PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ......

23
PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. Rendle) TERHADAP PERTUMBUHAN Microsporum canis SECARA IN VITRO PUTI PUSPITASARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ......

Page 1: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L.

Rendle) TERHADAP PERTUMBUHAN Microsporum canis

SECARA IN VITRO

PUTI PUSPITASARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi
Page 3: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Minyak Serai

Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) terhadap Pertumbuhan Microsporum

canis secara In Vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Puti Puspitasari

NIM B04100043

Page 4: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

ABSTRAK

PUTI PUSPITASARI. Pengaruh Minyak Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.

Rendle) terhadap Pertumbuhan Microsporum canis secara In Vitro. Dibimbing

oleh AGUSTIN INDRAWATI.

Dermatofitosis merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum

menyerang manusia, hewan kesayangan, dan ternak. Penyakit ini secara luas

menyebar ke seluruh dunia dengan berbagai tingkat keparahan. Dermatofitosis

disebabkan oleh tiga genus diantaranya Epidermophyton, Trichophyton, dan

Microsporum. Penularan sesama hewan, tingginya biaya pengobatan, sulitnya

pengendalian penyakit, dan dampak yang diberikan kepada masyarakat

menjelaskan pentingnya penyakit ini. Pengembangan pengobatan antifungal yang

lebih efektif dan tidak terlalu bersifat toksik sangat diperlukan. Tujuan dari

penelitian ini untuk mempelajari pengaruh minyak serai wangi terhadap infeksi

dermatofita yang disebabkan Microsporum canis. Pengujian kualitatif dilakukan

dengan menggunakan metode difusi cakram. Uji daya hambat minyak serai wangi

terhadap pertumbuhan koloni Microsporum canis yang dilakukan dengan tiga kali

ulangan menghasilkan diameter zona hambat berturut-turut sebesar 15.67 mm,

16.67 mm, dan 13.33 mm.

Kata kunci: in vitro, Microsporum canis, minyak serai wangi.

ABSTRACT

PUTI PUSPITASARI. The Effect of Citronella Oil (Cymbopogon nardus L.

Rendle) against Microsporum canis In Vitro. Supervised by AGUSTIN

INDRAWATI

Dermatophytoses are one of the most frequent skin diseases of human, pets

and livestock. The disease is widely distributed all over the world with various

degrees. There are three genera of mould that cause dermatophytosis. These are

Epidermophyton, Trichophyton and Microsporum. Contagiousness among animal

communities, high cost of treatment, difficulty of control and the public health

consequences explain their great importance. Development of more effective and

less toxic antifungal agents is required for the treatment of dermatophytosis. The

purpose of this research to investigate the effects of citronella oils against

dermatophytes infections caused by Microsporum canis. Qualitative testing

performed by using the disc diffusion method. Inhibition trials of citronella oil on

the growth of M. canis colony were performed by three repetitions, resulted in

diameter inhibition zone of 15.67 mm, 16.67 mm, and 13.33 mm respectively.

Keywords: citronella oil, in vitro, Microsporum canis.

Page 5: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus l.

Rendle) TERHADAP PERTUMBUHAN Microsporum canis

SECARA IN VITRO

PUTI PUSPITASARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi
Page 7: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi
Page 8: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karuniaNya, sehingga skripsi dengan judul Pengaruh Minyak Serai Wangi

(Cymbopogon nardus L. Rendle) terhadap Pertumbuhan Microsporum canis

secara In Vitro dapat diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Drh Agustin Indrawati, Mbiomed

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, nasihat, dan

bimbingan selama proses penulisan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa juga

penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr Drh Joko Pamungkas, MSc

selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingannya

selama penulis menjadi mahasiswa FKH IPB. Penulis juga ingin menyampaikan

terima kasih kepada Pak Ismet dan Ibu Esih di Lab Mikologi FKH IPB yang telah

banyak membantu penelitian ini. Terima kasih juga kepada teman satu penelitian

(Rinasti Rida Pangesti) atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga besar atas doa,

semangat, dan cinta yang telah diberikan. Selanjutnya ucapan terimakasih penulis

ucapkan kepada keluarga Acromion 47 dan sahabat-sahabat terbaik Arlita

Sariningrum, Pika Sati Suryani, Rahmayani, dan Asfi Royhani Latifah yang sama-

sama berjuang dalam menempuh pendidikan di IPB, khususnya kepada Deva

Krisna Kadarani, Ninditya Anggie Wiyani Putri dan Galang Laila Mubaraq yang

telah banyak membantu dalam proses mengerjakan skripsi ini. Penulis menyadari

penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan, untuk itu penulis sangat

berterima kasih atas kritik dan saran-saran yang bersifat membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2014

