PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas...

15
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Salasia Romdini 1 , Ahmad Amin, M.Si. 2 , Ovilia Putri Utami Gumay, M.Pd.Si. 3 Program Studi Pendidikan Fisika STKIP-PGRI Lubuklinggau E-mail: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMK Negeri Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo?” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pre-test post-test control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil secara simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes dalam bentuk uraian sebanyak lima soal. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi α = 0,05, diperoleh nilai t hitung = 3,06 ≥ t tabel = 2,00. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci : Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar. Pendahuluan Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses yang telah dilalui. Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan sumber daya manusia itu sendiri.

Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas...

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMK

NEGERI TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh: Salasia Romdini1,

Ahmad Amin, M.Si.2,

Ovilia Putri Utami Gumay, M.Pd.Si.3

Program Studi Pendidikan Fisika STKIP-PGRI Lubuklinggau

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMK Negeri Tugumulyo

Tahun Pelajaran 2015/2016”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “

Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo?” Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri

Tugumulyo. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pre-test

post-test control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X

RPL 3 yang diambil secara simple random sampling. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan teknik tes dalam bentuk uraian sebanyak lima

soal. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji-t dengan taraf

signifikansi α = 0,05, diperoleh nilai thitung = 3,06 ≥ ttabel = 2,00. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo tahun

pelajaran 2015/2016.

Kata kunci : Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang memerlukan suatu proses

pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses yang telah

dilalui. Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan sumber

daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang

terintegrasi dengan proses peningkatan sumber daya manusia itu sendiri.

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Proses pembelajaran adalah hal yang sangat penting di dalam proses

pendidikan. Banyak hal yang harus diperhatikan oleh guru untuk memilih model

dan metode yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas yaitu

karakteristik materi, karakteristik siswa, sarana dan prasarana serta kemampuan

guru dalam menerapkan model dan metode pembelajaran yang digunakan. Model

dan metode yang dipilih harus disesuaikan dengan materi pokok, adakalanya

materi yang berbeda harus disampaikan dengan cara yang berbeda pula, selain itu

siswa harus aktif untuk mendukung proses belajar mengajar, salah satunya dalam

mata pelajaran fisika yang membutuhkan kerjasama yang baik antara siswa dan

guru.

Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam dan

ilmu yang erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Depdiknas

(2003), salah satu tujuan mata pelajaran fisika di sekolah adalah agar siswa

mampu mengetahui pengetahuan, konsep-konsep dan prinsip fisika serta

mampunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan yang dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan

pada jenjang yang lebih tinggi. Fisika merupakan satu dari mata pelajaran yang

sukar di sekolah lanjutan. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu proses

belajar mengajar yang baik dan kerjasama yang baik pula antara guru dan siswa

agar tujuan pendidikan dalam mempelajari fisika dapat tercapai.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran

fisika di SMK Negeri Tugumulyo, diperoleh informasi bahwa selama proses

belajar mengajar berlangsung siswa kurang aktif dalam mengikuti proses belajar

mengajar sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa rendah dan tidak mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah

untuk mata pelajaran fisika kelas X adalah 68. Hal ini dapat dilihat dari hasil

ulangan harian siswa kelas X RPL tahun pelajaran 2015/2016 yang masih banyak

belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Siswa yang belum tuntas

sebanyak 63,16% atau 96 siswa dan siswa yang tuntas sebanyak 36,84% atau 56

siswa dari jumlah seluruh siswa kelas X RPL sebanyak 152 siswa.

Hasil belajar siswa yang rendah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran fisika. Selain itu, dikarenakan

siswa kurang memiliki minat dalam belajar fisika, menganggap fisika adalah

pelajaran yang hanya menuntut siswa harus menghafal rumus-rumus sehingga

bisa mengerjakan soal, dan siswa belum dibiasakan belajar fisika dengan

mengutamakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan.

Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas belum secara

maksimal dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan

permasalahan sehingga diperlukan upaya untuk mengembangkan keterampilan

siswa dalam berpikir dalam pembelajaran fisika. Usaha yang dapat dilakukan guru

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

adalah dengan menerapkan suatu model pembelajaran fisika yang dapat memupuk

sikap ilmiah siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajarnya.

Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.

