PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas...
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMK
NEGERI TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh: Salasia Romdini1,
Ahmad Amin, M.Si.2,
Ovilia Putri Utami Gumay, M.Pd.Si.3
Program Studi Pendidikan Fisika STKIP-PGRI Lubuklinggau
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMK Negeri Tugumulyo
Tahun Pelajaran 2015/2016”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “
Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo?” Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri
Tugumulyo. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pre-test
post-test control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X
RPL 3 yang diambil secara simple random sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan teknik tes dalam bentuk uraian sebanyak lima
soal. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji-t dengan taraf
signifikansi α = 0,05, diperoleh nilai thitung = 3,06 ≥ ttabel = 2,00. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo tahun
pelajaran 2015/2016.
Kata kunci : Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang memerlukan suatu proses
pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses yang telah
dilalui. Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan sumber
daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan sumber daya manusia itu sendiri.
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Proses pembelajaran adalah hal yang sangat penting di dalam proses
pendidikan. Banyak hal yang harus diperhatikan oleh guru untuk memilih model
dan metode yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas yaitu
karakteristik materi, karakteristik siswa, sarana dan prasarana serta kemampuan
guru dalam menerapkan model dan metode pembelajaran yang digunakan. Model
dan metode yang dipilih harus disesuaikan dengan materi pokok, adakalanya
materi yang berbeda harus disampaikan dengan cara yang berbeda pula, selain itu
siswa harus aktif untuk mendukung proses belajar mengajar, salah satunya dalam
mata pelajaran fisika yang membutuhkan kerjasama yang baik antara siswa dan
guru.
Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam dan
ilmu yang erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Depdiknas
(2003), salah satu tujuan mata pelajaran fisika di sekolah adalah agar siswa
mampu mengetahui pengetahuan, konsep-konsep dan prinsip fisika serta
mampunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi. Fisika merupakan satu dari mata pelajaran yang
sukar di sekolah lanjutan. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu proses
belajar mengajar yang baik dan kerjasama yang baik pula antara guru dan siswa
agar tujuan pendidikan dalam mempelajari fisika dapat tercapai.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran
fisika di SMK Negeri Tugumulyo, diperoleh informasi bahwa selama proses
belajar mengajar berlangsung siswa kurang aktif dalam mengikuti proses belajar
mengajar sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa rendah dan tidak mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah
untuk mata pelajaran fisika kelas X adalah 68. Hal ini dapat dilihat dari hasil
ulangan harian siswa kelas X RPL tahun pelajaran 2015/2016 yang masih banyak
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Siswa yang belum tuntas
sebanyak 63,16% atau 96 siswa dan siswa yang tuntas sebanyak 36,84% atau 56
siswa dari jumlah seluruh siswa kelas X RPL sebanyak 152 siswa.
Hasil belajar siswa yang rendah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran fisika. Selain itu, dikarenakan
siswa kurang memiliki minat dalam belajar fisika, menganggap fisika adalah
pelajaran yang hanya menuntut siswa harus menghafal rumus-rumus sehingga
bisa mengerjakan soal, dan siswa belum dibiasakan belajar fisika dengan
mengutamakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan.
Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas belum secara
maksimal dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan
permasalahan sehingga diperlukan upaya untuk mengembangkan keterampilan
siswa dalam berpikir dalam pembelajaran fisika. Usaha yang dapat dilakukan guru
adalah dengan menerapkan suatu model pembelajaran fisika yang dapat memupuk
sikap ilmiah siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajarnya.
Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.
Melalui model pembelajaran berbasis masalah konsep fisika dipelajari oleh siswa
dengan pemberian masalah yang berhubungan dengan dunia nyata siswa. Masalah
adalah kekuatan utama dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah. Masalah
dapat merangsang rasa ingin tahu siswa, keinginan untuk mengamati, motivasi,
serta keterlibatan seseorang atas satu hal.
