PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK …lib.unnes.ac.id/33540/1/1401415290_Optimized.pdfix ABSTRAK...
Transcript of PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK …lib.unnes.ac.id/33540/1/1401415290_Optimized.pdfix ABSTRAK...
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIKDANFASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJARSENI RUPA SISWA KELAS V SDN SE-GUGUS KARTINI
KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelarSarjana Pendidikan
OlehNovi Istiqomah
1401415290
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2019
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIKDANFASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJARSENI RUPA SISWA KELAS V SDN SE-GUGUS KARTINI
KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelarSarjana Pendidikan
OlehNovi Istiqomah
1401415290
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2019
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIKDANFASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJARSENI RUPA SISWA KELAS V SDN SE-GUGUS KARTINI
KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelarSarjana Pendidikan
OlehNovi Istiqomah
1401415290
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2019
i
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIKDANFASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJARSENI RUPA SISWA KELAS V SDN SE-GUGUS KARTINI
KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelarSarjana Pendidikan
OlehNovi Istiqomah
1401415290
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2019
i
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIKDANFASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJARSENI RUPA SISWA KELAS V SDN SE-GUGUS KARTINI
KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelarSarjana Pendidikan
OlehNovi Istiqomah
1401415290
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2019
i
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIKDANFASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJARSENI RUPA SISWA KELAS V SDN SE-GUGUS KARTINI
KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelarSarjana Pendidikan
OlehNovi Istiqomah
1401415290
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. “Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan
dan kegigihan” (Samuel Jhonson).
2. “Jika kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan, maka kamu tidak akan
mendapatkannya. Jika kamu tidak bertanya maka jawabannya adalah tidak.
Jika kamu tidak melangkah maju, kamu akan tetap berada di tempat yang
sama” (Nora Roberts)
3. “Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terekapitulasi dari keberhasilan
menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada
pendidikan yang sesungguhnya.” (Lenang Manggala)
4. “Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu tetapi guru yang
bermutu dapat melahirkan ribuan orang hebat.” (Juproni)
5. “Kesuksesan hadir bukan karena takdir waktu namun kegigihan melawan diri
dan kebijaksanaan terhadap waktu karena waktu adalah bagian takdir yang
tidak bisa terulang, ” (Peneliti)
PERSEMBAHAN
Skripsiinisaya persembahkankepada:
1. Kedua orang tuaku Ibu Nur Halimah dan Bapak Jasman.
2. Kakak saya Muhammad Nur Ackhlis&Muhammad Yasin Pranoto
Aji,sertaseluruhkeluargabesar.
vii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengaruh Kompetensi pedagogik dan Fasilitas Belajar terhadap Hasil Belajar
Seni Rupa Siswa Kelas V SD Se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan
tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk belajar di Universitas
Negeri Semarang.
2. Dr. Achmad Rifai RC, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah mengizinkan dan mendukung dalam penelitian
ini.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberi
kesempatan kepada peneliti untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi
ini.
4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan
secara administratif yang memperlancar proses penyusunan skripsi.
viii
5. Moh. Fathurrahman, S.Pd., M.Sn., dosen pembimbing yang telah
membimbing, mendukung, dan memotivasi peneliti, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
6. Ika Ratnaningrum, S.Pd., M.Pd., dan Drs. Sigit Yulianto, M.Pd., dosen
penguji satu dan dua yang telah memberi saran dalam penyusunan skripsi.
8. Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah banyak membekali
peneliti dengan ilmu pengetahuan.
9. Kepala SDN Dukuhwaru 1, SDN Dukuhwaru 2, SDN Dukuhwaru 3, SD
Dukuhwaru4, SDN Bulakpacing1, dan SDN Buakpacing 2 di Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
10. Guru SDN Dukuhwaru 1, SDN Dukuhwaru 2, SDN Dukuhwaru 3, SD
Dukuhwaru 4, SDN Bulakpacing 1, dan SDN Buakpacing 2 di Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
11. Siswa kelas V SDN Dukuhwaru 1, SDN Dukuhwaru 2, SDN Dukuhwaru 3,
SD Dukuhwaru 4, SDN Bulakpacing 1, dan SDN Buakpacing 2 di
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
khususnya bagi peneliti sendiri dan masyarakat serta pembaca pada umumnya.
Tegal, Juni 2019
Peneliti
ix
ABSTRAK
Istiqomah, Novi. 2019. Pengaruh Kompetensi pedagogik dan Fasilitas Belajarterhadap Hasil Belajar Seni Rupa Siswa Kelas V SDN Se-Gugus KartiniKecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.Sarjana Pendidikan.Universitas Negeri Semarang. Moh. Fathurrahman, S.Pd., M.Sn. 325halaman.
Kata Kunci: FasilitasBelajar, Hasil BelajarSeni Rupa, Kompetensi Pedagogik.
Hasil belajar merupakan indikator mengetahui keberhasilan pelaksanaanpendidikan. Beberapa faktor yang memengaruhi diantaranya kompetensipedagogik dan fasilitas belajar. Guru yang berkompetensi baik, khususnyakompetensi pedagogik akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sejalan denganketersediaan fasilitas belajar memadai akan memengaruhi hasil belajar seni rupa.Fakta empiris menujukkan hasil belajar seni rupa siswa belum memuaskan. Gurubelum menguasai kompetensi pedagogik mengajar seni rupa dan fasilitas belummemadai. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kompetensi pedagogikdan fasilitas belajar terhadap hasil belajar seni rupa siswa kelas V SDN Se-GugusKartini Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
Penelitian menggunakan metode ex post facto.Teknik samplingyaitusimple random sampling. Instrumen yaitu wawancara, dokumen PenilaianAkhir Semester (PAS) seni rupa, serta angket. Analisis deskriptif menggunakankonversi skala-5 dan nilai indeks. Uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas,linearitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Uji hipotesis yaitu analisiskorelasi sederhana, regresi sederhana, korelasi ganda, regresi berganda, uji F, danuji determinasi.
Hasil penelitian yaitu (1) Ada pengaruh antara kompetensi pedagogikterhadap hasil belajar seni rupa sebesar 30,1% denganhubungan sedang (0,599);(2) Ada pengaruh antara fasilitas belajar terhadap hasil belajar seni rupasebesar13,5% dengan hubungan rendah (0,368); (3) Ada pengaruh antara kompetensipedagogik dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar seni rupasebesar 31,4%dengan hubungan sedang (0,571). Saran penelitian yaitu (1) sebaiknya orang tuamenyediakan fasilitas belajar, (2) sebaiknya guru memperbaiki kualitaspembelajaran dengan cara mengoptimalkan kompetensi pedagogik, (3) hendaknyasekolah menyediakan fasilitas belajar seni rupa seperti papan pajang dan pelatihanguru terkait penguasaan kurikulum pembelajaran seni rupa.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN PENGGUNAN REFERENSI DAN SITASI ........ iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ iiiv
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI.........................Error! Bookmark not defined.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
PRAKATA............................................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI........................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xviv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xixvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................12
1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................................13
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................13
1.5 Tujuan Penelitian .......................................................................................14
1.5.1 Tujuan Umum ............................................................................................14
1.5.2 Tujuan Khusus ...........................................................................................14
xi
Halaman
1.6 Manfaat Penelitian .....................................................................................15
1.6.1 Manfaat Teoritis .........................................................................................15
1.6.2 Manfaat Praktis ..........................................................................................15
2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ...............................................................................................17
2.2.1 Konsep Dasar Seni Rupa di Sekolah Dasar ...............................................17
2.2.2 Hakikat Hasil Belajar .................................................................................28
2.2.3 Kompetensi Guru .......................................................................................42
2.2.4 Fasilitas Belajar ..........................................................................................58
2.2.5 Hubungan Antarvariabel ............................................................................74
2.2 Kajian Teoritis............................................................................................79
2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................................89
2.4 Hipotesis ..................................................................................................90
3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian........................................................................................91
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................93
3.2.1 Waktu Penelitian ........................................................................................94
3.2.2 Tempat Penelitian.......................................................................................94
3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................................94
3.3.1 Populasi ......................................................................................................95
3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling ....................................................................95
3.4 Variabel Penelitian .....................................................................................98
xii
Halaman
3.6.1 Variabel Independen ..................................................................................99
3.6.2 Variabel Dependen.....................................................................................99
3.5 Definisi Operasional Variabel....................................................................99
3.5.1 Hasil Belajar Seni Rupa ...........................................................................100
3.5.2 Kompetensi Pedagogik Guru ...................................................................100
3.5.3 Fasilitas Belajar ........................................................................................101
3.6 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................101
3.6.1 Wawancara...............................................................................................101
3.6.2 Angket (Kuisioner)...................................................................................102
3.6.3 Dokumentasi ............................................................................................105
3.7 Instrumen Penelitian.................................................................................106
3.7.1 Dokumen Hasil Belajar Seni Rupa ..........................................................107
3.7.2 Instrumen Kompetensi Pedagogik Guru ..................................................107
3.7.3 Instrumen Variabel Fasilitas Belajar ........................................................108
3.8 Uji Instrumen Penelitian ..........................................................................108
3.8.1 Uji Validitas Angket ................................................................................109
3.8.2 Uji Reliabilitas .........................................................................................112
3.9 Teknik Analisis Data................................................................................114
3.9.1 Analisis Deskriptif ...................................................................................115
3.9.2 Uji Prasyarat Analisis...............................................................................116
3.9.3 Uji Hipotesis.............................................................................................120
4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
xiii
Halaman
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................127
4.2 Pembahasan..............................................................................................166
4.3 Implikasi Penelitian..................................................................................183
5 PENUTUP
5.1 Simpulan ..................................................................................................189
5.2 Saran.........................................................................................................191
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 194
xiv
HalamanDAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Data SDN se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru............................. 94
3.2 PopulasiPenelitian ................................................................................... 95
3.3 JumlahSampelPenelitian ......................................................................... 98
3.4 Skala Likert ............................................................................................. 105
3.5 Populasi Siswa Uji Coba Angket ............................................................ 113
3.6 Sampel Siswa Uji Coba Angket.............................................................. 114
3.7 Pedoman Konversi Skala 5 ..................................................................... 116
3.8 Intepretasi Koefisien Korelasi Nilai R .................................................... 121
4.1 Populasi Penelitian .................................................................................. 128
4.2 Hasil AnalisisDeskriptifVariabelPenelitian ............................................ 130
4.3 Three Box Method ................................................................................... 134
4.4 PedomanKonversi Skala-5 ...................................................................... 134
4.5 Frekuensi Nilai Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Mata
Pelajaran Seni Rupa Sampel Penelitian.................................................. 135
4.6 Nilai IndeksVariabelKompetensi Pedagogik.......................................... 141
4.7 Nilai IndeksVariabel FasilitasBelajar ..................................................... 144
4.8 Rekapitulasi Nilai IndeksVariabelPenelitian.......................................... 146
4.9 Hasil Uji Normalitas Data ...................................................................... 147
4.10 Hasil Uji LinieritasKompetensi Pedagogikdengan Hasil Belajar Mata
Pelajaran Seni Rupa................................................................................ 148
4.11 Hasil Uji Linieritas Fasilitas Belajar dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran
Seni Rupa................................................................................................ 148
xv
Tabel Halaman
4.12 Hasil Uji Multikolinearitas Data............................................................. 150
4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas Data ......................................................... 151
4.14 KoefisienKorelasi Nilai R ...................................................................... 152
4.15 Hasil AnalisisKorelasiSederhana X1dengan Y....................................... 153
4.16 Hasil AnalisisKorelasiSederhana X2dengan Y....................................... 153
4.17 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi Sederhana X1 dengan Y 154
4.18 Hasil AnalisisRegresiSederhana X1dengan Y ........................................ 157
4.19 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi Sederhana X2 dengan Y 157
4.20 Hasil AnalisisRegresiSederhana X2dengan Y ........................................ 160
4.21 Hasil Analisis Korelasi Ganda................................................................ 160
4.22 Hasil Penghitungan Nilai B Persamaan Regresi Ganda ......................... 161
4.23 Hasil Penghitungan Nilai F Persamaan Regresi Ganda.......................... 163
xvi
Halaman
HalamanLampiran
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur ................................................... 206
2. Daftar NamaSiswa..................................................................................... 207
3. Daftar Nilai PAS Siswa Kelas V Semester I Tahun Ajaran 2018/2019.... 213
4. Daftar Nama SiswaSampelPenelitian........................................................ 219
5. Daftar Nama SiswaSampel Uji Coba ........................................................ 222
6. Kisi-kisiAngket Kompetensi Pedagogik (Uji Coba) ................................. 223
7. Kisi-kisiAngketFasilitasBelajar (Uji Coba) .............................................. 225
8. AngketKompetensi Pedagogik Belajar (Uji Coba) ................................... 226
9. AngketFasilitasBelajar (Uji Coba) ............................................................ 231
10. Lembar Validitas DosenAngketKompetensi Pedagogik dan
AngketFasilitasBelajar .............................................................................. 235
11. Lembar Validitas GuruAngketKompetensi Pedagogik dan
AngketFasilitasBelajar .............................................................................. 240
12. TabelPembantuAnalisisSkorAngket Kompetensi Pedagogik(Uji Coba). 245
13. TabelPembantuAnalisisSkorAngket Fasilitas Belajar (Uji Coba) ............ 249
14. Output Uji Validitas dan ReliabilitasAngket Uji CobaKompetensi Pedagogik
............................................................................................................ 253
15. Output Uji Validitas dan ReliabilitasAngket Uji CobaFasilitas Belajar... 255
16. Kisi-kisiAngketKompetensi Pedagogik (Penelitian) ................................ 257
17. Kisi-kisiAngketFasilitasBelajar (Penelitian)............................................. 259
xvii
Lampiran Halaman
18. AngketPenelitianKompetensi Pedagogik.................................................. 260
19. AngketPenelitianFasilitasBelajar .............................................................. 264
20. AngketPenelitianKompetensi Pedagogik Tertinggi .................................. 269
21. AngketPenelitianKompetensi Pedagogik Terendah .................................. 271
22. AngketPenelitianFasilitas Belajar Tertinggi.............................................. 273
23. AngketPenelitianFasilitasBelajar Terendah .............................................. 275
24. TabelPembantuAnalisisSkor AngketPenelitianKompetensi Pedagogik..
................................................................. .................................................. 277
25. TabelPembantuAnalisisSkor AngketPenelitian Fasilitas Belajar ............. 283
26. RekapitulasiSkor (Y), (X1), dan (X2) ........................................................ 289
27. TabelKriteriaPenilaian Hasil BelajarSeni Rupa........................................ 293
28. Tabel Nilai IndeksVariabelKompetensi Pedagogik.................................. 294
29. Tabel Nilai IndeksVariabelFasilitas Belajar ............................................. 296
30. Hasil Uji Normalitas Data......................................................................... 297
31. Hasil Uji Linieritas Data ........................................................................... 298
32. Hasil Uji Multikolinearitas Data ............................................................... 299
33. Hasil Uji Heteroskedastisitas Data............................................................ 300
34. Hasil AnalisisKorelasiSederhana.............................................................. 301
35. Hasil AnalisisRegresiSederhana ............................................................... 302
36. Hasil AnalisisRegresi Ganda .................................................................... 303
37. Surat RekomendasiPermohonanIzinPenelitian (Fakultas)........................ 304
38. Surat RekomendasiPermohonanIzinPenelitian (KESBANGPOL)........... 305
xviii
39. Surat RekomendasiPermohonanIzinPenelitian (BAPPEDA) .................. . 306
40. Surat Rekomendasi Permohonan Izin Penelitian UPTD........................... 307
41. Surat-suratBuktiPenelitian (SD Se-GugusKartini).................................... 308
42. Referensi dan Sitasi ................................................................................... 314
43. Dokumentasi.............................................................................................. 323
xix
HalamanGambar
DAFTAR GAMBAR
2.1 Bagan KerangkaBerpikirPenelitian ........................................................ 89
3.1 Skema Desain Penelitian......................................................................... 93
4.1 Diagram Rekapitulasi Persentase nilai PAS Seni Rupa.......................... 135
4.2 Diagram Rekapitulasi persentase indeks variabel kompetensi
pedagogik................................................................................................ 142
4.3 Diagram Rekapitulasi persentase indeks variabel fasilitas belajar ......... 145
4.4 Diagram Rekapitulasi hasil uji hipotesis................................................. 166
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan menjelaskan hal-hal yang mendasari penelitian. Bab
pendahuluan yang merupakan bab pertama dalam skripsi dapat mengantarkan
pembaca untuk mengetahui apa yang diteliti, mengapa dan untuk apa penelitian
dilakukan. Hal ini diharapkan dapat mempermudah pembaca untuk memahami
inti dari pelaksanaan penelitian ini. Bab ini membahas mengenai: (1) latar
belakang masalah; (2) identifikasi masalah; (3) pembatasan masalah; (4) rumusan
masalah; (5) tujuan penelitian; dan (6) manfaat penelitian. Bab pendahuluan
dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan jamanyang semakin maju menuntutketersediaan
sumberdayamanusiamemiliki yangkualitas tinggi.Kualitas sumber daya manusia
yang berkualitas akan meningkatkan kemajuan suatu bangsa. Wadah dalam
mengusahakan peningkatan kualitas sumberdayamanusiaadalah melalui
pendidikan. Pendidikanmembentuk pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
pengalamanpribadi setiap individu.Pendidikan menjadi suatu hal dasar yang harus
dimiliki oleh manusia dalam menjalankan kehidupannya. Hal ini dikatakan
bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki oleh
setiap manusia dalam mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
2
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk menggali
potensi sumber daya manusia. Munib (2015:36) menjelaskan pendidikan adalah
upaya yang dilakukan secara sengaja dan berlangsung sistematis untuk menggali
potensi, sifat, dan tabiat anak sesuai dengan cita-cita pendidikan. Sadulloh
(2018:14) kemudian menyatakan pendidikan berfungsi meningkatkan kualitas
peran kehidupan manusia dari perannya sebagai individu, kelompok bahkan
sebagai masyarakat yang utuh. Pendidikan memberi bekal bagi manusia melalui
pengalaman yang bermakna bagi dirinya, masyarakat maupun bangsa.
Pendidikan merupakan usaha pemerintah meningkatkan kualitas kehidupan
bangsa. Amri (2013:5) menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses demi
proses seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan hal lain yang memiliki
nilai dan kegunaan dimasyarakat. Proses pengembangan kemampuan itu
merupakan usaha meningkatkan kualitas kehidupan. Berdasarkan hal tersebut
pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan pembangunan
bangsa.
Setiap manusia memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk memeroleh
pendidikan yang layak. Hak mendapatkan pendidikan yang layak dijamin
pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1
bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Hal ini membuktikan
pendidikan merupakan hak dasar setiap warga negara Indonesia. Pelaksanaan
pendidikan yang berkualitas dijamin oleh pemerintah. Pelaksanaan pendidikan
tersebut untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang siap menghadapi era
globalisasi melalui pencapaian tujuan pendidikan.
3
Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai melalui sebuah proses belajar.
Indonesia menetapkan tujuan pendidikan nasional sebagai patokan dalam
melaksanakan pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkanpotensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri, dan mejadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab.
Proses belajar dilaksanakan melalui berbagai jalur pendidikan. Menurut
Sutomo (2015:138-9), terdapat dua jalur pendidikan yaitu jalur pendidikan formal
(pendidikan sekolah) dan jalur pendidikan nonformal (pendidikan luar sekolah).
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan
sekolah dengan berbagai jenjang tertentu.Pendidikan nonformal merupakan
pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan masyarakat dan keluarga.
Pendidikan formal terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Salah satu jenjang pendidikan dasar adalah sekolah dasar. Pendidikan di
sekolah dasar bertujuan memberikan bekal dasar pengetahuan untuk melanjutkan
jenjang pendidikan selanjutnya. Penyelenggaraan pendidikan dasar tidak terlepas
dari suatu kurikulum. Kurikulum diperlukan sebagai landasan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan dasar. Menurut Arifin (2017:4), kurikulum secara
modern merupakan segala kegiatan dan pengalaman potensial yang berasal dari isi
atau materi yang disusun secara ilmiah untuk dilaksanakan pada proses kegiatan
pembelajaran baik formal dan nonformal untuk mencapai tujuan pendidikan.
4
Isi dalam suatu kurikulum yaitu berupa keseluruhan mata pelajaran dan
materi yang disajikan secara sistematis melalui sekolah kepada siswa. Hal tersebut
tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab
X pasal 37 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa
“kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: Pendidikan agama;
pendidikan kewarganegaraan; bahasa indonesia; ilmu pengetahuan sosial; ilmu
pengetahuan alam; seni dan budaya; pendidikan jasmani dan olahraga;
Keterampilan/kejuruan; dan muatan lokal”. Salah satu mata pelajaran yang wajib
diajarkan di SD adalah mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)
untuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Seni Budaya dan
Prakarya (SBdP) untuk Kurikulum 2013.
Pembelajaran seni yang dimuat dalam pembelajaran SBK dan SBdP
muatannya sama yakni mencakup seni rupa, seni musik, seni tari, dan
keterampilan. Muatan pelajaran SBdP dan mata pelajaran SBK tidak dibahas
secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Hal tersebut karena pendidikan
SBK merupakan pendidikan yang berbasis budaya. Susanto (2016:262)
menyatakan pendidikan SBK sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah sangat
penting bagi kehidupan siswa. Pendidikan SBK bersifat multilingual,
multikultural, dan multidimensional.
Multilingual bersifat mengembangkan kemampuan siswa dalam
mengekspresikan diri dengan berbagai cara melalui banyak bahasa.
Multidimensional bersifat mengembangkan kemampuan dasar siswa yang
mencakup segala aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan
menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri melalui pemaduan unsur logika,
5
etika dan estetika misalnya pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, persepsi,
apresiasi, dan produktivitas. Multikultural bersifat menumbuhkan kesadaran dan
kemampuan siswa dalam mengapresiasi suatu keragaman budaya baik lokal dan
mancanegara sebagai sikap menghargai, demokratis, dan hidup rukun dalam
masyarakat yang berbudaya majemuk.
Salah satu unsur pendidikan SBK di sekolah dasar adalah seni rupa.
