PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul: "pengaruh...
Transcript of PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul: "pengaruh...
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NHT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS III SD MUHAMMADIYAH 12 PAMULANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd)
Oleh:
HUSNUL RIZQI
NIM. 109018300106
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014/1435
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul: "pengaruh pembelajaran Kooperatif ripe NHT TerhadapHasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 12 pamulang,,disusun oleh Husnul Rizqi, NIM 109018300106, diajukan kepada Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan (FITK) uIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telahdinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 6 Mei 2014 dihadapandewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sa{ana 51 (S.pd.)dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaivah.
Jakarta, 08 Mei 2014panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jutusan)
Dr, Fauzan. M.A.NtP.t9761t07 200701 I 013
Penguji I
Abdul Muin S.Si.. M.pdNIP.l97sl201 200604 I 003
Penguji II
Dr. Kadir .M.Pd
NIP.19670812 199402 I 001
Tanggal Tanda Tangan
Il NVt't 2oit
.y/.,!.1@-ot9
L:t:; li!:l
Mengetahui,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif llidayatullah
Dra. Nurl6na Rifa'i, MA. ph.IfNIP.19591020 198603 2 00r
LEMBAR PENGESAHAN SI(RIPSI
PENGART]H PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE IIET TEREADAP
HASIL BELAJAR MATI]MATIKA SISWA I{ELAS Itr SD
MUEAMMADryAH 12 PAMUI,ANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sa{ana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Husnul Rizoi
NIM : 109018300106
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Firdausi. S.Si, M.Pd
NIP : 196 90629200s011 003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAtr IBTIDATYAH
FAKT]LTAS ILMU TARBTYAH DAN KEGT]RI]AN
UNTVERSMAS ISLAM NEG,ERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
LENIBAR PENGESAHAT\ PEIIBIIIBIi\G SKRIPSI
Skripsi be{udul Pengaruh pembelaiaran kooperatif tipe NHT Terhadap hasil
belajar Maternatika siswa ketas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang disusun
oleh Husnul Rizqi, NIM. 109018300106, Jurusan Kependidikan Islam Program
Stucli Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaivah (PGMD, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, April 2014
Yang mengesahkan,
Pembimbing I
Firdausi. S.Si. M'Pd
NIP. 196 906292005011 003
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul: "pengaruh pembelajaran Kooperatif ripe NHT TerhadapHasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 12 pamulang,,disusun oleh Husnul Rizqi, NIM 109018300106, diajukan kepada Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan (FITK) uIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telahdinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 6 Mei 2014 dihadapandewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sa{ana 51 (S.pd.)dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaivah.
Jakarta, 08 Mei 2014panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jutusan)
Dr, Fauzan. M.A.NtP.t9761t07 200701 I 013
Penguji I
Abdul Muin S.Si.. M.pdNIP.l97sl201 200604 I 003
Penguji II
Dr. Kadir .M.Pd
NIP.19670812 199402 I 001
Tanggal Tanda Tangan
Il NVt't 2oit
.y/.,!.1@-ot9
L:t:; li!:l
Mengetahui,Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif llidayatullah
Dra. Nurl6na Rifa'i, MA. ph.IfNIP.19591020 198603 2 00r
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawahini:
Nama : Husnul Rizqi
NIM : 109018300106
Jurusan :Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Angkatantahun : 2009
Alamat :Perum Ciluar Permai Jln. Sirsak I Blok f 3 no 5 Cijujung,
Sukaraja, Kab. Bogor
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul“ Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SD Muhammadiyah Pamulang” adalah
benar hasil karya sendiri di bawah ini bimbingan dosen:
Nama : Firdausi, S.Si,M.Pd
NIP : 196 906292005011 003
Dosen jurusan : Pendidikan matematika
Dengan demikian surat peryataan ini saya dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala kosekuen siapa bila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta,24 April 2014
Yang menyatakan,
Husnul Rizqi
ABSTRAK
HUSNUL RIZQI, Pengaruh Pembelajaran Koopratif Tipe NHT Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang,
Skripsi, Jurusan Kependidikan Islam, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dan
bagaimana hasil belajar matematika siwa dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe NHT, dibanding dengan siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional, Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 12 Pamulang
dari Januari sampai Februari tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara cluster random sampling. Subjek penelitian ini adalah 60 siswa
terdiri atas siswa kelas eksperimen 30 siswa dan siswa kelas kontrol 30 siswa.
Instrument penelitian yang diberikan berupa tes yang terdiri dari 13 soal uraian
terbatas. Uji prasyarat yang digunakan adalah uji Liliefors untuk menguji
normalitas data, sedangkan uji Fisher untuk menguji homogenitas data.
Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh bahwa kedua populasi berditribusi
normal. Sedangkan hasil uji homogenitas diperoleh bahwa kedua populasi
homogen (sama).
Berdsarkan hasil penelitian siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
kooperatif Tipe NHT terlihat nilai rata-rata hasil belajar siswa lebih tinggi
daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaan konvensional Hal ini terlihat
dari nilai rata-rata kelas eksperimen 82,46 dan nilai rata-rata kelas kontrol 74,56.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap hasil belajar matematika siswa yang dapat dilihat dari hasil perhitungan
uji-t dengan nilai t-hitung > t-tabel (2,886 > 2,001) dengan derajat kebebasan (db)
= 58, dengan taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian ditolak dan
diterima, yang artinya rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas
eksperimen berbeda dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas
kontrol.
Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, NHT, Hasil Belajar Matematika.
ABSTRACT
HUSNUL RIZQI, The effect of Cooperative Learning Tipe NHT of Result
Mathematics Student Grade III SD Muhammadiyah 12 Pamulang, The Mini
thesis to obtain doktorandous degree, Islamic Education Department, Elementary
School Education Study, Faculty of Tarbiyah and Teacher Science, Islamic State
University of Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research aimed to determine whether is differences in mathematics
learning outcome between student learning mathematics using cooperative
learning tipe NHT and students who learn mathematics use conventional learning.
Research conduct at SD Muhammadiyah 12, Pamulang. From January to February
academic year 2013/2014. The method used in this study was quasi experiment.
Sampling was done by cluster random sampling. The subjects of the current study
was 60 students comprised student exeperiment class of 30 students and control
class 30 students. The instrument are provided in is objective test were 13 items
about. Analytical techniques used was Liliefors to test the normality of the data,
while the Fisher test for its homogeneity test samples taken from the same
population. Based on results of test of normality is obtained that the two
populations of normal distributions. While its homogeneity test result is obtained
that the two populations are homogeneous (equal)
Based on results the students who teach with cooperative learing tipe NHT
had more average value of mathematics learning equal the students who teach
with conventional learning. Can we see based on value of experimental class
average is 82,46 and the average value of control class is 74,56. There significant
infuence between learning with cooperative tipe NHT concerning the result of
mathematics learning we van see the calculation result obtain by testing
hypotheses t-count price > t-table (2,886 > 2,001) with degree of freedom is 5%.
So the null hypothesis (Ho) is rejected, while Ha is received, so that average value
of mathematics learning of students who learn mathematics use cooperative
learning tipe NHT is different from the students who learn with conventional
learning.
Keywords: Cooperative Learning, NHT, The Result of Mathematics Learning.
KATA PENGANTAR
Bsimillahhirrohmanirrohim
Segala puji serta syukur atas kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas 3 SD Muhammadiyah Pamulang.”
Salawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad saw yang telah menjadi uswah hasanah bagi para pengikutnya,
sehingga dapat melahirkan peradaban baru di dunia ini, yaitu peradaban islam
yang tidak pernah goyah oleh perkembangan zaman.
Penuyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat pencapaian gelar
Sarjana (SP.d) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Padakesempatan ini, peulis
ingin mengucapakan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyususnan skripsi ini terutama kepada :
1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA,Ph.D,. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, MA selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI)
3. Dosen pembimbing akademik, bapak Syaripulloh,M.Si yang telah
memberikan arahan dan bimbingan.
4. Bapak Firdausi, S.Si,M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
sangat sabar dan bersedia menyempatkan waktunya dalam memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis.
5. Para dosen dan staf tarbiyah khususnya PGMI yang telah memberikan
ilmu pengetahuannnya serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan.
6. Bapak Syafruddin,SP.d selaku kepala sekolah SD Muhammadiyah 12
Pamulang, yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Para guru SD Muhammadiyah 12 Pamulang yang telah memberikan
kesempatan dan motivasi kepada penulis.
8. Kepada yang teristimewa untuk keluargaku khususnya kedua orang tua,
ayah, mama dan adik-adiku tercinta yang senantiasa memberikan
semangatnya serta tiada bosan mendoakan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada teman-teman angkatan 2009 khususnya PGMI C, yang selalu
bersama-sama dalam mengkuti perkuliahan sampai selesai serta semangat
kebersamaannya. Khususnya Emi, Ecy, Tya, Ica, Tara, Sita, Siti Fadil,
Anggi Palupi, Handini, Nadia, Neneng, Linda, Laily, Ryan dan Sri yang
tiada hentinya menghibur dan memotivasi disaat-saat terakhir hilang
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Serta kepada semua pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-
mudahan segala bantuan, yang telah diberikan mendapat balasan oleh Allah SWT
.Akhir kata, semoga skripsi ini bermafaat bagi para pembacanya. Amin
yarabbalalamin.
Jakarta, 24 April 2014
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari
mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai ke tingkat pendidikan tinggi.
Matematika merupakan alat yang berfungsi untuk membangun penalaran, pola
pikir logis, kritis, kreatif, objektif dan rasional yang diperlukan baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.1
Menurut Hudjono, matematika adalah suatu alat untuk berpikir.
Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari
majuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta
didik sejak MI/SD, bahkan sejak TK.2 Dari sini seharusnya kita sudah tahu
kalau matematika memang penting.
Menurut hasil studi Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) tahun 2011 menunjukan bahwa penguasaan
matematika siswa Indonesia berada pada peringkat 38 dari 45 negara.
Indonesia hanya mampu mengumpulkan 386 poin dari skor rata rata 500.
Hasil ini menjadi tamparan bagi bangsa Indonesia, karena poin di tahun 2011
menurun karena, pada tahun 2007 hasilnya memperlihatkan bahwa peserta
didik Indonesia mampu menempati peringkat 36 dari 49 negara, dengan
pencapaian skor 405 dan masih di bawah skor rata-rata internasional yaitu
500.3
Demikian juga dengan hasil belajar matematika di SD
Muhammadiyah 12 Pamulang, rata-rata nilai matematika yang diperoleh siswa
umumnya lebih rendah dari nilai mata pelajaran lain.
1 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana,
2013) h. 185 2 Esti Yuli Widayanti, Pembelajaran Matematika MI, (Malang; Lapis PGMI, 2009) h. 8
3 Ina V. S. Mullis, dkk TIMSS 2011, International Mathematics Report,(Boston: TIMSS &
Pirls International Study Center, 2011) h. 358
2
Berdasarkan pengamatan peneliti ketika melakukan Praktek Profesi
Keguruan Terpadu (PPKT) selama kurang lebih 2 bulan di SD Muhamadiyah
12 Pamulang. Rendahnya hasil belajar juga terjadi di kelas III Hamka SD
Muhammadiyah 12 Pamulang. Hal ini dapat terlihat dari hasil ulangan harian
kelas III Hamka yang masih hampir setengahnya mendapatkan nilai dibawah
KKM. Hasil observasi, diketahui bahwa 17 (56%) dari 30 siswa belum
mencapai standar KKM sebesar 65 pada mata pelajaran Matematika. Hasil
tersebut menimbulkan rasa prihatin peneliti dengan hasil belajar siswa kelas
III, selain itu hasil wawancara dengan guru kelas juga menunjukkan masih
banyak masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran matematika.4
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa tidak terlepas dari faktor-
faktor yang mempengaruhi proses belajar itu sendiri. Menurut Ngalim
Purwanto Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar digolongkan
menjadi 2, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern
adalah faktor yang ada di luar individu.
Faktor yang ada pada organisme itu sendiri yang disebut faktor
individual antara lain kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan pribadi.
Faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor sosial yang antara lain:
keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar
mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasisosial.5
Menurut hasil pengamatan permasalahan yang ada di kelas III SD
Muhammadiyah 12 Pamulang terjadi dikarenakan dua faktor yaitu faktor
internal dari dalam diri siswa yaitu motivasi belajar dan eksternal yaitu
pembelajaran yang berlangsung cenderung menggunakan metode
pembelajaran konvensional yakni ceramah. Alasan lainnya yang menyebabkan
hasil belajar matematika rendah adalah siswa menganggap matematika sulit
hal ini dikarenakan siswa menerima baru sebelum materi pembelajaran
4Wahyuni S.Ag, Wawancara,Pamulang 30 April 2013
5 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda , 2006) h 102
3
sebelumnya terpenuhi karena mengejar target kurikulum. Hal yang harus
dilakukan untuk mengantisipasi masalah agar tidak berkelanjutan, guru harus
terus berusaha menyusun dan menetapkan berbagai pendekatan yang
bervariasi. Guru harus menetapkan suatu model pembelajaran yang
diharapkan dapat mengembangkan aktivitas serta minat belajar siswa pada
pembelajaran guna tercapai segala tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Seharusnya, pembelajaran seperti itu harus diubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Pemebelajaran yang sebelumya berpusat pada guru,
harus menuju pusat pembelajaran pada siswa. Dimana peran guru hanya
sebagai fasilitator, disainer pembelajaran, dan menejer pembelajaran.Agar
siswa dan guru lebih aktif terlibat dalam pembelajaran. Sehingga
pembelajaran tidak dianggap menjemukan, tidak menarik, tidak
menyenangkan dan juga tidak menakutkan siswa. Sementara itu, peserta didik
juga didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru,
materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran
dapat meningkat.
Number Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang dapat dijadikan alternative metode pembelajaran yang
diberikan guru. Number Head Together (NHT) merupakan model
pembelajaran yang lebih menekankan pada kerja kelompok siswa yang pada
dasarnya merupakan varian dari diskusi kelompok.
Dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, NHT
memiliki beberapa keistimewaan. Ditinjau dari sisi proses, penerapan NHT
lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan model koperatif tipe lainnya.
Menurut Kagan, Numbered head together (NHT) hanya memuat empat tahap
pembelajaran, yaitu: (1) penomoran, (2) pengajuan pertanyaan, (3) berpikir
bersama, (4) menjawab).6
Ditinjau dari sisi perolehan belajar, NHT tidak kalah potensinya
dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya. Numbered head
6 Ibrahim M. dkk ,Pembelajaran Kooperatif, ( Surabaya : Universitas Negeri Surabaya, 2000)
h.3
4
together (NHT) membantu penguasaan konsep matematika, meningkatkan
kemampuan kerja sama, dan kemampuan berfikir kritis. Bagi siswa yang hasil
belajarnya rendah, menurut Lundgren NHT mampu meningkatkan
kepercayaan diri siswa, memperbaiki tingkat kehadirannya dalam proses
belajar mengajar, lebih mudah menerima orang lain, mengurangi perilaku
yang mengganggu, mengurangi konflik antar pribadi, meningkatkan budi
pekerti, kepekaan sosial dan toleransi, memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam, serta hasil belajar lebih baik.7
Berdasarkan uraian diatas maka penulis menganggap penting untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Pembelajaraan
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas 3 SD Muhammadiyah 12 Pamulang Pada Mata
Pelajaran Matematika”.
