Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di...

15
1 PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE TAHUN 2008-2010 Xeldenna Lydia Reliadi Program Sarjana Fakultas Manajemen dan Bisnis Universitas Padjadjaran Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap Return on Assets (ROA). Manajemen modal kerja meliputi manajemen terhadap current assets dan current liabilities yang terdiri dari pengelolaan kas, piutang dagang, persediaan, dan hutang dagang. Pengelolaan modal kerja yang efektif dan efisien sangat penting karena dapat meningkatkan penjualan dan akan memperbesar laba yang diperoleh perusahaan sehingga dapat meningkatkan ROA. Dalam penelitian ini perusahaan yang dijadikan sampel terdiri dari 17 perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 2010. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis uji regresi berganda dan uji koefisien determinasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan antara periode pengumpulan piutang, periode lamanya persediaan, dan siklus konversi kas terhadap Return on Assets (ROA), sedangkan periode pembayaran hutang dagang berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Keempat variabel independen tersebut memberikan pengaruh sebesar 50,9% terhadap variabel dependen ROA. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengaruh manajemen modal kerja cukup besar terhadap ROA, oleh karena itu perusahaan diharuskan mengelola modal kerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tingkat profitabilitas yang optimal. Kata kunci : manajemen modal kerja, ROA, siklus konversi kas, CCC, perusahaan retail.

Transcript of Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di...

Page 1: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

1

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP RETURN ON

ASSETS (ROA) PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE TAHUN 2008-2010

Xeldenna Lydia Reliadi

Program Sarjana Fakultas Manajemen dan Bisnis

Universitas Padjadjaran

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap

Return on Assets (ROA). Manajemen modal kerja meliputi manajemen terhadap current assets

dan current liabilities yang terdiri dari pengelolaan kas, piutang dagang, persediaan, dan hutang

dagang. Pengelolaan modal kerja yang efektif dan efisien sangat penting karena dapat

meningkatkan penjualan dan akan memperbesar laba yang diperoleh perusahaan sehingga dapat

meningkatkan ROA.

Dalam penelitian ini perusahaan yang dijadikan sampel terdiri dari 17 perusahaan retail

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 – 2010.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis uji regresi berganda dan uji

koefisien determinasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif

signifikan antara periode pengumpulan piutang, periode lamanya persediaan, dan siklus konversi

kas terhadap Return on Assets (ROA), sedangkan periode pembayaran hutang dagang

berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Keempat variabel independen

tersebut memberikan pengaruh sebesar 50,9% terhadap variabel dependen ROA. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa pengaruh manajemen modal kerja cukup besar terhadap ROA, oleh karena

itu perusahaan diharuskan mengelola modal kerja secara efektif dan efisien untuk mencapai

tingkat profitabilitas yang optimal.

Kata kunci : manajemen modal kerja, ROA, siklus konversi kas, CCC, perusahaan retail.

Page 2: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

2

1. Pendahuluan

Perusahaan retail merupakan perusahaan yang melakukan penjualan langsung barang

di setiap jenis outlet seperti kios atau warung, tradisional, pasar modern, department store,

butik, dan lainnya termasuk layanan pengiriman yang umumnya memasok untuk pembeli

konsumsi pribadi.1 Bisnis retail di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok

utama, modern retail dan tradisional retail. Modern retail merupakan perkembangan baru

dari tradisional retail dengan perkembangan teknologi serta perubahan gaya hidup

masyarakat yang menuntut kenyamanan dalam berbelanja, banyak modern retail yang

berkembang saat ini. Industri retail modern memiliki tingkat keuntungan moderat, biasanya

sekitar 7-15 persen dari omset. Namun demikian, bisnis ini sangat likuid karena pembelian

konsumen umumnya dilakukan dalam bentuk tunai, sementara pembayaran kepada pemasok

umumnya dibayar kemudian.2

Dalam lingkungan ekonomi global yang sedang resesi saat ini, keberlangsungan

perusahaan sangat bergantung pada kemampuan dan keberhasilan fungsi manajemen

keuangan. Kebanyakan perusahaan melibatkan keputusan manajemen keuangan dalam tiga

bidang yaitu : penganggaran modal, struktur modal, dan manajemen modal kerja. Dalam

kerangka ini pengelolaan modal kerja merupakan keputusan tentang modal kerja yang

melibatkan pengelolaan hubungan antara aset lancar dan kewajiban lancar.

Dikutip dari skripsi Niken Hastuti, Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian

mengemukakan berdasarkan penelitian ditemukan bahwa sebagian besar waktu manajer

digunakan untuk mengatur modal kerja (lebih dari sepertiga waktu manajemen keuangan

dihabiskan untuk mengelola aktiva lancar dan seperempat dari waktu manajemen dihabiskan

mengelola hutang lancar). Bagi banyak perusahaan, aktiva lancar dan hutang lancar

merupakan bagian dari investasi dan pendanaan yang besar. Aktiva lancar dan hutang lancar

merupakan pos yang cepat berubah. Berikut ini adalah rasio aktiva lancar dan hutang lancar

terhadap total aktiva pada perusahaan-perusahaan retail yang terdaftar di BEI.

