PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015....

84
PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA DARUSSALAM CIPUTAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan IPS Disusun Oleh: ALAENA SAROYA NIM : 109015000084 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Transcript of PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015....

Page 1: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

SOSIOLOGI DI SMA DARUSSALAM CIPUTAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd)

Pada Program Studi Pendidikan IPS

Disusun Oleh:

ALAENA SAROYA

NIM : 109015000084

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah
Page 3: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah
Page 4: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah
Page 5: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah
Page 6: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

i

ABSTRAK

ALAENA SAROYA (109015000084). “Pengaruh Penerapan Ice breaking

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi di SMA Darussalam

Ciputat”. Skripsi, Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Ice

breaking terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi di SMA

Darussalam Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Darussalam Ciputat pada

bulan September sampai bulan Desember 2013. Metode penelitian yang

digunakan adalah Quasi eksperimen, sampel diambil secara purposive sampling

dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Angket Tes Pilihan ganda

dan hasilnya diuji melalui statistik “t”. dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung

sebesar 4,29 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,325 atau thitung >

ttabel. Maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar pada

pembelajaran Sosiologi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Penerapan Ice

breaking membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil pembelajaran

Sosiologi siswa.

Kata kunci : Ice breaking, Hasil Belajar.

Page 7: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

ii

ABSTRACT

ALAENA SAROYA (109015000084). "The influence of Application of Ice

Breaking Against Student’s Results In Learning Sociology in Darussalam Senior

High School". Thesis, Jakarta: Social Sciene Education Program, Faculty of

Tarbiyah and Teaching Sciene of State Islamic University (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2014.

This study aims to determine the influence of the application of ice

breaking on the Student’s Results In Learning Sociology in Darussalam Senior

High School. This research was conducted at Darussalam Senior High School in

September until December 2013. This research use Quasi experiment method,

samples were taken by purposive sampling and divided into 2 groups: the

experimental group and the control group. The research was using Questionnaire

Multiple choice tests as the instrument and the results were tested by statistical

"t". From the calculations, the tvalue is 4.29 while the t table at the significance

level of 0.05 is 0.325 or tcount >

ttable. It can be concluded that there are effects

on implementing the ice-breaking against student’s results in learning sociology,

by stating that Ha accepted or approved. This suggests that the use of Application

of Ice breaking brings a significant effect on student learning outcomes Sociology.

Keywords: Ice breaking, Learning Result.

Page 8: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas izin

dan rahmat hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini

merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat

terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak

sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih, kepada yang terhormat:

1. Ibu Dra.Nurlena Rifai, M. Pd,. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan.

2. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

3. Bapak Drs. Syarifulloh M.Si selaku sekertaris jurusan IPS dan sekaligus dosen

Pembimbing Akademik.

4. Ibu Tri Harjawati M.Si , selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

6. Bapak Marul Waid S.Ag., selaku Kepala Sekolah SMA Darussalam Ciputat

yang telah membantu penelitian berlangsung.

7. Bapak Ardila S.Pd dan Bu Nur Asma SE,MM selaku guru pamong tempat

penulis melakukan skripsi.

8. Abahku Ma’mun Bachro dan Mamahku Rohmah, serta kakakku Naely

Farkhatin M.Kom, adikku tersayang Muhammad Nahdi Aulia Urrohman, serta

Keluarga Besar Bapak Salim Bin Suaeb yang selalu mendukung agar skripsi

ini dapat selesai dan doa tulus yang tiada henti.

9. Arif setiawan, yang selalu setia menemani, membantu, mendukung dengan

kasih sayangnya dalam pembuatan skripsi ini.

Page 9: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

iv

10. Laila Fajri Mulyani, Nur Najmi laela, Gizca dilla priyanka sahabat yang selalu

memberikan motivasi untuk merayakan kelulusan kuliah bersama semoga

persahabatan kita tak lekang oleh waktu.

11. Teman- teman tercinta di Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2009

dan Khususnya Keluarga CCB (Comunity Class B) yang selalu memberikan

masukan dan dukungan, menjalani aktivitas baik suka maupun duka selama

perkuliahan.

12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan informasi yang

bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan.Mudah-mudahan skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu

pengetahuan. Amin.

Jakarta, Januari 2014

Penulis

Alaena Saroya

Page 10: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

ABSTRACT ........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 4

C. Pembatasan Masalah ............................................................. 5

D. Perumusan Masalah .............................................................. 5

E. Tujuan Penelitian .................................................................. 5

F. Manfaat Penelitian ............................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORI

A. Belajar ................................................................................... 7

1. Pengertian Belajar ........................................................... 7

2. Tipe –Tipe Belajar........................................................... 8

3. Pengertian Hasil Belajar .................................................. 9

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar......... 11

5. Strategi Penilaian Hasil Belajar ...................................... 12

a. Penilaian Hasil Belajar Tingkat Nasional ................. 12

b. Penilaian Hasil Belajar Tingkat Sekolah................... 13

c. Penilaian Hasil Belajar Tingkat Kelas ...................... 13

6. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar ................................... 15

a. Pre-test ( Tes Awal ) ................................................. 15

b. Penilaian Proses ........................................................ 16

c. Pos-test ( Tes Akhir ) ................................................ 16

Page 11: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

vi

B. Pembelajaran aktif ................................................................. 17

C. Ice breaking ........................................................................... 18

1. Pengertian Ice breaking................................................... 18

2. Macam-macam Ice breaking ........................................... 18

3. Teknik penerapan ice breaking dalam pembelajaran ...... 19

4. Kelebihan dan kelemahan Ice breaking .......................... 20

D. Hasil Penelitian Yang Relavan ............................................. 20

E. Kerangka Berfikir.................................................................. 23

F. Hipotesis Penelitian ............................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 27

B. Metode Penelitian ................................................................. 27

C. Populasi dan Sampel ............................................................. 28

D. Prosedur Penelitian ............................................................... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 30

F. Instrumen Penelitian.............................................................. 31

G. Teknik Pengolahan Data ....................................................... 33

H. Teknik Analisis Data Hasil Belajar ................................... 37

I. Hipotesis Statistik ................................................................ 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ....................................................................... 41

B. Hasil Pengolahan instrument................................................. 42

C. Data Hasil Belajar Sosiologi Siswa ...................................... 43

D. Uji Prasyarat Analisis Data Hasil Belajar ............................ 50

1. Uji Normalitas ................................................................ 50

2. Uji Homogenitas ............................................................ 51

3. Uji Hipotesis .................................................................. 51

4. Uji Normal Gain ............................................................. 53

E. Pembahasan ........................................................................... 54

Page 12: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................... 58

B. Saran ..................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 60

LAMPIRAN

Page 13: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian ............................................................................ 27

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrument interaksi social ............................................... 32

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Korelasi ................................................................. 34

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ........................................................................ 35

Tabel 3.5. Indeks kesukaran ........................................................................... 36

Tabel 3.6 Klasifikasi daya pembeda .............................................................. 37

Tabel 4.1 Instrument ...................................................................................... 42

Tabel 4.2 Realibilitas Instrument ................................................................... 43

Tabel 4.3 Hasil Pretest ................................................................................... 44

Tabel 4.4 Posttest ........................................................................................... 46

Tabel 4.5 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil

pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol ......................... 48

Tabel 4.6 Pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol ......................... 49

Tabel 4.7 Uji Normalitas ................................................................................ 50

Tabel 4.8 Uji Homogenitas ............................................................................ 51

Tabel 4.9 Uji hipotesis Uji t Nilai pretest ...................................................... 52

Tabel 4.10 Uji Hipotesis Uji-t Nilai Post-test .................................................. 53

Tabel 4.11 Uji Normal Gain ............................................................................. 53

Page 14: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

ix

DAFTAR GAMBAR

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir........................................................................... 27

Grafik 4.1 Hasil Pretest kelas Eksperimen dan control ................................... 45

Grafik 4.2 Mean, Median, Modus, Simpangan Deviasi .................................. 45

Grafik 4.3 Posttest kelas ekperimen dan Kontrol ............................................ 47

Grafik 4.4 Mean, Median, Modus, Simpangan Deviasi .................................. 47

Diagram 4.1 Hasil Pretest dan postest kelas eksperimen dan kontrol................. 50

Page 15: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana dengan kodrat kehidupan manusia di dunia ini, manusia

bukan hanya makhluk biologis seperti halnya dengan hewan. Manusia adalah

makhluk sosial dan budaya. Ada titik dimana manusia berbeda dengan

makhluk lainnya, yakni dimana manusia bisa menggunakan akal fikiran untuk

belajar dari hal-hal yang sebelumnnya tidak diketahui sampai mengetahuinya.

Jelaslah kiranya, belajar sangatlah penting bagi kehidupan seorang manusia.

Berbicara tentang belajar, “belajar merupakan suatu perubahan dalam

tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang

lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang

lebih buruk.”1 Sebagai contoh perubahan yang mengarah kepada tingkah laku

yang lebih baik, “pada Olimpiade Sains Kuark, dimana kesenangan belajar

sains majalah komik kuark membuat Emilia Anagya, finalis dari Blora, Jawa

Tengah, tidak jijik bermain cacing dengan teman-temannya. Mereka asyik

menggali tanah basah di sekitar rumah untuk bisa mempelajari soal cacing

yang bermanfaat untuk kesuburan tanah.”2 Sedangkan contoh perubahan yang

mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk, seperti pembelajaran

internet, bagaimana cara membuka aplikasi ke internet dan

mengoperasikannya, sehingga tidak jarang banyak situs yang menjerumuskan

anak ke ranah negatif (misalnya game yang bercorak tawuran, gulat, bahkan

seks).

Dari penjelasan di atas, kita cermati bahwa manusia dan makhluk

hidup lain membutuhkan dunia untuk mengembangkan dan melangsungkan

hidupnya. Dengan kegiatan belajar atau menyesuaikan diri, maka berbagai

macam cara mereka gunakan sebagai pembelajaran diri, salah satunya

pembelajaran yang terdapat di sekolah.

1 Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007) h.83

2 Kompas, senin, 8 juli, h.12

Page 16: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

2

Dalam pembelajaran di sekolah, banyak faktor yang mempengaruhi

keberhasilan proses pembelajaran diantaranya: guru, siswa, kurikulum,

lingkungan belajar dan sebagainya. Belajar merupakan hal yang kompleks

yang bisa dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan guru. Dari segi

siswa, belajar dialami dalam satu proses yaitu mental, dimana bahan

belajarnya berupa alam, hewan, tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah

terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru belajar lebih ke dalam

tahapan, menyiapkan, tahapan dimana seorang guru mengenal anak, melihat

psikologi, mengatur pembelajaran yang sesuai untuk anak didiknya, serta

perancangan pembelajaran yang lain. “Guru sebagai pengelola kegiatan

belajar mengajar memiliki tugas yang tidak mudah, karena ia merupakan

faktor yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian kualitas pembelajaran

yang baik”.3

Secara umum, dalam pembelajaran terdapat beberapa kendala yang

dapat menghambat berjalannya belajar. Misalnya, pada beberapa sekolah

masih terdapat beberapa guru yang belum bisa menggunakan metode serta

media yang menarik untuk belajar. Bahkan kurangnya informasi teknologi

(komputer) dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana. Sehingga proses

belajar mengajar terbilang monoton. Dari siswa sendiri, masalah secara umum

adalah kurangnya daya konsentrasi dan motivasi siswa.

Untuk melihat kualitas pembelajaran maka dapat diukur dari dua sisi,

yakni proses dan hasil belajar. Proses belajar berkaitan dengan pola perilaku

siswa dalam mempelajari bahan pelajaran. Sedangkan hasil belajar berkaitan

dengan perubahan perilaku yang diperoleh sebagai pengaruh dari proses

belajar. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dibutuhkan persiapan

yang maksimal agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan

diikuti dengan hasil belajar yang baik pula. 4

Berdasarkan dari observasi awal sebelum penelitian, ditemukan

masalah tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran Sosiologi yaitu,

3 W.S Winkel, psikologi pengajaran, (Bandung: PT Rosda karya, 2007) h.53

4 Wina Sanjaya, penelitian tindakan kelas, (Jakarta: Kencana, 2010) H.2.

Page 17: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

3

siswa-siswa masih banyak mengobrol pada saat pembelajaran sehingga

menyebabkan kurangnya konsentrasi siswa terhadap mata pelajaran tersebut,

kurang variatifnya guru dalam menyampaikan materi sehingga siswa bosan

dan cenderung mengantuk dikelas, keterbatasan sarana dan prasarana (tidak

ada buku paket) sehingga siswa tidak bisa mengembangkan materi dari buku

paket, karena hanya terbatas dari LKS. Sedangkan masalah yang berhubungan

dengan hasil belajar, ditemukan masih adanya nilai siswa dibawah nilai KKM

yang sudah ditetapkan.

Dari kedua subjek yang mendukung proses dan hasil belajar itulah, ada

beberapa faktor yang mungkin bisa dilakukan dalam implementasinya. Secara

umum, seorang guru memiliki kreativitas dalam mengembangkan profesinya

melalui empat kompetensinya, yaitu, pedagodik, professional, kepribadian,

dan social. Contohnya:

1. Kompetensi pedagogik, seorang guru harus bisa mengembangkan

ilmunya. Tahu bagaimana cara mengajar yang baik dan mengetahui apa

yang harus dilakukan sebagai seorang pengaja.

