PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB...

80
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN REDUKSI PADA PRODUK FERONIKEL BERBAHAN DASAR BIJIH NIKEL LATERIT SULAWESI TENGGARA DENGAN PENAMBAHAN UNSUR BELERANG 10% (Skripsi) Oleh Nanda Ayu Septiana FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT,TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN REDUKSI PADA PRODUK

FERONIKEL BERBAHAN DASAR BIJIH NIKEL LATERIT SULAWESITENGGARA DENGAN PENAMBAHAN UNSUR BELERANG 10%

(Skripsi)

Oleh

Nanda Ayu Septiana

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 2: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

i

ABSTRAK

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT,TEMPERATUR, DAN WAKTU TAHAN PADA PRODUK FERONIKELBERBAHAN DASAR BIJIH NIKEL LATERIT SULAWESI TENGGARA

DENGAN PENAMBAHAN UNSUR BELERANG 10%

Oleh

NANDA AYU SEPTIANA

Telah dilakukan percobaan reduksi selektif bijih nikel laterit denganmenggunakan reduktor 5%, 10%, dan 15% berat dan aditif unsur belerang 10%berat. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kadar nikel dalamkonsentrat feronikel. Proses reduksi selektif dilakukan pada temperatur 950 C,1050 C, dan 1150 C dengan waktu tahan selama 60 menit, 90 menit, dan 120menit diikuti dengan pemisahan magnetik untuk menghasilkan konsentrat dantailing. Karakterisasi XRD hasil reduksi selektif menunjukkan fasa yang dominanseperti fayalite (Fe2SiO4), quartz low (SiO2), magnesioferrite (Fe2MgO4), wustite(FeO), iron nickel (FeNi), dan pyrrhotite (FeS). Karakterisasi AAS dari konsentratmenunjukkan nilai optimum yaitu pada temperatur 1150C dengan reduktor 5%dan waktu tahan reduksi selama 60 menit dengan kadar dan recovery nikelmasing-masing sebesar 3,72% dan 95,67%. Ukuran partikel feronikel pada sampeltersebut terbentuk dengan rata-rata ukuran butir sebesar 38,07µm.

Kata kunci : bijih nikel laterit, reduksi selektif, uji karakterisasi

Page 3: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

ii

ABSTRACT

THE EFFECT OF VARIATIONS IN THE CONCENTRATION OFANTHRACITE COAL, TEMPERATURE AND HOLDING TIME ON THE

SELECTIVE REDUCTION IN LATERITE NICKEL ORE BASEDFERRONICKEL PRODUCTS FROM SOUTHEAST SULAWESI WITH

THE ADDITION OF ELEMENTAL SULFUR 10%

By

NANDA AYU SEPTIANA

Experiments have been carried out selective reduction of nickel laterite ore byusing the reducing agent 5%, 10%, and 15% by weight of additives elementalsulfur 10% by weight. This study is intended to increase the levels of nickel inferronickel concentrate. The process of selective reduction carried out at atemperature of 950 C, 1050 C, and 1150 C with a holding time of 60 minutes,90 minutes, and 120 minutes followed by magnetic separation to produce aconcentrate and tailings. Characterization of selective reduction XRD results showthat the dominant phase as fayalite (Fe2SiO4), low quartz (SiO2), magnesioferrite(Fe2MgO4), wustite (FeO), iron nickel (FeNi) and pyrrhotite (FeS). AAScharacterization of concentrates indicate the optimum value at a temperature of1150C with 5% reductant and the reduction of the holding time for 60 minuteswith grade and recovery of nickel respectively by 3.72% and 95.67%. The particlesize of ferronickel in the sample formed with an average grain size of 38,07μm.

Keywords: nickel laterite ore, selective reduction, characterization test

Page 4: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

iii

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT,TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN REDUKSI PADA PRODUK

FERONIKEL BERBAHAN DASAR BIJIH NIKEL LATERIT SULAWESITENGGARA DENGAN PENAMBAHAN UNSUR BELERANG 10%

Oleh

NANDA AYU SEPTIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA SAINS

Pada

Jurusan FisikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 5: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur
Page 6: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur
Page 7: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur
Page 8: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tegal Binangun, pada tanggal 18 September 1996. Anak dari

pasangan Bapak Kasiyanto dan Ibu Ruswanti yang merupakan putri pertama dari

2 bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 1 Sumberejo pada tahun

2009, SMPN 2 Sumberejo pada tahun 2012, dan SMAN 1 Sumberejo pada tahun

2015 di Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus.

Pada tahun 2015 penulis masuk dan terdaftar sebagai mahasisiwi Jurusan Fisika

di Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menempuh pendidikan,

penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Fisika Dasar I, Fisika Dasar II, Sol

Gel, dan Fisika Eksperimen. Penulis mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa

Fisika sebagai Anggota Sosial Masyarakat (SOSMAS) dari tahun 2015-2016.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Balai Besar

Keramik, Bandung pada tahun 2018 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Banjar Negara Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus

sebagai tugas akhir di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Lampung.

Page 9: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

viii

MOTTO

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah”

(Nanda Ayu Septiana)

Page 10: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

ix

“Dengan Menyebut Nama Allah Subhanahu Wataalla Yang Maha Pengasih LagiMaha Penyayang, Segala Puji Bagi Allah Subhanahu Wataalla”

Kupersembahkan hasil karya yang sederhana ini kepada:

“Ayah dan Ibu”Yang penuh kesabaran dalam membimbing, mendidik, menemani dan

menyemangati dengan kelembutan doa dan kasih sayang.Terima kasih atas restu yang tiada hentinya hingga sekarang dan sampai nanti

“Adikku”Terima Kasih atas semangat, curahan kasih sayang dan bantuan yang

telah kau berikan

“Sahabat-Sahabatku”Terima Kasih telah memberi warna dan pelajaran padaku.

Dari yang mengajari arti hidup sampai membantu dalam proses penyusunan karyayang sederhana ini.

Universitas LampungAlmamater Tercinta

Page 11: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan kesehatan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Variasi Konsentrasi Batubara Antrasit,

Temperatur dan Waktu Tahan Reduksi pada Produk Feronikel Berbahan

Dasar Bijih Nikel Laterit Sulawesi Tenggara dengan Penambahan Unsur

Belerang 10%”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu

persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana dan melatih mahasiswa untuk

berpikir cerdas dan kreatif dalam menulis karya ilmiah.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bandar Lampung, 12 September 2019Penulis,

Nanda Ayu Septiana

Page 12: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

xi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas kuasa-Nya penulis masih diberikan

kesempatan untuk mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian penelitian dan skripsi ini, terutama kepada:

1. Kedua orang tuaku, Ayah dan Ibu tercinta yang tak henti memberiku semangat

dan doa.

2. Bapak Drs. Syafriadi, M.Si. sebagai pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan serta nasehat dalam menyelesaikan tugas akhir.

3. Bapak Achmad Shofi, S.T., M.T. yang senantiasa memberikan bimbingan dan

masukan serta nasehat dalam menyelesaikan tugas akhir.

4. Bapak Drs. Pulung Karo-Karo, M.Si sebagai penguji yang telah mengoreksi

kekurangan, memberi kritik dan saran selama penulisan skripsi.

5. (BPTM) Balai Penelitian Teknologi Mineral- LIPI Lampung yang telah

membiayai dan mengizinkan untuk melakukan penelitian serta peneliti, staf,

dan karyawan yang membantu dalam melakukan penelitian untuk

menyelesaikan tugas akhir.

6. Bapak Arif Surtono, M.Si., M.Eng. selaku ketua Jurusan Fisika Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Page 13: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

xii

7. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T. selaku sekretaris Jurusan Fisika dan

sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan serta

nasehat dari awal perkuliahan sampai menyelesaikan tugas akhir.

9. Bapak Drs. Suratman, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

10. Para dosen serta karyawan di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

11. Teman–teman fisika 2015 serta kakak dan adik tingkat yang membantu dan

memberikan semangat dalam proses menyelesaikan tugas akhir.

Akhir kata, atas segala bantuannya mendapat balasan dari Allah SWT dan

dilimpahkan karunianya kepada kita semua.

Page 14: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

xiii

DAFTAR ISI

HalamanABSTRAK ......................................................................................................... i

ABSTRACT ....................................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v

PERNYATAAN................................................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vii

MOTTO ............................................................................................................. viii

PERSEMBAHAN.............................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ...................................................................................... x

SANWACANA .................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... . xviii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 51.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 51.4 Batasan Masalah ................................................................................... 61.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

Page 15: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

xiv

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Feronikel (FeNi).................................................................................... 82.1.1 Besi (Fe)...................................................................................... 82.1.2 Nikel (Ni) .................................................................................... 10

2.2 Pemanfaatan Nikel ................................................................................ 122.3 Bijih Nikel Laterit ................................................................................. 132.4 Jenis-Jenis Nikel Laterit........................................................................ 14

2.4.1 Bijih Laterit Limonit.................................................................... 142.4.2 Bijih Laterit Saprolit .................................................................... 15

2.5 Proses Pengolahan Bijih Laterit Menjadi Nikel.................................... 172.5.1 Proses Hidrometalurgi ................................................................. 182.5.2 Proses Pirometalurgi.................................................................... 19

2.6 Jenis Inovasi Teknik Upgrading ........................................................... 222.7 Batubara Sebagai Reduktor................................................................... 262.8 Pengaruh Zat Aditif Unsur Belerang Terhadap Perolehan Feronikel ... 282.9 Termodinamika Reduksi ....................................................................... 322.10 Analisis AAS (Atomic Absoprtion Spectroscopy) ............................... 342.11 Analisis XRD (X-Ray Diffraction)....................................................... 362.12 Analisis SEM (Scanning Electron Microscopy) .................................. 38

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 433.2 Alat dan Bahan...................................................................................... 433.3 Prosedur Penelitian ............................................................................... 43

3.3.1 Preparasi Sampel........................................................................ 433.3.2 Proses Reduksi Selektif.............................................................. 443.3.3 Proses Separasi Magnetik .......................................................... 44

3.4 Prosedur Karakterisasi .......................................................................... 453.4.1 Karakterisasi XRD...................................................................... 453.4.2 Karakterisasi AAS ...................................................................... 453.4.3 Karakterisasi Optical Microscopy............................................... 473.4.4 Karakterisasi SEM-EDS ............................................................. 47

3.5 Diagram Alir Penelitian ........................................................................ 48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakterisitik Bahan Baku Bijih Nikel Laterit ..................................... 524.2 Uji Analisis Proksimat Batubara........................................................... 554.3 Pengaruh Temperatur Terhadap Kadar dan Perolehan dalam Konsentrat

Feronikel ............................................................................................... 564.3.1 Karakterisasi AAS ....................................................................... 564.3.2 Karakterisasi XRD....................................................................... 584.3.3 Karakterisasi Optical Microscopy ............................................... 61

4.4 Pengaruh Waktu Tahan Reduksi Terhadap Kadar dan Perolehan dalamKonsentrat Feronikel............................................................................. 63

Page 16: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

xv

4.4.1 Karakterisasi AAS....................................................................... 634.4.2 Karakterisasi XRD ...................................................................... 644.4.3 Karakterisasi Optical Microscopy ............................................... 68

4.5 Pengaruh Jumlah Reduktor Batubara Antrasit Terhadap Kadar danPerolehan dalam Konsentrat Feronikel ................................................. 694.5.1 Karakterisasi AAS....................................................................... 694.5.2 Karakterisasi XRD ...................................................................... 714.5.3 Karakterisasi Optical Microscopy ............................................... 744.5.4 Karakterisasi SEM-EDX ............................................................. 75

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 785.2 Saran ..................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

xvi

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 1. Besi (Fe) .......................................................................................... 9

Gambar 2. Batuan Nikel .................................................................................... 11

Gambar 3. Mineral laterit .................................................................................. 14

Gambar 4. Profil skematik stratifikasi endapan pada laterit tipe silika, clay

dan oksida......................................................................................... 16

Gambar 5. Profil stratifikasi bijih nikel laterit, komposisi kimia dan

korelasinya dengan teknik pengolahannya....................................... 17

Gambar 6. SEM dari Fasa FeNi dan FeS........................................................... 29

Gambar 7. Skema umum komponen pada alat AAS......................................... 34

Gambar 8. Prinsip kerja XRD............................................................................ 37

Gambar 9. Scanning Electron Microscopy........................................................ 38

Gambar 10. Prinsip Kerja SEM......................................................................... 41

Gambar 11. Diagram alir penelitian .................................................................. 50

Gambar 12. Diagram alir karakterisasi AAS..................................................... 51

Gambar 13. Difraktogram XRD bijih nikel laterit ............................................ 53

Gambar 14. SEM image dari bijih nikel laterit sebelum dilakukan reduksi...... 54

Gambar 15. Difraktogram XRD sampel produk reduksi pada reduktor 5%

dengan temperatur (a) 950 C, (b) 1050 C, (c) 1150 C dan waktu

tahan 60 menit................................................................................ 58

Page 18: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

xvii

Gambar 16. Ukuran butir bijih produk reduksi dengan aditif 10% unsur

belerang pada waktu tahan reduksi 60 menit, reduktor 5% berat,

dan variasi temperatur yaitu 950 C, 1050 C, dan 1150 C ......... 61

Gambar 17. Difraktogram XRD sampel produk reduksi pada reduktor 5%,

temperatur 1050C, reduktor 5% berat dan variasi waktu tahan yaitu

60 menit, 90 menit dan 120 menit ................................................. 64

Gambar 18. Ukuran butir bijih produk reduksi dengan aditif 10% unsur

belerang pada temperatur reduksi 1050 C, reduktor 5% berat,

dan variasi waktu tahan yaitu 60, 90 dan 120 menit...................... 67

Gambar 19. Difraktogram XRD sampel produk reduksi pada pengaruh variasi

jumlah reduktor (a) 5%, (b) 10%, (c) 15% dengan temperatur 1150

C dan waktu tahan 60 menit......................................................... 71

Gambar 20. Persebaran butir FeNi bijih produk reduksi dengan aditif 10% unsur

belerang pada waktu tahan reduksi 60 menit, temperatur reduksi

1150 C, dan variasi jumlah reduktor 5%, 10%, dan 15% ............ 73

Gambar 21. Ukuran butir hasil SEM bijih produk reduksi dengan aditif 10%

unsur belerang pada waktu tahan reduksi 60 menit, temperatur

reduksi 1150 C, dan variasi jumlah reduktor 5%, 10%, dan

15% ................................................................................................ 74

