PENGARUH PENERAPAN METODE DEBAT TERHADAP …digilib.unila.ac.id/58553/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH PENERAPAN METODE DEBAT TERHADAP …digilib.unila.ac.id/58553/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH PENERAPAN METODE DEBAT TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA PESERTA DIDIK
KELAS V SD NEGERI 5 SUKAJAWA
BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
MEGAWATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN METODE DEBAT TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA PESERTA DIDIK
KELAS V SD NEGERI 5 SUKAJAWA
BANDAR LAMPUNG
Oleh
MEGAWATI
Masalah dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara peserta didik kelas V
di SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung cenderung rendah. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode debat terhadap
keterampilan berbicara peserta didik. Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen dengan desain pre-eksperimen dengan bentuk one-group pre-test-
post-test design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 94 orang dari kelas VA,
VB, dan VC. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
purposive sampling. Sampel berjumlah 32 orang. Data dikumpulkan dengan
menggunakan teknik observasi dan teknik dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukan adanya peningkatan keterampilan berbicara peserta didik setelah
melaksanakan metode debat dalam pembelajaran. Analisis hipotesis menggunakan
regresi sederhana menunjukan r hitung > r tabel yaitu 0,820> 0,349 sehingga
hipotesis alternatif (Ha) diterima yang berarti ada pengaruh penerapan metode
debat terhadap keterampilan berbicara peserta didik.
Kata Kunci : keterampilan berbicara, metode debat
ABSTRACT
THE EFFECT OF APPLYING THE DEBATE METHOD TOWARDS
STUDENTS' SPEAKING SKILLS OF FIFTH GRADE STUDENTS
AT SDN 5 SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG
by
MEGAWATI
The problem in this research was the speaking skills of fifth grade students at
SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung still low. The objective of this research was to
find out the effect of applying the debate method towards students' speaking
skills. The type of this research was an experimental study with a pre-
experimental design using one-group pre-test-post-test. The population in this
research was 94 people from VA, VB, and VC classes. The sample was obtained
by using purposive sampling technique which consisted of 32 people. The data
were collected by using observation technique and documentation technique.
Having learned through the debate method, the students got better speaking
performance which means that their speaking skills significantly increased.
Furthermore, the hypothesis was analyzed by using simple regression shows of
which r count> r table is 0.820> 0.349 so the alternative hypothesis (Ha) is
accepted which means there is an effect of applying debate method to the students'
speaking skills.
Key words : debate method, speaking skills
PENGARUH PENERAPAN METODE DEBAT TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA PESERTA DIDIK
KELAS V SD NEGERI 5 SUKAJAWA
BANDAR LAMPUNG
Oleh
MEGAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Megawati, dilahirkan di Bandar Lampung
pada tanggal 8 Maret 1998 sebagai anak pertama dari dua
bersaudara, dari pasangan bapak Ade Mulyawan dan ibu
Rohmawati, dan memiliki adik laki-laki bernama
Muhammad Rizky Ramadhan.
Pendidikan formal diawali di TK Handayani pada tahun 2002 dan lulus tahun
2003, lalu melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Sukajawa pada tahun
2003 dan lulus tahun 2009, lalu melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SMP Wiyatama Bandar Lampung pada tahun 2009 dan lulus tahun 2012, lalu
melanjutkan pendidikan menengah atas di SMKN 4 Bandar Lampung pada tahun
2012 dan lulus tahun 2015. Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui Tes Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi bagian dari organisasi
internal kampus seperti Koperasi Mahasiswa (KOPMA) Universitas Lampung dan
Forum Komunikasi PGSD (FORKOM PGSD) Universitas Lampung. Pada tahun
2018, penulis menjadi peserta SEA-Teacher programme batch 5 di Filipina
selama 1 bulan, lalu terpilih sebagai delegasi peserta Kuliah Kerja Nyata
Kebangsaan (KKN-K) yang ditempatkan di desa Sriminosari Kecamatan Labuhan
Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, selain itu penulis pernah mendapat juara
4 ajang Pilmapres (pemilihan mahasiswa berprestasi) tingkat fakultas.
MOTTO
Bila kau tak dapat menahan lelahnya belajar, maka kau harus
menahan perihnya kebodohan
(Imam Syafi’i)
Setiap manusia memiliki jalannya masing-masing, tidak perlu berlomba
untuk melampaui siapapun, tapi fokuslah untuk melampaui dirimu sendiri
(Megawati)
Semua masalah yang terjadi tergantung bagaimana kamu menyikapinya,
jika kamu menyikapi dengan positif maka akan ada value, namun jika kamu
menyikapi dengan negatif maka akan ada problem
(Megawati)
PERSEMBAHAN
Dengan melafalkan bismilahirohmanirohim dan atas izin allah SWT, akhirnya
tugas akhir ku yaitu skripsi berhasil ku selesaikan dengan tepat waktu.
Skripsi ini kupersembahkan kepada orangtuaku tercinta
Papa Ade Mulyawan & Mama Rohma Wati
Adikku M.Rizky Ramadhan
Kakek dan Nenekku
Sebagai Manusia-manusia tertulus yang pernah aku miliki yang selalu menjadi
alasan pertama dan terakhir cita-citaku dimulai.
Serta
Almamater tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini
disampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Univeritas
Lampung yang mengesahkan ijazah dan gelar sarjana kami sehingga peneliti
termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk
memajukan FKIP.
3. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan
program studi PGSD.
4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD
FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu dan ide-ide
kreatif untuk memajukan kampus PGSD tercinta.
5. Ibu Dr. Een Yayah Haenilah, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi
ini.
iii
6. Bpk Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan II FKIP Universitas
Lampung, Pembimbing Akademik dan Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd., selaku Pembahas yang telah memberikan
bimbingan, kritik, dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
8. Ibu Dra. Presmi, M.Pd., selaku Kepala SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung
yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian serta Bpk.Ismail
Suhada,S.Pd selaku wali kelas V C yang selalu membantu selama melakukan
penelitian di SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung.
9. My Real People yaitu Siti Aisyah, Famela Gadis, Lia Puspita, Anggun
Winata, Intan Putri Arbain, Rizky Romadhona dan CCM Squad yaitu Siska
Arisa, Ana Reza Yesia, Novitasari Lubis, Winda Yuni C, dan Prijna Paramita
yang selalu ada untuk mendukung, menguatkan, menghibur, dan memberi
motivasi serta saran.
10. Rekan seperjuangan PGSD 2015 yang telah saling membantu dan memotivasi.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan berupa
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca umumnya.
Bandar Lampung, 12 Agustus 2019
Penulis
Megawati
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 7
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
II. KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 10
A. Metode Debat ................................................................................. 10
1. Definisi Metode Debat ............................................................ 10
2. Manfaat Metode Debat ............................................................ 11
3. Langkah – Langkah Metode Debat ......................................... 12
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Debat ............................. 13
v
B. Keterampilan Berbicara .................................................................. 16
1. Definisi Keterampilan Berbicara ............................................. 16
2. Tujuan Keterampilan Berbicara .............................................. 17
3. Faktor Penunjang & Penghambat Keterampilan Berbicara .... 18
4. Penilaian Keterampilan Berbicara ........................................... 21
C. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 23
D. Kerangka Pikir ................................................................................ 26
E. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 28
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 29
A. Desain Penelitian ............................................................................ 29
B. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .................................................... 30
C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 31
D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 31
E. Variabel Penelitian ......................................................................... 33
F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ............................... 33
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 37
H. Instrumen Penelitian ....................................................................... 37
I. Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 44
J. Uji Prasyarat Data .......................................................................... 46
K. Uji Hipotesis Regresi Linear Sederhana ........................................ 47
vi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 49
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 49
1. Persiapan Penelitian ................................................................ 49
2. Uji Coba Instrumen Penelitian ................................................ 49
a) Uji Validitas ..................................................................... 50
b) Uji Reliabilitas ................................................................. 52
3. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 54
B. Pengambilan Data Penelitian ......................................................... 56
C. Hasil Analisis Data Penelitian ........................................................ 57
1. Data hasil keterampilan berbicara ........................................... 57
2. Data hasil aktivitas metode debat ............................................ 58
3. Uji Normalitas ......................................................................... 60
4. Uji Homogenitas ..................................................................... 61
D. Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 62
E. Pembahasan .................................................................................... 64
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 69
A. Kesimpulan ..................................................................................... 69
B. Saran ............................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71
LAMPIRAN .................................................................................................. 75
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Klasifikasi Keterampilan Berbicara Peserta Didik Kelas V ............. 6
2. Jumlah Peserta Didik Kelas V SDN 5 Sukajawa ............................. 32
3. Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara Peserta Didik.............. 35
4. Pedoman Observasi Metode Debat .................................................. 36
5. Kisi-Kisi Instrumen lembar observasi keterampilan berbicara ........ 38
6. Lembar penilaian keterampilan berbicara peserta didik ................... 40
7. Klasifikasi Keterampilan Berbicara .................................................. 40
8. Kisi-kisi instrumen lembar observasi aktivitas metode debat .......... 41
9. Lembar penilaian aktivitas metode debat peserta didik .................... 42
10. Klasifikasi Aktivitas Keaktifan Metode Debat ................................. 43
11. Klasifikasi Validitas ......................................................................... 45
12. Klasifikasi Reliabilitas ...................................................................... 46
13. Hasil Analisis Uji Validitas Lembar Observasi Keterampilan
Berbicara ........................................................................................... 50
14. Hasil Analisis Uji Validitas Lembar Observasi Aktivitas
Metode Debat ................................................................................... 51
15. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Lembar Observasi Keterampilan
viii
Berbicara ........................................................................................... 52
16. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Lembar Observasi Aktivitas
Metode Debat ................................................................................... 53
17. Jadwal Dan Materi Pelaksanaan Penelitian ...................................... 54
18. Rata-rata hasil pretest dan posttest Keterampilan Berbicara ............ 57
19. Rata-rata hasil pretest,on test, dan posttest aktivitas metode debat .. 59
20. Normalitas Variabel Y (keterampilan berbicara) ............................. 60
21. Normalitas Variabel X (metode debat) ............................................. 61
22. Homogenitas Variabel X dan Variabel Y ......................................... 62
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................... 28
2. Desain Penelitian ................................................................................ 29
3. Diagram batang rata-rata pretest dan posttest keterampilan berbicara
pada kelas eksperimen ........................................................................ 58
4. Diagram batang rata-rata pretest dan posttest aktivitas metode debat
pada kelas eksperimen ........................................................................ 59
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Penilaian Observasi Metode Debat Kelas VA (diluar sampel
penelitian) ........................................................................................... 76
2. Data Penilaian Observasi Keterampilan Berbicara Kelas VA
(diluar sampel penelitian).................................................................... 77
3. Data Penilaian Observasi Awal Aktivitas Metode Debat Kelas VC
(sampel penelitian) .............................................................................. 78
4. Data Aktivitas Peserta Didik Selama Metode Debat Kelas VC
(sampel penelitian) .............................................................................. 79
5. Data Penilaian Observasi Akhir Aktivitas Metode Debat Kelas VC
(sampel penelitian) .............................................................................. 80
6. Data Penilaian Keterampilan Berbicara Awal Peserta Didik Kelas
VC (sampel penelitian) ....................................................................... 81
7. Data Penilaian Keterampilan Berbicara Akhir Peserta Didik Kelas
VC (Sampel Penelitian) ...................................................................... 82
8. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Aktivitas Metode Debat (X) .................. 83
9. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Keterampilan Berbicara (Y) .................. 84
10. Uji Normalitas ..................................................................................... 85
11. Uji Homogenitas ................................................................................. 102
12. Uji Hipotesis ....................................................................................... 106
13. Dokumentasi ....................................................................................... 110
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan selalu mengalami perubahan, perkembangan dan perbaikan sesuai
dengan perkembangan zaman. Perubahan dan perbaikan dalam bidang
pendidikan meliputi berbagai komponen yang terlibat di dalamnya baik itu
pelaksana pendidikan di lapangan (kompetensi pendidik dan kualitas tenaga
pendidik), mutu pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan prasarana
pendidikan dan mutu menejemen pendidikan termasuk perubahan dalam
metode dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif. Upaya perubahan dan
perbaikan tersebut bertujuan untuk membawa kualitas pendidikan Indonesia
menjadi lebih baik.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 menjelaskan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Tersirat dalam kalimat terakhir bahwa pendidikan dilakukan untuk
mengembangkan keterampilan yang diperlukan bagi peserta didik,
masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu pada kurikulum 2013 bukan
2
hanya bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan saja, melainkan sikap
dan keterampilan. Menurut Suprapto (2009: 135) Keterampilan adalah suatu
kemampuan untuk menerjemahkan pengetahuan ke dalam praktik sehingga
tercapai hasil kerja yang diinginkan. Berdasarkan Permendikbud No. 20
tahun 2016 aspek keterampilan yang harus dicapai bagi peserta didik adalah
keterampilan untuk kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan
komunikatif dalam bertindak sesuai dengan tahap perkembangan anak yang
relevan dengan tugas yang diberikan. Membuat peserta didik untuk kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif diperlukan peran
pendidik yang sangat besar.
