uas_kasus konseling karir
-
Upload
rizal-tiberius -
Category
Documents
-
view
800 -
download
1
Transcript of uas_kasus konseling karir
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karir dapat diartikan sebagai suatu perwujudan diri yang bermakna
melalui pencapaian sukses dalam perjalanan hidup yang bermakna pula.
Seseorang dapat dikatakan telah mencapai karirnya apabila telah menunjukkan
perwujudan diri secara optimal dalam perjalanan hidupnya. Keberadaannya
dilingkungan kehidupan mendapat pengakuan dan penerimaan dari dirinya
sendiri dan orang lain. Pencapaian karir diperoleh melalui upaya individu
dengan menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan aspek-aspek
dirinya dengan berbagai aspek dilingkungan kehidupan, kemudian
mewujudkannya dalam bentuk nyata.
Kesuksesan seseorang dapat diraih melalui usaha yang sungguh-
sungguh penuh pengorbanan dan perjuangan. Mereka belajar dan bekerja
secara tekun untuk mewujudkan kesuksesan dalam karirnya. Mereka akan
merasa senang dalam belajar dan bekerja sesuai dengan dirinya. Mereka
bahagia karena lingkungan di sekitarnya dapat menerima diri dan menerima
pekerjaannya. Mereka bahagia karena mampu berprestasi dibidang pekerjaan
yang dipilihnya.
Untuk memperoleh kesuksesan, biasanya seseorang mempersiapkan
dirinya dengan belajar dan berlatih secara tekun dibidang karir yang
dipilihnya. Mereka berusaha untuk memahami bakat, minat, kepribadian,
nilai, dan peluang-peluang pekerjaan yang ada di lingkungan sekitarnya.
Selanjutnya mereka mengembangkan bakat, minat, kepribadian, nilai yang
sesuai dengan dirinya dan yang dapat menunjang karirnya.
Dengan kata lain, pencapaian kompetensi siswa yang optimal
diperlukan suatu layanan, bantuan, atau pendekatan terhadap siswa untuk
memecahkan masalah karir, memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-
baiknya antara kemampuan dan lingkungan hidupnya, memperoleh
1
keberhasilan dan perwujudan diri dalam perjalanan hidupnya. Itu semua dapat
dilakukan melalui bimbingan karir.
B. Tujuan
Observasi ini mempunyai tujuan untuk:
1. Memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
pemilihan program jurusan
2. Menginterpretasikan hasil tes psikologis yang berhubungan dengan
kepribadian, bakat, serta minat siswa
C. Metodologi
Kegiatan ini dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1. Wawancara
2. Studi dokumentasi
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu pelaksanaan : 17 dan 19 Januari 2011
2. Tempat pelaksanaan : SMA Negeri 4 Cimahi
E. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TEORI KARIR JOHN HOLLAND
BAB III PELAKSANAAN KONSELING KARIR
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB II
TEORI KARIR JOHN HOLLAND
1. Teori Karir Jhon Holland sebagai Teori yang berorientasi Traits-Factor
Teori pemilihan karir Hollad merupakan salah satu teori pemilihan karir yang
beorientasi taits (sifat). Traits-Factor (T-F) adalah karakter-karakter, hal-hal
yang ada dalam diri individu. Informasi tentang karakter individu dapat diperoleh
melalui berbagai macam test standar. T-F muncul diprakarsai oleh Frank
Parson. Beberapa entitas psikis yang dipandang menjadi bagian dari traits dan
relatif stabil adalah minat (interest) bakat khusus (special aptitudes), kemampuan
intelektual/belajar/akademik (scholastic aptitudes).
Factor adalah bukti statistik bahwa traits benar-benar ada. Dengan demikian
factor dapat diartikan sebagai traits yang sudah terukur dengan berbagai macam
alat dengan tehnik analisis faktor. Beberapa ahli percaya bahwa traits adalah
entitas yang dapat dipelajari (ada karena proses belajar), meskipun demikian
memiliki kecenderungan menetap. Meskipun demikian traits tidak dapat diukur
secara sangat akurat sebagaimana kondisi mental manusia yang lain.