Gambar 22. (a) Hasil pengamatan SEM pada temperatur 1150 C dengan waktu

tahan reduksi 60 menit, aditif 10% unsur belerang dan reduktor 10%

wt, (b) Spektrum EDX dari daerah 1, (c) Spektrum EDX dari daerah

2, (d) Spektrum EDX dari daerah 3 ............................................... 76

Page 19: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

xviii

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 1. Unsur kimia bijih laterit limonit.......................................................... 15

Tabel 2. Unsur kimia bijih laterit saprolit ......................................................... 15

Tabel 3. Komposisi kimia bijih nikel laterit (%) .............................................. 52

Tabel 4. Perhitungan rietveld refinement bijih nikel laterit............................... 53

Tabel 5. Hasil analisis proksimat batubara........................................................ 55

Tabel 6. Pengaruh temperatur reduksi pada konsentrat dengan aditif 10%

unsur belerang pada waktu tahan 60 menit dan reduktor 5% berat

terhadap kadar Fe dan Ni serta recovery Fe dan Ni ........................... 56

Tabel 7. Perhitungan rietveld refinement senyawa hasil reduksi dengan aditif

unsur belerang 10% (variasi : temperatur) ......................................... 60

Tabel 8. Pengaruh waktu tahan reduksi pada konsentrat dengan aditif 10%

unsur belerang pada temperatur reduksi 1050 C dan reduktor 5%

berat terhadap kadar Fe dan Ni serta recovery Fe dan Ni .................. 63

Tabel 9. Perhitungan rietveld refinement senyawa hasil reduksi dengan aditif

unsur belerang 10% (variasi : waktu tahan reduksi)........................... 66

Page 20: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

xix

Tabel 10. Pengaruh variasi reduktor pada konsentrat dengan aditif 10%

unsur belerang pada waktu tahan 60 menit dan temperatur reduksi

1150C terhadap kadar Fe dan Ni serta perolehan Fe dan Ni ............ 70

Tabel 11. Perhitungan rietveld refinement senyawa hasil reduksi dengan aditif

unsur belerang 10% (variasi : jumlah reduktor) ................................. 73

Tabel 12. Hasil berat unsur dalam spektrum EDX pada konsentrasi

reduktor 10% ..................................................................................... 78

Page 21: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Terdapat tiga

daerah penghasil nikel di Indonesia yaitu Sulawesi, Papua, dan Kalimantan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, nikel merupakan salah satu

jenis produksi pertambangan yang paling menonjol di daerah Sulawesi Tenggara.

Bijih nikel laterit Sulawesi Tenggara mengandung mineral-mineral goethite,

magnesium silikat dan silika. Nikel tersebar merata di dalam jaringan mineral

goethite dan magnesium silikat (Solihin dkk., 2014). Nikel digunakan sebagai

bahan campuran untuk pembuatan baja tahan karat (stainlees steel) yang banyak

diperuntukan untuk alat-alat anti karat, seperti bodi pesawat, mobil, dan alat-alat

dapur (Rahman dkk., 2015). Indonesia juga merupakan negara penghasil nikel

terbesar kedua dunia setelah Rusia yang memberikan sumbangan sekitar 15% dari

jumlah produksi nikel dunia pada tahun 2010 (Fitrian dkk., 2011).

Nikel adalah salah satu logam yang paling penting dan memiliki banyak aplikasi

dalam industri. Berdasarkan pembentukannya, bijih nikel diklasifikasikan menjadi

dua, yaitu sulfida dan laterit. Menurut Dalvi et al, sekitar 70% cadangan bijih

nikel dunia adalah laterit dan 30% adalah sulfida. Meningkatnya kebutuhan akan

nikel dan menipisnya cadangan batuan sulfida memaksa industri untuk mulai

mempertimbangkan sumber cadangan batuan laterit sebagai salah satu sumber

Page 22: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

2

utama nikel di masa depan sehingga penelitian terhadap nikel laterit yang

digunakan sebagai sumber utama nikel menjadi topik hangat (Pickles, 2004).

Beberapa jenis nikel laterit antara lain adalah limonit, asbolit: (1 – 1,7% Ni, 0,1 –

0,2% Co), nontronit: (1 - 5% Ni, 0,05% Co), serpentin: (1,5 - 10% Ni, 0,05 –

0,10% Co) dan garnierit: (10 - 20% Ni, 0,05 – 0,10% Co) (Dalvi et al, 2004).

Perkembangan pembentukan endapan nikel laterit meningkat yang ditandai oleh

terbentuknya lapisan limonit, lapisan saprolit dan kemudian terhenti oleh material

erosi (Tonggiroh dkk., 2012). Bijih nikel laterit yang mempunyai cadangan lebih

banyak, perlu dimanfaatkan secara maksimal karena cadangan bijih nikel sulfida

yang digunakan sebagai bahan baku terus menurun secara signifikan (Norgate dan

Jahanshahi, 2011). Penurunan cadangan nikel kadar tinggi menyebabkan

penggunaan bijih nikel kadar rendah, khususnya yang mengandung Ni kurang dari

2% mulai diperhatikan karena berpotensi menjadi bahan baku produksi nikel di

masa depan (Lee et al, 2005).

Hingga saat ini, pengolahan bijih nikel laterit di Indonesia lebih banyak dilakukan

pada bijih yang berkadar tinggi yang dilakukan melalui jalur pirometalurgi, yaitu

untuk menghasilkan feronikel dan nikel matte. Sementara, lapisan dengan kadar

nikel yang lebih rendah yaitu lapisan limonit sampai saat ini belum banyak diolah,

meskipun jumlahnya melimpah. Proses ekstraksi nikel laterit berkadar rendah di

industri umumnya dilakukan dengan jalur hidrometalurgi (Dalvi et al, 2004).

Salah satu pemanfaatan bijih nikel laterit yaitu sebagai bahan dasar pembuatan

feronikel. Kadar nikel dalam feronikel berkisar antara 20 – 40%. Feronikel

umumnya digunakan untuk membuat stainless steel. Selain itu, feronikel juga

Page 23: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

3

digunakan dalam pembuatan NCPI / NPI. NCPI (Nickel Containing Pig Iron)

adalah feronikel (FeNi) yang mengandung 1,5 - 25% Ni (Prasetyo dan Puguh,

2011).

Peningkatan kadar Fe dan Ni di dalam konsentrat dapat meningkat dengan

semakin meningkatnya jumlah reduktor, temperatur dan waktu reduksi. Penelitian

yang telah dilakukan oleh Prasetyo dkk. (2014), pada temperatur proses di bawah

1100 °C kurang memberikan persen peningkatan perolehan konsentrat dan

kadarnya. Pemakaian jumlah batubara dan waktu reduksi yang berlebihan tidak

memberikan peningkatan terhadap konsentrat dan kadarnya secara signifikan.

Diperoleh data optimum dari proses reduksi bijih nikel laterit kadar rendah jenis

limonit untuk peningkatan kadar Fe dan Ni-nya, yaitu reduksi dengan temperatur

1100 °C selama 3 jam dengan reduktor batubara sebesar 7,5%. Jungah Kim et al

(2010), telah memaparkan bahwa preparasi awal terhadap bijih dengan cara

roasting awal pada beberapa temperatur dan diikuti dengan pemisahan magnetik

dapat meningkatkan kadar nikel dari 1,5% menjadi 2,9%. Menurut Crawford

(1960), telah menunjukkan bahwa pada temperatur tinggi dan kadar besi yang

tinggi sangat baik untuk memperoleh recovery atau perolehan yang tinggi.

Salah satu metode yang dapat meningkatkan kadar nikel dalam bijih limonit yaitu

dengan cara reduksi selektif yang dilanjutkan dengan proses konsentrasi. Reduksi

selektif merupakan proses yang bertujuan untuk mereduksi logam oksida menjadi

logam menggunakan reduktor pada temperatur tertentu disertai dengan

penambahan zat aditif agar dapat meningkatkan selektivitas logam. Reduksi

selektif dilakukan pada temperatur 800 – 1200 C untuk membentuk feronikel

Page 24: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

4

yang kemudian dapat dipisahkan dari mineral pengganggu dengan separasi

magnetik (Elliot et al, 2017).

Kawahara (1988), mengklaim bahwa pada temperatur reduksi yang lebih besar

dari 800 °C akan menghambat perolehan nikel karena terjadi pembentukan fase

olivin yang stabil. Berdasarkan penelitian Valix dan Cheung, kehadiran sulfur

dapat meningkatkan perolehan Ni dan Co pada bijih laterit. Dalam studi ini,

limonit dan saprolit bijih laterit berkurang dengan adanya aktivator dalam bentuk

elemental sulfur atau unsur belerang. Aditif sulfur memaksimalkan perolehan dan

selektivitas kadar Ni dan Co. Dalam limonit, keberadaan belerang mengarah pada

pembentukan besi sulfida (FeS) dan paduan FeNi (Feronikel) yang lebih rendah

(Valix dan Cheung, 2002). Penambahan material berbasis sulfur menyebabkan

perolehan Fe rendah tetapi perolehan Ni meningkat akibat terbentuknya FeS yang

non magnetik (Cao et al, 2010). Akan tetapi FeS di dalam baja ternyata dapat

mempengaruhi kekuatan baja (Jiang et al, 2013), sehingga berkembang penelitian

lain dengan menambahkan klorida untuk meningkatkan perolehan feronikel, yaitu

dengan penambahan garam klorida. Pengolahan feronikel dari bijih laterit adalah

pengolahan yang intensif, terutama bila kandungan bijih nikel laterit yang rendah

diproses (Norgate dan Jahansashi, 2011).

Pada penelitian ini, dilakukan proses reduksi selektif bijih nikel laterit berkadar

rendah menggunakan aditif unsur belerang dengan penambahan reduktor batubara

antrasit sebanyak 5%, 10%, dan 15% berat. Kemudian dilanjutkan dengan

pemisahan magnetik untuk menghasilkan konsentrat feronikel.

Page 25: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

5

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengaruh variasi temperatur reduksi terhadap produk konsentrat

feronikel?

2. Bagaimana pengaruh variasi waktu tahan reduksi terhadap produk

konsentrat feronikel?

3. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi reduktor batubara antrasit terhadap

produk konsentrat feronikel?

4. Bagaimana peran aditif unsur belerang terhadap partikel konsentrat feronikel

yang terbentuk?

5. Bagaimana peran unsur belerang terhadap perubahan fasa yang terjadi pada

temperatur dan waktu tahan reduksi yang berbeda?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

1. Mengetahui pengaruh temperatur reduksi terhadap produk konsentrat

feronikel.

2. Mengetahui pengaruh waktu tahan reduksi terhadap produk konsentrat

feronikel.

3. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi reduktor batubara antrasit terhadap

produk konsentrat feronikel.

4. Mengetahui peran aditif unsur belerang terhadap partikel konsentrat

feronikel yang terbentuk.

Page 26: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

6

5. Mengetahui peran unsur belerang terhadap perubahan fasa yang terjadi pada

temperatur dan waktu tahan reduksi yang berbeda.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bijih nikel laterit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bijih nikel

kadar rendah (limonit) yang berasal dari Kabupaten Konawe, Sulawesi

Tenggara dengan kadar 1,36% Ni dan 37,3% Fe.

2. Reduktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah batubara antrasit

sebanyak 5%, 10%, dan 15% berat.

3. Aditif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa unsur belerang

sebanyak 10% berat.

4. Reduksi selektif dilakukan dengan variasi temperatur 950 C, 1050 C, dan

1150 oC dengan variasi waktu tahan selama 60, 90, dan 120 menit.

5. Karakterisasi yang dilakukan untuk mengetahui komposisi bijih nikel laterit

dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), analisis mineral yang

terkandung dalam bijih nikel laterit setelah melalui proses reduksi selektif

dengan X-ray Diffraction (XRD), analisis unsur yang terkandung pada bijih

nikel laterit setelah melalui proses reduksi selektif hasil magnetisasi

(konsentrat dan tailing) dengan Atomic Absorption Spectrophotometry

(AAS) dan analisis struktur mikro menggunakan Scanning Electron

Microscope (SEM) yang dilengkapi dengan Energy Dispersive X-ray

Spectroscopy (EDS).

Page 27: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

7

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Memberikan informasi bagaimana pengaruh variasi konsentrasi reduktor

batubara antrasit, temperatur dan waktu tahan terhadap kadar dalam

konsentrat feronikel pada bijih nikel laterit dengan penambahan unsur

belerang 10%.

2. Membangkitkan keinginan untuk melanjutkan penelitian mengenai salah

satu pengolahan untuk meningkatkan kadar bijih nikel laterit melalui proses

reduksi selektif dan separasi magnetik.

Page 28: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Feronikel (FeNi)

Feronikel adalah pengolahan nikel melalui proses pyrometallurgi yang memiliki

kandungan besi sekitar 80% dan nikel sebesar 20%. Komoditas feronikel

umumnya yang dibedakan dari kandungan karbon tinggi atau rendah, dijual dalam

bentuk buliran (pellet) ke produsen baja nirkarat di Eropa dan Korea. Untuk

memproduksi feronikel, bijih nikel pada feronikel yang memiliki kadar nikel

minimum 1,8% dan kadar besi maksimum 25%, diolah melalui proses

penghancuran, pengeringan, pemanasan, dan penambahan beberapa material

untuk mengurangi tingkat keasaman melalui beberapa alat. Bijih nikel yang telah

diolah kemudian dilebur. Feronikel dihasilkan dari peleburan reduksi bijih nikel

oksida atau silikat yang mengandung besi. Dapat dikatakan bahwa feronikel

merupakan suatu logam paduan antara besi dan nikel (Kartaman, 2013).

