PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR...

120
PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Pada Perusahaan Property/Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2014) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Ayu Sekar Rini NIM: 109082000034 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016

Transcript of PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR...

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Pada Perusahaan Property/Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Ayu Sekar Rini

NIM: 109082000034

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016

ii

iii

iv

v

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Ayu Sekar Rini

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Januari 1992

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jalan Pondok Hijau Raya, Ciputat

6. Telepon : 0897-8220-537

7. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1996-2002: SD Islam Ruhama Cirendeu

2002-2005: SMP Negeri 02 Ciputat

2005-2008: MAN 4 Model Jakarta

2009-2013: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Humas Organisasi English Club Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta

Periode 2007-2008.

IV. PENGALAMAN KERJA

1. Guru Privat SD tahun 2010-2011.

2. Ibu Rumah Tangga 2011 – sekarang.

vii

THE EFFECT OF INTELLECTUAL CAPITAL AND OWNERSHIP STRUCTURE

TOWARD FIRM VALUE

Of Real Estate and Property Company Listed On Indonesia Stock Exchange

period 2010-2014

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyse the relationship between the

intellectual capital performance using pulic models (Value Added Intellectual

Coefficient-VAIC ™) as a method of quantifying, managerial ownership,

institutional ownership, and firm value (Tobin's Q). Is there a relationship

between the intellectual capital performance and the ownership structure of both

managerial ownership, and institutional to the firm market value.

Data from this study were obtained from financial statements and annual

reports of property/real estate companies drawn from the Indonesia Stock

Exchange. The population of this study is property/real estate companies listed on

the Indonesia Stock Exchange during the years 2010-2014 for 55 companies.

Determination of the sample using purposive sampling method. The type of data

used are secondary data in the form of annual reports by the media property/real

estate companies. The method of analysis used in this study is multiple regression

with SPSS 22 computer program.

The result of this research showed that simultaneously the intellectual capital,

managerial ownership and institusional ownership have significant relation

toward firm value with significancy 0,015. Partially, The results of this research

show that the performance of intellectual capital (VAICTM) does not have

significant effect on firm value (Tobin's Q) with significance of 0,665. The results

of this study also indicate that managerial ownership of the property/real estate

companies in Indonesia have no significant effect on firm value (Tobin's Q) with

significance of 0,197. However, the ownership that comes from institusional

ownership has a significant influence on firm value (Tobin's Q) with significance

of 0,004.

Keywords: Intellectual Capital, VAICTM, Managerial Ownership, Institutional

Ownership, firm value and Tobin's Q.

viii

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pada Perusahaan Property/Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2010-2014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara empiris hubungan antara

kinerja Modal Intelektual menggunakan model Pulic (Value Added Intellectual

Coefficient-VAIC™) sebagai metode kuantifikasi, struktur kepemilikan

manajerial, dan kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan (Tobin’s Q).

Apakah terjadi hubungan antara kinerja Modal Intelektual dan struktur

kepemilikan baik kepemilikan manajerial ataupun institusional dengan nilai pasar

perusahaan.

Data dari penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan

perusahaan property/real estate yang diambil dari Bursa Efek Indonesia. Populasi

penelitian ini adalah perusahaan property/real estate yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama tahun 2010-2014 sebanyak 55 perusahaan. Penentuan sampel

menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data

sekunder dengan media berupa laporan tahunan perusahaan keuangan. Metode

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda atau multiple

regression dengan program komputer SPSS 22.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada perusahaan property/real

estate di Indonesia secara simultan modal intelektual, struktur kepemilikan

manajerial dan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai

perusahaan dengan nilai signifikan sebesar 0,015, sedangkan secara parsial modal

intelektual tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan

(Tobin’s Q) dengan nilai signifikan sebesar 0,655, begitupun dengan hasil

penelitian dari struktur kepemilikan manajerial yang menunjukkan bahwa tidak

terdapatnya pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q)

dengan nilai signifikan sebesar 0,197. Namun, struktur kepemilikan yang berasal

dari kepemilikan saham institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan (Tobin’s Q) dengan nilai signifikan sebesar 0,004.

Kata kunci: Modal Intelektual, VAIC TM, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Institusional, Nilai Perusahaan , dan Tobin’s Q.

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh

Puji syukur Alhamdulillah, penulis persembahkan kehadirat Allah SWT

yang senantiasa memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Intelektual Dan

Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan”. Pada perusahaan

property/real estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. dengan baik dan

lancar.

Dengan selesainya skripsi ini, bagi penulis merupakan sebuah titik kulminasi

perjuangan yang selama ini ditempuh dalam rangka memperoleh gelar sarjana.

Oleh karena itu, penulis berharap dapat terus melanjutkan perjuangan dalam hal

mengembangkan diri dan menggapai cita-cita pada jenjang berikutnya. Dengan

skripsi ini pula, penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu akuntansi pada umumnya, dan mahasiswa Akuntansi khususnya.

Penulis meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan ketetapan

Allah SWT., namun penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang di sekitar

penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta dukungan pada penulis. Untuk

itulah pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih yang

tak terhingga kepada:

1. Suami ku Ganis Miftahuddin dan Keluarga kecil ku tercinta, semangat

hidupku untuk kalian terutama anak-anak, Sumayya Alsyafira dan

Nasrullah Qoidul Islam Al-fatih juga janin kecil yang sedang tumbuh

hidup di rahim umi. Syukur umi panjatkan kepada Allah memiliki kalian di

kehidupan ini menghapus suka dan duka serta menyemangati umi.

Terimakasih atas semangatnya suami dan anak-anakku.

2. Mama dan Papa, orang tuaku tersayang. Syukur saya panjatkan kepada

Allah karena terlahir sebagai anak dari Mama dan Papa. Mama dan Papa

juga untuk Umi mertua dan Ayah Mertua saya, beribu-ribu ucapan terima

kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran, perhatian, do’a dan

motivasi yang telah mama, papa, umi, dan ayah berikan kepada saya, yang

tak akan pernah bisa saya balas. Hanya Allah yang bisa membalasnya,

semoga mama, papa, umi, dan ayah selalu ada dalam rahmat Allah, aamiin.

x

3. Ibu Dr. Rini, Ak., CA., selaku dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi

ini yang senantiasa dengan tulus, ikhlas, sabar dan kasih sayangnya

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

4. Ibu Zuwesty Eka Putri, M. Ak, selaku dosen pembimbing II dalam

penulisan skripsi ini yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga

dan pikirannya dalam memberikan pengarahan, masukan-masukan serta

kritik dan saran yang membangun selama proses penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.si. selaku dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis.

6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku ketua jurusan akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

7. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang tidak dapat disebutkan

satu per satu atas ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

8. Segenap karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan

pelayanannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Keluarga besarku, kakak dan adikku, Ka Rio, Ka Ary, dan kakak iparku

Ka Yel juga adik iparku Wahyu, Rahman, Hera, Khalifah dan Milla.

Terima kasih atas semua perhatian, motivasi dan do’anya sehingga penulis

bisa menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk Ka Ary, makasih atas

semua nasihatnya Ka, insyaallah Ayu akan selalu berusaha untuk lebih

baik.

10. Sahabatku Rivan Yarid Anbiya, Okky Oktaviyani Rahayu, Nur Ika Hersy

Solihati, Lisa Sulistyarini, Arsi Ayu Rengganis dan teman-teman ku

semua. Terima kasih atas perhatian, suka cita dan kasih sayang yang kalian

beri. Terutama Biya yang banyak meluangkan waktu untuk mengajari saya

banyak hal. Semoga persahabatan kita tak akan pernah putus sampai akhir

hayat.

11. Teman-teman dan sahabat kelas Akuntansi A, terima kasih atas semua

kebersamaannya, kebahagiaan, kesedihan, kekompakkan, persaudaraan

yang telah kalian bagi untuk penulis sepanjang kita menuntut ilmu di

kampus, semoga perjuangan kita memberikan hasil yang kita impikan dan

terima kasih selalu memotivasi penulis untuk selalu semangat.

xi

12. Teman-teman angkatan 2009 akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan

satu per satu, terima kasih atas semua persahabatan dan motivasinya.

13. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini yang

tidak bisa penulis sebutkan satu per satu semoga semua bantuan yang telah

kalian berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan kritik

yang membangun untuk penulisan skripsi ini dari semua pihak.

Jakarta, April 2016

(Ayu Sekar Rini)

xii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................... vii

ABSTRAK .................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii

BAB. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian……………………..…………………. 1

B. Perumusan Masalah……………………………………..……… 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..... 12

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil

1. Stakeholder Theory……………………………………………….. 15

2. Legitimacy Theory………………………………………....... 17

3. Resource Based Theory…………………………………………... 19

4. Agency Theory…………………………………………................. 22

5. Signalling Theory…………………………………………............. 25

xiii

6. Intangible Assets………………………………………….............. 27

7. Modal Intelektual…………………………………………............. 30

8. Pengukuran dan Perhitungan Modal Intelektual ……………… 33

a. Value added Capital Coefficient..………….…………… 33

b. Value added Human Capital …………...………………. 34

c. Structural Capital Value added…………………………….. 35

d. Value added Intellectual Coefficient……………………….. 36

9. Struktur Kepemilikan………………………………………… 36

a. Struktur Kepemilikan Manajerial ………..……………... 38

b. Struktur Kepemilikan Institusional ……………………... 39

10. Nilai Perusahaan…………………………………………….. 42

B. Penelitian Sebelumnya……………………………………........... 45

C. Kerangka Berpikir……………………………………………..... 53

BAB. III. METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………… 58

B. Metode Penentuan Sampel……………………………………... 58

C. Metode Pengumpulan Data………………………………….…. 59

D. Metode Analisis Data ………………………………….………. 60

1. Analisis Statistik Deskriptif ……………………………….. 60

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolonieritas ………………………………….. 60

b. Uji Autokolerasi ………………………………….…… 61

c. Uji Heteroskedastisitas ……………………..…………. 61

d. Uji Normalitas Data …………………………………... 62

3. Uji Hipotesis …………….…………………………………. 62

xiv

a. Uji Adj R2………………………….…………………. 63

b. Uji F ……………………….………………………….. 64

c. Uji t ………………….………………………………... 64

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

1.1. Modal Intelektual (VAIC TM) ………………………. 64

a. Value Added……………………………………...… 65

b. Value added Capital Coefficient ………………….. 66

c. Value added Human Capital ..…………………….. 66

d. Structural Capital Value added …………………… 67

e. Value added Intellectual Coefficient ...……………. 68

1.2. Struktur Kepemilikan. ………………………………... 68

a. Struktur Kepemilikan Manajerial ……...………….. 68

b. Struktur Kepemilikan Institusional ……..…………. 69

2. Variabel Dependen

a. Nilai Perusahaan …………………………………… 69

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran ObjekPenelitian

1. Deskripsi Objek Penelitian ..……………………………….. 71

2. Deskripsi Sampel Penelitian ………………………...……... 71

B. Hasil Uji Analisis Data penelitian

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ……………………………...... 73

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolonieritas ………………………………….... 75

b. Uji Autokorelasi ………………………………………... 76

xv

c. Uji Heterokedastisitas …………………………………... 77

d. Uji Normalitas ………………………………………….. 78

3. Hasil Uji Hipotesis

a. Uji Adj R2 …………………………………………….... 79

b. Uji F ……………………………………………………. 80

c. Uji t …………………………………………………….. 81

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………........ 88

B. Implikasi ………………………………………………..……….. 89

C. Saran ……………………………….….……………………........ 90

DAFTAR PUSTAKA ……………………...….………………………………. 91

xvi

DAFTAR TABEL Tabel. 2.1. : Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ………………………………... 45

Tabel 4.1. : Proses Seleksi Populasi Perusahaan Property/Real Estate….... 72

Tabel 4.2. : Daftar Nama Perusahaan ……………………………………....... 72

Tabel 4.3. : Hasil Uji Statistik Deskriptif ……………………………………. 74

Tabel 4.4. : Hasil Uji Multikolinieritas …………………………................ 75

Tabel 4.5. : Hasil Uji Autokorelasi …………………………………….......... 76

Tabel 4.6. : Hasil Uji Heterokedastisitas …………………………………. 77

Tabel 4.7. : Hasil Uji Normalitas ……………………………………………. 78

Tabel 4.8. : Hasil Uji Adj R2 ..……………………………………………….. 79

Tabel 4.9. : Hasil Uji F ……………………………………………………. 80

Tabel 4.10. : Hasil Uji t ………………………………………………………... 82

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. : Kerangka Pemikiran

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Sample Penelitian

Lampiran 2 : Output Hasil Pengolahan Data

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan globalisasi dalam bisnis masa kini telah banyak memiliki

perubahan, tidak hanya mempergunakan produk dari jenis usaha tersebut

melainkan juga menggunakan suatu inovasi dari hal-hal yang tidak berwujud.

Inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa

perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya.

Perusahaan-perusahaan yang sebelumnya menggunakan labor based

industries yaitu industri berdasarkan tenaga kerja sekarang banyak mulai

mengedepankan knowledge based industries yaitu industri berdasarkan ilmu

pengetahuan untuk memajukan perusahaan dan meningkatkan penilaian pasar

perusahaan dan menciptakan kemakmuran perusahaan akan bergantung pada

transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri didasari penerapan

ekonomi dan manajemen berbasis ilmu pengetahuan.

Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal

yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan

aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang

berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu

pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara

menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang

nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert, 1998 dalam

2

Sawarjuono dan Kadir, 2003). Berkurangnya atau bahkan hilangnya aktiva

tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya penghargaan

pasar terhadap terhadap mereka. Rupert (1998) dalam Sawarjuono dan Kadir

(2003) mengungkapkan bahwa ini tercermin dari banyaknya perusahaan yang

memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan

namun penghargaan pasar atas perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi,

indikator pencapaian tujuan perusahaan, visi dan misi biasanya dapat dilihat

dari nilai pasar perusahaan (market value). Banyak pengupayaan dari

perusahaan untuk mencapai penilaian pasar yang baik, berdasarkan hal diatas

dapat disimpulkan bahwa nilai pasar perusahan (market value) terjadi karena

masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat

meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin, 2000 dalam Sawarjuono dan

Kadir, 2003). Salah satu komponen dari modal intelektual yang banyak telah

diterapkan untuk mengembangkan nilai pasar perusahaan adalah penggunaan

sumber daya manusia atau karyawan yang berkualitas, memiliki pengetahuan

teknologi yang handal dan dapat mengkomunikasian hubungan baik antar

pelanggan. Contoh hal ini dapat kita lihat pada aplikasi komputer yang

diproduksi oleh Microsoft, dimana produk yang dihasilkan dibuat

berdasarkan kemampuan modal intelektual dari karyawannya.

Modal intelektual (intellectual capital) merupakan topik yang baru

berkembang beberapa tahun belakangan ini. Di Indonesia, fenomena

intellectual capital (IC) mulai berkembang terutama setelah munculnya

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 revisi 2000 terbaru

3

sekarang PSAK No. 19 revisi 2015 tentang aktiva tidak berwujud. Menurut

PSAK No. 19, tentang aktiva tidak berwujud antara lain ilmu pengetahuan

dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak

kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang. Aktiva

tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak

mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan

atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau

untuk tujuan administratif (Ikatan Akuntan Indonesia, 2015).

Modal intelektual dengan segala pengetahuan dan teknologi yang dikuasai

suatu perusahaan akan membuat perusahaan tersebut mampu

mengantisipasi dan menghadapi segala bentuk ketidakpastian yang dapat

mengancam eksistensinya. Kondisi tersebut dapat bermanfaat untuk

meningkatkan nilai perusahaan melalui penciptaan laba, strategi, inovasi

teknologi, loyalitas pelanggan, pengurangan biaya, dan peningkatan

produktivitas (Randa dan Solon, 2012).

