PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL SLAG DENGAN VARIASI KONSENTRASI …digilib.unila.ac.id/60260/3/SKRIPSI...
Transcript of PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL SLAG DENGAN VARIASI KONSENTRASI …digilib.unila.ac.id/60260/3/SKRIPSI...
PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL SLAG DENGAN VARIASIKONSENTRASI TERHADAP PEMBUATAN MORTAR
(Skripsi)
Oleh
Yosi Maya Aprilia Sari
JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2019
i
ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL SLAG DENGAN VARIASIKONSENTRASI TERHADAP PEMBUATAN MORTAR
Oleh
Yosi Maya Aprilia Sari
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi slagsebagai material substitusi semen tipe Portland Composite Cemen (PCC) terhadapproduk mortar. Bubuk slag yang digunakan adalah ukuran + 270 – 325 mesh dan+325 – 400 mesh. Variasi konsentrasi bubuk slag yaitu sebesar 10%, 20%, 30%,dan 40% dari massa semen PCC. Hasil analisis menunjukkan bahwa slagmemenuhi syarat sebagai material substitusi semen atau pozzolan dengankonsentrasi SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 sebesar 68,256%. Hasil X-Ray Diffraction(XRD) menunjukkan fasa dominan slag yaitu magnetite, gehlenite, quartz low,hedenbergite, dan calcite. Nilai kuat tekan tertinggi terdapat pada mortar bubukslag +325 – 400 mesh yang disubstitusi bubuk slag 10% sebesar 4,84 MPadengan persentase massa jenis sebesar 2,72 g/cm3, susut bakar sebesar 3,03%,porositas sebesar 1,20% dan absorbsi sebesar 10,08%. Fasa yang dominanterdapat pada mortar semen PCC dengan penambahan bubuk slag yaitu calciumalumunium silikat hydrate, quartz, calcite, dan portlandite.
Kata kunci: slag, semen PCC, dan mortar
ii
ABSTRACT
THE EFFECT OF ADDING SLAG MATERIAL WITHCONCENTRATION VARIATIONS ON MORTAR MAKING
By
Yosi Maya Aprilia Sari
Research has been conducted to determine the effect of variations in slagconcentration as a Portland Composite Cemen (PCC) type cement substitutionmaterial for mortar products. The slag powder used is + 270 – 325 mesh dan +325– 400 mesh. The variation of slag powder concentration is 10%, 20%, 30%, and40% of the mass of PCC cement. The analysis shows that slag qualifies as acement or pozzolan substitution material with SiO2, Al2O3, and Fe2O3 of 68.256%and XRD results show the dominant phase of the slag namely Magnetite,Gehlenite, Quartz low, Hedenbergite, and Calcite. The highest compressivestrength value was found in the 400 mesh slag powder mortar which wassubstituted with 10% slag powder of 4.84 MPa with a density of 2.72 g/cm3, burnlosses of 3.03%, porosity of 1.20% and absorption of 10.08%. The dominantphase was found in PCC cement mortar with the addition of slag powder, namelyCASH, quartz, calcite, and portlandite.
Keywords: slag, cement PCC, and mortar
PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL SLAG DENGAN VARIASIKONSENTRASI TERHADAP PEMBUATAN MORTAR
Oleh
YOSI MAYA APRILIA SARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSARJANA SAINS
pada
Jurusan FisikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Yosi Maya Aprilia Sari dilahirkan pada 08
April 1997 di Jln. Z.A. Pagar Alam, Gg. Harapan 1, No. 15,
Bandar Lampung. Anak pertama dari dua bersaudara pasangan
Bapak Suryana Efendi dan Ibu Mas’Amah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negri 33 Prabumulih
pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah pertama di
SMP Negeri 3 Natar dan lulus pada tahun 2012. Kemudian ditahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2015. Pada tahun 2015
penulis melanjutkan pendidikan ketingkat perguruan tinggi di Universitas
Lampung, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
melalui jalur SNMPTN.
Selama menempuh jenjang pendidikan S1 di Jurusan Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, penulis memilih konsentrasi
keilmuan bidang Fisika Material, kemudian melakukan Praktik Kerja Lapangan di
Balai Penelitian Tekhnologi Mineral-LIPI Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung
Selatan dengan bidang penelitian asam oksalat. Selanjutnya penulis
viii
pernah mengikuti program pengabdian masyarakat dengan mengikuti Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Nyampir, Kecamatan Bumi Agung, Kabupaten
Lampung Timur pada tahun 2018. Selanjutnya penulis memilih penelitian bidang
non logam sebagai topik skripsi di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung
dengan judul “Pengaruh Penambahan Material Slag dengan Variasi Konsentrasi
terhadap pembuatan Mortar” dan melakukan penelitian di Laboratorium Analisis
Kimia dan Laboratorium Non Logam BPTM-LIPI Tanjung Bintang.
ix
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti adakemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai(dari suatu urusan), Kerjakanlah dengansungguh-sungguh (urusan yang lain)”
(QS. Al-Insyirah:6-7)
Berdo’a, berusaha dan lakukan yang terbaikAllah yang akan menentukan hasilnya
(Penulis)
x
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’alakupersembahkan karya ini untuk orang-orang
yang kucintai dan kusayangi
Ayahandaku Bapak Suryana Efendi danIbundaku Ibu Mas’Amah
“Mereka yang selalu memberi semangat serta selalu memberikandukungan dalam keberhasilanku dan tak lupa adikku yang selalu
memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini”
“Fisika 2015”
Universitas Lampung
“Almamater tercinta”
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah
memberikan nikmat kesehatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Material Slag
dengan Variasi Konsentrasi terhadap Pembuatan Mortar”. Tujuan penulisan
skripsi ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
dan melatih mahasiswa untuk berpikir cerdas dan kreatif dalam menulis karya
ilmiah.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.
Bandar Lampung, 02 Desember 2019
Penulis,
Yosi Maya Aprilia Sari
xii
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas karunia-Nya
penulis masih memberikan kesempatan menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah banyak memberikan
do’a, motivasi, bimbingan dan dukungan terutama kepada:
1. Bapak Drs. Pulung Karo Karo, M.Si selaku Pembimbing I skripsi yang telah
mengajari dan membantu penulis dalam penelitian, membimbing dan
memberikan pemahaman.
2. Bapak Ir. Suharto, M.T selaku Pembimbing II yang senantiasa membimbing
dan memberikan masukan-masukan serta nasehat untuk menyelesaikan
skripsi.
3. Bapak Dr. rer. nat. Roniyus Marjunus, S.Si., M.Si selaku Penguji yang telah
memberikan kritik dan saran selama penulisan skripsi.
4. Bapak Muhammad Amin S.T selaku Pembimbing Lapangan yang senantiasa
membimbing dalam melakukan penelitian sampai menyelesaikan skripsi.
5. Kedua orang tua penulis, Bapak Suryana Efendi dan Ibu Mas’Amah yang
selalu memberikan do’a tulus ikhlas serta dukungan moril dan materil bagi
penyelesaian tugas akhir ini.
xiii
7. Bapak Arif Surtono, S.Si., M.Si., M.Eng., selaku Ketua Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Lampung.
8. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T., selaku Sekretaris Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Lampung.
9. Bapak Drs. Suratman, M.Sc., selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung.
10. Bapak Driszal Fryantoni, M.Eng., Sc., selaku Kepala Balai Pengelolahan
Teknologi Mineral - LIPI yang telah memberikan izin penelitian serta
memberikan fasilitas selama melakukan penelitian.
11. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung yang
telah banyak membekali ilmu bagi penulis selama perkuliahan.
12. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan membantu satu sama lain:
Adella Ordiana, Regina Alvira, Nurul, Desi, Dinda, Lilik, dan lain-lain yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
13. Teman-teman Fisika angkatan 2015 yang selama ini memberikan semangat.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan nikmat iman dan sehat kepada
kita semua, Aamiin.
