PENGARUH KLAIM, HASIL INVESTASI, RISK BASED...

125
PENGARUH KLAIM, HASIL INVESTASI, RISK BASED CAPITAL (RBC) TERHADAP LABA PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2016 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh: ANISA NURUL HIDAYAH 11140860000008 EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 M/ 2018 H

Transcript of PENGARUH KLAIM, HASIL INVESTASI, RISK BASED...

  • PENGARUH KLAIM, HASIL INVESTASI, RISK BASED CAPITAL (RBC)

    TERHADAP LABA PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DI

    INDONESIA TAHUN 2016

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Salah Satu

    Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

    Oleh:

    ANISA NURUL HIDAYAH

    11140860000008

    EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1439 M/ 2018 H

  • i

    ABSTRACT

    ANISA NURUL HIDAYAH. NIM 11140860000008. INFLUENCE OF

    CLAIMS, RETURN ON INVESTMENT AND RISK BASED CAPITAL

    (RBC) TO THE PROFIT OF SHARIA INSURANCE COMPANY IN

    INDONESIA IN 2016. Strata 1 (S1) The Concentration of Sharia Monetary

    Economics,The majors of Sharia Economics, The Faculty of Economics and

    Business Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. In an effort to

    encourage the development of sharia insurance in Indonesia, the need for good

    financial management so that the insurance company can fulfill its obligations and

    run its goals. The main focus of this thesis is on the Influence of Claims, Return

    On Investment, and Risk Based Capital (RBC) to the Profit of Sharia Insurance

    Company in Indonesia in 2016. Which variable Claims, Investment Results and

    Risk Based Capital (RBC) as the dependent variable and Profit as variable

    independent. The type of research conducted is to use multiple linier regression

    analysis method. The data used for the analysis is Cross Section data.

    Keywords: claims, return on investment, risk based capital (RBC), profit of sharia

    insurance company in Indonesia.

  • ii

    ABSTRAK

    ANISA NURUL HIDAYAH. NIM 11140860000008. PENGARUH

    KLAIM, HASIL INVESTASI DAN RISK BASED CAPITAL (RBC)

    TERHADAP LABA PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DI

    INDONESIA TAHUN 2016. Strata 1 (S1) Konsentrasi Ekonomi Moneter

    Syariah Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam upaya mendorong

    perkembangan asuransi syariah di Indonesia, maka diperlukannya pengelolaan

    keuangan yang baik agar perusahaan asuransi dapat memenuhi kewajiban-

    kewajibannya dan menjalankan tujuan-tujuannya. Fokus utama skripsi ini tertuju

    pada PengaruhKlaim, Hasil Investasi, dan Risk Based Capital (RBC) terhadap

    Laba Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2016. Yang mana variabel

    Klaim, Hasil Investasi dan Risk Based Capital (RBC) sebagai variabel dependen

    dan Laba sebagai variabel independen. Jenis penelitian yang dilakukan adalah

    dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Data yang

    digunakan untuk analisis tersebut merupakan data Cross Section.

    Kata Kunci: klaim, hasil investasi, riskbasedcapital (RBC), laba perusahaan

    Asuransi Syariah di Indonesia.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul ”Pengaruh Klaim, Hasil Investasi, dan Risk Based

    Capital (RBC) terhadap Laba Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia

    tahun 2016”

    Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

    memperoleh gelar sarjana ekonomi (S.E) pada Program Studi Ekonomi Syariah

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Selama penulisan skripsi ini tentunya penulis mendapat banyak bantuan dari

    berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis. Kasih yang

    tulus serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

    1. Bapak Sofyan Rizal selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

    membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

    2. Bapak Burhanuddin Yusuf yang selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang

    telah membantu saya dalam memberikan masukan dan saran-saran dalam

    menjalankan perkuliahan selama ini.

    3. Mamah, Papah, Kak Amel, Mas Fajar, Ade Arul, Mas Indra, Kak Dara,

    Aruna dan seluruh keluarga besar penulis, terima kasih atas curahan kasih

    sayang, dorongan doa, nasihat, motivasi, dan pengorbanan materilnya selama

    penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah.

    4. Gigih yang telah membantu memberikan saran-saran dan semangat dalam

    mengerjakan penelitian ini hingga dapat terselesaikan dengan baik.

    5. Ola dan Ngge yang selalu menghibur di sela-sela kesibukan penulisan

    penelitian ini.