Menurut Amri (2013: 30) peran pendidik dalam aktivitas pembelajaran
adalah sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator,
inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator,
supervisor, dan evaluator. Memiliki peran yang beragam menuntut pendidik
memiliki kemampuan-kemampuan tertentu, diantaranya Menurut Yutmini
(1992: 13)
Kemampuan yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan proses
belajar mengajar meliputi kemampuan: (1) menggunakan metode
belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan
perlengkapan pengajaran, (3) berkomunikasi dengan peserta didik, (4)
mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (5) melaksanakan
evaluasi proses belajar mengajar.
Kemampuan pertama yang harus dimiliki oleh pendidik adalah mampu
menggunakan metode pembelajaran, media pembelajaran, dan bahan latihan
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga akan menciptakan suasana
pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.
3
Berdasarkan Permendikbud No.70 tahun 2013 pola pikir pembelajaran
pada kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis student center atau
berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik diharapkan lebih
interaktif dalam proses pembelajaran, pembelajaran bersifat jejaring
yang artinya peserta didik mendapatkan sumber belajar dari mana saja,
peserta didik lebih aktif dalam mencari tahu, dan pembelajaran berbasis
tim atau belajar kelompok.
Ketika proses pembelajaran berubah dari teacher center menjadi student
center maka ada perubahan yang harus dilakukan oleh peserta didik.
Perubahan itu seperti membiasakan diri untuk lebih aktif dalam berinteraksi
dengan pendidik di kelas mulai dari bertanya, menjawab, menanggapi,
membiasakan diri untuk berdiskusi dalam kelompok, membiasakan diri untuk
mencari tahu materi pembelajaran melalui beragam media, dan membiasakan
diri untuk mengkomunikasikan hasil diskusi sesuai pembagian tugas yang
didapatkan.
Mampu mengkomunikasikan hasil diskusi kepada teman-teman, mampu
bertanya ketika tidak memahami materi pembelajaran, mampu menjawab
ketika pendidik melontarkan pertanyaan, mampu menyanggah pendapat
teman, dan mampu mengemukakan ide atau gagasan dalam diskusi
diperlukan suatu keterampilan berbicara. Hal itu diperkuat oleh pendapat dari
Iskandarwassid dan Suhendar (2011: 242) yaitu keterampilan berbicara dapat
memudahkan untuk menyampaikan pendapat, pesan, informasi kepada orang
lain sehingga dapat menunjang proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti ingin mengetahui keterampilan
berbicara peserta didik di SDN 5 Sukajawa kelas V, dengan melakukan
observasi di kelas saat pembelajaran berlangsung dan melakukan wawancara
4
dengan wali kelas. Diketahui bahwa keterampilan berbicara peserta didik
kelas V cenderung rendah, hal tersebut dapat dilihat dari keadaan yang terjadi
ketika pembelajaran berlangsung terdapat peserta didik yang kurang merasa
yakin ketika presentasi didepan kelas, jarang ada yang berani menjawab
pertanyaan dari pendidik, jarang ada yang bertanya, kurang aktif dalam
berdiskusi, dan menyampaikan pendapat dengan tersendat-sendat. Hasil
wawancara dengan wali kelas menerangkan bahwa pendidik jarang
menggunakan model atau metode tertentu untuk menyampaikan materi
pembelajaran karena terkendala fisik dan fasilitas. Selain itu terdapat budaya
di kelas V SDN 5 Sukajawa yaitu berupa gerakan tepuk salah ketika peserta
didik menjawab salah pertanyaan dari pendidik, menurut peneliti hal itu
menjadi salah satu alasan peserta didik kurang berani dalam menyampaikan
pendapat atau menjawab pertanyaan.
Selama proses observasi yang dilakukan di kelas VA, VB, dan VC, peneliti
fokus mengamati bagaimana keterampilan berbicara peserta didik di kelas
yang tentunya peneliti menggunakan pedoman observasi, aspek yang diamati
peneliti adalah ketika peserta didik mengkomunikasikan hasil diskusi, jadi
yang dinilai adalah 1) kejelasan pelafalan saat menyampaikan hasil diskusi, 2)
ketepatan intonasi yang digunakan, 3) ketepatan pilihan kata yang diucapkan,
4) sikap menghargai lawan bicara ketika proses diskusi, dan 5) kelancaran
ketika menyampaikan pendapat. Klasifikasi peserta didik dibuat menjadi dua
kategori yaitu terampil dan tidak terampil. Penggolongan peserta didik
ditentukan berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama penelitian
pendahuluan. Proses penggolongan juga didasarkan pada skor yang diperoleh
5
setiap peserta didik selama observasi yang mana lembar observasi dinilai oleh
pendidik, bagi peserta didik yang memperoleh skor 1-10 maka termasuk
kategori tidak terampil, lalu bagi peserta didik yang memperoleh skor 11-20
maka termasuk kategori terampil. Berikut penjabaran mengenai tabel
klasifikasi keterampilan berbicara peserta didik kelas V di SDN 5 Sukajawa
Bandar Lampung.
Tabel 1. Klasifikasi Keterampilan Berbicara Peserta Didik Kelas V
No Kelas Tingkat keterampilan berbicara
Jumlah
peserta
didik Terampil Tidak Terampil
1 V A 6 7 9 10 32
2 V B 8 10 7 5 30
3 V C 4 8 7 13 32
Jumlah 18 25 23 28 94
Persentase 19,15% 26,60% 24,47% 29,78% 100%
Perbandingan 45,75% 54,25%
Sumber : Data Analisis Peneliti
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 54,25% peserta didik
tergolong ke dalam peserta didik yang tidak terampil sedangkan sisanya yaitu
45,75% tergolong ke dalam peserta yang terampil, oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa keterampilan berbicara peserta didik kelas V di SDN 5
Sukajawa masih tergolong tidak terampil sehingga hal ini merupakan suatu
masalah. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan, harapan
kurikulum 2013 adalah peserta didik mampu interaktif dalam proses
pembelajaran, mampu belajar berbasis kelompok, yang mana ketika
berdiskusi diperlukan suatu keterampilan berbicara agar terjadinya
komunikasi yang aktif sesama peserta didik maupun pendidik, sedangkan
secara kenyataan peserta didik kelas V masih tergolong tidak terampil yang
tergambarkan sebanyak 54,25%.
6
Berdasarkan uraian permasalahan yang ada, maka diperlukan penerapan
metode debat karena peserta didik perlu dilatih untuk terampil dalam
berbicara, dan hal tersebut bisa dilakukan melalui proses pembelajaran yang
menerapkan metode debat sehingga terjadinya diskusi antara dua kelompok
yaitu pro dan kontra yang saling menyampaikan argumen. Hal ini juga
didukung oleh pendapat Roestiyah, 2008: 148)
Metode debat adalah suatu metode pembelajaran yang mana sangat
tepat dan strategis untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan
mengasah keterampilan berbicara karena terdapat pembicara dari pihak
pro dan kontra yang menyampaikan pendapat mereka sesuai judul debat
dan melatih untuk menyanggah pendapat lawan.
