Pengetahuan Tentang Prognosis Untuk Kontrol Usus Pada Bayi Baru Lahir
PENGARUH KURANG ENERGI KRONIK DAN ASUPAN PROTEIN …digilib.unila.ac.id/60796/3/3. SKRIPSI FULL...
Transcript of PENGARUH KURANG ENERGI KRONIK DAN ASUPAN PROTEIN …digilib.unila.ac.id/60796/3/3. SKRIPSI FULL...
PENGARUH KURANG ENERGI KRONIK DAN ASUPAN PROTEIN
IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN PREEKLAMPSIA
DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
SKRIPSI
Oleh
LISA DWI ARYANI
PENGARUH KURANG ENERGI KRONIK DAN ASUPAN PROTEIN
IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN PREEKLAMPSIA
DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
Skripsi
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Oleh
LISA DWI ARYANI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRACT
EFFECT OF CHRONIC ENERGY DEFICIENCY AND PROTEIN
INTAKE ON THE INCIDENCE OF MATERNAL PREECLAMPSIA
IN RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
LAMPUNG PROVINCE
By
Lisa Dwi Aryani
Background: Preeclampsia is one type of pregnancy hypertension and an obstetric
emergency. One per ten of all maternal mortality are associated with hypertensive
disorders in pregnancy and a quarter are associated with these complications.
Maternal mortality rate (MMR) in Lampung Province in 2015 due to hypertension
was found in 35 cases. Prevention efforts to avoid poor prognosis are needed by
eradicating risk factors. Nutritional status of chronic energy deficiency (CED) and
maternal protein intake during pregnancy are thought to be important risk factors
of preeclampsia.
Objective: To determine the effect of CED and maternal protein intake on the
incidence of preeclampsia in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung Province
Method: This study was an observational analytic study with a cross sectional
design. The subjects in this study were 66 pregnant woman taken by purposive
sampling method. The instruments of this study are mid-upper arm ribbon to
determine CED nutritional status and food recall 24 hours questionnaire to
determine protein consumption. The data were analyzed with a chi-square test (α
= 0.05).
Results: The results of the study were there are 37.9% with CED, 81.8% with
inadequate protein intake and 51.5% of 66 respondents with preeclampsia. The
bivariate test results showed that there are significant effect of maternal CED
nutritional status to the incidence of preeclampsia (p = 0.001) and there are
significant effect of maternal inadequate protein intake to the incidence of
preeclampsia (p = 0,001).
Conclusion: There is an effect of chronic energy deficiency and maternal protein
intake on the incidence of preeclampsia in RSUD DR. H. Abdul Moeloek Lampung
Province
Keywords: Chronic Energy Deficiency, Preeclampsia, Pregnant Women, Protein
ABSTRAK
PENGARUH KURANG ENERGI KRONIK DAN ASUPAN PROTEIN
IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN PREEKLAMPSIA
DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Lisa Dwi Aryani
Latar Belakang: Preeklampsia adalah salah satu jenis hipertensi kehamilan dan
merupakan kedaruratan obstetrik. Satu per sepuluh dari semua kematian ibu
dikaitkan dengan gangguan hipertensi kehamilan dan seperempatnya dikaitkan
dengan komplikasi tersebut. Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Lampung
Tahun 2015 akibat hipertensi ditemukan sebanyak 35 kasus. Upaya pencegahan
untuk menghindari prognosis buruk diperlukan dengan cara mengeradikasi faktor
risiko preeklampsia. Status gizi kurang energi kronik (KEK) dan asupan protein ibu
hamil dianggap sebagai faktor risiko penting dalam kejadian preeklampsia.
Tujuan: Mengetahui pengaruh KEK dan asupan protein ibu hamil terhadap
kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain
cross sectional study. Subjek berjumlah 66 orang ibu hamil yang dipilih dengan
metode purposive sampling. Instrumen penelitian ini adalah pita lingkar lengan
atas (LILA) untuk mengetahui status gizi KEK dan kuesioner food recall 24 hours
untuk mengetahui asupan protein ibu hamil. Data dianalisis dengan uji chi- square
(α = 0,05).
Hasil: Hasil dari penelitian ini ditemukan responden dengan KEK sebanyak 37,9%,
81,8% dengan asupan protein kurang dan 51,5% dari 66 responden dengan
preeklampsia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh status gizi ibu hamil
KEK terhadap kejadian preeklampsia (p=0,001) dan terdapat pengaruh asupan
protein ibu hamil terhadap kejadian preeklampsia (p=0,001) yang bermakna secara
statistik.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh kurang energi kronik dan asupan protein ibu
hamil terhadap kejadian preeklampsia di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung
Kata kunci: Ibu Hamil, Kurang Energi Kronik, Preeklampsia, Protein
Judul Skripsi : PENGARUH KURANG ENERGI KRONIK DAN
ASUPAN PROTEIN IBU HAMIL TERHADAP
KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RSUD DR. H.
ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Lisa Dwi Aryani
No. Pokok
Mahasiswa
: 1618011124
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1.Komisi Pembimbing
dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., M.P.H dr. Merry Indah Sari, S.Ked., M.Med.Ed
NIP. 198308182008012005 NIP. 19830524 200812 2 002
2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Dyah Wulan SRW, SKM., M.Kes
NIP. 197206281997022001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., M.P.H _____________
Sekretaris : dr. Merry Indah Sari, S.Ked., M.Med.Ed _____________
Penguji
Bukan Pembimbing : dr. Efriyan Imantika, S.Ked., M.Sc., Sp.OG ____________
2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Dyah Wulan SRW, SKM., M.Kes
NIP. 19720628 199702 2 001
Lulus Ujian Skripsi: 9 Januari 2020
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lisa Dwi Aryani
Nomor Pokok Mahasiswa : 1618011124
Tempat Tanggal Lahir : Pagar Alam, 29 Maret 1998
Alamat : Jl. Prof. Dr. Ir Soemantri Brojonegoro No.15,
Gedong Meneng, Rajabasa, Bandarlampug,
Lampung
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh kurang energi
kronik dan asupan protein ibu hamil terhadap kejadian preeklampsia di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung” adalah benar hasil karya penulis, bukan
menjiplak hasil karya orang lain. Jika dikemudian hari ternyata ada hal yang
melanggar dari ketentuan akademik universitas, maka saya akan bersedia
bertanggung jawab dan diberi sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Atas
perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.
Bandar Lampung, 09 Januari 2020
Lisa Dwi Aryani
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Pagar Alam pada tanggal 29 Maret 1998, sebagai anak
kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Rafrizal dan Ibu Sri Margiyani.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Dharma Wanita Kota
Pagar Alam pada tahun 2004, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 07 Kota
Pagar Alam pada tahun 2010, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di
SMP Negeri 01 Kota Pagar Alam pada tahun 2013, dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) diselesaikan di SMA Negeri 01 Kota Pagar Alam pada tahun 2016, dan
sebelumnya sempat bersekolah di SMA Negeri 04 Lahat pada tahun 2013 sampai
tahun 2014.
Tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN) tertulis. Selama menjadi mahasiswa, penulis terlibat aktif dalam
organisasi Forum Studi Islam (FSI) IBNU SINA.
ii
Sebuah Persembahan
Sederhana Untuk Orang-
Orang Terkasih, Ibu, Bapak,
Kakak dan Keluarga Besar
Tercinta
Setiap ada awal pasti ada akhir dan setiap ada
masalah pasti ada solusi. Belajarlah jadi lebih kuat
ketika situasinya lebih berat dan belajarlah jadi
lebih baik ketika keadaannya lebih buruk.
Jangan Menyerah.
……..
iii
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Kurang
Energi Kronik dan Asupan Protein Ibu Hamil terhadap Kejadian Preeklampsia di
RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung” ini dapat diselesaikan.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat masukan, bantuan,
dorongan, kritik, saran dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan
ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan yang Maha Esa, Allah swt, atas segala kuasa-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
2. Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung.
3. Dr. Dyah Wulan Sumekar RW, S.K.M., M.Kes., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
4. dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., M.P.H., selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk membantu, membimbing,
memberi kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini serta telah menjadi
selayaknya orang tua selama penulis berada di kampus.
iv
5. dr. Merry Indah Sari, S.Ked., M.Med.Ed., sebagai Pembimbing II yang telah
meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk membantu, membimbing,
memberi kritik dan saran, arahan serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Penulis juga berterimakasih kepada dr. Syahrul Hamidi Nasution sebagai
Pembimbing 2 pada penyusunan proposal penelitian yang telah membimbing,
memberi bantuan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan proposal
penelitian.
7. dr. Efriyan Imantika, S.Ked., M.Sc., Sp.OG, sebagai Pembahas yang telah
meluangkan waktu untuk membantu banyak hal, memberikan ilmu dan nasihat,
memberi kritik, saran serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Ibu hamil yang telah berkenan untuk menjadi responden dalam penelitian ini
sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
9. Seluruh Staf di Ruangan Delima, Poli Kandungan dan Kebidanan serta
Ruangan Rekam Medik di RSUD H. Dr. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
atas kesediaannya, bantuan, doa, dan dukungan yang telah diberikan.
10. Dr. dr. Susianti, S.Ked., M.Sc sebagai pembimbing akademik saya yang telah
banyak membantu dan memberikan dukungan selama masa perkuliahan.
11. Seluruh Staf Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang telah diberikan selama proses
perkuliahan.
12. Bapak Rafrizal dan Ibu Sri Margiyani yang selalu memberi doa, dukungan
serta motivasi yang tidak ternilai untuk penulis. Terima kasih atas pengorbanan
dan kasih sayangnya selama ini kepada penulis. Semoga Allah swt. selalu
memberikan kesehatan, keberkahan dan kebahagiaan kepada Bapak dan Ibu.
v
13. Kakak tercinta Muhammad Aldy Riyandry atas doa, dukungan dan kasih
sayangnya kepada penulis selama ini. Semoga Allah swt selalu memberikan
kebahagiaan kepada kakak.
14. Keluarga besar di Lahat, di Payakumbuh, di Bengkulu dan di Pagar Alam yang
telah memberikan segala dukungan dan motivasi kepada penulis
15. Sahabatku Cute Girls, Dina Amalia Kusmardika, Rilianda Abelira, Dhea
Mutiara Karmelita, Dhea Oksalia Edi, Karunia Santi, dan Anisa Ramadhanti
atas kebersamaannya semenjak mahasiswa baru, yang telah menjadi saudara
selama di kampus serta berbagi ilmu dan pengalaman selama perkuliahan.
Terima kasih atas suka dan duka yang telah kita lewati selama ini.
16. Teman-teman seperjuangan skripsi Bagus, Kristian, Aris, Yunisa, Nisa, Rika,
Fakhirah, Made yang telah menemani, membantu, dan berjuang bersama
penulis.
17. Geng Osce Bonam, Eno, Nisa, Revina, Ayu, Icha, Jihan dan Teman-Teman
untuk kebersamaan, dukungan serta semangat kepada penulis.
18. Kak Reandy, Kak Sukma, Kak Dika, Kak Sonia, Kak Dila sebagai orang yang
telah direpotkan dalam penyelesaian skripsi.
19. Teman-teman satu kelompok tutorial dan CSL. Terimakasih telah menjadi
orang-orang yang membantu saya beradaptasi selama perkuliahan.
20. Sahabat-sahabatku di waktu Sekolah Dasar, Menengah Pertama dan Menengah
Atas, terima kasih telah memberikan semangat dan kebahagiaan kepada
penulis.
vi
21. Teman-teman angkatan 2016, TRIGEMINUS, terima kasih atas kebersamaan
dan kekompakannya selama ini. Semoga kita nantinya menjadi dokter - dokter
yang professional, amanah dan berjiwa kemanusiaan tinggi.
22. Adik-adik 2017, 2018 dan 2019, terimakasih atas dukungan dan doanya,
semoga kelak menjadi dokter yang professional
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Bandar Lampung, 09 Januari 2020
Penulis,
Lisa Dwi Aryani
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
1.4.1 Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan ................................................. 7
1.4.2 Bagi Masyarakat .............................................................................. 7
1.4.3 Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ............................ 7
1.4.4 Bagi Peneliti ..................................................................................... 8
1.4.5 Bagi Peneliti lain .............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
2.1 Kehamilan .............................................................................................. 9
2.1.1 Definisi ............................................................................................. 9
2.1.2 Perubahan Fisiologis Kardiovaskular dan Metabolik .................... 10
2.1.3 Diet dan Gizi Ibu Hamil ................................................................. 12
2.2 Preeklampsia ....................................................................................... 17
2.2.1 Definisi .......................................................................................... 17
2.2.2 Diagnosis........................................................................................ 18
2.2.3 Etiologi .......................................................................................... 20
2.2.4 Patogenesis .................................................................................... 22
2.2.5 Faktor Risiko ................................................................................. 26
2.2. 6 Komplikasi .................................................................................... 32
2.3 Kekurangan Energi Kronis (KEK) ....................................................... 35
2.3.1 Pengertian ...................................................................................... 35
�
viii
2.3.2 Diagnosis KEK .............................................................................. 35
2.3.3 Faktor Risiko .................................................................................. 37
2.3.4 Patofisiologi ................................................................................... 39
2.3.5 Dampak KEK ................................................................................. 40
2.4 Protein .................................................................................................. 40
2.4.1 Definisi dan Klasifikasi Protein ..................................................... 40
2.4.2 Fungsi Protein ................................................................................ 42
2.4.3 Pencernaan dan Absorbsi Protein .................................................. 43
2.4.4 Kebutuhan Asupan Protein Ibu Hamil ........................................... 44
2.4.5 Penilaian Konsumsi Pangan Metode Food Recall 24 Hours ......... 45
2.5 Hubungan Asupan Protein, Kurang Energi Kronis (KEK) dan
Preeklampsia ......................................................................................... 48
2.6 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 51
2.6.1 Kerangka Teori .............................................................................. 51
2.6.2 Kerangka Konsep ........................................................................... 52
2.7 Hipotesis ............................................................................................... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 53
3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 53
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 53
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 53
3.3.1 Populasi .......................................................................................... 53
3.3.2 Sampel............................................................................................ 54
3.3.3 Penghitungan Sampel..................................................................... 54
3.3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 56
3.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ..................... 57
3.4.1 Identifikasi Variabel ...................................................................... 57
3.4.2 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 57
3.5 Instrumen Penelitian dan Prosedur Penelitian ...................................... 59
3.5.1 Instrumen Penelitian ...................................................................... 59
3.5.2 Prosedur Penelitian ........................................................................ 59
3.6 Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 60
3.6.1 Pengolahan Data ............................................................................ 60
3.6.2 Analisis Data .................................................................................. 61
3.7 Etika penelitian ..................................................................................... 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 64
4.1 Hasil...................................................................................................... 64
4.1.1 Karakteristik Responden ................................................................ 64
4.1.2 Analisis Univariat .......................................................................... 64
4.1.3 Analisis Bivariat............................................................................. 66
ix
4. 2 Pembahasan ......................................................................................... 68
4.2.1 Karakteristik Responden ................................................................ 68
4.2.1 Analisis Univariat .......................................................................... 71
4.2.2 Analisis Bivariat............................................................................. 81
4.3 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 86
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 86
5.2. Saran .................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 89
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Angka kecukupan gizi ................................................................................... 13
2. Status gizi berdasarkan IMT .......................................................................... 14
3. Penambahan zat gizi selama kehamilan ....................................................... 17
4. Jumlah porsi sekali makan.............................................................................. 17
5. Pemeriksaan Laboratorium Preeklampsia …………………………………. 19
6. Klasifikasi KEK menggunakan dasar IMT (kg/m2)……………………….. 35
7. Klasifikasi KEK menggunakan dasar LILA (cm)………………………….. 36
8. Mutu protein beberapa bahan pangan……………………………………… 45
9. Defini operasional variabel…………………………………………......….. 58
10. Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan usia………………………………… 64
11. Distribusi frekuensi status gizi ibu hamil………………………………………… 65
12. Distribusi frekuensi asupan protein ibu hamil ………………………………….. 65
13. Distribusi kejadian preeklampsia ……………………………………………… 66
14. Tabulasi silang status gizi terhadap preeklampsia………………………………. 66
15. Tabulasi silang asupan protein terhadap preeklampsia………………………….. 67
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka teori ............................................................................................... 51
2. Kerangka konsep ............................................................................................ 52
3. Alur penelitian ………………………………………………………………. 60
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar informed consent
Lampiran 2. Lembar persetujuan responden
Lampiran 3. Formulir penilaian konsumsi pangan food recall 24 hours
Lampiran 4. Surat izin pre survey penelitian
Lampiran 5. Surat kaji etik penelitian
Lampiran 6. Surat izin penelitian
Lampiran 7. Surat pengkalibrasian alat
Lampiran 8. Hasil analisis data
Lampiran 9. Hasil penelitian
Lampiran 10. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu hamil (AKI) merupakan masalah kesehatan dunia yang
serius. Menurut data World Organization of Health (WHO) (2014), Indonesia
berada di peringkat tertinggi risiko kematian ibu di antara negara-negara di
Asia Tenggara. Di Vietnam, AKI mencapai 49 per 100.000 kelahiran hidup,
Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran
hidup, dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Indonesia,
angka kematian ibu mencapai 190 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
angka kematian ibu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup, namun
menurut data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, angka
kematian ibu di Indonesia mulai mengalami penurunan bila dibandingkan
tahun sebelumnya yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan angka ini
tidak begitu signifikan dibandingkan target angka kematian berdasarkan global
Millenium Development Goals (MDGs) ke – 5, yaitu 102 per 100.000 kelahiran
hidup (Jayanti, Basuki & Wibowo, 2016).