    6. Ulumi yang selalu memberikan semangat dan menjadi teman yang baik

    7. Teman-teman ekonomi syariah semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu

    per satu, namun tidak mengurangi rasa hormat saya, terima kasih telah

  • iv

    mewarnai kisah pembelajaran masa perkuliahan dalam hidup saya selama 4

    tahun ini.

    8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah

    membantu dalam penyelesaian penulisan naskah skripsi ini.

    Rasa hormat dan terimakasih bagi semua pihak atas segala dukungan dan

    doanya semoga Allah SWT, membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan

    kepada penulis, Amin.

    Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang

    telah membantu dan semoga Allah SWT melimpahkan karunianya dalam setiap

    amal kebaikan kita dan diberikan balasan. Amin.

    Jakarta, Mei 2018

    Anisa Nurul Hidayah

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRACT .................................................................................................. i

    ABSTRAK .................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

    DAFTAR ISI ................................................................................................ v

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

    DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x

    BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................................... 15

    C. Manfaat Penulisan .................................................................................... 15

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 17

    A. Landasan Teori ......................................................................................... 17

    1. Pengertian Asuransi ........................................................................... 17

    2. Pengertian Asuransi Syariah .............................................................. 23

    3. Dasar Hukum Asuransi Syariah ......................................................... 32

    4. Perbedaan Asuransi Syariah Dengan Asuransi Konvensional ........... 35

    B. Laba .......................................................................................................... 43

    C. Pengertian, Klaim, Hasil Investasi dan Risk Based Capital (RBC) ......... 43

    1. Klaim .................................................................................................. 43

    2. Hasil Investasi .................................................................................... 44

    3. Risk Based Capital (RBC) ................................................................. 45

    D. Hubungan Antar Variabel ........................................................................ 47

  • vi

    1. Klaim terhadap Laba .......................................................................... 47

    2. Hasil Investasi terhadap Laba ............................................................ 48

    3. Risk Based Capital (RBC) terhadap Laba.......................................... 49

    E. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 50

    F. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 52

    G. Hipotesis .................................................................................................. 53

    BAB III : METODE PENELITIAN ........................................................... 55

    A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 55

    B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................... 55

    C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 59

    D. Metode Analisis Data ............................................................................... 64

    BAB IV : HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................... 80

    A. Gambaran Umum Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia ................ 80

    B. Deskriptif Data ......................................................................................... 81

    C. Analisis Data ............................................................................................ 87

    D. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................................ 93

    E. Pembahasan .............................................................................................. 97

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 99

    A. KESIMPULAN ........................................................................................ 99

    B. SARAN ..................................................................................................100

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................101

    LAMPIRAN ................................................................................................ 104

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Klaim Bruto Industri Asuransi Syariahtahun 2012-2016 ....... 8

    Tabel 1.2 Investasi Industri Asuransi Syariah tahun 2012-2016 ............... 10

    Tabel 1.3 Perbandingan Risk Based Capital (RBC) dengan Laba

    Asuransi Sinar Mas Unit Syariah tahun 2014-2016 ................. 13

    Tabel 2.1 Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi

    Syariah .......................................................................................... 35

    Tabel 2.2 Daftar Penelitian Terdahulu ...................................................... 50

    Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan Asuransi Syariah di

    Indonesia ...................................................................................... 57

    Tabel 3.2 Sumber Data Penelitian .............................................................. 60

    Tabel 4.1 Klaim Bruto Industri Asuransi Syariahtahun 2012-

    2016 ............................................................................................... 82

    Tabel 4.2 Investasi Industri Asuransi Syariah tahun 2012-2016 ............. 84

    Tabel 4.3 Perbandingan Risk Based Capital (RBC) dengaan

    Laba Asuransi Sinar Mas Unit Syariah tahun 2014-

    2016 ............................................................................................... 86

    Tabel 4.4 White Heteroskedasticity Test Pertama .................................... 88

    Tabel 4.5 White Heteroskedasticity Test Kedua ....................................... 90

    Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ........................................................................... 92

    Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas ................................................................... 93

    Tabel 4.8 Uji Simultan (Uji F) ..................................................................... 94

    Tabel 4.9 Uji Parsial (Uji T) ........................................................................ 95

  • viii

    Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 96

  • ix

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 1.1 Pertumbuhan Aset IKNB Syariah tahun 2012-2016 ................. 4

    Grafik 1.2 Pertumbuhan Aset Asuransi Syariah di Indonesia Tahun

    2012-2016 ...................................................................................... 6

