PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR...
Transcript of PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR...
PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Pada Perusahaan Property/Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ayu Sekar Rini
NIM: 109082000034
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ayu Sekar Rini
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Januari 1992
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jalan Pondok Hijau Raya, Ciputat
6. Telepon : 0897-8220-537
7. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1996-2002: SD Islam Ruhama Cirendeu
2002-2005: SMP Negeri 02 Ciputat
2005-2008: MAN 4 Model Jakarta
2009-2013: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Humas Organisasi English Club Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta
Periode 2007-2008.
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Guru Privat SD tahun 2010-2011.
2. Ibu Rumah Tangga 2011 – sekarang.
vii
THE EFFECT OF INTELLECTUAL CAPITAL AND OWNERSHIP STRUCTURE
TOWARD FIRM VALUE
Of Real Estate and Property Company Listed On Indonesia Stock Exchange
period 2010-2014
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyse the relationship between the
intellectual capital performance using pulic models (Value Added Intellectual
Coefficient-VAIC ™) as a method of quantifying, managerial ownership,
institutional ownership, and firm value (Tobin's Q). Is there a relationship
between the intellectual capital performance and the ownership structure of both
managerial ownership, and institutional to the firm market value.
Data from this study were obtained from financial statements and annual
reports of property/real estate companies drawn from the Indonesia Stock
Exchange. The population of this study is property/real estate companies listed on
the Indonesia Stock Exchange during the years 2010-2014 for 55 companies.
Determination of the sample using purposive sampling method. The type of data
used are secondary data in the form of annual reports by the media property/real
estate companies. The method of analysis used in this study is multiple regression
with SPSS 22 computer program.
The result of this research showed that simultaneously the intellectual capital,
managerial ownership and institusional ownership have significant relation
toward firm value with significancy 0,015. Partially, The results of this research
show that the performance of intellectual capital (VAICTM) does not have
significant effect on firm value (Tobin's Q) with significance of 0,665. The results
of this study also indicate that managerial ownership of the property/real estate
companies in Indonesia have no significant effect on firm value (Tobin's Q) with
significance of 0,197. However, the ownership that comes from institusional
ownership has a significant influence on firm value (Tobin's Q) with significance
of 0,004.
Keywords: Intellectual Capital, VAICTM, Managerial Ownership, Institutional
Ownership, firm value and Tobin's Q.
viii
PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pada Perusahaan Property/Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2014
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara empiris hubungan antara
kinerja Modal Intelektual menggunakan model Pulic (Value Added Intellectual
Coefficient-VAIC™) sebagai metode kuantifikasi, struktur kepemilikan
manajerial, dan kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan (Tobin’s Q).
Apakah terjadi hubungan antara kinerja Modal Intelektual dan struktur
kepemilikan baik kepemilikan manajerial ataupun institusional dengan nilai pasar
perusahaan.
Data dari penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan
perusahaan property/real estate yang diambil dari Bursa Efek Indonesia. Populasi
penelitian ini adalah perusahaan property/real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2010-2014 sebanyak 55 perusahaan. Penentuan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder dengan media berupa laporan tahunan perusahaan keuangan. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda atau multiple
regression dengan program komputer SPSS 22.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada perusahaan property/real
estate di Indonesia secara simultan modal intelektual, struktur kepemilikan
manajerial dan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan dengan nilai signifikan sebesar 0,015, sedangkan secara parsial modal
intelektual tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan
(Tobin’s Q) dengan nilai signifikan sebesar 0,655, begitupun dengan hasil
penelitian dari struktur kepemilikan manajerial yang menunjukkan bahwa tidak
terdapatnya pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q)
dengan nilai signifikan sebesar 0,197. Namun, struktur kepemilikan yang berasal
dari kepemilikan saham institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan (Tobin’s Q) dengan nilai signifikan sebesar 0,004.
Kata kunci: Modal Intelektual, VAIC TM, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Nilai Perusahaan , dan Tobin’s Q.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh
Puji syukur Alhamdulillah, penulis persembahkan kehadirat Allah SWT
yang senantiasa memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Intelektual Dan
Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan”. Pada perusahaan
property/real estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. dengan baik dan
lancar.
Dengan selesainya skripsi ini, bagi penulis merupakan sebuah titik kulminasi
perjuangan yang selama ini ditempuh dalam rangka memperoleh gelar sarjana.
Oleh karena itu, penulis berharap dapat terus melanjutkan perjuangan dalam hal
mengembangkan diri dan menggapai cita-cita pada jenjang berikutnya. Dengan
skripsi ini pula, penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu akuntansi pada umumnya, dan mahasiswa Akuntansi khususnya.
Penulis meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan ketetapan
Allah SWT., namun penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang di sekitar
penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta dukungan pada penulis. Untuk
itulah pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. Suami ku Ganis Miftahuddin dan Keluarga kecil ku tercinta, semangat
hidupku untuk kalian terutama anak-anak, Sumayya Alsyafira dan
Nasrullah Qoidul Islam Al-fatih juga janin kecil yang sedang tumbuh
hidup di rahim umi. Syukur umi panjatkan kepada Allah memiliki kalian di
kehidupan ini menghapus suka dan duka serta menyemangati umi.
Terimakasih atas semangatnya suami dan anak-anakku.
2. Mama dan Papa, orang tuaku tersayang. Syukur saya panjatkan kepada
Allah karena terlahir sebagai anak dari Mama dan Papa. Mama dan Papa
juga untuk Umi mertua dan Ayah Mertua saya, beribu-ribu ucapan terima
kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran, perhatian, do’a dan
motivasi yang telah mama, papa, umi, dan ayah berikan kepada saya, yang
tak akan pernah bisa saya balas. Hanya Allah yang bisa membalasnya,
semoga mama, papa, umi, dan ayah selalu ada dalam rahmat Allah, aamiin.
x
3. Ibu Dr. Rini, Ak., CA., selaku dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi
ini yang senantiasa dengan tulus, ikhlas, sabar dan kasih sayangnya
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Ibu Zuwesty Eka Putri, M. Ak, selaku dosen pembimbing II dalam
penulisan skripsi ini yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga
dan pikirannya dalam memberikan pengarahan, masukan-masukan serta
kritik dan saran yang membangun selama proses penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.si. selaku dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku ketua jurusan akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
7. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang tidak dapat disebutkan
satu per satu atas ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.
8. Segenap karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
pelayanannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Keluarga besarku, kakak dan adikku, Ka Rio, Ka Ary, dan kakak iparku
Ka Yel juga adik iparku Wahyu, Rahman, Hera, Khalifah dan Milla.
Terima kasih atas semua perhatian, motivasi dan do’anya sehingga penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk Ka Ary, makasih atas
semua nasihatnya Ka, insyaallah Ayu akan selalu berusaha untuk lebih
baik.
10. Sahabatku Rivan Yarid Anbiya, Okky Oktaviyani Rahayu, Nur Ika Hersy
Solihati, Lisa Sulistyarini, Arsi Ayu Rengganis dan teman-teman ku
semua. Terima kasih atas perhatian, suka cita dan kasih sayang yang kalian
beri. Terutama Biya yang banyak meluangkan waktu untuk mengajari saya
banyak hal. Semoga persahabatan kita tak akan pernah putus sampai akhir
hayat.
11. Teman-teman dan sahabat kelas Akuntansi A, terima kasih atas semua
kebersamaannya, kebahagiaan, kesedihan, kekompakkan, persaudaraan
yang telah kalian bagi untuk penulis sepanjang kita menuntut ilmu di
kampus, semoga perjuangan kita memberikan hasil yang kita impikan dan
terima kasih selalu memotivasi penulis untuk selalu semangat.
xi
12. Teman-teman angkatan 2009 akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan
satu per satu, terima kasih atas semua persahabatan dan motivasinya.
13. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu semoga semua bantuan yang telah
kalian berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan kritik
yang membangun untuk penulisan skripsi ini dari semua pihak.
Jakarta, April 2016
(Ayu Sekar Rini)
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian……………………..…………………. 1
B. Perumusan Masalah……………………………………..……… 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..... 12
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil
1. Stakeholder Theory……………………………………………….. 15
2. Legitimacy Theory………………………………………....... 17
3. Resource Based Theory…………………………………………... 19
4. Agency Theory…………………………………………................. 22
5. Signalling Theory…………………………………………............. 25
xiii
6. Intangible Assets………………………………………….............. 27
7. Modal Intelektual…………………………………………............. 30
8. Pengukuran dan Perhitungan Modal Intelektual ……………… 33
a. Value added Capital Coefficient..………….…………… 33
b. Value added Human Capital …………...………………. 34
c. Structural Capital Value added…………………………….. 35
d. Value added Intellectual Coefficient……………………….. 36
9. Struktur Kepemilikan………………………………………… 36
a. Struktur Kepemilikan Manajerial ………..……………... 38
b. Struktur Kepemilikan Institusional ……………………... 39
10. Nilai Perusahaan…………………………………………….. 42
B. Penelitian Sebelumnya……………………………………........... 45
C. Kerangka Berpikir……………………………………………..... 53
BAB. III. METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………… 58
B. Metode Penentuan Sampel……………………………………... 58
C. Metode Pengumpulan Data………………………………….…. 59
D. Metode Analisis Data ………………………………….………. 60
1. Analisis Statistik Deskriptif ……………………………….. 60
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas ………………………………….. 60
b. Uji Autokolerasi ………………………………….…… 61
c. Uji Heteroskedastisitas ……………………..…………. 61
d. Uji Normalitas Data …………………………………... 62
3. Uji Hipotesis …………….…………………………………. 62
xiv
a. Uji Adj R2………………………….…………………. 63
b. Uji F ……………………….………………………….. 64
c. Uji t ………………….………………………………... 64
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
1.1. Modal Intelektual (VAIC TM) ………………………. 64
a. Value Added……………………………………...… 65
b. Value added Capital Coefficient ………………….. 66
c. Value added Human Capital ..…………………….. 66
d. Structural Capital Value added …………………… 67
e. Value added Intellectual Coefficient ...……………. 68
1.2. Struktur Kepemilikan. ………………………………... 68
a. Struktur Kepemilikan Manajerial ……...………….. 68
b. Struktur Kepemilikan Institusional ……..…………. 69
2. Variabel Dependen
a. Nilai Perusahaan …………………………………… 69
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran ObjekPenelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian ..……………………………….. 71
2. Deskripsi Sampel Penelitian ………………………...……... 71
B. Hasil Uji Analisis Data penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ……………………………...... 73
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas ………………………………….... 75
b. Uji Autokorelasi ………………………………………... 76
xv
c. Uji Heterokedastisitas …………………………………... 77
d. Uji Normalitas ………………………………………….. 78
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Adj R2 …………………………………………….... 79
b. Uji F ……………………………………………………. 80
c. Uji t …………………………………………………….. 81
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………........ 88
B. Implikasi ………………………………………………..……….. 89
C. Saran ……………………………….….……………………........ 90
DAFTAR PUSTAKA ……………………...….………………………………. 91
xvi
DAFTAR TABEL Tabel. 2.1. : Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ………………………………... 45
Tabel 4.1. : Proses Seleksi Populasi Perusahaan Property/Real Estate….... 72
Tabel 4.2. : Daftar Nama Perusahaan ……………………………………....... 72
Tabel 4.3. : Hasil Uji Statistik Deskriptif ……………………………………. 74
Tabel 4.4. : Hasil Uji Multikolinieritas …………………………................ 75
Tabel 4.5. : Hasil Uji Autokorelasi …………………………………….......... 76
Tabel 4.6. : Hasil Uji Heterokedastisitas …………………………………. 77
Tabel 4.7. : Hasil Uji Normalitas ……………………………………………. 78
Tabel 4.8. : Hasil Uji Adj R2 ..……………………………………………….. 79
Tabel 4.9. : Hasil Uji F ……………………………………………………. 80
Tabel 4.10. : Hasil Uji t ………………………………………………………... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan globalisasi dalam bisnis masa kini telah banyak memiliki
perubahan, tidak hanya mempergunakan produk dari jenis usaha tersebut
melainkan juga menggunakan suatu inovasi dari hal-hal yang tidak berwujud.
Inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa
perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya.
Perusahaan-perusahaan yang sebelumnya menggunakan labor based
industries yaitu industri berdasarkan tenaga kerja sekarang banyak mulai
mengedepankan knowledge based industries yaitu industri berdasarkan ilmu
pengetahuan untuk memajukan perusahaan dan meningkatkan penilaian pasar
perusahaan dan menciptakan kemakmuran perusahaan akan bergantung pada
transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri didasari penerapan
ekonomi dan manajemen berbasis ilmu pengetahuan.
Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal
yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan
aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang
berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara
menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang
nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert, 1998 dalam
2
Sawarjuono dan Kadir, 2003). Berkurangnya atau bahkan hilangnya aktiva
tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya penghargaan
pasar terhadap terhadap mereka. Rupert (1998) dalam Sawarjuono dan Kadir
(2003) mengungkapkan bahwa ini tercermin dari banyaknya perusahaan yang
memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan
namun penghargaan pasar atas perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi,
indikator pencapaian tujuan perusahaan, visi dan misi biasanya dapat dilihat
dari nilai pasar perusahaan (market value). Banyak pengupayaan dari
perusahaan untuk mencapai penilaian pasar yang baik, berdasarkan hal diatas
dapat disimpulkan bahwa nilai pasar perusahan (market value) terjadi karena
masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat
meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin, 2000 dalam Sawarjuono dan
Kadir, 2003). Salah satu komponen dari modal intelektual yang banyak telah
diterapkan untuk mengembangkan nilai pasar perusahaan adalah penggunaan
sumber daya manusia atau karyawan yang berkualitas, memiliki pengetahuan
teknologi yang handal dan dapat mengkomunikasian hubungan baik antar
pelanggan. Contoh hal ini dapat kita lihat pada aplikasi komputer yang
diproduksi oleh Microsoft, dimana produk yang dihasilkan dibuat
berdasarkan kemampuan modal intelektual dari karyawannya.
Modal intelektual (intellectual capital) merupakan topik yang baru
berkembang beberapa tahun belakangan ini. Di Indonesia, fenomena
intellectual capital (IC) mulai berkembang terutama setelah munculnya
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 revisi 2000 terbaru
3
sekarang PSAK No. 19 revisi 2015 tentang aktiva tidak berwujud. Menurut
PSAK No. 19, tentang aktiva tidak berwujud antara lain ilmu pengetahuan
dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak
kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang. Aktiva
tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau
untuk tujuan administratif (Ikatan Akuntan Indonesia, 2015).
Modal intelektual dengan segala pengetahuan dan teknologi yang dikuasai
suatu perusahaan akan membuat perusahaan tersebut mampu
mengantisipasi dan menghadapi segala bentuk ketidakpastian yang dapat
mengancam eksistensinya. Kondisi tersebut dapat bermanfaat untuk
meningkatkan nilai perusahaan melalui penciptaan laba, strategi, inovasi
teknologi, loyalitas pelanggan, pengurangan biaya, dan peningkatan
produktivitas (Randa dan Solon, 2012).
Abidin (2000) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003) menyatakan bahwa
perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila
menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi
kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan. Penciptaan nilai
bagi perusahaan adalah ketika perusahaan mampu menghasilkan sesuatu yang
lebih dari sumber daya yang diinvestasikan. Dengan kata lain, apabila
perusahaan mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
4
sehingga sumber daya tersebut dapat menciptakan value added bagi
perusahaan, maka hal ini disebut sebagai value creation (Ulum, 2008).