Abidin (2000) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003) menyatakan bahwa

perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila

menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi

kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan. Penciptaan nilai

bagi perusahaan adalah ketika perusahaan mampu menghasilkan sesuatu yang

lebih dari sumber daya yang diinvestasikan. Dengan kata lain, apabila

perusahaan mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki

4

sehingga sumber daya tersebut dapat menciptakan value added bagi

perusahaan, maka hal ini disebut sebagai value creation (Ulum, 2008).

Ulum (2008) menyatakan bahwa penciptaan nilai yang tidak berwujud

(intangible value creation) harus mendapatkan perhatian yang cukup karena

hal ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap penilaian perusahaan.

Lebih lanjut, Ulum (2008) menyatakan bahwa dalam value creation, format

yang terukur/berwujud (tangible form) seperti pendapatan tergantung pada

format yang tidak berwujud (intangible form). Dengan kata lain modal

intelektual merupakan sumber penciptaan nilai tidak berwujud yang

berhubungan dengan kemampuan karyawan, sumber daya organisasi, dan

sistem operasi serta hubungan dengan para stakeholder yang penting untuk

menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dalam industri. Selain

itu modal intelekual juga sering menjadi faktor penentu utama perolehan laba

suatu perusahaan yang dianggap sebagai kekuatan untuk mencapai

kesuksesan bisnis.

Sebuah ukuran yang tepat untuk IC masih terus dikembangkan. Pulic

(2000) dalam Ulum (2008) menyarankan sebuah pengukuran tidak langsung

terhadap IC yaitu dengan mengukur efisiensi dari nilai tambah yang

dihasilkan oleh kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual

Coefficient - VAIC). VAIC adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengukur efisiensi nilai tambah yang diperoleh dari kemampuan

intelektual perusahaan. Komponen utama VAIC yang dimiliki perusahaan

5

yaitu physical capital, human capital, dan structural capital (Pulic, 1998

dan 2000 dalam Ulum, 2008).

Konsep mengenai modal intelektual telah menjadi fokus perhatian bagi

akuntan. Hal ini mendorong para akuntan untuk melakukan penelitian

mengenai cara mengidentifikasi, cara pengukuran yang tepat, dan juga cara

pengungkapannya dalam laporan keuangan. Dengan diperhatikannya modal

intelektual dan juga pengelolaannya yang baik, diharapkan dapat

meningkatkan nilai perusahaan dimasa yang akan datang (Lailatul Qomaria,

2016).

Pada umumnya perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu

memaksimalkan kesejahteraan dari shareholder perusahaan yang tercermin

dari nilai perusahaannya. Maksimalisasi nilai perusahaan memiliki arti lebih

luas daripada maksimalisasi laba. Berdasarkan beberapa alasan maksimalisasi

nilai bararti memaksimalkan nilai waktu dari uang, hal itu juga berarti

maksimalisasi nilai dari beberapa resiko yang dipertimbangkan pada aliran

pendapatan perusahaan dan aliran dana yang diharapkan akan diterima

dimasa depan (Haruman, 2008 dalam Abukosim, Mukhtarudin, dan Ika,

2014). Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya, apabila harga

saham tinggi maka nilai perusahaan juga tinggi.

Pendirian sebuah perusahaan pasti telah didasari dengan tujuan

perusahaan yang jelas. Martono dan Harjito (2003) menyatakan bahwa tujuan

perusahaan dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama yaitu mencapai

keuntungan semaksimal mungkin atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan

6

yang kedua yaitu ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik

saham (stockholders). Tujuan ketiga yaitu meningkatkan nilai perusahaan

yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan diatas tidaklah berbeda

secara substansial, hanya penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing

perusahaan saja yang berbeda.

Struktur kepemilikan juga berperan penting dalam penilaian dan kinerja

perusahaan. Struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial,

institusional, dan publik dipercaya dapat mempengaruhi jalannya suatu

perusahaan, yang pada akhirnya akan juga maksimalisasi nilai perusahaan

dan mempengaruhi kinerja perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusional, merupakan struktur kepemilikan

yang memiliki peran sebagai pengendali dalam pengambilan kebijakan

perusahaan. Sedangkan kepemilikan publik umumnya tidak memiliki

wewenang dalam mempengaruhi pengambilan kebijakan perusahaan.

Struktur kepemilikan manajerial merupakan proporsi saham yang dimiliki

oleh jajaran manajerial yang meliputi direksi, komisaris, dan manajer,

sedangkan kepemilikan institusional merupakan proporsi saham yang dimiliki

institusi seperti pemerintah, perusahaan asuransi, dan perusahan lain sejenis

serta blockholder (kepemilikan atas nama individu diatas 5%).

Kasus krisis ekonomi global yang terjadi tahun 2008 sangat berdampak

pada pasar modal di Indonesia, hal ini tercermin dari koreksi harga saham

yang turun hingga 40-60 persen dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25

November 2008). Hal ini disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor

7

asing yang membutuhkan likuiditas yang diperparah dengan adanya aksi

“ikut-ikutan” dari investor domestik yang secara ramai-ramai melepas

sahamnya. Tentunya hal ini secara harfiah mempengaruhi nilai perusahaan di

mata investor. Harga saham yang meningkat indentik dengan meningkatnya

kemakmuran pemegang saham. Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008)

dalam Asmawati & Lailatul (2013), firm value (nilai perusahaan) merupakan

konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar untuk

menilai perusahaan secara keseluruhan sekaligus sebagai cerminan dari

penambahan jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan. Salah

satu bagian yang berperan dalam meningkatkan nilai perusahaan adalah

manajemen. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimalkan

kesejahteraan para pemegang saham. Namun di sisi lain manajer juga

mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Hal

ini lah yang sering kali menimbulkan masalah, yang sering disebut sebagai

masalah keagenan. Munculnya konflik keagenan akan mempersulit pemilik

perusahaan dalam memonitor manajer dalam proses mengelola perusahaan.

Pengaruh konflik keagenan ini akan menyebabkan penurunan nilai

perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial

dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance

utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan.

Penelitian tentang hubungan kinerja modal intelektual dan struktur

kepemilikan terhadap nilai pasar perusahaan sejauh ini masih jarang

dilakukan. Penelitian ini menganalisis apakah ada hubungan pengaruh

8

antara kinerja modal intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan. Perusahaan di bidang industri Property/Real Estate ini dipilih

oleh peneliti karena merupakan salah satu jenis knowledge based

industries. Industri-industri yang termasuk dalam knowledge based industries

memiliki kelebihan daripada sektor lain karena industri tersebut

memanfaatkan inovasi-inovasi baik produk maupun jasa yang

diciptakannya untuk bersaing dalam memberikan nilai tersendiri atas

produk dan jasa yang dihasilkan bagi konsumen (Widiyaningrum, 2004

dalam Putri, 2011). Dimana inovasi-inovasi tersebut menjadi suatu aspek

yang sangat penting bagi perusahaan.

Beberapa penelitian modal intelektual telah dilakukan penelitian di luar

Indonesia yaitu diantaranya Belkaoui (2003), Chen dkk. (2005) tentang modal

intelektual pada nilai perusahaan.

Irina Berzkalne & Elvira Zelgalve (2013) menunjukkan bahwa:

“The study finds that an increase in intellectual capital should increase

the value of the company. Yet empirical results by other authors are

inconsistent, and this study obtained mixed results as well. There is a

statistically significant relationship between intellectual capital and company

value for enterprises in Latvia and Lithuania, whereas such correlation was

not observed for companies in Estonia”

Dalam hasil jurnal tersebut dijelaskan bahwa modal intelektual memiliki

pengaruh pada nilai perusahaan.di Indonesia menunjukan hasil yang belum

sepenuhnya bersifat konsisten.

Adapun hasil penelitian Bambang, Mukhtarudin, Arista, dan Rahmah

(2015) menunjukan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai

perusahaan dan merupakan variabel yang berpengaruh signifikan dalam

9

penilaian perusahaan, I Gede Cahyadi Putra (2012), Randa dan Ariyanto

(2012), Diva dan Mitha (2014) juga menunjukan keberhasilan adanya

pengaruh modal intelektual pada nilai perusahaan sedangkan hasil yang

berbeda ditunjukkan oleh penelitian Kuryanto dan Muchamad (2008),

Yuniasih dkk. (2010), Solikhah (2010) serta Sunarsih dan Mendra (2012)

yang tidak berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh pada

nilai pasar perusahaan yang dimana tidak dapat memberikan nilai tambah

pada perusahaan.

Untuk variabel yang diteliti lainnya yaitu struktur kepemilikan saham

manajerial dan institusional. Bukti empiris mengenai pengaruh Struktur

Kepemilikan saham pada Nilai Perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda-

beda. Dalam penelitian Komang Fridagustina Adnantara (2013) menunjukkan

bahwa kepemilikan manajerial dan institutional tidak berpengaruh signifikan

pada Nilai Perusahaan dan penelitian Abukosim, Mukhtarudin, dan Ika

(2014) menunjukkan bahwa Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh

signifikan pada nilai perusahaan dan Kepemilikan Institusional memiliki

pengaruh signifikan pada nilai perusahaan sedangkan penelitian Asmawati

dan Lailatul (2013) menunjukkan bahwa hanya kepemilikan manajerial yang

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena

kepemilikan manajerial dianggap mampu mengurangi masalah keagenan

yang timbul akibat perbedaan kepentingan antara manajerial dengan

pemegang saham atau pemilik perusahaan, yang tentu akan berdampak

terhadap nilai perusahaan.

10

Atas dasar argumentasi teoritis di atas, peneliti yakin bahwa hasil uji

empiris yang berbeda (inkonsistensi) berkaitan dengan pengaruh modal

intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dapat

dijelaskan lebih lanjut juga kasus krisis yang terjadi pada tahun 2008 yang

menjadi pengaruh dari struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Jadi

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menguji bahwa pengaruh

modal intelektual terhadap nilai perusahaan secara keseluruhan juga pengaruh

kepemilikan saham perusahaan oleh pemilik. Penelitian ini menggunakan

Tobin’s Q sebagai ukuran nilai perusahaan. Rasio ini dinilai bisa memberikan

informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur

hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak

hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan.

Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya

terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham

namun juga kepada kreditur karena sumber pembiayaan operasional

perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang

diberikan oleh kreditur (Randa dan Ariyanto, 2012).

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui pengaruh modal

intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Penulis

mengambil judul “Pengaruh Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan

Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Property dan Real Estate

Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014”.

11

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, rumusan

masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah kinerja modal intelektual (VAIC) berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan?

2. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan?

3. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan?

4. Apakah kinerja modal intelektual, struktur kepemilikan manajerial dan

struktur kepemilikan institusional berpengaruh signifikan secara simultan

terhadap nilai perusahaan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan-rumusan masalah, penelitian ini dilakukan

bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:

a. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja modal

intelektual (VAIC) terhadap nilai perusahaan.

b. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh struktur

kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.

c. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh struktur

kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.

12

d. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja modal

intelektual, struktur kepemilikan manajerial dan struktur

kepemilikan institusional secara simultan terhadap nilai

perusahaan.

2. Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini

diharapkan memiliki manfaat bagi:

a. Peneliti/Akademisi

Bagi peneliti berguna untuk Memperkaya literatur akuntansi

mengenai pengaruh modal intelektual dan struktur kepemilikan

terhadap nilai perusahan. Memberikan wawasan dan pengetahuan

mengenai pengembangan teori akuntansi mengenai struktur

kepemilikan perusahaan, intangible asset dan intellectual capital,

serta nilai perusahaan. Sebagai acuan untuk penelitian

berikutnya dalam bidang intellectual capital, karena masih

sangat terbuka untuk penelitian lebih lanjut mengenai topik

intellectual capital.

b. Bagi Investor dan kreditor

Bagi Investor dan kreditor penelitian ini diharapkan sebagai

referensi untuk menilai kinerja intellectual capital perusahaan di

bidang property di Indonesia pada khususnya, sehingga (calon)

investor dapat menggunakannya sebagai indikator sebuah

13

perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang lebih baik

dibandingkan perusahaan pesaing dan membantu dalam

pengambilan keputusan investasi. Memberikan informasi mengenai

pengaruh kinerja modal intelektual dan struktur kepemilikan

terhadap nilai perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi (bagi

investor) dan keputusan pemberian kredit (bagi kreditor), serta

dapat digunakan sebagai sarana untuk memonitor penilaian dan

kinerja perusahaan

c. Bagi Perusahaan

Bagi Perusahaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada manajer sebagai dasar pengambilan keputusan

dalam menetapkan strategi perusahaan ke depan untuk dapat

bersaing dengan perusahaan lain maupun sejenis dalam

hubungannya dengan peningkatan value creation perusahaan

melalui pengelolaan intellectual capital dan menambah wawasan

mengenai kinerja intellectual capital yang akan berkontribusi

dalam value creation activity perusahaan.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil

1. Stakeholder Theory

Menurut Ghazali dan Chariri (2007), teori stakeholder merupakan

teori yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya

beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat

kepada seluruh stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen,

supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain).

Kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan pertimbangan bagi

manajemen perusahaan dalam mengungkap atau tidak suatu informasi di

dalam laporan perusahaan tersebut.

Teori ini menjelaskan hubungan stakeholder yang mencakup semua

bentuk hubungan antara perusahaan dengan seluruh stakeholder-nya.

Menurut teori ini, manajemen sebuah perusahaan diharapkan melakukan

aktivitas yang dianggap penting oleh para stakeholder mereka dan

kemudian melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut. Teori ini

menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan

informasi tentang bagaimana aktivitas perusahaan mempengaruhi

mereka. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan pertimbangan

utama bagi manajemen perusahaan dalam mengungkapkan dan atau tidak

mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan perusahaan.

15

Kelompok stakeholder tersebut meliputi pemegang saham, pelanggan,

pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.

Teori ini juga menjelaskan bahwa perusahaan akan memilih secara

sukarela untuk mengungkapkan informasi tentang kinerja intelektual,

lingkungan, dan sosial mereka, melebihi dan diatas permintaan wajibnya

untuk mengetahui harapan sesungguhnya atau diakui oleh stakeholder.

Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen

perusahaan dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari

aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan dan meminimalkan kerugian

yang mungkin muncul bagi stakeholder mereka. Seluruh aktivitas

perusahaan bertujuan untuk menciptakan nilai (value creation)

perusahaan, serta pemanfaatan sumber daya intelektual yang

memungkinkan perusahaan menciptakan nilai tambah. Value added

merupakan sebuah ukuran yang lebih akurat dalam mengukur nilai

sebuah perusahaan dibandingkan dengan return yang dianggap hanya

sebagai ukuran bagi shareholder (Ulum, 2008). Sehingga dengan

demikian keduanya dapat menjelaskan kekuatan teori stakeholder dalam

kaitannya dengan pengukuran nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan

utama teori ini maka diperlukan pengungkapan informasi yang lengkap

di dalam laporan keuangan perusahaan.

Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal maka

value creation yang dihasilkan akan semakin baik. Penciptaan nilai

(value creation) yang dimaksud adalah pemanfaatan seluruh potensi yang

16

dimiliki perusahaan, baik karyawan (human Capital), aset fisik (physical

capital), maupun structural capital. Pengelolaan yang baik atas seluruh

potensi ini akan menciptakan value added bagi perusahaan yang

kemudian dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan untuk

kepentingan stakeholder (Ulum, 2009).

2. Legitimacy Theory

Teori legitimasi berhubungan erat dengan teori stakeholder. Teori

legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari

cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang

berlaku di masyarakat. Menurut Dowling dan Pfeffer dalam Ghozali dan

Chariri (2007), legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi,

batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial,

dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis

perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Ghozali dan

Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang mendasari teori legitimasi

adalah kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat dimana

perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Shocker dan

Sethi dalam Ghozali dan Chariri (2007) memberikan penjelasan tentang

konsep kontrak sosial, yaitu:

“Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di

masyarakat melalui kontrak sosial, baik eksplisit maupun implisit,

dimana kelangsungan hidup pertumbuhannya didasarkan pada hasil akhir

yang secara sosial dapat diberikan kepada masyarakat luas dan distribusi

manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada kelompok sesuai dengan

power yang dimiliki.”