    Grafik 1.3 Laba Asuransi Sinar Mas tahun 2012-2016 .............................. 14

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................... 53

    Gambar 4.1 Uji Normalitas .............................................................................. 91

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Dalam menjalani kehidupan, manusia sering dihadapkan dengan

    ketidakpastian atau risiko. Khususnya risiko-risikoyang dapat

    menimbulkan kerugian, baik kerugian yang bersifat material maupun

    spiritual.Risiko kerugian material seringkali dinilai sebagai risiko yang

    mengkhawatirkan dan berdampak besar. Namun, tidak ada satu pun

    manusia yang dapat mengetahui secara pasti kapan, dimana, dan seberapa

    besar risiko itu akan terjadi. Selain itu, menurut Muhammad Iqbal

    (2005:3), risiko adalah bagian dari realitas kehidupan manusia sehingga

    sulit untuk menghilangkannya dari kehidupan ini. Oleh karena itu,

    diperlukannya upaya tolong-menolong antara orang-orang yang

    menghadapi risiko dengan orang-orang yang memiliki kemampuan dan

    pengalaman yang baik dalam bidang manajeman risiko, agar dapat

    memperkecil risiko kerugian material yang dihadapi hingga mencapai

    batas kesanggupan.

    Ditinjau dari konsep penyelesaian masalah di atas, hal tersebut

    selaras dengan definisi asuransi menurut Prof. Mehr dan Cammack dalam

    Al Arif (2015:372) merupakan alat untuk mengurangi risiko keuangan,

    dengan carapengumpulan unit-unit exposure dalam jumlah yang memadai,

    untuk menjadikan agar kerugian individu dapat diperkirakan. Kerugian

    yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung.

  • 2

    Selain itu, ditinjau dari sisi hukum positif yang berlaku di

    Indonesia, yang dapat dilihat dalam Undang-undang No. 40 tahun 2014

    tentang perasuransian yang dikutip dariOJK

    (https://www.ojk.go.id/Files/201506/1UU402014Perasuransian_14337586

    76.pdf),Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaituperusahaan

    asuransi dan pemegang polis, yang menjadidasar bagi penerimaan premi

    oleh perusahaan asuransisebagai imbalan untuk; a) memberikan

    penggantian kepada tertanggung ataupemegang polis karena kerugian,

    kerusakan, biayayang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggungjawab

    hukum kepada pihak ketiga yang mungkindiderita tertanggung atau

    pemegang polis karenaterjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b)

    memberikan pembayaran yang didasarkan padameninggalnya tertanggung

    atau pembayaran yangdidasarkan pada hidupnya tertanggung

    denganmanfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/ataudidasarkan pada

    hasil pengelolaan dana.

    Selanjutnya, menurut Saharudin (2015:1), perusahaan asuransi

    tidak hanya merupakan industri bisnis semata, akan tetapi merupakan

    salah satu instrumen finansial kesejahteraan dan ketentraman terutama

    bagi pesertanya. Pesan kesejahteraan dan ketenteraman ini adalah tujuan

    utama janji berasuransi. Dalam praktik asuransi konvensional terdapat

    sistem RiskTransfer atau memindahkan risiko, yang mana transaksi

    tersebut mengandung unsur maysir (judi/untung-untungan) dan juga

    gharar(ketidakpastian). Sistem tersebut menyebabkan ketidakjelasan pada

  • 3

    hak nasabah yang menjadi tidak terjamin dan tidak sesuai dengan yang

    diharapkan. Nasabah yang mengharapkan tanggungan yang setimpal atas

    uang premi yang mutlak dibayarkan setiap bulannya, tetapi apabila hal

    yang dipertanggungkan tidak terjadi, nasabah akan kehilangan seluruh

    uang premi tersebut. Berbeda dengan Asuransi syariah yang menggunakan

    sistem RiskSharing atau saling menanggung resiko, dimana perusahaan

    hanya sebagai pemegang amanah dalam mengelola dan menginvestasikan

    dana dari kontribusi peserta, bukan sebagai penanggung. Dalam

    perusahaan asuransi syariah, dana tetap merupakan milik peserta asuransi,

    perusahaan asuransi hanyalah wali amanah atas dana titipan tersebut.

    Sistem inilah yang sangat sesuai dengan tujuan perasuransian itu sendiri

    yakni kesejahteraan dan ketentraman. Serta sesuai dengan konsep awal

    dibentuknya asuransi yaitu guna terjadinya tolong-menolong antara

    sesama manusia.

