PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN INTENSITAS … NURSARI DEWI.pdf · komunikasi. Menurut hasil...
Transcript of PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN INTENSITAS … NURSARI DEWI.pdf · komunikasi. Menurut hasil...
PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGANINTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I
DI RSUD KOTA KENDARI
SKRIPSIDiajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mnyelesaikan Pendidikan
Progran Studi Diploma IV KebidananPoliteknik Kesehatan Kendari
OLEH
NURSARI DEWIP003120170128
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLTEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANANKENDARI
2018
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN INTENSITAS NYERI
PERSALINAN KALA I DI RSUD KOTA KENDARI.
Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjana Terapan
Kebidanan Pada Program Studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehattan
Kemenkes Kendari, sejauh yang saya ketahui skripsi ini bukan merupakan
tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikaskan dan atau pernah
dipakai untuk mendapatkan Gelar Kesarjanaan Dilingkungan Politeknik
Keshatan Kemenkes Kendari maupun diperguruan tinggi atau instansi
manapun, kecuali yang bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.
Kendari , Agustus 2018
NURSARI DEWI
P003120170128
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PENULIS1. Nama : Nursari Dewi
2. Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 19 Agustus 1988
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
6. Alamat : BTN Silva Mas, Blok D14
B. PENDIDIKAN1. SD Negeri Pembina Kendari, Tamat Tahun 2000
2. SMP Negeri 9 Kendari, Tamat Tahun 2003
3. SMA Negeri 4 Kendari, Tamat Tahun 2006
4. Diploma III Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari,
Tamat Tahun 2009
5. D-IV Kebidanan Alih Jenjang Tahun 2017 Sampai Sekarang
ABSTRAK
Nursari Dewi (P003120170128). “Pengaruh komunikasi terapeutikdengan intensitas nyeri persalinan kala I di RSUD Kota Kendari”. Dibawah bimbingan Arsulfa, S.SiT, M.Keb dan Melania Asi, S.Si.T,M.Kes.
Xiii + V Bab + 49 Halaman + 8 Tabel + 3 Lampiran
Latar Belakang: Menurut (Smith, 2010 dalam Mundarti, Hastuti,Widatiningsih, 2012) terdapat penurunan yang bermakna dalam hambatannyeri tetapi tidak dalam hasil lainnya pada pasien yang dilakukan intervebskomunikasi. Menurut hasil penelitian (Ratna, 2009 dalam dalam Mundarti,Hastuti, Widatiningsih, 2012), ada hubungan antara komunikasi trapeutikbidan dengan penurunan tingkat nyeri persalinan normal.
Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik denganintensitas nyeri persalinan kala I di RSUD Kota Kendari.
Metode Penelitian: Jenis penelitian metode quasy- eksperimen yang bersifatone group pretest-postest, populasi 32 orang, sampel diambil secaraPurposive Sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan ujiWilcoxon.
Hasil Penelitian: Hasi penelitian intensitas nyeri sebelum komunikasiterapeutik sebagian besar 56,2% nyeri berat dan setelah komunikasiterapeutik sebagian besar 65,6% nyeri sedang dan hasi analisis statistikditemukan p value 0,000 < 0,05 diartikan bahwa ada pengaruh intensitasnyeri sebelum dan sesudah komunikasi terapeutik.
Kesimpulan dan Saran: Ada pengaruh intensitas nyeri sebelum dansesudah komunikasi terapeutik. Diharapkan agar setiap ibu bersalin dapatmengendalikan sikap dan emosionalnya sehingga intensitas nyeri yangdialaminya dapat terkontrol sesuai dengan pembukaan serviks.
Kata Kunci: Persalinan Kala I, Intensitas nyeri, Komunikasi terapeutik
Daftar Pustaka: 14 (1997 – 2017)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini walaupun dalam bentuk sederhana yang merupakan salah satu
syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari dengan judul “Pengaruh Komunikasi
Terapeutik Dengan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Di RSUD Kota
Kendari”.
Penulis menyadari spenuhnya bahwa Skripsi ini masih banyak
terdapat kekeliruan, kesalahan dan kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan waktu, kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran, pendapat dan kritikan yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.
Selama persiapan, pelaksanaan, penyusunan sampai penyelesaian
Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan bimbingan, arahan serta
motivasi dari berbagai pihak secara moril maupun materil. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-
tingginya Khususnya kepada Ibu Arsulfa,S.Si.T,M.Keb selaku pembimbing I
dan Ibu Melania Asi,S.Si.T,M.Kes selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya untuk memberikan bimbingan
dan arahan dalam proses penyusunan Skripsi ini hingga selesai.
Melalui kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
3. Ibu Hasmia Naningsi, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
4. Ibu Elyasari, SST, M.Keb selaku Penguji I, Ibu Wahida, S.Si. T, M.Keb
selaku Penguji II, Ibu Heyrani, S.Si. T,M. Kes selaku Penguji III
5. dr. Hj. Asrida Mukaddim, M.Kes selaku Kepala Rumah Sakit RSUD Kota
Kendari
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan
ilmu pengetahuan selama menempuh pendidikan.
7. Teristimewa buat Ibunda Halian. T dan Ayahanda Drs. Maani, suamiku
tersayang Aldhan Pritsal, Amd. Pely dan anakku tercinta Alfaisar Madani
yang senantiasa memberikan arahan dan dorongan, pengorbanan dan
bantuan baik material, motivasi dan kasih sayang serta do’a yang tulus
dan ikhlas selama penulisan menempuh pendidikan.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kepada semua pihak
yang telah dengan ikhlas memberikan dukungan dan bantuan kepada
penulis, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat buat kita semua. Amin
Kendari , Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KEASLIAN PENELITIAN ......................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5E. Keaslian Penelitian........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 8
A. Nyeri Persalinan............................................................................ 8B. Komunikasi Terapeutik.................................................................. 15C. Kerangka Teori.............................................................................. 21D. Kerangka Konsep.......................................................................... 21E. Hipotesis ....................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 23
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 23B. Tempat Dan Waktu ....................................................................... 23C. Populasi Dan Sampel.................................................................... 24D. Pengumpulan Data ....................................................................... 24E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 28F. Etika Penelitian ............................................................................. 28
G. Analisis Data ................................................................................. 29H. Penyajian Data.............................................................................. 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 31
A. Hasil .............................................................................................. 32B. Pembahasan ................................................................................. 40
BAB V PENUTUP .................................................................................... 46
A. Kesimpulan ................................................................................... 46B. Saran............................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 48
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Prosedur Tindakan Komunikasi Terapeutik Terhadap PenguranganIntensitas Nyeri Pada Persalinan ................................................ 27
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ...................................... 37
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu38
Tabel 4.3 Rata-Rata Intensitas Nyeri ....................................................... 38
Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Intensitas Nyeri Sebelum dilakukanKomunikasi Terapeutik................................................................ 39
Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Intensitas Nyeri setelah dilakukanKomunikasi Terapeutik................................................................ 39
Tabel 4.6 Pengaruh Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah KomunikasiTerapeutik ................................................................................... 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori ....................................................................... 21
Gambar 2 Kerangka Konsep.................................................................... 22
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner
2. Master Tabel
3. Hasil Output SPSS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan sering kali menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian
perempuan hamil. Kekhawatiran terhadap rasa nyeri yang akan mereka
alami saat melahirkan dan bagaimana mereka akan bereaksi untuk
mengatasi nyeri tersebut. Untuk itu menjadi kewajiban seorang bidan
untuk membantu ibu mengatasi rasa tidak nyaman dalam persalinan
(Farer,1999 dalam Indarsita, Utami, Sari, 2014).
Rasa nyeri, tegang, rasa takut mengganggu pada ibu hamil dapat
menghasilkan sejumlah katekolamin (hormon stress) yang berlebihan
seperti ephinephrin dan norephinephrin. Tingkat katekolamin yang tinggi
dalam darah bisa memperpanjang persalinan dengan mengurangi
efisiensi kontraksi rahim dan dapat merugikan janin dengan mengurangi
aliran darah menuju plasenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan
penatalaksanaan persalinan menjadi kurang terkendali dan dapat
memungkinkan terjadi trauma pada bayi (Andarmoyo, 2013 dalam Haqiqi,
2016).
Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata Angka Kematian Ibu (AKI)
tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini
jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per
1
100.000. Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu sebagai koreksi
pemerintah yang sebelumnya akan menurunkan AKI hingga 108 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 sesuai target Milineum
Development Goals (MDGs) (SDKI 2012). Angka kematian ibu (AKI) di
Sulawesi Tenggara dalam waktu lima tahun terakhir menunjukkan trend
menurun dari tahun 2012 sampai 2015, namun kembali meningkat pada
tahun 2016. Di bandingkan dengan target MDGs 2016 yaitu sebesar 105
AKI/100.000 kelahiran hidup, dapat dikatakan bahwa target tersebut tidak
tercapai, meskipun angkanya terus menurun dan telah menghampiri
angka target, tapi pada tahun terakhir justru kembali menjauh. lebih
rendah dari AKI nasional sementara, sesuai target MDGs, (Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2017).
Nyeri pada saat persalinan menempati skor 30-40 dari 50 skor
yang ditetapkan. Skor tersebut lebih tinggi dibandingkan sindrom nyeri
klinik seperti nyeri punggung kronik, nyeri akibat kanker, nyeri
tungkai/lengan, nyeri syaraf, sakit gigi, memar, nyeri tulang, terluka,
fraktur, terpotong serta keseleo (Rosyati, 2010 dalam Aulia dkk, 2017).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya
dinegara lain adalah perdarahan, infeksi, dan eklamsia. Di dalam
perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup
pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Sedangkan
kejadian partus lama atau partus kasep salah satu penyebabnya adalah
ketegangan dan ketakutan yang memperberat rasa nyeri persalinan dan
akhirnya memperlambat kelahiran bayi (Jones, 1994 dalam Maria, 2016).
Partus lama sering terjadi pada kala I persalinan, sehingga kala I
merupakan titik waspada bagi bidan untuk mengetahui apakah pasien
dapat bersalin secara normal atau tidak. Kala I adalah kala paling lama
dengan nyeri yang diakibatkan oleh his dan dilatasi servik yang harus
dihadapi oleh pasien. Bagi primi diberikan waktu 1 jam untuk membuka
servik sebanyak 1 cm dan bagi multi hanya setengah jam untuk membuka
servik sebanyak 1 cm sehingga pada kala I ini, peran bidan benar-benar
diharapkan, bidan harus dapat memberikan motivasi serta kenyamanan
agar pasien tetap tenang dalam menghadapi persalinannya (Rosyati,
2010 dalam Aulia dkk, 2017).
Komunikasi terapeutik termasuk dalam salah satu metode
pengendalian nyeri bersifat nonfarmakologis, adapun tujuannnya yaitu
untuk kesembuhan pasien, maka komunikasi terapeutik ini amat
mendukung dalam relaksasi, postur, ambulasi, masase dan sentuhan
terapeutik serta penciptaan lingkungan emosional persalinan yang
mendukung. Seorang bidan yang professional, sebelum memberikan
asuhan sebaiknya terlebih dahulu menyampaikan ide dan fikirannya untuk
menanggapi keluh-kesah klien agar klien tetap tenang. Sehingga tujuan
akhir dari komunikasi terapeutik yaitu sebagai obat atau terapi bagi pasien
dapat terwujud (Ermawati, 2009 dalam Aulia dkk, 2017).
Penelitian Indrawati (2011) dalam Indarsita, Utami, Sari (2014) di
BPS Uut Maschon yang bertujuan untuk melihat metode nonfarmakologi
yang digunakan bidan dalam mengurangi intensitas nyeri persalinan dan
efeknya dengan 4 metode nonfarmakologi yang dilakukan pada 30 orang
sampel diperolah hasil bahwa teknik pernapasan yaitu efek yang
ditimbulkannya adalah nyeri ringan sebesar 20 (66,7%) orang. Teknik
pengaturan posisi yaitu efek yang ditimbulkan nyeri sedang sebesar 17
(56,7%) orang, selanjutnya teknik message yaitu efek yang ditimbulkan
nyeri ringan sebesar 25 (83,3%) orang. Teknik konseling dengan efek
yang ditimbulkan yaitu sebesar 17 (56,7%) orang mengalami nyeri ringan.
