Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora...

122
Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954 B1 Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap Minat Pemilih pada Pemilihan Legislatif Tahun 2019 di Kota Lhokseumawe Wahdaniah 1 , Jamilah 2 , Ernawati Br Surbakti 3 , Ismaniar Isa 4 1 Jurusan Teknologi Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe 2 Jurusan Teknologi Rekayasa Komputer Jaringan Politeknik Negeri Lhokseumawe 3 Jurusan Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung Politeknik Negeri Lhokseumawe 4 Jurusan Teknnologi Elektronika Politeknik Negeri Lhokseumawe Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 INDONESIA 1 [email protected] AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor usia pemilih terhadap bahasa persuasif dan untuk mengetahui skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif 2019 di Kota Lhokseumawe. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif-kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah kata atau frasa sebagai ragam bahasa yang persuasif pada spanduk para caleg. Sumber data dalam penelitian ini adalah tiga puluh spanduk atau alat peraga kampanye. Pengambilan data dilakukan dengan purposive sampling. Peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi dan wawancara. Metode wawancara dipilih untuk mengetahui informasi langsung dengan cara bertanya langsung kepada responden. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan bahasa pada spanduk caleg dalam pemilihan legislatif tahun 2019 di Kota Lhokseumawe terhadap keputusan memilih. Hal ini terlihat dari beberapa pernyataan informan yang menyatakan bahwa adanya spanduk dapat menguatkan hati mereka untuk memilih karena adanya slogan berupa visi dan misi para caleg. Selain itu, terdapat tiga skala kesantunan berbahasa pada spanduk caleg dalam pemilihan legislatif tahun 2019 di Kota Lhokseumawe yaitu skala kerugian dan keuntungan sebanyak 13, skala pilihan sebanyak 4, dan skala ketaklangsungan sebanyak 15, sedangkan skala keotoritasan dan skala jarak sosial tidak terkandung dalam spanduk caleg karena tuturannya tidak dalam bentuk percakapan. Kata kuncipengaruh, bahasa, persuasif, caleg. AbstractThis study aims to determine the effect of the age factor of voters on persuasive language and to determine the scale of politeness of the language in the candidates' banners in the 2019 legislative elections in Lhokseumawe City. This type of research used in this study was qualitative with a descriptive-qualitative approach. The data in this study were words or phrases as a variety of persuasive languages on the banners of the legislative candidates. The data source was thirty banners or campaign props. Data were collected by purposive sampling. The researcher determined the sampling by specifying specific characteristics that fit the purpose of the study so that it is expected to answer the research problem. Data collections were carried out by the method of documentation and interviews. The interview method was chosen to find out information directly by asking questions directly to respondents. The results of the study displayed an influence on the use of language on the banners of legislative candidates in the 2019 legislative elections in Lhokseumawe City on the decision to vote. This could be seen from several informants' statements stating that the presence of banners could strengthen their hearts to vote because of the slogans in the form of the vision and mission of the candidates. In addition, there were three language politeness scales on the candidates' banners in the 2019 legislative elections in Lhokseumawe City: a loss and profit scale of 13, a choice scale of 4, and a scale of sustainability of 15, while the authoritarian scale and social distance scale were not contained in the candidate banner because the speech was not in the form of conversation. Keywords influence, language, persuasive, candidates. I. PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak terlepas dari bahasa sebagai alat interaksi sosial. Bahasa tersebut digunakan manusia sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi di dalam sebuah lingkungan masyarakat. Dalam hal ini secara sederhana dapat dikatakan bahwa bahasa dan lingkungan masyarakat saling terkait. Bahasa dan masyarakat ini menjadi pokok bahasan di dalam sosiolinguistik. Dengan kata lain, untuk mempelajari lebih lanjut mengenai bahasa serta kaitannya dengan masyarakat tidak akan terlepas dari kajian sosiolinguistik. Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik. Chaer dan Agustina menjelaskan bahwa untuk memahami sosiolingusitik perlu dipahami terlebih dahulu sosiologi dan linguistik itu[1]. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia di dalam masyarakat, menyangkut di dalamnya mengenai proses interaksi sosial manusia di dalam masyarakat. Sementara itu, linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajarai bahasa. Linguistik mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan bidang ilmu antardisiplin yang mempelajarai bahasa dalam kaitan penggunaan bahasa tersebut di dalam masyarakat. Berbicara tentang bahasa maka tak lepas dari kemampuan komunikatif. Seperti yang dipaparkan oleh Suwito (dalam Wijana dan Rohmadi) “Kemampuan komunikatif meliputi kemampuan bahasa yang dimiliki olehpenutur beserta kemampuannya mengungkapkan sesuai dengan fungsi dan situasi serta norma-norma pemakaian bahasa dalam konteks sosialnya”[2]. Hal tersebut mempunyai pengertian bahwa selain mempunyai kemampuan struktural dalam hal bahasa, seorang komunikator harus bisa menentukan bentuk bahasa yang baik yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Faktor situasional dan sosial inilah yang selanjutnya menimbulkan bahasa yang berbeda dan pemakaian bahasa yang beraneka ragam sehingga menimbulkan adanya variasi bahasa.

Transcript of Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora...

Page 1: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B1

Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap Minat Pemilih

pada Pemilihan Legislatif Tahun 2019 di Kota Lhokseumawe

Wahdaniah1, Jamilah2, Ernawati Br Surbakti3, Ismaniar Isa4

1Jurusan Teknologi Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe 2Jurusan Teknologi Rekayasa Komputer Jaringan Politeknik Negeri Lhokseumawe 3Jurusan Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung Politeknik Negeri Lhokseumawe

4 Jurusan Teknnologi Elektronika Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 INDONESIA [email protected]

Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor usia pemilih terhadap bahasa persuasif dan untuk mengetahui

skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif 2019 di Kota Lhokseumawe. Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif-kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah kata atau

frasa sebagai ragam bahasa yang persuasif pada spanduk para caleg. Sumber data dalam penelitian ini adalah tiga puluh

spanduk atau alat peraga kampanye. Pengambilan data dilakukan dengan purposive sampling. Peneliti menentukan pengambilan

sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab

permasalahan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi dan wawancara. Metode

wawancara dipilih untuk mengetahui informasi langsung dengan cara bertanya langsung kepada responden. Hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan bahasa pada spanduk caleg dalam pemilihan legislatif tahun 2019 di Kota

Lhokseumawe terhadap keputusan memilih. Hal ini terlihat dari beberapa pernyataan informan yang menyatakan bahwa adanya

spanduk dapat menguatkan hati mereka untuk memilih karena adanya slogan berupa visi dan misi para caleg. Selain itu, terdapat

tiga skala kesantunan berbahasa pada spanduk caleg dalam pemilihan legislatif tahun 2019 di Kota Lhokseumawe yaitu skala

kerugian dan keuntungan sebanyak 13, skala pilihan sebanyak 4, dan skala ketaklangsungan sebanyak 15, sedangkan skala

keotoritasan dan skala jarak sosial tidak terkandung dalam spanduk caleg karena tuturannya tidak dalam bentuk percakapan.

Kata kunci— pengaruh, bahasa, persuasif, caleg.

Abstract— This study aims to determine the effect of the age factor of voters on persuasive language and to determine the scale of

politeness of the language in the candidates' banners in the 2019 legislative elections in Lhokseumawe City. This type of research used

in this study was qualitative with a descriptive-qualitative approach. The data in this study were words or phrases as a variety of

persuasive languages on the banners of the legislative candidates. The data source was thirty banners or campaign props. Data were

collected by purposive sampling. The researcher determined the sampling by specifying specific characteristics that fit the purpose of

the study so that it is expected to answer the research problem. Data collections were carried out by the method of documentation and

interviews. The interview method was chosen to find out information directly by asking questions directly to respondents. The results

of the study displayed an influence on the use of language on the banners of legislative candidates in the 2019 legislative elections in

Lhokseumawe City on the decision to vote. This could be seen from several informants' statements stating that the presence of

banners could strengthen their hearts to vote because of the slogans in the form of the vision and mission of the candidates. In

addition, there were three language politeness scales on the candidates' banners in the 2019 legislative elections in Lhokseumawe

City: a loss and profit scale of 13, a choice scale of 4, and a scale of sustainability of 15, while the authoritarian scale and social

distance scale were not contained in the candidate banner because the speech was not in the form of conversation.

Keywords — influence, language, persuasive, candidates.

I. PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak terlepas dari

bahasa sebagai alat interaksi sosial. Bahasa tersebut digunakan

manusia sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi di dalam

sebuah lingkungan masyarakat. Dalam hal ini secara

sederhana dapat dikatakan bahwa bahasa dan lingkungan

masyarakat saling terkait. Bahasa dan masyarakat ini menjadi

pokok bahasan di dalam sosiolinguistik. Dengan kata lain,

untuk mempelajari lebih lanjut mengenai bahasa serta

kaitannya dengan masyarakat tidak akan terlepas dari kajian

sosiolinguistik.

Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara

sosiologi dan linguistik. Chaer dan Agustina menjelaskan

bahwa untuk memahami sosiolingusitik perlu dipahami

terlebih dahulu sosiologi dan linguistik itu[1]. Sosiologi

merupakan ilmu yang mempelajari manusia di dalam

masyarakat, menyangkut di dalamnya mengenai proses

interaksi sosial manusia di dalam masyarakat. Sementara itu,

linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajarai bahasa.

Linguistik mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik

merupakan bidang ilmu antardisiplin yang mempelajarai

bahasa dalam kaitan penggunaan bahasa tersebut di dalam

masyarakat.

Berbicara tentang bahasa maka tak lepas dari kemampuan

komunikatif. Seperti yang dipaparkan oleh Suwito (dalam

Wijana dan Rohmadi) “Kemampuan komunikatif meliputi

kemampuan bahasa yang dimiliki olehpenutur beserta

kemampuannya mengungkapkan sesuai dengan fungsi dan

situasi serta norma-norma pemakaian bahasa dalam konteks

sosialnya”[2]. Hal tersebut mempunyai pengertian bahwa

selain mempunyai kemampuan struktural dalam hal bahasa,

seorang komunikator harus bisa menentukan bentuk bahasa

yang baik yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Faktor situasional dan sosial inilah yang selanjutnya

menimbulkan bahasa yang berbeda dan pemakaian bahasa

yang beraneka ragam sehingga menimbulkan adanya variasi

bahasa.

Page 2: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B2

Keberagaman masyarakat dan latar belakang manusia

sebagai individu menimbulkan berbagai variasi bahasa yang

digunakan di dalam interaksi sosial. Salah satu bentuk variasi

bahasa adalah pemakaian bahasa pada spanduk caleg. Dengan

adanya berbagai macam variasi bahasa dalam masyarakat,

banyak sekali yang dapat dikaji atau diteliti, antara lain

terdapat pemakaian bahasa yang dipakai kelompok sosial

tertentu seperti; pedagang, dokter, polisi, guru, reporter,

penyanyi, pialang/makelar, nelayan, pekerja bengkel, pekerja

laboratorium, caleg, dan sebagainya. Satu kelompok

masyarakat dalam satu profesi tersebut biasanya mempunyai

variasi bahasa yang khusus yang dimilikinya guna

memperlancar komunikasi di kalangan mereka.

Bahasa sangat efektif untuk menciptakan pengaruh. Bahasa

juga sering digunakan sebagai alat politik. Karena itu tidak

salah apabila setiap terjadi pergantian elite penguasa selalu

mengandung implikasi pergantian bahasa komunikasi politik.

Bahasa politik digunakan dalam kaitannya dengan percaturan

kekuasaan. Oleh karena itu, bahasa politik tidak selalu dipakai

untuk kejernihan makna. Bahasa yang digunakan dimanipulasi

untuk kepentingan pemerintah dan elite politik sehingga

terjadi rekayasa bahasa dan memunculkan penyimpangan dari

fungsi bahasa, yaitu sebagai alat kerja sama. Bahasa yang

digunakan elite politik menebarkan kebohongan dan

memutarbalikkan fakta sehingga dapat menimbulkan

keresahan masyarakat yang bisa menyebabkan terjadinya

konflik. Kata-kata memiliki kekuatan yang dahsyat untuk

memengaruhi. Politisi diharapkan mampu berkomunikasi

secara lancar kepada berbagai pihak di masyarakat luas.

Cara manusia dalam berbahasa tidak hanya secara lisan,

tetapi juga secara tertulis. Mereka mengemukakan

pendapat dan ide kreatifnya dalam bentuk tulisan. Salah

satu tempat kegiatan di atas adalah dengan menggunakan

media spanduk sebagai alat peraga kampanye. Dalam

komunikasi melalui media spanduk, penutur harus mampu

menyampaikan maksudnya secara benar dan tepat, yaitu

dengan berusaha menginformasikan dan mempromosikan

maksud tuturannya kepada lawan tuturnya dengan bahasa

yang tepat mengenai sasaran dan mudah dipahami serta

persuasif agar lawan tutur dapat bereaksi sesuai yang

dimaksudkan oleh penutur. Kekuatan figur menjadi sangat

penting. Salah satu cara memperkenalkan figur tersebut

melalui berbagai atribut kampanye yang dianggap simbol

representasi caleg. Meskipun tidak memberikan pengaruh

signifikan, nyatanya baliho dan spanduk masih tetap

digunakan. Hal itu berguna untuk membangun nuansa

psikologis. Tujuan iklan-iklan politik melalui baliho dan

spanduk itu, tentu untuk merebut hati dan simpati

khalayak para calon pemilih. Melalui iklan politik para

politisi berlomba-lomba menampilkan citra positif dirinya.

Spanduk merupakan bagian dari periklanan. Spanduk

adalah kain rentang yang berisi slogan, propaganda atau

berita yang perlu diketahui umum [3]. Wacana persuasi

dalam spanduk digunakan penutur untuk menyampaikan

maksudnya terhadap lawan tutur atau pembaca dengan bahasa

yang tepat dan mudah dipahami.Wacana persuasi baik pada

spanduk iklan maupun spanduk politik bisa dijadikan salah

satu media komunikasi yang sifatnya mengajak atau himbauan

terhadap pembaca. Spanduk yang berisi kalimat, kata,

ataupun wacana persuasif dalam dunia bisnis berfungsi untuk

menarik minat konsumennya sedangkan dalam dunia politik

khususnya pada saat Pemilu berfungsi untuk menarik

perhatian masyarakat agar memilih calon legislatif (caleg)

maupun calon presiden.

Spanduk memiliki bentuk persuasif yang berbeda-beda,

tetapi banyak orang yang tidak mengetahui bentuk persuasif.

Bahasa yang dipakai dalam bidang periklanan disebut pula

dengan ragam iklan. Iklan merupakan pemberitahuan kepada

khalayak yang menggunakan bahasa sebagai alat

komunikasinya. Bahasa sebagai alat komunikasi dalam iklan

sangat penting dan apabila didukung dengan gambar-

gambar yang menarik, iklan tersebut bisa menarik perhatian

pembaca. Bagi penutur, sebuah iklan dikatakan bisa berhasil

menyedot perhatian khalayak apabila menggunakan bahasa-

bahasa yang menarik, kalimatnya mudah dipahami, serta

terdapat ilustrasi gambar.

Spanduk cocok digunakan dalam media berpolitik. Melalui

spanduk, para politisi dapat mempromosikan dirinya atau

partai politiknya kepada masyarakat luas. Slogan-slogan

kampanye dalam spanduk dapat ditemukan dengan mudah di

lingkungan tempat tinggal, jalan-jalan, dan pusat keramaian

pada saat masa kampanye dimulai. Di antara slogan-

slogan tersebut, ada yang mudah dimengerti, tapi ada

pula yang menuntut untuk berpikir agar memahami maksud di

balik slogan-slogan tersebut. Penutur dikatakan santun jika

murah hati, rendah hati, setuju, dan simpati pada mitra tutur.

Permasalahan-permasalahan yang diutarakan oleh penulis

di atas terjadi dalam perkembangan bahasa pada era kini.

Salah satu fenomena yang terjadi mengenai ragam bahasa

pada masa kampanye pemilu (pemilihan umum) legislatif

tahun 2019 di Kota Lhokseumawe. Tuturan yang digunakan

para caleg (calon legislatif) dalam berkampanye sangat

bervariasi. Bagi para caleg, bahasa merupakan hal yang

sangat penting dalam ranah politik kekuasaan untuk

mewujudkan target-target politiknya.

Para caleg berusaha menggunakan bahasa yang dapat

meningkatkan elektabilitas dalam pemilu 2019 mendatang.

Bahasa persuasif mereka seolah-olah mampu memakmurkan

daerah jika mereka menang dengan memberikan janji-janji

dan harapan. Sebagian dari mereka memberi harapan jika

mereka menang akan merealisasikannya. Berbeda dengan

caleg lainnya ada yang memberikan harapan tanpa

merealisasikannya setelah mereka mendapat kursi di DPR.

Banyak strategi dan juga pencitraan yang mereka gunakan

yang perlu diteliti lebih lanjut.

Semua tuturan caleg itu sebenarnya merupakan bentuk

interaktif dengan para calon pemilih. Namun, tuturan tersebut

menarik untuk diteliti karena di balik tuturan tersebut ada

maksud tuturan dan mengandung prinsip kesantunan. Selain

itu, faktor usia dan juga faktor kejelasan bahasa juga dapat

dikaji dalam tuturan para caleg. Dalam hal ini yang menjadi

sasaran penelitian adalah DPRA, DPD, DPR RI, dan DPRK.

Sebagaimana diketahui dalam pemilu 2019 di Kota

Lhokseumawe jumlah spanduk tiap caleg masing-masing

terdiri dari 40 DPRA, 40 DPD, 88 DPR RI, 120 DPRK.

Penelitian mengenai ragam bahasa caleg pernah diteliti oleh

beberapa peneliti lainnya, di antaranya Andiningsari (2009),

Rohmadi (2013), Tri Sulistyaningtyas (2009), dan Maryani

(2014). Andiningsari (2009) dalam hasil penelitian

menyebutkan tuturan pada slogan caleg dalam spanduk

pemilu legislatif 2009 di Surakarta mengandung kesantunan

berbahasa [4]. Berdasarkan 35 data yang diperoleh, maka

dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis kesantunan. Jenis

kesantunan bahasa iklan politik yang terdapat pada slogan

Page 3: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B3

caleg dalam pemilu legislatif 2009, yaitu: (1) kesantunan

memerintah, kesantunan menawarkan, kesantunan memaksa,

kesantunan permintaan, kesantunan mengajak, terdiri dari

kesantunan mengajak, kesantunan bujukan, kesantunan

merayu, kesantunan mendesak, dan (5) kesantunan anjuran.

Selain itu, Rohmadi juga menyebutkan bahwa wacana-

wacana slogan kampanye pilkada Jateng mengandung aneka

tindak tutur persuasif/ekspresif dan provokatif dalam

perspektif kajian pragmatik [5]. Hasil penelitian Tri

Sulistyaningtyas menyimpulkan bahwa analisis implikatur

wacana iklan politik dalam baliho, spanduk, dan media cetak

menunjukkan bahasa sebagai arena pertarungan politik [6].

Bahasa tidak hanya dimaknai sebagai sarana propaganda dari

caleg bahkan partai tertentu untuk membentuk citra dirinya,

tetapi juga untuk meraih simpati sebanyak-banyaknya.

Hasil penelitian tersebut senada dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Maryani yang menyimpulkan bahwa

dalam interaksi yang dilakukan oleh para caleg kepada

masyarakat dalam bertutur di spanduk, ditemukan adanya

indikasi penggunaan skala kesantunan Leech [7]. Skala

kesantunan Leech pada slogan caleg dalam spanduk pemilu

DPRD di Kota Surakarta terdiri dari 3 skala kesantunan, yaitu

17 data mengandung skala untung-rugi, 5 data mengandung

skala kemanasukaan, 3 data mengandung skala

ketaklangsungan.

Iklan politik merupakan strategi kampanye yang sangat

menjanjikan dan menjadi strategi kampanye andalan bagi

setiap calon kandidat. Karena dengan iklan politik khususnya

baliho masyarakat bisa menilai karakter calon kandidat

walaupun tidak bertatap muka langsung. Seperti T. Irwan

Djohan yang menggunakan iklan politik baliho sebagai bagian

dari strategi kampanye beliau pada pemilu legislatif di Kota

Banda Aceh tahun 2014 [8].

II. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif dengan pendekatan deskriptif-kualitatif. Data dalam

penelitian ini adalah kata atau frasa sebagai ragam bahasa

yang persuasif pada spanduk para caleg. Sumber data dalam

penelitian ini adalah tiga puluh spanduk atau alat peraga

kampanye pada pemilu 2019 di Kota Lhokseumawe.

Pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan purposive sampling dimana peneliti

menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan

ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga

diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

metode dokumentasi dan wawancara. Metode dokumentasi

adalah mencari data mengenai hal-hal atau yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, legger, agenda, dan sebagainya [9]

Teknik analisis data yang digunakan dalam analisis ini

adalah teknik deskriptif. Tujuan dari analisis deskriptif adalah

untuk memperoleh gambaran secara mendalam tentang

keadaan sebenarnya. Data dalam penelitian ini adalah

kumpulan alat peraga kampanye yang berisi kata atau frasa

yang berupa ragam persuasif para caleg.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN

Kesimpulan berisi tentang poin-poin utama artikel.

Kesimpulan hendaknya tidak mengulangi yang sudah

dituliskan di bagian Abstrak, akan tetapi membahas hasil-hasil

yang penting, penerapan maupun pengembangan dari

penelitian yang dilakukan. Bagian ini hendaknya juga dapat

menunjukkan apakah tujuan penelitian dapat tercapai.

Hasil penelitian ini berupa kumpulan spanduk caleg pada

Pemilu tahun 2019 di Kota Lhoksemawe yang berjumlah 30

spanduk yang akan diukur skala kesantunan berbahasa. Selain

itu, data penelitian ini juga bersumber dari hasil wawancara

dengan beberapa pemilih untuk mengukur pengaruh tidaknya

iklan berupa spanduk caleg terhadap keputusan memilih pada

Pemilu tahun 2019.

a. Pengaruh Bahasa Caleg terhadap Faktor Usia Pemilih

Dalam pembahasan ini menguraikan tentang ada tidaknya

pengaruh faktor usia pemilih terhadap bahasa persuasif dalam

spanduk caleg pada pemilihan legislatif 2019 di Kota

Lhokseumawe. Data penelitian ini bersumber dari wawancara

dengan beberapa pemilih yang berlatar pendidikan SMA, S1,

dan S2. Secara keseluruhan dari hasil wawancara disimpulkan

bahwa adanya pengaruh bahasa persuasif dalam spanduk

caleg terhadap keinginan/keputusan memilih. Hal ini

tercantum dari pembicaraan dengan beberapa informan yaitu:

informan mengatakan “bahwa spanduk sebagai tanda

pengenal bagi pemilih. Sebagai contoh Haji Uma, orang

sudah pernah mendengar namanya, tapi dengan adanya

spanduk orang dapat mengenal fisiknya, namanya yang asli,

dan misinya.”

Informan lainnya juga mengatakan “dengan adanya

spanduk dapat meyakinkan kembali pilihan kita bahwa si

caleg memang betul sebagai calon yang akan kita pilih.

Masyarakat juga akan menyampaikan kepada sanak

saudaranya yang lain bahwa kita beliau saja karena beliau

sudah positif. Lihatlah di spanduknya!“

Lebih meyakinkan lagi informan juga menyatakan dengan

adanya spanduk caleg “dapat menambah keyakinan apa yang

saya lihat di spanduk.” Lebih mantap terhadap kandidat

pemilu. Informan juga menyatakan “sebelum melihat spanduk,

orang sudah memiliki pilihan, tapi dengan adanya spanduk si

pemilih dapat menarik hati dengan pilihan yang lain apalagi

dengan slogan dan sosok yang meyakinkan.” Selain itu juga,

informan menyatakan semakin yakin dengan pilihannya

“karena pada spanduk caleg tertera visi, misi, dan doa agar

mendukung beliau.”

b. Skala Kesantunan Berbahasa

Berdasarkan 30 data kumpulan spanduk caleg, selanjutnya

dianalisis berupa penerapan skala kesantunan berbahasa yang

terdiri atas, (1) skala kerugian, (2) skala pilihan (3) skala

ketidaklangsungan, (4) skala keotoritasan, dan (5) skala jarak

sosial. Kelima skala tersebut dianalisis berdasarkan korpus

data yang telah diklasifikasikan dari kumpulan spanduk caleg.

Adapun korpus data penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 4: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B4

Tabel I Korpus Data Skala Kesantunan Berbahasa pada Spanduk Caleg

No Data Sumber Data

1. Mohon doa dan dukungan insyaAllah bermanfaat untuk Lhokseumawe dan Aceh

Utara yang lebih baik; kerja ikhlas; kerja cerdas; dan kerja nyata

Partai PPP (C3aleg DPRK dan DPRA)

2. Mau baik? Pilih yang baik! Partai PAN (Caleg DPRK)

3. Peuneutoh bak ureung tuha, yang peujak tanyoe muda

‘nasihat dari orang tua, yang menjalankan anak muda’

Parta Aceh (Caleg DPRK)

4. Mohon doa dan pilihannya; terbukti, peduli, dan merakyat Partai Demokrat (Caleg DPRA)

5. Mohon doa dan dukungannya; follow me Partai Golkar (Caleg DPRA)

6. Ileumee keu pangkai, buet keu amai

‘ilmu untuk bekal, kerja untuk amal’

Partai PPP (Caleg DPR RI)

7. Maju untuk perubahan yang lebih maju Partai Berkarya (Caleg DPRK)

8. Saatnya yang muda berkhidmat untuk rakyat; visioner, muda, dan berkarakter PKS (Caleg DPRK)

9. Berikan hak suara Anda untuk saya, agar saya dapat menyuarakan hak Anda Partai Nasdem (Caleg DPRK)

10. Mohon doa dan dukungannya; insya Allah bersama kita bias Partai Nasdem (Caleg DPRA)

11. Mandiri dan berani Partai Gerindra (Caleg DPR RI)

12.

Jadilah orang yang berjiwa terang; niscaya Alam akan menyambutmu Partai Aceh (Caleg DPRK)

13. Demokrat peduli dan beri solusi Partai Demokrat (Caleg DPR RI)

14. Udep manfaat, beu jeut syufuat keu ureung lingka

‘Hidup bermanfaat, menjadi syafaat bagi orang lain’

Partai Aceh (Caleg DPRK)

15. Tingkatkan peran wanita membangun bangsa Partai Golkar (Caleg DPR RI)

16. Insya Allah jaya, gampong jaya! Coblos jaya! Partai Hanura (Caleg DPRK)

17. Mari berjuang bersama demi mencapai perubahan dengan kebijakna yang

menguntungkan rakyat Aceh; kreatif; aspiratif; merakyat

Partai Nasdem (Caleg DPRA)

18. Muda, demokratis dan modern PNA (Caleg DPRK)

19. Mewujudkan kemakmuran bagi rakyat PKB (Caleg DPRK)

20. Mohon doa dan dukungan, insya Allah amanah; muda; santun; peduli PNA (Caleg DPRK)

21. Maju untuk membangkitkan ekonomi rakyat Partai Nasdem(Caleg DPRK)

22. Meuadat meuagama

‘mempunyai adat; beragama’

Partai Nasdem (Caleg DPR RI)

23. Golkar pilihan kita Partai Golkar (Caleg DPR RI)

24. Tamita yang geumaseh;tapileh yang seutia ‘Mencari yang pengasih, memilih yang setia’

Partai Aceh (Caleg DPRA)

25. I’teukeut jroh nibak aneuk bangsa yang akan peutentee langkah dan hase Aceh

‘I’tikad baik dari anak bangsa yang akan menentukan langkah dan hasil Aceh’

Partai Aceh (Caleg DPRK)

26. Jujur; cerdas; amanah PKB (Caleg DPRK)

27. Merajut mimpi jadi nyata; mari berkarya Partai Golkar (Caleg DPRK)

28. Bersatu; berjuang; menang Partai Nasdem (Caleg DPRA)

29. Islam kuat, rakyat sejahtera Partai Gerindra (Caleg DPRK)

30. Sulet keu pangkai kanjai keu laba ‘bohong untuk modal, hancur untuk laba’

Caleg DPD RI

Skala pengukuran kesantunan dalam penelitian ini merujuk

pada teori Leech (1973). Skala pengukuran tersebut

dijabarkan dalam data penelitian berikut.

(1) Skala Kerugian dan Keuntungan (cost-benefit-scale)

Skala ini merujuk pada besar kecilnya biaya dan

keuntungan yang disebabkan oleh sebuah tindak tutur pada

sebuah pertuturan. Kalau tuturan itu semakin merugikan

penutur, dianggap semakin santunlah tuturan itu. Skala ini

digunakan untuk menghitung biaya keuntungan untuk

melakukan tindakan dalam kaitannya antara penutur dan

lawan tutur. Skala ini terdapat dalam data penelitian berikut.

Data (1) si penutur berjanji dalam kampanyenya bahwa

akan bekerja dengan ikhlas, cerdas, dan nyata. Hal ini terlihat

pada pesan di spanduk caleg yang berbunyi: Mohon doa dan

dukungannya insya Allah bermanfaat untuk Lhokseumawe

dan Aceh Utara yang lebih baik; kerja ikhkas; kerja cerdas;

kerja nyata. Tuturan yang disampaikan tersebut

menguntungkan diri penutur karena meminta dukungan

sehingga dianggap tidak santunlah tuturan ini.

Data (2) menyatakan dalam tuturan ini meminta untuk

memilih dirinya. Tuturan ini mengandung perintah untuk

memilih yang baik. Hal ini menguntungkan diri penutur

sehingga dianggap tidak santunlah tuturan ini. Hal itu terlihat

dalam pesan di spanduk caleg yang berbunyi: Mau baik? Pilih

yang baik!

Data (4) yang berbunyi: mohon doa dan pilihannya;

terbukti; peduli; merakyat mengandung permintaan dari si

penutur untuk memilihnya yang sudah terbukti sebelumnya

peduli dan merakyat. Tuturan ini menguntungkan bagi si

penutur sehingga tuturan ini dianggap tidak santun.

Begitu juga dengan data (5). Tuturan yang berbunyi; mohon

doa dan dukungannya; follow me! mengandung permintaan

dan perintah dari si penutur kepada lawan tutur. Tuturan ini

menguntungkan bagi si penutur sehingga tuturan ini dianggap

tidak santun.

Data (8) berisi permintaan izin dari si penutur untuk

mengayomi rakyat. Tuturan ini menguntungkan bagi si

penutur sehingga dianggap tidak santunlah tuturan ini. Penutur

menyatakan dirinya memiliki visi, masih muda, dan berakhlak

yang baik. Hal ini terlihat pada tuturan yang berbunyi; saatnya

yang muda berkhidmat untuk rakyat; visioner; muda;

berkarakter.

Data (9) mengandung makna si penutur meminta hak suara

agar dapat menyampaikan aspirasi rakyat seperti terkandung

dalam tuturan berikut; berikan hak suara Anda untuk saya

agar saya dapat menyuarakan hak Anda. Dalam hal ini

penutur menginginkan keuntungan untuk dirinya sehingga

tuturan ini dianggap tidak santun.

Data (10) penutur menyatakan; mohon doa dan

dukungannya; insya Allah bersama kita bisa. Tuturan ini

Page 5: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B5

mengandung maksud si penutur meminta dukungan dan

menyatakan bahwa bersamanya dapat membangun bangsa.

Tuturan ini menguntungkan bagi si penutur sehingga tuturan

ini dianggap tidak santun.

Data (11) menyatakan bahwa si penutur seorang pemberani

dan mandiri. Hal ini menguntungkan bagi si penutur sehingga

dianggap tidak santunlah tuturan ini. Sebaliknya, kalau tuturan

itu semakin merugikan si penutur, dianggap santunlah tuturan

tersebut.

Data (13) yang berbunyi: demokrat peduli dan beri solusi

mengandung artian bahwa partai tersebut sangat peduli

kepada rakyat dan selalu memberi solusi terhadap

permasalahan rakyat. Tuturan ini menguntungkan bagi si

penutur sehingga tuturan ini dianggap tidak santun.

Data (17) mengandung ajakan untuk berjuang bersama

dengan memilih si penutur karena sosok yang kreatif, aspiratif,

dan merakyat. Tentu tuturan ini menguntungkan si penutur

untuk menaikkan derajat dirinya sehingga dianggap tidak

santunlah tuturan ini.

Data (18) sangat terlihat bahwa penutur menaikkan derajat

dirinya dengan menyatakan pada spanduk caleg dengan kata-

kata muda, demokratis, dan modern. Tuturan ini

menguntungkan bagi si penutur sehingga tuturan ini dianggap

tidak santun.

Data (20) juga penutur merasa diuntungkan karena

menyatakan dirinya amanah, muda, santun, dan peduli. Hal

ini terkandung dalam pesan pada spanduk caleg yang berbunyi;

mohon doa dan dukungan; insya Allah amanah, muda, santun,

peduli. Tuturan ini menguntungkan bagi si penutur sehingga

tuturan ini dianggap tidak santun.

Selanjutnya, data (22) juga menyatakan dirinya mempunyai

agama dan berbudaya. Begitu juga data (26) sangat jelas

terlihat bahwa si penutur menyatakan dirinya jujur cerdas,

dan amanah jika terpilih menjadi wakil rakyat. Penutur

meminimalkan keuntungan orang lain dan memaksimalkan

keuntungan diri sendiri dengan mengungkapkan kemurahan

dirinya terhadap mitra tutur. Hal ini tentu menguntungkan diri

si penutur karena penutur meninggikan derajatnya sehingga

tidak santunlah tuturan ini.

(2) Skala Pilihan (optionality scale)

Skala ini mengacu pada banyak atau sedikitnya pilihan

yang disampaikan penutur kepada lawan tutur dalam kegiatan

bertutur. Semakin pertuturan itu memungkinkan penutur

menentukan pilihan yang leluasa, akan dianggap santunlah

tuturan itu. Yang termasuk skala pilihan dapat dilihat pada

data berikut.

Data (2) merupakan tuturan yang melakukan penawaran

terhadap lawan tutur yaitu pemilih tentang pilihan mereka.

Kalau mau yang baik, pilihlah yang baik! Penutur meminta

dan mengajak lawan tutur untuk berbuat. Dalam hal ini

keputusan menerima/menolak ajakan penutur berada di tangan

mitra tutur. Penutur tidak berhak memaksa mitra tutur. tuturan

“mau baik! Pilih yang baik!”memungkinkan penutur atau

mitra tutur menentukan pilihan yang leluasa sehingga

dianggap makin santunlah tuturan ini.

Data (5) yang berbunyi “follow me” mengandung makna

penutur meminta mitra tutur untuk memilih dan mengikutinya.

Dalam hal ini penutur tidak memberi keleluasaan bagi si

pemilih sehingga dianggap tidak santunlah tuturan ini.

Data (9) sangat tampak terlihat si penutur seakan memaksa

kepada si pemilih agar memberikan suara kepadanya. Hal ini

membuat mitra tutur tidak leluasa dalam menentukan pilihan.

Dalam hal ini penutur tidak memberi keleluasaan bagi si

pemilih sehingga dianggap tidak santunlah tuturan ini.

Data (23) menyatakan bahwa partai tersebut merupakan

pilihan rakyat. Penutur mengarahkan kepada masyarakat

untuk memilih partai tersebut seperti pernyataan “Golkar

pilihan kita.” Dalam hal ini penutur tidak memberi keluwesan

kepada mtitra tutur dalam menentukan pilihannya sehingga

dianggap tidak santunlah tuturan itu.

(3) Skala Ketidaklangsungan (indirectness scale)

Skala ini merujuk kepada peringkat langusng atau tidak

langsungnya “maksud” sebuah tuturan. Semakin tuturan itu

bersifat langsung akan dianggap semakin tidak santunlah

tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tidak langsung

maksud sebuah tuturan akan dianggap semakin santunlah

tuturan itu. Skala ini dapat dilihat pada data berikut.

Data (3) yang berbunyi “peuneutoh bak ureung tuha, yang

peujak tanyoe muda” secara tak langsung menyiratkan bahwa

yang diperlukan nasihat, masukan, dan panduan berasal dari

orang tua, sedangkan yang muda sebagai operator yang

menjalankan segala arahan. Tuturan ini tidak langsung

sehingga dianggap santunlah tuturan ini.

Data (6) secara tak langsung menyiratkan bahwa ilmu

sebagai bekal dalam bekerja dan bekerja merupakan sebuah

amalan. Hal ini terkandung pada pesan di spanduk caleg yang

berbunyi “ileumee keu pangkai, buet keu amai.” Tuturan ini

dianggap tidak langsung sehingga santunlah tuturan ini.

Begitu juga dengan data (7) secara tak langsung penutur

menyatakan bahwa akan menjadi wakil rakyat untuk

melakukan perubahan yang lebih maju ke depan. Makanya

ada slogan “maju untuk perubahan yang lebih maju.” Tuturan

ini dianggap tidak langsung sehingga santunlah tuturan ini.

Data (12) juga sebagai nasihat secara tak langsung yang

disampaikan oleh caleg. Hal ini menyiratkan bahwa

sewajarnya kita harus jujur (terang) sehingga masyarakat

memilih dan mempercayai. Begitu juga dengan data (14)

secara tak langsung juga menyiratkan pesan kepada mitra

tutur bahwa hidup harus bermanfaat bagi orang lain. Tuturan

ini dianggap tidak langsung sehingga santunlah tuturan ini.

Data (15) merupakan tuturan tak langsung yang diucapkan

oleh si penutur terhadap mitra tutur yang menyiratkan kepada

pemilih untuk memilih dirinya karena jika ia terpilih, ia akan

meningkatkan peran wanita dengan mengikutsertakan wanita

dalam membangun bangsa. Tentu tuturan ini dianggap santun.

Data (16) menyiratkan bahwa jika si penutur terpilih

(dicoblos), insya Allah desa mereka atau daerah tersebut akan

jaya/hebat. Data (24) secara tak langsung meminta

pemilih/mitra tutur memilih wakil rakyat yang suka memberi

dalam segala kondisi. Tuturan ini tidak langsung sehingga

dianggap santunlah tuturan ini.

Data (19) yang berbunyi; mewujudkan kemakmuran bagi

rakyat menyatakan secara tak langsung bahwa si penutur akan

membuat rakyat sejahtera jika terpilih sebagai wakil rakyat.

Tuturan ini tidak langsung sehingga dianggap santunlah

tuturan ini.

Data (21) menyiratkan secara tak langsung bahwa jika

terpilih, akan membangkitkan ekonomi rakyat. Artinya, rakyat

akan sejahtera dengan memilihnya sebagai wakil rakyat.

Tuturan ini dianggap santun karena tidak ditutrkan secara

langsung.

Page 6: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B6

Data (24) secara tak langsung menyiratkan kepada mitra

tutur untuk memilih wakil rakyat yang suka memberi dalam

segala kondisi. Tentu tuturan ini diangggap santun. Data (25)

secara tak langsung juga menyiratkan bahwa ada iktikad yang

baik dari anak bangsa/calon wakil rakyat yang akan

menentukan langkah dan hasil kekayaan Aceh. Bisa dipahami

secara tak langsung penutur meminta mitra tutur memilih

dirinya sebagai wakil rakyat yang akan menentukan langkah

bangsa ke depan. Tuturan ini tidak langsung sehingga

dianggap santunlah tuturan ini.

Data (27) secara tak langsung menyiratkan kepada mitra

tutur untuk memilih dirinya sehingga mimpinya menjadi nyata

untuk berkarya kepada bangsa. Begitu juga dengan data (28)

secara tak langsung menyiratkan bahwa jika kita bersatu dan

berjuang, kita akan menang. Hal ini mengandung makna agar

bersatu dan berjuang bersama si penutur untuk mendapatkan

kemenangan. Tuturan ini tidak langsung sehingga dianggap

santunlah tuturan ini.

Selanjutnya, data (29) juga menyiratkan bahwa jika islam

kuat, hidup rakyat akan sejahtera. Tentunya dengan memilih

wakil rakyat yang beragama kuat. Tuturan ini dianggap santun

karena tidak dituturkan secara langsung.

Selain itu, data (30) juga digolongkan skala

ketidaklangsungan karena tuturannya tidak langsung. Hal itu

terlihat pada pesan ”sulet keu pangkai kanjai keu laba” yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ‘modal dengan

dusta akan mendapatkan kehancuran.’ Tuturan ini

menyiratkan secara tidak langsung bahwa jika bermodal dusta

dalam bekerja akan mendapatkan kekalahan dan kehancuran.

Jadi, tuturan ini dituturkan secara tidak langsung sehinga

dianggap santunlah tuturan ini.

(4) Skala Keotoritasan (anthority scale)

Skala ini merujuk pada hubungan status sosial antara

penutur dan lawan tutur yang terlibat dalam suatu pertuturan.

Semakin jauh jarak otoritas antara penutur dan mitra tutur,

tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin

santun. Dalam data ini tidak ditemukan skala keotoritasan

pada tuturan dalam spanduk caleg karena tidak adanya

interaksi.

(5) Skala Jarak Sosial (social distance)

Skala ini merujuk kepada peringkat hubungan sosial antara

pentutur dan lawan tutur yang terlibat dalam sebuah

pertuturan. Ada kecendrungan bahwa semakin dekat jarak

peringkat sosial di antara keduanya akan menjadi semakin

kurang santunlah tuturan itu. Dalam data ini tidak ditemukan

tuturan yang termasuk ke dalam skala jarak sosial karena tidak

ada percakapan. Untuk lebih jelasnya skala pengukuran

kesantuan berbahasa pada spanduk caleg dapat direkap dalam

tabel berikut.

Tabel II

Rekap Skala Pengukuran Kesantunan Berbahasa pada Spanduk Caleg

No Bahasa pada Spanduk Caleg Jenis Skala Kesantunan santun/tidak santun

1. Mohon doa dan dukungan insyaAllah bermanfaat

untuk Lhokseumawe dan Aceh Utara yang lebih baik;

kerja ikhlas; kerja cerdas; dan kerja nyata

- skala kerugian & keuntungan

- tidak santun

2. Mau baik? Pilih yang baik! - skala kerugian & keuntungan

- skala pilihan

- tidak santun

- santun

3. Peuneutoh bak ureung tuha, yang peujak tanyoe

muda

‘nasihat dari orang tua, yang menjalankan anak muda’

- skala ketidaklangsungan - santun

4. Mohon doa dan pilihannya; terbukti, peduli, dan

merakyat

- skala kerugian & keuntungan

- tidak santun

5. Mohon doa dan dukungannya; follow me - skala kerugian & keuntungan

- skala pilihan

- tidak santun

- tidak santun

6. Ileumee keu pangkai, buet keu amai ‘ilmu untuk bekal, kerja untuk amal’

- skala ketidaklangsungan - santun

7. Maju untuk perubahan yang lebih maju - skala ketidaklangsungan - santun

8. Saatnya yang muda berkhidmat untuk rakyat;

visioner, muda, dan berkarakter

- skala kerugian & keuntungan

- tidak santun

9. Berikan hak suara Anda untuk saya, agar saya dapat

menyuarakan hak Anda

- skala pilihan - tidak santun

10. Mohon doa dan dukungannya; insya Allah bersama kita bisa

- skala kerugian & keuntungan

- tidak santun

11. Mandiri dan berani - skala kerugian & keuntungan

- tidak santun

12.

Jadilah orang yang berjiwa terang; niscaya Alam akan menyambutmu

- skala ketidaklangsungan - santun

13. Demokrat peduli dan beri solusi - skala kerugian & keuntungan

- tidak santun

14. Udep manfaat, beu jeut syufuat keu ureung lingka ‘Hidup bermanfaat, menjadi syafaat bagi orang

lain’

- skala ketidaklangsungan - santun

15. Tingkatkan peran wanita membangun bangsa - skala ketidaklangsungan - santun

16. Insya Allah jaya, gampong jaya! Coblos jaya! - skala ketidaklangsungan - santun

Page 7: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B7

17. Mari berjuang bersama demi mencapai perubahan

dengan kebijakna yang menguntungkan rakyat Aceh;

kreatif; aspiratif; merakyat

- skala kerugian & keuntungan

- tidak santun

18. Muda, demokratis dan modern - skala kerugian & keuntungan

- tidak santun

19. Mewujudkan kemakmuran bagi rakyat - skala ketidaklangsungan - santun

20. Mohon doa dan dukungan, insya Allah amanah;

muda; santun; peduli

- skala kerugian & keuntungan

- tidak santun

21. Maju untuk membangkitkan ekonomi rakyat - skala ketidaklangsungan - santun

22. Meuadat meuagama ‘mempunyai adat; beragama’

- skala kerugian & keuntungan

- tidak santun

23. Golkar pilihan kita - skala pilihan - tidak santun

24. Tamita yang geumaseh;tapileh yang seutia

‘Mencari yang pengasih, memilih yang setia’

- skala ketidaklangsungan - santun

25. I’teukeut jroh nibak aneuk bangsa yang akan peutentee langkah dan hase Aceh

‘I’tikad baik dari anak bangsa yang akan

menentukan langkah dan hasil Aceh’

- skala ketidaklangsungan - santun

26. Jujur; cerdas; amanah - skala kerugian & keuntungan

- tidak santun

27. Merajut mimpi jadi nyata; mari berkarya - skala ketidaklangsungan - santun

28. Bersatu; berjuang; menang - skala ketidaklangsungan - santun

29. Islam kuat, rakyat sejahtera - skala ketidaklangsungan - santun

30. Sulet keu pangkai kanjai keu laba

‘bohong untuk modal, hancur untuk laba’

- skala ketidaklangsungan - santun

Agar lebih jelas mengenai skala pengukuran kesantunan

berbahasa pada spanduk caleg dapat dilihat pada diagram pie

berikut.

Gambar 1 Diagram pie hasil penelitian

IV. SIMPULAN

Adapun simpulan dari penelitian ini adalah terdapat

pengaruh penggunaan bahasa pada spanduk caleg dalam

pemilihan legislatif tahun 2019 di Kota Lhokseumawe

terhadap keputusan memilih. Hal ini terlihat dari beberapa

pernyataan informan yang menyatakan bahwa adanya spanduk

dapat menguatkan hati mereka untuk memilih karena adanya

slogan berupa visi dan misi para caleg. Selanjutnya,

ditemukan tiga skala kesantunan berbahasa pada spanduk

caleg dalam pemilihan legislatif tahun 2019 di Kota

Lhokseumawe yaitu skala kerugian dan keuntungan sebanyak

13, skala pilihan sebanyak 4, dan skala ketaklangsungan

sebanyak 15, sedangkan skala keotoritasan dan skala jarak

sosial tidak terkandung dalam spanduk caleg karena

tuturannya tidak dalam bentuk percakapan.

REFERENSI

[1] Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan

Awal. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. [2] Wijana, I Dewa Putu, dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis

Wacan Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma

Pustaka. [3] Depdiknas. 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Badang

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

[4] Andiningsari, Niken Dyah. 2009. “Kesantunan Bahasa Iklan Politik pada Slogan Caleg dalam Spanduk Pemilu Legislatif 2009 di

Surakarta”. Thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

[5] Rohmadi, M. 2013. Tindak Tutur Persuasif dan Provokatif dalam Wacana Spanduk Kampanye Pilkada Jawa Tengah Tahun 2013.

[6] Sulistyaningtyas, T. 2009. “Bahasa Indonesia dalam Wacana

Propaganda Politik Kampanye Pemilu 2009 Satu Kajian Sosiopragmatik”. Jurnal Sosioteknologi, 8(17), 637-645.

[7] Maryani. 2014. “Kesantunan Bahasa Iklan Politik Pada Slogan Caleg

DPRD Dalam Spanduk Pemilu 2013-2014 Di Kota Surakarta”. Thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

[8] Yulandari, R., & Abidin, Z. (2018). Pengaruh Iklan Politik Baliho

Sebagai Bagian Dari Strategi Kampanye T. Irwan Djohan Pada Pemilu Legislatif di Kota Banda Aceh Tahun 2014. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 2(3).

[9] Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

43%

13%

50%

Diagram Pie Hasil Penelitian

Skala Keuntungan Skala Pilihan

Skala Ketidak Langsungan

Page 8: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B8

Pengembangan Bahan Ajar Fisika Lingkungan Berbasis Keterampilan Generik Sains

Berupa Modul dalam Bentuk Buku Saku Ditinjau dari Minat Belajar Mahasiswa

Nuraini Fatmi1, Izkar Hadiya2

1,2Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Malikussaleh Cot Teungku Nie – Reuleut Kecamatan Muara Batu- Aceh Utara [email protected]

[email protected]

Abstrak—Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas buku saku fisika lingkungan berbasis keterampilan generik sains yang

dikembangkan ditinjau dari minat belajar mahasiswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan buku saku tersebut. Buku saku ini

dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan (Research and Development) atau disingkat R & D. Subjek penelitian adalah

mahasiswa kelas A2 program studi pendidikan fisika angkatan 2016 yang sedang mengikuti perkuliahan fisika lingkungan. Desain

penelitian untuk melihat pengaruh pembelajaran dengan buku saku terhadap minat belajar adalah desain penelitian one group pretest

posttest. Selain melihat pengaruh pembelajaran dengan buku saku terhadap minat belajar mahasiswa, buku saku yang dikembangkan

juga meninjau respon mahasiswa terhadap buku saku selama proses pengembangan. Data penelitian berupa skor minat belajar

mahasiswa dihitung nilai N gainnya, diuji normalitas dan homogenitas serta diuji secara statistik dengan uji statistik t one sample.

Sedangkan data respon mahasiswa dihitung dengan rata-rata persentase respon positif dan respon negatif. Dalam pengembangannya,

buku saku telah melalui proses peninjauan oleh dua pakar media dan satu pakar materi yang menghasilkan hasil bahwa buku saku

layak digunakan. Adapun pengaruh buku saku terhadap minat belajar mahasiswa yaitu buku saku mampu meningkatkan minat

belajar mahasiswa dengan N-Gain rata-rata sebesar 55% sedangkan uji t statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa buku saku

yang dikembangkan mampu meningkatkan minat belajar mahasiswa secara signifikan.

Kata Kunci : Buku Saku, Research and Development, minat belajar mahasiswa, fisika lingkungan, keterampilan generik sains

Abstract— The study aims to determine the quality of environmental physics pocket books based on generic science skills developed in

terms of student interest in learning before and after learning with the pocket book. This handbook was developed through research

and development (abbreviated as R&D). The research subjects were A2 class students of the 2016 physics education study program

who were taking environmental physics courses. The research design to see the effect of learning with a pocket book on learning interest

is a one group pretest posttest research design. In addition to seeing the effect of learning with a pocket book on student learning

interests, the developed pocket book also reviews students' responses to the pocket book during the development process. The research

data in the form of students' interest scores were calculated by their N gain values, tested for normality and homogeneity and statistically

tested by the t-sample statistical test. While the student response data is calculated by the average percentage of positive responses and

negative responses. In its development, the pocket book has gone through a review process by two media experts and one material

expert which results in the result that the pocket book is proper to use. The influence of pocket books on student interest in learning is

that pocket books can increase student interest in learning with an average N-Gain of 55% while the statistical t test conducted shows

that the developed pocket book is able to significantly increase student interest in learning.

Keywords: Pocket Book, Research and Development, student interest in learning, environmental physics, generic science skills

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang penelitian ini adalah hasil observasi dan

wawancara yaitu kebanyakan mahasiswa tidak memanfaatkan

gadget untuk keperluan belajar. Mahasiswa menggunakan

gadget ketika diberikan tugas untuk diselesaikan. Penyelesaian

tugas kurang optimal hal tersebut dibuktikan yaitu mahasiswa

tersebut tampak tidak menguasai dengan baik informasi yang

dicantumkan dalam tugas yang dikumpulkan. Oleh karena itu

keberadaan gadget tersebut tidak dapat memberikan manfaat

yang besar bagi mahasiswa jika minat belajar mahasiswa

tersebut masih sangat minim. Keberadaan bahan ajar yang

mampu menarik minat siswa sangatlah penting. Bahan ajar

yang beragam ini harus ditentukan dengan baik untuk

menjadikan pembelajaran yang dilaksanakan berlangsung

dengan efektif dan mampu menarik minat belajar siswa.

Keberadaan bahan ajar yang mampu menarik minat

siswa sangatlah penting. Bahan ajar yang beragam ini harus

ditentukan dengan baik untuk menjadikan pembelajaran yang

dilaksanakan berlangsung dengan efektif dan mampu menarik

minat belajar siswa. Salah satu bahan ajar yang mampu menarik

minat belajar siswa adalah buku saku seperti yang dinyatakan

dalam penelitian [1], [2], dan [3].

Buku saku memiliki karakteristik yang dapat

merangsang antusias belajar siswa, semangat dan menunjukkan

adanya minat selama proses pembelajaran serta hasil belajar

meningkat. Sedangkan keterlibatan aktif mahasiswa

diperlukan melalui kegiatan pembelajaran yang mampu

mengembangkan keterampilan generik sains yaitu

keterampilan yang digunakan secara umum dalam berbagai

kerja ilmiah yang diturunkan dari keterampilan proses dengan

cara memadukan keterampilan itu dengan komponen-

komponen alam terutama yang dipelajari dalam Fisika

Lingkungan[4].

Sehingga berdasarkan paparan di atas maka perlu

dilakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan bahan ajar

fisika lingkungan berbasis keterampilan generik sains berupa

modul dalam bentuk buku saku di tinjau dari minat belajar

mahasiswa”. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) untuk

mengetahui kualitas buku saku fisika lingkungan berbasis

keterampilan generik sains yang dikembangkan, dan (2) untuk

mengetahui peningkatan minat belajar mahasiswa melalui

pembelajaran dengan buku saku yang dikembangkan.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian

dan Pengembangan (Research & Development) atau disingkat

R& D. Jenis penelitian ini digunakan untuk mengembangkan

suatu media pembelajaran yang memudahkan mahasiswa

belajar dan meminati pembelajaran tersebut yaitu fisika

Page 9: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B9

lingkungan. Media pembelajaran yang dikembangkan adalah

berupa buku saku berbasis keterampilan generik sains yang

mampu meningkatkan minat belajar siswa

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Pendidikan Dan

Keguruan, Program Studi Pendidikan Fisika Universitas

Malikussaleh yang beralamat di Desa Reulet Kabupaten Aceh

Utara. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun

ajaran 2018/2019 yaitu sekitar bulan Februari 2018.

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa kelas A2 yang

berjumlah 30 orang. Subjek atau sampel penelitian ini diambil

secara acak karena kelas A2 dan A1 merupakan kelas yang

dapat dianggap homogen berdasarkan tinjauan terhadap hasil

belajar dari mata kuliah lainnya.

Pengumpulan data ini berupa wawancara tersruktur

terhadap 8 orang mahasiswa yang pernah mengikuti

perkuliahan fisika lingkungan semester sebelumnya. Data

lainnya dikumpulkan dari para ahli yang pernah melakukan

pengembangan media pembelajaran berupa modul atau buku

saku. Pengumpulan data melalui studi pustaka dilakukan saat

proses penyusunan draf buku saku. Draf buku saku yang telah

selesai dibuat selanjutnya akan dimintai tanggapan dari ahli

media maupun ahli dan materi dengan memanfaatkan lembar

validasi media dan materi buku saku yang disusun dalam

bentuk angket. Draf buku saku yang telah direvisi sesuai

dengan pendapat para ahli kemudian digunakan dalam uji coba

di kelas. Dalam proses uji coba ini, buku saku diuji coba pada

kelas yang bukan merupakan kelas perlakuan yaitu kelas A1

yaitu kelas paralel dari kelas A2 yang menjadi kelas sampel.

Setelah uji coba dilakukan selanjutnya mahasiswa kelas A1

diminta memberikan penilaian terhadap buku saku dengan

mengisi angket penilaian buku saku oleh mahasiswa. Setelah

uji coba ini selesai dilaksanakan maka tahapan selanjutnya

adalah melakukan revisi terhadap buku saku.

Buku saku yang telah selesai direvisi selanjutnya

digunakan dalam pembelajaran di kelas sampel yaitu kelas A2.

Sebelum pembelajaran dimulai, dilakukan pengukuran minat

belajar mahasiswa dengan menggunakan angket pengukuran

minat mahasiswa.

Data Penelitian berupa data kualitatif diubah menjadi

kuantitatif dengan menggunakan skala Likert. Data penelitian

yang dikumpulkan berupa skor penilaian buku saku oleh ahli

media, skor penilaian buku saku oleh ahli materi, dan skor

minat belajar mahasiswa mula-mula dan akhir untuk setiap

aspek yang dinilai dan indikator penilaian dihitung dengan

menggunakan rumus menghitung skor rata-rata. Setelah

penskoran dilaksanakan, data berupa skor minat belajar

masing-masing siswa dilakukan perhitungan N Gain untuk

melihat peningkatan minat sebelum dan setelah penggunaan

buku saku. Nilai N Gain untuk setiap siswa kemudian dihitung

rata-rata-ratanya.

Sedangkan untuk menentukan lebih lanjut bahwa

pembelajaran dengan menggunakan buku saku mampu

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar

mahasiswa, maka dilakukan uji statistic t one sampel yang

diawali dengan uji normalitas dan uji homogenitas.

Hasil penilaian modul oleh pakar digunakan sebagai

penentuan kelayakan (kualitas dari modul). Jika kualitasnya

masih dalam klasifikasi cukup atau kurang maka modul akan

direvisi sampai diperoleh hasil penilaian baik atau sangat baik.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan buku saku yang dilaksanakan melalui

penelitian R & D telah menghasilkan buku saku fisika

lingkungan yang layak digunakan dan memiliki keunggulan

yaitu minat belajar mahasiswa meningkat melalui

pembelajaran dengan buku saku yang dimaksud. Penelitian ini

diawali dengan studi permasalahan di lapangan tentang

pembelajaran mata kuliah Fisika Lingkungan yang diperoleh

hasil yaitu kurangnya keterampilan generik sains mahasiswa

yang diamati melalui observasi yang dilakukan yaitu

mahasiswa cenderung lemah dalam mempelajari berbagai

konsep dan menyelesaikan berbagai masalah sains. Mahasiswa

hanya menerima saja konsep yang diajarkan tanpa keinginan

lanjut untuk mempelajari lebih lanjut khususnya untuk

menyelesaikan permasalahan khususnya yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari. Buku saku yang dihasilkan dapat

meningkatkan keterampilan generik sains mahasiswa

khususnya untuk memahami konsep fisika lingkungan karena

buku saku ini disusun dengan memasukkan aspek yang dapat

menjadikan keterampilan generik sains siswa meningkat yaitu

dalam indikator pengamatan tak langsung, inferensi logika,

hukum sebab akibat, dan membangun konsep.

Berdasarkan hasil tinjauan (review) yang dilakukan

pakar terhadap draf buku diperoleh hasil bahwa aspek

keterampilan generik sains dapat meningkat dengan

pembelajaran dengan buku saku apalagi jika pembelajaran

dengan buku saku tersebut didampingi dengan lembar kerja

mahasiswa yang berisikan pertanyaan yang mengarahkan

mahasiswa untuk mengembangkan pemikirannya tentang

materi yang disampaikan dalam buku saku sehingga siswa

dapat memahami konsep dari materi fisika lingkungan yang

disajikan sehingga terbangun konsep tentang bagaimana

perilaku yang harus dilakukan mahasiswa untuk menciptakan

lingkungan yang lestari. Berikut ini merupakan hasil penilaian

(review) pakar tentang buku saku:

TABEL 1. Hasil Analisis Terhadap Angket Penilaian Modul Oleh Ahli Materi

No.

Aspek

Penilaian

Persentase

Persepsi

Validator

Kriteria Validasi

1. Aspek

Kelayakan Isi

85 Sangat baik, tanpa

revisi

2. Aspek

Kelayakan

Penyajian

100 Sangat baik, tanpa

revisi

3. Aspek

Kelayakan

Bahasa

100 Sangat baik, tanpa

revisi

4. Aspek

Penilaian

unsur

Keterampilan

generik sains

80 Sangat

baik,disarankan agar

buku saku didampingi

oleh lembar kerja

Tabel 2. Hasil Analisis Terhadap Angket Penilaian Modul Oleh Ahli Media

No.

Aspek

Penilaian

Persentase

Persepsi

Validator

Kriteria Validasi

1. Format 85 Sangat baik, tanpa

revisi

2. Outline 75 Baik, tanpa revisi

3. Kemasan

/cover

71 Baik, tanpa revisi

Revisi terhadap buku saku sesuai dengan saran yang

diberikan oleh reviewer baik ahli materi maupun ahli media

menghasilkan buku saku dalam bentuk tampilan berikut yang

ditunjukkan oleh gambar 1. Buku saku mendapat sejumlah

saran perbaikan baik dari segi materi yang disajikan maupun

layout (tampilan). Buku saku sebagaimana namanya memiliki

ukuran yang muat disaku sehingga berbentuk cukup kecil

Page 10: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B10

59.181.4

55

Minat sebelum Minat setelah N gain

Diagram Perbandingan Rata-rata Skor

Minat Belajar Sebelum Dan Setelah

Pembelajaran Dan Rata-rata N Gain

sehingga hanya berisi materi ajar saja jadi sangat diperlukan

media / bahan ajar tambahan atau pendukung dalam

pembelajaran dengan buku saku terutama yang berbentuk

lembar kerja. Lembar kerja ini dapat disusun sesuai dengan

kebutuhan dari pengajar (dosen) yang memanfaatkan buku

saku ini:

Gambar 1. Tampilan cover buku saku dan daftar isi

Buku saku terdiri dari 10 (sepuluh) BAB yang terdiri dari :

1. BAB 1 yang membahas dampak efek rumah kaca

terhadap hasil panen petani

2. BAB 2 yang membahas tentang emisi gas buang pada

kendaraan bermotor dan dampak pada kesehatan

3. BAB 3 yang membahas dampak air hujan terhadap

hasil panen

4. BAB 4 yang membahas pengaruh cahaya matahari

terhadap tanaman kacang hijau

5. BAB 5 yang membahas kualitas air bagi kehidupan

6. BAB 6 yang membahas pembangkit listrik tenaga

surya

7. BAB 7 yang membahas udara dan bagian-bagian

udara

8. BAB 8 yang membahas sumber radiasi lingkungan

dan dampaknya bagi tubuh manusia

9. BAB 9 yang membahas pengaruh cuaca bagi

lingkungan

10. BAB 10 yang membahas tentang pemanfaatan limbah

lingkungan sebagai makanan.

Setiap BAB berisi kegiatan mini research melalui

langkah-langkah KGS. Oleh karena buku saku yang berukuran

kecil maka kegiatan research melalui langkah KGS diuraikan

lebih lanjut dalam lembar kerja mahasiswa yang di dalamnya

terdapat kolom isian sesuai dengan langkah KGS.

Setelah draft buku saku divalidasi dan direvisi sesuai

dengan saran reviewer, buku saku selanjutnya diuji coba ke

kelompok kecil yang berjumlah 10 mahasiswa yang diperoleh

tanggapan bervariasi tetapi umumnya memberikan respon yang

positif sehingga selanjutnya dilakukan uji coba modul pada

kelompok mahasiswa yaitu kelas A1 yang juga menganalisis

respon mahasiswa terhadap pembelajaran dengan modul yang

didapatkan hasil repon yang juga positif. Berdasarkan hasil

respon yang diterima selanjutnya dilakukan pembelajaran

dengan buku saku tersebut pada kelas A2 yang diperoleh

peningkatan minat belajar yang dianalisis dengan menentukan

skor N gain nya yang ditunjukkan dalam diagram pada gambar

2 berikut ini.

Gambar 2. Diagram Perbandingan Rata-rata Skor Minat Belajar Sebelum Dan

Setelah Pembelajaran Dan Rata-rata N Gain

Selain itu hasil analisis persentase mahasiswa untuk

setiap kategori N gain yaitu tinggi, sedang dan rendah diperoleh

hasil seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3 yaitu mahasiswa

pada umumnya mendapatkan peningkatan minat belajar pada

kategori sedang.

Gambar 3. Persentase (%) Mahasiswa Berdasarkan Kategori N Gain Skor

Minat

Sedangkan untuk menentukan efektifitas pembelajaran

dengan buku saku dalam meningkatkan minat belajar siswa

(signifikansinya) diukur dengan melakukan uji t one sample

yang diawali dengan uji normalitas data skor minat belajar

mahasiswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan buku

saku yang dihasilkan perolehan sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas

Perlakuan χ2hitung

χ2tabel

(0.95)(3) Kesimpulan

Sebelum

pembelajaran

2.06373 7.81472 Data

normal

Setelah

pembelajaran

5.019803 7.81472 Data

normal

Data adalah normal apabila χ2hitung lebih kecil dari χ2

tabel.

30

66.7

3.3

Tinggi Sedang Rendah

Persentase (%) Mahasiswa Berdasarkan Kategori N

Gain Skor Minat

Tinggi Sedang Rendah

Page 11: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B11

Tabel 4 Hasil Uji Homogenitas

Hasil Sx

2 Sy2 Fhitung F tabel kesimpulan

15 11.15 1.335 1.86 Data homogen

Data adalah homogen apabila diperoleh Fhitung lebih

kecil dari F table. Hasil uji statistic t one sampel dihasilkan t hitung

lebih besar dari t tabel yaitu thitung sebesar 10.93 sedangkan t tabel

sebesar 2.05 untuk probabilitas 0.05 dengan kesimpulan data

minat sebelum dan setelah pembelajaran adalah tidak sama

sehingga dapat disimpulkan yaitu terdapat perbedaan minat

belajar secara signifikans sebelum dan setelah pembelajaran

dengan modul atau modul memberikan pengaruh secara efektif

terhadap peningkatan minat belajar mahasiswa.

Analisis terhadap data angket respon mahasiswa

terhadap pembelajaran dengan buku saku didapatkan hasil

seperti yang ditunjukkan dalam diagram persentase mahasiswa

sesuai respon yang diberikan pada gambar 4 berikut ini:

Gambar 4. Persentase Jumlah Mahasiswa dengan Respon Positif dan Negatif

terhadap Buku Saku

Pengembangan buku saku berbasis keterampilan

generik sains ditinjau dari minat belajar mahasiswa yang

meningkat dengan signifikans yang dibuktikan melalui analisis

statistik dengan uji t one sample telah dilaksanakan dengan baik.

Keberhasilan yang didapatkan ini didasari pengalaman

penelitian sebelumnya yang dilaksanakan beberapa peneliti

yang mengembangkan buku saku seperti penelitian [5], [6], dan

[7] yang telah mengembangkan buku saku baik versi cetak

maupun buku saku versi digital berbasis android, menunjukkan

bahwa buku saku yang dikembangkan efektif dalam

meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik. Hal ini

berdasarkan keunggulan buku saku yaitu dibandingkan buku

fisika pada umumnya yang tebal dan berat, buku saku lebih

mudah dibawa kemana saja [7] sehingga membuat minat siswa

dalam membaca menjadi lebih meningkat. Buku saku yang

mudah dibawa akan menjadikan buku saku tersebut dapat

dibaca kapan saja pada saat dibutuhkan [8].

Selain karena keunggulan buku saku yang mudah dibaca

sehingga dapat dibaca kapan saja yang meningkatkan minat

baca siswa, buku saku yang dikembangkan ini juga memuat

langkah pembelajaran berbasis keterampilan generik sains

yaitu keterampilan yang pada dasarnya adalah cara berpikir dan

berbuat siswa dalam mempelajari konsep sains dan

menyelesaikan masalah serta belajar secara teoritis di kelas

maupun dalam praktik yang mengandung kompetensi generik

yang digunakan secara umum dalam kerja ilmiah. Buku saku

memuat langkah pembelajaran berbasis keterampilan generik

sains yaitu memuat indikator dari keterampilan generik sains

dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan

berbentuk kegiatan mini research.

Setiap kegiatan mini research yang dilakukan adalah

untuk melatih atau menajamkan keterampilan generik sains

yang pada akhirnya akan menjadikan mahasiswa yang

diajarkan mendapatkan kesimpulan berupa pemahaman

terhadap seluk beluk peristiwa atau fenomena yang disajikan

pada setiap judul materi dalam buku saku. Kegiatan ini akan

mendorong mahasiswa untuk mengkaji lebih lanjut tentang

materi. Dorongan tersebut dapat dimaknai sebagai tantangan

bagi mahasiswa untuk mencoba menyelesaikan permasalahan

yang disajikan dengan baik. Mahasiswa akan berlomba-lomba

untuk memberikan kesimpulan sebagai bentuk hasil dari

pemahaman mereka tentang gejala.

Setiap siswa memiliki keterampilan generik sains dalam

dirinya khususnya untuk mengembangkan pengetahuannya

hanya saja mereka kurang mendapat dorongan untuk

mengembangkannya. Pembelajaran yang bermakna akan

menarik minat belajar siswa karena pembelajaran bermakna

melibatkan siswa secara langsung dalam pengalaman

belajarnya untuk menemukan pengetahuan baru melalui

percobaan yang merupakan inti dari keterampilan generik sains.

Jadi, kegiatan mini research yang dilakukan melalui

pembelajaran dengan buku saku dapat meningkatkan

keterampilan generik sains mahasiswa sekaligus menarik minat

belajar mahasiswa. Seperti yang disampaikan bahwa minat

belajar dapat dibangkitkan dengan cara (1) membangkitkan

adanya suatu kebutuhan (2) menghubungkan dengan persoalan

pengalaman lampau (3) memberikan kesempatan untuk

mendapatkan hasil yang baik (4) menggunakan berbagai

macam bentuk mengajar. Dalam hal ini minat belajar

dibangkitkan melalui pemberian persoalan yang berkaitan

dengan kehidupan mahasiswa yang secara sadar maupun tidak

sadar mahasiswa tersebut pernah bersinggungan dengan

persoalan (permasalahan tersebut) baik memikirkan atau

mengalaminya secara langsung [9].

Pembelajaran berbasis keterampilan generik sains

memiliki komponen sebagai berikut : kegiatan awal meliputi

pemodelan (modeling) berupa menunjukkan contoh atau

demonstrasi penggunaan alat, kegiatan inti berupa pelatihan

(coaching), pemberian dukungan serta pemecahan masalah

(scaffolding) dan artikulasi (articulation), Kegiatan penutup

berupa refleksi dan eksplorasi seperti pemberian tugas [10].

Kehadiran buku saku berbasis keterampilan generic sains akan

menjadikan mahasiswa terlibat langsung dalam pembelajaran

untuk mendapatkan pengetahuan atau pemahaman tentang

gejala dengan lebih baik sehingga dapat meningkatkan minat

belajar mereka karena mahasiswa diberikan kesempatan untuk

menghasilkan sendiri pemahaman tentang konsep dengan hasil

yang baik dan terdapat berbagai macam bentuk mengajar.

Berdasarkan data respon mahasiswa terhadap buku saku

dapat diketahui mahasiswa memiliki ketertarikan terhadap

pembelajaran dengan buku saku disebabkan

sebelumnya mereka belum mendapatkan pembelajaran dengan

metode tersebut. Sebelumnya mahasiswa menyelesaikan tugas

dengan memanfaatkan berbagai buku bacaan yang tersedia dari

baik cetak maupun online dan kadang harus membuka beberapa

sumber untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut dan cukup

menguras biaya dan waktu apalagi bila sumber yang diperlukan

tidak dapat ditemukan maka mahasiswa kehilangan semangat

untuk menyelesaikannya sehingga pada akhirnya tidak

diselesaikan dengan baik atau asal jadi.

78.67

21.33

Positif Negatif

Persentase Jumlah

Mahasiswa dengan Respon

Positif dan Negatif

terhadap Buku Saku

Positif Negatif

Page 12: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B12

IV. SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan

didapatkan kesimpulan bahwa Buku Saku yang telah

dikembangkan memiliki kualitas yang layak untuk digunakan

dalam pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan

keterampilan generik sains siswa apabila dilengkapi dengan

lembar kerja yang memuat langkah mini research dan kolom

isian untuk setiap hasil yang didapatkan dari langkah

pembelajaran yang dilaksanakan. Peningkatan minat belajar

yang dinyatakan dengan hasil pengukuran N Gain rata-rata

mahasiswa sebesar 55 % dan signifikansi perubahan minat

belajar sebelum dan setelah pembelajaran melalui uji statitik t

one sample menunjukkan bahwa buku saku yang

dikembangkan memberi pengaruh yang nyata terhadap

peningkatan minat belajar mahasiwa terhadap materi fisika

lingkungan.

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah agar

dilakukan juga penelitian tentang tingkat pemahaman

mahasiswa terhadap materi fisika lingkungan yang disajikan

dalam buku saku dan dilakukan observasi dengan lebih

mendalam tentang kegiatan mahasiswa (kegiatan mini research)

untuk dapat menilai keterampilan generik mahasiswa (KGS)

pada setiap indikator KGS.

REFERENSI

[1] Novita, W.D. 2017.Pengembangan Media Buku Saku Pada

Pembelajaran IPA di Kelas V SD Negeri Glonggong Pati. Skripsi.

Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Negeri Semarang. Semarang

[2] Mucharom, Sidiq. 2016.Pengembangan Media Buku Saku Proses Bubut

(Turning) sebagai Penunjang Pembelajaran Teknik Pemesinan pada

Mata Pelajaran Teknologi Mekanik Kelas X di SMK Negeri 2 Klaten.

Skripsi. Pendidikan Teknik Mesin. Universitas Negeri Yokyakarta.

Yokyakarta.

[3] Setyono, Y. A., Sukarmin K., dan D., Wahyuningsih. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran Fisika berupa Buletin dalam bentuk

Buku Saku untuk Pembelajaran Fisika Kelas VIII Materi Gaya ditinjau

dari Minat Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika 1(1). 119-121 [4] Rahmawati, Nurul Laili, dkk. 2013. Pengembangan Buku Saku IPA

Terpadu Bilingual dengan Tema Bahan Kimia dalam Kehidupan

Sebagai Bahan Ajar di MTs. Unnes Science Education Journal. Volume 2(1):157-164

[5] Anggraeni, Yuli. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Berbentuk

Pocket Book Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Praktik Akuntansi Manual (PAM) Kelas XI Akuntansi SMK

YPKK 1 Sleman. Skripsi. Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas

Ekonomi. Universitas Negeri Yokyakarta. Yokyakarta [6] Primesstiannisa, Shinta. 2016. Pengembangan Buku Saku Ekonomi

Sebagai Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

Ekonomi Sisa Kelas XI SMA Negeri 2 Banguntapan. Skripsi tidak dipublikasi. Universitas Negeri Yokyakarta. Yokyakarta

[7] Widodo, Apri dan Yusman Wiyatmo. 2017. Pengembangan Media

Pembelajaran Buku Saku Digital Berbasis Android untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI SMA N 1 Jetis

Pada Materi Pokok Keseimbangan Benda Tegar. Jurnal Pendidikan

Fisika. Vol. 6. Nomor 2. Hal 147 – 154. [8] Eliana, D. dan Solikhah. 2012. Pengaruh buku saku gizi terhadap tingkat

pengetahuan gizi pada anak kelas 5 Muhammadiyah Dadapan Desa

Wonokerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yokyakarta. Jurnal KESMAS UAD, 6 (2) 162-232.

[9] Sardiman, A.M., 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta. PT. Raja

Grafindo Persada. 167 [10] Gibb, J. 2002. Generic Skills. National Center for Vocational Education

Research, Australia. 212.

Page 13: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B13

Solusi Konflik Perekonomian Syari’ah Melalui Pemberdayaan Badan Albitrase dan

Peradilan Agama Islam

Al Mawardi.MS1, Nurdan2, M.Suib3, Maulidin Iqbal4*

1,2 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 INDONESIA [email protected], [email protected],id

3,4 Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 INDONESIA [email protected], [email protected],id

Abstrak-Hukum Islam sebagai sebuah hukum yang hidup di Indonesia menghalami perkembangan yang cukup berarti.

Perkembangan tersebut antara lain dapat dilihat dari kewenangan yang dimiliki oleh Peradilan Agama. Persoalannya sampai saat ini

belum ada aturan hukum positif yang secara terperinci mengatur tentang acara penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah, namun

demikian bukan berarti tidak ada aturan hukumnya atau dengan kata lain telah terjadi “kekosongan hukum” dalam persoalan

ini.pendekatan yang dipakai dalam menjawab persoalan yang telah dirumuskan adalah menggunakan pendekatan perundang-

undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach) dan sekiranya dalam proses penulisan tesis ini

muncul kasus tentang sengketa ekonomi syari’ah di Pengadilan Agama, maka tidak menutup kemungkinan juga akan dipergunakan

pendekatan kasus (case approach). Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa Pengadilan Agama berwenang memeriksa, mengadili

dan menyelesaian perkara sengketa ekonomi syari’ah karena sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 24 ayat (2)

joncto pasal 2 dan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan agama. Hukum acara yang berlaku bagi Peradilan Agama di dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah

sebelum diberlakukannya atau diundangkannya peraturan perundangan yang khusus untuk itu adalah hukum acara perdata yang

berlaku bagi Peradilan Umum.

Kata Kunci--Ekonomi Syari’ah, Pembedayaan Badan Albitrase dan Peradilan Agama

Abstract-- Islamic law as a law that lives in Indonesia has experienced significant developments. These developments can be seen in part

from the authority possessed by the Religious Courts. The problem is that until now there has not been a positive legal rule that

specifically regulates the Sharia economic dispute resolution; however that does not mean that there is no legal rule or in other words

there has been a "legal vacuum" in this issue. Which has been formulated is to use the statute approach and conceptual approach and if a

thesis writing process arises, a case concerning syariah economic disputes in the Religious Court will not rule out the case approach will

also be used. Based on the results of the study, it is known that the Religious Court has the authority to examine, try and settle Sharia

economic dispute cases because it is in accordance with the mandate of the 1945 Constitution article 24 paragraph (2) joncto article 2 and

article 49 of Law Number 3 of 2006 concerning Amendments to Law Number 7 of 1989 concerning Religious Courts. The procedural law

applicable to the Religious Courts in resolving Shari'ah economic disputes prior to the enactment or enactment of specific laws and

regulations for this is the civil procedural law that applies to General Courts.

Key words-- Shariah Economy, Empowerment of Albitracy Bodies and Religious Courts

I. PENDAHULUAN

Hukum Islam sebagai sebuah hukum yang hidup di

Indonesia mengalami perkembangan yang cukup berarti.

Perkembangan tersebut terlihat dari kewenangan yang

dimiliki oleh Peradilan Agama (PA) sebagai peradilan Islam

di Indonesia. Dulunya, putusan PA murni berdasarkan fiqh

para fuqaha', yang eksekusinya harus dikuatkan oleh

Peradilan Umum (PU), para hakimnya hanya berpendidikan

syari'ah tradisional dan tidak berpendidikan hukum, dan

struktur organisasinya tidak berpuncak ke Mahkamah Agung.

Sekarang keadaan sudah berubah. Menurut referensi [1] salah

satu perubahan mendasar akhir-akhir ini adalah penambahan

kewenangan PA dalam Undang-Undang Peradilan Agama

yang baru, yaitu; bidang ekonomi syari'ah.

