PENGARUH LAYANAN KONSELING KARIR TEKNIK TRAIT AND …
Transcript of PENGARUH LAYANAN KONSELING KARIR TEKNIK TRAIT AND …
PENGARUH LAYANAN KONSELING KARIR TEKNIK TRAIT AND
FACTOR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KARIR SISWA KELAS XII IPS 2 DI SMAN 1 PADANG
GANTING
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
(S-1)
Jurusan Bimbingan dan Konseling
Oleh :
AMINA NIM. 15300800005
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2019
ABSTRAK
Amina, NIM. 15300800005, judul skripsi: Pengaruh Layanan
Konseling Karir Teknik Trait and Factor untuk Meningkatkan Kemampuan
Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang
Ganting, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan jurusan Bimbingan dan
Konseling Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, 2019.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya siswa yang memiliki
kemampuan pengambilan keputusan karir pada kategori sedang dan rendah.
Pengambilan keputusan karir adalah suatu proses dinamis dan berkelanjutan,
dimana aspek pemahaman diri (self knowledge) seperti minat karir, abilitas,
kepribadian, nilai-nilai dan sikap, dan aspek pemahaman karir (occupational
knowledge) seperti ragam karier dan pendidikan karier sebagai aspek penting yang
turut berperan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Pre-Eksperiment dengan tipe one
group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XII IPS 2, teknik sampling yang digunakan untuk menetapkan sampel ialah
teknik purposive sampling yakni dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan
peneliti ialah siswa yang teridentifikasi rendah dan rendah pengambilan keputusan
karirnya dengan jumlah sampel 10 orang.
Hasil penelitian mengatakan bahwa pendekatan trait and factor
berpengaruh signifikan dalam meningkatkan pengambilan keputusan karir siswa.
Hal ini dibuktikan dengan skor hasil posttest mengalami peningkatan setelah
diberikan treatment melalui konseling kelompok. Artinya t0 ≥ tt sehingga Ha yang
menyatakan pendekatan trait and factor berpengaruh efektif meningkatkan
pengambilan keputusan karir siswa secara signifikan diterima, dan H0 yang
menyatakan bahwa pendekatan trait and factor berpengaruh tidak efektif
meningkatkan pengambilan keputusan karir siswa ditolak.
iii
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN TIM PENGUJI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi masalah ........................................................... 7
C. Batasan masalah ................................................................. 7
D. Perumusan masalah ............................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................... 7
F. Manfaat penelitian.............................................................. 8
G. Defenisi Operasional Variabel ........................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................... 10
1. Pengambilan Keputusan Karir ..................................... 10
a. Pengertian Karir ..................................................... 10
b. Pengertian Pengambilan Keputusan ...................... 11
c. Pengertian Pengambilan Keputusan Karir ............. 13
d. Tujuan dan Manfaat Pengambilan Keputusan Karir 15
e. Strategi Pengambilan Keputusan Karir .................. 17
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengambilan
Keputusan Karir ..................................................... 24
iv
2. Trait and Factor ........................................................... 25
a. Pengertian Trait and Factor................................... 25
b. Asumsi Dasar Teori Trait and Factor.................... 28
c. Penerapan Teori Trait and Factor.......................... 29
d. Tujuan Layanan Trait and Factor.......................... 31
e. Teknik Pendekatan Trait and Factor ..................... 32
B. Keterkaitan Trait and Factor dengan Pengambilan Keputusan
Karir ................................................................................... 33
C. Kajian Penelitian yang Relevan ......................................... 34
D. Kerangka Berfikir............................................................... 35
E. Hipotesis............................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................... 37
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................ 37
C. Populasi dan Sampel .......................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 40
E. Pengembangan Instrumen .................................................. 42
F. Teknik Analisis Data .......................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pendahuluan ....................................................................... 57
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ......................................... 57
1. Deskripsi Data Hasil Pretest......................................... 57
2. Rencana Pelaksanaan Konseling.................................. 64
3. Pelaksanaan Treatment................................................. 66
4. Deskripsi Data Hasil Posttest ....................................... 90
5. Analisis Data ................................................................ 97
6. Pengujian Persyaratan Analisis .................................... 110
7. Uji Statistik .................................................................. 113
8. Uji Peningkatan N-Gain ............................................... 124
9. Pembahasan .................................................................. 132
v
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 134
B. Saran................................................................................... 134
DAFTAR KEPUSTAKAAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Validasi Instrumen Penelitian
Lampiran 2 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengambilan Keputusan Karir
Lampiran 3 : Skala Pengambilan Keputusan Karir
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Layanan
Lampiran 5 : Distribusi Data Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS 2 SMA N 1
Padang Ganting
Lampiran 6 : Distribusi data tes IQ
Lampiran 7 : Surat dari LP2M
Lampiran 8 : Surat dari Dinas Pendidikan
Lampiran 9 : Surat Balasan Penelitian dari SMA N 1 Rambatan
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Data Siswa yang Menjadi Populasi Penelitian
Tabel 3.2 : Data Siswa yang Menjadi Sampel Penelitian
Tabel 3.3 : Skor Jawaban Skala Likert
Tabel 3.4 : Rentang Skor Pengambilan Keputusan Karir Siswa
Tabel 3.5 : Kisi-kisi Pengambilan Keputusan Karir
Tabel 3.6 : Hasil Validitas Isi
Tabel 3.7 : Hasil Uji Validitas Item
Tabel 3.8 : Keterangan Item yang Valid dan Item yang Gugur Pada Setiap
Indikator
Tabel 3.9 : Tabel Reabilitas
Tabel 3.10 : Reability Statistik
Tabel 4.1 : Hasil Pretest Pengambilan Keputusan Karir Siswa
Tabel 4.2 : Frekuensi Pengambilan Keputusan Karir Siswa
Tabel 4.3 : Data Pretest Kelompok Eksperimen
Tabel 4.4 : Skor Pretest Aspek Percaya Diri
Tabel 4.5 : Interval Aspek Percaya Diri
Tabel 4.6 : Data Pretest Aspek Tanggung Jawab
Tabel 4.7 : Interval Aspek Tanggung Jawab
Tabel 4.8 : Skor Pretest Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
Tabel 4.9 : Skor Pretest Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun
Tabel 4.10 : Skor Pretest Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan
Orang Lain
Tabel 4.11 : Rencana Treatment
Tabel 4.12 : Skor Posttest Kelompok Eksperimen
Tabel 4.13 : Interval Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir
Tabel 4.14 : Skor Posttest Aspek Percaya Diri
Tabel 4.15 : Interval Aspek Percaya Diri
Tabel 4.16 : skor Posttest Aspek Tanggung Jawab
Tabel 4.17 : Interval Posttest Aspek Tanggung Jawab
viii
Tabel 4.18 : Skor Posttest Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
Tabel 4.19 : Interval Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
Tabel 4.20 : Skor Posttest Aspek Menunjukkan Perilaku tekun
Tabel 4.21 : Interval Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun
Tabel 4.22 : Skor Posttest Aspek Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu tanpa
Bantuan Orang Lain
Tabel 4.23 : Interval Aspek Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa
Bantuan Orang Lain
Tabel 4.24 : Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Tabel
4.25 : Skor Pretest-Posttest Aspek Percaya Diri Tabel 4.26
: Skor Pretest-Posttest Aspek Tanggung Jawab
Tabel 4.27 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Aspek Mengarahkan dan
Mengembangkan Diri
Tabel 4.28 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Aspek Menunjukkan Perilaku
Tekun, Inisiatif dan Kreatif
Tabel 4.29 : Perbandingan skor Pretest-Posttest Aspek Berkeinginan
Mengerjakan Sesuatu tanpa Bantuan Orang Lain
Tabel 4.30 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Per Aspek
Tabel 4.31 : Uji Normalitas
Tabel 4.32 : Uji Homogenitas
Tabel 4.33 : Klasifikasi Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa
Tabel 4.34 : Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t
Tabel 4.35 : Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t
Aspek Percaya Diri
Tabel 4.36 : Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t
Aspek Tanggung Jawab
Tabel 4.37 : Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t
Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
Tabel 4.38 : Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t
Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif
ix
Tabel 4.39 : Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t
Aspek Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain
Tabel 4.40 : Analisis Data dengan N-Gain Kemampuan Pengambilan
Keputusan Karir Siswa (Keseluruhan
Tabel 4.41 : Kriteria Indeks Gain
Tabel 4.42 : Tabel Kerja Uji N-Gain
Tabel 4.43 : Analisis Data dengan N-Gain Aspek Percaya Diri
Tabel 4.44 : Analisis Data dengan N-Gain Aspek Tanggung Jawab
Tabel 4.45 : Analisis Data dengan N-Gain Aspek Mengarahkan dan
Mengembangkan Diri
Tabel 4.46 : Analisis Data dengan N-Gain Aspek Menunjukkan Perilaku
Tekun, Inisiatif dan Kreatif
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Perbandingan Skor Pretest-Posttes Pengambilan Keputusan Karir
Siswa
Gambar 2 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Aspek Percaya Diri Gambar 3
: Perbandingan Skor Pretest-Posttes Aspek Tanggung Jawab Gambar 4 :
Perbandingan Skor Pretest-Posttest Aspek Mengarahkan dan
Mengembangkan Diri
Gambar 5 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Aspek Menunjukkan Perilaku
Tekun, Inisiatif dan Kreatif
Gambar 6 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Berkeinginan Mengerjakan
Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain
Gambar 7 : Perbandingan Skor Pretest-Posttest Per Aspek
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan siswa pada masa SMA yang rata-rata berumur 15-19 tahun
yang berada pada tahap usia remaja. Pada usia remaja ini seharusnya siswa
sudah mencapai tugas perkembangan yang matang terutama dalam mencapai
kematangan dalam pilihan karir, dan pada usia remaja seharusnya siswa sudah
mulai berfikir secara logis, mampu memikirkan masa depan , dan bisa
membuat perencanaan, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta
memecahkan masalah yang ada pada dirinya sendiri. Pada masa ini juga siswa
mempunyai kecenderungan untuk menyerah mengenai kemampuan yang
dimilikinya sehingga tidak mampu memilih jurusan yang akan diambilnya.
ragu-ragu, mengikuti opini, mengikuti pendapat, kebiasaan, kegemaran atau
keinginan orang lain (teman sebaya) sehingga siswa sulit membuat keputusan
yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya sendiri. Adapun persoalan
pendidikan yang mungkin terjadi selama periode pra karir yaitu :
a) Ketidakmampuan mengikuti pembelajaran dengan baikditandai dengan rendahnya prestasi belajar atau nilai akademik
b) Selalu ragu dan tidak mampu melakukan pilihan jurusan yang tepat
dan cocok untuk diri
c) Keraguan dan ketidaktahuan dalam melanjkutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi, melakukan pilihan pendidikan dan jurusan
d) Melakukan pilihan pendidikan dan jurusan namun merasa tidak cocok
dengan bakat dan minat yang dimiliki
e) Kegagalan dalam mendapatkan berbagai peluang kerja yang ada
f) Ketidaktahuan untuk mendapat kerja, padahal berbagai persyaratan
kerja telah dimiliki
g) Rendahnya mentalitas dalam memulai, membuka pekerjaan yang baru
dan memanfaatkan peluang kerja yang ada. (Hadiarni dan Irman, 2009
: 56-57)
Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa pada siswa SMA
agar dapat mempersiapkan dirinya secara matang sehingga tidak terjadinya
persoalan-persoalan yang mungkin terjadi pada masa persiapan karirnya,
untuk itu pada siswa SMA harus mempersiapkan fisik dan mental yang
1
2
memadai sehingga dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan
kemampuannya untuk mengurangi persoalan-persoalan yang dapat
menghambat pengambilan keputusan karir nantinya.
Siswa merupakan generasi penerus bangsa, maka dari itu dengan
menempuh pendidikan siswa harus bisa mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki, membentuk tingkah laku atau kepribadian, meningkatkan kecerdasan
sereta membentuk keterampilannya sehingga akan mempermudah siswa
dalam mengambil keputusan karir yang sesuai dengan minat dan bakat siswa
tersebut sehingga tidak terjadinya kesalahan dalam pemilihan karirnya. Siswa
juga harus bisa membuat keputusan karir yang tepat dan paling cocok dengan
kemampuan dan minat siswa sehingga menghasilkan pilihan karir yang tepat.
Pengambilan keputusan karir merupakan pilihan suatu karir yang
dilakukan oleh siswa yang menempuh sekolah menengah, disini siswa
diharapkan untuk dapat membuat pilihan karir sesuai dengan minat dan bakat
untuk terjun ke dunia kerja maupun memilih jurusan jika melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi setelah lulus dari SMA nantinya.
Pengambilan keputusan (decision-making) menurut Schermerhorn, Jr.,
Hunt, dan Osborn (1997) adalah “the process of choosing a course of action
for dealing with a problem or opportunity”. Pengambilan keputusan adalah
proses memilih suatu tindakan dalam hubungannya dengan suatu masalah atau
peluang. (Hartono, 2016 : 52).
Berdasarkan kutipan di atas dapat penulis pahami pengambilan keputusan
merupakan suatu tindakan untuk dapat memutuskan atau menjatuhkan pilihan
pada suatu pilihan dari berbagai macam pilihan karir yang ada. Seorang siswa
juga harus bisa mempertimbangkan pengambilan keputusan karir yang sesuai
dengan bakat dan minat yang dimilikinya karena jika salah dalam memilih
keputusan karir akan sangat berpengaruh kepada masa depan siswa tersebut.
Pengambilan keputusan karir merupakan aspek penting dalam pilihan karir
dan perkembangan karir (Miller dan Miller, 2005). Menurut Hartono bahwa
“Pengambilan keputusan karir adalah suatu proses menentukan pilihan karir
3
dari beberapa alternatif pilihan, berdasarkan pemahaman diri dan pemahaman
karir”. (2016:58). Menurut Muhajirin “kemampuan membuat keputusan karir
merupakan usaha yang jelas yang melibatkan perasaan, nilai, kecerdasan,
komitmen, persepsi, dan informasi yang cocok”. (2017:p.3).
Pengambilan keputusan karir merupakan suatu proses untuk menentukan
pilihan dari berbagai alternatif yang berkaitan dengan pekerjaan. Menurut
Zamroni pengambilan keputusan karir adalah bagian penting dalam kehidupan
manusia karena konsekuensi dari proses ini memiliki pengaruh besar dalam
kehidupan manusia. (2016:p.6). Dalam pengambilan keputusan siswa harus
melewati beberapa tahapan. Menurut Hartono terdapat lima tahap yang
dilakukan seseorang dalam proses pengambilan keputusan, yaitu : (1)
Mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, (2) mengidentifikasi
dan menganalisis berbagai alternatif dan tindakan, (3) memilih sautu tindakan
yang lebih disukai, (4) menerapkan suatu tindakan yang dipilihnya dan (5)
mengevaluasi hasil dan tindak lanjut yang diperlukan. (2016 : 52)
Pengambilan keputusan karir sangat diperlukan pemahamannya oleh siswa
jika tidak maka siswa akan kebingungan dalam memilih arah karir yang akan
dipilihnya, untuk itu peranan guru BK sangat penting sekali dengan
melaksanakan konseling karir bagi siswa yang masih kebingungan bagaimana
menentukan pilihan karir mereka selanjutnya. Konseling karir sangat
dibutuhkan di sekolah terutama bagi Sekolah Menengah Atas, karna dapat
memberikan gambaran kemana arah karir siswa di masa yang akan datang.
Lulusan SMA diharapkan dapat mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia
kerja maupun melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi dan memiliki
sikap kemandiriran dan dapat bersaing di era global.
Dalam mengambil keputusan karir banyak siswa yang tidak memahami
bagaimana dan kemana arah karir nya sesuai dengan kemampuan yang ia
miliki, karena siswa cenderung terpengaruh oleh orang lain, tidak percaya diri
akan kemampuan yang ia miliki, kurangnya informasi dan pengetahuan
tentang pekerjaan yang diinginkan, tidak mampu mengenali bakat dan minat
4
yang dimilikinya, tidak mendapat dukungan dari orang tua karena kebanyakan
orang tua cenderung mengarahkan anaknya untuk memelih studi dan karir
yang mereka inginkan, tidak konsisten dengan pilihan dan mempunyai
masalah dengan pekerjaan dan studi yang mereka inginkan. Rahma (2010 :
44-46) berpendapat :
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan karir,
diantaranya faktor internal dan eksternal. Beberapa Faktor internal tersebut
membentuk keunikan kepribadian individu, diantaranya sebagai berikut :
(1) taraf intelegensi, (2) bakat khusus, (3) minat, (4) sifat-sifat kepribadian,
(5) nilai-nilai kehidupan (Values), (6)pengetahuan, (7) dan keadaan
jasmani. Faktor Eksnternal adalah sejumlah hal atau faktor yang berada
diluar diri seseorang yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung
dengan diri seseorang. Faktor-faktor eksternal antara lain : (1) status sosial
ekonomi keluarga, (2) prestasi akademik siswa, (3) pendidikan sekolah,
(4) tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap
program studi atau latihan, (5) lingkungan.
Kutipan di atas dapat dipahami bahwa, ada dua faktor yang mempengaruhi
perkembangan karir yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yang dimana
keduanya saling berinteraksi dan berpengaruh. Faktor internal yaitu yang
berasal dari dalam diri siswa, contohnya saja siswa yang memilih jurusan
tidak sesuai dengan bakat dan minatnya, siswa cenderung memilih pilihan
karir yang mereka sukai tanpa mengukur kemampuan yang ia miliki sehingga
menyebabkan mereka salah dalam mengambil keputusan karir. Masalah pada
faktor eksternal yang terjadi di lapangan kebanyakan siswa terpengaruh oleh
faktor lingkungan, banyak dalam pengambilan keputusan karir siswa tersebut
memilih karir atau studi yang banyak diminati oleh orang lain, ikut-ikutan
teman dan memilih karir tanpa mengetahui minat dan bakat yang mereka
miliki. Hal ini lah yang menjadi penghambat siswa dalam mengambil
keputusan mengenai karir mereka di masa depan sehingga banyak siswa yang
memilih jurusan tidak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Siswa dapat membuat keputusan karir ketika mereka memahami
kemampuan internal yang mereka miliki, minat, dan karakteristik kepribadian
yang dimiliki tapi kenyataan nya tidak demikian kebanyakan siswa kurang
5
memiliki motivasi dalam keterlibatan pemilihan karir sehingga memilih untuk
ikut-ikutan teman, kurang pemahaman diri, dan kurangnya pemahaman
mengenai informasi karir menyebabkan siswa tidak dapat membuat keputusan
karir.
Menentukan karir siswa dapat dibantu dengan beberapa pendekatan, salah
satunya pendekatan trait and factor. Secara bahasa trait dapat diartikan
dengan sifat, karakteristik seorang individu, sedangkan factor berarti tipe-tipe,
syarat-syatar tertentu yang dimiliki oleh sebuah pekerjaan atau suatu jabatan
(Hadiarni dan Irman, 2009 : 79). Trait and factor career counseling
merupakan salah satu dari keseluruhan orientasi dalam proses psikologi
vocational untuk menggambarkan dan menjelaskan pembuatan keputusan
karir berdasarkan “kesesuaian antara individu dan pekerjaan” pendekatan ini
disarkan atas tiga prinsip utama dari pendekatan ini, yakni (1) didasarkan atas
keunikan karakteristik psikologis setiap pekerja yang cocok dengan tipe
pekerjaan yang sesuai, (2) kelompok pekerja, berbeda pekerjaannya berbeda
pula karakteristik psikologis yang dimilikinya, (3) kesepakatan sesuai kerja
antara karakteristik pekerja dan tuntutan pekerjaan. (Muhajirin, 2014 : p.7)
Berdasarkan pendapat di atas trait berarti karakteristik seorang individu
dan factor berarti syarat-syarat tertentu yang dimiliki oleh sebuah pekerjaan
atau suatu jabatan. Yakni pada saat merencanakan pemilihan karirnya siswa
akan mengalami hambatan dalam menentukan keputusan karir dimasa depan
dan akan berdampak pada ketidaksesuaian pilihan karir dengan kemampuan
yang mereka miliki. Agar terhindar dari permasalahan tersebut digunakan
pendekatan trait and factor untuk membantu siswa memahami karakteristik
dirinya, karakteristik pekerjaan serta hubungan keduanya.
Dari pendapat diatas teori trait and factor sangat dipengaruhi oleh studi
tentang deskripsi jabatan dan syarat pekerjaan dalam usaha untuk
memprediksi keberhasilan pekerjaan masa depan dari pengukuran sifat-sifat
yang berkaitan dengan pekerjaan. Perkembangan nilai-nilai individual dan
6
proses pengambilan keputusan karir juga merupakan faktor yang sangat
penting.
Menurut Dharsana dalam Citra (2018) teori konseling karir trait and factor
merupakan bimbingan dan konseling karir yang memandang bahwa secara
prinsip mengacu pada kemampuan (termasuk pada intelegensi umum, bakat
khusus, kemampuan akademik dan keahlian keterampilan kerja), minat
terhadap pekerjaan, dan ciri-ciri kepribadian. Konseling trait and factor suatu
proses pemecahan masalah-masalah konseli dalam bidang karir yang dibantu
oleh konselor dengan dinamika kelompok untuk mencapai pemahaman
tentang diri, pengetahuan, minat dan potensi untuk memudahkan siswa dalam
pengambilan keputusan.
Dari observasi awal yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara dengan
guru BK yang telah penulis lakukan pada tanggal 19 April 2018 di SMA N 1
Padang Ganting mengenai kemampuan pengambilan keputusan karir siswa,
didapatkan beberapa hasil yaitu dengan telah dilaksanakannya tes minat, iq
dan bakat di SMA N 1 Padang Ganting siswa tetap merasa tidak yakin dengan
kemampuan yang dimilikinya dan merasa tidak cocok dengan pemilihan
jurusannya, mereka cenderung memilih jurusan dengan ikut-ikutan teman,
ragu-ragu akan kemampuan yang dimilikinya, mengikuti keinginan orang tua,
masih banyaknya siswa yang ragu dan tidak tau kemana akan menyambung
pendidikan setelah tamat dari sekolah menengah atas atau kemana ia harus
memilih pekerjaan, hanya sebagian siswa saja yang sesuai dengan hasil tes
bakat dan minat tersebut, dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan
guru BK SMA N 1 Padang Ganting dapat penulis simpulkan bahwa masih
banyak siswa yang gamang dengan masa depannya, belum menentukan tujuan
yang akan dipilihnya dan tidak mampu membuat keputusan dalam memilih
melanjutkan studi atau bekerja.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang terjadi di lapangan seperti
yang terungkap diatas, peneliti akan mencoba mengangkat masalah tersebut
kedalam bentuk sebuah karya ilmiah yang berjudul :
7
“Pengaruh layanan Konseling Karir Menggunakan Teknik Trait and
Factor untuk Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan
Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah peneliti paparkan
diatas dapat diidentifikasi masalah yang berkaitan sebagai berikut :
1. Pengaruh konseling trait and factor terhadap pilihan karir siswa Kelas XII
IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting.
2. Kemampuanpengambilan keputusan karirsiswa Kelas XII IPS 2 di SMA N
1 Padang Ganting.
3. Hubungan antara konseling karir dengan ketepatan pemilihan karir Siswa
Kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terkait dengan judul dan latar belakang
diatas penulis perlu kiranya membatasi bahasan masalah agar terfokusnya
penelitian ini dan tidak menyimpang dari apa yang diharapkan. adapun
batasan masalah yang ingin peneliti kaji yaitu “Pengaruh Layanan
Konseling Karir Menggunakan Teknik Trait and Factor untuk
Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas
XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting”.
D. Rumusan
Bersadarkan batasan masalah diatas, yang menjadi rumusan masalah yang
penulis teliti yaitu “Apakah ada Pengaruh Pendekatan Trait and Factor
untuk Meningkatkan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII IPS
2 di SMA N 1 Padang Ganting”
E. Tujuan Penelitian
Untuk melihat apakah terdapat “Pengaruh Konseling Karir Teknik Trait
and Factor Efektif Digunakan Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di SMA N 1
Padang Ganting?”
8
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan penulis dalam penulisan ilmiah ini adalah :
1) Secara Teoritis
a. Dapat membantu penulis memperdalam materi yang telah diajarkan
selama masa perkuliahan, serta menerapkan teori yang ada kedalam
dunia nyata
b. Sebagai pembinaan dan pengembangan ilmu bimbingan dan konseling
c. Sebagai informasi ilmiah tentang Pengaruh Layanan Bimbingan Karir
menggunakan teknik trait and factor untuk Meningkatkan
Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII IPS 2 di
SMA N 1 Padang Ganting.
d. Dapat dijadikan acuan bagi penulis lain apabila ingin melakukan
penelitian sejenis
2) Manfaat Praktis
a. Dari penulisan ilmiah ini diharapkan masyarakat mengetahui seberapa
besar pengaruh bimbingan karir model trait and factor untuk
meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir Siswa Kelas
XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting.
b. Diproyeksikan untuk menghasilkan perubahan dan peningkatan pilihan
karir Siswa kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting
G. Defenisi Operasional Variabel
Penelitian ini agar dapat dipahami dan dilakukan secara operasioanal,
konkrit dan nyata, maka penulis akan menjabarkan defenisi operasional dari
variabel penelitian sebagai berikut:
Konseling Kelompok, menurut Prayitno (dalam Egy dan Marjohan)
adalah konseling yang diselenggarakan dalam kelompok dengan
memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu.
Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul
di dalam kelompok itu yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang
bimbingan yaitu (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir). (2016 :
20). Menurut Prayitno (dalam Alamri) tahapan-tahapan konseling kelompok
9
ada empat yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan
kegiatan, dan tahap pengakhiran kegiatan. (2015 : 4)
Trait and Factor, Menurut Hadiarni dan Irman secara bahasa “trait dapat
diartikan dengan sifat, karakteristik seorang individu, sedangkan factor berarti
tipe-tipe, syarat-syarat tertentu yang dimiliki oleh sebuah pekerjaan atau suatu
jabatan”. (2009 : 79). Menurut Williamson (dalam Manrihu, 1992 : 67)
memformulasikan suatu strategi dengan menggunakan enam langkah yaitu
analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, konseling dan tindak lanjut.
Menurut Dharsana dalam Citra (2018) konseling trait and factor merupakan
suatu proses pemecahan masalah-masalah konseli dalam bidang karir yang
dibantu oleh konselor dengan dinamika kelompok untuk mencapai
pemahaman tentang diri, pengetahuan, minat dan potensi untuk memudahkan
siswa dalam pengambilan keputusan.