17

Berdasarkan teori legitimasi, organisasi harus secara berkelanjutan

menunjukan telah beroperasi dalam perilaku yang konsisten dengan nilai

sosial. Hal ini sering kali dapat dicapai melalui pengungkapan

(disclosure) dalam laporan perusahaan. Organisasi dapat menggunakan

disclosure untuk mendemonstrasikan perhatian manajemen akan nilai

sosial, atau untuk mengarahkan kembali perhatian komunitas akan

keberadaan pengaruh negatif aktivitas organisasi (Ulum, 2009).

Teori legitimacy sangat erat hubungannya dengan pelaporan

intellectual capital dan juga erat hubungannya dengan penggunaan

metode content analysis sebagai ukuran dari pelaporan tersebut.

Perusahaan sepertinya lebih cenderung untuk melaporkan intellectual

capital mereka jika mereka memiliki kebutuhan khusus untuk

melakukannya. Hal ini mungkin terjadi ketika perusahaan menemukan

bahwa perusahaan tersebut tidak mampu melegitimasi statusnya

berdasarkan tangible assets yang umumnya dikenal sebagai simbol

kesuksesan perusahaan (Ulum, 2009). Perusahaan yang legitimasinya

masih dipertanyakan bisa menggunakan informasi dengan melaporkan

modal intelektual untuk memperbaiki legitimasinya atau statusnya dimata

publik (Citra & Rosyana, 2015).

Berdasarkan kajian tentang teori stakeholder dan teori legitimacy,

dapat disimpulkan bahwa kedua teori tersebut memiliki penekanan yang

berbeda tentang pihak-pihak yang dapat mempengaruhi luas

pengungkapan informasi di dalam laporan keuangan perusahaan. Teori

18

stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang

dianggap powerfull. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi

pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan dan atau

tidak mengungkapkan suatu informasi dalam laporan keuangan.

Sedangkan teori legitimacy menempatkan persepsi dan pengakuan publik

sebagai dorongan utama dalam melakukan pengungkapan suatu

informasi di dalam laporan keuangan (Ulum, 2009).

Dalam konteks hubungan Intellectual capital dengan nilai perusahaan,

teori stakeholder lebih tepat digunakan sebagai basis utama untuk

menjelaskan hubungan intellectual capital dengan nilai perusahaan.

Dalam pandangan teori stakeholder, perusahaan memiliki stakeholders,

bukan sekedar shareholder. Menurut Riahi-belkaoui (2003) dalam Ulum

(2009), kelompok-kelompok „stake‟ tersebut, meliputi pemegang saham,

karyawan, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.

3. Resource Based Theory

Resources Based Theory (RBT) adalah suatu teori yang membahas

mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan bagaimana

perusahaan tersebut dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya

yang dimilikinya dengan baik (Bontis, 2000). Sebuah perusahaan

dipersepsikan sebagai kumpulan aset maupun kemampuan berwujud dan

tak berwujud (Firer dan Williams, 2003). Teori ini menjelaskan bahwa

penilaian perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan

19

dalam penggunaan yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun

tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability.

Resource based theory adalah teori yang membahas sumber daya

perusahaan dan bagaimana perusahaan dapat mengelola dan

memanfaatkan sumber daya (Randa dan Ariyanto, 2012). Dengan sumber

daya yang ada perusahaan dapat menciptakan nilai untuk bersaing

dengan kompetitor lain (Citra dan Rosiyana, 2015).

Resource based theory berpandangan bahwa perusahaan akan

mendapatkan keunggulan kompetitif dan kinerja optimal dengan

mengakuisisi, menggabungkan, dan menggunakan aset-aset vital untuk

memperoleh keunggulan kompetitif dan kinerja optimal (Lev, 1987).

Penyatuan aset berwujud dan tidak berwujud merupakan strategi

potensial untuk meningkatkan nilai perusahaan (Belkaoui, 2003 dalam

Yuniasih dkk, 2010).

RBT dapat menjelaskan bahwa perusahaan dengan kemampuan

mengelola intellectual capital dengan maksimal dalam hal ini seluruh

sumber daya yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital),

aset fisik (physical capital) maupun structural capital dapat menciptakan

nilai bagi perusahaan tersebut. Asumsi dari teori ini adalah bagaimana

perusahaan mendapatkan nilai tambah (value added) dengan mengelola

sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Penciptaan nilai tambah bagi perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

20

Menurut Solikhah (2010), teori sumber daya adalah pendekatan yang

menyatakan bahwa perusahaan akan lebih unggul dalam persaingan dan

mendapatkan penilaian perusahaan yang baik dengan cara sendiri,

kontrol, dan memanfaatkan aset strategis yang penting dalam bentuk

sumber daya unggul. Wijayanti (2013) menyatakan bahwa sumber daya

dapat dikatakan lebih unggul atau memiliki keunggulan kompetitif jika

memenuhi kriteria berikut

(1) Sumber ini memungkinkan perusahaan menangkap berbagai peluang

bisnis dan mengatasi tantangan,

(2) Sumber daya ini memiliki unik dan sulit untuk meniru dan diperoleh

di pasar dan hanya beberapa pemain yang dimiliki oleh bisnis sendiri,

dan

(3) Sumber daya tersebut dapat digunakan oleh perusahaan untuk

memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Dalam hubungannya dengan penelitian ini, teori sumber daya

menjelaskan bahwa perusahaan akan mendapatkan keuntungan

kompetitif dengan memanfaatkan sumber daya yang memenuhi kriteria

tertentu yang telah disebutkan. Sumber daya intelektual terdiri dari modal

manusia, modal fisik dan modal struktural dalam tiga klasifikasi

termasuk sumber daya unggul. Modal intelektual berkaitan dengan

pengetahuan, teknologi dan struktur formal perusahaan yang dapat

memberikan nilai lebih bagi perusahaan keunggulan kompetitif

(Sarwajuwono dan Augustine, 2003 dalam Bambang, Mukhtaruddin,

21

Arista dan Rahmah, 2015). Selanjutnya, Belkaoui (2003) menyatakan

bahwa investor akan memberikan nilai tinggi untuk perusahaan yang

memiliki kemampuan modal intelektual lebih besar.

4. Agency Theory (Teori Keagenan)

Agency theory secara khusus membahas mengenai adanya hubungan

keagenan, dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan

pekerjaan kepada pihak lain (agent) yang melakukan pekerjaan. Jensen

dan Meckling (1976) mengemukakan bahwa teori keagenan

mendefinisikan suatu hubungan kontrak yang melibatkan satu atau lebih

orang (prinsipal) dengan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa

pelayanan atas nama prinsipal serta mendelegasikan otoritas pengambilan

keputusan kepada agen. Perusahaan mempunyai banyak kontrak,

misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan

kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Untuk itulah

dalam teori agensi dikenal adanya kontrak kerja, yang mengatur proporsi

utilitas masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan

kemanfaatan secara keseluruhan.

Menurut Randa dan Ariyanto (2012) teori keagenan menggambarkan

potensi konflik bahwa kehadiran kontrol pemegang saham mayoritas atas

kebijakan perusahaan, akan dapat mengendalikan seluruh tindakan

manajemen dalam menjalankan perusahaan, termasuk dengan

memanfaatkan pengaruh modal intelektual perusahaan. Konflik antara

manajemen dan pemegang saham (masalah keagenan) dapat

22

diminimalkan dengan mekanisme pengawasan yang dapat menyelaraskan

kepentingan tersebut sehingga menghasilkan biaya agensi.

Berdasarkan asumsi sifat dasar yang dijelaskan oleh Eisenhardt (1989)

manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan

sifat oportunistik yang mengutamakan kepentingan pribadinya dan tidak

jarang tindakan manajer bukannya memaksimumkan kemakmuran

pemegang saham, melainkan meningkatkan kesejahteraan mereka

sendiri. Adanya perbedaan kepentingan ini menimbulkan terjadinya

konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer. (Selly, Fitriany,

dan Eliza, 2015). Sehingga timbullah istilah asymetric information

dimana ada perbedaain informasi yang didapat antara agent dan

principal.

Menurut Scott (2000) terdapat dua macam asimetri informasi: a.

Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam

lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek

perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat

mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh para pemegang saham

tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. b.

Moral Hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang

manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun

pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar

pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya

secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Asimetri

23

informasi dapat dijadikan sebagai sarana ataupun peluang praktik

pengelolaan laba, dikarenakan informasi yang dimiliki insider dan

outsider tidak seimbang, karena pada ada umumnya pihak insider

memanfaatkan informasi untuk mencapai tujuan mereka.

Untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya asymetric information,

maka perlu adanya pengawasan khusus dari pihak principal kepada pihak

agent atas kinerja operasional perusahaan sehari hari. Pengawasan atas

kinerja agent akan mengeluarkan biaya yang disebut agency cost. Biaya

agensi tersebut muncul akibat adanya konflik keagenan yang disebabkan

adanya perbedaan fungsi pengelolaan (manajer) dengan fungsi

kepemilikan dan kontrol perusahaan (prinsipal) yang menghasilkan

moral hazard (Jensen dan Meckling, 1976). Moral hazard merupakan

perilaku yang mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan nilai-

nilai moralitas (misalnya merugikan atau menyakiti orang lain).

Berdasarkan konteks teori keagenan moral hazard terjadi ketika ada

asimteri informasi antara prinsipal sebagai pemilik perusahaan dengan

agen sebagai pengeola perusahaan. Suhardjanto dan Wardhani (2010)

menyatakan, Agency Theory menempatkan pengungkapan sebagai

mekanisme yang dapat mengurangi biaya yang dihasilkan dari konflik

antara manajer dengan pemegang saham (compensation contracts).

Agency theory memberikan rerangka untuk menghubungkan perilaku

pengungkapan sukarela terhadap tata kelola perusahaan, dimana

mekanisme pengendalian dibuat untuk mengurangi permasalahan agensi

24

yang muncul dari pemisahan kepemilikan dan manajemen (Welker,

1995). Pernyataan ini dapat diperluas menjadi pengungkapan modal

intelektual, dimana manajemen dapat menentukan tingkat pengungkapan

sehingga mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor yang

berkaitan dengan dampak modal intelektual terhadap nilai perusahaan.

Tingkat pengungkapan modal intelektual yang tinggi diharapkan dapat

menjadi alat pengawasan yang lebih intensif bagi perusahaan untuk

mengurangi asimetri informasi dan perilaku-perilaku yang oportunis.

5. Signalling Theory (Teori Sinyal)

Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik

dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian

pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik

dan buruk (Hartono, 2005). Agar sinyal tersebut baik maka harus dapat

ditangkap pasar dan dipresepsikan baik serta tidak mudah ditiru oleh

perusahaan yang memliki kualitas yang buruk (Mengginson dalam

Hartono, 2005).

Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang

dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku

bisnis karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan

atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan

masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan

bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan

25

tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat

analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah

menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu

menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal

baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman

informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi

perubahan dalam volume perdagangan saham (Randa dan Ariyanto,

2012).

Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan

adalah intellectual capital. Bagi perusahaan yang memiliki profitabilitas

yang rendah cenderung lebih banyak mengungkapan intellectual capital

dalam laporan keuangannya. Hal ini dikarenakan perusahan

memanfaatkan biaya yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya

modal intelektual perusahaan. Biaya terhadap pengembangan sumber

daya modal intelektual tersebut diakui sebagai beban dalam laporan laba

rugi perusahaan sehingga mengakibatkan rendahnya kinerja perusahaan

dalam menghasilkan pendapatan di masa sekarang, tetapi diharapkan

akan memberikan sinyal informasi untuk prospek yang bagus bagi

perusahaan di masa yang akan datang (Citra dan Rosiyana, 2015).

6. Intangible Assets (Aset Tidak Berwujud)

Aktiva atau Asset tak berwujud adalah harta yang tidak memiliki

bentuk tetapi sah dimiliki perusahaan dan dapat menghasilkan

26

keuntungan bagi perusahaan. Aktiva atau Asset Tidak Berwujud

(intangible assets) adalah jenis aset yang tidak memiliki wujud fisik.

Jenis utama aset tidak berwujud adalah hak cipta, paten, merek dagang,

rahasia dagang, dan Goodwill. Aset jenis ini mempunyai umur lebih dari

satu tahun (aset tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama periode

pemanfaatannya, yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun.

Aset tak berwujud didefinisikan dalam paragraf 8 PSAK 19 (Revisi

2015) sebagai aset non-moneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. Ada

tiga karakteristik mendasar untuk bisa menentukan apakah pengeluaran

sumber daya maupun penciptaan liabilitas yang dilakukan oleh entitas

dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber

daya tak berwujud dapat dikategorikan sebagai aset tak berwujud. Ketiga

karakteristik mendasar tersebut adalah:

Keteridentifikasian (identifiability)

Pengendalian (control)

Manfaat ekonomis masa depan (future economic benefits)

Contoh sumber daya tidak berwujud adalah ilmu pengetahuan dan

teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak

kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang

(termasuk merek produk dan judul publisitas).

Pengeluaran yang tidak dapat dikapitalisasi, diantaranya:

a. Goodwill yang tidak berasal dari penggabungan usaha tidak boleh

dikapitalisasi, karena bukan aktiva yang dapat diidentifikasi dan

27

sukar untuk diukur.

b. Kesetiaan pelanggan dan pengetahuan karyawan tidak dapat

dikapitalisasi karena bukan merupakan aktiva yang dapat

dikendalikan perusahaan.

c. Biaya pelatihan tidak dapat dikapitalisasi, karena manfaat pelatihan

tidak dapat dikendalikan perusahaan (karyawan dapat dikeluarkan

setelah mendapatkan pelatihan). Pengeluaran ini tidak dapat

dikapitalisasi antara lain: merek, biaya periklanan, biaya perintisan,

biaya relokasi, restukturisasi.

Pengakuan dan pengukuran aktiva tidak berwujud:

a. Aset tak berwujud harus diakui jika, dan hanya jika:

1) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis

masa depan dari aset tersebut; dan 2) Biaya perolehan aset tersebut

dapat diukur secara andal [par.21].

b. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa depan,

entitas harus menggunakan asumsi masuk akal dan dapat

dipertanggungjawabkan yang merupakan estimasi terbaik manajemen

atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang masa manfaat aset

tersebut [par.22]

c. Aset tak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan

[par.24].

Selama ini, terdapat ketidakjelasan perbedaan antara aset tidak

berwujud dan modal intelektual. Intangibles telah dirujuk sebagai hak

cipta, hak eksplorasi dan eksploitasi, paten, perijinan (permit & licences),

28

merek dagang, waralaba, dan Goodwill (ASB, 1997; IASB, 2004), dan

modal intelektual adalah bagian dari Goodwill (Ulum, 2008). Dewasa ini,

sejumlah skema klasifikasi kontemporer telah berusaha mengidentifikasi

perbedaan tersebut dengan secara spesifik memisahkan modal intelektual

ke dalam katagori eksternal (customer related) capital, internal

(structural) capital, dan human capital (Brennan dan Connell, 2000;

Edvinsson dan Malone, 1997). Sebagian peneliti (Bukh, 2005) menyebut

bahwa modal intelektual dan aset tidak berwujud adalah sama dan

seringkali saling menggantikan. Sementara peneliti lainnya (Edvinsson

dan Malone, 1997; Boekestein, 2006) menyatakan bahwa modal

intelektual adalah bagian dari aset tidak berwujud (Intangible Assets).

