PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK TALKING CHIPS …€¦ · ·...
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK TALKING CHIPS …€¦ · ·...
SKRIPSI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN TEKNIK TALKING CHIPS TERHADAP HASIL
BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA
OLEH :
ACEP AMIRTA 105016203509
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: “Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R (Preview,
Question, Read, Reflect, Recite, dan Review) Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa” ditulis oleh Mahmudah (105016200544) diajukan kepada Jurusan
Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian
Munaqosyah pada tanggal 3 Mei 2010 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu,
Penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan
Kimia.
Jakarta, 3 Mei 2010
Panitia Ujian Munaqosyah
Ketua Jurusan Tanggal Tanda Tangan Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP. 19700209 200003 2 001 ……………... ……………..… Sekretaris (Sekretaris Jurusan) Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 19790510 200604 2 001 ……………… ……………….. Penguji I Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 19650115 198703 1 020 ……………… ……………….. Penguji II Burhanudin Milama, M.Pd NIP. 19770201 200801 1 001 ……………… ………………..
Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 19571005 198703 1003
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
“ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK
TALKING CHIPS TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA”
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
ACEP AMIRTA
105016203509
Mengetahui, Pembimbing I pembimbing II Dra. Etty Sofyatiningrum. M.Ed Burhanudin Milama. M.Pd NIP: 131808296 NIP: 197702012008011001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
ABSTRACT
Acep Amirta, the effect of cooperative learning model Talking Chips technique on students learning chemistry achievement. This research aim to know effect of cooverative learning model with Talking Chips technique on students learning achievement. This research was conducted at Madrasah Aliyah Jamiyah Islamiyah, Pondok Aren, Tangerang, Banten on Oktober until November 2009. The method used in the research is quasy experiment, using purposive sampling technique and there are 60 students divided two group, experiment group and control group. The research instrument is students learning achievement. Student learning achievement of experiment group is higher (means = 77,17 dan SD = 11,35) than control group (means = 68,67 and SD = 12,66). From “t” test was obtained tcount 2,74 while ttable at level af significant 0,05 is 2,048 so tcount > ttable. It can be concluded that refused Ho which told that cooperative learning model with Talking Chips technique has effect on students learning chemistry achievement has been accepted. Keyword : Cooperative learning model, Talking Chips technique, Students learning
chemistry achievement,
ABSTRAK
Acep Amirta, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Jamiyah Islamiyah, Pondok Aren, Tangerang, Banten pada bulan Oktober hingga bulan November 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, sampel diambil secara purposive sampling dari 60 siswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi (rata-rata/mean = 77,17 dan simpangan baku/SD = 11,35) daripada kelompok kontrol (rata-rata/mean = 68,67 dan simpangan baku/ SD = 12,66) dan dari hasil perhitungan uji “t” diperoleh nilai thitung sebesar 2,74, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,048 atau thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan menolak Ho yang menyatakan ada pengaruh antara pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips terhadap hasil belajar kimia siswa diterima atau disetujui. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Teknik Talking Chips, Hasil Belajar Kimia
Siswa, Konsep Ikatan Kimia.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa (Penelitian
Eksperimen Pada MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren-Tangerang)”.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad, semoga shalawat ini selalu tercurah untuk nabi
Muhammad SAW, sebaik-baik makhluk ciptaan Allah SWT.
Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan
hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingannya dan
motivasi dari berbagai pihak, penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan
merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini tak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Kimia.
4. Ibu Etty Sofyatiningrum, M.Ed, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Burhanudin
Milama, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk
membantu penulis dalam membimbing, memberikan saran, serta nasehat yang
berguna bagi penulis.
5. Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah
mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, semoga amal ibadah
yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda.
ii
6. Kepala sekolah, dewan guru dan staf karyawan di MA Jamiyyah Islamiyyah Pondok
Aren-Tangerang khususnya untuk Bapak Islahul Karim S.Pd selaku guru kimia
terima kasih atas bantuannya selama ini.
7. Ayahanda Saudih dan Ibunda Sa’anah, yang selalu memberi kasih sayang,
bimbingan, doa dan dukungan baik secara moril maupun materil.
8. Kakakku tersayang Arum, Ilung, Engkat, Farida, Yatna dan Dian yang selalu
memberikan motivator serta menjadi inspirator bagi penulis, terima kasih untuk
semuanya.
9. Keponakan tersayang Nurul, Hani, Rafly, Idzhar, dan Syafwa semoga kalian menjadi
anak yang cerdas, dan semoga apa yang kalian cita-citakan tercapai.
10. Teman-temanku Obay, Soni, Ichan, Zahra serta semua teman-teman pendidikan kimia
angkatan 2005 yang selalu menghiasi hari-hari penulis baik dalam suka maupun duka
selama dibangku perkuliahan, semoga diberikan kemudahan dalam menjalani
berbagai aktivitas.
11. Teman-temanku Indra, Dewi, Rizqi, Budi, Ipul, Ridwan, Haryadi, Torof serta semua
teman-temanku yang tidak dapat ditulis satu persatu oleh penulis, kalian adalah
sahabatku.
Akhir kata semoga tulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
keilmuan, serta dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka
mengkaji dan memahami lebih lanjut permasalahan yang diteliti pada masa yang akan
datang.
Jakarta, Februari 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………….……1
B. Identifikasi Masalah………………………………………………………….…..6
C. Pembatasan Masalah………………………………………………………….….7
D. Perumusan Masalah………………………………………………………….…..7
E. Tujuan Penelitian………………………………………………………………...7
F. Manfaat Penelitian…………………………………………………………….…7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Deskripsi Teoritik………………………………….............................………….9
1. Pembelajaran Kooperatif.........……………………...............................…….9
2. Teknik Talking Chips…………………………...............................…….….17
3. Hasil Belajar Kimia………………………………...............................…….22
4. Ikatan Kimia………………………………………..................................….33
B. Kerangka Berfikir…………………………………………………………….... 36
C. Hasil Penelitian yang Relevan……………………………………………..……40
D. Pengajuan Hipotesis Penelitian……………………………………………..…..41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………………..42
B. Metode dan Desain Penelitian………………………………………………….42
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel…………………………..43
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………….….44
E. Analisis Data……………………………………………………………….…..47
F. Hipotesis Statistik……………………………………………………….……..50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……………………………………………………………...…51
iv
B. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………………………......59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….63
B. Saran……………………………………………………………………...……64
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...….65
LAMPIRAN……………………………………………………………………..……67
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen…………………………………………………..…67
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol……………………………………………………..…..83
Lampiran 3 LKS………………………………………………………………………..105
Lampiran 4 Kisi-kisi dan soal Uji Coba Instrumen Tes………………………….…….119
Lampiran 5 Uji Reliabilitas……………………………………………………….……156
Lampiran 6 Uji Tingkat Kesukaran……………………………………………………160
Lampiran 7 Uji Daya Beda…………………………………………………………….162
Lampiran 8 Uji Korelasi……………………………………………………………….164
Lampiran 9 Instrumen Tes (Pretest dan Posttest) konsep ikatan kimia……………….166
Lampiran 10 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……….171
Lampiran 11 Analisis Skor Pretest dan Posttest Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol 172
Lampiran 12 Distribusi Data Pretest Siswa Kelas Eksperimen…………………….....176
Lampiran 13 Distribusi Data Pretest Siswa Kelas Kontrol……………………………177
Lampiran 14 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen…………………178
Lampiran 15 Perhitungan UJi Normalitas Pretest Kelas Kontrol……………………..179
Lampiran 16 Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol......180
Lampiran 17 Uji Hipotesis Skor Pretest.........................................................................181
Lampiran 18 Distribusi Data Posttest Siswa Kelas Eksperimen……………................182
Lampiran 19 Distribusi Data Posttest Siswa Kelas Kontrol…………………………...183
Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen……...............…184
Lampiran 21 Perhitungan UJi Normalitas Posttest Kelas Kontrol………….................185
Lampiran 22 Uji Homogenitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol….186
Lampiran 23 Uji Hipotesis Skor Posttest.......................................................................187
Lampiran 24 Surat Keterangan Izin Penelitian…………………………………..…...188
Lampiran 25 Surat Keterangan Selesai Penelitian…………………………………....189
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ……….49
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Tradisional..…..11
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif…………………………...16
Tabel 2.3 Teknik Model Pembelajaran Talking Chips............................................……..20
Tabel 4.1 Deskripsi Data Rata-rata Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...........51
Tabel 4.2 Deskripsi Data Rata-rata Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.........52
Tabel 4.3 Deskripsi Data Rata-rata Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol...............................................................................................................52
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………….53
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…………54
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…….….55
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…….....56
Tabel 4.8 Hasil Pretest Uji “t” Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol………………………………………………………………………57
Tabel 4.9 Hasil Posttest Uji “t” Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol………………………………………………………………………58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang tidak dapat di
pisahkan dari kehidupan manusia. Sifatnya mutlak dalam kehidupan seseorang,
keluarga, maupun bangsa dan negara. Sebab maju mundurnya suatu bangsa
banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri.
Pendidikan merupakan suatu hal yang dinamis, selalu bergerak maju
mengikuti perkembangan masyarakat sebagai akibat dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, pendidikan perlu mendapat
perhatian baik dalam usaha pengembangan maupun peningkatan mutu
pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, setiap negara mempunyai tujuan pendidikan yang berbeda,
begitu juga di Indonesia tujuan pendidikannya adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan pembentukan manusia indonesia seutuhnya.
Sebagaimana yang terdapat dalam Undang-undang tentang sistem Pendidikan
Nasional No.20 Bab II pasal 3 Tahun 2003 Menjelaskan1:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan
berbagai terobosan, baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi
pembelajaran, dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, maka guru dituntut untuk membuat
1 Etty Soffyatiningrum, Terapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kmia di SMA/MA (Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007), hal. 38
1
2
pembelajaran menjadi lebih inovatif yang mendorong siswa dapat belajar
secara optimal baik belajar secara mandiri maupun di dalam pembelajaran di
kelas. Penggunaan metode ataupun model-model pembelajaran sangat
diperlukan dan sangat mendesak terutama dalam menghasilkan model
pembelajaran baru yang dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik,
peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran menuju pembaharuan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah melaju dengan
pesatnya karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi yang
memberikan wahana yang memungkinkan perkembangan tersebut.
Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat
merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan
konsep IPA yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat.
Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan perkembangan tersebut menuntut
kreatifitas dan kualitas sumberdaya manusia harus ditingkatkan yang dapat
dilakukan melalui jalur pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas peserta didik
melalui pengajaran IPA, guru diharapkan tidak hanya memahami disiplin ilmu
IPA, tetapi hendaknya juga memahami hakikat proses pembelajaran IPA yang
mencakup tiga ranah kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh
karena itu, pengalaman belajar IPA harus memberikan pertumbuhan dan
perkembangan siswa pada setiap aspek kemampuan tersebut.
Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh sekumpulan fakta saja
(produk ilmiah), tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Jadi metode ilmiah itu merupakan bagian dari IPA termasuk salah satunya
IPA-Kimia. Selama proses belajar mengajar sejalan dengan hakikat IPA maka
pemahaman siswa terhadap IPA menjadi lebih bermakna.
Keberhasilan pembelajaran kimia siswa ditentukan oleh bagaimana
pembelajaran itu berlangsung dengan baik. Dengan adanya proses
pembelajaran kimia, diharapkan siswa dapat berfikir secara ilmiah sebagai
hasil belajar kimia. Oleh karena itu, penguasaan dan cara penyampaian materi
kimia perlu adanya variasi dan persiapan yang matang baik bagi guru maupun
siswa.
3
Kimia merupakan pelajaran yang sangat penting didalam dunia
pendidikan, karena mata pelajaran kimia berfungsi untuk memahami peristiwa
alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, menemukan zat-zat yang
bermanfaat bagi kesejahteraan umat, mengetahui hakikat materi serta
perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan
dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian
kerja.
Kimia dipandang sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan seperti
kedokteran, teknik, farmasi dan lain-lain. Dalam bidang kedokteran misalnya,
penggunaan alat pencuci darah (haemodialisis), dalam bidang teknik, silikon
yang merupakan bahan dasar untuk membuat mikroprosesor menyebabkan
komputer semakin kecil ukurannya dan semakin canggih, sedangkan dalam
bidang farmasi berperan sebagai obat-obatan, misalnya senyawa antibiotik
untuk anti infeksi. Dengan adanya proses pembelajaran kimia, diharapkan
siswa dapat membentuk pola fikir ilmiah. Oleh karena itu, kimia sebagai suatu
mata pelajaran di sekolah sangat diperlukan.
Pelajaran kimia menjadi momok yang menakutkan karena adanya
pandangan yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini para siswa
mengangap konsep-konsep yang ada dalam pelajaran kimia sebagai konsep-
konsep abstrak yang sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata. Akibatnya,
konsep-konsep kimia menjadi sangat jauh jaraknya dengan realita keseharian
dalam kehidupan mereka2.
Kesulitan dalam mempelajari kimia sebenarnya berawal dari kurangnya
pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam kimia. Untuk menanamkan
pemahaman akan konsep-konsep tersebut diperlukan adanya penggunaan
sebuah media pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan kepada siswa
dalam proses belajar mengajar, penggunaan media yang dibarengi dengan
2 Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU dalam Menghadapi Abad 21 (vidya Karya : Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 2001), No. 30, Th VII, hal. 354
4
metode pembelajaran yang tepat merupakan faktor yang penting dan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Konsep pembelajaran IPA khususnya kimia menuntut adanya perubahan
peran guru. Pada konsep tradisional guru lebih berperan sebagai transformator,
artinya guru berperan hanya sebagai penyampai informasi, ide, atau gagasan,
dan guru berada didepan kelas menyampaikan materi pelajaran, sedangkan
siswa hanya mendengar, menyimak, dan mencatat, kadang siswa diselingi
pertanyaan dan latihan. Pola ini membuat siswa kurang aktif hanya menerima
materi saja, seperti halnya analogi gelas yang siap diisi air. Kondisi ini tidak
sesuai dengan konsep pembelajaran (instructional). Pembelajaran memandang
siswa sebagai individu yang aktif, memiliki kemampuan dan potensi yang
perlu dieksplorasi secara optimal. Agar pembelajaran lebih optimal, maka
model pembelajaran harus efektif dan selektif sesuai dengan konsep yang
diajarkan, sehingga siswa termotivasi untuk ikt serta dalam proses
pembelajaran. Selain memandang penting peran aktif siswa dalam belajar,
pembelajaran juga menuntut peran guru lebih luas. Diantara tugas guru tersebut
adalah guru tidak hanya menerangkan dan menjelaskan materi kepada siswa,
tetapi juga mengajak siswa untuk ikut akif dalam proses belajar mengajar
tersebut, karena keberhasilan suatu proses belajar mengajar sangat ditentukan
oleh kualitas dan kemampuan guru3.
Pemilihan metode atau model pembelajaran yang tepat, tidak hanya
mempertimbangkan tujuan pendidikan, tetapi juga harus mempertimbangkan
keaktifan, potensi dan tingkat perkembangan siswa yang beragam, serta
bagaimana memotivasi siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mempunyai
kreativitas yang tinggi dalam menggunakan model pembelajaran untuk
menunjang tercapainya proses belajar mengajar.
Salah satu metode pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif adalah
pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif memiliki berbagai
3 Wina Sanjaya, STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2008), cet. 5, hal.50.
5
macam model, salah satunya adalah Talking Chips. Di dalam Talking Chips
siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 4-5 orang perkelompok.
Dalam kelompoknya para siswa diminta untuk mendiskusikan suatu masalah
atau materi pelajaran. Kemudian setiap kelompok diberikan 4-5 kartu yang
digunakan untuk siswa berbicara. Setelah siswa mengemukakan pendapatnya,
maka kartu disimpan di atas meja kelompoknya. Proses dilanjutkan sampai
seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Cara ini membuat
tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua
siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Teknik ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk lebih aktif berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya
di dalam kelas, sehingga terjadilah suatu pembelajaran yang hidup di dalam
kelas.
Talking Chips mempunyai dua proses yang penting, 4 yaitu; proses sosial
dan proses dalam penguasaan materi. Proses sosial berperan penting dalam
Talking Chips yang menuntut siswa untuk dapat bekerjasama dalam
kelompoknya, sehingga para siswa dapat membangun pengetahuan mereka di
dalam suatu bingkai sosial yaitu pada kelompoknya. Para siswa belajar untuk
berdiskusi, meringkas, memperjelas suatu gagasan, dan konsep materi yang
mereka pelajari, serta dapat memecahkan masalah-masalah.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ikatan kimia. Dalam
ikatan kimia siswa harus dapat menentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan
kordinasi, dan ikatan logam. Pada tahap instrumen dalam Talking Chips, siswa
dalam satu kelompok berkumpul dalam satu meja, kemudian diberikan 4-5
kartu yang digunakan siswa untuk menjawab pertanyaan. Setiap kelompok
diberikan lembar soal dan setiap siswa dalam kelompok diminta berdiskusi
untuk menemukan jawabannya. Misalnya: dalam soal tersebut siswa harus
menentukan ikatan yang terbentuk dari 11Na dan 17Cl atau siswa diminta untuk
menyebutkan ciri-ciri dari ikatan kovalen koordinasi. Setiap siswa yang ingin
berbicara atau mengungkapkan suatu ide, siswa tersebut terlebih dahulu harus
4 Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
6
mengangkat kartunya, kemudian kartunya disimpan di tengah meja. Proses
dilanjutkan sampai seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk
berbicara. Cara ini membuat tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada
siswa yang tidak aktif, semua siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Oleh
karena itu setiap siswa dalam setiap kelompok harus dapat memahami materi
Ikatan Kimia untuk mempertahankan posisi kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif model Talking Chips yang diterapkan pada
pokok bahasan Ikatan Kimia juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi
siswa secara efektif dan dapat menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar
ke arah pembelajaran yang menciptakan interaktif sesama siswa, sehingga
siswa dapat terdorong minat dan motivasinya untuk belajar kimia yang pada
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar kimia.
Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba melakukan penelitian
dengan mengangkat judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Dengan Teknik Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Kimia
Pada Konsep Ikatan Kimia”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat di
identifikasikan dan dijadikan alasan penulis untuk membahas judul penelitian
di atas adalah sebagai berikut:
1. Materi kimia dianggap sulit oleh sebagian siswa, karena kurangnya
pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam pembelajaran kimia.
2. Masih kurangnya kreativitas dari seorang guru dalam menggunakan model
pembelajaran untuk menunjang tercapainya proses belajar mengajar.
3. Masih minimnya penggunaan metode atau model dalam proses belajar
mengajar sehingga kurangnya motivasi siswa untuk ikut serta dalam
proses pembelajaran tersebut.
7
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa pertanyaan yang timbul dalam identifikasi masalah, disini
peneliti hanya membatasi pada pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik
Talking Chips terhadap hasil belajar kimia siswa. Hasil belajar kimia yang
diukur pada penelitian ini adalah ranah kognitif pada hasil belajar kimia siswa
pada konsep Ikatan Kimia di MA Jamiyah Islamiyah Pondok Aren, Tangerang
kelas X.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai
berikut: “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan
teknik Talking Chips terhadap hasil belajar kimia siswa?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empirik
apakah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
dengan teknik Talking Chips memperlihatkan hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan pada pembelajaran konvensional/klasikal dalam pembelajaran
kimia.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk:
1. Bagi peneliti, dapat membantu dalam mengembangkan metode
pembelajaran yang sudah ada menjadi metode yang lebih bervariatif dan
berkualitas bagi kemajuan pendidikan.
2. Bagi guru bidang studi khususnya kimia, dapat dijadikan sarana untuk
memperbaiki kualitas pendidikan dengan cara penggunaan metode
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.
8
3. Bagi siswa dapat memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan,
bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan kemampuan
berfikir, meningkatkan interaksi sosial, dan memberikan bekal untuk dapat
bekerjasama dengan orang lain baik dalam belajar maupun dalam
masyarakat.
9
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Inggris
dengan kata kerja to cooperate yang berarti bekerja bersama-sama.
Sedangkan kooperatif dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti bersifat
kerjasama. Secara umum, pengertian pembelajaran kooperatif ditafsirkan
berbeda-beda oleh para ahli. Seperti yang dikutip oleh Wakhinudin, menurut
Slavin (1995) pembelajaran kooperatif adalah salah satu variasi dari metode
pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil sehingga
mereka saling membantu antara satu dengan yang lainnya dalam
mempelajari suatu pokok bahasan.5
Menurut Wina Sanjaya, mendefinisikan pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara 4 atau 6 orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang
berbeda (heterogen)6. Sedangkan menurut Eggen dan Kauchak dalam
Trianto pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama
dalam kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari 4 -5 orang. Tujuan
dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan
kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir
5 Wakhinudin,S, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar (Suatu Meta Analisis), Forum Pendidikan, Universitas Negeri Padang Press,(maret 2003), hal. 3.
6 Wina Sanjaya, STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2008), cet. 5, hal.240.
9
10
dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan
saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan
belajar.7
Dari beberapa pengertian pembelajaran kooperatif yang
dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaan kooperatif
adalah kegiatan belajar mengajar dalam suatu kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, tiap anggota kelompok saling
bekerjasama dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai hasil belajar yang
baik.
Pembelajaran kooperatif mempunyai asumsi bahwa untuk mencapai
hasil yang optimal dalam pembelajaran, siswa perlu menjadi bagian dari
satu sistem kerjasama dalam kelompok. Yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran kooperatif adalah keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan semata, tetapi juga oleh peran masing-masing anggota secara
bersama di dalam kelompok.
