Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair ......Think pair share “dapat memberi siswa...

26
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE BERBANTUAN AKSES INTERNET TERHADAP HASIL BELAJAR TIK SISWA KELAS IX SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Artikel Ilmiah Diajukan guna memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Peneliti : Lidwina Nenci Puspita (702010102) Krismiyati, S.Pd., M.A Program Studi Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga November 2014

Transcript of Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair ......Think pair share “dapat memberi siswa...

  • PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

    PAIR SHARE BERBANTUAN AKSES INTERNET TERHADAP HASIL

    BELAJAR TIK SISWA KELAS IX SEMESTER I TAHUN PELAJARAN

    2013/2014

    Artikel Ilmiah

    Diajukan guna memenuhi tugas akhir

    untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer

    di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

    Peneliti :

    Lidwina Nenci Puspita (702010102)

    Krismiyati, S.Pd., M.A

    Program Studi Teknik Informatika dan Komputer

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    November 2014

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • 1

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

    PAIR SHARE BERBANTUAN AKSES INTERNET TERHADAP HASIL

    BELAJAR TIK SISWA KELAS IX SEMESTER I TAHUN PELAJARAN

    2013/2014

    1)

    Lidwina Nenci Puspita 2)

    Krismiyati, S.Pd., M.A.

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

    Email : 1)

    [email protected])

    [email protected]

    Abstract

    The purpose of this study was to know the influence of student learning

    achievment using internet in cooperative learning model Think pair share on ICT

    subjects. The use of conventional learning models, unattractive learning process, and the

    absence of learning media affect the ICT grade which is below the average set by the

    school. Based on the factors and problems existed under the observation and interviews

    conducted by teachers and students, then conducted research with the influence of

    Internet use in cooperative learning model Think pair share. This research was

    conducted by using experimental methods pretest-posttest design with control group

    design. The population in this study were students of class IX. Hypothesis testing using

    the Independent Sample T-Test. Posttest results of hypothesis testing with the t test is P

    (0.000)

  • 2

    1. Pendahuluan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, khususnya

    Teknologi Informasi saat ini sudah berkembang dengan pesat dan merambah

    ke segala bidang, termasuk di dunia pendidikan. Penerapan yang paling

    umum dilakukan adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi

    untuk membuat materi pengajaran, penyampaian bahan ajar maupun

    komunikasi dengan siswa. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

    pada tahap awal lebih terkonsentrasi pada penggunaan teknologi informasi

    sebagai media pendukung pembelajaran di kelas. Guru sebagai pengelola

    pembelajaran harus mengemas pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi

    siswa. Pembelajaran akan memiliki makna, jika pembelajaran yang dikemas

    guru dapat dinikmati oleh siswa dan dapat memotivasi siswa untuk

    meningkatkan hasil belajarnya. Mengajar adalah menata lingkungan agar

    pembelajaran termotivasi dalam menggali makna serta menghargai

    ketidakseragaman” [1].

    Di beberapa sekolah, khususnya di Laboratorium TIK SMP 8 sudah

    terpasang akses internet WiFi, tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan guru

    dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Guru menyampaikan materi

    pelajaran dan evaluasi masih secara konvensional dan membuat siswa pasif di

    dalam kelas sehingga siswa lebih tertarik untuk membuka situs media sosial

    seperti facebook, twitter, dll, daripada mendengarkan guru menerangkan

    materi. Di akhir pelajaran guru melakukan evaluasi tetapi tidak ada siswa

    yang mengajukan pertanyaan. Pada kenyataannya, kondisi ini hanya membuat

    siswa menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut

    saat menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan

    konsep yang dimiliki. Siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang

    mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/

    diaplikasikan pada situasi baru. Sehingga hasil belajar siswa pun relatif

    rendah.

    Hal semacam ini membuat hasil belajar siswa SMP 8 Salatiga

    menurun, pada mata pelajaran TIK dengan nilai kriteria ketuntasan minimal

    (KKM) 75 dan jumlah siswa perkelas sebanyak 32 siswa dan siswa yang

    mendapat nilai di atas KKM 35% dan siswa yang mendapat nilai di bawah

    KKM 65%. Oleh karena itu diperlukan inovasi belajar yang menyenangkan

    dan model pembelajaran yang aktif dalam dunia pendidikan, agar tercapainya

    tujuan utama pembelajaran. Menghadapi tantangan semacam ini, maka guru

    sebagai salah satu sumber pengetahuan peserta didik perlu berpikir secara

    kreatif mendesain dan menerapkan model-model pembelajaran yang belum

    dan pernah ada diterapkan dan berhasil.

    Melihat latar belakang tersebut, perlu adanya perubahan model

    pembelajaran untuk memotivasi siswa agar giat belajar terutama dalam mata

    pelajaran TIK. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka model

    pembelajaran kooperatif tipe Think pair share dapat meningkatkan kreatifitas

    dan keaktifan siswa. Metode TPS dalam pendekatan kooperatif yang

    dimaksud metode TPS adalah Model pembelajaran ini tergolong tipe

    koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan

  • 3

    kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan

    sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis

    individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan

    berikan reward [2].

    Model pembelajaran TPS ini merupakan model pembelajaran yang

    dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong

    kepentingan dan keuntungan sinergi itu. Oleh karena hal itu TPS memiliki

    prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu

    yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama

    lain” [3]. Hal ini efektif baik untuk guru maupun siswa untuk mengetahui

    ide-ide dari pasangan, dan kegiatan sharing ini dilanjutkan sampai semua

    pasangan mendapat giliran mempresentasikan hasil diskusinya. Berangkat

    dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

    lebih jauh pengaruh penerapan model pembelajaran ini terhadap hasil belajar

    TIK. Agar lebih fokus, maka peneliti memilih judul penelitian ini yaitu:

    pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan

    akses internet terhadap hasil belajar TIK siswa SMP N 8 Salatiga kelas IX

    semester I tahun pelajaran 2013/2014.

    2. Tinjauan Pustaka Penelitian Terdahulu

    Hasil penelitian terdahulu dilakukan oleh Yusuf tentang upaya

    peningkatkan prestasi belajar PKn melalui metode pembelajaran Think pair

    share (TPS). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan menggunakan

    Think pair share mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai

    Post-test kelompok eksperimen lebih tinggi dengan perhitungan dan terlihat

    bahwa terhitung 9,330>1,675. Berdasarkan data dan analisisnya maka ada

    peningkatan yang bermakna dalam prestasi belajar mata pelajaran PKn pada

    kelompok eksperimen jika menggunakan metode TPS. Sehingga dapat

    disimpulkan penggunaan metode TPS, hasil belajar dan minat belajar siswa

    semakin meningkat [4].