Konseling karir teknik trait and factor yang penulis maksud adalah
memformulasikan karakteristik dan tipe-tipe yang ada pada diri individu
dengan menggunakan enam langkah yang sudah dijelaskan di atas dengan
menggunakan dinamika kelompok.
Pengambilan keputusan karir menurut Hartono (2016 : 59-61)
mengatakan bahwa ciri-ciri kemandirian pengambilan keputusan karir ditandai
menjadi lima kriteria, yaitu : menunjukkan rasa percaya diri, memiliki rasa
tanggung jawab, dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya, mampu
menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif, dan berkeinginan
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Pengambilan keputusan yang penulis maksud adalah dimana siswa mampu
mengambil keputusan di bidang karir dengan percaya diri, memiliki rasa
tanggung jawab, dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya, mampu
menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif, dan dapat mengerjakan
sesuatu tanpa bantuan orang lain.
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengambilan Keputusan Karir
a. Pengertian Karir
Karir merupakan aktivitas pekerjaan selama rentang waktu pada
kehidupan seseorang individu serta merupakan rangkaian aktivitas
kerja yang berkelanjutan. Menurut Super (dalam Hadiarni dan Irman)
yaitu :
karir adalah jalannya peristiwa-peristiwa kehidupan, sekuensi
okupasi-okupasi dan peranan-peranan kehidupan lainnya yang
keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang kepada
pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya,
serangkaian posisi-posisi yang diberi upah atau tidak berupah yang
diduduki oleh seseorang sejak remaja sampai pensiun, yang mana
okupasinya hanya satu, mencakup peranan-peranan yang berkaitan
dengan pekerjaan seperti misalnya mereka sebagai pelajar,
karyawan dan pensiun dan bersama-sama dengan peranan-peranan
pelengkap seperti kesenangan yang berkaitan dengan keluarga dan
kewarganegaraan. (2009 : 11). Sedangkan Muri(dalam Hadiarni
dan Irman) menyatakan bahwa karir adalah urutan okupasi dan
pekerjaan utama (mayor) yang diselenggarakan atau digeluti
seseorang selama hidupnya, merupakan panggilan hidup dan
memberikan kepuasan bagi diri yang bersangkutan(2009 : 12).
Berdasarkan penjabaran di atas dapat di pahami bahwa karir
merupakan sebagai suatu rangkaian pekerjaan yang diselenggarakan
atau digeluti seseorang individu dengan mempunyai tanggung jawab di
dalamnya yang dilakukan sejak remaja sampai pensiun.
Umumnya, masalah yang dihadapi guru BK adalah terkait
bimbingan karir bagi individu setiap siswa. Bimbingan Karir, dalam
Khazanah kajian BK disekolah, merupakan proses bantuan, layanan,
dan pendekatan terhadap siswa agar dapat mengenal dan memahami
dirinya sendiri, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan
sesuai dengan yang diharapkan, mengambil dan meyakini
10
1111
keputusannya yang paling tepat, sesuai dengan keadaan dirinya jika
dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan
atau karir yang dipilihnya. (Sholihin, 2015 : P.2)
Surya 1987 (dalam Lestari 2017) menyatakan bahwa karir dapat
diperoleh melalui pekerjaan (job) seperti tukang jahit, hobi seperti
pebulutangkis, profesi seperti dokter atau guru, dan dapat diperoleh
melalui peran hidup seperti pemimpin masyarakat. Menurutnya,
bekerja sebagai apapun yang terpenting ditandai oleh adanya
keberhasilan dan kemakmuran personal dan financial, maka apa yang
individu kerjakan dapat disebut sebagai karir.
Menurut Healy (1982) karir dapat terjadi pada sepanjang seseorang
yang mencakup sebelum bekerja (preoccupational), selama bekerja
(occupational), dan akhir atau seusai bekerja (postoccupational).
Lebih lanjut ia menjelaskan posisi preoccupational merupakan posisi
yang sangat penting dalam perjalanan karir seseorang, sebab posisi ini
dapat menjadi awal menuju kesuksesan karir. Artinya, jika pada posisi
individu mengalami kegamangan karir, maka ia cenderung mengalami
masalah dalam menjalani karirnya. Posisi preoccupational yang
dimaksud dimulai dari orientasi karir, pengambilan keputusan karir
yang diwujudkan dengan adanya pilihan pekerjaan tertentu dan
memulai karir dalam bidang pekerjaan tertentu. (Lestari, 2017)
Berdasarkan uraian diatas, bahwa karir dapat diperoleh melalui
pekerjaan dan dapat diperoleh melalui peran hidup seperti pemimpin
masyarakat. Karir berentang sejak sebelum bekerja, ketika bekerja, dan
masa-masa mengakhiri pekerjaan karir juga dapat dipersiapkan
sepanjang kehidupan seseorang.
b. Pengertian Pengambilan Keputusan
Dalam memecahkan masalah seseorang harus bisa untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan mengambil tindakan
atau dengan pengambilan keputusan, untuk mengambil keputusan
seseorang harus mempersiapkan mental dan berfikir logis agar tidak
1212
terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan, karena keputusan
yang di ambil oleh seseorang sangat mempengaruhi bagi kehidupannya
di masa yang akan datang.
Schermerhorn, Jr., dkk (dalam Hartono) mengatakan bahwa
pengambilan keputusan adalah “the process of choosing a course of
action for dealing with a problem or opportunity. Pengambilan
keputusan adalah proses memilih suatu tindakan dalam hubungannya
dengan suatu masalah atau peluang”. ( 2016 : 52). Selanjutnya Robbins
(dalam Hartono) mengatakan bahwa “Sebagai suatu pembuatan pilihan
diantara dua alternatif atau lebih”. (2016 : 54). Pada bagian lain
Hartono mengatakan pengambilan keputusan adalah “produk domain
kognisi individu. Produk ini merupakan wujud kemampuan individu
dalam melakukan pengambilan keputusan berdasarkan potensi diri dan
peluang yang ada di masyarakat”. (2016 : 56).
Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa
pengambilan keputusan adalah sebagai proses pembuatan pilihan yang
dilakukan individu dari antara dua alternatif atau lebih dalam
hubungannya dengan suatu masalah atau peluang untuk mendapatkan
hasil dan tindak lanjut.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang terdapat
beberapa tahapan. Schermerhorn, Jr., dkk dalam Hartono (2016)
mengatakan bahwa terdapat lima tahap yang dilakukan seseorang
dalam proses pengambilan keputusan, yaitu :
1) Mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang; 2) Mengidentifikasi dan menganalisis berbagai alternatif dan
tindakan;
3) Memilih suatu tindakan yang lebih disukai;
4) Menerapkan suatu tindakan yang dipilihnya; dan
5) Mengevaluasi hasil dan tindak lanjut yang diperlukan. (2016 :
52)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa dalam
pengambilan keputusan harus melewati beberapa tahapan agar tidak
terjadinya kesalahan dalam mengambil keputusan.
1313
c. Pengertian Pengambilan Keputusan Karir
Manusia secara keseluruhan mempunyai titik penting dalam
perjalanan hidupnya terutama tentang karir yang akan dijalaninya, hal
yang tersulit di dalam kehidupan manusia adalah memutuskan sesuatu
masalah mengenai berbagai macam pilihan karir yang ada untuk
hidupnya di masa yang akan datang. Swanson dan D’achiardi (dalam
Istifarani 2016 : p.7) mengatakan bahwa :“Pilihan karir atau
pengambilan keputusan karir dapat didefinisikan sebagai konstruksi
yang berorientasi pada proses yang berhubungan dengan bagaimana
individu membuat keputusan karir atau membuat keputusan disekitar
mereka.”
Kemudian Hartono mengatakan bahwa“pengambilan keputusan
karir (career decision making) adalah suatu proses dinamis dan
berkelanjutan, dimana aspek pemahaman diri (self knowledge) seperti
minat karir, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, dan aspek
pemahaman karir (occupational knowledge) seperti ragam karir dan
pendidikan karir sebagai aspek penting yang turut berperan”.(2016 :
171). Kemudian Miller dan Miller (dalam Hartono) mengatakan bahwa
“pengambilan keputusan karier (career decision making) merupakan
aspek penting dalam pilihan karier dan perkembangan karir” (2016 :
171).
Menurut Zunker (dalam Arjanggi, 2017) Pengambilan keputusan
karir merupakan keterampilan penting yang dapat digunakan selama
satu rentang kehidupan seseorang. Pengambilan keputusan karir
merupakan proses yang kompleks, akibatnya konselor karir
dihadapkan dengan berbagai kesulitan yang dialami individu ketika
membuat keputusan karir. (Germeijs & Verschueren, 2006)
Berdasarkan kutipan diatas dapat penulis pahami pengambilan
keputusan karir merupakan dimana aspek pemahaman diri seperti
minat karier dan pendidikan karier sebagai aspek penting yang turut
berperan dalam pengambilan keputusan karir.
1414
Hartono (2016 : 59-61) mengatakan bahwa ciri-ciri kemandirian
pengambilan keputusan karir ditandai menjadi lima kriteria, yaitu :
1) Menunjukkan rasa percaya diri 2) Memiliki rasa tanggung jawab
3) Dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya
4) Mampu menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif
5) Berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang
lain.
Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa kriteria
pengambilan keputusan karir yaitu :
a) Percaya diri Percaya diri sebagai kriteria kemandirian pengambilan
keputusan karir mencakup tataran pengenalan, akomodasi,
dan tindakan. Pada tataran pengenalan,seseorang
mempelajari potensi dirinya, ragam pekerjaan atau profesi,
pendidikan dan peluang yang terarah pada pemilihan karir.
Pada tataran akomodasi terjadi internalisasi nilai-nilai yang
melandasi keyakinan atas potensi dan keterampilannya
yang diperlukan dalam memilih karir. Adapun pada tahap
tindakan, seseorang telah menanamkan rasa percaya diri,
sehingga ia merasa mampu memilih, meraih dan
mempertahankan karirnya dalam kehidupan mendatang.
b) Tanggung jawab
Memiliki rasa tanggung jawab sebagai kriteria kemandirian
pengambilan keputusan karir mencakup tataran pengenalan,
akomodasi, dan tindakan. Pada tataran pengenalan,
seseorang belajar sebagai individu yang memiliki tanggung
jawab memilih karir, meraih karir, dan mempertahankan
karirnya di dalam kehidupan bermasyarakat mendatang.
Pada tataran akomodasi terjadi proses penerimaan nilai-
nilai pengembangan karir, sedangkan pada tataran tindakan
seseorang mengembangkan rasa tanggung jawab sebagai
individu yang mampu memilih, meraih, dan
mempertahankan karirnya di dalam kehidupan
bermasyarakat.
c) Mengarahkan dan mengembangkan diri
Mengarahkan dan mengembangkan diri sebagai kriteria
kemandirian pengambilan keputusan karir juga mencakup
tataran pengenalan, akomodasi, dan tindakan. Pada tataran
pengenalan, seseorang mampu menerima secara utuh hasil
pemahaman diri dan pemahaman karirnya, ia sanggup
mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan aktivitas
pengembangan diri dan pengembangan karirnya. Pada
1515
tataran akomodasi, seseorang tertarik melakukan berbagai aktivitas pengembangan diri berdasarkan arah pemilihan
karirnya, sedangkan pada tataran tindakan, seseorang
melakukan berbagai aktivitras pengembangan diri ke arah
pemilihan karir yang diinginkan.
d) Menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif
Seseorang yang mandiri dalam melakukan pengambilan
keputusan karir memiliki perilaku tekun, inisiatif, dan
kreatif. Perilaku ini mencakup tiga tataran, yaitu tataran
pengenalan, akomodasi, dan tindakan. Pada tataran
pengenalan seseorang mempelajari cara menumbuhkan
perilaku tekun,cara menumbuhkan perilaku inisiatif, dan
cara menumbuhkan perilaku kreatif dalam proses
pengambilan keputusan karir. Adapun pada tataran
akomodasi seseorang telah menyadari bahwa perilaku
tekun, inisiatif dan kreatif sangat diperlukan untuk
menunjang proses pengambilan keputusan karir. Pada
tataran tindakan, seseorang mampu menunjukkan perilaku
tekun, inisiatif dan kreatif dalam usaha mengembangkan
strategi pengambilan keputusan karirnya.
e) Berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang
lain
Seseorang yang memiliki kemandirian dalam pengambilan
keputusan karir juga mempunyai keinginan kuat untuk
melakukan perbuatan tanpa bantuan orang lain. Perilaku ini
mencakup tiga tataran yaitu, tataran pengenalan, akomodasi
dan tindakan. Pada tataran pengenalan, seseorang belajar
mengenal, memahami, dan menerima perangkat
kemampuan dan keterampilan diri yang dibutuhkan untuk
melakukan proses pengambilan keputusan karir. Sedangkan
pada tataran akomodasi, seseorang menyadari atas
kemampuan dan keterampilannya yang diperlukan dalam
pengambilan keputusan karir. Pada tataran tindakan,
seseorang mampu melakukan strategi pengambilan
keputusan karir, berdasarkan pemahaman diri dan
pemahaman karir serta peluang yang ada.
d. Tujuan dan Manfaat Pengambilan Keputusan Karir
Karir adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan
hidup manusia secara keseluruhan dan juga merupakan titik penting
dalam perjalanan hidup manusia. Pengambilan keputusan merupakan
sebuah proses kegiatan untuk menyelesaikan suatu permasalahan
tertentu. Pengambilan keputusan merupakan suatu hasil atau
pemutusan dari suatu proses pemikiran yang berguna mengatasi suatu
1616
masalah dengan menjatuhkan pilihan dari berbagai alternatif tertentu.
Sebagaimana yang dipaparkan oleh Hartono (2016 : 62) yaitu :
Pengambilan Keputusan Karir adalah suatu proses dinamis dan berkelanjutan untuk membuat pilihan karir dari beberapa alternatif
pilihan karir yang ada di masyarakat, berdasarkan hasil
pemahaman diri (self knowledge) dan pemahaman karir
(occupational knowledge). Pilihan karir (career choice) merupakan
momen atau peristiwa penting dalam kehidupan (Stoss dan Parris,
1999). Setiap manusia pada dasarnya menginginkan kesejahteraan
hidup. Untuk mencapai keinginan itu, dibutuhkan persiapan karir
yang memadai, diantaranya dalam hal pengambilan keputusan
karir, sehingga karir yang dipilihnya merupakan keputusan tepat
bagi dirinya. Ketepatan pengambilan keputusan karir didasarkan
pada kesesuaian antara apa yang dimiliki dan apa yang diinginkan.
(Sharf, 2002).
Menurut Ginzberg dalam Zunker (dikutip oleh Hartono)
mengatakan bahwa “siswa atau konseli sekolah memasuki periode
realistik yang ditandai terjadinya pengintegrasian berbagai kapasitas
dengan minatnya yang terfokus pada pilihan karir.” (2016 : 63).
Adapun menurut Super dalam Sharf (dikutip oleh Hartono)
mengatakan bahwa :
Siswa atau konseli berada dalam periode eksplorasi, dimana pada
periode ini siswa atau konseli menghadapi dinamika berbagai
pilihan. Untuk dapat melakukan pilihan karir yang sesuai dengan
minat, abilitas, kepribadian, sikap dan nilai-nilainya diperlukan
proses pengambilan keputusan karir yang cermat. (2016 : 63)
Berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami bahwa tujuan dan
manfaat pengambilan keputusan karir bagi siswa atau konseli, yaitu
(1) untuk menentukan pilihan karir yang sesuai dengan potensi diri
(minat, abilitas, karakteristik pribadi, nilai-nilai dan sikap karir siswa,
(2) sebagai dasar dalam memilih jurusan atau program studi dijenjang
pendidikan tinggi, (3) mewujudkan pengambangan diri pada aspek
akademik, aspek profesional, serta nilai-nilai dan sikap yang
mendukung pengembangan karier, dan (4) untuk memperoleh
kedudukan karir yang dapat menyejahterakan hidupnya kelak.
1717
Untuk itu bimbingan sangat diperlukan bagi siswa di sekolah agar
bisa memilih dan mengambil keputusan karir nya dimasa depan
terutama bimbingan karir, dimana tujuan bimbingan karir di sekolah
menurut Sholihin adalah untuk membantu siswa memahami dan
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, dalam proses persiapan memasuki dunia kerja atau menapak
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan mengambil keputusan
mengenai karir dimasa depan. (2015 : P.2)
Secara teoritik, bimbingan karir di Sekolah Menengah Atas (SMA)
sangatlah penting dalam menciptakan kemandirian siswa dalam
menentukan potensi, memilih karir, dan berkarir, serta dapat
memberikan gambaran dan harapan yang akan dicapai oleh siswa
dimasa yang akan datang di dunia karirnya. Kondisi sosial, ekonomi,
budaya yang mengalami perubahan ke arah perkembangan minat,
sikap, harapan dan kemampuan berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan karir dalam perencanaan hidup (life planning).
Di lain pihak, pendidikan tingkat SMA memiliki posisi yang sangat
strategis dalam proses pendewasaan sikap individu para siswa. Sebuah
jenjang yang memiliki banyak pilihan dibandingkan tingkat
pendidikan dibawahnya. Oleh karena itu kematangan memilih karir
yang meliputi pemahaman dan kemampuan membuat rencana yang
tepat. Sikap konsisten terhadap tanggung jawab. Dan kesadaran
terhadap segala faktor internal yang harus dipertimbangkan dalam
membuat keputusan karir.
e. Strategi Pengambilan Keputusan Karir
Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati
pengambilan keputusan yaitu “suatu proses dimana individu
mengadakan suatu seleksi dari dua kemungkinan pilihan atau lebih”
(1993 : 69). Dapat penulis pahami bahwa untuk mengambil keputusan
individu harus menyeleksi dari beberapa kemungkinan pilihan yang
ada.
1818
Esensi dari pengambilan keputusan adalah proses penentuan
pilihan, dalam menentukan pilihan banyak individu yang ragu atau
bimbang untuk mengambil pilihan yang tepat. Mamat Supriyatna
menjelaskan strategi dalam pengambilan sebuah keputusan yang
didalamnya dibahas tentang “tipe strategi pengambilan keputusan,
mengantisipasi sebuah pilihan dan tahapan pengambilan keputusan”
(2009 : 38).
a. Strategi Pengambilan Keputusan
Menurut Dinklage dalam Mamat Supriyatna ada delapan tipe
strategi pengambilan keputusan diantaranya :
1) Tipe Delaying, yaitu pada prinsipnya strategi merupakan salah satu model penangguhan atau semacam prokrasinasi,
individu memutuskan keputusan dalam waktu yang lama.
2) Tipe Fantalistic, yaitu tipe ini yang tidak menentukan
pilihan individu dalam tipe ini tidak melakukan terhadap
pilihan-pilihan yang ada.
3) Tipe Complien, yaitu tipe strategi ini terjadi jika seseorang
mengalah pada rencana pihak lain yang telah membuat
keputusan untuknya.
4) Tipe Paralytic, yaitu tipe ini terjadi ketika seseorang sangat
takut atau sangat cemas untuk membuat suatu keputusan. Ia
merasa tidak mampu untuk membuat keputusan, ia
mungkin merasa tertekan atau didesak oleh dirinya atau
orang lain untuk membuat keputusan, tapi takut oleh
konsekuensi terhadap keputusan yang diambilnya.
5) Tipe Intutif, tipe ini yaitu membuat keputusan berdasarkan
perasaan diri pada pemikiran, keputusan ini tepat tapi tidak
disertai atas hasil analisis keunggulan diri seperti bakat,
kemampuan, minat dan lain-lain.
6) Tipe Impulsive, yaitu proses pengambilan keputusan yang
tidak mempertimbangkan alternative lain pada tipe ini
individu langsung menggebu-gebu ingin langsung
mengambil keputusan tersebut.
7) Tipe Organizing, yaitu strategi pengambilan keputusan
yang hasilnya menyakitkan atau membuat orang kepayahan
dikarenakan individu kurang memiliki informasi yang
lengkap tentang keputusan yang diambilnya.
8) Tipe Planful, yaitu membuat perencanaan ketika
mengambil keputusan. (2009 : 39)
Berdasarkan kutipan di atas dapat penulis pahami dari beberapa
tipe dalam pengambilan keputusan, pada tipe delaying ada individu
1919
yang membutuhkan waktu yang sangat lama dalam mengambil
keputusan atau menentukan sebuah pilihan. Pada tipe fantalistic
individu tidak menentukan pilihan, berbeda lagi dengan tipe
complien, orang lain yang menentukan pilihannya. Sedangkan
pada tipe paralistic individu takut dalam suatu keputusan atau
pilihankarena tertekan dengan dirinyadan orang lain. Selanjutnya
tipe intutif individu akan merasa tidak puas setelah mengambil
keputusan, karena tidak didasari dengan pemikiran yang matang,
atau tidak didasari dengan bakat dan minat yang dimiliki.
Selanjutnya tipe impulsive, pada tipe ini individu tidak
memikirkan akibat terlebih dahulu. Tipe organizing yaitu dengan
tipe individu ini akan merasa akibat dari keputusan yang diambil,
karena kurangnya informasi tentang keputusan yang diambilnya,
tipe yang terakhir yaitu planful, individu yang membuat
perencanaan sebelum mengambil keputusan.
b. Mengantisipasi Suatu Pilihan
Mengantisipasi suatu pilihan merupakan proses mengarahkan
individu pada pilihan yang tepat dengan mempertimbangkan segala
resiko yang muncul nantinya. Menurut Tiedemandan O’Hara yang
dikutip oleh Sharf dalam Mamat Supriyatna membagi antisipasi
dalam membuat keputusan menjadi empat yaitu :
1) Eksplorasi yaitu penjajakan terhadap kemungkinan alternative keputusan yang akan diambil,
2) Kristalisasi yaitu merupakan sebuah stabilisasi dan
represintasi berpikir, pemikiran mulai terpadu dan teratur.
Keyakinan atas pilihan yang akan diambil menguat dan
alternative pilihan semakin tepat,
3) Pemilihan yaitu perkembangan dari kristalisasi, pemilihan
terjadi dan individu percaya atas pilihannya,
4) Klarifikasi yaitu ketika seseorang telah melakukan pilihan
dan ada terdapat keganjalan dari pemilihannya itu maka
individu melakukan eksplorasi kembali dan melakukan
alternative yang terbaik. (2009 : 41-42)
2020
Proses dalam pengambilan keputusan itu dimulai dari
penjajakan terhadap kemungkinan alternative keputusan yang akan
diambil, dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang terkait
terhadap keputusan tersebut. Selanjutnya disatukan pemikiran dan
perasaannya terhadap suatu pilihan, ketika pilihan yang ditentukan
individu sudah jelas, pilihan itu ditinjau kembali untuk menjadikan
pilihan itu semakin tepat.
c. Tahap Pengambilan Keputusan
Berdasarkan pandangan Asosiasi Psikologi Amerika, menurut
Sharf yang dikutip oleh Mamat Supriyatna menjelaskan sekuensi
pengambilan keputusan, yang lebih dikenal dengan tahapan
pengambilan keputusan karir yaitu :
1) Mengidentifikasi dan menstrukturkan suatu keputusan.
2) Identifikasi aspek-aspek yang relevan.
3) Meningkatkan aspek-aspek penting.
4) Identifikasi aspek yang paling penting yang dapat diterima.
5) Membuat pekerjaan yang karakteristiknya tidak sesuai
dengan aspek yang diterima.
6) Alternatif untuk dieksplorasi lebih jauh. (2009 : 42)
Berdasarkan kutipan di atas dapat penulis pahami bahwa tahap
pengambilan keputusan karir yaitu terlebih dahulu harus memiliki
keterangan sebanyak mungkin tentang karir yang akan dipilih.
Selanjutnya untuk memudahkan mengambil suatu keputusan karir
yang dipilih serta memiliki tentang aspek-aspek tentang karir.
Yang paling penting untuk memudahkan penerimaan dalam karir
yang dipilih dan memiliki pemikiran yang lebih jauh untuk
pengembangan karir kedepan agar lebih maju lagi dimasa depan.
Pengambilan keputusan karir merupakan suatu tahap sangat
penting bagi siswa SMA, supaya antara karir dan pekerjaan sesuai
dengan pribadinya. Pengambilan keputusan karir dan pekerjaan
harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa suapaya tidak
salah dalam memilih pekerjaan.
2121
d. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir
Pemilihan karir dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut
Winkel dalam Rahma menjelaskan bahwa :
Faktor internal dan faktor eksternal, keduanya saling
berpengaruh secara positif terhadap pilihan karir dan
perkembangan karir yang merupakan suatu proses yang
bercirikan suatu perubahan, berlangsung secara bertahap
dan terjadi pergeseran yang berlingkup luas kepada yang
spesifik, dan terjadi akibat interaksi yang positif antara
faktor-faktor internal dalam diri individu dan faktor
eksternal di luar individu. (2010 : 44)
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terhadap
perkembangan dan arah karir individu. Menurut Sukardi bahwa :
Karir yaitu : intelegensi, bakat, minat sikap, kepribadian,
nilai, hobbi, dan kegemaran, keterampilan, penggunaan
waktu senggang. Anspirasi pengetahuan sekolah dan
pendidikan sambungan, pengalaman kerja, pengetahuan
tentang dunia kerja, kemampuan dan keterbatasan fisik,
serta masalah yang dari luar individu yaitu kelompok
primer dan sekunder. (1984 : 44)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan karir.
Pertama faktor yang ada dalam diri individu (internal) diantaranya
: intelegensi, intelegensi merupakan kecerdasan individu dalam
memahami dan menyerap segala materi pelajaran yang diberikan
oleh tenaga pendidik di sekolah sehingga ia bisa memilih karir
sesuai dengan keinginannya, serta memiliki bakat yang ada dalam
dirinya supaya mencapai tujuan yang diinginkan.