Menurut (Smith, 2010 dalam Mundarti, Hastuti, Widatiningsih,
2012) terdapat penurunan yang bermakna dalam hambatan nyeri tetapi
tidak dalam hasil lainnya pada pasien yang dilakukan intervebs
komunikasi. Menurut hasil penelitian (Ratna, 2009 dalam dalam Mundarti,
Hastuti, Widatiningsih, 2012), ada hubungan antara komunikasi trapeutik
bidan dengan penurunan tingkat nyeri persalinan normal.
Berdasarkan survey awal tanggal 6 - 20 Juni 2018 di RSUD Kota
Kendari, ditemukan 9 dari 20 ibu bersalin kala I yang mendapat perlakuan
dengan komunikasi terapeutik memberikan respon positif dalam
menghadapi nyeri persalinan yang dirasakan. Pentingnya komunikasi
terapeutik dalam menurunkan rasa nyeri yang ditimbulkan oleh persalinan
sangat diperlukan, oleh karena itu bidan dalam persalinan harus bisa
membantu menimbulkan rasa percaya diri, karena bila klien gugup dalam
persalinannya maka timbul rasa takut sehingga rasa nyeri akan semakin
bertambah (Kartono, 1992 dalam Indarsita, Utami, Sari, 2014).
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh komunikasi terapeutik dengan intensitas
nyeri persalinan kala I di RSUD Kota Kendari.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh komunikasi terapeutik dengan intensitas
nyeri persalinan kala I di RSUD Kota Kendari.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik dengan intensitas
nyeri persalinan kala I di RSUD Kota Kendari.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui intensitas nyeri sebelum dilakukan komunikasi
terapeutik pada ibu inpartu kala I di RSUD Kota Kendari.
b. Mengetahui intensitas nyeri sesudah dilakukan komunikasi
terapeutik pada ibu inpartu kala I di RSUD Kota Kendari.
c. Mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik dengan intensitas
nyeri persalinan kala I di RSUD Kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
intervensi untuk mengurangi intensitas nyeri ibu selama proses
persalinan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan
memberikan informasi tambahan sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan bagi peserta didik.
3. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wacana bidan
dalam memberikan komunikasi terapeutik yang efektif bagi ibu bersalin
khususnya dalam pengurangan nyeri persalinan.
4. Bagi Penelitian Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi peneliti mengenai pengaruh komunikasi terapeutik
dengan intensitas nyeri persalinan kala I di RSUD Kota Kendari.
E. Keaslian Penelitian
1. Bangun (2012) dengan judul Pengaruh Komunikasi Terapeutik
Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Klinik Santi
Medan dengan persamaan jenis penelitian quasy eksperimen yang
bersifat one group pretest-postest, sampel yang digunakan ibu inpartu
kala I fase aktif, dan perbedaannya yaitu tempat penelitiannya.
2. Sari (2014) dengan judul Pengaruh Komunikasi Terapeutik Dengan
Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten di Klinik Delima Medan Tahun 2014
dengan persamaan jenis penelitian quasy eksperimen yang bersifat
one group pretest-postest, sampel yang digunakan ibu inpartu kala I
fase laten dan prbedaannya yaitu tempet penelitiannya
3. Mundarti, Hastuti, Widatiningsih (2012) dengan judul Komunikasi
Terapeutik Pada Nyeri Persalinan Kala I dengan persamaan desain
penelitian yang digunakan quasy eksperimen dengan rancangan one
group pretest postest with control, dengan sampel penelitian ibu
bersalin kala I dan perbedaannya tempat penelitian.
4. Magfuroh (2012) dengan judul Faktor-Faktor Yang Berubungan
Dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Ruang Bersalin Rumah
Sakit Umum Kabupaten Tanggerang dengan perbedaan desain
peneltian cross sectional study dan tempat penelitian, adapun
persamaannya yaitu sampel penelitian ibu bersalin Kala I Fase Aktif,
variabel penelitian.
5. Maria (2016) dengan judul Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan
Intensitas Nyeri Pada Persalinan Kala I Di BPM “B” Bukit Tinggi
Tahun 2015 dengan perbedaan jenis penelitian cross sectional study
dan tempat penelitian, adapun persamaannnya yaitu sampel
penelitian ibu inpartu Kala I dan variabel penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyeri Persalinan
1. Pengertian nyeri persalinan
Nyeri persalinan merupakan rasa sakit yang ditimbulkan saat
persalinan yang berlangsung dimulai dari kala I persalinan, rasa sakit
terjadi karena adanya aktifitas besar di dalam tubuh ibu guna
mengeluarkan bayi, semua ini terasa menyakitkan bagi ibu. Rasa sakit
kontraksi dimulai dari bagian bawah perut, mungkin juga menyebar ke
kaki, rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu mencapai puncak,
kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi untuk mendorong
bayi keluar dari dalam rahim ibu (Danuatmaja, 2004, dalam Sari,
2014).
Menurut Judha dkk (2012) dalam Sari (2014) rasa nyeri dalam
persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi otot rahim.
Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang darah
perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya
pembukaan mulut rahim (servik).
2. Fisiologi persalinan
Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi
otot-otot uterus, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia
8
rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami
defisit) akibat kontraksi arteri miometrium. Impuls nyeri ditransmisikan
oleh segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal
bawah serta saraf simpatik lumbar atas. Saraf-saraf ini berasal dari
korpus uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks
dan iskemia uterus adalah nyeri viseral yang berlokasi di bawah
abdomen menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke
paha. Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang
pada saat relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek
dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi
serviks, vagina dan jaringan perineum.
Setiap wanita memiliki reaksi yang berbeda-beda dalam
menghadapi persalinan. Respon ini sifatnya sangat individual dan
tergantung pada kepribadian, kondisi ekonomi serta tingkat
pemahaman pasien, latar belakang kultural, keluarga serta pendidikan
dan pengalaman sebelumnya. Wanita yang menjalani persalinan
normal dengan pendidikan dan persiapan yang baik, perawatan
preventif yang cermat, dukungan serta pendampingan oleh bidan yang
kompeten dan dengan analgesia yang tepat waktu serta indikasinya,
cenderung untuk memberikan pengalaman persalinan yang ”baik”
(Hellen Farrer, 1996 dalam Bangun, 2012).
Rasa nyeri memiliki 3 komponen:
a. Stimulus-Penyebab nyeri
b. Ambang batas-Tingkat dimana intensitas nyeri terasa
c. Reaksi-bagaimana seseorang menginterpretasikan nyeri dan
bereaksi terhadap nyeri tersebut.
Rasa nyeri persalinan dapat dikurangi baik itu menggunakan
metode farmakologik maupun nonfarmakologik yang mana terkait
dengan 3 tujuan dasar pengurangan nyeri dalam persalinan yaitu
mengurangi perasaan nyeri dan tegang, sementara pasien dalam
keadaan terjaga seperti yang dikehendakinya, menjaga agar
pasien dan janinnya sedapat mungkin terbebas dari efek depresif
yang ditimbulkan oleh obat serta yang ketiga adalah mencapai
tujuan ini tanpa mengganggu kontraksi otot rahim (Hellen Farrer,
1996 dalam Bangun, 2012).
3. Penyebab nyeri persalinan
Menurut Rukiyah (2009) dalam Magfuroh (2012) penyebab
nyeri persalinan adalah gerakan kontraksi rahim menyebabkan otot-
otot dinding rahim mengkerut, menjepit pembuluh darah sehingga
timbul nyeri. Vagina (jalan lahir) dan jaringan lunak di sekitarnya
meregang sehingga terasa nyeri. Keadaan mental ibu (ketakutan,
cemas, khawatir atau tegang) serta hormon prostaglandin yang
meningkat sebagai respons terhadap stres.
Selama persalinan kala I, nyeri terutama dialami karena
rangsangan nosiseptor dalam adneksa, uterus dan ligamen pelvis.
Nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi seviks dan segmen uterus
bahwa dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot
dan ligamen. Faktor penyebab nyeri persalinan adalah berkurangnya
pasokan oksigen ke otot rahim (nyeri persalinan menjadi lebih hebat
jika interval antara kontraksi singkat, sehingga pasokan oksigen ke
otot rahim belum sepenuhnya pulih. Terjadi peregangan leher rahim
(effacement dan pelebaran), tekanan bayi pada saraf dan dekat leher
rahim dan vagina, ketegangan dan meregangnya jaringan ikat
pendukung rahim dan sendi panggul selama kontraksi dan turunan
bayi. Terjadi pula tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan
anus, meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina,
disertai ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan
dikeluarkannya hormon stress dalam stress dalam jumlah besar
(epinefrin, norepinefrin, dan lain-lain) yang mengakibatkan timbulnya
nyeri persalinan yang lama dan lebih berat (Simkin, 2005 dalam
Magfuroh, 2012).
Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan
pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid.
Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan
vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan
penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi utero plasenta,
pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya
iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak
(Sumarah, 2009 dalam Lajuna, Muhede, Fithriany, 2014).
4. Intensitas nyeri
Intensitas nyeri mengacu pada tingkat keparahan sensasi nyeri
itu sendiri untuk menentukan tingkat nyeri, klien dapat diminta untuk
membuat tingkatan nyeri pada skala verbal tidak ada nyeri, nyeri
ringan, nyeri sedang, nyeri hebat, nyeri sangat hebat, nyeri paling
hebat. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan
nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor
Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima
kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di
sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri
sampai nyeri yang tidak tertahankan. Skala penilaian numerik
(Numerical Rating Scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti
alat pendeskripsi kata dengan menggunakan skala 1-10. Skala analog
visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis lurus yang
mewakili intensitas nyeri. Skala nyeri yang digunakan yaitu :
a. Deskriptif
Tidak nyeri nyeri nyeri nyeriNyeri ringan sedang hebat sangat hebat
b. Numerik (1-10)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri nyeri nyeri nyeriNyeri ringan sedang hebat sangat hebat
c. Skala analog visual
Tidak nyeri hebat Nyeri sangat
(Bare, B. G., dan Smeltzer, S.C., 2001, dalam Sari, 2014).
Menurut Wong dan Baker (1998), pengukuran skala nyeri
menggunakan Face Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah
kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri”
kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah yang sangat
ketakutan “nyeri yang sangat”, klasifikasinya sebagai berikut : skala
0 (tidak sakit) ekspresi wajahnya klien masih dapat tersenyum,
skala 2 (sedikit sakit) ekspresi wajahnya kurang bahagia, skala 4
(lebih sakit) ekspresi wajahnya meringis, skala 6 (lebih sakit lagi)
ekpresi wajahnya sedih, skala 8 (jauh lebih sakit) ekspresi
wajahnya sangat ketakutan, skala 10 (benar-benar sakit) ekspresi
wajahnya sangat ketakutan dan sampai menangis (Potter, 2005,
dalam Sari, 2014)
Gambar 1Skala Nyeri Wong
5. Intervensi nyeri
Rasa sakit yang dialami ibu selama proses persalinan sangat
bervariasi tingkatannya. Untuk itu perlu dukungan selama persalinan
untuk mengurangi rasa nyeri selama proses persalinan. Penny simpkin
(2007) dalam Sari (2014) mengatakan cara untuk mengurangi rasa
sakit ini ialah mengurangi sakit langsung dari sumbernya, memberikan
ransangan alternatif yang kuat, mengurangi reaksi mental negatif,
emosional dan fisik ibu terhadap rasa sakit. Pendekatan pengurangan
rasa nyeri persalinan dapat dilakukan dengan pendekatan
farmakologis dan nonfarmakologis namun usia yang terlalu muda juga
akan lebih sulit untuk mengendalikan rasa nyeri persalinan.
Manajemen secara farmakologis adalah dengan pemberian
obat-obatan sedangkan nonfarmakogis tanpa obat-obatan. Cara
farmakologis adalah dengan pemberian obat-obatan analgesia yang
bisa disuntikan melalui infus intravena yaitu saraf yang mengantar
nyeri selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan
0Tidak sakit
2Sedikitsakit
4Agak
mengganggu
6mengganggu
aktivitas
8Sangat
mengganggu
10Tak
tertahankan
pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat
menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek pada aktifitas
rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat
secara langsung maupun tidak langsung (Mander, 2005 dalam Sari,
2014).
Yanti (2010) mengatakan usia yang terlalu muda akan sulit
untuk mengendalikan rasa nyeri persalinan. Lain halnya menurut Ye
(2015) ibu yang memiliki pemahaman yang baik tentang proses
persalinan maka tingkat nyeri yang dirasakannya sdikit lebih ringan
daripada ibu yang memiliki pemahaman buruk.
