Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

38
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair and Share (TPS) – Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair and Share (TPS) – Langkah-Langkah Pembelajaran Muhammad Faiq Dzaki Langkah-langkah: 1) Guru menyampaikan inti materi 2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru 3) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya 4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa 5) kesimpulan Model Pembelajaran Think Pair and Share (Frank Lyman,1985) 6 November 2009Rachmad Widodo Tinggalkan komentar Go to comments 9 Votes Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut : 1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru. 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

Transcript of Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Page 1: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair and Share (TPS) – Langkah-Langkah PembelajaranModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair and Share (TPS) – Langkah-Langkah Pembelajaran

Muhammad Faiq Dzaki

Langkah-langkah:1) Guru menyampaikan inti materi2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru3) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa5) kesimpulan

Model Pembelajaran Think Pair and Share (Frank Lyman,1985)6 November 2009Rachmad Widodo Tinggalkan komentar Go to comments

 

9 Votes

Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut :1.  Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

2.  Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.

3.  Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

4.  Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

5.  Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

6.  Kesimpulan/Penutup.

Page 2: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.

Majulah Pendidikan di Indonesia!

Think, Pair and Share (Berfikir, Berpasangan, dan Berbagi Pengetahuan)with 18 comments

 

Dalam menjalankan sebuah rencana pembelajaran dikelas komputer (TIK) saya selalu menyukai kejutan-kejutan di luar rencana. Kejutan tersebut bisa berupa siswa yang ternyata sangat cepat dalam bekerja sehingga waktu menjadi cepat berlalu, sampai hanya satu sampai lima orang siswa yang ternyata bisa menguasai materi yang diberikan.

Untuk kasus yang terakhir yang saya lakukan adalah kembali mengajak siswa untuk duduk bersama mendengarkan penjelasan dan meninggalkan sementara pekerjaannya di komputer. Kami semua lalu duduk dikarpet yang ada di lantai. Jika tidak memungkinkan mereka saya minta diam di mejanya  masing-masing.

Lalu saya memberikan waktu pada semua siswa untuk berdiskusi mengutarakan apa yang menjadi kesulitan dalam pengerjaan soal . Biasanya satu persatu siswa akan mengatakan apa yang menjadi kesulitan.

Tetapi yang menarik ada beberapa siswa yang langsung menunjuk tangan ketika temannya mengaku kesulitan terhadap pekerjaannya. Walaupun terkadang saya membantu menerjemahkan kesulitan yang dialami dalam bahsa yang sederhana agar teman-temannya mengerti.

Siswa yang menunjuk tangan itu ternyata ingin membantu karena dia merasa bisa melakukan apa yang dikatakan oleh temannya sebagai hal yang sulit.

Page 3: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Setelah semuanya berbicara, maka secara otomatis setiap orang dengan tidak sadar mendapat pasangannya. Satu orang siswa yang menguasai materi dan mau membantu berpasangan dengan satu atau lebih rekannya yang belum menguasai.

Adegan selanjutnya bisa dibayangkan semua siswa asyik belajar dari pengalaman rekannya sendiri dan rekannya yang mengajari mendapat manfaat dengan membagi ilmu.

Model pembelajaran Make a Match (Lorna Curran,1994)

6 November 2009 Rachmad Widodo Tinggalkan komentar Go to comments

 

5 Votes

Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari Pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.

Langkah-langkah pembelajaran Make a Match adalah sebagi berikut :

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’ maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘ jawaban soal’ secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

Page 4: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

7. Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua siswa.

8. Kesimpulan/penutup.

Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.

Majulah Pendidikan di Indonesia!

Model Pembelajaran Cooperative dengan Metode Make a Match

Model pembelajaran Cooperative memang sangat menarik untuk dipraktekkan. Selain memiliki nilai falsafah homo homini socius, model ini juga mengalihkan proses pembelajaran sistem teacher center menjadi student center. Salah satu ragam metode dengan model pembelajaran cooperative adalah metode make a match. Metode make a match atau mencari pasangan ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Bagaimana dengan langkah-langkahnya? Yuuukkk….kita mulai…!!

Page 5: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Aplikasi dari metode make a match dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut:1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang 4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya 7. Demikian seterusnya 8. Kesimpulan/penutup

Metode ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Saya sendiri pernah menggunakannya untuk me-review tugas dirumah (PR) yang berhubungan dengan kosa kata yang lumayan sulit. Hasilnya sungguh diluar dugaan ketika pertama kali melakukannya. Waktu yang dipergunakan untuk me-review lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan menggunakan metode terjemah. Iseng saya minta pendapat siswa apakah mereka enjoy dengan metode ini, ternyata sambutannya positif. Hmmm….jadi pengen ber-PTK dengan metode ini neh. Maybe one day.

