Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan Bmt Bina Umat Sejahtera Pondok Gede

download Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan Bmt Bina Umat Sejahtera Pondok Gede

of 104

Transcript of Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan Bmt Bina Umat Sejahtera Pondok Gede

  • PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP PENDAPATAN

    BMT BINA UMAT SEJAHTERA PONDOK GEDE

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.)

    Oleh:

    ANITA MEGA UTAMI

    NIM. 207046100145

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAT

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1432 H/2011 M

  • v

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

    rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

    Shalawat dan salam tak luput tercurah untuk Nabi besar Muhammad SAW beserta

    keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.

    Sebagai insan yang tak lepas dari ketidaksempurnaan, penulis menyadari

    skripsi yang berjudul PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH

    TERHADAP PENDAPATAN BMT BINA UMAT SEJAHTERA PONDOK

    GEDE ini masih banyak kekurangan, dikarenakan keterbatasan ilmu serta

    pengalaman yang penulis miliki.

    Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan saran, bimbingan

    serta bantuan baik langsung maupun tidak langsung dalam berbagai penyusunan

    skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih

    kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan

    Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Muamalat, Bapak Ah.

    Azharruddin Latif, M.Ag., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat, dan Bapak

    Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag., selaku Koordinator Teknis Program Non Reguler.

  • vi

    3. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., yang telah meluangkan waktu untuk

    memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga selesai skripsi ini.

    4. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, terima kasih

    atas penyediaan fasilitas kepustakaan sehingga membantu penulis untuk

    melakukan studi kepustakaan.

    5. Bapak Fuad Ali Budiman, SH., MM., selaku Manager Koordinator Wilayah I yang

    telah memberikan izin untuk peneliti untuk mengadakan penelitian di BMT Bina

    Umat Sejahtera Pondok Gede, dan Bapak Kukuh Setiawan selaku Kasi Marketing

    Wilayah I yang telah meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam

    mendapatkan informasi dan data-data yang diperlukan dalam proses penyelesaian

    penulisan ini.

    6. Orang tua penulis (Ayah Drs.H. Dahlan MM dan Mamah H. Syarifah) yang selalu

    mendoakan secara tulus, memberikan semangat kasih sayang dan dukungannya

    baik moril maupun materil, untuk AA, Teteh Ika, Teteh Intan, Afaiz, Afadli yang

    telah menberikan masukan dan sarannya, serta untuk keponakan-keponakan

    Zaidan, Azzam, Eca, Affan, Kanz yang telah menghibur untuk tetap semangat.

    7. Sahabat kuliah penulis Nisa, Uci, Arma, Bili, Ian, Aul, Ical, Kodrat, Dwi, Nahla,

    dan teman-teman jurusan Perbankan Syariah angkatan 2007 Non Reguler

    khususnya kelas A yang selalu memberikan saran, mensuport, dan membantu

    penulis hingga penulisan ini rampung, dan untuk Ka Fida yang telah banyak

    membantu dalam memberikan informasi dan sarannya dalam penulisan ini.

  • vii

    8. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah

    memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani

    perkuliahan di UIN hingga akhir.

    Akhirnya penulis dengan segala kerendahan hati, berharap apa yang

    merupakan kekurangan terdapat dalam penulisan ini, baik itu yang menyangkut;

    penataan kalimat, penelusuran data serta penyajian data secara tuntutan teoritis dan

    praktis, itu adalah merupakan gambaran kelemahan dan keterbatasan dari pihak

    penulis.

    Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna di kemudian hari dan

    memberikan manfaat bagi semua pihak serta rekan-rekan yang membacanya, semoga

    yang telah penulis lakukan mendapat Ridha Allah SWT. Amin.

    Jakarta, 09 Maret 2011

    Anita Mega Utami

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR v

    DAFTAR ISI viii

    DAFTAR TABEL x

    DAFTAR GAMBAR xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 4

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5

    D. Kajian Kepustakaan 6

    E. Kerangka Teori 7

    F. Variabel Penelitian 10

    G. Hipotesis 10

    H. Metode Penelitian 11

    I. Sistematika Penulisan 19

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Lembaga Keuangan 21

    B. Baitul Maal Wat Tamwil 23

  • ix

    C. Pembiayaan 28

    D. Mudharabah 36

    BAB III GAMBARAN UMUM BMT BINA UMMAT SEJAHTERA

    A. Sejarah Singkat 46

    B. Visi dan Misi 48

    C. Prinsip Operasional 50

    D. Produk-Produk 54

    E. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah 57

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Analisis Perkembangan Pembiayaan Mudharabah 60

    B. Analisis Perkembangan Pendapatan BMT 62

    C. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede 64

    D. Strategi BMT Bina Umat Sejahtera dalam Meningkatkan Pendapatan 75

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan 79

    B. Saran 81

    DAFTAR PUSTAKA 82

    LAMPIRAN-LAMPIRAN 85

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1.1 Perbandingan Review Studi Terdahulu 6

    4.1 Pembiayaan Mudharabah BMT BUS Pondok Gede

    Periode 2008-2010 60

    4.2 Akumulasi Perubahan Pembiayaan Mudharabah 61

    4.3 Pendapatan Mudharabah BMT BUS Pondok Gede

    Periode 2002-2010 62

    4.4 Akumulasi Perubahan Pembiayaan Mudharabah 63

    4.5 Variabel Entered/Removed 64

    4.6 Koefisien Penentu (Determinan) 65

    4.7 Regresi Pembiayaan Mudharabah 67

    4.8 Uji T Statistik 69

    4.9 Uji F Statistik 70

    4.10 Uji Autokorelasi 73

    4.11 Manual Perhitungan Durbin-Watson 74

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1.1 Variabel Penelitian 10

    2.1 Struktur Organisasi BMT Sederhana 26

    2.2 Struktur Organisasi BMT Standar Pinbuk 27

    2.3 Skema Akad Mudharabah 45

    3.1 Ilustrasi Penyaluran Dana BMT Bina Umat Sejahtera 57

    4.1 Uji Normalitas 71

    4.2 Uji Heterokedastisitas 72

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan ekonomi Islam saat ini di Indonesia mengalami pertumbuhan

    yang signifikan. Berdasarkan data statistik perbankan syariah Bank Indonesia bulan

    September 2010, secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah terus mengalami

    peningkatan dalam jumlah bank. Semenjak berdirinya Bank Muamalat Indonesia

    tahun 1992 sampai 2005 hanya ada tiga Bank Umum Syariah (BUS), 19 Unit Usaha

    Syariah (UUS), dan 92 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total

    jumlah kantor baru mencapai 550 unit, dalam rentang lima tahun (2005- 2010),

    pertumbuhan perbankan syariah lebih dari dua kali lipat jumlah BUS saat ini telah

    mencapai 10 unit dengan 23 UUS dan jumlah BPRS telah mencapai 146 unit dan

    total jumlah kantor syariah sebanyak 1,640 unit.1 Secara geografis, sebaran jaringan

    kantor perbankan syariah juga telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89

    kabupaten/kota di 33 provinsi.

    Keberhasilan Perbankan Syariah di Tanah air tidak bisa dilepas dari peran

    Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Kedudukan LKMS yang antara lain

    dipersentasikan oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Maal Wat

    1 Ali Rama, Ekonomi Syariah dan Outlook 2011, artikel diakses pada 31 Desember 2010

    dari http://ekonomiislami.wordpress.com/2010/12/31/ekonomi-syariah-dan-outlook-2011/

  • 2

    Tamwil (BMT) Koperasi Pesantren (KOPONTREN) sangat vital menjangkau

    transakasi syariah di daerah yang tidak bisa dilayani oleh bank umum maupun bank

    yang membuka unit syariah.2

    Selain bank syariah yang akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia,

    banyak pula bermunculan lembaga keuangan swasta sejenis yang berprinsip syariah.

    Diantaranya adalah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Keberadaan BMT ini

    merupakan usaha untuk memenuhi keinginan khususnya sebagian umat Islam yang

    menginginkan jasa layanan bank syariah untuk mengelolah perekonomiannya.

    Bila menengok perjalanan baitul maal di Indonesia, sebenarnya sudah

    sedemikian tua usia kelahirannya, bermula dari pengorganisasian zakat di kalangan

    kaum muslimin pada masa pendudukan Jepang yang pada saat itu dimotori oleh

    Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI) dengan membentuk sebuah Baitul Maal Pusat.3

    Ketua Umum Asosiasi BMT Seluruh Indonesia (Absindo), Aries Muftie,

    mengatakan saat ini setidaknya terdapat sekitar 25 BMT yang telah terinterkoneksi

    satu sama lain dari sekitar 3.000-4.000 BMT di Tanah Air.4

    Pertumbuhan BMT di tanah air ini terus melesat, lembaga yang mempunyai

    padanan kata usaha mandiri terpadu ini secara konseptual mempunyai dua fungsi

    sekaligus yang pertama yaitu sebagai pengembangan harta (baitul tamwil) dan fungsi

    2 M. Lutfi Hamidi, Jejak-jejak Ekonomi Syariah (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003),

    h.79.

    3 Zaidi Abdad, Lembaga Perekonomian Umat di Dunia Islam (Bandung: Angkasa Bandung,

    2003), h.84.

    4 Yogle Respati, Interkoneksi BMT 2010, artikel diakses pada 13 Juli 2010 dari

    http://bataviase.co.id/node/293203

  • 3

    yang kedua yaitu menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah (baitul maal) serta

    mengoptimalkan distribusinya sesuai peraturan dan amanahnya.5

    Produk-produk BMT yang bermacam-macam disediakan untuk masyarakat,

    misalnya kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada sektor pertanian, industri,

    perdagangan barang dan jasa, koperasi, pedagang kecil dan lainnya. Produk-produk

    berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam

    berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai

    komoditas yang diperdagangkan. Produk pembiayaan BMT diantaranya murabahah,

    mudharabah, bai bitsamanan ajil, dan musyarakah. Drs Abdullah Yazid MM selaku

    ketua BMT Bina Umat Sejahtera mengatakan bahwa produk keuangan yang banyak

    diminati di masyarakat adalah mudharabah, ia optimis target tersebut karena

    Inkopsyah BMT ini berjalan di jalur perjuangan.6 Produktivitas perlu ditingkatkan

    karena merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang dijalankan agar tetap

    dapat tumbuh dan berkembang, serta menentukan daya saing diera pasar bebas yang

    akan datang.