Soedarso (2006:96) menyatakan seni rupa adalah cabang seni yang membentuk
karya seni dengan media visual yang dapat dilihat oleh indera penglihatan dan
dirasakan dengan rabaan. Siswa sekolah dasar memiliki kebutuhan media
berekspresi yang cukup sehingga melalui seni rupa, siswa akan memiliki media
berekspresi dan keterampilan. Maria, dkk (2016:10) menyatakan seni rupa
merupakan cabang seni yang yang mengekspresikan ide atau konsep menjadi
bentuk yang tervisualisasi sehingga dapat ditangkap indra penglihatan. Hal ini
dapat disimpulkan seni rupa merupakan media ekspresi visualisasi gagasan yang
dapat ditangkap indera penglihatan dan perabaan.
Media ekspresi seni rupa memiliki unsur atau elemen. Menurut Pamadhi
dan Sukardi (2014:1.11), seni rupa memiliki unsur rupa dan rasa. Unsur rupa
meliputi garis, warna, bentuk dan ruang. Aspek rasa meliputi cerita, tema, dan
fantasi. Hal ini memberikan siswa sekolah dasar pengalaman berekspresi dengan
dunia fantasinya. Jenis seni rupa menurut Maria, dkk (2016:22), terdiri dari seni
rupa klasik, tradisional, modern, dan kontemporer. Berdasarkan uraian tersebut
proses belajar seni rupa dipusatkan pada penggunaan elemen-elemen seni rupa
secara visual dan sentuhan.
6
Retnowati dan Prihadi (2010:39) menyatakan proses belajar seni rupa pada
satuan pendidikan dasar dan menengah harus terjadi secara fleksibel,
menyenangkan, interaktif, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, dan
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengeksplorasi dirinya sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan siswa. Tarjo (2004:83) menyatakan bahwa
kegiatan pembelajaran seni rupa harus menimbulkan pengalaman bagi siswa
dengan terencana dan jelas. Pembelajaran seni rupa memberikan pengalaman
langsung bagi siswa yang dapat menggali kemampuan siswa.
Proses belajar terjadi pada siswa apabila terjadi interaksi antara rangsangan
dan memori, sehingga menghasilkan perubahan dari waktu sebelum dan sesudah
adanya rangsangan tersebut. Perubahan yang dimaksud menurut Purwanto
(2016:44) adalah kegiatan belajar dapat menciptakan perubahan perilaku dari
berbagai aspek, seperti: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan tersebut
menjadi hasil dari proses belajar, sehinggahasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil
belajar tergantung kepada tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Perlu diadakan
evaluasi untuk mengetahui tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai.
Purwanto (2016:47) menjelaskan bahwa evaluasi adalah sesuatu yang
digunakan untuk meninjau kembali ketercapaian tujuan yang ditetapkan dan
keefektifan proses kegiatan pembelajaran dalam mendapatkan hasil belajar.
Evaluasi pengajaran pada pendidikan formal berorientasi terhadap hasil belajar
siswa sehingga hasil evaluasi akan menentukan tindakan pasca pengajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V SD di Gugus Kartini didapat
7
informasi bahwa hasil belajar seni rupa siswa dari nilai Penilaian Akhir Semester
(PAS) semester ganjil tahun ajaran 2018/2019 masih terdapat 36,02% nilai siswa
yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan hal
tersebut, berarti terdapat banyak siswa yang hanya mendapat nilai ketuntasan
minimal. Hasil tersebut tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah guru. Wrightman
(1997) dalam Usman (2017:4) menyatakan bahwa guru memiliki peran dalam
terciptanya situasi yang saling berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah
laku dan perkembangan kemampuan siswa. Hidayat (2016:28) menjelaskan
seorang guru merupakan orang yang dapat menjalankan tugas sesuai dengan
profesinya dengan menghasilkan kualitas siswa dan pembelajaran yang baik,
sehingga dapat mencapai kriteria hasil minimal dalam waktu yang relatif cepat.
Berdasarkan hal tersebut, guru berperan dalam menciptakan kondisi pembelajaran
yang baik, sehingga terjadi perubahan tingkah laku, perubahan karakter dan
perkembangan siswa menjadi lebih baik dengan indikator ketercapaian hasil
belajar yang baik.
Guru merupakan komponen yang berperan penting memajukan kehidupan
bangsa. Guru harus mampu membawa siswanya kepada tujuan yang hendak
dicapai. Oleh sebab itu, untuk menciptakan pendidikan yang bermutu harus
dibarengi dengan guru yang bermutu pula. Guru memiliki kewajiban untuk dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional. Hal tersebut berdampak pada guru wajib memiliki syarat tertentu salah
satunya adalah memiliki kompetensi.
8
Usman (2017:14) menjelaskan bahwa kompetensi merupakan contoh
gambaran nyata yang berkualitas dari perilaku guru. Hal ini berarti seorang guru
harus dapat memberikan kinerja yang berkualitas sebagi seorang guru. Undang-
undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Kompetensi guru yang dimaksud yaitu meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Penguasaan empat kompetensi tersebut
mutlak harus dimiliki setiap guru untuk menjadi tenaga pendidik yang
profesional. Kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan saling terintegrasi
serta saling melengkapi satu sama lain. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi
dalam kinerja guru saat melaksanakan profesinya. Salah satu kompetensi penentu
keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari empat
kompetensi utama yang harus dimiliki seorang guru. Menurut Rifa’i dan Anni
(2015:7), kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik
sangat dibutuhkan guru untuk memahami kemampuan atau karakteristik dasar
yang dimiliki siswa.
9
Peran guru dalam pembelajaran seni rupa penting, karena guru berwenangan
memilih dan menentukan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran seni
rupa. Pemilihan dan penentuan metode pembelajaran perlu didukung dengan
pengetahuan dan kemampuan pedagogik serta pengetahuan, pemahaman, dan
penguasaan dalam bidang seni rupa. Guru perlu merencanakan, memilih, serta
mempersiapkan pembelajaran dengan baik agar kegiatan pembelajaran menjadi
bermakna, bermanfaat, dan menarik bagi siswa.
Berdasarkan fakta dari subjek penelitian, peneliti telah melakukan
wawancara dengan guru kelas V dan kepala sekolah di SDN se-Gugus Kartini
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Hasil wawancara menyebutkan bahwa
dalam pelaksanaan pembelajaran seni rupa guru lebih sering melakukan kegiatan
menggambar sekedar memberikan contoh gambar secara bebas tanpa
menggunakan metode, model dan strategi pembelajaran seni rupa yang khusus.
Pembelajaran seni rupa hanya dipandang sebagai mata pelajaran tambahan saja.
Guru hanya menggunakan seni rupa pada saat mata pelajaran SBK dan SBdP.
Guru dalam memberikan pemahaman dan pendalaman materi pelajaran
yang mencakup teknik dalam seni rupa dan pengetahuan tentang seni rupa masih
kurang. Hal tersebut diketahui dari mayoritas guru yang mengakui memiliki
kekurangan dalam membelajarkan pembelajaran seni rupa. Misalnya ketika
pembelajaran seni rupa, guru kurang mampu mengajarkan teknik yang bervariasi
dalam menggambar sehingga siswa hanya mampu mencontoh gambar yang
diberikan oleh guru tanpa ada usaha untuk menggambar dengan garis atau elemen
lain dengan komposisi warna yang sesuai.
10
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik guru dalam mata pembelajaran seni rupa tergolong kurang. Padahal
semakin rendah motivasi belajar maka semakin rendah juga hasil belajarnya.
Djamarah (2012:31) menjelaskan bahwa kompetensi guru meningkatkan motivasi
rajin belajar dan minat belajar, sehingga berpengaruh pada keberhasilan belajar
siswa. Fasilitas belajar juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar pada suatu proses kegiatan pembelajaran.
Bafadal (2014:8) mengatakan bahwa secara langsung maupun tidak
langsung fasilitas belajar adalah sesuatu yang memudahkan siswa dalam
menerima materi pembelajaran dengan baik. Soedarso (2006:154) berpendapat
bahwa faktor yang dapat menciptakan situasi untuk berkarya seni salah satunya
adalah fasilitas yang dapat memudahkan berkarya seni mencakup perangkat keras
atau lunak. Hal ini menunjukkan kepemilikan fasilitas yang memadai bagi siswa
dalam proses kegiatan pembelajaran dapat memperlancar dan memudahkan siswa
serta dapat memberikan pemahaman yang lebih kepada siswa, termasuk dalam
penyediaan fasilitas pada setiap mata pelajaran khususnya mata pelajaran SBK
dan SBdP.
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab IV pasal 8tentang hak dan kewajiban warga negara, orang tua, masyarakat,
dan pemerintah menyatakan “Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan
sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.” Sumber daya dalam uraian
tersebut berimplikasi salah satunya pada pemberian fasilitas belajar pada peserta
didik oleh orang tua. Fasilitas belajar tidak hanya menjadi tangggungan orang tua
11
dan masyarakat, Bab XII pasal 1 tentang Sarana dan Prasarana Pendidikan
menyatakan “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana
dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaan peserta didik.” Keberadaan fasilitas belajar yang lengkap dan memadai
serta digunakan secara optimal berdampak pada motivasi belajar siswa untuk
lebih giat belajar, sehingga tercapai tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan
uraian tersebut keberadaan fasilitas menyebabkan ketercapaian hasil belajar yang
maksimal.
Berdasarkan fakta dari subjek penelitian, peneliti telah melakukan
wawancara dengan guru kelas V dan kepala sekolah di SDN se-Gugus Kartini
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Hasil wawancara menyebutkan bahwa
sebagian besar guru belum memanfaatkan alat pembelajaran yang ada dengan
optimal. Begitu juga dengan fasilitas belajar yang kurang memadai, berupa
kurangnya pemberian kelengkapan alat pembelajaran seni rupa baik oleh orang
tua maupun sekolah misalnya alat tulis, pewarna, spidol, dan buku gambar.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan Nurkhalimah dan Ismiyati (2015)
Universitas Negeri Semarangdengan judul “Pengaruh Metode Mengajar dan
Fasilitas Belajar Terhadap Aktivitas Belajar Peserta Didik pada Mata Diklat
Kearsipan Kelas X Administrasi Perkantoran SMK Negeri 9 Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015” Kesimpulan penelitian ini adalah metode mengajar dan
fasilitas berpengaruh terhadap aktivitas belajar secara parsial dan simultan.
12
Penelitian lain yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Riandhana
(2016)Universitas Tadulako dengan judul “Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan
Kompetensi Profesional Guru terhadap Pembelajaran IPS di SMP Negeri Kota
Palu”. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan sebesar
43,8% dan 38,6% antara kompetensi pedagogik dan profesional guru terhadap
pembelajaran IPS di SMP Negeri se-kota Palu.
Penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya membuktikan
bahwa penelitian mengenai kompetensi pedagogik guru dapat berdampak positif
terhadap perbaikan kompetensi guru. Berdasarkan hal tersebut dan datayang
diperoleh peneliti dari fakta di lapangan, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Fasilitas Belajar
terhadap Hasil Belajar Seni Rupa Kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasar pada latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran seni rupa masih kurang.
2. Kemampuan guru memanfaatkan alat pembelajaran seni rupa masih kurang.
3. Fasilitas belajar siswa berupa pemenuhan alat belajar seni rupa belum
terpenuhi oleh orang tua maupun sekolah.
4. Hasil belajar seni rupa siswa kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal masih rendah.
13
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar peneliti lebih fokus pada masalah yang
akan diteliti. Peneliti membatasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Kemampuan pedagogis guru dibatasi pada perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil belajar seni rupa guru kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
2. Fasilitas belajar seni rupa dibatasi pada kelengkapan alat belajar yang diberikan
oleh orang tua dan sekolah siswa kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
3. Hasil belajar pada penelitian ini dibatasi pada hasil PAS siswa kelas V SDN se-
Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan di carikan jawabannya
melalui pengumpulan data. Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan
pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik terhadap hasil belajar seni rupa
kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal?
2. Bagaimana pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar seni rupa kelas V
SDN se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal?
3. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik dan fasilitas belajar terhadap hasil
belajar seni rupa kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal?
14
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yang meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus. Berdasarkan latar belakang, identifikasi, pembatasan, dan rumusan
masalah tersebut, tujuan umum dan khusus dalam penelitian ini, yaitu:
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh kompetensi pedagogik dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar seni
rupa siswa kelas V SDN Se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten
Tegal.
1.5.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk:
1. Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kompetensi pedagogik terhadap
hasil belajar seni rupa kelas V SDN Se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal.
2. Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil
belajar seni rupa kelas V SDN Se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal.
3. Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kompetensi pedagogik dan
fasilitas belajar terhadap hasil belajar seni rupa kelas V SDN Se-Gugus Kartini
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
15
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritis dan praktis dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis merupakan manfaat yang berisi teori. Manfaat teoritis
penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang pengaruh kompetensi pedagogik dan fasilitas
belajar terhadap hasil belajar seni rupa kelas V SDN Se-Gugus Kartini
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
2. Menjadi sumber bacaan dan menambah refrensi bahan kajian penelitian yang
relevan selanjutnya, khususnya di bidang pendidikan dan seni rupa di Sekolah
Dasar.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis merupakan manfaat dalam bentuk praktik yang secara
langsung dapat dilaksanakan sekolah. Manfaat praktis yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan,
dan keterampilan siswa untuk menggunakan fasilitas belajar dalam bidang seni
rupa. Siswa diharapkan pula dapat memanfaatkan fasilitas belajar yang disediakan
sekolah maupun orang tua dengan baik.
16
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru untuk mengembangkan
kompetensi pedagogik guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi seni
rupa dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Melalui
pengenmbangan kompetensi pendagogik ini akan menjadikan pembelajaran seni
rupa akan lebih bermakna bagi siswa.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan membantu
sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan fasilitas
belajar siswa dalam bidang seni rupa.
4. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan membantu orang
tua dalam rangka memberikan fasilitas belajar yang mendukung bagi siswa.
5. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagi bahan
referensi dalam penelitian bidang seni rupa.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bagian kajian pustaka merupakan bagian dari skripsi yang mencakup kajian teori,
kajian empiris, kerangka berpikir, dan hipotesis. Bagian kajian teori menguraikan
teori-teori berhubungan dengan variabel penelitian. Kajian empiris mencakup
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain sebagai referensi pembuatan
skripsi. Kerangka berpikir menjelaskan kerangka yang akan diteliti, sedangkan
bagian hipotesis penelitian berupa jawaban sementara atas rumusan masalah.
2.1 Kajian Teori
Kajian teori merupakan bagian yang mengkaji teori yang diuraikan
mengenai konsep dasar seni rupa di sekolah dasar, konsep dasar hasil belajar,
konsep dasar kompetensi pedagogik, konsep dasar fasilitas belajar, dan hubungan
antar variabel. Uraian selengkapnya sebagai berikut.
2.2.1 Konsep Dasar Seni Rupa di Sekolah Dasar
Bagian konsep dasar seni rupa di sekolah dasar membahas mengenai teori
yang berhubungan dengan konsep dasar mata pelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) dan Seni Budaya dan Prakarya (SBdP), konsep dasar
pendidikan seni rupa, dan fungsi pendidikan seni rupa. Penjelasan mengenai
bagian teori-teori dalam penelitian ini dijelaskan secara lengkap pada uraian
berikut.
18
2.2.1.1 Konsep Dasar Mata Pelajaran SBK dan SBdP
Seni merupakan unsur penting yang ada dalam diri manusia sebagai
makhluk yang senantiasa mencari kesenangan. Menurut Soedarso (2006:55), seni
merupakan media ekspresif yang mengekspresikan emosi mengenai suatu
keindahan. Ketercapaian unsur keindahan membutuhkan suatu kreativitas. Sejalan
dengan hal tersebut, Tarjo (2004:29) menyatakan bahwa seni adalah ungkapan
perasaan dan pikiran yang diekspresikan melalui bunyi, rupa, dan gerak.
Berdasarkan pendapat tersebut seni merupakan sarana untuk mengekspresikan diri
dapat melalui berbagai medium seperti bunyi, rupa, dan gerak.
Melalui seni orang mudah dalam mengekspresikan apa yang dia rasa.
Menurut Pamadhi dan Sukardi (2014:1.4), seni adalah ekspresi jiwa manusia yang
tertuang dalam berbagai bentuk karya seni. Pengekspresian jiwa ini berbeda pada
tiap individu sesuai dengan kemampuannya. Sudjoko (2001:68) menjelaskan
bahwa seni merupakan kemampuan dalam membuat sesuatu yang berhubungan
dengan upaya mencapai suatu tujuan yang ditentukan oleh gagasan dan cita rasa
estetik. Implementasi seni dalam kehidupan manusia diwujudkan dalam bentuk
karya seni. Bentuk karya seni tersebut menuntut kemampuan manusia berkreasi.
Karya seni tercipta dari kegiatan kesenian. Pamadhi dan Sukardi (2014:1.5)
menyatakan karya seni merupakan hasil dari suatu kegiatan seni yang dihasilkan
dari pengungkapan gagasan dalam berbagai bentuk seni yang memiliki nilai
estetik dan terkesan kreatif. Bentuk kegiatan seni ada berbagai macam. Soedarso
(2006:97) mengklasifikasikan tiga bentuk seni yang terdiri dari seni rupa, seni
suara, seni pertunjukkan yang didalamnya ada seni tari, dan seni sastra.
19
Seni mengandung nilai-nilai luhur yang dapat diaplikasikan di dalam
kehidupan sehari-hari. Ciri khas perwujudan seni dalam kehidupan sehari-hari
yaitu seni tari dengan ekspresi dan gerak, seni musik dengan olah bunyi dan suara
manusia, seni pertunjukkan atau teater dengan ungkapan ekspresi gerak dan vokal,
seni rupa dengan berbagai media visual. Masing-masing jenis seni memiliki ciri
khas tersendiri untuk dimanfaatkan dalam kehidupan.
Seni adalah sesuatu yang dapat diciptakan dengan mencakup hal-hal
tertentu. Menurut Pamadhi, dkk (2012:28) substansi seni ada tiga bagian yaitu: (1)
ekspresi, bidang latihnya meliputi menggambar, melukis, dan lain-lain. Pelatihan
bertujuan agar siswa berani mengutarakan ide, imajinasi, gagasan, serta keluh
kesahnya dengan sebenarnya, jujur, konsisten, dan terbuka; (2) kreasi, berarti
penciptaan membuat rancangan sesuatu, mendayagunakan limbah menjadi benda
layak dipakai. Pelatihan bertujuan agar siswa dapat menumbuhkan ide-ide baru
yang dapat dipertanggungjawabkan dan mengelola hal tersebut dalam kebutuhan
sehari-hari maupun sebagai pelatihan industri kreatif; (3) keterampilan,
menitikberatkan kemampuan teknis dalam menghasilkan karya yang bersifat
mampu berlipat ganda dengan tepat serta dapat dan mampu dicontoh orang lain,
misalnya: menganyam. Pelatihan bertujuan untuk memberikan kemampuan pada
siswa mengenai kemampuan teknis dalam menciptakan kerajinan.
Berdasarkan hal tersebut seni harus mencakup tentang ekspresi, kreasi, dan
keterampilan. Pelatihan tentang seni tersebut diwujudkan dalam pendidikan seni.
Pendidikan seni di sekolah dasar diatur di dalam suatu kurikulum yang mencakup
mata pelajaran. Pendidikan seni di muatan kurikulum tingkat satuan dasar dan
20
menengah termasuk mata pelajaran wajib. Hal ini tertuang pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab X pasal 37 Ayat 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat: pendidikan agama; pendidikan kewarganegaraan; bahasa; Matematika;
ilmu pengetahuan alam; ilmu pengetahuan sosial; seni dan budaya; pendidikan
jasmani dan olahraga; keterampilan/kejuruan; dan muatan lokal”.
Kurikulum seni dan budaya di Indonesia disebut SBK dan SBdP. Kedua
muatan sama, namus berbeda istilah. Susanto (2016:263-4) mengklasifikasikan
mata pelajaran SBK meliputi berbagai aspek, antara lain: (1) seni rupa, meliputi
kognitif, keterampilan, dan nilai dalam menghasilkan karya seni berupa gambar,
ukiran, dan lainnya; (2) seni musik, meliputi kemampuan untuk mampu olah
vokal, bermain alat musik, dan apresiasi; (3) seni tari, meliputi keterampilan dan
apresiasi gerak berdasarkan olah raga, rasa, dan suara dengan/tanpa bunyi; (4) seni
drama, meliputi keterampilan mementaskan suatu karya memadukan musik, tari,
dan peran; (5) keterampilan, meliputi semua kecakapan hidup mencakup
keterampilan personal, sosial, vokasional, dan akademik. Aspek tersebut disajikan
dalam setiap pembelajaran seni baik terpisah maupun terintegrasi.
Pembelajaran SBK memiliki peranan yang penting diantaranya untuk
menanamkan nilai-nilai sikap dan mengembangkan kemampuan dalam berkreasi
serta mengapresiasi suatu hal. Retnowati dan Prihadi (2010:7) menyatakan bahwa
pembelajaran seni menjadikan siswa memiliki kemampuan berpikir imajinatif,
kritis, dan kreatif. Pembelajaran SBK menuntut anak untuk mengoptimalkan
kemampuan anak dalam berimajinasi dan berkreasi.
21
Pendidikan seni bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak.
Menurut Tarjo (2004:117), pendidikan seni berperan untuk mengembangkan
kepekaan rasa, potensi, dan kreativitas baik dalam berkesenian maupun lingkup
materi seni dalam pembelajaran. Pendapat itu dipertegas menurut Sobandi
(2007:45-6), pendidikan SBK bertujuan mengembangkan kemampuan dan
apresiasi siswa terhadap seni budaya dan keterampilan. Pendidikan SBK
merupakan upaya pewarisan, pengembangan, dan pelestarian berbagai kesenian
yang ada di sekitar siswa. Oleh karena itu, SBK berperan penting menanamkan
pendidikan nilai, seni, dan keterampilan secara berkesinambungan, sehingga seni
dan keterampilan yang ada dikuasai siswa dengan baik dan diaplikasikan di
lingkungan sekitarnya.