Beberapa kesimpulan penting tentang traits adalah sebagai berikut (yang
akan menjelaskan hakikat traits). Pertama, setiap individu memiliki
seperangkat traits yang unik yang dapat diukur secara valid dan reliabel (akurat
dan stabil). Kedua, bidang pekerjaan menuntut individu memiliki traits tertentu
untuk mencapai keberhasilan, meskipun individu pekerja yang memiliki traits
dengan rentangan dan jenis karakteristik (kemampuan) yang beragam akan
menuai keberhasilan dalam pekerjaan yang tersedia. Ketiga, memilih pekerjaan
adalah proses yang agak linier/langsung dan mungkin dilakukan dengan
mencocokkan traits yang dimiliki individu dengan tuntutan bidang kerja
tertentu. Keempat, semakin dekat hubungan (sesuai) antara karakteristik
personal (traits) dengan tuntutan kerja, akan semakin besar kemungkinan sukses
kerja yang berupa produktivitas dan kepuasan kerja (productivity and satisfaction)
Dari sekian banyak uraian mengenai teori perkembangan karir yang
dikemukakan oleh John Hollad, salah satu inti terpenting dari teori tersebut adalah
3
penjelasan mengenai hubungan antara karakteristik kepribadian dengan
karakteristik lingkungan okupasional. Dalam hal ini bila kita meninjau makna dari
trait-factor itu sendiri, maka dalam teori Holland ini, hubungan antartipe
kepribadian dengan lingkungan okupasional merupakan hubungan traits-factor.
Tipe kepribadian merupakan unsur traits dari teori Holland sedangkan lingkungan
okupasional merupakan unsur factor itu sendiri.
Tarsidi (2008), merangkum tentang hubungan antara tipe/karakteristik
kepribadian (traits) dengan lingkungan okupasional (factor) dalam tabel sebagai
berikut
Gaya Pribadi Tema Lingkungan Okupasional
Agresif, lebih menyukai tugas-tugas pekerjaan konkret daripada abstrak, pada dasarnya kurang dapat bergaul, interaksi interpersonal buruk
Realistic
Pekerja terampil seperti tukang pipa, tukang listrik, dan operator mesin. Keterampilan teknisi seperti juru mesin pesawat terbang, juru foto, juru draft dan pekerjaan servis tertentu.
Intelektual, abstrak, analitik, mandiri, kadang-kadang radikal dan terlalu berorientasi pada tugas
Investigative
Ilmiah seperti ahli kimia, ahli fisika, dan ahli matematik. Teknisi seperti teknisi lab, programmer komputer, dan pekerja elektronik.
Imaginatif, menghargai estetika, lebih menyukai ekspresi diri melalui seni, agak mandiri dan extrovert
Artistic
Artistik seperti pematung, pelukis, dan desainer. Musikal seperti guru musik, pemimpin orkestra, dan musisi. Sastrais seperti editor, penulis, dan kritikus.
Lebih menyukai interaksi sosial, senang bergaul, memperhatikan masalah-masalah sosial, religius, berorientasi layanan masyarakat, dan tertarik pada kegiatan pendidikan
Social
Edukasional seperti guru, administrator pendidikan, dan profesor. Kesejahteraan sosial seperti pekerja sosial, sosiolog, konselor rehabilitasi, dan perawat profesional.
Extrovert, agresif, petualang, lebih menyukai peran-peran pemimpin, dominant, persuasif, dan memanfaatkan keterampilan verbal yang baik
Enterprising
Managerial seperti menejer personalia, produksi, dan menejer pemasaran. Berbagai posisi pemasaran seperti sales person asuransi, real estate, dan mobil.
Praktis, terkendali, bisa bergaul, agak konservatif, lebih menyukai
Conventional Pekerja kantor dan administrasi seperti penjaga waktu, petugas
4
tugas-tugas terstruktur dan menyukai aturan-aturan dengan sanksi masyarakat
file, teller, akuntan, operator, sekretaris, petugas pembukuan, resepsionis, dan menejer kredit.
