PENGARUH PAHAM MARXISME TERHADAP PEMIKIRAN IR. …digilib.unila.ac.id/55280/3/3. SKRIPSI FULL TANPA...
Transcript of PENGARUH PAHAM MARXISME TERHADAP PEMIKIRAN IR. …digilib.unila.ac.id/55280/3/3. SKRIPSI FULL TANPA...
1
PENGARUH PAHAM MARXISME TERHADAP PEMIKIRANIR. SOEKARNO DALAM MEMPERJUANGKAN
KEMERDEKAAN INDONESIA SELAMAMASA PERGERAKAN
TAHUN 1926-1945
( Skripsi )
Oleh :
Novi Arisanti
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
2
ABSTRAK
PENGARUH PAHAM MARXISME TERHADAP PEMIKIRANIR. SOEKARNO DALAM MEMPERJUANGKAN
KEMERDEKAAN INDONESIA SELAMAMASA PERGERAKAN
TAHUN 1926-1945
Oleh
NOVI ARISANTI
Masa pergerakan diwarnai dengan adanya berbagai macam aliran maupungolongan yang berkembang pada saat itu. Aliran tersebut ialahNasionalisme, Islamisme, dan juga Marxisme Ketiga alairan ini memilikipengaruh yang luas di masyarakat pada masa pergerakan. Ir. Soekarnosebagai tokoh pergerakan kala itu juga tak luput dari pengaruh katigaaliran tersebut, salah satunya ialah pengaruh Marxisme terhadappemikiran Soekarno terutama pada pemikiran politiknya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh pahamMarxisme terhadap pemikiran politik Ir. Soekarno pada tahun 1926-1945?. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahuipemikiran-pemikiran politik Soekarno yang dipengaruhi oleh Marxismetahun 1926-1945. Metode penelitian yang digunakan adalah metodeHistoris dengan teknik pengumpulan data melalui teknik kepustakaan dandokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknikanalisis data kualitatif.
Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan data yang ada menunjukkanbahwa adanya pengaruh Marxisme dalam diri Soekarno. Hal itu dapatterlihat pada perubahan pemikiran Soekarno. Perubahan itu bisa diketahuidengan memahami pemikiran Soekarno sebelum tahun 1916 dan setelahtahun 1916. Paham Marxisme mempengaruhi pemikiran politik Soekarnobaik secara langsung maupun secara tidak langsung. Adapun pengaruhMarxisme dalam diri Soekarno secara langsung ialah konsep“Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme” sedangkan pengaruh pahamMarxisme secara tidak langsung pada beberapa pemikiran politik Soekarnotahun 1926-1945 ialah: Strategi Soekarno dalam memperjuangkankemerdekaan Indonesia, Anti Kapitalisme, Elitisme, Kolonialisme, danImperialisme serta Marhaenisme.
Kata kunci : Pemikiran, Soekarno , Marxisme
3
PENGARUH PAHAM MARXISME TERHADAP PEMIKIRANIR. SOEKARNO DALAM MEMPERJUANGKAN
KEMERDEKAAN INDONESIA SELAMAMASA PERGERAKAN
TAHUN 1926-1945
Oleh
NOVI ARISANTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat mencapai gelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
4
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Untoro Bedeng 18a pada tanggal 10
November 1996, penulis merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara dari Bapak Aris Setianto dan Ibu Saryati.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Dharma Wanita pada tahun
2000 , kemudian di SD Negeri 1 Untoro pada tahun 2008. Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Trimurjo 2011, dan Sekolah Menengah
Atas di SMA N 2 Metro pada tahun 2014.
Pada tahun 2015 penulis diterima di Universitas Lampung melalui jalur
SBMPTN tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP
Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti
Organisasi FOKMA (Forum Komunikasi Mahasiswa dan Alumni
Pendidikan Sejarah) sebagai Ketua Bidang Sosial Masyarakat (Sosmas)
periode 2017- 2018. Pada tahun 2018 penulis melakukan Kuliah Kerja
Nyata di Kampung Mekar Sari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung
Timur, dan melakukan Praktek Pengalaman Lapangan di MA Ma’Arif 06
Pasir Sakti Lampung Timur dari tanggal 16 Juli- 25 Agustus 2018.
5
MOTTO
“Kesabaran Yang Pahit Akan Menghasilkan KeberhasilanYang Manis”
(Novi Arisanti)
6
PERSEMBAHAN
Puji skukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dengan mengharap rahmat
serta ridho-Nya kupersembahkan skripsi ini kepada:
Kedua orang tuaku Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa dalam
setiap sujudmu, selalu memberikan dukungan, semangat, dan motivasi yang
tiada hentinya demi tercapainya cita-citaku.
Para pendidik yang senantiasa membimbing selalu memberikan saran
masukan serta ilmu yang bermanfaat.
Almamater tercinta Universitas Lampung
7
SANWACANA
Bismillahhirrohmannirrohim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat Allah
SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga penulis panjatkan
sholawat serta salam kepada nabi besar junjungan kita Nabi Muhammad SAW
karena telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang lebih baik.
Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Paham Marxisme
Terhadap Pemikiran Ir. Soekarno Dalam Memperjuangkan Kemerdekaan
Indonesia Selama Masa Pergerakan Tahun 1926 - 1945”, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa terdapat banyak pihak
maupun rekan-rekan yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu
penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini agar nantinya bermanfaat bagi kita
semua. Oleh sebab itu. penulis mengucapkan serangkaian terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
8
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Sunyono, M.Si. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Supriyadi, M.Pd. Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Dra. Riswanti Rini, M.Si. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Lampung.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
7. Bapak Alm. Drs. Tantowi Amsia, M.Si. sebagai Pembimbing I skripsi penulis,
terima kasih abah karena meluangkan waktu abah untuk membimbing penulis
agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
8. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si. sebagai Pembimbing I penulis. Terima kasih pak
Ipul, karena berkat bimbingan bapak dalam menyelesaikan skripsi ini, Insya
Allah nantinya skripsi penulis akan bermanfaat bagi orang lain.
9. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum., sebagai pembimbing II penulis.
Terima kasih banyak ibu Riri telah membantu saya dalam menyusun skripsi
saya. Ibu selalu menjadi dosen panutan saya, menjadi motivasi saya, serta
menjadi inspirator bagi saya. Terima kasih banyak bu Riri.
10. Bapak Henry Susanto, S.S., M.Hum., yang telah banyak berjasa dalam
membimbing saya untuk menyelesaikan skripsi saya menjadi skripsi yang
baik dan benar.
9
11. Seluruh dosen Prodi Pendidikan Sejarah : Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H.,
Bapak Drs.Wakidi M.Hum., Bapak Drs. Maskun, M.H., Bapak Drs. Ali
Imron, M.Hum., Ibu Dr. Risma Margaretha Sinaga, M.Hum., Bapak Hendry
Susanto, S.S., M.Hum., Bapak M. Basri, S.Pd., M.Pd., Bapak Suparman Arif,
S.Pd., M.Pd., Bapak Cheri Saputra S.Pd., M.Pd., dan Mami Myristica Imanita,
S.Pd., M.Pd., Ibu Valensy Rahmedita, S.Pd., M.Pd., Bapak Sumargono, S.Pd.,
M.Pd., Ibu Anisa Septianingrum S.Pd., M.Pd., yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman yang menyenangkan selama penulis menjadi
mahasiswa Universitas Lampung.
12. Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.
13. Ayah dan Ibu serta kerabat-kerabat yang telah memberikan dukungan materi
maupun moril kepada penulis.
14. Malaikat tanpa sayap yang selalu memberikan dukungan kepadaku dengan
memberikan motivasi kepadaku, dan juga memberikan materi selama aku
melaksanakan kuliah di Pendidikan Sejarah.
12. Sahabat- sahabatku yang tercinta ( Zahra Qurrotu’aini, Ila Putri Fadila, Ade
Putri Widya, dan Tata Veronika ) yang telah memberikan dorongan dan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
13. Teman-teman seperjuangan ( Lulu Muthoharoh, Andre Mustofa Meihan,
Kemalawati, Tomy Rizki, Royadi, Ainun Masrifah, Ade Nursevita, Sinta
Suryani, Novita Suparmi, Sarah Ginting, ( om )Faishol Hilmy, Adilah
Shobariyah, Sukmawati, Rini Usniatuti, Anis Saraswati, Aan Saputra dan lain
lain ) yang telah memberikan waktunya untuk membantu penulis.
14. Teman-temaku yang Abnormal ( Nur Amalia, Ri’am Sentya, Citra Alza )
10
15. Kakak – kakakku baik angkatan 13 maupun angkatan 14 yang telah
memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi.
16. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 15’ yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
17. Penulis berharap skripsi ini akan melengkapi ilmu pengetahuan bagi orang
lain dan berguna bagi sesama. Semoga pihak-pihak dan rekan-rekan diberikan
kebaikan oleh Allah SWT atas doa dan ketulusan dalam membantu penulis.
Aamiin.