B. Identifikasi Masalah
Dari observasi yang penulis lakukan terdapat beberapa masalah di kelas
III SD Muhammadiyah 12 Pamulang yaitu :
a. Hasil belajar rata-rata siswa matematika rendah
b. Metode pembelajaran konvensional
c. Motivasi belajar matematika kurang, sehingga hasil belajar rata-rata siswa
rendah
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah yang diidentifikasi, maka demi terarahnya
penelitian ini penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti yaitu :
1. Hasil belajar yang akan diukur dalam penelitian ini hasil belajar hanya
pada ranah kognitif (C1-C3) yaitu aspek pengetahuan (C1),
pemahaman(C2), dan aplikasi(C3).
7Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif-Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2009)
hal 58
5
2. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas 3 SD Muhammadiyah 12
Pamulang.
D. PerumusanMasalah
Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, maka penulis merasa perlu untuk merumuskan apa yang menjadi
masalah penelitian. Secara umum masalah yang dipertanyakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran
konvensional ?
2. Apakah hasil belajar siswa yang pembelajarannya dengan kooperatif tipe
NHT lebih besar daripada siswa yang pembelajarannya secara
konvesional?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe NHT dan siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
2. Apakah siswa yang pembelajarannya dengan kooperatif tipe NHT nilai
hasil belajarnya lebih besar dibandingkan dengan siswa pembelajarannya
secara konvensioal.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1) Bagi siswa : meningkatkan hasil belajar siswa
2) Bagi guru : menambah kualitas dan wawasan dalam pembelajaran
matematika
3) Bagi sekolah : sebagai sumbangan kepada pihak sekolah maupun sekolah
6
lainnya dalam rangka perbaikan proses pembelajaran
matematika
4) Bagi orang tua : menambah wawasan dalam dunia pendidikan
5) Bagi peneliti : sebagai sumbangan pemikiran untuk kemajuan pendidikan
kedepan.
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT)
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaan dimana siswa
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki latar belakang
yang berbeda. Belajar dalam kelompok kecil mendorong terciptanya
kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi, interaksi
edukatif dua arah dan banyak arah.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok heterogen.1
Sedagkan
menurut Isjoni pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang
artinya mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.2
Lebih lanjut, Sanjaya menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran dengan menggunakan sitem pengelompokan/tim
kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelammin, dan ras yang berbeda (heterogen).3
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang digunakan untuk
mewujudkan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa dengan cara
membelajarkan kecakapan akademik sekaligus keterampilan keterampilan
sosial yang menggunakan pengelompokan kecil yang bersifat heterogen untuk
mencapai tujuan.
1 Robert E. Slavin, Cooperative learning: theory reserch and practice, Terj. Nurlita
Yusron ,( Bandung: Nusa Media, 2005), h. 4 2 Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok,
(Bandung: Alfabeta, 2013) h. 15 3 Wina Sanjaya, Perencanaan Pembelajaran dan Desain System Pembelajaran,
(Jakarta: Kencana, 2008) h. 194
8
2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran
kooperatif yaitu :4
a. Penghargaan kelompok.
Kelompok dalam pembelajaran kooperatif dapat memperoleh
penghargaan apabila mereka mencapai atau diatas kriteria yang
ditentukan
b. Tanggung jawab individu
Keberhasilan kelompok bergantung dari pembelajaran individu
yang dipelajari setiap anggota kelompok. Hal ini mendorong seriap
anggota kelompok saling membantu satu sama lain dan
memastikan setiap anggota kelompoknya siap untuk menghadapi
test dan tugas lainnya.
c. Kesempatan yang sama untuk berhasil
Setiap siswa menyumbang kepada kelompok mereka dengan
perbaikan diatas kinerja yang lalu. Dengan metode setiap siswa
baik yang berprestasi rendah atau tinggi memeroleh kesempatan
untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya
Sedangkan menurut Rusman pembelajaran kooperatif menurut
memiliki karakteristik :5
a. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan
secara tim. Tim merupakan tempat mencapai tujuan. Oleh karena itu,
tim harus mampu membuat siswa belajar. Setiap anggota tim harus
membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling bantu
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan cara pembelajaran ini
sisawa lebih termotivasi untuk mencapai tujuaanya, biasanya
tujuannya disini adalah hasil belajar.
4 Dr Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009) hal 131-132 5 Dr Rusman, Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru (
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 206-207
9
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Manajemen memiliki tiga fungsi , yaitu: (a) Fungsi manajemen
sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-
langkah pembelajaran yang telah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang
harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan
untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. (2) Fungsi manajemen
sebagai kontrol, menujukkan bahwa dalam pembelajaran koopertif
perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.
c. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama
perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama
yang baik, pembelajaran tidak akan mencapai hail yang optimal. Maka
mau tidak mau siswa meciptakan lingkungan yang kondusif agar kerja
sama dirasakan lebih mudah. Kondisi lingkungan ini juga memicu
pengaruh proses dan hasil belajar.
d. Keterampilan bekerjasama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa
perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi
dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Dari beberapa karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik pembelajaran kooperatif adalah setiap siswa bertanggung
jawab kepada kelompoknya, bekerja secara tim, adanya penghargaan
kelompok dan adanya keterampilan bekerjasama.
10
3. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
Menurut beberapa ahli pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut
:6
a. Slavin mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat
meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap dan toleransi, dan
menghargai pendapat orang lain
b. Ratumanan menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar
kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa.
c. Kardi & Nur mengemukakan bahwa belajar kooperatif sangat efektif
untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnis dalam kelas
multibudaya dan memperbaiki hubungan antara siswa normal dan
siswa penyandang cacat.
4. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Menurut Slavin NHT adalah sebuah varian dari pembelajaran
kooperatif dimana ada satu siswa yang mewakili kelompoknya tetapi tidak
sebelumnya diberitahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut.
Hal tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa, siswa saling
berbagi informasi, dengan cara mereka menerima sebuah pertanyaan tanpa
tahu nomor berapa yang dipanggil.7
Menurut Trianto NHT atau penomeran berpikir bersama
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
6 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif-Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2009
Hal 62 7 Robert E. Slavin, Op. Cit h. 256
11
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional. Tipe ini dikembangkan oleh Spancer Kagan
memperkenalkan model ini pada tahun 1992 dengan melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran
dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.8
Lebih lanjut menurut Anita Lie NHT adalah tehnik pembelajaran
kooperatif dimana tekhnik ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat, selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk
melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan
rekan-rekan kelompoknya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.9
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah salah satu varian dari
pembelajaran kooperatif dimana guru membagi siswa dalam kelompok
kecil yang berisi 4-5 orang dimana setiap siswa dalam masing kelompok
mendapat nomer diri yang berbeda, dimana saat proses pembelajaran
siswa memikirkan bersama jawaban dari apa yang ditanyakan guru
bersama kelompoknya, untuk selanjutya menjawab pertayaan tanpa tahu
nomer berapa yag akan di panggil oleh guru.
a. Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Numbered Head Together (NHT) memiliki empat langkah sebagai
berikut:10
Tabel 2.1
Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
Tahap 1
Penomoran
Guru membagi siswa
menjadi beberapa
Membentuk kelompok
8 Trianto, op. cit.,h. 82
9 Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang
Kelas, (Jakarta: PT. Grasindo, 2010) h. 59 10
Trianto, loc. cit. h. 82
12
(Numbering).
kelompok atau tim
yang beranggotakan 4
atau 5 orang dan
memberi nomor
sehingga tiap siswa
dalam kelompok
tersebut memiliki
nomor yang berbeda.
Pemberian nomor
pada siswa dalam
suatu kelompok
disesuaikan dengan
banyaknya siswa
dalam kelompok
tersebut
Tahap 2
Pengajuan
Pertanyaan
(Questioning)
Guru mengajukan
pertanyaan kepada
siswa; pertanyaan
bervariasi dari yang
spesifik hingga yang
bersifat umum.
Siswa meperhatikan
pertanyaan dari guru
Tahap 3
Berpikir bersama
(Head Together)
Guru mengawasi
siswa
Siswa berpikir
bersama untuk
menggambarkan dan
meyakinkan bahwa
tiap anggota dalam
timnya telah
mengetahui jawaban
tersebut.
13
Tahap 4
Pemberian jawaban
(Answering)
Guru memanggil satu
nomor tertentu
kemudian siswa dari
tiap kelompok
dengan nomor yang
sama mengangkat
tangan dan
menyiapkan jawaban
untuk seluruh siswa
dalam kelas itu.
Satu nomer yang
ditunjuk guru
menjawab pertanyaan
yang telah ditentukan
oleh guru.
b. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelemahan dan
kelebihannya masing-masing, tanpa kecuali model pembelajaran tipe
NHT. Menurut Anita Lie kelebihan dari model pembelajaran tipe NHT
adalah sebagai berikut:11
1. Memudahkan dalam pembagian tugas
2. Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab
pribadinya
3. Setiap siwa menjadi siap
4. Guru mudah memonitor
5. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
6. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
c. Definisi Operasional Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
Dari pendapat Trianto mengenai langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe NHT, Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
11
Anita Lie, Op. Cit. h. 47
14
modifikasi dari langkah-langkah pmbeajaran kooperatif tipe NHT yang
dikemukakan oleh Trianto yaitu:
1) Numbering, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
kemudian siswa dalam kelompok diberi nomer yang berbeda.
2) Questioning, guru memberikan pertanyaan pada siswa untuk
kemudian dipikirkan bersama.
3) Head Together, siswa memikirkan bersama jawaban atas
pertanyaan yang diberikan oleh guru, dan memastikan setiap
anggota kelompoknya memiliki jawaban yang sama dengan
anggota kelompok yang lain.
4) Answering. tiap kelompok yang nomernya dipanggil
menjelaskan jawaban yang diberikan oleh guru di hadapan teman-
temannya. Kemudian guru memberikan poin tambahan untuk
kelompok yang perwakilan kelompoknya telah ditunjuk oleh guru
dan menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh guru
B. Hasil Belajar Matematika
1. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di
SD. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada
siswanya, hendaknya mengetahui dan memahami objek yang akan
diajarkannya, yaitu matematika.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu
yang mempelajari tentang hubungan antara bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan.12
Menurut Tinggih matematika tidak hanya berhubungan dengan
bilangan-bilangan serta operasi-operasinya. Melainkan juga unsur ruang
sebagai sasarannya. Namun penunjukan kualitas seperti itu belum
12 Depertemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: gramedia,
2008) h. 388
15
memenuhi sasaran matematika yang lain, yaitu yamg ditujukan kepada
hubungan, pola, bentuk, dan struktur.13
Begle menyatakan bahwa sasaran atau objek penelaahan
matematika adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Objek penelaahan
tersebut menggunakan simbol-simbol yang kosong dari dalam arti ciri ini
yang memungkinkan dapat memasuki wilayah bidang studi atau cabang
lain. Lebih lanjut, Hudjono mengartikan matematika adalah suatu alat
untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika sangat
diperlukan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam menghadapi
kemajuan IPTEK, sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap
peserta didik sejak MI/SD, bahkan sejak TK.14
Berdasarkan beberapa pengertian matematika di atas, dapat
disimpulkan bahwa hakikat matematika merupakan ilmu yang
menekankan pada aktivitas penalaran dapat dikatakan juga suatu ilmu
yang berhubungan dengan bentuk, konsep, susunan yang saling berkaitan,
serta dapat dijadikan sebagai pembimbing pola pikir, maupun sebagai
pembentuk sikap dan dapat digunakan dalam berbagai bidang.
2. Karakteristik Matematika
Ada ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum
pengertian matematika secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah:15
a. Memiliki objek kajian abstrak
Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah objek-
objek abstrak. Objek tersebut adalah objek pikiran. Objek tersebut
meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi, dan prinsip. Dari objek
dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.
13
Esti Yuli Widiyanti dkk, Pembelajaran Matematika MI (Malang: Lapis PGMI, 2009)
hal. 8
14 Ibid 6
15R.Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstansi Masa Kini Menuju
Harapan Masa Depan, (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional,
2000) hal 13 – 19
16
Adapun objek dasar tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Fakta berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol
tertentu. Contohnya simbol bilangan 2 secara umum dipahami
sebagai bilangan dua. Jika disajikan dengan angka 2 otomatis
orang sudah dengan sendirinya menangkap bahwa itu adalah
dua.
2) Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengklasifikasi sekumpulan objek.
Misalnya “segitiga” adalah nama suatu konsep abstrak. Dengan
konsep itu sekumpulan objek dapat di golongkan sebagai
contoh segitiga atau bukan contoh segitiga.
3) Operasi atau relasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan al
jabar dan pengerjaan matematika yang lain. Sebagai contoh
perkalian, penjumlahan, pengurangan dan pembagian.
4) Prinsip adalah objek matematika yang komplek. Prinsip terdiri
dari beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan dengan
suatu relasi ataupun operasi. Contohnya adalah sifat misalnya
sifat dari segitiga adalah memiliki tiga buah sisi, memiliki tiga
buah titik sudut, dan memiliki tiga buah sudut.
b. Bertumpu pada kesepakatan
Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang
amat penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma
dan berpikir primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan
berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan konsep primitif
diperlukan untuk menghindari berputar-putar dalam pendefinisian.
c. Berpola pikir deduktif
Pola berpikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan
pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum ke khusus.
Contohnya seorang siswa mengerti makna konsep “persegi” yang
diajarkan gurunya. Kemudian ia melihat pigura kemudian ia dapat
17
menunjukkan pigura tersebut berbentuk persegi atau bukan bentuk
persegi.
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
Dalam pembelajaran matematika jelas terlihat banyak sekali
simbol yang digunakan baik berupa huruf maupun bukan huruf.
Rangkaian simbol dalam matematika dapat membentuk suatu
model matematika. Huruf yang digunakan dalam model persamaan
misalnya x+y=z belum tentu bermakna atau bebrti bilangan,
deikian juga tanda + belum tentu berarti operasi tambah untuk dua
bilangan. Makna huruf dan tanda itu tergantung dari permasalahan
yang mengakibatkan terbentuknya model itu.
e. Memperhatikan semesta pembicaraan
Dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan
dalam lingkup apa model itu dipakai. Bila lingkup pembicaraannya
bilangan, maka simbol-simbol diartikan bilangan, bila lingkup
pebicaraannya transformasi, maka simbol-simbol itu diartikan
suatu trasformasi. Contohnya dalam semesta pembicaraan bilangan
bulat, terdapat model 2x=5.Jika diselesaikan biasa tanpa
memperhatikan semestanya diperoleh hasil jawaban x = 2,5 .
namun jika melihat semestanya jawaban yang sesuai adalah “tidak
ada jawabannya” atau serong disebut juga himpunan kosong.
f. Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang
mempunyai kaitan antara satu dengan yang lain dan ada pula sstem
yang terlepas satu sama lainnya. Misalnya dikenal sistem-sistem
al-jabar, sistem geometri. Sistem al-jabar dan sistem geometri
tersebut dipandang terlepas terpalas satu sama lai, tetapi di dalam
al jabar sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih kecil yang
terkait antara satu dan lainnya. Contohnya pengenalan angka “8”
misalnya, tidak langsungpad simbol delapan itu, tetapi diawali
dengan benda konkret, misalnya kelereng, yang banyaknya
18
delapan. Setelah menangkap makna kata delapan baru dikenalkan
pada simbolnya, yang jelas dan lebih abstrak.
