CALEG PARPOL

27
Berburu Calon Anggota Legislatif Oleh Syamsuddin Haris Keluarga para petinggi partai politik, artis, dan para pengusaha akhirnya lebih berpeluang menjadi calon anggota legislatif. Kesediaan partai politik membuka diri bagi orang luar nonpartai politik untuk menjadi calon anggota legislatif di satu pihak mungkin dapat dipandang sebagai "berita baik". Artinya, berbagai elemen masyarakat yang selama ini kritis terhadap partai politik memiliki kesempatan untuk terjun langsung sebagai legislator. Kedua, karena proses perekrutan bersifat instan, tidak ada jaminan bahwa calon anggota legislatif nonkader lebih kompeten dan berintegritas dibandingkan calon anggota legislatif dari kalangan internal partai politik. Ketiga, proses politik instan cenderung menghasilkan komitmen dan tanggung jawab yang serba instan pula sehingga agak sulit membayangkan hal itu berdampak positif bagi peningkatan kualitas kinerja para legislator khususnya dan kualitas lembaga-lembaga perwakilan rakyat pada umumnya. Karena itu, semangat berburu calon anggota legislatif yang dilakukan partai politik mengingatkan kita pada lukisan Djokopekik yang menggambarkan momen jatuhnya Soeharto pada 1998. Lukisan cat minyak yang dahsyat itu berjudul "Indonesia 1998, Berburu Celeng". Semoga saja partai-partai politik kita tidak salah berburu sehingga benar- benar memperoleh calon anggota legislatif yang menjanjikan, bukan "celeng", yakni mereka yang akhirnya mengkhianati diri sendiri dan rakyat yang diwakilinya. SYAMSUDDIN HARIS Profesor Riset LIPI (Kompas cetak, 28 Jan 2013) Powered by Telkomsel BlackBerry® Cermin Retak Politik Yasraf Amir Piliang Politik adalah tempat "ada bersama" (being-together) individu-individu sebagai warga sekaligus subyek, yang melaluinya disusun gagasan, dijalankan misi, dibangun nasib, direlakan pengorbanan, diukir sejarah, dan dirangkai makna bersama. antangan Sebuah Bangsa Oleh Radhar Panca Dahana What is in a date? Apalah arti sebuah tanggal? Sebagai penanda berganti (mata) hari, atau peristiwa-peristiwa yang kita selebrasi secara global? Tanggal tetap sebuah hal yang abstrak dan kosong. Hal yang sepanjang sejarah kebudayaan mati-matian mau dimaterialisasi. Pikiran yang memiliki

Transcript of CALEG PARPOL

Page 1: CALEG PARPOL

Berburu Calon Anggota LegislatifOleh Syamsuddin Haris

Keluarga para petinggi partai politik, artis, dan para pengusaha akhirnya lebih berpeluang menjadi calon anggota legislatif.Kesediaan partai politik membuka diri bagi orang luar nonpartai politik untuk menjadi calon anggota legislatif di satu pihak mungkin dapat dipandang sebagai "berita baik".Artinya, berbagai elemen masyarakat yang selama ini kritis terhadap partai politik memiliki kesempatan untuk terjun langsung sebagai legislator. Kedua, karena proses perekrutan bersifat instan, tidak ada jaminan bahwa calon anggota legislatif nonkader lebih kompeten dan berintegritas dibandingkan calon anggota legislatif dari kalangan internal partai politik.Ketiga, proses politik instan cenderung menghasilkan komitmen dan tanggung jawab yang serba instan pula sehingga agak sulit membayangkan hal itu berdampak positif bagi peningkatan kualitas kinerja para legislator khususnya dan kualitas lembaga-lembaga perwakilan rakyat pada umumnya.Karena itu, semangat berburu calon anggota legislatif yang dilakukan partai politik mengingatkan kita pada lukisan Djokopekik yang menggambarkan momen jatuhnya Soeharto pada 1998. Lukisan cat minyak yang dahsyat itu berjudul "Indonesia 1998, Berburu Celeng".Semoga saja partai-partai politik kita tidak salah berburu sehingga benar-benar memperoleh calon anggota legislatif yang menjanjikan, bukan "celeng", yakni mereka yang akhirnya mengkhianati diri sendiri dan rakyat yang diwakilinya.SYAMSUDDIN HARIS Profesor Riset LIPI(Kompas cetak, 28 Jan 2013) Powered by Telkomsel BlackBerry®

Cermin Retak PolitikYasraf Amir Piliang

Politik adalah tempat "ada bersama" (being-together) individu-individu sebagai warga sekaligus subyek, yang melaluinya disusun gagasan, dijalankan misi, dibangun nasib, direlakan pengorbanan, diukir sejarah, dan dirangkai makna bersama.

antangan Sebuah BangsaOleh Radhar Panca Dahana

What is in a date? Apalah arti sebuah tanggal? Sebagai penanda berganti (mata) hari, atau peristiwa-peristiwa yang kita selebrasi secara global?

Tanggal tetap sebuah hal yang abstrak dan kosong. Hal yang sepanjang sejarah kebudayaan mati-matian mau dimaterialisasi. Pikiran yang memiliki anggapan demikian. Seolah waktu bisa kita tundukkan, lalu kita kerat dalam potongan atau satuan tertentu.

Page 2: CALEG PARPOL

Waktu (mungkin) adalah entitas yang berlangsung melalui diri sendiri. Manusia tak bisa menjangkau, mengendalikan, apalagi membagi-baginya dalam kalender atau buku agenda. Yang terjadi sebaliknya, manusia teperdaya dan dikendalikan waktu.

Karena itu, makna 31 Desember atau 1 Januari tidak berbeda dengan 3 Agustus atau 16 Juli. Tahun Baru pun sudah tidak punya konteks dengan kita, terlebih mengingat ini perayaan yang ditiru dari agama pagan. Ia mendapat arti "baru" semata untuk menghargai Julius Caesar—penggubah kalender Masehi—yang dipadankan dengan Dewa Janus, asal kata Januari.

Ia pun sesungguhnya tidak berhubungan dengan agama, bahkan Kristen. Betapa pun Paus Gregorius pernah menetapkannya sebagai kalender liturgi, dan zaman pertengahan mengaitkannya dengan kelahiran Yesus pada 25 Desember, Tahun Baru tetap tinggal sebagai hari "biasa". Tahun Baru tinggal semata sebagai produk industri, di mana masyarakat global merayakan dengan membelanjakan uang. Inilah puncak kekalahan kesadaran manusia atas logika terhadap nafsu industri yang gigantik.

Limbah kebudayaan

Tahun Baru sesungguhnya berpeluang besar ketika masyarakat dunia dapat digerakkan untuk menyadari realitas kekinian (kontemporer)-nya. Dunia kini berada dalam momen kontemplatif itu karena realitas kontemporer sudah memberi desakan kedaruratan yang memberi ancaman tidak ringan bagi keberlangsungan peradaban, bahkan kemanusiaan itu sendiri.

Kita harus membuat seruan bahwa momen global yang tidak tertandingi ini (kecuali oleh olimpiade dan piala dunia sepak bola) harus kita daya gunakan untuk penciptaan dunia mental, intelektual, dan spiritual baru. Setidaknya agar kita tidak menjadi pandir dan nir-adab karena hanya meladeni nafsu hedonis. Kesenangan bukan sebuah dosa, tapi kontemplasi akan memberi kita makna, termasuk untuk apa kesenangan itu ada.

Selama ini sesungguhnya kita melihat berbagai masalah dalam kehidupan global ini. Remaja yang membunuh ibu kandungnya sendiri, ayah yang menggauli putri kandung hingga hamil, penembakan yang menewaskan ratusan anak sekolah di Amerika Serikat, hingga pemerkosaan atas mahasiswi kedokteran sampai meninggal di India. Semua ini menjadi alarm kuat bahwa peradaban sedang berjalan ke arah yang menghancurkan.

Manmohan Singh, Perdana Menteri India, menegaskan perlunya perubahan sosial (juga mental) di dalam masyarakat India. Begitu pun PM Perancis Dominique de Villepin menyerukan perlunya mengubah cara berpikir orang Perancis, bahkan memperhitungkan kembali prinsip-prinsip dasar Revolusi Prancis akibat kerusuhan hebat di Banlieus.

Pemimpin-pemimpin (negara) besar dunia kian menyadari, di samping desakan-desakan hidup yang membuat mereka menjadi sangat pragmatis, ada persoalan-persoalan idealistis yang jika tidak segera diantisipasi akan membuat semua perhitungan pragmatis sia-sia. Betapa pun dunia mencoba menghindari, tetap bisa terjadi munculnya pemimpin yang megalomania, bahkan maniak, dan memulai sebuah perang global.

Sebuah kegilaan yang berdampak dalam hitungan detik, dalam kurs, harga minyak, distribusi barang, dan berbagai nilai atau kegiatan vital lainnya.

