PENGARUH MANAJEMEN CEMAS: EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES (EFT) TERHADAP KECEMASAN SISWA...
Transcript of PENGARUH MANAJEMEN CEMAS: EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES (EFT) TERHADAP KECEMASAN SISWA...
PENGARUH MANAJEMEN CEMAS: EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES (EFT) TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM
MENGHADAPI UAN DI SMA N 1 PAKEM
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta
Disusun Oleh :
Rizqi Wahyu Hidayati NPM: 3207042
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Program Studi Ilmu Keperawatan
Yogyakarta 2011
IIALAMAN PENGESAIHN
PENGARUH MANAJf,MEN CEMAS: EMOTIONAL FREEDOM
TECHNIQUES (EFT) TERIIADAP KECEMASAN SISWA SMA DALAM
MENGIIADAPI UAN DI SMA N 1 PAKEM
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Rizqi Wahvu Hidayati
3207042
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Salah SatuSyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Tanggal:21 Juni2011 \
Pembimbing II,
Dewi,Utari S. Kep. Ns.NIDN: A514028602
Pembimbing I,
NPP: 173045
Penguji,
NPP: 173058
:* , !
lx-l,r*
1. Nursing Student of Jenderal Ahcmad Yani Yogyakarta Health College 2. Community Lecturer of Muhammadiyah Yogyakarta University 3. Lecturer of Jenderal Ahcmad Yani Yogyakarta Health College
iii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ANXIETY MANAGEMENT: EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES (EFT) FOR STUDENTS’ ANXIETY TO FACE FINAL
EXAMINATION IN SMA N 1 PAKEM
Rizqi Wahyu Hidayati1, Titih Huriah S. Kep., Ns., Sp. Kom.2, Dewi Utari S. Kep., Ns.3
Introduction: Final examination sometimes has psychology’s effect for students, anxiety is commonly. If this feeling is developed, it will be negative effect for adolescents, such as freedom. Because of this reason, it needs therapy to decrease students anxiety whom face the final examination, such as Emotional Freedom Techniques (EFT).
Aim: The purpose of this research is how EFT influence the students’ anxiety to face final examination in senior high school students.
Method: The research method used quasi experiments. Before the students is in grouping, the researcher screened the 137 students in XII class with PHCC Anxiety Test Questioner. Then took 28 students as samples then divided into 2 groups, there were experimental group (n = 14) and non-experimental group (n = 14). The experimental group got 3 session of EFT, but the non-experimental group did not. After EFT therapy, the posttest was given both in experimental group and non experimental group.
Result: Based on the research, 58. 4% of 142 students had low to moderate anxiety and 0. 7% of 137 students had moderate to severe anxiety. The result of paired T-test with 95% of CI, the α is 0. 05, is p = 0. 046 (p < 0. 05). So Ho was declined and Hα was accepted. Then, the result of independent T-test, p score was 0. 000 (p < 0. 05), it means the experimental group has lower significance in average of anxiety score than the non-experimental group has.
Conclusion: EFT has efficiency to decrease students anxiety who want to face final examination in SMA N 1 Pakem, Sleman, Yogyakarta. The researcher suggests use EFT for non-pharmacology psychology therapy.
Key Words: EFT, Anxiety, Final Examination (UAN), Adolescents
1. Mahasiswa Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahcmad Yani Yogyakarta
2. Dosen Pengajar Spesialis Komunitas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 3. Dosen Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahcmad Yani Yogyakarta
iv
ABSTRAK
PENGARUH MANAJEMEN CEMAS: EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES (EFT) TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UAN DI
SMA N 1 PAKEM
Rizqi Wahyu Hidayati1, Titih Huriah S. Kep., Ns., Sp. Kom.2, Dewi Utari S. Kep., Ns.3
Pendahuluan: Ujian Akhir Nasional sering kali membawa dampak psikologis bagi siswa, terutama kecemasan. Apabila kecemasan ini terus dibiarkan, maka akan memberi dampak negatif bagi remaja, seperti pelarian ke pergaulan bebas. Oleh karena itu, perlu adanya terapi yang dapat menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi ujian, salah satunya yaitu Emotional Freedom Techniques (EFT).
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana EFT memengaruhi kecemasan siswa dalam menghadapi UAN pada siswa SMA.
Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Sebelum dilakukan terapi, sebanyak 137 dilakukan skrining kecemasan menggunakan kuesioner PHCC Anxiety Test. Setelah itu diambil 28 siswa sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol (n = 14) dan kelompok intervensi (n = 14). Kelompok intervensi mendapatkan 3 kali sesi terapi EFT, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat terapi. Setelah dilakukan intervensi, maka responden akan dites lagi, sebagai nilai postes.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 58, 4% mengalami cemas ringan sedang dan 0, 7% mengalami cemas sedang berat dari 137 siswa saat skrining cemas. Hasil uji t-tes berpasangan 95%, taraf kesalahan (α) 0, 05, didapatkan hasil nilai p = 0, 046 (p < 0, 05). Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan menurut uji t-tes independen, nilai p = 0, 000 (p < 0, 05), maka rerata nilai cemas kelompok intervensi secara signifikan lebih rendah daripada kelompok kontrol.
Simpulan: EFT efektif menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi UAN di SMA N 1 Pakem, Sleman, Yogyakarta. Peneliti menyarankan untuk menggunakan EFT sebagai terapi psikologis non-farmakologi.
Kata Kunci: EFT, Cemas, UAN, Remaja
v
PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH PENELITIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah Penelitian Skripsi dengan
judul: Pengaruh Manajemen Cemas: Emotional Freedom Techniques
(EFT) Terhadap Kecemasan Siswa SMA Dalam Menghadapi UAN
di SMA N 1 Pakem ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri
dan bukan merupakan hasil penjiplakan, pengutipan, penyusunan oleh
orang/pihak lain, atau cara-cara lain yang tidak sesuai dengan ketentuan
akademik yang berlaku di STIKES A Yani Yogyakarta dan etika yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Apabila dalam Naskah Penelitian Skripsi ini ditemukan Adanya
Pelanggaran atas apa yang saya nyatakan di atas, atau pelanggaran atas
etika keilmuan, dan/atau ada klaim terhadap keaslian Naskah Penelitian
Skripsi saya ini, maka saya siap menanggung sanksi dari Pihak
Akademik.
Yogyakarta, 21 Juni 2011
Rizqi Wahyu Hidayati
NPM: 3207042
viii
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT., atas segala rahmat-Nya
sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Manajemen Cemas:
Emotional Freedom Techniques (EFT) Terhadap Kecemasan Siswa SMA
Dalam Menghadapi UAN di SMA N 1 Pakem” telah selesai. Penelitian
ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh
derajat Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal
Ahmad Yani Yogyakarta.
Skripsi ini tidak dapat terwujud dengan baik tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankan penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Yang Terhormat: Dr. I. Edy Purwoko, Sp. B selaku Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani
Yogyakarta.
2. Yang Terhormat: Yanita Trisetiyaningsih S. Kep., Ns sebagai
Ketua Prodi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.
3. Yang Terhormat: Shanti Wardhaningsih S. Kep., Sp. Jiwa
sebagai dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan
masukan pada penelitian ini.
4. Yang Terhormat: Titih Huriah S. Kep., Ns., Sp. Kom. sebagai
dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan
pendapat yang sangat berguna.