Bandar Lampung, 02 Dessember 2019
Yosi Maya Aprilia Sari
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK...............................................................................................................i
ABSTRACT............................................................................................................ii
HALAMAN JUDUL.............................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................vi
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................vii
MOTTO..................................................................................................................ix
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................x
KATA PENGANTAR..........................................................................................xi
SANWACANA.....................................................................................................xii
DAFTAR ISI........................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xvi
DAFTAR TABEL..............................................................................................xvii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah............................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
xv
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semen ............................................................................................................. 6
2.2 Mortar ............................................................................................................. 8
2.3 Slag ................................................................................................................ 14
2.4 Pozzolan ......................................................................................................... 15
2.5 Pasir ................................................................................................................ 17
2.6 Pengujian dan Karakterisasi ........................................................................... 20
28
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................... 28
3.3 Metode Penelitian .......................................................................................... 29
a. Preparasi Slag ............................................................................................ 29
b. Pengujian Massa Jenis Pasir ..................................................................... 30
c. Pengujian Kadar Lumpur Pasir ................................................................. 30
d. Pengujian Absorpsi Pasir .......................................................................... 31
e. Pengujian Kadar Air Pasir ......................................................................... 31
f. Pembuatan Mortar ..................................................................................... 31
g. Pengujian Porositas ................................................................................... 33
h. Pengujian Absorpsi ................................................................................... 33
i. Pengujian Kuat Tekan Mortar .................................................................... 34
j. Pengujian Susut Bakar ................................................................................ 34
3.4 Diagram Alir .................................................................................................. 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Karakterisasi dan Uji Fisis Bahan Baku Pembuat Mortar .................... 37
4.2 Pengaruh Penambahan Komposisi Slag terhadap Uji Fisis Mortar ............... 40
4.3 Pengaruh Komposisi Slag Untuk Substitusi Semen....................................... 48
4.4 Perubahan Fasa Pada Proses Substitusi Slag dan Ukuran Partikel
Mortar ............................................................................................................. 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 55
5.2 Saran .............................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Prinsip kerja XRF ......................................................................... 25
Gambar 2.2. Proses pembentukkan sinar-X dalam tabung elektron ................ 26
Gambar 2.3. Skema hukum Bragg.................................................................... 26
Gambar 3.1. Diagram alir preparasi dan pengujian bubuk slag ....................... 35
Gambar 3.2. Diagram alir pembuatan dan pengujian benda uji mortar ........... 36
Gambar 4.1. Pola difragtogram XRD sampel slag ........................................... 38
Gambar 4.2. Hasil pengujian kuat tekan mortar ............................................... 41
Gambar 4.3. Hasil pengujian massa jenis ........................................................ 42
Gambar 4.4. Hasil pengujian absorpsi mortar .................................................. 44
Gambar 4.5. Hasil pengujian porositas mortar ................................................. 45
Gambar 4.6. Hasil pengujian susut bakar mortar ............................................. 47
Gambar 4.7. Difraktogram hasil XRD sampel mortar standar dan variasi
konsentrasi slag ukuran 325 mesh sebanyak 10% dan
40%...........................................................................................49
Gambar 4.8. Difraktogram hasil XRD sampel mortar standar dan variasi
konsentrasi slag ukuran 400 mesh sebanyak 10% dan
40%...........................................................................................52
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kandungan kimia semen tipe PCC ........................................................ 8
Tabel 2.2. Sifat fisik pasir ................................................................................... 18
Tabel 3.1. Komposisi persentase variasi bubuk slag ........................................... 32
Tabel 4.1. Hasil pengujian XRF sampel bubuk slag ........................................... 37
Tabel 4.2. Hasil analisis pengujian pasir ............................................................. 39
Tabel 4.3. Hasil pengujian XRF motar slag ukuran 325 mesh dan 400 mesh
dengan variasi konsentrasi massa slag .......................................... 48
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perindustrian di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan
berkembangnya teknologi dan meningkatnya kebutuhan pembangunan dalam
bidang industri. Salah satunya adalah industri semen. Semen adalah barang
jadi berupa serbuk yang merupakan hasil pengolahan klinker semen dengan
penambahan gypsum, pozzoland, dan limestone yang digunakan untuk
membuat beton, merekatkan batu, bata, batako, dan bahan bangunan lainnya.
Kebutuhan akan semen menyebabkan tingkat konsumsi semen di Indonesia
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Putri, 2016).
Pesatnya perkembangan industri menunjukkan suatu kemajuan yang sangat
berarti bagi perkembangan perekonomian bangsa Indonesia, namun dampak
yang mungkin timbul akibat aktivitas industri tersebut adalah masalah
limbah. Masalah ini mendapat perhatian serius dari pemerintah atau badan
lingkungan hidup nasional maupun internasional. Pemerintah terus-menerus
berusaha mengembangkan industri yang bersih lingkungan dan
mengembangkan penelitian mengenai penggunaan dan peningkatan daya
guna limbah industri (Mustika, 2015).
2
Dalam industri peleburan biji besi, nikel, dan mangan akan menghasilkan
limbah industri yang merupakan masalah lingkungan. Sehingga dapat
dilakukan pengolahan yang dapat mengurangi dampak pencemaran
lingkungan, limbah tersebut adalah slag. Slag adalah limbah yang wujudnya
berupa gumpalan logam berkualitas rendah karena tercampur dengan bahan-
bahan lainnya yang sukar dipisahkan (Saptahari, 2005).
Tahun 2010 produksi slag di Indonesia baru sekitar 800 ribu ton per tahun.
Setiap ton produksi baja menghasilkan 20 persen limbah slag. PT Krakatau
Steel di Cilegon, Banten adalah salah satu perusahaan yang memproduksi
baja di Indonesia yang menghasilkan setidaknya 150 ton slag setiap harinya
(Putra dan Rahmi, 2015). PT. Vale Indonesia selain menghasilkan produk
berupa nikel juga menghasilkan slag mencapai sekitar 3.750.000 ton per
tahun. Sehubungan dengan ini, apabila slag yang dihasilkan tidak dikelola
dengan baik dan benar, maka dapat menimbulkan masalah lingkungan
(Assegaf, 2012).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Putra dan Rahmi (2015)
bahwa slag dapat digunakan sebagai agregat penyusun utama pada mortar
karena memiliki kuat tekan yang lebih besar oleh Amin (2017).
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perilaku kinerja semen yang dibuat
dari agregat daur ulang limbah. Sebagai limbah buangan hasil pengolahan
industri, selama ini slag hanya digunakan sebagai bahan timbunan yang
3
kurang memiliki nilai ekonomis. Dengan memanfaatkan limbah-limbah
industri, yaitu pada penggunaan slag untuk substitusi semen merupakan
bentuk pemanfaatan bahan limbah untuk hal yang berguna agar dapat
mengatasi masalah lingkungan. Bukan hanya mengurangi kerusakan dampak
lingkungan tapi juga menjadi alternatif penggunaan bahan yang masih lazim
digunakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk merancang semen
berkualitas tinggi dengan bahan tambahan slag, kemudian dapat dihasilkan
nilai kuat tekan, porositas, absorbsi, dan susut bakar yang lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana karakterisasi kandungan pada slag?
2. Bagaimana fasa yang terbentuk pada mortar setelah perendaman?
3. Bagaimana pengaruh slag sebagai substitusi material semen dibandingkan
dengan tanpa penambahan slag pada mortar dibandingkan dengan tanpa
penambahan slag pada mortar?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui karakterisasi kandungan pada slag.
2. Mengetahui fasa yang terbentuk pada mortar setelah perendaman?
3. Mengetahui pengaruh slag sebagai substitusi material semen dibandingkan
dengan tanpa penambahan slag pada mortar dibandingkan dengan tanpa
penambahan slag pada mortar?
4
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah ini bertujuan untuk membatasi masalah yang dibahas dalam
penelitian, adapun batasan masalah tersebut yaitu:
1. Penambahan persentase slag sebanyak 10%, 20%, 30%, dan 40% dari
massa semen.
2. Karakterisasi yang digunakan yaitu XRD, XRF, dan uji fisis meliputi
pengujian penyerapan air (Absorption), berat jenis (Density), kuat tekan,
susut bakar, dan porositas (Porosity).
3. Pengujian kuat tekan mortar dilakukan pada umur 14 hari.
4. Benda uji pembuatan mortar yang digunakan berukuran 5 cm x 5 cm x 5
cm.
5. Jenis semen yang digunakan adalah semen Portland Cemen Composite
(PCC).
6. Slag yang digunakan yaitu jenis hasil peleburan mangan.
7. Tingkat kehalusan slag menggunakan ayakan ukuran + 270 – 325 mesh
dan + 325 – 400 mesh.
8. Perbandingan atau komposisi antara semen dan pasir yaitu 1:5.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan masyarakat di antaranya adalah:
1. Memanfaatkan limbah slag agar menjadi material yang lebih bermanfaat
dan bernilai ekonomis.
2. Menambah pengetahuan tentang limbah slag.
5
3. Mengetahui proses pengolahan limbah slag sebagai bahan campuran
material semen.
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi industri bahan
bagunan.
5. Secara akademis dapat memberikan wawasan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam pembuatan mortar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semen
Semen merupakan campuran dari beberapa senyawa kimia yang bersifat
hidrolis. Hidrolis artinya apabila suatu bahan dicampur dengan air dalam
jumlah tertentu akan mengakibatkan bahan-bahan lain menjadi satu kesatuan
massa yang dapat memadat dan mengeras serta tidak larut. Secara umum
semen dapat didefinisikan sebagai bahan perekat yang dapat merekatkan
bagian-bagian benda, dua atau lebih benda sehingga menjadi bentuk yang
kuat, kompak dan keras (Firdaus, 2007).
Pada saat semen dicampur dengan air, timbul reaksi antara komponen semen
dengan air. Reaksi-reaksi ini menghasilkan beberapa macam senyawa kimia
(C3S, C2S, C3A dan C4AF) (Ningsih, 2012).
1. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) disingkat C3A
Senyawa ini bereaksi dengan sangat cepat secara isotermik, memberikan
kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam pertama.C3A sangat
berpengaruh pada nilai panas hidrasi yang tinggi, baik pada saat awal maupun
pada saat pengerasan berikutnya. Senyawa ini mempengaruhi kuat tekan
sampai tingkat tertentu dan semakin kecil pada umur 1 atau 2 tahun.
7
2. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) disingkat C3S
Senyawa ini jika terkena air akan cepat bereaksi dan menghasilkan panas,
panas tersebut akan mempengaruhi kecepatan pengerasan semen sebelum
hari ke-14. Jika kandungan C3S lebih banyak maka akan terbentuk semen
dengan panas hidrasi dan kuat tekan awal yang tinggi. C3S memberikan
kekuatan besar pada fase permulaan dan memberi efek penambahan
kekuatan yang kontinu pada waktu berikutnya.
3. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) disingkat C2S
Senyawa ini mengalami pelepasan panas yang cenderung lambat. Semen
yang mempunyai C2S yang besar memberikan ketahanan terhadap
serangan zat kimia yang tinggi dan mempengaruhi susut terhadap
pengaruh panas akibat lingkungan. C2S memberikan kontribusi yang
besar pada kuat tekan di umur yang lebih panjang.
4. Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO. Al2O3.Fe2O3) disingkat C4AF
Senyawa ini kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen
sehingga kontribusi dalam kekuatan kecil. C4AF hanya memberi warna
pada semen (Ningsih, 2012).
Portland Composite Cement (PCC) adalah bahan pengikat hidrolis hasil
penggilingan bersama-sama semen portland dan gypsum dengan satu atau
lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen
portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut
antara lain terak (ampas) tanur tinggi (blast furnace slag), pozzolan,
8
senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% hingga
35% dari massa semen portland komposit (Nadia, 2011).
Portland Composite Cement (PCC) digunakan untuk keperluan konstruksi
umum seperti rumah, gedung bertingkat dan jembatan (Simanullang, 2014).
Keunggulan semen tipe PCC adalah mudah pengerjaannya, suhu adukan
rendah sehingga hasilnya tidak mudah retak. Semen PCC menghasilkan
permukaan plesteran dan beton yang halus, kedap air, tahan terhadap
serangan sulfat, mempunyai kuat tekan yang tinggi, menjadikan bangunan
atau konstruksi tahan lama (Yusuf dkk, 2013).
Adapun kandungan kimia semen PCC dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan kimia semen tipe PCC (Aruntas, 2010)No. Komposisi kimia semen PCC Persentase1.2.3.4.5.6.7.8.9.
CaOSiO2
Al2O3
Fe2O3
MgOSO3
K2ONa2OLOI
47,6430,537,633,631,862,711,030,804,17
*LOI-loss on ignition
2.2 Mortar
Mortar adalah campuran semen, pasir dan air yang memiliki persentase yang
berbeda. Sebagai bahan pengikat, mortar harus mempunyai kekentalan
standar. Kekentalan standar mortar ini nantinya akan berguna dalam
menentukan kekuatan mortar yang menjadi plasteran dinding, sehingga
9
diharapkan mortar yang menahan gaya tekan akibat beban yang bekerja
padanya tidak hancur (Mulyono, 2003). Mortar yang baik harus memiliki
kuat tekan tinggi dan sifat fisis yang baik sehingga kualitas mortar memenuhi
syarat SNI (Adi, 2009).
Mortar dibuat dari semen dan agregatnya yang dicampur dengan air. Hal yang
perlu diketahui dari bahan bangunan adalah sifat kerapatan (densitas),
porositas dan kekuatan tekan. Dalam hubungan dengan panas maka mortar
juga perlu diketahui sifat-sifatnya. Mortar dapat digunakan dalam bentuk
pasta kubus beton (struktur) maupun non struktural misalnya pada pekerjaan
pasangan dinding bata pekerjaan plesteran dinding, pekerjaan pemasangan
keramik dinding, pekerjaan perataan peralatan dasar lantai sampai pada
pekerjaan pasangan keramik lantai (Prasetya, 2013)
Dilihat dari fungsinya mortar yang baik harus awet atau tahan lama, mudah
dikerjakan, tahan terhadap unsur perusak (Wenno dkk, 2014). Selain itu
fungsi utama mortar adalah menambah lekatan dan ketahanan ikatan dengan
bagian-bagian penyusun suatu konstruksi.
Mortar mempunyai nilai penyusutan yang relatif kecil. Mortar harus tahan
terhadap penyerapan air serta kekuatan gesernya dapat memikul gaya-gaya
yang bekerja pada mortar tersebut. Jika penyerapan air pada mortar terlalu
besar atau cepat, maka mortar akan mengeras dengan cepat dan kehilangan
ikatan adhesinya (Mordock dan Brook, 1991). Mortar digolongkan menurut
10
penggunaannya, misalnya untuk sambungan, tembok, dan lantai. Mortar
untuk sambungan digunakan untuk menyambung bata, batu dan blok beton.
Mortar tembok yang dipergunakan dalam berbagi perbandingan campuran
untuk memenuhi keperluan pekerjaan (Surdia, 1996).
Berdasarkan jenis bahan ikatnya mortar dapat dibagi menjadi empat jenis
yaitu (Simanullang, 2014):
1. Mortar lumpur merupakan campuran yang terdiri dari pasir, lumpur dan
air. Jumlah pasir yang diberikan harus tepat agar memperoleh adukan yang
baik. Terlalu sedikit pasir dapat menghasilkan mortar yang retak-retak
setelah mengeras. Terlalu banyak pasir menyebabkan adukan kurang dapat
melekat dengan baik. Mortar jenis ini digunakan sebagai bahan tembok
atau tungku api di pedesaan (Tjokrodimuljo, 2007).
2. Mortar kapur merupakan campuran yang terdiri dari pasir, kapur, semen
merah dan air. Kapur dan pasir mula-mula dicampur dalam keadaan kering
kemudian ditambahkan air. Selama proses pelekatan kapur mengalami
susutan sehingga jumlah pasir yang umum digunakan adalah tiga kali
volume kapur. Jenis kapur yang biasa digunakan yaitu fat lime dan
hydraulic lime (Tjokrodimuljo, 2007).
3. Mortar semen terbuat dari adukan semen, pasir dan air. Mortar semen
sering digunakan untuk bagian luar (dinding/tembok) pasta yang disebut
pasta semen. Dalam adukan mortar, air dan semen terbentuk di antara
butir-butir agregat halus, bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam
11
proses pengerasan, sehingga butiran-butiran agregat saling terikat dengan
kuat dan padat (Tjokrodimuljo, 2007).
4. Mortar khusus diperoleh dengan menambahkan zat aditif seperti asbestos
fibres, jutes fibres (serat alami), butir–butir kayu, serbuk gergaji kayu dan
serbuk kaca. Mortar khusus digunakan dengan tujuan dan maksud tertentu,
contohnya sebagai mortar tahan api yang diperoleh dengan penambahan
serbuk bata merah dan aluminous cement, dengan perbandingan satu
aluminous cement dan dua serbuk batu api (Simanullang, 2014).
Mortar dapat digunakan pada pekerjaan-pekerjaan tertentu karena memiliki
beberapa sifat yang menguntungkan (Tjokrodimuljo, 2007) antara lain:
a. Murah.
b. Tahan lama (durable).
c. Mudah dikerjakan (diaduk, diangkat, dipasang dan diratakan).
d. Melekat dengan baik dengan bata, batu dan sebagainya.
e. Cepat kering dan mengeras.
f. Tahan terhadap rembesan air.
g. Tidak timbul retak-retak setelah dipasang.
Dikarenakan sifat-sifat tersebut maka mortar memiliki cakupan yang luas
untuk diaplikasikan pada berbagai macam pekerjaan seperti sebagai bahan
pengikat antara bata yang satu dengan bata yang lainnya juga untuk
menyalurkan beban.
12
Kekuatan mortar tergantung pada kohesi pasta semen terhadap partikel
agregat halusnya. Mortar mempunyai nilai penyusutan yang relatif kecil.
Mortar harus tahan terhadap penyerapan air serta kekuatan gesernya dapat
memikul gaya-gaya yang bekerja pada mortar tersebut. Jika penyerapan air
pada mortar terlalu besar atau cepat, maka mortar akan mengeras dengan
cepat dan kehilangan ikatan adhesinya (SNI, 2002).
Berdasarkan SNI 03-6882-2002 mortar dapat dibedakan atas 4 tipe, yaitu:
1. Mortar Tipe M
Mortar tipe M merupakan campuran dengan kuat tekan yang tinggi yang
direkomendasikan untuk pasangan bertulang maupun pasangan tidak
bertulang yang akan memikul beban tekan yang besar. Kuat tekan
minimumnya 17,2 MPa.
2. Mortar Tipe N
Tipe N merupakan mortar yang umum digunakan untuk konstruksi
pasangan di atas tanah. Mortar ini direkomendasikan untuk dinding
penahan beban interior maupun eksterior. Mortar dengan kekuatan sedang
ini memberikan kesesuaian yang paling baik antara kuat tekan dan kuat
lentur yang direkomendasikan untuk aplikasi konstruksi umumnya. kuat
tekan minimumnya adalah 12,4 MPa.
3. Mortar Tipe S
Mortar tipe ini direkomendasikan untuk struktur yang akan memikul beban
tekan normal tetapi dengan kuat lekat lentur yang diperlukan untuk
menahan beban besar yang berasal dari tekanan tanah, angin dan beban
13
gempa. Karena keawetannya yang tinggi, mortar tipe S juga
direkomendasikan untuk struktur pada atau di bawah tanah, serta yang
selalu berhubungan dengan tanah, seperti pondasi, dinding penahan tanah,
dan saluran pembuangan. Kuat tekan minimumnya adalah 5,2 MPa.
4. Mortar Tipe O
Mortar tipe O merupakan mortar dengan kandungan kapur tinggi dan kuat
tekan yang rendah. Mortar tipe ini direkomendasikan untuk dinding
interior dan eksterior yang tidak menahan beban struktur, mortar tipe ini
jarang digunakan untuk konstruksi baru, dan direkomendasikan dalam
ASTM C270 hanya untuk konstruksi bangunan lama yang umumnya
menggunakan mortar kapur. Kuat tekan minimumnya adalah 2,4 MPa.