Puti Puspitasari

Page 9: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Dermatofitosis 2 Microsporum canis 3

Serai Wangi 3

Minyak Atsiri 5

BAHAN DAN METODE 6

Waktu dan Tempat Penelitian 6 Bahan dan Alat 6 Metodologi 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

SIMPULAN DAN SARAN 11 Simpulan 11

Saran 11 DAFTAR PUSTAKA 11

RIWAYAT HIDUP 13

Page 10: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

DAFTAR TABEL

1 Diskripsi jenis tanaman serai wangi 5

2 Daya hambat antifungal terhadap pertumbuhan Microsporum canis

secara in vitro 9

3 Daya hambat minyak serai wangi terhadap pertumbuhan Microsporum

canis secara in vitro 10

DAFTAR GAMBAR

1 Gambaran makroskopis dan mikroskopis Microsporum canis 3 2 Tanaman serai wangi setelah berumur 4 hingga 5 tahun 4

3 Gambaran makroskopis Microsporum canis pada media DSA 8 4 Gambaran mikroskopis Microsporum canis 8

5 Zona hambat oleh clotrimazol, mikonazol, dan ketokonazol terhadap

pertumbuhan Microsporum canis secara in vitro 9

6 Hasil pengujian minyak serai wangi terhadap pertumbuhan

Microsporum canis dengan metode difusi cakram 9

Page 11: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh dermatofita.

Penyakit ini dianggap sebagai zoonosis yang paling umum menyerang manusia.

Dermatofita dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan afinitasnya terhadap

hospes. Zoophilic sebagai dermatofita yang secara normal ditemukan di hewan,

banyak diantaranya yang bisa ditularkan ke manusia. Anthropophilic yang secara

normal ditemukan di manusia dan geophilic yang berada di tanah.

Semua hewan yang telah didomestikasi peka terhadap kapang dermatofita.

Microsporum canis merupakan spesies yang paling umum menyerang anjing dan

kucing. Trichophyton verrucosum merupakan spesies yang penting pada sapi,

kambing, dan domba. T. equinum banyak menyerang kuda, M. nanum banyak

menyerang babi, dan T. gallinae umumnya menyerang unggas (Quinn et al.

2006).

Kucing adalah hewan kesayangan utama yang bertindak sebagai sumber

penularan dermatofita. Hal ini mungkin dikarenakan tingginya prevalensi infeksi

tersebut pada kucing jika dibandingkan dengan hewan kesayangan lainnya dan

kedekatan interaksi antara kucing dengan manusia. Transmisi atau penularan dari

hewan lain bisa saja terjadi terutama berasal dari hewan yang terinfeksi secara

klinis. Lesio yang ditimbulkan umumnya ditandai dengan kebotakan yang

berbentuk lingkaran pada daerah kepala dan muka. Lesio dapat menyebar ke

bagian tubuh lainnya (CFSPH 2005).

Dermatofitosis dapat pulih dengan sendirinya dan memakan waktu sekitar

dua sampai tiga bulan pada hewan yang sehat namun tingginya potensi penularan

penyakit ini membuat pengobatan terhadap dermatofitosis sangat dianjurkan.

Pengobatan secara topikal seperti mikonazol, enilkonazol, dan lime sulfur

merupakan terapi yang paling umum digunakan.

Daun dan tangkai serai wangi mengandung minyak atsiri sehingga dalam

dunia perdagangan dikenal dengan nama citronella oil. Bahan aktif utama yang

terkandung di dalamnya ialah senyawa aldehid (sitronelal) sebesar 30 hingga 45%

dan senyawa alkohol (sitronelol dan geraniol) sebesar 55% hingga 65% (Kardinan

2005). Menurut Hammer (2011) senyawa geraniol memiliki aktivitas

antimikrobial dan antifungal termasuk dermatofita Microsporum. Adanya geraniol

serta bahan aktif lainnya dalam serai wangi diharapkan mampu menghambat

aktivitas M. canis sebagai agen dermatofitosis.

Cara yang mudah untuk menetapkan kerentanan organisme terhadap suatu

senyawa adalah dengan menginokulasi pelat agar dengan biakan dan membiarkan

cakram yang mengandung senyawa tersebut berdifusi ke media agar. Efektivitas

antimikrobial ditunjukkan oleh zona bening yang terbentuk. Metode difusi cakram

telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas saring yang

tersedia secara komersial. Metode ini mewakili prosedur sederhana untuk

menyelidiki aktivitas mikrobial suatu zat (Harmita dan Radji 2006).