2
Tingginya angka kematian ibu paling banyak disebabkan oleh komplikasi
selama kehamilan. Menurut data WHO (2016), setiap harinya terdapat 830 ibu
meninggal akibat komplikasi selama kehamilan atau persalinan dengan total
303.000 kematian ibu pada tahun 2015. Sejak tahun 1990, beberapa negara di
sub-Sahara Afrika sudah melakukan upaya untuk mengurangi tingginya angka
kematian maternal dengan cara menekan faktor risiko. Upaya ini cukup
berhasil di wilayah Asia dan Afrika Utara dalam menurunan rasio kematian
maternal global (jumlah kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup) menjadi
2,3% per tahun antara tahun 1990 sampai tahun 2015 (WHO, 2016).
Menurut profil data kesehatan Provinsi Lampung (2015) jumlah kematian ibu
tertinggi terjadi pada usia 20 sampai 34 tahun dengan total 102 kejadian, diikuti
jumlah kematian ibu dengan usia ≥35 tahun sebanyak 41 kejadian dan usia <20
tahun dengan jumlah kematian ibu sebanyak 6 kejadian. Angka kematian ibu
tertinggi di Provinsi Lampung terdapat di Kota Bandar Lampung dengan
jumlah kematian ibu sebanyak 19 kejadian, kemudian disusul Kabupaten
Lampung Selatan dengan jumlah kematian ibu sebanyak 15 kejadian sebagai
urutan kedua kasus terbanyak. Penyebab tingginya angka kematian ibu di
Provinsi Lampung antara lain akibat komplikasi perdarahan, hipertensi
kehamilan, infeksi, gangguan sistem vaskular, gangguan metabolik dan lain-
lain (Dinkes Lampung, 2016).
Menurut data WHO (2014) komplikasi kehamilan terdiri dari perdarahan 27%,
preeklampsia dan eklampsia 14%, infeksi 11%, partus macet 9% dan
komplikasi abortus 8%. Data tersebut hampir menjelaskan 75% dari
3
keseluruhan penyebab kematian maternal (WHO, 2014). Di Indonesia, angka
kematian maternal akibat preeklampsia mencapai 25% pada tahun 2014 dan
meningkat pada tahun berikutnya menjadi 27,1% (Kemenkes, 2016).
Berdasarkan survey pendahuluan, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.
H. Abdul Moeloek (RSAM) provinsi Lampung diketahui sebanyak 481
kejadian preeklampsia ibu hamil pada tahun 2013 dan sebanyak 337 pada
tahun berikutnya. Kejadian preeklampsia sangat berkontribusi dalam
peningkatan kematian maternal, terbukti pada tahun 2019 periode januari
sampai juni di RSAM Provinsi Lampung sebanyak 71 per 425 ibu hamil
mengalami preeklampsia dengan 2 diantaranya meninggal dunia akibat
komplikasi preeklampsia.
Preeklampsia merupakan suatu sindrom spesifik yang ditandai tekanan darah
tinggi (hipertensi) dan proteinuria (protein dalam urin) saat usia kehamilan
lebih dari 20 minggu. Menurut data WHO (2011) hipertensi kehamilan
memengaruhi sekitar 10% dari keseluruhan kehamilan di dunia. Hampir
sepersepuluh dari kematian maternal di Asia dan Afrika dikaitkan dengan
gangguan hipertensi kehamilan, sementara di Amerika Latin seperempatnya
dikaitkan dengan komplikasi tersebut (WHO, 2011). Menurut penelitian Vata,
Chauhan & Nallathambi et al. (2015) sebanyak sepuluh juta wanita di seluruh
dunia mengalami preeklampsia setiap tahunnya dengan 7.600 ibu hamil
diantaranya meninggal akibat preeklampsia dan gangguan hipertensi (Vata,
Chauhan, Nallathambi et al., 2015).
4
Preeklampsia terjadi akibat adanya kerusakan endotel, insudasi plasma ke
dinding pembuluh darah, proliferasi sel miointimal, nekrosis dan vasospasme
sehingga mengganggu perfusi organ (Cunningham, Leveno & Bloom et al.,
2010). Walaupun etiologi dari preeklampsia belum begitu jelas, beberapa studi
dan penelitian membuktikan bahwa faktor mineral dan gizi ikut berperan
sebagai etiologi preeklampsia (Prawirohardjo & Wiknjosastro, 2016).
Konsumsi protein kurang ibu hamil dapat memicu terjadinya hipoproteinemia,
penurunan kadar albumin serum dan perubahan jaringan endotel.
Terganggunya regenerasi jaringan endotel dapat memicu abnormalitas
vaskular dengan manifestasi klinis berupa tekanan darah tinggi, proteinuria dan
edema (Veronika, Serudji & Sastri, 2015). Terdapat faktor risiko lain penyebab
preeklampsia seperti kondisi ibu hamil kurang energi kronis (KEK). KEK
merupakan suatu keadaan tubuh kekurangan asupan energi dan protein secara
terus-menerus yang dapat didiagnosis dengan indeks pengukuran lingkar
lengan atas (LILA) <24,9 cm (Almatsier, 2010; Ariyani, Achadi & Irawati,
2012). Kurangnya asupan protein dan energi kronis ini diduga dapat
menurunkan kadar protein darah dan memicu kejadian disfungsi endotel. KEK
juga dikaitkan dengan kejadian anemia, penurunan kadar kalsium serum,
magnesium dan zinc yang diduga memiliki peran dalam menjaga tahanan
vaskular yang dapat memicu preeklampsia bila kadarnya kurang dalam darah
(Bahadoran, Zendehdel & Moyahedian et al, 2010).
Status gizi dan situasi kecukupan asupan energi, terutama protein ibu hamil
masih menjadi isu pokok pembangunan kesehatan di Indonesia (Kemenkes RI,
5
2016). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) prevalensi
wanita usia subur KEK di Indonesia mencapai 20,8% dan ibu hamil KEK
mencapai 24,2 % (Riskesdas, 2013). Di Provinsi Lampung, angka kejadian ibu
hamil KEK tidak jauh berbeda, yaitu 21,3%. Di kota Bandar Lampung
prevalensi KEK mencapai 24,5% dengan temuan kasus sebanyak 1197.
Menurut data studi diet total (SDT) (2014) lebih dari 50% ibu hamil di
Indonesia berada pada angka kecukupan energi (AKE) kurang dari 70% dan
hanya 14% ibu hamil yang berada pada tingkat kecukupan energi cukup.
Demikian halnya dengan kecukupan protein, sebanyak 49,6% ibu hamil di
perkotaan dan 55,6% ibu hamil di perdesaan mendapatkan asupan protein
≤80% dari standar angka kecukupan protein (AKP) (Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung, 2016).
Hasil penelitian Furqi & Saptorini (2016) menyebutkan bahwa terdapat
hubungan antara asupan protein dengan kejadian KEK (p=0,003). Dalam
penelitian lain yang dilakukan oleh Anas (2013) menyebutkan bahwa terdapat
hubungan antara pengukuran LILA <23,5 cm dengan kejadian preeklampsia
(p=0,000). Penelitian lain mengenai hubungan antara faktor gizi dengan
kejadian preeklampsia yang dilakukan oleh Nuryani, Maghfirah &
Citrakesumasari et al. (2013) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara
asupan protein rendah dengan kejadian preeklampsia (p=0,000). Penelitian
lebih lanjut yang menggabungkan secara langsung pengaruh antara kurang
energi kronik dan asupan protein kurang ibu hamil dengan kejadian
preeklampsia belum pernah dilakukan. Berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh antara kurang energi kronis (KEK)
6
dan asupan protein ibu hamil terhadap kejadian preeklampsia di Rumah Sakit
rujukan Provinsi Lampung yaitu RSUD Dr. H. Abdul Moeloek (RSAM).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Berapakah prevalensi ibu hamil yang menderita preeklampsia dan tidak
preeklampsia di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung?
2. Berapakah prevalensi ibu hamil yang menderita kurang energi kronik
(KEK) di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung?
3. Bagaimana gambaran asupan protein ibu hamil yang menderita di RSUD
DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung?
4. Bagaimana pengaruh kurang energi kronik (KEK) dan asupan protein pada
ibu hamil terhadap kejadian preeklampsia di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
(RSAM)?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh kurang energi kronis (KEK) dan asupan protein
ibu hamil terhadap kejadian preeklampsia di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek (RSAM).
7
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah frekuensi ibu hamil yang menderita
preeklampsia dan tidak preeklampsia di RSUD DR. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung
2. Mengetahui jumlah status gizi ibu hamil kurang energi kronis (KEK)
di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
3. Mengetahui gambaran asupan protein ibu hamil yang menderita di
RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
pengaruh nutrisi dan status gizi ibu hamil terhadap kejadian preeklampsia
sehingga dapat dilakukan pencegahan kejadian preeklampsia untuk
menekan angka kematian ibu.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan dan informasi tambahan bagi ibu hamil untuk
lebih memerhatikan asupan makanannya sebagai upaya pencegahan
kejadian preeklampsia
1.4.3 Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kedokteran klinis.
8
1.4.4 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dalam
bidang ilmu kedokteran klinis khususnya di bidang obstetri dan
ginekologi mengenai gizi dalam pengelolaan kehamilan.
1.4.5 Bagi Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya
yang ingin meneliti lebih lanjut.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi
Kehamilan didefinisikan berbeda oleh beberapa ahli, namun pada
prinsipnya memiliki inti yang sama. Kehamilan adalah keadaan
mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah terjadi
penyentuhan sel telur dan sel spermatozoa (Dorland, 2012). Menurut
Wiknjosastro & Prawirohardjo (2014) kehamilan adalah suatu proses
antara perpaduan sel sperma dan ovum sehingga terjadi konsepsi sampai
lahirnya janin. Lama fase kehamilan normal adalah 280 hari atau 40
minggu dihitung dari haid pertama haid terakhir (HPHT) (Wiknjosastro
& Prawirohardjo, 2014). Menurut Manuaba (2012) kehamilan adalah
rantai yang berkesinambungan antara ovulasi, migrasi sprematozoa dan
ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba, 2012).
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok wanita usia subur (WUS)
berusia 19-49 tahun dengan usia kehamilan yang baik berkisar 20-35
tahun. Puncak masa kesuburan pada kelompok WUS adalah usia 20-29
10
tahun dengan presentase kesempatan hamil 95% dan akan turun menjadi
90% saat memasuki usia 30 tahun. Kesempatan hamil akan berkurang
menjadi 40% saat memasuki usia 40 tahun dan akan terus berkurang
menjadi 10% dengan penambahan usia tiap tahunnya (Mubarak, 2012).
2.1.2 Perubahan Fisiologis Kardiovaskular dan Metabolik
Pada masa kehamilan ditemukan perubahan hampir pada semua sistem
organ maternal. Perubahan tersebut diawali dengan sekresi hormon dari
korpus luteum dan plasenta. Efek mekanis dari perbesaran uterus dan
kompresi struktur sekitar uterus memegang peranan penting ketika
memasuki trimester II dan III. Perubahan tersebut meliputi perubahan
fungsi hematologi, kardiovaskular, ventilasi, metabolik dan
gastrointestinal (Prawirohardjo & Wiknjosastro, 2016).
1. Perubahan Metabolik
Peningkatan sekresi berbagai hormon kehamilan seperti hormon
tiroksin, adrenokortikal dan hormon seks dapat meningkatkan laju
metabolisme basal sekitar 15 % ketika mendekati masa akhir
kehamilan. Terminasi dari peningkatan laju metabolisme basal ini
menyebabkan wanita hamil sering mengalami sensasi panas
berlebihan. Selain itu, adanya beban tambahan menyebabkan
pengeluaran energi untuk aktivitas otot lebih besar dari keadaan
normal. Tubuh mengalami perubahan metabolisme mendasar
sehingga terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan
janin dan persiapan pemberian air susu ibu (ASI) (Guyton, 2014).
11
2. Sistem Kardiovaskular
Perubahan hemodinamik berupa peningkatan volume darah terjadi
sebesar 30-50% pada trimester pertama, mencapai puncak pada usia
kehamilan 32-34 minggu kemudian menetap sampai aterm. Akibat
peningkatan volume darah, cardiac output akan meningkat serta
jantung dan pembuluh darah akan mengalami sedikit dilatasi akibat
pengaruh dari hormon progesteron. Hormon progesteron akan
merelaksasi otot-otot polos dan mendilatasi dinding pembuluh darah.
Seorang wanita hamil cenderung mengalami supinasio hypotension
apabila berbaring terlentang akibat penekanan vena kava inferior
tertekan oleh uterus (Prawirohardjo & Wiknjosastro 2016).
