PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO …digilib.unila.ac.id/55658/3/SKRIPSI TANPA BAB...

72
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 WAY HALIM PERMAI BANDAR LAMPUNG Skripsi Oleh SALSABILA NOVIYANTI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO …digilib.unila.ac.id/55658/3/SKRIPSI TANPA BAB...

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR

IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 WAY HALIM

PERMAI BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Oleh

SALSABILA NOVIYANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY

TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

NEGERI 1 WAY HALIM PERMAI BANDAR LAMPUNG

Oleh

SALSABILA NOVIYANTI

Masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya hasil belajar IPS pada

siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar IPS.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan pre-

experiment. Adapun desain one group Pretest-Postest. Subyek dalam penelitian

ini adalah siswa kelas IV SD, yg berjumlah sebanyak 26 orang. Pengumpulan data

di lakukan dengan menggunakan teknik observasi dan tes, sedangkan analisis data

di lakukan degan menggunakan rumus regresi linier sederhana. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Kooperatif

Tipe Two Stay Two terhadap hasil belajar IPS. Hal ini berarti bahwa pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

dapat membantu meningkatkan hasil belajar IPS.

Kata kunci : hasil belajar, Kooperatif tipe Two Stay Two Stray pembelajaran IPS

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF COOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY

TWO STRAY TO THE STUDENTS RESULT IPS IV GRADE OF SDN 1

WAY HALIM PERMAI

By

SALSABILA NOVIYAANTI

The problem in this study is the still low social studies learning outcomes for

students. This study aims to determine the effect of using the Two Stay Two

Stray type Cooperative learning model on social studies learning outcomes. This

research is a type of quantitative research with a pre-experiment approach, as

well as the design of one group Pretest-Posttest. The subjects in this study were

grade IV elementary school students, namely as many as 26 people. Data

collection is done by using observation and test techniques, while data analysis

is done with a simple linear regression formula. The results of the study showed

that there was an effect of using the Cooperative Type Two Stay Two learning

model on social studies learning outcomes. This means that learning using the

Cooperative Type Two Stay Two Stray learning model can help improve social

studies learning outcomes.

Kata kunci : learning outcomes, Two Stay Two Stray,IPS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR

IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 WAY HALIM

PERMAI BANDAR LAMPUNG

Oleh

Salsabila Noviyanti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Salsabila Noviyanti lahir di Bandar Lampung pada tanggal 8

November 1994 sebagai anak kedua dari empat bersaudara

Putri pasangan dari Bapak Hermansyah S.E dan Ibu Yenni

Fitri S.Pd.

Penulis mengawali pendidikan di TK Kartika II-26 Bandar

Lampung tahun 2001 Sekolah Dasar di lanjutkan di SD Kartika II-25 Bandar

Lampung dari tahun 2002 sampai dengan 2007, kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di MTsN 2 Sukarame Bandar Lampung pada tahun 2007 hingga tahun

2010. Pada tahun 2010 penulis menjalani pendidikan di MAN 1 Bandar Lampung

hingga lulus pada tahun 2013. Selanjutnya pada tahun 2013, penulis diterima

sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas

Lampung melalui jalur UM.

Pada tahun 2016, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Srikaton

Seputih Surabaya Kabupaten Lampung Tengah dan melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 1 Srikaton Seputih Surabaya

PERSEMBAHAN

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM

Alhamdulillahirobbilalamin…

Puji dan syukur kuucapkan kepada Allah SWT yang telah mencurahkan ridho

dan karuniaNya, serta suri tauladanku Nabi Muhammad SAW

yang menjadi pedoman hidup dalam berikhtiar

Untuk segala Cinta, Kasih dan Penantian,

Setulus hati kupersembahkan untuk orang-orang

yang berarti dan ku sayang dalam perjalanan hidupku

Teruntuk Papah, Mamah, Kak Desy, Ica, Sabrina

yang tidak akan pernah tergantikan dihatiku dan tak pernah

lelah untuk memberi dukungan dalam perjuangan kecilku ini serta

mengingatkanku bahwa kehidupan tidak semudah yang dibayangkan

Seseorang yang telah memberikan arti kehidupan dan perjuangan

yang sesungguhnya serta doa yang merupakan

sumber kekuatan dari segalanya

Seluruh guru dan dosen yang pernah mengajariku dari

SD hingga Perguruan Tinggi

Teman-teman seperjuangan PGSD 2013 dan

juga teman-teman dari TK, SD,SMP dan SMA yang selalu

Menemani dan menyemangatiku hingga

Aku bisa sepeti ini

serta seluruh teman dan sahabat terbaik yang telah memberikan

banyak ilmu, pelajaran dan pengalaman hidup

sebagai bekalku dikemudian hari

Almamater tercinta

tempatku berjuang dan menaruh semua harapan gemilang demi

mencapai masa depan ku kelak

MOTTO

“Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendirinya

tanpa berusaha” (anonim)

“Jika kamu bersyukur maka akan Aku tambah”

(Qs. Ibrahim: 40)

“Mintalah kepada Allah untuk membimbingmu ke jalan yang

lurus dan mulai lah melangakah” (penulis)

SANWACANA

Assalamualaikum.Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang penulis susun ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas

Lampung, dengan Judul “Pengaruh Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Two Stay Two

Stray Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Way Halim Permai

Bandar Lampung”.

Dalam kesempatan ini penulisi mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak PROF Dr. PATUAN RAJA, M.PD. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, beserta seluruh staf dan jajarannya yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan

bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd selaku ketua program studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar yang telah membimbing kami selama ini.

4. Bapak Drs. Riyanto M. Taruna, M.Pd selaku Pembimbing Pertama sekaligus

Pembimbing Akademik atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, waktu,

motivasi, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini

sehingga menjadi lebih baik.

5. Ibu Dra. Sasmiati, M. Hum selaku dosen Pembimbing Kedua atas kesediaanya

untuk memberikan bimbingan, waktu, motivasi, saran dan kritik kepada penulis

dalam proses penyelesaian skripsi ini sehingga menjadi lebih baik.

6. Ibu Dra. Fitria Akhyar, M.Pd selaku Pembahas atas kesediaanya untuk

memberikan bimbingan, waktu, saran dan kritik kepada penulis dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan seluruh staf yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan saat penulis menyelesaikan perkuliahan.

8. Ibu Rita Agustina, S.Pd selaku Kepala SD Negeri 1 Way Halim Permai yang

telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Kedua orangtua yang luar biasa Bapak Hermansyah S.E dan Ibu Yenni Fitri S.Pd

tercinta, yang telah ikhlas menyayangiku dari kandungan hingga saat ini, selalu

mendukung dan mendoakan setiap langkahku, semuanya tak akan pernah bisa

aku balas dengan apapun.

10. Kakakku Desy Pratiwi Herdyen S.Pd dan Kedua adikku Rizkya Nur Annisa

Herdyen, Sabrina Rahmadini Herdyen. Semoga kita semua bisa membahagiakan

dan membanggakan Papah dan Mamah aamiin yarobbalallaamiin.

11. Keluarga besar dari Papah dan Mamah yang telah banyak membantu saya.

12. Teman terbaikku di PGSD Trisna Selpiana, Lintang Cahya Maulida, Oktia

Melisa dan Eka Fitria Ramadani, terimakasih untuk segala motivasi, bantuan, dan

kebersamaan yang telah terjalin selama ini, semoga pertemanan kita tetap terjalin

dan kita semua bisa sukses.

13. Sahabat-sahabat ku Rida, Dizere, Yunsi, Wulan, Firdowsa, Faiza, Nurasma,

Winda dan Tika yang banyak membantu saya semoga kita bersahabat hingga ke

jannah.

14. Teman seperjuangan di PGSD Paralel 2013 Semoga kekeluargaan kita tetap

terjalin.

15. Teman-teman PGSD Pararel dan Reguler 2013 yang banyak membantu,semoga

kita semua menjadi orang yang sukses.

16. Teman-teman KKN dan PPL Seputih Surabaya Dian, Inayah, Rinah dan Septi.

Semoga kita semua menjadi orang sukses, dan kekeluargaan kita tetap terjalin.

17. Warga Srikaton Seputih Surabaya khususnya Pak Sahadat beserta Istri tercinta,

mas yan, putri, mbah lanang dan mbah wedok semoga sehat selalu.

18. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat saya sebut kan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, Juni 2018

Penulis

Salsabila Noviyanti

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL…………………………………………………………… x

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 5

C. Pembahasan Maslah ................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6

F. Manfaat Penenlitian ................................................................................... 7

1. Manfaat Teoritis ................................................................................... 7

2. Manfaat Praktis .................................................................................... 7

G. Raung Lingkup Penelitian .......................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar ........................................................................................................ 9

1. Pengertian Belajar ................................................................................ 9

2. Teori Belajar ........................................................................................ 10

3. Ciri-ciri Belajar .................................................................................... 13

4. Prinsip- Prinsi belajar ........................................................................... 14

5. Hasil belajar ......................................................................................... 15

6. Faktor-faktor Belajar ............................................................................ 16

B. Model Pembelajaran Kooperatif ................................................................ 17

1. Pengetian Pembelajaran kooperatif ...................................................... 17

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ................................................ 19

3. Prinsip-prinsip Pembelajran Kooperatif .............................................. 20

C. Pembelajran Kooperatif Tipe TSTS ........................................................... 21

1. Pengertian Model Pembelajran Koopertaif Tipe TSTS ....................... 21

viii

2. Tujuan Model Pembelajran Koopertaif Tipe TSTS ............................. 22

3. Langkah-langakah Model Pembelajran Koopertaif TSTS ................... 23

4. Kelebihan dan Kekurangan .................................................................... 25

D. Pembelajran IPS ......................................................................................... 27

1. Pengetian Pembelajaran ....................................................................... 27

2. Pengetian IPS ....................................................................................... 28

E. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 29

F. Kerangka Fikir ........................................................................................... 31

G. Hipotesis .................................................................................................... 33

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu ..................................................................................... 34

B. Metode Desiagn Penelitian ........................................................................ 34

C. Prosedur Penenlitian .................................................................................. 35

D. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 36

E. Variable Penenlitian ................................................................................... 37

F. Definisi Variable Konseptual dan Oprasional ........................................... 37

a. Definisi Oprasional .............................................................................. 37

b. Definisi Konseptual Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS ...... 38

G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 40

1. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 40

a. Non tes ........................................................................................... 40

b. Tes .................................................................................................. 40

2. Instrumen Penenlitian .......................................................................... 40

H. Uji Instrumen ............................................................................................. 41

1. Uji Coba Instrumen Tes ....................................................................... 41

a. Uji Validitas ................................................................................... 41

b. Uji Reabilitas ................................................................................. 42

c. Tingkat Kesukaran ......................................................................... 43

d. Daya Pembeda ............................................................................... 44

I. Teknik Analisis Data .................................................................................. 44

a. Uji Normalitas Data .............................................................................. 44

b. Uji Homogenitas .................................................................................... 45

c. Analisis Data Variable ........................................................................... 45

J. Hipotesis ..................................................................................................... 46

a. Uji Hipotesis I ....................................................................................... 46

b. Uji Hipotesis II ...................................................................................... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah .............................................................................................. 49

B. Hasil Penelitian ........................................................................................... 49

1.1 Validitas ................................................................................................ 49

1.2 Reliabilitas ............................................................................................ 50

1.3 Daya Beda Soal ...................................................................................... 50

ix

1.4 Taraf Kesukaran .................................................................................... 51

C. Data Aktivitas Peserta Didik ....................................................................... 54

D. Uji Hipotesis ............................................................................................... 61

1. Uji t ....................................................................................................... 61

2. Regresi Linier......................................................................................... 62

3. Pembahasan ........................................................................................... 64

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 64

B. Saran ................................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 66

LAMPIRAN.................................................................................................................. 69

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Data Nilai Ulangan Harian ............................................................................. 5

2. Jumlah Siswa Kelas IV ................................................................................ 36

3. Klasifikasi Uji Validitas ................................................................................ 42

4. Klasifikais Uji Realibilitas ............................................................................ 43

5. Klasifikasi Taraf Kesukaran ........................................................................ 43

6. Klasifikasi daya Beda Soal ........................................................................... 44

7. Ringkasan Anova .......................................................................................... 45

8. Hasil Analisis Uji Beda Butir Soal ............................................................... 51

9. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ............................................... 52

10. Rekaptulasi Aktivitas Peserta Didik ............................................................. 52

11. Distribusi Nilai Pretest Kelas Eksperimen .................................................... 54

12. Distribusi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ................................................. 55

13. Deskripsi Hasil Belajar Kelas Eksperimen ................................................... 56

14. Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest............................................. 57

15. Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest ......................................... 58

16. Rekaputulasi Hasil Uji T ............................................................................... 59

17. Rekaptulasi Hasil Analisis Regresi Linier .................................................... 60

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 33

2. Desain Penelitian .................................................................................... 34

3. Histogram Nilai Pretest Kelas Eksperimen ............................................. 54

4. Histogram Nilai Posttest Kelas Eksperimen ........................................... 56

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Silabus ........................................................................................................... 70

2. RPP ............................................................................................................... 71

3. Kisi-kisi Instrumen Observasi....................................................................... 76

4. Rubik Penilaian Observasi ............................................................................ 77

5. Uji Instrumen Tes ......................................................................................... 78

6. Hasil Uji Coba Soal Tes ................................................................................ 83

7. Rekaptulasi Uji Validitas Soal Tes ............................................................... 85

8. Rekaptulasi Uji Reabilitas Soal .................................................................... 86

9. Rekaptulasi Uji Daya Beda Soal ................................................................... 87

10. Rekaptulasi Uji Tingkat Kesukaran soal tes ................................................. 88

11. Tabel Nilai Product Moment ........................................................................ 89

12. Lembar Kerja Kelompok .............................................................................. 90

13. Kisi-kisi Instrumen Tes ................................................................................. 92

14. Hasil Observasi Aktivitas ............................................................................. 93

15. Rekapitulasi Aktivitas ................................................................................... 94

16. Pretest dan Posttest ....................................................................................... 96

17. Rekapitulasi Hasil Belajar ........................................................................... 100

18. Hasil Uji Nomalitas..................................................................................... 102

xiii

19. Hasil Uji Homogenitas ................................................................................ 109

20. Hasil Uji Hipotesis I.................................................................................... 112

21. Hasil Uji Hipotesis II .................................................................................. 116

22. Foto Kegiatan Penelitian ............................................................................. 120

23. Surat Balasan Izin Penelitian ...................................................................... 122

1

`

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bukanlah proses memaksa kehendak orang dewasa (pendidik)

kepada peserta didik, melainkan upaya menciptakan kondisi yang kondusif

bagi perkembangan peserta didik yaitu kondisi yang memberi kemudahan

kepada peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Artinya

tidak ada kata terlambat untuk belajar, karena pendidikan seumur hidup

dilaksanakan dalam tiga lembaga, yaitu lembaga keluarga, lembaga sekolah,

dan lembaga masyarakat sebagai keseluruhan tata kehidupan dalam negara

baik perseorangan maupun kolektif.

Pemerintah telah meletakan dasar hukum yang kuat dalam menyelenggarakan

pendidikan yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut dalam Bab I

Pasal 1 (ayat 1) yang menjelaskan bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pembelajaran bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini

merupakan amanat yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945 yang merupakan dasar negara Republik Indonesia. Sesuai dengan

2

kurikulum tingkat satuan pendidikan, kegiatan proses belajar mengajar

hendaknya berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas,

kontekstual, menantang dan menyenangkan, menyediakan pengalaman

belajar yang beragam, dan belajar melalui berbuat. Dalam hal ini pendidik

sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan di harapkan dapat

berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi peserta didik dalam

belajar, dan peserta didik sendirilah yang harus aktif belajar dari berbagai

sumber belajar.

Tujuan pendidikan untuk tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang

tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tersebut adalah mempersiapkan

peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan dijenjang yang lebih tinggi.

Terkait pelaksanaan pendidikan pada jenjang pendidikan sekolah dasar,

Suharjo (2006: 1) mengungkapkan bahwa pada pendidikan di sekolah dasar

(SD) dimaksudkan sebagai upaya pembekalan kemampuan dasar peserta

didik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bermanfaat bagi

dirinya sesuai tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk

melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pembelajaran IPS yang secara resmi mulai dipergunakan di Indonesia sejak

tahun 1975 adalah istilah di Indonesia untuk pengertian social studies seperti

di Amerika Serikat. Dunia pengetahuan kemasyarakatan atau pengetahuan

sosial kita mengenal beberapa istilah seperti ilmu sosial, studi sosial dan ilmu

pengetahuan sosial, dalam pembelajaran IPS di SD, seorang pendidik

hendaknya menguasai perbedaan konsep-konsep esensi ilmu sosial dengan

3

ilmu pengetahuan sosial atau studi sosial sehingga upaya membentuk peserta

didik sesuai tujuan pembelajaran IPS .

Pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik selama ini adalah pembelajaran

dengan menggunakan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah

dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara pendidik dengan peserta

didik dalam proses belajar mengajar dan metode ini lebih banyak menuntut

keaktifan pendidik dari pada peserta didik. Selama proses pembelajaran di

kelas pendidik masih menggunakan metode ceramah (teacher centered)

sehingga peserta pendidik merasa bosan dan tidak ada interaksi antara

pendidik dengan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik pada

saat pendidik menjelaskan materi.

Kurikulum sebagai pedoman haruslah seragam agar tidak terjadi perbedaan

tujuan, isi dan bahan pelajaran antara wilayah yang satu dengan wilayah yang

lain sehingga perlu diberlakukan kurikulum yang sifatnya nasional.

Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 atau tematik. Penelitian ini

dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD) yang menggunakan Kurikulum 2013

atau tematik. Kurikulum 2013 mengutamakan pada pemahaman, skill, dan

pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif

dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap

disiplin yang tinggi.

Pembelajaran Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik yang

mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa. Kegiatan pembelajaran yang baik berdasarkan

4

kurikulum 2013 adalah kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan

tiga aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan dari peserta didik.

Berdasarkan Permendikbud No. 67 tahun 2013 pembelajaran tematik terpadu

merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai

kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam tema tertentu.

Berdasarkan hasil dokumentasi yang peneliti peroleh di SDN 1 Way Halim

Permai , peserta didik sulit untuk memahami materi yang dijelaskan. Hal ini

dapat di lihat dari nilai ulangan harian pelajaran IPS kelas IV SD Negeri 1

Way Halim Permai. Rendahnya hasil belajar peserta didik diduga karena

dalam pembelajaran peserta didik jarang diberi kesempatan untuk

menggunakan model pembelajaran secara berkelompok, sehingga peserta

didik terlalu pasif dalam menerima pembelajaran dan belum dapat

mengembangkan kemampuan berfikirnya. Selain itu proses pembelajaran IPS

yang dilakukan masih berpusat pada pendidik (teacher center), sehingga

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan masih terkesan membosankan.

Adapun kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang di tetapkan untuk mata

pelajaran IPS yaitu 65, dimana dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM)

tersebut peserta didik di nyatakan tuntas belajar apabila peserta didik dapat

mencapai nilai 65 atau lebih. Data nilai mata pelajaran IPS dapat di lihat di

tabel ini

5

Tabel 1. Data Nilai Ulangan Harian Pelajaran IPS Kelas IV di SD

Negeri 1 Way Halim Berdasarkan KKM

No Nilai

Kelas

Kelas IV A Kelas IV B

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

1 ≥65 8 31,00 10

40,00

2 ≤65 18 69,00 15

60,00

Jumlah 26 100,00 25

100,00

Sumber: Data Dokumentasi

Menurut penjelasan tabel di atas maka perlu kiranya dilaksanakan proses

pembelajaran dengan model pembelajaran berkelompok diharapkan dapat

meningkatkan nilai pada mata pelajaran IPS dalam proses pembelajaran

sehingga berdampak terhadap hasil belajar peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang diambil

oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPS masih rendah.

2. Proses pembelajaran masih dilaksanakan dengan cara konvensional dan

bersifat monoton sehingga peserta didik kurang berpartisipasi dalam

pembelajaran.

3. Peserta didik jarang di beri kesempatan melakukan model pembelajaran

secara berkelompok sehingga kurang menarik perhatian peserta didik

dalam memahami pembelajaran.

6

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitia membatasi masalah

pada hasil belajar IPS peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Way Halim Permai.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Hasil Belajar

IPS Peserta didik Kelas IV SD Negeri 1 Way Halim Permai ?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhpenggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar IPS

peserta didik Kelas IV SD Negeri 1 Way Halim Permai.

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan membawa manfaat secara langsung maupun

tidak langsung untuk dunia pendidikan, adapun manfaat dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan

wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya

Pendidikan Pendidik Sekolah Dasar yang nantinya setelah menjadi

7

pendidik dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan prestasi

belajarnya di sekolah.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan

penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peserta didik

Mengatasi kejenuhan peserta didik dalam proses belajar mengajar

untuk meningkatkan hasil belajar yang optimal

b. Bagi Pendidik

Memberi masukan bagi pendidik bahwa perlu adanya penggunaan

model pembelajaran yang baru seperti model pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay Two Stray untuk meningkatkan pembelajaran agar

keberhasilan dalam proses belajar mengajar di kelas dapat tercapai.

c. Bagi Sekolah

Sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembinaan serta

pengembangan bagi pendidik agar dapat lebih profesional dalam

melaksanakan proses pembelajaran sehingga mutu pendidikan di

sekolah dapat ditingkatkan

d. Bagi Peneliti lain

Memberikan informasi dan masukan bagi para peneliti berikutnya

yang ingin melakukan penelitian di bidang pendidikan.

8

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup hal-hal sebagai berikut.

1. Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS.

2. Subjek dalam penelitian ini adalah pada peserta didik kelas IV SD Negeri

1 Way Halim Permai Bandar Lampung.

3. Waktu penelitian ini adalah pada tahun ajaran 2017/2018.

Tempat penelitian ini adalah SD Negeri 1 Way Halim Permai Bandar Lampung.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari peserta

didik dalam kegiatan berinterkasi dengan lingkungannya. Sejalan dengan

hal tersebut, menurut Djamarah (2011: 13) yang dimaksud belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannnya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

Selanjutnya Slameto dalam Djamarah dkk (2011: 13) mengemukakan

bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Kemudian Skinner dalam Dimiyati dan Mudjiono (2009:

9) mengemukakan bahwa:

“belajar adalah perilaku”, pada saat orang belajar, maka responnya

menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya

menurun. Dalam belajar ditemukan adanya 3 hal, yaitu: Kesempatan

tejadinya peristiwa yang menimbulkan respons, Respons si

pebelajar, Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk

10

memperoleh perubahan yang lebih baik dalam hidupnya, baik itu dalam

hal kognitif, afektif ataupun psikomotor.

2. Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana

terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran

peserta didik. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu

pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan peserta didik sebagai

hasil belajar.

a. Teori Kontruktivisme

Paham konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk

sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari

belajar bermakna. Menurut Slavin dalam Al-Tabany (2014: 29)

Teori konstruktivis adalah teori yang menyatakan bahwa peserta

didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan itu tidak lagi sesuai.

Sedangkan menurut Schmidt dalam Rusman (2014: 231) dari segi

pedagogis, pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori

belajar konstruktivisme dengan ciri:

a. Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario

permasalahan dan lingkungan belajar.

b. Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah

menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar.

c. Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi sosial

dan evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.

Maka dapat disimpulkan bahwa teori belajar konstruktivisme

adalah suatu teori yang didasarkan pada pemberian masalah.

11

Permasalahan yang disajikan berdasarkan skenario yang telah

dibuat oleh pendidik, kemudian peserta didik bertugas untuk

mentransformasikan informasi kompleks yang disajikan dengan

berbagai aturan. Hal ini menjadikan peserta didik untuk dapat

membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar

yang dialami.

b. Teori Belajar Kognitif

Perkembangan kognitif anak akan maju apabila melalui beberapa

tahapan. Perkembangan kognitif bergantung pada seberapa jauh

anak aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan dimana peserta didik

belajar sangat menentukan proses perkembangan kognitif peserta

didik. Menurut Piaget dalam Komalasari (2015: 19) menyebutkan

bahwa:

Bagaimana seseorang memperoleh kecakapan intelektual, pada

umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan

antara apa yang ia rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa

yang ia lihat sebagai suatu fenomena baru sebagai pengalaman dan

persoalan.

Adapun menurut ahli jiwa aliran kognitifis dalam Dalyono (2005:

34-35) menyatakan bahwa “Tingkah laku seseorang didasarkan

pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi

dimana tingkah laku itu terjadi”.

12

c. Teori Behavioristik

Teori Behavioristik menjelaskan bahwa perubahan prilaku yang

dapat diamati, diukur dan di nilai secara konkret. Perubahan

hasil belajar yang dapat dilihat secara bertahap sesuai dengan

proses perkembangan yang dilaluinya sehingga diharapkan

munculnya perubahan tingkah laku. Sedangkan menurut Conny

dan isjoni (2011 : 75) Behaviorisme adalah aliran psikologi yang

memandang bahwa manusia belajar dipengaruhi oleh

lingkungan. Belajar menurut teori ini merupakan perubahan

prilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang

bersifat mekanis.

Menurut Budiningsih (2012 : 30) menyatakan bahwa : Teori

behaviorisme mengatakan bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku. Seseorang diianggap telah belajar sesuatu jika

ia telah mampu menunjukan masukan atau input yang berupa

stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon.