Melalui model pembelajaran berbasis masalah konsep fisika dipelajari oleh siswa

dengan pemberian masalah yang berhubungan dengan dunia nyata siswa. Masalah

adalah kekuatan utama dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah. Masalah

dapat merangsang rasa ingin tahu siswa, keinginan untuk mengamati, motivasi,

serta keterlibatan seseorang atas satu hal.

Ashad (2015:40), model pembelajaran berbasis masalah merupakan

pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga

merangsang siswa untuk belajar. Selain itu, siswa dapat terlibat langsung dalam

pembelajaran lebih aktif dan terbiasa serta terlatih untuk mampu memecahkan

atau menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan sehingga dapat

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah fisika pada siswa.

Pada model pembelajaran ini peran guru adalah mengajukan masalah,

mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, memberikan

fasilitas penelitian, dan melakukan penelitian. Beberapa penelitian pembelajaran

berbasis masalah telah sukses di antaranya dilakukan oleh Surjono (2013)

menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah terbukti sebagai

model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

Penelitian pembelajaran berbasis masalah juga sukses dilakukan oleh Sunariyati

dan Dantes (2014) pada mata pelajaran Fisika kelas XI IPA SMA Negeri Kuta

menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dapat meningkatkan hasil belajar siswa (2) terdapat perbedaan keterampilan

berpikir kritis antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah dengan siswa yang menggunakan model konvensional (3)

terdapat perbedaan sikap ilmiah antara siswa yang belajar menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang menggunakan model

konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa model Problem Based Learning telah

teruji secara empiris.

Hasil dari beberapa penelitian menyatakan pembelajaran berbasis masalah

merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada teori konstruktivisme.

Fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja

mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga

metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan latar belakang

yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap

Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMK Negeri Tugumulyo Tahun Pelajaran

2015/2016”.

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2010:203). Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain Pre-test

post-test control group design, yaitu terdapat dua kelompok yang diberikan pre-

test dan post-test untuk dapat membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

Adapun desain eksperimen menurut Arikunto (2010:126) dapat dilihat pada tabel

3.1.

Tabel 3.1.

Pre-test Post-test Control Group Design

Group Pre-test Treatment Post-test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 O4

(Sumber : Arikunto, 2010:126)

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri

Tugumulyo tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari sembilan kelas yang

berjumlah 321 siswa. Dalam penelitian ini sampel diambil secara acak (Simple

Random Sampling) dengan cara pengundian. Simple Random Sampling adalah

setiap sampel memberikan peluang yang sama diantara populasi. Berdasarkan

hasil pengundian didapatkan dua sampel penelitian yaitu Kelas X RPL2 dan X

RPL3. Kelas X RPL2 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Kelas X

RPL3 sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode

ceramah dan tanya jawab.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Penelitian pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

terhadap hasil belajar ini dilakukan di SMK Negeri Tugumulyo pada kelas X

Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Januari 2016

sampai tanggal 25 Februari 2016. Adapun jumlah siswa kelas X adalah 321 siswa

yang terdiri dari 9 kelas. Dari 9 kelas tersebut diambil dua kelas secara acak untuk

dijadikan sampel penelitian yang akan diberi perlakuan dengan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Setelah dilakukan pengundian

maka terpilihlah kelas X RPL2 yang berjumlah 35 siswa sebagai kelas eksperimen

dan kelas X RPL3 yang berjumlah 35 siswa sebagai kelas kontrol. Pada kelas

eksperimen diberi perlakukan dengan menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL). Sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji

coba instrument tes yang bertujuan untuk mengetahui kualitas soal yang akan

digunakan. Uji coba instrument dilaksanakan di kelas XI RPL3 SMK Negeri

Tugumulyo pada tanggal 25 Januari 2016 dengan jumlah siswa yang ikut

melaksanakan uji coba instrument ini adalah 27 siswa.

Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti terlebih dahulu

menginformasikan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan

materi yang akan diajarkan adalah usaha dan energi. Jumlah pertemuan dalam

penelitian ini sebanyak empat kali setiap kelas, dengan rincian pada kelas

eksperimen satu kali pemberian pre-test, dua kali proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dan satu

kali pemberian post-test, dan pada kelas kontrol satu kali pemberian pre-test, dua

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

kali proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab,

dan satu kali pemberian post-test.