Asumsi dasar teori T-F adalah pilihan karir individu ditentukan oleh
Traits-Factor dan lapangan kerja (occupation). Oleh karena itu bimbingan
karir/vokasional (career/vocational guidance) dilakukan dengan melakukan tiga
model aktivitas. Pertama, analisis diri (personal analysis) yaitu mempelajari
individu dengan cara menggali informasi tentang diri dengan mengandalkan
berbagai alat tes terstandar. Analisis diri individu akan membantu individu
memperolah gambaran diri yang komprehensif. Kedua, analisis pekerjaan (job
analysis) yaitu mempelajari lapangan kerja sehingga individu memperoleh
gambaran tentang ciri-ciri, tuntutan, imbalan yang akan diperoleh, dan segala
resiko yang terkandung, tantangan yang akan dihadapi, trend bidang pekerjaan
mutakhir, dan peluang sukses dalam pekerjaan tertentu. Ketiga,
mengintegrasikan T-F dengan lapangan kerja dengan cara mencocokkan karakter
diri individu dengan lapangan kerja, sehingga individu memiliki dasar yang kuat
dalam menentukan pilihan pekerjaan.
T-F dalam bidang bimbingan dan konseling karir menjadi pendekatan dan
teknik konseling yang dipakai untuk membantu konseli memilih pekerjaan
yang sesuai bagi diri konseli. Meskipun layanan konseling dengan
pendekatan T-F berupa interaksi antar pribadi dalam waktu yang relatif
pendek, pada dasarnya proses analisis diri, analisis dunia kerja, dan
mengintegrasikan hasil analisis diri dan analis lingkungan kerja mengarahkan
konseli pada pilihan karir tertentu tidaklah sesingkat waktu yang dihabiskan oleh
konseli bersama konselor selama proses konseling. Pendekatan T-F sebagai
kerangka pikir juga menjadi dasar pemberian bantuan pendahuluan bagi siswa
untuk melakukan analisis diri, analisis pekerjaan (misalnya kegiatan bimbingan
kelompok yang bertujuan memperoleh gambaran diri vokasional, pemberian dan
eksplorasi informasi karir), dan mengintegrasikannya dalam wujud penentuan
pilihan karir dalam layanan-layanan bimbingan yang kontinue baik berupa
pertemuan individual maupun layanan-layanan lain.
5
Dalam proses pembuatan keputusan karir, Holland berasumsi bahwa tingkat
pencapaian dalam sebuah karir ditentukan terutama oleh individual self-
evaluations. Intelegensi dipandang kurang penting dibanding kepribadian dan
minat. Lebih jauh, faktor inteligensi sudah tercakup di dalam klasifikasi tipe-tipe
kepribadian; misalnya, individu yang investigatif pada umumnya cerdas dan
secara alami memiliki keterampilan penalaran analitik dan abstrak. Menurut
Holland, stabilitas pilihan karir sangat tergantung pada dominansi orientasi
personal individu, yang dipengaruhi oleh lingkungannya.
Teori Holland memberikan penekanan pada ketepatan self-knowledge dan
informasi karir yang diperlukan untuk pembuatan keputusan karir. Dampaknya
sangat besar pada prosedur asesmen minat dan prosedur konseling karir.
Implikasinya untuk konseling adalah bahwa tujuan utama konseling adalah
mengembangkan strategi untuk meningkatkan pengetahuan tentang diri, berbagai
persyaratan okupasional dan berbagai macam lingkungan kerja.
B. Proses
Dalam proses konseling karir trait and factor terdapat sejumlah tahapan.
Menurut Williamson (1939b, halaman 214) ada enam tahap dalam proses
konseling karir dalam pendekatan ini yaitu :
1. Analisis. Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dari klien tentang
sikap, latar belakang keluarga, tingkat pendidikan, minat dan bakat.