    Penelitian lain dilakukan oleh Ulfa tentang pengaruh penggunaan

    metode pembelajaran kooperatif Think pair share terhadap hasil belajar IPS

    terpadu. Hasil analisis ditunjukan dari nilai rata-rata kelas eksperimen

    sebelum diberi perlakuan pada saat pretest yaitu 46,77 dan kelas kontrol

    sebelum diberi perlakuan pada saat pretest yaitu 46,65. Dari hasil pengamatan

    di kelas yang diajar dengan metode TPS memberdayakan kemampuan

    berpikir siswa, melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, dan

    dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan [5].

    Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan oleh Yusuf dan Ulfa,

    dapat dilihat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini yaitu

    peneliti menggunakan model TPS dengan berbantuan Internet. Penelitian

    sebelumnya telah menunjukan keberhasilannya dalam penggunaan model

    pembelajaran kooperatif tipe Think pair share. Peneliti memilih dua

    penelitian tersebut karena sangat relevan untuk penelitian berikutnya di

  • 4

    lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, peneliti yakin bahwa pada

    penelitian ini juga akan berhasil meningkatkan hasil belajar TIK siswa.

    Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah “model yang mengajak siswa

    belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab

    terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan kelompok”. Pada

    hakikanya cooperative learning sama denga kerja kelompok. Oleh karena itu,

    banyak guru mengatakan tidak ada suatu yang aneh dalam pembelajaran

    kooperatif learning karena meraka beranggapan telah biasa melakukan

    pembelajaran kooperatif learning dalam bentuk belajar kelompok [6].

    Dari pendapat para ahli di atas, dapat simpulkan bahwa yang

    dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

    yang melibatkan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara

    bersama–sama dalam kelompok kecil yaitu terdiri dari 4 atau 6 orang,

    sehingga siswa mampu menyumbangkan pendapatnya dalam pembelajaran

    yang dibahas dalam kelompok tersebut untuk mendapatkan pencapaian hasil

    belajar yang telah di bahas.

    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair share Model pembelajaran Think pair share merupakan salah satu model

    pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini berbasis pembelajaran

    diskusi kelas. Think pair share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-

    rekannya dari Universitas Maryland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh

    banyak peneliti di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun

    selanjutnya. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama,

    saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil

    secara koooperatif. Think pair share merupakan “suatu cara yang efektif

    untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas” [7].

    Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk

    mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam

    Think pair share “dapat memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk

    berfikir, untuk merespon dan saling membantu”. Pembelajaran dengan Think

    pair share ini akan memberikan variasi tersendiri dalam lingkungan belajar

    siswa [2]. Think pair share memiliki prosedur yang ditetapkan secara

    eksplisit untuk memberikan siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir,

    menjawab, dan saling membantu satu sama lain” [3]. Dengan Think pair

    share siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam

    kelompoknya. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa

    mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan

    jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa-siswa

    tertentu saja yang menjawab.

    Strategi yang memperkenalkan gagasan tentang waktu „tunggu atau

    berpikir‟ pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi

    salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respon siswa terhadap

    pertanyaan [8]. Manfaat TPS antara lain : (1) memungkinkan siswa untuk

  • 5

    bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain; (2) mengoptimalkan

    partisipasi siswa; (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan

    partisipasi mereka kepada orang lain. Kemampuan yang umumnya

    dibutuhkan dalam strategi ini adalah sharing informasi, bertanya, meringkas

    gagasan orang lain, dan paraphrasing.

    Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa yang

    dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Think pair share adalah siswa

    diberikan kesempatan untuk berpikir secara individu bagaimana memecahkan

    masalah yang diberikan guru, setelah itu siswa berdiskusi secara berpasangan

    sehingga siswa dapat berbagi ide dengan teman pasangannya, kemudian

    siswa secara berpasangan berbagi ide kepada seluruh teman di kelas tentang

    apa yang mereka diskusikan.

    Hasil Belajar

    Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur

    yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman

    (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar” [9]. Hasil belajar adalah

    kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

    belajarnya [10]. Hasil belajar adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

    diciptakan baik secara individual atau kelompok. Menurut Kamus Besar

    Bahasa Indonesia hasil belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau

    ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan

    dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.

    Hasil belajar bisa diartikan menjadi sebuah hasil yang dicapai oleh

    siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas dalam jangka

    waktu tertentu, biasanya prestasi disekolah berbentuk pemberian nilai (angka)

    dari guru kepada siswa sebagai indikasi siswa tersebut telah menguasi materi

    pelajaran yang telah disampaikan. Baru secara keseluruhan, sebagai hasil

    pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya [11].

    Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

    sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

    lingkungannya [12].

    Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa yang

    dimaksud dengan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan atau peningkatan

    pengetahuan, keterampilan dan sikap berupa kemampuan yang dicapai siswa

    selama berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas.

    Internet

    Internet adalah “salah satu bentuk media komunikasi dan informasi

    yang interaktif”. Wujud internet adalah jaringan komputer yang terhubung

    diseluruh dunia. Internet digunakan untuk mengirim informasi antar komputer

    keseluruh dunia. Sehingga melalui internet kita bisa mengakses dan bertukar

    informasi secara cepat. Kata internet sendiri berasal dari Interconnection

    Networking. Menurut sejarahnya internet juga merupakan pemikiran-

    pemikiran para ahli yang sangat inovatif dan dampaknya sangat besar bagi

  • 6

    perkembangan dunia. Melihat begitu banyaknya kapasitas serta layanan yang

    luas, sungguh dapat menjangkau daerah pelosok yang ada didunia ini [13].

    Internet adalah suatu interkoneksi sebuah jaringan komputer yang dapat

    memberikan layanan informasi secara lengkap”. Dan, terbukti bahwa internet

    dilihat sebagai media maya yang dapat menjadi rekan bisnis. Politik, sampai

    hiburan, semuanya tersaji lengkap di dalam media ini. Internet adalah jaringan

    satelit komunikasi yang fungsinya sangat beragam dan tentu merupakan

    pendukung internet diseluruh dunia”.

    Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa internet adalah

    seluruh jaringan yang terhubung/terkoneksi satu sama lain yang dapat

    memberikan informasi secara lengkap serta dapat menjadi alat komunikasi

    bagi orang-orang diseluruh dunia.

    3. Metode Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    eksperimental (Experimental Research). Penelitian eksperimen pada kelas

    yang akan diberi perlakuan (Treatmen) atau disebut kelompok eksperimen

    (Experimental Group) dan kelas kelompok pembanding yang disebut

    kelompok kontrol (Control Group). Bentuk desain penelitian ini adalah pretest

    Post-test control group design. Bentuk desain penelitian dapat dilihat pada

    tabel 1 [14]. Tabel 1.

    Pretest-Post-test Control Group design

    R O1 X O2

    R O3 O4

    Keterangan :

    R : Kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih secara random.

    O1 : Pretest untuk kelompok eksperimen

    O2 : Post-test untuk kelompok eksperimen

    O3 : Pretest untuk kelompok kontrol

    O4 : Post-test untuk kelompok kontrol

    X : Perlakuan (treatment) untuk kelompok eksperimen yaitu pada kelas IXE

    SMPN 8 Salatiga yaitu pengaruh pemanfaatan internet dalam model

    pembelajaran kooperatif tipe Think pair share.

    Untuk melihat pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3)

    Populasi yang akan digunakan dalam penelitian adalah seluruh siswa

    kelas IX di SMPN 8 Salatiga. Sampel yang digunakan adalah IXE dan IXB

    yang berjumlah 55 orang.

    Adapun langkah-langkah (prosedur) penelitian yang dilakukan, adalah

    sebagai berikut [15]: (1) Memilih sebuah subjek penelitian yaitu SMP Negeri

    8 Salatiga. (2) Menggolongkan subjek menjadi dua kelas antara kelompok

    eksperimen yaitu kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga yang dikenai variabel

    perlakuan pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran

    kooperatif tipe Think pair share dan kelompok kontrol yaitu kelas IXB SMP

    Negeri 8 Salatiga yang diberikan pembelajaran seperti biasa guru kelas

  • 7

    mengajar yaitu cara konvensional. (3)Menyusun kisi-kisi yang dikembangkan

    dalam instrumen pretest dan Post-test. (4) Mengujicobakan instrumen pretest

    pada kelas uji coba yaitu kelas IXG SMP Negeri 8 Salatiga. (5) Menganalisis

    data hasil pretest untuk menguji apakah instrumen valid dan reliabel. (6)

    Memberikan pretest pada kelas IXE dan IXB SMP Negeri 8 Salatiga. (7)

    Menganalisis hasil pretest yang dilakukan pada kelas IXE dan IXB SMP

    Negeri 8 Salatiga untuk mengetahui bahwa kedua kelas tidak ada perbedaan

    yang signifikan. (8) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

    pengaruh pemanfaatan intenet dalam model pembelajaran kooperatif tipe

    Think pair share di kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga, untuk kelas IXB SMP

    Negeri 8 Salatiga dengan pembelajaran yang dilakukan guru seperti biasa

    (tanpa menggunakan model pembelajaran). (9) Melaksanakan posttest pada

    kelas IXE dan kelas IXB SMP Negeri 8 Salatiga. (10) Hitung perbedaan

    antara hasil pretest dan posttest untuk masing-masing kelompok (pretest-

    posttest kelompok eksperimen kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga), (pretest-

    posttest kelompok kontrol kelas IXB SMP Negeri 8 Salatiga). (11)

    Bandingkan perbedaan tersebut untuk menentukan apakah pengaruh

    pemanfaatan internet dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

    Think pair share itu berpengaruh yang lebih besar pada kelompok eksperimen

    yaitu kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga. Jadi (pretest-posttest kelompok

    eksperimen kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga), (pretest-posttest kelompok

    kontrol kelas IXB SMP Negeri 8 Salatiga) dalam menghitung dan

    menganalisis data dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0 (Statistical

    Product and Service Solution ). (12) Interpretasi hasil penghitungan data.

    Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model

    pembelajaran model kooperatif tipe TPS(Think-Pair-Share) adalah sebagai

    berikut:

    Prosedur model think pair share

    Guru Siswa

    Langkah pertama yaitu Think (berpikir)

    1. Guru mengajukan masalah yang dikaitkan dengan

    pelajaran

    2. Guru memberi waktu untuk berfikir sendiri jawabannya.

    3. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

    1. Siswa menyimak dan memahami materi yang disampaikan oleh guru.

    2. Siswa mendengarkan penjelasan masalah yang diberikan guru.

    3. Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

    Langkah kedua yaitu Pair (berpasangan)

    1. Guru meminta siswa berpasangan 1 orang dengan 1

    orang yang heterogen.

    2. Guru meminta siswa 4-5 menit mendiskuskan apa yang yang

    diperoleh.

    1. Siswa berkumpul sesuai dengan kelompok yang dibentuk guru.

    2. Siswa berinteraksi selama waktu yang disediakan sehingga dapat

    menyatukan gagasan apabila suatu

    masalah dapat diidentifikasi.

  • 8

    Langkah ketiga yaitu Share (Berbagi)

    1. Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi hasil

    diskusinya.

    2. Guru memberi kesempatan siswa untuk menuliskan ide-

    idenya.

    1. Siswa secara bergantian maju kedepan kelas membacakan hasil

    diskusi dengan waktu 1 menit.

    2. Siswa menulis hasil diskusi dengan bahasanya sendiri (bahasa baku).

    Selain eksperimen, adapun langkah-langkah pembelajaran untuk kelas

    kontrol yang diterapkan dengan model pembelajaran secara konvensional,

    adalah sebagai berikut: (1) Guru memberikan informasi atau mendiskusikan

    bersama siswa dari materi pelajaran yang disampaikan. (2) Guru memberi

    latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa. (3) Guru bersama

    siswa membahas latihan soal. (4) Guru memberi tugas kepada siswa sebagai

    pekerjaan rumah.

    Instrumen dalam penelitian ini yaitu perbandingan hasil belajar

    dengan menggunakan treatment yang berbeda dan wawancara guru dan

    siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain : Metode test

    adalah serentetan pertanyaan latihan yang digunakan untuk mengukur

    keterampilan, pengetahuan intelegensi, dan kemampuan atau bakat yang

    dimiliki oleh individu atau kelompok. Nilai siswa (tes) pretest dan posttest

    bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian penguasaan siswa terhadap

    materi yang diajarkan. Instrumen tes ini disusun bersama guru mata pelajaran TIK

    dengan kisi-kisi seperti gambar dibawah ini.