Akan tetapi seperti biasa tidak ada gading yang tak retak, tidak ada metode yang sempurna. Demikian juga dengan metode make a match. Keunggulan dari metode ini ialah 1. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)2. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.3. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.

Sedangkan kelemahan dari metode ini ialah jika kelas anda termasuk kelas gemuk (lebih dari 30 0rang/kelas) berhati-hatilah. Karena jika anda kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar

Page 6: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Tapi jangan khawatir. Hal ini dapat diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum ‘pertunjukan’ dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan.

Sedangkan sisi kelemahan yang lain ialah ya…mau tidak mau kita harus meluangkan waktu untuk mempersiapkan kartu-kartu tersebut sebelum masuk ke kelas. Ihh…tapek dech… he he he… Tapi jangan khawatir kawan, sesuatu yang dikerjakan dengan gembira dan ikhlas (ini yang paling penting), maka kita akan mendapat ‘energi’ tambahan. Aih…begaya kasi wejangan diriku. Yo wes, yang sudah pernah coba kita bisa share di kolom komentar, and yang belum, coba deh. Terus hasilnya share juga di kolom komentar. Haayyuuuukkk…!! 

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHTPembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan

adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stukturalBertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.2. Pengakuan adanya keragamanBertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

berbagai latar belakang.3. Pengembangan keterampilan social

Page 7: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai

pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :

a)      Pembentukan kelompok;b)      Diskusi masalah;c)      Tukar jawaban antar kelompokLangkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)

menjadi enam langkah sebagai berikut :Langkah 1. PersiapanDalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat

Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompokDalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduanDalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau

buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalahDalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawabanDalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulanGuru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang disajikan.Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap

siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh  Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :

1.                       Rasa harga diri menjadi lebih tinggi2.                       Memperbaiki kehadiran3.                       Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar4.                       Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

Page 8: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

5.                       Konflik antara pribadi berkurang6.                       Pemahaman yang lebih mendalam7.                       Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi8.                       Hasil belajar lebih tinggi

« Model Pembelajaran Reciprocal   Learning

Model Pembelajaran Bersiklus (cycle   learning)  »

Model Pembelajaran SAVI

April 22, 2009 oleh Herdian,S.Pd., M.Pd.

MODEL PEMBELAJARAN SAVI

A. Landasan Teori

SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah

Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik);

teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan

symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik

adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi,

menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.

Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.

B. Prinsip Dasar

Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan

dengan AL yaitu:

1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh

2) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.

3) kerjasama membantu proses pembelajaran

4) pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan

Page 9: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.

6) emosi positif sangat membantu pembelajaran.

7) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

C. Karakteristik

Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada

empat bagian yaitu:

1) Somatic

”Somatic” berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh – soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan

belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan

dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan

pembelajaran berlangsung).

2) Auditori

Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada uyang kita sadari, telinga kita terus

menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri

dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran

siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman

siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan

informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau

menciptakan makna-maknan pribadi bagi diri mereka sendiri.

3) Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk

memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih

mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau

program computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia

nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.

4) Intektual

Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan

pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan

Page 10: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna

intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.

D. Kerangka Perencanaan Pembelajaran SAVI

Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan kelompok dalam empat tahap:

1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang

akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

Secara spesifik meliputi hal:

a) memberikan sugesi positif

b) memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa

c) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna

d) membangkitkan rasa ingin tahu

e) menciptakan lingkungan fisik yang positif.

f) menciptakan lingkungan emosional yang positif

g) menciptakan lingkungan sosial yang positif

h) menenangkan rasa takut

i) menyingkirkan hambatan-hambatan belajar

j) banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah

k) merangsang rasa ingin tahu siswa

l) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menari,

menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar.

Hal- hal yang dapat dilakukan guru:

Page 11: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

a) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan

b) pengamatan fenomena dunia nyata

c) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh

d) presentasi interaktif

e) grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni

f) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar

g) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim

h) latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)

i) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual

j) pelatihan memecahkan masalah

3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan

baru dengan berbagai cara.

Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:

a) aktivitas pemrosesan siswa

b) usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali

c) simulasi dunia-nyata

d) permainan dalam belajar

e) pelatihan aksi pembelajaran

f) aktivitas pemecahan masalah

g) refleksi dan artikulasi individu

h) dialog berpasangan atau berkelompok

i) pengajaran dan tinjauan kolaboratif

j) aktivitas praktis membangun keterampilan

Page 12: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

k) mengajar balik

4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan

baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.

Hal –hal yang dapat dilakukan adalah:

a) penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera

b) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi

c) aktivitas penguatan penerapan

d) materi penguatan prsesi

e) pelatihan terus menerus

f) umpan balik dan evaluasi kinerja

g) aktivitas dukungan kawan

h) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.

Sumber Bacaan:

DePorter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas. Editor, Mike

Hernacki. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.

Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program

Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa.

Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Model Pembelajaran Mind Mapping

April 29, 2009 oleh Herdian,S.Pd., M.Pd.

Page 13: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Model Pembelajaran Mind Mapping

Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar

otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta

jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas.

Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita

akan pergi dan dimana kita berada. (http://www.kaskus.us/showthread.php?t=702661)

Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan

fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat

informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.

Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan

nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain

yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide

terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk

mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya

memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.(http://escaeva.com)

Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak

agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa

dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.

Beberapa manfaat memiliki mind map antara lain :

a. Merencana

b. Berkomunikasi

c. Menjadi Kreatif

d. Menghemat Waktu

e. Menyelesaikan Masalah

f. Memusatkan Perhatian

Page 14: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

g. Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran

h. Mengingat dengan lebih baik

i. Belajar Lebih Cepat dan Efisien

j. Melihat gambar keseluruhan

Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :

a. Cara ini cepat

b. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang

muncul dikepala anda

c. Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.

d. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.

( http://www.escaeva.com/tips-menulis/tips-fiksi/menulis-dengan-diagram-balon.html)

Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping

Catatan Biasa Peta Pikiran

Hanya berupa tulisan-tulisan saja Berupa tulisan, symbol dan gambar

Hanya dalam satu warna Berwarna-warni

Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang lama Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek

Waktu yang diperlukan untuk belajar

lebih lama Waktu yang diperlukan untuk

belajar lebih cepat dan efektif

Statis Membuat individu menjadi kreatif

Sumber Iwan Sugiarto, 2004 : 76.

Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar

visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.

Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan

Page 15: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol,

bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh

siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam

diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat

proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan

suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.

(Sugiarto,Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)

Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape

kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan

menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang

bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas

dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan

menguasai materi pelajaran.

Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap cabang

pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga

ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis

cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki

atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis.

Model Pembelajaran Problem PosingApril 19, 2009 oleh Herdian,S.Pd., M.Pd.

Problem Posing

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

Problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa

menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-

Page 16: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal

tersebut.

Dalam pembelajaran matematika, problem posing (pengajuan soal) menempati

posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian

soal secara mendetil. Hal tersebut akan dicapai jika siswa memperkaya

khazanah pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu belajar secara

mandiri. Problem posing dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin

matematika. Silver dan Cai menulis bahwa ”Problem posing is central important

in the discipline of mathematics and in the nature of mathematical thinking”.

Suryanto menjelaskan tentang problem posing adalah perumusan soal agar

lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa

perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terutama terjadi

pada soal-soal yang rumit. (Pujiastuti, 2001:3)

Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun 1997 oleh

Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika.

Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain.

Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model

pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri

melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.

Dengan demikian, penerapan model pembelajaran problem posing adalah

sebagai berikut.

a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat

peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.

b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.

c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa

yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula

dilakukan secara kelompok.

d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk

menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat

Page 17: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh

siswa.

e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.

(Suyitno, 2004:31-32).

Silver dan Cai mnjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat diaplikasikan

dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni sebagai berikut.

a. Pre solution posing

Pre solution posing yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi yang

diadakan. Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan

dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.

b. Within solution posing

Within solution posing yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang

pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan

penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya.jadi, diharapkan

siswa mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah pertanyaan yang

ada pada soal yang bersangkutan.

c. Post solution posing

Post solution posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi

soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.

Dalam model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) siswa dilatih untuk

memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar matematika.

Dengan demikian, kekuatan-kekuatan model pembelajaran problem posing

sebagai berikut.

a. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya

konsep-konsep dasar.

b. Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam belajar.

Page 18: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada

dasarnya adalah pemecahan masalah.

(Suyitno, 2003:7-8).

Bagi siswa, pembelajaran problem posing merupakan keterampilan mental,

siswa menghadapi suatu kondisi dimana diberikan suatu permasalahan dan

siswa memecahkan masalah tersebut.

