Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Perubahan Periliku,

6
Media Gizi Pangan, Vol. XIV, Edisi 2, 2012 Konseling gizi, pola makan berat badan, remaja 24 PENGARUH KONSELING GIZI TERHADAP PERUBAHAN PERILIKU, POLA MAKAN DAN BERAT BADAN REMAJA GEMUK DI SMA NEGERI 2 MAKASSAR Zakaria 1 , Sri Retno Lestari 1 , Sulastri 2 , Aminah 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kessehatan, Makassar 2 Alumni D IV Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar Abstract Backgrounds: Adolescence is a period of transition from the childhood to the adult. Adolescence needs guidance in terms of the development of physical, intellectual, social, mental and also related to food pattern. Objectives: This study aimed to determine the effect of nutritional counseling to behavioral change (knowledge, attitude and diet) and weight in obese adolescents in SMAN 2 Makassar. Methods: The study was a quasi-experimental approach with design pre-test post-test only design. Nutrition counseling was providing once a week for 1 month as many as 45 students. Results: There is significant difference about knowledge and attitude before and after nutrition counseling among adolescents (p= 0.000). There is no significant difference about food pattern and body weight before and after nutrition counseling among adolescents, p=0.170 and p = 0.583 repectively. Conclusions: Counseling in this study only affect to knowledge and attitudes. Keywords: nutrition counseling, knowledge, attitude, food pattern, body weight, adolescence, obesity PENDAHULUAN Obesitas pada remaja dapat mempengaruhi kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang. Obesitas pada remaja dapat mengakibatkan peningkatan risiko heperlipidemia, hipertensi, resistensi insulin, dan diabete tipe 2 (Freedam dkk, 1999). Obesitas pada remaja juga berpengaruh pada kesehatan jangka panjang. Penelitian di Harvard mengungkapkan, remaja yang obesitas setelah diikuti selama 55 tahun, mengalami peningkatan penyakit jantung koroner dan arterosklerosis (Must dkk, 1992, Braunschweig, dkk., 2005). Obesitas yang ditanggulangi dengan dini akan membawa keberhasilan yang lebih tinggi, terutama bila masih dalam masa pertumbuhan (Williams dkk, 1999). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 prevalensi status gizi remaja umur 16 18 tahun menurut IMT/U provinsi Sulawesi Selatan sebesar 0,9%. Sedangkan menurut hasil riset kesehatan dasar (RisKesDas) tahun 2007 pada tingkat nasional prevalensi obesitas anak laki laki umur 15 tahun keatas sebesar 12,8% dan perempuan 16,1%. Sedangkan prevalensi berat badan lebih untuk kota Makassar menurut IMT sebesar 7,3% (Riskesdas,2007). Hasil penelitian Podojoyo (2010) bahwa terdapat penurunan berat badan dan perubahan konsumsi energi pada kelompok remaja overweight sebelum dan setelah dilakukan konseling gizi.Hal yang sama dari hasil penelitian Wonatorey (2006) menyatakan ada pengaruh konseling gizi terhadap peningkatan pengetahuan gizi ibu dan perubahan asupan protein pada kelompok yang diberi konseling terjadi peningkatan asupan protein mencapai 93,0 %. Sedangkan yang tidak diberikan konseling asupan proteinnya mencapai 43,6 %.

description

jurnal gizi

Transcript of Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Perubahan Periliku,

  • Media Gizi Pangan, Vol. XIV, Edisi 2, 2012 Konseling gizi, pola makan berat badan, remaja

    24

    PENGARUH KONSELING GIZI TERHADAP PERUBAHAN PERILIKU, POLA MAKAN DAN BERAT BADAN REMAJA GEMUK DI SMA

    NEGERI 2 MAKASSAR

    Zakaria1, Sri Retno Lestari

    1, Sulastri

    2, Aminah

    2

    1 Jurusan Gizi, Politeknik Kessehatan, Makassar

    2Alumni D IV Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar

    Abstract

    Backgrounds: Adolescence is a period of transition from the childhood to the adult. Adolescence needs guidance in terms of the development of physical, intellectual, social, mental and also related to food pattern. Objectives: This study aimed to determine the effect of nutritional counseling to behavioral change (knowledge, attitude and diet) and weight in obese adolescents in SMAN 2 Makassar. Methods: The study was a quasi-experimental approach with design pre-test post-test only design. Nutrition counseling was providing once a week for 1 month as many as 45 students. Results: There is significant difference about knowledge and attitude before and after nutrition counseling among adolescents (p= 0.000). There is no significant difference about food pattern and body weight before and after nutrition counseling among adolescents, p=0.170 and p = 0.583 repectively. Conclusions: Counseling in this study only affect to knowledge and attitudes. Keywords: nutrition counseling, knowledge, attitude, food pattern, body weight, adolescence, obesity