Ulum (2008) menyatakan bahwa penciptaan nilai yang tidak berwujud
(intangible value creation) harus mendapatkan perhatian yang cukup karena
hal ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap penilaian perusahaan.
Lebih lanjut, Ulum (2008) menyatakan bahwa dalam value creation, format
yang terukur/berwujud (tangible form) seperti pendapatan tergantung pada
format yang tidak berwujud (intangible form). Dengan kata lain modal
intelektual merupakan sumber penciptaan nilai tidak berwujud yang
berhubungan dengan kemampuan karyawan, sumber daya organisasi, dan
sistem operasi serta hubungan dengan para stakeholder yang penting untuk
menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dalam industri. Selain
itu modal intelekual juga sering menjadi faktor penentu utama perolehan laba
suatu perusahaan yang dianggap sebagai kekuatan untuk mencapai
kesuksesan bisnis.
Sebuah ukuran yang tepat untuk IC masih terus dikembangkan. Pulic
(2000) dalam Ulum (2008) menyarankan sebuah pengukuran tidak langsung
terhadap IC yaitu dengan mengukur efisiensi dari nilai tambah yang
dihasilkan oleh kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual
Coefficient - VAIC). VAIC adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengukur efisiensi nilai tambah yang diperoleh dari kemampuan
intelektual perusahaan. Komponen utama VAIC yang dimiliki perusahaan
5
yaitu physical capital, human capital, dan structural capital (Pulic, 1998
dan 2000 dalam Ulum, 2008).
Konsep mengenai modal intelektual telah menjadi fokus perhatian bagi
akuntan. Hal ini mendorong para akuntan untuk melakukan penelitian
mengenai cara mengidentifikasi, cara pengukuran yang tepat, dan juga cara
pengungkapannya dalam laporan keuangan. Dengan diperhatikannya modal
intelektual dan juga pengelolaannya yang baik, diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan dimasa yang akan datang (Lailatul Qomaria,
2016).
Pada umumnya perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu
memaksimalkan kesejahteraan dari shareholder perusahaan yang tercermin
dari nilai perusahaannya. Maksimalisasi nilai perusahaan memiliki arti lebih
luas daripada maksimalisasi laba. Berdasarkan beberapa alasan maksimalisasi
nilai bararti memaksimalkan nilai waktu dari uang, hal itu juga berarti
maksimalisasi nilai dari beberapa resiko yang dipertimbangkan pada aliran
pendapatan perusahaan dan aliran dana yang diharapkan akan diterima
dimasa depan (Haruman, 2008 dalam Abukosim, Mukhtarudin, dan Ika,
2014). Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya, apabila harga
saham tinggi maka nilai perusahaan juga tinggi.
Pendirian sebuah perusahaan pasti telah didasari dengan tujuan
perusahaan yang jelas. Martono dan Harjito (2003) menyatakan bahwa tujuan
perusahaan dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama yaitu mencapai
keuntungan semaksimal mungkin atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan
6
yang kedua yaitu ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik
saham (stockholders). Tujuan ketiga yaitu meningkatkan nilai perusahaan
yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan diatas tidaklah berbeda
secara substansial, hanya penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing
perusahaan saja yang berbeda.
Struktur kepemilikan juga berperan penting dalam penilaian dan kinerja
perusahaan. Struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial,
institusional, dan publik dipercaya dapat mempengaruhi jalannya suatu
perusahaan, yang pada akhirnya akan juga maksimalisasi nilai perusahaan
dan mempengaruhi kinerja perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional, merupakan struktur kepemilikan
yang memiliki peran sebagai pengendali dalam pengambilan kebijakan
perusahaan. Sedangkan kepemilikan publik umumnya tidak memiliki
wewenang dalam mempengaruhi pengambilan kebijakan perusahaan.
Struktur kepemilikan manajerial merupakan proporsi saham yang dimiliki
oleh jajaran manajerial yang meliputi direksi, komisaris, dan manajer,
sedangkan kepemilikan institusional merupakan proporsi saham yang dimiliki
institusi seperti pemerintah, perusahaan asuransi, dan perusahan lain sejenis
serta blockholder (kepemilikan atas nama individu diatas 5%).
Kasus krisis ekonomi global yang terjadi tahun 2008 sangat berdampak
pada pasar modal di Indonesia, hal ini tercermin dari koreksi harga saham
yang turun hingga 40-60 persen dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25
November 2008). Hal ini disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor
7
asing yang membutuhkan likuiditas yang diperparah dengan adanya aksi
“ikut-ikutan” dari investor domestik yang secara ramai-ramai melepas
sahamnya. Tentunya hal ini secara harfiah mempengaruhi nilai perusahaan di
mata investor. Harga saham yang meningkat indentik dengan meningkatnya
kemakmuran pemegang saham. Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008)
dalam Asmawati & Lailatul (2013), firm value (nilai perusahaan) merupakan
konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar untuk
menilai perusahaan secara keseluruhan sekaligus sebagai cerminan dari
penambahan jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan. Salah
satu bagian yang berperan dalam meningkatkan nilai perusahaan adalah
manajemen. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimalkan
kesejahteraan para pemegang saham. Namun di sisi lain manajer juga
mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Hal
ini lah yang sering kali menimbulkan masalah, yang sering disebut sebagai
masalah keagenan. Munculnya konflik keagenan akan mempersulit pemilik
perusahaan dalam memonitor manajer dalam proses mengelola perusahaan.
Pengaruh konflik keagenan ini akan menyebabkan penurunan nilai
perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance
utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan.
Penelitian tentang hubungan kinerja modal intelektual dan struktur
kepemilikan terhadap nilai pasar perusahaan sejauh ini masih jarang
dilakukan. Penelitian ini menganalisis apakah ada hubungan pengaruh
8
antara kinerja modal intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan. Perusahaan di bidang industri Property/Real Estate ini dipilih
oleh peneliti karena merupakan salah satu jenis knowledge based
industries. Industri-industri yang termasuk dalam knowledge based industries
memiliki kelebihan daripada sektor lain karena industri tersebut
memanfaatkan inovasi-inovasi baik produk maupun jasa yang
diciptakannya untuk bersaing dalam memberikan nilai tersendiri atas
produk dan jasa yang dihasilkan bagi konsumen (Widiyaningrum, 2004
dalam Putri, 2011). Dimana inovasi-inovasi tersebut menjadi suatu aspek
yang sangat penting bagi perusahaan.
Beberapa penelitian modal intelektual telah dilakukan penelitian di luar
Indonesia yaitu diantaranya Belkaoui (2003), Chen dkk. (2005) tentang modal
intelektual pada nilai perusahaan.
Irina Berzkalne & Elvira Zelgalve (2013) menunjukkan bahwa:
“The study finds that an increase in intellectual capital should increase
the value of the company. Yet empirical results by other authors are
inconsistent, and this study obtained mixed results as well. There is a
statistically significant relationship between intellectual capital and company
value for enterprises in Latvia and Lithuania, whereas such correlation was
not observed for companies in Estonia”
Dalam hasil jurnal tersebut dijelaskan bahwa modal intelektual memiliki
pengaruh pada nilai perusahaan.di Indonesia menunjukan hasil yang belum
sepenuhnya bersifat konsisten.
Adapun hasil penelitian Bambang, Mukhtarudin, Arista, dan Rahmah
(2015) menunjukan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai
perusahaan dan merupakan variabel yang berpengaruh signifikan dalam
9
penilaian perusahaan, I Gede Cahyadi Putra (2012), Randa dan Ariyanto
(2012), Diva dan Mitha (2014) juga menunjukan keberhasilan adanya
pengaruh modal intelektual pada nilai perusahaan sedangkan hasil yang
berbeda ditunjukkan oleh penelitian Kuryanto dan Muchamad (2008),
Yuniasih dkk. (2010), Solikhah (2010) serta Sunarsih dan Mendra (2012)
yang tidak berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh pada
nilai pasar perusahaan yang dimana tidak dapat memberikan nilai tambah
pada perusahaan.
Untuk variabel yang diteliti lainnya yaitu struktur kepemilikan saham
manajerial dan institusional. Bukti empiris mengenai pengaruh Struktur
Kepemilikan saham pada Nilai Perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda-
beda. Dalam penelitian Komang Fridagustina Adnantara (2013) menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial dan institutional tidak berpengaruh signifikan
pada Nilai Perusahaan dan penelitian Abukosim, Mukhtarudin, dan Ika
(2014) menunjukkan bahwa Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan pada nilai perusahaan dan Kepemilikan Institusional memiliki
pengaruh signifikan pada nilai perusahaan sedangkan penelitian Asmawati
dan Lailatul (2013) menunjukkan bahwa hanya kepemilikan manajerial yang
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena
kepemilikan manajerial dianggap mampu mengurangi masalah keagenan
yang timbul akibat perbedaan kepentingan antara manajerial dengan
pemegang saham atau pemilik perusahaan, yang tentu akan berdampak
terhadap nilai perusahaan.
10
Atas dasar argumentasi teoritis di atas, peneliti yakin bahwa hasil uji
empiris yang berbeda (inkonsistensi) berkaitan dengan pengaruh modal
intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dapat
dijelaskan lebih lanjut juga kasus krisis yang terjadi pada tahun 2008 yang
menjadi pengaruh dari struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Jadi
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menguji bahwa pengaruh
modal intelektual terhadap nilai perusahaan secara keseluruhan juga pengaruh
kepemilikan saham perusahaan oleh pemilik. Penelitian ini menggunakan
Tobin’s Q sebagai ukuran nilai perusahaan. Rasio ini dinilai bisa memberikan
informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur
hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak
hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan.
Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya
terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham
namun juga kepada kreditur karena sumber pembiayaan operasional
perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang
diberikan oleh kreditur (Randa dan Ariyanto, 2012).
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui pengaruh modal
intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Penulis
mengambil judul “Pengaruh Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Property dan Real Estate
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014”.
11
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, rumusan
masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah kinerja modal intelektual (VAIC) berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan?
2. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan?
3. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan?
4. Apakah kinerja modal intelektual, struktur kepemilikan manajerial dan
struktur kepemilikan institusional berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap nilai perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan-rumusan masalah, penelitian ini dilakukan
bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja modal
intelektual (VAIC) terhadap nilai perusahaan.
b. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh struktur
kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.
c. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh struktur
kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.
12
d. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja modal
intelektual, struktur kepemilikan manajerial dan struktur
kepemilikan institusional secara simultan terhadap nilai
perusahaan.
2. Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini
diharapkan memiliki manfaat bagi:
a. Peneliti/Akademisi
Bagi peneliti berguna untuk Memperkaya literatur akuntansi
mengenai pengaruh modal intelektual dan struktur kepemilikan
terhadap nilai perusahan. Memberikan wawasan dan pengetahuan
mengenai pengembangan teori akuntansi mengenai struktur
kepemilikan perusahaan, intangible asset dan intellectual capital,
serta nilai perusahaan. Sebagai acuan untuk penelitian
berikutnya dalam bidang intellectual capital, karena masih
sangat terbuka untuk penelitian lebih lanjut mengenai topik
intellectual capital.
b. Bagi Investor dan kreditor
Bagi Investor dan kreditor penelitian ini diharapkan sebagai
referensi untuk menilai kinerja intellectual capital perusahaan di
bidang property di Indonesia pada khususnya, sehingga (calon)
investor dapat menggunakannya sebagai indikator sebuah
13
perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang lebih baik
dibandingkan perusahaan pesaing dan membantu dalam
pengambilan keputusan investasi. Memberikan informasi mengenai
pengaruh kinerja modal intelektual dan struktur kepemilikan
terhadap nilai perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi (bagi
investor) dan keputusan pemberian kredit (bagi kreditor), serta
dapat digunakan sebagai sarana untuk memonitor penilaian dan
kinerja perusahaan
c. Bagi Perusahaan
Bagi Perusahaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada manajer sebagai dasar pengambilan keputusan
dalam menetapkan strategi perusahaan ke depan untuk dapat
bersaing dengan perusahaan lain maupun sejenis dalam
hubungannya dengan peningkatan value creation perusahaan
melalui pengelolaan intellectual capital dan menambah wawasan
mengenai kinerja intellectual capital yang akan berkontribusi
dalam value creation activity perusahaan.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil
1. Stakeholder Theory
Menurut Ghazali dan Chariri (2007), teori stakeholder merupakan
teori yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat
kepada seluruh stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen,
supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain).
Kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan pertimbangan bagi
manajemen perusahaan dalam mengungkap atau tidak suatu informasi di
dalam laporan perusahaan tersebut.
Teori ini menjelaskan hubungan stakeholder yang mencakup semua
bentuk hubungan antara perusahaan dengan seluruh stakeholder-nya.
Menurut teori ini, manajemen sebuah perusahaan diharapkan melakukan
aktivitas yang dianggap penting oleh para stakeholder mereka dan
kemudian melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut. Teori ini
menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan
informasi tentang bagaimana aktivitas perusahaan mempengaruhi
mereka. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan pertimbangan
utama bagi manajemen perusahaan dalam mengungkapkan dan atau tidak
mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan perusahaan.
15
Kelompok stakeholder tersebut meliputi pemegang saham, pelanggan,
pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.
Teori ini juga menjelaskan bahwa perusahaan akan memilih secara
sukarela untuk mengungkapkan informasi tentang kinerja intelektual,
lingkungan, dan sosial mereka, melebihi dan diatas permintaan wajibnya
untuk mengetahui harapan sesungguhnya atau diakui oleh stakeholder.
Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen
perusahaan dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari
aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan dan meminimalkan kerugian
yang mungkin muncul bagi stakeholder mereka. Seluruh aktivitas
perusahaan bertujuan untuk menciptakan nilai (value creation)
perusahaan, serta pemanfaatan sumber daya intelektual yang
memungkinkan perusahaan menciptakan nilai tambah. Value added
merupakan sebuah ukuran yang lebih akurat dalam mengukur nilai
sebuah perusahaan dibandingkan dengan return yang dianggap hanya
sebagai ukuran bagi shareholder (Ulum, 2008). Sehingga dengan
demikian keduanya dapat menjelaskan kekuatan teori stakeholder dalam
kaitannya dengan pengukuran nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan
utama teori ini maka diperlukan pengungkapan informasi yang lengkap
di dalam laporan keuangan perusahaan.
Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal maka
value creation yang dihasilkan akan semakin baik. Penciptaan nilai
(value creation) yang dimaksud adalah pemanfaatan seluruh potensi yang
16
dimiliki perusahaan, baik karyawan (human Capital), aset fisik (physical
capital), maupun structural capital. Pengelolaan yang baik atas seluruh
potensi ini akan menciptakan value added bagi perusahaan yang
kemudian dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan untuk
kepentingan stakeholder (Ulum, 2009).
2. Legitimacy Theory
Teori legitimasi berhubungan erat dengan teori stakeholder. Teori
legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari
cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang
berlaku di masyarakat. Menurut Dowling dan Pfeffer dalam Ghozali dan
Chariri (2007), legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi,
batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial,
dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis
perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Ghozali dan
Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang mendasari teori legitimasi
adalah kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat dimana
perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Shocker dan
Sethi dalam Ghozali dan Chariri (2007) memberikan penjelasan tentang
konsep kontrak sosial, yaitu:
“Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di
masyarakat melalui kontrak sosial, baik eksplisit maupun implisit,
dimana kelangsungan hidup pertumbuhannya didasarkan pada hasil akhir
yang secara sosial dapat diberikan kepada masyarakat luas dan distribusi
manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada kelompok sesuai dengan
power yang dimiliki.”
