pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kinerja ...
Transcript of pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kinerja ...
i
PENGARUH MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERBANKAN
(Studi Kasus pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia Periode 2010-2013)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Disusun oleh:
TYAS RUKMI KEN HUTAMI
NIM. 12030110120109
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Tyas Rukmi Ken Hutami
Nomor Induk Mahasiswa : 12030110120109
Fakultas/ Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/Akuntansi
Judul Skripsi : PENGARUH MEKANISME
CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERBANKAN
(Studi Kasus pada Bank
Pembangunan Daerah di Indonesia
Periode 2010-2013)
Dosen Pembimbing : Marsono, S.E.,M.Adv.Acc., Akt
Semarang, 7 Oktober 2014
Dosen Pembimbing,
(Marsono, S.E.,M.Adv.Acc., Akt)
NIP. 19711225 199903 1003
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Mahasiswa : Tyas Rukmi Ken Hutami
Nomor Induk Mahasiswa : 12030110120109
Fakultas/ Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/Akuntansi
Judul Skripsi : PENGARUH MEKANISME
CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PERBANKAN
(Studi Kasus pada Bank Pembangunan Daerah
di Indonesia Periode 2010-2013)
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 16 Oktober 2014
Tim Penguji
1. Marsono, S.E., M.Adv. Acc., Akt. ( )
2. Dr.H. Raharja, M.Si., Akt. ( )
3. Dul Muid, S.E., M.Si., Akt. ( )
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Tyas Rukmi Ken Hutami,
menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus pada
Bank Pembangunan Daerah di Indonesia Periode 2010-2013) adalah hasil
tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang
saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat
atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis
lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak
terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya
ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut
diatas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi
yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti
bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-
olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan
oleh universitas batal saya terima.
Semarang, 7 Oktober 2014
Yang membuat pernyataan,
(Tyas Rukmi Ken Hutami)
NIM: 12030110120109
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar Ra'd 13:11)
Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika
engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang. Ir. Soekarno
God always answer your request, maybe not always with a yes but always with
the best. Anonim
PERSEMBAHAN:
1. Kedua orang tua, Ibu dan Bapakku tersayang,
terima kasih atas kasih sayang dan
dorongannya.
2. Adikku, Tyas Herlintang Prihatmanti
3. Almamater Universitas Diponegoro Semarang.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor mekanisme
corporate governance yang mempengaruhi kinerja keuangan perbankan pada
Bank Pembangunan Daerah. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, komite
pemantau risiko, komisaris independen, kualitas audit, pemegang saham
pengendali, dan whishtleblowing system sedangkan variabel dependennya adalah
kinerja keuangan perbankan yang diproksi dengan CAR, NIM dan LDR. Ukuran
perusahaan sebagai variabel kontrol.
Populasi penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD) di
Indonesia tahun 2010-2013. Data diperoleh dari laporan tahunan bank (annual
report) periode 2010-2013 yang didapat dari website masing-masing sampel dan
website bursa efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan untuk menguji
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah regresi linear
berganda. Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah purposive
sampling, dimana dari metode ini didapatkan sampel sebanyak 80 sampel bank
BPD.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) dewan komisaris
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan CAR,
tetapi dewan komisaris memilki hubungan positif tidak signifikan terhadap kinerja
yang diproksi dengan NIM dan LDR (2) dewan direksi memiliki hubungan
negatif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan (3) komite audit memiliki
hubungan negatif tidak signifikan terhadap kinerja (4) komite pemantau risiko
memiliki hubungan positif terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan NIM
dengan LDR dan negatif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja yang diproksi
dengan CAR (5) komisaris independen memilki hubungan positif dengan kinerja
keuangan yang diproksi dengan CAR dan negatif dengan kinerja keuangan yang
diproksi dengan NIM dan LDR (6) kualitas audit memilki hubungan positif
dengan kinerja keuangan yang diproksi dengan CAR dan negatif dengan kinerja
keuangan yang diproksi dengan NIM dan LDR (7) pemegang saham pengendali
memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap kinerja yang diproksi dengan
NIM dan LDR tetapi berpengaruh negatif terhadap kinerja yang diproksi dengan
CAR (8) whishtleblowing system memiliki hubungan positif terhadap kinerja
yang diproksi dengan CAR dan LDR tetapi negatif terhadap kinerja yang diproksi
dengan NIM
Kata kunci: corporate governance, kinerja perbankan, dewan komisaris, dewan
direksi, komite audit, komite pemantau risiko, komisaris independen, kualitas
audit, pemegang saham pengendali, whishtleblowing system, ukuran perusahaan
vii
ABSTRACT
This study aims to analyze the factors of corporate governance
mechanism that affect the corporate financial performance in Regional
Development Bank. Independent variables used in this study are board of
commissioner, board of director, audit comitte, risk comitte, audit quality,
blockholder ownership and whistleblowing system. Size is used as a control
variable.
The population of this research is the Regional Development Bank (BPD)
in periode 2010-2013. Data obtained from the bank's annual report in 2010-2013
that obtained from the website of each sample and the Indonesian stock
exchange’s website. The method of analysis used to analyze the effect of
independent variables on the dependent variable is the linear regression. The
method used to determine the sample was purposive sampling, which of these
methods obtained a sample of 80 Regional Development Bank.
The results of this study indicate that (1) the commissioners had
significant effect on financial performance proxied by CAR, but commissioners
did not have the significant positive relationship to performance is proxied by
NIM and LDR (2) The board of directors has no significant negative relationship
to financial performance (3) The audit committee has no significant negative
relationship on performance (4) risk monitoring committee was positively related
to financial performance proxied by NIM with LDR and negative but not
significant to the performance of the proxy with CAR (5) independent
commissioners have the positive relationship with performance financial proxied
by CAR and negative financial performance proxied by NIM and LDR (6) audit
quality have the positive relationship with financial performance proxied by CAR
and negative financial performance proxied by NIM and LDR (7) controlling
shareholder has a significant positive relationship to performance is proxied by
NIM and LDR but negatively affect the performance of the proxy with the CAR (8)
whishtleblowing system has a positive relationship to performance is proxied by
CAR and LDR but negatively to performance proxied by NIM.
Keywords: corporate governance, bank performance, board of commissioners,
board of directors, audit committee, risk monitoring committee, an independent
commissioner, audit quality, controlling shareholder, whishtleblowing system,
company size.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH
MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERBANKAN (Studi Kasus pada Bank Pembangunan Daerah
di Indonesia Periode 2010-2013)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana (S1) Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi ini
tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan, petunjuk,
bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof.Drs.H. Mohamad Nasir, M.Si., Akt, Ph.D selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
2. Prof.Dr. Muchamad Syafruddin, M.Si., Akt selaku Ketua Jurusan
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
3. Marsono, S.E.,M.Adv.Acc., Akt selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Aditya Septiani, S.E., M.Si., Akt selaku dosen wali yang telah
membimbing penulis selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
5. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro yang telah memberikan ilmu dan membantu
selama proses perkuliahan.
6. Kedua orang tua serta adik saya yang telah memberikan dukungan baik
moril maupun materi, semangat dan doa.
ix
7. Eko Aji Surdiyansah yang selalu memberikan dukungan dan mewarnai
hari penulis, Ipung yang selalu membantu penulis dan Pepi serta Agung
yang selalu memberikan semangat pada penulis.
8. Satu Jiwa (Rofikoh, Fitri, Sabtari, Tya, dan Pretty), Novia, Rizkia, Lita
dan teman-teman kuliah di FEB UNDIP Akuntansi R1 2010 yang
memberikan semangat dalam proses skripsi dan pengalaman yang
mewarnai hari-hari penulis.
9. Anak kos RSJ 23A (Kak Jingga, Kak Eka, Kak Fely, Kak Kiki, Mbak
Achi, Mbak Dita, Kak Pita, Kak Cindol, Briptu, Acha, Supa, Pipin, Eci,
Evi, Dinda, Nida, Dian, Sarah, Rara, Sari dan Cami) terima kasih telah
menjadi keluarga kedua bagi penulis.
10. Teman-teman KKN The Jumoyo’s ( Andra, Ari, Aufan, Bondan, Ferandi,
Gustin, Haris, Lingga, Veve, Vina, dan Zainab) yang telah memberikan
pengalaman, ilmu dan dukungan.
11. Satu kelompok anak bimbingan Pak Marsono yang memberikan info-info
mengenai jadwal bimbingan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan.Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat demi penulisan yang
lebih baik di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.