3. Hasil Belajar Matematika
a. Belajar dan Hasil Belajar
Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal, seakan-
akan orang yang telah mengetahui dengan sendirinya apakah yang
dimaksud dengan belajar. Kemungkinan besar jawaban atas pertanyaan
tersebut akan mendapatkan jawaban yang bermacam-macam, demikian
pula dikalangan para ahli.
Beberapa aliran psikologi mendefinisikan belajar sebagai
berikut:16
1) Psikologi klasik
Belajar adalah melihat objek dengan menggunakan ubtansi
dan sensasi. Kita mengembangkan kekuatan mencipta,
ingatan, keinginan, dan pikiran dengan melatihnya.
2) Psikologi daya
Belajar adalah melatih semua daya yang dimiliki oleh
manusia.
3) Teori Mental State
Belajar adalah memperoleh pengetahuan melaui alat indera
yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang
dari luar.
4) Psikologi behavioristik
Belajar adalah latihan pembentukan hubungan stimulus dan
repon.
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and
Memory berpendapat learning is change in organism due to experience
16
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) h.
39-43
19
which can affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau
hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi
tingkah laku organisme tersebut.17
Menurut Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.18
Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas, definisi
belajar hampir selalu diidentikkan dengan adanya pengalaman dan
perubahan. Belajar adalah perubahan pada seseorang yang bersifat
permanen atau menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Setelah siswa melakukan serangkaian proses belajar, diakhir
proses belajar itu akan dihasilkan suatu perubahan dalam perilaku
sebagai hasil dari belajar. Menurut Ngalim Purwanto hasil belajar
adalah hasil-hasil pelajaran oleh guru kepada siswa dalam jenjang
waktu tertentu.19
Sedangkan Dimyanti dan Mudjiono mengatakan,
hasil belajar menekankan pada diperolehnya informasi tentang
seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang
ditetapkan.20
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan,
bahwa hasil belajar merupakan bukti pencapaian kemampuan belajar
yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian pengalaman dalam
kegiatan pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian
17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2010), h 88. 18
Slameto , Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina
Aksara, 2010) h. 2.
19 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung; PT
Remaja Rosdakarya, 2004) h. 33 20
Dimyanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
h. 190
20
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Hasil belajar diketahui
dengan nilai yang dicapai oleh seseorang dengan kemampuan
maksimal setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran
berupa data kuantitatif.
Benyamin Bloom, dkk yang menyatakan bahwa ada tiga
domain (ranah) hasil belajar yaitu21
:
1) Ranah kognitif, berkenaan dengan haisl belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sistematis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap, dan
3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan tindakan.
Untuk menilai hasil belajar dapat digunakan test. Test adalah alat
yang digunakan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan belajar
yang telah dicapai oleh siswa. Test bertujuan untuk membangkitkan
motivasi kepada siswa agar mereka memperhatikan pelajaran serta
mendorong mereka agar dapat mengorganisasikan pelajaran dengan
baik. Test dapat juga digunakan sebagai feedback bagi guru dalam
memperbaiki program pengajaran.22
b. Hasil Belajar Matematika
Belum ada defisini pasti tentang pengertian hasil belajar
matematika,namun dari penggabungan dari definisi hasil belajar dan
matematika yang telah dikaji sebelumnya dapat disimpulkan, hasil
belajar matematika adalah bukti pencapaian kemampuan belajar yang
diperoleh siswa setelah melalui serangkaian pengalaman dalam
kegiatan pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran matematika yang telah ditentukan.
21
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta. PT. Grasindo,1991) hal 149 22
Suharsini Arikunto: Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
1999) hal 53
21
c. Bentuk-bentuk Hasil Belajar Matematika
Seperti bidang lainnya hasil belajar matematika dikategorikan
menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif, bidang afektif serta bidang
psikomotor. Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dan harus merupakan hasil belajar
siswa di sekolah dalam proses pembelajaran.23
Berikut uraian unsur-
unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut:
a. Tipe hasil belajar bidang kognitif
1. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal,
diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Misalnya membaca
berulang-ulang menggunakan teknik mengingat. Tingkah laku
operasional khusus yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain:
menyebutkan, menjelaskan kembali, membilang dan lain-lain. Contoh
soal : Tulislah lambang bilangan pecahan dua per tiga, tiga per tujuh,
lima per enam, dan satu per empat!
2. Tipe hasil belajar pemahaman (komprehensif)
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti
dari sesuatu konsep.24
Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan
atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep
tersebut. Kata-kata operasional untuk merumuskan tujuan
instruksional dalam bidang pemahaman, antara lain: membedakan,
menghitung, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan dan lain-lain.
Contoh soal : Dona mempunyai
m tali merah. Feri mempunyai
m
tali merah. Siapakah yang mempunyai tali merah lebih panjang?
3. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
Kesanggupan menerapkan, mengabstraksi suatu konsep, ide,
rumus, hukum dalam situasi yang baru. Kata kerja operasional untuk
23
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya , 1990) cetekan ke 14 2009 h. 22 24
Ibid hal. 23
22
merumuskan tujuan instruksional, antara lain: memecahkan,
mendemonstrasikan, mengungkapkan dan lain-lain. Contoh soal :
Lantai ruang pertemuan di sekolah Nia berbentuk persegi. Panjang
sisinya adalah 27 m. Berapa m-kah keliling lantai ruang pertemuan
tersebut?
4. Tipe hasil belajar analisis25
Kemampuan menalar pada hakikatnya mengandung unsur analisis.
Bila kemampuan analisis telah dimiliki maka akan dapat mengkreasi
sesuatu yang baru. Kata-kata operasional yang lazim dipakai untuk
analisis antara lain: menguraikan, memecahkan, membuat diagram,
memisahkan dan lain-lain.
5. Tipe hasil belajar sintesis
Kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu
integritas. Kata-kata operasional yang tercermin antara lain:
mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun dan lain-
lain.
6. Tipe hasil belajar evaluasi
Evaluasi dalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan,
metode, materi, dll. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting
bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan
evaluasi tentang kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesempatan
kerja dan lain-lain.
b. Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif
Ranah afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai,
apresiasi (penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan
afeksi ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah
sebagai berikut:
1. Kemauan Menerima
25
Ibid hal. 24
23
Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan
suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku,
mendengarkan music, atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras
berbeda.
2. Kemauan Menanggapi
Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada
partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas
terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan
tugas laboratorium, atau menolong orang lain.
3. Berkeyakinan
Berkeyakinan dalam hal ini berkenaan dengan kemauan menerima
sistem nilai tertentu pada diri individu. Seperti menunjukkan
kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi terhadap sesuatu, sikap ilmiah
atau kesungguhan untuk melakukan sesuatu di dunia sosial.
4. Mengorganisasi
Pengorganisasian berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai
sistem nilai yang lebih tinggi. Seperti menyadari pentingnya
keselarasan antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab atas
hal telah dilakukan, memahami dan menerima kelebihan dan
kekurangan diri sendiri, atau menyadari peran perencanaan dalam
memecahkan suatu masalah.
5. Tingkat Karateristik/ Pembentukan Pola
Ini adalah tingkatan afeksi tertinggi. Pada tarap ini individu yang
sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai
dengan sistem nilai yang dipegangnya, seperti bersikap objektif
terhadap banyak hal.
c. Tipe hasil belajar bidang psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan
keterampilan, yakni:
24
1. Persepsi yakni berkenaan dengan penggunaan indera dalam
melakukan kegiatan. Dimensi persepsi adalah :
a. Sensori stimulasi, yakni berhubugan dengan sebuah stimuli yang
berkaitan dengan organ tubuh, yaitu : Auditori, visual, tactile, taste,
smell, dan kinestetik.
b. Seleksi isyarat, yakni menetapkan bagian isyarat sehingga orang
harus merespon untuk melakukan tugas tertentu dari suatu kinerja.
c. Translasi, yakni berhubugan dengan persepsi terhadap aksi dalam
membentuk gerakan.
2. Kesiapan
Kesiapan merupakan perilaku yang siaga untuk kegiatan
ataupun pengalaan tertentu. Termasuk didalamnya kesiapan
mental, fisik, ataupun emosi untuk melakukan suatu tindakan.
3. Gerakan terbimbing
Gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat
mengikuti suatu model, kemudian meniru model tersebut dengan
cara mencoba sampai dapatmenguasai dengan benar suatu gerakan.
4. Gerakan terbiasa
Gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan
respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan,
sehingga gerakan yang ditampikan menunjukkan suatu kemahiran.
5. Gerakan yang kompleks
Gerakan yang kompleks adalah suatu gerakan yang berada
pada tingkat keterampilan tertinggi. Gerakan itu menampilkan
suatu tindakan motorik yang menuntut pola tertentu dengan tingkat
kecermatan dan atau keluwesan, serta efisiensi yang tinggi.
6. Penyesuaian dan keaslian
Pada tingkat ini individu sudah berada pada tingkat yang
terampil sehingga ia sudah dapat menyesuaikan tindakannya untuk
situasi-situasi yang menuntuk persyaratan tertentu. Individu sudah
25
dapat mengembangkan tindakan/ keterampilan baru untuk
memecahkan masalah tertentu.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika
1. Faktor Internal26
a) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan prima,
tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan
cacat jasman, dan sebagainya, semuanya akan membantu
dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi
misalnya, ternyata kemampuan belajarnya di bawah siswa-
siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang
kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan
capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam
menerima pelajaran.
Disamping kondisi-kondisi tersebut, merupakan hal yang
penting juga untuk memperhatikan kondisi pancaindera.
Bahkan dikatakan oleh Aminuddin Rasyad, pancaindera
merupakan pintu gerbang imu pegetahuan (five sense are the
golden gate of knowledge). Artinya, kondisi panca indera
tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil
belajar. Dengan memahami kelebihan dan kelemahan
pancaindera dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman
akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis
rangsangan atau stimuli dalam proses belajar.
b) Faktor Psikologis
Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan
diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat,
motif dan motivasi, dan kognitif juga daya nalar.
- Intelegensi
26
Drs Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal 144
26
C.P. Chaplin mengatakan intelegensi sebagai (1)
kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap
situasi baru secara cepat dan efektif, (2) kemampuan
menggunakan konsep abstrak secara efektif, (3)
kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar
denga cepat sekali. Ketiga hal tersebut merupakan satu
kesatuan, tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya.
- Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa semata-mata tertuju pada suatu objek ataupun
sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar
yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada objek-objek
yang dapat menarik perhatian siswa. Bila tidak, maka
perhatian siswa tidak akan terarah atau focus terhadap
objek yang dipelajarinya.
- Minat dan Bakat
Minat diartikan oleh Hilgard sebagai kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata setelah belajar dan berlatih.
- Motif dan motivasi
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang melakukan sesuatu. Menurut
Aminuddin Rasyad, dalam setiap diri manusia pada
umumnya mempunyai dua macam motif atau dorongan,
yaitu motif yang sudah ada dalam diri yang sewaktu waktu
akan muncul tanpa ada pengaruh dari luar, disebut intrinsic
motivate. Motif liannya adalah motif yang datang dari luar
diri, yakni karena ada pengaruh situasi lingkungannya,
motif ini disebut extrinsic motivate. Atas dasar inilah
27
dianjurkan kepada guru untuk dapat menciptakan suasana
belajar yang kondusif.
- Kognitif dan daya nalar
Pembahasan mengeni hal ini meliputi tiga hal, yakni
persepsi, mengingat dan berfikir. Persepsi adalah
penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam
ligkungannya. Penginderaan itu dipengaruhi oleh
pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan. Kemampuan
mempersepsi antara siswa yang satu dengan siswa tidak
sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama,
bahkan kelas yang sama. Ini ditentukan oleh pengetahuan
dan pengalaman pelajar itu sendiri. Karena pengetahuan
dan pengalaman akan memperkaya bennaknya dengan
perbendaharaan untuk memperkuat daya persepsinya.
Mengingat ini adalah suatu aktivitas kognitif, di
mana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari
masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang
diperoleh melalui pengalamannya di masa lampau. Berpikir
oleh Jalaluddin Rakhmat dibagi menjadi dua macam, yakni
berpikir autistik (autistic) dan berpikir realistik (realistic).
Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melamun:
fantasi, menghayal, adalah contoh-contohnya. Berpikir
realistik, disebut juga nalar (reasoning), adalah berfikir
dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.
Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media pembelajaran
yang dilakukan guru adalah berusaha untuk membawa para
siswanya kepada pemahaman yang realistis. Dengan
demikian, pemanfaatan edia dalam proses pembelajaran
dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar siswa.
2. Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
28
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan
hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik
atau alam dan dapt pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan
alam misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara,
dan sebagainya. Lingkungan sosial baik yang berwujud
maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan
hasil belajar.
b) Faktor Instrumental27
Faktor instrumental adalah faktor keberadaannya dan
penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa
kurikulum, sarana, prasarana dan fasilitas, dan guru.
e. Definisi Operasional Hasil Belajar
Definisi operasional hasil belajar matematika adalah
bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa
setelah melalui serangkaian pengalaman dalam kegiatan
pembelajaran, yang didapatkan melalui tes yang meliputi aspek
kognitif (C1-C3) yaitu tipe pengetahuan (C1), pemahaman (C2),
dan aplikasi (C3).
Adapun indikator hasil tipe pengetahuan (C1), yaitu
siswa mampu membaca pecahan sederhana, menulis lambang
pecahan, membilang pecahan sederhana, dan menyajikan nilai
pecahan dalam bentuk gambar. Sedangkan indikator pada tipe
pemahaman (C2) yaitu membandingkan pecahan sederhana
dengan garis bilangan dan cara lain. Dan indikator pada tipe
penerapan (C3) yaitu memecahkan masalah yang melibatkan
pecahan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari. Tes ini dilakukan setelah siswa belajar dengan
27
Yudi Munadi, Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru)(Jakarta; Gaung
Persada Press, 2002) hal 245
29
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kemampuan
kognitif siswapada penelitian ini diukur dengan menggunakan
instrument tes uraian terbatas sebanyak 13 butir soal.
C. Hasil Penelitian Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siska Andriani dari Universitas
Pendidikan Indonesia dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Pada Konsep Volume Bangun Ruang
Bangun Kubus dan Balok Melalui Model Cooperative Tipe NHT pada
Siswa Kelas V SDN Cilutamahi 01 Kecamatan Cariu Kabupaten
Bogor Tahun Ajaran 2010/2011”, hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Eri Yuliani dari Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Heads Together (NHT)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa” (Studi Eksperimen di
SMPN 1 Ciputat Tahun Ajaran 2007/2008). Hasil penelitian
menunjukkan dengan menggunakan uji t diperoleh = 2,78
sedangkan =1,66 sehingga diperoleh > .