17
Berdasarkan teori legitimasi, organisasi harus secara berkelanjutan
menunjukan telah beroperasi dalam perilaku yang konsisten dengan nilai
sosial. Hal ini sering kali dapat dicapai melalui pengungkapan
(disclosure) dalam laporan perusahaan. Organisasi dapat menggunakan
disclosure untuk mendemonstrasikan perhatian manajemen akan nilai
sosial, atau untuk mengarahkan kembali perhatian komunitas akan
keberadaan pengaruh negatif aktivitas organisasi (Ulum, 2009).
Teori legitimacy sangat erat hubungannya dengan pelaporan
intellectual capital dan juga erat hubungannya dengan penggunaan
metode content analysis sebagai ukuran dari pelaporan tersebut.
Perusahaan sepertinya lebih cenderung untuk melaporkan intellectual
capital mereka jika mereka memiliki kebutuhan khusus untuk
melakukannya. Hal ini mungkin terjadi ketika perusahaan menemukan
bahwa perusahaan tersebut tidak mampu melegitimasi statusnya
berdasarkan tangible assets yang umumnya dikenal sebagai simbol
kesuksesan perusahaan (Ulum, 2009). Perusahaan yang legitimasinya
masih dipertanyakan bisa menggunakan informasi dengan melaporkan
modal intelektual untuk memperbaiki legitimasinya atau statusnya dimata
publik (Citra & Rosyana, 2015).
Berdasarkan kajian tentang teori stakeholder dan teori legitimacy,
dapat disimpulkan bahwa kedua teori tersebut memiliki penekanan yang
berbeda tentang pihak-pihak yang dapat mempengaruhi luas
pengungkapan informasi di dalam laporan keuangan perusahaan. Teori
18
stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang
dianggap powerfull. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi
pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan dan atau
tidak mengungkapkan suatu informasi dalam laporan keuangan.
Sedangkan teori legitimacy menempatkan persepsi dan pengakuan publik
sebagai dorongan utama dalam melakukan pengungkapan suatu
informasi di dalam laporan keuangan (Ulum, 2009).
Dalam konteks hubungan Intellectual capital dengan nilai perusahaan,
teori stakeholder lebih tepat digunakan sebagai basis utama untuk
menjelaskan hubungan intellectual capital dengan nilai perusahaan.
Dalam pandangan teori stakeholder, perusahaan memiliki stakeholders,
bukan sekedar shareholder. Menurut Riahi-belkaoui (2003) dalam Ulum
(2009), kelompok-kelompok „stake‟ tersebut, meliputi pemegang saham,
karyawan, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.
3. Resource Based Theory
Resources Based Theory (RBT) adalah suatu teori yang membahas
mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan bagaimana
perusahaan tersebut dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya
yang dimilikinya dengan baik (Bontis, 2000). Sebuah perusahaan
dipersepsikan sebagai kumpulan aset maupun kemampuan berwujud dan
tak berwujud (Firer dan Williams, 2003). Teori ini menjelaskan bahwa
penilaian perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan
19
dalam penggunaan yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun
tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability.
Resource based theory adalah teori yang membahas sumber daya
perusahaan dan bagaimana perusahaan dapat mengelola dan
memanfaatkan sumber daya (Randa dan Ariyanto, 2012). Dengan sumber
daya yang ada perusahaan dapat menciptakan nilai untuk bersaing
dengan kompetitor lain (Citra dan Rosiyana, 2015).
Resource based theory berpandangan bahwa perusahaan akan
mendapatkan keunggulan kompetitif dan kinerja optimal dengan
mengakuisisi, menggabungkan, dan menggunakan aset-aset vital untuk
memperoleh keunggulan kompetitif dan kinerja optimal (Lev, 1987).
Penyatuan aset berwujud dan tidak berwujud merupakan strategi
potensial untuk meningkatkan nilai perusahaan (Belkaoui, 2003 dalam
Yuniasih dkk, 2010).
RBT dapat menjelaskan bahwa perusahaan dengan kemampuan
mengelola intellectual capital dengan maksimal dalam hal ini seluruh
sumber daya yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital),
aset fisik (physical capital) maupun structural capital dapat menciptakan
nilai bagi perusahaan tersebut. Asumsi dari teori ini adalah bagaimana
perusahaan mendapatkan nilai tambah (value added) dengan mengelola
sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Penciptaan nilai tambah bagi perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
20
Menurut Solikhah (2010), teori sumber daya adalah pendekatan yang
menyatakan bahwa perusahaan akan lebih unggul dalam persaingan dan
mendapatkan penilaian perusahaan yang baik dengan cara sendiri,
kontrol, dan memanfaatkan aset strategis yang penting dalam bentuk
sumber daya unggul. Wijayanti (2013) menyatakan bahwa sumber daya
dapat dikatakan lebih unggul atau memiliki keunggulan kompetitif jika
memenuhi kriteria berikut
(1) Sumber ini memungkinkan perusahaan menangkap berbagai peluang
bisnis dan mengatasi tantangan,
(2) Sumber daya ini memiliki unik dan sulit untuk meniru dan diperoleh
di pasar dan hanya beberapa pemain yang dimiliki oleh bisnis sendiri,
dan
(3) Sumber daya tersebut dapat digunakan oleh perusahaan untuk
memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Dalam hubungannya dengan penelitian ini, teori sumber daya
menjelaskan bahwa perusahaan akan mendapatkan keuntungan
kompetitif dengan memanfaatkan sumber daya yang memenuhi kriteria
tertentu yang telah disebutkan. Sumber daya intelektual terdiri dari modal
manusia, modal fisik dan modal struktural dalam tiga klasifikasi
termasuk sumber daya unggul. Modal intelektual berkaitan dengan
pengetahuan, teknologi dan struktur formal perusahaan yang dapat
memberikan nilai lebih bagi perusahaan keunggulan kompetitif
(Sarwajuwono dan Augustine, 2003 dalam Bambang, Mukhtaruddin,
21
Arista dan Rahmah, 2015). Selanjutnya, Belkaoui (2003) menyatakan
bahwa investor akan memberikan nilai tinggi untuk perusahaan yang
memiliki kemampuan modal intelektual lebih besar.
4. Agency Theory (Teori Keagenan)
Agency theory secara khusus membahas mengenai adanya hubungan
keagenan, dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan
pekerjaan kepada pihak lain (agent) yang melakukan pekerjaan. Jensen
dan Meckling (1976) mengemukakan bahwa teori keagenan
mendefinisikan suatu hubungan kontrak yang melibatkan satu atau lebih
orang (prinsipal) dengan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa
pelayanan atas nama prinsipal serta mendelegasikan otoritas pengambilan
keputusan kepada agen. Perusahaan mempunyai banyak kontrak,
misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan
kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Untuk itulah
dalam teori agensi dikenal adanya kontrak kerja, yang mengatur proporsi
utilitas masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan
kemanfaatan secara keseluruhan.
Menurut Randa dan Ariyanto (2012) teori keagenan menggambarkan
potensi konflik bahwa kehadiran kontrol pemegang saham mayoritas atas
kebijakan perusahaan, akan dapat mengendalikan seluruh tindakan
manajemen dalam menjalankan perusahaan, termasuk dengan
memanfaatkan pengaruh modal intelektual perusahaan. Konflik antara
manajemen dan pemegang saham (masalah keagenan) dapat
22
diminimalkan dengan mekanisme pengawasan yang dapat menyelaraskan
kepentingan tersebut sehingga menghasilkan biaya agensi.
Berdasarkan asumsi sifat dasar yang dijelaskan oleh Eisenhardt (1989)
manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan
sifat oportunistik yang mengutamakan kepentingan pribadinya dan tidak
jarang tindakan manajer bukannya memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham, melainkan meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri. Adanya perbedaan kepentingan ini menimbulkan terjadinya
konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer. (Selly, Fitriany,
dan Eliza, 2015). Sehingga timbullah istilah asymetric information
dimana ada perbedaain informasi yang didapat antara agent dan
principal.
Menurut Scott (2000) terdapat dua macam asimetri informasi: a.
Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam
lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek
perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat
mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh para pemegang saham
tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. b.
Moral Hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun
pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar
pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya
secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Asimetri
23
informasi dapat dijadikan sebagai sarana ataupun peluang praktik
pengelolaan laba, dikarenakan informasi yang dimiliki insider dan
outsider tidak seimbang, karena pada ada umumnya pihak insider
memanfaatkan informasi untuk mencapai tujuan mereka.
Untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya asymetric information,
maka perlu adanya pengawasan khusus dari pihak principal kepada pihak
agent atas kinerja operasional perusahaan sehari hari. Pengawasan atas
kinerja agent akan mengeluarkan biaya yang disebut agency cost. Biaya
agensi tersebut muncul akibat adanya konflik keagenan yang disebabkan
adanya perbedaan fungsi pengelolaan (manajer) dengan fungsi
kepemilikan dan kontrol perusahaan (prinsipal) yang menghasilkan
moral hazard (Jensen dan Meckling, 1976). Moral hazard merupakan
perilaku yang mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan nilai-
nilai moralitas (misalnya merugikan atau menyakiti orang lain).
Berdasarkan konteks teori keagenan moral hazard terjadi ketika ada
asimteri informasi antara prinsipal sebagai pemilik perusahaan dengan
agen sebagai pengeola perusahaan. Suhardjanto dan Wardhani (2010)
menyatakan, Agency Theory menempatkan pengungkapan sebagai
mekanisme yang dapat mengurangi biaya yang dihasilkan dari konflik
antara manajer dengan pemegang saham (compensation contracts).
Agency theory memberikan rerangka untuk menghubungkan perilaku
pengungkapan sukarela terhadap tata kelola perusahaan, dimana
mekanisme pengendalian dibuat untuk mengurangi permasalahan agensi
24
yang muncul dari pemisahan kepemilikan dan manajemen (Welker,
1995). Pernyataan ini dapat diperluas menjadi pengungkapan modal
intelektual, dimana manajemen dapat menentukan tingkat pengungkapan
sehingga mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor yang
berkaitan dengan dampak modal intelektual terhadap nilai perusahaan.
Tingkat pengungkapan modal intelektual yang tinggi diharapkan dapat
menjadi alat pengawasan yang lebih intensif bagi perusahaan untuk
mengurangi asimetri informasi dan perilaku-perilaku yang oportunis.
5. Signalling Theory (Teori Sinyal)
Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik
dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian
pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik
dan buruk (Hartono, 2005). Agar sinyal tersebut baik maka harus dapat
ditangkap pasar dan dipresepsikan baik serta tidak mudah ditiru oleh
perusahaan yang memliki kualitas yang buruk (Mengginson dalam
Hartono, 2005).
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku
bisnis karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan
atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan
masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan
bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan
25
tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat
analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu
menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal
baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman
informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi
perubahan dalam volume perdagangan saham (Randa dan Ariyanto,
2012).
Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan
adalah intellectual capital. Bagi perusahaan yang memiliki profitabilitas
yang rendah cenderung lebih banyak mengungkapan intellectual capital
dalam laporan keuangannya. Hal ini dikarenakan perusahan
memanfaatkan biaya yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya
modal intelektual perusahaan. Biaya terhadap pengembangan sumber
daya modal intelektual tersebut diakui sebagai beban dalam laporan laba
rugi perusahaan sehingga mengakibatkan rendahnya kinerja perusahaan
dalam menghasilkan pendapatan di masa sekarang, tetapi diharapkan
akan memberikan sinyal informasi untuk prospek yang bagus bagi
perusahaan di masa yang akan datang (Citra dan Rosiyana, 2015).
6. Intangible Assets (Aset Tidak Berwujud)
Aktiva atau Asset tak berwujud adalah harta yang tidak memiliki
bentuk tetapi sah dimiliki perusahaan dan dapat menghasilkan
26
keuntungan bagi perusahaan. Aktiva atau Asset Tidak Berwujud
(intangible assets) adalah jenis aset yang tidak memiliki wujud fisik.
Jenis utama aset tidak berwujud adalah hak cipta, paten, merek dagang,
rahasia dagang, dan Goodwill. Aset jenis ini mempunyai umur lebih dari
satu tahun (aset tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama periode
pemanfaatannya, yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun.
Aset tak berwujud didefinisikan dalam paragraf 8 PSAK 19 (Revisi
2015) sebagai aset non-moneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. Ada
tiga karakteristik mendasar untuk bisa menentukan apakah pengeluaran
sumber daya maupun penciptaan liabilitas yang dilakukan oleh entitas
dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber
daya tak berwujud dapat dikategorikan sebagai aset tak berwujud. Ketiga
karakteristik mendasar tersebut adalah:
Keteridentifikasian (identifiability)
Pengendalian (control)
Manfaat ekonomis masa depan (future economic benefits)
Contoh sumber daya tidak berwujud adalah ilmu pengetahuan dan
teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak
kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang
(termasuk merek produk dan judul publisitas).
Pengeluaran yang tidak dapat dikapitalisasi, diantaranya:
a. Goodwill yang tidak berasal dari penggabungan usaha tidak boleh
dikapitalisasi, karena bukan aktiva yang dapat diidentifikasi dan
27
sukar untuk diukur.
b. Kesetiaan pelanggan dan pengetahuan karyawan tidak dapat
dikapitalisasi karena bukan merupakan aktiva yang dapat
dikendalikan perusahaan.
c. Biaya pelatihan tidak dapat dikapitalisasi, karena manfaat pelatihan
tidak dapat dikendalikan perusahaan (karyawan dapat dikeluarkan
setelah mendapatkan pelatihan). Pengeluaran ini tidak dapat
dikapitalisasi antara lain: merek, biaya periklanan, biaya perintisan,
biaya relokasi, restukturisasi.
Pengakuan dan pengukuran aktiva tidak berwujud:
a. Aset tak berwujud harus diakui jika, dan hanya jika:
1) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis
masa depan dari aset tersebut; dan 2) Biaya perolehan aset tersebut
dapat diukur secara andal [par.21].
b. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa depan,
entitas harus menggunakan asumsi masuk akal dan dapat
dipertanggungjawabkan yang merupakan estimasi terbaik manajemen
atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang masa manfaat aset
tersebut [par.22]
c. Aset tak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan
[par.24].
Selama ini, terdapat ketidakjelasan perbedaan antara aset tidak
berwujud dan modal intelektual. Intangibles telah dirujuk sebagai hak
cipta, hak eksplorasi dan eksploitasi, paten, perijinan (permit & licences),
28
merek dagang, waralaba, dan Goodwill (ASB, 1997; IASB, 2004), dan
modal intelektual adalah bagian dari Goodwill (Ulum, 2008). Dewasa ini,
sejumlah skema klasifikasi kontemporer telah berusaha mengidentifikasi
perbedaan tersebut dengan secara spesifik memisahkan modal intelektual
ke dalam katagori eksternal (customer related) capital, internal
(structural) capital, dan human capital (Brennan dan Connell, 2000;
Edvinsson dan Malone, 1997). Sebagian peneliti (Bukh, 2005) menyebut
bahwa modal intelektual dan aset tidak berwujud adalah sama dan
seringkali saling menggantikan. Sementara peneliti lainnya (Edvinsson
dan Malone, 1997; Boekestein, 2006) menyatakan bahwa modal
intelektual adalah bagian dari aset tidak berwujud (Intangible Assets).