Bandar Lampung, 21 Desember 2018
Novi Arisanti
11
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................... 11.2 Identifikasi Masalah................................................................................. 41.3 Pembatasan Masalah ................................................................................ 41.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 41.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 51.6 Kegunaan Penelitian ................................................................................ 51.7 Ruang Lingkup Penelitian........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA2.1 Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 6
2.1.1 Konsep Pengaruh............................................................................ 62.1.2 Konsep Paham Marxisme ............................................................... 72.1.3 Konsep Pengaruh paham Marxisme............................................... 92.1.4 Konsep Pemikiran Ir.Soekarno ...................................................... 122.1.5 Konsep Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia ...................... 17
2.2 Kerangka Pikir ........................................................................................ 202.3 Paradigma ............................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 23
3.1.1 Langkah-Langkah Penelitian Historis........................................... 263.2 Variabel Penelitian................................................................................. 313.3 Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 32
3.3.1 Teknik Kepustakaan...................................................................... 323.3.2 Teknik Dokumentasi ..................................................................... 33
3.4 Teknik Analisis Data............................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil ........................................................................................................ 36
4.1.1 Soekarno Sebelum Mengenal Marxisme ........................................ 36
12
4.1.2 Proses Perkenalan Soekarno dengan Marxisme ............................ 404.1.3 Teori-Teori dalam Marxisme .........................................................44
4.1.3.1 Materialisme Dialektika .....................................................474.1.3.2 Materialisme Historis .........................................................494.1.3.3 Tafsiran Teori Marxis oleh Lenin.......................................52
4.1.4 Pemikiran Politik Soekarno Dalam Memperjuangkan Kemerdekaan1926-1945.......................................................................................544.1.4.1 Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme..........................564.1.4.2 Strategi Soekarno ..............................................................614.1.4.3 Anti Kapitalisme, Elitisme, dan Kolonialisme ..................714.1.4.4 Marhaenisme ....................................................................76
4.2 Pembahasan .............................................................................................864.2.1. Pemikiran Politik Soekarno...........................................................86
4.2.1.1. Sebelum Mengenal Marxisme..........................................864.2.1.2. Setelah Mengenal Marxisme............................................87
4.2.2. Pengaruh Paham Marxisme Terhadap Pemikiran Politik SoekarnoDalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indoensia Selama MasaPergerakan 1926-1945 ..................................................................88
4.2.2.1. Pengaruh Langsung Marxisme Terhadap Pemikiran PolitikSoekarno ...........................................................................90
4.2.2.2. Pengaruh Langsung Marxisme Terhadap Pemikiran PolitikSoekarno ...........................................................................93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan ............................................................................................995.2 Saran ......................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Persetujuan Judul Skripsi
Lampiran 2 : Surat Permintaan Pembahas
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian di Perpustakaan Universitas Lampung
Lampiran 4 : Surat keterangan telah melakukan Penelitian di Perpustakaan
Universitas Lampung
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian Di Perpustakaan Daerah Lampung
Lampiran 6 : Surat Keteragan Telah Melakukan Penelitian Di Perpustkaan
Daerah Lampung
Lampiran 7 : Soekarno saat di HBS Surabaya
Lampiran 8 : Soekarno saat di THS Bandung
Lampiran 9 : Tokoh Pergerakan Aliran Marxisme
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tumbuh dan berkembangnya aliran-aliran politik merupakan fenomena politik
yang tidak bisa dihindari selama masa pergerakan nasional. Kemunculan aliran-
aliran poltiik merupakan manifestasi dari aneka ragam ideologi dan kepentingan
yang mewarnai alur pergerakan nasional. Alur pergerakan nasional Indonesia
dipengaruhi oleh kaum atau golongan-golongan intelektual yang juga terpengaruh
oleh aliran politik yang berkembang. Secara kasar, terdapat 3 aliran besar yang
mempengaruhi pemikiran tokoh-tokoh pergerakan nasional. Aliran-aliran tersebut
ialah: Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme.
Beberapa tokoh pergerakan seperti HOS Tjokroaminoto, Mohammad Hatta, dan
Semaoen menggunakan aliran politik tersebut sebagai alat untuk mencapai
kemerdekaan. Pada awal pembentukkan kekuatan politik nasional umumnya
melibatkan para tokoh cendikiawan, mereka tidak hanya sebagai pemikir
mengenai masalah-masalah sosial, politik, ekonomi, agama, dan kemanusiaan,
tetapi juga sekaligus sebagai aktor pergerakan. Para aktor dari aliran politik
Nasionalisme umumnya merupakan cendikiawan yang peduli pada masalah-
masalah kemanusian, masalah kebangsaan dan pembangunan bangsa, terdapat
2
Soekarno, Hatta, dan Sutan Sjahrir untuk menyebut beberapa nama. Kalangan
Islam pun umumnya merupakan cendikiawan terkemuka yang mendorong
berdirinya partai politik pada masa pergerakan sebut saja M.Natsir, Sukiman,
Kahhar Muzakkir, Wahid Hasyim, Agus Salim, Hamka dan lain-lain. Dari aliran
Marxisme sendiri terdapat tokoh-tokoh pendiri PKI diantaranya Alimin, Semaoen,
Tan Malaka, dan lain-lain ( Syarifuddin Jurdi, 2016 : 17 ).
Interaksi Soekarno dengan para tokoh-tokoh ketiga aliran tersebut sudah barang
tentu mempengaruhi pemikiran pemikiran Soekarno muda. Sebagaimana
diakuinya sendiri dalam tulisannya berjudul “Soekarno adalah Soekarno sendiri”
yang dimuat dalam pemandangan tahun 1941 Soekarno menyatakan “saya tetap
nasionalis, tetap Islam, tetap Marxis. Tiga hal inilah yang memenuhi isi dada
saya.” Dalam tahun 1926-1945 Soekarno berhasil menghasilkan pemikiran-
pemikiran dan gagasan yang cemerlang. Adapun salah satu pengaruh yang ada
pada diri Soekarno ialah pengaruh dari paham Marxisme. Paham Marxisme
sendiri merupakan pembakuan dari ajaran Karl Marx dan Engel dalam buku
‘Manifesto Komunis’ ( Peter Kasenda, 2014 : 3 ).
Soekarno yang anti Kolonialisme menjadikan paham Marxisme sebagai inspirasi
dalam pemikirannya. Soekarno menganggap bahwa ajaran yang terdapat dalam
Marxisme patut untuk digunakan sebagai dasar mengapa rakyat harus berjuang
untuk membebaskan diri dari penjajahan. Praktik-praktik Kolonialisme seperti
Kapitalisme yang dilakukan oleh penjajah dengan mengeksploitasi sumber daya
manusia di Indonesia menurut Soekarno harus diberantas. Demikian sama halnya
dengan cara pandang Marxisme terhadap Kapitalisme bahwa Marxisme ingin
menghapuskan eksploitasi manusia terhadap manusia lainnya.
3
Ajaran Marxisme berupa Materialisme, dialektika, dan ekonomi Marxis
mencakup bidang politik, sosial, dan ekonomi. Dengan mempelajari teori-teori
Marxis dari tokoh Marxis Indonesia dan juga membaca buku tentang Marxis,
Soekarno mencoba untuk menerapkan teori Marx di Indonesia di bidang politik,
sosial, dan ekonomi namun Soekarno ‘mengolah’ ajaran Marx terlebih dahulu
melalui analisisnya. Kemudian dalam bidang politik Soekarno berupaya untuk
melakukan sebuah revolusi melalui kaum Marhaen, menghancurkan Kapitalisme
dan lepas dari praktek penjajahan atau penindasan, sedangkan dalam bidang sosial
dan ekonomi Soekarno berusaha mengangkat derajat kaum pribumi dan berupaya
meningkatkan perekonomian rakyat Indonesia.
Selama mengabdi pada republik, Soekarno sudah memformulasikan pikiran-
pikiran yang cerdas. Pikiran-pikiran itu lalu menjadi kesaksian sejarah perjalanan
kemanusiaan. Pikiran Soekarno yang meluncur melalui tulisan, ucapan, dan
tindakan politiknya yang hingga kini masih dapat kita kaji dan menjadi warisan
bagi Bangsa Indonesia ( Taufik Adi Susilo, 2016 : 61 ). Dikenal sebagai seorang
pemikir yang handal, pemikiran Soekarno tentu tak luput dari pengaruh-pengaruh
luar seperti pengakuannya bahwa pemikirannya banyak dipengaruhi oleh tokoh-
tokoh Marxis. Hal itu karena Soekarno menggunakan teori Marxis untuk
memecahkan permasalahan yang ada di Indonesia dan menjadikan teori Marxis
untuk memperjuangkan nasib bangsa Indonesia. Berangkat dari latar belakang di
atas lantas bagaimanakah pemikiran Soekarno ini dapat dipengaruhi oleh paham
Marxisme sehingga ia dapat melahirkan pemikiran-pemikiran emas? Uraian di
atas dijadikan landasan oleh penulis untuk dibahas dalam sebuah penulisan skripsi
dengan judul “Pengaruh Paham Marxisme Terhadap Pemikiran Ir.Soekarno
4
Dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia Selama Masa Pergerakan
Tahun 1926-1945”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah pada penelitian ini
ialah :
1. Pengaruh paham Marxisme terhadap pemikiran politik Ir. Soekarno selama
masa pergerakan nasional pada tahun 1926 sampai tahun 1945.
2. Pengaruh paham Marxisme terhadap pemikiran ekonomi Ir. Soekarno selama
masa pergerakan nasional pada tahun 1926 sampai tahun 1945.
3. Pengaruh paham Marxisme terhadap pemikiran sosial Ir. Soekarno pada
selama pergerakan nasional pada tahun 1926 sampai tahun 1945.
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat terbatasnya kemampuan penulis, maka masalah dalam penelitian ini
dibatasi pada : Pengaruh Paham Marxisme Terhadap Pemikiran politik
Ir.Soekarno Dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia Selama Masa
Pergerakan ( Tahun 1926-1945 )
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
ialah : Bagaimanakah Pengaruh Paham Marxisme Terhadap Pemikiran Politik
Ir. Soekarno Dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia Selama Masa
Pergerakan Tahun 1926-1945 ?
5
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui Pengaruh Paham
Marxisme Terhadap Pemikiran politik Ir. Soekarno Dalam Memperjuangkan
Kemerdekaan Indonesia Selama Masa Pergerakan Tahun 1926-1945.
1.6 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pengaruh paham
Marxisme terhadap pemikiran politik Ir. Soekarno.
2. Menambah wawasan penulis khususnya dalam bidang kesejarahan mengenai
sepak terjang Ir.Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat masalah diatas maka dalam penelitian ini untuk menghindari kesalah-
pahaman, maka dalam hal ini peneliti memberikan kejelasan tentang sasaran dan
tujuan penelitian mencakup :
a. Objek Penelitian : Pengaruh paham Marxisme terhadap pemikiran
politik Ir.Soekarno tahun 1926-1945.
b. Subjek Penelitian : Pemikiran Politik Ir. Soekarno
c. Tempat Penelitian : i. Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung
ii. Perpustakaan Universitas Lampung
d. Waktu Penelitian : Tahun 2018
e. Konsentrasi Ilmu : Filsafat Sejarah
1
REFERENSI
Jurdi, Syarifuddi. 2016. Kekuatan-Kekuatan Politik Indonesia. Jakarta : PrenadaMedia Group. Halaman 17.