Kelebihan metode debat adalah dapat membangkitkan keberanian mental
peserta didik dalam berbicara dan bertanggung jawab atas pengetahuan yang
diperoleh melalui proses debat, baik di kelas maupun diluar kelas. Selain itu
penelitian yang telah dilakukan oleh Rahayu (2015) mengungkapkan bahwa
Penggunaan metode debat dapat meningkatkan proses pembelajaran
keterampilan berbicara peserta didik, melalui metode ini keberanian,
kepercayaan diri, penggunaan tekanan, pengucapan, pemilihan kata,
serta penguasaan topik pun semakin dikuasai peserta didik seiring
kegiatan pembelajaran menggunakan metode debat .
Berdasarkan hasil uraian yang sudah dipaparkan di atas, maka peneliti ingin
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Debat
Terhadap Keterampilan Berbicara Peserta Didik di SD Negeri 5 Sukajawa
Bandar Lampung”.
7
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya keterampilan berbicara peserta didik kelas V SD Negeri 5
Sukajawa.
2. Beberapa peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran.
3. Peserta didik merasa canggung dan malu dalam mengutarakan pendapat.
4. Pendidik jarang menggunakan metode debat untuk menyampaikan materi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada
kurangnya keterampilan berbicara peserta didik kelas V SD Negeri 5
Sukajawa sehingga diperlukan penerapan metode debat.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penerapan
metode debat terhadap keterampilan berbicara peserta didik kelas V SDN 5
Sukajawa tahun ajaran 2018/2019 ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode
8
debat terhadap keterampilan berbicara peserta didik kelas V SDN 5 Sukajawa
tahun ajaran 2018/2019.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan dampak terhadap
penulis maupun pihak lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung,
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pendidik dan calon pendidik tentang pengaruh
penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara peserta didik.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
a. Peserta didik
Penerapan metode debat dalam proses pembelajaran diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik di kelas V SD
Negeri 5 Sukajawa sehingga semua peserta didik dapat aktif dan
berani dalam bertanya, menanggapi, dan menjawab pertanyaan
pendidik atau materi pembelajaran, serta meningkatkan daya pikir
kritis peserta didik.
b. Pendidik
Metode debat dapat dijadikan sebagai alternatif metode pembelajaran
yang bisa dilakukan pendidik agar pembelajaran dikelas dapat
berlangsung dengan aktif, bervariasi, serta menyenangkan.
c. Kepala Sekolah
9
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat Kepala sekolah
menyadari tentang pentingnya mengasah kemampuan soft skills
terutama pada keterampilan berbicara peserta didik sehingga dapat
meningkatkan kualitas peserta didik yang berdampak pada hasil
lulusan SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung.
d. Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
atau masukan untuk peneliti lain yang sedang mengkaji atau
melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan metode debat
terhadap keterampilan berbicara peserta didik.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Debat
1. Definisi Metode Debat
Menurut Silberman (2009: 127) metode debat merupakan
Suatu metode pembelajaran dengan memberikan sebuah isu
kontroversial atau materi yang dapat diperdebatkan. Isu
kontroversial yang diberikan akan membentuk dua kelompok, yaitu
kelompok pro dan kontra terhadap pandangan isu kontroversial
tersebut. Metode debat dapat menjadi sebuah metode berharga
untuk mengembangkan pemikiran dan refleksi, khususnya jika para
peserta didik diharapkan mengambil posisi yang bertentangan
dengan pendapatnya.
Menurut Uno & Muhamad (2014: 100) metode debat adalah
Metode yang dirancang untuk memecahkan masalah dari sudut
pandang yang berbeda. Metode ini biasanya terdiri dari diskusi
antara dua belah pihak yang mempunyai pendapat yang berbeda
bahkan bertentangan, terutama berkaitan dengan masalah-masalah
yang kontroversional.
Menurut Shoimin (2014: 25) metode debat merupakan kegiatan adu debat
atau argumenasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan
maupun kelompok, dalam mendiskusikan, memutuskan masalah dan
perbedaan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
metode debat adalah suatu metode pembelajaran yang memberikan isu
kontroversial sehingga didalamnya terjadi kegiatan diskusi,
11
menyampaikan argumen, dan menyanggah pendapat lawan dengan tujuan
memecahkan masalah dan melakukan refleksi.
2. Manfaat Metode Debat
Menurut Mintaraga (2002: 3) manfaat metode debat ialah melatih peserta
didik untuk berani tampil dan mampu menyampaikan pendapat dengan
baik dan penuh percaya diri, melatih berpikir kritis, logis, dan analitis,
serta melatih bersikap santun, disiplin, dan sportif.
Menurut Hall (2011: 5) manfaat metode debat antara lain
Merangsang kemampuan berpikir kritis melalui berbagai cara,
merangsang penelitian terhadap topik kontroversial, menyimak dan
mencari tahu sisi positif dan negatif dari suatu isu, belajar berpikir
sistematis dan analitis, serta belajar mengkomunikasikan hasil
pemikiran pada orang lain.
Menurut Nurdin (2016: 6) manfaat metode debat adalah memicu
keberanian peserta didik untuk dapat berbicara, menyampaikan pendapat,
menanggapi pendapat yang lain, mempertahankan pendapat sehingga
peserta didik secara maksimal aktif diskusi.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
manfaat metode debat ialah merangsang kemampuan berpikir kritis
peserta didik, memicu keberanian untuk menyampaikan pendapat,
mencari tahu sisi positif dan negatif dari suatu isu, mempertahankan
pendapat dengan alasan yang logis, serta melatih bersikap santun,
disiplin, dan sportif.
12
3. Langkah–Langkah Metode Debat
Menurut Uno dan Mohamad (2013: 85), debat memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pendidik membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro
dan satu lainnya kontra.
b. Pendidik memberikan tugas untuk membacakan materi yang
akan didebatkan oleh kelompok di atas.
c. Pendidik menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk
berbicara dan ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra.
d. Pendidik menulis ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis
sampai sejumlah ide yang diharapkan pendidik terpenuhi.
e. Pendidik menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap.
f. Dari data-data di papan tersebut, pendidik mengajak peserta
didik membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada
topik yang ingin dicapai.
Menurut Silberman (2014: 141) langkah-langkah metode debat sebagai
berikut:
a. Menyusun pernyataan yang berisi pendapat tentang isu
kontroversial yang terkait dengan mata pelajaran.
b. Mengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok pro dan
kontra dengan jumlah sama banyak secara heterogen.
c. Meminta setiap sub kelompok menyusun daftar argumen atau
pendapat yang akan disampaikan pada saat debat berlangsung.
d. Debat dimulai dengan meminta perwakilan setiap sub kelompok
menyampaikan argumen pembuka.
e. Meminta setiap sub kelompok memberikan argumen
tandingan terhadap argumen kelompok lawan. Peserta didik
diminta memberikan tepuk tangan pada sub kelompok yang
telah menyampaikan argumen tandingan.
f. Peserta didik dan pendidik mendiskusikan kembali persoalan
yang diperdebatkan serta meminta peserta didik mengenali
argumen terbaik yang dikemukakan oleh kedua belah pihak.
Menurut Zaini (2009: 38-39) menyatakan langkah-langkah metode debat
meliputi:
a. Kembangkan sebuah pernyataan yang kontroversial yang
berkaitan dengan materi pelajaran.
b. Bagi kelas kedalam dua tim. satu kelompok yang pro dan
satu kelompok yang kontra.
13
c. Setiap sub kelompok diminta mengembangkan argumen yang
mendukung masing-masing posisi, atau menyiapkan argumen
yang bisa mereka diskusikan dan seleksi.
d. Setiap kelompok menunjuk wakil mereka, dua atau tiga orang
sebagai juru bicara dengan posisi duduk saling berhadapan.
e. Setelah mendengar argumen pembuka, hentikan debat dan
kembali kesub kelompok untuk mempersiapkan argumen,
mengkaunter argumen pembuka dari kelompok lawan.
f. Ketika debat berlangsung, peserta yang lain didorong untuk
memberikan catatan yang berisi usulan argumen atau bantahan.
Minta mereka bersorak atau bertepuk tangan untuk masing-
masing argumen dari para wakil kelompok.
g. Ketika debat berakhir, tidak perlu menentukan kelompok
mana yang menang, buatlah kelas melingkar. Diskusikan
apa yang peserta didik pelajari dari pengalaman debat
tersebut. Minta peserta didik untuk mengidentifikasikan
argumen yang paling baik menurut mereka
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti lebih memilih teori dari Uno
dan Mohamad (2013: 85) untuk menerapkan langkah-langkah debat
karena lebih tepat dan lebih mudah jika diterapkan untuk peserta didik
jenjang SD.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Debat
Menurut Shoimin (2014: 26) terdapat kelebihan dan kekurangan metode
debat, diantaranya ialah:
a. Kelebihan:
1) Memacu peserta didik aktif dalam pembelajaran
2) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
berkomunikasi secara baik
3) Melatih peserta didik untuk mengungkapkan pendapat
disertai alasannya.
4) Mengajarkan peserta didik cara menghargai pendapat orang
lain
5) Tidak membutuhkan banyak media
b. Kekurangan:
1) Tidak bisa digunakan untuk semua mata pelajaran
2) Pembelajaran kurang menarik (cukup monoton) karena
hanya adu pendapat dan tidak menggunakan media
14
3) Membutuhkan waktu yang cukup lama karena peserta didik
harus memahami materi terlebih dahulu sebelum melakukan
debat.
Menurut Roestiyah (2008: 148) terdapat keunggulan dan kelemahan
penggunaan metode debat, diantaranya ialah:
a. Keunggulan:
1) Perdebatan yang sengit akan mempertajam hasil
pembicaraan.
2) Kedua segi permasalahan dapat disajikan, menemukan hasil
yang lebih tepat mengenai suatu masalah.
3) Peserta didik dapat terangsang untuk menganalisa masalah
di dalam kelompok.
4) Dalam pertemuan debat itu peserta didik dapat
menyampaikan fakta dari kedua sisi masalah, kemudian
diteliti fakta mana yang benar atau valid dan bisa
dipertanggung jawabkan.
5) Terjadi pembicaraan aktif antara pemrasaran dan
penyanggah maka akan membangkitkan daya tarik untuk
turut berbicara, turut berpartisipasi mengeluarkan pendapat.
6) Bila masalah yang diperdebatkan menarik, maka
pembicaraan itu mampu mempertahankan minat anak
untuk terus mengikuti perdebatan itu.