Menunjukkan bahwa pembelajaran NHT dapat memberikan pengruh
positif terhadap hasil belajar siswa
Persamaan pada penelitian ini dengan kedua penelitian diatas adalah
dalam pembelajaran dikelas metode yang digunakan adalah metode kooperatif
tipe NHT. Sedangkan perbedaan dengan penelitian pertama terletak pada
metode penelitian yang digunakan. Pada penelitian Siska (2011) metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, sedangkan pada
penelitian ini metode yang digunakan adalah quasi eksperimen.Selanjutnya
perbedaan yang terdapat pada penelitian Eri (2008) dengan penelitian ini
30
adalah subjek penelitian nya pada penelitian tersebut yang menjadi subjek
penelitiannya adalah siswa SMP , sedangkan pada penelitian ini subjek
penelitiannya adalah siswa SD.
D. Kerangka Berpikir
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara
tim. Tim merupakan tempat mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat siswa belajar. Setiap anggota tim harus membuat setiap
siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling bantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dengan cara pembelajaran ini sisawa lebih termotivasi untuk
mencapai tujuaanya, biasanya tujuannya disini adalah hasil belajar.
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu
ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik,
pembelajaran tidak akan mencapai hasil yang optimal. Maka mau tidak mau
siswa menciptakan lingkungan yang kondusif agar kerja sama dirasakan lebih
mudah. Kondisi lingkungan ini juga memicu pengaruh proses dan hasil
belajar.
Salah satu pembelajaran kooperatif adalah tipe NHT dengan
pembelajaran NHT ini siswa diberikan kesempatan untuk saling membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat, selain itu metode ini
mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama mereka, dan meningkatkan
kesiapan dalam menerima pembelajaran. Sehingga siswa dapat meningkatkan
motivasi, harga diri, dan hasil belajarnya.
Dalam pembelajaran NHT terdapat 4 tahapan yaitu numbering,
questioning, head together, dan answering. Pada tahap numbering guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 4
atau 5 orang dan memberi nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok
tersebut memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam
suatu kelompok disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelompok
tersebut. Pada tahap questioning guru mengajukan pertanyaan kepada siswa,
31
pertanyaan bervariasi dari yang spesifik hingga yang bersifat umum. Pada
tahap head together Siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap anggota dalam timnya telah mengetahui jawaban
tersebut. Pada tahap answerig guru memanggil satu nomor tertentu kemudian
siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh siswa dalam kelas itu.
Berdasarkan pernyataan tersebut diatas ada kaiatan antara
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan hasil belajar matematika. Karena
membuat siswa lebih siap, pengetahuan bertambah dengan tahap questioning
dan answering, kemampuan pemahaman siswa bertambah saat tahap head
together dan keampuan penerapan siswa dapat tercapai dengan langkah
langkah pembelajaran NHT . Dengan demikian di duga, pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat mempengarui hasil belajar matematika.
Gambar 2.1
Kerangka berpikir
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan kerangka berpikir
tersebut. Maka hipotesis penelitian ini adalah bahwa hasil belajar matematika
siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibanding
dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
NHT
Numbering
Questioning
Head Together
Answering
Hasil Belajar
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 12 Pamulang
kelas III pada mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2013/2014.
Penelitian dilakuka npada semester genap (II) di mulai pada bulan Januari
2014 sampai bulan Februari 2014.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperimen (eksperimen semu) dimana tidak mungkin mengadakan control
atau manipulasi semua variable yang relevan. Desain penelitian yang
digunakan adalah post test control group design. Dalam desain ini, kedua
kelompok yang akan diberiperlakuan dengan pembelajaran yang berbeda.
Setelah pembelajaran berakhir diberi test akhir (post test) menggunakan
instrument test. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
RancanganPenelitian
Kelompok Perlakuan Posstest
Eksperimen XE T
Kontrol XK T
Keterangan :
T : Tes Akhir (posttest)
XE : Perlakuan pada kelompok dengan menggunakan teknik
Numbered Heads Together
XK :Perlakuan pada kelompok dengan menggunakan pembelajaran
konvensional
Setelah memberikan perlakuan yang berbeda pada kedua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen diajarkan dengan menggunakan
32
model kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) sedangkan
kelompok kontrol menggunakan metode konvensional. Maka diberikan tes
akhir dengan soal yang sama kemudian hasil tes kedua kelompok tersebut
dianalisis. Dengan demikian dari tes hasil belajar dapat dibuktikan apakah
hasil belajar matematika kelompok eksperimen lebih tinggi dari hasil
belajar matematika kelompok kontrol.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian dalam suatu penelitian.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel :
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas (Independent variable) adalah variabel yang
mempengaruhi atau variabel penyebab. variable bebas (X) dalam
penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together).
2. Variabel Terikat (Y)
Variable terikat (dependent variable) adalah variabel yang
dipengaruhi atau variabel akibat. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah hasil belajar matematika.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua anggota kelompok yang tinggal bersama dalam
suatu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir
suatu penelitian. Populasi dapat dibedakan menjadi dua macam populasi yaitu
populasi target dan populasi terjangkau.2
1. Populasi Target
Populasi target adalah populasi yang direncanakan dalam penelitian.
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, Agustus 2006), Cet. Ke-13, hal. 96-97 2 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rodakarya, 2010),
cet. Ke-6 hal 251
33
Muhammadiyah 12 Pamulang pada semester ganjil tahun ajaran
2013/2014.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah yang dapat ditemui. Populasi terjangkau
dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Muhammadiyah 12
Pamulang pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.
Sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data disebut
sampel.3 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas III
sebanyak dua kelas. Tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster
random sampling, yaitu teknik memilih sampel kelas secara acak.4 Penentuan
sampel dilakukan dengan memilih dua kelas dari empat kelas yang memiliki
kesamaan karakter, baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen sebanyak 30 orang yang berasal
dari kelas 3 Jarnawi Hadikusumo dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe NHT, sedangkan kelas yang terpilih sebagai kelas kontrol
sebanyak 30 orang adalah kelas 3 Sutan Mansyur dengan menggunakan
pembelajaran konvensional.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian, digunakan teknik tes. Tes
adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus dijawab oleh siswa dengan
menggunakan pengetahuan-pengetahuan serta kemampuan penalaran.5
Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif. Tes ini akan diberikan
kepada siswa yang telah selesai mempelajari suatu materi atau satu pokok
bahasan yang sudah diberi perlakuan. Bentuk soal tes dalam penelitian ini
adalah tes uraian terbatas dimana setiap soal memiliki nilai perhitungan yang
berbeda sesuai dengan tingkat kesukarannya.
3 Ibid 251
4 Ibid 253
5Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lemlit
UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, hal. 53
34
Sedangkan dokumentasi yang digunakan adalah semua foto yang
diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi foto
tersebut digunakan untuk mendukung data dalam penelitian ini.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah
pelaksanaan sesuatu.6 Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur
kemampuan hasil belajar yaitu tes objektif dalam bentuk uraian terbatas
sebanyak 15 soal terdiri dari 13 soal yang valid dan 2 soal yang tidak valid
dan dibuang.
Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif
yang terdiri dari hasil post test hasil belajar matematika siswa. Tes yang
diberikan sama pada kedua kelas yaitu materi pecahan. Adapun kisi-ki
instrument tes pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kisi-kisi Post Test Hasil Belajar Matematika Siswa
Tingkat
Kemampuan
Indikator Nomer butir
soal
Jumlah
butir
soal
Pengetahuan 1. Membaca pecahan
sederhana
2. Menulis lambang
pecahan
3. Membilang pecahan
sederhana
4. Menyajikan nilai
pecahan dalam bentuk
gambar
1, 2,3,5,6,7,8,9 8
Pemahaman 1. Membandingkan
pecahan sederhana
dengan garis bilangan
dan cara lain
4,10,14,15 4
Penerapan 1. Memecahkan
masalah yang
melibatkan pecahan
sederhana yang
berkaitan dengan
11,12,13 3
6 Ibid h. 46
35
kehidupan sehari-hari
Instrument yang digunakan haruslah diuji cobakan terlebih dahulu.
Instrumen hasil belajar yang baik adalah instrument tes yang mempunyai 4
kriteria yaitu validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
1. Uji Validitas
Di dalam mengukur validitas perhatian ditunjukkan pada isi
dan kegunaan instrument. Instrument yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur.7 Setelah diuji cobakan pada siswa ,instrument
tes tersebut diuji validitasnya dengan menggunakan rumus korelasi
product moment memakai angka kasar (row-score). Mencari
validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment
yaitu:
Rumus :
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Y = Total skor
X = Skor item yang dicari validitasnya
N = Jumlah responden
Setelah memperoleh rxy, maka langkah selanjutnya
pengujian validitas dengan membandingkan rxy dan rtabel product
moment, terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasannya,
dengan rumus: dk = n – 2. Dengan diperoleh dk, maka dapat dicari
rtabel product moment pada taraf 5 %. Karena pengujiannya adalah
7 Sugiyono. OP. Cit h.121
36
rxy rtabel , maka soal tersebut valid dan jika rxy rtabel , maka soal
tersebut tidak valid.
Dari hasil perhitungan validitas instrumen tes, maka dari
15 soal diperoleh 13 butir soal yang valid yaitu butir soal nomor
1,2,3,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15. Sebanyak 2 butir soal yang tidak
valid yaitu soal nomor 4, dan 5. Perhitungan lengkap lihat lampiran
6 halaman 96.
2. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal
Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui
bobot soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang
diharuskan untuk mengukur tingkat kesukaran. Untuk menghitung
indeks kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut
:8
P =
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran (IK) yang digunakan adalah :9
Tabel 3.3
Indeks kesukaran instrument tes
P Keterangan
0,00 < P ≤ 0,30
0,30 < P ≤ 0,70
0,70 < P ≤ 1,00
Soal kategori sulit
Soal kategori sedang
Soal kategori mudah
8 Suharsimi, Arikunto, 2006, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi
Aksara, h.208 9Ibid h. 210
37
Berdasarkan kriteria indeks kesukaran soal, maka diperoleh
10 soal mudah, dan 3 soal sedang. Perhitungan lengkap lihat
lampiran 9 halaman 99.
3. Uji Daya Pembeda
Uji daya pembeda bertujuan untuk mengetahui kemampuan
soal dalam membedakan kemampuan siswa. Untuk mengetahui
daya pembeda soal, digunakan rumus :10
Keterangan :
DP = daya pembeda pada tiapsoal
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
soal itu dengan benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA =
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab
benar
PB =
= proporsi peserta kelompok bawah yang
menjawab benar
Dengan klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah:11
Tabel 3.4
Kriteria daya pembeda
Daya pembeda soal Kriteria
00,0 – 0,20 Jelek
10
Ibid h.213 11
Ibid, h.218
38
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
Berdasarkan kriteria indeks daya pembeda soal, diperoleh 3
soal dengan kriteria baik sekali, soal baik, 8 soal dengan kriteria
baik, 2 soal cukup, dan 2 soal jelek. Perhitungan lengkap lihat
lampiran 8 halaman 97.
4. Uji Reliabilitas
Tingkat reliabilitas suatu instrument menunjukkan berapa
kali pun data itu diambil akan tetap sama. Reliabilitas juga
menunjukkan adanya tingkat keterandalan suatu tes.12
Untuk
mengetahui keajegan atau konsistensi tes yang digunakan sebagai
instrumen, menggunakan rumus KR 20 yaitu :13
r11 = [
] [
∑
]
Keterangan:
r11 =koefesien reliabilitas tes
K = banyaknya butir item valid
1 = bilangan konstanta
∑ = jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item
= varians total
Sedangkan untuk menghitung varians skor digunakan rumus:
∑ ∑
Keterangan :
n = banyaknya sampel
= frekuensi ke-i
= skor butir ke-i
12
Ibid h. 90 13
Ibid h. 100-101
39
= nomer soal
Adapun kriteria pengujiannya14
:
Tabel 3.5
Kriteria reliabilitas soal
Reliabititas Kriteria
0,80 - 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Sedang
0,20 -0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
Perhitungan reabilitas dilakukan terhadap 13 soal yang
valid. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai reabilitas sebesar
0,7855, maka instrumen tes tersebut dapat dikatakan mempunai
tingkat reabilitas tinggi. Perhitungan lengkap lihat lampiran 10
pada halaman 101.
G. Tekhnik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata
dengan uji-t karena varian populasi tidak diketahui, uji-t bisa dilakukan
apabila dipenuhi normalitas, dan homogenitas varians.
1. Uji Prasyarat Analisis
a) Uji normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah
sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan
yang digunakan adalah uji Liliefors, dengan langkah langkah sebagai
berikut :
1) Tentukan rumusan hipotesis
14
Ibid 86
40
2) Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar
3) Hitung nilai Zi dari masing-masing data dengan rumus :
Zi =
Keterangan :
Zi = Skor baku
Xi = Skor data
= Nilai rata-rata
S = Simpangan baku
4) Menentukan besar peluang untuk masing-masing nilai zi
berdasarkan tabel zi sebut saja f(zi) dengan aturan :
Jika zi > 0 , maka f(zi) = 0.5 + nilai tabel
Jika zi < 0 , maka f(zi) =1 – ( 0.5 + nilai tabel )
Atau dengan microsoft excel dengan fungsi =normsdist,
kemudian dilanjutkan dengan kolom dari tiap zi.15
5) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2. Z3, ... Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Z1. Jika proporsi dinyatakan dengan S(zi)
maka :
=
6) Hitung selisih F( ) dan s( ) kemudian tentukan nilai
mutlaknya
7) Ambil nilai maksimum dari nilai-nilai mutlak selisih tersebut
8) Berikan interpretasi dengan membandingkan dengan
. adalah nilai yang diambildari tabel nilai kritis uji
liliefors.
9) Tentukan kriteria pengujiannya :
Jika < maka diterima
Jika > maka ditolak
15
Kadir,Sstatitiska: Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Rosmata
Sampurna, 2010) h.109
41
b) Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan
varians sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji fisher (F), dengan
langkah-langkah sebagai berikut;
1. Hipotesis
= =
= ≠
2. Bagi data menjadi dua kelompok
3. Cari masing-masing kelompok nilai simapangan bakunya
4. Tentukankan Fhitung dengan rumus;
F = 1
2 =
Dimana S² =
∑ ∑
5. Tentukan kriteria pengujian:
a. Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua
populasi homogen.
b. Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua
populasi tidak homogen.
2. Uji Hipotesis
Untuk hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar
matematika siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi
daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Uji
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus “T” test. Adapun
langkah-langkah dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut;
a. Menentukan hipotesis
Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 µ2
Keterangan :
Ho = hipotesis nihil
Ha = hipotesis alternative
42
µ1= hasil belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT
µ2 = hasil belajar dengan pembelajaran konvensional
b. Menentukan α
Tarafsignifikan yang digunakan adalah 0,05.
c. Menentukan kriteria penerimaan hipotesis
Kriterianya :thitung<ttabel , maka Ho diterima
thitung>ttabel , maka Ho ditolak.
d. Menentukan thitung
Jika berdasarkan uji kesamaan varians, ditunjukkan bahwa kedua
kelompok mempunyai varians yang sama maka untuk pengujian
hipotesis digunakan rumus:
Thitung =
√
dengan sg = √
Keterangan:
1 = rata-rata skor kelompok eksperimen
2 = rata-rata skor kelompok kontrol
Sg = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol)
S²1 = varians kelompok eksperimen
S²2 = varians kelompok kontrol
n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol
e. Melakukan pengambilan kesimpulan
Jika operasi perhitungan pada langkah sebelumnya dinyatakan;
thitung<ttabel , maka Ho diterima
thitung>ttabel , maka Ho ditolak.