    PENDAHULUAN

    Obesitas pada remaja dapat mempengaruhi kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang. Obesitas pada remaja dapat mengakibatkan peningkatan risiko heperlipidemia, hipertensi, resistensi insulin, dan diabete tipe 2 (Freedam dkk, 1999). Obesitas pada remaja juga berpengaruh pada kesehatan jangka panjang. Penelitian di Harvard mengungkapkan, remaja yang obesitas setelah diikuti selama 55 tahun, mengalami peningkatan penyakit jantung koroner dan arterosklerosis (Must dkk, 1992, Braunschweig, dkk., 2005). Obesitas yang ditanggulangi dengan dini akan membawa keberhasilan yang lebih tinggi, terutama bila masih dalam masa pertumbuhan (Williams dkk, 1999).

    Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 prevalensi status gizi remaja umur 16 18 tahun menurut IMT/U

    provinsi Sulawesi Selatan sebesar 0,9%. Sedangkan menurut hasil riset kesehatan dasar (RisKesDas) tahun 2007 pada tingkat nasional prevalensi obesitas anak laki laki umur 15 tahun keatas sebesar 12,8% dan perempuan 16,1%. Sedangkan prevalensi berat badan lebih untuk kota Makassar menurut IMT sebesar 7,3% (Riskesdas,2007).

    Hasil penelitian Podojoyo (2010) bahwa terdapat penurunan berat badan dan perubahan konsumsi energi pada kelompok remaja overweight sebelum dan setelah dilakukan konseling gizi.Hal yang sama dari hasil penelitian Wonatorey (2006) menyatakan ada pengaruh konseling gizi terhadap peningkatan pengetahuan gizi ibu dan perubahan asupan protein pada kelompok yang diberi konseling terjadi peningkatan asupan protein mencapai 93,0 %. Sedangkan yang tidak diberikan konseling asupan proteinnya mencapai 43,6 %.

  • Media Gizi Pangan, Vol. XIV, Edisi 2, 2012 Konseling gizi, pola makan berat badan, remaja

    25

    Hasil pemantauan oleh Direktorat BGM Depkes pada tahun 1996/1997 terhadap 10.949 orang dewasa terdiri dari 3.6621 laki-laki (34,9%) dan 3.833 perempuan (65,1%) berumur 19-65 tahun yang dipilih secara acak di 14 kota menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan pada laki-laki adalah sebesar 12,8% dan pada perempuan 20,0% dengan rata-rata 17,5%. Prevalensi obesitas pada laki-laki adalah sebesar 2,5% dan pada perempuan 5,9% dengan rata-rata 4,7%. Kriteria kegemukan adalah IMT 25,1-30,00 sedangkan obesitas IMT>30,00. Data ini menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan dan obesitas pada usia 19-65 tahun lebih besar pada perempuan dari pada laki-laki (Almatsier, 2009).

    Banyak masalah gizi yang lazim terjadi pada kelompok usia remaja, salah satunya adalah kegemukan. Kegemukan (obesitas) pada usia remaja dapat menyebabkan terjadinya penyakit degeneratif dimasa dewasa, misalnya penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes tipe 2, kanker, dan osteoporosis (Dewi. 2009). Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pengendalian berat badan. Usaha yang dapat dilakukan oleh para remaja dalam mengendalikan berat badan salah satunya pengaturan makan sehari-hari dan dibekali pengetahuan tentang gizi melalui pemberian konseling gizi.

