PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI...
Transcript of PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI...
PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI
TERHADAP AKHLAK SISWA
DI SMP BAKTI MULYA 400 JAKARTA
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dian Pratiwi
1113011000026
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M / 1440 H
ABSTRAK
Dian Pratiwi (1113011000026). Pengaruh Kompetensi Kepribadian
Guru PAI terhadap Akhlak Siswa di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi kepribadian guru PAI, penerapan pendidikan akhlak siswa di kehidupan sehari-hari dan pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI terhadap akhlak siswa di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta. Penelitian ini ditujukan pada peserta didik kelas VIII di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta dengan sampel 31 peserta didik dari populasi sebanyak 203 peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan menggunakan skala Likert. Teknik analisa menggunakan korelasi product moment pada taraf signifikan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru PAI tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap akhlak siswa. Hal ini ditunjukkan dari nilai korelasi sebesar 0,339 atau dalam persentase sebesar 11,5%. Dengan demikian, pada penelitian ini kompetensi kepribadian guru PAI tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap akhlak siswa di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.
Kata kunci : Kompetensi Kepribadian Guru PAI, Akhlak Siswa
i
ABSTRACT
Dian Pratiwi (1113011000026). The Influence of PAI Teacher's
Personality Competence on Student Morals at SMP Bakti Mulya 400
Jakarta.
This study aims to determine the personality competencies of PAI teachers, the application of moral education to students in daily life and the influence of PAI teachers' personal competence on the morals of students in SMP Bakti Mulya 400 Jakarta. This study was aimed at students of class VIII at SMP Bakti Mulya 400 Jakarta with a sample of 31 students from a population of 203 students. This research uses descriptive method with a quantitative approach. The research instrument used was a questionnaire using a Likert scale. The analysis technique uses product moment correlation at a significant level of 5%.
The result of the study show that the personality competencies of Islamic religious education teachers do not influence students' morals. This is indicated by the correlation value of 0,339 or in the percentage of 11,5%. The result of the research showed competency of Islamic Education Teachers does not influence the morals of students in Junior High School Bakti Mulya 400 Jakarta.
Keywords : Personality Competence of Islamic Religious Education Teachers,
Student Morals.
ii
KATA PENGANTAR
حیم حمن الر بسم � الر
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis
mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan
skripsi ini, penulis memperoleh banyak dukungan dan saran dari berbagai
pihak, sehingga ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus dan
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .
2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Marhamah Saleh, Lc, M.A. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Dr. Bahrissalim, MA. Dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan ilmu serta bimbingannya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga semua kebaikan yang diberikan
mendapatkan balasan yang berlipat, dan semoga selalu berada dalam
ridho-Nya.
5. M. Sholeh Hasan, Lc, M.A dosen pembimbing akademik yang selalu
meluangkan waktu untuk pelayanan konsultasi.
6. Bu Isti, admin di Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah banyak
membantu penulis terutama dalam hal administratif dan persyaratan
untuk kuliah.
7. Dosen-dosen civitas akademi Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing penulis dari awal
iii
masuk hingga bisa menyelesaikan skripsi ini dan karyawan yang
membantu proses administrasi penulis.
8. Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis sebagai penerima Beasiswa
Bidikmisi sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan di bangku
perkuliahan. Terutama ka Amelia Hidayat S.Pd, Mas Adhrian
Mahardika, S.IP, dan ka Khoirul Umam S.Ag atas ilmu dan waktunya.
9. Kepala Pusat Mahad UIN Jakarta periode 2013 Bapak Utob Tobrani
Lc. Mcl, dan Pembina Asrama Putri Bunda Nailil Huda Lc. M.ed, yang
telah membimbing penulis selama berada di Ma'had UIN Jakarta.
Semoga dilimpahkan keberkahan dari Allah SWT.
10. Bapak Ir. Masdiko Indra selaku Kepala Sekolah SMP Bakti Mulya 400
Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di sekolah. Semoga selalu dalam limpahan rahmat Allah
SWT.
11. Bapak Drs. Aji Bandi, dan Bapak Usman Jamhuri S.Ag, Bapak M.
Janaka Jachja, SE, seluruh dewan guru dan staf karyawan dan peserta
didik kelas VIII tahun ajaran 2017/2018 yang telah memberikan
bantuannya kepada penulis selama penelitian berlangsung. Semoga
selalu dalam lindungan Allah SWT.
12. Keluarga tercinta, Bapak Ade Supriyatna dan Ibu Siti Parida, terima
kasih selalu memberikan cinta dan kasihnya kepada penulis, selalu
mendengarkan dan memberikan solusi terhadap setiap langkah penulis.
Juga kepada adik-adikku tercinta, M. Sadam Rhomadon, M. Khoirul
Anam, dan si kecil M. Hawari Abiduloh yang selalu menambah
keceriaan kepada penulis di setiap harinya. Semoga selalu diberikan
kesehatan, dan keberkahan oleh Allah SWT.
13. Keluarga Bidikmisi 2013 dan FORMABI (Forum Mahasiswa
Bidikmisi) yang telah memberikan cerita yang indah dari awal masuk
Ma'had UIN sampai sekarang ini. Pengalaman yang luar biasa bersama
iv
teman-teman dalam setiap rangkaian kegiatan semoga dapat menjadi
bekal penulis untuk ke depannya.
14. Keluarga besar PAI 2013, terutama PAI A 2013 yang tak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan, kerjasama, dan
motivasi yang telah diberikan selama ini. Semoga Allah mudahkan dan
berkahi setiap langkah kita.
15. Keluarga Kahfi Motivator School angkatan 16 yang telah menjadi
tempat belajar banyak hal, semoga penulis bisa bertemu kembali di
kelas untuk menimba ilmu.
16. Keluarga kecilnya aa Wendi Wijarwadi S.Pd M.Ed, dan teteh Niken
Febria Larasati S.E calon Magister Perbankan Syariah yang
memberikan support luar biasa dari semenjak pemilihan universitas
sampai sekarang ini, semoga penulis dapat melanjutkan pendidikan
seperti aa dan teteh.
17. Eli Murtiana, S.Sos dan keluarga, Enung Khoeriyah, S.Sos, Farah
Fathiaty Mardiah, serta teman-teman seperjuangan Ma'had Putri
lainnya yang senantiasa menemani penulis selama 2 tahun di Ma'had.
18. Yang tersayang dan selalu support setiap langkah penulis,
Zianurrahman Arbi. Semoga dimudahkan segala urusannya.
19. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu-persatu terima
kasih atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis pun menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
skripsi ini selanjutnya. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan
dapat dijadikan rujukan penyusunan skripsi selanjutnya.
Jakarta, 28 Agustus 2018
Penulis
v
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ABSTRAK ………………………..…………………….…………………. i ABSTRACT …………………....….……………………….…………….... ii KATA PENGANTAR …………………………………...………………... iii DAFTAR ISI …………..…………………………………………………... vi DAFTAR TABEL ………....….....………………………………………... viii DAFTAR GRAFIK………………………………………………………... xi BAB I : PENDAHULUAN ………………..………………………... 1 A. Latar Belakang ……………………..…………………...
B. Identifikasi Masalah …………………….…………….. C. Pembatasan Masalah …………………………..……….. D. Perumusan Masalah …………………………………..... E. Tujuan Penelitian ............................................................. F. Manfaat Penelitian …………………...............................
1 11 11 12 12 12
BAB II : KAJIAN TEORETIK ………………..……………………. 13 A. Pendidikan Akhlak …………………………………......
B. Kompetensi Kepribadian Guru PAI................................. C. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………. D. Kerangka Berpikir ……………………………………... E. Hipotesis Penelitian …………………………………….
13 34 48 50 50
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ………………………….. 52 A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………….
B. Metode Penelitian ……………………………………… C. Variabel Penelitian …………………………………….. D. Populasi dan Sampel …………………………………... E. Teknik Pengumpulan Data …………………………….. F. Instrumen Penelitian …………………………………… G. Teknik Pengolahan Data ………………………………. H. Teknik Analisis Data …………………………………... I. Hipotesis Statistik ………………………………………
52 52 52 53 55 56 61 63 66
و
BAB IV : HASIL PENELITIAN …………………………………….. 67 A. Deskripsi Data …………………………………………
1. Gambaran Umum SMP Bakti Mulya 400 Jakarta …. a. Sejarah Singkat ………………………………….. b. Visi dan Misi YBKSP Bakti Mulya 400 Jakarta ... c. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Bakti Mulya 400
Jakarta …………………………………………… d. Struktur Organisasi................................................. e. Karakter dan Budaya ……………………………. f. Daftar Guru dan Karyawan…………………….... g. Data siswa ………………………………………. h. Daftar Sarana dan Prasarana …………………..... i. Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler ……... j. Kurikulum .......................................……….......... k. Kelas Belajar .....................................................…
2. Karakteristik Variabel ……………………………… a. Uji Validitas …………………………………….. b. Uji Reliabilitas …………………………………...
3. Prosentase Hasil Angket Penelitian ………………... a. Kompetensi Kepribadian Guru PAI…………....... b. Akhlak Siswa..........….....................……………...
B. Pengujian Prasyarat Analisis ………………………….. 1. Uji Normalitas ……………………………………… 2. Uji Homogenitas …………………………………… 3. Uji Linieritas …………………………………….…. 4. Uji Heteroskedastisitas ……………………………...
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan…………………. 1. Uji Hipotesis Penelitian ............................................ 2. Pembahasan Hasil Penelitian.....................................
D. Keterbatasan Penelitian………………….......................
67 67 67 68 68 69 71 73 78 78 79 81 83 84 84 87 88 88 100 108 108 109 110 111 113 113 115 117
BAB V : PENUTUP …………………………………………………. 119 A. Kesimpulan …………………………………………….
B. Implikasi ……………………………………………… C. Saran ………………………………………………...…
119 119 120
DAFTAR PUSTAKA 122
ز
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenjang pendidikan dasar (SD/MI) ...................................... 33 Tabel 2.2 Jenjang pendidikan menengah pertama (SMP/MTS) .......... 33 Tabel 2.3 Jenjang pendidikan menengah atas (SMA/MA) .................. 34 Tabel 3.1 Jumlah Siswa-siswi .............................................................. 53 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian…………………….. 57 Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban…………………………………… 62 Tabel 3.4 Skala Kompetensi Kepribadian Guru PAI dan skala
Akhlak Siswa………………………………………………
64 Tabel 4.1 Data Wali Kelas ................................................................... 70 Tabel 4.2 Daftar Guru Tahun Ajaran 2017/2018…………………….. 73 Tabel 4.3 Daftar Karyawan ………………………………………….. 77 Tabel 4.4 Data Siswa Tahun Ajaran 2017/2018……………………... 78 Tabel 4.5 Jadwal Ekstrakurikuler Tahun Pelajaran 2017/2018……… 80 Tabel 4.6 Struktur Kurikulum 2006 dan Kurikulum Nasional 2013… 82 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Kompetensi
Kepribadian Guru PAI……………………………………..
85 Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Akhlak Siswa… 86 Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Kompetensi Kepribadian Guru PAI... 87 Tabel 4.10 Hasil Uji reliabilitas Akhlak Siswa....................................... 87 Tabel 4.11 Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri……………….
89
Tabel 4.12 Menjunjung tinggi kode etik profesi guru………………… 89 Tabel 4.13 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat……...
90
Tabel 4.14 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa……………………………….
91
Tabel 4.15 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat…….
92
Tabel 4.16 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,
ح
dewasa, arif, dan berwibawa………………………………. 93
Tabel 4.17 Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri……………….
94
Tabel 4.18 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat……...
94
Tabel 4.19 Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan
kebudayaan Nasional Indonesia……………………………
95
Tabel 4.20 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat……..
96
Tabel 4.21 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa……………………………….
97
Tabel 4.22 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat……..
98
Tabel 4.23 Menjunjung tinggi kode etik profesi guru………………… 98 Tabel 4.24 Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri……………….
99
Tabel 4.25 Skala Kompetensi Kepribadian Guru PAI Berdasarkan
Indikator……………………………………………………
99
Tabel 4.26 Akhlak terhadap Allah…………………………………….. 101 Tabel 4.27 Akhlak terhadap manusia…………………………………. 101 Tabel 4.28 Akhlak terhadap lingkungan………………………………. 103 Tabel 4.29 Akhlak terhadap manusia………………………………….. 103 Tabel 4.30 Akhlak terhadap Allah…………………………………….. 104 Tabel 4.31 Akhlak terhadap manusia…………………………………. 105 Tabel 4.32 Akhlak terhadap lingkungan………………………………. 107 Tabel 4.33 Skala Akhlak Siswa Berdasarkan Indikator………………. 107 Tabel 4.34 Hasil Uji Normalitas………………………………………. 109 Tabel 4.35 Hasil Uji Homogenitas……………………………………. 110 Tabel 4.36 Hasil Uji Linieritas………………………………………… 110
ط
Tabel 4.37 Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Glejser…………….. 113 Tabel 4.38 Hasil Uji Regresi Output Model Summary………………... 113 Tabel 4.39 Hasil Uji Regresi dengan Uji t……………………………. 114
ي
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas……………………………… 112
ك
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dari proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Dalam Al-Qur’an dan hadis dijelaskan bahwa pendidikan memiliki
kedudukan yang sangat mulia. Terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang memiliki
makna substantif tentang pendidikan. Seperti pada surat Al-Alaq' ayat 1-5 yang
merupakan surat pertama diturunkan dalam Al-Qur’an.
) اقـرأ وربك األكرم ٢) خلق اإلنسان من علق (١اقـرأ ابسم ربك الذي خلق ( )٥) علم اإلنسان ما مل يـعلم (٤الذي علم ابلقلم ( )٣(
''Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.''
Dalam ayat tersebut Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk membaca, yang
mana membaca adalah bagian dari proses pendidikan.
Pendidikan Islam menurut Ahmad D. Marimba dalam buku karya Drs.
Hasbullah mengemukakan bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani
rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.2
Di Indonesia terdapat tiga jalur penyelenggaraan pendidikan. Dalam
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan secara; formal,
1 Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
hal. 29.
1
2
yaitu sekolah yang mana jalur pendidikannya terstruktur dan berjenjang. Non
formal, yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan informal, yaitu jalur pendidikan
yang diselenggaraka dalam keluarga dan masyarakat atau lingkungan.3
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal tempat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Proses pendidikan tidak terlepas dari
kegiatan belajar mengajar. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan siswa,
sedangkan mengajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh guru. Dua kegiatan
tersebut menjadi terpadu manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa.
''Guru dikenal dengan al-mu'alim atau al-ustadz dalam bahasa Arab, yang
bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya, guru adalah seseorang
yang memberikan ilmu''.4 Peran guru di sekolah menjadi orang tua kedua selain
orang tua di rumah. Untuk itu tanggung jawab guru di sekolah sama dengan
tanggung jawab orangtua di rumah. Guru berkewajiban membentuk watak dan
jiwa anak didik. ''Guru bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan,
melakukan penelitian dan pengkajian, dan membuka komunikasi dengan
masyarakat''.5 Guru dituntut untuk menjadi manusia yang serba bisa. ''Tugas guru
sangat berat, baik yang berkaitan dengan dirinya, dengan para muridnya, teman
sekerjanya, dengan kepala sekolahnya, dengan orangtua murid,maupun dengan
lainnya. Artinya, guru adalah figur pemimpin yang dalam batas-batas tertentu
dapat mengendalikan para muridnya''.6
Tidak semua orang dapat menjadi guru. Pekerjaan ini tidak dapat
dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan pekerjaan
atau profesi sebagai guru. Guru sebagai sebuah profesi memerlukan pendidikan
khusus, perlu pembinaan dan pengembangan. ''Dalam Undang-Undang Guru dan
3 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 4 Jamil Suprihatinigrum, Guru Profesional:Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi
Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hal. 23. 5 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), hal. 6. 6 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), hal. 14.
3
Dosen No.14 Tahun 2005 Pasal 2, guru dikatakan sebagai tenaga profesional yang
mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang
yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai
dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu''.7 Seorang
guru juga harus mencintai pekerjaannya, sebagai bentuk tanggung jawab dirinya
kepada murid, orangtua murid, dan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar seorang
guru bukan hanya menstranfer ilmu kepada peserta didik hanya karena takut
kepada pimpinan, melainkan karena panggilan tugas profesionalnya dan juga
sebagai bentuk ibadah.
Guru menjadi sosok yang digugu dan ditiru oleh murid. Dengan kata lain,
guru menjadi teladan (role model) bagi murid-muridnya. Ki Hajar Dewantara,
Bapak Pendidikan Nasional mengatakan bahwa peran guru adalah Ing Ngarso
Sung Tulodo (seorang pemimpin harus mampu memberikan contoh yang baik
kepada bawahannya), Ing Madyo Mangunkarso (seorang pemimpin harus dapat
bekerjasama dengan seluruh bawahannya, agar pekerjaan kelompok atau
organisasi akan terasa mudah dan ringan), dan Tut Wuri Handayani (seorang
pemimpin itu harus memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk maju dan
berkembang).8 Namun, untuk menjadi sosok guru yang menjadi role model untuk
muridnya tidaklah dapat diraih dengan mudah. Guru harus memiliki kompetensi-
kompetensi tertentu agar benar-benar menjadi teladan yang baik untuk muridnya.
Menurut UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, Ayat 10,
disebutkan ''Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan''. Guru yang memiliki kompetensi akan
berbeda hasilnya dengan guru yang tidak berkompetensi. Seorang guru yang
memiliki kompetensi dalam profesinya akan dapat melaksanakan tugas-tugasnya
dengan baik, tepat waktu dan sesuai sasaran. Berbeda halnya dengan guru yang
7 Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Pasal 2. 8 Haidar Musyafa, Sang Guru: Novel Biografi Ki Hajar Dewantara,Kehidupan,
Pemikiran dan Perjuangan Pendidikan Taman Siswa (1889-1959), (Jakarta Selatan: Imania, 2015), hal. 409.
4
tidak memiliki kompetensi, akan sulit menentukan kemana arah tujuan
pembelajaran tersebut dicapai.
Yang dimaksud kompetensi di atas dijelaskan dalam UU RI no. 14 tahun
2005 yang terdapat pada pasal 10 ayat 1 tentang guru dan dosen bahwasanya
setiap guru memiliki empat kompetensi guru diantaranya:
1. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik.
2. Kompetensi kepribabdian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
bewibawa serta menjadi teladan peserta didik.
3. Kompetensi profesional, yaitu mempunyai kemampuan penguasaan
materi pelajaran secara luas dan mendalam.
4. Kompetensi sosial, yaitu guru mempunyai kemampuan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, wali, peserta didik, dan masyarakat
sekitar.9
Guru sebagai pengajar diharapkan memiliki kompetensi sesuai dengan
bidang ajarnya. Hal ini bertujuan agar proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan
dengan optimal. Dengan mudahnya proses mentransfer ilmu kepada peserta didik
akan menimbulkan perasaan senang dan menimbukan rasa keingintahuan pada
diri siswa. Dengan demikian, secara internal dalam diri siswa akan timbul
kegemaran untuk belajar dan senantiasa melatih dirinya untuk dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi.
Menurut Lynn & Nixon dalam Jamil Suprihatiningrum, menyatakan
''competence may range from recall and understanding of facts and concepts, to
advanced motor skill, to teaching behaviors and professional values. Artinya
kompetensi atau kemampuan terdiri dari pengalaman dan pemahaman tentang
fakta dan konsep, peningkatan keahlian, juga mengajarkan perilaku dan sikap''.10
Oleh sebab itu, menjadi guru dituntut untuk memiliki paketan lengkap.
9 Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan, (Jakarta, 2006), hal. 31.
10 Jamil Suprihatinigrum, Guru Profesional:Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hal. 98.
5
Kompetensi yang harus dimiliki tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan
yang lainnya.
Selain itu, guru juga sebagai panutan masyarakat. Sebagai panutan guru
harus berakhlak mulia dan mampu mempraktikkan apa yang diajarkan dalam
kehidupan sehari-hari. Apa yang diajarkan tidak hanya menjadi bahan
pembelajaran di kelas yang diingat ketika dipelajari dan dilupakan ketika sudah
tidak berada dalam kelas. Firman Allah SWT dalam Surat As-Shaff ayat 2 dan 3:
وا ما ال )كبـر مقتا عند اهلل أن تـقول ٢� أيـها الذين آمنوا مل تـقولون ما ال تـفعلون ( )٣تـفعلون (
''Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.''
Dalam ayat diatas diterangkan bahwa orang-orang beriman, harus
mengerjakan apa yang dikatakannya dalam artian perkataan yang positif. Guru
sebagai pembimbing, memberikan bimbingan sehingga anak didik memiliki jiwa
dan watak yang baik, mampu membedakan mana yang baik mana yang buruk,
mana yang halal mana yang haram disertai dengan contoh perilaku guru
tersebut.11 Karena pada masa ini, anak didik lebih senang diberikan contoh
teladan daripada nasihat, apalagi dengan penggunaan kekerasan. Anak didik yang
diajarkan berperilaku baik oleh guru dan lingkungannya diharapkan akan terbiasa
berbuat kebaikan karena dorongan dalam diri bukan karena paksaan.
Untuk itu, diperlukan sosok guru yang memiliki sikap dan kepribadian
yang utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi
kehidupannya. ''Rasulullah Saw. Adalah guru bagi seluruh manusia di dunia.
Sebagai guru, maka beliau membekali dirinya dengan akhlak yang mulia. Akhlak
yang mulia ternyata menjadi salah satu faktor yang mendukung keberhasilan
11 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 13.
6
beliau dalam melaksanakan tugasnya.12 Kemuliaan Rasulullah Saw. Dinyatakan
oleh Allah dalam Surat Al-Qalam ayat 4:
)٤وإنك لعلى خلق عظيم (
''Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.''
Rasulullah Saw. Memiliki empat sifat utama para Nabi, yaitu sidiq
(benar), amanah (dapat dipercaya), tablig (mengajarkan semuanya sampai tuntas),
dan fathanah (cerdas). Perannya sangat besar dalam segala bidang kehidupan.
Telah membawa umat dari jaman kegelapan menuju jaman terang benderang.
Menyelamatkan masyarakat dari kebodohan, sifat dan perilaku buruk. Tugas
tersebut merupakan tugas para Nabi, tetapi karena Nabi sudah tidak ada, tugas
tersebut menjadi tugas guru. Jadi, guru adalah pewaris Nabi. Sebagai pewaris,
tentu guru harus melengkapi dirinya dengan empat sifat utama Nabi. Karena
dengan sifat-sifat itu seorang guru dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional.
Keteladanan sangat diperlukan karena guru tidak menghadapi benda mati,
tetapi menghadapi pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang, pribadi yang
memiliki sifat, sikap, dan karakter yang beragam.13 Perlu suatu proses untuk
menjadi guru teladan, karena hal ini tidak dapat dipelajari secara khusus dalam
suatu materi. Keteladanan muncul karena kemuliaan hati seorang guru yang
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena yang ditampilkan adalah pribadi seorang guru, maka segala
perbuatan yang dilakukan oleh guru dapat dengan mudah dilihat dan ditiru oleh
murid. Sekali saja guru didapati berbohong, apalagi langsung kepada muridnya,
niscaya hal itu akan menghancurkan nama baik dan kewibawaan sang guru, yang
12 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional:Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hal. 108.
13 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional:Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hal. 71.
7
pada gilirannya berakibat fatal dalam melanjutkan tugas proses belajar
mengajar.14
Menurut Nur Uhbiyati, ''Pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan
oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki
kepribadian muslim.''15 Bimbingan ini dapat dengan mengarahkan, mengajarkan,
melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an dan sunnah Nabi.
Ruang lingkup pendidikan islam sangat luas meliputi seluruh aspek
kehidupan. Namun, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
Fiqih, Al-Qur’an Hadis, Sejarah Kebudayaan Islam dan Akidah Akhlak.
Sehubungan dengan ini peneliti melakukan pembatasan penelitian hanya
pada aspek Akhlak, yaitu mengenai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabi'at dari peserta didik. Kita hidup di Indonesia yang terkenal akan ras, suku,
agama dan kebudayaan yang beragam. Maka dari itu, ketika pendidik menghadapi
peserta didik pastilah ditemukan tingkah laku yang bermacam-macam. Karena
peserta didik membawa segala pengalaman yang telah ia dapatkan dari keluarga
dan lingkungannya. Seperti yang kita ketahui, bahwa budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabi'at mencerminkan akhlak seseorang. Contohnya apabila budi
pekerti kita baik, maka yang tercermin adalah akhlak yang baik. Dan sebaliknya,
bila budi pekerti kita buruk maka yang tercermin adalah akhlak yang buruk.
Pendidikan akhlak bukan hanya sebatas penjelasan dalam kelas. Tetapi
pendidikan tersebut harus benar-benar merasuk ke dalam lubuk hati peserta didik
sebagai sesuatu yang bernilai positif. Agar apa yang di dapat dalam kelas dapat
terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Mungkin awalnya, pada pendidikan akhlak ini pendidik menggunakan
metode ceramah. Materi Pendidikan Islam kadang diidentikan dengan kegiatan
tablig akbar, karena materi yang disampaikan seputar keagamaan. Sehingga
proses penyampaiannya pun selalu dengan metode ceramah. Terlebih jika
14 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 36.
15 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam 1 Edisi Revisi, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 11.
8
pendidik yang mengajar berusia lanjut dan sedikit pengetahuan tentang teknologi
sehingga beliau tidak mempunyai kesempatan untuk meng-upgrade dirinya pada
perubahan zaman. Hal ini membuat siswa mudah merasa bosan karena materi
yang disampaikan terkesan hanya pada permasalahan itu-itu saja. Setelah
pembelajaran selesai, siswa hanya mendapatkan pengetahuan yang terkadang
tanpa adanya rasa keinginan untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran di kelas sebatas menggugurkan kewajibannya sebagai peserta didik.
Padahal tujuan Pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang
berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan
dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan
manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam
semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti.''16
Tujuan Pendidikan Islam tersebut dapat dicapai apabila, peserta didik dan
pendidik dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Peserta didik
sebagai orang yang diarahkan, diajarkan, dilatih, diasuh dan diawasi belum
mampu menilai baik dan buruk, bahkan mungkin belum mengerti tentang apa
maksud dengan kata baik dan kata buruk sehingga memerlukan contoh nyata
dalam tumbuh kembangnya. Pendidik bukan pula sebagai pengawas, tapi ia juga
masih sebagai orang yang perlu dibimbing dan diawasi agar dalam proses
kerjanya tidak bertindak secara otoriter. Sehingga hubungan keduanya sangat
membutuhkan satu sama lain. Pendidik harus mempraktikkan apa yang ia ajarkan
kepada peserta didik. Misalnya larangan membuang sampah sembarangan, hal ini
berlaku untuk semua, baik peserta didik maupun pendidik tidak terkecuali.
Faktanya yang terjadi di lingkungan masyarakat, sering terdapat anak
didik yang berlaku tidak pada tempatnya, seperti kurang sopan, kasar, tidak
memberikan penghargaan dan lain-lain. Bahkan yang sering menjadi
permasalahan adalah membolos saat jam pelajaran, kebut-kebutan dijalan,
pergaulan bebas, bullying, adanya geng motor dan lain sebagainya. Keadaan
seperti ini sangat mengkhawatirkan, baik orangtua maupun masyarakat.