H. Hipotesis Statistik
43
Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 µ2
Keterangan :
Ho = rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen sama
dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol
(hipotesis nihil)
Ha = rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen
berbeda dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas
kontrol (hipotesis alternative)
µ1 = rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
pembelajaran kooperatif tipe NHT
µ2 = rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan dengan
pembelajaran konvensional
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada sub bab ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh. Data-data yang dideskripsikan disini adalah data hasil posttest dari
kedua kelas. Posttest dilakukan dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana
peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together Gambaran umum tentang data-data ini
yang telah diperoleh meliputi nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata,
median, modus, dan standar deviasi. Deskripsi data dalam penelitian ini adalah
menggunakan data nilai terbesar, nilai terkecil, rata-rata, distribusi frekuensi data,
histogram dan poligon dari masing-masing kelas. Data dari masing-masing kelas
akan diuraikan sebagai berikut :
1. Data Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen
Untuk penyajian data yang lebih jelas guna mengetahui hasil
perhitungan rata-rata dan penyebaran data di kelas eksperimen, maka penulis
memaparkan data statistik tes hasil belajar yang diperoleh 30 siswa pada kelas
eksperimen, pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika
Kelas Eksperimen
Statistik Kelas Eksperimen
Nilai Terendah 65
Nilai Tertinggi 100
Banyak Sampel 30
Median (Me) 84,8
Modus (Mo) 85,6
45
Mean ( ) 82,46
Varians ( ) 108,579
Simpangan baku (s) 10,4
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil tes kelas eksperimen
mempunyai nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 100 dengan mean 82,46.
Sedangkan median dari hasil tes tersebut adalah 84,8, modus dari hasil belajar
tersebut adalah 85,6 dan simpangan baku 10,4.
Penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel
dan histogram berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika
Kelas Eksperimen
Nilai
Interval f i f relatif f k- % fk- fk+ %fk+
65-70 7 23,33333 7 23,3 30 100
71-76 2 6,666667 9 30 23 76,67
77-82 1 3,333333 10 33,3 21 70
83-88 13 43,33333 23 76,7 20 66,67
89-94 2 6,666667 25 83,3 7 23,33
95-100 5 16,66667 30 100 5 16,67
∑ 30 100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas
eksperimen terdapat yang berjumlah 30 orang siswa dapat diinterpretasikan
sebanyak 10 siswa atau 33,3 % yang memperoleh data di bawah interval rata-
rata. Sedangkan siswa yang memiliki nilai di atas interval rata-rata adalah 7
orang siswa atau 23,3% , dan siswa yang berada pada interval rata-rata adalah
sebanyak 13 orang atau 43,3%.
46
Secara visual hasil belajar matematika kelas eksperimen tersebut dapat
dilihat pada grafik histogram dan poligon berikut:
Gambar 4.1 : Histogram dan Poligon Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen
2. Data Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol
Untuk penyajian data yang lebih jelas guna mengetahui hasil perhitungan
rata-rata dan penyebaran data di kelas kontrol, maka penulis memaparkan data
statistik tes hasil belajar yang diperoleh 30 siswa pada kelas kontrol, pada
tabel berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100
Fre
kue
nsi
Interval nilai
Histogram dan Poligon Nilai Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen
47
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Hasil Belajar Kelas Kontrol
Statistik Kelas Kontrol
Nilai Terendah 60
Nilai Tertinggi 95
Banyak Sampel 30
Median (Me) 73,3
Modus (Mo) 78,5
Mean ( ) 74,56
Varians ( ) 98,34
Simpangan baku
(s)
9,916
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil tes kelas kontrol
mempunyai nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 95 dengan mean 74,56.
Sedangkan median hasil tes tersebut adalah 73,3, sedangkan modus pada data
tersebut adalah 78,5 dan simpangan baku 9,916. Penyajian data dalam bentuk
distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel dan histogram berikut :
48
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Matematika
Kelas Kontrol
Nilai
Interval f i f relatif f k- % fk- fk+ %fk+
60-65 9 30 9 30 30 100
66-71 2 6,666667 11 36,66667 21 70
72-77 8 26,66667 19 63,33333 19 63,33333
78-83 6 20 25 83,33333 11 36,66667
84-89 2 6,666667 27 90 5 16,66667
90-95 3 10 30 100 3 10
∑ 30 100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas kontrol
terdapat yang berjumlah 30 orang siswa dapat diinterpretasikan terdapat 11
siswa atau 36,67 % yang memperoleh nilai dibawah interval rata-rata.
Sedangkan siswa yang memiliki nilai di atas interval rata-rata adalah 11 orang
siswa atau 36,67% , dan siswa yang berada pada interval rata-rata adalah
sebanyak 8 orang atau 26,7 %.
Gambaran visual distribusi frekuensi hasil belajar kelas eksperimen
tersebut dapat dilihat pada grafik histogram dan poligon berikut:
49
Gambar 4.2 : Histogram dan Poligon Nilai Hasil Belajar Kelas Kontrol
A. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis
Berdasarkan persyaratan analisis, maka sebelum dilakukan pengujian
hipotesis perlu dilakukan pengujian prasyarat analisis terlebih dahulu terhadap
data hasil penelitisn. Uji prasyarat analisis yang perlu dipenuhi adalah :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas yang dipakai adalah uji Liliefors. Dari hasil pengujian
kelompok eksperimen diperoleh hasil = 0,13554. Dari tabel harga
uji kritis Liliefors didapat harga untuk n = 30 pada taraf signifikansi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
60-65 66-71 72-77 78-83 84-89 90-95
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Histogram dan Poligon Nilai Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol
50
α = 0,05 adalah 0,161. Sedangkan kelompok kontrol diperoleh hasil
= 0,11042 dan didapat harga untuk n = 30 pada taraf
signifikansi α = 0,05 adalah 0,161. Karena pada kedua kelompok
kurang dari , maka dapat disimpulkan bahwa data berasal dari sampel
yang berdistribusi normal.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Dengan Uji Liliefors
Kelompok Sampel Kesimpulan
Eksperimen 30 0,13554 0,161 Terima
Kontrol 30 0,11042 0,161 Terima
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians populasi dilakukan
dengan uji Fisher. Dari hasil pengujian diperoleh nilai varians. sehingga
diperoleh nilai =1,104 pada taraf signifikansi α = 0,05 untuk dk
pembilang = 29 dan dk penyebut = 29, dengan menggunakan microsoft
excel melalui fungsi FINV(0,05;29;29) didapat =1,86 berati
lebih kecil dari , sehingga dengan demikian diperoleh
keputusan uji bahwa diterima, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika siswa berasal dari populasi yang homogen. Perbandingan
varians kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
51
Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Kelas Db Varians
α(0,05) Kesimpulan
Eksperimen 29 108,57 1,104 1,861 Ho diterima
Kontrol 29 98,34
3. Pengujian hipotesis
Setelah uji prasyarat, maka kedua kelompok berdistribusi normal
dan homogen. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan uji-t. Dari data
hasil penelitian diperoleh rata-rata untuk kelas eksperimen = 82,7
dengan varians = 108,57 dan kelompok kontrol diperoleh = 74,56
dengan varians = 98,34.
Nilai α yang dipilih adalah 0,05. Pengujian yang digunakan adalah
uji satu arah dengan db = 58. Dengan melihat tabel t didapat nilai
2,001. Kriteria pengujian adalah terima jika < dan terima
jika > . Dari hasil analisis data dngan menggunakn
statistik uji-t, diperoleh harga = 2,886. Karena >
( berada di daerah penolakan ) maka ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika
siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dari
pada hasil belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran
konvensional.
52
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Hipotesis
Kelompok Sampel Kesimpulan
Eksperimen 30 2,886 2,001 Tolak
Kontrol 30
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen
82,46 dan nilai rata-rata kelas kontrol 74,56. Sedangkan dari hasil pengujian
hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa berada pada
daerah diluar daerah penerimaan atau dengan kata lain ditolak. Dengan
demikian hipotesis alternatif ( ) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
hasil belajar siwa.
Terjadinya pengaruh pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil
belajar matematika siswa disebabkan oleh karakteristik pembelajaran
kooperatif itu sendiri dimana dalam pembelajarannya siswa belajar secara tim.
Dengan belajar secara tim dapat memudahkan siswa dalam pembagian tugas,
memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT didasarkan pada manajemen kooperatif. Dengan
manajemen kooperatif siswa dituntut untuk memiliki tanggung jawab yang
lebih bukan hanya pada diri sendiri namun juga untuk kelompoknya. Dengan
tanggung jawab ini setiap siswa saling bantu untuk mencapai tujuan pelajaran,
dengan cara belajar seperti ini siswa lebih termotivasi untuk meningkatkan
53
hasil belajarnya. Kemauan untuk bekerja sama, dan keterampilan bekerjasama
dengan kemauan dan keterampilan bekerjasama siswa mempraktikkan aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran kelompok sehingga siswa mampu berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Selain itu, siswa menjadi lebih siap dalam menerima pembelajaran karena
guru menunjuk siswa berdasarkan pembagian nomer diri masing-masing
siswa secara acak sehingga dapat meningkatkan kesiapan siswa dalam
menerima pelajaran.
Tahapan pembelajaran pada kelas eksperimen secara ringkas yaitu : 1)
guru menjelaskan materi pembelajaran. 2) Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 4 atau 5 orang dan memberi
nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang
berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam suatu kelompok disesuaikan
dengan banyaknya siswa dalam kelompok tersebut, 3) Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa; berupa Lembar Kerja Siswa, 4) Siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam
timnya telah mengetahui jawaban tersebut 5) Guru memanggil satu nomor
tertentu kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh siswa dalam kelas
itu. 6) Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang anggotanya yang
menjawab benar pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Tahapan pembelajaran tersebut memberikan dampak pada kesiapan
siswa dalam menerima materi, sehingga dapat memberi pengaruh terhadap
hasil belajar.
Berbeda dengan kelompok kontrol yang pembelajarannya dilakukan
secara konvensional, yaitu tanpa pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
dilakukan cenderung satu arah yaitu hanya berpusat pada guru. Guru
menjelaskan kemudian siswa mencatat dan kemudian siswa menjawab soal di
54
LKS. Sehingga dari data yang diperoleh terlihat perbedaannya, walaupun ada
beberapa siswa yang memahami materi pembelajaran. Hal ini disebabkan
karena mereka belajar hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru tanpa
bereksplorasi lebih lanjut, sehingga pembelajaran menjadi menjemukan, tidak
menarik, dan tidak menyenangkan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, menunjukkan bahwa kegiatan pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan hasil belajar matematika
yang berbeda. Yaitu pada kelas eksperimen jelas terlihat bahwa hasil belajar
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari siswa kelas kontrol.
Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar
matematika siswa.
C. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Kendati
demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga
penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya:
1. Kondisi siswa yang merasa tegang pada awal proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT , karena siswa
belum terbiasa.
2. Alokasi waktu yang kurang sehingga diperlukan persiapan dan
pengalokasian waktu yang baik.
56
BAB V
KESEMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika yang
nilainya lebih dominan pada kelas eksperimen adalah hasil belajar tipe C1
dengan presentase sebesar 91,87%, sedangkan hasil belajar tipe C2 sebesar
73,33%, dan hasil belajar tipe C3 sebesear 63,33%. Pada kelas kontrol hasil
belajar yang dominan adalah hasil belajar tipe C1 dengan presentase 93,12%
hasil belajar tipe C2 52,2 % dan hasil belajar pada tipe C3 sebesar 55%.
Secara umum hasil belajar matematika kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa
kelas eksperimen sebesar 82,56 dan kelas kontrol 74,56. Hal ini berarti ada
perbedaan antara hasil belajar matematika siswa di kelas eksperimen dan hasil
belajar matematika siswa di kelas kontrol. Dengan demikian hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dan pengalaman dalam proses belajar
mengajar yang terjadi selama penelitian, mka penulis dapat memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Dalam proses belajar mengajar, untuk memperoleh hasil belajar
matematika yang maksimal khususnya pada siswa sekolah dasar guru
hendaknya dapat menggunakan metode mengajar yang bervariasi dan
dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta dapat
membangun keaktifan dan motivasi siswa.
2. Guru dapat menggunkan pembelajaran kooperatif tipe NHT saat
mengajarkan materi pecahan sehingga mempermudah dan membantu
siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran.
57
3. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT nilai rata-
rata siswa lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional. Ini membuktikan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat dijadikan alternatif dalam proses KBM.
4. Saat belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT hendaknya
guru telah mempersiapkan manajemen waktu yang matang .
58
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara,
2006.
________________. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Depertemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Gramedia, 2008.
Dimyanti dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Isjoni. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok, Bandung: Alfabeta, 2013.
Kadir. Statitiska: Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Rosmata Sampurna,
2010.
Lie, Anita. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas, Jakarta: PT. Grasindo, 2010.
M. Ibrahim, dkk. Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya, 2000.
Mullis, Ina V. S., dkk. TIMSS 2011, International Mathematics Report, Boston:
TIMSS & Pirls International Study Center, 2011.
Munadi, Yudi. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru), Jakarta: Gaung
Persada Press, 2002.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosda, 2006.
_______________. Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2004
Rusman. Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Sanjaya, Wina. Perencanaan Pembelajaran dan Desain System Pembelajaran,
Jakarta: Kencana, 2008.
59
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Bina
Aksara, 2010.
Slavin, Robert E. Cooperative learning: theory reserch and practice, Terj.
Nurlita Yusron, Bandung: Nusa Media, 2005.
Soedjadi, R. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstansi Masa Kini
Menuju Harapan Masa Depan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional, 2000.
Sofyan, Ahmad dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta:
Lemlit UIN Jakarta Press, 2006.
Sudjana, Nana. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R& D , Bandung:
Alfabeta, 2012.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:
Kencana, 2013.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT
Remaja Rosda Karya, 2010.
Syaodih, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007.
_____________. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif-Konsep, Landasan,
dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Jakarta: Kencana, 2009.
Widayanti, Esti Yuli. Pembelajaran Matematika MI, Malang; Lapis PGMI, 2009.
Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Jakarta. PT. Grasindo, 1991.
Zulfiani,dkk. Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.
60
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : III / 2
Alokasi Waktu : 2 X 30 menit
Pertemuan ke : 1 (satu)
1. Standar Kompetensi :
Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar :
Mengenal pecahan sederhana
3. Indikator :
a. Membaca pecahan sederhana
b. Menulis lambang pecahan
4. Tujuan Pembelajaran :
Melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT siswa mampu:
a. Membaca pecahan sederhana
b. Menulis lambang pecahan
5. Materi Pembelajaran :
Pecahan
6. Metode Pembelajaran :
Diskusi kelompok (kooperatif)
7. Tekhnik :
Numbered Heads Together (NHT)
8. Media Pembelajaran :
Gambar Pecahan
9. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Kegiatan Awal
- Guru memberikan salam pembuka
- Guru dan siswa berdoa bersama
- Guru mengabsen siswa
- Guru melakukan apersepsi dengan
Kegiatan Awal
- Siswa menjawab salam
- Siswa dan guru berdoa bersama
- Siswa meyatakan kehadirannya
- Siswa melakukan apersepsi
Religious, Rasa
ingin tahu, Cinta
ilmu
61
bertanya siapayang tahu pecahan ?
