PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Oleh karena itu, minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar siswa karena bila bahan mata pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan mata pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar yang sebelumnya tidak dapat dilakukan dan terjadi suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini meliputi seluruh pribadi siswa, baik dalam hal aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif). Untuk itu, dalam meningkatkan minat belajar siswa tersebut, pihak sekolah harus melakukan suatu revitalisasi fungsi dan peranannya dalam proses pembelajaran dimana dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dilingkungannya berada. Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sudah melakukan revitalisasi fungsi dan peranannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung, dimana pengembangan minat belajar siswa, khususnya pada program pembelajaran kewirausahaan ada di dalamnya. Berdasarkan SK Mendiknas Nomor: 3587/C5.3/Kep/KU/2007 tanggal 27 Juli 2007, SMK

Transcript of PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating...

Page 1: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating forcea-research.upi.edu/operator/upload/s_pkr_0705727_chapter1.pdf · 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force

yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Oleh karena itu,

minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar siswa karena bila bahan

mata pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa

tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik

baginya. Sedangkan bila bahan mata pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia

akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah

kegiatan belajar yang sebelumnya tidak dapat dilakukan dan terjadi suatu

perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini meliputi seluruh pribadi

siswa, baik dalam hal aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya

(psikomotor), maupun sikapnya (afektif). Untuk itu, dalam meningkatkan minat

belajar siswa tersebut, pihak sekolah harus melakukan suatu revitalisasi fungsi dan

peranannya dalam proses pembelajaran dimana dapat dilakukan dalam bentuk

kegiatan siswa bekerja dilingkungannya berada.

Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sudah melakukan

revitalisasi fungsi dan peranannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Negeri 11 Bandung, dimana pengembangan minat belajar siswa, khususnya pada

program pembelajaran kewirausahaan ada di dalamnya. Berdasarkan SK

Mendiknas Nomor: 3587/C5.3/Kep/KU/2007 tanggal 27 Juli 2007, SMK

Page 2: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating forcea-research.upi.edu/operator/upload/s_pkr_0705727_chapter1.pdf · 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X

2

Negeri 11 Bandung dinominasikan menjadi Rintisan Sekolah Berstandar

Internasional (RSBI). Tahun 2007 merupakan era baru dengan akan

diterapkannya pencapaian visi lembaga berdasarkan profil Sekolah Berstandar

Internasional.

Misi SMK Negeri 11 Bandung disingkat SMK, yaitu: Siap memberikan

layanan pendidikan yang berkualitas tinggi, Mewujudkan proses pembelajaran

bagi siswa dengan memberi keteladanan, memotivasi, mengilhami,

memberdayakan, dan membudayakan, dan Komitmen tinggi dan kreatif untuk

menghasilkan tamatan yang cerdas, mandiri dan kompetitif dengan kebutuhan

masyarakat lokal dan global.

Pada revitalisasi fungsi dan peranan serta misinya tersebut dapat

disimpulkan bahwa SMK Negeri 11 Bandung berusaha meningkatkan minat

belajar pada siswanya terutama pada program-program pembelajaran

kewirausahaan untuk meraih sasaran yang hendak dicapai dengan tujuan

menghasilkan tamatan yang mampu mengembangkan diri/mandiri, sehingga

menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif. Namun, yang menjadi

permasalahannya adalah bagaimana memaksimalkan agar siswa mempunyai

minat belajar yang tinggi pada program pembelajaran kewirausahaan?

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

dengan koordinator BP/BK sekaligus guru Kewirausahaan SMK Negeri 11

Bandung, yaitu Ibu Dra. Hj. Euis Duryatiningsih pada hari Sabtu, tanggal 16 April

2011, diperoleh hasil bahwa secara umum diduga terjadi penurunan minat belajar

siswa kelas X. Hal ini dikarenakan prakarsa dan inisiatif belajar yang kurang

Page 3: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating forcea-research.upi.edu/operator/upload/s_pkr_0705727_chapter1.pdf · 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X

3

optimal. Fenomena itu ditandai oleh kurangnya efektivitas dan efisiensi

penggunaan waktu dalam belajar dikarenakan kapasitas ruang kelas yang terbatas,

dan banyaknya siswa yang kurang disiplin, seperti siswa sering terlambat masuk

sekolah. Contoh lain, gejala masih rendahnya minat belajar siswa adalah dalam

hal ketertarikan untuk belajar, seperti terlihat pada tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1. 1