7) Dapat dipergunakan pada kelompok besar.
b. Kelemahan:
1) Di dalam pertemuan ini kadang-kadang keinginan
untuk menang mungkin terlalu besar, sehingga tidak
memperhatikan pendapat orang lain.
2) Kemungkinan lain diantara anggota mendapat kesan yang
salah tentang orang yang berdebat.
3) Dengan metode debat membatasi partisipasi kelompok,
kecuali kalau diikuti dengan diskusi.
4) Karena sengitnya perdebatan bisa terjadi terlalu banyak
emosi yang terlibat, sehingga debat itu semakin gencar dan
ramai.
Menurut Djaatar (2001: 76-77) metode debat memiliki kelebihan dan
kekurangan, diantaranya ialah:
a) Kelebihan penggunaan metode debat:
1) Menyajikan kedua segi permasalahan,
2) Mendorong adanya analisis dari kelompok,
15
3) Menyampaikan fakta dari kedua sisi masalah,
4) Membangkitkan motivasi,
5) Dapat dipakai pada kelompok besar.
b) Kelemahan penggunaan metode debat:
1) Keinginan untuk menang mungkin terlalu besar, sehingga
alasan-alasan yang dikemukakan mungkin tidak objektif,
2) Melibatkan emosi, mungkin mendapat kesan yang salah.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
kelebihan/keunggulan dan kekurangan/kelemahan penggunaan debat ialah:
a. Kelebihan/keunggulan
1) Memacu peserta didik aktif dalam pembelajaran
2) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi
secara baik
3) Melatih peserta didik untuk mengungkapkan pendapat disertai
alasannya.
4) Mengajarkan peserta didik cara menghargai pendapat orang lain
5) Peserta didik dapat terangsang untuk menganalisa masalah di
dalam kelompok.
6) Dalam pertemuan debat itu peserta didik dapat menyampaikan
fakta dari kedua sisi masalah, kemudian diteliti fakta mana yang
benar atau valid dan bisa dipertanggung jawabkan.
b. Kekurangan/kelemahan penggunaan metode debat
1) Tidak bisa digunakan untuk semua mata pelajaran
2) Membutuhkan waktu yang cukup lama karena peserta didik harus
memahami materi terlebih dahulu sebelum melakukan debat.
16
3) Karena sengitnya perdebatan bisa terjadi terlalu banyak emosi
yang terlibat, sehingga debat itu semakin gencar dan ramai
B. Keterampilan Berbicara
1. Definisi Keterampilan Berbicara
Menurut Badiah (2013: 15) Kemampuan berbicara adalah kemampuan
untuk menggunakan intonasi, ucapan, dan menyusun kalimat dengan baik
dalam setiap pembicaraannya. Ukuran baik dalam konteks ini didasarkan
dengan mampukah pembicara membedakan dengan siapa ia berbicara dan
dalam situasi yang bagaimana dia berbicara.
Menurut Iskandarwassid dan Suhendar (2011: 241) mengungkapkan
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan
memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan
kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.
Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara
secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan
menghilangkan masalah psikologis seperti malu, rendah diri,
ketegangan, berat lidah dan lain-lain.
Menurut Mulyati (2009: 6) keterampilan berbicara adalah kemampuan
terampil dalam memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, serta
tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara tepat
pula guna menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, fakta, perbuatan
dalam suatu konteks komunikasi tertentu.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
keterampilan berbicara adalah kemampuan memiliki pengetahuan tentang
konsep berbicara yang benar, memiliki sikap yang tepat dalam berbicara,
17
dan memiliki keterampilan melafalkan, menggunakan intonasi, dan pilihan
kata pada situasi dan orang yang tepat.
2. Tujuan Keterampilan Berbicara
Program pembelajaran keterampilan berbicara harus mampu memberikan
kesempatan kepada setiap individu untuk dapat mencapai tujuan yang
dicita-citakan menurut Iskandarwassid dan Suhendar (2011: 242). Tujuan
tersebut mencakup hal-hal berikut:
a. Kemudahan berbicara
Tujuan dari program pembelajaran berbicara adalah melatih
peserta didik untuk mudah dalam menyampaikan pendapat baik
dalam kelompok kecil atau kelompok besar.
b. Kejelasan
Tujuan dari program pembelajaran berbicara adalah melatih
peserta didik untuk berbicara dengan tepat dan jelas, baik
artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya.
c. Bertanggung Jawab
Tujuan dari program pembelajaran berbicara adalah melatih
peserta didik untuk bertanggung jawab saat berbicara dengan
memikirkan terlebih dahulu apa yang menjadi topik
pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara,
dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya.
d. Membentuk Pendengaran yang Kritis
Tujuan dari program pembelajaran berbicara adalah melatih
peserta didik untuk belajar mengevaluasi kata-kata, niat, dan
tujuan pembicara.
e. Membentuk kebiasaan
Tujuan dari program pembelajaran berbicara adalah melatih
peserta didik untuk berbicara secara intensif agar keterampilan
berbicaranya semakin baik.
Menurut Rutung (2017: 24) Tujuan Keterampilan berbicara ialah:
a. Memperlancar komunikasi antar sesama
b. Mempermudah pemberian berbagai informasi
c. Meningkatkan kepercayaan diri
d. Meningkatkan kewibawaan diri
e. Mempertinggi dukungan publik atau masyarakat
f. Menjadi penunjang meraih profesi dan pekerjaan
g. Meningkatkan mutu profesi dan pekerjaan
18
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
tujuan keterampilan berbicara ialah memudahkan penyampaian informasi
ke pendengar, meningkatkan kepercayaan diri karena mampu
menyampaikan dengan yakin, melatih rasa bertanggung jawab terhadap
apapun yang dikatakan dengan memberikan alasan yang logis, dan melatih
menjadi pendengar yang baik karena terbiasa menyimak pembicaraan
orang lain.
3. Faktor-Faktor Penunjang & Penghambat Keterampilan Berbicara
Menurut Arsjad dan Mukti (1991: 17) Faktor-faktor penunjang
keterampilan berbicara dibagi 2 yaitu secara kebahasaan dan non
kebahasaan, berikut faktor penunjang keterampilan berbicara ditinjau dari
aspek kebahasaan:
a. Aspek kebahasaan:
1) Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri untuk
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat.
2) Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai.
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya
tarik tersendiri dalam berbicara.
3) Pilihan kata (diksi)
Pembicara harus menyesuaikan pilihan katanya dengan
pokok pembicaraan dan pendengarnya.
4) Ketepatan sasaran pembicaraan.
Pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif agar
mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh,
meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.
b. Aspek non kebahasaan:
1) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku
Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku diperlukan saat
berbicara karena dari sikap tersebut dapat menunjukkan
otoritas dan integritas pembicara.
2) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara
Pandangan pembicara Hendaknya diusahakan supaya
pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.
3) Kesediaan menghargai pendapat orang lain
19
Pembicara sebaiknya memiliki sikap terbuka, dalam arti
dapat menerima pendapat orang lain, bersedia menerima
kritik, dan bersedia mengubah pendapatnya apabila keliru.
4) Gerak-gerik dan mimik yang tepat
Gerak-gerik yang tepat dapat menunjang keefektifan
berbicara.
5) Kenyaringan suara
Tingkat kenyaringan suara tentu disesuaikan dengan situasi,
tempat, jumlah pendengar, dan akustik.
6) Kelancaran
Kelancaran berbicara memudahkan pendengar menangkap
isi pembicaraan.
7) Relevansi/penalaran
Gagasan-gagasan yang disampaikan dalam pembicaraan
harus berhubungan secara logis.
8) Penguasaan topik.
Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian
dan kelancaran.
Menurut Rusmiyati dalam Cahyani (2007: 61) ada faktor penghambat
keterampilan berbicara yang terdiri dari hambatan internal dan hambatan
eksternal, diantaranya ialah:
a. Hambatan internal
1) Ketidaksempurnaan alat ucap akan mempengaruhi
keefektifan dalam berbicara, pendengar akan salah
menafsirkan maksud pembicara.
2) Penguasaan komponen kebahasaan yang meliputi lafal,
intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, dan gaya bahasa.
3) Penggunaan komponen isi yang meliputi hubungan isi
dengan topik, struktur isi, kualitas isi, dan kuantitas isi.
4) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental.
b. Hambatan Eksternal
1) Suara atau bunyi
2) Kondisi ruangan
3) Media
4) Pengetahuan pendengar
20
Menurut Sujanto (1988: 192) faktor penghambat kemampuan berbicara
terbagi menjadi tiga, yaitu:
(1) faktor fisik, yang merupakan faktor dalam dan luar diri
partisipan,
(2) faktor media, yang terdiri dari segi linguisitik dan non linguistik
(misal: tekanan, ucapan, gesture),
(3) faktor psikologis, yang merupakan faktor kondisi kejiwaan
partisipan dalam keadaan marah, menangis, sedih.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
faktor penunjang dan penghambat keterampilan berbicara yaitu:
Faktor Penunjang keterampilan berbicara:
a. Aspek kebahasaan
1) Ketepatan ucapan
2) Penempatan tekanan,nada, sendi dan durasi yang sesuai.
3) Pilihan kata (diksi)
4) Ketepatan sasaran pembicaraan.
b. Aspek non kebahasaan
1) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku
2) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara
3) Kesediaan menghargai pendapat orang lain
4) Gerak-gerik dan mimik yang tepat
5) Kenyaringan suara
6) Kelancaran
7) Relevansi/penalaran
8) Penguasaan topik.
21
Faktor Penghambat keterampilan berbicara ialah:
a. Faktor internal yaitu ketidaksempurnaan alat ucap, penguasaan
komponen kebahasaan, penggunaan komponen isi, kelelahan dan
kesehatan fisik maupun mental.
b. Faktor eksternal yaitu suara atau bunyi, kondisi ruangan, media, dan
pengetahuan pendengar.