Penekanan uterus terhadap vena pelvik menyebabkan perubahan lokal
tungkai bawah dengan manifestasi klinis berupa varises dan edema.
Hal ini diakibatkan absorbsi cairan eskstraseluler, peningkatan venous
return, peningkatan output ginjal meningkat yang selanjutnya
menyebabkan nocturnal diuresis. Penekanan uterus terhadap vena
juga meningkat sehingga aliran balik jantung turun dan terjadi
penurunan cardiac output. Keadaan ini terjadi akibat aktivitas sering
berdiri namun cenderung reversibel saat malam hari akibat perubahan
posisi tubuh berbaring (Prawirohardjo &Wiknjosastro, 2016).
Selain itu, peningkatan volume plasma yang lebih banyak dari volume
sel darah merah menyebabkan terjadinya hemodilusi dan penurunan
12
kadar hemoglobin yang biasa disebut sebagai anemia fisiologis
kehamilan (Prawirohardjo &Wiknjosastro, 2016).
2.1.3 Diet dan Gizi Ibu Hamil
Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung
zat gizi dalam jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh. Diet yang
sehat adalah diet yang memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) yang
dianjurkan. Kecukupan zat gizi diperoleh dari konsumsi zat-zat gizi
esensial untuk memenuhi kebutuhan semua orang (Supariasa, 2012).
pencapaian tingkat konsumsi gizi (TKG) untuk individu adalah sebagai
berikut (Supariasa, 2012):
Tingkat Konsumsi Gizi = 𝐴𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛 𝐺𝑖𝑧𝑖
𝐴𝐾𝐺 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 x 100%
Klasifikasi tingkat konsumsi dibagi berdasarkan cut of points masing-
masing sebagai berikut (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004):
a. Kurang : < 80% AKG
b. Baik : 80 – 110 % AKG
c. Lebih : > 110% AKG
Angka kecukupan gizi (AKG) ibu hamil berbeda dengan kecukupan gizi
wanita yang tidak hamil karena diperlukan penambahan zat gizi untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, sebagaimana dijelaskan pada
tabel berikut :
13
Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil
Zat Gizi Kebutuhan Wanita Tidak Hamil Kebutuhan Wanita
Hamil
Energi 1900 kal (19-24 tahun)
1800 kal (30-49 tahun)
Trimester
1 + 180 kal
II dan III + 300 kal
Protein 50 g + 17 g
Vitamin A 500 mikrogram RE + 300 mikrogram RE
Vitamin D 5 mikrogram/hari -
Vitamin B1 0,5 mg + 0,4 mg
Niasin 14 mg + 4 mg
Vitamin B6 1,3 mg + 0,4 mg
Vitamin B12 2,4 mikrogram + 0,2 mikrogram
Asam Folat 400 mikrogram + 200 mikrogram
Vitamin C 75 mg/hari + 10 mg
Yodium/Y 150 mikrogram + 50 mikrogram
Zat Besi/Fe 26 mg
Trimester
II + 9 mg
III + 13 mg
Seng/Zn 9 mg
Trimester:
I + 1,7 mg
II + 4,2 mg
III + 9,8 mg
Selenium/Se 30 mikrogram + 5 mikrogram
Kalsium/Ca 800 mg + 150 mg
Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004
1. Energi
Ibu hamil membutuhkan tambahan kalori sekitar 300 kkal sehingga
asupan makanan menjadi 2.800-3.000 kkal per hari. Menurut angka
kecukupan gizi tahun 2004, penambahan kebutuhan energi per hari ibu
hamil dibedakan berdasarkan trimester kehamilan yang berlangsung.
Pada trimester I, tambahan asupan kalori adalah 180 kkal sedangkan pada
trimester II dan III masing - masing 300 kkal. Total kalori yang
dibutuhkan adalah sekitar 80.000 kkal dengan 36.000 kkal untuk
pembakaran dan 44.000 kkal sisanya untuk pembuatan jaringan baru.
(Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
14
Penambahan berat badan ibu hamil pada trimester II dan III untuk berat
badan normal adalah 0,4 kg/minggu, berat badan overweight atau gemuk
0,3 kg/minggu dan penambahan 0,5 kg/minggu untuk ibu hamil dengan
underweight atau kurus (Barasi, 2007). Adapun kategori status gizi
berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) sebagai berikut:
Tabel 2. Status gizi berdasarkan IMT
Nilai Status Gizi Kesimpulan
<17,0 Gizi kurang Sangat kurus
17,0-18,5 Kurang Kurus
18,5-25,0 Baik Normal
25,0-27,0 Lebih Gemuk
>27,0 Lebih Sangat gemuk
Sumber: Rukiyah, 2009
2. Protein
Konsumsi protein ibu hamil meningkat dibandingkan sebelum hamil.
Berdasarkan AKG (2004), tambahan protein yang diperlukan selama
kehamilan adalah 17 gram perhari dengan pemenuhan protein bersumber
hewani lebih besar dari protein nabati. Porsi konsumsi makanan seperti
ikan, telur, daging dan susu perlu lebih banyak dikonsumsi dbandingkan
tahu, tempe dan kacang. Hal ini disebabkan struktur protein hewani
mengandung asam amino yang lebih kompleks dan lebih mudah dicerna
tubuh (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
3. Vitamin
Vitamin A dibutuhkan untuk mempertahankan sel-sel yang melapisi
paru-paru janin agar tetap terlindungi dari polutan selama di dalam
rahim. Konsumsi vitamin A yang berlebihan dapat menimbulkan cacat
15
bawaan, sehingga jumlah konsumsi vitamin A yang dianjurkan adalah
700-1000 mcg. Vitamin B12 bersama asam folat (vitamin B9) berperan
dalam pertumbuhan, sintesis DNA sel dan fungsi sel dalam sumsum
tulang, sistem persarafan serta saluran cerna. Kebutuhan vitamin B12
yang dianjurkan adalah 3 gram per hari yang dapat diperoleh dari unggas,
hati, telur, kerang, ikan, daging, susu dan keju. Vitamin D dibutuhkan
untuk pertumbuhan tulang, gigi, dan perkembangan jantung, otot serta
saraf janin. Kekurangan vitamin D pada ibu hamil mengakibatkan
gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Gangguan dapat
berupa hipokalsemi, osteomalasia pada ibu dan tetani pada bayi baru
lahir. Sumber vitamin D terutama terdapat pada sinar matahari. Tubuh
akan mengubah kolesterol kulit menjadi calcitrol (vitamin D3) yang
kemudian disalurkan ke hepar dan renal untuk menghasilkan vitamin D
ketika terpapar sinar matahari (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi,
2004).
4. Asam Folat
Kebutuhan asam folat selama hamil meningkat dua kali lipat. Asam folat
berperan dalam pematangan sel darah merah, perkembangan sel-sel
muda, sintesis sel DNA dan metabolisme energi. Beberapa studi
menyebutkan kekurangan asam folat disebutkan ada kaitannya dengan
kelahiran bayi berat bayi lahir rendah (BBLR). Pertambahan kebutuhan
asam folat bagi ibu hamil adalah 400-800 mcg per hari dan tidak
disarankan lebih dari 1000 mcg (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi,
2004).
16
5. Zat besi
Kebutuhan zat besi pada perempuan hamil ditingkatkan menjadi 200 -
300% yaitu sekitar 800 mg dengan 300 mg untuk perkembangan janin
dan 500 mg untuk ibu. Ibu hamil trimester II dan III dianjurkan untuk
menelan 30-60 mg tablet besi tiap hari selama 3 bulan yang dimulai dari
minggu ke-12 kehamilan (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi,
2004).
6. Yodium
Yodium dapat diperoleh dari air minum, garam, sumber bahan makanan
laut, plum kering, telur dan susu. Kekurangan yodium bisa
mengakibatkan hipotiroid pada janin yang dapat berkembang menjadi
kretinisme dan bayi lahir mati. Asupan yodium yang dianjurkan adalah
200 g per hari (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
7. Serat
Kebutuhan serat bagi ibu hamil harus diperhatikan, karena selain
memberikan rasa kenyang lebih lama, juga dibutuhkan untuk
memperlancar sistem pencernaan. Serat bisa diperoleh dari sayuran,
buah-buahan, padi-padian, kacang-kacangan, gandum, beras dan
olahannya (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
Berdasarkan peningkatan kebutuhan asupan zat gizi ibu hamil, berikut
contoh menu makanan yang bisa dikonsumsi oleh ibu hamil yang dijelaskan
dalam tabel 3 dan 4.
17
Tabel 3. Penambahan Zat Gizi Selama Kehamilan
Usia Kehamilan Penambahan Gizi Setara dengan :
0 sampai 13
minggu (Trimester
1)
Energi : 180 kkal
Protein : 20 gram
Lemak : 6 gram
Karbohidrat : 25 gram
- Biskuit 1 buah besar (10
gram)
- Telur ayam rebus 1 butir
(55 gram)
- Susu Sapi Segar ½ gelas
(100 gram)
14 sampai 41
minggu (Trimester
2 sampai Trimester
3)
Energi : 300 kkal
Protein : 20 gram
Lemak : 10 gram
Karbohidrat : 40 gram
- 1 mangkuk bubur kacang
hijau
- kacang hijau 5 sendok
makan (50 gram)
- Santan ½ gelas (50 gram)
- gula merah 1 sendok
makan (13 gram)
- Telur ayam rebus 1 butir
(55 gram)
Sumber : Sulistyoningsih, 2011
Tabel 4. Jumlah Porsi Sekali Makan
Kategori Berat Setara Dengan
Nasi/Pengganti 200 gram 1 gelas
Lauk-Pauk Hewani
(Ayam/
Daging/Ikan)
40 gram
Ikan : 1/3 ekor sedang
Ayam : 1 potong sedang
Daging : 2 potong kecil
Lauk Nabati
(Tempe/ Tahu /
Kacang -kacangan)
Tempe ; 50 gram
Tahu : 100 gram
Kacang-kacangan :
25 gram
Tempe : 2 potong sedang
Tahu : 2 potong sedang
Kacang – kacangan : 2 sendok
makan
Sayuran 100 gram 1 gelas/ 1 piring/ 1 mangkok
(setelah masak ditiriskan)
Buah-buahan 100 gram 2 ¼ potong sedang
Sumber : Sulistyoningsih, 2011
2.2 Preeklampsia
2.2.1 Definisi
Preeklampsia merupakan suatu sindrom spesifik yang ditandai tekanan
darah tinggi dan proteinuria pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
Preeklampsia terjadi akibat kerusakan endotel, insudasi plasma ke
dinding pembuluh darah, proliferasi sel miointimal, nekrosis dan
vasospasme sehingga perfusi ke organ terganggu (Cunningham, Leveno
& Bloom et al., 2010). Kriteria minimum preeklampsia yaitu tekanan
18
darah ≥140/90 mmHg dan proteinuria sebanyak 300 mg atau lebih pada
urin sampel per 24 jam atau 30 mg/dL (1+ pada dipstick) dalam sampel
urin acak. Edema juga termasuk gejala preeklampsia namun sering tidak
termasuk kriteria diagnostik karena banyak ditemukan pada wanita
dengan kehamilan normal (Wiknjosastro & Prawirohardjo, 2014).
2.2.2 Diagnosis
Kriteria diagnostik preeklampsia terbaru menurut American College of
Obstetricians and Gynecologists 2013 Task Force on Hypertension in
Pregnancy adalah berdasarkan:
1. Anamnesis
Gejala nonspesifik seperti nyeri kepala, visus kabur, atau nyeri
kuadran kanan atas abdomen merupakan tanda awal preeklampsia
yang mungkin hadir tanpa disertai dengan peningkatan tekanan darah.
Riwayat sebelumnya seperti penyakit kronis, riwayat keluarga,
nulipara, dan komplikasi kehamilan sebelumnya merupakan faktor
predisposisi
2. Pemeriksaan fisik
Peningkatan tekanan darah yang terjadi sejak usia kehamilan 20
minggu. Manifestasi klinis lain seperti edema ekstremitas bawah,
edema paru, hepatomegaly dan nyeri tekan kuadran kanan atas
abdomen merupakan temuan klinis yang kurang spesifik untuk
diagnosis preeklampsia.
19
3. Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium yang direkomendasikan meliputi hitung darah
lengkap, basic metabolic panel (glukosa, kalsium, sodium, potassium,
CO2, Cl, BUN [Blood Urea Nitrogen], kreatinin), tes fungsi hati,
lactate dehydrogenase (LDH), dan haptoglobin jika dicurigai ada
sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, trombosit
rendah).
Tabel 5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium Untuk Memastikan Kecurigaan Preeklampsia
- Darah lengkap → Trombositopenia
- Tes fungsi hati → aspartate aminotransferase, alanine aminotransferase,
bilirubin meningkat
- Kadar kreatinin dan kreatin → Kreatin serum dan protein kreatinin
meningkat
- Pemeriksaan koagulasi, LDH dan haptoglobin → jika curiga ada
sindrom HELLP
Preeklampsia dibedakan menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan
preeklampsia berat dengan kriteria sebagai berikut (Prawirohardjo &
Wiknjosastro, 2016).
1. Preeklampsia ringan
a. Tekanan darah ≥140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu.
b. Ekskresi protein dalam urin ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ +1 dipstik,
rasio protein:kreatinin ≥ 30 mg/mmol.
2. Preeklampsia berat
Preeklampsia dikatakan masuk kategori berat apabila ditemukan satu
atau lebih tanda di bawah ini
a. Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg sedikitnya enam jam pada dua
20
kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu
hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah
baring
b. Proteinuria ≥ 5 g/24 jam atau ≥ +3 dipstik pada sampel urin
sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali
c. Trombositopenia < 100.000/ul dan hemolisis mikroangiopati
d. SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) dan SGPT
(serum glutamic pyruvic transaminase) meningkat ditambah
nyeri epigastrik atau kuadran kanan atas abdomen akibat
teregangnya kapsula glisson.
e. Sakit kepala persisten dan skotoma penglihatan.
f. Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion dan abrupsio
plasenta
g. Edema paru dan gagal jantung kongestif.
h. Oliguria ≤ 500 ml/24 jam dan kreatinin plasma meningkat ≥ 1,2
mg/dL
(Suwanti, Wibowo & Safitri, 2015; Wiknjosastro & Prawirohardjo,
2014).
2.2.3 Etiologi
Etiologi preeklampsia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
teori yang menjelaskan penyebab terjadinya preeklampsia yaitu:
1. Implantasi Plasenta
Implantansi plasenta disertai invasi trofoblastik abnormal pada
pembuluh darah arteriola spiralis uteri akan menyebabkan remodeling
21
ekstensif akibat invasi trofoblas endovaskular pada kondisi normal
(Fisher, McMaster & Robert, 2009). Sel-sel ini akan menggantikan
lapisan otot dan endotel untuk memperlebar diameter pembuluh darah.