2. Sintesis. Membandingkan dan menyimpulkan data yang telah didapat dari
klien sebagai acuan dalam teknik studi kasus dan tes profil untuk melihat
keunikan dan ciri khas yang di miliki klien.
3. Diagnosis. Dalam tahap diagnosis menguraikan karakteristik dan masalah
klien, dan membandingkan (mencocokan) antara profil individu dengan
tingkat pendidikan dan profil standar jabatan.
4. Prognosis. Mengambil keputusan atas konsekuensi yang akan didapat dari
masalah dan kemungkinan untuk penyesuaian dan untuk mengambil
alternatif tindakan yang menjadi pertimbangan klien.
6
5. Konseling atau treatmen. Disini berupa kerjasama antara konselor dan
klien yang mengarah kepada penyesuaian yang diinginkan oleh klien pada
saat ini maupun pada saat yang akan datang.
6. Follow-up atau tindak lanjut. Merupakan pengulangan dari tahapan-
tahapan sebelumnya yang digunakan sebagai bahan acuan dalam langkah
tindak lanjut dalam penyelesaian masalah yang dihadapi klien, juga
sebagai usaha dalam mengantisipasi timbulnya masalah baru pada klien.
C. Implikasi Terhadap Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Karir di
Sekolah
Pandangan Holland sangat relevan bagi bimbingan karir dan konseling karir
di institusi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah dan masa awal
pendidikan tinggi (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Tekanan yang diberikan pada
pemahaman diri sehubungan dengan beberapa kualitas vokasional yang dimiliki
seseorang dan pada informasi yang akurat mengenai berbagai lingkungan
okupasi, menyadarkan lembaga bimbingan akan tugasnya untuk membantu orang
muda mengenal diri sendiri dan mengenal ciri-ciri lingkungan, kedua hal ini
sangat diperlukan sebagai masukan dalam memikirkan pilihan okupasi secara
matang (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Alat-alat yang dikembangkan oleh
Holland, yaitu The Occupations Finder dan The Self-directed Search, yang
menanyakan kegiatan/aktivitas yang disukai, berbagai kompetensi yang dimiliki,
bidang-bidang pekerjaan yang diminati, dan evaluasi diri dalam beberapa
keterampilan, harus dicocokkan dengan sistem klasifikasi okupasi yang
berlandaskan pada teori yang sama, dengan demikian. orang muda dapat
menemukan sejumlah alternatif pilihan okupasi untuk dipertimbangkan lebih
lanjut (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Cara bekerja ini pada dasarnya
menerapkan suatu pendekatan yang mirip dengan pendekatan Trait and Factor,
namun maju lebih jauh dari pada teori Trait and Factor tradisional (Winkel &
Hastuti, 2005: 639).
Secara sederhana penerapan teori Holland pada proses bimbingan dan
konseling di sekolah, diantaranya
7
1. Individu memiliki sifat-sifat yang berhubungan dengan pilihan karir yang
dapat diukur, maka konselor diharapkan dapat membantunya untuk bisa
memahami diri sendiri, bakat, minat, dan keterampilan yang dimiliki,
sehingga penggunaan instrumen tes psikologis sangat dibutuhkan
2. Konselor harus membantu individu memahami tugas-tugas dan
karakteristik berbagai pekerjaan/jurusan sehingga dapat membedakan dan
menggambarkan pekerjaan-pekerjaan/jurusan-jurusan
3. Membantu individu mempelajari keterampilan dalam mengumpulkan,
memahami, dan menerapkan informasi tentang diri dan program jurusan
untuk mengambil keputusan karir
4. Dalam menunjang keberhasilan layanan bimbingan karir yang didasari
teori John Holland, seorang konselor hendaknya mengusai dan memahami
bagaimana menginterpretasikan hasil tes psikologis yang berhubungan
dengan kepribadian, bakat, serta minat siswa terhadap suatu lingkungan
pekerjaan, sehingga bisa menjelaskan kepada siswa tentang makna dari
hasil tes tersebut dan aplikasinya dalam menentukan pilihan karir.