Daftar Nilai Rata-Rata UAS Semester Ganjil Mata Pelajaran KWU

Tahun Ajaran 2010/2011

NO. KELAS NILAI RATA-RATA

1 X TKJ 85,6 2 X MM 1 74,4 3 X MM 2 81,1 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X PM 1 65,6 9 X PM 2 77,4 10 X AK 1 88,1 11 X AK 2 82,8 12 X AK 3 87,8 13 X AK 4 86,3

Sumber : Tim Guru Kewirausahaan SMK Negeri 11 Bandung

Dilihat dari tabel daftar nilai rata-rata nilai UAS semester ganjil kelas X

pada mata pelajaran kewirausahaan, tidak semua kelas X mempunyai nilai rata-

rata diatas KKM yaitu 70, hal ini membuktikan bahwa belum meratanya

ketertarikan siswa untuk belajar mata kuliah kewirausahaan.

Page 4: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating forcea-research.upi.edu/operator/upload/s_pkr_0705727_chapter1.pdf · 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X

90%

Kelas X

Kelas XI

Kelas XII

Secara umum, mengenai

bisa dilihat dari segi motivasi belajar dimana

Untuk itu, berdasarkan

bahwa:

Persentase

Pada gambar

tingkat kehadiran siswa mengalami penurunan dari tahun ke tahun

XI, maupun XII. Pada

menjadi 94% pada tahun 2010 atau selisih

sebenarnya konsep SMK sangat baik, dimana

dan dibekali pula dengan kemandirian

mengurangi pengangguran yang berpend

motivasi siswa di SMK harus

pendidikan sederajat lainnya

Sumber : Tata Usaha (TU) SMK Negeri 11 Bandung

92% 94% 96% 98%

97%

97%

98%

96%

98%

94%

96%

97%

Secara umum, mengenai kenyataan rendahnya tingkat minat belajar siswa

bisa dilihat dari segi motivasi belajar dimana faktor kehadiran menja

Untuk itu, berdasarkan data rekapan tahunan tingkat kehadiran sisw

Gambar 1. 1

Persentase Rata-Rata Tingkat Kehadiran per-Tahun

Pada gambar tersebut membuktikan motivasi siswa yang dilihat dari

kehadiran siswa mengalami penurunan dari tahun ke tahun

XI, maupun XII. Pada kelas X saja dari 97% tingkat kehadiran pada tahun 2008

menjadi 94% pada tahun 2010 atau selisih 3%. Hal ini menjadi sangat ironis sebab

konsep SMK sangat baik, dimana siswa di didik untuk siap bekerja

dan dibekali pula dengan kemandirian supaya bisa menjadi salah satu solusi dalam

mengurangi pengangguran yang berpendidikan, sehingga seharusnya

di SMK harus tinggi dan lebih baik dari siswa

sederajat lainnya.

Sumber : Tata Usaha (TU) SMK Negeri 11 Bandung

4

100%

99%

2010

2009

2008

rendahnya tingkat minat belajar siswa

enjadi acuannya.

data rekapan tahunan tingkat kehadiran siswa menunjukan

Tahun

motivasi siswa yang dilihat dari

kehadiran siswa mengalami penurunan dari tahun ke tahun baik kelas X,

pada tahun 2008

Hal ini menjadi sangat ironis sebab

didik untuk siap bekerja

menjadi salah satu solusi dalam

, sehingga seharusnya tingkat

siswa-siswa ditingkat

Page 5: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating forcea-research.upi.edu/operator/upload/s_pkr_0705727_chapter1.pdf · 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X

5

Pihak lain menilai bahwa pola pembentukan SMK di Indonesia lebih

berbasis pada kuantitas dan kurang memperhatikan mutu atau kualitasnya. Jika

demikian, maka gejala ini tentu perlu segera diperbaiki agar tidak semakin

mengakar. Mengatasi masalah tersebut, diperlukan penyelenggaraan pusat-pusat

keunggulan keahlian untuk memetakan lulusan SMK agar lebih bermutu dan

berdaya saing. Di samping itu, upaya sosialisasi SMK sekarang ini, perlu di

imbangi pula dengan peningkatan kualitas dan bertumpu pada lulusan yang

bermutu.

Sebenarnya pemerintah sendiri melalui Kemendiknas sudah melaksanakan

program dalam memajukan minat belajar siswa yaitu dengan menggalakkan

kompetensi, khususnya kewirausahaan kepada siswa SMK melalui mata pelajaran

kewirausahaan. Penambahan kompetensi siswa terkait kewirausahaan juga

didukung dengan program tahunan Kemendiknas yaitu Lomba Kompetensi Siswa

(LKS) (www.beritajakarta.com). Ada juga program three plus one khusus bagi

siswa SMK yang telah menempuh Ujian Nasional sebagai pengganti magang.