2. Kompetensi profesional, seorang guru harus bisa menempatkan diri,

dimana dia sedang mengajar, belajar, dan berinteraks.

3. Kompetensi kepribadian, seorang guru yang baik, harus berkepribadian

yang baik juga, karena guru yang baik akan ditiru kebaikannya, melalui

ucapan, perilaku, bahkan penerapan sehari-hari dalam beraktifita.

4. Kompetensi sosial, seorang guru, untuk mengetahui lebih dalam

bagaimana seorang murid, sekolah atau yang lainnya, perlu adanya

interaksi terhadap murid, orang tua, bahkan lingkungan setempat.5

Dengan demikian, seorang guru harus menjadi motivasi bagi diri dan

peserta didiknya dengan memberikan suguhan model dan materi pembelajaran

secara aktif, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran ice

breaking di dalam pembelajaran.

Ice breaking merupakan permainan atau kegiatan yang sederhana,

ringan dan ringkas yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan,

5 Ardilla S.Pd, guru Sosiologi SMA Darussalam Ciputat

Page 18: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

4

kekakuan, rasa bosan atau mengantuk dalam pembelajaran. Sehingga bisa

membangun suasana belajar yang dinamis penuh semangat dan antusias yang

dapat menciptakan suasana balajar yang menyenangkan, serius, tapi santai.

“Dengan demikian, disinilah peran ice breaking sangat diperlukan untuk

menghilangkan situasi yang membosankan bagi pengajar dan siswa, serta

kembali segar dan menyenangkan.”6

Adapun kelebihan ice breaking adalah “membuat waktu panjang terasa

cepat, membawa dampak menyenangkan dalam pembelajaran, dapat

digunakan secara sepontan atau terkonsep, membuat suasana kompak dan

menyatu.”7

Dalam melakukan ice breaking, guru memerlukan panduan-panduan

atau cara untuk menjalankannya agar ice breaking berjalan optimal yang

hasilnya juga akan dirasakan oleh guru dan siswa. Salah satunya dengan cara

mengingat panduan atau cara yang sudah di siapkan terlebih dahulu, agar tidak

lupa dan tersalurkan kepada tujuannya, yaitu siswa didik.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis tertarik untuk

meneliti dan membahas skripsi dengan judul “ Pengaruh Penerapan Ice

breaking Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi

SMA Darussalam Ciputat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat di

identifikasikan beberapa permasalahan yang ada, diantaranya:

1. Masih ada beberapa guru belum bisa menggunakan model serta media

yang menarik.

2. Proses belajar mengajar monoton.

3. Keterbatasan sarana dan prasarana

4. Kurangnya daya konsentrasi dan motivasi siswa

5. Siswa masih banyak mengobrol

6 Sunarto, icebreaker dalam pembelajaran aktif, (Surakarta: Cakrawala media, 2012). H. 3

7 Sunarto, icebreaker dalam pembelajaran aktif, (Surakarta: Cakrawala media, 2012).

H.118

Page 19: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

5

6. Kurang variatifnya guru dalam menyampaikan materi

7. Siswa bosan dan cenderung mengantuk didalam kelas

8. Masih ada nilai siswa dibawah KKM.

C. Pembatasan masalah

Dari uraian identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka penulis

membatasi masalah yang akan diteliti agar tidak melebar kepada masalah yang

lain dan mengingat keterbatasan waktu penelitian. Agar pembatasan masalah

lebih terarah dan tidak menimpang dari judul penelitian, maka peneliti

membatasi permasalahan pada:

1. Masih ada beberapa guru belum bisa menggunakan model serta media

yang menarik.

2. Masih ada nilai siswa dibawah KKM.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: “ Bagaimana pengaruh

penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran

sosiologi di SMA Darussalam Ciputat”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa pada

pembelajaran sosiologi di SMA Darussalam Ciputat.

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

yang terlibat baik dunia pendidikan, guru, siswa, peneliti, maupun peneliti

lain.

1. Bagi Dunia Pendidikan

Penelitian ini diharapkan menumbuhkan kreativitas dan

profesionalisme dan menumbuh-kembangkan budaya social di lingkungan

Page 20: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

6

sekolah untuk proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/

pembelajaran secara berkelanjutan.

2. Bagi Guru

Diharapakan bagi semua guru harap tidak monoton penggunaan

model dalam pembelajaran, perlu wawasan yang terbaru untuk mengatasi

atau menyiasati kejenuhan di kelas, sehingga siswa semangat dan gembira

dalam belajar.

3. Bagi siswa

Bagi siswa sendiri, diperlukan tuangan ide dari murid-murid untuk

lebih mengembangkan atau menciptakan ice breaking dalam

pembelajaran, baik pembelajaran intern maupun ekstern.

4. Bagi peneliti

Selesainya penelitian bukan berarti selesainya kreativitas peneliti,

anggaplah penelitian dan hasil penelitian yang di dapat merupakan awal

mula seorang guru memulai kreativitasnya.

5. Bagi peneliti lain

Penelitian yang peneliti lakukan masih kurang sempurna, bagi peneliti lain

alangkah baiknya mengembangkan kreatifitasnya tiada henti dan menarik

untuk di teliti.

Page 21: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Bambang Warsita, Belajar merupakan kewajiban bagi

setiap manusia, karena sebagai makhluk sosial dan berbudaya memerlukan

perkembangan yang baik antara dirinya dan lingkungannya. Sehingga

dengan belajar manusia dapat mengembangkan dirinya.1

Menurut Wina sanjaya, “Belajar adalah proses berfikir. Belajar

berfikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan

melalui interaksi antara individu dengan lingkungan.”2 Belajar atau yang

disebut dengan learning adalah perubahan yang secara relatif berlangsung

lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman.

Pendapat Zikri, “Belajar adalah proses peubahan dari belum

mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu.”3 Dan

menurut Ngalim Purwanto, “Belajar merupakan suatu perubahan dalam

tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku

yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kapada tingkah

laku yang leih buruk.”4

Dari beberapa pengertian mengenai belajar di atas dapat

disimpulkan bahwa belajar memiliki arti proses untuk mendapatkan

pengetahuan yang berhubungan dengan perubahan, yang meliputi tingkah

laku maupun perubahan pada beberapa aspek dari kepribadian individu,

seperti kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.

1 Bambang Warsito, Teknologi pembelajaran landasan dan aplikasinya, (Jakarta:Rineka

Cipta, 2008). h.6 2 Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2010). h.107 3 Zikri Neni Iska, Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan. (Jakarta: Kizi

Brother, 2006). h. 82 4 Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007) h. 85

Page 22: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

8

2. Tipe –Tipe Belajar

Menurut Gagne, sebagai suatu proses ada delapan tipe perbuatan

belajar dari mulai perbuatan belajar yang sederhana sampai perbuatan

belajar yang kompleks.

a. Belajar signal. Bentuk belajar ini paling sederhana, yaitu memberikan

reaksi tehadap perangsang, misalnya reaksi jantung kita berdebar

ketika mendengar suara gemuruh guntur.

b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan

reaksi yang berulang – ulang manakala terjadi reinforcement atau

penguatan.

c. Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung – hubungkan

gejala atau faktor yang satu dengan yang lain sehingga menjadi satu

kesatuan (rangkaian) yang berarti.

d. Belajar asosial verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata –

kata, bahasa terhadap persangsang yang diterimanya.

e. Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi

yang berbeda terhadap perangasang yang diterimanya.

f. Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi

tertentu. Kemampuan konsep berhubungan dengan kemampuan

menjelaskan sesuatu berdasarkan atribut yang dimilikinya.

g. Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung – hubungkan

beberapa konsep.

h. Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah

atau prinsip untuk memecahakan persoalan.5

Kedelapan tipe di atas tersusun secara hirearki, yang memberi

petunjuk bagaimana perbuatan belajar itu dilakukan, atau bagaimana

terjadinya perbuatan belajar. Bukan petunjuk mengenai hasil belajar yang

harus dicapai siswa.

5 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010) h.232

Page 23: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

9

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses

belajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai atau angka berdasarkan tes

hasil belajar, dalam hal ini daftar nilai siswa semesteran merupakan salah

satu bentuk laporan prestasi hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk

angka atau nilai.

Menurut Mulyasa, bahwa: “hasil belajar merupakan prestasi

peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar

dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.”6 Pada hakekatnya

hasil belajar merupakan perubahan terhadap hasil yang sudah tercapai.

Pengajaran dikatakan berhasil apabila pada proses dalam pembelajaran

terdapat perubahan-perubahan pada siswa akibat dari hasil belajar.

Menurut Nana Sudjana, bahwa: “penilaian hasil belajar adalah

proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa

dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang

dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotorik.”7

Menurut Gagne, : ada lima jenis atau lima tipe, hasil belajar yakni:

a. Belajar kemahiran intelektual (kognitif )

Yaitu belajar membedakan atau diskriminasi, belajar konsep, dan

belajar kaidah.

b. Belajar informal verbal

Belajar menyerap atau mendapatkan, menyimpan dan

mengomunikasikan berbagai informasi dari berbagai sumber.

c. Belajar mengatur kegiatan intelektual

Belajar untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan konsep dan

kaidah yang telah dimilikinya.

6 Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan

Kepala Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009 ), h.212 7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2012), h.3

Page 24: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

10

d. Belajar sikap

Yaitu kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak

suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, apakah berarti

atau tidak bagi dirinya.

e. Belajar keterampilan motorik

yaitu berhubungan dengan kesanggupan atau kemampuan seseorang

dalam menggunakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian

gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar. 8

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,

bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang

telah dilakukan. “Pengajar harus mengetahui sejauh mana pembelajar

(learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana

tujuan atau kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat

dicapai.”9

Menurut Bloom hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku

yang didapat setelah proses belajar. Klasifikasi hasil belajar secara garis

besar terdiri dari :

a. Domain Kognitif, proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan

perkembangannya dari persepsi, intropeksi atau memori siswa. Tujuan

kognitif, dibedakan menjadi enam tingkatan yaitu : pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.

b. Domain Afektif, proses pengetahuam yang lebih banyak didasarkan

pada pengembangan aspek – aspek perasaan dan emosi. Tujuan

kognitif, dibedakan menjadi lima tingkatan yaitu : menerima,

menjawab, menilai, mengorganisasi, mengkarakterisasi atas dasar nilai

kompleks.

c. Domain Psikomotorik, pengetahuam yang lebih banyak didasarkan

pada pengembangan proses mental melalui aspek – aspek otot dan

membentuk keterampilan siswa. Tujuan kognitif, dibedakan menjadi

8 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: kencana, 2010). h.233 - 234

9 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudi Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA

Berbasis Kompetensi, (Ciputat : UIN Jakarta Press, 2006), h.4

Page 25: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

11

tujuh tingkatan yaitu : persiapan, penetapan, reaksi atas dasar arahan,

mekanisme, reaksi terbuka dengan kesulitan kompleks, adaptasi, asli.10

Dengan beberapa pendapat di atas mengenai pengertian hasil

belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang di dapat

oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan adanya

perubahan kepandaian, kecakapan atau kemampuan, dan tingkah laku pada

diri siswa.

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni :

a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam siswa

meliputi dua aspek, yakni aspek fisologis (yang bersifat jasmaniah)

dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

b. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa. Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yakni : faktor

lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial

yaitu orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua,

praktik pengelolaan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah),

dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar

dan prestasi yang dicapai oleh siswa. Faktor yang termasuk lingkungan

nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal

keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan

waktu belajar yang digunakan siswa.

c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan

kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.11

10

Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta : Bumi aksara,

2009), h.75-77 11

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2005), cet.4,

h.144.

Page 26: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

12

Menurut Darsono, Nana Syaodih mengelompokan faktor-faktor

yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang ke dalam dua

kelompok besar yaitu faktor dalam diri individu, dan faktor lingkungan.

Faktor dalam diri individu meliputi faktor jasmaniah (termasuk kedalam

faktor ini yaitu: kesehatan badan serta kondisi kesehatan panca indra) dan

faktor psikis atau rohaniah (termasuk kedalam faktor ini yaitu kondisi

kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor

serta kondisi efektif dan kognitif dari individu). “Faktor lingkungan

meliputi kondisi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat.”12

Jika kita cermati bersama, dari kedua pendapat tersebut sebenarnya

terdapat kesamaan. Walaupun pada pendapat yang ke-tiga ada sedikit

perbedaan di mana ia mengelompokannya kedalam tiga faktor, namun

pada dasarnya terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

yaitu:

a. Faktor Internal, meliputi kesehatan fisik dan psikologis, motivasi, usia,

jenis kelamin, pengalaman, serta kapasitas mental.

b. Faktor Ekternal, meliputi lingkungan keluarga seperti suasana rumah

serta motivasi belajar yang diberikan keluarga, lingkungan sekolah

meliputi suasana belajar di kelas, guru, kurikulum dan ketersediaan

berbagai fasilitas belajar, lingkungan masyarakat meliputi suasana

lingkungan tempat tinggal, teman bermain dan lingkungan sebagainya.