Page 12: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh minyak serai wangi

terhadap infeksi dermatofita yang disebabkan kapang dari spesies Microsporum

canis secara in vitro.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh

minyak serai wangi terhadap pertumbuhan kapang Microsporum canis secara in

vitro.

TINJAUAN PUSTAKA

Dermatofitosis

Dermatofitosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh

kelompok kapang dermatofita meliputi genus Microsporum, Trichophyton, dan

Epidermophyton. Kelompok kapang ini bersifat keratinofilik, menyerang lapisan

superfisial tubuh seperti kulit, rambut, dan kuku. Microsporum dan Trichophyton

umumnya menyerang hewan dan manusia, sedangkan Epidermophyton hanya

menyerang manusia (CFSPH 2005).

Klasifikasi dermatofita menurut Hakim (2009):

Kingdom : Fungi

Divisi : Ascomycota

Kelas : Eurotiomycetes

Ordo : Onygenales

Famili : Arthrodermataceae

Genus : Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton

Tiga langkah utama terjadinya infeksi dermatofit yaitu perlekatan dermatofit

pada keratin, penetrasi melalui dan di antara sel, serta terbentuknya respon imun.

Respon humoral dan cell-mediated akan tampak setelah infeksi. Reaksi

peradangan menghasilkan peningkatan proliferasi epidermal. Lesio yang muncul

pada kucing dapat berupa alopesia, scale, military dermatitis, nodul-nodul atau

bahkan tidak menunjukkan semua gejala di atas. Sedangkan pada anjing lesio

dapat berupa papula, pustula, alopecic nodules (kerion), dan draining tracts.

Dermatofitosis lebih banyak menyerang hewan yang sangat muda atau tua, hewan

yang menderita immunosupresi, dan hewan yang berada di tempat penitipan

sehingga mempercepat penyebaran (Schaer 2010). Menurut Soeharsono (2002)

lesio yang dimunculkan di anjing dan kucing cukup spesifik, yakni berbentuk

bulat atau oval dengan pinggir merah, yang meluas secara cepat, dan memiliki

diameter 1-4 cm. Selain itu ditemukan pula bentuk yang dikenal dengan nama

erythematous plaque yakni kulit sedikit terangkat dan menimbulkan keropeng.

Plaque semacam ini disebut kerion dan dapat terlepas dengan sendirinya. Lesio

yang dimunculkan di anjing lebih parah dibandingkan pada kucing.

Page 13: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

3

Microsporum canis

Kedudukan taksonomi Microsporum canis menurut Hakim (2009):

Kingdom : Fungi

Divisi : Ascomycota

Kelas : Eurotiomycetes

Ordo : Onygenales

Famili : Arthrodermataceae

Genus : Microsporum

Spesies : Microsporum canis

Microsporum canis merupakan kelompok kapang yang juga diketahui

sebagai dermatofita penyebab dermatofitosis (ringworm) pada anjing dan kucing.

M. canis umumnya ditemukan di iklim yang lembab dan hangat. Menurut

Kurniati (2008) gambaran mikroskopis spesies ini memiliki multiseluler

makrokonidia dengan dinding yang tebal dan kasar. Bentuk menyerupai tong

dengan bagian apikal yang tidak simetris dan memiliki panjang 10-150 µm yang

terdiri dari 6-15 sel. Pertumbuhan koloni pada media kultur setelah empat hari

akan membentuk kapas putih di permukaan biakan dengan batas luar berwarna

kuning dan pada bagian bawah akan terlihat warna kuning tua hingga orange

(Gambar 1). Mikroorganisme ini memperoleh energi dari keratin yang terdapat

pada kuku, rambut, dan kulit dengan menyekresi keratinolytic protease

(Descamps et al. 2002).

M. canis memiliki konidium berbentuk silinder. Konidium merupakan sel

reproduksi aseksual atau bentuk jamak dari konidia. M. canis termasuk ke dalam

Ascomycota dengan fase seksual (telemorf) (Gandjar dan Sjamsuridzal 2006).

Gambar 1 Gambaran makroskopis dan mikroskopis Microsporum canis

Serai Wangi

Serai wangi memiliki nama latin Cymbopogon nardus, tetapi ada juga yang

menyebutnya dengan Andropogon nardus. Tanaman dari keluarga Graminae ini

merupakan herba menahun dengan tinggi 50-100 cm. Panjang daunnya mencapai

1 m dengan lebar 1.5 cm (Gambar 2). Tanaman ini secara tradisional digunakan

sebagai obat dan rempah. Tidak jarang masyarakat menggunakan akar serai wangi

sebagai obat demam (Kardinan 2005).