Tabel 2.1 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar
konvensional8.
Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sehingga anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.
7 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:41
8 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:43
11
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya.
Kelompok belajar biasanya homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti: kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran
langsung. Di samping pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar akademik, pembelajaran kooperatif juga efektif untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah
menunjukkan bahwa model kooperatif telah meningkatkan penilaian siswa
pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan
hasil belajar.
Selain itu, model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar berpa prestasi akademik, toleransi, menerima
12
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil
belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan
interpendensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan
struktur reward. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir,
struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerjasama atau kompetisi
yang dibituhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.9
Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat
meningkatkan harga diri. Pembelajaran kooperatif juga dapat merealisasikan
kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan,
maka siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif.
Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan
hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun
mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan
tugas dapat dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok.
Lungren dalam Trianto, menyusun keterampilan-keterampilan
kooperatif tersebut secara terinci dalam tiga tingkatan keterampilan.
Tingkatan tersebut yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat
menengah dan tingkat mahir.10
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain:
1). Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan
tanggungjawabnya.
2). Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman
dengan tugas tertentu dan mengambil tanggungjawab tertentu dalam
kelompok.
9 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009) hal. 61 10 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007, hal:46
13
3). Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota
kelompok untuk memberikan konstribusi.
4). Menggunakan kesempatan, yaitu menyamakan persepsi/pendapat.
b.Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain:
1). Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan verbal
agar pembicara mengetahui anda secara energik menyerap informasi.
2) Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi
lebih lanjut.
3) Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat
berbeda.
4) Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan
bahwa jawaban tersebut benar.
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir
Keterampilan kooperatif tingkat mahir ini antaralain: mengolaborasi, yaitu
memperluas konsep, membuat kesimpulan dan menghubungkan pendapat-
pendapat dengan topik tertentu.
Pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk
bekerjasama, menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab antara
sesama siswa terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik bagi
kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu pendekatan pengajaran yang mengutamakan siswa untuk
saling bekerjasama satu dengan yang lainnya untuk memahami dan
mengerjakan segala tugas belajar mereka. Beberapa unsur penting dalam
pembelajaran kooperatif meliputi kerjasama dalam menyelesaikan tugas,
mendorong untuk bekerjasama yang terstruktur, tanggungjawab individu
dan kelompok yang heterogen. Pembelajaran kooperatif digunakan dalam
kelas yang selalu diliputi kerjasama dalam menyelesaikan tugas. Dalam
kelompok belajar, semua anggota kelompok bekerjasama dan tidak memiliki
respon yang terpisah.
14
a. Prinsip dasar dan Ciri-ciri Dalam Pembelajaran Kooperatif
Adapun prnsip dasar dan elemen yang terkait dalam
pembelajaran kooperatif menurut Munir Tanree sebagai berikut11:
1). Saling ketergantungan positif. Dalam hal ini, dituntut adanya
interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling
memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.
Saling ketergantungan antara lain dalam hal pencapaian tujuan,
penyelesaian tugas, bahan dan sumber, peran, dan hadiah.
2). Interaksi tatap muka. Siswa harus saling berhadapan da saling
membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan sumbangan
pemikiran dalam pemecahan masalah, siswa harus mengembangkan
keterampilan berkomunikasi secara efektif.
3). Pertangungjawaban individu. Setiap individu dalam kelompok
bertanggung jawab terhadap nilai kelompok, penilaian kelompok
didasarkan pada rata-rata nilai semua anggota kelompok secara
individu.
4). Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi merupakan
keterampilan sosial yang harus dimiliki dan diajarkan pada siswa
seperti: tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, berani
mempertahankan pikiran logis, mengkritik ide bukan mengkritik
teman, tidak mendominasi orang lain, dan mandiri.
Sedangkan menurut Shepardson, ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif sebagai berikut12:
1). Pendidik harus mengupayakan terwujudnya interaksi antar peserta
didik yang berada dalam sebuah kelompok (student-to-student
interaction). Oleh karena itu, guru harus dapat menciptakan kondisi
11 Munir Tanree, Model Pembelajaran Konstruktiviis Realistik dengan Setting Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Maret 2009, hal. 268-269.
12 A. Syukur Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstrktivisme Melalui Strategi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, (Malang: Universitas Malang) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Oktober 2002, hal. 115
15
yang mampu memberikan kesempatan yang merata kepada anggota
kelompok untuk memberikan pendapat, menyampaikan ringkasan,
mempertahankan pendapat, ataupun memberikan jalan keluar jika
mengalami permasalahan dalam diskusi.
2). Pendidik harus menciptakan interpendensi positf di kalangan anggota
kelompok. Artinya, masing-masing anggota kelompok harus
diupayakan terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, pendidik perlu
menjelaskan kepada kelompok bahwa masing-masing anggota harus
membiasakan diri mendengarkan dengan bak pendapat anggota lain,
menerima pendapat anggota lain, dan berupaya dapat membantu
teman lain menyumbangkan pikirannya.
3). Kemampuan masing-masing anggota kelompok diperhitungkan
secara adil (individual acountability). Di dalam pembelajaran
kooperatif, tidak ada peserta kelompok yang diperbolehkan
mengemukakan pendapatnya secara sukarela, masing-masing
anggota kelompok akan menyampaikan pendapatnya. Oleh karena
itu, seorang anggota kelompok akan menerima tugas dari pendidik,
misalnya sebagai pemimpin kelompok, sebagai perumus hasil
diskusi, atau sebagai penyamapi hasil diskusi.
4). Pembelajaran kooperatif menekankan pada pencapaian tujuan
bersama (group process skill). Pembelajaran ini mengajarkan kepada
peserta didik untuk saling memberi informasi, saling mengajarkan
jika ada anggota kelompok yang belum mampu, dan saling
menghargai pendapat anggotanya.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pengelolaan pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif memiliki 3 tujuan yang ingin dicapai, yaitu:13
13 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:47
16
1). Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model
pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa yang sulit.
2). Pengakuan adanya keragaman
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar
belakang. Perbedaan latar belakang tersebut diantaranya: perbedaan
suku, agama, ras, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
3). Pengembangan keterampilan sosial
Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam
pembelajaran kooperatif antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat oang lain, bekerja dalam kelompok, dan
sebagainya.
c. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran
yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu
ditunjukkan pada tabel 2.2
Tabel 2.2 : Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif14
Fase Tingkah laku guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajara tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
14 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:48
17
Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4 Membimbing kelompok belajar dan bekerja
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing anggota kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 Memberkan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
2. Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips
Talking adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa inggris yang
berarti berbicara, sedangkan Chips yang berarti kartu. Jadi arti Talking Chips
adalah kartu untuk berbicara. Sedangkan Talking Chips dalam pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil yang
terdiri atas 4-5 orang, masing-masing anggota kelompok membawa
sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah
berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja.
Model pembelajaran Talking Chips merupakan salah satu model
pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil dan saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok
yang terdiri atas 4-5 orang siswa dengan kemampuan yang heterogen.
Heterogen dalam hal ini, perolehan nilai sebelumnya, jenis kelamin, agama,
etnis/suku, dan sebagainya. Sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa
yang nilainya tinggi, sedang, dan rendah, baik laki-laki, maupun perempuan.
Talking Chips merupakan salah satu dari 200 struktur yang
dikembangkan Kagan dengan tujuan untuk mengembangkan partisipasi
18
dalam suatu kelompok15. Di dalam Talking Chips siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil sekitar 4-6 orang perkelompok. Dalam
kelompoknya para siswa diminta untuk mendiskusikan suatu masalah atau
materi pelajaran. Setiap kelompok diberi 4-5 kartu yang digunakan untuk
siswa berbicara. Setelah siswa mengemukakan pendapatnya, maka kartu
disimpan di atas meja kelompoknya. Proses dilanjutkan sampai seluruh
siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Cara ini membuat tidak
ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua
siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Disamping itu, penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips merupakan suatu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented), dimana model
pembelajaran ini sesuai menempati posisi sentral sebagai subyek belajar
melalui aktivitas mencari dan menemukan materi pelajaran sendiri. Menurut
Wina Sanjaya dalam Supri Wahyudi Utomo, yang menyatakan bahwa
dengan beraktivitas siswa bukan hanya dituntut menguasai sejumlah
informasi dengan cara menghafal, akan tetapi bagaimana memperoleh
informasi secara mandiri dan kreatif melalui aktivitas mencari dan
menemukan. Dengan demikian apa yang dipelajari menjadi lebih bermakna,
sebab didapatkan melalui proses pengalaman belajar, bukan hasil
pemberitahuan orang lain.16
Talking Chips mempunyai dua proses yang penting, yaitu;17 proses
sosial dan proses dalam penguasaan materi. Proses sosial berperan penting
dalam Talking Chips yang menuntut siswa untuk dapat bekerjasama dalam
kelompoknya, sehingga para siswa dapat membangun pengetahuan mereka
di dalam suatu bingkai sosial yaitu pada kelompoknya. Para siswa belajar
15 Chris-hunt dan Alison Miyake, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In The Non-Teacher’s Classroom”, google: www. Davidenglishhouse.com/snakes pdfs/winter 2003/features/winter 2003 hunt-miyake.pdf.
16 Supri Wahyudi utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun, (Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007).hal. 49
17 Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
19
untuk berdiskusi, meringkas, memperjelas suatu gagasan, dan konsep materi
yang mereka pelajari, serta dapat memecahkan masalah-masalah.
Talking Chips juga mempunyai dua komponen utama, yaitu;18
komponen tugas kooperatif dan komponen insentif kooperatif. Komponen
tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota
bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok. Sedangkan komponen
insentif kooperatif merupakan sesuatu yang dapat membangkitkan motivasi
individu untuk bekerjasama mencapai tujuan kelompok.
Talking Chips mempunyai tujuan tidak hanya sekedar penguasaan
bahan pelajaran, tetapi adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi
tersebut. Hal ini menjadi ciri khas dalam pembelajaran kooperatif.
Disamping itu, Talking Chips merupakan metode pembelajaran secara
kelompok, maka kelompok merupakan tempat untuk mencapai tujuan
sehingga kelompok harus mampu membuat siswa untuk belajar. Dengan
demikian semua anggota kelompok harus saling membantu untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Selain dengan kelompoknya, siswa juga dapat berinteraksi dengan
anggota kelompok lain sehingga tercipta kondisi saling ketergantungan
positif di dalam kelas mereka pada waktu yang sama. Proses penguasaan
materi berjalan karena para siswa dituntut untuk dapat menguasai materi.
a. Cara-cara pembelajaran kooperatif model Talking Chips
Terdapat lima langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu
ditunjukkan pada tabel 2.3
18 Supri Wahyudi utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun, (Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007). Hal. 6
20
Tabel 2.3 : Cara-cara pembelajaran kooperatif model Talking Chips19
No Tahap kegiatan 1. Masing-masing anggota dalam kelompoknya diberikan 4-5 kartu. 2. Para siswa dalam kelompoknya membahas topik atau berdiskusi untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan guru. 3. Setiap siswa yang ingin berbicara atau mengungkap suatu ide, siswa
tersebut terlebih dahulu harus mengangkat kartunya, kemudian kartunya disimpan di tengah meja pada kelompoknya.
4. Siswa tidak dapat berbicara lagi jika kartu miliknya sudah habis, sampai semua kartu milik siswa lain pada kelompoknya juga habis.
5. Jika kartu semuanya sudah digunakan dan kelompoknya masih merasakan kebutuhan untuk mengungkapkan ide yang tertinggal, maka proses dapat dimulai kembali.
b. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif model Talking
Chips.
Dalam pembelajaran kooperatif model Talking Chips masing-
masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan
kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota
yang lain dalam kelompoknya. Keunggulan lain dari model ini adalah
untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering
mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok kooperatif yang lain
sering ada anggota yang selalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya,
ada juga anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih
dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam
kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan selalu
menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Model pembelajaran
Talking Chips memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan
untuk berperan serta.
Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran Talking Chips
diantaranya:
19 Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
21
1). Tidak semua konsep dalam kimia dapat mengungkapkan model
Talking Chips, disinilah tingkat profesionalitas seorang guru dapat
dinilai. Seorang guru yang profesional tentu dapat memilih metode
dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
dibahas dalam proses pembelajaran.
2). Pengelolaan waktu saat persiapan dan pelaksanaan perlu
diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama
dalam proses pembentukan pengetahuan siswa.
3). Pembelajaran model Talking Chips adalah model pembelajaran
yang menarik namun cukup sulit dalam pelaksanaannya, karena
memerlukan persiapan yang cukup sulit. Selain itu dalam
pelaksanaannya guru dituntut untuk dapat mengawasi setiap siswa
yang ada di kelas. Hal ini cukup sulit dilakukan terutama jika
jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak.
c. Persamaan dan perbedaan pembelajaran kooperatif model Talking
Chips dengan model-model pembelajaran kooperatif yang lain.
Semua model-model pembelajaran kooperatif yang berlandaskan
metode pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan, ciri-ciri, unsur-
unsur, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan pembelajaran
yang sama, akan tetapi setiap model dalam pembelajaran kooperatif
mempunyai ciri khas tertentu.
Pembelajaran kooperatif model Talking Chips dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan idenya,
sehingga tidak ada siswa yang mendominasi dan siswa yang diam saja.
Pembelajaran kooperatif model Talking Chips dapat membantu guru
untuk memonitor tanggung jawab individu siswa. Selain itu dalam
pembelajaran kooperatif model Talking Chips juga akan melatih siswa
untuk berpartisipasi aktif dalam berkomunikasi. Kemampuan ini sangat
penting sebagai bekal dalam hidup bermasyarakat, sehingga sangat
penting bagi guru untuk membekali sebelumnya dengan kemampuan
22
berkomunikasi, mengingat bahwa tidak semua siswa memiliki tingkat
kemampuan untuk berkomunikasi
3. Hasil Belajar Kimia
a. Pengertian Belajar
Aktivitas belajar telah ada sejak manusia lahir. Hampir di
sepanjang waktunya manusia melaksanakan ritual-ritual belajar.
Pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang
terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan karena belajar.
Menurut pendapat yang tradisional, belajar hanyalah dianggap sebaga
pengumpul sejumlah ilmu saja.
Secara umum, pengertian belajar ditafsirkan berbeda-beda oleh
para ahli. Menurut Muhibbin Syah, belajar adalah tahapan perubahan
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.20
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu mengarah kepada tingkah
laku baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku
yang lebih buruk.21 Menurut Syaiful Bahri Djamarah, belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.22
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku, baik kepada
tingkah laku yang baik atau buruk. Perubahan-perubahan yang terjadi
pada belajar ini terjadi secara sadar, brsifat relatif menetap, bersifat
20 Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya”, 2007. hal. 92
21 Drs. M.Ngalim Purwanto, MP.,”Psikologi Pendidikan”, PT Remaja Rosdakarya”, 2007. hal. 85 22 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, “Psikologi Belajar”, PT. Rineka Cipta, 2008. hal.13
23
fungsional, positif dan aktif, bertujuan dan mencakup pada semua aspek
tingkah laku.
Definisi belajar ditinjau dari beberapa sudut pandang,
diantaranya:
1). Secara kuantitatif atau ditinjau dari sudut jumlah belajar, berarti
kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif
dengan fakta sebanyak-banyaknya.
2). Secara instusional atau tinjauan kelembagaan, belajar dipandang
sebagai poses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan
siswa atas materi-materi yang telah dipelajari.
3). Secara kualitatif atau tinjauan mutu, adalah proses memperoleh arti-
arti dan pengalaman-pengalaman serta cara-cara menafsirkan dunia
disekeliling siswa23
Selain itu, William Burton dalam buku The Guidance of
Learning Activities, memaparkan tentang prinsip-prinsip belajar, yaitu:24
1). Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi dan melampaui
(under going).
2). Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran-mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu.
3). Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan
siswa.
4). Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa
sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.
5). Proses belajar disyaratkan oleh hereditas dan lingkungan.
b. Pengertian Hasil Belajar
Definisi belajar tidak dapat didefinisikan secara pasti karena
tergantung pada teori yang dianut oleh seseorang dalam
23 Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya”, 2007, hal:91-92
24 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, cetakan ke-7,2008).
24
mendefinisikannya. Morgan mendefinisikan belajar sebagai setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan/pengalaman.
Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar adalah perubahan
tingkah laku dalam dirinya yang menyangkut afektif, kognitif, dan
psikomotorik. Sehingga seseorang yang telah belajar akan menunjukkan
perubahan diantara ketiga aspek tersebut. Menurut Aunurrahman
menyatakan bahwa hasil belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku25.
Seperti yang dikutip oleh Agus Suprijono, bahwa hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, apresiasi, dan keterampilan.
Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:26
1). Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
2). Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang
3). Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri.
4). Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
5). Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Selain itu, seperti yang dikutip Ratna Wilis Dahar, dimana
menurut Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, yaitu 1)
keterampilan intelektual, yang merupakan penampilan yang ditunjukan
oleh siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dilakukan seperti
memecahkan masalah, menyusun eksperimen, dan memberikan nlai-nilai
sains. 2) strategi kognitif, penampilan siswa yang ditunjukan secara
25 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 2009) h. 37 26 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009) hal.5
25
kompleks, dimana siswa diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan
menerapkan aturan-aturan, serta konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya. 3) informasi verbal, pengetahuan yang diperoleh siswa
sebagai hasil belajar di sekolah, begitu juga pengetahuan siswa diluar
sekolah seperti kata-kata yang diucapkan oleh orang, membaca, radio,
televisi, dan media-media lainnya. 4) sikap, sikap merupakan
pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku
seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk hidup
lainnya, dalam pelajaran sains misalnya, sikap dapat dipelajari selama
para siswa melakukan percobaan di laboratorium. 5) keterampilan
motorik, keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik,
melainkan juga kegatan motorik yang digabung dengan keterampilan
intelektual seperti membaca, menulis, memainkan alat musik,
menggunakan berbagai macam alat seperti mikroskop, buret, destilasi
dan alat-alat laboratorium lainnya27.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dan Benyamin Bloom yang secara garis besar
menjadi tiga bagian, yaitu:
1). Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
2). Ranah efektif berkenaan dengan sikap
3). Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak28.
Ketiga ranah tersebut harus dinilai untuk mengetahui seberapa
besar pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar
dan standar kompetensi.
27Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal. 135 28 W.S., Winkel ,Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), hal. 245
26
1). Hasil Belajar Penguasaan Materi (Kognitif)
Hasil belajar pada ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan
kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan-
kemampuan intelekual lainnya. Kemampuan-kemampuan intelektual
tersebut dikategorikan oleh Bloom dkk, menjadi enam jenjang
kemampuan. Enam jenjang tersebut adalah:29
(a) Hafalan (C1)
Jenjang hafalan (ingatan) meliputi kemampuan menyatakan
kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah
dipelajarinya.
(b) Pemahaman (C2)
Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari
informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan,
diagram, atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke
dalam rumusan matematis atau sebaliknya, meramalkan
berdasarkan kecenderungan tertentu (ekstrapolasi dan
interpolasi), serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip
dengan kata-kata sendiri.
(c) Penerapan (C3)
Jenjang penerapan meliputi kemampuan menggunakan prinsip,
aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau pada
situasi konkrit.
(d) Analisis (C4)
Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu
informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya
sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen
informasi tersebut menjadi jelas.
29Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 15-17
27
(e) Sintesis (C5)
Jenjang sintesis meliputi kemampuan untuk mengintegrasikan
bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan
yang terpadu, misalnya kemampuan merencanakan eksperimen,
menyusun karangan (laporan praktikum, artikel, rangkuman),
menyusun cara baru untuk mengklarifikasikan obyek-obyek,
peristiwa dan informasi lainnya.
(f) Evaluasi (C6)
Jenjang evalasi meliputi kemampuan untuk mempertimbangkan
nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, serta berdasarkan
kriteria tertentu yang diterapkan.
2). Hasil Belajar Proses (Afektif)
Hasil belajar pada ranah afektif meliputi minat, sikap, dan nilai
yang ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Ranah afektif ini
dikategorikan oleh Krathwohl dkk, menjadi lima jenjang
kemampuan. lima jenjang tersebut adalah:30
(a). Receiving : meliputi penerimanan secara pasif terhadap suatu
nilai dan keyakinan.
(b). Responding: meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi
dan merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan
nilai-nilai yang dianut masyarakat.
(c). Valuing : meliputi pemilikan serta pelekatan pada suatu
nilai tertentu.
(d).Organization: meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu
sistem nilai.
(e). Characterization: meliputi pengembangan nilai-nilai menjadi
karakter pribadi.
30Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 15-17
28
3). Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotor)
Hasil belajar pada ranah psikomotor meliputi kemampuan yang
berupa keterampilan fisik (motorik) atau keterampilan manipulatif
seperti keterampilan menyusun alat-alat percobaan dan melakukan
percobaan. Ranah psikomotor ini dikategorikan oleh Trowbridge
dkk, menjadi empat jenjang kemampuan. empat jenjang tersebut
adalah:31
(a). Moving (bergerak)
Kategori ini meliputi pada sejumlah gerakan tubuh yang
melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator
pencapaian hasil belajar antara lain: membawa, membersihkan,
mengikuti, menempatkan atau menyimpan. Misalnya, siswa
dapat membersihkan alat-alat gelas atau siswa dapat membawa
mikroskop dengan benar.