    Konseling gizi merupakan bagian yang sangat penting untuk pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan karena melalui konseling, individu diajarkan memikirkan masalahnya sendiri agar tidak jatuh sakit (Reppie,2007). Konseling gizi yang benar dan jelas sangat diperlukan oleh golongan umur remaja, terutama yang dikaitkan dengan bentuk tubuh dan kecantikan akan sangat menarik perhatian para remaja putri, sedangkan pada remaja laki-laki akan lebih tertarik bila dikaitkan dengan prestasi berbagai jenis olahraga (Septiyadi, 2004). Perilaku remaja yang tidak mendukung kesehatan dapat diubah menjadi perilaku yang taat dalam menjalani diit, bila remaja sudah mengetahui manfaat dari diit rendah kalori maka akan timbul kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan diit rendah kalori tersebut. Sikap seseorang untuk taat dalam menjalankan diit salah satunya berhubungan dengan sejauh mana konseling kesehatan yang diberikan oleh ahli gizi mengenai pengetahuan dan keterampilan. Tujuannya untuk menunjang perilaku dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap dan praktek dalam memilih makanan sebagai

    upaya untuk mendapatkan berat badan normal.

    Nampaknya bahwa masalah kegemukan di tengah masyarakat telah menjadi masalah yang serius dilihat dari prevalensi dan akibat yang ditimbulkannya cukup tinggi. Berdasarkan uraian tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemebrian konseling gizi terhadap perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan pola makan) dan berat badab pada remaja gemuk di SMA Negeri 2 Makassar. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan pendekatan pre test post test only design. Intervesi yang dilakukan adalah memberikan konseling gizi kepada sampel terpilih dan bersedia mengikuti penelitian satu kali dalam seminggu selama 1 bulan. Waktu Dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari September 2012 di SMA Negeri 2 Makassar Subjek Penelitian Semua siswa yang gemuk di SMA Negeri 2 Makassar dengan kriteria : Bersedia menjadi responden, IMT >23 25 kg/m, bersedia mengikuti peraturan dalam penelitian sampai penelitian selesai, kelas 1 dan kelas 2 dengan jumlah 45 orang.. Pengumpulan Data a. Skrining sampel dengan melakukan

    pengukuran antropometeri berat badan dan tinggi badan untuk menentukan IMT. Data berat badan dikumpulkan dengan melakukan pengukuran berat badan dengan menggunakan bathroom scale dengan tingkat ketelitian 0,1 kg. Data tinggi badan dikumpulkan dengan melakukan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan microtoice dengan tingkat ketelitian 0,1 cm.

    b. Identitas subyek, pengetahuan dan sikap dikumpulkan dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner, pola konsumsi dikumpulkan dengan Food Frequency Questionnaires (FFQ) sebelum konseling dan sesudah konseling gizi.

    Pengolahan dan Analisis Pengolahan dan analisa data menggunakan program computer. Untuk menguji pengaruh konseling terhdap perbedaan pengetahuan sikap, pola konsums dan berat badan sebelum

  • Media Gizi Pangan, Vol. XIV, Edisi 2, 2012 Konseling gizi, pola makan berat badan, remaja

    26

    dan sesuda konseling gizi digunakan uji paired t-test (uji perbedaan berpasangan).

    HASIL PENELITIAN Karakteristik Sampel

    Tabel 1 Karakteristik Sampel

    Karakteritik Mean SD

    Umur 16,24 0,88 Tinggi Badan 159,82 7,19 Berat Badan 62,44 6,39 Indeks Massa Tubuh (IMT) 23,79 0,62

    Tabel 1 tersebut di atas menunjukkan bahwa rerata umur sampel 16,24 0,88 tahun dengan berat badan dan tinggi badan berturut-turut 62,44 6,39 kg dan 159,82 7,19 cm. Indeks Massa Tubuh (IMT) sampel tersebut rerata 23,79 0,62 kg/m

    2.

    Pengaruh Konseling terhadap perubahan perilaku dan berat badan sebelum dan sesudah konseling gizi

    Tabel 2.

    Perubahan Perilaku dan berat badan Sebelum dan Sesudah Konseling Gizi pada Remaja SMAN 2 Makassar

    Perilaku dan berat badan

    N Rata-rata SD

    P Sebelum Sesudah

    Pengetahuan Gizi

    45 73,0 19,6 82,7 15,3 0,000

    Sikap 45 74,7 10,4 85,0 6,6 0,000 Pola Makan 45 261,1108,0 256,3104,6 0,170 Berat Badan 45 62,4 6,4 62,4 6,3 0,583