Model pembelajaran problem posing (pengajuan soal) dapat dikembangkan

dengan memberikan suatu masalah yang belum terpecahkan dan meminta

siswa untuk menyelesaikannya (Silver, Kilpatrick dan shlesinger), pemikiran

English dalam menghasilkan pertanyaan baru dari masalah matematika yang

diberikan dapat menjadi aktivias utama dalam mengajukan permasalahan.

Guru matematika dalam rangka mengembangkan model pembelajaran problem

posing (pengajuan soal) yang berkualitas dan terstruktur dalam pembelajaran

matematika, dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar berikut.

1. Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari

aktivitas siswa di dalam kelas.

2. Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa

3. Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku

teks, dengan memodifikasikan dan membentuk ulang karakteristik bahasa dan

tugas.

Menggunakan model pembelajaran problem posing dalam pembelajaran

matematika dibutuhkan keterampilan sebagai berikut.

1. Menggunakan strategi pengajuan soal untuk menginvestigasi dan

memecahkan masalah yang diajukan.

2. Memecahkan masalah dari situasi matematika dan kehidupan sehari-hari.

3. Menggunakan sebuah pendekatan yang tepat untuk mengemukakan masalah

pada situasi matematika.

4. mengenali hubungan antara materi-materi yang berbeda dalam matematika.

Page 19: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

5. Mempersiapkan solusi dan strategi terhadap situasi masalah baru.

6. Mengajukan masalah yang kompleks sebaik mungkin, begitu juga masalah

yang sederhana.

7. Menggunakan penerapan subjek yang berbeda dalam mengajukan masalah

matematika.

8. Kemampuan untuk menghasilkan pertanyaan untuk mengembangkan strategi

mengajukan masalah sebagai berikut.

a. Bagaimana saya bisa menyelesaikan masalah ini?

b. Dapatkah saya mengajukan pertanyaan yang lain?

c. Seberapa banyak solusi yang dapat saya temukan?

Memunculkan pertanyaan baru dari masalah matematika yang diberikan

dianggap menjadi aktivitas utama dalam mengajukan masalah sebagaimana

dijelaskan oleh English sebagai berikut.

1. Apakah gagasan penting dalam masalah ini?

2. Dimana lagi kita dapat menemukan gagasan yang sama dengan hal ini?

3. Dapatkah kita menggunakan informasi ini dalam satu cara yang berbeda

untuk memecahkan suatu masalah?

4. Apakah kita cukup memiliki informasi penting untuk memecahkan masalah?

5. Bagaimana jika kita tidak memberikan semua informasi ini untuk membuat

sebuah masalah yang berbeda?

6. Bagaimana mungkin kamu dapat merubah beberapa informasi ini?

Akan menjadi apakah masalah tersebut kemudian?

Rangkaian pertanyaan di atas menunjukkan apabila ada seorang guru yang

tidak berpengalaman dalam mengajukan masalah dapat melakukan aktivitas

bertanya tersebut.

Page 20: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Strategi dalam pengajuan masalah dapat dilihat dari beberapa tinjauan literatur.

Strategi ini dapat diterapkan dalam mengajukan masalah tertentu. Strategi

tersebut mengemukakan ”bagaimana melihat” atau menemukan masalah

(Dillon). Krutetskii memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari masalah yang

diajukan sebelumnya. Hashimoto bertanya ”bagaimana jika”, dan ”bagaimana

jika tidak” Brown Walter. Mempertimbangkan hubungan yang baru dari masalah

baru (Polya). Strategi lain dalam mengajukan sebuah pertanyaan adalah untuk

melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan mengajukan sebuah

pertanyaan yang mengikuti hubungan tersebut (Krutelskii). Cara melihat atau

menemukan masalah sejenis dengan gabungan strategi dalam perumusan

masalah (Kilpatrick). Strategi ini berada pada penemuan tingkatan masalah

(Dillon). Masalah tersebut ditampilkan pada penguji coba atau orang lain yang

mengajukan pertanyaan, yang perlu dilakukan penanya adalah menemukannya.

Strategi lain adalah untuk memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari

masalah yang diajukan sebelumnya. Ini serupa dengan penggunaan analogi

dalam menghasilkan masalah baru yang terkait (Kilpatrick). dalam studi ini,

terdapat dua strategi berbeda yang dikembangkan sebagai berikut.