(b). Manipulating (memanipulasi)
Kategori ini meliputi pada aktivitas yang meliputi pola-pola
yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh seperti tangan-jari, tangan-mata. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan
indikator pencapaian hasil belajar antara lain: mengkalibrasi,
merangkai, meramu, mengubah, membersihkan,
menghubungkan, memanaskan, mencampurkan, mengaduk,
menimbang, mengoperasikan, dan memperbaiki. Misalnya,
siswa dapat menuangkan larutan dari botol reagen ke dalam
gelas kimia dengan benar.
(c). Communicating ( berkomunikasi)
Kategori ini meliputi pada pengertian aktivitas yang
menyajikan gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang
31Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 15-17
29
lain. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk
merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain:
mengajukan pertanyaan, menganalisis, mendeskripsikan,
mendiskusikan, mengarang, menggambar, menjelaskan,
membuat grafik, membuat tabel, mencatat, menulis, dan
membuat rancangan. Misalnya, siswa dapat mengajukan
pertanyaan mengenai masalah-masalah yang sedang
didiskusikan atau siswa dapat melaporkan data percobaan
secara akurat.
(d). Creating (menciptakan)
Kategori ini meliputi pada proses dan kinerja yang dihasilkan
dari gagasan-gagasan baru. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil
belajar antara lain: membuat kreasi, merancang, merencanakan,
mensintesis, menganalisis, dan membangun. Misalnya, siswa
dapat menggabungkan potongan-potongan alat untuk
membentuk instrumen atau peralatan baru dalam suatu
percobaan.
Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang
dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hasil belajar juga dapat didefinisikan sebagai nilai akhir siswa yang diukur
melalui teknik-teknik evaluasi dan dapat digunakan sebagai pengukur
seberapa jauh materi pelajaran yang telah dikuasai.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Belajar yang baik dapat menghasilkan nilai yang baik, begitupun
sebaliknya belajar yang buruk maka hasilnya pun akan buruk. Baik
buruknya hasil yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
30
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi belajar menurut Muhibin Syah
adalah:32
1). Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri siswa
meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis. Aspek
fisiologis mencakup kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Sedangkan untuk aspek psikologis siswa merupakan faktor
rohani yang didalamnya mencakup inteligensi, sikap, minat, dan motivasi
yang dapat mempengaruhi belajar siswa.
2). Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar siswa. Adapun faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi belajar siswa terdiri dari dua macam,
yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Dimana yang
termasuk kedalam lingkungan sosial siswa adalah guru, para staf
administrasi, dan teman-teman sekolah. Selain itu masyarakat dan
tetangga juga teman-teman bermain siswa di sekitar perkampungan siswa
tersebut. Adapun lingkungan sosial yang sangat mempengaruhi kegiatan
belajar adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.
3). Faktor Pendekatan Belajar
Pada proses pembelajaran dimulai tentunya seorang guru harus
merangkul seluruh siswanya, dengan demikian siswa dapat mengenal
guru lebih dekat. Biasanya jika siswa sudah mengenal gurunya dia tidak
akan ragu untuk bertanya dan berbicara tentang hal-hal yang ingin ia
tanyakan kepada gurunya. Untuk itu diperlukan pendekatan agar siswa
merasa senang dan nyaman saat mempelajari pelajaran yang dibahas oleh
guru.
32Muhibin syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya”, 2007, hal. 132
31
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Belajar
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Faktor Pendekatan
Belajar
Faktor Instrumental
Faktor Fisiologis Kondisi Fisiologis umum Kondisi Pancaindera
Lingkungan Sosial
Faktor Psikologis Intelgensi, sikap, minat, motif, dan motivasi
Lingkungan Non-sosial
Metode, Media, Model, dll
Kurikulum
Sarana dan Prasarana
Gambar 2.1 Skema Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
4). Faktor Instrumental33
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
Faktor-faktor ini diharapkan dapat sebagai sarana agar tercapainya
tujuan-tujuan yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrument ini dapat
berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan gurunya sendiri.
Kalau sudah berbicara kurikulum berarti kita akan berbicara
mengenai komponen-komponennya, yakni tujuan, bahan atau program,
proses belajar mengajar, dan evaluasi. Kiranya jelas bahwa faktor
instrument ini sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil
belajar.
Skema Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut:
33 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hal.32-33
32
d. Hakekat Pembelajaran Kimia
Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
tentang materi yang meliputi struktur, sifat dan perubahan materi serta
energi yang menyertainya.34 Ilmu kimia ini sarat dan konsep (terutama
konsep) bersifat abstrak dan konsep-konsep ini berjenjang, berkembang
dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks.
Pelajaran kimia bagi sebagian siswa merupakan salah satu
pelajaran yang sulit. Banyak diantara siswa merasa tidak mampu atau
kurang mempunyai dasar yang kuat dalam mempelajari kimia. Dalam
mempelajari kimia diperlukan kemampuan yang intelektual untuk
memahaminya. Seperti yang dikutip oleh Atiek Winarti dan yudha
Irhasyuara, Pelajaran kimia menjadi momok yang menakutkan karena
adanya pandangan yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini para
siswa mengangap konsep-konsep yang ada dalam pelajaran kimia sebagai
konsep-konsep abstrak yang sulit yang sulit diaplikasikan ke dalam
kehidupan nyata35.
Menurut teori belajar kontruktivisme, dalam mempelajari suatu
konsep, siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama
dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai. Hal
tersebut dilakukan agar siswa benar-benar paham terhadap materi yang
dipelajari dan dapat menerapkan pengetahuan, dapat memecahkan
masalah, berusaha dengan sungguh-sungguh melalui ide-idenya.36
Tujuan pembelajaran kimia yaitu agar siswa dapat memahami
konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya, mengembangkan daya
34J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 2 35 Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboratorium Sebagai Upaya
Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU dalam Menghadapi Abad 21 (vidya Karya : Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 2001), No. 30, Th VII, h. 354
36Ni Nyoman Parwati, Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended Di- Kelas SMU Laboratorium IKIP Negri Singaraja, (Singaraja: IKIP Negri Singaraja, 2003), Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, No 4, Th XXXVI, h.41
33
penalaran, mengembangkan, keterampilan proses untuk memperoleh
konsep-konsep kimia dan menumbuhkan nilai-nilai sikap, menerapkan
konsep dan prinsip kimia untuk menghasilkan karya teknologi sederhana
yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
4. Konsep Dasar Teori Ikatan Kimia
Setiap unsur memiliki kecendrungan untuk mencapai konfigurasi
elektron yang stabil (konfigurasi gas mulia/golongan VIII A). Gas mulia
mempunyai elektron valensi sebanyak 8 elektron atau 2 elektron (He).
Karena masing-masing elektron valensi pada unsur gas mulia sudah
berpasangan/konfigurasi penuh. Yaitu konfigurasi oktet dan duplet. Hal
inilah yg menyebabkan gas mulia bersifat stabil dan tidak reaktif
Lambang Lewis digunakan untuk dapat menggambarkan ikatan
kimia dalam suatu molekul. Lambang Lewis suatu unsur adalah lambang
kimia unsur tersebut yang dikelilingi oleh titik-titik. Titik-titik
menunjukkan elektron yang berada pada kulit terluar (elektron valensi).
No atom Na : 11
Konfigurasi elektron Na : 2 8 1
No atom Cl : 17
Konfigurasi elektron Cl : 2 8 7
Ikatan ion terbentuk karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatis
antara ion positif dengan ion negatif. Ikatan ion pada umumnya terjadi
antara atom-atom yang mempunyai energi ionisasi rendah dengan atom-
atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar. Unsur-unsur logam
umumnya mempunyai energi ionisasi yang rendah, sedangkan unsur-unsur
non logam mempunyai afinitas elektron yang tinggi. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa antara unsur-unsur logam dengan unsur-unsur non
34
logam umumnya akan membentuk ikatan ion. contohnya NaCl dan CaCl2.
beberapa sifat khas senyawa ion antara lain:37
a. Titik didih dan titik lelehnya tinggi
b. Keras, tetapi mudah patah
c. Penghantar panas yang baik
d. Lelehan maupun larutannya dapat menghantarkan listrik (elektrolit)
e. Larut dalam air
f. Tidak larut dalam senyawa-senyawa organik, misalnya alkohol, eter,
dan benzena.
g. Pada suhu kamar umumnya berwujud padat
h. Tidak dapat dibakar
Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terbentuk karena pemakaian
pasangan elektron bersama. Pasangan elektron ini dapat berasal dari
masing-masing atom yang saling berikatan, dan ikatannya disebut ikatan
kovalen. Langkah-Langkah Menentukan Ikatan Kovalen
a. Tentukan elektron valensinya
b. Tentukan jumlah elektron yang dibutuhkan masing-masing unsur
untuk mencapai kestabilan (duplet/oktet)
c. Samakan jumlah elektron tersebut dengan mengatur jumlah elektron
yg berikatan
Contoh:Ikatan yang terjadi antara atom H dengan atom H membentuk
molekul H2
1H : 1 membutuhkan 1 elektron agar stabil/mencapai duplet
Atom hidrogen membutuhkan 1 elektron pd kulit terluarnya untuk
mencapai struktur gas mulia (duplet) seperti 2He
Beberapa atom dapat membentuk ikatan rangkap. Pada ikatan
kovalen tunggal mengandung dua elektron, ikatan kovalen rangkap dua
37 Sukardjo, Ikatan Kimia, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1989) hal. 48
35
mengandung empat elektron, sedang dalam ikatan rangkap tiga terdapat
enam elektron. Pada molekul karbon dioksida, CO2 terdapat dua buah
ikatan rangkap dua. Ketiga atomnya sekarang masing-masing memiliki 8
elektron terluar. Sedang pada molekul nitrogen, N2 setiap atomnya
menyumbangkan 3 elektron untuk digunakan bersama-sama sehingga
setiap atom N memiliki elektron valensi 8.
Sifat umum senyawa kovalen:
a. Titik didih dan titik lelehnya rendah
b. Hampir tidak larut dalam air
c. Lelehannya tidak dapat menghantarkan listrik
d. Dapat terbakar
e. Pada suhu kamar berwujud gas, cair atau padat
Contoh ikatan kovalen koordinasi
Molekul NH3 mempunyai satu pasang elektron yang belum
digunakan bersama, sedang ion H+ dapat menerima satu pasang elektron
untuk menjadi lebih stabil karena mempunyai konfigurasi elektron helium.
Oleh karena itu pasangan elektron tersebut dapat digunakan bersama oleh
molekul NH3 dan ion H+ sehingga terbentuk ion amonium, NH4+.
Suatu ikatan kovalen dikatakan polar (berkutub), jika pasangan
elektron yang digunakan bersama tertarik lebih kuat kesalah satu atom.
Ukuran kekuatan gaya tarik ini dinyatakan dengan keelektronegatifan.
Contoh senyawa polar, antara lain HF, HCl, dan HBr.
Umumnya, logam merupakan elektropositif karena logam memiliki
kecendrungan untuk kehilangan elektron valensi agar dapat membentuk
36
ion positif. Ikatan logam terjadi karena adanya interaksi antara ion positif
pada logam dengan elektron valensinya.
Logam-logam mempunyai kelektronegatifan yang rendah. Dalam
kristal logam, atom-atom cendrung melepaskan elektron valensinya
sehingga terbentuk awan elektron dan kumpulan inti atom yang bermuatan
positif. Inti-inti yang bermuatan positif tersebut tersusun rapat dalam awan
elektron yang mudah bergerak. Hasil dari muatan yang rapat dan saling
berdekatan adalah penataan teratur ion-ion positif logam dan disekitarnya
terdapat “lautan” gerakan elektron valensi yang mengikat ion-ion
bersamaan. Elektron valensi bebas akan bertindak seperti “perekat” pada
ikatan logam.
Sifat-sifat logam adalah:
a. Penghantar panas dan listrik yang baik
b. Memiliki kerapatan dan titik leleh yang tinggi
c. Dapat dibentuk dengan cara ditempa
d. Umumnya, logam mengkilap
B. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan usaha mengubah tingkah laku pada individu yang
belajar dan perubahan itu menyangkut segala aspek organisme dan tingkah
laku. Perubahan yang terjadi adalah perubahan dalam pengertian yang positif
yaitu perubahan yang memberikan dampak ke arah penambahan atau
peningkatan suatu perilaku. Perubahan tingkah laku yang diharapkan dari
belajar disebut hasil belajar.
Ion-ion positif dalam lautan elektron
37
Dalam proses belajar mengajar di kelas, cara seorang guru
menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi proses belajar
mengajar tersebut. Untuk itu guru dituntut kreatifitasnya dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain, namun
pembelajaran kooperatif tidak sekedar kerja kelompok biasa tetapi peran dan
keaktifan siswa diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengemukakan dan mengembangkan pemikirannya.
Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak model, salah satunya
adalah Talking Chips (kartu berbicara), dalam Talking Chips siswa
menggunakan kartu untuk berbcara dalam kelompoknya atau dengan
kelompok yang lain. Dengan Talking Chips tidak ada siswa yang
mendominasi, karena setiap siswa diberikan kesempatan untuk berbicara
dengan menggunakan kartunya, dimana setiap siswa di dalam kelas
mempunyai kartu yang jumlahnya sama.
Pembelajaran kooperatif model Talking Chips yang diterapkan
diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa secara efektif, karena
pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan dalam mengembangkan
potensi siswa, seperti terjadinya hubungan saling ketergantungan positif,
mengembangkan semangat kerja kelompok, dan semangat kebersamaan, serta
menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetisi diantara
anggota kelompok. Atas dasar inilah metode pembelajaran kooperatif model
Talking Chips diajukan sebagai permasalahan penelitan untuk diterapkan di
dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan menghilangkan kejenuhan siswa
dalam belajar ke arah pembelajaran yang lebih menciptakan interaktif sesama
siswa, sehingga siswa tidak lagi termakan paradigma lama yang menyatakan
kimia seperti hantu yang menakutkan, melainkan siswa beranggapan bahwa
38
belajar kimia sangat menyenangkan. Dengan demikian siswa dapat terdorong
minat dan motivasinya untuk belajar kimia yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Bila semua itu dilakukan maka tujuan
dari pembelajaran akan tercapai dan hasil belajar pun akan lebih baik.
39
40
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Samsul Rizal, Program Study Pendidikan Kimia Jurusan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2006 dengan judul “ Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Dengan Teknik Talking Chips Terhadap Hail Belajar Pada Konsep
Asam-Basa, Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit”. Kesimpulan yang
didapatkan dalam skripsi tersebut menghasilkan bahwa adanya perbedaan
yang signifikan terhadap penguasaan konsep siswa mengenai asam-basa dan
larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit dengan nilai pretest tertinggi kelas
eksperimen 60 dan terendah 20, nilai rata-rata sebesar 38,58% dan mengalami
peningkatan setelah mengalami perlakuan pembelajaran kooperatif teknik
Talking Chips menjadi nilai tertinggi posttest sebesar 80 dan terendah
mendapatkan nilai 45 dengan rata-rata sebesar 61,25%.
Selain itu, hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Christa Rosita, jurusan Pendidikan Bahasa
Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, tahun 2005
dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips
Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II SMP Negeri 5
Bandung. Kesimpulan yang didapatkan dalam skripsi tersebut menghasilkan
bahwa kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat atau gagasan secara
umum mengalami peningkatan dalam tiap siklusnya. Dengan pembelajaran
tipe Talking Chips yang dilaksanakan siswa terlihat lebih aktif dan respon
terhadap pembelajaran, siswa lebih berani mengungkapkan pendapat atau
gagasan sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahawa adanya peningkatan yang signifikan setelah menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips. Siswa terlihat lebih atif
dan lebih berani dalam mengungkapkan pendapat, sehingga siswa termotivasi
untuk belajar lebih baik. Walaupun demikian, perlu adanya upaya perbaikan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Model pembelajaran dan media
41
hendaknya lebih bervariasi supaya siswa tidak merasa bosan dalam melakukan
diskusi, karena pembelajaran diskusi merupakan pembelajaran yang menaik
namun cukup sulit. Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan model
pembelajaran demi tercapainya tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan landasan dan kerangka pikir yang telah dijelaskan di atas
maka perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : tidak ada pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan teknik
Talking Chips terhadap hasil belajar kimia siswa.
Ha : ada pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan teknik Talking
Chips terhadap hasil belajar kimia siswa.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MA Jamiyah Islamiyah kelas X semester
ganjil dan dilaksanakan pada bulan Oktober - November tahun ajaran
2009/2010.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
quasi eksperimen, karena disini peneliti menggunakan dua kelas sebagai objek
penelitian, yang pertama sebagai kelas eksperimen dan kelas yang kedua
dijadikan sebagai kelas kontrol. Dua kelas tersebut diberikan materi yang
sama.
Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent
variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips, sedangkan
variabel bergantung yaitu hasil belajar kimia siswa kelas X pada mata
pelajaran kimia.
1. Rancangan Penelitian
Pretest Perlakuan Posttest
T1 X T2
T1 - T2
Keterangan :
T1 : Hasil belajar pretest
T2 : Hasil belajar posttest
X : Mengalami perlakuan Talking Chips
Rancangan penelitian menggunakan pretest-posttes control group design,
yaitu design penelitian dimana terdapat dua kelompok. Kelompok pertama
42
43
diberi perlakuan (kelompok eksperimen) sedangkan kelompok kedua tidak
diberi perlakuan (kelompok kontrol). Kedua kelompok tersebut sebelum
diberi perlakuan terlebih dahulu diberikan pretest untuk mengetahui sejauh
mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai
oleh siswa dan dilakukan posttest setelah diberi perlakuan.
2. Prosedur Perlakuan
Secara garis besar penelitian yang akan dilakukan ini hanya satu
kelompok, yaitu kelompok yang diberikan pengajaran menggunakan
pembelajaran kooperatif dengan teknik Talking Chips. Sedangkan sebagai
pembanding diambil satu kelompok yang disebut sebagai kelompok kontrol.
Sebelum memulai mengajar di kelas, terlebih dahulu menetapkan
tujuan pengajaran, mempersiapkan materi yang akan diajarkan dan
mempersiapkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perlakuan yang
akan diberikan pada masing-masing kelompok.
Sebelum perlakuan terhadap masing-masing kelompok dilakukan tes
awal (pretest), hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan. Setelah perlakuan selesai dilaksanakan
siswa kembali diberikan tes (posttest), hal ini dilakukan untuk melihat
kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.
C. Populasi, sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Suharsimi Arikunto mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan subjek
penelitian.38 Maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi targetnya
seluruh siswa MA Jamiyah Islamiyah Pondok Aren, Tangerang, sedangkan
yang menjadi populasi terjangkau yaitu seluruh siswa kelas X yang terdaftar di
Sekolah tersebut pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010.
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.39
Sampel berasal dari populasi terjangkau yang diambil dari seluruh siswa kelas
38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), hal. 130
39 .Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), 131
44
X MA Jamiyah Islamiyah Pondok Aren, Tangerang. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik purposive sampling (pengambilan berdasarkan tujuan tertentu).
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas : Pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips
b. Variabel terikat : Hasil belajar
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sampel siswa MA Jamiyah
Islamiyah Pondok Aren, Tangerang kelas X yang terpilih sebagai sampel
penelitian (kelas ekaperimen dan kelas kontrol). Adapun hal-hal yang
dilakukan adalah :
a. Kelompok I, yaitu kelas eksperimen diberikan pengajaran
menggunakan pembelajaran kooperatif dengan teknik Talking Chips.
b. Kelompok II, yaitu kelas kontrol diberikan pengajaran
klasikal/konvensional.
c. Pada awal dan akhir pertemuan diberikan tes (pretest dan posttest).
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen tes pilihan ganda, yang terdiri dari 5 alternatif pilihan yaitu A, B,
C, D, dan E. Soal tes disusun berdasarkan ruang lingkup materi yang
diajarkan.
Pengolahan hasil tes baik yang pretest maupun posttest yaitu dengan
memberikan nilai-nilai atau skor sebagai berikut: siswa yang menjawab
benar pada setiap butir soal diberi nilai 1 dan siswa yang menjawab salah
diberi nilai 0. instrument yang digunakan pada konsep ikatan kimia dengan
standar kompetensinya yaitu memahami struktur atom, sifat-sifat periodik
45
unsur dan ikatan kimia. Sedangkan kompetensi dasarnya membandingkan
proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan
ikatan logam, serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang
terbentuk.
Tabel 3.1 KISI-KISI INSTRUMEN IKATAN KIMIA
No Indikator Aspek Kognitif dan Nomor Butir Soal
Jumlah
C1 C2 C3
1 Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya dengan cara berikatan dengan unsur lain.
1 2, dan 3 3
2 Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis).
18 4, dan 5 3
3 Menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan contoh senyawanya.
6, dan 7 8 3
4 Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga serta contoh
senyawanya.
9 10, dan 11
3
5 Menjelaskan proses terbentuknya ikatan koordinasi pada beberapa senyawa.
12 13 2
6 Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan melalui percobaan.
14 dan 15
16 dan 17
4
7 Mendeskripsikan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam.
19 20 2
Jumlah 5 11 4 20
46
4. Pengujian Validitas
Menurut Slameto validitas merupakan syarat terpenting dalam suatu
evaluasi. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
pengukur tersebut menjalankan fungs ukur secara tepat atau memberikan
hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Artimnya, hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang
mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang
diukur40.
Menurut Sofyan, dkk. Jika skor butir soal dis-kontinum (soal obyektif
dengan skor 0 atau 1) maka pengujian validitasnya harus menggunakan
korelasi biserial. Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien
korelasi biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah.