Di Indonesia penelitian tentang modal intelektual merujuk pada
penelitian Edvinsson dan Malone (1997) dan Boekestein (2006) yang
setuju bahwa modal intelektual merupakan bagian dari aset tidak
berwujud (Intangible Assets). Paragraf 08 PSAK 19 revisi 2015
mendefinisikan aset tidak berwujud sebagai aset non-moneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk
digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa,
disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Definisi
tersebut merupakan adopsi dari pengertian yang disajikan oleh IAS 38
tentang Intangible Assets yang relatif sama dengan definisi yang diajukan
dalam FRS 10 tentang Goodwill and Intangible Assets. Keduanya, baik
IAS 38 maupun FRS 10, menyatakan bahwa aset tidak berwujud harus
29
(1) dapat diidentifikasi, (2) bukan aset keuangan (nonfinancial/non-
monetary assets), dan (3) tidak memiliki substansi fisik. Sementara APB
17 tentang Intangible Assets tidak menyajikan definisi yang jelas tentang
aset tidak berwujud.
7. Intellectual Capital (Modal Intelektual)
Sampai saat ini definisi modal intelektual sering dimaknai berbeda-
beda sebagai sebuah konsep, modal intelektual merujuk kepada modal-
modal yang tidak berwujud (Intangible Assets) yang mana terkait dengan
pengetahuan manusia atau teknologi yang digunakan.
Klein dan Prusak dalam Randa dan Ariyanto (2012) memberikan
definisi awal tentang modal intelektual. Menurut mereka modal
intelektual adalah material yang disusun, ditangkap, dan digunakan untuk
menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi. Roos et.al. (1997) dalam Ulum
(2008) menyatakan bahwa:
“IC includes all the processes and the assets which are not normally
shown on the balance–sheet and all the intangible assests (trademarks,
patent and brands) which modern accounting methods consider…”
Modal intelektual adalah informasi dan pengetahuan yang
diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai (Williams, 2001
dalam Yuniasih dkk, 2010). Modal intelektual dapat dipandang sebagai
pengetahuan, dalam pembentukan, kekayaan intelektual dan pengalaman
yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997 dalam
Ulum, 2008). Modal intelektual mencakup semua pengetahuan
karyawan, organisasi, dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai
30
tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Stewart
(1997) dalam Ulum (2008) mendefinisikan modal intelektual sebagai:
“the sum of everything everybody in your company knows that gives
you a competitive edge in the market place. It is intellectual material–
knowledge, information, intellectual property, experience–that can be put
to use to create wealth”.
Sedangkan Bontis dkk. (2000) menyatakan bahwa pada umumnya
para peneliti membagi modal intelektual menjadi tiga komponen, yaitu :
human capital (HU), Structural Capital (SC), dan customer capital (CC).
Selanjutnya menurut Bontis dkk. (2000), secara sederhana HC
mencerminkan individual knowledge stock suatu organisasi yang
dipresentasikan oleh karyawannya. HC ini termasuk kompetensi,
komitmen dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Lebih lanjut
disebutkan bahwa SC meliputi seluruh non-human storehouses of
knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam SC adalah database,
organizational chart, process manual, strategies, routines dan segala hal
yang membuat nilai perusahaan lebih besar dari nilai materialnya.
Sedangkan CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing
channels dan customer relationship.
Dengan demikian, elemen dari modal intelektual dapat dibedakan
dalam tiga kategori yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan
karyawan (human capital); pengetahuan yang berhubungan dengan mitra
perusahaan (customer capital) dan pengetahuan yang berhubungan hanya
dengan perusahaan (structural capital). Ketiga kategori tersebut
membentuk suatu modal intelektual bagi perusahaan. Sehingga modal
31
intelektual dapat didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dalam
bentuk karyawan, pelanggan, hubungan perusahaan dengan pihak luar,
dan teknologi yang digunakan perusahaan dalam proses penciptaan nilai
bagi perusahaan.
8. Pengukuran dan perhitungan Modal Intelektual
Perhitungan modal intelektual dengan Metode value added
intellectual coefficient (VAIC TM). Modal intelektual yang diukur
dengan Value added yang terbentuk dari penjumlahan Value added
Capital Coefficient (VACA), Value added Human Capital (VAHU),
Structural Capital Value added (STVA) dikembangkan oleh Pulic
(2000) dalam Ulum (2009) yang didesain untuk menyajikan informasi
tentang Value creation efficiency dari aset berwujud (tangible assets)
dan aset tidak berwujud (Intangible Assets) yang dimiliki perusahaan.
(VAIC TM) merupakan instrumen untuk mengukur kinerja modal
intelektual perusahaan pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin
untuk dilakukan, karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan
keuangan perusahaan (neraca, laba rugi). Formulasi perhitungan Value
added Intellectual Coefficient (VAIC) menggunakan tiga elemen:
a. Value added Capital Coefficient (VACA)
VACA adalah perbandingan antara Value added (VA) dengan
capital employed (CE) atau modal fisik yang bekerja. Rasio ini
menunjukkan adanya kontribusi yang dibuat oleh setiap unit capital
employed terhadap Value added organisasi.
32
VACA menjadi indikator kemampuan intelektual perusahaan
untuk memanfaatkan modal fisik yang lebih baik, Sedangkan VA
berasal dari perbandingan antara output dengan input :
VACA = VA/CE
Dimana:
- Output (OUT) : Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan
operasional lain
- Input (IN) : Total beban operasional lainnya – Beban karyawan
- Capital Employed (CE) : Total aktiva – Kewajiban.
b. Value added Human Capital (VAHU)
VAHU adalah rasio dari VA (Value added) terhadap HC (Human
Capital), yang menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap
rupiah yang diinvestasikan pada HC (human capital) untuk Value
added organisasi, atau hubungan antara VA (Value added) dan HC
(Human Capital) mengindikasikan kemampuan HC membuat nilai
pada sebuah perusahaan. Jadi hubungan antara VA (Value added)
dan HC (Human Capital) mengindikasikan kemampuan HC
(Human Capital) membentuk Value added dalam perusahaan
dengan formula sebagai berikut (Ulum, 2009):
VAHU = VA/HC
Dimana:
- VA (Value added) : Output – Input
33
- Output (OUT) : Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan
operasional lain
- Input (IN) : Total beban operasional lainnya – Beban karyawan
- Human Capital (HC) : Beban Karyawan
Ketika VAHU dibandingkan lebih dari sebuah kelompok
perusahaan, VAHU menjadi sebuah indikator kualitas sumber daya
manusia perusahaan. VAHU juga sebagai kemampuan perusahaan
menghasilkan Value added setiap rupiah dikeluarkan pada human
capital.
c. Structural Capital Value added (STVA)
STVA adalah rasio Structural Capital terhadap Value added yang
mengukur jumlah SC (Structural Capital) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu rupiah dari VA (Value added). STVA menjadi
indikator keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
STVA = SC/VA
Dimana:
- SC (Structural Capital): VA – HC
- VA (Value added) : Output – Input
- Output (OUT): Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan
operasional lain
- Input (IN) : Total beban operasional lainnya – Beban karyawan
HC ( Human Capital) : Beban Karyawan
34
d. Value added Intellectual Coefficient (VAIC)
VAIC merupakan indikator kemampuan intelektual organisasi
atau rasio tersebut merupakan kalkulasi kemampuan intelektual
sebuah perusahaan. Formulasi perhitungan VAIC adalah sebagai
berikut:
VAIC = VACA + VAHU + STVA
9. Struktur Kepemilikan
Persentase kepemilikan ditentukan oleh besarnya persentase jumlah
saham terhadap keseluruhan saham perusahaan. Seseorang yang
memiliki saham suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai pemilik
perusahaan walaupun jumlah sahamnya hanya beberapa lembar. Struktur
kepemilikan (ownership structure) adalah perbandingan jumlah saham
yang dimiliki oleh orang dalam (insiders) dengan jumlah saham
yang dimiliki oleh investor (Tamba, 2011). Struktur kepemilikan
perusahaan terdiri dari struktur kepemilikan manajerial, struktur
kepemilikan institusional, struktur kepemilikan asing, keluarga dan
sebagainya.
Husnan (2001) dalam Randa dan Ariyanto (2012) menyatakan bahwa
ada dua jenis ownership dalam perusahaan Indonesia yaitu perusahaan
dengan kepemilikan sangat menyebar dan perusahaan dengan
kepemilikan terkonsentrasi. Konsentrasi kepemilikan saham merupakan
saham perusahaan dalam jumlah yang besar dimiliki oleh sebagian kecil
individu atau institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank,
35
perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain), sehingga individu
atau kelompok tersebut memiliki jumlah saham yang dominan
dibandingkan pemegang saham yang lainnya.
Pada umumnya pemegang saham mayoritas (konsentrasi kepemilikan)
menyerahkan pengelolaan investasinya pada divisi khusus dengan
menunjuk profesional yang memiliki keahlian dibidang analis dan
keuangan, sehingga pemilik mayoritas dapat memantau perkembangan
investasinya dengan baik. Jadi jika persentase kepemilikan cukup besar
(mayoritas), maka mereka memiliki insentif untuk melakukan
pengawasan secara efektif terhadap manajemen (agen), dan memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi maupun mengubah tindakan serta
keputusan manajemen.
Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan memiliki motivasi
yang berbeda dalam hal mengawasi atau memonitor perusahaan serta
manajemen dan dewan direksinya. Struktur kepemilikan merupakan
suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan
pemegang saham. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat
mempengaruhi penilaian suatu perusahaan Jensen dan Meckling (1976)
dan menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan dan kepemilikan
institusional adalah dua mekanisme yang dapat mengendalikan masalah
keagenan yang ada di suatu perusahaan.
36
Para peneliti berpendapat bahwa struktur kepemilikan perusahaan
memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Tujuan perusahaan sangat
ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur
corporate governance dalam proses insentif yang membentuk motivasi
manajer. Pemilik akan berusaha membuat berbagai strategi untuk
mencapai tujuan perusahaan, setelah strategi ditentukan maka langkah
selanjutnya akan mengimplementasi strategi dan mengalokasikan sumber
daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Semua tahapan tersebut tidak terlepas dari peran pemilik dapat dikatakan
bahwa peran pemilik sangat penting dalam menentukan keberlangsungan
perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan dibedakan menjadi dua
yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
a. Struktur Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai persentase suara
yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer
dan direksi suatu perusahaan. Dalam laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh emiten kepemilikan saham dilaporkan dalam
bentuk prosentase. Proksi yang digunakan untuk menghitung
kepemilikan manajerial menggunakan MOWN, yaitu jumlah saham
yang dimiliki oleh manajemen dibagi jumlah saham yang beredar
(Haruman, 2008). Presentase kepemilikan ditentukan oleh besarnya
prosentase jumlah saham terhadap keseluruhn saham perusahaan.
Seseorang yang memiliki saham suatu perusahaan dapat dikatakan
37
sebagai pemilik perusahaan walaupun jumlah sahamnya hanya
beberapa lembar saja. Boediono (2005), mengemukakan
kepemilikan manajerial diukur dengan jumlah kepemilikan saham
oleh pihak manajemen perusahaan terhadap total jumlah saham yang
beredar.
Menurut Untung dan Hartini (2006) dalam Asmawati & Lailatul
(2013), Kepemilikan manajerial (Managerial Ownership)
merupakan proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang
secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur
dan komisaris). Kebijakan kepemilikan manajerial dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan
saham sehingga dengan keterlibatan kedudukan manajer sejajar
dengan pemilik perusahaan (pemegang saham). Kepemilikan
manajerial dapat dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau prosentase
saham yang dimiliki oleh dewan direksi dan manajemen. Prosentase
tersebut diperoleh dari banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh
manajerial. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada
perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk
kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah
dirinya sendiri.
38
b. Struktur Kepemilikan Institusional
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam
meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan
pemegang saham. Selain kepemilikan manajemen yang dapat
mengawasi secara efektif aktivitas perusahaan, keberadaan
kepemilikan institusional juga dianggap mampu menjadi mekanisme
pengawasan terhadap setiap keputusan yang diambil oleh pihak
manajemen. Hal ini dikarenakan para investor institusional terlibat
dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya
terhadap tindakan memanipulasi laba perusahaan.
Kepemilikan institusional adalah saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi seperti perusahaan asuransi, dana pensiun,
pemerintah, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusional lain.
Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor
manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional
akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal (Tarjo,
2008 dalam Wida dan Suartana, 2014). Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan adalah kepemilikan institusional.
Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan
mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap
kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau
39
sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan
oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi
yang dilakukan.
Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan
institusional maupun kepemilikan individual. Atau campuran
keduanya dengan proporsi tertentu. Investor institusional memiliki
beberapa kelebihan dibanding dengan investor individual,
diantaranya yaitu:
1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada
investor individual untuk mendapatkan informasi.
2. Investor institusional memiliki profesionalisme dalam
menganalisa informasi, sehingga dapat menguji tingkat
keandalan informasi.
3. Investor institusional, secara umum, memiliki relasi bisnis yang
lebih kuat dengan manajemen.
4. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk
melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di
dalam perusahaan.
5. Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli
saham sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara
cepat yang tercermin di tingkat harga.
Kepemilikan institusional dapat meningkatkan nilai perusahaan,
dengan memanfaatkan informasi, serta dapat mengatasi konflik
40
keagenan karena dengan meningkatnya kepemilikan institusional
maka segala aktivitas perusahaan akan diawasi oleh pihak institusi
atau lembaga. Investor institusional dianggap sebagai pihak yang
efektif dalam melakukan pengawasan setiap tindakan yang dilakukan
oleh manajer. Investor institusional diharapkan mengambil bagian
dalam setiap aktivitas internal perusahaan sehingga mampu
mengawasi setiap tindakan oportunistik manajer (Rachman, 2012
dalam Wida dan Suartana, 2014). Pemegang saham memiliki
pengaruh yang kuat pada setiap perilaku manajer, dimana jumlah
pemegang saham yang besar mampu mengurangi dan mencegah
tindakan oppurtunistik manajer. Tingginya jumlah kepemilikan
institusional akan meningkatkan sistem kontrol perusahaan yang
ditujukan guna meminimalisasi tingkat kecurangan akibat tindakan
oportunistik pihak manajer yang nantinya dapat mengurangi nilai
perusahaan. Peningkatan jumlah kepemilikan institusional ini juga
ditujukan agar setiap aktivitas yang dilakukan diarahkan pada
pencapaian nilai perusahaan yang tinggi (Haruman, 2008).
Kepemilikan institusional merupakan saham yang dimiliki oleh
pihak institusi perusahaan, kepemilikan institusional dalam
perusahaan, yang berfungsi sebagai alat untuk memonitor atau
melakukan pengawasan perusahaan yang digunakan untuk mencegah
manajemen melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan
pihak perusahaan (Asmawati dan Lailatul, 2013).
41
10. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham
secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin
tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham.
Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan
pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan
sebagai manajer ataupun komisaris. Tujuan utama perusahaan adalah
untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran
pemilik atau para pemegang saham (Wahidawati, 2002 dalam Rina dan
Titik, 2014). Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek
salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar
saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan
ekuitas yang dimiliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006 dalam Randa dan
Ariyanto, 2012).
Rika dan Ishlahuddin (2008) dalam Rina dan Titik (2014)
mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai pasar. Alasannya karena
nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi
pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan
meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan
pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor
karena dengan permintaan saham yang meningkatkan menyebabkan nilai
perusahaan juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan
maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan
42
perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya,
seperti manajer maupun komisaris.
