PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP...

download PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28619/1/RIZKY... · PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

If you can't read please download the document

Transcript of PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP...

  • PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

    PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2013

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

    Oleh :

    RIZKY AMALIA

    NIM : 1110046100067

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1435 H/2014 M

  • ii

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi yang berjudul Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap

    Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2010-2013, telah diujikan

    dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta pada tanggal 22 Oktober 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

    syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi

    Muamalat (Ekonomi Islam).

    Jakarta, 18 September 2014

    Mengesahkan

    Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

    Dr. H. JM Muslimin, MA

    NIP. 196808121999031014

    PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

    Ketua : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH ( )

    NIP. 197425072001121001

    Sekretaris : Abdurrauf, Lc, MA ( )

    NIP. 197312152005011002

    Pembimbing : Ali Rama, SE, M.Ec ( )

    NIDN. 2028068401

    Penguji I : Arif Fauzan, SE, MM ( )

    Penguji II : Atep Abdurrofiq, M.Si ( )

  • iii

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

    satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang belaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

    merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

    sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Jakarta, 9 September 2014

    Rizky Amalia

  • iv

    ABSTRAK

    Rizky Amalia, 1110046100067, Pengaruh Penerapan Good Corporate

    Governance Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun

    2010-2013, Program Strata I, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan

    Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

    Corporate governance timbul dari kebutuhan usaha akan tata kelola

    perusahaan yang baik, yang menegakkan prinsip-prinsip transparan, dapat dipercaya,

    bertanggung jawab, dan berkeadilan. Penerapan good corporate governance di dalam

    perbankan diharapkan dapat berpengaruh terhadap kinerja perbankan, dikarenakan

    penerapan corporate governance dapat meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi

    risiko akibat tindakan pengelolaan yang cenderung menguntungkan diri sendiri.

    Risiko lembaga keuangan syariah yang lebih kompleks daripada lembaga keuangan

    konvensional menuntut para pelaku bisnis keuangan syariah lebih pruden termasuk

    peningkatan pelaksanaan corporate governance dalam institusi. Penelitian ini

    bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan good corporate governance di bank

    umum syariah terhadap profitabilitas.

    Pengumpulan data melalui data sekunder. Penarikan sampel dilakukan dengan

    teknik purposive sampling atau judgement sampling, dan sampel yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah empat Bank Umum Syariah di Indonesia, serta analisis

    data dengan Regresi Linear Berganda dengan bantuan Software SPSS versi 16,0 for

    Windows.

    Dari hasil uji regresi linear berganda, variabel shariah compliance (X1) dan

    audit review (X2) berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA (Y1) dan ROE (Y2)

    sedangkan variabel role and responsibility (X3) tidak memiliki pengaruh terhadap

    ROA dan ROE. Uji F menunjukkan pengaruh signifikan secara keseluruhan.

    Kata Kunci: corporate governance, profitabilitas, Bank Umum Syariah.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

    kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya tanpa

    jemu. Sesungguhnya, hanya karena kemurahan hati-Nya lah sehingga akhirnya

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu

    tercurahkan kepada junjungan Rasulullah saw beserta seluruh keluarga, sahabat, dan

    juga ummatnya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari terdapat banyak

    kendala yang menghambat langkah penulis untuk merampungkan skripsi ini. Namun,

    berkat bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Bapak Dr. H. Phil. J.M. Muslimin, MA. sebagai Dekan Fakultas Syariah dan

    Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H., sebagai Ketua Prodi

    Muamalat (Ekonomi Islam) dan Bapak Abdurrauf, MA., sebagai Sekretaris

    Prodi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak Drs. Hamid Farihi, MA. sebagai Dosen Pembimbing Akademik

    Penulis.

    4. Bapak Ali Rama, SE., M.Ec. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang

    telah memberi arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat

    diselesaikan dengan baik.

    5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai,

  • vi

    hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    6. Segenap staff akademik, staff perpustakaan FSH dan Perpustakaan Utama

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    7. Kedua orang tua terkasih, Ayahanda Syahminan dan Ibunda R. Magdalena

    serta Adik tersayang Imas Laili Lestari yang selalu membimbing dan

    mendukung penulis baik moril maupun materiil tanpa pernah mengeluh dan

    berputus asa tetap memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam

    kondisi senang maupun susah.

    8. Keluarga besar yang turut memberikan kontribusi, doa dan motivasi bagi

    penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

    9. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Nuryani Lestari, Syifa Lita Kurnia, Nur

    Oktifiani, dan Nimas Wiranti yang sama-sama berjuang dengan penulis dalam

    susah dan senang selama proses perkuliahan hingga akhir. Sahabat-sahabat

    yang selalu memotivasi, Titin Nurasiah, Wardhatul Jannah, dan Syafaatul

    Uzma.

    10. Sahabat-sahabat lama yang terus memberi semangat dan dukungan meski

    terpisahkan oleh jarak, Marizha Dwi Rahayu, Rahma Dwi Cahyani, Dian

    Ramti Ramelan.

    11. Teman-teman kost yang selalu menghadirkan hari-hari penuh keceriaan, Nisa,

    Mba Elsa, Mba Agnis, Kak Najwa, Mba Intan, Mba Trisni, Mba Yeyen, Mba

    Uci.

    12. Teman-teman Mahasiswa jurusan Perbankan Syariah kelas A angkatan 2010

    yang selalu memberikan semangat dan keceriaan, menjalani susah senang

    bersama menanggung beban bersama seperti keluarga sendiri yang saling

  • vii

    mendukung satu sama lain untuk tetap teguh mencapai cita-cita, Lembaga

    Dakwah Kampus (LDK) UIN Jakarta, Lingkar Studi Ekonomi Syariah

    (LiSEnSi) UIN Jakarta, dan KOMDA FSH yang merupakan tempat bagi

    penulis untuk belajar sebanyak-banyaknya selain di bangku kuliah.

    13. Mely, Icha, Rida, Putri, Dewi, Bella, Runi, Ihwan, Rifki, Imam, Ryan, Aji,

    Restia, Umu, Lulu, Hasnah, dan yang lainnya yang tidak dapat penulis

    sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya

    dalam penyelesaian skripsi ini.

    14. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini

    namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih. Semoga segala

    kebaikan yang tulus dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT serta

    mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya.

    Kiranya skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun kritik dan saran dari para

    pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaannya. Besar harapan penulis agar

    skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi bagi penulis dan masyarakat

    seluruhnya.

    Jakarta, 9 September 2014

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    PERSETUJUAN PEMBIMBING i

