModelCollinearity Statistics

ToleranceVIF

1(Constant)

lnX1.4722.117

lnX2.5471.827

lnX3.3582.793

lnX4.4872.051

Dari tabel di atas diperoleh nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari variabel tenaga kerja wanita sebesar 2,117. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari variabel tenaga kerja laki-laki sebesar 1,827. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari variabel bahan baku sebesar 2,793. Sedangkan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari variabel mesin sebesar 2,051. Karena nilai Variance Inflation Factor (VIF) semua variabel independen lebih dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antar variabel independen. Dengan demikian asumsi non-multikolinearitas terpenuhi

4.2.2. Pengujian StatistikDari uraian di atas diketahui bahwa asumsi normalitas, homoskedastisitas, non-autokorelasi, dan non-multikolinearitas telah terpenuhi. Oleh karena itu, pengujian statistik dengan regresi linear berganda dapat dilakukan. Hasil pengujian statistik dapat dilihat dari uraian berikut.

1. 2. 3. 4. 4.1. 4.2. 4.2.1. 4.2.2. 4.2.2.1. Uji Signifikansi Simultan (Overall Test)Tabel 4.9. Hasil Uji Signifikansi SimultanModelSum of SquaresdfMean SquareFSig.

1Regression293.374473.344568.892.000a

Residual11.60390.129

Total304.97794

a. Predictors: (Constant), lnX4, lnX2, lnX1, lnX3

b. Dependent Variable: lnY

Uji signifikansi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat variabel tenaga kerja wanita (lnX1), tenaga kerja laki-laki (lnX2), bahan baku (lnX3), dan mesin (lnX4) dalam mempengaruhi produksi perusahaan pada industri penyempurnaan kain (lnY). Dari pengolahan dengan SPSS diperoleh nilai signifikansi mendekati 0. Karena nilai signifikansi kurang dari 0, maka H0 ditolak. Dengan demikian, dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel tenaga kerja wanita (lnX1), tenaga kerja laki-laki (lnX2), bahan baku (lnX3), dan mesin (lnX4) memberikan pengaruh signifikan terhadap produksi perusahaan pada industri penyempurnaan kain (lnY).

4.2.2.2. Uji Signifikansi Parsial (Partial Test)

Tabel 4.10. Hasil Uji Signifikansi ParsialModelUnstandardized CoefficientsStandardized CoefficientstSig.

BStd. ErrorBeta

1(Constant)4.515.32613.858.000

lnX1.195.042.1404.695.000

lnX2.057.027.0582.081.040

lnX3.639.028.77622.593.000

lnX4.070.023.0893.018.003

a. Dependent Variable: lnY

Berdasarkan hasil uji signifikansi parsial dari tabel di atas, maka model regresi linear berganda yang terbentuk adalah sebagai berikut.

dimana : = jumlah produksi = input tenaga kerja wanita (orang) = input tenaga kerja laki-laki (orang) = input bahan baku (dalam rupiah)= input mesin (dalam rupiah)

Pengaruh Tenaga Kerja WanitaDari tabel 4.10. diperoleh nilai thitung variabel tenaga kerja wanita sebesar 4,695 dan nilai signifikansi mendekati 0. Karena nilai signifikansi variabel tenaga kerja wanita kurang dari 0,05 maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% jumlah tenaga kerja wanita berpengaruh signifikan terhadap nilai produksi perusahaan pada industri penyempurnaan kain.Nilai koefisien tenaga kerja wanita sebesar 0,195 menunjukkan elastisitas jumlah tenaga kerja wanita terhadap produksi perusahaan pada industri penyempurnaan kain. Artinya, apabila jumlah tenaga kerja wanita bertambah 1% maka nilai produksi perusahaan akan meningkat sebesar 0,195% dengan asumsi bahwa tenaga kerja laki-laki, bahan baku, dan mesin bernilai konstan.

Pengaruh Tenaga Kerja Laki-lakiDari tabel 4.10. diperoleh nilai thitung variabel tenaga kerja laki-laki sebesar 2,081 dan nilai signifikansi 0,040. Karena nilai signifikansi variabel tenaga kerja laki-laki kurang dari 0,05 maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% jumlah tenaga kerja laki-laki berpengaruh signifikan terhadap nilai produksi perusahaan pada industri penyempurnaan kain.Nilai koefisien tenaga kerja laki-laki sebesar 0,057 menunjukkan elastisitas jumlah tenaga kerja laki-laki terhadap produksi perusahaan pada industri penyempurnaan kain. Artinya, apabila jumlah tenaga kerja laki-laki bertambah 1% maka nilai produksi perusahaan akan meningkat sebesar 0,057% dengan asumsi bahwa tenaga kerja wanita, bahan baku, dan mesin bernilai konstan.

