PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP PENDAPATAN PENERIMA PINJAMAN BERGULIR PNPM...
Transcript of PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP PENDAPATAN PENERIMA PINJAMAN BERGULIR PNPM...
Pengaruh Motivasi Kerja … (Dewi Ariani)
201
Jurnal KBP Vol 2, No. 2 Juni 2014
PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP PENDAPATAN PENERIMA
PINJAMAN BERGULIR PNPM MANDIRI PERKOTAAN PADA LKM BALAI
GADANG MANDIRI DI KELURAHAN BALAI GADANG
KECAMATAN KOTO TANGAH
DEWI ARIANI
Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan
Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok
ABSTRACT
Income is very important for people in leading their lives. There are many
things that can influence income, such as education level, work motivation and
business experience, etc. The purpose of this research was to find out : the impact of
work motivation toward the income of Loan Revolving Recipients of the Urban PNPM
Mandiri at Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah. The type of this
research is Ex-Post Facto. The population is all recipients of revolving loan of Urban
PNPM Mandiri Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah totaling 286
people. To determine the sample size using the technique of purposive sampling, 110
people from the total population were taken as the sample of this research. The data of
this research belongs to the primary and the secondary one. Questioner was
distributed to the samples in order to collect the data about work motivation. Then,
the data obtained was analyzed by using the technique of simple regression analysis.
The results of the study indicated that there is a positive and significant correlation
between work motivation and Income of Loan Revolving Recipients of the Urban
PNPM Mandiri at Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah. It is proved by
the sig. = 0,220 > α = 0,05.
Kata Kunci : motivasi kerja, pendapatan penerima pinjaman bergulir PNPM Mandiri Perkotaan
PENDAHULUAN
Persoalan kemiskinan seperti
tidak ada akhir, bahkan terus mengakar
sangat dalam di Indonesia.
Sebelumnya, penanggulangan program
pengentasan kemiskinan masih bersifat
parsial, sektoral dan charity. Pada
kenyataannya, hal ini justru
menghasilkan kondisi yang kurang
menguntungkan, seperti salah sasaran,
terciptanya benih-benih fragmentasi
sosial, dan melemahkan kapital sosial
yang ada di masyarakat (gotong-
royong, kepedulian, musyawarah, dan
lain-lain). Lemahnya kapital sosial
akan mendorong pergeseran prilaku
masyarakat yang semakin jauh dari
kemandirian, kebersamaan dan
kepedulian untuk mengatasi persoalan
secara bersama.
PNPM-MP (Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan) sebagai salah satu upaya
pemerintah untuk menanggulangi
kemiskinan secara berkelanjutan.
Program ini cukup strategis karena
dikelola oleh pemerintah daerah dan
kelompok peduli masyarakat setempat
yang tertuang ke dalam suatu lembaga
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 201-216
202
kepemimpinan masyarakat yang
representatif, mengakar dan kondusif
bagi perkembangan modal sosial
masyarakat di masa yang akan datang
yang sering disebut dengan Badan atau
Lembaga Keswadayaan Masyarakat
(BKM/LKM).
Bantuan dari PNPM Mandiri
Perkotaan dibagi atas 3 (tiga)
komponen kegiatan, yaitu lingkungan,
sosial dan ekonomi. Dalam penelitian
ini, lebih memfokuskan pada kegiatan
dari komponen ekonomi, berupa
pemberian pinjaman bergulir dari
PNPM-MP kepada masyarakat di
kelurahan Balai Gadang yang termasuk
daerah pinggir kota Padang, namun
karena dilalui oleh jalan Padang By-
Pass menjadikan kelurahan ini
potensial untuk pengembangan usaha.
Hasil observasi di lapangan
pada Januari 2012 ditemukan bahwa
jumlah penduduk Kelurahan Balai
Gadang masih cukup banyak berada
dalam ekonomi lemah. Hal ini dapat
dibuktikan bahwa pemberian pinjaman
bergulir di kelurahan tersebut sudah
sampai pada tahap V (lima). Data
berikut mengenai jumlah penerima,
jangka waktu pinjaman dan jumlah
pinjaman yang telah diberikan oleh
LKM Balai Gadang Mandiri :
Tabel 1. Data Pinjaman Bergulir LKM Balai Gadang Mandiri
No Tahap
Pinjaman
Jumlah
Penerima
(Orang)
Jangka Waktu Pinjaman
Jumlah
Pinjaman
(Rp)
1 Tahap I 266 April - Agustus 2010 500.000.-
2 Tahap II 110 November 2010 - Agustus 2011 1.000.000,-
3 Tahap III 30 Maret - Desember 2011 1.000.000,-
20 Maret - Desember 2011 500.000,-
4 Tahap IV 100 November 2011 – Agustus 2012 1.000.000,-
5 Tahap V 40 Maret – Desember 2012 1.000.000,- Sumber: Data sekunder dari Koordinator Kota LKM Balai Gadang Mandiri Tahun 2012
Dari Tabel 1 menunjukkan pada
tahap I, jumlah pinjaman yang
diturunkan Rp500.000,-/orang dengan
jangka waktu pinjaman selama 5 (lima)
bulan diberikan kepada 266 orang
penerima pinjaman. Tahap II, III, IV
dan V jumlah pinjaman yang
diturunkan Rp1.000.000,-/orang
dengan jangka waktu pinjaman selama
10 bulan.
Adapun usaha yang dilakukan
oleh penerima pinjaman bergulir rata-
rata adalah usaha kecil yang dikelola
oleh rumah tangga, seperti jualan mie
goreng, pop ice, jual kelontong, dan
lain sebagianya. Usaha ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga mereka. Namun permasalahan
yang terjadi adalah usaha yang mereka
lakukan ini masih belum menghasilkan
pendapatan yang maksimal. Untuk itu,
dalam penelitian ini, peneliti akan
mengamati variabel bebas yang diduga
mempengaruhi pendapatan penerima
pinjaman bergulir tersebut, yaitu
motivasi kerja.
Fenomena motivasi kerja
peminjam, diantaranya ada usaha yang
pagi-pagi sudah membuka usahanya
dan banyak pelanggan yang
menghampiri. Ada usaha yang
sebelumnya cuma jualan pop ice,
kemudian setelah menerima pinjaman
ditambah dengan jualan jus buah-
buahan, ada juga peminjam yang
sebelumnya cuma jualan lontong,
sekarang juga jualan nasi goreng, mie
goreng dan lain sebagainya. Namun
Pengaruh Motivasi Kerja … (Dewi Ariani)
203
disamping hal tersebut, ada juga
warung yang pelanggannya sepi,
sedangkan si pemiliknya sendiri juga
santai saja menghadapi hal tersebut.