2.1.1 Besi (Fe)

Besi merupakan unsur yang ditemukan berlimpah di alam. Inti bumi diyakini

mayoritas unsur penyusunnya adalah besi dan nikel. Besi juga diketahui sebagai

unsur yang paling banyak membentuk bumi, yaitu kira-kira 4,7-5% pada kerak

Page 29: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

9

bumi. Teras bumi yang dianggap utama terdiri atas Fe dan Ni. Kebanyakan besi

terdapat dalam batuan dan tanah sebagai oksida besi, seperti oksida besi magnetite

(Fe3O4) mengandung besi 65%, hematite (Fe2O3) mengandung 60–75% besi,

limonite (Fe2O3 . H2O) mengandung besi 20% dan siderit (Fe2CO3). Besi murni

cukup reaktif dalam udara lembab cepat teroksidasi memberikan besi (III)

oksida hidrat (karat) yang tidak sanggup melindungi, karena zat ini

hancur dan membiarkan permukaan logam yang baru terbuka. Besi yang sangat

halus bersifat pirofor (Keenan, 1992).

Gambar 1. Besi (Fe)

Menurut Achmad (2001), besi adalah logam yang paling murah diantara logam-

logam yang dikenal manusia. Senyawa besi terdapat dalam kebanyakan batuan

dan tanah. Bijih besi digunakan untuk produksi besi dan baja bergantung dari

kadar fosfor yang dikandungnya. Oleh karena itu, bijih besi dapat

dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1. Bijih berkadar fosfor rendah: hematite merah (Fe2O3), magnetite (Fe3O4)

2. Bijih berkadar fosfor tinggi: siderite coklat, siderite (FeCO3).

Bijih besi adalah bahan baku utama untuk pembuatan besi kasar, sedangkan besi

kasar tersebut adalah bahan baku untuk pembuatan besi tempa, besi tuang dan

baja. Bijih besi didapat dari hasil penambangan bijih besi. Sedangkan bahan-

Page 30: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

10

bahan lain yang bercampur dengan bijih tersebut selain kotoran yang merugikan

antara lain belerang, pospor silika, tanah liat juga ada kotoran yang

menguntungkan antara lain emas, platina, perak (Cotton, 1898).

2.1.2 Nikel (Ni)

Nikel adalah salah satu unsur kimia yang tergolong dalam logam transisi,

berwarna putih keperakan dengan sedikit keemasan bersifat kuat dan mudah

dibentuk. Penggunaan nikel sangat beragam, baik nikel primer (produk nikel yang

berasal dari pemrosesan bijih nikel) maupun nikel sekunder (produk nikel yang

berasal dari pemrosesan nikel primer). Sebanyak 48% nikel primer digunakan

untuk produksi baja tahan karat (stainless steel) dan baja paduan, 39% digunakan

untuk produksi paduan non logam (non ferrous alloy) dan 10% untuk

elektroplating. Sedangkan untuk nikel sekunder, 30% digunakan untuk

transportasi, 14% digunakan untuk produksi produk-produk metal, 12% untuk

peralatan elektronik, 10% digunakan pada industri petroleum, dan sisanya 8%

digunakan pada industri kimia, konstruksi, peralatan rumah tangga dan industri

mesin (Kuck, 2013).

Nikel bersifat lembek dalam keadaan murni, namun akan menjadi baja keras yang

tahan karat jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya. Sekitar 70%-

80% nikel berada dalam batuan laterit yang tersebar di daerah-daerah tropis dan

subtropis, seperti Indonesia, New Caledonia, Australia, Cuba, dan Filipina (Kyle,

2010). Nikel adalah logam penting yang digunakan dalam produksi stainless steel

dan campuran logam (Zhu et al, 2012).

Page 31: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

11

Berdasarkan pembentukannya, bijih nikel diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

sulfida dan laterit (Kirk, 1998). Endapan bijih sulfida biasanya terdapat di belahan

bumi bagian utara, sementara endapan bijih laterit biasanya terdapat di belahan

bumi beriklim tropis (Duke, 1990 dan Mudd, 2009).

Gambar 2. Batuan Nikel

Dalam beberapa penelitian saat ini, dapat dikatakan bahwa nikel laterit akan

mendominasi produksi nikel dalam waktu dekat di masa yang akan datang. Ada

banyak alasan yang menjadikan bahwa nikel laterit akan mendominasi produksi

nikel, antara lain :

1. Dilihat dari ketersediaannya, jumlah bijih laterit lebih banyak daripada bijih

sulfida. Cadangan nikel yang ada di dunia yaitu 36% berupa sulfida dan

64% berupa laterit.

2. Dilihat dari biaya penambangannya, karena bijih sulfida terletak pada hard

rock, sebagai eksplorasi lebih lanjut cadangan sulfida akan didapatkan pada

bagian yang lebih dalam yang menyebabkan biaya penambangan lebih

tinggi. Sedangkan penambangan bijih laterit pada dasarnya yaitu berpindah–

pindah yang bagaimanapun juga menjadikan biaya penambangannya lebih

rendah.

Page 32: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

12

3. Dilihat dari efek terhadap lingkungannya, produksi nikel dari bijih sulfida

menimbulkan masalah pada lingkungan yaitu terciptanya emisi sulfur

oksida. Sedangkan produksi nikel berbasis bijih laterit memiliki masalah

lingkungan lebih sedikit.

4. Dilihat dari segi faktor teknologi, ada cara yang dapat membuat proses

produksi nikel berbasis laterit lebih menguntungkan melalui pengurangan

biaya produksi dan peningkatan pendapatan oleh produk (Shoubao Li,

1999).

2.2 Pemanfaatan Nikel

Nikel adalah salah satu logam yang penting karena memiliki banyak aplikasi

dalam bidang industri. Terdapat jenis produk turunan nikel seperti logam halus,

bubuk, dan spons. Sebanyak 62% logam nikel dimanfaatkan sebagai baja tahan

karat (Barkas, 2010). Produk turunan nikel pada umumnya dibagi menjadi tiga,

yaitu feronikel (FeNi), Nickel Pig Iron (NPI), dan nickel sulfide matte (nickel

matte). Nickel matte merupakan produk yang dihasilkan melalui proses smelting

atau peleburan, sama seperti feronikel. Akan tetapi, setelah melalui rotary kiln,

bijih selanjutnya direaksikan dengan sulfur di dalam electric furnace. Kemudian

produknya dimasukkan ke sebuah konverter, dimana udara dialirkan dan

menghasilkan Ni dengan kadar 75-78%. Nickel matte pertama kali dibuat di

Kaledonia Baru dengan menggunakan blast furnace, sedangkan feronikel

memiliki kandungan yang lebih rendah dibandingkan dengan Nickel matte yaitu

15-25% Ni (Rochani, 2013). Nickel Pig Iron (NPI) adalah feronikel yang

Page 33: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

13

mengandung 1,5-25% Ni sedangkan feronikel (FeNi) pada umumnya

mengandung 20-40% Ni ( Prasetyo dan Puguh, 2011 ).

Salah satu pemakaian nikel dalam bentuk logam murni adalah pelapis untuk

menambah kekerasan, daya tahan terhadap korosi permukaan, ketahanan

kepudaran, dan sebagainya. Berikut kegunaan logam nikel yang lain yaitu sebagai

campuran dalam pembuatan stainless steel, untuk pelapisan logam lain (nickel

plating), bahan untuk industri kimia (sebagai katalis) untuk pemurnian minyak,

bahan untuk industri peralatan rumah tangga, dll (Setiawan dkk., 2018).

2.3 Bijih Nikel Laterit

Nikel laterit adalah hasil laterisasi batuan ultramafik yang memiliki kandungan

besi dan magnesium yang tinggi, dapat ditemukan pada permukaan tanah yang

relatif dangkal yaitu sekitar 6-15 meter, tetapi bisa juga mencapai 60 meter di

bawah permukaan tanah. Pembentukan bijih nikel laterit dapat berlangsung lebih

dari satu juta tahun (Kose, 2010). Bijih nikel laterit biasanya terdapat di daerah

tropis atau sub-tropis yang mengandung zat besi dan magnesium dalam tingkat

tinggi. Indonesia memiliki cadangan bijih nikel laterit yang cukup besar terutama

di Sulawesi, Halmahera, Papua dan Kalimantan (Henpristian dkk., 2014). Bijih

nikel laterit menyumbang 72% sumber nikel global, namun hanya 42% untuk

produksi logam nikel primer. Sebaliknya, bijih nikel sulfida menyumbang 58%

produksi nikel. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa secara global, sebagian

besar produksi nikel berasal dari bijih sulfida (Foster dkk., 2016).

Page 34: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

14

Gambar 3. Mineral laterit

Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan

batuan yang ada di atas permukaan bumi (Ningsih, 2012). Mineral utama bijih

laterit adalah FeO(OH), mineral lainnya adalah (Fe2O3H2O)(NiO) dan (Cr2O3)

akan terhidroksilasi atau melepaskan ikatan OH jika dipanaskan pada temperatur

250-350 C, ditandai dengan penurunan temperatur yang semakin besar. Sebagian

besar sumber nikel terkandung dalam tipe deposit laterit (sekitar 72%) yang

ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia, Kuba, Filipina,dan Australia (Rao,

2013).

2.4 Jenis-Jenis Nikel Laterit

Nikel laterit dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

2.4.1 Bijih Laterit Limonit

Bijih laterit limonit diperkaya oleh zat besi, namun mengandung silika dan

magnesium yang rendah (Fe 15-32%, MgO<10%). Komponen utama dari bijih

laterit limonit adalah oksida besi, kobalt dan kromium (Kose, 2011). Limonit

umumnya berwarna coklat kemerahan. Warna merah dihasilkan dari oksida

hematite (Nukdin, 2012). Tabel 1 memperlihatkan unsur-unsur kimia yang

terkandung dalam bijih laterit limonit

Page 35: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

15

Tabel 1. Unsur kimia bijih laterit limonit (Zhu et al, 2012).No. Unsur Kimia Kandungan (%)1. Fe 40,902. Ni 0,973. Co 0,094. SiO2 12,555. MgO 4,656. Al2O3 6,527. CaO 0,308. Cr2O3 2,86

2.4.2 Bijih Laterit Saprolit

Bijih laterit saprolit mengandung zat besi yang lebih rendah dengan magnesium

yang lebih tinggi (Fe < 12% dan MgO > 25%). Bijih laterit saprolit disebut

sebagai garnierite (Pournaderi, 2014). Tabel 2 memperlihatkan unsur-unsur kimia

yang terkandung dalam bijih laterit saprolit.

Tabel 2. Unsur kimia bijih laterit saprolit (Zhu et al, 2012).No. Unsur Kimia Kandungan (%)1. Fe 23,162. Ni 1,423. Co 0,084. SiO2 27,745. MgO 0,576. Al2O3 4,057. CaO 0,508. Cr2O3 1,68

Berdasarkan tipe mineral utamanya, secara umum bijih nikel laterit digolongkan

ke dalam 3 jenis yaitu (Luo dan Zhuo, 2011):

a. Laterit oksida (oxide laterites).

Laterit oksida merupakan produk yang paling umum dari proses laterisasi,

terbentuk terutama dari olivine atau serpentine pada kondisi lingkungan yang

basa/lembab membentuk ferric hydroxide kemudian goethite. Contoh deposit

oksida adalah bijih nikel laterit di Moa Bay dan Pinares (Luo dan Zhuo, 2011).

Page 36: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

16

b. Clay laterite

Clay laterite terbentuk pada kondisi lingkungan yang lebih sejuk atau kering.

Pada kondisi lingkungan yang lebih sejuk atau kering, silika tidak larut melainkan

bergabung dengan Fe dan sedikit Al membentuk zona yang didominasi oleh

smectic clay nontronite. Umumnya nontronite mengandung nikel sekitar 1-1,5%.

Contoh endapan clay laterite adalah di Australia (Murrin-Murrin, Bulong,

Malborough) dan di Brazil (Luo dan Zhuo, 2011).

c. Laterit silika

Laterit silika terbentuk pada bagian yang lebih dalam dan mungkin dilapisi oleh

laterit oksida. Dalam laterit silika terjadi pengayaan konsentrasi Ni pada zona

saprolit termasuk mineral primer yang teralterasi seperti secondary serpentine dan

garnierit. Nikel dari mineral primer terendapkan kembali di dalam saprolite

dengan menggantikan posisi Mg pada secondary serpentine yang dapat

mengandung Ni sampai sekitar 5% dan pada garnierit dapat mencapai 20%.

Laterit silika rata-rata mengandung Ni sekitar 2-3%. Contoh endapan silica

laterite adalah yang terdapat di New Caledonia (Luo dan Zhuo, 2011).

Gambar 4. Profil skematik stratifikasi endapan pada laterit tipe silika, clay danoksida

Page 37: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

17

2.5 Proses Pengolahan Bijih Laterit Menjadi Nikel

Penggunaan bijih nikel laterit dalam produksi nikel masih sedikit dilakukan

karena bijih nikel laterit memiliki kandungan nikel yang relatif rendah, sehingga

diperlukan perlakuan khusus untuk meningkatkan kadar nikel yang akan

diekstraksi (Rao dkk., 2013). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, deposit

laterit umumnya terbentuk dalam tiga lapisan terdiri dari limonit, transisi

(smectite), dan saprolit (garnierite), dan terdapat tiga proses dasar yang digunakan

untuk mengekstrak nikel dari bijih nikel laterit. Selain itu, bijih saprolit dan

limonit masing-masing memiliki karakter yang berbeda dan bervariasi dari satu

tempat ke tempat lain. Karena perbedaan karakter ini (kadar nikel, komposisi

mineral dan carrier nikel dalam bijih), maka kedua jenis bijih ini memerlukan

perlakuan yang berbeda dalam pengolahannya (Elias, 2002).

Gambar 5. Profil stratifikasi bijih nikel laterit, komposisi kimia dankorelasinya dengan teknik pengolahannya

Teknik prekonsentrasi secara konvensional tidak sesuai untuk mengolah nikel

laterit karena sebagian besar nikel terdistribusi di dalam oksida besi dan clay. Hal

Page 38: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

18

ini berbeda dengan pengolahan bijih nikel sulfida yang menghasilkan nikel

sebagai mineral yang terpisah. Produksi nikel dari bijih laterit memerlukan energi

yang sangat besar dan terkait dengan tingkat emisi gas rumah kaca yang lebih

tinggi jika dibandingkan dengan bijih sulfida (Mudd, 2010). Laterit dapat diproses

untuk menghasilkan nikel dengan dua cara, yaitu dengan hidrometalurgi dan

pirometalurgi.