Manajemen secara nonfarmakologis sangat penting karena
tidak membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat
persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai
efek alergi maupun efek obat. Banyak teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri selama kala I meliputi, relaksasi, akupresur,
kompres dingin atau hangat, terapi musik, hidroterapi dan masase
(Mander, 2005 dalam Sari, 2014).
B. Komunikasi Terapeutik
1. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau
dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau bidan dapat
membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui
komunikasi (Uripni, 2003 dalam Taufik & Juliane, 2010). Menurut
Damayanti (2008) dalam Taufik & Juliane (2010), komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
profesional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan seorang
bidan dengan teknik-teknik tertentu yang mempunyai efek
penyembuhan. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara
untuk membina hubungan saling percaya terhadap pasien dan
pemberian informasi yang akurat kepada pasien.
2. Tujuan komunikasi terapeutik
Menurut Stuart Sundeen, Komunikasi teraup juga Linberg,
Hunter dan Kruzweski dalam Taufik & Juliane (2010) etik bertujuan
untuk mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau
adaptif dan diarahkan pada kesembuhan klien yang meliputi : pertama,
realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi teraupetik diharapkan terjadi perubahan dalam diri
klien. Klien yang tadinya tidak bisa menerima dirinya apa adanya atau
merasa rendah diri, setelah berkomunikasi teraupetik dengan bidan
akan mampu menerima dirinya.
Kedua, kemampuan membina hubungan interpersonal yang
tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. Melalui
komunikasi teraupetik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima
orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, dan menerima
klien apa adanya, bidan akan dapat meningkatkan kemampuan klien
dalam membina hubungan saling percaya
Ketiga, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
Keempat, rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan
integritas diri. Identitas personal disini termasuk status, peran, dan
jenis kelamin. Klien yang mengalami gangguan identitas personal
biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri
rendah. Melalui komunikasi teraupetik diharapkan bidan dapat
membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang
jelas.
3. Prinsip dasar komunikasi terapeutik
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam
membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik. Berikut
ini adalah prinsip dasar komunikasi teraupetik berdasarkan referensi
dari Suryani (2005) dalam Pangestika (2016).
a. Hubungan bidan dengan klien adalah hubungan teraupetik yang
sangat saling menguntungkan . Didasarkan pada prinsip “
Humanity of nurse and clients ” didalamnya terdapat hubungan
saling mempengaruhi baik pikiran, perasaan dan tingkah laku untuk
memperbaiki perilaku klien.
b. Prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal yaitu
keterbukaan, empati, sifat mendukung, sikap positif dan
kesetaraan.
c. Kualitas hubungan bidan klien ditentukan oleh bagaimana bidan
mendefinisikan dirinya sebagai manusia (human).
d. Bidan menggunakan teknik pendekatan yang khusus untuk
memberi pengertian dan merubah perilaku klien.
e. Bidan harus menghargai keunikan klien, maka bidan perlu
memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat latar
belakang.
f. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
pemberi maupun penerima pesan.
g. Trust (saling percaya) antara bidan dan klien yang harus dicapai
terlebih dahulu sebelum dilakukannya identifikasi masalah dan
pemecahan masalah.
4. Tehnik komunikasi terapeutik
Stuart dan Sundeen dalam Rahma (2016) menyatakan bahwa
dalam sebuah komunikasi terapeutik dapat menerapkan beberapa
teknik tertentu. Teknik-teknik tersebut antara lain:
a. Mendegarkan (listening)
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan
nonverbal bahwa bidan memberikan perhatian terhadap kebutuhan
dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian
merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan
nonverbal yang sedang dikomunikasikan. Keterampilan
mendengarkan penuh perhatian adalah dengan: pandang klien
ketika sedang bicara, pertahankan kontak mata yang
memancarkan keinginan untuk mendengarkan, sikap tubuh yang
menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau
tangan, hindarkan gerakan yang tidak perlu, anggukan kepala jika
klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik,
condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
b. Bertanya (question)
Tujuan bidan bertanya adalah untuk mendapatkan informasi
yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan
dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam
konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian, ajukan
pertanyaan secara berurutan.
c. Penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti
bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai bidan, kita tidak
harus menerima semua perilaku klien. bidan sebaiknya
menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala seakan tidak percaya.
d. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, bidan perlu menghentikan
pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan
pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan
pelayanan kebidanan. Agar pesan dapat sampai dengan benar,
bidan perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti
klien.
e. Menyampaikan Hasil Observasi
Bidan perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan
menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui
apakah pesan diterima dengan benar. Bidan menguraikan kesan
yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien. Menyampaikan hasil
pengamatan bidan sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas
tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan
(Mubarak, 2007 dalam Rahma, 2016).
Komunikasi teraupetik dapat memberikan dampak
teraupetik dengan mempercepat proses kesembuhan pasien.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam komunikasi dengan
ibu bersalin antara lain : menjalin hubungan yang mengenakkan
dengan klien (rapport), hadir mendampingi klien selama
persalinan, mendengarkan keluhan-keluhan pesien selama proses
persalinan, memberikan sentuhan dalam pendampingan klien,
memberikan informasi tentang kemajuan persalinan, memandu
persalinan, mengadakan kontak fisik dengan pasien, memberi
pujian kepada pasien atas usaha yang telah dilakukannya dan
memberi ucapan selamat atas kelahiran bayinya (Wulandari, 2009,
dalam Indarsita, Utami, Sari, 2014).
C. Landasan Teori
Mengadopsi pendapat Farer dan Mender yang dikutip oleh
Lajuna, Muhede, Fithriany (2014), rasa nyeri persalinan dapat dikurangi
baik dengan menggunakan metode farmakologik maupun
nonfarmakologik yang terkait dengan tiga tujuan dasar pengurangan nyeri
persalinan yaitu mengurangi perasaan nyeri dan tegang, menjaga agar
pasien dan janinnya sedapat mungkin tetap terbebas dari efek depresif
yang ditimbulkan oleh obat, dan mencapai tujuan ini tanpa menggangu
kontraksi rahim. Teori gerbang kendali menyatakan bahwa banyak faktor
yang mempengaruhi presepsi individu mengenai intensitas nyeri, dan
sebagian dari faktor ini adalah psikologis bukan fisiologis. Dalam
persalinan dukungan sosial mungkin salah satu faktor yang dapat
mengurangi rasa nyeri persalinan. Pemberian dukungan ini adalah
menjadi tugas bidan, dimana bidan harus bisa tanggap dalam
memberikan asuhannya, disini komunikasi sangat diperlukan. Dalam
dunia kesehatan ataupun kebidanan, teknik komunikasi dikenal dengan
komunikasi terapeutik.
Gambar 2
Kerangka TeoriSumber : Farer dan Mender yang dikutip oleh Lajuna, Muhede, Fithriany
(2014)
Farmakologik(Obat-obatan)
Non Farmakologik(Tidak menggunakanObat-obatan/ komunikasiterapeutik)
Teknik pernapasan Teknik pengaturan
posisi Teknik message Komunikasi terapeutik
Intensitas nyeripersalinan
D. Kerangaka Konsep
Gambar 3Kerangka Konsep
E. Hipotesis
1. Ha : Ada pengaruh komunikasi terapeutik dengan intensitas nyeri
persalinan kala I di RSUD Kota Kendari
KomunikasiTerapeutik
Intensitas nyeripersalinan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
quasy- eksperimen yang bersifat one group pretest-postest yaitu
intervensi untuk mengidentifikasi pengaruh komunikasi terapeutik dengan
nyeri persalinan kala I pada ibu inpartu sebelum dan sesudah dilakukan
komunikasi terapeutik. Bentuk desain ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Skema 1 Desain Penelitian
Pretest Perlakuan Postest
01 X 02
Keterangan :
01 : Pretest dilakukan pada kelompok intervensi yang mengalami
nyeri persalinan sebelum dilakukan komuniksai terapeutik
02 : Postest dilakukan pada kelompok intervensi yang mengalami
nyeri persalinan sesudah dilakukan komuniksai terapeutik
X : Intervensi (tindakan komunikasi terapeutik)
B. Tempat Dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUD Kota Kendari, pada
Bulan Juli sampai Agustus 2018.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu bersalin kala I di RSUD
Kota Kendari dari bulan Januari sampai Juni berjumlah 193 pasien
dengan rata-rata per bulan 32 pasien.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu intensitas nyeri kala I
sebanyak 32 pasien.
a. Tehnik sampling
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Purposive Sampling.
1) Kriteria inklusi
a) Pasien inpartu kala I yang bersalin normal
b) Pasien yang merasa nyeri
c) Tercatat dalam rekam medis rumah sakit
d) Bersedia menjadi responden
2) Kriteria eksklusi
a) Pasien tidak bersedia menjadi responden
b) Pasien yang bersalin caesar
23
D. Pengumpulan Data
1. Data primer
Alat pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari dua
bagian berisi data demografi dan skala pengukuran nyeri yang dibuat
oleh peneliti berdasarkan literatur yang ada. Data demografi meliputi
usia, pekerjaan, pendidikan, perkawinan, dan satus kehamilan.
Sedangkan bagian kedua adalah nyeri persalinan.
2. Data sekunder
Data gambaran umum rumah sakit diperoleh dari dari RSUD
Kota Kendari.
3. Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin
penelitian dari program D-IV Bidan Poltekkes Kendari dan telah
mendapat izin dari RSUD Kota Kendari. Setelah mendapat izin peneliti
melaksanakan pengumpulan data pada ibu inpartu kala I sesuai
kriteria penelitian. Peneliti menemui responden di tempat penelitian
dengan cara meninggalkan nomor handphone dan menyimpan nomor
handphone asisten ruangan yang membantu penelitian ini untuk
memperlancar proses pengumpulan data. Asisten yang akan
membantu penelitian ini ada dua orang, yang satu bertugas sebagai
pemberi perlakukan komunikasi terapeutik dan yang satunya lagi
bertugas untuk memberi lembar inform consent dan sekaligus
mengkaji nyeri persalinan sebelum dan sesudah pemberian intervensi.
Hal ini dilakukan untuk meminimaliskan adanya bias dalam penelitian
ini.
Ketika ada responden yang datang, asisten kedua meminta
persetujuan responden dengan menandatangani inform consent.
Setelah responden bersedian, asisten kedua mengisi lembar kuisioner
data demografi yaitu nama (inisial), usia, pekerjaan, pendidikan,
perkawinan dan status kehamilan responden melalui wawancara.
Setelah itu asisten kedua memberi tanda pada skala nyeri wajah yang
ada pada lembar kuisioner sesuai dengan ekspresi wajah yang ibu
rasakan saat ini. Setelah itu asisten pertama datang, dan memberi
perlakuan komunikasi terapeutik sesuai dengan prosedur yang telah di
tetapkan sebelumnya sampai batas pembukaan persalinan ibu 8 cm.
Setelah itu dilakukan maka asisten kedua datang kembali
dengan membawa lembar kuisioner yang tadi telah diisi, dan dilakukan
pre test dengan mengkaji nyeri persalinan dengan menggunakan
Visual Numerical Rating Scale (VNRS) Yang Peneliti memiliki tugas
yang sama dengan asisten pertama yaitu memberi perlakuan
komunikasi terapeutik. Asisten dalam penelitian ini adalah seorang
bidan yang bekerja di RSUD Kota Kendari, pendidikan terakhir bidan
tersebut adalah DIII kebidanan dan telah mengetahui prosedur
pelaksanaan perlakuan komunikasi terapeutik. Setelah dilakukan
komunikasi terapeutik kemudian dilakukan post test.