Adapun faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi
pilihan karir yaitu kelompok primer dan sekunder. Kelompok
primer merupakan kelompok terdekat dengan individu seperti
keluarga. Sedangkan kelompok sekunder merupakan orang-orang
yang berada diluar lingkungan keluarga seseorang seperti teman
sebaya dan guru. Charlos Horton Cooley juga berpendapat bahwa
2222
terdapat kelompok primer dan sekunder yang akan mempengaruhi
pemilihan karir yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Kelompok primer Kelompok primer itu berdasarkan tiga tujuan yaitu :
a) Kondisi-kondisi fisik kelompok primer
(1) Tidak cukup hanya hubungan saling mengenal saja,
akan tetapi yang terpenting adalah bahwa anggota-
anggotanya secara fisik harus saling berdekatan;
(2) Jumlah anggotanya harus kecil;
(3) Hubungan anggotanya agak permanen.
b) Sifat-sifat hubungan primer
(1) Sifat utama hubungan primer, yaitu adanya kesamaan
tujuan diantara anggotanya yang berarti bahwa masing-
masing individu mempunyai keinginan dan sikap yang
sama dalam usahanya mencapai tujuan, serta salah satu
pihak harus rela berkorban demi kepentingan pihak
lain;
(2) Hubungan primer ini harus secara suka rela, sehingga
pihak yang bersangkutan tidak merasakan adanya
penekanan-penekanan, melainkan semua anggota akan
merasakan adanya kebebasan;
(3) Hubungan primer bersifat dan juga inklusif, artinya
hubungan yang diadakan itu harus melekat pada
kepribadian seseorang dan tidak dapat digantikan oleh
orang lain dan bagi mereka yang mengadakan
hubungan harus menyangkut segala pribadinya.
c) Kelompok-kelompok yang konkret dan hubungan primer.
(2004 : 26)
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwasanya
antara kelompok primer dan sekunder saling berkaitan dan
saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan sama
penting keduanya. Kelompok primer dan sekunder sama-sama
mempunyai peran penting dalam pemilihan, maka keduanya
harus berjalan beriringan.
Berdasarkan kondisi-kondisi dan sifat-sifat yang terdapat
dalam kelompok primer ini akan sangat mempengaruhi orang
dalam pemilihan karirnya. Kelompok primer memiliki peranan
yang sangat penting terhadap pemilihan karir seseorang karena
2323
kelompok primer akan menunjang, memberi dukungan atau
motivasi kepada individu tersebut.
2) Kelompok sekunder
Kelompok sekunder yang dapat mempengaruhi pilihan
karir siswa adalah didasarkan atas kepentingan-kepentingan
tertentu yang mewarnai aktifitas, dan gerak-gerik kelompok itu.
Ciri-ciri kelompok sekunder yaitu :
a) Jumlah anggotanya yang banyak, sehingga anggota tidak
saling mengenal.
b) Hubungan renggang dimana anggotanya tidak perlu saling
mengenal secara pribadi.
c) Sifatnya tidak permanen.
d) Hubungan cendrung pada hubungan formal. (2004 : 27)
Kutipan di atas dapat dipahami bahwa yang termasuk
kedalam ciri-ciri kelompok sekunder diantaranya yaitu, jumlah
anggotanya banyak, anggota yang terlalu banyak membuat
sulitnya untuk mengenal satu sama lainnya. Selanjutnya
memiliki hubungan yang kurang akrab sehingga tidak saling
mengenal secara pribadi, dan hubungan di antara mereka
cenderung dalam hubungan yang formal. Keberadaan
kelompok sekunder ini tidak tergantung pada hubungan pribadi
secara akrab, meskipun hubungan antara anggota tetap ada.
Kelompok sekunder yang dapat mempengaruhi pilihan karir
banyak siswa mengikuti atau terpengaruh oleh teman sebaya.
Nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat juga bisa
mempengaruhi pilihan karir siswa sebagai contoh siswa yang
hidup dilingkungan militer, maka siswa tersebut akan lebih
cenderung memilih karir dijalur militer, karena lingkungan itu
yang lebih banyak mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari.
2424
Dapat dipahami bahwa kelompok sekunder ini besar
pengaruhnya terhadap individu karena individu akan memilih
karirnya sesuai dengan kecenderungan yang ada dilingkungan
tempat ia berada, seperti ketika teman-temannya banyak yang
memilih menjadi guru.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Karir
Karir merupakan aktivitas kerja selama rentang waktu pada
kehidupan seorang individu serta merupakan rangkaian aktivitas kerja
berkelanjutan. Seseorang dalam mengambil keputusan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Taylor dalam Hartono (2016)
mengatakan bahwa :
Pengambilan keputusan karir merupakan proses berkelanjutan dan
dinamis yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Taylor sendiri
melihat faktor-faktor itu dari dua sisi, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi : (1) rendahnya
kepercayaan diri, (2) kecemasan, (3) konflik nilai-nilai, (4) konflik
dengan pihak lain, dan (5) multipotensi, diantaranya nilai-nilai,
abilitas, minat, motivasi, dan sifat-sifat kepribadian. Adapun faktor
eksternal mencakup : (1) rendahnya akses pilihan-pilihan karir, (2)
ketidak tersedianya informasi yang dibutuhkan, dan (3) terlalu
meluasnya informasi (2016:64)
Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa dalam
pengambilan keputusan karir siswa terdapat 2 faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal, faktor internal yaitu yang berasal dari
dalam diri individu itu sendiri sedangkan faktor eksternal yang berasal
dari luar diri individu seperti lingkungan.
Dalam mengambil keputusan banyak sekali permasalahan-
permasalahan yang terjadi pada diri individu, terutama permasalahan
dalam mengambil keputusan karir. Permasalahan-permasalahan ini
sesuai dengan masalah dalam pembuatan keputusan karir yang
dipaparkan oleh Williamson (dalam Sholihin), ada 4 kategori
permasalahan dalam pembuatan keputusan karir yaitu : pertama, No
2525
Choice (tidak ada pilihan), konseli tidak mampu menyebutkan bidang
pekerjaan yang akan dipilihnya. Kedua, Uncertain Choice
(ketidakpastian pilihan), konseli ragu atas pilihan karir yang telah ada
dipikirannya. Ketiga, Unwise Choice (pilihan tidak bijaksana), konseli
memilih karir yang tidak sesuai dengan bakat dan minatnya. Keempat,
Discrepancy between interest and aptitudes (ketidaksesuaian antara
minat dan bakat), yang termasuk kategori ini adalah bidang pekerjaan
yang diminati tidak sesuai dengan bakat konseli. Pekerjaan yang
diminati tidak sesuai dengan tingkat kemampuan konseling. Bakat dan
minat cocok, tetapi tidak sesuai dengan pekerjaan yang dipilih. (2015 :
P.4)
2. Trait and Factor
a. Pengertian Trait and Factor
Trait menurut Cattel, dalam Sholihin merupakan konstruk hipotetik
atau imaginer sebagai kesimpulan dari pengamatan objektif terhadap
tingkahlaku. Cattel berpendapat bahwa trait adalah elemen dasar
kepribadian yang berperan vital dalam meramalkan tingkah laku.
Cattel berpendapat bahwa trait adalah elemen dasar kepribadian yang
berperan vital dalam meramalkan tingkah laku. Hal ini tampak dari
definisi kepribadian menurut Cattel. Kepribadian adalah struktur
kompleks dari trait yang tersusun dalam berbagai kategori, yang
memungkinkan untuk memprediksi tingkahlaku. Trait dapat
diklasifikasikan dengan memakai tiga kategori kepemilikan, kategori
kedalaman dan kategori modalitas ekspresi.
Berdasarkan kategori kepemilikan trait dibedakan menjadi dua
yaitu :
1. Trait umum, trait umum adalah trait yang dimiliki oleh semua
orang, dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Misalnya
intelegensi, introversi dan suka berteman
2626
2. Trait khusus adalah trait yang dimiliki satu orang saja (bisa
juga dimiliki oleh beberapa orang dengan kombinasi antar trait
yang berbeda)
Berdasarkan kategori kedalaman trait dibagi menjadi dua yaitu :
1. Trait permukaan adalah sifat yang tampak, yang menjadi tema
umum dari beberapa tingkah laku. Misalnya remaja yang lincah
menyenangkan orang lain, dan merencanakan kegiatan yang
menarik, mungkin dapat dikatakan memiliki trait permukaan
yang periang. Sebaliknya remaja yang gemar mengkritik orang
lain, memandang masa depan selalu suram dan tampak
kelelahan dikatakan memiliki sifat permukaan depresif.
2. Trait sumber adalah elemen-elemen dasar yang menjelaskan
tingkah laku. Sifat ini tidak dapat disimpulkan langsung amatan
tingkah laku. Dan hanya dapat diidentifikasi dengan memakai
analisis faktor.
Sedangkan kategori berdasarkan Modalitas Ekspresi Trait dibagi
menjadi tiga yaitu :
1. Trait kemampuan : menentukan keefektifan seseorang dalam
usaha mencapai tujuan, contohnya kecerdasan.
2. Trait tempramen : gaya atau irama tingkah laku contohnya
ketenangan kegugupan, keberanian, santai mudah terangsang.
3. Trait motivasi atau kekuatan pendorong tingkah laku.
Jadi yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi
seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti
intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku).
Ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing-
masing membentuk suatu kontinum atau skala yang bertentang dari
sangat tinggi sampai sangat rendah. Factor sesuatu yang
mengakibatkan kejadian. Analisa factor dikembangkan pada karya
Spearman yang tertarik didalam menjelaskan mengenai kecerdasan
(seperti diukur dengan tes IQ) adalah suatu faktor tunggal atau suatu
2727
kombinasi karya dari jajaran sub faktor misalnya kepandaian
kemampuan dibidang matematika, keterampilan dll. Teori faktor
adalah teori yang berusaha menjelaskan suatu konsep seperti
kepribadian, kecerdasan atau ajaran didalam jajaran komponen yang
dibebankan dengan penggunaan analisa faktor pada data terkait. (2015
: P.10)
Trait and faktor merupakan suatu pendekatan yang dilakukan oleh
para ahli untuk menyelesaikan suatu permalahan individu yang
berkaitan dengan pekerjaan atau karir. Menurut Hadiarni dan Irman
menjelaskan bahwa “Secara bahasa trait dapat diartikan dengan sifat,
karakteristik seorang individu, sedangkan factor berarti tipe-tipe,
syarat-syarat tertentu yang dimiliki oleh sebuah pekerjaan atau suatu
jabatan”. ( 2009 : 79) .
Konseling trait and factor (menurut Shertzer & Stone dalam Citra)
yakni suatu sistem sifat dan faktor yang saling berkaitan satu dengan
yang lain seperti kecakapan, minat, sikap dan temperamen. (Shertzer
dan Stone dalam Citra). Tujuan konseling trait and factor yaitu untuk
membantu individu untuk memperoleh kemajuan memahami dan
mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan
kelemahan diri dalam kegiatan diri dengan perubahan kemajuan
tujuan-tujuan hidup dan karir (Shertzer & Stone dalam Citra).
Konseling kelompok trait and factor memerlukan data dari siswa
untuk mendukung pemberian bantuan permasalahan karir siswa yaitu
tes bakat minat, tes kepribadian, nilai raport dll.
Menurut Dharsana dalam Citra, teori konseling karir trait and
factor merupakan bimbingan konseling karir yang memandang bahwa
secara prinsip mengacu pada kemampuan (termasuk intelegensi umum,
bakat khusus, kemampuan akademik dan keahlian keterampilan kerja),
minat terhadap pekerjaan dan ciri-ciri kepribadian. Konseling trait and
factor suatu proses pemecahan masalah-masalah konseli dalam bidang
2828
karir yang dibantu oleh konselor dengan dinamika kelompok untuk
mencapai pemahaman tentang diri, pengetahuan, minat dan potensi
untuk memudahkan siswa dalam pengambilan keputusan.
Tujuan dalam konseling trait and factor adalah membantu siswa
dalam mencapai perkembangan berbagai aspek sehingga siswa dapat
mengarahkan dirinya secara mandiri dalam memperoleh kemajuan
memahami dan mengelola diri.
Menurut Sholihin di dalam jurnalnya trait and factor bisa diartikan
sebagai suatu ancangan directive counseling atau counselor centered,
memiliki pandangan dasar bahwa kepribadian dasar manusia
merupakan suatu sistem sifat dan faktor yang saling bergantung. (2015
: P.1)
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa trait and
factor adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan individu yang berhubungan dengan pekerjaan dengan
menggunakan data psikologis dari pengamatan objektif terhadap
tingkah laku individu.
b. Asumsi dasar Teori Trait and Factor
Menurut Miller (dalam Manrihu, 1992 : 65) ada beberapa asumsi
yang mendasari lahirnya teori train and factor. Asumsi-asumsi
tersebut diantaranya :
a. Perkembangan vokasional sebagian besar merupakan suatu
proses kognitif, keputusan-keputusan dicapai melalui
penalarannya
b. Pilihan okupasional merupakan sesuatu yang tunggal.
Berdasarkan pengaruh Parsons, pilihan diberikan penekanan
yang terbesardan perkembangan diberi penekanan yang sangat
kecil
c. Bagi setiap orang terdapat suatu tujuan yang “benar” dalam
pilihan vokasi. Terdapat sedikit atau tidak ada pengakuan
bahwa seseorang pekerja biasanya cocok bagi sejumlah
okupasi
d. Satu tipe orang untuk setiap pekerjaan. Ini merupakan sisi lain dari mata uang asumsi ketiga. Secara bersama-sama, kedua
asumsi ini menunjukkan hubungan satu orang dan satu
2929
pekerjaan suatu konsep yang sesuai bagi pendekatan trait and factor
e. Terdapat satu pilihan okupasional yang tersedia bagi setiap
individu. (Hardiarni dan Irman, 2009 : 80)
Hampir senada dengan pendapat Miller di atas, Williamson
mencoba merumuskan asumsi yang mendasari lahirnya teori trait and
factor yang dimuat dalam Theories of Counseling (Stefflre, 1965, BAB
V), diantaranya :
a. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf inteligensi, bakat khusus, dan hal tersebut
merupakan pola yang khas untuk individu itu
b. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang
menunjukkan pada hubungan yang berlain-lainan dengan
kemampuan dari keterampilan yang dituntut pada seorang
pekerja diberbagai bidang pekerjaan, juga minat-minat yang
dimiliki seseorang menunjukkan hubungan yang berlain-lainan
dengan pola minat yang ditemukan pada pekerja-pekerja di
berbagai bidang pekerjaan
c. Sesuai dengan pola berpikir pada butir (b), kurikulum program
studi menuntut kualifikasi-kualifikasi tertentu
d. Setiap individu mampu, berkeinginan, dan berkecenderungan
untuk mengenal diri sendiri serta memanfaatkan pemahaman
diri itu dengan berpikir baik-baik, sehingga dia akan
menggunakan kemampuan-kemampuannya semaksimal
mungkin dan dengan demikian mengatur kehidupannya sendiri
secara memuaskan. (Hadiarni dan Irman, 2009 : 80)
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat dipahami bahwa asumsi
tersebut mempunyai makna yang berbeda bagi seseorang sesuai
dengan sudut pandang orang yang memaknai asumsi tersebut.
c. Penerapan TeoriTrait and Factor
Dari pemahaman teori trait and factor banyak hal yang dapat
dilakukan oleh seorang konselor dalam penerapannya
dilapangan.Secara garis besar, setidaknya ada empat langkah kerja
berikut yang dapat diterapkan oleh konselor. Menurut Hadiarni dan
Irman yaitu :
a. Mengenal klien, dengan data-data yang akurat dan lengkap
sehingga data klien menjadi modal awal bagi konselor untuk
melakukan proses preventif, kuratif, dan development
3030
b. Mengadakan peninjauan terhadap berbagai pekerjaan yang ada, dilengkapi dengan pengenalan sifat pekerjaan, keahlian yang
dibutuhkan oleh pekerjaan dan prasyarat lainnya, sehingga
seorang konselor betul memiliki referensi, wawasan luas dan
sempurna tentang pekerjaan dan jabatan yang ada
c. Mencocokkan potensi (bakat, minat, kecendrungan, keahlian
dan kondisi objektif lainnya) yang dimiliki oleh klien dengan
pekerjaan dan jabatan yang ada
d. Melakukan konseling dengan klien dan mendiskusikan
berbagai hal sehubungan dengan data diri dan pekerjaan, untuk
melakukan pilihan, keputusan diri, dan berbagai solusi terhadap
masalah yang dialami klien. (2009 : 82)
Penerapan teori trait and factor sangat penting sekali dilakukan
oleh konselor dimana yang pertama konselor harus mengenal klien
terlebih dahulu untuk mengetahui data-data diri klien.Kedua konselor
harus mempunyai referensi, wawasan yang luas dan sempurna tentang
pekerjaan dan jabatan yang ada sehingga konselor tidak salah
memberikan informasi kepada klien.Ketiga konselor harus bisa
mencocokkan potensi yang dimiliki oleh siswa atau klien yang sesuai
dengan bakat, minat dan kecendrungan klien dengan pekerjaan dan
jabatan yang ada sehingga klien tidak salah dalam memilih karir
nya.Yang terakhir setelah mendapatkan data-data mengenai diri klien
baru bisa melaksanakan kegiatan konseling.
Williamson (dalam Manrihu, 1992 : 67) memformulasikan suatu
strategi dengan menggunakan enam langkah yaitu analisis, sintesis,
diagnosis, prognosis, konseling dan tindak lanjut.
a. Analisis
Seorang konselor melakukan pengumpulan data-data yang
berkaitan dengan diri klien, melalui pemanfaatan berbagai
tes psikologis, seperti tes bakat dan minat.
b. Sintesis
Dalam tahapan kedua, seorang konselor mampu
mengelompokkan data yang diterima dengan melakukan
identifikasi keunggulan-keunggulan yang dimiliki klien dan
disamping itu konselor dapat melihat sisi lemah pada diri
klien dengan seobjektif mungkin. c. Diagnosis
3131
Tahapan ketiga konselor bekerja seperti layaknya seorang dokter melakukan diagnosa terhadap penyakit yang dialami
oleh pasien.
d. Prognosis
Proses tahapan berikutnya konselor melakukan berbagai
kemungkinan keberhasilan dan solusi terhadap berbagai
persoalan yang ada.
e. Koneling
Proses berikutnya konselor bersama klien terlibat dalam
aktivitas konseling.
f. Tindak lanjut
Proses konseling bukanlah akhir dari teori konseling trait
and factor, akan tetapi konselor perlu melakukan tindak
lanjut dari proses konseling yang telah berlangsung
terhadap siri klien. (Hadiarni dan Irman, 2009 : 82-85)
Dari pendapat di atas dapat di pahami bahwa ada 6 strategi yang
digunakan oleh konselor yaitu analisis, sintesis, diagnosis, prognosis,
konseling dan tindak lanjut yang bertujuan untuk diaplikasikan dalam
proses konseling dilapangan.
d. Tujuan Layanan Trait and Factor
Menurut Wiliamson, (dalam Sholihin) tujuan konseling adalah
membantu individu mencapai tingkat ekselen (exellent) dalam segala
aspek kehidupannya, dengan cara membantu atau memberi kemudahan (to
facilitate) proses perkembangan individu klien tersebut. Berkaitan dalam
tujuan konseling ini. Williamson mencoba pada dasarnya sama dengan
tujuan pendidikan. Dikatakannya tujuan konseling pada dasarnya sama
dengan tujuan pendidikan, karena konseling dan pendidikan adalah sama,
yaitu perkembangan optimum daripada individu sebagai pribadi yang utuh
dan bukan semata-mata ditunjukkan pada terlatihnya kemampuan
intelektual, konseling trait and factor bertujuan :
a. Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan
berbagai aspek kehidupan manusia
b. Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami
dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai
kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan
kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
3232
c. Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, ketidakmampuan, dan keterbatasan diri serta membantu
pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
d. Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian
diri dengan menggunakan metode ilmiah. (2015 : 105)
Secara ringkas tujuan konseling trait and factor ini adalah untuk
membantu individu untuk menentukan pilihan karir sesuai dengan takar
yang dimiliki oleh individu bersangkutan sesuai dengan keinginannya
individu. Konseling trait and factor juga bisa membantu individu untuk
mengetahui apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya sehingga bisa
memilih karir sesuai dengan keinginan tadi. Konseling trait and factor
juga bisa membantu individu untuk memperbaiki kekurangan yang
dimilikinya sehingga bisa mengembangkan kemampuan yang sebelumnya
belum diketahuinya.
e. Teknik Pendekatan Trait and Factor
Adapun teknik dalam pendekatan trait and factor menurut Sholihin
adalah sebagai berikut :
a. Attending
b. Mengundang pembicaraan terbuka
c. Refleksi Perasaan
d. Meringkas (2005 : 107)
Adapun penjelasan dari masing-masing poin di atas adalah sebagai
berikut :
a. Attending dapat dipahami sebagai usaha pembinaan untuk
menghadirkan klien dalam proses konseling.
b. Mengundang pembicaraan terbuka ajakan membuka untuk berbicara
memberi kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya sendiri dengan
dukungan wawancara.
c. Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk merespon
keadaan perasaan klien terhadap situasi yang sedang dihadapi.
3333
d. Meringkas adalah suatu proses untuk memandu berbagai ide dan
perasaan dalam satu pernyataan pada akhir suatu unit wawancara
konseling.
Teknik-teknik yang digunakan dalam proses konseling trait and factor :
a. Penggunaan hubungan intim
b. Memperbaiki pemahaman diri
c. Pemberian nasehat dan perencanaan program kegiatan
d. Menunjukkan kepada petugas lain atau referal
e. Kritik dan kontribusi (Surya Mohammad, 2003 : 8-9)
Adapun penjelasan dari poin-poin di atas adalah sebagai berikut :
a. Hubungan intim maksudnya konselor menerima klien dengan hangat,
ramah, yang mana azas kerahasiaannya dijaga yang menyebabkan
kerugian klien.
b. Memperbaiki pemahaman diri konselor maksudnya konselor
memahami kekurangan yang ada pada dirinya, untuk itu konselor
harus secara teliti memahami data yang didapat dari klien.
c. Perencanaan nasehat dan perencanaan program kegiatan, konselor
memberikan sebuah nasehat kepada klien dan meyakinkan klien bahwa
nasehat yang diberikan konselor itu sangat bermanfaat bagi kebaikan
klien dan selanjutnya konselor harus bisa merencanakan program
kegiatan yang berhubungan dengan klien untuk kebaikan klien
selanjutnya.
d. Menunjukkan kepada petugas lain atau referal, maksudnya jika
konselor tidak mampu menangani atau menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi oleh kliennya maka konselor menunjuk ahli lain yang
dipandang bisa mengentaskan permasalahan klien atau yang lebih
kompeten dibidangnya.
B. Keterkaitan Trait and Factor dengan Pengambilan Keputusan Karir
Berdasarkan pemahaman mengenai teori trait and factor dengan
pengambilan keputusan karir sangat erat kaitannya, karena trait and factor
merupakan sebuah teknik konseling karir yang lebih menekankan pada
pemahaman diri dan penerapan pemahaman itu dapat memecahkan beraneka
ragam problem yang dihadapi, terutama menyangkut pemilihan keputusan
3434
karir kedepannya. Menurut Dharsana dalam Citra (2018) teori konseling karir
trait and factor merupakan :
bimbingan dan konseling karir yang memandang bahwa secara prinsip
mengacu pada kemampuan (termasuk intelegensi umum, bakat khusus,
kemampuan akademik dan keahlian keterampilan kerja), minat terhadap
pekerjaan dan ciri-ciri kepribadian. Konseling trait and factor suatu proses
pemecahan masalah masalah konseli dalam bidang karir yang dibantu oleh
konselor dengan dinamika kelompok untuk mencapai pemahaman tentang
diri, pengetahuan, minat dan potensi untuk memudahkan siswa dalam
pengambilan keputusan. (2018 : 3)
Dari teori di atas dapat dipahami bahwa, keterkaitan antara trait and factor
dengan kemampuan pengambilan keputusan karir memiliki kecocokan karena
dengan konseling trait and factor menggunakan dinamika kelompok dapat
membantu dan memudahkan siswa dalam mengembil keputusan karirnya.
C. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan tentang pengaruh layanan bimbingan karir
menggunakan teknik trait and factor untuk meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan karir siswa adalah :
1. Penelitian oleh Ani pada tahun 2017 berjudul “Perempuan dan Karir
(Telaah Teori Trait And Factor dalam Pengembangan Karir dan
Pengambilan Keputusan)”. Penelitian penulis juga berkaitan dengan
konseling karir yaitu Pengaruh Layanan Konseling Karir Menggunakan
Teknik Trait And Factor Untuk Meningkatkan Kemampuan Pengambilan
Keputusan Karir Siswa Kelas XII di SMA N 1 Padang Ganting Kabupaten
Tanah Datar. Namun disini penulis mengkaji tentang layanan konseling
karir dengan menggunakan teknik trait and factor untuk meningkatkan
kemampuan pengambilan keputusan karir siswa sedangkan peneliti
sebelumnya telaah teori trait and faktor dalam pengembangan karir dan
pengambilan keputusan.
2. Penelitian oleh Sri Rahayu Monica pada tahun 2017 berjudul “Korelasi
Antara Self Concept dengan Kemandirian Pengambilan Keputusan Karir
Siswa SMA N 2 Sawahlunto”. Penelitian penulis juga berkaitan dengan
pengambilan keputusan karir siswa yaitu Pengaruh Layanan Konseling
3535
karir Menggunakan Teknik Trait and Factor Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XII di SMA N 1
Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar. Namun disini peneliti
sebelumnya mengkaji pengambilan keputusan karir yang lebih terfokus
kepada self-concept sedangkan penulis lebih terfokus pada konseling karir
dengan teknik trait and factor untuk meningkatkan pengambilan
keputusan karir siswa.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yutrika Citra Praswastantika (2018) yang
berjudul “Penerapan Konseling Kelompok Trait And Factor untuk
Meningkatkan Kematangan Pilihan Karir Siswa kelas XI MIA-7 SMA N 1
Surabaya” yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan dalam kematangan
pilihan karir antara sebelum dan sesudah pemberian konseling kelompok
trait and factor kepada siswa kelas XI MIA-7 SMA N 1 Surabaya kepada
37 orang siswa. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya
peningkatan kematangan pilihan karir antara sebelum dan sesudah
pemberian perlakuan berupa konseling kelompok trait and factor.
D. Kerangka Berfikir
Berdasarkan paparan di atas, teori X memperbincangkan tentang konseling
karir teknik trait and factor dan teori Y memperbincangkan tentang
pengambilan keputusan karir, untuk lebih mudah memahami kerangka berfikir
dapat dilihat bagan berikut
3636
Pengambilan keputusan
karir (Y)
1. Percaya diri
2. Tanggung jawab
3. Mengarahkan dan
mengembangkan
dirinya
4. Tekun, inisiatif, dan
kreatif
5. Mengerjakan sesuatu
tanpa bantuan orang
lain.