2.5.1 Proses Hidrometalurgi

Hidrometalurgi merupakan proses pemurnian logam dengan menggunakan pelarut

kimia untuk melarutkan bahan logam tertentu sehingga kemurnian logam yang

diinginkan meningkat (leaching). Hidrometalurgi adalah metode yang cukup

menjanjikan karena mampu menghasilkan nikel dengan kemurnian tinggi.

Jenis–jenis proses hidrometalurgi antara lain:

Proses caron

Pada proses ini, bijih terlebih dahulu direduksi sebelum dilakukan proses roasting

menggunakan amonium karbonat dalam tekanan atmosferik. Kemudian recovery

nikel dari larutan leaching diperoleh dengan cara menguapkan larutan tersebut

sehingga terbentuk endapan nikel karbonat. Reaksi roasting berlangsung pada

suhu 850 C. Bijih yang sudah selesai direduksi kemudian didinginkan dengan

cara quenching pada suhu 150 C – 200 C dalam larutan ammonium karbonat.

Ni dan Co yang terkandung dalam bijih akan larut dan membentuk ammonia

kompleks, sedangkan Fe akan teroksidasi dan mengendap sebagai Fe(OH)3. Pada

proses ini didapatkan larutan yang tidak mengandung Fe, sehingga didapatkan Ni

dan Co yang lebih murni. Proses caron dapat digunakan untuk bijih limonit dan

Page 39: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

19

beberapa jenis bijih saprolit (Kyle, 2010).

High Pressure Acid Leaching ( HPAL )

Teknologi ini telah menjadi metode utama dalam proses hydrometallurgy. Proses

ini cocok untuk bijih limonit. Bijih dilarutkan dalam larutan asam sulfat pada suhu

240 C – 270 C selama 60-90 menit. Pada akhirnya Fe akan mengendap sebagai

hematite (Fe2O3) dan jarosite (H3O)Fe3(SO4)2(OH)6), sedangkan Al dalam bentuk

alunit (H3O)Al3(SO4)2(OH)6. Hampir semua Fe, Al, Si, dan Cr akan mengendap.

Lebih dari 95% Ni dan 90% Mg akan larut dalam larutan (Kyle, 2010).

Enhaced Pressure Acid Leaching (EPAL)

Atmospheric Leaching (AL) dipasang disisi HPAL untuk menghasilkan Enhaced

Pressure Acid Leaching (EPAL). Pada proses Atmospheric Leaching, Ni dan Co

diekstraksi. Proses ini menggunakan bijih saprolit untuk menetralkan asam yang

tersisa setelah proses HPAL, sehingga meningkatkan kandungan nikel pada

larutan. Saprolit dilarutkan kembali dalam larutan asam sulfat dan terjadi

peningkatan PH untuk membantu mengendapkan besi (Fe) dari larutan sebagai

goethite (Liu et al., 2014).

2.5.2 Proses Pirometalurgi

Bijih saprolit berkadar tinggi mengandung nikel dengan mineral magnesium

silikat seperti serpentine dan garnierite dilakukan pengolahan dengan metode

pirometalurgi. Sedangkan bijih limonit dianggap sebagai overburden dan jarang

diolah sebagai umpan karena kadar nikel yang rendah dan kadar besi yang tinggi

(Solar et al, 2008). Umumnya jalur pirometalurgi menggunakan aliran proses

konvensional meliputi tahapan upgrading dari penambangan, pengeringan,

Page 40: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

20

kalsinasi/reduksi, dan peleburan menggunakan tungku listrik yang diikuti proses

pemurnian lainnya. Hasil olahannya dapat berupa feronikel atau nickel matte yang

akan dimurnikan lebih lanjut, selain itu Nickel Pig Iron (NPI) juga merupakan

produk pengolahan melalui jalur pirometalurgi (Kruger et al, 2010). Beberapa

proses pirometalurgi bijih laterit dipaparkan lebih lanjut dalam uraian berikut :

Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF)

Pada proses pembuatan feronikel, pertama-tama bijih nikel laterit dikalsinasi di

dalam tungku putar (Rotary Kiln) dengan temperatur berkisar pada 850 C – 1000

°C. Dari unit operasi ini, material dilebur pada temperatur antara 1500 C – 1600

°C di dalam Arc Furnace dengan pereduksi karbon sehingga terpisah antara fasa

besi nikel dari fasa slag silika magnesia. Semakin kuat kondisi reduksi akan

menghasilkan feronikel dengan grade antara 10-15% Ni, sedangkan kondisi

reduksi yang semakin lemah akan menghasilkan feronikel dengan grade lebih dari

30% Ni (Norgate, 2011). Seluruh nikel akan tereduksi, sementara hanya sekitar

60-70% Fe yang akan tereduksi (Kyle, 2010). Reduksi besi oksida akan

menurunkan kadar nikel hingga mencapai nilai 5-15% Ni yang merupakan range

untuk Nickel Pig Iron (NPI) (Oxley, 2013).

Reaksi reduksi yang terjadi adalah sebagai berikut (Oxley, 2013) :

NiO + C Ni + CO (1)

NiO + CO Ni + CO2 (2)

FeO + C Fe + CO (3)

Fe2O3 + 3CO 2Fe + 3CO2 (4)

Page 41: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

21

Feronikel dimurnikan dengan membuang pengotor seperti sulfur, silikon,

kromium, dan fosfor. Feronikel yang telah dimurnikan selanjutnya digunakan

untuk produksi baja tahan karat (Kyle, 2010).

Nippon Yakin Oheyama

Nippon Yakin Oheyama Process merupakan reduksi langsung garnierite ore yang

menghasilkan feronikel dalam suatu rotary kiln (Watanabe et al, 1987). Silicate

ore (2,3-2,6% Ni, 12-15% Fe) bersama antrasit, coke breeze, dan batu kapur yang

dicampur dan dibuat menjadi briket untuk kemudian diumpankan dalam rotary

kiln pada gradien temperatur 700-1300 °C. Dalam rotary kiln tersebut, briket akan

mengalami proses pengeringan, dehydrated, reduksi, dan dilebur sehingga

menghasilkan feronikel yang disebut luppen. Hasil tersebut kemudian didinginkan

cepat dalam air kemudian dipisahkan dari teraknya melalui proses grinding,

screening, jigging, dan magnetic separation. Kadar nikel yang didapatkan

mencapai 22% Ni dan 0,45% Co dengan perolehan kembali logam nikel mencapai

80%. Pada tahap selanjutnya dilakukan proses peningkatan pada perolehan

kembali logam nikel melalui pretreatment technology dan segregasi luppen (Kyle,

2010).

Nickel Pig Iron

Merupakan feronikel yang memiliki kadar nikel relatif rendah (1,5-8% Ni).

Pembuatan NPI dilakukan dengan menggunakan mini blast furnace. Proses

produksi NPI menggunakan kokas sebagai reduktor dan sumber energi panas.

Karbon akan mereduksi besi sehingga kandungan FeO didalam terak akan kecil.

Proses ini juga akan ditambahkan batu kapur untuk mengatur basisitas sehingga

diperoleh temperatur lelehan terak yang rendah. Hal ini perlu dilakukan karena

Page 42: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

22

pada saat proses berlangsung temperatur lelehan dari terak akan tinggi sebagai

akibat dari rendahnya kandungan FeO dan tingginya kadar silika dan magnesia

didalam terak (Kyle, 2010).

2.6 Jenis Teknik Inovasi Upgrading

Produksi feronikel dari bijih laterit memerlukan energi tinggi, karena bijih laterit

atau bijih pra-reduksi umumnya langsung dilebur untuk menghasilkan sejumlah

kecil produk feronikel dan sejumlah besar slag. Proses prekonsentrasi secara

pirometalurgi atau lebih umum dikenal sebagai upgrading process dilakukan

untuk memperoleh nikel atau feronikel dari bijih nikel laterit, seperti roasting dan

smelting. Beberapa jenis teknik inovasi yang terkait dengan proses ini antara lain

thermal upgrading process, sulfidasi selektif dan proses segregasi.

Thermal Upgrading

Thermal upgrading adalah teknik yang ditujukan untuk memperlakukan bijih

nikel kadar rendah agar lebih memberikan nilai lebih ketika dilakukan proses

benefisiasi fisik. Teknik ini mengacu pada reduksi dari nikel dan kobalt yang

terkandung dalam bijih limonit untuk menjadi logam yang dapat dipisahkan dari

mineral-mineral pengganggu. Berbagai kondisi operasi seperti temperatur, waktu

tahan, suasana reduksi, dan penambahan reagen/bahan aditif bertujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan ukuran partikel logam yang menguntungkan jika

dilakukan pemisahan secara magnetik atau flotasi. Mineral pengganggu, yang

sebagian besar berupa oksida besi, tereduksi menjadi wustite dan terpisah dari

feronikel (Li et al, 2011). Proses reduksi dari oksida besi dapat dijelaskan melalui

langkah:

Page 43: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

23

Goethite Hematite Magnetite Wustite Metallic Iron

Kontrol yang hati-hati pada potensial reduksi selama percobaan akan mampu

menghasilkan fasa wustite dan sedikit pembentukan logam besi. Rendahnya

tingkat logam besi dalam konsentrat dapat diilustrasikan dengan rasio besi

terhadap nikel yang rendah atau kecil. Logam besi yang tercampur dalam

konsentrat FeNi, akan mengurangi kadar nikel dan meningkatkan berat dari

konsentrat yang dihasilkan. Magnetite dapat juga tercampur dalam konsentrat dan

ini dihasilkan baik oleh under reduction dari fasa oksida besi ataupun melalui

oksidasi atau ketidakproporsionalan dari fasa wustite (Crama, 1984). Wustite

adalah fasa metastabil yang menjadi tidak stabil dalam kondisi netral dibawah

temperatur 570 °C (Wagner et al, 2006). Wustite mengalami reaksi

disproporsionasi, artinya sebagian dari oksida besi akan mengalami oksidasi dan

sebagian lagi mengalami reduksi. Reaksi ini membentuk fasa magnetite dan besi

logam seperti yang terlihat dalam persamaan di bawah.

4FeO → Fe3O4 + Fe (5)

Reaksi disproporsionasi ini ditemukan dan terjadi pada kisaran temperatur dari

300 C - 570 °C menggunakan Mossbauer Spectrometry meskipun kemungkinan

secara termodinamika, kinetik dari reaksi ini berjalan lamban dan membutuhkan

waktu tinggal lebih dari 60 menit pada temperatur tinggi. Inovasi lain dalam

kaitannya dengan thermal upgrading telah dilakukan oleh Elliot et al (2015) yaitu

bijih yang digunakan berupa nikel kadar rendah yang dicampur dengan 6%

batubara dan 4% sulfur dan menerapkan metode dua tahap thermal upgrading dan

di akhiri dengan pemisahan magnet. Tujuan dari metode dua tahap thermal

upgrading adalah untuk men-treatment bijih nikel kadar rendah agar didapatkan

Page 44: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

24

feronikel yang memiliki kadar dan perolehan kembali logam nikel yang tinggi

dengan penggunaan panas yang tidak terlalu tinggi (1000 °C) dan penambahan

sulfur yang relatif sedikit (10%). Tahap pertama pemanasan dilakukan pada bijih

yang dicampur batubara dan sulfur di temperatur 600 °C selama satu jam untuk

mereduksi nikel oksida dengan sempurna dan mendapatkan fasa Fe-Ni-S yang

kaya nikel. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Li et al (2011) yang

menyatakan bahwa pada kondisi standar dengan tekanan atmosfir, temperatur

minimum untuk terjadinya reduksi nikel oksida dengan pereduksi karbon adalah

440 °C, dan optimal pada temperatur 600 °C. Tahap kedua atau disebut

pemanasan lanjut dilakukan dengan melakukan treatment panas pada temperatur

1000 °C dan ditahan satu jam untuk membentuk fasa Fe-Ni-S semi-liquid yang

mempermudah berkumpulnya partikel feronikel, selain itu dalam proses

pemanasan lanjut juga terjadi pertumbuhan partikel feronikel (Li et al, 2011).

Sulfidasi Selektif

Harris (2012) dan Harris dkk (2011) mempelajari sulfidasi pada temperatur

rendah dari bijih laterit dan mampu menunjukkan bahwa nikel oksida dalam bijih

dapat disulfidasi secara selektif menjadi nikel-besi sulfida. Nikel-besi sulfida

dapat di konsentrat melalui flotasi, menghasilkan produk menengah dengan

penggunaan tingkat konsumsi energi yang rendah dan relatif sederhana alur proses

nya jika dibandingkan dengan proses yang telah ada. Sulfida nikel terbentuk pada

potensial sulfur yang lebih rendah daripada sulfida besi, dan diyakini bahwa NiO

dapat kemudian disulfidasi secara selektif menjadi monosulfida dan disulfida.

Sulfidasi dilakukan pada temperatur 450 C - 1100 °C dengan penambahan sulfur

antara 25-900 kilogram per satu ton bijih. Proses selektif sangat bergantung pada

Page 45: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

25

temperatur dan penambahan sulfur. Tingkat tertinggi dari sulfidasi nikel diperoleh

dengan menambahkan 100 kg sulfur dalam satu ton bijih pada temperatur diatas

500 °C, tetapi fasa Fe-Ni-S yang terbentuk mempunyai ukuran submikron. Ketika

temperatur dinaikkan pada 1050 C - 1100 °C, partikel sulfida akan tumbuh

melalui mekanisme sintering fasa cair dalam matte yang kaya oksigen menjadi

14µm. Temperatur pertumbuhan sulfida adalah sama dengan temperatur daerah

tumbuhnya logam. Flotasi dari nikel-besi sulfida menghasilkan kadar dalam

konsentrat nikel sebesar 4-5%, dengan perolehan kembali logam nikel sebesar 35-

45%. Rendahnya perolehan kembali logam nikel disebabkan oleh partikel sulfida

yang dihasilkan berukuran kecil. Konsep ini telah terbukti ditunjukkan dalam

proses selektif sulfidasi nikel dari bijih limonit, namun diperlukan penelitian lebih

lanjut untuk pengembangan proses (Harris, 2012).