Tabel 1.1 Rasio Aktiva Lancar dan Hutang Lancar Terhadap Total Aktiva Pada

Perusahaan Retail yang Terdaftar di BEI per 31 Desember 2010

No. Nama Perusahaan Aktiva

Lancar

Hutang

Lancar

Total

Aktiva

Aktiva

Lancar/

Total

Aktiva

Hutang

Lancar/

Total

Aktiva

(dalam

jutaan Rp)

(dalam

jutaan Rp)

(dalam

jutaan Rp) (%) (%)

1 Ace Hardware Indonesia Tbk. 862.190 110.310 1.191.333 72% 9%

2 Sumber Alfaria Trijaya Tbk. 2.165.078 2.775.514 4.262.929 51% 65%

3 Centrin Online Tbk. 285.871 231.301 327.559 87% 71%

4 Catur Sentosa Adiprana Tbk. 1.257.862 1.076.522 1.704.910 74% 63%

5 Enseval Putra Megatrading Tbk. 2.734.592 1.419.239 3.254.770 84% 44%

6 FKS Multi Agro Tbk. 1.041.057 895.595 1.101.333 95% 81%

7 Hero Supermarket Tbk. 1.398.756 1.766.357 3.125.368 45% 57%

8 Kokoh Inti Arebama Tbk. 429.191 373.013 510.959 84% 73%

1 Foreign Agricultural Services, USDA, http://www.fas.usda.gov/info/factsheets/China/distribution.html 2 Ibid, pg. 276, 2009

Page 3: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

3

9 Millennium Pharmacon Intl Tbk. 250.505 176.393 276.516 91% 64%

10 Mitra Adiperkasa Tbk. 1.865 1.469 3.670 51% 40%

11 PT. Multi Indocitra Tbk. 228.891 67.407 371.831 62% 18%

12 Matahari Putra Prima Tbk. 5.394.910 3.063.982 11.420.600 47% 27%

13 Ramayana Lestari Sentosa Tbk. 1.940.365 3.063.982 3.485.982 56% 88%

14 Sona Topas Tourism Industri

Tbk. 278.920 276.270 623.872 45% 44%

15 Tigaraksa Satria Tbk. 1.578.982 1.086.531 1.741.975 91% 62%

16 Toko Gunung Agung Tbk. 67.993 92.795 104.623 65% 89%

17 Trikomsel Oke Tbk. 2.254.333 1.527.754 2.394.039 94% 64%

RATA-RATA 70% 56%

Sumber : www.idx.co.id data diolah

Pada umumnya aktiva lancar mencapai 40 persen dari total aktivanya. Aktiva lancar

harus lebih besar daripada hutang lancar yang secara umum paling tidak berbanding 2:1 dan

net working capital paling tidak 1:1 (Weston dan Brigham, 1990). Hal ini dimaksudkan

sebagai jaminan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka

pendeknya. Terlihat dari tabel bahwa perusahaan retail memiliki rata-rata perbandingan

aktiva lancar mencapai 70 persen dari total aktivanya, serta memiliki hutang lancar sebesar

56 persen dari total aktivanya. Hal inilah yang membedakan perusahaan retail dengan

perusahaan lainnya seperti perusahaan manufaktur karena perusahaan retail memiliki aset

lancar yang lebih besar. Pada perusahaan retail, investasi dalam aktiva tetap bisa dikurangi

misalnya dengan menyewa, tetapi investasi dalam kas dan persediaan seringkali tidak

mungkin dihindarkan.

Grafik 1.1 Rasio Aktiva Lancar dan Hutang Lancar Terhadap Total Aktiva Pada

Perusahaan Retail yang Terdaftar di BEI per 31 Desember 2010

Grafik di atas membuktikan bahwa perusahaan yang bergerak dalam bidang retail

membutuhkan pengelolaan terhadap modal kerja secara lebih efektif dan efisien. Hal ini

karena aktiva lancar perusahaan retail bisa mengembangkan lebih dari separuh total

aktivanya. Tingkat aktiva lancar yang berlebih dapat dengan mudah membuat perusahaan

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Aktiva Lancar/Total Aktiva

Hutang Lancar/Total Aktiva

Page 4: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

4

merealisasi pengembalian atas aset (ROA) yang rendah. Akan tetapi, perusahaan dengan

jumlah aktiva lancar yang terlalu sedikit dapat mengalami kekurangan dan kesulitan dalam

mempertahankan operasi yang lancar (Van Horne dan Wachowicz, 2009:308).