    Potensi untuk berkembang lebih maju di masa mendatang masih sangat besar.

    Namun masih ada banyak kendala dan tantangan dalam operasional BMT-BMT.

    Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh terhadap efektivitas pendapatan yang

    diharapkan. Oleh karena itu kualitas ini harus dijaga, agar jangan sampai menjadi

    5 Yeyen Rostiyani, BMT Harus Menentukan Jati Dirinya, Republika, 26 Oktober 2010, h.15.

    6 Firkah Fansuri, Aset Inkopsyah BMT Capai Rp 70 M, Republika, 25 Februari 2011, h.15.

  • 4

    pembiayaan bermasalah, yang akibatnya bukan saja menyebabkan kerugian karena

    tidak terbayarnya kembali dana yang ditanamkan dalam pembiayaan tersebut.7

    Berdasarkan uraian diatas, penulis berpendapat bahwa nampaknya

    pembiayaan mudharabah merupakan salah satu unsur yang dapat menpengaruhi

    pendapatan BMT. Maka penulis tertarik membahas masalah tersebut dalam penelitian

    skripsi dengan judul PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP

    PENDAPATAN BMT BINA UMAT SEJAHTERA PONDOK GEDE.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    Agar penelitian ini tidak meluas maka sesuai judul skripsi tersebut di atas

    penulis membatasi masalah yaitu besarnya pembiayaan mudharabah dengan

    pengaruhnya pada pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede.

    Dari pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa pokok-

    pokok permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan BMT

    Bina Umat Sejahtera Pondok Gede ?

    2. Strategi apa yang dilakukan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede

    dalam meningkatkan pendapatannya ?

    7 Zainul Arifin , Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005),

    h.194.

  • 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan pelaksanaan penelitian

    ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembiayaan mudharabah BMT Bina

    Umat Sejahtera Pondok Gede.

    2. Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan BMT Bina Umat Sejahtera

    Pondok Gede dalam meningkatkan pendapatannya.

    Adapun Manfaatnya yaitu :

    a. Bagi penulis

    Memberikan wawasan pengetahuan penulis mengenai pembiayaan

    mudharabah dan pendapatan.

    b. Bagi Lembaga (BMT).

    Memberikan informasi bagi pihak pengelola Perbankan Syariah/Lembaga

    Keuangan Syariah dalam usahanya meningkatkan kualitas kinerjanya dalam

    usaha mensosialisasikan BMT kepada masyarakat, serta dapat dijadikan

    sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

    c. Bagi pihak Lain

    Menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia bisnis mikro ekonomi

    syariah dan masyarakat luas juga dapat mengetahui adanya suatu lembaga

    keuangan yang bisa melayani masyarakat khususnya para pedagang kecil

  • 6

    dengan sistem syariah Islam. Serta sebagai acuan untuk keperluan penelitian

    yang sejenis pada waktu dan tempat yang berbeda.

    D. Review Studi Terdahulu

    Tabel 1.1

    Perbandingan Review Studi Terdahulu

    Nama Skripsi

    Tahun

    Judul Hasil Perbedaan

    Mochammad

    Irfansyah

    2007 Pengaruh

    Jumlah

    Pembiayaan

    yang Disalurkan

    Terhadap

    Tingkat Rasio

    Non Perfoming

    Financing (NPF)

    Metode

    Kuantitatif.

    Regresi Y= -

    0.0039+0.000006

    7X. Setiap adanya

    peningkatan

    jumlah

    pembiayaan yang

    disalurkan sebesar

    1% maka

    menurunkan rasio

    NPF sebesar

    0.0000067.

    Variabel

    independen yang

    digunakan yaitu

    pembiayaan yang

    disalurkan dan

    variabel dependen

    yang digunakan

    yaitu NPF

    Yanti

    Widyarti

    2007 Persepsi

    Pedagang Kecil

    di Pasar

    Kanjengan

    Terhadap

    Pembiayaan

    Mudharabah

    BMT Bina Umat

    Sejahtera

    Semarang

    Metode Kualitatif.

    Regresi Y=

    22.45+0.248X.

    Semakin baik

    variabel persepsi

    pedagang kecil

    maka pembiayaan

    mudharabah

    bertambah sebesar

    0.248.

    Variabel

    independen yang

    digunakan yaitu

    persepsi pedagang

    kecil di pasar

    kanjengan dan

    variabel

    dependennya yaitu

    pembiayaan

    mudharabah.

  • 7

    Sriyatun

    2009 Analisis

    Pengaruh

    Pemberian

    Pembiayaan

    Musyarakah

    BMT Terhdap

    Peningkatan

    Pendapatan

    Pedagang Kecil

    Metode Kualitatif.

    Regresi Y1 = -3.140 + 1.154X

    artinya apabila tidak

    terdapat

    perubahan

    pembiayaan maka

    pendapatan akan

    mempunyai

    skor rata-rata

    sebesar 3.140

    satuan. Persamaan

    Kedua Y2 = -

    11.085 + 0.276X

    artinya apabila

    tidak terdapat

    perubahan

    pembiayaan maka

    pendapatan

    nasabah akan

    mempunyai skor

    rata-rata sebesar -

    11.085 satuan

    Variabel

    independen yang

    digunakan yaitu

    pemberian

    pembiayaan

    musyarakah,

    sedangkan variabel

    dependen yang

    digunakan ada dua

    yaitu Y1 besarnya

    pendapatan

    keseluruhan dan Y2

    besarnya bagi hasil

    E. Kerangka Teori

    Lembaga keuangan syariah merupakan lembaga keuangan yang dalam

    melaksanakan akad (transaksi) keuangannya dilakukan dengan berdasarkan prinsip

    bagi hasil.

    Baitul Mal wat Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya

    berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha

    produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha

  • 8

    kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan

    menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.8

    Dalam kondisi yang demikian inilah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai

    lembaga keuangan mikro berbasis syariah muncul dan mencoba menawarkan solusi

    bagi masyarakat kelas bawah mungkin untuk lebih tepatnya disebut dengan lembaga

    keuangan syariah (LKS) yaitu organisasi ekonomi yang operasionalnya berdasarkan

    syariah Islam. Sebagai lembaga keuangan mikro bergerak dalam kegiatan usaha

    menghimpun dan menyalurkan dana dari masyrakat.

    Dalam kegiatan penyaluran dana Bank Syariah atau Lembaga Syariah lainnya

    melakukan investasi dan pembiayaan. Disebut investasi karena prinsip yang

    dilakukan adalah prinsip penanaman dana atau penyertaan, dan keuntungan yang

    akan diperoleh bergantung pada kinerja usaha yang menjadi objek penyertaan

    tersebut sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah diperjanjikan sebelumnya.9

    Disebut pembiayaan karena bank syariah atau lembaga syariah menyediakan dana

    guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak memperolehnya.

    Pembiayaan konsumen merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang

    secara formal di Indonesia masih relatif baru. Lembaga ini tumbuh dan berkembang

    8 Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat: Sebuah Pengenalan

    (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.183.

    9 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah , Cet.VI (Jakarta: Pustaka Alvabet,

    2006), h.200.

  • 9

    seiring dengan dikeluarkannya pranata hukum berupa Kepres No. 61 Tahun 1988

    tentang Lembaga Pembiayaan.10

    Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh satu pihak

    kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik

    dilakukan sendiri maupun lembaga.11

    Dengan kata lain, pembiayaan adalah

    pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.

    Dalam pelayanan, lembaga-lembaga syariah harus berupaya tampil sebagai

    lembaga yang memiliki mutu layanan yang berkualitas, meskipun hal itu masih dalam

    bentuk perencanaan. Oleh sebab itu untuk menciptakan kepuasan mitra usaha, para

    pemerhati ekonomi syariah dituntut berusaha melakukan penambahan produk atau

    memberikan inovasi produk dan pemenuhannya dengan tujuan pemenuhan kebutuhan

    masyarakat.

    Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

    mendapatkan perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi dan yang dapat meliputi

    barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi dan gagasan atau buah

    pikiran.12

    Produk dapat diklasifikasikan baik sebagai produk bisnis (industri) atau

    sebagai produk konsumen, tergantung dari niat para pembeli. Perbedaan kunci antara

    10

    Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Cet.II (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.102.

    11

    M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah (Bandung: Alfabeta, 2010),

    h.42.

    12

    Sofjan Assauri, Manajement Pemasaran, Cet.VII (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

    2004), h.200.

  • 10

    kedua jenis produk adalah penggunaannya. Jika penggunaan yang diharapkan adalah

    untuk keperluan bisnis, maka produk diklasifikasikan sebagai produk bisnis atau

    produk industri.13

    F. Variabel Penelitian

    Gambar 1.1

    Variabel Penelitian

    Untuk lebih jelasnya dan fokus variabel penelitian ini maka variabel

    penelitian sebagai berikut :

    X = Pembiayaan Mudharabah

    Y = Pendapatan BMT

    G. Hipotesis

    Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

    penelitian, oleh karen itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk

    13

    Charles W. Lamb, dkk, Pemasaran, Ed.1 (Jakarta: Salemba Empat, 2001), h.414.

    Pembiayaan

    Mudharabah

    X

    Pendapatan BMT

    Y

    Sumber : Diolah Penulis

  • 11

    kalimat pertanyaan.14

    Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan

    kebenarannya melalui suatu pengujian atau test yang disebut tes hipotesis. Ada dua

    macam hipotesis yang dibuat dalam suatu percobaan penelitian, yaitu hipotesis nol

    (H0) dan hipotesis alternatif (H1).15

    Adapun rumusan hipotesisnya yaitu:

    1. H0 : = 0, tidak terdapat pengaruh yang linear antara variabel pembiayaan

    mudharabah dengan pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede.