Proses Segregasi

Beberapa teknik inovasi yang dapat dilakukan pada nikel laterit untuk

meningkatkan kadar dan perolehan nikel dalam konsentrat feronikel adalah proses

segregasi, dimana terjadi proses pemisahan secara selektif dalam reduksi Ni, Co,

dan Fe ke keadaan logam melalui gas klorida. Dalam penelitian lain, Li et al

(2012) mengungkapkan bahwa NaCl mampu meningkatkan tingkat

pemanggangan reduksi-pemisahan magnet dari bijih laterit secara signifikan dan

memperbaiki kadar dan perolehan kembali logam nikel dan besi dari hasil

pemisahan magnet. Ericson et al (1987) mencampur bijih nikel laterit dengan 2%

kokas dan 4% CaCl2.2H2O dalam tungku pembakaran pada temperatur 950 °C

kemudian didinginkan dan dipisah menggunakan pemisah magnet. Hasil yang

diperoleh yaitu terjadi peningkatan perolehan kembali logam nikel dari 60% hasil

Page 46: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

26

konsentrat nikel menjadi 65% setelah dihaluskan dan 90% setelah dilakukan

pemisahan dengan magnet. Selain itu, diperoleh hasil yang menyebutkan bahwa

dengan melakukan segregasi, maka fasa logam feronikel akan tereduksi dan akan

meningkatkan ukuran partikel sehingga dapat menguntungkan ketika dilakukan

proses pemisahan dengan magnet. Liu et al (2010) melakukan penelitian dengan

mencampurkan bijih nikel laterit, magnesium klorida (MgCl2) dan kokas pada

kondisi optimal didapat dengan mencampurkan 6% MgCl2, 2% kokas pada

temperatur 980 °C selama 90 menit menghasilkan kadar dan perolehan kembali

nikel masing-masing 5,25% dan 91,5%. Namun dari penelitian yang telah

dilakukan, semua menggunakan bijih nikel saprolit dan belum diuji cobakan pada

bijih nikel kadar rendah. Proses segregasi melibatkan pencampuran bijih laterit

dengan agen pengkloridasi (CaCl2, NaCl, atau MgCl2) dan zat pereduksi padat

(kokas atau batubara) kemudian memanggang campuran antara suhu 900 C –

1000 C (Liu et al, 2010).

2.7 Batubara Sebagai Reduktor

Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan

sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah

sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur

utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen (Diessel, 1992). Menurut

Sukandarrumidi (2006) reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai

berikut :

5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO (6)

Cellulosa lignit metana air

Page 47: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

27

Reduktor dengan karbon merupakan jenis reduktor yang paling banyak digunakan

untuk reduksi bijih nikel karena kelimpahannya yang sangat besar. Salah satu

proses yang popular yaitu produksi ferronikel Krupp-Renn process. Tahapan

proses ini yaitu penggerusan bijih dengan mencampur bahan material berkarbon

yaitu batubara antrasit, kokas dan limestone sebagai flux kemudian dibuat briket.

Tahap selanjutnya direduksi dengan dialiri gas panas dari hasil pembakaran batu

bara. Produk yang terbentuk didinginkan, digerus, dipisahkan secara fisik dan

terakhir pemisahan dengan magnetik. Produk akhir berupa partikel dengan ukuran

2 - 3 mm dengan komposisi Ni 18-22% (T. Watanabe, 1987). Analisis unsur

memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan

C240H90O4NS untuk antrasit.

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas

dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-

bituminus, lignit dan gambut.

1. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan

(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan

kadar air kurang dari 8%.

2. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%

dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.

3. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh

karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan

bituminus.

4. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang

mengandung air 35-75% dari beratnya.

Page 48: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

28

5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang

paling rendah (Anggarda, 2017).

Menurut C. F. K. Diessel (1992) pembentukan batubara diawali dengan proses

biokimia, kemudian diikuti oleh proses geokimia dan fisika, proses yang kedua ini

sangat berpengaruh terhadap peringkat batubara “coal rank“, yaitu perubahan

jenis mulai dari gambut ke lignit, bituminous, sampai antrasit. Faktor yang sangat

berperan didalam proses kedua tersebut adalah temperatur, tekanan, dan waktu.

Antrasit adalah jenis batubara yang paling diminati karena mengandung lebih

banyak energi daripada jenis lainnya dan juga merupakan yang paling ramah

lingkungan karena kemurniannya. Antrasit mengandung lebih banyak karbon

tetap daripada jenis batubara lainnya dan jumlah bahan yang mudah menguap

yang paling sedikit. Berdasarkan kandungan karbonnya, batubara antrasit dibagi

menjadi tiga yaitu semi-antrasit, antrasit, dan meta-antrasit (Anggarda, 2017).

2.8 Pengaruh Zat Aditif Unsur Belerang Terhadap Perolehan Feronikel

Kadar nikel, perolehan nikel, dan pemulihan besi dalam konsentrat feronikel

digunakan untuk mengetahui pengaruh penurunan selektif pada konsentrat

feronikel. Produk magnetik yang diperoleh disebut sebagai konsentrat

feronikel. Pengaruh penambahan aditif sulfur terhadap pertumbuhan partikel

lebih berpengaruh signifikan daripada pengaruh penambahan massa batubara

sebagai reduktor (Elliot et al, 2017). Pengaruh penambahan sulfur terhadap

pembentukan partikel feronikel selama proses reduksi bijih laterit telah dijelakan

Rao et al, selama proses reduksi bijih nikel saprolit dengan penambahan sulfur,

ada tiga fasa utama terbentuk yaitu logam oksida, logam sulfida dan paduan

Page 49: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

29

feronikel serta diperkirakan fasa yang terjadi adalah Fe-O-S. Interaksi FeS dan

metalik Fe terbentuk selama proses reduksi sebagai pendorong pertumbuhan

partikel feronikel. Sistem biner Fe-S menunjukkan eutektik Fe-FeS pada

temperatur 988°C, memungkinkan terbentuknya fasa cair pada temperatur rendah.

Temperatur reduksi lebih tinggi dari eutektik, maka lelehan jenuh besi akan ada

pada antarmuka partikel feronikel dan logam sulfida sekitarnya. Kehadiran fasa

ini menyebabkan fase cair melakukan kapilaritas ke antara partikel yang

menyinter, sehingga terjadi aglomerasi (Rao et al, 2016).

Selain itu, dinyatakan bahwa dengan kehadiran sulfur akan meningkatkan

recovery Ni dan Co dari bijih laterit dengan terbentuknya troilit (FeS) dan sedikit

paduan Fe-Ni (Valix et al, 2002). Sulfur juga dapat menurunkan tekanan

permukaan pada partikel FeNi, sehingga menyebabkan partikel logam yang

terbentuk untuk berkumpul atau terjadi aglomerasi. Gambar SEM dibawah ini

menunjukkan partikel feronikel yang terbungkus oleh FeS dan diyakini bahwa

fasa FeNi mengendap diluar fasa FeS. Penambahan sulfur meningkatkan partikel

FeNi dari 5-10 µm sampai >50 µm (Li et al, 2012).

Gambar 6. SEM dari Fasa FeNi dan FeS: (A) FeS dan (B) FeNi

Page 50: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

30

Selain itu, sulfur juga diketahui mampu membebaskan besi dan nikel dari mineral

silikat. Dimana sodium oksida yang terbentuk melalui proses dekomposisi termal

natrium sulfat akan bereaksi dengan dengan mineral-mineral silikat dengan titik

lebur rendah yang kemudian mempercepat migrasi dan meningkatkan

pertumbuhan partikel metalik (Lu et al, 2013).

Pada penelitian yang dilakukkan oleh Elliot et al, menggunakan bijih limonit

dengan kadar nikel awal 1,38% dilakukkan dua tahap reduksi untuk menghasilkan

produk feronikel dengan separasi magnetik. Penambahan 6% batubara dan 4%

sulfur dengan temperatur reduksi tahap awal 600C selama 60 menit kemudian

tahap kedua reduksi terjadi pertumbuhan partikel pada temperatur 1000C selama

60 menit. Dihasilkan konsentrat feronikel dengan kadar nikel 4% dan recovery

nikel 93,2%. Ukuran partikel meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur

dan lamanya waktu reduksi dengan ukuran partikel 10 - 20 μm. Penelitian lebih

lanjut juga dilakukkan oleh Elliot et al, dengan variasi jumlah batu bara, elemental

sulfur atau unsur belerang, pirit dan temperatur reduksi 1000 – 1200C. Dengan

penambahan sedikit sulfur (4%) terobservasi rata - rata partikel feronikel

meningkat signifikan selama reduksi sedangkan rata - rata kadar nikel menurun.

Hal ini dikarenakan meningkatnya metalisasi besi.

Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan Jiang et al, dengan aditif yang

berbeda yaitu Na2O dapat meningkatkan perolehan nikel, dan sulfur atau belerang

secara signifikan mempengaruhi peningkatan terhadap kelas nikel. Perolehan

nikel dan besi dari feronikel dengan penambahan campuran Na2O dan S adalah

serupa dengan Na2S dan Na2SO4 yang terpisah. Ketika dosis Na2S, Na2SO4, dan

Page 51: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

31

campuran Na2O dan S meningkat menjadi 10 wt.%, kelas nikel dari konsentrat

feronikel meningkat menjadi 9,87%, 10,86%, dan 9,29%, dengan perolehan nikel

dari 90,90%, 88,56%, dan 87,29%, dan perolehan besi 29,55%, 24,62%, dan

30,76%. Penambahan aditif dapat menurunkan recovery besi pada konsentrat

feronikel karena terbentuknya wustite dan FeS. Wustite lebih sulit tereduksi dari

pada nikel oksida sedangkan S bereaksi dengan Fe membentuk FeS bersifat non

magnetik yang dapat mengurangi recovery besi dan meningkatkan kadar nikel

saat benefisiasi melalui separasi magnetik. Selain itu penambahan S dapat

menurunkan tegangan permukaan dan memperbesar ukuran partikel (Jiang et al,

2013). Elektrolisis sulfur atau belerang dapat menggunakan elektrolit asam kuat

maupun asam lemah. Akan tetapi yang umum digunakan adalah berupa asam kuat

seperti HCL dan asam sulfat. Sedangkan elektroda yang digunakan adalah

elektroda baja, grafit, dan stainless steel (Budevsky, 1979).

Reaksi yang terjadi pada larutan elektrolit :

H2SO4 2H+ + SO42- (7)

Katoda : 2H+ (aq) + 2e- H2 (g) E0 = 0

Anoda : 2H2O (l) 4H+ (aq) + O2 (g) + 4e- E0 = -1,23

2H2O (l) O2 (g) + 2 H2 (g) E0 = -1,23

Reaksi yang terjadi pada sulfur :

FeS2 Fe2+ + S22- (8)

Katoda : Fe2+ (aq) + 2e- Fe (s) E0 = -0,44

Anoda : S22- 2S0 (g) + 2e- E0 = +2,58

Fe2+ (aq) + S22- Fe (s) + 2S0 (g) E0 = +2,44

Page 52: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

32

2.9 Termodinamika Reduksi

Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen dari suatu senyawa. Reduktor adalah zat

yang menarik oksigen pada reaksi reduksi. Temperatur terendah pada tekanan 1

atm agar reduksi NiO oleh fixed carbon terjadi adalah 440 C. Faktanya, bijih

nikel laterit tergolong bijih kompleks yang mengandung NiO, Fe2O3, Fe3O4 dan

sebagainya. Reaksi - reaksi lainnya terjadi secara simultan pada proses reduksi (Li

et al, 2011).

Termodinamika dasar nikel laterit selama proses reduksi telah dijelaskan oleh

Harris et al (2011). Setelah bijih dikeringkan dan digerus ke ukuran partikel yang

diinginkan, tahap pertama dalam ekstraksi nikel adalah dehidroksilasi mineral

nikel yang terhidrasi. Dalam bijih limonit, nikel disubstitisi ke dalam struktur

kristal goethite. Dehidroksilasi dari goethite terjadi pada temperatur sekitar 300

°C dengan reaksi sebagai berikut:

2 (Fe, Ni) O⋅OH → (Fe, Ni)2O3 + H2O (g) (9)

Setelah proses dehidroksilasi, trevorite (NiFe2O4) terbentuk dalam struktur

hematite baru (Landers et al, 2011). Sedikit di bawah kondisi reduksi, nikel akan

bergabung menjadi fasa spinel dengan reaksi:

6(Fe, Ni)O·OH → 2(Fe,Ni)3O4 + 3H2O(g) + 0,5O2 (g) (10)

Pada bijih saprolit, proses dehidroksilasi serupa terjadi terhadap struktur

serpentine yang berlangsung pada temperatur antara 650-810 °C dengan reaksi

sebagai berikut (Rhamdhani et al, 2014):

(Mg,Ni)3Si2O5(OH)4 → (Mg,Ni)SiO3 + (Mg,Ni)2SiO4 + 2H2O(g) (11)

Page 53: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

33

Baik besi maupun nikel menstubtitusi magnesium di dalam struktur kristal

mineral yang terbentuk (Valix et al, 2002).

Mekanisme reduksi pada bijih nikel laterit dengan penambahan sumber karbon

padat terdapat tiga reaksi reduksi, yaitu reduksi besi oksida, reduksi nikel oksida

dan gasifikasi karbon (Zevgolis et al, 2010). Mekanisme reduksi padat yang

terjadi pada oksida besi melalui tiga tahap reaksi.

Tahap I : Reduksi hematite menjadi magnetite

3Fe2O3 + CO → 2Fe3O4 + CO2 (12)

Tahap II : Reduksi magnetite menjadi wustite

Fe3O4 + CO → 3FeO + CO2 (13)

Tahap III : Reduksi wustite menjadi metallic iron

FeO + CO → Fe + CO2 (14)

Reduksi Oksida Nikel terjadi melalui reaksi :

NiO + CO → Ni + CO2 (15)

Carbon gasification berlangsung melalui reaksi :

C + CO2 → 2CO (16)

Mekanisme reduksi padat berlangsung karena adanya gas pereduksi yang

terbentuk melalui reaksi Boudoard yang menjaga atmosfir dalam keadaan reduktif

(Zevgolis et al, 2010).

Page 54: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

34

2.10 Analisis AAS (Atomic Absorption Spectroscopy)

Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) merupakan metode analisis unsur secara

kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang

gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas, dimana AAS memiliki

range ukur optimum dan panjang gelombang 200-300 nm (Skoog et al, 2000).