Pengelolaan modal kerja terdiri dari, pertama, kebijakan pengumpulan, yang diukur

dengan periode pengumpulan piutang rata-rata atau Average Collection Period (ACP) yang

berarti jangka waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengkonversikan piutang dagang

menjadi kas. Kedua, kebijakan persediaan, yang dinyatakan dengan periode lamanya

persediaan atau Average Age of Inventory (AAI), ini berarti jangka waktu rata-rata yang

dibutuhkan untuk menjual barang dagangan yang ada di gudang. Ketiga, kebijakan

pembayaran yang diukur dengan jangka waktu pembayaran rata-rata atau Average Payment

Period (APP) yang berarti jangka waktu rata-rata sejak pembelian barang dagangan hingga

terlaksananya pembayaran. Pengelolaan ini mengharuskan perusahaan untuk mempercepat

pengumpulan piutang, mempercepat persediaan, menunda siklus pembayaran, sehingga hal

ini akan mengurangi besarnya kebutuhan modal kerja. Kebijakan yang disebutkan

sebelumnya dapat digabungkan dalam satu kebijakan umum, yang disebut siklus konversi

kas atau Cash Conversion Cycle (CCC) yang dikembangkan oleh Richards dan Laughlin

(1980) yang berfokus pada lamanya waktu antara ketika perusahaan melakukan pembayaran

dan ketika perusahaan menerima kas masuk.

Salah satu tujuan dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan laba yang maksimal.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan manajemen dengan tingkat efektifitas yang

tinggi. Pengukuran tingkat efektifitas manajemen dapat ditunjukkan oleh laba yang

dihasilkan dari penjualan dan rasio profitabilitas (Weston dan Brigham, 2006:64). Dengan

mengetahui rasio profitabilitas yang dimiliki, perusahaan dapat memonitor perkembangan

perusahaan dari waktu ke waktu. Singkatnya, pengelolaan modal kerja yang efisien terutama

bertujuan untuk memastikan keseimbangan optimal antara profitabilitas dan risiko (Ricci

dan Di Vito, 2000). Tujuan ini dapat dicapai dengan pemantauan terus-menerus dari

komponen-komponen modal kerja seperti piutang dagang, persediaan dan hutang dagang

oleh karena itu keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keterampilan yang

efektif dari para manajer keuangan.

Penelitian ini menggunakan Return on Assets (ROA) sebagai alat untuk mengukur

profitablitas perusahaan. ROA measures the overall effectiveness of management in

generating profits with its available assets (Gitman, 2009). Return on Assets (ROA) yang

menggambarkan sejauh mana kemampuan asset-asset yang dimiliki perusahaan bisa

menghasilkan laba (Tandelilin,2010:372). ROA diperoleh dengan membagi laba bersih

dengan total aktiva (Mardiyanto,2009:62). Rasio ini adalah ukuran kinerja terbaik dan

signifikansinya tidak dapat dibantah lagi. ROA merupakan ukuran efisiensi operasi yang

utama dan ROA merupakan rasio yang paling dapat dikendalikan oleh manajemen

perusahaan (Walsh,2004 : 64). Rasio ROA sering digunakan oleh top manajemen untuk

mengevaluasi unit-unit usaha dalam perusahaan yang multidivisional. Manajer divisi

mempunyai pengaruh yang besar terhadap aktiva yang digunakan dalam divisi tersebut,

tetapi kurang mempunyai pengaruh terhadap bagaimana aktiva tersebut dibiayai.

Rasio ROA dipilih dalam penelitian ini karena ROA merupakan rasio yang paling

tepat digunakan sebab penelitian ini meneliti hubungan pengelolaan modal kerja yang

berkaitan dengan pengelolaan current assets dan current liabilities perusahaan. Kondisi

Page 5: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

5

dalam setiap operasi bisnis dapat berubah dari hari ke hari dan dalam situasi yang dinamis

ini, rasio-rasio keuangan akan menginformasikan kepada manajemen masalah paling penting

yang segera memerlukan perhatian (Ciaran Walsh, 2004:4).

2. Hubungan Antara Manajemen Modal Kerja dengan ROA

Kemampuan memperoleh profit bagi suatu perusahaan lebih penting daripada masalah

profit, karena profit yang besar bukan merupakan suatu ukuran bahwa suatu perusahaan telah

bekerja secara efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan cara membandingkan laba bersih

terhadap aktiva atau modal. Modal kerja yang minimum dicapai dengan menagih secara cepat

kas dari penjualan, mempercepat periode lamanya persediaan, dan menunda pembayaran

tunai kepada supplier. Semua faktor tersebut dapat digabungkan ke dalam ukuran tunggal

yang disebut dengan siklus konversi kas.