Sedangkan apa yang terjadi padaa stimulus dan respon

dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati

dan respon dianggap tidak penting diperhatian sebab tidak

bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur adalah

stimulus dan respon

Berdasarkan teori – teori di atas disimpulkan bahwa penulis memakai

teori behavioristik, dimana proses belajar yang dipengaruhi

lingkungan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku

seseorang melalui rangsangan yang diberikan secara mekanisme.

13

3. Ciri-Ciri Belajar

Belajar adalah ilmu kehidupan yang dilakukan oleh setiap manusia yang

ingin mengetahui atau melakukan sesuatu yang baru. Dengan kata lain,

belajar adalah proses setiap orang melakukan perubahan yang relatif

permanen dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman serta latihan

yang dilakukan secara terus-menerus. Belajar mempunyai ciri-ciri

tertentu, Menurut Djamarah (2011: 15) ciri-ciri belajar ada enam, yaitu

sebagai berikut:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

6) Perubahan mencakup seluruh aspek.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 42) menyampaikan bahwa

terdapat sembilan ciri-ciri belajar

1) Pelaku: Pelaku belajar adalah peserta didik yang bertindak

untuk belajar atau pembelajaran.

2) Tujuan :Tujuan belajar yaitu memperoleh hasil belajar dan

pengalaman hidup.

3) Proses: Proses belajar berasal dari proses internal atau dalam

diri individu.

4) Tempat: Tempat individu untuk belajar adalah sembaran,

atau dimana saja.

5) Lama Waktu: Waktu individu atau seseorang untuk belajar

adalah sepanjang hayat.

6) Syarat terjadi: Syarat terjadinya belajar yaitu adanya

motivasi untuk belajar.

7) Ukuran keberhasilan: Tindakan belajar dapat dikatakan

berhasil jika dapat memecahkan masalah.

8) Hasil: Hasil dari belajar sebagai dampak pengajaran dan

pengiring.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

belajar yaitu perubahan belajar yang terjadi secara sadar yang bersifat

14

fungsional, positif, tidak sementara, bertujuan dan terarah serta

mencakup seluruh aspek.

4. Prinsip-Prinsip Belajar

Kegiatan belajar mengajar ditandai adanya interaksi antara pendidik

dengan peserta didik. Interaksi dapat terjadi secara searah maupun secara

timbal balik dari pendidik kepada peserta didik atau sebaliknya. Pendidik

memiliki peran yang besar dalam rangka menentukan model interaksi

atas kegiatan yang akan dipilih. Peran pendidik dalam melakukan

kegiatan memilih atau menentukan model interaksi yang akan terjadi

antara pendidik dengan peserta didik disebut mengajar. Sedangkan

peserta didik dalam melakukan kegiatan interaksi disebut belajar. Dalam

kegiatan belajar mengajar terdapat prinsip-prinsip belajar. Menurut

Dimiyati dan Mudjiono (2009: 42) prinsip-prinsip belajar ada tujuh

prinsip, yaitu:

1) Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan

belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap

bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar.

2) Keaktifan

Dalam setiap proses belajar, peserta didik selalu menampakkan

keaktifan yang beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan

fisik yang mudah kita amati dampai kegiatan psikis yang sulit

diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,

menulis, berlatih keterampilan dan sebagainya.

3) Keterlibatan langsung/berpengalaman

Keterlibatan peserta didik di dalam belajar jangan diartikan

keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah

keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kognitif dalam

pencapaian dan perolehan pengetahuan.

4) Pengulangan

Prinsip pengulangan penting dilakukan, karena pengulangan

dapat melatih daya-daya jiwa, membentuk respons yang benar

dan membentuk kebiasaan-kebiasaan.

5) Tantangan

15

Peserta didik menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi

selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka

timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan

mempelajari bahan belajar tersebut.

6) Balikan dan penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan.

Peserta didik akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui

dan mendapatkan hasil yang baik..

7) Perbedaan individual

Peserta didik merupakan individual yang unik artinya tidak ada

dua orang peserta didik yang sama persis, tiap peserta didik

memiliki perbedaan satu dengan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dianalisi bahwa belajar merupakan

suatu proses yang dialami oleh setiap individu meliputi perubahan tingkah

laku dari tidak tahu menjadi tahu, dengan belajar setiap individu akan

mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dari sebelumnya

serta mampu mengkonstruk sendiri pengetahuan, informasi dan

pengalaman baik yang didapat maupun yang dialami dan dipengaruhi oleh

lingkungan.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar menjadi salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu

proses pembelajaran. Menurut Sudjana (2005: 22) hasil belajar yaitu suatu

perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan

mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan,

kebiasaan, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri sesorang

yang belajar. Sedangkan menurut Hamdani (2010: 71) setelah belajar,

orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Hasil belajar

berupa kompetensi, timbulnya kompetensi tersebut adalah dari dorongan

16

yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan peserta

didik.

Selanjutnya Dimiyati dan Mudjiono (2009: 20) mengemukakan bahwa

hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak

belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan pendidik.

Sedangkan perubahan dalam hasil belajar akan terlihat dalam beberapa

aspek, Hamalik (2001:30) menyatakan bahwa hasil belajar akan tampak

pada setiap perubahan di setiap aspek adapun aspek-aspek tersebut adalah:

pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan , apresiasi, emosional,

hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar akan tampak

perubahan pada individu. Baik perubahan tingkah laku maupun

pengetahuannya. Perubahan itu dapat dilihat dari hasil yang diperoleh

peserta didik setelah melakukan tes yang diberikan oleh pendidik setelah

memberikan materi pembelajaran pada suatu materi, apabila hasil belajar

tercapai dengan baik, maka sikap dan tingkah lakunya akan berubah

menjadi baik.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal

maupun eksternal. Menurut Munadi dalam Rusman (2013:124) faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan

faktor psikologis. Sementara faktor eksternalmeliputi faktor lingkungan

dan faktor instrumental.

17

Menurut Slameto (2010: 17) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor internal: yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar, faktor intern terdiri dari:

1) Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)

2) Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan dan kesiapan)

3) Faktor kelelahan

b. Faktor eksternal:yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor

ekstern terdiri dari:

1) Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian

orang tua, dan latar belakang kebudayaan)

2) Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi pendidik

dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik,

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran

diatas ukuran, keadaan gedung, dan fasilitas sekolah, metode

dan media dalam mengajar, dan tugas rumah)

3) Faktor masyarakat (kegiatan peserta didik dalam masyarakat,

mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari

faktor internal berupa fisiologis, psikologis, kesehatan dan faktor eksternal

berupa lingkungan(keluarga, sekolah dan masyarakat) termasuk di

dalamnya media pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif sering disebut dengan pembelajaran secara

berkelompok yang menuntut peserta didik agar lebih aktif dalam proses

pembelajaran dikelas Ratna dalam Rusman (2013:201) menyatakan bahwa

Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme

yang lahir dari gagasan piaget dan vigotsky berdasarkan penelitian bahwa

pengetahuan dibangun dalam pikiran anak.

18

Selanjutnya Miftahul Huda (2011:29) berpendapat bahwa pebelajaran

kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir

oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan

informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang

didalamnya setiap pembelajaran bertanggung jawab atas pembelajarannya

sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota

yang lain.

Menurut Rusman (2013:202) pembelajaran kooperatif cooperaive learning

merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan

bekerja dalam kelompok kecil secara kalaboratif yang anggotanya terdiri

dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen sedangkan menurut sanjaya dalam Rusman (2013:203)

cooperaive learning merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara

berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan

belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

Berdasarkan pendapat di atas maka, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran yang dilakukan

secara berkelompok terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur

yang bersifat heterogen dan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta

didik bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan.

19

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih

menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin

dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan

materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan

materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari

pembelajaran kooperatif.

Menurut Rusman (2013: 207) karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim.

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,

tim harus mampu membuat semua peserta didik belajar.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen seperti ini mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) fungsi

manajemen sebagai perencanaan (b) fungsi manajemen sebagai

organisasi, (c) fungsi manajemen sebagai kontrol.

c. Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan

secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja

sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif.

d. Keterampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam

kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian

peserta didik perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi

dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Menurut Sanjaya dalam Rusman (2013: 206) pembelajaran kooperatif

dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu:

1) perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada

kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk

memperjuangkan keberhasilan kelompok,

20

2) perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap peserta didik

akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan

semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan,

3) perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi

antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi peserta

didik untuk berpikir mengolah berbagai informasi.

Berdasarkan uraian di atas, dikatakan bahwa karakteristik pembelajaran

kooperatif yaitu pembelajaran secara tim, didasarkan pada manajemen

kooperatif, keterampilan dan kemauan bekerja sama.