Pemberian pre-test ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

tentang materi usaha dan energi. Pada kelas eksperimen pre-test dilaksanakan

pada tanggal 02 Februari 2016 sedangkan kelas kontrol pada tanggal 03 Februari

2016. Kemudian setelah kemampuan awal siswa diketahui, kemudian dilanjutkan

dengan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) pada kelas eksperimen dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan

yaitu dilaksanakan pada tanggal 09 Februari 2016 dan 16 Februari 2016,

sedangkan kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2016 dan 17

Februari 2016 dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

Pemberian post-test dilakukan diakhir pertemuan yaitu pada tanggal 23

Februari 2016 untuk kelas eksperimen dan tanggal 24 Februari 2016 untuk kelas

kontrol. Pemberian post-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa

mengenai materi usaha dan energi setelah diterapkannya model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL).

1. Analisis Data Pre-test

Pada pertemuan pertama dilakukan pre-test yang dilaksanakan pada

tanggal 02 Februari 2016 dan diikuti oleh 35 siswa untuk kelas eksperimen

sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2016 dan

diikuti oleh 35 siswa. Pre-test ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan siswa sebelum diberikan pembelajaran fisika dengan

menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada kelas eksperimen

dan metode ceramah dan tanya jawab pada kelas kontrol. Soal yang digunakan

dalam pre-test sebanyak 5 soal dalam bentuk soal essay, dimana soal tersebut

sudah diketahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa tidak ada satupun siswa yang

mendapat nilai ≥ 68 diantara kedua kelas tersebut.. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa hasil pre-test pada kelas eksperimen sebelum menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan kelas kontrol menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab dikategorikan belum baik karena nilai rata-

rata siswa kurang dari 68.

a. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku

Berdasarkan pengolahan data hasil belajar pre-test siswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata (𝑋 ) dan simpangan

baku seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1.

Rekapitulasi Hasil Pre-test Siswa

No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

1 Nilai Rata-rata 29,57 28,01

2 Nilai Terbesar 45 39

3 Nilai Terkecil 16 16

4 Simpangan Baku 6,27 5,14

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa skor rata-rata kelas

eksperimen 29,57 dan simpangan baku sebesar 6,27, sedangkan kelas

kontrol skor rata-rata 28,01 dan simpangan baku sebesar 5,14 dari data ini

menunjukkan selisih rata-rata nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas

kontrol adalah sebesar 1,56. Sedangkan selisih simpangan baku kedua kelas

adalah 1,13, karena selisih rata-rata nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas

kontrol tidak terlalu besar maka kedua kelas tersebut dapat diberi perlakuan.

Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dan kelas kontrol menggunakan metode

ceramah dan tanya jawab. Adapun perbedaan hasil nilai rata-rata pre-test

kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.1 diagram

batang sebagai berikut.

Gambar 4.1. data hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah

data hasil pre-test kedua kelas berdistribusi normal atau tidak, jika

𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

≤ 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

, maka data berdistribusi normal sedangkan jika

𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

> 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

, maka data berdistribusi tidak normal, dengan taraf

kepercayaan α =0,05 dan derajat kebebasan dimana (dk = k-1), dimana k

adalah banyak kelas interval. Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh

hasil uji normalitas data pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat

dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2.

Hasil Uji Normalitas Pre-test

Kelas 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

dk 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

Keterangan

Eksperimen 1,91 5 11,07 Normal

Kontrol 1,40 5 11,07 Normal

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

data kelas eksperimen

maupun kelas kontrol kurang dari sama dengan 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

. Jadi, dapat

disimpulkan kedua kelas tersebut masing-masing berdistribusi normal pada

taraf kesalahan α = 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5. Pada kelas

29,5728,01

6,275,14

0

5

10

15

20

25

30

35

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nil

ai

Pre-test

Nilai rata-rata

Simpangan baku

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa diperoleh hasil pre-test

dengan rentang nilai 16-45, banyak kelas yang diambil 6 dengan panjang

interval kelas 5. Dari kelima interval kelas diperoleh nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

= 1,91

sedangkan nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

dengan dk = 5 dan taraf kesalahan =5% diperoleh

nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

= 11,07. Karena nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

≤ 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

, maka data hasil pre-

test kelas eksperimen berdistribusi normal.