Sebagian mereka tidak berusaha untuk
mencari cara agar menarik konsumen,
tapi justru bersantai bersama keluarga
dan tidak serius untuk menjalani usaha.
Ketika konsumen datang, mereka
melayani lambat sekali, terkesan malas.
Motivasi kerja yang rendah dapat
mengakibatkan usaha yang dijalankan
tidak berjalan dengan baik, sehingga
pendapatan yang diperoleh pun menjadi
rendah.
Dari pengamatan yang peneliti
lakukan terhadap dokumen-dokumen
yang dimiliki oleh Pengurus LKM
Balai Gadang Mandiri, rata-rata
penerima pinjaman mendapatkan
penghasilan bersih berkisar
Rp.200.000,--Rp.1.000.000,-/bulan.
Dari angka tersebut masih terlihat
bahwa pendapatan usaha yang
dilakukan oleh penerima pinjaman
belum maksimal.
Penelitian bertujuan untuk
menganalisis pengaruh motivasi kerja
terhadap pendapatan penerima
pinjaman bergulir PNPM-MP pada
LKM Balai Gadang Mandiri di
Kelurahan Balai Gadang Kecamatan
Koto Tangah.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Modal Manusia (Human Capital)
Schultz (dalam Fattah, 2000:4)
mengemukakan bahwa proses
pengetahuan dan keterampilan
melalui pendidikan bukan suatu
bentuk konsumsi semata-mata, akan
tetapi merupakan suatu bentuk
investasi. Nilai modal manusia
(human capital) suatu bangsa tidak
hanya ditentukan oleh jumlah
populasi penduduk atau tenaga kerja
kasar (labour intensif), tetapi sangat
ditentukan oleh tenaga kerja
intelektual (brain intensif).
Adam Smith (dalam Fattah,
2000:5) mengakui bahwa
pendidikan dan latihan akan dapat
meningkatkan pengetahuan dan
keahlian yang pada gilirannya dapat
meningkatkan produktivitas kerja. Ia
mengatakan bahwa kesejahteraan
dan kekayaan suatu bangsa sangat
tergantung pada keunggulan
inteligensia dan intelektual.
Yahya (2009:56)
mengemukakan bahwa teori human
capital, yaitu suatu aliran
pengeluaran yang mengganggap
bahwa manusia merupakan suatu
bentuk modal (capital) sebagaimana
bentuk-bentuk kapital lainnya,
seperti mesin, teknologi, tanah,
uang, material yang menentukan
pertumbuhan produktivitas melalui
investasi dirinya sendiri. Seseorang
dapat memperluas alternatif untuk
memilih profesi atau pekerjaan yang
pada gilirannya akan meningkatkan
kesejahteraan.
Senada dengan hal tersebut
Blaug (dalam Elfindri, 2001:20)
“teori modal manusia menyatakan
bahwa lamanya masa pendidikan
dan semakin lamanya akumulasi
pengalaman berkorelasi positif
dengan pendapatan”. Individu yang
memiliki pendidikan yang relatif
lama, memiliki pendapatan yang
lebih tinggi, bilamana dibandingkan
dengan individu yang tidak memiliki
pendidikan formal.
Selanjutnya Irianto (2011:60)
mengemukakan bahwa modal
sumber daya manusia (human
capital) adalah instrumen dari suatu
perdagangan, membangun sesuatu
yang dapat menghasilkan
pendapatan, dan koleksi dari
kemampuan yang diperlukan
perorangan untuk menyediakan
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 201-216
204
solusi terhadap pelanggan. Modal
manusia sebagai saham yang berupa
keterampilan dan pengetahuan
merupakan kemampuan untuk
melaksanakan pekerjaan sebaik
mungkin (bekerja keras), sehingga
menghasilkan nilai ekonomi.
Keterampilan dan pengetahuan
itulah yang diperoleh oleh pekerja
melalui pendidikan dan pengalaman.
Dari berbagai teori yang
dikemukakan oleh para ahli di atas,
terlihat bahwa teori modal manusia
merupakan teori yang memfokuskan
diri untuk mengembangkan manusia
dan pemikirannya sebagai investasi
bagi manusia itu sendiri guna
meningkatkan kesejahteraan hidup.
2. Pendapatan
Menurut Hull (Nawi, 1992:9)
menyatakan pendapatan adalah
gambaran yang lebih tepat tentang
posisi ekonomi keluarga (termasuk
semua barang dan hewan
peliharaan), dipakai untuk membagi
ke dalam 3 kelompok pendapatan,
yaitu pendapatan tinggi, pendapatan
sedang dan pendapatan rendah.
Pendapatan atau income ialah hasil
berupa uang atau hasil material
lainnya yang dicapai dari
penggunaan kekayaan atau jasa-jasa
manusia bebas. Dalam
penggunaannya di bidang
pembukuan, maka artinya lebih luas
yaitu pendapatan sebuah perusahaan
atau seorang individu.
Menurut Partadireja dalam
Akhirmen (1997:33), pendapatan
adalah balas jasa yang diterima oleh
faktor produksi, seperti tanah,
modal, tenaga kerja dan skill yang
dimilikinya. Sebagai contoh, yaitu
penggunaan tanah diberi balas jasa
disebut sewa, tenaga kerja diberi
upah/gaji, modal diberi bunga dan
skill diberi keuntungan. Untuk
menghitung pendapatan bersih
diperoleh dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Gilarso,
2003:50) :
.........(1)
Keterangan :
= pendapatan bersih yang
diperoleh oleh pedagang dengan
mengurangi pendapatan total dengan
biaya total
TR = pendapatan total
= biaya total atau semua
biaya
Untuk menghitung pendapatan
bersih terlebih dahulu harus
diketahui tingkat pendapatan total
dan pengeluaran pada periode
tertentu. Pendapatan total didekati
dengan persamaan sebagai berikut :
TR = P.Q .....................(2)
TC = TFC + TVC ........(3)
Keterangan :
TR = Pendapatan total dari
hasil penjualan produk atau barang
(jumlah produk dikalikan harga
yang berlaku)
P = Harga Barang
Q = Jumlah Barang
TC = Biaya Total
TFC = Biaya Total Tetap
TVC = Biaya Total Variabel
3. Motivasi Kerja
Menurut Usman (2008:245),
motivasi ialah keinginan untuk
berbuat sesuatu, sedangkan motif
adalah kebutuhan (need), keinginan
(wish), dorongan (desire) atau
impuls. Motivasi merupakan
keinginan yang terdapat pada
seseorang individu yang
merangsangnya untuk melakukan
tindakan-tindakan atau sesuatu yang
menjadi dasar atau alasan seseorang
berperilaku. Motivasi kerja dapat
diartikan sebagai keinginan atau
kebutuhan yang melatarbelakangi
seseorang sehingga ia terdorong
Pengaruh Motivasi Kerja … (Dewi Ariani)
205
untuk bekerja. Motivasi merupakan
proses psikis yang mendorong orang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi
dapat berasal dari dalam diri
maupun luar diri seseorang.