5. Didasarkan pada belum optimalnya pemanfaatan hasil tes psikologis (tes
kepribadian, bakat, dan minat) dalam rangka pemilihan karir siswa, oleh
karena itu diperlukan suatu pengembangan terhadap instrumen tes dan
form hasil tes psikologis yang khusus mengarah pada bidang pemilihan
karir sehingga bisa lebih menarik, mudah dipahami serta lebih mudah
diaplikasikan oleh siswa itu sendiri.
BAB IIILAPORAN KONSELING KARIR
Biodata Siswa1. Nama Lengkap : Diandra Aditia Pramesti
8
2. Jenis Kelamin : Perempuan3. NIS : -4. Kelas : X - 65. TTL : Tangerang, 6 April 19956. Agama : Islam7. Anak ke : 1 dari 3 bersaudara8. Alamat : Jl. Panorama No. 16 Rt. 01 Rw. 06 Bandung9. No Telpon : 08562443018410. Hobi : Online internet, baca, dan jalan-jalan11. Cita-cita : Entertainer12. Pelajaran fav : Bahasa Inggris 13. Pel. tidak disukai : Fisika dan Matematika14. Tinggal dengan : Ayah dan Ibu
Orang Tua1. Nama Ayah : Budi Hendar Gunawan2. Alamat : sda3. Pekerjaan : Wiraswasta4. Pendidikan Terakhir : Diploma
1. Nama Ibu : Kesti Dwi Aruni2. Alamat : sda3. Pekerjaan : Wiraswasta4. Pendidikan Terakhir : Diploma
Indikator
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru bk, teman satu kelas dan
wawancara langsung dengan Diandra
a. Aktif di kelas
b. Memiliki keterampilan sosial yang baik
c. Selalu membuat contekan atau menyontek pada teman saat ulangan fisika
dan matematika
d. Nilai ulangan bagus, kecuali nilai mata pelajaran fisika
e. Jarang mengerjakan tugas (PR) mata pelajaran matematika dan fisika
Rentang Masalah: Saat duduk dibangku SMA, Diandra selalu mendapat nilai
yang kurang dalam setiap ulangan harian, uts, dan uas
matematika maupun fisika. Namun, ketika ditanya oleh guru
9
pembimbing, wali kelas dan juga saya mengenai penjurusan di
kelas XI, ternyata Diandra ingin masuk program IPA.
A. Analisis
Diandra anak yang berasal dari keluarga yang serba berkecukupan. Kedua
orang tuanya bekerja. Ayah dan Ibunya seorang wiraswasta. Saat SMP kelas
VIII, Diandra pernah menjabat sebagai bendahara studi tour di kelasnya. Saat
menyetorkan uang studi tour, ternyata uang yang harus disetorkan kurang.
Diandra mengatakan bahwa dia tidak pernah memakai uang studi tour teman-
temannya. Setelah diselidiki, ternyata Diandra salah memberikan uang kembalian
pada temannya. Bukan hanya satu orang, tapi beberapa orang. Sejak saat itu,
Diandra tidak menyukai hal yang berhubungan dengan hitung-menghitung.
Menginjak SMA, mata pelajaran matematika semakin rumit dibandingkan SMP.
Diandra pun semakin tidak menyukai pelajaran matematika, ditambah dengan
fisika yang sangat sulit menurutnya. Orang tua Diandra menginginkan Diandra
masuk program IPA saat penjurusan di kelas XI dan Diandra pun ingin masuk
program IPA karena ada mata pelajaran yang sangat disukainya, yaitu biologi.
Namun di sisi lain, Diandra tidak ingin ‘bertemu lagi’ dengan mata pelajaran
matematika dan fisika.