    Tabel 2. Indikator Soal Tes

    No Indikator No soal

    1 Menyebutkan pengertian internet dengan

    tepat

    2,3,7,9,10,

    2 Menyebutkan pengertian intranet dengan

    benar

    11,12,13

    3 Menceritakan sejarah perkembangan

    internet dengan cermat

    16,17,18,1

    4

    5

    6

    Menyebutkan fungsi-fungsi layanan

    dalam internet dengan jelas dan teliti

    Menjelaskan manfaat internet dengan

    benar

    Menjelaskan dampak negatif internet

    dengan benar

    1,4,9,22,25

    6,3,8,14

    15,21,23,24

    Metode observasi, yang bertujuan untuk melihat dan mengamati secara

    langsung kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan

    yang sebenarnya saat proses belajar mengajar berlangsung. Obeservasi ini

    dilakukan tiap-tiap individu yang akan diteliti.

  • 9

    Tabel 3. Observasi aktivitas belajar siswa

    No. Indikator

    Aktivitas

    Sub

    Indikator

    Skor

    1 2 3 4

    1 Visual Memperhatikan saat guru

    memberikan penjelasan

    Memperhatikan pada saat teman

    mempresentasikan hasil diskusi

    2 Lisan Bertanya pada teman atau guru

    tentang materi yang belum dipahami

    Mampu mengemukakan pendapat

    atau merespon pertanyaan dalam

    diskusi kelompok

    3 Mendengarkan Mendengarkan guru saat

    memberikan penjelasan

    Mendengarkan penyajian hasil

    diskusi yang dipresentasikan

    kelompok

    4 Menulis Menulis penjelasan guru dan hasil

    diskusi kelompok

    5 Metric Mampu menyelesaikan Tugas

    Mampu mempresentasikan hasil

    diskusi secara serius

    6 Emosional Bersemangat dan menaruh minat

    selama kegiatan pembelajaran

    Kriteria presentase aktivitas siswa adalah sebagai berikut [16] :

    (1) Kurang baik : persentase aktivitas peserta didik < 25% (2) Cukup baik : 25% ≤ persentase aktivitas peserta didik < 50% (3) Baik : 50% ≤ persentase aktivitas peserta didik < 75% (4) Sangat baik : persentase aktivitas peserta didik ≥ 75%

    𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟

    𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑥 × 100%

    Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa,

    hasil tes TIK sebelumnya dan foto saat kegiatan pembelajaran. Nilai tes

    (pretest dan posttest), yang selanjutnya akan digunakan sebagai analisis

    dalam penelitian.

    Tahap penelitian yang terakhir adalah evaluasi. Hasil pretest dan Post-

    test dievaluasi untuk dapat mengetahui berbagai hasil pembelajaran siswa.

    Tahap evaluasi terdiri dari : (1) Pemberian skor. (2) menghitung nilai rata-rata

    kelompok dan nilai maksimum serta minimum. (3) melakukan uji normalitas.

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang berdistribusi

    normal atau tidak. (4) melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas

  • 10

    dilakukan untuk mengetahui apakah data masing-masing kelompok memiliki

    varian yang sama atau berbeda. (5) melakukan uji T kesamaan dan perbedaan

    dua rata-rata denganstatistik Independent sampel T-Test. Pengujian ini

    dilakukan untuk mengetahui apakah ada persamaan atau perbedaan antara

    rata-rata nilai pretest dan Post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol. (6)

    pengujian hipotesis.

    4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tahap pertama sebelum melakukan tindakan yaitu melakukan

    observasi pada saat proses kegiatan mengajar berlangsung dengan wawancara

    kepada guru di SMPN 8 Salatiga. Wawancara tersebut menunjukan yaitu

    bahwa cara penyampaian materi yang digunakan masih dilakukan secara

    konvensional, oleh sebab itu penggunaan metode konvensional menyebabkan

    motivasi dan kemauan siswa rendah sehingga dalam proses pembelajaran

    siswa menjadi pasif dan tidak berperan aktif dalam pembelajaran dan

    menyebabkan pemahaman siswa terhadap materi kurang dan hasil belajar

    siswa juga menjadi tidak memenuhi standar KKM. Proses pembelajaran

    dimulai dengan memberikan soal pretest pada semua kelas yang akan

    dijadikan subjek penelitian. Melalui hasil pretest tersebut kemudian

    ditentukan kelas yang akan menjadi kelas eksperimen dan kontrol.

    Hasil nilai rata-rata pretest yaitu 70.00 untuk kelas IXB dan 69.00

    untuk kelas IXE, sehingga dapat di tentukan bahwa yang menjadi kelas

    eksperimen yaitu kelas IXE sedangkan kelas kontrol yaitu IXB, dan masing-

    masing kelas berjumlah 27 siswa pada kelas kontrol dan 28 siswa pada kelas

    eksperimen. Setelah menentukan pembagian kelas, kegiatan pembelajaran

    dimulai dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran

    kooperatif tipe Think pair share dan metode konvensional pada kelas

    kontrol. Pemberian perlakuan (treatment) akan diberikan selama dua kali

    pertemuan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

    Proses pembelajaran dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam

    model pembelajaran Think pair share dimulai dengan memberikan pretest

    pada kelas eksperimen (XIE). Langkah pertama yang dilakukan saat

    pembelajaran adalah mengenalkan siswa akan pengaruh pemanfaatan internet

    dalam model pembelajaran Think pair share. Pengenalan ini berupa : (1)

    Pengenalan model pembelajaran kooperatif Tipe Think pair share, (2)

    Pengenalan Internet dan bagaimana cara memanfaatkan internet dengan benar

    untuk menggali informasi.

    Awal pertemuan guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan

    salam dan doa, kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa.

    Pertemuan pertama merupakan tindakan awal penelitian dilakukan pengaruh

    pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share. Langkah

    pertama siswa dibimbing untuk mengerjakan pretest terlebih dahulu. Setelah

    selesai mengerjakan pretest, siswa dijelaskan mengenai pengaruh

    pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share dan

    bagaimana langkah-langkah pelaksanaannya serta tujuan dari pembelajaran

  • 11

    dengan model pembelajaran Think pair share. Urutan selanjutnya siswa

    dijelaskan tentang bagaimana memanfaatkan dengan benar.