    Masa depan asuransi syariah di Indonesia sangatlah cerah.

    Pertumbuhan ekonomi yang cepat, naiknya tingkat tabungan dan

    berkembangnya perekonomian kelas menengah menjadi pertanda baik

    bagi industri asuransi syariah.Menurut Puspitasari (2012:43) bisnis

    asuransi syariah mengalami peningkatan yang cukup signifikan seiring

    dengan peningkatan sektor perbankan syariah.Tidak dapat dipungkiri lagi,

    bahwa beberapa tahun belakangan ini terjadi pesatnya pendirian industri-

    industri keuangan yang menggunakan sistem operasional berbasis syariah.

    Munculnya berbagai industri keuangan syariah (bank dan non-bank)

  • 4

    menunjukkan kepada kita bahwa masyarakat semakin percaya pada sistem

    syariah. Selain itu jumlah aset Industri Keuangan Non Bank Syariah

    mengalami perkembangan yang sukup signifikan. Dapat dilihat pada

    Grafik 1.1, Aset IKNB syariah selama periode 2012 – 2016

    mengalamipeningkatan sebesar 112,70% menjadi Rp88,67 triliun

    ataumeningkat rata-rata 28,18% setiap tahunnya. Pada tahun 2012, jumlah

    aset IKNB Syariah masih di angka Rp41,69 Triliun, yang kemudian

    meningkat menjadi Rp49,53 Triliun. Dilanjutkan pada tahun 2014,

    meningkat menjadi sebesar Rp58,38, kemudian tahun 2015 pun

    mengalami peningkatan menjadi Rp64,89 Triliun. Dan tahun 2016

    menjadi Rp88,67 Triliun.

    Grafik 1.1

    Pertumbuhan Aset IKNB Syariah tahun 2012-2016

    *dalam Rp Triliun

    (Sumber : OJK, Data diolah)

  • 5

    Selain itu, menurut Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI)

    yang dikutip dalam Nopriansyah (2016:1), banyak perusahaan asuransi

    yang memilih untuk membuka unit asuransi syariah dari pada membuat

    perusahaan baru dengan fokus asuransi syariah. Pada tahun 2012 hanya

    ada tiga perusahaan asuransi jiwa syariah dan dua asuransi umum syariah

    (Nopriansyah, 2016:1). Sedangkan ditinjau dari data OJK per 31

    Desember 2015, bahwa terdapat 55 perusahaan asuransi syariah di

    Indonesia, terdiri dari 25 perusahaan asuransi umum unit syariah, 3

    perusahaan asuransi umum full syariah, 19 perusahaan asuransi jiwa unit

    syariah, 5 perusahaan asuransi jiwa full syariah dan 3 perusahaan

    reasuransi unit syariah.

    Kemudian, pesatnya pertumbuhan asuransi syariah dapat dilihat

    pula dari pertumbuhan asetnya, yang dapat dilihat pada grafik

    pertumbuhan Aset Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2012-2016 di

    bawah ini

  • 6

    Grafik 1.2

    Pertumbuhan Aset Asuransi Syariah di Indonesia Tahun 2012-2016

    *dalam Rp Triliun

    (Sumber : OJK, Data diolah)

    Dilihat dari potensi perkembangannya tersebut, industri asuransi

    syariah sebagai IKNBSyariah menjadi sangat penting peranannya. Hal ini

    dikarenakan selain melakukan kegiatan usaha perlindungan kepada

    masyarakat, industri asuransi syariah juga merupakan lembaga

    penghimpun dana masyarakat, yang mana dana tersebut dapat

    diinvestasikan pada sektor-sektor produktif sehingga dapat meningkatkan

    pergerakan dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan. Sehingga

    perusahaan asuransi syariah harus mampu menjadi perencana keuangan

    yang baik bagi masyarakat. Perusahaan harus meyakinkan bahwa mereka

    dapat merencanakan masa depan yang lebih dengan mengikuti

    asuransi(Amrin,2011:8).Piranti umum dan terukur untuk evaluasi kinerja

    perusahaan asuransi adalah dengan melakukan analisis terhadap aspek-

    aspek kinerja perusahaan dalam laporan keuangannya yang merupakan

    muara dari seluruh aktivitas perusahaan (Marlina dan Hidayat, 2013:67).