Umur ternyata mempengaruhi kekuatan dari mortar. Kecepatan penambahan
kekuatan dari semen dan beton atau morar tergantung pada senyawa–senyawa
yang ada. Kekuatan naik dengan pesat selama awal dari pengerasan dan
makin lama makin berkurang. Pada awal hidrasi hanya berlangsung reaksi
kimia pada sebelah luar partikel semen. Bila mortar diperiksa di bawah
mikroskop, tampak masih adanya partikel yang belum mengalami hidrasi
dalam pasta yang mengeras. Partikel yang belum mengalami hidrasi ini terus
menyerap air dari udara meskipun air pencampur telah kering. Proses kimia
yang berlangsung terus-menerus ini meningkatkan kekuatan dan kepadatan
mortar sampai beberapa tahun tetapi peningkatannya kecil dibandingkan pada
umur muda (Munaf dkk, 2003).
14
2.3 Slag
Slag merupakan bahan sisa dari pengecoran besi, nikel, dan mangan.
Prosesnya memakai dapur (furnace) bahan bakarnya dari udara yang
ditiupkan (blast) (Putra, 2015). Pemanfaatan bahan limbah untuk hal yang
berguna adalah salah satu cara terbaik untuk mengatasi masalah lingkungan.
Bukan hanya mengurangi kerusakan dampak lingkungan tapi juga menjadi
alternatif penggunaan bahan yang masih lazim digunakan (Suryo, 2018),
terak (ampas) didapatkan dari suatu endapan pembakaran baja yang
dipanaskan pada suhu ±1500ºC, endapan tersebut merupakan limbah dari
pembakaran. Limbah terak merupakan kategori limbah B3 (beracun,
berwarna, dan berbau). Berdasarkan PP No. 101 tahun 2014 tentang limbah
yang berbahaya dan beracun, limbah terak jika tidak dilakukan pengelolaan
dengan benar maka akan mengakibatkan dampak negatif untuk lingkungan.
Dalam penelitiannya Kadhafi (2015), menggunakan slag sebagai pengganti
sebagian semen dengan persentase masing-masing sebesar 0%, 10%, 15%,
20%, dan 30% dari berat semen. Kemudian dicetak menggunakan cetakan
silinder dan direndam benda uji ke dalam air biasa selama 7, 21, 28 hari.
Sehingga pada hasil penelitiannya terlihat bahwa, pada umur 7, 21 dan 28
hari, beton normal memiliki massa yang lebih kecil dibandingkan dengan
beton lainnya yaitu 12.476 g, 12.518 g dan 12.547 g. Sedangkan beton
dengan persentase slag 30% memiliki massa terbesar yaitu 12.585 gr, 12.624
g, dan 12.651 g. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar persentase slag
dalam campuran beton maka makin besar pula massa betonnya. Akan tetapi
pada saat pengujian kuat tekan, semakin banyak penggunaan slag diatas 15%
15
kuat tekan semakin turun. Penggunaan slag yang paling efektif pada umur 28
adalah dengan variasi 15% yang mengalami kenaikan kuat tekan hingga
20,06% terhadap beton normal dan penurunan terbesar adalah dengan variasi
slag 30 % pada umur 28 hari sebesar 10,78% terhadap beton normal.
Menurut penelitian yang dilakuakn Amin (2017), ukuran terbaik untuk
penggunaan slag sebagai substitusi semen yaitu ukuran partikel 100 mesh
dibandingkan dengan ukuran partikel 80 dan 120 mesh. Selanjutnya,
substitusi slag 10% mampu menghasilkan kekuatan tekan, porositas, dan
densitas lebih baik dari substitusi terak 20% dan 30%. Slag dapat digunakan
untuk substitusi semen atau untuk penggantian semen dalam produksi mortar.
Untuk penggunaan slag lebih disukai pada ukuran partikel 100 mesh dan
tidak lebih dari 10-20% substitusi slag, karena subtitusi slag 10% sudah
memiliki kualitas fisik yang lebih tinggi daripada standar mortar tanpa
penambahan slag. Hubungan antara kuat tekan dengan porositas dan densitas.
Porositas yang lebih kecil menghasilkan kekuatan tekan yang lebih tinggi dan
kepadatan yang lebih tinggi (Amin dkk, 2017).
2.4 Pozzolan
Pozzolan dapat ditambahkan pada campuran adukan beton dan mortar
(sampai pada batas tertentu dapat menggantikan semen), untuk memperbaiki
kelecekan, membuat beton menjadi lebih kedap air (mengurangi
permeabilitas) dan yang bersifat agresif. Pozzolan dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
16
1. Pozzolan alam yaitu bahan alam yang merupakan sedimentasi dari abu
atau larva gunung yang mengandung silika aktif yang bila dicampur
dengan kapur padam akan mengadakan proses sementasi.
2. Pozzolan buatan
Jenis ini banyak macamnya baik merupakan sisa pembakaran dari
tungku, maupun pemanfaatan limbah yang diolah menjadi abu yang
mengandung silika reaktif dengan proses pembakaran, seperti abu terbarg
(fly ash), silika fume, dll (Gunawan, 2000).
Menurut Binichi et al., (2007) pozzolan dapat dipakai sebagai bahan
tambahan atau sebagai pengganti semen portland. Bila dipakai sebagai
pengganti sebagian semen portland umumnya berkisar antara 5% sampai
35% berat semen. Bila pozzolan dipakai sebagai bahan tambah akan
menjadikan beton sernakin mudah diaduk, lebih kedap air, dan lebih tahan
terhadap serangan kimia. Pozzolan dapat mengurangi pemuaian beton yang
terjadi akibat proses reaksi alkali agregat dengan demikian mengurangi retak
pada beton akibat reaksi tersebut. Pemakaian pozzolan sangat
menguntungkan karena menghemat semen, dan mengurangi panas hidrasi
yang mengakibatkan retakan (Saraya, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh
Afif (2013), menunjukkan bahwa penambahan bahan yang bersifat pozzolan
sebagai pengganti semen pada campuran mortar mampu menambah kekuatan.
Penambahan bahan yang bersifat pozzolan ini sebenarnya telah banyak diteliti
baik pada campuran mortar untuk menambah kekuatannya. Pemakaian bahan
pozzolan dalam beton akan menghasilkan beton yang lebih kedap air. Silika
dalam jumlah tertentu dapat menggantikan semen dan juga berperan sebagai
17
pengisi antara partikel-partikel semen, sehingga porositas beton akan menjadi
lebih kecil dan selanjutnya kedapan beton akan menjadi bertambah sehingga
permeabilitas semakin kecil. Bahan ini mereduksi kecepatan pengerasan
beton dan ini adalah salah satu kelebihan dari penggunanya. Bukti-bukti yang
ada menunjukkan bahwa kekuatan dengan mengganti sekurang-kurangnya
20% dari semen dengan pozzolan hampir tak berbeda dengan semen saja
yang digunakan (Mordock dan Brook, 1991).
2.5 Pasir
Pasir merupakan agregat halus yang terdiri dari butiran-butiran sebesar 0,15
sampai 4,8 mm. Pasir didapat dari disintegrasi batuan alam ataupun dengan
memecahnya sendiri (Putra dan Sutikno, 2016). Pasir termasuk dalam
kelompok bulk material dan karakteristik bulk ditentukan oleh sifat mekanik
dan sifat spesifik, kelembaban, mobilitas partikel, angle of repose (sudut
tumpukan) dan abrasivitas (Hamsi, 2011). Pasir berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar serta menempati kira-kira sebanyak 70%
volume mortar. Pasir sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar sehingga
pemilihan pasir merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar
atau beton. Pasir harus mempunyai bentuk yang baik (bulat mendekati
kubus), bersih, keras, kuat, dan bergradasi baik (Tjokomulyono, 1996).
Pasir sebagai bahan pengisi dalam adukan berfungsi untuk mengurangi
penyusutan. Butiran yang cukup keras dan gradasi yang bervariasi,
menghasilkan spesi (campuran antara semen, agregrat serta air) yang tahan
18
pengaruh cuaca serta tahan juga pengaruh lain (Supribadi, 1996). Distribusi
ukuran butiran pasir berpengaruh terhadap kekuatan mortar. Bila butir
mempunyai ukuran yang sama (seragam), maka volume pori pasir akan besar.
Sebaliknya bila ukuran butiran pasir bervariasi akan terjadi volume pori yang
kecil. Hal ini disebabkan butiran yang kecil akan mengisi pori di antara
butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit (dengan kata
lain kemampatannya tinggi) (Tugino, 2010). Sifat fisik pasir dapat dilihat
dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Sifat fisik pasir (Khosama, 2012).No. Sifat1. Berat jenis (kg/m3) 2,652. Modulus kehalusan 2,683. Absorpsi maksimum (%) 13,274. Pori (%) 46,205. Ukuran maksimum 46. Bulk density (kg/m3) 16957. Kadarlumpur (%) 48. Kadar air (%) 14,4839. Nilai abrasi (%) -
Pasir dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut:
1. Pasir galian diperoleh langsung adari permukaan tanah atau dengan cara
menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam bersudut, nerpori, dan
bebas dari kandungan garam.