16 Zakiah Daradjat,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cetakan kesepuluh, hal. 29.
9
Kemajuan teknologi juga berdampak pada peserta didik. Perkembangan
teknologi yang semakin pesat memberikan pengaruh buruk pada anak jika tidak
dibarengi dengan pendidikan akhlak yang kuat. Misalnya saat ini bebasnya
masyarakat terutama anak yang belum cukup umur untuk mengonsumsi berbagai
konten di berbagai media sosial juga televisi juga sedikit banyak telah membentuk
karakter peserta didik.
Menjadi peserta didik adalah fase dimana seorang anak mencari jati diri. Ia
masih mengamati dan meniru apa yang dilakukan oleh teman sebaya atau
kebiasaan apa yang dilakukan oleh masyarakat di lingkungannya. Maka tak heran
jika apa yang dilakukannya bisa menjadi cerminan dengan siapa ia bergaul.
Dalam kasus yang terjadi di sebuah sekolah di DKI Jakarta misalnya, sejumlah
siswa kedapatan merokok dalam kelas. Hal tersebut menjadi viral di media sosial.
Belum lagi kasus curanmor atau pembegalan. Tidak sedikit juga yang terjerumus
pada lembah hitam seperti narkoba dan prostitusi anak.17
Guru telah berusaha melaksanakan tugas mengajar semaksimal mungkin
untuk mendidik muridnya menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, tugas guru
tidak bisa selalu dapat mengawasi setiap aktivitas siswanya. Di dalam sekolah
murid menjadi tanggung jawab sekolah, di luar sekolah murid menjadi tanggung
jawab bersama baik guru, orang tua murid, dan lingkungan masyarakat. Namun,
ketika ada permasalahan yang dilakukan oleh murid, yang pertama akan
dipertanyakan adalah dimana ia bersekolah? Bagaimana cara guru mendidiknya?
Sudah tepatkah guru tersebut mendidik anak muridnya? Apa kriteria guru yang
ditetapkan oleh sekolah dalam pengangkatan pendidik? Bagaimana peran guru
terutama guru agama dalam pembinaan akhlak siswa? Dan lain sebagainya
seolah-olah perjuangan guru selama ini sia-sia karena perbuatan muridnya.
Hal ini menyebabkan peran guru di sekolah sangat disudutkan. Padahal
guru telah mengajarkan apa saja yang harus dilaksanakan dan yang tidak boleh
dilaksanakan oleh siswa. Guru semaksimal mungkin mengajarkan hal-hal positif
penuh kebaikan. Namun, terkadang sifat manusia tidak bisa luput dari siapapun
17 Koran Sindo, Pendidikan dan Kenakalan Siswa, 2017, http://nasional.sindonews.com, diakses pada 10 Maret 2018 pukul 14.35 wib.
10
termasuk seorang guru. Dilansir Sindonews.com pada Sabtu, 7 Oktober 2017
pukul 16.26 WIB kasus seorang guru menampar enam orang muridnya hanya
karena tidak dapat menghafal sebuah surat dalam Al-Qur’an yang ia perintahkan
untuk dihafal.18 Hal tersebut menjadi sedikit contoh dari kepribadian guru sedang
mengalami krisis. Tentu sangat disayangkan dan berdampak buruk untuk
hubungan antara murid dan guru maupun antara guru dan orangtua murid. Guru
yang diharapkan dapat menjaga dan merawat peserta didik malah memberikan
rasa takut pada peserta didik, dan kekhawatiran pada orangtua.
Ada kesan di berbagai sekolah umum, baik negeri maupun swasta, bahwa
pendidikan agama tertumpu menjadi tanggung jawab guru agama saja, sedangkan
guru mata pelajaran lainnya merasa kurang ada hubungannya dengan pendidikan
agama.19 Padahal sejatinya, pendidikan agama adalah tanggung jawab bersama,
bukan hanya guru pendidikan agama saja. Dalam mata pelajaran lain pun dapat
disisipkan nilai-nilai agama Islam.
Pendidikan akhlak sebagai bagian dari pendidikan agama bukan sesuatu
hal yang sulit untuk diajarkan di dalam kelas. Umumnya peserta didik telah
mengenal ruang lingkup akhlak. Namun, yang menjadi permasalahan adalah
pelaksanaan pendidikan akhlak tersebut di luar lingkungan kelas. Peserta didik
diharapkan berhati-hati dalam melakukan perbuatan. Karena dalam dirinya bukan
hanya ada nama pribadinya saja. Melainkan nama orangtua, guru, sekolah, bahkan
tempat tinggalnya menjadi sorotan ketika terjadi sesuatu. Contohnya kasus
seorang siswi Mts di daerah Ciputat yang hilang beberapa hari dari rumahnya, dan
diketemukan dalam keadaan shock karena menjadi korban tindakan tidak senonoh
oleh pria yang baru dikenalnya. Hal tersebut terjadi pada masa liburan sekolah.
Dalam hal ini orangtua tidak dapat menyalahkan guru maupun pihak sekolah
karena hal tersebut diluar jam sekolah. Namun, dampak dari hal ini nama sekolah
menjadi sorotan publik.
18 Sigit Dzakwan, Tampar 6 pelajar, Guru Agama diserbu Orangtua di Sekolah, 2017, (http://daerah.sindonews.com), diakses pada 11 Maret 2018 pukul 12.45 wib.
19 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia: Edisi Revisi (Jakarta:Kencana Prenada Media Group), hal. 76.
11
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru merupakan salah
satu faktor dalam pendidikan akhlak, tanpanya pendidikan tidak akan berjalan
dengan baik, dan peserta didik merupakan objek terpenting dalam pendidikan.
Atas dasar pemikiran di atas, saya akan meneliti sejauh mana pengaruh
kepribadian guru dan akhlak peserta didik. Peneliti akan memberi judul:
“Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam
terhadap Akhlak Siswa di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Penggunaan metode pada pendidikan akhlak masih menggunakan
metode ceramah dalam proses belajar-mengajar;
2. Materi pendidikan Akhlak terkesan kurang menarik;
3. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa dampak negatif
pada peserta didik;
4. Maraknya permasalahan kenakalan remaja di tingkat peserta didik
menunjukkan adanya dekadensi akhlak;
5. Adanya persepsi bahwa pendidikan akhlak hanya tanggung jawab guru
agama;
6. Terjadinya krisis kepribadian seorang guru;
7. Pendidikan agama yang diberikan belum bisa teraplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Pembatasan Masalah
Setelah penulis mengemukakan identifikasi masalah diatas, untuk
memfokuskan pembahasan dalam skripsi ini, maka masalah yang dibahas perlu
dibatasi, yaitu sebagai berikut:
1. Maraknya permasalahan kenakalan remaja di tingkat peserta didik
menunjukkan adanya dekadensi akhlak.
2. Terjadinya krisis kepribadian seorang guru.
12
3. Objek yang akan diteliti adalah peserta didik di SMP Bakti Mulya 400
Jakarta.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dijabarkan di atas, maka
permasalahan dapat dirumuskan adalah ''Apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antara kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam terhadap
akhlak siswa di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta?''.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menjawab
rumusan masalah, yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara
kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa di
SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai dan manfaat bagi banyak
pihak, yaitu :
1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu
yang telah diperoleh selama perkuliahan, khususnya dalam persiapan
menjadi guru yang sesungguhnya;
2. Bagi para akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
atau bahan kajian dalam mengembangkan pendidikan Islam di
Indonesia;
3. Bagi guru dan dosen, penelitian ini menjadi tolok ukur untuk
meningkatkan kompetensi yang dimiliki terutama kompetensi
kepribadian;
4. Bagi sekolah, penelitian ini menjadi tolok ukur penerapan pendidikan
akhlak siswa dalam kehidupannya sehari-hari.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Pendididkan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak terdiri dari dua suku kata yaitu pendidikan dan
akhlak. Sebelum penulis menjelaskan pengertian pendidikan akhlak, terlebih
dahulu akan dijelaskan pengertian pendidikan dan akhlak, kemudian pengertian
pendidikan akhlak itu sendiri. Menurut Langgulung sebagaimana yang dikutip
oleh Moh.Haitami Salim & Syamsul Kurniawan: Pendidikan mempunyai
pengertian yang luas, yang mencakup semua perbuatan atau semua usaha dari
generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan pengetahuan,
pengalaman, kecakapan, serta keterampilan kepada generasi selanjutnya,
sebagai usaha untuk menyiapkan mereka, agar dapat memenuhi fungsi hidup
mereka, baik jasmani begitu pula rohani.1
Ahmad D. Marimba merumuskan ''Pendidikan sebagai bimbingan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah
pada pembentukan manusia yang ideal''.2 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ''Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik''.3
Menurut Ngalim Purwanto, ''Pendidikan adalah segala usaha orang
dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan
jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.''4 Azumardi Azra mengemukakan,
''Pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk
1 Moh. Haitami Salim, & Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hal. 27.
2 Ahmad D. Marimba, Ilmu Pendidikan Islam; Pengembangan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2009), hal 79.
3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. III, hal. 263.
4 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), Cet.18, hal. 11.
13
14
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif
dan efisien''.5 Menurut Hasan Al-Banna yang dikutip oleh Ramayulis: ''istilah
pendidikan sering menggunakan kata at-tarbiyah yaitu proses pembinaan dan
pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan
yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama.''6
Sedangkan, menurut Abudin Nata, ''Pendidikan adalah kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja, seksama, terencana, dan bertujuan yang
dilaksanakan oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu pengetahuan
dan keterampilan menyampaikan kepada anak didik secara bertahap.''7
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha
atau kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa sebagai pendidik melalui
bimbingan yang dilakukan secara sadar, terencana dalam perkembangan hidup
seorang anak atau peserta didik baik dari jasmani maupun rohani untuk ke arah
kedewasaan.
Sedangkan pengertian dari sisi akhlak, kata ''Akhlak'' berasal dari
bahasa Arab, jamak dari kata khuluqun خلق yang menurut bahasa berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan khalqun خلق yang berarti kejadian, yang juga
erat hubungannya dengan khaliq خالق yang berarti pencipta, demikian pula
dengan خملوق yang berarti yang diciptakan.P7F
8P
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang artinya
tingkah laku, perangai, tabiat. Sedangkan menurut istilah akhlak adalah daya
kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
5 Azumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), hal. 3-4.
6 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 65. 7 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 10. 8 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia,2014), cet. VI, hal. 11.
15
dipikir dan direnungkan lagi.9 Ibnu maskawaih, seperti yang dikutip oleh
Zahruddin AR, mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran (lebih dahulu).10
Menurut Mahjuddin, definisi akhlak adalah perbuatan manusia yang
bersumber dari dorongan jiwanya.11 Sementara Ahmad Amin mendefinisikan
bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak
itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.12
Ibrahim Anis mengatakan Akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas
nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan
baik dan buruknya.13 Menurut H. A. Mustofa mengatakan bahwa akhlak adalah
keadaan jiwa seseorang yang abstrak dan terpancar dari tindakan atau
perilakunya maka akhlak adalah sumber dan perilaku adalah bentuknya.14
Akhlak dalam perspektif islam adalah perilaku yang sudah menjadi kebiasaan
yang muncul secara spontan atau tidak dibuat-buat yang didasarkan pada Al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.15
Dari beberapa defisini yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang berkaitan
dengan perbuatan manusia yang dilakukan dengan mudah dan spontan karena
tanpa melalui pertimbangan pikiran.
Dari penjelasan mengenai pendidikan dan akhlak di atas, tampak erat
kaitannya antara pendidikan dan akhlak. Pendidikan akhlak adalah suatu proses
mendidik, memelihara, membentuk, dan memberikan latihan mengenai akhlak
9 Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 126.
10 Zahruddin AR., Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 4.
11 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I (Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma'rifah Sufi), (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), cet ke-2, hal. 5.
12 Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 127.
13 M.Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur'an, (Jakarta: Amzah, 2008), cet. II, hal. 3.
14 A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), cet. VI, hal. 16. 15 M. Saefuddaulah & Ahmad Basyuni, Akhlak – Ijtima'iyah, (Jakarta: PT. Pamator,
1998) Cet. I,hal. 2.
16
dan kecerdasarn berpikir baik yang bersifat formal maupun informal yang
didasarkan pada ajaran-ajaran islam.16 Pendidikan akhlak merupakan
bimbingan yang diberikan oleh pendidik terhadap peserta didik, yang berkaitan
dengan masalah keimanan dan budi pekerti, sehingga jasmani dan rohani
peserta didik dapat berkembang menjadi pribadi utama sesuai dengan ajaran
Islam. Al-Ghazali menyebutkan bahwa sumber akhlak yang patut diajarkan
ialah akhlak yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an, sunnah Nabi dan akal
pikiran.17
2. Sumber Pendidikan Akhlak
Sumber/dasar pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan Hadis yang
menjadi sumber utama dari agama Islam itu sendiri. Tingkah laku Nabi
Muhammad merupakan contoh suri teladan bagi umat manusia. Firman Allah
SWT:
لقد كان لكم يف رسول اهلل أسوة حسنة لمن كان يـرجو اهلل واليـوم اآلخر وذكر اهلل
كثريا ''Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.'' (Q.S. Al-Ahzab: 21).
Tentang akhlak pribadi Rasulullah dijelaskan pula oleh 'Aisyah ra.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dari 'Aisyah ra berkata: Sesungguhnya
akhlak Rasulullah itu adalah Al-Qur’an. (H.R. Muslim). Hadis Rasulullah
meliputi perkataan dan tingkah laku beliau, merupakan sumber akhlak yang
kedua setelah Al-Qur’an. Segala ucapan dan perilaku beliau senantiasa
mendapatkan bimbingan dari Allah.18 Allah SWT. berfirman:
16 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III, (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), hal. 39.
17 Ibid., hal. . 21. 18 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur'an, (Jakarta: Amzah,
2007), hal. 4.
17
)٤حي يوحى ()إن هو إال و ٣وما يـنطق عن اهلوى (
''Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)''. (QS. An-Najm : 3-4)
Jika telah jelas bahwa al-Qur’an dan hadis Rasulullah adalah pedoman
hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya
merupakan sumber akhlakul karimah dalam ajaran islam. Al-Qur’an dan
sunnah Rasul adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil
renungan dan ciptaan manusia. Sehingga telah menjadi keyakinan (akidah)
Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk mengikuti petunjuk dan
pengarahan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Tujuan Pendidikan Akhlak
Jalaluddin mengutip dari pendapat Muhammad Omar Al-Toumy Al-
Syaibany menjelaskan, tujuan pendidikan islam adalah untuk mempertinggi
nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlak al-karimah. Tujuan ini sama
dengan tujuan yang akan dicapai oleh misi kerasulan, Rasulullah bersabda:
ا بعثت آل مت إ م مكارم االخالك من
“Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti.” (H.R Ahmad).19
Kemuliaan akhlak yang dimaksud, diharapkan tercermin dari sikap dan
tingkah laku individu dalam hubungannya dengan Allah, diri sendiri, sesama
manusia dan sesama makhluk Allah, serta lingkungannya.20 Tujuan pendidikan
akhlak menurut Said Agil Husin Al-Munawwar adalah untuk membentuk
manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga
19Ahmad bin Hambal, Musnad Imam bin Hambal, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1991), jilid II, hal. 381.
20Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 92.
18
memiliki ketahanan rohani yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan
dinamika perkembangan masyarakat. 21
Nur Uhbiyati mengutip dari Al-Jammali menyebutkan tujuan-tujuan
pendidikan yang diambilnya dari Al-Qur’an sebagai berikut:22
a. Memperkenalkan kepada manusia akan tempatnya diantara
makhluk-makhluk dan akan bertanggung jawab perseorangannya
dalam hidup ini.
b. Memperkenalkan kepada manusia hubungan-hubungan sosialnya
dan tanggungjawabnya dalam rangka suatu sistem sosial.
c. Memperkenalkan kepada manusia akan makhluk (alam semesta),
dan mengajaknya memahami hikmah Penciptaannya dalam
menciptakannya.
d. Memperkenalkan kepada manusia akan pencipta alam maya ini.
Sedangkan tujuan pendidikan paling tidak dapat dikelompokkan
menjadi dua, di antaranya adalah:
a. Tujuan umum
Tujuan umum pendidikan akhlak adalah membimbing anak agar
menjadi muslim sejati, beriman teguh serta mampu mengabdikan diri
kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah: “Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Zariyat: 56).
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus pendidikan akhlak adalah tujuan pada setiap jenjang
pendidikan akhlak pada setiap jenjang atau tingkat yang dilalui.
Misalnya tujuan khusus pendidikan akhlak di Madrasah Tsanawiyah
berbeda dengan tujuan pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah.
21 Said Agil Husin Al-Munawwar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur'ani Dalam Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hal. 15.
22 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 50.
19
4. Perbedaan Akhlak, Moral, Etika, Norma, Budi Pekerti dan Nilai
Pengertian akhlak sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, bahwa
akhlak adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spoontan
diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.23 Moral adalah istilah manusia
menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai
nilai positif. Moral adalah sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan
manusia harus mempunyai keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat.24
Sedangkan etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu
sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, etika lebih banyak dikaitkan dengan
ilmu dan filsafat. Oleh karena itu, jika dibandingkan moral, etika lebih bersifat
teoretis sedangkan moral bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau khusus dan
etika bersifat umum.25
Norma berarti aturan, ukuran, patokan, kaidah bagi pertimbangan dan
penilaian atas perilaku manusia.26 Budi pekerti dalam bahasa Sanskerta berarti,
''tingkah laku atau perbuatan yang sesuai dengan akal sehat''. Perbuatan yang
sesuai dengan akal sehat itu yang sesuai dengan nilai-nilai dan moralitas
masyarakat dan jika perbuatan itu menjadi kebiasaan dalam masyarakat, maka
akan menjadi tata krama di dalam pergaulan masyarakat.27
Nilai berasal dari bahasa Latin vale're yang artinya berguna, mampu
akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang
dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang
atau sekelompok orang.28
23 Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet pertama, hal. 126.
24 Mukni'ah, Materi Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2011), cet ke-1, hal.106.
25 Ibid., hal. 107. 26 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter; Kontruktivisme dan VCT sebagai
Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), cet ke-1, hal 54 27 Ibid., hal. 55 28 Ibid., hal. 56
20
5. Ruang lingkup Pendidikan Akhlak
Ruang lingkup akhlak adalah sama dengan ruang ajaran Islam itu
sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Berbagai bentuk dan
ruang lingkup akhlak sebagai berikut :
a. Akhlak terhadap Allah
Akhlak kepada allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Menurut Abuddin Nata, ada
empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah, yaitu:
1) Karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia
menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan ke luar dari
antara tulang punggung dan tulang rusuk.
2) Karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan
pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran
dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan
sempurna kepada manusia.
3) Karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan
dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia.
4) Karena Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan
diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.29
b. Akhlakul karimah terhadap manusia
Pada dasarnya bertolak kepada keluhuran budi dalam
menempatkan diri kita dan menempatkan diri orang lain pada posisi
yang tepat. Hal ini merupakan refleksi dari totalitas kita dalam
menghambakan diri kepada Allah SWT. Sehingga akhlakul karimah
yang kita alamatkan terhadap sesama manusia semata-mata didasari
29 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), cet ke-11, hal 149-150
21
oleh akhlakul karimah yang kita persembahkan kepada-Nya.30
Akhlak terhadap manusia meliputi:31
1) Akhlak kepada Rasulullah, antara lain dengan mencintai
Rasulullah secara tulus dan mengikuti sunnahnya. Dan
menjadikan Rasulullah suri tauladan dalam kehidupan.
2) Akhlak terhadap orangtua, antara lain: mencintai mereka
melebihi cinta kepada kerabat lainnya, mempergunakan kata-
kata yang lemah lembut.
3) Akhlak terhadap diri sendiri, antara lain: menjaga kesucian
diri, menutup aurat, jujur dalam perkataan, berbuat ikhlas,
menjauhi segala perkataan dan perbuatan yang sia-sia, dan
berlaku adil terhadap diri sendiri serta orang lain.32
4) Akhlak terhadap tetangga, antara lain: saling mengunjungi,
saling membantu disaat senang dan memelihara hubungan
silaturahmi. Karena Rasulullah memuliakan tetangga.
5) Akhlak terhadap masyarakat antara lain: memuliakan tamu,
menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan, saling tolong menolong dalam melakukan
kebajikan dan takwa. Termasuk akhlak ini adalah berbuat
baik terhadap perempuan, karena sering sekali mereka
menjadi sasaran pelecehan, juga akhlak terhadap teman
maupun guru di sekolah.
c. Akhlakul karimah terhadap lingkungan, adalah segala sesuatu yang
di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda
tak bernyawa.
30 Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa; Untuk Memperbaiki Akhlak Mahasiswa, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2009), hal 13
31 H. Asep Umar Ismail, Tasawuf, (Jakarta: PSW UIN Syarif Hidayatullah, 2005), hal 27 32 Ibid., hal. . 28.
22
6. Macam-macam Akhlak
Ulama Akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat
para Nabi dan orang-orang Siddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan
sifat syaiton dan orang-orang yang tercela. Maka pada dasarnya, akhlak itu
menjadi dua macam jenis:
a. Akhlak Mahmudah (Akhlak yang baik), yaitu perbuatan baik
terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain.
1) Akhlak baik terhadap Tuhan, yang meliputi antara lain;
a) Bertaubat (Al-Taubah); yaitu suatu sikap yang menyesali
perbuatan buruk yang pernah dilakukan dan berusaha
menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik.
b) Bersabar (Al-Sabru); yaitu suatu sikap yang betah atau
dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapi. Tetapi
tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa
upaya melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh
manusia. Maka sabar yang dimaksudnya adalah sikap yang
diawali dengan ikhtiyar, lalu diakhiri dengan sikap
menerima dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan
dari Tuhan.
c) Bersyukur (Al-Syukru); yaitu suatu sikap yang selalu ingin
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah
diberikan oleh Allah SWT. kepadanya baik yang bersifat
fisik maupun non fisik.
d) Bertawakal (Al-Tawakul); yaitu menyerahkan segala urusan
kepada Allah setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk
mendapatkan sesuatu yang diharapkannya.
e) Ikhlas (Al-Ikhlas); yaitu sikap menjauhkan diri dari riya'
(menunjuk-nunjukkan kepada orang lain) ketika
mengerjakan amal baik.
f) Raja' (Al-Raja'); yaitu sikap jiwa yang sedang menunggu
(mengharapkan) sesuatu yang disenangi dari Allah SWT.,
23
setelah melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya
sesuatu yang diharapkannya.
g) Bersikap takut (Al-Khauf); yaitu suatu sikap jiwa yang
sedang menunggu sesuatu yang tidak disenangi dari Allah
SWT. maka manusia perlu berupaya agar apa yang
ditakutkan itu, tidak akan terjadi.33
2) Akhlak baik terhadap sesama manusia; yang meliputi antara
lain:
a) Belas kasih atau sayang (Al-Shafaqah); yaitu sikap jiwa
yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain.
b) Rasa persaudaraan (Al-Ikha'); yaitu sikap jiwa yang selalu
ingin berhubungan baik dan bersatu dengan orang lain,
karena ada keterikatan batin dengannya.
c) Memberi nasihat (An-nasihah); yaitu suatu upaya untuk
memberi petunjuk-petunjuk yang baik kepada orang lain
dengan menggunakan perkataan; baik ketika orang yang
dinasihati telah melakukan hal-hal yang buruk, maupun
belum.
d) Memberi pertolongan (An-Nashru); yaitu suatu upaya untuk
membantu orang lain, agar tidak mengalami suatu kesulitan.
e) Menahan amarah (Kazmu Al-Ghaizi); yaitu upaya menahan
emosi, agar tidak dikuasai oleh perasaan marah terhadap
orang lain.
f) Sopan-santun (Al-Hilmu); yaitu sikap jiwa yang lemah-
lembut terhadap orang lain, sehingga dalam perkataan dan
perbuatannya selalu mengandung adab-kesopanan yang
mulia.
33 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I; Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma'Rifah Sufi, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hal. 10-17.
24
g) Suka memaafkan (Al-'Afwu); yaitu sikap dan perilaku
seseorang yang suka memaafkan kesalahan orang lain yang
pernah diperbuat terhadapnya.34
b. Akhlak Madhmumah (Akhlak yang buruk), yaitu perbuatan buruk
terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain.35
1) Akhlak buruk terhadap Tuhan; yang meliputi antara lain;
a) Takabbur (Al-Kibru); yaitu suatu sikap yang
menyombongkan diri, sehingga tidak mau mengakui
kekuasaan Allah di alam ini, termasuk mengingkari nikmat
Allah yang ada padanya.
b) musyrik (Al-Isyrak); yaitu suatu sikap yang
mempersekutukan Allah dengan makhluknya, dengan cara
menganggap bahwa ada suatu makhluk yang menyamai
kekuasaan-Nya.
c) Murtad (Al-Riddah); yaitu suatu sikap yang meninggalkan
atau keluar dari agama Islam, untuk menjadi kafir.
d) Munafiq (An-Nifaq); yaitu suatu sikap yang menampilkan
dirinya bertentangan dengan kemauan hatinya dalam
kehidupan beragama.
e) Riya' (Ar-Riya'); yaitu suatu sikap yang selalu menunjuk-
nunjukkan perbuatan baik yang dilakukannya.
f) Boros atau berfoya-foya (Al-Israf); yaitu perbuatan yang
selalu melampaui batas-batas ketentuan agama.
g) Rakus atau tamak (Al-Hisru atau Al-Tama'u); yaitu suatu
sikap yang tidak pernah merasa cukup, sehingga selalu
ingin menambah apa yang harus dimiliki, tanpa
memerhatikan hak-hak orang lain.36
34 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I; Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma'Rifah Sufi, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hal. 22-28.
35 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I; Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma'Rifah Sufi, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hal. 10.