Dalam Hasibuan ((2003:92)
motivasi berasal dari kata latin
“movere” yang berarti “dorongan
atau daya penggerak”. Orang-orang
mau bekerja untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan (fisik dan
mental), baik itu kebutuhan yang
disadari (conscious needs) maupun
kebutuhan yang tidak disadari
(unconscious needs). Peterson dan
Plowman dalam Hasibuan (2003:93)
menyebutkan keinginan-keinginan
itu diantaranya :
1) The desire to live,
artinya keinginan untuk hidup
merupakan keinginan utama dari
setiap orang; manusia bekerja untuk
dapat makan dan makan untuk dapat
melanjutkan hidupnya;
2) The desire for posession,
artinya keinginan untuk memiliki
sesuatu merupakan keinginan
manusia yang kedua dan ini salah
satu sebab mengapa manusia mau
bekerja;
3) The desire for power,
artinya keinginan akan kekuasaan
merupakan keinginan selangkah di
atas keinginan untuk memiliki,
mendorong orang mau bekerja;
4) The desire for
recognation, artinya keinginan akan
pengakuan merupakan jenis terakhir
dari kebutuhan dan juga mendorong
orang untuk bekerja.
Gomes (2003:182) menjelaskan
bahwa motivasi dari para pekerja
akan saling berbeda, sesuai dengan
tingkat pendidikan dan kondisi
ekonominya. Orang yang semakin
terdidik dan semakin independen
secara ekonomi, maka sumber
motivasinya pun akan berbeda, tidak
lagi semata-mata ditentukan oleh
sarana motivasi tradisional, seperti
formal authority and financial
incentives, melainkan juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor
kebutuhan akan growth dan
achivement.
Selanjutnya Hasibuan (2003:95)
menjelaskan mengenai motif dan
motivasi kerja sebagai berikut :
Dengan mengetahui perilaku
manusia, maka kita bisa tahu apa
sebabnya orang mau bekerja dan
kepuasan-kepuasan apa yang
dinikmatinya karena bekerja.
Tingkah laku seseorang dipengaruhi
serta dirangsang oleh keinginan,
kebutuhan, tujuan dan kepuasannya.
Rangsangan timbul dari diri sendiri
(internal) dan dari luar
(eksternal=lingkungannya).
Rangsangan ini akan menciptakan
„motif‟ dan „motivasi‟ yang
mendorong orang bekerja
(beraktivitas) untuk memperoleh
kebutuhan dan kepuasan dari hasil
kerjanya.
Motivasi kerja terkait dengan
unjuk kerja. Menurut Munandar
(2001:324) unjuk kerja adalah hasil
dari interaksi antara motivasi kerja,
kemampuan (abilities), dan peluang
(opportunities), dengan perkataan
lain unjuk kerja adalah fungsi dari
motivasi kerja kali kemampuan kali
peluang. Motivasi kerja seseorang
dapat lebih bercorak proaktif atau
reaktif. Pada motivasi kerja yang
proaktif, orang akan berusaha untuk
meningkatkan kemampuan-
kemampuannya sesuai dengan yang
dituntut oleh pekerjaannya dan/atau
akan berusaha untuk mencari,
menemukan dan/atau menciptakan
peluang dimana ia dapat
menggunakan kemampuan-
kemampuannya untuk dapat
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 201-216
206
berunjuk kerja yang tinggi.
Sebaliknya, motivasi kerja sese-
orang yang lebih reaktif, cenderung
menunggu upaya atau tawaran dari
lingkungannya. Ia baru mau bekerja
jika didorong, dipaksa (dari luar
dirinya) untuk bekerja.
Mc Clelland (dalam As‟ad,
2003:52) terkait dengan konsepnya
mengenai motivasi, dalam diri
individu terdapat tiga kebutuhan
pokok yang mendorong tingkah laku
seseorang. Konsep ini lebih dikenal
dengan “Social Motives Theory”.
Adapun kebutuhan yang
dimaksudkan menurut teori motif
sosial ini, adalah :
1) Need for Achievement
Need for achievement
merupakan kebutuhan untuk
mencapai sukses, yang diukur
berdasarkan standar kesempurnaan
dalam diri seseorang. Kebutuhan ini,
berhubungan erat dengan pekerjaan,
dan mengarahkan tingkah laku pada
usaha untuk mencapai prestasi
tertentu.
2) Need for Affiliation
Need for affiliation merupakan
kebutuhan akan kehangatan dan
sokongan dalam hubungannya
dengan orang lain. Kebutuhan ini
mengarahkan tingkah laku untuk
mengadakan hubungan secara akrab
dengan orang lain.
3) Need for Power
Need for power yaitu kebutuhan
untuk menguasai dan mempengaruhi
terhadap orang lain. Kebutuhan ini,
menyebabkan orang yang
bersangkutan tidak atau kurang
memperdulikan perasaan orang lain.
Menurut Usman (2008:260),
prilaku yang berhubungan dengan
tiga motif sosial dari Mc Clelland
yang dikembangkan oleh Tim
Achievement Motivation Training
(AMT) Massachuset memiliki
indikator sebagai berikut :
1) Orang yang motif berprestasinya
tinggi, bercirikan : bertanggung jawab
atas segala perbuatannya, mengaitkan
diri pada karier atau hidup masa
depan, tidak menyalahkan orang lain
dalam kegagalannya; berusaha
mencari umpan balik atas segala
perbuatannya, selalu bersedia
mendengarkan pendapat orang lain
sebagai masukan dalam memperbaiki
dirinya; berani mengambil resiko
dengan penuh perhitungan
(menantang dan terwujud) melebihi
orang lain, lebih unggul, ingin
menciptakan yang terbaik; berusaha
melakukan sesuatu secara inovatif dan
kreatif (sesuatu yang baru, sesuatu
yang tiada duanya), banyak gagasan,
dan mampu mewujudkan gagasannya
dengan baik. Ingin bebas berkarya,
kurang menyenangi sistem yang
membatasi geraknya ke arah yang
lebih positif; merasa dikejar-kejar
waktu, pandai mengatur waktunya,
yang dapat dikerjakan sekarang
jangan ditunda hari esok; dan bekerja
keras dan bangga atas hasil yang telah
dicapai.