2. Pasir sungai adalah pasir yang bersumber dari penggalian atau
penambangan di sungai. Sungai-sungai yang terjal memiliki aliran yang
deras, sehingga deposit dari partikel batu-batuannya akan bervariasi cukup
besar pada suatu jarak tertentu. Pada sungai-sungai yang landai, variasi
19
perbedaan ukuran partikel tidak berubah dari tempat yang satu ke tempat
yang lain (Mulyono, 2003).
3. Pasir pantai adalah pasir yang diambil dari tepian pantai, bentuk
butirannya halus dan bulat akibat gesekan dengan sesamanya. Pasir ini
banyak mengandung garam. Garam ini menyerap kandungan air dari udara
dan mengakibatkan pasir selalu tampak agak basah serta menyebabkan
pengembangan volume bila dipakai pada bangunan. Pasir pantai dapat
digunakan pada campuran beton dengan perlakuan khusus, yaitu dengan
cara dicuci sehingga kandungan garamnya berkurang atau hilang (Dumyati
dan Manalu, 2015).
Persyaratan pasir agar dapat digunakan menjadi bahan bangunan (Persyaratan
Umum Bahan Bangunan di Indonesia/PUBI, 1982) adalah sebagai berikut:
1. Pasir harus bersih dalam pengujian dengan larutan pencuci khusus, tinggi
endapan pasir yang kelihatan dibanding tinggi seluruhnya tidak kurang
dari 70%.
2. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm)
lebih dari 5%.
3. Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi
mutu beton.
4. Kekekalan, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari
dan hujan).
20
Pengujian pada pasir meliputi:
1. Pengujian Kadar Lumpur
Kadar lumpur adalah persentasi kandungan lumpur yang terdapat pada
pasir. Kadar lumpur pada agregat halus tidak boleh lebih dari 5%. Nilai
kadar lumpur dapat dihitung dengan Persamaan 2.1.= ×100% (2.1)
dengan KL adalah kadar lumpur, adalah massa pasir awal (g),
adalah massa pasir setelah dicuci dan dipanaskan (g).
2. Pengujian Kadar Air
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
agregat dengan berat agregat kering yang dinyatakan dalam (%). Adapun
syarat kadar air untuk pengujian kadar air untuk agregat halus 3% - 5%.
Nilai kadar air dapat dihitung dengan Persamaan 2.2.A = ×100% (2.2)
Dengan KA adalah kadar air, adalah berat cawan (g), adalah benda
uji dan cawan (g), adalah benda uji dan cawan setelah dipanaskan (g).
2.6 Pengujian dan Karakterisasi
Pengujian pada produk mortar meliputi:
1. Kuat tekan
Kekuatan tekan adalah sifat kemampuan menahan atau memikul suatu
beban tekan (Irawati dkk, 2015). Kuat tekan dipengaruhi oleh komposisi
mineral utama. C3S memberikan kontribusi yang besar pada perkembangan
21
kuat tekan awal, sedangkan C2S memberikan kekuatan semen pada umur
yang lebih lama. C3A mempengaruhi kuat tekan sampai pada umur 28 hari
dan selanjutnya pada umur berikutnya pengaruh ini semakin kecil
(Widojoko, 2010). Apabila C3S dan C2S bereaksi dengan air kembali
membentuk senyawa CSH dan Ca(OH)2.
Ca(OH)2 yang dihasilkan akan menyebabkan larutan pori beton bersifat basa
kuat dan tidak larut dalam air sehingga dapat menurunkan kuat tekan beton
tersebut (Widari dkk, 2015). Nilai kuat tekan diketahui dengan melakukan
pengujian kuat tekan terhadap benda uji kubus yang dibebani dengan gaya
tekan sampai mencapai beban maksimum menggunakan rumus (Zulhijah
dkk, 2015).: ′ = (2.3)
dengan ′ adalah kuat tekan mortar (MPa), P adalah gaya tekan (N) dan A
adalah luas penampang (mm2).
2. Porositas
Porositas merupakan persentase pori-pori atau ruang kosong dalam beton
terhadap volume benda (volume total beton). Porositas berhubungan erat
dengan permeabilitas beton. Porositas juga dapat diakibatkan adanya
partikel-partikel bahan penyusun beton yang relatif besar, sehingga
kerapatan tidak maksimal. Porositas menggambarkan besar kecilnya
kekuatan beton dalam menopang suatu konstruksi. Semakin padat beton,
semakin tinggi tingkat kepadatan maka semakin besar kuat tekan atau mutu
22
beton serta kekuatannya dalam menyangga konstruksi yang lebih berat
(Tumingan dkk, 2016). Semakin tinggi tingkat kepadatan pada mortar maka
semakin besar kuat tekan atau mutu mortar, sebaliknya semakin besar
porositas mortar, maka kekuatan mortar akan semakin kecil (Nurwidyanto
dkk, 2006). Nilai porositas dapat dihitung dengan Persamaan 2.4.= × × 100% (2.4)
Dengan adalah porositars, adalah berat benda uji kering (g),
adalah berat benda setelah direndam (g), adalah volume benda uji (cm3),
adalah massa jenis air (1 g/cm3).
3. Absorpsi
Absorpsi merupakan salah satu tolak ukur apakah beton nantinya dari segi
keawetan dapat diandalkan atau tidak. Absorpsi pada beton dapat diukur
setelah umur 28 hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya absorpsi
antara lain yaitu faktor air semen dan susunan butir (gradasi) agregat
(Syamsuddin dkk, 2011). Semakin banyak pori-pori yang terkandung dalam
beton maka akan semakin besar pula penyerapan sehingga ketahanannya
akan berkurang. Rongga (pori) yang terdapat pada beton terjadi karena
kurang tepatnya kualitas dan komposisi material penyusunnya
(Nurwidyanto dkk, 2006). Nilai absorbsi dapat dihitung dengan Persamaan
2.5.
Ab = × 100% (2.5)
dengan Ab adalah absorbsi, adalah berat benda uji kering (g), adalah
berat benda setelah direndam (g).
23
4. Massa jenis
Massa jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara massa jenis
sebuah bahan dengan massa jenis air dengan volume yang sama (Laoli dkk,
2013). Agregat dapat dibedakan berdasarkan massa jenisnya, yaitu agregat
normal, agregat berat, dan agregat ringan.
a. Agregat normal adalah agregat yang mass jenisnya antara 2,5 g/cm3
sampai 2,7 g/cm3. Agregat ini biasanya berasal dari agregat granit,
basalt, dan sebagainya. Beton yang dihasilkan memiliki massa jenis
sekitar 2,3 g/cm3. Betonnya disebut beton normal.
b. Agregat berat mempunyai massa jenis lebih dari 2,7 g/cm3 misalnya
magnetik (Fe3O4), barytes (BaSO4), atau serbuk besi. Beton yang
dihasilkan juga massa jenisnya tinggi (sampai 5 g/cm3), yang efektif
sebagai dinding pelindung sinar radiasi sinar X.
c. Agregat ringan mempunyai massa jenis kurang dari 2,5 g/cm3 yang
biasa digunakan untuk bangunan non struktural. Akan tetapi dapat pula
untuk beton struktural atau blok dinding tembok (Tjokrodimuljo, 1996).
Nilai massa jenis dapat dihitung dengan Persamaan 2.6.= (2.6)
dengan adalah massa jenis, adalah massa sampel, adalah volume
beaker glass awal (mL), adalah volume beaker glass setelah
ditambahkan sampel (mL).
5. Uji Susut Bakar
Uji susut bakar adalah perubahan volume bahan yang telah dibakar. Salah
satu parameter yang menunjukkan terjadinya proses sintering adalah
24
penyusutan akibat adanya perubahan mikrostruktur (butir atau batas butir)
(Hastuti, 2012). Nilai susut bakar dapat dihitung dengan Persamaan 2.7.
SB = × 100% (2.7)
dengan SB adalah susut bakar (%), A adalah massa sampel awal (g), B
adalah massa sampel setelah dipanaskan.
6. XRF (X-Ray Fluorescence)
Analisis menggunakan XRF dilakukan berdasarkan identifikasi dan
pencacahan sinar-X karakteristik yang terjadi dari peristiwa efek
fotolistrik. Efek fotolistrik terjadi karena elektron dalam atom target
(sampel) terkena sinar berenergi tinggi (radiasi gamma, sinar-X). Bila
energi sinar tersebut lebih tinggi dari pada energi ikat elektron dalam
orbit K, L atau M atom target, maka elektron atom target akan keluar
dari orbitnya. Dengan demikian atom target akan mengalami
kekosongan elektron. Kekosongan elektron ini akan diisi oleh elektron
dari orbital yang lebih luar diikuti pelepasan energi yang berupa sinar-
X. Sinar-X yang dihasilkan merupakan suatu gabungan spektrum
sinambung dan spektrum berenergi tertentu (discreet) yang berasal dari
bahan sasaran yang tertumbuk elektron. Jenis spektrum discreet yang
terjadi tergantung pada perpindahan elektron yang terjadi dalam atom
bahan. Spektrum ini dikenal sebagai spektrum sinar-X karakteristik.
Peristiwa tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.
25
Gambar 2.1. Prinsip kerja XRF (Kalnicky, 2001).