Ashad (2015:40), model pembelajaran berbasis masalah merupakan
pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang siswa untuk belajar. Selain itu, siswa dapat terlibat langsung dalam
pembelajaran lebih aktif dan terbiasa serta terlatih untuk mampu memecahkan
atau menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan sehingga dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah fisika pada siswa.
Pada model pembelajaran ini peran guru adalah mengajukan masalah,
mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, memberikan
fasilitas penelitian, dan melakukan penelitian. Beberapa penelitian pembelajaran
berbasis masalah telah sukses di antaranya dilakukan oleh Surjono (2013)
menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah terbukti sebagai
model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Penelitian pembelajaran berbasis masalah juga sukses dilakukan oleh Sunariyati
dan Dantes (2014) pada mata pelajaran Fisika kelas XI IPA SMA Negeri Kuta
menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa (2) terdapat perbedaan keterampilan
berpikir kritis antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah dengan siswa yang menggunakan model konvensional (3)
terdapat perbedaan sikap ilmiah antara siswa yang belajar menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang menggunakan model
konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa model Problem Based Learning telah
teruji secara empiris.
Hasil dari beberapa penelitian menyatakan pembelajaran berbasis masalah
merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada teori konstruktivisme.
Fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja
mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga
metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan latar belakang
yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMK Negeri Tugumulyo Tahun Pelajaran
2015/2016”.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2010:203). Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain Pre-test
post-test control group design, yaitu terdapat dua kelompok yang diberikan pre-
test dan post-test untuk dapat membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Adapun desain eksperimen menurut Arikunto (2010:126) dapat dilihat pada tabel
3.1.
Tabel 3.1.
Pre-test Post-test Control Group Design
Group Pre-test Treatment Post-test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
(Sumber : Arikunto, 2010:126)
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri
Tugumulyo tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari sembilan kelas yang
berjumlah 321 siswa. Dalam penelitian ini sampel diambil secara acak (Simple
Random Sampling) dengan cara pengundian. Simple Random Sampling adalah
setiap sampel memberikan peluang yang sama diantara populasi. Berdasarkan
hasil pengundian didapatkan dua sampel penelitian yaitu Kelas X RPL2 dan X
RPL3. Kelas X RPL2 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Kelas X
RPL3 sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Penelitian pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
terhadap hasil belajar ini dilakukan di SMK Negeri Tugumulyo pada kelas X
Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Januari 2016
sampai tanggal 25 Februari 2016. Adapun jumlah siswa kelas X adalah 321 siswa
yang terdiri dari 9 kelas. Dari 9 kelas tersebut diambil dua kelas secara acak untuk
dijadikan sampel penelitian yang akan diberi perlakuan dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Setelah dilakukan pengundian
maka terpilihlah kelas X RPL2 yang berjumlah 35 siswa sebagai kelas eksperimen
dan kelas X RPL3 yang berjumlah 35 siswa sebagai kelas kontrol. Pada kelas
eksperimen diberi perlakukan dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL). Sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji
coba instrument tes yang bertujuan untuk mengetahui kualitas soal yang akan
digunakan. Uji coba instrument dilaksanakan di kelas XI RPL3 SMK Negeri
Tugumulyo pada tanggal 25 Januari 2016 dengan jumlah siswa yang ikut
melaksanakan uji coba instrument ini adalah 27 siswa.
Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti terlebih dahulu
menginformasikan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan
materi yang akan diajarkan adalah usaha dan energi. Jumlah pertemuan dalam
penelitian ini sebanyak empat kali setiap kelas, dengan rincian pada kelas
eksperimen satu kali pemberian pre-test, dua kali proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dan satu
kali pemberian post-test, dan pada kelas kontrol satu kali pemberian pre-test, dua
kali proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab,
dan satu kali pemberian post-test.