Vena-vena hanya diinvasi secara superfisial. Pada preeklampsia,
mungkin terjadi invasi trofoblastik inkomplit sehingga pembuluh
desidua akan dilapisi trofoblas endovascular sehingga rerata diameter
hanya setengah dari pembuluh plasenta normal. Lumen arteriola
spiralis yang terlalu sempit (abnormal) kemungkinan akan mengganggu
aliran darah plasenta. Kurangnya perfusi dan lingkungan hipoksik
menyebabkan pelepasan debris plasenta yang mencetuskan respons
inflamasi sistemik. Plasentasi seperti ini mengakibatkan stress
oxidative pada plasenta sehingga menimbulkan sindrom preeklampsia
(Cunningham, Leveno & Bloom et al., 2010).
2. Toleransi Imunologis
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak keberadaan
hasil konsepsi karena adanya human leukocyte antigen protein G
(HLA-G) yang berperan dalam modulasi respon imun. Keberadaan
HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari natural
killer cell (NK) ibu dan melakukan prokondisi untuk mempermudah
invasi sel ke dalam jaringan desidua (Prawiroharjo &Wiknjosastro,
2016). Toleransi Imunologis yang bersifat maladaptif diantara jaringan
maternal, paternal (plasental) dan fetal diduga berperan dalam
penyebab preeklampsia. Pada preeklampsia, terjadi penurunan produksi
Human Leukocyte Antigen – G (HLA-G) oleh trofoblas ekstravilus yang
22
berpengaruh pada kecacatan vaskularisasi plasenta akibat immune-
maladaptation. Faktor-faktor yang berperan terhadap reaksi radang
secara imunologis ini dirangsang oleh mikropartikel plasenta dan
adiposit (Brooks, 2011).
3. Maladaptasi Maternal
Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau
inflamatorik pada kehamilan normal diduga merupakan kelanjutan dari
plasentasi yang abnormal. Iskemik karena kecacatan dalam plasentasi
merupakan pencetus dilepaskannya faktor-faktor plasenta yang
menyebabkan terjadinya sindrom preeklampsia (Taylor, Davidge &
Roberts, 2009).
4. Faktor Genetik
Faktor-faktor gen predisposisi yang diwariskan dan pengaruh
epigenetik memiliki kecenderungan herediter dalam mengendalikan
sejumlah besar fungsi metabolik dan enzimatik di setiap sistem organ
(Cunningham, Leveno & Bloom et al., 2010).
2.2.4 Patogenesis
1. Vasospasme
Konstriksi vaskular menyebabkan peningkatan tahanan pembuluh
darah sehingga timbul peningkatan tekanan darah. Kerusakan sel
endotel menyebabkan kebocoran interstitial sehingga komponen-
komponen darah termasuk trombosit dan fibrinogen menempel dan
23
terakumulasi di subendotel. Berkurangnya aliran darah akibat
maldistribusi dan iskemia jaringan sekitar akan menyebabkan nekrosis,
perdarahan, dan gangguan end-organ lain merupakan ciri dari sindrom
preeklampsia (Cunningham, Leveno & Bloom et al., 2010).
2. Kerusakan Sel Endotel
Endotelium normal memiliki sifat antikoagulan dan sel-sel endothelial
otot polos pembuluh darah merespon agonis dengan cara melepaskan
nitrat oksida. Sel endotel yang rusak atau teraktivasi menghasilkan
lebih sedikit nitrat oksida dan menyekresikan substansi yang memicu
koagulasi serta sensitivitas terhadap vasopresor dan meningkatkan
respons presor (Cunningham, Leveno & Bloom et al., 2010).
3. Prostaglandin
Penumpulan respons terhadap presor yang disebabkan penurunan
responsivitas vaskular dipengaruhi oleh sintesis prostaglandin endotel,
namun pada kehamilan dengan preeklampsia, terjadi penurunan
produksi prostaglandin endotel (PGI2). Pada saat bersamaan, sekresi
tromboksan A2 oleh trombosit meningkat, dan rasio prostasiklin dan
tromboksan A2 menjadi turun. Sehingga, terjadi peningkatan
sensitivitas terhadap angiotensin II yang menyebabkan vasokontriksi
(Cunningham, Leveno & Bloom et al., 2010).
24
4. Nitrat Oksida
Nitrat Oksida merupakan vasodilator poten yang disintesis dari L-
arginin oleh sel endotel. Inhibisi sintesis nitrat oksida akan
meningkatkan tekanan arteri, menurunkan laju jantung dan memicu
kesensitifan vasopresor yang diinduksi kehamilan. Nitrat oksida
merupakan senyawa yang mempertahankan kondisi normal pembuluh
darah dalam berdilatasi dan bertekanan rendah yang khas untuk perfusi
fetoplasenta. Zat ini juga dihasilkan oleh endotel janin yang kadarnya
akan meningkat sebagai respon terhadap kondisi preeklampsia,
diabetes, dan infeksi (Cunningham, Leveno & Bloom et al., 2010).
5. Endotelin
Peptida 21-asam amino merupakan vasokonstriktor poten. Endotelin-1
(ET-1) merupakan isoform utama yang dihasilkan oleh sel endotel
manusia. Kadar ET-1 di dalam plasma dapat meningkat pada wanita
normotensif, namun dapat meningkat lebih tinggi pada preeklampsia
(Cunningham, Leveno & Bloom et al., 2010).
6. Ketidakseimbangan Angiogenik dan Antiangiogenik
Terdapat jumlah berlebih faktor angiogenik yang diduga dirangsang
oleh hipoksia. Pada preeklampsia, jaringan trofoblastik menghasilkan
sedikitnya dua peptide antiangiogenik secara berlebihan yang
kemudian memasuki sirkulasi maternal (Cunningham, Leveno &
Bloom et al., 2010).
25
7. Angiogenik Markers
Perubahan kadar absolut Soluble Fms-like tyrosine kinase-1 (sFlt-1),
endogenous inhibitor of vascular endothelial growth factor (VEGF),
placental growth factor (PlGF), dan soluble endoglin (sEng) pada
sirkulasi ibu mendahului onset preeklampsia dan berkorelasi dengan
tingkat keparahan penyakit sehingga digunakan sebagai tes prediksi
potensial untuk preeklampsia (Levine, Maynard & Qian, et al., 2004).
Wanita yang mengalami perkembangan parah atau onset dini
preeklampsia memiliki kadar sFlt-1 dan plGF yang lebih tinggi
dibandingkan kehamilan normal. Tingkat sirkulasi sFlt-1 mulai
meningkat pada umur kehamilan 5 minggu sebelum onset preeklampsia
muncul. Peningkatan level sFlt-1 menyebabkan penurunan plasma
bebas dan tingkat VEGF bebas. Rendahnya tingkat PlGF pada usia
kehamilan 13-20 minggu dan 21-32 minggu adalah prediktif
preeklampsia preterm, sedangkan pada usia kehamilan 33-41 minggu
adalah prediktif preeklampsia term. Tingkat sflt-1 yang tingginya tidak
lebih awal dari usia kehamilan 21-32 minggu adalah prediktif
preeklampsia preterm, sedangkan kadar sFlt-1 yang tinggi pada usia
kehamilan 33-41 minggu diperkirakan preeklampsia term (Levine,
Maynard & Qian, et al., 2004).
8. Protein-13 Plasenta
Protein-13 plasenta (PP-13) yang diproduksi oleh sinsitiotrofoblas
terlibat dalam implantasi normal dan perkembangan vaskular plasenta
26
(Than, Pick & Bellyei, et al.,2004). Kadar PP-13 pada trimester pertama
sampai trimester kedua menjadi penanda dalam penilaian risiko
preeklampsia (Gonen, Shahar & Grimple et al., 2008).
9. Plasma Protein A
Protein plasma A (PAPP-A) adalah peptidase yang diproduksi oleh
sinsitiotrofoblas dengan aktivitas hidrolitik untuk faktor pertumbuhan
mirip insulin sebagai protein pengikat. Protein A sebagai faktor
pertumbuhan insulin penting untuk implantasi, invasi trofoblas ke ibu
dan pertumbuhan plasenta. Protein A yang dilepas ke dalam sirkulasi
ibu akan mengikat eosinofil dan menghambat aktivitas proteolitiknya.
Sehingga penurunan kadar PAPP-A pada trimester pertama dikaitkan
dengan peningkatan risiko kehamilan preeklampsia (Spencer, Allen &
Flowerdew et al.,2008).
2.2.5 Faktor Risiko
Terdapat banyak faktor risiko penyebab preeklampsia, seperti :
(Prawirohardjo &Wiknjosastro, 2016)
1. Primigravida, Primipaternitas
Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida dibandingkan
dengan multigravida. Dari seluruh primigravida, 7,6% didiagnosis
menderita preeklampsia. Pada primigravida, sistem imun ibu mulai
‘belajar' untuk mengakomodasi keberadaan janin. Paparan sperma
paternal pada kondisi normal dapat mentoleransi aloantigen
fetopaternal. Kegagalan dalam imunoregulasi ini dapat meningkatkan
27
risiko pra-eklampsia (Tahap 0 preeklampsia). Seminal plasma
paternal lebih berpengaruh terhadap imunologis sebab mengandung
antigen MHC tipe I dan tipe II dengan konsentrasi tinggi yang dapat
mengubah Growth Factor-B (TGFb), menginduksi sel T regulatori (T-
reg) dan sel T-Helper 17 (Th-17) sebagai respon inflamasi. Setelah
pembuahan, sel T regulator, yang berinteraksi dengan indoleamin 2,3-
di-oksigenase, bersama dengan pengakuan sel NK desidua HLA-C
janin pada trofoblas ekstravili dapat memfasilitasi pertumbuhan
plasenta melalui imunoregulasi. Kegagalan total mekanisme ini akan
menyebabkan keguguran, sementara kegagalan parsial akan
menyebabkan plasentasi yang buruk dan perfusi uteroplasenta yang
disfungsional. Paparan pra-konseptual selanjutnya menginduksi
toleransi untuk alloantigen paternal dan akumulasi sel T regulatori (T-
reg) yang dapat memfasilitasi implantasi dan memberikan
perlindungan lebih lanjut terhadap preeklampsia (Christopher,
Redman & Sargent, 2010).
Trofoblas manusia memiliki ekspresi terbatas terhadap antigen
transplantasi. Ini termasuk HLA-E, F, dan G polimorfik yang tidak
dapat memberi sinyal terhadap spesifisitas paternal, sedangkan HLA-
C pada extravillous (invasif) sitotrofoblas di Interface II, bisa. Tapi
interface ini mengalami kemunduran di trimester II kehamilan. Tahap
selanjutnya yaitu tahap klinis preeklampsia, terjadi ketika interface
IV, the syncitium villous, adalah dominan. Pada keadaan ini tidak
28
ditemukan ekspresi HLA sehingga fase klinis timbul preeklampsia
dihasilkan melalui peradangan sistemik maternal yang tidak didorong
oleh alloantigen (Christopher, Redman & Sargent, 2010).
Selain itu, pada primigravida sering mengalami stress yang
menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing
hormone (CRH) oleh hipotalamus, yang kemudian menyebabkan
peningkatan kortisol yang memengaruhi curah jantung dan tekanan
darah (Moffat, 2008). Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam
kehamilan, graviditas paling aman adalah kehamilan keduasampai
ketiga (Katsiki, Godosis & Komaitis et al., 2010).
Primipaternitas adalah kehamilan anak pertama dengan suami yang
kedua (Prawirohardjo & Wiknjosastro, 2016). Berdasarkan teori
intoleransi imunologik antara ibu dan janin dinyatakan bahwa ibu
multipara yang menikah lagi memiliki risiko besar untuk mengalami
preeklampsia sebab dikaitkan dengan dengan interval antara koitus
pertama dan konsepsi (interval coital) yang menyebabkan pengenalan
imunoregulasi ulang Christopher, Redman & Sargent, 2010).
2. Hiperplasentosis
Sel imun maternal dihadapkan dengan subtipe trofoblas berbeda pada
beberapa interface ibu-plasenta yang tergantung dari usia kehamilan
dan lokasi anatomi. Interface di jaringan desidua atau pembuluh darah
darah ibu (intervillous space) diawali dengan implantasi
29
syncytiotrophoblast embrio (Interface I) pada usia kehamilan 3-8
minggu. Pada akhir trimester pertama, terjadi pembentukan interface
lainnya, yaitu pembentukan histiotrophic placenta oleh sitotrofoblas
invasif (Interface II), plasentasi di chorion halus (Interface III), dan
post-placentation di villous syncytiotrophoblast (Interface IV). Pada
awal kehamilan, Interfaces I dan II mendominasi. Interface II
berkurang setelah usia kehamilan 16 minggu. Interface IV diaktifkan
melalui terbentuknya sirkulasi uteroplasenta pada usia kehamilan 8-9
minggu dan membesar seiring dengan pertumbuhan plasenta dan
menjadi interface dominan setelah usia kehamilan 20 minggu. Interface
I dan II berfokus pada implantasi, plasentasi dan stadium awal
preeklampsia karena merupakan proses pengenalan spesifik alloantigen
terhadap antigen paternal. Interface IV merupakan fase yang paling
lama dan berpengaruh terhadap gejala klinis preeklampsia karena pada
fase ini terjadi peningkatan respons inflamasi sistemik ibu akibat faktor
plasenta (Christopher, Redman & Sargent, 2010).
Hiperplasentosis adalah kondisi langka dengan peningkatan berat
plasenta yang disebabkan oleh aktivitas trofoblastik yang berlebihan,
yang mengarah pada konsentrasi human chorionic gonadotropine
hormone (hCG) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan
normal (Emily, Tan & Hersman, 2009). Hiperplasentosis dianggap
sebagai faktor risiko preeklampsia sebab trofoblas yang berlebihan
dapat menurunkan perfusi uteroplasenta, memengaruhi aktivitas
endotel dan menyebabkan vasospasme. Hiperplasentosis tersebut
30
misalnya disebabkan karena molahidatidosa kehamilan multiple
gestasi, diabetes melitus, thalassemia alfa, eritroblastosis (Emily, Tan
& Hersman, 2009).
Faktor seperti kehamilan ganda sangat meningkatkan risiko hipertensi
sebab ibu dengan kehamilan triplet berisiko tiga kali lebih besar untuk
mengalami hipertensi dibanding ibu dengan kehamilan tunggal. Pasien
dengan molahidatidosa memilikki konsentrasi serum sFlt1 yang secara
signifikan lebih tinggi dibanding kehamilan normal yang dapat
menyebabkan disfungsi endotel, hipertensi dan proteinuria pada
preeklampsia (Koga, Osuga & Tajima et al., 2010). Peningkatan
konsentrasi serum sFlt1 ini terjadi sejak 5 minggu sebelum timbulnya
preeklampsia (Maynard, Min & Merchan et al., 2003).
3. Umur (> 35 tahun atau <20 tahun)
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30
tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan dengan
usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada
komplikasi maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun sebab usia
yang terlalu muda secara biologis perkembangan alat-alat reproduksi
belum optimal (Manuaba, 2012).
Setiap ibu primigravida yang berusia di atas 35 tahun berisiko tinggi
mengalami preeklampsia sebab terjadi perubahan struktur pembuluh
darah besar, lumen menjadi lebih sempit, dinding pembuluh darah
31
menjadi lebih kaku, akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik (Manuaba, 2012).