Persoalannya sampai saat ini belum ada aturan hukum

positif yang secara terperinci mengatur tentang acara

penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah, namun demikian

bukan berarti tidak ada aturan hukumnya atau dengan kata

lain telah terjadi “kekosongan hukum” dalam persoalan ini.

Menurut referensi [2] karena pada asasnya pengadilan tidak

boleh menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus

suatu perkara yang diajukan kepadanya dengan dalih bahwa

hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk

memeriksa dan mengadili. Oleh karena itu walaupun aturan

formal yang berkenaan dengan penyelesaian sengketa

ekonomi syari’ah belum ada, pengadilan agama sebagai

lembaga yang diberi wewenang oleh negara untuk memeriksa,

mengadili dan menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah

sudah seharusnya mengerahkan segenap potensinya untuk

menjawab tantangan tersebut.

Untuk menjawab persoalan-persoalan yang berkaitan

dengan proses penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah ini

kiranya pengadilan agama harus berani dan mampu menggali

nilai-nilai maupun norma-norma hukum Islam, baik yang

terdapat dalam kitab Al-Qur’an, al-Sunnah maupun kitab-

kitab fiqh/ushul fiqh serta fatwa-fatwa Majelis Ulama, yang

berkaitan dengan persoalan di seputar ekonomi syari’ah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas terdapat dua

pokok masalah dari penelitian ini, yaitu: 1) Mengapa sengketa

ekonomi syari’ah mesti diselesaikan melalui Badan Peradilan

Agama?; 2) Bagaimana proses penyelesaian sengketa

ekonomi syari’ah di Pengadilan Agama?

Page 14: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B14

Berdasarkan pokok rumusan di atas, maka tujuan dari

kajian ini adalah:1) mengetahui lebih mendalam mengapa PA

lebih berwenang dalam meyelesaikan sengketa ekonomi

syari’ah; dan 2) menganalis lebih jelas tentang proses

penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah di Pengadilan

Agama.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Memberi gambaran atau pedoman awal bagi

lembaga Peradilan Agama tentang bagaimana

cara-cara dan proses penyelesaian sengketa

ekonomi syari’ah.

b. Memberi informasi kepada masyarakat muslim

Indonesia pada umumnya, khususnya para pelaku

bisnis syari’ah tentang cara-cara menyelesaikan

sengketa ekonomi syari’ah melalui pengadilan

agama.

c. Memberi pedoman praktis kepada para praktisi

hukum khususnya dalam hal-hal yang berkaitan

dengan proses penyelesaian sengketa ekonomi

syariah.

d. Menambah khazanah keilmuan dalam bidang

penyelesaian sengkerta ekonomi syari’ah.

II. METODELOGI PENELITIAN

Oleh karena penelitian ini bersifat penelitian pustaka

(library research), maka metode yang dipakai untuk

memperoleh data yang dikehendaki adalah dengan jalan

mengeksplorasi nilai-nilai maupun norma-norma hukum

Islam yang berkaitan dengan persoalan yang sedang diteliti,

baik yang terdapat di dalam Al-Qur’an, kitab-kitab hadis,

kitab-kitab fiqh/ushul fiqh, peraturan perundang-undangan,

fatwa MUI maupun sumber-sumber lain yang berkaitan.

Dari segi kegunaan atau manfaatnya, penelitian ini

lebih tepat dikategorikan sebagai jenis penelitian terapan,

yakni jenis penelitian yang dilakukan dalam rangka menjawab

kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah praktis,

sehingga jenis penelitian ini dapat juga disebut dengan

operational research atau action research (penelitian kerja),

seperti dalam [3]. Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam

menjawab persoalan yang telah dirumuskan adalah

menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute

approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach).

Sekiranya dalam proses penulisan ini muncul kasus tentang

sengketa ekonomi syari’ah di Pengadilan Agama, maka tidak

menutup kemungkinan juga akan dipergunakan pendekatan

kasus (case approach). Pendekatan perundang-undangan

(statute approach) dilakukan dengan menelaah semua

Undang-Undang dan regulasi yang bersangkutan dengan isu

hukum yang sedang ditangani. Bagi penelitian untuk kegiatan

praktis, pendekatan Undang-Undang ini akan membuka

kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah

konsistensi dan kesesuaian antara suatu Undang-Undang

dengan Undang-Undang lainnya atau antara Undang-Undang

dengan Undang-Undang Dasar atau antara regulasi dan

Undang-Undang. Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu

argumen untuk memecahkan suatu isu yang dihadapi, seperti

dalam [4].

Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam

suatu ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti

akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-

pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas

hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman

akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut

merupakan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu

argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.

Sedangkan pendekatan kasus dilakukan dengan cara

melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan

dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang

tetap. Kasus bisa berupa kasus yang terjadi di Indonesia

maupun di negara lain. Kajian pokok dalam pendekatan kasus

adalah ratio decidendi atau reasoning, yaitu pertimbangan

pengadilan untuk sampai kepada suatu putusan, baik untuk

keperluan praktik, maupun kajian akademis. Ractio decidendi

atau reasoning tersebut merupakan referensi bagi

penyusunan argumentasi dalam pemecahan isu hukum. Perlu

dikekmukakan di sini bahwa pendekatan kasus tidak sama

dengan studi kasus). Di dalam pendekatan kasus, beberapa

kasus ditelaah untuk referensi bagi suatu isu hukum. Studi

kasus merupakan suatu studi terhadap kasus tertentu dari

berbagi aspek hukum.

Lebih lanjut untuk menganalisis data yang diperoleh,

dengan menggunakan metode induktif, yakni berusaha

mencari aturan-aturan, nilai-nilai maupun norma-norma

hukum yang terdapat dalam pustaka yang terkait untuk

dirumuskan sebagai suatu kaidah hukum tertentu yang bisa

diberlakukan untuk menyelesaikan kasus sengketa ekonomi

syari’ah di Pengadilan Agama.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari’ah

Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui 2

proses. Proses penyelesaian sengketa tertua melalui proses

litigasi di dalam pengadilan, kemudian berkembang proses

penyelesaian sengketa melalui kerja sama (kooperatif) di luar

pengadilan. Proses litigasi menghasilkan kesepakatan yang

bersifat adversarial yang belum mampu merangkul

kepentingan bersama, cenderung menimbulkan masalah baru,

lambat dalam penyelesaiannya, membutuhkan biaya yang

mahal, tidak responsif, dan menimbulkan permusuhan di

antara pihak yang bersengketa. Sebaliknya, melalui proses di

luar pengadilan menghasilkan kesepakatan yang bersifat “

win-win solution”, dijamin kerahasiaan sengketa para pihak,

dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedur

dan administratif, menyelesaikan masalah secara

komprehensif dalam kebersamaan dan tetap menjaga

hubungan baik.

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini umumnya

dinamakan Alternative Dispute Resolution (ADR). Ada yang

mengatakan kalau Alternative Dispute Resolution (ADR) ini

merupakan siklus gelombang ketiga penyelesaian sengketa

bisnis. Penyelesaian sengketa bisnis pada era globalisasi

dengan ciri “moving quickly”, menuntut cara-cara yang

“informal procedure and be put in motion quickly”. Sejak

tahun 1980, di berbagai negara Alternative Dispute Resolution

(ADR) ini dikembangkan sebagai jalan terobosan alternatif

atas kelemahan penyelesaian litigasi dan arbitrase,

mengakibatkan terkuras sumberdaya, dana, waktu dan pikiran

dan tenaga eksekutif, malahan menjerumuskan usaha ke arah

kehancuran, seperti dalam [5] Atas dasar itulah dicarikan

Page 15: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B15

pilihan lainnya dalam menyelesaiakan sengketa di luar proses

litigasi, dalam [6].

Sengketa berarti terjadinya perbedaan kepentingan

antara dua pihak atau lebih yang saling terkait. Baik antara

pihak Bank dengan Nasabah atau antara mudharib dengan

baitul mal maupun antara rahin dengan murtahin. Hal ini

dikarenakan tidak terpenuhinya hak dan kewajiban secara

wajar dan semestinya oleh pihak-pihak yang terkait. Sungguh

pun aktivitas ekonomi syari’ah telah dilaksanakan dengan

mempertimbangkan prinsip-prinsip syari’ah, namun dalam

proses perjalanannya tidak menutup kemungkinan terjadinya

sengketa antara pihak-pihak yang bersangkutan. Jadi yang

dimaksudkan dengan sengketa dalam bidang ekonomi

syari’ah adalah sengketa di dalam pemenuhan hak dan

kewajiban bagi pihak-pihak yang terikat dalam ‘akad aktivitas

ekonomi syari’ah.

Menurut Hakim Agung Habiburrahman, yang

menjadi kewenangan Pengadilan Agama pada sengketa

ekonomi syariah adalah meliputi :

1. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara lembaga

keuangan dan lembaga pembiayaan syariah dengan

nasabahnya;

2. Sengketa di bidang ekonomi syari’ah antara sesama

lembaga keuangan dan lembaga pembiayaan syariah;

3. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara orang-orang

yang beragama Islam, yang dalam akad perjanjiannya

disebutkan dengan tegas bahwa perbuatan/kegiatan

usaha yang dilakukan adalah berdasarkan prinsip-

prinsip syari’ah.

1). Penyelesaian Melalui Musyawarah. Musyawarah

adalah jalan yang paling aman, tanpa resiko di dalam

menyelesaian setiap persoalan sengketa ekonomi syari'ah.

Walaupun akad atau kontrak bisnis telah dibuat atau

dirumuskan sedemikian rupa, lengkap, cermat dan sempurna,

namun dalam perjalanannya sering mengalami kendala atau

hambatan yang pada akhirnya akan membawa kerugian bagi

salah satu atau bahkan kedua pihak yang terikat dalam akad

tersebut. Penyelesaian sengketa dengan jalan musyawarah

merupakan jalan yang terbaik dan pasti menguntungkan bagi

semua pihak, sehingga boleh dikatakan jalan musyawarah

merupakan "mahkota" bagi setiap penyelesaian sengketa.

Al-Qur'an telah mengisyaratkan supaya menempuh

jalan musyawarah untuk menyelesaikan setiap persoalan yang

ada. Sebagaimana tercantum dalam beberapa ayat al Qur’an,

artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang

beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara

keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian

terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu

kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.

kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut

keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya

Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Orang-orang

beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua

saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu

mendapat rahmat.”(Q.S. Al-Hujurat ayat :9-10)

Dari ayat-ayat tersebut di atas dapat dipahami,

bahwa penyelesaian sengketa melalui jalan musyawarah dan

perdamaian adalah merupakan cara-cara yang terbaik yang

dikehendaki oleh Allah SWT. Karena cara-cara/jalan tersebut

lebih mendatangkan manfaat dan ketenangan bagi pihak-phak

yang bersengketa. Bahkan Kholifah Umar ibn Khottob telah

memberikan pengarahan dalam persoalan ini dengan

menyatakan bahwa: Perdamaian itu diperbolehkan di antara

orang-orang Muslim, kecuali perdamaian yang menghalalkan

yang haram atau mengharamkan yang halal, dalam [7]

Penyelesaian sengketa melalui jalan musyawarah

dan perdamaian ini dalam dunia hukum positif sering disebut

dengan istilah “mediasi”. Trend dunia masa kini adalah

"effective judiciary" atau badan peradilan yang efektif.

Maksudnya adalah bagaimana kita menjadikan pengadilan

efektif. Hanya sengketa perdata yang benar-benar

memerlukan suatu putusan pengadilan saja yang diajukan ke

pengadilan, sedangkan sengketa lainnya diupayakan

perdamaian, sehingga pengadilan lebih fokus kepada sengketa

tertentu tersebut.

2) Penyelesaian melalui Badan Arbitrase. Menurut

referensi [8], arbitrase merupakan salah satu metode

penyelesaian sengketa. Sengketa yang harus diselesaikan

tersebut berasal dari sengketa atau sebuah kontrak dalam

bentuk berikut, yaitu: a) perbedaan penafsiran (disputes)

mengenai pelaksanaan perjanjian, berupa: 1). kontraversi

pendapat ( controversy ) ; 2 ) . kesa lahan penger t ian

(misunderstanding); 3). ketidaksepakatan (disagreement);

b) Pelanggaran perjanjian (breach of contract), termasuk di

dalamnya adalah : 1). Sah atau tidaknya kontrak; 2). berlaku

atau tidaknya kontrak; c) pengakhiran kontrak (termination of

contract); d). klaim mengenai ganti rugi atas wanprestasi atau

perbuatan melawan hukum. Sebagai badan penyelesaian

sengketa, arbitrase memiliki beberapa prinsip, yaitu sebagai

berikut:

a) Efisien, bahwa penyelesaian sengketa lewat

arbitrase lebih efisien, yakni efisien dalam

hubungannya dengan waktu dan biaya;

b) Accessibilitas, arbitrase harus terjangkau dalam arti

biaya, waktu dan tempat;

c) Proteksi Hak Para Pihak, terutama pihak yang tidak

mampu, misalnya untuk mendatangkan saksi ahli

atau untuk menyewa pengacara terkenal, harus

mendapatkan perlindungan yang wajar;

d) Final and Binding, keputusan arbitrase haruslah

final and binding, kecuali memang para pihak tidak

menghendaki demikian atau jika ada alasan-alasan

yang berhubungan dengan “due proses”.

e) Fair and Just, tepat dan adil untuk pihak

bersengketa, sifat sengketa dan sebagainya;

f) Sesuai dengan Sence Of Justice dari masyarakat;

g) Kredibilitas. Para arbiter dan badan arbitrase yang

bersangkutan haruslah orang-orang yang diakui

kredibilitasnya, sehingga keputusan yang diambil

akan lebih dihormati.

Dibandingkan dengan pengadilan konvensional,

maka arbitrase mempunyai kelebihan atau keuntungan, antara

lain :

a. Prosedural tidak berbelit-belit dan keputusan-

keputusan dapat dicapai dalam waktu relatif singkat;

b. Biaya lebih murah;

c. Dapat dihindari expose dari keputusan di depan

umum;

d. Hukum terhadap prosedur dan pembuktian lebih

relaks;

Page 16: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B16

e. Para pihak dapat memilih hukum mana yang akan

diberlakukan oleh arbitrase;

f. Para pihak bisa memilih sendiri para arbiter;

g. Dapat memilih para arbiter dari kalangan ahli dalam

bidangnya;

h. Keputusan dapat lebih terkait dengan situasi dan

kondisi;

i. Keputusannya umumnya final dan binding (tanpa

harus naik banding atau kasasi);

j. Keputusan arbitrase pada umumnya dapat

diberlakukan dan dieksekusi oleh pengadilan dengan

sedikit atau tanpa review sama sekali;

k. Proses arbitrase lebih mudah dimengerti oleh

masyarakat luas;

l. Menutup kemungkinan untuk dilakukan “Forum

Shopping”.

Apabila dibandingkan dengan pengadilan

konvensional kelebihan, kelemahan dan kritikan terhadap

arbitrase sering diajukan, di antara kelemahan tersebut adalah:

terlalu dekat dengan perusahaan-perusahaan bonafide, Due

prosess kurang terpenuhi, kurangnya unsur finality.

kurangnya power untuk menggiring para pihak ke settlement,

kurangnya power untuk menghadirkan barang bukti, saksi

dan lain-lain, kurangnya power untuk hak law enforcement

dan eksekusi keputusan, dapat menyembunyikan dispute dari

“Public Scrutiny”, tidak dapat menghasikan solusi yang

bersifat preventif, kemungkinan timbulnya keputusan yang

saling bertentangan satu sama lain karena tidak ada sistem

“presedent” terhadap keputusan sebelumnya, dan juga karena

unsur fleksibelitas dari arbiter. Karena itu keputusan arbitrase

tidak predektif, kualitas keputusannya sangat bergantung pada

kualitas para arbiter itu sendiri, tanpa ada norma yang cukup

untuk menjaga standar mutu keputusan arbitrase. Oleh karena

itu sering dikatakan “An arbitration is as good as arbitrators”,

[9] sehingga berakibat kurangnya upaya untuk mengubah

sistem pengadilan konvensional yang ada, berakibat semakin

tinggi rasa permusuhan kepada pengadilan.

Penyelesaian sengketa melalui Badan Arbitrase

sesungguhnya telah diatur berdasarkan Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase, dimana dalam

Undang-Undang tersebut dijelaskan kemungkinan

diselesaikannya suatu sengketa melalui badan arbitrase.

Meskipun Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa telah

diundangkan dan karenanya mulai berlaku mulai pada tanggal

12 Agustus 1999, namun dibeberapa Pengadilan Negeri masih

saja ada Hakim yang kurang memahaminya. Pasal 3

Undang-Undang tersebut dengan tegas menyatakan bahwa

Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa

para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase.

Bahkan menurut pasal 11 Undang-Undang tersebut, adanya

suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak

untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat

yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur

tangan di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah

ditetapkan melalui arbitrase, kecuali dalam hal-hal tertentu

yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999.

Terhadap suatu putusan arbitrase, para pihak dapat

mengajukan permohonan pembatalan apabila putusan tersebut

mengandung unsur-unsur sebagaimana yang tertera pada

pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999. Meskipun

dalam paal 70 tersebut tertera permohonan pembatalan,

namun oleh karena suatu putusan arbitrase mengikat baik

Pemohon maupun Termohon Arbitrase, maka permohonan

pembatalan putusan tersebut harus dalam bentuk gugatan

yang pihak-pihaknya adalah pihak-pihak dalam putusan

arbitrase. Selain dari permohonan pembatalan putusan

arbitrase, Undang-Undang juga menentukan bahwa tuntutan

ingkar terhadap Arbiter yang diangkat oleh ketua Pengadilan

Negeri sebagaimana dimaksud oleh Pasal 23 ayat (1) dan

dalam hal yang seperti tertera dalam pasal 25 ayat (1) harus

diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dan upaya ini

dilakukan sebelum adanya putusan arbitrase.

Ketentuan dalam Undang-Undang Arbitrase tersebut

jelas, tetapi masih saja ada Hakim yang dalam memeriksa

gugatan perbuatan melawan hukum antara para pihak dalam

putusan arbitrase mengabulkan tuntutan provisi dengan

"Menangguhkan berlakunya putusan arbitrase". Bahkan

Arbiter Tunggal yang memutus arbitrase juga digugat telah

melakukan perbuatan melawan hukum. Pasal 21 Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 1999 menyatakan bahwa arbiter

atau majelis arbitrase tidak dapat dikenakan tanggung jawab

hukum apapun atas segala tindakan yang diambil selama

proses persidangan berlangsung untuk menjalankan fungsinya

sebagai arbiter atau majelis arbitrase, kecuali dapat dibuktikan

adanya iktikad tidak baik dari tindakan tersebut.

3) Penyelesaian melalui Badan Peradilan Agama.

Perbedaan yang sangat mendasar pada kedudukan Peradilan

Agama sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006, adalah terletak pada kewenangan absolutnya. Ketika

masih diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989

sebagai payung hukum terakhir bagi tugas-tugas Peradilan

Agama, kewenangan Pengadilan Agama hanya sebatas

m e n y e l e s a i a n p e r k a r a - p e r k a r a s e b a g a i b e r i k u t :

a. Perkara di bidang perkawinan; yang meliputi : 1). Izin

beristeri lebih dari seorang; 2). Izin melangsungkan

perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua

puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali atau

keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat; 3).

Dispensasi kawin; 4). Pencegahan perkawinan; 5).

Penolakan Perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah; 6).

Pembatalan perkawinan; 7). Gugatan kelalaian atas

kewajiban suami atau isteri; 8). Perceraian karena talak;

9). Gugatan perceraian; 10). Penyelesaian harta

bersama; 11). Mengenai penguasaan anak-anak; 12). Ibu

dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak

bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab

tidak memenuhinya; 13). Penentuan kewajiban memberi

biaya penghidupan oleh suami kepada bekas isteri atau

penentuan suatu kewajiban bagi bekas isteri; 14).

Putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak; 15).

Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua; 16).

Pencabutan kekuasaan wali; 17). Penunjukan orang lain

sebagai wali oleh Pengadilan dalam hal kekuasaan

seorang wali dicabut; 18). Menunjuk seorang wali dalam

hal seorang anak yang belum cukup umur 18 (delapan

delas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya padahal

tidak adanya penunjukan wali oleh orang tuanya; 19).

Pembebanan kewajiban ganti kerugian terhadap wali

yang telah menyebabkan kerugian atas harta benda anak

yang ada dibawah kekuasaannya; 20). Penetapan asal

usul seorang anak; 21). Putusan tentang hal penolakan

Page 17: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B17

pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan

campuran; 22). Pernyataan tentang sahnya perkawinan

yang terjadi sebelum Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut

peraturan yang lain.

b. Perkara di bidang kewarisan, wasiat dan hibah,

berdasarkan hukum Islam. Sebagaimana dimaksud

dalam pasal 49 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989, yang dimaksud dengan perkara dibidang

kewarisan adalah meliputi penentuan siapa-siapa yang

menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta

peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli

waris, dan melakanakan pembagian harta peninggalan

tersebut.

B. Pembahasan

1) Kewenangan PA dalam Menyelesaikan Sengketa

Syari’ah: Kewenangan Pengadilan Agama untuk

menyelesaikan perkara ekonomi syari’ah didasarkan atas

ketentuan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

yang menyatakan bahwa: “Pengadilan Agama bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara

di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam

di bidang: Perkawinan; dst”. Berdasarkan ketentuan Pasal 49

tersebut, Pengadilan Agama bertugas dan berwenang

memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara

perkawinan, waris, wasiat, hibah, waqaf, zakat, infaq,

shadaqah, dan ekonomi syari’ah. Oleh karena itu, terhitung

mulai tanggal 20 Maret 2006 penyelesaian perkara ekonomi

syari’ah menjadi kewenangan absolut Pengadilan Agama.

Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 tersebut memang belum pernah ada peraturan

Perundang-undangan yang secara khusus melimpahkan

kewenangan kepada pengadilan tertentu untuk memeriksa dan

mengadili perkara ekonomi syari’ah.

Namun demikian, meskipun Pengadilan Agama telah

diberi kewenangan untuk memeriksa, mengadili, dan

menyelesaikan perkara ekonomi syari’ah, ternyata hal

tersebut tidak dibarengi pula dengan perangkat hukum yang

mengaturnya lebih lamjut, baik perangkat hukum materiil

maupun perangkat hukum formil. Oleh sebab itu dalam

rangka pelayanan kepada masyarakat dan supaya Pengadilan

Agama dapat segera melakukan tugas-tugas barunya, maka

harus dilakukan terobosan hukum guna memenuhi

perkembangan kebutuhan hukum masyarakat. Di antara

terobosan-terobosan tersebut adalah :

1) Melakukan penafsiran argumentum per-analogian,

yaitu; dengan memperluas berlakunya peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang

kegiatan ekonomi pada umumnya terhadap kegiatan

ekonomi syari’ah karena adanya persamaan-

persamaan antara keduanya.

2. Menerapkan asas lex posterior derogat legi apriori,

yakni bahwa hukum yang baru mengalahkan hukum

yang lama. Dengan demikian, maka ketentuan-

ketentuan hukum yang lama yang dahulu tidak

berlaku pada Pengadilan Agama menjadi berlaku

karena adanya kesamaan-kesamaan antara keduanya

dan atauran-aturan yang berkaitan dengan ekonomi

syari’ah yang dahulu bukan menjadi kewenangan

Pengadilan Agama maka sekarang menjadi

kewenangan Pengadilan Agama dengan adanya

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, sepanjang

berkenaan dengan ekonomi syari’ah.

Di antara peraturan Perundang-undangan yang mengatur

kegiatan ekonomi adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa (ADR) dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998

Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Tentang Kepailitan Menjadi Undang-

Undang. Melalui penafsiran argumentum per analogian

(analogi), maka ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tersebut

diberlakukaan pada Pengadilan Agama.

Kata-kata “Pengadilan Negeri” atau “Pengadilan Umum”

dalam Undang-Undang tersebut dapat diberlakukan pada

“Pengadilan Agama” atau “Peradilan Agama” sepanjang

menyangkut ekonomi syari’ah. Berbagai ketentuan tentang

badan arbitrase dalam Undang-Undang tersebut secara

mutatis mutandis diterapkan pada Badan Arbitrase Syari’ah

Nasional (BASYARNAS) sebagai satu-satunya badan

arbitrase dalam ekonomi syari’ah yang ada di Indonesia.

Demikian juga halnya tentang kepailitaan. Dengan

mengadopsi dua Undang-Undang tersebut maka dapat

dipakai sebagai pedoman dalam menyelesaikan perkara yang

berkaitaaan dengan alternatif penyalesaian sengketa, arbitrase,

dan kepailitan di bidang ekonomi syari’ah pada Pengadilan

Agama.

Berdasarkan ketentuan Pasal 49 Undang-Undang Nomor

3 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998,

maka kewenangan Pengadilaan Agama dalam menangani

perkara ekonomi syari’ah ini meliputi:

1. Menunjuk arbiter dalam hal para pihak tidak dapat

mencapai kesepakatan mengenai pemilihan arbiter

atau tidak ada ketentuaan yang dibuat mengenai

pengangkatan arbiter (Pasal 13-14 Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 1999).

2. Memutus hak ingkar yang diajukan oleh para pihak

atau salah satu dari mereka terhadap arbiter yang

diangkat oleh Ketua Pengadilan Agama (Pasal 22-25

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999).

3. Membatalkan keputusan BASYARNAS manakala

dalam putusan BASYARNAS terdapat hal-hal yang

menjadikan keputusan itu tidak valid lagi karena:

(1). Adanya surat (dokumen) palsu yang menjadi

dasar keputusan, (2). Ada dokumen yang ternyata

disembunyikan oleh pihak lawan sehinggaa

merugikan pihak lain, atau (3) Karena keputusaan

didasarkan atas tipu muslihat dari pihak lawan

sehingga merugikan pihak lainnya (Pasal 70

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999);

4. Melaksanakan keputusan badan alternatif

penyelesaian sengketa (ADR) dan keeputusan

BASYARNAS melalui eksekussi paksa manakala

diperlukan (Pasal 59-63 Undang-Undang Nomor30

Tahun 1999). Keputusan tersebut dapat dieksekusi

oleh Pengadilan Agama selambat-lambatnyaa 30

hari setelaah penandatanganan keputusan tersebut

(Pasal 6 ayat (7) Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999). Apabila ketentuan ini tidak diindahkan maka

keputusan tersebut tidak dapat dieksekusi (Pasal 59

ayat (4) Undang-Undang Nomor30 Tahun 1999);

5. Menyatakan pailit debitur yang mempunyai dua atau

lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu

Page 18: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B18

utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih

(Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor4 Tahun

1998);

6. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa

ekonomi syari’ah (Pasal 49 Undang-Undang

Nomor3 Tahun 2006), dalam [9]

Uraian di atas telah menjelaskan tentang hal ihwal yang

terkait dengan kewenangan absolut Pengadilan Agama dalam

menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah. Sedangkan

mengenai Pengadilan Agama mana yang paling berwenang

menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah apabila ternyata

antara pihak penggugat dan pihak tergugat berbeda alamat

tempat tinggal bahkan obyek sengketa juga berada di tempat

yang berlainan dengan kedua belah pihak yang berperkara.

Mengenai hal ini berdasarkan ketentuan pasal 118 ayat (1)

HIR/Pasal 142 ayat (1) RBg., Pengadilan Agama yang

berwenang menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah adalah

Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi tempat

tinggal tergugat, sesuai asas actor sequitur forum rei.

Sedangkan apabila obyek gugatannya itu mengenai

benda tetap berlaku aturan sebagaimana diatur dalam pasal

118 ayat (3) HIR/pasal 142 ayat (5) RBg., yakni gugatan

dapat diajukan ke Pengadilan Agama dimana letak atau lokasi

obyek sengketa tersebut berada di wilayah hukumnya, sesuai

dengan asas forum rei sitae. Atau dapat juga diajukan gugatan

ke Pengadilan Agama tertentu yang telah menjadi

kesepakatan kedua belah pihak yang tertuang didalam akta

perjanjian yang telah dibuat sebelumnya ( Pasal 118 ayat (4)

HIR/pasal 142 ayat (4) RBg.). Apabila ternyata para tergugat

berada pada tempat tinggal yang berlain-lainan, maka

gugatan bisa diajukan ke Pengadilan Agama yang wilayah

hukumnya meliputi tempat tinggal salah seorang tergugat

yang ada (Pasal 118 ayat (2) HIR/Pasal 142 ayat (3) RBg.).

1) Tatacara Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari’ah

pada PA:Dalam referensi 10, dinyatakan bahwa apabila

perkara ekonomi syari’ah diajukan ke Pengadilan Agama,

maka Pengadilan Agama wajib memeriksa, memutus dan

menyelesaikannya secara profesional, yakni pertama: dengan

proses yang sederhana, cepat, dan biaya ringan; kedua:

dengan pelayanan yang prima, yaitu pelayanan secara resmi,

adil, ramah, rapi, akomodatif, manusiawi, dan tertib; dan

ketiga: dengan hasil (keputusan) yang tuntas, final dan

memuaskan.

Dalam menyelesaikan perkara ekonomi syari’ah,

maka Pengadilan Agama harus menjalankan fungsi holistik

pengadilan, yaitu sebagai pelayaan hukum dan keadilan

kepada para pencari keadilan, sebagai penegak hukum dan

keadilan terhadap perkara yang dihadapi, dan sebagai pemulih

kedamaian antara pihak-pihak yang bersengketa.Tugas pokok

hakim adalah menegakkan hukum dan keadilan serta

memulihkan hubungan sosial antara pihak-pihak yang

bersengketa melalui proses peradilan.

Sebagai penegak hukum, hakim berkewajiban untuk

memeriksa (mengkonstatir) apakah akad (perjanjian) antara

para pihak telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syari’ah

Islam, yakni memenuhi syarat dan rukun sahnya suatu

perjanjian yang berupa: 1).asas kebebasan berkontrak; 2).

asas persamaan dan kesetaraan, 3). asas keadilan, 4). asas

kejujuran dan kebenaran, 5). asas tidak mengandung unsur

riba dengan segala bentuknya, 6). asas tidak ada unsur gharar

atau tipu daya, 7). asas tidak ada unsur maisir atau spekulasi,

8). asas tidak ada unsur dhulm atau ketidak-adilan, 9). asas

tertulis,dan lain sebagainya sesuai dengan obyek (jenis)

kegiatan ekonomi syari’ah tertentu.

Apabila perjanjian (akad) tersebut telah memenuhi

syarat dan rukunnya maka perjanjian (akad) tersebut adalah

syah dan mempunyai kekuataan hukum. Namun jika ternyata

tidak memenuhi syarat dan rukunnya, maka akad tersebut

tidak sah dan karenanya tidak mempunyai kekuatan hukum

sehingga tidak mengikat kedua belah pihak. Dalam hal ini,

maka hakim karena jabatannya berwenang untuk

mengesampingkan bagian-bagian yang tidak sesuai

(menyimpang) dari syarat rukunnya tersebut untuk kemudian

mengambil langkah-langkah yang sejalan dengan ketentuan

syari’ah Islam dan mengembalikan kepada asas-asas tersebut.

Asas-asas yang bersifat dwangen recht ditegakkan secara

imperatif, sedangkan asas-asas yang bersifat anvullen recht

ditegakkan secara fakultatif.

Sebagai penegak keadilan, hakim wajib memeriksa

pokok gugatan dengan membuktikan (mengkonstatir) dalil-

dalil gugatan yang dijadikan dasar tuntutan (petitum). Hakim

harus membuktikan fakta-fakta yang dijadikan dasar gugatan,

menetapkan siapa-siapa yang terbukti melakukan wanprestasi

untuk kemudian menghukum yang bersangkutan untuk

memenuhi prestasi yang seharusnya ia lakukan agar pihak

lain tidak dirugikan dan terciptalah rasa keadilan antara kedua

belah pihak. Sebagai pemulih hubungan sosial (kedamaian),

maka hakim wajib menemukan apa yang menjadi penyebab

timbulnya sengketa antara kedua belah pihak.

Suatu sengketa dapat saja timbul karena: kesahpahaman,

perbedaan penafsiran, ketidakjelasan perjanjian (akad),

kecurangan, ketidakjujuran, ketidakpatutan, ketersinggungan,

kesewenang-wenangan atau ketidakadilan, ketidakpuasan,

kejadian tak terduga, prestasi tidak sesuai dengan penawaran,

prestasi tidak sesuai dengan spesifikasinya, prestasi tidak

sesuai dengan waktunya, prestasi tidak sesuai dengan aturan

main yang diperjanjikan, prestasi tidak sesuai dengan layanan

atau birokrasi yang tidak masuk dalam akad, lambatnya

proses kerja, atau wanprestasi sepenuhnya, dan lain

sebagainya. Dengan mengetahui apa penyebab timbulnya

sengketa maka hakim akan apat memilih dan menemukan

cara yang tepat untuk menyelesaikan sengketa antara kedua

belah pihak.

Tugas Pengadilan Agama bukan sekedar memutus

perkara melainkan menyelesaikan sengketa sehingga terwujud

pulihnya kedamaian antara pihak-pihak yang bersengketa,

tercipta adanya rasa keadilan pada masing-masing pihak yang

berperkara dan terwujud pula tegaknya hukum pada perkara

yang diperiksa dan diputus tersebut.

Dengan berpegang pada asas-asas proses penyelesaian

perkara yang baik, hakim menyelesaikan perkara dengan

berpedoman pada hukum acara perdata yang ada dengan

penyesuaian pada karakteristik sengketa ekonomi syari’ah.

Proses peradilannya dilakukan sesuai dengan hukum acara

perdata yang berlaku pada Pengadilan Agama.

Proses penyelesaian perkara sengketa ekonomi syari’ah

dilakukan hakim dengan tata urutan sebagai berikut :

1. Hakim memeriksa apakah syarat administrasi telah

tercukupi atau belum. Administrasi perkara ini

meliputi berkas perkara yang didalamnya telah

dilengkapi dengan kuitansi panjar biaya perkara,

nomor perkara, penetapan majelis hakim, dan

penunjukan panitera sidang;

Page 19: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B19

2. Hakim memeriksa syarat formil perkara yang

meliputi kompetensi dan kecakapan penggugat,

kompetensi Pengadilan Agama baik secara absolut

maupun relatif. Apabila ternyata para pihak telah

terikat dengan perjanjian arbitrase, maka PA tidak

berwenang memeriksa dan mengadilinya (Pasal 3

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999):

3. Apabila syarat formil telah terpenuhi berarti hakim

dapat melanjutkan untuk memeriksa pokok perkara.

Dalam persidangan ini, tugas pertama dan utama

hakim adalah berusaha mendamaikan kedua belah

pihak sesuai dengan PERMA Nomor 2 Tahun 2003

dan PERMA Nomor 1 Tahun 2002.Apabila tercapai

perdamaian, maka hakim membuat akta perdamaian.

Apabila tidak dapat dicapai perdamaian maka

pemeriksaan dilanjutkan ke tahap berikutnya.

4. Hakim melakukan konstatiring terhadap dalil-dalil

gugat dan bantahannya melalui tahap-tahap

pembacaan surat gugatan, jawaban tergugat, replik,

duplik, dan pembuktian.

5. Hakim melakukan kualifisiring melalui kesimpulan

para pihak dan musyawarah hakim.

6. Hakim melakukan konstituiring yang dituangkan

dalam surat putusan.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan data dan hasil analisa di atas dapat diambil

beberapa kesimpulan, di antaranya sebagai berikut :

1. Pengadilan Agama berwenang memeriksa, mengadili

dan menyelesaian perkara sengketa ekonomi

syari’ah karena sesuai dengan amanat Undang-

Undang Dasar 1945 pasal 24 ayat (2) joncto pasal 2

dan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 tentang Peradilan agama.

2. Hukum acara yang berlaku bagi Peradilan Agama

didalam menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah

sebelum diberlakukannya atau diundangkannya

peraturan perundangan yang khusus untuk itu adalah

hukum acara perdata yang berlaku bagi Peradilan

Umum.

3. Tugas Pengadilan Agama bukan sekedar memutus

perkara melainkan menyelesaikan sengketa sehingga

terwujud pulihnya kedamaian antara pihak-pihak

yang bersengketa, tercipta adanya rasa keadilan pada

masing-masing pihak yang berperkara

REFERENSI

[1] Rifyal Ka'bah, “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari'ah Sebagai

Sebuah Kewenangan Baru Peradilan Agama,” dalam Varia Peradilan.tahun ke XXI, NOMOR.245 April, 2006.

[2] pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman.

[3] Gita Danupranata, Ekonomi Islam, cetakan pertama,Yogyakarta :

UPFE-UMY,2006. [4] Karnaen A. Perwatmadja, “Membumikan Ekonomi Islam di

Indonesia,” dalam Sofiniyah Ghufron (Penyunting) Briefcase Book

Edukasi Profesional Syari’ah, Konsep dan Implementasi Bank Syari’ah, cetakan Pertama, Jakarta: Renaisan, 2005.

[5] M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan

dan Penyelesaian Sengketa, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997. [6] Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar

Pengadilan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.

[7] Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah,terj. Mudzakir AS, jilid XIV,Bandung: Alma’arif,1993.

[8] M. Yahya Harahap, Arbitrase, Jakarta: Pustaka Kartini, 1991.

[9] Abdullah Dhia, dkk, “Sengketa Ekonomi Syari’ah pada Pengadilan

Agama,”Makalah,Yogyakarta: PPSMSI-UII, 2006.

[10] Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, Jakarta:

RajaGrapindo Persada, 2009 [11] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi

Islam,Jakarta: RajaGrapindo Persada, 2006.

Page 20: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B20

Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Kinerja Perusahaan pada Emiten Industri Barang

Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

Safaruddin1, Nurmila Dewi2, Rahmi Raihan3, dan Anwar4

1,2,3,4Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 [email protected]

Abstrak — Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga, kurs, dan

pertumbuhan ekonomi terhadap kinerja perusahaan pada emiten industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam

penelitian ini adalah emiten industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014 yaitu

sebanyak 50 emiten. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 33

emiten. Penelitian ini menggunakan Model Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variabel makro ekonomi

yang terdiri dari inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perusahaan. Adapun, secara parsial inflasi, suku bunga, dan kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan pada

emiten industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia, sedangkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif signifikan.

Kata kunci— makro, ekonomi, kinerja, perusahaan

Abstract— This research aims to determine effect of macroeconomic variables consisting of inflation, interest rates, exchange rates, and

economic growth on the performance of companies in the consumer goods industry issuers on the Indonesia Stock Exchange. The population

in this research is the issuers of the consumer goods industry on the Indonesia Stock Exchange during the period January 1, 2014 - December

31, 2014 that is as many as 50 issuers. The sample selection is done by using purposive sampling method and obtained a sample of 33 issuers.

This research uses Multiple Linear Regression Model. The results of the research concluded that macroeconomic variables consisting of

inflation, interest rates, exchange rates, and economic growth together had a significant effect on company performance. Meanwhile, partially,

inflation, interest rates and exchange rates have a significant negative effect on the performance of companies in the consumer goods industry

issuers on the Indonesia Stock Exchange, while economic growth has a significant positive effect.

Key words— macro,economic,company, performance

I. PENDAHULUAN

Perkembangan pasar modal Indonesia hingga 31 Desember

2018 menunjukkan trend yang positif. Hal ini tidak terlepas dari

beberapa inisiatif yang dilakukan oleh PT Bursa Efek Indonesia

(BEI) untuk terus meningkatkan kontribusi pasar modal

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Inisiatif yang

dilakukan antara lain adalah melalui perubahan satuan

perdagangan (lot size) dan perubahan fraksi harga untuk efek

ekuitas yang diberlakukan sejak 6 Januari 2014. Hal ini

dilakukan sebagai upaya untuk pendalaman pasar, memperluas

inklusivitas investasi di pasar modal sehingga dapat diakses oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia, serta untuk menurunkan

volatilitas perdagangan saham. Kegiatan lainnya adalah Gerakan

Nasional Cinta Pasar Modal dan beberapa program sosialisasi

untuk meningkatkan porsi kepemilikan investor domestik di

pasar modal Indonesia.

Perkembangan Pasar Modal Indonesia salah satunya dapat

dilihat dari jumlah emiten yang terdaftar di BEI. Perkembangan

jumlah emiten selama beberapa tahun terakhir dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel I

Perkembangan Jumlah Emiten di BEI

Akhir

Tahun

Jumlah Emiten

Perubahan

Jumlah %

2013

2014 2015

494

511 528

-

17 17

-

3,44 3,33

2016 2017

2018

541 570

622

13 29

52

2,46 5,36

9,12

Rata-rata 19 4,74

Sumber : BEI (2019, diolah)

Meskipun pasar modal menunjukkan tren yang positif, namun

investor perlu mengetahui bahwa investasi di pasar modal

terutama pada saham merupakan investasi yang memiliki risiko

tinggi disamping menjanjikan keuntungan yang tinggi pula.

Investasi pada saham sangat peka terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi pada berbagai faktor. Perubahan-

perubahan tersebut berpotensi untuk meningkatkan atau

menurunkan kinerja perusahaan. Untuk itu, para investor dan

calon investor seharusnya memahami tentang kinerja

perusahaan.

Kinerja perusahaan, secara konseptual dipengaruhi oleh

banyak faktor, baik yang bersifat fundamental maupun teknikal.

Faktor fundamental memiliki ruang lingkup yang sangat luas

yang terdiri dari faktor makro dan mikro. Faktor makro bersifat

uncontrollable yang terdiri dari ekonomi, politik, hukum,

sosial, budaya, demografi, lingkungan, teknologi, dan

persaingan. Setiap faktor makro memiliki beberapa indikatornya

masing-masing. Penelitian ini dibatasi pada faktor makro

ekonomi dengan indikator inflasi, suku bunga, kurs dan

pertumbuhan ekonomi. Pemilihan faktor makro ekonomi ini

dilakukan dengan alasan karena lebih terukur. Di samping itu,

variabel makro ekonomi menjadi perhatian utama dari pelaku

pasar modal dan cenderung mempengaruhi kinerja perusahaan,

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Page 21: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B21

Kondisi makro ekonomi yang antara lain terdiri dari inflasi,

suku bunga, kurs, dan pertumbuhan ekonomi menjadi perhatian

utama dari para analis maupun pelaku pasar modal lainnya

termasuk investor. Investor dalam membuat keputusan investasi

terlebih dulu akan mempertimbangkan pergerakan dari inflasi,

suku bunga, kurs, dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini

disebabkan karena tumbuh dan kembangnya investasi sangat

ditentukan oleh volatilitas yang terjadi pada inflasi, suku bunga,

dan kurs serta prospek pertumbuhan ekonomi di masa yang akan

datang. Volatilitas ini berpotensi untuk meningkatkan ataupun

menurunkan risiko investasi pada surat berharga (sekuritas)

terutama pada saham.

Inflasi merupakan indikator ekonomi yang ditandai dengan

meningkatnya harga barang-barang kebutuhan di pasar.

Meningkatnya inflasi dapat menurunkan daya beli masyarakat

terutama yang berpenghasilan tetap, karena harga-harga barang

kebutuhan menjadi meningkat. Inflasi dapat berdampak negatif

bagi masyarakat jika pemerintah tidak berhasil

mengendalikannya. Inflasi juga akan mempengaruhi kinerja

perusahaan karena harga pokok produksinya menjadi meningkat

sehingga perusahaan dihadapkan pada pilihan yang dilematis.

Apabila perusahaan mempertahankan harga jual produknya

maka laba yang diperoleh cenderung menurun atau bahkan

perusahaan mengalami kerugian. Sebaliknya, jika perusahaan

menaikkan harga jual produknya, maka kemungkinan yang

terjadi adalah jumlah unit penjualan produknya akan

mengalami penurunan. Hal ini juga berpotensi mempengaruhi

kinerja perusahaan.

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi merupakan masalah

makro ekonomi jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi ini

terjadi karena setiap periode waktu masyarakat akan menambah

kemampuannya untuk memproduksikan barang dan jasa dengan

menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia. Faktor-

faktor produksi tersebut meliputi faktor produksi alam yang

menyediakan bahan-bahan dan faktor produksi tenaga kerja

yang setiap periode akan bertambah karena golongan penduduk

yang memasuki angkatan kerja. Perkembangan teknologi alat-

alat produksi akan mempercepat pertambahan kemampuan

untuk memproduksi barang dan jasa, sehingga akan memacu

pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

Perubahan yang terjadi pada tingkat inflasi, suku bunga, kurs,

dan pertumbuhan ekonomi berpotensi mempengaruhi kegiatan

investasi yang dilakukan oleh para investor terutama di pasar

modal. Hal ini menjadi tantangan dan tugas berat yang diemban

oleh para manajer perusahaan melalui kebijakan-kebijakan yang

dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja.

Dampak dari perubahan kondisi makro ekonomi bagi

perusahaan tergantung pada kondisi internal/fundamentalnya.

Perusahaan yang kondisinya baik kemungkinan dampaknya

tidak tertalu besar, tetapi bagi perusahaan yang kondisi

keuangannya kurang baik maka dapat terjadi sebaliknya.

Perusahaan menjadi sulit untuk mengembangkan usahanya,

sehingga kinerjanya akan menurun.

Kinerja perusahaan yang baik dicerminkan oleh rasio

profitabilitas yang tinggi. Rasio profitabilitas yang digunakan

untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam

mengelola seluruh aset perusahaan adalah Return on Assets

(ROA ). ROA sebagai indikator dari ukuran kinerja perusahaan

berpotensi untuk mempengaruhi harga pasar saham yang

merupakan salah satu refleksi dari nilai perusahaan.

Penelitian yang terkait dengan hal ini sebelumnya pernah

dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri. Penelitian yang

dimaksud antara lain dilakukan oleh: Gupta, et.al. (2000),

Gallardo, et.al (2001), Charitou, et.al. (2004), Hooker (2004),

Kurihara (2006), Demir (2007), Darminto (2010), Pareira

(2010), dan Salman (2011). Mardiyati, dan Rosalina (2013),

Mulyani (2014), Suyati (2015) dan beberapa penelitian lainnya.

Hasil dari beberapa penelitian ini menunjukkan kesimpulan

yang tidak seragam sehingga perlu untuk diteliti lebih lanjut.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel makro

ekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga, kurs dan

pertumbuhan ekonomi secara teoritis akan berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan. Akan tetapi, besarnya pengaruh serta arah

dan jenis hubungan masing-masing variabel terhadap kinerja

perusahaan tidak dapat diketahui secara pasti. Hal ini dapat

diketahui dari berbagai teori yang saling berentangan satu

dengan lainnya. Begitu pula dengan beberapa hasil penelitian

sebelumnya juga menunjukkan hasil yang tidak seragam

sehingga tidak bersifat universal.

Penelitian ini akan dilakukan pada Emiten Industri Barang

Konsumsi di BEI. Industri barang konsumsi dipilih dengan

alasan bahwa emiten (perusahaan) yang berada dalam industri

ini produknya digunakan untuk memenuhi kebutuhan atau

keinginan masyarakat sehari-hari, sehingga bersentuhan erat

dengan kehidupan masyarakat pada umumnya. Berdasarkan

fenomena yang telah dikemukakan maka penulis, tertarik untuk

meneliti hal tersebut lebih lanjut dengan judul, ”Pengaruh

Variabel Makro Ekonomi terhadap Kinerja Perusahaan pada

Emiten Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia”.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah

variabel makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga,

kurs, pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap kinerja perusahaan. 2) Apakah variabel

makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga, kurs,

pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja perusahaan. Sesuai dengan rumusan masalah

yang ditetapkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh variabel makro ekonomi yang terdiri dari

inflasi, suku bunga, kurs, pertumbuhan ekonomi secara secara

bersama-sama maupun parsial terhadap kinerja perusahaan.

II. METODE PENELITIAN

A.Operasionalisasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel

terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent

variable).

1. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja

perusahaan. Indikator kinerja perusahaan diproksikan dengan

Return on Assets (ROA). Kinerja perusahaan (firm

performance) berorientasi pada hasil akhir dari suatu proses

kegiatan operasi perusahaan selama satu periode tertentu,

biasanya satu tahun. Kinerja perusahaan merupakan evaluasi

Page 22: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B22

terhadap implementasi kebijakan perusahaan sehingga

seharusnya menghasilkan informasi yang berguna antara lain

sebagai umpan balik bagi formulasi strategi perusahaan. Hasil

evaluasi ini seharusnya dapat memberikan gambaran ril

terhadap kondisi perusahaan saat ini dan prospeknya di masa

yang akan datang.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor

yang dipertimbangkan oleh para investor dalam berinvestasi.

Salah satu rasio keuangan yang dapat digunakan sebagai

indikator dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah

rasio profitabilitas. Bagi investor, kinerja perusahaan akan

dilihat dari segi profitabilitas karena kestabilan harga saham

sangat tergantung pada tingkat keuntungan yang diperoleh dan

dividen di masa depan [1].

Menurut Sutrisno, Kinerja keuangan adalah prestasi yang

dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang

mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut.

Stakeholders sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja

keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui keberhasilan

perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya [2].

Kinerja keuangan perusahaan dikatakan baik jika besarnya

rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan atau di atas

standar rasio keuangan [3].

Investor dan calon investor sangat berkepentingan untuk

mengetahui kinerja perusahaan karena terkait dengan investasi

yang mereka lakukan serta prospeknya di masa yang akan

datang. Apabila kinerja perusahaan baik, maka akan mendorong

harga sahamnya naik, karena banyak investor yang tertarik

untuk menanamkan dananya pada perusahaan tersebut.

Penilaian terhadap kinerja perusahaan pada prinsipnya

dilakukan untuk menilai dan mengevaluasi tujuan perusahaan,

yaitu meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau

nilai perusahaan. Oleh karena itu, jika kinerja perusahaan baik,

maka berarti bahwa perusahaan telah menjalankan kegiatan

operasinya secara efektif dan efisien, sehingga tingkat

keuntungan yang dicapai relatif sesuai dengan harapan.

Pengukuran kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai indikator dan salah satunya adalah

dengan menghitung Return on Assets (ROA) dari perusahaan

tersebut. Penelitian ini menggunakan ROA untuk mengukur

kinerja perusahaan, karena konsep ini mengakomodasi berbagai

pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, antara lain

adalah manajer, kreditur dan investor dimana ROA memberikan

gambaran kepada investor akan harapan dari investasinya.

Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang

semakin baik karena tingkat pengembalian investasi semakin

besar. Nilai ini mencerminkan return dari seluruh aktiva

(pendanaan) yang ada pada perusahaan [4].

ROA merupakan rasio profitabilitas yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva

yang digunakannya. ROA mampu mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada masa lampau

untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Hal

ini sesuai dengan beberapa referensi yang dikemukakan pada

berbagai literatur.

ROA juga mengukur efektivitas keseluruhan yang dicapai

perusahaan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang

tersedia untuk menghasilkan laba dari modal yang

diinvestasikan [5].

Selanjutnya, menurut Tandelilin (2010:372), ROA

menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang

dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba . Adapun, Kasmir

menyatakan bahwa ROA merupakan rasio yang menunjukkan

hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan [7].

Return on Assets (ROA) dapat dihitung dengan menggunakan

rumus [6] sebagai berikut:

ROA = Laba Bersih Setelah Pajak

Total Aktiva x 100% (1)

2. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel makro

ekonomi,yang terdiri dari inflasi, suku bunga , kurs, dan

pertumbuhan ekonomi. Uraian singkat dari variabel bebas dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Inflasi

Stabilitas harga barang dan jasa dapat terjadi jika suatu negara

dapat mengendalikan inflasinya. Kestabilan harga barang dan

jasa diperlukan agar perekonomian dapat tumbuh secara

berkesinambungan. Sedangkan, kegagalan dalam pengendalian

harga barang dan jasa dapat berdampak negatif bagi

masyarakat. Inflasi merupakan ukuran aktivitas ekonomi yang

sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi suatu

negara. Inflasi adalah suatu kondisi terjadinya kecenderungan

kenaikan harga barang dan jasa secara umum serta berlangsung

secara terus-menerus yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan

arus barang/jasa dan uang dalam suatu perekonomian.

Menurut Sukirno (2004:333), inflasi adalah kenaikan dalam

harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan bertambah

lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di

pasar”[8].

Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus

menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu

atau dua barang saja tidak dapat disebut sebagai inflasi kecuali

bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga)

pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi

adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari

waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket

barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Penentuan barang

dan jasa dalam IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup

(SBH) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Selanjutnya, BPS akan memonitor perkembangan harga dari

barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di

pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis

barang/jasa di setiap kota (www.bi.go.id, diakses 3 Maret 2019).

Dampak yang ditimbulkan dari adanya inflasi adalah sebagai

berikut:

1. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil yang diterima

masyarakat sehingga merugikan orang-orang yang

berpenghasilan tetap.

2. Inflasi berdampak buruk pula pada neraca pembayaran,

karena menurunnya ekspor dan meningkatnya impor

menyebabkan ketidakseimbangan terhadap aliran masuk dana

ke luar negeri.

Page 23: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B23

3. Pada saat keadaan yang tidak menentu (inflasi), investor

cenderung menanamkan dananya dalam bentuk pembelian

tanah, rumah dan bangunan. Pengalihan investasi ini

menyebabkan kegiatan investasi produktif berkurang dan

kegiatan ekonomi menurun.

4. Biaya produksi dapat naik akibat inflasi sehingga sangat

merugikan pengusaha dan ini menyebabkan kegiatan investasi

beralih pada kegiatan yang kurang untuk mendorong produk

nasional.

5. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan berbentuk uang

seperti tabungan masyarakat di bank nilai rilnya akan

menurun [9].

Inflasi merupakan proses dari kenaikan harga-harga umum

barang-barang secara terus menerus. Inflasi yang tinggi

berpengaruh terhadap kenaikan biaya produksi sehingga harga

jual produk juga akan naik. Hal ini mengakibatkan menurunnya

penjualan produk perusahaan, dan cenderung menurunkan

keuntungan sehingga kinerja perusahaan bisa menurun.

Variabel inflasi dalam penelitian ini akan dikaitkan terhadap

masing-masing perusahaan dengan menggunakan pendekatan

sensitivitas. Nilai sensitivitas setiap perusahaan terhadap inflasi

diperoleh dengan melakukan regresi antara inflasi dengan

return saham setiap perusahaan selama periode penelitian

sehingga diperoleh nilai Beta (b) nya. Inflasi diperkirakan dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan dan nilai perusahaan.

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan inflasi di

pasar modal pernah dilakukan sebelumnya, namun hasilnya

beragam. Hasil penelitian Utami dan Rahayu menyimpulkan

bahwa inflasi berpengaruh negatif namun tidak signifikan

terhadap kinerja perusahaan [10]. Hooker menyimpulkan tingkat

inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

perusahaan [11]. Sedangkan penelitian Demir, menunjukkan

bahwa inflasi memiliki pengaruh yang negatif signifikan

terhadap profitabilitas perusahaan [12]. Kandir, menemukan

inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap tiga dari dua

belas portofolio yang diteliti [13]. Penelitian Pareira

menghasilkan bahwa terdapat hubungan negatif antara inflasi

dengan kinerja perusahaan [14]. Mulyani menemukan inflasi

berpengaruh positif signifikan terhadap Jakarta Islamic Index

[15].

b. Suku bunga

Suku bunga diatur dan ditetapkan oleh pemerintah agar dapat

menjaga kelangsungan perekonomian suatu negara. Di

Indonesia, penetapan suku bunga menjadi kewenangan bank

sentral yaitu Bank Indonesia. Suku bunga digunakan untuk

mengontrol perekonomian. Suku bunga pada dasarnya

merupakan nilai, tingkat, harga atau keuntungan yang diberikan

kepada investor dari penggunaan dana investasi atas dasar

perhitungan nilai ekonomis dalam periode waktu tertentu. Suku

bunga penting untuk menjadi pertimbangan dalam berinvestasi

karena umumnya para investor mengharapkan hasil investasi

yang lebih besar dari suku bunga tertentu.

Suku bunga merupakan biaya pinjaman yang dibayarkan oleh

debitur untuk dana pinjamannya dan biasanya dinyatakan dalam

satuan persentase per tahun. Suku bunga juga merupakan harga

dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang

pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga

sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus

dibayarkan kepada kreditur [16]. Adapun menurut pendapat

lainnya suku bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi

(loanable funds). Tingkat suku bunga merupakan salah satu

indikator dalam menentukan apakah seseorang akan melakukan

investasi atau menabung [17].

Suku bunga yang tinggi cenderung mendorong masyarakat

untuk menabung, dan enggan untuk berinvestasi. Kenaikkan

suku bunga juga akan ditanggung oleh investor berupa kenaikan

biaya bunga bagi perusahaan sehingga risiko investasi menjadi

tinggi dan perusahaan sulit untuk berkembang. Perusahaan

banyak mengalami kesulitan untuk mempertahankan hidupnya,

sehingga kinerja perusahaan menurun.

Tingkat suku bunga dalam penelitian ini merupakan tingkat

suku bunga ril atau tingkat suku bunga bebas risiko. Di

Indonesia proksi dari suku bebas risiko adalah suku bunga

Indonesia (BI rate). Suku bunga BI menjadi acuan dari tingkat

suku bunga umum baik deposito maupun kredit. Variabel suku

bunga dalam penelitian ini akan dikaitkan untuk masing-masing

perusahaan dengan pendekatan sensitivitas. Nilai sensitivitas

setiap perusahaan terhadap suku bunga diperoleh dengan

melakukan regresi antara suku bunga BI dengan return saham

setiap perusahaan selama periode penelitian sehingga diperoleh

nilai Beta (b) nya. Suku bunga diperkirakan dapat

mempengaruhi kinerja.

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan suku bunga di

pasar modal pernah dilakukan sebelumnya, namun hasilnya

beragam. Gupta, et al., menemukan bahwa suku bunga

berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham [18].

Gallardo et. al., menemukan bahwa suku bunga berpengaruh

positif terhadap profitabilitas [19]. Wongbangpo dan Sharma

menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat

bunga dengan harga saham di Filipina, Singapura, dan Thailand,

sedangkan di Indonesia dan Malaysia hubungannya positif [20].

Utami dan Rahayu menyimpulkan bahwa suku bunga

berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham [10].

Hooker [11] serta Chiarella dan Gao menemukan tingkat bunga

berpengaruh negatif terhadap return pasar [21]. Kurihara

menemukan bahwa tingkat suku bunga domestik tidak

signifikan mempengaruhi perubahan harga saham di Jepang

[22]. Mardiyati dan Rosalina menyimpulkan bahwa tingkat

bunga tidak signifikan berpengaruh terhadap sektor properti

[23]. Mulyani menemukan suku berpengaruh negatif signifikan

terhadap Jakarta Islamic Index [15]. Suyati, menemukan tingkat

bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham

properti di BEI [24].

c. Kurs valuta asing

Kurs menggambarkan harga dari suatu mata uang terhadap

mata uang negara lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Samuelson yang menyatakan bahwa kurs mata uang asing atau

valas adalah harga mata uang asing dalam satuan mata uang

domestik. Kurs merupakan salah satu hal yang penting dalam

perekonomian terbuka, karena memiliki pengaruh yang sangat

besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel

makro ekonomi lainnya [25]. Pugel menjelaskan nilai tukar

(exchange rate) adalah harga dari satu mata uang dipandang dari

segi mata uang lain. Dalam perdagangan luar negeri, orang dari

negara berbeda menggunakan mata uang yang berbeda pula,

seperti pada bahasa, perlu adanya penerjemah. Penerjemah

Page 24: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B24

antara mata uang yang berbeda inilah yang disebut nilai tukar

[26].

Ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku dalam

perekonomian internasional, yaitu sebagai berikut:

a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), dalam

sistem ini kurs ditentukan oleh mekanisme pasar tanpa ada

upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Sistem kurs

mengambang dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Mengambang bebas/murni (clean floating exchange rate),

kurs ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa

ada campur tangan pemerintah. Dalam sistem ini cadangan

devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak

berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

2. Mengambang terkendali (managed or dirty floating

exchange rate) dimana otoritas moneter berperan aktif

dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh

karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena

otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk

mempengaruhi pergerakan kurs.

b. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate), pada sistem ini

suatu negara mengaitkan nilai mata uangnya dengan suatu

atau sekelompok mata uang negara lain, yang biasanya

merupakan mata uang negara partner dagang. Nilai mata

uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi

tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan

tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap

mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi

tambatannya.

c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs), dalam

sistem ini suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam

nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk

bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu.

d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies), seleksi

mata uang yang dimasukkan dalam keranjang umumnya

ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan

negara tertentu.

e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate), kurs biasanya tetap

atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat

sempit [27].

Menurut teori Purchasing Power Parity, kurs valas akan

cenderung menurun dalam proporsi yang sama dengan laju

kenaikkan harga. Menurunya kurs karena laju kenaikan harga

membuat biaya produksi naik, terutama yang menggunakan

bahan baku impor sehingga daya saingnya menurun, karena

harus menjual produk dengan harga yang lebih tinggi.

Selanjutnya teori IRP (Interest Rate Parity), menyatakan kurs

forward suatu mata uang yang mengandung premi/diskon

ditentukan oleh perbedaan suku bunga antara dua negara.

Akibatnya, arbitrase suku bunga yang ditutup (covered interest

arbitrage) akan jauh lebih menguntungkan dibanding suku

bunga domestik. Demikian juga menurut teori IFE

(International Fisher Parity), kurs spot mata uang akan berubah

sesuai dengan perbedaan suku bunga antara dua negara.

Akibatnya, rata-rata keuntungan dari sekuritas pasar uang

internasional yang tidak ditutup tidak melebihi keuntungan yang

diperoleh dari sekuritas pasar uang domestik, terutama dari

sudut pandang investor di negera asal [27].

Ketiga teori tersebut di atas menjelaskan hubungan antara

inflasi, suku bunga dan kurs. Perbedaan inflasi dan tingkat suku

bunga antara dua negara akan mempengaruhi perubahan kurs.

Perubahan kurs akan searah dengan risiko sistematis dan

berlawanan dengan kinerja perusahaan.

Nilai tukar merupakan sejumlah uang dari suatu mata uang

tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satuan unit mata uang

negara lain. Nilai tukar rupiah memiliki pengaruh utama

terhadap perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor.

Depresiasi rupiah akan menyebabkan kenaikan biaya produksi,

sehingga berdampak pada penurunan profitabilitas perusahaan

[28].

Variabel kurs valas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kurs Rupiah terhadap US$ yang dikaitkan untuk masing-

masing perusahaan dengan pendekatan sensitivitas. Nilai

sensitivitas setiap perusahaan terhadap kurs valas diperoleh

dengan melakukan regresi antara kurs valas dengan return

saham setiap perusahaan selama periode penelitian sehingga

diperoleh nilai Beta (b) nya. Kurs valas diperkirakan dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan.

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan kurs di pasar

modal pernah dilakukan sebelumnya, namun hasilnya beragam.

Gupta et. al. menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang kuat antara harga saham dengan nilai tukar [18].

Wongbangpo dan Sharma menemukan bahwa kurs memiliki

hubungan positif dengan harga saham di negara Indonesia,

Malaysia dan Filipina, sebaliknya berhubungan negatif di

Singapura dan Thailand [20]. Utami dan Rahayu,

menyimpulkan bahwa kurs valas berpengaruh positif signifikan

terhadap harga saham [10]. Kurihara menemukan bahwa kurs

berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham di Jepang

[22]. Demir, menemukan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh

negatif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur

[12]. Kandir menemukan bahwa kurs valas berpengaruh secara

positif terhadap return dari semua portofolio yang diteliti [13].

Mardiyati dan Rosalina menyimpulkan bahwa nilai tukar

berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks sektor properti

[23]. Mulyani menemukan kurs Rupiah terhadap US$

berpengaruh negatif signifikan terhadap Jakarta Islamic Index

[15]. Suyati (2015), menemukan nilai tukar rupiah terhadap US

Dollar berpengaruh signifikan terhadap return saham properti di

BEI [24].

d. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan standar materi

kehidupan yang meningkat sepanjang waktu bagi kehidupan

penduduk dalam suatu negara yang berasal dari peningkatan

pendapatan, sehingga memungkinkan mereka mengkonsumsi

jumlah barang dan jasa yang lebih banyak dan beragam..

Sementara itu, menurut pertumbuhan ekonomi (economic

growth) secara paling sederhana dapat diartikan sebagai

pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional

agregat dalam kurun waktu tertentu, misalkan satu tahun [29].

Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, para ekonom

menggunakan data Gross Domestic Product (GDP) atau Produk

Domestik Bruto (PDB). PDB mengukur pendapatan total setiap

orang dalam perekonomian. PDB sering dianggap sebagai

ukuran yang paling baik dari kinerja perekonomian. Semakin

tinggi PDB suatu negara maka semakin baik pula kinerja

Page 25: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B25

ekonomi negara tersebut. Gross Domestic Product (GDP)

merupakan nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang

diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu

tertentu (biasanya per tahun). PDB menghitung hasil produksi

suatu perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor

produksi tersebut. Perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut [8]:

Pertumbuhan Ekonomi = PDBt−PDBt−1

PDBt−1 x 100% (2)

Pertumbuhan ekonomi dan investasi mempunyai hubungan

yang positif. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, semakin

tinggi bagian dari pendapatan yang bisa ditabung, sehingga

investasi yang tercipta akan semakin besar, akibatnya akan

semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai.

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat memberikan harapan

bagi investor tentang prospek investasi yang lebih baik.

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pertumbuhan

ekonomi terhadap kinerja di pasar modal pernah dilakukan

sebelumnya, namun hasilnya beragam. Hooker (2004)

menemukan bukti bahwa pertumbuhan GDP berpengaruh positif

signifikan terhadap return pasar. Hal yang sama juga ditemukan

oleh Chiarella dan Gao [21]. Mulyani menemukan PDB

berpengaruh positif signifikan terhadap Jakarta Islamic Index

[15].

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan publik yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan

merupakan data sekunder yang diperoleh dari BEI, Bank

Indonesia, serta Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 s.d.

2018. Data yang diperoleh BEI meliputi: (1) IHSG, (2) harga

saham, (3) laba bersih sesudah pajak, (4) ROA, dan (5) total

aktiva. Adapun data yang diperoleh melalui BI dan BPS

meliputi: (1) inflasi, (2) suku bunga, (3) kurs, dan (4)

pertumbuhan ekonomi.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh emiten industri barang

konsumsi yang pernah terdaftar di BEI sejak 1 Januari 2014 s.d.

31 Desember 2018. Berdasarkan data dari BEI diperoleh jumlah

populasi sebanyak 50 perusahaaan (emiten).

Setelah mengetahui jumlah populasi, langkah selanjutnya

adalah menentukan jumlah sampel penelitian. Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu

populasi (Sugiyono, 2007). Penarikan sampel dalam penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.

Dalam metode ini, pemilihan sampel dilakukan dengan

menggunakan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

berdasarkan pertimbangan yang sesuai dan rasional. Adapun

kriteria penentuan sampel yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Emiten di BEI yang secara terus menerus berada dalam

industri barang konsumsi sejak 1 Januari 2014 s.d. 31

Desember 2018.

2. Emiten tersebut mempublikasikan laporan keuangan secara

berturut-turut selama periode penelitian ini.

3. Emiten tersebut tidak masuk dalam black list BEI selama

periode penelitian.

4. Emiten tersebut sahamnya aktif diperdagangkan di BEI

selama periode penelitian.

Untuk memperoleh jumlah sampel sesuai kriteria di atas maka

dapat diketahui melalui proses tabulasi berikut ini.

Tabel II

Penentuan Sampel

No.

Keterangan/Kriteria Jumlah Emiten

1

2

3

4

5

Populasi

Emiten yang tidak terus menerus berada dalam Industri

Barang Konsumsi di BEI selama periode penelitian

Emiten tidak mempublikasikan laporan keuangan

secara berturut-turut selama periode penelitian ini.

Emiten masuk dalam black list BEI selama periode penelitian

Emiten tersebut sahamnya aktif diperdagangkan di BEI

selama periode penelitian

50

12

2

0

3

Jumlah emiten yang terpilih menjadi sampel 33

Sumber : BEI (2019, diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 33

emiten yang terpilih menjadi sampel. Penelitian ini dilakukan

untuk waktu 5 tahun, sehingga total observasi keseluruhan

adalah 33 dikalikan 5 dan hasilnya adalah sebanyak 165

observasi.

C. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model Regresi Linear Berganda.

Model ini digunakan untuk menguji pengaruh dari variabel

makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga, kurs dan

pertumbuhan ekonomi terhadap kinerja perusahaan. Adapun

bentuk persamaan regresinya adalah:

ROA = b0 + b1 INF + b2 SB + b3 KURS + b4 PE

Untuk memperoleh intersep dan koefisien regresi setiap

variabel serta perhitungan lainnya maka digunakan perangkat

lunak statistik yaitu SPSS (Statistical Package for Social

Science).

Angka intersep dan koefisien dari model regresi digunakan

setelah memenuhi ketentuan asumsi klasik yang terdiri dari uji

normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas dan

autokorelasi. Pengujian ini dilakukan agar parameter atau

koefisien regresi tidak bias dan dapat mendeteksi keadaan yang

sesungguhnya (Best Linear Unbiases Estimator atau BLUE).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Hipotesis

Model regresi linear berganda mensyaratkan model

memenuhi asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas,

multikolinearitas, heterokedastisitas dan autokorelasi agar

model yang digunakan bersifat BLUE (Best Linear Unbias

Estimator).

Page 26: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B26

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan grafik normal probability plot dan

hasilnya sebagaimana yang terlihat pada Gambar I.

Gambar I

Grafik Normal Probability Plot dari Initial Return

Dari Gambar I dapat diketahui bahwa penyebaran data pada

sumbu diagonal dari grafik tersebut berada di sekitar garis

diagonal. Dengan demikian dapat disimpulkan asumsi

normalitas model penelitian ini terpenuhi dengan kata lain data

yang digunakan berdistribusi normal.

Selanjutnya, multikolinieritas menunjukkan adanya hubungan

yang kuat di antara beberapa atau semua variabel bebas dalam

model regresi. Gejala multikolinieritas dideteksi dengan

menghitung Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerancevalue

dari masing-masing variabel bebas. Hasil perhitungan VIF

tertera pada Tabel VIII.

Tabel III

Hasil Perhitungan Variance Inflation Factor

Variabel Tolerance VIF

INF

SB KURS

PE

0,911

0,972 0,686

0,741

1,098

1,029 1,457

1,350

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2019)

Dari tabel di atas VIF dari semua variabel bebas nilainya <10

dan tolerance value nilainya > 0,10. sehingga model regresi

linear penelitian ini tidak mengalami gejala multikolinieritas.

Berikutnya, heterokedastisitas terjadi apabila varian residual

tidak bersifat konstan sehingga jika model diestimasi dengan

OLS maka varian estimatornya menjadi tidak minimum. Gejala

heteroskedastisitas dalam penelitian ini dideteksi dengan

menggunakan grafik.

Gambar II

Grafik Scatter Plot untuk Uji Heterokedastisitas

Dari Gambar II dapat diketahui bahwa titik-titik yang terdapat

pada scatter plot tidak membentuk pola yang beraturan sehingga

dapat dinyatakan bahwa model regresi dalam penelitian ini lolos

dari gejala heterokedastisitas.

Selanjutnya, uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada

atau tidaknya korelasi berurutan antara faktor error dalam

model regresi. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin-Watson (d).

Penelitian ini menggunakan observasi sebanyak 165 dan

variabel bebas sebanyak 4 pada tingkat keyakinan 95%.

Berdasarkan Tabel Durbin-Watson diperoleh nilai batas bawah

(dL) sebesar 1,696 dan nilai batas atas (dU) sebesar 1,795.

Sedangkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa nilai

statitistik Durbin-Watson sebesar 1,893. Hal ini menunjukkan

bahwa model regresi dalam penelitian ini terbebas dari gejala

autokorelasi karena nilai statistik Durbin-Watsonnya berada di

antara dU s.d. 4-dU (1,795 < 1,893 < 2,205).

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji

normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas dan

autokorelasi, maka tidak terjadi pelanggaran terhadap asumsi-

asumsi klasik dalam model regresi penelitian ini. Oleh karena

itu, maka model penelitian ini dinyatakan BLUE.

Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS

diperoleh nilai koefisien regresi untuk masing-masing variabel

bebas tertera pada Tabel IV.

Tabel IV.

Hasil Perhitungan Koefisien Regresi

Variabel Koefisien T-hitung Sig.t

Konstanta

INF

SB KURS

PE

9,536

-0,125

-0,211 -100,178

0,541

10,043

-2,213

-6,956 -2,076

2,411

0,000

0,028

0,000 0,039

0,017

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2019)

Berdasarkan Tabel IV dapat ditulis model taksiran persamaan

regresi untuk penelitian ini sebagai berikut :

Page 27: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B27

ROA = 9,536 - 0,125 INF - 0,211 SB - 100,178 KURS - 0,541

PE

c. Pengujian Hipotesis secara Bersama-sama

Pengaruh INF, SB, KURS, dan PE secara bersama-sama

terhadap ROA (kinerja perusahaan) pada Industri Barang

Konsumsi di BEI periode 2014 s.d. 2018 dapat diketahui

dengan melakukan uji F dengan hipotesis sebagai berikut:

H0: INF, SB, KURS, dan PE secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada

Industri Barang Konsumsi di BEI (H0: b1, b2, b3, b4 = 0)

Ha: INF, SB, KURS, dan PE secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada

Industri Barang Konsumsi di BEI (H0: b1, b2, b3, b4 ≠ 0)

Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai

F-hitung 17,219. Nilai ini dibandingkan dengan nilai F-tabel

dengan α = 0,05. Dari tabel distribusi F untuk α = 0,05 dengan

derajat bebas (4;160) diperoleh nilai F-tabel sebesar 2,27. Nilai

F-hitung > F-tabel dan p-value (0,00) < α (0,05), sehingga H0

ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada

tingkat keyakinan 95%, INF, SB, KURS, dan PE secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perusahaan pada Industri Barang Konsumsi di BEI.

Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan model dalam

menerangkan variasi dari kinerja perusahaan pada Industri

Barang Konsumsi di BEI yang dapat dijelaskan oleh variabel

bebas yang terdiri dari INF, SB, KURS, dan PE dapat diketahui

dengan melihat nilai koefisien determinasi. Hasil komputasi

memperlihatkan nilai koefisien determinasi (R2) untuk

penelitian ini adalah sebesar 30,10%. Angka ini menunjukkan

bahwa 30,10% perubahan (variasi) kinerja perusahaan mampu

dijelaskan oleh perubahan himpunan variabel makro ekonomi

yang terdiri dari INF, SB, KURS, dan PE. Sedangkan sisanya

sebesar 59,90% dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang

tidak diamati dalam penelitian ini.

Keeratan hubungan dari variabel makro ekonomi yang terdiri

dari INF, SB, KURS, dan PE terhadap kinerja perusahaan

ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasinya (R) yaitu sebesar

54,90% menunjukkan hubungan yang sedang.

d. Pengujian Hipotesis Parsial

Untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat maka perlu dilakukan

pengujian koefisien regresi secara parsial. Pengujian ini

dilakukan dengan menggunakan uji t.

d.1. Pengaruh inflasi terhadap kinerja perusahaan

Merujuk pada bahagian sebelumnya, maka hipotesis yang

akan diuji dari pengaruh inflasi terhadap kinerja perusahaan

adalah sebagai berikut :

H01 : b1 = 0, inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap kinerja perusahaan pada Industri Barang

Konsumsi di BEI

Ha1 : b1 ≠ 0, inflasi secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja perusahaan pada Industri Barang

Konsumsi di BEI.

Hasil perhitungan nilai absolut t-hitung untuk koefisien

regresi dari inflasi yang tertera pada Tabel IX adalah sebesar

2,213 dan p-value sebesar 0,028. Sedangkan nilai t-tabel untuk

α=0,05 dengan derajat bebas 160 adalah 1,974. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai absolut t-hitung (2,213) lebih besar

daripada t-tabel (1,974) dan p-value (0,028) lebih kecil daripada

α (0,05), sehingga pada tingkat signifikansi 5%, H01 dinyatakan

ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada

tingkat keyakinan 95%, kinerja perusahaan pada Industri Barang

Konsumsi di BEI .

Koefisien regresi dari inflasi untuk penelitian ini adalah

-0,125, artinya bahwa inflasi memiliki pengaruh yang negatif

terhadap kinerja perusahaan pada Industri Barang Konsumsi di

BEI. Apabila inflasi naik sebesar 1%, maka secara rata-rata

kinerja perusahaan pada Industri Barang Konsumsi di BEI

akan turun sebesar 0,125% dengan asumsi variabel suku bunga,

kurs, dan pertumbuhan ekonomi konstan. Sebaliknya, apabila

inflasi turun sebesar 1%, maka secara rata-rata kinerja

perusahaan pada Industri Barang Konsumsi di BEI akan naik

sebesar 0,125% dengan asumsi variabel suku bunga, kurs, dan

pertumbuhan ekonomi konstan.

d.2 Pengaruh suku bunga terhadap kinerja perusahaan

Hipotesis yang diuji dari pengaruh kurs terhadap kinerja

perusahaan adalah sebagai berikut:

H02 : b2 = 0, suku bunga secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja perusahaan pada Industri

Barang Konsumsi di BEI

Ha2 : b2 ≠ 0, suku bunga secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja perusahaan pada Industri Barang

Konsumsi di BEI.

Hasil perhitungan nilai absolut t-hitung untuk koefisien

regresi dari suku bunga yang tertera pada Tabel IV adalah

6,956 dan p-value sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa

nilai absolut t-hitung (6,956) lebih besar daripada t-tabel

(1,974) dan p-value (0,000) lebih kecil daripada α (0,05),

sehingga pada tingkat signifikansi 5%, H02 dinyatakan ditolak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat

keyakinan 95%, suku bunga berpengaruh signifikan terhadap

terhadap kinerja perusahaan pada Industri Barang Konsumsi di

BEI.

Koefisien regresi suku bunga dari model penelitian ini adalah

-0,211, artinya bahwa suku bunga berpengaruh positif terhadap

kinerja perusahaan pada Industri Barang Konsumsi di BEI.

Apabila suku bunga naik sebesar 1%, maka secara rata-rata

kinerja perusahaan akan turun sebesar 0,211% dengan asumsi

variabel inflasi, kurs, dan pertumbuhan ekonomi konstan..

Sebaliknya, suku bunga turun sebesar 1%, maka secara rata-rata

kinerja perusahaan akan naik sebesar 0,211% dengan asumsi

variabel inflasi, kurs, dan pertumbuhan ekonomi konstan.

d.3 Pengaruh kurs terhadap kinerja perusahaan

Hipotesis yang diuji dari pengaruh kurs terhadap kinerja

perusahaan adalah sebagai berikut :

H03 : b3 = 0, kurs secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap kinerja perusahaan pada Industri Barang

Konsumsi di BEI

Ha3 : b3 ≠ 0, kurs secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

kinerja perusahaan pada Industri Barang Konsumsi di

BEI.