5. Strategi Penilaian Hasil Belajar

a. Penilaian Hasil Belajar Tingkat Nasional

Menurut Mulyasa, bahwa: “Penilaian hasil belajar tingkat

nasional dilakukan oleh pemerintah melalui pencapaian kompetensi

lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok

mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan dilakukan dalam

bentuk salah satunya dengan ujian nasional. Ujian Nasional dilakukan

12

Nana Syaodih , Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2003),

h.162 - 165

Page 27: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

13

secara objektif, berkeadilan dan akuntabel, serta diadakan sekurang

kurangnya satu kali dan sebanyak banyaknya dua kali dalam satu tahun

pelajaran (SNP).”13

b. Penilaian Hasil Belajar Tingkat Sekolah

Menurut Mulyasa, bahwa :”Penilaian hasil belajar tingkat

sekolah atau satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian

standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian

hasil belajar tingkat sekolah atau satuan pendidikan identik dengan

Ujian Berbasis Sekolah (UBS) atau School Based Exam (SBE),

yang sering juga disebut EBTA. Pelaksanaan ini dapat dilakukan

pada setiap akhir jenjang sekolah untuk mendapatkan gambaran

secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta

didik dalam satuan waktu tertentu dan keberhasilan sekolah secara

keseluruhan. Hasil UBS atau SBE dapat juga digunakan untuk

sertifikasi, menilai kinerja, dan menentukan hasil belajar yang

dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar.”14

Dalam pelaksanaanya, penilaian hasil belajar oleh satuan

pendidikan mencakup pula tes kemampuan dasar dan benchmarking.

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar

peserta didik, terutama dalam membaca, menulis, dan berhitung yang

diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran

(program remedial). Materi tes kemampuan dasar dikembangkan dan

diperluas cakupannya oleh guru sesuai dengan keperluan sekolah

masing-masing.

c. Penilaian Hasil Belajar Tingkat Kelas

Menurut Mulyasa, bahwa: “Penilaian hasil belajar tingkat kelas

adalah penilaian yang dilakukan oleh guru atau pendidik secara

langsung. Penilaian hasil belajar pada hakikatnya merupakan suatu

kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada

diri peserta didik.”15

13

Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan

Kepala Sekolah, h.203 14

Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan

Kepala Sekolah, h.207 15

Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan

Kepala Sekolah, h.208

Page 28: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

14

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dilakukan terhadap

program proses, dan hasil belajar. Penilaian program bertujuan untuk

menilai efektifitas program yang dilaksanakan: penilaian proses

bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik

dalam pembelajaran: sedangkan penilaian hasil bertujuan untuk

mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik.

Seluruh penilaian ini dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan

dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar,

memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran,

dan menentukan kenaikan kelas bagi setiap peserta didik.

Menurut Mulyasa, bahwa: “Penilaian kelas dilakukan dengan

ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. Ulangan harian

dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar

tertentu. Ulangan umum dilaksanakan secara bersama untuk kelas

kelas paralel, dan pada umumnya dilakukan ulangan umum bersama,

dan baik tingkat rayon, Kecamatan, Kota Madya atau Kabupaten

maupun Provinsi. Ujian akhir dilakukan pada akhir program

pendidikan. Bahan bahan yang diujikan meliputi seluruh kompetensi

dasar yang telah diberikan, dengan penekanan pada kompetensi dasar

yang dibahas pada kelas kelas tinggi.”16

Hasil belajar merupakan kesuksesan peserta didik yang

menggunakan indikator kompetensi dasar serta perubahan perilaku

yang dapat terlihat. Pada dasarnya di sekolah terdapat standar

kompetensi tantangan hasil belajar dengan menggunanakan raport. Di

situlah penilaian hasil belajar dari aspek yang ada dalam ranah afektif

dan ranah kognitif. Seharusnya dalam standar kompetensi perlu

ditambahankan adanya observasi dan penelitian langsung untuk

menambah penguatan akan adanya perubahan perilaku yang

didapatkan.

16

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

2007), h.258-259

Page 29: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

15

6. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar

Penilaian pembelajaran pada umumnya mencakup pre-tes,

penilaian proses dan post-tes. Ketiga hal tersebut dijelaskan berikut ini :

a. Pre-test ( Tes Awal )

Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai

dengan pre tes. Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi

proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pre-test

memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran,.

Fungsi pre-test ini antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :

1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena

dengan pre tes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal

yang harus mereka jawab atau kerjakan.

2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan

dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat

dilakukan dengan membandingkan hasil pre-tes dengan post-tes.

3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta

didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam

proses pembelajaran.

4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran

dimulai, tujuan tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan

tujuan tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian

khusus.17

Untuk mencapai fungsi yang ketiga dan keempat maka hasil

pre-tes harus segera diperiksa, sebelum pelaksanaan proses

pembelajaran inti dilaksanakan (sebelum peserta didik mempelajari

modul). Pemeriksaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat,

jangan sampai mengganggu suasana belajar dan jangan sampai

mengalihkan perhatian peserta didik. Untuk itu, pada waktu memeriksa

pre tes perlu diberikan kegiatan lain, misalnya membaca hand out, atau

17

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007),

h.257

Page 30: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

16

buku tes. Dalam hal ini pre tes sebaiknya dilakukan secara tertulis,

meskipun bisa saja dilaksanakan secara lisan atau perbuatan.

b. Penilaian Proses

Penilaian proses dimaksudkan untuk menilai kualitas

pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar pada peserta didik,

termasuk bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Kualitas

pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari

segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila

seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat

secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses

pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang

tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri.

Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil

apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik

seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut, “proses

pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan

merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta

sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan

pembangunan.”18

c. Post-test ( Tes Akhir )

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post

tes. Sama halnya dengan pre-test, post-test juga memiliki banyak

kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi

post tes antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap

kompetensi dasar yang telah ditentukan, baik secara individu

maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan

membandingkan antara hasil pre-test dan post-test.

18

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

2007), h.258-259

Page 31: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

17

2) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan yang dapat

dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan yang

belum dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi dasar dan

tujuan yang belum dikuasai ini, apabila sebagian besar belum

menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali

(remedial teaching).

3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan

remedial dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta

untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul

(kesulitan belajar).

4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap

komponen komponen pembelajaran (modul) dan proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan,

pelaksanaan, maupun penilaian.19

B. Pembelajaran aktif

Dalam proses pembelajaran ada beberapa model pembelajaran, salah

satunya model yang ada yaitu model pembelajaran aktif. Pada pendekatan

belajar siswa aktif sebenarnya sudah sejak lama dikembangkan. Konsep ini di

dasari pada keyakinan bahwa hakekat belajar adalah proses membangun

makna atau pemahaman, oleh si pembelajar, terhadap pengalaman dan

informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan yang dimiliki)

dan perasaaanya. Dengan demikian siswalah yang harus aktif dalam mencari

informasi, pengalaman dan keterampilan dalam rangka membangun sebuah

makna dari hasil proses pembelajaran.

Pembelajaran aktif (active learning) yaitu pembalajaran yang lebih

berpusat kepada siswa dari pada berpusat kepada guru. Belajar aktif adalah

mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat dan keterlibatan

19

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007),

h.260

Page 32: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

18

secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar,

melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain.

Pembelajaran aktif adalah suatu istilah yang memayungi beberapa

model pembelajaran yang memfokuskan tanggung jawab proses pembelajaran

pada si pelajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa active learning

adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran (mencari

informasi, mengolah informasi, dan menyimpulkannya untuk kemudian di

terapkan atau di praktekkan) dengan menyediakan lingkungan belajar yang

membuat siswa tidak tertekan dan senang melaksanakan kegiatan belajar.

C. Ice breaking

1. Pengertian Ice breaking

Ice breaking merupakan “permainan atau kegiatan yang berfungsi

untuk mengubah suasana kebekuan dalam kelompok.”20

Ice breaking

adalah “peralihan situasi dari yang membosankan, membuat mengantuk,

menjenuhkan, dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat

mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan

atau melihat orang yang berbicara di depan kelas atau ruangan

pertemuan.”21

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, Ice breaking dapat

diartikan sebagai pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik siswa. Ice

breaking juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang

dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Hal ini Ice breaking adalah

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi

santai.

2. Macam-macam Ice breaking

20

Sunarto, icebreaker dalam pembelajaran aktif. (Surakarta : cakrawala Media, 2012).

h.2 21

Adi Soenarno, icebraker permainan atraktif-edukatif untuk pelatihan menejemen

(Yogyakarta: Andi Offset,2005). h.1

Page 33: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

19

a. Ice breaking jenis Tepuk Tangan

Contoh : Ice breaking jenis tepuk tangan:

Pegang kepala > dibalas dengan tepuk tiga kali

Pegang hidung > dibalas dengan tepuk dua kali

Pegang mata > dibalas dengan tepuk satu kali

Pegang mulut > dibalas dengan tepuk tangan tanpa henti

b. Ice breaking jenis Lagu-Lagu

Contoh : Ice breaking jenis lagu

I live alone away antusiastic fuh....

I live alone away antusiastic fuh....

I live alone away

Away alone i live

I live alone away antusiastic fuh....

c. Ice breaking Audio Visual

perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang pengertian” Audio Visual

yaitu media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan

zaman, (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputimedia

yang dapat dilihat dan di dengar.”22

Contoh : Pemutaran video motivasi 23

3. Teknik penerapan ice breaking dalam pembelajaran

Teknik penggunakan ice breaking ada dua cara :

a. Teknik spontan dalam situasi pembelajaran

Ice breaking digunakan secara spontan dalam proses

pembelajaran biasanya digunakan karena situasi pembelajaran

biasanya digunakan tanpa rencana tetapi lebih banyak digunakan

karena situasi pembelajaran yang ada pada saat itu butuh penyemangat

agar pembelajaran dapat fokus kembali. Ice breaking yang demikian

bisa digunakan kapan saja melihat dituasi dan kondisi yang terjadi

pada saat pembelajaran berlangsung.

22

Rohani, Pengertian media pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipt :1997) h. 97-98 23

M said, 80+ Ice breaker games kumpulan permainan penggugah semangat

,(Yogyakarta :Andi offset,2010)

Page 34: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

20

b. Teknik direncanakan dalam situasi pembelajaran

Ice breaking yang baik dan efektif membantu proses

pembelajaran adalah ice breaking yang direncanakan dan dimasukan

dalam rencana pembelajaran. “Ice breaking yang direncanakan dan

dimasukan dalam renacana pembelajaran dapat mengoptimalkan

pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.”24

4. Kelebihan dan kelemahan Ice breaking

Dalam model pembelajaran pasti ada yang namanya kekurangan

dan kelebihannya masing-masing, termasuk ice breaking ini.

Kelebihan dari ice breaking:

a. Membuat waktu panjang terasa cepat.

b. Membawa dampak menyenangkan dalam pembelajaran.

c. Dapat digunakan secara sepontan atau terkonsep.

d. Membuat suasana kompak dan menyatu.

Sedangkan kelemahan ice breaking: Penerapan disesuaikan dengan

kondisi ditempat masing-masing.25

D. Hasil Penelitian Yang Relavan

1. Hasil Penelitian Ririn Ayu Wulandari dengan judul “ pengaruh

penggunaan teknik pembelajaran ice breaker terhadap kemampuan

menulis pantun siswa kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai. Tahun

pelajaran 2012-2013. Untuk penelitian tersebut data diambil dari 68

sampel yang berasal dari 128 populasi. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain Two Group

Posttest Desain. Instrumen yang digunakan adalah tes menulis pantun

dalam bentuk tes esai.

Dari perhitungan uji hipotesis diperoleh to = 5,02 yang dikonsultasikan

dengan tabel t pada taraf signifikan 5% dan 1% dengan df = (N1+N2) – 2

24

Sunarto, icebreaker dalam pembelajaran aktif. (Surakata: Cakrawala Media, 2012). h.

107 25

Sunarto, icebreaker dalam pembelajaran aktif. (Surakata: Cakrawala Media, 2012). h.

106

Page 35: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

21

= (34 +34) – 2 = 66. Pada tabel t dengan df 66 diperoleh taraf signifikan

5% = 2,00 dan taraf signifikan 1% = 2,65. Artinya to yang diperoleh lebih

besar dari ttabel, yaitu 2,00<5,02>2,65. Dengan demikian, Ha diterima

artinya teknik pembelajaran ice breaker berpengaruh terhadap kemampuan

menulis pantun siswa kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai Tahun

Pembelajaran 2012/2013.26

2. Hasil penelitian Diya Rahmatika dengan judul penelitian Pengaruh

permainan Ice Breaker terhadap motivasi balajar siswa dalam

pembelajaran IPS di SD Islam Al-Amanah Tangerang Selatan. Metode

yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan penelitian One group

Pretest- posttest design. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa

permainan ice breaker berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dalam

pembelajaran IPS. Rata-rata motivasi belajar siswa dalam pembelajran IPS

sebelum diberi perlakuan sebesar 38,2 sedangkan rata-rata motivasi belajar

siswa dalam pembelajaran IPS sesudah diberi perlakuan sebesar 46,89.

Berdasarkan thitung >ttabel (8.5>2.05), sehingga rata-rata motivasi belajar

siswa dalam pembelajaran IPS sesudah diberi perlakuan lebih tinggi dari

rata-rata motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS sebelum diberi

perlakuan.27

3. Hasil penelitian Indriatil mahasiswa FKIP Universitas pendidikan RIAU

Husni dalam judul “Penerapan ice breaker untuk meningkatkan hasil

belajar kognitif siswa dalam pembelajaran fisika kelas X SMA

Babussalam Pekanbaru.” Dengan hasil penelitian: Penelitian ini dilakukan

dengan rancangan penelitian Intact Group Comparison Design. Populasi

adalah seluruh siswa kelas X SMA Babussalam Pekanbaru dengan sampel

penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Babussalam Pekanbaru

dengan sampel penelitian ini adalah siswa kelas X ini adalah siswa kelas

26

Ririn Ayu Wulandari, Pengaruh penggunaan teknik pembelajaran ice breaker terhadap

kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Swasta pahlawan sukaramai tahun pelajaran

2012-2013,(Jurnal unimed:2012) 27

Diya Rahmatika, pengaruh permainan ice breaker terhadap motivasi belajar siswa dalam

pembelajaran IPS di SD Islam Al-Amanah Tangerang Selatan, (Jakarta: UIN Syarihidayatulloh

jakarta, 2012).