Pemberian pre-test ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
tentang materi usaha dan energi. Pada kelas eksperimen pre-test dilaksanakan
pada tanggal 02 Februari 2016 sedangkan kelas kontrol pada tanggal 03 Februari
2016. Kemudian setelah kemampuan awal siswa diketahui, kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) pada kelas eksperimen dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan
yaitu dilaksanakan pada tanggal 09 Februari 2016 dan 16 Februari 2016,
sedangkan kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2016 dan 17
Februari 2016 dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Pemberian post-test dilakukan diakhir pertemuan yaitu pada tanggal 23
Februari 2016 untuk kelas eksperimen dan tanggal 24 Februari 2016 untuk kelas
kontrol. Pemberian post-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa
mengenai materi usaha dan energi setelah diterapkannya model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL).
1. Analisis Data Pre-test
Pada pertemuan pertama dilakukan pre-test yang dilaksanakan pada
tanggal 02 Februari 2016 dan diikuti oleh 35 siswa untuk kelas eksperimen
sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2016 dan
diikuti oleh 35 siswa. Pre-test ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa sebelum diberikan pembelajaran fisika dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada kelas eksperimen
dan metode ceramah dan tanya jawab pada kelas kontrol. Soal yang digunakan
dalam pre-test sebanyak 5 soal dalam bentuk soal essay, dimana soal tersebut
sudah diketahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa tidak ada satupun siswa yang
mendapat nilai ≥ 68 diantara kedua kelas tersebut.. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa hasil pre-test pada kelas eksperimen sebelum menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan kelas kontrol menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab dikategorikan belum baik karena nilai rata-
rata siswa kurang dari 68.
a. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Berdasarkan pengolahan data hasil belajar pre-test siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata (𝑋 ) dan simpangan
baku seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Hasil Pre-test Siswa
No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Nilai Rata-rata 29,57 28,01
2 Nilai Terbesar 45 39
3 Nilai Terkecil 16 16
4 Simpangan Baku 6,27 5,14
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa skor rata-rata kelas
eksperimen 29,57 dan simpangan baku sebesar 6,27, sedangkan kelas
kontrol skor rata-rata 28,01 dan simpangan baku sebesar 5,14 dari data ini
menunjukkan selisih rata-rata nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah sebesar 1,56. Sedangkan selisih simpangan baku kedua kelas
adalah 1,13, karena selisih rata-rata nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol tidak terlalu besar maka kedua kelas tersebut dapat diberi perlakuan.
Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dan kelas kontrol menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab. Adapun perbedaan hasil nilai rata-rata pre-test
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.1 diagram
batang sebagai berikut.
Gambar 4.1. data hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah
data hasil pre-test kedua kelas berdistribusi normal atau tidak, jika
𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
≤ 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
, maka data berdistribusi normal sedangkan jika
𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
> 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
, maka data berdistribusi tidak normal, dengan taraf
kepercayaan α =0,05 dan derajat kebebasan dimana (dk = k-1), dimana k
adalah banyak kelas interval. Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh
hasil uji normalitas data pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Hasil Uji Normalitas Pre-test
Kelas 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
dk 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Keterangan
Eksperimen 1,91 5 11,07 Normal
Kontrol 1,40 5 11,07 Normal
Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
data kelas eksperimen
maupun kelas kontrol kurang dari sama dengan 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
. Jadi, dapat
disimpulkan kedua kelas tersebut masing-masing berdistribusi normal pada
taraf kesalahan α = 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5. Pada kelas
29,5728,01
6,275,14
0
5
10
15
20
25
30
35
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nil
ai
Pre-test
Nilai rata-rata
Simpangan baku
eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa diperoleh hasil pre-test
dengan rentang nilai 16-45, banyak kelas yang diambil 6 dengan panjang
interval kelas 5. Dari kelima interval kelas diperoleh nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
= 1,91
sedangkan nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
dengan dk = 5 dan taraf kesalahan =5% diperoleh
nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
= 11,07. Karena nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
≤ 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
, maka data hasil pre-
test kelas eksperimen berdistribusi normal.