7. XRD (X-Ray Diffraction)
X-Ray Diffraction (XRD) adalah metode karakterisasi yang digunakan
untuk mengetahui senyawa kristal yang terbentuk. Apabila dalam
analisis ini pola difraksi unsur diketahui, maka unsur tersebut dapat
diketahui. Penyebab utama yang menghasilkan bentuk pola-pola
difraksi serbuk tersebut, yaitu ukuran dan bentuk dari setiap selnya serta
nomor atom dan posisi atom-atom didalam sel. Difraksi sinar-X dalam
menganalisis padatan kristalin memegang peranan penting untuk
meneliti parameter kisi dan tipe struktur. Selain itu, dimanfaatkan juga
untuk mempelajari cacat pada kristal individu dengan mendeteksi
perbedaan intensitas difraksi di daerah kristal dekat dislokasi dan
daerah kristal yang mendekati kesempurnaan (Smallman dan Bishop,
2000).
Metode XRD berdasarkan sifat difraksi sinar-X, yaitu sinar-X terjadi
jika suatu bahan ditembakan dengan elektron kecepatan dan tegangan
tinggi dalam suatu tabung vakum. Elektron-elektron dipercepat yang
berasal dari filament (katoda) menumbuk target (anoda) yang berada
26
dalam tabung sinar-X sehingga elektron-elektron tersebut mengalami
perlambatan (Cullity, 1978). Proses pembentukan Sinar-X dapat dilihat
pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Proses pembentukan sinar-X dalam tabung elektron(https://www.designworldonline.com/x-rays-and-ionizing-radiation/).
Jika seberkas sinar-X dengan panjang gelombang (λ) diarahkan pada
permukaan kristal dengan sudut θ, maka sinar tersebut akan dihamburkan
oleh bidang kristal. Sinar yang sefase akan saling menguatkan dan yang
tidak sefase akan saling meniadakan atau melemahkan. Berkas sinar
sefase tersebut yang menghasilkan puncak difraksi. Besar sudut difraksi
tergantung pada panjang gelombang (λ) berkas sinar-X dan jarak antar
bidang penghamburan (d). Skema difraksi sinar-X dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Skematik hukum Bragg
27
Gambar 2.3 menunjukkan seberkas sinar mengenai atom A pada bidang
pertama dan B pada bidang berikutnya. Jarak antara bidang A dengan
bidang B adalah d, sedangkan adalah sudut difraksi. Berkas-berkas
tersebut mempunyai panjang gelombang , dan jatuh pada bidang kristal
dengan jarak d dan sudut . Agar mengalami interferensi konstruktif,
kedua berkas tersebut harus memiliki beda jarak n. Sedangkan beda
jarak lintasan kedua berkas adalah 2d sin . Interferensi konstruktif
terjadi jika beda jalan sinar adalah kelipatan bulat panjang gelombang ,
sehingga dapat dituliskan Persamaan 2.8.
n = 2d sin (2.8)
Pernyataan ini adalah Hukum Bragg. Pemantulan Bragg dapat terjadi jika
λ≤ 2d, karena itu tidak dapat menggunakan cahaya kasat mata, dengan
n adalah bilangan bulat = 1,2,3, ... (Beiser, 2003).
28
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus, yang dilakukan
di Laboratorium Analisis Kimia dan Laboratorium Non-Logam, Balai
Penelitian Teknologi Mineral-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
3.2 Alat dan Bahan
a. Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ball Mill merk Yuema
Helical Great type TR67-AD112.M4, cawan, panel electrical furnace,
ayakan 270 mesh, 325 mesh, dan 400 mesh ASTM:E11 Nakatama
Scientific Type:A6-342A, analytical balance merk Gold series ohauss,
oven merk memmert, beaker glass 50 mL dan 100 mL pyrex, gelas ukur
pyrex 100 mL, mixer B10 capacity 10 Liter serta rotation 360/164 rpm,
XRF PANalitycal, cetakan kubus ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm, tumbukan,
XRD PANalytical X’Pert3 Powder, ember, spatula, wadah nampan, sarung
tangan, mesin uji kuat tekan merk universal testing machines (UTM) made
in Thailand type HT-2402 capacity 50 kN.
29
b. Bahan penelitian
Sedangkan untuk bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah slag,
semen portland komposit (PCC) merk Baturaja Indonesia, pasir berasal
dari Labuhan Maringgai Lampung Timur, dan air.
3.3 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
studi literatur yang berkaitan dengan penelitian dan dilanjutkan dengan
metode eksperimen (percobaan langsung) diantaranya preparasi sampel,
pembentukan mortar dengan material slag sebagai agregat halus,
pembentukan mortar dengan pasir sebagai pembanding. Selanjutnya
dilakukan perendaman benda uji dalam air selama waktu yang telah
ditentukan yaitu 14 hari. Sampel akan dikarakterisasi menggunakan XRF dan
XRD. Kemudian dilakukan analisa bahan-bahan baku seperti berat jenis pasir
dengan picnometer, analisa kadar lumpur pasir, analisa kadar air pada pasir
serta analisa absorpsi pada pasir. Selanjutnya dilakukan uji sifat fisis pada
benda uji mortar antara lain: pengujian porositas, absorpsi, dan uji susut bakar
serta dilakukan pengujian kuat tekan mortar pada umur 14 hari (Adi, 2009).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan adalah sebagai berikut:
a. Preparasi Slag
Langkah-langkah dalam proses preparasi slag sebagai berikut:
a. Memasukkan slag ke dalam ball mill.
b. Menghaluskan slag menggunakan ball mill selama ± 5 jam.
c. Mengayak bubuk slag dengan ayakan ukuran + 270 – 325 mesh dan + 325 –
400 mesh.
30
d. Memisahkan hasil ayakan antara ukuran + 270 – 325 mesh dan + 325 – 400
mesh.
e. Setelah selesai diayak bubuk slag diuji menggunakan XRD, XRF.
b. Pengujian Massa Jenis Pasir
Langkah-langkah pengujian massa jenis pasir yaitu sebagai berikut.
a. Menimbang 10 g pasir dengan menggunakan analitical balance (m).
b. Memasukkan air ke dalam beaker glass 100 mL dengan volume 35 mL (V1)
c. Memasukkan air ke dalam beaker glass dengan volume 35 mL dan melihat
kenaikan volume pada beaker glass (V2).
d. Menghitung massa jenis dengan menggunakan Persamaan 2.6.
c. Pengujian Kadar Lumpur Pasir
Langkah-langkah pengujian kadar lumpur pasir sebagai berikut:
a. Menimbang 10 g pasir dengan timbangan digital .
b. Memasukkan pasir yang telah ditimbang ke dalam beaker glass 50 mL.
c. Memasukkan air bersih sedikit demi sedikit sambil mengaduk pasir secara
perlahan-lahan sampai warna air menjadi jernih.
d. Kemudian meletakan pasir di cawan dan mengeringkan di dalam oven
selama 24 jam dengan suhu 1100C.
e. Setelah 24 jam, menimbang pasir yang di dalam cawan .
f. Menghitung kadar lumpur pasir dengan Persamaan 2.1.
31
d. Pengujian Absorpsi Pasir
Langkah-langkah analisa absorpsi pada pasir yang digunakan:
a. Menimbang pasir sebanyak 10 g menggunakan timbangan digital.
b. Memasukkan pasir ke dalam beaker glass 100 mL yang akan digunakan.
c. Memasukkan air hingga pasir terendam seluruhnya dan mendiamkan pasir
tersebut selama 4 jam.
d. Membuang air yang ada di dalam beaker glass tanpa benda uji ikut
terbuang.
e. Menimbang masing-masing benda uji kembali.
f. Menghitung persentase absorpsi dengan Persamaan 2.5.
e. Pengujian Kadar Air Pasir
Langkah-langkah pengujian kadar air berdasarkan ASTM D2216 sebagai
berikut:
a. Menimbang cawan yang akan digunakan (a) dan memasukan benda uji
yaitu cawan dan menimbangnya (b).
b. Memasukan cawan yang berisi pasir ke dalam oven dengan suhu 110oC
selama 24 jam.
c. Menimbang cawan berisi pasir yang sudah dipanaskan (c) dan menghitung
presentase kadar air dengan Persamaan 2.2.
f. Pembuatan Mortar
Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan mortar adalah:
a. Menyiapkan bahan baku mortar. Bahan yang digunakan dalam pembuatan
mortar adalah pasir, air semen portland dan bubuk slag.
32
b. Selanjutnya menimbang masing-masing komposisi dengan perbandingan
5:1 (pasir:semen) dengan takaran masing-masing komposisi. Massa semen
di variasikan dengan persentase komposisi bubuk slag yaitu 10 %, 20%,
30%, dan 40% (masing-masing komposisi dibuat 3 benda uji). Kemudian
memasukannya kedalam wadah pengaduk.
c. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah mengaduk campuran mortar dari
masing-masing komposisi menggunakan mixer. Pengadukan dilakukan
hingga merata ± 10 menit.
d. Memberi air ke dalam campuran bahan mortar. Hal ini bertujuan agar
komposisi yang dibuat menjadi lunak sehingga mengurangi terjadinya
cracking atau keretakan.
e. Setelah campuran bahan teraduk secara merata, bahan dimasukan ke dalam
alat pencetak mortar berukuran 5cm x 5cm x 5cm.
f. Selanjutnya benda uji didiamkan selama 24 jam dari waktu pencetakan
untuk kemudian dimasukan ke dalam air rendaman (curing) dengan variabel
umur mortar perendaman 14 hari.
g. Selanjutnya adalah pengujian mortar.
Tabel 3.1. Komposisi persentase variasi bubuk slag.