Semarang, 7 Oktober 2014
Penulis
Tyas Rukmi Ken Hutami
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR GAMBAR xvii
DAFTAR LAMPIRAN xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah 9
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 10
1.3.1 Tujuan ................................................................................................... 10
1.3.2 Kegunaan Penelitian ............................................................................. 10
1.4 Sistematika Penulisan 11
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 12
xi
2.1.1 Teori Keagenan 12
2.2 Corporate Governance 13
2.2.1 Definisi Corporate Governance 13
2.2.2 Prinsip Good Corporate Governane 14
2.2.3 Manfaat dan Tujuan Corporate Governance 15
2.2.4 Mekanisme Corporate Governance ..................................................... 16
2.3 Kinerja Perbankan ............................................................................................ 17
2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 19
2.5 Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 26
2.6 Perumusan Hipotesis ........................................................................................ 28
2.6.1 Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan Perbankan .. 28
2.6.2 Pengaruh Dewan Direksi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan ....... 29
2.6.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan Perbankan ......... 30
2.6.4 Pengaruh Komite Pemantau Risiko terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan ............................................................................................. 30
2.6.5 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan ............................................................................................. 31
2.6.6 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Kinerja Keuangan Perbankan ........ 32
2.6.7 Pengaruh Pemegang Saham Pengendali terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan ............................................................................................. 34
2.6.8 Pengaruh Whistleblowing System terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan ............................................................................................. 35
xii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 37
3.1.1 Variabel Independen 37
3.1.2 Variabel Dependen 40
3.1.3 Variabel Kontrol 41
3.2 Populasi dan Sampel 41
3.3 Jenis dan Sumber Data 42
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 42
3.5 Metode Analisis ................................................................................................ 42
3.5.1 Analisis Deskriptif 43
3.5.2 Uji Asumsi Klasik 43
3.5.2.1 Uji Normalitas 43
3.5.2.2 Uji Multikolonearitas 44
3.5.2.3 Uji Autokorelasi 44
3.5.2.4 Uji Heterokedastisitas 46
3.5.3 Regresi Linear berganda 47
3.5.4 Pengujian Hipotesis .............................................................................. 47
3.5.4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) 48
3.5.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) 48
3.5.3.3 Koefisien Determinasi (R2) 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian 50
4.2 Analisis Data 51
xiii
4.2.1 Statistik Deskriptif 51
4.2.2 Uji Asumsi Klasik 56
4.2.2.1 Uji Normalitas 56
4.2.2.2 Uji Heterokedastisitas 62
4.2.2.3 Uji Multikolonieritas 68
4.2.2.4 Uji Autokorelasi 70
4.3 Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) 77
4.4 Uji Koefisien Determinasi (R²) 80
4.5 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) 81
4.6 Hipotesis 84
4.7 Interpretasi Hasil 90
4.7.1 Pengaruh dewan komisaris terhadap kinerja keuangan perbankan 90
4.7.2 Pengaruh dewan direksi terhadap kinerja keuangan perbankan 90
4.7.3 Pengaruh komite audit terhadap kinerja keuangan perbankan 91
4.7.4 Pengaruh komite pemantau risiko terhadap kinerja keuangan
perbankan 91
4.7.5 Pengaruh komisaris independen terhadap kinerja keuangan
perbankan 92
4.7.6 Pengaruh kualitas audit terhadap kinerja keuangan perbankan 93
4.7.7 Pengaruh pemegang saham penendali terhadap kinerja keuangan
perbankan 94
4.7.8 Pengaruh whistleblowing system terhadap kinerja keuangan
perbankan 94
xiv
4.7.9 Pengaruh ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol terhadap
kinerja keuangan perbankan 95
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 97
5.2 Keterbatasan 102
5.3 Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 104
LAMPIRAN – LAMPIRAN 109
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian-Penelitian Terdahulu ........................................... 23
Tabel 3.1 Pengambilan Keputusan Autokorelasi ................................................... 45
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel Penelitian ........................................................... 51
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 52
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskriptif Frekuensi ............................................................... 55
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas: Kolmogorov-Smirnov ......................................... 61
Tabel 4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas: Uji Park Model 1 ..................................... 65
Tabel 4.6 2Hasil Uji Heterokedastisitas: Uji Park Model 1 Semi Log .................. 66
Tabel 4.7 Hasil Uji Heterokedastisitas: Uji Park Model 2 ..................................... 67
Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas: Uji Park Model 3 ..................................... 67
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolonieritas: Model 1 ......... ........................................... 68
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolonieritas: Model 2 .................................................. 69
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolonieritas: Model 3 ................................................... 70
Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi: Durbin Watson Model 1 ................................ 71
Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test Model 1 .......................................... 71
Tabel 4.14 Hasil Uji Autokorelasi: Durbin Watson Model 2 ................................ 72
Tabel 4.15 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test Model 2 .......................................... 73
Tabel 4.16 Hasil Uji Autokorelasi: Durbin Watson Model 3 ................................ 73
Tabel 4.17 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test Model 3 .......................................... 74
Tabel 4.18 Hasil Uji Autokorelasi: Durbin Watson Model 3 Setelah Transformasi
............................................................. .…. ............................................................ 76
xvi
Tabel 4.19 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test Model 3 Setelah Transformasi ....... 76
Tabel 4.20 Hasil Uji Statistik F Model 1 ............................................................... 78
Tabel 4.21 Hasil Uji Statistik F Model 1Model 2 .................................................. 78
Tabel 4.22 Hasil Uji Statistik F Model 1Model 3 .................................................. 79
Tabel 4.23 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model 1 .................................... 80
Tabel 4.24 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model 2 .................................... 80
Tabel 4.25 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model 3 .................................... 81
Tabel 4.26 Hasil Uji Statistik t Model 1 ................................................................ 82
Tabel 4.27 Hasil Uji Statistik t Model 2 ................................................................ 82
Tabel 4.28 Hasil Uji Statistik t Model 3 ................................................................ 83
Tabel 4.29 Ringkasan Hasil Hipotesis Penelitian .................................................. 88
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................... 27
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas : Histogram Model 1 ..................................... 57
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas : Grafik Normal P-P Plot Model 1….……....57
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas : Histogram Model 2 ..................................... 58
Gambar 4.4 Hasil Uji Normalitas : Grafik Normal P-P Plot Model 2….……....58
Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas : Histogram Model 3 ..................................... 59
Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas : Grafik Normal P-P Plot Model 3….……....59
Gambar 4.7 Hasil Uji Heterokedastisitas: Uji Scatterplot Model 1 .................... 62
Gambar 4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas: Uji Scatterplot Model 2 .................... 63
Gambar 4.9 Hasil Uji Heterokedastisitas: Uji Scatterplot Model 3 .................... 64
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A ......................................................................................................... 110
Lampiran B.......................................................................................................... 111
Lampiran C.......................................................................................................... 120
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang
menjelaskan hubungan antara berbagai pihak dalam perusahaan yang menentukan
antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow, 2001). Penerapan
corporate governance yang baik atau yang dikenal dengan good corporate
governance dapat membantu stakeholder dalam mengetahui kondisi perusahaan
melalui pengungkapan kinerja keuangan yang akurat, tepat waktu dan transparan.
Kelangsungan hidup suatu perusahaan tergantung pada tata kelola
perusahaannya. Dalam banyak kasus, terdapat kasus-kasus yang menunjukkan
pentingnya penerapan good corporate governance dalam perusahaan. Skandal
keuangan yang terjadi pada Enron, Tyco, Worldcom, Merck, Global Crossing dan
mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat meningkatkan kajian mengenai
corporate governance (cornett, dkk 2006 dalam Hastuti 2011). Corporate
Governance di Indonesia dirasa sangat diperlukan setelah terjadinya krisis
moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Perusahaan pada saat itu
dinilai tidak transparan dalam menyajikan laporan keuangan dan terkesan
dimanipulasi. Selain itu, jauh sesudah krisis tahun 1998 Indonesia masih terjadi
beberapa kasus manipulasi laporan keuangan seperti PT. Lippo dan PT. Kimia
Farma. Peristiwa-peristiwa tersebut dipandang akibat lemahnya mutu tata kelola
perusahaan sehingga banyak perusahaan mengalami kebangkrutan.
2
Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate governance di Indonesia
mengarah ada defisiensi pembuatan keputusan dalam perusahaan dan tindakan
perusahaan (Alijoyo dkk., 2004 dalam Hastuti, 2011). Corporate governance
merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui
supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas
manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan.
Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan
yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan (Hastuti, 2011).
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh James D. Wolfensohn,
President of the World Bank, c. (1999), terdapat dua teori utama yang terkait
dengan Corporate Governance adalah stewardship theory dan agency theory.