Walaupun pembekalan program-program pembelajaran kewirausahaan ini cukup

aplikatif sebagai wahana belajar berkompetisi dan berwirausaha, tetapi sayangnya

kurang efektif dalam output yang dihasilkan sebab kalangan terdidik cenderung

menghindari pilihan pekerjaan ini karena preferensi mereka terhadap pekerjaan

kantoran lebih tinggi. Hal tersebut ditegaskan pula oleh pengamat pendidikan

Darmaningtyas (2008) yang mengemukakan bahwa:

Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar keinginan mendapat pekerjaan yang aman. Mereka tak berani ambil pekerjaan berisiko seperti berwirausaha. Pilihan status pekerjaan utama para lulusan perguruan tinggi adalah sebagai karyawan atau buruh, dalam artian bekerja pada orang lain

Page 6: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating forcea-research.upi.edu/operator/upload/s_pkr_0705727_chapter1.pdf · 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X

6

atau instansi atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah atau gaji rutin.

Fenomena yang telah dijelaskan di atas, memberi peluang bagi peneliti

untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

minat belajar siswa. Hal ini dilakukan untuk memecahkan masalah yang

terjadi di SMK Negeri 11 Bandung, yaitu rendahnya minat belajar siswa.

Slameto (2003:54) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat

belajar siswa, yaitu:

1. Faktor Intern: a) Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologis, seperti intelegensi, perhatian, bakat,

kematangan, dan kesiapan. c) Faktor kelelahan.

2. Faktor Ekstern: a) Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, kompetensi guru, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar penilaian diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

Berdasarkan pendapat dari Slameto, peneliti menduga kompetensi guru

yang ada pada faktor sekolah menjadi penyebab rendahnya minat belajar siswa.

Kemungkinan guru kurang mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas

pembelajaran, sehingga minat belajar pada siswanya pun kurang.

Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah rendahnya minat

belajar siswa, yaitu menggunakan pendekatan belajar. Menurut Gagne belajar

merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah

belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya

Page 7: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating forcea-research.upi.edu/operator/upload/s_pkr_0705727_chapter1.pdf · 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X

7

kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan dan (ii)

proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian belajar adalah

seperangkap proses kognitif yang mengubah sifat simulasi lingkungan, melewati

pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Disini Gagne berpendapat bahwa

belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi

internal, dan hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

terutama mengenai kompetensi guru, serta bagaimana pengaruhnya terhadap

minat belajar siswa yang dituangkan dalam judul skripsi: ”Pengaruh

Kompetensi Guru terhadap Minat Belajar Siswa pada Program

Pembelajaran Kewirausahaan Di SMK Negeri 11 Bandung (Penelitian

terhadap Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2010/2011)”.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Secara umum diduga terjadi penurunan minat belajar siswa kelas X. Hal ini

dikarenakan prakarsa dan inisiatif belajar yang kurang optimal. Fenomena itu

ditandai oleh efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu dalam belajar yang

sering berubah-ubah dikarenakan kapasitas ruang kelas yang terbatas, dan

banyaknya siswa yang kurang disiplin, seperti siswa sering terlambat masuk

sekolah (Sumber: Hasil wawancara oleh peneliti dengan koordinator BP/BK

sekaligus guru Kewirausahaan SMK Negeri 11 Bandung, 16 April 2011).

Page 8: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating forcea-research.upi.edu/operator/upload/s_pkr_0705727_chapter1.pdf · 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X

8

2. Tidak semua Nilai rata-rata nilai UAS semester ganjil kelas X pada mata

pelajaran kewirausahaan diatas KKM yaitu 70, hal ini membuktikan bahwa

belum meratanya ketertarikan siswa untuk belajar mata kuliah kewirausahaan.