    Pengenalan tentang pemanfaatan internet dijelaskan supaya siswa

    dapat memanfaatkan internet dengan benar, sehingga mempermudah proses

    pembelajaran. Langkah dalam memanfaatkan internet yaitu : (1) Siswa diberi

    pengenalan tentang pengertian internet, (2) siswa diberi pengenalan tentang

    sejarah internet, (3) Siswa diberi pengenalan tentang fungsi-fungsi layanan

    dalam internet, (4) Siswa diberi pengenalan tentang manfaat internet, (5)

    Siswa diberi pengenalan dampak negatif internet.

    Gambar 1. Perlakuan pertama pada kelas eksperimen

    Penelitian selanjutnya guru mengawali pembelajaran dengan

    mengucapkan salam dan doa, kemudian dilanjutkan dengan mengecek

    kehadiran/presensi siswa. Kemudian guru apersepsi dengan menanyakan

    pembahasan materi minggu lalu dan membahas materi yang belum dipahami

    siswa. Setelah itu tahap-tahap pengaruh pemanfaatan internet dalam model

    pembelajaran Think pair share dipertemuan kedua adalah : (1) Guru memberi

    topik permasalahan yang akan diselesaikan siswa. (2) Pada tahap Think siswa

    berpikir secara mandiri untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru selama

    5-10 menit. (3) Siswa dapat mencari dan menjawab topik permasalahan yang

    diberikan guru dengan berbantuan media internet. (4) Kemudian guru

    membagi siswa kedalam 14 kelompok. (5) Pembagian kelompok dilakukan

    oleh guru supaya kelompok yang dihasilkan heterogen. (6) Kelompok dibagi

    secara berpasangan. (7) Tahapan berikutnya Pair dimana siswa sudah berada

    dalam kelompok pasangannya dan menyelesaikan topik permasalahan yang

    telah diberikan guru dengan berdiskusi dengan kelompok pasangannya

    selama 10-15 menit. (8) Siswa secara berpasanagan dapat mencari dan

    menjawab topik permasalahan yang diberikan guru dengan berbantuan media

    internet. (9) Guru membimbing siswa dalam mengerjakan topik masalah yang

    telah diberikan, siswa yang belum paham diberi kesempatan untuk bertanya.

    (10) Kemudian tahap selanjutnya Share dimana guru meminta pasangan-

    pasangan untuk berbagi didepan kelas dengan kelompok berpasangan

    keseluruhan kelas.

    Tahapan yang terakhir siswa kembali lagi kedalam posisi duduk awal

    dan siswa mengerjakan soal Post-test yang diberikan guru selama 10 menit

    dengan tertib dan tenang. Guru berpesan pada siswa agar mengerjakan tes

    dengan tenang dan tidak diperbolehkan bekerja sama dengan siswa yang lain.

    Hasil posstest akan digunakan untuk membandingkan hasil belajar dari

    sebelum menggunakan model pembelajaran Think pair share berbantuan

  • 12

    internet dan sesudah menggunakan model pembelajaran Think pair share

    berbantuan internet. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa sebagian

    besar untuk awal-awal merasa kesulitan pada saat berdiskusi kelompok secara

    berpasangan, pada saat akan menjelaskan pada teman karena belum terbiasa

    menggunakan model pembelajaran Think pair share tetapi siswa lama-

    kelamaan menjadi terbiasa dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam

    model pembelajaran Think pair share. Siswa menjadi lebih antusias untuk

    memecahkan masalah bersama teman satu kelompok pasangannya yang

    sudah dibentuk oleh guru kelas.

    Siswa menjadi lebih aktif mengajukan pertanyaan kepada guru

    maupun kepada teman yang berbeda kelompok. Pada saat proses

    pembelajaran berlangsung tidak ada siswa yang gaduh atau sibuk sendiri

    karena siswa mempunyai tugas yang dibebankan untuk segera diselesaikan

    saat itu juga. Pembelajaran Think pair share membuat mental siswa menjadi

    lebih baik karena adanya sesi menjelaskan pada siswa lain didepan kelas.

    Tugas guru dalam pengaruh pemanfaatan internet dalam model

    pembelajaran kooperatif Think pair share hanya mengawasi agar setiap

    kelompok benar-benar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan

    guru sekaligus memberikan pengarahan apabila ada kelompok siswa yang

    bertanya. Guru memberikan pertanyaan seputar diskusi yang dilakukan pada

    kelompok. Setelah akhir pembelajaran guru memberikan kesimpulan tentang

    materi pembelajaran yang sudah dipelajari oleh siswa.

    Gambar 2. Perlakuan kedua pada kelas Eksperimen

    Hasil wawancara mengenai respon guru dan respon siswa terhadap

    pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe

    Thik Pair Share terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK : Guru

    menyatakan bahwa pengaruh pemanfaatan internet dalam model

    pembelajaran Think pair share membantu dalam memberikan pelajaran

    dikelas, karena dengan melakukan pemanfaatan dalam model pembelajaran

    Think pair share ini membuat siswa menjadi lebih antusias dalam mengikuti

  • 13

    pembelajaran. Peranan guru dalam pemanfaatan internet dalam model

    pembelajaran Think pair share hanya sebagai fasilitator sehinggga akan

    meringankan tugas guru. Siswa menyatakan bahwa pengaruh pemanfaatan

    internet dalam model pembelajaran Think pair share ini membuat siswa

    merasa belajar dengan terarah dan konsentrasi penuh pada pembelajaran.

    Siswa senang dengan adanya pemanfaatan internet dalam kegiatan

    pembelajaran.

    Guru menyatakan bahwa penyampaian materi dalam pembelajaran

    lebih kreatif dan membuat siswa lebih fokus memperhatikan materi yang

    sedang disampaikan guru. Siswa lebih antusias dan merasa tertantang karena

    selain harus mempelajari materi yang diberikan oleh guru, siswa juga harus

    mempresentasikan hasil dari permasalahan yang telah diberikan. Siswa lebih

    mengerti tentang materi yang diberikan dikarenakan didalam kegiatan

    pembelajaran siswa diberi topik permasalahan yang harus dipecahkan secara

    mandiri dan kelompok berpasangan. Siswa merasa tertantang untuk

    memahami materi karena didalam kegiatan pembelajaran diadakan sesi

    presentasi.