Pengaruh Penggunaan Bahan BakuDari tabel 4.10. diperoleh nilai thitung variabel bahan baku sebesar 22,593 dan nilai signifikansi mendekati 0. Karena nilai signifikansi variabel bahan baku kurang dari 0,05 maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% penggunaan bahan baku berpengaruh signifikan terhadap nilai produksi perusahaan pada industri penyempurnaan kain.Nilai koefisien bahan baku sebesar 0,639 menunjukkan elastisitas nilai penggunaan bahan baku terhadap produksi perusahaan pada inddustri penyempurnaan kain. Artinya, apabila nilai penggunaan bahan baku bertambah 1% maka nilai produksi perusahaan akan meningkat sebesar 0,639% dengan asumsi bahwa tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, dan mesin bernilai konstan.

Pengaruh Penggunaan MesinDari tabel 4.10. diperoleh nilai thitung variabel mesin sebesar 3,018 dan nilai signifikansi 0,003. Karena nilai signifikansi variabel mesin kurang dari 0,05 maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% nilai penggunaan mesin berpengaruh signifikan terhadap nilai produksi perusahaan pada industri penyempurnaan kain.Nilai koefisien mesin sebesar 0,070 menunjukkan elastisitas nilai penggunaan mesin terhadap produksi perusahaan pada industri penyempurnaan kain. Artinya, apabila nilai penggunaan mesin bertambah 1% maka nilai produksi perusahaan akan meningkat sebesar 0,0770% dengan asumsi bahwa tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, dan mesin bernilai konstan.

4.2.3. Kontribusi Variabel IndependenTabel 4.12. Koefisien DeterminasiModelRR SquareAdjusted R SquareStd. Error of the Estimate

1.981a.962.960.35906

a. Predictors: (Constant), lnX4, lnX2, lnX1, lnX3

b. Dependent Variable: lnY

Dari tabel di atas diketahui nilai R2 sebesar 0,962. Hal ini menunjukkan kontribusi variabel tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, bahan baku, dan mesin dalam menjelaskan variabel produksi adalah 96,2%, sedangkan sebesar 3,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak digunakan dalam penelitian. Karena nilai R2 mendekati 1, maka kemampuan variabel independen yang digunakan dapat menjelaskan variabel dependen secara luas.

4.2.4. Variabel DominanTabel 4.13. Koefisien Korelasi ParsialModelCorrelations

Zero-orderPartialPart

1(Constant)

lnX1.756.444.097

lnX2.683.214.043

lnX3.969.922.465

lnX4.720.303.062

Tabel 4.13. menunjukkan besarnya koefisien korelasi parsial masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Koefisien korelasi parsial antara variabel tenaga kerja wanita (lnX1) dengan variabel produksi (lnY) sebesar 0,444. Koefisien korelasi parsial antara variabel tenaga kerja laki-laki (lnX2) dengan variabel produksi (lnY) sebesar 0,214. Koefisien korelasi parsial antara variabel bahan baku (lnX3) dengan variabel produksi (lnY) sebesar 0,922. Sedangkan koefisien korelasi parsial antara variabel mesin (lnX4) dengan variabel produksi (lnY) sebesar 0,303. Berdasarkan besarnya koefisien korelasi parsial setiap variabel, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bahan baku merupakan variabel dominan pengaruhnya terhadap produksi perusahaan, diikuti oleh tenaga kerja wanita, mesin, dan tenaga kerja laki-laki. Penentuan variabel dominan ini juga dapat dilihat dari besarnya thitung pada hasil uji signifikansi parsial. Variabel independen dengan thitung paling besar merupakan variabel yang dominan pengeruhnya terhadap variabel dependen. Dari tabel 4.10. diketahui bahwa thitung variabel bahan baku merupakan yang paling besar, yaitu 22,593. Kemudian diikuti tenaga kerja wanita, mesin, dan tenaga kerja masing-masing 4,695; 3,018; dan 2,081. Sesuai dengan analisis dengan koefisien korelasi parsial, bahwa variabel bahan baku merupakan variabel dominan pengaruhnya terhadap produksi perusahaan, diikuti oleh tenaga kerja wanita, mesin, dan tenaga kerja laki-laki.

4.2.5. Skala Usaha (Return to Scale)

= 0,961

Dari pengujian statistik yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, penggunaan bahan baku, dan penggunaan mesin berpengaruh positif terhadap nilai produksi perusahaan pada industri penyempurnaan kain. Akan tetapi, penggunaan input tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, bahan baku, dan mesin belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan homogenity degree sebesar 0,961. Dengan demikian produksi pada industri penyempurnaan kain mengalami decreasing return to scale yang menunjukkan bahwa penambahan kuantitas produksi kurang dari penambahan input tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, bahan baku, dan mesin.