Praktikan menganalisis hasil psikotes yang pernah diikuti konseli ketika
duduk di kelas X. Dari hasil psikotes tersebut diperoleh data bahwa konseli
memiliki kemampuan umum (intelegensi) ± 120. Minat pekerjaan yang termasuk
kualifikasi tinggi terdapat pada aspek persuasive, dan kualifikasi sedang pada
aspek literary. Kemudian dari bakat terungkap bahwa konseli mempunyai bakat
dalam kemampuan berbahasa yang termasuk kualifikasi tinggi. Secara
keseluruhan saran dari hasil psikotes ini yaitu disarankan konseli untuk masuk
dalam bidang studi bahasa & komunikasi, dan jurnalistik. Dari data psikotes ini,
diperoleh data bahwa kurang ada kesesuaian antara minat konseli dengan hasil
psikotes. Pada aspek kepribadian, kualifikasi tinggi pada aspek affiliation dan
succorance. Ini menandakan bahwa konseli memiliki solidaritas yang tinggi, setia
10
kawan dan memiliki kecenderungan untuk memahami serta selalu membantu
orang lain yang kesulitan.
Merujuk pada hasil psikotes, berdasarkan enam perkembangan tipe-tipe
kepribadian Holland, Dian (konseli) termasuk kedalam tipe sosial. Tipe model ini
memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan pekerjaan yang bersifat
membantu orang lain. Ciri-ciri dari tipe model ini adalah pandai bergaul dan
berbicara, bersifat responsif, bertanggung jawab, kemanusiaan, bersifat religius,
membutuhkan perhatian, memiliki kecakapan verbal, hubungan antar pribadi,
menjauhkan bentuk pemecahan masalah secara intelektual, lebih berorientasi pada
perasaan.
Orang model orientasi sosial memiliki ciri-ciri kebutuhan akan
kemampuan untuk menginterpretasi dan mengubah perilaku manusia, serta minat
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
B. Diagnosis
Dari indikator yang diperoleh mengindikasikan bahwa minat Diandra
belum terarah dalam pemilihan program jurusan yang sesuai dengan potensi
akademik yang dimilikinya.
C. Prognosis
Analisis SWOT
a. Potensi yang dimiliki konseli
a) Sehat (jarang sakit)
b) Ramah
c) Mudah bersosialisasi
b. Hambatan/kelemahan yang dialami oleh konseli
Tidak menyukai pelajaran menghitung, khususnya fisika
c. Peluang yang ada di lingkungan
Orang tua mendukung pemilihan jurusan yang diinginkan siswa
d. Tantangan yang diperoleh dari lingkungan
11
Teman-teman satu gank Diandra mengajaknya untuk masuk jurusan yang
sama dengan mereka yaitu IPS, padahal Diandra tidak berminat masuk
jurusan IPS. Disisi lain Diandra ingin tetap satu kelas dengan ganknya di
kelas XI nanti.
D. Treatment
Bantuan yang mungkin dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap
potensi konseli, hambatan konseli, peluang serta tantangan dari lingkungan yang
disesuaikan dengan kondisi dan berbagai keterbatasan di lapangan, maka didapat
beberapa bantuan yang mungkin dilakukan.
1. Konselor memberikan informasi mengenai jurusan yang dapat dipilih di
kelas XI, mengenai mata pelajaran yang akan dipelajari pada setiap
jurusan, dan pengetahuan yang perlu dikuasai pada setiap jurusan
2. Konselor menginterpretasikan hasil tes psikologis yang berhubungan
dengan kepribadian, bakat, serta minat konseli. Adapun teknik wawancara
itu. meliputi kegiatan berikut :
a. Mengarahkan atau menasehatkan (Direct advising), konselor
mempunyai alasan untuk percaya akan mendorong kearah masa depan
dan menghindari kegagalan moril yang serius.
b. Bujukan (Persuasion), konselor membujuk siswa memahami implikasi
dan hasil diagnosa untuk langkah berikutnya. Konselor tidak menekan
pilihan siswa tetapi membujuk siswa untuk menghindari
permasalahan baru. Misalnya, jika konseli masuk jurusan IPA, konseli
akan memperoleh kesulitan-kesulitan yang lebih dalam mengerjakan
tugas-tugas untuk mata pelajaran eksak, khususnya matematika dan
fisika.
c. Penjelasan (Explanation), konselor menyelidiki penafsiran arti dari
hasil diagnosa test dan data nontest dalam suatu usaha untuk
meningkatkan pemahaman konseli tentang hasil dan pilihan mereka.