SKEMA 1
Kerangka berfikir pengaruh konseling karir teknik trait and factor dengan
pengambilan keputusan karir
Trait and Factor (X)
I. Tahap Pembentukan
II. Tahap Peralihan
III. Tahap Kegiatan
1. Analisis
2. Sintesis
3. Diagnosis
4. Prognosis
5. Konseling
6. Tindak lanjut
IV. Tahap Pengakhiran
Keterangan :
Skema di atas menunjukkan kerangka berfikir peneliti tentang pengaruh
variabel X terhadap variabel Y. Data variabel X (trait and factor), dan data
variabel Y (pengambilan keputusan karir) akan melihat kedua hubungan
variabel.
E. Hipotesis
Adapun hipotesis atau dugaan sementara dari penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan layanan konseling karir teknik
trait and factor terhadap pengambilan keputusan karir siswa di SMA N 1
Padang Ganting.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan layanan konseling karir teknik trait
and factor terhadap pengambilan keputusan karir siswa di SMA N 1
Padang Ganting.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen.“Metode penelitian
eksperimen merupakan metode penelitian yang paling produktif, karena jika
penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang utama
berkaitan dengan hubungan sebab akibat. ” (Sukardi, 2003 : 179). Sedangkan
eksperimen menurut Kerlinger dalam Setyanto (2005: p.1) adalah sebagai suatu
penelitian ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih
variabel bebas dan melakukan pengamatan terhadap variabel-variabel terikat
untuk menemukan variasi yang muncul bersamaan dengan manipulasi terhadap
variabel bebas tersebut. Jadi, eksperimen bertujuan untuk mengetahui apa
pengaruh variabel X (teknik trait and factor) terhadap variabel Y (kemampuan
pengambilan keputusan karir) dengan menggunakan hubungan sebab akibat.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XII IPS 2 di SMA N 1 Padang Ganting.
Dimulai pada bulan Desember 2018 sampai Juli 2019.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Suatu penelitian akan memerlukan populasi dan sampel sebagai subjek
atau objek dari penelitian yang akan dilakukan. Populasi menurut Babbie
dalam Sukardi (2003 : 53) tidak lain adalah “elemen penelitian yang hidup
dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian”.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat di pahami bahwa populasi merupakan
sasratan objek untuk melakukan sebuah penelitian. Maka yang dijadikan
populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII di SMA N 1 Padang
Ganting. Untuk lebih mudah memahami maka peneliti akan menyajikan data
37
3838
siswa kelas XII IPS 2 di SMAN 1 Padang Ganting dalam bentuk tabel berikut
ini :
Tabel 3.1.
Siswa SMAN 1 Padang Ganting
Sebagai Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah
1 XII. IPS.2 23
Jumlah 23 orang
Sumber : Guru BK SMAN 1 Padang Ganting
Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa populasi yang ada dalam
penelitian ini yaitu siswa IPS 2 kelas XII SMAN 1 Padang Ganting dengan
jumlah populasi sebanyak 23 orang siswa.
2) Sampel
Dalam melakukan sebuah penelitian seorang peneliti harus menetapkan
sampel yang ditetapkan oleh seorang peneliti maka peneliti bisa mendapatkan
informasi tentang hal yang akan di telitinya. Sukardi mengatakan bahwa :
Sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut
disebut sampel atau cuplikan. Memang salah satu syarat yang harus
dipenuhi di antaranya adalah bahwa sampel harus diambil dari bagian
populasi. Yang dapat diambil sebagai sampel dalam hal ini adalah
populasi akses, yaitu jumlah anggota kelompok yang dapat ditemui di
lapangan dan bukan populasi target. (2003 : 54)
Selanjutnya Amirullah mengatakan bahwa “sampel merupakan suatu sub
kelompok dari populasi yang dipilih untuk di gunakan dalam penelitian.”
(2015 : p.2)
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa sampel adalah bagian
dari populasi. Dimana sanmpel yang digunakan merupakan sub kelompok dari
populasi yang dipilih dalam penelitian.
Adapun teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah teknik
purposive sampling atau memilih sampel dengan teknik bertujuan. Sugiyono
3939
menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. (2013 : 85). Kemudian Sukardi menyatakan
teknik memilih sampel yang termasuk nonprobabilitas memilih sampel
dengan dasar bertujuan. Teknik ini disebut purposive sampling, karena untuk
menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak didasarkan pada tujuan
tertentu, misalnya dengan pertimbangan profesional yang dimiliki oleh si
peneliti dalam usahanya memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian.
Dalam menentukan sampel penelitian, peneliti memilih beberapa siswa
sebanyak 23 orang dengan ciri-ciri dan kriteria yang bermasalah dalam
pemilihan jurusannya, yang mana siswa yang terpilih tersebut yang akan di
jadikan sampel penelitian. Disini peneliti mengambil sampel menggunakan
purposive sampling untuk kelas IPS dikarenakan disarankan oleh guru BK di
SMA N 1 Padang Ganting.
Menurut Prayitno “pembentukan kelompok dari sekumpulan (calon)
peserta (terdiri atas 8-10 orang), sehingga memenuhi syarat-syarat kelompok
yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok” (2012:130).
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No. Responden Total Kategori
1 PY 105 Sedang
2 NF 89 Rendah
3 DAS 88 Rendah
4 FS 105 Sedang
5 SDG 97 Sedang
6 LVS 117 Sedang
7 SUP 121 Sedang
8 FSG 123 Sedang
9 AS 93 Rendah
10 AG 109 Sedang
Jumlah 1047
Rata-rata 104,7
4040
Berdasarkan tabel 3.1 di atas dapat dipahami bahwa ada 10 orang yang
peneliti jadikan sampel penelitian dengan kategori skor hasil pretest sedang dan
rendah. Terdapat 7 orang siswa yang berada pada kategori sedang dan 3 orang
siswa berada pada kategori rendah dalam kemampuan pengambilan keputusan
karirnya.
D. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data (instrumen) yang penulis gunakan dalam penelitian
ini yaitu sma-sama menggunakan skala sebagai instrumen untuk mengukur
variabel X (trait and factor) dan variabel Y (pengambilan keputusan karir).
Sugiyono mengatakan “Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran
akan menghasilkan data kuantitatif”. (2013 : 92). Selanjutnya Sugiyono juga
menyebutkan “Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur
dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan
lebih akurat, efisien dan komunikatif”. (2013 : 92).
Berdasarkan beberapa kutipan tersebut dapat dipahami bahwa skala
merupakan salah satu yang dapat digunakan dalam penelitian sebagai acuan
dalam alat ukur yang dapat menghasilkan data kuantitatif dimana nilai variabel
yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka,
sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif.
Pada penelitian ini penulis menggunakan skala likert untuk mengukur variabel
X dan untuk variabel Y. Jawaban pada setiap item instrumen skala likert
mempunyai gradasi yaitu bentuk positif dan negatif. Dalam hal ini skala yang
peneliti susun berupa pernyataan yang berkaitan dengan trait and factor dan
kemampuan pengambilan keputusan karir, jawaban dari skala likert ini memiliki
alternatif jawaban berupa “Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RG), Tidak
Setuju (TS)”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
4141
No Rentang Skor Klasifikasi
1. 155,2 – 180 Sangat Tinggi
2. 125,4 – 154,2 Tinggi
3. 95,6 – 124,4 Sedang
4. 65,8 – 94,6 Rendah
5. 36 – 64,8 Sangat Rendah
Tabel 3.3
Skor Jawaban Skala Likert
No. Alternatif Jawaban Pernyataan
Positif
Pernyataan
Negatif
1. Selalu (SL) 5 1
2. Sering (SR) 4 2
3. Kadang-kadang (KD) 3 3
4. Jarang (J) 2 4
5. Tidak Pernah (TP) 1 5
Untuk mengetahui skor kemampuan pengambilan keputusan karir siswa
dengan jumlah sebagai berikut :
Skor maksimum = Jumlah item x skor tertinggi
Skor minimum = Jumlah item x skor terendah
Rentang skor = Skor tertinggi – skor terendah
Panjang kelas interval = Rentang skor : jumlah kategori
Klasifikasi skor untuk melihat tingkat kemampuan pengambilan keputusan
karir siswa yang dimiliki oleh siswa adalah sebagai berikut :
Skor maksimum
Skor minimum
: 36 x 5
: 36 x 1
= 180
= 36
Rentang Skor
Panjang kelas interval
: 180 – 36
: 144 : 5
= 144
= 29
Tabel 3.4 Rentang Skor Pengambilan Keputusan Karir Siswa di SMA N 1 Padang
Ganting
4242
Pada penelitian ini, bertujuan untuk melihat pengaruh konseling karir
menggunakan teknik trait and factor dengan kemampuan pengambilan
keputusan karir siswa, maka peneliti menyusun kisi-kisi instrumen, yang peneliti
susun dari 10 indikator yang terdiri dari 40 item dan setelah dilakukan pengujian
validitas item dengan menggunakan SPSS.20 maka item yang valid menjadi 36
item. Tujuan ini adalah untuk melihat pengaruh antara trait and factor dengan
kemampuan pengambilan keputusan karir siswa.
E. Pengembangan Instrumen
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk memperoleh instrumen
yang valid dan reliabel adalah peneliti harus menempuh langkah-langkah dalam
penyusunan instrumen. Dalam hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang
valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel. Menurut Sugiyono
“Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalam
obyek berwana merah, sedangkan data yang terkumpul memberikan data
berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya, hasil penelitian
yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau
dalam obyek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna
merah”. (2013 : 121)
1. Tahap-tahap pengembangan instrumen
Setelah menyusun sebuah instrumen ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan, seperti dijelaskan oleh Nurkencana (1993 : 219) yaitu :
a. Menetapkan jenis dan pola instrumen
Terlebih dahulu menetapkan pola/instrumen yang akan dilakukan,
dalam hal ini peneliti menggunakan skala likert.
b. Menetapkan isi instrumen
Menetapkan isi instrumen harus relevan dengan data yang hendak
dikumpulkan dan untuk mendapatkan isi instrumen yang relevan yang
4343
didasarkan atas suatu teori yang kita gunakan, atau mengkombinasikan
teori-teori yang kita pelajari. Dalam instrumen ini isi instrumen berkaitan
dengan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa.
c. Menyusun kisi-kisi
Berdasarkan di atas pola instrument yang akan digunakan serta isi
instrumen yang akan digunakan, maka dibuat suatu rancangan instrumen
dalam kisi-kisi yang didalamnya tercantum hal-hal variabel, sub variabel,
indikator, pola instrument, jumlah item, dan nomor-nomor item.
d. Menulis item-item
Setelah kisi-kisi tersusun, langkah selanjutnya adalah menulis item
instrument sebagaimana setelah dirancang dalam kisi-kisi.
2. Validitas
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu
valid dan reliabel, validitas artinya sah. Sugiyono (2012 : 173) menjelaskan
“Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
harusnya diukur”. Selanjutnya menurut Gay (1983) dalam Sukardi “Suatu
instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa
yang hendak diukur”.(2003 : 121). Berdasarkan pendapat ini dapat dipahami
bahwa suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen yang digunakan
sesuai dengan apa yang sebenarnya harus diukur.
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang di teliti secara
tepat. Selanjutnya Sukardi menjelaskan bahwa “validitas suatu instrumen
penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes
mengukur apa yang hendak diukur”. (2003 : 122).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa suatu instrumen
dikatakan valid apabila instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Hasil dari pengukuran itu menggambarkan aspek atau segi
4444
yang akan diukur serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat.
Menurut Arikunto “validitas adalah keadaan yang menggambarkan
tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan
diukur”(2005: 167). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa
validitas suatu instrumen yaitu seberapa jauh instrumen itu benar-benar
mengukur apa yang hendak diukur, dengan adanya validitas instrumen
tersebut diharapkan akan mendapatkan data yang benar-benar valid atau
benar.
Sukardi (2010 : 121) menyatakan bahwa suatu “instrumen dikatakan
valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak
diukur”. Instrumen yang valid sebaiknya melalui pengujian validitas konstruk,
isi dan item.
a. Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk
sementara. Validitas konstruk dilakukan dengan cara meminta penilaian
dari ahli setelah kisi-kisi angket dibuat dengan berlandaskan pada teori.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sugiyono “untuk menguji validitas
konstruk, dapat digunakan pendapat dari ahli (experts judgmen) (2007:
177). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek
yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya
dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang
instrumen yang telah disusun itu. mungkin para ahli akan memberikan
keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan,
dan mungkin dirombak total.
Menurut Sukardi “Validitas konstruk menunjukkan suatu tes
mengukur sebuah konstruk sementara (2010 : 121). Sedangkan menurut
Noor “validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan dimana skala
4545
mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang diukur (2013 :
133). Menurut Sukardi untuk menguji validitas konstruk dapat meminta
penilaian dari ahli setelah skala tersebut dikonstruksi (dibuat kisi-kisi)
tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu
(2010 : 123).Sugiyono berpendapat bahwa:
Secara teknis pengujian validitas konstruk dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan
instrumen. Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator
sebagai tolak ukur dan item-item pertanyaan/pernyataan yang
dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka
pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan
sistematis.(2007: 182)
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa validitas konstruk
merupakan semua yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan apa yang
akan diteliti sehingga semua aspek tersebut dapat terwakili, validitas
konstruk dapat dilakukan dengan penyusunan kisi-kisi dari variabel yang
akan di teliti.
Tahap-tahap Pengembangan Instrumen :
Sebelum menyusun sebuah Instrumen ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, seperti yang dijelaskan oleh Rusilowati (2013 : 9). Yaitu :
a. Menetapkan jenis/pola instrumen
Terlebih dahulu menetapkan pola/instrumen yang akan
digunakan. Dalam hal ini peneliti menggunakan skala likert.
b. Menetapkan isi instrumen
Menetapkan isi instrumen harus relevan dengan data yang hendak dikumpulkan dan untuk mendapatkan isi instrumen yang
relevan, dapat didasarkan atas suatu teori yang kita gunakan, atau
mengkombinasikan teori-teori yang telah kita pelajari. Dalam
instrumen penelitian ini isi instrumen berkaitan dengan makna dan nilai yang merupakan inti dari kecerdasan spiritual.
c. Menyusun kisi-kisi
Langkah pertama menentukan kisi-kisi adalah menentukan
definisi konseptual yang berasal dari teori-teori yang diambil dari
referensi. Selanjutnya, mengembangkan definisi operasional
4646
berdasarkan definisi konseptual. Kemudian tentukan aspek/dimensi yang mengkonstruk instrumen yang dikembangkan. Aspek/dimensi
ini kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator, yang
digunakan sebagai pedoman dalam menulis instrumen. Tiap
indikator dapat terdiri atas dua atau lebih butir instrumen.
d. Menulis instrumen
Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
Instrumen dapat berbentuk pernyataan atau pernyataan. Kaidah
yang perlu diperhatikan ketika menulis butir instrumen adalah :
1) Hindari kalimat yang mengandung banyak interpretasi
2) Rumusan pernyataan/pernyataan singkat
3) Satu pernyataan hanya mengandung satu pikiran yang lengkap
4) Pernyataan dirumuskan dengan kalimat sederhana
5) Hindari penggunaan kata-kata selalu, semua, tidak pernah, dan
sejenisnya
6) Hindari pernyataan tentang fakta, atau yang dapat
diinterpretasikan sebagai fakta.
Adapun skala yang penulis buat adalah sebagai berikut :
Kisi-kisi Skala Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa
Pengambilan keputusan yang penulis maksud adalah dimana siswa
mampu mengambil keputusan di bidang karir dengan percaya diri,
memiliki rasa tanggung jawab, dapat mengarahkan dan mengembangkan
dirinya, mampu menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif, dan
dapat mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
4747
Variabel Sub Variabel Indikator Item Jumlah
+ -
Kemampuan pengambilan keputusan
karir
1. Percaya diri a. Kemampuan individu mempelajari
potensi dirinya
b. Kemampuan
individu
menanamkan rasa
percaya diri
1,2
5,6
3
7,8
3
4
2. Tanggung jawab
a. Kemampuan individu yang
memiliki
tanggung jawab
memilih karir
b. Kemampuan
individu meraih
karir dan
mempertahankan
karir nya di dalam
kehidupan
bermasyarakat
9,10
13,14
11,12
15,16
4
4
3. Mengarahkan dan
mengembang
kan diri
a. Kemampuan inidividu
melakukan
berbagai aktivitas
pengembangan
diri berdasarkan
arah pemilihan
karirnya
b. Kemampuan
individu
melakukan berbagai aktivitas
pengembangan
diri kearah
pemilihan karir
yang diinginkan
17,18
21,22
19,20
23,24
4
4
4. Menunjukkan perilaku
a. Kemampuan individu
25,26 27 3
Tabel 3.5
Kisi-kisi Skala Pengambilan Keputusan Karir Siswa
4848
tekun,
inisiatif, dan kreatif
menunjang proses pengambilan keputusan karir
b. Kemampuan
individu
mengembangkan
strategi
pengambilan
keputusan
karirnya
29,30
31,32
4
5. Berkeinginan mengerjakan
sesuatu tanpa
bantuan orang
lain
a. Kemampuan individu
menyadari atas
kemampuan dan
keterampilan
yang diperlukan
dalam
pengambilan
keputusan karir
b. Kemampuan
individu
melakukan
strategi
pengambilan
keputusan karir
33
37,38
35,36
39
3
3
Jumlah keseluruhan item 36
b. Validitas isi
Validitas isi ialah derajat dimana tes mengukur cakupan substansi
yang ingin diukur. Menurut Desmita validitas isi merupakan “suatu model
yang digunakan dalam menentukan validitas suatu alat ukur atau tes
dengan cara menilai sejauh mana item-item yang dibuat sesuai dengan
tingkah laku yang akan diukur” (2006 : 123). Selanjutnya menurut
Sugiyono (2007 : 182) bahwa validitas isi :
Secara teknis pengujian validitas konstruk dan validitas isi dapat dibantu dengan kisi-kisi instrument atau menarik pengambangan
instrument, dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator,
4949
dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
Menurut Suryabrata “validitas isi ditegakkan pada langkah telaah dan
revisi butir pernyataan/butir pernyataan, berdasarkan pendapat profesional
(experts judment) para penelaah” (2011 :61). Juga dijelaskan oleh Noor
(2012 : 133) “validitas isi memastikan bahwa skala item-item telah cukup
memasukkan sejumlah item yang representatif dalam mencerminkan
domain konsep”.
Berdasarkan kutipan di atas skala dalam penelitian ini mempunyai
validitas isi apabila pernyataan skala untuk mengukur kemampuan
pengambilan keputusan karir siswa benar-benar menggambarkan apa yang
ingin diukur validitasnya.
Hasil instrument berdasarkan teori dan pernyataan penelitian
konsultasi dengan dosen pembimbing dengan penguji didapatkan hasil
validasi isi sebagai berikut :
5050
Tabel 3.6
Hasil Validitas Isi
Skala Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa
No
Item
Penilaian No
Item
Penilaian
1 Valid dengan revisi 21 Valid dengan revisi
2 Valid dengan revisi 22 Valid dengan revisi
3 Valid dengan revisi 23 Valid dengan revisi
4 Valid dengan revisi 24 Valid dengan revisi
5 Valid dengan revisi 25 Valid dengan revisi
6 Valid dengan revisi 26 Valid dengan revisi
7 Valid dengan revisi 27 Valid dengan revisi
8 Valid dengan revisi 28 Valid dengan revisi
9 Valid dengan revisi 29 Valid dengan revisi
10 Valid dengan revisi 30 Valid dengan revisi
11 Valid dengan revisi 31 Valid dengan revisi
12 Valid dengan revisi 32 Valid dengan revisi
13 Valid dengan revisi 33 Valid dengan revisi
14 Valid dengan revisi 34 Valid dengan revisi
15 Valid dengan revisi 35 Valid dengan revisi
16 Valid dengan revisi 36 Valid dengan revisi
17 Valid dengan revisi 37 Valid dengan revisi
18 Valid dengan revisi 38 Valid dengan revisi
19 Valid dengan revisi 39 Valid dengan revisi
20 Valid dengan revisi 40 Valid dengan revisi
c. Validitas Item
Dalam penyusunan instrumen, item yang tidak diperhatikan
kualitas yang baik atau yang tidak valid harus disingkirkan atau direvisi
terlebih dahulu sebelum dapat disajikan. Menurut Azwar (2012 : 152)
validitas item merupakan :
Kualitas item yang tinggi dilihat dari keselarasan antara isi item
dengan indikator keperilakuan dan oleh kelayakan sematik kalimat yang
digunakan. Salah satu parameter fungsi pengukuran item yang sangat
penting adalah statistik yang memperlihatkan kesesuaian antara fungsi
item dengan fungsi tes secara keseluruhan yang dikenal dengan istilah
5151
konsistensi item total. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis item
dalam hal ini adalah memilih item-item yang fungsi ukurnya selaras atau
sesuai dengan fungsi ukur tes seperti yang dikehendaki oleh penyusunnya.
Berdasarkan item di atas dapat dipahami bahwa untuk
mendapatkan konsistensi item total maka digunakan statistik yang
memperhatikan kesesuaian skor masing-masing item berkorelasi atau
signifikan dengan skor total masing-masing sub variabel. Validitas isi
ditegakkan pada telaah dan revisi butir pernyataan, berdasarkan pendapat
dan penelaah atau pembimbing (Dr. Masril, M. Pd., Kons dan Sisrazeni, S.
Psi. I., M.Pd). Selain pembimbing peneliti juga meminta pendapat ahli
untuk memvalidasi instrumen yang telah disusun yaitu kepada validator
Dra. Hadiarni, M.Pd., Kons.
Adapun hasil uji validitas konstruk dan isi yang diuji oleh para ahli
di atas ialah memperbaiki format petunjuk pengisian, penyusunan item,
penggunaan bahasa yang efektif dan sesuai dengan EYD, dan perbaikan
item pada aspek.
Validitas item, untuk menghasilkan skor interval maka digunakan
formula koefisien korelasi linear Product Moment Person. Koefisien
korelasi person dapat diperoleh dengan bantuan SPSS 20. Adapun hasil
validitasnya adalah seperti pada tabel berikut :
5252
No. Item Pernyataan Corrected Item Total Corelation
1 Item 1 0,35
2 Item 2 0,60
3 Item 3 0,73
4 Item 4 0,14
5 Item 5 0,70
6 Item 6 0,40
7 Item 7 0,50
8 Item 8 0,49
9 Item 9 0,83
10 Item 10 0,43
11 Item 11 0,90
12 Item 12 0,51
13 Item 13 0,36
14 Item 14 0,75
15 Item 15 0,57
16 Item 16 0,34
17 Item 17 0,58
18 Item 18 0,73
19 Item 19 0,47
20 Item 20 0,55
21 Item 21 0,80
22 Item 22 0,41
23 Item 23 0,66
24 Item 24 0,51
25 Item 25 0,54
26 Item 26 0,71
27 Item 27 0,57
28 Item 28 0,20
29 Item 29 0,67
30 Item 30 0,67
31 Item 31 0,29
32 Item 32 0,71
33 Item 33 0,63
34 Item 34 0,23
35 Item 35 0,55
36 Item 36 0,60
37 Item 37 0,46
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Item
Skala pengambilan Keputusan Karir Siswa
5353
38 Item 38 0,72
39 Item 39 0,73
40 Item 40 0,24
Berdasarkan tabel 3.7 di atas dapat dilihat gambaran hasil uji validitas
skala kemampuan pengambilan keputusan karir siswa diperoleh 36 item yang
valid dari 40 item. Sedangkan pada taraf signifikan menurut Azwar (dalam
Duwi,2011) menyatakan bahwa :
Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya
pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi Azwar mengatakan bahwa
bila jumlah item belum mencukupi kita bisa menurunkan sedikit batas
kriteria 0,30 menjadi 0,25 tetapi menurunkan batas kriteria di bawah
0,20 sangat tidak disarankan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penelitian ini peneliti
menggunakan batas nilai korelasi 0,25. Rincian item yang valid per indikator
dapat dilihat pada tabel 3.8 di bawah ini :
Tabel 3.8
Keterangan Item yang Valid dan Item yang Gugur pada Setiap Indikator
Validasi
No .
Indikator Jumlah Item Item yang Valid
Item yang Gugur
1. Percaya Diri 8 7 1
2. Tanggung Jawab 8 8 0
3. Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
8 8 0
4. Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan
Kreatif
8 7 1
5. Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu
Tanpa Bantuan Orang
Lain
8 6 2
Jumlah 40 36 4
Berdasarkan hasil validasi instrumen di atas, maka diperoleh 36 item
yang valid dari 40 item. Item yang tidak valid terletak pada nomor 4, 28, 34
dan 40.
5454
Cronbach's Alpha
N of Items
,945
36
2. Reliabilitas
Instrumen yang reliabilitas adalah instrumen yang apabila digunakan
beberapa kali hasil datanya tetap sama. Sukardi mengemukakan suatu
instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi
apabila “tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur
yang hendak diukur”. (2003 : 127). Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dikatakan reliabilitas secara konsisten memberi hasil ukur yang sama.
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal
maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-
retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal
reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir
yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2013 : 130).
Uji reliabilitas instrument penelitian dalam hal ini yaitu dengan
menggunakan program SPSS 20 dengan teknik Alpha Cronbach. Sofyan
(2015 : 48) menyatakan bahwa “instrument dapat dikatakan reliabel bila
memiliki konsisten reliabilitas > 0,6, menggunakan Alpha Cronbach”.
Adapun hasil uji reliabilitas skala campuran tentang kemampuan pengambilan
keputusan karir yaitu :
Tabel 3.9
Reliability Statistics
Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa hasil perhitungan
reliabilitas menggunakan SPSS 20 adalah 0,945. Hal ini berarti uji reliabilitas
skala kemampuan pengambilan keputusan karir siswa menunjukkan hasil
yang reliabel, adapun menurut Arikunto klasifikasi reliabilitas instrumen
adalah :
5555
gai berik a ut :
i r mean
ri dev
∑ ²
∑
iasi s
²
tand
Tabel 3.10
Reabilitas Tes dan Klasifikasi
Reabilitas Tes Klasifikasi
0.80-1.00 Reliabilitas sangat tinggi
0.60-0.79 Reliabilitas tinggi
0.40-0.59 Reliabilitas sedang
0.20-0.39 Reliabilitas rendah
0.00-0.19 Reliabilitas sangat rendah
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa klasifikasi
reliabilitas skala kemampuan pengambilan keputusan karir siswa pada reliabel
0.80-1.00 pada kategori sangat tinggi.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dengan cara membandingkan dua nilai
dengan mengajukan pertanyaan apakah terdapat perbedaan antara nilai tes
pertama dengan nilai tes kedua secara signifikan. Analisis statistik yang
digunakan yaitu dengan uji-t (t-test), dengan cara mengikuti langkah-langkah
analisis data eksperimen dengan model pre-test, post-test design, penulis
memaparkan sebagai berikut :
1. Mencari rerata nilai test awal (O1)/pretest
2. Mencari rerata nilai test akhir (O2)/posttest
3. Menghitung perbedaan rerata dengan menggunakan uji-t dengan rumus
seb
t0 =
4. Menca dari difference
∑
MD =
5. Menca art dari difference
SDD =
5656
standart error d
6. Mencari ari mean difference
SEMD = √
7. Mean df
Df = N-1
Keterangan :
MD : Mean of difference nilai rata-rata hitung beda selisih antara skor
pretest dan skor posttest.