1. Mengajukan pertanyaan mengenai masalah matematika dari masalah yang

ada dalam buku pelajaran. Kilpatrick menjelaskan bahwa ada dua tahap dalam

proses penyelesaian masalah selama masalah baru diciptakan. Penyelesaian

masalah bisa dengan mengubah beberapa atau semua kondisi masalah untuk

melihat masalah baru, apa yang mungkin dihasilkan dan setelah masalah

diselesaikan. Penyelesaian masalah bisa dengan meninjau ulang bagaimana

solusi dipengaruhi oleh berbagai macam permasalahan.

Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.

a. Memilih satu masalah dari buku pelajaran matematika atau buku LKS

matematika.

b. Menentuan kondisi dari permasalahan yang diberikan dan hal yang tidak

diketahui.

c. Mengubah kondisi masalah dalam dua cara yang berbeda Pertama,

tambahkan lagi beberapa kondisi atau kondisi baru pada masalah asli kemudian

Page 21: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

rumuskan satu pertanyaan baru. kedua, pindahkan kondisi dari masalah asli

kemudian rumuskan pertanyaan baru.

2. Mengajukan masalah matematika dari situasi yang belum terstruktur.

Stoyanove menjelaskan situasi masalah yang belum terstrukstur sebagai situasi

terbuka yang diberikan dan menggunakan format berikut.

a. Masalah open-ended (penyelidikan matematis).

b. Masalah yang sejenis dengan masalah yang diberikan.

c. Masalah dengan solusi serupa.

d. Masalah berkaitan dengan dalil khusus.

e. Masalah yang berasal dari gambaran yang diberikan

f. Masalah kata-kata.

Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.

a. Situasi kehidupan sehari-hari yang ditampilkan pada semua siswa.

b. Siswa diminta melengkapi situasi dari pandangan mereka untuk menyatakan

masalahyang berasal dari situasi yang dibentuk.

c. Masing-masing siswa telah melengkapi masalah dari situasi tertentu untuk

kemudian mengajukan beberapa pertanyaan dari situasi tersebut

d. Tulis semua masalah yang diajukan yang berkaitan dengan masalah tersebut.

(Abu-Elwan, 2007:2-5)

Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan

cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan salah satu

indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dariguru,

melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil

belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga

meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan

soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran

problem posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas

Page 22: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok.

Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat

kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di

depan kelas. Dengan penerapan model pembelajaran problem posing dapat

melatih siswa belajar kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir

siswa.

« Model Pembelajaran Talking Stick   Suintak

Model Pembelajaran Student Facilitator and   Explaining  »

Model Pembelajaran Snowball Throwing

April 29, 2009 oleh Herdian,S.Pd., M.Pd.

Sintaknya adalah:

1. Informasi materi secara umum,

2. membentuk kelompok,

3. pemanggilan ketua dan diberi tugas  membahas materi tertentu dikelompok,

4. bekerja dalam kelompok,

5. tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain,

6. kelompok lain menjawab secara bergantian,

7. penyimpulan dan evaluasi,

8. refleksi

Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan)

Mei 27, 2010 oleh Herdian,S.Pd., M.Pd.

Metode Pembelajaran Discovery

Page 23: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur

pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu

tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam

pembelajarandiscovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa

dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan

konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan

sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi

objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner  menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam

belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang

disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu

konsep atau prinsip.

Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental

yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,

menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan

sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan

demikian pembelajarandiscovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental

melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa

dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan

fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.

Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,

menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan

pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

Blake et al. membahas tentang filsafat penemuan yang dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model

penemuan dengan tiga tahap, yaitu: (1) mengklarifikasi; (2) menarik kesimpulan secara induksi; (3) pembuktian

kebenaran (verifikasi).

Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:

1. identifikasi kebutuhan siswa;

2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;

Page 24: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;

4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;

5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;

6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;

7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;

8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;

9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi

masalah;

10. merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;

11. membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah

metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara

belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang

diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri

merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4)

dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat

dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi

sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.

Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil

belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh

belajar discoverymeningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar

penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa

pertolongan orang lain.

Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:

1. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan

hasil akhir;

2. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu

yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;

3. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan

penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;

4. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer

pengetahuannya ke berbagai konteks;

5. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan,

diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk

mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan

beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat

dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.

Page 25: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Metode discovery (penemuan) yang mungkin dilaksanakan pada siswa SMP adalah metode penemuan terbimbing.

Hal ini dikarenakan siswa SMP masih memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu murni. Oleh sebab itu

metode discovery (penemuan) yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode discovery (penemuan)

terbimbing (guided discovery).