    Guru melihat hasil belajar siswa, hasil belajar dengan pengaruh

    pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share lebih baik

    jika dibandingkan dengan metode konvensional. Meskipun pada kelas dengan

    pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share

    terdapat 3 siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM)

    tetapi KKM sudah sangat bagus. Siswa merasa senang mengikuti

    pembelajaran karena nilai yang didapat lebih bagus karena siswa merasa

    mampu menjawab topik permasalahan yang diberikan guru.

    Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil wawancara antara guru dan

    siswa bahwa pengaruh pemanfaatan dalam model pembelajaran kooperatif

    tipe Think pair share pada mata pelajaran TIK yaitu mendapat respon positif

    dari guru kelas karena membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti

    pembelajaran. Hasil belajar siswa lebih baik karena kegiatan pembelajaran

    berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator.

    Hasil observasi aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol

    dapat dilihat pada tabel 4.

    Tabel 4. Hasil presentase observasi aktivitas siswa

    No Indikator Kelas

    Selisih Eksperimen Kontrol

    1 Visual 95 % 65 % 30 %

    2 Lisan 89 % 56 % 33 %

    3 Mendengarkan 94 % 63 % 31 %

    4 Menulis 82 % 57 % 25 %

    5 Metric 88 % 58 % 30 %

    6 Emosional 98 % 64 % 34 %

    𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓

    𝑺𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒙 × 𝟏𝟎𝟎% 91.16 % 60.50 % 30.66%

  • 14

    Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas

    siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan tersebut

    ditunjukkan dengan hasil tiap indikator yang diperoleh pada kedua kelas,

    bahwa pada kelas eksperimen aktivitas siswa lebih tinggi dari kelas kontrol.

    Pada indikator 1 ditunjukkan angka pada kelas eksperimen sebesar 95%,

    artinya aktivitas siswa dapat dikategorikan sudah siap mengikuti proses

    pembelajaran. Namun pada kelas kontrol indikator pada nomor 1, aktivitas

    siswa belum memenuhi standar dalam melakukan proses pembelajaran.

    Penilaian demikian juga berlaku pada seluruh indikator yang ada pada lembar

    observasi tresebut sesuai dengan hasil yang diperoleh pada tiap indikator.

    Keseluruhan jumlah pada kelas eksperimen dikategori berkriteria

    sangat baik, hal ini ditunjukan dengan persentase sebesar 91.16%. pada kelas

    kontrol dikategorikan berkriteria cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil

    persentase sebesar 60.50%. skor psersentase yang diperoleh dihitung dengan

    menggunakan bantuan aplikasi pengolah angka. Perbedaan persentase lembar

    observasi siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol tersebut

    menunjukkan bahwa aktifitas belajar siswa dengan pengaruh pemanfaatan

    internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih

    tinggi daripada kelas kontrol dengan metode konvensional terhadap hasil

    belajar TIK siswa kelas IX semester 1. Artinya pemanfaatan internet dalam

    model pembelajaran kooperatif tipe think pair share tersebut dapat

    menjadikan aktivitas belajar siswa lebih aktif dalam mengikuti proses

    pembelajaran.

    Sebelum melakukan pretest dan Post-test pada kelas eksperimen dan

    kontrol pada penelitian ini dilakukan uji validitas soal terlebih dahulu.

    Validitas adalah menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur

    pa yang seharusnya diukur. Uji coba instrumen dilakukan di kelas IXF.

    Terlihat bahwa ada 16 item soal tes valid dengan harga korelasi (r)

    menunjukkan bahwa koefisien validitas bergerak dari 0,218 sampai 0,773 dan

    terdapat tiga kriteria validitas yaitu validitas rendah, validitas cukup validitas

    tinggi. Kriteria validitas rendah berjumlah 5 yaitu nomor 6, 10, 19, 23 dan 24.

    Kriteria validitas cukup berjumlah 7 yaitu nomor 1, 2, 4, 7, 11, 13 dan 21.

    Sedangkan kriteria validitas tinggi berjumlah 4 yaitu 8, 9, 12 dan 14. Dari 16

    soal yang valid maka soal ini dipergunakan untuk Post-test.. berdasarkan

    hasil dari r hitung yang dibandingkan dengan r tabel pada tiap butir soal,

    maka butir soal yang valid adalah jika thitung > rtabel, yaitu pada butir soal

    nomor 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 19, 21, 23 dan 24, Sedangkan soal

    yang tidak valid adalah 3, 5, 15, 16, 17, 18, 20, 22 dan 25.

    Setelah melakukan uji validitas, maka dilakukan uji reliablitas.

    Reliabilitas instrumen menggunakan alpha dari Cronbach‟s yang memberikan

    koefisien reliabilitas sebesar 0,865. Setelah dilakukan analisa, hasil

    menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan untuk mengukur variabel

    penelitian dengan berpedoman pada kriteria tingkat reliabilitas instrumen

    yang dikemukakan George dan Mallery (1995) bahwa reliabilitas dapat

    diterima jika nilainya 0,7 ˂ α ≤ 0,8.

  • 15

    Setelah didapatkan soal-soal yang valid kemudian dilakukan pretest

    dan Post-test kepada kelas kontrol dan eksperimen. Nilai- nilai dari pretest

    dan Post-test yang telah didapatkan, sebelum melakukan pengujian hipotesis

    penelitian, terlebih dahulu akan mendeskripsikan mengenai nilai rata-rata

    siswa, nilai minimum, dan maksimum dari data pretest dan Post-test.

    Deskripsi data pretest guna untuk mengetahui kemampuan awal siswa

    sebelum siswa menerima pembelajaran dan mengukur kemampuan awal

    siswa. Data pretest yang diperoleh dari tes tertulis berupa tes pilihan ganda

    sebanyak 16 soal. Sedangkan deskriptif data Post-test digunakan untuk

    mengetahui kemampuan siswa setelah dilakukan proses pembelajaran yang

    diberikan perlakuan maupun tidak diberikan perlakukan. Soal yang diberikan

    sama dengan soal pada saat pretest. Berdasarkan hasil penghitungan data,

    didapati statistik Deskripsi data pretest dan post-test kelas eksperimen dan

    kontrol adalah sebagai berikut:

    Grafik 1

    Rat-rata Nilai Pretest dan Posttest

    kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

    Eksperimen Kontrol Peningkatan

    Pretest 68.89 69.33 0.44

    Postest 82.79 72.81 9.98

    Peningkatan 13.9 3.48

    Berdasarkan grafik 1 terlihat bahwa perbedaan rata-rata nilai pretest

    kelas eksperimen dan kontrol tidak jauh berbeda, yakni pada kelas

    eksperimen 68,89 dan pada kelas kontrol 69,33. Dari data tersebut dapat

    dilihat bahwa kedua kelas tersebut memiliki kecenderungan kelas yang sama.