5. Yang Terhormat: Dewi Utari S. Kep, Ns. sebagai dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan
pendapat yang sangat berguna.
ix
6. Seluruh Dosen Keperawatan STIKES A. YANI Yogyakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal ini jauh dari
kesempurnaan mengingat keterbatasan penulis. Saran dan kritik
sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya, semoga amal
baik yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amien
Yogyakarta, 21 Juni 2011
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
ABSTRACT ................................................................................................. iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................... v
HALAMAN MOTTO ............................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR SKEMA ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian .................................................................. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 10
A. LANDASAN TEORI ............................................................. 10
1. Remaja ............................................................................... 10
a. Definisi Remaja .......................................................... 10
b. Periode Remaja ........................................................... 10
c. Tipe Anak menghadapi Tekanan ................................ 19
xi
2. Ujian. ................................................................................. 20
a. Definisi Ujian .............................................................. 20
b. Tujuan Ujian ............................................................... 20
c. Manfaat Ujian ............................................................. 20
d. UAN ............................................................................ 20
3. Cemas ................................................................................ 24
a. Definisi Cemas .............................................................. 24
b. Level Cemas ................................................................... 25
c. Faktor-faktor Penyebab cemas ....................................... 27
4. Mekanisme Koping Cemas ................................................ 33
a. Task Oriented Reactions (TOR) .................................. 33
b. Ego Oriented Reactions (EOR) ................................... 34
5. Manajemen Cemas ............................................................. 38
a. Manajemen/ Pengobatan Alternatif ............................ 38
b. Manajemen Cemas Alternatif ..................................... 39
B. Hubungan Manajemen Cemas dan Kecemasan ....................... 48
C. Kerangka Teori ........................................................................ 52
D. Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 53
E. Hipotesis .................................................................................. 53
BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 54
A. Rancangan Penelitian ............................................................... 54
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 54
C. Populasi .................................................................................... 55
D. Sample ..................................................................................... 55
E. Variabel Penelitian .................................................................. 57
F. Definisi Operasional ................................................................ 57
G. Instrumen Penelitian ................................................................ 59
H. Uji Konten ............................................................................... 60
I. Alat dan Prosedur Penelitian ................................................... 61
J. Analisa Data ............................................................................. 63
xii
K. Etika Penelitian ........................................................................ 66
L. Jalannya Penelitian .................................................................. 67
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 68
A. Hasil ........................................................................................ 68
B. Pembahasan ............................................................................ 77
C. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 86
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 87
A. Simpulan ................................................................................. 87
B. Saran ....................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 89
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional ................................................................. 62
Tabel 3.2. Nilai normalitas data kecemasan kelas XII SMA N 1 Pakem,
Sleman, Yogyakarta ................................................................. 70
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi karakteristik di kelas XII N 1 Pakem,
Sleman, Yogyakarta ................................................................. 75
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi informasi hasil screening kecemasan pada
siswa kelas XII di SMA N 1 Pakem, Sleman, Yogyakarta ...... 76
Tabel 4.3. Nilai Rata-Rata Kecemasan Siswa Kelas XII berdasarkan
Jurusan SMA N 1 Pakem ......................................................... 76
Tabel 4.4. Nilai kecemasan pada kelompok intervensi kelas XII SMA N
1 Pakem, Sleman, Yogyakarta ................................................. 77
Tabel 4.5. Nilai kecemasan pada kelompok kontrol kelas XII SMA N 1
Pakem, Sleman, Yogyakarta .................................................... 79
Tabel 4.6. Hasil uji t-independen pada kelompok postes intervensi dan
postes kontrol ........................................................................... 80
Tabel 4.7. Hasil uji t-berpasangan pada kelompok intervensi dan kontrol,
sebelum dan sesudah intervensi EFT ....................................... 82
xiv
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2.1. Skema Teori ............................................................................ 57
Skema 2.2. Skema Konsep ......................................................................... 58
Skema 3.1. Skema Design Penelitian ......................................................... 59
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skrip EFT
Lampiran 2. Gambar Karate Chop Point
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Kuesioner
Lampiran 4. Kuesioner
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6. Data Pretes Siswa Kelas XII
Lampiran 7. Data Postes Siswa Kelas XII
Lampiran 8. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 9. Hasil Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Lampiran 10. Hasil uji T-Independen
Lampiran 11. Hasil uji T-Berpasangan
Lampiran 12. Foto Saat Terapi EFT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ujian Akhir Nasional (UAN) adalah kegiatan pengukuran dan penilaian
kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah (Mendiknas, 2009). Ujian Akhir Nasional selalu diadakan setiap tahun
oleh pemerintah, termasuk pada tahun 2011 untuk siswa SD, SMP, dan SMA. Hal ini
dikarenakan, UAN digunakan sebagai pertimbangan untuk pemetaan mutu satuan dan
atau program pendidikan, seleksi masuk jenjang berikutnya, penentuan kelulusan
peserta didik dari program dan atau satuan pendidikan, serta pembinaan dan
pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan (Mendiknas, 2009).
Akibat adanya pemerataan pelaksanaan UAN dan batas ketuntasan minimal
maka terjadi adanya kegagalan atau ketidaklulusan siswa. Tahun 2010 terjadi
peningkatan rerata nilai UAN yaitu dari 7, 25 pada tahun 2009 menjadi 7, 29
(Depdiknas, 2010). Ketidaklulusan pada tahun 2010 secara nasional adalah 10, 12%
(Depdiknas, 2010). Menurut data dari Dinas Pendidikan dan Olah Raga Yogyakarta
(2010), tingkat kelulusan pada tahun 2010 adalah 76, 30 % dari 94, 66 % di tahun
2009. Sedangkan, hasil prosentase ketidaklulusan pada masing-masing kabupaten di
2
Yogyakarta yaitu Sleman (21, 26 %), Kulon Progo (15, 51 %), Bantul (24, 25 %),
Gunung Kidul (15, 51 %), dan Kota Madya Yogyakarta (23, 11 %).
Penurunan angka ketidaklulusan juga terjadi di SMA N 1 Pakem, dari 100 %
pada tahun 2009 menjadi 98, 52 % di tahun 2010. Namun, walaupun terjadi
penurunan angka ketidaklulusan, rata-rata nilai sebagian besar mata pelajaran
mengalami kenaikan dari tahun 2009 ke tahun 2010. Penurunan nilai rata-rata terjadi
pada mata pelajaran Kimia, dari 8, 91 menjadi 8, 54; Ekonomi dari 9, 01 menjadi 7,
35; dan Sosiologi dari 8, 23 menjadi 7, 67 di tahun 2010.
Ketidaklulusan siswa dapat membawa dampak negatif terhadap siswa. Hal ini
terbukti dengan adanya korban jiwa, di Jambi, seorang siswa gantung diri akibat tidak
lulus UAN. Di Maluku Utara ratusan siswa merusak sekolah mereka masing-masing
(BEM IPB, 2010). Sedangkan, di SMA N 1 Pakem terdapat 2 orang siswa tidak lulus
dikarenakan gagal pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Akibat kegagalan tersebut,
mereka mengalami rendah diri dan mengasingkan diri. Namun, menurut pihak
sekolah, Bimbingan dan Konseling (BK), sekolah terus melakukan motivasi dan
bimbingan belajar untuk ujian susulan.
Kegagalan dalam UAN sering terjadi dikarenakan siswa belum siap dalam
menghadapi ujian akhir nasional. Seperti yang terjadi di SMA N 1 Pakem, menurut
pihak sekolah, Bimbingan dan Konseling (BK), siswa yang gagal dalam UAN 2010
3
kemarin dikarenakan mereka membeli soal-soal dari oknum yang tidak bertanggung
jawab.
Pengalaman lalu akan ketidaklulusan siswa yang terjadi di sekolah tersebut
akan memicu kecemasan bagi siswa, selain itu sekolah juga merasakan dampak dari
ketidaklulusan siswa. Berdasarkan hasil analisis internal yang dilakukan oleh
Depdiknas, salah satu penyebab banyaknya siswa tidak lulus adalah adanya
pengawasan yang lebih ketat (Depdiknas, 2010).