Setelah data terkumpul lalu dilakukan pengolahan data dengan
bantuan program SPSS dengan uji t-dependent paired sampel t-test
untuk mengukur skala nyeri sebelumdan sesudah dilakukan
komunikasi terapeutik dan diperoleh mean perbedaan sebelum dan
sesudah komunikasi terapeutik.
a. Prosedur Tindakan Komunikasi Terapeutik Terhadap Pengurangan
Intensitas Nyeri pada Persalinan Fase Aktif
1) Menjelaskan maksud,tujuan dan cara dilakukannya tindakan
komunikasi terapeutik
2) Mengkaji intensitas nyeri sebelum dilakukan intervensi dengan
menggunakan skala nyeri yang ada dikuesioner yang sudah
dijelaskan cara pengisiannya
3) Tindakan komunikasi yang dilakukan antara lain:
a) Mendampingi ibu selama ibu merasa nyeri
b) Memberi dukungan dan semangat kepada ibu
c) Menganjurkan ibu untuk berdoa
d) Mencoba mengalihkan perhatian ibu dari nyeri, misalnya
dengan mengajak ibu berbicara hal-hal yang menyenangkan
e) Mengajari ibu cara mengatur napas untuk mengurangi rasa
nyeri.
f) Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri
g) Menganjurkan ibu untuk turun dari tempat tidur atau jalan-
jalan.
h) Melakukan kontak mata saat berbicara dengan ibu
i) Membelai perut ibu saat ibu merasa nyeri
j) Menyeka kening dan wajah ibu saat berkeringat
( Sumber : Bangun. 2012 )
4. Definisi Operasional
a. Komunikasi terapeutik adalah Komunikasi yang dilakukan oleh
petugas kesehatan yang bertujuan membantu mengurangi rasa
nyeri yang meliput iverbal dan non verbal.
b. Intensitas rasa nyeri persalinan adalah kekuatan nyeri yang
dirasakan ibu selama proses persalinan kala I. Cara menguur skala
nyeri dengan mengggunakan Visual Numerical Rating Scale
(VNRS)
1. Skala 0 : tidak ada nyeri
2. Skala 1-3 : nyeri ringan
3. Skala 4-6 : nyeri sedang
4. Skala 7-8 : nyeri berat
5. Skala 9-10 : nyeri sangat berat
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian ini yaitu kuesioner.
F. Etika Penelitian
Penelitian akan dilakukan setelah peneliti mendapat surat
rekomendasi dari program studi D-IV Jurusan Kebidanan. Selanjutnya
mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan izin dilakukan
penelitian di RSUD Kota Kendari. Satelah mendapatkan izin dari pihak
RSU Kota Kendari, peneliti memulai dengan pengumpulan data dengan
memberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada responden
yang akan diteliti di RSUD Kota Kendari. Sebelum responden mengisi dan
menandatangi lembar persetujuan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan
maksud, tujuan dan proses dilakukannya penelitian tersebut. Jika
responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian maka peneliti
tidak akan memaksa responden.
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama pasien dengan nama aslinya melainkan dengan
inisial. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu saja yang akan disajikan sebagai hasil penelitian.
G. Analisa Data
1. Analisis univariat
Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan persentasenya
yakni data demografi ibu inpartu meliputi usia, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, dan kehamilan (gravida). Sedangkan data yang
bersifat numerik dicari mean dan standart deviasinya yakni skala nyeri
persalianan melalui statistik deskriptif. Hasil data dibuat dalam bentuk
tabel.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menguji pengaruh komunikasi
terapeutik dengan nyeri persalinan kala I. Setelah dilakukan uji
normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov ternyata data
sebelum dan sesudah komunikasi terapeutik tidak berdistribusi normal.
Oleh karena itu analisis data dilakukan dengan uji nonparametri uji
Wilcoxon. Taraf signifikan (a = 0.05), pedoman dalam menerima
hipotesa jika data probabilitas (p) <0,05 maka ada pengaruh
komunikasi terapeutik teradap intensitas nyeri kala I dan apabila nilap
(p) >0,05 maka tidak ada pengaruh komunikasi terapeutik teradap
intensitas nyeri kala I.
H. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk deskriptif , tabel dan narasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak geografis
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari berada di jalan ZA Sugianto No.39, Kelurahan Kambu
Kota Kendari. Lokasi ini sangat strategis karena mudah dijangkau
dengan kendaraan umum .
b. Lingkungan fisik
Badan Layanan Umum Daerah RSUD Kota Kendari berdiri
di atas tanah selus 130000 m2 dan Luas Bangunan 4800 m2.
Pengelompokan ruangan berdasarkan fungsinya sehingga menjadi
empat kelompok kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok
kegiatan penunjang medis, kelompok kegiatan penunjang non
medis dan kelompok kegiatan administrasi.
c. Status Rumah Sakit
RSUD Kota Kendari awalnya terletak di kota Kendari,
tepatnya di Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas
lahan 3.527 M2 dan luas bangunan 1.800 M2.
RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung
peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun
1927 dan telah mengalami beberapa kali perubahan antara lain :
1) Dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1927 Dilakukan
rehabilitasi oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1942 – 1945
2) Menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945 – 1960
3) Menjadi RSU. Kabupaten Kendari pada tahun 1960 – 1989
4) Menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989 – 2001
5) Menjadi RSU Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan
Perda Kota Kendari No.17 Tahun 2001
6) Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD. Abunawas Kota
Kendari oleh bapak Walikota Kendari pada tanggal 23 Januari
2003\Pada Tahun 2008 , oleh pemerintah Kota Kendari telah
membebaskan lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah
Sakit, yang dibangun secara bertahap dengan menggunakan
dana APBD, TP, DAK dan DPPIPD.
7) Pada tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah
Abunawas Kota Kendari resmi menempati Gedung baru yang
terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No : 39 Kel Kambu Kec.
Kambu Kota Kendari.
8) Terakreditasi oleh TIM Komite Akreditasi Rumah Sakit ( KARS
), No. SERT 139/I/2012 lulus tingkat dasar dengan 5 pelayanan
31
( Administrasi & Manajemen, Rekam Medik, Pelayanan
Keperawatan, Pelayanan Medik dan IGD )
9) Berdasarkan SK Walikota Kendari no 16 Tahun 2015 tanggal 13
Mei 2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD Kota Kendari
sesuai PERDA Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.
d. Sarana dan prasarana
RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung sbb :
1) Gedung Anthurium ( Kantor )
2) Gedung Bougenville ( Poliklinik )
3) Gedung IGD
4) Gedung Matahari ( Radiologi )
5) Gedung Anyelir ( Kamar Operasi )
6) Gedung Asoka ( ICCU )
7) Gedung Dahlia ( ICU )
8) Gedung Teratai ( Obgyn - Ponek )
9) Gedung Lavender ( Rawat Inap penyakit dalam )
10)Gedung Mawar ( Rawat Inap Anak )
11)Gedung Melati ( Rawat Inap Bedah )
12)Gedung Tulip (Rawat Inap Saraf & THT)
13)Gedung Anggrek ( Rawat Inap Kls I dan Kls II )
14)Gedung Sakura ( Rawat Inap VIP )
15)Gedung Instalasi Gizi
16)Gedung Loundry
17)Gedung Laboratorium
18)Gedung Kamar Jenazah
19)Gedung Apotek
20)Gedung PMCC ( Private Medical Care Centre ) 3 lantai di
lengkapi dengan :
a) Ruang poli terpadu 18 unit
b) Ruang Unit gawat darurat 1 unit
c) Ruang laboratorium 1 unit
d) Ruang Apotek 1 unit
e) Ruang rawat inap VIP, VVIP dan Eksekutif 25 unit
f) Dilengakapi dengan fasilitas Lift menuju lantai 2 dan 3
e. Ketenagaan
Jumlah tenaga kerja yang ada di RSUD Kota Kendari pada
tahun 2017 sebanyak 524terdiri dari 213 PNS dan 300 Non
PNS, dan 11 PNS Luar,meliputi :
1) Tenaga Medis
2) Tenaga Kesehatan dengan berbagai profesi
3) Tenaga Administrasi Umum
f. Visi dan misi
Visi Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum
Kota Kendari adalah Rumah Sakit pilihan Masyarakat. Sedangkan
Misi sebagai berikut :
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan
pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau
oleh masyarakat.
2) Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota
Kendari menjadi RUMAH SAKIT mitra keluarga.
3) Meningkatkan SDM , sarana dan prasarana medis serta
non medis serta penunjang medis, agar tercipta kondisi
yang aman dan nyaman bagi petugas, pasien dan
keluarganya serta masyarakat pada umumnya
g. Fasilitas pelayanan kesehatan
1. Pelayanan Rawat Jalan
a) Pelayanan Medik Dasar
1) Dokter Umum
2) Dokter Gigi
b) Pelayanan Medik Spesialis Dasar
a. Penyakit Dalam
b. Penyakit Bedah
c. Obstetri Dan Ginekologi
d. Kesehatan Anak
c) Pelayanan Medik Spesialis Penunjang
a. Anesthesiologi
b. Radiologi
c. Pastologi Klinik
d) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Dan Mulut
a. Bedah Mulut
b. Konsevasi
c. Orthodenti
d. Periodenti
e. Prostodonti
f. Penyakit Mulut
g. Gigi Anak
e) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya
a. Patologi Anatomi
b. Kulit Dan Kelamin
c. Saraf
d. Telinga Hidung Tenggorokan ( THT)
e. Jantung Dan Penyakit Paru
f. Ongkologi
g. Kesehatan Mata
h. Orthopedi
2. Rawat Inap
a) Rawat Inap VIP
b) Rawat Inap Kelas I, II, III
c) Rawat Inap ICU& ICCU
d) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
e) Kegiatan Kamar Operasi
3. Pelayanan Penunjang Lainnya
Kegiatan-kegiatan penunjang terdiri dari :
a) Instalasi Laboratorium
b) Instalasi Farmasi dan Apotek 24 jam
c) Instalasi Kamar Jenazah
d) Instalasi Gizi
e) Ambulance
f) Pembakaran Sampah Medis Melalui Incenerator
g) Sistem IPAL
4. Pelayanan Rujukan
RSUD Kota Kendari menerima rujukan dari puskesmas
yang ada di Kota Kendari dan sekitarnya dan Menerima rujukan
dari Rumah Sakit Kabupaten/Kota dalam Wilayah Sulawesi
Tenggara, Serta merujuk ke RSU Bahteramas dan RSU
Regional lainnya untuk kasus-kasus yang belum bisa ditangani.
2. Analisis Univariat
a. Umur ibu
Umur ibu dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Ibu
Umur Ibu (tahun) N %< 20 2 6,25
20-35 25 78,125>35 5 15,625Total 32 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 sampel
ditemukan sebagian besar umur ibu merupakan usia reproduksi
yaitu 20-35 tahun sebesar 78,125 %.
b. Pendidikan dan Pekerjaan ibu
Pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu
Pendidikan Ibu N %Perguruan tinggi 7 21,9
SMA 9 28,1SMP 8 25SD 8 25
Total 32 100Pekerjaan Ibu
Bekerja 13 40,6Tidak Bekerja 19 59,4
Total 32 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 sampel
ditemukan sebagian besar pendidikan terakhir ibu SMA sebesar
28,1% dan dari 32 sampel pula ditemukan sebagian besar ibu tidak
bekerja sebesar 59,4%.
c. Intensitas nyeri persalinan kala I
Intensitas nyeri persalinan kala I dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.3Rata-Rata Intensitas Nyeri
Intensitas Nyeri Pre PostMean 2,93 2,25
Standar Deviasi 0,669 0,622Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebelum dilakukan
komunikasi terapeutik ditemukan rata-rata intensitas nyeri berat
tetapi setelah dilakukan komunikasi terapeutik ada penurunan nyeri
menjadi nyeri sedang.
Tabel 4.4Distribusi Sampel Berdasarkan Intensitas Nyeri Sebelum
dilakukan Komunikasi TerapeutikIntensitas Nyeri N %
Nyeri ringan 0 0Nyeri sedang 8 25,0Nyeri berat 18 56,2
Nyeri sangat berat 6 18,8Total 32 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 sampel
ditemukan intensitas nyeri sebelum komunikasi terapeutik sebagian
besar 56,2% nyeri berat.
Tabel 4.5Distribusi Sampel Berdasarkan Intensitas Nyeri setelah
dilakukan Komunikasi TerapeutikIntensitas Nyeri N %
Nyeri ringan 2 6,2Nyeri sedang 21 65,6Nyeri berat 8 25,0
Nyeri sangat berat 1 3,1Total 32 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 sampel
intensitas nyeri setelah komunikasi terapeutik sebagian besar
65,7% nyeri sedang.
3. Analisis bivariat
a. Pengaruh Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Komunikasi
Terapeutik
Pengaruh intensitas nyeri sebelum dan sesudah komunikasi
terapeutik dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.6Pengaruh Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Komunikasi
TerapeutikIntensitas Nyeri N Mean SD p value
Pre 32 2,94 2,25 0,000Post 32 0,669 0,622
Berdasarkan tabel diatas diketahui p value 0,000 < 0,05
diartikan bahwa ada pengaruh intensitas nyeri sebelum dan
sesudah komunikasi terapeutik.