2) Orang yang motif bersahabatnya
tinggi, bercirikan : lebih suka bersama
orang lain daripada sendirian; sering
berkomunikasi dengan orang lain;
lebih mengutamakan hubungan
pribadi daripada tugas kerja; selalu
bermusyawarah untuk mufakat
dengan orang lain; dan lebih efektif
apabila bekerja sama dengan orang
lain.
3) Orang yang motif berkuasanya
tinggi, bercirikan : sangat aktif
menentukan arah kegiatan organisasi;
sangat peka terhadap pengaruh antar
pribadi dan kelompok;
mengutamakan prestise;
mengutamakan tugas kerja daripada
hubungan pribadi; dan suka
Pengaruh Motivasi Kerja … (Dewi Ariani)
207
memerintah dan mengancam dengan
sanksi.
Suharyadi, dkk (2007:65)
menyebutkan bahwa proses
termotivasinya seorang pengusaha itu
diantaranya ada yang karena faktor
kebetulan, ajakan teman,
memanfaatkan bakat, keterampilan atau
pendidikan yang telah diperolehnya dan
karena memahami apa yang dibutuhkan
orang lain. Lanjutnya lagi,
kewirausahaan dapat didorong oleh
guru atau dosen yang mengajar
kewirausahaan, karena telah
memberikan inspirasi dan minat untuk
berwirausaha. Dorongan atau pemicu
lainnya datang dari teman sepergaulan,
lingkungan keluarga, sahabat, dan
teman yang selalu mendiskusikan
gagasan, atau karena adanya
pengalaman bisnis kecil-kecilan yang
berhasil, sehingga termotivasi untuk
membesarkannya. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa kewirausahaan
bukanlah sesuatu hal yang dilahirkan,
melainkan dibangun (entrepreneur are
not born- they develop).
Dari kutipan-kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa motivasi kerja
adalah dorongan atau kebutuhan
seseorang yang membuatnya mau
bekerja. Indikator seseorang mau
bekerja tersebut dapat diambil dari teori
motivasi sosial Mc Clelland yang dapat
dikelompokkan menjadi 8 (delapan),
yaitu : tanggung jawab, umpan balik,
pengambil resiko moderat, inovatif dan
kreatif, disiplin, bekerja keras dan
percaya diri, kebutuhan untuk
bekerjasama, dan kebutuhan untuk
mempunyai kedudukan dan wewenang.
4. Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM)
a. Tinjauan Mengenai PNPM
Mandiri Perkotaan
Dirjen Cipta Karya (2010:3)
dalam Pedoman Pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan menjelaskan
bahwa PNPM-MP (Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan) sebagai
kelanjutan dari Program
Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) dilaksanakan
sejak tahun 1999 sebagai salah satu
upaya pemerintah untuk
membangun kemandirian
masyarakat dan pemerintah daerah
dalam menanggulangi kemiskinan
secara berkelanjutan. Program ini
cukup strategis karena dikelola oleh
pemerintah daerah dan kelompok
peduli masyarakat setempat yang
tertuang ke dalam suatu lembaga
kepemimpinan masyarakat yang
representatif, mengakar dan
kondusif bagi perkembangan modal
sosial masyarakat di masa yang akan
datang. Lembaga kepemimpinan
masyarakat tersebut sering disebut
dengan Badan atau Lembaga
Keswadayaan Masyarakat
(BKM/LKM).
BKM dibentuk melalui kesadaran
kritis masyarakat untuk menggali
kembali nilai-nilai luhur
kemanusiaan dan nilai-nilai
kemasyarakatan sebagai pondasi
modal sosial (capital social)
kehidupan masyarakat. Kegiatan ini
juga diharapkan dapat mendukung
kesepakatan global pada awal tahun
2000 mengenai Millenium
Development Goals (MDGs),
sehingga sejak tahun 2007 P2KP
yang merupakan bagian dari PNPM
Mandiri telah melakukan
penyempurnaan pedoman
pelaksanaannya yang lebih fokus
pada upaya peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan
percepatan pencapaian target sasaran
MDGs yaitu tercapainya
pengurangan penduduk miskin
sebesar 50% di tahun 2015.
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 201-216
208
b. Tinjauan Mengenai Pinjaman
Bergulir
Menurut Dirjen Cipta Karya
(2010:5), pinjaman bergulir adalah
pinjaman dalam PNPM Mandiri
Perkotaan yang diberikan kepada
masyarakat miskin melalui
Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.
Tujuan pinjaman bergulir adalah
menyediakan akses layanan
keuangan kepada rumah tangga
miskin dan pinjaman mikro berbasis
pasar untuk memperbaiki kondisi
ekonomi mereka dan sebagai proses
pembelajaran dalam rangka
mengelola pinjaman dan
menggunakannya secara benar.
Pinjaman bergulir bukanlah satu-
satunya sarana untuk meningkatkan
pendapatan warga miskin,
melainkan sebagai stimulan agar
warga miskin mampu untuk
berusaha keluar dari persoalannya.
Hal yang terpenting adalah kemauan
dan motivasi yang kuat dari individu
warga miskin itu sendiri merupakan
modal yang paling utama.
c. Sasaran dan Kriteria
Pengelolaan Pinjaman Bergulir
Dirjen Cipta Karya (2010:9)
menyampaikan bahwa sasaran
utama pelaksanaan kegiatan
pinjaman bergulir adalah rumah
tangga miskin di wilayah
desa/kelurahan dimana LKM/BKM
berada, khususnya warga miskin
yang sudah tercantum dalam daftar
warga miskin. Indikator tercapainya
sasaran tersebut, meliputi :
1) Peminjam dari rumah tangga
miskin yang telah diidentifikasi
dan telah terdaftar dalam daftar
warga miskin;
2) Minimum 30% peminjam adalah
perempuan;
3) Para peminjam dari rumah tangga
miskin tersebut telah bergabung
dalam Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM), khusus untuk
kegiatan ini beranggotakan 5
orang;
4) Akses pinjaman bagi KSM
peminjam yang kinerja
pengembaliannya bagus, terjamin
kelanjutannya baik melalui dana
BLM, maupun melalui dana hasil
channeling dan kebijakan
pinjaman yang jelas.
d. Skim/Ketentuan Umum Pinja-
man Bergulir
Dirjen Cipta Karya (2010:15)
menambahkan lagi agar pinjaman
bergulir dapat tepat sasaran dan
menunjukkan kinerja yang baik
sesuai kriteria indikator kinerja
sangat penting dipahami dan
diperhatikan skim/ketentuan umum
pinjaman bergulir sebagai berikut :
(1) Peminjam adalah Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM)
bukan individu (perorangan)
dengan kriteria anggota KSM
peminjaman sebagai berikut :
(a) Warga miskin yang
tercantum dalam daftar
warga miskin;
(b) Mempunyai usaha atau
akan memulai usaha;
(c) Usaha menguntungkan dan
dapat dikembangkan;
(d) Mempunyai motivasi untuk
mengembangkan usaha;
(e) Memerlukan tambahan
modal kerja;
(f) Mempunyai kemauan dan
kemampuan
mengembalikan pinjaman;
(g) Mendapat persetujuan
keluarga (suami atau istri);
Pengaruh Motivasi Kerja … (Dewi Ariani)
209
(h) Usaha tidak bertentangan
dengan undang-undang,
peraturan dan kesusilaan
dan bukan untuk tujuan
kepentingan militer atau
politik.