    2. H1 : 0, terdapat pengaruh yang linear antara variabel pembiayaan

    mudharabah dengan pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede.

    Dalam hipotesis ini disebutkan bahwa pembiayaan Mudharabah mempunyai

    pengaruh terhadap pendapatan BMT Bina Umat Sejatera Pondok Gede.

    H. Metode Penelitian

    1. Jenis penelitian yang digunakan skripsi ini adalah :

    a. Penelitian Pustaka (Library research), dalam penulisan ini penulis

    menelaah data tertulis yang berhubungan dengan topik permasalahan

    penelitian baik dalam bentuk buku, artikel makalah, koran, majalah

    dan lain-lain untuk menemukan kajian teoritis.

    b. Penelitian Lapangan (Field research), untuk mendapatkan data-data

    secara langsung. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

    14

    Sugiyono, Metodologi Penelitian Bisnis (Bandung: Alvabeta, 2009), h.93.

    15 Ety Rochayety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra

    Wacana Media,2009), h.108.

  • 12

    research) bersifat deskriptif analitis, maksudnya memaparkan data-

    data yang ditemukan di lapangan dan menganalisisnya untuk

    mendapatkan kesimpulan yang benar dan akurat.

    2. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan empiris

    kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan pencatatan hasil

    penelitian dalam bentuk angka. Populasi adalah kumpulan dari

    individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.16

    Sample

    adalah bagian dari populasi.

    3. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera

    Pondok Gede, cabang ke-64 yang beralamatkan : Jln. Raya Pondok Gede

    No.1 RT006/RW01, Jakarta Timur 13810.

    4. Sumber Data Penelitian

    a. Data primer adalah data yang diperolah langsung dari salah satu

    seorang staff bagian resepsionis BMT Bina Umat Sejahtera

    Pondok Gede.

    b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan-laporan

    atau data-data berupa data kuantitatif yang dikeluarkan oleh BMT

    Bina Umat Sejahtera Pondok Gede.

    16

    Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2009), h.271.

  • 13

    5. Teknis Analisis Data

    Analisis kuantitatif statistik yaitu metode analisis regresi dengan

    menggunakan data-data yang sudah ada

    Alasan menggunakan regresi linear sederhana adalah untuk

    mendapatkan tingkat akurasi dan dapat mengetahui apakah terdapat

    pengaruh yang signifikan antara variabel independen (pembiayaan

    mudharabah) terhadap variabel dependen (pendapatan BMT).

    a. Regresi Linear Sederhana

    Metode regresi linear sederhana adalah suatu metode analisisis

    yang dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel

    independen terhadap variabel dependen. Dengan persamaan umum

    Regresi Linear Sederhana sebagai berikut :

    Keterangan :

    X = Variabel independen yaitu pembiayaan mudharabah

    Y = Variabel dependen yaitu pendapatan BMT

    a = Konstanta yaitu nilai Y bila X = 0

    b = Koefisien regresi yaitu perubahan pada Y jika X berubah satu satuan

    Y = a + bX

  • 14

    b. Koefisien Determinasi

    Analisis untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau

    kontribusi variabel independen (pembiayaan mudharabah) terhadap

    variabel dependen (pendapatan BMT). Besar koefisien determinasi

    (R2) didapat dari menguadratkan koefisien korelasi (r). Koefisien

    Determinasi dapat dilambangkan dengan (R2). Dengan rumus :

    Keterangan :

    R2 = Koefisien Determinasi

    r = Koefisien Korelasi

    Sedangkan koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus :17

    c. Uji Hipotesis

    1) Uji t

    Pengujian t statistik adalah pengujian terhadap masing-

    masing variabel independen. Uji t (coefficient) akan dapat

    17

    J.Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, Jilid II, Ed.4 (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 201.

    R2 = r

    2 x 100%

    n . X.Y - X.Y

    (n.X2 (X)

    2 . (n. Y

    2 (Y)

    2)

    r =

  • 15

    menunjukkan pengaruh masing-masing variabel independen

    (secara parsial) terhadap variabel dependen.

    Hipotesisnya yang digunakan :

    a) Bila Ho : bi 0 = Variabel Independen berpengaruh negatif

    terhadap variabel dependen.

    b) Bila Ho : bi > 0 = Variabel Independen berpengaruh

    positif terhadap variabel dependen.

    Jika t tabel > t hitung maka Ho diterima, berarti variabel

    independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap

    variabel dependen.

    Jika t tabel < t hitung, maka Ho ditolak, berarti variabel

    independent secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap

    variabel dependen.

    Dalam pengolahan uji t statistik bertujuan melihat seberapa

    besar pengaruh masing-masing variabel independen (pembiayaan

    mudharabah) terhadap variabel dependen (pendapatan BMT).

    2) Uji F

    Pengujian F statistik adalah uji secara bersama-sama

    seluruh variabel independennya terhadap variabel

    dependennya. Perhitungan statistik F dari ANOVA dilakukan

  • 16

    dengan membandingkan dengan nilai kritis yang diperoleh dari

    tabel distribusi F pada tingkat signifikan tertentu.

    Hipotesis yang digunakan adalah :

    a) Ho : b1 = b2 = 0, berarti variabel independen secara

    keseluruhan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

    b) Ha : b1 b2 0, berarti variabel independen secara

    keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen.

    Jika F-tabel > F-hitung berarti Ho diterima atau variabel

    independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan

    terhadap variabel dependen.

    Jika F-tabel < F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel

    independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

    variabel independen.

    Bila nilai signifikansi annova < 0.05 maka model ini layak

    atau fit. Apabila hipotesis nol ditolak berarti secara bersama-sama

    variabel independen (pembiayaan mudharabah) mempunyai

    pengaruh terhadap variabel dependen (pendapatan BMT).

  • 17

    d. Uji Asumsi Klasik

    1) Uji Normalitas

    Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

    regresi variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal

    atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data

    normal atau mendekati normal.

    Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat

    dideteksi dengan melihat normality probability plot. Jika data

    (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

    diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi

    jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak

    mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi

    asumsi normalitas.18

    2) Uji Heterokedastisitas

    Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

    sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu

    pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, hal tersebut

    dinamakan heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah

    tidak terjadi heterokedastisitas.

    18

    Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik (Jakarta: PT. Elex Media

    Komputindo, 2000), h.214.

  • 18

    Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu

    model regresi, maka dapat dilihat pada scatterplot model tersebut.

    Dengan ketentuan sebagai berikut:

    a) Titik-titik (data) menyebar di atas dan di sekitar angka 0

    b) Titik-titik (data) tidak mengumpul hanya dibawah saja

    c) Penyebaran titik-titik (data) tidak boleh membentuk pola

    bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar

    kembali

    d) Penyebaran titik-titik (data) sebaiknya tidak berpola.

    3) Uji Autokorelasi

    Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apaka dalam sebuah

    model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu

    pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

    sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

    problem autokorelasi. Dengan ketentuan sebagai berikut:

    a) Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka tidak ada

    autokorelasi

    b) Angka D-W di bawah -2 maka terjadi autokorelasi positif

    c) Angka D-W di atas +2 maka terjadi autokorelasi negatif.

  • 19

    6. Teknik Penulisan skripsi

    Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Buku

    Pedoman Penulisan Skripsi: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Fakultas Syariah dan Hukum.

    I. Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan ini yaitu :

    BAB I PENDAHULUAN yang meliputi : Latar Belakang Masalah,

    Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

    Kejian Kepustakaan, Kerangka Teori, Variabel Penelitian, Hipotesa,

    Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI yang meliputi : Lembaga Keuangan, Baitul Maal

    Wat Tamwil (BMT), Pembiayaan, dan Mudharabah.

    BAB III GAMBARAN UMUM BMT BINA UMAT SEJAHTERA yang

    meliputi : Sejarah Singkat BMT Bina Umat Sejahtera, Visi dan Misi

    BMT, Prinsip Operasional, Produk-produk dan Pelaksanaan

    Pembiayaan mudharabah.

  • 20

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN yang meliputi : Analisis

    Perkembangan Pembiayaan Mudharabah, Analisis Perkembangan

    Pendapatan BMT, Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap

    Pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede, dan Strategi BMT

    Bina Umat Sejahtera Pondok Gede dalam Meningkatkan Pendapatan.

    BAB V PENUTUP yang meliputi : Kesimpulan dan Saran

  • 21

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Lembaga Keuangan

    1. Pengertian Lembaga Keuangan

    Istilah lembaga keuangan merupakan padanan dari istilah bahasa

    Inggris financial institution. Sebagai badan usaha, lembaga keuangan

    menjalankan usahanya di bidang jasa keuangan, baik penyediaan dana untuk

    membiayai usaha produktif dan kebutuhan konsumtif, maupun jasa keuangan

    bukan pembiayaan.1

    Menurut Y. Sri Susilo, lembaga keuangan adalah semua badan yang

    kegiatannya bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran

    dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.2

    Andri Soemitra mendefinisikan lembaga keuangan adalah setiap

    perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan.3

    Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, penulis dapat

    menyimpulkan lebih lanjut bahwa lembaga keuangan adalah lembaga atau

    perusahaan sejenisnya yang dalam kegiatan lembaga tersebut dapat berupa

    1 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Cet.II ( Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.1.

    2 Y.Sri Susilo,dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2000),h.2-3.

    3 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Cet.I (Jakarta: Kencana Prenada

    Media Group,2009), h.29.

  • 22

    menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang ingin

    membuka usaha atau berinvestasi.

    Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagi lembaga

    intermediasi keuangan. Intermediasi merupakan proses penyerapan dana dari

    unit surplus ekonomi, baik sektor usaha, lembaga pemerintah maupun

    individu (rumah tangga) untuk menyediakan dana bagi unit ekonomi lain.

    Intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari unit

    ekonomi surplus ke unit ekonomi defisit.4

    Fungsi lembaga keuangan bisa ditinjau dari empat aspek, yaitu dari

    sisi penyediaan jasa-jasa penyedia finansial, kedudukannya dalam sistem

    perbankan, sistem finansial, dan sistem moneter.5

    Sesuai dengan sistem keuangan yang ada, maka dalam operasionalya

    Lembaga Keuangan Syariah secara esensial berbeda dengan lembaga

    keuangan konvensional baik dalam tujuan, mekanisme, kekuasaan, ruang

    lingkup serta tanggung jawabnya.

    4 Veithzal Rivai, dkk, Bank and Finansial Institution Management (Jakarta: PT. Raja

    Grafindo Persada, 2007), h.20.

    5 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Cet. I (Jakarta: Kencana Prenada

    Media Group,2009), h.53.

  • 23

    B. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

    1. Pengertian BMT

    Menurut Euis Amalia, Baitul Maal wa at-Tamwil (BMT) adalah

    lembaga swadaya masyarakat, dalam artian, didirikan dan dikembangkan oleh

    masyarakat.6

    M. Zaidi Abdad mendefinisikan bahwa baitul mal adalah suatu

    lembaga keuangan yang dibentuk pemerintahan Islam guna mengatur segala

    aktivitas perputaran keuangan, baik mulai penerimaan, penyimpanan, maupun

    pendistribusian untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat berdasarkan

    Syariat Islam.7

    Andri Soemitra mendefinisikan BMT adalah kependekan kata Balai

    Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal wat Tamwil, yaitu lembaga

    keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Syariah.8

    Dari definisi di atas mengandung pengertian bahwa BMT merupakan

    lembaga pendukung kegiatan. BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi

    utama yaitu: 9

    6 Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 2009), h.82.

    7 M. Zaidi Abdad, Lembaga Perekonomian Umat Di Dunia Islam (Bandung: Angkasa, 2003),

    h.79. 8 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Cet.I (Jakarta: Kencana Prenada

    Media Group,2009), h.51.

  • 24

    a. Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan

    pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan

    kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain

    mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan

    ekonomi;

    b. Baitul Mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah

    serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan

    amanahnya.

    Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

    BMT merupakan lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat bawah

    dan kecil dengan berlandaskan sistem syariah, yang mempunyai tujuan

    meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat dan

    mempunyai sifat usaha yakni usaha bisnis, mandiri, ditumbuh kembangkan

    dengan swadaya dan dikelolah secara profesional. Sedangkan dari segi aspek

    Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran

    dana yang non-profit, seperti zakat, infaq, dan sadaqoh.10

    9 Ibid, h.447.

    10 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi

    (Yogjakarta: Ekonisia, 2005), h.103.

  • 25

    2. Prinsip-Prinsip Utama BMT

    Dalam mengembangkan prinsip BMT, BMT sendiri mempunyai

    prinsip-prinsip utama, yaitu:11

    a. Keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT dengan

    mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam ke

    dalam kehidupan nyata;

    b. Keterpaduan (Kaffah) dimana nilai-nilai spiritual berfungsi

    mengarahkan dan menggerakan etika dan moral yang dinamis,

    proaktif, progresif, adil, dan berahlak mulia;

    c. Kekeluargaan (kooperatif);

    d. Kebersamaan;

    e. Kemandirian;

    f. Profesionalisme;

    g. Istikamah: konsisten, kontinuitas atau berkelanjutan tanpa henti dan

    tanpa pernah putus asa. Setelah mencapai suatu tahap, maju ke tahap

    berikutnya, dan hanya kepada Allah berharap.

    3. Struktur Organisasi

    Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur yang

    mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada di

    11

    Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, h.449-450.

  • 26

    dalam BMT tersebut. Adapun struktur tersebut terbagi menjadi struktur

    organisasi sederhana dan standar pinbuk.

    Gambar 2.1

    Struktur Organisasi BMT Sederhana12

    12

    A.Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat: Sebuah Pengenalan

    (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.193.

    Badan Pendiri

    Badan Pengawas

    Anggota BMT

    Badan Pengelola

  • 27

    Gambar 2.2

    Struktur Organisasi BMT Standar Pinbuk13

    Dalam struktur organisasi standar pinbuk, musyawarah anggota pemegang

    simpanan pokok melakukan koordinasi dengan Dewan Syariah dan pembina

    manajemen dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan oleh

    manajer. Manajer memimpin keberlangsungan maal dan tamwil. Tamwil terdiri dari

    pemasaran, kasir, dan pembukuan. Sedangkan anggota dan nasabah berhubungan

    koordinatif dengan maal, pemasaran, kasir, dan pembukuan.

    13

    Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, Cet.III

    (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), h.107.

    Musyawarah Anggota Pemegang

    Simpanan Pokok

    Dewan Syariah

    Pemasaran

    Maal Tamwil

    Manajer

    Pembina Manajemen

    Anggota dan Nasabah

    Pembukuan Kasir

    Keterangan : Garis Koordinasi

    Garis Komando

  • 28

    C. Pembiayaan

    1. Lembaga Pembiayaan

    Pemaparan terhadap pembiayaan akan dijelaskan terlebih dahulu

    dengan singkat yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan. Istilah lembaga

    pembiayaan merupakan padanan dari istilah bahasa Inggris financing

    intitution. Lembaga pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih menekankan

    pada fungsi pembiayaan, yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau barang

    modal dan tidak menarik dana secara langsung.14

    2. Unsur-Unsur Lembaga Pembiayaan

    Berdasarkan definisi di atas, dalam pengertian lembaga pembiayaan

    terdapat unsur-unsur sebagai berikut.15

    a. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan

    untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha

    lembaga pembiayaan.

    b. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan pekerjaan atau aktivitas

    dengan cara membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang

    membutuhkan.

    14

    Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, h.1.

    15 Ibid, h.2.

  • 29

    c. Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan uang untuk suatu

    keperluan.

    d. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu

    atau barang lain, seperti mesin-mesin, peralatan pabrik dan

    sebagainya.

    e. Tidak menarik dana secara langsung (non deposit taking) artinya tidak

    mengambil uang secara langsung dalam giro, deposito, tabungan, dan

    surat sanggup bayar kecuali hanya untuk dipakai sebagai jaminan

    utang kepada bank yang jadi kreditornya.

    f. Masyarakat, yaitu yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka

    anggap sama.

    3. Pengertian Pembiayaan

    Dalam kegiatan penyaluran dana Bank Syariah atau Lembaga Syariah

    lainnya melakukan investasi dan pembiayaan. Disebut investasi karena prinsip

    yang dilakukan adalah prinsip penanaman dana atau penyertaan, dan

    keuntungan yang akan diperoleh bergantung pada kinerja usaha yang menjadi

    objek penyertaan tersebut sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah

    diperjanjikan sebelumnya.16

    Disebut pembiayaan karena Bank Syariah

    16

    Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajement Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005),

    h.200.

  • 30

    maupun Lembaga Syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan

    nasabah yang memerlukan dan layak memperolehnya.

    Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh satu

    pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,

    baik dilakukan sendiri maupun lembaga. 17

    Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008

    Pasal 1 No. 25, dinyatakan bahwa :

    Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan

    dengan itu berupa:

    a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

    b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

    bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

    c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan

    istishna;

    d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

    e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

    multijasa

    berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS

    dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas

    17

    M.Nur Al Arif, Dasar-Dasar dan Pemasaran Bank Syariah (Bandung: Avabeta, 2010),

    h.42.

  • 31

    dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu

    dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.18

    Antonio memandang bahwa pembiayaan adalah pemberian fasilitas

    penyediyaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan

    defisit unit.19

    Dari uraian-uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

    pembiayaan bisa berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang

    misalnya bank atau lembaga pembiayaan membiayai pembelian mobil atau

    barang lainnya. Kemudian adanya kesepakatan antara pihak pemberi

    pembiayaan terhadap pihak penerimaan pembiayaan dengan perjanjian yang

    telah disepakati. Dalam perjanjian pembiayaan tercakup hak dan kewajiban

    masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta perolehan keuntungan

    yang telah ditetapkan bersama berdasarkan kedua belah pihak.

    4. Jenis-Jenis Pembiayaan

    Kegiatan pembiayaan (financing) yaitu pemberian fasilitas penyediaan

    dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.

    Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal,

    yaitu:

    18

    UU ini diakses pada 13 Februari dari http://www.dpr.go.id/id/undangundang/2008/21/UU/-

    Perbankan-Syariah

    19 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Cet.I ( Jakarta: Gema

    Insani Press, 2001), h.160.

  • 32

    a. Pembiayaan Produktif

    Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan sektor

    produktif, seperti pembiayaan modal kerja, pembiayaan pembelian

    barang modal dan lainnya yang mempunyai tujuan untuk

    pemberdayaan sektor riil.20

    Menurut keperluannya, pembiayaan Produktif dapat dibagi dalam

    hal berikut:21

    1) Pembiayaan Modal Kerja, yaitu yang diperlukan untuk

    memenuhi kebutuhan, diantaranya:

    a) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu

    jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu

    peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi;

    b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility

    of place dari suatu barang.

    2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan

    barang-barang modal (capital goods) beserta fasilitas-

    fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

    20

    M.Nur Al Arif, Dasar-Dasar dan Pemasaran Bank Syariah, h.43.

    21 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajement Bank Syariah, h.201.

  • 33

    b. Pembiayaan Konsumtif

    Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan yang

    bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untuk pembelian rumah,

    kendaraan bermotor, pembiayaan pendidikan, dan apapun yang

    sifatnya konsumtif.22

    5. Prinsip Pembiayaan

    Pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah maupun lembaga

    syariah untuk menyalurkan dana yang telah dihimpunnya kepada masyarakat

    melalui pembiayaan dapat dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:

    a. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli

    Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki

    barang, dimana keuntungan telah ditentukan di depan dan menjadi

    bagian harga atas barang atau jasa yang dijual.23

    Akad yang

    dipergunakan dalam produk jual beli ini antara lain:

    1) Murabahah

    Murabahah adalah jual beli pada harga asal dengan

    tambahan keuntungan yang disepakati.24

    22

    A Arif, Dasar-Dasar dan Pemasaran Bank Syariah, h.43.