B. Pembahasan
1. Intensitas Nyeri Sebelum Komunikasi Terapeutik
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 32 sampel
ditemukan intensitas nyeri sebelum komunikasi terapeutik sebagian
besar 56,2% nyeri berat. Hal ini dikarenakan bahwa responden yang
mengatakan nyeri berat memiliki rasa ketakutan dan kecemasan yang
tinggi terhadap proses persalinan yang akan dilaluinya, serta
kurangnya dukungan yang diberikan terhadap ibu.
Sebelum dilakukan komunikasi terapeutik rata-rata ibu
mengalami nyeri berat. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor,
salah satunya yaitu saat dilakukan observasi, rata-rata ibu sudah
memasuki kala I fase aktif yaitu pembukaan 4-8 dimana teori
Muryunani (2010) pada pembukaan 4-8 nyeri terasa menjadi hebat,
menusuk dan kaku yang disebabkan oleh kontraksi uterus yang
semakin kuat, diatas 3 kali dalam 10 menit lamanya 40 detik atau
lebih, dan semakin menurunnya bagian terbawah janin yang menekan
dan menarik bagian-bagian di daerah panggul.
Selain itu juga antara responden yang satu dengan responden
yang lainnya mempunyai ambang nyeri yang berbeda-beda, serta
kondisi emosional ibu yang tegang dan lemah sangat berpengaruh
terhadap mekanisme coping ibu untuk mengatasi rasa nyeri yang
dilaminya. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukaan
Sarwono (2008) dalam Mundarti, Hastuti, Widatiningsih (2011) yang
menyatakan bahwa perasaan sakit pada waktu his sangat subjektif,
tidak hanya bergantung pula pada intensitas his, tetapi bergantung
pada keadaan mental orangnya. Ibu yang rileks dan percaya diri lebih
tenang dibandingkan dengan ibu yang tegang dan kurang siap dalam
mengadapi proses persalinan.
Nyeri persalinan menjadi lebih ringan seiring dengan makin
sering dan efektifnya pengendalian nyeri. Bonica 1990 mengatakan
bahwa menyiagakan wanita terhadap persalinan yang akan dihadapi
akan dapat mengurangi nyeri. Ketegangan emosi akibat rasa cemas
sampai rasa takut dapat memperberat presepsi nyeri selama
persalinan. Nyeri atau kemungkinan nyeri dapat menginduksi
ketakutan sehingga timbul kecemasan yang berakhir dengan
kepanikan, keletihan dan kurang tidur yang dapat memperberat nyeri
(metode dick-read) (Indarsita, Utami, Sari, 2014).
Menurut teori bobak (2000) bahwa pengalaman melahirkan
sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri.
Bagi ibu yang belum mempunyai pengalaman melahirkan atau Ibu
yang pertama melahirkan akan merasa cemas dan takut dalam
menghadapi persalinan. Stres atau rasa takut secara fisiologis dapat
menyebabkan kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit
dirasakan (Indarsita, Utami, Sari, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sari (2014) di Klinik Delima Medan , juga melakukan penelitian
yang serupa tentang metode konseling/komunikasi terapeutik dalam
pengurangan rasa nyeri persalinan dan didapatkan hasil intensitas
nyeri responden sebelum dilakukan komunikasi teraupetik mayoritas
berada pada tingkatan nyeri berat sebanyak 20 orang (47,6).
2. Intensitas Nyeri Setelah Komunikasi Terapeutik
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 32 sampel
intensitas nyeri setelah komunikasi terapeutik sebagian besar 65,7%
nyeri sedang. Hal ini dikarenakan bahwa responden yang mengatakan
nyeri sedang sudah lebih siap secara psikologis dalam menghadapi
proses persalinan sehingga ibu lebih percaya diri dan tidak takut
dalam menghadapi proses persalinannya.
Sesuai yang dikemukan Fraklin (2000) dalam Sari (2014),
bahwa jika ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan
dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses
persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, maka akan
mendapatkan rasa aman dan keluaran yang baik.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan
komunikasi antara lain: menjalin hubungan yang mengenakkan
dengan klien, hadir mendampingi klien, mendengarkan keluhan-
keluhan klien, memberikan sentuhan dalam pendampingan klien,
memberikan informasi kepada klien, mengadakan kontak fisik dengan
klien, memberi pujian kepada klien atas usaha yang telah
dilakukannya.
Pentingnya komunikasi terapeutik dalam menurunkan rasa nyeri
yang ditimbulkan oleh persalinan sangat diperlukan, oleh karena itu
bidan dalam persalinan harus bisa membantu menimbulkan rasa
percaya diri, karena bila klien itu sendiri merasa gugup dalam
menghadapi persalinannya baik fisik ataupun mental belum siap maka
timbul rasa ketakutan sehingga rasa nyeri akan semakin bertambah
(Kartono, 1992 dalam Indarsita, Utami, Sari, 2014).
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yangdilakukan
oleh Bangun (2012) terkait dengan pengaruh komunikasi teraupetik
bidan terhadap intensitas nyeri persalinan di Klinik Santi Medan,
didapatkan hasil bahwa setelah diberikan komunikasi teraupetik terjadi
perubahan atau penurunan tingkat nyeri yang sangat berarti dimana p
value (0,000) yang berarti (P<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
komunikasi terapeutik mempunyai pengaruh yang signifikan dalam
menurunkan nyeri persalinan.
3. Pengaruh Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Komunikasi
Terapeutik
Berdasarkan hasil uji statistik ditemukan bahwa p value 0,000 <
0,05 diartikan bahwa ada pengaruh intensitas nyeri sebelum dan
sesudah komunikasi terapeutik.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Yusnita (2012), juga melakukan penelitian yang serupa tentang
komunikasi teraupetik dan diperoleh hasil ada pengaruh komunikasi
teraupetik terhadap nyeri persalinan pada ibu inpartu diruang
kebidanan dan bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie
berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05 (0.004)
sehingga hipotesa alternatif dalam penelitian ini diterima.
Pengaruh yang signifikan ini dipengaruhi banyak hal antara lain
bersangkutan dengan Sikap, perilaku dan komunikasi bidan dalam
berinteraksi dianggap berpengaruh terhadap kondisi yang dialami ibu.
Penjelasan dari bidan dalam berinteraksi akan menurunkan ketakutan
dan stres psikis ibu.
Menurut hasil penelitian Setiawan dan Tanjung, komunikasi
terapeutik adalah terapi yang efektif dalam menurunkan tingkat
kecemasan dan rasa takut terhadap pasien. Jadi dapat disimpulkan
bahwa nyeri persalinan yang disebabkan oleh rasa takut, cemas dan
kepanikan tersebut akan dapat teratasi dengan teknik komunikasi
terapeutik tersebut dan nyeri persalinan akan lebih terasa ringan.
Tujuan komunikasi terapeutik itu sendiri adalah realisasi atau
penerimaan terhadap diri sendiri, lebih menguasai dan mengontrol
emosi, mengurangi beban perasaan dan pikiran, mengurangi
keraguan yang ada pada diri sendiri dan mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan dirinya sendiri (Damaiyanti, 2008 dalam Bangun,
2012).
Menurut Suryani (2008) dalam Sari (2014) komunikasi
terapeutik pada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan pada
ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses
persalinan. Komunikasi dilaksanakan oleh bidan dengan memberikan
penguatan kepada ibu bersalin.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut beberapa teori
yang ada bahwa nyeri persalinan yang timbul karena rasa kecemasan,
ketakutan dan kepanikan, yang dapat memperberat nyeri persalinan
akan mampu diatasi dengan pemberian komunikasi terapeutik, dimana
terlihat bahwa tujuan dari komunikasi terapeutik tersebut adalah
mengurangi beban pikiran rasa takut dan cemas yang dihadapi oleh
pasien.
4. Pengaruh Umur Terhadap Intensitas Nyeri
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 32
sampel ditemukan sebagian besar responden berada pada usia
reproduksi yaitu 20-35 tahun sebesar 78,125 %. Hal ini berarti secara
fisik organ-organ reproduksi pada sebagian besar ibu sudah siap
melakukan tugas reproduksi.
Perbedaan perkembangan akan mempengaruhi reaksi nyeri
terhadap persalinan. Perkembangan tersebut yaitu secara fisik, organ-
organ pada umur yang kurang dari umur reproduksi akan belum siap
untuk melaksanakan tugas reproduksi dan perkembangan
kematangan psikis menyebabkan reaksi pada nyeri yang timbul akan
lebih parah. Hal tersebut sesuai dengan teori Yanti (2010) usia yang
terlalu muda akan sulit untuk mengendalikan rasa nyeri persalinan.
5. Pengaruh Pendidikan Ibu Terhadap Intensitas Nyeri
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 32
sampel ditemukan sebagian besar responden memiliki pendidikan
terakhir SMA sebesar 28,1%. Pendidikan akan dapat berdampak pada
pengetahuan ibu tentang persalinan termasuk tentang nyeri persalinan
dan bagaimana mengelola nyeri.
Hal tersebut sesuai dengan teori Ye (2015) mengatakan bahwa
ibu yang memiliki pemahaman yang baik tentang proses persalinan
maka tingkat nyeri yang dirasakan lebih ringan daripada ibu yang
memiliki pemahaman yang buruk.
6. Pengaruh Pekerjaan Ibu Terhadap Intensitas Nyeri
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 32
sampel ditemukan sebagian besar responden tidak bekerja yaitu
59,4%. Pekerjaan ibu dapat dihubungkan dengan kondisi keletihan
yang dialami ibu. Ibu yang bekerja diluar saat hamil akan mengalami
keletihan yang lebih dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Namun tidak ada teori yang mendukung tentang al ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Intensitas nyeri sebelum komunikasi terapeutik sebagian besar 56,2%
nyeri berat.
2. Intensitas nyeri setelah komunikasi terapeutik sebagian besar 65,7%
nyeri sedang.
3. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui p value 0,000 < 0,05 diartikan
bahwa ada pengaruh intensitas nyeri sebelum dan sesudah
komunikasi terapeutik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas maka peneliti
memberikan sedikit saran berdasarkan pemikiran serta pengetahuan
sederhana sebagai berikut :
1. Diharapkan agar setiap ibu bersalin dapat mengendalikan sikap dan
emosionalnya sehingga intensitas nyeri yang dialaminya dapat
terkontrol sesuai dengan pembukaan serviks.
2. Diharapkan agar institusi pendidikan untuk lebih meningkatkan
perkembangan ilmu kebidanan sehingga dapat meningkatakn
pengetahuan peserta didik terutama mengenai asuhan pada ibu dalam
masa persalinan
3. Diharapkan agar petugas kesehatan rumah sakit khususnya ruang
bersalin untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu
bersalin dengan penerapan metode komunikasi terapeutik yang baik
sebagai salah satu intervensi dalam mengurangi nyeri persalinan
4. Diharapkan agar peneliti selanjutnya untuk dapat lebih memperluas
penelitian ini guna mendapatkan hasil yang dapat memberikan
pembaharuan dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dalam masa
persalinan.
46
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, F., Ulfa, Y., Armi, Y., & Masnarivan, Y. 2017. Hubungan KomunikasiTerapeutik Dengan Intensitas Nyeri Pada Persalinan Kala I Di Bpm “B”Bukittinggi Tahun 2016. Jurnal Kesehatan STIKes Prima NusantaraBukittinggi, Vol. 8, No. 1, Edisi Januari 2017.
Bangun, A. 2012. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap IntensitasNyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Klinik Santi Medan. UniversitasSumatra Utara. KTI
Haqiqi, B. R. 2016. Perbedaan Perubahan Tingkat Nyeri Persalinan NormalAntara Kelompok Dengan Dan Tanpa Aromaterapi Lavender DiLamongan. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.Skripsi
Indarsita, D., Utami, S., & Sari, R. 2014. Pengaruh Komunikasi TeraupetikDengan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten Di Klinik DelimaMedan Tahun 2014. Jurnal Ilmiah PANNMED, Vol. 9, No. 2, EdisiSeptember-Desember 2014.
Lajuna, L., Muhede, R., & Fithriany. 2014. Efektivitas Komunikasi TerapeutikTerhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif (4-8 Cm) DiBadan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Ibu Dan Anak BandaAceh. Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes, Vol. 7, No. 2, EdisiNovember 2014, Hal. 190-198.
Lameshow, S. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. UniversitasGadjah Mada Press. Yogyakarta.