4.2.6. Average ProductTabel 4.14. Nilai Produksi dan Input Produksi yang Digunakan Industri Penyempurnaan Kain Tahun 2010Jumlah PerusahaanJumlah Tenaga KerjaNilai Bahan Baku(ribuan rupiah)Nilai Mesin(ribuan rupiah)Nilai Produksi(ribuan rupiah)

WanitaLaki-laki

9511473569122876253577476278713842572026

APX1 : Rata-rata produksi setiap tenaga kerja wanita

Nilai APX1 sebesar menunjukkan bahwa setiap tenaga kerja wanita rata-rata menghasilkan nilai produksi perusaahaan senilai ribu rupiah.

APX2 : Rata-rata produksi setiap tenaga kerja laki-laki

Nilai APX2 sebesar menunjukkan bahwa setiap tenaga kerja laki-laki rata-rata menghasilkan nilai produksi perusaahaan senilai ribu rupiah.

APX3 : Rata-rata produksi setiap bahan baku

Nilai APX3 sebesar menunjukkan bahwa setiap input bahan baku rata-rata menghasilkan nilai produksi perusaahaan senilai rupiah.

APX4 : Rata-rata produksi setiap mesin

Nilai APX4 sebesar menunjukkan bahwa setiap input mesin rata-rata menghasilkan nilai produksi perusaahaan senilai rupiah.

4.2.7. Marginal Product

MPX1 : Marginal Produk Tenaga Kerja Wanita

Nilai MPX1 sebesar menunjukkan bahwa penambahan 1 orang tenaga kerja wanita akan meningkatkan nilai produksi perusahaan seniai ribu rupiah

MPX2 : Marginal Produk Tenaga Kerja Laki-laki

Nilai MPX2 sebesar menunjukkan bahwa penambahan 1 orang tenaga kerja laki-laki akan meningkatkan nilai produksi perusahaan seniai ribu rupiah.

MPX3 : Marginal Produk Bahan Baku

Nilai MPX3 sebesar menunjukkan bahwa penambahan 1000 rupiah nilai penggunaan bahan baku akan meningkatkan nilai produksi perusahaan seniai rupiah.

MPTK : Marginal Produk Mesin

Nilai MPX4 sebesar menunjukkan bahwa penambahan 1000 rupiah nilai penggunaan mesin akan meningkatkan nilai produksi perusahaan seniai rupiah.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:1. Faktor produksi tenaga kerja wanita, tenaga kerja laki-laki, bahan baku, dan mesin memiliki pengaruh positif terhadap produksi perusahaan pada Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia tahun 2010.2. Di antara faktor-faktor produksi yang digunakan dalam penelitian ini, faktor produksi bahan baku merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi perusahaan pada Industri Penyempurnaan Kain di Indonesia tahun 2010. Hal ini terlihat dari nilai elastisitas input bahan baku yang paling tinggi.3. Secara umum hasil produksi perusahaan pada Industri Penyempurnaan kain mengalami decreasing return to scale dengan nilai elastisitas produksi sebesar 0,961. Dengan demikian penambahan faktor produksi dalam proporsi yang sama sebesar 1% akan menghasilkan penambahan nilai produksi yang lebih kecil, yaitu 0,961%. 4. Marginal product pada faktor produksi tenaga kerja wanita merupakan yang paling tinggi. Dengan demikian, penambahan jumlah tenaga kerja wanita akan menyebabkan pertambahan nilai produksi yang lebih besar.

5.2. Saran1. Untuk memaksimumkan nilai produksi perusahaan pada Industri Penyempurnaan Kain, diperlukan penambahan penggunaan faktor produksi, terutama pada penggunaan bahan baku.2. Penyerapan tenaga kerja wanita harus diprioritaskan dari tenaga kerja laki-laki karena penambahan tenaga kerja wanita akan memberikan tambahan nilai produksi yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan tenaga kerja laki-laki.3. Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan untuk mempermudah perolehan bahan baku sehingga perolehan bahan baku untuk produksi dapat terpenuhi dari dalam negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, H. A. dan Jon Kenedi. 2006. Analisis Bisnis Industri Garmen Indonesia dalam Kondisi Krisis Keuangan Global. Jurnal Ilmiah Tambua (2009 : 495-500).

Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2011. Kajian Pengembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil 2011. Jakarta : Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Irdayini, Lisnawati. 2010. Analisis Faktor Produksi Industri Krupuk Kabupaten Kendal. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.