36 Ibid., hal. . 17-21.
25
2) Akhlak buruk terhadap sesama manusia; yaitu meliputi antara
lain;
a) Mudah marah (Al-Ghadab); yaitu kondisi emosi seseorang
yang tidak dapat ditahan oleh kesadarannya, sehingga
menonjolkan sikap dan perilakunya yang tidak
menyenangkan orang lain.
b) Iri hati atau dengki (Al-Hasadu atau Al-Hiqdu); yaitu sikap
kejiwaan seseorang yang selalu menginginkan agar
kenikmatan dan kebahagiaan orang lain bisa hilang sama
sekali.
c) Mengadu-adu (An-Namimah); yaitu suatu perilaku yang
suka memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain
dengan maksud agar hubungan sosial keduanya rusak.
d) Mengumpat (Al-Ghibah); yaitu suatu perilaku yang suka
membicarakan keburukan seseorang kepada orang lain.
e) Bersikap Congkak (Al-Ash'ar); yaitu suatu sikap dan
perilaku yang menampilkan kesombongan; baik dilihat dari
tingkah lakunya, maupun perkataannya.
f) Sikap kikir (Al-Bukhlu); yaitu suatu sikap yang tidak mau
memberikan materi dan jasa kepada orang lain.
g) Berbuat aniaya (Al-Zulmu); yaitu suatu perbuatan yang
merugikan orang lain; baik kerugian materi maupun non
materil.37
7. Faktor-Faktor yang Membentuk Akhlak
Ada dua sisi yang menyatakan asal mula pembentukan akhlak. Sisi
pertama menyatakan bahwa akhlak merupakan hasil dari usaha pendidikan,
latihan, usaha keras, dan pembinaan (muktasabah), bukan terjadi dengan
37 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I; Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma'Rifah Sufi, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009) hal 29-34
26
sendirinya. Akan tetapi sebagian ahli menyatakan bahwa akhlak tidak perlu
dibentuk karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak
lahir.38 Menurut H. M. Arifin sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya
pendidikan pada umumnya, yaitu ada tiga aliran:39
a. Aliran Nativisme. Menurut aliran ini bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor
pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.
b. Aliran Empirisme. Menurut aliran ini bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari
luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan.
c. Aliran Konvergensi. Menurut aliran ini pembentukan akhlak
dipengaruhi faktor oleh faktor internal, yaitu pembawaan anak, dan
faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan.
Pada aliran ketiga, yaitu aliran konvergensi tampak sesuai dengan
ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadis dibawah ini:
واهلل أخرجكم من بطون أمهاتكم ال تـعلمون شيـئا وجعل لكم السمع واألبصار
)٧٨واألفئدة لعلكم تشكرون (
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78).
Ayat di atas memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk
dididik, yaitu penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut
harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.
Kesesuian teori konvergensi tersebut di atas, juga sejalan dengan hadis berikut,
dari Abu Hurairah Rasulullah SAW. bersabda:
38 Muk'niah, Materi Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet I, hal. 130
39 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hal. 167
27
حدثنا ادم حدثنا ابن ايب ذئب عن الوهري عن ايب سلمة بن عبد الرمحن عن ايب هريرة � قال : قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم كل مولود يـولدعلى الفطرة
رانه اوميجسا نه...(احلديث رواه البخار)ف ابـواه يـهودانه اويـنص''Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fithrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran), maka kedua orangtuanya lah yang membentuk anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.'' (H.R Bukhari).40
Ayat dan hadis di atas selain menggambarkan adanya teori konvergensi
juga menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan
adalah kedua orangtua. Itulah sebabnya orangtua, khususnya ibu mendapat
gelar sebagai madrasah, yakni tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan.41
8. Pendekatan dan Metode Pendidikan Akhlak
Pendidikan Islam dalam mengupayakan agar materi pendidikan dan
pengajaran Islam dapat diterima oleh objek pendidikan dengan menggunakan
pendekatan yang bersifat multi approach yang pelaksanaannya meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Pendidikan religius yang menitikberatkan kepada pandangan bahwa
manusia adalah makhluk yang berjiwa religius dengan bakat-bakat
keagamaan.
b. Pendekatan filosofis yang memandang bahwa manusia adalah
makhluk rasional atau homo rationale, sehingga segala sesuatu yang
menyangkut pengembangannya didasarkan pada sejauh mana
kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan sampai pada titik
maksimal perkembangannya.
c. Pendekatan sosio kultural yang bertumpu pandangan bahwa manusia
adalah makhluk bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga
40 Muhammad bin Isma'il Abu Abdillah Al-Bukhari Al-Ju'fy, Al-Jami' Ash-Shahih Al-Mukhtasar Juz 6, (Beirut: Daru Ibnu Katsir, 1987), hal. 465.
41 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hal. 169
28
dipandang sebagai homososius dan homosapiens dalam kehidupan
masyarakat yang berkebudayaan.
d. Pendekatan scientific yang titikberatnya terletak pada pandangan
bahwa manusia memiliki kemampuan menciptakan (kognitif),
berkemauan (konatif) dan merasa (emosional atau afektif).
Pendidikan harus dapat mengembangkan kemampuan analitis,
reflektif, dan berpikir.42
Adapun metode pendidikan Islam yang digunakan antara lain:
sebagaimana yang dikemukakan Ustad Muhammad Said Ramadhan Al-
Buwithi dalam bukunya yang berjudul Al-manhajut Tarbawi Faried fil Qur'an,
menyatakan bahwa ada tiga macam asas/dasar yang dipakai Al-Qur’an untuk
menanamkan pendidikan yaitu:
a. Muhakam Aqliyah, mengetuk akal pikiran untuk memecahkan segala
sesuatu. Di dalam tingkat ini, Al-Qur’an menyadarkan setiap akal
manusia untuk memikirkan asal-usul dirinya, mulai dari asal mula
kejadiannya, kemudian perkembangannya.
b. Al-qisah wat Tarikh, menggunakan cerita-cerita dan pengetahuan
sejarah.
c. Al-Itsarah Al-Wijdaniyah, memberikan perangsang kepada perasaan.
Dan perasaan-perasaan itu terbagi dalam:
1) perasaan pendorong, yaitu rasa gembira, harapan, hasrat, yang
besar dan sejenisnya.
2) Perasaan penahan, yaitu rasa takut (berbuat kejahatan), rasa
sedih (berbuat kezaliman) dan sejenisnya.
3) Perasaan kekaguman, yaitu rasa hormat dan kagum, rasa cinta,
rasa bakti, dan pengabdian, dan lain sebagainya.43
42 Hamdani Ihsan & A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001) cet II Revisi, hal 193-194.
43 Ibid., hal. 194-195.
29
Muhammad Qutub di dalam bukunya Minhajut Tarbiyah Islamiyah
menyatakan bahwa teknik (metode) pendidikan Islam itu ada delapan
macam, yaitu:
a. Pendidikan Melalui Teladan
Pendidikan melalui teladan merupakan salah satu teknik
pendidikan yang efektif dan sukses. Akhlak yang baik tidak dapat
dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan.
Menanamkan sopan-santun memerlukan pendidikan yang panjang
dan harus ada pendekatan yang lestari.44 Cara yang demikian itu
telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. keadaan ini dinyatakan dalam
ayat Al-Qur’an:
لمن كان يـرجو اهلل واليـوم اآلخر لقد كان لكم يف رسول اهلل أسوة حسنة )٢١وذكر اهلل كثريا (
''Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.'' (QS. Al-Ahzab : 21).
b. Pendidikan Melalui Nasihat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh
kata-kata yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap
sehingga kata-kata tersebut harus diulangi. Nasihat yang
berpengaruh dapat membuka jiwa secara langsung melalui
perasaan.45 Nasihat yang jelas dan dapat dipegang adalah nasihat
yang dapat menggantungkan perasaan dan tidak membiarkannya
jatuh ke dasar bawah dan mati tak bergerak. Al-Qur’an penuh berisi
nasihat-nasihat dan tuntunan-tuntunan, seperti:
44 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf¸ (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal 165. 45 Hamdani Ihsan & A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2001) cet II Revisi, hal 196.
30
ئا وابلوالدين إحسا� وبذي القرىب واليـتامى واعبدوا اهلل وال ت شركوا به شيـوالمساكني واجلار ذي القرىب واجلار اجلنب والصاحب ابجلنب وابن
)٣٦خمتاال فخورا ( السبيل وما ملكت أميانكم إن اهلل ال حيب من كان
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ib[nu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S An-nisa: 36).
c. Pendidikan Melalui Hukuman
M. Athiyah Al-Abrasyi mengemukakan tiga syarat apabila
seorang mendidik ingin menghukum anak dengan hukuman badan
(jasmani). Ketiga syarat itu ialah:
1) Sebelum berumur 10 tahun anak-anak tidak boleh dipukul.
2) Pukulan tidak boleh dari tiga kali. Yang dimaksud dengan
pukulan di sini dengan menggunakan lidi atau tongkat kecil
bukanlah tongkat besar.
3) Diberikan kesempatan kepada anak-anak untuk tobat dari
kesalahan yang ia lakukan dan memperbaiki kesalahannya
tanpa perlu menggunakan pukulan atau merusak nama
baiknya (menjadikan ia malu).46
Al-Ghazali tidak setuju bila langsung memukul seorang anak
yang bersalah bahkan beliau menyerukan supaya kepadanya
diberikan kesempatan untuk memperbaiki sendiri kesalahannya,
sehingga ia menghormati dirinya dan merasakan akibat
perbuatannya. 47
46 Ibid., hal. 197 47 Ibid., hal. 198
31
d. Pendidikan Melalui Cerita
Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan
manusia. Cerita pada kenyataannya sudah merajut hati manusia dan
mempengaruhi kehidupan mereka. Pembaca atau pendengar cerita
bersikap mengikuti jalan cerita dan orang-orang yang terdapat di
dalamnya.
Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi
cerita dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan.
Oleh karena itu, Islam mengeksploitasi cerita untuk dijadikan salah
satu teknik pendidikan. Al-Qur’an mempergunakan cerita sebagai
alat pendidikan seperti cerita Nabi atau Rasul terdahulu, cerita kaum
yang hidup terdahulu baik yang ingkar kepada Allah ataupun yang
beriman kepada-Nya.
e. Pendidikan Melalui Kebiasaan
Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung
secara kontinyu. Berkenaan dengan ini Imam Al-Ghazali
mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat
menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika
manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang
jahat. Untuk itu Al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan,
yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku
yang mulia.48
f. Menyalurkan Kekuatan
Diantara banyak teknik Islam dalam membina manusia dan
juga dalam memperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-
kekuatan yang tersimpan di dalam jiwa, tumbuh dan tidak
memendamnya, kecuali bila potensi-potensi itu memang tertumpu
untuk lepas. Islam mengisi hati dan tubuh dengan berbagai muatan,
48 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf¸ (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 164.
32
yaitu kandungannya yang asli dan alamiah yang selalu berbentuk
selama manusia itu sehat. Seterusnya Islam melepaskan muatan-
muatan itu ke dalam upaya pembangunan. Kekuatan yang dikandung
oleh eksistensi manusia dan dihimpun oleh Islam adalah kekuatan
energik dan netral yang dapat menimbulkan baik atau buruk,
digunakan untuk membangun dan menghancurkan, serta dapat pula
habis percuma tanpa tujuan dan arah. Islam menyalurkan kekuatan
itu ke arah yang benar menuju kebaikan.49
g. Mengisi Kekosongan
Islam menyalurkan kekuatan tubuh dan jiwa ketika sudah
menumpuk dan tidak menyimpannya karena penuh risiko. Islam
tidak senang pada kekosongan. Kekosongan merusak jiwa, seperti
halnya kekuatan terpendam juga merusak. Kerusakan utama yang
timbul oleh kekosongan menyebabkan seseorang terbiasa pada sikap
buruk yang dilakukannya untuk mengisi kekosongan itu. Islam ingin
sekali memfungsikan manusia secara baik semenjak ia bangun dari
tidur, sehingga orang itu tidak mengeluh atas kekosongan yang
dideritanya, serta ingin sekali meluruskan kekuatan pada jalannya
semula.
h. Pendidikan Melalui Peristiwa-peristiwa
Hidup adalah perjuangan dan merupakan pengalaman-
pengalaman dengan berbagai peristiwa, baik yang timbul karena
tindakannya sendiri, maupun karena sebab-sebab luar. Guru yang
baik tidak akan membiarkan peristiwa-peristiwa itu, berlalu begitu
saja tanpa mengambilnya menjadi pengalaman yang berharga. Ia
menggunakannya untuk membina, mengasah dan mendidik jiwa.
Oleh karena itu, pengaruhnya tidak boleh hanya sebentar itu saja.
49 Hamdani Ihsan & A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001) cet II Revisi, hal 201.
33
Suatu peristiwa secara lengkap sangat membekas pada
perasaan yang menimbulkan reaksi keras kadang-kadang dapat
meluluhkan perasaan. Hal ini tidaklah terjadi setiap hari, dan tidak
mudah sampai ke dalam hati bila hati tenang, cerah dan tidak
tertekan.50
9. Nilai-nilai Akhlak yang Dikembangkan di Sekolah/Madrasah51
a. Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI)
Tabel 2.1
No. Nilai/ Akhlak yang dikembangkan
1
Terbiasa berperilaku bersih, jujur, dan kasih sayang, tidak kikir,
malas, bohong, serta terbiasa dengan etika belajar, makan dan
minum.
2
Berperilaku rendah hati, rajin, sederhana, dan tidak iri hati,
pemarah, ingkar janji, serta hormat kepada orang tua dan
mempraktekan etika mandi dan buang air.
3 Tekun, percaya diri dan tidak boros
4 Tidak hidup boros dan hormat kepada tetangga
5 Terbiasa hidup disiplin, hemat, tidak lalai, serta suka tolong
menolong
6 Bertanggung jawab dan selalu menjalin silaturahmi
b. Jendang Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
Tabel 2.2
No. Uraian Nilai/Akhlak
1
Berhati lembut, bekerja keras, tekun dan ulet, dinamis total dan
produktif, sabar dan tawakal serta loyal, terbiasa beretika baik
dalam perilaku sehari-hari
50 Ibid., hal. 202. 51 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), cet pertama, hal 169
34
2 Terbiasa berpikir kritis, sederhana, sportif dan bertanggung
jawab
3
Terbiasa berperilaku qanaah, toleran, peduli terhadap lingkungan
dan budaya serta tidak sombong, tidak merusak, tidak nifak dan
beretika baik dalam pergaulan.
c. Jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMA/MA)
Tabel 2.3
No Uraian Nilai/Akhlak yang Dikembangkan
1
Terbiasa khusnuzan, terbuka, hati-hati, gigih, berinisiatif, rela
berkorban & tidak terbiasa suudzan terhadap Allah, tidak tamak
dan hasud, tidak ria, tidak aniaya serta terbiasa berpakaian dan
berhias yang sopan dan menghormati tamu.
2
Terbiasa bertobat, roja, optimis, dinamis, lugas, berfikir kritis,
demokratis, mengendalikan diri, tidak melanggar HAM, dan
menghormati hasil karya orang lain dan kaum lemah.
3
Terbiasa berperilaku ridha, produktif, objektif, rasional dan dapat
berinteraksi serta bersosialiasasi dalam kehidupan plural
berdasarkan etika Islam.
B. Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam
1. Kompetensi Guru
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, ''Kompetensi berarti
(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal''.
Menurut Broke and Store sebagaimana yang telah diterjemahkan oleh Uzer
Usman menyatakan bahwa ''Kompetensi merupakan gambaran hakikat
kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat penting.''52
52 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2005), cet ke-17, hal. 14.
35
Menurut UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, ayat
10, disebutkan ''Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.''
Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap
(daya kalbu), dan keterampilan (daya pikir) yang diwujudkan dalam bentuk
perbuatan.53 Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku
efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisi dan
memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan
seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif
dan efisien.54
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknik Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bahwa kompetensi guru yang wajib
ditingkatkan untuk mewujudkan kinerja guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi kepribadian.55
Empat domain kompetensi ini sekaligus menjadi acuan penilaian kinerja guru
dari subunsur proses pembelajaran/pembimbingan selanjutnya, dalam format
1A penilaian Kinerja Guru (PK Guru), keempat domain kompetensi tersebut
dirinci sebagai berikut.
a. Kompetensi Pedagogik, terdiri dari tujuh kompetensi, yaitu (1)
menguasai karakteristik peserta didik, (2) menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) pengembangan
kurikulum, (4) kegiatan pembelajaran yang mendidik, (5)
pengembangan potensi peserta didik, (6) komunikasi dengan peserta
didik, dan (7) penilaian dan evaluasi;
53 Syaiful Sagala, Kemampuan profesional guru dan tenaga kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet ke-4, hal. 23.
54 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet. ke-7, hal. 26.
55 Kemendiknas, Permendiknas RI No. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, (Jakarta: Kemendikas, 2011), hal. 26.
36
b. Kompetensi Kepribadian, terdiri dari tiga kompetensi, yaitu (1)
bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional, (2) menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan, dan (3)
etos kerja, rasa tanggung jawab yang tinggi dan rasa bangga menjadi
guru;
c. Kompetensi Sosial, terdiri dari dua kompetensi, yaitu (1) bersikap
inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif, dan (2)
komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orangtua,
peserta didik, dan masyarakat;
d. Kompetensi Profesional terdiri dari dua kompetensi, yaitu (1)
penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu, dan (2) mengembangkan
keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.
2. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.56 Secara etimologi kepribadian atau
personality berasal dari bahasa latin personare yang berarti mengeluarkan
suara (to sound through), istilah ini digunakan untuk menunjukkan suara dari
percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng yang dipakai oleh
pemain itu.57
Berbicara tentang kepribadian biasanya menyangkut banyak aspek
seperti kedirian, karakter, watak, ego, oknum, self, dan bahkan menyangkut
identitas bangsa.58 Kepribadian yaitu keseluruhan tingkah laku yang tampak
dalam ciri khas seseorang.59 Menurut Ahmad D. Marimba definisi kepribadian
56 Syaiful Sagala, Kemampuan profesional guru dan tenaga kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. ke-4, hal. 23.
57 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), cet. ke-10, hal. 154.
58 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam; Analisis Filosofi Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), hal. 197.
59 Ibid., hal. 197.
37
meliputi kualitas keseluruhan dari seseorang. Kualitas ini akan nampak dalam
cara-caranya berbuat, berfikir, mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya,
filsafat hidupnya serta kepercayaan-kepercayaannya.60
Zakiah Daradjat dalam bukunya mengatakan, kepribadian yang
sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui secara
nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala
segi dan aspek kehidupan.61 Menurut E.Y Kempt, kepribadian adalah integrasi
dari sistem kebiasaan-kebiasaan yang menunjukkan cara khas pada individu
untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.62 Rumusan kepribadian
menurut Allport, yaitu:63
a. Kepribadian merupakan suatu organisasi.
Pengertian organisasi menunjuk kepada sesuatu kondisi atau keadaan
yang kompleks, mengandung banyak aspek, banyak hal yang harus
diorganisasi.
b. Kepribadian bersifat dinamis.
Kepribadian individu bukan sesuatu yang statis, menetap, tidak
berubah, tetapi kepribadian tersebut berkembang secara dinamis.
c. Kepribadian meliputi aspek jasmaniah dan rohaniah.
Kepribadian adalah suatu sistem psikofisik, yaitu suatu kesatuan
antara aspek-aspek fisik dan psikis. Kepribadian bukan hanya terdiri
atas aspek fisik, juga bukan hanya terdiri atas aspek psikis, tetapi
keduanya membentuk satu kesatuan.
d. Kepribadian individu selalu dalam penyesuaian diri yang unik
dengan lingkungannya.
60 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: PT. Al-Ma'arif, 1998), cet. ke-7, hal. 62.
61 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), cet. ke-4, hal. 9.
62 Zikri Neni Iska, Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi brother's, 2006), hal. 112.
63 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet kelima, hal. 138-139.
38
Kepribadian individu bukan sesuatu yang berdiri sendiri, lepas dari
lingkungannya, tetapi selalu dalam interaksi dan penyesuaian diri
dengan lingkungannya.
Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhlak mulia. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2008 Bab II
pasal 3 item (5) bahwa kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup
kepribadian yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana,
demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja
sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.64
Dari pengertian di atas, penulis memberikan kesimpulan kepribadian
adalah sifat yang melekat pada manusia baik berupa jasmani maupun rohani.
Sifat ini bersifat kompleks yang satu sama lain saling mempengaruhi dan
berhubungan. Sedangkan kompetensi kepribadian adalah salah satu kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang pendidik sebagai kualitas pribadi yang
bersifat unik dalam berinteraksi dengan orang lain (siswa) yang tercermin
dalam kehidupan sehari-harinya, baik di lingkungan sekolah maupun
lingkungan masyarakat.
3. Aspek-aspek Kepribadian
Dikatakan bahwa kepribadian itu mengandung pengertian yang
kompleks. Ia terdiri dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun psikis.
Beberapa aspek kepribadian yang penting berhubungan dengan pendidikan,
dalam rangka pembentukan pribadi anak didik adalah sebagai berikut:
a. Sifat-sifat kepribadian (Personality traits). Di dalam diri manusia
terdapat sifat alamiah sebagai manusia seperti penakut, pemarah, suka
bergaul, sombong dan lain-lain;
b. Sifat-sifat yang merupakan kecenderungan-kecenderungan umum pada
seorang individu;
64 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen.
39
c. Intelejensi. Kecenderungan atau intelejensi juga merupakan aspek
kepribadian yang penting;
d. Pernyataan diri dan cara menerima kesan-kesan (Appearance and
Impression). Termasuk dalam aspek ini antara lain ialah: kejujuran,
berterus terang, menyelimuti diri, pendendam, tidak dapat menyimpan
rahasia, mudah melupakan kesan-kesan dan lain-lain.65
4. Macam-macam Kepribadian Muslim
Kepribadian muslim terdiri dari dua, diantaranya:66
a. Kepribadian kemanusiaan (basyanah), dibagi kepada dua bagian, yaitu:
1) Kepribadian individu; yang meliputi ciri khas seseorang dalam
bentuk sikap dan tingkah laku maupun intelektual yang dimiliki
masing-masing secara khas sehingga ia berbeda dengan orang-
orang lain.
2) Kepribadian ummah: yang meliputi ciri khas kepribadian muslim
sebagai suatu ummah (bangsa/negara) muslim yang meliputi sikap
dan tingkah laku ummah muslim yang berbeda dengan ummah
lainnya, mempunyai ciri khas kelompok dan memiliki kemampuan
untuk mempertahankan identitas tersebut dari pengaruh luar, baik
ideologi maupun lainnya yang dapat memberi dampak negatif.
b. Kepribadian samawi (kewahyuan), yaitu corak kepribadian yang
dibentuk melalui petunjuk wahyu dalam kitab suci Al-Qur’an, yang
antara lain difirmankan Allah SWT:
بل فـتـفرق بكم عن سبيله وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه وال تـتبعوا الس )١٥٣ذلكم وصاكم به لعلكم تـتـقون (
65 Djunaidatul Munawwaroh. ''Filsafat Pendidikan Islam (Perspektif Islam dan Umum)'', (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal. 163-164.
66 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam; Analisis Filosofi Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), hal. 199.
40
''Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.'' (Q.S Al-An'am: 153)
5. Proses Pembentukan Kepribadian
a. Pembentukan Kepribadian Kemanusiaan
Proses ini dapat pula dibagi dua, yaitu:
1) Proses pembentukan kepribadian muslim secara perorangan dapat
dilakukan melalui tiga macam pendidikan:
a) Pranatal Education (Tarbiyah Qabl Al-Wiladah)
Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara tidak langsung
(indirect). Proses ini dimulai saat pemilihan calon suami atau
istri dari kalangan yang baik dan berakhlak.
b) Education by Another (Tarbiyah ma'a ghairih)
Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara langsung oleh
orang lain. Manusia sewaktu dilahirkan tidak mengetahui
sesuatu tentang apa yang ada dalam dirinya dan diluar dirinya.
Firman Allah SWT.
ئا وجعل لكم واهلل أخرجكم من بطون أمهاتكم ال تـعلمون شيـ )٧٨دة لعلكم تشكرون (السمع واألبصار واألفئ
''Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.'' (Q.S An-Nahl: 78)
c) Self Education (Tarbiyah Al-Nafs)
Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan
orang lain seperti membaca buku-buku, majalah, koran dan
41
sebagainya, atau melalui penelitian untuk menemukan hakikat
segala sesuatu tanpa bantuan orang lain.67
2) Proses pembentukan kepribadian muslim secara ummah
(bangsa/negara) dilakukan dengan memantapkan kepribadian
individu muslim (karena individu bagian dari ummah), juga dapat
dilakukan dengan menyiapkan kondisi dan tradisi sehingga
memungkinkan terbentuknya kepribadian (akhlak) ummah.
Tradisi dan kondisi yang telah tersedia diisi dengan usaha-
usaha untuk mengisi pergaulan sosial bernegara dan antar negara
dengan akhlak islami berupa:
a) Pergaulan sosial
(1) Tidak melakukan hal-hal yang keji dan tercela, seperti:
membunuh, menipu, riba, merampok makan harta anak
yatim, menyakiti anggota masyarakat dan sebagainya.
(2) Membina hubungan tata tertib, meliputi bersikap sopan
santun dalam pergaulan, meminta izin ketika masuk ke
rumah orang, berkata baik dan memberi serta membalas
salam.
(3) Mempererat hubungan kerja sama dengan cara
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak
dasar kerjasama untuk membela kejahatan, berkhianat,
mengadakan saksi palsu, menyembunyikan kebenaran,
menganggap rendah orang lain, tidak memperdulikan
keadaan masyarakat dan sebagainya.
(4) Menggalakkan perbuatan-perbuatan terpuji yang memberi
dampak positif kepada masyarakat antara lain berupa
menepati janji, memaafkan, memperbaiki hubungan antar
sesama muslim, dll.
b) Pergaulan dalam negara
67 Ibid., hal. 201-202.
42
Pergaulan dalam negara dapat dilakukan dengan menanamkan
nilai-nilai ke Islaman dalam negara berupa:
(1) Kewajiban kepala negara untuk bermusyawarah dengan
rakyatnya.
(2) Menerapkan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, dan kasih
sayang serta tanggung jawab terhadap rakyat.
(3) Tidak mengingkari kepercayaan rakyat dan
menyalahgunakan kekuasaan.
(4) Tidak membedakan kedudukan dan status sosial antara
orang kaya dan orang miskin dalam penerapan undang-
undang.
Sebaliknya sebagai rakyat, kaum muslimin diminta pula untuk
menjalankan kewajiban dalam bentuk aktifitas yang memiliki nilai-
nilai Islam itu berupa:
(1) Kewajiban mengikuti disiplin dengan taat dan bersyarat,
yaitu selama kepala negara masih dapat menjunjung tinggi
perintah Allah.
(2) Menyiapkan diri dalam membela negara.
(3) Menjauhi hal-hal yang dapat merugikan negara seperti
bekerja sama dengan musuh, menjauhi kerusakan dan
membuat makar.
c) Pergaulan antar negara
(1) Melaksanakan perdamaian antar bangsa.
(2) Menghargai perjanjian.
(3) Tidak serang menyerang.
(4) Membina kerukunan antar negara.68
b. Pembentukan Kepribadian Samawi
Proses pembentukan kepribadian ini dapat dilakukan dengan cara
membina nilai-nilai ke Islaman dalam hubungan dengan Allah SWT. Nilai
68 Ibid,. hal. 203-204.
43
keislaman dalam hubungan dengan Allah SWT dapat dilakukan dengan
cara:
1) Beriman kepada Allah SWT.
2) Mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
3) Bertaqwa kepada-Nya.
4) Mensyukuri nikmat Allah dan tidak berputus harapan terhadap
rahmatNya.
5) Berdoa kepada Tuhan selalu, mensuci dan membesarkan-Nya dan
selalu mengingat Allah.
6) Menggantungkan segala perbuatan masa depan kepada-Nya.69
6. Pentingnya Kepribadian Guru
Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang
dewasa, sebagai pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling
utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru.
Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan yang
layak bagi guru menurut harapan masyarakat.70
Tingkah laku atau moral guru pada umumnya, merupakan penampilan
lain dari kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil, guru adalah contoh
teladan yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang
pertama sesudah orang tua, yang mempengaruhi kepribadian anak didik.71
Kepribadian yang baik akan sangat memengaruhi kesuksesan dalam
mendidik murid. Guru harus memiliki sifat-sifat kepribadian pendidik yang
mencerminkan insan mulia yang patut ditiru.72
69 Ibid., hal. . 205. 70 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), cet ke-6, hal. 91 71 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), cet ke-5, hal
11 72 Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Jojgakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), cet ke-I, hal. 157.
44
7. Karakteristik Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Menurut Abd. Rachman Shaleh dan Soependri Suriadinata, beberapa
ciri kepribadian yang harus dimiliki oleh guru, antara lain sebagai berikut.73
a. Guru itu harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala
sifat, sikap, dan amaliahnya yang mencerminkan ketakwaannya
tersebut.
b. Guru harus suka bergaul, khususnya bergaul dengan anak-anak.
c. Guru adalah orang yang penuh minat, penuh perhatian, mencintai
profesinya dan pekerjaannya, dan berusaha untuk mengembangkan dan
meningkatkan profesinya itu agar kemampuannya mengajarnya lebih
baik.
d. Guru adalah orang yang suka belajar secara terus-menerus. Meski ia
adalah pendidik yang identik dengan orang yang menularkan
pengetahuan dan menyebarkan wawasan, tetapi dia juga harus menjadi
orang yang terdidik yang selalu mempelajari hal-hal baru karena pada
dasarnya ilmu yang ada di dunia ini tak akan habis untuk dipelajari.
Dilihat dari aspek psikologi kompetensi kepribadian guru menunjukkan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian, yaitu:74
a. Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yaitu memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan
etika yang berlaku. Hal ini penting karena banyak masalah pendidikan
yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap dan
kurang stabil. Kondisi yang demikian sering membuat guru melakukan
tindakan-tindakan tidak senonoh yang merusak citra dan martabat guru.
Stabilitas dan kematangan emosi guru akan berkembang sejalan dengan
pengalamannya, selama dia mau memanfaatkan pengalamannya. Jadi
tidak sekedar jumlah umur atau masa kerjanya yang bertambah,
73 Fatchul Mu'in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik & Praktik,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2011), cet. ke-I, hal. 350.
74 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. ke-4, hal. 33.
45
melainkan bertambahnya kemampuan memecahkan masalah atas dasar
pengalaman masa lalu.75
b. Dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Kedewasaan guru
tercermin dari kestabilan emosinya. Untuk itu diperlukan latihan mental
agar guru tidak mudah terbawa emosi. Sebab, jika guru marah akan
mengakibatkan siswa takut. Ketakutan itu sendiri berdampak pada
turunnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran.76
c. Arif dan bijaksana. Arif yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta
didik, sekolah dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam
berpikir dan bertindak. Bijaksana (Al-Hikmah), berarti kemampuan
untuk memilih dan menentukan sesuatu yang tepat dan menggunakan
secara tepat.77
d. Berwibawa, yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh
positif terhadap peserta didik. Menurut Dr. Marselus R. Payong, M.Pd
wibawa adalah pengaruh tertentu yang timbul dari dalam diri seseorang
pendidik atau orang dewasa dan dirasakan oleh orang lain sehingga
menyebabkan orang lain memberikan rasa hormat atau penghargaan
kepadanya.78
Wibawa dapat muncul dari dua hal, karisma dan performa. Karisma
biasanya muncul dengan sendirinya karena merupakan bawaan sejak
lahir. Dibandingkan karisma, performa lebih mudah dipelajari da
dibentuk karena tidak terkait dengan hal-hal yang sifatnya bawaan.79
e. Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani
oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas, dan
75 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet ke-7, hal. 122.
76 Jamil suprihatiningrum, Guru Profesional; Pedoman Kinerja, Kualitikasi dan Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hal. 106.
77 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung: Alfabeta CV, 2013), hal. 154.
78 Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Probelematika, dan Implementasinya, (Jakarta: PT Indeks, 2011), hal. 57.
79 Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), cet. I, hal. 163.
46
suka menolong. Guru harus berakhlak mulia, karena ia adalah seorang
penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orangtua, meskipun mereka
tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa
hal tidak berharap untuk menasehati orang.80 Akhlak mulia sangat
penting dan dibutuhkan guru mengingat guru tidak hanya mengajarkan
pengetahuan saja tetapi juga menanamkan nilai-nilai. Penanaman nilai
terhadap peserta didik tidak akan efektif apabila hanya diajarkan saja
tanpa dicontohkan dengan kebiasaan diri.81
Mulyasa memberikan rekomendasi 12 aspek kepribadian yang
perlu mendapat perhatian dari guru dalam rangka memberikan teladan.
Aspek-aspek yang dimaksud adalah:
a. Sikap dasar; postur psikologis yang akan nampak dalam
masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan,
pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama,
pekerjaan, permainan dan diri.
b. Bicara dan gaya bicara; penggunaan bahasa sebagai alat
berpikir.
c. Kebiasaan bekerja; gaya yang dipakai oleh seseorang dalam
bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya.
d. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan; pengertian
hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak
mungkinnya mengelak dari kesalahan.
e. Pakaian; merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting
dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.
f. Hubungan kemanusiaan; diwujudkan dalam semua pergaulan
manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana
perilaku.
80 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet ke-7, hal. 129.
81 Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), cet. I, hal. 159.
47
g. Proses berpikir; cara yang digunakan oleh pikiran dalam
menghadapi dan memecahkan masalah.
h. Perilaku neurotis; suatu pertahanan yang dipergunakan untuk
melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.
i. Selera; pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang
dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.
j. Keputusan; keterampilan rasional dan intuitif yang
dipergunakan untuk menilai setiap situasi.
k. Kesehatan; kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang
merefleksikan kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan
semangat hidup.
l. Gaya hidup secara umum; apa yang dipercaya oleh seseorang
tentang setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk
mewujudkan kepercayaan itu.82
8. Standar Kompetensi Kepribadian Guru
Standar kompetensi inti kepribadian guru berdasarkan Permendiknas
Nomor 16 Tahun 2007 mencakup lima hal sebagai berikut.
a. Bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia:
1) Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang
dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
2) Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum, norma
sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional
Indonesia yang beragam.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat:
1) Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.
2) Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.
82 E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. ke-6, hal. 127-128.
48
3) Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota
masyarakat di sekitarnya.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa:
1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif dan
berwibawa.
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri:
1) Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
2) Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
3) Bekerja mandiri secara profesional.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru:
1) Memahami kode etik profesi guru.
2) Menerapkan kode etik profesi guru
3) Berperilaku sesuai dengan kode etik guru.83
C. Hasil Penelitian yang Relevan Dalam melakukan penelitian ini diadakan tinjauan pustaka terhadap
beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari duplikasi,
diantaranya:
1. ”Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak Siswa di SMP
Muhammadiyah 29 Sawangan” (Disusun oleh: Zuhaeriyah, NIM
1810011000098, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif berupa penelitian survey dengan metode korelasional.
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pengaruh pendidikan agama
Islam terhadap akhlak siswa di SMP Muhammadiyah 22 Sawangan.
83 Barnawi dan Muhammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), cet ke-I, hal 167.
49
Hasil dari penelitian ini yaitu pendidikan Agama Islam mempunyai
pengaruh terhadap akhlak siswa di SMP Muhammadiyah 29 Sawangan.
Tinggi rendahnya akhlak siswa dipengaruhi oleh Pendidikan Agama Islam
yang baik. Semakin baik Pendidikan Agama Islam maka semakin tinggi
Akhlak siswa.84
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis adalah sama-sama meneliti akhlak siswa.
Perbedaannya adalah pada variabel independentnya. Pada penelitian
tersebut variabel independentnya adalah Pendidikan Agama Islam,
sementara penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah Kompetensi
Kepribadian Guru PAI.
2. “Pengaruh Implementasi Kompetensi Guru PAI dan Non PAI terhadap
Motivasi Belajar Siswa di SMK Bintang Nusantara (BINUSA), Pondok
Aren, Tangerang Selatan.” (Disusun oleh: Muhamad Fahmi Hidayat, NIM
108011000039, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan hubungan antara implementasi kompetensi guru dengan
motivasi belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
implementasi kompetensi kurang berpengaruh terhadap motivasi belajar.
Bisa dikatakan bahwa siswa/i lebih termotivasi untuk belajar dengan
faktor-faktor lain, seperti menjelang datangnya ujian, kompak karena
teman sebaya, dll.85 Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis adalah sama-sama meneliti Kompetensi Guru.
Perbedaannya adalah pada variabel dependentnya. Pada penelitian tersebut
84 Zuhaeriyah, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak Siswa di SMP Muhammadiyah 29 Sawangan, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah, 2014)
85 Muhamad Fahmi Hidayat, Pengaruh Implementasi Kompetensi Guru PAI dan Non PAI terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMK Bintang Nusantara (BINUSA), Pondok Aren, Tangerang Selatan, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah, 2014).
50
variabel independentnya adalah motivasi belajar siswa, sementara
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah akhlak siswa.
D. Kerangka Berpikir Anak didik merupakan generasi penerus untuk masa depan. Oleh karena
itu, anak didik harus dipersiapkan agar kelak menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas, sehat, bermoral dan berakhlak baik berguna bagi masyarakat. Untuk
itu, perlu dipersiapkan sejak dini. Anak didik sangat sensitif terhadap sikap
lingkungannya dan orang-orang terdekatnya.
Guru sebagai salah satu orang yang berada dalam lingkungan anak didik
harus mampu mempersiapkan diri siswa untuk sanggup menghadapi kondisi di
masyarakat dan perubahan keadaan yang berkembang pesat. Pribadi guru sebagai
orang tua kedua selain orang tua di rumah menjadi contoh anak didik dalam
bertindak, karena ia dapat meniru perilaku orang terdekatnya. Guru harus
melengkapi dirinya dengan berbagai kompetensi, agar anak didik bisa sesuai
dengan yang diharapkan. Setelah penulis mengkaji hubungan guru dan siswa,
maka penulis menduga terdapat pengaruh positif antara kompetensi yang dimiliki
oleh seorang guru terhadap akhlak siswa.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Adapun
kegunaan hipotesis yaitu:
1. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat
dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang
akan diteliti. Misalnya sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan
melalui teori mengenai konflik.
2. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar
atau difalsifikasi.
3. Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan
karena membuat ilmuan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya,
hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya
51
dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan
mengujinya.
Berdasarkan deskripsi teori diatas dan kerangka berfikir, maka hipotesis
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
H𝑎 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kompetensi
Kepribadian Guru PAI terhadap Akhlak Siswa di SMP Bakti Mulya 400
Jakarta.
H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Kompetensi
Kepribadian Guru PAI terhadap Akhlak Siswa di SMP Bakti Mulya 400
Jakarta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta yang beralamat di
Jalan Lingkar Selatan Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
2. Waktu penelitian
Adapun waktu penelitiannya berlangsung pada bulan Januari-Juli 2018.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yang digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.1
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.2 Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yang merupakan variabel bebas (independent)
dan variabel terikat (dependent).
Variabel penelitian adalah perubahan perilaku yang bisa diukur. Adapun
yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas atau variabel independent (variabel X) adalah variabel
bebas yang sedang dianalisi hubungannya dengan variabel terikat. Dalam
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), cet. ke-25, hal. 8.
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), cet. ke-25, hal. 38.
52
53
hal ini variabel bebasnya adalah kepribadian Guru Pendidikan Agama
Islam.
2. Variabel terikat atau variabel dependent (Variabel Y) adalah variabel yang
sedang dianalisis tingkat hubungannya oleh variabel independent dalam
hal ini variabel dependentnya adalah akhlak siswa.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian, sedangkan sampel adalah
bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu
penelitian, artinya secara sederhana sampel adalah bagian dari populasi.3
Mengenai populasi guru, penulis mengambil guru di SMP Bakti Mulya 400
Jakarta. Karena jumlah guru tersebut cukup banyak, maka untuk memudahkan
penulis dalam penelitian ini, guru yang dijadikan sampel adalah guru Pendidikan
Agama Islam.
Adapun siswa yang dijadikan objek penelitian adalah siswa SMP Bakti
Mulya 400 Jakarta tahun ajaran 2017/2018. Dalam penelitian ini, yang menjadi
populasi targetnya adalah siswa/siswi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta yang
berjumlah 203 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Jumlah Siswa-siswi
No. Kelas Jumlah Keseluruhan
1 VII-1 27
2 VII-2 20
3 VII-3 18
Jumlah 65
1 VIII-1 25
2 VIII-2 20
3 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kwantitatif dalam Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), cet. ke-1, hal. 156.
54
3 VIII-3 19
Jumlah 64
1 IX-1 23
2 IX-2 26
3 IX-3 25
Jumlah 74
Jumlah Keseluruhan 203 Sumber : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili.4
Suharsimi Arikunto mengatakan dalam bukunya jika jumlah subjeknya
besar (diatas 100 orang), dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.5
Oleh karena itu, peneliti akan mengambil 15% dari populasi siswa SMP Bakti
Mulya 400 Jakarta, yaitu sebanyak 31 orang. Pengambilan sampel ini dengan
teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.6
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet ke-8 hal 81.
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), cet. ke-16, h. 134.
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet ke-25, hal. 85.
55
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain:
1. Observasi
Observasi sebagai salah satu metode atau alat penelitian, yaitu dengan
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis.7 Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan penelitian dan merupakan alat pengumpulan data
dengan cara mendatangi langsung, mengamati dan mencatat.
Observasi ini dilakukan dengan cara mendatangi sekolah yang menjadi
tempat observasi.
2. Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara ( interview ) adalah metode
pengumpulan data dengan jalan tanya jawab antara dua orang atau
lebih secara langsung. Wawancara merupakan teknik pengumpulan
data yang berdasarkan dari laporan verbal, pada wawancara ini
terdapat dialog yang dilakukan oleh penulis dengan yang di
wawancara. Untuk mendapatkan data yang objektif penulis
mengadakan wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru Pendidikan
Agama Islam dan siswa-siswi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.
3. Angket
Angket yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
memperoleh informasi mengenai kompetensi kepribadian guru PAI
dan akhlak siswa.
Angket ini dibuat dengan model rating scale yang mempunyai empat
kemungkinan jawaban, ini dimaksud untuk menghindari
kecenderungan responen bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai
jawaban yang jelas.
7 Fadhilah Suralaga, Nety Hartaty, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), hal 148.
56
4. Studi dokumentasi
Peneliti mencari data tentang profil sekolah, profil siswa, profil guru,
sarana dan prasarana tahun ajaran 2017/2018 sebagai pelengkap hasil
wawancara.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, maka digunakan dua jenis instrumen,
yaitu angket dan pedoman wawancara.
1. Indikator angket/quesioner.
Angket/quesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian
pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.
Angket ini diberikan kepada siswa kelas VIII SMP Bakti Mulya 400
Jakarta untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh kompetensi
kepribadian guru PAI terhadap akhlak siswa.
Angket ini bersifat tertutup, yaitu jawaban yang diberikan
sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberikan
kesempatan memberikan jawaban lain. Sedangkan alternatif jawaban
yang digunakan adalah sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS),
dan sangat tidak setuju (STS) untuk pernyataan variabel X. Dan untuk
variabel Y menggunakan alternatif jawaban : Selalu, Sering, Jarang,
dan Tidak Pernah.
Adapun angket yang disebarkan dalam bentuk pernyataan
berjumlah 22 butir soal untuk variabel X (kompetensi kepribadian guru
PAI) dan 22 butir soal untuk variabel Y (akhlak siswa). Adapun kisi-
kisi instrumen pada angket ini untuk masing-masing variabel adalah
sebagai berikut:
57
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Butir pernyataan
Jumlah item
Kompetensi
kepribadian
guru PAI
Bertindak
sesuai norma
agama,
hukum,
sosial, dan
kebudayaaan
Nasional
Indonesia.
Menghargai peserta
didik tanpa
membedakan
keyakinan yang
dianut, suku, adat-
istiadat, daerah
asal, dan gender
15, 16
2 Bersikap sesuai
dengan norma
agama yang dianut,
hukum, norma
sosial yang berlaku
dalam masyarakat,
dan kebudayaan
nasional Indonesia
yang beragam
Menampilkan
diri sebagai
pribadi yang
jujur,
berakhlak
mulia, dan
teladan bagi
peserta didik
dan
masyarakat
Berperilaku jujur,
tegas, dan
manusiawi.
3, 4, 8, 9,
10, 11, 14,
17, 20
9
Berperilaku yang
mencerminkan
ketakwaan dan
akhlak mulia.
Berperilaku yang
dapat diteladani
oleh peserta didik
dan anggota
58
masyarakat di
sekitarnya
Menampilkan
diri sebagai
pribadi yang
mantap,
stabil,
dewasa, arif,
dan
berwibawa.
Menampilkan diri
sebagai pribadi
yang mantap dan
stabil. 5, 6, 7, 12,
18, 19, 6
Menampilkan diri
sebagai pribadi
yang dewasa, arif
dan berwibawa.
Menunjukkan
etos kerja,
tanggung
jawab yang
tinggi, rasa
bangga
menjadi guru,
dan rasa
percaya diri.
Menunjukkan etos
kerja dan tanggung
jawab yang tinggi.
1, 13, 22 3 Bangga menjadi
guru dan percaya
pada diri sendiri.
Bekerja mandiri
secara profesional
Menjunjung
tinggi kode
etik profesi
guru.
Memahami kode
etik profesi guru
2, 21 2 Menerapkan kode
etik profesi guru
Berperilaku sesuai
dengan kode etik
guru
Jumlah 22
59
Variabel Dimensi Indikator Butir pernyataan
Jumlah item
Akhlak
Siswa
Akhlak
terhadap
Allah
Meyakini Allah
yang telah
menciptakan
manusia
1, 11, 12,
13 4
Meyakini Allah
yang telah
memberikan
perlengkapan
pancaindera,
berupa
pendengaran,
penglihatan, akal
pikiran dan hati
sanubari,
disamping anggota
badan yang kokoh
dan sempurna
kepada manusia
Bersyukur karena
telah disediakan
berbagai bahan dan
sarana yang
diperlukan bagi
kelangsungan
hidup manusia
Akhlak
terhadap
manusia
Akhlak terhadap
Rasulullah
2, 3, 4, 5, 6,
7, 9, 10, 14,
15, 16, 17,
16
Akhlak terhadap
60
orangtua 18, 19, 21,
22 Akhlak terhadap
diri sendiri
Akhlak terhadap
tetangga
Akhlak terhadap
masyarakat
Akhlak
terhadap
lingkungan
Akhlak terhadap
binatang
8, 20 2
Akhlak terhadap
tumbuhan
Akhlak terhadap
benda tak
bernyawa
Jumlah 22
2. Uji Coba Instrumen
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas dan
uji reliabilitas terlebih dahulu. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul,
selanjutnya dipilihlah butir soal yang valid dan reliabel.
a. Validitas Instrumen
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang
terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan
oleh peneliti.8 Perhitungan validitas dapat mengunakan rumus
korelasi product moment, yaitu:
𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 (Σ 𝑋𝑌)− (Σ𝑋). (Σ𝑌)
��𝑁Σ𝑋2 − (Σ𝑋)2� . �𝑁Σ𝑌2 − (Σ𝑌)2�
8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), cet ke-25, hal. 267.
61
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 : Angka Indeks Korelasi ''r'' Product Moment
𝑁 : Jumlah Responden (Number of Cases)
Σ𝑋𝑌 : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
ΣX : Jumlah seluruh skor X
ΣY : Jumlah seluruh skor Y
Dalam penelitian ini uji validitas diujikan kepada 31 peserta
didik dengan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh r tabel =
0,3550. Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut valid atau
tidak maka r hitung dibandingkan dengan r tabel dengan kriteria,
jika r hitung lebih besar dari r tabel maka instrumen tersebut valid,
sedangkan jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrumen
tersebut tidak valid. Hasil output penelitian ini menggunakan Ms.
Excel 2007 dan tabulasi data hasil perhitungan Ms. Excel dapat
dilihat pada tabel lampiran.
b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan
stabilitas data atau temuan.9 Untuk menguji reliabilitas instrumen
agar dapat dipercaya, peneliti menggunakan rumus yang ada pada
Statistic Product and Service Solution (SPSS), (Scale-Reliability).
G. Teknik Pengolahan Data
Untuk memperoleh data dalam penulisan ini, penulis melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Editing
Dalam pengolahan data, yang dilakukan adalah pengecekan terhadap
kelengkapan dan kebenaran dalam pengisian angket sehingga terhindar
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Jakarta: Alfabeta, 2017), cet. ke-25, hal. 268.
62
dari kekeliruan atau kesalahan sehingga menghasilkan data yang sah
atau akurat.
b. Skoring
Skoring merupakan pemberian skor terhadap butir-butir pernyataan
dalam angket. Dalam setiap pernyataan dalam angket terdapat 4 butir
jawaban yang harus dipilih oleh responden. Dalam penelitian ini,
peneliti memberikan dua jenis angket yang berbeda yang diberikan
kepada responden, dimana 22 butir pernyataan mengenai kompetensi
Kepribadian Guru PAI, dan 22 butir pernyataan mengenai Akhlak
siswa.
Adapun untuk pemberian skor pada tiap-tiap alternatif jawaban dari
pernyataan sebagai berikut :
Tabel 3.3
Skor Alternatif Jawaban
Alternatif
Jawaban
Nilai
Pernyataan Alternatif Jawaban
Nilai
Pernyataan
Selalu 4 Sangat Setuju 4
Sering 3 Setuju 3
Jarang 2 Tidak Setuju 2
Tidak Pernah 1 Sangat Tidak Setuju 1
c. Tabulating, yaitu setelah diketahui setiap indikatornya, maka seluruh
data tersebut ditabulasikan dalam sebuah tabel untuk kemudian
diketahui perhitungannya.
63
H. Teknik Analisis Data
Setelah angket melalui uji validitas dan uji reliabilitas, langkah selanjutnya
adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberikan skor menggunakan rumus
prosentase sebagai berikut :
P = 𝑓𝑁 x 100 %
Keterangan :
P = Angka Prosentase
f = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
N = Number of ceses (Jumlah Frekuensi/banyaknya individu)
Kemudian untuk mengetahui tingkat kompetensi kepribadian guru PAI dan
penerapan pendidikan akhlak siswa di SMP Bakti Mulya dalam kehidupan sehari-
hari, peneliti menggunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah :
1) Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan
mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.
2) Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata
sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian. Adapun cara
perhitungannya dengan menggunakan rumus mean yaitu :
M𝑋 = Σ𝑋𝑁
Keterangan :
M𝑋 = Mean/nilai rata-rata
Σ X = Jumlah Skor pada setiap indikator
N = Banyaknya Responden
3) Menentukan kategori, yaitu dengan menggunakan rumus10 : NSNH x 100%
10 Farel, Objek dan Methode Penelitian Statistik, https://farelbae.wordpress.com/catatan-kuliah-ku/objek-dan-methode-penelitian-statistik/ diakses pada 31 Mei 2018
64
Tabel 3.4
Skala Kompetensi Kepribadian Guru PAI dan skala Akhlak Siswa
No. Skor Keterangan
1 >80% Sangat Baik
2 61% -80% Baik
3 41% - 60% Cukup
4 21% - 40% Tidak Baik
5 < 20% Sangat Tidak Baik
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Syarat yang harus dipenuhi adalah data
berdistribusi normal. Normalitas data penting karena dengan data yang
berdistribusi normal, maka data tersebut dianggap mewakili populasi.11 Uji
normalitas ada penelitian ini menggunakan SPSS dengan metode uji
Kolmogorov-Smirnov.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa
varian populasi adalah sama atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian
ini menggunakan rumus yang ada pada SPSS. (Analyze-Compare Means
dan One Way Anova). Berikut ini adalah dasar pengambilan keputusan
dalam uji homogenitas.
1) Jika signifikansi < 0,05 maka varian kelompok tidak homogen.
2) Jika signifikansi > 0,05 maka varian kelompok homogen.
11 Duwi Priyatno, Panduan Praktis Olah Data Menggunaka SPSS, (Yogyakarta: Andi Offset, 2017), ed. I, hal. 85.
65
c. Uji Lineritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui linieritas data, yaitu
apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Uji ini
digunakan sebagai prasyarat dalam analisi korelasi Pearson atau regresi
linear. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity pada
taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang
linear bila signifikansi (Deviation for Linearity) lebih dari 0,05.12
d. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada
semua pengamatan di dalam model regresi. Pada regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas
dilakukan dengan dua metode, yaitu :
1) Metode grafik yaitu dengan melihat titik-titik pada grafik regresi;
2) Metode Uji Glejser.
2. Pengujian Hipotesis
Data yang diperoleh dalam penelitian ini, selanjutnya akan diolah
dengan menggunakan analisis statistik dengan menggunakan korelasi
product moment (𝑟𝑥𝑦 atau 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔), guna membandingkan hasil pengukuran
dua variabel yang berbeda agar dapat diketahui tingkat hubungan antara
dua variabel tersebut.
Dengan dasar pengambilan keputusan uji korelasi sebagai berikut :
a. Berdasarkan pedoman derajat hubungan
Rumus yang digunakan dalam mencari angka korelasi dengan rumus:
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 = Angka indeks korelasi ''r'' product moment
12 Ibid,. hal. 95.
𝑟𝑥𝑦 = 𝑁∑𝑋𝑌−(∑𝑋)(∑𝑌)�{𝑁∑𝑋2−(∑𝑋)2}{𝑁∑𝑌2−(∑𝑌)2}
66
∑𝑋 = Jumlah skor dalam sebaran X
∑𝑌 = Jumlah skor dalam sebaran Y
∑𝑋 𝑌 = Jumlah hasil kali skor X dengan skor Y
∑𝑋2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
∑𝑌2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
N = Banyaknya subjek (Number of cases)
Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi, maka dapat dilihat
kriteria korelasi koefisien besar ''r'', sebagai berikut:13
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
b. Berdasarkan uji t, dengan rumus:14 t = r √𝑛−21.𝑟2
Kriteria pengujiannya :
Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak.
Jika –t hitung > -t tabel atau t hitung < t tabel maka H0 diterima
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik pasti ada dalam penelitian yang menggunakan sampel,
hipotesis statistik pada penelitian ini adalah:
H0 : 𝛽 = 0
H𝑎 : 𝛽 ≠ 0
13 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), cet ke-25, hal. 184
14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: PT. Alfabeta, 2017), cet. Ke-25, hal. 184
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
a. Sejarah Singkat
SMP Bakti Mulya 400 berdiri sejak 20 Juli 1985. Dilihat dari
usianya yang lebih dari seperempat abad, SMP Bakti Mulya 400 muncul
dengan liku-liku sejarahnya sendiri. Dimulai pada tanggal 30 September
1983 telah ditanda tangani surat perjanjian kerja sama dalam bidang
pendidikan antara Yayasan Keluarga 400 dengan Yayasan Pondok
Mulya. Yayasan Keluarga 400 merupakan organisasi yang menghimpun
ex Tentara Pelajar Batalyon 400 Brigade 17, sedangkan Yayasan Bakti
Mulya adalah yayasan pengelola Real Estate Pondok Indah. Dalam
rangka kerja sama tersebut, lahirlah Badan Kerja Sama Pendidikan
Pondok Mulya Ikatan Keluarga 400 disingkat BKSP Pondok Mulya –
Ikatan Keluarga 400. Keputusan kerja sama tersebut merupakan
kesepakatan bersama untuk ikut berperan serta dalam menopang
kebijakan pemerintah di bidang pendidikan melalui usaha penyediaan
fasilitas pendidikan yang menampung anak-anak usia sekolah.