Dewasa ini Indonesia mengalami pergantian Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Setiap kurikulum memiliki istilah
tersendiri untuk pendidikan seni. Mata pelajaran SBK untuk KTSP dan SBdP
untuk Kurikulum 2013. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
bahwa perubahan mata pelajaran kesenian menjadi seni budaya dan prakarya
(SBdP) pada dasarnya mata pelajaran seni budaya berbasis budaya. Berdasarkan
uraian tersebut muatan SBdP masih menggunakan muatan yang sama dengan
mata pelajaran SBK. Fungsi dan tujuan pendidikan seni baik SBK maupun SBdP
sama yaitu mengembangkan segenap potensi siswa, sedangkan perbedaan SBK
dan SBdP terletak pada cara pelaksanaan. Pelaksanaan mata pelajaran SBK dan
mata pelajaran lain terselenggara terpisah, sedangkan SBdP terintegrasi.
22
Berdasarkan uraian pengertian, tujuan, dan fungsi pembelajaran seni baik
dalam Kurikulum 2013 maupun KTSP adalah melaksanakan pembelajaran yang
berpusat pada anak melalui pengungkapan ekspresi, kepekaan rasa, dan eksplorasi
kemampuan anak melalui berbagai inovasi sehingga anak menjadi kreatif dan
berkembang potensi dalam dirinya. Hal tersebut berarti mata pelajaran SBK dan
SBdP memiliki peran penting dalam pengembangan diri siswa
2.2.1.2 Konsep Dasar Pendidikan Seni Rupa
Pendidikan seni bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berkarya
serta membina potensi anak. Retnowati dan Prihadi (2010:16) menyatakan
pendidikan seni merupakan pendidikan dasar yang harus disadari agar siswa
mencintai budayanya dan dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya sebagai
bekal menjalani kehidupan. Pendidikan seni bukan saja mencakup pengembangan
kemampuan siswa dalam keterampilan namun pengembangan berpikir siswa.
Menurut Pamadhi dan Sukardi (2014:1.3), seni rupa berisikan tentang
gagasan karya visual yang bisa dilihat atau pun disentuh. Kegiatan membuat karya
visual identik dengan ekspresi emosi manusia, sehingga kegiatan membuat karya
seni rupa tidak hanya untuk kalangan orang dewasa namun juga pada anak-anak.
Menurut Sobandi (2007:47), konsep dasar seni mencakup tiga hal yaitu
keindahan, hiburan, dan media komunikasi sehingga konsep dasar pendidikan seni
menekankan pada pemberian pengalaman nyata mengenai hal tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut pendidikan seni rupa merupakan pemberian
pengalaman yang nyata melalui pengungakan ekspresi dan emosi manusia yang
tertuang dalam keindahan, hiburan, dan media komunikasi.
23
Pendidikan seni rupa pada anak berbeda dengan pendidikan seni rupa pada
manusia dewasa. Pamadhi dan Sukardi (2014:1.4-10), pada konsep seni rupa
anak, seni rupa menitikberatkan penciptaan suatu bentuk baru melalui kegiatan
yang biasa dialami anak. Hal ini terjadi karena rasa ingin tahu anak yang tinggi
sehingga seni tercipta melalui kegiatan bermain, kegiatan berkomunikasi, dan
kegiatan berekspresi. Kegiatan bermain dapat menghasilkan karya seni khususnya
seni rupa. Contohnya bentuk-bentuk hewan dari sorot lampu, cap tangan, dan
sebagainya. Kegiatan berkomunikasi menempatkan karya seni rupa untuk
mengutarakan apa yang dirasa. Kegiatan berekspresi menempatkan karya seni
rupa untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan.
Pendidikan seni rupa pada dasarnya mendorong siswa untuk meningkatkan
kreativitas dalam menciptakan sebuah karya, serta menanamkan sikap
mengapresiasi hasil karya seni sendiri atau orang lain. Melalui pembelajaran seni
siswa terlibat aktif dalam mendapatkan pengalaman untuk mengembangkan apa
yang siswa pikirkan secara kritis dengan mempertimbangan estetika. Para siswa
mendapatkan kepuasan dan kenikmatan dari berkarya dan memamerkan hasil
karyanya.
Setiap orang memiliki karakter yang berbeda sehingga kemampuan dan
daya berpikir maupun cara berekspresi pun berbeda. Menurut Fathurrahman
(2017) Universitas Negeri Semarang, karya seni adalah sebuah ungkapan multi-
interpretable alias tidak tunggal makna, dimana setiap orang dapat menangkap
kesan yang berbeda dari orang lain terhadap karya seni yang sama. Persepsi yang
berbeda menghasilkan pemaknaan karya seni yang berbeda pula.
24
Perbedaan kemampuan dan pengalaman setiap individu atau apresiator
memiliki penilaian atau persepsi yang berbeda memengaruhi cara mengapresiasi
setiap individu. Sobandi (2007:49) mengatakan bahwa suatu karya seni khususnya
seni rupa harus memuat gambaran kejelasan kepada apresiator sehingga dapat
tersampaikan apa gagasan sang pembuat karya. Jadi dalam kegiatan
mengapresiasi seni, pembuat karya harus memberikan gambaran yang jelas
sehingaapresiator dapat menangkap dengan baik maksud dan tujuan sang pembuat
karya.
Seni dalam arti kegiatan seni memberi kebebasan pada orang untuk
mengekpresikan apa yang dirasa seorang individu. Menurut Tarjo (2004:35),
pendidikan seni rupa memiliki peran sebagai media dalam mengungkapkan
ekspresi dan emosi individu. Sependapat dengan hal tersebut, Aprillia (2014)
Universitas Negeri Semarang menyatakan pendidikan seni rupa bagi anak
memberikan kesempatan untuk ekspresi, imajinasi, dan kreasi, serta memenuhi
kebutuhan yang bersifat budaya. Kebebasan berekspresi dan berkreasi
menghasilkan karya-karya baru dalam dunia pendidikan seni rupa.
Berdasarkan uraian mengenai pendidikan seni rupa, pendidikan seni rupa
merupakan upaya mengembangkan kemampuan dan potensi siswa mengenai
kreativitas, keindahan, rasa, dan menumbuhkan sikap menghargai karya seni.
Pendidikan seni rupa juga dapat digunakan sebagai sarana bermain,
berkomunikasi dan berekspresi. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan
seni rupa sangat penting bagi anak khususnya siswa sebagai sarana aktualisasi
diri.
25
2.2.1.3 Fungsi Pendidikan Seni Rupa
Pendidikan seni rupa dalam kehidupan memiliki banyak fungsi.
Budiwirman (2011:20-9) menyatakan pendidikan seni rupa memiliki dua fungsi
yakni fungsi individual dan sosial. Fungsi Individual meliputi pemenuhan
kebutuhan fisik dan emosional. Seni rupa berfungsi sebagai pemenuhan
kebutuhan fisik karena penciptaan seni berkaitan dengan pemenuhan kebutahan
estetis secara fisiknya, seperti gelas, cangkir, yang berfungsi secara fisik dalam
kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan emosional, seni rupa menghasilkan
karya seni yang berfungsi sebagai pemenuhan perasaan, emosi, dan ekspresi
seseorang. Hal ini timbul melalui hubungan antara seni rupa yang tidak bisa
dilepaskan dari unsur artistik dan estestik. Contohnya hasil lukisan seseorang
menggambarkan perasaan yang sedang dialaminya.
Fungsi sosial dalam pendidikan seni rupa meliputi dua hal, yaitu fungsi
rekreasi dan fungsi komunikasi. Manusia dalam menjalani kehidupannya sering
merasa bosan. Pendidikan seni rupa memiliki fungsi rekreasi membantu manusia
dalam menyegarkan kembali jiwanya. Fungsi rekreasi misalnya pada saat melukis
atau menggambar seorang individu menikmati proses pencampuran warna atau
dapat pula saat melihat lukisan di suatu galeri lukisan seseorang itu merasa senang
dan menikmati karya tersebut. Pendidikan seni rupa juga memiliki fungsi
komunikasi, dalam hal ini pendidikan seni rupa berfungsi melatih siswa
menumbuhkan keterampilan, kreativitas, emosional, dan sesnsibilitas. Pendidikan
seni rupa mencakup rasa senang, rasa sedih, rasa haru, dan lain sebagainya
sehingga seni juga dapat memenuhi fungsi spiritual seperti upacara keagamaan.
26
Pengembangan kemampuan dalam pembelajaran seni rupa memiliki fungsi
tertentu. Tarjo (2004:42) menjelaskan pembelajaran seni rupa di sekolah dasar
memiliki fungsi sebagai pendidikan kreativitas, emosional dan penyadaran akan
budaya nasional di Indonesia. Pendidikan seni rupa sebagai pendidikan kreativitas
berarti bahwa dengan adanya pendidikan seni khususnya seni rupa sejak anak-
anak memberi wadah bagi daya imajinasi, angan-angan, dan gagasan anak
tersalurkan sebagaimana mestinya. Penyaluran yang tepat didukung dengan
sarana dan prasarana memadai melalui kegiatan kreatif menjadi pengembangan
kreativitas.
Pendidikan seni rupa sebagai pendidikan emosi berarti bahwa pendidikan
seni rupa memberi kesempatan penyaluran emosi dan mengkomunikasikan emosi
yang diekspresikan melalui karya seni atau kegiatan kesenian. Pendidikan seni
rupa sebagai penyadaran budaya nasional. Pendidikan seni rupa sebagai sarana
pewarisan budaya di Indonesia yang beraneka ragam. Melalui pendidikan seni
budaya yang dikemas dengan baik sebagai pengetahuan yang dapat dipelajari atau
dikuasai dalam rangka menjaga eksistensi kearifan lokal budaya di Indonesia.
Pembelajaran seni rupa dilaksanakan melalui pemberian pengalaman
tertentu kepada siswa dalam berekspresi dan bereksplorasi. Melalui sebuah karya
seni siswa mampu berkomunikasi dan berpikir kreatif. Ketika berkarya seni siswa
dapat menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat, sehingga melalui berkarya
seni rupa, siswa dapat mengembangkan bakat yang dimiliki secara optimal. Jadi
pendidikan seni rupa sangat penting untuk diajarkan di sekolah karena berbagai
fungsinya yang dapat menunjang ketercapaian tujuan pendidikan nasional.
27
Suryahadi (2008:34) menjelaskan bahwa fungsi pendidikan seni rupa
ditanjau dari aspek produk atau karya seni dan proses. Pendidikan seni rupa
ditinjau dari aspek karya seni berfungsi meningkatkan kualitas manusia, karena
dengan menciptakan suatu karya dapat melatih kemampuan berpikir kritis,
berspekulasi, dan cepat dalam mengambil keputusan. Pendidikan seni rupa
ditinjau dari aspek proses berkarya berfungsi mengembangkan potensi yang ada
didalam diri manusia seperti emosi, kreatifitas, estetik, sosial, persepsi, dan
intelektual.
Pengembangan kemampuan seni rupa disesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa. Siswa bukan hanya diarahkan untuk belajar namun seni
rupa harus dapat digunakan sebagia media bermain anak. Siswa butuh
bereksplorasi untuk kemudian menyatu dengan lingkungannya. Misalnya ketika
siswa melakukan kegiatan menggambar, kemudian memilih bahan seni seperti
krayon dan guntingan kertas beraneka warna dapat memberikan kebahagiaan
tersendiri bagi siswa, di samping siswa juga belajar.
Berdasarkan beberapa uraian tentang fungsi seni rupa, dapat disimpulkan
bahwa fungsi pembelajaran seni rupa di sekolah dasar yaitu sebagai pendidikan
kreativitas, pendidikan emosi, pewarisan budaya nasional, media bermain, media
pendidikan baik individu dan sosial. Pembelajaran seni rupa di sekolah dasar
dapat mengasah kemampuan kognitif, sikap, kecakapan dan sikap siswa sehingga
mampu melatih keterampilan berpikir kritis memecahkan masalah baik dalam
karya seni maupun kehidupan sehari-hari. Siswa melalui pendidikan seni rupa
mampu menyalurkan ekspresi, emosi, dan merangsang kepekaan rasa.
28
2.2.2 Hakikat Hasil Belajar
Bagianinimembahas mengenai teori yang berhubungandenganhasilbelajar.
Teori-teorihasilbelajarberupateoritentangkonsep dasar belajar, konsep dasar
pembelajaran, konsep dasar hasilbelajar, konsep dasar hasilbelajar seni rupa di
sekolah dasar, dan faktor-faktor yang memengaruhihasilbelajar.
Penjelasanmengenaihakikathasilbelajardapatdilihat pada uraianberikut.
2.2.2.1 Konsep Dasar Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang di dalamnya terdapat proses perubahan
sesuatu baik yang dipikirkan atau dikerjakan oleh individu. Belajar terjadi
sepanjang hayat tanpa terhalang tempat, waktu, dan kondisi. Hamalik (2017:30)
menyatakan bahwa indikator individu belajar adalah terjadinya perubahan baik
dari aspek tingkah laku atau cara berpikirnya. Slameto (2015:2) secara psikologis
menjelaskan bahwa belajar adalah proses berubahnya tingkah laku suatu individu
yang ditimbulkan dari interaksi dengan lingkungannya sebagai pemenuhan
kebutuhan.Lingkungan mempengaruhi perubahan yang dimaksud dapat berupa
keluarga, sekolah, teman sebaya, buku-buku, dan kebudayaan yang ada di sekitar.
Lingkungan dan masalah yang dihadapi seseorang mempengaruhi
kemampuan dalam belajar. Rifa’i dan Anni(2015:64) menjelaskanbahwa belajar
menyebabkan perubahan perilaku, dalam kegiatan belajar di sekolah itu
perubahan perilaku mengacu pada kemampuan mengingat dan menguasai
berbagai muatan pelajaran. Siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah
cenderung memiliki sikap meniru guru, sehingga masalah dan kebiasaan belajar di
sekolah mempengaruhi hasil belajar siswa.
29
Sudjana (2016:22) berpendapat belajar merupakan proses yang ditandai
adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Proses belajar atau
perubahan tingkah laku seseorang berbeda. Ada yang cepat dan ada yang lambat.
Semua proses bergantung pada kemampuan individu mengelola suatu hal.
Kemampuan setiap individu berpengaruh pada perilakunya. Piaget dalam
Dimyati dan Mudjiono (2013:13) menjelaskanbahwapengetahuan seorang
individu diperoleh melalui interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Hal
tersebut berarti belajar merupakan pemerolehan pengalaman seorang individu
melalui interaksi yang dilakukan secara terus-menerus. Pengalaman merupakan
guru yang terbaik dalam menempa karakter seseorang. Hamalik (2017:29)
mengemukakan bahwa belajar melalui pengalaman menghasilkan beberapa
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap
yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Pengalaman merubah seseorang yang
tidak paham suatu konsep menjadi paham akan konsep tersebut.
Seseorang dikatakantelahbelajarapabila terjadi perubahantingkahlakuyang
terjadi dalamdirinya. Bloom dalam Rifa’i dan Anni (2015:70) menyampaikan
tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik.Perubahan tersebut terwujud dalam pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Pengetahuan sebagai landasan dalam bersikap dan
mendapatkan keterampilan.
30
Pelakasaanaan belajar dalam mencapai ketiga ranah belajar memiliki prinsip
tertentu. Slameto(2015:27-8) menyatakan bahwa prinsip-prinsip belajar
diklasifikasikan menjadi empat yaitu: berdasarkan prasyarat yang diperlukan
untuk belajar, sesuai hakikat belajar, sesuai materi/bahan yang harus dipelajari,
dan syarat keberhasilan belajar. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk
belajar, setiap siswadiusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan
bimbingan untuk mencapai tujuan instruksional, menimbulkan reinforcement,
motivasi yang kuat, lingkungan yang menantang, serta perlu adanya interaksi
siswa dan lingkungannya.
Hakikatbelajar pada dasarnyaharusbertahapsesuaidenganperkembangannya.
Penyesuaian materi atau bahan yang harusdipelajarisiswa bersifatkeseluruhan dan
materiituharusmemilikistruktur serta penyajianmateri tersebut sederhana. Hal ini
akan berdampak pada siswamudahmenangkapmaterinya
dandapatmengembangkankemampuantertentusiswa sesuaidengantujuan yang
harusdicapai. Syaratkeberhasilanbelajardidukungpula fasilitas yang cukup dan
repetisiataupengulanganmateri.
Berdasarkan uraian tentang pengertian belajardapat disimpulkan bahwa
belajar adalah aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman baru yang menghasilkan perubahan
tingkah laku dalam berpikir dan bertindak. Perubahan tersebut relatif tetap pada
waktu yang akan datang dan sebagai bekal pada proses tahap belajar berikutnya.
Perubahan perilaku dalam diri siswa juga dipengaruhi masalah yang dialami siswa
dan lingkungan siswa.
31
2.2.2.2 Konsep Dasar Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses terjadinya kegiatan belajar. Amri
(2013:229) menyebutkan pembelajaranberhubungan erat dengan pengertian
belajar dan mengajar. Proses pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang
dilakukan baik dengan atau tanpa guru. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan “pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran merupakan suatu proses
kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan seseorang di suatu lingkungan
belajar.
Proses pembelajaran secara formal terjadi di sekolah. Pembelajaran di
sekolah memiliki dua aspek, yaitu belajar dan mengajar. Menurut Jihad dan Haris
(2012:11),pembelajaranmerupakansuatuproses yang
terdiridarikombinasiduaaspekyaitu: belajardan mengajar. Aspek belajar tertuju
kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar berorientasi
pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
Proses belajar merupakan proses interaksi antara orang yang belajar dan
orang yang mengajar. BerdasarkanUndang-UndangRepublik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 20,
pembelajaranadalah“ suatuproses interaksipesertadidikdenganpendidik dan
sumberbelajar pada suatulingkunganbelajar”. Hal ini berarti bahwa interaksi
dalam belajar dan sumber belajar merupakan dua hal yang harus ada dalam proses
belajar.
32
Siswa berhak mendapatkan pengetahuan berupa pengalaman langsung
berinteraksi dengan apa yang dipelajarinya. Hamdani (2010:23) menyatakan
bahwa sasaran kegiatan pembelajaran adalah siswa dapat membangun suatu
gagasan saintifik setelah berinteraksi dengan lingkungan, suatu peristiwa, dan
informasi. Interaksi-interaksi tersebut akan mempermudah siswa dalam
membangun suatu konsep pengetahuan. Briggs (1992) dalam Rifa’i dan Anni
(2012:157) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa
(event) yang memengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik
itu memperoleh kemudahan. Jadi, kemudahan proses belajar seseorang adalah
adanya interaksi dan tersedianya sumber belajar yang mendukung sutu proses
belajar dengan baik.
Pembelajaran dalam satuan pendidikan memiliki komponen-komponen
yang berpengaruhterhadapkualitaspembelajaran secara sistematis. Hamdani
(2010:48) menyatakan komponen-komponenpembelajarantersebutmeliputi:
(1)Tujuan, merupakansuatu keinginan yang melatarbelakangi suatu hal atau cita-
cita yang inginterlaksana. Tujuan dalam konteks pelaksanaan kegiatan
pembelajaran berfungsi sebagai indikator keberhasilan terlaksananya kegiatan
pembelajaran.
(2)Subjek belajar, merupakankomponen utama yang
adadalamkegiatanbelajarmengajar.Subjek belajar terdiri dari bahan belajar,
sumber belajar, dan kurikulum. Hal ini
menjadikanbahanpelajaranmerupakanhal yang akandikuasai oleh siswa. Subjek
belajar berperan memberikan arah pada saat pelaksanaan proses pembelajaran.
33
(3)Materi pelajaran, merupakansegalasesuatu yang telahdisusundalam proses
belajarmengajar. Materi pelajaran akan memberi kebermaknaan dalam kegiatan
belajar mengajar. Materi pelajaran berperan memberikan bahan yang akan
digunakan pada saat pelaksanaan proses pembelajaran.
(4)Strategi pembelajaran, yaitucara yang digunakanuntukmencapaisuatutujuan
agar pembelajaran berjalan secara efektif. Pelaksanaan kegiatanpembelajaran,
guru sebaiknyamenggunakan strategi, metode,dan didampingi dengan teknik
yang bervariasidisesuaikandenganmateripelajaran.
(5)Media pembelajaran, merupakan alat atau segalasesuatu yang
digunakandalamrangka menunjang ketercapaian tujuanpembelajaran.
Fungsinya antara lain meningkatkankemampuanpersepsi, pengertian, transfer,
penguatan (reinforcement), dan ingatan. Media pembelajaran bukan hanya
merupakan alat penunjang pembelajaran, namun merupakan visualisasi suatu
materi pembelajaran.
(6)Penunjang, yaitusegalasesuatu yang digunakan untuk mempermudah terjadinya
proses pembelajaran. Misalnya fasilitas belajar, sumber belajar, bahan
pelajaran, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat mengenai pengertian pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa pembelajaranmerupakansuatu proses sistematis terdiri
darikomponen-komponenpembelajaranyang saling
berinteraksiataubekerjasamauntukmencapaitujuanpembelajaran.Pembelajaranharu
smenghasilkan hasilbelajar pada siswayang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Perlu juga adanya interaksi dan tersedianya sumber belajar.
34
2.2.2.3 Konsep Dasar Hasil Belajar
Seseorang dikatakantelahbelajarsesuatuapabila
adanyaperubahantingkahlakuyang terjadi dalamdirinya. Jihad dan Haris (2012:14)
menyatakanbahwahasil belajar adalah pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran
yang didapatkan oleh siswa melalui kegiatan belajar. Sejalan dengan hal tersebut,
Purwanto (2016:38) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil interaksi
antara lingkungan dan seorang individu untuk mendapatkan perubahan perilaku.
Berdasarkanuraiantersebut, dapatdisimpulkanbahwahasil belajarmerupakan hasil
kegiatan belajar yang dilakukan siswa di lingkungan belajar yang menghasilkan
perubahan dalam diri siswa.
Sistem penilaian di sekolah, indikator kemampuan siswa dinilai dari hasil
belajar. Susanto (2013:5) menyatakan bahwa hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh siswa setelah melaksanakan pembelajaran.
Kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran harus diukur untuk
mengetahui seberap jauh perkembangan siswa sesuai ranah kemampuan siswa.
Usman (2017:34) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa
berkaitan dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru
sebelumnya yang dikelompokkan ke dalam tiga ranah.