Stewardship theory dibangun diatas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni
bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh
tanggung jawab memiliki, integrasi, dan kejujuran terhadap pihak lain. Dengan
kata lain, stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya
untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya
maupun shareholders pada khususnya. Sedangkan agency theory memandang
bahwa manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak sebaik-baiknya untuk
kepentingan publik maupun shareholders. Agency theory menyatakan
permasalahan agency muncul ketika pengelolaan suatu perusahaan terpisah dari
kepemilikannya. Pemilik sebagai pemasok modal perusahaan mendelegasikan
wewenang atas pengelolaan perusahaannya kepada manajer. Hal ini dapat
berakibat terjadi ketimpangan informasi (asimetri infomasi) antara manajer dan
3
shareholder. Manajer sebagai eksekutif yang menjalankan perusahaan
mempunyai informasi yang lebih rinci mengenai perusahaan daripada
shareholders. Dengan informasi yang dimilikinya manajer dapat bertindak untuk
menguntungkan dirinya sendiri dan mengesampingkan kepentingan sharehorders
serta kinerja perusahaan. Adanya benturan kepentingan ( conflict of interest )
antara manajer dan shareholders dapat menurunkan kinerja perusahaan dan
menghilangkan minat investor untuk berinvestasi karena hilangya kepercayaan
investor pada kemampuan perusahaan terhadap return dari investasi yang telah
mereka tanam.
Penerapan konsep good corporate governance juga sangat penting bagi
sektor perbankan. Sektor perbankan merupakan industri jasa keuangan yang
berperan penting dalam perkembangan perekonomian negara, terlebih lagi
perbankan mempunyai regulasi yang lebih ketat bila dibandingkan dengan sektor
industri yang lain. Perbankan harus memenuhi kondisi CAR minimum dan
dinyatakan sehat oleh Bank Indonesia yang ditentukan dari laporan keuangannya.
Untuk menciptakan industri perbankan yang sehat, kuat dan dapat dipercaya oleh
masyarakat maka perbankan harus dikelola secara profesional dalam hal sumber
daya manusia maupun manajemennya. Deregulasi perbankan pada tahun 1988
secara tidak langsung mempunyai peran terhadap terjadinya krisis ekonomi yang
dialami Indonesia pada tahun 1998. Krisis tersebut telah menghancurkan
perekonomian negara termasuk sektor perbankan yang mengakibatkan
menurunnya kinerja keuangan perbankan.
4
Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebagai bank konvensional wajib
menerapkan good corporate governance. Kepemilikan BPD didominasi oleh
pemerintah daerah, bisa pemerintah provinsi maupun kabupaten. BPD merupakan
bank yang memiliki wilayah operasional di tingkat regional, maka dari itu BPD
lebih mengerti mengenai potensi-potensi yang ada di daerah sehingga
pertumbuhan ekonomi lingkup regional banyak dipengaruhi oleh kinerja BPD.
Menurut Darwanto (2012) BPD mempunyai beberapa permasalahan meliputi
produk dan layanan terbatas, rendahnya SDM, kurangnya kemitraan dan
kurangnya modal. Maka dari itu, dengan penerapan konsep good corporate
governance dalam BPD diharapkan dapat meminimalkan resiko dan mengatasi
masalah-masalah pada BPD serta dapat meningkatkan kinerja BPD.
Peraturan terkait penerapan corporate governance di Indonesia
dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI), Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG), Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang mulai tahun 2012
dilebur menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maupun Keputusan Menteri
BUMN. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/27/PBI/2011 tentang Perubahan atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum serta Surat
Edaran Nomor 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi Bank Umum. Bank wajib melaksanakan kegiatan
usahanya dengan berpedoman pada prinsip Good Corporate Governance. Pada
tahun 2012, KNKG menerbitkan Prinsip Dasar dan Pedoman Pelaksanaan Good
Corporate Governance Perbankan Indonesia. Keputusan Ketua Badan Pasar
Modal Nomor Kep-06/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7
5
tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan bahwa untuk meningkatkan
kualitas keterbukaan laporan keuangan Emiten dan Perusahaan Publik dan
mendorong terciptanya good corporate governance, ketentuan mengenai
Pedoman Penyajian Laporan Keuangan perlu disesuaikan dengan perkembangan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK). (Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-
117/M-MBU/2002) tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bahwa untuk lebih meningkatkan kinerja
BUMN, pelaksanaan prinsip good corporate governance perlu lebih
dioptimalkan. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis pakta Governance
yang berisi komitmen untuk meningkatkan kualitas Good Corporate Governance
(GCG) pada industri jasa keuangan. OJK juga bekerja sama dengan International
Finance Corporation (IFC) mengembangkan dan meluncurkan peta jalan
(roadmap) dan buku panduan corporate governance.
Berghe dan Ridder (1999) dalam Hastuti (2011) menyatakan bahwa
menghubungkan kinerja perusahaan dengan good corporate governance tidak
mudah dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada hubungan
corporate governance dengan kinerja perusahaan, misalnya penelitian Daily dkk.
(1998) dan hasil survey CBI, Deloitte dan Touche (1996) dalam Darmawati
(2004). Demikian juga dengan Young (2003) yang menganalisis beberapa
penelitian yang menghubungkan corporate governance dengan kinerja
perusahaan. Di lain pihak, berdasarkan beberapa hasil penelitian, Berghe dan
Ridder menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai poor perfomance
disebabkan oleh poor governance. Core et al (1999) menyatakan bahwa
6
perusahaan di AS dengan struktur corporate governance yang lemah kinerjanya
tidak lebih baik daripada perusahaan yang memiliki struktur corporate
governance yang baik. `
Penelitian mengenai ukuran dewan komisaris memiliki hasil yang
beragam. Beasley (1996) menemukan bahwa semakin besar ukuran dewan
komisaris maka semakin besar kecurangan dalam pelaporan keuangan. Sekaredi
(2011) menyatakan bahwa dewan komisaris berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sementara Hardikasari (2011) menyatakan
ukuran dewan komisaris berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
Ukuran dewan direksi juga memiliki hasil penelitian yang beragam,
Eisenberg et al. (1998) menyatakan bahwa ada hubungan yang negatif antara
ukuran dewan dengan kinerja perusahaan, dengan meggunakan sampel
perusahaan di Finlandia. Sedangkan Dalton et al. (1999) menyatakan adanya
hubungan positif antara ukuran dewan direksi dengan kinerja perusahaan.
Berkaitan dengan komite audit, ada berbagai penelitian. Sam’ani (2008)
mengatakan bahwa komite audit mempunyai peran yang penting dan strategis
dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan.
Sedangkan penelitian Sekaredi dan Adiwibowo (2011) menyatakan bahwa komite
audit berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Penerapan manajemen risiko dilakukan dengan berpedoman pada
Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum No. 11/25/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/23/DPNP
7
tanggal 25 Oktober 2011. Maryatini (2006) menemukan bahwa struktur resiko
keuangan dan perataan laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Penelitian mengenai independensi dewan terhadap kinerja perusahaan
ternyata masih beragam. Ada penelitian yang menyatakan bahwa tingginya
proporsi dewan independen berhubungan positif dengan kinerja perusahaan
(Yermack, 1996; Daily & Dalton, 1993; Strearns & Mizruchi, 1993) dalam
Hastuti (2011). Sedangkan penelitian yang lain menyatakan dewan independen
berhubungan negatif dengan kinerja (Baysinger, Kosnik & Turk, 1991;Goodstein
& Boeker, 1991) dalam Hastuti (2011). Independensi dewan komisaris
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, namun belum
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (Lastanti, 2004).
Sementara variabel kepemilikan institusional dan tingkat konsentrasi kepemilikan
belum berpengaruh secara signifikan baik terhadap nilai perusahaan maupun
kinerja keuangan (Lastanti, 2004).
Menurut Arifin (2005) auditor eksternal memiliki peranan sangat penting
(crucial) karena auditor bertugas memverifikasi kewajaran berbagai informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan. Beberapa perusahaan memilih untuk
menggunakan auditor eksternal yang berstandarisasi internasional untuk menilai
kualitas auditnya guna meningkatkan kepercayaan investor dan pemegang saham.
Penelitian mengenai kualitas audit juga dilakukan oleh Meutia (2004) yang
menyimpulkan bahwa perusahaan yang memakai kantor akuntan publik yang
lebih besar (Big 4), kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik.
8
Penelitian mengenai pemegang saham pengendali pernah dilakukan oleh
Shleifer dan Vishny (1986) dalam Lastanti (2004) menunjukan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara konsentrasi kepemilikan dengan nilai
perusahaan, Pemegang saham pengendali (large shareholders) dapat mengurangi
freerider yang merupakan masalah bagi investor kecil sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Whistleblowing system digunakan untuk mendeteksi dan mengungkap
wrongdoing yang terjadi di dalam sebuah organisasi. Di Indonesia sudah ada
Pedoman Sistem Pelaporan dan Pelanggaran (SPP) atau Whistleblowing System
(WBS) yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
pada 10 November 2008. Miceli dan Near (2002) menyatakan bahwa kebanyakan
whistleblower pertama kali mengungkapkan penemuannya kepada internal
perusahaan sebelum melaporkannya kepada publik. Penelitian yang mengaitkan
whistleblowing dengan akuntansi manajemen masih sedikit (Putri, 2012).