Page 3: CALEG PARPOL

Tanpa fakta itu pun kita semua menyadari, cadangan energi yang menipis tidak akan mengurangi nafsu untuk terus mengeksploitasi. Namun, kebutuhan energi-tak-terbarukan yang meningkat membuat banyak negara krisis. Pada masa itu, kita mungkin akan bertempur—dengan parang atau pistol—demi sekaleng bensin atau air bersih.

Sebuah laporan yang dilansir Newsweek menjelang kematian edisi cetaknya memperlihatkan kepada kita, bagaimana kenaikan suhu dunia 1º Fahrenheit saja membuat kemerosotan produksi bahan pangan utama dunia (jagung, gandum, dan beras) hingga 20 persen. Kejadian kecil pada cuaca membuat pedagang tempe kita blingsatan beberapa waktu lalu.

Baiklah kita sadari dan renungi bersama, hidup bukan melulu soal terompet tahun baru, Shahrukh Khan, James Bond, Sinchan, atau Gangnam Style. Bukan hanya ritus membanjiri outlet atau mal-mal untuk menyerbu diskon merek ternama. Dunia global juga adalah limbah kebudayaan dan sampah peradaban, yang menumpuk-menggunung tanpa kita siap menghadapi itu semua.

Jawaban kebudayaan

Maka celakalah sebuah bangsa, sebuah negara, jika para pemimpin atau calon pemimpinnya tidak memiliki kesadaran, visi, bahkan imajinasi yang cukup lapang mengenai tantangan-tantangan kritis di atas. Kebesaran sebuah bangsa diukur dari seberapa adekuat bangsa itu—dihela para pemimpinnya—merespons semua persoalan yang kini berdimensi global itu.

Perlukah penyelesaian bersifat universal untuk kemudian diterapkan di tingkat lokal? Atau kita mengakselerasi dunia lokal untuk memberikan jawaban ke dunia global? Bagaimana visi sebuah negara-bangsa, apa strategi kebudayaan yang harus mereka susun dan tetapkan?

Akan jadi bencana bila sebuah bangsa atau negara justru diisi oleh para pemimpin dan kandidat yang melulu sibuk, mengeluarkan miliaran bahkan triliunan rupiah, hanya untuk mempersolek dan memoles gincu urat malunya. Akan menjadi kenistaan sejarah (historic embarrassment) jika kita, satu bangsa, membiarkan pemimpin dan calon pemimpin dengan hasrat kekuasaan di bibir, membiarkan anak dan cucu kita menghadapi tantangan berat di zamannya, tidak dengan bekal yang kita cukupkan, tapi justru dengan sisa sumber daya yang keropos.

Tidak perlu gosip murahan atau speculative analysis dari para peneliti atau pakar bodong asing yang menyatakan ada peradaban besar atau kejayaan kebudayaan di negeri ini pada masa lalu. Indonesia, tetap perlu menyadari, sebagai sebuah negeri—sebelum menjadi negara atau bangsa—tetap sebuah peradaban yang tidak bisa diremehkan. Ratusan tradisi hebat masih bertahan dan menjadi bukti di dalamnya.

Karena itu, di sini, Nusantara yang bahari ini, adalah naif jika kita merasa tak mampu menemukan jawaban atas semua persoalan di atas. Jutaan rakyat dan ratusan tradisi sesungguhnya telah menjawab lewat cara mereka melakoni hidup, survive, dan tetap tumbuh. Kenaifan, mungkin kebebalan juga, justru terasa di kalangan elite atau para penentu kebijakan publik, yang tidak mampu menemukan jawaban kebudayaan.

Page 4: CALEG PARPOL

Krisis terjadi atau kian parah justru dari kalangan yang paling menikmati surplus dari negerinya sendiri. Ia melahirkan sebuah mekanisme yang sistemik, yang menggaransi comfort zone dari hedonisme bermuka baru itu. Politik seperti itu bukan politik yang ideal-reflektif, tapi cenderung banal-destruktif. Memang, terlalu bodoh dan hina jika persoalan sebesar ini diserahkan hanya kepada politisi.

Radhar Panca Dahana Budayawan(Kompas cetak, 29 Jan 2013) Powered by Telkomsel BlackBerry®

Calon Legislatif Jujur, Cerminan Partai Politiknya

Soal kriteria tidak harus sama bagi semua parpol. Namun paling tidak, ada hal-hal prinsip yang mesti dipakai semua parpol dalam menjaring calegnya. .

Standardisasi caleg sangat diperlukan karena partai mesti membuat kriteria yang jelas dan tegas tentang siapa saja orang yang layak diusung menjadi caleg partainya. Hal-hal prinsip yang harus dimuat dalam kriteria caleg salah satunya adalah antikorupsi. Konsekuensinya, caleg yang punya track record pernah terlilit kasus korupsi tidak boleh diusung sebagai caleg. Selain antikorupsi, yang harus dipertimbangkan adalah sikap moral dari bakal caleg.

Peringatan Besar bagi Partai PolitikMENJELANG perekrutan calon anggota legislatif oleh partai politik, kasus artis yang terjerat narkoba menjadi pelajaran besar. Baru-baru ini, belasan artis tertangkap oleh anggota Badan Narkotika Nasional sedang pesta narkoba di sebuah rumah di Jakarta. Malah disebut-sebut artis yang juga telah menjadi anggota legislatif ikut dalam pesta tersebut. Hampir seluruh media massa yang ada di Indonesia, baik itu cetak maupun elektronik, juga media maya memberitakan dan mengolok-olok artis tersebut. Dimuatnya berita tentang artis dan pengolok-olokan itu bisa dikatakan sebagai sebuah ungkapan kesal dari masyarakat dan peringatan kepada partai politik.

Setelah kasus artis yang menjadi anggota legislatif yang terlibat korupsi, kini rakyat terpukul perasaannya karena melihat perilaku-perilaku artis yang tidak simpatik itu. Banyak juga yang kecewa bahwa artis kita dinilai hanya menjual muka tanpa mampu memberi inspirasi kepada khalayak pemirsa. Ini misalnya banyak terlihat di televisi

Begitu serempak dan ramainya media memberitakan soal artis yang terlibat narkoba itu, bisa dibaca sebagai sebuah seruan kepada partai politik agar hati-hati dan selektif memilih artis untuk menjadi anggota legislatif. Kini, partai politik banyak mengincar artis sebagai calon legislatif karena dipandang mampu menarik massa. Jika pikiran dan pola ini dipertahankan oleh partai politik, ini merupakan kekeliruan besar. Popularitas tidak sepadan dengan kualitas. Orang mencari popularitas bisa dilakukan dengan cara murahan. Mengobral sensualitas juga menjadi cara untuk populer. Mungkin mereka yang mengobral sensualitas itu pintar, tetapi akan bercitra negatif kalau orang seperti ini yang dipilih menjadi wakil rakyat. Partai politik harus mampu melihat kualitas para artis, intelektualitasnya, citra sosialnya dan cara pandangnya terhadap masa depan. Jika ini tidak dilakukan, citra buruk dari perilaku mereka akan membobol citra partai juga.

Kita bisa lihat dari berita yang terjadi akhir-akhir ini. Ketika salah satu artis anggota partai politik

Page 5: CALEG PARPOL

tertentu yang ditangkap pesta narkoba, partai politik ini sibuk membantah, mencoba memperbaiki citra partai. Itu yang terlihat di permukaan. Kita tidak bisa lihat bagaimana riak yang ada di dalam partai tersebut. Riak-riak seperti ini, kalau ada, tentu saja sangat merugikan bagi partai tersebut. Apalagi kini sedang jelang pembukaan masa pendaftaran individu yang mau masuk partai untuk menjadi anggota legislatif. Partai politik bukanlah organisasi kacangan yang bisa diisi oleh sembarang orang. Partai tertentulah yang kacangan kalau merekrut artis sebagai politisi semata-mata karena artis itu terkenal

Soko guru pembangunan politik di suatu negara terletak pada partai politik. Kemajuan politik suatu negara, termasuk juga diplomasi, sangat ditentukan oleh kemampuan partai politik dalam merekrut kader. Kader inilah yang akan bertarung, dan pertarungan itu jangan dianggap di parlemen saja, tetapi juga di dalam partai itu sendiri. Pertarungan di dalam partai berupa peneluran strategi, konsep yang mampu menjawab tantangan zaman. Bagaimana mungkin partai politik bisa maju kalau kadernya hanya mengandalkan popularitas, apalagi hanya mengandalkan wajah-wajah yang dipoles bedak. Partai politik harus mampu memberikan sumbangan terhadap kemajuan negara.