Magfuroh, A. 2012. Faktor-Faktor Yang Berbubungan Dengan NyeriPersalinan Kala I Fase Aktif Di Ruang Bersalin Rumah Sakit UmumKabupaten Tanggerang. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.Skripsi
Maria, R. D. 2016. Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan Intensitas NyeriPada Persalinan Kala I Di Bpm “B” Bukittinggi Tahun 2015. JurnalKesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7, No. 1, EdisiJanuari 2016.
Mundarti, Hastuti, T. P., & Widatiningsih, S. 2012. Komunikasi TerapeutikPada Nyeri Kala I. Politeknik Kesehatan Semarang. Artikel Penelitian
Pangestika, M. W. 2015. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat DenganKepuasan Pasien Di RSU Palembang. Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas UMP. Skripsi
Rahma, N. 2016. Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dan Pasien DiPuskesmas Antang Perumnas Makassar. Fakultas Dakwah DanKomunikasi UIN Alauddin Makassar. Skripsi
Sari, R. 2014. Pengaruh Komunikasi Teraupetik Dengan Intensitas NyeriPersalinan Kala 1 Fase Laten Di Klinik Delima Medan Tahun 2014.Universitas Sumatra Utara. KTI
Tahufik, M., & Juliane. 2009. Komunikasi Terapeutik Dan Konseling DalamPraktik Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta
Yanti, M. Keb. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yokyakarta :Pustaka Rihama
Ye, H.,Jiang, Y., & Ruan, Z. 2015. Relationship Between Factors Of LabourPain AndDelivery Outcomes.
Yusnita, R. (2012). Pengaruh komunikasi teurapetik bidan terhadap nyeripersalinan pada ibu bersalin di ruang kebidanan dan bersalin RumahSakit Umum Daerah Kabupaten Pidie. Stikes U’Budiyah Banda Aceh.Artikel Penelitian
LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
No. Responden :
Umur Kehamilan :
Alamat :
Setelah mendengarkan /membaca penjelasan tentang maksud dan
tujuan penelitian ini, maka saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai
responden dalam penelitian yang dilakukan peneliti dengan judul”Pengaruh
Komunikasi Terapeutik Dengan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Di RSUD
Kota Kendari 2018”.
Saya mengerti bahwa ada pertanyaan-pertanyaan yang harus saya
jawab, dan sebagai responden saya akan menjawab pertanyaan kuesioner
dengan jujur.
Saya bersedia menjadi responden bukan karena adanya paksaan dari
pihak lain, namun karena keinginan sendiri dan tanpa biaya yang akan
ditanggungkan kepada saya sesuai dengn penjelasan yang sudah dijelaskan
oleh peneliti.
Hasil yang diperoleh dari saya sebagai responden dapat
dipublikasikan sebagai hasil dari penelitian dan akan diseminarkan pada ujian
hasil dengan tidak akan mencantumkan nama, kecuali nomor informan.
Kendari, 2018
Responden
.....................................
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK
DENGAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I DI RSUD KOTA
KENDARI
A. Data Demografi
Petunjuk : Jawaban akan diisi oleh peneliti berdasarkan dari hasil
wawancara dengan ibu dan dituliskan pada bagian yang disediakan.
Tanggal Penelitian :
1. Nama Ibu (Inisial) :
2. Umur Ibu : a. <20
b. 20-35
c. > 35
3. Status Pekerjaan : a. Bekerja
b. Tidak Bekerja
4. Status Pendidikan : a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Diploma
e. S1
5. Status Kehamilan : a. Primigravida
b. Multigravida
B. Pengkajian Skala Nyeri
Petunjuk : angka 0 tidak ada nyeri, angka 1-3 nyeri ringan, angka 4-6
nyeri sedang, angka 7-8 nyeri berat, 9-10 nyeri sangat berat. Peneliti
menunjuk salah satu angka yang sesuai tingkat nyeri yang ibu rasakan.
Visual Numerical Rating Scale (VNRS)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
Tidak ada nyeri 0 Tidak merasakan sakit atau nyeri
Nyeri ringan1 Masih dapat berkomunikasi dengan baik2 Mendesis, menyeringai3 Masih dapat menunjukkan lokasi nyeri
Nyeri sedang
4 Masih dapat mendeskripsikan nyeri5 Masih dapat mengikuti perintah dengan
baik6 Tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih dapat merespon terhadaptindakan
Nyeri berat
7 Masih dapat menunjukkan lokasi nyeritetapi tidak dapat mendeskripsikan nyeri
8 Masih dapat menunjukkan lokasi nyeritetapi tidak dapat mendeskripsikan nyeri
Nyeri sangat berat9 Sudah tidak mampu lagi berkomunikasi10 Tidak mampu berkomunikasi lagi dan
mengatasi nyeri yang dirasakan
C. Pengkajian Skala Nyeri Pre Test
Petunjuk : angka 0 tidak ada nyeri, angka 1-3 nyeri ringan, angka 4-6
nyeri sedang, angka 7-8 nyeri berat, 9-10 nyeri sangat berat. Peneliti
menunjuk salah satu angka yang sesuai tingkat nyeri yang ibu rasakan.
Tidak ada nyeri 0 Tidak merasakan sakit atau nyeri
Nyeri ringan1 Masih dapat berkomunikasi dengan baik2 Mendesis, menyeringai3 Masih dapat menunjukkan lokasi nyeri
Nyeri sedang
4 Masih dapat mendeskripsikan nyeri5 Masih dapat mengikuti perintah dengan
baik6 Tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih dapat merespon terhadaptindakan
Nyeri berat
7 Masih dapat menunjukkan lokasi nyeritetapi tidak dapat mendeskripsikan nyeri
8 Masih dapat menunjukkan lokasi nyeritetapi tidak dapat mendeskripsikan nyeri
Nyeri sangat berat9 Sudah tidak mampu lagi berkomunikasi10 Tidak mampu berkomunikasi lagi dan
mengatasi nyeri yang dirasakan
D. Pengkajian Skala Nyeri Post Test
Petunjuk : angka 0 tidak ada nyeri, angka 1-3 nyeri ringan, angka 4-6
nyeri sedang, angka 7-8 nyeri berat, 9-10 nyeri sangat berat. Peneliti
menunjuk salah satu angka yang sesuai tingkat nyeri yang ibu rasakan.
Tidak ada nyeri 0 Tidak merasakan sakit atau nyeri
Nyeri ringan1 Masih dapat berkomunikasi dengan baik2 Mendesis, menyeringai3 Masih dapat menunjukkan lokasi nyeri
Nyeri sedang
4 Masih dapat mendeskripsikan nyeri5 Masih dapat mengikuti perintah dengan
baik6 Tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih dapat merespon terhadaptindakan
Nyeri berat
7 Masih dapat menunjukkan lokasi nyeritetapi tidak dapat mendeskripsikan nyeri
8 Masih dapat menunjukkan lokasi nyeritetapi tidak dapat mendeskripsikan nyeri
Nyeri sangat berat 9 Sudah tidak mampu lagi berkomunikasi10 Tidak mampu berkomunikasi lagi dan
mengatasi nyeri yang dirasakanTabel Porsedur Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
No Tindakan1 Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara dilakukannya tindakan
komunikasi teraupetik
2 Mengkaji intensitas nyeri ibu sebelum dilakukan intervensi dengan
menggunakan skala nyeri yang ada dikuisioner yang sudah
dijelaskan cara pengisiannya
3 Tindakan komunikasi teraupetik yang dilakukan antara lain :
a. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk mengutarakan
keluhannya tentang nyeri persalinan
b. Mendengarkan keluhan ibu tentang nyeri persalinan dengan
penuh perhatian
c. Mengarahkan ibu untuk fokus mengutarakan keluhan nyeri
persalinan yang dirasakannya
d. Mengulangi kembali apa yang ibu sampaikan tentang keluhan
nyeri persalinan yang dirasakannya
e. Memberikan kesempatan kepada ibu mengekpresikan nyeri
yang dirasakannya
f. Menjelaskan kembali masalah nyeri yang dirasakan ibu
g. Memberikan masukan kepada ibu untuk membantu
mengurangi nyeri yang dirasakannya
h. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk merespon pesan
yang disampaikan
i. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk melanjutkan
pembicaraan tentang nyeri yang dirasakannya
j. Meminta ibu untuk mengutarakan semua perasaan tentang
nyeri persalinan yang dirasakannya
k. Memberikan informasi kepada ibu untuk mengurangi nyeri
persalinan yang dirasakannya
l. Memberi kesimpulan kepada ibu tentang keluhan nyeri
persalinan yang dirasakannya
m. Mendampingi ibu untuk mengatasi keluhan nyeri persalinan
n. Memberikan humor yang dapat mengurangi keluhan nyeri
persalinan ibu
o. Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu untuk dapat
mengatasi nyeri persalinan.
4 Mengkaji Kembali intensitas nyeri ibu sesudah dilakukan intervensi
dengan menggunakan skala nyeri yang ada dikuisioner yang
sudah dijelaskan cara pengisiannya
Sumber : Sari (2014)
LEMBAR OBSERVASI HIS
NO Hari Tanggal Jam TD N S P His DJJ KET
MASTER TABEL
no nama umur pekerjaan status ibubekerja pendidikan anak ke Pre
test hasil pre test post test hasi post test
1 NY. IS 23 IRT tidak bekerja SMA 1 6 nyeri sedang 4 nyeri sedang2 NY. SF 32 IRT tidak bekerja SD 3 8 nyeri berat 5 nyeri sedang3 NY. AS 44 PEDAGANG bekerja SMA 3 7 nyeri berat 5 nyeri sedang4 NY. FZ 28 HONORER bekerja D III 2 7 nyeri berat 7 nyeri berat5 NY. AM 31 PNS bekerja S1 1 8 nyeri berat 5 nyeri sedang6 NY. WD 32 IRT tidak bekerja SMP 1 9 nyeri sangat berat 9 nyeri sangat berat7 NY. HM 35 IRT tidak bekerja SMA 3 8 nyeri berat 6 nyeri sedang8 NY. AN 18 IRT tidak bekerja SMP 1 8 nyeri berat 4 nyeri sedang9 NY. DW 24 TANI bekerja SD 1 6 nyeri sedang 6 nyeri sedang10 NY. AK 27 PEDAGANG bekerja SMA 5 7 nyeri berat 4 nyeri sedang11 NY. YN 22 IRT tidak bekerja SMP 3 7 nyeri berat 6 nyeri sedang12 NY. VR 26 PNS bekerja S1 3 6 nyeri sedang 6 nyeri sedang13 NY. ST 25 PNS bekerja DIII 2 9 nyeri sangat berat 7 nyeri berat14 NY. UN 34 TANI bekerja SD 4 7 nyeri berat 4 nyeri sedang15 NY. FR 21 IRT tidak bekerja SMA 1 7 nyeri berat 7 nyeri berat16 NY. PO 22 IRT tidak bekerja SMA 1 6 nyeri sedang 6 nyeri sedang17 NY. RN 29 HONORER bekerja S1 1 8 nyeri berat 8 nyeri berat18 NY. IR 34 PNS bekerja S1 2 8 nyeri berat 6 nyeri sedang19 NY. FN 36 IRT tidak bekerja SD 4 7 nyeri berat 5 nyeri sedang20 NY. TR 33 IRT tidak bekerja S1 3 5 nyeri sedang 2 nyeri ringan21 NY. IS 34 TANI bekerja SD 1 5 nyeri sedang 3 nyeri ringan22 NY. RM 36 IRT tidak bekerja SMA 2 7 nyeri berat 5 nyeri sedang23 NY. ER 25 IRT tidak bekerja SMP 2 6 nyeri sedang 6 nyeri sedang24 NY. IK 24 IRT tidak bekerja SMA 3 7 nyeri berat 7 nyeri berat25 NY. RS 35 TANI bekerja SMP 4 9 nyeri sangat berat 6 nyeri sedang26 NY. DN 22 IRT tidak bekerja SMP 3 6 nyeri sedang 4 nyeri sedang27 NY. FT 21 IRT tidak bekerja SD 2 8 nyeri sangat berat 6 nyeri sedang28 NY. AB 26 PEDAGANG bekerja SMP 3 8 nyeri berat 5 nyeri sedang29 NY. AD 20 IRT tidak bekerja SMP 1 8 nyeri berat 8 nyeri berat30 NY. IR 19 IRT tidak bekerja SMA 2 8 nyeri berat 7 nyeri berat31 NY. SS 40 IRT tidak bekerja SD 4 9 nyeri sangat berat 6 nyeri sedang32 NY. AL 44 IRT tidak bekerja SD 32 9 nyeri sangat berat 8 nyeri berat
PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGANINTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I
DI RSUD KOTA KENDARI
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mnyelesaikan Pendidikan Progran StudiDiploma IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
NURSARI DEWIP003120170128
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLTEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANANKENDARI
2018
PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN INTENSITAS NYERIPERSALINAN KALA I DI RSUD KOTA KENDARI
Nursari Dewi, Arsulfa, Melania Asi
Abstrack : Nursari Dewi (P003120170128). "The effect of therapeuticcommunication with the intensity of labor at first stage in Kendari City Hospital".Under the guidance of Arsulfa, S.SiT, M.Keb and Melania Asi, S.Si.T, M.Kes. Xiii + VChapter + 49 Pages + 8 Tables + 3 Attachments. According to (Smith, 2010 inMundarti, Hastuti, Widatiningsih, 2012) there was a significant reduction in painbarrier but not in other outcomes in patients who carried out communicationintervebs. According to the results of the study (Ratna, 2009 in Mundarti, Hastuti,Widatiningsih, 2012), there was a relationship between therapeutic midwifecommunication and a decrease in the level of normal labor pain. To determine theeffect of therapeutic communication with the intensity of first stage labor pain inKendari City Hospital. This type of quasy-experimental method research is onegroup pretest-posttest, a population of 32 people, samples taken by purposivesampling. The data used are primary and secondary data. Data analysis includedunivariate and bivariate analysis using the Wilcoxon test. The results of pain intensitystudies before therapeutic communication were mostly 56.2% severe pain and aftertherapeutic communication most of 65.7% moderate pain and results of statisticalanalysis found p value of 0.000 <0.05 means that there was an effect of painintensity before and after therapeutic communication. There is an effect of painintensity before and after therapeutic communication. It is hoped that each mothercan control her attitude and emotionality so that the intensity of pain she experiencescan be controlled according to the opening of the cervix.