Kedudukan taksonomi tanaman serai wangi menurut Santoso (2007):

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Trachebionta

Page 14: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

4

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Graminae/Poaceae

Genus : Cymbopogon

Species : Cymbopogon nardus L. Rendle

\

Gambar 2 Tanaman serai wangi setelah berumur 4 hingga 5 tahun

Tanaman serai wangi di Indonesia umumnya dapat dipilah menjadi dua

jenis yaitu Mahapengiri dan Lenabatu. Tabel 1 menunjukkan diskripsi kedua jenis

serai wangi ini (Santoso 2007).

Kandungan minyak atsiri serai wangi sebesar 0.5% hingga 1.5% dan sisanya

merupakan limbah padat (ampas bahan baku) beserta air sisa penyulingan. Dalam

limbah tersebut diperkirakan masih mengandung senyawa volatil dan non-volatil

seperti terpen-terpen yang dapat digunakan sebagai insektisida atau pewangi

ruangan. Selama ini limbah padat penyulingan baru dimanfaatkan sebagai bahan

bakar penyulingan atau pupuk organik (Usmiati et al. 2005).

Daun dan tangkai serai wangi mengandung minyak atsiri yang dalam dunia

perdagangan disebut dengan citronella oil. Minyak serai wangi untuk keperluan

ekspor harus memiliki kadar geraniol minimum 85%, kadar sitronella minimum

35%, dan tidak mengandung zat asing. Bobot jenisnya berkisar 0.850-0.892 dan

indeks bias minyak berkisar 1.454-1.473. Bahan aktif utama yang dihasilkan

adalah senyawa aldehidehid (sitronelal-C10H16O) sebesar 30-45%, senyawa

alkohol (sitronelol-C10H20O dan geraniol-C10H18O) sebesar 55-65%, dan senyawa

lainnya seperti sitral, nerol, metil heptenon, dan dipentena (Kardinan 2005).

Page 15: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

5

Ginanjar (2008) mengatakan bahwa minyak atsiri serai wangi mengandung bahan

aktif diantaranya geraniol, metil heptaton, terpen-terpen, terpen-alkohol, asam

organik, dan sitronelal.

Tabel 1 Diskripsi jenis tanaman serai wangi di Indonesia

No. Uraian Mahapengiri Lenabatu

1

1 Asal

Belum dapat dipastikan, diduga

berasal dari Srilangka namun di

pihak lain justru dianggap asli

Indonesia

Diperkenalkan dari Srilangka

2

2 Morfologi

Tumbuh berumpun dalam

bentuk lebih rendah dan lebar.

Daun berwarna hijau muda dan

bagian bawahnya agak kasar

Tumbuh berumpun dalam

bentuk lebih tinggi dan tegak.

Daun berwarna hijau kebiruan

dan kasar pada kedua

pinggirnya

33 Agronomi

Menghendaki pemeliharaan dan tanah yang lebih baik

Dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur dan

pemeliharaannya cukup mudah

4

4 Fisiologi

Menghasilkan minyak lebih

banyak dan bermutu tinggi.

Kadar geraniol 65-90% dan

sitronella 30-45%. Harum

minyaknya lebih unggul yaitu keras dan wangi. Warna minyak

antara tidak berwarna sampai

kuning muda

Menghasilkan minyak lebih

sedikit dan bermutu rendah.

Kadar geraniol 55-65% dan

sitronella 7-15%. Harum

minyaknya lebih lemah dan kurang wangi. Warna minyak

antara kuning sampai cokelat

muda

Senyawa sitronelal berperan sebagai bahan insektisida yang bersifat

antifeedant dan repellent (pengusir dan penghambat serangga), demikian halnya

dengan terpen yang diduga memiliki pengaruh terhadap perkembangbiakan

serangga (Usmiati et al. 2005). Senyawa aktif yang mempunyai potensi besar

sebagai antifungal menurut Nurmansyah (2010) adalah sitronelal, linalool,

geraniol, sitral, dan terpen.

Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan salah satu jenis minyak nabati dengan banyak

manfaat. Karakteristik fisiknya berupa cairan yang dapat disimpan dalam suhu

ruang. Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti

daun, bunga, buah, biji, kulit, batang, akar, atau rimpang. Salah satu ciri utama

minyak atsiri yaitu mudah menguap dan beraroma khas. Karena itu minyak ini

banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan wewangian dan kosmetika.