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan Davinson dalam Rusman (2013: 212) ada lima unsur

dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yaitu sebagai

berikut:

a) prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu

dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian

tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok

tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja

masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota

dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan;

b) tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing anggota

kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok

mempunyai tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok

c) interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu

memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota

kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi

untuk saling memberi dan menerima informasi

d) partisipasi dan komunikasi (participation communication) yaitu,

melatih peserta didik untuk dapat berpartisipasi aktif dan

berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran;

e) evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil

kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan

lebih efektif.

Berdasarkan uraian di atas, dikatakan bahwa prinsip pembelajaran

kooperatif yaitu prinsip ketergantungan positif, tanggung jawab

21

perseorangan, interaksi tatap muka, partisipasi dan komunikasi, dan

evaluasi proses kelompok.

C. Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS)

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Two Stay Two

Stray “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan

1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor

(Numbered Heads). Two Stay Two Stray. yaitu salah satu model

pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok

membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan

karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-

kegiatan individu. Peserta didik bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan

melihat pekerjaan peserta didik yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup

di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama

lainnya.

Suyatno (dalam Fathurrohman 2015: 90) sebagai berikut :

Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray adalah

dengan cara peserta didik berbagi pengetahuan dan pengalaman

dengan kelompok lain dan dua peserta didik lainnya tetap

dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain,

kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan

laporan kelompok.

Selanjutnya Suprijono (2015: 112) menyatakan sebagai berikut :

Model pembelajaran kooperatiftipe two stay two stray merupakan

model pembelajaran yang diawali denganpembagian kelompok,

kemudian berdiskusi untuk memecahkan masalahyang diberi oleh

pendidik dan selanjutnya bertukar hasil diskusi dengankelompok

lain, setelah selesai bertukar kemudian dicocokkan dandibahas

kembali bersama kelompok untuk membuat kesimpulan.

Selanjutnya Huda (2014: 207) mendefinisikan bahwa:

22

Model kooperatif tipe two stay two stray sebagai sistem

pembelajaran kelompok dengan tujuan agar dapat saling bekerja

sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah,

dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi serta

melatih peserta didik untuk bersosialisasi.

Berdasarkan ketiga pendapat tersebut di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray adalah

suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

kelompok untuk bertukar pengetahuan, pengalaman, hasil diskusi antara

satu kelompok dengan kelompok lain, yang bertujuan untuk saling

membantu memecahkan masalah serta saling mendorong satu sama lain

untuk berprestasi dan melatih untuk bersosialisasi.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar peserta didik

meningkat dan peserta didik dapat menerima berbagai keragaman dari

temannya, serta pengembangan keterampilan sosial Menurut Nur (dalam

Alma Buchairi, 2009 : 83), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif

sebagai berikut :

a) Setiap anggota kelompok (peserta didik) bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b) Setiap anggota kelompok (peserta didik) harus mengetahui bahwa

semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c) Setiap anggota kelompok (peserta didik) harus membagi tugas dan

tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d) Setiap anggota kelompok (peserta didik) berbagi kepemimpinan

dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama

proses belajarnya.

Pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan

tujuan agar peserta didik saling berbagi kemampuan, saling belajar berfikir

23

kritis, saling menyampaikan pendapat, saling membantu belajar, saling

menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.

Berdasarkan uraian di atas tujuan model pembelajaran kooperatif tipe two

stay two stray yaitu Setiap anggota kelompok (peserta didik) bertanggung

jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

a) Setiap anggota kelompok (peserta didik) harus mengetahui bahwa

semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

b) Setiap anggota kelompok (peserta didik) harus membagi tugas dan

tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

c) Setiap anggota kelompok (peserta didik) berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya.

3. Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray

Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray (dalam Lie,

2008: 60-61) adalah sebagai berikut.

a. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.

b. Setelah selesai, dua peserta didik dari masing-masing kelompok

akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke

kelompok yang lain.

c. Dua peserta didik yang tinggal dalam kelompok bertugas

membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka

Model pembelajaran dapat berfungsi dengan baik, model pembelajaran

harus mengikuti langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran. Menurut

Huda (2014: 207) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray sebagai berikut.

a) Pendidik membagi peserta didik dalam beberapa kelompok yang

setiap kelompoknya terdiri dari empat peserta didik. Kelompok

24

yang dibentuk merupakan kelompok heterogen, misalnya satu

kelompok terdiri dari satu peserta didik berkemampuan tinggi,

dua peserta didik berkemampuan sedang, dan satu peserta didik

berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena model

pembelajaran Two Stay Two Stray bertujuan untuk memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk saling membelajarkan (peer

tutoring) dan saling mendukung.

b) Pendidik memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok

untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-

masing.

c) Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan

empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam

proses berfikir.

d) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok

meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.

e) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.

f) Tamu memohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri

untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

g) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

h) Masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerja mereka.

Selanjtnya Sani (2014: 191) menjelaskan prosedur melaksanakan

pembelajaran model kooperatif tipe Two Stay Two Straysebagai berikut.

a) Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah

empat orang.

b) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu ke

kedua kelompok yang lain

c) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.

d) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

e) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.

Sedangkan Komalasari (2010: 69) menjelaskan proses pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray sebagai berikut.

a) Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4

(empat) orang.

b) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu

kedua kelompok yang lain.

c) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.

d) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

e) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.

25

Berdasarkan uraian para ahli peneliti langkah-langkah pembelajaran

koopeatif tipe Two Stay Two Stray peneliti mengambil pendapat dari

Huda (2014: 207) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray sebagai berikut pendidik membagi peserta didik

menjadi beberapa kelompok diskusi yang terdiri dari 4 orang, peserta

didik diberi topik permasalahan untuk didiskusikan bersama

kelompoknya, setelah selesai berdiskusi, peserta didik kemudian dibagi

dua kelompok dalam satu kelompok diskusi dengan ketentuan dua

orang bertugas untuk bertamu ke kelompok lainnya dan dua orang

bertugas untuk membagikan hasil diskusi dan informasi kepada tamu

yang mengunjungi kelompoknya, setelah memperoleh informasi dari

kelompok lain, dua orang yang bertugas sebagai tamu mohon diri dan

kembali ke kelompoknya untuk melaporkan temuan mereka dari

kelompok lain, kelompok mencocokkan dan mempersentasikan hasil

kerja mereka di depan kelas, bersama pendidik, peserta didik menarik

kesimpulan dari materi pembelajaran hari ini berdasarkan hasil diskusi

dan presentasi di depan kelas, pendidik memberikan apresiasi atas hasil

kerja keras peserta didik.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Two Stay Two Stray

a. Kelebihan Model Kooperatif Two Stay Two Stray

Sebagai suatu model pembelajaran, model kooperatif tipe Two Stay

Two Stray memiliki kelebihan-kelebihan. Menurut Huda (2014: 207)

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat

digunakan untuk semua mata pelajaran dalam semua tingkat usia

26

peserta didik dan melatih peserta didik untuk bertanggung jawab dan

saling membantu, serta saling mendorong peserta didik untuk

berprestasi.

Adapun kelebihan dari model Two Stay Two Stray menurut Agustina

dalam Raga (2014: 4) adalah sebagai berikut:

(1) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.

(2) Kecenderungan belajar peserta didik menjadi lebih bermakna.

(3) Lebih berorientasi pada keaktifa.

(4) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli peneliti mengambil pendapat dari

Agustina dalam Raga (2014: 4) adalah sebagai berikut:

(1) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.

(2) Kecenderungan belajar peserta didik menjadi lebih bermakna.

(3) Lebih berorientasi pada keaktifa.

(4) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

b. Kelemahan Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Selain memiliki kelebihan-kelebihan sebagaimana dijelaskan pada kajian

sebelumnya, model kooperatif tipe Two Stay Two Stray juga memiliki

beberapa kekurangan. Kelemahan model kooperatif tipe Two Stay Two

Stray menurut Huda (2014) yaitu membutuhkan banyak waktu,

membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, dan jumlah kelompok genap

menyulitkan pengambilan suara. Adapun Agustina dalam Raga (2014: 4)

menyatakan bahwa kelemahan dari model kooperatif tipe Two Stay Two

Stray meliputi:

27

1) Membutuhkan waktu yang lama.

2) Peserta didik cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.

3) Bagi pendidik, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana,

dan tenaga).

4) Pendidik cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti mengambil pendapat dari

ahli Agustina dalam Raga (2014: 4) menyatakan bahwa kelemahan dari

model kooperatif tipe Two Stay Two Stray meliputi:

1) Membutuhkan waktu yang lama.

2) Peserta didik cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.

3) Bagi pendidik, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana,

dan tenaga).