    Tabel 2 diatas dapat dilihat hasil

    pengukuran rerata standar deviasi dan uji statistik setelah dilakukan konseling gizi kepada remaja SMAN 2 Makassar yang menunjukkan bahwa pengetahuan gizi dan sikap pada remaja terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) sebelum dan sesudah konseling gizi yang dilakukan empat kali selama sebulan. Namun pola makan dan berat badan remaja tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p > 0,05) sebelum dan sesudah konseling gizi yang dilakukan emapat kali selama sebulan. PEMBAHASAN

    Pada hakekatnya obesitas terjadi bila terdapat kelebihan energi yang dikonsumsi dibandingkan energi yang dipergunakan tubuh. Hal tersebut dapat dikarenakan masukan energi tinggi. Pengetahuan gizi diyakini sebagai salah satu variabel yang dapat berhubungan dengan konseling gizi. Atas dasar inilah sehingga deskripsi tentang pengetahuan gizi melalui konseling gizi pada kelompok remaja diperlukan untuk besikap positif dan dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi kegemukan melalui pola konsumsi makanan yang seimbang.

    Tarigan (2005) menyatakan bahwa ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi perubahan pola makan yaitu a) Faktor perorangan, seperti karakter, ekonomi, pengetahuan dan emosi pribadi seperti rasa percaya diri; b) Faktor perilaku yang mencakup keinginan atau motivasi; c) Faktor lingkungan yang mencakup aspek-aspek lingkungan yang mendukung memberi jalan, atau mendorong untuk terikat pada perilaku tertentu. Termasuk dalam hal ini adalah pengaruh rekan sebaya, keluarga dan dukungan sosial.

    Salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap perubahan pola makan remaja ialah semakin banyaknya jenis makanan baru yang berada di sekitarnya, hal tersebut mendorong remaja untuk mencoba makanan baru tersebut, mengingat masa remaja adalah masa yang paling mudah terpengaruh oleh perubahan-perubahan terutama dalam hal konsumsi makanan (Ipa, 2010).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan gizi dan sikap pada remaja terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) sebelum dan sesudah konseling gizi yang dilakukan empat kali selama sebulan. Remaja perlu diberikan peningkatan pengetahuan dan sikap saling berinteraksi membentuk pola

  • Media Gizi Pangan, Vol. XIV, Edisi 2, 2012 Konseling gizi, pola makan berat badan, remaja

    27

    perilaku yang khas. Pengetahuan gizi pada remaja sangat penting dalam pemilihan makanan dan minuman yang tepat karena setiap orang akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang di perlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal. Pengetahuan gizi memberikan informasi yang berhubungan dengan gizi, makanan dan hubungannya dengan kesehatan.

    Hal ini sejalan pula dengan pendapat teori yang dikemukakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah apa yang telah diketahui dan mampu diingat oleh seseorang setelah ia mengalami, menyaksikan dan mengerti atau yang didapat semenjak lahir sampai menjadi dewasa baik yang didapat melalui pendidikan formal maupun non formal (Notoadmodjo,2003).

    Sikap tentang kegemukan pada remaja diukur dengan menggunakan skala likeart, salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam bersikap adalah pengetahuan. Hasil penelitian di SMAN 2 Makassar menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan konseling gizi terjadi perubahan sikap yaitu 45 orang (100%). Dari hasil uji analisis statistik tentang pengaruh konseling gizi terhadap perubahan sikap menunjukkan bahwa perubahan sikap setelah konseling gizi menunjukkan perubahan yang bermakna yaitu nilai p0,05 (p=0,170). Hal ini disebabkan oleh kurangnya motivasi dan keinginan remaja dalam merubah pola makan, selain itu perubahan perilaku makan memerlukan waktu yang cukup lama.

    Dari hasil uji analisis statistik tentang pengaruh konseling gizi terhadap perubahan

    berat badan menunjukkan bahwa perubahan berat badan setelah konseling gizi tidak menunjukkan perubahan yang bermakna yaitu nilai p>0,05 (p=0,583). Hal ini disebabkan karena pemberian edukasi melalui konseling memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap perubahan berat badan. Menurut Khumaidi (1994), kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Menurut Supariasa (2002) bahwa perubahan berat badan dipengaruhi banyak faktor, faktor langsung yaitu asupan dan penyakit infeksi serta faktor tidak langsung salah satunya yaitu pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan melalui konseling gizi yang diberikan. Dikatakan bahwa walaupun remaja gemuk diberikan pengetahuan dan pengaturan diet melalui konseling, namun jika remaja gemuk tidak mampu menerapkan pengetahuan dan dietnya dalam mengonsumsi makanan rendah kalori sehari-hari atau remaja mengalami kesulitan dalam menerapkannya sehingga tidak terjadi perubahan berat badan yang diinginkan.