Kandungan minyak atsiri memiliki efek menenangkan (relaxing). Selain

memiliki aroma yang menenangkan, minyak atsiri juga memiliki manfaat untuk

kesehatan, seperti antiradang, antiserangga, afrodisiak, dan dekongestan. Wangi

yang dihasilkan minyak atsiri banyak dimanfaatkan sebagai bahan campuran

wewangian, pengikat bau (fixative perfume), ataupun bahan baku pengharum

ruangan. Minyak atsiri juga memiliki peranan yang penting dalam pembuatan

makanan yakni berguna sebagai penambah aroma dan rasa, sedangkan dalam

Page 16: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

6

bidang pertanian beberapa jenis minyak atsiri digunakan sebagai pestisida alami

(Rusli 2010).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi Bagian Mikrobiologi

Medik, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner,

Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Juli 2013 hingga

Januari 2014.

Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah tabung reaksi, wadah

plastik, cawan Petri, ose, pembakar Bunsen, pipet tetes, pipet ukur, inkubator,

mesin sentrifugasi, mikroskop, gelas objek dan penutup, batang pengaduk kaca,

pinset, mikropipet, tabung reaksi, pervorator, dan kamera.

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak serai wangi

yang diproduksi oleh PT Eagle Indo Pharma, biakan Microsporum canis yang

diperoleh dari Laboratorium Mikologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, media

Dermatophyte Selective Agar (DSA), sabun pencuci tangan, alkohol 70%,

akuades, KOH 10%, Lactophenol Cotton Blue (LCB), ketokonazol 2% dari PT.

Kalbe Farma, mikonazol 2% dari PT. Kimia Farma, dan clotrimazol 1% dari

Konimex.

Komposisi agar DSA untuk 1 L terdiri atas Sabouraud’s Dextrose Agar

(SDA) 65 gram, cycloheximide 0.5 gram, chloramphenicol 1x250 mg kapsul,

yeast extract 5 gram, gentamicin (40 mg/ml) 0.65 ml, dan air destilata 1000 ml.

Metodologi

Kultur Microsporum canis

Isolat kapang M. canis diperoleh dari Laboratorium Mikologi Bagian

Mikrobiologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Kapang M. canis

diperbanyak dengan dibiakkan di dalam media DSA lalu diinkubasi pada suhu

berkisar antara 20-23 oC selama sepuluh hari. Pengamatan secara makroskopis

dan mikroskopis dilakukan untuk memastikan kapang yang tumbuh adalah M.

canis. Suspensi M. canis dibuat dengan menambahkan 10 ml akuades ke dalam

cawan biakan. Suspensi ini disentrifus hingga dihasilkan endapan dan supernatan.

Endapan dan supernatan dipisahkan dan masing-masing diinokulasikan ke media

DSA. Biakan ini ditunggu selama tujuh hari, kemudian dilihat sifat

pertumbuhannya. Pertumbuhan kapang yang terbaik selanjutnya akan digunakan

sebagai suspensi untuk pengujian (Geweely 2006).

Page 17: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

7

Penghitungan Mikroorganisme

Suspensi endapan yang berisi makrokonidia dan mikrokonidia dihitung

jumlah selnya mengunakan counting chamber. Suspensi endapan diencerkan

sampai 1000x, lalu setiap suspensi endapan ditanam pada agar DSA untuk melihat

pertumbuhan kapang. Suspensi endapan dengan pengenceran 100x memiliki

jumlah koloni 100–150 koloni per cawan. Selanjutnya suspensi endapan ini akan

digunakan sebagai suspensi pengujian selanjutnya (Gholib dan Eni 2007).

Pengujian Antifungal dan Minyak Serai Wangi dengan Metode Difusi

Cakram

Suspensi endapan kapang dengan pengenceran 100x ditanam dengan cara

digoreskan ke media DSA. Kertas saring yang berbentuk lingkaran dengan

diameter 1 cm dicelupkan masing-masing ke dalam larutan antifungal yang akan

diuji yaitu ketokonazol 2%, mikonazol 2%, dan clotrimazol 1% sebanyak 0.006

ml (Suganda et al. 2013). Ketiga cakram ini diletakkan di atas media DSA dengan

jarak segitiga sama sisi. Metode ini dilakukan dengan tiga kali pengulangan.

Pengujian minyak serai wangi menggunakan metode yang sama dengan

clotrimazol 1% sebagai kontrol positif, dan akuades sebagai kontrol negatif.