Kasenda Peter. 2014. Sukarno Muda Biografi Pemikiran 1926-1933. Depok :Komunitas Bambu. Halaman 3.
Susilo Taufik Adi. 2016. Ensiklopedia Presiden Republik Indonesia : Soekarno.Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Halaman 61.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi konsep-konsep yang dijadikan landasan teoritis bagi
penelitian yang dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :
2.1.1 Konsep Pengaruh
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata pengaruh adalah daya yang ada
atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan
atau perbuatan seseorang (Depdikbud, 1990:664). Pengaruh adalah kekuatan
yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala yang dapat memberikan
perubahan terhadap apa yang ada disekelilingnya (Surakhmad, 1989:7). Lebih
lanjut lagi Hugiono dan Poerwantana menjelaskan, Pengaruh dapat berarti
dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk atau merupakan suatu efek
(Hugiono & Poerwantana, 1987:47 ).
Konsep Pengaruh menurut Irianto dalam Tasya terbagi menjadi dua yaitu
pengaruh langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung adalah pengaruh yang
dapat dilihat dari variabel satu ke variabel lainnya, sedangkan pengaruh tidak
7
langsung merupakan urutan jalur melalui satu atau lebih variabel perantara
(Marina Tasya, 2017:12).
Berdasarkan konsep pengaruh di atas pengaruh yang dimaksud peneliti ialah daya
yang timbul dari seorang tokoh yang ikut membentuk suatu watak, kepercayaan
atau perbuatan seseorang. Dalam hal ini adalah tentang daya yang timbul dari
paham Marxisme kemudian memberikan suatu efek pemikiran politik Ir. Soekarno
selama masa pergerakan dari tahun 1926-1945 baik secara langsung maupun tidak
langsung dari interaksi Soekarno dengan tokoh-tokoh Marxisme maupun dari
bahan bacaan Soekarno tentang Marxisme.
2.1.2 Konsep Paham Marxisme
Dalam Marxisme konsepsi materialistis tentang sejarah bagi Marx adalah suatu
pemahaman mengenai kebutuhan manusia dan struktur masyarakat perlu dimulai
dengan memahami manusia sebagai makhluk ekonomi. Akan tetapi dengan
spesialisasi perkejaan lahirlah perbedaan-perbedaan status, kekayaan, kekuasaan
politik – bagaimanapun primifnya mesyarakat ataupun sistem politiknya. Kelas
ekonomi yang dibangun terutama dibedakan antara mereka yang mempunyai
kepemilikan pribadi dan alat produksi serta para pekerja yang sangat penting atas
berfungsinya alat-alat produksi. Hasil yang tidak dapat dielakkan ialah konflik
diantara kelas-kelas ini, atau perjuangan kelas, yang sesungguhnya merupakan ciri
utama dari perkembangan sejarah ( Zulkifli Hamid, 1995 : 200-201 ).
Struktur kelas dalam masyarakat industri ditandai oleh dominasi kaum borjuis,
atau kelas-kelas menengah yang mempunyai kekayaan pribadi, dan eksploitasi
kelas pekerja yang lebih besar jumlahnya tetapi lebih rendah ekonominya, atau
8
kaum proletar. Perjuangan antara dua kelas ini pasti akan bertambah sengit
sewaktu potensi produksi kaum borjuis melebihi potensi konsumsi kaum proletar.
Taraf hidup para pekerja dijaga agar pas-pasan atau di bawah itu supaya tidak
mampu membeli barang-barang yang oleh pemilik modal dihasilkan untuk
memperbesar kekayaannya. Oleh karena itu, revolusi tidak dapat dihindarkan
( Zulkifli Hamid, 1995 : 201-202 ).
Dialektika yang menjadi bagian dari pemikiran Marx adalah sarana untuk
mengkonseptualisasikan seperangkat gejala yang saling berkaitan ( kekuatan-
kekuatan sosial atau gagasan-gagasan ). Kelas ekonomi dan kekuasaan politik
dalam konteks dialektika adalah apabila satu kelas menguasai kelas yang lain,
maka ia melaksanakan kekuasaan atas negara. Distribusi kekuasaan politik dalam
setiap masyarakat dengan demikian merupakan suatu fungsi distribusi kekuasaan
ekonomi. Karena kekuasaan ekonomi berpindah dari aristokrasi pemilik tanah ke
borjuis pengusaha, dominasi raja dan kebangsawanan diganti oleh lembaga-
lembaga parlemen yang dikuasai pemilik kekayaan yang baru dan perwakilan
politik mereka. Analisa dialektik juga memungkinkan untuk memahami bahwa
Kapitalisme adalah suatu tahap sejarah ekonomi yang sedang berlangsung
( Zulkifli Hamid, 1995 : 202-204 ).
Tetapi sistem hak milik pribadi kapitalis menjungkir balikkan makna pekerjaan
menjadi sarana eksploitasi. Hal itu demikian karena sistem hak milik pribadi
membagi masyarakat ke dalam para pemilik yang berkuasa dan para pekerja yang
terekploitasi. Manusia hanya dapat dibebaskan apabila hak milik pribadi atas alat-
alat produksi dihapus melalui revolusi kaum buruh. Demikian Marx mencapai
9
posisi klasik Sosialisme karena itu Marx semakin memusatkan perhatiannya pada
syarat-syarat penghapusan hak milik pribadi ( Franz Magnis, 2003 : 10 ).
Berdasarkan pengertian tentang paham Marxisme di atas dapat diketahui bahwa
Marxisme merupakan sebuah paham yang diciptakan oleh Karl Marx. Dalam
paham Marxisme terdapat dua pokok bahasan mengenai konsepsi Matetrialistik
Sejarah dan Dialektika Sejarah. Dimana konsepsi materialistis tentang sejarah
adalah suatu pemahaman mengenai manusia sebagai makhluk ekonomi akan
menghasilkan perbedaan-perbedaan kelas sosial, kekayaan, dan kekuasaan yang
akhirnya akan menghasilkan konflik demi kepentingan antar kelas yang
merupakan ciri utama perkembangan sejarah. Sedangakan dalam Dialektika
Sejarah merupakan sebuah perkembangan masyarakat Feodalisme menuju
Kapitalisme dan seterusnya dimana hal tersebut tidka dapat dihindari dan
merupakan suatu tahapan sejarah yang sedang berlangsung.
2.1.3 Konsep Pengaruh Paham Marxisme
Kata orang bijak, “ tidak ada yang baru di bawah kolong langit”. Karenanya,
pengaruh pemikiran sebelumnya pasti kita lihat pada semua pemikiran. Marxisme
yang menganggap dirinya sebagai Sosialisme ilmiah terpengaruh oleh
pendahulunya, yaitu pemikiran Sosialisme utopis. Demikian juga seterusnya
Komunisme terpengaruh oleh Marxisme. Cita-cita politik Marhaenisme Soekarno
dipengaruhi oleh pemikiran Materialisme Historis Marx. Kemungkinan besar
pada gilirannya Marhaenisme berpengaruh pada ideologi partai pelopor pimpinan
Rachmawati Soekarnoputeri ( Kuntowijoyo, 2003 : 192 ).
10
Menurut Soekarno, sebuah ajaran atau ideologi tidak terlepas dari namanya Social
Economische Verhoundingen ( relasi sosial ekonomi ). Artinya, Marxisme
menjadi sesuatu yang cukup urgent dan harus dipertahankan jika “relasi sosial
ekonomi” yang kita miliki masih dalam kondisi yang sangat buruk. Oleh sebab
itu, Marxisme dapat dijadikan salah satu senjata bagi para kaum tertindas untuk
melawan dan membebaskan diri dari segala bentuk Imperialisme. Awalnya,
Soekarno mengenal ajaran Marxisme dari tokoh-tokoh penafsir Marxisme. Akan
tetapi, hal itu tidak membuatnya terpuaskan.
Oleh karena itu, ia pun memutuskan untuk mendalami Marxisme dengan
membaca langsung karya-karya Karl Marx dan Engels. Selain itu, rumah
Tjokroaminoto yang ia tinggali pada saat itu, menjadi salah satu tempat
berkumpulnya para tokoh-tokoh gerakan komunis, diantaranya Semaoen, Alimin,
Musso dan Sneevliet. Seperti yang dikutip oleh Budi Setiyono dan Bonnie
Triyana dalam buku Revolusi Belum Selesai ( 2003 ), Soekarno menyatakan,
“bahanku juga dari Marxisme yang aku dapatkan dari Semaoen, yang aku dapat
dari pemimpin-pemimpin Belanda seperti Hartough dan Sneevliet” ( Sulaiman
Effendi, 2014 : 54-55 ).
Berdasarkan pemikiran tersebut, Sokarno kemudian membentuk Marhaenisme,
yang dalam pandangannya merupakan representasi dari Marxisme yang sudah di
cocokkan dengan kondisi dan situasi di Indonesia. Soekarno mengaku, Marxisme
banyak berperan dalam pemikirannya. Berkat kontribusi Marxisme, ia mampu
mengontrol Nasionalisme nya agar tidak fanatik. Oleh sebab itu, Marxisme telah
menyelamatkannya secara tidak langsung dari Chauvinisme dan Fasisme.
Pengaruh Marxisme dalam diri Soekarno juag tampak dalam pemikirannya yang
11
lain, seperti dalam sosio – nasionalis dan sosio – demokrasi. Bahkan, Pancasila
juga merupakan salah satu pengaruh paham Marxisme ( Sulaiman Effendi, 2014 :
56 ).
Sebagaimana diakuinya sendiri, “ di malam terang bulan yang penuh gairah, kau
bahkan lebih memikirkan isme daripada memikirkan Inggit. Pada waktu itu muda-
mudi yang lain menemukan kasihnya satu sama lain, aku mendekam dengan Das
Capital. Aku menyelam lebih dalam dan lebih dalam lagi.”
“Das Capital merupakan karya besar yang berisi pemikiran Karl Marx tentangKapitallisme, yakni hubungan antara kapital, kapitalis, upah kerja, dan parapekerja. Dalam pandangan Marx, hubungan kapital dan pekerja terbangunmulai struktural” ( Sulaiman Effendi, 2014 : 195 ).