Sementara itu, pada kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 35
siswa diperoleh hasil pre-test dengan rentang nilai 16-39, banyak kelas yang
diambil 6 dengan panjang interval kelas 4. Dari keempat interval kelas
diperoleh nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
= 1,40 sedangkan nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
dengan dk = 5 dan
taraf kesalahan =5% diperoleh nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
= 11,07. Karena nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
≤ 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
, maka data hasil pre-test kelas kontrol berdistribusi normal.
c. Uji Homogenitas Data Pre-test
Uji Homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas
baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang dijadikan sampel
homogen atau tidak. Berdasarkan perhitungan statistik tentang uji
homogenitas varians dengan taraf 𝛼 = 0,05 5% , jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
maka varians data dari kedua kelompok adalah homogen. Hasil uji
homogenitas varians pre-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3.
Hasil Uji Homogenitas Nilai Pre-test
Tes 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Pre-test 1,49 40:34 1,74 Homogen
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (1,49
< 1,74), artinya varians kedua kelompok data pre-test baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol adalah homogen.
d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pre-test
Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan pada kemampuan awal siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kriteria pengujian adalah terima 𝐻0 jika
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan tolak 𝐻0 jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf kepercayaan
𝛼 = 0,05 (5%) dan 𝑑𝑘 = (𝑛2 + 𝑛1 − 2). Berdasarkan uji normalitas dan
uji homogenitas, maka kedua kelompok data pre-test adalah normal dan
homogen. Dengan demikian, uji kesamaan dua rata-rata antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk data pre-test dapat menggunakan uji-t.
Hipotesis statistik yang diuji dalam perhitungan uji-t untuk pre-test adalah
sebagai berikut:
𝐻0 : 𝜇1 = 𝜇2 ∶ Rata-rata hasil belajar fisika yang menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sama dengan
rata-rata hasil belajar fisika yang menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab.
𝐻𝑎 : 𝜇1 ≠ 𝜇2 ∶ Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tidak
sama dengan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Hasil uji-t untuk data pre-test dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4.
Hasil Uji Hipotesis Nilai Pre-test
Tes 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Pre-test 1,14 68 2,00 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,
𝐻0 diterima
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (1,14
< 2,00), maka H0 diterima dan Ha ditolak berarti rata-rata nilai kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama.
Berdasarkan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok yang
diteliti dalam keadaan awal sepadan atau sama, sehingga pada tahap
selanjutnya dapat dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dan pada kelas kontrol menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab.
2. Analisis Data Post-test
Pelaksanaan post-test dilakukan diakhir pembelajaran yaitu pada tanggal
23 Februari 2016 dan diikuti oleh siswa kelas X RPL2 dengan jumlah 35 siswa
untuk kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pada
tanggal 24 Februari 2016 dan diikuti kelas X RPL 3 dengan jumlah 35 siswa.
Post-test digunakan untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran fisika dengan menggunakan model Problem Based
Learning kelas eksperimen dan metode ceramah dan tanya jawab pada kelas
kontrol. Jumlah soal yang diberikan sebagai soal post-test sebanyak lima soal.
a. Analisis Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi usaha dan energi
merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Kemampuan akhir siswa melalui tes akhir didapatkan setelah mengikuti
proses belajar mengajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil
perhitungan dapat dikemukakan skor rata-rata dan simpangan baku dari
hasil post-test seperti pada tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Rekapitulasi Hasil Post-Test Siswa
No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Nilai Rata-rata 72,59 66,4
2 Nilai terbesar 90 83
3 Nilai terkecil 55 48
4 Simpangan Baku 7,75 9,11
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa
pada kelas eksperimen adalah 72,59 dan simpangan baku 7,75. Sedangkan
kelas kontrol dengan rata-rata 66,4 dan simpangan baku 9,11. Dari data ini
menunjukkan selisih rata-rata nilai post-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah sebesar 6,19. Sedangkan selisih simpangan baku kedua kelas
adalah 1,36 setelah diberi perlakuan pembelajaran. Adapun perbedaan hasil
nilai rata-rata post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
gambar 4.4 berikut.