Hasil perhitungan nilai absolut t-hitung untuk koefisien

regresi dari kurs yang tertera pada Tabel IX adalah 2,076 dan

p-value sebesar 0,039. Hal ini menunjukkan bahwa nilai absolut

t-hitung (2,076) lebih besar daripada t-tabel (1,974) dan p-value

(0,039) lebih kecil daripada α (0,05), sehingga pada tingkat

Page 28: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B28

signifikansi 5%, H03 dinyatakan ditolak. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa pada tingkat keyakinan 95%, kurs

berpengaruh signifikan terhadap terhadap kinerja perusahaan

pada Industri Barang Konsumsi di BEI.

Koefisien regresi suku bunga dari model penelitian ini adalah

-100,178, artinya bahwa kurs berpengaruh positif terhadap

kinerja perusahaan pada Industri Barang Konsumsi di BEI.

Apabila kurs naik sebesar 1%, maka secara rata-rata kinerja

perusahaan akan turun sebesar 100,178% dengan asumsi

variabel inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi

konstan.. Sebaliknya, jika kurs turun sebesar 1%, maka secara

rata-rata kinerja perusahaan akan naik sebesar 100,178% dengan

asumsi variabel inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi

konstan.

d.4 Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kinerja

perusahaan

Hipotesis yang diuji dari pengaruh pertumbuhan ekonomi

terhadap kinerja perusahaan adalah sebagai berikut :

H04 : b4 = 0, pertumbuhan ekonomi secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada

Industri Barang Konsumsi di BEI

Ha4 : b4 ≠ 0, pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja perusahaan pada Industri

Barang Konsumsi di BEI.

Hasil perhitungan nilai absolut t-hitung untuk koefisien

regresi dari pertumbuhan ekonomi yang tertera pada Tabel IX

adalah 2,411 dan p-value sebesar 0,017. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai absolut t-hitung (2,411) lebih besar daripada t-

tabel (1,974) dan p-value (0,017) lebih kecil daripada α (0,05),

sehingga pada tingkat signifikansi 5%, H04 dinyatakan ditolak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat

keyakinan 95%, pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan

terhadap terhadap kinerja perusahaan pada Industri Barang

Konsumsi di BEI.

Koefisien regresi suku bunga dari model penelitian ini adalah

0,541, artinya bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif

terhadap kinerja perusahaan pada Industri Barang Konsumsi di

BEI. Apabila kurs naik sebesar 1%, maka secara rata-rata

kinerja perusahaan akan naik pula sebesar 0,541% dengan

asumsi variabel inflasi, suku bunga, dan kurs konstan..

Sebaliknya, jika kurs turun sebesar 1%, maka secara rata-rata

kinerja perusahaan akan turun sebesar 0,541% dengan asumsi

variabel inflasi, suku bunga, dan kurs konstan.

IV. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga,

kurs, dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada

Industri Barang Konsumsi di BEI

2. Inflasi, suku bunga, dan kurs, secara parsial berpengaruh

negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan pada Industri

Barang Konsumsi di BEI.

3. Pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh positif

signifikan terhadap kinerja perusahaan pada Industri Barang

Konsumsi di BEI

REFERENSI

[1] Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, Edisi

Keempat, Yokyakarta : BPFE-UGM.

[2] Sutrisno, 2009, Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi

Pertama, Cetakan Ketujuh, Yogyakarta: Ekonisia.

[3] Munawir, S. 2010, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat. Cetakan Kelima. Belas. Yogyakarta: Liberty.

[4] Wild, John, K.R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey, 2005, Analisis

Laporan Keuangan. Edisi ke-8, Alih Bahasa: Yanivi dan Nurwahyu. Jakarta: Salemba Empat.

[5] Horne, James C Van and John M. Wachowicz, 2005, Fundamentals of

Financial Management, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Penerjemah: Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Jakarta: Salemba

Empat.

[6] Tandelilin, Eduardus, 2010, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius.

[7] Kasmir, 2014, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kesatu, Cetakan

Ketujuh, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[8] Sukirno

[9] Murni, Asfia, 2006, Ekonomi Makro, Jakarta: Refika Aditama.

[10] Utami, Mudji dan Mudjilah Rahayu, 2003, Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar Modal

Indonesia Selama Krisis Ekonomi, Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan, Universitas Petra, Vol. 5. No. 2. [11] Hooker, Mark A, 2004, Macroeconomic Factors and Emerging Market

Equity Returns: A Bayesian Model Selection Approach, Emerging Markets Review. 5:378-379.

[12] Demir, Firat, 2007, Determinants of Manufacturing Firm Profitability

under Uncertainty and Macroeconomic Volatility: Evidence from an Emerging Market, White paper of Department of Economics, University

of Oklahoma.

[13] Kandir, Serkan Yilmaz, 2008, Macroeconomic Variables, Firm Characteristic and Stock Returns: Evidence from Turkey, International

Journal of Finance and Economics, ISSN: 1450-2887, Issue 16.

[14] Pareira, Diego, 2010, Inflation, Real Stock Prices and Earnings: Friedman was Right, Garmendia.

[15] Mulyani, Neny, (2014), Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai

Tukar Rupiah, dan Produk Domestik Bruto terhadap Jakarta Islamic Index, Jurnal Bisnis dan Manajemen Eksekutif, Vol. 1 No. 1.

[16] Sunariyah, 2013, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta:

UPP-STIM YKPN. [17] Boediono, 2014, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu - No. 5 Ekonomi Makro,

Yogyakarta: BPFE.

[18] Gupta, J.P, Alain Chevalier, dan Fran Sayekt, 2000, “The Causality between Interest Rate, Exchange Rate and Stock Price in Emerging

Markets: The Case of Jakarta Stock Exchange, European Financial

Management Journal Graduate School of Bussiness. [19] Gallardo, Julio Lopez, Anyul, Martin Puchet, Hernandez, Joel Sanchez,

2001, Profit Margins in Mexico’s Manufacturing Industry: An

Econometric Study, Metroeconomica, Vol.51, Issue 1. [20] Wongbangpo, Praphan dan Subhash C. Sharma, 2002, Stock Market and

Macroeconomic Fundamental Dynamic Interaction: ASEAN‐5 Countries,

Journal of Asian Economics 13:27‐51.

[21] Chiarella C. and Gao S., 2004, The Value of The S&P 500 – A Macro View of The Stock Market Adjustment Process, Global Finance Journal,

15; 171‐196.

[22] Kurihara, Yutaka , 2006, The Relationship between Exchange Rate and

Stock Price during the Quantitative Easing Policy in Japan, International

Journal of Bussniness, Vol 11, No.4. [23] Mardiyati, Umi, dan Ayi Rosalina, 2013, Analisis Pengaruh Nilai Tukar

Rupiah, Tingkat Suku Bunga dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham,

Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, Vol. 4, No. 1 [24] Suyati, Sri, 2015, Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar

Rupiah/US Dollar terhadap Return Saham Properti yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, Vol. 4. No. 3. [25] Samuelson, Paul A. & Nordhaus, William D., 2001, Ekonomi, Edisi 12,

Jakarta: Erlangga.

[26] Pugel, Thomas A, 2016, International Economics, 16th Edition, New York: McGraw-Hill.

[27] Kuncoro, Mudrajad, 2001, Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk

Bisnis dan Ekonomi, Edisi Pertama,Yogyakarta: UPP AMP YPKN.

Page 29: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B29

[28] Darminto, 2010, Pengaruh Faktor Eksternal dan Berbagai Keputusan

Keuangan rerhadap Nilai Perusahaan, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol.8,

No.1.

[29] Prasetyo, P. Eko, 2009, Fundamental Makro Ekonomi: Sebuah

Pengetahuan Tingkat Dasar dan Menengah Serta Advanced Untuk Ilmu

Ekonomi Makro. Yogyakarta: Beta Offset.

Page 30: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B30

Rumah Adat Sopo Godang Mandailing dalam Kajian Estetika Timur

Anni Kholilah1, Niko Andeska2, Muhammad Ghifari3

Jurusan Seni Rupa dan Desain Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh

Jln. Nuri, Gampong Jantho Makmur Aceh Besar 23911 INDONESIA [email protected] [email protected]

[email protected]

Abstrak-Sopo Godang merupakan balai sidang adat di daerah Mandailing Natal. Bangunannya menggunakan tiang-tiang besar yang

berjumlah ganjil termasuk anak tangganya. Sopo Godang adalah sebuah bangunan yang terbentuk empat persegi panjang, terbuka

dan tidak memiliki dinding. Ukurannya juga lebih kecil dari bagas godang. SopoGodang dianggap sebagai tempat yang sacral karena

adat dan hukum adat dijiwai oleh sopogodang. Dari gedung inilah turun keputusan-keputusan yang mengatur tata tertib seperti patik,

uhum, ugari, dan hapantunon. Sopo Godang ini disebut juga sopo siorancang magodang karena gedung ini adalah tempat orang

memperoleh perlindungan yang aman. Sopo Godang sengaja dibuat tidak berdinding agar rakyat secara langsung dapat melihat dan

mendengar segala hal yang dibicarakan oleh raja dan namora natoras sebagai pemimpin mereka. Tidak ada yang tertutup tapi semua

berlangsung secara transparan.Sopo godang ini sangatlah unik, sirih bersusun yang di sodorkan, merupakan tutur kata dan sopan

santun yang tidak ternilai harganya. Dengan sirih orang akan mudah memberi sesuatu, mudah memaafkan, mudah berbuat, mudah

menolong dan sebagainya. Perlengkapan sirih yang terdiri dari sirih, gambir, kapur sirih, pinang, dan tembakau mempunyai arti

tersendiri di dalam upacara.Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mendapatkan suatu gambaran yang

menyeluruh dan mendalam mengenai pokok bahasan. Dalam hal ini, menampilkan analisis terhadap Estetika yang terdapat pada

Rumah Adat Sopo GodangMandailing khususnya dilihat dari estetika timur. Target luaran pada penelitian ini yaitu publikasi artikel

ilmiah pada Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi dan publikasi pada prosiding lokal.

Kata Kunci: Rumah Adat, Sopo Godang Mandailing, Estetika Timur

Abstract- Sopo Godang is a custom court for people around there, in Bahasa we called it “Balai Sidang”. Sopo Godang is located in

Mandailing Natal. The architecture is built from big poles in odd quantity, also its stairs. Sopo Gadang is a rectangle building, one of open

space building with no walls around it. The size is smaller than bagas godang. Sopo godang considered to be a holy place because of custom

and customary law which imbued by Sopo godang. In this building, the decision which set the order of patik, uhum, ugari, dan hapantunon.

Sopo Godang is also called sopo siorancang magodang because this building is a place where people look for safety place. Sopo Godang is

deliberately built without wall in order to give the opportunity for society seiing and hearing directly every words of their king and namora

natoras as their leader. Thus, there were transparancy between them. Sopo godang is very unique, such as sirih bersusun, it is simbolize a

good things in speaking and polite manner which is priceless. People believed that sirih brings a good attitude, such as generous, forgiving,

being kind, helping each other easily, and the others. The equipment of sirih : sirih, gambir, kapur sirih, pinang, and tobacco have its own

meaning in the ceremony. This research used descriptive qualitative approach to obtain a comprehensive and analitical description about

this topic. This research used East Aesthetic theory for analizing the findings. The output of this research are publication in Non-Acredited

National Journal and publication in local proceeding.

Key words : Rumah Adat, Sopo Godang Mandailing, East Aesthetic

I. PENDAHULUAN

Sopo Godang adalah sebuah bangunan yang terbentuk

empat persegi panjang, terbuka dan tidak memiliki dinding.

Ukurannya juga lebih kecil dari bagas godang. Apabila huta

atau kampung telah diresmikan sesuai dengan ketentuan adat,

maka huta itu disebut bona bulu. ciri-ciri huta yang menjadi

bona bulu adalah jika disekeliling kampung itu telah ditanam

dengan bambu, beringin, yang disamping sebagai pembatas

juga merupakan benteng untuk menangkal serangan musuh

baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Huta yang sudah

merupakan bona bulu mempunyai bagas godang sebagai

tempat kediaman raja dan sopo godang sebagai tempat (balai)

pertemuan.

Gambar 1. Rumah Adat Sopo Godang tampak depan

Sopo Godang merupakan tempat bermusyawarah dan

bermufakat dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di

masyarakat, disamping itu Sopo Godang juga merupakan

simbol daerah Kabupaten Mandailing Natal. Bangunannya

Page 31: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B31

mempergunakan tiang-tiang besar yang berjumlah ganjil

sebagaimana juga jumlah anak tangganya.

Gambar 2. Tangga untuk menaiki Rumah Adat Sopo Godang

Sopo Godang dianggap sebagai tempat yang sakral

karena adat dan hukum adat dijiwai oleh sopo godang. Dari

gedung inilah turun keputusan-keputusan yang mengatur tata

tertib seperti patik, uhum, ugari, dan hapantunon. Sopo Godang

ini disebut juga sopo dirancang magodang karena gedung ini

adalah tempat orang memperoleh perlindungan yang aman.

Sopo Godang sengaja dibuat tidak berdinding agar rakyat

secara langsung dapat melihat dan mendengar segala hal yang

dibicarakan oleh raja dan namora natoras sebagai pemimpin

mereka. Tidak ada yang tertutup tapi semua berlangsung secara

transparan.

Gambar 3. Rumah Adat Sopo Godang tampak samping, terlihat jelas tidak

memiliki dinding.

Sopo godang ini sangatlah unik dan terdapat berbagai

macam bentuk ornamen hiasan tradisional dan ditemukan pada

bagian tutup ari dari Sopo Godang (Balai Sidang Adat).

Ornamen sopo godang ini dalam bahasa mandailing disebut

bolang yang juga berfungsi sebagai simbol atau lambang yang

memiliki makna-makna yang sangat mendalam bagi

masyarakat Mandailing. Di dalamnya terkandung nilai-nilai,

gagasan-gagasan, konsep-konsep, norma-norma, kaidah-

kaidah, hukum dan ketentuan adat-istiadat yang menjadi

landasan dan pegangan dalam mengharungi bahtera kehidupan.

Bolang atau ornament tradisional Mandailing yang

digunakan sebagai Tutup Ari itu terbuat dari tiga jenis material:

(1) Tumbuh-tumbuhan,

Seperti batang bambu yang melambangkan huta

atau bona bulu burangir atau aropik

melambangkan Raja dan Namora Natoras

sebagai tempat meminta pertolongan, pusuk

nirobung yang disebut bindu melambangkan adat

Dalian Na Tolu atau adat Markoum-Sisolkot

(2) Hewan atau binatang,

Seperti hala dan lipan melambangkan “bisa”

yang mempunyaikekuatan hukum, ulok

melambangkan kebesaran dan kemuliaan;

parapoti melambangkan kegiatan mencari nafkah

untuk menghidupi keluarga, tanduk ni orbo

melambangkan bangsawanan

(3) Peralatan hidup sehari-hari,

Seperti timbangan dan podang melambangkan

keadilan; takar melambangkan pertolongan bagi

yang membutuhkan; loting melambangkan

usaha-usaha dalam mencari nafkah, dan lain

sebagainya.

Gambar 4. Bolang atau ornament yang terdapat pada Tutup Ari Rumah adat

Sopo Godang Mandailing

Setiap kelompok masyarakat mempunyai ketentuan

yang harus di ikuti dan dipatuhioleh warganya untuk

kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Dan ketentuan itu harus

di dasarioleh falsafah hidup yang merupakan nilai luhurnya.

Nilai-nilai luhur itu sudah terpatri dalamjiwa yaitu holong dan

domu. Holong dan domu ini merupakan perasaan satu kesatuan

yangharus tertanam di dirinya. Bila sopo godang berdiri, raja

wajib memotong kerbau untuk meresmikannya. Selama sopo

godang berdiri kokoh semua keputusan-keputusan dipatuhi

rakyat, masyarakat tentram dan sejahtera. Jika sopo godang

roboh maupun fungsinya, sejak itulah masyarakat mandailing

mulai tidak teratur aturan-aturan bermasyarakat.

Berikut adalah tinjauan pustaka yaang telah dilakukan peneliti

untuk mengkaji penelitian sebelumnya dengan topik ini.

Page 32: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B32

A. State Of The Art

Pada penelitian yang akan dilaksanakan terlebih

dahulu dilakukan tinjauan pustaka tentang Rumah Adat Sopo

Godang Mandailing dengan kajian estetika timur. Hal ini

dilakukan guna memperkaya pembahasan pada penelitian yang

akan dilakukan. Tinjauan pustaka pada penelitian ini terdiri

atas buku dan jurnal penelitian, antara lain:

1. Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman, oleh

H. Pandapotan Nasution,SH. 2005. Pada buku ini membahas

tentang budaya masyarakat mandailing yang dimana di

dalamnya menceritakan tentang perkembangan budanya

mulai dari wilayahnya sampai kepengaruh modernisasi.

Disamping huta sebagai wadah tempat tinggal kelompok

masyarakat adat mandailing, dikenal kelompok-kelompok

masyarakat lainnya yaitu: banjar, lumban, pagaran, janjian.

2. Adat Hangoluan Mandailing, Tapanuli Selatan oleh Drs.H

Syahmerdan Lubis Gelar Baginda Raja Muda. Dimana dalam

buku tentang adat patujolona, perlengkapan untuk adat

pernikahan sampai penyelesaian adat kematian dan

pemikiran untuk pelestarian adat kedepannya. Di dalamnya

terkandung nilai-nilai, gagasan-gagasan, konsep-konsep,

normanorma, kaidah-kaidah, hukum dan ketentuan adat-

istiadat yang menjadi landasan dan pegangan dalam

mengharungi bahtera kehidupan. Bolang atau ornament

tradisional Mandailing yang digunakan sebagai Tutup Ari

perlambang itu terbuat dari tiga jenis material. Pembuatan

ornamen pada Sopo Godang dan Bagas Godang ini dilakukan

dengan cara menganyam atau menjalin dan ada pula yang

diukir. Bahan yang dipakai sebagai bahan anyaman adalah

lembaran-lembaran bambu yang telah diarit dengan bentuk-

bentuk terentu dan kemudian dipasang pada bagian tutup ari.

Ornamen-ornamen itu sebagian besar diberi warna merah, na

hitam dan na putih yang erat kaitannya dengan kosmologi

Mandailing. Dalam hal ini, merah melambangkan kekuatan,

keberanian dan kepahlawanan; Putih melambangkan

kesucian, kejujuran dan kebaikan; Hitam melambangkan

kegaiban (alam gaib) dalam sistem kepercayaan animisme

yang disebut Sipelebegu.

3. Bentuk Dan Fungsi Rumah Adat Raja Pamusuk

Mandailing, oleh Anni Kholilah. Rosta Minawati dan

Zulhelm Raja Pamusuk adalah raja yang berada di bawah

Raja Ihutan, yang memimpin satu huta. Dalam masyarakat

Mandailing sejarah lahirnya raja tidak dapat dipisahkan

dengan sejarah terbentuknya huta. Raja telah mengubah

suatu huta menjadi suatu tempat yang lebih cocok dan lebih

enak ditinggali. Pengertian raja di Mandailing bukanlah raja

yang absolute, tapi raja sebagai sesepuh yang di dahulukan

selangkah, di tinggikan seranting. Itulah sebabnya pada

waktu terjadi repolusi 45 raja- raja di Mandailing tidak di

musuhi rakyat seperti di daerah lain, malah mereka menyatu

dengan rakyat untuk bersama - sama untuk membebaskan

Indonesia dari penjajahan Belanda. Hal ini menunjukkan

adanya batasan yang jelas antara tata pemerintahan dengan

adat - istiadat, meskipun terjadi perubahan dalam

kelembagaan pemerintahan, namun adat dan tradisi akan

tetap lestari sebagai khazanah budaya Mandailing (Nasution,

Pandapotan, H, SH, 2005: 31). Dari uraian diatas dapat

disimpulkan, bahwa penyelenggaraan kekuasaan

pemerintahan oleh raja-raja dalam kesatuan masyarakat adat

mandailing, ternyata adalah menerapkan system

pemerintahan dan ketatanegaraan seperti saat ini. Struktur

pemerintahan raja-raja mandailing telah memilik ialat-alat

kelengkapan Negara, seperti majelis rakyat(kerapatan adat/

kerapatan sopo godang) , legislatif (namora natoras), kabinet

(pembantu-pembantu raja dalam pelaksanaan pemerintahan)

dan adanya sumber penghasilan dengan system

pemungutanpemungutan dari hasil-hasil di daerah itu.

Rumah adat Mandailing merupakan arsitektur yang khas.

Bagas godang berfungsi sebagai tempat tinggal raja

panusunan maupun raja pamusuk sebagai pemimpin huta.

Biasanya bagas godang raja panusunan lebih besar dari raja

pamusuk. Secara adat bagas godang melambangkan bona

bulu yang berarti bahwa hutan tersebut telah memiliki satu

perangkat adat yang lengkap seperti dalihan natolu, namora

natoras, datu, sibaso, ulu balang, panggora, dan raja

pamusuk sebagai raja adat.

Selain tempat penyelenggaraan upacara adat, bagas godang

juga berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi anggota

masyarakat yang dijamin keamanannya oleh raja. Penutup

sisi atap diatas tangga depan yang berbentuk segitiga disebut

juga alo angin (tamparan angin) atau tutup ari

melambangkan bindu matogu sebagai perlambang dalihan

na tolu.

4. Bentuk Dan Fungsi Sopo Godang Tapanuli Selatan

Mandailing Natal. Oleh Anni Kholilah. Pada penelitian ini

membahas bentuk dan fungsi Sopo Godang Mandailing Natal

dalam hal kehidupan masyarakat Mandailing meliputi rumah

adat, dan kekeluargaan. Pembahasan lebih bersifat deskriptif

yang diharapkan paling tidak dapat memberi gambaran

tentang keberadaan Sopo Godang Mandailing Natal. Sopo

Godang dapat diartikan sebagai rumah besar, berasal dari

bahasa Batak yang biasanya digunakan sebagai tempat pesta

atau acara besar mulai dari pesta perkawinan, Ulang Tahun

atau pertemuan-pertemuan besar yang melibatkan banyak

orang. Unik Sopo Godang adalah milik umum, dan dipakai

oleh umum. Tidak seperti terjamahan bebasnya "Rumah

Besar" Sopo Godang adalah seni dari Rumah biasa yang

ditempati oleh manusia. Sopo Godang biasanya terdiri dari

ruang besar yang bisa menampung banyak orang. Rumah

adat juga sebagai tempat untuk bersilaturrahmi dengan para

pemerintahan dan kerabat setempat. Dalam rumah adat ini

selalu terpajang seperangkat alat kesenian khas Mandailing

yang disebut dengan gordang sembilan. Rumah adat adalah

salah satu tempat adat dan budaya yang sangat khas. Dilihat

dari fungsi, rumah adat Mandailing mencerminkan

keagungan Huta sebagai sebuah masyarakat yang mampu

berdiri sendiri, salah stunya yaitu dengan membentuk dan

menjalankan pemerintahannya sendiri dan serta

mempertahankan budayanya sendiri.

II. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif

kualitatif untuk mendapatkan suatu gambaran yang

menyeluruh dan mendalam mengenai pokok bahasan. Dalam

hal ini, menampilkan analisis terhadap Estetika yang terdapat

pada Rumah Adat SopoGodang Mandailing khususnya dilihat

dari estetika timur.

B. Lokasi

Page 33: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B33

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Desa Huta Godang,

Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal,

Provinsi Sumatera Utara.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan dan

memperoleh informasi terkait objek yang akan diteliti untuk

mencapai tujuan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data

melalui pengamatan langsung atau peninjauan

secara cermat dan langsung di lapangan atau

lokasi penelitian. Dalam hal ini observasi

dilakukan dengan mengunjungi lokasi-lokasi

penelitian seperti di Desa Huta Godang sebagai

tempat yang masih banyak terdapat rumah adat

sopo godang.

2. Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk

mendapatkan data secara lisan tentang Rumah

Adat Sopo Godang di Desa Huta Godang.

Adapun tokoh masyarakat yang

akandiwawancarai adalah pemuka adat yang

mengetahui tentang seluk beluk rumah adatsopo

godang.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan untuk

mengumpulkan data di lapangan berupa

buktifisik bentuk rumah adat sopo godang.

Adapun dokumen-dokumen yang

akandikumpulkan yaitu berupa video ataupun

foto-foto rumah adat sopo godang.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk menjadi bahan

acuan ataupun perbandingan terhadapestetika

rumah adat sopo godang. Studi pustaka

diperlukan sebagai referensi untukmemperoleh

informasi dari penelitian terdahulu mengenai

objek material ataupunobjek formal rumah adat

sopo godang.

D. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya

akan dianalisis secara kualitatif. Penelitian ini adalah deskriptif

yaitu memberikan dan menggambarkan fakta suatu keadaan

mengenai objek penelitian tanpa ada rekayasa pada data-data

yang telah diperoleh.

1. Reduksi

Pada tahap reduksi ini, dilakukan pemusatan dan

pemilihan data-data yang munculdilapangan.

Proses reduksi dilakukan selama penelitian

berlangsung hingga prosespenyusunan laporan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan tahap kedua dalam

teknik analis data. Penyajian datadilakukan saat

data-data dan informasi yang didapatkan di

lapangan telahdikumpulkan. Kemudian, data-

data tersebut disusun dan dilakukan analisis

sehinggamemungkinkan adanya penarikan

kesimpulan yang berhubungan dengan

latarbelakang penelitian.

3. Verifikasi dan Kesimpulan

Tahap terakhir dari teknik analisis data adalah

verifikasi dan kesimpulan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Estetika Timur Rumah Adat Sopo Godang

Dari hasil penelitian yang dilaksakan pada bangunan

Rumah Adat Sopo Godang Mandailing dalam kajian estetika

timur, dapat disimpulkan bahwa sopo godang memiliki tiga

bagian yang akan dibahas yaitu tentang roh dan kepercayaan,

bentuk, komposisi, dan warna yang kan menyangkut dengan

kajian estetika timur pada sopo godang.

Sopo godang adalah rumah adat orang Mandailing

Natal, tempat musyawarah, tempat berkesenian dan lain-lain.

Sopo Godang adalah tempat memusyawarahkan peraturan

adat. Selain itu, tempat ini juga dijadikan untuk pertunjukan

kesenian, tempat belajar adat dan kerajinan, bahkan juga

tempat musyafir bermalam. Berbagai patik, uhum, ugari dan

hapantunan lahir dari tempat ini. Juga disiapkan untuk

menerima tamu-tamu terhormat. Dirancang berkolong dan

tidak berdinding agar penduduk dapat mengikuti berbagai

kegiatan di dalamnya. Karenanya Sopo Godang juga disebut

Sopo Sio Rangcang Magodang, inganan ni partahian

paradatan, parosu-rosuan ni hula dohot dongan. Artinya, Balai

Sidang Agung, tempat bermusyawarah melakukan sidang adat,

menjalin keakraban para tokoh terhormat dan para kerabat.

Gambar 5. Isi dalam Rumah Adat Sopo Godang,

dipergunakan sebagai tempat sidang adat dan balai kesenian.

Bagian dari ornamen yang berbentuk segi tiga yang

disebut dengan tutup ari, bindu atau pusuk robung,

melambangkan sistem sosial Dalian Natolu yang dianut oleh

masyarakat setempat. Bangunan sopo godang (balai sidang

adat) tidak berdinding. Keadaannya yang demikian itu

melambangkan pemerintahan yang harus dijalankan secara

demokratis. Garis-garis geometris (garis lurus) kecuali yang

menggambarkan benda-benda alam seperti matahari, bulan dan

bintang serta bunga.Fungsi utama dari ornamen tersebut bukan

sekadar sebagai hiasan, tetapi berfungsi simbolik untuk

menunjukkan banyak hal yang berkaitan dengan nilai budaya

dan pandangan hidup masyarakat Mandailing. Bagian-bagian

dari bangunan bagas godang diberi nama juga mengandung

makna simbolik.

Page 34: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B34

Gambar 6. Ornamen yang ada pada tutup ari Rumah Adat Sopo Godang.

Sopo godang bukanlah sopo yang biasa, melainkan

sopo yang mempunyai nilai luhur dari nenek moyang

masyarakat itu sendiri. Kalau dikaji dalam estetika timur disini

kita akan melihat sesuatu kepercayaan bagi masyarakat, dalam

suatu pembangunan bersipat kepercayaan terhadap alam gaip

maupun roh-roh. Dalam pembangunan sopo godang seperti

bahan yang digunakan termasuk kayu, kayu yang digunakan

tidak sembarangan kayu, melainkan harus betul-betul kayu

yang kokoh dan kuat. Kayu yang digunakan adalah kayu yang

berada ditengah-tengah hutan, dalam pencarian kayu ada

sebuah unsur kepercayaan masyarakat yaitu memanggil si baso

(mahluk gaib). Pemanggilan sibaso dilakukan oleh orang yang

dipercaya masyarakat mempunyai ilmu terhadap hal-hal yang

kasat mata. Mendirikan sebuah bangunan tradisional harus

melewati suatu ketentuan-ketentuan yang sudah menjadi

kebiasaan atau tradisi yang di atur masyarakat, seperti

pemilihan kayu untuk pembangunan rumah adat akan dipilih

oleh si baso (mahluk gaib).

Dalam pendirian bangunan sopo godang akan di

musyawarahkan dan ditentukan oleh ketua adat dan pimpinan

(raja) daerah. Musyawarah tersebut akan ditetapkan semua

persyaratan yaitu cara mendirikan bangunan, penetuan hari,

bulan dan jam, pemilihan bahan bangunan berupa tiang-tiang,

dindin, atap, pertapakan tanah, arah bangunan, pola hiasan atau

ornamen yang melambangkan adat istiada, dan warna-warna

yang sesuai dengan hiasan upacara ritual. Bangunan adat

adalah lambang kepribadian serta prilaku masyarakatyang

memiliki bangunan tersebut, bangunan adat yang

melambangkan kepribadian suatu suku atau marga di

suatudaerah.

Gambar 7. Tempat Duduk Raja

Dalam kajian estetika timur Bentuk bangunan sopo

godang di huta godang bentuk tiang sebagai penyangga

bangunan umumnya sebuah kayu balok bulat. Sebagai

penyangga bangunan rumah adat, memiliki makna simbol adat,

demikian pula halnya bagi tiang bangunan sopo godang. Tiang

banguna sopo godang huta godang memiliki 10 buah tiang

bangunan, 5 buah berada di samping kiri dan 5 buah berada

disamping kanan. Sopo godang memiliki tangga ganjil yaitu 3

buah, letak dan tangga ini tergantung dengan kebutuhan. Letak

tangga yang terdapat di rumah adat sopo godang Mandailing

memiliki arti yang sangat penting, letak tangga dan jumlah

anak tangga mentukan status atau kedudukan dalam prilaku

adat. Tangga yang memiliki bangunan rumah dengan genap

biasanya merupakan dari penguasa raja.

Page 35: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B35

Gambar 8. Rumah Adat Sopo Godang tampak secara keseluruhan

Komposisi Sopo Godang mengarah ke Bagas godang.

Karena itu, kedua bangunan tersebut dimuliakan dalam

kehidupan masyarakat. Adat istiadat Mandailing menjadikan

kedua bangunan adat tersebut sebagai milik masyarakat Huta

tanpa mengurangi kemulian Raja dan keluarganya yang berhak

penuh menempati Bagas Godang. Oleh kerana itu, pada masa

lampau Bagas Godang dan Sopo Godang maupun Alaman

Bolak Silangse Utang dengan sengaja tidak berpagar atau

bertembok memisahkannya dari rumah-rumah penduduk Huta.

Sopo Godang harus mempunyai sebidang halaman yang cukup

luas. Oleh kerana itulah maka kedua bangunan tersebut

ditempatkan pada satu lokasi yang cukup luas dan datar dalam

Huta. Halaman Bagas Godang dinamakan Alaman Bolak

Silangse Utang (Halaman Luas Pelunas Hutang). Sesiapa yang

mencari perlindungan dari ancaman yang membahayakan

dirinya boleh mendapat keselamatan dalam halaman ini.

Menurut adat Mandailing, pada saat orang yang sedang dalam

bahaya memasuki halaman ini, ia dilindungi Raja, dan tidak

boleh diganggu-gugat.

Dalam kajian ini terdapat juga warna khas dalam adat

sopo godang Mandailing, warna ini tidak lepas dari adat.

Dalam bindu segi tiga atau tutup ari selalu menonjolkan warna

khas yaitu merah, hitam dan putih. Ornamen-ornamen itu

sebagian besar diberi warna na rara (merah), na lomlom (hitam)

dan na bontar (putih) yang erat kaitannya dengan kosmologi

Mandailing. Dalam hal ini, na rara melambangkan kekuatan,

keberanian dan kepahlawanan; na bontar melambangkan

kesucian, kejujuran dan kebaikan; na lomlom melambangkan

kegaiban (alam gaib) dalam sistem kepercayaan animisme

yang disebut Sipelebegu. Warna pasti tidak datang dengan

sendirinya melainkan akan tetap dimusyawarahkan oleh

masyaraka daerah, dan akan disepakati dalam rumah adat sopo

godang disetujui oleh raja. Dalam dunia timur, aspek, rasa, luar

akal, misteri, teka teki, kekacauan fantasi diterima sebagai

suatu dunia yang berada diatas yang bersifat rasional.

Masyarakat timur adalah masyarakat yang hidup dalam

kebudayaan yang senantiasa dengan menggukan bahasa alam.

Begitu juga dengan masyarakat mandailing dalam menentukan

warna-warna alam pada rumah adat sopo godang mandailing,

karna bagi mereka alam merupakan bahasa tubuh bagi

masyarakat daerah.

IV. SIMPULAN

Rumah adat Mandailing mencerminkan keagungan

Huta sebagai sebuah masyarakat yang mampu berdiri sendiri,

salah stunya yaitu dengan membentuk dan menjalankan

pemerintahannya sendiri dan serta mempertahankan

budayanya sendiri. Sopo Godang adalah rumah adat

Mandailing Natal, Sopo Godang merupakan balai adat, dan

tempat berkesenian bagi masyarakat Mandailing Natal. Sopo

godang ini terletak persis didepan rumah Bagas Godang,

dengan ukuran lebih kecil di bandingkan dengan Bagas

Godang, dan arahnya menghadap ke bagas godang. Sopo

Godang ini sudah lama berdiri dimana waktu itu di bawah

pimpinan raja junjungan. Sampai sekaran Sopo Godang Ini

masih utuh dan letaknya di huta godang ulu pungkut. Sopo

Godang ini sangatlah berarti buat masyarakat mandailing,

karena di dalam Sopo Godang ini sangat tegak hukum dan adat.

Sopo Godang menegakkan keadilan seadil-adilnya,

jika ada seseorang yang bersalah akan di adili di dalam sopo

godang ini baik itu anak raja maupun masyarakat dan

disaksikan oleh masyarakat itu sendiri, supaya masyarakat tau

akan perkara yang akan di adili oleh raja. dan di dalamnya

terdapat juga alat berkesenian seperti gordang sembilan.

Gordang sembilan ini gunanya untuk memaiinkan alat musik

dengan sembilan irama, diantaranya untuk memanggil si baso

( makhluk gaib ) untuk mendatangkan hujan.

Tiangnya yang kokoh dan kuat yang terdapat ganjil,

anak tangga yang ganjil. Itu semua mereka buat dengan angka

ganjil, begitu juga dengan alat kesenian yang ganjil. Karna bagi

mereka angka ganjil merupakan angka yang paling tinggi.

bangunan adat tersebut melambangkan keagungan masyarakat

Huta sebagai suatu masyarakat yang diakui sah

kemandiriannya dalam menjalankan pemerintahan dan adat

dalam masyarakat Mandailing.

Page 36: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B36

REFERENSI

[1] Kartika, Sony Dharsono, 2007, Estetika, Rekaya Sains, Bandung.

[2] Kholilah, Anni, 2014, Bentuk Dan Fungsi Rumah Adat Raja Pamusuk

Mandailing, Padangpanjang, Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padangpanjang.

[3] Kholilah, Anni, 2018, Bentuk Dan Fungsi Sopo Godang Tapanuli Selatan

MandailingNatal, Cilacap, Institut Agama Islam Imam Ghozali. [4] Lubis, Syahmerdan, 1997, Adat Hangoluan Mandailing, Tapanuli

Selatan.

[5] Nasution, Pandapotan, 2005, Adat Budaya Mandailing dalam

Tantangan Zaman, Sumatera Utara, FORKALA.

[6] Sachari, Agus, 2002, Estetika Makna Simbol dan Daya, Bandung,

ITB.

[7] Situmorang, Oloan, 1979, CV Angkasa Wira Usaha. Arti

Perlambangan Dalam Seni Ornamen Pada Rumah Adat Mandailing. [8] Situmorang, Oloan, 1979, CV Angkasa Wira Usaha. Mengenali

Bangunan Serta Ornamen Rumah Adat Daerah Mandailing Dan

Hubungannya Dengan Perlambangan Adat.

Page 37: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B37

Intelektual Kapital dan Sosial Kapital Serta Dampaknya Terhadap Kemiskinan Masyarakat

Pesisir Aceh Utara

Yuli Anisah1, Busra2, Halimatus sa’diah3, Kheriah4, Syarifuddin5

1,2,3,4Staf pengajar Jurusan Tata Niaga politeknik Negeri Lhokseumawe, 5Staf pengajar Universitas Gajah Putih

[email protected]

Abstrak–- Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor –faktor yang mempengaruhi keberdayaan masyarakat miskin dipesisir

Aceh Utara, yang dapat dikembangkan sehingga masyarakat miskin pesisir dapat diberdayakan. Masyarakat pesisir pada umumnya

merupakan penduduk dengan tingkat ekonomi yang rendah, yang disebabkan oleh banyak faktor yang saling kait mengkait. Dari

sisi anggaran pemerintah, Aceh Utara mendapatkan limpahan fiskal yang besar karena otonomi khusus, tetapi angka kemiskinan

masih tetap tinggi, bahkan termasuk kedalam beberapa kabupaten di Aceh dengan angka kemiskinan tertinggi. Hal ini tentu

bertolak belakang dengan banyaknya anggaran pembangunan yang diterima. Disisi lain, masyarakat juga memiliki potensi besar

yang dapat dikembangkan untuk mengatasi kemiskinan berupa kearipan lokal. Penelitian ini dilakukan kabupaten Aceh Utara

terutama daerah pesisir di dua kecamatan Yaitu kecamatan Bayu dan Kecamatan Lapang., selanjutnya dipilih dua desa dari masing-

masing kecamatan. Pemilihan sample secara stratified random sampling. Responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga

miskin sejumlah 150 responden yang ada didesa pada kecamatan yang dipilih. Dengan menggunakan AnalisisStruktural Equation

Modelling (SEM) ditemukan bahwa konstruk modal intelektual dan modal sosial memberikan dampak yang besar bagi peningkatan

keberdayaan. Dilihat dari indikator kontruk intelektual kapital, indikator pendidikan, pengalaman dan kapasitas individu

memberikan dampak paling tinggi dalam pembentukan konstruk tersebut. Sementara indikator yang paling menonjol dalam

konstruk modal sosial adalah indikator jaringan sosial, solidaritas soaial, dan inklusi sosial.

Kata Kunci: Modal sosial, Modal intelektual, Konstruk, Indikator, kemiskinan.

Abstract— This study aims to analyze the factors that influence the empowerment of the poor on the coast of North Aceh, which can

be developed so that the coastal poor can be empowered. Coastal communities, in general, are residents with a low economic level,

which is caused by many interrelated factors. In terms of government budgets, Aceh Utara receives a large fiscal overflow due to

special autonomy, but poverty rates remain high, even including some of the districts in Aceh with the highest poverty rates. This is

certainly contrary to the amount of development budget received. On the other hand, the community also has great potential that can

be developed to overcome poverty in the form of local irregularities. The research was carried out in North Aceh regency, especially

in the coastal areas in two sub-districts, namely Bayu sub-district and Lapang sub-district, then two villages from each sub-district

were chosen. The sample selection is stratified random sampling. Respondents in this study were 150 poor households in the village in

the selected sub-district. By using Structural Equation Modeling Analysis (SEM), it was found that the construct of intellectual capital

and social capital had a great impact on increasing empowerment. Judging from the indicators of intellectual capital construction,

indicators of education, experience, and capacity of individuals provide the highest impact in the formation of these constructs. While

the most prominent indicators of social capital constructs are social network indicators, social solidarity, and social inclusion.

Keywords: Social capital, intellectual capital, Constructions, Indicators, poverty.

I. PENDAHULUAN

Persoalan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat

bukanlah persoalan yang berdiri sendiri. Kemiskinan

disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor ekonomi, sosial

budaya dan politik, keamanan dan alam. Ketidakberdayaan

yang terjadi didalam masyarakat tidak bisa hanya dianalisis

dengan masalah ekonomi saja, [1]. Ketidakmampuan dalam

ekonomi terkait dengan banyak variabel penyebab. Secara

umum kemiskinan disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,

ketidaksamaan kepemilikan sumberdaya. Kedua, kualitas

sumberdaya yang dimiliki berbeda. Ketiga, perbedaan dalam

akses terhadap modal, [2]; [3]

Upaya pengentasan kemiskinan dengan berbagai program

untuk peningkatan keberdayaan masyarakat miskin baik

program regional maupun sektoral telah banyak dilakukan.

Program pengentasan kemiskinan yang di canangkan oleh

pemerintah pusat merupakan program nasional yang

dilaksanakan secara serentak diseluruh kabupaten kota yang

ada di Indonesia, termasuk Aceh Utara. Meskipun demikian,

angka kemiskinan masih saja tinggi di Aceh dan menyebar

disemua kabupaten kota yang ada di Aceh.

Saat ini, persoalan kemiskinan telah menarik perhatian

banyak pihak, baik akademisi, ilmuan, lembaga swadaya

masyarakat, terutama pemerintah.[4] Perhatian yang

mendalam ditujukan pada pertanyaan pokok mengapa

masyarakat tetap miskin, sementara ekonomi tumbuh,

pembiayaan pembangunan bertambah, seharusnya

pertumbuhan ekonomi akan mengurangi kemiskinan disuatu

negara. [5] ;[6]

Penyebab munculnya kemiskinan sangatlah komplek dan

beragam, kemiskinan dapat disebabkan oleh faktor alam,

ekonomi, politik, dan juga budaya. Berbagai faktor

kemiskinan membentuk lingkaran yang sulit diputus, sehingga

rumah tangga miskin tetap miskin. [7] Definisi kemiskinan

pun saat ini tidak hanya terbatas pada masalah moneter saja,

Permasalahan kemiskinan diterima di seluruh dunia,

tidakhanya kekurangan ekonomi, tetapi juga pengucilan

sosial, kurangnya kesempatanatau pelayanan publik, dan

kerentanan atau paparan risiko, [8]; [9]; [10]

Rumah tangga miskin sulit untuk melepas diri dari

kemiskinan, sehingga diperlukan perubahan sosial yang

memadai, baik perubahan budaya, sikap maupun pola pikir.

Untuk keluar dari kemiskinan diperlukan pertumbuhan

ekonomi yang tinggi, modal yang cukup, [11] juga diperlukan

sumberdaya manusia yang cukup, nilai-nilai yang

mendukung serta attitud, [10]; [12]: [13]

Page 38: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B38

Kemiskinan merupakan masalah yang multidimensi.

Program penanganan kemiskinan yang dilaksanakan oleh

pemerintah selama ini masih menempatkan penduduk miskin

sebagai objek, yang tidak perlu dilibatkan dalam setiap

pengambilan keputusan publik. Pada dasarnya, penduduk

miskin memiliki potensi yang besar untuk keluar dari

kemiskinan. Memberdayakan penduduk diperlukan langkah

dan kebijakan yang menyentuh akar persoalan kemiskinan.

Konstruksi hubungan antar berbagai permasalahan

kemiskinan juga perlu dipahami secara mendalam guna

memudahkan perumusan penyelesaian masalah kemiskinan

dan merancang strategi yang tepat. Untuk itu perlu diketahui

apa yang dapat meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin

sehingga pemerintah dapat menyusun konsep kebijakan yang

sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian

program peningkatan keberdayaan masyarakat miskin dapat

tepat sasaran dan berdaya guna.

II. METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode campuran, dimana

data diolah secara kualitatif dan quantitatif. Metode Kualitatif

dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan

karakteristik kemiskinan yang terjadi di Aceh. Metode

Kuantitatif, dengan menggunakan statistik inferensi untuk

menjelaskan dampak beberapa variabel penelitian. Alat

statistik yang digunakan adalah Regresi Logistik dan

Structural Equation Modelling (SEM). Populasi dalam

penelitian ini adalah penduduk Aceh Utara yang berada di

dua kecamatan yang dipilih yaitu kecamatan syamtalira bayu

dan kecamatan tanah pasir tahun 2018. Pemilihan sampel

dilakukan secara bertahap dimulai dari memilih dua

kecamatan dari masing-masing kabupaten, selanjunya dipilih

3 gampong yang berada di daerah pesisir dari masing-masing

kecamatan. Pemilihan sampel dilakukan dengan Purvosive

sampling.

Analisis SEM dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: (1)

Model specification, (2) Identification, (3) Estimation, (4)

Testing fit, (5) Respecification. Pada penilitian ini pengolahan

dilakukan dengan bantuan program komputer yaitu AMOS,

yang merupakan salah satu program yang handal untuk

analisis model kausalitas. Teknik analisis yang dipilih adalah

Maximum Likelihood Estimation (ML). Persamaan disusun

sebagaimana hubungan kausalitas yang dijelaskan secara

teori dalam kerangka pemikiran penelitian ini.

𝑌1 = 𝛼1𝑋1 + 𝛼2𝑋2 + 𝜀1 … . . (1)

Dimana

𝑋1 adalah Intelektual Capital

𝑋2 adalah Social Capital

𝑌1 adalah Keberdayaan

𝛼1, 𝛼1 adalah besarnya koefisien variabel

𝜀1 adalah error term

Persamaan konstruk intelektual kapital adalah

𝑋1.1 = 𝛽1𝑋1 + 𝑒1.1........(2)

𝑋1.2 = 𝛽1𝑋1 + 𝑒1.2........(3)

𝑋1.3 = 𝛽1𝑋1 + 𝑒1.3........(4)

𝑋1.4 = 𝛽1𝑋1 + 𝑒1.4........(5)

𝑋1.5 = 𝛽1𝑋1 + 𝑒1.5.........(6)

a. Persamaan dan model konstruk untuk variabel social

capital.

𝑋21 = 𝛽1𝑋2 + 𝑒2.1........(7)

𝑋2.2 = 𝛽1𝑋2 + 𝑒2.2......(8) 𝑋2.3 = 𝛽1𝑋2 + 𝑒2.3.......(9) 𝑋2.4 = 𝛽1𝑋2 + 𝑒2.4......(10) 𝑋2.5 = 𝛽1𝑋2 + 𝑒2.5......(11) C. Model persamaan untuk konstruk Keberdayaan.

𝑌1.1 = 𝛽1𝑌1 + 𝑒3.1........(12) 𝑌1.2 = 𝛽1𝑌1 + 𝑒3.2.......(13) 𝑌1.3 = 𝛽1𝑌1 + 𝑒3.3........(14) 𝑌1.4 = 𝛽1𝑌1 + 𝑒3.4........(15) 𝑌1.5 = 𝛽1𝑌1 + 𝑒3.5........(26)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini akan menjelaskan temuan empiris penelitian

berdasarkan uji model yeng digunakan dalam penelitian ini.

Model dianalisis dengan menggunakan analisis structural

equation modeling (SEM). Dalam analisis Struktural equation

modelling sebuah model diharuskan memenuhi uji goodness

of fit, untuk menentukan model yang baik. Jika model

memenuhi kelayakan uji goodness of fit barulah dikatakan

model yang digunakan model yang baik, tidak ada perbedaan

antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian

populasi. Pada Tabel 1 dibawah, semua kriteria uji goodness

of fit menunjukan bahwa model yang digunakan memenuhi

kriteria uji. TABEL I

HASIL GOODNESS OF FIT MODEL

Kriteria Nilai Cut-off

Value

Evaluasi

Model

CMIN/DF 1,649 ≤ 2,00 Good Fit

RMSEA 0,066 ≤ 0,08 Good Fit

GFI 0,905 ≥ 0,90 Good Fit

AGFI 0,854 ≥ 0,90 Marginal

Fit

TLI 0,933 ≥ 0,90 Good Fit

CFI 0,950 ≥ 0,90 Good Fit

Pengaruh dari masing-masing variabel seperti pada tabel 2.

Variabel bebas memiliki pengaruh signifikan, hasil ini

mendukung hipotesis awal bahwa variabel bebas memiliki

pengaruh yang positif dan dignifikan terhadap kemiskinan di

Aceh, ditunjukan oleh nilai probabilitas p≤ 0,05 serta nilai

critical ratio ≥ 2, [14]

TABELII.

KOEFISIEN HUBUNGAN ANTAR VARIABEL BEBAS TERHADAP KEMISKINAN DI ACEH

Variabel

Independen

Keteranga

n Estimate C.R. P

Intelektua Capital → Keberdayaan

Signifikan 0,291

4,356 0,000

SosialKapital→

Keberdayaan signifikan

0,203 2,521 0,012

Setelah model memenuhi kriteria kelayakan model,

selanjutnnya dilakukan uji struktural model untuk melihat

bagaimana pengaruh dari masing- masing variabel terhadap

kemiskinan. Disamping itu, uji ini juga untuk melihat

seberapa besar kontribusi masing-masing indikator

terhadap konstruk atau variabel. Indikator dikatakan

memiliki konstribusi yang besar dalam menjelaskan

konstruk jika nilai loading indikator berada diatas 0,5. [15]

Page 39: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B39

TABEL III.

LOADING INDICATOR CONSTRUCT

Indikator Konstru

k

Estim

ate S.E. C.R. Prob

Kapasitas

Individu

Intelektu

an

Kapita

,850

Pendapatan ,613 ,154 7,351 ***

Pengalaman ,570 ,101 6,664 ***

keahlian ,530 ,125 6,540 ***

Pendidikan ,632 ,163 7,516 ***

Inklusi dan

Kohesi

Sosial Kapita

,689

Komunikasi ,737 ,174 7,466 ***

Kerjasama ,547 ,096 5,898 ***

Solidaritas ,661 ,084 7,001 ***

Jaringan ,721 ,114 7,886 ***

Peningkatan

Keterampilan

Keberda

yaan

,745

Peningkatan

kapasitas ,704 ,120 9,564 ***

Peningkatan

partisipasi ,718 ,177 9,683 ***

Kualitas

konsumsi ,599 ,119 7,956 ***

Kepemilikan Aset

,998 ,211 12,553 ***

Note: ***) significant pada satu persen

Indikator Variabel yang tinggi menunjukan

besarnya kontribusi indikator terhadap pembentukan

variabel. indikator yang signifikan memberntuk intelektual

kapital adalah pendidikan, kapasitas individu dan

pendapatan keluarga. Sementara sosial kapital ditentukan

oleh jaringan yang dimiliki oleh setiap individu,

komunikasi yang baik antar anggota masyarakat, serta

kohesi dan inklusi sosial dalam komunitas. Indikator yang

memiliki nilai yang tinggi merupakan variabel keputusan

yang dapat digunakan untuk meningkatkan keberdayaan

masyarakat miskin.

IV. KESIMPULAN

Penelitian ini menganalisis pengaruhIntelektual

kapital dan Sosial Kapital terhadap Keberdayaan

masyarakat miskin di Aceh Utara. Berdasarkan hasil uji

yang dilakukan dengan pendekatan analisis structural

equation modelling (SEM) didapat bahwa seluruh variabel

secara signifikan mempengaruhi tingkat keberdayaan di

Aceh Utara Dengan demikian semua konstruk

memberikan kontribusi pada keberdayaan, meskipun

besarnya konstribusi sangat bervariasi.

Dilihat dari konstruk Intelektual kapital, terdapat

tiga indikator yang memberikan kontribusi yang relatif

lebih besar pada pengurangan kemiskinan yaitu

peningkatan pendidikan dan kapasitas indiividu dan

pendapatan. Rumah tangga yang memilikipendidikan dan

keahlian yang memadai akan lebih mudah dalam

melakukan diversifikasi pendapatan. Dari konstruk sosial

kapital, indikator jaringan yang dimiliki dan

Solidaritasserta inklusi sosial memberikan konstribusi pada

keberdayaan Diperlukan upaya pemberdayaan secara

berkesinambungan untuk memberdayaakan masyarakat

miskin melalui proses penyadaran, peningkatan kapasitas

dan pendayaan.

Meskipun penelitian ini telah menjawab

sebehagian permasalahan kemiskinan di Aceh, namun

penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, pertama:

variabel dan indikator dalam penelitian ini masih terbatas,

selanjutnya, penggunaan variabel intervensi belum

digunakan dalam model, hal ini dapat menjadi penelitian

lanjutan bagi peneliti yang concern dengan kemiskinan.

REFERENSI

[1] Huafeng, Zhang. (2014). The Poverty Trap Of Education:

Education–Poverty Connections In Western China.

International Journal Of Educational Development , pp. 1-12.

[2] Bourguignon, Francois. and Satya, R. Chakraparty. (2003). The Measurement Of Multidimensional Poverty. Jounal

Economic Inequality. vol 1.pp. 25-49.

[3] Trommlerova, Sofia. Karina .et al. (2015). Determinants Of Empowerment In A Capability-Based Poverty Approach:

Eviden From Gambia. World Development, vol. 66, pp. 1-15.

[4] Alkire Sabina and Santos, M. Emma. (2014). Measuring Acute Poverty in the Developing World: Robustness and Scope of

the Multidimensional Poverty Index. World Development .vol

59, pp. 251-274. [5] Daher, M., & Haz, A. M. (2011). Changing meanings through

art: A systematization of a psychosocial intervention with

Chilean women in urban poverty situation. American Journal of Community Psychology, 47(3-4), 322-334.

[6] Garavan, T. N., Morley, M., Gunnigle, P., & Collins, E.

(2001). Human capital accumulation: the role of human resource development. Journal of European Industrial

Training, 25(2/3/4), 48-68.

[7] Rohima, Siti, at al. (2013) . Vicious Circle Analysis Of Poverty And Interpresunership. Journal Of Bussiness And

Manajement. vol 7 (1) pp. 33-46

[8] Orbeta Jr, Aniceto C. (2005). Poverty, Vulnerability and Family Size:Evidence from the Philippines. ADB Institute

Research Paper .

[9] Bayudan-Dacuycuy, C., & Lim, J. A. (2013). Family size, household shocks and chronic and transient poverty in the

Philippines. Journal of Asian Economics, 29, 101-112.

[10] Mihai, Meheila, et. al. (2015). Education And Poverty. Procedia Economics And Finance, vol,32, pp. 855-860.

[11] Rodriguez, J., Loomis, S., & Weeres, J. (2007). The cost of

institutions: Information and freedom in expanding economies. Springer.

[12] Lewis, Oscar. (1966). The Culture of Poverty. American. Vol,

215 Number 4. pp 19-25 [13] Lamont, Michele and Small, L. Mario. (2010). Cultural

Diversity And Anti-Poverty Policy. Published by Blackwell

Publishing Ltd., 9600 Garsington Road, Oxford,

[14] Cline, B. Rex. (2011). Principle And Practice of Structural

Equation Modelling. New York, The Guilford Press

[15] Haryono, Siswoyo. (2017). Metode SEM Untuk Penelitian Manajemen , Amos, Lisrel, PLS: Jakarta, Luxima

Page 40: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B40

Intelectual Capital Industri Perbankan

Edy Zulfiar1, Zusma Widawati2, Hamdani3, Abdul Halim3

1,3 Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 INDONESIA [email protected]

2 [email protected]

[email protected]

[email protected]

Abstrak— Intelectual capital (IC) merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran intangible

assest. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tentang gambaran intellectual capital pada perusahaan perbankan di Indonesia.

Penelitian ini dilakukan pada bank umum devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2018. Populasi penelitian ini

adalah seluruh bank umum devisa yang sudah go public dan beroperasi di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2016 sampai dengan

tahun 2018. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah bank umum devisa di Indonesia per Desember 2018 adalah 37

bank. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive/judgment sampling. Besar sampel yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 36 Bank Umum Devisa di Indonesia. Intellectual Capital yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja

IC yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh physical capital (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital

(STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAICTM

Kata kunci— Intelectual capital, physical capital, human capital, structural capital.

Abstract— Intellectual capital (IC) is one of the approaches used in the assessment and measurement of intangible assests. This study

aims to obtain an overview of intellectual capital in banking companies in Indonesia. This research was conducted at foreign exchange

commercial banks listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016 - 2018. The study population was all foreign exchange commercial

banks that had gone public and operated in Indonesia in the period of 2016 to 2018. Based on data from the Financial Services Authority

( OJK), the number of foreign exchange commercial banks in Indonesia as of December 2018 is 37 banks. Sampling is done by using

purposive / judgment sampling method. The sample size used in this study were 36 foreign exchange commercial banks in Indonesia.

Intellectual Capital referred to in this study is IC performance measured based on value added created by physical capital (VACA),

human capital (VAHU), and structural capital (STVA). The combination of the three value added is symbolized by the name VAICTM

Keywords— Intelectual capital, physical capital, human capital, structural capital.

I. PENDAHULUAN

Dewasa ini, perhatian terhadap praktik pengelolaan aset

tidak berwujud (intangible assest) telah meningkat1. Salah satu

pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran

intangible assest tersebut adalah intellectual capital (IC) yang

telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik

manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun

akuntansi.2,1

Munculnya “new economy”, yang secara prinsip didorong

oleh perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan,

juga telah memicu tumbuhnya minat dalam intellectual

capital.2,3 Salah satu area yang menarik perhatian baik

akademisi maupun praktisi adalah yang terkait dengan

kegunaan IC sebagai salah satu instrument untuk menentukan

nilai perusahaan.4,5 Hal ini telah menjadi isu yang

berkepanjangan, dimana beberapa penulis menyatakan bahwa

manajemen dan sistem pelaporan yang telah mapan selama ini

secara berkelanjutan kehilangan relevansinya karena tidak

mampu menyajikan informasi yang esensial bagi eksekutif

untuk mengelola proses yang berbasis pengetahuan

(knowledge-based processes) dan intangible resources.6

Selama ini, pembedaan antara intangible assets dan IC

telah disamarkan ke dalam pengertian intangible yang

keduanya dirujuk pada istilah goodwill. Hal ini dapat

ditelusuri pada awal tahun 1980-an ketika catatan dan

pemahaman umum tentang nilai intangible, biasanya diberi

nama goodwill, mulai tampak dalam praktek bisnis dan

akuntansi.7

Dalam penelusuran praktek pencatatan intangible tersebut,

Akuntansi tradisional tidak dapat menyajikan informasi

tentang identifikasi dan pengukuran intangibles dalam

organisasi, khususnya organisasi yang berbasis pengetahuan.7,8

Jenis intangible baru seperti kompetensi karyawan, hubungan

dengan pelanggan, model-model simulasi, sistem administrasi

dan komputer tidak diakui dalam model pelaporan manajemen

dan keuangan tradisional. Bahkan dalam prakteknya, beberapa

intangible tradisional, seperti pemilikan merek, paten dan

goodwill, masih jarang dilaporkan di dalam laporan

keuangan.7,9 Kenyataannya, IAS 38 tentang Intangibles assets

melarang pengakuan merk yang diciptakan secara internal,

logo (mastheads), judul publikasi, dan daftar pelanggan.9

Di Indonesia, fenomena IC mulai berkembang terutama

setelah munculnya PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang aset

tidak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit

sebagai IC, namun lebih kurang IC telah mendapat perhatian.

Menurut PSAK No. 19, aset tidak berwujud adalah aset non-

moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud

fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau

menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak

lainnya, atau untuk tujuan administratif.10

Paragraph 09 dari pernyataan tersebut menyebutkan

beberapa contoh dari aktiva tidak berwujud antara lain ilmu

pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem

atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual,

pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk

merek produk/brand names). Selain itu juga ditambahkan

piranti lunak komputer, hak paten, hak cipta, film gambar

hidup, daftar pelanggan, hak pengusahaan hutan, kuota impor,

waralaba, hubungan dengan pemasok atau pelanggan,

kesetiaan pelanggan, hak pemasaran, dan pangsa pasar.

Page 41: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B41

Meskipun PSAK 19 yang di dalamnya secara implisit

menyinggung tentang IC telah mulai diperkenalkan sejak

tahun 2000, namun dalam dunia praktek IC masih belum

dikenal secara luas di Indonesia.11 Perusahaan-perusahaan di

Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam

membangun bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkannya

masih miskin kandungan teknologi.11 Di samping itu

perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian

lebih terhadap human capital, structural capital, dan customer

capital. Padahal semua ini merupakan elemen pembangun IC

perusahaan.12

Bertolakbelakang dengan meningkatnya pengakuan IC

dalam mendorong nilai dan keunggulan kompetitif perusahaan,

pengukuran yang tepat terhadap IC perusahaan belum dapat

ditetapkan. Misalnya, Pulic tidak mengukur secara langsung

IC perusahaan, tetapi mengajukan suatu ukuran untuk menilai

efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan

intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient -

VAIC™). Komponen utama dari VAIC™ dapat dilihat dari

sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA -

value added capital employed), human capital (VAHU - value

added human capital), dan structural capital (STVA -

structural capital value added).13,14,15

Tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis pengetahuan

adalah untuk menciptakan value added. Sedangkan untuk

dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat

tentang physical capital (yaitu dana-dana keuangan) dan

intellectual potential (direpresentasikan oleh karyawan dengan

segala potensi dan kemapuan yang melekat).13 Intellectual

ability (yang kemudian disebut dengan VAIC™) menunjukkan

bagaimana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan

intellectual potential) telah secara efisiensi dimanfaatkan

oleh perusahaan.13

Hubungan antara VAIC™ dengan kinerja keuangan telah

dibuktikan secara empiris oleh Firer dan Williams di Afrika

Selatan. Hasilnya mengindikasikan bahwa hubungan antara

efisiensi dari value added IC (VAIC™) dan tiga dasar ukuran

kinerja perusahaan (yaitu profitabilitas ROA, produktivitas

ATO, dan MB - market to book value) secara umum adalah

terbatas dan tidak konsisten. Secara keseluruhan, hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa physical capital

merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan.16

Chen et al. menggunakan model Pulic (VAIC™) untuk

menguji hubungan antara IC dengan nilai pasar dan kinerja

keuangan perusahaan dengan menggunakan sampel perusahaan

publik di Taiwan. Hasilnya menunjukkan bahwa IC (VAIC™)

berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja

keuangan perusahaan. Bahkan, Chen juga membuktikan bahwa

IC (VAIC™) dapat menjadi salah satu indikator untuk

memprediksi kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu,

penelitian ini juga membuktikan bahwa investor mungkin

memberikan penilaian yang berbeda terhadap tiga komponen

VAIC™ (yaitu physical capital, human capital, dan structural

capital).17

Mavridis dan Kamath memilih khusus sektor perbankan

sebagai sampel penelitian. Hasil kedua penelitian ini

menunjukkan bahwa VAIC™ dapat dijadikan sebagai

instrument untuk melakukan pemeringkatan terhadap sektor

perbankan di Jepang dan India berdasarkan kinerja IC-nya.

Mavridis dan Kamath mengelompokkan bank (berdasarkan

kinerja IC) dalam empat kategori, yaitu (1) top performers,

(2) good performers, (3) common performers, dan (4) bad

performers.18

Selanjutnya, Tan et al. menggunakan 150 perusahaan yang

terdaftar di bursa efek Singapore sebagai sampel penelitian.

Hasilnya konsisten dengan penelitian Chen et al. (2005)

bahwa IC (VAIC™) berhubungan secara positif dengan

kinerja perusahaan; IC (VAIC™) juga berhubungan positif

dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini

juga membuktikan bahwa rata-rata pertumbuhan IC (VAIC™)

suatu perusahaan berhubungan positif dengan kinerja

perusahaan di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini

mengindikasikan bahwa kontribusi IC (VAIC™) terhadap

kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya.19

Metode VAIC™, dikembangkan oleh Pulic, didesain untuk

menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari

aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud

(intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Model ini

dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan

value added (VA). Value added adalah indikator paling

objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value

creation).13 VA dihitung sebagai selisih antara output dan

input.14

Tan et al. menyatakan bahwa output (OUT)

merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan

jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup

seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue.

Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan

(labour expenses) tidak termasuk dalam IN.19 Karena peran

aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential

(yang direpresentasikan dengan labour expenses) tidak

dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam

komponen IN.14 Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic

adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan

nilai (value creating entity).19

VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC)

dan Structural Capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah

capital employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan

VACA. VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan

oleh satu unit dari physical capital.

Pulic mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE

menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan

yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam

memanfaatkan CE-nya.14 Dengan demikian, pemanfaatan CE

yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan.19

Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. ‘Value Added

Human Capital’ (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA

dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga

kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan

kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam

perusahaan.19 Konsisten dengan pandangan para penulis IC

lainnya, Pulic berargumen bahwa total salary and wage

costs adalah indikator dari HC perusahaan.14

Hubungan ketiga adalah “structural capital coefficient”

(STVA), yang menunjukkan kontribusi structural capital (SC)

dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan

merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam

penciptaan nilai.19 SC bukanlah ukuran yang independent

sebagaimana HC, SC dependent terhadap value creation.14

Artinya, menurut Pulic, semakin besar kontribusi HC dalam

value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam

hal tersebut. SC adalah VA dikurangi HC, yang hal ini telah

Page 42: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B42

diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri

tradisional.14

Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual

perusahaan dengan menjumlahkan coefisien-coefisien yang

telah dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut

diformulasikan dalam indikator baru yang unik, yaitu

VAIC™.19

Keunggulan metode VAIC™ adalah karena data yang

dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan

jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung

berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang

standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan

perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya

menghasilkan indikator keuangan dan non-keuangan yang

unik yang hanya untuk melengkapi profil suatu perusahaan

secara individu. Indikator-indikator tersebut, khususnya

indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh

perusahaan yang lain.19 Konsekuensinya, kemampuan untuk

menerapkan pengukuran IC alternatif tersebut secara konsisten

terhadap sample yang besar dan terdiversifikasi menjadi

terbatas.16

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor

perbankan di Indonesia. Pengamatan dilakukan selama 3

tahun berturut-turut, yaitu 2016, 2017, dan 2018.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi empiris yang dilakukan

untuk mengetahui intellectual capital (yang diukur dengan

VAIC™) pada bank devisa di Indonesia.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh bank umum devisa

yang sudah go public dan beroperasi di Indonesia dalam kurun

waktu tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Berdasarkan

data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah bank umum devisa

di Indonesia per Desember 2018 adalah 37 bank.

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

purposive/judgment sampling. Besar sampel yang digunakan

dalam penelitian ini sebanyak 36 Bank Umum Devisa di

Indonesia

D. Variabel penelitian

Intellectual Capital yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kinerja IC yang diukur berdasarkan value added yang

diciptakan oleh physical capital (VACA), human capital

(VAHU), dan structural capital (STVA). Kombinasi dari

ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAICTM

yang dikembangkan oleh Pulic (1998; 1999; 2000).

Formulasi dan tahapan perhitungan VAIC™ adalah sebagai

berikut:

Tahap I : Menghitung Value Added (VA). VA dihitung sebagai

selisih antara output dan input (Pulic, 1999).

VA = OUT - IN

Dimana:

OUT (Output) : Total penjualan dan pendapatan lain.

IN (Input) : Beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain

beban karyawan).

Tahap II: Menghitung Value Added Capital Employed (VACA).

VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu

unit dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi

yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added

organisasi.

VACA = VA/CE

Dimana: VA : Value added.

CE : Capital Employed: dana yang tersedia (ekuitas,

laba bersih)

Tahap III: Menghitung Value Added Human Capital (VAHU).

VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan

dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini

menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang

diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi.

VAHU = VA/HC

Dimana: VA : Value added HC : Human Capital: beban karyawan.

Tahap IV: Menghitung Structural capital Value Added

(STVA). Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi

bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

STVA = SC/VA

Dimana:

SC : Structural Capital: VA – HC

VA : Value added

Tahap V: Menghitung Value Added Intellectual Coefficient

(VAIC™). VAIC™ mengindikasikan kemampuan intelektual

organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business

Performance Indicator). VAIC™ merupakan penjumlahan

dari 3 komponen sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU, dan

STVA.

VAICTM = VACA + VAHU +STVA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Intelectual Capital Bank Devisa

Tabel 1 di bawah ini menunjukkan statistik descriptif atas

variabel dependen VAICTM dan komponen-komponen yang

membentuknya, yaitu: VACA, VAHU dan STVA untuk

periode tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Tabel 1 Rata-rata intellectual capital bank devisa

Tahun Intelectual Capital

VACA VAHU STVA VAICTM

2016 0,293 2,221 3,388 5,902

2017 0,287 2,095 0,597 2,978

2018 0,291 2,271 -1,604 0,958

Tabel 1 di atas menjelaskan bahwa nilai rata-rata (mean)

VAICTM industri perbankan di Indonesia untuk tahun 2016

adalah sebesar 5.902 dengan standard deviation 6.028.

Sedangkan untuk tahun 2016 dan 2018, nilai mean VAICTM

turun menjadi 2.978 dan 0.958 dengan standard deviation

2.124 dan 6.665. Hal ini menunjukkan bahwa untuk tahun

2016 dan 2018, sebaran data VAICTM memiliki variasi yang

relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2005.

Nilai rata-rata VAICTM tahun 2016 ini sedikit lebih besar

daripada nilai mean semua jenis industri di Taiwan yang

menunjukkan angka 5.494,17 juga lebih besar dibandingkan

dengan industri perbankan di Jepang yang mean VAIC-nya

hanya 1.07 dan India yang sebesar 4.112.18 Hal yang sama

Page 43: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B43

ditunjukkan oleh nilai mean STVA sebesar 3.388, jauh lebih

besar dari Taiwan (0.788) dan Afrika Selatan (-0.313).

Komposisi yang fluktuatif tampak dari nilai mean VACA

yang menunjukkan angka 0.293, sedikit lebih besar daripada

keseluruhan jenis industri di Taiwan (0.080) dan Jepang (0.16),

tetapi lebih kecil dari Afrika Selatan (0.468) dan India (0.615).

Demikian juga dengan nilai mean VAHU yang sebesar 2.221,

lebih kecil dari Taiwan (4.627) dan India (3.497), namun lebih

besar dari Afrika Selatan (2.078) dan Jepang (0.91).

Secara umum, kinerja IC perusahaan perbankan di

Indonesia tahun 2004 masuk dalam kategori “top performers”

berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Mavridis (2005) dan

Kamath (2007). Suatu bank akan masuk dalam kelompok “top

performers” bila memiliki skor VAICTM di atas 5.00. Jika

skornya antara 4.00 sampai dengan 5.00, maka masuk kategori

“good performers”, dan kategori “common performers” untuk

yang memiliki skor antara 2.5 sampai 4.00. Sedangkan

perusahaan dengan skor VAICTM di bawah 2.5 masuk dalam

kategori “bad performers”.

Sedangkan Mavridis (2005) ketika mengelompokkan

bank-bank di Jepang berdasarkan kinerja IC-nya menyatakan

bahwa skor VAICTM minimal untuk masuk dalam kategori

“top performers” adalah 2.02. Kategori “good performers”

untuk skor antara 1.04 sampai 1.97. Perusahaan dengan skor

antara 0.03 sampai 0.97 masuk dalam kelompok “common

performers”, dan kategori “bad performers” untuk perusahaan

yang memiliki skor di bawah 0.03.

Berdasarkan pengklasifikasian tersebut, kategori

perusahaan perbankan di Indonesia berdasarkan kinerja IC-

nya selama 3 tahun pengamatan dapat disajikan sebagai

berikut:

Tabel 2. Kategori Kinerja Intelectual Capital (IC) Bank

Devisa

Tahun Kategori Kinerja IC

Versi Kamath Versi Mavridis

2016 Top Performers Top Performers

2017 Common Performers Top Performers

2018 Bad Performers Common Performers

Secara umum dalam tiga tahun pengamatan, value added

terbesar yang dimiliki perusahaan dihasilkan oleh efisiensi dari

human capital. Artinya, perusahaan perbankan di Indonesia

telah berhasil “memanfaatkan” dan memaksimalkan keahlian,

pengetahuan, jaringan, dan olah pikir karyawannya untuk

menciptakan nilai bagi perusahaan. Dari sisi shareholder,

kondisi ini jelas menguntungkan karena menunjukkan

kemampuan manajemen dalam mengelola organisasi untuk

kepentingan pemegang saham (pemilik). Menurt Firer dan

Williams (2003), hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

memberikan perhatian yang lebih terfokus terhadap upaya

untuk memaksimalkan pemanfaatan tangible assets daripada

pengembangan human capital.

Dalam pandangan teori stakeholder, perusahaan memiliki

stakeholders, bukan sekedar shareholder. Kelompok-

kelompok ‘stake’ tersebut meliputi pemegang saham,

karyawan, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan

masyarakat (Riahi-Belkaoui, 2003). Dalam konteks ini,

karyawan telah berhasil ditempatkan dan menempatkan diri

dalam posisi sebagai stakeholders perusahaan, sehingga

karyawan tersebut memaksimalkan intellectual abilitynya

untuk menciptakan nilai bagi perusahaan. Hal ini dibuktikan

dengan adanya value creation yang dilakukan oleh karyawan

meskipun dengan penerimaan (gaji, biaya pelatihan, dsb.)

yang tidak maksimal dari perusahaan.

Hasil pengujian untuk data tahun 2016 menunjukkan

bahwa VACA dan VAHU memiliki nilai t-statistik signifikan

untuk menjelaskan konstruk VAIC. Hasil penelitian ini

konsisten dengan temuan Mavridis (2005) dan Kamath (2007)

yang menyatakan bahwa untuk kasus industri perbankan,

komponen VAICTM yang relevan adalah VACA dan VAHU.

Hal ini juga mendukung pernyataan Pulic (1998) ketika kali

pertama memperkenalkan metode VAICTM yang menyatakan

bahwa intellectual ability suatu perusahaan dibangun oleh

physical capital (VACA) dan intellectual potential (VAHU).

Jika dilihat perspektif yang pesimis, temuan penelitian ini

mendukung sinyalemen beberapa kelompok buruh (misalnya

Serikat Pekerja Nasional - SPN, Serikat Pekerja Seluruh

Indonesia - SPSI, dsb.) bahwa telah terjadi eksploitasi terhadap

tenaga kerja di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan

rendahnya gaji tenaga kerja Indonesia dibandingkan dengan

tenaga kerja di negara lain. Bahkan, gaji tenaga kerja Indonesia

dihargai jauh lebih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja

asing yang bekerja di Indonesia.

Berdasarkan data-data empiris, sistem upah yang

umumnya diberlakukan di perusahaan-perusahaan

menempatkan pekerja pada posisi yang kurang

menguntungkan (Antoni, 2007). Dalam pembagian

keuntungan misalnya, kelompok kerja menempati posisi yang

marginal. Penetapan upah kerja didasarkan pada prinsip

keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan, dan

dinamika upah kerja tidak berkaitan langsung dengan

produktivitas. Artinya tinggi rendahnya upah riil banyak

tergantung pada manajer perusahaan, atau bahkan pada

pemilik perusahaan (Hikam, 1996; Wiranta, 1998). Dalam

penetapan upah, pekerja merupakan kelompok yang tidak

perlu dilibatkan dan mereka kurang menikmati keuntungan

perusahaan yang seharusnya mereka peroleh. Kondisi inilah

yang antara lain mendorong pemerintah untuk ikut campur

tangan dan memberlakukan sistem upah minimum regional

(UMR) (Masduqi, 1996; Hikam, 1998).

IV. KESIMPULAN

Secara umum dalam tiga tahun pengamatan, value added

terbesar yang dimiliki perusahaan dihasilkan oleh efisiensi dari

human capital. Hasil pengujian untuk data tahun 2016

menunjukkan bahwa VACA dan VAHU memiliki nilai t-

statistik signifikan untuk menjelaskan konstruk VAIC.

REFERENSI

[1] Harrison, S., and P.H. Sullivan. 2010. “Profitting form intellectual

capital; Learning from leading companies”. Journal of Intellectual

Capital. Vol. 1 No. 1. pp. 33- 46. [2] Petty, P. and J. Guthrie. 2010. “Intellectual capital literature review:

measurement, reporting and management”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 2. pp. 155-75.

[3] Bontis, N. 2011. “Intellectual capital questionnaire”. vailable online at:

www.bontis.com.. [4] Edvinsson, L. and M. Malone. 2007. Intellectual Capital: Realizing

Your Company’s True Value by Finding Its Hidden Brainpower.

HarperCollins, New York, NY. [5] Sveiby, K.E. 2011. “Method for measuring intangible assets”.

Available online at: www.sveiby.com/articles.

[6] Bornemann, M., and K.H. Leitner. 2012. “Measuring and reporting intellectual capital: the case of a research technology organisation”,

Singapore Management Review. Vol. 24 No. 3. pp. 7-19.

Page 44: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B44

[7] International Federation of Accountants. 1998. “The Measurement

and Management of Intellectual Capital”. available online at:

www.ifac.org.

[8] Guthrie, J., R. Petty, F. Ferrier, and R. Well. 2009. “There is no

accounting for intellectual capital in Australia: review of annual

reporting practices and the internal measurement of intangibles within Australian organisations”. Paper presented at the International

Symposium Measuring and Reporting Intellectual Capital: Experiences,

Issues and Prospects, OECD, June. Amsterdam. [9] International Accounting Standards Board. 2004. “Summary of IAS

38”. available online at: www.iasplus.com.

[10] Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 19. Salemba Empat. Jakarta

[11] Abidin. 2010. “Upaya Mengembangkan Ukuran-ukuran Baru”. Media

Akuntansi. Edisi 7. Thn. VIII. pp. 46-47. [12] Sawarjuwono, T. 2013. “Intellectual capital: perlakuan, pengukuran,

dan pelaporan (sebuah library research)”. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan. Vol. 5 No. 1. pp. 35-57. [13] Pulic, A. 1998. “Measuring the performance of intellectual potential in

knowledge economy”. Paper presented at the 2nd McMaster Word

Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the

Austrian Team for Intellectual Potential.

[14] . 1999. “Basic information on VAIC™”. Available

online at: www.vaic-on.net.

[15] . 2000. “VAICTM - An accounting tool for IC

management”. Available online at: www.measuring-ip.at/Papers/ham99txt.htm.

[16] Firer, S., and S.M. Williams. 2013. “Intellectual capital and traditional

measures of corporate performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No. 3. pp. 348- 360.