4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan (Muflihan,
2012). Genotipe ibu lebih menentukan untuk terjadinya preeklampsia
dan telah terbukti bahwa ibu dengan preeklampsia, 26% anak
perempuannya juga akan mengalami preeklampsia (Prawirohardjo &
Wiknjosastro, 2016).
5. Riwayat penyakit ginjal dan hipertensi sebelum hamil
Riwayat hipertensi kronis meningkatkan risiko terjadinya hipertensi
kehamilan dan komplikasinya merupakan superimpose preeklampsia
dan hipertensi kronis kehamilan. Hal tersebut berhubungan dengan
kerusakan glomerulus yang menimbulkan gangguan filtrasi dan
vasokonstriksi pembuluh darah (Manuaba, 2012).
6. Status Gizi
Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena
kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi faktor
risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes
melitus, hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung koroner,
reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan
kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan dengan adanya timbunan lemak
32
berlebih dalam tubuh. Peningkatan atau kenaikan berat badan ibu
berlebihan sebelum dan selama hamil berisiko mengalami komplikasi
selama kehamilan ataupun persalinan, seperti perdarahan, tekanan
darah tinggi dan preeklampsia. Obesitas berkaitan dengan tingginya
kadar trigliserida yang memicu terjadinya shear stress oxidatve dengan
patofisiologi mirip arterosklerosis (Muflihan, 2012).
Ibu hamil dengan IMT rendah atau kurang energi terutama protein
kronis, juga berisiko untuk menyebabkan terjadinya preeklampsia
melalui penurunan kadar albumin serum dengan mengganggu
permeabilitas vaskular yang dapat mengakibatkan disfungsi endotel
(Dharma, Noroyono & Raranta 2005).
10. Defisiensi Gizi
Beberapa penelitian membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan dan
minyak hati halibut dapat menghambat produksi tromboksan,
mennghambat aktivasi trombosit dan mencegah vasokonstrisi
pembuluh darah (Prawiroharjo &Wiknjosastro, 2016).
2.2.6 Komplikasi
1. Komplikasi Pada Ibu
a. Kejang (eklampsia)
Eklampsia adalah keadaan ditemukannya serangan kejang yang
disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas
yang sebelumnya menunjukan gejala preeklampsia (Prawirohardjo
33
& Wiknjosastro, 2016).
b. Solusio Plasenta
Menurut penelitian Parker, Werler & Gisler et al. (2015), ada
hubungan patofisiologi antara preeklampsia dengan kejadian
solusio plasenta yang diperantarai proses iskemik uteroplasenta
(Parker, Werler & Gisler et al., 2015).
c. Gagal Multiorgan Pada Ibu (gagal ginjal, nekrosis hepar, ruptur
hepar, perdarahan otak, edema paru, dan pelepasan retina)
Preeklampsia merupakan gangguan multisistem dengan implikasi
besar bagi ibu dan janin. Plasentasi abnormal dalam kaskade
terbentuknya hubungan uteroplasenta pada akhirnya
mengakibatkan disfungsi organ ibu. Pada pasien dengan
predisposisi, peradangan dan pembuluh darah patologis, faktor
janin, termasuk kehamilan kembar dan makrosomia, serta paparan
lingkungan turut berkontribusi bagi pelepasan zat plasenta,
termasuk molekul anti-angiogenik ke dalam sirkulasi ibu. Hal ini
bisa berpengaruh secara langsung atau tidak langsung pada endotel
organ, termasuk ginjal, hati dan otak. Pembebasan oksigen reaktif,
sitokin, dan mikrotrombi dari endotel yang rusak berkontribusi
untuk kerusakan organ (Eastbrook Brown & Sargent, 2011).
34
2. Komplikasi Pada Janin
a. Prematuritas
Etiologi kelahiran prematur paling banyak disebabkan
preeklampsia (40%), IUGR (Intra- Uterine Fetal Death) (10%),
solusio plasenta (7%) dan kematian janin (7%). Turunnya aliran
darah ke plasenta dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
janin dan hipoksia janin yang mengakibatkan gawat janin.
Peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsang pada
preeklampsia dan eklampsia sering terjadi dapat menyebabkan
partus prematur (Loftin, Habli & Snyder et al., 2010).
b. Retardasi Pertumbuhan Intrauterin
Teori implantasi abnormal plasenta akan menghambat invasi
trofoblas sehingga nutrisi yang disalurkan kepada janin berkurang
dan mengakibatkan retardasi pertumbuhan intrauterin (Srinivas,
Edlow & Neff et al., 2009).
c. Kematian Intrauterin
Menurut penelitian Harmon, Huang & Umbach et al. (2015), risiko
kematian janin intrauterin pada ibu dengan preeklamsia sebesar
11,6 per 1000 di minggu 26, lalu 4,6 per 1000 di minggu 28, dan
2,5 per 1000 di minggu 32 (Harmon, Huang & Umbach et al.,
2015).
35
2.3 Kekurangan Energi Kronis (KEK)
2.3.1 Pengertian
Kurang Energi Kronik (KEK) merupakan suatu keadaan dimana terjadi
kekurangan asupan energi dan protein secara terus menerus yang dapat
memengaruhi kondisi kesehatan yang bisa dilihat dari indeks
pengukuran. Indeks pengukuran kekurangan energi kronis
diklasifikasikan menjadi tingkatannya berdasarkan indeks massa tubuh
(IMT) dan lingkar lengan (LILA) (Almatsier, 2010).
2.3.2 Diagnosis KEK
Pengukuran antropometri untuk mengetahui status gizi selama kehamilan
meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan sebelum hamil,
pertambahan berat badan selama hamil dan lingkar lengan atas
(Kemenkes, 2016). Pengukuran indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar
lengan atas (LILA) berguna dalam menilai malnutrisi energi dan protein
sebab massa otot merupakan indeks pengukuran cadangan protein.
Penilaian tingkatan KEK menurut IMT dan LILA dijelaskan pada tabel
berikut
.
Tabel 6. Klasifikasi KEK menggunakan dasar IMT (kg/m2 )
Tingkatan KEK IMT (kg/m2)
Normal
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
>18,5
17,0-18,4
16,0-16,9
<16,0
Sumber : Arisman, 2014
36
Tabel 7. Klasifikasi KEK menggunakan dasar lingkar lengan (LILA)
Klasifikasi Batas Ukur
Normal
KEK
24,9 cm
< 24,9 cm
Sumber : Ariyani, Achadi & Irawati, 2012
Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah
ditetapkan. Ada 7 (tujuh) urutan pengukuran LILA, yaitu:
1) Tetapkan posisi bahu dan siku
2) Letakkan pita antara bahu dan siku
3) Tentukan titik tengah lengan
4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan
5) Pita jangan terlalu ketat
6) Pita jangan terlalu longgar
7) Cara pembacaan skala yang benar (Supariasa, 2012).
Pengukuran LILA dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku
lengan kiri (kecuali orang kidal diukur di lengan kanan). Pengukuran
LILA harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam
keadaan tidak tegang dan alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti
tidak kusut atau dilipat-lipat. Adapun keuntungan indeks LILA/U yaitu
sebagai indikator untuk menilai KEK dan KEP berat, alat ukur murah,
ringan dan memiliki kode warna untuk menentukan keadaan gizi.
Sedangkan kekurangan dari indeks LILA/U yaitu hanya sebatas
mengidentifikasi wanita dengan KEK dan anak dengan KEP berat, sulit
menentukan ambang batas dan sulit digunakan untuk menilai
pertumbuhan anak pada usia dua sampai lima tahun sebab perubahannya
tidak tampak nyata (Supariasa, 2012).
37
2.3.3 Faktor Risiko
Penyebab utama terjadinya KEK ibu hamil adalah akibat kekurangan
kalori dan protein secara kronis sejak sebelum hamil. Penyebab KEK
dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Penyebab Langsung
Asupan makanan adalah sejumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang dengan tujuan mendapatkan sejumlah zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh yang tiap kandungan gizinya memberikan
fungsi berbeda (Almatsier, 2010). Asupan energi ibu hamil dapat
memengaruhi kejadian kekurangan energi kronik (KEK) sesuai
dengan penelitian Surasih (2006) yaitu ibu dengan asupan energi yang
rendah berisiko mengalamai KEK dengan nilai p=0,0000. Asupan
protein ibu hamil juga dapat memengaruhi kejadian kekurangan energi
kronik (KEK) sesuai dengan penelitian Furqi & Saptorini (2016)
dimana asupan protein rendah berisiko menyebabkan KEK pada ibu
hamil dengan nilai p=0,003. Jenis protein seperti sumber protein
hewani maupun nabati tidak berpengaruh terhadap kejadian KEK ibu
hamil dengan nilai p=0,559.
Protein merupakan komponen struktural utama tubuh yang berfungsi
sebagai penyusun enzim dan hormon. Peningkatan perombakan
protein di dalam tubuh ketika hamil dan sejumlah protein terakumulasi
sejalan dengan pertumbuhan janin, uterus, volume darah, plasenta,
cairan amnion. Gangguan gizi dengan defisiensi energi dan protein
kronis disebabkan oleh banyak faktor seperti susunan makanan yang
38
salah dalam segi kuantitas maupun kualitas akibat kurangnya
ketersediaan pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan
yang salah atau gangguan infeksi sehingga zat gizi tidak dapat
mencapai sel setelah pengonsumsian makanan (Shils, Hike &
Caballeo et al., 2006).
2. Penyebab Tidak Langsung
a. Hambatan utilitas zat-zat gizi
b. Hambatan penggunaan zat-zat gizi karena susunan asam amino di
dalam tubuh tidak seimbang sehingga menurunkan nafsu makan
dan konsumsi makan (Sinarmata, 2008)..
c. Hambatan absorbsi karena penyakit infeksi seperti infeksi cacing.
Penyakit infeksi dan keadaan gizi berhubungan erat sebab penyakit
infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi buruk
dapat memudahkan seseorang terkena penyakit infeksi (Shafique,
Akhter & Stalkamp et al., 2007). Ibu yang memperoleh asupan
makanan cukup tetapi sering menderita penyakit pada akhirnya
akan meningkatkan risiko gizi kurang. Demikian dengan ibu yang
tidak memperoleh asupan makanan cukup, daya tahan tubuhnya
menjadi lemah dan lebih mudah terserang penyakit (Supariasa,
2012).
d. Pengetahuan tentang gizi ibu hamil kurang.
Pendidikan yang dimiliki ibu hamil berpengaruh terhadap kejadian
KEK dengan p=0,0001. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi
39
menunjukkan hasil risiko KEK yang rendah dibandingkan dengan
ibu yang tidak lulus SD/SMP/SMP atau sederajat (Furqi &
Saptorini, 2016).
e. Kondisi hygiene yang kurang baik.
Kondisi hygiene yang kurang baik dikaitkan dengan risiko
terserang penyakit infeksi. Penyakit infeksi dapat memperburuk
keadaan gizi dan keadaan gizi buruk dapat memudahkan seseorang
terkena penyakit infeksi (Shafique, 2007).
f. Status Gizi Sebelum Hamil
Status gizi sebelum hamil berpengaruh terhadap risiko kejadian
KEK seperti pada penelitian (Furqi & Saptorini, 2016) dengan nilai
p=0,002. Sehingga wanita usia subur yang merencanakan
kehamilan disarankan menjaga berat badan dalam kategori normal.
g. Usia Ibu Hamil
Ibu yang hamil yang berusia ekstrim seperti terlalu muda atau
terlalu tua berisiko mengalami KEK dengan p=0,002 (Furqi &
Saptorini, 2016). Usia ibu hamil yang berisiko adalah <20 tahun
dan >35 tahun, sehingga ibu yang akan hamil disarankan berada
pada kisaran umur 20-35 tahun.
2.3.4 Patofisiologi
Patofisiologi dari KEK terjadi melalui lima tahapan yaitu: pertama,
ketidakcukupan zat gizi. Ketidakcukupan zat gizi yang berlangsung lama
menyebabkan persediaan/ cadangan jaringan tidak mampu memenuhi
kebutuhan tubuh. Kedua, ketidakcukupan zat gizi yang berlangsung lama
40
menyebabkan kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan
berat badan. Ketiga, ketidakcukupan zat gizi menyebabkan perubahan
biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium.
Keempat, ketidakcukupan zat gizi menyebabkan perubahan fungsi yang
ditandai dengan tanda khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang dapat
dilihat dari munculnya tanda klasik (Supariasa, 2012). Proses terjadinya
KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan faktor manusia yang
didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi, sehingga simpanan zat gizi
pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
2.3.5 Dampak KEK
Kondisi kekurangan energi kronis ibu hamil sebelum dan selama
kehamilan dalam jangka waktu lama akan meningkatkan risiko abortus,
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya dan pendarahan
setelah persalinan, lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
asfiksia pada bayi baru lahir, kematian neonatal, cacat bawaan, kerentanan
terkena infeksi baik ibu maupun janin dan terhambatnya pertumbuhan otak
janin (Muliawati, 2013).
2.4 Protein
2.4.1 Definisi dan Klasifikasi Protein
Protein adalah salah satu komponen esensial pembentuk tubuh yang bisa
dijumpai pada rambut, kuku, otot, tulang, dan hampir sebagian besar
jaringan dalam tubuh termasuk hemoglobin, kolagen, dan myosin.
Protein merupakan makromolekul yang tersusun dari rantai asam amino
41
tunggal yang dihubungkan oleh ikatan peptida melalui ikatan hidrogen
antara atom oksigen dan nitrogen atau melalui interaksi antar-ratai
samping. Komponen asam amino terdiri atas karbon, hidrogen, oksigen,
dan nitrogen dengan nitrogen sebagai unsur pembentuk terbanyak yaitu
sekitar 16% dari berat protein. Asam amino merupakan pembentuk
protein yang digunakan untuk menentukan identitas dan fungsi protein
dimana terdapat 20 jenis asam amino yang tergabung dalam jumlah
bervariasi antara 50 sampai 1000 unit. Dari dua puluh asam amino yang
telah diketahui, 9 diantaranya merupakan asam amino esensial dan 11
sisanya adalah asam amino nonesenisal (Barasi, 2007).
Protein diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan strukturnya. Klasifikasi
protein berdasarkan bentuknya dibagi menjadi protein serat (fibrous) dan
protein globular. Protein serat merupakan protein yang tidak larut air
dengan ikatan polipeptidanya membentuk serat atau untaian panjang
yang relatif sama satu dengan yang lain dan lebih berfungsi dalam
struktural tubuh. Protein globular merupakan jenis protein yang lebih
larut air dengan ikatan polipeptidanya membentuk bulatan dan lebih
berfungsi dalam metabolik tubuh (Murray, Granner & Rodwell, 2009)
Klasifikasi protein berdasarkan strukturnya terbagi menjadi empat yaitu
struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener. Protein struktur primer
merupakan protein yang rantai polipeptidanya hanya membentuk
sekuens dari asam amino. Pada protein struktur sekunder, rantai
polipeptidanya mengalami proses pemutaran yang membentuk rangkaian
42
heliks alfa dan proses pelipatannya membentuk rangkaian lembar beta.