Gambar 4.4. data hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Uji Normalitas Data Post-test
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil post-test siswa
berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik
yang digunakan oleh peneliti mengenai uji normalitas data dengan taraf
kepercayaan 𝛼 = 0,05 (5%), jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 ≤ 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 maka data berdistribusi
normal dan jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 > 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 maka data berdistribusi tidak normal. Dari
hasil perhitungan statistik uji normalitas post-test diperoleh hasil 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
≤
𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
, maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelas berdistribusi normal.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6.
Hasil Uji Normalitas Post-test
Kelas 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dk 𝜒2
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Keterangan
Eksperimen 1,97 5 11,07 Normal
Kontrol 3,30 5 11,07 Normal
Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
data kelas eksperimen
maupun kelas kontrol kurang dari sama dengan 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
. Jadi, dapat
disimpulkan kedua kelas tersebut masing-masing berdistribusi normal pada
taraf kesalahan α = 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5. Pada kelas
eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa diperoleh hasil post-
test dengan rentang nilai 55-90, banyak kelas yang diambil 6 dengan
72,5966,4
7,75 9,11
0
20
40
60
80
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Nil
ai
Post-test
Nilai rata-rata
Simpangan baku
panjang interval kelas 6. Dari keenam interval kelas diperoleh nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
= 1,97 sedangkan nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
dengan dk = 5 dan taraf kesalahan α = 5%
diperoleh nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
= 11,07. Karena nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
≤ 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
, maka data
hasil post-test kelas eksperimen berdistribusi normal.
Sementara itu, pada kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 35
siswa diperoleh hasil post-test dengan rentang nilai 48-89, banyak kelas
yang diambil 6 dengan panjang interval kelas 7. Dari ketujuh interval kelas
diperoleh nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
= 3,30 sedangkan nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
dengan dk = 5 dan
taraf kesalahan = 5% diperoleh nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
= 11,07. Karena nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
≤ 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
, maka data hasil post-test kelas kontrol berdistribusi normal.
c. Uji Homogenitas Data Post-test
Uji homogenitas ini dilakukan untuk melihat apakah data pada kedua
kelas yang diteliti mempunyai varians yang homogen atau tidak.
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik tentang uji homogenitas varians
dengan taraf kepercayaan 𝛼 = 0,05 (5%), jika 𝐹ℎ𝑖𝑢𝑡𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka
varians data dari dua kelompok adalah homogen. Hasil uji homogenitas
varians post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada tabel 4.7.
Tabel 4.7.
Hasil Uji Homogenitas Skor Post-test
Tes Fhitung dk Ftabel Keterangan
Post-test 1,38 (40;34) 1,74 Homogen
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (1,38
< 1,74), artinya varians kedua kelompok data post-test baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol adalah homogen.
d. Uji Hipotesis Data Post-test
Berdasarkan uji normalitas, uji homogenitas maka kedua kelompok
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah normal dan homogen. Dengan
demikian uji kesamaan dua rata-rata kedua kelas untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol menggunakan uji-t. Hipotesis statistik yang diuji dalam
perhitungan uji-t adalah Ho sebagai hipotesis pembanding dan Ha sebagai
hipotesis kerja.
Ho : 𝜇1 ≤ 𝜇2 = Rata-rata hasil belajar fisika yang menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) kurang dari
atau sama dengan rata-rata hasil belajar fisika yang
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Ha : 𝜇1 > 𝜇2 = Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih
dari rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab.
Untuk mengetahui perbandingan uji kesamaan dua rata-rata Post-test
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti pada tabel 4.8.
Tabel 4.8.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Post-test
Tes thitung dk ttabel Keterangan
Post-test 3,06 68 2,00 thitung >ttabel
Tolak Ho;Terima Ha
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf kesalahan 5%
karena thitung > ttabel (3,06 > 2,00), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal
ini berarti bahwa nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih dari rata-rata
hasil belajar fisika yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Pembahasan
Pada penelitian ini permasalahan yang dibahas adalah apakah ada pengaruh
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar fisika
siswa kelas X di SMK Negeri Tugumulyo pada pokok bahasan usaha dan energi.
Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa diberikan tes tertulis dengan bentuk
soal essay yang berjumlah 5 butir soal untuk mengukur kemampuan pengetahuan
yang dicapai dalam pembelajaran.
Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa diberikan tes awal (pre-test)
untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan. Hasil
pre-test diperoleh nilai rata-rata sebesar 29,57 dengan nilai terbesar 45 dan nilai
terkecil 16, simpangan baku sebesar 6,27. Pada saat tes awal (pre-test), masih
terdapat kesalahan pada jawaban siswa. Oleh karena itu nilai yang diperoleh
siswa saat dilaksanakan tes awal (pre-test) masih sangat rendah belum
mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 68. Hal ini disebabkan siswa
belum memahami konsep materi usaha dan energi yang terdapat pada soal.
Setelah pemberian tes awal (pre-test), siswa diberikan perlakuan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebanyak dua kali
pertemuan.
Pembelajaran pada kelas eksperimen yaitu kelas X RPL2 diterapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran berbasis masalah
adalah pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis, keterampilan
pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) ini mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas,
merangsang siswa untuk belajar lebih aktif dan terbiasa untuk menyelesaikan
masalah-masalah sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam
memecahkan permasalahan fisika.
Pada pembelajaran pertama di kelas eksperimen, yaitu peneliti menjelaskan
tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan yang
berisi permasalahan tentang usaha yang harus dijawab oleh siswa. Pada proses
pembelajaran inilah siswa dituntut untuk aktif menjawab, bertanya dan
mengeluarkan pendapat. Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 5-6 siswa. Pembagian kelompok ini terdiri dari enam
kelompok, dimana lima kelompok beranggotakan enam siswa, dan satu kelompok
beranggotakan lima siswa. Selanjutnya guru membagikan LKS pada setiap
kelompok, kemudian di dalam kelompok masing-masing siswa melakukan
percobaan yang telah dipaparkan di dalam LKS dan memecahkan permasalahan
yang terdapat dalam LKS yang telah diberikan. Pada proses ini siswa dituntut
untuk aktif dan berpikir kritis mengeluarkan pendapat serta bekerja sama di
dalam kelompoknya guna menyelesaikan permasalahan, sedangkan peneliti (guru)
hanya sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah dan membantu mendorong
siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang sesuai dengan
permasalahan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap selanjutnya adalah setiap kelompok diminta untuk menyajikan hasil
diskusi di depan kelas. Pada tahap inilah siswa dapat mengembangkan rasa
percaya diri dan kemampuannya di depan kelas, namun kebanyakan siswa masih
cenderung pasif dan hanya diam di tempat duduknya. Kebanyakan siswa
mengatakan bahwa mereka malu ketika maju ke depan kelas untuk
mengungkapkan pendapatnya dan takut salah dengan jawaban yang
dikerjakannya, sehingga mereka memilih diam daripada maju dan berdiri di depan
kelas untuk mengemukakan pendapat.
Tahap selanjutnya, siswa bersama peneliti (guru) bersama-sama melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan yang sudah dilakukan. Pada
pertemuan pertama peneliti mengalami kendala pada waktu. Waktu pada
pertemuan pertama sangat singkat sehingga ada beberapa kelompok yang
presentasi pada pertemuan kedua. Selain itu siswa juga membutuhkan waktu yang
sangat lama dalam menyelesaikan suatu permasalahan sehingga banyak waktu
yang tersita karena hal tersebut. Untuk nilai LKS pada pertemuan pertama materi
usaha yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu kelompok I dengan nilai 77, untuk
nilai terrendah yaitu kelompok II dengan nilai 58 sedangkan kelompok III
mendapat nilai 70, kelompok IV mendapat nilai 67 untuk kelompok V
mendapatkan nilai 73 dan kelompok VI mendapat nilai 60.