    Teman sepermainan dapat menularkan perilaku dan kebiasaan makan, olahraga, dan status gizi mereka atau katakanlah merusak kebiasaan yang baik dan sehat berkaitan dengan pola makan dan aktifitas fisik. Kekuatan dari teman sepermainan sangat kuat pada masa anak-anak dan remaja karena kebanyakan waktu mereka dihabiskan disekolah atau tempat lain bersama dengan teman mereka (keller, 2008; Cubha, 2007). Teman sepermainan dapat meningkatkan prevalensi obesitas karena teman mereka mereka mempengaruhi pola makan. KESIMPULAN Hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 2

    Makassar dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1. Pengetahuan pada remaja gemuk menunjukkan perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan konseling gizi dengan nilai p= 0,000

    2. Sikap pada remaja gemuk menunjukkan perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan konseling gizi dengan nilai p= 0,000

    3. Pola makan remaja gemuk menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dengan nilai sebelum dan sesudah konseling dengan nilai p =0,170.

    4. Berat badan pada remaja gemuk menunjukkan tidak ada hubungan yang

  • Media Gizi Pangan, Vol. XIV, Edisi 2, 2012 Konseling gizi, pola makan berat badan, remaja

    28

    bermakna sebelum dan sesudah dilakukan konseling gizi dengan nilai p = 0,583.

    SARAN 1. Perlunya dilakukan penelitian dengan follow

    up yang lebih panjang untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh konseling gizi terhadap penurunan berat badan pada remaja gemuk.

    2. Untuk mengatasi masalah kegemukan tidak cukup hanya dengan konseling, yaitu diperlukan keterpaduan intervensi lain seperti aktivitas fisik, pemberian suplemen yang dapat menyebabkan rasa kenyang (serat) agar yang saling mendukung mencapai berat badan yang ideal.

    DAFTAR PUSTAKA Almatsier. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.

    Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan.

    EGC : Jakarta Aritonang. 2010. Menilai Status Gizi untuk

    Mencapai Sehat Optimal. Leutika : Yogyakarta.

    Braunschweig, C.L., Sandra G., Huifang L., Kristin T., Bethany D., Youfa W., Chris B., & Rebecca L. (2005) Obesity and risk factors for the metabolic syndrome among lowincome, urban, African American Schoolchildren: the rule rather than the exception? USA: Am J Clin Nutr,81:970-5.

    Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Riskesdas Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007. Depkes RI : Jakarta.

    Departemen Kesehatan RI. 2011. Laporan Riskesdas Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010. Depkes RI : Jakarta.

    Depkes RI. 2000. Pedoman Konseling Gizi. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat : Jakarta.

    Freedam DS dkk. 1999. The Relation of Overweight to cardiovaskuler risk factors among children and adolescents. The Bogalusa Heart Study, Pediatrics 103 (6Pr1): 1175,

    Handayani,Susianti. 2005. Gambaran Pola Aktivitas, Pola Makan dan Prestasi Belajar Anak Obesitas di SMA Katolik Rajawali Makassar. KTI. Politeknik Kesehatan Makassar : Makassar

    Hardian, Dani. 2008. Solusi Mengatasi Overweight dan Obesitas.http://www.dr.rocky.com/layo

    ut-artikel-kesehatan/31-solusi-mengatasi-overweight-dan-obesitas. (diakses, 15 Desember 2011).

    Hartono. 2000. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit. EGC : Jakarta Hayati. 2002. Pengetahuan Sikap dan

    Tindakan Pegawai Kesehatan yang Obesitas Tentang Gizi Seimbang di Kab.Pinrang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas : Makassar.

    Hidajat, Boerhan dkk. 2011. Obesitas. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair : Surabaya. http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-eicg256.htm (Diakses 25 Maret 2012).

    Ipa, Agustian. 2010. Status Gizi Remaja, Pola Makan dan Aktivitas Olahraga di SLTP 2 Majauleng Kab Wajo. Media Gizi Pangan. Volume IX (1).

    Khomsan, Ali. 1992. Obesitas, Bahaya dan Cara Mengatasinya. Bisnis Indonesia : Jakarta.