Protein struktur tersier memiliki rantai polipeptida yang membentuk tiga
dimensi sedangkan protein struktur kuartener merupakan gabungan dua
atau lebih rantai polipeptida (Murray, Granner & Rodwell, 2009).
2.4.2 Fungsi Protein
Protein memiliki fungsi beragam bagi tubuh. Fungsi protein secara
umum dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai zat pembentuk jaringan baru,
pengatur sistem tubuh dan sumber energi apabila kebutuhan karbohidrat
dan lemak tidak tercukupi (Barasi, 2007).
Setelah melalui proses pencernaan, protein yang dipecah menjadi asam
amino digunakan untuk sintesis dan pergantian atau turn over endogen.
Fungsi lain protein dalam tubuh yaitu berperan dalam homeostasis
hormon, reseptor, keseimbangan asam dan basa, fungi imunitas,
integritas usus, neurotransmitter, dan keseimbangan cairan. Selain
berperan dalam homeostasis, protein berperan dalam pembentukan
faktor pembekuan darah, sebagai molekul pembawa, sebagai senyawa
pembentuk enzim yang berfungsi untuk pencernaan, sintesis, produksi
energi dan proteksi serta berperan dalam proses pertumbuhan dan
pemeliharaan berbagai struktur tubuh (Barasi, 2007)
Protein heme mioglobin dan hemoglobin berfungsi mempertahankan
pasokan oksigen esensial pada metabolisme oksidatif. Mioglobin
berfungsi untuk menyimpan cadangan oksigen apabila sewaktu-waktu
43
kekurangan oksigen. Sedangkan hemoglobin, protein tetramerik eritrosit,
berfungsi mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan membawa
CO2+ dari jaringan ke paru-paru. Protein mioglobin dan hemoglobin
mengandung heme yang disatukan oleh jembatan C-metilen. (Murray,
Granner & Rodwell, 2009).
2.4.3 Pencernaan dan Absorbsi Protein
Sebagian besar protein dipecah menjadi asam amino, selebihnya dipecah
menjadi tripeptida dan dipeptide. Pencernaan protein pertama kali terjadi
di Lambung. HCl (Hidrochloride) atau asam klorida lambung dengan
bantuan enzim proteolitik akan mendenaturasi protein dengan memecah
ikatan polipeptidanya. HCl juga mengubah pepsinogen yang diproduksi
di mukosa lambung menjadi pepsin. Proses pencernaan protein di
lambung hanya sebentar, yaitu hingga terbentuk campuran polipeptida,
protease dan pepton. Pencernaan protein berlanjut menuju usus halus
dengan bantuan enzim-enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mukosa
usus halus maupun dari pankreas. Beberapa enzim yang dihasilkan
pancreas seperti kimotripsinogen, prokarboksipeptidase, dan proelastase
tripsinogen. Tripsinogen dihasilkan oleh pankreas akan diatifkan
menjadi tripsin oleh enterokinase setelah terdapat rangsangan kimus.
Tripsin berfungsi memutus rantai polipeptida yang memiliki asam amino
terminal basa dan mengatifkan enzim pankreas lain, seperti
kimotripsinogen. Kimotripsinogen akan memutus rantai polipeptida
yang memiliki asam amino terminal netral. Enzim lain seperti
44
endopeptidase berfungsi menyerang ikatan rantai peptide.
Aminopeptidase akan diproduksi oleh usus halus untuk memecah rantai
tripeptida dan dipeptide menjadi asam amino bebas secara sempurna dan
memproduksi enterokinase yang mengaktifkan tripsin dan endopeptidase
(Almatsier, 2010).
Hasil akhir dari pencernaan protein berupa asam amino akan diabsorbsi
dalam 15 menit ke dalam kapiler darah usus halus. Proses absorbsi
berlangsung dengan difusi pasif dan transport aktif yang tergantung ion
natrium. Asam amino kemudian dibawa ke hati melalui vena porta
hepatica dengan sebagian asam amino digunakan oleh hati, dan sebagian
lagi dibawa ke sel-sel jaringan melalui sirkulasi. Protein yang tidak dapat
diabsorbsi akan masuk ke usus besar untuk selanjutnya dimetabolisme
oleh mikroflora kolon dan dikeluarkan melalui feses (Barasi, 2007).
2.4.4 Kebutuhan Asupan Protein Ibu Hamil
Kebutuhan protein menurut angka kecukupan gizi adalah sebesar 10-15%
dari total kebutuhan pangan. Selama kehamilan, diperlukan tambahan
asupan protein sebesar 17 gram per hari, sehingga total asupan per harinya
adalah 67 gram (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
Pemenuhan protein bersumber hewani harus lebih besar dibandingkan
kebutuhan protein nabati, sehingga ikan, telur, daging dan susu perlu lebih
banyak dikonsumsi setidaknya seperlima (20%) dibandingkan tahu, tempe
dan kacang sebab struktur protein hewani lebih mudah untuk dicerna
(Supariasa, 2012).
45
Kebutuhan protein ibu hamil juga bisa dihitung berdasarkan berat badan
aktual dan faktor koreksi, sehingga didapatkan rerata kecukupan protein
untuk ibu hamil dewasa di atas usia 18 tahun adalah sekitar 1,0 - 1,2
g/kgBB/hari (Fahmida, 2016). Tingkat kecukupan asupan protein
dikategorikan baik jika nilainya antara 91%- 119% dari angka kecukupan
gizi (AKG) dan dikatakan kurang jika nilainya < 90% (Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
Tabel 8. Mutu Protein beberapa bahan pangan
Bahan
makanan
Nilai
biologi
Net protein
utilization
Protein
efficiency
ratio
Skor kimia/
Skor asam
amino
Telur 100 94 3,92 100
Susu sapi 93 82 3,09 95
Ikan 76 - 3,55 71
Daging Sapi 74 67 2,30 69
Beras Tumbuk 86 59 - 67
Kacang tanah 55 55 1,65 65
Beras giling 64 57 2,18 57
Gandum utuh 65 49 1,53 53
Jagung 72 36 - 49
Kacang kedelai 73 61 2,32 47
Biji-bijian 62 53 1,77 42
Sumber : Almatsier, 2010
2.4.5 Penilaian Konsumsi Pangan dengan Metode Food Recall 24 Hours
Survei konsumsi pangan merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui status gizi, kebiasaan makan, gambaran tingkat kecukupan
bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok maupun rumah tangga
dengan metode pengukuran yang sistematis sebagai cara penilaian status
gizi secara tidak langsung. Secara garis besar, konsumsi pangan individu
dinilai dengan beberapa metode yaitu metode konsumsi harian kuantitatif,
kualitatif atau gabungan keduanya. Metode kualitatif antara lain, metode
46
frekuensi makanan, dietary history, metode telepon, food list method.
Metode kuantitatif antara lain, metode food recall 24 jam, penimbangan
makanan, metode food account, estimate food record, intentory method,
dan metode pencatatan. Sedangkan gabungan dari kedua metode tersebut
biasanya menggunakan recall. (Supariasa, 2012).
Penilaian konsumsi pangan individu menggunakan metode food recall
2x24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi pada periode 2x24 jam yang lalu secara tidak berturut-turut
dengan meminta responden menceritakan semua yang dimakan dan
diminum dari waktu tengah malam sampai waktu tengah malam lagi, atau
dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi yang dicatat dalam ukuran
rumah tangga (URT). Metode food recall 2x24 jam memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ini adalah mudah dilakukan
dan tidak membebani responden, biaya relatif murah, tidak memerlukan
peralatan khusus, prosesnya cepat, dapat menjangkau sampel yang besar,
dapat digunakan pada subjek yang buta huruf, dapat memberikan
gambaran nyata konsumsi individu dan dapat dihitung asupan zat gizi
sehari. Kekurangan dari metode ini ketepatan sangat bergantung pada daya
ingat responden, perlu tenaga yang terampil dan kecenderungan adanya
pasien the flat slope syndrome yaitu kecenderungan responden melaporkan
konsumsinya. Responden kurus akan melaporkan konsumsinya lebih
banyak dan responden gemuk akan melaporkan konsumsi lebih sedikit,
sehingga kurang menggambarkan asupan energi, protein, karbohidrat, dan
lemak yang sebenarnya. Metode ini tidak cocok untuk responden usia di
47
bawah 7 tahun, di atas 70 tahun dan responden yang hilang ingatan atau
orang yang pelupa (Sirajudin, Nadimin & Mustamin et al., 2012).
Wawancara sebagai proses interaksi untuk mendapatkan hasil yang akurat
perlu memerhatikan persiapan sebelum wawancara, saat wawancara, dan
saat mengakhiri wawancara. Terdapat empat langkah dalam metode food
recall 24 jam yaitu:
1. Petugas/enumerator menanyakan pangan yang dikonsumsi periode 24
jam kemarin dalam URT,
2. Petugas/enumerator mengestimasi URT dalam berat gram,
3. Petugas menganalisis energi dan zat gizi sehari,
4. Petugas menganalisis tingkat kecukupan energi dan zat gizi sehari
Teknik penggalian informasi food recall 24 hours membutuhkan lima
tahapan wawancara:
1. Quick list (membuat daftar ringkas bahan makanan yang dikonsumsi
sehari kemarin).
2. Meninjau kembali kelengkapan quick list bersama responden.
3. Menggali hidangan yang dikonsumsi dikaitkan dengan waktu makan
dan aktivitas.
4. Menanyakan rincian hidangan menurut jenis bahan makanan, jumlah,
berat dan sumber perolehannya yang dikonsumsi sehari kemarin.
5. Meninjau kembali semua jawaban untuk menghindari kemungkinan
masih ada makanan dikonsumsi tapi terlupakan.
(Sirajudin, Nadimin & Mustamin et al., 2012).
48
2.5 Hubungan Asupan Protein, Kurang Energi Kronis (KEK) dan
Preeklampsia
Albumin merupakan protein dengan jumlah paling banyak di dalam serum.
Disamping berperan dalam tekanan osmotik koloid, albumin juga berperan
sebagai molekul pengangkut untuk bilirubin, asam lemak, dan obat-obatan.
Kadar albumin serum yang rendah (hipoalbuminemia) berhubungan dengan
hipoperfusi multiorgan dan kerusakan endotel menyeluruh yang dapat
memengaruhi sirkulasi feto-plasenta (Veronika, Serudji & Sastri, 2015).
Hipoksia plasenta dapat merangsang pelepasan zat vasoaktif yang berefek pada
vaskular dan jantung. Disfungsi endotel dapat mengganggu metabolisme
prostaglandin sebagai pemicu agregasi trombosit yang menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah akibat kadar tromboksan lebih tinggi
dibandingkan prostasiklin sehingga timbul gejala klinis berupa peningkatan
tekanan darah. Peningkatan tekanan perfusi mengakibatkan perpindahan cairan
menuju cairan interstisial sehingga terjadi edema dan hipovolemia
(Cunningham, Leveno & Bloom et al., 2010). Selain itu, disfungsi endotel juga
menyebabkan permeabilitas vaskular menjadi meningkat sehingga terjadilah
edema dan proteinuria yang merupakan manifestasi dari preeklampsia
(Dharma, Noroyono & Raranta, 2005).
Hipoalbuminemia merupakan tanda prognostik negatif dan penanda disfungsi
sistemik yang parah. Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh banyak hal,
seperti asupan protein kurang, adanya gangguan hati maupun ginjal.
Pembentukan albumin ini hanya bisa didapatkan dari diet tinggi protein.
49
Sehingga kurangnya asupan protein dan status gizi ibu hamil kurang energi dan
protein kronis merupakan risiko penyebab terjadinya preeklampsia dan begitu
juga dengan asupan protein tinggi. Asupan tinggi protein dapat menyebabkan
ekskresi kalsium berlebih yang dapat memicu peningkatan tekanan darah
dengan merangsang hormon paratiroid dan pelepasan renin, meningkatkan
kalsium intraseluer pada otot polos pembuluh darah dan terjadilah
vasokonstriksi (Dodd, Cecilia & Rosalie, 2014).
Status gizi buruk ibu hamil kurang energi kronis (KEK) merupakan keadaan
kekurangan energi dan protein secara terus-menerus yang diakibatkan asupan
protein rendah dengan tolak ukur lingkar lengan atas (LILA) <24,9 cm
(Ariyani, Achadi & Irawati, 2012). Hasil penelitian Furqi & Saptorini (2016)
menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara asupan protein dengan kejadian
KEK. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Anas (2013) menyebutkan
bahwa terdapat hubungan antara pengukuran LILA dengan kejadian
preeklampsia (p=0,000). Dalam Penelitian lain yang dilakukan Nuryani,
Maghfirah & Citrakesumasari et al. (2013) menyebutkan bahwa terdapat
hubungan antara asupan protein rendah dengan kejadian preeklampsia
(p=0,000).
Status gizi ibu hamil KEK dilaporkan juga dapat menyebabkan preeklampsia
karena dikaitkan dengan keadaan anemia yang ditandai dengan penurunan
kadar hemoglobin. Nitric Oxide (NO) berperan dalam mengatur tahanan
vaskular selama kehamilan yang ketersediaannya pada tingkat jaringan diatur
50
oleh hemoglobin dengan mengikat bioaktivitas NO menjadi bentuk
methemoglobin (metHB) dan iron-nitrosyl-hemoglobin (HbNO). Sehingga
penurunan NO akan menyebabkan penurunan fungsi renal, peningkatan
resistansi vaskular dan akhirnya hipertensi. Pada penderita anemia berat,
didapatkan angka kejadian preeklampsia 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak anemia (Gladwin, Crawford & Patel, 2004) dan menurut
penelitian Prasetya (2018) menyebutkan bahwa ibu hamil trimester pertama
yang menderita anemia memiliki risiko 3,9 kali lebih besar untuk terjadi
preeklampsia. Selain itu, status gizi KEK juga dikaitkan dengan rendahnya
kadar kalsium serum, magnesium dan zinc yang juga dikaitkan dengan kejadian
preeklampsia (Bahadoran, Zendehdel & Moyahedian et al., 2010).
51
2.6 Kerangka Pemikiran
2.6.1 Kerangka Teori
Nutrisi Ibu Hamil
Hiperplasentosis
Riwayat
Preeklampsia,
Penyakit Ginjal atau
Hipertensi
sebelumnya
Primigavida,
Primipaternitas
Usia Ekstrem (<20
tahun atau >35
tahun)
Asupan
Protein
Kurang
Hipoalbumin
Ketidakseimbangan
Vasodilator dan
Vasokonstriktor
Anemia
Hipoksia
Preeklampsia
Status Gizi Ibu
Hamil
Kurang
Energi Kronik
Sumber:
Cunningham et al., 2010; Prawirohardjo &Wiknjosastro, 2016; Veronika, Serudji
& Susila., 2015; Dharma, Noroyono & Raranta, 2005.