Selanjutnya dalam usaha kerja sama tersebut, menggunakan nama Badan
Kerja Sama Pendidikan Pondok Mulya – Ikatan Keluarga 400. Pada
waktu diadakan akreditasi sekolah oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, disepakati nama yang lebih praktis, yaitu Badan Kerja
Sama Pendidikan Bakti Mulya 400, disingkat BKSP Bakti Mulya 400.
Dalam melaksanakan kegiatannya, BKSP Bakti Mulya 400
berpegang pada motto “Berbakti Pada Nusa dan Bangsa Seumur
Hidup.” Motto ini dilandasi idealism dan bermodal patriotism dengan
meyakini bahwa pendidikan merupakan “Human Investment” yang
mempunyai jangkauan jauh ke masa depan.
67
68
b. Visi dan Misi YBKSP Bakti Mulya 400 Jakarta
1) Visi
Menjadi pusat pengembangan pendidikan yang melahirkan
kader pemimpin dan intelektual muslim dengan wawasan luas, serta
tanggap terhadap lingkungan dan siap menyongsong era globalisasi
sehingga mampu memperbaiki kualitas bangsa Indonesia.
2) Misi
a) Menyelenggarakan pendidikan umum yang bernafaskan Islam.
b) Menyelenggarakan pendidikan yang menumbuhkembangkan
potensi siswa untuk menjadi manusia seutuhnya.
c) Menghasilkan lulusan yang unggul, kompeten/mampu dan
terampil.
d) Menghasilkan sumberdaya manusia yang berguna bagi dirinya,
nusa, bangsa dan Negara.
e) Menghasilkan lembaga pendidikan yang memiliki predikat sekolah
unggulan.
c. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
Untuk merealisasikan visi dan misi Yayasan BKSP Bakti Mulya
400 perlu dirumuskan visi, misi, dan tujuan Sekolah Menengah Pertama
Bakti Mulya 400 sebagai berikut:
a) Visi
Membentuk insan berakhlak mulia, beriman, berilmu dan
berkompetensi global.
b) Misi
Mewujudkan pengembangan sekolah yang bernafaskan Islam dan
berkualitas Internasional yang diterapkan dalam pengelolaan,
tenaga pendidik dan kependidikan, pembiayaan, kurikulum,
fasilitas, proses belajar mengajar, penilaian, dan kompetensi
lulusan.
69
c) Tujuan
(1) Tujuan Umum
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai adalah membentuk insan
Pancasila yang sehat jasmani-rohaninya, taqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, cerdas dan terampil, berbudi pekerti luhur,
kuat kepribadiannya, tebal semangat kebangsaannya dan
mencintai tanah airnya, sehingga dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.
(2) Tujuan Khusus:
(a) Membentuk komunitas belajar yang mandiri cerdas dan
berkeadaban (civic values).
(b) Menerapkan manajemen sekolah yang transparan dan
akuntabel.
(c) Mengembangkan kemampuan siswa dalam penguasaan
sains dan teknologi, berinteraksi sosial (human relations),
berkepribadian mandiri secara intelektual, emosional dan
spiritual.
(d) Mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan (community based learning).
(e) Membangun pusat pengembangan inovasi pendidikan.
d. Struktur Organisasi
Kepala Sekolah : Ir. Masdiko Indra
Wakil Bidang Kurikulum : Sito, S.Pd
Staf Kurikulum : Novini Nilakusumah, SS.
Wakil Bidang Kesiswaan : Usman Jamhuri, S.Ag
Wakil Bidang Saspras : Rike Anwari Fuady, SSi.
Koordinator Kurikulum Cambridge : Leli Sugiarto, M.Si.
70
Pembina OSIS :
1) Eko Julianto, S.Pd
2) Drs. Yatim Abdullah
3) Sovia Andriani, SE
Tabel 4.1
Data Wali Kelas
Wali Kelas VII Wali Kelas VIII Wali Kelas IX
Wali kelas VII. 1
Novitri Riyani, S.Pd
Wali kelas VIII. 1
Cisilia Dewi Pangalila,
SH.
Wali kelas IX.1
Dyah Ratnawiati, S.Pd
Wali kelas VII. 2
Drs. Aji Bandi
Wali kelas VIII. 2
Drs. H. Aef Syaifudin
Wali kelas IX. 2
Epih Syarifah, S.Pd
Wali kelas VII. 3
Sobari, S.Ag
Wali kelas VIII. 3
Ir. H. Bondi Robiarso
Wali kelas IX.3
Asih Budianti, S.Pd
Tata Usaha
Kepala TU : Mohamad Janaka Jachja, SE.
Keuangan : Nur Evi Yani, SE.
Administrasi : Heru Tri Rismawanto, SE.
Perpustakaan : Ratih Agustin Kusuma Wardani, S.IP.
Koordinator Program
Majalah Karisma dan Mading : Novitri Riyani, S.Pd.
Ekstrakurikuler : Eko Julianto, S.Pd.
Lab. IPA/Mat & OSN : Sri Subekti, S.Pd.
Lab. Elektronika : Prayogo, M.Pd
Lab. Bahasa : Epih Syarifah, S.Pd
BP/BK : Drs. Yatim
UKS : Sovia Andriani, SE.
Lab. Tata Boga : Dina Astilia, S.Pd
71
LS2N/O2SN : Novini Nilakusumah, S.S.
OSN : Edy Hermawan, M.Si
Koordinator Mata Pelajaran
Agama Islam, PKn, & BP/BK : C. Dewi Pangalila, S.H.
Bahasa Indonesia : Dyah Ratnawiati, S.Pd.
Bahasa Inggris : Epih Syarifah, S.Pd.
Matematika & Komputer : Sobari, S.Ag.
IPA : Yenis Herdiani, S.Pd
IPS : Asih Budianti, S.Pd
Seni, Penjas, Mulok : Drs. Yatim
e. Karakter dan Budaya
Semua warga sekolah menerapkan syariat Agama Islam dan
kebangsaan Indonesia dalam bentuk praktek akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari dengan melakukan:
1. Salam, senyum, sapa, sopan dan santun.
2. Membiasakan kalimah toyyibah atau berkata hal-hal yang baik.
3. Tauhid atau memupuk keimanan hanya kepada Allah SWT.
4. Tawakkal atau berserah diri kepada Allah SWT.
5. Syukur terhadap nikmat Allah SWT.
6. Sabar terhadap cobaan.
7. Fastabikul Khoirot atau berlomba-lomba dalam kebaikan.
8. Amar ma'ruf nahi mungkar atau mengajak kebaikan melarang
kemungkaran.
9. Birrul walidaini atau berbuat baik kepada orang tua.
10. Dzikrullah atau selalu mengingat Allah SWT dimanapun berada
Penanaman karakter dan budaya sekolah dipraktekkan keseharian
melalui kegiatan rutin, spontan dan keteladanan dalam bentuk aktivitas
sebagai berikut:
72
1. Siswa membudayakan kebiasaan 5 S (salam, senyum, sapa, sopan,
dan santun) dimulai dari lobby sekolah sampai pulang sekolah.
2. Setiap awal pembelajaran siswa mengikuti pembinaan akhlak mulai
selama 15 menit dengan berdoa, syahadat, tadarus Al-Quran, dan
menyanyikan lagu Indonesia Raya.
3. Setiap akhir pembelajaran siswa membaca doa dan diperdengarkan
lagu-lagu perjuangan.
4. Setiap hari dilaksanakan shalat dhuhur berjamaah diikuti dzikir dan
berdoa yang dipimpin oleh siswa secara bergiliran.
5. Setiap hari jumat pagi dilaksanakan sholat dhuha diikuti pembinaan
rohani Islam.
6. Setiap hari jumat setelah kegiatan belajar dilaksanakan Jumat
bersih.
7. Mempraktekkan kalimah toyyibah dalam semua aktivitas di
lingkungan sekolah
8. Membiasakan budi pekerti luhur antara lain:
a. Berbakti kepada orangtua
b. Ikhlas beramal
c. Ramah dalam bergaul
d. Ulet dalam mencapai cita-cita
e. Amanah (dapat dipercaya)
f. Istiqomah teguh dalam keyakinan
g. Bersih diri, pakaian dan lingkungan.
h. Kegiatan kesetiakawanan sosial dan peduli terhadap bencana
i. Meminta maaf
j. Berterima kasih
k. Menghormati pada yang lebih tua
l. Menyayangi pada yang lebih muda
m. Mengunjungi orang yang sakit
n. Memuji pada orang yang jujur.
o. Berani berkata benar
73
p. Membela kehormatan bangsa
q. Mengembalikan barang yang bukan miliknya
r. Antri dalam barisan.
f. Daftar Guru dan Karyawan
Tabel 4.2
Daftar Guru Tahun Ajaran 2017/2018
No. Nama Lengkap Pendidikan Status Pegawai Jabatan
1. Ir. Masdiko
Indra
S1 Teknologi
Industri
Pertanian, IPB
Tetap
Kepala Sekolah
Guru Bid. study
MTK
2. Sito, S.Pd
S1 Matematika
IKIP
Muhamadiyah,
1995
Tetap
Wakil Bid.
Kurikulum
Guru Bid. Study
MTK
3. Usman Jamhuri,
S.Ag
S1 Tarbiyah
IAIN Syarif
Hidayatullah
Tetap
Wakil Bid.
Kesiswaan
Guru Bid. Study PAI
4. Rike Anwari
Fuady, S.Si.
S1 Biologi
Universitas
Nasional
Tetap Wakil Bid. Sarpras
Guru Bid. Study IPA
5. DRS. Aji Bandi
S1 Tarbiyah
IAIN Syarif
Hidayatullah
Jkt 1993
Tetap Guru Bid. Study PAI
6. DRS. Aef
Saefudin
S1 Tarbiyah
IAIN Syarif
Hidayatullah
Tetap Guru Bid. Study PAI
74
Jkt 1993
7. Usman, M.Pd.
S1 Sejarah
STKIP Jakarta
2002
Universitas
Indraprasta
2010
Tetap Guru Bid. Study IPS
8. Sobari, S.Pd
S1 Pendidikan
MTK IAIN
Syarif
Hidayatullah
Jkt 1996
Tetap Guru Bid. Study
MTK
9. Cisilia Dewi
Pangalila, SH
S1 Hukum
Perdata UI
1996
Tidak
Tetap
Guru Bid. Study
PKN
10. DRS. Yatim S1 Adpen IKIP
Jkt 1989 Tetap
Guru Bid. Study
BP/BK
Pembina OSIS
11. Dina Astilia,
S.Pd
D3 PKK IKIP
Medan, 1987
S1 STIKIP
PGRI Jkt
Tetap Guru Bid. Study Tata
Boga
12. Hj. Rina
Nuzrina, S.Pd
S1 BK STKIP
Jkt 2004 Tetap
Guru Bid. Study
BP/BK
13. Ir. H. Bondy
Robiarso
IPB Bogor
1993 Tetap Guru Bid. Study IPA
14. Dyah Ratnawiati,
S.Pd
S1 Bahasa dan
Sastra
Indonesia, IKIP
Jkt 1996
Tetap Guru Bid. Study
Bahasa Indonesia
75
15. Sovia Andriani,
SE
S1 Akutansi
Univ 17
Agustus, Sby
1993
Tetap
Guru Bid. Study
IPS/PLKJ
Pembina OSIS
16. Sri Subekti S.Pd
S1 Kimia IKIP
Negeri
Yogyakarta,
1998
Tetap Guru Bid. Study IPA
17. Prayogo, S.Pd
S1 Pend.
Elektronika
UNJ 2000
Tetap Guru Bid. Study
Elektonika/Komputer
18. Novitri Riyani,
S.Pd
S1 B.Indo IKIP
Negeri Malang
1998
Tetap Guru Bid. Study
B.Indonesia
19. Epih Saripah,
S.Pd
S1 FPBS
Inggris, IKIP
Muhamadiyah,
1997
Tetap Guru Bid. Study
B.Inggris
20. Yenis Herdiani,
S.Si
S1 Fisika
Institut 10 Nov,
Sby 2001
Tetap Guru Bid. Study IPA
21. Asih Budianti,
S.Pd
S1 Geografi
UNJ Tetap Guru Bid. Study IPS
22.
Novini
Nilakusumah,
SS.
S1 Sastra Cina
UI, 2001 Tetap
Guru Bid. Study
B.Mandarin
Staf Kurikulum
23. Leli Sugi Arti,
M.Pd.
S1 MTK UIN
Jkt, 2002 Tetap
Guru Bid. Study
MTK
Koor. Kurikulum
Cambridge
76
24. Dewi Wulansari,
S.Pd
S1 B.Inggris
Uhamka Jkt
2003
Tetap Guru Bid. Study
B.Inggris
25.
Dra. Mumun
Maemunah,
M.Pd
S1 IAIN 1993 Tidak
Tetap Guru Bid. Study PAI
26. Lina Yulinda,
S.Pd
S1 B.Inggris
UHAMKA Tetap
Guru Bid. Study
B.Inggris
27. Rizki
Fatmariyanti
D3
Komputerisasi
Akutansi AMIK
BSI
Jatiwaringin
Tidak
Tetap
Guru Bid. Study
Komputer
28. Eko Yudha
Pratama
SMA IPA 2002
Bukittinggi
Tidak
Tetap
Guru Bid. Study
Komputer
29. Tuti Sumiyati
D3 Perbankan
UPN Veteran
Jkt
Tidak
Tetap
Guru Bid. Study
Komputer
30. Edy Hermawan,
M.Sc
S1 Metalurgi
FMIPA UI
2002
S2 Sains dan
Teknologi
Tidak
Tetap Guru Bid. Study IPA
31. Eko Julianto,
S.Pd
S1 Pend.
Pelatihan
Olahraga dan
Kesehatan
Universitas
Sebelas Maret
2012
Tidak
Tetap
Guru Bid. Study
Olahraga
Pembina OSIS
77
32. Reza Fajrin
Wijaya
S1 Pendidikan
Seni Musik,
UNES
Tidak
Tetap
Guru Bid. Study Seni
Musik
33. Robert John
Rowse
S2 John Mores
Engineering
Tidak
Tetap
Guru Bid. Study
B.Inggris /TIK Sumber : Buku Paparan Program SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
Tabel 4.3
Daftar Karyawan No. Nama Lengkap Pendidikan Jabatan
1 M. Janaka
Jachja, SE
S1 Ek. Manajemen UPN
Yogya, 1997
Kepala Tata Usaha
2 Nur Evi Yani,
SE
S1 Ek. Akutansi STIE
Ahmad Dahlan Jkt
Bag. Keuangan
3 Heru Tri
Rismawanto, S.E
S1 Bag. Administrasi
4 Ratih Agustin
Kusuma
Wardani, SIP
S1 Ilmu Perpustakaan UIN
Jkt 2008
Bag. Perpustakaan
5 Sulaeman Mts N 3 Jkt, 1992
6 Yatimo STM Listrik Binika Karya,
1983
7 Muhafas SMA 63 Jkt
8 Slamet Supriyadi STM Mesin
Kebumen,1989
9 Taslim SMA
10 Darmawan SMK Sasmita Jaya
Pamulang
11 Ujang Setiawan STM Mesin Cendrawasih
1991
12 Sadirin SMA
78
13 Imam Wahyudi SMA
14 Jamsari SD Sumber : Buku Paparan Program SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
g. Data Siswa
Tabel 4.4
Data Siswa Tahun Ajaran 2017/2018
Kelas Jumlah Siswa
Jumlah L P
VII-1 6 21 27
VII-2 11 9 20
VII-3 9 9 18
VIII-1 10 15 25
VIII-2 11 9 20
VIII-3 12 7 19
IX-1 8 15 23
IX-2 16 10 26
IX-3 15 10 25
Jumlah Total 98 105 203 Sumber : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
h. Daftar Sarana dan Prasarana
1) Ruang Tata Usaha
2) Ruang BP/BK
3) Ruang OSIS
4) Ruang Tata Boga
5) Ruang Foto Copy
6) Gudang
7) Kamar kecil/WC
8) Kantin
9) Koperasi
79
10) Perpustakaan
11) Sarana Olahraga
12) Audio Kelas
13) Free Hotspot
14) Internet
15) Taman
16) Gedung Sekolah 3 lantai
17) Ruang kelas Ber-AC dan LCD
18) Laboratorium Fisika
19) Laboratorium Biologi
20) Laboratorium Elektronika
21) Laboratorium Bahasa
22) Laboratorium Matematika
23) Laboratorium Agama/IPS
24) Laboratorium Komputer
25) Ruang Kepala Sekolah
26) Ruang Wakil Kepsek
27) Ruang Guru
28) Ruang UKS
29) Ruang Audio Visual
30) Ruang Aula
31) Musholla
i. Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler
1) Kegiatan Kokurikuler
a) MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah)
b) LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa)
c) Dialog Interaktif
d) Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
e) Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN)
f) Peringatan Hari Besar Dunia (PHBD)
80
g) Sanlat (Pesantren Kilat)
h) Field Trip dan Charity
i) Widyawisata
j) Outdoor Study
k) Homestay (Cambridge Program)
l) Festival dan Internasional Camp
m) Haqata kolaborasi : sport (BM CUP), skill (SKETSA), soul
(LOKETA), arts (HAQATA)
n) Seminar Narkoba
o) Seminar Motivasi Belajar
p) Sex Education
q) Pameran Hasil Karya Siswa
r) Doa dan Dzikir bersama
s) Hari Profesi (kerjasama dengan FKOM)
2) Kegiatan Ekstrakurikuler
a) Ekstrakurikuler Wajib adalah Pramuka
b) Ekstrakurikuler Pilihan:
(1) Keagamaan (Marawis, Kaligrafi, Qiraat)
(2) Kesenian (Band, Melukis, Kreatif, Tari Saman, Tari Kreasi
Baru, Vokal Group)
(3) Paskibra
(4) Karya Ilmiah Remaja (KIR)
(5) Animasi
Tabel 4.5
Jadwal Ekstrakurikuler Tahun Pelajaran 2017/2018
No. Jenis Eskul Hari/Jam Pelatih / Koordinator
1 Futsal Selasa Ebi Yanto
Kamis Drs. Yatim Abdullah
81
2 Basket Senin Imam Pahlevi
Rabu Moh. Janaka, SE
3 Bulutangkis Kamis Sobari, S.Pd
4 Pencak Silat Rabu H. Basyir
5 Paskibra Rabu Gerry
Drs. Aji Bandi
6 Atletik Rabu Eko Julianto, S.Pd
7 Tari Saman Kamis Munjir
Sovia Andriani, SE
8 Tari Tradisional Selasa Uun
Leli Sugiarti, M.Si
9 Melukis Kreatif Rabu Sujono
Sri Subekti, S.Pd
10 Vocal
Group/Padus Selasa Novini Nilakusumah, S.S
11 Band Kamis Reza Fajrin, S.Pd
12 KIR (Karya
Ilmiah Remaja) Kamis Edi Hermawan, M.Sc
Sumber : Buku Paparan Program SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
j. Kurikulum
SMP Bakti Mulya 400 Jakarta menggunakan Kurikulum 2013 dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan Standar Isi meliputi
lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Kelompok mata pelajaran estetika
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahragar dan kesehatan.
82
Tabel 4.6
Struktur Kurikulum 2006 dan Kurikulum Nasional 2013
Komponen Kelas dan Alokasi Waktu
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran Kur 2013 Kur 2013 2006
1. PAI, Fiqih & Al-Qur’an 5 5 5
2. Pendidikan
Kewarganegaraan 3 3 2
3. Bahasa Indonesia 6 6 5
4. Bahasa Inggris 4 4 5
5. Matematika 5 6 6
6. IPA 5 6 6
7. IPS 5 5 6
8. Seni Budaya 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani,
Olahraga & Kesehatan 2 2 2
10. Keterampilan/TIK 2 2 2
B. Muatan Lokal
1. Pendidikan Lingkungan
Kehidupan Jakarta (PLKJ) 1 1 1
2. Pendidikan Tata Boga 2 2 2
3. Keterampilan Elektronika 2 2 2
4. Bahasa Mandarin 2 2 2
C. Pengembangan Diri (BP/BK) 3 3 3
D. Pramuka 2
Jumlah 51 51 51 Sumber : Buku Paparan Program SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
83
k. Kelas Belajar
Kelas belajar di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta dimaksudkan untuk
memaksimalkan layanan kepada siswa sesuai karakteristiknya. Kelas
layanan tersebut terdiri dari kelas Cambridge dan kelas Reguler.
1) Kelas Program Cambridge
Kelas internasional atau program Cambridge dibuka mulai
tahun pelajaran 2009/2010 sebagai realisasi dari ditunjukkannya
SMP Bakti Mulya 400 sebagai Cambridge International
Examination (CIE) dengan ID 223. Pada tahun pelajaran
2017/2018 memasuki tahun kedelapan. Adapun persyaratannya
adalah sebagai berikut:
a) Syarat umum:
Siswa yang memiliki kemampuan akademik yang kuat,
bahasa Inggris yang memadai dan memiliki dasar
penguasaan computer (IT).
b) Syarat khusus:
(1) Sehat jasmani dan rohani
(2) Rata-rata nilai raport kelas 4,5 dan 6 pelajaran
Matematika, Bahasa Inggris dan IPA tidak kurang dari
7,5
(3) Tes tertulis untuk pelajaran Matematika, Bahasa Inggris
dan IPA dengan nilai baik
(4) Lulus tes wawancara dalam Bahasa Inggris.
2) Kelas Reguler
Kelas regular merupakan kelas yang dibentuk untuk
menampung potensi siswa diluar pilihan kelas Cambridge. Kelas
regular dibentuk pada saat seleksi penerimaan siswa baru dan
dilaksanakan pembauran kelas setiap awal tahun pelajaran.
Pembentukan kelas pada kelas regular didasarkan atas
komposisi jumlah peserta didik, perimbangan prestasi, jenis
kelamin dan kepribadian masing-masing. Dengan pengelolaan
84
beragam potensi yang dimiliki siswa diharapkan mampu
melakukan kolaborasi dalam kegiatan belajar yang optimal.
2. Karakteristik Variabel
Karakteristik variabel dalam penelitian ini adalah uji validitas dan
reliabilitas dari data angket yang telah dibagikan kepada responden sejumlah
31 peserta didik.
a. Uji Validitas
Pengujian validitas ini dibutuhkan agar hasil olahan data yang
akan diujikan benar-benar valid dan dapat dipertanggungjawabkan
keabsahannya. Uji validitas dalam penelitian ini adalah data dari
angket yang telah dibagikan kepada responden sejumlah 31 orang
siswa, kemudian untuk mengetahui tingkat validitas dari suatu
instrument dapat dilihat nilai r tabel dan r hitungnya, jika r hitung
lebih besar dari r tabel maka instrument tersebut valid, sedangkan jika
r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrument tersebut tidak valid.
Adapun rumus untuk mencari r tabel adalah:
df = n -2
Standar kemaknaan r tabel yang diambil oleh peneliti yakni
5%, maka diketahui df dari sampel penelitian ini adalah sebagai
berikut:
df = 31-2
df = 29
Dengan demikian, r tabel dalam penelitian ini adalah 0,3550.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan uji validitas dengan
menggunakan program SPSS:
85
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Kompetensi Kepribadian Guru
PAI
No. Butir Soal r Hitung r tabel Status
1 Butir Soal nomor 1 0,516 0,3550 Valid
2 Butir Soal nomor 2 0,659 0,3550 Valid
3 Butir Soal nomor 3 0,430 0,3550 Valid
4 Butir Soal nomor 4 0,488 0,3550 Valid
5 Butir Soal nomor 5 0,640 0,3550 Valid
6 Butir Soal nomor 6 0,712 0,3550 Valid
7 Butir Soal nomor 7 0,464 0,3550 Valid
8 Butir Soal nomor 8 0,682 0,3550 Valid
9 Butir Soal nomor 9 0,672 0,3550 Valid
10 Butir Soal nomor 10 0,660 0,3550 Valid
11 Butir Soal nomor 11 0,833 0,3550 Valid
12 Butir Soal nomor 12 0,694 0,3550 Valid
13 Butir Soal nomor 13 0,421 0,3550 Valid
14 Butir Soal nomor 14 0,588 0,3550 Valid
15 Butir Soal nomor 15 0,828 0,3550 Valid
16 Butir Soal nomor 16 0,639 0,3550 Valid
17 Butir Soal nomor 17 0,592 0,3550 Valid
18 Butir Soal nomor 18 0,667 0,3550 Valid
19 Butir Soal nomor 19 0,656 0,3550 Valid
20 Butir Soal nomor 20 0,536 0,3550 Valid
21 Butir Soal nomor 21 0,638 0,3550 Valid
22 Butir Soal nomor 22 0,478 0,3550 Valid
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa instrument
Kompetensi Kepribadian Guru PAI yang valid adalah sebanyak 22
instrumen, maka uji validitas sebagai syarat uji instrument terpenuhi.
86
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Akhlak Siswa
No. Butir Soal r Hitung r tabel Status
1 Butir Soal nomor 1 0,486 0,3550 Valid
2 Butir Soal nomor 2 0,549 0,3550 Valid
3 Butir Soal nomor 3 0,442 0,3550 Valid
4 Butir Soal nomor 4 0,498 0,3550 Valid
5 Butir Soal nomor 5 0,658 0,3550 Valid
6 Butir Soal nomor 6 0,534 0,3550 Valid
7 Butir Soal nomor 7 0,245 0,3550 Tidak Valid
8 Butir Soal nomor 8 0,580 0,3550 Valid
9 Butir Soal nomor 9 0,485 0,3550 Valid
10 Butir Soal nomor 10 0,635 0,3550 Valid
11 Butir Soal nomor 11 0,141 0,3550 Valid
12 Butir Soal nomor 12 0,658 0,3550 Valid
13 Butir Soal nomor 13 0,610 0,3550 Valid
14 Butir Soal nomor 14 0,407 0,3550 Valid
15 Butir Soal nomor 15 0,409 0,3550 Valid
16 Butir Soal nomor 16 0,160 0,3550 Tidak Valid
17 Butir Soal nomor 17 0,423 0,3550 Valid
18 Butir Soal nomor 18 0,605 0,3550 Valid
19 Butir Soal nomor 19 0,588 0,3550 Valid
20 Butir Soal nomor 20 0,361 0,3550 Valid
21 Butir Soal nomor 21 0,313 0,3550 Tidak Valid
22 Butir Soal nomor 22 0,343 0,3550 Tidak Valid
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa instrument Akhlak Siswa
PAI yang valid adalah sebanyak 18 instrumen. Sedangkan lainnya tidak
87
valid. Karena ada instrument yang valid, maka uji validitas sebagai syarat
uji instrument terpenuhi.
b. Uji Reliabilitas
Setelah melakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas terhadap instrument yang valid. Uji reliabilitas dalam
penelitian ini diolah dengan menggunakan program SPSS. Berikut
merupakan hasilnya:
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas
Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items ,918 22
Sumber data: Primer, diolah pada 6 Juni 2018
Tabel 4.10
Hasil Uji reliabilitas Akhlak Siswa
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,839 18 Sumber data: Primer, diolah pada 6 Juni 2018
Kesimpulannya adalah jika alpha antara 0,70 0,90 maka
reliabilitas tinggi. Jika alpha 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat.
Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah,
kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliable. Dari data di atas,
terlihat bahwa alpha 0,981 untuk variabel Kompetensi Kepribadian
Guru PAI dan 0,839 untuk variabel Akhlak Siswa. Maka reliabilitas
tinggi dan instrument dinyatakan reliable. Dengan demikian uji
reliabilitas sebagai uji instrument terpenuhi.
88
3. Prosentase Hasil Angket Penelitian Data-data yang diperoleh oleh peneliti mengenai Kompetensi
Kepribadian Guru terhadap Akhlak Siswa ini melalui instrumen angket,
wawancara kepala sekolah, wawancara guru bidang studi dan wawancara
siswa.
Pada awalnya peneliti melakukan observasi terlebih dahulu untuk
mengamati lingkungan di Sekolah baik itu siswa maupun guru di SMP Bakti
Mulya 400 Jakarta. Melalui observasi tersebut, didapatkan hasil bahwa
kebanyakan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam adalah guru-guru
yang telah lama mengajar di sekolah tersebut. Ada juga salah satu guru PAI
yang menjadi ketua MGMP baik di kecamatan bahkan di Jakarta Selatan.
Selain itu, di masyarakat guru PAI di sekolah ini adalah seorang Da'i
sehingga guru agama tidak diragukan lagi secara materi ajaran, pengalaman
dan segala macam. Melihat hal tersebut, peneliti merasa cocok untuk
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
Selanjutnya peneliti melakukan penyebaran angket hanya pada kelas
VIII saja, sesuai dengan anjuran dari guru bidang studi, karena kelas VII
belum terlalu lama mengenal guru dan kelas IX sedang difokuskan pada ujian
dan tidak bisa diganggu oleh apapun. Angket di sebar pada kelas VIII yang
berjumlah 31 orang. Peneliti memberikan pertanyaan masing-masing variabel
22 soal. Setelah data di peroleh dari hasil angket yang telah disebarkan
kepada responden, langkah selanjutnya yaitu menghitung hasil angket yang
valid yaitu 22 soal untuk variabel Kompetensi Kepribadian Guru PAI dan 18
soal untuk Akhlak Siswa dengan mencari angka prosentase.
a. Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Data mengenai Kompetensi Guru PAI yang menjadi variabel
X merupakan data yang diperoleh langsung dari pengisian instrumen
penelitian yang berbentuk angket yang disebarkan kepada siswa
sebagai responden.
89
Tabel 4.11
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
No Pernyataan
1 Guru agama selalu tampil percaya diri saat mengajar.
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
9
22
-
-
29,03 %
70,97 %
-
-
Jumlah 31 100 %
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 70,97 % siswa setuju
dan 29,03 % siswa menyatakan sangat setuju. Hampir seluruhnya
menyatakan bahwa guru agama selalu tampil percaya diri saat
mengajar.
Tabel 4.12
Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
No Pernyataan
2 Guru agama bersikap sopan terhadap siswa.
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
9
22
-
-
29,03 %
70,97 %
-
-
Jumlah 31 100 %
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 70,97 % siswa setuju
dan 29,03 % siswa menyatakan sangat setuju. Hampir seluruhnya
menyatakan bahwa guru agama bersikap sopan terhadap siswa. Guru
pun bertutur kata dengan sopan dan halus, namun adakalanya seorang
90
guru marah ketika sedang belajar murid berisik atau tidak
mendengarkan apa yang disampaikan guru.1
Tabel 4.13
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat
No Pernyataan
3 Guru agama berpenampilan menarik
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
3
23
5
-
9,68 %
74,19 %
16,13 %
-
Jumlah 31 100 %
4 Guru agama mencerminkan pribadi islami.
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
18
10
3
-
58,06 %
32,26 %
9,68 %
-
Jumlah 31 100 %
Sebanyak 58,06 % siswa menjawab sangat setuju, dan 32,26 %
menjawab sangat setuju untuk pernyataan guru agama mencerminkan
pribadi islami, dan 9,68% menjawab sangat setuju, 74,19% setuju
untuk pernyataan guru agama berpenampilan menarik. Seperti yang
diketahui, guru PAI di SMP Bakti Mulya kerap menjadi Da'i di
lingkungan masyarakat.2 Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI
mencerminkan pribadi yang islami bukan hanya sebagai guru PAI di
1 Wawancara siswa, pada tanggal 05 Juni 2018 jam 11.00 WIB. 2 Wawancara Kepala Sekolah pada tanggal 30 Juli 2018
91
sekolah tapi juga di lingkungan sekitarnya. Namun, sebanyak 9,68 %
siswa menyatakan tidak setuju.
Tabel 4.14
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa
No Pernyataan
5 Guru agama membebaskan saya berpendapat
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
10
17
4
-
32,26 %
54,84 %
12,90 %
-
Jumlah 31 100 %
6 Guru agama tidak memaksakan kehendak
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
8
17
4
2
25,81 %
54,84 %
12,90 %
6,45 %
Jumlah 31 100 %
7 Guru agama berwibawa
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
5
25
1
-
16,13 %
80,65 %
3,22 %
-
Jumlah 31 100 %
92
Sebanyak 25,81 % siswa sangat setuju, dan 54,84 % siswa
setuju guru agama tidak memaksakan kehendak, selalu diskusi dan
memberitahu jika salah. Hanya saja menurut beberapa siswa guru PAI
mengambil keputusan tergantung situasi, kadang ada yang setuju
dengan keputusan guru, kadang tidak.3 Hal ini terlihat dari 12,90 %
siswa menjawab tidak setuju, dan 6,45 % sangat tidak setuju.
Tabel 4.15
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
No. Pernyataan
8 Guru agama adalah orang yang jujur
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
15
15
1
-
48,39 %
48,39 %
3,22 %
-
Jumlah 31 100 %
9 Guru agama bersikap ikhlas
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
16
14
1
-
51,61 %
45,16 %
3,22 %
Jumlah 31 100 %
10 Guru agama suka menolong siswa ketika menghadapi kesulitan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju 11 35,48 %
3 Wawancara siswa pada tanggal 05 Juni 2018 jam 11.00 WIB
93
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
19
1
-
61,29 %
3,22 %
-
Jumlah 31 100%
11 Guru agama bersikap ramah baik di dalam maupun diluar kelas.
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
11
20
-
-
35,48 %
64,52 %
-
-
Jumlah 31 100 %
35,48 % siswa menjawab sangat setuju dan 64,52 % menjawab
setuju guru agama bersikap ramah baik di dalam kelas maupun di luar
kelas. Senada dengan yang dikemukakan oleh guru PAI bahwa
pembiasaan 5 S di sekolah, yaitu salam, senyum, sapa, sopan dan
santun bukan hanya untuk diterapkan di lingkungan sekolah saja,
melainkan diluar lingkungan sekolah pun tetap harus diterapkan.4
Tabel 4.16
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa
No Pernyataan
12 Guru agama memiliki pengalaman dan wawasan yang luas
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
12
19
-
-
38,71 %
61,29 %
-
-
4 Wawancara Guru Bidang Studi pada tanggal 05 Juni 2018
94
Jumlah 31 100 %
Tabel 4.17
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
No Pernyataan
13 Guru agama antusias ketika di dalam kelas.
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
9
18
4
-
29,03 %
58,06 %
12,90 %
-
Jumlah 31 100%
Menurut siswa dari data wawancara, guru agama sangat penuh
semangat, dan antusias ketika berada di dalam kelas sehingga membawa
semangat kepada siswa untuk belajar. Hal ini ditunjukkan oleh persentase
siswa yang sangat setuju 29,03 % dan 58,06 % menjawab setuju. Sisanya
yaitu 12,90 % menjawab tidak setuju.
Tabel 4.18
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat
No Pernyataan
14 Guru agama memiliki gaya hidup yang mencerminkan
kesederhanaan.
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
13
18
-
41,94 %
58,06 %
-
95
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 31 100 %
Sebanyak 41,94 % siswa sangat setuju 58,06 % setuju
menyatakan bahwa guru memiliki gaya hidup yang mencerminkan
kesederhanaan. Sesuai data observasi, pakaian yang dikenakan pun
sesuai dengan aturan sekolah, sehingga tidak ada guru yang lebih
menonjol dari guru lainnya.
Tabel 4.19
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan
Nasional Indonesia
No Pernyataan
15 Guru agama menghargai setiap siswa
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
13
17
1
-
41,94 %
54,84 %
3,22 %
-
Jumlah 31 100 %
16
Guru agama bersikap sesuai norma agama, norma hukum,
norma sosial yang berlaku baik di lingkungan sekolah maupun
diluar lingkungan sekolah
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
13
17
1
-
41,94 %
54,84 %
3,22 %
-
Jumlah 31 100 %
96
Sebanyak 41,94 % siswa menjawab sangat setuju, 54,84 % setuju
dan 3,22 % tidak setuju dengan pernyataan guru agama bersikap sesuai
norma agama, norma hukum, norma sosial yang berlaku baik di
lingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. Setiap pendapat
atau kegiatan diskusi guru agama memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengemukakan pendapatnya, dan guru menghargai apa yang
disampaikan oleh siswa. Tidak membeda-bedakan satu sama lainnya.5
Hal itu terlihat dari siswa yang menyatakan sangat setuju 41,94 % dan
setuju 54,84 %, sedangkan 3,22 % tidak setuju.
Tabel 4.20
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
No Pernyataan
17 Guru agama mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
14
17
-
-
45,16 %
54,84 %
-
-
Jumlah 31 100 %
5 Wawancara siswa pada tanggal 05 Juni 2018 jam 11.00 WIB
97
Tabel 4.21
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa
No Pernyataan
18 Guru agama memberi kesempatan siswa untuk memberikan
pendapat
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
9
19
3
-
29,03 %
61,29 %
9,68 %
-
Jumlah 31 100 %
19 Guru agama menerima kritik dan saran dari siswa
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
5
21
5
-
16,13 %
67,74 %
16,13 %
-
Jumlah 31 100%
Siswa menjawab sangat setuju dengan 16,13 %, setuju 67,74 %,
dan tidak setuju 16,13 % untuk pernyataan guru agama menerima kritik
dan saran dari siswa. Guru agama juga bersifat terbuka terhadap pendapat
orang lain.6 Dalam kegiatan pembelajaran atau diskusi siswa diberikan
kesempatan yang sama satu sama lain untuk mengemukakan
pendapatnya.7
6 Wawancara siswa, pada tanggal 05 Juni 2018 jam 11.00 WIB 7 Wawancara siswa, pada tanggal 05 Juni 2018 jam 11.00 WIB
98
Tabel 4.22
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat
No Pernyataan
20 Guru agama berperilaku jujur, tegas dan manusiawi
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
10
19
2
-
32,26 %
61,29 %
6,45 %
-
Jumlah 31 100 %
.
Tabel 4.23
Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
No Pernyataan
21 Guru agama memotivasi saya dalam menjalani ibadah
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
8
22
1
-
25,81 %
70,97 %
3,22 %
-
Jumlah 31 100 %
25,81 % siswa menjawab sangat setuju dan 70,97 % setuju, guru
agama memotivasi siswa dalam menjalani ibadah. Hal ini dibuktikan
dengan setiap kegiatan keagamaan, guru PAI selalu menjadi yang
terdepan atau memegang peranan penting di kegiatan tersebut.8 Namun,
sebanyak 3,22 % menyatakan tidak setuju.
8 Wawancara Kepala Sekolah pada tanggal 30 Juli 2018
99
Tabel 4.24
Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri
No Pernyataan
22 Guru agama memberikan pemberitahuan atau tugas ketika
berhalangan hadir di dalam kelas
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Sangat setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
10
17
4
-
32,26 %
54,84 %
12,90 %
-
Jumlah 31 100 %
Tabel 4.25
Skala Kompetensi Kepribadian Guru PAI Berdasarkan Indikator
Variabel Indikator Nilai
Harap (NH)
Nilai Skor (NS)
𝑵𝑺𝑵𝑯
x
100% Ket
Kompetensi
Kepribadian
Guru
Bertindak sesuai
norma agama,
hukum, sosial,
dan kebudayaan
Nasional
Indonesia
2x4 = 8 210:31
= 6,774
6,7748 x100%
= 84,677%
Sangat
Baik
Menampilkan diri
sebagai pribadi
yang jujur,
berakhlak mulia,
dan teladan bagi
peserta didik dan
masyarakat
9x4=
36
935:31
=30,16
1
30,16136 x100%
= 83,781 %
Sangat
Baik
100
Menampilkan diri
sebagai pribadi
yang mantap,
stabil, dewasa,
arif, dan
berwibawa
6x4=24
586:31
=
18,903
18,90324 x100%
= 78,763 % Baik
Menunjukkan
etos kerja,
tanggung jawab
yang tinggi, rasa
bangga menjadi
guru, dan rasa
percaya diri.
3x4=12 299:31
= 9,645
9,64512 x100%
= 80,376%
Sangat
Baik
Menjunjung
tinggi kode etik
profesi guru
2x4=8 202:31
= 6,516
6,5168 x100%
= 81,451 %
Sangat
Baik
TOTAL 88 71,999 71,999
88 x100%
= 81,817 %
Sangat
Baik
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa guru PAI di SMP Bakti
Mulya 400 Jakarta memiliki kompetensi kepribadian yang sangat baik.
Sehubungan dengan kompetensi kepribadian guru PAI ini, peneliti juga
mendapatkan data lain melalui hasil wawancara yang sebagiannya telah
turut dideskripiskan dengan penjelasan tabel di atas.
b. Akhlak Siswa
Data mengenai akhlak siswa yang menjadi variabel Y
merupakan data yang diperoleh langsung dari pengisian instrumen
penelitian yang berbentuk angket yang disebarkan kepada siswa
sebagai responden dengan 18 pertanyaan yang valid.
101
Tabel 4.26
Akhlak terhadap Allah
No Pernyataan
1
Saya menjaga pendengaran saya agar mendengarkan hal-hal
yang baik.
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
5
20
6
-
16,13 %
64,52 %
19,35 %
-
Jumlah 31 100 %
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hampir seluruh siswa
menyadari fungsi Allah memberikan pendengaran adalah untuk
mendengarkan hal yang baik-baik. Siswa yang menjawab selalu
berjumlah 16,13 %, 64,52 % sering, dan 19,35 % jarang.
Tabel 4.27
Akhlak terhadap manusia
No Pernyataan
2 Saya menjaga diri agar terhindar dari penyakit dan tindakan
yang tidak baik.
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
13
15
3
-
41,94 %
48,39 %
9,68 %
-
Jumlah 31 100 %
3 Saya melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk saya
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
102
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
11
19
1
-
35,48 %
61,29 %
3,22 %
-
Jumlah 31 100%
4 Saya berbuat baik terhadap tetangga tanpa alasan apapun
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
11
8
11
1
35,48%
25,81%
35,48%
3,22
Jumlah 31 100%
5 Saya dan tetangga saling bantu membantu baik dalam keadaan
senang maupun susah.
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
6
9
13
3
19,35 %
29,03 %
41,94 %
9,68 %
Jumlah 31 100 %
6 Saya mengetahui dan menaati nilai dan norma masyarakat yang
ada dilingkungan rumah saya.
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
16
13
2
-
51,61 %
41,94 %
6,45 %
-
Jumlah 31 100 %
Pada akhlak terhadap manusia khususnya akhlak terhadap
tetangga banyak yang menjawab jarang dan tidak pernah untuk ketiga
103
pernyataan diatas. Ada siswa yang menjawab tidak punya tetangga.9
Dan dengan adanya smartphone, interaksi terhadap orang lain secara
langsung menjadi berkurang, ini yang menjadi kendala di masa
sekarang ini. Untuk itu penggunaan gadget harus di kontrol, jangan
sampai lepas pengawasan.10
Tabel 4.28
Akhlak terhadap lingkungan
No Pernyataan
8 Saya merawat tanaman dengan baik.
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
2
11
14
4
6,45 %
35,48 %
45,16 %
12,90 %
Jumlah 31 100 %
Tabel 4.29
Akhlak terhadap manusia
No Pernyataan
9 Saya menolong siapapun tanpa pamrih.
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
10
16
5
-
32,26 %
51,61 %
16,13 %
-
Jumlah 31 100 %
10 Saya diajarkan untuk bersikap sopan dan santun, untuk itu
saya mempraktekannya setiap hari.
9 Siswa menulis dilembar angket yang disebar 10 Wawancara Guru Bidang Studi pada tanggal 25 Juli 2018
104
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
12
16
3
-
38,71 %
51,61 %
9,68 %
-
Jumlah 31 100 %
Sebanyak 38,71 % siswa menjawab selalu, 51,61 % menjawab
sering, 9,68 % menjawab jarang. Di SMP Bakti Mulya 400 sangat
ditekankan untuk bersikap sopan dan santun, yang dikenal dengan
slogan 5 S. Sehingga diharapkan dapat selalu mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari bukan hanya dilingkungan sekolah saja.11
Tabel 4.30
Akhlak terhadap Allah
No Pernyataan
11 Saya melaksanakan shalat dan puasa sebagai kewajiban saya
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
19
11
1
-
61,29 %
35,48 %
3,22 %
-
Jumlah 31 100 %
12 Saya bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada
saya
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
20
9
64,52 %
29,03 %
11 Wawancara guru bidang Studi.pada tanggal 05 Juni 2018
105
Jarang
Tidak Pernah
2
-
6,45 %
-
Jumlah 31 100 %
13 Saya mengingat Allah di mana saja saya berada
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
24
4
3
-
77,42 %
12,90 %
9,68 %
-
Jumlah 31 100 %
Tabel 4.31
Akhlak terhadap manusia
No Pernyataan
14 Saya menjadikan Rasulullah sebagai teladan
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
19
10
2
-
61,29 %
32,26 %
6,45 %
-
Jumlah 31 100 %
15 Saya menaati perintah orangtua saya
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
13
16
2
-
41,94 %
51,61 %
6,45 %
-
106
Jumlah 31 100 %
17 Saya mendoakan yang terbaik untuk kedua orangtua saya
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
27
4
-
-
87,10 %
12,90 %
-
-
Jumlah 31 100 %
18 Saya memperlakukan guru dengan baik
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
17
12
2
-
54,84 %
38,71 %
6,45 %
-
Jumlah 31 100 %
19 Saya menaati nasihat guru
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
13
17
1
-
41,94 %
54,84 %
3,22 %
-
Jumlah 31 100 %
107
Tabel 4.32
Akhlak terhadap lingkungan
No Pernyataan
20 Saya membuang sampah pada tempatnya
Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
20
9
2
-
64,52 %
29,03 %
6,45 %
-
Jumlah 31 100 %
Tabel 4.33
Skala Akhlak Siswa Berdasarkan Indikator
Variabel Indikator
Nilai
Harap
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
𝑵𝑺𝑵𝑯
x 100% Ket
Akhlak
Siswa
Akhlak
terhadap
Allah 4x4 = 16
428:31
=
13,806
13,80616 x
100% =
86,287 %
Sangat
Baik
Akhlak
terhadap
manusia 12x4=48
1231:31
=
39,710
39,71048 x
100% =
82,729 %
Sangat
Baik
Akhlak
terhadap
lingkungan
2x4=8 184:31
= 5,935
5,9358 x 100%
= 74,187% Baik
Total 72 59,451 𝟓𝟗,𝟒𝟓𝟏𝟕𝟐 x100%
= 82,570 %
Sangat
Baik
108
Dilihat dari total nilai setiap indikator yang ada, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa SMP Bakti Mulya 400 Jakarta memiliki
akhlak dengan kategori sangat baik. Sehubungan dengan akhlak siswa
di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta, peneliti juga mendapatkan data lain
melalui hasil wawancara yang sebagiannya telah turut di deskripsikan
dengan penjelasan tabel di atas.
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Analisa dilakukan dengan uji prasyarat analisis untuk mengetahui
apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji
prasyarat analisis dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji prasyarat analisis terpenuhi jika data berdistribusi normal, dan antara
variabel X dan variabel Y memiliki data yang homogeni. Jika salah satu
prasyarat analisis tidak terpenuhi, maka pengujian hipotesis tidak dapat
dilanjutkan. Uji prasyarat dalam penelitian ini dilakukan menggunakan program
SPSS.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk
mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan
membandingkan nilai signifikansinya.
Kriteria pengujiannya adalah :
Jika Sig < 0,05 (5%) maka H0 ditolak (tidak berdistribusi normal)
Jika Sig > 0,05 (5%) maka H0 diterima (berdistribusi normal)
109
Tabel 4.34
Hasil Uji Normalitas
Kesimpulannya adalah uji Normalitas menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov, dimana data akan dikatakan normal jika nilai
signifikansi > 0,05. Berdasarkan output SPSS di atas, diperoleh nilai Sig.
sebesar 0,200 > 0,05, maka dapat disimpulkan H0 diterima yang artinya
data berasal dari distribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian populasi
data, apakah antara dua kelompok atau lebih data memiliki varian yang
sama atau berbeda. Kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Jika signifikansi < 0,05 maka varian kelompok data tidak
homogen.
b. Jika signifikansi > 0,05 maka varian kelompok data homogen.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 31
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 6,38613449
Most Extreme Differences Absolute ,117
Positive ,090
Negative -,117
Test Statistic ,117
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
110
Tabel 4.35 Hasil Uji Homogenitas
Berdasarkan output SPSS di atas, diketahui bahwa nilai
signifikansi variabel Kompetensi Kepribadian Guru PAI (x) dan variabel
Akhlak Siswa (y) yaitu . dimana 0,507 > 0,05 artinya data variabel
Kompetensi Kepribadian Guru PAI (x) dan variabel Akhlak Siswa (y).
Karena data homogen, maka uji prasyarat terpenuhi. Dengan demikian,
data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilanjutkan ke analisis
data lebih lanjut.
3. Uji Linieritas
Analisis uji linieritas memiliki kriteria pengujian sebagai berikut :
a. Jika signifikansi > 0,05 maka terdapat hubungan yang linier antara
variabel X dengan variabel Y.
b. Jika signifikansi < 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linier
antara variabel X dengan variabel Y.
Tabel 4.36
Hasil Uji Linieritas
Test of Homogeneity of Variances
Akhlak Siswa (Y) Levene Statistic df1 df2 Sig.
,928 6 13 ,507
111
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa signifikansi pada Deviation
of Linearity lebih dari 0,05 (0,698 > 0,05). Jika dengan menggunakan r
hitung dan r tabel, dengan nilai r hitung = 0,698, dan r tabel = 0,3550,
maka r hitung harus lebih besar dari r tabel, dan 0,698 > 0,3550. Jadi
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara variabel
kompetensi kepribadian guru PAI terhadap akhlak siswa di SMP Bakti
Mulya 400 Jakarta. Karena data linier, maka uji prasyarat terpenuhi.
Dengan demikian, data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat
dilanjutkan ke analisis data lebih lanjut.
4. Uji Heteroskedastisitas
a. Metode Grafik (Melihat Pola-Pola pada Grafik Regresi)
Dasar kriteria pengambilan keputusannya adalah :
1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
112
Grafik 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber data : primer, diolah pada 7 Agustus 2018
Dari grafik di atas dapat diketahui titik-titik tidak membentuk
pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas pada model regresi. Karena tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas, maka uji prasyarat terpenuhi. Dengan demikian,
data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilanjutkan ke analisis
data lebih lanjut.
b. Metode Uji Glejser
Pengujian heteroskedastisitas menggunakan teknik Uji Glejser
yaitu meregresikan variabel independen dengan nilai absolute
residualnya. Jika pada uji t nilai signifikansi antara variabel
independen dengan absolute residula didapat lebih dari 0,05, maka
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
113
Tabel 4.37
Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Glejser
Dari hasil output di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
uji t antara variabel kompetensi kepribadian guru PAI dan akhlak
siswa dengan Absolut residual memiliki nilai signifikansi lebih dari
0,05. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Uji Hipotesis Penelitian
Uji Analisis korelasi atau asosiasi merupakan pembahasan
mengenai derajat keeratan hubungan antar variabel yang dinyatakan
dengan koefisien korelasi. Pengujian hipotesis ini dilakukan agar dapat
mengetahui apakah kompetensi kepribadian guru PAI memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap akhlak siswa. Dalam penelitian ini
pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
Tabel 4.38
Hasil Uji Regresi Output Model Summary
114
Dalam regresi sederhana, angka R menunjukkan korelasi sederhana
(korelasi Pearson) antara variabel X terhadap Y. Pada angka R diperoleh
0,339 artinya korelasi antara variabel kompetensi kepribadian guru PAI
terhadap akhlak siswa adalah sebesar 0,339, hal ini berarti terjadi hubugan
yang rendah antara variabel X dan variabel Y, karena nilai R mendekati 0.
R Square (R2) atau kuadrat dari R menunjukkan koefisien
determinasi. Angka ini diubah menjadi bentuk persen, yang menunjukkan
persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Nilai R2 sebesar 0,115 artinya persentase sumbangan pengaruh
variabel kompetensi kepribadian guru PAI terhadap akhlak siswa sebesar
11,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain.
Tabel 4.39
Hasil Uji Regresi dengan Uji t
Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :
a. Merumuskan Hipotesis
H0 = Kompetensi kepribadian guru PAI tidak memberikan berpengaruh
yang signifikan terhadap akhlak siswa.
Ha = Kompetensi kepribadian guru PAI memberikan berpengaruh yang
signifikan terhadap akhlak siswa.
b. Menentukan t hitung dan Signifikansi
Melalui output di atas diperoleh t hitung sebesar 1,938 dan signifikansi
0,062.
c. Menentukan t tabel
115
t tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada signifikansi 5% dengan
derajat kebebasan n-2 atau 31 - 2 = 29, hasil yang diperoleh untuk t tabel
sebesar 2,045.
d. Kriteria Pengujian
Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak.
Jika –t hitung > -t tabel atau t hitung < t tabel maka H0 diterima
e. Berdasarkan signifikansi :
Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima
Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.
f. Membuat kesimpulan
Nilai t hitung < t tabel (1,938 < 2,045) dan signifikansi lebih besar dari
0,05 ( 0,062 > 0,05) maka H0 diterima Ha ditolak. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa kompetensi kepribadian guru PAI tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap akhlak siswa di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya
diperoleh bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian, diketahui
bahwa kompetensi kepribadia guru PAI tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap akhlak siswa pada taraf signifikan 0,05 (5%).