Page 36: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

22

X2 sebagai kelas eksperimen dan siswa X1 sebagai kelas kontrol. Hasil

analisis data deskriptif, untuk kelas yang menerapkan k kelas yang

menerapkan ice breaker diperoleh daya serap rata – rata 72,22 % dengan

kategori baik dan efektivitas rata 72,22 % pembelajaran berkategori

efektif. Ketuntasan belajar siswa 58,33 % dan ketuntasan tujuan

pembelajaran 61,54 % dengan kategori tidak tuntas. Sedangkan dari

analisis inferensial melalui uji t diperoleh inferensial diperoleh thitung =

2,516 ttabel = 2,030.. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis t thitung < t< t<

tabel atau (2,516 < atau < 2,030), sehingga terdapat 2,030), sehingga

terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa setelah

pembelajaran menggunakan ice breaker dibandingkan hasil belajar fisika

siswa secara konvensional pada taraf kepercayaan 95 %.28

4. Hasil penelitian Dian Arshinta. Dengan judul “strategi Penerapan Ice

breaking sebagai kreativitas guru dalam mengatasi kebosanan siswa dalam

pembelajaran bahasa China di SMAN 1 Karanganyar.” Dari hasil

penelitian ini dapat ditunjukkan bahwa dalam proses belajar bahasa China

siswa – siswi SMAN 1 Karanganyar pernah dilanda rasa bosan. cara untuk

mengatasi atau bahkan menghindari hal tersebut dibutuhkan kreatifitas

guru dan sarana yang mendukung dalam proses belajar. Salah satu yang

bisa dilakukan oleh guru adalah dengan memberikan ice breaking dalam

proses belajar bahasa China. Dengan demikian hasil penelitian dapat

ditarik kesimpulan bahwa penerapan strategi ice breaking mampu

mengatasi kebosanan siswa dalam proses pembelajaran bahasa China di

SMAN 1 Karanganyar.29

5. Hasil penelitian Kisma Fawzea (Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008) dengan judul: pengaruh

permainan ice breaker terhadap self disclosure pada remaja Pondok

28

Indriatil, Penerapan ice breaker untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam

pembelajaran fisika kelas X SMA Babussalam pekanbaru, (Pekanbaru: Universitas Pendidikan

Riau, 2012) 29

Dian Arshinta, strategi penerapan icebreaking sebagai kreativitas guru dalam mengatasi

kebosanan siswa dalam pembelajaran bahasa china di SMAN 1 Karanganyar,(Surakarta:

Universitas sebelas maret, 2010)

Page 37: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

23

Pesantren Daarul Rahman Jakarta Selatan, diperoleh kesimpulan bahwa:

pada kelompok eksperimen, ada kenaikan jumlah skor mean pada post-

testnya, hanya selisish 13.2 angka, sedangkan kelompok kontrol malah

mengalami penurunan nilai skor mean dari 117.5000 menjadi 111.5000

pada post-testnya. Karena kedua kelompok memiliki taraf signifikasi

dibawah 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian di atas

bahwa penerapan ice breaking dapat meningkatan hasil belajar atau

terhadap penelitiannya.30

E. Kerangka Berfikir

Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mengarahkan

seseorang menjadi lebih baik. Dalam belajar, peran guru sangatlah penting

untuk mencapai hasil belajar yang baik, seperti: 1). Guru Sebagai Pendidik,

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para

peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki

standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri

dan disiplin. 2). Guru Sebagai Pengajar, guru adalah pengajar, dimana dari

mulai menyusun, mengaplikasikan, dan diakhiri dengan mengevaluasi. 3).

Guru sebagai pembimbing, Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya

menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral

dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. 4). Guru Sebagai Pelatih, Proses

pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik

intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai

pelatih. 5). Guru Sebagai Penasehat, Guru adalah seorang penasehat bagi

peserta didik juga bagi orang.

Di dalam pembelajaran, ada beberapa model untuk menunjang

pencapaian belajar, seperti pembelajaran aktif dan pembelajaran efektif.

Pembelajaran aktif adalah pembelajaran dimana para siswa secara individu

didukung untuk terlibat aktif dalam proses membangun model mentalnya

30

Kisma Fauzea, pengaruh permainan ice breaker terhadap self disclosure pada remaja pondok

pesantrean Daarul rahman Jakarta Selatan, (Jakarta: UIN Jakrta, 2008)

Page 38: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

24

sendiri dari informasi yang mereka peroleh. Sedangkan pembelajaran efektif

adalah pembelajaran yang mampu memberikan konstribusi optimal terhadap

pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan. Ada beberapa model

pembelajaran aktif, seperti, snowball, role playing, mind mapping,dan ice

breaking, peneliti memfokuskan pada model pembelajaran aktif untuk ice

breaking.

Ice breaking adalah peralihan situasi dari yang membosankan,

membuat mengantuk, menjenuhkan, dan tegang menjadi rileks, bersemangat,

tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk

mendengarkan atau melihat orang yang berbicara didepan kelas atau ruangan

pertemuan. Sedangkan jenis-jenis ice breaking diantaranya: tepuk tangan,

lagu, dan audio visual.

Untuk ice breaking audio visual, dipilih bentuk video. Dimana vidio

ini menceritakan tentang bagaimana sekelompok orang yang mempunyai

kekurangan, bisa di pandng keberadaannya oleh masyarakat luas. Dari

penerapan model pembelajaran ini, maka diperoleh suatu hasil belajar. Hasil

belajar merupakan seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar di

sekolah yang dinyatakan dengan nilai atau angka berdasarkan tes hasil belajar.

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah “untuk mengetahui sejauh mana

pembelajaran (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh

mana tujuan atau kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat

dicapai.” 31

Menurut Gagne, ada lima jenis tipe hasil belajar yakni: Belajar

Kognitif, Informal Verbal, mengatur kegiatan intelektual, Belajar Sikap, dan

Belajar Ketrampilan Motorik. Ada beberapa strategi untuk melihat hasil

belajar yaitu Tingkat Nasional, Tingkat Sekolah, dan Tingkat Kelas. Untuk

penilaian melalui tingkat kelas, Menurut Mulyasa, bahwa: “Penilaian kelas

dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir”.32

31

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudi Milama, Evaluasi pembelajaran IPA

Berbasis kompetensi, (Ciputat : UIN Jakarta Press, 2006 ), h.4 32

Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2010), h.36

Page 39: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

25

Bagan 2.1

Kerangka Berfikir

PROSES BELAJAR

MODEL PEMBELAJARAN

PERAN GURU

PENDIDIK PEMBIMBING PENASEHAT

PENGAJAR PELATIH

ROLE PLAYING MIND MAPPING ICE BREAKING SNOW BALL

TEPUK TANGAN AUDIO VISUAL LAGU

HASIL BELAJAR

PEMBELAJARAN

EFEKTIF

PEMBELAJARAN AKTIF

HASIL PENELITIAN

INDRIATIL, MATA

PELAJARAN FISIKA.

RANCANGAN

PENELITIAN IGCD

NASIONAL SEKOLAH KELAS

PENELITIAN : “ PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

SOSIOLOGI DI SMA DARUSSALAM CIPUTAT.”

Page 40: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

26

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

Ho: Tidak dapat pengaruh antara penerapan ice breaking terhadap hasil belajar

dalam pembelajaran sosiologi.

Ha: Terdapat pengaruh antara penerapan ice breaking terhadap hasil belajar

dalam pembelajaran sosiologi.

Page 41: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013-

2014, antara bulan November sampai Desember 2013, kemudian Tempat

Penelitiannya adalah Sekolah SMA Darussalam Ciputat.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian sering disebut sebagai metodologi penelitian. Yaitu

“cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data, yang

dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan

prosedur yang terpercaya, dan kemudian dikembangkan secara sistematis

sebagai suatu rencana untuk menghasilkan data tentang masalah penelitian

tertentu.”1

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi

Experimen (eksperimen semu) dimana dalam rancangan ini melibatkan 2

kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengukuran

dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan, pengaruh dari perlakuan diukur

dari perbedaan antara pengukur awal dan pengukur akhir. 2

Dalam metode ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok kontrol

diberi perlakuan tanpa menggunakan penerapan ice breaking sedangkan

kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan ice breaking.

Tabel 3.1

Desain Penelitian

Kelompok Pre-tesT Treatmen PostesT

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

1 IbnuHajar.Dasar-dasarMetodologiPenelitianKwantitatifDalamPendidikan (Jakarta: PT.

Raja GrafindoPersada, 1999), cet ke-2, h. 10 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, Cet. Ke-3

(Bandung: Alfabeta, Maret 2007), h.112.

Page 42: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

28

Keterangan:

O1 = Pre-test diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

sebelum diberikan perlakuan.

O2 = Post-test diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol sesudah diberikan perlakuan

X1 = Perlakuan terhadap kelas eksperimen berupa pembelajaran sosiologi

dengan penerapan ice breaking.

X2 = Perlakuan terhadap kelas kontrol berupa pembelajaran sosiologi tanpa

menggunakan penerapan ice breaking.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah ” keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri

dari manusia, hewan, tumbuhan, gejala nilai tes atau peristiwa sebagai

sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.”3

Populasi penelitian ini menggunakan seluruh siswa SMA Darussalam

Ciputat, Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Sampel

Sampel adalah” bagian dari populasi, menurut Suharsimi Arikuto,

sample adalah sebagian atau wakil dari populasi yang terpilih.”4 Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah “teknik purposive

sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan atas pertimbangan

peneliti.”5 berdasarkan nilai terendah rata-rata kelas. sampel dalam

penelitian ini adalah kelas X1 Sebanyak 20 siswa sebagai kelas

eksperimen dengan menggunakan ice breaking dan kelas X2 sebanyak 20

siswa sebagai kelas kontrol tanpa menggunakan ice breaking.

3 M. Suban, dkk., statistik pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.24

4 Arikunto Suharsimi, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (Jakarta:

PT.RinekCipta,1993), h.104 5 Nana Sudjana Dan Ibrohim, penelitian dan penilaian pendidkan, (Bandung: sinar baru:

1988) h. 96

Page 43: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

29

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan sebelum penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan beberapa

persiapan awal, yaitu:

a. Mengurus surat izin penelitian dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Kegurua (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Karakteristik populasi yang akan diteliti.

c. Sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sosiologi

dengan penerapan ice breaking pada materi interaksi sosial.

e. Menyusun kisi-kisi soal untuk instrument penelitian.

f. Menyusun instrument penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah

dibuat.

g. Melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing mengenai RPP dan

instrumen yang telah dibuat.

h. Setelah RPP dan Instrumen penelitian telah disusun, langkah

selanjutnya adalah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah untuk

uji coba di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol.

i. Setelah melakukan uji coba, mengolah data dengan hasil uji coba

dengan mencari validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran butir soal,

dan reabilitas instrument.

j. Menentukan butir soal yang layak untuk dijadikan instrument

penelitian.

2. Tahap pelaksanan penelitian

a. Langkah awal tahap pelaksanan penelitian adalah menentukan dua

kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

selanjutnya diadakan tes awal (pre-test) kepada kedua kelompok

penelitian menggunakan soal-soal hasil analisis data uji coba

instrument penelitian.

b. Setelah tes awal (pre-test) dilaksanakan pada kedua kelompok

penelitian, kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan untuk

Page 44: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

30

kelompok eksperimen diberikan perlakuan menggunakan penerapan

ice breaking dan kelompok kontrol dengan tidak menggunakan ice

breaking.

c. Setelah dari perlakukan diadakan tes akhir (post-test) untuk kedua

kelompok penelitian menggunakan soal-soal yang sama ketika

dilakukan tes awal (pre-test).

3. Tahap akhir penelitian

Setelah tahap pelaksanaan kegiatan berhasil dilakukan, tahap

selanjutnya adalah mengolah hasil penelitian dengan melakukan beberapa

kegiatan, yaitu:

a. Melakukan analisis data hasil tes awal (pre-test) kedua kelompok

penelitian dengan menggunakan uji statistik.

b. Menganalisis data hasil tes akhir (post-test) kedua kelompok penelitian

dengan menggunakan uji statistik

c. Setelah itu dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil uji

statistik yang telah dilakukan sebelumnya. Penarikan kesimpulan

merupakan langkah paling akhir dalam prosedur penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Pengamatan dan pencatatan sistematis tentang fenomena fenomena

yang diselidiki.6 Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi yaitu

mengadakan pengamatan secara langsung ke SMA Darussalam Ciputat

untuk mengetahui mengenai pelaksanakan pendidikan sosiologi dlam

mencapai hasil belajar yang maksimal.