Kekaguman Soekarno terhadap Marxisme juga terlihat dalam artikelnya yang
berjudul “Memperingati 50 Tahun Wafatnya Karl Marx,” yang dimuat dalam
koran Fikiran Ra’jat terbitan tahun 1933. Dalam artikelnya tersebut, Soekarno
mengemukakan kekagumannya pada Karl Marx. Demikian ungkapan
kekagumannya terhadap filsafat asal Jerman itu : “Dari muda sampai wafatnya,
manusia yang hebat ini tiada henti-hentinya membela dan memberi penerangan
pda si miskin, bagaimana mereka itu sudah menjadi sengsara, dan bagaimana
jalannya mereka itu akan mendapat kemenangan. Tiada kesal dan capeknya ia
bekerja dan berusaha untuk pembelaan itu, selagi duduk di atas kursinya, di muka
meja tulisnya, begitulah ia pada 14 Maret 1883 melepaskan napasnya yang
penghabisan” ( Sulaiman Effendi, 2014 : 196 ).
Soekarno melahirkan pemikiran Marhaenisme, dan secara kreatif dan berani
memodifikasi Marxisme agar cocok dengan kondisi sosial politik Indonesia.
Diantaranya dengan menyingkirkan peran dominan Proletar untuk diganti oleh
12
Marhaen. Marhaen adalah kaum melarat di Indonesia, yang berbeda dengan kaum
Proletar, yang masih memiliki alat-alat roduksi, walau dalam skala kecil. Adapun
teori Marxisme lain yang tidak dipakai oleh Soekarno ialah perjuangan kelas,
karena ia melihat di Indonesia justru diperlukan persatuan dari berbagai golongan
agar dia bisa mengusir Kolonialisme yang telah berkolaborasi dengan Kapitalisme
dan Imperialisme ( Sulaiman Effendi, 2014 :196 ).
Berdasarkan penjabaran tentang pengaruh paham Marxisme di atas dapat kita
ketahui bahwasanya paham Marxisme mengarahkan pemikiran dan langkah-
langkah politik Soekarno pada masa pergerakan. Menurut Soekarno Marxisme
memberikan dorongan dan semangat untuk melawan ketidak adilan dan
kesewenang-wenangan kaum penjajah terhadap masyarakat pribumi di Indonesia.
Pengaruh paham Marxisme pun Soekarno wujudkan dengan memperhatikan
kondisi di Indonesia pada saat itu. Ada beberapa ajaran-ajaran Marxime yang
tidak Soekarno pakai karena dianggap kurang sesuai atau kurang cocok dengan
situasi di Indonesia sehingga ia hanya mengambil ajaran Marxisme yang
menurutnya dapat di gunakan untuk memperjuangkan nasib rakyatnya.
2.1.4 Konsep Pemikiran Politik Ir.Soekarno
Unsur eksistensi yang terdapat dalam diri manusia berupa : seni, kepercayaan atau
agama, filsafat, dan ilmu. Keempat unsur tersebut merupakan unsur pengetahuan
dalam diri manusia. Sedangkan hasil dari obyek material ilmu pengetahuan adalah
ide, benda fisik, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa sosial, dan proses tanda.
Sebagai hasil dari ilmu pengetahuan, ide atau sebuah pemikiran memiliki sumber
dimana sebuah pemikiran dapat tercipta. Berdasarkan sumber lahirnya sebuah
13
ilmu pengetahuan John Hospers dalam bukunya yang berjudul An Intruction to
Filosofical Analysis, sebagaimana yang dikutip oleh Surajiyo menyebutkan
beberapa alat untuk memperoleh pengetahuan, antara lain pengalaman indra,
nalar, otoritas, intuisi, wahyu, dan keyakinan. Sumber ilmu pengetahuan secara
detail dikemukakan oleh John Hospers sebagai berikut :
1. Pengalaman indrawi atau sense-experince, ilmu pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman manusia selama ia menjalani kehidupan nyata yang
berhubungan dengan pemanfaatan panca indera manusia. Ilmu pengetahuan
berdasarkan pengalaman merupakan hasil dari pengalaman berdasarkan fakta-
fakta indrawi manusia.
2. Penalaran atau reasoning. Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui
proses penalaran manusia menggunakan akal. Penalaran bekerja dengan cara
mempertentangkan pernyataan yang ada dengan pernyataan baru. Kebenaran
dari hasil kontradiksi keduanya merupakan ilmu pengetahuan baru.
3. Otoritas atau authority. Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah kewibawaan
kekuasaan yang diakui oleh anggota kelompoknya. Ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan kebenarannya ini tidak perlu diuji lagi.
4. Intuisi atau instuition. Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah perenungan
manusia yang memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan
kejiwaannya. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari intuisi tidak dapat
dibuktikan secara nyata melainkan melalui sebuah proses yang panjang dan tentu
dengan memanfaatkan intuisi manusia.
5. Wahyu atau revelation. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari wahyu Ilahi
melalui para nabi dan utusan-Nya demi kepentingan umat. Dasar penerimaan
14
kebenarannya adalah kepercayaan seseorang terhadap sumber wahyu itu
sendiri.
6. Keyakinan atau faith. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari sebuah
keyakinan yang kuat. Keyakinan yang telah berakar dalam diri manusia atas
kebenaran wahyu Ilahi dan pembawa berita wahyu Ilahi tersebut. Ilmu
pengetahuan ini tidak perlu diuji kebenarannya. Penganutnya akan denga
sendirinya mempercayai wahyu tersebut karena dianggap sebagai sebuah
keharusan ( Suaedi, 2016 : 9 – 13 ).
Semua perbuatan manusia pasti dipengaruhi oleh pemikiran. Karenanya, sebagai
“daging yang berpikir” manusia tidak bisa lepas dari dunia pemikiran. Sadar atau
tidak, dalam kehidupan sehari-hari pun seseorang tidak lepas dari ide. Mengenai
sejarah pemikiran R.G. Collingwood dalam The Idea Of History mengatakan
diantaranya, bahwa ( 1 ) semua sejarah adalah sejarah pemikiran., ( 2 ) pemikiran
hanya mungkin dilakukan oleh individu tunggal, dan ( 3 ) sejarawan hanya
melakukan kembali ( reenactment ) pikiran masa lalu itu. Jenis pemikiran itu
bisa bermacam-macam. Pemikiran bisa mengenai politik, agama, ekonomi, sosial,
hukum, filsafat, budaya, dan sebagainya yang kita sebut sebagai pemikiran teoritis
( Kuntowijoyo, 2003 : 189-190 ).
Pemikiran dilakukan oleh perorangan ( Soekarno, Natsir, John Locke ), isme
( Nasionalisme, Sosialisme, pragmatisme ), gerakan intelektual ( Aliran Frankurt,
Strukturalisme, Pasca Modernisme ), periode ( The Age of Belief, Renaissance,
Pencerahan ), dan pemikiran kolektif ( MUI, Muhammadiyah, NU ). Tugas
sejarah pemikiran ialah ( 1 ) membicarakan pemikiran-pemikiran besar yang
berpengaruh pada kejadian bersejarah, ( 2 ) melihat konteks sejarahnya tempat ia
15
muncul tumbuh dan berkembang ( sejarah di permukaan ), dan ( 3 ) pengaruh
pemikiran pada masyarakat bawah ( Kuntowijoyo, 2003 : 190-191).
Selain sebagai revolusioner, pejuang, bapak pendiri bangsa, orator ulung,
Seokarno juga dikenal sebagai pemikir yang melahirkan ide-ide dan pemikiran
besar. Bahkan, ide-idenya masih terus dikaji dan diperbincangkan dalam lintas
generasi. Kemunculan Soekarno sebagai seorang pemikir, dimulai semenjak ia
bersekolah di HBS Surabya, yakni sekitar 1920-an. Saat masih berusia 20 tahun,
ia sudah mulai bersentuhan dengan Marxisme. Bahkan ia mencoba untuk
meletetakkan Marxisme dalam konteks keindonesiaannya, tidak lama kemudian ia
berhasil membangun ideologi baru yang disebut Marhaenisme, atau bisa disebut
Marxisme dalam konteks Indonesia ( Sulaiman Effendi, 2014 : 43).
Ketika bung karno berusia 25 tahun, ia menulis sebuah artikel yang berjudul
Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme. Di sini Soekarno mencoba kenyataan
objektif dengan keharusan Historis, untuk menemukan titik kesamaan dengan
ketiga pemikiran tersebut. Sehingga, kondisi politik yang saat itu terpecah-pecah
ke dalam 3 golongan besar, yaitu nasionalis, islamis, dan komunis, dapat
disatukan menjadi sebuah kekuatan besar melawan Kolonialisme ( Sulaiman
Effendi , 2014 : 43).
Soekarno mengkaji pemikiran tokoh tertentu, dengan mengambil sebagian
pemikirannya yang dianggap sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Pada tahap
selanjutnya, bagian-bagian yang terkumpul itu, kemudian diracik dan diolah lagi
sesuai dengan tuntutan realitas faktual di seklilingnya. Dengan demikian, maka
terciptalah suatu simponi pemikiran yang baru dan saling berpadu antara satu
sama lain. Soekarno meruapakan seorang pemikir yang kreatif dan produktif.
16
Artinya, Soekarno mampu mengolah pemikiran-pemikiran yang dipelajarinya
hingga menjadi sebuah pemikiran baru, yang kemudian disesuaikan dengan
konteks keindonesiaan, seperti Marhaenisme ( Sulaiman Effendi, 2014 : 6 ).
Soekarno juga mampu melahirkan gagasan-gagasan besar lain, diantaranya adalah
Pancasila, konsep berdikari, demokrasi politik dan demokrasi ekonomi, serta
masih banyak lagi. Terlepas dari hal itu, terdapat beberapa karakter mendasar dari
setiap pemikiran Soekarno, diantaranya ialah sebagai berikut :
Meskipun Soekarno kerap “mengkonsumsi” pemikiran-pemikiran dari luar, ia
tidak pernah melepaskan keindonesiaannya. Artinya pemikiran-pemikiran luar
yang ia pelajari, tidak lantas membuatnya berpaling dari jati luhur bangsanya.