[17] Chen, M.C., S.J. Cheng, Y. Hwang. 2015. “An empirical investigation

of the relationship between intellectual capital and firms’ market value and financial performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6 N0.

2. pp. 159-176

[18] Mavridis, D.G. 2014. “The intellectual capital performance of the Japanese banking sector”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 5 No.

3. pp. 92-115.

[19] Tan, H.P., D. Plowman, P. Hancock. 2017. “Intellectual capital and financial returns of companies. Journal of Intellectual Capital. Vol. 8

No. 1. pp. 76-95.

Page 45: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B45

Kajian Hubungan Pembiayaan Murabahah, Biaya Operasional dan Profitabilitas PT Bank

Muamalat Indonesia

Fakriah1, Mukhlis2, Noviana Isra Yolanda3*

1,2,3 Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 Indonesia [email protected]

[email protected]

[email protected]

Abstrak— Studi ini mengkaji mengenai hubungan pembiayaan murabahah, biaya operasional dan profitabilitas. Objek penelitian yaitu

PT Bank Muamalat Indonesia. Pendekatan metode untuk penelitian ini dipilih dengan metode asosiatif kausal. Jenis penelitian dipilih

dengan pendekatan kuantitatif. Data sekunder yang digunakan berupa data dengan deret waktu, yang merupakan data secara triwulan

selama sepuluh tahun, dimulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2018. Sumber data yaitu laporan keuangan triwulanan PT Bank

Muamalat Indonesia. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Pengujian terhadap data

dengan menggunakan pengujian statistik dan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji

heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi. Hipotesis yang diajukan bahwa diduga pembiayaan murabahah, biaya

operasional dan profitabilitas memiliki pengaruh signifikan baik secara parsial dan simultan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

kajian ini secara simultan memberikan hubungan positif atau pengaruh positif dan signifikan dari variabel pembiayaan murabahah,

biaya operasional dan profitabilitas. Akan tetapi bila dikaji secara parsial hasil pengujian menunjukkan bahwa pembiayaan

murabahah dan profitabilitas memiliki hubungan negatif dan signifikan, untuk variabel biaya operasional dan profitabilitas hubungan

negatif dan signifikan.

Kata kunci— Muamalat, Pembiayaan, Murabahah, biaya, Operasional, Profitabilitas.

Abstract— This study examines the relationship between murabaha financing, operating expenses and profitability. The object of research

is PT Bank Muamalat Indonesia. The method approach for this research was chosen by a causal associative method. This type of research

was chosen with a quantitative approach. The secondary data used in this study is in the form of time series data, which is quarterly data

for ten years, starting from 2009 until 2018. The data source is quarterly financial statements of PT Bank Muamalat Indonesia's. The

analysis was performed using the method of multiple linear regression analysis. Testing of the data using statistical testing and testing classic

assumptions. The classic assumption tests used are normality test, heteroscedasticity test, multicollinearity test, and autocorrelation test. The

hypothesis is proposed that murabaha financing, operational expenses and profitability are suspected to have a significant effect both

partially and simultaneously. The results of testing the data indicate that this study simultaneously provides a positive relationship or positive

and significant influence of murabaha financing variables, operating expenses and profitability. However, if it is examined partially the test

results show that murabaha financing and profitability have a negative relationship and significant effect, for the variable operational

expenses and profitability a negative and significant relationship.

Keywords— Muamalat, Financing, Murabaha, expenses, Operations, Profitability

I. PENDAHULUAN

Indonesia telah menerapkan juga sistem perbankan dengan

prinsip syariah. Definisi dari bank menurut undang-undang

nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank merupakan

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Untuk bank

syariah menurut undang-undang nomor 21 tahun 2008

ddDefinisikan sebagai bank syariah sebagai bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah,

lebih lanjut dalam undang-undang ini disebutkan bahwa

menurut jenisnya bank syariah terdiri dari bank umum syariah

dan bank pembiayaan rakyat syariah.

Salah satu tolak ukur eksistensi dari perkembangan ekonomi

syariah di Indonesia dapat dikaji dari perkembangan perbankan

syariah. Bank Muamalat merupakan bank yang pertama kali

menerapkan sistem syariah dalam operasionalnya di Indonesia,

oleh karenanya Bank Muamalat juga menjadi pioneer bagi bank

lainnya untuk menerapkan sistem syariah. Konsep bank umum

dengan sistem bunga telah lebih dahulu diterapkan oleh

perbankan di Indonesia mengalami berbagai goncangan akibat

krisis moneter, salah satunya goncangan yang dialami bank

umum tersebut ditandai dengan likuidasi dan merger ataupun

akuisisi dari beberapa bank umum. Krisis moneter pada tahun

1998 telah menjadi titik balik dari bank umum untuk mulai

melirik sistem syariah. Hal tersebut kembali diperkuat dengan

disahkannya Aturan tentang perbankan syariah ini melalui

Undang-Undang nomor 21 tahun 2008. Undang-undang

tersebut didasari dengan pengaturan sebelumnya melalui

Undang-undang nomor 7 tahun 1992, yang kemudian diubah

dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998.

Dengan peranan yang cukup penting yang dalam

perekonomian, khususnya dalam kegiatan moneter ini, bank

syariah dituntut untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya.

Kinerja bank dapat diukur dengan profitabilitas yang dicapai,

dikarenakan kinerja perbankan bersumber pada keuntungan

bank yang utama berasal dari keputusan pembiayaan (Sutrisno,

2016, dalam Agza dan Darawanto). Profitabilitas digunakan

oleh perusahaan dan juga pihak luar, hal ini memiliki beberapa

bertujuan (Asriyanti dan Syafruddin, 2017:37) yaitu sebagai

berikut:

1. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh

perusahaan dalam suatu periode tertentu.

2. data profitabilitas digunakan untuk menilai laba

perusahaan sebelumnya dengan tahun sekarang.

Page 46: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B46

3. untuk menilai bagaimana perkembangan laba dari

waktu ke waktu, dan

4. tujuannya adalah mengukur produktifitas dari seluruh

dana perusahaan yang digunakan baik modal

pinjaman maupun modal sendiri.

Bagi Industri perbankan, profitabilitas digunakan sebagai

suatu rasio yang mengukur kemampuan bank dalam

menghasilkan laba. Rasio ini dijelaskan melalui beberapa rasio

yaitu rasio Return on Assets (ROA), rasio Return on Equity

(ROE), rasio Return on Sales (ROS), rasio Return on Capital

Employed (ROCE), rasio Return on Investment (ROI), Earning

Per Share (EPS), Margin Laba Kotor (GPM) dan Margin Laba

Bersih (NPM). Untuk kebutuhan kajian ini hanya mengkaji dari

rasio Return on Assets (ROA).

Rasio Return on Assets (ROA) merupakan suatu ratio yang

digunakan untuk menilai persentase keuntungan (laba) yang

diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total harta,

sehingga efisiensi suatu perusahan dalam mengelola asetnya

dapat terlihat dari persentase ratio ini. Ratio ini diperoleh

dengan membagikan total laba bersih dengan total aset/harta.

(Kusuma, 2017). Penggunaan variabel ROA juga dilakukan

oleh Ardansyah (2016), hasil kajiannya menunjukkan bahwa

variabel ROA memberikan pengaruh pada profitabilitas pada

PT Fika Abadi Mandiri.

Pembiayaan merupakan suatu fungsi yang dijalankan oleh

bank syariah dalam rangka untuk menghasilkan laba

operasionalnya. Terdapat beberapa bentuk pembiayaan dalam

bank syariah seperti dijelaskan oleh Karim (2014:97) yaitu

pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah dan

musyarakah), pembiayaan dengan bentuk jual beli (murabahah,

salam dan istishna’) dan juga pembiayaan dengan prinsip

ujroh/sewa. Untuk kajian ini hanya digunakan pembiayaan

dengan bentuk jual beli yaitu murabahah. Tingginya

pertumbuhan pembiayaan murabahah mendorong profitabilitas

bank (Haq, 2015). Hasil pengujian pembiayaan murabahah

memberikan pengaruh positif dan signifikan dilakukan pada

bank Mega syariah (Sastrawan, 2015). Pembiayaan murabahah

mempengaruhi profitabilitas juga telah disimpulkan oleh

Ferdian (2013) yang mengkaji data di bank Muamalat dengan

periode data 1997 sampai dengan 2006. Penelitian tersebut

menyebutkan bahwa koefisien pembiayaan murabahah

mencapai 1,090.

Hasil penelitian mengenai hal lain yang turut mempengaruhi

profitabilitas (ROA) adalah pengaruh dari pengaruh biaya

operasional terhadap profitabilitas, ini dapat dikaji dari hasil

yang diperoleh oleh Adnyana (2016) yang disimpulkan bahwa

biaya operasional memberikan pengaruh terhadap profitabilitas.

Nafarin dalam Marliana (2016) memberikan batasan mengenai

biaya operasional merupakan biaya usaha pokok perusahaan

selain harga pokok penjualan. Biaya usaha terdiri dari biaya

penjualan, biaya administrasi dan umum. Ongkos atau beban

(expense) adalah jumlah aktiva yang terpakai atau jasa yang

digunakan dalam proses menghasilkan laba, sedangkan biaya

adalah pengeluaran kas (komitmen membayar kas dimasa

depan) dengan tujuan menghasilkan laba (Warren, 2005).

Konsep biaya dan beban berbeda dari tujuan yang dicapai

setelah pembayaran dilakukan. Untuk penelitian ini digunakan

terminologi biaya operasional. Biaya Operasional memberikan

pengaruh negatif terhadap profitabilitas sebagaimana

disimpulkan dalam penelitian (Winarso, 2014).

Berangkat dari beberapa kajian sebelumnya di atas maka,

kajian ini bermaksud dan bertujuan adalah untuk menganalisis

hubungan dari pembiayaan murabahah dan biaya operasional

dengan profitabilitas, baik secara bersamaan (simultan)

maupun secara terpisah (parsial) pada Bank Muamalat di

Indonesia.

Hipoesis yang diangkat dalam kajian ini sebagai jawaban

sementara dalam suatu penelitian dapat dijelaskan sebagai

berikut:

H01 = diduga bahwa secara simultan pembiayaan murabahah,

biaya operasional tidak berpengaruh dan signifikan pada

profitabilitas PT Bank Muamalat Indonesia

H02 = diduga bahwa secara parsial pembiayaan murabahah,

biaya operasional tidak berpengaruh dan signifikan pada

profitabilitas PT Bank Muamalat Indonesia

Ha1 = diduga bahwa secara simultan pembiayaan murabahah,

biaya operasional berpengaruh dan signifikan pada

profitabilitas PT Bank Muamalat Indonesia

Ha2 = diduga bahwa secara parsial pembiayaan murabahah,

biaya operasional berpengaruh dan signifikan pada

profitabilitas PT Bank Muamalat Indonesia

II. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang dipilih dalam kajian ini dengan

pendekatan kuantitatif dengan metode asosiatif kausal. metode

asosiatif kausal ini digunakan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel atau lebih. Variabel dalam kajian ini adalah

pembiayaan murabahah dan biaya operasional sebagai variabel

bebas dan ratio profitabilitas sebagai variabel terikat. Untuk

ratio profitabilitas menggunakan ratio Return on Assets (ROA).

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui

bagaimana hubungan atau pengaruh pembiayaan murabahah

dan biaya operasional terhadap profitabilitas dari PT Bank

Mualamat Indonesia. Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan data kuantitatif meliputi laporan

keuangan. Kajian ini memilih data dengan jenis data deret

waktu atau time series dari lapran keuangan sejak tahun 2009

sampai dengan tahun 2018. Data sekunder ini merupakan

publikasi dari lembaga Otoritas Jasa Keuangan melalui website

resminya. Penelitian ini menggunakan observasi tidak langsung

yaitu dengan membuka website resmi lembaga yang

bersangkutan dengan mengunduh objek yang diteliti sehingga

diperoleh data dan laporan keuangan.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi

linear berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui

hubungan dari variabel-variabel yang diteliti. Pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.

Persamaan regresi yang akan diuji adalah sebagai berikut:

ROA = ɑ + ß1LnM + ß2LnO + ei

Keterangan :

ROA = Profitabilitas

M = Pembiayaan Murabahah

O = Biaya Operasional

ɑ, ß1 = Parameter

ei = error term

Uji asumsi klasik yang digunakan untuk menguji kajian ini

dengan tujuan agar mengetahui nilai dari koefisiennya. hal ini

dilakukan untuk menghindari terjadinya bias dan efisien.

Pengujian ini dilakukan sebelum menganalisis regresi berganda.

Pengujian klasik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi

empat pengujian yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji

multikolinearitas dan uji outokorelasi.

Page 47: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B47

Uji normalitas bertujuan untuk menguji regresi yang dipakai

memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Ada

beberapa cara untuk mengetahui normalitas data diantaranya,

dengan menggunakan grafik normal P-Plot dan asumsi yang

digunakan pada grafik yaitu jika nilai residual yang terdistribusi

normal akan terletak di sekitar garis horizontal dan tidak jauh

dari garis diagonal. Selain dengan meggunakan grafik cara lain

untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan

cara uji statistik One-Sample Kolmogorov Smirnov Test. Jika

nilai sig (2-tailed) lebih besar dari tingkat signifikan (0,05),

maka mengindikasikan variabel terdistribusi normal.

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heterokedastisitas.

Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas yaitu dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara

variabel dependen dengan residualnya. Apabila titik-titik pada

grafik membentuk suatu pola tertentu maka terjadi

heteroskedastisitas, dan apabila tidak berbentuk pocla tertentu

atau titik menyebar seara acak maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi yang digunakan ditemukan ada atau tidaknya

korelasi (hubungan) antar variabel independen. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel

independen. Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya terjadi

korelasi antar varibel independen ini dapat dilihat dari besarnya

nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Batas nilai

tolerance dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terdapat

korelasi antara salah satu variabel independen dengan

variabel-variabel independen lainnya atau terjadi

multikolinearitas.

2. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak

terjadi korelasi antara salah satu variabel independen

dengan variabel-variabel independen lainnya atau tidak

terjadi multikolinearitas.

3. Uji multikolinearitas juga dapat dilihat dari nilai korelasi

antar variabel indepeden, jik nilai korelasi antar variabel

di bawah 95% maka dapat disimpulkan tidak terjadi

multikolinearitas.

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi maka dinamakan

autokorelasi. Autokorelasi ini muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah

autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW di bawah -2 (

DW <-2)

b. tidak terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW berada di

antara -2 dan +2 atau (-2 ≤DW≤ +2 )

c. terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW di atas +2 ( DW

> +2)

Pengujian Hipotesis Uji Simultan (Uji F) pengujian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara

simultan atau bersama-sama mempengaruhi variabel dependen

secara signifikan. Pengujian ini menggunaka uji F yaitu dengan

membandingkan F hitung dengan F tabel. Uji ini dilakukan

dengan syarat:

1. Bila F hitung < F tabel maka H0 diterima dan Ha

ditolak, ini berarti bahwa secara bersama-sama

variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen.

2. Bila F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha

diterima, ini berarti bahwa secara bersama-sama

variabel independen berpengaruh terhadap variabel

dependen.

Pengujian ini juga dapat menggunakan pengamatan nilai

signifikan F pada tingkat ɑ yang digunakan. Untuk penelitian

ini tingkat ɑ yang digunakan adalah 0,05 atau 5%. Analisis ini

didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikansi F

dengan nilai signifikansi 0,05 sebagai berikut:

1. Jika signifikansi F < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti

bahwa variabel-variabel independen secara simultan

berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Jika signifikansi F > 0,05 maka H0 diterima yang

berarti bahwa variabel-variabel independen secara

simultan tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.

Pada dasarnya uji t (uji parsial) digunakan untuk mengukur

seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Uji ini

dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Bila t hitung < t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak

yang berarti bahwa variabel-variabel independen

secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.

2. Bila t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima

yang berarti bahwa variabel-variabel independen

secara parsial berpengaruh terhadap variabel

dependen.

Pengujian ini juga dapat menggunakan pengamatan nilai

signifikan t pada tingkat ɑ yang digunakan. Untuk penelitian ini

tingkat ɑ yang digunakan adalah 0,05 atau 5%. Penerimaan atau

penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria:

a. Jika signifikansi t < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti

bahwa variabel-variabel independen secara simultan

berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Jika signifikansi t > 0,05 maka H0 diterima yang

berarti bahwa variabel-variabel independen secara

simultan tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.

Koefisien Determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara

0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen. Kelemahan mendasar pada penggunaan koefisien

determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen

yang ada dalam model. Setiap tambahan satu variabel

independen maka nilai R2 pasti akan meningkat tanpa melihat

apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan

Page 48: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B48

terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti

menganjurkan untuk menggunakan adjusted untuk

mengevaluasi model regresi.

Operasional variabel dalam penelitian merupakan hal yang

sangar penting guna menghindar pemyimpangan atau

kesalahan pada saat pengumpulan data. Penyimpangan muncul

dalam nentuk bias. Definisi dari operasional variabel yang akan

diukur dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Profitabilitas (Variabel ROA atau Y) : Variabel

profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan

rasio Return on Assets (ROA). ROA digunakan untuk

mengukur kemampuan dari manajemen bank

Muamalat dalam memperoleh laba (keuntungan)

secara keseluruhan. Semakin besar rasio ROA suatu

bank, maka menunjukkan semakin besar tingkat

keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut, dengan

demikikian akan mencerminkan bahwa semakin baik

pula penggunaan aset oleh bank tersebut. Variabel ini

diukur dengan Rasio.

2. Pembiayaan Murabahah (Variabel M atau X1) :

Variabel ini dimaksudkan sebagai suatu pembiayaan

dengan bentuk jual beli dengan sayarat tertentu yaitu

penjual menyatakan biaya perolehan barang, tingkat

keuntungan (margin yang diinginkan penjual).

Pengukuran variabel ini adalah sejumlah satuan mata

uang (rupiah) yang kemudian dijadikan dalam bentuk

logarithma alam (ln).

3. Biaya Operasional ( Variabel O atau X1) : yaitu

variabel yang dimaksudkan sebagai sejumlah biaya

yang dikeluarkan atau yang terjadi dalam kaitannya

dengan operasi yang dilakukan perusahaan. Varibel

ini diukur dengan satuan mata uang (rupiah) yang

kemudian dijadikan dalam bentuk logarithma alam

(ln).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PT Bank Muamalat Indonesia merupakan bank syariah

pertama yang didirikan di Indonesia pada tahun 1991, yaitu

pada tanggal 1November 1991. Pendirian bank ini digagasi

oleh Majelis Ulama Indonesia dan beberapa cendekiawan

muslim yang tergabung dalam organisasi ICMI (Ikatan

Cendekiawan Muslim Indonesia). Selain itu juga didukung oleh

beberapa pengusaha muslim yang kemudian mendapat

dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Bentuk dukungan

ini berupa komitmen pembelian saham senilai 84 milyar rupiah

pada saat penandatanganan Akta pendirian perseroan.

Selanjutnya dalam acara silaturrahmi pendirian di Istana Bogor,

diperoleh tambahan modal dari masyarakat Jawa Barat

sejumlah 22 milyar rupiah, sehingga berjumlah 106 milyar,

dukungan pemerintah secara langsung dari Presiden Republik

Indonesia Bapak Soeharto, dan mulai menjalankan bisnisnya

pada 1 Mei 1992.

Dua tahun sejak beroperasi, bank ini mendapatkan izin

sebagai bank devisa dan merupakan lembaga perbankan

pertama di Indonesia yang mengeluarkan sukuk subordinasi

mudharabah. Sejak tahun 2015 bank Muamalat telah menjadi

entitas yang semakin baik dan meraih pertumbuhan jangka

panjang.

Analisis Statistik

Analisis statistik yang dilakukan pada penelitian ini yaitu

analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif dilakukan untuk

memberikan gambaran mengenai nilai rata-rata (mean),

maksimum dan minimun, serta standar deviasi pada seluruh

variabel yang digunakan. Variabel penelitan yang dimaksud

adalah variabel ROA sebagai variabel profitabilitas atau varibel

terikat atau dependen (ROA). Sementara untuk variabel bebas

adalah pembiayaan murabahah (M) dan biaya operasional (O).

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakuan dengan SPSS

versi 18, maka hasil perhitungan adalah sebagai berikut: Tabel III.1

Analisis Statistik Deskriptif

N Min Max Mean Std. Dev

ROA 40 ,08 2,76 ,89 ,707

Pembiayaan Murabahah 40 15,31 17,13 16,483 ,625 Biaya Operasional 40 12,00 14,68 13,56 ,681

Valid N (listwise) 40

Dari tabel di atas digambarkan bahwa n (jumlah data) yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 40 data yang bersumber

dari laporan keuangan triwulan dari PT Bank Muamalat.

Periode data sejak tahun 2009 sampai dengan 2018. Data hasil

analisis statistik dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Return on Assets (ROA)

Berdasarkan hasil yang disajikan pada tabel variabel

ROA memiliki nilai rata-rata sebesar 0,89%. Nilai

tertinggi sebesar 2,76% terjadi pada triwulan I tahun

2009 dan memiliki nilai terendah 0,08 % yang terjadi

pada triwulan IV tahun 2018. Untuk nilai standar

deviasi sebesar 0,70%.

2. Pembiayaan Murabahah

Pada tabel disajikan tersebut menggambarkan

pembiayaan murabahah memiliki nilai rata-rata

sebesar 16,48%. Nilai tertinggi sebesar 17,13%

dicapai pada triwulan I tahun 2018, dan nilai terendah

dialami pada triwulan III tahun 2009 sebesar 15,31.

Untuk nilai standar deviasi sebesar 0,62%.

3. Biaya Operasional

Pada tabel disajikan tersebut menggambarkan biaya

operasional memiliki nilai rata-rata sebesar 13,56%.

Nilai tertinggi sebesar 14,68% yang dicapai pada

triwulan IV tahun 2015, dan nilai terendah dialami

pada triwulan I tahun 2009 sebesar 12,00. Untuk nilai

standar deviasi sebesar 0,68%.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel

dependen dan variabel independen dalam sebuah model regresi

berdistribusi normal atau tidak. Untuk model regresi yang baik,

variabel dependen dan variabel independen berdistribusi

normal atau mendekati normal. Pengujian yang dapat dilakukan

untuk tujuan ini adalah dengan menggunakan analisa One

Sample Kolmogrov Smirnov, grafik histogram dan grafik

normal P-Plot. Ketiga hal tersebut dijelaskan berikut ini:

1. Uji One Sample Kolmogrov Smirnov

Uji One Sample Kolmogrov Smirnov merupakan metode

yang umum yang digunakan untuk menguji normalitas data.

Jika nila KS test signifikan (variabel memiliki tingkat

signifikansi di atas 0,05) maka data terdistribusi normal.

Hasil pengujian One Sample Kolmogrov Smirnov dalam

penelitian ini dapat dilihat di tabel berikut:

Page 49: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B49

Tabel III.1

Analisis Statistik Deskriptif

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation

,54413810

Most Extreme

Differences

Absolute ,137

Positive ,137 Negative -,095

Kolmogorov-Smirnov Z ,869 Asymp. Sig. (2-tailed) ,437

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Dari tabel di atas digambarkan bahwa nilai asymp. sig (2-

tailed) yang diperoleh dari uji Kolmogrov Smirnov yaitu

sebesar 0,437 lebih besar dari tingkat kekeliruan yaitu 0,05 atau

(0,43 > 0,05), dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa

model regresi telah memenuhi asumsi normalitas atau telah

terdistribusi normal.

2. Grafik histogram

Pengujian normalitas juga dapat dibuktikan dengan

menggunakan grafik histogram. Hasil yang diperoleh untuk

penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Bentuk kurva Histogram

Berdasarkan gambar tersebut digambarkan bahwa bentuk

kurva lonceng dari angka nol, kurva tidak menceng ke kiri

ataupun menceng ke kanan. dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwa model berdistribusi normal.

3. Grafik normal P-Plot

Untuk grafik P-Plot dapat disimak pada gambar. 2 berikut

ini:

Gambar 2. Bentuk grafik P-Plot

Dari gambar grafik normal tersebut terlihat bahwa titik-titik

menyebar di sekitar garis dan mengikuti garis diagonal, maka

hal ini menunjukkan bahwa residual tersebut normal.

Uji Heteroskedastisitas

Pada penelitian ini heteroskedastisitas dideteksi dengan cara

melihat grafik plot. Hasil pengujian dapat disimak pada gambar

berikut:

Gambar 3. Bentuk grafik Plot

Hasil uji heteroskedastisitas pada gambar. 3 di atas

menunjukkan bahwa titik menyebar secara acak, ini berarti data

yang digunakan bebas uji heteroskedastisitas sehingga data

layak digunakan untuk model regresi.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dalam penelitian ini digunakan nilai

tolerance dan nilai VIF sebagai indikatornya. Apabila nilai

tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10

maka tidak terjadi multikolinearitas. Untuk uji

multikolinearitas ditunjukkan oleh hasil olahan SPSS sebagai

berikut: Tabel III.3

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Toleran

ce

VIF

1 (Constant) Pembiayaan

Murabahah

,648 1,543

Biaya Operasional ,648 1,543

Berdasarkan tabel III.3 di atas ditunjukkan bahwa variabel

yang memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan juga

variabel yang memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10. Dengan

demikian maka disimpulkan tidak ada multikolinearitas antar

variabel bebas dalam penelitian ini.

Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi pada

penelitian ini dapat disimak pada tabel berikut ini:

Tabel III.4

Uji Multikolinearitas

Model Summaryb

Model R R2 Ad

j.

R2

Std. Error

of the

Estimate

D-W

1 ,64a ,41 ,38 ,56 1,17

a. Predictors: (Constant), Biaya Operasional, Pembiayaan

Murabahah b. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan tabel III.4 di atas ditunjukkan bahwa hail uji

autokorelasi dalam penelitian ini nilai Durbin-Watson (DW)

sebesar 1,17 artinya tidak terdapat autokorelasi dalam

Page 50: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B50

penelitian ini, karena nilai DW yang diperoleh berada diantara

batas -2 sampai dengan +2.

Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil pengolahan data penelitian menunjukkan regresi

berganda untuk variabel penelitian ini seperti disajikan dalam

tabel berikut: Tabel III.5

Koefisien Persamaan Regresi

Coefficientsa

Model Unstdd Coef. Std

Coef. t

Sig

. B Std E

Beta

1 (Constant) 12,6 2,4 5,2 ,00

P. Murabahah -,4 ,18 -,36 -2,3 ,03 B.Operasional -,38 ,16 -,36 2,3 ,03

a. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan informasi dalam tabel III.5 di atas hasil

pengolahan data memberikan model persamaan regresi linear

berganda sebagai berikut:

ROA = 12,6 – 0,4 M – 0,38 O

Berdasarkan persamaan regresi tersebut, dapat

diinterpretasikan bahwa:

1. Nilai konstanta sebesar 12,6

Bila variabel pembiayaan murabahah dan biaya operasional

bernilai nol maka ROA memiliki nilai sebesar konstanta

12,6.

2. Nilai koefisien (ß1) sebesar -0,4

Memberikan arti bahwa variabel pembiayaan murabahah

terdapat hubungan negatif dan signifikan terhadap ROA

sebesar -0,4. artinya pembiayaan murabahah tidak

memberikan pengaruh yang positif untuk kinerja (ROA).

3. Nilai koefisien (ß2) sebesar -0,38

Memberikan arti bahwa variabel biaya operasional terdapat

hubungan negatif dan signifikan terhadap ROA sebesar -

0,378. Hal ini berarti kenaikan biaya operasional akan

menurunkan nilai ROA.

Uji Simultan (Uji F)

Hasil uji F untuk penelitian ini ditunjukkan dalam tabel

berikut: Tabel III.6

Uji F

ANOVAb

Model

Sum of

Squa

res

Df

Mean

Square

F Sig.

1 Regress

ion

7,98 2 3,99 12,79 ,000a

Residual

11,54 37 ,312

Total 19,53 39

a. Predictors: (Constant), Biaya Operasional, Pembiayaan Murabahah

b. Dependent Variable: ROA

Hasil pengujian F yang disajikan di tabel di atas

menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel (12,79 > 3,25), dengan

demikian berarti secara simultan variabel independen

(pembiayaan murabahan dan biaya operasional) berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Uji Parsial (Uji t)

Hasil uji t untuk penelitian ini ditunjukkan dalam tabel III. 5.

Berdasarkan tabel III.5 tersebut dapat dijelaskan untuk masing-

masing variabel sebagai berikut:

1. Untuk variabel pembiayaan murabahan (M)

Hasil uji t menunjukkan nilai thitung < ttabel (-2,3 < 2,02),

maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa

variabel independen (pembiayaan murabahah) secara

parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

(ROA). Hal ini ditunjukkan oleh koefisien negatif. Dengan

demikian dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

hubungan pembiayaan murabahah terhadap ROA negatif

pada bank Muamalat Indonesia.

2. Untuk variabel biaya operasional (O)

Hasil uji t menunjukkan nilai thitung > ttabel (2,3 > 2,02),

maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa

variabel independen (biaya operasional) secara parsial

berpengaruh terhadap variabel dependen (ROA). Hal ini

ditunjukkan oleh koefisien negatif. Dengan demikian dari

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan biaya

operasional terhadap ROA memiliki hubungan negatif pada

bank Muamalat Indonesia.

Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi menginformasikan baik atau

tidaknya model regresi terestimasi. Hasil pengujian koefisien

determinasi dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel III.4.

Berdasarkan tabel III.4 tersebut nilai R square (R2= 0,40) hal

ini berarti variabel bebas (pembiayaan murabahah dan biaya

operasional) memberikan pengaruh sebesar 40% terhadap

variabel terikat (ROA) dalam penelitian ini. Sedangkan nilai R

yang dihasilkan adalah 0,64 artinya variabel bebas

(pembiayaan murabahah dan biaya operasional) mampu

mempengaruhi variabel terikat (ROA) sebesar 64%.

IV. KESIMPULAN

Hasil yang diperoleh dalam penelitian atau kajian ini bahwa

secara simultan pembiayaan murabahah dan biaya operasional

berpengaruh dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada

PT Bank Muamalat Indonesia. Namun pengujian secara parsial

menunjukkan bahwa pembiayaan murabahah menunjukkah

hubungan negatif atau pengaruh negatif dan signifikan

terhadap profitabilitas (ROA) pada PT Bank Muamalat

Indonesia. Sementara untuk biaya operasional menunjukkan

hubungan negatif atau pengaruh negatif dan signifikan terhadap

profitabilitas (ROA) pada PT Bank Muamalat Indonesia.

REFERENSI

[1] Adnyana, Candra Sudha. “Pengaruh Biaya Operasional-Pendapatan Operasional, Pertumbuhan Aset dan Non Performing

Loan Terhadap Return on Asset” E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana. Vol.13 No. 3. 2016 [2] Agza. Yunita, Darwanto, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah,

Musyarakah, dan Biaya Transaksi terhadap Profitabilitas Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah” Jurnal Iqtishadia Vol. 10 No. 1, 2017 [3] Ardansyah, “Pengaruh Biaya Operasional dan Modal Kerja

Terhadap Profitabilitas Pada PP Fika Abadi Mandiri” Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 5 No. 2 2015 Hal. 150-171. 2015

[4] Asriyanti, Elsa. Syafruddin, “ Pengaruh Harga Jual, Volume

Penjualan dan Biaya Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada PT Prisma Danta Abadi (tahun 2014-2016)”,

Measurement, Vol 11 No. 1, Hal. 33-50, 2017

[5] Fees, Reeve & Warren, 2005. Pengantar Akuntansi Edisi 21 Jakarta. Salemba Empat

[6] Ferdian. Arie Bowo. “Pengaruh Pembiayaan Murabahan terhadap

Profitabilitas” Jurnal Studia Akuntansi dan Bisnis. Vol. 1 No. 1. hal. 67-72, 2013-2014

Page 51: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B51

[7] Haq. Rr. Nadia Arini, “Pengaruh Pembiayaan dan Efisiensi

Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah” Perbanas Review,

Vol. 1 No. 1, pp 107-124, November 2015

[8] Karim. A, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:

Rajawali Press, 2014.

[9] Munawir, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta, Liberty, 2010. (2017) Dosen Akuntansi. Com Kusuma, Retno Ayu

https://dosenakuntansi.com/rasio-profitabilitas

[10] Sastrawan. Erwan, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Biaya Operasional dan Cost of Credit terhadap Laba pada Bank Mega

Syariah Area Sulawesi” e-jurnal Katalogis, vol. 3 no. 11, hlm 39-

50, Nopember 2015

[11] Winarso. Widi, “Pengaruh Biaya Opersional Terhadap

Profitabilitas (ROA) PT Industri Telekomunikasi Indonesia

(Persero)”. Jurnal Ecodemica Vol. III No. 2 Hal. 258-272 2014

[12] UU Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 https://www.ojk.go. id/id/kanal/perbankan/regulasi/undang-

undang/Documents/504.pdf

[13] UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_10_98.htm

Page 52: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B52

Pengaruh Sistem Akutansi Keuangan Daerah dan Aktivitas Pengendalian Terhadap

Akuntabilitas Keuangan

pada SKPD Kabupaten Aceh Utara

Mukhlisul Muzahid1, M. Yazid AR2, Rusdy3, Dasmi Husin4

1,2,3,4Jurusan Tata Niaga, Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. Banda Aceh Medan Km. 280 Buketrata 24301INDONESIA [email protected]

Abstrak–Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan

Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Utara. Alat

analisis yang digunakan adalah teknik analisa jalur (path analysis) dengan pertimbangan bahwa pola hubungan antar variabel dalam

penelitian adalah bersifat korelatif dan kausalitas. Model ini akan mampu menjawab bentuk permasalahan yang selama ini terjadi

sehingga tujuan dapat tercapai yaitu mengukur seberapa besar pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Aktivitas

Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan secara simultan maupun secara parsial pada SKPD Kabupaten Aceh Utara.

Responden yang dituju adalah setiap kepala SKPD di Kabupaten Aceh Utara yang berjumlah 40 responden, karena diyakini bahwa

mereka memiliki kemampuan dan tanggung jawab atas akuntabilitas keuangan SKPD yang mereka pimpin. Adapun sumber data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Sumber data primer berasal dari responden yang diperoleh

dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa secara simultan sistem akuntansi keuangan daerah dan aktivitas pengendalian berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan,

dan secara parsial sistem akuntansi keuangan daerah dan aktivitas pengendalian berpengaruh positif terhadap akuntabilitas

keuangan satuan kerja perangkat daerah kabupaten Aceh Utara. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dan pertimbangan

bagi pemerintah daerah khususnya aparatur pemerintah kabupaten Aceh Utara agar meningkatkan kompetensi dalam pelaksanaan

akuntabilitas keuangan.

Kata kunci : SAKD, Aktivitas Pengendalian dan Akuntabilitas Keuangan.

Abstract–This study aims to empirically examine the effect of the application of the Regional Financial Accounting System and

Control Activities to Financial Accountability in the Regional Work Unit of North Aceh Regency. The analytical tool used is a path

analysis technique with the consideration that the pattern of relationships between variables in the study is correlative and causality.

This model will be able to answer the form of problems that have occurred so that the goal can be achieved, namely to measure how

much influence the Regional Financial Accounting System and Control Activities on Financial Accountability simultaneously or

partially on the North Aceh Regency SKPD. The intended respondents were each head of SKPD in North Aceh District, which totaled

40 respondents, because it was believed that they had the ability and responsibility for the financial accountability of the SKPD they

led. The data sources used in this study are primary and secondary data. Primary data sources come from respondents obtained using

data collection techniques through questionnaires and interviews. The results of this study indicate that simultaneous regional

financial accounting systems and control activities affect financial accountability, and partially regional financial accounting systems

and control activities have a positive effect on the financial accountability of North Aceh district work units. The results of this study

are expected to be a reference and consideration for local governments, especially the North Aceh district government apparatus in

order to increase competence in the implementation of financial accountability.

Keywords : SAKD, Financial Control and Accountability Activities.

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Perubahan paradigma pengelolaan keuangan

daerah merupakan suatu tuntutan yang perlu direspon

oleh pemerintah, karena perubahan tersebut mengakibatkan

manajemen keuangan semakin kompleks. Terkait

reformasi pengelolaan keuangan daerah adalah adanya

penggunaan akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah

(Abdul Halim, 2012). Pelaksanaan otonomi daerah tidak

hanya dapat dilihat dari seberapa besar daerah akan

memperoleh sumber-sumber penerimaan daerah dalam

membiayai penyelenggaraan pemerintahannya, tetapi hal

tersebut harus diimbangi dengan sejauh mana instrumen

atau sistem pengelolaan keuangan daerah mampu

memberikan nuansa keuangan yang lebih adil, transparan,

partisipatif dan bertanggun g jawab.

Membangun sistem akuntansi keuangan daerah di

Pemerintahan Daerah merupakan salah satu solusi

pemerintah daerah untuk mengelola keuangan, baik

transaksi yang berkaitan dengan anggaran, operasi

maupun aset, kewajiban dan ekuitas, sehingga pada akhir

periode dapat dihasilkan laporan keuangan. Sistem

akuntansi keuangan ini juga diperlukan untuk

menghasilkan laporan keuangan yang dapat diaudit

(auditable) sehingga memudahkan pengawasan terhadap

penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam hal

transparansi pengelolaan keuangan.

Reformasi pengelolaan sektor publik dengan

meninggalkan administrasi tradisional dan beralih ke New

Public Management (NPM), yang memberi perhatian lebih

besar terhadap pencapaian kinerja dan akuntabilitas,

dengan mengadopsi teknik pengelolaan sektor swasta ke

dalam sektor publik yakni pemerintahan. Penerapan NPM

dipandang sebagai suatu bentuk reformasi manajemen,

depolitisasi kekuasaan, atau desentralisasi wewenang yang

mendorong demokrasi.

Menurut BPK (2010), masih banyaknya opini TMP

dan TW yang diberikan oleh BPK menunjukkan efektivitas

SPI pemerintah daerah belum optimal. Kelemahan

pengendalian intern atas pemerintah daerah sebagian

besar karena belum memadainya unsur lingkungan

pengendalian dan aktivitas pengendalian. Lingkungan

Page 53: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B53

pengendalian yang diciptakan seharusnya menimbulkan

perilaku positif dan kondusif untuk menerapkan SPI.

Namun, masih terdapat kelemahan dalam lingkungan

pengendalian terlihat dari kurang dipahaminya tugas pokok

dan fungsi pada satuan kerja serta kurang tertibnya

penyusunan dan penerapan kebijakan. Sedangkan,

kelemahan atas aktivitas pengendalian tercermin dari

belum memadainya pengendalian fisik atas aset, pencatatan

transaksi yang akurat dan tepat waktu, pengendalian atas

pengelolaan sistem informasi, dan pendokumentasian yang

baik atas sistem pengendalian intern, transaksi, dan

kejadian penting.

Menurut Indra Bastian (2010:259), Permendagri

No. 13/2006 lebih memunculkan birokrasi administrasi

yang terlalu rumit. Contohnya, verifikasi Surat Permintaan

Pembayaran (SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM)

dikaitkan dengan Penerbitan SPD maupun SP2D.

Menurutnya, fungsi verifikasi sudah ditangan oleh

pegawai subbagian verifikasi, dan diperkuat oleh audit

Inspektorat maupun auditor eksternal.

Perubahan dalam pengelolaan keuangan negara

yang terkandung dalam undang-undang tersebut adalah

dalam hubungannya dengan tuntutan akuntabilitas dan

transparansi. Oleh karena itu, hakekat otonomi daerah harus

tercermin dalam pengelolaan keuangan daerah yang

dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan

daerah. Akuntabilitas dapat dikaitkan dengan reformasi saat

ini yang menghendaki pemberantasan KKN, khususnya

korupsi (Abdul Halim, 2008:255). Hal senada dikatakan

oleh Agus Dwiyanto, dkk (2003) bahwa keberadaan praktik

KKN dapat menjadi indikator dari rendahnya akuntabilitas

pemerintah kabupaten dan kota yang menjadi salah satu ciri

penting dari tata pemerintahan yang baik. Kegagalan dalam

mengurangi praktik KKN menunjukkan bahwa pemerintah

daerah gagal mewujudkan tata pemerintahan yang baik.

Fenomena terkini di sektor publik dan pemerintahan

masih rendahnya kualitas laporan keuangan dan juga masih

rendah kualitas hasil audit oleh auditor pemerintah

(inspektorat) atas laporan keuangan, hal ini dapat dilihat dari

masih banyaknya temuan audit yang tidak ditemukan

atau dideteksi oleh auditor inspektorat, akan tetapi

ditemukan oleh auditor eksternal lainnya yaitu Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) melalui pemeriksaan laporan

keuangan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan bahwa

penerapan sistem akuntansi keuangan daerah belum

diterapkan secara sempurna di pemerintah daeah sehingga

mengakibatkan kurangnya akuntabilitas keuangan disektor

pemerintah.

Dari beberapa hasil penelitian dan fenomena yang telah

dipaparkan tersebut maka penelitian ini difokuskan pada

pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan

akuntabilitas keuangan dengan objek penelitian pada

sistem informasi akuntansi dan aktivitas pengendalian.

Peneliti tertarik dengan sistem informasi akuntansi dan

aktivitas pengendalian dikarenakan variabel tersebut

merupakan reformasi pengelolaan keuangan daerah dalam

rangka meningkatkan akuntabilitas keuangan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena tersebut, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah dan Aktivitas Pengendalian secara Simultan

terhadap Akuntabilitas Keuangan pada SKPD Kabupaten

Aceh Utara.

2. Seberapa besar Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah dan Aktivitas Pengendalian secara Parsial

terhadap Akuntabilitas Keuangan pada SKPD Kabupaten

Aceh Utara.

Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan maksud tersebut diatas, maka

tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui :

1. Besarnya Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah dan Aktivitas Pengendalian secara Simultan

terhadap Akuntabilitas Keuangan pada SKPD

Kabupaten Aceh Utara.

2. Besarnya Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah dan Aktivitas Pengendalian secara Parsial

terhadap Akuntabilitas Keuangan pada SKPD

Kabupaten Aceh Utara.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu ekonomi akuntansi

khususnya pada bidang keuangan daerah, selain itu penelitian

dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi aparatur

pemerintah di kabupaten Aceh Utara, dalam

meningkatkan kualitas akuntabilitas keuangan.

b. Bagi pemerintah daerah diharapkan menjadi rujukan

dalam penyusunan kebijakan.

II. Tinjauan Kepustakaan

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berdasarkan

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 merupakan suatu sistem

yang secara komprehensif mengatur prosedur -prosedur

akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas, prosedur

akuntansi selain kas, dan prosedur akuntansi aset.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam setiap

prosedur tersebut adalah fungsi yang terkait, dokumen

yang digunakan, laporan yang dihasilkan, dan uraian teknis

prosedur.

Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006

diganti Permendagri No. 59 Tahun 2007 Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah (SAKD) adalah: “Serangkaian prosedur

mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,

pengikhtisaran, sampai dengan pelaporann keuangan

dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan

APBN/APBD yang dapat dilakukan secara manual atau

menggunakan aplikasi komputer”.

Tujuan utama dari sistem akuntansi merupakan

pemberian serangkaian informasi yang bersifat keuangan

yang akan dipakai oleh pihak pemakai. Abdul Halim (2012)

menyatakan bahwa tujuan akuntansi pada sektor publik

adalah untuk:

1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk

mengelola secara tepat, efisien, dan ekonomis atas

suatu operasi dan alokasi sumber daya yang

dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait

Page 54: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B54

dengan pengendalian manajemen (management

control).

2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi

manajer untuk melaporkan pelaksanaan tanggungjawab

mengelola secara tepat dan efektif program dan

penggunaan sumber daya yang menjadi

wewenangnya; dan memungkinkan bagi pegawai

pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil

operasi pemerintah dan penggunaan dana publik.

Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).

Tujuan laporan keuangan pemerintahan

berdasarkan Governmental Accounting Standars Board

(GASB) dalam Dadang Suwanda (2015), Concept Statement

No.1 adalah sebagai berikut:

“Financial reporting is used in making economic, social,

and political decision, and in assessing accountability

primarily by; (a) comparing actual result with the legally

adopted budget, (b) assessing financial condition and

result of operation, assisting in determi ning compliance

with finance-related laws, rules and regulations and (c)

assisting in evaluating efficiency and effectiveness”.

Bahtiar Arif, dkk (2009) menyatakan bahwa

tujuan akuntansi pemerintahan adalah memberikan

informasi keuangan kepada para penggunannya dalam

rangka pengambilan keputusannya. Selain itu, tujuan

akuntansi pemerintahan adalah untuk akuntanbilitas,

manajerial, pengawasan dan pemeriksaan.

Aktivitas Pengendalian

Pengendalian merupakan salah satu fungsi

manajemen untuk menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan serta

memastikan tujuan dapat tercapai secara efektif dan

efesien. Manajemen adalah mengenai motivasi, organisasi

dan memim pin suatu tim yang terdiri dari orang-orang

dengan aktivitas untuk mencapai tujuan perusahaan yang

telah ditetapkan.

Aktivitas Pengendalian merupakan suatu kebijakan

dan prosedur untuk melakukan kegiatan, mengidentifikasi

risiko dan pengambilan keputusan. Sedangkan menurut

Arens et. al (2015) adalah kebijakan dan prosedur yang

membantu memastikan bahwa tindakan yang perlu telah

diambil untuk mengatasi resiko dalam pencapaian sasaran.

Aktivitas Pengendalian menurut COSO adalah sebagai

berikut:

“Control activities are the policies and procedures that

help ensure management directives are carried out. They

help ensure that necessary actions are taken to address risks

to achievement of the entity's objectives. Control activities

occur throughout the organization, at all levels and in all

functions.”

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan

prosedur untuk membantu memastikan perintah

manajemen telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan

rencana yang telah ditetapkan, serta memastikan

tindakan-tindakan yang perlu telah dilakukan untuk

mengatasi resiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas

pengendalian terdapat pada seluruh tingkatan dan seluruh

fungsi organisasi

Akuntabilitas Keuangan

Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu

perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi

dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan

secara periodik. (Abdul Halim, dkk, 2007:81).

Dalam konteks organisasi pemerintah

akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan

disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah

kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan

tersebut. Pemerintah baik pusat maupun daerah, harus

bisa menjadi subjek pemberi informasi dalam rangka

pemenuhan hak-hak publik.

Akuntabilitas keuangan menurut Abdul Halim

(2012) merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas

keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan

perundangan. Sasaran pertanggungjawaban ini adalah laporan

keuangan yang disajikan dan peraturan perundangan yang

berlaku yang mencangkup penerimaan, penyimpanan, dan

pengeluaran uang oleh instansi pemerintah.

Akuntabilitas keuangan menekankan pada pelaporan

yang akurat dan tepat waktu tentang penggunaan dana

publik, biasanya dilakukan melalui laporan yang telah

diaudit secara profesional. Tujuan utamanya adalah untuk

memastikan bahwa dana publik telah digunakan dan

dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

secara efektif, efisien dan transparan.

Laporan keuangan yang dibuat oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten dan Kota yang menunjukkan

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan untuk

melaksanakan program dan kegiatan pemerintah adalah

Laporan Realisasi Anggaran. Dengan demikian

akuntabilitas keuangan harus berisi pengungkapan

penilaian kinerja keuangan dari aspek ekonomis, efisiensi

dan efektifitas serta pengungkapan penilaian pencapaian

tujuan (output) yang telah dibiayai, dengan manfaat yang

dirasakan atas pencapaian tujuan tersebut (outcome).

Kerangka Pemikiran

Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah

merupakan paradigma baru dalam reformasi manajemen

sektor publik guna mewujudkan pemerintahan yang bersih.

Dalam berbagai teori, pemerintahan yang baik harus

dibangun mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah, maka

paradigma dengan mengubah sistem anggaran, mengubah

sistem akuntansi, membentuk pemerintah regional, dan

memperbaharui sistem pemilihan dengan tujuan

pemerintahan yang lebih baik merupakan hal yang penting

untuk dilakukan oleh perangkat pemerintah.

Untuk mewujudkan good governance diperlukan

reformasi kelembagaan (institusional reform) dan

reformasi manajemen publik (public management reform)

reformasi kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh

alat-alat pemerintahan di daerah baik struktur dan

infrastrukturnya.

Reformasi akuntansi keuangan pemerintah daerah

adalah dilakukan perubahan pelaksanaan akuntansi

keuangan pemerintah dari single entry menjadi double

entry bookkeeping dan perubahan teknik atau sistem

akuntansi berbasis kas menjadi berbasis accrual. Single

entry pada awalnya digunakan sebagai dasar pembukuan

Page 55: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B55

dengan alasan utama demi kemudahan dan kepraktisan.

Seiring dengan semakin tingginya tuntutan perwujudan good

public governance, perubahan tersebut dipandang sebagai

solusi untuk diterapkan karena pengaplikasian double entry

dapat menghasilkan laporan keuangan yang auditable

sehingga memudahkan untuk pengawasan dan

pengendalian.

Hipotesis

Berdasarkan struktur penelitian diatas maka dapat

diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Hipotesis 1 :

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Aktivitas

Pengendalian secara simultan berpengaruh positif terhadap

Akuntabilitas Keuangan SKPD Kabupaten Aceh Utara.

Hipotesis 2 :

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Aktivitas

Pengendalian secara parsial berpengaruh positif terhadap

Akuntabilitas Keuangan SKPD Kabupaten Aceh Utara.

Gambar 1

Model Penelitian

III. METODE PENELITIAN

Disain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif analisis

melalui populasi target yang datanya dikumpulkan dengan

menggunakan kuesioner. Terkait hipotesis yang diajukan,

penelitian ini menggunakan olahan statistik untuk

menjelaskan hubungan antar variabel independen (SAKD dan

Aktivitas Pengendalian) serta pengaruhnya baik secara parsial

maupun secara simultan terhadap variabel dependen

(Akuntabilitas Keuangan) guna memperoleh bukti empiris

dengan menggunakan model analisis path (path analysis).

Unit analisis penelitian ini adalah setiap kantor

SKPD Kabupaten Aceh Utara dengan respondennya adalah

setiap kepala SKPD Kabupaten Aceh Utara. Dilihat dari

periode waktu, penelitian ini bersifat cross-sectional studies.

Populasi dan Sensus

Populasi dari penelitian ini yang sekaligus sebagai

unit analisis adalah kepala SKPD yang menjadi

penanggungjawab dari laporan keuangan SKPD Kabupaten

Aceh Utara yang berjumlah 40 orang. Penelitian ini akan

dilakukan dengan metode sensus.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua metode dalam

pengumpulan data yaitu, penelitian kepustakaan dan

penelitian lapangan. Metode penelitian kepustakaan

dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dengan cara

membaca dan menelaah hasil-hasil penelitian terdahulu dan

literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Sedangkan

metode penelitian lapangan dilakukan untuk mengumpulkan

data primer dengan kuesioner dan interview.

Metode Pengujian Data

Keandalan (reliability) atau kesahihan (validity)

suatu penelitian sangat ditentukan oleh alat ukur yang

digunakan. Apabila alat ukur yang dipakai tidak valid dan

atau tidak dapat dipercaya, maka hasil penelitian yang

dilakukan tidak akan menggambarkan keadaan yang

sesungguhnya. Kejujuran responden dalam menjawab

pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner merupakan hal

yang penting, untuk itu diperlukan dua macam pengujian

yaitu uji kesahihan (test of validity) dan uji keandalan (test of

reliability).

Nilai Cutt Off (nilai baku minimal) koefisien

korelasi (r) yaitu 0,3. yang artinya bahwa jika koefisien

korelasi spearman rho suatu data dalam sebuah pertanyaan

kuesioner sama atau lebih besar dari 0,3 maka data kuesioner

tersebut dinyatakan memenuhi syarat kriteria atau disebut

valid. Uji reliabilitas data penelitian ini menggunakan metode

(rumusan) koefisien Alpha Cronbach’s. koefisien Alpha

Cronbach’s merupakan koefisien reliabilitas yang paling

sering digunakan dengan alasan koefisien ini

menggambarkan varians dari item-item sekaligus untuk

mengevaluasi internal consistency, adapun ukuran yang

disarankan sebagai dasar secara keseluruhan pernyataan

dinyatakan andal (reliabel) adalah apabila koefisien

reliabilitas lebih besar dari 0.70.

Metode Analisis Data

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh sistem

akuntansi keuangan daerah aparatur, penerapan

penganggaran berbasis kinerja dan pengawasan fungsional

terhadap laporan akuntabilitas kinerja, maka dilakukan

pengujian dengan teknik analisis jalur (path analysis). Alasan

penggunaan analisis regresi berganda dalam penelitian ini

karena variabel independen berjumlah lebih dari satu

variabel.

Berdasarkan paradigma penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka model persamaan regresi

berganda untuk penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

.

Akuntabilitas Keuangan (Y)

Penerapan SAKD (X1)

Penerapan Aktivitas

Pengedalian (X2)

Y = 0 + 1X1 + 2X2 +

Page 56: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B56

Keterangan :

Y = Akuntabilitas Keuangan

0 = Koefisien intercept (konstanta) nilai Y jika yang lain

adalah nol

1 = Koefisien regresi variabel X1

2 = Koefisien regresi variabel X2

X1 = Sistem akuntansi keuangan daerah

X2 = Aktivitas pengendalian

= Error term dari variabel-variabel lain

Dengan demikian, dalam penelitian ini asumsi

model regresi yang akan diuji adalah pengujian disturbance

error (normalitas), heteroskedastisitas dan multikolinieritas.

Berikut ini akan diuraikan tentang asumsi model regresi yang

akan diuji:

Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis

statistik sebagai berikut :

➢ Hipotesis Pertama:

Ho1 : i = 0, (i = 1,2,)

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X1),

Aktivitas pengendalian (X2) (X3) secara

bersama-sama tidak berpengaruh positif

terhadap Akuntabilitas Keuangan (Y).

HA1 : Sekurang-kurangnya ada satu i 0, (i = 1,2,)

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X1),

Aktivitas pengendalian (X2) (X3) secara

bersama-sama berpengaruh positif terhadap

Akuntabilitas Keuangan (Y).

➢ Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan Uji

Statistik F, dengan prosedur perhitungan sebagai

berikut :

JK sisa = ( )2

− ˆY Y

JK total = ( )2

− Y Y

JK regresi = JK total - JK sisa

RJK = JK/db

F-hitung = RJK regresi / RJK sisa

Keterangan:

JK= Jumlah kuadrat, RJK = Rata-rata jumlah kuadrat,

k = jumlah variabel bebas, n = jumlah sampel dan

db = derajad bebas.

Selanjutnya untuk pengujian hipotesis digunakan alat

analisis varian, untuk lebih jelas dapat kita lihat melalui tabel

Analisis Varians (ANOVA) sebagai berikut :

Tabel I

Analisis Varians (ANOVA)

Sumber Varians Derajat bebas (db)

JK RJK Fhitung

Regresi K JK regresi RJK regresi (*)

Residu n –k –1 JK sisa RJK sisa

Total n –1 JK total RJK total

➢ Hasil perhitungan (Fhitung) kemudian dibandingkan

dengan nilai (Ftabel) dengan tingkat keyakinan 95% (

= 0,05) dengan kriteria keputusan:

• Jika F hitung F tabel : H0 diterima atau H1 ditolak

• Jika F hitung > F tabel : H1 diterima atau H0 ditolak

❑ Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi menunjukkan besarnya

pengaruh variabel independen secara bersama-sama atau

simultan terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi

diperoleh dari tabel ANOVA dengan menggunakan rumus;

JK : Jumlah Kuadrat

➢ Hipotesis Kedua :

Ho2 : i 0, (i = 1,2)

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X1),

Aktivitas pengendalian (X2) (X3) secara

parsial tidak berpengaruh positif terhadap

Akuntabilitas Keuangan (Y).

HA2 : i > 0, (i = 1,2)

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X1),

Aktivitas pengendalian (X2) (X3) secara parsial

berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas

Keuangan (Y).

➢ Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan Uji

Statistik t, yaitu dengan membandingkan t hitung dengan

t tabel pada tingkat keyakinan 95% ( = 0,05), dengan

kriteria keputusan:

• Jika t hitung t tabel : H02 diterima atau HA2 ditolak

• Jika t hitung > t tabel : HA2 diterima atau H02 ditolak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Responden

Penelitian ini memilih responden yaitu kepala Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau yang menjadi

penanggungjawab dari laporan keuangan SKPD di

Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara. Kuesioner yang

disebarkan kepada responden sebanyak 40 eksemplar dengan

tingkat pengembalian sebanyak 38 eksemplar atau 95 persen.

Berdasarkan data hasil pengolahan kuesioner tabel 2 dapat

dijelaskan sebagai berikut.

Penanggungjawab akuntabilitas keuangan pada

Satuan kerja perangkat daerah Inspektorat Kabupaten Aceh

Utara didominasi oleh laki-laki dari pada perempuan, yaitu 32

laki-laki atau 84% dan 6 responden perempuan atau 16%.

Dari latar belakang pendidikan responden menunjukkan

bahwa responden berlatar belakang pendidikan ekonomi/

keuangan sebanyak 22 responden atau 58%, hukum 5 orang

atau 13%, teknik 2 orang atau 5% dan selebihnya berlatar

belakang pendidikan sosial dan lainnya 9 orang atau 24%, ini

menunjukkan bahwa penanggungjawab akuntabilitas

keuangan didominasi berpendidikan ekonomi dan keuangan.

regresi2

total

JKR

JK=

Page 57: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B57

Tabel II

Karakteristik Responden

No Jumlah Responden Frekuensi Persentase

1 Jenis kelamin

Laki-laki 32 84%

Perempuan 06 16%

Jumlah 38 100%

2 Latar Belakang Pendidikan

Ekonomi / Keuangan 22 58%

Hukum 5 13%

Teknik 2 05%

Sosial / Lainnya 9 24%

Jumlah 38 100%

3 Pendidikan Terakhir

Diploma 6 16%

Strata 1 21 55%

Strata 2 11 29%

Jumlah 38 100%

4 Jabatan

Kepala/ Sekretaris Instansi 17 45%

Kabid/ Kabag 11 29%

Jabatan lain 10 26%

Jumlah 38 100%

5 Lama bekerja

01-05 tahun 0 0%

06-10 tahun 3 08%

11-15 tahun 8 21%

>16 tahun 27 71%

Jumlah 38 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2019

Data responden dari segi pendidikan terakhir

menunjukkan bahwa jumlah renponden yang berpendidikan

diploma ada sebanyak 6 orang atau 16%, berpendidikan

strata-1 ada 21 orang atau 55%, berpendidikan strata-2 ada 11

atau 29%, ini menunjukkan bahwa penanggungjawab

keuangan pada SKPD sudah berkualifikasi pendidikan

sarjana yang dapat diandalkan untuk menunjang tanggung

jawab yang diberikan.

Data responden dari posisi jabatan dapat dilihat

bahwa, jabatan sebagai kepala/ sekretaris instansi berjumlah

17 orang atau 45%, jabatan sebagai kepala bidang/ kepala

bagian ada 11 orang atau 29%, sementara untuk jabatan lain

yang bertanggungjawab atas akuntabilitas keuangan sebanyak

10 orang atau 26%. Data responden dilihat dari lama bekerja

yaitu sudah bekerja 1 s/d 5 tahun dibidang keuangan tidak

ada atau 0%, ada 3 orang atau 8% sudah bekerja 6 s/d 10

tahun, 8 orang atau 21% sudah bekerja 11 s/d 15 tahun, dan

ada sebanyak 27 orang responden atau 71% sudah bekerja

diatas 16 tahun, ini menunjukkan bahwa rata-rata responden

sudah bekerja diatas 10 tahun dan memiliki pengalaman yang

cukup dibidang keuangan instansi pemerintah.

Hasil Uji Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini untuk

memperoleh data adalah kuesioner. Untuk mengetahui

apakah alat ukur (instrumen) yang digunakan berupa butir

item pernyataan kuesioner telah mengukur secara cermat dan

tepat apa yang diukur pada penelitian ini, data penelitian

terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum

digunakan dalam analisis data. Instrumen penelitian

dikatakan baik jika memenuhi ketiga persyaratan utama yaitu

:1) valid atau sahih; 2) reliabel atau handal; 3) praktis,

Cooper dan Schindler (2006).

Hasil Pengujian Validitas

Uji validitas alat ukur penelitian dilakukan

mengunakan pendekatan statistika, yaitu melalui nilai

koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor total

variabel. Ukuran yang digunakan untuk menyatakan

pernyataan valid apabila nilai korelasi skor butir pernyataan

dengan skor total variabelnya > 0,30.

Kuesioner penelitian variabel Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah (X1) terdiri atas 10 item. Berdasarkan hasil

perhitungan menggunakan korelasi rank spearman (rs),

diperoleh hasil uji validitas variabel Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah (X1) Hasil pengujian validitas item

kuesioner menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan

dalam setiap variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

(X1) memiliki nilai korelasi di atas 0,3 sebagai nilai batas

suatu item kuesioner penelitian dikatakan dapat digunakan

(dapat diterima). Sehingga dapat dikatakan bahwa item

kuesioner variabel SAKD (X1) valid dan dapat digunakan

untuk mengukur variabel yang diteliti.

Kuesioner penelitian variabel Aktivitas

Pengendalian (X2) terdiri atas 12 item. Hasil perhitungan

korelasi untuk skor setiap butir pernyataan dengan total skor

variabel aktivitas pengendalian (X2) dapat dilihat dalam tabel

berikut. Hasil pengujian validitas item kuesioner pada tabel

5.3 menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan dalam

setiap variabel aktivitas pengendalian (X2) memiliki nilai

korelasi di atas 0,3 sebagai nilai batas suatu item kuesioner

penelitian dikatakan dapat digunakan (dapat diterima).

Sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner variabel

aktivitas pengendalian (X2) valid dan dapat digunakan untuk

mengukur variabel yang diteliti.

Kuesioner penelitian variabel akuntabilitas keuangan

(Y) terdiri atas 10 item. Hasil perhitungan korelasi untuk skor

setiap butir pernyataan dengan total skor variabel

akuntabilitas keuangan (Y). Hasil pengujian validitas item

kuesioner pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa seluruh item

pernyataan dalam setiap variabel akuntabilitas keuangan (Y)

Page 58: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B58

memiliki nilai korelasi di atas 0,3 sebagai nilai batas suatu

item kuesioner penelitian dikatakan dapat digunakan (dapat

diterima). Sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner

variabel akuntabilitas keuangan (Y) valid dan dapat

digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti.

Hasil Pengujian Reliabilitas

Setelah diperoleh butir item kuesioner yang valid,

ukuran lain yang harus dipenuhi suatu alat ukur adalah

memiliki tingkat keandalan atau reliabilitas yang baik

(tinggi). Suatu alat ukur dikatakan andal bila alat ukur

tersebut digunakan berulangkali akan memberikan hasil yang

relatif sama (tidak berbeda jauh). Pendekatan secara statistika

yang dapat digunakan untuk melihat andal tidaknya suatu alat

ukur adalah koefisien reliabilitas. Adapun ukuran yang

disarankan sebagai dasar secara keseluruhan pernyataan

dinyatakan andal (reliabel) adalah apabila koefisien

reliabilitas lebih besar dari 0.70.

Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan metode

Cronbach's Alpha diperoleh hasil uji reliabilitas data

penelitian yang digunakan sebagai berikut:

Tabel III

Hasil Pengujian Reliabilitas

No Variabel Koefisien

Reliabilitas Keterangan

1 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X1) 0,798 Reliabel

2 Aktivitas Pengendalian (X2) 0,782 Reliabel

3 Akuntabilitas Keuangan (Y) 0,810 Reliabel

Sumber : Hasil Data Penelitian 2019

Dari tabel 3 diatas diperoleh kesimpulan bahwa alat

ukur yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat

keandalan yang baik (r > 0.70) sehingga dapat digunakan

dalam melakukan analisis guna menjawab permasalahan

penelitian.

Hasil uji validitas semua pernyataan valid dan

reliabel, yang berarti bahwa data penelitian yang diperoleh

dari instrumen yang digunakan layak digunakan mengetahui

dan menguji permasalahan yang diteliti.

Hasil Pengujian Hipotesis Statistik

Sebelum digunakan sebagai dasar kesimpulan,

persamaan regresi yang diperoleh dan telah memenuhi asumsi

regresi melalui pengujian di atas perlu di uji koefisien

regresinya baik secara keseluruhan (simultan) dan secara

individu (parsial) untuk melihat apakah model yang diperoleh

dan koefisien regresinya dapat dikatakan bermakna secara

statistik agar dapat diambil simpulan secara umum mengenai

pengaruh kompetensi dan skeptisme profesional auditor

terhadap kualitas audit.

Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F-Statistik)

Uji F-statistik pada dasarnya menunjukkan apakah

semua variabel independen yang dimasukan dalam model

secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen. Nilai F diturunkan

dari tabel ANOVA (analysis of variance).

Hasil perhitungan nilai F-hitung untuk model

regresi yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV

Hasil Uji-F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 30262.215 3 10087.405 38.442 .000a

Residual 8180.207 37 221.086

Total 38442.422 40

a. Predictors: (Constant), (X1) SAKD, (X2) Aktivitas pengendalian.

b. Dependent Variable: (Y) Akuntanbilitas keuangan

Sumber : Hasil output SPSS 20.0

Dari hasil pengolahan data yang ditunjukkan pada

tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai F-hitung sebesar 38,442

dengan p-value sebesar 0,000. Oleh karena p-value (0,000)

lebih kecil dari nilai α yang telah ditetapkan (0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (sistem akuntansi

keuangan daerah) secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap variabel tidak bebas (akuntabilitas keuangan) pada

tingkat kepercayaan 95%.

Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t-Statistik)

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya suatu

pengaruh dari variabel-variabel bebas secara parsial atas

suatu variabel tidak bebas digunakan uji t-statistik.

Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan cara

membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Nilai t-

tabel untuk tingkat kekeliruan 5% dan derajat bebas (db) =

n-k-1= 37-2-1 = 34 adalah 1,512.

Hasil perhitungan nilai t-hitung untuk masing-

masing variabel bebas dalam model regresi yang diteliti

dan hasil keputusan uji parsial disajikan pada tabel berikut:

:

Page 59: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B59

Tabel V

Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji-t)

Variabel t-hitung t-tabel P-value

(Sig)

Keputusan Uji Keterangan

(SAKD) 2,412

1,2131 0,018 H0 ditolak signifikan pada α =

0,05

(Aktivitas Pengendalian) 2,412 1,2131 0,012 H0 ditolak

signifikan pada α =

0,05

Keterangan : Jika thitung ≤ ttabel : H0 diterima atau Ha ditolak

Jika thitung > ttabel : Ha diterima atau H0 ditolak

a. Pengaruh SAKD terhadap Akuntabilitas Keuangan.

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai hitung untuk

variabel SAKD (X1) sebesar 2,412 dengan p-value sebesar

0,018. Oleh karena p-value (0,021) lebih kecil dari α yang

telah ditetapkan (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa

secara parsial SAKD berpengaruh positif dan signifikan

terhadap akuntabilitas keuangan pada tingkat kepercayaan 95

%. Artinya bahwa hasil penelitian ini berhasil menolak H0.

b. Pengaruh Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas

Keuangan

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai hitung untuk

variabel aktivitas pengendalian (X2) sebesar 2,412 dengan p-

value sebesar 0,012. Oleh karena p-value (0,012) lebih kecil

dari α yang telah ditetapkan (0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa secara parsial aktivitas pengendalian berpengaruh

positif dan signifikan terhadap akuntabilitas keuangan pada

tingkat kepercayaan 95 %. Artinya bahwa hasil penelitian ini

berhasil menolak H0.

c. Model Persamaan Regresi

Untuk melihat pengaruh sistem akuntansi

keuangan daerah (X1) aktivitas pengendalian (X2) terhadap

akuntabilitas keuangan (Y), maka digunakan analisis

regresi linier berganda. Perhitungan koefisien regresi

dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.0 untuk

analisis regresi berganda disajikan pada tabel 6 berikut ini

:

Tabel VI

Hasil Perhitungan Koefisien Regresi Berganda

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 6 di atas, diperoleh

bentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 5,321+ 1,456 X1 + 1,417 X2 + ε

Dari persamaan regresi linier berganda di atas

diperoleh nilai konstanta sebesar 5,321 berarti bahwa

dengan asumsi variabel sistem akuntansi keuangan daerah

dan skeptisme profesional, maka besarnya rata-rata indeks

akuntabilitas keuangan bernilai 5,321. Koefisien regresi

untuk variabel X1 positif, menunjukkan adanya hubungan

yang searah antara sistem akuntansi keuangan daerah (X1)

dengan akuntabilitas keuangan (Y). Koefisien regresi

variabel X1 yang positif mengandung arti bahwa penerapan

sistem akuntansi keuangan daerah akan meningkatkan

akuntabilitas keuangan (Y).

Koefisien regresi untuk variabel X2 positif,

menunjukkan adanya hubungan yang searah antara Aktivitas

keuangan (X2) dengan akuntabilitas keuangan (Y). Koefisien

regresi variabel X2 mengandung arti bahwa aktivitas

keuangan yang dilakukan oleh auditor akan meningkatkan

akuntabilitas keuangan.

Koefisien Determinan (R2)

Besarnya pengaruh sistem akuntansi keuangan

daerah, aktivitas pengendalian terhadap akuntabilitas

keuangan ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi untuk

model regresi yang diperoleh. Hasil perhitungan koefisien

determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :

Tabel VII

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1

corelation

(Constant) 5,321 9.531 .410 .352

(X1) SAKD 1.456 .468 .482 3.184 .002

(X3) AP 1.417 .468 .482 3.184 .002

a. Dependent Variable: (Y) Akuntabilitas Keuangan Sumber : Hasil output SPSS 20.0

Page 60: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B60

Hasil Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

dimension 1 ,869a ,756 ,5715 12,3234043

a. Predictors: (Constant), (X2) Akitivitas pengendalian (X1) SAKD.

b. Dependent Variable: (Y) Akuntabilitas keuangan

Sumber : Hasil output SPSS 20.0

Pada tabel di atas terlihat nilai koefisien determinasi

(R Square) sebesar 0,756, artinya 75,6 % akuntabilitas

keuangan dapat dipengaruhi oleh sistem akuntansi keuangan

daerah dan aktivitas keuangan. Sedangkan sisanya sebesar

(100% - 75,6%) = 24,4 % dapat dipengaruhi oleh variabel-

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Pembahasan

Dari hasil penelitian diperoleh koefisien determinasi

(R-Square) sebesar 75.6%, sedangkan faktor lain yang belum

diteliti mempengaruhi penelitian ini adalah sebesar 24.4%. Ini

berarti bahwa variabel sistem akuntansi keuangan daerah dan

aktivitas pengendalian secara simultan berpengaruh terhadap

akuntabilitas keuangan. Sementara pengaruh variabel lain

yang tidak diteliti sebesar 21.5% seperti kompetensi dan

pengalaman kerja pegawai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem

akuntansi keuangan daerah dan aktivitas pengendalian

berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan yang dilakukan

oleh aparatur pemerintah kabupaten Aceh Utara. Besarnya

koefisien determinasi sistem akuntansi keuangan daerah dan

aktivitas pengendalian menunjukkan bersarnya pengaruh

terhadap akuntabilitas keuangan. Artinya semakin baik

penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, maka akan

meningkatkan akuntabilitas keuangan dan semakin tinggi

tinggi aktivitas pengendalian maka semakin tinggi

akuntabilitas keuangan.

Hasil penelitian ini juga menggambarkan bahwa

dalam penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan

aktivitas pengendalian harus dilakukan dengan secara

menyeluruh dan lengkap, agar semua SKPD yang berada

dibawah pemerintahan kabupaten Aceh Utara dapat

menghasilkan laporan akuntabilitas keuangan sesuai dengan

standar dapat bermanfaat bagi para pengguna informasi

keuangan dan stakeholder. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Nurhayati S (2011).

V. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta

temuan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa

kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Secara simultan sistem akuntansi keuangan daerah dan

aktivitas pengendalian berpengaruh positif terhadap

akuntabilitas keuangan pada SKPD pemerintah di

Kabupaten Aceh Utara.

2. Secara parsial sistem akuntansi keuangan daerah dan

aktivitas pengendalian berpengaruh positif terhadap

akuntabilitas keuangan pada SKPD pemerintah di

Kabupaten Aceh Utara. Hal ini dapat diartikan bahwa

baik sistem akuntansi keuangan daerah dan aktivitas

pengendalian maka akan semakin baik kualitas

akuntabilitas keuangan pemerintah daerah.

Saran

1. Aparatur pemerintah harus selalu meningkatkan sumber

daya manusia, baik melalui pendidikan formal maupun

pelatihan (training), agar akuntabilitas keuagan

pemerintah daerah dapat lebih baik.

2. Bagi peneliti dan pihak lain yang tertarik melakukan

penelitian tentang akuntabilitas keuangan, disarankan

untuk dapat menggali faktor-faktor lainnya yang

mempengaruhi terhadap akuntabilitas keuangan misalnya

kompetensi, pendidikan dan pengalaman kerja.

REFERENSI

[1] Arens, Alvin A., Elder, Randal J and Beasley, Mark S, 2015, “Auditing and Assurance Services – An Integrated Approach”,

Eleventh Edition, Pearson Education.

[2] Abdul Halim, 2012, “Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah”, Salemba Empat’

[3] Abdul Halim dan Theresia Damayanti, 2017, “Seri Bunga Rampai

Manajemen Keuangan Daerah”, UPP STIM YKPN. [4] Agus Dwiyanto, Arfani, Hadna, dkk, 2013, “Governance Practices and

Regional Autonomy: Evidences from Governance and Decentralization

Survey (GDS) 2002”, Yogyakarta: Partership for Governance Reform in Indonesia and World Bank.

[5] Azhar Susanto, 2013. Sistem Informasi Akuntansi. Penerbit Linggar

Jaya. [6] Dadang Suwanda, 2015. Sistem Akuntansi Akrual Pemerintah Daerah:

Berpedoman SAP Berbasis Akrual. Penerbit PPM Indonesia. [7] Harahap Syafri Sofyan, 2014, “Sistem pengawasan manajemen

(management Control System)”. Cetakan kedua. Jakarta. Pustaka

Quantum. [8] Husein Umar, 2013, “Metode Riset Akuntansi Terapan”, Ghalia

Indonesia

[9] Indra Bastian, 2007, “Sistem Akuntansi Sektor Publik”, Edisi 2, Jakarta, Salemba Empat.

[10] Indra Bastian, 2010, “Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar”,

Erlangga [11] Ismail Mohamad, dkk, 2014, “Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah”, Edisi kedua. http:www.lan.go.id

[12] Mardiasmo, 2009, “Akuntansi Sektor Publik”, Andi Yogyakarta [13] Nunuy Nur Afiah, 2013, “Akuntansi Pemerintahan: Implementasi

Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah”, Kencana.

[14] Nurhayati Soleha, (2011), Pengaruh Sistem Akutansi Keuangan Daerah dan Aktivitas Pengendalian terhadap akuntabilitas keuangan. Tesis

Unpad, Bandung.

[15] Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara.

[16] _____, Nomor 59 Tahun 2007. Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Negara. [17] Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000. Tentang Tata Cara

Pertanggungjawaban Kepala Daerah.

[18] ______, Nomor 24 Tahun 2005. Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

[19] Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara

Page 61: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B61

Estimasi Inflasi Di Kota Lhokseumawe Dengan Metode Box-Jenkins Menggunakan Model

Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)

Mukhlis1, Syahrial2, M. Nasir3, Elvina4

1,2,3,4Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jalan Banda Aceh-Medan Km. 280 Buketrata 24301 INDONESIA [email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

Abstrak— Inflasi merupakan suatu masalah perekonomian pada setiap daerah. Perkembangannya yang terus-menerus mengalami

peningkatan menjadi hambatan pada pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik. Perubahan laju inflasi cenderung terjadi pada

setiap daerah seperti halnya Kota Lhokseumawe yang merupakan daerah agraris. Untuk menanggulangi terjadinya ketidakstabilan

laju inflasi, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meramalkan data time series. Metode Box-Jenkins dengan model

Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) memiliki kemampuan untuk menangkap informasi-informasi yang diperlukan

mengenai laju inflasi serta mampu menanggulangi ketidakstabilan dari laju inflasi. Hal ini dikarenakan ARIMA merupakan suatu

model peramalan time series yang cocok digunakan untuk meramal sejumlah variabel secara cepat, sederhana, murah, dan akurat

serta hanya membutuhkan data variabel yang akan diramal.

Kata kunci— inflasi, agraris, time series, ARIMA, peramalan

Abstract— Inflation is an economic problem in each region. Its continuous development has become an obstacle to economic growth for

the better. Changes in the inflation rate tend to occur in each region such as the City of Lhokseumawe which is an agricultural area. To

overcome the instability of the inflation rate, one way that can be done is to predict time series data. The Box-Jenkins method with the

Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) model has the ability to capture the information needed about the inflation rate

and is able to cope with the instability of the inflation rate. This is because ARIMA is a time series forecasting model suitable for

predicting a number of variables quickly, simply, cheaply, and accurately and only requires variable data to be predicted.

Keywords— Inflation, agricultural area, time series, ARIMA, forcasting

I. PENDAHULUAN

Tingkat pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu

merupakan salah satu variabel yang dominan digunakan untuk

mengetahui keberhasilan perekonomian pada suatu daerah.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada suatu daerah dapat

diamati dengan keberhasilan pembangunan ekonomi suatu

daerah.

Pertumbuhan ekonomi merupakan deskripsi dari suatu

keadaan perekonomian suatu daerah dapat dikatakan tumbuh

apabila terjadi peningkatan produk domestik regional bruto

(PDRB) suatu daerah tersebut. Salah satu indikator penting

untuk menganalisis perekonomian suatu daerah adalah inflasi,

terutama berkaitan dengan dampak yang luas terhadap variabel

makroekonomi agregat (Endri, 2008).

Fenomena inflasi merupakan suatu gejala atau kejadian yang

dapat diamati dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan

secara terus menerus. Fenomena inflasi pasti dialami oleh

setiap daerah sehingga setiap daerah selalu berusaha

menciptakan tingkat inflasi agar terkendali dan stabil.

Prastowo (2008) mengemukakan bahwa inflasi merupakan

suatu faktor yang sangat berpengaruh dalam perekonomian

suatu daerah. Inflasi month to month merupakan inflasi bulanan

yang menggunakan perbandingan dengan bulan sebelumnya.

Bank Indonesia merupakan suatu institusi pemerintah yang

memiliki amanah dalam menjaga stabilitas perekonomian,

termasuklah inflasi. Saat ini pemerintah melalui Kantor

Perwakilan Bank Indonesia di Kota Lhokseumawe mempunyai

kewenangan dalam memantau pergerakan inflasi. Stabilitas

harga sangat bergantung pada besar kecilnya nilai inflasi.