Periode pengumpulan piutang cepat dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan,

sehingga profit (laba) yang diterima akan tinggi jumlahnya. Tingginya laba akan

mempertinggi tingkat profitabilitas. Lalu jika dilihat dari segi biaya, apabila lamanya

persediaan semakin lama, maka persediaan menumpuk, sehingga biaya yang dikeluarkan

untuk pemeliharaan semakin tinggi hal ini juga akan semakin memperkecil laba. Pembayaran

hutang dagang juga harus dilakukan secara optimal, karena hutang dagang dapat digunakan

sebagai tambahan modal untuk investasi dan biaya dana investasi menjadi lebih rendah

sehingga efektifitas ini dapat mempengaruhi perusahaan sehingga mampu meningkatkan laba.

Secara teori, semakin pendek waktu yang diperlukan dalam siklus konversi kas, semakin baik

bagi perusahaan. Sebaliknya semakin panjang waktu yang diperlukan, semakin banyak modal

yang harus ditanamkan. Jadi, siklus konversi kas diharapkan akan memiliki efek negatif

terhadap ROA.

3. Objek Penelitian

Pada penelitian kali ini penulis menggunakan 2 variabel, yaitu variabel X atau variabel

independen yang terdiri dari Periode Pengumpulan Piutang Dagang (X1), Periode Lamanya

persediaan (X2), Periode Pembayaran hutang dagang (X3), Siklus Konversi Kas (X4) dan

variabel dependen yaitu ROA sebagai variabel Y.

4. Sampel Penelitian

Sumber data perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini diperoleh dari laporan

keuangan 17 perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 – 2010

yang diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) 2010 serta dari laporan

keuangan perusahaan yang bersumber dari www.idx.co.id.

Page 6: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

6

Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Retail Sampel Penelitian Tahun 2008-2010

No. KODE Nama Perusahaan

1 ACES PT. Ace Hardware Indonesia Tbk.

2 AMRT PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.

3 CENT PT. Centrin Online Tbk.

4 CSAP PT. Catur Sentosa Adiprana Tbk.

5 EPMT PT. Enseval Putra Megatrading Tbk.

6 FISH PT. FKS Multi Agro Tbk.

7 HERO PT. Hero Supermarket Tbk.

8 KOIN PT. Kokoh Inti Arebama Tbk.

9 SDPC PT. Millennium Pharmacon Intl Tbk.

10 MAPI PT. Mitra Adiperkasa Tbk.

11 MICE PT. Multi Indocitra Tbk.

12 MPPA PT. Matahari Putra Prima Tbk.

13 RALS PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk.

14 SONA PT. Sona Topas Tourism Industry Tbk.

15 TGKA PT. Tigaraksa Satria Tbk.

16 TKGA PT. Toko Gunung Agung Tbk.

17 TRIO PT. Trikomsel Oke Tbk.

5. Deskripsi Statistik

Di bawah ini merupakan tabel data deskripsi statistik dari variabel X dan Y pada penelitian

kali ini :

Tabel 5.1 Deskripsi Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance

ACP 51 ,08 227,13 1517,81 29,7610 38,99560 1520,657

AAI 51 4,62 203,53 3685,07 72,2564 48,04526 2308,347

APP 51 3,39 326,94 3579,89 70,1940 62,91744 3958,605

CCC 51 -53,59 197,00 1627,49 31,9115 51,60826 2663,413

ROA 51 -17,29 50,79 321,23 6,2986 8,48508 71,997

Valid N (listwise) 51

Dari tabel 4.1 sampai dengan 4.5 di atas dapat dilihat terdapat 51 data dengan nilai

maksimum pada variabel periode pengumpulan piutang atau average collection period (ACP)

sebesar 227 hari sedangkan untuk nilai minimumnya adalah 0 atau dapat diartikan bahwa

penjualan tersebut dilakukan secara tunai dan tidak terdapat periode pengumpulan piutang,

dengan rata-rata sebesar 30 hari. Pada variabel periode lamanya persediaan atau average age

of inventory (AAI) nilai minimum sebesar 5 hari dan maksimum sebesar 204 hari, dengan

rata-rata 72 hari. Pada variabel periode pembayaran hutang dagang atau average payment

Page 7: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

7

period (APP) nilai minimum sebesar 3 hari dan maksimum sebesar 327 hari, dengan rata-rata

70 hari. Pada variabel siklus konversi kas atau cash conversion cycle (CCC) nilai minumum

sebesar -53 dan maksimum sebesar 196, dengan rata-rata 32 hari. Sedangkan pada variabel

Return on Assets (ROA), nilai minimum sebesar -17% dan nilai maksimum sebesar 51%,

dengan rata-rata 6%.

Berikut ini adalah grafik yang menunjukan perkembangan modal kerja dari perusahaan

retail :

Grafik 5.1 Periode Pengumpulan Piutang Pada Perusahaan Retail Tahun 2008-2010

Dapat dilihat dari grafik 5.1 di atas rata-rata penerimaan kas paling rendah pada tahun 2008-

2010 dimiliki oleh perusahaan PT. Toko Gunung Agung Tbk. sebesar 0 hari, ini artinya PT.