Randa dan Ariyanto (2012) menjelaskan rasio-rasio keuangan
digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan. Rasio
tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian
investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya
dimasa depan (Sukamulja, 2004). Ada beberapa rasio untuk mengukur
nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa
memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan
semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham
biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan
namun seluruh asset perusahaan (Sukamulja, 2004).
Tobin’s Q memasukkan semua unsur utang dan modal saham
perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas
perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan
memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya
terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham
namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional
perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman
yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004 dalam Rina dan Titik,
2014).
Jadi semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena
43
semakin besar nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan nilai
buku aset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk
mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan
tersebut (Sukamulja, 2004). Tobin’s Q ditemukan oleh seorang
pemenang hadiah nobel dari Amerika Serikat yaitu James Tobin.
44
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1
Tabel 2.1.
Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya
Pengaruh Modal Intelektual ), Struktur Kepemilikan Manajerial ) dan Institusional ( ) terhadap Nilai
Perusahaan (Y)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
1. Ni Wayan Yuniasih,
Dewa Gede Wirama,
I Dewa Nyoman Badera
Eksplorasi Kinerja Pasar
Perusahaan : Kajian
Berdasarkan Modal
Intelektual
2010
Sampel: purposive sampling
205 perusahaan pada periode
2004-2008
Metode analisis : regresi
berganda
Variabel lainnya: kinerja
pasar sebagai variabel Y dan
struktur kepemilikan sebagai
variabel control
Modal intelektual tidak
berpengaruh pada kinerja
penilaian pasar perusahaan
baik menggunakan data
pengamatan tahun atau secara
rata-rata.
Struktur kepemilikan
berpengaruh pada kinerja
perusahaan juga pada
peningkatan nilai perusahaan
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
45
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
2.
3.
Ni Made Sunarsih dan Ni
Putu Yuria Mendra
Pengaruh Modal
Intelektual Terhadap Nilai
Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan Sebagai
Variabel Intervening pada
Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
SNA XV. Banjarmasin.
2012
Fransiskus Randa &
Ariyanto Solon
Pengaruh Modal
Intelektual Terhadap Nilai
Perusahaan (2012)
Sampel: purposive sampling
seluruh perusahaan yang
terdaftar di BEI periode
2005-2010. 1049 sampel
Metode analisis : regresi
berganda
Variabel lainnya: Kinerja
Keuangan sebagai variabel
intervening
Sampel : Purposive
sampling method 64
perusahaan periode 2009-
2011
Metode regresi berganda
Modal intelektual
berpengaruh positif pada
kinerja keuangan.
modal intelektual tidak
berpengaruh langsung pada
nilai perusahaan.
Kinerja keuangan sebagai
variabel intervening mampu
memediasi hubungan antara
modal intelektual dan nilai
perusahaan.
Modal intelektual (VAIC)
memiliki pengaruh pada Nilai
perusahaan
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
46
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
4.
5.
I Gede Cahyadi Putra
Pengaruh Modal
Intelektual Pada Nilai
Perusahaan Perbankan
Yang GO Publik Di Bursa
Efek Indonesia
2012
Asmawati, dan Lailatul
Amanah
Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Keputusan
Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan: Profitabilitas
Sebagai Variabel
Moderating
(2013)
Sampel : Purposive
sampling method 75
perusahaan periode 2008-
2010
Metode analisis : regresi
linear berganda
Sampel : Purposive
sampling method 40
perusahaan periode 2007-
2011
Metode Analisis Regresi
Berganda
Variabel Lainnya :
Keputusan Keuangan dan
menggunakan variabel
moderating yaitu
Profitabilitas
modal intelektual berpengaruh
positif pada nilai perusahaan.
Hanya struktur kepemilikan
manajerial saja yang memiliki
pengaruh pada nilai
perusahaan dan Keputusan
keuangan memiliki pengaruh
pada nilai perusahaan
Profitabilitas tidak
berpengaruh pada nilai
perusahaan sehingga tidak
mampu memoderasi struktur
kepemilikan dan keputusan
keuangan pada nilai
perusahaan
√
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
47
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
6.
7.
Irina Berzkalne & Elvira
Zelgalve
Intellectual Capital And
Company Value
2013
Abukosim, Mukhtaruddin,
Ika Sasti Ferina dan
Claudya Nurcahaya
Ownership Structure And
Firm Values: Empirical
Study On Indonesia
Manufacturing Listed
Companies
(2014)
Sampel : Purposive
sampling method 64 sample
Baltic periode 2005-2011
Metode analisis : regresi
linear berganda
Sampel : Purposive
sampling method 214
perusahaan periode 2009-
2011
Metode analisis : regresi
linear berganda
Variabel lainnya :
kepemilikan asing dan
kepemilikan
keluarga
Terdapat hubungan yang
signifikan secara statistik antara
modal intelektual dan nilai
perusahaan bagi perusahaan di
Latvia dan Lithuania .
Kepemilikan manajerial dan
kepemilikan keluarga tidak
berpengaruh signifikan pada
nilai perusahaan
Kepemilikan Institusional
dan kepemilikan asing
memiliki pengaruh signifikan
pada nilai perusahaan
√
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
48
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
8.
9.
Rina Susanti , Titik
Mildawati
Pengaruh Kepemilikan
Manajemen, Kepemilikan
Institusional dan
Corporate Social
Responsibility Terhadap
Nilai Perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi Vol. 3 No. 1
(2014)
Fazdillah Adri
Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Struktur
Modal, Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan
(Property dan Real Estate)
JOM FEKON Vol. 1 no. 2
Oktober 2014
Sampel : Purposive
sampling, perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2012 Metode Analisis : Regresi
berganda
Variabel lainnya : Corporate
Social Responsibility sebagai
variabel independen
Sampel: purposive sampling property & real estate pada
tahun 2010-2012 sebanyak 49
perusahaan
Metode analisis : regresi
berganda
Variabel lainnya: Struktur
Modal, Kinerja Keuangan
sebagai variabel independen
Kepemilikan Manajemen
memiliki pengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan
karena dapat mengurangi
masalah keagenan dan
optimalkan sumber daya
Kepemilikan Institusional
ditolak karena tingginya
menurunkan harga saham
corporate social
responsibility berpengaruh
positif terhadap nilai
perusahaan
kepemilikan manajerial tidak
memiliki pengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal
ini berarti kepemilikan saham
manajemen tidak berhubungan
dengan pengelolaan dan
pemanfaatan nilai perusahaan,
√
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
49
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
10.
11.
Ni Putu Wida P. D , I
Wayan Suartana
Pengaruh Kepemilikan
Manajerial dan
Kepemilikan Institusional
Terhadap Nilai Perusahaan
ISSN: 2302-8556 E-Jurnal
Akuntansi Universitas
Udayana 9.3 (2014): 575-
590
Febrina Wibawati
Sholekah, Lintang
Venusita
Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Leverage,
Firm Size dan CSR
Pada Nilai Perusahaan
Jurnal Ilmu Manajemen |
Volume 2 No. 3 Juli 2014
Sampel : Purposive
sampling, perusahaan
manufaktur di BEI 2009-
2013 : 80 perusahaan
Metode Analisis : Regresi
berganda
Variabel lainnya : -
Sampel : Purposive
sampling method perusahaan
high profile di BEI 2008-
2012
Metode analisis : regresi
berganda
Variabel lainnya : CSR,
leverage, dan firm size
sebagai variabel independen
kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh pada nilai
perusahaan, manajer
memiliki kepentingan pribadi
yang cenderung dipenuhinya
dibandingkan pencapaian
tujuan perusahaan
kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan pada
nilai perusahaan, keterlibatan
pihak institusional mampu
membatasi perilaku
oportunistik manajer.
Kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Kepemilikan institusional dan
firm size tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Leverage dan CSR
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan
√
√
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
50
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
12.
13.
Winne Puji Lestari, Azib
dan Nurdin
Pengaruh CSR, GCG dan
IC Terhadap Nilai
Perusahaan dengan
Metode Tobin’s Q Pada
Perusahaan Sri-Kehati
yang terdaftar di BEI
2009-2013
2015
Citra Chairunissa, Raden
Rosiyana Dewi
Pengaruh Intellectual
Capital Terhadap Kinerja
Keuangan Dan Penilaian
Pasar Dengan Corporate
Governance Sebagai
Variabel Moderasi
(2015)
Sampel: 7 perusahaan yang
terdaftar dalam indeks
perusahaan Sri-Kehati 2009-
2013
Metode analisis : regresi
berganda
Variabel lainnya: Corporate
Social Responsibility, Good
Corporate Governance
sebagai variabel independen
Sampel: purposive sampling
205 perusahaan pada periode
2004-2008
Metode analisis : regresi
berganda
Variabel lainnya: kinerja
pasar sebagai variabel Y dan
struktur kepemilikan sebagai
variabel control
Pengujian secara simultan
terdapat hasil pengaruh yang
signifikan antara CSR, GCG
dan IC terhadap nilai
perusahaan
Secara parsial pengaruh
signifikan hanya didapat oleh
variabel CSR dan GCG pada
nilai perusahaan. IC
dinyatakan tidak berpengaruh
Modal intelektual tidak
berpengaruh pada kinerja
penilaian pasar perusahaan
baik menggunakan data
pengamatan tahun atau secara
rata-rata.
Struktur kepemilikan
berpengaruh pada kinerja
perusahaan juga pada
peningkatan nilai perusahaan
√
√
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
51
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
14.
15.
Selly Anggraeni Haryono,
Fitriany, dan Eliza
Fatimah
Analisis Pengaruh Struktur
Modal dan Struktur
Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan
SNA (2015)
Bambang Bemby S,
Mukhtaruddin, Arista
Hakiki & Rahmah
Ferdianti.
Intellectual Capital, Firm
Value and Ownership
Structure as Moderating
Variable (2015)
Sampel : Purposive
sampling, perusahaan non
keuangan di BEI 2009-2012
Metode Analisis : Regresi
berganda
Variabel lainnya : Struktur
modal dan multiple large
shareholder structure
sebagai variabel X dan
Growth, Firm Size , Struktur
Aktiva, Rasio Capital
Expenditure, dan Firm Age
sebagai variabel kontrol
Sampel : Purposive
sampling method 108
perusahaan periode 2009-
2012
Metode analisis : regresi
berganda
Variabel lainnya : Struktur
kepemilikan sebagai variabel
moderating
Adanya pengaruh non-linear
struktur modal terhadap nilai
perusahaan yang diproksikan
dengan tobin‟s q,
multiple large shareholder
structure ditemukan
berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan yang
diproksikan dengan Tobin‟s q. Terdapat pengaruh signifikan
kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan
Modal intelektual
berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahan
Kepemilikan Manajerial
memiliki pengaruh signifikan
terhdap nilai sebagai
pemoderasi
Institusional tidak memiliki
pengaruh
√
√
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
52
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan
Penelitian Chen dkk. (2005), menyatakan bahwa investor cenderung
akan membayar lebih tinggi atas saham perusahaan yang memiliki sumber
daya intelektual yang lebih dibandingkan perusahaan dengan sumber daya
intelektual yang rendah. Harga yang dibayar oleh investor tersebut
mencerminkan nilai perusahaan. Market value terjadi karena masuknya
konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat
meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin, 2000 dalam I Gede, 2012).
Dalam hubungannya dengan teori stakeholder, dijelaskan bahwa seluruh
aktivitas perusahaan bermuara pada penciptaan nilai/value creation.
Kepemilikan serta pemanfaatan sumber daya intelektual memungkinkan
perusahaan mencapai keunggulan bersaing dan nilai tambah. Investor
akan memberikan penghargaan lebih kepada perusahaan yang mampu
menciptakan nilai tambah secara berkesinambungan..
Hubungan antara modal intelektual (VAICTM) dengan kinerja dan
penilaian keuangan telah dibuktikan secara empiris oleh Firer dan
Williams (2003), Belkaoui (2003) dan Tan dkk (2007) yang membuktikan
modal intelektual berpengaruh pada kinerja dan penilaian keuangan. Salah
satu area yang menarik perhatian akademisi maupun praktisi adalah
terkait dengan kegunaan modal intelektual sebagai salah satu alat untuk
menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997).
53
Penelitian Chen dkk. (2005) membuktikan bahwa modal intelektual
memiliki pengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Di
Indonesia penelitian tentang modal intelektual diantaranya telah dilakukan
oleh Ulum dkk. (2008), Randa dan Ariyanto (2012), Citra dkk. (2015) dan
Bambang dkk (2015) yang menemukan bahwa modal intelektual
berpengaruh pada nilai perusahaan sedangkan penelitian Yuniasih dkk
(2010), Sunarsih dan Mendra (2012), dan Lestari dkk. (2015) tidak
berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai
pasar perusahaan. Maka hipotesis yang dapat disusun adalah:
H1 : Modal Intelektual memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara
manajer dan pemegang saham mengakibatkan timbulnya konfik yang
biasa disebut agency conflict. Konflik kepentingan yang sangat
potensial ini menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang
diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan pemegang
saham (Jensen and Meckling, 1976 dalam Komang, 2013). Salah satu
cara guna untuk mengurangi konflik antara prinsipal dan agen dapat
dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial suatu
perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham
oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah
54
saham yang dimiliki oleh manajemen.
Jensen and Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi
konflik keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan
manajer. Keberadaaan investor institusional dianggap mampu
mengoptimalkan pengawasan kinerja manajemen dengan
memonitoring setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen
selaku pengelola perusahaan.
Beberapa penelitian juga menunjukkan hubungan pengaruh antara
struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Fuerst dan Kang
(2000) menemukan hubungan antara insider ownership dengan nilai
pasar setelah mengendalikan kinerja perusahaan. Nilai perusahaan
dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang
efektif (Slovin dan Sushka, 1993). Penelitian Yuniasih dkk (2010),
Rina & Titik (2014), menunjukkan bahwa struktur kepemilikan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan penelitian dari Abukosim dkk. (2015) menunjukkan
kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh signifikan tetapi
kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan atas nilai
perusahaan, juga penelitian dari Bambang dkk. (2015) dan asmawati
dkk. (2013), yang menunjukkan bahwa hanya struktur kepemilikan
manajerial yang memiliki pengaruh signifikan pada nilai perusahaan.
55
Maka dari hipotesis yang dapat diambil adalah :
H2a : Struktur kepemilikan manajerial memiliki pengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan.
H2b: Struktur kepemilikan institusional memiliki pengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Pengaruh Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan Terhadap
Nilai Perusahaan Secara Simultan.
Peran modal intelektual dalam perusahaan akan mempengaruhi
banyak bagian dalam kinerja perusahaan terutama dalam penilaian pasar
perusahaan. Struktur kepemilikan dalam perusahaan dapat dikategorikan
sebagai modal intelektual karena sisi karyawan/SDM di struktur
kepemilikan berpengaruh besar dalam modal intelektual untuk penilaian
perusahaan.
Hadirnya modal intelektual dan struktur kepemilikan yang baik dapat
menyebabkan nilai atas perusahaan meningkat yang terlihat dari kinerja
yang baik, laba perusahaan yang stabil juga minimnya masalah dalam
lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis yang disusun adalah:
H3 : Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan secara simultan
memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di bab sebelumnya,
maka penelitian ini menggunakan analisis nilai tambah (value added)
sebagai indikator intellectual capital yang diukur dengan menggunakan
model publik (VAIC TM) serta struktur kepemilikan institusional dan
56
manajerial perusahaan yang diproksikan melalui persentase struktur
kepemilikan institusional dan manajerial sebagai variabel independen.
Nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin's Q sebagai variabel
dependen.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan
dalam gambar 2.1.
Berikut gambar 2.1 menunjukkan kerangka pemikiran penelitian
ini:
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
Nilai Perusahaan
(Y)
VARIABEL INDEPENDEN
Modal Intelektual (X1)
S. Kepemilikan Manajerial
(X2a)
S. Kepemilikan Institutional
(X2b)
Basis Teori :
H1
VARIABEL DEPENDEN
H2a H2b
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Metode Analisis: Analisis Regesi Berganda
Pengaruh Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan pada Nilai
Perusahaan Property / Real Estate yang Terdaftar di IDX
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan variabel independen yaitu modal intelektual,
struktur kepemilikan saham yaitu kepemilikan manajerial, dan kepemilikan
institusional terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan,
Populasi penelitian ini adalah perusahaan Property/Real Estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, periode yang diambil untuk pengamatan
yaitu laporan keuangan dari tahun 2010-2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang bergerak di dalam
industri Property/Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2010-2014. Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian
dipilih secara purposive sampling dimana sampel yang dipilih sesuai dengan
kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria yang digunakan untuk
menjadi anggota sampel adalah sebagai berikut:
1) Merupakan perusahaan sektor properti dan konstruksi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari periode tahun 2010 sampai dengan 2014.
2) Perusahaan tersebut mempublikasikan annual report secara lengkap.
Dengan annual report yang lengkap, maka diharapkan akan
58
mempermudah dalam memperoleh data-data yang mendukung penelitian.
3) Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan auditan selama lima
tahun berturut-turut, yakni tahun 2010-2014.
4) Saham perusahaan aktif diperdagangkan dari periode 2010 sampai dengan
2014.
5) Perusahaan melaporkan informasi yang bersifat moneter dalam satuan
mata uang Rupiah. Kriteria ini dimaksudkan untuk mendapatkan data
yang seragam dalam hal satuan moneter.
C. Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti, penelusuran data dilakukan dengan cara:
1. Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan.
Data yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan yang antara lain
berupa jurnal, buku, skripsi dan thesis maupun situs dari internet. Ini
dikarenakan kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data
sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002:150).
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indrianto dan Bambang,
2002:147). Data dalam penelitian ini didapatkan dari factbook dan
download melalui situs www.idx.co.id dan www.finance.yahoo.com.
59
D. Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan untuk mengukur penelitian ini memakai statistik
deskriptif dan pengujian hipotesis.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberi gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar
deviasi, varian, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2012:19).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen)
(Gozali, 2012:105). Model regresi yang dinilai baik seharusnya tidak
terjadi multikolinieritas. Dalam Ghozali (2012:105) dijelaskan cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model
regresi adalah:
1) Menganalisis matrik korelasi variable-variabel independen. Jika
antar variable independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya di atas 0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya
multikolinieritas.
2) Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
serta variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai
60
cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai tolerance. Regresi bebas dari
masalah multikolinieritas jika nilai Tolerance > 0,10 atau sama
dengan nilai VIF < 10 (Ghozali, 2011:106).
b. Uji Autokolerasi
Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)
(Ghozali, 2012:110). Di dalam buku karangan Ghozali (2012:12)
menyebutkan apabila autokorelasi muncul itu biasanya muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama yang
lainnya dan juga karena timbulnya residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi adalah Uji Durbin-Watson (Ghozali, 2012:111).
Ghozali (2012:111) menjelaskan bahwa uji Durbin-Watson hanya
digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya
intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variable lag
diantara variable independen.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2012:139). Ghozali (2012:139)
61
menjelaskan salah satu cara mendeteksinya adalah dengan cara
melihat grafik plot antara prediksi variable terikat (dependen) dengan
residualnya. Selain itu juga dapat dihitung dengan uji glejser, yang
meregres nilai absolute residualnya terhadap variabel independen
(Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2012:142). Uji glejser
mendeskripsikan bahwa apabila dalam meregres absolut residualnya
tersebut menunjukkan variabel independen secara signifikan
mempengaruhi variabel dependen maka itu terindikasi adanya
heteroskedastisitas (Ghozali, 2012:142).
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2012:139). Jika dalam suatu regresi
menunjukkan homoskedastisitas maka itu merupakan model regresi
yang baik.
d. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusai normal
(Ghozali, 2012:160). Salah satu cara termudah untuk melihat
normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendeteksi distribusi normal (Ghozali, 2012:160).
Selain menguji dengan menggunakan grafik histogram, uji
normalitas residual dihitung dengan menggunakan uji statistik non-
62
parametrik Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2012:163). Berdasarkan
Ghozali (2012), apabila uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil
yang signifikan berarti data residual terdistribusi tidak normal.
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model
persamaan regesi berganda. Model ini digunakan untuk menguji
pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel
dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu
persamaan linier (Indriantoro dan Bambang, 2002:211). Variabel
independen terdiri dari Nilai Perusahaan sedangkan variabel
dependennya adalah Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β 1 VAIC+ β 2 MANJ + β3 INST + e1
Keterangan :
Y : Nilai Perusahaan
β 0 : Intercept atau konstanta
β1 : Koefisien regresi pertama
β2 : Koefisien regresi kedua
β3
: Koefisien regresi ketiga
ε : Error term
63
Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji koefisien determinan
Adjusted R Square (Adj R2), uji F dan uji t.
a. Uji Adj R2
Koefisien determinasi (Adj R2) pada intinya adalah mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai Adj R2 adalah diantara nol dan satu. Jika
nilai Adj R2 berkisar hampir satu, berarti semakin kuat
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen dan sebaliknya jika nilai Adj R2 semakin mendekati
angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011:97).
b. Uji F
Uji ini pada dasarnya menunujukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2011:98) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima
dan sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak.
c. Uji t
Uji ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual (parsial) dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Langkah yang digunakan
untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menentukan level of
significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah
64
sebesar 5 % atau (α) = 0,05. Jika sign. t > 0,05 maka Ha ditolak
namun jika sign. t < 0,05 maka Ha diterima dan berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen (Ghozali, 2011:99).
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi variabel
dependen dan independen.
1. Variabel Independen
1.1 . Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)
Kinerja intellectual capital diukur dengan metode VAICTM
(Value Added Intellectual Coefficient) yang dikembangkan oleh
Pulic (1998, 2000) dalam Saleh dkk., (2008), yang diukur
berdasarkan value added yang diciptakan oleh ketiga
komponennya, yaitu value added of capital employee (VACA),
value added of human capital (VAHU) dan structural capital value
added (STVA). Tahapan-tahapan dan formulasi perhitungan nilai
VAICTM dijelaskan sebagai berikut:
a. Value Added (VA)
Tahap pertama adalah dengan menghitung Value Added
(VA). Value Added (VA) adalah indikator paling objektif untuk
menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). VA
65
dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1998,
1999).
Tan dkk., (2007) menyatakan bahwa output (OUT)
merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan
jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup
seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue.
Menurut Tan dkk. (2007), hal penting dalam model ini adalah
bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam
IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation,
intellectual capital (yang direpresentasikan dengan labour
expenses) tidak dihitung sebagai cost dan tidak masuk dalam
komponen IN (Pulic, 1999). Maka dengan demikian VA dapat
dirumuskan sebagai berikut:
VA = OUTPUT – INPUT
Dimana :
Output : total penjualan dan pendapatan lain
Input : beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan)
VA : Value Added
b. Value Added Capital Coefficient (VACA)
Tahap selanjutnya adalah menghitung Value Added
Capital Coefficient (VACA). Menurut Pulic (2004), dalam
penciptaan nilai intellectual capital membutuhkan modal
66
finansial dan fisik. Value added capital employed coefficient
(VACA) mengungkapkan seberapa besar nilai baru telah dibuat
oleh satu unit moneter yang diinvestasikan dalam modal usaha.
VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh suatu
unit dari physical capital.
Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap
unit dari CE terhadap value added perusahaan. VACA
dirumuskan sebagai berikut:
VACA =
Dimana :
VACA : Value Added Capital Employed
VA : Value Added
CE : Capital Employed
: Dana yang tersedia (jumlah ekuitas dan laba bersih)
c. Value Added Human Capital (VAHU)
Tahapan selanjutnya adalah menghitung Value Added
Human Capital (VAHU). VAHU merupakan nilai koefisien
nilai tambah dari human capital. (VAHU) menunjukkan berapa
banyak VA yang dihasilkan dari satu satuan moneter yang
diinvestasikan pada karyawan atau tenaga kerja. Rasio ini
menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan dalam HC terhadap value added perusahaan.
Karena peranan modal manusia sangatlah penting dalam konsep
67
yang berbasis pengetahuan, maka VAHU merupakan salah satu
elemen penting dalam konsep intellectual capital. Oleh karena
itu VAHU dirumuskan sebagai berikut:
VAHU =
Dimana:
VAHU : Value Added Human Capital
VA : Value Added
HC : Human Capital
: Total salaries dan wages karyawan
d. Structural Capital Value Added (STVA)
Tahap keempat adalah menghitung Structural Capital Value
Added (STVA). Rasio ini mengukur jumlah structural capital
yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah dari value
added dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan
structural capital dalam value creation.
STVA =
Dimana :
STVA : Structural Capital Value Added
SC : Structural Capital
: VA -HC
VA : Value Added
68
e. Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)
Tahap selanjutnya adalah menghitung Value Added
Intellectual Coefficient (VAICTM). VAICTM mengindikasikan
kemampuan intelektual perusahaan yang dapat juga dianggap
sebagai BPI (Business Performance Indikator). VAICTM
merupakan penjumlahan dari tiga komponen sebelumnya, yaitu
VACA, VAHU, STVA.
VAIC TM = VACA + VAHU + STVA
1.2 Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional, berikut penjelasannya :
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan proposi kepemilikan
saham yang dimiliki oleh manajer eksekutif. Pengukuran ini
mengacu pada Saleh dkk. (2008). Manajer eksekutif ini memiliki
kekuatan untuk mengendalikan seluruh keputusan di dalam
perusahaan yang mencerminkan keputusan bisnis. Manajer
eksekutif ini meliputi manajer, direksi, dan dewan komisaris
(Saleh dkk., 2008). Kepemilikan manajerial diukur sesuai dengan
proporsi kepemilikan saham yang dimiliki manajerial (Iturriaga
dan Sanz, 1998).
Kepemilikan Manajerial =
69
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan proposi kepemilikan
saham oleh institusi dalam hal ini institusi pendiri perusahaan,
bukan institusi pemegang saham publik. Kepemilikan institusional
diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan yang dimiliki oleh
pemilik institusi dan kepemilikan oleh blockholder. Pengukuran
ini mengacu dari penelitian Sudarma (2003) dalam Sujoko dan
Soebinatoro (2007). Yang dimaksud dengan institusi adalah
perusahaan investasi, bank, perusahaan, asuransi maupun lembaga
lain seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan
blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan
yang kepemilikan sahamnya di atas 5% tetapi tidak termasuk
dalam kepemilikan manajerial institusi (Sudarma, 2003). Apabila
suatu perusahaan terdapat lebih dari satu kepemilikan institusi
yang dimiliki saham perusahaan, maka kepemilikan saham diukur
dengan menghitung total seluruh saham yang dimiliki oleh seluruh
pemilikan.
Kepemilikan Institusional =
2. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai
pasar perusahaan yang diukur dengan Tobins Q. Tobins Q adalah
70
perbandingan antara market value of equity ditambah dengan hutang
(debt) dengan book market value ditambah dengan hutang (debt).
Menurut Vinola Herawati, (2008) menyebutkan bahwa nilai
perusahaan diukur melalui Tobins Q, yang diformulasikan :
Tobins Q =
Dimana :
Tobins Q = Nilai Perusahaan
MVE = Nilai Ekuitas Pasar (Equity Market Value)
D = Nilai buku dari total hutang
BVE = Nilai buku dari equitas (Equity Book Value)
Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga
saham penutupan akhit tahun dengan jumlah saham yang beredar pada
akhir tahun. Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total assets
perusahaan dengan total kewajibannya.
71
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan property and real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2010 sampai dengan
2014. Perusahaan sektor property and real estate tersebut telah terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2010 dan selama periode
penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami
delisting. Fokus penelitian ini ingin melihat pengaruh modal intelektual
dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dan sektor Property
and Real Estate.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive
sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Merupakan perusahaan sektor property/real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari periode tahun 2010 sampai dengan 2014.
b. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
c. Laporan keuangan yang dipublikasikan memiliki data yang tersedia
lengkap yang diperlukan dalam penelitian.
d. Saham perusahaan aktif diperdagangkan dari periode 2010-2014.
72
Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan untuk perusahaan property and real eastate tampak dalam
Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Proses Seleksi Populasi Perusahaan
Property dan Real Estate
Kriteria Jumlah Akumulasi
Total Perusahaan Property and Real Eastate yang
terdaftar di IDX pada tahun 2010-2014
47 47
Delisting setelah tanggal 1 Januari 2010 (3) 44
Tidak aktif dalam pasar modal dari tahun 2010
sampai 2014
(4) 40
Data laporan keuangan tidak ditemukan lengkap oleh
peneliti pada tahun 2010 sampai tahun 2014
(3) 37
Tidak ada kepemilikan saham manajerial pada tahun
2010 sampai 2014
(26) 11
Jumlah Perusahaan yang digunakan untuk penelitian 11 11
Total keseluruhan sampel selama 5 tahun (2010-2014) 55 55
Sumber: data diolah
Adapun nama perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini
selengkapnya bisa dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan
No Emiten Kode
1 Adhi Karya (Persero) Tbk ADHI
2 Bukit Dharmo Property Tbk BKDP
3 Ciputra Development Tbk CTRA
4 Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk DGIK
5 Intiland Development Tbk DILD
6 Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS
7 Lamicitra Nusantara Tbk LAMI
8 Summarecon Agung Tbk SMRA
9 Surya Semesta Internusa Tbk SSIA
10 Total Bangun Persada Tbk TOTL
11 Wijaya Karya Tbk WIKA
Sumber: www.idx.co.id
73
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
pengaruh variabel independen (modal intelektual dan struktur kepemilikan)
terhadap nilai perusahaan (Tobins Q).
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik
dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 22.0 untuk
memudahkan perolehan data sehingga dapat menjelaskan variabel-
variabel yang diteliti. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah
melakukan penentuan sampel dengan metode purposive sampling atau
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu pada perusahaan
property and real eastate periode 2010-2014 berdasarkan kriteria yang
telah dipilih.
Tabel deskriptif menjelaskan variabel-variabel independen yaitu,
modal intelektual dan struktur kepemilikan serta variabel dependen yaitu
nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan metode Tobins‟Q.
Data yang akan diolah adalah data laporan tahunan periode 2010-2014.
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 55 data
observasi untuk perusahaan property and real eastate yang berasal dari
perkalian antara periode penelitian 5 tahun dari tahun 2010 sampai 2014
dengan jumlah perusahaan sampel 11 perusahaan.