Sementara itu, pada kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 35

siswa diperoleh hasil pre-test dengan rentang nilai 16-39, banyak kelas yang

diambil 6 dengan panjang interval kelas 4. Dari keempat interval kelas

diperoleh nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

= 1,40 sedangkan nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

dengan dk = 5 dan

taraf kesalahan =5% diperoleh nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

= 11,07. Karena nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

≤ 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

, maka data hasil pre-test kelas kontrol berdistribusi normal.

c. Uji Homogenitas Data Pre-test

Uji Homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas

baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang dijadikan sampel

homogen atau tidak. Berdasarkan perhitungan statistik tentang uji

homogenitas varians dengan taraf 𝛼 = 0,05 5% , jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

maka varians data dari kedua kelompok adalah homogen. Hasil uji

homogenitas varians pre-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3.

Hasil Uji Homogenitas Nilai Pre-test

Tes 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan

Pre-test 1,49 40:34 1,74 Homogen

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (1,49

< 1,74), artinya varians kedua kelompok data pre-test baik kelas eksperimen

maupun kelas kontrol adalah homogen.

d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pre-test

Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya perbedaan pada kemampuan awal siswa pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kriteria pengujian adalah terima 𝐻0 jika

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan tolak 𝐻0 jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf kepercayaan

𝛼 = 0,05 (5%) dan 𝑑𝑘 = (𝑛2 + 𝑛1 − 2). Berdasarkan uji normalitas dan

uji homogenitas, maka kedua kelompok data pre-test adalah normal dan

homogen. Dengan demikian, uji kesamaan dua rata-rata antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol untuk data pre-test dapat menggunakan uji-t.

Hipotesis statistik yang diuji dalam perhitungan uji-t untuk pre-test adalah

sebagai berikut:

𝐻0 : 𝜇1 = 𝜇2 ∶ Rata-rata hasil belajar fisika yang menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sama dengan

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

rata-rata hasil belajar fisika yang menggunakan metode

ceramah dan tanya jawab.

𝐻𝑎 : 𝜇1 ≠ 𝜇2 ∶ Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tidak

sama dengan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

Hasil uji-t untuk data pre-test dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4.

Hasil Uji Hipotesis Nilai Pre-test

Tes 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan

Pre-test 1,14 68 2,00 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,

𝐻0 diterima

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (1,14

< 2,00), maka H0 diterima dan Ha ditolak berarti rata-rata nilai kelas

eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama.

Berdasarkan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok yang

diteliti dalam keadaan awal sepadan atau sama, sehingga pada tahap

selanjutnya dapat dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dan pada kelas kontrol menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab.

2. Analisis Data Post-test

Pelaksanaan post-test dilakukan diakhir pembelajaran yaitu pada tanggal

23 Februari 2016 dan diikuti oleh siswa kelas X RPL2 dengan jumlah 35 siswa

untuk kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pada

tanggal 24 Februari 2016 dan diikuti kelas X RPL 3 dengan jumlah 35 siswa.

Post-test digunakan untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa setelah

mengikuti pembelajaran fisika dengan menggunakan model Problem Based

Learning kelas eksperimen dan metode ceramah dan tanya jawab pada kelas

kontrol. Jumlah soal yang diberikan sebagai soal post-test sebanyak lima soal.

a. Analisis Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku

Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi usaha dan energi

merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Kemampuan akhir siswa melalui tes akhir didapatkan setelah mengikuti

proses belajar mengajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil

perhitungan dapat dikemukakan skor rata-rata dan simpangan baku dari

hasil post-test seperti pada tabel 4.5.

Tabel 4.5.

Rekapitulasi Hasil Post-Test Siswa

No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

1 Nilai Rata-rata 72,59 66,4

2 Nilai terbesar 90 83

3 Nilai terkecil 55 48

4 Simpangan Baku 7,75 9,11

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa

pada kelas eksperimen adalah 72,59 dan simpangan baku 7,75. Sedangkan

kelas kontrol dengan rata-rata 66,4 dan simpangan baku 9,11. Dari data ini

menunjukkan selisih rata-rata nilai post-test kelas eksperimen dan kelas

kontrol adalah sebesar 6,19. Sedangkan selisih simpangan baku kedua kelas

adalah 1,36 setelah diberi perlakuan pembelajaran. Adapun perbedaan hasil

nilai rata-rata post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada

gambar 4.4 berikut.