Di Indonesia penelitian tentang modal intelektual merujuk pada

penelitian Edvinsson dan Malone (1997) dan Boekestein (2006) yang

setuju bahwa modal intelektual merupakan bagian dari aset tidak

berwujud (Intangible Assets). Paragraf 08 PSAK 19 revisi 2015

mendefinisikan aset tidak berwujud sebagai aset non-moneter yang dapat

diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk

digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa,

disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Definisi

tersebut merupakan adopsi dari pengertian yang disajikan oleh IAS 38

tentang Intangible Assets yang relatif sama dengan definisi yang diajukan

dalam FRS 10 tentang Goodwill and Intangible Assets. Keduanya, baik

IAS 38 maupun FRS 10, menyatakan bahwa aset tidak berwujud harus

29

(1) dapat diidentifikasi, (2) bukan aset keuangan (nonfinancial/non-

monetary assets), dan (3) tidak memiliki substansi fisik. Sementara APB

17 tentang Intangible Assets tidak menyajikan definisi yang jelas tentang

aset tidak berwujud.

7. Intellectual Capital (Modal Intelektual)

Sampai saat ini definisi modal intelektual sering dimaknai berbeda-

beda sebagai sebuah konsep, modal intelektual merujuk kepada modal-

modal yang tidak berwujud (Intangible Assets) yang mana terkait dengan

pengetahuan manusia atau teknologi yang digunakan.

Klein dan Prusak dalam Randa dan Ariyanto (2012) memberikan

definisi awal tentang modal intelektual. Menurut mereka modal

intelektual adalah material yang disusun, ditangkap, dan digunakan untuk

menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi. Roos et.al. (1997) dalam Ulum

(2008) menyatakan bahwa:

“IC includes all the processes and the assets which are not normally

shown on the balance–sheet and all the intangible assests (trademarks,

patent and brands) which modern accounting methods consider…”

Modal intelektual adalah informasi dan pengetahuan yang

diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai (Williams, 2001

dalam Yuniasih dkk, 2010). Modal intelektual dapat dipandang sebagai

pengetahuan, dalam pembentukan, kekayaan intelektual dan pengalaman

yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997 dalam

Ulum, 2008). Modal intelektual mencakup semua pengetahuan

karyawan, organisasi, dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai

30

tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Stewart

(1997) dalam Ulum (2008) mendefinisikan modal intelektual sebagai:

“the sum of everything everybody in your company knows that gives

you a competitive edge in the market place. It is intellectual material–

knowledge, information, intellectual property, experience–that can be put

to use to create wealth”.

Sedangkan Bontis dkk. (2000) menyatakan bahwa pada umumnya

para peneliti membagi modal intelektual menjadi tiga komponen, yaitu :

human capital (HU), Structural Capital (SC), dan customer capital (CC).

Selanjutnya menurut Bontis dkk. (2000), secara sederhana HC

mencerminkan individual knowledge stock suatu organisasi yang

dipresentasikan oleh karyawannya. HC ini termasuk kompetensi,

komitmen dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Lebih lanjut

disebutkan bahwa SC meliputi seluruh non-human storehouses of

knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam SC adalah database,

organizational chart, process manual, strategies, routines dan segala hal

yang membuat nilai perusahaan lebih besar dari nilai materialnya.

Sedangkan CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing

channels dan customer relationship.

Dengan demikian, elemen dari modal intelektual dapat dibedakan

dalam tiga kategori yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan

karyawan (human capital); pengetahuan yang berhubungan dengan mitra

perusahaan (customer capital) dan pengetahuan yang berhubungan hanya

dengan perusahaan (structural capital). Ketiga kategori tersebut

membentuk suatu modal intelektual bagi perusahaan. Sehingga modal

31

intelektual dapat didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dalam

bentuk karyawan, pelanggan, hubungan perusahaan dengan pihak luar,

dan teknologi yang digunakan perusahaan dalam proses penciptaan nilai

bagi perusahaan.

8. Pengukuran dan perhitungan Modal Intelektual

Perhitungan modal intelektual dengan Metode value added

intellectual coefficient (VAIC TM). Modal intelektual yang diukur

dengan Value added yang terbentuk dari penjumlahan Value added

Capital Coefficient (VACA), Value added Human Capital (VAHU),

Structural Capital Value added (STVA) dikembangkan oleh Pulic

(2000) dalam Ulum (2009) yang didesain untuk menyajikan informasi

tentang Value creation efficiency dari aset berwujud (tangible assets)

dan aset tidak berwujud (Intangible Assets) yang dimiliki perusahaan.

(VAIC TM) merupakan instrumen untuk mengukur kinerja modal

intelektual perusahaan pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin

untuk dilakukan, karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan

keuangan perusahaan (neraca, laba rugi). Formulasi perhitungan Value

added Intellectual Coefficient (VAIC) menggunakan tiga elemen:

a. Value added Capital Coefficient (VACA)

VACA adalah perbandingan antara Value added (VA) dengan

capital employed (CE) atau modal fisik yang bekerja. Rasio ini

menunjukkan adanya kontribusi yang dibuat oleh setiap unit capital

employed terhadap Value added organisasi.

32

VACA menjadi indikator kemampuan intelektual perusahaan

untuk memanfaatkan modal fisik yang lebih baik, Sedangkan VA

berasal dari perbandingan antara output dengan input :

VACA = VA/CE

Dimana:

- Output (OUT) : Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan

operasional lain

- Input (IN) : Total beban operasional lainnya – Beban karyawan

- Capital Employed (CE) : Total aktiva – Kewajiban.

b. Value added Human Capital (VAHU)

VAHU adalah rasio dari VA (Value added) terhadap HC (Human

Capital), yang menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap

rupiah yang diinvestasikan pada HC (human capital) untuk Value

added organisasi, atau hubungan antara VA (Value added) dan HC

(Human Capital) mengindikasikan kemampuan HC membuat nilai

pada sebuah perusahaan. Jadi hubungan antara VA (Value added)

dan HC (Human Capital) mengindikasikan kemampuan HC

(Human Capital) membentuk Value added dalam perusahaan

dengan formula sebagai berikut (Ulum, 2009):

VAHU = VA/HC

Dimana:

- VA (Value added) : Output – Input

33

- Output (OUT) : Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan

operasional lain

- Input (IN) : Total beban operasional lainnya – Beban karyawan

- Human Capital (HC) : Beban Karyawan

Ketika VAHU dibandingkan lebih dari sebuah kelompok

perusahaan, VAHU menjadi sebuah indikator kualitas sumber daya

manusia perusahaan. VAHU juga sebagai kemampuan perusahaan

menghasilkan Value added setiap rupiah dikeluarkan pada human

capital.

c. Structural Capital Value added (STVA)

STVA adalah rasio Structural Capital terhadap Value added yang

mengukur jumlah SC (Structural Capital) yang dibutuhkan untuk

menghasilkan satu rupiah dari VA (Value added). STVA menjadi

indikator keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

STVA = SC/VA

Dimana:

- SC (Structural Capital): VA – HC

- VA (Value added) : Output – Input

- Output (OUT): Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan

operasional lain

- Input (IN) : Total beban operasional lainnya – Beban karyawan

HC ( Human Capital) : Beban Karyawan

34

d. Value added Intellectual Coefficient (VAIC)

VAIC merupakan indikator kemampuan intelektual organisasi

atau rasio tersebut merupakan kalkulasi kemampuan intelektual

sebuah perusahaan. Formulasi perhitungan VAIC adalah sebagai

berikut:

VAIC = VACA + VAHU + STVA

9. Struktur Kepemilikan

Persentase kepemilikan ditentukan oleh besarnya persentase jumlah

saham terhadap keseluruhan saham perusahaan. Seseorang yang

memiliki saham suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai pemilik

perusahaan walaupun jumlah sahamnya hanya beberapa lembar. Struktur

kepemilikan (ownership structure) adalah perbandingan jumlah saham

yang dimiliki oleh orang dalam (insiders) dengan jumlah saham

yang dimiliki oleh investor (Tamba, 2011). Struktur kepemilikan

perusahaan terdiri dari struktur kepemilikan manajerial, struktur

kepemilikan institusional, struktur kepemilikan asing, keluarga dan

sebagainya.

Husnan (2001) dalam Randa dan Ariyanto (2012) menyatakan bahwa

ada dua jenis ownership dalam perusahaan Indonesia yaitu perusahaan

dengan kepemilikan sangat menyebar dan perusahaan dengan

kepemilikan terkonsentrasi. Konsentrasi kepemilikan saham merupakan

saham perusahaan dalam jumlah yang besar dimiliki oleh sebagian kecil

individu atau institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank,

35

perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain), sehingga individu

atau kelompok tersebut memiliki jumlah saham yang dominan

dibandingkan pemegang saham yang lainnya.

Pada umumnya pemegang saham mayoritas (konsentrasi kepemilikan)

menyerahkan pengelolaan investasinya pada divisi khusus dengan

menunjuk profesional yang memiliki keahlian dibidang analis dan

keuangan, sehingga pemilik mayoritas dapat memantau perkembangan

investasinya dengan baik. Jadi jika persentase kepemilikan cukup besar

(mayoritas), maka mereka memiliki insentif untuk melakukan

pengawasan secara efektif terhadap manajemen (agen), dan memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi maupun mengubah tindakan serta

keputusan manajemen.

Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan memiliki motivasi

yang berbeda dalam hal mengawasi atau memonitor perusahaan serta

manajemen dan dewan direksinya. Struktur kepemilikan merupakan

suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan

pemegang saham. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan

untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat

mempengaruhi penilaian suatu perusahaan Jensen dan Meckling (1976)

dan menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan dan kepemilikan

institusional adalah dua mekanisme yang dapat mengendalikan masalah

keagenan yang ada di suatu perusahaan.

36

Para peneliti berpendapat bahwa struktur kepemilikan perusahaan

memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Tujuan perusahaan sangat

ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur

corporate governance dalam proses insentif yang membentuk motivasi

manajer. Pemilik akan berusaha membuat berbagai strategi untuk

mencapai tujuan perusahaan, setelah strategi ditentukan maka langkah

selanjutnya akan mengimplementasi strategi dan mengalokasikan sumber

daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Semua tahapan tersebut tidak terlepas dari peran pemilik dapat dikatakan

bahwa peran pemilik sangat penting dalam menentukan keberlangsungan

perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan dibedakan menjadi dua

yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

a. Struktur Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai persentase suara

yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer

dan direksi suatu perusahaan. Dalam laporan keuangan yang

dipublikasikan oleh emiten kepemilikan saham dilaporkan dalam

bentuk prosentase. Proksi yang digunakan untuk menghitung

kepemilikan manajerial menggunakan MOWN, yaitu jumlah saham

yang dimiliki oleh manajemen dibagi jumlah saham yang beredar

(Haruman, 2008). Presentase kepemilikan ditentukan oleh besarnya

prosentase jumlah saham terhadap keseluruhn saham perusahaan.

Seseorang yang memiliki saham suatu perusahaan dapat dikatakan

37

sebagai pemilik perusahaan walaupun jumlah sahamnya hanya

beberapa lembar saja. Boediono (2005), mengemukakan

kepemilikan manajerial diukur dengan jumlah kepemilikan saham

oleh pihak manajemen perusahaan terhadap total jumlah saham yang

beredar.

Menurut Untung dan Hartini (2006) dalam Asmawati & Lailatul

(2013), Kepemilikan manajerial (Managerial Ownership)

merupakan proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang

secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur

dan komisaris). Kebijakan kepemilikan manajerial dimaksudkan

untuk memberikan kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan

saham sehingga dengan keterlibatan kedudukan manajer sejajar

dengan pemilik perusahaan (pemegang saham). Kepemilikan

manajerial dapat dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau prosentase

saham yang dimiliki oleh dewan direksi dan manajemen. Prosentase

tersebut diperoleh dari banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh

manajerial. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada

perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk

kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah

dirinya sendiri.

38

b. Struktur Kepemilikan Institusional

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam

meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan

pemegang saham. Selain kepemilikan manajemen yang dapat

mengawasi secara efektif aktivitas perusahaan, keberadaan

kepemilikan institusional juga dianggap mampu menjadi mekanisme

pengawasan terhadap setiap keputusan yang diambil oleh pihak

manajemen. Hal ini dikarenakan para investor institusional terlibat

dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya

terhadap tindakan memanipulasi laba perusahaan.

Kepemilikan institusional adalah saham perusahaan yang

dimiliki oleh institusi seperti perusahaan asuransi, dana pensiun,

pemerintah, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusional lain.

Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor

manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional

akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal (Tarjo,

2008 dalam Wida dan Suartana, 2014). Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan adalah kepemilikan institusional.

Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan

mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap

kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu

sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau

39

sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan

oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi

yang dilakukan.

Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan

institusional maupun kepemilikan individual. Atau campuran

keduanya dengan proporsi tertentu. Investor institusional memiliki

beberapa kelebihan dibanding dengan investor individual,

diantaranya yaitu:

1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada

investor individual untuk mendapatkan informasi.

2. Investor institusional memiliki profesionalisme dalam

menganalisa informasi, sehingga dapat menguji tingkat

keandalan informasi.

3. Investor institusional, secara umum, memiliki relasi bisnis yang

lebih kuat dengan manajemen.

4. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk

melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di

dalam perusahaan.

5. Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli

saham sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara

cepat yang tercermin di tingkat harga.

Kepemilikan institusional dapat meningkatkan nilai perusahaan,

dengan memanfaatkan informasi, serta dapat mengatasi konflik

40

keagenan karena dengan meningkatnya kepemilikan institusional

maka segala aktivitas perusahaan akan diawasi oleh pihak institusi

atau lembaga. Investor institusional dianggap sebagai pihak yang

efektif dalam melakukan pengawasan setiap tindakan yang dilakukan

oleh manajer. Investor institusional diharapkan mengambil bagian

dalam setiap aktivitas internal perusahaan sehingga mampu

mengawasi setiap tindakan oportunistik manajer (Rachman, 2012

dalam Wida dan Suartana, 2014). Pemegang saham memiliki

pengaruh yang kuat pada setiap perilaku manajer, dimana jumlah

pemegang saham yang besar mampu mengurangi dan mencegah

tindakan oppurtunistik manajer. Tingginya jumlah kepemilikan

institusional akan meningkatkan sistem kontrol perusahaan yang

ditujukan guna meminimalisasi tingkat kecurangan akibat tindakan

oportunistik pihak manajer yang nantinya dapat mengurangi nilai

perusahaan. Peningkatan jumlah kepemilikan institusional ini juga

ditujukan agar setiap aktivitas yang dilakukan diarahkan pada

pencapaian nilai perusahaan yang tinggi (Haruman, 2008).

Kepemilikan institusional merupakan saham yang dimiliki oleh

pihak institusi perusahaan, kepemilikan institusional dalam

perusahaan, yang berfungsi sebagai alat untuk memonitor atau

melakukan pengawasan perusahaan yang digunakan untuk mencegah

manajemen melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan

pihak perusahaan (Asmawati dan Lailatul, 2013).

41

10. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham

secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin

tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham.

Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan

pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan

sebagai manajer ataupun komisaris. Tujuan utama perusahaan adalah

untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran

pemilik atau para pemegang saham (Wahidawati, 2002 dalam Rina dan

Titik, 2014). Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek

salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar

saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan

ekuitas yang dimiliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006 dalam Randa dan

Ariyanto, 2012).

Rika dan Ishlahuddin (2008) dalam Rina dan Titik (2014)

mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai pasar. Alasannya karena

nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi

pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan

meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan

pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor

karena dengan permintaan saham yang meningkatkan menyebabkan nilai

perusahaan juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan

maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan

42

perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya,

seperti manajer maupun komisaris.

Randa dan Ariyanto (2012) menjelaskan rasio-rasio keuangan

digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan. Rasio

tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian

investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya

dimasa depan (Sukamulja, 2004). Ada beberapa rasio untuk mengukur

nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa

memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan

semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham

biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan

namun seluruh asset perusahaan (Sukamulja, 2004).

Tobin’s Q memasukkan semua unsur utang dan modal saham

perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas

perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan

memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya

terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham

namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional

perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman

yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004 dalam Rina dan Titik,

2014).

Jadi semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan

memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena

43

semakin besar nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan nilai

buku aset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk

mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan

tersebut (Sukamulja, 2004). Tobin’s Q ditemukan oleh seorang

pemenang hadiah nobel dari Amerika Serikat yaitu James Tobin.