    Kemudian pada postest terlihat bahwa rata-rata kelas eksperimen dan kontrol

    memiliki perbedaan , yakni pada kelas eksperimen 82,79 dan pada kelas

    kontrol 72,81.

    Setelah mendeskripsikan data pretest dan Post-test, selanjutnya

    dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebelum dilakukan pengujian

    hipotesis. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

    berdistribusi normal atau tidak antara kelas kontrol dan eksperimen.

    Pengujian ini dilakukan dengan statistik Kolmogorof-Smirnov dengan

    bantuan program aplikasi penghitungan. Hasil uji normalitas dapat dilihat

    pada tabel berikut.

    Tabel 5. Normalitas Pretest

    Kelas Z Sig. (P) α Kesimpulan

    Kontrol 818 0.516 0.05 Normal

    Eksperimen 1.245 0.090 Normal

    Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai pretest kelas

    eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal dengan melihat Sig.

  • 16

    Kolmogorov-Smirnov ˃ 0,05. Variabel pertama atau kelompok eksperimen nilai Sig. Kolmogorov-Smirnov adalah 0,090 sedangkan untuk variabel kedua atau kelompok kontrol nilai Sig. Kolmogorov-Smirnov adalah 0,516. Nilai alpha 0,05, kelas kontrol pada kolom sig. 0.516 < 0.05 sedangkan kelas

    eksperimen pada kolom sig. 0.090 > 0.05. Sehingga hasil pretest kelas

    eksperimen dan kelas kontrol memiliki distribusi normal karena nilai P lebih

    besar dari nilai α.

    Setelah diketahui bahwa skor pretest berdistribusi normal, selajutnya

    dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah kedua kelompok kelas

    kontrol dan kelas eksperimen memiliki tingkat varians data yang sama

    sehingga dapat dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil uji

    homogenitas tes awal (pre-test) kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat

    dilihat pada tabel 6.

    Tabel 6. Test of Homogeneity of Variances Nilai

    Levene

    Statistic

    df1 df2 Sig.

    1.097 4 22 .383

    Pada uji ini jika nilai signifikan > 0.050 maka nilai tersebut dapat

    dikategorikan homogen, sedangkan jika nilai signifikan < 0.050 maka nilai

    tersebut dikategorikan tidak homogen. Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui

    bahwa nilai df1 sebesar 4,dan nilai df2 sebesar 22 dengan sig. 0,383 > 0,050

    maka dapat disimpulkan kedua varian memiliki varian yang sama atau

    dengan kata lain kedua kelas homogen. Sehingga data hasil belajar siswa

    eksperimen dan kontrol dapat memiliki varience yang sama atau homogen.

    Dengan melihat data normalitas yang berdistribusi normal dan data

    homogenitas yang diketahui homogen, sehingga untuk pengujian kesamaan

    rata-rata nilai pretest dari kelas kontrol dan eksperimen dengan menggunakan

    uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik Independent Sample T-Test. Jika

    signifikansi < 0,05 dari nilai alpha yang ditentukan maka H1 diterima,

    sedangkan jika signifikansi > 0,05 maka H0 ditolak. Pengujian hipotesis

    dilakukan kepada siswa untuk melihat persamaan kemampuan awal siswa

    antara yang meggunakan perlakuan dan yang menggunakan konvensional

    terhadap rata-rata nilai pretest pada masing-masing kelas. Pengujian hipotesis

    di uji melalui uji indenpenden sampel T-test dengan mengunakan taraf

    signifikansi 5%. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 7.

    Tabel 7. Hasil Uji Independent sample t-test Pretest

    Keterangan Kelas Mean df Sig(P) α

    Pretest Eksperimen 68.89 53 0.876 0.05

    Kontrol 69.33

  • 17

    Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai signifikan 0.876 < 0.05,

    maka terdapat persamaan antara kelas kontrol dan eksperimen setelah

    dilakukan pretest-Post-test.

    Seluruh analisis data pretest sudah dilakukan, maka selanjutnya

    analisi data Post-test. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas

    data hasil tes akhir posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dan

    diujikan dengan one-sample kolmogrof-smirnov test. Hasil uji posttest

    tersebut terdapat pada tabel 8 berikut.

    Tabel 8. Normalitas Post-test

    Kelas Z Sig. (P) Α Kesimpulan

    Kontrol 1.290 072 0.0

    5

    Normal

    Eksperimen 1.210 107 Normal

    Kriteria pada uji normalitas apabila sig. > α maka nikai tersebut

    berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas yang terdapat pada tabel

    4.15 bahwa pada kelas kontrol nilai sig. nernilai 0.072, dan pada kelas

    eksperimen nilai sig. bernilai 0.107. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua

    kelas tersebut berdistribusi normal.

    Setelah didapatkan bahwa data Post-test berdistribusi normal, maka

    dilakukan uji homogenitas. Uji ini digunakan untuk mengetahui kedua

    kelompok memiliki tingkat varians data yang sama, yang selanjutnya akan

    menjadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis homogenitas

    menggunakan uji Levene’s dengan program aplikasi data statistik hasil uji

    homogenitas data posttest terdapat pada tabel 9 berikut.

    Tabel 9. Test of Homogeneity of Variances

    Nilai

    Levene

    Statistic

    df1 df2 Sig.

    .585 3 22 .631

    Apabila pada uji ini nilai signifikan > 0.05 maka bernilai homogen,

    sedangkan jika nilai signifikan < 0.05 maka bernilai tidak homogen. Pada

    tabel 4.16 nilai signifikan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen

    bernilai 0.631 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut

    memiliki varians yang sama (homogen).