Mahalnya menjadi Wakil RakyatOleh : -

 Padang Ekspres • Rabu, 30/01/2013 12:18 WIB • 21 klik

Setiap kali memasuki musim pendaftaran caleg selalu diikuti dengan isu setoran uang dari para caleg ke parpol. Isu ini tak pernah dibuktikan, namun seperti sudah menjadi rahasia umum. Meski sistem pemilu berdasarkan suara terbanyak, parpol tetap memiliki peran besar menentukan daerah pemilihan (dapil) setiap caleg. Bisa saja caleg yang tidak segaris dengan parpol ditaruh di dapil yang tidak memungkinkan bagi caleg tersebut untuk menang. 

 Lantas timbul pertanyaan. Bagaimana jika capres, atau tokoh yang disosialisasikan dalam iklan, ternyata sulit dijual, misalnya karena sisi buruknya di mata publik jauh lebih berat dari sisi baiknya? Apakah capres yang diusung bisa dijadikan media untuk mengangkat popularitas partai yang mengusung? Jawabannya iya, untuk capres yang popularitas dan elektabilitasnya bagus. Tapi jika capres yang diusung tidak populer, atau bahkan di internal partainya sendiri masih menjadi perdebatan karena kurang disukai, ketika ”dijual” tidak akan berpengaruh bagi penambahan suara partainya, malah sangat mungkin bisa menurunkan suara partainya. 

Demokrat: Parpol yang Rekrut Artis Jadi Caleg adalah Parpol GagalJAKARTA - Pro dan kontra masuknya para public figur atau para artis dalam daftar calon anggota legislatif masih terus mengemuka. Ditambah lagi dengan kasus tertangkapnya anggota Fraksi PAN DPRD DKI Jakarta Wanda Hamidah, terkait dugaan kehadirannya dalam pesta narkoba di kediaman Raffi Ahmad. Lalu tgl 30/1/2013 Wanda Hamidah dinyatakan bebas dari narkotika. Hal itu membuat partai politik berhati-hati untuk merekrut artis sebagai calon legislatif. Memang popularitas artis sangat mudah untuk mendulang suara partai, tapi justru banyak artis yang terjebak dalam kasus obat-obatan terlarang. 

Page 6: CALEG PARPOL

Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, partai yang masih mencalonkan artis pada Pemilu Legislatif 2014 mendatang adalah partai yang gagal. Kecuali kata dia, artis itu memang sedari awal sudah memilih untuk masuk parpol jauh-jauh hari sebelum pemilu. "Partai yang merekrut artis itu partai yang gagal dalam membangun kader. Kecuali artis itu sudah berpartai. Tapi tidak serta merta, tahu-tahu jadi caleg. Itu terus terang akan jadi masalah saat duduk di DPR," ungkap Marzuki di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (29/1/2013). Dia juga mengakui bahwa kinerja anggota dewan dari kalangan artis masih belum imbang. Bahkan, kata dia, sebagian besar mantan artis yang menjadi anggota DPR belum menyadari perannya sebagai anggota legislatif. "Ada yang baik, ada yang belum menonjolkan sebagai wakil rakyat. Menganggap masih jadi artis, dari cara berpakaian, dia harus berempati pada rakyat. Harus sederhana. Kalau di rumah kalau mau pakai yang mewah, ya enggak apa-apa. Tapi kalau mau ke DPR, kira-kira saat dilihat mata rakyat," jelas dia. Sementara kata Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Partai Demokrat itu, partainya sejak dulu telah membatasi terkait rekrutmen artis. "Kita dari dulu tidak serta merta jadikan artis duduk sebagai caleg, memang yang dari dulu sudah jadi kader," pungkasnya.

Wani Piro...?TAHUN 2013 disebut Tahun Politik. Tahun konsolidasi politik menuju puncak pesta demokrasi 2014 saat pemilihan umum presiden dan legislatif digelar.Terkait dengan itu, partai politik juga akan merekrut kader-kader terbaik untuk dicalonkan menjadi anggota legislatif pada semua jenjang legislatif. Tahun 2014 tersedia 2.137 kursi legislatif. Jumlah itu meningkat dari Pemilu 2009 sebanyak 2.008 kursi. Penambahan tersebut seiring peningkatan jumlah penduduk.

semisal berani bayar dan setor sekian lalu jadilah mereka calon.Wani piro?Banyak anak bangsa, kader partai, yang berkualitas prima tetapi tidak dapat masuk menjadi angota legislatif karena tidak mampu memenuhi pertanyaan tadi,wani piro?

Fakta menyodorkan kinerja politikus kita memang sangat buruk, begitu banyak orang terjerat korupsi yang memalukan, hina. Gonjang-ganjing korupsi malah menonjol ketimbang kinerjanya. “Sudah terbukti anggota legislatif kita berkinerja buruk.

Apalagi kalo dikuasai sang pemilik modal. Tinggal bisa masuk sana-sani.

KEKUASAAN BUKAN TUJUANKepada Okezone, Ketua Umum Partai Golkar periode 1998-2004 ini mengaku cukup miris melihat dinamika politik Indonesia dewasa ini. Pasalnya, di era demokrasi ini tidak jarang para

Page 7: CALEG PARPOL

politisi yang bertingkah menyimpang, jauh dari cita-cita reformasi, dan cenderung bersikap transaksional. Terlebih, akhir-akhir ini sangat banyak para politisi muda yang terjerat dalam berbagai kasus korupsi. Menurut Akbar, maraknya kasus korupsi yang melibatkan sejumlah politisi ini disebabkan karena dampak negatif dari sistem politik Indonesia yang sangat bebas dan terkesan pragmatis. "Terjadinya peristiwa korupsi ini tentu tidak lepas dari sistem politik kita yang pragmatis dan transaksional. Menjadi politisi memang butuh dana besar. Kalau begitu kan tentu mereka berusaha mendapatkan dana dari jabatan mereka baik halal maupun haram," kata Akbar.  "Ini sebetulnya bisa juga menjadi dasar dari kepemimpinan partai untuk melakukan rekrutmen. Bukan karena punya dana yang kuat. Kalau seperti itu nanti hanya orang-orang yang punya uang yang dipilih. Dia hanya akan berpikir bagaimana mengembalikan uang modal dia terjun ke politik. Ini harus dibuat aturan ke depan misalnya aturan kampanye. Jangan sampai nanti mengakibatkan korupsi yang tinggi dan transaksi politik," ungkapnya. Dunia politik, sambung Akbar, pada dasarnya adalah dunia pengabdian. Orang-orang yang masuk ke dalam dunia politik haruslah orang yang terpanggil, terutama terpanggil untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan mensejahterakan rakyat Indonesia. Dia juga mengingatkan kepada seluruh politisi, bahwa kekuasaan bukanlah akhir atau tujuan dari politik itu sendiri. Menurut Akbar, kekuasaan hanyalah sebuah alat untuk mewujudkan cita-cita bangsa. "Keterpanggilan masuk ke dunia politik itulah yang menjadi dasar pengabdian, dan kita akan meraih jabatan politik atau kekuasaan. Tapi kekuasaan bukanlah tujuan utama. Kekuasaan adalah sarana untuk bisa merealisasikan gagasan dan ide-ide kita untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Inilah sejatinya politik itu," tegasnya. Diterangkan Akbar, sebagai wadah dari aspirasi rakyat, partai politik seharusnya mampu mengutamakan figur yang memiliki visi misi jelas, kemampuan baik, serta disukai masyarakat untuk diusung baik sebagai calon anggota legislatif, Kepala Daerah, maupun Presiden. Bukan mengusung figur hanya karena memiliki kemampuan finansial yang besar. "Kalau dia punya dedikasi yang terbukti untuk memperjuangkan cita-cita bangsa, tapi dia kurang pendanaan, partai harus membantu dia. Jangan hanya pengusaha, kalau latar belakang pengusaha dia pasti akan mempertaruhkan jabatanya untuk mencari pengganti biaya politiknya," imbuhnya. 

MESKI BEBAS DARI NARKOBA, WANDA HAMIDAH TERANCAM HUKUMAN 6 TAHUN PENJARA

Karena, politikus PAN itu masih mungkin dijerat dengan Undang-Undang nomor 35 tahun 2009. Wanda diduga mengetahui orang memiliki narkoba tapi tidak melaporkannya.

"Dengan mengetahui lalu tidak melaporkan saja sudah terkena pasal. Minimal enam bulan penjara," kata Kepala Humas BNN, Sumirat Dwiyanto di Gedung BNN, Jakarta, Rabu (30/1/2013).

Page 8: CALEG PARPOL

namun Wanda masih terancam hukuman pidana, karena dianggap PAN itu masih mungkin dijerat dengan Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika. Wanda diduga mengetahui orang memiliki narkoba tapi tidak melaporkannya.Terkait hal itu, Bima enggan menanggapinya lebih lanjut. “Kami belum bisa berbicara, karena itu masih kemungkinan-kemungkinan, kita tunggu penjelasan resmi dari BNN,” kata Bima.