Penelitian ini memakai konsep indikator mekanisme corporate governance
yang terdiri dari: dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, komite pemantau
risiko, komisaris independen, kualitas audit eksternal, pemegang saham
pengendali dan keberadaan whishtleblowing system terhadap kinerja keuangan
pada industri perbankan (BPD) di Indonesia dimana diproksi dengan Risk Based
Bank Rating (RBBR) yang meliputi permodalan (CAR), Good Corporate
Governance, rentabilitas (NIM), dan profil risiko (LDR) sesuai dengan ketentuan
dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
9
variabel corporate governance yang telah disesuaikan dengan kondisi lingkungan
bisnis dan peraturan di Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka skripsi ini diberi judul “ PENGARUH
MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERBANKAN (Studi Kasus pada Bank
Pembangunan Daerah di Indonesia Tahun 2010-2013)”
1.2 Rumusan Masalah
Perbankan merupakan perusahaan finansial yang keberadaaanya sangat
vital dalam perekonomian sebuah negara. Hampir seluruh transaksi finansial
melibatkan perbankan sebagai lembaga untuk lalu lintas transaksi. Sebagai
lembaga finansial, perbankan mempunyai regulasi yang lebih ketat dibandingkan
persahaan lainnya. Regulasi perbankan di Indonesia sebelumnnya diatur oleh
Bank Sentral yaitu Bank Indonesia. Tetapi sejak tanggal 31 Desember 2013 sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), fungsi pengaturan dan pengawasan bank dilakukan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
Dalam rangka meningkatkan kinerja Bank, melindungi kepentingan
stakeholders, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri
perbankan, Bank wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman
pada prinsip GCG. (Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP/2013).
Penerapan Good Corporate Governance pada perbankan menjadi salah satu faktor
10
acuan dalam menilai sehat atau tidaknya perbankan dan tingkat kepercayaan
masyarakat pada bank tersebut.
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini akan menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance yang
meliputi dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, komite pemantau risiko,
komisaris independen, kualitas audit, pemegang saham pengendali dan
whistleblowing system terhadap kinerja keuangan perbankan (BPD) yang diproksi
dari segi permodalan menggunakan CAR, rentabilitas menggunakan NIM dan
profil risiko menggunakan LDR.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai
pengaruh penerapan Corporate Governance yang terdiri dari indikator: ukuran
dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit, ukuran komite
pemantau risiko, komisaris independen, kualitas audit eksternal, pemegang saham
pengendali, dan keberadaan whishtleblowing system terhadap kinerja keuangan
perbankan di Indonesia.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritik
Sebagai bahan masukan, pertimbangan dan sumber kepustakaan bagi
peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian tentang Corporate
Governance di perbankan.
11
2. Kegunaan Praktis
Sebagai bahan pertimbangan investor jika hendak berinvestasi pada
perusahaan atau perbankan yang telah menerapkan Good Corporate
Governance. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
dan masukan bagi perusahaan khususnya perbankan dalam menerapkan
Good Corporate Governance.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan akan menguraikan secara garis besar isi dari setiap
bab yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN: Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TELAAH PUSTAKA: Bab ini membahas mengenai teori-teori yang
menjadi dasar acuan teori dan untuk memperkuat penelitian yang akan dilakukan.
Mencakup landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran.
BAB III METODE PENELITIAN: Bab ini memaparkan tentang variabel
penelitian dan definisi operasional penelitian, penentuan sampel penelitian, jenis
dan sumber data, serta metode pengumpulan data dan metode analisis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN: Bab ini merupakan isi pokok dari
penelitian yang berisi deskripsi objek penelitian, analisis data, dan pembahasan
sehingga dapat diketahui hasil analisis yang diteliti mengenai hasil pengujian
hipotesis.
BAB V PENUTUP: Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan
penelitian serta saran bagi penelitian berikutnya.
12
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan ( Agency Theory )
Teori agensi membahas adanya hubungan kepemilikan yang terpisah
dengan agen. Hubungan keagenan tersebut merupakan kontrak antara pemilik dan
manajemen (Jensen dan Meckling, 1976 ). Teori ini mengacu pada pemilik
(principal) sebagai penyedia modal yang mendelegasikan kewenangan untuk
mengurus perusahaan kepada manajer (agent). Pemilik berharap manajer bekerja
semaksimal mungkin untuk kemajuan perusahaan. Sedangkan manajer berupaya
untuk memenuhi kepentingan pribadinya. Jika keduanya memaksimalkan peran
yang mereka miliki ( utility maximizier ) maka akan terjadi konflik kepentingan
(conflict of interest) antara pemilik dengan manajer. Menurut Eisenhardt (1989)
ada tiga asumsi dasar sifat manusia yaitu :
1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri ( self-interest )
2. Manusia mempunyai daya pikir terbatas mengenai persepsi di masa
mendatang (bounded rationally )
3. Manusia selalu menghindari resiko ( risk adverse )
Manajer tidak selalu mengikuti keinginan pemilik karena adanya kepentingan
pribadi dan psikologis manajer . Selain itu, manajer memiliki informasi yang lebih
banyak dibandingkan pemilik ( asimetri informasi ), hal ini dapat mengakibatkan
manajer untuk berbuat kecurangan seperti manajemen laba untuk meningkatkan
13
kekayaan pribadi. Untuk mengontrol agar agen selalu bertindak sesuai dengan
keinginan pemilik, maka pemilik harus mengeluarkan agency cost yang dapat
berupa gaji atau insentif lainnya. Penerapan corporate governance dapat menjadi
control pemilik pada manajer yang bertujuan untuk meminimalkan konflik
kepentingan antara pemilik dan manajer.
2.2 Corporate Governance
2.2.1 Definisi Corporate Governance
Menurut Forum For Corporate Governance in Indonesia ( FCGI )
corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan
antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,karyawan serta
para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan.
The Organization for Economic Corporation and Development (1999)
mendefinisikan corporate governance sebagai berikut :
“The system by which business corporations are directed and control. The
corporate governance structure specifies the distribution of right and
responsibilities among different participant in the corporation, suc as the
board, the managers, shareholders and other stakeholders, and spells out
the rule ang procedure for making decision on corporate affairs. By doing
this, it also provides the structure through which the company objectives
are set, and the means of attaining those objectives and monitoring
performance.”
Sedangkan dalam buku Solomon (2008), corporate governance
merupakan sistem check and balance, baik internal maupun eksternal perusahaan
yang memastikan bahwa perusahaan melaksanakan akuntabilitas kepada semua
14
pemangku kepentingan (stakeholder) dan secara sosial bertanggung jawab
disemua aktivitas bisnisnya.
Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola bank yang
menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responbillity), independensi
(independency), dan kewajaran (fairness). (Peraturan Bank Indonesia No.
8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank
Umum).
2.2.2 Prinsip Good Corporate Governance
Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum dan Surat
Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP/2013 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi Bank Umum, maka Good Corporate
Governance pada perbankan mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Transparansi (transparency)
Keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta
keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan.
2. Akuntabilitas (accountability)
Kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga
pengelolaannya berjalan secara efektif
3. Pertanggungjawaban (responsibility)
Kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip pengelolaan Bank yang sehat
15
4. Independensi (independency)
Pengelolaan Bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun
5. Kewajaran (fairness)
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul
berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.2.3 Manfaat dan Tujuan Corporate Governance
Esensi corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan
melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas
manajemen terhadap shareholder dan pemakai kepentingan lainnya, berdasarkan
kerangka aturan dan peraturan yang berlaku (Tri Gunarsih, 2003 dalam
Hardikasari 2011). Disamping hal tersebut corporate governance juga mempunyai
manfaat, yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
dengan lebih baik, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga
dapat lebih meningkatkan corporate value.
3. Mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham
sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
4. Meningkatkan nilai saham perusahaan sehingga dapat meningkatkan citra
perusahaan kepada publik lebih luas dalam jangka panjang.
16
5. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
Sedangkan tujuan corporate governance adalah sebagai berikut :
1. Melindungi hak dan kepentingan stakeholder pemegang saham maupun non
pemegang saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus dan manajemen
perusahaan.
5. Meningkatkan mutu hubungan dewan pengurus atau Board of Directors dengan
manajemen senior perusahaan.
2.2.4 Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme merupakan suatu aturan atau prosedur untuk melaksanakan
kegiatan agar berjalan sesuai dengan arah yang telah ditetapkan. Mekanisme
corporate governance sendiri merupakan aturan atau prosedur yang dilaksanakan
untuk mengendalikan perusahaan guna memberikan nilai tambah bagi pemegang
saham dan stakeholder secara berkesinambungan dengan memperhatikan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Mekanisme corporate
governance diarahkan untuk menjamin dan mengawasi berjalannya sistem
governance dalam sebuah organisasi (Ujiyanto, 2005) dalam (Arifin, 2010).