Pada pertemuan kedua, siswa lebih aktif dan terlihat antusias dalam
mengungkapkan pendapatnya dalam kelompok ketika melakukan kegiatan
praktikum sesuai pembagian tugas dalam kelompoknya. Pada pertemuan kedua ini
waktu yang digunakan untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi tidak
mengalami kendala karena siswa sudah memiliki kesiapan untuk menyelesaikan
permasalahan. Untuk nilai LKS pertemuan kedua materi energi, kelompok IV
mendapatkan nilai tertinggi dengan nilai 80 dan untuk nilai terrendah adalah
kelompok VI dengan nilai 59 sedangkan untuk kelompok I mendapat nilai 75,
kelompok II mendapat nilai 61 untuk kelompok III mendapat nilai 73 dan
kelompok V mendapat nilai 68.
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), selanjutnya diberikan tes akhir
(post-test) sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan. Hasil
post-test diperoleh nilai rata-rata sebesar 72,59 dengan nilai terbesar 90 dan nilai
terendah 55, simpangan baku sebesar 7,75 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh
nilai rata-rata sebesar 66,4 dengan nilai terbesar 83 dan nilai terkecil 48,
simpangan baku 9,11. Nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
pada kelas eksperimen adalah 1,97 dan pada
kelas kontrol adalah sebesar 3,30 sedangkan nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
kedua kelas baik kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah 11,07 maka kedua kelas tersebut
berdistribusi normal dan homogen. Nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 post-test adalah 1,38 sedangkan
nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 adalah sebesar 1,74 maka nilai post-test antara kedua kelas tersebut
adalah homogen.
Setelah dilakukan uji kesamaan dua rata-rata pada hasil post-test dengan
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (3,06) dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (2,00) karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (3,06 > 2,00), maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo Tahun
Pelajaran 2015/2016.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, didapat nilai rata-rata pre-test
kelas eksperimen 29,57 dan kelas kontrol 28,01. Rata-rata post-test kelas
eksperimen 72,59 dan kelas kontrol 66,4. Pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0,05 dan derajat kebebasan
(dk) = 68, didapat thitung > ttabel (3,06 > 1,69). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo Tahun
Pelajaran 2015/2016.
Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian serta kesimpulan, maka saran yang dapat
diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Siswa diharapkan lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar terutama
penguasaan materi dan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh
guru serta jangan mudah putus asa sampai hasil belajar dapat tercapai dengan
baik.
2. Bagi sekolah, diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan sarana belajar
mengajar yang terdapat di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa
serta memotivasi guru untuk menerapkan pembelajaran fisika dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
3. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini sangat baik
diterapkan di dalam kelas karena model Problem Based Learning (PBL) ini
merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk berpikir kritis,
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, serta dapat membuat siswa menjadi
lebih aktif dan percaya diri.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ashad, dkk. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA N 5 Palu. Jurnal
Pendidikan Fisika 1 (2) 39-43.
Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Bambang Ruwanto. 2006. Asas-Asas Fisika SMA Kelas X Semester 1A. Jakarta:
Yudhistira.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Giancoli, Douglas. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Gunantara, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2 (1)
1-10.
Hamalik, O. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ishaq, Mohamad. 2007. Fisika Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jihad, A dan Haris, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Refika Aditama.
Maisaroh. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode
Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team pada Mata Pelajaran
Keterampilan Dasar Komunikasi Di SMK Negeri Bogor. Jurnal Ekonomi
& Pendidikan, 8 (2) 157-172.
Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Purwanto. 2011. Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Kompetensi
Sistem Koordinasi Melalui Metode Pembelajaran Teaching Game Team
Terhadap Siswa Kelas XI IPA Smart Ekselensia Indonesia Tahun Ajaran
2010/2011. Jurnal Pendidikan 1 (1) 1-14.
Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar mengajar Kreatif Berbasis Sains.
Jogjakarta: Diva Press.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis KomputerMengembangkan
profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah.
Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Syarifudin,dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana 2010.
Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Wulandari, dkk. 2013. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar
Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi 3
(2) 178-191.