Mengenai sanksi yang akan dijatuhkan kepada Wanda Hamidah, Bima juga belum bisa mengungkapkannya. “Kami punya AD/ART (Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga) , kami belum bisa mengatakan soal sanksi, yang jelas saat ini kami mendasarkannya pada dua pertimbangan, pertama, mendengar keterangan BNN, kedua, mendengar klarifikasi dari Wanda,” katanya.

PPP Bakal Hati-Hati Rekrut Caleg Artis Tak dipungkiri, selebriti terbilang sangat mudah mendulang suara rakyat, tapi justru banyak artis yang terjerembab dalam kasus barang haram tersebut. Oleh sebab itu, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akan melakukan kerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk menyatakan PPP bebas dari Narkoba. Seluruh caleg dan anggota DPR serta pengurus PPP harus bebas dari narkoba. Hal ini merupakan sikap kehati-hatian PPP dalam melakukan rekrutmen terutama dari kalangan artis. Sebab, kasus penggerebakan artis Raffi Ahmad dan 17 orang lainnya, menjadi pelajaran partai berlambang ka'bah dan semua pihak. Karena narkoba merupakan kejahatan extraordinary. "Kita meminta BNN dan Kepolisian untuk tidak main-main dalam menerapkan pasal, harus dengan ancaman maksimal," ungkap Wakil Ketua Fraksi PPP, Ahmad Yani kepada Okezone, Selasa (29/1/2013). tidak boleh membedakan proses pemeriksaan meski menyangkut anggota dewan ataupun publik figur. "Saya juga mempertanyakan, mengapa proses pemeriksaan begitu lama terhadap 17 orang ini, apa karena melibatkan anggota dewan dan publik figur? Bandingkan dengan Afriyani yang sangat cepat dalam proses pemeriksaannya," tegasnya. 

Mempertimbangkan Caleg Artis

Hasrul Harahap

Penangkapan yang dilakukan BNN pada hari ahad melibatkan beberapa artis kondang dan anggota DPRD DKI Jakarta. Wanda Hamidah seorang politikus dari Partai Amanat Nasional yang juga berprofesi sebagai artis menjadi sorotan publik beberapa hari  terakhir ini. Bahkan Raffi Ahmad yang akan direkrut oleh Partai Amanat Nasional akan mencalonkan diri menjadi calon legislatif mendatang. Caleg artis di kacah perpolitikan kita menjadi fenomena baru

Page 9: CALEG PARPOL

Meskipun publik mempunyai pertanyaan besar tentang kapasitas mereka tetapi tidak sedikit pula masyarakatt yang mendukung mereka untuk menjadi caleg. Fenomena caleg artis sebenarnya sudah terjadi pada masa orde baru sebut saja sopan sopian dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Dede Yusuf, Dedi Mizwar, Rieke Diah Pitaloka yang sekarang akan bertarung di Pemilhan Gubernur Jawa Barat dan Rano Karno yang sekrang menjabat sebagai Wakil Gubernur Banten dll. Ini membuktikan  adanya era baru dalam sistem demokrasi di Indonesia bahwa caleg artis mendapat posisi yang signifikan dalam pemilihan legislatif. Timbul pertanyaan mengapa selebritas politik menjadi begitu menjamur di beberapa partai politik kita? Salah satu faktor yang mendorong artis untuk terjun ke dunia politik dalam sistem demokrasi adalah karena mereka sudah mempunyai modal popularitas yang mumpuni tanpa melihat aspek kapabilitas seorang caleg. Ini tentunya menjadi modal dasar seoarang anggota legislatif untuk bertarung di pemilihan legislatif. Disamping itu rekrutmen politik yang selektif menjadi penentu partai politik untuk merekrut caleg artis. Minimnya pendidikan politik yang dilakukan partai politik salah satu faktor caleg artis begitu melenggang dalam pertarungan politik. Untuk itulah, partai politik harus benar-benar selektif dalam memilih caleg artis karena aspek popularitas saja tidak cukup bagi seorang wakil rakyat untuk duduk dikursi parlemen tetapi harus didukung oleh integritas dan kapasitasnya sebagai perpanjangan rakyat.

Minim Kapasitas

Minimnya kapasitas yang dimiliki caleg artis menjadi penyebab banyaknya celeg artis yang melakukan budaya koruptif. Sebut saja politikus partai demokrat Angelina Sondakh yang terlilit kasus korupsi Wisma Atlet. Sebenernya berita tentang artis dan politik bukanlah hal baru. Beberapa waktu yang lalu beragam reaksi pun muncul terbagi antara optimistis, netral dan pesimistis. Tapi mungkin kehebohan Raja Dangdut Roma Irama yang digadang-gadang untuk menjadi bakal calon presiden 2014 dan disambut positif dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pencapresan Roma Irama disambut positif dengan beragam respon, dari yang bernada serius sampai yang bernada guyonan. Meski publik kurang bisa membayangkan kalau Roma Irama menjadi seorang presiden kedepan, tapi dalam konteks ini, Roma Irama tidaklah bersalah apa-apa, karena dia punya hak untuk itu. Bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk berpartisipasi di bidang politik termaktub dalam konstitusi negara. Kemudian, Kalau budaya rekrutmen caleg artis selalu tetap dipertahankan oleh partai politik dalam mengumpul lumbung-lumbung suara, ini akan berpengaruh besar terhadap perjalan partai politik kedepan karena hanya mempertimbangkan aspek popularitas semata. Bahkan ini akan menggusur peluang kader-kader yang telah bertahun-tahun membesarkan dan mengabdi kepada partai politik. Disamping itu, kehadiran caleg artis di panggung politik menjadi alternatif baru bagi partai politik untuk memulihkan citranya kembali. Krisis kepercayaan publik terhadap partai politik salah satu faktor caleg artis ditempatkan diposisi yang strategis. Meskipun kehadiran para celeg artis tersebut hanya sebagai seleberitas di panggung politik kita. Tanpa bermaksud untuk merendahkan (underestimate)kapasitas para caleg artis perlu kiranya partai politik untuk mempertimbangkan ulang caleg artis untuk bertarung dalam arena politik karena kehidupan politik sangat berbeda jauh dengan kehidupan para selebritas. Sebagai caleg artis yang akan berkompetisi di pemilahan legislatif 2014 pelu kiranya untuk memiliki aspek akuntabilitas, kapabilitas, dan integritasnya kepada partai politik.

Selebritas Politik

Page 10: CALEG PARPOL

Meskipun setiap orang dijamin oleh undang-undang untuk memiliki hak yang sama dalam dalam berpolitik. Celakanya, partai-partai politik tampaknya berlomba-lomba untuk meminang para artis untuk dijadikan calon anggota legislatif. Jika partai politik lebih mengutamakan orang-orang yang menggenggam popularitas daripada kader-kadernya sendiri, maka kian sempurnalah kecenderungan pragmatisme politik. Tentunya ini menjadi peringatan keras (warning) bagi partai politik untuk tidak mengambil jalan pintas dalam merekrut caleg artis demi mendulang popularitas sesaat. Disamping itu juga, dengan kehadiran artis dipanggung politik secara jangka pendek akan menggeser politisi-politisi ideolog dari panggung politik. Kesempatan mereka untuk tampil dalam mengelolah kekuasaan akan terebut oleh politisi-politisi karbitan. Fenomena ini merupakan salah bentuk kegagalan partai politik dalam melakukan rekrutmen dan kaderisasi. Sementara itu, kalangan selebriti yang ingin terjun ke dunia politik harus membuktikan dirinya sendiri kepada publik bahwa popularitas tidaklah cukup untuk menjadi perpanjangan aspirasi rakyat. Tanpa itu semua komoditas artis hanya dianggap sebagai hiasan untuk membesarkan partai politik. Untuk itulah, sudah saatnya selebriti politik dituntut untukcare terhadap persoalan publik agar eksistensi selebriti politik merupakan salah satu solusi permasalah publik.

Penutup

Lebih ideal, partai harus bisa menyiapkan kader unggulan untuk menjadi calon pemimpin berkualitas. Bukan sebaliknya, lebih memilih kader instan yang belum tentu mampu menyelesaikan permasalahan bangsa. Maka babak baru politik artis ini suatu saat melahirkan oligarki  seliberiti.

*Penulis adalah Peneliti di Candidate Center

Artis jadi caleg, parpol diminta beri pendidikan politikHaris Kurniawan - SindonewsSenin,  28 Januari 2013  −  12:49 WIB

Ilustrasi. (Dok. Sindonews). Parpol harus memberikan pendidikan politik kepada caleg dari kalangan artis tersebut."Karena orang-orang yang tidak melalui kader tahu-tahu jadi caleg (calon legislatif) buat keramaian, partai harus kenalkan pendidikan politik," ujar Ketua DPR Marzuki Alie di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (28/1/2013). Dia mengatakan, bergabungnya artis dalam bursa caleg menjadi polemik tersendiri di publik. "Artis yang masuk ke partai menjadi isu yang menarik, kenapa padahal banyak yang lain lain  yang bagus dicalonkan menjadi anggota dewan tentukan melalui kaderisasi yang semestinya," terangnya. 