2. Wawancara terhadap guru

Ialah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari yang diwawancarai. Wawancara dilakukan

pada guru pelajaran Sosiologi dengan mengajukan pertanyaan mengenai

6 Suharsimi Arikunto, Manajement penelitian, (Jakarta: Rieneka cipta,, 2007), h. 298

Page 45: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

31

sistem pembelajaran yang diberikan dan metode pembelajaran yang

diterapkan dalam mencapai hasil belajar yang maksimal.

3. Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh data. Dalam pengumpulan data terdapat beberapa tahapan,

diantaranya:

a. Persiapan

1) Menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD) Mata pelajaran Sosiologi SMA Darussalam Ciputat Kelas X.

2) Menentukan materi pembelajaran yang dapat diintegrasikan

dengan ice breaking.

b. Pelaksanaan

1) Memberikan pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2) Memberikan perlakuan berupa pembelajaran Sosiologi

menggunakan Ice breaking pada materi interaksi sosial untuk

kelompok eksperimen dan pembelajaran tanpa menggunakan ice

breaking pada kelompok kontrol.

3) Pemberian post-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

c. Tahap pengolahan data

Mengolah data hasil belajar siswa yang telah dilakukan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data. Penelitian yang

dapat menunjang sejumlah data yang diasumsikan dapat digunakan untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesis penelitian.

Alat ukur tes sebelum diberikan kepada siswa perlu diketahui terlebih

dahulu apakah tes tersebut baik dan sudah siap diberikan kepada siswa untuk

diambil datanya. Pada penelitian ini sebelum digunakan soal (tes) tersebut

diuji cobakan, guna mengetahui apakah soal-soal tersebut memenuhi standar

persyaratan validitas dan reliabilitas. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes tertulis.

Page 46: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

32

Tes berperan untuk menjaring konsep awal dan konsep akhir siswa

sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilakukan. Kisi-kisi untuk soal dibuat

berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) disesuaikan dengan

materi yang diajarkan pada aspek interaksi sosial pada semester 1 tahun

pelajaran 2012-2013, Penjabaran konsep untuk menjadi butir-butir soal

memperhatikan kompetensi dasar, materi dan indikatornya.

Tabel 3.2

kisi-kisi instrument interaksi sosial

No. Kompetensi Dasar Indikator No Butir soal

1. Mendeskripsikan proses

interaksi sosial sebagai

dasar pengembangan

pola ketaraturan sosial.

Materi : Interaksi Sosial

1. Mendefinisikan

interaksi social

1, 5, 8, 10, 14, 16, 19, 21,

25,28, 31, 33, 36

2. Menjelaskan

faktor yang

mendorong

terjadinya

interaksi sosial

3, 4, 9, 11, 13, 18, 23, 26,

29, 30, 32, 34, 37, 40

3. Menjelaskan

hubungan antara

interaksi sosial dan

ketaraturan sosial.

2, 6, 7, 12, 15, 17, 20, 22,

24, 27, 35, 38, 39.

G. Teknik Pengolahan Data

1. Validitas

Menurut Sumarna Surapranata Validitas (kesahihan) adalah “suatu

konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang

seharusnya di ukur.”7 Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam

suatu alat evaluasi. “Suatu teknik evalusi dikatakan mempunyai validitas

yang tinggi jika teknik evaluasi atau tes dapat mengukur apa yang

sebenarnya akan diukur.”8 Rumus yang digunakan untuk menguji validitas

tes objek adalah rumus korelasi product moment. Rumus ini digunakan

7Sumarna Surapranata, Analisis, validitas, reliabilitas, dan interpretasi hasil tes,

(Bandun: PT Remaja Rosyda Karya, 2006), cet. Ke-III, h.50 8 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, (Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya, 2004), h.137-138

Page 47: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

33

karena skor tiap item sama yaitu item benar diberi skor satu dan item salah

diberi skor nol.9

Rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut :

=

2222

yynxxn

yxxyn

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y

n = Jumlah siswa

∑x = skor tiap butir soal

∑y = skor total

∑xy = jumlah hasil kali skor x dan y yang berpasangan

∑x2

= jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x

∑y2

= jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y

Untuk menguji signifikan tidaknya koefisien korelasi validitas

digunakan distribusi kurva normal dengan menggunakan uji skor-t

t hitung =

keterangan:

t hitung = nilai hitung koefisien validitas

rxy = koefisien korelasi tiap butir soal

N = jumlah siswa uji coba

Kemudian hasil diatas dibandingkan dengan t dari tabel pada

signifikan 5 % (ɑ = 0,05) dan derajat kebebasan (dk = n-2) kaidah

keputusannya jika t hitung > t tabel berarti valid. Sebaliknya jika t hitung < t tabel

berarti tidak valid. Jika instrument itu valid, maka dapat dilihat kriteria

penafsiran mengenai indeks korelasi (r) sebagai berikut:

9 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan, Jakarta: PT.Rineka Cipta,

2002 Cet.Ke-12 hal.144.

Page 48: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

34

Tabel 3.3

Kriteria Indeks Korelasi

Rentang Keterangan

0.8 < r < 1.00

0.60< r < 0.80

0.40 < r < 0.60

0.20 < r < 0.40

0.00 < r < 0.20

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat rendah

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan salah satu bentuk khusus dari korelasi yang

menggambarkan keajegan alat ukur (tes).10

Suatu instrument (tes) dapat

dipercaya untuk digunakan sebagi alat pengumpul data, jika tes tersebut

telah diuji kreabilitasannya. “Instrument penelitian dapat dikatakan

mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat

mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.”11

Untuk mengukur reliabilitas soal rumus yang digunakan adalah Kuder

Richardson-20 (KR-20):

r11 =

keterangan:

r 11 = koefisien reliabilitas instrument

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyakanya item

s = standar deviasi dari tes

untuk mengetahui keberartian koefisien reliabilitas dilakukan uji-t

dengan rumus:

10

A. Zainal dan Nasution, penelitian hasil belajar , (Jakarta: Departemen pendidikan

Nasional: 2001) h. 187 11

Sukardi, Metodelogi penelitian pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara: 2009) h. 127

Page 49: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

35

t hitung =

keterangan:

t hitung = nilai hitung koefisien validitas

rxy = koefisien korelasi tiap butir soal

N = jumlah siswa uji coba.

Kemudian hasil diatas dibandingkan dengan t dari tabel

pada signifikan 5 % (ɑ = 0,05) dan derajat kebebasan (dk = n-2)

kaidah keputusannya jika t hitung > t tabel maka instrument dikatakan baik

dan dapat dipercaya. jika instrument itu reliabilitas, makan dilihat

kriteria penafsiran indeks reliabilitasnya sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Reliabilitas

Rentang Keterangan

0.80 < r 11 < 1.00

0.60< r 11 < 0.80

0.40 < r 11 < 0.60

0.20 < r 11 < 0.40

0.00 < r 11 < 0.20

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat rendah

3. Taraf Kesukaran

Anas Sudijono mengatakan, “butir-butir item hasil belajar dapat

dinyatakan baik apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan

tidak pula terlalu mudah.”12

Taraf kesukaran dihitung dengan

menggunakan rumus:

P =

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab benar

N = Jumlah seluruh siswa peserta tes

12

Anas Sudijono, pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo: 1994)

h.370

Page 50: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

36

Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang

diperoleh, maka soal tersebut tergolong sukar. Sebaliknya semakin besar

indeks yang diperoleh, maka soal tergolong mudah. Adapun Kriteria

indeks taraf kesukaran soal tersebut adalah:

Tabel 3.5.

Indeks kesukaran

Indeks Keterangan

0,00 – 0,30

0,31 – 0,70

0,71 - 1,00

Soal kategori Sukar

Soal kategori Sedang

Soal kategori Mudah

4. Daya Pembeda

Pengujian daya pembeda soal digunakan untuk mengetahui

kemampuan soal dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa

yang kurang pandai. Indeks daya pembeda dihitung atas dasar pembagian

kelompok menjadi dua bagian, yaitu kelompok atas yang merupakan

kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah

yaitu kelompok peserta tes yang berkemampuan rendah. Rumus yang

digunakan:

D = -

Keterangan:

D = Daya pembeda soal

JA= Banyaknya peserta kelompok atas

JB= Banyaknya peserta kelompok bawah

BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Page 51: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

37

Tabel 3.6

Klasifikasi daya pembeda

Rentang Keterangan

0,00 – 0,20

0,21 – 0,40

0,41 – 0,71

0,71 – 1,00

Buruk

Cukup

Baik

Baik Sekali

H. Teknik Analisis Data Hasil Belajar

Analisis Data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan

ke dalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar. Dalam teknik analisis

data dilakukan beberapa pengujian dengan urutan sebagai berikut:

1. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan” untuk mengetahui apakah sampel yang

diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan

yaitu uji liliefors.”13

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

a. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar

b. Menentukan nilai Z dari tiap-tiap data dengan rumus

Z =

c. Menentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan

tabel Z dan sebut dengan F (Z) = 0,5± Z

d. Menghitung frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai Z dan

disebut dengan S (Z)

e. Tentukan nilai Lo dengan rumus Lo = F (Z) – S(Z)

f. Ambil nilai terbesar dari selisih tersebut sehingga diperoleh nilai Lo

g. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Lt (nilai

yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors) dengan aturan:

13

Sudjana, Metode Statistik, Cet. Ke-3 (Bandung: Tarsito, Mei 2005), hal.466.

Page 52: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

38

1) Hipotesis

Ho = sampel berdistribusi normal

HI = sampel berdistribusi tidak norml

2) Jika L o< L t maka sampel berdistribusi normal

Jika L o > L t maka sampel berdistribusi tidak normal

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel

tersebut homogeny (sama) atau tidak. “Pengujian homogenitas dalam

penelitian ini adalah pengujian mengenai sama tidaknya variasi-variasi

dari dua buah distribusi.”14

Uji homogenitas dilakukan setelah data

persyaratan normalitas terpenuhi, yakni data dinyatakan berdistribusi

normal. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fishe.

rumus: F = =

Keterangan:

S12 x = nilai standar deviasi pre-test yang nilainya paling besar

S22 x = nilai standar deviasi post-test yang nilainya paling besar

Tentukan Kriteria pengujian:

a. Jika Fhitung< Ftabel, maka Ho diterima, kedua kelompok berasal dari

populasi yang homogen.

b. Jika Fhitung< Ftabel, maka Hi diterima, kedua kelompok dapat dikatakan

berasal dari populasi yang tidak homogen.

Untuk taraf signifikan (ɑ ) = 0,05 dan derajak kebebasan

pembilang dk=nb-1 serta penyebut dk = nk-1, dengan nb merupakan

ukuran sampel yang variansya besar dan nk merupakan ukuran sampel

yang variansnya kecil.

3. Uji Hipotesis

Menganalisis data pre-test dan post-tes secara statistik untuk

mengetahui apakah kenaikan hasil belajar sosiologi tersebut signifikan

14

Ruseffendi, Statistik Dasar: untuk penelitian pendidikan Cet.1 (Bandung: IKIP

Bandung Press, Mei 1998) h. 294.

Page 53: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

39

atau tidak. Dalam hal ini digunakan uji-t karena data tersebut berdistribusi

normal dengan taraf signifikasi ɑ = 0,05 untuk itu menguji kebenaran

hipotesis dalam penelitian menggunakan rumus sebagai berikut:

t hitung = dengan dsg = √

keterangan:

x1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen

x2 = nilai rata-rata kelompok kontrol

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = jumlah siswa kelas kontrol

v1 = standar deviasi nilai posttest kelas eksperimen yang dikuadratkan

v2 = standar deviasi nilai posttest kelas kontrol yang dikuadratkan.

Adapun kriteria ttabel jika:

t hitung < ttabel maka Ho diterima dan Ho ditolak

t hitung > ttabel maka Ho diterima dan Ho diterima

4. Uji normal Gain

Gain adalah “selisih antara posttest dan pretest, gain menunjukkan

peningkatan pemahaman atau pengusaha konsep siswa setelah

pembelajaran dilakukan guru.” 15

Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan bisa

penelitian, karena pada nilai pretest kedua kelompok penelitian sudah

berbeda, digunakan uji normalitas gain.

Rumus normal Gain menurut Meltzer, yaitu:

Ngain =

15

Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta: Jurusan

Pendidikan IPA,FITK,UIN Syarif Hidayatullah, 2006). Hal.70.

Page 54: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

40

Tabel 3.7

Kategorisasi Perolehan nilai Gain

Rentang nilai Keterangan

1 > 0,70

0,70 ≥ 0,30

0 < 0.30

G-Tinggi

G-Sedang

G-Rendah

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain atara dua

kelompok dilakukan uji-t sebagai berikut:

t hitung = dengan dsg = √

kemudian hasil t-hitung diatas dibandingkan dengan nilai t tabel

pada signifikasi 5 % (ɑ = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = (n1-1)+(n2-

2). Jika ttabel < t hitung maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan norml gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Jika t hitung ≤ t tabel atau t tabel ≤ t hitung, maka dapat disimpulkan terdapat

perbedaan normal gain antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.

I. Hipotesis Statistik

Hipotesis Statistik yang digunakan adalah:

Ha : penerapan ice breaking berpengaruh secara signifikan terhadap hasil

belajar siswa pada pembelajaran sosiologi pada materi interaksi sosial.

Ho : Penerapan ice breaking tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi pada materi interaksi

sosial.

Page 55: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Hasil penelitian di SMA Darussalam Ciputat dengan penerapan Ice

breaking membuktikan bahwa ice breaking dapat menambah gairah siswa

untuk lebih fokus terhadap pelajaran karena mereka sendiri pada nantinya

akan memvisualisasikan apa yang telah dipelajari dengan sebaik-baiknya.