Semakin besar nilai inflasi, maka semakin tinggi pula harga.

Pada triwulan-I 2016, pergerakan laju inflasi Aceh secara

triwulanan maupun bulanan tercatat mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya, namun secara tahunan

relatif meningkat. Inflasi yang dihitung berdasarkan kenaikan

Indeks Harga Konsumen (IHK) di tiga kota pantauan inflasi,

yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Meulaboh pada

triwulan-I 2016 tercatat sebesar 3,55%(year on year) dan

0,50% (month to month). Perkembangan inflasi tersebut lebih

rendah bila dibandingkan dengan inflasi tahunan pada triwulan

I tahun 2015 yang tercatat sebesar 5,45% (yoy). Secara year on

year (yoy), Inflasi Aceh triwulan-I 2016 (yoy) yang tercatat

sebesar 3,55% jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi

tahunan pada triwulan I dalam tiga tahun terakhir (2013-2015)

yaitu sebesar 4,47% (Bank Indonesia, 2016).

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Lhokseumawe menyebutkan

bahwa kelompok bahan makanan yang terbesar menyumbang

inflasi pada September 2016, yakni cabe merah, cabe hijau,

cabe rawit, kacang panjang dan tongkol serta beberapa

komunitas lainnya (www.lhokseumawekota.bps.go.id).

Inflasi tidak terjadi begitu saja, terdapat beberapa sebab

yang mengakibatkan terjadinya inflasi. Beberapa sebab yang

dapat menimbulkan inflasi antara lain pemerintah terlalu

berambisi untuk menyerap sumber-sumber ekonomi lebih

besar daripada sumber-sumber ekonomi yang dapat dilepaskan

oleh pihak bukan pemerintah pada tingkat harga yang berlaku

berbagai golongan dalam masyarakat berusaha memperoleh

tambahan pendapatan relatif lebih besar daripada kenaikan

produktifitas mereka, adanya harapan yang berlebihan dari

masyarakat sehingga permintaan barang-barang dan jasa naik

lebih cepat daripada tambahan keluarnya yang mungkin dicapai

oleh perekonomian yang bersangkutan, adanya kebijakan

pemerintah baik yang bersifat ekonomi atau non ekonomi yang

mendorong kenaikan harga, pengaruh alam yang dapat

mempengaruhi produksi dan kenaikan harga, pengaruh inflasi

luar negeri, khususnya bila negara yang bersangkutan

mempunyai sistem perekonomian terbuka. Pengaruh inflasi

Page 62: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B62

luar negeri ini akan terlihat melalui pengaruh terhadap harga-

harga barang impor (Waluyo, 2009).

Dalam penelitian ini, estimasi tingkat inflasi diukur dengan

menggunakan metode Box-Jenkins melalui model

Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA).

Prediksi inflasi month to month merupakan suatu langkah

antisipasi dalam menjaga stabilitas perekonomian. Hal ini

disebabkan inflasi month to month merupakan data yang

memiliki keterkaitan deret waktu. Menurut Gujarati (2004)

metode ini merupakan salah satu metode yang sekarang populer

digunakan untuk mengestimasikan variabel ekonomi.

Astutik et. al. (2018) menyatakan bahwa metode Box-Jenkins

(ARIMA) adalah salah satu metode estimasi dimana dalam

melakukan analisis ARIMA digunakan prosedur Box-Jenkins,

dimana tahap awal perlu dilakukan identifikasi data untuk

mengetahui stasioneritas data sebagai asumsi awal yang harus

dipenuhi sebelum melakukan uji lanjut.

Sebelumnya penelitian yang pernah dilakukan mengenai

estimasi inflasi dengan penggunaan metode Box-Jenkins

dengan model ARIMA, diantaranya Subandi (2005), Tripena

(2011), Febritasari, et. al. (2016), Hartati (2017).

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu model estmasi

yang dapat digunakan untuk suatu pengukuran yang didasarkan

pada hasil kuantitatif dari nilai inflasi di masa mendatang

secara cepat, mudah, dan akurat. Oleh karena itu, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik maupun

Pemerintah Kota Lhokseumawe dapat menggunakannya

sebagai rujukan dalam menentukan arah kebijakan pada masa

yang akan datang.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Adapun objek dan lokasi penelitian lebih diutamakan

pada tingkat inflasi yang mengambil lokasi di daerah Kota

Lhokseumawe. Berdasarkan variabel yang dibentuk, maka

jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif menurut deret waktu. Data deret waktu yang

digunakan berupa data bulanan yang terhitung mulai bulan

Desember tahun 2014 sampai dengan bulan Juli tahun 2019.

Sumber data yang diperoleh berupa data sekunder yang

dipublikasikan melalui situs resmi BPS Kota Lhokseumawe

dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kota Lhokseumawe

serta Kantor Bappeda Kota Lhokseumawe.

Metode Box-Jenkins digunakan dalam penelitian ini

sebagai salah satu metode yang diterapkan untuk menganalisis

deret waktu, peramalan dan pengendalian. Model

Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) yang

dipilih dalam penelitian ini karena dapat diterapkan untuk data

deret waktu yang stasioner. Stasioner data merupakan kondisi

yang diperlukan dalam analisis regresi deret waktu karena

dapat memperkecil kekeliruan model, sehingga jika data tidak

stasioner, maka harus dilakukan transformasi stasioneritas

melalui proses diferensiasi, jika trendnya linier. Sedangkan jika

tidak linier, maka transformasi linieritas trend melalui proses

logaritma natural jika trend-nya eksponensial, dan proses

pembobotan jika bentuknya yang lain selanjutnya dilakukan

proses diferensiasi pada data hasil proses linieritas.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menghasilkan

model ARIMA dengan menggunakan sebuah metode Box-

Jenkins yang diawali dengan mengindentifikasi model,

estimasi parameter model, diagnostik model, dan prediksi

model.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Stasioneritas Data

Tahap pertama dalam estimasi adalah uji stasioner data

dengan menggunakan uji akar unit (unit root test) yang

berdasarkan hasil pengujian Augmented Dickey-Fuller (ADF)

pada tingkat Level (0).

TABEL 1

UJI AKAR UNIT (UNIT ROOT TEST)

Null Hypothesis: INFLASI has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.260211 0.0000

Test critical values: 1% level -3.534868

5% level -2.906923

10% level -2.591006

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Sumber : Hasil Penelitian (diolah), 2019

Pada Tabel 1 di atas dapat dillihat perilaku data dari variable

inflasi. Berdasarkan hasil pengujian Augmented Dickey-Fuller

(ADF) pada tingkat level (0) yang mencangkup intercept, dapat

dilihat bahwa variabel inflasi pada tingkat ini nilai absolut uji

statistik ADFnya lebih besar yaitu -7,260211 dari nilai kritis

McKinnon sebesar -2,906923 dengan derajat keyakinan (𝛼)

5%. Artinya variabel tersebut sudah tidak mengandung masalah

akar unit dan mempunyai kondisi data stasioner pada tingkat

level (0).

Hasil uji akar unit diperoleh bahwa nilai kritis pada 𝛼 = 5%

adalah-2,906923 yang lebih kecil daripada nilai uji statistik t

sebesar -7,260211. Artinya data sudah stasioner. Setelah data

stasioner, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah identifikasi

ACF dan PACF. Untuk mengidentifikasi ACF dan PACF dapat

dilakukan dengan melihat correlogram berikut: GAMBAR 1

CORRELOGRAM

Sumber : Hasil Penelitian (diolah), 2019.

Page 63: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B63

Berdasarkan Gambar 1, data pada kolom PACF (Partial

Correlation) digunakan untuk menentukan ordo maksimal

AR(p). Dari PACF (Partial Correlation) tersebut ternyata

periode time lag pertama keluar dari garis batas (mulai

menurun nilainya mendekati nol setelah lag pertama).

Sedangkan pada kolom ACF (Auto Correlation) digunakan

untuk menentukan MA(q). Dari ACF (Auto Correlation)

ternyata periode time lag pertama juga yang keluar dari garis

batas (mulai menurun nilainya mendekati nol setelah lag

pertama). Artinya ARIMA yang mungkin adalah ARIMA

(1,1,1). Oleh karena itu gambar berikut ini menunjukkan

fluktuasi tingkat inflasi dari bulanan ke bulanan yang terjadi di

Kota Lhokseumawe. GAMBAR 2

GRAFIK DATA AKTUAL

Sumber : Hasil Penelitian (diolah), 2019.

Tahapan selanjutnya adalah pemilihan Model ARIMA terbaik.

Oleh karena ARIMA yang mungkin dari data inflasi adalah

ARIMA(1,1,1), maka ARIMA(1,1,1) langsung dipilih sebagai

model ARIMA yang terbaik.

TABEL 2

ESTIMASI ARIMA (1,1,1)

Dependent Variable: INFLASI

Method: Least Squares

Date: 08/20/19 Time: 00:58

Sample (adjusted): 2 67

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.304193 0.116598 2.608907 0.0113

AR(1) -0.194855 0.195277 -0.997838 0.3222

MA(1) 0.583940 0.172175 3.391561 0.0012

R-squared 0.160471 Mean dependent var 0.299242

Adjusted R-squared 0.133819 S.D. dependent var 0.768954

S.E. of regression 0.715656 Akaike info criterion 2.213156

Sum squared resid 32.26634 Schwarz criterion 2.312686

Log likelihood -70.03415 Hannan-Quinn criter. 2.252485

F-statistic 6.021037 Durbin-Watson stat 1.994701

Prob(F-statistic) 0.004047

Inverted AR Roots -.19

Inverted MA Roots -.58

Sumber : Hasil Penelitian (diolah), 2019.

Setelah model terbaik yang dipilih, maka tahap selanjutnya

adalah melakukan Diagnostic Checking. Berdasarkan Tabel 2

Diagnostic Checking yang dilakukan dengan menggunakan uji

normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa data berdistribusi

normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas AR sebesar

0.3222 lebih besar dari derajat keyakinan (𝛼) sama dengan 5%.

Begitu juga uji heteroskedastisitas dapat terlihat dari nilai

probabilitas sebesar 0.004047, lebih kecil dari nilai 𝛼 = 5%

sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat

heteroskedastisitas. Terakhir adalah uji autokorelasi terlihat

bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1.994701 lebih besar dari

nilai 𝛼 = 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa data tidak

mengandung masalah autokorelasi. Setelah tahap diagnostic

checking dilakukan, maka tahap terakhir yang dilakukan

adalah peramalan (estimasi). Gambar 3

Grafik Perbandingan Data Aktual dan Data Estimasi

Sumber : Hasil Penelitian (diolah), 2019.

Berdasarkan Pada Gambar 3 merupakan grafik

perbandingan antara data aktual dari inflasi dan hasil

peramalan. Adapun hasil peramalan dari model ARIMA(1,1,1)

menunjukkan bahwa data pergerakan inflasi untuk satu periode

ke depan. Selanjutnya disajikan grafik perbandingan antara

data aktual, ARIMA(1,1,1), AR(1) dan MA(1).

Metode ARIMA dan AR yang mampu mengikuti data

aktual, sedangkan metode MA tidak mampu mengikuti data

aktual laju inflasi. Saat metode-metode tersebut diestimasi

maka nilai Sum Squared Error (SSE) memberikan hasil yang

berbeda-beda. Untuk metode ARIMA SSEnya adalah

32,26634. Hal ini berarti metode yang terbaik untuk meramal

laju inflasi adalah metode ARIMA (1,1,1). Artinya, salah satu

metode peramalan yang baik digunakan untuk meramalkan laju

inflasi adalah menggunakan ARIMA. Hal ini terlihat dari hasil

estimasi yang diberikan. Hal ini juga sesuai dengan hasil

penelitian terdahulu (Tripena, A, 2011) yang menyatakan

bahwa metode ARIMA Box-Jenkins adalah metode deret

waktu linear terbaik untuk meramalkan indeks harga konsumen

dan inflasi.

IV. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model estimasi yang

tepat dengan menggunakan Auto Regressive Integrated

Moving Average atau ARIMA untuk data laju inflasi Kota

Lhokseumawe. Berdasarkan grafik data terlihat bahwa hasil

peramalan menggunakan metode ARIMA mampu mengikuti

pergerakkan data aktual dari laju inflasi. Selain itu, berdasarkan

-3

-2

-1

0

1

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017 2018 2019

INFLASI

-3

-2

-1

0

1

2

-3

-2

-1

0

1

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Residual Actual Fitted

Page 64: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B64

hasil estimasi diperoleh nilai Sum Squared Error sebesar

32,26634. Selanjutnya berdasarkan hasil diagnostic checking

yakni dengan uji normalitas diperoleh data dapat berdistribusi

normal. Namun untuk uji heteroskedastisitas memberikan hasil

bahwa data bersifat heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi

menunjukkan bahwa data tidak mengandung masalah

autokorelasi.

REFERENSI

[1] Endri. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi di

Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 13, No. 1, Hal 1-3. [2] Prastowo, N J. 2008. Dampak BI Rate terhadap Pasar Keuangan. Bank

Indonesia: Working Paper No. 21.

[3] Bank Indonesia. 2016. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Triwulan I. https://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-

regional/aceh/

[4] www.lhokseumawekota.bps.go.id [5] Waluyo, D. Eko. 2009. Teori Ekonomi Makro. Penerbit UMM, Malang.

[6] Gujarati, D. N. 2004. Basic Econometrics. 4th Edition. New York:

McGraw Hill.

[7] Astutik, P. S. Rahayu, Sukestiyarno, Hendikawati, Putriaji. 2018.

Peramalan Inflasi di Demak Menggunakan Metode ARIMA Berbantuan

Software R dan MINITAB. Prosiding Seminar Nasional Matematika

(PRISMA1),hal. 745-754. https://journal.unnes.ac.id/ sju/index.php/prism/

[8] Subandi. 2005. Analisis Peramalan Inflasi Di Indonesia dengan

Menggunakan Metode ARIMA dan Vector Autoregressive. Pustaka FE UNPAD, Bandung.

[9] Febritasari, P., Apriliani, E., Wahyuningsih, N. 2016. Estimasi Inflasi

Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman. JURNAL SAINS DAN SENI ITS. Vol. 5, No.1,

2337-3520.

[10] Hartati. 2017. Penggunaan Metode Arima Dalam Meramal Pergerakan Inflasi. Jurnal Matematika, Saint, dan Teknologi.. Vol. 18, No. 1, hal. 1-

10.

[11] Tripena, Agustini. 2011. Peramalan Indeks Harga Konsumen Dan Inflasi Indonesia Dengan Metode Arima Box-Jenkins. Magistra No. 75 Th.

XXIII Maret 2011.

Page 65: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B65

Solusi Konflik Perekonomian Syari`ah Melalui Pemberdayaan Badan Albitrase dan

Peradilan Agama Islam

Al Mawardi.MS1, Nurdan2, M.Suib3, Maulidin Iqbal4

1,2 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 INDONESIA [email protected]

[email protected],id

3,4 Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 INDONESIA [email protected]

[email protected],id

Abstrak— Hukum Islam sebagai sebuah hukum yang hidup di Indonesia menghalami perkembangan yang cukup berarti.

Perkembangan tersebut antara lain dapat dilihat dari kewenangan yang dimiliki oleh Peradilan Agama. Persoalannya sampai saat ini

belum ada aturan hukum positif yang secara terperinci mengatur tentang acara penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah, namun

demikian bukan berarti tidak ada aturan hukumnya atau dengan kata lain telah terjadi “kekosongan hukum” dalam persoalan

ini.pendekatan yang dipakai dalam menjawab persoalan yang telah dirumuskan adalah menggunakan pendekatan perundang-

undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach) dan sekiranya dalam proses penulisan tesis ini muncul

kasus tentang sengketa ekonomi syari’ah di Pengadilan Agama, maka tidak menutup kemungkinan juga akan dipergunakan

pendekatan kasus (case approach). Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa Pengadilan Agama berwenang memeriksa, mengadili

dan menyelesaian perkara sengketa ekonomi syari’ah karena sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 24 ayat (2)

joncto pasal 2 dan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan agama. Hukum acara yang berlaku bagi Peradilan Agama di dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah

sebelum diberlakukannya atau diundangkannya peraturan perundangan yang khusus untuk itu adalah hukum acara perdata yang

berlaku bagi Peradilan Umum.

Kata kunci— Ekonomi Syari’ah, Pembedayaan Badan Albitrase dan Peradilan Agama

Abstract— Islamic law as a law that lives in Indonesia has experienced significant developments. These developments can be seen in part

from the authority possessed by the Religious Courts. The problem is that until now there has not been a positive legal rule that

specifically regulates the Sharia economic dispute resolution; however that does not mean that there is no legal rule or in other words

there has been a "legal vacuum" in this issue. Which has been formulated is to use the statute approach and conceptual approach and

if a thesis writing process arises, a case concerning syariah economic disputes in the Religious Court will not rule out the case approach

will also be used. Based on the results of the study, it is known that the Religious Court has the authority to examine, try and settle

Sharia economic dispute cases because it is in accordance with the mandate of the 1945 Constitution article 24 paragraph (2) joncto

article 2 and article 49 of Law Number 3 of 2006 concerning Amendments to Law Number 7 of 1989 concerning Religious Courts. The

procedural law applicable to the Religious Courts in resolving Shari'ah economic disputes prior to the enactment or enactment of

specific laws and regulations for this is the civil procedural law that applies to General Courts.

Keywords— Shariah Economy, Empowerment of Albitracy Bodies and Religious Courts

I. PENDAHULUAN

Hukum Islam sebagai sebuah hukum yang hidup di

Indonesia mengalami perkembangan yang cukup berarti.

Perkembangan tersebut terlihat dari kewenangan yang dimiliki

oleh Peradilan Agama (PA) sebagai peradilan Islam di

Indonesia. Dulunya, putusan PA murni berdasarkan fiqh para

fuqaha', yang eksekusinya harus dikuatkan oleh Peradilan

Umum (PU), para hakimnya hanya berpendidikan syari'ah

tradisional dan tidak berpendidikan hukum, dan struktur

organisasinya tidak berpuncak ke Mahkamah Agung.

Sekarang keadaan sudah berubah. Menurut referensi [1] salah

satu perubahan mendasar akhir-akhir ini adalah penambahan

kewenangan PA dalam Undang-Undang Peradilan Agama

yang baru, yaitu; bidang ekonomi syari'ah.

Persoalannya sampai saat ini belum ada aturan hukum

positif yang secara terperinci mengatur tentang acara

penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah, namun demikian

bukan berarti tidak ada aturan hukumnya atau dengan kata lain

telah terjadi “kekosongan hukum” dalam persoalan ini.

Menurut referensi [2] karena pada asasnya pengadilan tidak

boleh menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus

suatu perkara yang diajukan kepadanya dengan dalih bahwa

hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk

memeriksa dan mengadili. Oleh karena itu walaupun aturan

formal yang berkenaan dengan penyelesaian sengketa

ekonomi syari’ah belum ada, pengadilan agama sebagai

lembaga yang diberi wewenang oleh negara untuk memeriksa,

mengadili dan menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah

sudah seharusnya mengerahkan segenap potensinya untuk

menjawab tantangan tersebut.

Untuk menjawab persoalan-persoalan yang berkaitan

dengan proses penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah ini

kiranya pengadilan agama harus berani dan mampu menggali

nilai-nilai maupun norma-norma hukum Islam, baik yang

terdapat dalam kitab Al-Qur’an, al-Sunnah maupun kitab-kitab

fiqh/ushul fiqh serta fatwa-fatwa Majelis Ulama, yang

berkaitan dengan persoalan di seputar ekonomi syari’ah.

Page 66: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B66

Berdasarkan latar belakang masalah di atas terdapat dua pokok

masalah dari penelitian ini, yaitu:

1) Mengapa sengketa ekonomi syari’ah mesti diselesaikan

melalui Badan Peradilan Agama?

2) Bagaimana proses penyelesaian sengketa ekonomi

syari’ah di Pengadilan Agama?

Berdasarkan pokok rumusan di atas, maka tujuan dari

kajian ini adalah:

1) mengetahui lebih mendalam mengapa PA lebih

berwenang dalam meyelesaikan sengketa ekonomi

syari’ah; dan

2) menganalis lebih jelas tentang proses penyelesaian

sengketa ekonomi syari’ah di Pengadilan Agama.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Memberi gambaran atau pedoman awal bagi lembaga

Peradilan Agama tentang bagaimana cara-cara dan

proses penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah.

b. Memberi informasi kepada masyarakat muslim

Indonesia pada umumnya, khususnya para pelaku

bisnis syari’ah tentang cara-cara menyelesaikan

sengketa ekonomi syari’ah melalui pengadilan agama.

c. Memberi pedoman praktis kepada para praktisi hukum

khususnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan proses

penyelesaian sengketa ekonomi syariah.

d. Menambah khazanah keilmuan dalam bidang

penyelesaian sengkerta ekonomi syari’ah.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Oleh karena penelitian ini bersifat penelitian pustaka

(library research), maka metode yang dipakai untuk

memperoleh data yang dikehendaki adalah dengan jalan

mengeksplorasi nilai-nilai maupun norma-norma hukum Islam

yang berkaitan dengan persoalan yang sedang diteliti, baik

yang terdapat di dalam Al-Qur’an, kitab-kitab hadis, kitab-

kitab fiqh/ushul fiqh, peraturan perundang-undangan, fatwa

MUI maupun sumber-sumber lain yang berkaitan.

Dari segi kegunaan atau manfaatnya, penelitian ini lebih

tepat dikategorikan sebagai jenis penelitian terapan, yakni

jenis penelitian yang dilakukan dalam rangka menjawab

kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah praktis,

sehingga jenis penelitian ini dapat juga disebut dengan

operational research atau action research (penelitian kerja),

seperti dalam [3]. Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam

menjawab persoalan yang telah dirumuskan adalah

menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute

approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach).

Sekiranya dalam proses penulisan ini muncul kasus tentang

sengketa ekonomi syari’ah di Pengadilan Agama, maka tidak

menutup kemungkinan juga akan dipergunakan pendekatan

kasus (case approach). Pendekatan perundang-undangan

(statute approach) dilakukan dengan menelaah semua

Undang-Undang dan regulasi yang bersangkutan dengan isu

hukum yang sedang ditangani. Bagi penelitian untuk kegiatan

praktis, pendekatan Undang-Undang ini akan membuka

kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah

konsistensi dan kesesuaian antara suatu Undang-Undang

dengan Undang-Undang lainnya atau antara Undang-Undang

dengan Undang-Undang Dasar atau antara regulasi dan

Undang-Undang. Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu

argumen untuk memecahkan suatu isu yang dihadapi, seperti

dalam [4].

Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam

suatu ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti

akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-

pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas

hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman

akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut

merupakan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu

argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.

Sedangkan pendekatan kasus dilakukan dengan cara

melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan

isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Kasus bisa

berupa kasus yang terjadi di Indonesia maupun di negara lain.

Kajian pokok dalam pendekatan kasus adalah ratio decidendi

atau reasoning, yaitu pertimbangan pengadilan untuk sampai

kepada suatu putusan, baik untuk keperluan praktik, maupun

kajian akademis. Ractio decidendi atau reasoning tersebut

merupakan referensi bagi penyusunan argumentasi dalam

pemecahan isu hukum. Perlu dikekmukakan di sini bahwa

pendekatan kasus tidak sama dengan studi kasus). Di dalam

pendekatan kasus, beberapa kasus ditelaah untuk referensi bagi

suatu isu hukum. Studi kasus merupakan suatu studi terhadap

kasus tertentu dari berbagi aspek hukum.

Lebih lanjut untuk menganalisis data yang diperoleh,

dengan menggunakan metode induktif, yakni berusaha

mencari aturan-aturan, nilai-nilai maupun norma-norma

hukum yang terdapat dalam pustaka yang terkait untuk

dirumuskan sebagai suatu kaidah hukum tertentu yang bisa

diberlakukan untuk menyelesaikan kasus sengketa ekonomi

syari’ah di Pengadilan Agama.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari’ah

Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui 2 proses.

Proses penyelesaian sengketa tertua melalui proses litigasi di

dalam pengadilan, kemudian berkembang proses penyelesaian

sengketa melalui kerja sama (kooperatif) di luar pengadilan.

Proses litigasi menghasilkan kesepakatan yang bersifat

adversarial yang belum mampu merangkul kepentingan

bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam

penyelesaiannya, membutuhkan biaya yang mahal, tidak

responsif, dan menimbulkan permusuhan di antara pihak yang

bersengketa. Sebaliknya, melalui proses di luar pengadilan

menghasilkan kesepakatan yang bersifat “ win-win solution”,

dijamin kerahasiaan sengketa para pihak, dihindari kelambatan

yang diakibatkan karena hal prosedur dan administratif,

menyelesaikan masalah secara komprehensif dalam

kebersamaan dan tetap menjaga hubungan baik.

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini umumnya

dinamakan Alternative Dispute Resolution (ADR). Ada yang

mengatakan kalau Alternative Dispute Resolution (ADR) ini

merupakan siklus gelombang ketiga penyelesaian sengketa

bisnis. Penyelesaian sengketa bisnis pada era globalisasi

dengan ciri “moving quickly”, menuntut cara-cara yang

“informal procedure and be put in motion quickly”. Sejak

tahun 1980, di berbagai negara Alternative Dispute Resolution

(ADR) ini dikembangkan sebagai jalan terobosan alternatif

atas kelemahan penyelesaian litigasi dan arbitrase,

mengakibatkan terkuras sumberdaya, dana, waktu dan pikiran

Page 67: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B67

dan tenaga eksekutif, malahan menjerumuskan usaha ke arah

kehancuran, seperti dalam [5] Atas dasar itulah dicarikan

pilihan lainnya dalam menyelesaiakan sengketa di luar proses

litigasi, dalam [6].

Sengketa berarti terjadinya perbedaan kepentingan antara

dua pihak atau lebih yang saling terkait. Baik antara pihak

Bank dengan Nasabah atau antara mudharib dengan baitul mal

maupun antara rahin dengan murtahin. Hal ini dikarenakan

tidak terpenuhinya hak dan kewajiban secara wajar dan

semestinya oleh pihak-pihak yang terkait. Sungguh pun

aktivitas ekonomi syari’ah telah dilaksanakan dengan

mempertimbangkan prinsip-prinsip syari’ah, namun dalam

proses perjalanannya tidak menutup kemungkinan terjadinya

sengketa antara pihak-pihak yang bersangkutan. Jadi yang

dimaksudkan dengan sengketa dalam bidang ekonomi syari’ah

adalah sengketa di dalam pemenuhan hak dan kewajiban bagi

pihak-pihak yang terikat dalam ‘akad aktivitas ekonomi

syari’ah.

Menurut Hakim Agung Habiburrahman, yang menjadi

kewenangan Pengadilan Agama pada sengketa ekonomi

syariah adalah meliputi :

1. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara

lembaga keuangan dan lembaga pembiayaan

syariah dengan nasabahnya;

2. Sengketa di bidang ekonomi syari’ah antara

sesama lembaga keuangan dan lembaga

pembiayaan syariah;

3. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara orang-

orang yang beragama Islam, yang dalam akad

perjanjiannya disebutkan dengan tegas bahwa

perbuatan/kegiatan usaha yang dilakukan adalah

berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah.

1). Penyelesaian Melalui Musyawarah. Musyawarah

adalah jalan yang paling aman, tanpa resiko di dalam

menyelesaian setiap persoalan sengketa ekonomi syari'ah.

Walaupun akad atau kontrak bisnis telah dibuat atau

dirumuskan sedemikian rupa, lengkap, cermat dan sempurna,

namun dalam perjalanannya sering mengalami kendala atau

hambatan yang pada akhirnya akan membawa kerugian bagi

salah satu atau bahkan kedua pihak yang terikat dalam akad

tersebut. Penyelesaian sengketa dengan jalan musyawarah

merupakan jalan yang terbaik dan pasti menguntungkan bagi

semua pihak, sehingga boleh dikatakan jalan musyawarah

merupakan "mahkota" bagi setiap penyelesaian sengketa.

Al-Qur'an telah mengisyaratkan supaya menempuh jalan

musyawarah untuk menyelesaikan setiap persoalan yang ada.

Sebagaimana tercantum dalam beberapa ayat al Qur’an,

artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang

beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara

keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian

terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu

kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.

kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut

keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya

Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Orang-orang

beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah

(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan

takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat

rahmat.”(Q.S. Al-Hujurat ayat :9-10)

Dari ayat-ayat tersebut di atas dapat dipahami, bahwa

penyelesaian sengketa melalui jalan musyawarah dan

perdamaian adalah merupakan cara-cara yang terbaik yang

dikehendaki oleh Allah SWT. Karena cara-cara/jalan tersebut

lebih mendatangkan manfaat dan ketenangan bagi pihak-phak

yang bersengketa. Bahkan Kholifah Umar ibn Khottob telah

memberikan pengarahan dalam persoalan ini dengan

menyatakan bahwa: Perdamaian itu diperbolehkan di antara

orang-orang Muslim, kecuali perdamaian yang menghalalkan

yang haram atau mengharamkan yang halal, dalam [7]

Penyelesaian sengketa melalui jalan musyawarah dan

perdamaian ini dalam dunia hukum positif sering disebut

dengan istilah “mediasi”. Trend dunia masa kini adalah

"effective judiciary" atau badan peradilan yang efektif.

Maksudnya adalah bagaimana kita menjadikan pengadilan

efektif. Hanya sengketa perdata yang benar-benar memerlukan

suatu putusan pengadilan saja yang diajukan ke pengadilan,

sedangkan sengketa lainnya diupayakan perdamaian, sehingga

pengadilan lebih fokus kepada sengketa tertentu tersebut.

2) Penyelesaian melalui Badan Arbitrase. Menurut

referensi [8], arbitrase merupakan salah satu metode

penyelesaian sengketa. Sengketa yang harus diselesaikan

tersebut berasal dari sengketa atau sebuah kontrak dalam

bentuk berikut, yaitu:

a) perbedaan penafsiran (disputes) mengenai

pelaksanaan perjanjian, berupa:

1) kontraversi pendapat (controversy);

2) kesalahan pengertian (misunderstanding);

3) ketidaksepakatan (disagreement);

b) Pelanggaran perjanjian (breach of contract), termasuk

di dalamnya adalah :

1) Sah atau tidaknya kontrak;

2) berlaku atau tidaknya kontrak;

c) pengakhiran kontrak (termination of contract);

d) klaim mengenai ganti rugi atas wanprestasi atau

perbuatan melawan hukum.

Sebagai badan penyelesaian sengketa, arbitrase memiliki

beberapa prinsip, yaitu sebagai berikut:

a) Efisien, bahwa penyelesaian sengketa lewat arbitrase

lebih efisien, yakni efisien dalam hubungannya dengan

waktu dan biaya;

b) Accessibilitas, arbitrase harus terjangkau dalam arti

biaya, waktu dan tempat;

c) Proteksi Hak Para Pihak, terutama pihak yang tidak

mampu, misalnya untuk mendatangkan saksi ahli atau

untuk menyewa pengacara terkenal, harus

mendapatkan perlindungan yang wajar;

d) Final and Binding, keputusan arbitrase haruslah final

and binding, kecuali memang para pihak tidak

menghendaki demikian atau jika ada alasan-alasan

yang berhubungan dengan “due proses”.

e) Fair and Just, tepat dan adil untuk pihak bersengketa,

sifat sengketa dan sebagainya;

f) Sesuai dengan Sence Of Justice dari masyarakat;

g) Kredibilitas. Para arbiter dan badan arbitrase yang

bersangkutan haruslah orang-orang yang diakui

kredibilitasnya, sehingga keputusan yang diambil akan

lebih dihormati.

Dibandingkan dengan pengadilan konvensional, maka

arbitrase mempunyai kelebihan atau keuntungan, antara lain :

a. Prosedural tidak berbelit-belit dan keputusan-

keputusan dapat dicapai dalam waktu relatif singkat;

b. Biaya lebih murah;

c. Dapat dihindari expose dari keputusan di depan umum;

d. Hukum terhadap prosedur dan pembuktian lebih relaks;

Page 68: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B68

e. Para pihak dapat memilih hukum mana yang akan

diberlakukan oleh arbitrase;

f. Para pihak bisa memilih sendiri para arbiter;

g. Dapat memilih para arbiter dari kalangan ahli dalam

bidangnya;

h. Keputusan dapat lebih terkait dengan situasi dan

kondisi;

i. Keputusannya umumnya final dan binding (tanpa harus

naik banding atau kasasi);

j. Keputusan arbitrase pada umumnya dapat

diberlakukan dan dieksekusi oleh pengadilan dengan

sedikit atau tanpa review sama sekali;

k. Proses arbitrase lebih mudah dimengerti oleh

masyarakat luas;

l. Menutup kemungkinan untuk dilakukan “Forum

Shopping”.

Apabila dibandingkan dengan pengadilan konvensional

kelebihan, kelemahan dan kritikan terhadap arbitrase sering

diajukan, di antara kelemahan tersebut adalah: terlalu dekat

dengan perusahaan-perusahaan bonafide, Due prosess kurang

terpenuhi, kurangnya unsur finality. kurangnya power untuk

menggiring para pihak ke settlement, kurangnya power untuk

menghadirkan barang bukti, saksi dan lain-lain, kurangnya

power untuk hak law enforcement dan eksekusi keputusan,

dapat menyembunyikan dispute dari “Public Scrutiny”, tidak

dapat menghasikan solusi yang bersifat preventif,

kemungkinan timbulnya keputusan yang saling bertentangan

satu sama lain karena tidak ada sistem “presedent” terhadap

keputusan sebelumnya, dan juga karena unsur fleksibelitas dari

arbiter. Karena itu keputusan arbitrase tidak predektif, kualitas

keputusannya sangat bergantung pada kualitas para arbiter itu

sendiri, tanpa ada norma yang cukup untuk menjaga standar

mutu keputusan arbitrase. Oleh karena itu sering dikatakan

“An arbitration is as good as arbitrators”, [9] sehingga

berakibat kurangnya upaya untuk mengubah sistem pengadilan

konvensional yang ada, berakibat semakin tinggi rasa

permusuhan kepada pengadilan.

Penyelesaian sengketa melalui Badan Arbitrase

sesungguhnya telah diatur berdasarkan Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase, dimana dalam

Undang-Undang tersebut dijelaskan kemungkinan

diselesaikannya suatu sengketa melalui badan arbitrase.

Meskipun Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa telah

diundangkan dan karenanya mulai berlaku mulai pada tanggal

12 Agustus 1999, namun dibeberapa Pengadilan Negeri masih

saja ada Hakim yang kurang memahaminya. Pasal 3 Undang-

Undang tersebut dengan tegas menyatakan bahwa Pengadilan

Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak

yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase. Bahkan menurut

pasal 11 Undang-Undang tersebut, adanya suatu perjanjian

arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak untuk

mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang

termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur

tangan di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah

ditetapkan melalui arbitrase, kecuali dalam hal-hal tertentu

yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999.

Terhadap suatu putusan arbitrase, para pihak dapat

mengajukan permohonan pembatalan apabila putusan tersebut

mengandung unsur-unsur sebagaimana yang tertera pada pasal

70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999. Meskipun dalam

paal 70 tersebut tertera permohonan pembatalan, namun oleh

karena suatu putusan arbitrase mengikat baik Pemohon

maupun Termohon Arbitrase, maka permohonan pembatalan

putusan tersebut harus dalam bentuk gugatan yang pihak-

pihaknya adalah pihak-pihak dalam putusan arbitrase. Selain

dari permohonan pembatalan putusan arbitrase, Undang-

Undang juga menentukan bahwa tuntutan ingkar terhadap

Arbiter yang diangkat oleh ketua Pengadilan Negeri

sebagaimana dimaksud oleh Pasal 23 ayat (1) dan dalam hal

yang seperti tertera dalam pasal 25 ayat (1) harus diajukan

kepada Ketua Pengadilan Negeri dan upaya ini dilakukan

sebelum adanya putusan arbitrase.

Ketentuan dalam Undang-Undang Arbitrase tersebut jelas,

tetapi masih saja ada Hakim yang dalam memeriksa gugatan

perbuatan melawan hukum antara para pihak dalam putusan

arbitrase mengabulkan tuntutan provisi dengan

"Menangguhkan berlakunya putusan arbitrase". Bahkan

Arbiter Tunggal yang memutus arbitrase juga digugat telah

melakukan perbuatan melawan hukum. Pasal 21 Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 1999 menyatakan bahwa arbiter atau

majelis arbitrase tidak dapat dikenakan tanggung jawab hukum

apapun atas segala tindakan yang diambil selama proses

persidangan berlangsung untuk menjalankan fungsinya

sebagai arbiter atau majelis arbitrase, kecuali dapat dibuktikan

adanya iktikad tidak baik dari tindakan tersebut.

3) Penyelesaian melalui Badan Peradilan Agama.

Perbedaan yang sangat mendasar pada kedudukan Peradilan

Agama sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006, adalah terletak pada kewenangan absolutnya. Ketika

masih diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989

sebagai payung hukum terakhir bagi tugas-tugas Peradilan

Agama, kewenangan Pengadilan Agama hanya sebatas

menyelesaian perkara-perkara sebagai berikut:

a. Perkara di bidang perkawinan; yang meliputi :

1) Izin beristeri lebih dari seorang;

2) Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang

belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun, dalam

hal orang tua wali atau keluarga dalam garis lurus

ada perbedaan pendapat;

3) Dispensasi kawin;

4) Pencegahan perkawinan;

5) Penolakan Perkawinan oleh Pegawai Pencatat

Nikah;

6) Pembatalan perkawinan;

7) Gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau

isteri;

8) Perceraian karena talak;

9) Gugatan perceraian;

10) Penyelesaian harta bersama;

11) Mengenai penguasaan anak-anak;

12) Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan

pendidikan anak bilamana bapak yang seharusnya

bertanggung jawab tidak memenuhinya;

13) Penentuan kewajiban memberi biaya

penghidupan oleh suami kepada bekas isteri atau

penentuan suatu kewajiban bagi bekas isteri;

14) Putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak;

15) Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;

16) Pencabutan kekuasaan wali;

Page 69: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B69

17) Penunjukan orang lain sebagai wali oleh

Pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali

dicabut;

18) Menunjuk seorang wali dalam hal seorang anak

yang belum cukup umur 18 (delapan delas) tahun

yang ditinggal kedua orang tuanya padahal tidak

adanya penunjukan wali oleh orang tuanya;

19) Pembebanan kewajiban ganti kerugian terhadap

wali yang telah menyebabkan kerugian atas harta

benda anak yang ada dibawah kekuasaannya;

20) Penetapan asal usul seorang anak;

21) Putusan tentang hal penolakan pemberian

keterangan untuk melakukan perkawinan

campuran;

22) Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang

terjadi sebelum Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut

peraturan yang lain.

b. Perkara di bidang kewarisan, wasiat dan hibah,

berdasarkan hukum Islam. Sebagaimana dimaksud dalam

pasal 49 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989,

yang dimaksud dengan perkara dibidang kewarisan

adalah meliputi penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli

waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan

bagian masing-masing ahli waris, dan melakanakan

pembagian harta peninggalan tersebut.

B. Pembahasan

1) Kewenangan PA dalam Menyelesaikan Sengketa

Syari’ah: Kewenangan Pengadilan Agama untuk

menyelesaikan perkara ekonomi syari’ah didasarkan atas

ketentuan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

yang menyatakan bahwa: “Pengadilan Agama bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara

di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam

di bidang: Perkawinan; dst”. Berdasarkan ketentuan Pasal 49

tersebut, Pengadilan Agama bertugas dan berwenang

memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara perkawinan,

waris, wasiat, hibah, waqaf, zakat, infaq, shadaqah, dan

ekonomi syari’ah. Oleh karena itu, terhitung mulai tanggal 20

Maret 2006 penyelesaian perkara ekonomi syari’ah menjadi

kewenangan absolut Pengadilan Agama. Sebelum

diundangkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

tersebut memang belum pernah ada peraturan Perundang-

undangan yang secara khusus melimpahkan kewenangan

kepada pengadilan tertentu untuk memeriksa dan mengadili

perkara ekonomi syari’ah.

Namun demikian, meskipun Pengadilan Agama telah

diberi kewenangan untuk memeriksa, mengadili, dan

menyelesaikan perkara ekonomi syari’ah, ternyata hal tersebut

tidak dibarengi pula dengan perangkat hukum yang

mengaturnya lebih lamjut, baik perangkat hukum materiil

maupun perangkat hukum formil. Oleh sebab itu dalam

rangka pelayanan kepada masyarakat dan supaya Pengadilan

Agama dapat segera melakukan tugas-tugas barunya, maka

harus dilakukan terobosan hukum guna memenuhi

perkembangan kebutuhan hukum masyarakat. Di antara

terobosan-terobosan tersebut adalah :

1) Melakukan penafsiran argumentum per-analogian,

yaitu; dengan memperluas berlakunya peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang kegiatan

ekonomi pada umumnya terhadap kegiatan ekonomi

syari’ah karena adanya persamaan-persamaan antara

keduanya.

2. Menerapkan asas lex posterior derogat legi apriori,

yakni bahwa hukum yang baru mengalahkan hukum

yang lama. Dengan demikian, maka ketentuan-

ketentuan hukum yang lama yang dahulu tidak berlaku

pada Pengadilan Agama menjadi berlaku karena

adanya kesamaan-kesamaan antara keduanya dan

atauran-aturan yang berkaitan dengan ekonomi syari’ah

yang dahulu bukan menjadi kewenangan Pengadilan

Agama maka sekarang menjadi kewenangan

Pengadilan Agama dengan adanya Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006, sepanjang berkenaan dengan

ekonomi syari’ah.

Di antara peraturan Perundang-undangan yang mengatur

kegiatan ekonomi adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

(ADR) dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Tentang Kepailitan Menjadi Undang-Undang.

Melalui penafsiran argumentum per analogian (analogi), maka

ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 dan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tersebut diberlakukaan

pada Pengadilan Agama.

Kata-kata “Pengadilan Negeri” atau “Pengadilan Umum”

dalam Undang-Undang tersebut dapat diberlakukan pada

“Pengadilan Agama” atau “Peradilan Agama” sepanjang

menyangkut ekonomi syari’ah. Berbagai ketentuan tentang

badan arbitrase dalam Undang-Undang tersebut secara mutatis

mutandis diterapkan pada Badan Arbitrase Syari’ah Nasional

(BASYARNAS) sebagai satu-satunya badan arbitrase dalam

ekonomi syari’ah yang ada di Indonesia. Demikian juga

halnya tentang kepailitaan. Dengan mengadopsi dua Undang-

Undang tersebut maka dapat dipakai sebagai pedoman dalam

menyelesaikan perkara yang berkaitaaan dengan alternatif

penyalesaian sengketa, arbitrase, dan kepailitan di bidang

ekonomi syari’ah pada Pengadilan Agama.

Berdasarkan ketentuan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998, maka

kewenangan Pengadilaan Agama dalam menangani perkara

ekonomi syari’ah ini meliputi:

1. Menunjuk arbiter dalam hal para pihak tidak dapat

mencapai kesepakatan mengenai pemilihan arbiter atau

tidak ada ketentuaan yang dibuat mengenai

pengangkatan arbiter (Pasal 13-14 Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 1999).

2. Memutus hak ingkar yang diajukan oleh para pihak atau

salah satu dari mereka terhadap arbiter yang diangkat

oleh Ketua Pengadilan Agama (Pasal 22-25 Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 1999).

3. Membatalkan keputusan BASYARNAS manakala

dalam putusan BASYARNAS terdapat hal-hal yang

menjadikan keputusan itu tidak valid lagi karena: (1).

Adanya surat (dokumen) palsu yang menjadi dasar

keputusan, (2). Ada dokumen yang ternyata

disembunyikan oleh pihak lawan sehinggaa merugikan

pihak lain, atau (3) Karena keputusaan didasarkan atas

tipu muslihat dari pihak lawan sehingga merugikan

pihak lainnya (Pasal 70 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1999);

4. Melaksanakan keputusan badan alternatif penyelesaian

sengketa (ADR) dan keeputusan BASYARNAS

Page 70: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B70

melalui eksekussi paksa manakala diperlukan (Pasal

59-63 Undang-Undang Nomor30 Tahun 1999).

Keputusan tersebut dapat dieksekusi oleh Pengadilan

Agama selambat-lambatnyaa 30 hari setelaah

penandatanganan keputusan tersebut (Pasal 6 ayat (7)

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999). Apabila

ketentuan ini tidak diindahkan maka keputusan tersebut

tidak dapat dieksekusi (Pasal 59 ayat (4) Undang-

Undang Nomor30 Tahun 1999);

5. Menyatakan pailit debitur yang mempunyai dua atau

lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu

utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih (Pasal 1

ayat (1) Undang-Undang Nomor4 Tahun 1998);

6. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa

ekonomi syari’ah (Pasal 49 Undang-Undang Nomor3

Tahun 2006), dalam [9]

Uraian di atas telah menjelaskan tentang hal ihwal yang

terkait dengan kewenangan absolut Pengadilan Agama dalam

menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah. Sedangkan

mengenai Pengadilan Agama mana yang paling berwenang

menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah apabila ternyata

antara pihak penggugat dan pihak tergugat berbeda alamat

tempat tinggal bahkan obyek sengketa juga berada di tempat

yang berlainan dengan kedua belah pihak yang berperkara.

Mengenai hal ini berdasarkan ketentuan pasal 118 ayat (1)

HIR/Pasal 142 ayat (1) RBg., Pengadilan Agama yang

berwenang menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah adalah

Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi tempat

tinggal tergugat, sesuai asas actor sequitur forum rei.

Sedangkan apabila obyek gugatannya itu mengenai benda

tetap berlaku aturan sebagaimana diatur dalam pasal 118 ayat

(3) HIR/pasal 142 ayat (5) RBg., yakni gugatan dapat diajukan

ke Pengadilan Agama di mana letak atau lokasi obyek sengketa

tersebut berada di wilayah hukumnya, sesuai dengan asas

forum rei sitae. Atau dapat juga diajukan gugatan ke

Pengadilan Agama tertentu yang telah menjadi kesepakatan

kedua belah pihak yang tertuang di dalam akta perjanjian yang

telah dibuat sebelumnya ( Pasal 118 ayat (4) HIR/pasal 142

ayat (4) RBg.). Apabila ternyata para tergugat berada pada

tempat tinggal yang berlain-lainan, maka gugatan bisa

diajukan ke Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya

meliputi tempat tinggal salah seorang tergugat yang ada (Pasal

118 ayat (2) HIR/Pasal 142 ayat (3) RBg.).

1) Tatacara Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari’ah

pada PA:Dalam referensi 10, dinyatakan bahwa apabila

perkara ekonomi syari’ah diajukan ke Pengadilan Agama,

maka Pengadilan Agama wajib memeriksa, memutus dan

menyelesaikannya secara profesional, yakni pertama: dengan

proses yang sederhana, cepat, dan biaya ringan; kedua: dengan

pelayanan yang prima, yaitu pelayanan secara resmi, adil,

ramah, rapi, akomodatif, manusiawi, dan tertib; dan ketiga:

dengan hasil (keputusan) yang tuntas, final dan memuaskan.

Dalam menyelesaikan perkara ekonomi syari’ah, maka

Pengadilan Agama harus menjalankan fungsi holistik

pengadilan, yaitu sebagai pelayaan hukum dan keadilan

kepada para pencari keadilan, sebagai penegak hukum dan

keadilan terhadap perkara yang dihadapi, dan sebagai pemulih

kedamaian antara pihak-pihak yang bersengketa.Tugas pokok

hakim adalah menegakkan hukum dan keadilan serta

memulihkan hubungan sosial antara pihak-pihak yang

bersengketa melalui proses peradilan.

Sebagai penegak hukum, hakim berkewajiban untuk

memeriksa (mengkonstatir) apakah akad (perjanjian) antara

para pihak telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syari’ah

Islam, yakni memenuhi syarat dan rukun sahnya suatu

perjanjian yang berupa: 1).asas kebebasan berkontrak; 2). asas

persamaan dan kesetaraan, 3). asas keadilan, 4). asas kejujuran

dan kebenaran, 5). asas tidak mengandung unsur riba dengan

segala bentuknya, 6). asas tidak ada unsur gharar atau tipu

daya, 7). asas tidak ada unsur maisir atau spekulasi, 8). asas

tidak ada unsur dhulm atau ketidak-adilan, 9). asas tertulis,dan

lain sebagainya sesuai dengan obyek (jenis) kegiatan ekonomi

syari’ah tertentu.

Apabila perjanjian (akad) tersebut telah memenuhi syarat

dan rukunnya maka perjanjian (akad) tersebut adalah syah dan

mempunyai kekuataan hukum. Namun jika ternyata tidak

memenuhi syarat dan rukunnya, maka akad tersebut tidak sah

dan karenanya tidak mempunyai kekuatan hukum sehingga

tidak mengikat kedua belah pihak. Dalam hal ini, maka hakim

karena jabatannya berwenang untuk mengesampingkan

bagian-bagian yang tidak sesuai (menyimpang) dari syarat

rukunnya tersebut untuk kemudian mengambil langkah-

langkah yang sejalan dengan ketentuan syari’ah Islam dan

mengembalikan kepada asas-asas tersebut. Asas-asas yang

bersifat dwangen recht ditegakkan secara imperatif,

sedangkan asas-asas yang bersifat anvullen recht ditegakkan

secara fakultatif.

Sebagai penegak keadilan, hakim wajib memeriksa pokok

gugatan dengan membuktikan (mengkonstatir) dalil-dalil

gugatan yang dijadikan dasar tuntutan (petitum). Hakim harus

membuktikan fakta-fakta yang dijadikan dasar gugatan,

menetapkan siapa-siapa yang terbukti melakukan wanprestasi

untuk kemudian menghukum yang bersangkutan untuk

memenuhi prestasi yang seharusnya ia lakukan agar pihak lain

tidak dirugikan dan terciptalah rasa keadilan antara kedua

belah pihak. Sebagai pemulih hubungan sosial (kedamaian),

maka hakim wajib menemukan apa yang menjadi penyebab

timbulnya sengketa antara kedua belah pihak.

Suatu sengketa dapat saja timbul karena: kesahpahaman,

perbedaan penafsiran, ketidakjelasan perjanjian (akad),

kecurangan, ketidakjujuran, ketidakpatutan, ketersinggungan,

kesewenang-wenangan atau ketidakadilan, ketidakpuasan,

kejadian tak terduga, prestasi tidak sesuai dengan penawaran,

prestasi tidak sesuai dengan spesifikasinya, prestasi tidak

sesuai dengan waktunya, prestasi tidak sesuai dengan aturan

main yang diperjanjikan, prestasi tidak sesuai dengan layanan

atau birokrasi yang tidak masuk dalam akad, lambatnya proses

kerja, atau wanprestasi sepenuhnya, dan lain sebagainya.

Dengan mengetahui apa penyebab timbulnya sengketa maka

hakim akan apat memilih dan menemukan cara yang tepat

untuk menyelesaikan sengketa antara kedua belah pihak.

Tugas Pengadilan Agama bukan sekedar memutus perkara

melainkan menyelesaikan sengketa sehingga terwujud

pulihnya kedamaian antara pihak-pihak yang bersengketa,

tercipta adanya rasa keadilan pada masing-masing pihak yang

berperkara dan terwujud pula tegaknya hukum pada perkara

yang diperiksa dan diputus tersebut.

Dengan berpegang pada asas-asas proses penyelesaian

perkara yang baik, hakim menyelesaikan perkara dengan

berpedoman pada hukum acara perdata yang ada dengan

penyesuaian pada karakteristik sengketa ekonomi syari’ah.

Proses peradilannya dilakukan sesuai dengan hukum acara

perdata yang berlaku pada Pengadilan Agama.

Page 71: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B71

Proses penyelesaian perkara sengketa ekonomi syari’ah

dilakukan hakim dengan tata urutan sebagai berikut :

1. Hakim memeriksa apakah syarat administrasi telah

tercukupi atau belum. Administrasi perkara ini

meliputi berkas perkara yang didalamnya telah

dilengkapi dengan kuitansi panjar biaya perkara,

nomor perkara, penetapan majelis hakim, dan

penunjukan panitera sidang;

2. Hakim memeriksa syarat formil perkara yang

meliputi kompetensi dan kecakapan penggugat,

kompetensi Pengadilan Agama baik secara absolut

maupun relatif. Apabila ternyata para pihak telah

terikat dengan perjanjian arbitrase, maka PA tidak

berwenang memeriksa dan mengadilinya (Pasal 3

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999):

3. Apabila syarat formil telah terpenuhi berarti hakim

dapat melanjutkan untuk memeriksa pokok perkara.

Dalam persidangan ini, tugas pertama dan utama

hakim adalah berusaha mendamaikan kedua belah

pihak sesuai dengan PERMA Nomor 2 Tahun 2003

dan PERMA Nomor 1 Tahun 2002.Apabila tercapai

perdamaian, maka hakim membuat akta perdamaian.

Apabila tidak dapat dicapai perdamaian maka

pemeriksaan dilanjutkan ke tahap berikutnya.

4. Hakim melakukan konstatiring terhadap dalil-dalil

gugat dan bantahannya melalui tahap-tahap

pembacaan surat gugatan, jawaban tergugat, replik,

duplik, dan pembuktian.

5. Hakim melakukan kualifisiring melalui kesimpulan

para pihak dan musyawarah hakim.

6. Hakim melakukan konstituiring yang dituangkan

dalam surat putusan.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan data dan hasil analisa di atas dapat diambil

beberapa kesimpulan, di antaranya sebagai berikut :

1. Pengadilan Agama berwenang memeriksa, mengadili

dan menyelesaian perkara sengketa ekonomi syari’ah

karena sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar

1945 pasal 24 ayat (2) joncto pasal 2 dan pasal 49

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 tentang Peradilan agama.

2. Hukum acara yang berlaku bagi Peradilan Agama

didalam menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah

sebelum diberlakukannya atau diundangkannya

peraturan perundangan yang khusus untuk itu adalah

hukum acara perdata yang berlaku bagi Peradilan

Umum.

3. Tugas Pengadilan Agama bukan sekedar memutus

perkara melainkan menyelesaikan sengketa sehingga

terwujud pulihnya kedamaian antara pihak-pihak

yang bersengketa, tercipta adanya rasa keadilan pada

masing-masing pihak yang berperkara

REFERENSI

[1] Rifyal Ka'bah, “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari'ah Sebagai

Sebuah Kewenangan Baru Peradilan Agama,” dalam Varia

Peradilan.tahun ke XXI, NOMOR.245 April, 2006. [2] pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman.

[3] Gita Danupranata, Ekonomi Islam, cetakan pertama,Yogyakarta : UPFE-UMY,2006.

[4] Karnaen A. Perwatmadja, “Membumikan Ekonomi Islam di

Indonesia,” dalam Sofiniyah Ghufron (Penyunting) Briefcase Book Edukasi Profesional Syari’ah, Konsep dan Implementasi Bank

Syari’ah, cetakan Pertama, Jakarta: Renaisan, 2005.

[5] M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.

[6] Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.

[7] Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah,terj. Mudzakir AS, jilid XIV,Bandung:

Alma’arif,1993. [8] M. Yahya Harahap, Arbitrase, Jakarta: Pustaka Kartini, 1991.

[9] Abdullah Dhia, dkk, “Sengketa Ekonomi Syari’ah pada Pengadilan

Agama,”Makalah,Yogyakarta: PPSMSI-UII, 2006. [10] Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, Jakarta:

RajaGrapindo Persada, 2009

[11] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,Jakarta: RajaGrapindo Persada, 2006

Page 72: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B72

Pengaruh BOPO, CAR, SBIS Dan Kurs Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah

Di Indonesia

Faisal Maulana1, Yeni Irawan2, Muhammad Suip3

1,2,3 Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 INDONESIA [email protected]

Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO), Capital

Adequacy Ratio (CAR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Kurs terhadap Return on Assets (ROA) pada Bank Umum

Syariah di Indonesia Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI)

serta data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2015 sampai 2018. Metode

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa secara simultan (Uji F) variabel BOPO, CAR, SBIS dan Kurs berpengaruh signifikan terhadap ROA. Selanjutnya, secara

parsial (Uji t) variabel BOPO dan Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. CAR berpengaruh Positif dan signifikan

terhadap ROA. Sedangkan variabel SBIS berpengaruh Positif namun tidak signifikan terhadap ROA. Hasil dari Koefisien

determinasi dalam penelitian ini adalah 0,735 atau 73,5% artinya bahwa variabel dependent yaitu ROA dipengaruhi oleh variabel

independent yaitu BOPO, CAR, SBIS dan Kurs adalah sebesar 0,735 atau 73,5%, dan sisanya yaitu 0,265 atau 26,5% variabel

dependent yaitu ROA dipengaruhi oleh variabel independent lainnya di luar penelitian ini.

Kata kunci— Return on Assets (ROA), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Kurs.

Abstract— This study aims to determine the effect of Operational Costs on Operating Income (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR),

Sharia Bank Indonesia Certificates (SBIS) and Exchange Rates on Return on Assets (ROA) in Islamic Commercial Banks in Indonesia

Data used in this study is monthly data published by Bank Indonesia (BI) and Sharia Banking Statistics data published by the Financial

Services Authority (OJK) for the period 2015 to 2018. The data analysis method used in this study is multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate that simultaneously (Test F) variables BOPO, CAR, SBIS and Exchange Rate have a significant effect

on ROA. Furthermore, partially (t test) variable BOPO and Exchange have a negative and significant effect on ROA. CAR has a positive

and significant effect on ROA. Then the SBIS variable has a positive but not significant effect on ROA. The results of determination

coefficient in this study are 0.735 or 73.5%, which means that the dependent variable, ROA is influenced by independent variables, namely

BOPO, CAR, SBIS and Exchange Rate is 0.735 or 73.5%, and the remaining 0.265 or 26.5% dependent variable influenced by other

independent variables outside of this study.

Keywords— Return on Assets (ROA), Operational costs on Operating Income (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Indonesian Sharia

Bank Certificate (SBIS) and Exchange Rates.

I. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki penduduk yang dominannya adalah

muslim sehingga, aktivitas perekonomian penduduknya juga

tidak lepas dari nilai-nilai islam yang terkandung di dalamnya.

Saat menjalankan aktivitas ekonomi, pastinya masyarakat

tidak terlepas dari transaksi keuangan, maka oleh itu,

diperlukan adanya suatu lembaga keungan yang terkandung

didalamnya nilai-nilai islami guna untuk menjamin transaksi

masyarakatnya agar benar dan sesuai dengan ajaran islam.

Zaman yang semakin modern ini, menuntut masyarakat untuk

berbuat yang serba praktis tidak terkecuali dalam hal

menabung. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang

bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan

kembali ke masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana bagi

pihak yang membutuhkan. Lembaga perbankan di Indonesia

telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank yang bersifat

konvensional dan bank yang bersifat syariah.

Dewasa ini, bank syariah di Indonesia mengalami

perkembangan yang sangat pesat dan perkembangan ini dapat

dilihat pada semakin meluasnya jumlah bank syariah di

Indonesia. Pada tahun 2017, perbankan syariah telah memiliki

jaringan bank sebanyak 12 Bank Umum Syariah (BUS), 21

Unit Usaha Syariah (UUS) dan 167 Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) dengan total jaringan kantor mencapai 2.610

yang tersebar hampir di seluruh Indonesia

(http//www.ojk.go.id).

Dengan perkembangan bank syariah yang sangat

pesat ini, maka pihak bank syariah haruslah dapat

meningkatkan kinerja perbankannya terutama di bidang

keuangan.

Profitabilitas merupakan suatu indikator yang paling

tepat dalam mengukur kinerja keuangan suatu perbankan.

Pada Perbankan, untuk mengukur profitabilitas umumnya

menggunakan Return on Asset (ROA) dan Return on Equity

(ROE). Namun, pada penelitian ini hanya menggunakan ROA

sebagai indikator mengukur kinerja keuangan pada perbankan.

Profitabilitas bank merupakan fungsi dari faktor

internal dan eksternal dari sebuah bank. Faktor internal

merupakan faktor spesifik bank yang akan menentukan

profitabilitas sedangkan faktor eksternal merupakan variabel

yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kinerja

manajemen bank, tetapi secara tidak langsung faktor ini

mempengaruhi faktor perekonomian negara yang berdampak

pada kinerja keuangan terutama pada perbankan. Menurut

Widyaningrum : 2015, pada faktor internal perusahaan,

terdapat beberapa rasio keuangan yang dapat mempengaruhi

ROA, antara lain BOPO dan CAR. Sedangkan variabel

eksternal yang digunakan pada penelitian ini adalah SBIS dan

Kurs.

Jadi, dengan menggunakan beberapa variabel dari

faktor internal dan eksternal diatas, maka pihak perbankan

syariah dapat meningkatkan kinerja perbankannya di bidang

keuangan untuk menjadi bank yang terus berkembang dan

efisien.

Mengacu pada latar belakang diatas, maka rumusan

masalah yang muncul pada penelitian ini adalah apakah

BOPO, CAR , SBIS dan Kurs secara simultan dan parsial

Page 73: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B73

berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas pada Perbankan

Syariah di Indonesia dan dengan ditemukannya rumusan

masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh BOPO, CAR, SBIS dan Kurs secara

simultan dan parsial terhadap Profitabilitas pada Perbankan

Syariah di Indonesia.

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pertumbuhan profitabilitas dan juga mengetahui apakah Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Capital

Adequacy Ratio (CAR), Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) dan Kurs apakah berpengaruh terhadap Profitabilitas

pada Perbankan Syariah di Indonesia periode 2015-2018. Pada

penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang

bersifat Time Series (deret waktu).

Dalam penelitian ini, data pada setiap variabel

diperoleh dari website resmi Bank Indonesia melalui situs

www.bi.go.id dan juga pada website resmi Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) melalui www.ojk.go.id.

B. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode regresi linier

berganda untuk menglihat pengaruh variabel bebas yaitu

BOPO, CAR, SBIS dan Kurs terhadap variabel terikat yaitu

ROA pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Adapun

persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4LnX4 + Ɛ

Dimana :

Y = Profitabilitas (ROA)

a = Konstanta

b1. . .b2 = Koefisien Determinasi

X1 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional

X2 = Capital Adequacy Ratio

X3 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah

X4 = Kurs

LN = Logaritma Natural

Ɛ = Error Term

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Hasil dari uji normalitas digunakan untuk melihat

tingkat kenormalan dari sebuah data. Untuk mengetahui

bentuk distribusi data yang normal, dapat menggunakan uji

one sample kolmogorov-smirnov dengan tingkat signifikansi

0,05.

Tabel. 1

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.222

Sumber: Data Hasil Penelitian (diolah)

Nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0,222.

Berdasarkan hasil dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa

nilai signifikansi lebih besar dari pada nilai probalitias nya,

yaitu 0,222 > 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa

penelitian ini sudah memenuhi syarat uji normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan menglihat apakah ada

atau tidaknya sebuah variabel independen yang memiliki

kemiripan dengan variabel independen lainnya dalam satu

model. Untuk mengetahui adanya multikolinearitas pada suatu

model dapat menggunakan beberapa cara, antara lain

menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIP) dan nilai

Tolerance. Nilai VIF dan Tolerance dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel. 2

Hasil uji multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF

BOPO ,543 1,840

CAR ,287 3,489

SBIS ,673 1,485

Kurs ,338 2,961

Sumber: Data Hasil Penelitian (diolah)

Berdasarkan Tabel 1 di atas, melihat pada nilai

Tolerance dan VIF menunjukkan bahwa tidak ada variabel

yang memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan tidak ada

nilai VIF yang kurang dari 10 sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi korelasi antara variabel independen juga

tidak terjadinya multikolinearitas pada model regresi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi linier terjadi ketidaksamaan

varian dari residual satu pengamatan ke lainnya. Cara

memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu

model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model

penelitian dengan dasar pengambilan keputusan, yaitu:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk

suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar

kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar

di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heteroskedastisitas.

Gambar.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari hasil pengujian diatas , maka dapat disimpulkan

bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi

klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam

penelitian.

Page 74: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B74

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah

dalam sebuah model regresi linear adanya korelasi antara

residual pada periode t dengan residual pada periode t-1

(sebelumnya). Adanya autokorelasi atau tidak dalam sebuah

penelitian dapat dilihat dengan cara menggunakan uji Durbin-

Watson (DW test). Berikut ini adalah aturan pengujiannya:

a. 1,65 < DW < 2,35: tidak terjadi autokorelasi.

b. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79: tidak dapat

disimpulkan.

c. DW < 1,21 atau DW > 2,79: terjadi autokorelasi.

Tabel. 3

Hasil uji Autokorelasi

Model Durbin-Watson

Regression 1,914

Sumber: Data Hasil Penelitian (diolah)

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut dapat

dijelaskan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,914.

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung yang

diperoleh adalah 1,65 < 1,914 < 2,35 maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada penelitian ini.

Analisis Regresi Berganda

Hasil analisis regresi linier berganda dilakukan untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas secara keseluruhan

terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis regresi

berganda, maka dapat dilihat sebagai berikut:.

ROA = 32,174 - 0,050 BOPO + 0,122 CAR + 0,026 SBIS -

2,597 LN_Kurs

Uji Hipotesis

a. Uji Statistik F

Uji signifikansi simultan atau disebut juga Uji F

digunakan dalam penelitian untuk menguji hipotesis yang

menjelaskan tentang adakah pengaruh pada variabel

independent terhadap variabel dependent yang di uji secara

bersama-sama (simultan). Hasil pengujian signifikansi

simultan ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4

Hasil Uji F

Model F Sig.

Regression 30,563 ,000a

Sumber : Data Hasil Penelitian (diolah)

Berdasarkan Tabel 4 di atas, didapati nilai Fhitung

sebesar 30,563 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000

dengan demikian maka Fhitung lebih besar dari Ftabel sebesar

3,245 oleh karena itu hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima

yang artinya bahwa variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen .

b. Uji Statistik t

Uji signifikansi parsial atau disebut juga Uji t

digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis yang

menjelaskan tentang apakah ada pengaruh pada variabel

independent terhadap variabel dependent yang di uji secara

satu per satu (parsial).

Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficient pada

kolom sig (significance), jika probabilitas nilai t atau

signifikansi < (α = 0,05) maka dapat dikatakan bahwa terdapat

pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat

secara parsial. Berikut adalah hasil uji statistik t.

Tabel 5

Hasil Uji t

Model t Sig.

(Constant)

BOPO

CAR

SBIS

LN_Kurs

3,123

-4,404

5,124

0,519

-2,759

0,003

0,000

0,000

0,606

0,008

Sumber : Data Hasil Penelitian (diolah)

1. BOPO

Uji t dua sisi dengan (α = 0,025) ditemukan bahwa

nilai dari ttabel adalah -2,017 dan dapat dijelaskan bahwa

variabel BOPO memiliki nilai thitung < ttabel, yaitu -4,404 < -

2,017 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,025 yang

artinya bahwa H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel BOPO berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap variabel ROA.

2. CAR

Selanjutnya pada variabel CAR, nilai thitung > ttabel

yaitu 5,124 > -2,017 dengan tingkat signifikansi 0,000 <

0,025 yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga

dapat dikatakan bahwa variabel CAR berpengaruh

signifikan terhadap variabel ROA.

3. SBIS

Lalu pada variabel SBIS memiliki nilai thitung > ttabel ,

yaitu 0,519 > -2,017 dengan tingkat signifikansi sebsar

0,606 > 0,025 yang artinya Ha diterima dan H0 ditolak dan

dapat disimpulkan bahwa variabel SBIS berpengaruh

positif namun tidak signifikan terhadap ROA.

4. Kurs

Variabel Kurs memiliki nilai thitung < ttabel yaitu -2,759

< -2,017 dengan tingkat signifikansi 0,008 < 0,025 yang

artinya H0 diterima dan Ha ditolak dan dapat disimpulkan

bahwa variabel Kurs tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel ROA.

Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS 18

maka, diperoleh nilai R Square (R2) adalah sebagai berikut

Model R. Square

Regression .735

Sumber : Data Hasil Penelitian (diolah)

Dari hasil pengolahan data di atas, maka nilai R2 adalah

sebesar 0,735 atau 73,5% yang dapat di artikan bahwa

variabel dependent yaitu ROA dipengaruhi oleh variabel

independent yaitu BOPO, CAR, SBIS dan Kurs adalah

sebesar 0,735 atau 73,5%, sedangkan sisanya yaitu 0,265 atau

26,5%, variabel dependent yaitu ROA dipengaruhi oleh

Page 75: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B75

variabel independent lainnya yang tidak diketahui dan tidak

ditemukan dalam penelitian ini.

Pembahasan

1. Pengaruh BOPO, CAR, SBIS dan Kurs terhadap ROA

pada Bank Umum Syariah di Indonesia

Dalam memprediksi pengaruh variabel independent

terhadap variabel dependent untuk memperoleh keyakinan

pada suatu model regresi, diperlukanlah uji signifikansi secara

simultan (Uji F). Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh

variabel independent yang di uji secara simultan(bersama-

sama) terhadap variabel dependent.

Berdasarkan hasil dari pengujian signifikansi secara

simultan (Uji F) pada tabel 4.6, diketahui nilai Fhitung

berjumlah 30,563 lebih besar dari pada Ftabel yaitu sebesar

2,589 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang

artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain,

secara bersama-sama (simultan) variabel independent yaitu

BOPO, CAR, SBIS dan Kurs berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel dependent yaitu ROA pada Bank

Umum Syariah di Indonesia.

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.6,

menujukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara

variabel independent yaitu BOPO, CAR, SBIS dan Kurs

terhadap ROA sehingga pihak perbankan dapat meningkatkan

pendatapatannya melalui aktiva yang produktif yang dimiliko

oleh pihak bank misalnya Pembiayaan. Tingginya aktiva akan

meningkatkan pendapatan bank yang tinggi pula, dengan kata

lain tingginya sebuah aktiva produktif akan berpengaruh

dalam meningkatkan profit sebuah bank.

2. Pengaruh BOPO terhadap ROA pada Bank Umum

Syariah di Indonesia

Hasil yang didapatkan pada tabel 4.7 , uji signifikansi

parsial (Uji t) pada Variabel BOPO diketahui bahwa nilai

thitung < ttabel, yaitu -4,404 < -2,017 dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,000 < 0,025. Maka H0 diterima dan Ha ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel BOPO

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel ROA

pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori BOPO yang

dikemukakan oleh Mansur (2015:24) yaitu semakin rendah

rasio BOPO berarti semakin efisien pula bank tersebut dalam

mengendalikan biaya perasionalnya, dengan adanya efisiensi

biaya maka, keuntungan yang diperoleh bank dari

operasionalnya akan semakin besar.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian

Wibowo dan Syaichu (2013) yang judul penelitiannya adalah

Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO dan NPF

Terhadap Profitabilitas Bank Syariah serta penelitian Hakiim

dan Rafsanjani (2016) yang berjudul Pengaruh Internal CAR,

FDR dan BOPO dalam Peningkatan Profitabilitas Industri

Perbankan Syariah di Indonesia yang hasil dari penelitian

keduanya menunjukkan variabel BOPO berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap ROA

.

3. Pengaruh CAR terhadap ROA pada Bank Umum

Syariah di Indonesia

Hasil yang didapatkan pada tabel 4.7 , uji signifikansi

parsial (Uji t) pada Variabel CAR diketahui bahwa nilai thitung

> ttabel, yaitu 5,124 > -2,017 dengan tingkat signifikansi 0,000

< 0,025 yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga

variabel CAR dapat dikatakan bahwa berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel ROA pada Bank Umum Syariah

di Indonesia.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai

dengan teori Werdaningtyas dalam penelitian Wibowo dan

Syaichu (2013) yang menjelaskan bahwa variabel CAR dapat

mempengaruhi tingkat profitabilitas pada bank syariah.

Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank

tersebut untuk menanggung risiko dari setiap aktiva produktif

yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut

mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan

kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Tingginya

rasio modal dapat melindungi deposan dan meningkatkan

kepercayaan masyarakat kepada bank, dan pada akhirnya

dapat meningkatkan mendapatan suatu bank.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Setiawan

dan Indriani (2016) yang menemukakan bahwa variabel CAR

berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Namun, penelitian

ini bertentangan dengan hasil penelitian yang diteliti oleh

Wibowo dan Syaichu (2013), yang hasil penelitiannya

menjelaskan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap ROA.

4. Pengaruh SBIS terhadap ROA pada Bank Umum

Syariah di Indonesia

Hasil yang didapatkan pada tabel 4.7 , uji signifikansi

parsial (Uji t) pada Variabel SBIS diketahui bahwa nilai thitung

> ttabel, yaitu yaitu 0,519 > -2,017 dengan tingkat signifikansi

sebsar 0,606 > 0,025 yang artinya Ha diterima dan H0 ditolak

dan dapat disimpulkan bahwa variabel SBIS berpengaruh

positif namun tidak signifikan terhadap ROA pada Bank

Umum Syariah di Indonesia.

Hal ini berarti SBIS secara tidak langsung

mempengaruhi Profitabilitas namun tidak signifikan. Berarti ,

dapat dikatakan bahwa tidak sepenuhnya variabel SBIS dapat

mempengaruhi besar nya Profitabilitas pada Bank Umum

Syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini juga bertentangan

dengan penelitian yang ditemukan oleh Ubaidillah (2016)

yang dalam penelitiannya menemukan bahwa variabel SBIS

berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

5. Pengaruh Kurs terhadap ROA pada Bank Umum

Syariah di Indonesia

Hasil yang didapatkan pada tabel 4.7 , uji signifikansi

parsial (Uji t) pada variabel Kurs diketahui bahwa nilai thitung

< ttabel yaitu -2,759 < -2,017 dengan tingkat signifikansi

0,008 > 0,025 yang artinya H0 diterima dan Ha ditolak dan

dapat disimpulkan bahwa variabel Kurs berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap variabel ROA pada Bank Umum

Syariah di Indonesia.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menjelaskan

bahwa jika melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah

terhadap Dollar Amerika serikat, maka tidak mempengaruhi

tingkat Profitabilitas (ROA) yang diterima oleh pihak Bank

Umum Syariah di Indonesia. Padahal, jika nilai tukar rupiah

melemah, banyak masyarakat yang akan membutuhkan uang

untuk dipegang dibandingkan dijadikan sebagai simpanan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian

Welta dan Lamiyana (2017) yang judul penelitiannya adalah

Pengaruh CAR, Inflasi dan Nilai Tukar (Kurs) terhadap

Profitabilitas pada Bank Umum Syariah yang menemukan

variabel Nilai tukar (Kurs) berpengaruh postitif dan signifikan

terhadap Profitabilitas.

Page 76: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B76

IV. KESIMPULAN

1. Dari hasil uji signifikansi Simultan (Uji F) dapat

dikatakan bahwa variabel BOPO, CAR, SBIS dan Kurs

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas

(ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia 2. Dari hasil uji signifikansi Parsial (Uji T) variabel CAR

berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA,

sedangkan variabel BOPO dan Kurs berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap ROA serta variabel SBIS

berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap

ROA.

3. Hasil dari koefisien determinasi (R2) menunjukkan

bahwa variabel ROA mampu menjelaskan variabel

BOPO, CAR, SBIS dan Kurs sebesar 0,735 atau 73,5%.

REFERENSI

[1] Andri, Soemitra. (2009). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.

Prenada Media. Jakarta.

[2] Antonio, Muhammad Syafi’i. (2011). Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani. Jakarta.

[3] Ascarya. (2011). Akad & Produk Bank Syari’ah. Rajawali Pers. Jakarta.

[4] Bank Indonesia. (1998). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Jakarta: Bank Indonesia.

[5] Bank Indonesia. (2008). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008.

Jakarta: Bank Indonesia. [6] Dwidingga, Yoga. (2015). Analisis Inflasi, GDP, NPF, BOPO, dan NM

terhadap ROA Perbankan Syari’ah di Indonesia Periode 2010-2013.

Skripsi. Jakarta. [7] Husin, Dasmi. (2015). Analisa Laporan Keuangan. Politeknik Negeri

Lhokseumawe. Aceh.

[8] Iska, (2012). Sistem Perbankan Syariah di Indonesia. Perum Griya Wirokerten Indah, Yogyakarta.

[9] Machmud, Amir dan Rukmana. (2010). Bank Syari’ah. Erlangga.

Jakarta.

[10] Mansur, Muhammad Tolkhah. (2015). Pengaruh FDR, BOPO, dan NPF terhadap Profitabilitas Bank Umum Syari’ah Periode 2013-2014.

Skripsi. Semarang

[11] McClave, James T, P. George Bendon and Terry Sincich. (2011). Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi. Dialihbahasakan Bob Sabran,

M.M, Erlangga. Jakarta.

[12] Mubarok, E. Saefuddin. (2015). Ekonomi Islam. In Media. Bogor. [13] Murni, Asfia. (2016). Ekonomika Makro. Refika Aditama. Bandung.

[14] Prasanjaya, A.A. Yogi dan I Wayan Ramantha. (2013). Analisis

Pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank yang Terdaftar di BEI. E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana. Vol.4 No.1.

[15] Priyanto, Duwi. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Andi. Yogyakarta.

[16] Purnomo, R. Serfianto D., Cita Y. Serfiyani dan Iswi Hariyani. (2013).

Pasar Uang & Pasar Valas. Gramedia. Jakarta. [17] Republik Indonesia. (2008). Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008

Tentang Perbankan Syari’ah. Depkeu. Jakarta.

[18] Safaruddin. (2010). Manajemen Keuangan. Politeknik Negeri Lhokseumawe. Aceh.

[19] Setiawan, U. N. Aji dan Astiwi Indriani. (2016). Pengaruh DPK, CAR,

dan NPF terhadap Profitabilitas Bank Syari’ah dengan Pembiayaan sebagai Variabel Intervening. Jurnal Manajemen Diponegoro Vol.5

No.4.

[20] Sudarsono, Heri. (2012). Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Edisi Keempat. Ekonisia. Yogyakarta.

[21] Suprianto, Eko. (2017). Pengaruh Inflasi, SBIS dan Kurs terhadap

Profitabilitas Bank Syari’ah di Indonesia. Tugas Akhir. Aceh. [22] Ubaidillah. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Profitabilitas Bank Syari’ah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam Vol.4

No.1. [23] Yaya, Rizal,. Aji E. Martawireja dan Ahim Abdurahim. (2009).

Akuntansi Perbankan Syari’ah. Salemba Empat. Jakarta.

[24] http://www.ojk.go.id. [25] http://www.bi.go.id.