Keterangan :
r bis(i) = koefisien korelasi antara skor butir soal nomor i dengan skor total
Xi = rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal nomor i
Xt = rata-rata skor total semua responden
St = standar deviasi skor total semua responden
pi = proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i
qi = proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i.41
5. Pengujian Reliabilitas
Selain harus memenuhi syarat validitas, juga harus realibilitas. Uji
realibilitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen tes yang digunakan
pada penelitian ini tetap atau tidak. Sehingga instrumen tes tersebut dapat
digunakan di berbagai tempat. Realibilitas instrumen tes pada penelitian ini
menggunakan rumus KR-20 yaitu :
40 Baso Intang Sappaile, Konsep Instrumen Penelitian Pendidikan, (Lampung:Jurnal Pendidikan dan Kebudayaa no.66, tahun XIII, Mei 2007) hal. 382
41 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 109
47
Keterangan :
rii = koefisien reliabilitas tes
k = jumlah butir
piqi = varians skor butir
pi = proporsi jawaban benar untuk butir nomor i
qi = proporsi jawaban salah untuk butir nomor i
St = varians skor total42
6. Pengujian Taraf Kesukaran
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui soal-soal yang sukar,
sedang dan mudah. Taraf kesukaran ini menurut Suharsimi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :43
Soal dengan P = 0,10 – 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P = 0,30 – 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P = 0,70 – 1,00 adalah soal mudah
Rumusnya adalah sebagai berikut
P = B/JS
Keterangan : P = tingkat kesukaran soal
B = banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
S = jumlah seluruh siswa peserta tes
7. Pengujian Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat
membedakan siswa yang pandai, dan siswa yang kurang pandai. Angka
yang menunjukan daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Harga indeks
diskriminasi berkisar antara 0,00 – 1,00.
Rumus yang digunakan adalah :
42 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 113
43 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007). hal.210
48
D= ((BA / JA) –(BB / JB))= PA-PB
Keterangan :
D = indeks diskriminasi
BA = banyak kelompok peserta atas yang menjawab soal dengan benarBB
BB = banyak kelompok peserta bawah yang menjawab soal dengan benar
JA = jumlah peserta kelompok atas
JB = jumlah peserta kelompok bawah
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:44
D = 0.00-0,20 jelek
D = 0.20-0,40 cukup
D = 0,40-0,70 baik
D = 0,70-1,00 baik sekali
E. Teknik Analisis Data
Pengujian untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t karena:
sampel acak, data interval, populasi berdistribusi normal dan kesamaan
varians. Dengan demikian sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t
perlu dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu.
Untuk prasyarat data interval telah terpenuhi, sebab hasil belajar
merupakan data interval. Uji kecakapan pun tidak perlu dilakukan sebab
sampel telah diambil secara acak. Oleh karena itu, uji prasyarat yang perlu
dilakukan adalah uji normalitas dan uji kesamaan varians (uji homogenitas).
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah
uji liliefors.45
Adapun langkah-langkah untuk mengadakan uji Liliefor adalah sebagai
berikut :
44 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007).hal. 218 45 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 1996), h. 466.
49
SXXiZi −
=
1. Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang
terbesar
2. Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus :
Dengan : Zi = Skor baku, Xi = Skor data
X = nilai rata-rata S = Simpangan baku
3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Zi
dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan:
Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel
Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 1- (0,5 + nilai tabel)
4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi),
5. Hitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut,
nilai ini kita namakan Lo.
7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkannya dengan Lt. Lt
adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors.
8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah didapat.
Apabila Lo < Lt maka sampel berasal dari distribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua
keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji
homogenitas dua varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah:
2
2
y
x
SSF = , dimana
)1()( 22
2
−−
= ∑∑nn
xfxfnS iiii
Dengan :
F = Homogenitas
Sx2 = Varians data pertama/varians data terbesar
Sy2 = Varians data kedua/varians terkecil
50
Adapun kriteria pengujiannya adalah:
Ho diterima jika Fh < Ft Ho = Data memiliki varians homogen
Ho ditolak jika Fh > Ft Ho = Data tidak memiliki varians homogen
Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, maka untuk
menguji data yang diperoleh digunakan rumus uji-t sebagai berikut:
yx
yx
nnS
xxt
11+
−= dimana
)2()1()1( 22
−+−+−
=yx
yxx
nnSnSn
S
Keterangan:
Xx = Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips.
Xy = Rata-rata motivasi belajar siswa yang tidak diajar dengan menggunakan
metode inteligensi ganda
nx = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen
ny = jumlah sampel pada kelompok kontrol
Sx2 = varians kelompok eksperimen
Sy2 = varains kelompok kontrol
Kriteria pengujian dengan derajat kebebasan : nx + ny – 2 dan taraf
signifikan α = 0.05 sebagai berikut :
Ho diterima jika thitung < ttabel
Ho ditolak jika thitung > ttabel
Jika kedua kelompok tersebut tidak homogen, maka uji statistik yang
digunakan adalah sebagai berikut :
y
y
x
x
yx
nS
nS
xxt
22
+
−−= dengan
11
222
222
−
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
+−
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
⎪⎭
⎪⎬⎫
⎪⎩
⎪⎨⎧
+
=
y
y
y
x
x
x
y
y
x
x
n
nS
nnS
nS
nS
dk
Kriteria pengujian tolak Ho jika thitung > ttabel, untuk nilai lainnya Ho
diterima
51
F. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistik untuk mengetahui apakah penggunaan
model pembelajaran kooperatif dengan teknik Talking Chips berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :
H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 > µ2
Keterangan : µ1 : Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen.
µ2 : Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
H0 : Hipotesis nol atau hipotesis nihil dalam penelitian ini adalah bahwa rata-
rata nilai hasil belajar kelompok eksperimen (kelompok yang diajar
dengan Talking Chips) sama dengan nilai hasil belajar kelompok kontrol
H1 : Hipotesis alternatif, yaitu hipotesis yang sedapat mungkin diterima dalam
penelitian ini. Hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini
adalah rata-rata nilai hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dari
kelompok kontrol
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang terkumpul meliputi data skor pretest dan skor
postes dari 60 siswa yang terdiri dari kelompok eksperimen 30 siswa dan
kelompok kontrol 30 siswa diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
1. Data hasil belajar
a. Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Berdasarkan hasil tes awal (pretest) pengolahan data penelitian
mengenai hasil belajar siswa pada konsep ikatan kimia untuk kelas
eksperimen (n=30) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 27,50,
dengan nilai tertinggi 45, nilai terendah 10, dan simpangan baku 11,04
(lampiran 24). Sedangkan untuk kelas kontrol (n=30) didapatkan
perolehan nilai rata-rata siswa 25,50, nilai tertinggi 45, nilai terendah 10,
dan simpangan baku 9,94 (lampiran 22). Dalam tes awal (pretest) ini
didapatkan kesimpulan bahwa perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen
lebih besar dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas kontrol.
Tabel 4.1 Deskripsi Data Mean Skor Pretest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No. Data Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
1 N 30 30 2 Mean 27,50 25,50 3 SD 11,04 9,94
52
53
b. Postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Berdasarkan hasil tes akhir (postest) pengolahan data penelitian
mengenai hasil belajar siswa pada konsep ikatan kimia untuk kelas
eksperimen (n=30) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 77,17,
dengan nilai tertinggi 90, nilai terendah 40, dan simpangan baku 11,35
(lampiran 25). Sedangkan untuk kelas kontrol (n=30) didapatkan
perolehan nilai rata-rata siswa 68,67, nilai tertinggi 90, nilai terendah 40,
dan simpangan baku 12,66 (lampiran 23). Dalam tes akhir (postest) ini
didapatkan kesimpulan bahwa perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen
juga lebih besar dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas
kontrol.
Tabel 4.2 Deskripsi Data Mean Skor Postest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No. Data Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
1 N 30 30 2 Mean 77,17 68,67 3 SD 11,35 12,66
c. Perbandingan mean pretest dan posttest
Peningkatan hasil belajar siswa diambil dari nilai rata-rata pretest
dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Deskripsi Data Mean Pretest dan Postest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No. Data Kelompok eksperimen Kelompok kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest
1 N 30 30 30 30 2 Mean 27,50 77,17 25,50 68,67
Tabel di atas menunjukan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dari
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peningkatan hasil belajar
siswa kelompok eksperimen lebih tinggi, yaitu sebesar 49,67 point,
sedangkan untuk kelas kontrol mengalami kenaikan sebesar 43,17 point.
54
2. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t untuk melihat
adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan, maka diperlukan pengujian
persyaratan analisis dengan menggunakan analisis parametrik, sebagai
berikut:
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas
yang digunakan adalah uji liliefors. Adapun kriteria penerimaan bahwa
suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan sebagai berikut:
Jika Lhitung < Ltabel berarti data berdistribusi normal
Jika Lhitung > Ltabel berarti data tidak berdistribusi normal
Hasil uji normalitas skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
(1). Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas pretest
untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No Statistik Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
1 N 30 30 2 X 27,50 25,50 3 SD 11,04 9,94 4 Lhitung 0,152 0,153 5 Ltabel 0,161 0,161 Kesimpulan Distribusi normal Distribusi normal
Berdasarkan data tabel diatas, didapat Lhitung skor pretest siswa
kelompok eksperimen adalah sebesar 0,152 dan Ltabel (n=30) adalah
sebesar 0,161 menunjukan bahwa data kelompok eksperimen
berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,152
55
< 0,161). Dan untuk kelompok kontrol didapatkan Lhitung sebesar
0,153 dengan Ltabel (n=30) sebesar 0,161 menunjukan bahwa data
kelompok kontrol juga berdistribusi normal, karena memenuhi
kriteria Lhitung < Ltabel (0,153 < 0,161). Dengan demikian, kedua
sampel penelitian pada skor pretest dari kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol memenuhi kriteria hipotesis nol diterima, yang
artinya data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas
skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan
dalam lampiran 14.
(2). Posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas pretest
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Skor Posttest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No Statistik Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
1 N 30 30 2 X 77,17 68,67 3 SD 11,35 12,66 4 Lhitung 0,129 0,120 5 Ltabel 0,161 0,161 Kesimpulan Distribusi normal Distribusi normal
Berdasarkan data tabel diatas, didapat Lhitung skor postest siswa
kelompok eksperimen adalah sebesar 0,129 dan Ltabel (n=30) adalah
sebesar 0,161 menunjukan bahwa data kelompok eksperimen
berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,129
< 0,161). Dan untuk kelompok kontrol didapatkan Lhitung sebesar
0,120 dengan Ltabel (n=30) sebesar 0,161 menunjukan bahwa data
kelompok kontrol juga berdistribusi normal, karena memenuhi
kriteria Lhitung < Ltabel (0,120 < 0,161). Dengan demikian, kedua
sampel penelitian pada skor postest dari kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol memenuhi kriteria hipotesis nol diterima, yang
56
artinya data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas
skor postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan
dalam lampiran 15.
b. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan
berdistribusi normal, maka selanjutnya adalah mencari nilai homogenitas
dari kedua kelompok penelitian. Hasil uji homogenitas kedua sampel
penelitian dapat dilihat berikut ini:
Uji homogenitas kedua varian dengan hasil sebagai berikut:
(1). Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan
menggunakan uji fisher. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai
berikut:
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data adalah
homogen
Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua data adalah tidak
homogen
Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh uji homogenitas
pretest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Data Statistik N eksperimen 30 N kontrol 30 S1
2 98,88 S2
2 121,98 Fhitung 1,23 Ftabel 1,85 Kesimpulan Varians kedua kelompok homogen
57
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan Fhitung sebesar 1,23 dengan n=60
pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh Ftabel sebesar 1,85.
maka kedua kelompok penelitian dinyatakan bersifat homogen,
karena memenuhi kriteria Fhitung < Ftabel (1,23 < 1,85). Hasil
perhitungan uji homogenitas skor pretest kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol disajikan dalam lampiran 19.
(2). Posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan
menggunakan uji fisher. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai
berikut:
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data adalah
homogen
Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua data adalah tidak
homogen
Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh uji homogenitas
postest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Skor Postest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Data Statistik N eksperimen 30 N kontrol 30 S1
2 128,76 S2
2 160,23 Fhitung 1,24 Ftabel 1,85 Kesimpulan Varians kedua kelompok homogen
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan Fhitung sebesar 1,24 dengan n=60
pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh Ftabel sebesar 1,85.
maka kedua kelompok penelitian dinyatakan bersifat homogen,
karena memenuhi kriteria Fhitung < Ftabel (1,24 < 1,85). Hasil
58
perhitungan uji homogenitas skor postest kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol disajikan dalam lampiran 19.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas. Uji hipotesis ini menggunakan uji t (“t” test) untuk menguji
hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif teknik talking chips terhadap hasil belajar siswa.
Kriteria hasil kesimpulan uji t adalah sebagai berikut:
thitung < ttabel maka Ho diterima
thitung > ttabel maka Ho ditolak
a. Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Pengolahan data selanjutnya adalah uji t yaitu pengujian hipotesis
dan dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas. Pengolahan
data skor pretest diperoleh kesimpulan bahwa sebaran data berdistribusi
normal. Maka hipotesis ini dapat dilanjutkan dengan uji t untuk menguji
hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif teknik talking chips terhadap hasil belajar siswa
dengan rumus sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Pretest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Variabel Jumlah sampel
Thitung Ttabel Kesimpulan data
Hasil belajar siswa
n1=30 dan n2=30
0,74 2,048 Menerima Ho dan menolak Ha
Berdasarkan data tabel diatas diperoleh hasil perhitungan thitung sebesar
0,74 dengan ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 adalah sebesar 2,048.
maka dapat disimpulkan bahwa thitung < ttabel (0,74 < 2,048) hipotesis nol
diterima (Ho) diterima, dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Yang berarti
bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, karena kedua kelompok belum mendapatkan
59
perlakuan. Hasil perhitungan uji hipotesis data skor pretest dapat
disajikan dalam lampiran 21.
b. Posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Pengolahan data selanjutnya adalah uji t, yaitu pengujian hipotesis
ini dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas yang
menunjukan hasil kedua sampel penelitian adlah berdistribusi normal
dan bersifat homogen. Uji hipotesis ini menggunakan uji t (“t” test)
untuk menguji hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik talking chips terhadap
hasil belajar siswa. Kriteria hasil kesimpulan uji adalah sebagai berikut:
thitung < ttabel maka Ho diterima
thitung > ttabel maka Ho ditolak
Adapun taraf kepercayaan dan signifikansi uji t yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 95% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan
(df/db = 30+30-2 = 58) maka diperoleh ttabel sebesar 2,048.
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9 Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Postest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Variabel Jumlah sampel
Thitung Ttabel Kesimpulan data
Hasil belajar siswa
n1=30 dan n2=30
2,74 2,048 Menolak Ho dan menerima Ha
Berdasarkan data tabel diatas, diperoleh thitung sebesar 2,74 dengan taraf
signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (df/db = 30+30-2 =58),
maka diperoleh ttabel sebesar 2,048, maka thitung > ttabel (2,74 > 2,048)
adalah menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif
(Ha). Dengan demikian, ini dapat menguji kebenaran hipotesis, yaitu
model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips memberikan
60
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Hasil perhitungan uji
hipotesis data skor postest dapat disajikan dalam lampiran 21.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Melalui tes yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah
pembelajaran (postest) tampak ada perubahan hasil dan pemahaman konsep.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata postest hasil belajar kimia siswa
dengan penerapan metode kooperatif teknik Talking Chips sebesar 77,17 dan
rata-rata postes dengan metode diskusi biasa 68,67. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan metode kooperatif
teknik Talking Chips lebih baik dalam meningkatkan pemahaman konsep
siswa daripada dengan metode diskusi biasa.
Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik yaitu dengan
menggunakan uji t diperoleh hasil thitung = 2,74, sedangkan nilai ttabel = 2,048.
maka diperoleh hasil thitung > ttabel, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh signifikan penerapan metode kooperatif teknik
Talking Chips terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia.
Hasil belajar yang diperoleh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
adalah oleh faktor guru, siswa, serta metode pembelajaran. Dari hasil
pengamatan terlihat bahwa aktifitas siswa setelah proses pembelajaran
kooperatif teknik Talking Chips terjadi peningkatan terutama dalam hal
kerjasama kelompok.
Model pembelajaran yang dapat membantu guru dalam proses
pembelajaran kimia adalah model pembelajaran kooperatif teknik Talking
Chips, dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari
4-5 orang dan masing-masing anggota kelompok membawa sejumlah kartu
yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah berpendapat dengan
memasukan kartu tersebut ke atas meja.
Tahap selanjutnya adalah diskusi kelompok, dimana siswa diajak untuk
berdiskusi bersama kelompoknya. Siswa mendiskusikan atau membahas topik
untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh gurunya. Tahap ini
61
bertujuan untuk melatih kemampuan berfikir siswa untuk menyelesaikan
setiap persoalan yang dihadapi. Guru melatih siswa untuk memecahkan
masalah melalui diskusi kelompok, hal ini bertujuan supaya siswa saling
bertukar pikiran, bertukar pengalaman, dan berbagi ilmu pengetahuan dengan
temannya.
Kemudian siswa setiap kelompok melakukan presentasi di depan kelas.
Pada tahap ini dimana siswa masing-masing kelompok menyampaikan hasil
diskusi kelompoknya, mengemukakan berbagai macam alasan yang
mendukung hasil diskusi mereka. Setiap siswa yang ingin berbicara atau
mengungkapkan suatu ide, siswa tersebut terlebih dahulu harus mengangkat
kartunya, kemudian kartunya disimpan di tengah meja pada kelompoknya.
Proses dilanjutkan sampai seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk
berbicara. Dalam hal ini, tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada
siswa yang tidak aktif, semua siswa harus mengungkapkan pendapatnya.
Tahap ini bertujuan membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan
pemahaman konsep secara kompleks, dimana guru menyampaikan penjelasan
secara singkat tentang teori dan konsep serta mengoreksi jika terdapat
kesalahpahaman siswa.
Dari tahap-tahap yang telah dilakukan, siswa dilatih harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berfikir, dan aktif dalam mengungkapkan suatu ide, sehingga
tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang diam saja.
Sedangkan guru hanya membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan
siswa berjalan lancer, guru disini tidak mentransferkan pengetahuan yang
telah dimiliki guru melainkan membantu siswa untuk membentuk
pengetahuannya sendiri. Selain itu siswa dilatih untuk berpartisipasi aktif
dalam berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal dalam
hidup bermasyarakat, sehingga sangat penting sebagai bekal dalam hidup
bermasyarakat, sehingga sangat penting bagi guru untuk membekali
sebelumnya dengan kempuan berkomunikasi, mengingat bahwa tidak semua
siswa memiliki tingkat kemampuan untuk berkomunikasi.
62
Menurut Sonia Casal (2002) menyatakan bahwa Talking Chips
mempunyai dua proses penting, yaitu proses sosial dan proses dalam
penguasaan materi46. Metode pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips
menekankan kepada keterampilan sosial dan penguasaan materi. Keterampilan
sosial diamati pada saat siswa berdiskusi pada kelompoknya. Keterampilan
yang diamati antara lain: cara bekerjasama, cara mengungkapkan pendapat,
menghormati pendapat teman, bertanggung jawab terhadap kelompok, saling
ketergantungan terhadap teman. Keterampilan-keterampilan pada metode
kooperatif teknik Talking Chips menjadikan siswa termotivasi untuk
memberikan yang terbaik untuk kelompok dan dirinya. Dengan demikian
dapat meningkatkan keterampilan sosial mereka pada saat berdiskusi dan
meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan
metode kooperatif teknik Talking Chips memiliki penguasaan materi yang
lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan metode
diskusi biasa. Dengan adanya hal ini peningkatan pemahaman dan penguasaan
materi yang lebih baik berkenaan dengan konsep-konsep yang ada pada materi
ikatan kimia. Pemberian metode ini memicu siswa dapat belajar dari temannya
dan sekaligus membelajarkan temannya, sehingga saling timbul
ketergantungan positif.
Kelebihan pada pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif
teknik Talking Chips sangat mendukung dalam peningkatan hasil belajar.
Kelebihan tersebut terlihat dalam hal mengembangkan potensi siswa, seperti
terjadinya hubungan saling ketergantungan positif, mengembangkan semangat
kerja kelompok dan semangat kebersamaan, serta menumbuhkan komunikasi
yang efektif dan semangat kompetisi diantara anggota kelompok. Kemudian
pada kegiatan pembelajaran, tiap siswa mngemukakan pendapat, ide atau
46 Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
63
gagasan maka siswa dilatih untuk lebih berani berkomunikasi dan
menghormati pendapat yang diutarakan siswa lain.
Salah satu peningkatan hasil belajar siswa disebabkan terjadinya diskusi
antar kelompok. Hal ini dikarenakan pembentukan kelompok yang heterogen
berdasarkan perbedaan kemampuan akademis dan jenis kelamin.
Pembentukan kelompok heterogen memberikan dampak positif karena dalam
pembelajarannya terjadi beberapa interaksi antar siswa yang dapat
menguntungkan baik untuk guru maupun untuk siswa. Yang pertama,
kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan
saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi
antar ras, etnik dan gender.
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa
berinteraksi baik dengan guru maupun dengan siswa, dapat membantu
perkembangan perilaku siswa untuk meningkatkan prestasi. Berdasarkan
penelitian, metode kooperatif mengurangi peranan guru di kelas dan siswa
lebih aktif menanyakan kesulitan materi yang dipelajari. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Meinarni yang menyatakan bahwa
penggunaan metode kooperatif teknik Talking Chips menimbulkan keaktifan
siswa dalam berkomunikasi pada saat proses pembelajaran. Siswa merasa
senang berbagi dan bekerjasama dalam kelompok dan dapat memudahkan
siswa untuk memahami materi yang diajarkan47.
Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dapat
memahami kandungan pembelajaran secara utuh, dikarenakan pembelajaran
kooperatif teknik Talking Chips ini dapat menunjukkan aktivitas total masing-
masing anggota kelompok dan setiap anggota kelompok mendapatkan
tanggung jawab permasalahan, sehingga mendapatkan kesadaran anggota
kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam kelompoknya.
47 Meinarni, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa II SMP Negeri 15 Bandung” (Bandung: UPI Bandung, 2005).
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan interpretasi data dari hasil penelitian, maka
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tes hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh skor mean pretest 27,50
dan skor posttest 77,17 dan pada kelas kontrol skor mean pretest 25,50 dan
skor posttest 68,67. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
Talking Chips lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional.
2. Hasil perhitungan hipotesis posttest dengan melalui uji-t pada taraf
signifikansi 0,05 yaitu didapat hasil thitung > ttabel yaitu 2,74 > 2,048. Dari
hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa uji hipotesis menolak
hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). Dan hasil
perhitungan ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diajukan
saran-saran agar proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik sebagai
berikut:
1. Diharapkan guru bidang studi kimia khususnya kimia dapat menerapkan
pembelajaran yang mengikutsertakan siswa aktif mengalami pembelajaran,
khususnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
Talking Chips.
64
65
2. Mengingat hasil penelitian ini masih sangat sederhana, maka apa yang
didapat dari hasil penelitian ini bukan merupakan hasil akhir. Adanya
keterbatasan dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk diadakannya
penelitian lebih lanjut denga menambahkan variabel lain.
3. Bagi penelitian lain, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan penelitian
awal untuk mengetahui pengaruh atau hubungan model pembelajaran
kooperatif teknik Talking Chips terhadap hasil belajar.
66
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi
Aksara Aunurrahman, 2009.Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfa Beta. Casal, Sonia, “Cooperative Learning in CLIL Context: Ways to improve Students’
Competences in the Foreign Language Classroom”, Universidad Pablo de Olaide (Sevila-Spain)
Casal, Sonia, Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From
Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. “Psikologi Belajar”, PT. Rineka Cipta. Ghazali, Syukur. 2002. Menerapkan Paradigma Konstrktivisme Melalui Strategi
Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, (Malang: Universitas Malang) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, cetakan
ke-7. Intang Sappaile, Baso, 2007, Konsep Instumen Penelitian Pendidikan, Lampung:
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Johati, J.M.C dan M Rachmawati, 2004. Kimia SMU Untuk Kelas X, Jakarta:
Erlangga. Kagan, Spence, “Cooperative Learning 2 Day Workbook”, google: www.
Kaganonline.com/answer/cl 2 day w kbk html.29k. Meinarni, 2005, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips
Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa II SMP Negeri 15 Bandung” Bandung: UPI Bandung.
Miyake, Alison dan Chris-hunt, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In
The Non-Teacher’s Classroom”, google: www. Davidenglishhouse.com/snakes pdfs/winter 2003/features/winter 2003 hunt-miyake.pdf.
66
67
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta:Gaung Persada Press.
Parwati, Ni Nyoman. 2003. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-
Ended Di- Kelas SMU Laboratorium IKIP Negri Singaraja, Singaraja: IKIP Negri Singaraja.
Purwanto, Ngalim. 2007. ”Psikologi Pendidikan”, PT Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina, 2008, STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta:Kencana. Soffyatiningrum, Etty. 2007. Terapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Kimia di SMA/MA (Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA). Sofyan, Ahmad dkk, 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,
Jakarta:UIN Jakarta Press. Sudjana, 1996. Metode Statistika, Bandung: Tarsito. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar. Syah, Muhibbin. 2007. “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT
Remaja Rosdakarya. Tanree, Munir. 2009. Model Pembelajaran Konstruktiviis Realistik dengan
Setting Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Trianto,2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007. Wahyudi utomo, Supri,2007, Penerapan Metode Talking Chips Dalam
Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun, (Madiun: IKIP PGRI Madiun).
Wakhinudin, 2003, Forum Pendidikan, Padang: Universitas Negeri Padang Press.
Winarti, Atiek, 2001, pembelajaran ilmu kimia dan Kontribusinya terhadap perkembangan Intelektual vidya Karya : Jurnal pendidikan dan kebudayaan.
Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Grasindo.
67
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
A. Tujuan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen)
Nama Sekolah : MA JAMIYAH ISLAMIYAH
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X / I
Pertemuan Ke : I
Alokasi Waktu : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)
1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia
1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika
senyawa yang terbentuk
1. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya
2. Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur lewis)
Siswa dapat :
1. Menentukan unsur yang dapat melepaskan elektron atau menerima electron untuk mencapai kestabilan
68
B. Materi Pembelajaran C. Metode Pembelajaran
D. Kegiatan Pembelajaran
2. Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur lewis)
1. Diskusi Kelompok
2. Talking Chips
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Kegiatan awal (10 menit)
Fase I : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“ Assalamualaikum Wr.Wb…..”
• Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.
• Mengkondisikan kelas untuk memulai proses belajar
mengajar.
• Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu,
dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
• Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran
Menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr.Wb ”
Siswa yang dipanggil mengacungkan tangan
Siap melakukan proses pembelajaran
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.
69
Kegiatan inti (70 menit)
Fase II: Menyajikan informasi
• Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
materi yang akan dibahas
• Memotivasi siswa dengan sikap keterbukaan dan sambutan
yang baik terhadap siswa
Fase III: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips:
• Membagi peserta didik/siswa menjadi beberapa kelompok,
serta kartu yang digunakan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan
• Memberikan pertanyaan dalam bentuk lembar kerja
kelompok mengenai pembelajaran yang berhubungan
dengan konsep ikatan kimia
Fase IV: Membimbing kelompok belajar dan bekerja
• Menugaskan dan membimbing siswa untuk melakukan
diskusi kelompok untuk menjawab permasalahan yang
diajukan
• Memeriksa prosedur yang digunakan peserta didik/siswa
dalam menjawab dan menyelesaikan permasalahan
• Membimbing siswa untuk saling bekerjasama dan
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
• Menyuruh setiap kelompok maju ke depan kelas untuk
Mencatat point-point penting yang harus diketahui
dalam pembelajaran
Siswa merespon dengan baik
Secara teratur duduk berkelompok dan melakukan
diskusi pembelajaran kooperatif teknik talking
chips yang berkaitan dengan ikatan kimia
Mengerjakan soal secara berkelompok
Aktif melakukan diskusi kelompok dalam
memecahkan permasalahan secara kooperatif
Melakukan kerjasama secara kondusif dan saling
mendukung sesama anggota kelompok
Mendengarkan arahan guru dengan antusias dan
1 dan 2
70
mempresentasikan hasil diskusi secara bergantian (setiap
kelompok 10 menit)
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan kartunya untuk mengajukan
pendapat/sanggahan kepada kelompok lain yang
mempresentasikan jika terdapat perbedaan pendapat
dengan mengangkat kartunya dan meletakan kartu di atas
meja setelah mengaujkan dan menjawab sanggahan
• Menjelaskan kembali jika ada pertanyaan siswa yang tidak
dimengerti
semangat
Bertanya dengan mengangkat kartunya bila ada
materi yang kurang dipahami dan meletakan
kartunya di atas meja
Mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-
hal yang dianggap penting
Kegiatan
akhir (10 menit)
Fase V: Evaluasi
• Melakukan evaluasi dengan cara menyimpulkan dan
memberikan penjelasan kemabali mengenai konsep
pembelajaran yang tepat berdasarkan hasil diskusi
Fase VI: Memberikan penghargaan
• Memberikan penghargaan terhadap angota terbaik dalam
kelompok dan kelompok yang terbaik
• Menugaskan kepada siswa untuk mempelajari kembali
materi pembelajaran hari ini
• Mengingatkan kembali bahwa pertemuan berikutnya akan
Menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran dengan
tepat dan aktif secara bersama-sama mengulangnya
kembali dalam menjelaskan materi sebelumnya
Siswa merasa antusias dan bangga terhadap hasil yang
dicapai dan berupaya untuk menjadi lebih baik
Mendengarkan arahan guru
Menyimak penjelasan guru
71
E. Sumber Belajar
a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan PHIBETA)
b. Buku Kimia untuk SMA dan MA kelas X (terbitan Yudhistira)
c. Buku referensi yang relevan
Jakarta, 10 Oktober 2009
dilanjutkan proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips
• Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz
ALHAMDULILLAH…………!
Mengucapkan lafadz.
ALHAMDULILLAH…..
72
Standar Kompetensi
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran
Acep Amirta
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen)
Nama Sekolah : MA JAMIYAH ISLAMIYAH
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X / I
Pertemuan Ke : II
Alokasi Waktu : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)
73
Kompetensi Dasar
Indikator
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran E. Metode Pembelajaran
1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia
1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika
senyawa yang terbentuk
3. Menjelaskan terbentuknya ikatan ion
4. Menjelaskan terbentuknya ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga
5. Menjelaskan proses terbentunya ikatan koordinasi pada beberapa senyawa
Siswa dapat :
3. Menjelaskan terbentuknya ikatan ion
4. Menjelaskan terbentuknya ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga
5. Menjelaskan proses terbentunya ikatan koordinasi pada beberapa senyawa
74
F. Kegiatan Pembelajaran
1. Diskusi Kelompok
2. Talking Chips
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Kegiatan awal (10 menit)
Fase I : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“ Assalamualaikum Wr.Wb…..”
• Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.
• Mengkondisikan kelas untuk memulai proses belajar
mengajar.
• Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu,
dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
• Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran
Menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr.Wb ”
Siswa yang dipanggil mengacungkan tangan
Siap melakukan proses pembelajaran
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.
Kegiatan inti (70 menit)
Fase II: Menyajikan informasi
• Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
materi yang akan dibahas
• Memotivasi siswa dengan memberikan umpan balik kepaa
siswa hasil peningkatan belajar siswa
Fase III: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Mencatat point-point penting yang harus diketahui
dalam pembelajaran
Siswa merespon dengan baik
75
Menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips:
• Membagi peserta didik/siswa menjadi beberapa kelompok,
serta kartu yang digunakan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan
• Memberikan pertanyaan dalam bentuk lembar kerja
kelompok mengenai pembelajaran yang berhubungan
dengan konsep ikatan kimia
Fase IV: Membimbing kelompok belajar dan bekerja
• Menugaskan dan membimbing siswa untuk melakukan
diskusi kelompok untuk menjawab permasalahan yang
diajukan
• Memeriksa prosedur yang digunakan peserta didik/siswa
dalam menjawab dan menyelesaikan permasalahan
• Membimbing siswa untuk saling bekerjasama dan
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
• Guru menyuruh setiap kelompok maju ke depan kelas
untuk mempresentasikan hasil diskusi minggu lalu secara
bergantian (setiap kelompok 10 menit)
• Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan kartunya untuk mengajukan
pendapat/sanggahan kepada kelompok lain yang
mempresentasikan jika terdapat perbedaan pendapat
Secara teratur duduk berkelompok dan melakukan
diskusi pembelajaran kooperatif teknik talking
chips yang berkaitan dengan ikatan kimia
Mengerjakan soal secara berkelompok
Aktif melakukan diskusi kelompok dalam
memecahkan permasalahan secara kooperatif
Melakukan kerjasama secara kondusif dan saling
mendukung sesama anggota kelompok
Mendengarkan arahan guru dengan antusias dan
semangat
Siswa bertanya dengan mengangkat kartunya bila
ada materi yang kurang dipahami dan meletakan
kartunya di atas meja
76
E. Sumber Belajar
dengan mengangkat kartunya dan meletakan kartu di atas
meja setelah mengaujkan dan menjawab sanggahan
• Guru menjelaskan kembali jika ada pertanyaan siswa yang
tidak dimengerti
Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat
hal-hal yang dianggap penting
Kegiatan
akhir (10 menit)
Fase V: Evaluasi
• Guru melakukan evaluasi dengan cara menyimpulkan dan
memberikan penjelasan kemabali mengenai konsep
pembelajaran yang tepat berdasarkan hasil diskusi
Fase VI: Memberikan penghargaan
• Guru memberikan penghargaan terhadap angota terbaik
dalam kelompok dan kelompok yang terbaik
• Guru menugaskan kepada siswa untuk mempelajari
kembali materi pembelajaran hari ini
• Mengingatkan kembali bahwa pertemuan berikutnya akan
dilanjutkan proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips
• Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz
ALHAMDULILLAH…………!
Menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran dengan
tepat dan aktif secara bersama-sama mengulangnya
kembali dalam menjelaskan materi sebelumnya
Siswa merasa antusias dan bangga terhadap hasil yang
dicapai dan berupaya untuk menjadi lebih baik
Mendengarkan arahan guru
Menyimak penjelasan guru
Mengucapkan lafadz.
ALHAMDULILLAH…..
77
Standar Kompetensi
a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan PHIBETA)
b. Buku Kimia untuk SMA dan MA kelas X (terbitan Yudhistira)
c. Buku referensi yang relevan
Jakarta, 17 Oktober 2009
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran
Acep Amirta
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen)
Nama Sekolah : MA JAMIYAH ISLAMIYAH
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X / I
Pertemuan Ke : III
Alokasi Waktu : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)
78
Kompetensi Dasar
Indikator
E. Tujuan Pembelajaran
F. Materi Pembelajaran G. Metode Pembelajaran
H. Kegiatan Pembelajaran
1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia
1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika
senyawa yang terbentuk
6. Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan
7. Mendeskripsikan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam
Siswa dapat :
6. Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan
7. Mendeskripsikan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam
3. Diskusi Kelompok
4. Talking Chips
JENIS KEGIATAN
79
Tahap Guru Siswa Indikator Kegiatan awal (10 menit)
Fase I : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“ Assalamualaikum Wr.Wb…..”
• Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.
• Mengkondisikan kelas untuk memulai proses belajar
mengajar.
• Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu,
dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
• Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran
Menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr.Wb ”
Siswa yang dipanggil mengacungkan tangan
Siap melakukan proses pembelajaran
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.
Kegiatan inti (60 menit)
Fase II: Menyajikan informasi
• Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
materi yang akan dibahas
• Memotivasi siswa dengan bertanya dan mengingatkan
kembali konsep yang telah dipelajari sebelumnya
Fase III: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips:
• Membagi peserta didik/siswa menjadi beberapa kelompok,
Mencatat point-point penting yang harus diketahui
dalam pembelajaran
Merespon dengan baik
Secara teratur duduk berkelompok dan melakukan
80
serta kartu yang digunakan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan
• Memberikan pertanyaan dalam bentuk lembar kerja
kelompok mengenai pembelajaran yang berhubungan
dengan konsep ikatan kimia
Fase IV: Membimbing kelompok belajar dan bekerja
• Menugaskan dan membimbing siswa untuk melakukan
diskusi kelompok untuk menjawab permasalahan yang
diajukan
• Memeriksa prosedur yang digunakan peserta didik/siswa
dalam menjawab dan menyelesaikan permasalahan
• Membimbing siswa untuk saling bekerjasama dan
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
• Menyuruh setiap kelompok maju ke depan kelas untuk
mempresentasikan hasil diskusi minggu lalu secara
bergantian (setiap kelompok 10 menit)
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan kartunya untuk mengajukan
pendapat/sanggahan kepada kelompok lain yang
mempresentasikan jika terdapat perbedaan pendapat
dengan mengangkat kartunya dan meletakan kartu di atas
meja setelah mengaujkan dan menjawab sanggahan
• Menjelaskan kembali jika ada pertanyaan siswa yang tidak
diskusi pembelajaran kooperatif teknik talking
chips yang berkaitan dengan ikatan kimia
Mengerjakan soal secara berkelompok
Aktif melakukan diskusi kelompok dalam
memecahkan permasalahan secara kooperatif
Melakukan kerjasama secara kondusif dan saling
mendukung sesama anggota kelompok
Mendengarkan arahan guru dengan antusias dan
semangat
Bertanya dengan mengangkat kartunya bila ada
materi yang kurang dipahami dan meletakan
kartunya di atas meja
Mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-
81
E. Sumber Belajar
d. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan PHIBETA)
e. Buku Kimia untuk SMA dan MA kelas X (terbitan Yudhistira)
f. Buku referensi yang relevan
Jakarta, 24 Oktober 2009
dimengerti hal yang dianggap penting
Kegiatan
akhir (10 menit)
Fase V: Evaluasi
• Melakukan evaluasi dengan cara menyimpulkan dan
memberikan penjelasan kemabali mengenai konsep
pembelajaran yang tepat berdasarkan hasil diskusi
Fase VI: Memberikan penghargaan
• Memberikan penghargaan terhadap angota terbaik dalam
kelompok dan kelompok yang terbaik
• Menugaskan kepada siswa untuk mempelajari kembali
materi pembelajaran hari ini dan sebelumnya sebagai
persiapan postest
• Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………!
Menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran dengan
tepat dan aktif secara bersama-sama mengulangnya
kembali dalam menjelaskan materi sebelumnya
Siswa merasa antusias dan bangga terhadap hasil yang
dicapai dan berupaya untuk menjadi lebih baik
Menyimak penjelasan guru
Mengucapkan lafadz.
ALHAMDULILLAH…..
82
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran
Acep Amirta
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
A. Tujuan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol)
Nama Sekolah : MA JAMIYAH ISLAMIYAH
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X / I
Pertemuan Ke : I
Alokasi Waktu : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)
1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia
1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika
senyawa yang terbentuk
1. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya
2. Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur lewis)
Siswa dapat :
1. Menentukan unsur yang dapat melepaskan elektron atau menerima electron untuk mencapai kestabilan
B. Materi Pembelajaran C. Metode Pembelajaran
D. Kegiatan Pembelajaran
2. Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur lewis)
1. Diskusi
2. Ceramah
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan (20 menit)
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“ Assalamualaikum Wr.Wb…..”
• Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.
• Mengkondisikan kelas untuk memulai proses belajar
mengajar.
• Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu,
dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
• Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr.Wb ”
Sswa menjawab
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.
Kegiatan inti (60 menit)
1. Menjelaskan materi pembelajaran mengenai unsur yang dapat
melepas elektron atau menerima elektron untuk mencapai
kestabilan
1. Memperhatikan dan mencatat hal-hal penting yang
berkaitan dengan konsep pembelajaran
1
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
melakukan diskusi kelas
2. Guru dan siswa bersama-sama berlatih mengerjakan soal
latihan mengenai kecenderungan suatu unsur untuk mencapai
kestabilan
4. Guru menjelaskan kembali mengenai susunan electron valensi
atom gas mulia (duplet ada oktet) dan electron valensi bukan
gas mulia (struktur)
5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menjawab pertanyaan dan memeberikan kesempatan kepada
siswa lain untuk memberikan sanggahan/pendapat lain
6. Guru menjawab pertanyaan siswa yang tidak dimengerti
7. Memberikan pertanyaan dalam bentuk lembar kerja kelompok
mengenai pembelajaran yang berhubungan dengan konsep
ikatan kimia
8. Menyuruh setiap kelompok untuk mengumpulkan lembar
kerja kelompok hasil diskusi
2. Bertanya atau memberikan pendapat mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan pembelajaran dan siap
melakukan diskusi kelompok
3. Aktif mengikuti dengan seksama menjawab soal yang
diberikan
4. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-
hal yang dianggap penting
5. Siswa bertanya bila ada materi yang kurang dipahami
6. Siswa mendengarkan dan mengamati penjelasan guru
7. Mengerjakan soal secara berkelompok
8. Siswa mengumpulkan lembar kerja kelompok hasil
diskusi
2
Penutup
(10 menit)
• Meminta siswa memberikan kesimpulan dan
menanggapinya
• Menugaskan kepada siswa untuk mempelajari kembali
materi pembelajaran hari ini
• Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz
ALHAMDULILLAH…………!
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah
disampaikan.
Siswa mendengarkan arahan guru
Para siswa mengucapkan lafadz.
ALHAMDULILLAH…..
E. Sumber Belajar
a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan PHIBETA)
b. Buku Kimia untuk SMA dan MA kelas X (terbitan Yudhistira)
c. Buku referensi yang relevan
Jakarta, 10 Oktober 2009
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran
Acep Amirta
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol)
Nama Sekolah : MA JAMIYAH ISLAMIYAH
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X / I
Pertemuan Ke : II
Alokasi Waktu : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)
1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia
1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika
senyawa yang terbentuk
2. Menjelaskan terbentuknya ikatan ion
3. Menjelaskan terbentuknya ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga
4. Menjelaskan proses terbentunya ikatan koordinasi pada beberapa senyawa
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran E. Metode Pembelajaran
F. Kegiatan Pembelajaran
Siswa dapat :
1. Menjelaskan terbentuknya ikatan ion
2. Menjelaskan terbentuknya ikatan kovalen tunggal, kovalen rangkap dua dan kovalen rangkap tiga
3. Menjelaskan proses terbentunya ikatan koordinasi pada beberapa senyawa
1. Diskusi
2. Ceramah
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan (20 menit)
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“ Assalamualaikum Wr.Wb…..”
• Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.
• Mengkondisikan kelas untuk memulai proses belajar
mengajar.
• Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu,
dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr.Wb ”
Siswa menjawab
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
• Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran
Siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.
Kegiatan inti (60 menit)
1. Menjelaskan materi pembelajaran mengenai proses
terbentuknya ikatan ion
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
melakukan diskusi kelas
3. Guru dan siswa bersama-sama berlatih mengerjakan soal
latihan mengenai terbentuknya ikatan ion
4. Guru menjelaskan kembali mengenai ikatan tunggal, ikatan
rangkap dua, dan ikatan rangkap tiga.