Kecemasan, emosi dan pengalaman induvidu secara subyektif (Stuart, 2009),
kecemasan dialami oleh remaja ketika menghadapi ujian akhir nasional. Beberapa
kejadian yang menunjukkan kecemasan siswa SMA dalam menghadapi UAN,
Kompas (2010), beberapa siswa di Bone, Sulawesi Selatan, menangis dan jatuh
pingsan akibat kekhawatiran mereka tidak lulus UAN. Selain di Bone, hal serupa juga
terjadi di Pangkal Pinang, Tegal, Magelang, dan Depok, mereka mengaku khawatir
akan ketidaklulusan UAN. Bahkan, salah seorang siswa mengaku dadanya mulai
berdebar karena takut tidak lulus UAN. Sedangkan di Yogyakarta sendiri, di
Kabupaten Kulon Progo, salah seorang siswa mengatasi kecemasannya tersebut
dengan giat belajar.
Kecemasan yang bertambah besar akan membawa dampak negatif kepada
remaja yaitu mereka akan mencari dukungan dan penerimaan dari teman sebaya
dengan segala cara. Sehingga akan mengarah kepada kenakalan remaja. Kenakalan
4
remaja ini akan memuncak pada usia 15 tahun, berkurang bertahap setelah mereka
dan keluarga mengetahui kebutuhan remaja itu sendiri. Bentuk-bentuk kenakalan
remaja diantaranya yaitu penyalahgunaan obat terlarang, alkohol, dan geng (Papalia
dan Old, 2009). Menurut penelitian Montgomery, Fisk, dan Craig (2007) pola asuh
orang tua yang authoritarian memiliki nilai rendah anaknya akan memakai ganja,
ekstasi, dan kokain dibandingkan dengan neglectful.
Oleh karena alasan yang terpapar di atas, perlu adanya tindakan untuk
mengurangi tingkat kecemasan siswa, misalnya dengan diskusi atau komunikasi
interpersonal. Bambang dan Hanny (2009), menunjukkan bahwa 85 % keberhasilan
dalam hidup seseorang tergantung dari kemampuannya dalam membangun hubungan
dengan orang lain, sedangkan keberhasilan membangun hubungan dengan orang lain,
62% nya tergantung dari kemampuan berkomunikasi individu tersebut. Namun,
komunikasi saja belum cukup, apabila kecemasan remaja tersebut mencapai tingkat
yang sedang, berat, bahkan panik, maka perlu terapi lebih lanjut. Terapi yang
berkembang saat ini adalah hipnoterapi. Hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan
pada subyek dalam hipnosis, sedangkan hipnosis sendiri menurut James Braid (1983)
diartikan sebagai tidurnya sistem syaraf. Secara luas, hipnosis diartikan sebagai
kondisi pikiran dimana fungsi analitik logis pikiran direduksi sehingga individu
tersebut dalam kondisi bawah sadar. Kondisi bawah dapat menyimpan berbagai
potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Hipnotis akan lebih bermakna apabila dipadu dengan Emotional Freedom Therapy
5
(EFT). EFT adalah terapi dimana memberikan paparan dengan komponen somatik
dan kognitif (Dinter dan Church, 2009).
Tahun 2010 telah diadakan tes kecemasan menghadapi UAN di SMA N 1
Pakem oleh PUSKESMAS Pakem. Berdasarkan tes tersebut didapatkan data bahwa
dari 139 siswa, 63 siswa mengalami tingkat kecemasan tinggi, 57 siswa mengalami
tingkat kecemasan sedang, 16 siswa mengalami tingkat kecemasan rendah, dan 3
siswa mengalami tingkat kecemasan sangat rendah. Tes kecemasan ini diadakan pada
tanggal 4 Maret 2010. Namun, dari pihak PUSKESMAS Pakem hanya sebatas tes
saja dan tidak ada tindak lanjut terhadap hasil tingkat kecemasan yang sudah ada.
Hal ini berbeda dengan pihak sekolah, setelah mengetahui hasil dari tes
kecemasan PUSKESMAS, penurunan tingkat kecemasan di SMA N 1 Pakem pada
siswa yang akan menghadapi UAN yaitu hanya dengan pemberian motivasi.
Pemberian motivasi lebih diintensifkan bagi siswa yang memiliki kecemasan tinggi.
Selain pemberian motivasi, sekolah juga melakukan doa bersama serta konseling
pribadi bagi siswa. Namun, belum pernah dilakukan sebuah terapi sebagai salah satu
alternatif untuk menurunkan kecemasan.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan pengaruh
EFT terhadap kecemasan. Hal ini dikarenakan kecemasan yang tinggi akan membawa
remaja ke arah perilaku negatif. Kecemasan tersebut diharapkan dapat diturunkan
dengan emotional freedom techniques, untuk mengetahui adanya pengaruh emotional
6
freedom techniques maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan intervensi
terhadap siswa SMA N 1 Pakem yang memiliki tingkat cemas ringan, sedang dan
berat dalam menghadapi ujian akhir nasional tahun 2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan
masalah yaitu “Adakah pengaruh Emotional Freedom Techniques dengan kecemasan
pada siswa SMA dalam menghadapi UAN?”
C. Tujuan Penelitian
Peneliti memiliki beberapa tujuan dari penelitian yang dilakukan, yaitu:
1. Tujuan Umum:
Mengetahui pengaruh Emotional Freedom Techniques (EFT) terhadap
kecemasan pada siswa SMA di Kecamatan Pakem.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui nilai kecemasan siswa di SMA N 1 Pakem sebelum dan
sesudah intervensi pada kelompok control.
b. Mengetahui nilait kecemasan siswa di SMA N 1 Pakem sebelum dan
sesudah intervensi pada kelompok intervensi.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan (Scientific)
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
pembaca, terutama bagi yang belajar dan bekerja di dunia kesehatan
mengenai kesehatan jiwa terutama masalah kecemasan pada anak.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Emotional Freedom Techniques diharapkan mampu menjadi alternatif
lain dalam manajemen cemas yang dapat diterapkan baik di dunia
kesehatan termasuk di dunia keperawatan.
3. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memanajemen
cemasnya ketika mereka menghadapi UAN dan tekanan yang dialami.
4. Bagi Sekolah
a. Hasil Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi sekolah
dalam mengembangkan upaya peningkatan kualitas pendidikan siswa
tanpa mengesampingkan tingkat kecemasan yang dialami siswa.
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi jembatan
komunikasi antara siswa, orang tua siswa, dan sekolah demi kualitas
pendidikan siswa yang baik.
8
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini ingin melihat pengaruh manajemen cemas: Emotional
Freedom Techniques terhadap tingkat kecemasan pada siswa SMA dalam
menghadapi UAN pada tahun ajaran 2010/ 2011. Beberapa penelitian yang
terkait dengan penetian tersebut adalah:
1. Ingrid Dinter dan Dawson Church (2009) dalam Psychological Trauma in
Veteran Using EFT (Emotional Freedom Techniques): A Randomized
Controlled Trial. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi PTSD dan
kekambuhan psikologis pada veteran. Jumlah sampel yang digunakan
adalah 9 orang, 4 orang sebagai kelompok intervensi dan 5 orang sebagai
kelompok kontrol. Intervensi dilakukan selama 6 sesi, dengan 2 kali
posttest. Posttest dilakukan pada sesi ketiga dan akhir sesi, yaitu sesi
keenam. Pengukuran PTSD menggunakan PCL-M
(Posttraumatic Stress Disosder Checklist – Military). Desain penelitian
menggunakan random dan pengujian statistik menggunakan Posthoc
Tukey Test. Hasil dari penelitian tersebut adalah rata-rata skor PTSD yang
pertamanya 60 menjadi 38 setelah dilakukan terapi EFT 6 sesi.