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN ii

    LEMBAR PERNYATAAN iii

    ABSTRAK iv

    KATA PENGANTAR v

    DAFTAR ISI viii

    DAFTAR TABEL xii

    DAFTAR GAMBAR xiii

    BAB I PENDAHULUAN 1

    A. Latar Belakang Masalah 1

    B. Identifikasi Masalah 9

    C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 10

    D. Tujuan Penelitian 13

    E. Manfaat Penelitian 14

    F. Sistematika Penulisan 15

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17

    A. Good Corporate Governance 17

    1. Definisi Good Corporate Governance 17

    2. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance 19

    3. Prinsip Good Corporate Governance 21

  • ix

    B. Good Corporate Governance di Bank Syariah 22

    1. Definisi Good Corporate Governance

    dalam Perspektif Islam 22

    2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam

    Industri Perbankan Syariah 24

    3. Mekanisme dan Praktik Good Corporate Governance 25

    4. Perbedaan Good Corporate Governance Konvensional

    dengan Shariah Governance 29

    5. Hubungan Penerapan Shariah Governance dengan

    Sejarah Perekonomian pada Masa Rasulullah dan

    Khulafa Al-Rasyiddin 33

    6. Penilaian Self Assessment Good Corporate Bank Umum

    Syariah di Indonesia 36

    C. Profitabilitas 39

    D. Review Studi Terdahulu 40

    E. Kerangka Konseptual 44

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45

    A. Jenis Penelitian 45

    B. Jenis dan Sumber Data 45

    C. Populasi dan Sampel 46

    D. Teknik Pengumpulan Data 50

    E. Teknik Analisis Data 50

    1. Uji Asumsi Klasik 52

    a. Uji Normalitas 52

    b. Uji Multikolinearitas 52

    c. Uji Heteroskedastisitas 53

    d. Uji Autokorelasi 54

    2. Uji Statistik 54

  • x

    a. Uji F 54

    b. Uji t 55

    c. Koefisien Korelasi 55

    d. Koefisien Determinasi 57

    e. Analisis Model Regresi 58

    F. Operasionalisasi Variabel 59

    1. Variabel Terikat 59

    a. Return On Asset 60

    b. Return On Equity 60

    2. Variabel Bebas 60

    a. Shariah Compliance 61

    b. Audit Review 61

    c. Role and Responsibility 61

    G. Hipotesis Penelitian 61

    BAB IV PEMBAHASAN 63

    A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 63

    1. Bank Muamalat Indonesia 63

    2. BNI Syariah 66

    3. BRI Syariah 70

    4. Bank Syariah Mandiri 74

    B. Uji Asumsi Klasik 80

    1. Uji Normalitas 80

    2. Uji Multikolinearitas 82

    3. Uji Heteroskedastisitas 84

    4. Uji Autokorelasi 86

    C. Uji Statistik 87

    1. Uji F 87

    2. Uji t 88

  • xi

    3. Uji Koefisien Korelasi 92

    4. Uji Koefisien Determinasi 94

    5. Analisis Model Regresi 96

    D. Interpretasi 98

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 100

    A. Kesimpulan 100

    B. Saran 101

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Data Bank Umum Syariah 4

    Tabel 2.1 Bobot Perhitungan Nilai Komposit Self Assessment

    GCG Menurut Bank Indonesia 38

    Tabel 3.1 Nilai Koefisien Korelasi 56

    Tabel 4.1 Nilai VIF dan Tolerance Uji Multikolinearitas 83

    Tabel 4.2 Koefisien Korelasi Uji Multikolinearitas 83

    Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi 86

    Tabel 4.4 Hasil Uji F 87

    Tabel 4.5 Hasil Uji t 89

    Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Korelasi 92

    Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi terhadap ROA 94

    Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi terhadap ROE 95

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 44

    Gambar 3.1 Rumus ROA 60

    Gambar 3.2 Rumus ROE 60

    Gambar 4.1 GCG Bank Muamalat Indonesia 64

    Gambar 4.2 ROA dan ROE Bank Muamalat Indonesia 65

    Gambar 4.3 GCG BNI Syariah 68

    Gambar 4.4 ROA dan ROE BNI Syariah 69

    Gambar 4.5 GCG BRI Syariah 72

    Gambar 4.6 ROA dan ROE BRI Syariah 73

    Gambar 4.7 GCG Bank Syariah Mandiri 76

    Gambar 4.8 ROA dan ROE Bank Syariah Mandiri 77

    Gambar 4.9 Grafik ROA Keempat BUS Tahun 2010-2013 79

    Gambar 4.10 Grafik ROE Keempat BUS Tahun 2010-2013 79

    Gambar 4.11 Grafik GCG Keempat BUS Tahun 2010-2013 80

    Gambar 4.12 Grafik Uji Normalitas dengan Variabel Dependen ROA 81

    Gambar 4.13 Grafik Uji Normalitas dengan Variabel Dependen ROE 81

    Gambar 4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Variabel

    Dependen ROA 85

    Gambar 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas 85

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Konsep corporate governance diajukan guna peningkatan kinerja perusahaan

    melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen serta menjamin

    akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada keranga

    peraturan (M. Nasution dan D. Setiawan, 2007). Sistem corporate governance

    memberikan perlindungan efektif bagi stockholder dan stakeholder sehingga

    mereka akan yakin memperoleh imbal hasil atas investasinya dengan benar

    (David Tjondro dan R. Wilopo, 2011).

    Corporate governance adalah sistem yang bisa digunakan untuk mengatur

    dan mengendalikan perusahaan. Corporate governance timbul dari kebutuhan

    usaha akan tata kelola perusahaan yang baik, yang menegakkan prinsip-prinsip

    transparan, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan berkeadilan. Sementara itu

    khusus dalam perbankan syariah dikenal adanya prinsip-prinsip syariah yang

    mendukung bagi terlaksananya prinsip GCG yang dimaksud, yakni keharusan

    bagi subjek hukum termasuk bank untuk menerapkan prinsip kejujuran (shiddiq),

  • 2

    edukasi kepada masyarakat (tabligh), kepercayaan (amanah), dan pengelolaan

    secara professional (fathanah).1

    Perbedaan GCG syariah dan konvensional terletak pada shariah compliance

    yaitu kepatuhan pada syariah. Sedangkan prinsip-prinsip transparansi, kejujuran,

    kehati-hatian, dan kedisiplinan merupakan prinsip universal yang juga terdapat

    dalam aturan GCG konvensional.

    Jika dibandingkan dengan para bankir konvensional, maka bankir syariah

    seharusnya lebih unggul dan terdepan dalam implementasi GCG di lembaga

    perbankan, mengingat lembaga perbankan syariah membawa nama agama ke

    dalam lembaga bisnis. Perbankan syariah semestinya melakukan transformasi

    budaya dimana nilai-nilai etika bisnis islami menjadi karakter yang penting dalam

    praktik bisnis perbankan syariah.

    Konsep corporate governance yang komprehensif mulai berkembang setelah

    kejadian The New York Stock Exchange Crash pada tanggal 19 Oktober 1987

    dimana cukup banyak perusahaan multinasional yang tercatat di bursa efek New

    York, mengalami kerugian finansial yang cukup besar. Di kala itu, untuk

    mengantisipasi permasalahan intern perusahaan, banyak para eksekutif

    melakukan rekayasa keuangan yang intinya adalah bagaimana menyembunyikan

    kerugian perusahaan atau memperindah penampilan kinerja manajemen dan

    laporan keuangan. Yang dilakukan tidak hanya window dressing tetapi juga

    1

    http://tulisanwinahmengenaibep-winah.blogspot.com/2010/12/penerapan-good-corporate-

    governance-di.html?m=1, diakses pada kamis, 26 juni 2014 pukul 17.18

  • 3

    financial engineering. Lazimnya pada situasi kondisi bisnis yang kondusif,

    penyimpangan kelakuan baik oleh oknum maupun secara kolektif dalam

    perusahaan sangat kabur, namun pada saat kesulitan, maka mulailah terbuka

    segala macam sumber-sumber penyimpangan (irregularities) dan penyebab

    kerugian dan kejatuhan perusahaan, mulai dari kelakuan profiteering, commercial

    crime, hingga economic crime.

    Dengan kesadaran tinggi untuk meningkatkan daya saing bangsa oleh segenap

    negarawan, cendikiawan dan usahawan, maka dimulailah gerakan untuk

    meningkatkan praktik-praktik yang baik dalam perusahaan. Gerakan ini dimulai

    dari tokoh-tokoh di Inggris yang dipimpin oleh Sir Adrian Cadbury, yang pada

    saat itu sebagai Direktur Bank of England dan mantan CEO Group Cadbury.

    Sejak terbitnya Cadbury Code of Corporate Governance pada tahun 1992,

    semakin banyak institusi yang terus melakukan penyempurnaan dalam prinsip-

    prinsip dan petunjuk teknis praktik good corporate governance, antara lain ICGN

    (International Corporate Governance Network) yang mendorong Organization

    for Economic Cooperation and Development (OECD) mengeluarkan OECD

    Principles on Corporate Governance. ICGN sangat berkepentingan dalam

    implementasi GCG, karena anggota mereka terdiri dari institusi dana pensiun dan

    asuransi yang mengelola dana nasabah untuk investasi jangka panjang. Di

    Indonesia juga terdapat lembaga organisasi independen bernama Indonesian

  • 4

    Institute of Corporate Governance (IICG) yang didirikan untuk mensosialisasikan

    metode dan manfaat GCG bagi seluruh perusahaan di Indonesia.

    Good corporate governance mulai dikenal luas di negara-negara Asia

    Tenggara sejak krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997. Indonesia termasuk

    negara Asia Tenggara yang terkena dampak krisis keuangan tahun 1997. Krisis

    keuangan tersebut telah menghancurkan sendi perekonomian termasuk

    menghancurkan perbankan Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya

    krisis perbankan terparah di Indonesia yang menyebabkan penurunan kinerja

    bank nasional.

    Setelah terjadi krisis keuangan pada tahun 1997 tersebut, pertumbuhan

    perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini

    diawali dari satu-satunya bank syariah yang terbukti mampu bertahan dan

    termasuk kategori bank yang sehat, yakni Bank Muamalat Indonesia (BMI).

    Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia pun cukup pesat, terlihat dari data

    yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada tabel 1.1.

    Tabel 1.1

    Data Bank Umum Syariah

    Kelompok Bank 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    Bank Umum Syariah 3 5 6 10 11 11 11

    Unit Usaha Syariah 26 27 25 23 23 24 24

  • 5

    Corporate governance pada bank seharusnya diatur dan dilaksanakan dengan

    lebih baik dibandingkan dengan pengaturan dan pengawasan pelaksanaannya

    pada jenis perusahaan lainnya karena secara fundamental bank adalah lembaga

    yang menjual kepercayaan kepada publik dan secara khusus bagi pemegang

    sahamnya. Oleh karena sifat kegiatan usaha bank adalah menghimpun dana dari

    masyarakat dan disalurkan dalam berbagai bentuk kegiatan terutama pembiayaan

    dan investasi maka sangatlah diperlukan suatu upaya perlindungan yang

    menjamin agar fungsi penting untuk mendukung pembangunan ekonomi ini dapat

    berjalan dengan sebaik-baiknya. Risiko yang dihadapi oleh bank haruslah

    dipantau dengan suatu mekanisme check and balance yang memadai agar dapat

    menjaga kepercayaan pihak-pihak yang berkepentingan dengan fungsi perbankan.

    Hal-hal yang terkait dengan mekanisme check and balance menjadi fokus

    perhatian dari sistem corporate governance lembaga perbankan.2

    Untuk mengatasi terjadinya krisis akibat lemahnya tata kelola bank, maka

    Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30

    Januari 2006 dan No.8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan

    atas Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 mengatur tentang Pelaksanaan

    GCG bagi Bank Umum yang merupakan salah satu upaya untuk memperkuat

    2

    Nasirwan dan Setiawan Budi Utomo, Good Corporate Governance Bank Syariah, Kajian

    Perbankan Syariah, no. 8/1/2006: h.1-2.