44

B. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1

Tabel 2.1.

Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya

Pengaruh Modal Intelektual ), Struktur Kepemilikan Manajerial ) dan Institusional ( ) terhadap Nilai

Perusahaan (Y)

No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel

X1 X2a X2b Y

1. Ni Wayan Yuniasih,

Dewa Gede Wirama,

I Dewa Nyoman Badera

Eksplorasi Kinerja Pasar

Perusahaan : Kajian

Berdasarkan Modal

Intelektual

2010

Sampel: purposive sampling

205 perusahaan pada periode

2004-2008

Metode analisis : regresi

berganda

Variabel lainnya: kinerja

pasar sebagai variabel Y dan

struktur kepemilikan sebagai

variabel control

Modal intelektual tidak

berpengaruh pada kinerja

penilaian pasar perusahaan

baik menggunakan data

pengamatan tahun atau secara

rata-rata.

Struktur kepemilikan

berpengaruh pada kinerja

perusahaan juga pada

peningkatan nilai perusahaan

Bersambung pada halaman berikut.

45

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel

X1 X2a X2b Y

2.

3.

Ni Made Sunarsih dan Ni

Putu Yuria Mendra

Pengaruh Modal

Intelektual Terhadap Nilai

Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan Sebagai

Variabel Intervening pada

Perusahaan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia

SNA XV. Banjarmasin.

2012

Fransiskus Randa &

Ariyanto Solon

Pengaruh Modal

Intelektual Terhadap Nilai

Perusahaan (2012)

Sampel: purposive sampling

seluruh perusahaan yang

terdaftar di BEI periode

2005-2010. 1049 sampel

Metode analisis : regresi

berganda

Variabel lainnya: Kinerja

Keuangan sebagai variabel

intervening

Sampel : Purposive

sampling method 64

perusahaan periode 2009-

2011

Metode regresi berganda

Modal intelektual

berpengaruh positif pada

kinerja keuangan.

modal intelektual tidak

berpengaruh langsung pada

nilai perusahaan.

Kinerja keuangan sebagai

variabel intervening mampu

memediasi hubungan antara

modal intelektual dan nilai

perusahaan.

Modal intelektual (VAIC)

memiliki pengaruh pada Nilai

perusahaan

Bersambung pada halaman berikut.

46

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel

X1 X2a X2b Y

4.

5.

I Gede Cahyadi Putra

Pengaruh Modal

Intelektual Pada Nilai

Perusahaan Perbankan

Yang GO Publik Di Bursa

Efek Indonesia

2012

Asmawati, dan Lailatul

Amanah

Pengaruh Struktur

Kepemilikan, Keputusan

Keuangan Terhadap Nilai

Perusahaan: Profitabilitas

Sebagai Variabel

Moderating

(2013)

Sampel : Purposive

sampling method 75

perusahaan periode 2008-

2010

Metode analisis : regresi

linear berganda

Sampel : Purposive

sampling method 40

perusahaan periode 2007-

2011

Metode Analisis Regresi

Berganda

Variabel Lainnya :

Keputusan Keuangan dan

menggunakan variabel

moderating yaitu

Profitabilitas

modal intelektual berpengaruh

positif pada nilai perusahaan.

Hanya struktur kepemilikan

manajerial saja yang memiliki

pengaruh pada nilai

perusahaan dan Keputusan

keuangan memiliki pengaruh

pada nilai perusahaan

Profitabilitas tidak

berpengaruh pada nilai

perusahaan sehingga tidak

mampu memoderasi struktur

kepemilikan dan keputusan

keuangan pada nilai

perusahaan

Bersambung pada halaman berikut.

47

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel

X1 X2a X2b Y

6.

7.

Irina Berzkalne & Elvira

Zelgalve

Intellectual Capital And

Company Value

2013

Abukosim, Mukhtaruddin,

Ika Sasti Ferina dan

Claudya Nurcahaya

Ownership Structure And

Firm Values: Empirical

Study On Indonesia

Manufacturing Listed

Companies

(2014)

Sampel : Purposive

sampling method 64 sample

Baltic periode 2005-2011

Metode analisis : regresi

linear berganda

Sampel : Purposive

sampling method 214

perusahaan periode 2009-

2011

Metode analisis : regresi

linear berganda

Variabel lainnya :

kepemilikan asing dan

kepemilikan

keluarga

Terdapat hubungan yang

signifikan secara statistik antara

modal intelektual dan nilai

perusahaan bagi perusahaan di

Latvia dan Lithuania .

Kepemilikan manajerial dan

kepemilikan keluarga tidak

berpengaruh signifikan pada

nilai perusahaan

Kepemilikan Institusional

dan kepemilikan asing

memiliki pengaruh signifikan

pada nilai perusahaan

Bersambung pada halaman berikut.

48

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel

X1 X2a X2b Y

8.

9.

Rina Susanti , Titik

Mildawati

Pengaruh Kepemilikan

Manajemen, Kepemilikan

Institusional dan

Corporate Social

Responsibility Terhadap

Nilai Perusahaan

Jurnal Ilmu & Riset

Akuntansi Vol. 3 No. 1

(2014)

Fazdillah Adri

Pengaruh Kepemilikan

Manajerial, Struktur

Modal, Kinerja Keuangan

Terhadap Nilai Perusahaan

(Property dan Real Estate)

JOM FEKON Vol. 1 no. 2

Oktober 2014

Sampel : Purposive

sampling, perusahaan

manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2012 Metode Analisis : Regresi

berganda

Variabel lainnya : Corporate

Social Responsibility sebagai

variabel independen

Sampel: purposive sampling property & real estate pada

tahun 2010-2012 sebanyak 49

perusahaan

Metode analisis : regresi

berganda

Variabel lainnya: Struktur

Modal, Kinerja Keuangan

sebagai variabel independen

Kepemilikan Manajemen

memiliki pengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan

karena dapat mengurangi

masalah keagenan dan

optimalkan sumber daya

Kepemilikan Institusional

ditolak karena tingginya

menurunkan harga saham

corporate social

responsibility berpengaruh

positif terhadap nilai

perusahaan

kepemilikan manajerial tidak

memiliki pengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Hal

ini berarti kepemilikan saham

manajemen tidak berhubungan

dengan pengelolaan dan

pemanfaatan nilai perusahaan,

Bersambung pada halaman berikut.

49

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel

X1 X2a X2b Y

10.

11.

Ni Putu Wida P. D , I

Wayan Suartana

Pengaruh Kepemilikan

Manajerial dan

Kepemilikan Institusional

Terhadap Nilai Perusahaan

ISSN: 2302-8556 E-Jurnal

Akuntansi Universitas

Udayana 9.3 (2014): 575-

590

Febrina Wibawati

Sholekah, Lintang

Venusita

Pengaruh Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan

Institusional, Leverage,

Firm Size dan CSR

Pada Nilai Perusahaan

Jurnal Ilmu Manajemen |

Volume 2 No. 3 Juli 2014

Sampel : Purposive

sampling, perusahaan

manufaktur di BEI 2009-

2013 : 80 perusahaan

Metode Analisis : Regresi

berganda

Variabel lainnya : -

Sampel : Purposive

sampling method perusahaan

high profile di BEI 2008-

2012

Metode analisis : regresi

berganda

Variabel lainnya : CSR,

leverage, dan firm size

sebagai variabel independen

kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh pada nilai

perusahaan, manajer

memiliki kepentingan pribadi

yang cenderung dipenuhinya

dibandingkan pencapaian

tujuan perusahaan

kepemilikan institusional

berpengaruh signifikan pada

nilai perusahaan, keterlibatan

pihak institusional mampu

membatasi perilaku

oportunistik manajer.

Kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Kepemilikan institusional dan

firm size tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

Leverage dan CSR

berpengaruh terhadap nilai

perusahaan

Bersambung pada halaman berikut.

50

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel

X1 X2a X2b Y

12.

13.

Winne Puji Lestari, Azib

dan Nurdin

Pengaruh CSR, GCG dan

IC Terhadap Nilai

Perusahaan dengan

Metode Tobin’s Q Pada

Perusahaan Sri-Kehati

yang terdaftar di BEI

2009-2013

2015

Citra Chairunissa, Raden

Rosiyana Dewi

Pengaruh Intellectual

Capital Terhadap Kinerja

Keuangan Dan Penilaian

Pasar Dengan Corporate

Governance Sebagai

Variabel Moderasi

(2015)

Sampel: 7 perusahaan yang

terdaftar dalam indeks

perusahaan Sri-Kehati 2009-

2013

Metode analisis : regresi

berganda

Variabel lainnya: Corporate

Social Responsibility, Good

Corporate Governance

sebagai variabel independen

Sampel: purposive sampling

205 perusahaan pada periode

2004-2008

Metode analisis : regresi

berganda

Variabel lainnya: kinerja

pasar sebagai variabel Y dan

struktur kepemilikan sebagai

variabel control

Pengujian secara simultan

terdapat hasil pengaruh yang

signifikan antara CSR, GCG

dan IC terhadap nilai

perusahaan

Secara parsial pengaruh

signifikan hanya didapat oleh

variabel CSR dan GCG pada

nilai perusahaan. IC

dinyatakan tidak berpengaruh

Modal intelektual tidak

berpengaruh pada kinerja

penilaian pasar perusahaan

baik menggunakan data

pengamatan tahun atau secara

rata-rata.

Struktur kepemilikan

berpengaruh pada kinerja

perusahaan juga pada

peningkatan nilai perusahaan

Bersambung pada halaman berikut.

51

Tabel 2.1. (Lanjutan)

No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel

X1 X2a X2b Y

14.

15.

Selly Anggraeni Haryono,

Fitriany, dan Eliza

Fatimah

Analisis Pengaruh Struktur

Modal dan Struktur

Kepemilikan

Terhadap Nilai Perusahaan

SNA (2015)

Bambang Bemby S,

Mukhtaruddin, Arista

Hakiki & Rahmah

Ferdianti.

Intellectual Capital, Firm

Value and Ownership

Structure as Moderating

Variable (2015)

Sampel : Purposive

sampling, perusahaan non

keuangan di BEI 2009-2012

Metode Analisis : Regresi

berganda

Variabel lainnya : Struktur

modal dan multiple large

shareholder structure

sebagai variabel X dan

Growth, Firm Size , Struktur

Aktiva, Rasio Capital

Expenditure, dan Firm Age

sebagai variabel kontrol

Sampel : Purposive

sampling method 108

perusahaan periode 2009-

2012

Metode analisis : regresi

berganda

Variabel lainnya : Struktur

kepemilikan sebagai variabel

moderating

Adanya pengaruh non-linear

struktur modal terhadap nilai

perusahaan yang diproksikan

dengan tobin‟s q,

multiple large shareholder

structure ditemukan

berpengaruh negatif terhadap

nilai perusahaan yang

diproksikan dengan Tobin‟s q. Terdapat pengaruh signifikan

kepemilikan institusional

terhadap nilai perusahaan

Modal intelektual

berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahan

Kepemilikan Manajerial

memiliki pengaruh signifikan

terhdap nilai sebagai

pemoderasi

Institusional tidak memiliki

pengaruh

Bersambung pada halaman berikut.

52

C. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan

Penelitian Chen dkk. (2005), menyatakan bahwa investor cenderung

akan membayar lebih tinggi atas saham perusahaan yang memiliki sumber

daya intelektual yang lebih dibandingkan perusahaan dengan sumber daya

intelektual yang rendah. Harga yang dibayar oleh investor tersebut

mencerminkan nilai perusahaan. Market value terjadi karena masuknya

konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat

meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin, 2000 dalam I Gede, 2012).

Dalam hubungannya dengan teori stakeholder, dijelaskan bahwa seluruh

aktivitas perusahaan bermuara pada penciptaan nilai/value creation.

Kepemilikan serta pemanfaatan sumber daya intelektual memungkinkan

perusahaan mencapai keunggulan bersaing dan nilai tambah. Investor

akan memberikan penghargaan lebih kepada perusahaan yang mampu

menciptakan nilai tambah secara berkesinambungan..

Hubungan antara modal intelektual (VAICTM) dengan kinerja dan

penilaian keuangan telah dibuktikan secara empiris oleh Firer dan

Williams (2003), Belkaoui (2003) dan Tan dkk (2007) yang membuktikan

modal intelektual berpengaruh pada kinerja dan penilaian keuangan. Salah

satu area yang menarik perhatian akademisi maupun praktisi adalah

terkait dengan kegunaan modal intelektual sebagai salah satu alat untuk

menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997).

53

Penelitian Chen dkk. (2005) membuktikan bahwa modal intelektual

memiliki pengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Di

Indonesia penelitian tentang modal intelektual diantaranya telah dilakukan

oleh Ulum dkk. (2008), Randa dan Ariyanto (2012), Citra dkk. (2015) dan

Bambang dkk (2015) yang menemukan bahwa modal intelektual

berpengaruh pada nilai perusahaan sedangkan penelitian Yuniasih dkk

(2010), Sunarsih dan Mendra (2012), dan Lestari dkk. (2015) tidak

berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai

pasar perusahaan. Maka hipotesis yang dapat disusun adalah:

H1 : Modal Intelektual memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara

manajer dan pemegang saham mengakibatkan timbulnya konfik yang

biasa disebut agency conflict. Konflik kepentingan yang sangat

potensial ini menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang

diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan pemegang

saham (Jensen and Meckling, 1976 dalam Komang, 2013). Salah satu

cara guna untuk mengurangi konflik antara prinsipal dan agen dapat

dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial suatu

perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham

oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah

54

saham yang dimiliki oleh manajemen.

Jensen and Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi

konflik keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan

manajer. Keberadaaan investor institusional dianggap mampu

mengoptimalkan pengawasan kinerja manajemen dengan

memonitoring setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen

selaku pengelola perusahaan.

Beberapa penelitian juga menunjukkan hubungan pengaruh antara

struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Fuerst dan Kang

(2000) menemukan hubungan antara insider ownership dengan nilai

pasar setelah mengendalikan kinerja perusahaan. Nilai perusahaan

dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang

efektif (Slovin dan Sushka, 1993). Penelitian Yuniasih dkk (2010),

Rina & Titik (2014), menunjukkan bahwa struktur kepemilikan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

Sedangkan penelitian dari Abukosim dkk. (2015) menunjukkan

kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh signifikan tetapi

kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan atas nilai

perusahaan, juga penelitian dari Bambang dkk. (2015) dan asmawati

dkk. (2013), yang menunjukkan bahwa hanya struktur kepemilikan

manajerial yang memiliki pengaruh signifikan pada nilai perusahaan.

55

Maka dari hipotesis yang dapat diambil adalah :

H2a : Struktur kepemilikan manajerial memiliki pengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan.

H2b: Struktur kepemilikan institusional memiliki pengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan.

3. Pengaruh Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan Terhadap

Nilai Perusahaan Secara Simultan.

Peran modal intelektual dalam perusahaan akan mempengaruhi

banyak bagian dalam kinerja perusahaan terutama dalam penilaian pasar

perusahaan. Struktur kepemilikan dalam perusahaan dapat dikategorikan

sebagai modal intelektual karena sisi karyawan/SDM di struktur

kepemilikan berpengaruh besar dalam modal intelektual untuk penilaian

perusahaan.

Hadirnya modal intelektual dan struktur kepemilikan yang baik dapat

menyebabkan nilai atas perusahaan meningkat yang terlihat dari kinerja

yang baik, laba perusahaan yang stabil juga minimnya masalah dalam

lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis yang disusun adalah:

H3 : Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan secara simultan

memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di bab sebelumnya,

maka penelitian ini menggunakan analisis nilai tambah (value added)

sebagai indikator intellectual capital yang diukur dengan menggunakan

model publik (VAIC TM) serta struktur kepemilikan institusional dan

56

manajerial perusahaan yang diproksikan melalui persentase struktur

kepemilikan institusional dan manajerial sebagai variabel independen.

Nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin's Q sebagai variabel

dependen.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan

dalam gambar 2.1.

Berikut gambar 2.1 menunjukkan kerangka pemikiran penelitian

ini:

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir

Nilai Perusahaan

(Y)

VARIABEL INDEPENDEN

Modal Intelektual (X1)

S. Kepemilikan Manajerial

(X2a)

S. Kepemilikan Institutional

(X2b)

Basis Teori :

H1

VARIABEL DEPENDEN

H2a H2b

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Metode Analisis: Analisis Regesi Berganda

Pengaruh Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan pada Nilai

Perusahaan Property / Real Estate yang Terdaftar di IDX

57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang

digunakan untuk menjelaskan variabel independen yaitu modal intelektual,

struktur kepemilikan saham yaitu kepemilikan manajerial, dan kepemilikan

institusional terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan,

Populasi penelitian ini adalah perusahaan Property/Real Estate yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, periode yang diambil untuk pengamatan

yaitu laporan keuangan dari tahun 2010-2014.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang bergerak di dalam

industri Property/Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2010-2014. Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian

dipilih secara purposive sampling dimana sampel yang dipilih sesuai dengan

kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria yang digunakan untuk

menjadi anggota sampel adalah sebagai berikut:

1) Merupakan perusahaan sektor properti dan konstruksi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dari periode tahun 2010 sampai dengan 2014.

2) Perusahaan tersebut mempublikasikan annual report secara lengkap.

Dengan annual report yang lengkap, maka diharapkan akan

58

mempermudah dalam memperoleh data-data yang mendukung penelitian.

3) Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan auditan selama lima

tahun berturut-turut, yakni tahun 2010-2014.

4) Saham perusahaan aktif diperdagangkan dari periode 2010 sampai dengan

2014.

5) Perusahaan melaporkan informasi yang bersifat moneter dalam satuan

mata uang Rupiah. Kriteria ini dimaksudkan untuk mendapatkan data

yang seragam dalam hal satuan moneter.

C. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti, penelusuran data dilakukan dengan cara:

1. Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan.

Data yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan yang antara lain

berupa jurnal, buku, skripsi dan thesis maupun situs dari internet. Ini

dikarenakan kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data

sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002:150).

2. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data

yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indrianto dan Bambang,

2002:147). Data dalam penelitian ini didapatkan dari factbook dan

download melalui situs www.idx.co.id dan www.finance.yahoo.com.

59

D. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan untuk mengukur penelitian ini memakai statistik

deskriptif dan pengujian hipotesis.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberi gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar

deviasi, varian, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan

distribusi) (Ghozali, 2012:19).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen)

(Gozali, 2012:105). Model regresi yang dinilai baik seharusnya tidak

terjadi multikolinieritas. Dalam Ghozali (2012:105) dijelaskan cara

untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model

regresi adalah:

1) Menganalisis matrik korelasi variable-variabel independen. Jika

antar variable independen ada korelasi yang cukup tinggi

(umumnya di atas 0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya

multikolinieritas.

2) Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya

serta variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah

sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai

60

cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolonieritas adalah nilai tolerance. Regresi bebas dari

masalah multikolinieritas jika nilai Tolerance > 0,10 atau sama

dengan nilai VIF < 10 (Ghozali, 2011:106).

b. Uji Autokolerasi

Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)

(Ghozali, 2012:110). Di dalam buku karangan Ghozali (2012:12)

menyebutkan apabila autokorelasi muncul itu biasanya muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama yang

lainnya dan juga karena timbulnya residual (kesalahan pengganggu)

tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau

tidaknya autokorelasi adalah Uji Durbin-Watson (Ghozali, 2012:111).

Ghozali (2012:111) menjelaskan bahwa uji Durbin-Watson hanya

digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya

intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variable lag

diantara variable independen.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2012:139). Ghozali (2012:139)

61

menjelaskan salah satu cara mendeteksinya adalah dengan cara

melihat grafik plot antara prediksi variable terikat (dependen) dengan

residualnya. Selain itu juga dapat dihitung dengan uji glejser, yang

meregres nilai absolute residualnya terhadap variabel independen

(Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2012:142). Uji glejser

mendeskripsikan bahwa apabila dalam meregres absolut residualnya

tersebut menunjukkan variabel independen secara signifikan

mempengaruhi variabel dependen maka itu terindikasi adanya

heteroskedastisitas (Ghozali, 2012:142).

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lainnya tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas (Ghozali, 2012:139). Jika dalam suatu regresi

menunjukkan homoskedastisitas maka itu merupakan model regresi

yang baik.

d. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusai normal

(Ghozali, 2012:160). Salah satu cara termudah untuk melihat

normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang

membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang

mendeteksi distribusi normal (Ghozali, 2012:160).

Selain menguji dengan menggunakan grafik histogram, uji

normalitas residual dihitung dengan menggunakan uji statistik non-

62

parametrik Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2012:163). Berdasarkan

Ghozali (2012), apabila uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil

yang signifikan berarti data residual terdistribusi tidak normal.

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model

persamaan regesi berganda. Model ini digunakan untuk menguji

pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel

dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu

persamaan linier (Indriantoro dan Bambang, 2002:211). Variabel

independen terdiri dari Nilai Perusahaan sedangkan variabel

dependennya adalah Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = β0 + β 1 VAIC+ β 2 MANJ + β3 INST + e1

Keterangan :

Y : Nilai Perusahaan

β 0 : Intercept atau konstanta

β1 : Koefisien regresi pertama

β2 : Koefisien regresi kedua

β3

: Koefisien regresi ketiga

ε : Error term

63

Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji koefisien determinan

Adjusted R Square (Adj R2), uji F dan uji t.

a. Uji Adj R2

Koefisien determinasi (Adj R2) pada intinya adalah mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai Adj R2 adalah diantara nol dan satu. Jika

nilai Adj R2 berkisar hampir satu, berarti semakin kuat

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen dan sebaliknya jika nilai Adj R2 semakin mendekati

angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011:97).

b. Uji F

Uji ini pada dasarnya menunujukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2011:98) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima

dan sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak.

c. Uji t

Uji ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel independen secara individual (parsial) dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Langkah yang digunakan

untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menentukan level of

significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah

64

sebesar 5 % atau (α) = 0,05. Jika sign. t > 0,05 maka Ha ditolak

namun jika sign. t < 0,05 maka Ha diterima dan berarti terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan

variabel dependen (Ghozali, 2011:99).

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi variabel

dependen dan independen.

1. Variabel Independen

1.1 . Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

Kinerja intellectual capital diukur dengan metode VAICTM

(Value Added Intellectual Coefficient) yang dikembangkan oleh

Pulic (1998, 2000) dalam Saleh dkk., (2008), yang diukur

berdasarkan value added yang diciptakan oleh ketiga

komponennya, yaitu value added of capital employee (VACA),

value added of human capital (VAHU) dan structural capital value

added (STVA). Tahapan-tahapan dan formulasi perhitungan nilai

VAICTM dijelaskan sebagai berikut:

a. Value Added (VA)

Tahap pertama adalah dengan menghitung Value Added

(VA). Value Added (VA) adalah indikator paling objektif untuk

menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). VA

65

dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1998,

1999).

Tan dkk., (2007) menyatakan bahwa output (OUT)

merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan

jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup

seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue.

Menurut Tan dkk. (2007), hal penting dalam model ini adalah

bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam

IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation,

intellectual capital (yang direpresentasikan dengan labour

expenses) tidak dihitung sebagai cost dan tidak masuk dalam

komponen IN (Pulic, 1999). Maka dengan demikian VA dapat

dirumuskan sebagai berikut:

VA = OUTPUT – INPUT

Dimana :

Output : total penjualan dan pendapatan lain

Input : beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan)

VA : Value Added

b. Value Added Capital Coefficient (VACA)

Tahap selanjutnya adalah menghitung Value Added

Capital Coefficient (VACA). Menurut Pulic (2004), dalam

penciptaan nilai intellectual capital membutuhkan modal

66

finansial dan fisik. Value added capital employed coefficient

(VACA) mengungkapkan seberapa besar nilai baru telah dibuat

oleh satu unit moneter yang diinvestasikan dalam modal usaha.

VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh suatu

unit dari physical capital.

Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap

unit dari CE terhadap value added perusahaan. VACA

dirumuskan sebagai berikut:

VACA =

Dimana :

VACA : Value Added Capital Employed

VA : Value Added

CE : Capital Employed

: Dana yang tersedia (jumlah ekuitas dan laba bersih)

c. Value Added Human Capital (VAHU)

Tahapan selanjutnya adalah menghitung Value Added

Human Capital (VAHU). VAHU merupakan nilai koefisien

nilai tambah dari human capital. (VAHU) menunjukkan berapa

banyak VA yang dihasilkan dari satu satuan moneter yang

diinvestasikan pada karyawan atau tenaga kerja. Rasio ini

menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang

diinvestasikan dalam HC terhadap value added perusahaan.

Karena peranan modal manusia sangatlah penting dalam konsep

67

yang berbasis pengetahuan, maka VAHU merupakan salah satu

elemen penting dalam konsep intellectual capital. Oleh karena

itu VAHU dirumuskan sebagai berikut:

VAHU =

Dimana:

VAHU : Value Added Human Capital

VA : Value Added

HC : Human Capital

: Total salaries dan wages karyawan

d. Structural Capital Value Added (STVA)

Tahap keempat adalah menghitung Structural Capital Value

Added (STVA). Rasio ini mengukur jumlah structural capital

yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah dari value

added dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan

structural capital dalam value creation.

STVA =

Dimana :

STVA : Structural Capital Value Added

SC : Structural Capital

: VA -HC

VA : Value Added

68

e. Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

Tahap selanjutnya adalah menghitung Value Added

Intellectual Coefficient (VAICTM). VAICTM mengindikasikan

kemampuan intelektual perusahaan yang dapat juga dianggap

sebagai BPI (Business Performance Indikator). VAICTM

merupakan penjumlahan dari tiga komponen sebelumnya, yaitu

VACA, VAHU, STVA.

VAIC TM = VACA + VAHU + STVA

1.2 Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial

dan kepemilikan institusional, berikut penjelasannya :

a. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan proposi kepemilikan

saham yang dimiliki oleh manajer eksekutif. Pengukuran ini

mengacu pada Saleh dkk. (2008). Manajer eksekutif ini memiliki

kekuatan untuk mengendalikan seluruh keputusan di dalam

perusahaan yang mencerminkan keputusan bisnis. Manajer

eksekutif ini meliputi manajer, direksi, dan dewan komisaris

(Saleh dkk., 2008). Kepemilikan manajerial diukur sesuai dengan

proporsi kepemilikan saham yang dimiliki manajerial (Iturriaga

dan Sanz, 1998).

Kepemilikan Manajerial =

69

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan proposi kepemilikan

saham oleh institusi dalam hal ini institusi pendiri perusahaan,

bukan institusi pemegang saham publik. Kepemilikan institusional

diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan yang dimiliki oleh

pemilik institusi dan kepemilikan oleh blockholder. Pengukuran

ini mengacu dari penelitian Sudarma (2003) dalam Sujoko dan

Soebinatoro (2007). Yang dimaksud dengan institusi adalah

perusahaan investasi, bank, perusahaan, asuransi maupun lembaga

lain seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan

blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan

yang kepemilikan sahamnya di atas 5% tetapi tidak termasuk

dalam kepemilikan manajerial institusi (Sudarma, 2003). Apabila

suatu perusahaan terdapat lebih dari satu kepemilikan institusi

yang dimiliki saham perusahaan, maka kepemilikan saham diukur

dengan menghitung total seluruh saham yang dimiliki oleh seluruh

pemilikan.

Kepemilikan Institusional =

2. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai

pasar perusahaan yang diukur dengan Tobins Q. Tobins Q adalah

70

perbandingan antara market value of equity ditambah dengan hutang

(debt) dengan book market value ditambah dengan hutang (debt).

Menurut Vinola Herawati, (2008) menyebutkan bahwa nilai

perusahaan diukur melalui Tobins Q, yang diformulasikan :

Tobins Q =

Dimana :

Tobins Q = Nilai Perusahaan

MVE = Nilai Ekuitas Pasar (Equity Market Value)

D = Nilai buku dari total hutang

BVE = Nilai buku dari equitas (Equity Book Value)

Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga

saham penutupan akhit tahun dengan jumlah saham yang beredar pada

akhir tahun. Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total assets

perusahaan dengan total kewajibannya.

71

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah perusahaan property and real estate yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2010 sampai dengan

2014. Perusahaan sektor property and real estate tersebut telah terdaftar

di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2010 dan selama periode

penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami

delisting. Fokus penelitian ini ingin melihat pengaruh modal intelektual

dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dan sektor Property

and Real Estate.

2. Deskripsi Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive

sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Merupakan perusahaan sektor property/real estate yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dari periode tahun 2010 sampai dengan 2014.

b. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

c. Laporan keuangan yang dipublikasikan memiliki data yang tersedia

lengkap yang diperlukan dalam penelitian.

d. Saham perusahaan aktif diperdagangkan dari periode 2010-2014.

72

Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan untuk perusahaan property and real eastate tampak dalam

Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Proses Seleksi Populasi Perusahaan

Property dan Real Estate

Kriteria Jumlah Akumulasi

Total Perusahaan Property and Real Eastate yang

terdaftar di IDX pada tahun 2010-2014

47 47

Delisting setelah tanggal 1 Januari 2010 (3) 44

Tidak aktif dalam pasar modal dari tahun 2010

sampai 2014

(4) 40

Data laporan keuangan tidak ditemukan lengkap oleh

peneliti pada tahun 2010 sampai tahun 2014

(3) 37

Tidak ada kepemilikan saham manajerial pada tahun

2010 sampai 2014

(26) 11

Jumlah Perusahaan yang digunakan untuk penelitian 11 11

Total keseluruhan sampel selama 5 tahun (2010-2014) 55 55

Sumber: data diolah

Adapun nama perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini

selengkapnya bisa dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Daftar Nama Perusahaan

No Emiten Kode

1 Adhi Karya (Persero) Tbk ADHI

2 Bukit Dharmo Property Tbk BKDP

3 Ciputra Development Tbk CTRA

4 Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk DGIK

5 Intiland Development Tbk DILD

6 Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS

7 Lamicitra Nusantara Tbk LAMI

8 Summarecon Agung Tbk SMRA

9 Surya Semesta Internusa Tbk SSIA

10 Total Bangun Persada Tbk TOTL

11 Wijaya Karya Tbk WIKA

Sumber: www.idx.co.id

73

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi.

Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai

pengaruh variabel independen (modal intelektual dan struktur kepemilikan)

terhadap nilai perusahaan (Tobins Q).

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik

dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 22.0 untuk

memudahkan perolehan data sehingga dapat menjelaskan variabel-

variabel yang diteliti. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah

melakukan penentuan sampel dengan metode purposive sampling atau

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu pada perusahaan

property and real eastate periode 2010-2014 berdasarkan kriteria yang

telah dipilih.

Tabel deskriptif menjelaskan variabel-variabel independen yaitu,

modal intelektual dan struktur kepemilikan serta variabel dependen yaitu

nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan metode Tobins‟Q.

Data yang akan diolah adalah data laporan tahunan periode 2010-2014.

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 55 data

observasi untuk perusahaan property and real eastate yang berasal dari

perkalian antara periode penelitian 5 tahun dari tahun 2010 sampai 2014

dengan jumlah perusahaan sampel 11 perusahaan.