Masing-Masing pilihan karir yang dipertimbangkan oleh konseli
secara sistematis ditinjau dan diproyeksikan ke masa depan yang
12
secara psikologis dapat memprediksi kepuasan dan kesuksesan jabatan
dalam kedudukan berbeda.
Konselor berinisiatif dalam proses konseling dengan memperkenalkan
atau memberikan hasil tes (lembar hasil psikotes). Satu hasil tes dihubungkan
untuk mempermudah pilihan karir konseli. Konselor memusatkan perhatian pada
saat wawancara dalam membuat keputusan. Alternatif mana yang akan dipilih
tergantung pada konseli sendiri.
E. Follow up (Tindak Lanjut)
Pada akhrinya konseli menyadari bahwa minat dan bakat konseli bukan
pada bidang science atau eksak, melainkan social. Konselor mendapatkan timbal
balik bawah diagnosa masalah Diandra sebagai pilihan karir yang belum terarah
adalah benar. Lebih jauh, penyedia tes dan informasi lain mengenai diri sendiri
dan informasi program jurusan dalam menyimpulkan sebuah karir muncul
menjadi strategi konseling yang efektif dan tidak langsung bahwa Diandra
meningkatkan fasilitasnya untuk membuat keputusan. Selanjutnya bukan tujuan
eksplisit pada konseling tetapi lebih menjadi sebuah produk yang terdapat dalam
rencana masa depan Diandra.
Tindak lanjut dilakukan untuk mengetahui keadaan siswa setelah
informasi diberikan dan layanan bimbingan karir yang berbasis teori trait and
factor. Tindak lanjut ini membahas:
1. Sesuai atau tidaknya keadaan diri dengan pilihan karir berdasarkan data
2. Siswa menerima kenyataan minta dan kemampuan berdasarkan tipe
kepribadiannya
3. Langkah selanjutnya bagi siswa setelah mengetahui tipe kepribadiaannya
4. Melihat pengaruh informasi yang telah diberikan dengan perilaku
keseharian siswa
5. Melihat pengaruh informasi baru dengan hubungan sosial siswa
6. Siswa dapat memilih alternatif pilihan karir yang sesuai dengan
kemampuan dan minatnya
13
BAB IV
KESIMPULAN
14
Akhrinya konseli (Diandra) menyadari bahwa minat dan bakat konseli
bukan pada bidang science atau eksak, melainkan social. Pola minat berhubungan
dengan skor dalam intelegensi, sikap khusus dan tes prestasi. Yang mendasari
prinsip sebagai indikator minat adalah kesesuaian antara kemampuan Diandra
dengan kenyataan yang ada sebagai dasar dalam memilih karir.
Sebenarnya proses konseling karir trait and factor terbagi dalam 3
wilayah permasalahan
a. Latar belakang masalah (Kumpulan data diri)
b. Pernyataan masalah (Menginterpretasikan tes)
c. Resolusi masalah (Informasi Program jurusan/pekerjaan)
Bimbingan karir berbasis pendekatan trait and factor akan membantu
siswa dalam berbagai dimensi yang didambakan oleh siswa sendiri yang kerap
kali berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan yang menjadi pegangan dalam hidup
untuk menyadari tentang berbagai faktor-faktor seperti sifat-sifat atau ciri-ciri
kepribadian yang akan memberikan corak khas yang melekat pada diri siswa yang
berpengaruh terhadap perkembangan karir serta mengidentifikasi faktor tersebut
dalam pribadinya sendiri yang akan mempengaruhi siswa dalam membuat pilihan
jurusan atau karir secara bijaksana, dan bertanggung jawab serta
mengimplementasikan pilihannya tersebut dalam suatu rencana persiapan jangka
pendek dan panjang.
15