4) Pendidik cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

D. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Pengertian IPS

Menurut Djahiri (2006:5) menyatakan bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan

yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu

lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan untuk

dijadikan program pengajaran pada tingkat sekolah. Sumaatmadja (2008:1)

mengemukakan bahwa “Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan

kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah lagu dan

kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usahan

memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya,

kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi,

mengatur kesejahteraan dan pemerintahannnya, dan lain sebagainya yang

mengatur masyarakat. Selanjutnya menurut Sapriya, dkk (2006:3)

menjelaskan IPS merupakam perpaduan dari pilihan kondep ilmu-ilmu

28

social seperti, sejarah, geografi, ekonomi,antropologi, budaya dan

sebagainya yang di perlukan untuk tingkat persekolahan.

Berdasarkan pendapat ditas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS

adalah disiplin-disiplin ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang

ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi

yang memepelajari masalah-masalah sosial.

2. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan disekolah dasar yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, dan generalisasi yang berkaiatan dengan isu sosial, mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial IPS di dalamnya memuat materi geografi, sejarah,

ekonomi, dan sosiologi.

Hasan (2009:18) menyatakan bahwa, sebaiknya pembelajaran IPS mampu

mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan peserta didik yang

menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan

bagi kehidupan di masyarakat. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran

sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan pendidik dalam memilih

dan menggunakan metode pembelajaran.

Oleh karena itu, rancangan pembelajaran pendidik hendaknya diarahkan dan

difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi peserta didik

agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat

bagi, sehingga mereka mampu menjadikan apa yang dipelajarinya sebagai

29

bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

Menurut Soemantri (2004: 27) Ilmu IPS diajarkan di sekolah dasar

dimaksudkan agar peserta didik menjadi manusia dan warga negara yang

baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan

agama. Dengan demikian, pembelajaran IPS di sekolah dasar pada dasarnya

dimaksudkan untuk pengembangan pengetahuan, sikap, nilai-moral, dan

keterampilan peserta didik agar menjadi manusia dan warga negara yang

baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan

agama.

Berdasarkan para ahli di atas, peneliti ini menyimpulkan bahwa

pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk

kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan

kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat.

E. Penelitian yang Relevan

1. Rediarta dkk (2014), Kecamatan Beleleng Bali. Berdasarkan analisis

diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two

stray berpengaruh terhadap hasil belajar matematika peserta didik

kelas V SD Gugus 13 Kecamatan Beleleng Bali. Pengaruhnya dapat

dilihat dari perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Kelemahan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

two stay two stray dalam penelitian ini adalah tingkat sosialisasi

peserta didik rendah, sehingga peserta didik tidak mampu berdiskusi

30

bersama kelompoknya dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan

adanya pengaruh dalam pembelajaran two stay two stray

2. Dewi (2014), Gugus II Kecamatan Tampaksiring Bali. Berdasarkan

hasil analisis diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two

stay two stray berbantuan peta konsep berpengaruh terhadap hasil

belajar IPA peserta didik kelas V SD Gugus II Kecamatan

Tampaksiring Bali. Pengaruhnya dapat dilihat dari perbedaan hasil

belajar antara kelas eksperimen. Kelemahan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dalam penelitian ini

adalah peserta didik tidak menjalankan perannya dalam membagikan

dan mencari informasi dengan baik.

3. Pratiwi (2016), Gugus 3 Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa model kooperatif Two Stay

Two Stray berpengaruh terhadap hasil belajar IPA peserta didik kelas

V SD Gugus 3 Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana.

Pengaruhnya dapat dilihat dari perbedaan hasil belajar antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Kelemahan pelaksanaan dalam

pembelajaran penelitian ini adalah sulitnya peneliti membagi

kelompok secara heterogen dengan jumlah peserta didik genap.

4. Syamsiah (2014), Sumomulyo 8 Surabaya. Berdasarkan hasil analisis

diketahui bahwa model kooperatif Two Stay Two Stray meningkatkan

hasil belajar peserta didik di SD N Sumomulyo 8 Surabaya. Hal ini

terlihat dari hasi persentase aktivitas peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe two stay two stray mengalami peningkatan dan juga

31

meningkatkan hasil belajar peserta didik. Kelemahan dalam penelitian

tersebut pembentukan kelompok oleh pendidik, menimbulkan peserta

didik rasa ingin tidak mau berdiskusi dengan anggota kelompok yang

tidak akrab.

5. Azizah dkk (2016), Lowokwaru Malang. Berdasarkan hasil analisis

diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two

stray berpengaruh terhadap aktivitas belajar IPA peserta didik kelas IV

SD Negeri 3 Lowokwaru Malang. Pengaruhnya dapat dilihat dari

perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen. Kelemahan dalam

penelitian tersebut pembentukan kelompok oleh pendidik,

menimbulkan peserta didik rasa ingin tidak mau berdiskusi dengan

anggota kelompok yang tidak akrab.

Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti. Kesamaan tersebut yaitu penelitian menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yang melihat pengaruhnya

terhadap hasil belajar.

F. Kerangka Pikir

Tujuan IPS adalah untuk mendidik peserta didik agar dapat memecahkan

segala persoalan dalam kehidupan bermasyarakat, mampu berfikir kritis

dan kreatif dan untuk mengembangkan pribadi warga negara yang baik.

Untuk mencapai tujuan tersebut di perlukan suatu pembelajaran yang

dapat membantu anak untuk memecahkan masalah dalam kehidupan

masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang

32

terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan

modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-

keterampilan sejarah, geografi, antropologi, dan ekonomi, geografi,

sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki

keterpaduan yang tinggi.

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah

model pembelajaran yang membagi peserta didik ke dalam kelompok-

kelompok kecil beranggotakan empat orang yang terdiri dari kemampuan

akademik yang berbeda untuk bekerja sama, saling membantu.

Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) diawali dengan

bekerja sama dan mendiskusikan tugas yang diberikan pendidik dalam

kelompok yang beranggotakan empat orang, selanjutnya dua orang

masing-masing anggota kelompok meninggalkan kelompoknya dan

bertamu untuk mencari informasi ke kelompok lain sedangkan dua orang

anggota kelompok yang tinggal mensharing informasi kepada tamunya.

Pada saat men-sharing informasi ke anggota kelompok lain, peserta didik

harus merepresentasikan dan menyusun cerita, ataupun menuliskan

langkah-langkah penyelesaian masalah agar informasi yang disampaikan

dapat diterima anggota kelompok lainnya. Selanjutnya tamu mohon diri

dan kembali ke kelompoknya masing-masing serta melaporkan apa yang

mereka temukan dari kelompok lain lalu membandingkan dan membahas

hasil pekerjaan mereka semua sehingga tugas yang diberikan oleh

pendidik dapat diselesaikan dengan baik. Dengan demikian, model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat

meningkatkan kemampuan peserta didik kelas.

33

G. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir yang telah di kemukakan di

atas di rumuskan hipotesis yaitu “Ada Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Two StayTwo Stray (TSTS) Terhadap Hasil Belajar IPS pada

Peserta didik Kelas IV SD Negeri 1 Way Halim Permai Tahun Ajaran

2017/2018”.

Variabel X

Model Pembelajaran Kooperatif

tipe Two Stay Two Stray

Variabel Y

Hasil Belajar IPS peserta didik

(Gambar 2 Bagan Kerangka Pikir)

Keterangan

Variabel (bebas) X : Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay

Two Stray

Variabel (terikat) Y : Hasil Belajar IPS peserta didik

34

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap kelas IV di SD Negeri 1

Way Halim Permai Tahun Ajaran 2017/2018.

B. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen dengan membandingkan anatar hasil belajar kelas ekperimen

yaitu sebelum dan sesudah menggunakan model kooperatif tipe two stay two

stray.

Bentuk pre-experimental design yang akan digunakan ialah one-group

pretest-posttest design yaitu dengan memberikan pretest sebelum diberi

perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Hasil perlakuan dapat

diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan

sebelum diberi perlakuan. Rancangan ini menggunakan satu kelompok

eksperimen yang diukur variabel dependennya (pre-test), kemudian

diberikan stimulus dan diukur kembali variabel dependennya (post-test)

tanpa ada kelompok pembanding.

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X O2

35

Keterangan :

O1= pretest kelompok eksperimen

O2= posstest kelompok eksperimen

X = perlakuan yang b erupa penerapan model pembelajaran Two Stay

Two Stray

C. Prosedur Penelitian

Penelitian terdiri dari tiga tahapan, yaitu prapenelitian, perencanaan dan

tahap pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari setiap tahapan

tersebut, adalah:

a. Tahap Persiapan

1. Melaksanakan observasi tentang proses kegiatan pembelajaran

2. Membuat perangkat perencanaan pembelajaran, antara lain: RPP,

LKK, ringkasan materi, lembar soal prestest posttest dan instrument

penelitian.