Page 11: CALEG PARPOL

Politikus Partai Demokrat ini menambahkan, kegaduhan politik yang terjadi belakangan ini di PDR juga tidak terlepas dari proses rekrutmen caleg oleh parpol. Pasalnya, anggota DPR terpilih tidak serta-merta berasal dari proses kaderisasi, namun dari kalangan luar juga bisa masuk dalam proses caleg. "Penjenjangan kaderisasi tidak serta-merta orang luar masuk menjadi caleg, harus berawal dari kader, itulah yang mengakibatkan DPR hirup-kikuk seperti sekarang," pungkasnya.

Marzuki kritisi partai yang sembarangan rekrut artisReporter : Randy Ferdi Firdaus

Wakil Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie menilai partai politik yang merekrut artis tanpa didasari pengkaderan terlebih dahulu adalah partai yang gagal.

Marzuki mengatakan, partai politik tidak selayaknya serta merta mencalonkan artis sebagai calon legislatif hanya karena artis tersebut memiliki popularitas.

Menurut Marzuki, partai politik juga harus melihat kompetensi artis tersebut sehingga ke depan jika arti itu menjabat sebagai anggota DPR tidak membuat hiruk pikuk lembaga legislatif.

"Partai yang merekrut artis itu partai yang gagal dalam membangun kader kecuali artis itu sudah ikut kaderisasi, ikut penjenjangan, ikut pembinaan di partai. Tidak serta merta jadi caleg. Artinya partai itu enggak akan jadi masalah saat yang bersangkutan menjabat," jelas Marzuki di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/1).

Ketua DPR ini juga mengklaim, Partai Demokrat selalu merekrut artis yang berkualitas dengan pertimbangan dan tes seleksi yang ketat.

"Kita dari dulu tidak serta merta artis-artis yang sudah masuk Demokrat bisa jadi kader tanpa proses pembinaan tidak serta merta jadi caleg," imbuhnya.

Dia juga mengimbau kepada para artis yang sudah menjabat ataupun yang akan menjabat sebagai anggota DPR dapat menunjukkan sikap dan empati yang mencerminkan sebagai wakil rakyat.

"Kalau bisa yang sederhana, kalau di rumah pakai mobil jet itu enggak masalah, kalau ke kantor gunakanlah mobil untuk wakil rakyat," tandasnya.

PANMeski para artis tersebut memiliki modal popularitas, PAN tidak memberi perlakuan istimewa pada mereka. Menurut Taufik, yang menentukan adalah kualitas kerja dan pemikiran mereka.

Page 12: CALEG PARPOL

Sejauh ini, PAN terlebih dahulu memprioritaskan kadernya untuk didorong maju pileg 2014. Partai berlambang matahari itu mengklaim memiliki kader potensi yang berlimpah.

Semua nama-nama yang terdaftar sebagai caleg, akan diseleksi lebih lanjut di internal PAN. Digodok, dan diverifikasi terkait dengan rekam jejak dan proses pelatihan kader.

"Dan berkaitan tes kejiwaan dan sebagainya. Di situlah diproses, apakah diseleksi lolos sebagai caleg atau tidak," terangnya.

"PAN sesuai arahan ketua umum, Pemilu 2014 kita tidak memungut uang sepeser pun, alias gratis," tegas Taufik.

Cinta Penelope dan Said 'Bajuri' daftar caleg di PKB

Salah satunya adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Partai yang mayoritas pendukungnya adalah warga Nahdlatul Ulama itu mengaku sudah banyak artis yang mendaftarkan diri untuk maju sebagai caleg dari PKB.

"Kemarin saya lihat Cinta Penelope sudah ikut baksos dengan ibu-ibu PKB, ada Gita KDI juga yang mau nyalon, tapi saya enggak hafal semua," jelas Ketua Fraksi PKB DPR Marwan Jafar di Gedung DPR, Jakarta, Senin (21/1).

Selain itu, salah seorang pemain Bajaj Bajuri, Saleh Ali Bawazier, juga sudah mendaftar melalui PKB.

"Ada juga si pemain Bajaj Bajuri, Said Bajuri, kabarnya juga nyaleg di PKB," imbuhnya.

Meski demikian, Marwan menjelaskan, tidak mudah untuk menjadi caleg di PKB. Para pendaftar harus terlebih dahulu mengikuti test yang telah diatur dalam mekanisme perekrutan caleg di PKB.

"Harus satu visi satu misi, isinya apa, platform kita seperti apa, nilai kepartaian harus tahu itu, kita sih welcome saja," tegas dia.

“Parpol benar-benar harus ekstra hati-hati ketika menyalonkan artis sebagai caleg dalam Pemilu 2014,” kata Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Y. Thohari, Senin 28 Januari 2013. Tak hanya artis, ia juga meminta parpol berhati-hati mencalonkan tokoh dari kalangan profesional yang akan direkrut sebagai caleg.

“Fakta menunjukkan pecandu narkoba di negeri ini begitu luas, bahkan sampai menembus kalangan anggota legislatif, yudikatif, eksekutif, kaum profesional,

Page 13: CALEG PARPOL

apalagi kalangan selebritis,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar itu.

Jika ada anggota DPR yang di kemudian hari terjerat narkoba atau korupsi, maka partai politik menjadi pihak yang paling harus bertanggung jawab. “Karena parpol yang menominasikan nama-nama caleg. Bening dan kotornya caleg Pemilu 2014 tergantung sepenuhnya pada parpol,” ujar Hajriyanto.

PKSPresiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq mengungkapkan, terlepas dari kasus penggerebekan itu, sebenarnya PKS memang meningkatkan kualitas rekrutmen caleg.

dengan mempertimbangkan kemampuan, integritas, serta karakter politisi bersih, profesional, dan peduli.

Demokrat

Partai Demokrat juga menjadikan integritas sebagai syarat utama dalam seleksi caleg. Citra partai diyakini dapat diperbaiki dengan menawarkan caleg berintegritas. ”Syarat pertama caleg Partai Demokrat adalah integritas,” kata Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Jero Wacik di Jakarta Convention Center.

Majelis Tinggi adalah organ partai yang bertugas memutuskan caleg di tingkat nasional. Majelis Tinggi diketuai Susilo Bambang Yudhoyono dan wakilnya adalah

Ia mengatakan, partai politik hendaknya menghindarkan diri dari pragmatisme politik dalam Pileg 2014 dengan tidak memanfaatkan caleg dari kalangan artis demi mendapatkan dukungan suara rakyat. "Sekalipun kita tidak patut menggeneralisir bahwa kalangan artis terindikasi narkoba. Namun, secara moralitas politik sangatlah tidak etis kalau parpol hanya dijadikan alat pengumpul suara melalui pencalegan artis-artis yang populer," kata Basarah.

Basarah menilai, partai politik perlu memberikan pendidikan politik kepada masyarakat bahwa jika merekrut artis sebagai caleg, maka artis itu harus memiliki rekam jejak sosial yang baik atau setidaknya punya keahlian dasar untuk ditempatkan menjadi anggota parlemen yang baik dan efektif. Untuk mencegah caleg yang terlibat kasus narkoba, Basarah menjelaskan, PDI-P telah menandatangani Kesepakatan Kerja Sama dengan Badan Narkotika Nasonal (BNN) pada tanggal 10 Januari 2013 lalu. wKesepakatan ini ditindaklanjuti dalam bentuk pengawasan dan penyuluhan antinarkoba terhadap seluruh jajaran struktur dan kader PDI-P di Indonesia.

" Seperti diberitakan, BNN mengamankan 17 orang dari kediaman artis Raffi Ahmad pada Minggu (27/1/2013) karena diduga melakukan pesta narkoba. Sebanyak empat orang di antaranya yang berasal dari kalangan artis, yakni Raffi, Wanda Hamidah, Zaskia Sungkar, dan Irwansyah, ikut terjaring. Selain artis, Wanda juga masih aktif menjabat sebagai anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN).

Jika partai membuka seluas-luasnya proses pencalegan dari luar partai, sama saja  tidak memiliki kaderisasi yang baik. Dan itu akan merusak partai. "Bagaimanapun

Page 14: CALEG PARPOL

politik itu ada jenjang karier dan tidak bisa serta merta asal populer,” kata Marzuki yang juga Ketua DPR.

Seleksi ketat dalam pencalegan wajib dilakukan. Partai Demokrat belajar dari pengalaman, di mana banyak kader terlibat kasus korupsi. Partainya tak mau kecolongan lagi. ”Kami tidak mau kecolongan lagi. Jika ada kalangan artis yang mau bergabung pun tidak bisa sembarangan. Kami tidak mau nantinya ada masalah.Caleg yang telah digembleng partai saja masih ada saja yang melanggar hukum,” kata Marzuki. (E4) Foto:

Karena itu, Masykurudin menilai mekanisme perekrutan calon legislatif harus lebih diperketat. "Harus ada mekanisme perekrutan dengan standar yang tinggi, kredibilitas, pengetahuan politik yang cukup dan juga bebas dari pengaruh narkoba. Karena yang terakhir ini paling rentan di kalangan artis kita.