Bagi anggota KSM yang
telah menerima pinjaman
Rp.2.000.000,- atau 4 kali
pinjaman diupayakan BKM
untuk direkomendasikan
sebagai lembaga keuangan
formal atau dalam bentuk
channeling sebagai sumber
dana pinjaman.
(2) Tujuan Penggunaan Pinjaman
Pinjaman diberikan untuk
kegiatan yang bersifat produktif
dalam rangka menciptakan
peluang usaha dan kesempatan
kerja (misalnya untuk dagang,
industri kecil, pertanian dan
jasa). Di samping itu, bisa untuk
pembuatan sertifikat tanah
dapat diberikan pada tahap
terakhir kali pinjaman dengan
tujuan sertifikat yang dibiayai
nantinya dapat dipergunakan
sebagai jaminan dalam
mengajukan pinjaman ke
lembaga keuangan lain.
(3) Besar Pinjaman
Pinjaman pertama
maksimal Rp.500.000,- per
orang (anggota KSM) disesuai-
kan dengan kemampuan
membayar kembali pinjaman.
Pinjaman berikutnya tergantung
pada catatan pembayaran
kembali pinjaman dan
kemampuan dana Unit
Pengelola Keuangan (UPK),
dapat lebih besar, atau sama
dengan pinjaman sebelumnya
maksimum Rp.2.000.000,-.
(4) Jasa Pinjaman
Jasa pinjaman sesuai
dengan pedoman ditetapkan
antara 1,5% s/d 3% per bulan
dihitung dari pokok pinjaman
mula-mula, disesuaikan dengan
kondisi setempat. Jasa pinjaman
ditetapkan UPK dengan
persetujuan Pengawas minimal
harus dapat menutup semua
biaya UPK, yaitu; biaya dana
(bila ada), biaya operasional
UPK (insentif UPK,
administrasi, transportasi, dan
lain-lain), biaya cadangan
resiko pinjaman, bonus
pengawas UPK, memelihara
modal awal (inflasi) serta
keuntungan tertentu yang dapat
digunakan untuk pemupukan
modal, UPK, Biaya Operasional
LKM, kegiatan lingkungan dan
dana sosial.
Semakin kecil tingkat jasa
pinjaman ditunjang dengan
semakin besarnya tunggakan,
akan semakin kecilnya
pendapatan dan keuntungan
menjadi semakin kecil, bahkan
menjadi negative spread (rugi,
sehingga lama kelamaan modal
menjadi berkurang dan kegiatan
UPK terancam tidak bisa
berkelanjutan).
(5) Jangka Waktu Pinjaman dan
Frekuensi Pinjaman
Jangka waktu pinjaman
antara 3 s/d 12 bulan
disesuaikan dengan kondisi
usaha peminjam. Dengan
jangka waktu tersebut dan
adanya pembatasan frekuensi
pinjaman masing-masing
peminjam ditetapkan 4 kali
yang dibiayai BLM.
Pembelajaran kepada peminjam
tentang peminjaman yang baik
akan lebih cepat tercapai dan
peminjam lebih cepat
mendapatkan akses atau upaya
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 201-216
210
channeling ke lembaga
keuangan lainnya.
(6) Angsuran Pinjaman
Angsuran pinjaman
maksimal bulanan tanpa
tenggang waktu (grace period).
Grace period adalah adanya
tenggang waktu peminjam ber-
kewajiban membayar, misalnya
jangka waktu 12 bulan grace
period 3 bulan artinya selama 3
bulan pertama peminjam tidak
berkewajiban membayar ang-
suran pokok pinjaman (bunga
sesuai yang diperjanjikan) baru
yang bersangkutan membayar
pada angsuran ke-4 sehingga
besarnya angsuran pokok bukan
dibagi 12 tetapi dibagi 9.
Setiap pembayaran angsur-
an mencakup kewajiban pokok
dan jasa pinjaman. Apabila
terjadi pembayaran tunggakan
pada prinsipnya pembayaran
tunggakan bunga yang
didahulukan, tetapi terkait
perbaikan kolektibilitas apabila
terdapat tunggakan masih dalam
jangka waktu pinjaman (belum
jatuh tempo), perlakuannya
adalah diselesaikan kewajiban
per paket (pokok dan bunga),
misalnya kewajiban angsuran
per bulan, pokok Rp.50.000,-,
bunga Rp.10.000,- menunggak
4 bulan, dan yang bersangkutan
baru bisa bayar Rp.60.000,-,
maka pembayaran tersebut
untuk pokok Rp.50.000,- dan
bunga Rp.10.000,-, sehingga
tungggakan paket pertama dapat
diselesaikan sehingga
kolektibilitasnya dari kurang
lancar menjadi Dalam Perhatian
Khusus (DPK).
Dari uraian mengenai
Program Nasional Pemberda-
yaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perkotaan, khususnya
yang terkait mengenai pinjaman
bergulir, dapat ditarik kesimpul-
an bahwa pinjaman ini
diberikan kepada rumah tangga
miskin agar mampu keluar dari
jeratan kemiskinan. Skim/
ketentuan umum yang mudah
dipahami oleh masyarakat,
sehingga pinjaman ini dapat
dijalankan dengan baik dan
tepat sasaran.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian terdahulu
yang menjadi referensi dalam
penelitian ini diantaranya adalah
penelitian dari Lingga (2009) yang
meneliti tentang „Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Pengusaha Industri
Kecil di Kabupaten Dairi‟.
Penelitian ini melibatkan 70
responden dengan menggunakan
stratified proportional random
sampling. Model yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah model ekonometrika
dengan metode Ordinary Least
Square (OLS). Penelitian ini
menggunakan 5 (lima) variabel
independen (modal, tenaga kerja,
lama berusaha, tingkat pendidikan
dan bantuan modal). Hasil analisis
data diketahui bahwa keseluruhan
variabel signifikan mempengaruhi
pendapatan pengusaha industri
kecil yaitu variabel modal, tenaga
kerja, lama berusaha, pendidikan
dan bantuan modal. Namun di lain
pihak, variabel bantuan modal
pengaruhnya masih rendah.