    23 Ibid.h.43.

    24 Syafii Antonio, Bank SyariahDari Teori Ke Praktek, h.101.

  • 34

    2) Salam

    Salam adalah bentuk jual beli dengan pembayaran di

    muka dan penyerahan barang dikemudian hari (advanced

    payment atau forward buying atau future sales) dengan harga,

    spesifikasi, jumlah, kualitas, dan tanggal dan tempat

    penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelum dalam

    perjanjian.25

    3) Istishna

    Istishna adalah akad jual beli antara pemesan atau

    pembeli (mustashni) dengan produsen atau penjual (shani)

    dimana barang yang akan diperjualbelikan harus dibuat

    (manufactured) lebih dahulu dengan kriteria yang jelas.26

    b. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa

    Pembiayaan dengan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan

    jasa, dimana keuntungan ditentukan di depan dan menjadi bagian

    harga atas barang atau barang yang di sewa.27

    Yang termasuk dalam

    katagori ini adalah ijarah dan Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT).

    25

    Veitzal Rifai, dkk, Bank and Finansial Institution Management, h.780

    26Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di

    Indonesia, Cet.III (Jakarta: Kencana, 2006), h.91.

    27 M.Nur Rianto, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, h.48.

  • 35

    c. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil

    Prinsip ini digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan

    untuk mendapatkan barang dan jasa sekaligus, produk tersebut terdiri

    dari:

    1) Musyarakah

    Musyarakah yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan

    modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai

    kesepakatan.28

    2) Mudharabah

    Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua

    pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan

    seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi

    pengelola.29

    d. Pembiayaan dengan Akad Pelengkap

    Sedangkan pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan

    untuk mempelancar pembiayaan dengan menggunakan prinsip-

    prinsip di atas. Berikut akad pelengkap tersebut, yaitu: hawalah (alih

    hutang-piutang), rahn (gadai), qard (pinjaman uang), wakalah

    (perwakilan), kafalah (garansi bank).

    28

    Wirdyaningsih, Bank Dan Ansuransi Islam Di Indonesia, Cet.III (Jakarta: Kencana Prenada

    Media, 2005), h.119.

    29 Syafii Antonio, Bank Syariah, h.95.

  • 36

    D. Mudharabah

    1. Pengertian Mudharabah

    Istilah mudharabah merupakan istilah yang paling banyak digunakan

    oleh bank-bank Islam. Prinsip ini juga dikenal sebagai qiradh atau

    muqaradah.

    Wirdyaningsi mendefinisikan mudharabah adalah akad antara pihak

    pemilik modal (shahibul mal) dengan pengelola (mudharib) untuk

    memperoleh pendapatan atau keuntungan.30

    Sri Nurhayati dan Wasilah mendefinisikan mudharabah adalah akad

    kerjasana usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan

    kegiatan uasaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesapakatan

    kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si

    pemilik dana kecuali disebabkan oleh kesalahan (misconduct), kelalaian

    (negligence), atau pelanggaran (violation) oleh pengelola dana.31

    Slamet Wiyono mendefinisikan mudharabah adalah akad kerjasama

    untuk usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola

    dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka, jika usaha

    mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana,

    30

    Wirdyaningsih, Bank Dan Ansuransi Islam Di Indonesia, h.105.

    31 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah Di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat,

    2008), h.112.

  • 37

    kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelolah dana,

    seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.32

    Sedangkan menurut Veitzal Rifai, dkk mendefinisikan mudharabah

    adalah bentuk pembiayaan bagi hasil ketika si pemilik modal, biasa disebut

    shahibul mal atau rabbul mal, menyediakan modal (100%) kepada pengusaha

    sebagai pengelola, biasa disebut mudharib, untuk melakukan aktivitas

    produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di

    antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelum dalam akad

    (yang besarnya juga dipengaruhi oleh kekuatan pasar).33

    Dari beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan

    bahwa mudharabah adalah kerjasama antara kedua belah pihak yang memiliki

    dan menyediakan modal guna membiayai suatu usaha, pihak penyedia modal

    disebut shohibul maal dan pihak pengusaha yang usahanya dibiayai disebut

    dengan mudharib. Dengan demikian, pembiyaan mudharabah adalah

    pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga syariah seperti BMT kepada pihak

    lain untuk suatu usaha yang produktif.

    Dari pembiayaan ini BMT sebagai pemilik modal membiayai

    pembiayaan sebesar 100% kebutuhan suatu usaha, sedangkan nasabah

    bertindak sebagai mudharib. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana

    32

    Slamet Wiyono, Akuntansi Perbankan Syariah: Berdasarkan PSAK dan PAPSI (Jakarta:

    PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), h.122.

    33 Veitsal Rifai, dkk, Bank and Finansial Institution Management, h.772.

  • 38

    dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara kedua

    belah pihak yaitu pihak BMT dengan pihak pengusaha.

    2. Jenis-Jenis Mudharabah

    Mudharabah terdiri dari dua jenis yaitu mudharabah muthlaqah

    (investasi tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (investasi terikat).34

    a. Mudharabah Muthlaqah

    Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah

    muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan

    mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh

    spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.35

    b. Mudharabah Muqayyadah

    Yaitu transaksi mudharabah ketika shohibul mal

    menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi mudharib, baik

    mengenai tempat, tujuan, maupun jenis usahanya.36

    Dalam

    skim ini mudharib tidak diperkenankan untuk mencampurkan

    dengan modal atau dana lain. Pembiayaan mudharabah

    34

    Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

    2008), h.48.

    35 Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2001),

    h.97.

    36 Veitsal Rifai, dkk, Bank and Finansial Institution Management, h.790.

  • 39

    muqayyadah antara lain digunakan untuk investasi khusus dan

    reksadana.

    3. Landasan Hukum Mudharabah

    Mudharabah pada dasarnya dapat dikatagorikan ke dalam salah satu

    bentuk musyarakah (perkongsian). Namun para cendikiawan fikih Islam

    meletakan mudharabah dalam posisi yang khusus dan meberikan landasan

    hukum tersendiri.

    a. Landasan Hukum Al-Quran

    Artinya : ... dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian

    karunia Allah SWT... (QS. Al-Muzzamil /73:20)

    Artinya : Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarlah kamu di muka

    bumi dan carilah karunia Allah SWT. (QS. Al-Jumuah /63:10)

  • 40

    b. Landasan Hukum Al-Hadits37

    Artinya: Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib

    jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia

    mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni

    lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan

    tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.

    Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw. dan

    Rasulullah pun membolehkannya. (HR Thabrani)

    Artinya: Dari Shalih bin Shuhaib r.a dari ayahnya ia berkata bahwa Rasulullah

    saw. bersabda, Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual

    beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur

    gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.

    (HR Ibnu Majah no.2280, kitab at-Tijarah).

    37

    Syafii Antonio, Bank Syariah, h. 96.

  • 41

    4. Ketentuan Pembiayaan Mudharabah

    Sedangkan landasan hukum pembiayaan mudharabah terdapat dalam

    Fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah

    (Qiradh). Dalam diktum pertama tentang ketentuan pembiayaan

    menyebutkan sebagai berikut:38

    a. Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh

    lembaga keuangan lembaga syariah kepada pihak lain untuk suatu

    usaha yang produktif.

    b. Dalam pembiayaan ini, lembaga keuangan syariah sebagai shaibul

    maal (pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek

    (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai

    mudharib atau pengelola usaha.

    c. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana, dan pembagian

    keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak

    (lembaga keuangan syariah dengan pengusaha).

    d. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah

    disepakati bersama dan sesuai dengan syariah dan lembaga

    keuangan syariah tidak ikut serta dalam management perusahaan

    atau proyek, tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan

    dan pengawasan.

    38

    Adrian Sutendi, Perbankan Syariah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h.71-72.

  • 42

    e. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam

    bentuk tunai dan bukan piutang.

    f. Lembaga keuangan syariah sebagai penyedia dana menanggung

    semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali mudharib

    (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai menyalahi

    perjanjian.

    g. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan,

    namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat

    meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini

    hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan

    pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam

    akad.

    h. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme

    pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan

    fatwa DSN.

    i. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.

    j. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau

    melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak

    mendapat ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.

  • 43

    5. Rukun dan Syarat Mudharabah

    a. Rukun mudharabah ada empat yaitu:39

    1) Pelaku, terdiri atas: pemilik dana dan pengelola dana

    2) Objek mudharabah, berupa: modal dan kerja

    3) Ijab kabul atau serah terima

    4) Nisbah keuntungan

    b. Syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang dikemukakan

    di atas adalah :

    1) Orang yang berakal harus cakap bertindak hukum dan cakap

    diangkat sebagai wakil.

    2) Mengenai modal disyaratkan : a) berbentuk uang, b) jelas

    jumlahnya, c) tunai, dan d) diserahkan sepenuhya kepada

    mudharib (pengelola). Oleh karenanya jika modal itu

    berbentuk barang, menurut Ulama Fiqh tidak dibolehkan,

    karena sulit untuk menentukan keuntungannya.

    3) Yang terkait dengan keuntungan disyaratkan bahwa pembagian

    keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambil dari

    keuntungan dagang itu.

    39

    Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah Di Indonesia, h.116.

  • 44

    6. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan Mudharabah

    Secara umum dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pembiayaan

    mudharabah terbagi dua, yaitu tujuan untuk tingkat ekonomi makro dan

    mikro. Tujuan pembiayaan mudharabah untuk tingkat makro diantaranya,

    peningkatan ekonomi umat, tersedianya dana untuk peningkatan usaha,

    peningkatan produktifitas, pembukaan lapangan kerja baru, dan terjadinya

    distribusi pendapatan. Sedangkan tujuan di tataran ekonomi mikro antara lain,

    maksimalisasi laba, minimalisasi resiko, pendayagunaan sumber daya

    ekonomi yang merupakan mixing antara sumber daya alam, sumber daya

    manusia, serta sumber daya modal, dan terakhir adalah untuk menyalurkan

    kelebihan dana.