Hasil pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga ranah. Menurut Usman
(2017:34),membagihasilbelajarkedalam 3 kategoriyaitukognitif, afektif dan
psikomotor. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan
siswa yang mencakup pengetahuan atau ingatan, pemahaman, pengaplikasian,
analisa, sintesa, dan evaluasisiswa. Ranah afektifberkaitan dengan sikap yang
35
terdiri dalambentukmenerimaataumemperhatikan, merespon, menghargai,
mengorganisasikan, dan mewatak. Ranah psikomotor berkaitan dengan hasil
belajar keterampilan dan kemampuan mlelakukan sesuatu yang
berisitentangpolapeniruan, pemanipulasian, keseksamaan, artikulasi, dan
naturalisasiataupembiasaan.Ketiga ranah dalam penilaian guru, ranah kognitiflah
yang paling banyak dinilai oleh para guru untuk mengetahui penguasaan materi
atau isi bahan pelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang setelah mengalami proses
belajar yang berupa perubahan tingkah laku. Hasil belajar dinilai berdasarkan tiga
aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa yang pada
penelitian ini difokuskan pada ranah kognitif siswa.
2.2.2.4 Konsep Dasar Hasil Belajar Seni Rupa di Sekolah Dasar
Penguasaan bahan pembelajaran seseorang dapat dilihat dari hasil
belajarnya.Purwanto (2016:44) menjelaskan bahwa hasil belajar dapat
diaktualisasikan dengan serangkaianpengukuranmenggunakanalatevaluasi yang
baik dan memenuhisyarat. Oleh karenaitu, Zainul dan Nasoetion (1996) dalam
Purwanto (2016:45) menyatakan bahwa
teshasilbelajarsebagaialatuntukmengukurhasilbelajarharusdapatmengukurapa yang
adadalam proses pembelajaransesuaidengantujuaninstruksional yang
tercantumdalamkurikulum yang berlaku. Jadi, dalam penilaian mengenai
kemampuan siswa di suatu sekolah dilaksanakan evaluasi untuk mengukur
36
keberhasilan belajar. Tes ini selanjutnya di proses sesuai aturan kurikulum yang
telah tercantum.
Mata pelajaran seni khususnya seni rupa memiliki penilaian tersendiri. Jihad
dan Haris (2012:150-1) memberikanaspek penilaian dalam mata pelajaran seni
dan budaya menjadi dua aspek yaitu aspek apresiasi dan kreasi.
Berdasarkanuraiantersebut aspek penilaian hasil belajar seni dan budaya
khususnya seni rupa menekankan pada ekspresi siswa dalam hal apresiasi dan
kreasi.
Penilaian merupakan alat ukur kemajuan belajar dan bahan evuluasi guru.
Sumanto (2006:40-1) menjelaskan fungsi penilaian dalam pembelajaran seni rupa
di sekolah dasar untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, untuk keperluan
peningkatan kualitas proses belajar dan memberikan umpan balik guna perbaikan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Tujuan dan
fungsipenilaianpembelajaransenirupahakikatnya sama dengan pembelajaran lain,
yaitu meningkatkan kualitas proses belajar yang diberikan guru. Guru perlu
menilai kemampuan belajar siswa.
Berdasarkan uraian, penilaian secara komprehensif bertujuan untuk menilai
kemampuan atau keterampilan olah seni rupa setiap siswa yang dipadukan dengan
kepekaan perasaan, keindahan, ekspresi, dampak instruksional, dan pengiringnya.
Penilaianpembelajaransenirupamenggunakanalatpenilaian: (1)
tesperbuatandalamberkarya secarateknik dan
kreatifdalambataskarakteristiksenirupaanak; (2) non tes,
dilakukandenganmengobservasi proses kerja yang hasilnyaberupacatatan data
37
(skalapengukuran, catatananekdotatauportofolio).
Penilaianpraktiksenirupahendaknyaditerapkanrambu-rambuindikator dan
pembobotannilaisesuaitujuanpembelajarankhususuntuksetiapjenismaterisenirupa
yang diajarkannya. Hasil belajar penelitian ini akan menitik beratkan pada hasil
belajar siswa ranah kognitif dan psikomotor.
2.2.2.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar seseorang khususnya pembelajaran seni rupa dipengaruhi
beberapa faktor. Faktor-faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar adalah
kondisi dari dalam diri siswa (internal) dan kondisi dari luar diri siswa (eksternal).
Menurut Susanto (2013:14), hasil belajar siswa bergantung bagaimana kondisi
internal dan eksternal siswa. Dalyono (2012:55) merinci faktor internal meliputi
kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi serta cara belajar, sedangkan
faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
(1)Kesehatan
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam belajar. Menurut
Slameto (2015:54), yang dimaksud sehat adalah seluruh badan tanpa terkecuali
terbebas dari penyakit, sedangkan kesehatan adalah suatu kondisi dalam keadaan
sehat. Kesehatan jasmani dan rohani sangat berpengaruh terhadap proses belajar
siswa. Menurut Dalyono (2012:55), agar siswa bersemangat dalam melaksanakan
kegiatan belajar kesehatan siswa harus selalu dijaga. Berdasarkan uraian di atas
untuk mencapai hasil belajar yang baik maka kesehatan siswa harus baik pula.
(2)Intelegensi dan bakat
38
Slameto (2015:56) menyatakan intelegensi adalah kecakapan yang terdiri
dari tiga jenis yaitu menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif; mengetahui/menggunakan konsep yang abstrak secara
efektif;dan mengetahui dan mempelajari relasi dengan cepat. Berdasarkan
pengertian ini, intelegensi adalah pemahaman terhadap konsep yang baru dengan
cepat dan tepat. Siswa dengan intelegensi yang tinggi akan belajar dengan baik.
Hilgard (1962) dalam Slameto (2015:57) menyatakan bakat adalah
kemampuan seseorang untuk belajar ahli dalam suatu bidang, kemampuan itu
baru akan terealisasi jika seseorang telah belajar atau berlatih dengan tekun.
Dalyono (2012:57) berpendapat bahwa dua aspek psikologis (intelegensi dan
bakat) sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar seseorang.
Berdasarkan uraian tersebut kedua faktor ini besar pengaruhnya pada proses
belajar seseorang.
(3)Minat dan Motivasi
Menurut Hilgard (1962) dalam Slameto (2015:57) bahwa minat adaah
kecenderungan untuk tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Slavin (1994) dalam Rifa’i dan Anni (2015:135) menyatakan bahwa motivasi
adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku
seseorang secara terus-menerus. Dalyono (2012:56) menyatakan bahwa motivasi
dan minat adalah dua faktor psikis yang sangat besar pengaruhnya terhadap
pencapaian hasil belajar. Berdasarkan uraian tersebut motivasi dan minat
menentukan keberhasilan belajar siswa.
(4)Cara Belajar
39
Setiap orang pasti memiliki karakter yang berbeda-beda. Perbedaan ini
mengakibatkan cara belajar antar individu yang berbeda. Dalyono (2012:57)
menjelaskan bahwa untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, dalam belajar
harus memperhatikan teknik belajar, kesehatan, faktor fisiologis, dan psikologis
yang ada dalam diri siswa. Berdasarkan uraian di atas teknik belajar siswa juga
mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
(5)Keluarga
Munib (2012:72) menyatakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama didapatkan oleh seseorang adalah keluarga. Lingkungan keluarga sebagai
pertama karena seseorang pertama mengenal pendidikan dari keluarga dan
dikatakan utama karena waktu pendidikan yang paling banyak di peroleh
seseorang adalah dalam keluarga. Hal lain adalah tersedianya rumah tempat
tinggal dan letaknya yang strategis.
Kondisi ekonomi keluarga juga mempengaruhi keberhasilan belajar.
Ahmadi dan Supriyono (2013:88) menyatakan keadaan yang kurang/miskin
berdampak pada kurangnya alat belajar, kurangnya biaya, dan tidak mempunyai
tempat belajar yang baik; sedangkan keadaan yang kaya berdampak pada anak
malas belajar karena terlalu banyak bersenang-senang. Kedua kondisi tersebut
menghambat keberhasilan belajar siswa.
(6)Sekolah
Djamarah (2011:179) menyatakan bahwa sekolah merupakan tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Sekolah harus menunjang kegiatan
pembelajaran. Sekolah yang baik memiliki sarana dan prasarana yang lengkap
40
karena sarana dan prasarana memiliki pengaruh yang besar terhadap proses
kegiatan belajar. Berdasarkan uraian tersebut sekolah merupakan penyelengara
pendidikan dan pembelajaran yang utama di era sekarang, banyak hal yang
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa namun keberhasilan siswa merupakan
bagian utama dari penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013:89), faktor sekolah mempengaruhi
belajar yaitu: guru yang tidak sesuai dengan kompetensi, hubungan sosial yang
buruk dengan siswa, menginginkan standar pelajaran diatas kemampuan siswa,
dan metode mengajar yang digunakan guru; ketersediaan alat; ketersediaan
gedung; kurikulum yang kurang baik; waktu dan disiplin sekolah. Berdasarkan
pendapat tersebut, sekolah sangat menentukan dalam baik atau tidaknya pelaksaan
keberhasilan belajar di sekolah.
(7)Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil
belajar siswa. Dalyono (2012:60) menyatakan keadaan masyarakat menentukan
prestasi belajar. Slameto (2015:69) menyatakan bahwa pengaruh yang didapat
siswa terjadi karena keberadaannya dalam masyarakat. Pola perilaku yang ada di
dalam masyarakat membentuk karakter siswa dan cara berpikir siswa. Hal ini
akan berdampak pada bagaimana cara belajar siswa, bagaimana cara siswa
menghadapi masalah, bagaimana cara siswa mengambil keputusana dan
sebagainya.
Susanto (2013:18) mempertegas bahwa masyarakat mempengaruhi
kepribadian siswa dalam lingkungan pendidikan karena dalam masyarakat
41
terdapat berbagai macam tingkah laku dan latar belakang manusia. Kehidupan
anak yang selalu berinteraksi dengan masyarakat menyebabkan anak dapat meniru
setiap gerak-gerik, tingkah laku, dan kepribadian suatu masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan uraian tersebut masyarakat mempunyai peran penting dalam proses
belajar siswa.
(8)Lingkungan Sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal terdiri dari banyak hal, misalnya
bangunan rumah, suasana, keadaan lalu lintas, iklim, cuaca, dan sebagainya.
Susanto (2013:17) menyatakan bahwa suasana pengajaran menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar. Sependapat dengan hal tersebut, Dalyono
(2012:60) menyatakan prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana kondisi
lingkungan tempat tinggal seseorang. Kondisi tempat tinggal yang nyaman akan
berpengaruh pada minat belajar siswa. Hal ini dapat disimpulkan, lingkungan
merupakan salah satu faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh sejumlah
faktor dan keadaan yang meliputi faktor internal dan eksternal siswa. Faktor
internal meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi, dan cara belajar.
faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Hasil belajar siswa memiliki korelasi dengan berbagai faktor yang
memengaruhinya.
42
2.2.3 Kompetensi Guru
Bagian kompetensi guru menjelaskan teori-teori mengenai pengertian
guru, pengertian kompetensi, konsep dasar kompetensi guru, konsep dasar
kompetensi pedagogik guru, indikator kompetensi pedagogik guru, dan
pentingnya kompetensi pedagogik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Penjelasan lebih lengkap mengenai teori-teori tersebut dapat dilihat pada uraian
sebagai berikut.
2.2.4.1 Pengertian Guru
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah khususnya pembelajaran seni rupa
tidak terlepas dari peran guru. Guru merupakan salah satu komponen penting
dalam pembelajaran. Perumusan sistem belajar mengajar oleh Ki Hajar
Dewantoro dalam Munib (2015:76) yaitu “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo
mangun karso, tut wuri handayani”. Berdasarkan pendapat tersebut seorang guru
harus mampu menjadi contoh dan teladan bagi siswanya, membangkitkan minat
belajar siswa, serta mendorong dan memberikan motivasi kepada siswanya.
Munib (2015:49) menjelaskan tugas utama guru adalah mendidik siswa
dengan menanamkan nilai kehidupan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab 1 Pasal 1 Ayat 1, “Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Amri (2013:1)
menyatakan guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab dalam mendidik,
mengajar, dan membimbing siswa, selain itu guru sebagai orang dewasa dalam
43
anggota masyarakat berperan aktif sebagaimana mestinya. Oleh karena itu jabatan
guru bukan hanya mengajar namun mendidik siswa memahami nilai kehidupan.
Setiap siswa memiliki karakter yang khas dengan berbagai macam
potensinya. Karwati dan Priansa (2015:62) menjelaskan guru sebagai fasilitator di
sekolah khususnya dalam proses pembelajaran berfungsi mengeksplorasi,
meningkatkan, mengembangkan, dan mengoptimalkan kemampuan siswa,
yangmana siswa dapat memiliki nilai-nilai sosial yang menjadi bekal
sebagaimasyarakat yang beradab. Djamarah (2012:38) menjelaskan guru
mengusahakan siswa termotivasi dalam belajar dengan metode dan strategi
pembelajaran yang bervariasi. Kedua pendapat tersebut, guru mengupayakan
pemberian pembelajaran yang berkualitas dengan metode bervariasi untuk
menumbuhkembangkan minat siswa dalam mengekplorasi berbagai kemampuan
siswa.
Guru berperan penting secara langsung dalam proses pembelajaran sebagai
fasilitator, pengelola kelas, motivator, pendidik, dan pengajar dalam proses
pembelajaran. Guru secara tidak langsung berperan dalam mengajarkan nilai-nilai
siswa sebagai makhluk sosial yang nantinya terjun langsung didalam suatu
komunitas atau masyarakat. Berdasar pada hal tersebut, guru adalah orang dewasa
yang berprofesi khusus berupaya mendidik, mengajar, memotivasi, menumbuh
kembangkan, dan mengoptimalkan segala potensi dan kemampuan siswa.
2.2.4.2 Pengertian Kompetensi
Secara etimologi kompetensi berasal dari kata competency yang berarti
wewenang. Mulyasa (2013:26) mengemukakan kompetensi merupakan
44
kemampuan yang dapat melaksanakan suatu hal baik secara pemikiran maupun
praktek untuk mencapai tujuan tertentu dengan optimal. Satori (2008:2.2)
menjelaskan bahwa kompetensi merupakan kemahiran dan kemampuan dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dalam bidang tertentu. Berdasarkan hal
tersebut, kompetensi merupakan kualitas kemampuan sesorang yang mahir dan
mampu melakukan suatu hal secara optimal dan efisien pada suatu pekerjaan
tertentu. Kualitas kemampuan tersebut dapat mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002
Tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan kompetensi
adalah seperangkat tindakan cerdas yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai
syarat dianggap mampu melaksanakantugas-tugasdibidang pekerjaantertentu oleh
masyarakat.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 Ayat 10, “Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah
kecakapan dan kemampuan yang mencakup pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya dengan optimal dan
efisien. Kemampuan dan kecakapan tersebut berhubungan dengan sikap, sifat dan
perilaku seseorang guru yang diwujudkan dalam kemampuan berpikir kritis dalam
mengambil keputusan dengan tepat, bertutur kata dan bertindak secara cerdas
dalam melaksanakan tugasnya.
45
2.2.4.3 Konsep Dasar Kompetensi Guru
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran dan pengajaran masih tetap
memegang peranan penting. Menurut Usman (2013:4), proses pengajaran sangat
penting dalam menentukan keberlangsungan pendidikan secara menyeluruh
dengan guru sebagai orang yang berperan aktif dalam proses tersebut. Guru
berperan sebagai pembuat alur dalam pembelajaran sekaligus pelaku dan
pelaksana lapangan sekaligus pengawas dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
guru memiliki tugas dan tanggung jawab dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi pembelajaran di kelas. Tugas dan tanggung jawab tersebut erat
kaitannya dengan kemampuan yang disyaratkan untuk memiliki profesi tersebut.
Kemampuan dasar tersebut merupakan kompetensi guru.
Kompetensi guru diperlukan dalam mengembangkan perilaku profesional
seseorang dalam mengajar. Seorang guru bukan sekedar mempelajari
keterampilan mengajar, tetapi menggabungkan dan menerapkan keterampilan
yang dimiliki dalam kehidupan nyata. Djamarah (2012:34) menjelaskan
kompetensi guru adalah seperangkat kemampuan guru yang mencakup
pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas guru, kemampuan
tersebut harus ada dalam diri guru untuk melancarkan kegiatan pembelajaran.
Mulyasa (2013:26) menyatakan kompetensi guru merupakan kompetensi yang
secara profesi harus mencakup menguasai materi pembelajaran, memahami
karakter siswa, dan mengembangkan tingkah laku secara profesional. Jadi,
kompetensigurumerupakan kecakapan guru meliputipengetahuan,
46
keterampilandan sikap yangberwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas sebagai agen pendidikan.
Berdasarkan Undang-UndangRepublikIndonesiaNomor14
Tahun2005tentangGurudanDosenPasal10danPeraturanMenteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang
StandarKualifikasiAkademikdanKompetensiGuru, kompetensi guru terdiri dari
empat kompetensi, yaitu kompetensipedagogik, kompetensikepribadian,
kompetensi profesional,dankompetensisosial. Kompetensi tersebut diuraikan
Rifa’i dan Anni (2015:7-11) sebagai berikut:
(1)Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah seperangkat kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap materi pembelajaran
dan karakter siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi dan
pemanfaatan hasil belajar, dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
(2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah seperangkat kemampuan guru yang berkaitan
dengan tingkah laku seorang pendidik baik di dalam maupun di luar kegiatan
pembelajaran, seperti berpribadi mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa,
menjadi teladan bagi siswa, dan berakhlak mulia.
(3)Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah seprangkat kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas, kreatif, dan mendalam yang memungkinkan
47
membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
standar nasional. Kemampuan itu harus mencapai tujuan yang telah ditentukan.
(4)Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah seperangkat kemampuan guru dalam menjalin
komunikasi dan bergaul secara efektif dan penuh wibawa dengan siswa,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa, dan masyarakat
sekitar. Kemampuan ini harus dimiliki guru baik di lingkungan sekolah
maupun di luar lingkungan sekolah. Guru sebagai teladan masyarakat luas
khususnya bagi siswa untuk berperan sesuai nilai-nilai sosial dimasyarakat.
Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan terdapat empat kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu: 1) kompetensi pedagogik, 2)
kompetensi kepribadian, 3) kompetensi sosial, dan 4) kompetensi profesional; dan
dapat diambil kesimpulan bahwa, kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan
atau keahlian yang selaras dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja
guru dalam suatu pekerjaan yang meliputi sifat, konsep diri, pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan tugas keprofesionalan agar dapat menjalankan
tugas mengajar secara maksimal. Keempat kompetensi tersebut tidak berdiri
sendiri melainkan saling mempengaruhi dan saling berhubungan antara satu sama
lain. Namun, dari keempat kompetensi tersebut, yang berubungan dengan proses
belajar mengajar adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
2.2.4.4 Konsep Dasar Kompetensi Pedagogik Guru
Pembelajaran siswa akan bermakna bila didukung dengan kemampuan yang
baik dari guru untuk mengelola kelas. Mulyasa (2013:75) menyatakan bahwa
48
kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola
proses pembelajaran siswa terkait dengan pemahaman wawasan kependidikan,
karakter siswa, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, dan pengembangan potensi siswa. Evertson (1976) dalam Sutomo,
dkk (2015:170) menyatakan kemampuan guru dalam pembelajaran yang efektif
diimplementasikan dari bagaimana guru mengajar, mengelola, memiliki
keterampilan, dan berperilaku yang sesuai ketika mengajar. Kompetensi
pedagogik guru adalah kemampuan guru dalam mengelola dan mengolah
kemampuannya dalam mengajar di kelas.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik adalah kompetensi yang harus dimiliki
guru berkenaan dengan karakteristik siswa dari berbagai aspek seperti moral,
emosional, dan intelektual. Standar kompetensi inti dari kompetensi pedagogik
yaitu:
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral spiritual, sosial
kultural, emosional, dan intelektual.
Seorang guru harus memahami siswa karena merekalah teman belajar
dalam waktu yang lama. Secara fisik guru bisa melihat kesehatan anak ketika
mengikuti proses pembelajaran apakah anak itu dalam keadaan yang sehat atau
sedang sakit. Secara moral, guru memantau perkembangan moral anak didik,
adakah perubahan setelah mendapatkan pengajaran etika atau tidak. Secara
sepiritual guru membimbing anak didik menghayati ajaran agama. Secara sosial
49
guru memperhatikan pergaulan anak didik, secara kultural, guru mengamati
kemampuan anak didik dalam memahami kebudayaan.
2. Menguasai teori balajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Guru harus menguasai teori belajar dan prinsi-prinsip pembelajaran dalam
mengajar siswa. Siswa memperoleh mutu pendidikan yang baik kegiatan
pembelajaran harus dikelola dengan baik pula. Pengelolaan pembelajaran dalam
hal ini meliputi kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada siswa agar siswa
mampu menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan materi pelajaran
dengan baik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
Kurikulum adalah jiwa dari pendidikan dan pembelajaran. Pendidikan tidak
terpisah dari perubahan lingkungan, sehingga pendidikan dituntut selalu
berkembang mengikuti perkembangan lingkungan. Sutomo (2015:59) menyatakan
pengembangan kurikulum merupakan cara agar pendidikan dapat berkembang.
Hal ini berarti guru harus benar-benar memahami dan ikut serta mengembangkan
kurikulum yang diselenggarakan sehingga target pembelajaran dapat tercapai.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
Pembelajaran yang mendidik berarti pembelajaran yang meningkatkan
aspek intelektual, keterampilan, dan moralitas siswa. Guru harus mempunyai
target pembelajaran, variasi pendekatan, dan kualitas pengajaran yang sempurna.
Pembelajaran dilakukan bersifat dialogis yang melibatkan peran siswa secara aktif
dan mampu mengeksplorasi kemampuan siswa.
50
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
Pengembangan teknologi informasi yang semakin maju berimplikasipada
sangat pentingnya teknologi informasi dan komunikasi. Penggunaan teknologi
sebagai sarana bertukar informasi dan mencari informasi serta berkomunikasi
dengan mudah tak terbatas jarak, memacu semangat siswa terutama yang
berhubungan dengan proses pembelajaran. Teknologi yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran diimplikasikan pada penggunaan media pembelajaran
sebagai alat bantu guru dalam mempermudah penyampaian materi. Hal ini
menyebabkan guru harus mampu menguasai teknologi informasi dan komunikasi.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktulisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
Salah satu peran seorang guru adalah sebagai fasilitator, dimana seorang
guru memfasilitasi pengembangan potensi siswanya. Guru yang baik selalu
memberikan kesempatan pada siswanya untuk mengaktualisasikan potensi yang
dimiliki secara luas, maksimal, dan memuaskan, dengan mengalahkan dirinya
demi pengambangan potensi siswa.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
Komunikasi menjadi sangat penting dalam hubungan berinteraksi. Hal
tersebut berlaku pula dalam suatu proses pembelajaran, yaitu proses interaksi
antara guru dan siswa.Komunikasi yang terjalin secara efektif berdampak pada
siswa akan bersemangat mengikuti pembelajaran. Komunikasi yang tidak berjalan
dengan baik menyebabkan siswa menjadi enggan belajar dan memahami materi.