Toko Gunung Agung tidak memiliki periode piutang karena penjualannya dilakukan secara

tunai. Sedangkan untuk periode pengumpulan piutang tertinggi pada tahun 2008-2009

dimiliki oleh PT. Kokoh Inti Arebama Tbk. yang berkonsentrasi pada bisnis distribusi

material building sebesar 69 dan 116 hari, lalu pada tahun 2010 periode pengumpulan piutang

paling tinggi dimiliki oleh perusahaan jasa teknologi informasi yaitu PT. Centrin Online Tbk.

sebesar 227 hari. Perusahaan retail kebanyakan memiliki periode pengumpulan piutang yang

kecil karena kebanyakan pembelian dilakukan secara tunai. Ini membuktikan perusahaan

retail rata-rata menggunakan kebijakan restricted current assets yaitu upaya meminimumkan

piutang usaha dan aset lancar lainnya. Semakin cepat periode pengumpulan piutang berarti

kas yang kembali tersebut dapat digunakan kembali untuk penjualan kredit atau melakukan

pembayaran hutang dagang sehingga kegiatan operasional perusahaan tidak terganggu.

0

50

100

150

200

250

AC

ES

AM

RT

CEN

T

CSA

P

EPM

T

FISH

HER

O

KO

IN

SDP

C

MA

PI

MIC

E

MP

PA

RA

LS

SON

A

TGK

A

TKG

A

TRIO

2008

2009

2010

Page 8: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

8

Grafik 5.2 Periode Lamanya Persediaan Pada Perusahaan Retail Tahun 2008-2010

Dari grafik 5.2 di atas dapat dilihat periode lamanya persediaan terendah pada tahun 2008-

2009 dimiliki oleh PT. Centrin Online Tbk. lalu untuk tahun 2010 dimiliki oleh PT. Toko

Gunung Agung Tbk. sedangkan periode lamanya persediaan tertinggi pada tahun 2008

dimiliki oleh PT. Sona Topas Tourism Industry Tbk. sebesar 160 hari, lalu pada tahun 2009-

2010 dimiliki oleh PT. Mitra Adiperkasa Tbk. yang merupakan perusahaan distributor yaitu

sebesar 204 hari dan 168 hari. Periode lamanya persediaan perlu diperhatikan oleh perusahaan

untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan persediaan.

Hal ini dikarenakan semakin lama periode lamanya persediaan, maka semakin banyak biaya

yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaga agar persediaan di gudang tetap baik.

Jika biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan persediaan semakin tinggi maka hal ini akan

semakin memperkecil laba, karena laba merupakan hasil dari pendapatan dikurangi biaya.

Jadi, semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan maka semakin kecil laba yang

didapat. Perusahaan dengan pengelolaan persediaan yang baik adalah perusahaan yang

memiliki periode lamanya persediaan relatif kecil karena hal itu membuktikan bahwa

perusahaan mampu menjual barang dengan lebih cepat sehingga penerimaan kas juga menjadi

lebih cepat sehingga semakin kecil modal yang harus diinvestasikan dalam persediaan dan

kegiatan operasional perusahaan berjalan lancar.

0

50

100

150

200

250

AC

ES

AM

RT

CEN

T

CSA

P

EPM

T

FISH

HER

O

KO

IN

SDP

C

MA

PI

MIC

E

MP

PA

RA

LS

SON

A

TGK

A

TKG

A

TRIO

2008

2009

2010

Page 9: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

9

Grafik 5.3 Periode Pembayaran Hutang Dagang Pada Perusahaan Retail

Tahun 2008-2010

Dari grafik 5.3 di atas dapat dilihat periode pembayaran hutang dagang terendah pada tahun

2008 dan 2010 dimiliki oleh PT. Trikomsel Oke Tbk. tetapi untuk tahun 2009 dimiliki oleh

PT. Ace Hardware Indonesia Tbk. sedangkan periode pembayaran hutang dagang tertinggi

pada tahun 2008 dimiliki oleh PT. Sona Topas Tourism Industry Tbk. sebesar 216 hari, pada

tahun 2009 dimiliki oleh PT. Kokoh Inti Arebama Tbk sebesar 239 hari dan pada tahun 2010

dimiliki oleh PT. Centrin Online Tbk. sebesar 327 hari. Periode pembayaran hutang dagang

ini dapat menunjukan seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut untuk

melunasi hutangnya kepada supplier. Hutang dagang dapat menghasilkan tambahan

permodalan. Apabila pembayaran hutang dagang diperlama, maka tambahan modal yang

dimiliki dapat digunakan untuk melakukan investasi. Dengan adanya investasi maka

perusahaan dapat melakukan kegiatan produksi dengan lebih efektif. Selanjutnya dengan

memperpanjang periode pembayaran hutang dagang, biaya dana untuk investasi jadi lebih

rendah. Adanya efektifitas ini akan mempengaruhi perusahaan sehingga dapat meningkatkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

-

50

100

150

200

250

300

350

AC

ES

AM

RT

CEN

T

CSA

P

EP

MT

FISH

HER

O

KO

IN

SDP

C

MA

PI

MIC

E

MP

PA

RA

LS

SON

A

TGK

A

TKG

A

TRIO

2008

2009

2010

Page 10: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

10

Grafik 5.4 Siklus Konversi Kas Pada Perusahaan Retail Tahun 2008-2010

Dari perhitungan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa siklus konversi kas terendah dimiliki oleh PT.