74

Berikut tabel hasil olahan data mengenai statistik deskriptif untuk

perusahaan sektor property and real eastate sebagai berikut

Tabel 4.3

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

VAICTM 55 -4.69368257 9.83887508

4.690267780

5

2.488122090

60

Kep.Manaj 55 .00000001 .15721073 .0226558116

.0428291423

0

Kep.Inst 55 .21417559 .92883253 .5512664206

.1899718095

7

TQ 55 .66794069 2.09797024

1.204174838

8

.3393526920

9

Valid N

(listwise) 55

Sumber: output SPSS

Tabel 4.3 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel

penelitian. Berdasarkan Tabel 4.3, hasil analisis variabel dependen dengan

menggunakan statistik deskriftif terhadap TQ (Tobins‟Q) menunjukkan

nilai minimum sebesar 0,667940, maksimum 2.09797, dengan rata-rata

(mean) 1.20417, dan standar deviasi 0,339352. Hasil analisis variabel

independen dengan menggunakan statistik deskriftif tehadap VAICTM

menunjukkan nilai minimum -4.69368, maksimum 9,83887, dengan rata-

rata (mean) 4,69026, dan standar deviasi 2,48812.

Hasil analisis variabel independen dengan menggunakan statistik

deskriftif terhadap kepemilikan manajemen menunjukkan nilai minimum

0,000001, maksimum 0,15721 dengan rata-rata (mean) 0,02265, dan

75

standar deviasi 0,04282. Hasil analisis variabel independen dengan

menggunakan statistik deskriftif terhadap kepemilikan institusional

menunjukkan nilai minimum 0. 21417, maksimum 0,92883 dengan rata-

rata (mean) 0,551266, dan standar deviasi 0,189971.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan agar model regresi menjadi suatu

model yang lebih reperesentatif. Analisis data uji asumsi klasik dalam

penelitian ini antara lain melalui uji multikolonieritas, autokorelasi,

heterokedastisitas, dan normalitas.

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari

multikolinieritas. Selengkapnya mengenai hasil uji multikolinieritas

dapat dilihat pada tabel 4.4 pada halaman berikutnya.

76

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinieritas

Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa semua variabel

independen dan kontrol memiliki nilai Tolerance> 0,10 dan VIF < 10.

Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini

telah terbebas dari masalah multikolinieritas.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Run Test.

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

tertentu dengan periode sebelumnya.

Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari

masalah autokorelasi. Selengkapnya mengenai hasil uji autokorelasi

penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5 pada halaman berikutnya.

Coefficientsa

Model

Collinearity

Statistics

Toleran

ce VIF

1 VAICT

M .706 1.416

Kep.Ma

naj .680 1.472

Kep.Inst .937 1.068

a. Dependent Variable: TQ

Sumber: data sekunder yang diolah

77

Tabel 4.5.

Hasil Uji Autokorelasi

Runs Test

RES2

Test Valuea .25

Cases < Test Value 27

Cases >= Test Value 28

Total Cases 55

Number of Runs 28

Z -.134

Asymp. Sig. (2-tailed) .894

a. Median

Sumber: data sekunder yang diolah

Dari tabel 4.5. di atas menunjukkan bahwa Nilai test adalah 0,25

dengan asymp sig. 0,894. Jika asymp sig. pada output runs test > 5%,

maka data tidak mengalami/mengandung autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah

model regresi yang bebas dari masalah heteroskedastitisitas

(homoskedastisitas). Uji heterokedastisitas penelitian ini

menggunakan uji glejser. Selengkapnya mengenai hasil uji untuk

heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut.

78

Tabel 4.6.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .284 .110 2.590 .012

VAICTM .008 .012 .114 .693 .491

Kep.Mana

j -.165 .692 -.040 -.239 .812

Kep.Inst -.074 .133 -.080 -.560 .578

a. Dependent Variable: RES2

Sumber: data sekunder yang diolah

Indikator terjadinya heteroskedastisitas adalah adanya signifikansi

< 5% antara variabel independen terhadap variabel dependen nilai

Absolut Residual (RES2). Dari hasil uji di atas, semua variabel

independen tidak memiliki signifikansi terhadap variabel dependen.

Ini menandakan tidak adanya heteroskedastisitas pada data yang

diolah.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolomogrov-

Smirnov. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

sebuah model regresi, variabel penggangu atau residual mempunyai

distribusi yang normal. Model regresi yang baik adalah model regresi

yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Selengkapnya mengenai hasil uji normalitas penelitian dapat dilihat

pada tabel 4.7.

79

Tabel 4.7.

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

RES2

N 55

Normal Parametersa,b

Mean .2771

Std.

Deviation .17677

Most Extreme

Differences

Absolute .116

Positive .116

Negative -.063

Test Statistic .116

Asymp. Sig. (2-tailed) .063c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: data sekunder yang diolah

Dari tabel 4.7. didapat bahwa nilai Kolomogrov-Smirnov sebesar

0,116 dengan signifikansi 0,063. Data terdistribusi normal bila

signifikansinya lebih dari 0,05. Karena asymp sig. yang didapat lebih

dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini

terdistribusi normal.

3. Hasil Uji Hipotesis

a. Uji Adj R2

Pada model regresi berganda penggunaan adjusted R2, atau

koefisien determinasi yang telah disesuaikan, lebih baik dalam melihat

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen bila dibandingkan dengan R2 (koefisien determinasi).

Kelemahan dalam menggunakan nilai R2 adalah karena adanya bias

terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam

80

model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 penelitian dapat

dilihat pada tabel 4.8. sebagai berikut.

Tabel 4.8.

Hasil Uji Adjusted R2

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .428

a .183 .135

.3156466583

4

a. Predictors: (Constant), Kep.Inst, VAICTM, Kep.Manaj

Sumber: data sekunder yang diolah

Dari Tabel 4.8. di atas menunjukkan bahwa nilai Adj R2

sebesar

0.135 dimana hasil yang didapatkan hanya 13,5% variasi variabel

dependen (TQ) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen

(VAICTM), Kepemilikan manajerial dan Kepemilikan Institusional)

dalam penelitian ini. Hal ini menandakan masih rendah atau lemahnya

kemampuan variabel independen dan kontrol dalam menjelaskan

variabel dependen, sedangkan sisanya yang sebesar 86,5% dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Adapun

angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,428 yang

menandakan bahwa hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen adalah lemah karena memiliki nilai R < 0,5.

Variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan

antara lain Corporate Governence, keputusan keuangan, profitabilitas,

keputusan investasi dan keputusan pendanaan.

81

b. Uji F

Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel

independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi model regresi

pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig.) yang

ada di tabel 4.9. Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat

dilihat di halaman berikutnya.

Tabel 4.9.

Hasil Uji F

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 1.137 3 .379 3.805 .015b

Residual 5.081 51 .100

Total 6.219 54

a. Dependent Variable: TQ

b. Predictors: (Constant), Kep.Inst, VAICTM, Kep.Manaj

Sumber: data sekunder yang diolah

H3 : Modal Intelektual, Struktur Kepemilikan Manajerial, dan

Struktur kepemilikan Institusional secara simultan

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Dari tabel 4.9. menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 3,805

dengan nilai sig. sebesar 0,015. Hal ini menandakan bahwa model

regresi dapat digunakan untuk menilai kualitas laba karena nilai

signifikansi < alpha (α = 5%). Maka dapat disimpulkan H3

dapat diterima. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang

82

signifikan secara simultan antara modal intelektual, struktur

kepemilikan manajerial, dan struktur kepemilikan institusional

terhadap nilai perusahaan.

c. Uji t

Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel

independen secara individual (parsial), yaitu modal intelektual

(VAICTM) dan struktur kepemilikan yang diwakili oleh struktur

kepemilikan manajerial (Kep Manaj) dan struktur kepemilkan

Institusional (kep Inst) dalam menerangkan variabel dependen, yaitu

Nilai Perusahaan (TQ). Signifikansi model regresi pada penelitian ini

diuji dengan melihat nilai sig. yang ada di tabel 4.10.

Tabel 4.10.

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant

) 1.582 .193 8.212 .000

VAICTM .009 .021 .068 .450 .655

Kep.Mana

j -1.592 1.217 -.201 -1.309 .197

Kep.Inst -.698 .234 -.391 -2.988 .004

a. Dependent Variable: TQ

Sumber: data sekunder yang diolah

Dari tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa koefisien model regresi

memiliki nilai konstanta sebesar 1.582 dengan nilai t hitung sebesar

8.212 dan nilai sig. sebesar 0,000. Konstanta sebesar 1.582

83

menadakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan maka

rata-rata nilai perusahaan (TQ) adalah sebesar 1.582.

H1: Modal intelektual secara parsial berpengaruh secara

signifikan terhadap nilai perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel

modal intektual (VAICTM) tehadap nilai perusahaan tidak sigifikan.

Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien 0,009 dengan nilai

signifikansinya sebesar 0,655 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t

hitung yang positif sebesar 0,450. Berdasarkan hasil pengujian regresi

berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H1 yang

menyatakan modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan ditolak.

Hasil ini berbeda dengan penelitian Firer dan Williams (2003),

Belkaoui (2003) dan Tan dkk. (2007) yang membuktikan modal

intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil dari

penelitian ini menguatkan hasil penelitian Sunarsih dan Mendra

(2012) dan Lestari dkk., (2015).

Hal ini berarti pasar tidak memberikan penilaian yang lebih tinggi

pada perusahaan yang memiliki modal intelektual yang lebih tinggi.

Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa penghargaan pasar

pada suatu perusahaan lebih didasarkan pada sumber daya fisik yang

dimiliki, investor cenderung tidak menitikberatkan pada sumber daya

intelektual yang dimiliki perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012:14).

84

Arah koefisien beta yang menunjukkan kearah posistif 0,450

menunjukkan bahwa hal itu juga dapat dilihat dari penjualan

perusahaan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya yang

mengindikasikan bahwa nilai perusahaan tersebut semakin meningkat

sehingga laba perusahaan pun ikut meningkat. Hal ini menunjukkan

bahwa intellectual capital merupakan kekuatan bagi perusahaan

untuk bersaing dalam mencapai keunggulan kompetitif (Handoko

dkk., 2012:6).

H2a: Kepemilikan Manajerial secara parsial berpengaruh

secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel

Kepemilikan manajerial (Kep manaj) tehadap nilai perusahaan tidak

sigifikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien -1,592 dengan nilai

signifikansinya sebesar 0,197 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t

hitung yang negatif sebesar -1,309. Berdasarkan hasil pengujian

regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H2a

yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan ditolak.

Hasil ini berbeda dengan penelitian Bambang dkk (2015) &

asmawati dkk (2013), Fuerst dan Kang (2000), Hermuningsih

(2010), Susanti dan Mildawati, (2014) yang membuktikan

Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Namun, hasil dari penelitian ini menguatkan hasil penelitian Senda

85

(2012), Wida dan Suartana (2014) Abukosim dkk (2015) dan Lestari

dkk., (2015).

Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini berupaya

menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kepemilikan manajerial tidak

mampu mengurangi konflik agensi yang timbul akibat hubungan

keagenan. Jumlah kepemilikan manajerial yang besar tidak mampu

mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham,

sehingga tujuan perusahaan dalam mencapai nilai perusahaan yang

tinggi tidak dapat tercapai. Para manajer memiliki kepentingan yang

cenderung dipenuhinya dibandingkan dengan pencapaian tujuan

perusahaan secara keseluruhan (Wida dan Suartana, 2014:586).

Arah koefisien beta yang menunjukkan kearah negatif sebesar -

1,309 menunjukkan rendahnya saham yang dimiliki oleh manajemen

mengakibatkan pihak manajemen belum merasa ikut memiliki

perusahaan, karena tidak semua keuntungan yang di dapat perusahaan

dapat dinikmati oleh manajemen, yang menyebabkan pihak

manajemen termotivasi untuk memaksimalkan utilitasnya sehingga

merugikan pemegang saham. Selain itu dengan rendahnya

kepemilikan saham oleh manajemen membuat kinerja manajemen

juga cenderung rendah sehingga tidak mempengaruhi nilai

perusahaan. Dengan demikian, kepemilikan manajemen belum

mampu menjadi mekanisme untuk meningkatkan nilai perusahaan

(Senda, 2012:5).

86

H2b: Kepemilikan Institusional secara parsial berpengaruh

secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel

Kepemilikan institusional (Kep inst) tehadap nilai perusahaan

berpengaruh sigifikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien -

0,698 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,004 lebih kecil dari α =

0.05 dan nilai t hitung yang negatif sebesar -2,988. Berdasarkan hasil

pengujian regresi berganda secara individual dapat disimpulkan

bahwa H2b yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan diterima.

Hasil ini berbeda dengan penelitian Bambang dkk (2015) &

asmawati dkk (2013), Susanti dan Mildawati (2014), Senda (2012),

Solekah dan Vinusita, (2014) yang membuktikan kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun,

hasil dari penelitian ini menguatkan hasil penelitian Wida dan

Suartana, (2014), Slovin dan Sushka, (1993), Abukosim dkk (2015)

dan Dian dan Rika, (2014).

Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kepemilikan institusional

membawa dampak pada semakin kuatnya tingkat pengendalian yang

dilakukan pihak pemegang saham atas perilaku manajer yang

ditujukan untuk mengurangi agency cost dan meningkatkan nilai

perusahaan. Hal tersebut pada akhirnya mengarah pada berbagai

upaya untuk mengurangi tingkat kecurangan serta penyelewengan

87

yang dilakukan oleh pihak manajemen sebagai bentuk tindakan

opurtunistiknya (Dian dan Rika, 2014).

Arah koefisien beta yang menunjukkan kearah negatif sebesar -

2,988 menunjukkan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional

yang tinggi dapat berdampak pada penurunan harga saham

perusahaan dipasar modal sehingga kepemilikan institusional belum

mampu menjadi mekanisme yang dapat meningkatkan nilai

perusahaan. Sebab, kepemilikan institusional memiliki

kecenderungan berpihak pada manajemen dan mengarah pada

kepentingan pribadi sehingga mengabaikan pemegang saham

minoritas. Kepemilikan institusional juga hanya berfokus pada laba

saat ini, sehingga jika laba saat ini tidak memberikan keuntungan

yang baik oleh pihak institusional maka pihak institusional akan

menarik sahamnya dari perusahaan dan mengakibatkan penururnan

terhadap nilai perusahaan. Akibatnya pasar saham mereaksi negatif

yang berupa turunnya volume perdagangan saham dan harga saham,

sehingga menurunkan nilai pemegang saham Oleh karena itu dengan

kepemilikan institusional yang tinggi belum tentu meningkatkan nilai

perusahaan (Susanti dan Mildawati, 2014:5).

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Merujuk pada hasil analisis, pengujian hipotesis, pembahasan serta

temuan penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan penelitian

sebagai berikut:

1. Variabel modal intelektual tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Hal ini berarti pasar tidak memberikan penilaian yang lebih

tinggi pada perusahaan yang memiliki modal intelektual yang lebih

tinggi. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa penghargaan

pasar pada suatu perusahaan lebih didasarkan pada sumber daya fisik

yang dimiliki, investor cenderung tidak menitikberatkan pada sumber

daya intelektual yang dimiliki perusahaan (Sunarsih dan Mendra,

2012:14).

2. Variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini

berupaya menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kepemilikan

manajerial tidak mampu mengurangi konflik agensi yang timbul akibat

hubungan keagenan. Jumlah kepemilikan manajerial yang besar tidak

mampu mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham,

sehingga tujuan perusahaan dalam mencapai nilai perusahaan yang

tinggi tidak dapat tercapai. Para manajer memiliki kepentingan yang

89

cenderung dipenuhinya dibandingkan dengan pencapaian tujuan

perusahaan secara keseluruhan (Wida dan Suartana, 2014:586).

3. Variabel kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kepemilikan

institusional membawa dampak pada semakin kuatnya tingkat

pengendalian yang dilakukan pihak pemegang saham atas perilaku

manajer yang ditujukan untuk mengurangi agency cost dan

meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut pada akhirnya mengarah

pada berbagai upaya untuk mengurangi tingkat kecurangan serta

penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen sebagai bentuk

tindakan opurtunistiknya (Dian dan Rika, 2014).

B. Implikasi

1. Bagi manajemen perusahaan, dengan hasil arah koefisien beta positif

pada modal intelektual diharapkan bisa digunakan sebagai gambaran

bahwan modal intektual bisa dijadikan kekuatan daya saing dalam

meningkatkan keunggulan kompetitif serta meningkatkan laba

perusahaan.