Gambar 4.4. data hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Uji Normalitas Data Post-test

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil post-test siswa

berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik

yang digunakan oleh peneliti mengenai uji normalitas data dengan taraf

kepercayaan 𝛼 = 0,05 (5%), jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 ≤ 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 maka data berdistribusi

normal dan jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 > 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 maka data berdistribusi tidak normal. Dari

hasil perhitungan statistik uji normalitas post-test diperoleh hasil 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

, maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelas berdistribusi normal.

Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6.

Hasil Uji Normalitas Post-test

Kelas 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dk 𝜒2

𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Keterangan

Eksperimen 1,97 5 11,07 Normal

Kontrol 3,30 5 11,07 Normal

Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

data kelas eksperimen

maupun kelas kontrol kurang dari sama dengan 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

. Jadi, dapat

disimpulkan kedua kelas tersebut masing-masing berdistribusi normal pada

taraf kesalahan α = 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5. Pada kelas

eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa diperoleh hasil post-

test dengan rentang nilai 55-90, banyak kelas yang diambil 6 dengan

72,5966,4

7,75 9,11

0

20

40

60

80

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Nil

ai

Post-test

Nilai rata-rata

Simpangan baku

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

panjang interval kelas 6. Dari keenam interval kelas diperoleh nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

= 1,97 sedangkan nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

dengan dk = 5 dan taraf kesalahan α = 5%

diperoleh nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

= 11,07. Karena nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

≤ 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

, maka data

hasil post-test kelas eksperimen berdistribusi normal.

Sementara itu, pada kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 35

siswa diperoleh hasil post-test dengan rentang nilai 48-89, banyak kelas

yang diambil 6 dengan panjang interval kelas 7. Dari ketujuh interval kelas

diperoleh nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

= 3,30 sedangkan nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

dengan dk = 5 dan

taraf kesalahan = 5% diperoleh nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

= 11,07. Karena nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

≤ 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

, maka data hasil post-test kelas kontrol berdistribusi normal.

c. Uji Homogenitas Data Post-test

Uji homogenitas ini dilakukan untuk melihat apakah data pada kedua

kelas yang diteliti mempunyai varians yang homogen atau tidak.

Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik tentang uji homogenitas varians

dengan taraf kepercayaan 𝛼 = 0,05 (5%), jika 𝐹ℎ𝑖𝑢𝑡𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka

varians data dari dua kelompok adalah homogen. Hasil uji homogenitas

varians post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat

pada tabel 4.7.

Tabel 4.7.

Hasil Uji Homogenitas Skor Post-test

Tes Fhitung dk Ftabel Keterangan

Post-test 1,38 (40;34) 1,74 Homogen

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (1,38

< 1,74), artinya varians kedua kelompok data post-test baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol adalah homogen.

d. Uji Hipotesis Data Post-test

Berdasarkan uji normalitas, uji homogenitas maka kedua kelompok

kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah normal dan homogen. Dengan

demikian uji kesamaan dua rata-rata kedua kelas untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol menggunakan uji-t. Hipotesis statistik yang diuji dalam

perhitungan uji-t adalah Ho sebagai hipotesis pembanding dan Ha sebagai

hipotesis kerja.

Ho : 𝜇1 ≤ 𝜇2 = Rata-rata hasil belajar fisika yang menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) kurang dari

atau sama dengan rata-rata hasil belajar fisika yang

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

Ha : 𝜇1 > 𝜇2 = Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih

dari rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab.

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

Untuk mengetahui perbandingan uji kesamaan dua rata-rata Post-test

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti pada tabel 4.8.

Tabel 4.8.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata Post-test

Tes thitung dk ttabel Keterangan

Post-test 3,06 68 2,00 thitung >ttabel

Tolak Ho;Terima Ha

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf kesalahan 5%

karena thitung > ttabel (3,06 > 2,00), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal

ini berarti bahwa nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih dari rata-rata

hasil belajar fisika yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

Pembahasan

Pada penelitian ini permasalahan yang dibahas adalah apakah ada pengaruh

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar fisika

siswa kelas X di SMK Negeri Tugumulyo pada pokok bahasan usaha dan energi.

Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa diberikan tes tertulis dengan bentuk

soal essay yang berjumlah 5 butir soal untuk mengukur kemampuan pengetahuan

yang dicapai dalam pembelajaran.

Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa diberikan tes awal (pre-test)

untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan. Hasil

pre-test diperoleh nilai rata-rata sebesar 29,57 dengan nilai terbesar 45 dan nilai

terkecil 16, simpangan baku sebesar 6,27. Pada saat tes awal (pre-test), masih

terdapat kesalahan pada jawaban siswa. Oleh karena itu nilai yang diperoleh

siswa saat dilaksanakan tes awal (pre-test) masih sangat rendah belum

mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 68. Hal ini disebabkan siswa

belum memahami konsep materi usaha dan energi yang terdapat pada soal.

Setelah pemberian tes awal (pre-test), siswa diberikan perlakuan menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebanyak dua kali

pertemuan.

Pembelajaran pada kelas eksperimen yaitu kelas X RPL2 diterapkan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran berbasis masalah

adalah pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis, keterampilan

pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari

materi pelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) ini mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas,

merangsang siswa untuk belajar lebih aktif dan terbiasa untuk menyelesaikan

masalah-masalah sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam

memecahkan permasalahan fisika.

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

Pada pembelajaran pertama di kelas eksperimen, yaitu peneliti menjelaskan

tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan yang

berisi permasalahan tentang usaha yang harus dijawab oleh siswa. Pada proses

pembelajaran inilah siswa dituntut untuk aktif menjawab, bertanya dan

mengeluarkan pendapat. Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok

yang beranggotakan 5-6 siswa. Pembagian kelompok ini terdiri dari enam

kelompok, dimana lima kelompok beranggotakan enam siswa, dan satu kelompok

beranggotakan lima siswa. Selanjutnya guru membagikan LKS pada setiap

kelompok, kemudian di dalam kelompok masing-masing siswa melakukan

percobaan yang telah dipaparkan di dalam LKS dan memecahkan permasalahan

yang terdapat dalam LKS yang telah diberikan. Pada proses ini siswa dituntut

untuk aktif dan berpikir kritis mengeluarkan pendapat serta bekerja sama di

dalam kelompoknya guna menyelesaikan permasalahan, sedangkan peneliti (guru)

hanya sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah dan membantu mendorong

siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang sesuai dengan

permasalahan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap selanjutnya adalah setiap kelompok diminta untuk menyajikan hasil

diskusi di depan kelas. Pada tahap inilah siswa dapat mengembangkan rasa

percaya diri dan kemampuannya di depan kelas, namun kebanyakan siswa masih

cenderung pasif dan hanya diam di tempat duduknya. Kebanyakan siswa

mengatakan bahwa mereka malu ketika maju ke depan kelas untuk

mengungkapkan pendapatnya dan takut salah dengan jawaban yang

dikerjakannya, sehingga mereka memilih diam daripada maju dan berdiri di depan

kelas untuk mengemukakan pendapat.

Tahap selanjutnya, siswa bersama peneliti (guru) bersama-sama melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan yang sudah dilakukan. Pada

pertemuan pertama peneliti mengalami kendala pada waktu. Waktu pada

pertemuan pertama sangat singkat sehingga ada beberapa kelompok yang

presentasi pada pertemuan kedua. Selain itu siswa juga membutuhkan waktu yang

sangat lama dalam menyelesaikan suatu permasalahan sehingga banyak waktu

yang tersita karena hal tersebut. Untuk nilai LKS pada pertemuan pertama materi

usaha yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu kelompok I dengan nilai 77, untuk

nilai terrendah yaitu kelompok II dengan nilai 58 sedangkan kelompok III

mendapat nilai 70, kelompok IV mendapat nilai 67 untuk kelompok V

mendapatkan nilai 73 dan kelompok VI mendapat nilai 60.