Pada alat AAS terdapat dua bagian utama yaitu suatu sel atom yang menghasilkan

atom-atom gas bebas dalam keadaan dasarnya dan suatu sistem optik untuk

pengukuran sinyal. Rangkaian alat AAS adalah sebagai berikut:

Gambar 7. Prinsip kerja komponen alat AAS

Sumber cahaya yang paling sering digunakan dalam pengukuran serapan atom

adalah lampu katoda cekung. Lampu katoda ini dimasukan kedalam yang

dihampakan dan kemudian diisi gas monoatomik yang murni. Dengan adanya

beda potensial yang cukup besar, ion dipercepat gerakannya ke arah katoda. Pada

waktu terjadi tumbukan dengan katoda, beberapa atom logam akan dibebaskan

dari permukaan katoda dan membentuk kabut atom logam di ruang katoda.

Peristiwa ini disebut nebulizer (sistem pengkabutan) dan burner (sistem

pembakar), sehingga atomizer sering disebut sistem pengabut dan pembakar

(Underwood, 2001). Fungsi utama dari sistem optik adalah untuk menyeleksi dan

Page 55: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

35

mengisolasi garis-garis spectra yang terbentuk. Monokromator digunakan untuk

mengisolasi spectra, sehingga garis spectra yang dikehendaki sampai pada

detektor. Detektor yang biasa digunakan ialah tabung pengganda foton, yang

terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat peka cahaya dan suatu

anoda yang mampu mengumpulkan elektron. Antara katoda dan anoda terdapat

dinoda-dinoda yang mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron

yang sampai menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik

yang diperkuat oleh amplifier sebelum dianalisis (Basset, 1994).

Spektrofotometri memiliki prinsip penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral

dalam keadaan gas. Sampel yang akan dianalisis diuraikan dengan suatu alat

disebut “atomizer” sehingga menjadi atom netral yang berbentuk uap, kemudian

atom netral ini disinari oleh sinar yang sesuai sehingga terjadi serapan atom

(absorbansi). Larutan sampel yang akan dianalisa dihisap dengan menggunakan

pipa kapiler dan disemprotkan dalam bentuk kabut. Pada temperatur tinggi zat

tersebut akan terurai menjadi ion-ionnya. Penyerapan energi radiasi oleh atom-

atom unsur logam sebanding dengan konsentrasi atom logam dalam nyala.

Beberapa atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, namun kebanyakan atom

tetap berada dalam keadaan dasar. Atom-atom yang berada keadaan dasar

kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang sesuai.

Panjang gelombang yang dihasilkannya sama dengan panjang gelombang yang

diabsorbasi oleh atom nyala. Absorbasi ini mengikuti hukum Lambert-Beer, yakni

absorbasi berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan

konsentrasi uap atom dalam nyala (Underwood, 2001).

Page 56: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

36

2.11. Analisis XRD (X-Ray Diffraction)

XRD atau X-Ray Diffraction merupakan suatu alat yang digunakan untuk

menganalisis sistem kristal pada material yang diuji. XRD dapat memberikan

informasi mengenai jenis struktur, parameter kisi, susunan atom yang berbeda

pada kristal. Prinsip kerja dari XRD ini menggunakan difraksi sinar X yang

dihamburkan oleh sudut Kristal material yang diuji. Komponen utama pada XRD

ini terdiri dari tabung katoda, sampel holder dan detektor. XRD akan memberikan

data difraksi dan juga kuantitasi intensitas difraksi pada sudut dari suatu bahan.

Setiap pola yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang Kristal yang

memiliki orientasi tertentu. Berkas sinar-X yang dihamburkan ada yang saling

menghilangkan dan saling menguatkan. Selain dari kelebihan XRD diatas,

pastinya XRD juga mempunyai kekurangan, yaitu tidak dapat digunakan untuk

analisa kuantitatif, sehingga XRD tidak dapat kita gunakan untuk menghitung

jumlah dan kadar dari mineral-mineral tersebut. Biasanya, XRD digunakan untuk

menghitung analisa jumlah yang tidak harus akurat (Brady, 1999).

Setiap kumpulan bidang kisi tersebut memiliki beberapa sudut orientasi sudut

tertentu, sehingga difraksi sinar-X memenuhi Hukum Bragg:

2d sin = n (17)

dengan:

d = jarak antar bidang dalam kristal

= sudut difraksi

n = orde difraksi (0, 1, 2, 3,...)

= panjang gelombang

Page 57: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

37

Hukum Bragg merupakan perumusan matematik mengenai proses difraksi yang

terjadi sebagai hasil interaksi antara sinar-X yang dipantulkan oleh material.

Pantulan tersebut terjadi tanpa mengalami kehilangan energi sehingga

menghasilkan pantulan elastis atau elastic scattering. Bragg menunjukkan bahwa

bidang yang berisi atom-atom di dalam kristal akan memantulkan radiasi dengan

cara yang sama persis dengan peristiwa pemantulan cahaya di bidang cermin

(Vlack, 1980).

Gambar 8. Prinsip Kerja XRD

Prinsip dari alat XRD (X-ray diffraction) adalah sinar X yang dihasilkan dari

suatu logam tertentu memiliki panjang gelombang tertentu, sehingga dengan

memvariasi besar sudut pantulan sehingga terjadi pantulan elastis yang dapat

dideteksi. Maka menurut Hukum Bragg jarak antar bidang atom dapat dihitung

dengan data difraksi yang dihasilkan pada besar sudut-sudut tertentu. Difraksi

sinar-X terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh atom dalam sebuah

kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut memberikan

interferensi yang konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X untuk

mempelajari kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg (Brady, 1999).

Page 58: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

38

2.12 Analisis SEM (Scanning Electron Microscopy)

Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah alat deteksi yang menggunakan

sinar elektron berenergi tinggi untuk melihat objek pada skala yang sangat kecil.

SEM mempunyai depth of field yang besar, yang dapat memfokus jumlah sampel

yang lebih banyak pada satu waktu dan menghasilkan bayangan yang baik dari

sampel tiga dimensi. SEM menghasilkan bayangan dengan resolusi yang tinggi,

maksudnya pada jarak yang sangat dekat tetap dapat menghasilkan perbesaran

yang maksimal tanpa memecahkan gambar. SEM terdiri dari dua bagian utama,

yaitu konsol elektronik dan kolom elektron. Pada konsol terdapat tombol-tombol

yang berguna untuk mengatur fokus, perbesaran, dan intensitas gambar pada

tampilan layar. Kolom merupakan tempat berkas elektron dihasilkan, difokuskan

ke suatu titik kecil dan di scan melewati sampel untuk membuat sinyal yang dapat

mengontrol intensitas gambar pada layar (Zhou dan Wang, 2006).

Gambar 9. Scanning Electron Microscopy

Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa peralatan utama antara

lain (Zhou dan Wang, 2006):

Page 59: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

39

1. Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang

mudah melepas elektron misal tungsten.

2. Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang

bermuatan negatif dapat dibelokkan oleh medan magnet.

3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada

molekul udara yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan

terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai sasaran sehingga

menghilangkan molekul udara menjadi sangat penting.

SEM dapat menghasilkan gambar dengan resolusi yang tinggi dari suatu

permukaan sampel, menangkap secara lengkap dengan ukuran sekitar 1 - 5 nm.

Agar menghasilkan gambar yang diinginkan maka SEM mempunyai sebuah lebar

fokus yang sangat besar (biasanya 25 – 250.000 kali pembesaran). SEM dapat

menghasilkan karakteristik bentuk 3 dimensi yang berguna untuk memahami

struktur permukaan dari suatu sampel (Crundwell et al, 2011)

Keunggulan SEM adalah sebagai berikut:

1. Daya pisah tinggi

Dapat ditinjau dari jalannya berkas media, SEM dapat digolongkan dengan

optik metalurgi yang menggunakan prinsip refleksi, yang diartikan sebagai

permukaan spesimen yang memantulkan berkas media.

2. Menampilkan data permukaan spesimen

Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisis

permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan

atau lapisan yang tebalnya sekitar 20 mikro meter dari permukaan. Sinyal lain

yang penting adalah back scattered electron yang intensitasnya bergantung

Page 60: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

40

pada nomor atom, yang unsurnya menyatakn permukaan spesimen. Dengan

cara ini diperoleh gambar yang menyatakan perbedaan unsur kimia yang

lebih tinggi pada nomor atomnya. Kemampuannya yang beragam membuat

SEM popular dan luas penggunaannya, tidak hanya dibidang material

melainkn juga dibidang biologi, pertanian, kedokteran, elektronika,

mikroelektronika dan lain-lain.

3. Kemudahan penyiapan sampel

Spesimen untuk SEM dapat berupa material yang cukup tebal, oleh karena itu

penyiapannya sangat mudah. Untuk pemeriksaan permukaan patahan

(fraktografi), permukaan diusahakan tetap seperti apa adanya, namun bersih

dari kotoran, misalnya debu dan minyak. Permukaan spesimen harus bersifat

konduktif. Oleh karena itu permukaan spesimen harus bersih dari kotoran dan

tidak terkontaminasi oleh keringat (Zhou dan Wang, 2006).

Sedangkan kelemahan dari teknik SEM antara lain:

1. Memerlukan kondisi vakum.

2. Hanya menganalisa permukaan.

3. Resolusi lebih rendah dari TEM.

4. Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu dilapis

logam seperti emas.

Prinsip kerja dari SEM adalah sebagai berikut (Brady, 1999) :

1. Electron gun menghasilkan electron beam dari filamen. Pada umumnya

electron gun yang digunakan adalah tungsten hairpin gun dengan filamen

berupa lilitan tungsten yang berfungsi sebagai katoda. Tegangan yang

diberikan kepada lilitan mengakibatkan terjadinya pemanasan. Anoda

Page 61: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

41

kemudian akan membentuk gaya yang dapat menarik elektron melaju menuju

ke anoda.

2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju suatu titik pada permukaan

sampel.

3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan

diarahkan oleh koil pemindai.

4. Ketika elektron mengenai sampel, maka akan terjadi hamburan elektron, baik

Secondary Electron (SE) atau Back Scattered Electron (BSE) dari permukaan

sampel dan akan dideteksi oleh detektor dan dimunculkan dalam bentuk

gambar pada monitor CR.

Gambar 10. Prinsip Kerja SEM

Page 62: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini akan dilakukan “Pengaruh Variasi Konsentrasi Batubara

Antrasit, Temperatur dan Waktu Tahan Reduksi pada Produk Feronikel Berbahan

Dasar Bijih Nikel Laterit Sulawesi Tenggara dengan Penambahan Unsur Belerang

10%” dengan variasi temperatur 950 C, 1050 C dan 1150 C dan variasi waktu

tahan selama 60 menit, 90 menit, dan 120 menit. Reduktor yang digunakan yaitu

batubara antrasit sebanyak 5%, 10% dan 15% berat. Bijih laterit yang digunakan

pada penelitian ini adalah jenis limonit. Sampel yang akan digunakan diayak

menggunakan mesh-100 kemudian dikarakterisasi menggunakan AAS dan XRD

sebelum dibuat pellet. Karakterisasi AAS berfungsi untuk mengetahui unsur-

unsur kimia yang terdapat pada sampel dan karakterisasi XRD berfungsi untuk

mengetahui fasa yang dominan pada bijih nikel laterit. Pembuatan pelet dilakukan

dengan mencampurkan bijih nikel laterit, unsur belerang, dan reduktor batubara

antrasit. Kemudian dilakukan proses reduksi bijih nikel laterit menggunakan

furnace. Hasil dari proses reduksi kemudian dilakukan proses pemisahan

magnetik yang menghasilkan konsentrat feronikel dan tailing. Setelah melalui

proses pemisahan magnetik, hasil konsentrat feronikel dan tailing dikarakterisasi

menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), X-Ray Diffraction

(XRD), dan analisis struktur permukaan menggunakan Scanning Electron

Microscopy - Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (SEM-EDS).

Page 63: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

43

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2019 di

Laboratorium Kimia Analisa Balai Penelitian Teknologi Mineral LIPI, Jl. Ir

Sutami Km. 15 Tanjung Bintang, Lampung Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan digital merk

gold series ohaus, ball mill, spatula, muffle furnace, shaker mill, gelas ukur, labu

erlenmeyer, kertas saring, pengaduk magnet, cawan, funel atau corong, oven merk

memmert, mortar, pastel, cawan, krusibel, mesin mounting, mesin AAS, mesin

XRD PAN Analytical dan mesin SEM. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu

bijih nikel laterit, batubara antrasit sebanyak 5%, 10%, dan 15% berat sebagai

reduktor, aditif unsur belerang, air sebagai media pendinginan cepat, alkohol

sebagai pembersih sampel setelah proses polishing dan titanium oksida sebagai

bahan pembuat larutan pada proses polishing.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut

3.3.1 Preparasi Sampel

Tahap preparasi sampel bijih nikel laterit adalah:

1. Menimbang serbuk bijih nikel laterit dan reduktor batubara antrasit dengan

neraca digital.

2. Mencampurkan bijih nikel laterit, aditif unsur belerang dan batubara antrasit

dengan menggunakan air agar bahan tercampur hingga homogen.

Page 64: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

44

3. Melakukan proses pelletizing secara manual sehingga membentuk pellet.

4. Melakukan proses pengeringan pellet di dalam oven pada temperatur 120°C

selama 4 jam.

3.3.2 Analisis Proksimat Batubara

Melakukan analisis proximat pada batubara sebagai reduktor, untuk mengetahui

moisture (kadar air), volatile (zat terbang), ash (abu), dan fixed carbon.