Keywords: First stage labor, pain intensity, therapeutic communication
Bibliography: 14 (1997 - 2017)
Intisari : Nursari Dewi (P003120170128). “Pengaruh komunikasi terapeutik denganintensitas nyeri persalinan kala I di RSUD Kota Kendari”. Di bawah bimbinganArsulfa, S.SiT, M.Keb dan Melania Asi, S.Si.T,M.Kes. Xiii + V Bab + 49 Halaman +8 Tabel + 3 Lampiran Menurut (Smith, 2010 dalam Mundarti, Hastuti, Widatiningsih,2012) terdapat penurunan yang bermakna dalam hambatan nyeri tetapi tidak dalamhasil lainnya pada pasien yang dilakukan intervebs komunikasi. Menurut hasilpenelitian (Ratna, 2009 dalam dalam Mundarti, Hastuti, Widatiningsih, 2012), adahubungan antara komunikasi trapeutik bidan dengan penurunan tingkat nyeripersalinan normal. Penelitian ini untuk Mengetahui pengaruh komunikasi terapeutikdengan intensitas nyeri persalinan kala I di RSUD Kota Kendari. Jenis penelitianmetode quasy- eksperimen yang bersifat one group pretest-postest, populasi 32orang, sampel diambil secara Purposive Sampling. Data yang digunakan adalahdata primer dan sekunder. Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariatdengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasi penelitian intensitas nyeri sebelumkomunikasi terapeutik sebagian besar 56,2% nyeri berat dan setelah komunikasiterapeutik sebagian besar 65,6% nyeri sedang dan hasi analisis statistik ditemukanp value 0,000 < 0,05 diartikan bahwa ada pengaruh intensitas nyeri sebelum dansesudah komunikasi terapeutik. Kesimpulan dalam penelitian ini ada pengaruh
intensitas nyeri sebelum dan sesudah komunikasi terapeutik. Saran setiap ibubersalin dapat mengendalikan sikap dan emosionalnya sehingga intensitas nyeriyang dialaminya dapat terkontrol sesuai dengan pembukaan serviks.
Kata Kunci: Persalinan Kala I, Intensitas nyeri, Komunikasi terapeutik
Daftar Pustaka: 14 (1997 – 2017)
A. Latar BelakangPersalinan sering kali menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian
perempuan hamil. Kekhawatiran terhadap rasa nyeri yang akan mereka alamisaat melahirkan dan bagaimana mereka akan bereaksi untuk mengatasi nyeritersebut. Untuk itu menjadi kewajiban seorang bidan untuk membantu ibumengatasi rasa tidak nyaman dalam persalinan (Farer,1999 dalam Indarsita,Utami, Sari, 2014).
Nyeri pada saat persalinan menempati skor 30-40 dari 50 skor yangditetapkan. Skor tersebut lebih tinggi dibandingkan sindrom nyeri klinik sepertinyeri punggung kronik, nyeri akibat kanker, nyeri tungkai/lengan, nyeri syaraf,sakit gigi, memar, nyeri tulang, terluka, fraktur, terpotong serta keseleo (Rosyati,2010 dalam Aulia dkk, 2017).
Komunikasi terapeutik termasuk dalam salah satu metode pengendaliannyeri bersifat nonfarmakologis, adapun tujuannnya yaitu untuk kesembuhanpasien, maka komunikasi terapeutik ini amat mendukung dalam relaksasi,postur, ambulasi, masase dan sentuhan terapeutik serta penciptaan lingkunganemosional persalinan yang mendukung. Seorang bidan yang professional,sebelum memberikan asuhan sebaiknya terlebih dahulu menyampaikan ide danfikirannya untuk menanggapi keluh-kesah klien agar klien tetap tenang.Sehingga tujuan akhir dari komunikasi terapeutik yaitu sebagai obat atau terapibagi pasien dapat terwujud (Ermawati, 2009 dalam Aulia dkk, 2017).
Penelitian Indrawati (2011) dalam Indarsita, Utami, Sari (2014) di BPS UutMaschon yang bertujuan untuk melihat metode nonfarmakologi yang digunakanbidan dalam mengurangi intensitas nyeri persalinan dan efeknya dengan 4metode nonfarmakologi yang dilakukan pada 30 orang sampel diperolah hasilbahwa teknik pernapasan yaitu efek yang ditimbulkannya adalah nyeri ringansebesar 20 (66,7%) orang. Teknik pengaturan posisi yaitu efek yang ditimbulkannyeri sedang sebesar 17 (56,7%) orang, selanjutnya teknik message yaitu efekyang ditimbulkan nyeri ringan sebesar 25 (83,3%) orang. Teknik konselingdengan efek yang ditimbulkan yaitu sebesar 17 (56,7%) orang mengalami nyeriringan.
Menurut (Smith, 2010 dalam Mundarti, Hastuti, Widatiningsih, 2012) terdapatpenurunan yang bermakna dalam hambatan nyeri tetapi tidak dalam hasillainnya pada pasien yang dilakukan intervebs komunikasi. Menurut hasilpenelitian (Ratna, 2009 dalam dalam Mundarti, Hastuti, Widatiningsih, 2012),ada hubungan antara komunikasi trapeutik bidan dengan penurunan tingkatnyeri persalinan normal.
B. Tinjauan TeoriNyeri persalinan merupakan rasa sakit yang ditimbulkan saat persalinan
yang berlangsung dimulai dari kala I persalinan, rasa sakit terjadi karena adanya
aktifitas besar di dalam tubuh ibu guna mengeluarkan bayi, semua ini terasamenyakitkan bagi ibu. Rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah perut,mungkin juga menyebar ke kaki, rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalumencapai puncak, kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi untukmendorong bayi keluar dari dalam rahim ibu (Danuatmaja, 2004, dalam Sari,2014).
Setiap wanita memiliki reaksi yang berbeda-beda dalam menghadapipersalinan. Respon ini sifatnya sangat individual dan tergantung padakepribadian, kondisi ekonomi serta tingkat pemahaman pasien, latar belakangkultural, keluarga serta pendidikan dan pengalaman sebelumnya. Wanita yangmenjalani persalinan normal dengan pendidikan dan persiapan yang baik,perawatan preventif yang cermat, dukungan serta pendampingan oleh bidanyang kompeten dan dengan analgesia yang tepat waktu serta indikasinya,cenderung untuk memberikan pengalaman persalinan yang ”baik” (Hellen Farrer,1996 dalam Bangun, 2012).
Intensitas nyeri mengacu pada tingkat keparahan sensasi nyeri itu sendiriuntuk menentukan tingkat nyeri, . Skala penilaian numerik (Numerical RatingScales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata denganmenggunakan skala 1-10.
Manajemen secara nonfarmakologis sangat penting karena tidakmembahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jikadiberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efekobat. Banyak teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri selama kala Imeliputi, relaksasi, akupresur, kompres dingin atau hangat, terapi musik,hidroterapi dan masase (Mander, 2005 dalam Sari, 2014).
C. Hasil dan PembahasanTabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Ibu
Umur Ibu (tahun) N %< 20 2 6,25
20-35 25 78,125>35 5 15,625Total 32 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 sampel ditemukansebagian besar umur ibu merupakan usia reproduksi yaitu 20-35 tahun sebesar78,125 %.
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu
Pendidikan Ibu N %Perguruan tinggi 7 21,9
SMA 9 28,1SMP 8 25SD 8 25
Total 32 100Pekerjaan Ibu
Bekerja 13 40,6Tidak Bekerja 19 59,4
Total 32 100Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 sampel ditemukan
sebagian besar pendidikan terakhir ibu SMA sebesar 28,1% dan dari 32 sampelpula ditemukan sebagian besar ibu tidak bekerja sebesar 59,4%.
Tabel 3. Rata-Rata Intensitas Nyeri
Intensitas Nyeri Pre PostMean 2,93 2,25
Standar Deviasi 0,669 0,622Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebelum dilakukan komunikasi
terapeutik ditemukan rata-rata intensitas nyeri berat tetapi setelah dilakukankomunikasi terapeutik ada penurunan nyeri menjadi nyeri sedang.
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Intensitas Nyeri Sebelum dilakukanKomunikasi Terapeutik
Intensitas Nyeri N %Nyeri ringan 0 0Nyeri sedang 8 25,0Nyeri berat 18 56,2
Nyeri sangat berat 6 18,8Total 32 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 sampel ditemukanintensitas nyeri sebelum komunikasi terapeutik sebagian besar 56,2% nyeriberat.
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Intensitas Nyeri setelah dilakukanKomunikasi Terapeutik
Intensitas Nyeri N %Nyeri ringan 2 6,2Nyeri sedang 21 65,6Nyeri berat 8 25,0
Nyeri sangat berat 1 3,1Total 32 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 sampel intensitas nyerisetelah komunikasi terapeutik sebagian besar 65,7% nyeri sedang.
Tabel 6. Pengaruh Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah KomunikasiTerapeutik
Intensitas Nyeri N Mean SD p valuePre 32 2,94 2,25 0,000Post 32 0,669 0,622
Berdasarkan tabel diatas diketahui p value 0,000 < 0,05 diartikan bahwa adapengaruh intensitas nyeri sebelum dan sesudah komunikasi terapeutik.
1. Intensitas Nyeri Sebelum Komunikasi TerapeutikBerdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 32 sampel
ditemukan intensitas nyeri sebelum komunikasi terapeutik sebagian besar56,2% nyeri berat. Hal ini dikarenakan bahwa responden yang mengatakannyeri berat memiliki rasa ketakutan dan kecemasan yang tinggi terhadapproses persalinan yang akan dilaluinya, serta kurangnya dukungan yangdiberikan terhadap ibu.
Sebelum dilakukan komunikasi terapeutik rata-rata ibu mengalaminyeri berat. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya yaitusaat dilakukan observasi, rata-rata ibu sudah memasuki kala I fase aktifyaitu pembukaan 4-8 dimana teori Muryunani (2010) pada pembukaan 4-8nyeri terasa menjadi hebat, menusuk dan kaku yang disebabkan olehkontraksi uterus yang semakin kuat, diatas 3 kali dalam 10 menit lamanya40 detik atau lebih, dan semakin menurunnya bagian terbawah janin yangmenekan dan menarik bagian-bagian di daerah panggul.