Dengan demikian siswa lebih memperhatikan penjelasan secara

mendalam agar dapat berperan yang mungkin akan dimainkannya. Siswa

dapat belajar sambil bermain agar mereka tidak merasa tertekan memahami

konsep yang abstrak sehingga siswa mempelajari pelajaran dengan antusias

dan penuh semangat, karena mereka menyadari akan pentingnya suatu

pelajaran yang dipelajari dengan mudah, cepat dan menyenangkan.

Tahap pertama penerapan ice breaking pada materi Interaksi sosial

pada kelas kontrol di XI dan Kelas Eksperimen di X2. Perlakuan di dua kelas

ini berbeda. Di kelas kontrol di awali dengan apersepsi, setelah itu dilanjut

dengan pemberian materi tentang interaksi sosial, selanjutnya diadakan

evaluasi dan kesimpulan. Sedangkan di kelas eksperimen, pembelajaran di

awali dengan penerapan ice breaking untuk perkenalan lingkungan kelas,

setelah itu diadakan apersepsi yang bersangkutan dengan materi, selajutnya

penjelasan materi interaksi sosial, lalu diberlakukan kembali penerapan ice

breaking. Setelah itu barulah diadakan evaluasi dan penutupan yang di konsep

dengan ice breaking.

Penggunaan model pembelajaran ice breaking ini mempunyai

kelebihan dalam hal penguasaan suatu konsep, karena dengan teknik ini siswa

lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran. Karena mereka belajar sambil

bermain, maka mudah memahami, menghayati masalah-masalah yang

diangkat. Siswa juga tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran

dan kritik.

Page 56: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

42

B. Hasil Pengolahan instrument

Sebelum data sampai ke kelas eksperimen dan kontrol, terlebih dahulu

peneliti menguji validitas data tersebut di kelas XI1 data yang di dapatkan

seperti:

Tabel 4.1

Instrument

Variabel Butir Soal Bobot Benar Bobot Salah

20 40 1 0

Jumlah siswa di kelas XI1 ada 20 siswa, peneliti menyebar instrument

dengan banyaknya soal 40 butir. Bobot untuk kebenaran jawaban 1, dan bobot

untuk kesalahan jawaban 0.

1. Reliabilitas intrument

Setelah data di dapat, langkah selanjutnya mencari:

Tabel 4.2

Realibilitas Instrument

Rata-rata Simpangan Baku Korelasi XY Realibilitas Tes

20,8 4,47 0,31 0,48

Perolehan rata-rata nya 20,8, simpangan baku 4,47, korelasi yang

didapatkan 0,31, dan realibilitas tes 0,48. Kemudiaan hasil realibilitas di

atas dilihat penafsiran indeks realibilitas pada tingkat rentangnya 0.40 < r

11 < 0.60 instrument dikatakan sedang, jadi dikatakan berealibilitas baik.

2. Taraf kesukaran

Butir-butir item hasil belajar dapat dinyatakan baik apabila butir-

butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah.

Dari 40 butir soal yang ada, hanya point 29 yang tingkat

kesukarannya sukar, selain point tersebut, semuanya ada pada taraf

sedang.

Page 57: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

43

C. Data Hasil Belajar Sosiologi Siswa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui

pengaruh penerapan ice breaking terhadap hasil belajar siswa kelas XI dan X2

di SMA Darussalam Ciputat pada pembelajaran sosiologi diperoleh hasil

sebagai berikut:

1. Hasil pretest kelas Eksperimen dan Kelas Kontol

Berdasarkan hasil pretest, nilai terendah pada kelas eksperimen 20

dan nilai tertingginya 60, sedangkan pada kelas kontrol nilai terendahnya

15 dan nilai tertingginya 60.

Tabel 4.3

Hasil Pretest

No Eksperimen Kontrol

Pre-Test (X) Post-Test (X)

1 20 60

2 40 45

3 50 35

4 20 25

5 40 50

6 55 45

7 60 25

8 50 25

9 25 50

10 40 50

11 50 20

12 60 15

13 20 60

14 45 40

15 55 40

16 60 50

Page 58: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

44

17 50 20

18 55 40

19 55 60

20 25 35

Jumlah 875 790

Hasil pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat

dilihat dalam bentuk diagram batang sebagai berikut :

Grafik 4.1

Hasil Pretest kelas Eksperimen dan kontrol

Dari diagaram batang di atas, hasil pretest untuk kelas eksperimen

yaitu sebanyak 5 siswa mendapat sekor terendah pada interval 15-23. Skor

terbanyak berada pada interval 42-50 yaitu berjumlah 5 siswa dan skor

tertingi pada interval 60-68 sebanyak 3 siswa. Sedangkan untuk kelas

kontrol sebanyak 3 siswa mendapat skor terendah pada interval 15-23.

Sebanyak 6 siswa mendapat skor terbanyak pada interval 42-50 dan

sebanyak 3 siswa mendapat skor tertinggi pada interval 60-68.

Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest kelas

eksperimen dan kelas kontrol berupa rata-rata (mean), nilai tengah

(median), skor terbanyak yang diperoleh siswa (modus), dan simpangan

Deviasi, dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini.

Page 59: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

45

Grafik 4.2

Mean, Median, Modus, Simpangan Deviasi

Berdasarkan diagram di atas, ukuran pemusatanan penyebaraan

data hasil pretest untuk kelas eksperimen memperoleh nilai maksimum

60 dan nilai minimum 20. Mean sebesar 43,75, median sebesar 32,3,

modus sebesar 40, dan SD sebesar 75. sedangkan hasil pretest untuk kelas

kontrol memperoleh nilai maksimum 60, nilai minimum 15. Mean sebesar

70, median sebesar 31 modus sebesar 40 dengan simpangan deviasi

sebesar 2,1.

2. Hasil posttest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

Hasil posttest untuk kelas eksperimen nilai terendahnya 50 dan

nilain tertingginya 90, sedangkan di kelas kontrol nilai tertingginya 70

dan nilai terendahnya 45. dapat dilihat dalam bentuk tabel dan diagram

batang berikut ini:

Page 60: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

46

Tabel 4.4

Posttest

No Eksperimen Kontrol

Post-Test (X) Post-Test (Y)

1 60 67

2 70 60

3 80 55

4 80 70

5 60 70

6 70 55

7 75 55

8 75 70

9 90 50

10 65 65

11 60 70

12 75 65

13 55 50

14 75 60

15 90 60

16 65 65

17 55 50

18 90 60

19 60 45

20 50 62

Jumlah 1400 1204

Grafik 4.3

Post-test kelas ekperimen dan Kontrol

Page 61: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

47

Dari diagaram batang di atas, hasil post-test untuk kelas

eksperimen yaitu sebanyak 1 siswa mendapat skor terendah pada interval

45-50. Skor terbanyak berada pada interval 75-80 yaitu berjumlah 6 siswa

dan sekor tertinggi berada pada interval 86-91 sebanyak 3 siswa.

Sedangkan untuk kelas kontrol sebanyak 4 siswa mendapat skor terendah

pada interval 45-50 Sebanyak 5 siswa mendapat skor terbanyak pada

interval 63-68 dan sebanyak 4 siswa mendapat skor tertinggi pada interval

69-74.

Dari hasil post-test terdapat kenaikan nilai siswa dibandingkan

dengan pre-test. Dimana nilai pre-test pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen masih terdapat nilai siswa yang rendah dengan batasan nilai

yang terendah 15 dan nilai tertinggi 68. Sedangkan nilai post-test pada

kelas kontrol dan eksperimen mengalami peningkatan dimana nilai siswa

yang rendah 45 dan nilai tertinggi 91. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh Icebreaking di dalam pembelajaran.

Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest kelas

eksperimen dan kelas kontrol berupa rata-rata (mean), nilai tengah

(median), skor terbanyak yang diperoleh siswa (modus), dan simpangan

baku, dapat dilihat pada diagram batang dibawah ini:

Grafik 4.4

Mean, Median, Modus, Simpangan Deviasi

Berdasarkan diagram diatas, ukuran pemusatanan penyebaraan

data hasil posttest untuk kelas eksperimen memperoleh nilai maksimum

90 dan nilai minimum 70. Mean sebesar 70, median sebesar 60, modus

Page 62: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

48

sebesar 81,5 dan SD sebesar 1,996, sedangkan hasil posttest untuk kelas

kontrol memperoleh nilai maksimum 70, nilai minimum 45. Mean sebesar

60,2, median sebesar 47,5 modus sebesar 58,85 dengan simpangan baku

sebesar 1,798.

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi ukuran pemusatan dan

penyebaran data hasil pre-testdan post-tes kelas eksperimen dan kontrol.

Tabel 4.5

Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran

Data Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol

DATA Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre-test Post-test Pre-test Post-test

Nilai Tertinggi 60 90 60 70

Nilai Terendah 20 50 15 45

Mean 43,75 70 70 60,2

Median 32,3 60 31 47,5

Modus 40 81,5 40 58,85

Simpangan

Deviasi

75 1,996 2,1 1,798

Page 63: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

49

Hasil perbandingan nilai antara pretest dan postest dapat dilihat

sebagai berikut:

Tabel 4.6

Pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol

No Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre-Test (X) Post-Test (Y) Pre-test (X) Post-Test (Y)

1 20 60 60 67

2 40 70 45 60

3 50 80 35 55

4 20 80 25 70

5 40 60 50 70

6 55 70 45 55

7 60 75 25 55

8 50 75 25 70

9 25 90 50 50

10 40 65 50 65

11 50 60 20 70

12 60 75 15 65

13 20 55 60 50

14 45 75 40 60

15 55 90 40 60

16 60 65 50 65

17 50 55 20 50

18 55 90 40 60

19 55 60 60 45

20 25 50 35 62

875 1400 790 1204

Page 64: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

50

4.1 Diagram

Hasil pretest dan postest kelas eksperimen dan kontrol

D. Uji Prasyarat Analisis Data Hasil Belajar

1. Uji Normalitas

Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu

data posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam

penelitian ini, uji normalitas di dapat dengan menggunakan uji Lilliefors.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila

memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel dengan taraf signifikansi α = 0,05. untuk

lebih jelas, hasil uji normalitas kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dapat dilihat pada tabel:

Tabel 4.7

Uji Normalitas

Deskripsi

Lo Lt

Eksperimen Kontrol

Pre-test Post-test Pre-test Post-test

ɑ = 0,05 0,30 0,43 0,004 0,017 1,725

Kesimpulan Normal Normal Normal Normal

Page 65: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

51

Karena Lo pada kedua hasil pengujian diatas lebih kecil dari L tabel,

maka dapat disimpulkan bahwa data kelompok kontrol dan eksperimen

berjalan normal.

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas kedua kelompok dilakukan dengan uji fisher.Dari

hasil perhitungan ternyata menunjukkan bahwa kedua kelompok

mempunyai kemampuan awal yang sama dan bersifat homogeni. Hal ini

dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Uji Homogenitas

Deskrpsi Fhitung Ft

Pre-test Post-test

ɑ = 0,05 1,276 1,233 1,725

Kesimpulan Homogen Homogen

Dari hasil pengujian untuk hasil belajar pre-test kelas eksperimen

dan kelas kontrol dperoleh harga F hitung = 1,276 dari tabel harga distribusi

F dengan Taraf signifikan ɑ = 0,05 maka di dapat harga Ftabel= 1,725

karena harga Fhitung< Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa data populasi

bersifat homogeny. Sedangkan pada hasil belajar post-test diperoleh Fhitung

= 1,233 dengan taraf signifikasi yang sama dan harga Ftabel yang sama pula

yaitu 1,725 maka dapat disimpulkan bahwa data populasi bersifat

homogen.

3. Uji Hipotesis

Dari hasil pengujian persyaratan analisis yang meliputi uji

homogenitas dan uji normalitas diketahui kedua kelompok berada pada

distribusi normal dan homogen, sehingga dapat diuji hipotesis penelitian

dengan menggunakan uji-t berikut tabel hasil uji-t:

Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima

Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak

Page 66: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

52

a. Hasil pengujian hipotesis Uji-t nilai pretest

Dapat diketahui bahwa sampel penelitian berasal dari populasi

yang berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya data hasil pre-test

dapat di analisis dengan menggunakan Uji-t.

Hasil perhitungan dengan menggunakan Uji-t, maka didapat

hasil sebagai berikut:

thitung = 0,172

ttabel = 0,325

Karena thitung < ttabel maka hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan

demikian disimpulkan tidak adanya pengaruh penerapan ice breaking

terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi.

Tabel 4.9

Uji hipotesis Uji t Nilai pretest

Kelompok N T hitung T tabel Kesimpulan

Eksperimen 20 0,172 0,325 Ha ditolak dan Ho

diterima Kontrol 20

b. Hasil Pengujian hipotesis Uji t Nilai Post-Test

Dapat diketahui bahwa sampel penelitian berasal dari populasi

yang berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya data hasil Post-

test dapat di analisis dengan menggunakan Uji-t.

Hasil perhitungan dengan menggunakan Uji-t, maka didapat

hasil sebagai berikut:

thitung = 4,29

ttabel =0,325

Karena thitung > ttabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan ice

breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi.