[26]

Page 77: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B77

Akumulasi Utang Pemerintah, Subsidi Dan Keberlanjutan Fiskal Di Indonesia

Yusri Hazmi1, Faisal2, Intan Cahyani3, Yetty Tri Putri4

Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B. Aceh Medan KM 280 Buket Rata 24301 Indonesia [email protected]

Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh utang pemerintah, subsidi terhadap keberlanjutan fiskal di

Indonesia, melalui jalur variabel makro ekonomi yang terdiri: inflasi, nilai tukar, dan suku bunga Bank Indonesia. Pengukuran

keberlanjutan fiskal dengan menggunakan rasio defisit fiskal terhadap PDB. Rasio ini diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara, yakni batas maksimum defisit fiskal terhadap PDB sebesar 3 persen. Penelitian ini menggunakan data

runtun waktu mulai tahun 1975-2017, yang bersumber dari: Bank Indonesia, BPS RI, Kementerian Keuangan RI, dan Badan Fiskal

Nasional. Model ekonometrik ARDL digunakan untuk mengindentifikasi pengaruh jangka pendek antara utang pemerintah dan

belanja subsidi terhadap keberlanjutan fiscal. Sedangkan untuk pengaruh jangka panjang dilakukan dengan kointegrasi Long Run

Bounds Test. Dari hasil pengujian ARDL diperoleh, utang pemerintah, belanja subsidi dan variabel makro ekonomi memiliki pengaruh

signifikan terhadap keberlanjutan fiscal. Utang pemerintah sekarang berpengaruh negative dan signifikan terhadap kebelanjutan

fiskal. Belanja subsidi pengaruh negative dan signifikan terhadap keberlanjutan fiskal pada lag -2 dan lag -3. Inflasi dan suku bunga

Bank Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan fiscal. Sedangkan kurs berpengaruh negative dan signifikan

terhadap keberlanjutan fiscal pada lag -3 hingga sekarang. Hasil pengujian kointegrasi Long Run Bounds Test menunjukkan utang

pemerintah berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap keberlanjutan fiscal. Belanja subsidi bepengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap keberlanjutan fiskal. Inflasi dan kurs berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keberlanjutan fiscal.

Sedangkan suku bunga bank Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan fiscal.

Kata kunci— Akumulasi utang, Subsidi, Variabel Makro dan Keberlanjutan Fiskal.

I. PENDAHULUAN

Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi pengaruh

jangka pendek dan jangka panjang akumulasi utang pemerintah

dan subsidi terhadap keberlanjutan fiscal di Indonesia. Utang

pemerintah dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan

tajam seiring dengan peningkatan defisit fiskal (APBN).

Peningkatan utang erat kaitannya dengan meningkatnya

pengeluaran pemerintah untuk membiayai pembangunan

(Hazmi, at al, 2019). Saat ini Indonesia sedang menghadapi

tantangan berat dalam mewujudkan fiskal yang stabil dan

berkelanjutan. Kebijakan fiskal ekspansif sebagai instrument

pemerintah dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, justru

memberi pengaruh buruk terhadap peningkatan defisit fiskal

dan utang pemerintah. Defisit fiskal menunjukkan pada

rendahnya kemampuan fiskal dalam membiayai seluruh

belanja termasuk pembayaran utang.

Keberlanjutan fiskal menunjukkan pada kondisi fiskal

yang dapat memenuhi belanja (Adams, et al., 2011).

Keberlanjutan fiscal mengindikasikan kondisi fiscal dapat

untuk membiayai seluruh belanjanya selama jangka waktu

yang tidak terbatas (Langenus, 2006) Konsekuensinya,

keberlanjutan fiskal harus mampu memperhitungkan

kerentanan fiskal (fiscal vulnerability). Kerentanan yang

muncul dari kewajiban langsung (direct liabilities) yang dapat

diperkirakan sebelumnya dan kewajiban kontingensi

(contingent liabilities) akibat suatu peristiwa di luar kendali

(Brixi dan Mody, 2002). Keberlanjutan fiskal erat kaitan

dengan kapasitas fiskal, yang ditunjukkan dari keseimbangan

primer. Keseimbangan primer sejak 2008 hingga sekarang

menunjukkan angka negative. Ini mengindikasikan

ketidakmampuan fiscal dalam membiayai seluruh pengeluaran

yang bersumber dari penerimaan sendiri, dan tidak termasuk

pembayaran utang. Gambar 1.1 menunjukkan pergerakan

keseimbangan primer dan utang pemerintah yang semakin

melebar.

Sumber: Bank Indonesia, 2019

Gambar 1.1

Pergerakan Keseimbangan Primer dan Utang Pemerintah 2008-2017

Peningkatan utang dalam kondisi keseimbangan primer

negative akan berpotensi terbentuk akumulasi utang.

Akamulasi yang disebabkan dari penarikan utang baru, guna

memenuhi kewajiban utang yang telah jatuh tempo. Kondisi

ini akan memberi pengaruh buruk terhadap upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan

masyarakat. Sebagai akibat sebagian pengeluaran

diperuntukkan untuk membayaran cicilan utang dan bunga.

Peningkatan utang dalam beberapa waktu lalu, sebagai akibat

dari peningkatan belanja dan pembayaran cicilan utang.

Dalan beberapa kajian menyebutkan utang berlebihan

menjadi fokus dari kebijakan fiskal di sejumlah

negara. Terutama sebagai akibat kegagalan melakukan

pembayaran utang. Dalam kondisi utang tinggi, jika terjadi

peningkatan utang sedikit saja, akan sangat merusak

kemampuan membayar utang. Pertumbuhan utang erat

kaitannya peningkatan pengeluaran pemerintah, termasuk

belanja subsidi. Rata-rata setiap tahun belanja subsidi mencapai

sekitar 3,1 persen dari PDB. Realisasi belanja subsidi kerap

sekali melampaui batas anggaran, sehingga memberi pengaruh

terhadap peningkatan pengeluaran. Sejumlah kajian

menyebutkan, kebijakan subsidi tidak tepat sasaran telah

84.30 5.20 41.50 8.70 (52.80) (98.60) (93.20) (142.50)(125.60)(178.00)

1,636.70 1,590.70 1,681.70 1,809.00 1,977.70

2,375.50 2,608.80

3,089.00

3,515.40

3,938.70

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

KP Utang

Page 78: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B78

mengakibat sebagian besar belanja subsidi (energy) dinikmati

oleh masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditengah defisit fiskal

dan pertumbuhan utang pemerintah, diperlukan upaya

pembatasan belanja subsidi. Pembatasan belanja subsidi

dimaksudkan untuk mengurangi defsit fiskal dan laju

pertumbuhan utang, serta mewujudkan keberlanjutan fiskal

(Wangke, 2012; Dartanto, 2013; Hidayat, 2014). Gambar 1.2

menunjukkan tren defisit Fiskal, Utang Pemerintah, Belanja

Subsidi dan Makro Ekonomi 2008-2018.

Sumber: Bank Indonesia, data diolah 2019

Gambar 1.2

Tren Defisit Fiskal, Utang Pemerintah, Belanja Subsidi dan

Makro Ekonomi 2008-2017

Gambar 1.2 menunjukkan tren defisit fiscal, belanja

subsidi dan variable makro ekonomi. Peningkatan defisit

seiring dengan peningkatan pengeluaran pemerintah, termasuk

pengeluaran subsidi. Fluktuasi belanja subsidi relative stabil

mulai tahun 2008 hingga 2017 pada kisaran 12 persen.

Perubahan (tren menurun) terjadi pada tahun 2018, dan berada

pada angka 5,38 persen. Sedangkan tren (naik/turun) defisit

fiskal searah dengan tren belanja subsidi. Walaupun pada tahun

2018 terjadi penurunan belanja subsidi, namun tidak memberi

pengaruh terhadap penurunan defisit fiskal.

1.1 Interaksi Defisit fiscal terhadap Utang pemerintah

Peningkatan utang pemerintah seiring dengan

peningkatan pengeluaran, terutama pengeluaran untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi maupun pembayaran utang

yang telah jatuh tempo. Kebijakan fiskal ekspansif telah

memberi pengaruh buruk terhadap peningkatan deficit dan

utang, yang disebabkan belanja lebih besar dari pendapatan

Negara. Dalam upaya mengatasi defisit dapat dilakukan

melalui penyesuaian fiskal (penerimaan dan belanja), atau

melalui penarikan utang. Jika penarikan utang diartikan sebagai

upaya pengurangan defisit, maka upaya ini akan berakibat

terjadi peningkatan resiko fiscal. Resiko fiskal yang terjadi

sebagai akibat kegagalan fiskal dalam melakukan pembayaran

kemabali utang yang telah jatuh tempo. Sedangkan

penyesuaian fiscal akan memberi pengaruh buruk terhadap

upaya pertumbuhan ekonomi, sebagai akibat penurunan output

dan permintaan agregat. Kedua tindakan ini erat kaitannya

upaya dengan menjaga keberlanjutan fiskal ditengah defisit

mendera APBN. Keberlanjutan fiscal erat kaitannya dengan

pengaturan utang public. Keberlanjutan fiskal diperlukan agar

pertumbuhan ekonomi dapat terjadi dalam jangak pendek dan

jangka panjang (Aldama, at al 2018). Terjadinya

peningkatan utang pemerintah pada tingkat yang

mengkhawatirkan sebagai akibat dari krisis keuangan

global tahun 2008, berakibat memburuk fiskal secara

signifikan. Adanya kekhawatiran besar dalam mengatasi

masalah keberlanjutan fiskal. Rasio utang terhadap PDB

berfungsi sebagai ukuran kekuatan fiskal. Risiko fiskal

yang berasal dari utang yang berlebihan telah menjadi fokus

kepentingan kebijakan di seluruh dunia termasuk di

Indonesia. Adanya titik ambang utang tertentu yang

seharusnya berfungsi sebagai sinyal mengenai tingkat risiko

keberlanjutan. Dengan demikian kebutuhan untuk

melakukan konsolidasi fiskal dan stabilisasi hutang yang

lebih kuat (Belhocine dan Dell'Erba, 2013).

Ratio utang pemerintah terhadap PDB menjadi variabel

penting dalam keberlanjutan fiscal. Peningkatan tajam

utang dan proses konsolidasi fiskal yang panjang tidak

selalu mengarah pada pengurangan rasio utang terhadap

PDB. Ini menunjukkan bahwa keseimbangan primer dapat

berhenti menyesuaikan setelah utang telah mencapai batas

tertentu (Icaza, 2018). Kajian menyatakan lain dengan

menggunakan keseimbangan primer bersama-sama dengan

rasio utang terhadap PDB dan IRGD untuk menemukan laju

utang publik suatu negara. Secara umum, terdapat pengaruh

antara keseimbangan primer dengan rasio utang terhadap

PDB (Zeng, 2014). Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa defisit

anggaran dibatasi maksimal sebesar 3 persen dan utang

maksimal 60 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Menurut Musgrave (1980) surplus atau defisit fiscal

dapat diformulasikan dalam bentuk:

GB = (R + G) – [E + (L – Re)]

1.2 Interaksi Subsidi terhadap Efisiensi Belanja

Subsidi sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan

konsumen dalam mengkonsumsi barang/jasa public. Moor

(2001) menyebutkan, subsidi merupakan kebijakan untuk

meringankan konsumen tertentu agar dapat memperoleh

produk dibawah harga pasar, atau berupa kebijakan untuk

membantu produsen agar memperoleh pendapatan di atas harga

yang dibayar konsumen, dengan memberikan bantuan secara

langsung maupun tidak langsung. Kegagalan pasar yang kerap

terjadi di negara berkembang seperti distorsi pasar, dimana

pembeli tidak memperoleh informasi lengkap, jumlah

perusahan terbatas, lemahnya perlindungan terhadap hak cipta

suatu barang dalam perekonomian. Untuk menanggulangi

kondisi ini, diperlukan kebijakan subsidi guna mereduksi

inefisiensi pasar. Penelitian Dartanto (2013) menyebutkan,

dibutuhkan tindakan mendesak untuk menghentikan subsidi

energi di Indonesia. Subsidi telah menyebabkan peningkatan

defisit dan memburuknya distribusi pendapatan masyarakat.

Dimana subsidi energy (BBM) dinikmati oleh kelompok

pendapatan berpenghasilan baik. Dengan mengkonsumsi rata-

rata 63,8 persen dari total subsidi antara tahun 1998-2013.

Ditengah peningkatan defisit dan memburuknya kinerja fiskal,

diperlukan upaya untuk mengefisiensi belanja subsidi. Langkah

ini sebagai upaya untuk mengurangi peningkatan utang dan

menciptakan ruang fiskal dalam melakukan akselerasi

infrastruktur dan belanja phisik di daerah.

1.3 Interaksi Makro Ekonomi terhadap Defisit Fiskal

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Defisit

Utang

Subsidi

Inf

Log Kurs

SBI

Page 79: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B79

Teori fiskal tingkat harga (Fiscal Theory of the Price

Level – FTPL) menjelaskan, inflasi disebabkan oleh utang

pemerintah (government debt), pajak saat ini dan akan datang,

belanja pemerintah, dan tidak berpengaruh langsung dengan

kebijakan moneter. Efek utang pemerintah merupakan jalur

fiskal mempengaruhi inflasi. Namun teori FTPL mendapat

kritikan, yang menyatakan bahwa kebijakan fiskal

memegang peranan penting dalam penentuan harga melalui

budget constraint terkait kebijakan utang, belanja dan

perpajakan. Keterkaitan kebijakan fiskal dengan moneter

dijelaskan melalui mekanisme tingkat harga. Menurut teori

inflasi klasik, tingkat harga ditentukan oleh uang beredar, yang

jelaskan melalui pengaruh antara nilai uang dengan jumlah

uang, serta riil uang dan harga. Inflasi suatu negara lebih tinggi

dibandingkan dengan negara lain, ini menunjukkan harga

barang-barang di negara tersebut lebih cepat naik

dibandingakan negara lain. Hal ini mempengaruhi terhadap

penurunan ekspor dan peningkatan impor. Ini dikarenakan

harga barang-barang negara bersangkutan lebih mahal

dibandingkan dengan negara lain (Depari, 2009).

Kurs merupakan tingkat harga yang disepakati antar

negara dalam transaksi perdagangan internasional (Mankiw,

2009). Menurut Krugman, at al (2000) nilai tukar dipengaruhi

oleh laju inflasi relatif, tingkat pendapatan relatif, suku bunga

relatif ekspektasi, jumlah uang beredar (M2) dan neraca

pembayaran mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing.

Lebih lanjut Pareshkumar, at al (2014) menyebutkan, faktor

yang mempengaruhi tingkat harga adalah: inflasi, saldo

rekening modal, peran spekulator, biaya industri, utang negara,

produk domestik bruto, stabilitas politik dan kinerja ekonomi,

kekuatan relatif mata uang lainnya, makro ekonomi dan

peristiwa geopolitik. Hazmi (2018) kebijakan moneter dapat

mempengaruhi kebijakan fiskal melalui empat jalur transmisi

kebijakan moneter, yaitu: jalur nilai tukar, jalur suku bunga,

jalur harga set dan jalur kredit perbankan

Menurut Keynes tingkat bunga merupakan suatu

fenomena moneter. Tingkat bunga ditentukan oleh penawaran

dan permintaan uang (pasar uang). Uang mempengaruhi tingkat

ekonomi (PDB), sepanjang uang mempengaruhi tingkat bunga.

Perubahan tingkat bunga selanjutnya mempengaruhi terhadap

keinginan berinvestasi. Penawaran uang (money supply)

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output dan

ekonomi. Kondisi ini berdampak terhadap peningkatan

investasi, yang pada akhirnya akan menciptakan kenaikan

output dan pertumbuhan ekonomi (Nopirin, 1992). Suku bunga

diekspresikan dari beban atas uang yang dipinjam. Tingkat

bunga pada hakikatnya adalah harga. Kestabilan suku bunga

dimaksudkan untuk menjaga investasi dalam negeri, stabilitas

nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi. Suku bunga menjadi

instrument dalam mengontrol jumlah uang beredar. Dengan

demikian pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam

suatu perekonomian. Menaikkan suku bunga adalah alat bank

sentral dalam menaikan tingkat inflasi, malalui pembatasan

uang beredar dalam masyarakat. Suku bunga tinggi membuat

biaya pinjaman semakin mahal dan aktivitas perekonomian

menurun. Suku bunga tinggi menyebabkan cost of money

menjadi mahal dan memperlemah daya saing sehingga tidak

bergairah dalam investasi, produksi akan turun dan

pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan.

Penelitian Mackiewicz, at al (2019) menyatakan bahwa

suku bunga riill dalam jangka panjang akan mempengaruhi

peningkatan utang. Penelitian yang dilakukan pada 27 negara

uni eropa telah memberi kontribusi terhadap penilaian

keberlanjutan kebijakan fiskal antar waktu, terutama selama

krisis keuangan global dan krisis utang kawasan euro.

II. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Model dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan data skunder dalam bentuk

data runtun waktu, mulai tahun 1975 hingga 2018. Data

diperoleh dari instansi resmi pemerintah, yang bersumber dari:

Bank Indonesia, BPS RI, Kementrian Keuangan, Badan Fiskal

Nasional. Untuk mengetahui adanya pengaruh jangka panjang

antara utang pemerintah dan subsidi terhadap keberlanjutan

fiskal dilakukan dengan uji kointegrasi Long Run Bounds Test.

Sedangkan model estimasi ARDL digunakan untuk

mengetahui ada pengaruh jangka pendek. Data time series

memiliki kecendrungan tidak stasioner. Data tidak stasioner

akan menghasilkan model regresi semu, yakni hasil pengolahan

statistik menunjukkan R Square tinggi dan t-statristik

signifikan. Akan tapi hasilnya tidak memiliki arti secara

keilmuan. Uji stasioner data dilakukan dengan uji unit root

untuk masing-masing variabel.

Data yang tidak stasioner tidak memenuhi syarat, atau

dengan kata lain data memiliki rata-rata dan variannya berubah-

ubah sepanjang waktu, Pengujian unit roots yang dipakai

dengan menggunakan ADF (Augmented Dicky Fuller). Konsep

pengujian ADF- test adalah jika suatu data time series tidak

stasioner pada ordo nol, I(0), maka stasioneritas data tersebut

bisa dicari melalui ordo berikutnya sehingga diperoleh tingkat

stasioneritas pada ordo ke-n (first difference) atau I(1), atau

second difference atau I(2), dan seterusnya. Uji ini memiliki

persamaan:

Yt = β0 + β1 X1t + β2 X2t +…+ βP XPt

∆Yt = β0 + β1 X1t - X1 t-1+ β2 X2t – X2t-2 +…+ βP XPt – XPt-1

Penetapan lag optimum pada model untuk mengatahui

kombinasi lag pada model ARDL (p, q). Lag optimal dipilih

berdasarkan nilai basis Akaike Information Criterion (AIC),

Schwarz Bayesian Criterion (SC), serta Hanna Quinn Criterion

(HQ). Menurut Pesaran dan Shin (1997) ARDL-AIC dan ARDL-

SC menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mayoritas

eksperimen yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa

Schwarz Bayesian Criterion (SC) merupakan kriteria pemilihan

model yang konsisten ketika Akaike Information Criterion

(AIC) tidak konsisten. Penetuan lag optimum dilakukan dengan

memilih nilai kriteria yang paling kecil. Selanjutnya dilakukan

uji kointegrasi antar variabel. Kointegrasi ini terbentuk apabila

kombinasi antara variabel-variabel yang tidak stasioner

menghasilkan variabel yang stasioner. Uji kointegrasi memiliki

persamaan:

yt = β0 + β1X1 + εt

maka, varian dari persamaan tersebut menjadi:

εt = yt - β0 - β1X1

Dengan catatan bahwa εt merupakan kombinasi linear

dari X1 dan X2. Konsep kointegrasi yang diperkenalkan oleh

Engle dan Granger (1987) mensyaratkan bahwa εt haruslah

Page 80: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B80

stasioner pada I (0) untuk dapat menghasilkan keseimbangan

pada jangka panjang.

2.2 Model Estimasi Autoregressive Distributed Lag

(ARDL)

Model estimasi ARDL merupakan salah model

ekonometrika yang diperkenalkan oleh Pesaran dan Shin

(1997). ARDL merupakan gabungan antara model

Autoregressive dengan Distributed Lag. Lag mempunyai arti

suatu nilai masa lalu yang akan digunakan untuk melihat nilai

masa akan datang. Model Autoregressive (AR) adalah model

yang menggunakan satu atau lebih data masa lampau dari

variabel 𝑌. Sedangkan Distributed Lag (DL) adalah model

regresi yang melibatkan data pada waktu sekarang dan waktu

masa lampau dari variabel 𝑋. Model Augmented Autoregressive

Distributed Lag (ARDL) adalah:

𝑦𝑡 = 𝛼0 + 𝛼1𝑡 + ∑ ∅𝑝𝑖=1 𝑖 𝑦𝑡−1 + 𝛽′𝑥𝑡 + ∑ 𝛽𝑗

𝑞−1𝑖=0 ′∆𝑥𝑡−𝑗 + 𝑢𝑡

∆𝑥𝑡 = 𝑃1∆𝑥𝑡−1 + 𝑃2∆𝑥𝑡−2 + ⋯+ 𝑃𝑠∆𝑥𝑡−𝑆 + Ɛ𝑡

Dimana: 𝑥𝑡 merupakan variabel berdemensi k pada integrasi

satu 1(1) yang tidak terkointegrasi diantara mareka.

dan Ɛt merupakan error dengan rataan nol, varian dan

kovarian konstan serta tidak berkorelasi serial. Pt

merupakan matrik koefisien k x k proses vector

autoregressive pada xt stabil.

Menurut Gujarati dan Porter (2012), model ARDL tidak

mempermasalahkan jumlah sampel atau observasi sedikit.

Model ini dapat menjelaskan pengaruh keseimbangan dalam

jangka pendek maupun jangka panjang. Pendekatan model

ARDL mensyaratkan adanya lag (beda waktu). Lag

menunjukkan waktu yang diperlukan untuk merespon (Y),

akibat suatu pengaruh (tindakan atau keputusan). Pemilihan lag

dilakukan dengan menggunakan basis Schawrtz-Bayesian

Criteria (SBC), Akaike Information Criteria (AIC) atau dengan

menggunakan informasi kriteria yang lain. Model ARDl

mensyaratkan error correction term (ECT) memiliki nilai

negative dan signifikan. Model ARDL menyaratkan adanya

kestabilan parameter dalam jangka panjang, yang dilakukan

dengan uji The Cumulative Sum of Recursive Residual

(CUSUM). Hasil uji CUSUM akan berupa plot garis dengan

tingkat nyata 5 persen. Apabila cumulative sum berada diluar

garis, maka parameter yang diestimasi tidak stabil. Penelitian

dengan menggunakan model ARDL, mensyaratkan semua

variabel harus bebas dari pelanggaran asumsi klasik.

2.3 Formulasi Penelitian

Persamaan formulasi penelitian dalam model ARDL

adalah sebagai berikut:

KFt = α0 + α1KFt-1 + … + αpKFt-p + β1LogUPt + β2LogUPt-1 + …

+ βqLogUPt-q + κ1LogSubst + κ2LogSubst-1 + … +

κqLogSubst-q + γ1Inft + γ2Inft-1 + … + γrInft-r +

ρ1LogKurst + ρ2LogKurst-1 + … + ρsLogKurst-s + 𝜇1SBIt

+ 𝜇2SBIt-1 + … + 𝜇t SBIt-t + εt

Dimana:

KFt : Keberlanjutan Fiskal (Persen) pada saat t

KFt-1 : Keberlanjutan Fiskal (Persen) pada saat t-1

LogUP : Log Utang Pemerintah (Rupiah) pada saat t-1

LogSubst-1 : Log Subsidi (Rupiah) pada saat t-1

Inflt-1 : Inflasi (Persen) pada saat t-1

LogKurst-1 : Log Nilai Tukar (Rupiah) pada saat t-1

SBIt-1 : Suku Bunga Bank Indonesia (Persen) pada

saat t-1

εt : Error Term

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Uji Stasioneritas dan Stabilitas Model

Dari hasil pengujian akar unit dengan menggunakan uji

Augmented Dickey-Fuller (ADF-test), diperoleh hasil dengan

tingkat keyakinan α sama dengan 5 persen sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Hasil Uji Akar Unit

Variabel

t-

Statistik

Mackinnon

Critical Keterangan

ADF Value

(5%)

DF -

4,577397 -4,443649

stasioner pada I

(0)

LUtang -

5,868243 -4,443649

stasioner pada I

(1)

LSubsidi -

7,324559 -4,443649

stasioner pada I

(1)

Inflasi -

1,206308 -4,443649

stasioner pada I

(0)

LKurs -

1,327408 -4,443649

stasioner pada I

(1)

SBI -

4,563001 -4,443649

stasioner pada I

(0)

Sumber: Data diolah, 2019

3.2 Uji Cusum dan CusumQ

Pengujian stabilitas model merujuk Brown et al (1975),

sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.2a dan Gambar 4.2b.

Dari hasil ini uji cusum dan CusumQ menunjukkan bahwa

model dalam keadaan stabil, karena garis cusum SQ berada di

bawah nilai kritis signifikan 5 persen (garis berwarna merah).

Sumber: Data diolah, 2019

Gambar 4.2a Gambar 4.2b

Hasil Uji CUSUM Hasil Uji CUSUM of

Squares

3.3 Hasil Uji Kointegrasi

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015

CUSUM 5% Significance

-0.4

-0.2

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015

CUSUM of Squares 5% Significance

Page 81: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B81

Dari uji kointegrasi long run bounds test untuk

mengindentifikasi terjadinya pengaruh jangka panjang utang

pemerintah dan subsidi melalui variabel makro ekonomi

terhadap kenberlanjutan fiskal, sebagaimana ditunjukkan pada

Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Hasil Kointegrasi Long Run Bounds Test

Test

Statistic Value

Sign

if. I(0) I(1)

F-

statistic

7,027

245

10%

2.0

8 3

K 5 5% 2,3

9

3,3

8

2,5

% 2,7

3,7

3

1% 3,0

6

4,1

5

Sumber: Data diolah, 2019

Dari hasil long run bound test menunjukkan nilai F statistic

sama dengan 7,027245 lebih besar dari critical value pada

tingkat signifikan 5 persen, yaitu 3,38. Dari hasil pengujian ini

menunjukkan utang pemerintah, subsidi dan variabel makro

ekonomi memiliki pengaruh kointergrasi.

3.4 Estimasi ARDL - Keseimbangan Jangka Pendek

Dari hasil estimasi ARDL sebagaimana ditunjukkan

pada table 3.3, bahwa utang pemerintah dan subsidi memiliki

pengaruh jangka pendek dengan keberlanjutan fiskal, melalui

jalur variabel makro. Hasil estimasi ARDL sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Hasil Estimasi ARDL – Pengaruh Jangka Pendek

Variable Coeffici

ent

Std.

Error

t-

Statisti

c

Prob

.

C -

6.40558

8.175

49

-

0.7835

1

0.44

48

LUP -

1.88484

0.712

89

-

2.6439

5

0.01

77

LSUBS

(-2)

-

1.17885

0.234

6

-

5.0249

2

0.00

01

LSUBS

(-3)

-

0.34926

0.147

29

-

2.3712

9

0.03

06

INF (-2) 0.07312

7

0.020

88

3.5018

97

0.00

3

LKURS -

3.61984

1.299

16

-

2.7862

9

0.01

32

LKURS

(-1)

-

3.23098

1.338

73

-

2.4134

7

0.02

82

LKURS

(-2)

-

1.66888

0.886

14

-

1.8833

1

0.07

8

LKURS

(-3)

-

2.54683

0.863

4

-

2.9497

7

0.00

94

SBI 0.18676

6

0.049

94

3.7397

21

0.00

18

SBI (-1) 0.1195 0.036

22

3.2989

03

0.00

45

Sumber: Data diolah, tahun 2019

Dari hasil pengujian ARDL menunjukkan jika utang

pemerintah sekarang naik 1 persen, maka akan menyebabkan

defisit turun sebesar 1,88484. Belanja subsidi pada lag -3 dan

lag -2, jika belanja subsidi meningkat sebesar 1 persen, maka

akan menyebabkan penurunan defisit masing-masing 0,34926

dan 1,17885. Inflasi pada lag -2, jika inflasi meningkat 1

persen, maka akan menyebabkan peningkatan defisit sebesar

0,073127. Kurs pada lag -3, lag -2, lag -1 dan sekarang, jika

kurs menguat (apresiasi) 1 persen, maka akan menyebabkan

defisit menurun, masing-masing 2,54683, 1,66888, 3,23098

dan 3,61984. Suku bunga Bank Inodonesia pada lag -1 dan

sekarang, jika suku bunga Bank Inodonesia naik, maka akan

menyebabkan defisit meningkat.

3.5 Hasil Uji Jangka Panjang

Tabel 3.4

Hasil Estimasi Long Run Bounds Test – Pengaruh

Jangka Panjang

Variabl

e

Coeffici

ent

Std.

Error

t-

Statisti

c

Prob.

C

-

16.0862

4

20.852

01

-

0.7714

5

0.451

7

LUP

-

2.23193

5

2.3486

41

-

0.9503

1

0.356

1

LSUBS 0.34072 0.5201

14

0.6550

88

0.521

7

INF 0.18342

7

0.1324

99

1.3843

63

0.185

3

LKURS 2.74467

2

4.3421

57

0.6320

99

0.536

3

SBI 0.30009

8

0.1398

95

2.1451

64

0.047

6

Sumber: Data diolah, tahun 2019

Dari hasil estimasi Long Run Bounds Test sebagaimana

ditunjukkan pada table 3.4, perubahan peningkatan/penurunan

utang pemerintah, subsidi, inflasi dan kurs tidak signifikan

Page 82: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B82

terhadap peningkatan /penurunan defisit. Perubahan signifikan

hanya terjadi pada suku bunga Bank Inodonesia.

IV. KESIMPULAN

Penelitian ini mengindentifikasi utang pemerintah dan

subsidi memiliki pengaruh dengan keberlanjutan fiskal, melalui

jalur variabel makro ekonomi. Penambahan utang sebagai

upaya mengurangi deficit hanya dilakukan bersifat jangka

pendek. Ini sebagai konsekwensi dari keseimbangan primer

negative. Penarikan utang dalam jangka panjang akan

berpotensi terjadi akumulasi utang dan resiko fiskal.

Pengurangan defisit juga dapat dilakukan melalui pengurangan

belanja subsidi. Pengurangan belanja subsidi dilakukan dalam

jangka panjang dan dilakukan secara bertahap. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari dampak negative dari

pengurangan belanja subsidi. Di sisi lain, pilihan subsidi

tergantung pada preferensi pemerintah. Untuk

mempertahankan surplus konsumen, pemerintah dapat

melakukan target subsidi dan tidak melakukan subsidi output.

Hal ini sebagai akibat dari kegagalan subsidi yang telah

mengakibatkan kerugian keuangan negara.

REFERENSI

[1] S. M. Metev and V. P. Veiko, Laser Assisted Microtechnology, 2nd ed.,

R. M. Osgood, Jr., Ed. Berlin, Germany: Springer-Verlag, 1998.

[2] Adams, Ket, Government debt and optimal monetary and fiscal policy.

European Economic Review Volume 55, Issue 1, January 2011, Pages

57-74.https://doi.org/10.1016/j.euroecorev.2010.11.003

[3] Aldama, Pierre and Jérôme, Fiscal policy in the US: Sustainable after

all? Economic Modelling, 2 April2018. https://doi.org/10.1016/

j.econmod. 2018.03.017.

[4] Belhocine and Dell'Erba, The impact of Debt Sustainability and the

Level of Debt on Emerging Market Spread. IMF Working Paper. Fiscal

Affairs Department, 2013. https://books.google.co.id

[5] Brixi and Mody, Government at Risk: Contigent Liability and Fiscal

Risk. Elibrary. ISBN: 978-0-8213-4835-2. https://doi.org/ 10.1596/

978-0-8213-4835-2.

[6] Dartanto, T., Reducing Fuel Subsidies and the Implication on Fiscal

Balance and Poverty in Indonesia: A Simulation Analysis. Journal

Energy Policy, Volume. 58, July 2013, Pages: 117-134.

https://doi.org/10.1016/ j.enpol.2013. 02.040.

[7] Depari M., Analisis Keterbukaan Ekonomi terhadap Nilai Tukar

Rupiah Indonesia. Tesis. Penerbit: Universitas Sumatera Utara, 2009.

[8] Gujarati, D., Basic Econometrics, 4th Edition. Mc Graw-Hill, 2012.

[9] Hazmi, Y., Masbar, Nazamuddin and Syukriy., Analysis of Subsidies,

Inflation, Exchange Rates, BI Rates on Fiscal Sustainability in

Indonesia, International Journal of Social Science Economic Research,

Vol. 4, 2019. ISSN: 2455-8834. http://ijsser.org/more2019.

php?id=151

[10] Hazmi, Y., Analisis Kredit, GDP, Inflasi dan Suku Bunga terhadap

Pertumbuhan Ekonomi, Jurnal: Ekonomi dan Bisnis, Tahun: 2018, Vol.

20, ISSN: p-ISSN 1693-8852 e-ISSN 2549-5003URL: http://e-

jurnal.pnl.ac.id.

[11] Hazmi, Y., Analisis Transfer Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Provinsi Aceh. Jurnal ekonomika, Tahun: 2018, Vol. IX, ISSN: 2086-

6011 URL: http://jurnal.umuslim.ac.id

[12] Hidayat, Asrul., Analisis Ketahanan Fiskal Indonesia. Pemerhati

Kebijakan Perpajakan, Jurnal Bisnis Indonesia. Vol. 5, No.2, 2014.

[13] Icaza, V.E., Fiscal fatigue and debt sustainability: Empirical evidence

from the Eurozone 1980–2013 Fatiga fiscaly sostenibilidad de la

deuda: evidencia empírica de la Eurozona de 1980 a 2013. Cuadernos

de Economía. Volume 41, Issue 115, January-April 2018, Pages 69-78.

https://doi.org/ 10.1016/j.cesjef.2017.03.002.

[14] Kementrian Keuangan RI. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003,

tentang Keuangan Negara.

[15] Krugman, Paul, R and Obstfeld, Maurice., Ekonomi Internasional

Teori dan Kebijakan. Jakarta: Rajawali Press, 2000.

[16] Langenus, G., Fiscal Sustainability Indicators and Policy Design in the

Face Ageing. Working Paper, National Bank of Belgium, 2006 https://

dx.doi.org/ 10.2139/ssrn.1687700.

[17] Mackiewicz, Joanna, and Tomasz Tyziak., A new test for fiscal

sustainability with endogenous sovereign bond yields: Evidence for EU

economies. Economic Modelling, 9 January 2019 In Press, Corrected

Proof What are Corrected Proof articles?. https://doi.org

10.1016/j.econmod. 2019.01.001

[18] Mankiw, N. Gregory., Makro Ekonomi. Edisi Kelima, Penerbit:

Erlangga Jakarta, 2009.

[19] Moor, Towards a Grand Deal on Subsidies and Climate Change.

Natural Resources Forum. JNRF: 25(2), 2001 https://doi.org/10.1111/

j.1477-8947.2001.tb00758.

[20] Nopirin, Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE, 1992

[21] Pareshkumar J.Patel, Narendra J. Patel and Ashok R. Patel., Factor

Affecting Cureency Exchange Rate, Economical Formulas and

Prediction Model. International Journal of Application or Innovation in

Engineering and Mangement, Volume: 3 Issue 3, March 2014 ISSN

2319-4847.

[22] Pesaran, and Shin., Bounds testing approaches to the analysis of level

relationships. Journal of applied Econometris, 1997. https://doi.org/

10.1002/jae.616.

[23] Sarwono dan Warjiyo., Mencari Paradigma Baru Manajemen Moneter

Dalam SIstem Nilai Tukar Fleksibel: Suatu Pemikiran untuk

Penerapannya di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.

Vol. 1, No. 1, 1998. https://doi.org/ 10.21098/bemp.v1i1.158.

[24] Wangke, Freddy., Dampak Kebijakan Subsidi Harga Bahan Bakar

Minyak terhadap Kinerja Fiskal dan Pendapatan Nasional. Disertasi.

Penerbit: Program Pascasarjana IPB, 2012.

[25] Zeng, L., Determinants of the primary fiscal balance: evidence from a

panel of countries. Post Crises Fiscal Policy. The Met Press Cambridge

Massachusetts. London Englan, 2014. https:// www.

example.edu/paper.pdf.

Page 83: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B83

Pengaruh Zakat Produktif Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kota

Lhokseumawe

Raisa Arifah1, Hamdani2, Haris Al Amin3

1,2,3Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 INDONESIA [email protected],

[email protected],

[email protected]

Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bantuan zakat produktif terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat

atau mustahik di Kota Lhokseumawe tahun 2017. Data yang digunakan adalah data kuantitatif yang bersumber dri kuesioner.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mustahik pada tahun 2017 yang berjumlah 100 mustahik. Penarikan sampel dengan

menggunakan metode sampling jenuh, yaitu penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel atau yang

disebut juga dengan sensus. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini juga berjumlah 100 orang. Teknik analisis data yang

digunakan adalah regresi sederhana dengan program komputer SPSS 18. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyaluran dana

zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa

variabel zakat produktif diperoleh nilai thitung > ttabel (9,268 > 1,660) dan nilai Sig. 0,000 < 0,05. Namun secara simultan

berpengaruh signifikan variabel independen zakat produktif terhadap kesejahteraan dengan pembuktian nilai Fhitung > Ftabel

(85,894 > 3,94), sedangkan nilai Sig, sebesar 0,000 < 0,05. Hasil uji koefisien determinasi (R2) dalam penelitian ini adalah sebesar

0,462 atau 46,2% yang artinya bahwa kesejahteraan dipengaruhi oleh zakat produktif sebesar 46,2%. Sedangkan sisanya 53,8%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata kunci— Zakat Produktif, Kesejahteraan Masyarakat

Abstract— This study aims to determine the effect of productive zakat assistance on the level of welfare of the community or mustahik

in the city of Lhokseumawe in 2017. The data used is quantitative data originating from the questionnaire. The population in this

study was all mustahik in 2017 which amounted to 100 mustahik. Sampling uses a saturated sampling method, which is the

determination of samples if all members of the population are used as samples or also called censuses. Then the number of samples in

this study also amounted to 100 people. The data analysis technique used is a simple regression with the SPSS 18 computer program.

The results of this study indicate that the distribution of zakat funds has a positive and significant effect on people's welfare. Based on

the results of the t test it can be seen that the productive zakat variable is obtained by the value of tcount> ttable (9.268> 1.660) and

the value of Sig. 0,000 <0,05. But simultaneously it has a significant effect on the independent variable of productive zakat on welfare

by proving the value of Fcount> Ftable (85.8894> 3.94), while the Sig value is 0.000 <0.05. The test results of the coefficient of

determination (R2) in this study amounted to 0.462 or 46.2%, which means that welfare is affected by productive zakat by 46.2%.

While the remaining 53.8% is influenced by other variables not examined in this study.

Keywords— Productive Zakat, Public Welfare

.

I. PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan masalah besar dan sejak lama

telah ada, dan hal ini menjadi kenyataan di dalam kehidupan.

Islam memandang bahwa masalah kemiskinan adalah masalah

tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara

menyeluruh. Syariat Islam telah menentukan kebutuhan

primer itu berupa tiga hal yaitu sandang, pangan, dan papan

(Amalia & Mahalli, 2012: 70-87).

Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik tercatat

jumlah penduduk Lhokseumawe pada tahun 2017 mencapai

198,980 jiwa (BPS,2017).Hal tersebut menunjukkan bahwa

Lhokseumawe sebagai Kota dengan jumlah penduduk terbesar

kedua di Aceh dengan kategori Kota. Dengan posisi yang

sedemikian itu, mengharuskan pemerintah untuk

mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki demi

kemakmuran seluruh masyarakat Kota Lhokseumwe. Pada

tahun 2017 angka kemiskinan mencapai 24,4 juta jiwa dengan

persentase 12,32%. Hal ini tetap menjadi tugas yang sangat

berat bagi pemerintah Kota Lhokseumawe untuk terus

meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Kota

Lhokseumwe. Tentunya kesejahteraan tersebut dapat dicapai

dengan dukungan masyarakat Kota Lhokseumawe itu sendiri

untuk terus bekerja keras mencapai kesejahteraan bersama.

Baitul Mal Kota Lhokseumawe memiliki fungsi

sebagai suatu lembaga yang menerima zakat dari muzzaki dan

menyalurkan zakat tersebut kepada mustahik di Kota

Lhokseumawe dengan harapan dapat menambah pendapatan

sehingga membuat mustahik tersebut sejahtera.

Berikut ini merupakan data zakat dari tahun 2015-2017

pada Baitul Mal Kota Lhokseumawe:

Tabel 1.2

Penerimaan dan Penyaluran Zakat

Page 84: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B84

Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 jumlah

penerimaan zakat sangat besar dibandingkan dengan tahun

2016 dan 2017. Dengan adanya penerimaan zakat yang besar

juga mempengaruhi penyaluran zakat terutama penyaluran

terhadap bantuan dana zakat produktif, yang mana jika

penerimaan zakatnya besar maka penyaluran zakatnya juga

besar sehingga dapat di salurkan untuk zakat produktif.

Demikian juga sebaliknya, jika penerimaan zakatnya kecil

maka sedikit pula penyaluran zakatnya sehingga untuk

bantuan dana zakat produktif memiliki peluang yang kecil

bagi mustahik untuk menerima bantuan dana zakat produktif.

Diharakan zakat produktif ini dapat menambah pendapatan

mustahik sehingga meningkatkan kesejahteraan mustahik.

Zakat produktif merupakan dana zakat yang diberikan

kepada orang yang berhak menerimanya tidak untuk

dihabiskan melainkan untuk dikembangkan serta digunakan

untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan adanya

usaha tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara

terus-menerus.

Fenomena yang terjadi pada tahun 2017 masi banyak

masyarakat yang belum mengetahui tentang zakat produktif,

kepada siapa zakat produktif itu di salurkan dan apa tujuan

dari zakat produktif tersebut. Sehingga pada tahun 2017 dari

sekian banyak masyarakat Kota Lhokseumawe hanya 100

mustahik yang mendapatkan zakat produktif yang digunakan

untuk modal usaha serta perkembangan dari usaha tersebut.

STUDI PUSTAKA

Pengertian Zakat

Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh

seseorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang

muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan

kepada yang berhak menerimanya. Hubungan antara

pengertian pengertian zakat menurut bahasa dan dengan

pengertian istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa

harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah,

tumbuh, berkembang, bertambah, suci dan bersih (baik).

Pengertian Mustahiq (Penerima Zakat)

Mustahiq adalah orang-orang yang berhak menerima

zakat. Ketentuan tentang siapa saja yang berhak menerima

zakat telah diatur dengan jelas dalam Q.S At-Taubah 60.

Orang yang berhak menerima zakat terbagi delapan

golongan yaitu: fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharimin,

fi sabilillah, ibnu sabil sebagaimana yang dijelaskan dalam

surah At-Taubah ayat 60. Oleh karena itu yang berhak

menerima zakat adalah 8 golongan terebut, selebihnya tidak

berhak menerima zakat.

Pengertian Muzakki

Muzakki adalah orang atau badan usaha yang

berkewajiban menunaikan zakai (UU NO. 23 Tahun 2011,

2011).

Muzakki adalah seorang Muslim yang dibebani

kewajiban mengeluarkan zakat disebabkan terdapat

kemampuan harta setelah sampai nisab dan haulnya. Syarat

wajib muzakki: Muslim, berakal, baligh, milik sempurna,

cukup nisab, cukup haul. Harta yang dikenai zakat harus

memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

Pengertian Zakat Produktif

Zakat produktif sebagai zakat dalam bentuk dana yang

diberikan kepada para mustahiq yang tidak dihabiskan secara

langsung untuk konsumsi keperluan tertentu, akan tetapi

dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka,

sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi

kebutuhan hidup secara terus menerus. Jadi zakat yang dapat

membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus

menerus dengan harta zakat yang diterimanya (Firmansyah,

2013: 179-190).

Kelemahan utama orang miskin serta usaha kecil yang

dikerjakannya sesungguhnya tidak semata-mata pada

kurangnya permodalan, tetapi lebih pada sikap mental dan

kesiapan manajemen usaha. Untuk itu, zakat usaha produktif

pada tahap awal harus mampu mendidik mustahiq sehingga

benar-benar siap untuk berubah. Karena tidak mungkin

kemiskinan itu dapat berubah kecuali dimulai dari perubahan

mental si miskin itu sendiri (SAPUTRO, 2017).

Pengertian Amil Zakat

Pengurus zakat lebih sering disebut sebagai amil zakat

atau panitiaan zakat karena mereka adalah orang-orang yang

bekerja memungut zakat. Menurut Farida (2005:79) Amil

zakat bukanlah merupakan satu pekerjaan yang sepenuhnya

diserahkan kepada tiap individu tetapi juga ada campuran

tangan dari pemerintah atau lembaga. Dalam Al-Qur’an Amil

zakat disebut sebagai sebuah profesi yang berkuajiban untuk

mengambil zakat dari kaum muslim, bukan menunggu

datangnya zakat.

Hasan Ali (1993), Para Amil zakat juga berhak

mendapatkan bagian dari zakat yang terkumpul atas kerja

yang telah mereka lakukan, meskipun mereka adalah orang

kaya. Upah tersebut haruslah yang wajar dan panyas, tidak

terlalu besar dan tidak terlalu kecil, ukuran yang wajar adalah

ukuran yang logis (Dapat diterima oleh akal sehat) atas

kesepakatan bersama dan tidak ditentukan oleh amil itu

sendiri.

Peran Lemabaga Amil Zakat

Peran Lembaga Amil Zakat merupakan sebuah solusi

dalam mengadakan penghimpunan dan penyaluran dana zakat.

Hafidhuddin (2002:98) menyatakan bahwa dalam QS At-

Taibah: 60 tersebut di kemukakan bahwasalah satu golongan

yang berhak menerima zakat (mustahiq) adalah orang-orang

yang bertugas mengurus urusan zakat. Sedangkan dalam At-

Taubah: 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil (dijemput)

dari orang-orang yang berkewajiaban untuk berzakat untuk

kemudian diberikan kepada mereka yang berhak

menerimanya.

Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan dalam pandangan Islam bukan hanya

dinilai dengan ukuran material saja tetapi juga dinilai dengan

ukuran non-material seperti terpenuhinya kebutuhan spiritual,

terpeliharanya nilai-nilai moral, dan terwujudnya

keharmonisan sosial.

Dalam pandangan Islam, masyarakat dikatakan

sejahtera bila terpenuhi dua kriteria: Pertama, terpenuhinya

kebutuhan pokok setiap individu rakyat; baik pangan,

sandang, papan, pendidikan, maupun kesehatannya. Kedua,

terjaga dan terlindunginya agama, harta, jiwa, akal, dan

kehormatan manusia. Dengan demikian, kesejahteraan tidak

hanya buah sistem ekonomi semata; melainkan juga buah

Page 85: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B85

sistem hukum, sistem politik, sistem budaya, dan sistem sosial

(Alimuddin, 2012).

Kerangka Konsetual

Kerangka berfikir yang digunakan untuk memperjelas

apakah terdapat pengaruh zakat terhadap tingkat kesejahteraan

masyarakat Kota Lhokseumawe.

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Hipotesis

Untuk dapat mengarahkan hasil penelitian,

disampaikan suatu hipotesis penelitian. Hipotesis ini akan

diuji kebenarannya dan hasil uji ini akan dapat dipakai sebagai

masukan.

Ho = Bantuan Zakat tidak berpengaruh terhadap

kesejahteraan masyarakat di Kota Lhokseumawe.

Ha = Bantuan Zakat berpengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat di Kota Lhokseumawe.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mustahiq

yang ada di Baitul Mal Kota Lhokseumawe pada tahun 2017

yang berjumlah 100 Mustahiq. Penentuan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel jenuh.

Metode sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan menjadi sempel.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data, berikut :

1. Data Primer, merupakan data yang diperoleh langsung

dari responden melalui kuesioner dan wawancara dengan

mustahiq Baitul Mal Kota Lhokseumawe yang berkaitan

dengan judul tugas akhir ini.

2. Data Sekunder, adalah sumber data pendukung dan

pelengkap data penelitian.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Validitas juga merupkan suatu ukuran yang digunakan

dalam mengukur tingkat kepercayaan pada instrumen

penelitian. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang seharusnya diukur serta menggunakan

data yang sebenarnya dari variabel yang diteliti.

Tabel 4.4

Uji Validitas

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat disimpulkan

bahwasanya antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y)

dengan masing-masing item menunjukkan bahwa variabel

bebas yaitu zakat produktif dan variabel terikat yaitu

kesejahteraan masyarakat terhadap skor total variabel-variabel

tersebut dinyatakan vailid karena memenuhi syarat lebih besar

dari 0,30.

b. Uji Reliabilitas

Menurut (Ghozali, 2016: 133) suatu data instrumen

penelitian dikatakan reliabel apabila memiliki nilai cronbach’s

alpha> 0,60. Adapun hasil olahan data mengenai reliabilitas

dan instrument penelitian untuk variabel bebas dan terikat

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Uji Reliabilitas

Dari tabel diatas diketahui bahwa masing-masing

variabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari

0,60 (ɑ > 0,60), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X

dan Y adalah reliabel.

Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya

mempunyai distribusi data normal atau tidak. Uji normalitas

juga dimaksudkan untuk melihat apakah nilai residual pada

model regresi sederhana berdistribusi normal atau tidak.

Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan one

sample Kolmogorov-smirnov test. Adapun hasil olahan SPSS

mengenai uji normalitas adalah sebagai berikut:

Page 86: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B86

Tabel 4.6

Uji Normalitas

Bersarkan tabel 4.6 di atas, hasil uji normalitas one

sampel Kolmogorov-smirnov menunjukkan nilai Asymp. Sig

(2-tailed) pada Standardized Residual sebesar 0,569 atau

569% lebih besar dari tingkat kekeliruan 5% (0,05). Maka

dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas merupakan uji yang dilakukan

untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan yang

lain. Jika varians dari residual-residual suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas,

dan jika varians berbeda disebut dengan heteroskedastisitas.

Pada uji ini dilakukan dengan jumlah menggunakan metoode

scatterplot sebagai berikut:

Gambar 4.1

Uji Heteroskedastisitas

Adapun grafik Scatterplots terlihat bahwa titik-titik

data menyebar secara acak serta tersebut baik di atas maupun

di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu

pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkn bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada modal regresi layak digunakan.

Pengujian Hipotesis

a. Uji Simultan (Uji F)

Uji F adalah suatu sarana pengujiaan untuk mengetahui

apakah variabel independen secara bersama-sama (simultan)

berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil Uji F dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9

Uji Simultan (Uji F)

Dan hasil perhitungn didapat nilai Fhitung 85,894

dengan tingkat signifikan 0,000. Sedangkan nilai Ftabel

sebesar 3,94, hal ini berarti nilai Fhitung (85,894) > (3,94)

Ftabel. Selain itu nilai alpha atau signifikan juga menunjukkan

bahwa angka dibawah 0,05 yaitu bernilai 0,000. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima artinya

ada pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel

pengetahuan zakat produktif terhadap tingkat kesejahteraan

masyarakat Kota Lhokseumawe.

Uji Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk menguji pengaruh variabel

independen yaitu Zakat Produktif terhadap variabel dependen

Kesejahteraan Masyarakat. Untuk menguji pengaruh parsial

tersebut dapat dilihat berdasarkan nilai probabilitas. Jika nilai

signifikan lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang

diajukan diterima atau dikatakan signifikan.

Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05 atau 5% maka

hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak

signifikan. Untuk mengetahui hasil uji t dari koefisien variabel

Zakat Produktif Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat.

Tabel 4.10

Uji Parsial (Uji t)

Berdasarkan hasil analsis regresi diperoleh hasil

perhitungan nilai thitung untuk koefisien dari Zakat Produktif

adalah sebesar 9,268 dan signifikan 0,000 dengan arah

koefisien regresi positif. Hasil uji t menunjukkan bahwa

thitung untuk variabel pengetahuan tentang produk lebih besar

dari nilai ttabel (9,268 > 1,660) dan nilai signifikan (0,000)

lebih kecil dari pada ɑ (0,05) maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Zakat

Produktif (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Tingkat Kesejahteraan Masyarakat (Y) pada Baitul Mal Kota

Lhokseumawe.

Page 87: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B87

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji determinasi atau uji R2 bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan

variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol

dan satu. Nilai R2 pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

4.11 berikut:

Tabel 4.11

Koefisien Dterminasi

Dari tabel diatas diketahui bahwa R adalah sebesar

68,3%, hal ini menunjukkah bahwa terdapat hubungan yang

kuat karena nilai kolerasinya tinggi. Besar koefisien

determinasi (Adjusted R Square) atau kemampuan variabel

zakat produktif dalam menjelaskan variabel kesejahteraan

masyarakat Kota Lhokseumawe sebesar 0,462 atau 46,2%.

Dan sisanya sebesar 53,8% dijelaskan oleh variabel lain diluar

variabel tersebut. Hal ini berarti menunjukkan bahwa tingkat

hubungan antara variabel independen terhadap variabel

dependennya sebesar 46,2%. Kesejahteraan masyarakat dapat

dijelaskan oleh variabel zakat produktif. Sedangkan sisanya

53,8% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

Analisis Regresi Sederhana

Hasil uji analisis regresi linear sederhana dapat

dilihat dari tabel hasil coefficients berdasarkan output SPSS

pada variabel independen Zakat Produktif terhadap Tingkat

kesejahteraan masyarakat ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.12

Uji Regresi Linear Sederhana

Berdasarkan tabel di atas, terdapat nilai koefisien arah

regresi dengan melihat hasil tabel coefficients. Pada kolom

unstandardized coefficients dalam sub kolom B, terdapat nilai

constan (konstanta) sebesar 0,116. Sedangkan nilai koefisien

arah regresi 0,935. Maka diperoleh persamaan regresi dengan

rumus sebagai berikut:

Y = 0,116 + 0,935 X

Sehingga dari persamaan tersebut dapat ditafsirkan:

a. Konstanta sebesar 0,116 menyatakan bahwa jika variabel

zakat produktif (X) Kota Lhokseumawe nilainya adalah

konstan, maka variabel kesejahteraan (Y) adalah 0,116.

b. Kenaikan dalam persen zakat produktif Kota

Lhokseumawe juga mempengaruhi kenaikan tingkat

kesejahteraan mustahik. Koefisien regresi variabel zakat

produktif (X) sebesar 0,935 menyatakan bahwa setiap

kenaikan 1% zakat produktif (X), maka variabel

kesejahteraan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar

0,935. Koefisien bernilai positif artinya terjadi pengaruh

positif antara zakat produktif terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat Kota Lhokseumawe. Semakin

besar dana zakat produktif yang diberikan maka tingkat

pendapatan mustahik akan semakin meningkat.

Pembahasan

Pada analisis data yang telah dihitung dapat kita

ketahui bahwa variabel zakat produktif berpengaruh positif

dan signifikan terhadap variabel kesejahteraan masyarakat, hal

ini ditunjukkan pada perhitungan uji statistik t dengan nilai

thitung 9,268 dari ttabel 1,660 serta nilai signfikansi sebesar

0,000. Ini berarti variabel zakat produktif berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat karena nilai

signifikan lebih besar dari 0,05.

Zakat produktif yang diterapkan oleh Baitul Mal Kota

Lhokseumawe memberikan dampak positif terhadap

ksejahteraan mustahik. Hal ini menunjukkan bahwa program-

program yang diterapkan oleh Baitul Mal Kota Lhokseumawe

sudah membantu dan memperbaiki perekonomian mustahik di

Baitul Mal Kota Lhokseumawe. Adapun program-program

yang diterapkan oleh Baitul Mal Kota Lhokseumawe dalam

bentuk modal usaha. Artinya program modal usahah yang

telah diterapkan Baitul Mal Kota Lhokseumawe telah

mensejahterakan mustahik.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya variabel

zakat produktif berpengaruh secara parsial dan signifikan

terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan ketentuan

hipotesis yang telah diungkapkan di bab sebelumnya maka

hipotesis nya dirumuskan dengan H0 ditolak dan Ha diterima.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis data yang

telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 100

mustahiq yang dilakukan dengan cara memberikan

kuesioner dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara variabel independen yaitu Zakat

Produktif terhadap variabel dependen yaitu Kesejahteraan

Masyarakat Kota Lhokseumawe.

2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

independen yaitu Zakat Produktif secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap Kesejahteraan

Masyarakat. Hal ini dibuktikan oleh nilai Fhitung dengan

tingkat singnifikan 0,000. Selain itu nilai alpha atau

signifikan juga menunjukkan angka dibawah 0,05 yaitu

bernilai 0,000, nilai signifikan tersebut lebih kecil dari

pada Alpha 0,05.

Page 88: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B88

3. Besarnya pengetahuan Zakat Produktif adalah sebesar

46,2% yang diperoleh dari nilai koefisien determinasi yang

telah disesuaikan (adjustted R2). Hal ini menunjukkan

bahwa sebesar 46,2% Kesejahteraan Masyarakat dapat

dijelaskan oleh Zakat Produktif, sedangkan sisanya 53,8%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

model persamaan regresi pada penelitian

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah

diambil maka saran yang penulis ajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak Baitul Mal Kota Lhokseumawe diharapkan

mampu meningkatkan dana zakat produktif untuk dapat

membantu meningkatkan pendapatan mustahiq.

2. Bagi pihak Baitul Mal Kota Lhokseumawe dapat

melakukan pelatihan-pelatihan tentang wirausaha kepada

mustahiq agar mereka lebih paham dan tidak salah

menggunakan dana zakat produktif.

3. Untuk mustahiq Baitul Mal Kota Lhokseumawe

diharapkan mengelola dan memanfaatkan dana zakat yang

diberikan Baitul Mal Kota Lhokseumawe dengan sebaik-

baiknya demi mencapai masyarakat Kota Lhokseumawe

yang makmur dan Sejahtera.

4. Bagi penelitian selanjutnya dapat menjadi rujukan untuk

penelitian lebih lanjut dengan menambahkan beberapa

variabel dan dapat mengkaji kembali sebab-sebab variabel

tertentu yang berpengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat Kota Lhokseumawe.

REFERENSI

[1] Alimuddin, Ilyas. (2012). Konsep Kesejahteraan Dalam Islam. Diunduh melalui http://makassar.tribunnews.com/2012/12/14/konsep-

kesejahteraan-dalam-islam. pada tanggal 30 November 2018 pukul

15.15 [2] Amalia, & Mahalli, K. (2012). Potensi Peran Zakat Dalam

Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan. Jurnal Ekonomi dan

Keuangan, Vol. 1, No. 1. 70-87. [3] Amin, Haris. Al. (2015). Pengelolaan Zakat Konsumtif dan Zakat

Produktif (Suatu Kajian Peningkatan Sektor Ekonomi Mikro dalam Islam) Oleh: Haris al Amin. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis (EKONIS).

[4] Baitul Mal, K. L. (2018). Rapat Pembahasan dan Penetapan

Mekanisme Pendataan Mustahiq dan Verifikasi Mustahiq pada

Pendistribusian Belanja Bantuan Sosial Belanja Zakat Tahap I Tahun Anggaran 2018. Lhokseumawe.

[5] Farida Prihatini, et, al. Hukum islam zakat dan wakat teori dan

prakteknya di indonesia. Jakarta: paps sinar sinanti, 2005. [6] Firmansyah. (2013). Zakat Sebagai I nstrumenPengentasan Kemiskinan

dan Kesenjangan Pendapatan. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol.

21, No. 2. 179-190 [6] Hafidhuddin, Didin (2002). Zakat Dalam Perekonomian

Modern. Jakarta: Gema Insani Press.

[7] https://lhokseumawekota.bps.go.id/publication/2018/08/16/b480193c5

968c39699968d41/kota-lhokseumawe-dalam-angka-2018.html. pada

tanggal 29 juni 2019 pukul 20.15 [8] M. Ali Hasan, Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problem

Sosial di Indonesia. Jakarta: kencana. 2006. Hlm 96-97

[9] Republik Indonesi (2011). Undang-undang Nomor No.23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Depkeu. Jakarta

[10] Saputro, Musli Adi. (2017). Peran Zakat Produktif Terhadap

Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq. Skripsi. Surakarta: Institut Agama Islam Negeri.

Page 89: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B89

Analisis Pengaruh Penerapan Ekonomi Kreatif Terhadap Tingkat Kemandirian Daerah

Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating

Zulkarnaini1, Diana2, Yeni Irawan3, Hilmi4

1,2,3,4 Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 INDONESIA [email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

Abstrak— Perkembangan daerah menjadi satu indikator yang sangat berpengaruh untuk menentukan tingkat keberhasilan sebuah

daerah. Berbagai upaya pemerintah daerah harus dilakukan dalam rangka mencapai tingkat keberhasilan yang ditandai dengan

semakin mandirinya daerah. Saat ini, perkembangan ekonomi kreatif menjadi salah satu alternatif yang harus dituangkan dalam

program pengembangan daerah dalam rangka mencapai tingkat kemandirian. Namun disisi lain kekuatan terhadap komitmen

pemerintah daerah juga menjadi satu permasalahan yang sangat mendasar dalam mendukung sinergitas keberhasilan daerah. Oleh

karena itu ketiga faktor tersebut merupakan kombinasi yang sangat relevan untuk dijadikan indikator bagi pengembangan daerah

secara komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan ekonomi kreatif terhadap tingkat

kemandirian daerah melalui komitmen organisasi yang mampu menjadi moderator bagi tercapainya tujuan pemerintah daerah Kota

Lhokseumawe. Penelitian ini mengambil sampel aparatur Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui metode purposive

sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan ekonomi kreatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemandirian daerah melalui komitmen organisasi

yang kuat. Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya pemerintah daerah untuk menciptakan berbagai inovasi dalam

menciptakan program daerah yang mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya ekonomi kreatif. Disamping itu,

komitmen aparatur pemerintahan menjadi dasar yang kuat dan harus dibangun secara berkesinambungan dalam melaksanakan

program daerah, sehingga pada akhirnya mampu mencapai tingkat kemandirian daerah yang maksimal.

Kata kunci— Penerapan ekonomi kreatif, komitmen organisasi, tingkat kemandirian daerah.

I. PENDAHULUAN

Keberhasilan pemerintah daerah dalam

mengendalikan dan memajukan daerah sangat ditentukan oleh

kemampuan pemerintah daerah dalam menciptakan program

kerja yang mampu melahirkan sustainability outcome.

Program-program tersebut harus memiliki korelasi dan

kesinambungan antar program, sehingga dapat menghasilkan

tujuan yang terintegrasi serta terukur menurut kapasitas dan

kebutuhan. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus mampu

untuk memahami dengan baik bagaimana memformulasi

program kerja yang tepat serta pengaruhnya terhadap

pengembangan daerah. Disamping itu pemerintah juga harus

menyadari sepenuhnya bahwa hak otonomi yang dimiliki

merupakan modal terbesar dalam mewujudkan daerah yang

maju. Hak serta kewajiban tersebut jelas diatur dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah, dimana setiap pemerintah

daerah wajib untuk memahami dan menjalankan

pemerintahannya sesuai dengan “kemampuan” yang dimiliki.

Menyinggung kemampuan pemerintah daerah tidak

terlepas dari bagaimana mekanisme yang harus dipenuhi

untuk melaksanakan tanggungjawab maupun mengatur serta

mengurusi sendiri urusan pemerintahan. Pemerintah daerah

juga tidak akan terlepas dengan regulasi yang telah ditetapkan

oleh pemerintah pusat, namun sepanjang tidak bertentangan

dengan tujuan yang ingin dicapai, maka pemerintah daerah

tetap dapat mengendalikan urusan daerah demi mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Pada dasarnya pemerintah pusat

sangat mengharapkan bahwa pemerintah daerah melalui hak

otonomi yang dimiliki akan dapat mencapai tingkat

kemandirian yang maksimal, sehingga akan menambah nilai

daerah melalui hasil yang diperoleh dan dapat dimanfaatkan

untuk kepentingan masyarakat.

Tingkat kemandirian yang diinginkan oleh

pemerintah pusat harus memenuhi standar maupun indikator

yang sesuai dengan aturan berlaku, artinya pemerintah daerah

harus memiliki visi dan misi yang diturunkan dalam bentuk

program kerja atau kegiatan yang tepat. Kemampuan untuk

menciptakan program kerja atau kegiatan daerah menjadi

tuntutan pokok bagi pemerintah daerah dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, melalui ide atau

gagasan yang memiliki berkelanjutan harus digali dan dapat

diimplementasikan secara nyata serta mampu mendorong

lahirnya berbagai program atau kegiatan lainnya yang saling

melengkapi. Dengan demikian langkah untuk mencapai

tingkat kemandirian daerah akan mudah direfleksikan dalam

semua aspek pembangunan baik yang bersifat sosial, budaya,

ekonomi, hukum maupun politik.

Untuk mewujudkan dan menyelaraskan keseluruhan

aspek tersebut, maka pemerintah daerah harus memiliki

program yang mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi

daerah melalui program atau kegiatan yang langsung

menyentuh masyarakat. Salah satu aspek yang sangat

menonjol untuk mengangkat ekonomi daerah yaitu melalui

penerapan ekonomi kreatif. Menurut Suryana (2013:35)

bahwa “pada hakikatnya ekonomi kreatif merupakan kegiatan

ekonomi yang mengutamakan pada kreativitas berfikir untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang memiliki

nilai dan bersifat komersial”. Program atau kegiatan ekonomi

kreatif telah menjadi program kerja pemerintah melalui Inpres

Nomor 6 Tahun 2009 yang pada dasarnya ditujukan untuk

membantu daerah-daerah agar dapat menggali potensi daerah

melalui kreativitas yang mampu menciptakan daya saing dan

daya cipta agar menjadi lebih berkembang dan bernilai guna

bagi pertumbuhan daerah. Tidak dapat dipungkiri bahwa

program pemerintah tersebut belum maksimal menyentuh

daerah dan bahkan sebagian besar daerah di Indonesia masih

Page 90: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B90

belum memahami dengan baik bagaimana serta apa dampak

yang ditimbulkan akibat dari penerapan tersebut. Padahal

apabila ditinjau lebih mendalam, industri kreatif atau ekonomi

kreatif mampu menjadi sektor penggerak yang dapat

menciptakan daya saing bagi sektor lainnya maupun daya

saing daerah (Muzakar Isa: 2016). Oleh karena itu sudah

selayaknya pemerintah daerah berfikir kembali untuk dapat

memanfaatkan wewenangnya melalui otonomi daerah dalam

rangka menciptakan program yang berkelanjutan dan mampu

meningkatkan kemandirian daerah.

Penerapan ekonomi kreatif dapat dilakukan melalui

kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah

daerah. Oleh sebab itu, pemerintah daerah harus mencari

segmen yang lebih sesuai dengan pola hidup masyarakat agar

usaha yang dilakukan dapat terus dikembangkan. Persoalan

ekonomi kreatif telah menjadi agenda nasional dimana

pemerintah pusat sangat mengharapkan setiap daerah

memiliki keunggulannya masing-masing yang dapat diwakili

oleh produk atau jasa yang dihasilkan. Melalui output

tersebut, suatu daerah akan memiliki nilai tambah yang luar

biasa dalam jangka panjang, disamping pendapatan daerah

sebagai ukuran kinerja menjadi lebih baik.

Menyinggung dua hal di atas, baik menyangkut

penerapan ekonomi kreatif ataupun tingkat kemandirian

daerah, tidak akan pernah tercapai apabila pemerintah daerah

tidak memiliki komitmen yang kuat dalam menjalankan

pemerintahan dengan baik. Setiap pemerintah daerah dituntut

untuk lebih mengedepankan loyalitas dalam memimpin daerah

atau dengan kata lain bahwa pemerintah daerah harus

memiliki integritas yang benar-benar kuat dan sehat. Hal ini

sangat ditekankan oleh pemerintah pusat agar daerah dapat

menjaga dan mengembangkan daerahnya seperti “rumah

sendiri”. Pemerintah daerah yang telah memiliki komitmen

yang kuat, akan lebih mudah mengembangkan daerahnya

melalui berbagai program karena pada dasarnya kemauan

keras tersebut tidak melihat materi, sehingga apapun yang

dilakukan atas dasar tanggungjawab dan kebutuhan untuk

terus berkembang.

Komitmen yang kuat dalam susunan atau struktur

sebuah pemerintahan akan mampu menciptakan keyakinan

dan dukungan serta loyalitas seseorang terhadap nilai dan

sasaran yang ingin dicapai organisasi (Mowday et.al., 1979).

Komitmen yang kuat akan menyebabkan individu berusaha

mencapai tujuan organisasi, berfikiran positif dan berusaha

berbuat yang terbaik bagi organisasinya. Sebaliknya, bagi

individu dengan komitmen yang lemah akan cenderung untuk

mementingkan diri dan kelompoknya sehingga akan

melemahkan daerah dan pada akhirnya menciptakan daerah

yang tidak mandiri.

Demikian pula halnya dengan pemerintah daerah

Aceh, walaupun dinilai belum maksimal dalam

mengembangkan ekonomi kreatif, namun Aceh tetap memiliki

kekuatan yang sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan

Iskandar Muda dengan berbagai potensi yang dimiliki seperti

berbagai kuliner khas daerah sampai hasil rempah-rempah

yang mampu diekspor ke luar negeri (Bakri:2018). Oleh

karena itu sangatlah tepat apabila penerapan ekonomi kreatif

menjadi program unggulan pemerintah Kabupaten maupun

Kota, agar setiap daerah pada akhirnya dapat melahirkan

produk maupun jasa unggulan dan dapat menjadi daerah yang

mandiri.

Pemerintah Kota Lhokseumawe sebagai salah satu

daerah yang sangat terkenal dengan sumber daya alam minyak

dan gas bumi, ternyata masih “belum” memiliki produk

unggulan yang dapat dijadikan ikon atau ciri khas daerah.

Sangat disayangkan apabila potensi daerah yang sudah

memiliki nama tersebut, tidak didukung oleh potensi lainnya

yang memiliki ciri khas daerah yang dapat dibawa atau diingat

oleh masyarakat lainnya saat berkunjung ke Lhokseumawe.

Padahal apabila dilihat dari jumlah penduduk usia produktif

adalah berkisar 65,7% atau sekitar 125.810 penduduk dari

jumlah 191.407 penduduk (Badan Pusat Statistik Kota

Lhokseumawe: 2016). Jumlah tersebut seharusnya menjadi

indicator bagi Kota Lhokseumawe bahwasanya begitu besar

potensi masyarakat yang dapat didorong untuk mendukung

pengembangan potensi daerah, khususnya ekonomi kreatif.

Dilain sisi seharusnya pemerintah daerah intens

memperhatikan permasalahan tersebut untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi daerah.

Apabila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di

Aceh seperti Pidie Jaya dengan kue khasnya “Ade”,

Kabupaten Bireuen dengan Keripik Pisang dan kue Nagasari,

Aceh Selatan dengan manisan Pala, sampai dengan Takengon

dengan Kopi Arabica, maka Lhokseumawe masih sangat

“tertinggal” untuk dikategorikan sebagai daerah yang

memiliki ciri khas daerah. Walaupun deretan daerah tersebut

belum dapat dikatakan cukup untuk meningkatkan

kemandirian daerah melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD),

namun paling tidak pemerintah daerah telah berbuat dan

hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat. Barangkali untuk

lebih meningkatkan pola pengembangan ekonomi kreatif Kota

Lhokseumawe khususnya menjadi lebih berkembang, maka

pemerintah daerah harus banyak belajar ke daerah-daerah lain

yang sudah lebih maju seperti Malang, Bandung, Medan dan

sebagainya.

Penelitian ini merupakan replikasi yang pernah

dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu di Indonesia,

menyangkut bagaimana daerah dapat mengembangkan potensi

daerahnya melalui penerapan ekonomi kreatif yang dapat

dijadikan program unggulan bagi pemerintah daerah untuk

meningkatkan kemandirian daerah. Reiza Miftah Wirakusuma

(2014) telah menyimpulkan bahwa Pulau Tidung yang

merupakan daerah pantai dan terletak di Jakarta mampu

menghasilkan kerajinan yang dibuat dari kerang serta menjadi

daya tarik wisatawan dan mampu meningkatkan nilai PAD

pemerintah Kota Jakarta. Disampaing itu Muzakar Isa (2016)

juga telah menemukan suatu nilai tambah bagi pemerintah

Kota Surakarta, dimana ekonomi kreatif sektor kuliner yang

telah membantu masyarakat, mendapat dukungan penuh dan

peran sangat signifikan oleh berbagai stakeholder yang terdiri

dari pemerintah daerah, lembaga keuangan, asosiasi, mass

media, agen wisata atau event organizer, serta lembaga

pendidikan dan pelatihan. Dari dua penelitian terdahulu

tersebut, jelas terlihat bahwa pengembangan ekonomi kreatif

sangat bernilai positif dan langsung berdampak pada

masyarakat, disamping mengangkat nilai ekonomi daerah

secara keseluruhan.

Zulkarnaini et.al. (2018) juga telah menemukan

bahwa hasil survei terhadap penerapan ekonomi kreatif di

Kabupaten Aceh Utara berpengaruh signifikan terhadap nilai

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hasil penelitian ini juga

menemukan bahwa pemerintah daerah perlu untuk melakukan

sinergisitas antara penerapan ekonomi kreatif disatu sisi

dengan pengembangan potensi wisata daerah, sehingga

maksimalisasi PAD dapat terwujud untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu sangatlah beralasan

Page 91: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B91

apabila langkah awal yang harus dilakukan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah survei untuk mengumpulkan bukti atau

fakta secara empiris bahwa pada dasarnya pemerintah daerah

sangat perlu untuk memperhatikan pengembangan Kota

Lhokseumawe menjadi salah satu tujuan wisata dengan

memiliki keunggulan atau ciri khas yang dapat dijadikan

modal dasar untuk pengembangan daerah secara

berkelanjutan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan rekomendasi positif bagi pemerintah daerah

untuk kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk program

ataupun kegiatan daerah.

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di

atas, maka identifikasi masalah yang diangkat dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh penerapan ekonomi kreatif

terhadap tingkat kemandirian daerah pada pemerintah

Kota Lhokseumawe.

2. Apakah terdapat interaksi penerapan ekonomi kreatif dan

komitmen organisasi terhadap tingkat kemandirian

daerah pada pemerintah Kota Lhokseumawe.

Ekonomi Kreatif

Persoalan ekonomi kreatif masih merupakan hal baru

yang saat ini sedang diterapkan oleh pemerintah kepada

seluruh daerah yang ada di Indonesia. Menurut Inpres Nomor

6 Tahun 2009, ekonomi kreatif didefinisikan sebagai kegiatan

ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan dan bakat

individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta

individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada

kesejahteraan masyarakat. Disamping itu Departemen

Perdagangan Republik Indonesia (2008) merumuskan

ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara

berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian

yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang

terbarukan. Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP

(2008) yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan

bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif,

pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya.

Menyinggung potensi wisata, maka kesempatan

terhadap pengembangan ekonomi kreatif merupakan nilai

lebih yang mampu dicapai oleh pemerintah daerah. Dalam

rangka pengembangan potensi wisata, ekonomi kreatif tidak

hanya melibatkan masyarakat atau komunitas sebagai sumber

daya yang berkualitas, tetapi juga keterlibatan unsur birokrasi

dengan pola entrepreneurship (kewirausahaan). Konsep

keterlibatan birokrasi dalam ekonomi kreatif adalah bahwa

birokrasi tidak hanya membelanjakan tetapi juga

menghasilkan (income generating) dalam arti positif (Osborne

dan Gaebler, 1992).

Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi merupakan tingkat sejauh mana

seorang karyawan atau staf memihak pada suatu organisasi

tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk

mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut

(Arfan Ikhsan dkk.; 2000).

Mowday et.al. (1979), menyatakan bahwa komitmen

adalah:

”The strength of an individual’s identification with

and involvement in a particular organization.”

Komitmen organisasi merupakan nilai personal yang

mengacu pada sikap loyal pada suatu organisasi. Komitmen

organisasi terbangun apabila masing-masing individu

mengembangkan tiga sikap yang saling berhubungan terhadap

organisasi dan atau profesi, yang antara lain adalah:

1. Identifikasi (identification), yaitu pemahaman atau

penghayatan terhadap tujuan organisasi.

2. Keterlibatan (involvement), yaitu perasaan terlibat dalam

suatu pekerjaan atau perasaan bahwa pekerjaan tersebut

adalah menyenangkan.

3. Loyalitas (loyality), yaitu persaaan bahwa organisasi

adalah tempatnya bekerja dan tinggal.

Mowday et.al. (1979) melihat berbagai situasi variasi

antecedent dari affective commitment meliputi, karakteristik

personal, karakteristik structural, karakteristik yang

berhubungan dengan pekerjaan serta pengalaman kerja. Dari

uraian tersebut Mowday memberikan pengertian komitmen

organisasi sebagai seorang yang memiliki nilai dan keinginan

untuk tetap tinggal menjadi anggota organisasi. Anggota

organisasi seharusnya memiliki kerelaan untuk

mempertimbangkan kekuasaannya demi organisasi.

Selanjutnya tiga karakteristik yang berhubungan

dengan komitmen organisasi menurut Cherrington (1996)

adalah:

1. Keyakinan dan penerimaan yang kuat terhadap

nilai dan tujuan organisasi.

2. Kemauan untuk sekuat tenaga melakukan yang

diperlukan untuk kepentingan organisasi.

3. Keinginan yang kuat untuk menjaga

keanggotaan dalam organisasi.

Meyer dan Allen (1997) mengemukakan tiga

komponen mengenai komitmen organisasi, yang antara lain

adalah:

1. Komitmen afektif (affective commitment), terjadi apabila

karyawan ingin menjdi bagian dari organisasi karena

adanya ikatan emosional (emotional attachment) atau

psikologis terhadap organisasi.

2. Komitmen kontinu (continuance commitment), muncul

apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi

karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan

lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan

pekerjaan lain. Dengan kata lain, karyawan tersebut

tinggal di organisasi karena membutuhkan organisasi

tersebut.

3. Komitmen normatif (normative commitment), timbul dari

nilai-nilai diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi

anggota organisasi karena memiliki kesadaran bahwa

komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang

seharusnya dilakukan. Karyawan tersebut tinggal dalam

organisasi karena merasa berkewajiban untuk hal

tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, batasan komitmen

organisasi secara eksplisit baru mencakup satu sisi, yaitu

komitmen anggota terhadap organisasi (Employee’s

Commitment to Organization / ECO). Lebih lanjut Reichers

memberikan pemahaman komitmen organisasi sebagai ”a

monolithic, undifferentiated entity that elicits an identification

and attachment on the part of individual”. Dia mempertegas

mengapa seseorang berkeinginan untuk tetap tinggal ataupun

meninggalkan organisasi. Untuk memahami dan memprediksi

sikap dan tindakan seseorang terhadap organisasi tempat

mereka bekerja, diperlukan melihat kecocokan antara

individual dan organisasi yang bersangkutan.