Ia meracik dan mengujinya terhadap situasi konkret masyarakat Indonesia
kala itu. Sehingga, sebagian besar hasil pemikirannya merupakan akumulasi
dari dialektika yang terbangun antara pemikiran dan konteks. Salah satu
contohnya adalah Marhaenisme.
Soekarno selalu berhasil menjelaskan yang diketahuinya dengan bahasa yang
sederhana. Sehingga setiap hal yang ia sampaikan, dapat dicerna dengan
mudah oleh rakyatnya yang notabene masih terbelakang. Karena itu, seorang
pengajar filsafat di Universitas Indonesia, Donny Gahral Adian, mengatakan
bahwa Soekarno bukan hanyan seorang orator ulung, tetapi juga seorang
ideolog.
Soekarno tidak terjebak dalam satu arus pemikiran besar. Meskipun Soekarno
kerap mengakui dirinya adalah Marxis, namun ia tidak pernah
mempresentasikan darinya sebagai perpanjangan dari salah satu aliran Marxis.
17
Misalnya Leninisme, Trotsky , Maois, dan lain sebagainya (Sulaiman Effendi ,
2014 : 44 - 45 ).
Dari konsep di atas kita dapat melihat bahwa sebagai seorang manusia kita tidak
mungkin lepas dari sebuah pemikiran karena pada dasarnya setiap perbuatan
manusia adalah hasil dari sebuah pemikiran. Ir. Soekarno sebagai seorang pemikir
tentu saja memiliki sebuah pemikiran yang berguna bagi Indonesia pada saat.
Beberapa gagasan yang merupakan hasil dari pemikirannya ialah konsep
“Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme, Marhaenisme , dan lain-lain. Ir.
Soekarno memang telah mengadopsi beberapa pemikiran dari luar namun
Soekarno tidak pernah kehilangan jati dirinya sebagai Bangsa Indonesia.
Pemikiran Soekarno dihasilkan melalui pengalaman, penalaran semasa ia berada
di rumah Tjokroaminoto, dan melalui perenungan – perenungan yang bergejolak
ketika melihat pribumi ditindas oleh penjajah.
2.1.5 Konsep Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia Masa Pergerakan
Nasional
Perjuangan mencapai kemerdekaan (1900-1945) Diawali dengan adanya
kesadaran nasional yang pernah dicetuskan oleh R.A. Kartini, karena Kartini telah
memasukkan angan-angannya National Bewustzjin ( kesadaran bangsa ). Oleh
karena itu periode kartini ini lebih tepat disebut “Awal Kesadaran Nasional”
sedangkan berdirinya Budi Utomo dapat disebut “Awal Pergerakan Nasional”.
Kartini masih bergerak secara individu, sedangkan Budi Utomo bergerak secara
organisasi pergerakan nasional. Yang selanjutnya diikuti oleh organisasi lain yang
bersifat nasional puula. Melalui pergerakan nasional inilah, akhirnya tercapai
18
“Proklamasi Kemerdekaan Indonesia” tanggal 17 Agustus 1945. Dengan
demikian proklamasi itu disebut puncak-puncak pergerakan nasional ( Sudiyo,
2004 : 17 – 18 ).
Ditinjau dari istilah katanya “pergerakan” berasal dari kata dasar “gerak”
(mendapat awalan per dan akhiran an, menjadi per-gerak-an). Di dalam Bahasa
Inggris pergerakan dapat diartikan movement. Kemudian istilah pergerkan ini
digunakan dalam perjuangan bangsa menjadi “Pergerakan Nasional” yang identik
dengan kebangkitan nasional. Adapun pengertian pergerakan nasional, dapat
ditinjau dari pendekatan multidimensional, yang berarti meliputi segala bidang,
yaitu sosial, budaya, ekonomi, dan politik (Sudiyo, 2004: 16-17).
Munculnya pergerakan nasional di Indonesia, disebabkan oleh 2 ( dua ) faktor.
Ada faktor dari dalam negeri ( internal ) dan faktor luar negeri ( eksternal ).
Faktor dari dalam negeri lebih menentukan, dibanding dengan faktor yang timbul
dari luar negeri. Fungsi dan peranan faktor dari luar negeri hanya bersifat
mempercepat proses timbulnya pergerakan nasional. Hal ini berarti sebenarnya
tanpa adanya faktor dari luar, pergerakan nasioanl juga akan muncul, walau
waktunya agak melambat ( Sudiyo, 2014 : 13-14).
Kreativitas Soekarno sebagai pejuang kemerdekaan dengan semangat
Nasionalisme dan sebagai penentang Kolonialisme memuncak pada tahun 1926-
1927. Dalam tahun 1930-an, ia agak banyak di belakang layar secara fisik karena
pembuangan ke luar Jawa yang merupakan pusat pergerakan namun tidak secara
simbolis di kalangan pergerakan. Selama 40 tahun, tokoh Soekarno dalam sejarah
Indonesia modern adalah unsur menentukan dalam pembentukan bangsa dan
19
negara Indonesia dalam rangka penentangan Imperialisme dan Kolonialisme
( Benhard Dahm, 1987 : xi-xii ).
Lewat pledoinya, Soekarno menohok praktik kebobrokan Kapitalisme dan
Imperialisme. Menurutnya, Kapitalisme adalah sistem pergaulan hidup yang
timbul dari cara produksi yang memisahkan kaum buruh dengan alat-alat
produksinya Kapitalisme telah menyeret rakyat pada kemiskinan. Oleh karena
itulah, dia menolak sistem Kapitalisme yang dianggapnya sebagai eksploitasi
manusia terhadap manusia. Soekarno jelas mengecam Imperialisme yang identik
dengan Kolonialisme ( Taufik Adi Susilo, 2016 : 21 ).
“Meski anti-kapitalis, Soekarno tak sampai menjadi komunis. Hal itu iakatakan dalam berbagai kesempatan : “Dalam bidang politik, Soekarno adalahnasionalis. Dalam bidang Ideologi, aku menjadi sosialis. Aku katakan, akubukanlah komunis. Aku seorang sosialiss. Aku seorang kiri.” ( Taufik AdiSusilo, 2016 : 22 ).
Kemudian Soekarno mengusulkan gagasan untuk melawan Kolonialisme dan
Imperialisme. Pertama-tama Soekarno mengusulkan ditempuhnya jalan non
kooperasi. Bahkan sejak tahun 1923, dia sudah mengambil langkah non kooperasi
itu, yakni ketika ia sama sekali menolak kerja sama dengan pemerintah kolonial.
Menurut Soekarno, Belanda tidak akan sukarela melepaskan koloninya begitu
saja, oleh karena itu, Soekarno yakin bahawa kemerdekaan tidak boleh hanya
ditunggu melainkan harus diperjuangkan. Kemudian Soekarno menyerukan untuk
menggalang persatuan diantara para aktivis pergerakan yang berada di bawah tiga
aliran yaitu: Nasionalis, Agamis, dan Marxis ( Taufik Adi Susilo, 2016 : 77 ).
Setelah menelusuri perkembangan berbagai gerakan nasional melawan
Kolonialisme Belanda sejak lahirnya Boedi Oetomo dalam tahun 1908-1965,
tampak bahwa Soekarno adalah promotor atau penerus gerakan kebangkitan
20
nasional. Soekarno kemudian muncul sebagai pemimpin besar kebangkitan
bangsa. Gagasan-gagasan besarnya tentang kebangkitan bangsa ini telah
dituangkannya dalam berbagai tindakan, tulisan, dan pidato-pidatonya. Dalam
perjalanan hidupnya, kebangkitan bangsa adalah cita-cita Soekarno untuk menuju
persatuan dan kerukunan bangsa demi memperjuangkan tercapainya masyarakat
adil dan makmur ( Taufik Adi Susilo, 2016 : 61 ).
Berdasarkan konsep di atas maka dapat kita pahami bahwa dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia Soekarno tak bersedia untuk bekerja
sama dengan Belanda dan menyerukan kepada rakyat Indonesia agar
memperjuangkan kemerdekaan dengan semanat Nasionalisme. Soekarno
menganggap bahwa Kapitalisme sebenarnya di praktekkan oleh pemerintah
kolonial demi meraup keuntungan tanpa memperhatikan rakyat pribumi. Oleh
sebab itu, Soekarno menginginkan adanya rasa perstuan sebagai bangsa untuk
melawan penjajah dan mencapai kemerdekaan yang sebenar-benarnya.
2.2 Kerangka Pikir
Soekarno dikenal sebagai salah satu pemikir yang handal dan cukup berpengaruh
pada masa pergerakan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ide-ide
yang ia cetuskan untuk meencapai kemerdekaan ia peroleh dari perantauan mental
selama menjalani masa pendidikannya di Bandung maupun di Surabaya. Ketika
berada di Surabaya dan tinggal di rumah pemimpin organisasi Sarekat Islam yaitu
HOS Tjokroaminoto dari situlah ia memulai karir politiknya dan berkenalan
dengan aliran-aliran politik seperti Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme.
Soekarno yang saat itu berada di rumah Tjokroaminoto sering berbincang-bincang
21
dengan para tokoh komunis yang sedang berkunjung ke rumah Tjokroaminoto.
Soekarno pun mendalami Marxisme dengan membaca buku karya Karl Marx dan
Engel. Soekarno juga mencoba bertukar pendapat dengan tokoh-tokoh komunis.
Soekarno tertarik dengan Marxisme karena menurut Soekarno, ia dan Marxisme
terdapat kesamaan pandangan yaitu sama-sama berjuang melepaskan diri dari
penindasan Kapitalisme.
Soekarno menganggap bahwa Kapitalisme identik dengan Kolonialisme dan
Imperialisme. Sedangkan Soekarno sangat membenci hal apapun yang berbau
dengan Kolonialisme dan Imperialisme. Selama masih ada Kolonialisme menurut
Soekarno kaum pribumi akan dijauhkan dari alat-alat produksinya sendiri yang
dilakukan oleh kaum penjajah akibat dari Kapitalisme itu snediri. Ajaran-ajaran
Marxisme yang Soekarno tekuni adalah ajaran yang positif, Soekarno masih
memegang teguh ajaran Islam dan menolak bahwa dirinya adalah seorang
Komunis. Ia Marxis tapi ia bukan seorang Komunis.