(Sumber : Tim Guru Kewirausahaan SMK Negeri 11 Bandung, 2011)

3. Motivasi siswa yang dilihat dari tingkat kehadiran siswa mengalami

penurunan dari tahun ke tahun baik kelas X, XI, maupun XII. Pada kelas X

saja dari 97% tingkat kehadiran pada tahun 2008 menjadi 94% pada tahun

2010 atau selisih 3%. Hal ini menjadi sangat ironis sebab sebenarnya konsep

SMK sangat baik, dimana siswa di didik untuk siap bekerja dan dibekali pula

dengan kemandirian supaya bisa menjadi salah satu solusi dalam mengurangi

pengangguran yang berpendidikan, sehingga seharusnya tingkat motivasi

siswa di SMK harus tinggi dan lebih baik dari siswa-siswa ditingkat

pendidikan sederajat lainnya. (Sumber: Tata Usaha SMK Negeri 11 Bandung,

2011)

4. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar keinginan mendapat

pekerjaan yang aman. Mereka tak berani ambil pekerjaan berisiko seperti

berwirausaha. Pilihan status pekerjaan utama para lulusan perguruan tinggi

adalah sebagai karyawan atau buruh, dalam artian bekerja pada orang lain

atau instansi atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah atau gaji

rutin (Sumber: Pengamat pendidikan Darmaningtyas, 2008).

5. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.

Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari

Page 9: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating forcea-research.upi.edu/operator/upload/s_pkr_0705727_chapter1.pdf · 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X

9

lingkungan dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan

demikian belajar adalah seperangkap proses kognitif yang mengubah sifat

simulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas

baru. Belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal,

kondisi internal, dan hasil belajar. (Sumber: R. Gagne (dalam Djamarah dan

Syaiful Bahri, 1999)

6. Faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa berasal dari faktor intern,

yaitu: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan. Sedangkan yang kedua

faktor ekstern, yaitu: faktor keluarga dan sekolah (Sumber: Slameto,

2003:54).

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan kompetensi guru terhadap minat

belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan di SMK Negeri 11

Bandung (Penelitian terhadap Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2010/2011).

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dan gambaran permalahan yang

dipaparkan dalam latar belakang masalah, maka pada penelitian ini diambil

beberapa rumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran pelaksanaan kompetensi guru di Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung?

2. Bagaimana gambaran mengenai minat belajar siswa pada program

pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri

11 Bandung?

Page 10: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating forcea-research.upi.edu/operator/upload/s_pkr_0705727_chapter1.pdf · 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X

10

3. Seberapa besar pengaruh kompetensi guru terhadap minat belajar siswa pada

program pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Negeri 11 Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan

dan melakukan kajian secara ilmiah, serta memperoleh data untuk memecahkan

masalah persoalan dari pelaksanaan konsep kompetensi guru yang berpengaruh

terhadap minat belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan di

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai hal-hal berikut :

1. Untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai

pelaksanaan konsep kompetensi guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Negeri 11 Bandung.

2. Untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai konsep

minat belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan di Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung.

3. Untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai

pengaruh kompetensi guru terhadap minat belajar siswa pada program

Page 11: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating forcea-research.upi.edu/operator/upload/s_pkr_0705727_chapter1.pdf · 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X

11

pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Negeri 11 Bandung.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Apabila tujuan-tujuan peneliti dapat tercapai, maka peneliti berharap

bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang tertarik pada

pembahasan yang dibahas. Adapun manfaat teroretis dan manfaat praktis

dijabarkan sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini merupakan pengembangan konsep kompetensi guru,

khususnya dalam tingkat pelaksanaan kompetensi guru melalui 4 indikator, yaitu:

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi professional, yang dapat membantu mendeteksi baik buruknya

pelaksanaan prinsip dari kompetensi guru terhadap suatu minat belajar siswa pada

program pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Negeri 11 Bandung.

Kegunaan teoritis dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberi

manfaat bagi yang membaca dan juga bisa dijadikan sebagai sumbangsih

ilmu pengetahuan, dan hasil penemuan ini juga diharapkan sebagai

jembatan penghubung dan sebagai bahan pengembangan terhadap teoretik

yang lain.

Page 12: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah motivating forcea-research.upi.edu/operator/upload/s_pkr_0705727_chapter1.pdf · 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X

12

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi dunia pendidikan sebagai

bahan informasi untuk memahami adanya pengaruh antara kompetensi guru

dengan minat belajar siswa terutama pada program pembelajaran kewirausahaan

di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung, dan dapat dijadikan

bahan informasi sebagai bahan masukan bagi sekolah yang menjadi objek

penelitian terhadap guru-gurunya untuk lebih meningkatkan minat belajar siswa

pada program pembelajaran kewirausahaan.

Memberikan panduan bagi peneliti untuk mengaplikasikan teori yang

dimiliki dalam mencoba menganalisis fakta, gejala, dan peristiwa yang terjadi.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan yang dipertanggungjawabkan secara objektif

dan ilmiah bagi kehidupan serta merupakan pengalaman yang berharga dalam

melatih dan mengembangkan kemampuan.