4. Penilaian Keterampilan Berbicara
Menurut Arsjad dan Mukti (1991: 86) untuk mengetahui keberhasilan
suatu kegiatan tentu memerlukan penilaian. Seperti yang sudah diuraikan
sebelumnya, keefektifan berbicara ditunjang oleh dua faktor yaitu faktor
kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Dibawah ini diberikan pedoman
penilaian kegiatan berbicara berdasarkan faktor-faktor penunjang tersebut.
a. Faktor kebahasaan, yang mencakup:
1) Pengucapan vokal
2) Pengucapan konsonan
3) Penempatan tekanan
4) Penempatan persendian
5) Penggunaan nada/irama
6) Pilihan kata
7) Pilihan ungkapan
8) Variasi kata
9) Tata bentukan
10) Struktur kalimat
11) Ragam kalimat
b. Faktor non kebahasaan mencakup:
1) Keberanian dan semangat
2) Kelancaran
3) Kenyaringan suara
4) Pandangan mata
5) Gerak-gerik dan mimik
6) Keterbukaan
7) Penalaran
8) Penguasaan topik.
22
Menurut Cahyani dan Hodijah (2007: 64), menyatakan bahwa penilaian
kemampuan berbicara mencakup tiga aspek yaitu:
1) Bahasa lisan yang digunakan, meliputi: lafal, intonasi, stuktur
bahasa, gaya bahasa.
2) Isi pembicaraan, meliputi: hubungan isi topik, struktur isi,
kuantitas isi, serta kualitas isi.
3) Teknik dan penampilan, meliputi: gerak-gerik, mimik, hubungan
dengan pendengar, volume suara, dan jalannya pembicaraan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka peneliti memutuskan untuk
menggunakan aspek penilaian keterampilan berbicara dibawah ini yang
mana disesuaikan dengan kerangka pikir penelitian.
Aspek penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pelafalan artinya ketepatan pengucapan kosakata, huruf vokal, dan
huruf konsonan.
2. Intonasi artinya tinggi rendah tekanan nada pada argumen yang
disampaikan.
3. Pilihan kata artinya ketepatan kosa kata yang dipilih saat
menyampaikan argumentasi.
4. Keberanian artinya tingkat percaya diri saat menyampaikan
argumentasi.
5. Kelancaran artinya tingkat kemudahan menyampaikan argumen secara
tidak tersendat-sendat.
6. Kenyaringan suara artinya tingkat pengaturan volume suara saat
menyampaikan argumentasi agar jelas terdengar.
7. Penalaran artinya tingkat kecepatan peserta didik untuk menanggapi
argumen dengan logis.
8. Penguasaan topik artinya tingkat pemahaman peserta didik mengenai
judul debat dan isi yang sedang diperdebatkan.
23
C. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa peneliti terdahulu yang telah meneliti mengenai penerapan
metode debat terhadap keterampilan berbicara peserta didik, diantaranya ialah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Solano,D.O.A.& Padilla A.K.P dengan
judul “Improving Speaking Skills Using Debate Activities for 12th
Graders at Unidad Educativa Particular Bilingüe” tahun 2017. Hasil
penelitian ini menunjukan metode debat dapat membantu peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan optimal, selain itu peserta
didik berhasil memecahkan masalah kepercayaan diri mereka ketika
berbicara di depan audiens dan membangun lebih banyak kontak mata.
Perbedaan dengan penelitian peneliti terletak pada jenis penelitian
menggunakan quasi experimental,namun persamaannya terletak pada
teknik pengumpulan data yang menggunakan observasi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Efrizal dengan judul “The Use of Debate
Activities to Improve Students’ Speaking Ability” tahun 2006. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan berbicara
peserta didik melalui metode debat. Perbedaan dengan penelitian peneliti
terletak pada Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ryoko dengan judul “The Effectiveness Of
Debate Technique In Teaching And Learning Speaking Skill” Tahun
2015. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Ada perbedaan yang
signifikan antara peserta didik yang diajar menggunakan teknik debat dan
24
peserta didik yang diajar tanpa menggunakan teknik debat, dan 2)
kelompok eksperimental menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam
keterampilan berbicara daripada kelompok kontrol. Perbedaan dengan
penelitian peneliti terletak pada desain penelitian menggunakan quasi
experimental. Namun persamaannya terletak pada teknik pengumpulan
data yang menggunakan tes, wawancara, dan observasi.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Arung dengan judul “Improving the
Students’ Speaking Skill through Debate Technique” tahun 2016. Hasil
penelitian ini menunjukan teknik debat mampu meningkatkan
keterampilan berbicara peserta didik yang dibuktikan dengan skor peserta
didik meningkat setelah penggunaan teknik debat. Perbedaan dengan
penelitian peneliti terletak pada jenis penelitian yaitu PTK, Namun
persamaannya terletak pada teknik pengumpulan data yang menggunakan
tes dan observasi.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Yonsisno dengan judul “The Effect Of
Using Debate Technique Toward Students’ Speaking Skill At The
Eleventh Grade Students” pada tahun 2015. Hasil penelitian ini
menunjukan ada pengaruh yang signifikan teknik debat terhadap
keterampilan berbicara peserta didik. Persamaan dengan penelitian
peneliti terletak pada desain penelitian yang menggunakan pre-test-post-
test group desain.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Rediasih, L. Suwatra,W. & Arum, D
dengan judul “pengaruh model pembelajaran debate terhadap
25
keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia peserta
didik kelas V pada tahun 2017”. Hasil penelitian ini menunjukan model
pembelajaran debate berpengaruh positif terhadap keterampilan berbicara
peserta didik kelas V SD di gugus Buleleng. Perbedaan dengan penelitian
peneliti terletak pada desain penelitian menggunakan quasi experimental.
Namun persamaannya terletak pada teknik pengumpulan data yang
menggunakan observasi.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Supriatna,I.& Rahman dengan judul
”penerapan metode debat inisiasi berorientasi karakter terhadap
keterampilan berbicara dan berpikir kreatif peserta didik SD” pada tahun
2015. Hasil penelitian ini menunjukan penerapan metode debat inisiasi
berorientasi karakter efektif meningkatkan keterampilan berbicara dan
berpikir kreatif peserta didik. Perbedaannya dengan penelitian peneliti
terletak pada desain penelitian menggunakan quasi experimental.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Putu,I.G, Yudayana,I.M.& Natajaya, I.N
dengan judul “pengaruh metode debat terhadap kemampuan berbicara
dalam bahasa Inggris ditinjau dari ekspektasi karir bahasa inggris pada
peserta didik kelas XII SMAN 1 Karambitan” pada tahun 2015. Hasil
penelitian menunjukan metode debat bisa menjadi alternatif untuk
meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik dalam bahasa inggris
terutama pada peserta didik dengan ekspektasi karir tinggi dalam belajar
bahasa inggris. Perbedaan dengan penelitian peneliti terletak pada
instrumen penelitian yang menggunakan tes kinerja dan kuisioner.
26
9. Penelitian yang dilakukan oleh Ketut,I.A, Dantes.N, & Ngurah.I. dengan
judul “pengaruh implementasi metode debat terhadap keterampilan
berbicara bahasa Inggris ditinjau dari minat belajar kelas XI IPA SMAN 2
Amlapura” pada tahun 2013. Hasil penelitian menunjukan metode debat
mampu meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik dan cocok
digunakan baik pada peserta didik yang memiliki minat tinggi ataupun
rendah. Perbedaan dengan penelitian peneliti terletak pada instrumen
penelitian yang menggunakan tes unjuk kerja dan kuisioner.
10. Penelitian yang dilakukan oleh Khumairoh pada tahun 2014 dengan judul
“Pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara
peserta didik kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok”.
Hasil penelitiannya ialah ada pengaruh yang signifikan terkait penerapan
metode debat terhadap keterampilan berbicara peserta didik, perbedaan
dengan penelitian peneliti terletak pada subyek penelitian, tempat
penelitian, jumlah peserta didik yang diteliti, sedangkan persamaannya
terletak pada jenis penelitian, metode penelitian, teknik pengambilan
sampel, dan desain penelitian.
D. Kerangka Pikir
Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan pada penelitian ini yang
menerangkan bahwa kurangnya keterampilan berbicara peserta didik kelas V
SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung yang ditandai dengan peserta didik kurang
merasa yakin ketika presentasi didepan kelas, jarang ada yang berani
27
menjawab pertanyaan dari pendidik, jarang ada yang bertanya, kurang aktif
dalam berdiskusi, dan menyampaikan pendapat dengan tersendat-sendat.
Adapun pola pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis
student center atau berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik
memerlukan keterampilan berbicara agar lebih interaktif dalam proses
pembelajaran. Interaktif dalam proses pembelajaran ditandai dengan aktif
dalam diskusi, berani mengemukakan pendapat, terbiasa bertanya jika tidak
memahami materi pembelajaran, berani untuk menjawab pertanyaan yang
dilontarkan oleh pendidik, dan mampu mengkomunikasikan hasil diskusi
dengan baik.
Keberlangsungan proses pembelajaran yang interaktif perlu didukung oleh
suatu metode pembelajaran, yaitu suatu metode yang melatih peserta didik
untuk berani mengemukakan pendapat, berani bertanya atau menanggapi, dan
melatih untuk berkomunikasi dengan teman-teman. Metode yang cocok
digunakan menurut peneliti adalah metode debat karena metode debat adalah
suatu metode pembelajaran yang didalamnya sengaja diberikan materi yang
dapat diperdebatkan sehingga akan dibentuk dua kelompok yaitu kelompok
pro dan kelompok kontra yang mana setiap kelompok akan menyampaikan
pendapatnya dengan tujuan memecahkan masalah, mengembangkan
pemikiran dan refleksi. Penerapan metode debat ini akan membuat peserta
didik berfikir kritis terhadap suatu isu kontroversial, lalu mereka akan dilatih
untuk berani mengemukakan pendapat secara bergantian, mampu memberikan
sanggahan terhadap pernyataan kelompok lawan dengan alasan yang logis,
serta mampu berkomunikasi dengan cara-cara yang tepat karena terdapat
28
peraturan yang harus ditaati saat berdebat misalnya tidak boleh memotong
pembicaraan orang lain.
Keterampilan berbicara akan diukur menggunakan lembar observasi yang
terlampir pada bab 3 (instrumen penelitian), selama proses pembelajaran
berlangsung, peneliti akan mengamati aktivitas peserta didik sebelum (pre-
test) dan sesudah (post-test) menerapkan metode debat. Setelah diamati dan
dihitung hasil pre-test dan post-test, jika terdapat perbedaan yang signifikan
yang mana hasil post-test lebih besar daripada hasil pre-test maka metode
debat berpengaruh positif terhadap keterampilan berbicara.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
E. Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2013: 96) mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis dalam
penelitian ini ialah:
Ha : Ada pengaruh yang signifikan mengenai penerapan metode
debat terhadap keterampilan berbicara peserta didik kelas V SD
Negeri 5 Sukajawa Bandar Lampung Tahun Ajaran 2018/2019.