Gambar 1. Kerangka Teori
Faktor Risiko Preeklampsia
↓Nitrat Oksida,
↓Prostasiklin
↑Tromboksan,
Disfungsi
Endotel
Ketidakseimbangan
Angiogenik dan
Antiangiogenik
↑ sFIt-1, ↓
VEGF
52
2.6.2 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2. Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis
H0 : Tidak terdapat pengaruh antara kurang energi kronis (KEK) dan asupan
protein ibu hamil terhadap kejadian preeklampsia di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek (RSAM)
H1 : Terdapat pengaruh kurang energi kronis (KEK) dan asupan protein ibu
hamil terhadap kejadian preeklampsia di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
(RSAM)
Asupan Protein
Preeklampsia
Kurang Energi Kronis
(KEK)
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik observasional dengan
pendekatan Cross Sectional untuk mengetahui pengaruh kekurangan energi
kronis (KEK) dan asupan protein ibu hamil dengan kejadian preeklampsia.
Peneliti melakukan observasi atau penilaian pada variabel asupan protein ibu
hamil dan Kondisi Kurang Energi Kronis (KEK) secara bersamaan dengan
dilakukannya observasi atau penilaian pada variabel kejadian preeklampsia..
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSAM) Provinsi
Lampung yaitu rumah sakit rujukan terbesar di Provinsi Lampung sehingga
data kasus preeklampsia yang ada cukup besar. Pengambilan data dilakukan
khususnya di bagian Poli Kandungan dan Ruang Rawat yang dilaksanakan
pada bulan Oktober sampai November 2019.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah sejumlah besar subjek yang memiliki karakteristik
tertentu. Populasi kasus pada penelitian ini adalah ibu hamil di RSUD
54
DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Berdasarkan survei
pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung pada tanggal 23 September 2019 menunjukkan bahwa
terdapat 311 ibu yang mengalami preeklampsia pada tahun 2017,
sedangkan pada tahun 2019 pada bulan Januari sampai Juni terdapat 71
ibu dengan preeklampsia.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
hingga dapat mewakili populasinya. Sampel dalam penelitian ini adalah
ibu bersalin yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
1. Kriteria inklusi
a. Ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu di RSUD
DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
b. Berpartisipasi dan setuju mengikuti prosedur penelitian .
2. Kriteria eksklusi
Ibu hamil preeklampsia dengan kehamilan mola hidatidosa dan
diabetes mellitus yang diekslusikan melalui rekam medik.
3.3.3 Penghitungan Sampel
Menurut Dahlan (2009) rumus besar sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rumus penelitian analitik kategorik tidak
berpasangan dengan desain cross sectional yaitu:
55
𝑁 =(𝑍𝛼 √2𝑃𝑄2 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄22 )
2
(𝑃1 − 𝑃2) 2
Keterangan :
1. N = jumlah sampel
2. Zα = derivat baku alfa
3. Zβ = derivat baku beta
4. P = proporsi total
5. P1 = proporsi yang tidak terpapar pada kelompok yang diteliti
6. P2 = proporsi yang terpapar pada kelompok yang diteliti
7. Q = 1 - P
8. Q1 = 1 - P1
9. Q2 = 1 – P
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anas (2013) dengan
kepercayaan sebesar 95% atau tingkat kesalahan 5% diketahui bahwa
1. Kesalahan tipe I 5% maka nilai Zα adalah 1,96
2. Kesalahan tipe II 20% maka nilai Zβ adalah 1,84
3. P2 atau proporsi pengukuran lingkar lengan atas (LILA) <23,5 cm
dengan kejadian preeklampsia adalah 16,7% (0,167)
4. Nilai selisih proporsi yang dianggap bermakna ditentukan 0,30 ( P1 -
P2 = 0,30)
5. P1 = 0,30 + 0,167 = 0,467
6. P = (P1 + P2 )/2 = (0,467+0,167)/2 = 0,317
7. Q1 = 1 - P1 = 1-0,467 = 0,533
8. Q2 = 1 - P2 = 1-0,167 = 0,833
56
9. Q = 1 - P = 1-0,317 = 0,683
𝑁 =(𝑍𝛼 √2𝑃𝑄2 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄22 )2
(𝑃1 − 𝑃2)2
=(1,96√2(0,317)(0,683)2
+ 1,84√(0,467)(0,533) + (0,167)(0,833)2
2
(0,30)2
=( 1,96 √0,433 2 + 1,84 √(0,249 + 0,139 2 )2
(0,30)2
=(1,96 √0,433 2 + 1,84 √(0,388 2 )2
(0,30)2
=(1,289 + 1,146)2
(0,30)2
=5,929
0,09
= 66
Dengan demikian didapatkan jumlah sampel minimum adalah 66 orang
3.3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan pemilihan sampel penelitian
menggunakan metode non probability sampling, yaitu consecutive
sampling. Pada consecutive sampling, semua objek yang datang secara
berurutan dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi digunakan sebagai
sampel penelitian sampai besar sampel yang diperlukan terpenuhi.
Pengumpulan dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa
diagnosis dokter dari hasil rekam medik dan data primer melalui kuisioner
asupan makanan Food Recall 2x24 jam untuk mengukur asupan protein
57
dan pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas) untuk menilai status gizi ibu
hamil kurang energi kronis.
3.3 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
3.4.1 Identifikasi Variabel
Variabel merupakan karakteristik yang berubah dari satu penelitian ke
penelitian lainnya. Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang
memiliki bermacam-macam nilai (Notoatmodjo, 2012).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel dependen
dan variabel independen. Variabel dependen yaitu variabel yang
dipengaruhi oleh variabel independent yang berarti variabel independen
adalah obyek yang memengaruhi variabel dependen. Variabel dependen
dari penelitian ini adalah preeklampsia ibu hamil baik preeklampsia
ringan ataupun berat sedangkan variabel independennya adalah status
gizi ibu hamil KEK yang ditentukan dari pengukuran LILA dan asupan
protein ibu hamil yang menjadi subjek penelitian.
3.4.2 Definisi Operasional Variabel
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel–variabel yang
diamati atau diteliti, diperlukan pemberian batasan atau definisi
operasional. Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel–variabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur
(Notoadmodjo, 2012). Definisi operasional merupakan definisi
58
berdasarkan karakteristik yang diamati. Definisi operasional dari
penelitian ini akan dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 9. Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi
Operasional
Instrumen Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Preeklampsia Preeklampsia
Dengan tekanan
darah
≥ 140/90 mmHg
dan
Proteinuria ≥ 300
mg/ 24jam
(Cunningham,
Leveno & Bloom et
al., 2010)
Rekam
medik
1.Ya
Preeklampsia
2.Tidak
Preeklampsia
Nominal
2 Kurang Energi
Kronis (KEK)
Suatu keadaan
kekurangan asupan
energi dan protein
jangka panjang
dalam hal ini pada
ibu hamil yang
dapat memengaruhi
kesehatan ibu
(Almatsier, 2010)
Pengukuran
lingkar
lengan atas
(LILA)
dengan pita
LILA
1.Ya KEK :
ukuran LILA
<24,9 cm
2.Tidak KEK :
ukuran LILA
≥24,9 cm
(Ariyani,
Achadi &
Irawati, 2012)
Nominal
3 Asupan
Protein
Asupan protein
merupakan jenis
dan jumlah
protein yang
dikonsumsi
seseorang dalam
satuan waktu
berdasar pada
perilaku makan
terkait frekuensi
makan, jumlah dan
jenis bahan
makanan yang
dikonsumsi sehari-
hari (Supariasa,
2012)
Kuisioner
food recall
24 hours
1.Asupan
kurang :
<80% TKG
2. Asupan
cukup : 80%-
110% TKG
3. Asupan
Lebih :
>110% TKG
(Supariasa,
2012)
Ordinal
59
3.5 Instrumen Penelitian dan Prosedur Penelitian
3.5.1 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Alat tulis,
2. Pita LILA
3. Kuisioner pangan Food Recall 24 hours
3.5.2 Prosedur Penelitian
Peneliti melakukan pendataan ke Rumah Sakit Abdul Moeloek untuk
mengelompokkan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Selanjutnya adalah pertemuan dengan subyek penelitian untuk
melakukan informed consent. Pada tahap ini peneliti menyampaikan
maksud dan tujuan penelitian serta melakukan informed consent. Setelah
dilakukan informed consent, penelitian dilanjutkan dengan melakukan
pengukuran LILA dan pengisian kuisioner Food Recall 24 hours yang
didampingi oleh peneliti. Setelah menyelesaikan tahap pengisian
kuisioner Food Recall 24 hours. Hasil dari pengisian kuisioner Food
Recall 24 hours dan hasil pengukuran LILA selanjutnya akan dianalisis
menggunakan software program statistik.
60
Gambar 3. Alur Penelitian
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diolah
dengan bantuan software program statistik melalui tahapan sebagai
berikut:
1. Editing
Kegiatan untuk mengoreksi data pada kuisioner, apabila terjadi
kekurangan atau kesalahan data dapat dengan mudah terlihat dan
segera dilakukan perbaikan.
2. Koding
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) atau mengkonversikan
Publikasi
Pembuatan Laporan
Analisis Data
Pengukuran LILA responden
Responden mengisi kuisioner Food Recall 24 Hours
Menjelasakan penelitian dan melakukan informed consent
Menghubungi calon responden
Mengumpulkan data calon responden yang masuk kriteria
Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian
di Rumah Sakit Abdul Moeloek
Mengajukan ethical clearance
Pembuatan proposal dan disetujui oleh pebimbing
61
data yang dikumpulkan selama penelitian untuk keperluan analisis.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat daftar kode untuk
memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu
tabel
3. Entry data
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
computer database, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana
4. Tabulasi
Hasil pengolahan data dimasukkan ke dalam tabel distribusi.
5. Verifikasi
Pemeriksaan secara visual terhadap data yang dimasukkan ke dalam
table.
3.6.2 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik tiap variabel penelitian dalam bentuk distribusi
frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui hubungan atau perbandingan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut.
62
• Untuk mengetahui hubungan diantara dua variabel maka
dilakukan Chi-Square Test. Apabila Chi-Square Test tabel 2x2
bila dijumpai nilai ekspantasi (E) <5 maka nilai p-value yang
digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Fisher exact test.
• Apabila Chi-Square Test tabel 2x2 tidak dijumpai nilai ekspantasi
(E) <5 maka nilai p-value yang digunakan adalah nilai yang
terdapat pada nilai continuity correction.
• Pada tabel lebih dari 2x2 (2xK atau bxK), apabila nilai frekuensi
harapan (expected) <5 tidak lebih dari 20%, maka nilai χ2 atau p-
value dapat dilihat dari pearson chi-square atau likelihood ratio
atau chi square ditambah dengan analisis post hoc. Apabila syarat
chi square tidak terpenuhi dilakukan dengan uji mann-whitney
Uji signifikan antara data yang diobservasi dengan data yang
diharapkan dilakukan dengan batas kemaknaan (α < 0,05) yang
artinya apabila didapatkan p < α berarti ditemukan hubungan yang
signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat, namun apabila
nilai p > α berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel
bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini.
3.7 Etika penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data primer dari responden yang
berupa kuesioner Food Recall 24 hours dan pengukuran lingkar lengan (LILA)
dengan terlebih dahulu menyetujui lembar informed consent. Penelitian ini
63
telah mendapatkan persetujuan etik oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor
3406/UN26.18/PP.05.02.00/2019.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian ini adalah:
1. Jumlah ibu hamil di Rumah Sakit Abdoel Moeloek (RSAM) Provinsi
Lampung Periode November-Desember Tahun 2019 dengan preeklampsia
sebesar 51,5% sedangkan tidak preeklampsia berjumlah 48,5% dari 66
responden.
2. Jumlah ibu hamil di Rumah Sakit Abdoel Moeloek (RSAM) Provinsi
Lampung Periode November-Desember Tahun 2019 dengan status gizi
KEK sebesar 37,9% sedangkan ibu hamil tidak KEK berjumlah 62,1% dari
66 responden dengan rerata lingkar lengan sebesar 26 cm.
3. Jumlah ibu hamil di Rumah Sakit Abdoel Moeloek Provinsi Lampung
Periode November-Desember Tahun 2019 dengan asupan protein kurang
sebesar 81,8% sedangkan ibu hamil dengan asupan protein cukup
berjumlah 18,2% dari 66 responden dengan rerata asupan protein sebesar
52 gram.
4. Terdapat pengaruh status gizi ibu hamil KEK dengan kejadian
preeklampsia di Rumah Sakit Abdoel Moeloek Provinsi Lampung yang
bermakna secara statistik dengan p-value 0,001 (<0,05).
87
5. Terdapat pengaruh asupan protein ibu hamil dengan kejadian preeklampsia
di Rumah Sakit Abdoel Moeloek Provinsi Lampung yang bermakna secara
statistik dengan p-value 0,000 (<0,05).
5.2. Saran
5.2.1 Bagi Peneliti Seilanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut
dan meningkatkan presisinya dengan menggunakan metode penilaian
asupan makan secara kuantitatif dan kualitatif, seperti metode food
weighing atau metode food record.
5.2.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat termasuk ibu hamil sebaiknya mendukung program preventif
dan promotif pemerintah dengan cara menerapkan edukasi yang
diberikan mengenai gizi seimbang dengan memperhatikan proporsi serta
keberagaman makanan yang dikonsumsi. Selain itu, ibu hamil sebaiknya
meningkatkan kesadaran dalam memenuhi kebutuhan energi dan protein
agar memiliki status gizi yang baik dan terhindar dari komplikasi selama
dan setelah kehamilan.
5.2.3 Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tenaga kesehatan perlu memberikan edukasi dan pendampingan yang
berkelanjutan mengenai KEK pada ibu hamil serta pemenuhan nutrisi
baik makronutrien dan mikronutrien selama kehamilan sebagai upaya
88
promotif dan preventif terhadap kejadian KEK dan komplikasi
kehamilan seperti preeklampsia, sebab secara rerata asupan makan ibu
hamil terutama protein masih tergolong kurang mencukupi angka
kebutuhan gizinya per hari. Selain itu, diperlukan adanya kerjasama
lintas sektoral dari berbagai bidang kesehatan dalam pelaksanaan
program intervensi gizi sebagai upaya pemenuhan nutrisi ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2010. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anas MN. 2013. Hubungan lingkar lengan atas (LILA) pada ibu hamil dengan
angka kejadian preeklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Surakarta
[Skripsi]. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Andriani C, Lipoeto NI, Utama BI. 2016. hubungan indeks massa tubuh dengan
kejadian preeklampsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal FK UNAND.
5(1):173-178
Arisman MB. 2014. Buku ajar ilmu gizi dalam daur kehidupan. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Ariyani DE, Achadi EL, Irawati A. 2012 Validitas lingkar lengan atas mendeteksi
risiko kekurangan energi kronis pada wanita indonesia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. 7(2):83-90
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan – Kementrian Kesehatan RI. 2014.
Buku studi diet total : survei konsumsi makanan individu Indonesia 2014.
Badan penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan –
Kementrian Kesehatan RI
Badan Pusat Statistik. 2016. Konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia dan
Provinsi, September 2016. Jakarta : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
Bahadoran P, Zendehdel M, Movahedian A, Zahraee RH. 2010. The relationship
between serum zinc level and preeclampsia. Iran J Nurs Midwifery.