Pengamatan Hasil

Pengamatan hasil dilakukan dengan cara observasi pertumbuhan koloni dan

zona bening di sekitar cakram. Cakram dengan clotrimazol 1% dan akuades

dijadikan acuan untuk melihat daya kerja dari minyak serai wangi. Pengamatan

dilakukan selama tujuh hari dan pengukuran dilakukan pada hari ke tujuh. Daerah

bening yang terlihat di sekeliling cakram menandakan adanya aktivitas pada

sampel (Gholib dan Eni 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Microsporum canis yang telah dibiakkan di media DSA dan diinkubasi

selama sepuluh hari menunjukkan gambaran makroskopis koloni berupa tekstur

seperti kapas, datar, berwarna putih kekuningan pada bagian atas dan berwarna

kuning tua pada bagian sebaliknya (Gambar 3). Gambaran mikroskopis yang

didapatkan setelah pengamatan diantaranya kapang ini memiliki hifa yang

bersepta, mikrokonidia, dan makrokonidia yang berbentuk oval memanjang

dengan bagian apikal lebih menonjol seperti sumbat serta dinding luar sel yang

tebal (Gambar 4). Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Kurniati (2008) bahwa

secara mikroskopis M. canis memiliki bentuk menyerupai tong (gelendong)

dengan bagian apikal yang tidak simetris. Jumlah sel pada makrokonidianya

terdiri atas 6-15 sel serta memiliki dinding luar yang tebal dan kasar. Gambaran

makroskopis koloni M. canis akan memberikan penampakan yang membentuk

kapas putih di permukaan biakan dengan batas luar berwarna kuning dan pada bagian bawah akan terlihat warna kuning tua hingga orange.

Page 18: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

8

Gambar 3 Gambaran makroskopis Microsporum canis pada media DSA

Gambar 4 Gambaran mikroskopis Microsporum canis. Pembesaran 400x.

Campbell et al. (2013) mengatakan bahwa jenis kapang lain yang dapat

menjadi diagnosa pembanding berdasarkan penampilan makroskopis koloni

kapang diantaranya Trichophyton erinacei yang memiliki warna kuning lebih

terang dan putih pada bagian belakang media tanam sedangkan koloni

Microsporum spp. lainnya memiliki pinggiran yang gundul. M. equinum dan M.

distortum memiliki perbedaan secara mikroskopis pada ukuran makrokonidia

yang lebih kecil.

Penghitungan mikroorganisme yang dilakukan dengan menghitung jumlah

makrokonidia dan mikrokonidia pada kapang berumur tujuh hari yang dibiakkan

di cawan berdiameter ± 5 cm didapatkan 1 650 makrokonidia/ml dan 16 650

mikrokonidia/ml. Kurniati (2008) menyatakan M. canis membentuk makrokonidia

lebih banyak daripada mikrokonidia. Ketidaksesuaian hasil ini dikarenakan

pengamatan mikrokonidia dan makrokonidia dilakukan menggunakan mikroskop

cahaya yang kurang dapat membedakan struktur antara makrokonidia,

mikrokonidia, arthrospore dan makrokonidia muda (Mihali et al. 2012).

Pengujian antifungal menggunakan clotrimazol, mikonazol dan ketokonazol

menunjukkan hasil yang bervariasi terhadap pertumbuhan M. canis (Gambar 5).

Diameter zona bening yang terbentuk pada clotrimazol, mikonazol, dan

ketokonazol berturut-turut sebesar 37.0 mm, 18.5 mm, dan 12.5 mm (Tabel 2).

Berdasarkan pengujian ini maka kontrol positif yang dipilih untuk pengujian

selanjutnya ialah clotrimazol yang memiliki zona hambat terbesar.

Pengujian selanjutnya untuk melihat pengaruh minyak serai wangi

(Cymbopogon nardus L. Rendle) terhadap pertumbuhan M. canis memberikan

hasil bahwa minyak serai wangi dapat menghambat pertumbuhan koloni kapang tersebut (Gambar 6).

Page 19: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

9

Clotrimazol Mikonazol Ketokonazol

Gambar 5 Zona hambat oleh clotrimazol, mikonazol, dan ketokonazol terhadap

pertumbuhan Microsporum canis secara in vitro

Tabel 2 Daya hambat antifungal terhadap pertumbuhan Microsporum canis

secara in vitro

Zat yang diuji

Diameter zona hambat (mm) Rata-rata

1 2 3

Clotrimazol

Mikonazol

Ketokonazol

38,8

18,8

14

37,8

17,8

12,2

34,4

18,8

11,4

37,0

18,5

12,5

Gambar 6 Hasil pengujian minyak serai wangi terhadap pertumbuhan

Microsporum canis dengan metode difusi cakram. (a) cakram

dengan minyak serai wangi, (b) cakram dengan akuades, dan (c)

cakram dengan clotrimazol 1%.