PENERAPAN
METODE DEBAT
MENINGKATKAN
KETERAMPILAN
BERBICARA
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain pre-
experimental design dengan bentuk one-group pre-test-post-test design
karena dalam penelitian ini hanya terdapat kelas eksperimen yang akan
diberikan perlakuan berupa metode debat untuk mengukur keterampilan
berbicara peserta didik. Sistematika penelitian ini ialah peneliti akan
mengobservasi keterampilan berbicara dan aktivitas keaktifan peserta didik
sebelum (pre-test), selama (on-test) dan setelah (post-test) menerapkan
metode debat, jika hasil post-test lebih besar daripada hasil pre-test, maka itu
menunjukan bahwa penerapan metode debat berpengaruh positif terhadap
keterampilan berbicara peserta didik.
Gambar 2. Desain Penelitian
Keterangan :
O1 : nilai observasi awal (sebelum diberi perlakuan)
X : penerapan metode debat
O2 : nilai observasi akhir (setelah diberi perlakuan)
Sumber: Sugiyono (2017: 111)
O1 X O2
30
B. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur artinya suatu tahapan yang sistematis untuk melakukan suatu hal
agar tujuan penelitian dapat tercapai. Prosedur dalam penelitian ini ialah :
1. Tahap Pendahuluan
a. Meminta izin ke kepala SDN 5 Sukajawa untuk melakukan penelitian
pendahuluan pada November 2018
b. Melakukan wawancara dengan walikelas V sesuai dengan objek
penelitian.
c. Mengobservasi langsung proses pembelajaran di kelas V.
d. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kisi-kisi lembar observasi.
e. Membuat instrumen pembelajaran berupa lembar observasi penilaian
keterampilan berbicara dan lembar observasi aktivitas metode debat.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Memberikan perlakuan berupa penerapan metode debat selama tiga
pertemuan pada tema 8 sub tema 3. Sebelum menerapkan metode debat,
peneliti mengobservasi aktivitas keaktifan dan keterampilan berbicara
awal peserta didik, setelah itu mengobservasi aktivitas keaktifan dan
keterampilan berbicara selama pelaksanaan metode debat, dan selanjutnya
mengobservasi aktivitas keaktifan dan keterampilan berbicara akhir
peserta didik.
31
3. Tahap akhir penelitian
a. Analisis data
b. Pembahasan
c. Kesimpulan
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 5 Sukajawa yang beralamat di Jalan
Antara No.15 Sukajawa Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung.
2. Waktu Penelitian
a. Penelitian Pendahuluan : Semester Ganjil Tahun 2018/2019.
b. Pelaksanaan Penelitian : Semester Genap Tahun 2018/2019.
c. Tahap akhir penelitian : Semester Genap Tahun 2018/2019.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh peserta didik kelas V SDN 5
Sukajawa Bandar Lampung yang terdiri dari 3 rombongan belajar, yaitu
kelas VA, VB, dan VC. Setiap kelas terdiri dari peserta didik laki-laki dan
perempuan yang jumlahnya berbeda-beda tiap kelas, data jumlah peserta
didik ini diperoleh dari data dokumentasi sekolah yang mana diberikan
oleh wali kelas VA, VB, dan VC, dan dikonfirmasi juga ketika peneliti
melakukan observasi di kelas VA, VB, dan VC. Berikut penjabaran
jumlah peserta didik kelas V di SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung.
32
Tabel 2. Jumlah peserta didik kelas V SDN 5 Sukajawa
Kelas Jumlah peserta
didik laki-laki
Jumlah peserta
didik perempuan
Total peserta didik
V A 17 15 32
V B 10 20 30
V C 17 15 32
Total populasi 94
Sumber: Data dokumentasi SDN 5 Sukajawa
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel yang dipilih
adalah teknik sampling purposive, menurut Sugiyono (2017: 124)
sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Pada penelitian ini yang menjadi pertimbangan
tertentu adalah keterampilan berbicara peserta didik, setelah melakukan
observasi pada penelitian pendahuluan serta wawancara dengan wali
kelas, peneliti memutuskan untuk mengambil sampel pada peserta didik
kelas V C yang berjumlah 32 orang, karena diantara kelas V A, V B, V C,
peserta didik V C yang keterampilan berbicaranya lebih rendah diantara
yang lain sehingga cocok digunakan sebagai sampel untuk membuktikan
pengaruh metode debat terhadap keterampilan berbicara peserta didik.
33
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel terikat (dependent) dan
variabel bebas (independent), berikut pemaparannya :
a) Variabel terikat (dependent) sering disebut sebagai variabel output,
kriteria, konsekuen. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian
ini, yang menjadi variabel terikat ialah “keterampilan berbicara”.
b) Variabel bebas (independent) sering disebut sebagai variabel stimulus,
prediktor, antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Pada penelitian ini, yang menjadi variabel
bebas ialah “metode debat”.
F. Definisi Konseptual & Definisi Operasional
1) Definisi Konseptual
a. Keterampilan berbicara (variabel terikat/Y)
Definisi konseptual keterampilan berbicara merujuk pada pendapat
dari Badiah (2013: 15) yang menjelaskan bahwa kemampuan
berbicara adalah kemampuan untuk menggunakan intonasi, ucapan,
dan menyusun kalimat dengan baik dalam setiap pembicaraannya.
Ukuran baik dalam konteks ini didasarkan dengan mampukah
pembicara membedakan dengan siapa ia berbicara dan dalam situasi
yang bagaimana dia berbicara. Menurut peneliti definisi konseptual
keterampilan berbicara fokus kepada kemampuan memiliki
34
pengetahuan tentang konsep berbicara yang benar, memiliki sikap
yang tepat dalam berbicara, dan memiliki keterampilan melafalkan,
menggunakan intonasi, dan pilihan kata pada situasi dan orang yang
tepat. Definisi konseptual ini akan menjadi landasan peneliti dalam
membuat instrumen penelitian yang tentunya akan dijelaskan pada
definisi operasional.
b. Metode debat (variabel bebas/X )
Definisi konseptual metode debat merujuk dari pendapat Silberman
(2009: 127) yang menjelaskan bahwa metode debat merupakan suatu
metode pembelajaran dengan memberikan sebuah isu kontroversial
atau materi yang dapat diperdebatkan. Isu kontroversial yang
diberikan akan membentuk dua kelompok, yaitu kelompok pro dan
kontra terhadap pandangan isu kontroversial tersebut. Metode debat
dapat menjadi sebuah metode berharga untuk mengembangkan
pemikiran dan refleksi, khususnya jika para peserta didik diharapkan
mengambil posisi yang bertentangan dengan pendapatnya. Alasan
peneliti membuat definisi konseptual merujuk pada pendapat
Silberman (2009: 127) adalah karena pendapat ini cukup
menggambarkan konsep metode debat yang sesuai dengan kerangka
pikir penelitian ini sehingga peneliti bisa membuat instrumen
penelitian dengan tepat.
35
2) Definisi Operasional
a. Keterampilan berbicara (variabel terikat/Y)
Menurut peneliti seseorang dikatakan terampil berbicara ketika ia
memiliki pengetahuan tentang konsep berbicara yang benar, memiliki
sikap yang tepat dalam berbicara, dan memiliki keterampilan
melafalkan, menggunakan intonasi, dan pilihan kata pada situasi dan
orang yang tepat. Menentukan peserta didik terampil berbicara
memerlukan pedoman penilaian, pada penelitian ini akan dijabarkan
dimensi dan indikator penilaian keterampilan berbicara yang
disesuaikan dengan definisi konseptual sebelumnya. Berikut
penjabaran mengenai pedoman penilaian keterampilan berbicara.
Tabel 3. Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara Peserta
Didik
No. Dimensi Indikator
1. Keterampilan 1) Pelafalan
2) Intonasi
3) Pilihan kata
4) Kenyaringan suara
5) Kelancaran
2. Sikap 6) Keberanian
3. Pengetahuan 7) Penguasaan Topik
8) Penalaran
Sumber: Analisis Peneliti
Pedoman penilaian keterampilan berbicara di atas akan menjadi
landasan peneliti dalam menentukan tingkat keterampilan peserta
didik yang terbagi ke dalam empat kategori yaitu peserta didik yang
sangat terampil, terampil, kurang terampil, dan tidak terampil.
Penggolongan tersebut dilakukan setelah menganalisis hasil
pengamatan selama penelitian yang mana menggunakan instrumen
penelitian berupa lembar observasi keterampilan berbicara.
36
b. Metode debat (variabel bebas/X )
Menurut peneliti metode debat adalah suatu metode pembelajaran
yang memberikan isu kontroversial dalam proses pembelajaran
sehingga didalamnya terjadi kegiatan diskusi, kegiatan
menyampaikan argumen, dan kegiatan menyanggah pendapat lawan
dengan tujuan memecahkan masalah dan melakukan refleksi.
Aktivitas keaktifan peserta didik ketika diberikan penerapan metode
debat juga dinilai berdasarkan dimensi dan indikator metode debat
yang akan dijabarkan dibawah ini.
Tabel 4. Pedoman Observasi Aktivitas Metode Debat
No. Dimensi Indikator
1. Diskusi 1) Arguentasi
2. Menyampaikan argumen 2) Komunikasi
3. Menyanggah 3) Umpan Balik
4. Refleksi 4) Sikap
Sumber: Analisis Peneliti
Pedoman observasi aktivitas metode debat di atas akan menjadi
landasan peneliti dalam menentukan tingkat keaktifan peserta didik di
kelas yang terbagi ke dalam empat kategori yaitu peserta didik yang
sangat aktif, aktif, kurang aktif, dan tidak aktif. Penggolongan
tersebut dilakukan setelah menganalisis hasil pengamatan selama
penelitian yang mana menggunakan instrumen penelitian berupa
lembar observasi aktivitas metode debat.
37
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data berupa teknik observasi dan teknik dokumentasi.