    Adapun fungsi pembiayaan mudharabah antara lain adalah

    meningkatkan daya guna uang dan barang, meningkatkan peredaran uang,

    menimbulkan kegairahan usaha, meningkatkan stabilitas ekonomi dan sebagai

    jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

    Dari beberapa tujuan dan funsi pembiayaan mudharabah seperti yang

    telah diuraikan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tujuan dan

    fungsi pembiayaan mudharabah adalah untuk mengembangkan potensi

    masing-masing, yakni potensi pemilik modal yang tidak memiliki keahlian

    usaha dengan pemilik proyek yang tidak memiliki modal untuk sama-sama

    mendapatkan keuntungan.

  • 45

    7. Mekanisme Mudharabah

    Gambar 2.3

    Skema Akad Mudharabah

    KEUNTUNGAN

    PROYEK/USAHA

    AKAD MUDHARABAH

    MODAL

    PEMODAL

    SHAHIBUL

    MAAL

    PENGUSAHA

    MUDHARIB

    Modal 100%

    SKIL

    L

    Bagian Keuntungan X

    MODAL 100%

    Bagian Keuntungan Y

  • 46

    BAB III

    GAMBARAN UMUM BMT BINA UMAT SEJAHTERA

    A. Sejarah Singkat BMT Bina Umat Sejahtera

    KJKS Baitul Maal Wat Tamwil Bina Ummat Sejahtera berdiri,

    bermula dari sebuah keprihatinan menatap realitas perekonomian masyarakat

    lapis bawah yang tidak kondusif dalam mengantisipasi perubahan masyarakat

    global. BMT Bina Ummat Sejahtera (BUS), didirikan tahun 1995, beroperasi

    di daerah pesisir utara Jawa, diantara nelayan-nelayan kecil, di Lasem,

    Rembang. Pemrakarsanya adalah para sahabat Drs Abdullah Yazid MM, S-2

    di Universitas Muhammadiyah Solo, berhasil menggerakkan lebih dari 20

    para pendiri dengan mengumpulkan modal awal Rp. 10 juta.

    Tahun 1996 Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orsat

    Rembang berusaha menggerakkan organisasi dengan mendirikan sebuah

    lembaga keuangan alternatif berupa usaha simpan pinjam yang dimotori

    gerakan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Diresmikan Tanggal 10

    November 1996. Oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (Orsat

  • 47

    Kabupaten Rembang) Badan Hukum Koperasi Serba Usaha Unit Simpan

    Pinjam Nomor Badan Hukum 13801 / BH / KWK.11 / III / 1998.1

    Karena perkembangan lembaga ini mendapat tanggapan yang baik dari

    masyarakat, maka pada tahun 1998 berubah menjadi Koperasi Serba Usaha

    (KSU), pada tahun 2002 berubah menjadi Koperasi Simpan Pinjam Syari'ah

    (KSPS) BMT Bina Ummat Sejahtera sampai pada akhirnya pada tahun 2006

    berubah menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS).

    Melihat perkembangan lembaga ini, maka kantor cabang pun mulai

    diliris di DKI Jakarta yaitu sejak bulan Oktober 2007. Untuk cabang yang

    pertama di Jakarta yaitu terletak di Tanjung Priuk. kemudian BMT Bina Umat

    Sejahtera membuka cabang di daerah Pondok Gede Jakarta Timur, dengan

    berbagai pertimbangan dan dorongan dari para sahabat bapak Abdullah Yazid

    dengan dibukannya kantor cabang di daerah Pondok Gede karena dianggap

    bisa menjadi percontohan.2

    Sebagaimana motto KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera sebagai

    "Wahana Kebangkitan Ekonomi Ummat" Dari Ummat Untuk Ummat,

    Sejahtera Untuk Semua.

    Sejak awal berdiri sampai sekarang KJKS Bina Ummat Sejahtera

    senantiasa mengedepankan kepentingan anggota, salah satu wujud kepedulian

    1 Ditulis oleh Administrator Rabu, 26 Mei 2010 11:53 Identitas Lembaga, http://bmt bus.com

    /index.php?option=com_content&view=article&id=53&Itemid=65

    2 Wawancara pribadi dengan bapak Kukuh Setiawan, Kasi Marketing Wiayah I, Jakarta 31

    Januari 2011.

  • 48

    tersebut tercermin dalam program kerja yang telah disusun untuk kepentingan

    anggota, program-program yang saat ini telah teraplikasi seperti pembagian

    hadiah untuk anggota si Rela secara proposianal tanpa diundi, kepedulian

    terhadap dunia pendidikan dangan pemberian beasiswa untuk anak anggota

    kurang mampu, pengajian akbar anggota, pembagian zakat maal dan

    shodaqoh, pembagian daging kurban dan lain sebagainya. Hal tersebut diatas

    dilakukan atas dasar Ta'awun dalam rangka pemberdayaan ekonomi ummat

    penuh kerahmatan, serta sebagai upaya membangun peradaban ekonomi

    ummat.

    B. Visi dan Misi BMT Bina Umat Sejahtera

    Setiap institusi termasuk di dalamnya BMT dapat dipastikan memiliki

    visi dan misi untuk menjalankan aktivitas usahanya. Adapun visi dari BMT

    Bina Umat Sejahtera adalah menjadi lembaga keuangan mikro syariah

    terdepan dalam perdampingan usaha kecil yang mandiri.

    BMT Bina Umat Sejahtera memiliki misi yang ingin dicapai dalam

    menjalankan aktivitas usahanya. Misi tersebut antara lain sebagai berikut :

    1. Membangun lembaga jasa keuangan mikro syariah yang mampu

    memberdayakan jaringan ekonomi mikro syariah, sehingga

    menjadikan ummat yang mandiri.

    2. Menjadikan lembaga jasa keuangan mikro syariah yang tumbuh

    dan berkembang melalui kemitraan yang sinergi dengan lembaga

  • 49

    syariah lain, sehingga mampu membangun tatanan ekonomi yang

    penuh kesetaraan dan keadilan.

    3. Mengutamakan mobilisasi pendanaan atas dasar taawun dari

    golongan aghniya, untuk disalurkan ke pembiyaan ekonomi kecil

    dan menengah serta mendorong terwujudnya manajemen zakat,

    infaq dan shodakoh, guna mempercepat proses menyejahterakan

    ummat, sehingga terbebas dari dominasi ekonomi ribawi.

    4. Mengupayakan peningkatan permodalan sendiri, melalui

    penyertaan modal dari para pendiri, anggota, pengelola dan

    segenap potensi ummat, sehingga menjadi lembaga jasa keuangan

    mikro syariah yang sehat dan tangguh.

    5. Mewujudkan lembaga yang mampu memberdayakan,

    membebaskan dan membangun keadilan ekonomi ummat,

    sehingga menghantarkan ummat Islam sebagai Khoera Ummat.

    Selain memiliki visi dan misi jauh ke masa depan, ternyata BMT Bina

    Umat Sejahterah juga mempunyai motto dalam rangka menjalankan aktivitas

    usahanya. Adapun motto dari BMT Bina Umat Sejahterah adalah Wahana

    Kebangkitan Ekonomi Ummat Dari Ummat Untuk Ummat Sejahtera Untuk

    Semua.

  • 50

    C. Prinsip Operasional

    1. Prinsip Kerja BMT Bina Umat Sejahtera

    Sebagai lembaga keuangan non bank, BMT Bina Umat sejahtera

    melakukan prinsip kerjanya secara konsisten dengan mengacu kepada

    ketetapan-ketetapan syari sebagaimana terkandung dalam Al-Quraan dan

    hadits Rasulullah SAW serta ijma dan fatwa ulama. Sedangkan dalam

    menjalankan prinsip kerjanya BMT Bina Umat Sejahtera mempunyai prinsip

    kerja sbagai berikut :

    a. Pemberdayaan

    BMT Bina Ummat Sejahtera adalah Lembaga Keuangan Mikro

    Syariah yang selalu menstransfer ilmu kewirausahaan lewat

    pendampingan manajemen, pengembangan sumberdaya insani dan

    teknologi tepat guna, kerjasama bidang finansial dan pemasaran,

    sehingga mampu memberdayakan wirausaha - wirausaha baru

    yang siap menghadapi persaingan dan perubahan pasar.

    b. Keadilan

    Sebagai intermediary institution, BMT Bina Ummat Sejahtera,

    menerapkan azas kesepakatan, keadilan, kesetaraan dan kemitraan,

    baik antara lembaga dan anggota maupun antar sesama anggota

    dalam menerapkan bagi hasil usaha.

  • 51

    c. Pembebasan

    Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah, BMT Bina

    Ummat Sejahtera yang berazaskan akhlaqul karimah dan

    kerahmatan, melalui produk-produknya, insya Allah akan

    mampu membebaskan ummat dari penjajahan ekonomi, sehingga

    menjadi pelaku ekonomi yang mandiri dan siap menjadi tuan di

    negeri sendiri.

    2. Struktur Organisasi

    Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur yang

    mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada di

    dalam BMT tersebut. Struktur organisasi BMT meliputi, musyawarah,

    anggota pemegang simpanan pokok, dewan syariah, pembina manajemen,

    pemasaran, kasir, dan pembukuan.3

    Tetapi dalam kenyataannya setiap BMT memiliki bentuk struktur

    organisasi yang berbeda, hal ini dipengeruhi oleh:

    a. Ruang lingkungkup atau wilayah operasi BMT

    b. Efektivitas dalam pengelolaan organisasi BMT

    c. Orientasi program kerja yang akan direalisasikan dalam jangka

    pendek dan jangka panjang

    3 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi

    (Yogjakarta: Ekonisia, 2005), h. 106.