5.Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menjawab pertanyaan dan memeberikan kesempatan kepada
siswa lain untuk memberikan sanggahan/pendapat lain
6. Guru menjawab pertanyaan siswa yang tidak dimengerti
7. Guru menjelaskan kembali mengenai proses terbentuknya
ikatan kovalen koordinasi pada beberapa senyawa
8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menjawab pertanyaan dan memeberikan kesempatan kepada
siswa lain untuk memberikan sanggahan/pendapat lain
9. Guru menjawab pertanyaan siswa yang tidak dimengerti
10.Memberikan pertanyaan dalam bentuk lembar kerja
kelompok mengenai pembelajaran yang berhubungan dengan
4. Memperhatikan dan mencatat hal-hal penting yang
berkaitan dengan konsep pembelajaran
5. Bertanya atau memberikan pendapat mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan pembelajaran dan siap
melakukan diskusi kelompok
6. Aktif mengikuti dengan seksama menjawab soal yang
diberikan
4. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-
hal yang dianggap penting
5. Siswa bertanya bila ada materi yang kurang dipahami
7. Siswa mendengarkan dan mengamati penjelasan guru
7. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-
hal yang dianggap penting
8. Siswa bertanya bila ada materi yang kurang dipahami
9. Siswa mendengarkan dan mengamati penjelasan guru
10. Mengerjakan soal secara berkelompok
3
4
5
konsep ikatan kimia
11.Menyuruh setiap kelompok untuk mengumpulkan lembar
kerja kelompok hasil diskusi
11.Siswa mengumpulkan lembar kerja kelompok hasil
diskusi
Penutup
(10 menit)
• Meminta siswa memberikan kesimpulan dan
menanggapinya
• Menugaskan kepada siswa untuk mempelajari kembali
materi pembelajaran hari ini
• Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz
ALHAMDULILLAH…………!
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah
disampaikan.
Siswa mendengarkan arahan guru
Para siswa mengucapkan lafadz.
ALHAMDULILLAH…..
E. Sumber Belajar
a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan PHIBETA)
b. Buku Kimia untuk SMA dan MA kelas X (terbitan Yudhistira)
c. Buku referensi yang relevan
Jakarta, 17 Oktober 2009
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran
Acep Amirta
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
E. Tujuan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol)
Nama Sekolah : MA JAMIYAH ISLAMIYAH
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X / I
Pertemuan Ke : III
Alokasi Waktu : 2 Jam Pembelajaran (90 menit)
1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia
1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika
senyawa yang terbentuk
6. Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan
7. Mendeskripsikan prses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam
Siswa dapat :
1. Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan
F. Materi Pembelajaran G. Metode Pembelajaran
H. Kegiatan Pembelajaran
1. Mendeskripsikan prses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam
1. Diskusi
2. Ceramah
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan (20 menit)
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“ Assalamualaikum Wr.Wb…..”
• Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.
• Mengkondisikan kelas untuk memulai proses belajar
mengajar.
• Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu,
dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
• Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr.Wb ”
Siswa menjawab
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.
Kegiatan inti (60 menit)
1.Menjelaskan materi pembelajaran mengenai kepolaran
beberapa senyawa dan hubungannya dengan
keelektronegatifan
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
melakukan diskusi kelas
7. Memperhatikan dan mencatat hal-hal penting yang
berkaitan dengan konsep pembelajaran
8. Bertanya atau memberikan pendapat mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan pembelajaran dan siap
melakukan diskusi kelompok
6
2. Guru dan siswa bersama-sama berlatih mengerjakan soal
latihan mengenai kepolaran beberapa senyawa dan
hubungannya dengan keelektronegatifan
4. Guru menjelaskan kembali mengenai proses pembentukan
ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam
5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menjawab pertanyaan dan memeberikan kesempatan kepada
siswa lain untuk memberikan sanggahan/pendapat lain
6. Guru menjawab pertanyaan siswa yang tidak dimengerti
7. Memberikan pertanyaan dalam bentuk lembar kerja kelompok
mengenai pembelajaran yang berhubungan dengan konsep
ikatan kimia
8. Menyuruh setiap kelompok untuk mengumpulkan lembar
kerja kelompok hasil diskusi
9. Aktif mengikuti dengan seksama menjawab soal yang
diberikan
4. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-
hal yang dianggap penting
5. Siswa bertanya bila ada materi yang kurang dipahami
8. Siswa mendengarkan dan mengamati penjelasan guru
7. Mengerjakan soal secara berkelompok
9. Siswa mengumpulkan lembar kerja kelompok hasil
diskusi
7
Penutup
(10 menit)
• Meminta siswa memberikan kesimpulan dan
menanggapinya
• Menugaskan kepada siswa untuk mempelajari kembali
materi pembelajaran hari ini
• Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz
ALHAMDULILLAH…………!
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah
disampaikan.
Siswa mendengarkan arahan guru
Para siswa mengucapkan lafadz.
ALHAMDULILLAH…..
E. Sumber Belajar
d. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan PHIBETA)
e. Buku Kimia untuk SMA dan MA kelas X (terbitan Yudhistira)
f. Buku referensi yang relevan
Jakarta, 24 Oktober 2009
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa
(Guru Pamong)
Islahul Karim S.Pd Acep Amirta
Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan I
Nama :
Kelompok :
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!!
1. Unsur-unsur golongan VIIIA disebut sebagai unsur gas mulia dan bersifat stabil.
Apakah yang menyebabkan gas mulia bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi
dengan unsur lainnya?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
2. Tulislah konfigurasi elektron untuk atom natrium, ion natrium (Na+), atom klorida,
dan ion klorida (Cl-)?
Jawab,
a. 11Na………………………………………………………………………………...
b. 11Na+……………………………………………………………………………….
c. 17Cl…………………………………………………………………………………
d. 17Cl-…………………………………………………..............................................
3. Gambarlah lambang Lewis untuk unsur Natrium, Magnesium, Alumunium, dan
Silikon?
Jawab,
Unsur Na Mg Al Si
Nomor atom 11 12 13 14
Lambang Lewis
4. Apakah yang ditempuh oleh atom karbon yang memiliki nomor atom 6, agar dapat
bersenyawa dengan atom lain?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5. Tulislah konfigurasi ion-ion berikut: 19K+, 12Mg2+, 8O2-, 7N-, 11Na+, dan 10Ne+.
Pasangan ion manakah yang memiliki jumlah elektron terluar/muatan yang sama?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan II
Nama :
Kelompok :
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!!
1. Sebutkan sifat-sifat senyawa ion dan senyawa kovalen?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Ikatan apa saja yang terdapat di dalam senyawa NH4OH dan buat strukturnya?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Tentukan rumus molekul senyawa yang terbentuk serta jenis ikatannya antara unsur
X (nomor atom 19) dengan unsur Y (nomor atom 16)?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………..
4. Diketahui unsur-unsur berikut: 8A, 12B, 13C, 16D, dan 17E. Diantara pasangan unsur-
unsur tersebut manakah yang berikatan kovalen?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5. Mengapa senyawa ikatan ion jauh lebih kuat daripada senyawa ikatan kovalen?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan III
Nama :
Kelompok :
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar dan tepat!!
1. Diantara senyawa HF, HCl, HBr, dan HI, senyawa manakah yang paling polar.
Diketahui perbedaan keelektronegatifan dari atom F, Cl, Br, dan I masing-masing
adalah 4,0 : 3,0 : 2,8 : dan 2,5?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Jelaskan, bagaimana cara mengetahui polar atau tidaknya suatu senyawa?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Sebutkan sifat-sifat logam?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Jelaskan dengan singkat, mengapa pada umumnya logam dapat menghantarkan arus
listrik dengan baik?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5. Salah satu sifat logam adalah mudah ditempa (dibentuk), berikan contoh penggunaan
logam dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan sifat logam tersebut?
Jawab,
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
KISI-KISI INSTRUMEN IKATAN KIMIA
Standar Kompetensi
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan
koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang
terbentuk
No Indikator Aspek Kognitif dan Nomor
Butir Soal
Jumlah
C1 C2 C3
1 Menjelaskan kecenderungan suatu
unsur untuk mencapai
kestabilannya dengan cara
berikatan dengan unsur lain.
1 2,3,4
dan 5
5
2 Menggambarkan susunan elektron
valensi atom gas mulia (duplet dan
oktet) dan elektron valensi bukan
gas mulia (struktur Lewis).
6,7, dan
8
9,10,11,
12, dan
13
8
3 Menjelaskan proses terjadinya
ikatan ion dan contoh senyawanya.
14, dan
15
16,17,18
dan 19
20,21,
22 dan
23
11
4 Menjelaskan proses terbentuknya
ikatan kovalen tunggal, rangkap
dua, dan rangkap tiga serta contoh
senyawanya.
24 dan
25
26,27,28
dan 29
30,31,
dan 32
8
5 Menjelaskan proses terbentuknya
ikatan koordinasi pada beberapa
senyawa.
33,34,
dan 35
36 4
6 Menyelidiki kepolaran beberapa
senyawa dan hubungannya dengan
keelektronegatifan melalui
percobaan.
37,38,
39,40,
41, dan
42
43,44,45
dan 46
10
7 Mendeskripsikan proses
pembentukan ikatan logam dan
hubungannya dengan sifat fisik
logam.
47,48,
dan 49
50 4
Jumlah 17 25 8 50
Instrumen
No Soal Jenjang
1 Ikatan kimia terjadi karena setiap unsur mempunyai...
a. Neutron dalam inti atomnya
b. Jumlah proton dan elektron sama
c. Kecendrungan memiliki konfigurasi elektron seperti gas
mulia
d. Lintasan elektron lebih dari satu
e. Elektron valensi
C1
2 Kestabilan unsur gas mulia dijadikan pijakan atom-atom yang
lain, sehingga atom-atom tersebut memiliki konfigurasi elektron
gas mulia yang dilakukan dengan melakukan cara-cara di bawah
ini kecuali...
a. Pelepasan elektron
b. Penyerapan elektron/menerima elektron
c. Memasangkan elektron/memakai bersama elektron
d. Menerima pasangan elekron
e. Menerima minimal dua pasang elektron
C2
3 Pasangan ion-ion dibawah ini semuanya memiliki jumlah
elektron terluar/muatan sama, kecuali...
a. 19K+ dan 20Ca2+
b. 12Mg2+ dan 8O2-
c. 7N- dan 9F+
d. 11Na+ dan 8O-
e. 10Ne+ dan 8O-
C2
4 Unsur dengan nomor atom dibawah ini yang memiliki
kecendrungan menyerap elektron adalah...
a. 11A
b. 12B
c. 19C
d. 35D
e. 38E
C2
5 Di antara unsur-unsur di bawah ini yang paling stabil adalah...
a. 8P
b. 9Q
c. 10R
d. 12S
e. 20T
C2
6 Kecendrungan atom bermuatan positif disebabkan karena...
a. Afinitas elektronnya besar
b. Energi ionisasinya kecil
c. Kelektronegatifannya besar
d. Potensial ionisasinya besar
a. Kelektronegatifannya besar
C1
7 Susunan elektron valensi gas mulia di bawah ini adalah oktet,
kecuali...
a. Xe
b. Kr
c. Ar
d. Ne
e. He
C1
8 Semua elektron valensi gas mulia di bawah ini adalah duplet,
yaitu...
a. Xe
b. Kr
c. Ar
d. Ne
e. He
C1
9 Unsur dengan konfigurasi elektron 2 8 18 2, jika akan mengikat
unsur lain sehingga membentuk ikatan, langkah terbaik dengan...
a. Pelepasan 1 eletron sehingga bermuatan +1
b. Pelepasan 2 elektron sehingga bermuatan +2
c. Penyerapan 1 elektron sehingga bermuatan -1
d. Penyerapan 2 elektron sehingga bermuatan -2
e. Memasangkan dua elektron dengan dua elektron lain
C2
10 Suatu unsur dengan konfigurasi elektron 2 6, kecendrungan
unsur tersebut jika berikatan dengan unsur lain adalah...
a. Melepaskan 2 elektron sehingga bermuatan +2
b. Melepaskan 4 elektron sehingga bermuatan +4
c. Menyerap/menerima 2 elektron sehingga bermuatan -2
d. Menyerap/menerima 4 elektron sehingga bermuatan -4
e. Memasangkan keempat elektronnya dengan 4 elektron lain
C2
11 Unsur berikut ini yang mempunyai kecendrungan melepaskan
elektron untuk mencapai kestabilan dengan susunan elektron
terluar yang oktet adalah...
a. 1H
b. 6C
c. 9F
d. 18AR
e. 11Na
C2
12 unsur dengan nomor atom di bawah ini yang memiliki kecendrungan menyerap elektron adalah...
a. 11A
b. 12B
c. 19C
d. 35D
e. 38E
C2
13 Atom 12A memiliki ciri-ciri...
a. Elektron valensi 4
b. Cenderung melepaskan 4 elektron
c. Memiliki 2 elektron pada kulit terluar
d. Cenderung menyerap/menerima 4 elektron
e. Cenderung memasangkan keempat elektron valesinya
C2
14 Ikatan ion disebabkan oleh adanya...
a. Pemakaian elektron secara sepihak
b. Gaya elektrostatis antara ion positif dan ion negatif
c. Gaya van der Waals antara ion-ion
d. Gaya antara proton dan elektron
e. Pemakaian bersama sepasang elektron
C1
15 Ikatan yang terjadi antara atom yang sangat elektropositif dengan
atom yang sangat elektronegatif disebut ikatan...
a. Ion
b. Kovalen
c. Dativ
d. Rangkap
e. Semipolar
C1
16 Diantara konfigurasi elektron di bawah ini, konfigurasi yang jika
berikatan cenderung membentuk ikatan ion adalah...
a. 2 8 18 8
b. 2 8 18 4
c. 2 8 18 5
d. 2 8 18 8 2
e. 2 8 8
C2
17 Senyawa ion tersusun dari tumpukan ion-ion yang teratur sesuai
dengan ukuran masing-masing ion yang terlibat. Tumpukan
tersebut menghasilkan zat dalam fase padat dan memiliki bentuk-
bentuk tertentu yang dinamakan...
a. Ikatan ionik
b. Bangunan ionik
c. Ion tereksitasi
d. Kristal
e. Alotropi
C2
18 Ikatan ion jauh lebih kuat daripada ikatan kovalen, hal ini
disebabkan karena...
a. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya elektrostatis, sedangkan
ikatan kovalen terjadi karena pemakaian pasangan elekton
bersama
b. Ikatan ion terjadi karena pemakaian elektron sepihak,
sedangkan ikatan kovalen terjadi akibat perpindahan elektron
dari atom yang satu ke atom yang lain
c. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya van der Waals antara
ion-ion, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena adanya
pemakaian pasangan bersama elektron yang berasal dari salah
satu atom yang berikatan
C2
d. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya proton dan elektron,
sedangkan ikatan kovalen terjadi karena pemakaian elektron
valensi secara bersama yang mengakibatka terjadinya
dislokalisasi elektron
e. Ikatan ion terjadi karena pemakaian bersama sepasang
elektron, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena inti atom
dari atom-atom yang berikatan dikelilingi oleh elektron dari
semua atom yang berikatan.
19 Suatu atom bercirikan;
1. Afinitas elektron sangat tinggi
2. Potensial ionisasinya sangat kecil
3. Cenderung melepas 1 elektron valensinya
Dari ciri-ciri tersebut, kesimpulan dibawah ini yang paling tepat
adalah...
a. Atom tersebut sukar bersenyawa
b. Jika atom bersenyawa cenderung berikatan kovalen
c. Jika atom bersenyawa cenderung berikatan ion
d. Senyawa selalu bersifat polar
e. Senyawa selalu bersifat nonpolar
C2
20 Unsur X (nomor atom 19) dengan unsur Y (nomor atom 16) akan
membentuk senyawa dengan ikatan... dan rumus kimianya...
a. Ion, XY
b. Ion, X2Y
c. Ion, XY2
d. Kovalen, XY
e. Kovalen, X2Y
C3
21 Suatu unsur X bereaksi dengsn Cl (nomor atom 17) membentuk
suatu padatan XCl. Bagaimana konfigurasi elektron unsur X
tersebut...
a. 2 6 4
b. 2 8 1
c. 2 8 2
d. 2 8 3
e. 2 8 7
C3
22 Unsur P memiliki konfigurasi elektron 2 8 6. Unsur R memiliki
konfigurasi elektron 2 8 8 1. Bila P dan R bergabung/berikatan,
dihasilkan...
a. Senyawa kovalen PR
b. Senyawa kovalen P6R6
c. Senyawa ionik PR
d. Senyawa ionik P2R
e. Senyawa ionik PR2
C3
23 Diketahui beberapa unsur dengan nomor atom sebagai berikut:
9X, 11Y, 16Z, 19A, 20B.
Pasangan unsur yang dapat membentuk ikatan ion adalah...
a. A dan X
b. A dan Y
c. A dan Z
d. B dan A
e. B dan Y
C3
24 Ikatan yang terjadi antar atom dengan pemakaian bersama satu
atau beberapa elektron disebut ikatan...
a. Ion
b. Kovalen
c. Koordinasi
d. Rangkap
e. Dativ
C1
25 Ikatan kovalen terjadi antara atom-atom unsur...
a. Golongan IA dan golongan VIIIA
b. Yang mempunyai keelektronegativitas hampir sama
c. Logam dan non logam
d. Dalam satu golongan
e. Sesama logam
C1
26 Pernyataan berikut yang benar tentang ikatan kovalen adalah...
a. Terjadi akibat perpindahan elektron dari atom yang satu ke
atom yang lain pada atom-atom yang berikatan
b. Adanya pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal
dari kedua atom yang berikatan
c. Pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari salah
C2
satu atom yang berikatan
d. Terjadinya pemakaian elektron valensi secara bersama yang
mengakibatkan terjadinya dislokalisasi elektron
e. Inti atom dari atom-atom yang berikatan dikelilingi oleh
elektron dari semua atom yang berikatan
27 Atom di bawah ini yang bila membentuk senyawa cenderung
berikatan kovalen adalah...
a. 6C
b. 11Na
c. 13Al
d. 24Mg
e. 20Ca
C2
28 Senyawa di bawah ini yang ikatan antar atomnya terdiri dari dua buah ikatan kovalen rangkap dua adalah...
a. SO2
b. SO3
c. CO2
d. NO2
e. Al2O3
C2
29 Senyawa dengan rumus molekul di bawah ini yang memiliki
ikatan rangkap dua adalah...
a. Cl2
b. N2
c. NH3
d. CH4
e. C2H4
C2
30 Diketahui susunan elektron dari unsur:
P = 2 8 1 ; Q = 2 8 4
R = 2 8 7 ; S = 2 8 8 2
Pasangan yang dapat membentuk ikatan kovalen adalah...
a. P dan Q
b. Q dan R
c. S dan R
d. P dan R
e. Q dan S
C3
31 Diketahui unsur-unsur 8A, 12B, 13C, 16D, dan 17E. Pasangan unsur
tersebut yang berikatan kovalen adalah...
C3
a. A dan D
b. B dan C
c. B dan D
d. C dan D
e. C dan E
32 Pasangan unsur di bawah ini yang mempunyai kecendrungan berikatan kovalen adalah...
a. 11Na dan 8O
b. 16S dan 17Cl
c. 19K dan 17Cl
d. 56Ba dan 9F
e. 12Mg dan 8O
C3
33 Pada senyawa NH4Cl terdapat ikatan...
a. Kovalen dan ion
b. Kovalen dan kovalen koordinasi
c. Ion dan koordinasi
d. Ion dan logam
e. Kovalen,
kovalen koordinasi,
dan ion
C2
34 Diantara unsur-unsur dibawah ini, yang tidak memiliki ikatan
kovalen koordinasi adalah...
a. H2SO4
b. HNO3
c. H3PO4
d. H2C2O4
e. H2CO3
C2
35 Ikatan kovalen koordinasi terdapat pada...
a. H2O
b. NH4+
c. CH4
d. HF
e. C2H4
C2
36 Senyawa di bawah ini yang memiliki ikatan kovalen koordinasi terbanyak adalah...
a. SO2
b. SO3
c. P2O3
d. P2O5
e. Cl2O7
C3
37 Molekul senyawa berikut merupakan senyawa kovalen non polar. C1
Kecuali...
a. HCl
b. H2
c. Cl2
d. N2
e. O2
38 Polar atau non polar suatu molekul tergantung dari...
a. Simetris atau tidaknya posisi antaratom
b. Bulat atau tidak posisi antar atom
c. Lonjong atau tidak posisi antar atom
d. Bulat atau lonjong posisi antar atom
e. Tumpang tindih atau tidak posisi antar atom
C1
39 Diantara senyawa berikut yang bersifat polar. Kecuali ...
a. CO
b. H2O
c. BF3
d. CO2
e. SO3
C1
40 Diantara kelompok senyawa di bawah ini yang kesemuanya merupakan senyawa polar adalah...
a. HCl, HBr, NH3, H2O
b. CO2, Cl2, Br2, H2O
c. H2, O2, CO, HCl
d. MgO, NH3, CO, CO2
e. SO2, Cl2, N2, NH3
C1
41 Diatara kelompok senyawa di bawah ini yang kesemuanya
merupakan senyawa non polar adalah...
a. HCl, HBr, NH3, H2O
b. CO2, Cl2, Br2, H2O
c. H2, O2, CO, HCl
d. MgO, NH3, CO, CO2
e. SO2, Cl2, N2, CO2
C1
42 Diantara senyawa berikut yang bersifat polar adalah...
a. N2
b. CCl4
c. H2
d. HCl
e. CS2
C1
43 Diketahui keelektronegatifan beberapa unsur sebagai berikut...
H = 2,1 ; Cl = 2,0 ; F = 4 ; Br = 2,8
C2
Senyawa yang paling polar adalah...
a. HCl
b. HF
c. FCl
d. FBr
e. BrCl
44 Diketahui beberapa senyawa:
1. Karbon dioksida
2. Karbon monoksida
3. Air
4. Amonia
5. Boron trifluorida
Diantara senyawa di atas yang bersifat polar adalah...