Persentase penambahan slag (wt%) dari
massa semen (g)
Bahan Standar 10% 20% 30% 40%
Pasir 834 g 834 g 834 g 834 g 834 g
Semen 166 g 149,4 g 132,8 g 116,2 g 99,6 g
Air 100 mL 100 mL 100 mL 100 mL 100 mL
Slag 16,6 g 33,2 g 49,8 g 66,4 g
33
g. Pengujian Porositas
Adapun pengujian porositas berdasarkan SNI 1969-2008 adalah sebagai
berikut:
a. Mengeringkan sampel yang telah diangkat dari perendaman selama 14 hari
hingga benar-benar tidak mengandung air.
b. Menimbang masing-masing sampel kering dengan analytical balance dan
mencatat hasilnya (w1).
c. Merendam sampel di dalam ember yang berisi air bersih dan di diamkan
selama 4 jam.
d. Setelah 4 jam, menimbang kembali berat sampel dengan timbangan digital
dan mencatat hasilnya (w2).
e. Menghitung porositas dengan Persamaan 2.4.
h. Pengujian Absorpsi
Adapun prosedur uji absorbsi berdasarkan SNI 1969-2008 sebagai berikut:
a. Mengeringkan sampel yang telah diangkat dari perendaman selama 14 hari
hingga benar-benar tidak mengandung air.
b. Menimbang masing-masing sampel kering dengan analytical balance dan
mencatat hasilnya (w1).
c. Merendam sampel di dalam ember yang berisi air bersih dan di diamkan
selama 4 jam.
d. Setelah 4 jam, menimbang kembali berat sampel dengan timbangan digital
dan mencatat hasilnya (w2).
e. Menghitung absorbsi dengan Persamaan 2.3.
34
i. Pengujian kuat Tekan Mortar
Pengujian kuat tekan mortar dilakukan berdasarkan SNI 03-6825-2002 untuk
mengetahui kuat tekan hancur dari benda uji tersebut. Benda uji yang dipakai
adalah kubus dengan ukuran sisinya 5cm x 5cm x 5cm. Pengujian kuat tekan
mortar dilakukan saat mortar berumur 14 hari. Jumlah mortar yang diuji pada
umur 14 hari yaitu terdiri dari 9 buah sampel untuk masing-masing campuran.
Prosedur kerja untuk pengujian kuat tekan pada benda uji mortar, antara lain:
a. Dikeluarkan benda uji setelah berumur 14 hari dari bak perendaman lalu
dikeringkan dan dibiarkan selama 24 jam.
b. Benda uji diletakkan pada mesin penekan benda uji.
c. Diberikan beban tekan secara perlahan-lahan pada benda uji dengan cara
mengoperasikan tuas pompa sehingga benda uji runtuh dan hancur.
d. Pada saat jarum penunjuk skala beban tidak lagi bergerak atau bertambah
maka skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut dicatat sebagai beban
maksimum yang dapat dipikul oleh benda uji tersebut.
e. Prosedur ini diulangi untuk sampel benda uji kuat tekan yang lain.
j. Uji Susut Bakar
a. Mengukur setiap sisi mortar dan menimbang beratnya dalam keadaan
kering oven.
b. Dibakar di furnace pada suhu ± 950, selama 2 jam.
c. Didinginkan.
d. Ditimbang dan menghitung dengan Persamaan 2.7.
35
3.3 Diagram Alir
Diagram alir preparasi dan pengujian bubuk slag ditunjukkan pada Gambar
3.1.
Gambar 3.1. Diagram alir preparasi dan pengujian bubuk slag.
Mulai
Slag
Digiling menggunakan ball mill
selama ± 5 jam
Bubuk kasar slag
Diayak menggunakan ayakan ukuran + 270 – 325 mesh
dan +325 – 400 mesh
Serbuk slag ukuran + 270 – 325 mesh
dan +325 – 400 mesh
Dikarakterisasi menggunakan XRF dan XRD
Hasil analisis
Selesai
36
Diagram alir pembuatan dan pengujian benda uji mortar ditunjukkan pada
Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Diagram alir pembuatan dan pengujian benda uji mortar.
Slag + semen + air + pasir
Ditimbang sesuai dengan komposisi
Diaduk menggunakan mixer hingga homogen ± 10
menit
Ditambahkan air dan diaduk kembali hingga merata
Dicetak pada ukuran kubus 5cm × 5cm × 5cm
Dibiarkan selama 24 jam dan dilipas dari cetakkan
Benda uji mortar
Direndam selama 14 hari di dalam bak berisi air
Diuji fisis dan dikarakterisasi XRF, XRD
Hasil Analisis
Selesai
Mulai
56
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Slag yang digunakan memiliki karakterisasi kandungan SiO2 sebesar
25,898%, Fe2O3 sebesar 25,420%, CaO sebesar 23,243%, Al2O3 sebesar
16,938%, hasil tersebut menunjukkan bahwa jumlah SiO2, Al2O3, dan
Fe2O3 pada slag 68,256%, sehingga memenuhi syarat sebagai material
substitusi semen.
2. Fasa yang terbentuk dalam penelitian ini diantaranya yaitu Calsium
Alumunium Silikat Hidrate (CaAl2Si2O8.4H2O), Portlandite (Ca(OH)2),
Quartz (SiO2), dan Calcite (CaCO3).
3. Sampel mortar dengan dengan penambahan variasi konsentrasi slag
ukuran 400 mesh memiliki kuat tekan tertinggi pada konsentrasi 10% yaitu
sebesar 4,84 MPa, dengan nilai massa jenis sebesar 2,76 g/cm3, absorbsi
sebesar 10,08%, porositas 1,20%, dan susut bakar sebesar 3,03%. Sampel
mortar standar (tanpa penambahan slag) memiliki nilai kuat tekan 2,5
MPa, massa jenis sebesar 2%, absorpsi sebesar 13,18%, porositas sebesar
1,86%, dan susut bakar sebesar 3,89%.
56
5.2 Saran
Perlu dilakukan analisis menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM)
untuk mengetahui struktur morfologi sampel slag dan mortar yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelaziz, M. A., El-Aleem, S. A., and Menshawy, W. M. 2014. Effect of Fine
Materials in Local Quarry Dusts of Limestone and Basalt on the Properties
of Portland Cement Pastes and Mortar. International of Engineering
Research & Technology. Vol. 3. Issue 6. Pp. 1038-1056.
Adi, R. Y. 2009. Kuat Tekan Mortar Dengan Berbagai Campuran Penyusun dan
Umur. Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil. Vol. 17. No. 1. Hal. 67-84.
Adi, P. 2013. Kajian Jenis Agregat dan Proporsi Campuran Terhadap Kuat Tekan
dan Daya Tembus Beton Porus. Jurnal Teknik. Vol.3. No.2. Hal.100-106.
Afif, M. 2013. Pengaruh Penambahan Silica Fume Dan Super Plasticizer Dengan
Pemakaian Semen Tipe PPC dan Tipe PCC Terhadap Peningkatan Mutu
Beton. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Al-Rawas, A. A., Hago, A. W., Corcoran, T. C., dan, Al-Ghafti, K.M. 1998.
Properties of Omani artificial Pozzolana (sarooj). Applied Clay Science. Pp.
275-292.
Amin, M dan Suharto. 2017. The Producing of Environmental Friendly
Geopolymer Cement With Raw Material of Basalt Minerals to Accomplish
Welfare Lampung. Jurnal Kelitbangan. Vol. 05. No. 01. Hal. 30-45.
Aruntas, H. Y., Guru, M,. Dayi, M., and Tekin, I. 2010. Utilization Of Waste
Marble Dust As An Additive In Cement Production. Materials and Design.
Pp. 4039-4042.
Assegaf, S. 2012. Studi Pembuatan Keramik Body Cordierite Berbahan Dasar
Slag Ferronikel Dengan Penambahan Al2O3 dan SiO2. Skripsi. Universitas
Pendididikan Indonesia. Bandung.
ASTM C-127. 2004. Standard Test for Density, Relative Density (Specific
Gravity), and Absorption. West Conshohocken, PA: American Society for
Testing and Materials (ASTM) International.
ASTM D-2216. 1999. Standard Method for Laboratory Determination of
Moisture Content of Soil. West Conshohocken, PA: American Society for
Testing and Materials (ASTM) International.
Binici, H. 2007. Effect of Crushed Ceramic and Basaltic Pumice as Fine
Aggregates on Concrete Mortars Properties. Journal of Construction and
Building Material. Vol 21. Pp.1191–1197.
Departmen Pekerjaaan Umum. 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di
Indonesia. Departmen Pekerjaaan Umum. Bandung.
Dumyanti, A dan Manula. D. F. 2015. Analisis Penggunaan Pasir Pantai Sampur
Sebagai Agregat Halus Terhadap Kuat Tekan Beton. Jurnal Fropil. Vol. 3
No. 1. Hal. 1-13.
Firdaus, Apriyadi. 2007. Proses Pembuatan Semen Pada PT. Holcim Indonesia
tbk. Skripsi. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten.
Gingos, G. S. and Sutan, N.M. 2011. Effect of PFA on Strength and Water
Absorpstion of Mortar. UNIMAS e-journal of Civil Engineering. Vol. 2. No.
01. Pp. 7-11.
Gunawan, T dan Margaret, S. 2000. Kontruksi Beton I. Delta Teknik Group.
Jakarta.
Hambali, M., Lesmania, I., dan Midkasna, A. 2013. Pengaruh Komposisi Kimia
Bahan Penyusun Paving Block terhadap Kuat Tekan dan Daya Serap Airnya.