1. Observasi
Jenis observasi dalam penelitian ini ialah observasi berperanserta
(participant observation) dengan model observasi terstruktur karena
peneliti ikut terlibat dengan kegiatan penelitian yang sedang diamati, serta
peneliti sudah merancang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana
tempat penelitian. Data yang ingin diobservasi adalah data keterampilan
berbicara dan aktivitas keaktifan peserta didik sebelum, selama, dan
setelah menerapkan metode debat..
2. Dokumentasi
Data dokumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data resmi
dari sekolah yang meliputi data profil sekolah, data jumlah peserta didik,
serta gambaran proses pelaksanaan penelitian yang tentunya memberikan
data pendukung untuk penelitian ini.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dapat dipergunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini
adalah data keterampilan berbicara dan data aktivitas keaktifan peserta didik.
Instrumen penelitian terdiri dari dua instrumen yaitu instrumen observasi dan
instrumen dokumentasi.
38
1. Observasi
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi
keterampilan berbicara, lembar observasi aktivitas metode debat, dan alat
rekam berupa handphone. Tujuan penggunaan instrumen adalah untuk
mencatat serta merekam semua kegiatan yang berkaitan dengan penelitian
di kelas VC mulai dari sebelum, selama, dan setelah menerapkan metode
debat. Berikut penjabaran ketiga instrumen penelitian ini.
a. Lembar observasi keterampilan berbicara (variabel Y)
Instrumen keterampilan berbicara dibuat berdasarkan definisi
operasional keterampilan berbicara yang sudah dijabarkan
sebelumnya yang mana terdiri dari tiga dimensi yaitu pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Setiap dimensi terdiri dari indikator dan
aspek, berikut dijabarkan kisi-kisi instrumen lembar observasi
keterampilan berbicara yang akan dinilai pada tiga sesi yaitu sesi pre-
test (sebelum menerapkan metode debat), sesi on-test (saat
menerapkan metode debat), dan sesi post-test (setelah menerapkan
metode debat).
Tabel 5. Kisi-kisi instrumen lembar observasi keterampilan
berbicara
No. Dimensi Indikator Aspek
1. Pengetahuan 1) Penguasaan
Topik
2) Penalaran
1) Tingkat pemahaman
isi judul debat
2) Tingkat ketangkapan
argumen lawan
2. Sikap 3) Keberanian
4) Kelancaran
3) Tingkat rasa percaya
diri saat
menyampaikan
argumentasi
4) Tingkat kemudahan
dalam menyampaikan
argumentasi
39
No. Dimensi Indikator Aspek
3. Keterampilan 5) Pelafalan
6) Intonasi
7) Pilihan kata 8) Kenyaringan
suara
5) Tingkat ketepatan
pengucapan huruf
vokal dan huruf
konsonan
6) Tingkat kesesuaian
tinggi rendah tekanan
nada pada argumen
yang disampaikan
7) Tingkat pengaturan
volume suara saat
menyampaikan
argumentasi agar
jelas terdengar
Sumber: Analisis Peneliti
Lembar penilaian keterampilan berbicara peserta didik akan
digunakan peneliti untuk menilai keterampilan berbicara peserta didik
sebelum (pre-test), selama (on-test), dan setelah (post-test)
menerapkan metode debat. Setiap Indikator penilaian diberi skor dari
rentang 1 - 4, skor 1 artinya tidak terampil, skor 2 artinya kurang
terampil, skor 3 artinya terampil, dan skor 4 artinya sangat terampil.
Skor yang diperoleh diakumulasikan ke bulatan 100. Lembar
penilaian terdiri dari delapan indikator, indikator (1) aspek pelafalan,
indikator (2) aspek intonasi, indikator (3) aspek pilihan kata,
indikator (4) aspek keberanian, indikator (5) aspek kelancaran,
indikator (6) aspek kenyaringan suara, indikator (7) aspek penalaran,
dan indikator (8) aspek penguasaan topik. Berikut tabel lembar
penilaian keterampilan berbicara yang digunakan pada kelas VC.
40
Tabel 6. Lembar penilaian keterampilan berbicara peserta didik
No. Nama
peserta
didik
Indikator Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 8
1. ..........
2. ..........
3. ..........
dst ..........
Sumber: Analisis Peneliti
Setelah semua peserta didik diamati, maka kegiatan selanjutnya
adalah menganalisis nilai keterampilan berbicara peserta didik dan
menggolongkan peserta didik menjadi empat kategori yaitu peserta
didik yang tidak terampil, kurang terampil, terampil, dan sangat
terampil. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan
besarnya interval dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan :
i : interval
NT : nilai tertinggi
NR : nilai terendah
K : kategori
Sutrisno (2006: 178)
i = (100 – 25) = 75 = 18,75
4 4
Tabel 7. Klasifikasi Keterampilan Berbicara
Interval Kategori
25 - 42,75 Tidak Terampil
43,75 - 61,50 Kurang Terampil
62,50 - 80,25 Terampil
81,25 – 100 Sangat Terampil
Sumber: Analisis Peneliti
(NT – NR)
i =
K
41
b. Lembar observasi aktivitas metode debat (Variabel X)
Instrumen lembar observasi aktivitas metode debat dibuat
berdasarkan definisi operasional metode debat yang sudah dijabarkan
sebelumnya yang mana terdiri dari empat dimensi yaitu isu
kontroversial, diskusi, pemecahan masalah, dan refleksi. Setiap
dimensi terdiri dari indikator dan aspek, berikut dijabarkan kisi-kisi
instrumen lembar observasi aktivitas metode debat yang akan dinilai
pada tiga sesi yaitu sesi pre-test (sebelum menerapkan metode debat),
sesi on-test (saat menerapkan metode debat), dan sesi post-test
(setelah menerapkan metode debat).
Tabel 8. Kisi-kisi instrumen lembar observasi aktivitas metode
debat
No. Dimensi Indikator Aspek
1. Diskusi 1) Arguentasi 1) Tingkat kesesuaian
pendapat dengan
jenis kelompok.
2. Menyampaikan
argumen
2) Komunikasi 2) Tingkat ketepatan
pelafalan, intonasi,
dan pilihan kata
3. Menyanggah 3) Umpan Balik 3) Tingkat ketepatan
sanggahan saat
menanggapi
argumen lawan
4. Refleksi 4) Sikap 4) Tingkat sikap
menghargai
pendapat lawan
bicara
Sumber: Analisis Peneliti
Lembar penilaian aktivitas metode debat peserta didik akan
digunakan peneliti untuk menilai keaktifan peserta didik sebelum
(pre-test), selama (on-test), dan setelah (post-test) menerapkan
metode debat. Setiap Indikator penilaian diberi skor dari rentang 1- 4,
42
skor 1 artinya tidak aktif, skor 2 artinya kurang aktif, skor 3 artinya
aktif, dan skor 4 artinya sangat aktif. Skor yang diperoleh
diakumulasikan ke bulatan 100. Lembar penilaian terdiri dari empat
indikator, indikator (1) aspek argumentasi, indikator (2) aspek
komunikasi, indikator (3) aspek sikap, dan indikator (4) aspek umpan
balik. Berikut tabel lembar penilaian aktivitas keaktifan metode debat
yang digunakan pada kelas VC.
Tabel 9. Lembar penilaian aktivitas metode debat peserta didik
No. Nama peserta
didik
Indikator Penilaian
1 2 3 4
1. ...................
2. ...................
3. ...................
dst ...................
Sumber: Analisis Peneliti
Setelah semua peserta didik diamati, maka kegiatan selanjutnya
adalah menganalisis nilai aktivitas peserta didik dan menggolongkan
peserta didik menjadi empat kategori yaitu peserta didik yang tidak
aktif, kurang aktif, aktif, dan sangat aktif.Untuk mengkategorikannya,
terlebih dahulu ditentukan besarnya interval dengan rumus sebagai
berikut.
Keterangan :
i : interval
NT : nilai tertinggi
NR : nilai terendah
K : kategori
(NT – NR)
i =
K
43
Sutrisno (2006: 178)
i = (100 – 25) = 75 = 18,75
4 4
Tabel 10. Klasifikasi Aktivitas Keaktifan Metode Debat
Interval Kategori
25 - 42,75 Tidak Aktif
43,75 - 61,50 Kurang Aktif
62,50 - 80,25 Aktif
81,25 – 100 Sangat Aktif
Sumber: Analisis Peneliti
c. Alat rekam
Peneliti akan menggunakan alat rekam berupa kamera handphone
untuk merekam aktivitas peserta didik sebelum, selama, dan setelah
menerapkan metode debat. Jenis rekaman yang digunakan adalah
rekaman video, suara, dan foto. Tujuan penggunaan alat rekam
adalah untuk menangkap semua kejadian secara lengkap sehingga
akan menghasilkan data yang akurat.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini adalah
profil sekolah, surat keterangan perizinan penelitian, surat validasi
instrumen, surat validasi RPP, dan foto kegiatan peneliti selama penelitian
di SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung.