Pengaruh Motivasi Kerja … (Dewi Ariani)
211
Berdasarkan nilai total
elastisitas untuk modal, tenaga
kerja, lama berusaha, tingkat
pendidikan dan bantuan modal
mempunyai tingkat elastisitas
dibawah 1 (0,95<1), sehingga
fungsi pendapatan digolongkan
dalam kondisi decreasing return
to scale.
Referensi penelitian selanjut-
nya dari Hapsari (2009) dengan
judul “Pengaruh Modal Dan
Motivasi Kerja Terhadap
Pendapatan Industri Kecil Genteng
Pres Desa Wiroko Kecamatan
Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri”.
Jumlah sampel penelitian adalah
44 orang dengan teknik simple
random sampling. Hasil penelitian
ini memberitahukan bahwa
pendapatan dipengaruhi oleh
modal dan motivasi kerja pelaku
industri genteng pres di Desa
Wiroko Kecamatan Tirtomoyo
Kabupaten Wonogiri. Perhitungan
sumbangan relatif dan sumbangan
efektif menunjukkan bahwa
variabel modal memberikan
sumbangan relatif sebesar 54,1%
dan sumbangan efektif 42,7%
terhadap pendapatan. Variabel
motivasi kerja memberikan
sumbangan relatif sebesar 45,9%
dan sumbangan efektif 36,2%
terhadap pendapatan.
Suryananto (2005) meneliti
tentang “Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Konveksi (Studi Kasus
di Pasar Godean, Sleman,
Yogyakarta)”. Variabel bebas yang
digunakan jam berdagang, modal
dagang, dan pengalaman
berdagang. Hasil penelitian
menunjukan bahwa jam berdagang,
modal berdagang dan pengalaman
berdagang secara serentak
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pendapatan pedagang
pasar.
Dari beberapa penelitian di
atas, dapat disimpulkan bahwa
modal, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, bantuan modal, jam
berdagang, pengalaman berdagang
dan motivasi kerja mempunyai
pengaruh yang positif terhadap
pendapatan usaha kecil dan
menengah.
Sedangkan dalam penelitian
yang dilakukan ini terfokus pada
motivasi kerja. Teknik sampel
yang digunakan adalah purposive
sampling. Dan populasi penelitian
difokuskan pada penerima
pinjaman bergulir PNPM-MP
Kelurahan Balai Gadang,
Kecamatan Koto Tangah,
Sumatera Barat, khususnya
peminjam yang menggunakan
pinjaman bergulir untuk usaha,
bukan untuk konsumsi.
C. Kerangka Pemikiran
Pendapatan merupakan
ukuran dalam menilai keberhasilan
seseorang. Seseorang yang sukses
dapat berarti mempunyai
pendapatan yang besar. Pendapatan
yang diperoleh seseorang tersebut
digunakan untuk keperluan hidup
dan mencapai kepuasan.
Berdasarkan teori modal manusia
(human capital) yang telah
dikemukakan di atas, peminjam
yang memiliki motivasi kerja yang
tinggi mempengaruhi tingkat
pendapatan peminjam tersebut.
Motivasi kerja, baik motivasi
intrinsik maupun motivasi
ekstrinsik. Dari teori sebelumnya,
dikemukakan bahwa orang yang
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 201-216
212
mempunyai motivasi tinggi dalam
bekerja, tentunya akan
meningkatkan produktivitas yang
berujung nantinya pada
peningkatan pendapatan.
Dari uraian di atas dapat
digambarkan mengenai pengaruh
motivasi kerja terhadap pendapatan
penerima pinjaman bergulir dari
PNPM Mandiri Perkotaan.
Kerangka konseptual dari
penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Konseptual
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual yang
telah dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Motivasi kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan
penerima pinjaman bergulir PNPM-MP
pada LKM Balai Gadang Mandiri di
Kelurahan Balai Gadang Kecamatan
Koto Tangah.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
penelitian ex-post facto, yaitu
menganalisis dan menginterpretasi-kan
data yang akan diperoleh, secara
objektif berkenaan dengan pengaruh
motivasi kerja terhadap pendapatan
penerima pinjaman bergulir PNPM-MP
pada LKM Balai Gadang Mandiri di
Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan
Koto Tangah dari Tahap I s/d Tahap V.
Waktu penelitian dilaksanakan bulan
Juli 2012.
Populasi dalam penelitian ini
adalah anggota LKM “Balai Gadang
Mandiri” yang menerima pinjaman
bergulir dari Tahap I sampai dengan
Tahap V yang berjumlah 286 orang.
Sampel penelitian menggunakan
purposive sampling, dengan kriteria
penerima pinjaman bergulir yang
menerima pinjaman hingga beberapa
tahap berjumlah 110 orang. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini
berupa angket yang disebar ke
penerima pinjaman bergulir yang
menjadi sampel penelitian guna
mengetahui motivasi kerja penerima
pinjaman. Teknik pengumpulan data
menggunakan angket, pengamatan dan
dokumentasi.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Hasil Estimasi Regresi Linear
Sederhana
Berikut Tabel 3 yang
menunjukkan hasil analisis regresi
linear sederhana :
Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana
No Variabel Koefisien thit Sig.
1. Konstanta 0,548 0,518 0,616
2. X 0,012 1,233 0,220
Pendapatan
(Y)
Motivasi Kerja
(X1)
Pengaruh Motivasi Kerja … (Dewi Ariani)
213
R2 = 0,014
Sumber : Olahan Data Primer 2012
Nilai koefisien masing-masing
variabel di atas dapat dimasukkan
ke dalam persamaan regresi linear
sederhana berikut :
Ŷ = a + bX Ŷ = 0,548 + 0,012X
Dari persamaan regresi linear
sederhana di atas, dapat diartikan
sebagai berikut :
1. Nilai konstanta atau intersep garis
regresi sebesar 0,548 menunjukkan
bahwa nilai variabel pendapatan
tanpa dipengaruhi variabel motivasi
kerja hanyalah sebesar 0,548.
2. Nilai koefisien regresi variabel
motivasi kerja sebesar 0,012 yang
bertanda positif, berarti dengan
adanya peningkatan skor motivasi
kerja sebesar satu satuan, maka
akan meningkatkan skor
pendapatan sebesar 0,012 dalam
satu satuan, dengan asumsi
variabel lain tidak mengalami
perubahan (ceteris paribus).
Semakin tinggi motivasi kerja,
maka akan semakin besar pula
pendapatan yang diperoleh
penerima pinjaman bergulir LKM
Balai Gadang Mandiri dengan
tingkat pengaruh 0,012.