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah partai politik peserta Pemilihan Umum 2014 tidak akan membedakan perlakuan terhadap para artis yang menjadi bakal calon anggota legislatif (caleg). Para artis itu tetap harus mengikuti mekanisme perekrutan yang diberlakukan partai sebelum ditetapkan menjadi caleg sama seperti kader lain.

"Kami tidak akan membedakan latar belakang. Semua persyaratan sama untuk semua bakal caleg, artis ataupun nonartis," kata Ketua DPP Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Saleh Husin di Jakarta, Selasa (22/1/2013).

Sejumlah nama artis memang masuk daftar bakal caleg Hanura. Artis yang sudah lama bergabung dengan Hanura seperti Gusti Randa dan Reny Jayusman. Ada juga artis yang baru bergabung, seperti Iis Sugianto dan Kris Dayanti (KD).

Hal serupa dilakukan Partai Amanat Nasional (PAN). Menurut Sekretaris Jenderal PAN Taufik Kurniawan, semua artis yang menjadi bakal caleg harus mengikuti serangkaian seleksi, termasuk tes kejiwaan. Hanya mereka yang lolos seleksi yang ditetapkan sebagai caleg.

"Tidak bisa dimungkiri, mereka (para artis) memang punya kelebihan popularitas. Tapi, kami mengutamakan kerja (untuk masyarakat). Tidak ada dikotonomi artis atau nonartis," katanya.

Menurut Taufik, ada sejumlah artis baru yang bergabung dengan PAN, di antaranya Marissa Haque, Hengky Kurniawan, Lucky Hamzah, dan Raffi Ahmad.

JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi berlatar belakang artis, Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio, mempertanyakan hasil survei Charta Politika Indonesia yang menyebut bahwa mayoritas masyarakat tak ingin artis menjadi calon legislatif (caleg). Menurut Eko, hasil survei itu tidak bisa disebut mewakili seluruh rakyat Indonesia.

"Berapa koresponden yang diteliti? Siapa yang diteliti? Tak bisa dong dikatakan mewakili 230 juta penduduk Indonesia," kata Eko ketika dihubungi, Jumat (31/8/2012).

Hal itu dikatakan Eko ketika dimintai tanggapan survei Charta Politika bahwa masyarakat kecewa terhadap artis yang menjadi caleg. Sebanyak 62 persen responden tidak menginginkan artis menjadi caleg. Hanya 16,7 persen yang menginginkan artis jadi caleg. Menurut survei, mayoritas responden ingin caleg berlatar belakang pengusaha.

Menurut Eko, kinerja politisi di DPR yang berlatar belakang artis pada periode 2009-2014 baik

Page 15: CALEG PARPOL

dan telah memberi warna. Selain dirinya, Eko memberi contoh artis yang bekerja dengan baik, seperti Nurul Arifin (F-Golkar), Tantowi Yahya (F-Golkar), dan Rieke Diah Pitaloka (F-PDIP).

"Bahkan, dari artis enggak ada yang korupsi. Kasus korupsi Al Quran itu dari background pengusaha. Hal ini perlu disikapi secara jernih. Charta Politika pernah mengader artis untuk masuk anggota Dewan, tetapi gagal," pungkas politisi Partai Amanat Nasional ini.

JAKARTA, KOMPAS.com — Venna Melinda, artis yang kini duduk sebagai wakil rakyat dari Fraksi Partai Demokrat, mengaku prihatin atas kasus dugaan narkoba yang menjerat rekan-rekannya sesama artis yang juga politisi. Menurut Venna, sebagai public figure, artis harus selalu bersikap hati-hati karena mendapat sorotan. Apalagi jika sudah terjun ke dunia politik.

"Saya ikut prihatin, kan ini masalah musuh besar seperti terorisme. Kami harapkan kalangan artis, ini jelas masalah berat dan jadi pelajaran bagi artis-artis. Jangan salah pergaulan karena menyebabkan kerugian bagi kita," ujar Venna, Senin (28/1/2013), di Gedung Kompleks Parlemen Senayan. 

Venna yang merupakan Anggota Komisi X ini menyadari, meski belum terbukti menggunakan narkoba, ekspose berita yang tersebar luar justru sudah merusak citra dari artis itu. Sebagai artis, lanjutnya, harus siap-siap memiliki mental kuat lantaran godaan yang kerap menerpa. 

"Apalagi kita mau masuk politik, bagaimana kita harus ekstrahati-hati dalam bertindak. Kalau mengaku siap masuk politik, harus siap mental karena dunia politik lebih liar dari artis, harus kuat iman," kata artis yang gemar menari salsa ini.

Venna mendukung langkah partai-partai yang hendak menerapkan tes urine kepada setiap kader, termasuk caleg-caleg yang akan diusungnya. "Saya rasa kalau memang diperlukan (tes narkoba untuk masuk parpol), tidak apa-apa," kata Venna. 

PPP Akan Tes Urine Bakal CalegAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy atau Romy mengatakan, partainya tidak akan menoleransi kader-kader, apalagi para calon anggota legislatif (caleg) yang terlibat narkoba. Ia mengungkapkan, PPP akan menerapkan tes urine bagi setiap bakal caleg yang akan diusung.

"PPP memastikan semua bakal caleg yang mendaftar, utamanya yang berasal dari profesi artis, tidak pernah terlibat narkoba. Jangankan tes, bau narkoba pun tidak akan kami tolerir," ujar Romy, Senin (28/1/2013) di Gedung Kompleks Parlemen Senayan. 

Hal itu disampaikan Romy menanggapi beberapa artis yang merupakan politisi dan bakal caleg yang tertangkap Badan Narkotika Nasional pada Minggu (27/1/2013) pagi kemarin. Seperti diberitakan, BNNmenggerebek kediaman artis Raffi Ahmad atas dugaan penyalahgunaan narkoba. Raffi diketahui tengah dilirik Partai Amanat Nasional untuk menjadi bakal caleg yang akan diusung pada Pemilu 2014. Selain Raffi, BNN juga mengamankan politisi PAN yang kini duduk di DPRD DKI Jakarta, Wanda Hamidah. 

Page 16: CALEG PARPOL

Dengan kejadian ini, Romy pun mengaku prihatin. Menurutnya, sebagai seorang tokoh ternama, mereka seharusnya menjaga karakter bangsa. "Sebagai public figure seharusnya mereka mampu menjaga identitas dan karakter bangsa. Bukan malah larut dengan karakter artis Barat yang memang selalu beriringan dengan narkoba," ujar Ketua Komisi IV ini. 

Oleh karena itu, lanjut Romy, PPP akan melihat seluruh riwayat para caleg yang akan diusung. "Kami akan lihat riwayatnya di SKCK (surat keterangan catatan kepolisian) dan tentu akan dilakukan tes," kata dia. 

Jakarta, Kompas - Jumlah calon anggota legislatif dari kalangan artis pada Pemilu 2014 diperkirakan turun dibandingkan Pemilu 2004 dan 2009. Partai politik mengutamakan mencalonkan kader sendiri daripada artis, yang nyatanya tidak meyakinkan, bahkan beberapa tersangkut korupsi.

Sekretaris Jenderal PAN Taufik Kurniawan mengemukakan, PAN membuka dua jalur pendaftaran caleg, yakni jalur kader dan nonkader. ”Tapi, jalur kader ini yang jadi basis,” kata Taufik di Jakarta, Senin (21/1).

Ia menyebut, sejumlah artis sudah terdaftar sebagai bakal caleg, yaitu Marissa Haque, Hengky Kurniawan, Lucky Hamzah, dan Raffi Ahmad. PAN tidak membedakan artis dan nonartis. Popularitas bukan satu-satunya pertimbangan bagi parpol dalam menetapkan daftar caleg.

Ketua DPP Partai Hanura Saleh Husin mengungkapkan, ada sejumlah artis yang memang sejak lama bergabung dengan Hanura, antara lain Gusti Randa dan Renny Jayusman. Adapun Iis Sugianto dan Krisdayanti akan bergabung.

Siti Zuhro menilai parpol sekarang berhitung apakah kalangan artis meningkatkan simpati dan dukungan publik atau tidak. Sebagian artis di DPR tidak memperlihatkan kinerja baik. Meski pendidikan politik kurang berjalan baik, sebenarnya masyarakat pemilih makin cerdas dan memahami perilaku anggota legislatif.