Jurnal Teknik Kimia. Vol. 19. No. 4. Hal. 14-21.
Hamsi, A. 2012. Analisa Pengaruh Ukuran Butir dan Tingkat Kelembaban Pasir
Terhadap Performansi Belt Conveyor Pada Pabrik Pembuatan Tiang Beton.
Jurnal Dinamis. Vol. 2. No. 8. Hal. 14-20.
Huda, M dan Hastuti, E. 2012. Pengaruh Temperatur Pembakaran dan
Penambahan Abu Terhadap Kualitas Batu Bara. Jurnal Neutrino. Vol. 4. No.
2. Hal. 142-152
Irawati, N., Putri, T. N., dan Herryandie, A. B. A. 2015. Strategi Perencanaan
Jumlah Material Tambahan Dalam Memproduksi Semen Dengan Pendekatan
Taguchi Untuk Meminimalkan Biaya Produksi (Study Kasus PT Semen
Padang). Jurnal Optimasi Sistem Industri. Vol. 14. No. 1. Hal. 176-191.
Kadhafi, M. 2015. Pemanfaatan Copper Slag Sebagai Substitusi Semen Pada
Campuran Beton Mutu K-225. Jurusan Teknik Sipil dan lingkungan. Vol
3.No. 1. Hal. 734-740.
Kalnicky, D. J., and Singhvi, R. 2001. Field Portable XRF Analysis of
Enviromental Samples. Journal of Hazardous Materials. Vol. 83. pp. 93-
122.
Khosama, L. K. 2012. Kuat Tekan Beton Beragregat Kasar batuan Tuff Merah,
Batuan Tuff Putih, dan Batuan Andesit. Jurnal Ilmiah Media Engineering.
Vol. 2. No. 1. Hal. 1-10.
Laoli, M. E., Kaseke, O. H., Manoppo, M. R. E., dan Jansen, F. 2013. Kajian
Penyebab Perbedaan Nilai Berat Jenis Maksimum Campuran Beraspal Panas
yang Dihitung Berdasarkan Metode Marshall dengan yang Dicari Langsung
Berdasarkan Aashto T209. Jurnal Sipil Statik. Vol. 1. No. 2. Hal. 128-132.
Malau, F. B. 2014. Penelitian Kuat Tekan dan Berat Jenis Mortar untuk Dinding
Panel dengan membandingkan Penggunaan Pasir Bangka dan Pasir Baturaja
dengan Tambahan Foaming Agent dan Silica Fume. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan.Vol. 2. No. 2. Hal. 287-296.
Malkawi, A. I. H., Shatnawi, E., and Dima, A. H. M. 2017. A Comparative Study
of Physical and Chemical Properties of Defferent Pozzolanic Material Used
for Roller Compacted Concrete RCC Dams. MATEC Web of Conferences.
Vol. 120. Pp. 1-12.
Mordock, L. J dan Brook, K. M. 1991. Bahan dan Praktek Beton. Erlangga.
Jakarta.
Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton. Andi. Yogyakarta.
Munaf, D. R., Siahaan, F. T., dan Mijarsa, J. T. 2003. Concrete Repair &
Maintenance. Yayasan John Hi-Tech Idetama. Jakarta.
Munasir, Triwikantoro, Zainuri, M., dan Darminto. 2012. Uji XRD dan XRF Pada
Bahan Mineral (Batuan dan Pasir) sebagai Sumber Material Cerdas (CaCO3
dan SiO2). Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA). Vol. 2. No. 1.
Hal. 20-29.
Mustika, W., Alit, K., dan Sudarsana. 2016. Penggunaan Terak Nikel Sebagai
Agregat Dalam Campuran Beton. Jurnal Spektran. Vol. 4. No. 2. Hal. 36-45.
Nadia dan Fauzi, A. 2011. Pengaruh Kadar Silika Pada Agregat Halus Campuran
Beton Terhadap Peningkatan Kuat Tekan. Jurnal Konstruksia. Vol. 3. No. 1.
Hal: 35-43.
Ningsih, T., Chairunnisa, R., dan Miskah, S. 2012. Pemanfaatan Bahan Additive
Abu Sekam Padi Pada Cement Portland PT Semen Baturaja (Persero). Jurnal
Teknik Kimia. No. 4. Vol. 18. Hal. 59-67.
Nurwidyanto, M. I., Meida, Y., dan Sugeng, W. 2006. Pengaruh Ukuran Butir
Terhadap Porositas dan Permeabilitas pada batu Pasir. Jurnal Berkala Fisika.
Vol. 9. No.4. Hal. 191-195.
Putra, A. L. A dan Rahmi, K. 2015. Penggunaan Steel Slag Sebagai Agregat
Beton Mutu Tinggi (Studi Eksperimental). Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Saraya, M. E. S. 2011. Study the Pozzolanic Activity of Fresh Basalt. Journal of
Material and Science Engineering. Vol. 1. Pp. 40-50.
Simanullang, Dian Yunita. 2014. Kajian Kuat Tekan Mortar menggunakan Bahan
Tambah Fly Ash dan Conplast dengan Perawatan (Curing). Jurnal Teknik
Sipil dan Lingkungan. Vol. 2. No. 4. Hal. 621-631.
SNI. 03-6825. 2002. Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland
Untuk Pekerjaan Sipil. Badan Standar Nasional. Jakarta.
SNI. 03-6882. 2002. Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan. Badan
Standar Nasional. Jakarta.
SNI. 1969. 2008. Pengujian Fisik Pada Pembuatan Mortar dan Beton. Badan
Standar Nasional. Jakarta.
SNI. 1970. 2008. Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus. Badan
Standar Nasional. Jakarta.
Surdia, T dan Saito, S. 1996. Pengetahuan Bahan Teknik Edisi Keenam.. Pradnya
Paramitha. Jakarta.
Supribadi, I. K. 1996. Ilmu Bangunan Gedung. Armico. Bandung.
Suryo, A. S. 2018. Tinjauan terak baja sebagai bahan pengganti agregat kasar
terhadap kuat tarik beton, dengan metode perbandingan 1:1,5:2,5 (Suplemen
bahan ajar mata kuliah teknologi beton). Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Surakata.
Syamsuddin, R., Wicaksono, A., dan Fauzan, F. M. 2011. Pengaruh Air Laut Pada
Perawatan (Curing) Beton Terhadap Kuat Tekan Dan Absorpsi Beton
Dengan Variasi Faktor Air Semen Dan Durasi Perawatan. Jurnal Rekayasa
Sipil. Vol. 5. No. 2. Hal. 68-75.
Sugiri, S. 2005. Penggunaan Terak Nikel Sebagai Agregat dan Campuran Semen
Untuk Beton Mutu Tinggi. Jurnal Infrastruktur dan Lingkungn Binaan. Vol.
1. No. 1. Hal. 1-8.
Tang, S. W., Cai, X. H., He, Z., Shao, H. Y., Li, Z. Y., and Chan, E. 2016.
Hydration Process of Fly Ash Blended Cement Mortar. Journal of Civil
Engineering and Architecture Research. Vol. 1. No. 4. Pp. 260-267.
Tjokrodimuljo, K. 1996. Teknologi Beton. Andi. Yogyakarta.
Tugino. 2010. Model Kuat Tekan dan Tarik Proporsi Tras Muria Dengan Kapur
Untuk Kapur Untuk Bahan Dasar Mortar. Jurnal Teknik Sipil dan
Perencanaan. Vol. 12. No. 1. Hal. 1-10.
Tumingan, Tjaronge, M. W., Sampebulu, V., dan Djamaluddin, R. 2016.
Penyerapan dan Porositas Pada Beton Menggunakan Bahan Pond Ash
Sebagai Pengganti Pasir. Politeknologi. Vol. 15. No. 1. Hal. 1-10.
Veronika, K. and Zuzana, S. 2014. Effect of Basalt Powder on Workability and
Initial Strength of Cement Mortar. Journal of Civil Engineering and
Architecture Research. Vol. 1. No. 4. pp. 260-267.
Vlack, V dan Lawrence, H. 1994. Ilmu dan Teknologi Bahan. Erlangga. Jakarta.
Widari, L. A., Fasdarsyah, dan Debrina, I. 2015. Pengaruh Penggunaan Abu
Serbuk Kayu Terhadap Kuat Tekan dan Daya Serap Air Pada Paving Block.
Teras Jurnal. Vol. 5. No. 1. Hal. 51-59.
Wenno, R., Wallah, S. E., dan Pandaleke, R. 2014. Kuat Tekan Mortar dengan
Menggunakan Abu Terbang (Fly Ash) Asal PLTU Amurang sebagai
Subtitusi Parsial Semen. Jurnal Sipil Statik. Vol. 2. No. 5. Hal. 252-259.
Yusuf, Y., Zuki, Z., dan Refnita, G. 2013. Pengaruh Penambahan Abu Terbang
(Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air
Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman. Prosiding Semirata FMIPA
Universitas Lampung. Hal 463-468.
Zhang, H. 2011. Building Materials in Civil Engineering. Woodhead Publishing
Limited and Science Press. Cambridge.
Zulhijah, D., Handani, S., dan Mulyadi, S. 2015. Pengaruh Variasi Ukuran
Agregat Terhadap Karakteristik Beton Dengan Campuran Abu Sekam
Padi. Jurnal Ilmu Fisika (JIF). Vol. 7. No. 2. Hal. 50-55.