  • 6

    industri perbankan nasional sesuai dengan Arsitektur Perbankan Indonesia.3

    Peraturan Perbankan Indonesia tersebut harus diterapkan oleh semua bank umum

    yang beroperasi di Indonesia, termasuk Bank Umum Syariah (BUS) dan bank

    umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS).

    Seiring dengan perkembangan perbankan syariah di Indonesia, pada tanggal 9

    Desember 2009 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

    No. 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan good corporate governance bagi Bank

    Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang mulai diberlakukan pada tahun 2010.

    Pengeluaran Peraturan Perbankan Indonesia (PBI) tersebut sejalan dengan

    keinginan masyarakat yang menginginkan perbankan syariah menunjukkan

    tanggung jawabnya kepada publik terkait dengan kegiatan operasional bank

    syariah yang diharapkan mematuhi ketentuan syariah. Penerapan good corporate

    governance juga merupakan wujud tanggung jawab kepada masyarakat bahwa

    bank syariah telah dikelola dengan baik, serta profesional dengan meningkatkan

    nilai pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders lainnya.

    Selain itu, penerapan good corporate governance di dalam perbankan diharapkan

    dapat berpengaruh terhadap kinerja perbankan, dikarenakan penerapan corporate

    governance dapat meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko akibat

    tindakan pengelolaan yang cenderung menguntungkan diri sendiri.

    3 David Tjondro dan R. Wilopo, Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap Profitabilitas

    dan Kinerja Saham Perusahaan Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia, Journal of

    Business and Banking I, no.1 (Mei 2011): h.1.

  • 7

    Penerapan good corporate governance dalam suatu perusahaan dapat dilihat

    melalui pelaporan keuangan yang mencerminkan kinerja perusahaan tersebut.

    Kinerja bank merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam

    operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan,

    dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Salah satu alat

    pengukuran kinerja keuangan adalah dengan menggunakan indikator profitabilitas.

    Profitabillitas merupakan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui

    semua kemampuan dan sumber yang ada.4

    Berbagai penelitian telah membuktikan secara empiris bahwa penerapan GCG

    akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara positif, salah satunya penelitian

    yang dilakukan oleh David Tjondro dan R. Wilopo5 yang menyimpulkan bahwa

    GCG memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap profitabilitas

    perusahaan perbankan. Sedangkan terhadap kinerja saham, ternyata GCG tidak

    memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hal ini terjadi karena

    pada periode penelitian yang digunakan yaitu tahun 2008 terjadi krisis keuangan

    global yang menyebabkan crash di bursa saham yag menyebabkan hampir semua

    saham mengalami penurunan harga. Hal ini diperparah oleh adanya cash outflow

    dari pasar saham di Indonesia sebagai akibat aksi jual besar-besaran oleh

    perusahaan investasi asing guna memperoleh dana kas untuk menunjang

    4 Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.304.

    5 David Tjondro dan R. Wilopo, Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap

    Profitabilitas dan Kinerja Saham Perusahaan Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia, h.13-

    14.

  • 8

    perusahaan induknya di Amerika Serikat. Dalam penelitian ini hanya membahas

    tentang pengaruh good corporate governance terhadap profitabilitas dan kinerja

    saham perusahaan perbankan konvensional, sama sekali tidak membahas

    bagaimana pengaruh GCG terhadap kinerja perbankan syariah.

    Penelitian serupa juga dilakukan oleh Nur Hasanah6 yang menyimpulkan

    bahwa mekanisme GCG secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

    perbankan. Pada penelitian ini juga sama sekali tidak dibahas mengenai pengaruh

    mekanisme GCG terhadap kinerjan perbankan syariah.

    Ibnu Austrindanney Sina Azhar7 juga meneliti pengaruh penerapan good

    corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan khususnya terhadap

    profitabilitas. Pada penelitian ini didapati hasil yang berbeda dengan penelitian-

    penelitian yang disebutkan sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

    GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial. Namun lagi-

    lagi penelitian ini tidak membahas tentang pengaruh GCG terhadap kinerja

    perbankan syariah, hanya membahas tentang pengaruhnya terhadap kinerja

    keuangan perusahaan.

    Pada penelitian ini, peneliti ingin menganalisis pengaruh Good Corporate

    Governance terhadap profitabilitas pada Bank Umum Syariah yang ada di

    Indonesia. Karena selain terdapat perbedaan kesimpulan pada penelitian- 6

    Nur Hasanah, Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja

    Perbankan, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta, 2013. 7

    Ibnu Austrindanney Sina Azhar, Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap

    Profitabilitas pada Perusahaan go public di Indonesia, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas

    Sumatera Utara, 2010.

  • 9

    penelitian sebelumnya, bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar dengan

    bank konvensional. Salah satunya adalah penerapan sharia compliance yang

    menjadi pilar penting keberlangsungan entitas bank syariah. Salah satu turunan

    dari penerapan sharia compliance ini adalah adanya Dewan Pengawas Syariah

    (DPS) yang bertugas mengawasi operasional perbankan syariah agar sesuai

    dengan prinsi-prinsip syariah.

    Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini diberi judul PENGARUH

    PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

    PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN

    2010-2013.

    B. Identifikasi Masalah

    Salah satu penyebab terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997 adalah

    lemahnya corporate governance. Satu-satunya Bank Umum Syariah di Indonesia

    pada saat itu, yaitu Bank Muamalat Indonesia, dapat melalui krisis tersebut

    dengan baik. Seiring berjalannya waktu, perbankan syariah di Indonesia pun

    mulai berkembang dan keinginan masyarakat agar perbankan syariah

    menunjukkan tanggung jawabnya kepada publik pun tinggi. Penerapan Good

    Corporate Governance merupakan salah satu bentuk tanggung jawab kepada

    masyarakat, dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan.

  • 10

    Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, penelitian-penelitian

    sebelumnya tidak membahas bagaimana pengaruh penerapan good corporate

    governance terhadap kinerja perbankan syariah, hanya membahas pengaruhnya

    terhadap kinerja perusahaan dan perbankan konvensional saja. Padahal, dalam

    perbankan syariah, persoalan governance sangat berbeda dengan governance

    dalam bank konvensional karena perbankan syariah mempunyai kewajiban untuk

    mematuhi prinsip-prinsip syariah (shariah compliance) dalam menjalankan

    bisnisnya dan oleh karena itu, Dewan Pengawas Syariah (DPS) mempunyai peran

    yang sangat penting dalam penerapan good corporate governance di bank syariah.

    Karena perbedaan inilah perlu dilakukan pula penelitian tentang bagaimana

    pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja perbankan

    syariah khususnya terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah yang ada di

    Indonesia.

    Karena itu, pada penelitian ini permasalahan yang akan diangkat adalah

    Bagaimana pengaruh penerapan good corporate governance terhadap

    profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia?.

    C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Untuk memusatkan penelitian pada pokok permasalahan di atas, dalam

    penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Bank Umum Syariah yang

  • 11

    ada di Indonesia. Berdasarkan PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan GCG

    bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, terdapat 11 aspek penilaian

    self assessment untuk menentukan nilai komposit. Indikator yang digunakan

    sebagai penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG merupakan 11 aspek

    penilaian self assessment yang dalam penelitian ini akan dikelompokkan menjadi

    3 indikator, yaitu :

    1) Shariah compliance (pemenuhan prinsip syariah), terdiri dari aspek

    pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS, pelaksanaan prinsip syariah

    dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan

    jasa, dan batas maksimum penyaluran dana. Aspek-aspek ini

    dikelompokkan ke dalam indikator shariah compliance karena ketiga

    aspek ini menggambarkan kepatuhan bank terhadap syariah dan aspek-

    aspek tersebut tidak terdapat pada konsep corporate governance

    konvensional.

    2) Audit review (tinjauan audit), terdiri dari aspek penerapan fungsi audit

    intern, penerapan fungsi audit ekstern, serta transparansi kondisi keuangan

    dan non keuangan bank, laporan pelaksanaan gcg dan laporan internal.

    Ketiga aspek ini dikelompokkan ke dalam indikator audit review karena

    aspek-aspek ini menggambarkan asas-asas atau prinsip GCG yang

  • 12

    dijabarkan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)8

    yaitu asas transparansi, akuntabilitas, serta kewajaran dan kesetaraan.

    3) Role and responsibility (peran dan tanggung jawab), terdiri dari aspek

    pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris, pelaksanaan

    tugas dan tanggung jawab direksi, kelengkapan dan pelaksanaan tugas

    komite, penanganan benturan kepentingan, dan penerapan fungsi

    kepatuhan bank. Kelima aspek tersebut dikelompokkan ke dalam indikator

    ini karena menggambarkan salah satu prinsip GCG yaitu prinsip

    pertanggungjawaban (responsibility).

    Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan 4 Bank Umum Syariah yaitu

    Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah, BRI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri.

    Sedangkan rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas bank yaitu

    rasio Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE), dan data yang

    digunakan pada penelitian ini hanya data pada tahun 2010-2013.

    2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah yang telah

    dipaparkan dimuka, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

    8 Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia,

    2006, h.5-7.

  • 13

    1) Bagaimana pengaruh indikator shariah compliance terhadap ROA dan

    ROE bank umum syariah periode 2010-2013?