Paham Marxisme inilah yang akhirnya mempengaruhi pemikiran Ir.Soekarno
selama memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini terlihat dari pemikiran
politik dan sikap-sikap yang ia lakukan pada masa pergerakan pada tahun 1926-
1945. Pemikiran politik Soekarno kala itu memang mendominasi jalannya
pergerakan nasional Indoensia sejak ia tamat dari THS ( Technische Hoge School)
ia mulai memfokuskan untuk memperjuangkan kemerdekaan dengan paham
Marxisme di anutnya. . Melalui pemikiran Marxisme yang dianutnya Soekarno
berhasil menghasilkan gagasan-gagsan atau pemikira-pemikiran politik yang
menghendaki persatuan bangsa Indonesia dan mampu berjuang untuk melepaskan
diri dari penjajahan menuju Indonesia merdeka.
22
2.3 Paradigma
Keterangan :
: garis hubung
: garis hasil pengaruh
: garis cakupan
Mendapat pengaruhMarxisme
Soekarno sebelum tahun1916
Marhaenisme
1.Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme2.Strategi3.Anti Kapitalisme, Elitisme, Kolonialisme,
dan Imperialisme.
23
REFERENSI
Depdikbud. 1990. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.Halaman 664.
Surakhmad, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.Halaman 7.
Hugiono & Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : PT. BinaAksara. Halaman 47.
Tasya Marina. 2017. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung dalam ModelPersamaan Struktural dengan Metode Parsial Least Square (Skripsi).Bandar Lampung : Universtas Lampung. Halaman 12
Hamid, Zulkifli. 1995. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta : Raja Grafindo Persada.Halaman 200 – 201.
Id. at 201-202.
Id. at 202 -204.
Magnis Franz & Suseno. 2003. Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis kePerselisihan Revisioner. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Halaman 10.
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya.Halaman 92
Effendi, Sulaiman. 2014. Tokoh-Tokoh Dunia Yang Mempengaruhi PemikiranBung Karno. Yogyakarta : Palapa. Halaman 54-55.
Id. at 56.
Id. at 195.
Id. at 196.
Ibid.
Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor : IPB Press. Halaman 9-13.
Kuntowijoyo, Op.Cit., 189-190.
24
Efendi, Sulaiman, Op,Cit., 43.
Ibid.
Efendi, Sulaiman, Op,Cit., 6.
Ibid.
Efendi, Sulaiman, Op,Cit., 44 – 45.
Sudiyo. 2004. Pergerakan Nasional Mencapai dan MempertahankanKemerdekaan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Halaman 17-18.
Id. at 16-17.
Id. at 13-14.
Dahm, Benhard. 1987. Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta : LP3ES.Halaman xi-xii.
Susilo Adi Taufik. 2016. Ensiklopedia Presiden Republik Indonesia : Soekarno.Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Halaman 21.
Id.at 22.
Id. at 77.
Id. at 61
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pengertian metode dan metodologi mempunyai hubungan erat meskipun dapat
dibedakan. Menurut definisi kamus Webster’s Third New Internasional
Dictionary of the English Language ( selanjutnya disebut Webster’s ), yang
dimaksudkan dengan metode pada umumnya ialah :
1. Suatu prosedur atau proses untuk mendapat sesuatu objek.
2. Suatu disiplin atau sistem yang acapkali dianggap sebagai suatu cabang logika
yang berhubungan dengan prinsip-prinsip yang dapat ditetapkan untuk
penyidikan ke dalam atau eksposisi dari beberapa objek.
3. Suatu prosedur,teknik,atau cara melakukan penyelidikan yang sistematis yang
dipakai oleh atau yang sesuai untuk suatu ilmu (sains ),seni, atau disiplin
tertentu.
Kemudian menurut kamus The New Lexicon Webster’s Dictionary of the English
Language ( selanjutnya disebut The New Lexicon ) metode ialah : “suatu cara
untuk berbuat sesuatu; suatu prosedur untuk mengerjakan sesuatu; keteraturan
24
dalam berbuat, berencana, dll.; suatu susunan atau sistem yang teratur.”
(1989;628)
Jadi metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang
sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek
(bahan-bahan) yang diteliti. Dalam hal ini pengertian metode erat hubungannya
dengan metodologi seperti yang dapat dilihat pada definisi metodologi yang
diberikan juga oleh Webster’s sebagai berikut :
1. a: Suatu keseluruhan ( body ) metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-
konsep kerja, aturan-aturan, dan postulat-postulat yang digunakan oleh ilmu
pengetahuan, seni, atau disiplin… b: proses, teknik-teknik, atau pendekatan-
pendekatan yang dipaaki dalam pemecahan suatu masalah atau di dalam
mengerjakan sesuatu; suatu atau seperangkat prosedur-prosedur… c: dasar
teoritis dari suatu doktrin filsafat: premis-premis, postulat-postulat, dan
konsep-konsep dasar dari suatu filsafa.
2. Suatu ilmu atau kajian tentang metode… menganalisis prinsip-prinsip atau
prosedur-prosedur yang harus menuntun penyelidikan dalam suatu bidang
( kajian ) tertentu ( Webster’s, 1966 : 1423 dalam dalam Helius Sjamsuddin,
2007: 12 ).
Kamus The New Lexicon memberikan definisi umum tentang metodologi yang
lebih singkat : “suatu cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan ilmu tentang
metode atau prosedur; suatu sistem tentang metode-metode dan aturan- aturan
yang digunakan dalam sains ( science )” ( The New Lexicon, 1989 : 628 dalam
Helius Sjamsuddin, 2007: 13).
25
Sebenarnya metode dan metodologi adalah dua fase kegiatan yang berbeda untuk
tugas yang sama. Sartono Kartodirjo membedakan antara metode sebagai
“bagaimana orang memperoleh pengetahuan” (how to know) dan metodologi
sebagai “mengetahui bagaimana harus mengetahui” (to know how to know).
Dalam kaitannya dengan ilmu sejarah, dengan sendirinya metode sejarah ialah
“bagaimana mengetahui sejarah”, sedangkan metodologi ialah “mengetahui
bagaiamana mengetahui sejarah” (Kartodirdjo,1992:ix dalam Helius Sjamsuddin,
2007: 14 ).
Berdasarkan permasalahan yang diambil oleh peneliti dan untuk mempermudah
proses penelitian sejarah, peneliti menggunakan metode penelitian sejarah.
Beberapa ahli memberikan definisi metode sejarah secara lebih rinci. Menurut
Gilbert J. Garragan, S.J. (1957 : 33 ) dalam bukunya A Guide to Historical
Method mendefinisikan metode sejarah sebagai seperangkat asas dan aturan yang
sistematik yang didesain guna membantu secara efektif untuk mengumpulkan
sumber-sumber sejarah, menilainya secara kritis, dan menyajikan sintesis hasil-
hasil yang dicapainya, yang pada umumnya dalam bentuk tertulis. Secara lebih
singkat Richard F.Clarice ( 1927 : 462 ) dalam bukunya Logic ( London and New
York, 1927 ) mengartikan metode sejarah sebagai sistem prosedur yang benar
untuk mencapai kebenaran sejarah. Louis Gottschalk ( 1983 : 18; 19; 32 )
memaknai metode sejarah sebagai proses menguji dan menganalisis secara kritis
rekaman, dokumen-dokumen, dan peninggalan masa lampau yang otentik dan
dapat dipercaya, serta membuat interpretasi dan sintesis atas fakta-fakta tersebut
menajdi kisah sejarah yang dapat dipercaya ( A. Daliman, 2012 : 27-28).
26
Dalam metode penelitian sejarah terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk menyelesaikan penelitian sejarah yang baik dan benar. Berikut adalah
langkah-langkah metode penelitian sejarah yang harus ditempuh peneliti untuk
menyelesaikan penelitian sejarah yaitu : heuristik, kritik sumber, interpretasi dan
yang terakhir ialah historiografi.
3.1.1 Langkah-langkah Penelitian Historis.
Berikut adalah langkah-langkah penelitian dengan menggunakan metode
penelitian Historis :
1. Heuristik ( Pengumpulan Sumber Sejarah )
Kata Heuristik berasal dari kata “heuriskein” dalam Bahasa Yunani yang berarti
mencari atau menemukan. Dalam Bahasa Latin, heuristik dinamakan sebagai ars
inveniendi ( seni mencari ) atau sama artinya dengan istilah arts of invention
dalam Bahasa Inggris. Mencari dan mengumpulkan sumber sebagian besar
dilakukan melalui kegiatan bibliografis. Labolatorium penelitian bagi seorang
sejarawan adalah perpustakaan, dan alatnya yang paling bermanfaat adalah
catalog. “The library is historian’s hardware,” tulis Walter T.K. Nugent ( 1967 :
32 ). Di saat sekarang kerja heuristik sudah diatur sedemikian, sehingga tidak lagi
menyusahkan sejarawan ( A. Daliman 2012 : 51-52 ).
Ada pun sumber-sumber data yang digunakan peneliti untuk mendukung
penelitian ini berupa sumber tertulis yang peneliti dapatkan dari Perpustakaan
Universitas Lampung dan Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung, antara lain:
Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan karya Benhard Dahm yang diterbitkan
pada tahun 1987 dan Tokoh-Tokoh Dunia Yang Mempengaruhi Pemikiran Bung
Karno karya Sulaiman Effendi yang diterbitkan pada tahun 2014.