- Guru menyampaikan yang akan
dipelajari yaitu “Pecahan”
- Siswa minyimak apa yang akan
di pelajari yang disampaikan guru
Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
- Guru mengarahkan perhatian
siswa dengan menyediakan roti
- Kemudian guru meminta
perwakilan siswa untuk membagi
roti tersebut menjadi 2 bagian yang
sama besar. Lalu guru membagi
potongan roti tersebut kepada 2
orang
- Guru bertanya: “jadi tiap orang
ini mendapatkan berapa bagian?”
- Guru memberi penguatan bahwa
1 roti yang telah dibagi sama
menjadi 2 bagian itu dinamakan
pecahan. Dan jika roti tersebut
dibagi kepada 2 orang, maka
masing-masing orang akan
mendapatkan 1 dari 2 bagian. Dan
konsep ini dinamakan pecahan 1/2
2. Elaborasi
- Guru membagi siswa kedalam
beberapa kelompok
-Membagikan nomer diri siswa di
masing masing kelompok
- Guru membagikan hvs dan LKS
pada setiap kelompok
Meminta setiap kelompok
mengerjakan LKS yang diberikan
-Meminta siswa mengumpulkan
Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
- Siswa memperhatikan
penjelasan guru Siswa
menyimak apa yang
disampaikan guru
- Siswa yang berani, maju ke
depan untuk membagi roti
menjadi 2 bagian yang sama
besar
- Siswa menjawab pertanyaan
guru
- Siswa memperhatikan
penguatan yang diberikan
guru
2. Elaborasi
- Siswa membuat kelompok
- Siswa menerima nomer diri
- Siswa menerima hvs dan
LKS
- Berfikir bersama
mengerjakan LKS dan
memastikan setiap anggota
dalam kelompoknya
mengetahui jawaban setiap
Rasa ingin tahu
Cinta ilmu
Kritis
Komunikatif
Cinta ilmu
Berani
Rasa ingin tahu
Komunikatif
Cinta ilmu
62
jawaban diskusi
-Guru menyebutkan satu nomer yang
berlaku untuk setiap kelompok untuk
menjelaskan setiap nomer yang
dikerjakan dalam LKS di depan kelas.
3. Konfirmasi
-Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan materi pembelajaran
-Guru memberikan reward kepada
kelompok terbaik
-Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal
yang belum dimengerti
butir soal
- Setiap siswa dengan nomer
sama dalam setiap kelompok
yang ditunjuk guru menjawab
pertanyaan yang diajukan
guru.
3. Konfirmasi
- Siswa menanggapi umpan
balik dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan guru
- Siswa menanyakan tentang
hal yang belum di
mengerti
Kegiatan Penutup
- Guru memberikan umpan balik
- Memberikan pengayaan atau
tindak lanjut berupa PR
Kegiatan Penutup
- Siswa menanggapi umpan
balik yang diberikan guru
- Menulis PR
Rasa ingin tahu
Cinta ilmu
Religious
10. Sumber Belajar :
Dunia Matematika untuk kelas 3, penerbit Platinum, Tahun terbit : 2012
Tanggerang,
Mengetahui,
Guru Kelas 3 Hamka Peneliti
Eden Chusnul, S.St Husnul Rizqi
NIP. NIM: 109018300106
63
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
KELAS KONTROL
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : III / 2
Alokasi Waktu : 2 X 30 menit
Pertemuan ke : 1 (satu)
1. Standar Kompetensi :
Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar :
Mengenal pecahan sederhana
3. Indikator :
a. Membaca pecahan sederhana
b. Menulis lambang pecahan
4. Tujuan Pembelajaran :
Melalui ceramah siswa mampu :
a. Membaca pecahan sederhana
b. Menulis lambang pecahan
5. Materi Pembelajaran :
Pecahan
6. Metode Pembelajaran :
Ceramah dan tanya jawab
7. Media Pembelajaran :
Gambar Pecahan
8. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai
Karakter
Kegiatan Awal
-Guru memberikan salam pembuka
-Guru dan siswa berdoa bersama
-Guru mengabsen siswa
-Guru melakukan apersepsi dengan
bertanya siapayang tahu pecahan ?
Kegiatan Awal
-Siswa menjawab salam
-Siswa dan guru berdoa bersama
-Siswa meyatakan kehadirannya
- Siswa melakukan apersepsi
- Siswa minyimak apa yang akan di
Religious
Rasa ingin
tahu
Cinta ilmu
64
-Guru menyampaikan yang akan
dipelajari yaitu “Pecahan”
pelajari yang disampaikan guru
Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
- Guru mengarahkan perhatian
siswa dengan menyediakan roti
- Kemudian guru meminta
perwakilan siswa untuk membagi
roti tersebut menjadi 2 bagian yang
sama besar. Lalu guru membagi
potongan roti tersebut kepada 2
orang
- Guru bertanya: “jadi tiap orang
ini mendapatkan berapa bagian?”
- Guru memberi penguatan bahwa
1 roti yang telah dibagi sama
menjadi 2 bagian itu dinamakan
pecahan. Dan jika roti tersebut
dibagi kepada 2 orang, maka
masing-masing orang akan
mendapatkan 1 dari 2 bagian. Dan
konsep ini dinamakan pecahan 1/2
2. Elaborasi
- Guru meminta siswa mengerjakan
LKS
3. Konfirmasi
- Guru dan siswa bersama-sama
memeriksa jawaban di LKS dan
menyimpulkan materi pembelajaran
- Guru memberikan kesempatan
Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
- Siswa menyimak penjelasan guru
dan mengklasifikasikan gambar yag
dibuat
- Siswa menyimak apa yang
disampaikan guru
2. Elaborasi
- Siswa mengerjakan LKS
3.Konfirmasi
- Memeriksa bersama jawaban LKS
- Siswa menanggapi umpan balik
dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan guru
- Siswa menanyakan tentang hal
yang belum di mengerti
Rasa ingin
tahu
Cinta ilmu
Kritis
Komunikatif
Cinta ilmu
Berani
Rasa ingin
tahu
Komunikatif
Cinta ilmu
65
kepada siswa untuk menanyakan hal
yang belum dimengerti
Kegiatan Penutup
- Guru memberikan umpan balik
- Memberikan pengayaan atau
tindak lanjut berupa PR
Kegiatan Penutup
- Siswa menanggapi umpan balik
yang diberikan guru
- Menulis PR
Rasa ingin
tahu
Cinta ilmu
9. Sumber Belajar :
Dunia Matematika untuk kelas 3, penerbit Platinum, Tahun terbit : 2012
Tanggerang,
Mengetahui,
Guru Kelas 3 Jarha Peneliti
Robiah Adawiyah,S.Pd Husnul Rizqi
NIP. NIM : 109018300106
66
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : III / 2
Alokasi Waktu : 2 X 30 menit
Pertemuan ke : 2 ( dua )
1. Standar Kompetensi :
Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar :
Mengenal pecahan sederhana
3. Indikator :
a. Menulis pecahan sederhana
b. Membilang pecahan sederhana
4. Tujuan Pembelajaran :
Melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT siswa mampu:
a. Menulis pecahan sederhana
b. Membilang pecahan sederhana
5. Materi Pembelajaran :
Pecahan
6. Metode Pembelajaran :
Diskusi kelompok (kooperatif)
7. Tekhnik :
Numbered Heads Together (NHT)
8. Media Pembelajaran :
Gambar Pecahan
9. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Kegiatan Awal
- Guru memberikan salam pembuka
- Guru dan siswa berdoa bersama
- Guru mengabsen siswa
Kegiatan Awal
- Siswa menjawab salam
- Siswa dan guru berdoa bersama
- Siswa meyatakan kehadirannya
Religious
Rasa ingin tahu
Cinta ilmu
67
- Guru melakukan apersepsi dengan
menuliskan lambang pecahan dan
meminta siswa membaca lambang
tersebut
- Guru menyampaikan yang akan
dipelajari yaitu “membilang
pecahan”
- Siswa melakukan apersepsi
- Siswa minyimak apa yang akan di
pelajari yang disampaikan guru
Kegiatan Inti
1.Eksplorasi
- Guru mengarahkan perhatian
siswa dengan menggambar bangun
pecahan
- Kemudian guru meminta salah
seorang siswa untuk membaca
bilangan pecahan
- Guru memberikan penguatan
bagaimana cara membaca lambang
pecahan yang benar
2. Elaborasi
- Guru membagi siswa kedalam
beberapa kelompok
-Membagikan nomer diri siswa di
masing masing kelompok
- Guru membagikan hvs dan LKS
pada setiap kelompok
Meminta setiap kelompok
mengerjakan LKS yang diberikan
-Meminta siswa mengumpulkan
jawaban diskusi
-Guru menyebutkan satu nomer
yang berlaku untuk setiap
kelompok untuk menjelaskan setiap
Kegiatan Inti
1.Eksplorasi
- Siswa memperhatikan penjelasan
guru
- Siswa maju ke depan untuk
membaca bilangan pecahan
- Siswa menyimak penguatan materi
yang disampaikan guru
2. Elaborasi
- Siswa membuat kelompok
- Siswa menerima nomer diri
- Siswa menerima hvs dan LKS
- Berfikir bersama mengerjakan
LKS dan memastikan setiap
anggota dalam kelompoknya
mengetahui jawaban setiap butir
soal
- Setiap siswa dengan nomer sama
dalam setiap kelompok yang
ditunjuk guru menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
Rasa ingin tahu
Cinta ilmu
Kritis
Komunikatif
Cinta ilmu
Berani
68
nomer yang dikerjakan dalam LKS
di depan kelas
3.Konfirmasi
- Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan materi pembelajaran
- Guru memberikan reward kepada
kelompok terbaik
- Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan
hal yang belum dimengerti
3.Konfirmasi
- Siswa menanggapi umpan balik
dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan guru
- Siswa menanyakan tentang hal
yang belum di mengerti
Rasa ingin tahu
Komunikatif
Cinta ilmu
Kegiatan Penutup
- Guru memberikan umpan balik
- Memberikan pengayaan atau
tindak lanjut berupa PR
Kegiatan Penutup
- Siswa menanggapi umpan balik
yang diberikan guru
- Menulis PR
Rasa ingin tahu
Cinta ilmu
10. Sumber Belajar :
Dunia Matematika untuk kelas 3, penerbit Platinum, Tahun terbit : 2012
Tanggerang,
Mengetahui,
Guru Kelas 3 Hamka Peneliti
Eden Chusnul, S.St Husnul Rizqi
NIP. NIM: 109018300106
69
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
KELAS KONTROL
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : III / 2
Alokasi Waktu : 2 X 30 menit
Pertemuan ke : 2 ( dua )
1. Standar Kompetensi :
Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar :
Mengenal pecahan sederhana
3. Indikator :
a. Menulis pecahan sederhana
b. Membilang pecahan sederhana
4. Tujuan Pembelajaran :
Melalui ceramah siswa mampu :
a. Menulis pecahan sederhana
b. Membilang pecahan sederhana
5. Materi Pembelajaran :
Pecahan
6. Metode Pembelajaran :
Ceramah
7. Media Pembelajaran :
Gambar Pecahan
8. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Kegiatan Awal
- Guru memberikan salam pembuka
- Guru dan siswa berdoa bersama
- Guru mengabsen siswa
- Guru melakukan apersepsi dengan
menuliskan lambang pecahan dan
meminta siswa membaca lambang
Kegiatan Awal
- Siswa menjawab salam
- Siswa dan guru berdoa
bersama
- Siswa meyatakan
kehadirannya
- Siswa melakukan apersepsi
Religious
Rasa ingin tahu
Cinta ilmu
70
tersebut
- Guru menyampaikan yang akan
dipelajari yaitu “membilang
pecahan”
- Siswa minyimak apa yang
akan di pelajari yang
disampaikan guru
Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
- Guru mengarahkan perhatian siswa
dengan menggambar bangun pecahan
- Kemudian guru meminta salah
seorang siswa untuk membaca
bilangan pecahan
- Guru memberikan penguatan
bagaimana cara membaca lambang
pecahan yang benar
2. Elaborasi
- Guru meminta siswa mengerjakan
LKS
3.Konfirmasi
- Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan materi pembelajaran
- Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal
yang belum dimengerti
Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
- Siswa memperhatikan
penjelasan guru
- Siswa maju ke depan untuk
membaca bilangan pecahan
- Siswa menyimak penguatan
materi yang disampaikan guru
2. Elaborasi
- Siswa mengerjakan LKS
3.Konfirmasi
- Siswa menanggapi umpan balik
dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan guru
- Siswa menanyakan tentang hal
yang belum di mengerti
Rasa ingin tahu
Cinta ilmu
Kritis
Komunikatif
Cinta ilmu
Berani
Rasa ingin tahu
Komunikatif
Cinta ilmu
Kegiatan Penutup
- Guru memberikan umpan balik
- Memberikan pengayaan atau tindak
lanjut berupa PR
Kegiatan Penutup
- Siswa menanggapi umpan
balik yang diberikan guru
- Menulis PR
Rasa ingin tahu
Cinta ilmu
9. Sumber Belajar :
Dunia Matematika untuk kelas 3, penerbit Platinum, Tahun terbit : 2012
Tanggerang,
Mengetahui,
Guru Kelas 3 Jarha Peneliti
Robiah Adawiyah,S.Pd Husnul Rizqi
NIP. NIM : 109018300106
80
Lampiran 2
LEMBAR KERJA SISWA
Kelompok :
Anggota :
81
Petunjuk :
Nyatakanlah daerah yang diberi warna dengan pecahan yang sesuai dan tuliskan cara
membacanya seperti contoh !
Contoh :
No Gambar Ditulis Dibaca
1.
Satu per dua
Lembar Kegiatan 1
No. Gambar Ditulis Dibaca
1.
2.
3.
4.
5.
Ayo berlatih
82
Ayo Berlatih
83
LEMBAR KERJA SISWA
Petunjuk :
Isilah dengan tepat !
1. luas daerah yang diarsir disaping adalah …
Pembilangnya … , penyebutnya …
Kelompok :
Anggota :
Ayo berlatih
84
2. luas daerah yang diarsir disaping adalah …
Pembilangnya … , penyebutnya …
3. luas daerah yang diarsir disaping adalah …
Pembilangnya … , penyebutnya …
4.
penyebutnya adalah ….
5.
pembilangnya adalah
6.
pembilangnya adalah …. penyebutnya adalah ….
7. Tiga per enam ditulis ….
8. Enam per dua ditulis ….
9.
pembilangnya … penyebutnya ….
10.
penyebutnya …
85
LEMBAR KERJA SISWA
Arsirlah bagian untuk menunjukkan pecahan yang tertulis di bawahnya!
Kelompok :
Anggota :
86
Nyatakan setiap pecahan berikut dengan gambar! Kemudian, tentukan pembilang dan penyebutnya dengan benar!