Sedangkan nilai Sig. 0,220 > α =
0,05 menunjukkan pengaruh yang
diberikan tidak signifikan
terhadap pendapatan.
3. Nilai R2 adalah sebesar 0,014, hal
ini berarti besarnya kontribusi
atau sumbangan skor variabel
motivasi kerja terhadap
pendapatan penerima pinjaman
bergulir LKM Balai Gadang
Mandiri Kelurahan Balai Gadang,
Kecamatan Koto Tangah sebesar
1,4% dan sisanya sebesar 98,6%
dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak termasuk dalam model
persamaan penelitian ini.
2. Pengujian Hipotesis
Hipotesis tentang pengaruh
motivasi kerja terhadap pendapatan
penerima pinjaman LKM Balai
Gadang Mandiri. Hasil olahan data
memperlihatkan bahwa H0 ditolak
dan Ha diterima. Hal ini
mempunyai arti bahwa motivasi
kerja mempunyai pengaruh yang
posistif dan signifikan terhadap
kenaikan pendapatan penerima
pinjaman bergulir pada LKM Balai
Gadang Mandiri, Kelurahan Balai
Gadang, Kecamatan Koto Tangah.
Kesimpulannya, semakin tinggi
motivasi kerja, maka akan semakin
tinggi pula pendapatan yang
diperoleh oleh penerima pinjaman.
Dari hasil penelitian di atas,
diindikasikan bahwa motivasi kerja
perlu diperhitungkan sebagai
variabel penentu dalam
mempengaruhi pendapatan
penerima pinjaman bergulir.
PEMBAHASAN
Pengaruh Motivasi Kerja (X)
Terhadap Pendapatan Penerima
Pinjaman Bergulir (Y)
Hasil dari pengolahan data di
atas menggambarkan bahwa semakin
tinggi motivasi kerja penerima
pinjaman, maka ada kecenderungan
semakin tinggi pula pendapatan yang
diterima penerima pinjaman bergulir.
Dari data di lapangan juga terlihat
bahwa motivasi kerja penerima
pinjaman bergulir LKM Balai Gadang
Mandiri berada pada kategori baik. Hal
ini menandakan bahwa motivasi kerja
yang dimiliki oleh penerima pinjaman
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 201-216
214
cukup baik, meskipun masih ada
beberapa hal yang mesti dibenahi oleh
penerima pinjaman bergulir. Ini
diperkuat oleh data di lapangan untuk
indikator tanggung jawab, rata-rata
penerima pinjaman bertanggung jawab
terhadap pinjaman yang diberikan
dengan membayar pinjaman tepat
waktu dan bertanggung jawab terhadap
pekerjaan dalam mengelola usaha
mereka.
Indikator umpan balik, rata-rata
penerima pinjaman mau menerima
umpan balik dari konsumen untuk
perbaikan usaha mereka ke depan.
Indikator pengambil resiko moderat
berada dalam kategori baik. Data di
lapangan menunjukkan bahwa
penerima pinjaman sangat berhati-hati
dalam mengambil resiko dan selalu
mempertimbangkan baik dan buruknya
keputusan yang diambil. Ini diperkuat
dengan hasil penelitian Zulkifli
(2009:30) :
Seorang wirausaha yang akan
sukses tentulah harus berani mengambil
resiko dari tantangan yang ada. Setelah
pemilihan bidang usaha, maka
wirausaha haruslah berani mengambil
berbagai keputusan tentang persaingan,
harga, barang yang kurang laku dan
sebagainya. Untuk indikator inovasi
dan kreatif, berada pada kategori sangat
baik. Data di lapangan menunjukkan
rata-rata penerima pinjaman punya
inovasi dan ide kreatif untuk
pengembangan usaha mereka,
diantaranya membuat toko atau jualan
mereka semenarik mungkin, agar
banyak pembeli yang datang. Untuk
indikator disiplin, berada pada kategori
baik. Data di lapangan menunjukkan
bahwa penerima pinjaman cukup
disiplin namun mereka tidak merasa
dikejar waktu untuk menjadi lebih baik.
Prilaku ini mesti dihilangkan, penerima
pinjaman harus terus memperbaiki diri
ke depan dan harus memanfaatkan
waktu semaksimal mungkin.
Indikator bekerja keras dan
percaya diri berada pada kategori
sangat baik. Rata-rata penerima
pinjaman adalah orang-orang yang suka
bekerja keras dan percaya diri terhadap
kemampuan yang dimiliki dalam
mengelola usaha mereka. Ini terkait
juga dengan hasil penelitian dari
Zulkifli (2009:30) yang menyimpulkan
bahwa keberhasilan dan kesuksesan
wirausaha diantara-nya percaya diri dan
mau bekerja keras :
Seorang wirausaha dalam memilih dan
menjalankan usahanya haruslah
mempunyai rasa percaya diri yang
tinggi, tidak mudah diombang-
ambingkan oleh pendapat orang lain...
Kerja keras merupakan hal yang tidak
dapat ditawar lagi bagi wirausaha untuk
mencapai kesuksesan. Apapun jenis
usahanya tidak akan berhasil tanpa kerja
keras banting tulang.
Selanjutnya indikator kebutuhan
untuk bekerja sama berada pada
kategori cukup. Karakteristik data di
lapangan memperlihatkan bahwa rata-
rata penerima pinjaman tidak mau
pekerjaannya dilakukan oleh orang lain
dan cenderung bekerja sendiri. Oleh
sebab itu, perlu ditumbuhkan kesadaran
kepada penerima pinjaman agar mau
dibantu dalam bekerja dan tidak
mengerjakan pekerjaannya sendiri,
memberikan wewenang kepada orang
lain untuk membantu pekerjaannya,
tentu saja kepada orang yang bisa
dipercaya dan mampu mengambil alih
pekerjaan-nya, sehingga penerima
pinjaman dapat pula berkonsentrasi
untuk menciptakan ide kreatif agar
usaha mereka berhasil. Selanjutnya
Zulkifli (2009:31) pun mengemukakan
bahwa :
Kerja sama sangat dibutuhkan oleh
wirausaha dalam mencapai kesuksesan.
Untuk itulah seorang wirausaha harus
Pengaruh Motivasi Kerja … (Dewi Ariani)
215
dapat melakukan kerjasama baik
dengan para pegawai ataupun pihak
luar, misalnya supplier, pelanggan dan
sebagainya. Jika seorang wirausah
telah dapat menjalin kerjasama yang
baik dengan pihak-pihak tersebut,
maka tujuan yang ingin dicapai
wirausaha akan dapat dicapai dengan
mudah apapun jenis usahanya”.