DAFTAR PUSTAKA

Suherman, dkk. (2001). Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan

Pendidikan Matematika UPI Bandung.

Model Pembelajaran Inkuiri

Mei 27, 2010 oleh Herdian,S.Pd., M.Pd.

Model Pembelajaran Inkuiri

Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri

pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan,

pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus

berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna

(meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang

dikenal dengan inkuiri dikembangkan.

Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk

memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait

dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan

cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.

Selanjutnya Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa  ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi

pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari

dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses

pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,

tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua,seluruh aktivitas

yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan

Page 26: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktvitas

pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru

dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari

penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari

proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan

tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

A. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang

dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini

dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan

masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan

Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi

belajar siswa.

B. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.

Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki

dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses

mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut

siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses

berpikir.

C. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis

perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan

menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong

siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan

jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

D. Mengumpulkan data

Page 27: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar,

akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

E. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang

diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir

rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus

didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

F. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian

hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana

yang relevan.

Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah bahwa siswa akan mendapatkan

pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka

dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang

punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep

matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman

konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut.

Pembelajaran dengan pendekatan  inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa diharapkan dapat

meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap pelajaran matematika, khususnya kemampuan

pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan pendekatan 

pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses

pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.

Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu

disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan

dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka

memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan

siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.

Page 28: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan dan teman

yang kritis. Guru harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap: (1) Tahap

problem solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan kelompok; (3) Tahap pemahaman secara individual, dan pada

saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan

intervensi dalam kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran.

Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya

bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:

1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)

Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan

dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam

menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi

siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih

beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada

pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi

kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara

mandiri.

Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang

diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya,

bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang

diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat

memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja

siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa,

sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.

2. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).

Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.

Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan.

Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah

secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.

Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah

satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open

endeddan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara

Page 29: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang

baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.

Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan

untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2)

karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang

diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual

mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang

diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan

kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu,

sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)

Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan

inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk

diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa

tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan

pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun

bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.

Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu

secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa

yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan

memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa

dalam kelompok lain.

Berdasarkan pengertian dan uraian dari ketiga jenis pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, penulis memilih

Pendekatan Inkuiri Terbimbing yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan ini penulis lakukan dengan

pertimbangan bahwa penelitian yang akan dilakukan terhadap siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP),

dimana tingkat perkembangan kognitif siswa masih pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke operasi formal,

dan siswa masih belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri serta karena siswa masih dalam taraf

belajar proses ilmiah, sehingga penulis beranggapan pendekatan inkuiri terbimbing lebih cocok untuk diterapkan.

Selain itu, penulis berpendapat bahwa pendekatan inkuiri bebas kurang sesuai diterapkan dalam pembelajaran

matematika, karena dalam proses pembelajaran matematika topik yang diajarkan sudah ditetapkan dalam silabus

Page 30: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

kurikulum matematika, sehingga siswa tidak perlu mencari atau menetapkan sendiri permasalahan yang akan

dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

Cochran, Rachel et al.(2007). The impact of Inqury-Based Mathematics on Context Knowledge and Classroom

Practice. Journal. Tersedia:http://www.rume.org/crume2007/papers/cochran-mayer-mullins.pdf

Krismanto, M.Sc. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. PPPG Matematika.

Yogyakarta.

Sanjaya, Wina. Dr. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media

Group. Jakarta

Slavin, Robert.E. (2008). Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik. Bandung. PT. Nusa Media

Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung. JICA

« Kemampuan Penalaran   Matematika

Model Pembelajaran   Inkuiri  »

Model Pembelajaran Kolaboratif MURDER

Mei 27, 2010 oleh Herdian,S.Pd., M.Pd.

Model Pembelajaran Kolaboratif MURDER

Pembelajaran MURDER merupakan pembelajaran yang diadaptasi dari buku karya Bob

Nelson “The Complete Problem Solver” yang merupakan gabungan dari beberapa kata yang meliputi:

1. Mood (Suasana Hati)

Mood adalah istilah bahasa inggris yang artinya suasana hati. Dalam belajar suasana hati yang positif bisa

menciptakan semangat belajar sehingga konsentrasi belajar dapat dicapai semaksimal mungkin dan dapat

menyerap apa yang telah dipelajari. Oleh karena itu, jika suasana hati tidak mendukung, maka semua konsentrasi

akan dibuyarkan dengan pikiran-pikiran yang tidak penting untuk difikirkan. Ciptakan suasana hati yang positif

ketika kita belajar sebuah ilmu.