87
LEMBAR KERJA SISWA
Kelompok :
Anggota :
88
Ayo Berlatih
89
90
LEMBAR KERJA SISWA
Kelompok :
Anggota :
91
1. Ibu mempunyai satu buah durian. Seperempatnya diberikan kepada Mia
Sisanya diberikan kepada Roni.
a. Berapa bagiankah durian yang diterima Mia dan Roni?
b. Siapakah yang menerima bagian durian paling besar?
2. Bibi membagikan
bagian roti kepada Wiwin. Sedangkan
bagiannya kepada
Tomas. Siapakah yang menerima bagian roti paling sedikit?
3. Rian memiliki
bagian roti, Rama memiliki
bagian roti. Siapakah yang
memiliki bagian roti terbesar?
4. Ibu membeli
kg Ikan. Ayah membeli
kg ikan. Ikan siapakah yang membeli
ikan lebih banyak ?
5. Diana mempunyai
ons bawang merah, dan
ons gula. Manakah yang lebih
ringan, bawang merah atau gula ?
6. Ibu membeli 8 buah pisang. 2 pisang telah dimakan. Berapa bagiankah
pisang yang belum dimakan?
7. Nanda mempunyai tongkat panjangnya
meter. Tina mempunyai tongkat
panjangnya
meter. Bandingkan tongkat siapa yang lebih panjang!
8. Ibu menyiapkan satu baskom adonan kue. Adonan kue tersebut akan
dibagi menjadi 3 warna, yaitu putih, coklat, dan hijau. Berapa bagiankah
adonan kue untuk tiap-tiap warna?
9. Siska membeli tepung terigu
kg. Wanda membeli tepung terigu
kg. Tepung
terigu siapakah yang lebih berat?
10. Bu robi mempunyai satu buah melon. Melon itu dibagikan kepada kedua
anaknya sama besar. Berapa bagian yang diterima tiap anak?
Ayo berlatih
92
Lampiran 3
Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : 3 (Tiga)/ II (Dua)
Waktu : 60 Menit
SK : Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan
masalah
KD : Mengenal pecahan sederhana
No Tingkat
kemampuan
Indikator Nomer butir
soal
Jumlah butir
soal
1. Pengetahuan
Membaca pecahan sederhana. 7, 9 2
Menulis lambang pecahan . 3 1
Membilang pecahan sederhana
.
6 1
Menyajikan nilai pecahan
sederhana dalam bentuk
gambar.
1,2,5,8 4
2. Pemahaman
Membandingkan nilai pecahan
sederhana .
4,10 2
Membandingkan nilai pecahan
sederhana dengan garis
bilangan.
15 1
3. Penerapan Memecahkan masalah yang
melibatkan pecahan sederhana
berkaitan dengan kehidupn
sehari-hari.
11,12,13,14 4
Jumlah 15
93
Lampiran 4
94
Lampiran 5
INSTRUMEN POST TEST
1. a Pecahan berapakah yang ditunjukkan oleh gambar di samping?
2. Gambarlah pecahan yang menunjukkan
!
3. Tulislah lambang bilangan dua per tiga, empat per lima, dan tiga per enam !
4.
yang merupakan pembilang dan penyebut adalah ?
5.
dibaca ?
6. A Arsir atau berilah warna gambar di samping ini
sehingga menunjukkan pecahan
!
dibaca ?
8. Isilah titik-titik dibawah ini dengan tanda >, <, atau = !
....
9. Diana mempunyai tali sepanjang
meter , Fadli mempunyai tali sepanjang
meter. Tali
siapakah yang lebih panjang ?
10. Santi memiliki sebuah roti. Roti itu ia potong menjadi dua bagian, Diana mendapatkan
Tika mendapatkan
bagian. Siapakah yang mendapatkan bagian roti terbanyak ?
11. Ayah mempunyai sepotong bambu. Bambu tersebut dibagi 4 bagian sama panjang.
Berapa pecahan yang dinyatakan tiap bagian bambu?
12.
dan
manakah yang lebih besar nilainya ?
13.
95
Lampiran 6
SKOR PENILAIAN HASIL BELAJAR
NO Nomer butir soal Aspek yang dinilai Skor
1 1 jawaban benar 2
2 2 jawaban benar 2
3 3 jawaban benar 2
4 4 jawaban benar 2
5 5 jawaban benar 2
6 6 jawaban benar 2
7 7 jawaban benar 2
8 8 jawaban benar 2
9 9 jawaban benar 3
10 10 jawaban benar 3
11 11 jawaban benar 3
12 12 jawaban benar 2
13 13 jawaban benar 2
Total Skor 29
Pedoman Penskoran =
x 100 = skor siswa
96
Lampiran 7
Rekapitulasi validitas Uji Coba Post Test Hasil Belajar Matematika
No Subjek Nomer Butir Soal
y 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 s1 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 3 3 0 2 28
2 s2 0 0 2 2 0 2 2 2 2 0 0 3 0 0 2 17
3 s3 2 0 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 2 2 18
4 s4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 33
5 s5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 3 3 0 2 28
6 s6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 3 3 2 2 30
7 s7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 3 0 0 2 25
8 s8 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
9 s9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 33
10 s10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 3 0 2 26
11 s11 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 3 3 0 2 2 26
12 s12 2 2 2 2 2 1 2 2 2 0 0 3 3 2 2 27
13 s13 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 0 3 2 1 25
14 s14 2 2 2 2 2 2 2 0 2 0 0 3 0 0 2 21
15 s15 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 3 3 0 2 24
16 s16 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 1 0 2 24
17 s17 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 0 0 3 0 2 21
18 s18 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 2 0 25
19 s19 2 2 2 2 0 0 2 2 2 0 3 0 3 2 1 23
20 s20 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 33
21 s21 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 0 0 2 27
22 s22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 33
23 s23 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 18
24 s24 0 2 2 2 2 0 2 2 0 2 0 3 3 0 0 20
25 s25 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 3 3 3 2 0 29
26 s26 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 33
27 s27 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 3 0 3 2 2 28
jumlah 48 48 52 50 46 37 52 50 48 34 32 57 55 28 42 679
r hitung 0,647 0,68 0,661
-0,060 0,175 0,41 0,66 0,57 0,63 0,57 0,61 0,506 0,59 0,52 0,46
r tabel 0,381
validitas valid valid valid tidak valid
tidak valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
93
Lampiran 4
INSTRUMEN POST TEST
1. a Pecahan berapakah yang ditunjukkan oleh gambar di samping?
2. Gambarlah pecahan yang menunjukkan
!
3. Tulislah lambang bilangan dua per tiga, empat per lima, dan tiga per enam !
4.
...
5. Qqqqqq Nilai Pecahan yang di tunjukkan oleh gambar disamping adalah ....
6.
yang merupakan pembilang dan penyebut adalah ?
7.
dibaca ?
8. Arsir atau berilah warna gambar di samping ini
sehingga menunjukkan pecahan
!
dibaca ....
…
11. Diana mempunyai tali sepanjang
meter , Fadli mempunyai tali sepanjang
meter.
Tali siapakah yang lebih panjang ?
12. Santi memiliki sebuah roti. Roti itu ia potong menjadi dua bagian, Diana
mendapatkan
Tika mendapatkan
bagian. Siapakah yang mendapatkan bagian roti
terbanyak ?
13. Ayah mempunyai sepotong bambu. Bambu tersebut dibagi 4 bagian sama panjang.
Berapa pecahan yang dinyatakan tiap bagian bambu?
14.
dan
manakah yang lebih besar nilainya ?
15.
97
Lampiran 8
Rekapitulasi Daya Pembeda Soal Post Test Siswa
kelompok Nomer Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
kelompok atas
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 3 3 2 2
2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 3 3 3 2 0
2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 3 3 0 2
2 2 2 2 2 1 2 2 2 0 0 3 3 2 2
2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 3 3 0 2 2
jumlah 20 20 20 18 18 15 20 20 20 18 23 30 27 18 18
kelompok bawah
0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 2 2 0 2 2 2 2 0 0 3 0 0 2
2 0 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 2 2
2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0
0 2 2 2 2 0 2 2 0 2 0 3 3 0 0
2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 0 0 3 0 2
2 2 2 2 0 0 2 2 2 0 3 0 3 2 1
2 2 2 2 3 3 2 0 2 0 0 3 0 0 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 1 0 2
98
2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 0 3 2 1
jumlah 14 14 18 18 17 11 18 16 14 6 4 12 13 6 12
dp 0,6 0,6 0,2 0 0,1 0,4 0,2 0,4 0,8 0,6 0,6 0,4 0,6 1 0,7
kriteria baik baik cukup jelek jelek Baik cukup baik baik sekali baik baik baik baik baik sekali baik sekali
99
Lampiran 9
Rekapitulasi Indeks Kesukaran Soal Post Test
No Subjek Nomer Soal
1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 s1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
2 s2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
3 s3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
4 s4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
5 s5 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
6 s6 2 2 2 2 2 2 2 2 0 3 3 2 2
7 s7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 0 2
8 s8 2 2 2 0 2 2 2 2 3 3 3 2 0
9 s9 2 2 2 2 2 2 2 2 0 3 3 0 2
10 s10 2 2 2 0 2 2 2 2 3 0 3 2 2
11 s11 2 2 2 2 2 2 2 2 0 3 3 0 2
12 s12 2 2 2 1 2 2 2 0 0 3 3 2 2
13 s13 2 2 2 2 2 2 2 2 1 0 3 2 1
14 s14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 0 0 2
15 s15 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 3 0 2
16 s16 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 3 0 2
17 s17 2 2 2 2 2 2 2 2 0 3 0 0 2
18 s18 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 2 0
19 s19 2 2 2 0 2 2 2 0 3 0 3 2 1
20 s20 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 1 0 2
21 s21 2 2 2 2 2 0 2 0 0 3 0 0 2
22 s22 2 2 2 0 2 2 2 0 0 0 3 0 2
23 s23 0 2 2 0 2 2 0 2 0 3 3 0 0
100
24 s24 0 0 2 2 2 2 2 0 0 3 0 0 2
25 s25 2 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 2 2
26 s26 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0
27 s27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
jumlah 48 48 52 39 52 50 48 34 29 57 58 26 42
p 0,8889 0,8889 0,96 0,7 0,96 0,93 0,89 0,63 0,36 0,7037 0,716 0,48 0,778
keterangan mudah mudah mudah mudah mudah mudah mudah sedang sedang mudah mudah sedang mudah
101
Lampiran 10
Rekapitulasi Reabilitas Soal Post Test
Nilai 1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 skor
100 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 29
100 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 29
100 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 29
100 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 29
100 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 29
90 2 2 2 2 2 2 2 2 0 3 3 2 2 26
90 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 0 2 26
86 2 2 2 0 2 2 2 2 3 3 3 2 0 25
83 2 2 2 2 2 2 2 2 0 3 3 0 2 24
83 2 2 2 0 2 2 2 2 3 0 3 2 2 24
83 2 2 2 2 2 2 2 2 0 3 3 0 2 24
79 2 2 2 1 2 2 2 0 0 3 3 2 2 23
79 2 2 2 2 2 2 2 2 1 0 3 2 1 23
79 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 0 0 2 23
76 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 3 0 2 22
76 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 3 0 2 22
72 2 2 2 2 2 2 2 2 0 3 0 0 2 21
72 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 2 0 21
72 2 2 2 0 2 2 2 0 3 0 3 2 1 21
69 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 1 0 2 20
102
62 2 2 2 3 2 0 2 0 0 3 0 0 2 18
59 2 2 2 0 2 2 2 0 0 0 3 0 2 17
55 0 2 2 0 2 2 0 2 0 3 3 0 0 16
52 0 0 2 2 2 2 2 0 0 3 0 0 2 15
48 2 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 2 2 14
48 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 14
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
jumlah 48 48 52 40 52 50 48 34 29 57 58 26 42 584
jumlah ² 2304 2304 2704 1600 2704 2500 2304 1156 841 3249 3364 676 1764 341056
si² 0,4103 0,41 0,1481 0,875 0,1481 0,285 0,41 0,969 1,917 1,95 1,823 1,04 0,64 40,0883
jumlah si² 11,023
st² 40,088 r11 0,7855 kriteria tinggi
103
Lampiran 11
Rekapitulasi nilai post test kelas eksperimen
No Subjek Nomer Soal
skor 1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 s1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 100
2 s2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 100
3 s3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 100
4 s4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 1 97
5 s5 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 0 95
6 s6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 93
7 s7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 93
8 s8 2 2 2 0 2 2 2 2 3 3 3 2 0 87
9 s9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 87
10 s10 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 3 2 2 85
11 s11 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 85
12 s12 2 2 2 1 2 2 2 1 1 3 3 2 2 85
13 s13 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 85
14 s14 2 2 0 1 1 2 2 2 3 3 3 2 2 85
15 s15 2 2 2 2 2 2 2 1 0 3 3 2 2 85
16 s16 2 2 2 2 2 2 2 0 2 3 2 2 2 85
17 s17 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 3 0 0 83
18 s18 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 83
19 s19 2 2 2 0 2 2 2 2 3 2 3 0 2 83
20 s20 2 2 2 2 0 1 0 1 3 3 3 1 2 77
104
21 s21 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3 2 0 77
22 s22 2 2 2 0 2 2 2 0 1 3 3 2 0 75
23 s23 0 2 2 2 2 2 2 2 3 2 0 2 0 73
24 s24 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 0 0 0 69
25 s25 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 69
26 s26 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 0 0 0 68
27 s27 2 2 2 2 2 2 2 2 3 0 0 0 0 67
28 s28 2 2 2 2 2 2 0 2 2 3 0 0 1 67
29 s29 2 2 2 2 2 2 2 0 2 0 0 2 1 65
30 s30 0 0 0 2 2 2 2 2 3 3 3 0 0 65
105
Lampiran 12
Rekapitulasi nilai post test kelas kontrol
No Subjek Nomer Soal
skor 1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 s1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 2 95
2 s2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 95
3 s3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 0 93
4 s4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 0 0 85
5 s5 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 0 2 2 85
6 s6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 83
7 s7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 83
8 s8 2 2 2 0 2 2 2 2 3 0 3 2 2 83
9 s9 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 83
10 s10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 83
11 s11 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 0 2 2 79
12 s12 2 2 2 2 1 2 2 2 3 0 0 2 2 77
13 s13 2 2 2 2 2 2 2 2 1 0 3 0 2 77
14 s14 2 2 2 2 0 2 2 2 0 1 3 2 2 75
15 s15 2 0 2 2 2 2 2 0 0 3 3 2 2 75
16 s16 2 2 0 2 2 2 2 0 2 3 2 2 0 73
17 s17 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 0 0 0 73
18 s18 2 2 2 2 2 2 2 2 1 0 0 2 2 73
19 s19 2 2 2 0 2 2 2 2 3 2 3 0 2 83
20 s20 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 2 3 2 70
106
21 s21 2 2 2 2 2 2 2 0 2 0 3 0 0 67