Page 67: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

53

Tabel 4.10

Uji Hipotesis Uji-t Nilai Post-test

Kelompok N T

hitung

T tabel Kesimpulan

Eksperimen 20 4,29 0,325 Ha diterima dan Ho

ditolak Kontrol 20

Hasil perhitungan perbedaan rata-rata kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol diperoleh harga t-hitung sebesar 4,29 dan harga t-

tabel sebesar 0,325. karena t-hitung > t-tabel makan Ha diterima dan Ho

ditolak. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan ice

breaking pada pembelajaran Sosiologi terhadap hasil belajar siswa

pada materi Interaksi sosial.

4. Uji Normal Gain

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan alat pengukur data

berupa tes objektif pilihan ganda. Untuk mengetahui hasil penelitian yang

dilakukan, maka perlu diadakan perbandingan hasil pre-test dengan pos-

test dari kedua kelompok. Serta membandingkan normal gain dari kedua

kelompok tersebut. Dari hasil perhitungan untuk normal gain, diperoleh

data sebagai berikut:

Tabel 4.11

Uji Normal Gain

Keterangan Kelompok

eksperimen

Kelompok kontrol

Jumlah sampel 20 20

Rata-rata N-gain 0,44 0,29

Kesimpulan Pemahaman tinggi Pemahaman sedang

Pemahaman atau penguasaan konsep materi Interaksi Sosial siswa

diperoleh dari nilai normal gain. Adapun nilai rata-rata normal gain dari

pemahaman konsep materi Interaksi Sosial kelompok ekseperimen

Page 68: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

54

sebesar 0,44 dan kelompok kontrol sebesar 0,29. Dari nilai tersebut dapat

dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen lebih

besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kategori peningkatan

pemahaman konsep Sosiologi siswa pada kelompok eksperimen secara

umum termasuk kategori tinggi (0,44), sedangkan pada kelompok kontrol

peningkatan pemahaman konsep Sosiologi siswa termasuk kategori sedang

(0,29).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara normal gain kelompok eksperimen dengan normal

gain kelompok kontrol.

E. Pembahasan

Sebelum mencapai tahap persiapan dalam penelitian, peneliti

melakukan wawancara dan observasi terlebih dahulu.

Dalam pembahasan peneliti mencantumkan dari tahap persiapan

sebelum penelitian, pelaksanaan penelitian, pengujian dari penelitian, dan

yang terakhir kesimpulan dari penelitian.

1. Tahap persiapan sebelum penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan beberapa

persiapan awal, yaitu:

a. Mengurus surat izin penelitian dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Kegurua (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh siswa SMA Darussalam

Ciputat tahun ajaran 2012-2013.

c. Sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling, yang

hasilnya terpilih kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan X2 sebagai

kelas kontrol.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sosiologi

dengan penerapan ice breaking pada materi interaksi sosial.

e. Menyusun kisi-kisi soal untuk instrument penelitian.

Page 69: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

55

f. Menyusun instrument penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah

dibuat.

g. Melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing mengenai RPP dan

instrumen yang telah dibuat.

h. Setelah RPP dan Instrumen penelitian telah disusun, langkah

selanjutnya adalah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah untuk

uji coba di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol, yakni kelas XI1.

i. Setelah melakukan uji coba, mengolah data dengan hasil uji coba

dengan mencari validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran butir soal,

dan reabilitas instrument.

Jumlah siswa di kelas XI1 ada 20 siswa, peneliti menyebar

instrument dengan banyaknya soal 40 butir. Bobot untuk kebenaran

jawaban 1, dan bobot untuk kesalahan jawaban 0.

Reliabilitas intrument, perolehan rata-rata nya 20,8, simpangan

baku 4,47, korelasi yang di dapatkan 0,31, dan reliabilitas tes 0,48.

Kemudiaan hasil reliabilitas di atas dilihat penafsiran indeks

reliabilitas pada tingkat rentangnya 0.40 < r 11 < 0.60 instrument

dikatakan sedang, jadi dikatakan bereliabilitas baik.

Taraf kesukaran, butir-butir item hasil belajar dapat dinyatakan

baik apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula

terlalu mudah. Dari 40 butir soal yang ada, hanya point 29 yang tingkat

kesukarannya sukar, selain point tersebut, semuanya ada pada taraf

sedang.

j. Menentukan butir soal yang layak untuk dijadikan instrument

penelitian. Dimana nomer yang dijadikan instrument adalah: 1, 3, 4,

13, 14, 15, 16, 18, 20, 22, 25, 31, 34, 35, 37.

2. Tahap pelaksanan penelitian

a. Langkah awal tahap pelaksanan penelitian adalah menentukan dua

kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen di kelas X1 dan

kelompok kontrol X2, selanjutnya diadakan tes awal (pretest) kepada

Page 70: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

56

kedua kelompok penelitian menggunakan soal-soal hasil analisis data

uji coba instrument penelitian.

b. Setelah tes awal (pretest) dilaksanakan pada kedua kelompok

penelitian, kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan untuk

kelompok eksperimen diberikan perlakuan menggunakan penerapan

ice breaking dan kelompok kontrol dengan tidak menggunakan ice

breaking.

c. Setelah dari perlakukan diadakan tes akhir (postest) untuk kedua

kelompok penelitian menggunakan soal-soal yang sama ketika

dilakukan tes awal (pretest).

3. Pengujian penelitian dan kesimpulan

Dalam hasil wawancara, menurut penjelasan dari bapak Ardila,

S.Pd mengatakan bahwa “di dalam pembelajaran guru masih

menggunakan metode yang monoton yang menjadikan anak cepat bosan.

Model pembelajaran icebreaking sendiri belum dipergunakan di kelas.”1

Guru juga masih belum bisa menunjang penggunaan komputer. Siswa

dikelaspun hanya menggunakan buku LKS sebagai pedoman. Dalam

pembelajaran, masih ada siswa yang belum mencapai KKM, menurut

pengamatan guru, itu disebabkan karna siswa sering tidak masuk dan

disaat pembelajaran siswa mengobrol tidak konsentrasi dalam

pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian, nilai rata-rata pre-test yang diperoleh

kelas eksperimen 43,75 dan kelas kontrol 39,5 Hal tersebut menunjukkan

pemahaman siswa akan konsep interaksi sosial masih sangat minim namun

masih bisa difahami karena konsep interaki sosial tersebut belum diajarkan

oleh guru dan pre-test yang dilakukan hanya mengandalkan ingatan dan

pemahaman siswa secara umum berdasarkan sedikit pengetahuan yang

diperolehnya. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol perolehan nilai

rata-rata pre-testnya tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh, melainkan

hanya sebesar 4,25. Untuk itu, tingkat kognitif atau pemahaman siswa

1 Ardila, Guru bidang study Sosiologi SMA Darussalam Ciputat.

Page 71: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

57

dianggap sama dan tepat untuk dijadikan sampel penelitian. Untuk nilai

rata-rata pos-test, kelas eksperimen memperoleh rata-rata 70 rata-rata

kelas kontrol 60,2. Setelah dikurang dengan nilai pre-test masing-masing

kelas diperoleh selisih nilai atau disebut peningkatan nilai rata-rata sebesar

20,7 Untuk kelas eksperimen dan 26,25 Untuk kelas kontrol. Hal tersebut

menunjukan adanya pengaruh dari pembelajaran Sosiologi terhadap

penerapan Ice breaking.

Dari uji hipotesis Uji t pretest memperoleh thitung = 0,172 dan

ttabel = 0,325, dimana thitung < ttabel maka hipotesis nol (Ho) diterima.

Dengan demikian disimpulkan tidak adanya pengaruh penerapan ice

breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi.

Sedangkan Uji hipotesis uji t Post-test memperoleh thitung = 4,29 dan

ttabel=0,325, dimana thitung > ttabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan ice

breaking terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi.

Peningkatan hasil belajar Sosiologi siswa yang di uji dengan uji

gain diperoleh nilai rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,44

Yang termasuk pada kategori pemahaman tinggi, artinya siswa di kelas

eksperimen yang diberikan perlakuan pembelajaran Sosiologi dengan

penerapan Ice breaking cukup memahami materi yang di tampilkan oleh

guru melalui proses pembelajaran tersebut. Pengertian icebreaking adalah

“permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suasana

kebekuan dalam kelompok.”2

Sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata N-gain

sebesar 0,29 yang termasuk pada kategori pemahaman sedang, artinya

siswa di kelas kontrol yang diberikan perlakuan pembelajaran Sosiologi

dengan tidak diterapkannya ice breaking belum cukup memahami materi

yang diajarkan oleh guru, hal tersebut dimungkinkan karena proses

pembelajaran Sosiologi dengan tidak diterapkannya Ice breaking

2 Sunarto, Icebreaker dalam pembelajaran aktif. (Surakarta: Cakrawala Media, 2012)

Page 72: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

58

cenderung monoton, kurang menarik, dan mendorong siswa pasif dalam

proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran Sosiologi dengan penerapan Ice

breaking siswa ditekankan mampu belajar kreatif, aktif,dinamis, dan

eksploratif. Hal yang senada juga diungkapkan dalam buku karya Atwi

Suparman, bahwa “dengan bermain diharapkan siswa mampu memahami

dan menghayati berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata.

Sehingga dapat membentuk sikap dan nilai sebagai tujuan tambahannya.“

Hubungan antara siswa pun lebih akrab dan terjalin komunikasi

yang pada dalam proses ice breaking. Dimana setiap siswa saling mengisi

kekurangan dari siswa yang lain. Sehingga timbul rasa kebersamaan dan

kekeluargaan untuk saling mendukung dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian hasil penelitian yang penulis teliti di SMA

Darussalam ciputat dengan menggunakan model pembelajaran Ice

breaking membuat siswa menjadi pembelajar yang memandang pelajaran

sebagai kebutuhan bukan sekedar tuntutan senada dengan penelitian dan

pendapat para peneliti yang sebutkan di atas.

Siswa mempelajari materi Sosiologi khususnya konsep Interaksi

Sosial dengan bentuk pembelajaran yang baru yang menyenangkan lebih

baik. Terbukti siswa yang belajar Sosiologi dengan penerapan ice breaking

lebih aktif dalam proses belajar.

Dalam pelaksanaannya pembelajaran dengan penerapan ice

breaking sangat ditentukan oleh partisipasi siswa. Hal tersebut sangat

bergantung pada peran guru dalam memotivasi siswa untuk ikut

berpartisipasi dalam melakukan proses pembelajaran. Jika proses ini gagal

maka keseluruhan dalam proses pembelajaran akan gagal dilakukan.

Jadi dapat disimpulkan penerapan ice breaking dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 73: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran yang menggunakan penerapan ice breaking dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa pada pembelajaran sosiologi di SMA

Darussalam ciputat. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai thitung > ttabel

yaitu 4,29 > 0,325 dengan taraf signifikan 0,05. Selain itu dilihat dari

perhitungan posttest kelas eksperimen yang menerapkan ice breaking (rata-

rata 70) menunjukkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol

(rata-rata 60,2). Bukti ini juga diperkuat dengan adanya peningkatan jumlah

siswa yang memperoleh nilai KKM setelah penerapan ice breaking . dimana

sebelum penerapan ice breaking , jumlah siswa yang tidak mencapai KKM

sebesar 50% dari sampel. Sedangkan setelah menggunakan penerapan ice

breaking, siswa yang tidak mencapai KKM hanya 20%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Dunia Pendidikan

Penelitian ini diharapkan menumbuhkan kreativitas dan

profesionalisme dan menumbuh-kembangkan budaya social di lingkungan

sekolah untuk proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/

pembelajaran secara berkelanjutan.

2. Bagi Guru

Diharapakan bagi semua guru harap tidak monoton penggunaan

model dalam pembelajaran, perlu wawasan yang terbaru untuk mengatasi

atau menyiasati kejenuhan di kelas, sehingga siswa semangat dan gembira

dalam belajar.

Page 74: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

59

3. Bagi siswa

Bagi siswa sendiri, diperlukan tuangan ide dari murid-murid untuk

lebih mengembangkan atau menciptakan ice breaking dalam

pembelajaran, baik pembelajaran intern maupun ekstern.

4. Bagi peneliti

Selesainya penelitian bukan berarti selesainya kreativitas peneliti,

anggaplah penelitian dan hasil penelitian yang di dapat merupakan awal

mula seorang guru memulai kreativitasnya.

5. Bagi peneliti lain

Penelitian yang peneliti lakukan masih kurang sempurna, bagi

peneliti lain alangkah baiknya mengembangkan kreatifitasnya tiada henti

dan menarik untuk di teliti.

Page 75: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

60

DAFTAR PUSTAKA

A. Zainal dan Nasution, penelitian hasil belajar, Departemen pendidikan

Nasional, 2001.

Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodolodi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.

Herlanti, Yanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, Jakarta:

jurusan pendidikan IPA,FITK,UIN Syarif Hidayatullah, 2006.

Kompas, senin, 8 juli 2013.

M said, 80+ ice breaker games-kumpulan permainan penggugah semangat,

Yogyakarta: Andi offset, 2010.

M. Suban, dkk., Statistik pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru

dan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara, 2009 .

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2007.

Neni Iska, Zikri, psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan. Jakarta:

Kizi Brother, 2006.

Purwanto Ngalim, psikologi pendidikan, Bandung : PT. Rosda Karya, 2007.

Purwanto, Ngalim , Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya, 2004.

Ruseffendi, Statistik Dasar: untuk penelitian pendidikan Cet.1 ,Bandung: IKIP

Bandung Press, Mei 1998.

Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : kencana 2010.