Purnama, Dhanang Dwi. 2006. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Industri Tahu (Kasus di Desa Sragen Wetan, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah). Skripsi. Fakultas Ilmu Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sriyadi, Wasis. 2011. Prediksi Permintaan Energi Sub-Sektor Industri Tekstil,Industri Semen, Industri Baja dan Industri Pulp dan Kertas di Indonesia Menggunakan Permodelan Sistem Dinamik. Tesis S2. Program Studi Teknik Kimia Kekhususan Perlindungan Lingkungan dan Keselamatan Kerja Fakultas Teknik. Universitas Indonesia.

Triyanto, Joko. 2006. Analisis Produksi Padi di Jawa Tengah. Tesis S2. Magister Ilmu Ekonomi dan studi Pembangunan Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.

LAMPIRANIndustri Penyempurnaan Kain Indonesia Tahun 2010No.ProduksiTenaga Kerja WanitaTenaga Kerja Laki-lakiBahan Baku (ribuan rupiah)Mesin(ribuan rupiah)Kategori Industri

11332885231904320200000Sedang

21100000254240000360000Sedang

3367000033182677000275000Sedang

4170328174614154028141000000Sedang

558121068433875473120000Sedang

670650618420638885000Sedang

711579310632288376601000000Sedang

842871951725979315964Sedang

963954122512641100280000Sedang

101043889348329448360365946Sedang

111328277822324549717226000Sedang

12125365531144708276750Sedang

13101377527131969574000Sedang

1483650024226635058000Sedang

15117913525256518271300Sedang

162281144272209520152800Sedang

17120250040137970063000Sedang

18830000445132000101589Sedang

19811725321123513150550000Sedang

2081247078462875000253506Sedang

211453000356160000239400Sedang

227379321131758743486000Sedang

231440000303283675234000Sedang

2483632313222277878290000Sedang

25893920126182748268000Sedang

26617966432217152750000Sedang

274643115407207590639500Sedang

28713334420925815014433230Sedang

2921272903912556695454796Sedang

301410000291171334240000Sedang

31990000131338922280000Sedang

321091000262252930300000Sedang

331050000201155001243000Sedang

341303680128257368699360000Sedang

351368000164248115234000Sedang

361600000402207410350000Sedang

No.ProduksiTenaga Kerja WanitaTenaga Kerja Laki-lakiBahan Baku (ribuan rupiah)Mesin(ribuan rupiah)Kategori Industri

373610002416510028500Sedang

38787127618145873576187000Sedang

392017014576630796901800000Sedang

403077812352333392185000Sedang

417625299181339931131000000Sedang

42174000038580250060000Sedang

434979478431770648500000Sedang

4421400032454286818912000000Sedang

451920000208424043310000Sedang

4661494342053439222150000Sedang

47883125050940032002950000Sedang

4814780002018244000379200Sedang

49836323133144802121400000Sedang

501106898241441333114800000Sedang

511746439470167434591150000Sedang

5227220630113400540000Sedang

533000001645025350000Sedang

5460600005721500000400000Sedang

5547112522721276583400Sedang

5610400404384779328962626066Sedang

572190502519636014600Sedang

5817218416541644465644416947Sedang

5929202305519378465137831Sedang

605401080202039074495000Sedang

6198390953647896895350000Sedang

6299300033130825062000Sedang

63944859032934583682469824224700Besar

64720713711101834150110129969908Besar

65129785421241366512881610045Besar

661913703977393911192589121290062Besar

673565762216514191741991800Besar

681037211450111404319912000Besar

6933452923127980132385000000Besar

7023934485982386848550658729Besar

714501385914538114589944535410Besar

726297020838218353882343531710Besar

73313890462121532321422611256144Besar

742311733922961271204516589133849Besar

75120973940181012893370603055777277Besar

No.ProduksiTenaga Kerja WanitaTenaga Kerja Laki-lakiBahan Baku (ribuan rupiah)Mesin(ribuan rupiah)Kategori Industri

76123790002973632750001750000Besar

771384718720621605144212300058Besar

7896517568337597418952540152340Besar

793023394069004131182571276523046Besar

8016025069675162211271655834169163Besar

8127169223181228136417313673012Besar

8260693263034541026808950049Besar

8330009239784537516440116047291445Besar

841800000018914323205855000000Besar

8548242981322121382107490311Besar

862232389148355569918663Besar

87177676841534112378403020609Besar

885213450021860231832004367000Besar

8980630261933818495551492263Besar

90397263501638125820000213600000Besar

912194118186872059599035027372549Besar

92267361622011335557320000Besar

935814155411151291500227500Besar

9453890951791941304655602007Besar

9516545100736065113507791130569897Besar

Sumber : Survei IBS 2010, BPS RI51