Tingkat Kemandirian Daerah

Page 92: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B92

Pada prinsipnya kemandirian daerah merupakan

wujud dari keberhasilan pemerintah daerah dalam

melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat atau masyarakat

yang wajib bertanggungjawab atas seluruh penggunaan

anggaran. Pemerintah yang dikatakan berhasil dan berkinerja

baik adalah pemerintah yang siap dan tidak tergantung kepada

pihak manapun, termasuk kepada pemerintah pusat.

Fenomena dewasa ini pemerintah daerah sangat tertolong

dengan bantuan dari pemerintah pusat. Program-program yang

dirumuskan dalam anggaran untuk dijalankan dalam satu

periode seharusnya mampu untuk menciptakan

kesinambungan yang makin meningkat dari waktu ke waktu.

Namun sebagian besar pemerintah daerah belum menyadari

permasalahan ini sehingga perlu memahami lebih jauh hal-hal

yang harus dilakukan untuk mencapai sebuah tingkat

kemandirian tersebut.

Tingkat kemandirian daerah seharusnya merupakan

implementasi dari Undang-undang otonomi daerah yang dapat

diukur melalui “hubungan situasional” dengan pemerintah

pusat. Terdapat emapat hubungan antara pemerintah daerah

dengan pemerintah pusat menurut Paul Hersey dan Kenneth

Blanchard dalam Abdul Halim (2004:188) sebagai berikut:

1. Pola hubungan instruktif, peranan pemerintah pusat lebih

dominan daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah

yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah).

2. Pola hubungan konsultatif, campur tangan pemerintah

pusat sudah mulai berkurang, karena daerah dianggap

sedikit lebih mampu, melaksanakan otonomi.

3. Pola hubungan partisipatif, peranan pemerintah pusat

semakin berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan

tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan

urusan otonomi.

4. Pola hubungan delegatif, campur tangan pemerintah pusat

sudah tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu

dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah.

Dari pola hubungan yang dipaparkan di atas jelas

terlihat bahwa terdapat empat situasi yang dapat dihubungkan

dengan tingkat kemandirian suatu daerah. Dalam hal ini,

sebuah daerah yang sudah mampu melaksanakan otonomi

dengan baik, berarti tingkat ketergantungannya kepada

pemerintah pusat sudah berkurang, malah mungkin tidak ada

sama sekali. Kondisi ini jelas menunjukkan tingkat

kemandirian daerah yang dapat diukur dari kondisi anggaran

ataupun realisasi anggaran yang diperoleh oleh pemerintah

daerah setiap periode.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka

hipotesis penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penerapan ekonomi kreatif berpengaruh terhadap tingkat

kemandirian daerah pada pemerintah Kota

Lhokseumawe.

2. Komitmen organisasi mempengaruhi hubungan interaksi

penerapan ekonomi kreatif terhadap tingkat kemandirian

daerah pada pemerintah Kota Lhokseumawe.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah penerapan

ekonomi kreatif, komitmen organisasi, dan tingkat

kemandirian daerah.

Definisi dari masing-masing variabel penelitian

adalah sebagai berikut :

1) Penerapan Ekonomi Kreatif (X1) merupakan kegiatan

ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan dan bakat

individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta

yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada

kesejahteraan masyarakat (Inpres Nomor 6 Tahun 2009).

2) Komitmen Organisasi (X2) didefinisikan sebagai

tingkat sampai sejauh mana seseorang memihak pada

organisasi dan tujuan-tujuannya, serta bersikap dan

berprilaku sesuai sistem nilai organisasi, yang

menguntungkan bagi perkembangan dan kesejahteraan

dua belah pihak dalam rangka mewujudkan tujuan

organisasi. Variabel ini diukur dari dua dimensi yaitu

komitmen anggota terhadap organisasi (Mowday et.al.:

1979) dan dimensi komitmen organisasi terhadap

anggota (Wiener, 1982).

3) Tingkat Kemandirian Daerah (Y), diukur melalui

ukuran kemampuan pemerintah daerah dalam menggali

kemampuan PAD serta penerimaan daerah lainnya

dibandingkan dengan total penerimaan daerah yang

diperoleh dari pemerintah pusat (Sukanto

Reksohadiprojo dalam Abdul Halim, 2004:350).

Jenis penelitian ini adalah survei dengan

menggunakan deskriptif verifikatif dengan tujuan untuk

menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual dan akurat

serta meneliti hubungan antar variabel dengan uji statistik.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-

maslah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi dan

bertujuan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan

yang berkaitan dengan current status dari subjek yang diteliti

(Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002). Sedangkan

penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui kejelasan

hubungan suatu variabel (menguji hipotesis) melalui

pengumpulan data di lapangan.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh

SKPD Pemerintahan Kota Lhokseumawe. Jumlah SKPD

Pemerintah Kota Lhokseumawe saat ini adalah 35 SKPD.

Alasan pemilihan populasi sasaran karena berkaitan dengan

elemen-elemen populasi spesifik yang relevan dengan tujuan

atau masalah penelitian (Nur Indriantoro dan Bambang

Supomo, 2002:119).

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh aparatur

yang menduduki jabatan manajerial di lingkungan Pemerintah

Kota Lhokseumawe. Metode yang dipakai dalam penentuan

sampel adalah purposive sampling, yaitu memilih subjek

yang berada pada posisi terbaik untuk memberikan informasi

yang diperlukan (Sekaran; 2003:277). Alasan pemilihan

aparatur yang memiliki jabatan manajerial adalah agar

memperoleh kondisi yang lebih jelas dan tepat sesuai dengan

kinerja yang telah dilaksanakan.

Mengacu pada metode penentuan sampel di atas,

maka sampel terpilih dibatasi pada kriteria sebagai berikut:

1. Memahami dengan baik operasional pelaksanaan anggaran

pemerintahan.

2. Menduduki jabatan eselon II dan eselon III.

3. Berpengalaman minimal 2 tahun pada posisi jabatan

pemerintahan.

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan di atas maka

jumlah responden yang terpilih berjumlah 130 responden.

Page 93: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B93

Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah suatu usaha

sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara

sistematis dengan prosedur yang telah ditetapkan (Suharsimi

Arikunto, 2002:123).

Sumber data yang akan digunakan dan dianalisis

dalam penelitian ini adalah jenis data primer (primary data).

Data primer merupakan sumber data penelitian yang

diperoleh secara langsung dari sumber asli tanpa melalui

perantara (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:147).

Metode Transformasi Data

Data pada penelitian ini diperoleh dari jawaban

kuesioner para responden yang menggunakan skala ordinal.

Agar dapat dianalisis secara statistik maka data tersebut harus

dinaikkan menjadi skala interval dengan menggunakan

Methods of Successive Interval (MSI) dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Menentukan frekuensi (f) responden yang

menjawab skor

1,2,3,4,5,6,7 untuk setiap item pertanyaan

2) Selanjutnya menentukan proporsi (p) dengan cara

setiap frekuensi

dibagi dengan banyaknya responden

3) Menghitung proporsi kumulatif (PK)

4) Menentukan nilai z untuk setiap PK yang

diperoleh dengan

menggunakan tabel distribusi normal

5) Menentukan nilai skala (scale value = SV) untuk

setiap skor jawaban.

Sesuai dengan nilai skala ordinal ke interval, yaitu

scale value (SV) yang nilainya terkecil (harga negatif yang

terbesar) diubah menjadi dengan 1 (satu):

Transformed Scale Value - Y = SV + I SV min I +1

Setelah ditrasnformasikan dari skala ordinal

menjadi skala interval maka dapat dianalisis lebih lanjut

dengan menggunakan program SPSS.

Metode Analisis Data

Dalam suatu penelitian kesahihan (validitas) dan

kehandalan (realibility) suatu hasil penelitian tergantung pada

alat pengukur (instrument) yang digunakan dan data yang

diperoleh. Jika alat ukur yang digunakan tersebut tidak sahih

dan tidak handal maka hasilnya tidak menggambarkan

keadaaan yang sesungguhnya. Untuk itu diperlukan dua

macam pengujian yaitu tes kesahihan (test validity) dan tes

kehandalan (test of realibility).

Untuk dapat menganalisis data dalam penelitian ini

maka digunakan analisis regresi linear sederhana (simple

linier regression) untuk mengetahui pengaruh penerapan

ekonomi kreatif terhadap tingkat kemandirian daerah

(Persamaan 1) dan Moderated Regression Analysis (MRA)

untuk melihat interaksi pengaruh desentralisasi sebagai

variable moderating (Persamaan 2).

Dari variabel yang telah dibahas sebelumnya, maka

dapat diturunkan model penelitian sebagai berikut:

Y = β0+β1X1+ε1 ………………………………………………(1)

Y = β0+β1X1+β2X1X2+ε2 ………………………………...(2)

dimana:

Y = Tingkat Kemandirian Daerah

β0 = Konstanta, yaitu nilai Y jika nilai seluruh

variable lain nol

β1 = Koefisien regresi dari X1

β2 = Koefisien regresi dari X2

X1 = Penerapan Ekonomi Kreatif

X2 = Komitmen Organisasi

X1X2 = Interaksi Penerapan Ekonomi Kreatif

dan Komitmen Organisasi

ε = Error term dari variabel lain

Untuk menguji regresi dengan variabel moderator

dapat dilakukan dengan cara menguji interaksi atau dikenal

dengan sebutan Moderated Regression Analysis (MRA).

Metode tersebut merupakan aplikasi khusus dari regresi linear

berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung

unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen),

sehingga apabila diturunkan persamaannya untuk

membuktikan nilai interaksi variable yang memoderasi

hubungan antara variable X dan Y, maka dapat dilakukan

dengan menghitung derivatif pertama (Imam Ghozali, 2002:

94).

Dari persamaan (2) di atas, maka dapat dihitung

derivasi pertama dari X1 untuk membuktikan adanya interaksi

variabel moderating yaitu X2 sebagai berikut:

dY/dX1 = β1+β2X2 ……………………… (3)

Apabila variable X merupakan moderating variable,

maka koefisien β2 harus signifikan pada 0.05 atau 0.10. Efek

moderasi yang signifikan atau tidak, didasari oleh peningkatan

R2 yang signifikan pada persamaan tersebut. Fokus utama

yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah signifikansi

indeks koefisien dan sifat pengaruh interaksi satu variabel

moderating yaitu Komitmen Organisasi terhadap hubungan

antara Penerapan Ekonomi Kreatif dengan Tingkat

Kemandirian Daerah.

Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis akan diuji

asumsi klasik yang mendasari penggunaan persamaan model

regresi berganda sehingga data-data yang akan digunakan

dalam pengujian hipotesis bebas dari kemungkinan

penyimpangan asumsi klasik, yaitu tidak bias dan memiliki

varians yang minimum.

Asumsi klasik yang utama menurut Gujarati

(2003:339) terdiri dari :

1) Normalitas variabel gangguan (disturbance error)

Dalam regresi linear diasumsikan bahwa residual εi

merupakan variabel acak yang mengikuti distribusi

normal dengan Σ(εi) = 0 dan Var (εi) atau Σ(εi) = σ2.

Bentuk gangguan εi diintroduksikan ke dalam model agar

dapat menampung berbagai hal yang diakibatkan oleh

pengaruh galat (error), seperti error dari variabel yang

tidak dimasukkan ke dalam model dan kesalahan elemen-

elemen yang melekat pada perilaku manusia.

2) Tidak terdapat multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau

lebih variabel independen berkorelasi dengan variabel

independen lainnya, suatu variabel independen

merupakan fungsi linear dari variabel independen lainnya.

3) Tidak terdapat heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang

tidak tergambar dalam model regresi secara spesifik atau

jika residual tidak memiliki varians yang konstan. Ini

biasanya terjadi pada data cross section.

4) Tidak terdapat autokorelasi

Page 94: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B94

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi

di antara anggota-anggota dari serangkaian observasi

yang berdekatan waktunya (data time series) atau

berdekatan tempatnya (data cross section).

Dalam penelitian ini tidak semua asumsi model

regresi tersebut akan diuji. Asumsi yang tidak akan diuji

adalah autokorelasi. Autokorelasi tidak diuji dengan alasan

karena data yang akan dikumpulkan dan diolah merupakan

data cross section bukan data time series yang merupakan

penyebab terjadinya autokorelasi. Dalam penelitian ini

pengamatan hanya dilakukan pada satu periode yang sama

karena tidak ada bentuk gangguan antara periode pengamatan.

Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini

berdasarkan pada hipotesis penelitian, dimana hipotesis

tersebut akan dijabarkan dalam bentuk hipotesis statistik

sebagai berikut:

Hipotesis pertama

H01 : β1,2=0 Penerapan ekonomi kreatif tidak berpengaruh

terhadap tingkat kemandirian daerah.

Ha1 : β1,2 0 Penerapan ekonomi kreatif berpengaruh

terhadap tingkat kemandirian daerah.

Hipotesis kedua

H02 : β1,2 0 Komitmen organisasi tidak mempengaruhi

hubungan penerapan ekonomi kreatif terhadap

tingkat kemandirian daerah.

Ha2 : β1,2 > 0 Komitmen organisasi mempengaruhi

hubungan penerapan ekonomi kreatif terhadap

tingkat kemandirian daerah.

Pengujian hipotesis dan perhitungan yang dilakukan

diuraikan sebagai berikut:

1) Uji Statistik F

Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi

pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen secara bersama-sama atau secara keseluruhan

(uji hipotesis pertama). Untuk menghitung nilai F

hitung digunakan rumus : (Gujarati, 2003:258)

F = ( )/()1

1/2

2

knR

kR

−−

dimana:

R2 adalah Koefisien determinasi

k adalah Jumlah variabel independen

n adalah Ukuran sampel

Hasil perhitungan Fhitung yang selanjutnya dibandingkan

dengan Ftabel dengan tingkat keyakinan 95% (α = 0,05)

dengan kriteria keputusan sebagai berikut:

❖ Jika F hitung ≤ F table : Ho diterima atau Ha ditolak

❖ Jika F hitung > F tabel : H0 ditolak atau Ha diterima

2) Uji Koefisien determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi (R2) dilakukan untuk melihat

besar variasi dari variabel independen secara bersama-

sama dalam mempengaruhi variabel dependen dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

R2 =

Y

R

JK

JK

dimana :

JKR : jumlah kuadrat regresi (explained sum of

Square)

JKY : jumlah total kuadrat (total sum of square)

Nilai R2 berada antara 0 dan 1. Semakin mendekati

nilai 1 atau 100%, maka semakin besar pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen.

3) Uji Statistik t

Uji Parsial atau disebut dengan uji t, yaitu menguji

signifikan konstansta dan variabel independen yang

terdapat dalam persamaan tersebut secara individu

apakah berpengaruh terhadap nilai variabel independen

(Gujarati, 2003:259). Rumusnya :

t =

i

i

S

dimana :

βi adalah koefisien regresi untuk masing-masing

variabel bebas

Sβi adalah standard error dari βi

Dari perhitungan tersebut maka selanjutnya

membandingkan antara nilai thitung dengan nilai ttabel

pada tingkat keyakinan 95% (α = 0,05), dengan kriteria

keputusan :

❖ Jika t hitung t tabel : H0 diterima atau Ha ditolak

❖ Jika t hitung t tabel : Ha diterima atau H0 ditolak

Menghitung Koefisien Determinasi Parsial

Koefisien determinasi parsial dihitung untuk

menentukan besarnya pengaruh variabel independen secara

parsial terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi

parsial diperoleh dengan cara mengkuadratkan koefisien

korelasi parsial untuk masing-masing variabel independen.

Untuk mengetahui keeratan hubungan antar variabel

independen terhadap variabel dependen, digunakan kriteria

koefisien korelasi sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 4.2

berikut :

Tabel 1

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Frekuensi Interprestasi

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang / Cukup

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Sumber : Sugiyono (2011:214)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini akan diuraikan hasil penelitian berkaitan

dengan pengaruh penerapan ekonomi kreatif terhadap tingkat

kemandirian daerah yang dimoderasi oleh komitmen

organisasi. Sumber data utama yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner yang disebar kepada SKPD

Pemerintahan Kota Lhokseumawe. Rekap jumlah kuesioner

yang disebarkan kepada responden dirangkum pada tabel

berikut:

Page 95: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B95

Tabel 2 Rincian Pengembalian Kuesioner (Respond Rate)

Responden Kuesioner

Disebar

Kuesioner

Kembali

Respond

Rate Keterangan

Sebanyak 35

SKPD di

lingkungan

Pemerintah

Kota

Lhokseumawe

130

Lembar

Kuesioner

123

Lembar

Kuesioner

95%

- 2 Kueioner

tidak kembali

- 5 Kuesioner

tidak terisi

lengkap

Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Pada sub bab ini, hipotesis konseptual yang diajukan

sebelumnya akan diuji dandibuktikan dengan menggunakan

pengujian statistik. Hipotesis konseptual yang diajukan adalah

diduga adanya pengaruh dari penerapan ekonomi kreatif

terhadap tingkat kemandirian daerah yang di moderasi oleh

komitmen organisasi. Adapun metode statistik yang

digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah moderated

regression analysis (MRA) dengan model sebagai berikut:

1) Y = a + b1X1 + ei

2) Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X1*X2 + ei

Dimana:

Y = Tingkat Kemandirian Daerah

a = Konstanta

bi = Koefisien Regresi

X1 = Penerapan Ekonomi Kreatif

X2 = Komitmen Organisasi

X1*X2 = Interaksi antara X1 dengan X2

ei = Residual

Dikarenakan regresi ini mensyaratkan menggunakan

data interval dan skala likert yang digunakan diasumsikan

ordinal, maka terlebih dahulu perlu dilakukan transformasi

kedalam bentuk interval. Transformasi data dilakukan

menggunakan methode of successive interval atau MSI yang

dihitung menggunakan program STAT97.

Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Pengujian asumsi normalitas bertujuan untuk

menguji apakah nilai residual (ei) dalam model regresi

berdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang

baik seharusnya memiliki residual yang terdistribusi secara

normal. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah normalitas

ini dapat dilihat dari sebaran data residu pada grafik p-p plot.

Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar grafik berikut:

Gambar 1. Grafik P-P Plot Normalitas

b. Uji Multikolinearitas

Multikolineritas menunjukkan adanya korelasi

diantara atau semua variabel bebas yang dilibatkan kedalam

model regresi. Pengujian masalah multikolinearitas dapat

dideteksi dari nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation

Factor). Jika nilai Tol lebih besar 0,1 dan VIF kurang dari 10

dapat diputuskan bahwa tidak terdapat masalah

multukolineritas dalam model regresi yang akan dibentuk.

Tabel 3

Hasil Pengujian Asumsi Multikolineritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Penerapan Ekonomi Kreatif

(X1) 0,910 1,099

Komitmen Organisasi (X2) 0,907 1,103

X1*X2 0,918 1,089

a. Dependent Variable: Tingkat Kemandirian Daerah (Y)

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini digunakan untuk menguji

homogenitas varians residu dalam model regresi, dimana

model regresi yang baik mensyaratkan terbebas dari masalah

heteroskedastisitas. Salah satu cara mendeteksi

heteroskedastisitas ini dapat dilihat dari grafik scatterplot

antara nilai prediksi variabel bebas yaitu ZPRED dengan

residualnya yaitu SRESID. Jika titik-titik tersebar secara acak

dan tidak membentuk sebuah pola, dapat disimpulkan bahwa

model regresi telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Grafik Scatterplot Heteroskedastisitas

Pengaruh Penerapan Ekonomi Kreatif terhadap Tingkat

Kemandirian Daerah yang Dimoderasi Oleh Komitmen

Organisasi

Persamaan regresi yang akan dibentuk adalah sebagai

berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X1*X2 + ei

Dimana:

Y = Tingkat Kemandirian Daerah

Page 96: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B96

a = Konstanta

bi = Koefisien Regresi

X1 = Penerapan Ekonomi Kreatif

X2 = Komitmen Organisasi

X1*X2 = Interaksi antara X1 dengan X2

ei = Residual

a. Regresi Moderasi (MRA)

Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4

Hasil Reegresi Moderasi (MRA)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlatio

ns

B

Std.

Error Beta

Zero-

order

1 (Constant) -12,621 3,034 -4,160 0,000

Penerapan

Ekonomi

Kreatif (X1)

0,248 0,042 0,388 5,952 0,000 0,536

Komitmen

Organisasi

(X2)

0,336 0,046 0,477 7,307 0,000 0,604

X1*X2 0,729 0,351 0,135 2,078 0,040 0,330

a. Dependent Variable: Tingkat Kemandirian Daerah (Y)

Persamaan regeresi yang menjelaskan pengaruh

penerapan ekonomi kreatif terhadap tingkat kemandirian

daerah yang dimoderasi oleh komitmen organisasi adalah

sebagai berikut:

Y = -12,621 + 0,248 X1 + 0,336 X2 + 0,729 X1*X2

Secara statistik, nilai-nilai dalam persamaan regresi

di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Konstanta sebesar -12,621 menunjukan nilai prediksi

untuk persentase skor tingkat kemandirian daerah jika

penerapan ekonomi kreatif, komitmen organisasi dan

interaksi antara keduanya sangat buruk atau bernilai 0

(nol).

2) Koefisien regresi untuk penerapan ekonomi kreatif

adalah sebesar 0,248 dengan koefisien bernilai positif

yang menujukan bahwa setiap terjadinya peningkatan

skor penerapan ekonomi kreatif dan variabel bebas

lainnya diasumsikan konstan, diprediksikan akan

meningkatan persentase skor tingkat kemandirian daerah

sebesar 0,248%.

3) Koefisien regresi untuk komitmen organisasi adalah

sebesar 0,336 dengan koefisien bernilai positif yang

menujukan setiap terjadinya peningkatan skor komitmen

organisasi dan variabel bebas lainnya diasumsikan

konstan, diprediksikan akan meningkatan persentase skor

tingkat kemandirian daerah sebesar 0,336%.

b. Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)

Uji statistika yang digunakan untuk menguji

hipotesis simultan ini adalah uji F. Nilai Ftabel yang digunakan

sebagai nilai kritis dalam uji simultan ini adalah sebesar 2,681

yang diperoleh dari lampiran tabel distribusi F dengan α = 5%,

df1 (k) = 2 dan df2 (n - (k+1)) 119.

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai

berikut:

1) Tolak Ho dan terima Ha jika nilai Fhitung > Ftabel

2) Terima Ho dan tolak Ha jika nilai Fhitung < Ftabel

Rumusan hipotesis simultan yang akan diuji adalah

sebagai berikut:

Ho : βi = 0 Penerapan ekonomi kreatif, komitmen organisasi

dan interaksi antara keduanya (penerapan

ekonomi kreatif dengan komitmen organisasi)

secara simultan tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat kemandirian daerah.

Ha : βi ≠ 0 Penerapan ekonomi kreatif, komitmen organisasi

dan interaksi antara keduanya (penerapan

ekonomi kreatif dengan komitmen organisasi)

secara simultan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat kemandirian daerah.

Taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah sebesar 0,05 (5%)

dengan hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai Fhitung

sebesar 46,636 jatuh di daerah penolakan Ho, maka dengan

taraf kepercayaan sebesar 95% dapat diputuskan untuk

menolak Ho dan menerima Ha yang berarti penerapan

ekonomi kreatif, komitmen organisasi dan interaksi antara

keduanya (penerapan ekonomi kreatif dengan komitmen

organisasi) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat kemandirian daerah.

c. Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)

Nilai ttabel yang digunakan sebagai nilai kritis dalam

pengujian hipotesis parsial ini adalah sebesar 1,980 yang

diperoleh dari tabel distribusi t dengan α sebesar 5% dan df (n

- (k+1)) 119 untuk uji dua pihak (two tailed).

Kriteria pengambilan keputusan dalam uji t ini adalah sebagai

berikut:

1) Tolak Ho dan terima Ha jika nilai thitung > ttabel

2) Terima Ho dan tolak Ha jika nilai thitung < ttabel

Rumusan hipotesis parsial yang akan diuji adalah

sebagai berikut:

Hipotesis I

Ho2 : β2 = 0 Komitmen organisasi tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap tingkat kemandirian

daerah.

Ha2 : β2 ≠ 0 Komitmen organisasi memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat kemandirian

daerah.

Taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah sebesar

0,05 (5%), yang menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 7,307

jatuh di daerah penolakan Ho, maka dengan taraf kepercayaan

sebesar 95% dapat diputuskan untuk menolak Ho dan

menerima Ha yang berarti bahwa komitmen organisasi

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

kemandirian daerah, dimana semakin baiknya komitmen

organisasi dipastikan akan mampu meningkatkan kemandirian

daerah.

X2 Y

Page 97: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B97

Hipotesis II

Ho3 : β3 = 0 Penerapan ekonomi kreatif yang dimoderasi

oleh komitmen organisasi tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

kemandirian daerah.

Ha3 : β3 ≠ 0 Penerapan ekonomi kreatif yang dimoderasi

oleh komitmen organisasi memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap tingkat kemandirian

daerah.

Taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah sebesar

0,05 (5%) menunjukkan nilai thitung sebesar 2,078 jatuh di

daerah penolakan Ho, maka dengan taraf kepercayaan sebesar

95% dapat diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha

yang berarti bahwa penerapan ekonomi keatif yang

dimoderasi oleh komitmen organisasi memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat kemandirian daerah, dimana

semakin baiknya penerapan ekonomi kreatif dan didukung

komitmen organisasi yang kuat dipastikan akan mampu meningkatkan kemandirian daerah. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa komitmen organisasi ini merupakan

variabel moderasi yang mampu memperkuat pengaruh dari

penerapan ekonomi kreatif terhadap tingkat kemandirian

daerah.

d. Koefisien Determinasi

Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Koefisien Determinasi Simultan

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std.

Error of

the

Estimate

1 0,735a 0,540 0,529 2,89957

a. Predictors: (Constant), X1*X2, Penerapan Ekonomi

Kreatif (X1), Komitmen Organisasi (X2)

b. Dependent Variable: Tingkat Kemandirian Daerah

(Y)

Dari Tabel 5. di atas, diperoleh koefisien determinasi

sebesar 0,540 atau dengan kata lain penerapan ekonomi kreatif

yang dimoderasi oleh komitmen organisasi memberikan

kontribusi pengaruh sebesar 54,0% terhadap tingkat

kemandirian daerah, sedangkan sebanyak (1-R2) 46% sisanya

merupakan besarnya kontribusi yang diberikan oleh faktor

lainnya yang tidak diteliti.

Untuk mengetahui kontribusi pengaruh secara parsial,

dapat diketahui dari hasil perkalian antara nilai beta yang

merupakan koefisien regresi terstandarkan (standardized

coefficients) dengan zero-order (ryx) yang merupakan nilai

korelasi parsial. Hasil perhitungan koefisien determinasi

parsial disajikan pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6

Koefisien Determinasi Parsial

Model

Standardized

Coefficients Correlations

Partial

Coefficient

of

Determinat

ion

Beta Zero-order

Komitmen

Organisai (X2) 0,477 0,604 0,288

Interaksi

X1*X2 0,135 0,330 0,045

Dari Tabel 6 di atas, diketahui komitmen organisasi

secara parsial memberikan kontribusi pengaruh sebesar 28,8%

terhadap tingkat kemandirian daerah, adapun interaksi (X1*X2)

antara penerapan ekonomi kreatif dengan komitmen

organisasi memberikan kontribusi pengaruh sebesar 4,5%

terhadap tingkat kemandirian daerah. Rekapitulasi besar

kontribusi pengaruh penerapan ekonomi kreatif terhadap

tingkat kemandirian daerah sebelum dan setelah dimoderasi

oleh komitmen organisasi disajikan dalam Tabel 7 berikut:

Tabel 7

Rekapitulasi Besar Kontribusi Pengaruh Sebelum dan Setelah

Dimoderasi

Model R2

R2

dalam

%

Pengaruh Faktor Lain 1-R2

X1 - Y 0,287 28,7% 71,3%

X1

Moderasi

X2 - Y

0,540 54,0% 46,0%

Berdasarkan hasil yang tersaji pada Tabel 5.18 di atas,

dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kontribusi

pengaruh yang semula 28,7% menjadi 54%, hal ini

menunjukan bahwa komitmen organisasi mampu memperkuat

pengaruh penerapan ekonomi kreatif terhadap tingkat

kemandirian daerah atau dengan kata lain variabel komitemn

organisasi ini sukses menjalankan fungsinya sebagai variabel

moderasi.

Prospek Pengembangan Ekonomi Kreatif

Melihat hasil uji hipotesis terhadap tiga variabel

yang saling mempengaruhi tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa peningkatan nilai kontribusi akhir pada model

moderasi yang meningkat dari 28,7% menjadi sebesar 54%

atau terjadi peningkatan sebesar 46,9% menunjukkan bahwa

terdapat prospek yang sangat besar bagi pemerintah daerah

Kota Lhokseumawe untuk dapat mengembangkan ekonomi

kreatif menjadi salah satu keunggulan daerah. Melalui

komitmen yang tinggi bagi seluruh aparatur pemerintah

daerah, akan mampu melahirkan berbagai program dan

konsep baru terhadap pola pengembangan ekonomi kreatif.

Ekonomi kreatif tidak hanya sekedar meningkatkan

pendapatan daerah atau masyarakat, namun ekonomi kreatif

harus menunjukkan ciri khas atau keunggulan daerah yang

pada akhirnya dapat menjadi “icon” daerah.

X1 Y

X2

Page 98: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B98

Pemerintah Kota Lhokseumawe khususnya harus

mampu melihat potensi daerah dalam mengembangkan

potensi ekonomi kreatif pada berbagai sub sektor dan mampu

membedakan dengan daerah lain di Provinsi Aceh.

Pemerintah dapat melakukan kembali riset yang lebih tajam

terhadap potensi daerah yang memungkinkan untuk

dikembangkan dan dapat dilakukan masyarakat, sehingga

relevansi kepentingan pemerintah daerah dengan masyarakat

akan menjadi satu kolaborasi yang tepat. Namun harus

disadari bahwa pengembangan ekonomi kreatif tidak akan

berkembang apabila tidak didukung oleh pengembangan

potensi wisata yang saat ini telah menjadi primadona dalam

menghasilkan nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Melalui

pengembangan ekonomi kreatif, seharusnya pemerintah

daerah sudah harus memilikirkan juga bagaimana pariwisata

dikembangkan. Kedua hal tersebut merupakan kombinasi

yang sangat sesuai dalam menghasilkan PAD.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang

telah dilakukan pada bab sebelumnya, peneliti memperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Masyarakat sangat setuju dengan penerapan ekonomi

kreatif di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

yang nantinya diharapkan akan mampu mendorong

tumbuhnya ekonomi masyarakat.

2. Seluruh SKPD pada pemerintaan Kota Lhokseumawe

memiliki komitmen organisasi yang hampir baik.

3. Tingkat kemandirian Pemerintah Daerah Kota

Lhoksmawe tergolong cukup baik.

4. Penerapan ekonomi kreatif memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat kemandirian daerah pada

pemerintah Kota Lhokseumawe dengan kontribusi

pengaruh yang diberikan sebesar yaitu sebesar 28,7%

sedangkan sebanyak 71,3% sisanya merupakan

kontribusi pengaruh dari faktor lainnya yang tidak

diteliti.

5. Penerapan ekonomi kreatif yang dimoderasi oleh

komitmen organisasi memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat kemandirian daerah, dimana interaksi

yang terjadi menunjukkan bahwa komitmen organisasi

ini mampu memperkuat pengaruh penerapan ekonomi

kreatif terhadap tingkat kemandirian daerah dengan

kontribusi pengaruh yang diberikan sebesar 54,0%,

sedangkan sebanyak 46% sisanya merupakan besarnya

kontribusi yang diberikan oleh faktor lainnya yang tidak

diteliti.

6. Pemerintah Kota Lhokseumawe memiliki prospek

pengembangan ekonomi kreatif yang tinggi untuk

meningkatkan PAD. Hal ini dikarenakan bahwa

komitmen pemerintah daerah serta dukungan masyarakat

memiliki relevansi yang kuat.

REFERENSI

[1] Abdul Halim. (2004). Bunga Rampai: Manajemen Keuangan Daerah.

Edisi Revisi. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

[2] Arfan Ikhsan dan Ishak. (2005). Akuntansi Keprilakuan. Jakarta: Salemba Empat.

[3] Badan Pusat Statistik (BPS). (2016). Kota Lhokseumawe Dalam Angka

Tahun 2016. Pemerintah Kota Lhokseumawe. [4] Bakri. (2018). Ekonomi Kreatif Aceh Belum Maksimal.

http://aceh.tribunnews.com/2018/10/26/ekonomi-kreatif-aceh-belum-

maksimal. Diakses tanggal 1 Maret 2019. [5] Cherrington. (1996). Accounting Information System and Business

Organization. Addison-Wesley.

[6] Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics. 4th Edition, New York, McGraw Hill. New York.

[7] Gunawan Sudarmanto. (2005). Statistik terapan Berbasis Komputer

Dengan Program IBM SPSS Statistik 19. PT. Penerbit: Citra Wacana Media. Jakarta

[8] Imam Ghozali. (2002). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

[9] Meyer, John P. and Allen, Natalie J. (1997). Commitment in the

Workplace: Theory, Research, and Application. Publisher: SAGE

Publications Inc. [10] Mowday, Steers and Porter’s. (1979). Organizational Behavior;

Concept, Controversies, Aplication. International Edition. Eigth

Edition. Pretice Hall, pp. 478-487. [11] Muzakar Isa. (2016). Model Penguatan Kelembagaan Industri Kreatif

Kuliner Sebagai Upaya Pengembangan Ekonomi Daerah. Prosiding

Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis dan Call For Paper FEB UMSIDA 2016.

[12] Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. (2002). Metodologi Penelitian

Bisnis untuk Manajemen dan Akuntansi. BPFE-UGM. Yogyakarta. [13] Osborne, David and Gaebler, Ted. (1992). Reinventing Government.

NY Penguin Press: New York.

[14] Reiza Miftah Wirakusuma. (2014). Analisis Kegiatan Ekonomi Kreatif Di Kawasan Wisata Bahari Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Jurnal

Manajemen Resort & Leisure. Volume 11 Nomor 1, April 2014.

[15] Sekaran, Uma. (2003). Research Methods for Business, A Skill building Approach. Fourth Edition.Wiley. Pp. 87.

[16] Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Alfabeta: Bandung. [17] Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktek. Rineke Cipta, Jakarta.

[18] Suryana. (2013). Ekonomi Kreatif, Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang. Penerbit: Salemba Empat. Jakarta.

[19] Wiener. (1982). Management : A Global Prespective. McGraw-Hill

Education (Asia). [20] Zulkarnaini, Zuarni and Muhammad Arifai. (2018). How Does

Reinforce The Local Original Revenue? Developing of Sharia Based-

Tourism. International Journal of Social Science and Economic Research. Volume: 03, Issue:12, December 2018. www.ijsser.com.

pp.6776-6795

Page 99: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B99

Analisa Independensi Dan Skeptisme Profesional Auditor Pada Auditor Pemerintah Di

Kabupaten Aceh Utara

Mukhlisul Muzahid1, Lukman2, M. Yazid3

Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 Indonesia

[email protected]

Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik pengaruh kompetensi, independensi dan skeptisme profesional

auditor terhadap kualitas audit pada auditor pemerintah di kabupaten Aceh Utara. Alat analisis yang digunakan adalah teknik

regresi berganda (multiple regression analysis) dengan pertimbangan bahwa pola hubungan antar variabel dalam penelitian adalah

bersifat korelatif dan kausalitas. Model ini akan mampu menjawab bentuk permasalahan yang selama ini terjadi sehingga tujuan

dapat tercapai yaitu mengukur seberapa besar pengaruh pengaruh kompetensi, independensi dan skeptisme profesional auditor

terhadap kualitas audit secara simultan maupun secara parsial pada auditor pemerintah di kabupaten Aceh Utara. Responden yang

dituju adalah auditor pemerintah yang berkerja pada kantor Inspektorat kabupaten Aceh Utara yang berjumlah 21 responden,

karena diyakini bahwa mereka memiliki kemampuan dalam mengaudit lembaga/ kantor pemerintah. Adapun sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Sumber data primer berasal dari responden yang diperoleh

dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa secara simultan kompetensi, independensi dan skeptisme profesional auditor berpengaruh terhadap kualitas audit, dan secara

parsial kompetensi dan skeptisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit laporan keuangan satuan kerja

perangkat daerah kabupaten Aceh Utara. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah

khususnya auditor pemerintah kabupaten Aceh Utara agar dalam pelaksanaan audit lebih mengedepankan sikap

profesionalismenya.

Kata kunci— Kompetensi, Independensi, Skeptisme Profesional Auditor dan Kualitas Audit.

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi

keuangan yang bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai

sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal

maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada dua

karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan

keuangan yakni relevan (relevance) dan dapat diandalkan

(reliable). Kedua karakteristik tersebut sangatlah sulit untuk

diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa

pihak ketiga untuk memberi jaminan bahwa laporan keuangan

tersebut memang relevan dan dapat diandalkan serta dapat

meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan.

Penyelenggaraan pemerintah yang baik diperlukan

komitmen dari semua pihak, baik itu pemerintah pusat,

pemerintah daerah maupun masyarakat. Mewujudkan

pemerintahan yang baik (good governance) adalah

penyelenggaraan negara/ daerah yang solid, bertanggung

jawab, efektif dan efisien dengan mensinergikan interaksi

yang konstruktif diantara penyelenggara pemerintah.

Pemerintahan yang baik harus didukung dengan tiga faktor,

yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan.

Statement on Auditing Standards (SAS) Nomor 82

atau Pernyataan Standar Auditing (PSA) Nomor 70

menyatakan bahwa audit dilakukan untuk memberikan

keyakinan yang memadai (reasonable assurance) mengenai

masalah salah saji material (material misstatement) dalam

laporan keuangan, baik itu berupa errors (kekeliruan)

ataupun fraud (kecurangan). Kekeliruan (errors) merupakan

salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja,

sedangkan kecurangan (fraud) merupakan salah saji dalam

laporan keuangan yang disengaja. Dampak dari penggunaan

ISA (International Standard on Auditing) yang resmi

diterapkan di Indonesia saat ini menjadikan akuntan

publik tak bisa lagi lepas tangan bila masih terdapat fraud

pada hasil auditnya. Auditor dalam memberikan jasa

assurance harus bisa memastikan laporan keuangan bebas

dari salah saji, baik salah saji berdasarkan standar

akuntansi maupun salah saji dari fraud pada hasil audit, maka

dalam memberikan jasa assurance dan menunjang

profesionalismenya sebagai akuntan publik, auditor dalam

melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar

audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Pada pernyataan standar umum pertama dalam

SPAP, menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan oleh

seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan

teknis yang cukup sebagai auditor, oleh karena itu auditor

malaksanakan tugasnya harus memiliki kompetensi sebagai

auditor. Kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan,

pengalaman, serta pelatihan teknis yang cukup, sehingga

auditor diharapkan dapat menjalankan tugasnya dengan

lebih baik. (Kusharyanti, 2013).

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

dalam pernyataan standar umum pertama adalah: “Pemeriksa

secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang

memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”. Dengan

Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi

pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap

pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara

kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman

yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut.

Pernyataan standar umum kedua SPKN adalah: “Dalam

semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,

organisasi pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan

penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi

yang dapat mempengaruhi independensinya”.

Audit merupakan suatu proses sistematik yang

dilakukan untuk mengevaluasi bukti secara objektif atas

pernyataan-pernyataan dari kejadian ekonomi. Salah satu

tujuan audit adalah untuk menentukan tingkat kesesuaian

antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan (Mulyadi 2012:9). Audit terhadap setiap

Page 100: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B100

organisasi termasuk organisasi pemerintah (sektor publik)

pada dasarnya dapat berupa audit eksternal atau audit internal.

Dalam pelaksanaan audit internal, fungsi auditor adalah

melaksanakan penilaian yang independen, menguji dan

mengevaluasi kegiatan organisasi (Boyton et.al 2001).

Salah satu standar kualitas audit merupakan ketaatan

terhadap standar profesi, artinya audit dikatakan berkualitas

jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian

mutu, seperti yang dikemukakan oleh Pramono dalam Effendy

(2010), dikatakan bahwa produk audit yang berkualitas hanya

dapat dihasilkan oleh suatu proses audit yang sudah

ditetapkan standarnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa

proses audit dapat dikatakan telah memenuhi syarat quality

assurance apabila proses yang dijalani tersebut telah sesuai

dengan standar, antara lain: standar for the professional

practice, internal audit charter, kode etik internal audit,

kebijakan, tujuan, dan prosedur audit, serta rencana kerja

audit.

Laporan keuangan pemerintah pada kondisi sekarang

masih belum menunjukkan hasil yang berkualitas tinggi sesuai

dengan standar, ini terlihat dari masih rendahnya kualitas

laporan keuangan dan juga masih rendah kualitas hasil audit

oleh auditor pemerintah (inspektorat) atas laporan keuangan,

hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya temuan audit

yang tidak ditemukan atau dideteksi oleh auditor

inspektorat, akan tetapi ditemukan oleh auditor eksternal

lainnya yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melalui

pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini

dikarenakan bahwa pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor

BPK pada saat tahun kualitas auditbarakhir (post audit),

sementara pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor

inspektorat dilaksanakan saat kegiatan berlangsung sehingga

belum bisa memprediksi potensi-potensi kerugian akibat

penyimpangan.

Dengan jumlah auditor pemerintah belum sebanding

dengan luas daerah dan jumlah dana yang disalurkan,

ditambah lagi dengan kemampuan dan pengalaman auditor

pemerintah di Inspektorat daerah masih belum memberikan

andil yang maksimal dalam mendeteksi adanya penyimpangan

keuangan daerah sehingga sangat berpengaruh terhadap

kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Fenomena yang

sama juga terjadi di pemerintah kabupaten Aceh Utara

berhubungan dengan kualitas hasil audit yang dilakukan oleh

Inspektorat, hasil pemeriksaan Inspektorat jarang sekali

ditemukan adanya penyimpangan maupun kekeliruan atas

pelaksanaan kualitas auditdan pengendalian mutu, sehingga

masyarakat (publik) manaruh perhatian besar terhadap

kualitas hasil audit yang dilaksanakan oleh Inspektorat. Dalam

laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

juga terungkap bahwa masih lemahnya sistem pengendalian

internal pemerintah di sejumlah pemerintah daerah yang

mengakibatkan kurangya kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah (BPK RI).

Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena tersebut, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh kompetensi, independensi dan

skeptisisme profesional auditor secara simultan terhadap

kualitas audit pada auditor pemerintah di Kabupaten Aceh

Utara.

2. Seberapa besar pengaruh kompetensi, independensi dan

skeptisisme profesional auditor secara parsial terhadap

kualitas audit pada auditor pemerintah di Kabupaten Aceh

Utara.

Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan maksud tersebut diatas, maka

tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui :

1. Besarnya pengaruh kompetensi, independensi dan

skeptisme profesional auditor secara simultan

terhadap kualitas audit pada auditor pemerintah di

Kabupaten Aceh Utara.

2. Besarnya pengaruh kompetensi, independensi dan

skeptisme profesional auditor secara parsial terhadap

kualitas audit pada auditor pemerintah di Kabupaten

Aceh Utara.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu ekonomi akuntansi

khususnya pada bidang auditing dan akuntansi sektor publik,

selain itu penelitian dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

a. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi auditor

pemerintah di Kabupaten Aceh Utara, dalam

meningkatkan kualitas laporan hasil audit.

b. Bagi pemerintah daerah diharapkan menjadi rujukan

dalam penyusunan kebijakan (qanun)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Audit

Menurut Arens et al (2013:4) audit adalah :

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence

about information to determine and report on the degree of

correspondence between the information and established

criteria. Auditing should be done by a competent, independent

person.”

Sedangkan dalam The American Accounting

Association’s Committee on Basic Auditing Concepts (2011:1-

2) mendefenisikan audit adalah : “suatu proses yang sistematis

untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi

dengan tujuan umtuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai

yang berkepentingan”.

Dalam undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan

Negara, audit didefenisikan “proses identifikasi masalah,

analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen,

objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan,

untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan

keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara”

Secara umum pengertian di atas dapat diartikan

bahwa audit adalah proses sistematis yang dilakukan oleh

orang yang kompeten dan independen dengan mengumpulkan

dan mengevaluasi bahan bukti berdasarkan standar dan

bertujuan memberikan pendapat untuk disampaikan kepada

pihak pemakai.

Page 101: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B101

Kompetensi

Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan

pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam

bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit,

akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di

bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian

dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya

diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain

itu, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang

cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan

umum, Cristiawan (2002:83).

Menurut Trotter (1986) dalam Agusti dan Pertiwi

(2013) mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten

adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan

pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat

jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Menurut

Rai (2008: 63) seorang auditor kinerja untuk

melakukan kinerja audit dengan baik atau berhasil maka harus

memiliki: 1) Mutu Personal, 2) Pengetahuan Umum, 3)

Keahlian Khusus.

Auditor yang berkompeten adalah auditor yang

dengan pengetahuan dan pengalamanya yang cukup dan

eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat

dan seksama. Pengalaman merupakan proses pembelajaran

dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku,

yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal, yang pada akhirnya dapat diartikan sebagai proses

yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku

yang lebih tinggi.

Independensi

Independensi bermakna ”tidak tergantung atau

dikendalikan oleh (orang lain atau benda), tidak mendasarkan

pada diri pada orang lain, bertindak atau berpikir sesuai

dengan kehendak hati, bebas dari pengendalian orang lain,

tidak dipengaruhi oleh orang lain. Menurut Arens et al

(2008:111), independensi dalam audit berarti mengambil

sudut pandang yang tidak bias. Independensi sangat penting

bagi auditor untuk dijaga dalam melaksanakan tanggung

jawabnya.

Menurut Halim (2008:46), independensi merupakan

suatu cerminan sikap dari seorang auditor untuk tidak memilih

pihak siapapun dalam melakukan audit. Independensi adalah

sikap mental seorang auditor dimana ia dituntut untuk

bersikap jujur dan tidak memihak sepanjang pelaksaan audit

dan dalam memposisikan dirinya dengan auditee-nya.

Independensi menurut Wirakusumah dan Agoes (2003 : 8)

merupakan pandangan yang tidak berprasangka dan tidak

memihak dalam melakukan test-test audit, evaluasi dan hasil-

hasilnya, dan penerbitan laporan, dan merupakan alasan utama

kepercayaan masyarakat.

Independensi auditor pemerintah adalah sikap tidak

memihak kepada kepentingan siapa pun dalam melakukan

pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh pihak

manajemen. Auditor pemerintah berkewajiban untuk jujur

tidak hanya kepada pemerintah, namun juga kepada lembaga

perwakilan dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas

pekerjaan auditor pemerintah.

Skeptisme Profesional

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP,

2012), Standar Audit (SA) paragraf 13 huruf l, Skeptisme

professional adalah suatu sikap yang mencakup suatu

pikiran yang selalu mempertanyakan, waspada terhadap

kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan kesalahan

penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun

kesalahan, dan suatu penilaian penting atas bukti audit.

Skeptisisme profesional mencakup kewaspadaan terhadap hal-

hal berikut ini:

1. Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain

yang diperoleh.

2. Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan

kecurangan.

3. Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur yang

disyaratkan oleh SA (Standar Audit).

4. Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang

keandalan dokumen dan tanggapan terhadap permintaan

keterangan yang digunakan sebagai bukti audit.

Secara khusus dalam audit, Standar Profesional

Akuntan Publik (IAPI, 2011) menjelaskan bahwa skeptisisme

profesional adalah sikap yang selalu mempertanyakan dan

melakukan evaluasi bukti audit secara kritis. Pengertian

serupa dipaparkan dalam International Standards on Auditing

(IASB, 2009), skeptisisme profesional adalah sikap yang

meliputi pikiran yang selalu bertanya tanya (questioning

mind), waspada (alert) terhadap kondisi dan keadaan yang

mengindikasikan adanya kemungkinan salah saji material

yang disebabkan oleh kesalahan atau kesengajaan (fraud), dan

penilaian (assessment) bukti-bukti audit secara kritis.

Konsep skeptisisme profesional yang tercermin dalam

standar tersebut adalah sikap selalu bertanya-tanya,

waspada, dan kritis dalam melaksanakan seluruh proses

audit.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori diatas

yang dapat dijelaskan bahwa kompetensi, independensi dan

skeptisme profesional, berpengaruh terhadap kualitas audit.

Kualitas audit merupakan sebagai ketaatan terhadap

standar profesi dan ikatan kontrak selama melaksanakan

audit. Kompetensi merupakan suatu keahlian secara eksplisit

dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif dan

efektif dengan segala pengetahuan, kemampuan dan

pengalaman yang dimiliki oleh auditor. Dengan adanya

kompentensi yang tinggi maka auditor dapat melaksanakan

auditnya dengan penuh rasa tanggung jawab, cermat dan

seksama.

Skeptisme profesional merupakan sikap auditor

yang selalu meragukan dan mempertanyakan segala

sesuatu, dan menilai secara kritis bukti audit serta

mengambil keputusan audit berlandaskan keahlian auditing

yang dimilikinya. Tanpa menerapkan skeptisme profesional

auditor tidak akan menemukan salah saji yang diakibatkan

kecurangan. Rendahnya tingkat skeptisme profesional dapat

menyebabkan kegagalan dalam mendeteksi kecurangan dalam

pelaksanaan audit.

Page 102: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B102

Hipotesis

Berdasarkan struktur penelitian diatas maka dapat

diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Hipotesis 1 : Kompetensi, Independensi dan Skeptisme

Professional Auditor secara simultan

berpengaruh positif terhadap Kualitas

Audit pada Auditor Pemerintah di

Kabupaten Aceh Utara.

Hipotesis 2 : Kompetensi, Independensi dan Skeptisme

Professional Auditor secara parsial

berpengaruh positif terhadap Kualitas

Audit pada Auditor Pemerintah di

Kabupaten Aceh Utara.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Disain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif analisis

melalui populasi target yang datanya dikumpulkan dengan

menggunakan kuesioner. Terkait hipotesis yang diajukan,

penelitian ini menggunakan olahan statistik untuk

menjelaskan hubungan antar variabel eksogen (Kompetensi

dan Skeptisme Profesional Auditor) serta pengaruhnya baik

secara parsial maupun secara simultan terhadap variabel

endogen (Kualitas Audit) guna memperoleh bukti empiris

dengan menggunakan model analisis regresi berganda

(multiple regression analysis).

Unit analisis penelitian ini adalah Kantor Inspektorat

Kabupaten Aceh Utara dengan respondennya adalah Auditor

Pemerintah yang bekerja di Inspektorat Kabupaten Aceh

Utara. Dilihat dari horizon waktu, penelitian ini bersifat cross-

sectional studies.

Operasionalisasi Variabel

Untuk memperjelas pengujian hipotesis yang

dikemukakan maka variabel-variabel yang diidentifikasi perlu

didefinisikan sehingga variabel tersebut dapat

dioperasionalisasikan. Tabel 1. berikut ini menjelaskan secara

rinci variabel, dimensi, indikator dan skala yang digunakan

dalam penelitian.

\Tabel : 1

Matriks Operasionalisasi Variabel

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR SKALA

Variabel Eksogen

Kompetensi (Variabel X1)

Pengetahuan

▪ Pengetahuan prinsip akutansi dan

standar audit.

▪ Pengetahuan tentang lembaga

pemerintah.

▪ Pengetahuan tentang lembaga

pemerintah.

▪ Pendidikan formal yang ditempuh.

▪ Pelatihan dan keahlian khusus.

▪ Keahlian khusus membantu proses

audit.

Ordinal

Pengalaman ▪ Jumlah lembaga/ kantor

pemerintah yang di audit.

▪ Jenis kantor pemerintah yang

pernah diaudit.

▪ Lama melakukan audit.

▪ Level atau jabatan dalam

mengaudit.

Ordinal

Independensi (Variabel X2)

Independensi in Fact

▪ Kepentingan keuangan.

▪ Jasa lain selain audit.

▪ Hubungan dalam penugasan

▪ Persaingan antar kantor

Ordinal

Independensi in Appearance

▪ Audit fee.

▪ Tekanan dalam peran

▪ Confarmity Pressure

▪ Audit Delay

Ordinal

Skeptisme Profesional

(Variabel X3)

Aspek Struktural

▪ Keahlian melaksanakan tugas

sesuai dengan bidang.

▪ Profesi atau tugas dengan

menetapkan standar baku untuk

Ordinal

Page 103: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B103

profesinya.

Aspek Sikap

▪ Sikap skeptisme.

▪ Profesional mampu membuat

keputusan.

▪ Profesional terhada profesinya.

Ordinal

Variabel Endogen

Kualitas Audit (Variabel Y)

Efektif

▪ Efektivitas dalam peloran

▪ Tercapai tujuan organisasi

▪ Tercapai target

▪ Kesesuaian dengan anggaran

▪ Kualitas rekan dan staff audit.

▪ Melaporkan semua temuan audit.

▪ Pemahaman terhadap SIA

Ordinal

Efesiensi

▪ Kesesuaian dengan waktu dan

biaya.

▪ Komitmen dalam menyelesaikan

audit.

▪ Pimpinan yang kooperatif

▪ Pengambila keputusan sesuai

dengan standar.

Ordinal

Variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian

ini terkait dengan sikap, pendapat dan persepsi maka tipe

skala yang digunakan adalah skala likert. Menurut Riduwan

(2008:20) skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang kejadian (sosial).

Populasi dan Sensus

Menurut Sekaran (2013:256) populasi adalah the

entire group of people, events, or things of interest that the

researcher wishis to investigate. Populasi dari penelitian ini

yang sekaligus sebagai unit analisis adalah Auditor

pemerintah yang bekerja di kantor Inspektorat Kabupaten

Aceh Utara yang berjumlah 21 orang. Penelitian ini akan

dilakukan dengan metode sensus.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua metode dalam

pengumpulan data yaitu, penelitian kepustakaan dan

penelitian lapangan. Metode penelitian kepustakaan dilakukan

untuk mengumpulkan data sekunder dengan cara membaca

dan menelaah hasil-hasil penelitian terdahulu dan literatur-

literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Sedangkan

metode penelitian lapangan dilakukan untuk mengumpulkan

data primer dengan menggunakan kuesioner dan interview.

Metode Pengujian Data

Keandalan (reliability) atau kesahihan (validity)

suatu penelitian sangat ditentukan oleh alat ukur yang

digunakan. Apabila alat ukur yang dipakai tidak valid dan atau

tidak dapat dipercaya, maka hasil penelitian yang dilakukan

tidak akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka kejujuran responden

dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner

merupakan hal yang penting. Untuk itu diperlukan dua macam

pengujian yaitu uji kesahihan (test of validity) dan uji

keandalan (test of reliability).

Nilai Cutt Off (nilai baku minimal) koefisien korelasi

(r) yaitu 0,3. yang artinya bahwa jika koefisien korelasi

spearman rho suatu data dalam sebuah pertanyaan kuesioner

sama atau lebih besar dari 0,3 maka data kuesioner tersebut

dinyatakan memenuhi syarat kriteria atau disebut valid.

Uji reliabilitas data penelitian ini menggunakan

metode (rumusan) koefisien Alpha Cronbach’s. koefisien

Alpha Cronbach’s merupakan koefisien reliabilitas yang

paling sering digunakan dengan alasan koefisien ini

menggambarkan varians dari item-item sekaligus untuk

mengevaluasi internal consistency, adapun ukuran yang

disarankan sebagai dasar secara keseluruhan pernyataan

dinyatakan andal (reliabel) adalah apabila koefisien reliabilitas

lebih besar dari 0.70.

Metode Analisis Data

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh kompetensi

dan skeptisme profesional auditor terhadap kualitas audit,

pengujian dilakukan teknik analisis regresi berganda (multiple

regression analysis). Alasan penggunaan analisis regresi

berganda dalam penelitian ini karena variabel independen

berjumlah lebih dari satu yaitu ada dua variabel.

Berdasarkan paradigma penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka model persamaan regresi

berganda untuk penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

.

Keterangan :

Y = Kualitas Audit

0 = Koefisien intercept (konstanta) nilai Y jika

yang lain adalah nol

1 = Koefisien regresi variabel X1

2 = Koefisien regresi variabel X2

X1 = Kompetensi auditor

X2 = Skeptisme profesional auditor

= Error term dari variabel-variabel lain

Dengan demikian, dalam penelitian ini asumsi model

regresi yang akan diuji adalah pengujian disturbance error

(normalitas), heteroskedastisitas dan multikolinieritas.

Y = 0 + 1X1 + 2X2 +

Page 104: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B104

Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis

statistik sebagai berikut :

➢ Hipotesis Pertama:

Ho1 : i = 0, (i = 1,2)

Kompetensi (X1), Independensi (X2) dan

Skeptisme Profesional (X3) secara bersama-

sama tidak berpengaruh positif terhadap

Kualitas Audit (Y).

HA1 : Sekurang-kurangnya ada satu i 0, (i = 1,2)

➢ Kompetensi (X1), Independensi (X2) dan

Skeptisme Profesional (X2) secara bersama-

sama berpengaruh positif terhadap Kualitas

Audit (Y).

➢ Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan Uji Statistik

F, dengan prosedur perhitungan sebagai berikut :

JK sisa = ( )2

− ˆY Y

JK total = ( )2

− Y Y

JK regresi = JK total - JK sisa

RJK = JK/db

F-hitung = RJK regresi / RJK sisa ….(*)

Keterangan: JK = Jumlah kuadrat, RJK = Rata-rata

jumlah kuadrat,

k = jumlah variabel bebas, n =

jumlah sampel dan

db = derajad bebas.

Selanjutnya untuk pengujian hipotesis digunakan alat

analisis varian, untuk lebih jelas dapat kita lihat melalui tabel

Analisis Varians (ANOVA) sebagai berikut :

Tabel : 2

Analisis Varians (ANOVA)

Sumber

Varians

Derajat

bebas

(db)

JK RJK Fhitung

Regresi K JK

regresi

RJK

regresi

(*)

Residu n –k –1 JK sisa RJK sisa

Total n –1 JK total RJK total

➢ Hasil perhitungan (Fhitung) kemudian dibandingkan dengan

nilai (Ftabel) dengan tingkat keyakinan 95% ( = 0,05)

dengan kriteria keputusan:

• Jika F hitung F tabel : H0 diterima atau H1 ditolak

• Jika F hitung > F tabel : H1 diterima atau H0 ditolak

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi menunjukkan besarnya pengaruh

variabel independen secara bersama-sama atau simultan

terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi diperoleh

dari tabel ANOVA dengan menggunakan rumus;

dimana JK= Jumlah Kuadrat

➢ Hipotesis Kedua :

Ho2 : i 0, (i = 1,2)

Kompetensi (X1) Independensi (X2) dan

Skeptisme Profesional (X2) secara parsial tidak

berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit

(Y).

HA2 : i > 0, (i = 1,2)

➢ Kompetensi (X1) Independensi (X2) dan

Skeptisme Profesional (X2) secara parsial

berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit

(Y).

➢ Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan Uji Statistik

t, yaitu dengan membandingkan t hitung dengan t tabel pada

tingkat keyakinan 95% ( = 0,05), dengan kriteria

keputusan:

• Jika t hitung t tabel : H02 diterima atau HA2 ditolak

• Jika t hitung > t tabel : HA2 diterima atau H02 ditolak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Responden

Responden dalam penelitian ini yaitu auditor

pemerintah yang bekerja sebagai pemeriksa laporan keuangan/

operasional Satker dan SKPK yang ada di kantor Inspektorat

Kabupaten Aceh Utara. Kuesioner yang disebarkan kepada

responden sebanyak 21 eksemplar dengan tingkat

pengembalian sebanyak 21 eksemplar atau 100 persen.

Berdasarkan data hasil pengolahan kuesioner, dapat di uraian

berikut ini:

Tabel : 3

Karakteristik Responden

No Jumlah Responden Frekuensi Persentase

1 Jenis kelamin

Laki-laki 09 43%

Perempuan 12 57%

Jumlah 21 100%

2

Latar Belakang

Pendidikan

Ekonomi

/akuntansi 11 52%

Hukum 2 9,5%

Teknik 2 9,5%

Sosial / Lainnya 6 29%

Jumlah 21 100%

3

Pendidikan

Terakhir

Diploma 2 9,5%

Strata 1 15 71,5%

regresi2

total

JKR

JK=

Page 105: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B105

Strata 2 4 19%

Jumlah 21 100%

4 Jabatan

Kepala Instansi/

Kantor 0 0%

Sekretaris/ Kabid/

Kabag 2 10%

Auditor/Jabatan

lain 19 90%

Jumlah 21 100%

5 Lama bekerja

01-05 tahun 0 0%

06-10 tahun 4 19%

11-15 tahun 9 43%

>16 tahun 8 38%

Jumlah 21 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa pegawai

yang bekerja di Inspektorat Kabupaten Aceh Utara dan

berstatus sebagai auditor pemerintah didominasi oleh laki-laki

dari pada perempuan, yaitu 09 laki-laki atau 43% dan 12

responden perempuan atau 57%.

. Dari latar belakang pendidikan responden

menunjukkan bahwa responden berlatar belakang pendidikan

ekonomi/ akuntansi sebanyak 11 responden atau 52%, hukum

2 orang atau 9,5%, teknik 2 orang atau 9,5% dan selebihnya

berlatar belakang pendidikan sosial dan lainnya 6 orang atau

29%, ini menunjukkan bahwa pegawai yang berhubungan

dengan pemeriksaan akuntansi sudah sesuai dengan tupoksi.

Data responden dari segi pendidikan terakhir

menunjukkan bahwa jumlah renponden yang berpendidikan

diploma ada sebanyak 2 orang atau 9,5%, berpendidikan

strata-1 ada 15 orang atau 71,5%, berpendidikan strata-2 ada 4

atau 19%, ini menunjukkan bahwa pegawai yang berprofesi

sebagai auditor sudah berkualifikasi pendidikan sarjana yang

dapat diandalkan untuk menunjang tanggung jawab yang

diberikan.

Sementara data responden dari posisi jabatan jenjang

auditor dapat dilihat bahwa Auditor senior berjumlah 9 orang

atau 43%, auditor madya berjumlah 5 orang atau 23% dan

auditor yunior berjumlah 7 orang atau 34%.

Hasil Uji Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini untuk

memperoleh data adalah kuesioner. Untuk mengetahui apakah

alat ukur (instrumen) yang digunakan berupa butir item

pernyataan kuesioner telah mengukur secara cermat dan tepat

apa yang diukur pada penelitian ini, data penelitian terlebih

dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan

dalam analisis data. Instrumen penelitian dikatakan baik jika

memenuhi ketiga persyaratan utama yaitu :1) valid atau sahih;

2) reliabel atau handal; 3) praktis, Cooper dan Schindler

(2006).

Hasil Pengujian Validitas

Uji validitas alat ukur penelitian dilakukan

mengunakan pendekatan statistika, yaitu melalui nilai

koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor total

variabel. Ukuran yang digunakan untuk menyatakan

pernyataan valid apabila nilai korelasi skor butir pernyataan

dengan skor total variabelnya > 0,30. Hasil pengujian validitas

untuk semua pertanyaan variabel X1, X2, dan Y adalah valid,

dimana nilai korelasi butir pertanyaan lebih besar 0,30.

Hasil Pengujian Reliabilitas

Setelah diperoleh butir item kuesioner yang valid,

ukuran lain yang harus dipenuhi suatu alat ukur adalah

memiliki tingkat keandalan atau reliabilitas yang baik (tinggi).

Suatu alat ukur dikatakan andal bila alat ukur tersebut

digunakan berulangkali akan memberikan hasil yang relatif

sama (tidak berbeda jauh). Pendekatan secara statistika yang

dapat digunakan untuk melihat andal tidaknya suatu alat ukur

adalah koefisien reliabilitas. Adapun ukuran yang disarankan

sebagai dasar secara keseluruhan pernyataan dinyatakan andal

(reliabel) adalah apabila koefisien reliabilitas lebih besar dari

0.70.

Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan metode

Cronbach's Alpha diperoleh hasil uji reliabilitas untuk data

penelitian yang digunakan sebagai berikut:

Tabel : 4

Hasil Pengujian Reliabilitas

No Variabel Koefisien

Reliabilitas Keterangan

1 Kompetensi (X1) 0,811 Reliabel

2 Independensi (X2) 0,773 Reliabel

3 Skeptisme Profesioanal

(X3)

0,755 Reliabel

4 Kualitas Audit (Y) 0,821 Reliabel

Sumber : Hasil Data Penelitian 2018

Dari tabel 4 diatas diperoleh kesimpulan bahwa alat

ukur yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat

keandalan yang baik (r > 0.70) sehingga dapat digunakan

dalam melakukan analisis guna menjawab permasalahan

penelitian.

Hasil Pengujian Hipotesis Statistik

Sebelum digunakan sebagai dasar kesimpulan,

persamaan regresi yang diperoleh dan telah memenuhi asumsi

regresi melalui pengujian di atas perlu di uji koefisien

regresinya baik secara keseluruhan (simultan) dan secara

individu (parsial) untuk melihat apakah model yang diperoleh

dan koefisien regresinya dapat dikatakan bermakna secara

statistik agar dapat diambil simpulan secara umum mengenai

pengaruh kompetensi dan skeptisme profesional auditor

terhadap kualitas audit.

Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F-Statistik)

Uji F-statistik pada dasarnya menunjukkan apakah

semua variabel independen yang dimasukan dalam model

secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen. Nilai F diturunkan dari

tabel ANOVA (analysis of variance).

Hasil perhitungan nilai F-hitung untuk model

regresi yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 106: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B106

Tabel 5 : Hasil Uji-F

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regressi

on

34873.40

9

3 11624.47

0

41.23

0

.000a

Residual 12180.20

7

51 238.828

Total 47053.61

6

54

a. Predictors: (Constant), (X3) Skeptisme Profesional,

(X2) Independensi

(X1) Kompetensi

b. Dependent Variable: (Y) Kualitas Audit.

Sumber : Hasil output SPSS 20.0

Dari hasil pengolahan data yang ditunjukkan pada

tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai F-hitung sebesar 41,230

dengan p-value sebesar 0,000. Oleh karena p-value (0,000)

lebih kecil dari nilai α yang telah ditetapkan (0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (Kompetensi,

Independensi dan Skeptisme Profesional) secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas (Kualitas

Audit) pada tingkat kepercayaan 95%.

Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t-Statistik)

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya suatu

pengaruh dari variabel-variabel bebas secara parsial atas suatu

variabel tidak bebas digunakan uji t-statistik. Pengujian

hpotesis secara parsial dilakukan dengan cara membandingkan

nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Nilai t-tabel untuk tingkat

kekeliruan 5% dan derajat bebas (db) = n-k-1= 21-2-1 = 18

adalah 1,4230.

Hasil perhitungan nilai t-hitung untuk masing-masing

variabel bebas dalam model regresi yang diteliti dan hasil

keputusan uji parsial disajikan pada tabel berikut :

Tabel 6 :

Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji-t)

Variabel t-

hitun

g

t-

tabel

P-

valu

e

(Sig

)

Keputus

an Uji

Keterang

an

X1

(Kompetens

i)

3,021

1,423

0

0,02

1

H0

ditolak

signifikan

pada α =

0,05

X2

(Independen

si)

3,017 1,423

0

0,01

4

H0

ditolak

signifikan

pada α =

0,05

X3

(Skeptisme

Profesional)

3,014 1,423

0

0,01

1

H0

ditolak

signifikan

pada α =

0,05

Keterangan : Jika thitung ≤ ttabel : H0 diterima atau Ha ditolak

Jika thitung > ttabel : Ha diterima atau H0 ditolak

Sumber : Data diolah

a. Pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit.

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai hitung untuk

variabel kompetensi (X1) sebesar 3,021 dengan p-value

sebesar 0,021. Oleh karena p-value (0,021) lebih kecil dari α

yang telah ditetapkan (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa

secara parsial kompetensi auditor berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas audit pada tingkat kepercayaan 95

%. Artinya bahwa hasil penelitian ini berhasil menolak H0.

b. Pengaruh independensi terhadap kualitas audit

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai hitung untuk

variabel independensi (X2) sebesar 3,017 dengan p-value

sebesar 0,014. Oleh karena p-value (0,014) lebih kecil dari α

yang telah ditetapkan (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa

secara parsial independensi auditor berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas audit pada tingkat kepercayaan 95

%. Artinya bahwa hasil penelitian ini berhasil menolak H0.

c. Pengaruh skeptisme profesional terhadap kualitas audit.

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai hitung untuk

variabel skeptisme profesional (X2) sebesar 3,014 dengan p-

value sebesar 0,011. Oleh karena p-value (0,011) lebih kecil

dari α yang telah ditetapkan (0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa secara parsial skeptisme profesional juga berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit pada tingkat kepercayaan 95

%. Artinya bahwa hasil penelitian ini berhasil menolak H0.

d. Model Persamaan Regresi

Untuk melihat pengaruh kompetensi (X1)

independensi (X3) dan skeptisme profesional (X2), terhadap

Kualitas Audit (Y), maka digunakan analisis regresi linier

berganda.

Perhitungan koefisien regresi dilakukan dengan

menggunakan software SPSS 20.0 untuk analisis regresi

berganda disajikan pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7 :

Hasil Perhitungan Koefisien Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardi

zed

Coefficie

nts

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 8,670 11.531

.620 .486

(X1) KA 1.530 .568 .582 3.284 .002

(X2) IA 1.512 .568 .582 3.284 .002

(X3) SPA 1.451 .680 .284 3.162 .015

a. Dependent Variable: (Y) Kualitas Audit

Sumber : Hasil output SPSS 20.0

Page 107: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B107

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 7 di atas,

diperoleh bentuk persamaan regresi linier berganda sebagai

berikut :

Y = 8,670+ 1,530 X1 + 1,512 X2 + 1,451 X3+ ε

Nilai koefisien regresi pada variabel-variabel

bebasnya menggambarkan apabila diperkirakan variabel

bebasnya naik sebesar satu satuan dan nilai variabel bebas

lainnya diperkirakan konstan atau sama dengan nol, maka

nilai variabel terikat diperkirakan bisa naik atau bisa turun

sesuai dengan tanda koefisien regresi variabel bebasnya.

Dari persamaan regresi linier berganda di atas

diperoleh nilai konstanta sebesar 8,670 berarti bahwa dengan

asumsi variabel kompetensi dan skeptisme profesional, maka

besarnya rata-rata indeks kualitas audit bernilai 8,670.

Koefisien regresi untuk variabel X1 positif,

menunjukkan adanya hubungan yang searah antara

kompetensi (X1) dengan kualitas audit (Y). Koefisien regresi

variabel X1 yang positif mengandung arti bahwa penerapan

kompetensi akan meningkatkan kualitas audit (Y).

Koefisien regresi untuk variabel X2 positif,

menunjukkan adanya hubungan yang searah antara

Independensi (X2) dengan kualitas audit (Y). Koefisien regresi

variabel X2 mengandung arti bahwa Independensi yang

dilakukan oleh auditor akan meningkatkan kualitas audit.

Koefisien regresi untuk variabel X3 positif,

menunjukkan adanya hubungan yang searah antara skeptisme

profesional (X3) dengan kualitas audit (Y). Koefisien regresi

variabel X2 mengandung arti bahwa skeptisme profesional

yang dilakukan oleh auditor akan meningkatkan kualitas audit.

Koefisien Determinan (R2)

Besarnya kompetensi dan skeptisme profesional

terhadap kualitas audit ditunjukkan oleh nilai koefisien

determinasi untuk model regresi yang diperoleh. Hasil

perhitungan koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel

8 berikut ini :

Tabel 8 : Hasil Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model

R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

dimension 1 ,886a ,785 ,626 15,45404

8

a. Predictors: (Constant), (X3) skeptisme profesional, (X2)

Independensi (X1) kompetensi.

b. Dependent Variable: (Y) kualitas audit

Sumber : Hasil output SPSS 20.0

Pada tabel di atas terlihat nilai koefisien determinasi

(R Square) sebesar 0,785, artinya 78,5 % kualitas audit dapat

dipengaruhi oleh kompetensi, independensi dan skeptisme

profesional auditor. Sedangkan sisanya sebesar (100% -

78,5%) = 21,5 % dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Pembahasan

Dari hasil penelitian diperoleh koefisien determinasi

(R-Square) sebesar 78.5%, sedangkan faktor lain yang belum

diteliti mempengaruhi penelitian ini adalah sebesar 21.5%. Ini

berarti bahwa variabel kompetensi auditor, independensi

auditor dan skeptisme profesional auditor secara simultan

berpengaruh terhadap kualitas audit. Sementara pengaruh

variabel lain yang tidak diteliti sebesar 21.5% seperti

pendidikan dan pengalaman kerja sebagai auditor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi,

independensi dan skeptisme profesional auditor berpengaruh

terhadap kualitas audit atas laporan keuangan yang dilakukan

oleh auditor pemerintah kabupaten Aceh Utara. Besarnya

koefisien determinasi kompetensi, independensi dan

skeptisme profesional menunjukkan bersarnya pengaruh

terhadap kualitas audit. Artinya semakin tinggi kompetensi

auditor, maka akan meningkatkan kualitas audit dan semakin

tinggi tinggi independensi auditor maka semakin tinggi

kualitas audit, begitu juga dengan semakin bagus sikap

skeptisme profesional diterapkan dan diimplementasikan

maka akan meningkatkan kualitas laporan hasil audit.

Hasil penelitian ini juga menggambarkan bahwa

dalam pelaksanaan audit oleh auditor pemerintah, auditor

harus selalu mengedepankan sikap profesionalismenya dan

berpedoman pada standar-standar pemeriksaan. Hal ini juga

akan menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan akan dapat

diandalkan dan dapat dipercaya oleh segenap stakeholder.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Agusti dkk

(2013) yang menyatakan bahwa Kompetensi, Independensi

dan Profesionalisme berpengaruh terhadap Kualitas Audit.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta

temuan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa

kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Secara simultan kompetensi, independensi dan skeptisme

profesional auditor berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh auditor

pemerintah di Kabupaten Aceh Utara.

2. Secara parsial kompetensi, independensi dan skeptisme

profesional auditor berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kualitas audit. Hal ini dapat diartikan bahwa

semakin kompeten dan profesional auditor maka akan

semakin baik kualitas laporan hasil audit.

Saran

1. Auditor pemerintah harus selalu meningkatkan sumber

daya manusia, baik melalui pendidikan formal maupun

pelatihan (training)

2. Bagi peneliti dan pihak lain yang tertarik melakukan

penelitian tentang kualitas audit, disarankan untuk dapat

menggali faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi

terhadap kualitas audit misalnya independensi,

pendidikan dan pengalaman auditor.

REFERENSI

[1] Agusti, Restu dan Pertiwi, Nastia Putri. 2013. Pengaruh

Kompetensi, Independensi Dan Profesionalisme Terhadap Kualitas

Audit (Studi Empiris Kantor Akuntan Publik SeSumatra). Vol 21. No.03.

[2] American Accounting Association’s Committee on Basic Auditing

Concepts. (2011). Auditing: Theory And Practice, edisi 9. [3] Arens, Alvin. A., Randal J. Elder, and Mark S. Beasley. (2013).

Auditing and assurance services: An Integrated approach (9th edition).

Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc. [4] Boyton, W.C., R.J.Johnson and W.G. Kell,. (2001). Modern Auditing

(7th edition). New York : John Wiley & Sons,Inc.

Page 108: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B108

[5] Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi

Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi

Dan Keuangan Vol 4 No 2 [6] Effendi, Muhammad Taufik, 2010. Pengaruh Kompetensi,

Independensi, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat

Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Kota Gorontalo), Tesis. Universitas Diponegoro.

[7] Kharismatuti, Norma, 2012, Pengaruh Kompetensi Dan

Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris Pada Internal Auditor

BPKP DKI Jakarta), Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,

Semarang. [8] Kusharyanti. 2013. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan

kemungkinan topik penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan

Manajemen (Desember). Hal.25-60 [9] Mulyadi. 2012. Auditing. PT. Salemba Empat. Jakarta.

[10] Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007, Tentang

Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota

[11] Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor.

01 Tahun 2007. Standar Pemeriksa Keuangan Negara (SPKN)

[12] Peraturan Men-PAN Nomor : PER/05/M.PAN/03/2008 Tanggal : 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawas Internal

Pemerintah.

[13] Restiyani, Resti, 2014, Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Penelitian Pada

Kantor Akuntan Publik Kota Bandung), Skripsi, Fakultas Ekonomi

Universitas Widyatama, Bandung. [14] SPAP SA 200. 2012. Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan

Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit. Ikatan Akuntan Publik

Indonesia. [15] Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara.

Page 109: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B109

Membangun Sistem Kendali Dana Desa Berbasis Komunitas Masyarakat

Dasmi Husin1, M. Jafar2, M. Suib3

1,2,3,Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. B.Aceh Medan Km.280 Buketrata 24301 Lhokseumawe [email protected],

[email protected]

Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem pendalian dana desa berbasis masyarakat desa. Selama ini Tuha Peut

(DPR-nya desa) kurang diberdayakan. Padahal fungsi Tuha Peut dapat melakukan pengendalian dana desa agar dana tersebut tidak

disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Tim pendamping desa dari Kemendes tidak berkewajiban melakukan

pengawasan penggunakaan dana desa di lapangan.Sementara aparatur desa dan tuha peut gampong (DPR desa) juga tidak sampai

cakupan pengendaliannya atas pekerjaan yang dialaksanakan oleh tim pelaksana kegiatan (TPK) bentukan aparatur desa. Studi

empiris penelitian ini dilakukan pada 6 desa dalam wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe. Metode penelitian menggunakan

metode deskriptif dengan merumuskan fungsi-fungsi terkait, dan pembentukan struktur pengendalian intern. Hasil penelitian

menunjukan ada dua variabel pemisah yang perlu dicermati yaitu variabel komitmen komunikasi dan variabel aktivitas

pengendalian. Kedua variabel ini diduga sangat mempengaruhi aksi pengamanan dana desa di lapangan. Sealain itu indikator

outcome, benefit, dan impact diyakini lebih terasa bagi masyarakat.

Kata kunci— Pengendalian, dana, desa, masyarakat

Abstract— This study aims to design village-based village fundraising systems. So far, Tuha Peut (the legislator of the village) has not

been empowered. Whereas the Tuha Peut function can control village funds so that the funds are not misused by unauthorized

parties. The village advisory team from the Ministry of Education is not obliged to supervise the use of village funds in the field.

While the village apparatus and the tuha peut gampong (village legislators) are also not up to the scope of control over the work

carried out by the activity implementing team formed by the village apparatus. The empirical study of this study was conducted in 6

villages in the Lhokseumawe City Government area. The research method uses descriptive method by formulating related functions,

and the formation of internal control structures. The results of the study show that there are two separation variables that need to be

observed, namely communication commitment variables and controlling activity variables. Both of these variables are thought to

strongly influence the actions of securing village funds in the field. It is believed that the outcome, benefit and impact indicators are

believed to be more pronounced for the community.