    2) Bagaimana pengaruh indikator audit review terhadap ROA dan ROE bank

    umum syariah periode 2010-2013?

    3) Bagaimana pengaruh indikator role and responsibility terhadap ROA dan

    ROE bank umum syariah periode 2010-2013?

    4) Di antara ketiga indikator tersebut, indikator mana yang paling

    berpengaruh terhadap ROA dan ROE bank umum syariah periode 2010-

    2013?

    5) Dari keempat Bank Umum Syariah yang menjadi objek penelitian, bank

    apa yang terus mengalami kenaikan ROA dan ROE setelah menerapkan

    GCG dari tahun 2010-2013?

    D. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh indikator shariah compliance

    terhadap ROA dan ROE bank umum syariah periode 2010-2013

    2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh indikator audit review terhadap

    ROA dan ROE bank umum syariah periode 2010-2013

    3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh indikator role and responsibility

    terhadap ROA dan ROE bank umum syariah periode 2010-2013

  • 14

    4. Untuk mengetahui indikator apa yang memiliki pengaruh paling besar

    terhadap ROA dan ROE bank umum syariah

    5. Untuk mengetahui bank syariah apa yang terus mengalami peningkatan

    ROA dan ROE setelah penerapan GCG.

    E. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

    1) Dapat bermanfaat untuk para pemegang saham dari perusahaan yang ingin

    mewujudkan konsep good corporate governance.

    2) Dapat memberikan masukan kepada para pemakai laporan keuangan dan

    perusahaan dalam memahami mekanisme corporate governance, sehingga

    dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan.

    3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan

    pihak-pihak lain yang akan menyusun skripsi atau yang akan melakukan

    penelitian sejenis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari

    penelitian yang telah ada maupun yang akan dilakukan.

    4) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

    tambahan pengetahuan kepada penulis mengenai pengaruh pelaksanaan

    corporate governance di Indonesia, khususnya pengaruh terhadap

    profitabilitas perbankan syariah.

  • 15

    5) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pembaca

    bahwa konsep corporate governance merupakan standar utama dalam

    mengatur perilaku pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan

    perusahaan agar memahami dan menjalankan fungsi dan peran sesuai

    wewenang dan tanggung jawabnya.

    F. Sistematika Penulisan

    BAB I : PENDAHULUAN

    Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, batasan

    dan rumusan masalah, serta tujuan dan manfaat penelitian

    BAB II : TINJAUAN TEORITIS

    Pada bab ini akan disampaikan teori terkait Good Corporate Governance

    serta profitabilitas bank, review studi terdahulu, serta kerangka konseptual

    dan perumusan hipotesis penelitian.

    BAB III : GAMBARAN UMUM & METODOLOGI PENELITIAN

    Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Bank Umum Syariah yang ada di

    Indonesia serta metode analisis yang digunakan.

    BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Berisi data penelitian mengenai Pengaruh Penerapan Good Corporate

    Governance terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun

    2010-2012.

  • 16

    BAB V : PENUTUP

    Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan

    permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.

  • 17

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Good Corporate Governance

    1. Definisi Good Corporate Governance

    Corporate governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian

    internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang

    signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan asset

    perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam

    jangka panjang. 1

    Usaha untuk melembagakan corporate governance pertama kali

    dilakukan oleh Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun

    1992 dengan membentuk Cadbury Committee (Komite Cadbury), yang

    bertugas menyusun corporate governance code yang menjadi acuan utama

    di banyak negara.2 Komite Cadbury mendefinisikan corporate governance

    sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan

    tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang

    diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya

    dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan

    1 Muh. Arief Effendi, The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi

    (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h.1-2. 2

    Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance:

    Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha (Jakarta: Kencana,

    2008), h.24.

  • 18

    peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan

    sebagainya.3

    Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan good corporate governance

    (GCG) sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang

    wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan

    untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka

    panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun

    masyarakat sekitar secara keseluruhan.4

    Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan

    GCG sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

    pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,

    karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya

    yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata

    lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Sedangkan, dalam

    Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 dinyatakan bahwa good

    corporate governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan

    prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),

    3

    Komite Cadbury (1992). The Business Roundtable, Statement on Corprate Governance

    (Washington DC., 1997), h.1 dalam Indra S dan Ivan Y, Penerapan Good Corporate

    Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, h.25. 4 M. Arief Effendi, The Power of Good Corporate Governance, h.2.

  • 19

    pertanggungjawaban (responsibility), professional (professional), dan

    kewajaran (fairness).5

    Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, GCG secara singkat dapat

    diartikan sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan

    perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi para

    pemangku kepentingan. Hal ini disebabkan karena GCG dapat mendorong

    terbentuknya pola kerja manajemen yang Bersih, Transparan, dan

    Profesional (BTP). Implementasi prinsip-prinsip GCG secara konsisten di

    perusahaan akan menarik minat para investor, baik domestic maupun asing.

    Hal ini sangat penting bagi perusahaan yang akan mengembangkan

    usahanya, seperti melakukan investasi baru maupun proyek ekspansi.6

    2. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance

    Tujuan dan manfaat good corporate governance menurut Bassel

    Committee on Banking Supervision adalah sebagai berikut:

    a. Mengurangi agency cost, biaya yang timbul karena penyalahgunaan

    wewenang, atau pun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk

    mencegah timbulnya suatu masalah

    b. Mengurangi biaya modal yang timbul dari manajemen yang baik,

    yang mampu meminimialisir risiko

    5

    Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 tentang Good Corporate

    Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, h.5. 6 M. Arief Effendi, The Power of Good Corporate Governance, h.2.

  • 20

    c. Memaksimalkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat

    meningkatkan citra perusahaan di mata publik dalam jangka panjang

    d. Mendorong pengelolaan perbankan secara profesional, transparan,

    efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian

    dewan komisaris, direksi, dan RUPS

    e. Mendorong dewan komisaris, anggota direksi, pemegang saham

    dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakah yang dilandasi

    oleh moral yang tingi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan

    yang berlaku

    f. Menjaga going concern perusahaan

    Dan menurut Forum Corporate Governance in Indonesia, beberapa

    manfaat yang dapat diambil dari penerapan GCG yaitu:

    a. Meningkatkan kinerja perusahaan

    b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah

    yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value

    c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanamkan

    modalnya di Indonesia

  • 21

    3. Prinsip Good Corporate Governance

    FCGI (2003) menyatakan bahwa setiap perusahaan harus memastikan

    bahwa prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua

    jajaran perusahaan. Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang dikemukakan

    oleh FCGI, yaitu :

    1. Transparansi (transparency)

    Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan

    harus menyediakan informasi yang material dan relevan yang

    mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

    Perusahaan harus berinisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya

    masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan,

    tetapi juga hal penting bagi pengambilan keputusan oleh pemangku

    kepentingan.

    2. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi, struktur,

    sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga

    pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

    3. Pertanggung jawaban (responsibility) yaitu adanya kesesuaian

    (kepatuhan) di dalam pengelolaan bank terhadap prinsip korporasi

    yang sehat serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    4. Independensi (Independency) yaitu pengelolaan bank secara

  • 22

    profesional tanpa pengaruh atau tekanan dari pihak mana pun.

    5. Kesetaraan dan Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan

    dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan

    perjanjian serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Prinsip ini menekankan bahwa smua pihak baik pemegang saham

    minoritas maupun asing harus diperlakukan sama atau setara.

    B. Good Corporate Governance di Bank Syariah (Shariah Governance)

    1. Definisi Good Corporate Governance dalam Perspektif Islam

    Menurut IFSB (Islamic Financial Services Board) berdasarkan standar No.

    3 IFSB (2006) mengenai Guiding Principles On Corporate Governance

    For Institution Offering Only Islamic Financial Services, pengertian

    GCG adalah :

    A defined set of relationship between a companys management, its

    Board of Directors, its shareholders and other stakeholders which

    provides the structure through which:

    (i) the objectives of the company are set; and

    (ii) the means of attaining those objectives and monitoring

    performance are determined.

    Selanjutnya terjadi pergeseran istilah dalam perusahaan berbasis

  • 23

    syariah mengenai pengertian GCG. IFSB menyebut GCG dengan Good

    Shariah Governance atau disebut juga Shariah Governance. Menurut

    IFSB dalam Standar 10 mengenai Guiding Principles On Shariah

    Governance Systems For Institutions Offering Islamic Financial Services,

    Shariah Governance adalah :

    Shariah Governance System refers to the set of institutional and

    organizational arrangements through which an IIFS (Institutions

    offering Islamic Financial Services) ensures that there is effective

    independent oversight of Shariah compliance over each of the

    following structures and processes:

    a. issuance of relevant shariah pronouncements/resolutions.

    b. Dissemination of information on such shariah

    pronouncements/resolutions.

    c. An internal shariah compliance review/audit for verifying that

    shariah compliance has been satisfied.

    d. An annual shariah compliance review/audit for verifying the

    internal shariah compliance review/audit.

    Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Good

    Corporate Governance dalam perspektif islam merupakan seperangkat

    peraturan yang melibatkan seluruh elemen perusahaan yang dapat

  • 24

    menjadikan perusahaan beroperasi lebih optimal. Sebagaimana yang

    dijelaskan oleh IFSB, pada organisasi atau perusahaan yang menerapkan

    prinsip syariah, penerapan GCG disebut juga dengan Good Shariah

    Governance (GSG) atau Shariah Governance (SG). Dalam GSG atau SG,

    kepatuhan terhadap penerapan prinsip syariah merupakan penyempurnaan

    dalam penerapan GCG pada perusahaan berbasis syariah.