2. Larry Burk (2010) dalam Single Session EFT (Emotional Freedom
Techniques) for Stress-Related Symptoms after Motor venicle Accident.
Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab PTSD. EFT adalah
tehnik pendekatan untuk mengurangi PTSD tersebut. Hal ini hampir sama
9
dengan cognitive behavioral therapy. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan menggunakan sampel berjumlah 3 orang dengan 3 kasus
yang berbeda. Hasil penelitian ini ternyata EFT terapi PTSD sebagaimana
dengan cognitive behavioral therapy.
3. Penelitian yang sekarang, peneliti menggunakan desain kuasi
eksperimental. Alat ukur kecemasan yang digunakan adalah kuesioner
dari Nist dan Diehl (1990). Sampel yang digunakan sebesar 28 siswa yang
terdiri dari 14 siswa kelompok intervensi dan 14 siswa sebagai kelompok
kontrol. Intervensi EFT pada kelompok intervensi sebanyak 3 sesi selama
30 – 60 menit tiap sesi. Pengujian statistik menggunakan uji T-tes dengan
software SPSS 16. Pretes dilakukan sebelum intervensi dan postes
dilakukan setelah intervensi pada kedua kelompok, intervensi dan kontrol.
68
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMA N 1 Pakem didirikan pada tanggal 13 Agustus 1964. Ide dari
pendirian sekolah ini yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta (FIP – UNY) memerlukan tempat unutk penelitian, eksperimen,
dan tempat latihan mengajar, sehingga didirikan beberapa sekolah, salah
satunya SMA FIP, selanjutnya disebut SMA IKIP III atau SMA N 1 Pakem.
Selain itu, di Pakem pada saat itu sudah terdapat 6 SMP dan 2 SGB, beberapa
tkoh berpendapat perlunya SMA sebagai wadah untuk menampung kelanjutan
studi siswa-siswa tersebut. Oleh karena itu, Bapak Lurah Pakembingun
(Bapak R. Hardjodimulyo), Bapak Camat Pakem (Bapak Prodjoatmodjo),
Ketua DPRKGR (Bapak Dirdjo Widarsono), dan beberapa tokoh masyarakat
berinisiatif mendirikan SMA.
Sekolah ini telah mengalami beberapa kali perubahan nama, antara lain
pada tahun 1964 – 1965, sekolah ini bernama SMA III IKIP FIP Yogyakarta.
Tahun 1966 – 1970, sekolah ini berganti nama menjadi SMA III IKIP
Yogyakarta. Tahun 1971 – 1972 menjadi SMA Percobaan III IKIP
Yogyakarta, tahun 1973 – 1974 berubah lagi menjadi Sekolah Menengah
69
Pembangunan IKIP Yogyakarta. Tahun 1975 – 1986, berganti lagi menjadi
SMA Negeri III IKIP Yogyakarta. Tahun 1987 – 1995 bernama SMA Negeri
Pakem. Tahun 1996 – 2003, berganti lagi menjadi SMU Negeri 1 Pakem dan
dari tahun 2004 – sekarang, sekolah ini dikenal SMA Negeri 1 Pakem.
Sekolah ini terletak di Tegalsari, Jalan Kaliurang Km. 17, 5 Pakem.
Walaupun, terletak di lereng Merapi, sekolah ini mempunyai segudang
prestasi dan menjadikan sekolah ini menjadi sekolah andalan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan berbagai prestasi yang telah diperoleh. Prestasi-prestasi
yang telah diraih antara lain pada tahun 2006, SMA Negeri 1 Pakem
mendapat peringkat I IPA se – DIY dan peringkat II IPS se – DIY. Peringkat
yang terbaru didapat pada tahun 2010 kemarin, yaitu menjadi peringkat I IPA
se – DIY dalam hasil Ujian Nasional (UAN). Sekolah ini memiliki 13 kelas
yang terdiri dari 4 kelas untuk kelas X, 4 kelas untuk kelas XI (2 IPA dan 2
IPS), dan 5 kelas untuk kelas XII (2 IPA dan 3 IPS).
Penelitian ini secara keseluruhan dilakukan di kelas XII baik dari
jurusan IPA ataupun IPS. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 24 Maret 2011
sampai tanggal 21 April 2011, dengan jumlah responden 28 siswa dengan
kriteria: siswa yang memiliki nilai kecemasan 20 – 50, dengan pembagian
presentase 20 – 35 sebanyak 80% dan 36 – 50 sebanyak 20%, tidak memiliki
penyakit menahun, rumah tidak rata dengan tanah akibat Merapi, dan tinggal
bersama orang tua kandung.
70
2. Karakteristik Responden
Responden penelitian ini yaitu: siswa yang memiliki nilai tes kecemasan
antara 20 – 50, dengan pembagian presentase siswa dengan nilai 20 – 35
sebanyak 80% dan nilai 36 – 50 sebanyak 20%, tidak memiliki penyakit
menahun, rumah tidak rata dengan tanah akibat Merapi, dan tinggal bersama
orang tua kandung.
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: umur, jenis
kelamin, dan jurusan yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2011 sampai
tanggal 21 April 2011didapatkan responden sebanyak 28 siswa. Berdasarkan
hasil penelitian, maka didapatkan hasil sebagai berikut.
71
a. Karakteristik responden siswa kelas XII di SMA N 1 Pakem, Sleman,
Yogyakarta
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi karakteristik di kelas XII SMA N 1 Pakem, Sleman, Yogyakarta
No Jenis n P (%)
1 Usia
17 16 57, 1 18 12 42, 9
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 7 25 Perempuan 21 75
3 Jurusan
IPA 13 46, 4 IPS 15 53, 6
Sumber: Data Primer
Tabel 4.1. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur
17 tahun ada 16 responden (57, 1%). Sedangkan, sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 21 responden
(75%). Berdasarkan jurusan yang diambil, siswa yang mengambil jurusan
IPS berjumlah 15 responden (53, 6%).
72
b. Screening kecemasan pada siswa XII SMA N 1 Pakem, Sleman,
Yogyakarta
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi informasi hasil screening kecemasan pada siswa kelas XII di SMA N 1 Pakem, Sleman, Yogyakarta
Informasi nilai kecemasan F % Tidak Cemas (10 – 19) 56 40, 9 Cemas Ringan Sedang (20 – 35) 80 58, 4 Cemas Sedang Berat (36 – 50) 1 0, 7 Jumlah 137 100
Sumber: Data Primer
Tabel 4.2. Menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XII
mengalami kecemasan sedang berat dengan nilai kecemasan antara 20 –
35 sebanyak 80 siswa (58, 4%), sedangkan siswa yang paling sedikit
adalah siswa yang memiliki tingkat kecemasan sedang berat dengan nilai
kecemasan antara 36 – 50 sebanyak 1 siswa (0, 7%).
c. Nilai Rata-rata Kecemasan Siswa Kelas XII Berdasarkan Jurusan SMA N
1 Pakem, Sleman, Yogyakarta
Tabel. 4.3. Nilai Rata-Rata Kecemasan Siswa Kelas XII berdasarkan Jurusan SMA N 1 Pakem
Jurusan n Rata-rata IPA 68 20, 84 IPS 69 22
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel. 4.3. Diketahui bahwa nilai rata-rata kecemasan
siswa IPS lebih tinggi dibandingkan siswa IPA. Jumlah siswa yang ada di
jurusan IPS juga lebih banyak daripada siswa jurusan IPA.