  • 7

    Dalam analisis laporan keuangan, seperti pada halnya asuransi

    konvensional, dalam asuransi syariah juga dikenal istilah “Klaim”. Ketika

    peserta asuransi membayarkan sejumlah premi kepada perusahaan

    asuransi, maka perusahaan asuransi telah terikat kewajiban untuk

    membayarkan pertanggungannya atau Klaim tersebut. Klaim adalah

    aplikasi oleh peserta untuk memperoleh pertanggungan atas kerugiannya

    yang tersedia berdasarkan perjanjian (Sula, 2004:256). Jumlah klaim

    industri asuransi syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang

    cukup signifikan. Berdasarkan tabel 1.1, selama periode 2012-2016 jumlah

    klaim bruto industri asuransi syariah di Indonesia tumbuh sebesar

    139,66%. Pada tahun 2012 jumlah klaim bruto hanya sebesar Rp1,79

    Triliun, kemudian pada tahun 2013 tumbuh 43,02% menjadi Rp2,56

    Triliun. Disusul dengan pertumbuhan sekitar 20,1% pada tahun 2014

    menjadi Rp3,10 Triliun. kemudian tahun 2015 terjadi pertumbuhan klaim

    bruto sebesar 12,58% menjadi Rp3,49 Triliun. dan tahun 2016 tumbuh

    22,92% menjadi Rp4,29 Triliun. Dapat disimpulkan bahwa klaim bruto

    Industri asuransi syariah mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, yang

    artinya kebutuhan masyarakat akan transaksi asuransi syariah semakin

    tinggi.

  • 8

    Tabel 1.1

    Klaim Bruto Industri Asuransi Syariah

    tahun 2012-2016

    Tahun Jumlah Klaim Bruto

    2012 1,79

    2013 2,56

    2014 3,10

    2015 3,49

    2016 4,29

    *dalam Rp Triliun

    (Sumber : OJK, Data diolah)

    Tingginya pertumbuhan masyarakat akan transaksi asuransi syariah

    dapat menjadi pemicu bagi perusahaan asuransi syariah untuk terus

    memperbaiki dan mengembangkan kegiatan operasionalnya agar

    pelaksanaan pembayaran klaim kepada pihak tertanggung terlaksana

    dengan baik. Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana

    tabarru‟ (dana kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah

    diikhlaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana

    tolong-menolong di antara peserta bila terjadi musibah (Soemitra,

    2009:267). Oleh karena itu penting bagi perusahaan asuransi untuk

    megelola keuangan dengan baik agar dapat membayarkan kewajiban klaim

    tersebut. Tidak ada alasan bagi perusahaan untuk memperlambat

    penyelesaian klaim yang diajukan tertanggung, karena harus sudah

    diantisipasi sejak awal.

  • 9

    Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pencatatan akuntasi

    asuransi syariah, klaim termasuk ke dalam beban. Lalu, menurut Nafarin

    (2009), yang dikutip dalamJiwanata, dkk (2018:3), menyatakan bahwa

    beban merupakan pengurangan pendapatan untuk memperoleh laba, jika

    beban klaim rendah maka laba yang diperoleh akan tinggi dan jika beban

    tinggi maka laba yang akan diperoleh rendah. Berdasarkan pernyataan

    tersebut, dapat dikatakan bahwa klaim memiliki pengaruh negatif terhadap

    laba asuransi. Hal ini didukung oleh penelitian Putri Imanda tahun 2017

    yang memiliki hasil yang sama dengan konsep tersebut, yakni beban klaim

    memiliki pengaruh yang negarif dan signifikan terhadap profitabilitas.

    Didukung pula oleh penelitian Abdul Ghofar tahun 2012, menyatakan

    klaim berpengaruh secara langsung terhadap profitabilitas perusahaan

    asuransi syariah. Namun, dalam penelitian Husnul Khotimah tahun 2014,

    menyatakan bahwa secara parsial tidak ada pengaruh antara klaim

    terhadap laba.

    Selain daripada itu, agar dapat melaksanakan kewajibannya,

    perusahaan asuransi mengelola dana premi atau kontribusi peserta dengan

    menginvestasikannya. Namun, terdapat beberapa jenis investasi yang

    mengandung unsur Gharar dan Riba. Oleh karena itu, asuransi syariah

    dalam menginvestasikan dananya hanya kepada Bank-Bank Syariah,

    BPRS, Obligasi Syariah, Pasar Modal Syariah, Leasing Syariah, Pegadaian

    Syariah serta instrumen bisnis lainnya dengan tetap menggunakan akad-

    akad yang dibenarkan oleh syariat Islam (Sula, 2004:306). Selain sesuai

  • 10

    dengan ketentuan pemerintah, jenis-jenis investasi tersebut juga telah

    menggunakan sistem bagi hasil yang lebih adil bagi pihak-pihak yang

    bersangkutan.Bagi hasil investasi adalah bagi hasil yang diperoleh secara

    proporsional berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah ditentukan, baik dari