Penerapan mekanisme yang efektif dan konsisten diyakini dapat mengurangi
agency cost, meningkatkan nilai saham di mata public dalam jangka panjang.
Menurut Iskandar & Chamlao (2000) dalam Lastanti (2004) dalam
penerapan corporate governance terdapat dua mekanisme, yaitu mekanisme
17
internal dan mekanisme eksternal. Mekanisme internal merupakan cara
mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal
seperti rapat umum pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi, komite
audit. Sedangkan mekanisme eksternal merupakan cara mengendalikan
perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses eksternal yang ada di luar
perusahaan baik ekonomi, hukum, dan sosial untuk mengontrol jalannya
perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya.
Penelitian ini membahas tentang mekanisme internal corporate
governance yang meliputi dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, komite
pemantau risiko, komisaris independen, kualitas audit, pemegang saham
pengendali, dan penerapan whistleblowing system pada perbankan.
2.3 Kinerja Perbankan
Kinerja merupakan suatu tindakan untuk mencapai tujuan yang diukur
dengan membandingkan pada standar tertentu. Tujuan dari dilakukannya
pengukuran kinerja perbankan tidak jauh berbeda dengan kinerja perusahaan.
Pengukuran kinerja dibutuhkan untuk menentukan strategi-strategi yang tepat
dalam rangka mempertahankan kelangsungan dan mencapai tujuan perusahaan di
masa depan. Pengukuran kinerja perusahaan terbagi menjadi dua yaitu
pengukuran kinerja keuangan dan pengukuran kinerja non keuangan. Kinerja
keuangan diukur dengan satuan mata uang. Sedangkan kinerja non keuangan
diukur dengan indikator non keuangan.
18
Penilaian pada perbankan merupakan suatu faktor yang sangat penting
bagi stakeholders seperti manajemen bank, nasabah, mitra bisnis, investor dan
pemerintah. Bank yang dapat menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat
profitabilitasnya yang tinggi dan mampu membagikan deviden dengan baik serta
prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan
prudential banking regulation dengan baik, maka ada kemungkinan nilai
sahamnya dan jumlah dana pihak ketiga akan naik. Kenaikan nilai saham dan
jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan
masyarakat kepada bank yang bersangkutan. ( Hardikasari, 2011 ).
Kinerja perbankan memiliki hubungan erat dengan tingkat kesehatan bank.
Pada surat edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP/2013, bank dituntut untuk
melakukan penilaian tingkat kesehatan bank sendiri (self-assessment)
menggunakan pendekatan Risiko (Risk Based Bank Rating/RBBR) baik secara
individual maupun secara konsolidasi yang mencakup penilaian faktor Good
Corporate Governance (GCG) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum serta pedoman perhitungan selengkapnya diatur dalam surat edaran (SE)
Bank Indonesia No.13/24pl/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang penilaian
tingkat kesehatan bank umum. Penilaian faktor Good Corporate Governance
(GCG) dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan menggunakan
pendekatan risiko (RBBR) merupakan pengganti dari penilaian terhadap faktor
Manajemen dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum berdasarkan
CAMELS rating.
19
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti tentang corporate
governance. Hasil dari penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan referensi dan
perbandingan, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Sam’ani (2008)
Meneliti tentang pengaruh penerapan elemen-elemen good corporate
governance terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI tahun
2004-2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas komisaris,
ukuran dewan direksi dan komite audit mempunyai hubungan positif
signifikan terhadap kinerja perbankan. Kepemilikan institusional dan rasio
leverage mempunyai hubungan negative dan signifikan terhadap kinerja
perbankan. Tetapi komisaris independen secara signifikan tidak dapat
mempengaruhi kinerja perbankan.
2. Irmala Sari (2010)
Meneliti tentang corporate governance pada kinerja perbankan yang
diproksi dengan ROA. Indikator corporate governance yang digunakan yaitu
Pemegang Saham Pengendali (Large Shareholders), Kepemilikan Asing
(Foreign Ownership), Kepemilikan Pemerintah (Government Ownership),
Ukuran Dewan direksi, Ukuran Dewan komisaris (Board Size), Komisaris
Independen (Board Independence), CAR, Auditor Eksternal (Big 4), Ukuran
Bank.
Hasil dari penelitian ini adalah Mekanisme Pemantauan Kepemilikan
menujukan hubungan yang tidak signifikan terhadap kinerja perbankan,
20
Mekanisme Pemantauan Pengendalian Internal menujukan hubungan yang
negatif signifikan terhadap kinerja perbankan kecuali hanya satu ukuran
dewan direksi yang menujukan hubungan yang positif namun tidak signifikan.
Mekanisme Pemantauan Regulator melalui persyaratan cadangan atau
Rasio Kecukupan Modal (CAR) menunjukan hubungan yang positif signifikan
terhadap kinerja perbankan dengan variabel kontrol ukuran bank yang
diproksikan oleh total assets.
Mekanisme Pemantauan Pengungkapan melalui auditor eksternal
(BIG 4) menunjukan hubungan yang positif signifikan terhadap kinerja
perbankan, Mekanisme Pemantauan Tata Kelola Yang Baik masih menjadi
masalah dalam rangka meningkatkan tujuan yang ingin dicapai oleh
shareholders dan stakeholders.
3. Pratiwi (2012)
Meneliti tentang pengaruh corporate governance terhadap kinerja
perbankan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank
konvensional yang berjumlah 18 bank. Corporate governance dalam
penelitian ini diproksi oleh dewan komisaris, dewan direksi, komisaris
independen dan kepemilikan institusional, sedangkan kinerja perbankan
diproksi oleh ROA.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya dewan direksi yang
mempunyai hubungan positif signifikan terhadap kinerja perbankan,
sedangkan variabel lainnya yaitu dewan komisaris, komisaris independen dan
21
kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kinerja perbankan.
4. Siagian (2013)
Meneliti tentang pengaruh corporate governance terhadap kinerja
perusahaan perdagangan dan jasa tahun 2009-2011. Kinerja keuangan pada
penelitian ini diproksi dengan ROE. Hasil dari penelitian ini adalah proporsi
komisaris independen dan komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap
kinerja perusahaan yang diukur dengan ROE. Hanya ukuran perusahaan yang
memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.
5. Noorizkie (2013)
Meneliti tentang pengaruh mekanisme corporate governance terhadap
kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-
2011. Kinerja keuangan perusahaan diproksi dengan ROA dan menggunakan
sampel sebanyak 110 perusahaan.
Hasil dari penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris dan ukuran
komisaris independen tidak berpengaruh signifikan walaupun memiliki pola
hubungan yang positif. Ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh signifikan dan memiliki pola hubungan yang negatif. Sedangkan
dewan direksi memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang signifikan
tetapi memiliki pola hubungan yang negatif.
6. Fanta, et al (2013)
22
Meneliti tentang corporate governance pada kinerja perbankan di
Ethiophia dengan ketiadaan pasar modal. Kinerja perbankan diproksi dengan
ROA dan ROE. Corporate governance pada penelitian ini menggunakan
indikator ukuran dewan, komite audit, mekanisme tata kelola perusahaan
eksternal, current ratio, CAR, LLP, dan LDR. Dengan menggunakan sampel
dua bank milik pemerintah dan tujuh bank milik swasta memperoleh hasil
bahwa corporate governance berpengruh pada kinerja perbankan di Ethiophia.
7. Noviawan (2013)
Meneliti tentang pengaruh mekanisme corporate governance dan
struktur kepemilikan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Kinerja keuangan diproksi dengan
ROA dan penelitian ini tidak mempertimbangkan proses kerja yang dilakukan
dewan komisaris, dewan direksi serta komite audit. Penelitian ini juga tidak
mempertimbangkan kondisi lingkungan perusahaan.
Hasil dari penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris dan
kepemilikan manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja
keuangan. Komisaris independen dan ukuran komite audit berpengaruh
negative tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Ukuran dewan direksi
dan kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan.
Ringkasan mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang pernah
dilakukan dan perbedaannya dirangkum dalam tabel 2.1 yang tersaji sebagai
berikut:
23
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian-Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Variabel Hasil
1. Sam’ani
(2008)
Variabel independen:
elemen-elemen good
corporate governance
Variabel dependen: kinerja
keuangan perbankan.
aktivitas komisaris, ukuran
dewan direksi dan komite
audit mempunyai hubungan
positif signifikan terhadap
kinerja perbankan.
Kepemilikan institusional
dan rasio leverage
mempunyai hubungan
negative dan signifikan
terhadap kinerja perbankan.
Tetapi komisaris
independen secara
signifikan tidak dapat
mempengaruhi kinerja
perbankan.