    2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam industri

    perbankan syariah

    Dalam bank syariah, pelaksanaan good corporate governance yang

    pada dasarnya bertumpukan kepada lima pilar utama yaitu transparency,

    responsibility, fairness, accountability dan independency merupakan hal

    yang seharusnya dilakukan. Bank syariah dituntut untuk melakukan

    kinerja yang baik sebagai cerminan dari kegiatan yang islami.

    Dalam penjelasan PBI Nomor 11/33/PBI/2009 dijelaskan bahwa dalam

    rangka menerapkan kelima pilar atau prinsip dasar tersebut, bank wajib

    berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan

    pelaksanaan GCG. Selain itu dalam pelaksanaan GCG, industri perbankan

    syariah juga harus memenuhi prinsip syariah (shariah compliance).

    Ketidaksesuaian tata kelola bank dengan prinsip syariah akan berpotensi

    menimbulkan berbagai risiko terutama risiko reputasi bagi industri

  • 25

    perbankan syariah.7

    Berdasarkan penjelasan IFSB tentang definisi shariah governance

    dalam Standar 10 mengenai Guiding Principles On Shariah Governance

    Systems For Institutions Offering Islamic Financial Services, maka dapat

    disimpulkan bahwa prinsip-prinsip good corporate governance adalah8 :

    1. Keadilan (fairness)

    2. Transparansi (transparency)

    3. Akuntabilitas (accountability)

    4. Tanggung jawab (responsibility)

    5. Moralitas (morality)

    6. Komitmen (commitment)

    7. Kemandirian (independent)

    /

    3. Mekanisme dan Praktik Good Corporate Governance

    Salah satu cara paling efisien dalam rangka mengurangi terjadinya

    konflik kepentingan dan memastikan pencapaian tujuan perusahaan,

    diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang

    secara efektif mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta

    kemampuan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai

    7 Andik S. Dwi Saputro, Penguatan Shariah Governance Melalui Reformasi Akuntansi Dalam

    Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010 (Purwokerto: Universitas Jenderal

    Soedirman, 2010), h.6. 8 Ibid

  • 26

    kepentingan yang berbeda. Lebih jauh Shleifer dan Vishny9

    mengemukakan bahwa GCG merupakan suatu mekanisme yang dapat

    digunakan untuk memastikan bahwa supplier keuangan atau pemilik

    modal perusahaan memperoleh pengembalian atau return dari kegiatan

    yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain bagaimana supplier

    keuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap manajer.

    Terdapat dua jenis mekanisme good corporate governance, yaitu

    mekanisme internal dan eksternal. Adapun beberapa mekanisme internal,

    antara lain adalah sebagai berikut :

    1) Dewan Direksi

    Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung

    jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan

    sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan,

    baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran

    dasar sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun

    2007 tentang Perseroan Terbatas.10

    Tugas dan tanggung jawab dewan direksi adalah sebagai berikut11

    :

    (a) Dewan direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan

    pengelolaan Bank Umum Syariah berdasarkan prinsip kehatihatian

    9 A. Shleifer dan R. W. Vishny, A Survey of Corporate Governance, Journal of Finance, Vol.

    LII, No. 2 (Juni 1997): h.737-783. 10

    Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 tentang Good Corporate

    Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, h.4. 11

    Ibid, h.13.

  • 27

    dan prinsip syariah.

    (b) Dewan direksi mengelola Bank Umum Syariah sesuai dengan

    kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam

    Anggaran Dasar Bank Umum Syariah dan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    2) Dewan Komisaris

    Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan

    pengawasan secara umum dan/ atau khusus sesuai dengan anggaran

    dasar serta memberikan nasihat kepada dewan direksi.12

    Adapun tugas dan tanggung jawab dewan komisaris adalah sebagai

    berikut13

    :

    (a) Dewan komisaris wajib melakukan pengawasan atas

    terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha

    Bank Umum Syariah.

    (b) Dewan komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap

    pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi, serta memberikan

    nasihat kepada direksi.

    (c) Dewan komisaris wajib memantau dan mengevaluasi pelaksanaan

    kebijakan strategis Bank Umum Syariah.

    (d) Dewan komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan keputusan

    12

    Ibid, h.4. 13

    Ibid, h.8.

  • 28

    kegiatan operasional Bank Umum Syariah, kecuali pengambilan

    keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada direksi sepanjang

    kewenangan dewan komisaris tersebut ditetapkan dalam Anggaran

    Dasar Bank Umum Syariah atau dalam Rapat Umum Pemegang

    Saham.

    Di dalam dewan komisaris, terdapat komisaris independen. Komisaris

    independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki14

    :

    (a) Hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikian saham dan/atau

    hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota

    dewan komisaris dan/atau anggota direksi, atau

    (b) Hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham

    dengan Bank.

    3) Dewan Pengawas Syariah

    Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang bertugas memberikan

    nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan bank agar

    sesuai dengan prinsip syariah.15

    Adapun tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah adalah

    memberikan nasihat dan saran kepada dewan direksi serta mengawasi

    kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah, diantaranya16

    :

    (a) Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman

    14

    Ibid, h.4. 15

    Ibid, h.5. 16

    Ibid, h.23.

  • 29

    operasional dan produk yang dikeluarkan bank.

    (b) Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai

    dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (Majelis Ulama Indonesia).

    (c) Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional (Majelis Ulama

    Indonesia) untuk produk baru bank yang belum ada fatwanya.

    (d) Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah

    terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana

    serta pelayanan jasa bank.

    (e) Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari

    satuan kerja bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

    4. Perbedaan Good Corporate Governance Konvensional dengan Shariah

    Governance

    Perbedaan utama GCG syariah dan konvensional terletak pada shariah

    compliance (kepatuhan pada prinsip syariah) dan demokrasi ekonomi

    syariah. Sedangkan prinsip-prinsip transparansi, kejujuran, kehati-hatian,

    kedisiplinan merupakan prinsip universal yang juga terdapat dalam aturan

    gcg konvensional. Kegiatan usaha berasaskan prinsip syariah

    dimaksudkan antara lain kegiatan usaha di dalamnya tidak mengandung

    unsur riba, maisir, ghahar, haram, dan zalim. Kegiatan usaha berasaskan

    demokrasi ekonomi syariah mengandung nilai keadilan, kebersamaan,

  • 30

    pemerataan, dan pemanfaatan.

    Selain itu, berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan

    sebelumnya, tujuan GCG pada intinya adalah untuk menciptakan nilai

    tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut

    adalah pihak pihak internal yang meliputi dewan komisaris, direksi,

    karyawan, dan pihak eksternal yang meliputi investor, kreditur,

    pemerintah, masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan

    (stakeholders). Sementara itu dalam konteks bisnis syariah, pelaksanaan

    good corporate governance atau shariah governance merupakan salah

    satu upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan

    kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta

    nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan

    syariah.

    Dalam langkah penyusunan CG structure, pedoman GCG menekankan

    organisasi perusahaan yang mencerminkan berfungsinya mekanisme

    manajemen risiko, pengendalian intern, dan kepatuhan. Menyangkut

    manajemen risiko, kajian ahli-ahli ekonomi melihat kedudukannya sangat

    penting pada praktik perbankan syariah. Perbankan syariah tidak hanya

    menghadapi tipe-tipe risiko yang lazim pada bank konvensional tetapi juga

    risiko-risiko lainnya yang unik sebagai akibat dari keunikan struktur aset

  • 31

    dan liabilitasnya.17

    Studi-studi konseptual menunjukkan bahwa tujuan penerapan

    manajemen risiko adalah untuk menghindari akibat-akibat negatif dan

    memperoleh akibat-akibat positif. Dalam hal perbankan, menurut Romzie

    Rosman18

    tujuan untuk menghindari akibat negatif itu terkait dengan

    tujuan-tujuan kepatuhan, agar perusahaan terhindar dari kesulitan

    keuangan dan selalu memiliki kecukupan modal. Di sisi lain, tujuan untuk

    mencapai akibat positif adalah untuk mencapai tujuan tujuan bisnis

    melalui peningkatan kinerja keuangan perusahaan.

    Tujuan-tujuan kepatuhan dalam perbankan syariah tentu saja

    melibatkan unsur kepatuhan syariah dengan mempertimbangkan semua

    kemungkinan risiko yang dihadapi. Karena itu, penting sekali bagi

    perbankan syariah untuk memiliki dan menerapkan manajemen risiko

    beserta proses pelaporannya yang komprehensif untuk mengidentifikasi,

    mengukur, memantau, mengelola, dan melaporkan semua kategori risiko,

    yang memberi tempat pada aspek kepatuhan terhadap prinsip atau

    kepatuhan syariah.19

    17

    Tariqullah Khan dan Habib Ahmed. (2008). Manajemen Resiko Lembaga Keuangan Syariah.

    Jakarta: Bumi Aksara dan Rajashekara V. Maiya. (2009). Risk and Compliance

    Management in Islamic Banking, dikutip dari

    http://www.infosys.com/finacle/solutions/thoughtpapers/Documents/RiskCompliance-

    Islamic-Banking.pdf diakses pada 15 Juli 2014. 18

    Romzie Rosman, Risk Management Pracvctices and Mangament Processes of Islamic Banks:

    A Proposed Framework, International Review of Business Research Papers, Vol.