Selain itu juga antara responden yang satu dengan responden yanglainnya mempunyai ambang nyeri yang berbeda-beda, serta kondisiemosional ibu yang tegang dan lemah sangat berpengaruh terhadapmekanisme coping ibu untuk mengatasi rasa nyeri yang dilaminya. Haltersebut sesuai dengan teori yang dikemukaan Sarwono (2008) dalamMundarti, Hastuti, Widatiningsih (2011) yang menyatakan bahwa perasaansakit pada waktu his sangat subjektif, tidak hanya bergantung pula padaintensitas his, tetapi bergantung pada keadaan mental orangnya. Ibu yangrileks dan percaya diri lebih tenang dibandingkan dengan ibu yang tegangdan kurang siap dalam mengadapi proses persalinan.
Nyeri persalinan menjadi lebih ringan seiring dengan makin seringdan efektifnya pengendalian nyeri. Bonica 1990 mengatakan bahwamenyiagakan wanita terhadap persalinan yang akan dihadapi akan dapatmengurangi nyeri. Ketegangan emosi akibat rasa cemas sampai rasa takutdapat memperberat presepsi nyeri selama persalinan. Nyeri ataukemungkinan nyeri dapat menginduksi ketakutan sehingga timbulkecemasan yang berakhir dengan kepanikan, keletihan dan kurang tiduryang dapat memperberat nyeri (metode dick-read) (Indarsita, Utami, Sari,2014).
Menurut teori bobak (2000) bahwa pengalaman melahirkansebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibuyang belum mempunyai pengalaman melahirkan atau Ibu yang pertamamelahirkan akan merasa cemas dan takut dalam menghadapi persalinan.Stres atau rasa takut secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi uterusmenjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan (Indarsita, Utami, Sari,2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehSari (2014) di Klinik Delima Medan , juga melakukan penelitian yangserupa tentang metode konseling/komunikasi terapeutik dalampengurangan rasa nyeri persalinan dan didapatkan hasil intensitas nyeriresponden sebelum dilakukan komunikasi teraupetik mayoritas beradapada tingkatan nyeri berat sebanyak 20 orang (47,6).
2. Intensitas Nyeri Setelah Komunikasi TerapeutikBerdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 32 sampel
intensitas nyeri setelah komunikasi terapeutik sebagian besar 65,7% nyerisedang. Hal ini dikarenakan bahwa responden yang mengatakan nyerisedang sudah lebih siap secara psikologis dalam menghadapi prosespersalinan sehingga ibu lebih percaya diri dan tidak takut dalammenghadapi proses persalinannya.
Sesuai yang dikemukan Fraklin (2000) dalam Sari (2014), bahwajika ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiranbayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan danasuhan yang akan mereka terima, maka akan mendapatkan rasa amandan keluaran yang baik.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukankomunikasi antara lain: menjalin hubungan yang mengenakkan denganklien, hadir mendampingi klien, mendengarkan keluhan-keluhan klien,memberikan sentuhan dalam pendampingan klien, memberikan informasikepada klien, mengadakan kontak fisik dengan klien, memberi pujiankepada klien atas usaha yang telah dilakukannya.
Pentingnya komunikasi terapeutik dalam menurunkan rasa nyeriyang ditimbulkan oleh persalinan sangat diperlukan, oleh karena itu bidandalam persalinan harus bisa membantu menimbulkan rasa percaya diri,karena bila klien itu sendiri merasa gugup dalam menghadapipersalinannya baik fisik ataupun mental belum siap maka timbul rasaketakutan sehingga rasa nyeri akan semakin bertambah (Kartono, 1992dalam Indarsita, Utami, Sari, 2014).
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yangdilakukan olehBangun (2012) terkait dengan pengaruh komunikasi teraupetik bidanterhadap intensitas nyeri persalinan di Klinik Santi Medan, didapatkan hasilbahwa setelah diberikan komunikasi teraupetik terjadi perubahan ataupenurunan tingkat nyeri yang sangat berarti dimana p value (0,000) yangberarti (P<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa komunikasi terapeutikmempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan nyeri persalinan.
3. Pengaruh Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Komunikasi TerapeutikBerdasarkan hasil uji statistik ditemukan bahwa p value 0,000 <
0,05 diartikan bahwa ada pengaruh intensitas nyeri sebelum dan sesudahkomunikasi terapeutik.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan olehYusnita (2012), juga melakukan penelitian yang serupa tentang komunikasiteraupetik dan diperoleh hasil ada pengaruh komunikasi teraupetikterhadap nyeri persalinan pada ibu inpartu diruang kebidanan dan bersalinRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie berdasarkan hasil uji statistikdidapatkan nilai p < 0,05 (0.004) sehingga hipotesa alternatif dalampenelitian ini diterima.
Pengaruh yang signifikan ini dipengaruhi banyak hal antara lainbersangkutan dengan Sikap, perilaku dan komunikasi bidan dalamberinteraksi dianggap berpengaruh terhadap kondisi yang dialami ibu.Penjelasan dari bidan dalam berinteraksi akan menurunkan ketakutan danstres psikis ibu.
Menurut hasil penelitian Setiawan dan Tanjung, komunikasiterapeutik adalah terapi yang efektif dalam menurunkan tingkat kecemasandan rasa takut terhadap pasien. Jadi dapat disimpulkan bahwa nyeripersalinan yang disebabkan oleh rasa takut, cemas dan kepanikantersebut akan dapat teratasi dengan teknik komunikasi terapeutik tersebutdan nyeri persalinan akan lebih terasa ringan. Tujuan komunikasiterapeutik itu sendiri adalah realisasi atau penerimaan terhadap diri sendiri,lebih menguasai dan mengontrol emosi, mengurangi beban perasaan danpikiran, mengurangi keraguan yang ada pada diri sendiri danmempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri (Damaiyanti,2008 dalam Bangun, 2012).
Menurut Suryani (2008) dalam Sari (2014) komunikasi terapeutikpada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akanmelahirkan dengan kegiatan bimbingan proses persalinan. Komunikasidilaksanakan oleh bidan dengan memberikan penguatan kepada ibubersalin.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut beberapa teori yangada bahwa nyeri persalinan yang timbul karena rasa kecemasan,ketakutan dan kepanikan, yang dapat memperberat nyeri persalinan akanmampu diatasi dengan pemberian komunikasi terapeutik, dimana terlihatbahwa tujuan dari komunikasi terapeutik tersebut adalah mengurangibeban pikiran rasa takut dan cemas yang dihadapi oleh pasien.
4. Pengaruh Umur Terhadap Intensitas NyeriBerdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 32 sampel
ditemukan sebagian besar responden berada pada usia reproduksi yaitu20-35 tahun sebesar 78,125 %. Hal ini berarti secara fisik organ-organreproduksi pada sebagian besar ibu sudah siap melakukan tugasreproduksi.
Perbedaan perkembangan akan mempengaruhi reaksi nyeriterhadap persalinan. Perkembangan tersebut yaitu secara fisik, organ-organ pada umur yang kurang dari umur reproduksi akan belum siap untukmelaksanakan tugas reproduksi dan perkembangan kematangan psikismenyebabkan reaksi pada nyeri yang timbul akan lebih parah. Hal tersebutsesuai dengan teori Yanti (2010) usia yang terlalu muda akan sulit untukmengendalikan rasa nyeri persalinan.
5. Pengaruh Pendidikan Ibu Terhadap Intensitas NyeriBerdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 32 sampel
ditemukan sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SMAsebesar 28,1%. Pendidikan akan dapat berdampak pada pengetahuan ibutentang persalinan termasuk tentang nyeri persalinan dan bagaimanamengelola nyeri.
Hal tersebut sesuai dengan teori Ye (2015) mengatakan bahwa ibuyang memiliki pemahaman yang baik tentang proses persalinan makatingkat nyeri yang dirasakan lebih ringan daripada ibu yang memilikipemahaman yang buruk.
6. Pengaruh Pekerjaan Ibu Terhadap Intensitas NyeriBerdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 32 sampel
ditemukan sebagian besar responden tidak bekerja yaitu 59,4%. Pekerjaan
ibu dapat dihubungkan dengan kondisi keletihan yang dialami ibu. Ibu yangbekerja diluar saat hamil akan mengalami keletihan yang lebihdibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Namun tidak ada teori yangmendukung tentang hal ini.
D. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan :4. Intensitas nyeri sebelum komunikasi terapeutik sebagian besar 56,2% nyeri
berat.5. Intensitas nyeri setelah komunikasi terapeutik sebagian besar 65,7% nyeri
sedang.6. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui p value 0,000 < 0,05 diartikan bahwa
ada pengaruh intensitas nyeri sebelum dan sesudah komunikasi terapeutik.E. Saran
5. Diharapkan agar institusi pendidikan untuk lebih meningkatkanperkembangan ilmu kebidanan sehingga dapat meningkatakn pengetahuanpeserta didik terutama mengenai asuhan pada ibu dalam masa persalinan
6. Diharapkan agar petugas kesehatan rumah sakit khususnya ruang bersalinuntuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu bersalin denganpenerapan metode komunikasi terapeutik yang baik sebagai salah satuintervensi dalam mengurangi nyeri persalinan
7. Diharapkan agar peneliti untuk dapat lebih memperluas penelitian ini gunamendapatkan hasil yang dapat memberikan pembaharuan dalam upayapeningkatan kesehatan ibu dalam masa persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, F., Ulfa, Y., Armi, Y., & Masnarivan, Y. 2017. Hubungan KomunikasiTerapeutik Dengan Intensitas Nyeri Pada Persalinan Kala I Di Bpm “B”Bukittinggi Tahun 2016. Jurnal Kesehatan STIKes Prima NusantaraBukittinggi, Vol. 8, No. 1, Edisi Januari 2017.
Bangun, A. 2012. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Intensitas NyeriPersalinan Kala I Fase Aktif Di Klinik Santi Medan. Universitas Sumatra Utara.KTI
Haqiqi, B. R. 2016. Perbedaan Perubahan Tingkat Nyeri Persalinan Normal AntaraKelompok Dengan Dan Tanpa Aromaterapi Lavender Di Lamongan. FakultasKedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Skripsi
Indarsita, D., Utami, S., & Sari, R. 2014. Pengaruh Komunikasi Teraupetik DenganIntensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten Di Klinik Delima Medan Tahun2014. Jurnal Ilmiah PANNMED, Vol. 9, No. 2, Edisi September-Desember2014.
Lajuna, L., Muhede, R., & Fithriany. 2014. Efektivitas Komunikasi TerapeutikTerhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif (4-8 Cm) Di BadanLayanan Umum Daerah Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh. Jurnal
Kesehatan Ilmiah Nasuwakes, Vol. 7, No. 2, Edisi November 2014, Hal. 190-198.
Lameshow, S. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Universitas GadjahMada Press. Yogyakarta.
Magfuroh, A. 2012. Faktor-Faktor Yang Berbubungan Dengan Nyeri Persalinan KalaI Fase Aktif Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Kabupaten Tanggerang.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Skripsi
Maria, R. D. 2016. Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan Intensitas Nyeri PadaPersalinan Kala I Di Bpm “B” Bukittinggi Tahun 2015. Jurnal KesehatanSTIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 7, No. 1, Edisi Januari 2016.
Mundarti, Hastuti, T. P., & Widatiningsih, S. 2012. Komunikasi Terapeutik PadaNyeri Kala I. Politeknik Kesehatan Semarang. Artikel Penelitian
Pangestika, M. W. 2015. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat DenganKepuasan Pasien Di RSU Palembang. Fakultas Ilmu Kesehatan UniversitasUMP. Skripsi
Rahma, N. 2016. Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dan Pasien Di PuskesmasAntang Perumnas Makassar. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN AlauddinMakassar. Skripsi
Sari, R. 2014. Pengaruh Komunikasi Teraupetik Dengan Intensitas Nyeri PersalinanKala 1 Fase Laten Di Klinik Delima Medan Tahun 2014. Universitas SumatraUtara. KTI
Tahufik, M., & Juliane. 2009. Komunikasi Terapeutik Dan Konseling Dalam PraktikKebidanan. Salemba Medika. Jakarta
Yanti, M. Keb. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yokyakarta : PustakaRihama
Ye, H.,Jiang, Y., & Ruan, Z. 2015. Relationship Between Factors Of Labour PainAndDelivery Outcomes.
Yusnita, R. (2012). Pengaruh komunikasi teurapetik bidan terhadap nyeri persalinanpada ibu bersalin di ruang kebidanan dan bersalin Rumah Sakit Umum DaerahKabupaten Pidie. Stikes U’Budiyah Banda Aceh. Artikel Penelitian