1. Moisture (Kadar Air)

a. Menimbang cawan kosong yang akan digunakan untuk wadah sampel

batubara menggunakan neraca analitik.

b. Menandai cawan dengan tanda cawan 1.

c. Menambahkan sampel batubara sebanyak 45 gram ke dalam cawan 1

yang masih berada dalam timbangan, dan catat hasilnya.

d. Mengoven cawan 1 yang sudah berisi sampel batubara selama 1 jam, 2

jam, dan 24 jam.

e. Setelah mengoven 1 jam, mengeluarkan dan membiarkan sampai dingin.

f. Menimbang cawan 1 sebelum dan sesudah dioven, dan mencatat

hasilnya, begitu juga pada oven 2 jam dan 24 jam.

g. Menghitung kadar air total dan kadar air lembab menggunakan

perhitungan Kadar air total (%) = x 100% (18)

m1 = cawan kosong (gr)

m2 = cawan + sampel batubara sebelum dioven (gr)

m3 = cawan + sampel batubara sesudah dioven 1 jam (gr)

Kadar air lembab (%) = x 100% (19)

Page 65: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

45

m1 = cawan kosong (gr)

m2 = cawan + sampel batubara sesudah dioven 2 jam (gr)

m3 = cawan + sampel batubara sesudah dioven 24 jam (gr)

2. Volatile (Zat Terbang)

a. Menimbang cawan yang akan digunakan untuk wadah sampel batubara

menggunakan neraca analitik, dan mencatat hasil timbangan.

b. Menandai cawan dengan tanda cawan 2.

c. Menambah sampel batubara sebanyak 45 gram ke dalam cawan 1 yang

masih berada dalam timbangan, dan mencatat hasilnya.

d. Mengoven cawan 1 yang sudah berisi sampel batubara selama 1 jam.

e. Setelah mengoven 1 jam, mengeluarkan dan biarkan beberapa menit

sampai dingin, kemudian menimbang cawan 2 dan mencatat hasilnya.

f. Menyiapkan 2 cawan kecil yang sudah diberi tanda a dan b.

g. Menimbang cawan a dan b sebelum dan sesudah diberi sampel batubara

sebanyak 1 gram dan mencatat hasilnya.

h. Memanaskan cawan a dan b dalam keadaan cawan tertutup menggunakan

furnace barnstead pada suhu 900C selama 7 menit.

i. Mengeluarkan cawan a dan b dan menunggu sampai dingin, kemudian

menimbang cawan a dan b tanpa tutup, dan mencatat hasilnya.

j. Menghitung volatile (zat terbang) menggunakan perhitungan

volatile (%) = ( x 100%) – kadar air lembab (20)

m1 = cawan kosong (gr)

m2 = cawan + sampel batubara sebelum di furnace (gr)

Page 66: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

46

m3 = cawan + sampel batubara sesudah di furnace (gr)

3. Ash (kadar abu)

a. Menyiapkan 2 cawan kecil yang sudah diberi tanda a dan b.

b. Menimbang cawan a dan b menggunakan neraca analitik sebelum dan

sesudah diberi sampel batubara sebanyak 0,5 gram dari sampel batubara

yang sama dengan volatile pada cawan 2 dan mencatat hasilnya.

c. Memanaskan cawan a dan b dalam keadaan cawan terbuka menggunakan

furnace barnstead pada suhu 900 C selama 1 jam.

d. Mengeluarkan cawan a dan b dan menunggu sampai dingin, kemudian

menimbang cawan a dan b tanpa menutup, dan mencatat hasilnya.

e. Menghitung ash (kadar abu) menggunakan perhitungan

Kadar abu (%) = x 100% (21)

m1 = cawan kosong (cawan a dan b) (gr)

m2 = cawan + sampel batubara sebelum di furnace (gr)

m3 = cawan + sampel batubara sesudah di furnace (gr)

4. Fixed Carbon

Menghitung fixed carbon menggunakan perhitungan

FC (%) = 100% - (air lembab + zat terbang)% (22)

3.3.3 Proses Reduksi Selektif

Tahap proses reduksi selektif adalah:

1. Menimbang sampel dalam bentuk pellet dengan menggunakan timbangan

digital sebanyak 60 gram.

Page 67: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

47

2. Memasukkan pellet ke dalam crucible grafit.

3. Memasukkan pellet ke dalam muffle furnace untuk proses reduksi dengan

variasi waktu tahan yaitu 60, 90, dan 120 menit serta variasi temperatur 950

°C, 1050 °C dan 1150 °C.

4. Melakukan metode pendinginan cepat menggunakan media air.

3.3.4 Proses Separasi Magnetik

Tahap proses separasi magnetik adalah

1. Sampel digerus dengan mortar dan pastel, kemudian dihaluskan dengan

shaker mill sampai mendapatkan ukuran 200 mesh.

2. Sampel hasil reduksi kemudian ditimbang dan dilakukan separasi magnetik

untuk menghasilkan konsentrat dan tailing.

3. Pemisahan magnetik dilakukan secara manual menggunakan magnet dengan

berkekuatan 500 Gauss dengan metode basah.

4. Hasil reduksi dari proses pemanggangan untuk selanjutnya dicampur

dengan air dengan perbandingan bijih hasil reduksi terhadap air sebesar 1:10

dan dilakukan pemisah dengan magnet (magnetic separator). Komponen

magnetic (konsentrat) menempel pada alat separasi magnetic sedangkan

partikel non-magnetic (tailing) tidak menempel pada magnet.

3.4 Prosedur Karakterisasi

3.4.3 Karakterisasi XRD

Karakterisasi dengan XRD bertujuan untuk mengetahui senyawa atau fasa

dominan penyusun dari bijih nikel laterit dan sampel hasil reduksi selektif.

Page 68: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

48

Karakterisasi dengan XRD untuk sampel awal bijih nikel laterit dan sampel hasil

reduksi selektif dilakukan di Balai Penelitian Teknologi Mineral-Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (BPTM-LIPI) Lampung. Prinsip analisis XRD adalah

dengan memancarkan elektron yang memiliki kecepatan tinggi dan kemudian

menumbuk objek sehingga energi akan berubah menjadi energi panas dan

pancaran sinar-X. Panjang gelombang sinar-X yang dipancarkan ini akan

tertangkap oleh detektor dan diterjemahkan dalam bentuk grafik intensitas

terhadap 2θ.

3.4.4 Karakterisasi AAS

AAS merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya

berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom

logam dalam keadaan bebas. Prinsip dasar dari AAS adalah penyerapan energi

secara eksklusif oleh atom dalam keadaan dasar dan berada dalam bentuk gas.

Hasil karakterisasi AAS (dalam satuan ppm) digunakan untuk menghitung kadar

nikel dan besi di dalam konsentrat magnetik. Untuk pengujian kadar nikel dan

besi hasil reduksi selektif, konsentrat ataupun tailing hasil pemisahan magnetik

maka serbuk kemudian ditimbang sekitar 0,5 gram menggunakan timbangan

analitik. Berat penimbangan harus dicatat dengan presisi angka desimalnya karena

sangat berpengaruh pada perhitungan kadar. Kemudian hasil penimbangan

tersebut dicampurkan ke dalam 200 ml larutan aquaregia dengan perbandingan

asam klorida terhadap asam nitrat sebesar 3 : 1 atau campuran antara 150 ml HCl

dan 50 ml HNO3. Tuang larutan aquaregia kedalam sampel sebanyak 50 ml.

Larutan sampel tersebut kemudian dipanaskan hingga uap yang semula berwarna

Page 69: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

49

kuning berubah menjadi putih yang menandakan proses pelarutan telah selesai.

Larutan kemudian disaring menggunakan kertas saring dan diencerkan sebanyak

25x faktor pengenceran ke dalam labu ukur untuk pengujian unsur nikel (Ni), dan

625x faktor pengenceran untuk unsur besi (Fe). Hasil pengenceran tersebut

dianalisis menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) untuk

mengetahui kadar nikel dan besi pada produk konsentrat feronikel dan tailing

hasil pemisahan magnetik.

Perhitungan yang dilakukan untuk analisis adalah sebagai berikut:

R(Fe, Ni) (%) =( ) (%)( ) (%) x 100% (23)

K(Fe,Ni) (%) =( ) ( )( / ) ( ) x 100% (24)

Keterangan:

R : Recovery ; K : kadar

3.4.3 Karakterisasi Optical Microscopy

Karakterisasi dengan OM dilakukan di Balai Penelitian Teknologi Mineral-LIPI

Lampung. Pengamatan dengan OM bertujuan untuk mengamati struktur mikro

dengan resolusi yang baik, selain itu juga untuk mengamati keberadaan fasa

dengan lebih detail.

3.4.4 Karakterisasi SEM-EDX

Karakterisasi dengan SEM (Scanning Electron Microscopy) dan EDX (Energy

Dispersive X-Ray Spectroscopy) di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra

Inovasi Teknologi Universitas Lampung. Pengamatan dengan SEM-EDX

bertujuan untuk mengamati struktur mikro dan morfologi yang terbentuk dengan

Page 70: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

50

resolusi yang lebih baik, selain itu juga untuk mengamati keberadaan fasa dengan

lebih detail.

3.5 Diagram Alir Penelitian

Adapun diagram alir pada penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 11. Diagram alir penelitian

Bijih nikel laterit dan reduktor batubara antrasit

Dihaluskan menggunakan mortarDiayak menggunakan mesh 100Bijih nikel laterit dianalisa XRD dan AASReduktor ditimbang 5%, 10% dan 15% berat

1800 gr bijih nikel laterit + 180 gr unsur belerang + 180 gr reduktor

Dicampurkan kemudian dibentuk pelletDikeringkan selama 4 jam, T = 120 C

Pellet yang direduksi pada T = 950 C, 1050 C dan 1150 C denganvariasi waktu tahan 60, 90, dan 120 menit

Dilakukan pendinginan cepat (quenching)Dikeringkan selama 4 jam, T = 120 CDigerus dan dihaluskan 200 meshDikarakterisasi dengan XRD dan SEM-EDX

Hasil reduksi

Dilakukan pemisahan magnetik

Hasil tailing dan konsentrat feronikel

Dikarakterisasi menggunakan AAS danXRD

Data

Dianalisa

Hasil

Page 71: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

51

Adapun diagram alir hasil reduksi yang berupa konsentrat dan tailing

dikarakterisasi menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) pada

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Gambar 12. Diagram alir karakterisasi AAS

Hasil reduksi (konsentrat dan tailing)

Ditimbang sekitar 0,5 gramDicampurkan kedalam 200 ml larutanaquaregia

Larutan aquaregia dengan perbandingan asam kloridadengan asam nitrat sebesar 3:1

Dituang sebanyak 50 ml kedalamsampel hasil reduksi yang sudahditimbangDipanaskan hingga uap berubahmenjadi warna putih

Pengenceran larutan

Diencerkan sebanyak 25x faktorpengenceran untuk pengujian unsurnikel (Ni) dan 625x faktorpengenceran untuk unsur besi (Fe)

Karakterisasi AAS

Page 72: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut

1. Hasil dari kadar nikel dengan recovery nikel menunjukkan nilai optimal

pada temperatur reduksi 1150 C dengan kadar nikel sebesar 3,72% dan

recovery nikel sebesar 95,67%.

2. Hasil dari kadar nikel dengan recovery nikel menunjukkan nilai optimal

pada waktu tahan reduksi 60 menit dengan kadar nikel sebesar 4,28% dan

recovery nikel sebesar 62,31%.

3. Hasil dari kadar nikel dengan recovery nikel menunjukkan nilai optimal

pada jumlah reduktor 5% dengan kadar nikel sebesar 3,72% dan recovery

nikel sebesar 95,67%.

4. Penambahan unsur belerang dapat menekan pembentukan metalisasi Fe

dengan membentuk FeS sehingga mampu menaikkan kadar dan perolehan

FeNi. Kadar FeS tertinggi terdapat pada jumlah reduktor 10% dengan

temperatur 1150C dan waktu tahan 60 menit sebesar 20,7%.

5. Hasil uji XRD bijih nikel laterit yang direduksi dengan 10% unsur belerang

didominasi oleh senyawa-senyawa seperti fayalite (Fe2SiO4), quartz low

(SiO2), magnesioferrite (Fe2MgO4), wustite (FeO), iron nickel (FeNi),

pyrrhotite (FeS) dan nickel oxide (NiO).

Page 73: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

79

5.2 Saran

Dalam upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan penelitian bijih nikel

laterit terdapat beberapa saran antara lain:

1. Pemisahan magnetik sebaiknya dilakukan dengan mempelajari besarnya kuat

medan magnet optimal agar didapatkan fraksi konsentrat yang tepat dan

sesuai.

2. Karakterisasi termal perlu dilakukan pada sampel agar dapat dianalisis

perubahan dan reaksi-reaksi yang terjadi selama proses reduksi.

Page 74: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

DAFTAR PUSTAKA

Anggarda, D.Y. 2017. Studi Pengaruh Variasi Jenis Fluks dalam ProsesAglomerasi Bijih Nikel Laterit terhadap Kadar Ni dan Fe serta MorfologiAglomerat sebagai Bahan Umpan Mini Blast Furnace. Thesis. InstitutTeknologi Sepuluh Nopember.

Arifin, M., Widodo, S., dan Anshariah. 2015. Karakteristik Endapan Nikel Lateritpada Blok X PT. Bintang Delapan Mineral Kecamatan Bahodopi KabupatenMorowali Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Geomine. Vol. 01. Hal. 37-45.

Barkas, J. 2010. Drivers and risks for nickel demand. 7th International ChinaNickel Conference. Shanghai.

Basset, J. 1994. Buku Ajar Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC

Brady, J.E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara

Budevsky, D. 1979. Foundation of Chemical Analysis. London: Eliss Horwood.

Cao, Z.C., Sun, T.C., Yang, H.F., Wang, J.J., Wu, X.D., 2010. Recovery of ironand nickel from nickel laterite ore by direct reduction roasting and magneticseparation. University Science Technology Beijing. Vol. 32. No. 6. Pp. 708–712.

Cotton, W. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI-Press. Jakarta.

Crama, W. J., Baas, A. H., 1984. Patent No. 4,490,174. United States.

Crawford, G.A. 1960. Segregation of Nickel in Laterites - The FalconbridgeExperience. Segregation Symposium. Pp. 219-240.

Crundwell, F. K., Moats, M. S., Ramachandran, V., Robinson, T. G., andDavenport, W. G. 2011. Extractive Metallurgy of Nickel, Cobalt andPlatinum - Group Metals. Oxford: Elsvier.

Dalvi, A.D., Bacon, W.G, and Osborne, R.C. 2004. The past and the future ofnickel laterites. PDAC 2004 International Convention. Trade show &Investor Exchange. North Carolina USA.

Page 75: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

Diessel, C. F. K. 1992. Coal Facies and Depositional Environment. Coal-BearingDepositional System. Pp. 161-264.