73
d. Nilai kecemasan kelompok intervensi kelas XII SMA N 1 Pakem, Sleman,
Yogyakarta
Tabel 4.4. Nilai kecemasan pada kelompok intervensi pada siswa kelas XII SMA N 1 Pakem, Sleman, Yogyakarta
No Nilai Pretes Nilai Postes 1 25.0 18.0 2 29.0 23.0 3 23.0 15.0 4 26.0 15.0 5 34.0 19.0 6 27.0 20.0 7 27.0 22.0 8 23.0 17.0 9 29.0 18.0 10 36.0 26.0 11 29.0 18.0 12 27.0 28.0 13 23.0 16.0 14 26.0 15.0
Rata-rata 27. 43 19. 29 Sumber: Data Primer
Tabel 4.4. Menunjukkan bahwa rata-rata kecemasan siswa sebelum
intervensi adalah 27, 42 dan setelah intervensi adalah 19, 14. Nilai
tertinggi kecemasan siswa saat pretes adalah 36 dan nilai terendah siswa
adalah 23. Sedangkan, nilai postes nilai tertinggi kecemasan adalah 28 dan
nilai terendah yaitu 15.
74
e. Nilai kecemasan pada kelompok kontrol kelas XII SMA N 1 Pakem,
Sleman, Yogyakarta
Table 4.5. Nilai kecemasan pada kelompok kontrol kelas XII SMA N 1 Pakem, Sleman, Yogyakarta
No Nilai Pretes Nilai Postes 1 23.0 24.0 2 34.0 33.0 3 27.0 25.0 4 27.0 26.0 5 24.0 26.0 6 29.0 23.0 7 23.0 30.0 8 26.0 23.0 9 28.0 25.0 10 30.0 27.0 11 24.0 26.0 12 23.0 23.0 13 25.0 24.0 14 23.0 29.0
Rata-rata 26. 14 26. 00 Sumber: Data Primer
Tabel 4.5. Menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa pada kelompok
kontrol saat pretes adalah 26, 14 dan postes 26. Nilai tertinggi saat pretes
adalah 34 dan nilai terendah kecemasan siswa yaitu 23. Sedangkan saat
postes, nilai kecemasan tertinggi yaitu 33 dan nilai terendah kecemasan
yaitu 23.
75
f. Hasil uji t-independen pada kelompok postes intervensi dan postes kontrol
Table 4.6. Hasil uji t-independen pada kelompok postes intervensi dan postes kontrol
Levene’s Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T df p (< 0. 05) Skor Kecemasan
Equal Variances assumed
1. 220 .280 -4. 792 25 .000
Equal Variances not assumed
-4. 845 23.92 .000
Tabel 4.6. Menunjukkan bahwa nilai Lavene’s test menunjukkan
bahwa nilai lebih besar dari 0, 05, jadi menunjukkan bahwa variabel 2
kelompok tersebut memiliki varians yang sama, sehingga data yang
digunakan adalah hasil uji t baris yang pertama yaitu Equal Variances
assumed. Hasil uji t-independen didapatkan hasil bahwa nilai
signifikansinya (p) adalah 0, 000. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai p
< 0,05 dapat diambil kesimpulan ada perbedaan rerata nilai kecemasan
yang bermakna antara kelompok intervensi EFT dan kelompok kontrol
atau rerata nilai kecemasan kelompok intervensi EFT memiliki nilai lebih
rendah secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol.
76
g. Hasil uji t-berpasangan pada kelompok intervensi dan kontrol, sebelum
dan sesudah diberikan intervensi EFT
Tabel 4.7. Menunjukkan hasil dari uji t-berpasangan antara pretes
dan postes pada kelompok intervensi. Hasil penghitungan didapatkan
bahwa nilai signifikansi yaitu 0, 046 (p < 0, 05), artinya bahwa EFT
memang menurunkan cemas secara bermakna dibandingkan kelompok
yang tidak diberikan terapi EFT.
Pasangan n Norm Mean±SD Correlation p
Keterangan
Intervensi 14 19 Pretes 27. 43 ± 3. 86
.541 .046 Bermakna Postes 19. 29 ± 4. 10
Kontrol 14 19
Pretes
26. 14 ± 3. 28
.352 .217 Tidak
bermakna Postes 26. 00 ± 2. 93
Tabel 4.7. Hasil uji t-berpasangan pada kelompok intervensi dan kontrol, sebelum dan sesudah intervensi EFT
77
B. Pembahasan
1. Karakteristik responden siswa SMA N 1 Pakem, Sleman, Yogyakarta
Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian siswa yang
mengalami cemas adalah siswa yang berusia 17 tahun (57, 1%). Hal ini
berbeda dengan hasil penelitian Fitriana (2008), penelitian ini justru siswa
yang memiliki kecemasan tinggi adalah siswa yang berusia 18 tahun. Namun,
ini tidak bisa dijadikan patokan berapa seseorang tersebut mengalami
kecemasan yang lebih tinggi pada usia remaja. Hal ini diakibatkan karena
kedua kelompok umur tersebut (17 dan 18 tahun) merupakan tahap remaja
akhir. Tahap remaja akhir dikarakteristikkan dengan orientasi terhadap masa
depan, perencanaan karir mengikuti pengokohan identitas peran. Hal yang
paling penting adalah transisi dari rumah ke kampus, tempat kerja, dan atau
perencanaan kehidupan dengan teman atau pasangan (Vaughan dan Litt dalam
Fitriana, 2008).
Penelitian ini juga didapatkan data bahwa yang mengalami kecemasan
sebagian besar siswa adalah perempuan (75%). Hal ini sesuai dengan
penelitian Fitriana (2008), bahwa dari semua responden yang mengalami
kecemasan tinggi adalah perempuan (50%). Perempuan memang memiliki
kecemasan dua kali lipat dibandingkan pria (Mohr, 2006). Selain mengalami
kecemasan, remaja perempuan, terutama yang matang lebih awal dan
perempuan dewasa lebih mungkin terkena depresi dibandingkan laki-laki
(Birmaher; Birmaher dan Brent; Cicchetti dan Toth; Ge, Conger, dan Elder;
78
Stice, dalam Papalia dan Olds, 2009). Perbedaan gender ini mungkin
berkaitan dengan perubahan biologis terkait pubertas atau cara anak
perempuan dalam disosialisasikan mengenai pubertas (Birmaher et al., dalam
Papalia dan Olds, 2009) dan merentanan mereka yang lebih besar untuk
mengalami stres dalam hubungan sosial (Ge et al; USDHHS, dalam Papalia
dan Olds, 2009).
Selain itu, siswa yang mengambil jurusan IPS justru memiliki
kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang mengambil jurusan
IPA, dengan nilai rata-rata kecemasan siswa IPS adalah 22 dan nilai
kecemasan siswa IPA adalah 20, 84. Beberapa faktor yang mempengaruhi
seseorang tersebut mengalami kecemasan antara lain rendahnya harga diri,
malu, pola asuh orang tua, dan ketidak nyamanan terhadap kemarahan (Mohr,
2006). Hal ini sesuai dengan kondisi nyata responden, adanya ketidaklulusan
beberapa siswa kelas IPS tahun 2010 yang lalu memicu kecemasan yang lebih
besar pada siswa.
Lingkungan sekolah ini juga menjadi faktor yang cukup kuat dalam
perkembangan remaja. Baik buruknya suasana sekolah sangat bergantung
pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan
disiplin sekolah (Depkes, 2002). Selain masalah dari intern sekolah,
terkadang beberapa orang tua siswa juga menginginkan anak untuk masuk ke
jurusan IPA dengan harapan bahwa nantinya akan mudah dalam melanjutkan
studi. Pemikiran-pemikiran yang demikian yang akan memberi tekanan
79
kepada anak, sehingga terkadang anak menjadi cemas. Hal ini dikarenakan,
perilaku remaja yang rentan terhadap pengaruh lingkungan, disatu pihak
remaja mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam
upaya mendapatkan kepercayaan dari lingkungan, di lain pihak remaja mulai
memikirkan kehidupan secara mandiri, terlepas dari pengawasan orang tua
dan sekolah (Depkes, 2002).