∑D : Jumlah beda/selisih antara skor pretest dan skor posttest.
N : Number of cases = jumlah subyek yang akan diteliti.
SEMD : Standart Error (standart kesesatan) dari Mean of difference.
SD : Deviasi standart dari perbedaan antara skor pretest dan skor
posttest. (Sudijono, 2005 :305-306)
Apabila t hitung (t0) besar nilainya dari t tabel (tt) dengan taraf
signifikansi 5%, maka hipotesis nihil (h0) ditolak dan hipotesis alternatif (ha)
diterima, artinya pendekatan trait and factor berpenngaruh signifikan terhadap
pengambilan keputusan karir siswa, tetapi apabila pemilihan karir t hitung (t0)
kecil dari pengambilan keputusan karir t tabel (tt) maka pendekatan trait and
factor tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan karir
siswa.
A. Pendahuluan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil penelitian yang peneliti
lakukan di SMAN 1 Padang Ganting. Penelitian yang peneliti lakukan adalah
melihat pengaruh atau tidaknya pendekatan trait and factor terhadap
peningkatan pengambilan keputusan karir siswa di SMAN 1 Padang Ganting.
Kemudian menganalisa data hasil treatmen tersebut dengan cara melakukan
uji statistik (uji-t) untuk melihat signifikan atau tidaknya peningkatan
pengambilan keputusan karir siswa melalui pendekatan trait and factor.
Kemudian melihat seberapa signifikan pengaruh pendekatan trait and factor
terhadap peningkatan pengambilan keputusan karir siswa, dengan cara uji
normalisasi yang dinamakan n-gain. Setelah itu pembahasan yang berkaitan
dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan.
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Pretest
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian
eksperimen dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh suatu
variabel terhadap variabel yang lain dengan menggunakan metode
eksperimen jenis Pre-Eksperimen Designs dengan tipe one group pretest-
posttest, penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk melihat apakah
pengambilan keputusan karir efektif ditingkatkan dengan pendekatan trait
and factor terhadap siswa kelas XII IPS 2 di SMAN 1 Padang Ganting.
Penelitian ini dilakukan terhadap sepuluh orang siswa yang
menjadi sampel penelitian. Pengambilan sampel penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Pada bab ini peneliti akan
mengemukakan hasil penelitian peneliti tentang pengambilan keputusan
karir siswa di SMAN 1 Padang Ganting. Kegiatan ini diawali dengan
memberikan skala berupa skala likert tentang pengambilan keputusan karir
57
5858
siswa kelas XII IPS 2 dengan tujuan untuk mengungkapkan bagaimana
pengambilan keputusan karir siswa. Data hasil pretest untuk lebih lengkap
bisa dilihat pada lampiran, berikut skor siswa kelas XII IPS 2 yang peneliti
gambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil Pretest Pengambilan Keputusan Karir Siswa di SMAN 1 Padang
Ganting N=23
No NAMA Total Kategori
Pengambilan Keputusan Karir Siswa
1 PY 105 Sedang
2 RP 131 Tinggi
3 NF 89 Rendah
4 DAS 88 Rendah
5 NY 127 Tinggi
6 FAF 125 Tinggi
7 RIR 158 Sangat tinggi
8 AF 129 Tinggi
9 FS 105 Sedang
10 SDG 97 Sedang
11 AA 150 Tinggi
12 LVS 117 Sedang
13 RPA 145 Tinggi
14 IV 157 Sangat tinggi
15 SUP 121 Sedang
16 AN 160 Sangat tinggi
17 FSG 123 Sedang
18 DP 140 Tinggi
19 RA 124 Sedang
20 AS 93 Rendah
21 RO 128 Tinggi
22 WR 136 Tinggi
23 AG 109 Sedang
Jumlah 2857
Rata-rata 124,21 Sedang
Berdasarkan hasil pretest pengambilan keputusan karir pada tabel
4.1 di atas dari 23 orang siswa kelas XII. IPA. 2 SMAN 1 Padang Ganting
diketahui bahwa 3 orang siswa berada pada kategori sangat tinggi, 9 orang
5959
siswa berada pada kategori tinggi, 8 orang siswa berada pada kategori
sedang, 3 orang siswa berada pada kategori rendah.
Tabel 4.2
Frekuensi Pengambilan Keputusan Karir Siswa di SMAN 1 Padang
Ganting (Hasil Pretest) N=23
No Kelas Interval Kategori f %
1 155,2 – 180 Sangat tinggi 3 13,04%
2 125,4 – 154,2 Tinggi 9 39,13%
3 95,6 – 124,4 Sedang 8 34,78%
4 65,8 – 94,6 Rendah 3 13,04%
5 36 – 64,8 Sangat rendah - -
Jumlah 23 100%
Jika dilihat kumulatif pada tabel 4.2 di atas hasil pretest awal
secara keseluruhan dari 23 orang siswa terdapat jumlah frekuensi 3 pada
kategori sangat tinggi berada pada persentase 13,04, kategori tinggi
dengan frekuensi 9 berada pada persentase 39,13, kategori sedang dengan
frekuensi 8 berada pada persentase 34,78, dan kategori rendah dengan
frekuensi 3 berada pada persentase 13,04.
Tabel 4.3
Data Pretest kelompok eksperimen N=10
No Responden Total Kategori
1 PY 105 Sedang
2 NF 89 Rendah
3 DAS 88 Rendah
4 FS 105 Sedang
5 SDG 97 Sedang
6 LVS 117 Sedang
7 SUP 121 Sedang
8 FSG 123 Sedang
9 AS 93 Rendah
10 AG 109 Sedang
Jumlah 1047
Rata-rata 104,7
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa yang memperoleh
kategori sedang sebanyak 7 orang dan kategori rendah sebanyak 3 orang.
6060
No Kelas Interval Kategori f %
1 33,4 – 35 Sangat tinggi - -
2 26,8 – 32,4 Tinggi 2 20%
3 20,2 – 25,8 Sedang 5 50%
4 13,6 – 19,2 Rendah 3 30%
5 7 – 12,6 Sangat rendah - -
Jumlah 10 100%
Dari tabel di atas dapat juga dipahami bahwa pengambilan keputusan karir
siswa pada kelompok ini masih bervariasi dari yang sedang sampai yang
rendah pengambilan keputusan karir siswa. Selanjutnya untuk lebih jelas
penulis menyajikan hasil pretest per aspek sebagai berikut :
a. Percaya Diri
Tabel 4.4
Data Pretest tentang Pengambilan Keputusan Karir Siswa Pada
Aspek Percaya Diri
No Inisial Siswa Skor Kategori
1 PY 21 Sedang
2 NF 17 Rendah
3 DAS 23 Sedang
4 FS 22 Sedang
5 SDG 17 Rendah
6 LVS 21 Sedang
7 SUP 27 Tinggi
8 FSG 20 Tinggi
9 AS 15 Rendah
10 AG 21 Sedang
Jumlah 204
Rata-rata 20,4 Sedang
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dipahami bahwa pada hasil
pretest aspek percaya diri dari 10 orang siswa, pada kategori tinggi
sebanyak 2 orang siswa, terdapat pada kategori sedang sebanyak 5
orang siswa, kategori rendah sebanyak 3 orang siswa dengan jumlah
poin sebanyak 204 pada rerata 20,4 yang berada pada kategori sedang.
Tabel 4.5 Interval Pengambilan Keputusan Karir Siswa di SMA N 1
Padang Ganting Pada Aspek Percaya Diri N=10
6161
No Kelas Interval Kategori f %
1 36 – 40 Sangat tinggi - -
2 29 – 35 Tinggi 2 20%
3 22 – 28 Sedang 7 70%
4 15 – 21 Rendah 1 10%
5 8 – 14 Sangat rendah - -
Jumlah 10 100%
Jika dilihat secara kumulatif pada tabel 4.5 di atas hasil pretest
awal pada aspek percaya diri, dari 10 orang siswa terdapat jumlah
frekuensi kategori tinggi sebanyak 2 orang dengan persentase 20%,
jumlah frekuensi kategori sedang sebanyak 5 orang berada pada
persentase 50%, dan pada kategori rendah dengan jumlah frekuensi 3
orang berada pada persentase 30%.
b. Tanggung Jawab
Tabel 4.6
Data Pretest Kelompok Eksperimen Tanggung Jawab N=10
No Inisial Siswa Skor Kategori
1 PY 27 Sedang
2 NF 24 Sedang
3 DAS 28 Sedang
4 FS 27 Sedang
5 SDG 23 Sedang
6 LVS 29 Tinggi
7 SUP 28 Sedang
8 FSG 30 Tinggi
9 AS 21 Rendah
10 AG 24 Sedang
Jumlah 261
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dipahami bahwa pada hasil
pretest aspek tanggung jawab dari 10 orang siswa, terdapat 2 orang
pada kategori tinggi, 7 orang pada kategori sedang dan 1 orang berada
pada kategori rendah. Dengan jumlah poin sebanyak 261 pada rerata
26,1 yang berada pada kategori sedang.
Tabel 4.7
Interval Pengambilan Keputusan Karir Aspek Tanggung Jawab
N=10
6262
Berdasarkan interval pada tabel 4.7 di atas dapat dipahami kategori
tinggi terdapat 2 orang dengan persentase 20%, kategori sedang
terdapat 7 orang dengan persentase 70%, kategori rendah terdapat 1
orang dengan persentase 10%.
c. Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
Tabel 4.8
Data Pretest tentang Pengambilan Keputusan Karir Pada Aspek
Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
No Inisial Siswa Skor Kategori
1 PY 20 Rendah
2 NF 21 Rendah
3 DAS 16 Rendah
4 FS 23 Sedang
5 SDG 18 Rendah
6 LVS 25 Sedang
7 SUP 24 Sedang
8 FSG 31 Tinggi
9 AS 23 Sedang
10 AG 28 Sedang
Jumlah 229
Rata-rata 22,9 Sedang
Tabel 4.8 di atas, merupakan salah satu aspek dari pengambilan
keputusan karir yaitu tentang mengarahkan dan mengembangkan diri,
berdasarkan 10 (sepuluh) orang siswa yang dijadikan sampel
penelitian, dengan kategori skor tinggi sebanyak 1 (satu) orang, sedang
sebanyak 5 (lima) dan kategori rendah sebanyak 4 (empat) orang.
Secara keseluruhan rerata skor sampel 22,9 poin dengan kategori
sedang. Artinya pengambilan keputusan karir pada aspek mengarahkan
dan mengembangkan diri berada pada aspek sedang.
6363
d. Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif
Tabel 4.9
Data Pretest tentang Pengambilan Keputusan Karir Siswa
Pada Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif
No Inisial Siswa Skor Kategori
1 PY 18 Rendah
2 NF 14 Rendah
3 DAS 12 Sangat Rendah
4 FS 18 Rendah
5 SDG 23 Sedang
6 LVS 23 Sedang
7 SUP 24 Sedang
8 FSG 23 Sedang
9 AS 20 Sedang
10 AG 18 Rendah
Jumlah 193
Rata-rata 19,3 Rendah
Berdasarkan hasil prettest mengenai aspek menunjukkan perilaku
tekun, inisiatif dan kreatif di atas dapat kita pahami, terdapat 6 (enam)
siswa berada pada kategori sedang, dan 4 (empat) siswa berada pada
kategori rendah. Secara keseluruhan rerata skor sampel 22,9 poin
dengan kategori sedang.
6464
No Inisial Siswa Skor Kategori
1 PY 19 Sedang
2 NF 13 Rendah
3 DAS 9 Sangat Rendah
4 FS 15 Rendah
5 SDG 16 Rendah
6 LVS 19 Sedang
7 SUP 18 Sedang
8 FSG 19 Sedang
9 AS 14 Rendah
10 AG 18 Sedang
Jumlah 160
Rata-rata 16 Rendah
e. Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain
Tabel 4.10
Data Prettest tentang Pengambilan Keputusan Karir Siswa Pada
Aspek Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan
Orang Lain
Berdasarkan tabel 4.10 di atas hasil prettest mengenai aspek
berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain di atas
dapat kita pahami, dari 10 (sepuluh) siswa yang menjadi sampel
penelitian, terdapat 5 (lima) siswa berada dalam kategori sedang, 4
(empat) siswa berada pada kategori rendah dan 1 (satu) siswa berada
pada kategori sangat rendah. Secara keseluruhan rerata skor sampel 16
dengan kategori rendah. Artinya pengambilan keputusan karir pada
aspek berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain
berada pada aspek rendah.
2. Rencana Pelaksanaan Konseling
Setelah peneliti menetapkan kelompok eksperimen maka langkah
selanjutnya adalah merencanakan layanan atau treatment maka langkah
selanjutnya adalah merencanakan layanan atau treatment yang akan
diberikan. Rencana treatment atau konseling kelompok berguna untuk
meningkatkan pengambilan keputusan karir siswa kelas XII IPA 2 SMA N
1 Padang Ganting adalah sebanyak 4 kali pertemuan dengan uraian
sebagai berikut :
6565
Tabel 4.11
Rencana Treatment
No Hari/tanggal Topik Media
bahan
Waktu/tempat
1. Senin, 22 Juli 2019
Mengantarkan surat penelitian untuk
sekolah.
Membagikan
Instrumen ke kelas
XII IPS 2
-
-
Ruangan tata usaha/TU
Kelas XII.IPS.2
2. 23- 27 Juli 2019
Mengolah hasil instrumen
- -
3. Senin, 29 Juli 2019
Disesuaikan dengan masalah siswa (mengambil keputusan
bergantung pada
orang lain)
Konseli : PY
- 1x45 menit / ruang BK
4. Jum’at, 2 Agustus 2019
Disesuaikan dengan masalah siswa (tidak
tau kemana arah dan
tujuan karir)
Konseli : DAS
- 1x45 menit / Lokal
5. Senin, 5 Agustus 2019
Disesuaikan dengan masalah siswa (memilih jurusan yang
banyak peminatnya
saja/cenderung ikut-
ikutan teman)
Konseli : AG
- 1x45 menit / lokal
6. Jum’at, 9 Agustus 2019
Disesuaikan dengan masalah siswa (tidak
dapat memberikan
gagasan mengenai
studi lanjut)
Konseli : SDG
- 1x45 menit / lokal
7. Sabtu, 10 Agustus 2019
Membagikan instrumen posstest
- Ruang BK
Tujuan pemberian materi di atas ialah untuk meningkatkan
pengambilan keputusan karir siswa yaitu sesuai dengan hasil prettest yang
diperoleh, topik yang akan dibahas disesuaikan dengan permasalahan
pribadi siswa agar siswa atau anggota kelompok benar-benar serius dan
6666
berpartisipasi aktif dalam proses kegiatan karena masalah atau topik yang
dibahas adalah keresahan dari anggota kelompok sendiri.
3. Pelaksanaan Treatment.
Berikut pelaksanaan layanan menggunakan konseling kelompok yang
dilakukan dengan menggunakan tahapan-tahapan pendekatan trait and
factor :
a) Treatment 1 (Senin, 29 Juli 2019)
Layanan yang digunakan oleh peneliti adalah konseling kelompok
dengan pendekatan trait and factor. Data yang diambil peneliti dalam
menyelesaikan permasalahan siswa di SMA N 1 Padang Ganting yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan karir adalah data hasil
belajar siswa dan data tes IQ dari data ini peneliti melihat apakah
pengambilan keputusan karir dengan data hasil belajar dan tes Iqnya.
Teknis pelaksanaan dapat dilihat dari langkah-langkah sebagai berikut
:
(1) Tahap pembentukan
Treatment yang pertama ini, peneliti mengawalinya dengan
pembentukan kelompok yang bertujuan untuk mengembangkan
suasana-suasana akrab dan menciptakan dinamika kelompok,
kegiatan diawali dengan mengucapkan terima kasih, berdo’a dan
mengambil absensi anggota kelompok yang akan dibahas dengan
menggunakan pendekatan trait and factor. Pada tahap ini peneliti
memperkenalkan dan memasukkan para anggota kelompok ke
dalam suasana kelompok.
Kons : assalamualaikum wr. Wb
Klien : waalaikumsalam wr. Wb
Ko : selamat pagi semuanya, bagaimana kabarnya?
Ki : pagi juga, alhamdulillah sehat
Ko : sebelumnya kakak ucapkan terima kasih kepada adik-adik
semuanya, pada kesempatan kali ini kita akan melakukan
6767
kegiatan konseling kelompok. Sebelumnya marilah kita
berdo’a terlebih dahulu. Berdo’a dimulai.............. selesai
Ko : mmm.. di antara kalian udah ada yang pernah melakukan
konseling kelompok?
Ki(AS): saya kak..
Ko : siapa yang belum?
Ki : saya kak..
Ko : oke.. jadi konseling kelompok itu adalah proses bantuan
oleh konselor dengan memanfaatkan dinamika kelompok
untuk memecahkan suatu permasalahan dalam kelompok.
dan kegiatan konseling kelompok kita ini menggunakan
pendekatan trait and factor secara bahasa trait dapat
diartikan dengan sifat, karakteristik seorang individu,
sedangkan factor berarti tipe-tipe, syarat-syatar tertentu
yang dimiliki oleh sebuah pekerjaan atau suatu jabatan.
Artinya dalam kegiatan kelompok ini kita akan membahas
suatu topik tentang pengambilan keputusan karir yang
masalahnya datang dari adik-adik semua yang kita lihat dari
segi pemikiran yang mempengaruhi tingkah laku kita.
Selanjutnya kita akan mencarikan solusi dari masalah
tersebut secara bersama. Sejauh ini ada yang ditanyakan
atau ada yang belum paham?
Ki : paham kak
Ko : berarti semuanya paham ? oke, dilanjutkan bahwa dalam
kegiatan kita ini nanti semua anggota kelompok diminta
untuk berperan aktif dalam membahas masalah. Disilahkan
untuk berpendapat dengan catatan satu-persatu. Tujuannya
adalah terpecahnya masalah yang kita bahas. Kegiatan kita
ini berlangsung selama 4 kali pertemuan kedepan. Apakah
adik-adik ada yang ingin bertanya? Atau ada yang
diragukan?
6868
Ki : tidak kak..
Ko : oke. Sebelum kita melakukan konseling kelompok.
Alangkah baiknya kita perkenalan untuk lebih kenal lagi.
Jadi nanti ketika menyebutkan nama yang lain harus
menjawab hay dan namanya. Contoh nama kakak Amina.
Nah jawabnya hay kak Amina. Nah silahkan dari sebelah
kanan terlebih dahulu.
Ki : (dilanjutkan perkenalan satu persatu).
Ko : sudah semua perkenalannya?
Ki : sudah kak..
Ko : oke.. sekarang kita akan melakukan ice breaking. Jadi gini
nanti ketika kakak bilang kanan kalian harus menoleh ke
kiri dan menyebut kanan.
Ki : oke kak..
Ko : kita mulai.. kanan..
Ki : kanan.. dengan menoleh ke kiri tapi ada juga yang
menoleh ke kanan
Ko : nah.. belum konsentrasi kan..
Ki : iya kak..
Ko : oke.. kita coba lagi..
Ki : iya kak..
Ko : kiri..
Ki : kiri menoleh ke kanan (masih juga ada yang menoleh ke
kiri)
Ko : kanan
Ki : kanan menoleh ke kiri
Ko : kiri..
Ki : kiri menoleh ke kanan (ada juga yang masih menoleh ke
kiri)
Ko : nah masih belum konsentrasi yaa,,
Ki : iya nih kak..
6969
Ko : oke lah.. sudah ya.. harus konsen yaa..
Ki : iya kak..
Ko : mm.. sekarang kakak akan menjelaskan tentang azas-azas
dalam konseling kelompok. Yang pertama, yakni
kerahasiaan, yakni permasalahan yang kita bahas bersifat
rahasia tidak boleh menceritakan kepada orang lai,
kemudian kesukarelaan dan kegiatan
Ki : Ooo.. jadi yang kita bahas ini rahasia ya kak..
Ko : iya.. betul sekali..
(2) Tahap Peralihan
Pada tahap peralihan ini peneliti menjelaskan kembali
kegiatan yang akan dilakukan kepada anggota kelompok, tanya
jawab kesiapan anggota kelompok apakah bisa melanjutkan
kegiatan, pemimpin kelompok juga mengenali suasana kelompok
apakah sudah kondusif atau belum untuk dilanjutkan dan
menjelaskan topik yang akan dibahas dalam kegiatan konseling
kelompok.
Ko : apakah kegiatan ini bisa kita lanjutkan?
Ki : bisa kak.
(3) Tahap Pelaksanaan
(a) Tahap analisis
Tahap analisis merupakan langkah mengumpulkan
informasi tentang diri klien. Pada tahap analisis ini data yang
diambil peneliti adalah data hasil belajar siswa kelas XII IPS 2
dan data hasil tes IQ dari data hasil belajar dan data tes IQ ini
peneliti menganalisis tentang pengambilan keputusan karir
siswa di SMA N 1 Padang Ganting apakah cocok dengan hasil
belajar atau tidak. Analisis dapat dilakukan dengan
menggunakan alat-alat, seperti wawancara, catatan kumulatif,
7070
dan tes IQ dan data lainnya. Data hasil belajar yang paling
bagus yaitu terletak pada mata pelajaran KWN dengan nilai 88.
Berikut data tes psikologi siswa yang bernama PY :
Nama : PY
Minat jurusan : IPS
Intelegensi (IQ) : 90 (rata-rata)
Bakat
:
V (Kemampuan Memahami Kata-kata)
: 30
N (Kemampuan Memahami Hitungan) : 25
S (Kemampuan Memahami Kata-kata dan Hitungan): 20
P (Kemampuan Penalaran)
M (Kemampuan Memahami Kerja Mekanik)
: 10
: 25
RR (Kemampuan Relasi Ruang)
KKK (kemampuan dan Ketelitian Kerja)
: 10
: 15
(b) Tahap Sintesis
Tahap sintesis ini merangkum, menggolong-golongkan dan
menghubungkan data yang telah ada pada tahap ini peneliti
melihat dari data hasil belajar siswa dan data hasil tes IQ
apakah sesuai dengan pengambilan keputusan karir. Tahap ini
peneliti merangkum dan mengatur data hasil analisis sehingga
bisa melihat bakat klien, kelemahan dan kelebihan klien.
Dilihat dari data hasil tes psikologis siswa dapat diketahui
bahwa kecerdasan emosional PY yang baik terletak pada
Membina Hubungan Sosial dengan poin 85, bakat yang
menonjol pada PY yaitu bakat verbal (kemampuan memahami
kata-kata, sedangkan dilihat dari data hasil belajar PY nilai
yang paling bagus yaitu KWN (Kewarganegaraan) dengan nilai
88.
(c) Tahap Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data
dalam bentuk (sudut pandang) masalah yang ditunjukkan.
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh siswa yang
7171
bersangkutan pada tahap ini peneliti melihat dimana potensi
yang dimiliki siswa tersebut sebenarnya. Tahap ini juga untuk
menemukan ketetapan pola yang mengarah kepada
permasalahan, sebab-sebabnya, serta sifat-sifat klien yang
mempengaruhi dirinya dalam pengambilan keputusan karir.
Jika dilihat dari data hasil belajar siswa dan data tes
psikologis PY mengarah kepada hal-hal sosial.
(d) Tahap Prognosis
Tahap prognosis merupakan berupaya memprediksikan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data
yang didapatkan.
Dalam hal kecerdasan emosial PY dapat membina
hubungan sosial yang baik dengan lingkungan, memiliki bakat
verbal (kemampuan memahami kata-kata), dan memiliki nilai
yang bagus pada mata pelajaran KWN. Berdasarkan data
tersebut PY berbakat jadi guru.
(e) Tahap konseling
Tahap ini membantu klien untuk menemukan sumber diri
untuk mencapai perkembangan yang optimal yang ada dalam
dirinya.
Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dari pelaksanaan
konseling kelompok melalui pendekatan trait and factor. Topik
pembahasan pada pertemuan kali ini adalah membahas masalah
dengan mengambil dari item terendah yang dipilih oleh siswa
yakni tidak dapat mengambil keputusan mengenai studi lanjut
sendiri.
Ko : Ok, apakah sudah bisa kita mulai??
Ki : bisa..
7272
Ko : baiklah, sekarang dipersilahkan adik-adik untuk
menyebutkan masalahnya satu persatu terkait dengan
pengambilan keputusan karir yakni tidak dapat mengambil
keputusan mengenai studi lanjut sendiri
PY : saya tidak tau jurusan apa yang harus saya pilih mengenai
studi lanjut kak, ibu saya menyuruh saya untuk mengambil
jurusan keguruan, sedangkan saya tidak mau menjadi guru..
tetapi saya juga tidak tau saya mau mengambil jurusan apa
kak..
NF : kak saya tidak berminat untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi kak.. tetapi orang tua saya seperti memaksa saya
untuk melanjutkan studi saya kak.. saya maunya bekerja
kak,, tapi saya belum tau pekerjaan apa yang akan saya
lakukan kak..
DAS : saya bingung kak.. saya mau melanjutkan perkuliahan S1
kak karena banyak teman-teman saya yang kuliah S1 kak..
tapi orang tua saya tidak mempunyai perekonomian yang
cukup untuk melanjutkan perkuliahan kak..
Ko : baik.. masih ada yang mau menyampaikan
permasalahannya?
SUP : saya juga mau melanjutkan ke perguruan tinggi kak, tapi
orang tua saya tidak sanggup karena keterbatasan ekonomi
kak.. tetapi kalau pun jadi saya untuk kuliah, saya tak tau
mau mengambil jurusan apa kak..
Ko : terima kasih antusias nya adik-adik dan sekarang kita
sudah mendapatkan 4 permasalahan mengenai tidak
dapatnya mengambil keputusan mengenai studi lanjut
sendiri, jadi.. yang akan kita bahas kakak menyerahkan
7373
kepada adik-adik masalah apa yang akan kita bahas terlebih
dahulu..
Ki : masalah PY aja dulu kak..
Ko : baiklah apakah semuanya setuju masalah PY yang akan
kita bahas terlebih dahulu?