Pada pertemuan kedua, siswa lebih aktif dan terlihat antusias dalam

mengungkapkan pendapatnya dalam kelompok ketika melakukan kegiatan

praktikum sesuai pembagian tugas dalam kelompoknya. Pada pertemuan kedua ini

waktu yang digunakan untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi tidak

mengalami kendala karena siswa sudah memiliki kesiapan untuk menyelesaikan

permasalahan. Untuk nilai LKS pertemuan kedua materi energi, kelompok IV

mendapatkan nilai tertinggi dengan nilai 80 dan untuk nilai terrendah adalah

kelompok VI dengan nilai 59 sedangkan untuk kelompok I mendapat nilai 75,

kelompok II mendapat nilai 61 untuk kelompok III mendapat nilai 73 dan

kelompok V mendapat nilai 68.

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL), selanjutnya diberikan tes akhir

(post-test) sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan. Hasil

post-test diperoleh nilai rata-rata sebesar 72,59 dengan nilai terbesar 90 dan nilai

terendah 55, simpangan baku sebesar 7,75 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh

nilai rata-rata sebesar 66,4 dengan nilai terbesar 83 dan nilai terkecil 48,

simpangan baku 9,11. Nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

pada kelas eksperimen adalah 1,97 dan pada

kelas kontrol adalah sebesar 3,30 sedangkan nilai 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

kedua kelas baik kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah 11,07 maka kedua kelas tersebut

berdistribusi normal dan homogen. Nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 post-test adalah 1,38 sedangkan

nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 adalah sebesar 1,74 maka nilai post-test antara kedua kelas tersebut

adalah homogen.

Setelah dilakukan uji kesamaan dua rata-rata pada hasil post-test dengan

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (3,06) dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (2,00) karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (3,06 > 2,00), maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo Tahun

Pelajaran 2015/2016.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, didapat nilai rata-rata pre-test

kelas eksperimen 29,57 dan kelas kontrol 28,01. Rata-rata post-test kelas

eksperimen 72,59 dan kelas kontrol 66,4. Pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0,05 dan derajat kebebasan

(dk) = 68, didapat thitung > ttabel (3,06 > 1,69). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMK Negeri Tugumulyo Tahun

Pelajaran 2015/2016.

Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian serta kesimpulan, maka saran yang dapat

diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Siswa diharapkan lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar terutama

penguasaan materi dan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh

guru serta jangan mudah putus asa sampai hasil belajar dapat tercapai dengan

baik.

2. Bagi sekolah, diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan sarana belajar

mengajar yang terdapat di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa

serta memotivasi guru untuk menerapkan pembelajaran fisika dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

3. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini sangat baik

diterapkan di dalam kelas karena model Problem Based Learning (PBL) ini

merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk berpikir kritis,

dapat meningkatkan hasil belajar siswa, serta dapat membuat siswa menjadi

lebih aktif dan percaya diri.

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Ashad, dkk. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap

Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA N 5 Palu. Jurnal

Pendidikan Fisika 1 (2) 39-43.

Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Bambang Ruwanto. 2006. Asas-Asas Fisika SMA Kelas X Semester 1A. Jakarta:

Yudhistira.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Giancoli, Douglas. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Gunantara, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2 (1)

1-10.

Hamalik, O. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ishaq, Mohamad. 2007. Fisika Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jihad, A dan Haris, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung: Refika Aditama.

Maisaroh. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode

Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team pada Mata Pelajaran

Keterampilan Dasar Komunikasi Di SMK Negeri Bogor. Jurnal Ekonomi

& Pendidikan, 8 (2) 157-172.

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

Purwanto. 2011. Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Kompetensi

Sistem Koordinasi Melalui Metode Pembelajaran Teaching Game Team

Terhadap Siswa Kelas XI IPA Smart Ekselensia Indonesia Tahun Ajaran

2010/2011. Jurnal Pendidikan 1 (1) 1-14.

Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar mengajar Kreatif Berbasis Sains.

Jogjakarta: Diva Press.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis KomputerMengembangkan

profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL...pdfkelas X SMK Negeri Tugumulyo. Sebagai sampel adalah kelas X RPL 2 dan X RPL 3 yang diambil

Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi

Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah.

Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Syarifudin,dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana 2010.

Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan

Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wulandari, dkk. 2013. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar

Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi 3

(2) 178-191.