Indikator kebutuhan untuk
mempunyai kedudukan dan kekuasaan
berada pada kategori cukup. Rata-rata
penerima pinjaman tidak terlalu
berambisi untuk mempunyai
kedudukan di masyarakat dan menjadi
orang yang berpengaruh. Menurut
Murphy and Peck dalam Alma
(2003:44) ada delapan tahapan untuk
mencapai kesuksesan seorang
wirausaha, yaitu : mau kerja keras,
bekerja sama dengan orang lain,
penampilan yang baik, yakin, pandai
membuat keputusan, mau menambah
ilmu pengetahuan, ambisi untuk maju
dan pandai berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Akhirmen. 1997. Faktor-faktor
Penentu Pengembangan Usaha
Pedagang Kecil Sektor Informal di
Kota Padang. FIS UNP (Tidak
Dipublikasikan)
Alma, Buchari. 2003. Kewirausahaan.
Cetakan Ke-7. Bandung : Alfabeta
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen
Penelitian. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
As‟ad, Moh. 2003. Psikologi Industri.
Yogyakarta : Liberty
Benedicta, Prihartin Dwi Riyanti. 2004.
Factors Influencing the Success of
Small-Scale Entrepreneurs in
Indonesia. Online Edition.
Melbourne : International
Association for Cross-Cultural
Psychology. (http://www.iaccp.org
diakses 30 Agustus 2012)
Danim, Sudarwan. 2004. Ekonomi
Sumber Daya Manusia. Bandung :
CV. Pustaka Setia
Elfindri. 2001. Ekonomi Sumberdaya
Manusia. Padang : Penerbit
Universitas Andalas
Elfindri dan Nasri Bahctiar. 2004.
Ekonomi Ketenagakerjaan. Padang
: Penerbit Universitas Andalas
Fadly. 2006. Kajian Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Perkembangan Usaha Kecil dan
Menengah di Sumatera Utara.
Jurnal Pengkajian Koperasi Dan
UKM Nomor 1 Tahun I
Fattah, Nanang. 2000. Ekonomi dan
Pembiayaan Pendidikan. Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program
SPSS. Semarang : UNDIP Press
Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu
Ekonomi Makro. Yogyakarta : PT
Kanisius
Gomes, Faustino Cardoso. 2003.
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta : Penerbit Andi
Hapsari, Titin Sri. 2009. Pengaruh
Modal Dan Motivasi Kerja
Terhadap Pendapatan Industri
Kecil Genteng Pres Desa Wiroko
Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten
Wonogiri. Skripsi. Program
Pendidikan Akuntansi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Hasibuan, Malayu S.P. 2003.
Organisasi dan Motivasi : Dasar
Peningkatan Produktivitas. Jakarta
: PT. Bumi Aksara
Henry, Colette, et. al. 2003.
Entrepreneurship Education and
Training. England : Ashgate
Publishing, Ltd
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 201-216
216
Irianto, Agus. 2011. Pendidikan
Sebagai Investasi Dalam
Pembangunan Suatu Bangsa.
Jakarta : Kencana
Ismail, Maryono. 2007. Buka Usaha?
Siapa Takut. Jakarta : Penebar
Plus
Dirjen Cipta Karya. 2010. Pedoman
Pelaksanaan PNPM Mandiri
Perkotaan. Jakarta : Kementerian
Pekerjaan Umum
---------------. 2010. Modul Pinjaman
Bergulir OJT Madya 1 UPK
(Revolving Fund dan Pembukuan).
Jakarta : Kementerian Pekerjaan
Umum
Lingga, Insanuddin. 2009. Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Pengusaha Industri
Kecil di Kabupaten Dairi. Tesis.
Program Studi Ilmu Ekonomi
Pembangunan Universitas
Sumatera Utara.
Lubis, Syahron. 2011. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Padang :
Sukabina Press
Mankiw, N. Gregory. 2003. Pengantar
Ekonomi. Edisi ke-2. Jakarta :
Erlangga
Meredith, Geofrey. G. 1996.
Kewirausahaan : Teori dan
Praktek. Jakarta : PT. Pustaka
Jakarta
Munandar, Ashar Sunyoto. 2001.
Psikologi Industri dan Organisasi.
Jakarta : Universitas Indonesia
(UI-Press)
Nawi, Marlis. 1992. Dampak Sosial
Budaya Akibat Menyempitnya
Lahan Pertanian Kelurahan
Anduring Propinsi Sumbar.
Depdikbud Sumbar
Riduwan. 2004. Metode dan Teknik
Menyusun Tesis. Bandung :
Alfabeta
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan
SPSS Statistik Parametrik. Jakarta
: PT. Elex Media Komputindo
Sarosa, Pietra. 2006. Kiat Praktis
Membuka Usaha : Langkah Awal
Menjadi Entrepreneur Sukses.
Jakarta : Elex Media Komputindo
Seng, Ann Wan. 2007. Teori Ekonomi
Mikro. Prinsip Dasar dan
Pengembangannya. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Simanjuntak, Payaman J. 1998.
Pengantar Ekonomi Sumber Daya
Manusia. Jakarta : Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi UI
Soemanto, Wasty. 2008. Pendidikan
Wiraswasta. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Suharyadi, dkk. 2007. Kewirausahaan :
Membangun Usaha Sukses Sejak
Usia Muda. Jakarta : Salemba
Empat
Sunyoto, Danang. 2009. Analisis
Regresi dan Uji Hipotesis.
Yogyakarta : Media Pressindo
Suryananto, Galih. 2005. Analisis
Faktor–faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Konveksi (Studi kasus di
Pasar Godean, Sleman,
Yogyakarta). Skripsi. Yogyakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Indonesia.
Thapa, Ajay, et al. 2008. Determinants
of Street Entrepreneurial Success.
The Journal of Nepalese Business
Studies. Volume V No.1 December
2008.
Tjiptoherijanto, Prijono dan Laila
Nagib. 2008. Pengembangan
Sumber Daya Manusia : Di Antara
Peluang dan Tantangan. Jakarta :
LIPI Press
Usman, Husaini. 2008. Manajemen :
Teori, Praktik dan Riset
Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady
Akbar. 2011. Pengantar Statistika.
Jakarta : PT. Bumi Aksara
Pengaruh Motivasi Kerja … (Dewi Ariani)
217
Yahya. 2009. Ekonomi dan Pembiayaan
Pendidikan : Sebuah Pendekatan
Akumulatif. Padang : Sukabina
Offset
Zulkifli. 2009. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan dan
Kegagalan Seorang Wirausaha
Dihubungkan dengan Pemilihan
Bidang Usaha. Jurnal Online.
Didownload tanggal 29 Oktober
2012.