2. Irmala
Sari
(2010)
Variabel independen:
corporate governance
dengan indicator
Pemegang Saham
Pengendali (Large
Shareholders),
Kepemilikan Asing
(Foreign Ownership),
Kepemilikan Pemerintah
(Government Ownership),
Ukuran Dewan direksi,
Mekanisme Pemantauan
Kepemilikan menujukan
hubungan yang tidak
signifikan terhadap kinerja
perbankan.
Mekanisme Pemantauan
Pengendalian Internal
menujukan hubungan yang
negatif signifikan terhadap
kinerja perbankan.
Mekanisme Pemantauan
24
Ukuran Dewan komisaris
(Board Size), Komisaris
Independen (Board
Independence), CAR,
Auditor Eksternal (Big 4),
Ukuran Bank
Variabel dependen: kinerja
perbankan (ROA)
Regulator melalui
persyaratan cadangan atau
Rasio Kecukupan Modal
(CAR) menunjukan
hubungan yang positif
signifikan terhadap kinerja
perbankan.
Mekanisme Pemantauan
Pengungkapan melalui
auditor eksternal (BIG 4)
menunjukan hubungan yang
positif signifikan terhadap
kinerja perbankan
3. Pratiwi
(2012)
Variabel independen:
indikator corporate
governance yaitu dewan
direksi, dewan komisaris,
komisaris independen dan
kepemilikan institusional.
Variabel dependen: kinerja
perbankan (ROA)
dewan direksi yang
mempunyai hubungan
positif signifikan terhadap
kinerja perbankan,
sedangkan variabel lainnya
yaitu dewan komisaris,
komisaris independen dan
kepemilikan institusional
tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kinerja
perbankan.
4. Siagian
(2013)
Variabel independen:
corporate governance
dengan indikator proporsi
komisaris independen,
komite audit dan ukuran
proporsi komisaris
independen dan komite
audit tidak memiliki
pengaruh terhadap kinerja
perusahaan yang diukur
25
perusahaan.
Variabel dependen: kinerja
perusahaan perdagangan
dan jasa (ROE)
dengan ROE. Hanya ukuran
perusahaan yang memiliki
pengaruh terhadap kinerja
perusahaan.
5. Noorizkie
(2013)
Variabel independen:
ukuran dewan komisaris
independen, ukuran
komite audit, dewan
direksi, kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan institusional.
Variabel dependen: kinerja
keuangan perusahaan
manufaktur (ROA)
ukuran dewan komisaris dan
ukuran komisaris
independen tidak
berpengaruh signifikan
walaupun memiliki pola
hubungan yang positif.
Ukuran komite audit dan
kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh signifikan
dan memiliki pola hubungan
yang negatif.
Sedangkan dewan direksi
memiliki pengaruh
signifikan positif terhadap
kinerja keuangan
perusahaan.
Kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh yang
signifikan tetapi memiliki
pola hubungan yang negatif.
6. Fanta, et al
(2013)
Variabel independen:
Corporate governance
dengan indikator ukuran
dewan, komite audit,
mekanisme tata kelola
perusahaan eksternal,
corporate governance
berpengruh pada kinerja
perbankan di Ethiophia.
26
current ratio, CAR, LLP,
dan LDR.
Variabel dependen: kinerja
perbankan (ROA dan
ROE)
7. Noviawan
(2013)
Variabel independen:
mekanisme corporate
governance dan struktur
kepemilikan
Variabel dependen: kinerja
keuangan (ROA)
ukuran dewan komisaris dan
kepemilikan manajerial
berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap kinerja
keuangan. Komisaris
independen dan ukuran
komite audit berpengaruh
negatif tidak signifikan
terhadap kinerja keuangan.
Ukuran dewan direksi dan
kepemilikan institusional
berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja
keuangan.
Sumber: Data Sekunder yang Diolah
2.5 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang sudah diuraikan,
maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah adanya indikator dalam suatu
perusahaan perbankan yaitu ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, dan
ukuran perusahaan yang mempunyai pengaruh terhadap baik atau tidaknya kinerja
keuangan yang ada dalam suatu perusahaan perbankan. Dalam pengukuran kinerja
keuangan tersebut menggunakan alat pengukuran yaitu CAR, NIM dan LDR.
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut :
27
Gambar 2.1
Model Kerangka Pemikiran Penelitian
Variabel Independen: Variabel Dependen
Mekanisme corporate governance Kinerja Keuangan
Variabel Kontrol
Dewan Komisaris
Dewan Direksi
Komite Audit
Komite Pemantau
Risiko
Ukuran Perusahaan
Whistleblowing
System
Pemegang Saham
Pengendali
Kualitas Audit
Komisaris
Independen LDR
NIM
CAR
28
2.6 Perumusan Hipotesis
2.6.1 Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP Tahun 2013
menyebutkan Bank wajib melaksanakan prinsip GCG dalam setiap kegiatan
usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi yang meliputi Dewan
Komisaris dan Direksi sampai dengan pegawai tingkat pelaksana. Dewan
komisaris berfungsi untuk memonitor kinerja manajer dan memberikan nasehat
kepada direksi serta memastikan perusahaan melakukan praktik good corporate
governance. Keberadaan dewan komisaris diharapkan dapat meminimalisir
benturan kepentingan antara dewan direksi dengan pemegang saham.
Penelitian mengenai dewan komisaris terhadap kinerja keuangan memiliki
hasil yang beragam. Semakin besar ukuran dewan komisaris dapat berakibat pada
makin buruk kinerja yang dimiliki perusahaan (Yermack 1996, Beaslley 1996,
Sundgren dan Wells 1998, Jensen 1993) dalam Hastuti (2011). Hal tersebut dapat
dijelaskan bahwa dengan adanya agency problem, yaitu semakin besar ukuran
dewan komisaris maka akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya,
diantaranya kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoordinir kerja dari masing-
masing anggota dewan itu sendiri, kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan
tindakan manajemen, serta kesulitan dalam mengambil keputusan (Yermack 1996,
Jensen 1993) dalam Hastuti (2011). Sedangkan menurut Chtourou et al (2001)
dalam Sari (2010) menyatakan bahwa dengan ukuran dewan yang semakin besar
maka monitoring manajemen perusahaan akan semakin baik. Dalam penelitian ini
hipotesis yang diajukan adalah:
29
H1a: Dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan
(CAR)
H1b: Dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan
(NIM)
H1c: Dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan
(LDR)
2.6.2 Pengaruh Dewan Direksi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
Dewan direksi berperan dalam menentukan kebijakan jangka pendek
maupun jangka panjang perusahaan. Seberapa besar dewan direksi yang
dibutuhkan oleh perusahaan juga masih menjadi pertanyaan. Semakin banyak
anggota dewan direksi maka akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi,
pengawasan dan pengambilan keputusan (Yermack 1996, Jensen 1993) dalam
Hardikasari (2011). Eisenberg et al. (1998) menyatakan bahwa ada hubungan
yang negatif antara ukuran dewan dengan kinerja perusahaan, dengan
meggunakan sampel perusahaan di Finlandia. Sedangkan Dalton et al. (1999)
menyatakan adanya hubungan positif antara ukuran dewan direksi dengan kinerja
perusahaan. Rumusan hipotesis yang diajukan adalah:
H2a: Dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan
(CAR)
H2b: Dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan
(NIM)
H2c: Dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan
(LDR)
30
2.6.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep-
117/M-MBU/2002 menjelaskan bahwa tujuan Komite Audit adalah untuk
membantu Dewan Komisaris atau dewan pengawas dalam memastikan efektivitas
sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan
internal. Sam’ani (2008) mengatakan bahwa komite audit mempunyai peran yang
penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan
laporan keuangan. Komite Audit membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan
fungsi kepengawasannya dengan melaksanakan kajian atas integritas laporan
keuangan, manajemen risiko dan pengendalian internal. Selain itu, komite audit
juga bertanggungjawab atas kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan hukum dan
perundang-undangan. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah:
H3a: Komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan
(CAR)
H3b: Komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan
(NIM)
H3c: Komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan
(LDR)
2.6.4 Pengaruh Komite Pemantau Risiko terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan
Komite pemantau risiko dibentuk dalam rangka mendukung efektivitas
tugas dan tanggung jawab dewan komisaris. Komite pemantau risiko bertugas
untuk melakukan pengawasan secara aktif atas pengelolaan risiko di perusahaan.