    5, no.1 (2009): h.242-254. 19

    Ibid.

  • 32

    CG dalam pendekatan Islami harus berbasis orientasi nilai (value

    oriented) dan prinsip kejujuran dan keadilan terhadap semua stakeholder.

    Dari sisi fungsi obyektifnya, menurut Zulkifli Hasan20

    CG Islami harus

    berupaya menempatkan maqshid al-syarah sebagai tujuan akhir,

    dengan membawa konsepsi perlindungan dan hak semua stakeholder ke

    dalam aturan aturan syariah.

    Dilihat dari orientasi nilai yang dimaksudkan, bank syariah tidak bisa

    tidak memerlukan budaya korporasi yang khas, yaitu budaya korporasi

    yang menurut Lewis dan Algaoud21

    merefleksikan nilai-nilai Islami dalam

    segala segi perilaku perusahaan, dari hubungan internal, urusan dengan

    nasabah dan bank-bank lain, kebijakan dan prosedur, praktik bisnis,

    hingga persoalan-persoalan seperti pakaian, dekorasi, dan sebagainya.

    Dengan begitu, Islam tampil sebagai sebuah gaya hidup yang lengkap dan

    utuh, yang menciptakan moralitas dan spiritualitas kolektif yang apabila

    dipadukan dengan produksi barang dan jasa dapat menopang pertumbuhan

    dan kemajuan jalan hidup yang luhur dan Islami.

    20

    Zulkifli Hasan, Corporate Governance: Western and Islamic Perspectives, International

    Review of Business Research Papers, Vol. 5, no.1 (2009): h.277-293. 21

    Latifa M. Algaoud dan Mervin K. Lewis, Corporate Governance in Islamic Banking:

    The Case of Bahrain, International Journal of Business Studies, Vol.7, no.1 (1999): h.56-86.

  • 33

    5. Hubungan Penerapan Shariah Governance dengan Sejarah

    Perekonomian pada Masa Rasulullah dan Al-Khulafa Al-Rasyiddin

    Pada masa Rasulullah SAW terdapat sebuah lembaga bernama al-

    Hisbah. Al-Hisbah adalah institusi keagamaan yang sangat penting dalam

    lintasan sejarah ekonomi islam. Pada awal pertumbuhannya, hisbah

    merupakan lembaga yang mempunyai wewenang untuk menegakkan amr

    maruf nahy munkar yang mencakup seluruh aspek kehidupan sosial

    ekonomi dan agama. Dalam perkembangannya hisbah adalah institusi

    yang bertugas mengawasi pasar serta tingkah laku masyarakat,

    memastikan bahwa rakyat melakukan perintah dan menjauhi larangan

    syara berkaitan dengan takaran dan timbangan yang benar dan mengawasi

    jalannya jual beli untuk menghilangkan tipuan dan sejenisnya.22

    Lalu apa hubungan lembaga al-Hisbah dengan penerapan good

    corporate governance atau lebih spesifiknya shariah governance? Adanya

    lembaga al-Hisbah menunjukkan bahwa jauh sebelum konsep GCG

    dikenal di dunia barat, Islam telah memiliki konsep sistem pengelolaan

    ekonomi, yang pada masa itu berupa sistem pengelolaan dan pengawasan

    pasar. Jika dalam konsep shariah governance memiliki Dewan Pengawas

    Syariah (DPS) sebagai pihak yang bertugas untuk mengawasi perusahaan,

    22

    Rozalinda, Pengawasan Pasar Perspektif Eknomi Islam, artikel diakses pada 22 Juli 2014 dari

    http://rozalinda.wordpress.com/2010/05/10/pengawasan-pasar-perspektif-ekonomi-islam/

  • 34

    al-Hisbah memiliki Muhtasib sebagai orang atau pihak yang bertugas

    untuk mengawasi pasar.

    Diriwayatkan dari Abu Hurairah, pada suatu hari Rasul berjalan ke

    pasar dan menghampiri penjual makanan dan memasukkan tangannya ke

    dalam tumpukan makanan tersebut, beliau terkejut mendapati tangannya

    basah, Nabi berkata Wahai penjual makanan apa ini?, ia menjawab

    Makanan itu kena hujan ya Rasulullah, kemudian Nabi berkata Kenapa

    tidak engkau letakkan makanan yang basah di atas sehingga orang dapat

    melihatnya, siapa yang melakukan penipuan bukan dari golonganku. (HR.

    Muslim). Peristiwa ini membuktikan bahwa institusi pengawas pasar telah

    ada pada pada masa Rasulullah Saw. walaupun hisbah secara kelembagaan

    belum dikenal pada masa ini. Agar tidak terjadi kecurangan dan tipuan

    yang dilakukan masyarakat di pasar-pasar, Nabi mengangkat Said ibn Ash

    ib Muawiyah untuk mengawasi pasar di Mekah (setelah faathu Makkah).

    Kemudian pada masa Umar Ibn khatab beliau menunjuk Sayyidah Sambra

    binti Nuhaik untuk mengawasi pasar di Madinah dan Syifa binti Abdullah

    al-Adawiyah sebagai muhtasib dari kalangan muslimah. Di samping itu

    Umar juga mengangkat Sulaiman ibn Abi Khusaimah dan Abdullah ibn

    Utbah ibn Masud sebagai pengawas pasar di Madinah.

    Umar ibn Abdul Aziz pada masa pemerintahanya membuat aturan

    mengenai takaran dan timbangan untuk melindungi kepentingan rakyat, ini

  • 35

    membuktikan bahwa pemerintah dalam system ekonomi Islam punya

    tugas dan kewenangan untuk menjamin terciptanya pasar yang adil.23

    Wilayah al-Hisbah baru dilembagakan dan berdiri sendiri sebagai

    suatu lembaga yang menangani persoalan al-amr bi al-maruf wa nahy an

    al munkar pada masa pemerintahan al-Mahdi (158-169 H) khalifah Daulat

    Abasiyah. Pelembagaan Hisbah secara lebih modern dan terstruktur

    dilakukan pada masa Khalifah al-Mansur dengan menunjuk Yahya ibn

    Abdullah sebagai muhtasib pada tahun 507 H. Institusi Hisbah tetap

    bertahan sepanjang sejarah, sampai sekitar awal abad ke-18. Selama

    Dynasty Mamluk institusi ini memegang peranan yang sangat penting.

    Pada masa ini diangkat empat orang muhtasib yakni di kairo, Fustat, Mesir

    Hilir dan Alexanderia. Setiap muhtasib bertanggungjawab atas seluruh

    kegiatan pasar yang ada di wilayah yurisdiksinya. Di Mesir sistem ini

    tetap bertahan sampai masa pemerintahan Muhammad Ali (1805-1849).

    Terakhir institusi hisbah masih berjalan dengan baik sampai hancurnya

    kerajaan Turki Usmani tahun 1922. Negara Islam yang masih melestarikan

    institusi hisbah ini adalah Arab Saudi, di Maroko lembaga ini masih

    ditemukan sampai awal abad ke-20.

    23

    Ibid.

  • 36

    6. Penilaian Self Assessment Good Corporate Governance Bank Umum

    Syariah di Indonesia

    Berdasarkan PBI No. 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 dan

    Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 perihal

    Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan

    Unit Usaha Syariah, perhitungan nilai komposit Self Assessment GCG

    adalah sebagai berikut :

    a. Penilaian atas pelaksanaan GCG bagi BUS, dilakukan terhadap 11

    (sebelas) faktor sebagai berikut:

    1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;

    2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;

    3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite;

    4) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah;

    5) Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan dana

    dan penyaluran dana serta pelayanan jasa;

    6) Penanganan benturan kepentingan;

    7) Penerapan fungsi kepatuhan;

    8) Penerapan fungsi audit intern;

    9) Penerapan fungsi audit ekstern;

    10) Batas Maksimum Penyaluran Dana; dan

    11) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan

  • 37

    pelaksanaan GCG serta pelaporan internal;

    b. Menyusun analisis self assessment, dengan cara membandingkan

    pemenuhan setiap Kriteria/Indikator dengan kondisi Bank berdasarkan

    data dan informasi yang relevan. Berdasarkan hasil analisis tersebut

    ditetapkan peringkat masing-masing Kriteria/Indikator. Adapun

    kriteria peringkat adalah sebagai berikut:

    1) Peringkat 1: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa

    pelaksanaan GCG Bank sangat sesuai dengan Kriteria/Indikator.

    2) Peringkat 2: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa

    pelaksanaan GCG Bank sesuai dengan Kriteria/Indikator.

    3) Peringkat 3: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa

    pelaksanaan GCG Bank cukup sesuai dengan Kriteria/Indikator.

    4) Peringkat 4: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa

    pelaksanaan GCG Bank kurang sesuai dengan Kriteria/Indikator.