Nilai kolerasi yang didapatpun rendah yaitu 0,339 yang artinya
korelasi antara variabel kompetensi kepribadian guru PAI terhadap akhlak
siswa sebesar 0,339. Hal ini terjadi hubungan yang lemah.
Adapun persentase sumbangan pengaruh variabel kompetensi
kepribadian guru PAI terhadap akhlak siswa sebesar 11,5%, sedangkan
sisanya yakni 88,5% dipengaruhi oleh variabel lain.
Persentase variabel kompetensi kepribadian guru PAI adalah
81,817 % menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru PAI sangat
baik.
116
Kepala sekolah mengakui bahwa untuk materi ajar, pengalaman
dan segala macam sudah tidak perlu diragukan lagi.12 Karena guru PAI di
SMP Bakti Mulya 400 terbilang sudah lama di sekolah tersebut. Selain itu
adanya evaluasi rutin dari kepala sekolah dengan skala waktu tertentu
menjadikan kepribadian guru PAI dapat lebih ditingkatkan lagi. Partisipasi
guru PAI dalam setiap kegiatan keagamaan memotivasi siswa dalam
beribadah, juga adanya keterbukaan dalam menyampaikan pendapat
membuat siswa tidak ragu untuk menyampaikan pendapat. Guru PAI juga
menjadi pribadi yang mencerminkan kesederhanaan. Selain itu dengan
gaya bicara yang sopan dan halus, serta gaya bekerja yang tenang dan
semangat, membawa semangat kepada siswa.13
Kepala sekolah juga melakukan evaluasi terhadap guru-guru
meliputi segala hal termasuk kompetensi kepribadian, yaitu dengan adanya
pemanggilan atau briefing, juga dengan penilaian setiap semester sebagai
penguatan untuk pembinaan guru agama. Dan dengan penambahan jam
mengajar Pendidikan Agama Islam yang dari diknas dialokasikan 2-3 jam,
di SMP ini pelajaran PAI dialokasikan 5 jam dengan adanya pelajaran Al-
Qur’an dan fiqih secara terpisah. Diharapkan anak dapat memiliki akhlak
yang diharapkan sesuai dengan visi, misi dan tujuan SMP Bakti Mulya
400 Jakarta.
Sedangkan untuk variabel akhlak siswa memiliki persentase
sebesar 82,570%, menunjukkan bahwa akhlak siswa di SMP Bakti Mulya
400 Jakarta dikategorikan sangat baik.
Lingkungan sekolah dalam setiap kegiatannya sangat menunjang
pada pembinaan akhlak siswa dimulai ketika siswa itu datang akan
disambut oleh tim penegak disiplin. Disana mereka mengucapkan salam,
ditegur, itu sudah merupakan akhlak. Lalu ketika masuk ke piket, jika
mereka tidak rapih atau tidak sopan ditegur oleh piket, bahkan ketika
mereka lambat mereka akan mendapat sanksi-sanksi yang menyangkut
12 Wawancara Kepala Sekolah, pada tanggal 30 Juli 2018 13 Wawancara siswa pada tanggal 05 Juni 2018
117
kepada etika islam, baik hafalan surat-surat maupun mereka diminta untuk
membacakan satu-dua hadis tentang akhlak.14
Untuk penerapan pendidikan akhlak dalam proses belajar mengajar
dilakukan dengan cara kita masukkan nilai-nilai akhlak dalam semua mata
pelajaran melalui kerjasama dengan guru-guru lain.15
Kepala sekolah dan guru menyadari tantangan terbesar untuk
tingkat SMP secara keseluruhan itu adalah penggunaan gadget, yang
penggunaannya harus di kontrol oleh guru. Jangan sampai dibiarkan begitu
saja. Hal itu pun harus diimbangi dengan di upgradenya pengetahuan
mengenai penanganan terhadap siswa, karena setiap tahunnya guru akan
menghadapi karakter siswa yang berbeda-beda dengan penanganan yang
berbeda pula. Sejauh ini di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta permasalahan
tentang akhlak siswa masih dalam tahap wajar, tidak sampai fatal. Karena
anak SMP ini masih dikategorikan anak-anak, kecil kemungkinan yang
dikhawatirkan orang tua anak bandelnya dan sebagainya. Hanya sebagai
perubahan tingkah laku. Untuk itu pada tahun ini dibentuklah Foundation
Program, selama tujuh minggu. Materinya agama, matematika, bahasa
Inggris, dan Character Building. Kemudian Learning Habit, jadi tingkah
laku, tata cara, adab sopan. Khusus untuk kelas tujuh angkatan tahun ini
ditekankan sekali agamanya, karena kalau agamanya sudah bagus,
matematikanya hampir sama, bahasa Inggris untuk globalisasinya sudah
linier, kemudian karakternya, disiplinnya, PBB, dll akan ada laporan nanti
perminggu. Hal ini diharapkan sangat membantu untuk keseragaman
anak.16
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belumlah sempurna dikarenakan
penelitian ini mempunyai keterbatasan, diantaranya :
14 Wawancara Guru Bidang Studi, pada tanggal 25 Juli 2018 15 Wawancara Guru Bidang Studi, pada tanggal 25 Juli 2018 16 Wawancara Kepala Sekolah, pada tanggal 30 Juli 2018
118
1. Peneliti hanya melibatkan subjek penelitian dalam jumlah yang
terbatas yaitu 15% dari jumlah populasi 203 siswa, sehingga hasilnya
belum dapat digeneralisir pada kelompok subjek dengan jumlah yang
besar.
2. Hanya ada satu faktor yang dibahas yaitu kompetensi kepribadian guru
PAI dalam menganalisis akhlak siswa di SMP Bakti Mulya 400
Jakarta.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian yang diuraikan
pada bab sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan hasil penelitian ini mengenai
Kompetensi Kepribadian Guru PAI terhadap Akhlak Siswa di SMP Bakti Mulya
400 Jakarta, diantaranya sebagai berikut:
1. Kompetensi Kepribadian Guru PAI di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
memiliki skala nilai yang sangat baik yaitu 81,817%. Namun, guru agama
tetap perlu meng-upgrade kompetensinya, seiring dengan perkembangan
teknologi. Perlu adanya keseimbangan antara pengetahuan agama dan
teknologi. Dan penanganan terhadap siswa pun perlu latihan dan
pembinaan lebih, karena setiap tahunnya guru akan menemui karakter
anak yang berbeda-beda dengan penanganan yang berbeda pula.
2. Akhlak siswa di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta memiliki skala nilai yang
dikategorikan sangat baik yaitu 82,570 %. Siswa perlu adanya pengawasan
bukan hanya di sekolah melainkan dilingkungan rumah dan masyarakat,
karena guru tidak dapat mengawasi siswa secara penuh. Kerjasama semua
pihak ini sangat dibutuhkan agar siswa dapat bersikap sesuai yang
diharapkan oleh orang tua dan masyarakat yaitu berakhlakul karimah.
3. Kompetensi kepribadian guru PAI berpengaruh terhadap akhlak siswa di
SMP Bakti Mulya 400 Jakarta. Hanya saja termasuk dalam kategori lemah
yaitu sebesar 11,5%. Untuk itu perlu diperhatikan pula faktor-faktor lain
yang membentuk akhlak siswa sehingga tidak hanya berfokus pada
kompetensi guru.
B. Implikasi
Secara keseluruhan, apabila pengaplikasian pembinaan akhlak di sekolah
diterapkan di kehidupan sehari-hari sehingga menjadi suatu kebiasaan yang
mencerminkan akhlakul karimah, maka skala nilai akhlak siswa akan mengalami
119
120
peningkatan yang signifikan dan menjadi sangat kuat pengaruhnya dengan
kompetensi kepribadian guru PAI.
Namun, jika pembinaan akhlak di sekolah hanya diterapkan di sekolah
saja, sebagai suatu kewajiban sebagai siswa, para guru tidak melakukan kerjasama
dengan para orangtua dalam segi pengawasan di sekolah maupun di rumah, maka
akhlak siswa tidak akan mengalami peningkatan yang signifikan dan menjadi
lemah hubungannya dengan kompetensi kepribadian guru PAI.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka saran yang
diberikan peneliti untuk meningkatkan Kompetensi Kepribadian guru PAI dan
Akhlak siswa, sebagai berikut :
1. Bagi guru
Seorang guru menjadi contoh teladan siswa di sekolah. Apa yang
dilakukan oleh guru akan senantiasa ditiru oleh siswa, baik ucapan,
tingkah laku, pakaian dan sebagainya. Guru hendaknya selalu
memperhatikan dan terus mengasah kompetensinya serta melakukan
penilaian yang melibatkan siswa, agar dapat melakukan evaluasi secara
langsung.
2. Bagi siswa
Pembelajaran yang dilakukan di sekolah perlu diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari agar menjadi suatu kebiasaan terutama yang berkaitan dengan
pembinaan akhlak. Hal ini sangat penting dilakukan agar siswa dapat
mengamalkan ilmu di lingkungan masyarakat. Berprestasi di sekolah,
harus digambarkan pula dalam kehidupan masyarakat dengan
menunjukkan sikap siswa terpelajar.
3. Bagi sekolah dan masyarakat
Pengawasan akhlak siswa di sekolah tidak dapat berjalan maksimal tanpa
peran dari orang tua dan masyarakat di rumah. Untuk itu diperlukan
evaluasi rutin bukan hanya di sekolah saja, melainkan di lingkungan
121
masyarakat tempat peserta didik tinggal. Sehingga dapat meminimalisir
kenalakan remaja yang marak terjadi di masyarakat.
122
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M.Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur'an. Jakarta: Amzah,
cet. II, 2008.
Adisusilo, Sutarjo. Pembelajaran Nilai Karakter; Kontruktivisme dan VCT
sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali
Press, cet ke-1, 2012.
Al-Ju'fy, Muhammad bin Isma'il Abu Abdillah Al-Bukhari. Al-Jami' Ash-Shahih
Al-Mukhtasar Juz 6. Beirut: Daru Ibnu Katsir, 1987.
Al-Munawwar, Said Agil Husin. Aktualisasi Nilai-nilai Qur'ani Dalam Sistem
Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2005.
AR, Zahruddin. Pengantar Ilmu Akhlak. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004.
Arifin, Mohammad, & Barnawi. Etika dan Profesi Kependidikan. Jojgakarta: Ar-
Ruzz Media, cet ke-I, 2012.
Azra, Azumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002.
Bin Hambal, Ahmad. Musnad Imam bin Hambal. Beirut: Dar Al-Fikr, jilid II,
1991.
Daradjat, Zakiah, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, cetakan
kesepuluh, 2012.
-----. Kepribadian Guru. Jakarta: PT Bulan Bintang, cet ke-4, 2005.
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia: Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang
Pendidikan. Jakarta, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, Cet. III, 2002.
Dzakwan, Sigit. Tampar 6 pelajar, Guru Agama diserbu Orangtua di Sekolah,
2017, (http://daerah.sindonews.com).
123
Farel, Objek dan Methode Penelitian Statistik, 2018,
https://farelbae.wordpress.com/catatan-kuliah-ku/objek-dan-methode-
penelitian-statistik/.
Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996.
Hidayat, Muhamad Fahmi. Pengaruh Implementasi Kompetensi Guru PAI dan
Non PAI terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMK Bintang Nusantara
(BINUSA), Pondok Aren, Tangerang Selatan, Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah,
2014.
Hidayati, Heny Narendrany. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa; Untuk
Memperbaiki Akhlak Mahasiswa. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2009.
Ihsan, Hamdani & A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV
Pustaka Setia, cet II Revisi, 2001.
Iska, Zikri Neni. Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Jakarta:
Kizi brother's, 2006.
Ismail, H. Asep Umar. Tasawuf. Jakarta: PSW UIN Syarif Hidayatullah, 2005.
Jalaluddin, Teologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Kemendiknas, Permendiknas RI No. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jakarta:
Kemendikas, 2011.
Khozin. Khazanah Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013.
Koran Sindo. Pendidikan dan Kenakalan Siswa, 2017,
http://nasional.sindonews.com.
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I (Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma'rifah Sufi).
Jakarta: Kalam Mulia, cet ke-2, 2011.
Majid, Abdul & Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, cet pertama, 2011.
124
Marimba, Ahmad D. Ilmu Pendidikan Islam; Pengembangan Integratif di
Sekolah, Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta,
2009.
-----. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Surabaya: PT. Al-Ma'arif, cet ke-7,
1998.
Mu'in, Fatchul. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik & Praktik. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, cet ke-I, 2011.
Mukni'ah. Materi Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum.
Jogjakarta: Ar-Ruzz, cet ke-1, 2011.
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, cet ke-7, 2013.
Munawwaroh, Djunaidatul. Filsafat Pendidikan Islam (Perspektif Islam dan
Umum). Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Mustofa, A. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia, cet. VI, 2014.
Musyafa, Haidar. Sang Guru: Novel Biografi Ki Hajar Dewantara, Kehidupan,
Pemikiran dan Perjuangan Pendidikan Taman Siswa (1889-1959).
Jakarta Selatan: Imania, 2015.
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, cet ke-6, 2011.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo Persada, cet ke-11, 2012.
-----. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Payong, Marselus R. Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Probelematika, dan
Implementasinya. Jakarta: PT Indeks, 2011.
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen.
Priyatno, Duwi. Panduan Praktis Olah Data Menggunaka SPSS. Yogyakarta:
Andi Offset, ed I, 2017.
Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, Cet.18 2007.
-----. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. ke-10, 1994.
Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam; Analisis Filosofi Sistem Pendidikan Islam.
Jakarta: Kalam Mulia, 2015.
125
Saefuddaulah, M. & Ahmad Basyuni, Akhlak – Ijtima'iyah. Jakarta: PT. Pamator,
Cet. I, 1998.
Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta, 2013.
-----. Kemampuan profesional guru dan tenaga kependidikan. Bandung: Alfabeta,
cet ke-4, 2013.
Salim, Moh. Haitami & Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, cet. ke-25, 2017.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, cet kelima, 2009.
Suprihatinigrum, Jamil. Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &
Kompetensi Guru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Suralaga, Fadhilah, dan Nety Hartaty, dkk. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif
Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
Susanto, A. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2009.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
Bagian III. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007.
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam 1 Edisi Revisi. Bandung: Pustaka Setia,
1997.
Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Pasal 2.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Karya, cet ke-17,
2005.
Wiyani, Novan Ardy. Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: Alfabeta CV, 2013.
Zuhaeriyah, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak Siswa di SMP
Muhammadiyah 29 Sawangan, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah, 2014.
HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
Wawancara dilaksanakan pada
Hari / Tanggal : Senin, 30 Juli 2018
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Peneliti : Berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah?
Narasumber : Kalo masa kerja baru 2,5 tahun khusus di SMP Bakti Mulya
400 Jakarta. Sebelumnya sudah lama di SMA Bakti Mulya 400
Jakarta
Peneliti : Bagaimana pendapat Bapak mengenai kompetensi kepribadian
guru PAI di SMP Bakti Mulya 400?
Narasumber : Untuk khusus guru PAI memang untuk kepribadian kita ada
penilaia tiap semester, khusus kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial, ada 20 item penilaian yang kita lakukan,
alhamdulillahnya guru PAI kita terutama sebagian besar sudah
lama ya dan alumni UIN juga, dan aktif di kegiatan MGMP,
baik di kecamatan bahkan di Jakarta Selatan malah ketua
MGMP melekat di salah satu guru PAI, yaitu Pak Aji Bandi
sampai mengadakan tutorial keagamaan kurikulum 2013, aktif
sekali. Disini ada empat guru PAI, pak Aef, Pak Bandi, Pak
Uje dan bu Mumun namun bu Mumun sudah habis masa
tugasnya. Beliau kalo saya lihat dimasyarakat juga adalah
seorang da'i. Guru agama itu kan secara material ajaran,
pengalaman, segala macam mungkin saya kira tidak diragukan
lagi hanya mungkin penanganan ke anak kecil ini barangkali
perlu apa namanya, yang jelas sabar semua sih, saya tidak
meragukan karena setiap kegiatan agama beliau-beliaulah yang
ada di barisan paling depan, tetap membantulah cuman tetap
yang sifatnya teknis, sifatnya mungkin tentang peningkatan
kemampuan dan segala macam perlu ada bimbingan dari
pimpinanlah, tetap kita bimbing
Peneliti : Upaya apa yang dilakukan oleh Bapak selaku kepala Sekolah
untuk meningkatkan kompetensi guru PAI?
Narasumber : Salah satunya itu tadi ada pemanggilan atau briefing tertentu,
terutama karena evaluasi harian, jadi kegiatan pagi kita bukan
hanya keagamaan yang sifatnya pembelajaran, kegiatan hari-
hari besar Islam juga, mereka kita libatkan semua. PHBI,
muharram-an itu kita sama dengan orang luar ya, bahkan kita
mengadakan santunan anak yatim ke panti-panti, tahrib
ramadhan, pesantren kilat dan banyak sekali kalo kita lihat
mayoritas 50% keagamaan di kita itu cukup luar biasa lah
utamanya disamping pendidikan umum. Jam agama pun kita
tambah, dari diknasnya dikasih sekitar 2-3 jam, di kita sampai
5 jam karena ada penambahan seperti Al-Qur'an sendiri,
pembacaan Al-Qur'an cuman kita gabung disana jadi 5 jam itu
ada Al-Qur'an dan Fiqihnya. Kan kalo yang PAI 3 jam itu kan
gabungan yah, jadi penguatan itu tadi untuk pembinaan guru
agama ga bisa kita pilah-pilah waktunya, setiap saat pastinya,
karena konsep kita itu tadi Islamic, jadi nilai-nilai itu kita coba
sampaikan dalam bentuk evaluasi rutin supaya nanti anak-anak
titipan orangtuanya disini jadi harap besar oleh orang tua itu
kan anak-anak bisa berakhlak, kemudian cara berbicara sopan
santun yang 5 S itu..
Peneliti : Apa kendala yang dihadapi terutama berkaitan dengan
kompetensi guru PAI?
Narasumber : Barangkali bukan kendala sepertinya, artinya untuk
menghadapi anak-anak ini setiap tahun itu berbeda, jadi
tingkah laku anak, perkembangan anak setiap tahun tidak bisa
kita kategorikan sama, mungkin tahun ini setiap anak nyaman
semua nih, kemudian tahun depannya ada 2-3 anak yang perlu
penanganan khusus nih, shalatnya misalnya kurang bener,
kadang-kadang yang namanya anak-anak kalo ga dipantau
terus, tugas guru agama yang perlu diwaspadai. Jadi kita ga
bisa dengan menyuruh di kelas, atau mengayom, ngga, jadi kita
harus punya batasan 1, kalo dia ga bisa baca Al-Qur'an barulah
dipanggil. Guru agama pada prinsipnya sebagai guru mungkin
sudah menguasai cuma mungkin dalam penanganannya ini
harus di upgrade terus, jadi kalopun seberapa agamis kita, kita
ga bisa ketinggalan. Muridnya pake gadget,hp, itukan harus
dipantau itu, jangan dilepas saja. Perkembangan medsos segala
macam itu kan guru agama harus mengikuti itu. Kemudian
untuk pembelajaan juga harus dirubah dari metode
konvensional dan sudah pakai internet dan smartphone. IT
mereka juga jangan dianggap guru agama ini tidak tau IT,
kemudian ko belajarnya manual, sekarang sudah diberikan itu
kemampuan IT-nya. Kemudian kita coba ujian pakai online itu,
kita mulai dengan beberapa mata pelajaran, ke depan kita
gunakan agar guru agama juga sama dengan guru lain
mendapat pembuatan soal dalam bentuk CBT. Nanti anak
sudah bisa menggunakan Dual Lab, dari awal kan tidak. Nah
itu yang perlu ditingkatkan, tidak ada kata berhentilah baik
guru agama maupun guru umum saya kira semuanya perlu
peningkatanlah. Jangan merasa puas sehingga kita aja sebagai
guru yang pintar kan anak-anaknya belum.
Peneliti : Bagaimana pendapat Bapak mengenai Akhlak siswa di SMP
Bakti Mulya 400?
Narasumber : Secara umum, pada dasarnya anak-anak disini masih anak
mami kalo saya katakan, artinya kalo kita ngejudge daerah kalo
ditempat-tempat tertentu keliatan bahwa oh ini anak bandel,
kalo disini bukan bandel, tapi cari perhatian. Karena apa?
Mereka sudah terbiasa dengan hidup nyaman, diantar, pulang
dijemput, makan dibungkusin. Cuman kadang-kadang dirumah
dan di sekolah itu timbullah hal itu tadi cari perhatian
temannya, gurunya, disitu yang barangkali jadi beban ke
kitanya harus sabar. Jangan ada anak melakukan sesuatu
dianggap suatu kesalahan padahal itu merupakan sesuatu
apresiasi diri dia, dia menunjukkan seperti apa dirinya. Pada
dasarnya untuk usia di SMP masih termasuk kategori anak-
anak, kecillah kemungkinan tipikal dikhawatirkan orang tua
anak bandelnya dan sebagainya. Hanya sebagai perubahan
tingkah laku saja, transportasi dengan temannya yang tadinya
di sekolah tertentu, gabung dengan yang lain, ada swasta ada
negeri. Maka dari itu tahun ini kita adakan Foundation
Program, selama tujuh minggu kelas 7 sekarang. Untuk apa?
Ya itu tadi disitu materinya agama, matematika, bahasa Inggris
ditambah character bulding. Kemudian learning habit, jadi
tingkah laku, tata cara, adab sopan khusus untuk angkatan
tahun ini itu ditekankan sekali agamanya, terutama di
agamanya karena kalo di agamanya sudah bagus,
matematikanya hampir sama, bahasa inggrisnya untuk
globalisasinya sudah linier, kemudian karakternya, disiplin,
PBB, dll ada laporannya nanti perminggu. Nah mudah-
mudahan ini sangat membantu untuk keseragaman anak, itu
terjadi karena selama ini kalo dilihat di lapang jadi tidak terlalu
berarti hanya bagaimana kesabaran kita dalam menyikapi saja
karena tidak ada anak bandel ko.
Peneliti : Bagaimana pembinaan Akhlak siswa yang Bapak terapkan di
SMP Bakti Mulya 400?
Narasumber : Itu tadi sudah termasuk pembinaan ya.
Peneliti : Apa kendala yang dihadapi terutama tentang akhlak siswa?
Narasumber : Sejauh ini bukan disebut kendala sebenarnya, adalah bagaimana
meluruskan. Kalo kendala ko rasanya berat amat, kalo bagi
saya pribadi dari semua anak bisa diatasi. Karena dari awal di
pintu gerbang itu kita udah tau anaknya, sebelum dia masuk itu
kan kita wawancarai anaknya, wawancara itu dengan orangtua,
dengan anaknya, jadi kita udah tau tuh anak perilakunya apa,
kebiasaan dirumah apa, makannya apa, kemudian senangnya
apa, apakah dia intropert atau ekstropert kita udah tau
semuanya tuh. Sehingga pas waktu penandatanganan surat
pernyataan bahwa dia ingin kegiatan selama di SMP itu
tandatangan di atas materai orang tua maupun siswa. Maka
dengan itu, sudah ada seleksi awal, jadi selama ini belom
pernah ada anak yang masuk karena anak bermasalah, karena
anak SD itu anak baik semua rata-rata, kecuali mungkin gatau
di SMA. Jadi ya kalo di SMP belum ada kendala berarti, cuman
ya tetep kita kalo ada kendala tidak dijadikan sesuatu hal yang
besarlah, hanya jadi penguat saja untuk tanggung jawab
seorang guru.
Peneliti : Apakah menurut Bapak ada keterkaitan antara kompetensi
kepribadian guru PAI terhadap Akhlak siswa di SMP Bakti
Mulya 400?
Narasumber : Jelas ada, jangankan guru PAI, guru umum juga sama. Jadi kalo
sudah bicara guru-guru saya menganggap semua guru itu guru
PAI. Jadi saya memegang prinsip bahwa seorang guru itu
adalah Agamais, guru BP, kemudian seorang pendidik juga,
digabungkan ketiga itu. Jadi kalo disini seorang guru diuji dulu
agamanya kalo daftar kesini, waktu saya ngetes dan dites tuh
pertama guru umum, kemudian bisa baca ayat ini, diuji
gitukan, kemudian apalagi dengan guru PAI, itu tuh lebih. Tapi
secara keseluruhan bahwa kita menganggap sebagai bobot yang
paling besar. Hanya disini kita anggap guru PAI semua, karena
kalo guru-guru umum banyak juga anak-anak hafidz disini
yang perlu bimbingan kita panggil beberapa orang dia setoran,
biar dia ga lupa hafalan-hafalannya. Kalo ada pengajaran di
kelas, disamping pengajaran umum juga disisipkan
keagamaannya, dia harus hafal mengingat doa-doa apa. Jadi
memang kita kelompokkan dulu setiap guru itu memegang
tujuh anak, jadi tujuh anak itu biasa kita adakan tiap minggu itu
hafalan-hafalan yang sesuai dengan panduan keagamaan yang
sudah dibuat oleh sekolah. Jadi kelas tujuh sudah hafal apa
saja, kelas delapan hafal surat apa saja, kelas sembilan juga.
Jadi nanti ada uji kompetensi keagamaan jadi itu anak-anak
syarat-syarat lulus itu harus ada sertifikat lulus uji kompetensi
keagamaan.
Peneliti : Bagaimana tanggapan Bapak mengenai kenakalan remaja yang
terjadi saat ini?
Narasumber : Ya itu beban kita semua ya bukan hanya disini aja. Kenakalan
itu tergantung bagaimana kita menyikapi secara tegas, jadi
tidak bisa kalo anak berbuat salah guru itu malu-malu tentu kita
proseslah, kalo gur bisa mengatasi, ya guru dulu, wali kelasnya,
lalu guru BP, kemudian pimpinan, kalo ngga bisa kita panggil
orang tua. Jadi memang kalo kenakalan selama ini masih
dibatas wajar. Mungkin kaya bercanda terus tersinggung
kemudian musuhan, lapor ke BP, lapor ke guru. Jadi kerjaan
kita begitu sebenarnya, jadi ngga ada yang fatal atau gimana
gitu.
Peneliti : Bagaimana suka dukanya menjadi kepala Sekolah?
Narasumber : Banyak suka duka sih ya. Tapi sukanya itu karena kita senang
dengan anak-anak itu yang pertama, jadi pas pertama saya
masuk sini latar belakang bukan dari pendidikan, tapi dari
pertanian, dari industri. Jadi kan tergantung, kalo saya pribadi
ya karena suka, jadi banyak berubah profesi di luar buka usaha
segala macam, kemudian jadi dosen ini benar-benar pilihan
karena ada suatu tantangan yang saya lihat di awal oh ini ada
sekolah menengah ke atas, banyak permasalahan kalo kita
masuk kesana bisa merubah apa tidak. Karena biasanya kalo
sekolah negeri atau yang mana-mana aja seperti itu, kalo ini
kan tantangannya besar, banyak komplain orang tua karena dia
bayarnya mahal dll, nah itu tantangannya disitu. Kalo kita
melakukan dengan benar, malah jadi suatu kebanggaan,
berhasil walaupun diancam juga, pernah dulu diancam dan mau
dilaporkan ke pengadilan, dll. Ya dukanya, kalo sudah ada
ancaman gitu ya balik ke basic agama lagi. Jadi jangan
khawatir bahwa seorang pendidik/guru demi kepentingan anak-
anak ya jabatan apapun ya resiko.