2. Bagi Investor, agar bisa selektif dalam memilih perusahaan yang akan

dijadikan tempat untuk berinvestasi. Investor juga perlu memperhatikan

kebijakan perusahaan serta keputusan–keputusan dan pengaruhnya

terhadap nilai perusahaan dengan tetap mempertimbangkan dampak

positif dan negatifnya. Dengan demikian, investor memiliki

90

pertimbangan yang lebih untuk mencermati dari kebijakan perusahaan

serta keputusan–keputusan yang dimiliki perusahaan.

3. Bagi akademisi, peneliti serta pembaca, diharapkan dapat melanjutkan

penelitian yang berhubungan dengan modal intelektual, struktur

kepemilikan dan nilai perusahaan, sehingga bermanfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan.

C. Saran

1. Bagi penelitian berikutnya dapat menambahkan faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai perusahaan seperti leverage, kebijakan deviden,

investment opportunity set, dan keputusan pendanaan.

2. Bagi penelitian berikutnya dapat menambahkan jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian, sehingga hasilnya lebih mencerminkan

kondisi perusahaan – perusahaan yang menyeluruh secara umum.

3. Penelitian selanjutnya dapat menguji kembali pengaruh modal

intelektual pada nilai perusahaan dengan menggunakan model lain dan

mempertimbangkan untuk menambahkan variabel pengungkapan modal

intelektual yang terdapat pada annual report perusahaan.

91

DAFTAR PUSTAKA

Abukosim, Mukhtaruddin, dan Ika Sasti F. 2014. “Ownership Structure and Firm

Values : Empirical Study on Indonesia Manufacturing Listed Companies”.

Reshearches World : Journal of Arts, Science and Commerce. VOL-V, Issue-4.

Oktober 2014. Hal 1-14\

Abdolmohammadi, M. J. 2005. Intellectual Capital Disclosure and Market

Capitalization. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, No. 3: 397-416.

Abdolmohammadi, M. J. 2005. Intellectual Capital Disclosure and Market

Capitalization. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, No. 3: 397-416.

Adri, Fazdillah. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, Kinerja

Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Property dan Real Estate) JOM FEKON

Vol. 1 no. 2 Oktober.

Anggraeni, Selly Haryono, Fitriany, dan Eliza Fatimah. 2015. Analisis Pengaruh Struktur

Modal dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan SNA.

Belkaoui, A. R (2003). Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational

Firms: A Study of the Resource-Based and Stakeholder Views. Journal of

Intellectual Capital 4(2), 215-226.

Bemby S, Bambang, Mukhtaruddin, Arista H dan Rahmah F. 2015. “Intellectual

Capital, Firm Value, and Ownership Structure as Moderating Variable :

Empirical Study on Banking Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2009-

2012”. Asian Social Science. VOL.11, No.16. hal 148-159

Berzkalne, I. dan Elvira Zelgalve. 2013. Intellectual Capital and Company Value

Contemporary Issues in Business, Management and Education. University of

Latvia.

Bontis, Nick, William, dan Stanley. 2000. “Intellectual Capital and Bussiness

Performance in Malaysian Industries”. Journal of Intellectual Capital. Vol.1,

No.1. hal 85-100

Chairunissa Citra, dan Raden Rosiyana Dewi. 2015. Pengaruh Intellectual Capital

Terhadap Kinerja Keuangan Dan Penilaian Pasar Dengan Corporate Governance

Sebagai Variabel Moderasi.

Chen, M. C., Cheng, S. J., & Hwang, D. Y. C. (2005). An Empirical Investigation of

the Relationship between Intellectual Capital and Firms’ Market Value and

Financial Performance. Journal of Intellectual Capital, 6(2), 159-176.

http://dx.doi.org/10.1108/14691930510592771

92

Dian, Fachrur dan Rika Lidyah, 2014. “Pengaruh Corporate Social Responsibility,

Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikam Institusi terhadap Nilai Perusahaan

Tambang Batu Bara yang Terdaftar di BEI”, S1 Akuntansi, STIE MDP.

Faisal. (2004). Analysis Agency Costs, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme

Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar.

Firer, S., and S. M. Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures

of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4, No. 3: 348-360.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Haruman, T. (2008). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Keuangan

dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba

Empat.

Jensen, Michael C, dan William H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm : Managerial

Behaviour, Agency Costs, and Ownership Structure”. Journal of Financial

Economics. October 1976. V.3, No.4. pp 305-360.

Lev, B. 1997. Announcing the foundation of the intangible research center at the

Vincent C. Ross Institute of Accounting Research. Accounting Horizons

(March): 136-138.

Pulic, Ante. 1998. “Measuring The Performance of Intellectual Potential in Knowledge

Economy”. Presented in1998 at the 2nd McMaster World Congress on Measuring

and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential.

______. 1999. Basic information on VAICTM. available at: www.vaic-on.net . Diakses

pada 30 Maret 2016

______. 2000. VAICTM- an Accounting Tool for Intellectual Capital Management.

available at: www.measuring-ip.at/papers/ham99txt.htm Diakses pada 30 Maret

2016.

Putra, I.G.C. 2012. “Pengaruh Modal Intelektual Pada Nilai Perusahaan Perbankan

Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan

Humanika. Vol.2, No.1. Desember 2012. Hal : 1-22

Randa, F. D. A. S. 2012. Pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai Perusahan. Jurnal

93

Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi, 10(1), 24-27.

Sawarjuwono,Tjiptohadi, dan Agustine P.K. 2003. “Intellectual Capital : Perlakuan,

Pengukuan dan Pelaporan (Sebuah Library Research)”. Jurnal Akuntansi &

Keuangan. Vol.5, No.1. Mei 2003. Hal :35-57.

Sholekah, Febrina Wibawati, dan Lintang Venusita. 2014. Pengaruh Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan Institusianal, Leverage, Firm Size dan Corporate Social

Responcibility terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan High Profile yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2012. Jurnal Ilmu

Manajemen, Vo.2, No.3, Juli 2014.

Sianipar, M. 2009. The Impact of Intellectual Capital Towards Financial

Profitability and Investors’ Capital Gain on Shares: An Empirical Investigation

of Indonesian Banking and Insurance Sector for Year 2005-2007. Makalah

Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang: 4-6

November.

Solikhah, B. (2010). Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan,

Pertumbuhan dan Nilai Pasar pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek

Indonesia. Tesis. Universitas Diponegoro.

Solikhah, B., A. Rohman dan W. Meiranto. 2010. “Implikasi Intellectual Capital

Terhadap Financial Performance, Growth, dan Market Value: Studi Empiris

Dengan Pendekatan Simplistic Spesification”, Simposium Nasional Akuntansi

XIII. Purwokerto: 13-14 Oktober.

Stewart, T. A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organization.

Avalable at: www.intellectualcapital.com. (accessed June 2015).

Sudiyatno, Bambang, dan Elen Puspitasari. 2010. “Tobin’s Q Dan Altman Z-Score

sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan”. Kajian Akuntansi, Pebruari

2010. Hal 9- 21.

Sunarsih, N. M. dan Mendra, N. P. Y. 2012. “Pengaruh Modal Intelektual Terhadap

Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening pada

Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Simposium Nasional

Akuntansi XV. Banjarmasin.

Susanti, Rina dan Titik Mildawati. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajemen,

Kepemilikan Institusional dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai

Perusahaan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1

Sveiby. 1998. Measuring Intangables & Intellectual Capital – An Emerging First

Standard.http://www.sveiby.com/articles/Intangiblemethods.htm.

94

Tan, H. P., Plowman, D., & Hancock, D. P. (2007). Intellectual Capital and Financial

Returns of Companies. Journal of Intellectual Capital, 8(1), 76-95.

Ulum, Ihyaul. 2008. “Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia”.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.10, No.2. November 2008. Hal: 77-84

Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali & Anis Chairi. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja

Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Makalah

Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli.

Wahyudi, U. D. H. P. P. (2006). Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai

Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening.

Simposium Nasional Akuntansi IX . Padang.

Wida, Ni Putu P. D. Dan I Wayan Suartana. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial

dan Kepemilikan Institusional pada Nilai Perusahaan. EJurnal Akuntansi

Universitas Udayana 9.3 (2014):575-590.

Widarjo, Wahyu. 2011. “Pengaruh Modal Intelektual dan Pengungkapan Modal

Intelektual Pada Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh

2011.

Yuniasih, Ni Wayan, Dewa Gede Wirama. & I Dewa Nyoman Badera. 2010.

Eksplorasi Kinerja Pasar Perusahaan : Kajian Berdasarkan Modal Intelektual

(Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia).

www.idx.co.id (Diakses pada Juli 2015).

www.kompas.com (Diakses pada Maret 2016).

www.google.com

95

96

Lampiran 1 : Data Sampel Penelitian Perusahaan Property/Real Estate periode 2010-2014

Tahun Kode VAIC TM Kep. Manj Kep. Inst Tobin's Q Res 2

ADHI 2.78815569 0.002723 0.64798573 1.14970417 0.10

BKDP 2.76425434 0.157211 0.42160227 1.13343667 0.17

CTRA 4.56042693 0.002030 0.38705309 0.85495437 0.55

DGIK 5.86366421 0.028875 0.64405590 0.94216948 0.34

DILD 8.98714528 0.000000 0.60746445 1.01551231 0.33

2010 DPNS 3.07350794 0.068662 0.68498168 0.97825322 0.23

LAMI 3.77910002 0.000000 0.92883253 0.97723900 0.15

SMRA 3.74319831 0.002963 0.38442463 1.69211029 0.30

SSIA 3.47645338 0.002163 0.44866686 1.10974676 0.25

TOTL 3.93386811 0.025523 0.56500000 1.14057052 0.16

WIKA 5.33019442 0.002172 0.80955987 1.27704777 0.08

ADHI 5.12441849 0.000944 0.67785985 1.08933753 0.18

BKDP 2.40916382 0.157211 0.42160227 1.14662412 0.15

CTRA 4.69214174 0.002030 0.38705309 1.03618237 0.37

DGIK 2.67077116 0.028875 0.64405590 0.92718938 0.32

DILD 4.51649445 0.000000 0.21417559 1.41043017 0.08

2011 DPNS -0.91796676 0.057118 0.68089181 1.10590536 0.07

LAMI 5.17385321 0.000000 0.92883253 0.97408730 0.16

SMRA 4.18730798 0.002963 0.37871967 1.59916543 0.19

SSIA 5.65922428 0.001530 0.33776094 2.05564538 0.61

TOTL 3.97756720 0.025523 0.56500000 1.11402540 0.18

WIKA 6.36081024 0.002163 0.68604554 1.14854288 0.12

97

Tahun Kode VAIC TM Kep. Manj Kep. Inst Tobin's Q Res 2

ADHI 5.68890067 0.000472 0.55996714 1.23123288 0.10

BKDP -3.01060750 0.157211 0.42160227 0.99254935 0.25

CTRA 5.38117896 0.002030 0.37950190 1.20950137 0.21

DGIK 3.66414809 0.000911 0.64117876 0.99812124 0.27

DILD 5.62520431 0.000000 0.42137839 0.92209101 0.48

2012 DPNS 4.08742004 0.057109 0.59857058 0.88725546 0.38

LAMI 4.10383148 0.000000 0.92883253 0.91993979 0.21

SMRA 5.11058958 0.002823 0.41819084 1.79097725 0.40

SSIA 9.56288429 0.032313 0.21564520 1.77883081 0.25

TOTL 4.31077881 0.025523 0.56500000 1.82115877 0.52

WIKA 6.41885246 0.004114 0.67123215 1.53148971 0.25

ADHI 5.67496063 0.000056 0.81917588 1.23757460 0.04

BKDP -4.69368257 0.157211 0.42160227 0.99235794 0.23

CTRA 6.62968335 0.002091 0.38556639 1.09834075 0.33

DGIK 3.69708521 0.000911 0.64117861 0.92220778 0.35

DILD 5.59411522 0.000000 0.49392489 0.84081026 0.52

2013 DPNS 7.59778260 0.057109 0.66467394 0.80561517 0.47

LAMI 4.69669101 0.000000 0.92883253 0.81557053 0.32

SMRA 5.28448269 0.002823 0.37640860 1.57237689 0.15

SSIA 7.76239524 0.024874 0.28855646 1.00388247 0.48

TOTL 4.51549382 0.018250 0.56500000 1.30806516 0.00

WIKA 5.81478883 0.002195 0.66778451 1.52042137 0.24

98

Tahun Kode VAIC TM Kep. Manj Kep. Inst Tobin's Q Res 2

ADHI 4.84512243 0.002998 0.75329925 0.82687377 0.40

BKDP 9.83887508 0.087835 0.38061820 1.08086200 0.35

CTRA 6.62840335 0.002030 0.30626443 1.36234601 0.11

DGIK 3.69145396 0.000911 0.63981625 0.95842303 0.31

DILD 5.44323862 0.000001 0.42137839 1.38975605 0.01

2014 DPNS 2.67055951 0.000034 0.51184115 0.66794069 0.65

LAMI 7.96209140 0.000000 0.92883253 0.91509074 0.25

SMRA 5.50360863 0.002823 0.32026302 1.55571556 0.11

SSIA 5.39850214 0.011720 0.30414442 1.36076588 0.09

TOTL 4.20409508 0.018250 0.56500000 1.93562173 0.63

WIKA 6.10804608 0.000759 0.66276744 2.09797024 0.82

99

Lampiran 2 : Output Hasil Pengolahan Data Penelitian

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

VAICTM 55 -4.69368257 9.83887508

4.690267780

5

2.488122090

60

Kep.Manaj 55 .00000001 .15721073 .0226558116

.0428291423

0

Kep.Inst 55 .21417559 .92883253 .5512664206

.1899718095

7

TQ 55 .66794069 2.09797024

1.204174838

8

.3393526920

9

Valid N

(listwise) 55

Sumber: output SPSS

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity

Statistics

Toleran

ce VIF

1 VAICT

M .706 1.416

Kep.Ma

naj .680 1.472

Kep.Inst .937 1.068

e. Dependent Variable: TQ

Sumber: data sekunder yang diolah

100

f. Uji Autokorelasi

Hasil Uji Autokorelasi

Runs Test

RES2

Test Valuea .25

Cases < Test Value 27

Cases >= Test Value 28

Total Cases 55

Number of Runs 28

Z -.134

Asymp. Sig. (2-tailed) .894

a. Median

Sumber: data sekunder yang diolah

g. Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .284 .110 2.590 .012

VAICTM .008 .012 .114 .693 .491

Kep.Mana

j -.165 .692 -.040 -.239 .812

Kep.Inst -.074 .133 -.080 -.560 .578

a. Dependent Variable: RES2

b. Sumber: data sekunder yang diolah

101

h. Uji Normalitas

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

RES2

N 55

Normal Parametersa,b

Mean .2771

Std.

Deviation .17677

Most Extreme

Differences

Absolute .116

Positive .116

Negative -.063

Test Statistic .116

Asymp. Sig. (2-tailed) .063c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: data sekunder yang diolah

3. Hasil Uji Hipotesis

a. Uji Adj R2

Hasil Uji Adjusted R2

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .428

a .183 .135

.3156466583

4

a. Predictors: (Constant), Kep.Inst, VAICTM, Kep.Manaj

Sumber: data sekunder yang diolah

102

b. Uji F

Hasil Uji F

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 1.137 3 .379 3.805 .015b

Residual 5.081 51 .100

Total 6.219 54

a. Dependent Variable: TQ

b. Predictors: (Constant), Kep.Inst, VAICTM, Kep.Manaj

Sumber: data sekunder yang diolah

c. Uji t

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant

) 1.582 .193 8.212 .000

VAICTM .009 .021 .068 .450 .655

Kep.Mana

j -1.592 1.217 -.201 -1.309 .197

Kep.Inst -.698 .234 -.391 -2.988 .004

b. Dependent Variable: TQ

Sumber: data sekunder yang diolah