    5) Peringkat 5: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa

    pelaksanaan GCG Bank tidak sesuai dengan Kriteria/Indikator.

    c. Untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor, Bank mengalikan

    peringkat dari masing-masing faktor dengan bobot tertentu. Bobot

    masing-masing faktor ditetapkan sebagaimana tabel berikut:

  • 38

    Tabel 2.1

    Bobot Perhitungan Nilai Komposit Self Assessment GCG Menurut

    Bank Indonesia

    No Faktor Bobot

    (%)

    1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan

    Komisaris

    12.50

    2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 17.50

    3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 10.00

    4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan

    Pengawas Syariah

    10.00

    5 Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan

    penghimpunan dana dan penyaluran dana serta

    pelayanan jasa

    5.00

    6 Penanganan benturan kepentingan 10.00

    7 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5.00

    8 Penerapan fungsi audit intern 5.00

    9 Penerapan fungsi audit ekstern 5.00

    10 Batas Maksimum Penyaluran Dana 5.00

    11 Transparansi kondisi keuangan dan non

    keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan

    pelaporan internal

    15.00

    TOTAL 100.00

    d. Untuk mendapatkan nilai komposit, Bank menjumlahkan nilai dari

    seluruh faktor. Berdasarkan nilai komposit tersebut, Bank menetapkan

    predikat komposit sebagaimana tabel berikut:

    1) Nilai Komposit < 1.5 diberi predikat Sangat Baik

    2) 1.5 Nilai komposit < 2.5 diberi predikat Baik

    3) 2.5 Nilai Komposit < 3.5 diberi predikat Cukup Baik

  • 39

    4) 3.5 Nilai Komposit < 4.5 diberi predikat Kurang Baik

    5) 4.5 Nilai Komposit 5 diberi predikat Tidak Baik

    C. Profitabilitas

    Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang

    dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan,

    pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber

    daya manusia. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan

    bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana

    maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan

    modal, likuiditas, dan profitabilitas bank.24

    Analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan25

    :

    a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank

    terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas

    yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya

    b. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan

    semua asset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara

    efisien.

    24

    Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h.239. 25

    Ibid.

  • 40

    Kinerja keuangan bank dapat diukur dengan menganalisis dan

    mengevaluasi laporan keuangan. Analisis terhadap laporan keuangan salah

    satunya digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu

    perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan

    menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian dividen.

    Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan akan selalu berusaha

    meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat

    profitabilitas suatu perusahaan maka kelangsungan hidupnya akan lebih

    terjamin.

    Terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas, dua diantaranya adalah

    Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Return on Asset

    mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan

    tingkat aset tertentu. Sedangkan, Return on Equity mengukur kemampuan

    perusahaan untuk menghasilkan laba berdasarkan modal tertentu.

    D. Review Studi Terdahulu

    Untuk mendukung materi, maka penulis membandingkan dengan beberapa

    penelitian terdahulu. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang

    membahas mengenai good corporate governance:

    1. Nur Hasanah (mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta) yang berjudul Analisis Pengaruh Mekanisme

  • 41

    Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perbankan, 2013.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh mekanisme

    good corporate governance (dewan direksi, dewan komisaris, komisaris

    independen, dan kepemilikan manajerial) terhadap kinerja perbankan.

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel 12 perusahaan

    perbankan go public yang telah terdaftar di bursa efek Indonesia tahun

    2007-2011. Metode pemilihan sampel menggunakan purposive sampling.

    Metode yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa mekanisme GCG (dewan direksi, dewan komisaris,

    komisaris independen, dan kepemilikan manajerial) secara simultan

    berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan. Perbedaan penelitian

    ini dengan yang akan penulis teliti terdapat pada variabel yang digunakan

    dan objek penelitian. Pada penelitian yang akan penulis teliti, variabel

    dependen yang akan digunakan yaitu 11 aspek penilaian self assessment

    yang dalam penelitian ini akan dikelompokkan menjadi 3 indikator, yaitu

    sharia compliance, audit review, serta role and responsibility. Sedangkan

    variabel independen yang akan digunakan yaitu rasio ROA dan ROE yang

    menggambarkan tingkat profitabilitas perusahaan. Dan objek yang akan

    diteliti adalah Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia.

    2. David Tjondro dan R. Wilopo (Pascasarjana STIE Perbanas Surabaya),

    yang berjudul Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap

  • 42

    Profitabilitas dan Kinerja Saham Perusahaan Perbankan yang

    Tercatat di Bursa Efek Indonesia dan dipublikasikan dalam Journal of

    Business and Banking Volume I, No. 1, May 2011. Penelitian ini bertujuan

    untuk menganalisis pengaruh GCG terhadap rasio profitabilitas dan kinerja

    saham perbankan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Teknik

    pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

    Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah GCG, ROA,

    ROE, NIM, dividen saham, dan PER. Teknik yang digunakan untuk

    menganalisis data adalah teknik regresi. Penelitian ini menunjukkan

    bahwa GCG berpengaruh signifikan positif terhadap ROA, ROE, NIM,

    dan PER namun tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap dividen

    saham. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis

    lakukan terletak pada variabel yang digunakan dan objek yang akan diteliti.

    Variabel-variabel yang akan penulis gunakan yaitu GCG, ROA dan ROE.

    Penulis tidak menggunakan variabel dividen saham dan PER karena

    penulis hanya akan meneliti pengaruh GCG terhadap profitabilitas.

    3. Ibnu Austrindanney Sina Azhar (mahasiswa Fakultas Ekonomi

    Universitas Sumatera Utara) yang berjudul Pengaruh Penerapan Good

    Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan go

    public di Indonesia. 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

  • 43

    mengetahui pengaruh penerapan good corporate governance (GCG)

    terhadap kinerja keuangan perusahaan khususnya terhadap profitabilitas.

    Variabel skor penerapan GCG digunakan sebagai indikator GCG,

    sedangkan Return on Assets (ROA) digunakan sebagai indikator kinerja

    keuangan perusahaan. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang

    termasuk dalam pemeringkatan CGPI yang dipilih dengan metode

    purposive sampling. Data yang digunakan bersifat pooling (data series

    dan cross sectional) dan diambil dari laporan CGPI dan laporan keuangan

    tahunan dari tahun 20072009. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

    metode statistik melalui analisis regresi sederhana. Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

    secara parsial. ROA tidak dapat dijelaskan oleh penerapan GCG.

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan

    terdapat pada variabel yang digunakan serta objek penelitian. Penulis akan

    menggunakan variabel GCG, ROA, dan ROE, dan objek yang akan diteliti

    adalah Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia.

  • 44

    E. Kerangka Konseptual

    Gambar 2.1

    Kerangka Konseptual

    Sharia

    Compliance

    (X1)

    ROA

    (Y1)

    ROE

    (Y2)

    Audit Review

    (X2)

    ROA

    (Y1)

    ROE

    (Y2)

    ROA

    (Y1)

    ROE

    (Y2)

    Role and

    Responsibility

    (X3)

  • 45

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan

    pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang

    meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu

    sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Moh

    Nazir, 2005:54).

    Metode penelitian kuantitatif adalah cara untuk memperoleh ilmu

    pengetahuan atau memecahkan masalah yang dihadapi dan dilakukan secara

    hati-hati dan sistematis, dan data-data yang dikumpulkan berupa rangkaian

    atau kumpulan angka-angka (Toto Syatori N dan Nanang G, 2012:68).

    B. Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

    sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

    tidak langsung melalui media perantara yang dicatat oleh pihak lain. Data

    sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah

  • 46

    tersusun dalam data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak

    dipublikasikan1.

    Peneliti memperoleh data-data penelitian yang bersumber dari:

    1. Penelitian pustaka (library research)

    Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang

    diteliti melalui buku, jurnal, laporan penelitian, tesis, internet, dan

    perangkat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

    2. Penelitian lapangan (field research)

    Seluruh data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari laporan

    keuangan dan laporan GCG tahunan Bank Umum Syariah di Indonesia

    tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 yang telah dipublikasikan secara

    lengkap di masing-masing website BUS tersebut.

    C. Populasi dan Sampel

    Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah Bank Umum Syariah

    yang terdapat di Indonesia pada tahun 2010-2013. Digunakannya Bank

    Umum Syariah sebagai sampel karena Bank Umum Syariah berdiri sendiri

    bukan merupakan unit kerja dari Bank Konvensional seperti Unit Usaha

    Syariah. Selain itu, Bank Umum Syariah telah dianggap sebagai bank yang

    murni menggunakan transaksi berprinsip syariah oleh Bank Indonesia.

    1 Nur Indriantoro dan Bambang Suporno, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan

    Manajemen, Edisi Pertama (Yogyakarta: Lembaga Penerbit BPFE, 2002), h. 147

  • 47

    Pengambilan data periode tahun 2010-2013 dikarenakan Peraturan Bank

    Indonesia mengenai good corporate governance bagi Bank Umum Syariah

    dikeluarkan pada tahun 2009.

    Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

    purposive sampling atau judgement sampling, salah satu teknik pengambilan

    sample non probabilistic yang dilakukan berdasarkan kriteria yang

    disesuaikan dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif

    sesuai dengan kriteria berikut:

    1. Bank Umum Syariah yang telah berdiri sendiri (bukan Unit Usaha

    Syariah) sejak tahun 2010 atau sebelumnya.

    2. Bank tersebut telah mengeluarkan laporan keuangan.

    3. Bank tersebut menerapkan sistem Good Corporate Governance dan

    mempublikasikan laporan GCG dalam Annual Report-nya.