27
2. Kritik Sumber ( Verifikasi )
Setelah selesai dilaksanakannya langkah pengumpulan sumber-sumber sejarah
dalambentuk dokumen-dokumen, maka yang harus dilaksanakan berikutnya
adalah mengadakan kritik ( verifikasi ) sumber. Pada dasarnya kedua langkah,
pengumpulan ( heuristik ) dan kritik ( verifikasi ) sumber, bukanlah merupakan
dua hal kegiatan yang terpisah secara ketat yang satu dengan yang lainnya. Dalam
praktek, banyak sejarawan melaksanakan keduanya, pengumpuan sumber dan
kritik sumber-sumber sejarah secara serempak ( simultaneously ). Bersamaan
diketemukannya sumber-sumber sejarah sejarah sekaligus dilakukannya uji
validasi sumber. Uji validasi sumber sejarah inilah yang dalam penelitian sejarah
lebih dikenal sebagai kritik ( verifikasi ) sumber sejarah ( A. Daliman 2012 : 64-
65 ).
Dengan demikian melalui kritik sumber diinginkan agar setiap data-data sejarah
yang diberikan oleh informan hendak diuji terlebih dahulu validitas dan
reliabilitasnya, sehingga semua data sesuai dengan fakta-fakta sejarah yang
sesungguhnya. Terdapat dua jenis kritik sumber, eksternal dan internal, kritik
eksternal dimaksudkan untuk menguji otentisitas (keaslian ) suatu sumber. Kritik
internal dimaksudkan untuk menguji kreadibilitas dan reliabilitas suatu sumber.
Jadi, di samping uji otentisitas juga dituntut kreadibilitas informan, sehingga dapat
dijamin kebenaran informasi yang disampaikannya ( A. Daliman 2012 : 66 ).
Kritik sumber diperlukan untuk peneliti guna menyeleksi keaslian dan fakta-fakta
dari sumber sejarah yang digunakan. Boleh jadi, suatu sumber sejarah aka
diragukan keaslian dan isinya apabila sumber tersebut tidak sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam penelitian sebuah buku. Oleh karena itu,
28
kritik sumber membant peneliti untuk lebih mengkasji sumber-sumber sejarah
yang akan di gunakan dalam penelitian sejarah untuk mendukung proses
penelitian yang dilakukan peneliti. Kritik sumber terbagi lagi menjadi 2 yaitu
kritik eksternal dan kritik internal.
a) Kritik Ekstenal
Sebagaimana yang disarankan oleh istilahnya, kritik eksternal ialah cara
melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber
sejarah. Sebelum semua kesaksian yang berhasil dikumpulkan oleh sejarawan
dapat digunakan untuk merekonstruksi masa lalu, maka terlebih dahulu harus
dilakukan pemeriksaan yang ketat. Jadi serupa dengan evidensi yang diajukan
dalam suatu pengadilan. Atas dasara berbagai alasan atau syarat, setiap sumber
harus dinyatakan dahulu otentik dan integral ( Helius Sjamsuddin, 2007 :
132-133 ).
Pada tahap ini peneliti harus menyeleksi sumber-sumber yang akan dijadikan
bahan dalam penelitian. Oleh sebab itu keaslian sumber harus diutamakan dalam
setiap penelitian sejarah. Untuk itu, peneliti berusaha untuk menggunakan
sumber-sumber yang telah terbukti keasliannya dan ditulis oleh orang-orang yang
sudah profesional dan dijadikan sebagai referensi utama seperti Di Bawah
Bendera Revolusi Jilid 1 karya Soekarno Tokoh-Tokoh Dunia Yang
Mempengaruhi Pemikiran Bung Karno karya Sulaiman Effendi, serta Soekarno
dan Perjuangan Kemerdekaan karya Benhard Dahm.
b) Kritik Internal
Kebalikan dari kritik eksternal, kritik internal sebagaimana yang disarankan oleh
istilahnya menekankan aspek “dalam” yaitu isi dari sumber : kesaksian
29
( testimoni ). Setelah fakta kesaksian ( fact of testimony ) ditegakkan melalui kr
titik eksternal, tiba giliran sejarawan untuk mengadakan evaluasi terhadap
kesaksian itu. Ia harus memutuskan apakah kesaksian itu dapat diandalkan
( reliable ) atau tidak ( Helius Sjamsuddin, 2007 : 143 ).
Setelah tahap kritik eksternal dilakukan maka langkah selanjutnya adalah
melakukan kritik internal yaitu mengkaji dan menentukan kreadibilitas isi ataupun
fakta-fakta yang terkandung pada sumber sejarah. Oleh karena itu peneliti
membandingkan isi dari dua sumber sejarah tertulis yakni Soekarno dan
Perjuangan Kemerdekaan karya Benhard Dahm dan Ensiklopedia Presiden
Pertama Indonesia: Soekarno karya Taufik Adi Susilo. Dengan membandingkan
dua sumber sejarah tersebut peneliti dapat memahami bahwa isi dari buku karya
Taufik Adi Susilo terdapat kesamaan berupa alur perjalanan politik Soekarno pada
masa pergerakan nasional. Dalam buku karya Taufik Adi Susilo pun peneliti
menemukan adanya kutipan-kutipan yang berasal dari buku karya Benhard Dahm
mengenai Soekarno.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah upaya penafsiran atas fakta-fakta sejarah dalam kerangka
rekonstruksi realitas masa lampau. Fakta-fakta sejarah yang jejak-jejaknya masih
nampak dalam berbagai peninggalan dan dokumen hanyalah merupakan sebagian
dari fenomena realitas masa lampau, dan yang harus disadari bahwa fenomena itu
bukan realitas masa lampau itu sendiri. Masa lampau adalah tetap masa lampau,
dan tak akan menjadi realitas lagi. Tugas interpretasi adalah memberikan
penafsiran dalam kerangka memugar suatu rekonstruksi masa lampau. Fakta-fakta
sejarah dalam kaitannya dengan tugas atau fungsi rekonstruksi adalah ahnya
30
sebagai sebagian bukti di masa sekarang bahawa realitas masa lampau pernah ada
dan pernah terjadi. Fakta-fakta sejarah di samping tidak lengkap, lebih sering lagi
tidak teratur dan berserakan. Hilangnya berbagai faktaa sejarah juga menjadi
sebab hilangnya makna relasi ( hubungan ) antar bagian-bagian dari realitas masa
lampau ( A Daliman, 2012 : 83 ).
Pada tahap ini peneliti dituntut untuk berfikir secara kritis terhadap fakta-fakta
dan bukti-bukti yang telah disampaikan pada tahap sebelumnya. Tahap ini sangat
penting guna membedah fakta yang terkandung pada suatu peristiwa dengan
memperhatikan bukti-bukti yang ada. Tahap interpretasi dibutuhkan ke obyektifan
pandangan peniliti agar nantinya penulisan sejarah tidak terkesan berat sebelah
ataupun menyudutkan seseorang, golongan atau kelompok, dan lain lain. Setelah
melakukan tahap Heuristik dan kritik maka dalam tahap interpratasi fakta dan
bukti sejarah akan dihimpun agar menjadi satu kesatuan rangkaian peristiwa yang
tersusun secara logis dan sistematis agar dapat diuji kebenarannya secara ilmiah.
4. Historiografi
“Penulisan sejarah ( historiografi ) menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasl penelitian yang diungkap, diuji ( verifikasi ) dan diinterpretasi. Kalaupenelitian sejarah bertugas merekonstruksikan sejrah masa lampau, makarekonstruksi itu hanya akan menjadi eksis apabila hasil-hasil pendiriantersebut ditulis”( A. Daliman, 2012 : 99 ).
Ketika tahap Heuristik, Kritik, Interpretasi telah selesai maka selanjutnya ialah
tahap Historigrafi atau penulisan sejarah. Peneliti menggunakan aturan-aturan
yang berlaku di lembaga formal ( Universitas Lampung ) untuk menyelesaikan
penulisan skripsi.
31
3.2. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah suatu atribut, nilai atau sifat dari objek, individu atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu antara satu dan lainnya yang telah
ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari informasi yang terkait
dengannya serta ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain variabel adalah sesuatu
yang mempunyai variasi nilai. Karena dia mempunyai variasi nilai maka dapat
diukur. Menurut Karlinger variabel adalah simbol atau lambang yang padanya
kita lekatkan pada bilangan atau nilai. Sedangkan menurut Arikunto variabel
penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian dalam
penelitian ( Lijan Poltak Sinambela, 2014 : 46 ).
Berdasarkan pengertian variabel di atas, maka variabel penelitian adalah segala
macam sesuatu yang dijadikan fokus penelitian dan dapat ditarik sebuah
kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel penelitian
independen dan variabel dependen.
“Dependent Variabel: variabel yang tergantung atau dipengaruhi oleh variabellainnya, dari sebuah penelitian. Variabel ini dapat disebut juga variabel terikat/variabel yang dipengaruhi/variabel yang tidak bebas.umumnya dinotasikansebagai variabel. Independent Variabel: variabel yang dapat mempengaruhisecara relatif variabel dependen. Dapat disebut juga sebagai variabel bebas,variabel yang mempengaruhi, variabel tidak terikat dan lain-lain. Umumnyadisimbolkan dengan variabel X”( Aziz Firdaus, 2012 : 23 ).
Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Paham Marxisme Terhadap
Pemikrian Ir.Soekarno Dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesai Selama
Masa Pergerakan tahun 1926 – 1945” maka dapat diketahui bahwa variabel
terikatnya ialah pemikiran Ir. Soekarno sedangkan variabel bebasnya ialah paham
Marxisme.
32
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pada bagian ini, dikemukakan bahwa teknik pengumpulan data yang utama adalah
observasi patisipan, wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan gabungan
antara ketiganya atau tringulasi ( Sugiyono, 2007 : 147 dalam Andi Prastowo,
2011 : 208 ). Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk
mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan ( Poham, 2007 : 57 dalam
Andi Prastowo, 2011 : 208 )
Berdasarkan pendapat ahli di atas teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah teknik kepustakaan dan juga teknik dokumentasi.
3.3.1. Teknik Kepustakaan
Riset kepustkaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan mencatat serta mengolah data atau bahan penelitian ( Mestika Zed, 2004 : 3).
Teknik kepustakaan memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat sumber data atau
bahan penelitian. Dengan melakukan teknik kepustakaan peneliti tidak harus
melakukan penelitian di lapangan apabila data-data yang dibutuhkan terpenuhi.