Page 31: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya

mungkin dapat berkembang manakalah siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Kecerdasan emosional

ini berkaitan dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira, sendirian dan dengan orang

lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan. Hamzah (2006: 82) menyatakan bahwa suasana

hati umum juga memiliki dua skala, yaitu sebagai berikut:

1. Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam

menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian luas, optimisme berarti makna kemampuan melihat

sisi tentang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun kita berada dalam kesulitan. Optimisme

mengasumsikan adanya harapan dalam cara orang menghadapi kehidupan.

1. Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain, dan

untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan setiap kegiatan.

Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan bisa

dilakukan, pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik, yaitu yang memenuhi unsur-unsur kesehatan,

kedua, melalui pengelolaan yang hidup dan bervariasi yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran,

media dan sumber belajar yang relevan.

2. Understand (Pemahaman)

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pemahaman

adalah mengerti benar atau mengetahui benar. Pemahaman dapat diartikan juga menguasai tertentu dengan

pikiran, maka belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta

aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang

belajar. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap mengajar. Pemahaman

memiliki arti mendasar yang meletakan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, maka skill pengetahuan

dan sikap tidak akan bermakna.

Dalam belajar unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur yang lain. Dengan motivasi,

konsentrasi dan reaksi, maka siswa dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill kemudian dengan unsur

organisasi, maka subyek belajar dapat menata hal- hal tersebut secara bertautan bersama menjadi suatu pola yang

logis, karena mempelajari sejumlah data sebagaimana adanya, secara bertingkat atau angsur-angsur, siswa mulai

memahami artinya dan implikasi dari persoalan-persoalan secara keseluruhan.

Perlu diingat bahwa pemahaman tidak hanya sekedar tahu akan tetapi juga menghendaki agar siswa dapat

memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajari dan dipahami, kalau sudah demikian maka belajar itu bersifat

mendasar. Pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan. Pemahaman memerlukan kemampuan

menangkap makna atau arti dari suatu konsep.

Page 32: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

Kemudian perlu ditegaskan bahwa pemahaman bersifat dinamis, dengan ini diharapkan akan bersifat kreatif. Ia

akan menghasilkan imajinasi dan pikiran yang tenang, akan tetapi apabila subyek belajar betul-betul memahami

materi yang disampaikan oleh gurunya, maka mereka akan siap memberikan jawaban-jawaban yang pasti atas

partanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam belajar (Sardiman, 1996: 42-45).

Dalam memahami suatu materi, harus konsentrasi secara penuh terhadap materi tersebut dengan cara memahami

tiap-tiap kalimat dan mencerna maksud dari kalimat tersebut. Bisa juga dengan membanyangkan secara langsung

hal yang terjadi dalam kalimat tersebut dan hendaknya mengikuti secara runtun aliran suatu materi dengan

seksama karena jika satu materi saja terlewat maka pada materi berikutnya kemungkinan besar akan sulit

memahaminya.

3. Recall (Pengulangan)

Mengulang adalah usaha aktif untuk memasukkan informasi kedalam ingatan jangka panjang. Ini dapat dilakukan

dengan “mengikat” fakta kedalam ingatan visual, auditorial, atau fisik. Otak banyak memiliki perangkat ingatan.

Semakin banyak perangkat (indra) yang dilibatkan, semakin baik pula sebuah informasi baru tercatat. Me-

recall tidak hanya terhadap pengetahuan tentang fakta, tetapi juga mengingat akan konsep yang luas, generalisasi

yang telah didistribusikan, definisi, metode dalam mendekati masalah. Me-recall, bertujuan agar siswa memiliki

kesempatan untuk membentuk atau menyusun kembali imformasi yang telah mereka terima (Jamarah, 2005: 108) .

Orang yang tidak mengulang saat belajar senantiasa memasukkan informasi baru tersebut lepas. Itu membuat

belajar menjadi sulit karena akan ada lebih sedikit kata dalam otak yang dapat digunakan untuk mengaitkan atau

mengasosiasikan sejumlah informasi baru berikutnya.

Kegiatan mengulang ini bisa dilakukan setelah mendapatkan materi tersebut, dapat dilakukan pada waktu

sepulang sekolah, waktu istirahat, dan diwaktu-waktu senggang lainnya. Pada kegiatan mengulang ini dapat

dengan cara membaca ulang sesuai dengan materi yang telah diberikan, kemudian merangkumnya dengan bahasa

sendiri yang mudah dipahami. Sehingga secara tidak langsung membaca sekaligus menghafal materi yang telah

dipelajari.