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 4
e. 4 dan 5
C2
45 Diketahui beberapa unsur, yaitu 9F, 17Cl, 20Ca, 33As, 36Kr. Unsur yang memiliki keelektronegatifan paling tbesar adalah...
a. F
b. Cl
c. Ca
d. As
e. Kr
C2
46 Unsur A dan B berturut-turut memiliki keelektronegatifan 2,1
dan 3,0. Hal yang kemungkinan terjadi adalah....
a. Unsur A lebih mudah menarik elektron
b. Unsur A dan B dapat membentuk ikatan kovalen polar
c. Unsur A dan B dapat membentuk ikatan kovalen nonpolar
d. Pada senyawa AB elektron ikatan akan lebih tertarik kearah
atom A
e. Pada senyawa AB, atom A relatif bermuatan positif dan atom
B relatif bermuatan negatif
C2
47 Ikatan logam disebabkan karena adanya gaya tarik antara...
a. Atom dan atom
C1
b. Ion logam dan ion logam
c. Ion logam dan elektron
d. Elektron dan elektron
e. Molekul logam dan molekul logam
48 Atom – atom dalam besi dikukuhkan dengan ikatan... a. Ion
b. Kovalen
c. Logam
d. Kovalen Non Polar
e. Kovalen Polar
C1
49 Diberikan data :
1. Rapuh jika di pukul
2. Memiliki sifat mengkilap
3. lelehannya dapat menghantarkan listrik
4. Dapat ditempa dan dibengkokkan
Yang merupakan pernyataan yang benar untuk senyawa logam
adalah
a. (1) dan (3)
b. (2) dan (4)
c. (3) dan (4)
d. (1) dan (2)
e. (1) (2) dan (3)
C1
50 Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, diantaranya dapat
menghantarkan arus listrik dengan baik hal ini disebabkan
karena...
a. Adanya elektron valensi yang dapat bergerak bebas dari satu ion
positif atom ke ion positif yang lain
b. Massa jenis logam sangat besar dan keras
c. Logam mudah melepaskan elektron valensinya
d. Mudah membentuk ikatan ion dengan unsur non logam
e. Titik didih dan titik lebur logam sangat tinggi
C2
Jawaban
1. C
2. E
3. A
4. D
5. C
6. B
7. C
8. C
9. B
10. E
11. E
12. D
13. E
14. A
15. D
16. A
17. B
18. E
19. B
20. B
21. E
22. D
23. B
24.B
25. B
26. B
27. A
28. B
29. A
30. B
31. E
32. C
33.B
34. E
35. B
36. C
37. A
38. A
39. D
40. A
41. C
42. E
43. D
44. D
45. E
46. D
47. D
48. C
49. A
50. D
KISI-KISI INSTRUMEN IKATAN KIMIA Standar Kompetensi Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia Kompetensi Dasar Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk No Indikator Aspek Kognitif dan Nomor
Butir Soal Jumlah
C1 C2 C3 1 Menjelaskan kecenderungan suatu
unsur untuk mencapai kestabilannya dengan cara berikatan dengan unsur lain.
1 2, dan 3 3
2 Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis).
18 4, dan 5 3
3 Menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan contoh senyawanya.
6, dan 7 8 3
4 Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga serta contoh senyawanya.
9 10, dan 11
3
5 Menjelaskan proses terbentuknya ikatan koordinasi pada beberapa senyawa.
12 13 2
6 Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan melalui percobaan.
14 dan 15
16 dan 17
4
7 Mendeskripsikan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam.
19 20 2
Jumlah 5 11 4 20
INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk Pengisian 1. Bacalah do’a sebelum mengerjakannya 2. Jawablah soal dibawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu
jawaban yang benar 3. Kerjakanlah soal-soal yang dianggap mudah terlebih dahulu
No Soal 1. Kestabilan unsur gas mulia dijadikan pijakan atom-atom yang lain, sehingga
atom-atom tersebut memiliki konfigurasi elektron gas mulia yang dilakukan dengan melakukan cara-cara di bawah ini kecuali... a. Pelepasan elektron b. Penyerapan elektron/menerima elektron c. Memasangkan elektron/memakai bersama elektron d. Menerima pasangan elekron e. Menerima minimal dua pasang elektron
2. Pasangan ion-ion dibawah ini semuanya memiliki jumlah elektron terluar/muatan sama, kecuali...
a. 19K+ dan 20Ca2+ b. 12Mg2+ dan 8O2- c. 7N- dan 9F+
d. 11Na+ dan 8O- e. 10Ne+ dan 8O-
3. Di antara unsur-unsur di bawah ini yang paling stabil adalah...
a. 8P b. 9Q c. 10R
d. 12S e. 20T
4. Unsur dengan konfigurasi elektron 2 8 18 2, jika akan mengikat unsur lain sehingga membentuk ikatan, langkah terbaik dengan... a. Pelepasan 1 eletron sehingga bermuatan +1 a. Pelepasan 2 elektron sehingga bermuatan +2 b. Penyerapan 1 elektron sehingga bermuatan -1 c. Penyerapan 2 elektron sehingga bermuatan -2 d. Memasangkan dua elektron dengan dua elektron lain
5. unsur dengan nomor atom di bawah ini yang memiliki kecendrungan menyerap elektron adalah...
a. 11A b. 12B c. 19C
d. 35D e. 38E
6. Diantara konfigurasi elektron di bawah ini, konfigurasi yang jika berikatan cenderung membentuk ikatan ion adalah...
a. 2 8 18 8 b. 2 8 18 4 c. 2 8 18 5
d. 2 8 18 8 2 e. 2 8 8
7. Ikatan ion jauh lebih kuat daripada ikatan kovalen, hal ini disebabkan karena... a. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya elektrostatis, sedangkan ikatan kovalen
terjadi karena pemakaian pasangan elekton bersama b. Ikatan ion terjadi karena pemakaian elektron sepihak, sedangkan ikatan
kovalen terjadi akibat perpindahan elektron dari atom yang satu ke atom yang lain
c. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya van der Waals antara ion-ion, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena adanya pemakaian pasangan bersama elektron yang berasal dari salah satu atom yang berikatan
d. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya proton dan elektron, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena pemakaian elektron valensi secara bersama yang mengakibatka terjadinya dislokalisasi elektron
e. Ikatan ion terjadi karena pemakaian bersama sepasang elektron, sedangkan ikatan kovalen terjadi karena inti atom dari atom-atom yang berikatan dikelilingi oleh elektron dari semua atom yang berikatan.
8. Unsur X (nomor atom 19) dengan unsur Y (nomor atom 16) akan membentuk senyawa dengan ikatan... dan rumus kimianya...
a. Ion, XY b. Ion, X2Y c. Ion, XY2
d. Kovalen, XY e. Kovalen, X2Y
9. Pernyataan berikut yang benar tentang ikatan kovalen adalah... a. Terjadi akibat perpindahan elektron dari atom yang satu ke atom yang lain
pada atom-atom yang berikatan b. Adanya pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari kedua atom
yang berikatan c. Pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom yang
berikatan d. Terjadinya pemakaian elektron valensi secara bersama yang mengakibatkan
terjadinya dislokalisasi elektron e. Inti atom dari atom-atom yang berikatan dikelilingi oleh elektron dari semua
atom yang berikatan 10. Diketahui unsur-unsur 8A, 12B, 13C, 16D, dan 17E. Pasangan unsur tersebut yang
berikatan kovalen adalah...
a. A dan D b. B dan C c. B dan D
d. C dan D e. C dan E
11. Diketahui susunan elektron dari unsur: P = 2 8 1 ; Q = 2 8 4 R = 2 8 7 ; S = 2 8 8 2 Pasangan yang dapat membentuk ikatan kovalen adalah...
a. P dan Q b. Q dan R c. S dan R
d. P dan R e. Q dan S
12. Diantara unsur-unsur dibawah ini, yang tidak memiliki ikatan kovalen koordinasi adalah...
a. H2SO4 b. HNO3 c. H3PO4
d. H2C2O4 e. H2CO3
13. Senyawa di bawah ini yang memiliki ikatan kovalen koordinasi terbanyak adalah...
a. SO2 b. SO3 c. P2O3
d. P2O5 e. Cl2O7
14. Polar atau non polar suatu molekul tergantung dari... a. Simetris atau tidaknya posisi antaratom b. Bulat atau tidak posisi antar atom c. Lonjong atau tidak posisi antar atom d. Bulat atau lonjong posisi antar atom e. Tumpang tindih atau tidak posisi antar atom
15. Diketahui keelektronegatifan beberapa unsur sebagai berikut... H = 2,1 ; Cl = 2,0 ; F = 4 ; Br = 2,8 Senyawa yang paling polar adalah...
a. HCl b. HF c. FCl
d. FBr e. BrCl
16. Diatara kelompok senyawa di bawah ini yang kesemuanya merupakan senyawa non polar adalah...
a. HCl, HBr, NH3, H2O b. CO2, Cl2, Br2, H2O c. H2, O2, CO, HCl
d. MgO, NH3, CO, CO2 e. SO2, Cl2, N2, CO2
17. Unsur A dan B berturut-turut memiliki keelektronegatifan 2,1 dan 3,0. Hal yang kemungkinan terjadi adalah.... a. Unsur A lebih mudah menarik elektron b. Unsur A dan B dapat membentuk ikatan kovalen polar c. Unsur A dan B dapat membentuk ikatan kovalen nonpolar d. Pada senyawa AB elektron ikatan akan lebih tertarik kearah atom A e. Pada senyawa AB, atom A relatif bermuatan positif dan atom B relatif
bermuatan negatif 18. Susunan elektron valensi gas mulia di bawah ini adalah oktet, kecuali...
a. Xe b. Kr c. Ar
d. Ne e. He
19. Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, diantaranya dapat menghantarkan arus listrik dengan baik hal ini disebabkan karena... a. Adanya elektron valensi yang dapat bergerak bebas dari satu ion positif atom ke ion
positif yang lain b. Massa jenis logam sangat besar dan keras c. Logam mudah melepaskan elektron valensinya d. Mudah membentuk ikatan ion dengan unsur non logam e. Titik didih dan titik lebur logam sangat tinggi
20. Diberikan data : 1. Rapuh jika di pukul 2. Memiliki sifat mengkilap 3. lelehannya dapat menghantarkan listrik 4. Dapat ditempa dan dibengkokkan Yang merupakan pernyataan yang benar untuk senyawa logam adalah a. (1) dan (3) b. (2) dan (4) c. (3) dan (4) d. (1) dan (2) e. (1) (2) dan (3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1B 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1C 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1D 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1E 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1F 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1G 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1H 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1I 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1J 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1K 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0L 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1M 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1N 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0O 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1P 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0Q 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0R 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0S 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1T 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0U 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0V 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0W 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0Y 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0Z 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0AB 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1AC 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0AD 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1AE 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1AF 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1AG 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0AH 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0AI 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0AJ 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0AK 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0AL 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
Jumlah 25 19 29 33 30 32 35 34 13 27 13 29 37 29 17 17 16 6 8 20 18 29 21 30 29 13 17 11 22 25 11 4 10 6 8 13 21 12 11 29 5 9 31 9 18R-hit -0 0.4 0.4 0 0 0 0 0 0 0 -0 1 0 0 1 0.4 0 1 1 0.5 0 0 0 0 0 0 0.3 0 0 0 0.4 -0 0 0 0 0 0.5 0.6 0 0 0.7 0.6 0.3 0.7 0.5T-hit -1 3 3.1 1 2 4 3 1 2 1 -1 4 1 1 5 3.3 2 4 5 4 2 3 1 2 2 2 2.4 1 2 2 3.2 -1 3 2 4 3 3.5 5.2 2 2 7.1 5.5 2 7.5 3.8
T-tabel 1.7 1.7 1.7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1.7 2 2 2 1.7 2 2 2 2 2 2 1.7 2 2 2 1.7 1.7 2 2 2 2 1.7 1.7 2 2 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7Ksmpln D V V D V V V D V D D V D D V V V V V V V V D V V V V D V V V D V V V V V V D V V V V V V
P 0.5 0.4 0.6 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0.3 0 0 0 0.4 0 1 0 1 1 0 0.3 0 0 1 0.2 0.1 0 0 0 0 0.4 0.2 0 1 0.1 0.2 0.6 0.2 0.4Q 0.5 0.6 0.4 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0.7 1 1 1 0.6 1 0 1 0 0 1 0.7 1 1 1 0.8 0.9 1 1 1 1 0.6 0.8 1 0 0.9 0.8 0.4 0.8 0.6
PQ 0.3 0.2 0.2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.2 0 0 0 0.2 0 0 0 0 0 0 0.2 0 0 0 0.2 0.1 0 0 0 0 0.2 0.2 0 0 0.1 0.1 0.2 0.1 0.2S 7.2
R11 0.82
Lampiran 2 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
RNo Butir
Lampiran 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 451 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 17 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 18 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1
10 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 111 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 112 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 113 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 014 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 015 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 016 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 017 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 018 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 019 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0
Juml 10 10 17 18 17 19 19 18 6 16 5 19 19 14 15 15 10 5 8 16 8 17 11 16 17 10 12 8 12 16 7 2 6 5 5 9 12 10 8 17 5 8 18 8 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 451 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 02 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 13 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 14 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 05 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 16 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 07 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 08 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 09 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
10 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 011 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 012 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 013 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 014 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 015 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 016 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 017 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 118 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 019 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1
Juml 15 9 12 15 13 13 16 16 7 11 8 10 18 15 2 2 6 1 0 4 10 12 10 14 12 3 5 3 10 9 4 2 4 1 3 4 9 2 3 12 0 1 13 1 6
Data Hasil Uji Coba Instrumen Kelompok Atas
RNo Butir
RNo Butir
Data Hasil Uji Coba Instrumen Kelompok Bawah
46 47 48 49 50 Y Y21 0 1 1 1 45 20251 0 1 1 1 43 18491 0 1 1 1 37 13691 0 1 0 0 35 12250 0 1 1 1 35 12250 1 0 0 1 34 11561 0 1 1 1 33 10891 0 0 1 1 33 10891 0 1 1 1 31 9611 0 0 1 1 30 9000 0 0 0 1 21 4410 1 0 0 1 21 4410 1 0 0 0 21 4410 1 1 1 0 20 4000 0 0 0 1 20 4000 1 1 1 1 20 4001 1 1 1 0 19 3611 1 1 0 0 17 2890 1 0 1 0 15 2250 0 0 0 0 10 1000 0 0 1 1 22 4840 0 1 0 0 21 4410 0 0 1 0 25 6250 0 1 1 0 22 4841 0 1 0 0 22 4840 0 1 1 0 22 4841 0 1 0 0 22 4841 0 0 1 1 22 4840 0 0 0 0 23 5290 1 1 0 0 23 5290 1 0 0 1 25 6250 1 0 0 1 25 6250 0 1 1 0 25 6250 0 1 1 0 25 6250 0 0 1 0 25 6250 0 0 1 0 25 6250 0 1 1 0 26 6760 0 1 1 0 26 676
13 11 21 23 17 966 265160.5 -0 0.3 0.3 0.53.3 -2 1.7 1.9 3.31.7 1.7 1.7 1.7 1.7V D D V V0.3 0.2 0.4 0.5 0.30.7 0.8 0.6 0.5 0.70.2 0.2 0.2 0.2 0.2 10.207
JUMLAH
Juml46 47 48 49 50 Y
1 0 1 1 1 451 0 1 1 1 431 0 1 1 1 371 0 1 0 0 350 0 1 1 1 350 1 0 0 1 341 0 1 1 1 331 0 0 1 1 331 0 1 1 1 311 0 0 1 1 300 1 0 0 1 250 1 0 0 1 250 0 1 1 0 250 0 1 1 0 250 0 0 1 0 250 0 0 1 0 250 0 1 1 0 260 0 1 1 0 260 0 0 1 0 25
8 3 11 15 11
Juml46 47 48 49 50 Y
0 0 0 0 1 210 1 0 0 1 210 1 0 0 0 210 1 1 1 0 200 0 0 0 1 200 1 1 1 1 201 1 1 1 0 191 1 1 0 0 170 1 0 1 0 150 0 0 0 0 100 0 0 1 1 220 0 1 0 0 210 0 1 1 0 221 0 1 0 0 220 0 1 1 0 221 0 1 0 0 221 0 0 1 1 220 0 0 0 0 230 1 1 0 0 23
5 8 10 8 6
Lampiran 4
Perhitungan Tingkat Kesukaran
No Butir B Js P Keterangan
1 25 50 0,50 Sedang 2 19 50 0,38 Sedang 3 29 50 0,58 Sedang 4 33 50 0,66 Sedang 5 30 50 0,60 Sedang 6 32 50 0,64 Sedang 7 35 50 0,70 Sedang 8 34 50 0,68 Sedang 9 13 50 0,26 Sukar 10 27 50 0,54 Sedang 11 13 50 0,26 Sukar 12 29 50 0,58 Sedang 13 37 50 0,74 Sedang 14 29 50 0,58 Sedang 15 17 50 0,34 Sedang 16 17 50 0,34 Sedang 17 16 50 0,32 Sedang 18 6 50 0,12 Sukar 19 8 50 0,16 Sukar 20 20 50 0,40 Sedang 21 18 50 0,36 Sedang 22 19 50 0,38 Sedang 23 21 50 0,42 Sedang 24 30 50 0,60 Sedang 25 29 50 0,58 Sedang 26 13 50 0,26 Sukar 27 17 50 0,34 Sedang 28 11 50 0,22 Sukar 29 22 50 0,44 Sedang 30 25 50 0,50 Sedang 31 11 50 0,22 Sukar 32 4 50 0,08 Sukar 33 10 50 0,20 Sukar 34 6 50 0,12 Sukar 35 8 50 0,16 Sukar 36 13 50 0,26 Sukar
37 21 50 0,42 Sedang 38 12 50 0,24 Sukar 39 11 50 0,22 Sukar 40 29 50 0,58 Sedang 41 5 50 0,10 Sukar 42 9 50 0,18 Sukar 43 31 50 0,62 Sedang 44 9 50 0,18 Sukar 45 18 50 0,36 Sedang 46 13 50 0,26 Sukar 47 11 50 0,22 Sukar 48 21 50 0,42 Sedang 49 23 50 0,46 Sedang 50 17 50 0,34 Sedang
Lampiran 5 Perhitungan Daya Pembeda
No
Butir Ba Bb Ja Jb DB Keterangan 1 10 15 19 19 -0 Jelek 2 10 9 19 19 0,1 Jelek 3 17 12 19 19 0,3 Cukup 4 18 15 19 19 0,2 Jelek 5 17 13 19 19 0,2 Jelek 6 19 13 19 19 0,3 Cukup 7 19 16 19 19 0,2 Jelek 8 18 16 19 19 0,1 Jelek 9 6 7 19 19 -0 Jelek 10 16 11 19 19 0,3 Cukup 11 5 8 19 19 -0 Jelek 12 19 10 19 19 0,5 Baik 13 19 18 19 19 0,1 Jelek 14 14 15 19 19 -0 Jelek 15 15 2 19 19 0,7 Baik 16 15 2 19 19 0,7 Baik 17 10 6 19 19 0,2 Jelek 18 5 1 19 19 0,2 Jelek 19 8 0 19 19 0,4 Baik 20 16 4 19 19 0,6 Baik 21 8 10 19 19 -0 Jelek 22 17 12 19 19 0,3 Cukup 23 11 10 19 19 0,1 Jelek 24 16 14 19 19 0,1 Jelek 25 17 12 19 19 0,3 Cukup 26 10 3 19 19 0,4 Baik 27 12 5 19 19 0,4 Baik 28 8 3 19 19 0,3 Cukup 29 12 10 19 19 0,1 Jelek 30 16 9 19 19 0,4 Baik 31 7 4 19 19 0,2 Jelek 32 2 2 19 19 0 Jelek 33 6 4 19 19 0,1 Jelek 34 5 1 19 19 0,2 Jelek 35 5 3 19 19 0,1 Jelek 36 9 4 19 19 0,3 Cukup 37 12 9 19 19 0,2 Jelek
38 10 2 19 19 0,4 Baik 39 8 3 19 19 0,3 Cukup 49 17 12 19 19 0,3 Cukup 41 5 0 19 19 0,3 Cukup 42 8 1 19 19 0,4 Baik 43 18 13 19 19 0,3 Cukup 44 8 1 19 19 0,4 Baik 45 12 6 19 19 0,3 Cukup 46 8 5 19 19 0,2 Jelek 47 3 8 19 19 -0 Jelek 48 11 10 19 19 0,1 Jelek 49 15 8 19 19 0,4 Baik 50 11 6 19 19 0,3 Cukup
Lampiran 6
REKAPITULASI HASIL UJI COBA INSTRUMEN
No Validasi Reabilitas Daya pembeda
Tingkat kesukaran
Keputusan