Sona Topas Tourism Industry Tbk. pada tahun 2008-2009 yaitu sebesar -51 dan -36

sedangkan untuk tahun 2010 siklus konversi kas terendah dimiliki oleh PT. Matahari Putra

Prima Tbk. sebesar -54. Siklus konversi kas yang negatif ini menunjukan perusahaan

memiliki kemampuan untuk membayar pemasoknya sebelum menerima barang yang akan

dibeli dari pemasok dan perusahaan menerima kas dari pelanggannya dengan cepat. Siklus

konversi kas yang negatif ini disebabkan oleh rata-rata periode pembayaran hutang dagang

perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan periode pengumpulan piutang dan periode

lamanya persediaan. Sedangkan untuk siklus konversi kas tertinggi dimiliki oleh PT. Multi

Indocitra Tbk. yang merupakan distributor dari perusahaan consumer goods, pada tahun 2008

dan 2010 sebesar 181 dan 197 hari, lalu untuk tahun 2009 siklus konversi kas tertinggi

dimiliki oleh PT. Mitra Adiperkasa Tbk., perusahaan yang mengelola bisnis penyedia alat-alat

transportasi, sebesar 148 hari.

Grafik 5.5 Return on Assets (ROA) Pada Perusahaan Retail Tahun 2008-2010

-100

-50

0

50

100

150

200

250

AC

ES

AM

RT

CEN

T

CSA

P

EPM

T

FISH

HER

O

KO

IN

SDP

C

MA

PI

MIC

E

MP

PA

RA

LS

SON

A

TGK

A

TKG

A

TRIO

2008

2009

2010

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

AC

ES

AM

RT

CEN

T

CSA

P

EPM

T

FISH

HER

O

KO

IN

SDP

C

MA

PI

MIC

E

MP

PA

RA

LS

SON

A

TGK

A

TKG

A

TRIO

2008

2009

2010

Page 11: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

11

Dari perhitungan tabel 5.5 di atas dapat dilihat, perusahaan yang memiliki ROA terendah

selama tahun 2008 adalah PT. Centrin Online Tbk. yaitu sebesar -17% hal ini bisa jadi

dikarenakan oleh mengalami loss income, sedangkan ROA terendah pada tahun 2009-2010

dimiliki oleh PT. Toko Gunung Agung yaitu sebesar 0% dan -6%, walaupun pengelolaan siklus

konversi kas perusahaan ini tergolong cukup baik karena memiliki angka CCC negatif, namun

pada kenyataannya perusahaan ini justru mengalami loss dan tingkat pengembalian atas aset

atau ROA yang kecil jika dibandingkan perusahaan retail lainnya. Sedangkan perusahaan retail

yang memiliki tingkat ROA tertinggi pada tahun 2008-2009 adalah PT. Ace Hardware

Indonesia Tbk. yaitu sebesar 17% dan 16%, walaupun mengalami penurunan ROA namun

perusahaan ini merupakan perusahaan retail yang memiliki ROA tertinggi dalam penelitian ini.

Lalu untuk tahun 2010, tingkat ROA tertinggi dimiliki oleh PT. Matahari Putra Prima Tbk.

yang melonjak drastis dari hanya 3% pada tahun 2009 menjadi 51% pada tahun 2010. Hal ini

bisa jadi disebabkan oleh pelepasan saham anak usaha perseroan (PT Matahari Department

Store Tbk) kepada Meadow Asia pada tahun 2010. Meadow merupakan perusahaan patungan

(joint venture) antara Matahari Putra Prima dan CVC Capital Partners.

6. Hasil Penelitian

Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan uji asumsi klasik, maka diketahui bahwa model regresi tersebut bisa diuji

menggunakan uji regresi linier berganda. Berikut hasil pengujian analisis regresi linier

berganda :

Tabel 6.1 Hasil Pengujian Regresi Linier

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6,975 2,327 2,997 ,004

ACP -,152 ,035 -,484 -4,371 ,000

AAI -,106 ,032 -,412 -3,253 ,002

APP ,110 ,022 ,626 4,952 ,000

CCC -,143 ,015 ,685 6,134 ,000

a. Dependent Variable: ROA

Sumber : hasil output SPSS 19

Dari data diatas dapat dilihat besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen yang dapat diketahui dari beta unstandardized yang ada.