Sanjaya, Wina, penelitian tindakan kelas, Jakarta : Kencana 2010.

Sanjaya, Wina, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,

Jakarta: Kencana, 2006.

Sudjana, Nana Dan Ibrohim, penelitian dan penilaian pendidkan, Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya, 2010.

Page 76: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

61

Surapranata, Sumarna, Analisis, validitas, reliabilitas, dan interpretasi hasil tes,

Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2006.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, Cet.

Ke-3 Bandung: Alfabeta, Maret 2007.

Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta : Bumi aksara,

2009 .

Sunarto, Icebreaker dalam pembelajaran aktif. Surakarta : Cakrawala Media,

2012.

Sukardi, Metodelogi penelitian pendidikan¸ Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Sudijono, Anas, pengantar evaluasi pendidikan, Jakarta:Raja Grafindo Persada,

2005.

Sudjana, Metode Statistik, Cet. Ke-3 , Bandung: Tarsito, Mei 2005.

Suparman, Atwi , “Model-Model Pembelajaran Interaktif ”, Jakarta: STIA-LAN

Press, 1997.

Soenarno, Adi, Ice breaker permainan atraktif-edukatif untuk pelatihan

manajement, Yogyakarta: Andi offset,2005.

Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, dan Burhanudi Milama, Evaluasi Pembelajaran

IPA Berbasis Kompetensi, Ciputat : UIN Jakarta Press, 2006 .

Suharsimi, Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta:

PT.Rineka Cipta,1993.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2005.

Syaodih , Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Rosdakarya,

2003.

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2012.

W.s winkel, psikologi pengajaran, Bandung :PT. Rosda Karya, 2007.

Page 77: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

Lampiran 1

Profil SMA Darussalam Ciputat

1. Sejarah Berdirinya SMA Darussalam Ciputat

SMA Darussalam Didirikan pada tahun 2000 dengan SK pendirian

sekolah Nomor: 125/102/07/1987.

SMA Darussalam melalui wadah Yayasan pendidikan Islam (YPI)

Darussalam sebagai payung organisasi tertinggi mempunyai satu lembaga

pendidikan lagi yaitu SMP Darussalam dengan lokasi yang berdekatan. Dengan

demikian SMA Darussalam dikelola oleh sebuah yayasan, dengan didirikannya

SMA Darussalam sebagai wujud turut serta dalam pembangunan generasi muda

dan kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan baik dalam bidang IPTEK

maupun IMTAQ, serta membekali siswa dengan ketrampilan melalui penyaluran

minat dan pengembangan bakat, sebagai bekal bagi masa depan siswa. Untuk itu,

sejalan dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), YPI

Darussalam telah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk

penyelenggaraan pendidikan yang senantiasa membina prestasi siswa dan sarat

dengan aktivitas.

Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat yang pada saat ini

berstatus “TERAKREDITASI A” beralamat di Jl. Otista raya Rt. 01/010 No.36

Desa Ciputat, Kota Tangerang, Provinsi Banten yang terletak sekitar 4KM dari

pusat pemerintahan kota Tangerang Selatan.

Dari periode 2003 sampai sekarang dipimpin oleh Marul Wa’id, S.Ag

dengan jumlah tenaga pengajar 17 dan staff tata usaha 3 orang dengan jumlah

siswa sekitar 350 orang.

2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

a. Visi Sekolah: Visi SMA Darussalam adalah: cerdas, Inovatif, Nalar,

taqwa, Aktif.

b. Misi Sekolah:

1. Membentuk siswa yang cerdas, kreatif dan mandiri.

Page 78: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

2. Mengembangkan daya nalar siswa dan melatih sikap percaya diri.

3. Membentuk siswa yang beriman dan berbudi pekerti.

4. Menumbuh kembangkan minat dan bakat siswa baik di dalam maupun

di luar sekolah.

5. Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Tujuan sekolah.

c. Tujuan SMA Darussalam adalah mewujudkan siswa beriman,

berakhlak, cerdas, terampil dan berprestasi.

3. Sarana dan Fasilitas

Dalam proses penunjang kelancaran pendidikan SMA Darussalam juga

sangat memperhatikan sarana dan fasilitas, hal tersebut sudah dipersiapkannya

antara lain:

a. Ruang Guru

b. Ruang TU

c. Ruang Belajar lantai tiga

d. Laboratorium Bahasa (Full AC)

e. Laboratorium Komputer (Full AC)

f. Sarana Olah raga (Hall Mini)

g. Perpustakaan

h. Sarana (masjid)

4. Data Guru

NO. Nama Jabatan

1. Drs.H.M. Salman Faris, S.E Ketua YPO Darussalam

2. Marul Waid, S.Ag. Kepala SMA Darussalam

3. Mulyadi, S. Pd. Guru Biologi

4. Muslihudin, S. Pd. Guru Sejarah

5. Ubaidillah, S. S. Guru Agama

6. Sophan Sopian S, S. Kom Guru TIK

7. Priyanto Guru Kesenian

8. Islah Cahyadi, S. H. Guru PPKN

Page 79: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

9. M. Yahya, S. Pd. Guru Al Quran

10. Drs. Ardila Guru Sosiologi

11. Nur Asma, S. E., M. M. Guru Ekonomi

12. Masroatul Fallah. S.Si Guru Fisika

13. Azye Murni, S. S. Guru Bahasa Indonesia

14. Tita Nurhidayah, S. Pd. Guru Matematika

15. Yati Rohayati, S. Pd Guru Ekonomi

16. Dra. Hj. Sri Kasih Tata Usaha

17. Hendra Wijaya Tata Usaha

18. Iqbal Sutiawandi Tata Usaha

19. Ade Irawan, S. Pd. Guru Bahasa Indonesia

20. Nur Suqiah KH, S. Pd. Guru Bahasa Arab

5. Kegiatan Ekstrakulikuler:

Volley Ball Seni (marawis)

Bulu Tangkis Basket ball

Tenis Meja Komputer

Karate Sepak bola

Paskibraka

Kursus Bahasa Inggris

Qiro’at Al-quran

Page 80: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

DATA WAWANCARA

SMA DARUSSALAM CIPUTAT

Saya : Asaalamualaikum pak

Bapak Ardila : Waalaikum salam

Saya : Saya Alaena saroya, mahasiswi sosiologi UIN Syarifhidayatulloh jakarta,

berniat ingin melakukan penelitian di sekolah ini pak, guna untuk SKRIPSI

saya. Sebelumnya, boleh saya berbincang dengan bapak soal sekolah,

pengajaran, dan murid disini pak?

Bapak Ardila : apa yang bisa saya bantu?

Saya : benarkah bapak guru sosiologi disini? Untuk kelas berapa yah pak?

Bapak ardila : iya benar, kebetulan saya memegang semua kelas, dari kelas X hingga XII.

Saya : ada berapa untuk kelas IPS disini pak?

Bapak Ardila : kelas X ada 4 kelas, kelas XII ada 4 kelas dan kelas XII ada 3 kelas.

Saya : untuk pembelajaran sendiri, bapak memakai buku referensi yang mana yah

pak untuk mengajar?

Pak Ardila : saya memakai buku yang dari cetakan Erlangga dan buku LKS.

Saya : untuk siwanya sendiri memakai buku yang mana pak?

Pak Ardila : siswa hanya memakai buku LKS saja

Saya : untuk metode dalam pembelajaran, bapak seringnya memakai metode apa?

Pak Ardila : saya suka yang mudah aja, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, itu saja.

Saya : bapak mengenal tidak dengan Icebreaking?

Pak Ardila : itu apa ya? Saya baru dengar.

Saya : itu salah satu jenis model pembelajaran pak. Jadi icebreaking itu sendiri

merupakan permainan atau gerakan yang berfungsi untuk mencairkan suasana

Page 81: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

dalam kelas, sehingga kelas itu menjadi kondusif. Apakah bapak pernah

menerapkannya dikelas?

Pak Ardila : berhubung saya baru tahu, jadi saya belum menerapkannya dikelas.

Saya : untuk masalah yang dihadapi dalam kelas sendiri apa yah pak?

Pak Ardila : kalau dikelas, peralatannya kurang memadai, ruang kelasnya kurang

kondusif, kadang ada anak yang suka mengobrol, bolak balik wc terus,

mengantuk, tidak konsentrasi, siswa hanya memakai buku LKS sebagai

pedomannya, ada juga siswa yang harus lebih pelan mengajarinya agar faham.

Saya : apa yang bapak perbuat jika sudah mengetahui siswa begitu pak?

Pak Ardila : saya mah, hanya bikin peratuan saja, apabila selama pembelajaran anak anak

bikin kesalahan, akan ada hukuman sendiri dalam bentuk, nilai meeke nanti

dikurangi.

Saya : dalam pembelajaran, apakah semua siswa sudah memenuhi KKM pak?

Pak Ardila : pasti masih ada yang belum memenuhi KKM.

Saya : siswa seperti itu kira kira kendalanya apa pak?

Pak Ardila : kalau saya lihat, karna anak itu sering tidak masuk, dan kebanyakan

mengobrol kalau pembelajaran berlangsung, mungkin itu pengaruhnya.

Saya : kalau dalam peraturan disekolah sendiri bagaimana pak?

Pak Ardila : kalau di sekolah, masuk jam 07.00. jika lebih dari jam 07.00 maka anak akan

berurusan dengan guru piket, yang nantinya akan diberikan hukuman. Istirahat

pertama jam 09.00, jam kedua 12.00. pulang jam 02.00. sebelum masuk

kesekolah, baju harus dimasukkan, sepatu hitam, tidak membawa barang

barang yang membahyakan.

Saya : kalau untuk guru sendiri bagaimana pak?

Pak Ardila : ya kurang lebih sama begitu.

Saya : untuk fasilitas sekolah disini apakah menurut bapak sudah lengkap?

Page 82: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

Pak Ardila : ya disini umayan lengkap. ada ruang kepala sekolah, ruang TU,ruang guru,

ruang kelas siswa, sarana olah raga, laboratorium bahasa, laboratorium

komputer, perpustakaan, masjid.

Saya : apakah ada kekurangan yang masih bapak butuhkan dalam pembelajaran?

Pak Ardila : kalau di inginkan yang lebih bagus sih ada, seperti ruangan kelas yang aman

dan kondusif, peralatan media pembelajaran yang memadai, buku penunjang

belajar siswa yang lebih memadai. Itu saja.

Saya : apakah bapak sendiri bisa mengoperasikan laptop? Misalnya untuk

pembelajaran bapak bisa membuat slide?

Pak Ardila : kalau saya bisa, saya bakal gunakan metode metode dengan menggunakan

laptop, cuman saya tidak bisa.

Saya : memang di sekolah sendiri tidak ada pelatihan untuk guru dalam mempelajari

komputer?

Pak Ardila : belum ada, kalau ada saya mungkin udah bisa.

Saya : baik pa, cukup sampai sini wawancara saya. Terimakasih atas bantuan dan

waktunya bapak. Nanti saya mohon arahan dari bapak untuk melakukan

penelitian disekolah ini.

Pak ardila : iya, tidak apa apa, InsyaAlloh bapak bantu semampu bapak.

Saya : baik pak, saya pamit pulang dulu, terimakasih pak, Assalamualaikum.

Pak Ardila : Waalaikum salam.

Page 83: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

Pengamatan dikelas kontrol

1. Kelas berantakan tidak rapi

2. Cahaya yang masuk kekelas kurang

3. Siswa ada yang terlambat

4. Suasana kelas yang kurang kondusif

5. Siswa mengobrol sendiri

6. Tidak adanya absen kelas

7. Spidol tidak tersedia dikelas

8. Masih ada anak yang tidak membawa pulpen

9. Ada siswa yang masih meminjam peralatan tipex ke temennya

10. Siswa dengan no 10 mencontek dengan no 11

11. Siswa ada yang keluar 2x ke kamar mandi

12. Siswa ada makan

Page 84: PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25459... · 2015. 1. 11. · PENGARUH PENERAPAN ICE BREAKING . ... Jelaslah kiranya, belajar sangatlah

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumet penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan kurikulum satuan pendidikan untuk

tingkat SMA

2. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan indikator pembelajaran Sosiologi.

3. Membuat soal-soal instrumen sesuai dengan kisi-kisi instrument.

4. Instrumen yang telah di buat oleh peneliti kemudian dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing skripsi.

5. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian.

6. Analisis validitas dan reliabilitas.

Hal yang senada juga diungkapkan dalam buku karya Atwi Suparman, bahwa

“dengan bermain diharapkan siswa mampu memahami dan menghayati berbagai masalah

yang dihadapi dalam kehidupan nyata. Sehingga dapat membentuk sikap dan nilai sebagai

tujuan tambahannya.“1

Hubungan antara siswa pun lebih akrab dan terjalin komunikasi yang pada dalam

proses ice breaking. Dimana setiap siswa saling mengisi kekurangan dari siswa yang lain.

Sehingga timbul rasa kebersamaan dan kekeluargaan untuk saling mendukung dalam

proses pembelajaran.

Dengan demikian hasil penelitian yang penulis teliti di SMA Darussalam ciputat

dengan menggunakan model pembelajaran Ice breaking membuat siswa menjadi

pembelajar yang memandang pelajaran sebagai kebutuhan bukan sekedar tuntutan senada

dengan penelitian dan pendapat para peneliti yang sebutkan di atas.

1 Atwi Suparman, “Model-Model Pembelajaran Interaktif ”, (Jakarta: STIA-LAN Press, 1997), h.92