Ki : setuju kak..
Ko : baik, siapa yang mau berpendapat mengenai masalah yang
dihadapi oleh PY?
AG : menurut saya sebaiknya PY terlebih dahulu mengetahui
bakat yang dimiliki supaya bisa mengetahui jurusan mana
yang cocok..
AS : iya.. sebaiknya mengambil jurusan itu sesuai dengan bakat
dan minat yang dimiliki, supaya setelah kita menjalani ke
perkuliahan jadi lancar dan tidak malas menjalani nya..
karena ada tetangga saya, dia kuliah karena paksaan dari
orang tuanya,, jadi.. dia menjadi sering bolos kuliah karena
tidak berminat di jurusan yang diambilnya.
FSG : setuju dengan pendapat mereka kak.. PY sebaik nya
mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada guru BK apa
yang akan PY ambil dan kita juga sudah melakukan te IQ..
di dalam tes IQ kita juga sudah terlihat kearah mana jurusan
yang akan kita ambil nantinya.
(4) Tahap Pengakhiran
Ko : Bagaimana PY dari pendapat teman-teman PY apakah
sudah mendapatkan solusi yang terbaik buat PY? Baiklah
sedikit kakak tambahkan dilihat dari hasil belajar PY
kakak setuju sebaiknya PY mendiskusikan dulu kepada
7474
guru BK dan orang tua, buat orang tua memahami jurusan
apa yang PY inginkan sesuai dengan bakat dan minat yang
PY miliki, sehingga saat melaksanakan studi lanjut tidak
adanya kendala yang dihadapi. Bagaimana PY masih ada
yang mau ditanyakan? Kalau tidak kita akhiri pertemuan
kita hari ini.
PY : tidak kak
Ko : baiklah kakak akan menambahkan sedikit mengenai studi
lanjut PY jika dilihat dari data hasil belajar PY nilai yang
bagus terletak pada mata pelajaran KWN, memiliki
kecerdasan emosional dapat membina hubungan sosial
dengan bakat verbal, maka kakak menyarankan untuk PY
menuruti kata orang tua untuk menjadi guru, mungkin saat
ini PY belum mengasah bakat PY tersebut sehingga tidak
mau untuk menjadi guru, tapi coba untuk difikirkan lagi
yaa.. sekian dari kakak, sampai disini dulu pertemuan kita
pada hari ini insha allah besok akan kita sambung lagi
dengan pembahasan yang berbeda. Assalamualaikum
wr.wb
Ki : walaikumsalam wr. Wb.
b) Treatment 2 (Jum’at, 2 Agustus 2019)
(1) Tahap Pembentukan
Kegiatan ini diawali dengan mengucapkan terimakasih,
berdo’a dan dan mengambil absensi anggota kelompok yang akan
dibahas menggunakan pendekatan trait and factor. Sebelum
peneliti melanjutkan konseling, pemimpin kelompok terlebih
dahulu membuka dengan permainan konsentrasi demi
menghangatkan suasana dengan menjalin keakraban antara anggota
kelompok dengan sesama dan dengan pemimpin kelompok.
7575
Selanjutnya peneliti memilih satu permasalahan yang di
alami oleh klien. Yaitu “tidak tau kemana arah dan tujuan karir”.
Ko : oke. Assalamualaikum wr.wb.. selamat siang adik-adik,
apakah masih dalam keadaan sehat?
Ki : walaikum salam wr. Wb. Masih kak..
Ko : sebelumnya kakak mengucapkan terimakasih kepada adik-
adik karena sesuai dengan kesepakatan kita kemaren hari
ini kita akan melaksanakan konseling kelompok dengan
menggunakan pendekatan trait and factor, sebelum kita
memulai kegiatan konseling kelompok kita pada hari ini
bagi adik-adik ada yang mau ditanyakan?
Ki : tidak..
Ko : ok.. sesuai hasil instrumen yang kakak bagikan kemaren
banyak nya yang tidak mengetahui kemana arah dan tujuan
karirnya. Sekarang siapa yang mau mengungkapkan
permasalahannya mengenai “tidak mengetahui kemana arah
dan tujuan karir?”
DAS : saya tidak mengetahui pekerjaan yang cocok dengan bakat
saya kak..
Ko : ada lagi ?
Ki : tidak kak..
LVS : bagaimana dengan yang diungkap kan DAS aja kak..
kebanyakan dari kita pasti tidak mengetahui apa pekerjaan
atau jurusan yang cocok dengan bakat yang kita miliki
sehingga kita tidak mengetahui kemana arah dan tujuan
karir kita kedepannya..
7676
Bakat
:
V (Kemampuan Memahami Kata-kata)
: 5
N (Kemampuan Memahami Hitungan) : 10
S (Kemampuan Memahami Kata-kata dan Hitungan): 3
P (Kemampuan Penalaran) : 15
M (Kemampuan Memahami Kerja Mekanik) : 15
RR (Kemampuan Relasi Ruang) : 55
KKK (kemampuan dan Ketelitian Kerja) : 35
(2) Tahap Peralihan
Pada tahap peralihan ini pemimpin kelompok menjelaskan
kembali kegiatan apa yang akan dilakukan kepada anggota
kelompok, tanya jawab kesiapan kelompok apakah bisa
melanjutkan kegiatan, pemimpin kelompok juga harus mengenali
suasana kelompok apakah sudah kondusif atau belum untuk
dilanjutkan dan menjelaskan topik yang akan dibahas dalam
kegiatan konseling kelompok.
(3) Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah pendekatan trait and factor yaitu :
(a) Tahap analisis
Tahap analisis merupakan langkah mengumpulkan
informasi mengenai diri klien. Pada tahap analisis ini data yang
diambil peneliti adalah data hasil belajar siswa kelas XII IPS 2
dan data tes IQ siswa, dari data hasil belajar dan data te IQ
siswa ini peneliti menganalisis tentang pengambilan keputusan
karir siswa apakah cocok dengan data tersebut atau tidak. Jika
dilihat dari data hasil belajar siswa nilai yang menonjol terletak
pada mata pelajaran KWN dan keterampilan sablon dengan
nilai 90. Berikut data hasil tes psikologis siswa :
Nama : DAS Minat
jurusan : IPA Intelegensi
(IQ) : 96 (rata-rata)
7777
(b) Tahap Sintesis
Tahap sintesis ini merangkum, menggolong-golongkan dan
menghubungkan data yang telah ada pada tahap ini peneliti
melihat data hasil belajar siswa dan data tes IQ apakah sesuai
dengan pengambilan keputusan karir siswa. Pada tahap ini
peneliti merangkum dan mengatur data hasil analisis sehingga
bisa melihat bakat klien, kelemahan dan kekuatan, serta
kemampuan penyesuaian diri.
Dari data yang telah didapatkan, didapatkan hasil bahwa
siswa yang berinisial DAS memiliki Intelegensi (IQ) = 96
(rata-rata), kecerdasan emosional EQ = ME (mengenal emosi),
bakat RR (relasi ruang) =55 dan dari data hasil belajar siswa
nilai yang menonjol terletak pada mata pelajaran KWN dan
Keterampilan Sablon dengan nilai 90.
(c) Tahap Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data
dalam bentuk sudut pandang masalah yang ditujukan. Sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi oleh siswa yang
bersangkutan pada tahap ini peneliti melihat dimana potensi
yang dimiliki siswa tersebut sebenarnya. Tahap ini juga untuk
menemukan ketetapan pola yang mengarah kepada
permasalahan, sebab-sebabnya, serta sifat-sifat klien yang
mempengaruhi dirinya dalam pengambilan keputusan karir.
Jika dilihat dari data hasil belajar dan data tes psikologis
DAS berbakat ke arah seni, seperti fotografer, artis, pilot,
arsitek dan profesi lainnya.
(d) Tahap Prognosis
7878
Tahap prognosis merupakan berupaya memprediksikan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data
yang didapatkan.
Dilihat dari data yang telah didapatkan DAS memiliki nilai
yang sangat memuaskan pada mata pelajaran Kewarganegaraan
dan Keterampilan Sablon, memiliki IQ rata-rata, dapat
mengenal emosi dan mempunyai bakat relasi ruang, maka
dapat diketahui bahwa DAS berbakat ke arah seni.
(e) Tahap Konseling
Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dari pelaksanaan
konseling kelompok. Topik pembahasan pada pertemuan kedua
ini ialah membahas masalah “DAS” yakni “tidak mengetahui
pekerjaan sesuai dengan bakat yang dimilikinya”.
Ko : oke DAS.. bisa kah kamu menceritakan kenapa
kamu tidak mengetahui pekerjaan apa yang cocok
untuk kamu dengan bakat yang kamu miliki?
DAS : Iya, saya tidak mengetahui pekerjaan apa yang
sesuai dengan bakat saya, dulu saya menginginkan
sekali untuk memasuki jurusan IPA di SMA, tetapi
nilai saya tidak memungkinkan untuk memasuki
jurusan IPA
Ko : oke, siapa yang mau menanggapi permasalahan
yang dialami oleh DAS? (ko berusaha mengajak
seluruh anggota kelompok untuk berpendapat)
LVS : saya mau bertanya kepada DAS, bakat DAS apa?
DAS : saya suka melukis, dan saya sangat menyukai apa
saja yang berhubungan dengan seni
7979
AS : menurut saya jika DAS suka seni jurusan yang
cocok adalah arsitek, fotografer, atau artis
NF : setuju sekali dengan pendapat AS
Ko : bagaimana DAS? (Ko meminta pendapat DAS)
DAS : iya kak, berarti saya nanti cocok nya mengambil
jurusan seni ya kak?
Ko : oke kakak tambahkan, dari data hasil tes IQ yang
DAS miliki, bakat yang tertinggi adalah mengenai
relasi ruang, yang berhubungan dengan melukis, ini
merupakan bakat yang dimiliki oleh arsitek,
fotografer, dan artis yang sudah ditambahkan oleh
AS tadi.
DAS : iya kak.. terimakasih buat teman-teman atas saran
dan pendapatnya.
Ko : bagaimana DAS masih ada yang mau ditanyakan?
DAS : tidak kak
(4) Tahap Pengakhiran
Penulis mengungkapkan bahwa kegiatan ini akan segera
berakhir. Pemimpin kelompok menanyakan kepada anggota
kelompok tentang apa yang sudah dipahaminya dari kegiatan yang
telah dilakukan tadi serta meminta beberapa orang dari mereka
untuk menyimpulkan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan.
Anggota kelompok mengemukakan komitmen nya untuk
melakukan apa yang telah dibahas dalam kegiatan tadi.
Ko : ok, karena kita telah mendapatkan kesimpulan dari
pembahasan kita tadi, selanjutnya kegiatan ini akan
8080
diakhiri, terimakasih kepada adik-adik karena telah
berpartisipasi dalam kegiatan konseling kelompok kita pada
hari ini, sebelum kegiatan ini diakhiri DAS dipersilahkan
mengevaluasi lagi terkait masalahnya dan apa yang telah
diperoleh dan begitupun juga buat anggota kelompok? Dan
kakak meminta adik-adik untuk memberikan pesan dan
kesan dari adik-adik..
DAS : iya kak.. sebelumnya saya mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang telah memberikan masukannya.
Dan saya sekarang sudah sedikit memahami kemana arah
jurusan yang akan saya ambil kedepannya kak..
Ki : (menyampaikan kesan dan pesan masing-masing)
Ko : Ok.. kira-kira kapan pertemuan selanjutnya?
Ki : senin setelah dzuhur kak,
Ko : baik, bagaimana semuanya? Sepakat?
Ki : Sepakat kak
Ko : ok, jadi kita akan membahas kegiatan lanjutan pada hari
senin setelah sholat dzuhur. Terima kasih kakak ucapkan..
Wassalamualaikum wr.wb.
Ki : walaikumsalam wr. wb
c) Treatment 3 (Senin, 5 Agustus 2019)
Topik pembahasan pada pertemuan kali ini ialah membahas
permasalahan bingung dalam memilih studi lanjut/cenderung ikut-
ikutan teman.
8181
(1) Tahap Pembentukan
Kegiatan diawali dengan mengucapkan terimakasih,
berdo’a dan mengambil absensi anggota kelompok. Pemimpin
kelompok terlebih dahulu membuka dengan permainan yang
menghangatkan suasana dan menjalin keakraban antara anggota
kelompok dengan sesama dengan pemimpin kelompok.
(2) Tahap Peralihan
Pada tahap peralihan ini pemimpin kelompok menjelaskan
kembali kegiatan apa yang akan dilakukan kepada anggota
kelompok, tanya jawab kesiapan kelompok apakah bisa
melanjutkan kegiatan, pemimpin kelompok juga harus mengenali
suasana kelompok apakah sudah kondusif atau belum untuk
dilanjutkan dan menjelaskan topik yang akan dibahas dalam
kegiatan konseling kelompok.
(3) Tahap Pelaksanaan
Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dari pelaksanaan
kelompok menggunakan pendekatan trait and factor :
(a) Tahap Analisis
Tahap analisis merupakan langkah mengumpulkan
informasi tentang diri klien. Pada tahap analisis ini data yang
diambil peneliti adalah data hasil belajar siswa kelas XII IPS 2
dari data hasil belajar dan data hasil tes IQ siswa ini peneliti
menganalisis tentang pengambilan keputusan karir siswa di
SMA N 1 Padang Ganting apakah cocok dengan hasil belajar
dengan data hasil tes IQ atau tidak. Jika dilihat dari data hasil
belajar siswa nilai tertinggi yaitu pada mata pelajaran
B.Indonesia dengan nilai 88. Berikut data hasil tes psikologis
siswa yang berinisial AG :
Nama : AG Minat
jurusan : IPA Intelegensi (IQ)
: 103 (rata-rata)
8282
Bakat
:
V (Kemampuan Memahami Kata-kata)
: 25
N (Kemampuan Memahami Hitungan) : 25
S (Kemampuan Memahami Kata-kata dan Hitungan): 20
P (Kemampuan Penalaran) : 35
M (Kemampuan Memahami Kerja Mekanik) : 20
RR (Kemampuan Relasi Ruang) : 55
KKK (kemampuan dan Ketelitian Kerja) : 55
(b) Tahap Sintesis
Tahap sintesis ini merangkum, menggolong-golongkan dan
menghubungkan data yang telah ada, pada tahap ini peneliti
melihat dari data hasil belajar siswa dan data tes IQ siswa
apakah sesuai dengan pengambilan keputusan karirnya.
Dari data hasil belajar siswa didapatkan nilai tertinggi
terletak pada mata pelajaran B. Indonesia dengan nilai 88, IQ =
103 (rata-rata), kecerdasan Emosional (EQ) = Mengendalikan
emosi, bakat AG yaitu RR (kemampuan relasi ruang) dan KKK
(kemampuan dan ketelitian kerja) dengan poin 55.
(c) Tahap Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data
dalam bentuk (sudut pandang) masalah yang ditujukan sesuai
dengan masalah yang dihadapi oleh siswa yang bersangkutan,
pada tahap ini peneliti melihat dimana potensi yang dimiliki
siswa tersebut sebenarnya.
Dilihat dari data di atas dapat disimpulkan bahwa AG
berbakat pada bidang tulis-menulis.
(d) Tahap Prognosis
Tahap pragnosis merupakan berupaya memprediksikan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data
yang didapatkan.
Dapat disimpulkan bakat AG dapat mengarah kepada
penulis, pengarang, dan lain sebagainya.
(e) Proses Konseling
8383
Ko : Ok, kakak mau tanya, siapa diantara kita yang
sering memilih sesuatu berdasarkan teman?
AG : iya kak. Saya belum bisa mengambil keputusan
sendiri kak.
Ko : oke, ada dari adik-adik yang sama
permasalahannya dengan AG, bagaimana menurut
pendapat adik-adik mengenai bingung dalam
memilih jurusan sehingga cenderung ikut-ikutan
teman.
AS : menurut saya kak, AG seharus nya melanjutkan
studi sesuai dengan kemampuan yang AG miliki
sendiri kak, sesuai dengan bakat dan minat yang AG
miliki, kalau AG memilih jurusan karena mengikuti
teman, belum tentu kemampuan mereka berdua
sama kak.
FSG : iya kak, belum tentu kemampuan yang AG miliki
sama dengan teman AG tersebut.
Ko : bagus sekali adik-adik, ada yang mau berpendapat
lagi?
SUP : menurut saya langkah awal yang harus AG
lakukan, mengetahui terlebih dahulu ke arah mana
bakat dan minat yang AG miliki, selanjutnya AG
bisa berdiskusi dengan orang tua dan guru BK nya.
LVS : dan tambahan lagi, AG harus banyak menggali
informasi apa jurusan yang sesuai dengan bakat
minat AG.
Ko : bagaimana AG? Dari pendapat teman-teman
apakah AG sudah menemukan solusi yang terbaik
buat AG sendiri? Baik kakak sedikit menambahkan
untuk pemilihan studi lanjut kita tidak bisa memilih
jurusan karena teman terdekat kita juga memilih
8484
jurusan tersebut, karena setiap kita pasti mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda dan juga
mempunyai bakat yang berbeda pula, sebaiknya
kenali bakat kita terlebih dahulu, setelah itu cari
informasi mengenai studi lanjut yang akan di ambil
dan jangan lupa juga mengkonsultasikan nya kepada
orang tua dan guru BK. Bagaimana AG? Masih ada
yang mau ditanyakan? Jika tidak ada yang mau
ditanyakan kita akhiri pertemuan kita pada hari ini.
Ki : tidak kak.
Ko : baiklah kakak akan menambahkan sedikit, dari
data yang telah kakak dapatkan dari hasil data tes
psikologis AG dan data hasil belajar AG
bahwasanya AG berbakat ke arah tulis-menulis
tetapi kakak akan kembalikan lagi kepada AG,
sampai disini dulu pertemuan kita pada hari ini
insha allah besok kita sambung lagi dengan
pembahasan yang berbeda. Wassalamualaikum wr.
Wb
Ki : walaikumsalam wr. Wb
(4) Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini yang dilakukan oleh pemimpin kelompok
yaitu dengan mengungkapkan bahwa kegiatan ini akan segera
berakhir. Pemimpin kelompok menanyakan kepada anggota
kelompok tentang apa saja yang sudah dipahaminya dari kegiatan
yang telah dilakukan tadi serta meminta beberapa orang dari
mereka untuk menyimpulkan hasil dari kegiatan yang telah
dilakukan. Kemudian anggota kelompok mengemukakan
komitmennya untuk melaksanakan apa yang telah dibahas dalam
kegiatan tadi.
d) Treatment 4 (Jum’at, 9 Agustus 2019)
8585
Layanan yang digunakan oleh peneliti adalah konseling kelompok
dengan menggunakan pendekatan trait and factor. Data yang diambil
peneliti dalam menyelesaikan permasalahan siswa di SMAN 1 Padang
Ganting adalah yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
karir siswa sesuai atau cocok dengan data hasil belajar siswa dari data
ini peneliti melihat apakah pengambilan keputusan karir ini sesuai
dengan data hasil belajarnya atau tidak. Konseling kelompok ada tiga
tahapan yaitu :
(1) Tahap Pembentukan
Kegiatan diawali dengan mengucapkan terimakasih,
berdo’a dan mengambil absensi anggota kelompok yang akan
dibahas menggunakan pendekatan trait and factor. Pemimpin
kelompok terlebih dahulu membuka dengan permainan konsentrasi
demi menghangatkan suasana dan menjalin keakraban anggota
kelompok dengan sesama dan dengan pemimpin kelompok.
(2) Tahap Peralihan
Pada tahap peralihan ini pemimpin kelompok menjelaskan
kembali kegiatan apa yang dilakukan kepada anggota kelompok,
tanya jawab kesiapan kelompok apakah bisa melanjutkan kegiatan,
pemimpin kelompok juga harus mengenali suasana kelompok
apakah sudah kondusif atau belum untuk dilanjutkan dan
menjelaskan topik yang akan dibahas dalam kegiatan konseling
kelompok.
(3) Tahap Pelaksanaan
Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dari pelaksanaan
konseling kelompok menggunakan pendekatan trait and factor.
(a) Tahap Analisis
Tahap analisis merupakan langkah mengumpulkan
informasi tentang diri klien, pada tahap analisis ini data yang
diambil peneliti adalah data hasil belajar siswa dan data tes IQ
8686
siswa kelas XII IPS 2, dari data tersebut peneliti menganalisis
tentang pengambilan keputusan karir siswa di SMAN 1 Padang
Ganting apakah cocok atau tidak. Dari data hasil belajar siswa
yang berinisial SDG memiliki nilai yang cukup baik pada mata
pelajaran kewarganegaraan dan bahasa indonesia yaitu 88.
Berikut data hasil tes psikologis SDG:
Nama : SDG
Minat jurusan : IPA
Intelegensi (IQ) : 90 (rata-rata)
Bakat
:
V (Kemampuan Memahami Kata-kata)
: 30
N (Kemampuan Memahami Hitungan) : 50
S (Kemampuan Memahami Kata-kata dan Hitungan): 35
P (Kemampuan Penalaran) : 10
M (Kemampuan Memahami Kerja Mekanik) : 10
RR (Kemampuan Relasi Ruang) : 70
KKK (kemampuan dan Ketelitian Kerja) : 55
(b) Tahap Sintesis
Tahap sintesis ini merangkum, menggolong-golongkan dan
menghubungkan data yang telah ada pada tahap ini peneliti
melihat dari data hasil belajar dan data hasil tes IQ siswa
apakah sesuai dengan pengambilan keputusan karirnya atau
tidak.
Dari data hasil belajar siswa berinisial SDG dapat dilihat
kemampuan dalam pembelajaran yang unggul terdapat pada
mata pelajaran kewarganegaraan dan bahasa indonesia,
mempunyai IQ 90 (rata-rata), mampu membina hubungan
sosial, bakat relasi ruang.
(c) Tahap Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data
dalam bentuk masalah yang ditujukan, sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi oleh siswa yang bersangkutan.
8787
Pada tahap ini peneliti melihat dimana potensi yang miliki
siswa tersebut sebenarnya.
Jika dilihat dari data yang sudah didapatkan, kemampuan
SDG lebih mengarah ke arah seni, fotografer, artis, pilot,
arsitek, sastra dan lain sebagainya.
(d) Tahap Pragnosis
Tahap pragnosis merupakan upaya memprediksikan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data
yang didapatkan.
Dilihat dari data yang telah didapatkan, SDG memiliki nilai
yang memuaskan pada mata pelajaran kewarganegaraan dan
bahasa indonesia, memiliki IQ rata-rata, dapat membina
hubungan sosial, dan bakat mengarah kepada relasi ruang,
maka dapat diketahui bahwa SDG berbakat ke arah seni.
(e) Proses Konseling
Topik pembahasan pada pertemuan kali ini ialah membahas
masalah mengenai “tidak dapat mengemukakan gagasan/ide
mengenai studi lanjut dikarenakan kendala ekonomi”
Ko : kalau begitu siapa yang mau berpendapat atau
memberi saran mengenai masalah yang dihadapi
oleh SDG?
FS : kak saya mau bertanya dulu pada SDG? Jika ia
berkesempatan untuk kuliah, apa jurusan yang akan
SDG ambil nantinya?
SDG : tidak tau, saya belum ada minat untuk melanjutkan
studi dan jika pun ada kemungkinan orang tua juga
tidak mengizinkan karena tidak adanya biaya.
Ko : ada yang mau berpendapat lagi ?
DAS : menurut saya SDG sebaiknya mengikuti bidikmisi
kak.
8888
NF : setuju dengan DAS kak, mana tau SDG lulus
bidikmisi nantinya.
PY : iya, untuk informasi mengenai bidikmisi juga bisa
dicari di internet.
Ko : baik, bagus tanggapan dari adik-adik. Kakak bisa
mengerti bahwa keadaan yang SDG alami mungkin
mengganggu pikiran SDG sendiri.
SDG : iya kak. Dan jika pun saya mengikuti bidik misi
belum tentu lulus juga kak karena nilai saya juga
tidak mencukupi kak.
AG : sebenarnya saya juga seperti SDG juga kak,
ekonomi keluarga juga tidak memadai untuk lanjut
ke perguruan tinggi sehingga belum ada keinginan
untuk membahas studi lanjut, dan kalaupun
mengikuti bidik misi belum tentu juga lolos.
Ko : baik lah, kakak menambahkan sedikit kita tidak
boleh mundur sebelum mencoba, bidikmisi adalah
jalur yang memudahkan kita apabila tidak
mempunyai biaya untuk melanjutkan studi, jadi kita
harus berusaha terlebih dahulu dan diiringi juga
dengan do’a, jangan mudah menyerah ya adik-adik.
Kakak doakan semoga kita semua bisa sukses sama-
sama dikemudian hari.
Ki : Aaaamiiinnn..
Ko : jadi bagaimana SDG dan kawan-kawan? Apakah
sudah ada solusi dari permasalahan yang adik-adik
alami???
Ki : sudah kak, nanti akan saya coba untuk mengikuti
jalur bidik misi kak.
Ko : bagus sekali adik-adik, mudah-mudahan adik-adik
bisa sukses dengan jalan yang adik-adik pilih
8989
nantinya, sedikit kakak menambahkan terutama buat
SDG, jika dilihat dari data hasil belajar dan tes
psikologis SDG kakak menyarankan untuk
mengambil jurusan seni jika berniat untuk
melanjutkan pendidikannya, tetapi itu kakak
kembalikan lagi kepada SDG bagaimana baiknya,
sebelumnya diskusikan dulu kepada ibuk diah
sebagai guru BK disini dan orang tua di rumah,
baiklah hanya itu.. kakak akhiri dengan
wassalamualaikum wr.wb.
Ki : walaikumsalam wr.wb.. terimakasih kak
(4) Tahap Pengakhiran
Pemimpin kelompok mengungkapkan bahwa kegiatan ini
akan segera berakhir. Pemimpin kelompok menanyakan kepada
anggota kelompok tentang apa yang sudah dipahaminya dari
kegiatan yang telah dilakukan tadi serta meminta beberapa orang
dari mereka untuk menyimpulkan hasil dari kegiatan yang telah
dilakukan. Anggota kelompok mengemukakan komitmennya untuk
melakukan apa yang telah dibahas pada kegiatan sebelumnya.