4. Digest (Penelaahan)

Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang

disampaikan guru. Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam

konteks tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses

pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakalah tujuan utama

pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran (subject centere teaching). Untuk dapat menguasai materi

Page 33: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

pelajaran siswa tidak hanya berpedoman pada satu buku, karena pada dasarnya ada berbagai sumber yang bisa

dijadikan sumber untuk memperoleh pengetahuan.

Sanjaya (2006: 173-174) menyatakan bahwa beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan dalam proses

belajar di dalam kelas diantaranya adalah:

a. Manusia Sumber

Alat dan bahan pengajaran misalnya buku-buku, majalah, koran, dan bahan cetak lainnya, film slide, foto, gambar,

dan lain- lain.

b. Berbagai Aktifitas dan Kegiatan

Yang dimaksud aktifitas adalah segala perbuatan yang disengaja dirancang guru untuk memfasilitasi kegiatan

belajar siswa seperti diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan dan lain- lain.

c. Lingkungan (Setting)

Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar, misalnya gedung sekolah,

perpustakaan, taman, laboratorium, kantin sekolah dan lain- lain

5. Expand (Pengembangan)

Expand artinya pengembangan. Dengan pengembangan, maka akan lebih banyak mengetahui tentang hal-hal yang

berhubungan dengan materi yang dipelajari. Ada 3 buah pertanyaan yang dapat di ajukan untuk mengkritisi materi

tersebut yaitu:

1. Andaikan saya bertemu dengan penulis materi tersebut, pertanyaan atau kritik apa yang hendak saya

ajukan?

2. Bagaimana saya bisa mengaplikasikan materi tersebut ke dalam hal yang saya sukai?

3. Bagaimana saya bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami oleh

siswa/mahasiswa lainnya?

6. Review (Pelajari Kembali)

Pelajari kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari. Suatu proses pembelajaran akan berlangsung dengan

efektif apabila informasi yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar dari lupa. Mengingat adalah

proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima melalui pengamatan,

kemudian disimpan dalam pusat kesadaran setelah diberikan tafsiran.

Proses mengingat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang meliputi faktor individu, faktor sesuatu yang harus

diingat, dan faktor lingkungan. Dari individu, proses mengingat akan lebih efektif apabila individu memiliki minat

Page 34: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share

yang besar, motivasi yang kuat, memiliki metode tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran. Maka dari itulah

mempelajari kembali materi yang sudah dipelajari merupakan usaha agar ingatan itu tidak mudah lepas.

Langkah- langkah penerapan strategi pembelajaran MURDER adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama berhubungan dengan suasana hati (mood) adalah ciptakan suasana hati yang positif

untuk belajar. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menentukan waktu, lingkungan dan sikap belajar yang

sesuai dengan kepribadian siswa.

2. Langkah kedua berhubungan dengan pemahaman adalah segera tandai bahan pelajaran yang tidak

dimengerti. Pusatkan perhatian pada mata pelajaran tersebut atau ada baiknya melakukan bersama

beberapa kelompok latihan.

3. Langkah ketiga berhubungan dengan pengulangan adalah setelah mempelajari satu bahan dalam suatu

mata pelajaran, segeralah berhenti. Setelah itu, ulangi membahas bahan pelajaran itu dengan kata-

kata siswa.

4. Langkah keempat yang berhubungan dengan penelaahan adalah segera kembali pada bahan pelajaran

yang tidak dimengerti. Carilah keterangan mengenai mata pelajaran itu dari artikel, buku teks atau

sumber lainnya. Jika masih belum bisa, diskusikan dengan guru atau teman kelompok.

5. Langkah kelima berhubungan dengan pengembangan adalah tanyakan pada diri sendiri mengenai tiga

masalah di bawah ini, begitu selesai mempelajari satu mata pelajaran, yaitu:

1. Andaikan bisa bertemu dengan penulis materi, pertanyaan atau kritik apa yang diajukan?

2. Bagaimana bisa mengaplikasikan materi tersebut pada hal yang disukai?

3. Bagaimana bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa

lainnya?

6. Langkah keenam yang berhubungan dengan review adalah pelajari kembali materi pelajaran yang

sudah dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, B.U. (2006). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Jamarah, S.B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Asdi Mahasatya

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Ditulis dalam Model Pembelajaran Lengkap | Bertanda model pembelajaran MURDER | 18 Komentar