22 s22 2 2 2 0 2 2 2 0 1 3 3 0 0 65
23 s23 0 2 2 2 2 2 2 2 3 2 0 0 0 65
24 s24 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 0 0 0 65
25 s25 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 63
26 s26 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 63
27 s27 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 63
28 s28 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 0 0 61
29 s29 2 2 2 2 2 2 2 0 2 0 0 2 0 61
30 s30 0 2 2 2 2 2 2 2 3 0 0 0 0 60
107
Lampiran 13
Daftar Distribusi Nilai Kelas Eksperimen
1. Banyak Data = 30
2. Distribusi Nilai =
3. Rentang (R) = data terbesar – data terkecil
= 100 – 65
= 35
4. Banyak kelas (BK) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 (1,48)
= 1 + 4,87
= 5,87 (dibulatkan menjadi 6)
5. Panjang interval (i) =
=
= 5,9 (dibulatkan menjadi 6)
6. Mean =
= ∑
∑ =
= 82,7
7. Median =
= +[
] x I = 82,5 +
x 6 = 84,80
8. Modus =
65 65 67 67 68 69 69 73 75 77
83 83 83 83 85 85 85 85 85 85
85 87 87 93 93 95 97 100 100 100
108
= + [
] x I = 82,5 + [
] 6 = 85,6
9. Varians =
∑ (∑ )
( ) = ( ) ( )
( )
= ( )
( )
=
= 108,579
10. Ragam =
= √ ∑ (∑ )
( )
= √ ( ) ( )
( )
= √
= 10,42
Nilai
Interval f i f relatif f k-
%
fk- fk+ %fk+
65-70 7 23,33333 7 23,3 30 100
71-76 2 6,666667 9 30 23 76,67
77-82 1 3,333333 10 33,3 21 70
83-88 13 43,33333 23 76,7 20 66,67
89-94 2 6,666667 25 83,3 7 23,33
95-100 5 16,66667 30 100 5 16,67
∑ 30 100
109
No. Nilai Tes Batas
Bawah Batas Atas
fi fk xi Xi² fixi (FiXi)² FiXi²
1 65-70 64,5 70,5 7 7 67,5 4556,3 473 223256,25 31893,75
2 71-76 70,5 76,5 2 9 73,5 5402,3 147 21609 10804,5
3 77-82 76,5 82,5 1 10 79,5 6320,3 79,5 6320,25 6320,25
4 83-88 82,5 88,5 13 23 85,5 7310,3 1112 1235432,3 95033,25
5 89-94 88,5 94,5 2 25 91,5 8372,3 183 33489 16744,5
6 95-100 94,4 100,5 5 30 97,5 9506,3 488 237656,25 47531,25
Jumlah 30 495 2481 6155361 208327,5
0
2
4
6
8
10
12
14
65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100
Fre
kue
nsi
Interval nilai
Histogram dan Poligon Nilai Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen
110
Lampiran 14
Daftar Distribusi Nilai Kelas Kotrol
1. Banyak Data = 30
2. Distribusi Nilai =
3. Rentang (i) = data terbesar – data terkecil
= 95 – 60
= 35
4. Banyak kelas (BK) = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 (1,47)
= 1 + 4,82
= 5,87 (dibulatkan menjadi 6)
5. Panjang interval (i) =
=
= 5,8 (dibulatkan menjadi 6)
6. Mean =
= ∑
∑ =
= 74,56
7. Median =
= +[
] x I = 77,5 +
x 6 = 73,5
8. Modus =
= + [
] x I = 71,5 + [
] x 6 = 78,5
60 61 61 63 63 63 65 65 65 67
70 73 73 73 73 75 75 77 77 79
83 83 83 83 83 85 85 93 95 95
111
9. Varians =
∑ (∑ )
( ) = ( ) ( )
( )
= ( )
( )
=
= 98,34
10. Ragam =
= √ ∑ (∑ )
( )
= √ ( )
( )
= √
= 9,916
Nilai
Interval f i f relatif f k- % fk- fk+ %fk+
60-65 9 30 9 30 30 100
66-71 2 6,666667 11 36,66667 21 70
72-77 8 26,66667 19 63,33333 19 63,33333
78-83 6 20 25 83,33333 11 36,66667
84-89 2 6,666667 27 90 5 16,66667
90-95 3 10 30 100 3 10
∑ 30 100
112
No. Nilai Tes Batas
Bawah
Batas
Atas fi fk xi Xi² fixi (FiXi)² FiXi²
1 60-65 59,5 65,5 9 9 62,5 3906,25 562,5 316406,3 35156,25
2 66-71 65,5 71,5 2 11 68,5 4692,25 137 18769 9384,5
3 72-77 71,5 77,5 8 19 75,5 5700,25 604 364816 45602
4 78-83 77,5 83,5 6 25 80,5 6480,25 483 233289 38881,5
5 84-89 83,5 89,5 2 27 86,5 7482,25 173 29929 14964,5
6 90-95 89,5 95,5 3 30 92,5 8556,25 277,5 77006,25 25668,75
∑ 30
2237 1040216 169657,5
0
2
4
6
8
10
60-65 66-71 72-77 78-83 84-89 90-95
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Histogram dan Poligon Nilai Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol
113
Lampiran 15
Rekapitulasi Perhitungan Normalitas
Kelas Eksperimen
no xi f fk Xi² fixi (FiXi)² FiXi² zi f(zi) s(zi) fi(zi)-S(zi) Ifi(zi)-S(zi)I
1 65 2 2 4225 130 16900 8450 -1,67885 0,046591 0,066667 -0,02008 0,020076
2 67 2 4 4489 134 17956 8978 -1,48654 0,068568 0,133333 -0,06476 0,064765
3 68 1 5 4624 68 4624 4624 -1,39038 0,082206 0,166667 -0,08446 0,084461
4 69 2 7 4761 138 19044 9522 -1,29423 0,097793 0,233333 -0,13554 0,13554
5 73 1 8 5329 73 5329 5329 -0,90962 0,181513 0,266667 -0,08515 0,085154
6 75 1 9 5625 75 5625 5625 -0,71731 0,236592 0,3 -0,06341 0,063408
7 77 1 10 5929 77 5929 5929 -0,525 0,299792 0,333333 -0,03354 0,033542
8 83 4 14 6889 332 110224 27556 0,051923 0,520705 0,466667 0,054038 0,069092
9 85 7 21 7225 595 354025 50575 0,244231 0,596474 0,7 -0,10353 0,103526
10 87 2 23 7569 174 30276 15138 0,436538 0,668777 0,766667 -0,09789 0,09789
11 93 2 25 8649 186 34596 17298 1,013462 0,84458 0,833333 0,011247 0,011247
12 95 1 26 9025 95 9025 9025 1,205769 0,886047 0,866667 0,01938 0,01938
13 97 1 27 9409 97 9409 9409 1,398077 0,918955 0,9 0,018955 0,018955
14 100 3 30 10000 300 90000 30000 1,686538 0,954154 1 -0,04585 0,045846
N = 30 rata-rata =82,47 Varians =108,579 Simpangan baku=10,42
Z =
S(Z) =
= 0,13554
=
√ =
√ =0,161
Karena lebih kecil dari maka dapat disimpulkan bahwa sampel kelas kontrol
berdistribusi normal
114
Lampiran 16
LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN UJI NORMALITAS HASIL
POST TEST KELAS EKSPERIMEN
Pengujian normalitas dilakukan dengan uji lilifors, dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Tentukan rumusan hipotesis
= data berasal dari sampel berdistribusi normal
= data berasal dari sampel berdistribusi tidak normal
2) Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar
3) Hitung nilai Zi dari masing-masing data dengan rumus :
Zi =
, untuk Zi =
dan seterusnya
Keterangan :
Zi = Skor baku
Xi = Skor data
= Nilai rata-rata
S = Simpangan baku
4) Menentukan besar peluang untuk masing-masing nilai zi
berdasarkan tabel zi sebut saja f(zi) dengan rumus excel
=normdists(zi)
5) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2. Z3, ... Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Z1. Jika proporsi dinyatakan dengan S(zi)
maka :
=
6) Hitung selisih F( ) dan s( ) kemudian tentukan nilai
mutlaknya
7) Ambil nilai maksimum dari nilai-nilai mutlak selisih tersebut
yaitu 0,13554
115
8) Berikan interpretasi dengan membandingkan dengan
. adalah nilai yang diambildari tabel nilai kritis uji
liliefors. = 0,13554 dan =0,161
9) Karena lebih kecil dari maka dapat disimpulkan bahwa
sampel kelas kontrol berdistribusi normal
116
Lampiran 17
Rekapitulasi Perhitungan Normalitas
Kelas Kontrol
no xi f Fk Xi² fixi (FiXi)² FiXi² zi f(zi) s(zi) fi(zi)-S(zi) Ifi(zi)-S(zi)I
1 60 1 1 3600 60 3600 3600 -1,468334 0,0710068 0,033333 0,0376734 0,037673
2 61 2 3 3721 122 14884 7442 -1,3674869 0,0857364 0,1 -0,0142636 0,014264
3 63 3 6 3969 189 35721 11907 -1,1657927 0,1218491 0,2 -0,0781509 0,078151
4 65 3 9 4225 195 38025 12675 -0,9640984 0,1674983 0,3 -0,1325017 0,132502
5 67 1 10 4489 67 4489 4489 -0,7624042 0,2229094 0,3333333 -0,1104239 0,11042
6 70 1 11 4900 70 4900 4900 -0,4598628 0,3228073 0,3666667 -0,0438593 0,043859
7 73 4 15 5329 292 85264 21316 -0,1573215 0,4374957 0,5 -0,0625043 0,062504
8 75 2 17 5625 150 22500 11250 0,0443727 0,5176964 0,5666667 -0,0489703 0,04897
9 77 2 19 5929 154 23716 11858 0,246067 0,5971848 0,6333333 -0,0361485 0,036149
10 79 1 20 6241 79 6241 6241 0,4477612 0,6728372 0,6666667 0,0061706 0,006171
11 83 5 25 6889 415 172225 34445 0,8511497 0,8026569 0,8333333 -0,0306764 0,030676
12 85 2 27 7225 170 28900 14450 1,0528439 0,8537937 0,9 -0,0462063 0,046206
13 93 1 28 8649 93 8649 8649 1,8596208 0,9685304 0,9333333 0,0351971 0,035197
14 95 1 29 9025 95 9025 9025 2,061315 0,9803635 0,9666667 0,0136968 0,013697
N = 30 rata-rata =74,7 Varians =98,34023 Simpangan baku=9,91664
Z =
S(Z) =
= 0,11042
=
√ =
√ =0,161
Karena lebih kecil dari maka dapat disimpulkan bahwa sampel
kelas eksperimen berdistribusi normal
117
Lampiran 18
LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN UJI NORMALITAS HASIL
POST TEST KELAS KONTROL
Pengujian normalitas dilakukan dengan uji lilifors, dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Tentukan rumusan hipotesis
= data berasal dari sampel berdistribusi normal
= data berasal dari sampel berdistribusi tidak normal
2) Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar
3) Hitung nilai Zi dari masing-masing data dengan rumus :
Zi =
, untuk Zi =
dan seterusnya
Keterangan :
Zi = Skor baku
Xi = Skor data
= Nilai rata-rata
S = Simpangan baku
4) Menentukan besar peluang untuk masing-masing nilai zi berdasarkan tabel
zi sebut saja f(zi) dengan rumus excel =normdists(zi)
5) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2. Z3, ... Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Z1. Jika proporsi dinyatakan dengan S(zi) maka :
=
6) Hitung selisih F( ) dan s( ) kemudian tentukan nilai mutlaknya
7) Ambil nilai maksimum dari nilai-nilai mutlak selisih tersebut
8) Berikan interpretasi dengan membandingkan dengan .
adalah nilai yang diambildari tabel nilai kritis uji liliefors. Dimana
diperoleh sebesar 0,11042 dan sebesar 1,1611.
9) Karena lebih kecil dari maka dapat disimpulkan bahwa
sampel kelas eksperimen berdistribusi normal
118
Lampiran 18
LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN PERHITUNGAN UJI
HOMOGENITAS
Uji homogenitas antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan
dengan uji Fisher, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
H0 : Data memiliki varians homogen
H1 : Data memiliki varians heterogen
1. Jumlah sampel
ne : 30
nk : 30
2. Derajat kebebasan
db 1 (pembilang) = ne – 1 = 30 – 1 = 29
db 2 (penyebut) = nk – 1 = 30 – 1 = 29
Rumus Uji Fisher,
Fhitung =
dengan S
2 =
Fhitung =
= 1,104
3. Menentukan kriteria pengujian
Jika Fhitung < Ftabel, maka terima H0
Jika Fhitung > Ftabel, maka terima H1
4. Menentukan Ftabel
menggunakan microsoft excel melalui fungsi FINV(0,05;29;29) didapat
=1,86
5. Karena Fhitung < Ftabel (1,104< 1,86), maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa nilai tes kelompok eksperimen dan kontrol memiliki varians yang homogen.
119
Lampiran 19
LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Perumusan Hipotesis
Ho : μ1 ≤ μ2
Ha : μ1 > μ2
Ho = rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan
pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih kecil atau sama dengan rata-rata hasil
belajar matematika siswa diberi pembelajaran dengan pembelajaran
konvensional
Ha = rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan
pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi rata-rata hasil belajar
matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan pembelajaran
konvensional
b) Menentukan kriteria pengujian
Terima Ho, jika thitung < ttabel, dalam hal lainnya Ha ditolak
c) Menentukan uji statistik
Sg = √
= √
= √
= √
= √ = 10,175
Didapat nilai thitung =
√
=
√
=
= 2,8861
d) Menentukan harga ttabel
120
α = 0,05
db = 62
Dengan melihat tabel t didapat nilai 1,161.
e) Pengambilan Kesimpulan
Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima
Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak
Dari hasil di atas didapat thitung = 2,8861dan ttabel = 1,161.. Karena thitung > ttabel, maka
Ho ditolak dan Ha diterima
122
Lampiran 22
123
Lampiran 23
124
Lampiran 24
Tabel nilai kritis distribusi T
Pr
df
0.25
0.50
0.10
0.20
0.05
0.10
0.025
0.050
0.01
0.02
0.005
0.010
0.001
0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370
11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470
12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963
13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198
14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739
15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283
16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615
17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577
18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940
20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181
21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715
22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499
23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496
24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019
26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500
27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103
28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816
29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624
30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518
40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688
60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171
120 0.67654 1.28865 1.65765 1.97993 2.35782 2.61742 3.15954
∞ 0.67572 1.28580 1.65251 1.97190 2.34514 2.60063 3.13148
125
NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT
N
Taraf Signif
N
Taraf Signif
N
Taraf Signif
5% 1% 5% 1% 5% 1%
3 0.997 0.999 27 0.381 0.487 55 0.266 0.345
4 0.950 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330
5 0.878 0.959 29 0.367 0.470 65 0.244 0.317
6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306
7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296
8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.220 0.286
9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278
10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270
11 0.602 0.735 35 0.334 0.430 95 0.202 0.263
12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256
13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230
14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.210
15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194
16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181
17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148
18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128
19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115
20 0.444 0.561 44 0.297 0.384 600 0.080 0.105
21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097
22 0.423 0.537 46 0.291 0.376 800 0.070 0.091
23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086
24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081
25 0.396 0.505 49 0.281 0.364
26 0.388 0.496 50 0.279 0.361
120
Lampiran 20
Gambar Suasana Belajar Kelas Eksperimen
121
Lampiran 21
Gambar Suasana Belajar Kelas Kontrol