4. Deskripsi Data Hasil Posttest
Setelah melakukan treatment selanjutnya peneliti melakukan
posttest kepada kelompok eksperiment atau kelompok sampel sebanyak 10
orang dengan memberikan skala pengambilan keputusan karir yang sama
pada saat prettest. Hasil posttest peneliti gambarkan dalam bentuk tabel
sebagai berikut :
9090
Tabel 4.12 Kelompok Pengambilan Keputusan Karir
Setelah Diberikan Layanan Pdendekatan Trait and Factor (Posttest)
N = 10
No Responden Total Kategori
1 PY 113 Sedang
2 NF 106 Sedang
3 DAS 113 Sedang
4 FS 138 Tinggi
5 SDG 105 Sedang
6 LVS 134 Tinggi
7 SUP 147 Tinggi
8 FSG 157 Sangat Tinggi
9 AS 101 Sedang
10 AG 126 Tinggi
Jumlah 1240 Sedang
Rata-rata 124
Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa yang
memperoleh kategori tinggi sebanyak 4 orang, kategori sedang sebanyak 5
orang dan kategori sangat tinggi sebanyak 1 orang. Dari tabel di atas dapat
juga dipahami bahwa tidak ada lagi yang kategori rendah atau sangat
rendah pengambilan keputusan karirnya.
Tabel 4.13
Interval Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa di SMAN
1 Padang Ganting N=10
No Kelas Interval Kategori f %
1 156 - 185 Sangat Tinggi 1 10%
2 126 – 155 Tinggi 4 40%
3 96 – 125 Sedang 5 50%
4 66 – 95 Rendah - -
5 36 – 65 Sangat Rendah - -
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dipahami bahwa hasil posttest
pengambilan keputusan karir siswa kelas XII IPS 2 SMAN 1 Padang
Ganting sebanyak 1 orang dengan kategori sangat tinggi, 4 orang dengan
kategori tinggi dengan persentase 40% dan 5 orang dengan kategori
sedang dengan persentase 50%.
9191
a. Percaya Diri
Tabel 4.14
Skor Posttest Tentang Pengambilan Keputusan Karir Siswa Pada
Aspek Kepercayaan Diri
No Siswa Skor Kategori
1 PY 28 Tinggi
2 NF 24 Sedang
3 DAS 29 Tinggi
4 FS 29 Tinggi
5 SDG 24 Sedang
6 LVS 28 Tinggi
7 SUP 33 Tinggi
8 FSG 27 Sedang
9 AS 22 Sedang
10 AG 28 Tinggi
Jumlah 272 -
Rata-rata 27,2 Sedang
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, dapat dijelaskan hasil perolehan
skor posttest dari 10 siswa pada aspek percaya diri. Adapun jumlah skor
yang diperoleh 10 orang siswa sebanyak 272, dengan rata-rata skornya
adalah 27,2, berada pada ketegori sedang. Artinya kemampuan
pengambilan keputusan karir siswa pada aspek percaya diri berada pada
kategori sedang.
Tabel 4.15
Interval Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa di
SMAN 1 Padang Ganting Pada Aspek Percaya Diri N=10
No Kelas Interval Kategori f %
1 35 – 41 Sangat tinggi - -
2 28 – 34 Tinggi 6 60%
3 21 – 27 Sedang 4 40%
4 14 – 20 Rendah - -
5 7 – 13 Sangat rendah - -
Jumlah 10 100%
Jika dilihat secara kumulatif pada tabel 4.15 di atas hasil posttest
pada aspek kepercayaan diri, dari 10 orang siswa terdapat jumlah
frekuensi kategori tinggi dengan jumlah frekuensi 6 berada pada
persentase 60% dan pada kategori sedang 4 dengan persentase 40%.
9292
b. Tanggung Jawab
Tabel 4.16
Skor Posttest Tentang Pengambilan Keputusan Karir Siswa Pada
Aspek Tanggung Jawab N=10
No Siswa Skor Kategori
1 PY 28 Sedang
2 NF 31 Tinggi
3 DAS 34 Tinggi
4 FS 35 Tinggi
5 SDG 24 Sedang
6 LVS 37 Sangat Tinggi
7 SUP 36 Sangat Tinggi
8 FSG 38 Sangat Tinggi
9 AS 22 Sedang
10 AG 32 Tinggi
Jumlah 317
Rata-rata 31,7 Tinggi
Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat dipahami bahwa pada hasil
posttest aspek tanggung jawab dari 10 orang siswa, terdapat pada
kategori sangat tinggi 3 orang, kategori tinggi sebanyak 4 orang dan
kategori sedang sebanyak 3 orang, dengan jumlah poin sebanyak 317
pada rerata 31,7 yang berada pada kategori tinggi.
Tabel 4.17
Interval Skor Posttest Tentang Pengambilan Keputusan Karir
Siswa Pada Aspek Tanggung Jawab N=10
No Kelas Interval Kategori f %
1 36 – 42 Sangat Tinggi 3 30%
2 29 – 35 Tinggi 4 40%
3 22 – 28 Sedang 3 30%
4 15 – 21 Rendah - -
5 8 – 14 Sangat Rendah - -
Jumlah 10 100%
Berdasarkan interval tabel 4.17 di atas dapat dipahami bahwa
terdapat 3 orang siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dengan
persentase 30%, 4 orang siswa berada pada kategori tinggi dengan
persentase 40%, dan 3 orang siswa berada pada kategori sedang
dengan persentase 30%.
9393
No Kelas Interval Kategori f %
1 36 – 42 Sangat Tinggi 1 10%
2 29 – 35 Tinggi 3 30%
3 22 – 28 Sedang 4 40%
4 15 – 21 Rendah 2 20%
5 8 – 14 Sangat Rendah - -
Jumlah 10 100%
c. Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
Tabel 4.18
Skor Posttest Tentang Pengambilan Keputusan Karir Siswa Pada
Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri N=10
No Siswa Skor Kategori
1 PY 20 Rendah
2 NF 24 Sedang
3 DAS 24 Sedang
4 FS 31 Tinggi
5 SDG 18 Rendah
6 LVS 27 Sedang
7 SUP 32 Tinggi
8 FSG 39 Sangat Tinggi
9 AS 23 Sedang
10 AG 30 Tinggi
Jumlah 268
Rata-rata 26,8 Sedang
Berdasarkan tabel 4.18 di atas dapat dipahami bahwa pada hasil
posttest aspek mengarahkan dan mengembangkan diri dari 10 orang
siswa, terdapat pada kategori sangat tinggi 1 orang, kategori tinggi 3
orang, kategori sedang 4 orang dan kategori rendah sebanyak 2 orang
siswa dengan jumlah poin sebanyak 268 pada rerata 26,8 yang berada
pada kategori sedang.
Tabel 4.19
Interval Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa di
SMA N 1 Padang Ganting Pada Aspek Mengarahkan dan
Mengembangkan Diri N=10
Jika dilihat secara kumulatif pada tabel 4.19 di atas hasil posttest
pada aspek mengarahkan dan mengembangkan diri, dari 10 orang siswa
terdapat jumlah frekuensi 1 pada kategori sangat tinggi dengan
persentase 10%, pada frekuensi 3 pada kategori tinggi dengan
persentase 30%, pada frekuensi 4 pada kategori sedang dengan
9494
No Siswa Skor Kategori
1 PY 18 Rendah
2 NF 14 Rendah
3 DAS 17 Rendah
4 FS 25 Sedang
5 SDG 23 Sedang
6 LVS 23 Sedang
7 SUP 27 Sedang
8 FSG 30 Tinggi
9 AS 20 Rendah
10 AG 18 Rendah
Jumlah 215
Rata-rata 21,5 Sedang
persentase 40% dan pada frekuensi 2 pada kategori rendah dengan
persentase 20%.
d. Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif
Tabel 4.20
Skor Posttest Tentang Pengambilan Keputusan Karir Siswa Pada
Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif N=10
Berdasarkan tabel 4.20 di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu
aspek dari kemampuan pengambilan keputusan karir yaitu tentang
menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif dari 10 orang siswa
yang dijadikan sebagai sampel penelitian, dengan kategori tinggi
sebanyak 1 orang siswa, kategori sedang sebanyak 4 orang dan
kategori rendah sebanyak 5 orang, secara keseluruhan dengan jumlah
sebanyak 215 poin pada rerata skor sampel 21,5 dengan kategori
sedang.
9595
No Kelas Interval Kategori f %
1 35 – 41 Sangat Tinggi - -
2 28 – 34 Tinggi 1 10%
3 21 – 27 Sedang 4 40%
4 14 – 20 Rendah 5 50%
5 7 – 13 Sangat Rendah - -
Jumlah 10 100%
No Siswa Skor Kategori
1 PY 19 Sedang
2 NF 13 Rendah
3 DAS 9 Sangat Rendah
4 FS 18 Sedang
5 SDG 16 Rendah
6 LVS 19 Sedang
7 SUP 19 Sedang
8 FSG 23 Sedang
9 AS 14 Rendah
10 AG 18 Sedang
Jumlah 168
Rata-rata 16,8 Rendah
Tabel 4.21 Interval Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa di
SMAN 1 Padang Ganting Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun,
Inisiatif dan Kreatif N=10
berdasarkan interval tabel 4.21 di atas dapat dipahami kategori
tinggi sebanyak 1 orang dengan persentase 10%, kategori sedang
sebanyak 4 orang dengan persentase 40% dan kategori rendah
sebanyak 5 orang dengan persentase 50%.
e. Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain
Tabel 4.22
Skor Posttest Tentang Pengambilan Keputusan Karir Siswa Pada
Aspek Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang
Lain N=10
Berdasarkan tabel 4.22 di atas dapat dipahami bahwa pada hasil
posttest aspek berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang
lain dari 10 orang siswa, terdapat pada kategori sedang sebanyak 6
orang, kategori rendah sebanyak 3 orang dan kategori sangat rendah
sebanyak 1 orang siswa dengan jumlah poin sebanyak 168 pada rerata
16,8 yang berada pada kategori rendah.
9696
Tabel 4.23 Interval Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa di
SMA N 1 Padang Ganting N=10
No Kelas Interval Kategori f %
1 30 – 35 Sangat Tinggi - -
2 24 – 29 Tinggi - -
3 18 – 23 Sedang 6 60%
4 12 – 17 Rendah 3 30%
5 6 – 11 Sangat Rendah 1 10%
Jumlah 10 100%
Jika dilihat secara kumulatif pada tabel 4.23 di atas hasil posttest
pada aspek berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain
di atas, dari 10 orang siswa terdapat jumlah frekuensi 6 pada kategori
sedang dengan persentase 60%, frekuensi 3 pada kategori rendah
dengan persentase 30% dan frekuensi 1 pada kategori sangat rendah
dengan persentase 10%.
5. Analisis Data
Langkah selanjutnya setelah hasil posttest didapatkan adalah
menganalisis data tersebut dengan menggunakan uji statistik (uji t) untuk
melihat apakah pendekatan trait and factor efektif untuk meningkatkan
pengambilan keputusan karir siswa. Sebelum itu perlu perlu diketahui dulu
perbandingan pretest dan posttest yang peneliti paparkan dalam tabel
sebagai berikut :
9797
Tabel 4.24 Perbandingan Pengambilan Keputusan Karir Siswa antara Pretest
dan Posttest
No Kode
siswa
Pretest Posttest Peningkatan
Skor Skor Kategori Skor Kategori
1 PY 105 Sedang 113 Sedang Naik 8
2 NF 89 Rendah 106 Sedang Naik 17
3 DAS 88 Rendah 113 Sedang Naik 25
4 FS 105 Sedang 138 Tinggi Naik 33
5 SDG 97 Sedang 105 Sedang Naik 8
6 LVS 117 Sedang 134 Tinggi Naik 17
7 SUP 121 Sedang 147 Tinggi Naik 26
8 FSG 123 Sedang 157 Sangat Tinggi
Naik 34
9 AS 93 Rendah 101 Sedang Naik 8
10 AG 109 Sedang 126 Tinggi Naik 17
Jumlah 1047 1240 207
Rata-rata 104,7 124 20,7
Berdasarkan tabel 4.24 di atas dapat dipahami bahwa pada
kelompok eksperimen terjadi peningkatan pengambilan keputusan karir
siswa yang cukup signifikan. Rata-rata skor pretest pengambilan
keputusan karir siswa 104,7 meningkat menjadi 124.
180
160
140
120
100
80
60
Pretest
posttest
40
20
0
PY NF DAS FS SDG LVS SUP FSG AS AG
Gambar 1 Perbandingan Skor Pretest-Posttest
Tentang Pengambilan Keputusan Karir Siswa (Keseluruhan)
9898
Berdasarkan grafik gambar 1 di atas dapat dipahami bahwa
terjadinya perubahan grafik antara hasil skor pretest dengan hasil skor
posttest. Dan dapat dipahami bahwa pada kelompok eksperimen terjadi
peningkatan pengambilan keputusan karir siswa yang cukup signifikan.
Tabel 4.25 Perbandingan Skor Pretest-Posttest Pengambilan Keputusan Karir di
SMA N 1 Padang Ganting
Pada Aspek Percaya Diri
No Inisial Pretest Posttest
Skor Kategori Skor Kategori
1 PY 21 Sedang 28 Tinggi
2 NF 17 Rendah 24 Sedang
3 DAS 23 Sedang 29 Tinggi
4 FS 22 Sedang 29 Tinggi
5 SDG 17 Rendah 24 Sedang
6 LVS 21 Sedang 28 Tinggi
7 SUP 27 Tinggi 33 Sangat Tinggi
8 FSG 20 Sedang 27 Tinggi
9 AS 15 Rendah 22 Sedang
10 AG 21 Sedang 28 Tinggi
Jumlah 204 272
Rata-rata 20,4 27,2
Berdasarkan tabel 4.25 di atas, dapat dijelaskan bahwa sampel
pada penelitian ini mengalami peningkatan jumlah skor kemampuan
pengambilan keputusan karir pada aspek percaya diri, sebelum treatment
jumlah skor 204 dengan rata-rata skor 20,4 setelah diberikan treatment
jumlah skor meningkat menjadi 272 dengan rata-rata 27,2.
9999
35
30
25
20
Pretest
15 Posttest
10
5
0
PY NF DAS FS SDG LVS SUP FSG AS AG
Gambar 2 Perbandingan Skor Pretest-Posttest Pengambilan Keputusan Karir
Siswa SMAN 1 Padang Ganting Pada Aspek Percaya Diri
Berdasarkan grafik gambar 2 di atas dapat dipahami bahwa
terjadinya perubahan grafik antara hasil skor pretest dengan hasil skor
posttest pada aspek percaya diri. Dan dapat dipahami bahwa pada
kelompok eksperimen terjadi peningkatan pengambilan keputusan karir
siswa yang cukup signifikan dalam aspek kepercayaan diri tersebut.
100100100
Tabel 4.26 Perbandingan Skor Pretest-Posttest Pengambilan Keputusan Karir
Siswa di SMAN 1 Padang Ganting
Pada Aspek Tanggung Jawab
No Inisial Pretest Posttest
Skor Kategori Skor Kategori
1 PY 27 Sedang 28 Sedang
2 NF 24 Sedang 31 Tinggi
3 DAS 28 Sedang 34 Tinggi
4 FS 27 Sedang 35 Tinggi
5 SDG 23 Sedang 24 Sedang
6 LVS 29 Tinggi 37 Sangat Tinggi
7 SUP 28 Sedang 36 Sangat Tinggi
8 FSG 30 Tinggi 38 Sangat Tinggi
9 AS 21 Rendah 32 Sedang
10 AG 24 Sedang 32 Tinggi
Jumlah 261 327
Rata-rata 26,1 32,7
Berdasarkan tabel 4.26 di atas, dapat dijelaskan bahwa sampel
pada penelitian ini mengalami peningkatan jumlah skor kemampuan
pengambilan keputusan karir pada aspek tanggung jawab. Sebelum
treatment jumlah skor 261 dengan rata-rata skor 26,1 setelah diberikan
treatment jumlah skor meningkat menjadi 327 dengan rata-rata 32,7.
101101101
40
35
30
25
20 Pretest
Posttest 15
10
5
0
PY NF DAS FS SDG LVS SUP FSG AS AG
Gambar 3
Perbandingan Skor Pretest-Posttest Pengambilan Keputusan Karir
Siswa Kelas SMA N 1 Padang Ganting Pada Aspek Tanggung Jawab
Berdasarkan grafik gambar 3 di atas dapat dipahami bahwa
terjadinya perubahan grafik antara hasil skor pretest dengan hasil skor
posttest pada aspek tanggung jawab. Dan dapat dipahami bahwa pada
kelompok eksperimen terjadi peningkatan pengambilan keputusan karir
siswa yang cukup signifikan pada aspek tanggung jawab tersebut.
102102102
Tabel 4. 27 Perbandingan Skor Pretest-Posttest Pengambilan Keputusan Karir
Siswa di SMAN 1 Padang Ganting
Pada Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
No Inisial Pretest Posttest
Skor Kategori Skor Kategori
1 PY 20 Rendah 20 Rendah
2 NF 21 Rendah 24 Sedang
3 DAS 16 Rendah 24 Sedang
4 FS 23 Sedang 31 Tinggi
5 SDG 18 Rendah 18 Rendah
6 LVS 25 Sedang 27 Sedang
7 SUP 24 Sedang 32 Tinggi
8 FSG 31 Tinggi 39 Sangat Tinggi
9 AS 23 Sedang 23 Sedang
10 AG 28 Sedang 30 Tinggi
Jumlah 229 268
Rata-rata 22,9 26,8
Berdasarkan tabel 4.27 di atas, dapat dijelaskan bahwa sampel
pada penelitian ini mengalami peningkatan jumlah skor kemampuan
pengambilan keputusan karir pada aspek mengarahkan dan
mengembangkan diri. Sebelum treatment jumlah skor 229 dengan rata-rata
skor 22,9 setelah diberikan treatment jumlah skor meningkat menjadi 268
dengan rata-rata 26,8.
103103103
45
40
35
30
25 Pretest
20 Posttest
15
10
5
0
PY NF DAS FS SDG LVS SUP FSG AS AG
Gambar 4
Perbandingan Skor Pretest-Posttest Pengambilan Keputusan Karir
SMA N 1 Padang Ganting
Pada Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
Berdasarkan grafik gambar 4 di atas dapat dipahami bahwa terjadi
beberapa peningkatan grafik antara hasil skor pretest dengan hasil skor
posttest pada 7 orang siswa sedangkan pada 3 orang siswa tidak terjadinya
perubahan dari data hasil pretest dengan data hasil posttest pada aspek
mengarahkan dan mengembangkan diri. Dan dapat dipahami bahwa pada
kelompok eksperimen terjadi peningkatan pengambilan keputusan karir
siswa hanya kepada beberapa orang saja.
104104104
Tabel 4.28 Perbandingan Skor Pretest-Posttest Pengambilan Keputusan Karir
di SMA N 1 Padang Ganting
Pada Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif
No Inisial Pretest Posttest
Skor Kategori Skor Kategori
1 PY 18 Rendah 18 Rendah
2 NF 14 Rendah 14 Rendah
3 DAS 12 Sangat Rendah
17 Sedang
4 FS 18 Rendah 25 Sedang
5 SDG 23 Sedang 23 Sedang
6 LVS 23 Sedang 23 Sedang
7 SUP 24 Sedang 27 Tinggi
8 FSG 23 Sedang 30 Tinggi
9 AS 20 Sedang 20 Sedang
10 AG 18 Rendah 18 Rendah
Jumlah 229 255
Rata-rata 22,9 25,5
Berdasarkan tabel 4.28 di atas, dapat dijelaskan bahwa sampel
pada penelitian ini mengalami peningkatan jumlah skor kemampuan
pengambilan keputusan karir pada aspek menunjukkan perilaku tekun,
inisiatif dan kreatif. Sebelum treatment jumlah skor 229 dengan rata-rata
skor 22,9 setelah diberikan treatment jumlah skor meningkat menjadi 255
dengan rata-rata 25,5.
105105105
35
30
25
20
Pretest
15 Posttest
10
5
0
PY NF DAS FG SDG LVS SUP FSG AS AG
Gambar 5
Perbandingan Skor Pretest-Posttest Pengambilan Keputusan Karir
Siswa di SMA N 1 Padang Ganting
Pada Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif
Berdasarkan grafik gambar 5 di atas dapat dipahami bahwa terjadi
beberapa peningkatan grafik antara hasil skor pretest dengan hasil skor
posttest pada 4 orang siswa sedangkan pada 6 orang siswa tidak terjadinya
perubahan dari data hasil pretest dengan data hasil posttest pada aspek
menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif. Dan dapat dipahami
bahwa pada kelompok eksperimen terjadi peningkatan pengambilan
keputusan karir siswa hanya kepada beberapa orang saja pada aspek
menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif tersebut.
106106106
Tabel 4.29 Perbandingan Skor Pretest-Posttest Pengambilan Keputusan Karir
Siswa di SMA N 1 Padang Ganting
Pada Aspek Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan
Orang Lain
No Inisial Pretest Posttest
Skor Kategori Skor Kategori
1 PY 19 Sedang 19 Sedang
2 NF 13 Rendah 13 Rendah
3 DAS 9 Sangat Rendah
9 Sangat Rendah
4 FG 15 Rendah 18 Sedang
5 SDG 16 Rendah 16 Rendah
6 LVS 19 Sedang 19 Sedang
7 SUP 18 Sedang 19 Sedang
8 FSG 19 Sedang 23 Tinggi
9 AS 14 Rendah 14 Rendah
10 AG 18 Rendah 18 Sedang
Jumlah 160 168
Rata-rata 16 16,8
Berdasarkan tabel 4.29 di atas, dapat dijelaskan bahwa sampel
pada penelitian ini mengalami peningkatan jumlah skor kemampuan
pengambilan keputusan karir pada aspek menunjukkan berkeinginan
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Sebelum treatment jumlah
skor 160 dengan rata-rata skor 16 setelah diberikan treatment jumlah skor
meningkat menjadi 168 dengan rata-rata 16,8.
107107107
25
20
15
Pretest
10 Posttest
5
0
PY NF DAS FG SDG LVS SUP FSG AS AG
Gambar 6 Perbandingan Skor Posttest-Pretest Pengambilan Keputusan Karir
Siswa di SMA N 1 Padang Ganting
Pada Aspek Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan
Orang Lain
Berdasarkan grafik gambar 6 di atas dapat dipahami bahwa terjadi
beberapa peningkatan grafik antara hasil skor pretest dengan hasil skor
posttest pada 3 orang siswa sedangkan pada 7 orang siswa tidak terjadinya
perubahan dari data hasil pretest dengan data hasil posttest pada aspek
berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Dan dapat
dipahami bahwa pada kelompok eksperimen terjadi peningkatan
pengambilan keputusan karir siswa hanya kepada beberapa orang saja
pada aspek berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
108108108
Tabel 4.30 Perbandingan Skor Pretest-Posttest
Pengambilan Keputusan Karir Siswa Per Aspek
Aspek
Pengambilan
Keputusan Karir
Pretest Posttest
Skor Kategori Skor Kategori
1 Percaya Diri 204 Sedang 272 Tinggi
2 Tanggung Jawab 261 Rendah 327 Tinggi
3 Mengarahkan dan Mengembangkan
Dirinya
229 Rendah 268 Tinggi
4 Tekun, Inisiatif dan Kreatif
229 Sedang 215 Sedang
5 Mengerjakan Sesuatu Tanpa
Bantuan Orang Lain
160 Rendah 168 Sedang
Jumlah 1172 1389
Rata-rata 117,2 138,9
Berdasarkan tabel 4.29 di atas, dapat dijelaskan bahwa sampel
pada penelitian ini mengalami peningkatan jumlah skor kemampuan
pengambilan keputusan karir pada aspek menunjukkan berkeinginan
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Sebelum treatment jumlah
skor 160 dengan rata-rata skor 16 setelah diberikan treatment jumlah skor
meningkat menjadi 168 dengan rata-rata 16,8.
109109109
350
300
250
200
150
100
50
0
Pretest
Posttest
Gambar 7
Perbandingan Skor Pretest-Posttest Pengambilan Keputusan Karir Siswa Per Aspek
Tabel di atas menjelaskan perbandingan skor pretest dengan
postest, Skor pretest sebanyak 1172 dengan rata-rata 117,2 berada
pada kategori rendah. Setelah dilakukan treatment terjadi
perubahan skor posttest sebanyak 1389 dengan rata-rata 138,9
berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat disimpulkan pendekatan
trait and factor dapat meningkatkan kemampuan pengambilan
keputusan karir siswa. Untuk lebih memahami dapat dilihat pada
grafik di atas.
6. Pengujian Persyaratan Analisis
Analisis data bertujuan untuk melihat signifikan pengaruh
pendekatan trait and factor terhadap kemampuan pengambilan keputusan
karir siswa. Sugiyono menyatakan bahwa kegiatan dalam analisis data
adalah :
Mengelompokkan data berdasarkan jenis variabel dan responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Untuk penelitian
110110110
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Statistic
df
Sig.
pretest
posttest
,206
,160
10
10
,200*
,200*
,894
,940
10
10
,190
,553
yang tidak merumuskan hipotesis, langkah terakhir tidak dilakukan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif
menggunakan statistik. (2013 : 207)
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa dalam
menganalisis data penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Adapun
teknik analisis data yang dilakukan yaitu membandingkan data hasil
pretest dengan data hasil posttest kelompok eksperimen dengan
menggunakan metode statistik uji-t. Uji-t merupakan bagian dari statistik
parametris. Sugiyono mengemukakan bahwa syarat menggunakan uji-t
yaitu data tersebut harus berdistribusi normal, data harus bersifat
homogen, dan data harus menggunakan interval atau rasio. Penelitian
penulis ini sudah sesuai dengan persyaratan uji-t yaitu :
a. Data berdistribusi normal
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan data yang berdistribusi
normal. Hal ini dapat dilihat pada tabel uji normalitas di bawah ini :
Tabel 4.31
Uji Normalitas
Tests of Normality
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Jika sampel < 50 Menggunakan Shapiro Wilk
Jika sampel > 50 Menggunakan Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan tabel di atas bahwa data memiliki distribusi normal
jika p > 0,05, berdasarkan hasil tabel di atas, sig 0,200 untuk variabel
kemampuan pengambilan keputusan karir yaitu 0,200 > dari 0,05. Jadi
variabel tersebut memiliki distribusi data yang normal.