2. Pengaruh EFT Terhadap Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi UAN di
SMA N 1 Pakem
Setelah dilakukan EFT selama 3 sesi maka didapatkan hasil bahwa
EFT berpengaruh terhadap penurunan kecemasan siswa dalam menghadapi
UAN dibandingkan siswa yang tidak mendapatkan terapi. Nilai rata-rata
kecemasan siswa yang mendapat terapi turun dari 27, 43 menjadi 19, 29.
Sedangkan nilai kecemasan kelompok kontrol tidak jauh berbeda yaitu dari
26, 14 menjadi 26, 00. Hal serupa juga dilakukan oleh Dinter dan Church
(2009), mereka memberikan terapi EFT pada veteran dengan PTSD selama 6
sesi dan hasilnya tingkat PTSD veteran turun dari nilai 60 menjadi 30. Selain
penelitian tersebut, Church bersama Geronilla dan Dinter (2009) melakukan
penelitian dengan hasil bahwa respnden yang mengikuti 2 atau 3 kali sesi
selama 1 hari dengan rata-rata 10 – 15 sesi selama satu minggu, maka nilai
kecemasan, depresi, dan PTSD dari veteran turun secara signifikan dengan
pendampingan selama 6 bulan. EFT efektif sebagai metode yang efektif untuk
80
menyembuhkan stress, karena beberapa elemen EFT seperti membuka dan
membangun kognitif seseorang (Bradley dalam Churh; Geronilla; Dinter,
2009) dan memiliki efek yang lama setelah diberikan terapi (Church et al.,
2010). Selain itu, EFT mampu mengubah kontrol impuls, intensitas reaksi
dari tembakan, gejala somatik, rasa tanggung jawab, dan pikiran positif
(Lubin dan Schneider, 2009). Namun, peneliti belum bisa menentukan
seberapa porsi sesi yang akurat dalam merawat seperti tapping atau elemen
psikosomatik yang lain agar EFT dapat dikatakan efektif (Churh, et al., 2009).
UAN juga merupakan sebuah kompetisi, ketika berada dalam sebuah
kondisi yang sebenarnya, maka akan tercipta lingkungan yang berbeda,
misalnya akan timbul kecemasan yang lebih besar atau tingkat konsentrasi
menurun akibat lingkungan saat bertanding. Seperti halnya ketika atlet sedang
bertanding di lapangan. Oleh karena itu, dalam sebuah penelitian EFT dapat
juga digunakan untuk meningkatkan performa atlet, seperti yang dilakukan
Churh (2009), bahwa EFT yang dilakukan pada atlet basket dapat
meningkatkan lemparan bebas, hal ini dikarenakan tingkat kecemasan yang
dialami atlet karena situasi saat pertandingan menurun.
Selain itu EFT dapat digunakan sebagai terapi psikologis remaja.
Psikologi remaja merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan pola pikir remaja. Saat remaja beberapa remaja pernah
mengalami kekerasan seksual, fisik atau psikologis, dan orang tua yang
otoriter dan membiarkan (Churh, et al., 2009). EFT mampu secara cepat dan
81
efisien menjadi intervensi untuk mengurangi trauma psikologis pada remaja
(Church et al., 2009). Selain secara psikologis, EFT mampu meningkatkan
pola relaksasi dan centeredness pada pasien yang mengalami trauma otak saat
dimonitor melalui elektrocepalografi (EEG) (Craig, 2009).
EFT juga dapat dipadukan dengan terapi lain seperti Critical Incident
Stress Debriefing (CISD). CISD adalah membicarakan apa yang bisa diambil
oleh klien melalui kejadian yang pernah dialami dan bagaimana mereka dapat
mengubahnya. Green (2002) mencoba mamadukan CISD dan EFT pada 6
trauma yang dialami oleh klien-kliennya dan didapatkan hasil bahwa
kombinasi terapi tersebut dapat efektif pada berbagai trauma untuk kasus yang
akut. EFT merupakan tehnik penyembuhan tubuh dan pikiran yang
mengkombinasikan efek fisik dari perawatan meridian dengan efek mental
dalam memfokuskan pada sakit atau permasalahan pada waktu yang sama
(Vangsapalo, 2010).
Jadi sebuah metode relaksasi yang mengkaitkan 3 terapi yaitu metode
akupuntur, musik, dan hipnoterapi. Seperti kondisi nyata di lapangan ketika
terapi, siswa yang mendapat terapi diberikan beberapa tipe musik, seperti
musik yang tenang sebagai relaksasi dan ketika sugesti diberikan oleh terapis
maka musik dialihkan ke musik yang senang, gembira, dan dapat membangun
motivasi. Terapi musik dapat menurunkan kecemasan karena menurut dr.
Bahr (dalam Mangoenprasodjo dan Hidayati, 2005), mendengarkan musik
klasik selama 30 menit memiliki efek psikis yang sama dengan minum 10
82
miligram valium. Hal serupa juga dilakukan oleh Suhartini (2008), ternyata
terapi musik efektif untuk menurunkan perubahan respon fiisologis terhadap
kecemasan yang dirawat di ruang ICU-ICCU. Walaupun klien di ICU-ICCU
tidak dapat bergerak atau pasif secara motorik, terapi musik tetap efektif untuk
dilakukan karena dengan musik aktivitas mental tetap aktif, seperti imajinasi-
imajinasi klien yang merupakan intepretasi dari musik yang diberikan
(Mangoenprasodjo dan Hidayati, 2005). Selain dapat digunakan di ruang ICU-
ICCU, terapi musik juga dapat di lakukan di ruang operasi. Berdasarkan
beberapa penelitian menunjukkan bahwa musik yang dipilih sendiri oleh
pasien dapat menurunkan kecemasan pasien laki-laki saat akan menjalani
operasi urogenital secara efektif (Arsian, et al., 2007).
Ruang ICU-ICCU dan operasi adalah 2 ruangan yang dapat
menimbulkan kecemasan baik untuk pasien maupun keluarga pasien. Stigma
masyarakat apabila seseorang sudah dirawat di ruang ICU-ICCU maka
seseorang tersebut sudah kritis dan mendapatkan monitor yang lebih
dibandingan dirawat dibangsal biasanya, akan menimbulkan kecemasan
tersendiri. Hal serupa juga terjadi ketika seseorang harus menjalani operasi.
Seseorang yang menjalani operasi digambarkan sebagai orang yang sudah
sakit parah dan operasi adalah jalan satu-satunya untuk menyembuhkan
penyakitnya. Kecemasan yang dirasakan klien dan keluarga tersebut juga
dapat dirasakan siswa kelas XII ketika menghadapi ujian akhir (UAN). Ketika
berada di lingkungan kelas dengan pengawasan ketat oleh pengawas, tidak
83
jarang siswa akan merasakan kecemasan dari ringan hingga berat bahkan
panik. Terlebih lagi, siswa-siswa tersebut duduk secara individu dan memiliki
soal yang berbeda-beda. Bahkan pada taun 2011 ini, tipe soal UAN ada 5 tipe
yaitu A, B, C, D, dan E (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010). Hal
tersebut didukung dengan stigma masyarakat bahwa siswa yang tidak lulus
ujian akhir nasional (UAN) adalah siswa yang bodoh. Inilah yang akan
membuat siswa tersebut rendah diri dan pada akhirnya depresi serta munculah
ide untuk bunuh diri.