Dari Tabel 6.1 diatas, dapat dirumuskan persamaan matematis sebagai berikut :

Y = 6,975 - 0,152X1 - 0,106X2 + 0,110X3 - 0.143X4

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa variabel periode pengumpulan piutang

(X1), periode lamanya persediaan (X2) dan siklus konversi kas (X4) memiliki koefisien regresi

dengan arah negatif, sedangkan periode pembayaran hutang (X3) memiliki koefisien regresi

Page 12: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

12

dengan arah positif. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan periode pengumpulan piutang,

periode lamanya persediaan, dan siklus konversi kas yang cepat akan dapat menghasilkan

ROA yang tinggi, sedangkan perusahaan dengan periode pembayaran hutang yang cepat

justru akan menurunkan tingkat ROA.

Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R2) berfungsi untuk melihat sejauh mana keseluruhan variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0

dan 1. Apabila angka koefisien determinasi semakin kuat, yang berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen. Sedangkan nilai koefisien determinasi (adjusted R2) yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

terbatas.

Tabel 6.2 Uji R2

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,741a ,549 ,509 8,71318 1,705

a. Predictors: (Constant), CCC, APP, ACP, AAI b. Dependent Variable: ROA

Sumber : hasil output SPSS 19

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi pada tabel 6.2 di atas, besarnya nilai

adjusted R2 dalam model regresi perusahaan retail diperoleh sebesar 0,509. Hal ini

menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independen yaitu periode pengumpulan piutang,

periode lamanya persediaan, periode pembayaran hutang dagang dan siklus konversi kas

terhadap variabel dependen ROA yang dapat diterangkan oleh persamaan ini sebesar 50,9%.

Sedangkan sisanya 49,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model

regresi.

7. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata periode pengumpulan piutang dagang pada perusahaan-perusahaan retail yang

terdaftar di BEI periode tahun 2008-2010 yaitu sebesar 30 hari. Dari hasil yang didapat,

diketahui bahwa PT. Toko Gunung Agung Tbk, PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. dan

PT. Ace Hardware Indonesia memiliki rata-rata periode pengumpulan piutang yang

paling cepat pada tahun 2008-2010 di antara perusahaan-perusahaan retail lainnya.

2. Rata-rata periode lamanya persediaan pada perusahaan-perusahaan retail yang terdaftar di

BEI periode tahun 2008-2010 yaitu sebesar 72 hari. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa perusahaan yang memiliki rata-rata periode lamanya persediaan paling cepat dari

tahun 2008-2010 adalah PT. Toko Gunung Agung Tbk, PT. Centrin Online Tbk. dan PT.

Sumber Alfaria Trijaya.

Page 13: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

13

3. Rata-rata periode pembayaran hutang dagang pada perusahaan-perusahaan retail yang

terdaftar di BEI periode tahun 2008-2010 yaitu sebesar 70 hari. Berdasarkan perhitungan

tersebut diketahui bahwa periode pembayaran hutang dagang yang lama adalah PT. Sona

Topas Tourism Industry Tbk., PT. Centrin Online Tbk. dan PT. Kokoh Inti Arebama Tbk.

4. Rata-rata siklus konversi kas pada perusahaan retail yang terdaftar di BEI periode tahun

2008-2010 yaitu sebesar 32 hari. Perusahaan retail yang memiliki rata-rata siklus

konversi kas paling cepat di antara perusahaan retail lainnya pada tahun 2008-2010

adalah PT. Centrin Online Tbk., PT. Matahari Putra Prima Tbk., dan PT. Sumber Alfaria

Trijaya Tbk.

5. Rata-rata Return on Assets (ROA) atau kemampuan perusahaan retail untuk

menghasilkan laba bersih dari total aktiva yang dimiliki pada tahun 2008-2010 adalah

sebesar 6%. Perusahaan retail yang memiliki rata-rata Return on Assets (ROA) paling

tinggi di antara perusahaan retail lainnya pada tahun 2008-2010 adalah PT. Matahari

Putra Prima Tbk., PT. Ace Hardware Indonesia Tbk., dan PT. Ramayana Lestari Sentosa

Tbk.

6. Pengaruh manajemen modal kerja yang terdiri dari pengelolaan periode pengumpulan

piutang, periode lamanya persediaan, periode pembayaran hutang, dan siklus konversi

kas terhadap Return on Assets (ROA) pada perusahaan-perusahaan retail yang terdaftar di

BEI periode tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut :

Periode pengumpulan piutang, periode lamanya persediaan, dan siklus konversi

kas memiliki berpengaruh negatif terhadap ROA, sedangkan periode pembayaran

hutang dagang memiliki pengaruh positif terhadap ROA. Hal ini berarti bahwa

perusahaan dengan periode pengumpulan piutang, periode lamanya persediaan,

dan siklus konversi kas yang cepat akan dapat menghasilkan ROA yang tinggi,

sedangkan perusahaan dengan periode pembayaran hutang dagang yang cepat

justru akan menurunkan tingkat ROA.