74
Berikut tabel hasil olahan data mengenai statistik deskriptif untuk
perusahaan sektor property and real eastate sebagai berikut
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
VAICTM 55 -4.69368257 9.83887508
4.690267780
5
2.488122090
60
Kep.Manaj 55 .00000001 .15721073 .0226558116
.0428291423
0
Kep.Inst 55 .21417559 .92883253 .5512664206
.1899718095
7
TQ 55 .66794069 2.09797024
1.204174838
8
.3393526920
9
Valid N
(listwise) 55
Sumber: output SPSS
Tabel 4.3 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel
penelitian. Berdasarkan Tabel 4.3, hasil analisis variabel dependen dengan
menggunakan statistik deskriftif terhadap TQ (Tobins‟Q) menunjukkan
nilai minimum sebesar 0,667940, maksimum 2.09797, dengan rata-rata
(mean) 1.20417, dan standar deviasi 0,339352. Hasil analisis variabel
independen dengan menggunakan statistik deskriftif tehadap VAICTM
menunjukkan nilai minimum -4.69368, maksimum 9,83887, dengan rata-
rata (mean) 4,69026, dan standar deviasi 2,48812.
Hasil analisis variabel independen dengan menggunakan statistik
deskriftif terhadap kepemilikan manajemen menunjukkan nilai minimum
0,000001, maksimum 0,15721 dengan rata-rata (mean) 0,02265, dan
75
standar deviasi 0,04282. Hasil analisis variabel independen dengan
menggunakan statistik deskriftif terhadap kepemilikan institusional
menunjukkan nilai minimum 0. 21417, maksimum 0,92883 dengan rata-
rata (mean) 0,551266, dan standar deviasi 0,189971.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan agar model regresi menjadi suatu
model yang lebih reperesentatif. Analisis data uji asumsi klasik dalam
penelitian ini antara lain melalui uji multikolonieritas, autokorelasi,
heterokedastisitas, dan normalitas.
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari
multikolinieritas. Selengkapnya mengenai hasil uji multikolinieritas
dapat dilihat pada tabel 4.4 pada halaman berikutnya.
76
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa semua variabel
independen dan kontrol memiliki nilai Tolerance> 0,10 dan VIF < 10.
Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini
telah terbebas dari masalah multikolinieritas.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Run Test.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
tertentu dengan periode sebelumnya.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari
masalah autokorelasi. Selengkapnya mengenai hasil uji autokorelasi
penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5 pada halaman berikutnya.
Coefficientsa
Model
Collinearity
Statistics
Toleran
ce VIF
1 VAICT
M .706 1.416
Kep.Ma
naj .680 1.472
Kep.Inst .937 1.068
a. Dependent Variable: TQ
Sumber: data sekunder yang diolah
77
Tabel 4.5.
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
RES2
Test Valuea .25
Cases < Test Value 27
Cases >= Test Value 28
Total Cases 55
Number of Runs 28
Z -.134
Asymp. Sig. (2-tailed) .894
a. Median
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.5. di atas menunjukkan bahwa Nilai test adalah 0,25
dengan asymp sig. 0,894. Jika asymp sig. pada output runs test > 5%,
maka data tidak mengalami/mengandung autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah
model regresi yang bebas dari masalah heteroskedastitisitas
(homoskedastisitas). Uji heterokedastisitas penelitian ini
menggunakan uji glejser. Selengkapnya mengenai hasil uji untuk
heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut.
78
Tabel 4.6.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .284 .110 2.590 .012
VAICTM .008 .012 .114 .693 .491
Kep.Mana
j -.165 .692 -.040 -.239 .812
Kep.Inst -.074 .133 -.080 -.560 .578
a. Dependent Variable: RES2
Sumber: data sekunder yang diolah
Indikator terjadinya heteroskedastisitas adalah adanya signifikansi
< 5% antara variabel independen terhadap variabel dependen nilai
Absolut Residual (RES2). Dari hasil uji di atas, semua variabel
independen tidak memiliki signifikansi terhadap variabel dependen.
Ini menandakan tidak adanya heteroskedastisitas pada data yang
diolah.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolomogrov-
Smirnov. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi, variabel penggangu atau residual mempunyai
distribusi yang normal. Model regresi yang baik adalah model regresi
yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Selengkapnya mengenai hasil uji normalitas penelitian dapat dilihat
pada tabel 4.7.
79
Tabel 4.7.
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
RES2
N 55
Normal Parametersa,b
Mean .2771
Std.
Deviation .17677
Most Extreme
Differences
Absolute .116
Positive .116
Negative -.063
Test Statistic .116
Asymp. Sig. (2-tailed) .063c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.7. didapat bahwa nilai Kolomogrov-Smirnov sebesar
0,116 dengan signifikansi 0,063. Data terdistribusi normal bila
signifikansinya lebih dari 0,05. Karena asymp sig. yang didapat lebih
dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini
terdistribusi normal.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Adj R2
Pada model regresi berganda penggunaan adjusted R2, atau
koefisien determinasi yang telah disesuaikan, lebih baik dalam melihat
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen bila dibandingkan dengan R2 (koefisien determinasi).
Kelemahan dalam menggunakan nilai R2 adalah karena adanya bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
80
model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 penelitian dapat
dilihat pada tabel 4.8. sebagai berikut.
Tabel 4.8.
Hasil Uji Adjusted R2
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .428
a .183 .135
.3156466583
4
a. Predictors: (Constant), Kep.Inst, VAICTM, Kep.Manaj
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari Tabel 4.8. di atas menunjukkan bahwa nilai Adj R2
sebesar
0.135 dimana hasil yang didapatkan hanya 13,5% variasi variabel
dependen (TQ) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
(VAICTM), Kepemilikan manajerial dan Kepemilikan Institusional)
dalam penelitian ini. Hal ini menandakan masih rendah atau lemahnya
kemampuan variabel independen dan kontrol dalam menjelaskan
variabel dependen, sedangkan sisanya yang sebesar 86,5% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Adapun
angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,428 yang
menandakan bahwa hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen adalah lemah karena memiliki nilai R < 0,5.
Variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan
antara lain Corporate Governence, keputusan keuangan, profitabilitas,
keputusan investasi dan keputusan pendanaan.
81
b. Uji F
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel
independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi model regresi
pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig.) yang
ada di tabel 4.9. Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat
dilihat di halaman berikutnya.
Tabel 4.9.
Hasil Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1.137 3 .379 3.805 .015b
Residual 5.081 51 .100
Total 6.219 54
a. Dependent Variable: TQ
b. Predictors: (Constant), Kep.Inst, VAICTM, Kep.Manaj
Sumber: data sekunder yang diolah
H3 : Modal Intelektual, Struktur Kepemilikan Manajerial, dan
Struktur kepemilikan Institusional secara simultan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Dari tabel 4.9. menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 3,805
dengan nilai sig. sebesar 0,015. Hal ini menandakan bahwa model
regresi dapat digunakan untuk menilai kualitas laba karena nilai
signifikansi < alpha (α = 5%). Maka dapat disimpulkan H3
dapat diterima. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang
82
signifikan secara simultan antara modal intelektual, struktur
kepemilikan manajerial, dan struktur kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan.
c. Uji t
Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara individual (parsial), yaitu modal intelektual
(VAICTM) dan struktur kepemilikan yang diwakili oleh struktur
kepemilikan manajerial (Kep Manaj) dan struktur kepemilkan
Institusional (kep Inst) dalam menerangkan variabel dependen, yaitu
Nilai Perusahaan (TQ). Signifikansi model regresi pada penelitian ini
diuji dengan melihat nilai sig. yang ada di tabel 4.10.
Tabel 4.10.
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant
) 1.582 .193 8.212 .000
VAICTM .009 .021 .068 .450 .655
Kep.Mana
j -1.592 1.217 -.201 -1.309 .197
Kep.Inst -.698 .234 -.391 -2.988 .004
a. Dependent Variable: TQ
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa koefisien model regresi
memiliki nilai konstanta sebesar 1.582 dengan nilai t hitung sebesar
8.212 dan nilai sig. sebesar 0,000. Konstanta sebesar 1.582
83
menadakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan maka
rata-rata nilai perusahaan (TQ) adalah sebesar 1.582.
H1: Modal intelektual secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel
modal intektual (VAICTM) tehadap nilai perusahaan tidak sigifikan.
Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien 0,009 dengan nilai
signifikansinya sebesar 0,655 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t
hitung yang positif sebesar 0,450. Berdasarkan hasil pengujian regresi
berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H1 yang
menyatakan modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan ditolak.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Firer dan Williams (2003),
Belkaoui (2003) dan Tan dkk. (2007) yang membuktikan modal
intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil dari
penelitian ini menguatkan hasil penelitian Sunarsih dan Mendra
(2012) dan Lestari dkk., (2015).
Hal ini berarti pasar tidak memberikan penilaian yang lebih tinggi
pada perusahaan yang memiliki modal intelektual yang lebih tinggi.
Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa penghargaan pasar
pada suatu perusahaan lebih didasarkan pada sumber daya fisik yang
dimiliki, investor cenderung tidak menitikberatkan pada sumber daya
intelektual yang dimiliki perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012:14).
84
Arah koefisien beta yang menunjukkan kearah posistif 0,450
menunjukkan bahwa hal itu juga dapat dilihat dari penjualan
perusahaan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya yang
mengindikasikan bahwa nilai perusahaan tersebut semakin meningkat
sehingga laba perusahaan pun ikut meningkat. Hal ini menunjukkan
bahwa intellectual capital merupakan kekuatan bagi perusahaan
untuk bersaing dalam mencapai keunggulan kompetitif (Handoko
dkk., 2012:6).
H2a: Kepemilikan Manajerial secara parsial berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel
Kepemilikan manajerial (Kep manaj) tehadap nilai perusahaan tidak
sigifikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien -1,592 dengan nilai
signifikansinya sebesar 0,197 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t
hitung yang negatif sebesar -1,309. Berdasarkan hasil pengujian
regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H2a
yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan ditolak.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Bambang dkk (2015) &
asmawati dkk (2013), Fuerst dan Kang (2000), Hermuningsih
(2010), Susanti dan Mildawati, (2014) yang membuktikan
Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Namun, hasil dari penelitian ini menguatkan hasil penelitian Senda
85
(2012), Wida dan Suartana (2014) Abukosim dkk (2015) dan Lestari
dkk., (2015).
Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini berupaya
menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kepemilikan manajerial tidak
mampu mengurangi konflik agensi yang timbul akibat hubungan
keagenan. Jumlah kepemilikan manajerial yang besar tidak mampu
mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham,
sehingga tujuan perusahaan dalam mencapai nilai perusahaan yang
tinggi tidak dapat tercapai. Para manajer memiliki kepentingan yang
cenderung dipenuhinya dibandingkan dengan pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan (Wida dan Suartana, 2014:586).
Arah koefisien beta yang menunjukkan kearah negatif sebesar -
1,309 menunjukkan rendahnya saham yang dimiliki oleh manajemen
mengakibatkan pihak manajemen belum merasa ikut memiliki
perusahaan, karena tidak semua keuntungan yang di dapat perusahaan
dapat dinikmati oleh manajemen, yang menyebabkan pihak
manajemen termotivasi untuk memaksimalkan utilitasnya sehingga
merugikan pemegang saham. Selain itu dengan rendahnya
kepemilikan saham oleh manajemen membuat kinerja manajemen
juga cenderung rendah sehingga tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Dengan demikian, kepemilikan manajemen belum
mampu menjadi mekanisme untuk meningkatkan nilai perusahaan
(Senda, 2012:5).
86
H2b: Kepemilikan Institusional secara parsial berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel
Kepemilikan institusional (Kep inst) tehadap nilai perusahaan
berpengaruh sigifikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien -
0,698 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,004 lebih kecil dari α =
0.05 dan nilai t hitung yang negatif sebesar -2,988. Berdasarkan hasil
pengujian regresi berganda secara individual dapat disimpulkan
bahwa H2b yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan diterima.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Bambang dkk (2015) &
asmawati dkk (2013), Susanti dan Mildawati (2014), Senda (2012),
Solekah dan Vinusita, (2014) yang membuktikan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun,
hasil dari penelitian ini menguatkan hasil penelitian Wida dan
Suartana, (2014), Slovin dan Sushka, (1993), Abukosim dkk (2015)
dan Dian dan Rika, (2014).
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kepemilikan institusional
membawa dampak pada semakin kuatnya tingkat pengendalian yang
dilakukan pihak pemegang saham atas perilaku manajer yang
ditujukan untuk mengurangi agency cost dan meningkatkan nilai
perusahaan. Hal tersebut pada akhirnya mengarah pada berbagai
upaya untuk mengurangi tingkat kecurangan serta penyelewengan
87
yang dilakukan oleh pihak manajemen sebagai bentuk tindakan
opurtunistiknya (Dian dan Rika, 2014).
Arah koefisien beta yang menunjukkan kearah negatif sebesar -
2,988 menunjukkan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional
yang tinggi dapat berdampak pada penurunan harga saham
perusahaan dipasar modal sehingga kepemilikan institusional belum
mampu menjadi mekanisme yang dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Sebab, kepemilikan institusional memiliki
kecenderungan berpihak pada manajemen dan mengarah pada
kepentingan pribadi sehingga mengabaikan pemegang saham
minoritas. Kepemilikan institusional juga hanya berfokus pada laba
saat ini, sehingga jika laba saat ini tidak memberikan keuntungan
yang baik oleh pihak institusional maka pihak institusional akan
menarik sahamnya dari perusahaan dan mengakibatkan penururnan
terhadap nilai perusahaan. Akibatnya pasar saham mereaksi negatif
yang berupa turunnya volume perdagangan saham dan harga saham,
sehingga menurunkan nilai pemegang saham Oleh karena itu dengan
kepemilikan institusional yang tinggi belum tentu meningkatkan nilai
perusahaan (Susanti dan Mildawati, 2014:5).
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Merujuk pada hasil analisis, pengujian hipotesis, pembahasan serta
temuan penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan penelitian
sebagai berikut:
1. Variabel modal intelektual tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini berarti pasar tidak memberikan penilaian yang lebih
tinggi pada perusahaan yang memiliki modal intelektual yang lebih
tinggi. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa penghargaan
pasar pada suatu perusahaan lebih didasarkan pada sumber daya fisik
yang dimiliki, investor cenderung tidak menitikberatkan pada sumber
daya intelektual yang dimiliki perusahaan (Sunarsih dan Mendra,
2012:14).
2. Variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini
berupaya menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kepemilikan
manajerial tidak mampu mengurangi konflik agensi yang timbul akibat
hubungan keagenan. Jumlah kepemilikan manajerial yang besar tidak
mampu mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham,
sehingga tujuan perusahaan dalam mencapai nilai perusahaan yang
tinggi tidak dapat tercapai. Para manajer memiliki kepentingan yang
89
cenderung dipenuhinya dibandingkan dengan pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan (Wida dan Suartana, 2014:586).
3. Variabel kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kepemilikan
institusional membawa dampak pada semakin kuatnya tingkat
pengendalian yang dilakukan pihak pemegang saham atas perilaku
manajer yang ditujukan untuk mengurangi agency cost dan
meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut pada akhirnya mengarah
pada berbagai upaya untuk mengurangi tingkat kecurangan serta
penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen sebagai bentuk
tindakan opurtunistiknya (Dian dan Rika, 2014).
B. Implikasi
1. Bagi manajemen perusahaan, dengan hasil arah koefisien beta positif
pada modal intelektual diharapkan bisa digunakan sebagai gambaran
bahwan modal intektual bisa dijadikan kekuatan daya saing dalam
meningkatkan keunggulan kompetitif serta meningkatkan laba
perusahaan.