15(3):120-4
Barasi M. 2007. Nutrition at a glance. Oxford: Blackwell Publishing.
Brooks MB. 2011. Pregnancy, Preeclampsia. St Mary Corwin Medical Center.
Department of Emergency Medicine [Online Journal] [diunduh 2 juli 2019].
Tersedia dari : http://www.emedicine.com/emerg/topic480.htm.
Care AS, Bourque SL, Morton JS, Hjartarson EP, Davidge ST. 2015. Effect of
advanced maternal age on pregnancy outcomes and vascular function in the
90
rat. HypertensionAHA. 65(6): 1–7.
Combs CM. 2017. Recognition and management of preeclampsia. Hospital
Medicine Clinics. 6(3):348–358. https://doi.org/10.1016/j.ehmc.2017.04.
001
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth, JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010.
Obstetri williams. Edisi 23. USA : McGraw-Hill Companies..
Christopher WG, Redman IL, Sargent. 2010. Immunology of Pre-Eclampsia.
American Journal of Reproductive Immunology 63(1):534–543
Dahlan S. 2012. Seri 3 evidenced based medicine : langkah-langkah membuat
proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto.
Damayanti E, Nur A. 2009. Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang resiko
tinggi kehamilan dengan kepatuhan kunjungan antenatal care di RSUD
Pandan Arang Boyolali [SKRIPSI]. Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Dharma R, Noroyono W, Raranta H. 2005. Disfungsi endotel pada preeklampsia.
Jurnal Makara kesehatan. 9(2):63-69
Denantika O, Serudji J , Revilla G. 2015. Hubungan status gravida dan usia ibu
terhadap kejadian preeklampsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2012-
2013. Jurnal FK UNAND. 4(1):212-217.
Dodd JM, Cecilia OB, Rosalie MG. 2014. Preventing preeclampsia - are dietary
factors the key?. BMC Medicine. 12:176 [Online Journal] [diunduh 5 juli
2019]. Tersedia dari : https://bmcmedicine.biomedcentral.com/articles/10.
1186/s12916-014-0176-4
Dorland N. 2012. Kamus kedokteran dorland. Edisi 28. Diterjemahkan oleh:
Mahode AA. Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2016. Profil kesehatan provinsi lampung tahun
2015. Provinsi Lampung: Dinas Kesehatan [diunduh 1 November 2018]
Tersedia dari: http://www.depkes.go.id.
Eastbrook G, Brown M, Sargent I. 2011. The origins and end-organ consequence
of preeclampsia. Clinical Obstetrics and Gynaecology. 25(4):435–447
Emily J, Tan JM, Hershman. 2009. Hyperthyroidism and trophoblast disease. In :
Emily J, Tan JM, Hershman, Editor. Clinical management of thyroid
disease. New York: Elsevier In Press. Pp. 229-240
91
Ernawati A. 2018. Hubungan usia dan status pekerjaan ibu dengan kejadian kurang
energi kronis pada ibu hamil. Jurnal Litbangkes. 14(1): 27-37
Fahmida D, Dillon DHS. 2007. Handbook nutritional assessment. Jakarta:
SEAMEO-TROPMED RCCN Universitas Indonesia.
Fisher SJ, McMaster M, Robert JM. 2009. The placenta in normal pregnancy and
preeclampsia. In : Lindheimer MD, Roberts JM, Cunningham FG, Editor.
Chesley's Hypertensive Disorder of Pregnancy. Edisi ke-3. New York:
Elsevier In Press. hlm. 73
Furqi AN. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kekurangan
Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Halmahera [Skripsi].
Semarang: Univesitas Dian Nuswantoro.
Gathiram P, Moodley J. 2016. Pre-eclampsia : its pathogenesis and pathophysiolgy.
Cardiovascular Journal Of Africa. 27(2): 71–78.
https://doi.org/10.5830/CVJA-2016-009
Gladwin MT, Crawford JH, Patel RP. 2004. The biochemistry of nitric oxide, nitrite
and hemoglobin role in blood flow regulation. Serial review: biomedical
implications for hemoglobin interactions with nitric oxide. Free Radical
Biology & Medicine. 36(6):707-17
Gonen R, Shahar R, Grimpel Y, Chefetz I, Sammar M, Meiri H, Gibor Y. 2008.
Placental protein 13 as an early marker for pre-eclampsia: a prospective
longitudinal Study. BJOG. 115(12): 1465–72
Guyton AC, Hall JE. 2014. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 12. Jakarta: EGC.
Harmon Q, Huang L, Umbach D, Klungsoyr K, Engel S, Magnus P, et al. 2015.
Risk of fetal death with preeclampsia. HHS Public Access. 73(4):389– 400.
Harvey R, Ferrier D. 2011. Lippincott Systematic Review: Biochemistry. 5th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin
Hidayangsih PS, Hapsari D, Dharmayanti I, Kusumawardani N. 2014. Faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap risiko kehamilan “4 terlalu (4-T)” pada
wanita usia 10-59 tahun (analisis Riskesdas 2010). Media Litbangkes. 24
(3):143- 52
Indriyani, Helmiyati S, Astria B. 2014. Tingkat sosial ekonomi tidak berhubungan
dengan kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil. Jurnal Gizi dan Dietetik
Indonesia. 2(3):116-125
Jahns L, Conrad Z , Johnson LK , Scheett AJ , Stote KS , Raatz SK. 2017. Diet
quality is lower and energy intake is higher on weekends compared with
92
weekdays in midlife women: a 1-year cohort study. J. Acad. Nutr. Diet.
117(7):1080-1086.
Jayanti KD, Basuki NH, Wibowo A. 2016. Faktor yang memengaruhi kematian ibu
(Studi Kasus di Kota Surabaya). Jurnal Wiyata. 3(1). [Online Journal]
[diunduh 2 juli 2019]. Tersedia dari : https://ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata
/article/view/70
Katsiki N, Godosis D, Komaitis S, Hatzitolios A. 2010. Hypertention in pregnancy
: classification, diagnosis and treatment. Medical Journal in Greece and
Aristotle. 37(2):9-18
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Profil kesehatan Indonesia 2015.
Jakarta: Kemenkes RI. [diunduh 1 November 2018]. Tersedia dari:
http://www.depkes.go.id.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Status gizi. Jakarta Selatan: Info
DATIN - Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. [diunduh 2
November 2018]. Tersedia dari: http://www.depkes.go.id.
Khairunnisa Z. 2017. Hubungan pola konsumsi selama hamil dengan riwayat
preeklamsi pada ibu nifas di RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo [Skripsi].
Yogyakarta: Universitas Alma Ata.
Knudsen VK, Orozova B, Mikkelsen TB, Wolff S, Ossen SF. 2008. Major dietary
pattern in pregnancy and fetal growth. EJCN. 62(4):463-470.
Koga K, Osuga Y, Tajima T, Hirota Y, Igarashi T, Fujii T et al. 2010. Elevated
serum soluble fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt1) level in women with
hydatidiform mole. Journal of Fertility and Sterility. 94(1): 305–8
Kumar R, Gandhi S, Rao V. 2014. Socio-demographic and other risk factors of pre
eclampsia at a tertiary care hospital, karnataka: case control study. Journal
of clinical and diagnostic research. 8(9): 1-4
Levine RJ, Maynard SE, Qian C, Lim KH, England LJ, Yu KF et al. 2004.
Circulating angiogenic factors and the risk of preeclampsia. N Engl J Med.
350(1): 672–68
Loftin RW, Habli M, Snyder CC, Cormier CM, Lewis DF, DeFranco EA. 2010.
Late preterm birth. Reviews in Obstetrics and Gynecology. 3(1): 10–19.
Mahirawati VK. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan energi
kronis (kek) pada ibu hamil di Kecamatan Kamoning Dan Tambelangan,
Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.
17(2): 193–202.
Manuaba. 2012. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC.
93
Maynard SE, Min J, Merchan J, Lim KH, Li J, Mondal S et al. 2003. Excess
placental soluble fms-like hypertension and proteinuria. Journal of Clinical
Investigation. 111(5): 564–581
Moffatt FW. 2008. A randomized controlled trial of the efects of guided imagery
on blood pressure in hypertensive pregnant women (Thesis). Canada:
University of Toronto. Pp. 9-59.
Mubarak WI. 2012. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Muflihan FA, Sudiat M, Basuki R. 2012. Analisis faktor-faktor terjadinya
preeklampsia di RSUD Tugurejo tahun 2011 [Thesis]. Semarang :
Universitas Muhammadiyah Semarang
Muliawati S. 2013. Faktor penyebab ibu hamil kurang energi kronis di Puskesmas
Sambi, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali tahun 2012. INFOKES.
3(3):40-50
Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokima harper. Edisi 27. Jakarta:
EGC.
Nadesul H. 2008. Cara Sehat Menjadi Perempuan. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Najoan JA, Manampiring A. 2011. Hubungan tingkat sosial ekonomi dengan
kurang energi kronis pada ibu hamil di Kelurahan Kombos Barat Kecamatan
Singkil Kota Manado. [Thesis]. Manado: Universitas Samratulangi.
Notoatmodjo S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nuryani, Maghfirah AA, Citrakesumasari, Alharini S. 2013. Hubungan pola makan,
social, ekonomi, antenatal care dan karakteristik ibu hamil dengan kasus
preeklampsia di kota Makassar. Media Gizi Masyarakat Indonesia.
2(2):104-102
Parker SE, Werler MM, Gissler M, Tikkanen M, Ananth CV. 2015. Placental
abruption and subsequent risk of pre-eclampsia: a population-based case–
control study. Pediatric and Perinatal Epidemiologi. 29(3). [Online Journal]
[diunduh 5 juli 2019]. Tersedia dari : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
articles/PMC4400232/
Prasetya PAC. 2018. Hubungan anemia trimester pertama dengan preeklampsia
pada ibu hamil di Puskesmas Sidotopo Wetan Surabaya [Thesis]. Surabaya
: Universitas Airlangga.
Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. 2016. Ilmu kebidanan. Edisi Ke-4 Cetakan
kelima. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
94
Rochjati P. 2011. Sistem rujukan dalam pelayanan kesehatan reproduksi. In :
Martaadisoebrata D et al. (ed). Bunga rampai obstetri dan ginekologi sosial.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp 258-275.
Rukiyah AY. 2009. Asuhan kebidanan I (kehamilan). Edisi 1. Jakarta: Trans Info
Media
Rumasamy A, Lumongga F. 2013. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat
Pengetahuan Tentang Antenatal Care dalam Kalangan Ibu Usia Subur.
Jurnal FK USU. 1(1). [diakses : 10 Desember 2019] Tersedia dari :
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/ejurnalfk/article/view/1296/682
Sari K. 2011. Gangguan gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika.
Shafique S, Akhter N, Stalkamp G, Pee SD, Panagides D, Bloem MW. 2007.
Trends of under- and overweight among rural and urban poor women
indicate dhe double burden of malnutrition in Bangladesh. IJE. 36(2):449-
57
Shils MF, Hike M, Caballeo B, Cousins RJ. 2006. Modern nutrition in health and
disease. 10th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Simarmata M. 2008. Hubungan pola konsumsi, ketesediaan pangan, pengetahuan
gizi dan status kesehatan dengan kejadian kek pada ibu hamil di Kabupaten
Simalungun Medan [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sirajudin, Nadimin, Mustamin, Rauf S. 2012. Survei konsumsi pangan. Jakarta :
EGC
Spencer CA, Allen VM, Flowerdew G, Dooley K, Dod L. 2008. Low levels of
maternal serum papp-a in early pregnancy and the risk of adverse outcomes.
Prenat Diagn. 28(11): 1029–36
Srinivas SK, Edlow G, Neff PM, Samuel MD, Andrela CM, Elovitz M. 2009.
Rethinking IUGR in preeclampsia : dependent or independent of maternal
hypertension. Journal of perinatology: Official journal of the California
perinatal association. 29(10):680-684
Sulistyoningsih H. 2011. Gizi untuk kesehatan ibu dan anak, Edisi Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Supariasa IDN. 2012. Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC.
Surasih H. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keadaan Kurang Energi
Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005
[Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
95
Suwanti, Wibowo E, Safitri N. 2014. Hubungan tekanan darah dan paritas dengan
kejadian eklampsia di ruang bersalin RSUP NTB tahun 2012. Media Bina
Ilmiah. 8(1):25-30.
Syari M, Serudji J, Mariati U. 2015. Peran Asupan Zat Gizi Makronutrien Ibu
Hamil terhadap Berat Badan Bayi Lahir di Kota Padang. JKA. 4(3):729-736
Than NG, Pick E, Bellyei S, Szigeti A, Burger O, Berente Z et al. 2004. Functional
analyses of placental protein 13/galectin-13. Eur J Biochem. \271(6): 1065–
78
Taylor RN, Davidge ST, Roberts JM. 2009. Endothelial cell dysfunction and
oxidative stress. In : Marshal D, Lindheimer FG, Cunningham and JM,
Roberts Eds, Editor. Chesley’s hypertensive disorders in pregnancy Edisi
ke-3. Brimingham : Academic Press. hlm. 143-167
Vata PK, Chauhan NM, Nallathambi A, Hussein F. 2015. Assessment of prevalence
of preeclampsia from Dilla region of Ethiopia. BMC Research Notes
[Online Journal] [diunduh 15 agustus 2018]. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4690301/
Veronika Y, Serudji J, Sastri S. 2015. Hubungan kadar albumin serum dengan
morbiditas dan mortalitas maternal pasien preeklampsia berat dan eklampsia
di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kedokteran Universitas Andalas.
4(2). [Online Journal] [diunduh 2 oktober 2018]. Tersedia dari :
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/293
World Health Organization (WHO). 2014. Global Health Observatory (GHO) data.
WHO. [disitasi tanggal 6 September 2019]. Tersedia dari:
http://www.who.int/gho/childhealth/mortality/maternal_preeclampsia_text/
en/
World Health Organization (WHO). 2016. Maternal mortality WHO Women and
Health: Today’s Evidence, Tomorrow Agenda. Chapter 4. Geneva: World
Health Organization [diunduh 1 November 2018] Tersedia dari:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/ WHO
World Health Organization (WHO). 2011. WHO recommedations for prevention
and treatment of preeclampsia and eclampsia. Guidelines [diunduh 12
desember 2018]. Tersedia dari: http://who.int./reproductivehealth/publica
tion/maternal_perinatal_health/preeclampsia-eclampsia-guideliness/en/
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan pangan dan gizi di era
otonomi daerah dan globalisasi: program dan abstrak. Jakarta: LIPI.
Wiknjosastro H, Prawirohardjo S . 2014. Ilmu kandungan. Edisi ke-3 Cetakan ke-
2. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
96
Wu G, Fuller W, Bazer, Timothy A, Cudd. 2004. Maternal nutrition and fetal
development. JN. 134(9):2169-2172
Xavier JG, Favero ME, Vinolo MAR, Rogero MM, Dagli MLZ, Arana-Chavez VE
et al. 2007. Protein-energy malnutrition alters histological and
ultrastructural characteristics of the bone marrow and decreases
haematopoiesis in adult mice.Hystopathic Histol. 22(6): 651-60