51
8. Penyelenggaraan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Penilaian dan evaluasi merupakan alat pengukur tingkat pemahaman siswa
dan sebagai alat memecahkan masalah di dalam proses belajar mengajar. Guru
harus bisa mengukur diri sendiri sejauh mana penyampaian materi yang
disampaikan dan bagi siswa sejauh mana pemahaman yang ditangkap oleh siswa.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Guru harus bisa memanfaatkan penilaian dan evaluasi yang telah
dilaksanakan untuk mengembangkan proses pembelajaran berikutnya. Hal ini
berdasarkan masalah yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
Masalah ini selalu berkaitan dengan hal-hal dalam pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
Seorang guru harus bisa meningkatkan kualitas pembelajaran agar menjadi
lebih dinamis, sehingga kegiatan pembelajaran tidak monoton. Pembelajaran yang
dinamis akan berdampak pada produktivitas suatu pembelajaran. Berdasarakan
kedua hal tersebut, pembelajaran akan melahirkan siswa yang memiliki
kemampuan kompetitif. Gurusebagai tonggak pendidikan, tidak boleh merasa
cukup dengan metode yang ada. Guru harus senantiasa merefleksikan seluruh
kegiatan pembelajaran dan menemukan strategi pembelajaran yang sesuai dan
efektif.
Menurut Rifa’i dan Anni (2015:7-11), terdapat beberapa indikator
kompetensi pedagogik. Indikator kompetensi pedagogik tersebut selanjutnya
dijabarkan secara rinci sebagai berikut: (1) menguasai karakteristik siswa dari
aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; (2) menguasai teori
52
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) menguasai kurikulum
yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu; (4) terampil melakukan
kegiatan pengembangan yang mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan
yang mendidik; (6) memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun dengan siswa; (8) terampil melakukan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar; (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi
untuk kepentingan belajar; (10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.
Mulyasa (2013:75) menjelaskan unsur kompetensi pedagogik guru sebagai
berikut:
a) Pemahaman Terhadap Siswa.
Pemahaman terhadap siswa merupakan salah satu kompetensi pedagogik
yang harus dimiliki oleh guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami
guru dari siswa, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan
perkembangan kognitif. Tugas guru dalam memahami siswa merupakan hal yang
wajib dilakukan karena siswa butuh perhatian dari guru baik di dalam maupun di
luar kelas.
b) Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran
Perancangan pembelajaran merupakan kompetensi yang akan bermuara
pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup
tiga kegiatan yaitu, identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan
53
penyusunan program pembelajaran. Ketiga komponen tersebut menentukan
keberhasilan dan kegagalan suatu pembelajaran selain faktor-faktor yang berasal
dari dalam diri siswa.
Pelaksanaan pembelajaran terkadang mengalami kegagalan, penyebab
gagalnya suatu pelaksanaan pembelajaran adalah penerapan metode pendidikan
yang konvensional, anti dialog, proses penjinakan, pewarisan pengetahuan,
mengnggap anak seperti botol koson, dan tidak bersumber pada realitas yang
terjadi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik harus mempertimbangkan kegagalan tersebut. Kemampuan perencanaan
pelaksaan pembelajaran merupakan kompetensi yang harus dimiliki guru.
c) Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan
pembentukan kompetensi siswa, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes
kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, serta
penilaian program. Evaluasi juga dapat dilakukan saat pembelajaran atau biasa
disebut evaluasi proses. Pelaksanaan evaluasi seringkali dilakukan diakhir
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar guru mengetahui seberapa besar
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.
d) Pengembangan Siswa
Pengembangan siswa merupakan bagian dari kompetensi pedagogik yang
harus dimiliki guru. Pengembangan ini bertujuan untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Pengembangan siswa dapat
dilakukan oleh guru melalui berbagai cara antara lain melalui kegiatan
54
pembelajaran yang bermakna, kegiatan ekstrakurikuler, pengayaan dan remidial,
serta bimbingan dan konseling.
e) Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran
Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan
untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini,
guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan
materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses
oleh siswa. Prinsip belajar komputer memberikan dampak pada profesionalisme
guru, sehingga harus menambah pemahaman dan kompetensi baru untuk
memfasilitasi pembelajaran.
f) Pengembangan Kurikulum dan Silabus
Pada dunia pendidikan, perubahan kurikulum merupakan hal yang sudah
pasti terjadi. Di Indonesia telah terjadi setidaknya tujuh kali perubahan kurikulum
terhitung sejak kurikulum tahun 1984 sampai kurikulum 2013. Sebagai seorang
pendidik, guru dituntut mampu mengembangkan setiap kurikulum dalam
pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah. Selain
itu guru dituntut memiliki kemampuan untuk mengimplementasikannya karena
tanpa itu kurikulum tidak akan bermakna sebagai alat pendidikan. Guru harus
mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran.
Guru mampu memilih, dan menyusun materi pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan siswa.
g) Pemahaman Wawasan Kependidikan
55
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan materi. Guru mampu
memahami landasan kependidikan dan kebijakan dalam pendidikan. Selain itu
guru harus mampu memanfaatkan kemajuan IPTEK terutama dalam proses
pembelajaran.
Jadi kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
guru dalam hal mengelola pembelajaran. Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran tersebut meliputi pemahaman guru terhadap siswa, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliknya.
2.2.4.5 Indikator Kompetensi Pedagogik
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menjelaskan bahwa
kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam mengelola pembelajaran yang
meliputi pemahaman guru terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliknya. Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru indikator Kompetensi pedagogik terdiri dari :
a. Menguasai karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,kultural, emosional, dan intelektual.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yangmendidik.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yangdiampu.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
56
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untukkepentingan pembelajaran.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikanberbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan siswa.h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
Indikator tersebut menjelaskan bahwa guru harus memiliki 10 kompetensi
pedagogik untuk menunjang pembelajaran seperti memahami berbagai karakter
siswa. Setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda dalam belajar seni rupa,
namun seringkali guru kurang memahami karakter siswa masing-masing sehingga
hasil belajar seni rupa tidak tercapai secara maksimal.
Guru terkadang kurang mampu memanfaatkan teknologi pembelajaran.
Pembelajaran biasanya dilaksanakan menggunakan metode konvensional
sehingga kemampuan siswa dalam bidang seni rupa kurang tereksplorasi secara
maksimal. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa tercapai secara
maksimal dan kemampuan siswa dalam bidang seni rupa akan tereksplorasi secara
maksimal apabila guru memiliki kompetensi pedagogik.
Hartaji (2018) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Persepsi
Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional Guru dan
Fasilitas Belajar Terhadap Motivasi Belajar Ekonomi Siswa di SMA Negeri 1
Ngemplak Sleman Tahun Ajaran 2017/2018” menggunakan indikator kompetensi
pedagogik dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dan
57
PeraturanPemerintahNomor74tahun 2008. Indikator yang digunakan dalam
penelitian tersebut menggabungkan kedua peraturan tersebut.
Berdasarkan berbagai uraian tersebut, indikator pada penelitian ini
dikembangkan dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Indikator
tersebut terdiri dari 10 kompetensi pedagogik. Kesepuluh indikator tersebut untuk
mengetahui kompetensi pedagogik yang menunjang kegiatan pembelajaran di
sekolah mulai dari memahami berbagai karakter siswadari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual sampai melaksanakan
tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
2.2.4.6 Pentingnya Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Pembelajaran
Pekerjaan sebagai guru merupakan pekerjaan profesi dimana seorang guru
dituntut keahliannya dalam pengajaran, keberhasilan dalam pembelajaran salah
satu faktor utamanya ditentukan oleh guru. Disinilah pentingnya peran seorang
guru dalam proses pembelajaran. Amri (2013:253) menyatakan bahwa
kemampuan guru dalam mengajar khususnya kompetensi pedagogik harus
dimiliki seorang guru agar pembelajaran yang dilakukan efektif. Kemampuan
guru berpengaruh terhadap keberhasilan ketercapaian tujuan pembelajaran siswa.
Kemampuan pendagogik guru bersinggungan langsung dalam proses
pembelajaran. Hal ini menyebabkan kompetensi pendagogik menjadi salah satu
faktor yang paling mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran, sehingga
kemampuan pendagogik guru harus menjadi perhatian guru.
58
Seperti yang dijelaskan di awal bahwa kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan seorang guru dalam mendidik siswa atau kemampuan pengelola
kelas, yang didalamnya memahami karakteristik peserta didik, menguasai teori
dan prinsip belajar mengembangkan kurikulum yang terkait sampai pada tahap
evaluasi dan melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas siswa.
Sebelum guru memasuki kelas dan memberikan materi yang akan diajarkan,
terlebih dahulu seorang guru mempersiapkan segala sesuatu agar kelas dapat
dikelola dengan baik. Salah satu contoh seperti memahami karakter siswa yang
akan diajar terlebih dahulu, mempersiapkan materi yang akan disampaikan,
menyiapkan evaluasi yang akan diujikan, yang kesemuanya itu masuk dalam
kompetensi pedagogik seorang guru.
2.2.4 Fasilitas Belajar
Bagian ini membahas tentang fasilitas belajar berisi teori-teori fasilitas
belajar berupa teori tentang konsep dasar fasilitas, konsep dasar fasilitas belajar,
klasifikasi belajar, fungsi fasilitas belajar, dan indikator fasilitas belajar.
Penjelasan tentang fasilitas belajar dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
2.2.4.1 Konsep Dasar Fasilitas
Kata fasilitas secara umum identik dengan alat yang digunakan manusia
dalam menunjang kegiatannya atau suatu kondisi yang memudahkan manusia
dalam menjalankan kegiatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitas
adalah segala sesuatu yang menunjang kemudahan dalam melaksanakan suatu
kegiatan, sehingga dapat melancarkan kegiatan tersebut.
59
Kemudahan kegiatan ditunjang dari tersedianya alat yang dapat digunakan
sesuai fungsinya. Djamarah dan Zain (2014:81) menjelaskan fasilitas merupakan
tersedianya segala hal secara lengkap yang menunjang kegiatan siswa belajar. Jadi
fasilitas merupakan segala sesuatu baik alat maupun bangunan yang digunakan
untuk menunjang kegiatan. Pemenuhan fasilitas belajar menyebabkan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik karena fasilitas sebagai alat penunjang
terpenuhi.
Fasilitas identik dengan sarana dan prasarana. Sutomo (2015:102)
mengatakan bahwa fasilitas dapat diartikan sama dengan sarana dan
prasarana.Aunurrahman (2012:195) menyatakan sarana dan prasaranaadalah
sesuatu yang memudahkan kelancaran pelaksanaan kegiatan. Fasilitas
merupakansaranadanprasaranayang dibutuhkandalammelakukan atau
memperlancar suatukegiatan.
Berdasarkan pengertian tersebut, fasilitas adalah segala yang memudahkan
dan melancarkan pelaksanaan suatu kegiatan. Fasilitas kemudian dapat disamakan
dengan sarana dan prasarana. Hal tersebut ditinjau dari pendapat ahli mengenai
pengertian fasilitas dan sarana prasarana yang mengacu pada segala sesuatu baik
alat atau perlengkapan yang memudahkan kegiatan.
2.2.4.2 Konsep Dasar Fasilitas Belajar
Proses pembelajaran semakin baik dan berjalan lancar jika ditunjang dengan
adanya kelengkapan fasilitas belajar. Djamarah (2011:184) menyatakan bahwa
fasilitas dalam belajar ikut serta menunjang kualitas belajar siswa. Sejalan dengan
hal tersebut Slameto (2015:98) mengatakan bahwa dalam mencapai pembelajaran
60
yang efektif dibutuhkan fasilitas yang memadai. Keefektivan proses pembelajaran
ditunjang fasilitas yang lengkap dan memadai.
Pengadaan fasilitas di dalam delapan standar pendidikan dikelola melalui
standar sarana dan prasarana. Berdasarkan Peraturan PemerintahNomor 19
tahun2005 tentang StandarNasional Pendidikan Bab VII pasal 42 mengenai
standar sarana dan prasarana menegaskan bahwa:
(1) Setiap satuan pendidikan wajib memilikisaranayangmeliputiperabot,peralatanpendidikan,mediapendidikan,bukudansumber belajar lainnya,bahanhabispakai,sertaperlengkapanlainyang diperlukanuntukmenunjangprosespembelajaranyangteraturdanberkelanjutan.
(2) Setiapsatuan pendidikanwajibmemilikiprasaranayangmeliputilahan,ruangkelas,ruangpimpinan satuanpendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruangperpustakaan,ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unitproduksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempatberolahraga, tempat beribadah, tempat rekreasi,danruang/tempatlainyang diperlukanuntuk menunjangprosespembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Berdasarkan peraturan tersebut fasilitas atau sarana dan prasarana bertujuan
untuk terlaksananya proses belajar yang sesuai dengan perencanaan guru dan
sekolah yang berjalan secara terus menerus. Sejalan dengan Hamalik (2003:126)
berpendapat bahwa fasilitas merupakan penunjang terciptanya keefektivan
pelaksanaan proses pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, fasilitas belajar
sebagai penunjang segala kemudahan dan kelancaran kegiatan belajar disekolah
maupun dirumah.
Sekolah sebagai lingkungan belajar siswa dituntut memiliki fasilitas belajar
yang memadai. Djamarah (2011:184) menyatakan bahwa fasilitas mengajar di
sekolah merupakan ketersediaan peralatan ajar bagi guru yang harus dimiliki dan
disediakan oleh sekolah. Fasilitas mengajar sebagai kelengkapan sekolah
61
merupakan kebutuhan bagi guru sebagai penunjang guru untuk meningkatkan
kreatifitas dan efektivitas dalam mengajar sehingga harus dikelola dengan baik.
MenurutBafadal(2014:2), fasilitas atau sarana dan prasarana pendidikan adalah
keseluruhan perangkat alat dan bahan serta perabotyang ikut serta menunjang
kemudahan proses pendidikan di sekolah secaralangsung maupuntidak langsung.
Fasilitas belajar diperlukan oleh siswa dalam mempermudah dan menciptakan
situasi dan kondisi menyenangkan, menarik, dan nyaman untuk belajar serta
menunjang pelaksanaan kegiatan belajar di sekolah.
Fasilitas yang sudah terpenuhi dan tersedia oleh sekolah maupun orang tua
membutuhkan pengelolaan yang sebaik-baiknya. Menurut Sutomo (2015:102)
menyatakan bahwa manajemen fasilitas adalah segala proses pengelolaan fasilitas
mulai dari perencanaan hingga pengawasan agar terjaga dengan baik sehingga
tercapailah efektivitas dan efisiensi suatu pembelajaran. Sejalan dengan hal
tersebut Bafadal (2014:5) menyatakan bahwa pengadaan fasilitas sekolah
disesuaikan dengan perlengkapan yang dibutuhkan sekolah yang berkualitas
tinggi dengan dana yang seefisien mungkin.
Manajemen fasilitas dalam mengelola perlengkapan yang menunjang
pembelajaran siswa harus dilakukan secara maksimal. Aunurrahman (2013:196)
mengatakan bahwa ketersediaan fasilitas pembelajaran akan menciptakan
keteraturan dalam pelaksanaan pembelajaran yang kondusif dan menunjang siswa
dalam mendapatkan berbagai informasi terkait pembelajaran sehingga tercapai
hasil belajar yang memuaskan. Dengan demikian terpenuhinya kelengkapan
62
fasilitas belajar terutama pembelajaran seni rupa akan menunjang dalam
optimalisasi proses pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa bergantung pada minat siswa. Hamalik (2003:135)
mengungkapkan bahwasanya kelengkapan segala sesuatu yang digunakan dalam
pembelajaran akan berdampak pada keoptimisan seseorang dalam belajar.
Optimisme dalam belajar terkait peralatan kelengkapan fasilitas itu diterima dari
lingkungan yang ada disekitar yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga khususnya orang tua bertugas memenuhi segala keperluan
anak dalam proses belajar, begitupun pada lingkungan sekolah.
Berdasarkanpendapattersebutdapatdisimpulkan fasilitasbelajarmerupakan
keseluruhan saranadanprasaranaberupa alat, bahan danperabotyang digunakan
dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuanpembelajaranyang efektif dan
efisien.Kelengkapanfasilitas belajar merupakan hal penting bagi siswa.
Kelengkapan dan ketersediaan fasilitas akanmenunjang kegiatan belajar
sehinggasiswamemiliki keinginan untuk belajar baik di sekolah maupun di rumah.
Fasilitas belajar yang menunjang khususnya dalam pembelajaran seni rupa,
misalnya peralatan seni budaya, ruang kelas, dan media belajar.
2.2.4.3 Klasifikasi Fasilitas Belajar
Secara umum fasilitas dapat memengaruhi suatu kegiatan belajar.
Keberhasilan belajar yang efektif dan efisien didukung dengan fasilitas belajar
yang lengkap. Bafadal (2014:2) mengelompokkan fasilitas belajar menjadi dua,
yaitu sarana yang merupakan perlengkapan yang langsung digunakan misalnya
peralatan, perabot, media, dan lain sebagainya dan prasarana yang merupakan
63
perlengkapan yang tidak langsung digunakan dalam dunia pendidikan misalnya
ruang guru, ruang UKS, ruang perpustakaan, dan lain sebagainya.
Bafadal (2014:2) kemudian mengklasifikasikan komponen fasilitas belajar
yang berhubungan langsung dengan proses pembelajaran dari beberapa sudut
yaitu mencakup tiga hal: daya tahan fasilitas; bergerak atau tidaknya fasilitas; dan
hubungan fasilitas dengan proses belajar mengajar. Ketiga hal tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
a) Berdasarkan daya tahan fasilitas yaitu cepat tidaknya suatu fasilitas habis
digunakan. Daya tahan fasilitas juga dilihat dari daya tahannya dari
kerusakan. Fasilitas yang memiliki daya tahan rendah atau cepat habis saat
digunakan terus-menerus misalnya kertas, pewarna atau krayon, kapur tulis
dan tinta spidol. Fasilitas yang memiliki daya tahan tinggi atau dapat bertahan
lama ketika digunakan terus-menerus misalnya meja dan kursi.
b) Berdasarkan mobilitas fasilitas yaitu kemampuan fasilitas dalam bergerak saat
digunakan. Fasilitas yang dapat digerakkan atau dipindah sesuai kebutuhan,
misalnya papan tulis, meja belajar dan kursi belajar. Fasilitas yang tidak bisa
digerakkkan atau dipindahkan sesuai kebutuhan misalnya gedung sekolah,
pipa saluran, dan ruang belajar atau kelas.
c) Berdasarkan hubungan fasilitas dengan proses belajar mengajar yaitu suatu
fasilitas yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran secara langsung
dan tidak langsung. Fasilitas yang dapat digunakan secara langsung misalnya
kapur tulis, papan tulis, media, dan spidol. Fasilitas yang tidak langsung
digunakan saat kegiatan pembelajaran misalnya lemari di kelas dan jendela.
64
Fasilitas pendidikan tidak hanya berpusat pada peralatan dan perlengkapan
yang dapat dilihat secara visual. Hal ini ditinjau dari pengertian fasilitas berupa
segala sesuatu di dalam atau di luar pembelajaran untuk mempermudah dan
memaksimalkan hasil pembelajaran. Wahyuningrum (2004:5) dalam Sutomo
(2015:102) mengklasifikasikan fasilitas menjadi dua yaitu fasilitas fisik dan
fasilitas uang. Fasilitas fisik atau fasilitas materiil merupakan keseluruhan benda
atau sesuatu yang dapat dibendakan yang berfungsi memudahkan dan
melancarkan suatu hal. Contoh fasilitas fisik atau materiil yaitu: alat tulis,
peralatan menggambar, perabot ruang kelas, dan gedung. Fasilitas uang
merupakan segala yang bernilai uang dan dapat digunakan untuk memudahkan
sesuatu, misalnya alokasi dana sekolah untuk membangun gedung sekolah,
pemberian uang oleh orang tua yang digunakan untuk membeli peralatan sekolah,
dan memiliki waktu untuk rekreasi.
Hamalik (2003:126) berpendapat bahwa fasilitas belajar sebagai unsur
penunjang belajar mencakup alat bantu belajar atau media, perlengkapan belajar,
dan ruangan belajar. Komponen-komponen tersebut saling berpengaruh dalam
keberhasilan belajar baik di sekolah maupun di rumah. Berdasarkan hal tersebut
perlu diprerhatikan bagi guru maupun orang tua dalam menyediakan dan
melengkapi berbagai komponen yang menunjang keberhasilan belajar siswa.
Pertama, alat bantu belajar atau media merupakan alat penunjang
keberhasilan dalam memudahkan pembelajaran. Usman (2017:32) menyatakan
menyampaikan bahwa media membuat siswa sangat tertarik pada pembelajaran.