    Dengan melihat data Post-test normalitas yang berdistribusi normal

    dan data homogenitas yang diketahui homogen, sehingga untuk menguji

    perbedaan dua rata-rata nilai Post-test dari kelas kontrol dan eksperimen

    dengan menggunakan uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik Independent

    Sample T-Test. Pada uji T (Independent Samples T Test) H1 akan diterima

    apabila nilai signifikan bernilai > 0.05, dan jika nilai signifikan < 0.05 maka

    H0 ditolak. Uji T dilakukan setelah ada uji normalitas dan homogenitas data,

  • 18

    dan digunakan untuk menguji perbedaan nilai rata-rata pada kelas kontrol dan

    kelas eksperimen dengaan taraf signifikan 5%.

    Rumusan hipotesis yang akan diuji pada pembahasan dalam kasus ini

    yaitu :

    H1 : Pengaruh pemanfaatan akses internet dalam model pembelajaran

    kooperatif tipe Think pair share lebih efektif untuk meningkatkan hasil

    belajar siswa daripada menggunakan metode konvensional pada mata

    pelajaran TIK di kelas XI SMPN 8 Salatiga.

    H0 : Pengaruh pemanfaatan akses internet dalam model pembelajaran

    kooperatif tipe Think pair share tidak efektif untuk meningkatkan hasil

    belajar siswa pada mata pelajaran TIK di kelas XI SMPN 8 Salatiga.

    Kriteria pengambilan keputusan :

    Jika sig Fhitung > 0.05 maka H0 diterima, H1 ditolak Jika sig Fhitung < 0.05 maka H0 ditolak, H1 diterima

    Hasil perhitungan data uji T dapat dilihat pada tabel 10.

    Tabel 10. Hasil Uji Independent sample t-test Posttest

    Keterangan Kelas Mean df Sig(P) α

    Post-test Eksperimen 82.79 53 0.000 0.05

    Kontrol 72.81

    Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai signifikan adalah 0.000 < 0.05,

    maka H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

    signifikan nilai posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, artinya pada

    kedua kelas ini mempunyai kemampuan yang berbeda. Hal ini membuktikan

    bahwa Pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif

    tipe Think pair share lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa

    daripada menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran TIK di

    kelas XI SMPN 8 Salatiga.

    Hasil analisis data penelitian yang dibuktikan melalui analisis uji

    statistic dengan bantuan software SPSS 16.0 menunjukan bahwa kemampuan

    awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama (homogen). Hal

    ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil pretest kedua kelas dan dibuktikan

    dengan hasil uji t dengan perbandingan nilai signifikansi 0,000 < 0,005, maka dapat

    dinyatakan berpengaruh signifikan dan hipotess dalam penelitian ini diterima untuk

    melihat persamaan rata-rata. Hasilnya menunjukan bahwa tidak terdapat

    perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kontrol. Hal ini

    wajar karena kedua kelas tersebut belum mendapatkan perlakuan dan materi

    belajar.

    Setelah proses pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan

    perlakuan dengan model pembelajaran Think pair share berbantuan internet

    pada kelas eksperimen dan perlakuan menggunakan metode konvensional

    pada kelas kontrol, menunjukan bahwa hasil belajar akhir kedua kelompok

    mengalami perbedaan. Perbedaan hasil belajar ditunjukan oleh nilai rata-rata

    kelas eksperimen 82.79 dan pada kelas kontrol 72.81 dari nilai rata-rata

  • 19

    posttest terlihat bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi

    dibandingkan kelas kontrol.

    Pelaksanaan pembelajaran pada kelompok eksperimen, awalnya

    mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru bagi guru dan siswa

    memerlukan waktu untuk penyesuaian. Tetapi hambatan-hambatan yang

    terjadi perlahan dapat dikurangi. Aktifitas di dalam kelas yang bervariatif

    dapat menambah semangat, motivasi, karakter berbagi, membantu dalam

    memecahkan masalah dan dapat menciptakan lingkungan belajar positif,

    sehingga pelajaran menjadi lebih interaktif dan efektif. Seluruh uraian yang

    telah dijabarkan menunjukan bahwa secara umum pengaruh pemanfaatan

    internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share

    memberikan pengaruh yang berarti dan efektif dalam meningkatkan hasil

    belajar pada mata pelajaran TIK siswa kelas IX SMPN 8 Salatiga.

    5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pemanfaatan internet

    dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share dapat diambil

    kesimpulan : 1) Berdasarkan hasil uji t dengan perbandingan nilai signifikansi

    0,000< 0,005, maka dapat dinyatakan berpengaruh signifikan dan hipotesis

    dalam penelitian ini diterima. Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengaruh

    pemanfaatan akses internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe think

    pair share berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IX SMPN 8

    Salatiga pada materi TIK. 2) Hasil belajar meningkat dengan nilai posttest

    kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol.

    Dengan rata-rata nilai kelas eksperimen 82.79 dan rata-rata nilai kelas kontrol

    72.81. 3) Keaktifan pada kelas eksperimen dan kontrol memiliki perbedaan

    selisih 30.66%, dengan perbandingan kelas eksperimen 91.16% dan kelas

    kontrol 60.50%.

  • 20

    6. Daftar Pustaka [1] Yuwana, S.Y. 2004. Pembelajaran yang efektif. Jurnal.

    [2] Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

    Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

    [3] Ibrahim, dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA -

    University Press.

    [4] Yusuf. 1993. Upaya peningkatkan prestasi belajar PKn melalui metode

    pembelajaran Think pair share (TPS) bagi siswa kelas VIIC SMP N

    Abdi Surakarta”.

    [5] Ulfa. I.M. 2010. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif

    Think pair share terhadap hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VII di

    SMP N 2 Lawang”

    [6] Slavin, R.E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.

    Bandung: Nusa. Media.

    [7] Arends, 1997. Classroom Intructional Management. Dalam Trianto.

    2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Konstruktif. Jakarta: Prestasi

    Pustaka.

    [8] Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    [9] Sudjana, 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya.

    [10] Sudjana, 2011. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung:

    Rosdakarya. Hlm 22.

    [11] Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.

    Jakarta: Rineka Cipta.

    [12] Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.

    Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 02

    [13] Krisianto, Andy. 2014. Internet Untuk Pemula. Jakarta: PT Elex Media

    Komputindo. Hlm.01

    [14] Sugiyono 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

    Bandung: Alfabeta.

    [15] Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

    Jakarta: PT Rhineka Cipta.

    [16] Sadirman, A. M. 2004. Interaksi dan motivasi belajar mengajar.

    Jakarta: Raja Grafinda Persada