  • 52

    d. Jumlah sunber daya manusia yang diperlukan dalam menjalankan

    operasi BMT.

    Untuk BMT Bina Umat Sejahtera wilayah Jakarta struktur

    organisasinya mengikuti group Lasem, sehingga manjadikan Jakarta menjadi

    bagian wilayah I.4 Dalam groupnya struktur organisasi di pecah menjadi:

    a. Manajer Koordinator Wilayah I oleh Bapak Fuad Ali Budiman,

    S.H., M.M.

    b. Kasi Operasional atau Pemasaran Wilayah I oleh Bapak Kukuh

    Setiawan

    c. Koordinator Cabang-cabang Wilayah I oleh Bapak Kukuh

    Setiawan

    Wilayah I meliputi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Luar

    Jawa.

    3. Sasaran Mutu BMT Bina Umat Sejahtera

    Dengan memanfaatkan jaringan dan pengalaman, BMT Bina Ummat

    Sejahtera memfokuskan sasarannya pada :

    a. Memberdayakan Pengusaha kecil menjadi potensi masyarakat yang

    handal.

    4 Wawancara pribadi dengan bapak Kukuh Setiawan, Kasi Marketing Wiayah I, Jakarta 31

    Januari 2011.

  • 53

    b. Sebagai lembaga intermediary, dengan menghimpun dan menyalurkan

    dana anggota secara permanen dan kontinyu untuk mengembangkan

    ekonomi produktif bagi kemaslahatan masyarakat.

    c. Proaktif dalam berbagai program pengembangan sarana sosial

    kemasyarakatan

    d. Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin ke tingkat yang lebih

    baik.

    e. Mewujudkan kehidupan yang seimbang dalam keselamatan,

    kedamaian, kesejahteraan dan pemerataan keadilan ekonomi antara

    kaum fakir miskin dengan aghniya ( kaum berpunya ).

    4. Budaya Kerja BMT Bina Umat Sejahtera

    BMT Bina Ummat Sejahtera sebagai lembaga jasa keuangan mikro

    syariah menetapkan budaya kerja dengan prinsip - prinsip syariah yang

    mengacu pada sikap akhlaqul karimah dan kerahmatan.

    Sikap tersebut terinspirasi dengan empat sifaf Rosulullah yang

    disingkat SAFT;

    a. Shidiq

    Menjaga integritas pribadi yang bercirikan ketulusan niat,

    kebersihan hati, kejernihan berfikir, berkata benar, bersikap terpuji

    dan mampu jadi teladan.

  • 54

    b. Amanah

    Menjadi terpercaya, peka, obyektif dan disiplin serta penuh

    tanggung jawab.

    c. Fathonah

    Profesionalisme dengan penuh inovasi, cerdas, trampil dengan

    semangat belajar dan berlatih yang berkesinambungan.

    d. Tablig

    Kemampuan berkomunikasi atas dasar transparansi, pendampingan

    dan pemberdayaan yang penuh keadilan.

    D. Produk-produk BMT Bina Umat Sejahtera

    Produk-produk yang terdapat pada BMT Bina Umat Sejahtera terdiri

    dari produk simpanan dan pembiayaan.

    Produk simpanan terdiri dari :

    1. Si Rela (Simpanan Sukarela Lancar)

    Si Rela merupakan simpanan anggota yang didasarkan atas

    akad Wadiah Yadhomanah yaitu atas seizin pemilik dana lembaga

    boleh menggunakan untuk operasional dan mudharabah yaitu

    simpanan yang didalamnya ada perjanjian pembagian nisbah bagi

    hasil.5

    5 Abdullah Yazid, Pedoman Syariah & Juknis Bagian Pemasaran (Lasem: t.p, 2009),h. 35.

  • 55

    2. Si Suka (Simpanan Sukarela Berjangka)

    Si Suka adalah simpanan berjangka yang berdasarkan prinsip

    mudharabah, dengan prinsip ini simpanan dari pemilik modal akan

    diperlakukan sebagai investasi oleh pengelolah dana. BMT akan

    memanfaatkan dana tersebut secara produktif dalam bentuk

    pembiayaan kepada masyarakat dengan profesional dan sesuai syariah.

    Hasil usaha tersebut dibagi antara pemilik modal dan BMT sesuai

    nisbah (porsi) yang telah disepakati di awal. 6

    3. Si Sidik ( Simpanan Siswa Pendidikan)

    Si Sidik merupakan simpanan yang dikhususkan untuk

    kepentingan pendidikan sampai jenjang lulus SLTA, simpanan ini

    didasarkan pada akad wadiah yadhomanah.7

    Sedangkan produk pembiayaan terdiri dari :

    a. Mudharabah

    Pembiayaan mudharabah adalah akad yang dilakukan

    antara dua pihak, dimana anggota sebagai mudharib

    (pengelolah usaha) dan BMT BUS sebagai shohibul maal

    6 Ibid, h.36.

    7 Ibid, h.37.

  • 56

    (penyedia modal) atas kerjasama ini berlaku sistem bagi

    hasil dengan nisbah yang telah disepakati.

    b. Bai Bitsamanajil

    Jual beli adalah menjual dengan harga asal, ditambah

    margin keuntungan yang telah disepakat dan dibayar secara

    angsur dengan jangka waktu yang telah disepakati pula.

    c. Murabahah

    Pembiayaan melalui sistem pengadaan barang dan di

    dalamnya terdapat kesepakatan besarnya pemberian Mark

    Up dan pembayaran secara jatuh tempo sesuai kesepakatan

    (akad)

    d. Qardul Hasan

    Pembiayaan dengan tujuan kebijakan yang diperuntukan

    bagi anggota dengan pertimbangan sosial dan tidak diambil

    keuntungan dari padanya, anggota hanya diwajibkan

    mengembalikan pokok pinjaman saja.

    Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan masyarakat, maka

    BMT Bina Umat Sejahtera terbuka untuk menciptakan produk baru. Tetapi

    produk tersebut harus memenuhi syarat-syarat antara lain adalah sesuai

    dengan syariah dan untuk itu harus lebih dahulu disetujui oleh Dewan

    Pengawas Syariah, dapat ditangani oleh sistem operasional BMT yang

  • 57

    bersangkutan dan yang terpenting adalah dapat membawa kemaslahatan bagi

    masyarakat.

    E. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah

    1. Metode Penyaluran Dana

    Dalam melakukan peran sebagai perantara (intermediary) antara unit-

    unit ekonomi yang mengalami surplus dana dengan unit-unit yang lain

    yang membutuhkan dana. Metode penyaluran dana BMT Bina Umat

    Sejahtera terpusat secara umum diilustrasikan dalam gambar berikut:

    Gambar 3.1

    Ilustrasi Metode Penyaluran Dana

    BMT Bina Umat Sejahtera

    M

    A

    S

    Y

    A

    R

    A

    K

    A

    T

    Jual Beli

    Bagi Hasil

    Pembiayaan

    Pinjaman

    Investasi Khusus /

    Mudharabah Muqayyadah

    B

    M

    T

  • 58

    Dalam penyaluran dana pada nasabah, secara garis besar produk

    pembiayaan syariah dibagi ke dalam tiga katagori yang dibedakan

    berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu :

    a. Transakasi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang

    dilakukan dengan prinsip jual-beli;

    b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa

    dilakukan prinsip sewa;

    c. Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan

    guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa dengan prinsip

    bagi hasil.

    Katagori pertama dan kedua, tingkat keuntungan banyak ditentukan di

    depan dan menjadi harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang

    termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual

    beli seperti murabahah, salam, dan istishna serta produk yang menggunakan

    prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan pada katagori ketiga, tingkat keuntungan

    BMT ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi

    hasil.

    Pada produk pembiayaan pola bagi hasil keuntungan ditentukan oleh

    nisbah yang disepakati dimuka. Produk BMT yang ternasuk ke dalam

    kelompok ini adalah musyarakah dan mudharabah.

  • 59

    2. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah

    Umumnya pembiayaan mudharabah pada perbankan sama dengan

    lembaga syariah yaitu salah satunya adalah BMT. Masyarakat di sekitar BMT

    Bina Umat Sejahtera Pondok Gede sangat berminat pada pembiayaan

    mudaharabah. Secara teknis BMT menyebutkan bahwa mudharabah adalah

    akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal

    menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi anggota. Maka

    berlakulah bahwa BMT sebagai pemberi modal yaitu pembiayaan

    mudharabah dan anggota atau nasabahnya sebagai penerima pembiayaan.

    Untuk memperoleh pembiayaan mudharabah di BMT Bina Umat

    Sejahtera Pondok Gede ini calon nasabah harus melalui beberapa tahapan

    antara lain, tahap permohonan pembiayaan, tahap analisa pembiayaan, tahap

    persetujuan dan penandatanganan akad pembiayaan mudharabah, tahap

    pencairan pembiayaan mudharabah serta tahap monitoring pembiayaan

    mudharabah.

    Mekanisme pembiayaan mudaharabah, modal 100% diberikan oleh

    pihak BMT selaku shahibul maal dan anggota yang mengajukan pembiayaan

    sebagai mudharib. Besarnya nominal yang diberikan oleh pihak BMT

    tergantung pengajuan yang dibutuhkan oleh anggota dan kemudian disahkan

    oleh manajer umum.

  • 60

    BAB IV

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Analisis Perkembangan Pembiayaan Mudharabah

    Data-data yang dipergunakan dalam analisis ini di dapat dari laporan

    keuangan bulanan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede. Berikut ini penulis

    akan menyajikan data pembiayaan mudharabah selama tiga tahun terakhir dari

    tahun 2008 sampai dengan 2010.