111111111
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
Within Groups
Total
2563,733
443,167
3006,900
6
3
9
427,289
147,722
2,893
,206
b. Data Harus Homogen
Data dalam penelitian ini sudah bersifat homogen. Hal ini terbukti
dengan hasil homogenitas yang dicapai yaitunya ,206. Dalam
menentukan homogenitasnya suatu data harus besar dari 0,05. Adapun
hasil dari homogenitas data dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.32
ANOVA
Posttest
c. Tipe data interval atau rasio
Data peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan data
interval. Hal ini terbukti dalam penelitian ini peneliti menggunakan
klasifikasi skor kemampuan pengambilan keputusan karir dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.33
Klasifikasi Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa
No Interval Kategori Pengambilan Keputusan Karir Siswa
1 156 – 185 Sangat Tinggi
2 126 – 155 Tinggi
3 96 – 125 Sedang
4 66 – 95 Rendah
5 36 – 65 Sangat Rendah
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, dalam menganalisis data
dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hal
ini karena seluruh persyaratan untuk menggunakan uji-t sudah
terpenuhi untuk melakukan penganalisisan data dengan menggunakan
uji-t.
112112112
i r Mean
∑
ri Dev
∑
ias
− ∑
i Sta
2
nda
−
2
460
7. Uji Statistik
Setelah posttest secara keseluruhan dari kelompok eksperiment,
maka selanjutnya signifikan atau tidaknya peningkatan kemampuan
pengambilan keputusan karir siswa melalui pendekatan trait and factor
dengan menggunakan analisis statistik (uji beda) dengan menggunakan
rumus dan langkah-langkah dalam menganalisis data sebagai berikut :
a. Menyiapkan Tabel Perhitungannya
Tabel 4. 34
Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji-t
No Posttest Pretest D D2
Posttest (Y2) Pretest (Y1) (Y2-Y1) (Y2-Y1)2
1 113 105 8 64
2 106 89 17 289
3 113 88 25 625
4 138 105 33 1089
5 105 97 8 64
6 134 117 17 289
7 147 121 26 676
8 157 123 34 1156
9 101 93 8 64
10 126 109 17 289
∑ 1240 1047 193 4605
Rata-
rata
124 104,7 19,3 460,5
b. Menca Of Difference
MD =
MD =
MD = 19,3
c. Menca r dari Difference
SDD =
SDD =
SDD = ,5 − 372,49
SDD = √88.01
SDD = 9,38
113113113
Standard Error
√
√
cari Har ga t0 dengan
d. Mencari dari Mean Of Difference
SEMD = √
, SEMD =
, SEMD =
, SEMD =
SEMD = 3,13
e. Men rumus
t0 =
, t0 =
,
t0 = 6,17
f. Mencari nilai df
df =N-1
df = 10-1
df = 9
Berdasarkan analisis data statistic di atas dapat diketahui bahwa
harga “t” hitung sebanyak 0,05 dengan df atau db 9. Apabila dilihat tabel
nilai t, taraf 5% diperoleh harga titik t sebesar (2,26), perbandingan dari t
hitung (t0) dengan t tabel (tt), maka dapat dipahami bahwa t0 lebih besar
dari tt berada pada taraf signifikan 5% yaitu 6,17 ≥ 2,26.
aspek :
Selanjutnya akan dilihat hasil uji statistik dari masing-masing
114114114
i r Mean
∑
ri Dev
∑
ias
− ∑
i Sta
2
nda
−
2
Standard Error
a. Percaya Diri
Tabel 4.35
Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji t
Aspek Percaya Diri
No Posttest Pretest D D2
Posttest (Y2) Pretest (Y1) (Y2-Y1) (Y2-Y1)2
1 28 21 7 49
2 24 17 7 49
3 29 23 6 36
4 29 22 7 49
5 24 17 7 49
6 28 21 7 49
7 33 27 6 36
8 27 20 7 49
9 22 15 7 49
10 28 21 7 49
∑ 272 204 68 464
Rata-
rata
27,2 20,4 6,8 46,4
a. Menca Of Difference
MD =
MD =
MD = 6,8
b. Menca r dari Difference
SDD =
SDD =
SDD = √46,4 − 46,24
SDD = √0,16
SDD = 0,4
c. Mencari dari Mean Of Difference
SEMD = √
, SEMD =
√
115115115
√
cari Har ga t0 dengan
, SEMD =
, SEMD =
SEMD = 0,13
d. Men rumus
t0 =
, t0 =
,
t0 = 52,3
e. Mencari nilai df
df =N-1
df = 10-1
df = 9
mencari harga kritik “t” yang tercantum pada nilai “t”
dengan berpegang pada df atau db yang telah diperoleh, baik pada
taraf signifikansi 5%. Dengan df = N-1, 10-1 = 9 diperoleh harga
kritik “t” pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,26. Membandingkan
besarnya t0 (52,3) > tt (2,26) pada db=9 taraf signifikansi 5%.
Dengan demikian, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan (H0)
ditolak. Ini berarti bahwa layanan konseling karir teknik trait and
factor dapat meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan
karir siswa terutama pada aspek percaya diri.
116116116
i r Mean
∑
ri Dev
∑
ias
− ∑
i Sta
2
nda
−
2
52 8
Standard Error
b. Tanggung Jawab
Tabel 4.36
Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji t
Aspek Tanggung Jawab
No Posttest Pretest D D2
Posttest (Y2) Pretest (Y1) (Y2-Y1) (Y2-Y1)2
1 28 27 1 1
2 31 24 7 49
3 34 28 6 36
4 35 27 8 64
5 24 23 1 1
6 37 29 8 64
7 36 28 8 64
8 38 30 8 64
9 32 21 11 121
10 32 24 8 64
∑ 327 261 66 528
Rata-
rata
32,7 26,1 6,6 52,8
a. Menca Of Difference
MD =
MD =
MD = 6,6
b. Menca r dari Difference
SDD =
SDD =
SDD = , − 43,56
SDD = √9,24
SDD = 3,03
c. Mencari dari Mean Of Difference
SEMD = √
, SEMD =
√
117117117
√
cari Har ga t0 dengan
, SEMD =
, SEMD =
SEMD = 1,01
d. Men rumus
t0 =
, t0 =
,
t0 = 6,53
e. Mencari nilai df
df =N-1
df = 10-1
df = 9
mencari harga kritik “t” yang tercantum pada nilai “t”
dengan berpegang pada df atau db yang telah diperoleh, baik pada
taraf signifikansi 5%. Dengan df = N-1, 10-1 = 9 diperoleh harga
kritik “t” pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,26. Membandingkan
besarnya t0 (6,53) > tt (2,26) pada db=9 taraf signifikansi 5%.
Dengan demikian, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan (H0)
ditolak. Ini berarti bahwa layanan konseling karir teknik trait and
factor dapat meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan
karir siswa terutama pada aspek tanggung jawab.
118118118
i r Mean
∑
ri Dev
∑
ias
− ∑
i Sta
2
nda
−
2
3 9 −
Standard Error
c. Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
Tabel 4.37
Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji t
Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
No Posttest Pretest D D2
Posttest (Y2) Pretest (Y1) (Y2-Y1) (Y2-Y1)2
1 20 20 0 0
2 24 21 3 9
3 24 16 8 64
4 31 23 8 64
5 18 18 0 0
6 27 25 2 4
7 32 24 8 64
8 39 31 8 64
9 23 23 0 0
10 30 28 2 4
∑ 268 229 39 273
Rata-
rata
26,8 22,9 3,9 27,3
a. Menca Of Difference
MD =
MD =
MD = 3,9
b. Menca r dari Difference
SDD =
SDD =
SDD = , 745,29
SDD = √−741,39
SDD = 27,22
c. Mencari dari Mean Of Difference
SEMD = √
, SEMD =
√
119119119
√
cari Har ga t0 dengan
, SEMD =
, SEMD =
SEMD = 9,07
d. Men rumus
t0 =
, t0 =
,
t0 = 0,42
e. Mencari nilai df
df =N-1
df = 10-1
df = 9
mencari harga kritik “t” yang tercantum pada nilai “t”
dengan berpegang pada df atau db yang telah diperoleh, baik pada
taraf signifikansi 5%. Dengan df = N-1, 10-1 = 9 diperoleh harga
kritik “t” pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,26. Membandingkan
besarnya t0 (0,42) < tt (2,26) pada db=9 taraf signifikansi 5%.
Dengan Ini berarti bahwa layanan konseling karir teknik trait and
factor tidak signifikan dalam meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan karir siswa terutama pada aspek
mengarahkan dan mengembangkan diri.
120120120
i r Mean
∑
ri Dev
∑
ias
− ∑
i Sta
2
nda
−
2
Standard Error
d. Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif
Tabel 4.38
Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Uji t
Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif
No Posttest Pretest D D2
Posttest (Y2) Pretest (Y1) (Y2-Y1) (Y2-Y1)2
1 18 18 0 0
2 14 14 0 0
3 17 12 5 25
4 25 18 7 49
5 23 23 0 0
6 23 23 0 0
7 27 24 3 9
8 30 23 7 49
9 20 20 0 0
10 18 18 0 0
∑ 215 193 22 132
Rata-
rata
21,5 19,3 2,2 13,2
a. Menca Of Difference
MD =
MD =
MD = 2,2
b. Menca r dari Difference
SDD =
SDD =
SDD = √13,2 − 4,84
SDD = √8,36
SDD = 2,89
c. Mencari dari Mean Of Difference
SEMD = √
, SEMD =
√
121121121
√
cari Har ga t0 dengan
, SEMD =
, SEMD =
SEMD = 0,96
d. Men rumus
t0 =
, t0 =
,
t0 = 2,29
e. Mencari nilai df
df =N-1
df = 10-1
df = 9
mencari harga kritik “t” yang tercantum pada nilai “t”
dengan berpegang pada df atau db yang telah diperoleh, baik pada
taraf signifikansi 5%. Dengan df = N-1, 10-1 = 9 diperoleh harga
kritik “t” pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,26. Membandingkan
besarnya t0 (2,29) > tt (2,26) pada db=9 taraf signifikansi 5%.
Dengan demikian, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan (H0)
ditolak. Ini berarti bahwa layanan konseling karir teknik trait and
factor dapat meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan
karir siswa terutama pada aspek menunjukkan perilaku tekun,
inisiatif dan kreatif.
122122122
i r Mean
∑
ri Dev
∑
ias
− ∑
i Sta
2
nda
−
2
Standard Error
e. Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain
Tabel 4.39
Tabel Perhitungan Data Pretest-Posttest dengan Statistik Pada
Aspek Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Lain
No Posttest Pretest D D2
Posttest (Y2) Pretest (Y1) (Y2-Y1) (Y2-Y1)2
1 19 19 0 0
2 13 13 0 0
3 9 9 0 0
4 18 15 3 9
5 16 16 0 0
6 19 19 0 0
7 19 18 1 1
8 23 19 4 16
9 14 14 0 0
10 18 18 0 0
∑ 168 160 8 26
Rata-
rata
16,8 16 0,8 2,6
a. Menca Of Difference
MD =
MD =
MD = 0,8
b. Menca r dari Difference
SDD =
SDD =
SDD = √2,6 − 0,64
SDD = √1,96
SDD = 1,4
c. Mencari dari Mean Of Difference
SEMD = √
, SEMD =
√
123123123
√
cari Har ga t0 dengan
ikut :
=
er
, SEMD =
, SEMD =
SEMD = 0,47
d. Men rumus
t0 =
, t0 =
,
t0 = 1,70
e. Mencari nilai df
df =N-1
df = 10-1
df = 9
mencari harga kritik “t” yang tercantum pada nilai “t”
dengan berpegang pada df atau db yang telah diperoleh, baik pada
taraf signifikansi 5%. Dengan df = N-1, 10-1 = 9 diperoleh harga
kritik “t” pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,26. Membandingkan
besarnya t0 (1,70) < tt (2,26) pada db=9 taraf signifikansi 5%.
Dengan demikian, bahwa layanan konseling karir teknik trait and
factor tidak signifikan untuk meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan karir siswa terutama pada aspek
berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
8. Uji Peningkatan N-Gain
Untuk mengetahui berapa persen peningkatan dari pretest ke
posttest pada setiap anggota kelompok dapat dilakukan dengan rumus N-
Gain sebagai b
N-Gain
124124124
nterval : 180
=
: 5
Indeks Gain Kategori
Indeks Gain ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ Indeks Gain ≤ 0,70 Sedang
Indeks Gain < 0,30 Rendah
Tabel 4.40
Analisis Data dengan N-Gain
Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa (Keseluruhan)
No. Skor Posttest Skor Pretest Posttest-Pretest
1 113 105 8
2 106 89 17
3 113 88 25
4 138 105 33
5 105 97 8
6 134 117 17
7 147 121 26
8 157 123 34
9 101 93 8
10 126 109 17
Jml 1240 1047 193
Contoh perhitungan sebagai berikut :
Klasifikasi skor untuk melihat peningkatan kemampuan pengambilan
keputusan karir yang dimiliki siswa adalah sebagai berikut :
Skor maksimum : 5 x 36 = 180
Skor minimum : 1 x 36 = 36
Rentang skor : 180 - 36 = 44
Panjang kelas i = 36
N-Gain
N-Gain
N-Gain 0,37
N-Gain 37%
Tabel 4.41
Kriteria Indeks Gain
125125125
Tabel 4.42 Tabel Kerja Uji N-Gain
Kelompok Eksperimen Secara Keseluruhan
No Jumlah Skor D N-Gain % Kategori
Pretest Posttest
1 105 113 8 0,10 10 Rendah
2 89 106 17 0,18 18 Rendah
3 88 113 25 0,27 27 Rendah
4 105 138 33 0,44 44 Sedang
5 97 105 8 0,09 9 Rendah
6 117 134 17 0,26 26 Rendah
7 121 147 26 0,44 44 Sedang
8 123 157 34 0,59 59 Sedang
9 93 101 8 0,09 9 Rendah
10 109 126 17 0,23 23 Rendah
Jumlah 1047 1240 193 0,25 25 Rendah
Pada tabel di atas dapat dipahami dari 10 orang siswa yang
menjadi sampel terdapat 5 orang dengan kategori sedang (0,30 ≤ g ≤ 0,70)
dan 5 orang terdapat pada kategori rendah (g < 0,30). Setelah dilakukan
gain ternormalisasi pada rata-rata skor angket awal dan angket akhir
diperoleh nilai N-Gain 0,25. Hal ini menunjukkan rerata kemampuan
pengambilan keputusan karir siswa meningkat namun persentase
peningkatannya rendah yaitu 25%.
Selanjutnya akan dilihat hasil N-gain dari masing-masing aspek
adalah sebagai berikut:
126126126
Adapun rumus dan la
ngka
h sebagai b n. er
a. Aspek percaya diri
Tabel 4.43
Analisis Data dengan N-Gain
Aspek Percaya Diri
No. Skor Posttest Skor Pretest Posttest-Pretest
1 28 21 7
2 24 17 7
3 29 23 6
4 29 22 7
5 24 17 7
6 28 21 7
7 33 27 6
8 27 20 7
9 22 15 7
10 28 21 7
Jml 272 204 68
Melihat berapa pengaruh layanan konseling kelompok dalam
meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa pada
aspek percaya diri dapat dilakukan dengan menggunakan teknik n-
gai ikut :
g =
g =
g =
g = 0,41
g = 41%
Pada hasil uji pengaruh di atas menjelaskan bahwa pada aspek
percaya diri berada pada kategori sedang yaitu 0,41. Artinya layanan
konseling karir teknik trait and factor berpengaruh terhadap
kemampuan pengambilan keputusan karir pada aspek percaya diri pada
kriteria sedang.
127127127
Adapun rumus dan la
ngka
h sebagai b n. er
b. Aspek tanggung jawab
Tabel 4.44
Analisis Data dengan N-Gain
Aspek Tanggung Jawab
No. Skor Posttest Skor Pretest Posttest-Pretest
1 28 27 1
2 31 24 7
3 34 28 6
4 35 27 8
5 24 23 1
6 37 29 8
7 36 28 8
8 38 30 8
9 32 21 11
10 32 24 8
Jm
l
327 261 66
Melihat berapa pengaruh layanan konseling kelompok dalam
meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa pada
aspek tanggung jawab dapat dilakukan dengan menggunakan teknik n-
gai ikut :
g =
g =
g =
g = 0,47
g = 47%
Pada hasil uji pengaruh di atas menjelaskan bahwa pada aspek
percaya diri berada pada kategori sedang yaitu 0,47. Artinya layanan
konseling karir teknik trait and factor berpengaruh terhadap
kemampuan pengambilan keputusan karir pada aspek tanggung jawab
pada kriteria sedang.
128128128
ut :
c. Aspek mengarahkan dan mengembangkan diri
Tabel 4.45
Analisis Data dengan N-Gain
Aspek Mengarahkan dan Mengembangkan Diri
No. Skor Posttest Skor Pretest Posttest-Pretest
1 20 20 0
2 24 21 3
3 24 16 8
4 31 23 8
5 18 18 0
6 27 25 2
7 32 24 8
8 39 31 8
9 23 23 0
10 30 28 2
Jm
l
268 229 39
Melihat berapa pengaruh layanan konseling kelompok dalam
meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa pada
aspek mengarahkan dan mengembangkan diri dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik n-gain. Adapun rumus dan langkah sebagai
berik
g =
g =
g =
g = 0,22
g = 22%
Pada hasil uji pengaruh di atas menjelaskan bahwa pada aspek
percaya diri berada pada kategori rendah yaitu 0,22. Artinya layanan
konseling karir teknik trait and factor berpengaruh terhadap
kemampuan pengambilan keputusan karir pada aspek mengarahkan
dan mengembangkan diri pada kriteria rendah.
129129129
ah sebagai berikut : gk
d. Aspek menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif
Tabel 4.46
Analisis Data dengan N-Gain
Aspek Menunjukkan Perilaku Tekun, Inisiatif dan Kreatif
No. Skor Posttest Skor Pretest Posttest-Pretest
1 18 18 0
2 14 14 0
3 17 12 5
4 25 18 7
5 23 23 0
6 23 23 0
7 27 24 3
8 30 23 7
9 20 20 0
10 18 18 0
Jm
l
215 193 22
Melihat berapa pengaruh layanan konseling kelompok dalam
meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa pada
aspek menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik n-gain. Adapun rumus dan
lan
g =
g =
g =
g = 0,14
g = 14%
Pada hasil uji pengaruh di atas menjelaskan bahwa pada aspek
percaya diri berada pada kategori rendah yaitu 0,14. Artinya layanan
konseling karir teknik trait and factor berpengaruh terhadap
kemampuan pengambilan keputusan karir pada aspek menunjukkan
perilaku tekun, inisiatif dan kreatif pada kriteria rendah.
130130130
angkah sebagai beriku
t : l
e. Aspek berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain
Tabel 4.47
Analisis Data dengan N-Gain
Aspek Berkeinginan Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang
Lain
No. Skor Posttest Skor Pretest Posttest-Pretest
1 19 19 0
2 13 13 0
3 9 9 0
4 18 15 3
5 16 16 0
6 19 19 0
7 19 18 1
8 23 19 4
9 14 14 0
10 18 18 0
Jm
l
168 160 8
Melihat berapa pengaruh layanan konseling kelompok dalam
meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa pada
aspek berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik n-gain. Adapun rumus
dan
g =
g =
g =
g = 0,05
g = 5%
Pada hasil uji pengaruh di atas menjelaskan bahwa pada aspek
percaya diri berada pada kategori rendah yaitu 0,05. Artinya layanan
konseling karir teknik trait and factor berpengaruh terhadap
kemampuan pengambilan keputusan karir pada aspek berkeinginan
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain pada kriteria rendah.
131131131
9. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan di SMA N 1
Padang Ganting, telah diketahui hasil pretest dan posttest, maka untuk
melihat signifikan atau tidaknya peningkatan pengambilan keputusan karir
siswa melalui pendekatan trait and factor dilakukan dengan analisis
statistic uji beda (uji-t), maka hasilnya adalah hipotesis alternatif (Ha)
diterima dan hipotesis non (H0) ditolak. Hal ini dapat dilihat dari besarnya
“t” yang penulis peroleh (t0=6,17) dan besarnya “t yang tercantum pada tt
yaitu 2,26. Hal ini berarti bahwa pendekatan trait and factor berpengaruh
signifikan dalam meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir
siswa di SMAN 1 Padang Ganting pada taraf signifikansi 0,05% diperoleh
harga titik t sebesar 2,26, jadi 2,26 ≤ 6,17. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan karir siswa di SMAN 1 Padang Ganting. Dapat
dipahami bahwa pendekatan trait and factor dapat meningkatkan
kemampuan pengambilan keputusan karir siswa agar menjadi lebih baik.
Dalam pelaksanaan konseling kelompok ini bisa menggunakan beberapa
pendekatan, salah satunya ialah trait and factor.
Apabila dilihat per aspek dapat diketahui bahwa pada aspek
percaya diri layanan konseling karir teknik trait and factor berpengaruh
pada taraf signifikan t0 (52,3) > tt (2,26), pada aspek tanggung jawab
layanan konseling karir teknik trait and factor berpengaruh pada taraf
signifikan t0 (6,53) > tt (2,26), pada aspek mengarahkan dan
mengembangkan diri layanan konseling karir teknik trait and factor tidak
berpengaruh pada taraf signifikan t0 (0,42) < tt (2,26), pada aspek
menunjukkan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif layanan konseling karir
teknik trait and factor berpengaruh pada taraf signifikan t0 (2,29) > tt
(2,26), dan pada aspek berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan
orang lain layanan konseling karir teknik trait and factor tidak
berpengaruh pada taraf signifikan t0 (1,70) < tt (2,26).
132132132
Menurut Hadiarni dan Irman secara bahasa “trait dapat diartikan
dengan sifat, karakteristik seseorang individu, sedangkan factor berarti
tipe-tipe, syarat-syarat tertentu yang dimiliki oleh sebuah pekerjaan atau
suatu jabatan.” (2009 : 79).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa sifat dan
faktor adalah sebuah proses dimana konseli mengumpulkan data mengenai
diri konseli (data psikologis). Sifat juga bisa digunakan untuk
membimbing bentuk tingkah laku yang aktif. Sifat dan faktor juga dapat
mempermudah menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pilihan
program studi, jurusan dan bidang pekerjaan supaya bisa memilih sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
Pendekatan trait and factor dan kemampuan pengambilan
keputusan karir memiliki hubungan atau keterkaitan antara keduanya.
Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil bahwa setelah dilakukan
treatment skor kemampuan pengambilan keputusan karir siswa meningkat
terlihat pada hasil posttest.
A. Kesimpulan
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan trait
and factor berpengaruh signifikan dalam meningkatkan pengambilan
keputusan karir siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil prettest dan setelah itu
treatment yang dilakukan sebanyak 4 kali. Treatment tersebut menjelaskan
bahwa terjadi beberapa perubahan dari beberapa aspek terhadap kemampuan
pengambilan keputusan karir siswa setelah melakukan konseling kelompok
dengan menggunakan pendekatan trait and factor. Jadi dapat diketahui bahwa
pendekatan trait and factor berpengaruh signifikan dalam meningkatkan
kemampuan pengambilan keputusan karir siswa kelas XII IPS 2 di SMA N 1
Padang Ganting.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di SMA N 1 Padang Ganting, berdasarkan
kesimpulan di atas, maka peneliti ingin memberi saran yang dapat bermanfaat
bagi peningkatan pengambilan keputusan karir siswa sebagai berikut :
1. Guru BK di SMA N 1 Padang Ganting supaya dapat menyelenggarakan
pendekatan trait and factor untuk peningkatan pengambilan keputusan
karir siswa asuh secara proaktif dalam mengikuti kegiatan tersebut.
2. Kepala sekolah dan personil sekolah yang lainnya agar dapat menunjang
dan memfasilitasi kegiatan pendekatan trait and factor, baik dari segi
waktu maupun sarana dan prasarana penunjang lainnya agar hasil yang
diperoleh lebih maksimal dan memuaskan.
3. Siswa agar senantiasa bersikap proaktif dalam mengikuti kegiatan layanan
pendekatan trait and factor serta pendekatan lainnya sebagai wadah untuk
mengembangkan potensi diri sehingga bisa mencapai kehidupan efektif
sehari-hari dan menanggulangi kehidupan efektif sehari-hari yang
terganggu.
134
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Agustini, Ni Luh Ratna. 2014. Efektivitas Konseling Trait And Factor Dengan Layanan
Informasi Terhadap Rencana Pilihan Karir Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Sukasada Tahun Pelajaran 2013/2014. Journal Jurusan Bimbingan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
Alamri, Nurdjana. 2015. Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Self
Management untuk Mengurangi Perilaku Terlambat Masuk Sekolah (Studi
Pada Siswa Kelas X SMA 1 Gebog Tahun 2014/2015). Jurnal Konseling
Gusjigang. Universitas Muria Kudus.
Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.
, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta.
Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Desmita. 2006. Metode Penelitian. SUCI FOTO COPY. Batusangkar.
Fitri, Novita Egy dan Marjohan. 2016. Manfaat Layanan Konseling Kelompok Dalam
Menyelesaikan Masalah Pribadi Siswa. Jurnal Pendidikan Indonesia.
Universitas Negeri Padang.
Hadiarni dan Irman. 2009. Konseling Karir. STAIN Press. Batusangkar
Hartono. 2016. Bimbingan Karier. Kencana. Jakarta
Istifarani, Fiqih. 2016. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan
Karir Siswa Kelas X di SMK Negeri 1 Depok. Journal Bimbingan dan
Konseling, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Universitas Negeri Yogyakarta
Muhajirin, Muhammad. 2014. Program Konseling Karir Trait And Factor Untuk
Mereduksi Kesulitan Membuat Keputusan Karir Peserta Didik. Universitas
Pendidikan Indonesia.Pdf
Noor, J. 2012. Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.
Kencana. Jakarta.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling Berbagai Latar Kehidupan.
PT Refika Aditama. Bandung.
Praswastantika, Yutrika Citra. 2018. Penerapan Konseling Kelompok Trait And Factor
Untuk Meningkatkan Kematangan Pilihan Karir Siswa Kelas XI MIA-7
SMAN 11 Surabaya. Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya.
Purwanto, N. (1984). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Rahma, Ulifa. 2010. Bimbingan Karier Siswa. UIN Maliki Press. Malang.
Sholihin, Riyadlus. Konseling Trait and Factorbagi Siswa yang Kesulitan dalam Memilih
Program Belajar. Journal UII Sunan Kali Jaga, Jogjakarta, Jl. Kaliurang 14.5 Sleman Jogjakarta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta,CV.
Bandung.
Sukardi, D. K. 1993. Teori Pemilihan Karir. PT Rineka Cipta. Jakarta
Sukardi. 2004. Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT. Bumi
Aksara. Jakarta.
. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya). Bumi
Aksara, Jakarta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1990. Tes dalam Konseling Karir. Usaha Nasional. Surabaya.
Supriyatna, M. 2009. Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Menengah, Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung
Suryabrata, S. 2011. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Walgito, Bimo. 1964. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Andi Offset.
Yogyakarta