2. Bagi Investor, agar bisa selektif dalam memilih perusahaan yang akan
dijadikan tempat untuk berinvestasi. Investor juga perlu memperhatikan
kebijakan perusahaan serta keputusan–keputusan dan pengaruhnya
terhadap nilai perusahaan dengan tetap mempertimbangkan dampak
positif dan negatifnya. Dengan demikian, investor memiliki
90
pertimbangan yang lebih untuk mencermati dari kebijakan perusahaan
serta keputusan–keputusan yang dimiliki perusahaan.
3. Bagi akademisi, peneliti serta pembaca, diharapkan dapat melanjutkan
penelitian yang berhubungan dengan modal intelektual, struktur
kepemilikan dan nilai perusahaan, sehingga bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
C. Saran
1. Bagi penelitian berikutnya dapat menambahkan faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan seperti leverage, kebijakan deviden,
investment opportunity set, dan keputusan pendanaan.
2. Bagi penelitian berikutnya dapat menambahkan jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian, sehingga hasilnya lebih mencerminkan
kondisi perusahaan – perusahaan yang menyeluruh secara umum.
3. Penelitian selanjutnya dapat menguji kembali pengaruh modal
intelektual pada nilai perusahaan dengan menggunakan model lain dan
mempertimbangkan untuk menambahkan variabel pengungkapan modal
intelektual yang terdapat pada annual report perusahaan.
91
DAFTAR PUSTAKA
Abukosim, Mukhtaruddin, dan Ika Sasti F. 2014. “Ownership Structure and Firm
Values : Empirical Study on Indonesia Manufacturing Listed Companies”.
Reshearches World : Journal of Arts, Science and Commerce. VOL-V, Issue-4.
Oktober 2014. Hal 1-14\
Abdolmohammadi, M. J. 2005. Intellectual Capital Disclosure and Market
Capitalization. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, No. 3: 397-416.
Abdolmohammadi, M. J. 2005. Intellectual Capital Disclosure and Market
Capitalization. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, No. 3: 397-416.
Adri, Fazdillah. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, Kinerja
Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Property dan Real Estate) JOM FEKON
Vol. 1 no. 2 Oktober.
Anggraeni, Selly Haryono, Fitriany, dan Eliza Fatimah. 2015. Analisis Pengaruh Struktur
Modal dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan SNA.
Belkaoui, A. R (2003). Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational
Firms: A Study of the Resource-Based and Stakeholder Views. Journal of
Intellectual Capital 4(2), 215-226.
Bemby S, Bambang, Mukhtaruddin, Arista H dan Rahmah F. 2015. “Intellectual
Capital, Firm Value, and Ownership Structure as Moderating Variable :
Empirical Study on Banking Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2009-
2012”. Asian Social Science. VOL.11, No.16. hal 148-159
Berzkalne, I. dan Elvira Zelgalve. 2013. Intellectual Capital and Company Value
Contemporary Issues in Business, Management and Education. University of
Latvia.
Bontis, Nick, William, dan Stanley. 2000. “Intellectual Capital and Bussiness
Performance in Malaysian Industries”. Journal of Intellectual Capital. Vol.1,
No.1. hal 85-100
Chairunissa Citra, dan Raden Rosiyana Dewi. 2015. Pengaruh Intellectual Capital
Terhadap Kinerja Keuangan Dan Penilaian Pasar Dengan Corporate Governance
Sebagai Variabel Moderasi.
Chen, M. C., Cheng, S. J., & Hwang, D. Y. C. (2005). An Empirical Investigation of
the Relationship between Intellectual Capital and Firms’ Market Value and
Financial Performance. Journal of Intellectual Capital, 6(2), 159-176.
http://dx.doi.org/10.1108/14691930510592771
92
Dian, Fachrur dan Rika Lidyah, 2014. “Pengaruh Corporate Social Responsibility,
Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikam Institusi terhadap Nilai Perusahaan
Tambang Batu Bara yang Terdaftar di BEI”, S1 Akuntansi, STIE MDP.
Faisal. (2004). Analysis Agency Costs, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme
Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar.
Firer, S., and S. M. Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures
of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4, No. 3: 348-360.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Haruman, T. (2008). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Keuangan
dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Jensen, Michael C, dan William H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm : Managerial
Behaviour, Agency Costs, and Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics. October 1976. V.3, No.4. pp 305-360.
Lev, B. 1997. Announcing the foundation of the intangible research center at the
Vincent C. Ross Institute of Accounting Research. Accounting Horizons
(March): 136-138.
Pulic, Ante. 1998. “Measuring The Performance of Intellectual Potential in Knowledge
Economy”. Presented in1998 at the 2nd McMaster World Congress on Measuring
and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential.
______. 1999. Basic information on VAICTM. available at: www.vaic-on.net . Diakses
pada 30 Maret 2016
______. 2000. VAICTM- an Accounting Tool for Intellectual Capital Management.
available at: www.measuring-ip.at/papers/ham99txt.htm Diakses pada 30 Maret
2016.
Putra, I.G.C. 2012. “Pengaruh Modal Intelektual Pada Nilai Perusahaan Perbankan
Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Humanika. Vol.2, No.1. Desember 2012. Hal : 1-22
Randa, F. D. A. S. 2012. Pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai Perusahan. Jurnal
93
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi, 10(1), 24-27.
Sawarjuwono,Tjiptohadi, dan Agustine P.K. 2003. “Intellectual Capital : Perlakuan,
Pengukuan dan Pelaporan (Sebuah Library Research)”. Jurnal Akuntansi &
Keuangan. Vol.5, No.1. Mei 2003. Hal :35-57.
Sholekah, Febrina Wibawati, dan Lintang Venusita. 2014. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusianal, Leverage, Firm Size dan Corporate Social
Responcibility terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan High Profile yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2012. Jurnal Ilmu
Manajemen, Vo.2, No.3, Juli 2014.
Sianipar, M. 2009. The Impact of Intellectual Capital Towards Financial
Profitability and Investors’ Capital Gain on Shares: An Empirical Investigation
of Indonesian Banking and Insurance Sector for Year 2005-2007. Makalah
Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang: 4-6
November.
Solikhah, B. (2010). Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan,
Pertumbuhan dan Nilai Pasar pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek
Indonesia. Tesis. Universitas Diponegoro.
Solikhah, B., A. Rohman dan W. Meiranto. 2010. “Implikasi Intellectual Capital
Terhadap Financial Performance, Growth, dan Market Value: Studi Empiris
Dengan Pendekatan Simplistic Spesification”, Simposium Nasional Akuntansi
XIII. Purwokerto: 13-14 Oktober.
Stewart, T. A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organization.
Avalable at: www.intellectualcapital.com. (accessed June 2015).
Sudiyatno, Bambang, dan Elen Puspitasari. 2010. “Tobin’s Q Dan Altman Z-Score
sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan”. Kajian Akuntansi, Pebruari
2010. Hal 9- 21.
Sunarsih, N. M. dan Mendra, N. P. Y. 2012. “Pengaruh Modal Intelektual Terhadap
Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Simposium Nasional
Akuntansi XV. Banjarmasin.
Susanti, Rina dan Titik Mildawati. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajemen,
Kepemilikan Institusional dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai
Perusahaan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1
Sveiby. 1998. Measuring Intangables & Intellectual Capital – An Emerging First
Standard.http://www.sveiby.com/articles/Intangiblemethods.htm.
94
Tan, H. P., Plowman, D., & Hancock, D. P. (2007). Intellectual Capital and Financial
Returns of Companies. Journal of Intellectual Capital, 8(1), 76-95.
Ulum, Ihyaul. 2008. “Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia”.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.10, No.2. November 2008. Hal: 77-84
Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali & Anis Chairi. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja
Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Makalah
Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli.
Wahyudi, U. D. H. P. P. (2006). Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening.
Simposium Nasional Akuntansi IX . Padang.
Wida, Ni Putu P. D. Dan I Wayan Suartana. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial
dan Kepemilikan Institusional pada Nilai Perusahaan. EJurnal Akuntansi
Universitas Udayana 9.3 (2014):575-590.
Widarjo, Wahyu. 2011. “Pengaruh Modal Intelektual dan Pengungkapan Modal
Intelektual Pada Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh
2011.
Yuniasih, Ni Wayan, Dewa Gede Wirama. & I Dewa Nyoman Badera. 2010.
Eksplorasi Kinerja Pasar Perusahaan : Kajian Berdasarkan Modal Intelektual
(Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia).
www.idx.co.id (Diakses pada Juli 2015).
www.kompas.com (Diakses pada Maret 2016).
www.google.com
96
Lampiran 1 : Data Sampel Penelitian Perusahaan Property/Real Estate periode 2010-2014
Tahun Kode VAIC TM Kep. Manj Kep. Inst Tobin's Q Res 2
ADHI 2.78815569 0.002723 0.64798573 1.14970417 0.10
BKDP 2.76425434 0.157211 0.42160227 1.13343667 0.17
CTRA 4.56042693 0.002030 0.38705309 0.85495437 0.55
DGIK 5.86366421 0.028875 0.64405590 0.94216948 0.34
DILD 8.98714528 0.000000 0.60746445 1.01551231 0.33
2010 DPNS 3.07350794 0.068662 0.68498168 0.97825322 0.23
LAMI 3.77910002 0.000000 0.92883253 0.97723900 0.15
SMRA 3.74319831 0.002963 0.38442463 1.69211029 0.30
SSIA 3.47645338 0.002163 0.44866686 1.10974676 0.25
TOTL 3.93386811 0.025523 0.56500000 1.14057052 0.16
WIKA 5.33019442 0.002172 0.80955987 1.27704777 0.08
ADHI 5.12441849 0.000944 0.67785985 1.08933753 0.18
BKDP 2.40916382 0.157211 0.42160227 1.14662412 0.15
CTRA 4.69214174 0.002030 0.38705309 1.03618237 0.37
DGIK 2.67077116 0.028875 0.64405590 0.92718938 0.32
DILD 4.51649445 0.000000 0.21417559 1.41043017 0.08
2011 DPNS -0.91796676 0.057118 0.68089181 1.10590536 0.07
LAMI 5.17385321 0.000000 0.92883253 0.97408730 0.16
SMRA 4.18730798 0.002963 0.37871967 1.59916543 0.19
SSIA 5.65922428 0.001530 0.33776094 2.05564538 0.61
TOTL 3.97756720 0.025523 0.56500000 1.11402540 0.18
WIKA 6.36081024 0.002163 0.68604554 1.14854288 0.12
97
Tahun Kode VAIC TM Kep. Manj Kep. Inst Tobin's Q Res 2
ADHI 5.68890067 0.000472 0.55996714 1.23123288 0.10
BKDP -3.01060750 0.157211 0.42160227 0.99254935 0.25
CTRA 5.38117896 0.002030 0.37950190 1.20950137 0.21
DGIK 3.66414809 0.000911 0.64117876 0.99812124 0.27
DILD 5.62520431 0.000000 0.42137839 0.92209101 0.48
2012 DPNS 4.08742004 0.057109 0.59857058 0.88725546 0.38
LAMI 4.10383148 0.000000 0.92883253 0.91993979 0.21
SMRA 5.11058958 0.002823 0.41819084 1.79097725 0.40
SSIA 9.56288429 0.032313 0.21564520 1.77883081 0.25
TOTL 4.31077881 0.025523 0.56500000 1.82115877 0.52
WIKA 6.41885246 0.004114 0.67123215 1.53148971 0.25
ADHI 5.67496063 0.000056 0.81917588 1.23757460 0.04
BKDP -4.69368257 0.157211 0.42160227 0.99235794 0.23
CTRA 6.62968335 0.002091 0.38556639 1.09834075 0.33
DGIK 3.69708521 0.000911 0.64117861 0.92220778 0.35
DILD 5.59411522 0.000000 0.49392489 0.84081026 0.52
2013 DPNS 7.59778260 0.057109 0.66467394 0.80561517 0.47
LAMI 4.69669101 0.000000 0.92883253 0.81557053 0.32
SMRA 5.28448269 0.002823 0.37640860 1.57237689 0.15
SSIA 7.76239524 0.024874 0.28855646 1.00388247 0.48
TOTL 4.51549382 0.018250 0.56500000 1.30806516 0.00
WIKA 5.81478883 0.002195 0.66778451 1.52042137 0.24
98
Tahun Kode VAIC TM Kep. Manj Kep. Inst Tobin's Q Res 2
ADHI 4.84512243 0.002998 0.75329925 0.82687377 0.40
BKDP 9.83887508 0.087835 0.38061820 1.08086200 0.35
CTRA 6.62840335 0.002030 0.30626443 1.36234601 0.11
DGIK 3.69145396 0.000911 0.63981625 0.95842303 0.31
DILD 5.44323862 0.000001 0.42137839 1.38975605 0.01
2014 DPNS 2.67055951 0.000034 0.51184115 0.66794069 0.65
LAMI 7.96209140 0.000000 0.92883253 0.91509074 0.25
SMRA 5.50360863 0.002823 0.32026302 1.55571556 0.11
SSIA 5.39850214 0.011720 0.30414442 1.36076588 0.09
TOTL 4.20409508 0.018250 0.56500000 1.93562173 0.63
WIKA 6.10804608 0.000759 0.66276744 2.09797024 0.82
99
Lampiran 2 : Output Hasil Pengolahan Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
VAICTM 55 -4.69368257 9.83887508
4.690267780
5
2.488122090
60
Kep.Manaj 55 .00000001 .15721073 .0226558116
.0428291423
0
Kep.Inst 55 .21417559 .92883253 .5512664206
.1899718095
7
TQ 55 .66794069 2.09797024
1.204174838
8
.3393526920
9
Valid N
(listwise) 55
Sumber: output SPSS
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity
Statistics
Toleran
ce VIF
1 VAICT
M .706 1.416
Kep.Ma
naj .680 1.472
Kep.Inst .937 1.068
e. Dependent Variable: TQ
Sumber: data sekunder yang diolah
100
f. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
RES2
Test Valuea .25
Cases < Test Value 27
Cases >= Test Value 28
Total Cases 55
Number of Runs 28
Z -.134
Asymp. Sig. (2-tailed) .894
a. Median
Sumber: data sekunder yang diolah
g. Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .284 .110 2.590 .012
VAICTM .008 .012 .114 .693 .491
Kep.Mana
j -.165 .692 -.040 -.239 .812
Kep.Inst -.074 .133 -.080 -.560 .578
a. Dependent Variable: RES2
b. Sumber: data sekunder yang diolah
101
h. Uji Normalitas
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
RES2
N 55
Normal Parametersa,b
Mean .2771
Std.
Deviation .17677
Most Extreme
Differences
Absolute .116
Positive .116
Negative -.063
Test Statistic .116
Asymp. Sig. (2-tailed) .063c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: data sekunder yang diolah
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Adj R2
Hasil Uji Adjusted R2
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .428
a .183 .135
.3156466583
4
a. Predictors: (Constant), Kep.Inst, VAICTM, Kep.Manaj
Sumber: data sekunder yang diolah
102
b. Uji F
Hasil Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1.137 3 .379 3.805 .015b
Residual 5.081 51 .100
Total 6.219 54
a. Dependent Variable: TQ
b. Predictors: (Constant), Kep.Inst, VAICTM, Kep.Manaj
Sumber: data sekunder yang diolah
c. Uji t
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant
) 1.582 .193 8.212 .000
VAICTM .009 .021 .068 .450 .655
Kep.Mana
j -1.592 1.217 -.201 -1.309 .197
Kep.Inst -.698 .234 -.391 -2.988 .004
b. Dependent Variable: TQ
Sumber: data sekunder yang diolah