Ketertarikan siswa pada media pembelajaran akan menarik siswa untuk bertanya
65
dan membuat rasa ingin tahu siswa meningkat, sehingga media pembelajaran
menjadi hal yang perlu menjadi perhatian. Kusumaningtyas, dkk (2018:64)
menyatakan media pembelajaran merupakan segala alat fisik yang berguna
sebagai alat untuk menyampaikan informasi pada proses pembelajaran. Karwati
dan Priansa (2015:235-42) mengklasifikasi media pembelajaran ke dalam sepuluh
jenis media pembelajaran meliputi: media visual, media audio, media audiovisual,
media cetak, media model, media realita, media belajar benda sebenarnya,
komputer, multimedia, dan internet. Berdasarkan hal tersebut terdapat berbagai
macam media yang dapat digunakan untuk mengefektifkan kegiatan
pembelajaran. Uraiannya sebagai berikut.
a) Media visual merupakan alat penyampaian informasi proses pembelajaran yang
berfokus pada indera penglihatan siswa. Kusumaningtyas, dkk (2018:64)
menjelaskan media visual yaitu media yang hanya dapat digunakan melalui
indera pengliatan saja dan tidak memiliki suara. Media ini menitikberatkan
pada bentuk, warna, dan rupa untuk menarik rasa ingin tahu siswa pada
pembelajaran. Media ini terdiri dari dua jenis media yaitu media yang dapat
diproyeksikan dan tidak dapat diproyeksikan. Media yang dapat diproyeksikan
misalnya slide, overhead proyektion (OHP), dan gambar. Media yang tidak
dapat diproyeksikan misalnya grafis, bagan, poster, karikatur, dan peta datar.
b) Media audio merupakan alat penyampaian informasi pada kegiatan
pembelajaran yang hanya dapat didengar. Kusumaningtyas, dkk (2018:64)
menjelaskan media audio merupakan media yang hanya menggunakan unsur
suara sebagai perantara penyampaian informasi. Contoh media audio adalah
66
kaset, radio, rekaman suara, dan piringan hitam. Media ini diproyeksikan
melalui getar bunyi. Media audio menitikberatkan pada aksen suara, intonasi,
nada, dan bunyi untuk menstimulasi konsentrasi siswa karena media audio
hanya bekerja pada indera pendengaran.
c) Media audiovisual merupakan media kombinasi dari media audio dan media
visual. Karwati dan Priansa (2015:238) menjelaskan media audiovisual tidak
hanya menggunakan indera penglihatan dan pendengaran secara tersendiri,
namun menggunakan indera keduanya. Sehingga menjadi paling menarik
karena mampu menarik perhatian siswa dari dua indra. Media audiovisual
menjadi audio yang paling menarik namun demikian hanya sedikit guru yang
mampu memaksimalkan media audiovisual. Klasifikasi dari media audiovisual
yaitu antara lain rekaman video, film, slide bersuara, game interaktif dan lain
sebagainya.
d) Karwati dan Priansa (2015:238) menyatakan media cetak merupakan media
yang secara eksplisit dicetak dan digunakan untuk menjadi perantara
penyampai informasi proses pembelajaran. Klasifikasi dari media cetak
meliputi buku pengajaran, modul, LKS, dan lain sebagainya. Media cetak
menjadi salah satu media yang bisa dimiliki oleh semua peserta didik karena
dapat diperbanyak oleh percetakan. Media cetak menjadi media yang sangat
menunjang karena siswa dapat membacanya secara berulang-ulang.
e) Media model dan media relia. Media model merupakan media yang berupa tiga
dimensi dapat dilihat dan disentuh. Media tersebut tiruan dari objek nyata yang
sulit dibawa ke dalam kelas dan dipelajari wujud aslinya. Objek tersebut
67
misalnya objek yang terlalu besar, terlalu kecil, terlalu jauh, dan objek yang
tidak mungkin dibawa ke dalam kelas. Misalnya globe, peta, gambar, wayang-
wayangan, dan sebagainya. Sebaliknya media realita merupakan media nyata
yang dapat ditangkap oleh semua indera berfungsi menghadirkan pengalaman
secara langsung dan nyata kepada siswa. Benda relia meliputi benda nyata
seperti tumbuhan, hewan, tempat yang menampilkan kejadian nyata misalnya
kebun binatang, museum, dan sebagainya, serta tempat yang dapat dijadikan
untuk belajar di luar kelas misalnya ke kebun atau ke taman sekolah.
f) Belajar benda sebenarnya melalui Specimen. Specimen merupakan benda yang
asli atau sebagian asli yang dijadikan contoh. Benda tersebut dapat
dimodifikasi bentuknya oleh manusia. Misalnya pembuatan akuarium,
terrarium, kebun binatang, hebarium, dan sebagainya. Penggunaan media
tersebut dalam lingkup pendidikan sekolah dasar jarang digunakan.
g) Multimedia adalah media berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi meliputi
media visual, audio, audiovisual, media interaktif dan projected stiil media
yang secara bersama-sama dijadikan kedalam satu alat. Misalnya video VCD,
DVD, TV, film, dan sebagainya. Pembelajaran dengan media ini berguna bagi
guru untuk memudahkan siswa memahami materi dan mengembangakan
potensi siswa.
h) Komputer adalah suatu alat yang dilengkapi dengan teknologi jaringan dan
internet sehingga dapat mempermudah kegiatan pembelajaran siswa. Beberapa
pembelajaran berbasis komputer meliputi CAI (Computer Assisted Instruction)
dan CMI (Computer Managed Instruction). CAI adalah program komputer
68
berbentuk permaianan atau animasi yang berisi konsep materi yang dituangkan
ke dalam bentuk media visual atau audio berfungsi menyampaikan materi
pelajaran dan menjadi tutor bagi siswa. CMI adalah salah satu program yang
membantu guru dalam hal administrasi siswa maupun sekolah. Misal database
buku/e-library, pencatatan pembayaran, dan lainnya. CMI dan CAI dapat
dimasukkan dalam pembelajaran elektronik atau e-learning.
i) Internet pada perkembangan jaman ini dimanfaatkan sebagai salah satu
kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tersebut disebut
pembelajaran elektronik atau e-learning. E-learning merupakan salah satu
media berbasis internet yang dimanfaatkaan dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Pembelajaran ini membutuhkan kemampuan dalam
pengoperasian interniat yang baik dan biasanya digunakan dalam pembelajran
jarak jauh.
Kedua, Peralatan dan perlengkapan belajar merupakan sesuatu yang
menunjang terlaksananya proses pembelajaran. Karwati dan Priansa (2015:272)
menjelaskan bahwa kelengkapan fasilitas belajar merupakan benda yang
membantu menunjang kegiatan pembelajaran secara langsung dan tidak langsung.
Kelengkapan peralatan belajar membangkitkan minat belajar dalam diri siswa
menimbulkan hasil belajar siswa, sebaliknya apabila tidak tersedia peralatan
belajar maka sulit mencapai keberhasilan belajar. Hamalik (2003:130)
menyatakan bahwa peralatan dan perlengkapan belajar memiliki peran yang sama
denga media pembelajaran. Jenis-jenis peralatan dan perlengkapan belajar
meliputi alat tulis, papan tulis, buku pedoman akademik, dan pakaian belajar.
69
Ketiga adalah ruang belajar. Hamalik (2003:133) menjelaskan ruang belajar
merupakan salah satu penunjang kegiatan belajar yang berupa lingkungan yang
berpengaruh terhadap kegiatan dan hasil belajar. Ruang belajar merupakan
fasilitas belajar yang menciptakan lingkungan belajar bagi siswa yang mewadahi
alat bantu, perlengkapan, dan peralatan belajar. Slameto (2015:76) menyatakan
bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi proses pembelajaran salah satunya
adalah ruang belajar.
Ruang belajar mempengaruhi kegiatan belajar baik di rumah maupun di
sekolah karena pembelajaran tidak hanya berlangsung di sekolah. Ruang belajar
dirumah memiliki peran yang cukup besar dalam keberhasilan pembelajaran
sisiwa.Karwati dan Priansa (2015:51) menyatakan ruang belajar sangat penting
karena ruang belajar berfungsi menciptakan suasana pembelajaran. Suasana
nyaman, menyenangkan, dan menarik akan memaksimal hasil belajar siswa.
Ruang belajar di lingkungan sekolah adalah ruang kelas, ruang praktek,
ruang perpustakaan, dan sebagainya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana sekolah menyatakan
bahwa ruang belajar khususnya ruang kelas berfungsi sebagai tempat kegiatan
belajar, teori, dan praktek; Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik,
ruang belajar harus cukup memberi ruang bagi siswa untuk bergerak aktif atau
nyaman dalam melakukan sesuatu; Ruangan harus memiliki pencahaayaan yang
memadai untuk mengerjakan segala sesuatu baik membaca, khususnya untuk seni
rupa dapat memberikan ruang untuk berkarya seni.
Berdasarkan peraturan menteri tersebut ruangan harus dilengkapi oleh kursi
70
siswa berjumlah 1 buah/peserta didik dengan kriteria kuat, stabil, mudah
dipindahkan, dan didesain nyaman untuk belajar siswa, meja siswa berjumlah 1
buah/peserta didik dengan kriteria kuat, stabil, mudah dipindahkan, dan didesain
nyaman untuk belajar siswa, kursi guru berjumlah 1 buah/peserta didik dengan
kriteria kuat, stabil, mudah dipindahkan, dan nyaman untuk guru, kursi guru
berjumlah 1 buah/peserta didik dengan kriteria kuat, stabil, mudah dipindahkan,
dan nyaman untuk guru.
lemari berjumlah 1 buah dengan kriteria dapat ditutup dan dikunci
digunakan untuk menyimpan perlengkapan, papan pajang berjumlah 1 buah
berguna untuk memajang hasil karya anak, media pendidikan seperti papan tulis
atau dapat pula di tambahkan seperti gambar pahlawan, proyektor, hasil karya
anak, dan sebagainya, perlengkapan lain seperti tempat sampah, tempat cuci
tangan, dan jam dinding.
Berdasarkan klasifikasi yang telah diuraikan fasilitas belajar yang
berhubungan dengan pembelajaran seni rupa adalah alat bantu belajar atau media,
perlengkapan belajar, dan ruangan belajar. Media pembelajaran yang
memudahkan siswa dapat memahami apa yang disampaikan guru adalah media
cetak, media audio, media visual, media audiovisual, media komputer, dan
internet. Perlengkapan belajar yang dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran
seni rupa di kelas seperti meja, kursi dan papan pajang.
Ruang belajar pun digunakan siswa sebagai tempat belajar yang nyaman.
Kelengkapan fasilitas belajar tersebut semakin memudahkan siswa belajar dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. kelngkapan ini memberikan akses yang mudah
71
bagi siswa untuk mempelajari materi ataupun bahan pembelajaran khusunya seni
rupa. Karena materi senirupa bersinggungan dengan kegiatan praktek langsung.
Alat belajar seni rupa misalnya alat tulis, buku tulis, buku gambar, pewarna,
crayon, dan lain sebagainya yang diperlukan pula dalam meningkatkan hasil
belajar seni rupa.
2.2.4.4 Fungsi Fasilitas
Fasilitas belajar berfungsi sebagaipenunjang kemudahan kegiatan
pembelajaran siswa berpengaruhterhadaphasilbelajar. Hal tersebut karenafasilitas
belajar dapat mempengaruhi pembelajaran. Dalyono(2012:241) menyatakan
bahwakelengkapan fasilitas belajar khususnya peralatan belajar menunjang
kemudahan siswa dalambelajar, sebaliknya apabila fasilitas belajar tidak tersedia
dengan baik akan menghambat kelancaran belajar siswa. Keberadaan fasilitas
belajar berfungsi untuk menunjang belajar siswa secara.
Fasilitas belajar berfungsi sebagai penunjang kegiatan pembelajaran yang
efisien dan efektif. Hamalik (2003:127) mengatakan bahwa fasilitas berfungsi
memudahkan dan melancarkan terlaksananya kegiatan pembelajaran secara
efektif dan efisien sehingga mendapatkan hasil belajar yang optimal. Sejalan
dengan Karwati dan Priansa (2015:51) menjelaskan fasilitas belajar khususnya
ruang belajar berfungsi untuk menciptakan suasana dan kondisi belajar yang
nyaman, menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk giat belajar. Adanya
fasilitas belajar baik di sekolah atau di rumah berfungsi menciptakan suasana
dan kondisi belajar yang menyenangkan dan teratur bagi siswa, sehingga
berdampak pada efisiensi dan efektivitas hasil belajar.
72
Berdasarkan pendapat tersebut, fasilitasbelajarmemilikifungsipenting
dalammembantu terlaksananya kegiatan pembelajaran. Tersedianya fasilitas
pembelajaran yang lengkapdengankondisi yangbaik, maka dapat mencapai
tujuanpembelajarandenganbaik. Fasilitasbelajar berfungsi membantu siswa
memahamiapayang disampaikanolehguru, menunjang, dan mempermudah
kelancaran proses kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Terlaksananya
pembelajaran secara efektif dan efisien berdampak pada terselenggaranya
kegiatan pembelajarandengan baik yang berdampak pada ketercapaian
hasilbelajaryangbaik.
2.2.4.5 Indikator Fasilitas Belajar
Pembelajaran seni rupa merupakan pembelajaran yang bersifat kinestetik.
Karwati dan Priansa (2015:190) menjelaskan pembelajaran kinestetik merupakan
pembelajaran yang menerapkan keterlibatan siswa secara langsung melalui
praktik dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini memberikan dampak perlunya
ketersediaan alat penunjang pembelajaran. Menurut Hamalik (2003:126) fasilitas
dan peralatan belajar merupakan penunjang proses pembelajaran meliputi tiga hal
yaitu media pembelajaran, perlengkapan belajar dan ruang belajar.
Media pembelajaran yang digunakan untuk menunjang pembelajaran di
sekolah dasar beraneka ragam. Karwati dan Priansa (2015:235-42) menyebutkan
media pembelajaran meliputi media visual, audio, audio visual, cetak, model,
realita, benda sebenarnya, komputer, multimedia dan internet. Guna menunjang
pembelajaran seni rupa di sekolah dasar media yang digunakan berupa media
yang dapat menunjang tercapainya aspek pengetahuan, keterampilan dan nilai
73
estetik dalam menciptakan karya seni rupa berupa ukiran, patung, gambar, cetak-
mencetak, dan lain sebagainya.
Susanto (2013:263) aspek yang harus di kuasai siswa dari pembelajaran seni
rupa meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam membuat karya seni.
Indikator media meliputi media visual, cetak, model, benda sebenarnya, dan
komputer. Aspek-aspek tersebut harus ditunjang oleh fasilitas yang mendukung
setiap aspek. Menurut Hamalik (2003:130), peralatan dan perlengkapan belajar
merupakan alat yang kita butuhkan untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran
dan terlaksananya pembelajaran. Peralatan dan perlengkapan pembelajaran
tersebut meliputi alat tulis, meja, kursi, papan tulis, buku pedoman akademik dan
lain sebagainya. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada pembelajaran
seni rupa di sekolah dasar meliputi buku gambar, pewarna, papan tulis, meja dan
kursi belajar.
Menurut Hamalik (2003:133), ruangan belajar merupakan lingkungan yang
menciptakan suasana belajar.Hal ini dijelaskan pula oleh Karwati dan Priansa
(2015:51), suasana yang diharapkan dari ruang belajar adalah terciptanya suasana
menyenangkan bagi siswa, keleluasaan bagi siswa untuk belajar dan terciptanya
kemudahan bagi guru untuk mengawasi dan memperhatikan proses pembelajaran
berlangsung. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam ruang belajar berupa ruang
belajar cukup cahaya dan sirkulasi udara, ruang belajar tenang bagi pembelajaran,
ruang belajar bersih, ruang belajar luas, bentuk ruang belajar, pengaturan peserta
didik dalam ruang belajar. Ruang belajar yang digunakan pada penelitian ini
adalah ruang kelas dan ruang belajar di rumah.
74
Amah dan Nugroho (2015) IKIP PGRI Madiunmelakukan penelitian
berjudul “Pengaruh Fasilitas Sekolah Terhadap Hasil Belajar Akuntansi dengan
Lingkungan Sosial Sebagai Pemoderasi”.Penelitian ini menggunakan enam
indikator yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: bangunan
sekolah, perlengkapan sekolah, media pengajaran, perpustakaan, pengelolaan
laboratorium, dan kantin sekolah. Indikator ini menggunakan dimensi tempat
belajar siswa di sekolah.
Memahami beberapa indikator tersebut, pada penelitian ini menggunakan
indikator yang di kembangkan berdasarkan dimensi tempat belaja rsiswa di rumah
dan di sekolah karena siswa belajar tidak hanya di sekolah. sebagai berikut: (1)
Alat bantu belajar atau media pembelajaran, (2) Peralatan-perlengkapan belajar,
dan (3) Ruang belajar. Indikator dikembangkan dari pendapat Hamalik (2003:127)
dan Karwati dan Priansa (2015:51).
2.2.5 Hubungan Antarvariabel
Penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel
independen yaitu kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar, sedangkan
variabel dependen yaitu hasil belajar seni rupa siswa. Bagian ini membahas
tentang hubungan antara kompetensi pedagogik guru dan hasil belajar, hubungan
antara fasilitas belajar dan hasil belajar, serta hubungan kompetensi pedagogik
guru dan fasilitas belajar dengan hasil belajar. Hubungan tersebut diuraikan
sebagai berikut.
2.2.5.1 Hubungan antara Kompetensi Pedagogik Guru dan Hasil Belajar
Guru merupakan salah satu komponen yang penting dalam meningkatkan
75
kualitas pendidikan. Upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan
mendapatkan hasil yang optimal tanpa didukung oleh guru yang berkompeten.
Guru yang dimaksud adalah guru mempunyai kualifikasi, kompetensi dan
dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Slameto (2015:97)
menyatakan bahwa ketika proses belajar mengajar guru memiliki tugas untuk
membimbing siswa dan memfasilitasi belajar siswa, sehingga guru bertanggung
jawab untuk mengamati semua yang yang terjadi di dalam kelas.
Ketika guru tidak mampu menguasai kelas maka tujuan pembelajaran tidak
akan tercapai. Dengan demikian guru harus mampu menjalankan tugas
fungsionalnya dalam proses pembelajaran di kelas dengan optimal.Kualitas proses
pembelajaran di kelas berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Menurut
Sudjana (2016:59), setiap komponen pembelajaran yang terkait secara sistematis
berpengaruh pada keberhasilan belajar sesuai dengan fungsinya.
Komponen guru meliputi penguasaan mata pelajaran, pengelolaan
pembelajaran, keterampilan mengajar, sikap keguruan, pengalaman mengajar,
cara mengajar, keterampilan berkomunikasi, kepribadian, dan sebagainya.
Kemampuan guru dalam penguasaan dan pengelolaan pembelajaran di kelas
disebut juga kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik guru merupakan
faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar siswa. Susanto (2013:14)
berpendapat bahwa hasil belajar siswa bergantung pada faktor internal dan faktor
eksternal yang memengaruhi proses belajar.
Pembelajaran seni rupa juga dipengaruhi kompetensi pedagogik terkait
penguasaan materi perencanaan dan sebagainya. Hal ini terjadi karena
76
pembelajaran seni termasuk pembelajaran kompleks karena aspek yang dipelajari
adalah kognitif dan psikomotor. Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan
bahwa apabila kompetensi pendagogik guru mata pelajaran khususnya
pembelajaran seni rupa yang rendah menyebabkan siswa kesulitan dalam belajar.
Santri(2017) Universitas Indonesia Timur Makasardengan judul “Hubungan
Kompetensi Pedagogik dengan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri di
Watampone”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara langsung
terdapat pengaruh kompetensi pedagogik terhadap hasil belajar siswa sebesar
16,5%, sedangkan motivasi belajar secara tidak langsung berpangaruh terhadap
hasil belajar sebesar 34,5%. Kompetensi pedagogik dan motivasi belajar
berhubungan dengan hasil belajar sebesar 64,3%. Berdasarkan hal tersebut,
keberhasilan pembelajaran di kelas yang menentukan peningkatan hasil belajar
siswa ditentukan oleh kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru.
2.2.5.2 Hubungan antara Fasilitas Belajar dan Hasil Belajar
Proses belajar mengajar khususnya pembelajaran seni rupa sangat
membutuhkan fasilitas dalam belajar. Fasilitas belajar yang memadai dan lengkap
memperlancar proses belajar mengajar secara optimal.Kegiatan
pembelajaranapabila telaksana secara optimalmakamenghasilkan hasilbelajar
optimal. Fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang menunjang kemudahan dan
kelancaran pelaksanaan kegiatan pembelajaran baik peralatan maupun benda-
benda yang digunakan langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan pengertian
tersebut, fasilitas belajar disamakan dengan sarana dan prasarana.
77
Menurut Susanto (2016:267), keberadaan sarana pembelajaran dalam hal ini
fasilitas belajar sangat diperlukan guru dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Fasilitas atau sarana belajar dalam
pembelajaran seni rupa, misalnya peralatan seni budaya. Peralatan seni budaya
kaitannya dengan seni rupa misalnya kertas, pensil, alat gambar dan sebagainya.
Kertas dan alat gambar perlu disediakan oleh pihak sekolah maupun orang tua.
Tersedianya alat-alat tersebut membantu siswa berekpresi melalui karya seni rupa,
misalnya menggambar.
Ruang kelas merupakan fasilitas belajar pembelajaran seni rupa di kelas
yang harus disediakan oleh pihak sekolah. Ruang kelas yang nyaman akan
menunjang proses belajar siswa misalnya dalam belajar menggambar. Tersedianya
papan pajang untuk memajang hasil karya siswa dalam rangka mengapresiasi
hasil karya siswa sangat diperlukan. Siswa akan termotivasi untuk membuat karya
terbaiknya sehingga hasil karya yang diciptakan akan lebih baik.
Dianah (2017) dengan judul “Kontribusi Fasilitas dan Disiplin Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa secara signifikan fasilitas dan disiplin belajar siswa
berkontribusi terhadap hasil belajar siswa, sehingga perlu diperhatikan
kelengkapan fasilitas dan disiplin belajar siswa dalam meningkatkan hasil belajar
siswa. Berdasarkan hal tersebut, keberhasilan pembelajaran di dalam kelas
ditentukan oleh ketersediaan fasilitas belajar.
78
2.2.5.3 Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru dan Fasilitas Belajardengan Hasil Belajar
Guru yang mampu menguasai dan mengelola pembelajaran khususnya
pembelajaran seni rupa dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan teknik
dan metode mengajar yang tepat. Hal tersebut akan membawa dampak semangat
belajar siswa tinggi sehingga berpengaruh pada hasil belajarnya. Dalyono
(2012:56-7) berpendapat bahwa kuat lemahnya semangat atau motivasi belajar
seseorang memengaruhi keberhasilannya dalam belajar, karena semangat atau
motivasi belajar mendorong siswa untuk bersungguh-sungguh dalam belajar.
Semangat belajar yang tinggi haruslah didukung dengan fasilitas belajar
yang memadai pula. Khususnya pada pembelajaran seni rupa kelengkapan
fasilitas belajar sangatlah penting. Fasilitas belajar pembelajaran seni rupa,
misalnya peralatan seni budaya dan ruang kelas. Semakin lengkap fasilitas belajar
yang disediakan sekolah dan orang tua, semakin mudah siswa mengekspresikan
diri dan kreativitas yang dimiliki melalui berkarya seni rupa, misalnya
menggambar atau cetak relief tinggi.
Kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar berpengaruh pada hasil
belajar siswa. Sudjana (2009:59) menyatakan bahwa alat atau fasilitas belajar atau
sumber belajar menunjang dan mendukung keefektifan proses pembelajaran
sehingga siswa mudah dalam belajar dan guru mudah dalam mengajar.
Keefektifan proses pembelajaran akan berdampak pada tercapainya tujuan
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa lebih baik. Kompetensi pedagogik guru
dan fasilitas belajar berpengaruh pada hasil belajar siswa.
79
Ningrum dan Safita (2017) dari UIN STS Jambi dengan judul “Pengaruh
Kompetensi Pedagogik Guru dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar pada
Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 10 Kota Jambi”. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar
berpengaruh secara signifikan sebesar 52% terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 10 Kota Jambi.
2.2 Kajian Empiris
Kajian empiris membahas mengenai penelitian relevan atau penelitian yang
telah dilaksanakan terdahulu. Penelitian relevan merupakan penelitian yang
berkaitan dengan variabel penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian relevan
digunakan sebagai referensi peneliti dalam melaksanakan penelitian. Penelitian ini
untuk mengetahui adakah pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas
belajar terhadap hasil belajar seni rupa siswa kelas V SDN se-Gugus Kartini
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
Adapun fokus penelitian yang relevan adalah variabel kompetensi
pedagogik guru menekankan pada kompetensi pedagogik guru di dalam proses
pembelajaran. Variabel fasilitas belajar menekankan pada ketersediaan fasilitas
belajar yang disediakan sekolah dan orang tua. Variabel hasil belajar seni rupa
menekankan pada hasil belajar siswa diranah kognitif. Berikut penelitian relevan
yang telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti terdahulu.
1. Puspita (2014) Universitas Negeri Semarang dengan judul “Kompetensi Guru
dalam Pembelajaran Seni Rupa di SMA Kabupaten Banjarnegara”. Hasil
80
penelitian tersebut menunjukkan rata-rata kompetensi guru seni rupa baik
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesi di SMA Kabupaten
Banjarnegara sangat baik. Kategori sangat baik ditunjukkan dari kompetensi
guru SMA N 1 Banjarnegara dalam hal kepribadian dan sosial, SMA N 1
Bawang dalam hal kepribadian, pedagogik, dan sosial, sedangkan SMA N 1
Wanadadi dalam hal kepribadian, profesional, dan sosial.
2. Sholekhah dan Hadi (2014) Universitas Negeri Semarangdengan judul
“Pengaruh Fasilitas Belajar dan Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar
IPS Terpadu melalui Motivasi Belajar SMP Negeri 1 Ambarawa”. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara variabel fasilitas belajar
terhadap hasil belajar melalui motivasi belajar sebesar 63,8%.
3. Kurniawan (2014) Universitas Negeri Semarang dengan judul “Pengaruh
Lingkungan Sekolah, Motivasi Belajar dan Fasilitas Belajar terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Peralatan Kantor Kelas X
AdministrasiPerkantoran SMK Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara terpisah semua hipotesis
awal variabel X ditolak, sedangkan secara simultan variabel X (lingkungan
sekolah, motivasi, dan fasilitas belajar) berpengaruh terhadap hasil belajar
sebesar 64,1%.
4. Ratnaningtyas dan Muhsin (2014) Universitas Negeri Semarang dengan judul
“Pengaruh Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar, Fasilitas Belajar dan
Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Keterampilan Mengetik Mahasiswa
Program Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi Universitas
81
Negeri Semarang”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan ada pengaruh
secara simultan kesiapan belajar, motivasi belajar, fasilitas belajar, dan
lingkungan teman sebaya terhadap keterampilan mengetik mahasiswa sebesar
70.6%, sedangkan pengaruh secara parsial kesiapan belajar, motivasi belajar,
fasilitas belajar, dan lingkungan teman sebaya masing-masing sebesar
4.162%, 16%, 10.3%, dan 11.9%.
5. Handhani (2014) Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul
“Pengaruh Kedisiplinan Belajar dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS di SMA Batik 1 Surakarta
Tahun Ajaran 2013/2014”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan masing-
masing variabel x berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar
siswa, sedangkan secara bersama antara kedisiplinan belajar dan pemanfaatan
fasilitas belajar terhadap prestasi belajar memiliki pengaruh yang signikan
pula.
6. Nastiti (2015) Universitas Pasudan berjudul “Pengaruh Layanan Mengajar
Dosen dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar Terhadap Kepuasaan Mahasiswa di
Universitas Pasudan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masing-
masing variabel layanan mengajar dosen berkategori tinggi dan berpengaruh
signifikan pada kepuasaan mahasiswa, sedangkan pemanfaatan fasilitas
belajar memiliki kategori sedang namun berpengaruh signifikan pula pada
kepuasaan mahasiswa. Secara bersam-sama layanan mengajar dosen dan
pemanfaatan fasilitas belajar terhadap kepuasaan mahasiswa di universitas
pasudan berpengaruh signifikan dan berhubungan sangat kuat.
82
7. Setyowati dan Ismanto (2015) Universitas Kristen Satya Wacana dengan
judul “Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Profesionalitas Guru Ekonomi dan
Keberadaan Fasilitas Belajar dengan Motivasi Belajar di SMA Kartika III-1
Banyubiru Kabupaten Semarang”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa persepsi siswa terhadap profesionalitas guru dan keberadaan fasilitas
belajar di SMA Kartika III-1 Banyubiru memiliki hubungan positif dan
signifikan. Hal ini berarti keprofesionalitasan guru dan pengadaan fasilitas
belajar berpangaruh terhadap pengembangan persepsi siswa.
8. Puryanto (2015) Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul
“Pelaksanaan Pembelajaran Seni Rupa Materi Batik Kelas VIII E Semester
Genap SMP Negeri 2 Grobogan Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa siswa mampu mendifinisikan konsep batik dan mampu
melaksanakan praktek membatik sesuai dengan prosedur.
9. Akomolafe dan Adesua (2016) Ekiti State University dan College of
Education dengan judul “The Impact of Physical Facilities on Students’ Level
of Motivation and Academic in Senior Secondary Schools in South West
Nigeria”. The result of this research is physical facilities had significant
relationship between students level of motivation and academic performance.
(Fasilitas fisik memiliki hubungan yang signifikan antara tingkat motivasi
siswa dan prestasi akademik).
10. Almukhambetov, B.A., et all (2016) The Kazakh National Pedagogical
University of a Name of Abay, et alldengan judul “Making Art Pedagogy in
the System of Education in the Republic of Kazakhstan”. The result of this
83
research is the influence of art pedagogical, the experience of integrating
pedagogy and also arts in cultural-historical perspective normally proposed
varying and advisable use of different types of art. (Pengaruh kemampuan
pedagogik dalam berkesenian, pengalaman dalam memadukan atau
mengintegrasikan kemampuan pedagogik, dan juga memahami dan
mengapresiasi berbagai sudut pandang mengenai kegunaan seni ditinjau dari
kultur sejarah).
11. Boudreaux, Martin, dan McNeal (2016) University of Memphis dengan judul
“Perceptions of Quality School Facilities – Implication for the School
administrator”. The result of this research is between elementary and middle
school teachers’ perceptions about quality shool facilities were no significant
different. (Persepsi guru sekolah dasar dan menengah mengenai kualitas
fasilitas sekolah tidak memiliki perbedaan yang signifikan).
12. Suswanto dan Roniwijaya (2016) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta dengan judul “Hubungan Pemanfaatan Fasilitas Praktik dan
Minat Siswa dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Dasar Listrik Otomotif
Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa pemanfaatan fasilitas praktik dengan hasil belajar, minat siswa dengan
hasil belajar, serta pemanfaatan fasilitas praktik dan minat siswa dengan hasil
belajar memiliki hubungan positif dan signifikan.
13. Alkornia (2016) Universitas Jember dengan judul “Studi Deskriptif
Kompetensi Pedagogik dan Profesionalisme Guru PAUD Dharma Wanita
84
Binaan SKB Situbondo”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada
dua jenis upaya peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional guru,
yaitu: upaya peningkatan lembaga formal adalah melalui ikut serta kegiatan
pelatihan dan seminar, pemanfaatan media, dan aktif dalam keorganisasian,
sedangkan upaya peningkatan pendidikan lembaga non formal adalah melalui
pengadaan kegiatan lokakarya, motivasi guru dalam bidang karya ilmiah, dan
mendukung segala inovasi guru.
14. Febriani dan Sarino (2017) Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul
“Dampak Cara Belajar dan Fasilitas Belajar dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara cara belajar dan fasilitas belajar terhadap prestasi
belajar siswa, sehingga peningkatan prestasi belajar dapat ditingkatkan
melalui cara belajar siswa dan fasilitas belajar.
15. Aimah, Ifadah, dan Bharati (2017) Universitas Muhammadiyah Semarang
dan Universitas Negeri Semarang dengan judul “Building Teacher’s
Pedagogical Competence and Teaching Improvement through Lesson Study”.
The result of this research is based on the improvement of teachers’
pedagogical competence was their decision in adjusting the material and
approach to implement a meaningful learning. It proved that students’
motivation could be optimally stimulated in joining the classroom. However,
the students’ perception of teachers’ pedagogical competence was also
increasing. (Peningkatan kompetensi pedagogik guru berdasarkan
85
penyesuaian pengambilan materi dan pendekatan pembelajaran yang berarti.
Hal ini membuktikan bahwa motivasi siswa dapat optimal dalam mengikuti
pembelajaran di kelas. Persepsi siswa kemudian mengenai kompetensi
pedagogik guru meningkat).
16. Salgiarti dan Suryani (2017) Universitas Negeri Semarang dengan judul
“Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik, Fasilitas, dan Kompetensi Pegawai
Terhadap Sistem Pengelolaan Arsip Dikantor Kelurahana se-Kecamatan
Cilacap Utara”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa lingkungan
kerja fisik, fasilitas, dan kompetensi pegawai secara simultan berpengaruh
sebesar 21,9% terhadap sistem pengelolaan arsip dikantor Kelurahan se-
Kecamatan Cilacap Utara, sedangkan pengaruh terkuat pada sistem
pengelolaan arsip sebesar 7,673% adalah kompetensi pegawai, kemudian
lingkungan kerja fisik dan fasilitas kerja secara berturut-turut berpengaruh
sebesar 7,18% dan 6,864%.
17. Susanti dan Wahyudin (2017) Universitas Negeri Semarang dengan judul
“Pengaruh Kemampuan Ekonomi Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Melalui
Fasilitas Belajar di Rumah dan Motivasi Belajar Sebagai Intervening”. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan ekonomi orang tua,
fasilitas belajar, dan motivasi berpengaruh secara langsung terhadap hasil
belajar pengantar eakuntansi sedangakan kemampuan ekonomi orang tua
secara tidak langsung berpengaruh pada fasilitas belajar di rumah sebesar
39% dan motivasi belajar sebesar 40,2%.
86
18. Susanti, Yolamalinda, dan Verawati (2017) STKIP PGRI Sumatera Barat
dengan judul “Pengaruh Minat Memilih Sekolah, Lingkungan Keluarga,
Fasilitas Belajar, dan Pengetahuan Kesempatan Kerja Terhadap Keputusan
Siswa Memilih SMK Negeri 4 Padang”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa Secara keseluruhan antara minat memilih sekolah,
lingkungan keluarga, fasilitas belajar, dan pengetahuan kesempatan kerja
sangat berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan siswa
memilih SMK Negeri 4 Padang.
19. Tirani (2017) dengan judul “Hubungan Antara Kebiasaan Belajar, Fasilitas
Belajar dan Perhatian Orang Tua dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas VII SMP Negeri Se-Kecamatan Pajangan”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pada kebiasaan belajar, fasilitas belajar dan perhatian
orang tua memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan prestasi
belajar matematika.
20. Supriyono (2017) Universitas Terbuka dengan judul “Pengaruh Kompetensi
Pedagogik, Profesional, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Sekolah
Dasar”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara simultan dan
parsial kompetensi pedagogik, profesional, dan motivasi kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja guru.
21. Sudarwo, Yusuf, dan Anfas (2018) Universitas Terbuka Ternate dengan judul
“Pengaruh Sarana Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Kemandirian
Belajar Mahasiswa”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara
parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara ketersediaan sarana
87
prasarana belajar dan motivasi terhadap kemandirian belajar mahasiswa,
namun secara simultan hanya terdapat pengaruh positif antara ketersediaan
sarana prasarana belajar dirumah atau dikos dan perkuliahan serta motivasi
terhadap kemandirian belajar mahasiswa.
22. Lestari dan Purwanti (2018) Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dengan
judul “Hubungan Kompetensi Pedagogik, Profesional, Sosial, dan
Kepribadian pada Guru Sekolah Nonformal X”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa kompetensi guru bervariasi dalam mengajarkan
pendidikan seni karena ada yang memiliki kompetensi dan ada yang kurang
memenuhi kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Setiap
kompetensi memiliki korelasi signifikan atau saling melengkapi dengan
kompetensi lainnya. Kompetensi pedagogik saling terkait dan melengkapi
antara kompetensi satu dengan yang lainnya.
23. Hanggara, Soegiyanto, dan Sulaiman (2019) Universitas Negeri Semarang
dengan judul “Learning Infrastructure Facilities for Physical Education,
Sport, and Health public Elementary school”. The result of this research is
infrastructure facilities learning physical education, sports, and health of
public elementary schools is the ability and average enough category fulfilled
RI Minister of Education Regulation No. 24 of 2007 concerning
infrastructure facilities standards and also has been implemented with the
policy direction of the school on Parakan District, Temanggung Regency.
(Sarana dan prasarana fasilitas belajar dari pendidikan fisik, olahraga, dan
kesehatan sekolah dasar umum memadai dan dikategorikan cukup lengkap
88
seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 24 tahun 2007
tentang standar sarana dan prasarana serta diimplikasikan sesuai dengan
kebijakan sekolah pada Kecamatan Parakan, Kabupaten Temangggung).
Penelitian-penelitian tersebut digunakan sebagai referensi seperti teori,
langkah-langkah atau alur penelitian, metode, dan lain sebagainya oleh
peneliti.Perbedaan maupun persamaan antara penelitian yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti digunakan sebagai acuan dalam kegiatan
penelitian tentang “Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Fasilitas Belajar
terhadap Hasil Belajar Seni Rupa Siswa Kelas V SDNegeri se-Gugus Kartini
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal”.
Perbedaan penelitian tersebut dapat ditinjau dari beberapa hal, yaitu: (1)
Sebagian besar objek penelitian yang diteliti adalah siswa SMA/SMK atau SMP,
hanya ada tiga penelitian yang meneliti siswa SD; (2) Pendekatan dalam
penelitian relevan menggunakan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan keduanya.
Sebagian besar pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif; (3) Metodologi
yang digunakan sebagian besar adalah ex post facto, namun ada pula yang
menggukan mix methods, survei, dan deskriptif kualitatif; (4) Teori yang
digunakan dalam penelitian yang relevan dan tidak digunakan dalam penelitian,
yaitu: mengenai kompetensi pedagogik dari Irwantoro (2016) dan mengenai
fasilitas belajar dari Arifin (2017) dan The Liang Gie (2003); (5) Alat bantu
analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah SPSS 23, sedangkan pada
penelitian relevan adalah SPSS 16, 17, atau 21; (6) Penelitian ini menggunakan
tiga variabel, penelitian relevan ada yang menggunakan dua sampai lima variabel
89
dengan macam variabel yang berbeda;(7) Uji Prasyarat ada yang menggunakan uji
homogenitas dan autokorelasi, sedangkan dalam penelitian ini tidak menggunakan
kedua uji tersebut. Perbedaan penelitian ini digunakan sebagai referensi peneliti.
2.3 Kerangka Berpikir
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan suatu pembelajaran.
Indikator pencapaian hasil belajar dapat ditunjukkan salah satunya dengan
menggunakan evaluasi belajar berupa tes atau ulangan harian. Nilai dari evaluasi
tersebut dapat diketahui seberapa besar pencapaian hasil belajar siswa. Hasil
belajar dipengaruhi oleh kompetensi guru dalam mengajar siswa khususnya
kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan dan kecakapan guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas. Guru yang dapat mengelola dan menguasai
kelas dengan wawasan di setiap mata pelajaran yang diampunya khususnya
pembelajaran seni rupa, guru akan mampu mengelola kelas menjadi
menyenangkan dan kondusif. Hal ini dapat memotivasi siswa belajar sehingga
mendapatkan hasil belajar yang optimal. Hasil belajar siswa selain dipengaruhi
kompetensi pedagogik guru juga dipengaruhi oleh fasilitas belajar.
Fasilitas belajar adalah sesuatu yang dapat menunjang pelaksanaan
pembelajaran baik berupa peralatan maupun benda-benda yang digunakan secara
langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan
setiap pembelajaran pasti membutuhkan alat-alat yang digunakan dalam belajar,
tidak terkecuali pembelajaran seni rupa. Fasilitas belajar merupakan salah satu
90
faktor yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena berguna untuk
mengontrol tingkah laku siswa. Skema di bawah ini menunjukkan keterkaitan
hasil belajar seni rupa sebagai variabel terikat, kompetensi pedagogik dan fasilitas
belajar sebagai variabel bebas. Skema ini digambarkan dalam bagan 2.1.
Gambar2.1 Bagan KerangkaBerpikirPenelitian
2.4 Hipotesis
Seorang peneliti yang telah melakukan studi pendahuluan akan menemukan
jawaban sementara atas hasil studi pendahuluan. Sugiyono (2015:99) menjelaskan
bahwa hipotesis adalah kalimat pertanyaan yang merupakan jawaban sementara
dari rumusan masalah penelitian. Musfiqon (2012:46) menjelaskan bahwa
penelitian kuantitatif mempunyai jawaban sementara atas masalah penelitian yang
disebut hipotesis. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H01 : Tidak terdapat pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap hasil belajar
seni rupa siswa kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal. (ρ=0)
Ha1 : Terdapat pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap hasil belajar seni
rupa siswa kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru
Kompetensi Pedagogik Guru
Fasilitas Belajar
Hasil BelajarSeni Rupa
91
Kabupaten Tegal. (ρ≠0)
H02 : Tidak terdapat pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar seni rupa
siswa kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten
Tegal. (ρ=0)
Ha2 : Terdapat pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar seni rupa siswa
kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
(ρ≠0)
H03 : Tidak terdapat pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar
terhadap hasil belajar seni rupa siswa kelas V SDN se-Gugus Kartini
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. (ρ=0)
Ha3 : Terdapat pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar terhadap
hasil belajar seni rupa siswa kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan
Dukuhwaru Kabupaten Tegal. (ρ≠0)
189
BAB V
PENUTUP
Penelitian berjudul “Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Fasilitas Belajar
Terhadap Hasil Belajar Seni Rupa Kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan
DukuhwaruKabupatenTegal” telah selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh, maka dapat dibuat simpulan dan saran. Simpulan
adalah suatu ringkasan dari uraian hasil penelitian yang telah dianalisis atau
pernyataan singkat mengenai hasil dan pembahasan dalam penelitian. Simpulan
dapat pula berperan sebagai jawaban dari rumusan masalah penelitian. Saran
adalah nasehat berupa anjuran yang diberikan penulis kepada pihak-pihak terkait
yang didasarkan pada hasil penelitian. Pihak terkait dalam penelitian ini berupa
guru, sekolah, penulis selanjutnya, orang tua, dan siswa. Uraian mengenai bab
penutup yang berisi simpulan dan saran sebagai berikut:
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
simpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antarakompetensi pedagogik terhadap hasil belajar
seni rupa siswa kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru
KabupatenTegal. Hal ini dibuktikan dari pengujian hipotesis
190
pertama yang memeroleh thitung> ttabel (6,982 > 1,981), sehingga Ha1 diterima.
Persentase sumbanganpengaruh kompetensi pedagogik terhadap hasil belajar
seni rupa sebesar 30,1%, sisanya sebesar 69,9% dipengaruhi oleh faktor lain
di luar variabel kompetensi pedagogik.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara fasilitas belajar belajar terhadap hasil belajar
seni rupa siswa kelas V SDN se-Gugus Kartini Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal. Hal ini dibuktikan dengan pengujian hipotesis kedua yang
mana Ha2 diterima dengan perolehan thitung> ttabel (4,204 > 1,981). Persentase
sumbangan pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar seni rupa sebesar
13,5%, sisanya sebesar 86,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel
fasilitas belajar.
3. Berdasarkan hasil pengujian variabel independen (kompetensi pedagogik dan
fasilitas belajar) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (hasil
belajar seni rupa) diperoleh bahwaada pengaruh yang signifikan
antarakompetensi pedagogik dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar seni
rupakelasV SDNse-GugusKartiniKecamatanDukuhwaruKabupatenTegal. Hal
ini dibuktikan dari pengujian hipotesis ketiga yang menerima Ha3dengan
perolehanFhitung > Ftabel (27,086 > 3,077). Persentase sumbangan pengaruh
kompetensi pedagogik dan fasilitas belajar secara bersama-sama terhadap
hasil belajar seni rupa sebesar 31,4%, sedangkan sisanya 68,6% dipengaruhi
faktor lain yang tidak diteliti.
191
5.2 Saran
Bagian saran berisi saran dari hasil penelitian untuk pihak yang terkait.
5.2.1 Bagi Siswa
Siswa hendaknya menjaga dan menggunakanfasilitas belajarnya secara
bijaksana, karena dari hasil penelitian fasilitas belajar berpengaruh secara
signifikan sebesar 13,5%. Siswa hendaknya merawat perlengkapan belajar seperti
buku pelajaran atau peralatan menulis atau pewarna, dengan cara memberi sampul
pada buku pelajaran atau meletakkan peralatan menulis dan pewarna pada tempat
yang telah disediakan. Peralatan menulis diletakkan di tempat pensil dan pewarna
ditempatkan di tempat pewarna. Ketiga alat tersebut dapat diletakkan pada rak
lemari siswa agar terjaga ketersediaannya.