31
Pengawasan risiko yang buruk dapat mempengaruhi citra perusahaan. Maryatini
(2006) menemukan bahwa struktur resiko keuangan dan perataan laba
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Rumusan hipotesis yang diajukan adalah:
H4a: Komite pemantau risiko berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perbankan (CAR)
H4b: Komite pemantau risiko berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perbankan (NIM)
H4c: Komite pemantau risiko berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perbankan (LDR)
2.6.5 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan
Komisaris Independen merupakan anggota Dewan Komisaris yang tidak
memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau
hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau
pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen. Dalam pelaksanaan GCG,
diperlukan keberadaan Komisaris Independen dan Pihak Independen untuk
menghindari benturan kepentingan (conflict of interest) dalam pelaksanaan tugas
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi Bank, check and balance, serta
melindungi kepentingan stakeholders khususnya pemilik dana dan pemegang
saham minoritas (Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP Tahun 2013)
Penelitian mengenai dampak dari independensi dewan komisaris terhadap
kinerja perusahaan ternyata masih beragam. Penelitian yang menyatakan bahwa
32
tingginya proporsi dewan independen berhubungan positif dengan kinerja
perusahaan (Yermack, 1996; Daily & Dalton, 1993; Strearns & Mizruchi, 1993)
dalam Hastuti (2011). Sedangkan penelitian yang lain menyatakan dewan
independen berhubungan negatif dengan kinerja (Baysinger, Kosnik & Turk,
1991;Goodstein & Boeker, 1991) dalam Hastuti (2011). Lastanti (2004)
menyatakan bahwa independensi dewan komisaris berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan, namun belum berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja keuangan. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan hipotesis yang
diajukan adalah:
H5a: Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perbankan (CAR)
H5b: Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perbankan (NIM)
H5c: Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perbankan (LDR)
2.6.6 Pengaruh Kualitas Audit Eksternal terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan
Auditor eksternal mempunyai peran yang penting dalam menciptakan nilai
perusahaan dan pelaksanaan good corporate governance karena dianggap lebih
independen dibandingkan dengan auditor internal. Salah satu fungsi utama auditor
eksternal adalah menjamin berjalannya prosedur sebagaimana yang seharusnya
(complienece) dan mencegah terjadinya transaksi keuangan dan kecurangan lain
yang menyimpang (Arifin, 2005). Dalam melaksanakan tugasnya, auditor
33
eksternal membutuhkan catatan akuntansi dan data penunjang dari perusahaan
klien guna memberikan pendapat atas kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan
perusahaan dengan standar akuntansi keuangan laporan keuangan klien. Auditor
eksternal harus memberitahu perusahaan melalui komite audit mengenai kejadian
dalam perusahaan yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan-undangan
yang berlaku (Tjager, 2008). Pada penelitian sebelumnya, seperti Lennox (2000)
dalam Hastuti (2011)menyatakan bahwa teori reputasi memprediksi adanya
hubungan positif antara ukuran KAP dengan kualitas audit KAP yang besar
memiliki insentif yang lebih untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak
reputasinya dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. Meutia (2004)
menyimpulkan bahwa kantor akuntan publik yang lebih besar, kualitas audit yang
dihasilkan juga lebih baik. Perusahaan yang memilih menggunakan KAP yang
besar dinilai menjalankan fungsi pengawasan dan kontrol yang lebih baik dan
dapat mendongkrak reputasi perusahaan sehingga investor tidak ragu untuk
menanamkan modalnya. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan
adalah:
H6: Kualitas audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan
(CAR)
H6: Kualitas audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan
(NIM)
H6: Kualitas audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perbankan
(LDR)
34
2.6.7 Pengaruh Pemegang Saham Pengendali terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP Tahun 2013,
Pemegang Saham Pengendali adalah badan hukum, orang perseorangan dan/atau
kelompok usaha sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
mengenai Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Umum.
Termasuk dalam pengertian Pemegang Saham Pengendali Bank adalah pemegang
saham Bank sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders) Bank.
Pemegang Saham Pengendali yang selanjutnya disebut dengan PSP adalah badan
hukum, orang perseorangan dan/atau kelompok usaha yang:
a. memiliki saham perusahaan atau Bank sebesar 25% (dua puluh lima persen)
atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara; atau
b. memiliki saham perusahaan atau Bank kurang dari 25% (dua puluh lima
persen) dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara namun
yang bersangkutan dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian perusahaan
atau Bank, baik secara langsung maupun tidak langsung (Peraturan Bank
Indonesia No.13/ 27 /PBI/2011).
Penelitian mengenai pemegang saham pengendali pernah dilakukan oleh
Shleifer dan Vishny (1986) dalam Lastanti (2004) menunjukan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara konsentrasi kepemilikan dengan nilai
perusahaan, Pemegang saham pengendali (large shareholders) dapat mengurangi
freerider yang merupakan masalah bagi investor kecil sehingga dapat
35
meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang
diajukan adalah:
H7a: Pemegang Saham Pengendali berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perbankan (CAR)
H7b: Pemegang Saham Pengendali berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perbankan (NIM)
H7c: Pemegang Saham Pengendali berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perbankan (LDR)
2.6.8 Pengaruh Whistleblowing System terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan
Whistleblowing system (pengaduan pelanggaran) merupakan sarana
komunikasi bagi pihak internal perusahaan untuk melaporkan
perbuatan/perilaku/kejadian yang berhubungan dengan tindakan fraud,
pelanggaran terhadap hukum, peraturan perusahaan, kode etik, dan benturan
kepentingan yang dilakukan oleh pelaku di internal perusahaan. Whistleblowing
system digunakan untuk mendeteksi dan mengungkap wrongdoing dan
meningkatkan efektivitas penerapan sistem pengendalian fraud dan Good
Corporate Governance yang terjadi di dalam sebuah organisasi. Di Indonesia
sudah ada Pedoman Sistem Pelaporan dan Pelanggaran (SPP) atau Whistleblowing
System (WBS) yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) pada 10 November 2008. Miceli dan Near (2002) menyatakan bahwa
kebanyakan whistleblower pertama kali mengungkapkan penemuannya kepada
internal perusahaan sebelum melaporkannya kepada publik. Penelitian yang
36
mengaitkan whistleblowing dengan akuntansi manajemen masih sedikit (Putri,
2012). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H8a: Whistleblowing system berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perbankan (CAR)
H8b: Whistleblowing system berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perbankan (NIM)
H8c: Whistleblowing system berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perbankan (LDR)
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini melibatkan variabel yang terdiri dari delapan variabel bebas,
tiga variable terikat dan satu variabel kontrol. Variabel independen dalam dalam
penelitian ini meliputi ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, komite
audit, komite pemantau risiko, komisaris independen, kualitas audit, pemegang
saham pengendali, keberadaan whishtleblowing system. Variabel dependennya
adalah kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan Risk Based Bank Rating
(RBBR) melalui CAR, NIM dan LDR. Sedangkan ukuran bank menjadi variabel
kontrolnya.
3.1.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi :
1. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran Dewan Komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris
yang bertanggung jawab mengawasi perusahaan baik dari internal mauoun
eksternal perusahaan (Beiner et al, 2003).
Fungsi dari Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan atas
kebijakan, jalannya kebijakan pada umumnya baik mengenai bank maupun usaha
dan memberikan nasehat kepada Direksi.
2. Ukuran Dewan Direksi
38
Ukuran dewan direksi diukur dengan menggunkan jumlah anggota dewan
direksi dalam suatu perusahaan. Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor
8/4/PBI/2006 jumlah anggota dewan direksi dalam suatu perusahaan paling kurang 3
orang. Fungsi dari Direksi adalah mengelola dan bertanggung jawab terhadap
jalannya operasional bank sehingga memerlukan pedoman sebagai wujud dari
komitmen direksi dalam melaksanakan tugasnya.
3. Komite Audit
Komite Audit membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi
kepengawasannya dengan melaksanakan kajian atas integritas laporan keuangan,
manajemen risiko dan pengendalian internal. Selain itu, komite audit juga
bertanggungjawab atas kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan hukum dan
perundang-undangan. Komite audit diukur dengan jumlah komite audit di dalam
perusahaan.
4. Komite Pemantau Risiko
Komite pemantau risiko dibentuk dalam rangka mendukung efektivitas
tugas dan tanggung jawab dewan komisaris. Komite Pemantau Risiko diukur
dengan jumlah komite pemantau risiko di dalam perusahaan.
5. Komisaris Independen
Komisaris Independen merupakan anggota Dewan Komisaris yang tidak
memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau
hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau
pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen. Komisaris Independen diukur
39
dengan presentase komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris di
dalam perusahaan.
6. Kualitas Audit
Fungsi utama auditor eksternal adalah menjamin berjalannya prosedur
sebagaimana yang seharusnya (complienece) dan mencegah terjadinya transaksi
keuangan dan kecurangan lain yang menyimpang (Arifin, 2005). Kualitas audit
diukur dengan variabel dummy. Jika perusahaan menggunakan auditor big four
maka dinilai1. Sebaliknya, jika selain big four dinilai 0.
7. Pemegang Saham Pengendali
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP Tahun 2013,
Pemegang Saham Pengendali adalah badan hukum, orang perseorangan dan/atau
kelompok usaha sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
mengenai Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Umum.