Uji elektabilitas

Sementara itu, PKB akan melakukan uji elektabilitas calegnya pada pertengahan 2013 untuk mendapatkan gambaran elektabilitas caleg setengah tahun sebelum Pemilu 2014. Ketua Lajnah Pemenangan Pemilu DPP PKB Saifullah Ma’shum mengemukakan, PKB akan melakukan uji kompetensi.

Setelah uji kompetensi, caleg diminta melakukan kerja-kerja politik, mengumpulkan anggota PKB baru, dan mendapatkan tanda anggota bagi 3.000 orang di daerah pemilihannya.

Uji publik

Untuk mendapatkan calon terbaik dari mana pun latar belakangnya, parpol perlu melakukan uji publik terhadap caleg yang mereka usulkan. ”Komunikasi dengan publik ini penting agar publik

Page 17: CALEG PARPOL

bisa memberi masukan, sekaligus membangun kedekatan partai tersebut dengan rakyat banyak,” ujar Koordinator Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow.

Menurut Jeirry, uji publik dilakukan sebelum daftar caleg diserahkan parpol kepada Komisi Pemilihan Umum. Jika parpol bersedia melakukan hal itu, akan muncul harapan perbaikan kualitas politisi yang dihasilkan dari Pemilu 2014. Masyarakat bisa mengawasi sejak perekrutan caleg dan bisa menolak politisi yang diajukan parpol. ”Kita bisa berharap agar parlemen nanti tidak dihuni lagi oleh politisi busuk,” kata Jeirry.

Mekanisme uji publik ini, kata dia, tidak terlalu merepotkan parpol. Perekrutan caleg diumumkan secara terbuka oleh parpol, berikut kriteria dan mekanisme internal yang dijalankan. Setelah proses internal parpol, kandidat yang terseleksi diumumkan agar ada masukan dari publik untuk perubahan yangdiperlukan. (NTA/IAM/LOK/DIK/k01)

Artis dan politikOleh: Andy Dewananta

PDI Perjuangan kata Taufiq sejak awal tidak pernah memprioritaskan artis untuk masuk sebagai caleg. Bahkan sosok artis yang ada di PDI Perjuangan sangat sedikit.

Contohnya, masuknya artis ke PDI Perjuangan baru terjadi sekitar tahun 2009. Salah satu produk artis yang sukses diusung oleh PDI Perjuangan adalah Rieke Diah Pitaloka dan Dedi Gumelar alias Miing.

"Ya itu karena mereka punya latar belakang bagus sebagai aktivis juga," jelasnya.

Taufiq menjelaskan PDI Perjuangan kini tidak memprioritaskan artis untuk masuk sebagai calon legislatif.

"Saya tidak setuju (artis jadi prioritas caleg), sebab banyak di partai kan ada anak-anak muda yang berkeringat," katanya.

"Salah satu poin kami menghargai kerja keras kader. Bagi tokoh masyarakat yang sudah mendaftarkan ke PAN, mereka harus saling mendukung, harus mengikuti seleksi yang dilakukan PAN. Supaya tak ada overlaping kader dengan masyarakat," jelasnya.

Artis, tutur Taufik, bukan lah kader partai, tapi mereka bagian dalam masyarakat.

"PAN sudah membuat aturan sendiri. Artis atau bukan semuanya sama. Hanya, mereka punya keunggulan popularitas," ucapnya. (*)

Masuknya sejumlah artis tersebut, ujar Pramono, tidak bersifat instan karena mereka sudah menjalani masa-masa pengkaderan sebelumnya. 

Page 18: CALEG PARPOL

"PDI Perjuangan pun tak pernah membedakan artis atau bukan. Tapi ketika mencalonkan orang adalah tingkat `acceptability` atau daya terima di masyarakat, sehingga tidak semua artis bisa menjadi legislator," kata Pramono. 

Dia mengatakan tingkat keterkenalan seorang calon legislatif sangat memengaruhi keterpilihan. Namun mereka juga harus aktif di bawah dan dekat dengan konstituen. 

"PAN tak mau nantinya malah mendapat cap partai artis nasional. Nanti mereka akan kita gembleng dengan pelatihan serius. Kita juga ada psikotes untuk calon anggota DPR," katanya beberapa waktu lalu. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA--Penangkapan sejumlah artis oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) membuat partai politik berbenah. Pasalnya terdapat sejumlah artis yang terjun ke dunia politik dengan diusung oleh partai politik.

"Pola rekrutmen caleg 2014 khususnya dari kalangan artis harus lebih diperketat lagi seiring ditangkapnya sejumlah artis yang diduga telah melakukan pesta narkoba di rumah artis Raffi Ahmad beberapa hari lalu," kata Wasekjen PDI Perjuangan Ahmad Basarah ketika dikonfirmasi, Senin (28/1/2013).

Menjelang perekrutan calon anggota legislatif oleh partai politik, kasus artis yang terjerat narkoba menjadi pelajaran besar. Baru-baru ini, beberapa artis tertangkap oleh anggota Badan Narkotika Nasional sedang pesta narkoba di sebuah rumah di Jakarta. Tentu saja ini menjadi sebuah tanda bahaya bagi sistem perpolitikan Indonesia karena terjadi pada saat masa perekrutan calon anggota legislatif partai politik. Artis yang sering dicap sebagai 'pemasok' suara untuk sebuah parpol menjadi sorotan besar jika memang tidak bersih dari barang haram bernama narkoba ini.

Masyarakat tentu geram, karena sebagai public figure, artis justru tidak dapat membawa diri mereka dengan baik. Masyarakat kesal karena kini banyak artis yang mencalonkan diri menjadi wakil rakyat (legislatif). Namun di sisi lain, mereka tidak mampu memperlihatkan jati dirinya yang berkarakter positif. Kita paham atas persoalan ini sebab wakil rakyat secara logika adalah orang yang paling baik di antara rakyat yang ada. Karena itu, haruslah mereka mampu memperlihatkan citra positifnya dan menjaga citra korps para artis. Setelah kasus artis yang menjadi anggota legislatif yang terlibat korupsi, kini rakyat terpukul perasaannya karena melihat perilaku-perilaku artis yang tidak simpatik itu. Banyak juga yang kecewa bahwa artis kita dinilai hanya menjual muka tanpa mampu memberi inspirasi kepada khalayak pemirsa. 

Terlepas dari narkoba, bahaya laten korupsi yang juga menimpa dunia politik Indonesia pun sebenarnya belum reda. Berbagai kasus korupsi yang berhasil tercium silih berganti muncul dipermukaan media massa dan berita ini setiap hari menjadi 'makanan' informasi masyarakat. Betapa rusaknya negeri ini, korupsi belum tuntas kini muncul narkoba dan yang kedapatannya adalah public figure yang sehari-hari muncul di layar kaca. Dilema sosial yang mengguncangkan psikologis masyarakat awam Indonesia. Terjadi berulang kali dan dipaparkan dengan berbagai macam gaya.

"Parpol hendaknya menghindarkan diri dari pragmatisme politik dalam pileg 2014 dengan tidak memanfaatkan caleg dari kalangan artis, demi mendapatkan dukungan suara rakyat. Sekalipun kita tidak patut men-generalisir bahwa kalangan artis terindikasi narkoba, namun secara moralitas politik sangatlah tidak etis kalau parpol hanya dijadikan alat pengumpul suara melalui pencalegan artis-artis yang populer," urai Wasekjen PDI Perjuangan Ahmad Basarah, Senin (28/1).

Kini, semua partai politik mendeklarasikan diri bahwa mereka tidak akan merekrut artis dengan rekam jejak narkoba. Sebuah kata yang mungkin cocok adalah 'terlambat'. Rekrutmen yang tidak transparan dan disinyalir dipenuhi dengan berbagai trik untuk mendapatkan suara rakyat dalam pemilu adalah satu kejahatan besar bagi rakyat Indonesia. Jenjang kaderisasi kini seakan sudah tidak dianggap. Malahan muncul kesan partai politik merupakan 'kendaraan' untuk mencari keuntungan pribadi dari berbagai calon legislatif. Kualitas tidak lagi dibicarakan di depan. Mungkin telah

Page 19: CALEG PARPOL

menjadi urutan terakhir, yang terpenting adalah bagaimana mengeruk sebanyak-banyakknya suara rakyat. 

Kejahatan bagi rakyat Indonesia apabila semua ini akan terulang di tahun pemilu 2014 nanti. Persoalan korupsi dan jejak rekam calon legislatif harus diutamakan, agar rakyat dapat dengan nyaman menentukan suaranya. Tanpa dipenuhi rasa sesal di kemudian hari. Soko guru pembangunan politik di suatu negara terletak pada partai politik. Kemajuan politik suatu negara, termasuk juga diplomasi, sangat ditentukan oleh kemampuan partai politik dalam merekrut kader. Kader inilah yang akan bertarung, dan pertarungan itu jangan dianggap di parlemen saja, tetapi juga di dalam partai itu sendiri. Pertarungan di dalam partai berupa peneluran strategi, konsep yang mampu menjawab tantangan zaman. Bagaimana mungkin partai politik bisa maju kalau kadernya hanya mengandalkan popularitas. Kini saat nya partai politik harus mampu memberikan sumbangan terhadap kemajuan negara.