Donghua, H., Jianliang, Z., Rui, M., Mingming, C., 2011. Thermal Behaviors andGrowth of Reduced Ferronickel Particles in Carbon-Laterite Composites.Rare Metals. Vol. 30-6, pp. 681-687.

Duke, J.M. 1990. Mineral Deposit Models: Nickel Sulfide Deposits Of TheKambalda Type. Canadian Mineralogist. Vol. 28. Pp. 379-388.

Elias, M. 2002. Nickel Laterite Deposits-Geological Overview, Resources andExploitation. Pongratz, CODES Special Publication 4. Centre for OreDeposit Research. University of Tasmania. Pp. 205-220.

Elliot, R., Pickles, C. A., and Forster, J. 2016. Thermodynamics of the ReductionRoasting of Nickeliferous Laterite Ores. Journal of Minerals and MaterialsCharacterization and Engineering.Vol. 4. Pp. 320-346.

Elliot, R., Pickles, C., and Peacey, J. 2017. Ferronickel Particle Formation Duringthe Carbothermic Reduction of a Limonitic Laterite ore. MineralsEngineering. Vol. 100. Pp. 166-176.

Elliot, R., Rodrigues, F., Pickles, C. A., Peacey, J. 2015. A Two-Stage ThermalUpgrading Process for Nickeliferous Limonitic Laterite Ores. CanadianMetallurgical Quarterly. Pp. 235-252.

Ericson, A. S., Svensson, J., and Ishii, K. 1987. The MINPRO-PAMCO NickelSegregation Process. International Journal of Mineral Processing , Pp. 223-236.

Fitiran, E.B., Massinai, M.A., dan Maria. 2011. Identifikasi Sebaran Nikel Lateritdan Volume Bijih Nikel Daerah Anoa menggunakan Korelasi data Bor.Jurnal Geofisika. Universitas Hasanuddin.

Foster, J., Pickles, C.A., and Elliot, R. 2016. Microwave Carbhotematic ReductionRoasting of Low Grade Nickeliferous Silicate Laterite Ore. MineralsEngineering. Vol. 88. Pp. 18-27.

Harris, C. H., 2012. The Selective Sulphidation and Physical Upgrading of Nickelfrom a Nickeliferous Laterite Ore. Kingston, Ontario: Queen’s University.

Harris, C., Peacey, J., and Pickles, C. 2011. Selective Sulphidation Of aNickeliferous Lateritic Ore. Minerals Engineering. Vol. 24. Pp. 651-660.

Henpristian, Y., Antoro, I.D., dan Oediyani, S. 2014. Pengaruh Waktu Reduksidan Komposisi Pelet terhadap Persen Fe Metal dan Persen Fe Ni Spons dariBijih Nikel. Vol. 29. ISSN. 126-3188-1205-214.

Page 76: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

Jiang, M., Sun, T., Liu, Z., Kou, J., Liu, N., and Zhang, S. 2013. Mechanism ofSodium Sulfate in Promoting Selective Reduction of Nickel Laterite OreDuring Reduction Roasting Process. International Journal of MineralProcessing. Vol. 123. Pp. 32-38.

Kartaman, M., Husna, M., dan Paid, A. 2013. Pengaruh Temperatur TerhadapSifat Bahan Paduan Aluminium Feronikel. Urania. Vol. 19. No. 2. Hal. 63-118.

Kawahara, M., Toguri, J.M., and Bergman, R.A. 1988. Reducibility of LateriteOres. Metall Trans. Vol. 19. Pp. 181–186.

Keenan, C. W. 1992. Kimia untuk Universitas Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

Kim, J., Dodbiba, G., Tanno, H., Okaya, K., Matsuo, S., and Fujita, T., 2010.Calcinations of Low-Grade Laterite for Concentration of Ni by MagneticSeparation. Minerals Engineering. Vol. 23. No. 4. Pp. 282-288.

Kirk-Othmer. 1998. Encyclopedia of Chemical Technology. 4th Edition Volume 1.John Willey & Sons Inc. USA.

Kose, S. 2010. Hydrometallurgical Processing of Lateritical Nickel Ores. Thesis.Metallurgical and Materials Engeneering. Pp.195.

Kruger, P.V., Silva, C. A., Vieira, C. B., Araujo, F. G. S., Seshadri, V., 2010.Relevant Aspect Related To Production of Iron Nickel Alloys (Pig IronContaining Nickel) in Mini Blast furnace. The Twelfth InternationalFerroalloys Congress Sustainable Future. Finland.

Kuck, P.H and Nickle, U.S. 2013. Geological Survey. Mineral CommoditySummaries. http://minerals.usgs.gov.

Kyle, J. 2010. Nickel Laterit Processing Technologies-Where to Next. Murdoch.University Repository.

Landers, M., Grafe, M., Gilkes, R. J., Saunders, M., Wells, M. A. 2011. NickelDistribution and Speciation in Rapidly Dehydroxylated Geothite in Oxide-Type Lateritic Nickel Ores: XAS and TEM Spectroscopic (EELS andEFTEM) Investigation. Aust. J. Earth Sci. Vol. 58. Pp.745-765.

Lee, H.Y., Kim, S.G., and Oh, J.K. 2005. Electrochemical leaching of nickel fromlow-grade laterite. Hydrometallurgy. Vol. 77. Pp. 263 – 268.

Li, B., Wang, H., and Wei, Y. 2011. The Reduction of Nickel From Low - GradeNickel Laterite Ore Using a Solid - State Deoxidation Method. MineralsEngineering. Vol. 24. Hal. 1556-1562.

Page 77: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

Li, G.H., Rao, M.J., Kiang, T., Shi, T.M., Huang, Q.Q., 2012b. Reductionroasting-magnetic separation mechanisms of nickeliferous laterite ore inpresence of sodium salts. Chin. J. Nonferr Met. Vol. 1. Pp. 274–280.

Li, G., Shi, T., Rao, M., Jiang, T., Zhang, Y. 2012. Beneficiation of NickeliferousLaterite by Reduction Roasting in the Presence of Sodium Sulfate. MineralsEngineering. Vol. 32. Pp. 19-26.

Li, S. and Coley, K. S. 2000. Kinetics and Mechanism of Reduction Laterite OreHigh in Serpentine. The 39th Annual Conference of Metallurgists. Pp 179-192.

Liu, W. Li, X.-h., Hu, Q.-y., Wang, Z.-x., Gu, K.-z., Li, J.-h., and Zhang, L.-x.2010. Pretreatment study on chloridizing segregation and magneticseparation of low-grade nickel laterites. Trans. Nonferrous MetallurgicalSociety of China. PP. 82-86.

Liu, M., Xuewei. 2014. Novel Process of Ferronickel Nugget Production FromNickel laterite by Semi-molten State Reduction. ISIJ International. Vol. 54.No. 8. Pp. 1749-1754.

Lu, J., Liu, S., Shangguan, J., Du, W., Pan, F., Yang, S., 2013. The Effect ofSodium Sulphate on the Hydrogen Reduction Process of Nickel LateriteOre. Mineral Engineering. Vol. 49. Pp. 154-164.

Luo, S., Yi, C., Zhou, Y., 2011. Direct Reduction of mixed Biomass-Fe2O3

Briquettes Using Biomass-generated Syngas. Renewable Energy. Vol. 36.Pp. 3332-3336.

Mudd, G. M. 2009. Nickel Sulfide Versus Laterite. The Hard SustainabilityChallenge Remains, Proceeding of 48th Annual Conference of Metallurgists.Canadian Metallurgical Society. Sudbury, Ontario, Canada.

Mudd, G.M., 2010. Global trends and environmental issues in nickel mining:Sulfides versus laterites. Ore Geol. Vol. 38. Pp. 9–26.

Ningsih, S. 2012. Ekspolarasi Awal Nikel Laterit di Desa Lamuntoli. JurnalIlmiah MTG. Vol. 5. No. 2. Pp. 35-42.

Norgate, T., Jahanshahi, S. 2011. Assesing the energy and greenhouse gasfootprint of nickle laterite processing. Mineral Engineering. Vol. 24. Hal.698-707.

Nukdin, E. 2012. Geologi dan Studi Pengaruh Batuan Dasar Terhadap DepositNikel Laterit. Jurnal Ilmiah MTG. Vol. 5. No. 1.

Oxley, A., Barcza, N., 2013. Hydro-pyro Integration in the Processing of NickelLaterites. Minerals Engineering. Vol. 54. Pp. 2-13.

Page 78: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

Pickles, C.A., 2004. Microwave heating behaviour of nickeliferous limoniticlaterite ores. Mineral Engineering. Vol. 17. Hal. 775–784.

Pickles, J. Forster and R. Elliott. 2014. Thermodynamic analysis of thecarbothermic reduction roasting of a nickeliferous limonitic laterite ore.Minerals Engineering. Vol. 65. Pp. 33-40.

Prasetyo, A.B dan Puguh. 2011. Peningkatan Kadar Nikel (Ni) dan Besi (Fe) dariBijih Nikel Laterit Kadar Rendah Jenis Saprolit Untuk Bahan Baku NickelContaining Pig Iron (NCPII/NPI). Majalah Metalurgi. Vol. 26. No. 3. Pp.123-130.

Prasetyo, A.B., Firdiyono, dan Febriana, E. 2014. Optimasi Proses Reduksi BijihNikel Laterit Jenis Limonit Sebagai Bahan Baku NPI (Nickel Pig Iron).Majalah Metalurgi. Vol. 29. No. 1. Hal. 9-16.

Pournaderi, S. 2014. Optimization of Ferronikel Reduction from Nickel LateriteOres. Thesis. School of Natural and Science. Pp. 195.

Rahman, A., Djamaluddin, dan Bakri, H. 2015. Pemodelan Sumberdaya NikelLaterit Pada Block C PT. Anugerah Harisma Barakah Kabaena SelatanTalaga Raya Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Geomine. Vol. 01. Hal. 6-8.

Rao, M., Li, G., Jiang, T., Luo, J., Zhang, Y., and Fan, X. 2013. CharbotemicReduction of Nickeliferous Laterite Ores for Nickel Pig Iron Production inChina. Journal Metallurgy. Vol. 65. No. 11. Pp. 1573-1583.

Rao, M., Li, G., Zhang, X., Luo, J., Peng, Z. and Jiang, T. 2016. ReductiveRoasting of Nickel Laterite Ore with Sodium Sulfate for Fe-Ni Production.Part I: Reduction/sulfidation characteristics. Separation Science andTechnology. Vol. 51. No.8. Pp. 1408-1420.

Rhamdhani, M. A., Hayes, P. C., and Jak, E. 2014. Nickel Laterite Part 2Thermodynamic Analysis of Phase Transformation Occuring DuringReduction Roasting. Mineral Processing and Extractive Metallurgy. Vol.118. Pp. 146-155.

Setiawan, K.N.S., Achmadi, T., dan Lazuardi, S.D. 2018. Analisis SkalaPenambangan Mineral dan Pengangkutan (Studi Kasus : Angkutan Nikel diSulawesi Tenggara). Jurnal Teknik. Vol. 7. No. 1. Hal. 2337-3539.

Shoubao Li. 1999. Study of Nickeliferrous Laterite Reduction. Pp. 1- 8.

Skoog. D. A., Donald M. West, F. James Holler, Stanley R. Crouch, 2000.Fundamentals of Analytical Chemistry. Publisher: Brooks Cole. Pp. 992.

Page 79: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

Solar, M. Y., Candy, I., Wasmund, B., 2008. Selection of Optimum FerronickelGrade for Smelting Nickel Laterites. Canadian Institute of Mining,Metallurgy and Petroleum.

Solihin, Mubarok, M.Z., Hapid, A., dan Firdiyono, F. 2014. Pelindihan BijihNikel Laterit Sulawesi Tenggara dalam Media Asam Sulfat. Prosiding

Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknoloogi Lipi. ISBN:978-979-8636-23-3.

Subagja, A. B. Prasetyo and W. M. Sari. 2016. Peningkatan kadar nikel dalamlaterit jenis limonit dengan cara peletasi, pemanggangan reduksi danpemisahan magnet campuran bijih, batubara, dan Na2SO4. JurnalMetalurgi. Vol. 2. Pp. 103-115.

Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pers UGM.

Tonggiroh, A., Suharto, dan Mustafa, M. 2012. Analisis Pelapukan Serpentin danEndapan Nikel Laterit Daerah Pallanga Kabupaten Konawe Selatan

Sulawesi Tenggara. Prosiding. Vol. 6. ISBN: 978-979-127255-0-6.

Underwood, A.L. 2001. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:Erlangga.

Valix and Cheung. 2002. Effect of Sulfur On The Mineral Phases of Laterite Oresat High Temperature Reduction. Minerals Engineering. Vol. 15. No. 7. Pp.523-530.

Vlack, L.H.V. 1980. Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan Bukan Logam).Jakarta: Erlangga.

Wagner, D., Devisme, O., Patisson, F., Ablitzer, D., 2006. A Laboratory Study ofThe Reduction of Iron Oxides by Hydrogen. Sohn International Symposium.TMS. Vol. 2. Pp. 111-120.

Wang, M. Chu, Z. Liu, H. Wang, W. Zhao and L. Gao. 2017. Preparingferronickel alloy from low-grade laterite nickel ore based on metallizedreduction-magnetic separation. J. Metals 7. Vol. 313.

Watanabe, T.S. 1987. Direct Reduction of Garnierite Ore for Production ofFerronickel with a Rotary Kiln at Nippon Yakin Kogyo Co. InternationalJournal of Mineral Processing. Vol. 19. Pp. 173-187.

Zevgolis, E., Zografidis, C., Halikia, I., 2010. The Reducibility of The GreekNickeliferous Laterites : a review. Mineral Processing and ExtractiveMetallurgy. Pp. 9-17.

Page 80: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BATUBARA ANTRASIT, …digilib.unila.ac.id/59213/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-10-11 · pengaruh variasi konsentrasi batubara antrasit, temperatur

Zhou, W., and Wang, Z.L. 2006. Scanning Microscopy for NanotechnologyTechniques and Applications. USA: Springer.

Zhu, D. Q. and Cui, Y. 2012. Upgrading Low Nickel Content Laterite Ores UsingSelective Reduction Followed by Magnetic Separation. InternasionalJournal of Mineral Processing. Vol. 106. No. 109. Pp. 1-7.