5.2.2 Bagi Guru
1. Guru hendaknya memperbaiki kualitas kompetensi pedagogik dengan
memberikan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara guru memperkaya sumber belajar seni rupa
berupa contoh kongkret karya seni rupa ataupun materi seni rupa yang
terdapat di internet. Hal lain adalah guru hendaknya memanfaatkan alat
pembelajaran seperti LCD Proyektor agar dapat memvisualisasikan berbagai
contoh hasil karya seni rupa.
2. Guru hendaknya menyediakanfasilitas belajar siswa dengan cara
memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia. Misalnya lemari atau rak dapat
difungsikan untuk menyimpan peralatan seni rupa siswa yang sering hilang,
sedangkan untuk penyimpanan hasil karya siswa dapat disimpan dengan cara
dipajang dipapan pajang.
192
5.2.3 Bagi Sekolah
1. Sekolah hendaknya memperbaiki kualitas kompetensi pedagogikguru dengan
mengutus guru untuk ikut serta dalam berbagai pelatihan, wokrshop, maupun
pendidikan dan latihan (diklat) mengenai kompetensi pedagogik guru terkait
kegiatan pembelajaran seni rupa. Hal lain adalah sekolah khususnya kepala
sekolah melakukan pengawasan terhadap kompetensi pedagogik guru dalam
pembelajaran seni rupa. Kepala sekolah dapat mengarahkan guru untuk
melakukan kegiatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi terkait penyampaian materi pembelajaran kepada siswa.
2. Sekolah hendaknya menyediakan fasilitas belajar siswa dengan
carabertanggung jawab menyediakan berbagai fasilitas yang menunjang
kemudahan siswa dalam belajar. Misalnya penyediaan LCD Proyektor secara
menyeluruh, rak atau lemari, meja dan kursi yang layak. Sekolah hendaknya
melakukan pengawasan dan kontrol terhadap fasilitas belajar siswa di sekolah
terkait dengan penggunaannya dalam kegiatan pembelajaran atau layak
tidaknya suatu fasilitas itu dapat digunakan.
5.2.4 Bagi Orang Tua
1. Orang tua hendaknya memperhatikan anak dalam kegiatan pembelajaran. Hal
tersebut dikarenakan cara mengajar guru mempengaruhi belajar anak. Orang
tua harus aktif dalam bertanya apa yang telah dipelajari anak kepada si anak.
Hal ini kemudian pada pertemuaan antara orang tua dan guru, orang tua dapat
bertukar pendapat dalam mendidik dan mengajar anak sesuai dengan potensi
masing-masing anak.
193
2. Orang tua hendaknya menyediakan fasilitas belajar siswa melalui pemberian
fasilitas belajar yang memadai di rumah maupun yang akan dibawa di
sekolah. Orang tua hendaknya menyediakan fasilitas belajar seni rupa dan
mengontrol ketersediaan fasilitas belajar seperti buku gambar, alat tulis
maupun pewarna. Hal ini penting karena ketersediaan fasilitas yang memadai
sangat menunjang dalam penciptaan hasil karya seni anak secara optimal. Hal
lain adalah orang tua dapat menyediakan tempat pajangan atau contoh hasil
karya seni rupa di rumah, agar dapat merangsang motivasi dan kreativitas
seni rupa siswa dalam hal penciptaan suatu karya seni rupa siswa.
5.2.5 Bagi Peneliti Lanjutan
Peneliti hendaknya melakukan penelitian selanjutnya pada faktor lain yang
mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya hasil belajar seni rupa. Hal tersebut
dikarenakan prosentase pengaruh kompetensi pedagogik dan fasilitas belajar
hanya sebesar 31,4%. Berdasarkan prosentasetersebut, terdapat banyak faktor lain
yang memengaruhi hasil belajar siswa khususnya hasil belajar seni rupa.Hal ini
bertujuan supaya dapat menambah pengetahuan baru tentang peningkatan hasil
belajar seni rupa.
194
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, S. (2015). Pengaruh Kemandirian Belajar Siswa dan Fasilitas Belajar diSekolah Terhadap Prestasi Belajar Keterampilan Komputer dan PengelolaanInformasi (KKPI) Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMKKosgoro 3 Kedawung Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014. Equilibrium,3(1), 1-10. Tersedia di http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/equilibrium/(Diunduh pada 24 Desember 2018)
Ahmadi, A. & Supriyono, W. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Aimah, S., Ifadah, M., & Bharati, D.A.L. (2017). Building Teacher’s PedagogicalCompetence and Teaching Improvement through Lesson Study. Arab WorldEnglish Journal (AWEJ), 8(1), 66-78. Tersedia di https://papers.ssrn.com/sol3/Data_Integrity_Notice.cfm?abid=2945891 (Diunduh pada 24Desember 2018)
Akomolafe, C.O. & Adesua, V.O. (2016). The Impact of Physical Facilities onStudents’ Level of Motivation and Academic Performance in SeniorSecondary Schools in South West Nigeria. Journal of Education andPractice, 7(4), 38-42. Tersedia di https://files.erice.gov/fulltext/EJ1092365.pdf (Diunduh pada 24 Desember 2018)
Alkornia, S. (2016). Studi Deskriptif Kompetensi Pedagogik dan ProfesionalismeGuru PAUD Dharma Wanita Binaan SKB Situbondo. Pancaran. 5(4). 143-158. Tersedia di htts://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancran/article/dowload/(Diunduh pada 24 Desember 2018)
Almukhambetov, B.A., et all. (2016). Making Art Pedagogy in the System ofeducation in the Republic of Kazakhstan. International Journal ofEnvironmental & Science Education, 11(18), 11341-13350. Tersedia dihttps://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1121110.pdf(Diunduh pada 24 Desember2018)
Amah, N. & Nugroho, A.D. (2015). Pengaruh Fasilitas Sekolah Terhadap HasilBelajar Akuntansi dengan Lingkungan Sosial Sebagai Pemoderasi. 1-12.Tersedia di http://journal.um.ac.id/index.php/jabe/article/view/6078/2557(Diunduh pada 24 Desember 2018)
195
Amri, S. 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah.Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Aprillia. (2014). Konsepsi Pendidikan Seni Rupa di Taman Kanak-kanak. 8(1),42-54. Tersedia di https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi/article(Diunduh pada 24 Desember 2018)
Arifin, Z. 2017. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PTRemaja Rosdakarya
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Bafadal, I. 2014. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya.Jakarta: Bumi Aksara.
Boudreaux, M.K., Martin, R., & McNeal, L. (2016). Perceptions of QualitySchool Facilities – Implications for the school Administrator. Internationalresearch in Higher Education, 1(2), 164-173. Tersedia di https://www.researchgate.net/publication/305435502_Perceptions_of_Quality_School_Facilities_Implications_for_the_School_Administrator/download (Diunduhpada 18 Januari 2019)
Budiwirman. (2011). Seni Cetak Mencetak. Padang: Sukabina Press. Tersedia dihttp://repository.unp.ac.id/8445/1/BUKU%20SENI%20MENCETAK1.pdf(Diunduh pada 18 Januari 2019)
Dalyono, M. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dianah, L. (2017). Kontribusi Fasilitas dan Disiplin Belajar Terhadap HasilBelajar Siswa dalam Pembelajaran IPS. Jurnal Sains Sosial danHumaniora, 1(2), 51-60. Tersedia di http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/JSSH/article/view/1478/1674 (Diunduh 24 Desember 2018)
Dimyati & mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
196
Djamarah, S.B. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B. 2012. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: UsahaNasional.
Djamarah, S.B. & Zain, A. 2014. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian: Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Rajawali.
Fathurrahman, M. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KurangBerminatnya Mahasiswa PGSD UPP Tegal pada Pendidikan Seni Rupadalam Penyelesaian Tugas Akhir Skripsi. Jurnal Edukasi, 2(1), 1-11.Tersedia dihttps://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/dukasi/article/view/(Diunduh pada24 Desember 2018)
Febriani, P.S. & Sarino, A. (2017). Dampak Cara Belajar dan Fasilitas Belajardalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan.Jurnal Manajerial, 2(2), 163-172. Tersedia dihttp://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/(Diunduh pada 18 Januari2019)
Ferdinand, A. 2014. Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian untukPenulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang: BadanPenerbit Universitas Diponegoro.
Hamalik, O. 2003. Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi. Bandung: Sinar BaruAlgesindo
Hamalik, O. 2017. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Handhani, M.T. (2014). Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS di SMABatik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014. 1-8. Tersedia di https://media.neliti.com/media/publications/13671-ID-pengaruhkedisiplinan-belajar-danpemanfaatan-fasilitas-belajar-terhadap-prestas.pdf (Diunduh pada 6 Januari2019)
197
Hanggara, A.S.D., Soegiyanto, & Sulaiman. (2019). Learning InfrastructureFacilities for Physical Education, Sport, and Health public Elementaryschool. Journal of Physical Education and Sports, 8(1), 26-32. Tersedia dihttps://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpes/article/view/26295/11637(Diunduh pada 6 Januari 2019)
Hartaji, H.D. (2018). Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik,Kompetensi Profesional Guru dan Fasilitas Belajar Terhadap MotivasiBelajar Ekonomi Siswa di SMA Negeri 1 Ngemplak Sleman Tahun Ajaran2017/2018. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 7(4), 336-345. Tersedia dihttp://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/ekonomi/article/view/10964(Diunduh pada 13 Januari 2019)
Hidayat, M.S. 2016. Katalisator Profesionalisme Pendidik. Bandung: YramaWidya.
Ismail. (2015). Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru PAI dalamPembelajaran. Jurnal Mudarrisuna, 4(2), 704-719. Tersedia dihttp://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/mudarrisuna/article/view/630/519(Diunduh pada 13 Januari 2019)
Jihad, A. & Haris, A. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: MultiPressindo.
Karwati, E., & Priansa, D.J. 2015. Manajemen Kelas. Bandung: Alfabeta.
Kurniawan, R. (2014). Pengaruh Lingkungan Sekolah, Motivasi Belajar danFasilitas Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PeralatanKantor Kelas X AdministrasiPerkantoran SMK Negeri 1 Kudus TahunPelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2(3), 96-105. Tersedia dihttps://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/view/3169(Diunduhpada 24 Desember 2018)
Kusumaningtyas, R.A., dkk. 2018. Uji Kompetensi Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Lestari, Y.A., & Purwanti, M. (2018). Hubungan Kompetensi Pedagogik,Profesional, Sosial, dan Kepribadian pada Guru Sekolah Nonformal X.Jurnal Kependidikan, 2(1), 197-208. Tersedia di https://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/download/10207/pdf (Diunduh pada 18 Januari 2019)
198
Maria, M., dkk. (2016). Buku Seni Rupa Kita. Jakarta: Yayasan Jakarta Biennale.Tersedia di http://jakartabiennale.net/wp-content/uploads/2017/02/Buku-Seni-Rupa-Kita-FA.pdf (Diunduh pada 18 Januari 2019)
Mulyasa, E. 2013. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PTPemuda Rosdakarya.
Munib, A., dkk. 2015. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas NegeriSemarang Press
Musfiqon, H.M. 2012. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya
Nastiti, U.D. (2015). Pengaruh Layanan Mengajar Dosen dan PemanfaatanFasilitas Belajar Terhadap Kepuasaan Mahasiswa di Universitas Pasudan.Jurnal Administrasi Pendidikan. 12(1). 1-13. Tersedia dihttps://media.neliti.com/media/publications/77207-ID-pengaruh-layananmengajar-dosen-dan-pema.pdf(Diunduh pada 24 Desember 2018)
Natalia, E.D., Rini, R., & Sofia, A. (2017). Persepsi Guru PAUD TerhadapKompetensi Pedagogik. 1-9. Tersedia di http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PAUD/article/download/13431/10028(Diunduh pada 24 Desember2018)
Ningrum, A.P., & Safita, R. (2017). “Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru danFasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPS TerpaduSMP Negeri 10 Kota Jambi. Jurnal Pendidikan, 1-10. Tersedia dihttp://repository.unja.ac.id/4223/1/artikel.pdf(Diunduh pada 24 Desember2018)
Nurcahyo, Y.E., & Roniwijaya, P. (2014). Hubungan Cara Belajar dan Fasilitasbelajar di Rumah dengan Hasil Belajar Mata Diklat Sistem Rem siswa KelasXI Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Kebumen Jawa Tengah.Jurnal Taman Vokasi, 1(2), 403-413. Tersedia di http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/tamanvokasi/article/view/132(Diunduh pada 24 Desember 2018)
199
Nurkhalimah, S., & Ismiyati. (2015). Pengaruh Metode Mengajar dan FasilitasBelajar Terhadap Aktivitas Belajar Peserta Didik pada Mata DiklatKearsipan Kelas X Administrasi Perkantoran SMK Negeri 9 SemarangTahun Ajaran 2014/2015. Economic Education Analysis Journal, 4(2), 331-346. Tersedia dihttps://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/view/(Diunduh pada 24Desember 2018)
Pamadhi, H., dkk. 2012. Pendidikan Seni (Hakikat, Kurikulum Pendidikan Seni,Habitus Seni dan Pengajaran Seni untuk Anak). Yogyakarta: UNY Press
Pamadhi, H. & Sukardi. 2014. Seni Keterampilan Anak. Tangerang Selatan:Universitas Terbuka
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang StandarIsi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Tersedia dihttp://sdm.data.kemdikbud.go.id/snp/upload/dokumen/20170221102825.pdf(Diunduh pada 7 Januari 2019)
PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun2007 Tentang StandarKualifikasiAkademikdanKompetensiGuru. Tersedia dihttp://vervalsp.data.kemdikbud.go.id/prosespembelajaran/file/Permendiknas%20No%2016%20Tahun%202007.pdf (Diunduh pada 7Januari 2019)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang StandarSarana dan Prasarana. Tersedia di http://vervalsp.data.kemdikbud.go.id/prosespembelajaran/file/Permendiknas%20No%2024%20Tahun%202007.pdf (Diunduh pada 7 Januari 2019)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan. Tersedia di http://sdm.data.kemdikbud.go.id/snp/upload/dokumen/20170221102825.pdf (Diunduh pada 7 Januari 2019)
Poerwanti, E., dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas.
Prihatin, M.S. (2017). Fasilitas Belajar, Gaya Belajar, dan Minat Belajar TerhadapHasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X IIS SMA Negeri 1Seyegan. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, 6(5), 443-452. Tersedia di
200
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/ekonomi/article/viewFile/7171/6847 (Diunduh pada 7 Januari 2019)
Priyatno D. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:Mediakom.
Purwanto. 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Puryanto. (2015). Pelaksanaan Pembelajaran Seni Rupa Materi Batik Kelas VIII ESemester Genap SMP Negeri 2 Grobogan Tahun Ajaran 2014/2015. JurnalSkripsi, 1-14. Tersedia di http://digilib.uns.ac.id (Diunduh pada 15Desember 2018)
Puspita, R. (2014). Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Seni Rupa di SMAKabupaten Banjarnegara. Journal of Economic education, 3(1), 1-9.Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/arty (Diunduh pada 15Desember 2018)
Putri, S.D & Suwatno. (2017). Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan KompetensiSosial Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PengantarAdministrasi Perkantoran Kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Negeri1 Subang. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 2(2), 8-17. Tersediadi http://ejournal.upi.edu/index.php/jpmanper/article/view/8101/5124(Diunduh pada 10 Mei 2019)
Ratnaningtyas, D.A., & Muhsin. (2014). Pengaruh Kesiapan Belajar, MotivasiBelajar, Fasilitas Belajar dan Lingkungan Teman Sebaya TerhadapKeterampilan Mengetik Mahasiswa Program Pendidikan AdministrasiPerkantoran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. JurnalPendidikan Ekonomi, 3(2), 290-298. Tersedia di https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/view/3878(Diunduh pada 24 Desember 2018)
Retnowati, Tri Hartiti dan Prihadi, Bambang. 2010. Pembelajaran Seni Rupa.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Riandhana, T.E. (2016). Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan KompetensiProfesional Guru Terhadap Pembelajaran IPS di SMP Negeri Kota Palu.179 e Jurnal Katalogis, 4(1), 178-188. Tersedia di www.mcser.org/journal/index.php/ajis/article/download/.../9 (Diunduh pada 08 Januari 2019)
Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru dan Karyawan danPeneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
201
Rifa’i, A.RC. & Anni, C.T. 2015. Psikologi Pendidikan. Semarang: UniversitasNegeri Semarang Press.
Sadulloh, U., dkk. 2018. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.
Salgiarti, S., & Suryani, N. (2017). Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik, Fasilitas,dan Kompetensi Pegawai Terhadap Sistem Pengelolaan Arsip DikantorKelurahana se-Kecamatan Cilacap Utara. Economic Education AnalysisJournal, 6(2), 339-351. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj (Diunduh pada 08 Januari 2019)
Santri, N.F. (2017). Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Motivasi dan HasilBelajar Siswa SMA Negeri di Watampone. Jurnal Biotek, 5(1), 240-255.Tersedia di http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biotek/article/view/(Diunduh pada 15 Desember2018)
Satori, D., dkk. 2008. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka
Setyowati, A., & Ismanto, B. (2015). Hubungan Persepsi Siswa TerhadapProfesionalitas Guru Ekonomi dan Keberadaan Fasilitas Belajar denganMotivasi Belajar di SMA Kartika III-1 Banyubiru Kabupaten Semarang.Jurnal Satya Widya, 31(2), 113-119. Tersedia di http://ejournal.uksw.edu/satyawidya/article/view/623/416(Diunduh pada 24 Desember 2018)
Sholekhah, I.M., & Hadi, S. (2014). Pengaruh Fasilitas Belajar dan LingkunganKeluarga Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Motivasi BelajarSMP Negeri 1 Ambarawa. Economic Education Analysis Journal, 3(2),372-378. Tersedia di https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article(Diunduh pada 24 Desember 2018)
Siahaan, C.D., & Pramusinto, H. (2018). Pengaruh Disiplin Belajar, LingkunganSekolah, dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar. Economic EducationAnalysis Journal, 7(1), 279-285. Tersedia di https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/view/22879(Diunduh pada 24 Desember 2018)
Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: RinekaCipta.
Sobandi, B. 2007. Model Pembelajaran Kritis dan Apresiasi Seni Rupa. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia
202
Sudarwo, R., Yusuf, & Anfas. (2018). Pengaruh Sarana Belajar dan MotivasiBelajar Terhadap Kemandirian Belajar Mahasiswa. Jurnal Pendidikan,19(2), 69-83. Tersedia di http://jurnal.ut.ac.id/index.php/JP/article/view/(Diunduh pada 30 Januari 2019)
Sudjana, N. 2016. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PTRemaja Rosdakarya
Sudjoko. 2001. Pengantar Seni Rupa. Bandung: Instiut Teknologi Bandung.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa. Jakarta: DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Supriyono, A. (2017). Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Profesional, danMotivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan,18(2), 1-12. Tersedia di http://jurnal.ut.ac.id/index.php/JP/article/view/612(Diunduh pada 30 Januari 2019)
Suryahadi, A. Agung. (2008). Seni Rupa Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif, danProduktif Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah MenengahKejuruan. Tersedia di https://www.academia.edu/23584235/PendidikanSeni_Rupa_SD_Ahmad_Bahtiar_E1E014002?auto=download (Diunduhpada 18 Desember 2018)
Susanti, D.E., Yolamalinda, & Verawati. (2017). Pengaruh Minat MemilihSekolah, Lingkungan Keluarga, Fasilitas Belajar, dan PengetahuanKesempatan Kerja Terhadap Keputusan Siswa Memilih SMK Negeri 4Padang. 1-11. Tersedia di http://jim.stkippgrisumbar.ac.id/jurnal/download/(Diunduh pada 8 Januari 2019)
Susanti, E., & Wahyudin, A. (2017). Pengaruh Kemampuan Ekonomi Orang TuaTerhadap Hasil Belajar Melalui Fasilitas Belajar di Rumah dan MotivasiBelajar Sebagai Intervening. Economic Education Analysis Journal, 6(2),475-488. Tersedia di https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/(Diunduh pada 8 Januari 2019)
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta: Prenadamedia Group.
Suswanto, M., & Roniwijaya, P. (2016). Hubungan Pemanfaatan Fasilitas Praktikdan Minat Siswa dengan dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Dasar Listrik
203
Otomotif Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah Suruh Kecamatan SuruhKabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Taman Vokasi, 4(2),8-14. Tersedia di http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/tamanvokasi/(Diunduh pada 24 Desember 2018)
Sutomo, dkk. 2015. Manajemen Sekolah. Semarang: Universitas Negeri SemarangPress.
Soedarso. 2006. Trilogi Seni Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni.Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta
Tarjo, E. 2004. Strategi Belajar Mengajar Seni Rupa. Bandung: Depdikbud
Thoifah, I. 2015. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif.Malang: Madani.
Tirani, A.A. (2017). Hubungan Antara Kebiasaan Belajar, Fasilitas Belajar DanPerhatian Orang Tua dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIISMP Negeri Se-Kecamatan Pajangan. Jurnal Pendidikan Matematika, 5(1),59-66. Tersedia di https://www.researchgate.net/publication/328361240(Diunduh pada 7 Januari 2019)
Umam, N.C. (2010). Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru dan Fasilitas BelajarTerhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Mengelola Kearsipan Pada SiswaKelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Tamansiswa Kudus.Jurnal Skripsi, 1-2. Tersedia di https://lib.unnes.ac.id/5150/1/6333_A.pdf(Diunduh pada 10 Mei 2019)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2016. Tersediadi https://radenfatah.ac.id/tampung/hukum/20161122085810uud1945amandemen.pdf (Diunduh pada 7 Januari 2019)
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Tersedia dihttp://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU14-2005GuruDosen.pdf (Diunduh pada 7Januari 2019)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan NasionalRepublik Indonesia
204
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan NasionalRepublik Indonesia
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 Tentang KurikulumInti Pendidikan Tinggi. Tersedia di http://sipma.ui.ac.id/files/dokumen/U_PENDIDIKAN_RISET_P2M/MENDIKBUD_PENDD%20DAN%20PJJ/Kepmendiknas%20nomor%20045%20tahun%202002%20Kurikulum%20Inti%20PT.pdf (Diunduh pada 7 Januari 2019)
Usman, M.U. 2017. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Yonitasari, D., & Setiyani, R. (2014). Pengaruh Cara Belajar, LingkunganKeluarga, dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar EkonomiAkuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran2013/2014. Economic Education Analysis Journal, 3(2), 241-248. Tersediadi https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/view/3863 (Diunduhpada 24 Desember 2019)