Selain terapi musik, EFT juga memberikan terapi pada titik-titik
akupuntur tertentu pada tubuh klien. Hal ini serupa dengan akupuntur, maka
EFT dan akupuntur sebagai saudara (Craigh, 2002). Hal ini dikarenakan EFT
dan akupuntur menggunakan system meridian. Sistem meridian dapat diterima
dengan baik di komunitas psikologi dan mempunyai mekanisme yang efektif
(Baker et al., 2009). Penelitian tentang akupuntur mengindikasikan bahwa
stimulasi secara manual akupuntur dapat memproduksi opioid endogen,
meningkatkan produksi neurotransmitter seperti serotonin dan gamma
aminobutyric acid (GABA) serta regulasi kortisol, hormon utama dari stress
(Napadow; Akimoto; Lee, Yin, Lee, Tsai & Sim; Ulett; dalam Lane, 2009).
Sehingga biokimia ini merubah efek struktur otak untuk menurunkan cemas,
melambatkan detak jantung, menurunkan cemas, menciptakan rasa tenang dan
memotong respon fight/ flight/ freeze (FFF) (Dhond, Kettner, & Napadow;
Fang; Hui; Korber; dalam Lane, 2009). Akupuntur merupakan metode dengan
84
penggunaan jarum, berbeda dengan akupresur. Akupresur hanya
menggunakan penekanan-penekanan pada titik-titik akupuntur. Akupresur ini
merupakan bagian dari akupuntur. Penelitian yang dilakukan oleh Kober, et
al. (2003), mendapatkan hasil bahwa acupressure pada telinga merupakan
terapi yang efektif untuk mengurangi kecemasan pada saat klien belum di
rumah sakit ketika dalam suasana darurat. Pada penelitian kali ini dilakukan
tapping untuk setiap siswa sebanyak 3 kali putaran dengan memberikan
kalimat positif pada tiap titik ketika dilakukan taping. Pada saat dilakukan
taping di beberapa titik di bagian tubuh, siswa mengatakan bahwa mereka
lebih tenang dan sangat nyaman.
Selain terapis memberi terapi musik dan akupresur pada titik tertentu,
beberapa sugesti juga diberikan melalui hipnoterapi. Siswa mengatakan
bahwa setelah diberikan terapi hipnosis mereka merasa lebih tenang. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian dari Iglesias Alex dan Iglesias Adam (2005),
bahwa awake-alert hypnosis dapat dijadikan terapi bagi klien dengan panik,
terapis tidak hanya memberikan sebuah sugesti tetapi juga ada strategi spesifik
bagaimana cara mengurangi panik klien. Hal serupa juga dilakukan oleh
Peynovska, et al. (2005) pada pasien kanker, didapatkan hasil bahwa
hipnoterapi memiliki pengaruh pada seseorang, diantaranya yaitu
memengaruhi kualitas hidup, bertahan hidup, biaya di rumah sakit, dan
perawatan kesehatan.
85
Maka tidak heran apabila setiap selesai terapi dan dilakukan evaluasi
secara lisan, mereka mengaku bahwa setelah selesai terapi, mereka
mengatakan lebih nyaman dan tidak takut lagi. Justru dengan diberikan terapi
EFT, mereka mengaku lebih optimis, motivasi belajar meningkat, dan
kecemasan yang dirasakan juga menurun. Padahal menurut Nist dan Diehl
(1990), dalam kuesioner yang dikembangkan, dikatakan bahwa kecemasan
ringan dibutuhkan untuk tetap fokus ketika ujian. Namun, justru dengan EFT
ini kecemasan siswa termasuk dalam kategori tidak cemas, tetapi mereka
mengaku lebih relaks dan masih bisa fokus dalam mengerjakan soal ujian.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Lubin dan Schneider (2009), EFT
mampu meningkatkan kontrol impuls, intensitas reaksi dari tembakan, gejala
somatik, rasa tanggung jawab, dan pikiran positif.
86
C. Keterbatasan Penelitian
Selama dilakukan penelitian, ada beberapa hambatan yang dirasakan oleh
peneliti, yaitu:
1. Data tentang karakteristik responden yang juga menentukan kriteria inklusi
dan eksklusi dalam penelitian ini, hanya didapatkan melalui kuesioner yang
diisi langsung oleh responden bukan melalui wawancara langsung.
2. Data tentang kecemasan siswa mengenai ujian diperoleh hanya dengan
pengisian kuesioner saja dan tidak ditanyakan ulang kepada responden
sehingga peneliti tidak tahu apa yang sebenarnya dirasakan oleh responden,
serta bagaimana cemas yang dirasakan responden.
3. Responden yang diambil hanya yang memenuhi kriteria saja, padahal terdapat
beberapa anak yang memiliki kecemasan tinggi yang juga perlu dilakukan
terapi.
4. Berdasarkan sifat remaja yang selalu ingin tahu, saat penelitian cukup banyak
siswa yang penasaran dan ingin mencoba terapi EFT, bahkan siswa yang tidak
mengalami kecemasan. Hal ini membuat peneliti harus mencari ulang
responden kontrol yang sesuai dengan kriteria.
87
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan data pretes dan postes, didapatkan hasil bahwa nilai
kecemasan siswa pada kelompok intervensi ada perbedaan rerata nilai
kecemasan yaitu dari 27, 43 menjadi 19, 29.
2. Berdasarkan data pretes dan postes, nilai kecemasan siswa pada kelompok
kontrol terdapat sedikit penurunan nilai kecemasan yaitu dari 26, 14
menjadi 26, 00.
3. Berdasarkan pengujian hipotesis t-tes independen, maka didapatkan hasil
bahwa nilai rerata kecemasan siswa yang diberikan EFT memiliki nilai
lebih rendah secara bermakna dibandingkan siswa pada kelompok kontrol
dengan nilai signifikansi 0, 00 (p < 0, 05). Sedangkan menurut t-tes
berpasangan, didapatkan hasil bahwa EFT mampu menurukan nilai
kecemasan siswa secara signifikan. Hal ini dibuktikan dengan nilai p yaitu
0, 046 (p < 0,05).
88
B. Saran
1. Bagi institusi kesehatan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi
dalam meningkatkan pengetahuan pembaca serta mampu menerapkan
EFT sebagai metode untuk menurunkan kecemasan.
2. Bagi keperawatan jiwa, hasil penelitian ini diharapan dapat dimasukkan
dalam terapi komplementer yang dapat digunakan dalam terapi klien
dengan gangguan kejiwaan baik di lingkungan masyarakat maupun rumah
sakit.
3. Bagi SMA N 1 Pakem, Sleman, Yogyakarta, hasil penelitian ini agar
digunakan untuk membuat kebijakan tentang EFT sebagai metode untuk
menurunkan kecemasan bagi siswa yang mengalami masalah psikologis
pada umumnya dan menaggulangi kecemasan siswa kelas XII dalam
menghadapi UAN pada khususnya.
4. Bagi peneliti lain yang berminat untuk mendalami EFT dan kecemasan,
peneliti menganjurkan untuk melihat pengaruh EFT dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa yang sekaligus dapat menurunkan kecemasan
siswa.
89
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah Isa. 2010. Cara Lebih Mudah Menemukan Titik Terapi Acupoint Petunjuk Praktis Akupuntur. Depok: Asma Nadia
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Arsian, et al. 2009. Effect of Music on Preoperative Anxiety in Men Undergoing Urogenital Surgery. Australian Journal of Advanced Nursing, Volume 26 Number 2
Baker, et al. Theoretical and Methodological Problems in Research on Emotional Freedom Techniques (EFT) and Other Meridian Based Therapies. Psychology Journal, 2009. Vol. 6, No. 2. pp. 34 – 46
Behrman, Richard. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. (edisi 15). Jakarta: EGC
BEM IPB. 2010. Dampak Ketidaklulusan UAN bagi siswa SMA. Diakses di http://bem.ipb.ac.id/idea2010/archives/author/adminprihatin pada tanggal 20 Desember 2010
BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). 2010. Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun Ajaran 2010/ 2011 . Diakses di http://www.kemdiknas.go.id pada 20 Januari 2011
Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Burk, Larry. 2010. Single Session EFT (Emotional Freedom Techniques) for Stress – related Symptoms After Motor Vehicle Accidents. Energy Psychology 2: 1. May 2010
Craigh, Gary. 2002. Emotional Freedom Techniques (EFT) The Manual. E-book diakses di http://www.emofree.com pada tanggal 25 Desember 2010
90
Craigh, Gary. 2007. Emotional Freedom Techniques (EFT). (edisi 6). E-book diakses di http://www.4shared.com pada tanggal 25 Desember 2010
Church, D dan Dinter, I. 2009. Psychological Trauma in Veterans Using EFT (Emotional Freedom Techniques): a Randomized Controlled Trial.