    Tabel 4.1

    Pembiayaan Mudharabah BMT BUS Pondok Gede

    Periode 2008 2010

    (Dalam Rupiah)

    Bulan 2008 2009 2010

    Januari 28100000 28300000 52221000

    Februari 37250000 41600000 97950000

    Maret 30200000 36900000 99200000

    April 42700000 57500000 94554000

    Mei 35500000 82730000 157100000

    Juni 36300000 90200000 68650000

    Juli 51200000 94500000 358000000

    Agustus 48300000 72650000 86729000

    September 31500000 68340000 33500000

    Oktober 86300000 97800000 94700000

    November 92300000 83550000 99800000

    Desember 83750000 58215000 142119000

    Jumlah 603400000 812285000 1384523000

  • 61

    Nilai pembiayaan mudharabah keseluruhan pada tahun 2008 sebesar

    Rp 603.400.000,-, pada tahun 2009 sebesar Rp 812.285.000,- dan pada tahun

    2010 sebesar Rp 1.384.523.000,- Melihat dari jumlah total pembiayaan secara

    keseluruhan pertahunnya dapat disimpulkan bahwa terjadinya kenaikan dalam

    setiap pembiayaan mudharabah tiap tahunnya.

    Tabel 4.2

    Akumulasi Perubahan Pembiayaan Mudharabah

    BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede

    Tahun

    Pembiayaan

    Mudharabah (Rp)

    Perubahan (Rp)

    Presentase

    (%)

    2008 603400000 - -

    2009 812285000 208885000 26%

    2010 1384523000 572238000 41%

    Jumlah 2800208000 781123000 67%

    Pada tahun 2009 total pembiayaan mudharabah sebesar Rp

    812.285.000,- sedangkan pada tahun 2008 total sebesar Rp 603.400.000,-. Hal

    ini menunjukan bahwa adanya kenaikan pembiayaan mudharabah sebesar

    26%. Sama halnya pada pembiayaan mudharabah tahun 2010 mengalami

    kenaikan sebesar 41% dari tahun 2009.

    Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa kenaikan

    pembiayaan mudharabah selama periode 2008 sampai dengan 2010 adalah

    sebesar Rp 2.800.208.000,- Apabila dipresentasikan kenaikan pembiayaan

    mudharabah selama tiga tahun yaitu sebesar 67%.

  • 62

    B. Analisis Perkembangan Pendapatan BMT

    Berikut ini penulis akan menyajikan data pendapatan BMT Bina Umat

    Sejahtera Pondok Gede selama tiga tahun terakhir dari tahun 2008 sampai

    dengan 2010.

    Tabel 4.3

    Pendapatan Mudharabah BMT BUS Pondok Gede

    Periode 2008 2010

    (Dalam Rupiah)

    Bulan 2008 2009 2010

    Januari 716000 6887140 6794920

    Februari 1938200 4099850 9186700

    Maret 1477150 2720700 10594900

    April 2208200 3975150 11042830

    Mei 1701700 7895800 12676193

    Juni 2693850 10976130 11228850

    Juli 2709400 11041100 17916200

    Agustus 4333150 6876145 13320730

    September 3154150 6188550 8694600

    Oktober 5350400 9241400 12627700

    November 5869800 8657150 13077300

    Desember 7681400 4434300 15282710

    Jumlah 39833400 82993415 142443633

    Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan BMT dari

    pembiayaan mudharabah pada tahun 2008 sebesar Rp 39.833.400,-, pada

    tahun 2009 pendapatan sebesar Rp 82.993.415,- dan tahun 2010 pendapatan

    sebesar Rp 142.443.633,-. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

  • 63

    kenaikan pendapatan BMT dari pembiayaan mudharabah yang disalurkan

    setiap tahunnya.

    Tabel 4.4

    Akumulasi Perubahan Pembiayaan Mudharabah

    BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede

    Tahun

    Pendapatan BMT

    (Rp)

    Perubahan

    Presentase

    (%)

    2008 39833400

    2009 82993415 43160015 52%

    2010 142443633 59450218 42%

    Jumlah 265270448 102610233 94%

    Pada tahun 2009 total pendapatan BMT sebesar Rp 82.993.415,-

    sedangkan pada tahun 2008 total sebesar Rp 39.833.400,-. Hal ini

    menunjukan bahwa adanya kenaikan pendapatan BMT sebesar 52%. Dan juga

    mengalami kenaikan di tahun 2010 yaitu sebesar 42%.

    Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa kenaikan

    pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera selama periode 2008 sampai dengan

    2010 adalah sebesar Rp 265.270.448,- Apabila dipresentasikan kenaikan

    pendapatan BMT selama tiga tahun yaitu sebesar 94%.

  • 64

    C. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan BMT Bina

    Umat Sejahtera Pondok Gede

    1. Variabel Entered atau Removed

    Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data

    sekunder. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisa pengaruh pembiayaan

    mudharabah terhadap pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede

    dengan menggunakan metode regresi linear sederhana dan menggunakan

    SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 16.0 for windows.

    Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara pembiayaan

    mudharabah terhadap pendapatan BMT, dapat dilakukan dengan analisa

    variabel yang dimasukan dan variabel yang dikeluarkan.

    Tabel 4.5

    Variables Entered/Removedb

    Model

    Variables

    Entered

    Variables

    Removed Method

    1 Pembiayaan

    Mudharabaha

    . Enter

    a. All requested variables entered.

    b. Dependent Variable: Pendapatan BMT

  • 65

    Pada variabel entered atau removed di atas tampak bahwa variabel

    yang dimasukan atau yang digunakan adalah variabel pembiayaan

    mudaharabah (X) sebagai variabel independent untuk dilihat pengaruhnya

    terhadap variabel dependentnya yaitu pendapatan BMT .

    2. Penaksiran Koefisien Penentu (Determinasi)

    Merupakan ukuran untuk menyatakan bahwa proporsi dalam variabel

    yang dijelaskan oleh variabel independen dan karenanya memberikan ukuran

    sejauh mana varian dalam suatu variabel menentukan dalam variabel lain.

    Tabel 4.6

    Koefisien Penentu (Determinasi)

    Model Summaryb

    Model R R Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error of the

    Estimate Durbin-Watson

    1 .757a .573 .560 2906570.932 1.091

    a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Mudharabah

    b. Dependent Variable: Pendapatan BMT

    Untuk menghitung seberapa besar pengaruh pembiayaan mudharabah

    (X) terhadap naik turunnya pendapatan BMT (Y) digunakan koefisien penentu

    atau determinan dengan melihat tabel output SPSS di atas.

    Berdasarkan print out dari tabel SPSS di atas, koefisien korelasi dalam

    perhitungan SPSSnya adalah sebesar 0,757. Ini artinya jumlah pembiayaan

    mudharabah (X) mempunyai hubungan yang positif dan kuat. Dimana

  • 66

    hubungan yang positif artinya, jika pembiayaan mudharabah bertambah maka

    pendapatan BMT akan naik, atau sebaliknya jika pembiayaan mudharabah

    berkurang maka pendapatan BMT juga akan turun.

    Koefisien determinasinya (r2/ R Square) atau koefisien penentunya

    sebesar 0,573 = 57,3% artinya pendapatan BMT (Y) dapat dijelaskan oleh

    pembiayaan mudharabah (X) sebasar 57,3%. Sedangkan sisahnya sebesar

    42,7% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain seperti produk simpanan,

    produk pembiayaan selain mudharabah antara lain yaitu bai bitsamanajil,

    murabahah dan qardul hasan.

    3. Koefisien Regresi

    Setelah menganalisis koefisien penentu, maka selanjutnya penulis

    akan melanjutkan dengan koefisien regresi untuk mengetahui lebih lanjut

    mengenai pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan BMT.

    Bilangan konstanta (a) adalah bilangan yang menunjukan pembiayaan

    mudharabah sebelum adanya pengaruh dari pendapatan BMT (X=0)

    Koefisien regresi atau parameter (b) positif, maka menunjukan adanya

    pengaruh terhadap jumlah pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan

    BMT.

    Bentuk umum persamaan regresi linier sederhana adalah

    Y = a + bX

    Keterangan :

  • 67

    Y = Pendapatan BMT

    X = Pembiayaan Mudharabah

    a = Konstanta, yaitu nilai Y bila X=0

    b = Koefisien regresi yaitu perubahan pada Y jika X berubah satu satuan

    Tabel 4.7

    Regresi Pembiayaan Mudharabah

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized

    Coefficients

    Standardi

    zed

    Coefficie

    nts

    t Sig.

    95% Confidence Interval for B

    Collinearity

    Statistics

    B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound

    Tolera

    nce VIF

    1 (Constant) 2.888E

    6 821700.360

    3.514 .001 1217713.628 4557505.719

    Pembiayaan

    Mudharabah .058 .009 .757 6.751 .000 .040 .075 1.000 1.000

    a. Dependent Variable:

    Pendapatan BMT

    Berdasarkan hasil print out dari perhitungan SPSS yang terlihat pada

    tabel di atas dapat diketahui persamaan regresi adalah Y = 2888000+0,058

    (pembiayaan mudharabah) sama dengan Y = 2888000 + 0,058X, artinya

    adalah:

  • 68

    a = 2888000 artinya apabila X = 0 atau tidak ada pembiayaan

    mudharabah, maka pendapatan BMT (Y) sebesar 2888000.

    b = koefisien regresi hasil menunjukan sebesar 0,058 menyatakan

    bahwa setiap adanya peningkatan pembiayaan mudharabah naik sebesar satu

    satuan, maka akan meningkatkan pendapatan BMT sebesar 0,058 atau setiap

    penurunan jumlah pembiayaan mudharabah sebesar satu satuan, maka akan

    menurunkan pendapatan BMT sebesar 0.058. Sebagai contoh pembiayaan

    mudharabah pada bulan Januari 2010 sebesar Rp 52.221.000,- Maka

    pendapatan akan naik sebesar 0,058. Sehingga pendapatan pada BMT Bina

    Umat Sejahtera Pondok Gede akan bertambah sebesar Rp 3.028.818,-. Jadi

    jika pembiayaan mudharabah mengalami kenaikan maka pendapatan BMT

    akan mengalami kenaikan pula.

    4. Analisis Pengujian Hipotesis

    a. Uji T Statistik

    Dengan menggunakan tabel coefisients di bawah ini pen