Minyak serai wangi memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan M. canis jika

dibandingkan dengan akuades sebagai kontrol negatif. Pengaruh yang diberikan

minyak serai wangi dalam menghambat pertumbuhan M. canis tidak terlalu kuat

jika dibandingkan dengan daya hambat dari clotrimazol 1% sebagai kontrol positif

(Tabel 3). Cawan petri pertama didapatkan rata-rata diameter koloni yang

dihambat sebesar 15.67 mm, cawan petri kedua sebesar 16.67 mm, dan cawan

Page 20: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

10

petri ketiga sebesar 13.33 mm. Pengukuran diameter daya hambat dihitung setelah

tujuh hari diinkubasi pada suhu berkisar antara 20-23 oC.

Tabel 3 Daya hambat minyak serai wangi terhadap pertumbuhan Microsporum

canis secara in vitro

Cawan Diameter (mm)

Clotrimazol 1% Minyak serai wangi Akuades

1

37 13 -

34 15 -

35 19 -

Rata-rata 35.33 15.67 -

2

35 18 -

38 17 -

35 15 -

Rata-rata 36.00 16.67 -

3

38 14 -

34 13.5 -

37 12.5 -

Rata-rata 36.33 13.33 -

Metode difusi cakram (disk diffusion method) dalam melihat interaksi antara

essential oil atau komponennya dengan antimycotic memiliki beberapa

keuntungan dan kerugian (Amber et al. 2010). Keuntungan metode ini

diantaranya mudah dilakukan dalam jumlah besar dengan periode yang singkat

dan memungkinkan untuk memanfaatkan disk yang tersedia secara komersial

dengan kandungan antimycotic yang akan meningkatkan akurasi penyerapan

antimycotic ke dalam disk. Kerugian yang mungkin terjadi ialah adanya evaporasi

dari minyak dalam disk yang dapat mengubah hasil, difusi minyak ke dalam

media yang bervariasi sehingga memungkinkan adanya perubahan hasil, dan

belum adanya studi mengenai pengaruh waktu terhadap interaksi yang terjadi.

Sitronelal dan geraniol merupakan senyawa yang bersifat antifungal.

Keduanya termasuk kelompok terpenoid yang tergolong monoterpen yang mampu

menekan pertumbuhan kapang patogen. Senyawa-senyawa ini dapat menghambat

proses metabolisme kapang sehingga akan mengganggu pertumbuhan kapang.

Komponen kimia minyak atsiri yang bersifat antifungal mampu menembus

dinding sel kapang. Dengan demikian akan terjadi gangguan proses metabolisme

di dalam sel sehingga akan mengganggu pertumbuhan sel, dan pada konsentrasi

tertentu akan berakibat kematian sel kapang (Knobloch et al. 1989).

Terpenen atau terpenoid juga merupakan senyawa aktif yang dapat

menyerang kapang (Rana et al. 1997). Hammer (2011) menyebutkan bahwa

terpen termasuk ke dalam komponen minyak atsiri dengan aktivitas antimikrobial

paling aktif. Adanya aktivitas tersebut dimungkinkan karena sebagian gugus

alkohol yang membentuk senyawa terpen.

Hammer (2011) juga menjelaskan bahwa mekanisme minyak atsiri dalam

menangani mikroorganisme pada umumnya dengan menurunkan integritas dan

fungsi membran. Bertambahnya waktu akan menyebabkan hilangnya homeostasis,

Page 21: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

11

kebocoran intraseluler, dan berakhir dengan kematian sel. Mekanisme tersebut

berhubungan dengan tingkat kelarutan komponen minyak dalam membran

mikroorganisme dan gangguan fungsi yang terkait .

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Minyak serai wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) memiliki daya hambat

secara in vitro terhadap pertumbuhan kapang Microsporum canis sebagai agen

penyebab dermatofitosis.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan agar dilakukan

pengujian secara in vivo. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat efektivitas dari

minyak serai wangi secara langsung sebagai obat alternatif terhadap infeksi

dermatofitosis.

DAFTAR PUSTAKA

Amber K, Aijaz A, Immaculata X, Luqman KA, Nikhat M. 2010. Anticandidal

effect of Ocimum sanctum essential oil and its synergy with fluconazole and

ketoconazole. Phytomedicine. 17(12):921-925.

Campbell KC, Johnson EM, Warnock DW. 2013. Identification of Pathogenic

Fungi. Ed ke-2. United Kingdom (GB): Wiley Blackwell.

[CFSPH] Center for Food Security and Public Health. 2005. Dermatophytosis.

Ringworm, Tinea, Dermatomycosis. Iowa (US): College of Veterinary

Medicine Iowa State University.