Church, et al. 2009. Psychological symptom Change in Veteran After Six Sessions of Emotional Freedom Techniques (EFT); An Observational Study. International Journal of Healing and Caring, Volume 9, No. 1, January 2009
Church. 2009. The Effect of EFT (Emotional Freedom Techniques) on Athletic Performance: A Randomized Controlled Blind Trial. The Open Sports Sciences Journal, 2009, 2, 94 – 99
Church. 2009. Single Session Reduction of the Intensity of Traumatic Memories in Abused Adolescents: A Randomized Controlled Trial
Church. 2010. Psychological Trauma in Veteran using EFT (Emotional Freedom Techniques): A Randomized Controlled Trial
Craigh. 2009. Emotional Freedom Techniques (EFT) for Traumatic Brain Injury. International Journal of Healing and Caring, May. 9 (2). 1 – 12
Depdiknas. 2010. Data Kelulusan Siswa SMA pada Tahun 2010. Diakses di http://www.depdiknas.go.id pada 3 Januari 2011
Depdikpor. 2010. Data Kelulusan Siswa SMA pada Tahun 2010 di Yogyakarta Diakses di http://www.pendidikan-diy.go.id/ pada 10 Januari 2011
Dharmojono. 2010. Teknik Hebat Penyembuhan dengan Akupuntur dan Moksibasi. Jakarta: Media Pressindo
Depkes. 2002. Pedoman kesehatan Jiwa Remaja (Pegangan bagi Dokter Puskesmas). Diakses di http://dinkes-sulsel.go.id/new/image/pdf/pedoman/pedoman kes jiwa remaja.pdf pada 15 Mei 2011
Fachri, Hisyam. 2008. The Real Art of Hypnosis Kolaborasi Seni Hipnosis Timur – Barat. Jakarta: Gagas Media
91
Filshie dan Thompson. 2008. Oxford Textbook of Palliative Medicine. Diakses di http://jevuska.googlepages.com/AKUPUNTUR.doc atas ijin resmi dari Oxford University Press pada tanggal 25 Januari 2011
Fitriana. 2008. Hubungan Antara Tingkat Stabilitas Emosi Dengan Tingkat Kecemasan PAda Siswa di SMK Ibu PAwiyatan Tamansiswa Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Giddes dan Grosset. 2000. Alternative Therapies (Terapi Sehat dengan Pengobatan Alternatif). Scotlandia: Children’s Leisure Product Limited dicetak ulang di Bandung: Pustaka Hidayah.
Green. 2002. Six Trauma Imprints Treated with Combination Intervention: Critical Incident Stress Debriefing and Thought Field Therapy (TFT) or Emotional Freedom Techniques (EFT). Traumatology, Vol. 8, No. 1 (March 2002)
Hakam M., Yetti K., dan Hariyati S., et al. 2009. Intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) untuk Mengurangi Rasa Nyeri Pasien Kanker. Makara, Kesehatan, Vol. 13, No. 2, Desember 2009: 95 – 99
Hanny dan Bambang. 2010. Just for Parents. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Iglesias dan Iglesias. 2005. Awake Alert Hypnosis in the treatment of Panic Disorder: A Case Report. American Journal of Clinical Hypnosis, 47: 4, April 2005
Jennifer dan Corner, Pete. 2008. Emotional Freedom Technique (EFT): a Basic Introduction to EFT. Georgia: Bell Rock Press
Juliantine dan Sunaryadi. 2003. Kontribusi Pembelajaran latihan Konsentrasi – Relaksasi dan Self Talk Terhadap Penurunan Tingkat Kategangan Pada Atlet tenis
Kober, dkk. 2003. Auricular Acupressure as a Treatment for Anxiety in Prehospital Transport Setting. Journal of Anesthesiology, V 98, No 6, June 2003. American Society of Anesthesiologist.
Kompas. 2010. Dampak Kecemasan Menjelang UAN. Diakses pada tanggal 10 Januari di http://www.kompas.com
92
Lane. 2009. The Neurochemistry of Counterconditioning: Acupressure Desensitization in Psychotherapy. Journal of Energy Psychology 1:1. November 2009
Lubin dan Schneider. 2009. Change Is Possible: EFT (Emotional Freedom Techniques) with Life-Sentence and Veteran Prisoners at San Quentin State Prison. Journal Psychology 1:1. November 2009
Mangoenprasodjo dan Hidayati, Nur. 2005. Terapi Alternatif dan Gaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Pradipta
Mendiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2009 Tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/ MTs), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tahun Ajaran 2009/ 2010. Diakses di http://www.kemdiknas.go.id pada 3 Januari 2011
Mendiknas. 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2010 Tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/ MTs), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tahun Ajaran 2010/ 2011. Diakses di http://www.kemdiknas.go.id pada 20 Januari 2011
Mohr. 2006. Psychiatric: Mental Health Nursing 6th Edition. Philadelphia: Lippicott Williams & Wilkins
Montgomery Catharine., Fisk E John., Craig Laura., et al. 2007. The Effects of Perceived Parenting Style on the Propensity for Illicit Drug Use: The Importance of Parental Warmth and Control. Australasian Professional Society on Alcohol and Other Drugs, Accepted for publication on November 28th 2007
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. (edisi 2). Jakarta: Salemba medikaStuart dan Laraia. 2001. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (edisi 8). USA: Mosby Philadelpia
93
Nursalim, Mochamad. 2005. Kombinasi Cognitive Restructuring dan Systematic Desensitization Untuk Menangani Kecemasan Siswa SLTP di Kota Surabaya. Journal Pendidikan Dasar, Volume 6, Nomor 1, 2005.
Papalia dan Ols. 2009. Human Development Buku 2. (edisi 10). Jakarta: Salemba Medika
Peynovska, et al. 2005. Efficacy of Hypnotherapy as Supplement Therapy in Cancer Intervention. European Journal of Clinical Hypnosis, 2005 Volume 6 – Issues 1
Santrock, John. 2009. Psikologi Pendidikan Buku 2. (edisi 3). Jakarta: Salemba Medika
Streeter, dkk. 2010. Effects of Yoga Versus Walking on Mood, Anxiety, and Brain GABA Levels: a Randomized Controlled MRS Study. The Journal of Alternative and Complementary Medicine, Volume 16, Number 11, 2010
Stephenson, dkk. 2000. The Effects of Foot Reflexiology on anxiety annd Pain in Patients With Breast and Lung Cancer. Oncology Nursing forum January/ February 2000, Volume 27, Number 1
Stuart. 2009. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (edisi 9). USA: Mosby Philadelpia
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Suhartini. 2008. Effectiveness of Music Therapy Toward Reducing Patient’s Anxiety in Intensive Care Unit. Journal of Media Ners, Volume 2, Nomor 1, Mei 2008
Susanto, Nugroho. 2010. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan Manual dan Aplikasi Software Open Source (Sampel Size 2.0). Yogyakarta: Digibooks
Vangsapalo, Deny. 2010. Emotional Freedom Technique (EFT) Terapi Modern yang Mengubah Hidup Anda. Tangerang: Quantum Success Training and Coaching