Teknik kepustkaan memiliki beberapa langkah atau tahap dalam pengerjaannya
yaitu : ( 1 ) menyiapkan alat perlengkapan yang diperlukan ( 2 ) menyiapkan
bibliografi kerja ( 3 ) mengorganisasikan waktu ( 4 ) kegiatan membaca dan
mencatat bahan penelitian ( Mestika Zed, 2004 : 17 ).
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat diketahui bahwa teknik kepustakaan
yang dipakai oleh penulis untuk melengkapi sumber-sumber maupun
33
mengumpulkan data-data terkait dengan objek penelitian penulis ialah dengan
memanfaatkan sumber data yang terdapat di Perpustakaan Universitas Lampung
dan juga Perpustakaan Daerah Lampung.
3.3.2. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan informasi yang didapatkan dari
dokumen, yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta, ijazah, rapor, peraturan
perundang-undangan, buku harian, surat-surat pribadi, catatan biografi, dan lain-
lain yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti. ( Pohan, 2007 : 74
dalam Andi Prastowo, 2011 : 226 ). Dokumen adalah catatan peristiwa yang
sudah berlalu ( Sugiyono, 2007 : 82 dalam Andi Prastowo, 2011 : 226 ). Dalam
penelitian sejarah teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
utama.
Berdasarkan pengertian teknik dokumentasi menurut para ahli di atas, teknik
dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang memanfaatkan sumber-
sumber tertulis dan menjadi teknik utama dalam penelitian sejarah. Untuk itu
penulis banyak mengambil data-data tertulis dari buku-buku yang berkaitan
dengan objek penelitian baik dari sumber primer maupun sekunder.
3.4. Teknik Analisis Data
Setelah selesai menyusun teknik pengumpulan data, maka langkah selanjutnya
ialah menyusun teknik analisis data. Teknik analisi data sendii diperlukan untuk
mengolah data-data yang ada agar menjadi sebuah penelitian yang berstandar
34
ilmiah. Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunaka teknik data analisis
data kualitatif. Dijelaskan oleh Pohan data kualitatif adalah semua bahan,
keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapt diukur dan dihitung secara matematis
karena berwujud keterangan verbal ( kalimat dan kata ). Sementara itu, analisis
data dalam penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah sebuah proses ( Andi
Prastowo, 2011 : 236-237 ).
Secara umum, langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian kualitatif adalah
sebagai berikut :
1. Editing. Pada tahap ini kita melakukan pemeriksaan terhadap jawaban-
jawaban informan, hasil observasi, dokumen-dokumen, memilih foto, dan
catatan-catatanlainnya. Tujuannya adalah untuk penghalusan data selanjutnya
adalah perbaikan kalimat dan kata, memberi keterangan tambahan, membuang
keternagan yang berulang-ulang atau tidak penting, menerjemahkan ungkapan
setempake Bahasa Indonesia, termasuk jugaa mentranskrip rekaman
wawancara, adalah proses penghalusan.
2. Klasifikasi. Pada tahap ini kita menggolong-golongkan jawabn data lainnya
menurut kelompok variabelnya. Selanjutnya diklasifikasikan lagi menurut
indikator tertentu seperti yang ditetapkan sebelumnya. Pengelompokkan ini
sama dengan menumpuk-numpuk data sehingga akan mendapat tempat di
dalam kerangka ( outline ) laporan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Memberi kode. Untuk tahap ini, kita melakukan pencatatan judul singkat
( menurut indikator dan variabelnya ) , serta memberikan catatan tambahan
yang dinilai perlu dan dibutuhkan. Sedangkan tujuannya agar memudahkan
35
kita menemukan makna tertentu dari setiap tumpukan data serta mudah
menempatkannya di dalam outline laporan ( Andi Prastowo, 2011 : 238 ).
Sesudah melakukan ketiga langkah di atas maka langkah terakhir ialah penafsiran.
Penafsiran akan menghasilkan pemaparan yang akan menjawan permasalahan
penelitian. Dalam penafsiran data penelitian harus tetap obyektif agar tidak
muncul penafsiran subyektif.
36
REFERENSI
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak. Halaman12.
Id. at 14.
Daliman. 2012. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ombak. Halaman27-28.
Id. at 51-52.
Id. at 64-65.
Id. at 66.
Helius, Op. Cit., 132-133.
Id. at 143.
Daliman, Op. Cit., 83.
Id. at 99.
Sinambela , Lijan Poltak . 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta:Graha Ilmu. Halaman 46.
Firdaus, Aziz. 2012. Metode Penelitian. Tangeramg : Jelajah Nusa. Halaman 23.
Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif RancanganPenelitian. Yogyakarta : Ar- Ruzz Media. Halaman 208.
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan OborIndonesia. Halaman 17.
Andi, Op. Cit., 226.
Id. at 236-237.
Id. at 238.
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perubahan pada pemikiran politik Soekarno untuk memperjuangkan
kemerdekaan Indoensia. Perubahan tersebut dapat kita lihat dari pemikiran
Soekarno kecil tahun 1911 di mana ia belum mengenal Marxisme hingga
masuknya Soekarno dalam pelatihan politik di rumah HOS Tjokroaminoto
tahun 1916. Soekarno kecil pada saat itu memang sudah mengantongi jiwa
kepemimpinan dan jiwa pemberani serta sikap yang anti terhadap penindasan.
Hingga pada saat tinggal d Surabaya Soekarno semakin mengasah pemikirannya
untuk membebaskan Bangsa Indonesia dari praktek penindasan menggunakan
analisis Marxisme. Maka dari itu, muncullah pengaruh paham Marxisme
terhadap pemikiran politik Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung
Marxisme terhadap pemikiran politik Soekarno yaitu Nasionalisme, Islamisme,
dan Marxisme, sedangkan pengaruh Marxisme secara tidak langsung ialah :
Strategi Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Anti
Kapitalisme, Elitisme, Kolonialisme, dan Imperialisme,serta Marhaenisme
100
5.2 Saran
Perjuangan Soekanro dalam mencapai kemerdekaan dan melepaskan diri dari
penjajahan merupakan suatu usaha yang tidak mudah. Hasil pemikirannya yang
berbobot dan orisinil sebagai akibat perantauan mentalnya dengan menyatukan
berbagai aliran. Selain itu, pengaruh paham-paham barat pun tak dapat
dipungkiri mampu menjadikan pemikiran Soekarno semakin matang seperti
pengaruh paham Marxisme dalam pemikiran politiknya selama masa pergerakan
sehingga dapat menghasilkan gagasan brilian yang masih bisa dikaji hingga
saat ini.
Dengan diselesaikannya skripsi ini, saran dari penulis ialah :
1. Bagi guru atau tenaga pendidik semoga mampu menjadi bahan bahasan
mengenai perjuangan Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia dan menjadi bahan referensi untuk lebih menambah wawasan
mengenai perjalanan politik Soekarno.
2. Bagi mahasiswa terutama untuk mehasiswa prodi Pendidikan Sejarah dapat
dijadikan sumber bacaan yang bermanfaat dan sumber referensi dalam
penulisan karya ilmiah selanjutnya.
101
DAFTAR PUSTAKA
Alfian. 1982. Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia. Jakarta : LP3ES
Arif, Saiful & Prasetyo, Eko. 2004. Lenin Revolusi Oktober 1917. Yogyakarta :Resist Book.
Dahm, Benhard.1987. Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta : LP3ES.
Daliman. 2012. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ombak.
Depdikbud. 1990. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Effendi, Sulaiman. 2014. Tokoh-Tokoh Dunia Yang Mempengaruhi PemikiranBung Karno. Yogyakarta : Palapa.
Efriza. 2008. Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan. Bandung : Alfabeta
Firdaus, Aziz. 2012. Metode Penelitian. Tangeramg : Jelajah Nusa.
Giebels, Lambert. 2001. Soekarno : Biografi 1901- 1950. Jakarta : Grasindo
Hamid, Zulkifly. 1995. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Hugiono & Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : PT. BinaAksara.
Jurdi, Syarifuddi. 2016. Kekuatan-Kekuatan Politik Indonesia. Jakarta : PrenadaMedia Group.
Kasenda, Peter. 2014. Sukarno Muda Biografi Pemikiran 1926-1933. Depok :Komunitas Bambu
Kasenda, Peter. 2014. Sukarno Marxisme dan Leninisme. Depok : KomunitasBambu
102
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya..
Kusumandaru, Ken Budha. 2008. Karl Marx, Revolusi dan Sosialisme.Yogyakarta : Resist Book.
Magnis Franz & Suseno. 2003. Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis kePerselisihan Revisioner. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif RancanganPenelitian. Yogyakarta : Ar- Ruzz Media.
Sinambela Poltak Lijan. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Situmorang, Jonar. 2016. Bung Karno Biografi Putra Sang fajar. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.
Soekarno. 2005. Di Bawah Bendera Revolusi Jilid 1. Jakarta : Yayasan BungKarno.
Subekti, Valina Singka. “Sukarno dan Marhaenisme’, dalam NazaruddinSjamsuddin (ed ). 1988. Sukarno : Pemikiran Politik dan KenyataanPraktek. Jakarta : Rajawali Press.
Surakhmad, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.
Tasya Marina. 2017. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung dalam ModelPersamaan Struktural dengan Metode Parsial Least Square (Skripsi).Bandar Lampung : Universtas Lampung.Tathagati, Arini. 2013. BungKarno Sang Singa Podium. Yogyakarta : Second Hope.
Susilo, Taufik Adi. 2016. Ensiklopedia Presiden Republik Indonesia : Soekarno.Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Wardaya,Baskara T. 2006. Bung Karno Menggugat dari Marhaen, CIA,Pembantaian Massal ’65 hingga G30S. Yogyakarta : Galangpress
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Sumber Internet :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Sukarno_HBS.jpg di akses pada tanggal19 Desember 2018
103
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:1923_Mahasiswa_pribumi_THS.jpg di aksespada tanggal 19 Desember 2018
https3.bp.blogspot.com-ZQYjtwmWKQMWN4ZbebbpIAAAAAAAAD7kLBcp7eBLEHwUf-3hYW9vxgXqGsiWtmp8gCLcBs1600asd1.jpg di akses pada tanggal 19Desember 2018