    Khumaidi. 1994. Gizi Masyarakat. Gunung Mulia : Jakarta

    Kurnianingsih,Y. 2009. Hubungan Faktor Individu dan Faktor Lingkungan Terhadap Diet Penurunan Berat Badan Remaja Putri di SMA 4 Pilihan Depok. FKM UI : Jakarta. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=tinjauan+diet+penurunan+bb&source=web&cd=22&ved=0CCMQFjABOBQ&url=http%3A%2F%2Fwww.lontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F125356-S-5714-Hubungan%2520faktor-Literatur.pdf&ei=z0NOT6LhLcHMrQfG3JmNDw&usg=AFQjCNGdXiRxCWzcplcxUtq_zlRmq0mcWw&cad=rja (diakses 1 Maret 2012).

    Lusa. 2009. Konseling. http://www.lusa.web.id/konseling/ (diakses 25 Maret 2012).

    Must, Jacques P.F., Dallal G.E. Bajema C.J., & Dietz W.H. 1992. Long-term morbidity and mortality of overweight adolescents: a follow up of the Harvard Growth Study of 1922 to 1935. N Engl J Med 327 (19):1350.

    Notoadmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

    Podojoyo,dkk. 2010. Konseling Gizi terhadap Penurunan Barat Badan Remaja Overweight dan Obesitas di Kota Palembang. Jurnal Pembangunan Manusia.

  • Media Gizi Pangan, Vol. XIV, Edisi 2, 2012 Konseling gizi, pola makan berat badan, remaja

    29

    Proverawati. 2010. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan pada Remaja. Muha Medika :Yogyakarta.

    Pusthika. 2011. Pengaruh Frekuensi Konseling Gizi dan Gaya Hidup terhadap IMT dan Lingkar Pinggang Penderita DM. Skripsi. FK Undip : Semarang.https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:AaovJSo_ifQJ:eprints.undip.ac.id/33314/1/Inggar.pdf+konseling+dengan+pola+makan&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShuMCDQvrH8WIClndB8ZKU9Qq0o8xgqbM2IttiuaxFpQQrZ_VyKs8179KB7qUidcDvVLSu5EJDosSgMA0p6-nyuV57hCrAZLDm_NVpcIh_oF5yMNr2D2-6GzKJIlTKXdinQSiZK&sig=AHIEtbQALhPgKTW-EkDLoDOMbcbEENDEXg.

    Reppie, Maxie dkk. 2007. Pengaruh Konseling Gizi dengan Buku Saku Diet pada Pasien Hiperurisemia Rawat Jalan di RSUD Noongan Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Volume IV (1).

    Rosmalina, Yuniar dkk. 2010. Hubungan Status Gizi Mikro dengan Status Gizi pada Anak remaja SLTP. Jurnal PGM Volume 33 (1).

    RSCM. 2007. Penuntun Diit Edisi Kedua. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Sarwono,dkk. 2010. Pengkajian Status Gizi.

    FKUI : Jakarta Savitri. 2006. Gizi Remaja Putri. Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

    Sedioetama. 2010. Ilmu Gizi Jilid 1. Dian Rakyat : Jakarta

    Septiyadi, Egy. 2004. Terapi Obesitas dengan Diet. Restu Agung : Jakarta.

    Silitonga, Nelvin. 2008. Pola Makan dan Aktivitas Fisik Orang Dewasa yang Mengalami Obesitas dari Keluarga Miskin di Desa Marindal II kec Patumbak Kab Deli Serdang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : Medan.

    Soehardjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara : Jakarta

    Sulistyorini, dkk. 2007. Buku Pedoman Diet RSSA. Instalasi Gizi RSSA : Malang.

    Supariasa,dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta

    Syafiq,dkk. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

    Tarigan, Novriani. 2005. Persepsi Citra Tubuh dan Kendala untuk Menurunkan Berat Badan pada Remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan Kab Bantul. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Volume II (1).

    Willians C., Campanaro L.A., Squillace Practice M., & Bollella M. (1999) Management of Childhood obesity in Pediatric. Ann N Y Acad Sci 817:225.

    Wonatorey, dkk. 2006. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Pengetahuan Gizi Ibu dan Perbaikan Status Gizi Buruk yang Mendapatkan PMT Pemulihan di Kota Sorong. Jurnal Sains Kesehatan. Volume XIX (2).