44
I. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Menurut Sugiyono (2017: 173) instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Pada penelitian ini peneliti menggunakan validitas
konstrak (construct validity). Menurut Sugiyono (2017: 177) untuk
menguji validitas konstrak dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement
experts), maka pada penelitian ini peneliti meminta bantuan dari ahli yaitu
dosen Bahasa Indonesia Ibu Dra. Fitria Akhyar, M.Pd sebagai validator
instrumen penelitian yang mana sesuai dengan konteks judul penelitian
ini. Setelah pengujian konstrak dari ahli, maka diteruskan dengan uji coba
instrumen. Peneliti menguji coba instrumen pada peserta didik kelas V A
SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung. Setelah data ditabulasikan maka
pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan metode Pearson
Correlation, dengan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:
( )( )
√ ( ) ( )
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi X dan Y
N = Jumlah responden
∑XY = Total perkalian skor X dan Y
∑Y = Jumlah skor variabel Y
∑X = Jumlah skor variabel X
∑X2 = Total kuadrat skor variabel X
∑Y2
= Total kuadrat skor variabel Y
45
Kriteria pengujian apabila dengan α = 0,05 maka alat ukur
tersebut dinyatakan valid. Klasifikasi validitas dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 11. Klasifikasi Validitas
Kriteria validitas
0.00 < rxy < 0.20 Sangat rendah (SR)
0.20 < rxy < 0.40 Rendah (RD)
0.40 < rxy < 0.60 Sedang (SD)
0.60 < rxy < 0.80 Tinggi (T)
0.80 < rxy < 1.00 Sangat tinggi (ST)
Sumber: Arikunto (2010: 322)
2. Reliabilitas Soal
Reliabilitas menurut Sugiyono (2016 : 125) adalah ketepatan hasil tes
apabila instrumen tes yang digunakan beberapa kali untuk mengukur
objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama maka dikatakan
reliabel. Penelitian ini menggunakan uji realibilitas instrumen soal dengan
teknik belah dua metode Cronbach Alpha. Rumus Cronbach Alpha
sebagai berikut:
r11 = ⌊
( )⌋ ⌊
⌋
Keterangan :
= Koefisien reliabilitas
n = Banyaknya butir soal
= Jumlah varians butir
= Varians total
46
Tabel 12. Klasifikasi Reliabilitas
No. Nilai Reliabilitas Kategori
1. 0,00 – 0,20 Sangat rendah
2. 0,21 – 0,40 Rendah
3. 0,41 – 0,60 Sedang
4. 0,61 – 0,80 Tinggi
5. 0,81 – 1,00 Sangat tinggi
Sumber: Arikunto (2010 : 109)
J. Uji Prasyarat Data
Uji prasyarat data dilakukan agar memastikan bahwa instrumen ini
berdistribusi normal dan bersifat homogen sehingga bisa dilanjutkan untuk
pengujian analisis hipotesis.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau
tidak. Penelitian ini menggunakan uji normalitas data menggunakan
rumus Chi-kuadrat (X2) yaitu sebagai berikut:
= ∑ ( )
Keterangan:
X 2
= Chi-kuadrat / normalitas sampel
fo = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian apabila ≤
dengan α = 0,05 berdistribusi
normal, dan sebaliknya apabila
maka tidak berdistribusi
normal.
47
2. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui data memiliki varians yang
sama (homogen) atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji homogenitas
dilakukan uji-F menurut Sudjana (2005: 249) adalah sebagai berikut:
Ho : variansi pada tiap kelompok sama (homogen).
Hi : variansi pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen).
Uji homogenitas dilakukan dengan rumus uji F menurut Sugiyono (2016:
275) sebagai berikut:
F =
Harga Fhitung tersebut kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel untuk
diuji signifikansinya dengan taraf signifikansi yaitu 0,05 selanjutnya
bandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan ketentuan:
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, artinya varian kedua kelompok
data adalah homogen. Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, artinya
varian kedua kelompok data tersebut tidak homogen.
K. Uji Hipotesis Regresi Linear Sederhana
Uji hipotesis digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh penerapan
metode debat terhadap keterampilan berbicara. Penelitian ini menggunakan
uji hipotesis regresi linear sederhana menurut Sugiyono (2016 : 261) dengan
rumus yaitu:
Ŷ= α + bX
Keterangan:
Ŷ = Variabel terikat
X = Variabel bebas
a = Konstanta
b = Koefisien regresi variabel X
48
Analisis uji regresi linear sederhana pada penelitian ini dilakukan untuk
menguji hipotesis sebagai berikut:
Ha : Ada pengaruh metode debat terhadap keterampilan berbicara peserta
didik kelas V SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung Tahun Ajaran
2018/2019.
Ho : Tidak ada pengaruh metode debat terhadap keterampilan berbicara
peserta didik kelas V SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung Tahun
Ajaran 2018/2019.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis perhitungan hipotesis perolehan r hitung > r tabel yaitu
0,820 > 0,349 yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak, perbedaan nilai pre-
test dan posttest yang mana rata-rata nilai posttest keterampilan berbicara dan
rata-nilai posttest aktivitas metode debat lebih besar dibandingkan nilai pre-
test, selain itu perubahan proses pembelajaran yang mana peserta didik lebih
berani dalam menyampaikan pendapat, mampu menanggapi argumen secara
logis, mampu menghargai lawan bicara, serta bekerja sama dalam diskusi
kelompok, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode debat berpengaruh
positif terhadap keterampilan berbicara peserta didik, dengan kata lain
metode debat mampu meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik
kelas VC SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung secara signifikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka dapat
diajukan saran – saran untuk meningkatkan hasil belajar kelas V yaitu:
a. Peserta Didik
Peserta didik diharapkan mampu mengikuti langkah – langkah metode
debat dengan baik sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara
peserta didik, ,melatih untuk berpikir kritis, dan menghargai orang lain
70
saat berbicara.
b. Pendidik
Pendidik diharapkan mampu mengembangkan pembelajaran dengan
metode pembelajaran yang bervariasi dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran bagi peserta didik, salah satunya yaitu dengan
menerapkan metode debat.
c. Kepala Sekolah
Kepala sekolah dianjurkan memberi motivasi kepada pendidik untuk
menerapkan metode-metode pembelajaran yang inovatif khususnya
penerapan metode debat untuk meningkatkan keterampilan berbicara
peserta didik sebagai soft skills bagi peserta didik.
d. Peneliti Lain
Peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan judul ini,
diharapkan penelitian ini dapat menjadi gambaran, informasi dan
masukan sehingga mempermudah dalam proses pelaksanaan penelitian
dan mampu memberikan pengaruh yang lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum
Prestasi. Pusta karya, Jakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta,
Jakarta.
______2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta,
Jakarta.
______2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta,
Jakarta.
Arsjad, G. Mukti, U. S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Erlangga, Jakarta.
Arung, F. 2016. Improving the Students’ Speaking Skill through Debate
Technique. Journal of English Education. 1: 15-19
Badiah. 2013. Peningkatan Keterampilan Berbicara dalam Bahasa Indonesia
melalui Gelar Wicara pada Siswa. Jurnal FKIP Unila. 2: 7-9.
Cahyani, I. & Hodijah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. UPI Pers,
Bandung.
Cahyani, I. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia. UPI Pers, Bandung.
Djaatar, T.Z. 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar.
(Skripsi).Universitas Negeri Padang.
Elfindri, dkk. 2011. Soft Skills untuk Pendidik. Baduose Media, Jakarta.
Efrizal, D. 2006. The Use of Debate Activities to Improve Students’ Speaking
Ability at State Religious Senior High School (MAN 02)of
Kepahiang,Bengkulu, Indonesia. Jurnal Kajian Keislaman. 4: 15-20.
Hall, D. 2011. Debate: Innovative Teaching to Enhance Critical Thinking and
Communication Skill in Healthcare Professionals. Internet Jurnal of Allied
72
Health Sciences and Practice. Journal Of Allied Health Sciences And
Practices. 3: 9-11.
Iskandarwassid, & Suhendar, D. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Ketut, I. A, Dantes. N, & Ngurah. I. 2013. Pengaruh implementasi metode debat
terhadap keterampilan berbicara bahasa Inggris ditinjau dari minat belajar
kelas XI IPA SMAN 2 Amlapura. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. 4: 5-10.
Khumairoh. 2014. Pengaruh Penerapan Metode Debat terhadap Keterampilan
Berbicara Peserta Didik kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota
Depok. (Skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mintaraga, A. 2002. Buku Panduan Praktis Debat Bahasa Indonesia Format
Parlemen Australia. Komunitas Debat FPA Regional Jawa Tengah-DIY,
Magelang.
Mulyati, Y.dkk. 2008. Bahasa Indonesia. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka,
Jakarta.
Nurdin, M. 2016. Penerapan Metode Debat Aktif untuk Meningkatkan
Kemampuan Berdiskusi Mahasiswa dalam Pembelajaran Konsep Dasar
PKN di PGSD UPP Bone FIP UNM. Jurnal Publikasi Pendidikan. 3: 12-
15.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan nomor 20 tahun 2016 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
Pupuh, M. & Sobry,S. 2010. Strategi belajar mengajar. Rineka Cipta, Jakarta
Putu, I. G. Yudayana, I. M.& Natajaya, I. N. 2015. Pengaruh Metode Debat
terhadap Kemampuan Berbicara dalam Bahasa Inggris Ditinjau dari
Ekspektasi Karir Bahasa Inggris pada Siswa kelas XII SMAN 1
Karambitan. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha.1: 6-7
Rahayu, A.K. 2015. Penggunaan Metode Debat Aktif untuk Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Siswa kelas V SD Muhammadiyah 1 Alternatif
Magelang. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta.
Rediasih, L. Suwatra,W. & Arum, D. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran
Debate terhadap Keterampilan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa
73
Indonesia Siswa kelas V. e-Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. 2: 9-10.
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Ryoko, A. 2015. The Effectiveness Of Debate Technique In Teaching And
Learning Speaking Skill. Jurnal Unisiri. 2: 13-15.
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Ar-
Ruzz Media, Yogyakarta.
Silberman, M. 2009. Active Learning ‘101 Strategi Pembelajaran Aktif. Pustaka
Insan Mandiri, Yogyakarta.
Solano, D. O. A.& Padilla A. K. P. 2017. Improving Speaking Skills Using
Debate Activities for 12th Graders at Unidad Educativa Particular
Bilingüe, Journal of Universidad De Cuenca. 2: 6-8.
Sujanto. 1988. Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara untuk
Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Depdikbud, Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung.
_______2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan Kombinasi (Mixed
Methods). Alfabeta, Bandung.
_______2017.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D.Alfabeta, Bandung.
Suprapto, T. 2009. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi. Medpress,
Yogyakarta.
Supriatna, I. & Rahman. 2015. Penerapan Metode Debat Inisiasi Berorientasi
Karakter terhadap Keterampilan Berbicara dan Berpikir Kreatif Siswa SD.
E-journal UIKA Bogor. 3: 11-13.
Sutrisno, H. 2006. Analisis Regresi. Andi Offset, Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Uno, H & Muhamad,N. 2013. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM:
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. PT
Bumi Aksara, Jakarta.
Yutmini, S.1992. Strategi Belajar Mengajar. Erlangga, Surakarta.
74
Yonsisno. 2015. The Effect Of Using Debate Technique Toward Students’
Speaking Skill At The Eleventh Grade Students. Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Humaniora. 1: 40-44.
Zaini, H. 2009. Strategi Pembelajaran Aktif. Pustaka Insani, Yogyakarta.