1 Tidak valid Tidak reliabel Jelek Sedang Buang 2 Valid Realibel Jelek Sedang Ambil 3 Valid Realibel Cukup Sedang Ambil 4 Tidak valid Tidak realibel Jelek Sedang Buang 5 Valid Realibel Jelek Sedang Ambil 6 Valid Realibel Cukup Sedang Ambil 7 Valid Realibel Jelek Sedang Ambil 8 Tidak valid Tidak realibel Jelek Sedang Buang 9 Valid Realibel Jelek Sukar Ambil 10 Tidak valid Tidak realibel Cukup Sedang Buang 11 Valid Realibel Jelek Sukar Ambil 12 Valid Realibel Baik Sedang Ambil 13 Tidak valid Tidak realibel Jelek Sedang Buang 14 Tidak valid Tidak realibel Jelek Sedang Buang 15 Valid Realibel Baik Sedang Ambil 16 Valid Realibel Baik Sedang Ambil 17 Valid Realibel Jelek Sedang Ambil 18 Valid Realibel Jelek Sukar Ambil 19 Valid Realibel Baik Sukar Ambil 20 Valid Realibel Baik Sedang Ambil 21 Valid Realibel Jelek Sedang Ambil 22 Valid Realibel Cukup Sedang Ambil 23 Tidak valid Tidak realibel Jelek Sedang Buang 24 Valid Realibel Jelek Sedang Ambil 25 Valid Realibel Cukup Sedang Ambil 26 Valid Realibel Baik Sukar Ambil 27 Valid Realibel Baik Sedang Ambil 28 Tidak valid Tidak realibel Cukup Sukar Buang 29 Valid Realibel Jelek Sedang Ambil 30 Valid Realibel Baik Sedang Ambil 31 Valid Realibel Jelek Sukar Ambil 32 Tidak valid Tidak realibel Jelek Sukar Buang 33 Valid Realibel Jelek Sukar Ambil 34 Valid Realibel Jelek Sukar Ambil 35 Valid Realibel Jelek Sukar Ambil 36 Valid Realibel Cukup Sukar Ambil 37 Valid Realibel Jelek Sedang Ambil 38 Valid Realibel Baik Sukar Ambil 39 Tidak valid Tidak realibel Cukup Sukar Buang
40 Valid Realibel Cukup Sedang Ambil 41 Valid Realibel Cukup Sukar Ambil 42 Valid Realibel Baik Sukar Ambil 43 Valid Realibel Cukup Sedang Ambil 44 Valid Realibel Baik Sukar Ambil 45 Valid Realibel Cukup Sedang Ambil 46 Valid Realibel Jelek Sukar Ambil 47 Tidak valid Tidak realibel Jelek Sukar Buang 48 Tidak valid Tidak realibel Jelek Sedang Buang 49 Valid Realibel Baik Sedang Ambil 50 Valid Realibel Cukup Sedang Ambil
Persiapan Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Pretest Kelompok Kontrol Pretest Dengan Metode Diskusi Biasa
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
10 10 10 15 15 15 20 20 20 20
20 20 20 25 25 25 25 25 25 30
30 30 35 35 35 35 40 40 45 45
1. Rentang Kelas (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 45 – 10
= 35
2. Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,87
= 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P) = rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K)
= 35/6
= 5,83 ← 6 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas
No. Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1. 10 – 15 6 20%
2. 16 – 21 7 23,33%
3. 22 – 27 6 20%
4. 28 – 33 3 10%
5. 34 – 39 4 13,33%
6. 40 - 45 4 13,33%
Jumlah 30 100%
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo), median (Me), dan Simpangan baku (S2)
kelompok kontrol
Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol
Xi Fi Fk Xi2 Fi.Xi Fi.Xi2
10 3 3 100 30 300
15 3 6 225 45 675
20 7 13 400 140 2800
25 6 19 625 150 3750
30 3 22 900 90 2700
35 4 26 1225 140 4900
40 2 28 1600 80 3200
45 2 30 2025 90 4050
∑ 30 765 22375
Mean (X) =
=
= 25,50
Median (Me) = Bb + P
= 21,5 + 6
= 21,5 + 1,2
= 23,5
Modus (Mo) = Bb + P ( )
= 15,5 + 6 ( )
= 15,5 + 3
= 18,5
S2 =
=
=
=
= 98,87931
S =
= 9,94
Persiapan Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Postest Kelompok Kontrol Posttest Dengan Metode Diskusi Biasa
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
40 45 45 50 55 60 60 60 60 65
65 65 70 70 75 75 75 75 75 75
75 75 75 75 80 80 80 80 90 90
1. Rentang Kelas (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 90 – 40
= 50
2. Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,87
= 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P) = rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K)
= 50/6
= 8,33 ← 8 (dibulatkan ke bawah)
4. Menyusun Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas
No. Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1. 40 - 47 3 10%
2. 48 – 55 2 6,67%
3. 56 – 73 9 30%
4. 74 – 81 14 46,67%
5. 82 – 89 0 0%
6. 90 - 97 2 6,67%
Jumlah 30 100%
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo), median (Me), dan Simpangan baku (S2)
kelompok kontrol
Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol
Xi Fi Fk Xi2 Fi.Xi Fi.Xi2
40 1 1 1600 40 1600
45 2 2 2025 90 4050
50 1 4 2500 50 2500
55 1 5 3025 55 3025
60 4 9 3600 240 14400
65 3 12 4225 195 12675
70 2 14 4900 140 9800
75 10 24 5625 750 56250
80 4 28 6400 320 25600
90 2 30 8100 180 16200
∑ 30 2060 146100
Mean (X) =
=
= 68,67
Median (Me) = Bb + P
= 73,5 + 8
= 73,5 + 0,57
= 74,07
Modus (Mo) = Bb + P ( )
= 73,5 + 8 ( )
= 73,5 + 2,1
= 75,6
S2 =
=
=
=
= 160,22989
S =
= 12,66
Persiapan Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Pretest Kelompok Eksperimen Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Talking Chips
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:
10 10 10 15 15 20 20 20 20 20
20 20 25 25 25 25 30 30 30 30
35 35 35 40 40 40 45 45 45 45
1. Rentang Kelas (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 45 – 10
= 35
2. Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,87
= 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P) = rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K)
= 35/6
= 5,83 ← 6 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas
No. Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1. 10 – 15 5 16,67%
2. 16 – 21 7 23,33%
3. 22 – 27 4 13,33%
4. 28 – 33 4 13,33%
5. 34 – 39 3 10%
6. 40 – 45 7 23,33%
Jumlah 30 100%
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo), median (Me), dan Simpangan baku (S2)
kelompok eksperimen
Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen
Xi Fi Fk Xi2 Fi.Xi Fi.Xi2
10 3 3 100 30 300
15 2 5 225 30 450
20 7 12 400 140 2800
25 4 16 625 100 2500
30 4 20 900 120 3600
35 3 23 1225 105 3675
40 3 26 1600 120 4800
45 4 30 2025 180 8100
∑ 30 825 26225
Mean (X) =
=
= 27,50
Median (Me) = Bb + P
= 73,5 + 8
= 21,5 + 4,5
= 26
Modus (Mo) = Bb + P ( )
= 15,5 + 6 ( )
= 15,5 + 2,4
= 17,9
S2 =
=
=
=
= 121,98276
S =
= 11,04
Persiapan Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Postest Dengan Kelompok Eksperimen Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Talking Chips
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:
40 50 65 70 70 70 70 75 75 75
75 75 75 75 75 80 80 80 80 85
85 85 85 85 85 90 90 90 90 90
1. Rentang Kelas (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 90 – 40
= 50
2. Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,87
= 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P) = rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K)
= 50/6
= 8,33 ← 8 (dibulatkan ke bawah)
4. Menyusun Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas
No. Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1. 40 - 47 1 3,33%
2. 48 – 55 1 3,33%
3. 56 – 73 5 16,67%
4. 74 – 81 12 40%
5. 82 – 89 6 20%
6. 90 - 97 5 16,67%
Jumlah 30 100%
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo), median (Me), dan Simpangan baku (S2)
kelompok eksperimen
Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen
Xi Fi Fk Xi2 Fi.Xi Fi.Xi2
40 1 1 1600 40 1600
50 1 2 2500 50 2500
65 1 3 4225 65 4225
70 4 7 4900 280 19600
75 8 15 5625 600 45000
80 4 19 6400 320 25600
85 6 25 7725 510 43350
90 5 30 8100 450 40500
∑ 30 2315 182375
Mean (X) =
=
= 27,50
Median (Me) = Bb + P
= 73,5 + 8
= 73,5 + 5,33
= 78,83
Modus (Mo) = Bb + P ( )
= 73,5 + 8 ( )
= 73,5 + 4,3
= 77,8
S2 =
=
=
=
= 128,76437
S =
= 11,35
lampiran 7Perhitungan Uji Normalitas Pretest Untuk Kelas Kontrol
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)1 10 -1.56 0.059 0.100 0.0412 10 -1.56 0.059 0.100 0.0413 10 -1.56 0.059 0.100 0.0414 15 -1.06 0.145 0.200 0.0555 15 -1.06 0.145 0.200 0.0556 15 -1.06 0.145 0.200 0.0557 20 -0.55 0.291 0.433 0.1428 20 -0.55 0.291 0.433 0.1429 20 -0.55 0.291 0.433 0.142
10 20 -0.55 0.291 0.433 0.14211 20 -0.55 0.291 0.433 0.14212 20 -0.55 0.291 0.433 0.14213 20 -0.55 0.291 0.433 0.14214 25 -0.05 0.480 0.633 0.15315 25 -0.05 0.480 0.633 0.15316 25 -0.05 0.480 0.633 0.15317 25 -0.05 0.480 0.633 0.15318 25 -0.05 0.480 0.633 0.15319 25 -0.05 0.480 0.633 0.15320 30 0.45 0.674 0.733 0.06021 30 0.45 0.674 0.733 0.06022 30 0.45 0.674 0.733 0.06023 35 0.96 0.832 0.867 0.03524 35 0.96 0.832 0.867 0.03525 35 0.96 0.832 0.867 0.03526 35 0.96 0.832 0.867 0.03527 40 1.46 0.928 0.933 0.00528 40 1.46 0.928 0.933 0.00529 45 1.96 0.975 1.000 0.02530 45 1.96 0.975 1.000 0.025
Jumlah 765Rata-rata 25.50Sd 9.94Ltabel 0.161Lhitung 0.153
Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi norma
Perhitungan Uji Normalitas Posttest Untuk Kelas Kontrol
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)1 40 -2.26 0.012 0.033 0.0212 45 -1.87 0.031 0.100 0.0693 45 -1.87 0.031 0.100 0.0694 50 -1.47 0.071 0.133 0.0635 55 -1.08 0.140 0.167 0.0276 60 -0.68 0.248 0.300 0.0527 60 -0.68 0.248 0.300 0.0528 60 -0.68 0.248 0.300 0.0529 60 -0.68 0.248 0.300 0.052
10 65 -0.29 0.386 0.400 0.01411 65 -0.29 0.386 0.400 0.01412 65 -0.29 0.386 0.400 0.01413 70 0.11 0.544 0.467 0.07714 70 0.11 0.544 0.467 0.07715 75 0.50 0.692 0.800 0.10916 75 0.50 0.692 0.800 0.10917 75 0.50 0.692 0.800 0.10918 75 0.50 0.692 0.800 0.10919 75 0.50 0.692 0.800 0.10920 75 0.50 0.692 0.800 0.10921 75 0.50 0.692 0.800 0.10922 75 0.50 0.692 0.800 0.10923 75 0.50 0.692 0.800 0.10924 75 0.50 0.692 0.800 0.10925 80 0.89 0.813 0.933 0.12026 80 0.89 0.813 0.933 0.12027 80 0.89 0.813 0.933 0.12028 80 0.89 0.813 0.933 0.12029 90 1.68 0.954 1.000 0.04730 90 1.68 0.954 1.000 0.047
Jumlah 2060Rata-rata 68.67Sd 12.66Ltabel 0.161Lhitung 0.12
Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi norma
Perhitungan Uji Normalitas Pretest Untuk Kelas Eksperimen
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)1 10 -1.59 0.056 0.100 0.0442 10 -1.59 0.056 0.100 0.0443 10 -1.59 0.056 0.100 0.0444 15 -1.13 0.129 0.167 0.0375 15 -1.13 0.129 0.167 0.0376 20 -0.68 0.248 0.400 0.1527 20 -0.68 0.248 0.400 0.1528 20 -0.68 0.248 0.400 0.1529 20 -0.68 0.248 0.400 0.152
10 20 -0.68 0.248 0.400 0.15211 20 -0.68 0.248 0.400 0.15212 20 -0.68 0.248 0.400 0.15213 25 -0.23 0.409 0.533 0.12414 25 -0.23 0.409 0.533 0.12415 25 -0.23 0.409 0.533 0.12416 25 -0.23 0.409 0.533 0.12417 30 0.23 0.591 0.667 0.07618 30 0.23 0.591 0.667 0.07619 30 0.23 0.591 0.667 0.07620 30 0.23 0.591 0.667 0.07621 35 0.68 0.752 0.767 0.01522 35 0.68 0.752 0.767 0.01523 35 0.68 0.752 0.767 0.01524 40 1.13 0.871 0.867 0.00425 40 1.13 0.871 0.867 0.00426 40 1.13 0.871 0.867 0.00427 45 1.59 0.944 1.000 0.05628 45 1.59 0.944 1.000 0.05629 45 1.59 0.944 1.000 0.05630 45 1.59 0.944 1.000 0.056
Jumlah 825Rata-rata 27.50Sd 11.04Ltabel 0.161Lhitung 0.152
Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi normal
Perhitungan Uji Normalitas Posttest Untuk Kelas Eksperimen
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)1 40 -3.27 0.001 0.033 0.0332 50 -2.39 0.008 0.067 0.0583 65 -1.07 0.142 0.100 0.0424 70 -0.63 0.264 0.233 0.0315 70 -0.63 0.264 0.233 0.0316 70 -0.63 0.264 0.233 0.0317 70 -0.63 0.264 0.233 0.0318 75 -0.19 0.425 0.500 0.0759 75 -0.19 0.425 0.500 0.075
10 75 -0.19 0.425 0.500 0.07511 75 -0.19 0.425 0.500 0.07512 75 -0.19 0.425 0.500 0.07513 75 -0.19 0.425 0.500 0.07514 75 -0.19 0.425 0.500 0.07515 75 -0.19 0.425 0.500 0.07516 80 0.25 0.599 0.633 0.03517 80 0.25 0.599 0.633 0.03518 80 0.25 0.599 0.633 0.03519 80 0.25 0.599 0.633 0.03520 85 0.69 0.755 0.833 0.07821 85 0.69 0.755 0.833 0.07822 85 0.69 0.755 0.833 0.07823 85 0.69 0.755 0.833 0.07824 85 0.69 0.755 0.833 0.07825 85 0.69 0.755 0.833 0.07826 90 1.13 0.871 0.967 0.09627 90 1.13 0.871 1.000 0.12928 90 1.13 0.871 1.000 0.12929 90 1.13 0.871 1.000 0.12930 90 1.13 0.871 1.000 0.129
Jumlah 2315Rata-rata 77.17Sd 11.35Ltabel 0.161Lhitung 0.129
Lhitung < Ltabel berarti berdistribusi norma
Perhitungan Uji Homogenitas
1. Pretest
F =
S dari kelas eksperimen = 11,04
S dari kelas kontrol = 9,94
F = = = 1,23
Sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing 30 maka
dk1=29 dan dk2=29. Ftabel pada tahap keberartian α=0,05 dengan dk1=29 dan
dk2=29 adalah F=1,85. Karena Fhitung adalah 1,23 lebih kecil dari
Ftabel=1,85, maka hipotesis nol diterima. Jadi, kedua buah distribusi populasi
itu penyebarannya normal.
2. Posttest
F =
S dari kelas eksperimen = 11,35
S dari kelas kontrol = 12,66
F = = = 1,24
Sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing 30 maka
dk1=29 dan dk2=29. Ftabel pada tahap keberartian α=0,05 dengan dk1=29
dan dk2=29 adalah F=1,85. Karena Fhitung adalah 1,24 lebih kecil dari
Ftabel=1,85, maka hipotesis nol diterima. Jadi, kedua buah distribusi
populasi itu penyebarannya normal.
3. N-gain
F =
S dari kelas eksperimen = 5,25
S dari kelas kontrol = 4,95
F = = = 1,12
Sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing 30 maka
dk1=29 dan dk2=29. Ftabel pada tahap keberartian α=0,05 dengan dk1=29 dan
dk2=29 adalah F=1,85. Karena Fhitung adalah 1,12 lebih kecil dari
Ftabel=1,85, maka hipotesis nol diterima. Jadi, kedua buah distribusi populasi
itu penyebarannya normal.
Perhitungan Uji-t
1. Pretest
t = dimana
Rata-rata kelas eksperimen adalah 27,5
Rata-rata kelas kontrol adalah 25,5
S dari kelas eksperimen adalah 11,09
S dari kelas kontrol adalah 9,94
= S2x(nx-1) = 11,092(30-1) = 2867,52
= S2x(nx-1) = 9,942(30-1) = 3537,42
= = 110,43
t = = 0,74
Untuk α=0,05 dan dk=28, tkritis= 2,048. Sedangkan thitung= 0,74. Maka thitung
berada pada daerah penerimaan. Maka hipotesis nol diterima. Rata-rata
pretest kedua kelas sama.
2. Posttest
t = dimana
Rata-rata kelas eksperimen adalah 77,17
Rata-rata kelas kontrol adalah 68,67
S dari kelas eksperimen adalah 11,35
S dari kelas kontrol adalah 12,66
= S2x(nx-1) = 11,352(30-1) = 3734,04
= S2x(nx-1) = 12,662(30-1) = 4646,67
= = 144,495
t = = 3,44
Untuk α=0,05 dan dk=28, tkritis= 2,048. Sedangkan thitung= 2,74. Maka thitung
berada pada daerah penolakan. Maka hipotesis nol ditolak. Rata-rata
posttest kedua kelas berbeda.
3. N-gain
t = dimana
Rata-rata kelas eksperimen adalah 13,37
Rata-rata kelas kontrol adalah 10,38
S dari kelas eksperimen adalah 5,25
S dari kelas kontrol adalah 4,95
= S2x(nx-1) = 4,952(30-1) = 710,5725
= S2x(nx-1) = 5,252(30-1) = 799,3125
= = 26,03
t = = 2,27
Untuk α=0,05 dan dk=28, tkritis= 2,048. Sedangkan thitung= 2,27. Maka thitung
berada pada daerah penolakan. Maka hipotesis nol ditolak. Rata-rata
posttest kedua kelas berbeda.
KARTU UNTUK BERBICARA
UJI REFERENSI PENELITIAN SKRIPSI
No Referensi Paraf BAB I Pembimbing I Pembimbing II
1. Etty Soffyatiningrum, Terapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Kmia di SMA/MA (Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007), hal. 38
2. Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU dalam Menghadapi Abad 21 (vidya Karya : Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 2001), No. 30, Th VII, hal. 354
3. Wina Sanjaya, STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2008), cet. 5, hal.50.
4. Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
BAB II Pembimbing I Pembimbing II
1. Wakhinudin,S, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar (Suatu Meta Analisis), Forum Pendidikan, Universitas Negeri Padang Press,(maret 2003), hal. 3.
2. Wina Sanjaya, STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2008), cet. 5, hal.240.
3. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:41
4. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:43
5. Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009) hal. 61
6. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:46
7. Munir Tanree, Model Pembelajaran Konstruktiviis Realistik dengan Setting Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Maret 2009, hal. 268-269.
8. A. Syukur Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstrktivisme Melalui Strategi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, (Malang: Universitas Malang) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Oktober 2002, hal. 115
9. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:47
10. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, hal:48
11. Chris-hunt dan Alison Miyake, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In The Non-Teacher’s Classroom”, google: www. Davidenglishhouse.com/snakes pdfs/winter 2003/features/winter 2003 hunt-miyake.pdf.
12. Supri Wahyudi utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun, (Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007).hal. 49
13. Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
14. Supri Wahyudi utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun, (Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007). Hal. 6
15. Chris-hunt dan Alison Miyake, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In The Non-Teacher’s Classroom”, google: www. Davidenglishhouse.com/snakes pdfs/winter 2003/features/winter 2003 hunt-miyake.pdf.
16. Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya”, 2007. hal. 92
17. Drs. M.Ngalim Purwanto, MP.,”Psikologi Pendidikan”, PT Remaja Rosdakarya”, 2007. hal. 85
18. Drs. Syaiful Bahri Djamarah, “Psikologi Belajar”, PT. Rineka Cipta, 2008. hal.13
19. Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya”, 2007, hal:91-92
20. Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009) hal.5
21. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 2009) h. 37
22. W.S., Winkel ,Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), hal. 245
23. Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal. 134
24. Muhibin syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” PT Remaja Rosdakarya”, 2007, hal. 132
25 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hal.32-33
26. J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 2
27. Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU dalam Menghadapi Abad 21 (vidya Karya : Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 2001), No. 30, Th VII, hal. 354
28. Ni Nyoman Parwati, Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended Di- Kelas SMU Laboratorium IKIP Negri Singaraja, (Singaraja: IKIP Negri Singaraja, 2003), Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, No 4, Th XXXVI, h.41
29. Sukardjo, Ikatan Kimia, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1989) hal. 48
BAB III Pembimbing I Pembimbing II
1. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), hal. 130
2. .Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), 131
3. Baso Intang Sappaile, Konsep Instrumen Penelitian Pendidikan, (Lampung:Jurnal Pendidikan dan Kebudayaa no.66, tahun XIII, Mei 2007) hal. 382
4. Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 109
5. Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), hal. 113
6. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007). hal.210
7. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007).hal. 218
8. Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 1996), h. 466.
BAB IV Pembimbing I Pembimbing II
1. Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
Mengetahui,
Pembimbing I pembimbing II Dra. Etty Sofyatiningrum. M.Ed Burhanudin Milama. M.Pd NIP: 131808296 NIP: 197702012008011001