3. Melakukan uji validitas dan kelayakan instrument ahli.

4. Melakukan uji coba instrumen kepada peserta didik diluar sampel

dengan pertimbangan soal yang dihitung melalui uji validitas, uji

reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.

5. Mealakukan analisis instrument

6. Merevisi instrument

b. Tahap Pelaksanaan

1. Melaksanakan pretest untuk mengetahui kemampuan awal peserta

didik.

2. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Two Stay

Two Stray pada kelas eksperimen.

3. Melakukan post-test.

36

c. Tahap pengolahan data

1. Mengumpulkan data penelitian

2. Mengolah dan menganalisis data penelitian

3. Menyusun laporan penelitian

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Peneliti

melakukan penelitian di kelas IV SD Negeri 1Way Halim Permai Bandar

Lampung. Sekolah ini hanya memiliki 2 kelas yaitu kelas IV A dan IV B.

Populasi penelitian ini adalah hanya mengambil peserta didik kelas IV A

karena nilai IPS peserta didik kelas nilai peserta didik kelas IV A yang

diperoleh sangat rendah dan berbeda dari kelas IV B. Data populasi

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Jumlah Peserta didik Kelas IV SD Negeri 1 Way Halim Permai

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah peserta

didik

IV A 11 15 26

IV B 10 15 25

Total 51

Sumber : Data Dokumentasi

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi, sampel adalah jumlah atau

karakteristik yang mewakili populasi yang diteliti. Selanjutnya teknik

37

sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, dimana

teknik ini tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel, dengan jenis sampling jenuh.

sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Seluruh peserta didik kelas IV A

dijadikan sampel sebagai kelas eksperimen. Kelas IV A sebagai kelas

eksperimen yang diberi perlakuan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray.

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel Bebas (Independen) variabel bebas merupakan variabel yang

dapat mempengaruhi variabel lain yang dilambangkan dengan (X).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. Variabel Terikat (Dependent)

adalah faktor-faktor yang di observasi dan diukur untuk menentukan

adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak

muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti.

Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS.

F. Definisi Variabel Konseptual dan Operasional

1. Definisi Konseptual Variabel

Definisi Konseptual variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah

suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

38

kelompok untuk bertukar pengetahuan, pengalaman, hasil diskusi

antara satu kelompok dengan kelompok lain, yang bertujuan untuk

saling membantu memecahkan masalah serta saling mendorong

satu sama lain untuk berprestasi dan melatih untuk bersosialisasi.

2) Hasil belajar akan tampak pada perubahan setiap individu. Baik

perubahan tingkah laku maupun pengetahuannya. Perubahan itu

dapat dilihat dari hasil yang diperoleh peserta didik setelah

melakukan tes yang diberikan oleh pendidik setelah memberikan

materi pembelajaran pada suatu materi, apabila hasil belajar

tercapai dengan baik, maka sikap dan tingkah lakunya akan

berubah menjadi baik.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (X)

Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok diskusi

yang terdiri dari 4 orang, peserta didik diberi topik permasalahan

untuk di diskusikan bersama kelompoknya, setelah berdiskusi, peserta

didik kemudian dibagi dua kelompok dalam satu kelompok diskusi

dengan ketenyuan dua orang bertugas untuk membagikan hasil diskusi

dan informasi kepada tamu yang mengunjungi kelompoknya, setelah

memperoleh informasi dari kelompok lain, dua orang yang bertugas

sebagai tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya untuk

melaporkan temuan mereka dari kelompoknya mencocokan dan

mempersentasikan hasil.

39

2). Hasil Belajar (Y)

Hasil belajar adalah adalah suatu kemampuan yang dimiliki

peserta didik setelah ia mengalami pengalaman belajarnya berupa

perubahan dalam aspek kognitif yang dicapai dalam bentuk angka

atau skor, aspek afektif yang dilihat dari sikap, dan juga

psikomotorik atau keterampilan yang dimiliki peserta didik. Hasil

belajar yang diamati pada penelitian ini difokuskan pada ranah

kognitif. Pencapaian hasil belajar peserta didik berupa nilai yang

diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang diberikan

pendidik kepada peserta didik melalui evaluasi atau penilaian pada

pembelajaran IPS.

40

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi dan tes.

a. Observasi

Teknik non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi.

Kegiatan observasi dilakukan untuk melihat aktivitas kegiatan peserta

didik pada pembelajaran dengan menggunakan model Two Stay Two

Stray di kelas eksperimen, artinya observasi dilakukan untuk

memperoleh hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran model

Two Stay Two Stray.

b. Tes

Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPS yaitu berupa

soal pilihan ganda dengan jumlah 20 butir soal, yang digunakan pada

pretest-posttest. Pretest-posttest dilakukan sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan model pembelajaran Two Stay Two Stray.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pretest-postest yang

diberikan sebelum perlakuan dan diakhir pertemuan, bertujuan untuk

mengukur hasil belajar peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Way Halim

Permai. Tes yang diberikan adalah tes objektif berbentuk pilihan jamak

yang berjumlah 20 item.

41

H. Uji Instrumen

1. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrument tes diujikan kepada peserta didik, hal yang perlu

dilakukan terlebih dahulu adalah uji coba instrument. Uji coba instrument

dilakukan di kelas IV B SD Negeri 1 Way Halim Permai Bandar

Lampung..

2. Uji Persyaratan Instrumen Tes

Setelah dilakukan uji coba instrument tes, maka langkah selanjutnya

adalah menganalisis hasil uji coba yang bertujuan untuk mengetahui

validitas soal, reliabilitas soal, daya beda soal dan taraf kesukaran soal.

a. Uji Validitas

Instrumen penelitian yang akan diuji coba harus menunjukan

kesesuaiannya pada aspek yang ingin diuji. Uji validitas instrumen

digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan dalam

mendapatkan data valid atau tidak.

Adapun validitas alat ukur yang akan digunakan yang akan

digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content

validity) yaitu validiats yang didasarkan butir-butir item yang

berguna untuk menunjukkan sejauh mana instrument tersebut sesuai

dengan isi yang ingin dikehendaki. Untuk mengukur validitas

dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli sebagai

expertjudgment.

Setelah pengujian oleh para ahli dan berdasarkan pengalaman empiris

dilapangan maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah diuji

42

coba, untuk mengukur tingkat validitas soal, digunakan rumus

kolerasi product moment dengan bantuan program Microsoft excel

2010, rumus yang digunakan sebagai berikut (Arikunto, 2010: 170):

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

: koefisien korelasi antara variable X dan Y

: Skor item

: Skor total

: Banyaknya objek (jumlah sampel yang diteliti)

Penentuan kategori dari validitas instrumen yang mengacu pada

pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford dan

Fruchter (1956: 145) adalah sebagai berikut:

Tabel. 3. Klasifikasi Uji Validitas

Nilai Validitas Kategori

0,80 – 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik )

0,60 – 0,80 Validitas tinggi (baik)

0,40 – 0,60 Validitas sedang (cukup)

0,20 – 0,40 Validitas rendah (kurang)

0,00 – 0,20 Validitas sangat rendah (jelek)

Kriteria pengujian apabila r hitung > rtabel dengan a= 0,05 maka alat

ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila rhitung > rtabel

maka alat ukur tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Instrumen penelitian dikatakan reliable jika instrumen tes tersebut

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Dalam penelitian ini untuk mengukur

reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha Cronbach. Rumus Alpha

Cronbach menurut Sugiyono (2014: 365) adalah sebagai berikut:

43

r =

{

}

Keterangan:

K = banyak pertanyaan dalam item

∑ = varian item

= varian total

Tabel 4. Klasifikasi Uji Reliabilitas

Besarnya r Tingkat Reliabilitas

0,90 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi

0,40< r ≤ 0,70 Sedang

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

r ≤ 0,20 Sangat Rendah

c. Tingkat Kesukaran

Taraf kesukaran adalah proporsi peserta tes yang menjawab benar

terhadap butir soal tersebut . Menguji tingkat kesukaran soal dalam

penelitian ini menggunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh

Arikunto (2010: 112) sebagai berikut:

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar

JS : Jumlah seluruh peserta didik peserta tes.