Peneliti : Apa harapan Bapak ke depannya baik untuk sekolah, guru
maupun siswa?
Narasumber : Harapannya terus ada perkembangan yang signifikan terutama
untuk keagamaan, yang kedua itu adalah akhlak anak-anak
kita, karena itu yang jadi tantangan sekarang itu agama dan
akhlak. Coba lihat nilai nomor sekian, sekarang itu kelulusan
bukan ditentukan oleh ujian nasional. Jadi memberikan
keleluasaan kepada sekolah untuk menentukan program yang
memang menguatkan anak, keluar ketakutan yang mungkin
karena uang atau soal, yaudah sekarang kelulusan dan ujian
sekolah dari ujian UASBNnya, jadikan guru mempunyai hak
otoritas yang sangat luar biasa dan disitu bisa menjadi kunci
sebenarnya, harapan kedepannya itu lebih baik dari keagamaan,
kedua masalah-masalah kecil lebih diselesaikan secara
kekeluargaan, saya mencoba menciptakan sekarang, mungkin
dulu ada merasa senioritas dan segala macem, itu yang
dipangkas. Jadi sekarang anak-anak meskipun anak kelas tujuh
mulai berani menyatu, dia ga merasa kalo pun ada kaka kelas,
kalo ada kegiatan keagamaan itu saling membantu bersama,
saling mengisi. Harapannya disamping dia keagamaannya,
tidak kalah penting nilai yang diperoleh ujian nasional tidak
berpengaruh, tapi tetap dipertahankan. Seperti kemarin saat
ujian nasional, ditempat lain mungkin turun, di kita malah naik,
walau mungkin tidak terbesar tapi jadi suatu kebanggaan
ternyata kita bisa tuh.
HASIL WAWANCARA GURU PAI TERHADAP AKHLAK SISWA
Nama : Bapak Usman Jamhuri, S.Ag
Hari / Tanggal : Selasa, 05 Juni 2018
Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Ruang kelas VIII
Peneliti : Menurut Bapak, apakah Pendidikan Agama Islam terutama
Pendidikan Akhlak berpengaruh terhadap akhlak siswa?
Narasumber : Sangat berpengaruh, karena bagian dari Pendidikan Agama itu
diantaranya isinya tentang akhlak, pembentukan budi pekerti,
melalui pelajaran agama anak itu dapat terbentuk perilakunya
atau akhlaknya dengan pembentukan akhlak yang mulia. Itukan
targetnya. Sangat dasar sekali untuk akhlak itu, agar setelah dia
mempelajari agama dia bisa mempraktekkan akhlak tersebut
dalam lingkungan sekolah dan di dalam lingkungan sehari-hari,
dalam lingkungan bermasyarakat.
Peneliti : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan akhlak di
SMP Bakti Mulya 400?
Narasumber : Faktor dari keluarga ya tentu ya, pembentukan akhlak ini
terhadap siswa harus ada kerjasama dengan pihak rumah
terutama orangtua, tidak bisa diandalkan
pembinaan/pembentukan akhlak ini dilakukan hanya di
sekolah, tapi perlu ada kerjasama dari pihak orangtua.
Walaupun satu sisi di sekolah bagian dari pembinaan akhlak ya
tentu sudah pasti, tidak lepas dari kemungkinan juga orangtua
harus menjadi bagian dari pembentukan akhlak tersebut.
Peneliti : Sejauh mana peran serta guru PAI dalam pembentukan akhlak
siswa?
Narasumber : Ya kalo perannya untuk guru PAI perannya sangat utama, kita
(guru PAI) harus menjadi contoh dulu buat anak-anak kita, jadi
teladan, jadi guru agama harus menjadi seorang teladan yang
bisa dicontoh oleh anak-anak kami (siswa-siswi BM 400).
Peneliti : Bagaimana pembinaan akhlak siswa di SMP Bakti Mulya 400?
Narasumber : Pembinaan akhlaknya ini pembinaan yang dilakukan setiap hari
selama KBM berlangsung. Diantaranya dilakukan saat pada
Pelajaran Agama Islam, dan pembinaan yang dilakukan secara
continue (terus menerus) selama KBM berlangsung. Bahkan
diluar KBM pun guru agama berperan untuk membina akhlak-
akhlak siswa-siswi SMP Bakti Mulya 400.
Peneliti : Bagaimana penerapan pendidikan akhlak dalam proses belajar
mengajar?
Narasumber : Dalam penerapan Akhlak di SMP Bakti Mulya 400 dari ketika
datang si anak harus mengucapkan salam, berjabat tangan
dengan guru yang menyambut di depan bahkan dengan teman
sekelasnya, bahkan teman di level yang lebih tinggi, itu
penerapan sampai sejauh yang kita lakukan. Bukan hanya
kepada guru saja ketika datang, menerapkan 5 S (senyum, sapa,
salam, sopan dan santun). Sama ketika masuk ke ruang apapun
(ruang kelas/ruang guru), harus tetap menerapkan 5 S. Bahkan
diluar sekolah pun kita sering mengingatkan akhlak itu
diterapkan diluar sekolah, seperti berjabat tangan, senyum,
sapa, salam ya itu.
Peneliti : Menurut Bapak, sejauh mana siswa menaruh minat terhadap
pembelajaran PAI?
Narasumber : Minat artinya kesukaan terhadap pelajaran agama ya anak-anak
suka, tergantung dalam penyampaian dan pembawaan materi.
Kalo pembawaan materi ceramah kadang anak-anak itu bosen,
jadi bagaimana caranya untuk menimbulkan minat yang kuat
terhadap pembelajaran agama dengan pembelajaran yang aktif,
dengan diisi game, dsb. Dan tidak menutup kemungkinan
pembelajaran agama tidak hanya diberikan di dalam kelas,tapi
di luar kelas juga bisa, dengan kita melihat ciptaan-ciptaan
Allah itu bagian dari pembelajaran agama. itu kan
menumbuhkan minat atau ketertarikan anak pada pembelajaran
agama. jadi tergantung kepada metode dan sebagainya.
Peneliti : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap sikap/akhlak siswa yang
terjadi di masa sekarang ini?
Narasumber : Waduh sikap anak-anak pada masa sekarang dengan anak-anak
yang dulu beda sekali ya. Dulu kalo anak kita kasih tau dia
langsung ngerti, tapi kalo anak sekarang kita sampaikan harus
berulang-ulang, mungkin ada sedikit pergeseran perilaku atau
akhlak. Itu yang menjadi tantangan untuk guru agama atau
tantangan seluruh orang tua, baik bapak atau ibu. Jadi
tantangannya sampai saat sekarang ini begitu deras, jadi kita
harus benar-benar mengingatkan dan memberikan contoh
jangan sampai si anak itu menganggap tidak ada apa-apanya
kita padahal kita seorang guru harus benar-benar anak itu
dikuatkan bahwa guru itu harus dihormati, dimanapun dia
ketemu itulah seorang guru, dan guru dia itu, jadi tidak ada kata
istilah itu bekas guru saya, jadi guru itu jangan dikatakan bekas.
''Itu dulu guru saya di SMP, itu dulu guru saya di SD'' misalnya.
Jadi bagaimana terhadap sikap anak kalo sekarang ini banyak
sekali penurunan. Tapi penurunan itu harus dilakukan dengan
usaha mengingatkan kepada siswa bahwa akhlak itu sangat
berperan. Jadi tidak menjamin seorang anak itu pintar dalam
akademik tapi akhlaknya kurang, yang kita harapkan kan
akademik dia bagus, akhlak juga bagus nah itu yang kita
apresiasi. Kadang ada anak yang akhlaknya baik,tapi
akademiknya kurang. Ada yang akademiknya baik, tapi
akhlaknya belom baik. Jadi ini tantangan sekarang ini ya harus
bener-bener ditingkatkan lagi pembinaan akhlaknya.
Peneliti : Bagaimana pencegahan dan penanganan yang dilakukan oleh
Bapak dengan permasalahan tersebut?
Narasumber : Ya kita memang harus ada pencegahan. Pencegahannya kita
dengan melakukan sosialisasi kepada seluruh siswa dari tingkat
7,8 dan 9. Sosialisasi tentang materi akhlak sangat bermanfaat
sekali dalam pembentukan manusia yang baik. Dan bagaimana
penangannnya? Ya kalo ada anak yang melakukan pelanggaran
akhlak yang bertentangan ya kita adakan pembinaan.
Pembinaan tersebut penanganannya tentu kerjasama dengan
wali kelas, orang tua, guru BP/BK. Jadi ada pencegahan
(preventif) dan penanganan. Pencegahan sosialisasi terus,
penanganan ya jika terjadi kita adakan koordinasi, terutama di
akhlak.
Peneliti : Apa suka dukanya menjadi guru PAI?
Narasumber : Ya kalo sukanya ada, dukanya juga ada. Kalo bicara mana lebih
banyak sukanya apa dukanya? ya sukanya kita lakukan kegiatan
jadi guru PAI ini sebagai ladang ibadah. Pasti memang ada satu
dua anak yang tidak suka dengan Pelajaran Agama Islam,
karena ada juga belajar sekarang lebih cenderung kepada
pelajaran-pelajaran lain. Ada plus dan minusnya sih, tapi kita
hadapi dengan penuh keikhlasan.
Peneliti : Harapan bapak ke depannya untuk PAI, siswa, dan sekolah?
Narasumber : Harapan untuk PAI selalu ada peningkatan,untuk kurikulum
agamanya harapannya setiap tahun ada peningkatan dari sisi
materi, silabus. Dan dari siswa target atau harapannya apapun
yang disampaikan oleh guru agama agar dimiliki dan
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk sekolah pun
harapannya agar lebih mendukung program-program
pembentukan karakter. Selama ini sudah mendukung tapi
semoga mendukung secara maksimal. Sekolah mendukung
secara maksimal program pembentukkan karakter.
HASIL WAWANCARA GURU PAI TERHADAP AKHLAK SISWA
Nama : Bapak Drs. Aji Bandi
Hari / Tanggal : Selasa, 25 Juli 2018
Waktu : 15.00 WIB
Tempat : Ruang Guru
Peneliti : Menurut Bapak, apakah Pendidikan Agama Islam terutama
Pendidikan Akhlak berpengaruh terhadap akhlak siswa?
Narasumber : Akhlak itu kan proses, proses itu akan terjadi ketika ada
masukan berupa pengetahuan dan aplikasi serta ada figur yang
dicontoh. Kalo ditanyakan Pendidikan akhlak berpengaruh atau
tidak? Ya sangat berpengaruh. Anak akan bisa melakukan
benar dan salah ketika dia tau itu etis atau tidak, ada aturan atau
tidaknya, jadi kembali pengaruhnya sangat besar. Oleh karena
itu, sekarang itu judul buku agama yang kurikulum 2013 itu
menjadi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, artinya lebih
luas, dimana disana muatan akhlaknya ada lebih banyak.
Peneliti : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan akhlak di
SMP Bakti Mulya 400?
Narasumber : Faktor pendukung utama itu adanya kesatuan kata dan
perbuatan antara guru dan siswa dan orang tua. Faktor yang
mempengaruhi akhlak pertama tadi gurunya, yang kedua
anaknya yang dibentuk sinkron antara apa yang disampaikan di
sekolah dan di rumah, dan yang ketiga ada keteladanan, baik
keteladanan di pemerintahan, di keluarga, maupun di sekolah.
Peneliti : Sejauh mana peran serta guru PAI dalam pembentukan akhlak
siswa?
Narasumber : Guru kan hanya menyampaikan, memberitahu baik dan
benarnya, kalau bicara peranannya sejauh ini kita berupaya
menjadi uswatun khasanah, berupaya menjadi contoh, berupaya
mengingatkan, berupaya untuk terus menyadarkan mereka yang
harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Jadi kalau
ditanya peranan kita, kita sebatas menyampaikan saja
setelahnya kembali kepada hidayah yang dia dapatkan.
Peneliti : Bagaimana pembinaan akhlak siswa di SMP Bakti Mulya 400?
Narasumber : Karena sekolah kita memang sekolah yang bernafaskan Islam,
kalo ditanya bagaimana kita mulai dari mereka datang, ketika
mereka datang kita akan disambut dengan tim penegak disiplin.
Disana mereka mengucapkan salam, ditegur, itu sudah
merupakan akhlak. Lalu ketika mereka masuk ke piket, jika
mereka tidak rapih atau tidak sopan ditegur oleh piket, bahkan
ketika mereka lambat mereka akan dapat sanksi-sanksi yang
menyangkut kepada etika islam, baik hafalan surat-surat
maupun mereka minta untuk membacakan satu dua hadis
tentang akhlak. Sudah kita berupaya terapkan sebenarnya, cuma
memang tantangan terbesar di SMP itu kan mungkin secara
keseluruhan tentang gadget itu tadi. Kita berupaya mewarnai
bagaimana pun, kalo lepas kontrol tentang gadget itu akan sulit.
Peneliti : Bagaimana penerapan pendidikan akhlak dalam proses belajar
mengajar?
Narasumber : Penerapan pendidikan akhlak itu jelas ketika belajar selalu kita
tekankan akhlaknya, dengan cara apa? Dengan cara kita
masukkkan nilai-nilai akhlak baik bicara akidah, ibadah, pasti
nilai akhlak ada disana, ada falsafahnya, ada dasarnya. Jadi kita
berupaya dalam setiap pembelajaran bukan hanya Pendidikan
Agama Islam tapi di pelajaran lain pun kita masukkan nilai-
nilai akhlaknya, dengan cara apa? Kita titipkan pada guru-guru
yang lain anak-anak kita, karena akhlak itu merupakan praktek
bukan teori.
Peneliti : Menurut Bapak, sejauh mana siswa menaruh minat terhadap
pembelajaran PAI?
Narasumber : Kalo bicara menaruh minat, karena ini merupakan wajib dalam
kurikulum jadi mereka mau tidak mau. Tapi kalo bicara
menaruh minat, berarti kan ketertarikan anak tuk belajar agama,
mereka tertarik ketika kita memberikannya dengan cara yang
menarik. Cuman memang jika dibandingkan dengan yang sifat
fisik, dibandingkan dengan olahraga, mereka akan tertarik
dengan yang sifatnya fisik. Belum ada menjadi acuan bahwa
anak itu ketika guru agama tidak ada mereka sampai mencari-
cari untuk belajar itu tidak, tapi ketika guru olahraganya tidak
ada kita kasihkan bola mereka akan dengan senang hati. Tapi
ketika guru agama tidak ada, kita kasihkan Al-Qur'an, mereka
belum tentu bisa memantau.
Peneliti : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap sikap/akhlak siswa yang
terjadi di masa sekarang ini?
Narasumber : Saya melihat memang banyak hal dekadensi, ya dekadensi
moral, dekadensi akhlak. Tadi itu pertama tidak ada
keteladanan, kedua tantangan hidup mereka jauh lebih berat
dibandingkan tantangan hidup kita. Akhlak sudah sangat
memprihatinkan, etikanya sudah mulai krisis, krisis akhlak
sudah mulai terjadi, upayanya ya itu tadi penguatan nilai-nilai
agama,perlu penguatan nilai-nilai karakter keagamaan yang
kuat.
Peneliti : Bagaimana pencegahan dan penanganan yang dilakukan oleh
Bapak dengan permasalahan tersebut?
Narasumber : Pertama kita selalu mengingatkan bahwa benar dan salah, etika
etis dan tidak etis. Ketika itu terjadi mereka pasti kita nasihatin,
kita tegur dengan lisan ketika mereka dengan lemah lembut
masih belum juga kita agak keras, kita tingkatkan dengan
sanksi-sanksi yang mendidik ketika dia melanggar lalu baru
kita proses ke orangtuanya ketika memang sudah sangat cukup
parah itupun bisa kita kontroversi-kasuskan. Jadi penanganan
kita bertahap, dari mulai semua guru lapor pada piket, piket
lapor wali kelas, wali kelas ke BP/BK, nanti sampai lapor
kepada pimpinan sekolah.
Peneliti : Apa suka dukanya menjadi guru PAI?
Narasumber : Suka dukanya, saya barangkali lebih banyak sukanya. Kenapa?
Karena itu sesuai dengan cita-cita kita. Kalo dukanya mungkin
ketika anak-anak itu apa yang kita sampaikan tidak mengena,
apa yang kita inginkan tidak sesuai. Tapi yang pasti lebih
banyak sukanya, apa yang kita sampaikan itu mereka terima,
mereka dapat melaksanakan. Dan yang paling menggugah itu
saat nanti kita ketemu dengan alumnus-alumnus kita ternyata
mereka sudah menjadi orang yang hebat, dalam artian
karakternya, keagamaannya, itu yang membanggakan.
Peneliti : Harapan bapak ke depannya untuk PAI, siswa, dan sekolah?
Narasumber : Harapan ke depannya itu adalah kerjasama antara pendidikan di
Sekolah dan pendidikan yang ada di lingkungan keluarga,
pendidikan di lingkungan masyarakat yang menjadi tanggung
jawab pemerintah, harapannya yuk sama-sama kita benahi
pendidikan kita sedini mungkin, kita akar kuatkan pendidikan
agama sedini mungkin yang kita imbangi dengan karakter
akhlak. Kalo untuk sekolah tentu itu tadi harus banyak
perangkat-perangkat yang menyertai kebutuhan-kebutuhan
karena untuk Pendidikan Agama sendiri tidak cukup secara
teoritis, misalnya ketika mengajarkan ibadah haji adalah sarana
untuk melaksanakan ibadah haji, syukur-syukur bisa praktek
langsung haji atau langsung umrohnya misalnya. Jadi harus ada
keterkaitan antara unsur guru, unsur sekolah, yayasan dalam hal
ini, dan juga unsur masyarakat agar kebutuhan-kebutuhan itu
bisa terpenuhi.
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA
SMP BAKTI MULYA 400
Hari/tanggal : Selasa, 5 Juni 2018
Waktu : 11.00
Tempat : Ruang Kelas VIII
Nama : Maesya Aliya Raisabela
Kelas : VIII-1 (Cambridge)
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai sifat dan sikap guru
PAI, baik dalam kelas maupun diluar kelas?
Narasumber I : Baik, kalo guru pas kelas tujuh baik dan ngajarinnya bener.
Kelas delapan gurunya sedikit menyebalkan. Tapi diluar kelas
guru nerapin 5 S ko (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai bicara dan gaya bicara
guru PAI?
Narasumber I : Gaya bicaranya halus, sopan. Pernah tidak mengerti guru
bilang apa.
Peneliti : Bagaimana gaya yang dipakai oleh guru PAI dalam bekerja
(kebiasaan dalam bekerja) ?
Narasumber I : Jarang masuk, ga ngasih tugas, tapi ngasih keterangan ga
masuk
Peneliti : Apakah sikap guru PAI menunjukkan orang yang
berpengalaman?
Narasumber I : Kadang kalo aku tanya, beliau jawab tapi tetep ga ngerti
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai pakaian yang dikenakan
guru PAI?
Narasumber I : Benar, sesuai aturan sekolah
Peneliti : Bagaimana perilaku yang ditampilkan guru PAI?
Narasumber I : Pas kelas 7 dan 8 beda guru, yang satu baik yang satu ngga
Peneliti : Apakah guru PAI dalam mengemukakan pendapat dapat
dengan mudah dipahami oleh siswa?
Narasumber I : Kadang dijelasin berulang-ulang
Peneliti : Apakah guru PAI membela diri ketika melakukan kesalahan
atau bersifat terbuka terhadap pendapat orang lain?
Narasumber I : Tidak, kadang nerima pendapat siswa
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai selera guru PAI?
Narasumber I : Kalo selera humornya lucu, kadang garing
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai setiap keputusan yang
diambil oleh guru PAI?
Narasumber I : Kadang setuju kadang engga, keputusan guru tidak harus
selalu diikuti.
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai kesehatan meliputi
kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan
kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat
hidup guru PAI?
Narasumber I : Keliatan sehat, semangat, kadang tidak antusias, bersika
tenang.
Nama : Aisyah Farras Na'ilah
Kelas : VIII-1 (Cambridge)
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai sifat dan sikap guru
PAI, baik dalam kelas maupun diluar kelas?
Narasumber II : Baik, ada beberapa guru PAI yang ga jelas. Santai, tapi ada
beberapa guru yang terlalu ngepush jadinya ga masuk ke
otak, aku ngikutin tapi Cuma nyatet, tapi dirumah belajar
lagi.
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai bicara dan gaya bicara
guru PAI?
Narasumber II : Gaya bicara sopan, halus, kadang marah karena murid
berisik
Peneliti : Bagaimana gaya yang dipakai oleh guru PAI dalam bekerja
(kebiasaan dalam bekerja) ?
Narasumber II : Gaya bekerjanya tenang, semangat, membawa semangat ke
siswa.
Peneliti : Apakah sikap guru PAI menunjukkan orang yang
berpengalaman?
Narasumber II : Minoritas, hampir tau semua
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai pakaian yang
dikenakan guru PAI?
Narasumber II : Sopan, sesuai aturan
Peneliti : Bagaimana perilaku yang ditampilkan guru PAI?
Narasumber II : Mendidik
Peneliti : Apakah guru PAI dalam mengemukakan pendapat dapat
dengan mudah dipahami oleh siswa?
Narasumber II : Mudah dipahami
Peneliti : Apakah guru PAI membela diri ketika melakukan kesalahan
atau bersifat terbuka terhadap pendapat orang lain?
Narasumber II : Selalu diskusi, tidak memaksakan kehendak, selalu
memberitahu jika salah.
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai selera guru PAI?
Narasumber II : Selera humornya garing
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai setiap keputusan yang
diambil oleh guru PAI?
Narasumber II : Setuju tergantung situasi.
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai kesehatan meliputi
kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan
kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat
hidup guru PAI?
Narasumber II : Sehat, semangat, penuh antusias.
Nama : Armarino Nurjuan Rajasa
Kelas : VIII-2
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai sifat dan sikap guru
PAI, baik dalam kelas maupun diluar kelas?
Narasumber III : Datengnya suka telat, soal ulangan UKK copy paste dari
buku, kadang bahasa di soal ga nyambung, kadang soalnya
jadi bonus
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai bicara dan gaya bicara
guru PAI?
Narasumber III : Gaya bicaranya keras gitu, kalo bicara kaya kenceng aja
Peneliti : Bagaimana gaya yang dipakai oleh guru PAI dalam bekerja
(kebiasaan dalam bekerja) ?
Narasumber III : Semangat, biasa aja
Peneliti : Apakah sikap guru PAI menunjukkan orang yang
berpengalaman?
Narasumber III : Sedeng-sedeng aja
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai pakaian yang
dikenakan guru PAI?
Narasumber III : Sopan, sesuai aturan
Peneliti : Bagaimana perilaku yang ditampilkan guru PAI?
Narasumber III : Kadang ga jelas
Peneliti : Apakah guru PAI dalam mengemukakan pendapat dapat
dengan mudah dipahami oleh siswa?
Narasumber III : Langsung ngerti, mudah dipahami
Peneliti : Apakah guru PAI membela diri ketika melakukan kesalahan
atau bersifat terbuka terhadap pendapat orang lain?
Narasumber III : Kadang-kadang membela diri, kadang bersifat terbuka
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai selera guru PAI?
Narasumber III : Selera humornya kadang garing, ga jelas
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai setiap keputusan yang
diambil oleh guru PAI?
Narasumber III : Kadang pembagian kelompok ga jelas, terus pas kejadian
gempa eh muridnya ditinggal.
Peneliti : Bagaimana pendapat kamu mengenai kesehatan meliputi
kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan
kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat
hidup guru PAI?
Narasumber III : Semangat, sehat, bugar, dan antusias.
Nama :
Kelas :
A. Akhlak Siswa
Berilah Tanda (√) pada kolom yang telah disediakan, dengan
Selalu, Sering, Jarang, Tidak Pernah.
No Pernyataan Alternatif Jawaban
Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
1 Saya menjaga pendengaran saya agar mendengarkan hal-hal yang baik.
2 Saya menjaga diri agar terhindar dari penyakit dan tindakan yang tidak baik.
3 Saya melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk saya.
4 Saya berbuat baik terhadap tetangga tanpa alasan apapun.
5 Saya dan tetangga saling bantu membantu baik dalam keadaan senang maupun susah.
6 Saya mengetahui dan menaati nilai dan norma masyarakat yang ada dilingkungan rumah saya.
7 Saya dan tetangga saling mengingatkan dalam kebaikan
8 Saya merawat tanaman dengan baik.
9 Saya menolong siapapun tanpa pamrih.
10 Saya diajarkan untuk bersikap sopan dan santun, untuk itu saya mempraktekannya setiap hari.
11 Saya melaksanakan shalat dan puasa sebagai kewajiban saya
12 Saya bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada saya
13 Saya mengingat Allah dimana saja saya
berada 14 Saya menjadikan Rasulullah sebagai
teladan
15 Saya menaati perintah orang tua saya
16 Saya berpamitan kepada orang tua ketika akan berangkat sekolah.
17 Saya mendoakan yang terbaik untuk kedua orangtua saya
18 Saya memperlakukan guru dengan baik
19 Saya menaati nasihat guru
20 Saya membuang sampah pada tempatnya
21 Saya membantu teman kapanpun
22 Saya berteman dengan siapa saja
B. Kompetensi Kepribadian Guru PAI Berilah Tanda (√) pada kolom yang telah disediakan, dengan SS ( Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
No Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S TS STS
1 Guru agama selalu tampil percaya diri saat mengajar.
2 Guru agama bersikap sopan terhadap siswa.
3 Guru agama berpenampilan menarik.
4 Guru agama mencerminkan pribadi islami.
5 Guru agama membebaskan saya berpendapat
6 Guru agama tidak memaksakan kehendak
7 Guru agama berwibawa
8 Guru agama adalah orang yang jujur
9 Guru agama bersikap ikhlas.
10 Guru agama suka menolong siswa ketika menghadapi kesulitan.
11 Guru agama bersikap ramah baik di dalam maupun diluar kelas.
12 Guru agama memiliki pengalaman dan wawasan yang luas.
13 Guru agama antusias ketika di dalam kelas.
14 Guru agama memiliki gaya hidup yang mencerminkan kesederhanaan.
15 Guru agama menghargai setiap siswa
16 Guru agama bersikap sesuai norma agama, norma hukum, norma sosial yang berlaku baik di lingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah
17 Guru agama mencerminkan ketakwaan
dan akhlak mulia. 18 Guru agama memberi kesempatan
siswa untuk memberikan pendapat
19 Guru agama menerima kritik dan saran dari siswa
20 Guru agama berperilaku jujur, tegas dan manusiawi
21 Guru agama memotivasi saya dalam menjalani ibadah
22 Guru agama memberikan pemberitahuan atau tugas ketika berhalangan hadir di dalam kelas