Keywords— Control, funds, village, community

I. PENDAHULUAN

Sejak tahun 2015 sanpai dengan 2018 pemerintah telah

mengucurkan dana desa ke seluruh desa di Indonesia.

Program ini memunculkan harapan baru bagi kemajuan

pembangunan di pedesaan. Disatu sisi implementasi Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 [13] tentang Desa sangat yang

penting, namun disisi lain selama tiga tahun implementasi

program telah berjalan pengelolaan dana desa masih

menimbulkan masalah. Masalahnya adalah rendahnya

kualitas sumber daya aparatur desa dan kurangnya

kepedulian masyarakat dalam mengendali dana desa.

Masyarakat dan aparatur desa sama-sama memiliki

keterbatasan pengetahuan akuntansi.

Dari hasil kajian regulasi pemerintah dan fenomena di

lapangan menunjukan bahwa struktur pengendalian intern

dana desa masih lemah. Sampai saat ini tidak ada pihak yang

ditunjuk secara khusus untuk mengawasi penggunaan dana di

desa. Baik dana yang bersumber dari pemerintah maupun

dana yang bersumber dari desa sendiri. Pengawasan yang

terbatas sangat beresiko terjadinya penyelewengan. Apabila

kondisi ini terus berlangsung, dipastikan akan

menyebabkan kerugian bagi negara. Kas negara terkuras

untuk kegiatan yang tidak produktif dan tidak efesien.

Banyak kasus penyalahgunaan dana desa disebabkan

karena tidak mengikuti prosedur akuntansi. Untuk

mengurangi resiko permasalahan keuangan, perlu dibentuk

sistem kendali di tingkat desa. Sistem tersebut perlu

melibatkan masyarakat desa. Masyarakat dapat dijadikan

tim kendali yang independent dan kuat. Kontrol kendali

dari masyarakat disamping sangat efektif dalam

mengendalikan alokasi dana desa, aktivitas

pengendaliannya juga berbiaya murah. Oleh karena itu

masyarakat perlu dibiasakan untuk terlibat dalam

monitoring dan evaluasi penggunaan keuangan dana desa.

Pada dasarnya pengelolaan dana desa perlu diketahui

bersama. Keterlibatan pengendalian dari pihak internal dan

eksternal sangat diperlukan. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 14 tahun 2008 tentang transparansi informasi publik

dijelaskan bahwa pemerintah harus memberikan informasi

kepada pihak-pihak (publik) yang membutuhkan.

Selanjutnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20

Tahun 2018 [11] tentang perubahan pengelolaan keuangan

desa juga menyebutkan bahwa keuangan desa dikelola

berdasarkan azas azas transparan, akuntabel, partisipatif

serta dilakukan dengan tertip dan disiplin anggaran.

Anggran Pendapatan dan Belanja Desa merupakan dasar

pengelolaan keuangan desa dalam masa satu tahun

anggaran. Untuk menjaga penyelenggaraan tata

pemerintahan desa yang bersih dan berwibawa, maka desa

harus memperhatikan prinsip akuntabilitas, transparansi,

dan partisipasi publik terhadap perencanaan dan

penggunaan anggaran tersebut.

Mekanisme pengusulan dan penggunaan dana desa harus

melalui proses yang panjang. Di tingkat desa mekanisme

tersebut dimulai dari musyawarah desa, menyusun

anggaran sampai pelakasanaan kegiatan. Agar

pengawasannya tetap terjaga perlu melibatkan publik.

Setidaknya melibatkan tuha peut gampong. Tuha peut

merupakan forum desa manifestasi dari perwakilan

masyarakat. Fungsinya berperan sebagai pengendali

aktivitas pemerintahan desa, merumuskan regulasi, dan

terlibat dalam penyusunan anggaran. Pengendalian

Page 110: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B110

bukanlah berarti menguasai, tetapi pengendalian merupakan

upaya mengarahkan lajunya pelaksanaan pembangunan

desa agar lebih berkualitas dan tepat sasaran.Tuha peut juga

dapat mereview pertanggungjawaban dana yang dilaporkan

oleh aparatur desa.

Sebenarnya fungsi tuha peut sangat berperan dalam sistem

kendali dana desa. Sayangnya eksistensi tuha peut sebagai

anggota parlemen ditingkat desa belum terlalu nampak.

Selama ini tidak ada perhatian khusus untuk penguatan tokoh

masyarakat itu. Jika kapabelitas dan aksesibilitas tuha peut

gampong terbatas, maka potensi penyelewengan dana desa

sangat terbuka. Mengelola kas negara memang harus

mengikuti prosedur keuangan yang ketat. Harapannya

perangkat tuha peut lah yang dapat dijadikan pilar pengendali

keuangan di tingkat desa.

Jalinan komunikasi yang baik antara tuha peut dan

aparatur desa akan menumbuhkan tingkat kepercayaan.

Harmonisasi dan sinergisitas pekerjaan kedua figur ini

merupakan kunci keberhasilan pembangunan desa. Oleh

karena itu diperlukan aturan-aturan tertulis agar satu sama

lain tidak saling menyerang. Di dalam pengelolaan dana desa

yang paling penting dipersiapkan adalah pembentukan

struktur pengendalian intern, sistem dan prosedur akuntansi,

flowchart, dan formulir-formulir kendali keuangan. Untuk

saat ini regulasi yang mengatur tata tertib pengelolaan

keuangan telah banyak diberikan kepada aparatur desa,

namun untuk pihak tuha peut gampong tidak ada sama sekali.

Selain berperan sebagai pengarah lajunya pemerintahan

desa, peran tuha peut sangat penting dalam mengidentifikasi

dan mencegah terjadinya kecurangan. Misalnya

mengingatkan aparatur desa agar selalu menggunakan dana

desa sesuai prosedur keuangan. Kemudian mencegah

aparatur desa atau tim pelaksana kegiatan (TPK) melakukan

kegiatan-kegiatan bersifat manipulatif. Berniat melakukan

kesalahan namun tidak mempertimbangkan konsekwensi

yang akan dihadapi.

Seperti diketahui bahwa pekerjaan yang terburu-buru dan

dikerjakan seadanya menjadikan mutu perkerjaan kurang

berkualitas. Kegiatan atau volume dan material bangunan

sering kali dikurangi sehingga mengurangi kualitas fisik

bangunan. Hampir setiap desa memunculkan permasalahan

yang sama. Seandainya fungsi dan peran tuha peut lebih kuat,

maka resiko kecurangan seperti itu akan tereduksi.

Fungsi dan peranan tuha peut masih lemah di Aceh.

Lembaga masyarakat desa ini sering tidak terlibat dalam

perumusan dan penanganan masalah keuangan gampong.

Kontrol kendali anggaran tidak dapat dijalankan karena

keterbatasan pengetahuannya. Padahal sejak penyusunan

rencana kegiatan, anggaran pendapatan dan belanja desa

(APBDes) sampai laporan pertanggungjawaban, perlu

mendapatkan persetujuan dari tuha peut. Ini membuktikan

bahwa sistem kendali keuangan belum memadai. Aktivitas

pengendalian tuha peut sangat terbatas karena tidak

tersedianya rumusan struktur pengendalian intern sehingga

aktivitas pengendaliannya lemah.

Penelitian ini merupakan penelitian baru dan sangat aktual

permasalahannya sejak dimulai program alokasi dana desa.

Hasil penelitiannya dapat memperkaya khazanah

pengetahuan publik untuk meningkatkan partisipasi dan

fungsi kendali masyarakat desa dalam menjaga efektivitas

pengelolaan dana desa. Saat ini masyarakat desa sangat

memerlukan rumusan atau panduan sistem dan prosedur

akuntansi untuk aktivitas pengendalian dana desa. Penelitian

ini membangun kesadaran dan kepedulian bersama

masyarakat untuk membantu pembangunan desa. Penelitian

ini memberikan kontribusi positif bagi pemerintah daerah dan

pemerintah desa dari upaya-upaya penyelewengan dana desa.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di dalam wilayah pemerintahan

kota Lhokseumawe. Jumlah keseluruhan desa dalam

wilayah Lhokseumawe sebanyak 64 desa. Sebanyak 6 desa

(10%) dipilih sebagai sampel penelitian. Sampel desa

dipilih secara simple random sampling. Enam desa tersebut

adalah: Desa Jambo Timu, Alue Lim, Mesjid Peunteut,

Tumpok Tengoh, Paya Peunteut, dan desa Meunasah

Mesjid.

• Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara

wawancara, dan observasi/supervisi :

• Melakukan konsultasi dan koordinasi dengan tuha peut

(Badan Permusyawaratan Desa)

• Melakukan kajian atas peraturan pemerintah

menyangkut penyelenggaraan pemerintahan desa dan

pengelolaan dana desa.

Analisis data penelitian ini menggunakan metode

deskriptif. Peneliti merumuskan struktur pengendalian

intern penggunaan dana desa yang digunakan oleh tuha

peut gampong dalam mengendalikan dana desa

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan pembangunan yang bersumber dari Alokasi

Dana Gampong (ADG) sering menimbulkan gejolak,

terutama di dalam komunitas masyarakat desa. Riak

masalah memunculkan embrio kecurigaan dan permusuhan

yang siap meluap kapan saja. Hal ini disebabkan karena

tidak cukup transparannya aparatur desa. Kendala

pencatatan dan pelaporan keuangan, kurang harmonisnya

hubungan aparatur desa dengan Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) sebagai forum desa. Peliknya berbagai masalah

memunculkan solusi lain dengan mengikutsertakan aparatur

hukum terlibat dalam pengawalan pengelolaan dana desa.

Dana desa diibaratkan sebagai manisan yang dikerumuti

semut. Semua pihak berusaha untuk mencicipinya. Entah

secara santun atau secara liar, namun tendensi tersebut

lambat laun mulai berkurang. Perbaikan-perbaikan

pengendalian terus dilakukan oleh pemerintah.

Akuntabilitas dan transparansi perlahan mulai terlihat

dalam pengelolaan dana desa. Saat ini setiap desa harus

mempertanggungjawabkan penggunaan dana tidak hanya

kepada publik, tetapi juga kepada inspektorat daerah.

Bahkan pencairan dana desa baru dapat disalurkan apabila

telah mendapat rekomendasi dari institusi tersebut.

Keharusan seperti ini dinilai sangat positif meskipun

peluang praktik kecurangan masih tetap terbuka.

A. Pentingnya Pengendaalian Internal

Apabila proses pengendalian dana desa lemah, maka

dikuatirkan akan terjadi tindak kecuanrangan yang masif.

Jika dilihat dari klasifikasi pelanggaran, maka pelanggaran

yang paling sering dilakukan oleh aparatur desa adalah

pelanggaran administrasi dan pelanggaran pidana. Banyak

desa melanggar ketentuan administrasi, misalnya aparatur

desa mendanai kegiatan yang sudah dilarang secara tertulis

oleh pemerintah. Selain itu, aparatur dengan beraninya

mendanai kegiatan di luar yang tercantum dalam Anggaran

Page 111: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B111

Pendapatan Belanja Desa (APBDes) atau kegiatan-kegiatan

yang tidak sesuai dengan rencana strategis (renstra) desa.

Selain itu juga berkaitan dengan pelanggaran pidana.

Msalnya mengurangi volume pekerjaan, menggantikan

spesifikasi material, kegiatan fiktif, pungutan liar (pungli),

dan penyelewengan dana. Penyebabnya adalah faktor

integritas dan lemahnya pengawasan. Bisa jadi pelanggaran

ini dikarenakan ketidaktahuan aparatur desa terhadap regulasi

yang ada. Bisa juga disebabkan karena unsur kesengajaan.

Lemahnya sistem dan prosedur keuangan, menimbulkan niat

jahat untuk melakukan kecurangan (fraud).

Baik dana yang bersumber dari pemerintah maupun dana

yang bersumber dari desa perlu pengawasan yang ketat.

Pengawasan yang terbatas sangat berisiko terjadinya

penyelewengan. Apabila kondisi ini terus berlangsung,

dipastikan akan menyebabkan kerugian negara. Kas negara

terkuras untuk kegiatan yang tidak produktif dan tidak

efesien. Oleh karena itu, dana desa yang melimpah sudah

seharusnya dibentuk lingkungan pengendalian yang efektif.

Sebenarnya tanggung jawab penggunaan dana desa

sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran (PA) yakni

kepala desa. Artinya, kepala desa bertanggungjawab penuh

terhadap penggunaan dana desa. Untuk menjalankan program

pembangunan desa, Kepala desa membentuk Tim Pelaksana

Kegiatan (TPK) sekretaris, dan bendahara desa. Tim

pelaksana kegiatan merupakan pihak yang mengeksekusi

semua kegiatan pembangunan desa terutama kegiatan yang

berkaitan dengan belanja modal (fisik). Pelaksanaan ini

tentunya harus sesuai dengan mata anggaran yang telah

tercantum dalam anggaran pendapatan dan belanja desa

(APBDes).

Dalam realitasnya pekerjaan ini sangat berkaitan dengan

kepala desa dan bendahara desa. Pencairan dana dilakukan

secara bertahap. Sesuai dengan ketentuan, ketua TPK harus

mempertanggungjawakan terlebih dahulu penggunaan dana

tahap pertama untuk dapat mengamprah kembali dana tahap

kedua. Pada titik ini perlu dicermati peran ganda bendahara

desa. Oleh karena keterbatasan waktu, keterbatasan

kemampuan, ataupun alasan lain, TPK dapat saja

menyerahkan tugas admnisitrasi dan pertanggungjawabannya

kepada bendahara. Tugas penyiapan dokumen, administrasi

dan pelaporan dari TPK ditangani sendiri oleh bendahara

desa. Secara konseptual akuntansi apabila yang menerima,

membayar, dan yang mencatat dilakukan oleh satu pihak,

maka cara seperti ini sangat potensi terjadinya tindakan

kecurangan. Sistem akuntansi yang lemah menyebabkan

prosedur pengendalian juga lemah.

Jadi permasalahannya terindentifikasi pada saat

pengusulan dan pertanggungjawaban dana desa. Pada tahap

ini memunculkan pertanyaan: Apakah pertanggungjawaban

yang dilakukan oleh pihak pelaksana telah memenuhi

prinsip-prinsip akuntansi? Apakah bukti-bukti pengeluaran

yang diajukan diyakini mengandung informasi yang valid

dan realibel? Selanjutnya, Apakah kegiatan di lapangan telah

terverifikasi antara bukti-bukti akuntansi dengan bukti

material / fisik yang ril di lapangan?. Apakah ada dibentuk

tim pengadaan untuk melakukan studi harga pasar yang

pantas atas pembelian sejumlah material-material yang

diperlukan? Ideal jawabannya adalah ya/ada.

Aparatur desa lebih fokus pada penyelenggaraan

pemerintahan desa, administrasi keuangan, dan

pertanggungjawaban dana. Sedangkan untuk pekerjaan fisik

desa tidak boleh dilakukannya sendiri karena

pelaksanaannya memang harus diserahkan kepada TPK

desa dibawah kendali Kepala urusan pembangunan desa.

Kewenangan TPK seakan lebih luas dari kewenangan

apartur desa. Melihat kendala kepala desa, mestinya fungsi

tuha peut lebih berperan melakukan monitoring lapangan.

Kenyataannya DPR desa (tuha peut) tersebut juga tidak

memiliki kapasistas atau akses lebih luas untuk melakukan

pengawasan terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh

TPK. Dua subjek ini memiliki keterbatasan ruang dalam

menjaga kualitas pekerjaan pisik di lapangan. Padahal

kedua pihak ini memiliki tanggung jawab penuh atas

kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh TPK.

Ruang ini membuat jarak pemisah (gap) antara aparatur

desa dengan tuha peut dalam hal pengawasan dan

pengendalian. Keduanya tidak cukup kuat untuk menyentuh

area pekerjaan milik TPK. Meskipun hal itu sangat

memungkinkan dilakukan. Jika pengelolaan dana desa

sudah memadai, aparatur desa pun telah bekerja maksimal,

namun kualitas hasil pekerjaan fisik di lapangan tidak

terkendali tentu akan menyebabkan outcome dan impact

anggaran menjadi negatif. Hasilnya warga desa kurang

merasakan kebermanfaatan dari pembangunan infrasturktur

yang dibangun. Apakah dana desa tersebut betul-betul

berpengaruh signifikan bagi kelancaran dan kesejahteraan

warga atau malah menjadi biang masalah yang

memunculkan tudingan - tudingan dan keributan baru.

Dari kajian permasalahan diatas, jelas timbul gab

pengendalian yang luas antara aparatur desa dengan TPK.

Ketika TPK dalam menggunakan belanja modal, fungsi

pengendalian aparatur desa terbatas atau tidak cukup

sampai pada hal-hal teknis operasional TPK. Misalnya

apakah ketebalan jalan rabat beton, talud, atau campuran

semen dengan pasir koral telah sesuai dengan RAB. Banyak

kegiatan infrastruktur dikerjakan bersama antara

masyarakat desa. Lemahnya pengetahuan sipil dan

pengawasan teknis dilapangan menjadikan kualitas

pekerjaan pisik rendah. Ironisnya tidak ada upaya untuk

menutupi kendala tersebut. Dana yang dikucurkan terkesan

kurang efektif terhadap kualitas output yang dihasilkan.

Untuk mengoptimalisasi penggunaan dana desa sangat

diperlukan variabel aktivitas pengendalian dalam area gap

ini. Harus ada pihak lain yang ikut menjaga dan menjamin

terlaksana fungsi struktur pengendalian intern pengelolaan

dana di desa.

Sejatinya membangun desa baik dari sisi pisik maupun

sosial ekonomi dan budaya dikerjakan bersama antara

elemen masyarakat. Disana ada pihak badan perwakilan

masyarakat desa dan aparatur desa. Tidak terkecuali TPK,

pemuda, dan tokoh-tokoh masyarakat. Untuk mewujudkan

sinergisitas perlu dibentuk saluran komunikasi yang verbal.

Disini diperlukan komitmen komunikasi antar aparatur desa

dan legislator desa (tuha peut) untuk mewujudkan prinsip

akuntabilitas, transparansi, dan keterlibatan publik dalam

setiap penggunaan dan pertanggungjawaban dana desa.

Selama ini variabel komitmen komunikasi belum berjalan

maksimal. Hasilnya pengawasan dana desa pun berjalan

secara farsial. Faktor / variabel komitmen komunikasi

selalu ditemukan dalam penelitian ini. Pihak-pihak di desa

satu sama lain saling melepaskan perannya dalam upaya

penyelamatan dana desa. Celah inilah yang menjadi

penyebab utama terjadinya peluang praktik kecurangan.

Jika apartur desa dan tuha peut menemui masalah yang

menimbulkan keragu-raguan hukum, sudah sepatutnya dua

Page 112: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B112

pihak tersebut meminta pendapat hukum dari kejaksaan atau

mengajukan permohonan untuk mendapatkan pendampingan

hukum secara berkelanjutan agar permasalahan desa teratasi

kemudian kembali fokus untuk membangun desa. Aparat

hukum tersebut senantiasa melakukan pengawalan atas

implementasi dana desa agar tetap sesuai prosedur atau

aturan hukum yang berlaku.

B. Optimalisasi Pengendalian dari Tuha Peut

Dana desa tidak hanya digunakan untuk belanja modal

yang membiayai segala keperluan infrstruktur desa. Dalam

jumlah yang besar lainnya dana desa juga digunakan untuk

belanja rutin dan belanja barang dan jasa desa. Aparatur desa

memerlukan dana untuk keperluan belanja barang habis

pakai, transportasi, gaji, honorarium, panggandaan dan

pelaporan, dan sebagainya. Penggunaan dana ini juga perlu

dilakukan pengendalian melekat.

Pada dasarnya masyarakat dapat dijadikan tim kendali

keuangan yang independen dan kuat. Kontrol kendali dari

masyarakat, di samping sangat efektif dalam mengendalikan

alokasi dana desa, aktivitas pengendaliannya juga berbiaya

murah. Oleh karena itu masyarakat perlu diberdayakan

dengan memberi pengetahuan teknis monitoring dan evaluasi

[12].

Dalam hal ini solusinya adalah memberdayakan peran tuha

peut gampong. Tuha peut gampong merupakan DPR-nya

desa. Tim ini merupakan perwakilan masyarakat yang

berfungsi sebagai penyusun anggaran, merumuskan qanun

desa, dan melakukan fungsi pengawasan. Agar masyarakat

dapat melakukan monitoring dan evaluasi keuangan desa

untuk mengurangi praktik kecurangan, maka fungsi tuha peut

ini perlu diberdayakan.

Tuha peut gampong atau Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) berperan sebagai lembaga yang mengawasai proses

setiap kegiatan pemerintahan desa mulai dari tahap

sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan

pelestarian aset hasil kegiatan desa dan melegalisasikan

peraturan desa yang berkaitan dengan proses kegiatan alokasi

dana desa. Tugas dan tanggung jawab BPD adalah:

• Berkomunikasi dan bekerja sama untuk mencapai

sinergi pekerjaan guna mendukung kegiatan

pemerintahan desa.

• Mendorong peran aktif masyarakat dalam

mendukung pemerintah desa melalui partisipasi.

• Memberikan pengawasan langsung maupun tidak

langsung pada pelaksanaan pemerintahan desa.

• Mengusulkan, membahas dan menyetujui rancangan

peraturan desa (Aceh: Qanun gampong/reusam)

yang mendukung pembangunan partisipatif.

• Mengusulkan pembentukan tim pemantau dari

warga masyarakat yang secara sukarela

menjalankan fungsi pemantauan terhadap

pelaksanaan kegiatan program alokasi dana desa.

Tim Pemantau dikelompokan menjadi 2 yaitu tim

pemantau pelaksanaan kegiatan dan Tim Pemantau

dana bergulir.

Meskipun sudah jelas tugas dan tanggung jawab BPD,

namun selama ini peran tuha peut itu sering termarginalkan.

Fungsi monitoring dan evaluasi dari tuha peut dalam

kegiatan desa sangat diperlukan. Jika kapabilitas dan

aksesibilitas tuha peut gampong terbatas, maka sistem

kendali dana desa berbasis komunitas sulit dilakukan.

C. Membangun Pengendalian Dana Desa

Tuha peut gampong merupakan “DPR-nya” desa. Tim ini

merupakan perwakilan masyarakat yang berfungsi sebagai

penyusun anggaran, merumuskan peraturan (qanun) desa,

dan melakukan fungsi pengawasan. Agar masyarakat dapat

melakukan monitoring dan evaluasi keuangan desa untuk

mengurangi praktik kecurangan, maka fungsi tuha peut ini

perlu diberdayakan.

Tuha peut gampong atau Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) berperan sebagai lembaga yang mengawasai proses

setiap kegiatan pemerintahan desa mulai dari tahap

sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan

pelestarian aset hasil kegiatan desa dan melegalisasikan

peraturan desa yang berkaitan dengan proses kegiatan

alokasi dana desa. Pengendalian dana desa berbasis

masyarakat ujung tombaknya adalah Tuha Peut atau forum

Desa. Hal ini dikarenakan tuha peut memiliki kewenangan

dalam melakukan fungsi kontrol selain fungsi legislasi dan

fungsi anggaran. Oleh karena itu perlu dirancang formulir

pengendalian untuk membantu tuha peut gampong dalam

melakukan aktivitas pengendalian di lapangan.

Terdapat dua model perancangan pengendalian yakni

perancangan untuk persiapan awal dan perancangan untuk

penjaminan kualitas bangunan fisik. Perancangan untuk

persiapan awal lebih bersifat administratif. Perancangan ini

mencakup uraian tugas tuha peut, pekerjaan persiapan,

teknis pengawasan lapangan, konsultasi, dan pelaporan.

Operasionalisasi legislator desa dalam menjalankan fungsi

pengawasan perlu membuat uraian kegiatan secara terinci

yang sesuai dengan setiap bagian pekerjaan pengawasan

pelaksanaan yang dihadapi di lapangan

IV. KESIMPULAN

Mengelola kas negara memang harus memenuhi prosedur

keuangan yang ketat. Selain peran masyarakat, perangkat

tuha peut-lah yang dapat membantu pilar pengendali

keuangan di desa. Jika diberdayakan tim ini dapat berperan

sebagai pengarah lajunya pemerintahan desa, peran tuha

peut juga sangat penting dalam mengidentifikasi dan

mencegah terjadinya kecurangan. Misalnya mengingatkan

aparatur desa agar menggunakan dana desa sesuai prosedur

keuangan. Menyarankan aparatur desa atau tim pelaksana

kegiatan (TPK) desa agar menghindari melakukan kegiatan-

kegiatan bersifat manipulatif.

Dana desa yang melimpah sangat memungkinkan

dialokasikan lebih untuk pembiayaan pekerjaan tuha peut.

Harapannya agar tugas dan tanggung jawab DPR desa

tersebut lebih maksimal. Variabel aktivitas pengendalian

dan komitmen komunikasi menjadi hal penting dalam

penelitian ini. Jika sudah jelas tugas pokok dan fungsinya,

tim tuha peut dapat bersinergi dengan aparatur desa.

Ada baiknya pemerintah memberdayakan peran tuha peut

gampong. Ajari tokoh-tokoh masyarakat itu dengan ilmu

pengauditan dana desa dan pengetahuan teknik sipil.

Sediakan pula saluran informasi untuk menampung saran

dan keluhan warga. Kuatkan mereka dengan pengetahuan

sistem dan prosedur akuntansi, cara menilai kinerja

keterserapan anggaran, dan mekanisme pertanggungjawaban

dana desa yang benar.

Page 113: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B113

REFERENSI

[1] Augustinus P. G. Bramantio Liwun, 2013. Implementation of the

Village Fund Allocation Program in the administration of government

in the village of Ile Ape Subdistrict Muruona the district of East Nusa Tenggara Province. Institute of Public Administration. Journal of

Regional Finance. www.academia.edu5218236 / Jurnal_Keuanga_Daerah.

[2] Bukit Buchori Siagian, Maryunani Maryunani, Rahmad Krishna Sakti, Dwi Budi Santoso, 2016. Efficiency and Effectiveness Analysis

of Village Financial Management (VFM) (Case Study Asahan

Regency). International Journal of Sosial and local Economic Governance Vol 2, No 2 (2016) pages 136-151. e-ISSN : 2477 –

1929 http://ijleg.ub.ac.id

[3] Dasmi Husin, 2016. Flexibility of Budget Accountability Using Modification of flow in the Design of Village Financial

Accounting. Asia Pacific Fraud Journal. Volume 1. No. 1 st Edition

(January-June 2016). ISSN: 2502-8731; E-ISSN: 2502-695X Page:

19-35.

http://www.apfjournal.or.id

[4] Dasmi Husin, 2015. Simplifying Financial Accounting for Villages

Fund Control-Lessons from Villages in Aceh. Proceding. Pages 221 –

228. Annual International Conference CheSA 8th, September 9-11,

2015. ISSN 2089-208X. Banda Aceh : Syiah Kuala University. [5] Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat, 2017.

Panduan Pelaksanaan Penelitian & Pengabdian Kepada

Masyarakat Di Perguruan Tinggi. Edisi XI. Jakarta: Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti

[6] Dwi Ratmono dan Mahfud Sholihin, 2015. Akuntansi Keuangan

Daerah Berbasis Akrual. Jogjakarta: UPP STIM YKPN. [7] Misbahul Anwar, Bammbang Jatmiko, 2014. Kontribusi dan Peran

Pengelolaan Keuangan Desa untuk Mewujudkan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa yang Transparan dan Akuntabel (Survey pada perangkat desa di Kecamatan Ngaklik, Sleman,

Yogyakarta). Jurnal Ilmiah. Halaman 387-409. Universitas

Muhammadyah Yogyakarta. [8] Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Struktur

Pengendalian Intern Pemerintahan.

[9] Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 106/PMK.02/2016 tentang Standar Biaya Keluaran Tahun 2017.

[10] Peraturan Menteri Desa Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan

Perioritas Penggunaan Dana Desa [11] Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang

Perubahan Pengelolaan Keuangan Desa.

[12] Dasmi Husin, 2017. Kendali Dana Desa. Opini Harian Serambi

Indonesia. Edisi Rabu 9 Agustus 2017.

http://aceh.tribunnews.com/2017/08/09/kendali-dana-desa

[13] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014. Tentang

Desa.

[14] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006

tentang

Pemerintahan Aceh. [15] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008

tentang

Transparansi Informasi Publik

Page 114: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B114

Administrasi Kepelabuhanan Pada Pelabuhana Khusus Pt Pertamina Trans Kontinental

Cabang Arun Lhokseumawe

Muhammad Risky1, Halimatus Sa’diyah2, Faisal3*

1,3Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jln. Medan-B. Aceh Km.280 Buketrata 24301 INDONESIA [email protected]

[email protected]

3 [email protected]

Abstrak— Administrasi kepalabuhanan ini yaitu untuk mempermudah dan mempersingkat proses pengurusan berkas dan dokumen

yang diperlukan pada saat kedatangan kapal dan keberangkatan kapal, sehingga lebih efektif dan efesien. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui proses administrasi kedatangan kapal yaitu menerima kedatangan kapal dan keberangkatan kapal, Loading

Order, mempersiapkan dokumen, mempersiapkan sarana bantu, dan memonitor yaitu Menerima kelengkapan data-data,

Pengurusan Cargo Dokumen ke Bea Cukai, Menyerahkan copy Certifikat of Original (COO), Jenis penelitian yang digunakan yaitu

metode penelitian deksriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa dalam pelaksanaan Administrasi Kepalabuhan pada PT Pertamina Trans Kontinental Cabang-Arun

Lhokseumawe sudah efektif.

Kata kunci— Administrasi, Kepelabuhanan

Abstract— The administration of this customs is to facilitate and shorten the process of handling the documents and documents

required at the time of the arrival of the ship and need the ship, so that it is more effective and efficient. The purpose of this research

is to know the administration process of ship arrival and receiving ship departing, Loading Orders, preparing documents, preparing

supporting facilities, and encouraging the receipt of completeness of data, Handling of Cargo Documents to Customs, Submitting a

copy of Certificate of Original (COO) ), The type of research used is qualitative research methods and data collection techniques

through observation and interviews. The results of this study indicate that in the implementation of the Administration of the Port at

PT Pertamina Trans Continental Branch-Arun Lhokseumawe has been effective.

Keywords— Administration, Ports

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan

perairan yang merupakan tempat kegiatan pemerintah dan

ekonomi yang sekaligus sebagai tempat kapal-kapal yang

berlabuh, bersandar, membongkar, dan memuat barang,

menurunkan dan menaikan penumpang dan sebagainya.

Pelabuhan mempunyai peranan vital untuk menunjang

kelancaran sektor ekonomi dan pembangunan. Sebagai unsur

penunjang kegiatan pelabuhan sangat menentukan kelancaran

angkutan laut. Kegiatan pelabuhan dilaksanakan dengan tata

kerja kepelabuhanan yang dikukung oleh berbagai kegiatan

yang diperlukan baik oleh intansi pemerintah maupun swasta.

Setiap terjadinya aktivitas di pelabuhan akan timbul sistem

administrasi didalam pengurusannya.

Pada dasarnya semua pelabuhan, baik umum maupun

pelabuhan khusus, dikuasai, dikelola, dan diusahakan oleh

pemerintah di bawah pengawasan Direktorat Jenderal

Perhubungan Laut Departermen Perhubungan. Didalam

pengelolaan pelabuhan khusus pihak pertamina mempunyai

hak dan kewajiban yang diberikan oleh pemerintah dalam

mengatur administrasi perkapalan bagi kapal-kapal yang

masuk maupun yang keluar dari pelabuhan khusus PT

Pertamina Trans Kontinental.

Pelabuhan PT Pertamina Trans Kontinental dapat

dikategorikan sebagai pelabuhan khusus. Pelabuhan Khusus

(PELSUS) merupakan pelabuhan yang penggunaannya khusus

untuk kegiatan sektor perindustrian, pertambangan, atau

pertanian untuk kepentingan sendiri. Penggunaan dan

pengoperasiannya di lakukan oleh instansi yang bersangkutan

untuk kegiatan bongkar muat bahan baku dan hasil produksi.

Mengenai pembangunannya telah mendapat persetujuan dari

Departemen Perhubungan.

Setiap seorang yang bertugas sebagai administarsi

pelabuhan yang ditetapkan berdasarkan kepada Kementrian

Perhubungan No.KM.89/OT.002/Ph-85 yang merupakan

penanggung jawab dan pimpinan umum di pelabuhan.

Administrasi mempunyai tugas untuk mengendalikan tugas

pelayanan didalam daerah lingkungan kerja pelabuhan untuk

memperlancar angkutan laut. Administrasi pelabuhan

mempunyai fungsi untuk menyusun rencana kerja operasional

kegiatan pelayanan ke pelabuhanan bersama-sama dengan

Instansi Pemerintah. Juga melaksanakan pemilikan

kebandaran, keselamatan kapal, pengukuran dan pendaftaran

kapal, serta kegiatan jasa maritim. Melaksanakan

pengamanan dan penerbitan di daerah lingkungan kerja

pelabuhan Bandar, perairan laut dan pantai serta memberikan

bantuan SAR (Search and rescue). Selain fungsinya diatas

administrasi pelabuhanan juga melakukan urusan tata usaha

dan rumah tangga kantor administrasi pelabuhan.

Masing-masing badan administrasi mempunyai relasi dan

saling bantu-membantu, kalau tidak badan administrasi

tersebut tidak akan berjalan untuk waktu yang lebih lama.

Jadi didalam kegiatan administrasi perkapalan Khususnya

pada PT Pertamina Trans Kontinental terdapat Kapal-kapal

LNG, PT Pertamina Trans Kontinental telah menjalin

kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti pihak Instansi

Perdagangan, pihak Imgrasi, pihak Bea Cukai, pihak

Syahbandar, pihak Kesehatan Pelabuhan (Karantina) dan

Pihak Perum Pelabuhan. Kesemua pihak-pihak tersebut

mempunyai tugas masing-masing dalam pengurusan

administrasi perkapalan.

Secara umum kegiatan administrasi yang terjadi di

pelabuhan khusus PT Pertamina Trans Kontinental yaitu di

Page 115: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B115

awali ketika ada kapal yang mau bersandar dan kapal yang

ingin berangkat. Pihak kapal memberitahukan terlebih dahulu

kepada Bagian Agency Cargo Document yang berada di

Marine Section dengan mengirimkan surat pemberitahuan

jadwal akan bersandar maupun yang ingin berangkat melalui

telepon dan email, pihak marine akan mengurus semua

dokumen-dokumen yang di perlukan oleh pihak kapal. Dan

dilanjutkan kepada Instansi Perdagangan untuk di proses,

kemudian dokumen tersebut di teruskan kepihak imgrasi,

pihak Bea Cukai, pihak Syahbandar, pihak Kesehatan

Pelabuhan dan pihak Perusahan umum Pelabuhan untuk

diproses.

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk

menganalisa dan membahas masalah Administrasi Perkapalan

dalam bentuk TGA dengan mengangat judul “ Administrasi

Kepelabuhanan Pada Pelabuhan Khusus PT Pertamina

Trans Kontinental Arun Lhokseumawe ”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang diatas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Administrasi Kepelabuhanan di pelabuhan

Khusus PT pertamina Trans Kontinental.

2 Apa saja hambatan yang dihadapi dalam Penerapan

Administrasi Kepelabuhanan pada Pelabuhan Khusus PT

Pertamina Trans Kontinental

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Identifikasi Masalah yang telah dikemukakan

diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Administrasi Pelabuhanan di

pelabuhan Khusus.

2. Untuk dapat mengetahui Hambatan-hambatan yang

dihadapi dalam penerapan administrasi kepelabuhanan

pada Pelabuhan Khusus PT Pertamina Trans Kontinental.

D. Manfaat Penelitian

E. Penelitian

Penulisan ini bersifat deskriptif, yaitu menguraikan data-

data yang di peroleh di lapangan sehingga menggambarkan

permasalahan yang dibahas, adapaun teknik pengumpulan

data dilakukan dengan dua cara yaitu, Telaah Kepustakaan

dan Penelitian Lapangan.

1. Telaah Kepustakaan (Library Review)

Telaah kepustakaan merupakan pengumpulan data

melalui pemanfaatan sumber bacaan untuk memperoleh

pernyataan para ahli dan kemudian merumuskan suatu

pendapat baru untuk memperkuat uraian yang dibahas.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan merupakan penelitian yang

dilakukan secara langsung untuk mendapatkan data dan

keterangan dilapangan, dilakukan untuk mendapatkan

data primer. Pada penelitian ini, Penulis menggunakan 2

(dua) cara pengumpulan data yaitu:

a. Pengamatan (Observation) yaitu mengadakan

pengamatan fisik dan meninjau kegiatan

Perusahaan secara langsung untuk memperoleh

gambaran nyata yang berhubungan dengan

permasalahn yang diteliti.

b. Wawancara (Interview) yaitu mengadakan tanya

jawab secara langsung kepada pihak yang

berwewengan yang mengetahui tentang objek

permasalahan yang dibahas oleh Penulis guna

memperoleh informasi yang lebih jelas dan akurat.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang Latar Belakang Penelitian,

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan,

serta Lokasi dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini merupakan penguraian dan tinjauan teoritis

mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan Penulis

bahas yaitu Pengertian PHK, Jenis-jenis PHK, Alasan-

Alasan dilakukannya PHK, Dampak-dampak

dilakukannya PHK, Proses PHK, kewajiban dan hak-hak

setelah dilakukan PHK, Pengertian Sumber Daya

Manusia (Karyawan/Pekerja), Pengertian Karyawan

PKWT dan PKWTT.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang Pembahasan yang terdiri dari

Gambaran Umum PT Pupuk Iskandar Muda, Krueng

Geukuh, Aceh Utara, yang terdiri dari Sejarah Singkat,

Struktur Organisasi, Aktivitas Kantor, dan sub berikutnya

akan membahas judul dari Tugas Akhir ini, yaitu Proses

Pemutusan Hubungan Kerja Karyawan PT Pupuk

Iskandar Muda Krueng Geukuh, Aceh Utara, serta

Hambatan-hambatan yang Terjadi dalam Proses

Pemutusan Hubungan Kerja Karyawan PT Pupuk

Iskandar Muda Krueng Geukuh, Aceh Utara.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bagian penutup dari Tugas Akhir

yang berisikan Kesimpulan dan saran.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil objek pada PT Pupuk Iskandar

Muda yang berlokasi di Jalan Medan – Banda Aceh, Krueng

Geukuh, Dewantara, Aceh Utara, Indonesia yang dimulai

sejak bulan Oktober 2017 hingga Mei 2018.

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Administrasi

Pengertian, Administrasi adalah Praktek teknik tertentu,

sebagai suatu tatacara melakukan suatu, yang memerlukan

kemampuan dan keterampilan. Yaitu Administrasi

merupakan sistem, yang memerlukan input, transportasi,

pengolahan, dan output tertentu”.

B Unsur-unsur Administrasi adalah sebagai berikut :

1. Adanya tujuan atau sasran yang ditentukan sebelum

melaksanakan perkerjaan.

2. Adanya kerjasama baik sekelompok orang atau lembaga

pemerintah maupun swasta.

3. Adanya sarana yang digunakan oleh sekelompok atau

lembaga dalam melaksankan tujuan hendak dicapai.

Page 116: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B116

C. Ciri-ciri kegiatan administarasi antara lain:

1. Adanya kelompok manusia, kelompok yang terdiri

atas dua orang

2. Adanya kerja sama dari kelompok tersebut

3. Adanya kegiatan atau proses atau usaha

4. Adanya kepemimpinan, bimbingan atau pengarahan

dan pengawasan

5. Adanya tujuan yang hendak dicapai yang ditentukan

sebelumnya

D. Sarana dan Prasana Administrasi diperlukan dalam suatu

proses administrasi tergantung dari berbagai faktor seperti:

1. Jumlah orang yang terlibat dalam proses itu

2. Sifat dan tujuan yang hendak di capai

3. Ruang lingkup serta aneka ragaman tugas yang

hendak dijalankan

4. Sifat kerja sama yang diciptakan dan dikembangkan.

E. Fungsi-fungsi Administrasi adalah sebagai berikut :

1. Adanya tujuan atau sasaran yang ditentukan

sebelummelaksanakan pekerjaan.

2. Adanya kerjasama baik sekelompok orang atau

lembaga pemerintah maupun swasta.

3. Adanya sarana yang digunakan oleh sekelompok atau

lembaga bagi sekelompok orang atau organisasi yang

melaksanakan suatu pekerjaan dalam tujuan yang

hendk dicapai.

F. Kegiatan Administrasi

Kegiatan Administrasi"adalah sebagai berikut :

1. Menghimpun

yaitu kegiatan-kegiatan mencari dan

mengusahakan tersedia segala keterangan yang

terjadi belum ada satu atau berserahkan dimana-mana

sehingga siap untuk dipergunakan bilamana

diperlukan.

2. Mencatat

yaitu kegiatan yang mebutuhkan dengan peralatan

tulis keterangan- keteranga yang di perlukan

sehingga berwujud tulisan yang dapat dibaca, dikirim

dan disimpan.

3. Mengelola

yaitu bermacam-macam kegiatan mengerjakan

keterangan-keterangan dengan maksud menyajikan

dalam bentuk yang berguna.

4. Mengirim

yaitu kegiatan yang menyimpan dengan berbagai

cara dan alat dari sau pihak kepihak lain.

5. Menyimpan

yaitu kegiatan meletakan ditempat tertentu

dengan maksud mudah untuk ditemukan kembali.

G. Prinsip-prinsip Administrasi adalah tenaga kerja yang

efisien, disiplin, kesatuankomando, satu rencana, pemberian

upah, tata tertib, keadilan, stabilitas pada jabatan personal,

inisiatif,dan rasa persatuan dan lain-lainya.

H. Karakteristik Administrasi sebagai berikut:

1. Bersifat pelayanan (Service) pada semua pihak atau

orang Hal ini bermakna bahwa pekerjaan kantor

umumnya merupakan dari pelayanan dan support

untuk kegiatan organisasi.

2. merembes dan dilakukan oleh semua pihakhal

ini bermakna bahwa perkerjaan kantor

berdampak pada unit-uunit lain.

3. hasil akhirnya berupalah formasi informasi bersi

keterangan - keterangan yang berisi data yang dapat

diipercaya dalam berkepentingan pihak tertentu

terhadap informasi yang berada di kantor lain;

pimpinan, pemegang saham, pemerintah,

masyarakat, dan karyawan organisasi dsb.

4. Bersifat memudahkan pekerjaan

kantormerupakan alat katalisator yang memiliki

bermacam-macam kegiatan dari setiap perusahaan

dipersatukan.

5. Bersifat pengetikan dan penghitungan susuna

perkerjaan kantor lebih

banyak yang terdiri dari pekerjaan mengetik

6. Dilakukan oleh semua pihak Pekerjaan kantor

tidak selalu dikerjakan dalam satu bagian yang

beberapa kantor dikerjakan dalam tiap bagian

perusahaan.

I. Pengertian Pelabuhanan adalah daerah tempat berlabuh dan

atau tempat bertambah kapal laut serta kendaraan lainnya

untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar/muat

barang dan hewan serta merupakan daerah lingkungan kerja

kegiatan ekonomi.

J. Kegiatan Pelabuhanan

1. Kegiatan Usaha Pelabuhan

Kegiatan pelabuhanan itu sendiri meliputi berbagai usaha

sebagai berikut :

a. Penyediaan kedalaman alur dan kolam pelabuhan

untuk menjamin keselamatan kapal yang

mengunjungi.

b. Penyediaan sarana pelabuhan berupa sarana tambat

seperti Dermaga, dolphin, mooring bout ( CBM,

MBM, SBM ).

c. Penyediaan sarana bantu novigasi seperti pelampung

saur, menara untuk menunjang keselamatan

pelayaran kapal.

d. Penyediaan jasa pemanduan untuk menberi pelayana

bagi kapal yang keluar masuk pelabuhan.

e. Penyediaan kapal tunda (penundaan) bagi

keselamatan kapal yang keluar masuk dan bersandar

di dermaga / sarana tambah.

f. Penyediaan sarana kepil (Mooring Un Mooring /

Pengepilan) dan ragu kepil untuk membantu

penyandaran dan pelepasan kapal.

g. Penyediaan air tawar dan banker bagi kapal-kapal

yang membutuhkan

h. Penyediaan fasilitas pelabuhan untuk menunjang

kegiatan bongkar muat, dan keselamatan kapal di

terminal seperti alat-alat berat, alat-alat keselamatan,

alat-alat lindungan lingkungan.

2. Kegiatan Instansi Pemerintah dan Swasta keberhasilan

peranan pelabuhan didukung pula oleh kegiatan instansi

pemerintah maupun Swasta, yaitu :

a. ADPEL : adalah unsur Dit.Jen. Pelabuhan laut dan

berfungsi sebagai koordinator unit pelaksana badan

usaha pelabuhan instansi pemerintah bidang hubla

Page 117: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B117

dan lainnya untuk kelancaran tugas kepelabuhan

yang diusahakan badan usaha pelabuhan.

b. SYAHBANDAR : adalah unsur pemerintahan (

Ditjenia) bertanggung jawab menyelenggarakan

keselamatan bandar, kapal, ABK dan penumpang.

c. BEA CUKAI : adalah unsur Departemen

Keuangan bertanggung jawab atas menyenggarakan

legalitas barang dan ketentuan barang yang

dikenakan bead an cukai.

d. IMIGRASI : adalah unsur Departemen Kehakiman

beretanggung jawab atas leagalitas orang yang

diperkenakan masuk ke Wilayah Republik

Indonesia atau yang berpegian ke luar negeri.

e. PORT HEALTH OFFICE (PHO) : adalah unsur

Departemen kesehatan yang bertanggung jawab

atas penyakit yang dibawa orang, hewan atau

tumbuh-tumbuhan yang akan masuk/keluar dari

daerah pelabuhan.

f. POLRI dan ALRI : adalah unsur pertahanan dan

keamanan yang bertanggung jawab terhadap

keamanan dan kertertiban di lingkungan kerja

pelabuhan dan sekitarnya.

g. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI) : adalah

unsur Departemen perhubungan yang bertugas

memeriksa kapal untuk menetukan laik laut

mengeluarkan Sertifikat (Ship Registar).

K. Pengertian Pelabuhan Khusus merupakan pelabuhan yang

digunakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang suatau

kegiatan tertentu dan hanya digunakan untuk kepentingan

umum dengan keadaan tertentu dan dengan ijin khusus dari

pemerintah. Pelabuhan ini dibangun oleh suatu perusahaan

baik pemerintah ataupun swasta yang digunakan untuk

mengirim hasil produksi perusahaan tersebut , salah satu

contoh adalah pelabuhan LNG Arun di aceh, yang digunakan

untuk mengirim gas alam cair ke daerah/Negara lain,

pelabuhan pabrik Aluminium di samudra Utara (Kuala

Tanjung), yang melayani import bahan baku bouksit dan

ekport aliminium ke daerah/negara lan.

L. Kewenangan Pelabuhan Khusus

Kewenanangan Pelabuhan Khusus yang diberikan oleh

Pemerintah Pada PT Pertamina (persero) berdasarkan SPB 15

Maret 1992 Pasal 13 bahwa PERTAMINA sebagai pengelola

tunggal untuk mengerjakan semua kegiata usaha pelayanan,

per Veeman dan Expendisi muatan kapal dengan mengingat

procedure yang berlaku. Sesuai peraturan pemerintah PP

Nomor 69 Tahun 2001 tentang kepelaguhanan BAB XI pasal

51 disebutkan bahwa : Pengelolaan Pelabuhan Khusus dapat

dilakukan oleh Pemerintah atau Badan Hukum Indonesia

untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu.

M. Tugas dan Kewajiban Pelabuhan Khusus. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM

51 Tahun (2015) pasal 11 menyebutkan bahwa tugas dan

kewajiban pelabuhan khusus yaitu :

1. Penyediaan lahan di daratan dalam pelabuan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) huruf a

dilakukan oleh Otoritas Pelabuhan., Syahbandaran Dan

Otoritas pelabuhan, atau Unit Penyelenggara

Pelabuhan.

2. Lahan sebagaimana dimaksu pada ayat (11) dikuasai

oleh otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara

pelabuhan dalan bentuk Hak Penggelolaan Lahan

(HPL).

3. Dalam hal di atas lahan yang diperlukan untuk

pelabuha terdapat hak atas tanah,

penyediaanyadilakukan dengan cara pengadaan tanah.

4. Dalam hal penyediaanlahan dilakukan oleh badan

usaha pelabuhan maka hak atas tanah merupakan Hak

penggelolaan lahan penyelenggara pelabuhan yang

nilainya diperhitungkan dalam perjanjian konsesi.

5. Hak pengelolaan lahan sebagaimana dimaksud pasa

ayat (4), diatanya dapat diberikan Hak Guna Bangunan

atau Hak Guna Usaha.

Pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-

undangan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT Pertamina Trans Kontinentang

Cabang - Arun Lhokseumawe

1. Sejarah Perusahaan PT Pertamina Trans Kontinental

(PTK) atau dulu dikenal denan nama PT Pertamina Tongkang

didirikan pada tanggal 9 September 1969 di Jakarta, dengan

statusnya sebagai anak perusahaan dari PT Pertamina dengan

kepemilikan saham awal yaitu PT Pertamina sebesar 99,99%

dan PT Patra Dok Dumai 0,01%.

Sejak awal tujuan dan perhatiannya PT Pertamina Trans

Kontinental adalah sebagai perusahaan yang bergerak di

bidang Industri Jasa Maritim yang berfungsi untuk

memberikan dukungan secara total terhadap aktivitas PT

Pertamina Trans Kontinental, seperti:

1. Pengadaan distribusi bahan bakar ke semua pelabuhan di

seluruh wilayah Indonesia yang tidak dapat terjangkau

oleh kapal tanker.

2. Pengadaan transportasi maritim bagi Pertamina Logistik

untuk pengembangan proyek yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia.

3. Bertindak sebagai General Agent dan Handling Agent

bagi kapal-kapal tanker milik PT Pertamina, charjer

Pertamina dan Pihak ketiga.

PT Pertamina Trans Kontinental diperbantukan pada

aktivitas pengembangan Pertamina pada tahun 1974, di mana

PT Pertamina Trans Kontinental memperoleh tambahan

armada kapal sejenis ''supply vessel'' yang disepakati untuk

melayani dan memenuhi eksplorasi pengeboran minyak dan

gas bumi lepas pantai dan juga keperluan produksi.

Dengan selesainya program konstruksi untuk depot

bahan bakar yang baru

Dibelahan timur dan tengah wilayah Indonesia, Pertamina

menarik penugasan

pendistribusian bahan bakar, meliputi kapal-kapal dan crew.

Oleh sebab itu pada tahun 1978, PT Pertamina Trans

Kontinental cabang arun-lhokseumawe tidak lagi hanya

melayani Pertamina akan tetapi juga melayani perusahaan

lainnya dan mengubah model bisnisnya menjadi perusahaan

yang mencari keuntungan atau ''profit oriented''.

Selanjutnya, PT Pertamina Trans kontinental fokus kepada

aktivitas lepas pantai yang menyediakan beberapa hal sebagai

berikut :

1. Membantu eksplorasi minyak dan gas bumi di lepas pantai.

Page 118: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B118

2. Menjadi Handling Agent dari penyewa kapal milik PT

Pertamina dan kapal pihak ketiga

Pada tahun 1988, perusahaan mensepadankan perizinan

dari izin bisnis yang berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17

tahun 1988 (Penataan Ulang dan Pengusaha dari Transportasi

Laut) dari perusahaan Pelayaran yang spesifik di bidang

Lepas Pantai menjadi Perusahaan Pelayaran dengan SIUPP

No.3.XXX-256/AL.58. Direktorat Umum Komunikasi

Kelautan dengan peraturan barunya telah mengeluarkan

SIUPAL B.XV-1203/AL.58 pada tanggal 26 Maret 2002

untuk PTK.

Mulai tanggal 29 November 2011, setelah disetujuai oleh

Daftar Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia|Menteri Hukum

dan HAM Republik Indonesia, PT Pertamina Tongkang

berubah menjadi PT Pertamina Trans Kontinental.

PT. Pertamina Trans Kontinental sebelum menempati

gedung yang beralamatdi jalan kramat Raya No. 29 Jakarta

Pusat, pernah 2 (dua) kali menempati gedung lain yaitu

Gedung Granada tahun 1969 dan kemudian pada tahun 1975

menempati Gedung PT Pertamina Trans Kontinental Cabang

Tanjung Priok dan pada tahub 1980 menempati Gedung Patra

Jasa di jalan Gatoto Subroto Sampai mempunyai Gedung

milik sendiri pada tahun 1988 di kramat Raya Jakarta Pusat.

Sejak didirikan pada tahun 1996 PT Pertamina Trans

Kontinental sebelumnya bernama PT Pertamina Tonkang dan

pada awalnya tahun 2012 mengalami perubahan nama dan

logo perusahaan yakni menjadi PT Pertamina Trans

Kontinental dengan logo disamakan seperti PT Pertamina

(persero) diman logo sebelumnya adalah gambaran kemudi

kapal dengan lambing kuda laut ditengah kemudi kapal. PT

Pertamina Trans Kontinental memiliki 15 (lima belas) cabang

perusahaan yang tersebar diwilayah Indonesia yakni sebagai

berikut :

1. PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Belawan,

Medan

2. PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Arun,

Lhokseumawe

3. PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Bitung,

Sulawesi Utara

4. PT Pertamian Trans Kontinental Cabang Dumai

5. PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Batam

6. PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Jambi

7. PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Plaju,

Palembang

8. PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Tanjung

Priok, Jakarta

9. PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Balongan,

Cirebon

10.PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Cilacap, Jawa

Tengah

11.PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Balikpapan,

Kalimantan Timur

12. PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Kota Baru

13 PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Surabaya,

Jawa Timur

14 PT Pertamina Trans Kontinental Cabang bontang,

Kalimantan Timur

15. PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Sorong,

Papua

Seluruh cabang perusahaan masing-masing dipimpin oleh

seorang manager cabang dan berkoordinasi dengan kantor

pusat yang dipimpin oleh GM. Marketing & Branch

Coordinator. Selain memiliki cabang PT Pertamina Trans

Kontinental Juga Memiliki 4 (empat) anak perusahaan yang

bergerak di bidang yang berbeda untuk menunjang

operasional dan keuangan kantor pusat, Keempat anak

perusahaan tersebut yaitu sebagai berikut :

1. PT Petaka Karya Samudra, Berlokasi di wilayah Batam

2. PT Petaka Karya Gapura, Berlokasi di wilayah tg. Priok,

Jakarta Utara

3. PT Petaka Karya Tirta, Berlokasi di wilayah Cilegon,

Banten

4. PT Petaka Karya Jala, Berlokasi di wilayah Utan Kayu,

Jakarta Timur

PT Pertamina Trans Kontinental dalam menjalankan

usahanya baik di kantor pusat, kantor cabang maupun anak

perusahaan selalu bertumpu pada tata nilai perusahaan yaitu :

integritas, tanggung jawab, kerja sama, dan displin , sejalan

dengan perperkembangan usaha di bidang jasa maritime, PT

Pertamina Trans Kontinental dapat membuktikan tata nilai

perusahaan yakni sebagai berikut:

a. Sertifikat kompetensi dan Kualifikasi Perusahaan Jasa

Bidang Perhubungan Akreditasi Gafeksi (INFA) No.

03.002.160106

b. Persatuan Pelayaran Niaga Indonesia atau Ekspedisi

Indonesia) atau Indonesia Nasional ship Owners

Association (INSA)

c. GAFEKSI (Gabungan Forrwarder dan Ekspedisi

Indonesia) atau Indonesia

Forwarders Association Certifikat of Membership

d. Badan Setifikat Kamar Dagang dan Industri Provinsi DKI

Jakarta

e. Sertifikat KADIM (Kamar Dagang dan Industri) Provinsi

DKI Jakarta Dengan

2.) Struktur organisas: Struktur organisasi yang baik bagi

suatu perusahaan adanya suatu sistem atau struktur yang

mencerminkan pembagian tugas yang jelas dan efektif. Semua

unsur organisasi Perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan

menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan singkronisasi

baik intern maupun ekstern untuk mencapai kesatuan gerak

secara sinergi yang disesuaikan dengan tugas pokok masing-

masing.

PT Pertamina Trans Kontinental merupakan perusahaan

yang menggunakan jenis struktur organisasi fungsional yang

pembidangan tugasnya dapat digariskan secara tegas dan jelas

pada struktur organisasinya, seperti: Kompartemen yang

dipimpin oleh General Manager (Grade-1) dan unit kerja

dibawah Kompartemen disebut Departemen dipimpin oleh

Manager (Grade-2).

3. Aktivitas Perusahaan/Instansi Sesuai dengan Anggaran

Dasar Perusahaan no. 7 tanggal 3 Juli 2013 pasal 3,

Perseroan menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang

Jasa Pelayaran, Jasa Maritim dan Jasa Logistik baik di dalam

maupun di Luar Negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait

atau menunjang kegiatan usaha di bidang Jasa Pelayaran, Jasa

Maritim dan Jasa Logistik tersebut. Selanjutnya, PT Pertamina

Trans Kontinental fokus kepada aktifitas lepas pantai yang

menyediakan beberapa hal sebagai berikut :

1. Membantu eksplorasi minyak dan gas bumi di lepas pantai.

2. Menjadi Handling Agent dari penyewa kapal milik PT

Pertamina (Persero) dan kapal pihak ketiga.

Pada tahun 1988 perusahaan mensepadankan perizinan dari

izin bisnis yang berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17

Page 119: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B119

tahun 1988 (Penataan Ulang dan Pengusaha dari Transportasi

Laut) dari perusahaan Pelayaran yang spesifik di bidang

Lepas Pantai menjadi Perusahaan Pelayaran dengan SIUPP

No.3.XXX-256/AL.58

Direktorat Umum Komunikasi Kelautan dengan peraturan

barunya telah mengeluarkan SIUPAL B.XV-1203/AL.58 pada

tanggal 26 Maret 2002 untuk PTK. Mulai tanggal 29

Nopember 2011 sesuai dengan Akta No. 012 tanggal 26

Oktober 2011 Notaris Dewantari Handayani, MPA yang

disetujui dengan Keputusan Menteri Hukum dan HAM

Republik Indonesia No : AHU-58581.AH.01.02 Tahun 2011

tanggal 29 Nopember 2011, nama PT Pertamina Tongkang

berubah menjadi PT Pertamina Trans Kontinental

PT Pertamina Trans Kontinental memiliki Core

Business sebagai penyedia kapal sebagai armada operasional,

yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan penyewa guna

mendukung kegiatan explorasi minyak di lepas pantai dan

darat seperti PT Pertamina (Persero), KKKS, dan lainnya. PT

Pertamina Trans Kontinental juga sebagai Handling Agent di

seluruh pelabuhan di indonesia baik sebagai pelabuhan umum

ataupun pelabuhan khusus. Aktivitas dari PT Pertaminna

Trans Kontinental juga meliputi crew supply, bunker handling

dan water supply serta aktivitas lain yang berhubungan

dengan handling agent. Tipe-tipe fasilitas armada kapal,

meliputi:

1. Oil Tanker

2. LPG Carrier

3. Anchor Handling and Tug Supply

4. Multi Purpose Vessel

5. Harbour Tug

6. Tug Boat & Oil Barge

7. Straight Supply Vessel

8. Rigid Inflatable Boat

9. SPOB (Self Propeller Oil Barge)

Dalam bidang usaha ini, Perseroan bertindak

sebagai Manajer Administrasi Pelabuhan

atau Production Sharing Contractors (PSC)/ Join Basis

Operasi (JOB). Ruang lingkup tugas dan tanggung jawab

Perseroan di bidang ini, meliputi:

1. Pelaksanaan Administrasi pada Layanan Pelabuhan

yang meliputi: labuh, tambat, pandu, tunda (di luar

wilayah kerja PT Pelindo) sebagai delegasi PT

Pertamina (Persero), dimana pekerjaan Perseroan

atas nama PT Pertamina (Persero).

2. Membuat Laporan secara periodik

terkait penyelesaian pekerjaannya,

Perseroan bertanggung jawab kepada PT

Pertamina (Persero).

3. Mengurus perizinan.

4. Mengelola administrasi Pelabuhan khusus.

Dalam hal ini Perseroan hanya mengelola

pelabuhan khusus KKKS dan JOB.

5. Melakukan penagihan jasa pelabuhan kepada Agen.

6. Melakukan penyetoran Jasa Pelabuhan kepada PT

Pertamina (Persero) dan Pemerintah

7. Membuat laporan kegiatan kepelabuhanan kepada

PT Pertamina (Persero), BP Migas,

Kantor Pelabuhan/Administrasi Pelabuhan.

8. Membantu pengurusan yang berkaitan

dengan administrasi kepelabuhanan di

Pelabuhan Khusus KKKS dan JOB.

B Administrsi Kepelabuhanan Pada Pelabuhan Khusus PT

Pertamina Trans Kontinental (PTK)

1. Administrasi Pelayanan Kepelabuhanan

Pada dasarnya administrasi Pelayanan Kepelabuhan

sangat mendukung kelancaran di dalam kegiatan

kepelabuhanan, kerena pelabuhan merupakan mata rantai

penghubung transportasi laut. Tanpa terintegrasinya moda

transportasi ini maka kelancaran proses distribusi suatu

komoditas tertentu akan sangat terganggu. Sehingga secara

tidak langsung pelabuhan juga merupakan salah satu faktor

penyebab kelangkaan komoditas tertentu di pasaran. Untuk

itu pelabuhan dituntut memberikan pelayanan yang baik

sehingga tidak terjadi hambatan dalam proses kegiatan

kepelabuhanan.

Aktivitas kapal selama di Pelabuhan Khusus Blang

Lancang adalah kedatangan dan keberangkatan kapal. Jenis

kepemilikan kapal yang ada di pelabuhan khusus Blang

Lancang dapat digolongkan menjadi kapal keagenan yaitu

kapal asing yang diageni atau diurus oleh perusahaan-

perusahaan di Indonesia. Sedangkan kapal-kapal charter /

kapal asing yang di sewa oleh pihak Indonesia.

Administrasi Pelayanan Kapal Salah satu kegiatan yang

merupakan penting didalam proses untuk medapatkan hasil

income bagi PT Pertamina (Persero) maka yang terdiri dari

beberapa variabel jasa sebagai berikut :

Jasa Labuh Adalah jasa yang diberikan terhadap kapal dapat

berlabuh dengan menunggu menunggu pelayanan seperti

tambat, bongkar muat atau menunggu aman Pelayanan

Lainnya. Menghindari kemungkinan bertabrakan dengan

kapal lain yang sedang berlabuh. Memastikan kedalaman air

agar kapal tidak kandas.

Jasa Pandu Adalah kegiatan membantu memberikan saran

dan informasi kepada Nakhoda tentang keadaan perairan

setempat yang penting, agar navigasi pelayaran dapat

dilaksanakan dengan selamat, tertib, dan lancar demi

keselamatan kapal dan lingkungan.

Jasa Tunda Adalah jasa penundaan kapal yang diberikan

kepada kapal berupa penyediaan kapal tunda untuk membantu

oleh gerak kapal seperti menarik dan mendorong diperairan

pelabuhan yang merupakan sebagai sarana bantu pemanduan.

Jasa Tambat Adalah jasa yang diberikan untuk kapal

bertambat pada tambatan dan secara teknis dalam kondisi

yang aman, untuk dapat melakukan bongkar muat dengan

lancar dan aman.Untuk menghindari inefisiensi karena

penggunaan tambatan tidak optimal.

C. Administrasi Kedatangan Kapal Persiapan Sebelum Kapal

Tiba Operasional kedatangan kapal pada Marine Section, ada

dua (2) kriteria persiapan sebelum kapal tiba, antara lain ada

Kapal Keagenan dan Kapal Charter/Milik. Kapal Keagenan

adalah kapal pihak ke tiga (3) yang masuk dan besandar di

Pelabuhan Khusus Blang Lancang, Cabang Arun

Lhokseumawe. Kapal Charter adalah kapal yang di

Charter Pertamina atau kapal yang dimiliki Pertamina yang

masuk ke Pelabuhan Khusus Blang Lancang, Arun

Lhokseumawe. Berikut ini merupakan contoh alur yang

menjelaskan langkah-langkah dari alur persiapan sebelum

kapal tiba untuk kapal keagenan dan kapal Charter/milik

sebagai berikut :

Page 120: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B120

Gambar 3.2

Flow Chart Administrasi kapal tiba untuk kapal keagenan

dan kapal charter/milik (1)

Sumber : PT Pertamina Trans Kontinental cabang Arun-

Lhokseumawe (2019)

Dari alur diatas dapat diketahui bahwa administasi kedatangan

kapal untuk kapal Keagenan dan milik maka dokumen-

dokumen yang di perlukan, dapat di kategorikan sebagai

dokumen yang sangat penting yaitu :

1. Menerima berita kedatangan kapal dari pihak :

a. Pertamina LNG / JMG Jakarta ( Joint Managent Group)

adalah

b. Pertamina LGP / JMG Jakarta

c. Pertamina Perkapalan Jakarta

2. Menerima Loading Order/Loading Advice dari pihak :

Yang dimaksud Loading Order/Loading Advice adalah

surat yang dikeluarkan untuk memuat barang :

a. Technical Production Planning PT Perta Arun Gas dan

konfirmasi mengenai rencana sandar (kapal LNG, LPG).

3. Mempersiapkan dokumen-dokumen antara lain ke intansi

pemerintah terkait seperti :

a. Form IA (Permintaan Pandu).

b. Pemberitahuan import barang (PEB) ke Bea Cukai.

c. Pembuatan visitor badge untuk cargo surveyor.

4. Mempersiapkan dokumen-dokumen sarana bantu

pelabuhan (Tag boat dan lain-lain) sampai kapal tiba di

pelabuhan.

5. Memonitor setiap perubahan kedatangan kapal.

Faktor-faktor biaya yang dikeluarkan oleh pihak Keagenan

PT Pertamina Trans Kontinental dalam pengurusan

administrasi kapal tiba untuk kapal keagenan yaitu biaya

labuh , biaya tambat, biaya tunda kapal masuk(biaya kapal

kecil), biaya pandu kapal masuk ( orang yang memandu

kapal) dan biaya saranan bantu navsikasi pelayaran.

D. Administrasi Keberangkat Kapal.

Kegiatan setelah kapal berangkat di Pelabuhan Khusus

(PELSUS) Blang Lancang, yaitu Kapal Keagenan dan kapal

milik. Berikut ini merupakan contoh alur yang menjelaskan

langkah-langkah dari proses kegiatan setelah kapal berangkat

untuk kapal keagenan sebagai berikut :

Gambar 3.3

Flow Chart Administrasi berangkatan untuk Kapal keagenan

(1)

Setelah

Pertamina Tran

Sumber : PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Arun-

Lhokseumawe (2019)

Dari alur diatas dapat diketahui bahwa kegiatan setelah

kapal berangkat untuk kapal Keagenan terlebih dahulu harus

mempersiapan berkas-berkas yang di perlukan untuk kapal

Keagenan (LGN Tangguh batur) yang berbendera Asing,

dokumen-dokumen yang diperlukan dan juga dapat di

kategorikan sangat penting yaitu :

1. Menerima kelengkapan dokumen dari kapal.

2. Menyerahkan copy Certificate Of Origin (COO) dari kantor

dinas Perdangangan berserta :

a. Bill of Lading (Pernyataan Jumlah muatan)

yang dimaksud Bill of Lading yaitu surat muatan yang

dibuat untuk pengapalan muatan sebagai bukti untuk

menerangkan kepemilikan barang/muat

b. Pemberitahuan Export Barang

c. Copy Permohonan SKA + Asli

3. Pengurusan Cargo Dokumen ke Bea Cukai antar lain :

a. Bill of Lading

yang dimaksud Bill of Lading yaitu surat muatan

yang dibuat untuk

pengapalan muatan sebagai buki untuk menerangkan

kepemilikan barang/muat

b. Cargo Manifes

Yang dimaksud Cargo Manifes yaitu daftar muatan yang

diangkut oleh kapal dibuat oleh perusahaan pelayanan

(agen) untuk diserahkan kepada seluruh pihak yang

terikat dengan muatan

c. Delivery Tickets

Yang dimaksud Delivery Tickets yaitu surat yang dibuat

untuk menyatakan jumlah barang yang dikeluarkan

4. mendistribusi Corgo dokumen pihak yang terkait kepada :

a. Consignee (Penerima)

b. Buyer (Pembeli)

d. Transportier (Pengangkut)

f. Pertamina LNG/JMG (Joint Manajement Croup) yaitu

perusahaan yang menggurus barang (LNG)

j. Technical Production Planning, Fanancial and Account

data, Loading

PERSIAPAN SEBELUM KAPAL TIBA

Menerima berita kedatangan kapal

Menerima Loading Order/Loading Advice

Mempersiapkan dokumen-dokumen

Mempersiapkan sarana bantu pelabuhan

Memonitor setiap perubahan kedatangan kapal.

ADMINISTRASI KEBERANGKATAN KAPAL

Menerima kelengkapan data-data

time sheet dari kapal yang dikirim

melalui email

mendistribusi Corgo

dokumen kepada pihak yang

terkait

Menyerahkan copy

Certificate Of Origin

(COO) dari dinas

Perdangangan

Pengurusan Cargo

Dokumen ke Bea

Cukai

Page 121: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B121

PT Perta Arun Gas.

Yang dimaksud Technical Production Planning yaitu

bagian yang merencanakan produksi dan pengangkatan

barang ke kapal.

h. File

Faktor-faktor biaya yang dikeluarkan oleh pihak agen PT

Pertamina Trans Kontinental cabang Arun-Lhokseumawe

dalam pengurusan administrasi Keberangkatan kapal untuk

kapal Keagenan yaitu biaya tunda kapal keluar (biaya kapal

kecil), dan biaya pandu kapal keluar ( orang yang memandu

kapal).

Berikut ini merupakan contoh alur yang menjelaskan

langkah-langkah dari proses kegiatan setelah kapal

berangkat untuk kapal milik sebagai berikut :

Gambar 3.4 Flow Chart Administrasi berangkatan untuk

Kapal charter/milik (2)

Sumber : PT Pertamina Trans Kontinental Arun-

Lhokseumawe(2019)

Dari alur diatas dapat diketahui bahwa kegiatan setelah

kapal berangkat untuk kapal charter/milik terlebih dahulu

harus mempersiapan berkas-berkas yang di perlukan untuk

kapal Charter/Milik (Condensate) yang berbendera

Indonesia, dokumen-dokumen yang diperlukan dan juga

dapat di kategorikan sangat penting yaitu :

1. Menerima kelengkapan dokumen dari kapal.

2. Menyiapkan/menyelesaikan :

a. Laporan kedatangan dan keberangkatan kapal

b. Cargo dokumen keberangkatan kapal

3. Menyerahkan :

a.`Laporan kedatangan dan keberangakatan kapal ke

Administrasi Pelabuhan (Adpel) dengan 1 copy

cargo manifest.

b.`Cargo manifest serahkan ke pihak Bea dan Cukai

antara lain :

1. bill of lading

Yang dimaksud Bill of lading yaitu surat muatan

yang dibuat untuk pengapalan muatan sebagai

buki untuk menerangkan kepemilikan

barang/muat

2. cargo manifest

3. delivery tickets.

4. Mendistribusikan cargo dokumen kepada pihak yang

terkait kepada :

a. Consignee

b. Pertamina Perkapalan Jakarta

c. Pertamina BPPKA Jakarta

d. Storage dan Loading, Financial dan Account,

Technical Production Planning PT Perta Arun

Gas.

e. File

Faktor-faktor biaya yang dikeluarkan oleh pihak

agen PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Arun

Lhokseumawe dalam pengurusan administrasi

Keberangkatan kapal untuk kapal Keagenan yaitu

biaya tunda kapal keluar (biaya kapal kecil), dan biaya

pandu kapal keluar ( orang yang memandu kapal).

E. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Dalam Penerapan

Administrasi Kepelabuhan.

Didalam pengurusan Administrasi Kepelabuhan, pihak

kapal meminta kepada pihak keagenan (Marine Section)

untuk mengurus semua cargo dokumen yang diperlukannya.

Pihak keagenan membuat semua cargo-cargo dokumen

yangkemudian dikirimkan kepada instansi-instansi seperti :

1. Kemajuan teknologi informasi kurang mendapat

sosialisasi di instansi terkait sehingga menghambat

pengurusan administrasi.

2. Tidak semua pegawai instansi terkait menguasai alur

pengurusan Administrasi Pelabuhanan sehingga

menimbulkan penambahan waktu percuma.

3. Sering dialami dalam penyelesaian jasa pelabuhan yang

meliputi tahapan proses pembuatan Nota Penjualan,

Penagihan dan Pembayaran, antara lain sebagai berikut :

a. Kelengkapan dokumen penunjang tidak lengkap.

b. Kekeliruan pengisian data.

c. Kesalahan perhitungan.

e. Kurangnya disiplinnya pemakai jasa ( Pembayaran

tagihan, alamat sulit, melebihi batas waktu dan lain-

lain.

f. Perubahan sistem dan prosedur keuangan.

g. Belum adanya kesepakatan pendapat, penafsiran

peraturan dan ketentuan yang berlaku.

4. Komunikasi bahasa inggris yang kurang dikuasai oleh

pihak Keagenan Kapal dapat menghambat pengurusan

Administrasi Kepelabuhanan.

ADMINISTRASI KEBERANGKATAN KAPAL

Menerima kelengkapan dokumen dari kapal.

Menyiapkan Laporan kedatangan dan keberangkatan

kapal

Menyerahkan Laporan kedatangan dan Kekeberangkatan

mendistribusikan cargo dokumen kepada pihak yang

terkait

Page 122: Pengaruh Penggunaan Bahasa dalam Spanduk Caleg Terhadap ...semnas.pnl.ac.id/prosiding/241/Humaniora 2020 001.pdf · skala kesantunan berbahasa dalam spanduk caleg pada pemilihan legislatif

Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.3 No.1 Oktober 2019 | ISSN: 2598-3954

B122

IV. PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan uraian-uraian dan pembahasan

diatas, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Arun-

Lhokseumawe adalah perusahaan pelayanan nasional

yang berstatus BUMN di bawah Departermen

Pertambangan dan Energi, PT Pertamina Trans

Kontinental bergerak badang keagenan dan jasa maritin.

2. Struktur Organisasi PT Pertamina Trans Kontinental

berbentuk Struktur Organisasi Divisional.

3. Marine Section adalah merupakan salah satu seksi dari

Departermen PKK (Perkapalan Kebendaran dan

Komunikasi) yang bertugas mengatur masalah

pemanduan kapal yang akan berlabuh di pelabuhan

Khusus PT Pertamina Trans Kontinental Cabang Arun-

Lhokseumawe.

4. Administrasi Pelabuhan pada PT Pertamina Trans

Kontinental yaitu diawali dengan administrasi kapal tiba

dan administrasi keberangkatan.

5. Administrasi kapal tiba untuk kapal keagenan dan kapal

charter/milik proses penggurusan dokumen yaitu:

menerima Loading Order/Loading Advice dari pihak

terminal, mempersiapkan dokumen-dokumen antara lain

intansi pemerintah terkait, mempersiapkan sarana bantu

pelabuhan ( Tag Boat dan lain-lain) dan memonitor

setiap perubahan kedatangan kapal.

6. Administrasi keberangkatan kapal untuk kapal keagenan

proses pengurusan dokumen yang dilakukan yaitu:

Menerima kelengkapal dokumen dari kapal, menyerahkan

copy Certificate Of Origin (COO) dari kantor dinas

perdangan, pengurusan cargo dokumen ke bae cukai, dan

mendistribusi cargo dokumen kepada pihak yang terkait.

Dan begi juga administrsi keberangatan kapal

charter/milik proses pengurusan yang dilakukan seperti:

Menerima kelengkapal dokumen dari kapal, menyiapkan,

menyerahkan, mendistribusi cargo dokumen kepada pihak

yang terkait

B Saran-saran

Kesimpulan yang telah disebutkan diatas maka dalam

penulisan ini dikemukakan beberapa saran yang dapat

dipergunakan untuk kelancaran didalam pengurusan

Administrasi Kepelabuhan Pada PT Pertamina Trans

Kontinental Cabang Arun-Lhokseumawe sebagai berikut :

1. Pihak PT Pertamina Trans Kontinental Cabang-Arun

Lhokseumawe seharusnya karyawan harus di tingkatkan

potensi dalam berbahasa Inggris agar lancar dalam

pengurusan administrasi kepelabuhanan.

2. Seharusnya Pihak PT Pertamina Trans Kontinental Cabang

Arun- Lhokseumawe Perlu keteliatian dalam pembuatan

nota penjualan dan penagihan pembayaran sehingga tidak

ada kekeliruan dalam pengisiannya.

3. karyawan PT Pertamina Trans Kontinental Cabang-Arun

Lhokseumawe hendaknya bertanggung tugas dan

tanggung jawabnya, sehingga tidak lalai dalam

menjalankan aktivitas dan tujuan yang

telah di terapkan dalam PT Pertamina Trans

Kontinental Cabang

Arun- Lhokseumawe.

4. Sebaiknya alat-alat kantor lebih sering diservis agar

tidak menghambat dalam pengurusan administrasi

kepelabuhanan seperti printer yang digunakan untuk

mengeprint dokumen-dokumen kapal seperti :

penyampaian laporan rencana kedatangan kapal,

permohonan izib bersandar, permohonan izin gerak

dan dokumen-dokumen lainnya.

5. Diharapkan PT Pertamina Trans Kontinental Cabang

Arun-Lhokseumawe mampu terus meningkatkan

partisipasi dalam program tanggung jawab social

terhadap lingkungan agar lingkungan sekitar

perusahaan juga dapat terus merasakan kenyamanan

yang diberikan perusahaan kepada masyarakat.

REFERENSI

[1] S. M. Metev and V. P. Veiko, Laser Assisted Microtechnology, 2nd ed.,

R. M. Osgood, Jr., Ed. Berlin, Germany: Springer-Verlag, 1998.\ [2] Aip, Saripudin, dkk. (2009). Praktis BelajarFisika Program Ilmu

Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen

Pendidikan Nasional [3] Hamzah, Nawir . 2006. Manajemen Pelabuhanan. Medan

[4] Massofa. 2008 .Sistem Informasi Manajemen Jakarta :Bumi Aksara.

[5] Moenir. 2005. Manajemen Pelayanan Umum di indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara

[6] Mustadjar. 2007. Filsafat Administrasi. Jakarta :Rineka Cipta

[7] Pasolong, Edwin. 2010. Teori Administrasi Publik. Cetekan Kedua : Bandung.

[8] Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun (2015) Tentang

Penyelenggaraan Kepelabuhanan Laut.. [9] Syafie, KencanaInu. 2006. Ilmu Administrasi Publik, EdisiRevisi,

Yogyakarta: Andi

[10] Terry, Goerge, R 2007. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

[11] Triatmojo, Bambang. 1992 ,Pelabuhanan, Beta Offset, Yogyakarta.