Termasuk dalam pengertian Pemegang Saham Pengendali Bank adalah pemegang
saham Bank sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders) Bank.
Pemegang saham pengendali diukur dengan variabel dummy. Jika ada pemegang
saham pengendali di dalam perusahaan dinilai 1. Sebaliknya jika tidak ada
pemegang saham pengendali maka dinilai 0.
8. Keberadaan Whistleblowing System
Whistleblowing system (pengaduan pelanggaran) merupakan sarana
komunikasi bagi pihak internal perusahaan untuk melaporkan
perbuatan/perilaku/kejadian yang berhubungan dengan tindakan fraud,
pelanggaran terhadap hukum, peraturan perusahaan, kode etik, dan benturan
40
kepentingan yang dilakukan oleh pelaku di internal perusahaan. Jika ada
Whistleblowing System di dalam perusahaan dinilai 1. Sebaliknya jika tidak ada
Whistleblowing System maka dinilai 0.
3.1.2 Variabel Dependen
Penelitian ini mencoba menganalisis hubungan antara corporate governance
dengan kinerja keuangan perbankan yang diproksi dengan Risk Based Bank
Rating (RBBR) melalui CAR, NIM, dan LDR
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur proporsi modal sendiri dibandingkan
dengan dana luar didalam pembiayaan kegiatan usaha perbankan. Pada dasarnya
CAR menunjukan pemenuhan modal yang merupakan landasan bank untuk
mengembangkan kegiatan usahanya Semakin besar rasio tersebut, maka semakin
baik posisi modal sebuah bank. CAR dihitung melalui rumus :
CAR =
2. Net Interest Margin (NIM)
NIM disebut juga sebagai rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan
antara pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktiva produktif yang digunakan
untuk menghasilkan laba tersebut (PBI No. 13/1/PBI/2011). NIM dihitung melalui
rumus:
NIM =
41
3. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk mengukur posisi atau kemampuan
likuiditas bank. Rasio ini menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. LDR dihitung
dengan rumus:
LDR =
3.1.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu ukuran bank yang diproksi
dengan logaritma natural total asset bank pada akhir tahun.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan elemen yang akan diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Pembangunan Daerah di Indonesia
selama periode 2010-2013. Pemilihan rentang waktu 2010-2013 merupakan data
yang paling up to date dan diharapkan penelitian berfokus pada rentang waktu
tersebut secara maksimal. Sampel merupakan bagian dari populasi. Adapun teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling untuk mendapatkan
sampel yang representative dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut:
1. Bank mempublikasikan laporan tahunan (annual report) untuk periode 31
Desember 2010-2013
42
2. Bank mengungkapkan informasi secara lengkap mengenai corporate
governance, struktur kepemilikan, rasio keuangan, dan auditor eksternal dalam
laporan tahunannya.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yang
menekankan hasil analisis berupa angka-angka yang diolah dengan metode
statistika tertentu. Sumber data penelitian ini didapatkan dari laporan keuangan
perbankan (annual report) tahun 2010-2013, website Bank Indonesia, website
asbanda serta dari website masing-masing sampel.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah metode dokumenter yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
mempelajari catatan-catatan atau dokumen perusahaan (data sekunder) serta studi
pustaka dari berbagai literatur dan sumber- sumber lainnya yang berhubungan
dengan good corporate governance.
3.5 Metode Analisis
Analisis data digunakan untuk mendapatkan informasi yang relevan yang
terkandung dalam data tersebut dan menggunakan hasil analisisnya untuk
memecahkan suatu masalah (Ghozali, 2011). Hal ini disebabkan data yang
diperoleh dari penelitian tidak dapat digunakan secara langsung tetapi perlu diolah
agar data tersebut dapat memberikan keterangan yang dapat dipahami, jelas, dan
teliti. Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah :
43
3.5.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel
dalam penelitian, yang mencakup nilai rata-rata, maksimum, minimum dan
standar deviasi. Lebih lanjut, analisis deskriptif ini tidak bertujuan untuk
pengujian hipotesis (Azwar, 1998 dalam Hastuti, 2011).
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan pengujian regresi linier berganda. Dalam
Ghozali (2011), regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari
penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat
tersebut adalah data harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung
multikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik terdiri
dari:
3.5.2.1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini dapat menggunakan normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis diagonal dan ploting data residual
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal,
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonal.
44
Uji normalitas grafik dapat menyesatkan jika tidak berhati-hati secara
visual kelihatan normal, padahal secara statistik belum tentu normal. Oleh karena
itu dilakukan pengujian statistik dengan cara melakukan uji one sample tes
Kolmogrov-Smirnov (Ghozali, 2011). Uji statistik yang dapat digunakan untuk
menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-
Smirnov (K-S). Jika hasil Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan
diatas 0,05 maka data residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil
Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan dibawah 0,05 maka data
residual terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2011).
3.5.2.2. Uji Multikolonieritas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model
regresi, salah satunya dapat dilakukan dengan :
1) Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika antar
variable independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas
0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
2) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya
(2) variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
3.5.2.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
45
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya
(Ghozali, 2011).
Uji Autokorelasi dapat dilakukan dengan Uji Durbin-Watson (DW
test) dan Run Test. DW Test digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan
mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada
variable lag diantara variabel independen (Ghozali, 2011).
Menurut Ghozali (2011), aturan pengujian autokorelasi terdapat dalam
tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Pengambilan keputusan autokorelasi
Jika Keputusan Hipotesis Nol
0<d<dl Tolak Tidak ada autokorelasi positif
dl<d<du No Decision Tidak ada autokorelasi positif
4-dl<d<4 Tolak Tidak ada korelasi negatif
4-du<d<4-dl No Decision Tidak ada korelasi negatif
du<d<4-du Tidak Ditolak Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Sumber: Ghozali I, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS19”,
2011
Sedangkan Run Test merupakan pengujian statistik non-parametrik yang
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika
46
antar residual tidak terdapat korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak
atau random. Jika probabilitas hasil signifikan pada 0,05 maka residual tidak
random atau terjadi autokorelasi antar residual.
3.5.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak
terjadi Heterokedastisitas (Ghozali, 2011).
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas,
salah satu caranya adalah dengan melihat grafik scatterplot dan Uji Park.
Scatterplot memiliki dasar analisis jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
memyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak
ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu , maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2011).
Analisis menggunakan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup
signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting (Ghozali,
2011). Maka dari itu dilakukan pengujian dengan uji park yang lebih terjamin
keakuratan hasilnya. Jika koefisien parameter beta dari persamaan regresi
signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris
yang diestimasi terdapat heterokedastisitas dan sebaliknya jika parameter beta
47
tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homokedastisitas tidak dapat ditolak
(Ghozali, 2011).
3.5.3. Regresi Linier Berganda
Alat analisis yang digunakan adalah model regresi berganda linier untuk
melihat pengaruh antara variabel dependen dengan variabel indepenen. Data
diolah dengan bantuan software SPSS. Persamaan regresinya adalah sebagai
berikut :
Model 1
CAR = α + DEKOM + DEDIR + KOMAUD + KOMRISK +
KOMIND + KUAUD + PSP + WBLOW + SIZE + ɛ
Model 2 :
NIM = α + DEKOM + DEDIR + KOMAUD + KOMRISK +
KOMIND + KUAUD + PSP + WBLOW + SIZE + ɛ
Model 3 :
LDR = α + DEKOM + DEDIR + KOMAUD + KOMRISK +
KOMIND + KUAUD + PSP + WBLOW + SIZE+ ɛ
3.5.4. Pengujian Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari Goodness of Fitnya. Secara statistik, hal tersebut dapat diukur dengan nilai
statistik t, nilai statistik F, dan koefisien determinasi. Perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis
48
(daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima (Ghozali, 2011).
3.5.4.1. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variable
dependen (Ghozali, 2011). Uji statistik t ini digunakan karena untuk memperoleh
keyakinan tentang kebaikan dari model regresi dalam memprediksi.
Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai t hitung
dengan nilai t tabel. Apabila nilai t hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t
tabel maka berarti t hitung tersebut signifikan artinya hipotesis alternatif diterima
yaitu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
Selain itu, bisa juga dilakukan dengan melihat p-value dari masing-masing
variabel. Hipotesis diterima apabila p-value < 5 % (Ghozali, 2011).
3.5.4.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variable
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Cara untuk
mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.
3.5.4.3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk menguji tingkat keeratan atau
keterikatan antara variabel dependen dan variabel independen yang bisa dilihat
dari besarnya nilai koefisien determinan determinasi (adjusted R-square). Nilai R-
Square yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
49
variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu artinya variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dalam
memprediksi variabel dependen (Ghozali,2011).