Descamps F, Brouta F, Monod M, Zaugg C, Baar D, Losson B. 2002. Isolation of

a Microsporum canis gene family encoding three subtilisin-like proteases

expressed in vivo. J Invest Dermatol. 119:830–835.

Gandjar I, Sjamsuridzal W. 2006. Mikologi: Dasar dan Terapan. Jakarta (ID):

Yayasan Obor Indonesia.

Geweely NSI. 2006. Antifungal activity of ozonized olive oil (oleozone). Int J

Agric and Biol. 8(5):1560-8530.

Gholib D, Eni K. 2007. Uji daya hambat ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia

galangal SW) dan daun sirih (Piper betel L) terhadap kapang dermatofit

secara in vitro dan in vivo. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan

Veteriner. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian Veteriner. hlm 877-884.

Ginanjar G. 2008. Apa yang Dokter Anda Tidak Katakan tentang Demam

Berdarah. Yogyakarta (ID): Bentang Pustaka.

Hakim AR. 2009. Uji potensi antifungi ekstrak etanol rimpang kecombrang

(Nicolaia speciosa Horan) terhadap Trichophyton mentagrophytes dan

Page 22: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

12

Trichophyton rubrum [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah.

Hammer KA, Carson CF, Thormar H. 2011. Lipid and Essential Oils as

Antimicrobial Agents. United Kingdom (GB): Wiley.

Harmita, Radji M. 2006. Analisis Hayati. Ed ke-3. Jakarta (ID): Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Kardinan A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Agromedia

Pustaka.

Knobloch KA, Pauli A, Iberl B, Weigand H, Weis N. 1989. Antibacterial and

antifungal properties of essential oil components. J Ess Oil. 1:119-128.

Kurniati CR. 2008. Etiopatogenesis dermatofitosis. Berkala Ilmu Kesehatan dan

Kelamin. 20:243-250.

Mihali CV, Buruiana A, Turcus V, Covaci A, Ardelean A. 2012. Comparative

studies of morphology and ultrastructure in two common species of

dermatophytes: Microsporum canis and Microsporum gypseum. J Annals of

RSCB. 17(1):1-5.

Nurmansyah. 2010. Efektivitas minyak serai wangi dan fraksi sitronelal terhadap

pertumbuhan jamur Phytophthora palmivora penyebab penyakit busuk buah

kakao. Bul Littro. 21(1):43-52.

Quinn PJ, Markey BK, Leonard FC, Fitzpatrick ES, Fanning S, Hartigan PJ. 2006.

Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Oxford (GB): Blackwell

Publ.

Rana BK, Singh UP, Taneja V. 1997. Antifungal activity and kinetics of

inhibition by essential oil isolated from leaves of Aegle marmelos. J

Ethnopharmacol. 57:29–34.

Rusli MS. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Agromedia

Pustaka.

Santoso HB. 2007. Sereh Wangi, Bertanam dan Penyulingan. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Schaer M. 2010. Clinical Medicine of The Dog and and Cat. Ed ke-2. London

(GB): Manson Publ.

Soeharsono. 2002. Zoonosis: Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia.

Yogyakarta (ID): Kanisius.

Suganda AG, Sukandar EY, Rahman AB. 2003. Aktivitas antibakteri dan

antifungal ekstrak etanol daun Allamanda cathartica L. dan Allamanda

neriifolia H. J Bahan Alam Indones. 2(3):1412-2855.

Usmiati et al. 2005. Limbah penyulingan sereh wangi dan nilam sebagai

insektisida pengusir lalat rumah (Musca domestica). J Tek Ind Pert.

15(1):10-16.

Page 23: PENGARUH MINYAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. … · umumnya menyerang unggas (Quinn et al. ... telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas ... Kedudukan taksonomi

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 September 1992 dari ayah

Azwardi dan ibu Hartini. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal dimulai dari TK Kemala Bhayangkari 27 pada tahun 1997, SD

Kemala Bhayangkari 3 pada tahun 1998, SMP Negeri 41 Jakarta pada tahun 2004,

dan melanjutkan ke SMA Negeri 28 Jakarta pada tahun 2007. Penulis diterima

sebagai mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

pada tahun 2010 melalui jalur USMI.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif berpartisipasi di organisasi

dalam dan luar kampus. Organisasi kampus yang penulis ikuti diantaranya

Himpunan Minat dan Profesi Satwaliar sebagai bendahara divisi eksternal pada

masa kepengurusan 2011/2012 dan sekretaris umum pada masa kepengurusan

2012/2013. Serta menjadi asisten praktikum Ektoparasit pada tahun ajaran

2013/2014. Organisasi luar FKH yang diikuti penulis diantaranya Art Dormitory

Club pada tahun 2010/2011.