    Berdasarkan kriteria di atas, ada 7 BUS yang sesuai untuk dijadikan

    objek pada penelitian ini, yaitu Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah, BRI

    Syariah, Bank Syariah Mandiri, BCA Syariah, Bank Mega Syariah dan

    PaninBank Syariah. Namun pada penelitian ini, peneliti hanya akan

    menggunakan 4 BUS sebagai objek penelitian, yaitu Bank Muamalat

    Indonesia, BNI Syariah, BRI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri. Alasan

    memilih 4 BUS tersebut sebagai sampel atau objek penelitian adalah sebagai

    berikut :

  • 48

    1. Keempat BUS tersebut adalah 4 BUS yang memiliki aset terbesar pada

    akhir tahun 2013, yaitu berkisar antara 200 milyar sampai dengan lebih

    dari 1 trilyun rupiah.

    2. 4 BUS tersebut memiliki jumlah cabang (kantor cabang, kantor cabang

    pembantu, dan kantor kas) yang lebih banyak daripada BCA Syariah,

    Bank Mega Syariah, dan PaninBank Syariah, dengan rincian data yang

    didapatkan dari website masing-masing BUS sebagai berikut :

    - Bank Muamalat Indonesia memiliki 454 jaringan yang terdiri dari

    Kantor Cabang (KC), Kantor Cabang Pembantu (KCP), dan Kantor

    Kas (KK) yang tersebar di seluruh Indonesia.

    - BNI Syariah memiliki 65 KC, 161 KCP dan 17 KK.

    - BRI Syariah memiliki 210 jaringan yang terdiri dari 50 KC, 152 KCP

    dan 8 KK.

    - Bank Syariah Mandiri memiliki 118 KC, 260 KCP dan 30 KK.

    - BCA Syariah hanya memiliki total 35 KC dan KCP.

    - Bank Mega Syariah hanya memiliki 8 KC dan 13 KCP.

    - PaninBank Syariah hanya memiliki 11 KC.

    Dengan banyaknya jaringan yang dimiliki Bank Muamalat Indonesia,

    BNI Syariah, BRI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri, bank-bank

    tersebut lebih gampang menjangkau dan dijangkau oleh masyarakat dan

    hal itu akan berpengaruh terhadap kinerja bank.

  • 49

    3. Alasan memilih Bank Muamalat sebagai salah satu objek penelitian

    adalah karena BMI merupakan Bank Umum Syariah yang pertama kali

    berdiri di Indonesia. Selain itu seperti yang telah dijelaskan pada poin ke-

    2, BMI memiliki jaringan kantor cabang yang paling banyak dan cakupan

    wilayahnya paling luas, bahkan BMI telah mencakup wilayah-wilayah

    yang belum tersentuh bank syariah.

    4. BRI Syariah dipilih untuk menjadi salah satu objek pada penelitian ini

    karena selain jumlah jaringan kantor cabang yang cukup banyak seperti

    yang telah dijelaskan pada poin ke-2, BRI Syariah memiliki keunggulan

    pada produk tabungan yang semuanya serba gratis (tarik tunai, transfer

    melalui atm ke bank manapun yang tergabung dalam jaringan atm

    bersama). Dengan keunggulan tersebut BRI Syariah dapat menarik minat

    masyarakat untuk menjadi nasabah mereka sehingga hal tersebut akan

    berpengaruh pada modal dan aset bank.

    5. Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah juga dipilih menjadi objek pada

    penelitian ini karena selain mudah dijangkau oleh masyarakat karena

    jumlah jaringan kantor cabangnya yang banyak dan tersebar di seluruh

    Indonesia, perkembangan ROA dan ROE BSM dan BNI Syariah empat

    tahun terakhir terbilang baik.

  • 50

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yaitu cara pengumpulan

    data melalui peninggalan tertulis, seperti dokumen atau arsip-arsip dan buku-

    buku tentang pendapat, teori, hukum dan lain-lain yang berkaitan masalah

    penelitian.2

    Dokumen yang diteliti pada penelitian ini berupa laporan keuangan

    tahunan bank, laporan GCG bank, laporan kinerja tahunan bank, serta buku-

    buku dan jurnal ilmiah yang berkaitan dengan tema penelitian.

    Data yang dikumpulkan merupakan data panel, yaitu data yang merupakan

    kombinasi dari data bertipe cross-section dan data time series.3 Data panel ini

    berasal dari data laporan keuangan tahunan bank dan laporan GCG bank

    periode 2010 sampai 2013 yang dipublikasikan oleh masing-masing Bank

    Umum Syariah yang menjadi objek penelitian.

    E. Teknik Analisis Data

    Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah analisis

    regresi linear berganda. Teknik analisis tersebut sesuai untuk menggambarkan

    atau mendeskripsikan keterkaitan antara beberapa variabel. Untuk membantu

    penelitian, peneliti akan menggunakan software pengolah data statistik, SPSS

    for Windows version 16.0.

    2 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h.181.

    3 Dedi Rosadi, Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan EViews (Yogyakarta: CV

    Andi Offset, 2012), h. 271.

  • 51

    Analisis regresi adalah salah satu teknik statistik yang dapat digunakan

    untuk menggambarkan hubungan dua peubah atau lebih untuk peubah

    kuantitatif.4 Analisis regresi ada 2 jenis, yaitu regresi linier sederhana dan

    regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda

    karena variabel independen yang digunakan lebih dari satu variabel. Metode

    analisis regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji

    asumsi klasik dan uji statistik (koefisien determinasi, uji F, dan uji t). Tujuan

    regresi berganda adalah memprediksi besar variabel tergantung (dependent

    variable) menggunakan data dari dua atau lebih variabel bebas (independent

    variable) yang sudah diketahui besarnya.5

    Variabel terikat (dependen) yang dikaji dalam penelitian ini yaitu

    profitabilitas yang diukur dengan rasio return on assets (ROA) dan return on

    equity (ROE). Sedangkan variabel bebas (independen) yang dikaji dalam

    penelitian ini adalah corporate governance yang diukur dengan indikator

    shariah compliance, audit review, dan role and responsibility.

    4 Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS (Penerbit Mitra

    Wacana Media, 2007), h. 131. 5 Singgih Santoso, Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,

    2012), h.221.

  • 52

    1. Uji Asumsi Klasik

    Pengujian asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah persamaan

    regresi yang telah ditentukan merupakan persamaan yang dapat menghasilkan

    estimasi yang tidak bias. Uji asumsi klasik ini terdiri dari:

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model

    regresi, error yang dihasilkan mempunyai distribusi normal ataukah tidak.

    Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data

    (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari

    residualnya. Dasar pengambilan keputusan:

    - Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

    diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas.

    - Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti

    arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

    Normalitas (Singgih Santoso, 2012: 233).

    b. Uji Multikolinearitas

    Tujuan uji multikolinearitas adalah menguji apakah pada sebuah model

    regresi ditemukan adanya korelasi antar-variabel independen. Jika terjadi

  • 53

    korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinearitas (Multiko).6

    Cara mendeteksi adanya Multiko adalah sebagai berikut:

    - Besaran VIF (Variance Inflation factor) dan Tolerance

    Suatu model regresi dikatakan bebas multikolinearitas jika mempunyai

    nilai VIF di sekitar angka 1 dan/atau mempunyai angka TOLERANCE

    mendekati 1. (NB: Tolerance = 1/VIF)

    - Besaran korelasi antar-variabel independen

    Koefisien korelasi antar-variabel independen haruslah lemah (di

    bawah 0,5). Jika korelasi kuat, terjadi problem multikolinearitas

    (Singgih Santoso, 2012: 237).

    c. Uji Heteroskedastisitas

    Tujuan uji asumsi ini adalah ingin mengetahui apakah dalam sebuah

    model regresi terjadi ketidaksamaan varians pada residual (error) dari satu

    pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu

    pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

    Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut sebagai

    heteroskedastisitas. Sebuah model regresi dikatakan baik jika tidak terjadi

    heteroskedastisitas.7

    6 Ibid, h.234

    7 Ibid, h.238.

  • 54

    Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas bias dengan menggunakan

    grafik dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik. Jika ada pola

    tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

    telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-

    titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

    terjadi heteroskedastisitas.

    d. Uji Autokorelasi

    Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model

    regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1

    (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

    autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

    autokorelasi.

    2. Uji Statistik

    a. Uji F (Analisis Pengaruh Secara Simultan)

    Uji F pada dasarnya menunjukkkan apakah semua variabel independen

    atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

    bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini

    digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan bahwa apabila

  • 55

    nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak, sedangkan apabila nilai

    signifikansi < 0,05 maka Ha diterima.8

    b. Uji t (Analisis Pengaruh Secara Parsial)

    Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

    variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t-test ini pada dasarnya

    untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

    penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

    dependen.9

    Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan tingkat

    signifikansi 5 %. Ha diterima jika tingkat signifikansi < 5% (kurang dari

    0,05) dan Ha ditolak apabila tingkat signifikansi > 5%.

    c. Koefisien Korelasi

    Koefisien korelasi merupakan indeks atau bilangan yang digunakan

    untuk mengukur keeratan (kuat, lemah, atau tidak ada) hubungan antar

    variabel.

    Koefisien korelasi memiliki nilai antara -1 dan +1.

    1) Jika KK bernilai positif maka variabel-variabel berkorelasi positif.

    Semakin dekat nilai KK ke +1 semakin kuat korelasinya.