Variabel independen yaitu periode pengumpulan piutang, periode lamanya

persediaan, periode pembayaran hutang dagang dan siklus konversi kas memiliki

pengaruh sebesar 50,9% terhadap variabel dependen ROA.

8. Saran

Hasil penelitian ini menunjukan gambaran tentang pengelolaan modal kerja pada

perusahaan retail. Penelitian menunjukan bahwa perusahaan retail rata-rata memiliki periode

pembayaran hutang yang cukup panjang sekitar 70 hari dan siklus konversi kas yang relatif

sedang dengan rata-rata sebesar 32 hari. Ini berarti pengelolaan modal kerja cukup baik dan

hal ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan pemasok untuk

memberikan kredit kepada perusahaan retail. Selain itu juga perusahaan pemasok harus

mempertimbangkan biaya bunga yang harus dibayarkan ke bank apabila pemasok membeli

barang dengan cara meminjam ke bank. Oleh karena itu margin yang didapatkan harus

mencukupi untuk membayar biaya bunga.

Untuk manajer perusahaan retail, sebaiknya pengelolaan aset lancar dan hutang lancar

sangat diperhatikan, terutama untuk pengelolaan siklus konversi kas karena semakin tinggi

siklus konversi kas maka semakin besar pendanaan eksternal yang dibutuhkan. Biaya yang

besar ini akan berdampak pada menurunnya net income yang didapatkan perusahaan.

Sedangkan siklus konversi kas yang cepat dapat meningkatkan ROA.

Page 14: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

14

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F., 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Buku 1,

Edisi 10, diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto, Jakarta: Salemba Empat.

_______________________________________. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.

Buku 2, Edisi 10, diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto, Jakarta: Salemba Empat.

_______________________________________.2009. Essentials of Financial Management.

United States of America: Thomson

Deloof, M. 2003. Does Working Capital Management Affect Profitability of Belgian Firms?

Dikjaya, Satrio. 2009. Pengaruh Siklus Konversi Kas Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan

Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Djarwanto, PS, 2004, Pokok-pokok Analisi Laporan Keuangan, Edisi kedua, Yogyakarta: BPFE

Ekasandra, Pitria. 2008. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Tingkat Profitabilitas PT. Nippon

Suissan Investment Indonesia Tahun 2005-2007

Gitman, Lawrence. J. 2009. Priciples of Managerial Finance 12th ed. United States of America:

Pearson Prentice Hall

Harahap, Sofyan, Safri, 2006, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Kesatu, Cetakan ke

Empat, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Hastuti, Niken. 2010. Analisis Pengaruh Periode Perputaran Persediaan, Periode Perputaran

Hutang Dagang, Rasio Lancar, Leverage, Pertumbuhan Penjualan Dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Pada : Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2006-2008)

Hayajneh, Osama Suhail. 2011. The Impact of Working Capital Efficiency on Profitability – an

Empirical Analysis on Jordanian Manufacturing Firms.

Karaduman, Hasan Agan. 2011. The Relationship between Working Capital Management and

Profitability: Evidence from an Emerging Market.

Padachi, Kesseven. 2006. Trends in Working Capital Management and Its Impact on Firm’s

Performance : An Analysis of Mauritian Small Manufacturing Firms.

Samiloglu, F., K. Demirgunes.2008. The Effect of Working Capital Management on Firm

Profitability : Evidence from Turkey.

Shin, Soenen. 1998. Efficiency of Working Capital and Corporate Profitability.

Suhari, Endang. 2009. Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006.

Syahyunan, 2004, Manajemen keuangan I, Medan: USU Press

Page 15: Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Return on Assets (Roa) Pada an Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode Tahun 2008-2010

15

Syamsudin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Tandelilin, Eduardus. (2010). Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius

Teruel, Pedro Juan Garcia dan Pedro Martinez Solano. 2007. Effects of Working Capital

Management on SME profitability International Journal of Managerial Finance.

Tunggal, Amin Widjaja. 1995. Dasar-Dasar Penganggaran, Cetakan Pertama. Jakarta. Rincka

Cipta.

Van Horne, James. dan Wachowicz, JR. 2009. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta :

Salemba Empat

Walsh, Ciaran. 2004. Key Management Ratios. Jakarta : Erlangga

Data Laporan Keuangan Perusahaan Retail,

http://www.idx.co.id/Home/ListedCompanies/ReportDocument/tabid/91/language/id-

ID/Default.aspx, diakses 12 Oktober 2011

Data daftar perusahaan retail yang terdaftar di BEI,

http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors/perdagangan_jasa_dan_investasi/perdagangan_eceran

, diakses 16 Oktober 2011

Data info perusahaan retail, http://www.fas.usda.gov/news_retail, diakses 16 Oktober 2011