Proses pengolahan data taraf kesukaran soal dengan menggunakan

program Microsoft Office Excel 2007dan taraf klasifikasi kesukaran

soal dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5. Klasifikasi taraf kesukaran soal

No. Indeks Kesukaran Tingkat Kesukaran

1. 0,00 – 0,30 Sukar

2. 0,31 – 0,70 Sedang

3. 0,71 – 1,00 Mudah

44

d. Daya Pembeda

Daya beda soal diperlukan agar instrumen mampu membedakan

kemampuan masing-masing responden. Menurut Arikunto (2010:

213) rumus untuk mencari indeks diskriminasi adalah :

D =

Keterangan:

J = Jumlah peserta didik tes

JA = Banyaknya peserta didik kelompok atas

JB = Banyaknya peserta didik kelompok bawah

BB = Banyaknya peserta didik kelompok atas yang menjawab

soal dengan benar

PA =

= Proporsi peserta didik kelompok atas yang menjawab

dengan benar

PB =

= Proposrsi peserta didik kelompok bawah yang menjawab

dengan benar,

Table 6. Klasifikasi Daya Beda

Daya beda Penilaian soal

D < 0,00 Jelek Sekali

0.00 < D < 0.20 Jelek

0.20 < D < 0.40 Cukup

0.40 < D < 0.70 Baik

D > 0,70 Baik Sekali

I. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

berasal dari kedua kelas yaitu kelas A dan kelas B berupa nilai

hasil belajar berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau

tidak. Uji normalitas data menggunakan rumus Chi-kuadrat (X2),

menurut Arikunto (2013: 276), yaitu:

45

X2

= ∑

Keterangan: 2

X = Chi-kuadrat / normalitas sampel Fo = Frekuansi yang diobservasi

Fh = Frekuansi yang diharapkan

Kriteria pengujian apabila X2

hitung ≤ X2tabel dengan = 0,05 maka

berdistribusi normal, sebaliknya apabila X2

hitung > X2

tabel maka

tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan One Way

Anova. Menurut Sugiyono (2014: 265) tabel ringkasan Anova

yaitu:

Tabel 7. Ringkasan Anova Sumber

Dk Jumlah

Kuadrat

MK Fh Ftab Keputusan

Total N-1 Jktot

Fh > Ftab

Homogen

Antar

kelompok m-1 Jkant Mka

Dalam

kelompok

N-

m Jkdal Mkd

Sumber : Sugiyono: 2014

N = Jumlah seluruh anggota sampel m = Jumlah kelompok sampel

Kriteria pengujian apabila Fhitung ≥ Ftabel dengan = 0,05 maka

homogen, sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel maka tidak homogen.

c. Analisis Data Variabel

Data variabel (X) tentang hasil belajar saat menggunakan model Two

Stay Two Stray dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu Sangat Aktif,

Aktif, Kurang Aktif, dan Tidak Aktif. Variabel ini dikategorikan

dengan menggunakan rumus:

46

Keterangan :

= interval kategori variabel

= Nilai Tertinggi

= Nilai Terendah

= Kategorisasi Kelompok

2. Hipotesis

a. Uji Hipotesis I

Uji Hipotesis I yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji t gunanya

untuk menguji ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS peserta didik

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Sray.

Penelitian ini membandingkan kelompok eksperimen sebelum diberi

perlakuan dan sesudah diberi perlakuan, maka uji t yang digunakan

adalah Independent Sample t-test. Untuk uji t digunakan rumus :

t = ̅ ̅

Keterangan

t = harga t

x = rata rata nilai posttest

x = rata rata nilai pretest

n1 + n2 = banyaknya sampel pada kelas eksperimen

= Varians nilai posttest

= Varians nilai pretest

Sumber : Sugiyono(2017: 273)

Kriteria pengujian, apabila thitung ttabel dengan maka

Ha diterima dan sebaliknya apabila thitung ttabel maka Ha

ditolak. Kemudian kriteria ketuntasan jika hasil belajar peserta

47

didik setelah menggunakan Two Stay Two Stray lebih besar

dari pada sebelum menggunakannya maka Ha diterima,

sebaliknya jika hasil belajar Two Stay Two Stray lebih rendah

dari pada sebelum menggunakannya maka Ha ditolak.

Hipotesis penelitian yang akan diuji adalah:

Ha: Ada pengaruh hasil belajar peserta didik dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Sray terhadap peserta didik kelas IV

SD Negeri 1 Way Halim Permai Bandar Lampung.

Ho: Tidak ada pengaruh hasil belajar peserta didik

dengan menggunakan model pembelajaran

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Sray

terhadap peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Way

Halim Permai Bandar Lampung.

b. Uji Hipotesis II

Guna menguji ada tidaknya pengaruh pembelajaran IPS terhadap

hasil belajar IPS maka digunakan analisis regresi linear sederhana

Menurut Siregar (2013: 379) rumus regresi linear sederhana adalah:

Keterangan: Y : Variabel terikat

X : Variabel bebas

a dan b : Konstanta

Analisis uji regresi linear sederhana pada penelitian ini menggunakan

program Microsotf Office Excel. Hipotesis yang akan diuji pada

penelitian ini sebagai berikut:

48

Ha = Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap hasil

belajar peserta didik pada pembelajaran IPS

peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Way Halim

Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran

2017/2018.

Ho = Tidak ada pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

terhadap hasil belajar peserta didik pada

pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 1 Way

Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran

2017/2018.

64

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

“Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

terhadap hasil belajar IPS siswa di kelas IV SD Negeri 1 Way Halim

Permai Bandar Lampung tahun ajaran 2017/2018.”

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka dapat

diajukan saran-saran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada

pembelajaran IPS di kelas IV, yaitu sebagai berikut :

a. Bagi peserta didik

Peserta didik diharapkan memperbanyak pengalaman belajar yang di

dapat dari lingkungan sekitar, serta memotivasi dirinya sendiri untuk

giat dalam belajar di sekolah maupun belajar di rumah.

b. Bagi Pendidik

1. Pendidik diharapkan memilih model pembelajaran yang tidak

berpusat pada pendidik melainkan berpusat pada peserta didik.

Pemilihan model pembelajaran harus menjadikan peserta didik

menjadi lebih aktif sehingga tercipta pembelajaran yang lebih

optimal dan hasil belajar pada pembelajaran IPS dapat meningkat.

65

2. Model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat menjadi alternatif

model pembelajaran pada mater-materi yang membutuhkan proses

pemecahan masalah.

c. Bagi Kepala Sekolah

Sebaiknya kepala sekolah mengkondisikan pihak pendidik untuk

menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray dalam proses

pembelajaran, sehingga peserta didik lebih terbiasa mengkaji

permasalahan dalam disiplin ilmu yang beragam.

d. Bagi peneliti Lain

Bagi peneliti lain atau berikutnya yang akan melakukan penelitian di

bidang ini, diharapkan penelitian ini dapat menjadi gambaran,

informasi dan masukan tentang pengaruh penggunaan model

pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar peserta didik

pada pembelajaran IPS.

66

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2014. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual

(Inovatif). Bandung: Yrama Widya

Depdiknas. 2005. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Djahiri, Kosasih. 2006. Pengajaran Studi Sosial / IPS (Dasar-Dasar Pengertian,

Metodologi, Model Belajar-Mengajar IPS). Bandung: LPPIPS FKIPS IKIP.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Stray untuk Meningkatkan 5 Unsur Pembelajaran Kooperatif dan Prestasi

Huda 2014.Cooperative Learning Metode Teknik Struktur dan Model

Penerapan. Pustaka Pelajar Yogyakarat

Komalasari, Kokom 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. PT

Refika Aditama Bandung.

Lie 2008. Cooperative Learning : Memperaktikan Cooperaktive Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta :Grasindo

Lutfiyah 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray

untuk meningkatkan Keaktifan Hasil Belajar IPA peserta didik

Narbuko, Cholid. 2001. Metodologi Penelitian. Bandung: Bumi Aksara

Nursid Sumaatmadja 2008 Konsep Dasar IPS Jakarta Universitas Terbuka

Pangaribuan 2013 .Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Meningkatkan

Aktivitas Belajar PKN Kelas IV SD Negeri 11 Sungai Raya. Pontianak :

Program Sarjana Pendidikan Universitas Tanjungpura

Robi 2013. Peningkatan Hail Belajar IPA Melalui Metode Two Stay Two Stray

Pada Peserta didik Kelas IV SDN Jatiraharjo. Skripsi

Rusman. 2013. Model-model pembelajaran mengembangkan Profesionalisme

pendidik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Saidiharjo.2005. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial.Yogyakarta.FIP IKIP.

67

Sumaatmadja, Nursid. 2008. Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan

Sosial. Karunika. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sapriya, dkk. 2006. Konsep Dasar IPS. Bandung : UPI Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (SIDIKNAS). Jakarta : Pustaka Pelajar.

Zunita 2010. Metode Pembelajaran Number Head Together dengan Model Two

Stay TwoStray terhadap Hasil Belajar IPS