Caleg Artis, Mampu Atau Tidak?Keterlibatan artis dalam panggung politik sangat marak pada Pemilu 2009 lalu. Namun, menerima artis untuk menjadi anggota legislatif tidak bisa hanya semata-mata karena ketenarannya saja.

Pengamat Politik LIPI, Siti Zuhro berpendapat, secara umum partai-partai yang berlaga dalam Pemilu 2014 mendatang harusnya terlebih dulu melakukan evaulasi kinerja kader-kadernya di kursi legislatif sebelum mereka menarik seseorang dari kalangan artis untuk menjadi calon legelatif.

"Kalau semuanya dari orang awam, bisa kacau. Nanti ditanya soal hak interpelasi itu apa? enggak tahu, ditanya hak angket bagaimana? enggak ngerti. Ya gimana mau bikin undang-undang, kalau yang dasar-dasar saja enggak ngerti. Kalau terus-terusan kaya gini, menurut saya ada kerusakan pola berpikir di partai," tandasnya. (Siti Zuhro)

Maraknya Artis ke Kancah Politik[Opini]

Oleh Uuf Ghufron Kamtar

Ada fenomena menarik pada Pemilu 2004. Di hampir setiap daftar pencalonan anggota legislatif pada partai politik terdapat sejumlah nama-nama artis. Tentunya, ini menjadi "tontonan gratis" yang menarik untuk dicermati. Mengapa artis-artis itu sampai terjun ke kancah politik? Dan apa saja faktor yang melatarbelakangi keterlibatan mereka di dunia politik?

Fenomena maraknya para artis ke kancah politik, meski sudah dikenal sejak masa Orde Baru, justru fenomena maraknya ini muncul seiring dengan kebebasan seseorang dalam mengekspresikan pilihan politiknya di negeri ini. Sepanjang sejarah politik di Indonesia, baru pada Pemilu 2004 ini tercatat banyak nama-nama artis yang direkrut oleh partai-partai politik. Pada Pemilu tahun 1971 sampai 1999, meski ada artis yang aktif di partai tapi tidak semarak sekarang.

Fenomena ini juga muncul seiring dengan fakta banyaknya para artis di dunia yang terjun ke kancah politik. Seperti bintang film Hollywood Arnold Schwarzenegger yang telah memenangkan pemilihan Gubernur California belum lama ini dan bintang film laga Fernando Poe yang dipastikan akan mencalonkan diri sebagai presiden Filipina pada bulan Mei mendatang. Berkiprah di kancah politik sudah menjadi trend di kalangan selebritis sekarang ini.

Page 20: CALEG PARPOL

Adalah wajar bila seseorang berkiprah dalam dunia politik. Karena itu adalah hak semua warga negara Indonesia untuk memilih dan dipilih dalam sebuah proses politik, seperti yang diatur dalam UU RI No. 12 Tahun 2003 pasal 60 tentang pencalonan anggota legislatif. Selama seseorang memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Undang-Undang tersebut, ia bisa dicalonkan suatu partai.

Artis-artis yang ke kancah politik tersebut sebagian besar terdaftar sebagai calon legislatif di beberapa partai besar seperti PDI-P, Partai Golkar, PPP, PKB, dan PAN, serta di beberapa partai baru seperti Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Patriot Pancasila (Partai PP), dan masih banyak lagi lainnya yang tersebar di beberapa partai.

Memang harus diakui, secara politis agak sulit untuk mengetahui dengan pasti keaktifan mereka di kancah politik. Namun, penulis mencoba menyebutkan beberapa faktor kemungkinan yang melatarbelakangi mereka terjun ke kancah politik.

Pertama, keterlibatan mereka dalam kancah politik adalah pemanfaatan dari beberapa partai politik, dan sekaligus momentum bagus yang dimanfaatkan oleh artis itu sendiri untuk masuk ke partai dengan mudah. Asumsi ini diperkuat dengan UU Pemilu yang menetapkan bahwa rakyat Indonesia pada pelaksanaan Pemilu nanti memilih partai sekaligus nama orang. Sehingga banyak partai berusaha untuk mencalonkan tokoh-tokoh yang cukup populis di mata rakyat Indonesia, termasuk "jualan" para artis. Selain itu, keterlibatan mereka juga untuk memeriahkan kampanye partai. Sehingga diharapkan dari pencalonan mereka ini akan mendobrak hasil suara partai.

Sasarannya jelas, yaitu para pemilih pemula, orang-orang pedesaan, dan masyarakat kurang terpelajar. Mereka memilih calon, biasanya, karena faktor populis dan karisma seseorang. Asumsi ini juga diperkuat dengan nalar marsose bahwa cara pandang dan pola pikir masyarakat Indonesia masih dipengaruhi oleh budaya perkembangan zaman dan sesuatu yang ditransfer dari Barat. Pemilih pemula akan banyak memilih calon yang "seirama dan semode" dengan pergaulan mereka. Sedangkan orang-orang pedesaan dan masyarakat kurang terpelajar seperti halnya dalam nalar wangsa- akan memilih calon yang paling dikenal dan dikagumi.

Dari sisi para artis, pencalonan tersebut telah membawa "berkah". Mereka tidak perlu cape-cape mengikuti proses kaderisasi partai yang jlimet dan ruwet. Dengan hanya menjual popularitas, mereka bisa dengan cepat dan mudah mencapai tujuan.

Faktor kemungkinan tersebut diambil dari analisa bahwa latar belakang para artis yang aktif di partai kebanyakan tidak melalui proses kaderisasi yang sistematis, atau dengan kata lain, menjadi kader partai dadakan. Secara struktural mereka tidak menempati kursi kepengurusan yang strategis di partai. Padahal, menjadi calon anggota legislatif seyogyanya diambil dari mereka yang menempati jabatan strategis. Sedangkan mereka

Page 21: CALEG PARPOL

justru tidak menempati posisi strategis itu di partai.

Kedua, kemungkinan pencalonan mereka disebabkan karena keterpanggilan jiwa seniman untuk mengaspirasikan kepentingan kesenian dalam setiap kebijakan politik. Karena selama ini, dunia kesenian dinilai kurang mendapat porsi yang layak di negeri ini.

Keterpanggilan ini dilatarbelakangi oleh seringnya kebijakan politik di Indonesia yang kurang memihak kepentingan mereka. Lembaga-lembaga produk Undang-Undang dan pemegang kebijakan di Indonesia sering mengabaikan kepentingan-kepentingan mereka. Sehingga mereka berkiprah di dunia politik. Sejarah telah membuktikan, bahwa keterlibatan sebuah komunitas-identitas ke kancah politik dilatarbelakangi karena upaya pengakuan eksistensi atas komunitas-identitas tersebut dalam kancah politik. Bagaimana komunitas "kaum abangan" --meminjam istilah Clifford Geertz-- mengekspresikan kepentingan politiknya pada PNI di pemilu 1955. Bagaimana "kaum sarungan"--meminjam istilah Nurcholis Madjid-- mengekspresikan kepentingan politiknya pada NU di pemilu 1955, dan sebagainya.

Dua faktor latar belakang tadi pada dasarnya mewakili dari fenomena yang terjadi pada komunitas selebritis. Persoalan yang muncul kemudian adalah, apakah bisa seorang artis yang dikenal sebagai individu yang liberasi, estetis, dan informalistik bermain politik? Bukankah, kasus tidak sampai finish-nya Shopan Shopian, Rhoma Irama, dan Rano Karno dalam political game adalah bukti "ketidak mampuan" mereka sebagai individu artis untuk bisa bergaul di dunia politik yang dikenal sangat formalistik, sistematik dan sistemik?

Maka, menurut saya, artis khususnya dan seniman pada umumnya, seyogyanya tidak perlu masuk ke kancah politik kalau proses yang dilalui seperti faktor yang pertama. Akan tetapi jika dilatarbelakangi oleh faktor yang kedua, tentu kita menganggap bahwa itu adalah pilihan dan konsekwensi politik yang harus mereka ambil. Namun demikian, kita masih berharap bahwa mereka masih tetap pada posisi yang utama, yaitu sebagai kontrol kritik sosial. Karena ini adalah hal yang realistis yang dibutuhkan masyarakat kita. Tapi apapun yang dilakukan oleh artis itu, sebenarnya merupakan sebuah proses pencarian jati diri yang harus mereka lalui, seperti halnya proses pencarian Plato atas Tuhannya. Persoalan apakah hal tersebut akan membawa kemaslahatan untuk proses demokratisasi di Indonesia, kita lihat saja nanti!

(Penulis adalah pemerhati persoalan sosial, seni dan budaya, tinggal di Jakarta)