    hasil investasi dana rekening tabungan peserta maupun dana rekening

    tabarru‟. Setelah dana peserta dibayarkan, dan terkumpul dalam total dana

    peserta, kemudian diinvestasikan. Profit yang diperoleh dari investasi

    kemudian dilakukan bagi hasil antara peserta dan pengelola atau

    perusahaan asuransi (Sula, 2004:180).

    Tabel 1.2

    Investasi Industri Asuransi Syariah tahun 2012-2016

    Tahun Investasi

    2012 11,33

    2013 14,32

    2014 19,51

    2015 23,11

    2016 28,55

    *dalam Rp Triliun

    (Sumber : OJK, Data diolah)

    Sehubungan dengan hal itu, dewasa ini, investasi asuransi syariah

    semakin meningat setiap tahunnya. Dapat dilihat pada tabel 1.2, selama

    periode 2012-2016, investasi industri asuransi syariah tumbuh sebesar

    151,99% atau rata-rata sebesar 30,40% setiap tahunnya. Diawali dari tahun

  • 11

    2012 yang hanya sebesar Rp11,33 Triliun. Kemudian meningkat di tahun

    2013 menjadi Rp14,32 Triliun. pada tahun 2014 bertambah lagi menjadi

    Rp19,52 Triliun. lalu, taun 2015 meningkat menjadi Rp23,11 Triliun. dan

    terakhir tahun 2016 meningkat menjadi Rp28,55 Triliun.

    Selain itu, agar mampu menjalankan kegiatan operasionalnnya

    dengan baik, perlu diukur tingkat kesehatan pengelolaan keuangan

    perusaan asuransi. Perusahaan asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan

    reasuransi uang melakukan kegiatan usahanya di Indonesia wajib

    memelihara tingkat solvabilitas atau disebut juga dengan Risk Based

    Capital (RBC). Maksud dari ratio ini untuk mengukur kemampuan

    perusahaan memenuhi kewajiban jika perusahaan akan dilikuidasi atau

    dibubarkan. Kewajiban itu dapat berupa kewajiban jangka pendek ataupun

    kewajiban jangka panjang. Perusahaan dikatan solvabel jika peruahaan

    mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua

    utang-utangnya. Tetapi, jika aktiva tidak mencukupi untuk membayar

    utang atau nilanya lebih kecil dari semua utang yang harus dibayar, berarti

    perusahaan dalam kondisi insolvabel. Perusahaan akan mengalami krisis

    atau kesulitan keuangan jika perusahaan dalam posisi insolvabel dan

    inlikuid (Amrin, 2009).

    Setiap perusahaan ingin mencapai target yang telah ditentukan,

    yaitu mencapai Risk Based Capital (RBC) yang disyaratkan pemerintah

    dan juga mencapai tingkat profitabilitas yang tinggi untuk memenuhi

    kepentingan perusahaan dan para investor (Rahayu dan Mubarok,

  • 12

    2017:194). Namun, untuk mencapai tingkat RBC tersebut, perusahaan

    asuransi akan cenderung untuk menghindari menyerap risiko yang terlalu

    besar. Serta pertanggungan yang diberikan kepada tertanggung akan

    dibatasi oleh besarnya modal yang dimiliki perusahaan. Sehingga, menurut

    Rahayu dan Mubarok (2017:195), jika perusahaan memutuskan untuk

    memenuhi tingkat solvabilitas atau RBC tercapai dalam jumlah bersih,

    kemungkinan tingkat solvabilitas akan terjaga, namun kesempatan untuk

    memperoleh laba yang besar akan menurun.

    Sehubungan dengan itu, dapat dilihat pula data perbandingan

    Based Capital (RBC) dengan Laba periode 2013-2016 pada salah satu

    perusahaan asuransi di Indonesia yakni asuransi Sinar Mas unit syariah.

    Berdasarkan tabel 1.3, selama periode 2013-2016 besarnya laba yang

    diperoleh meningkat setiap tahunnya meskipun diiringi dengan nilai RBC

    yang juga meningkat. Sehingga terjadi perbedaan antara teori dengan

    aktual.

  • 13

    Tabel 1.3

    Perbandingan Risk Based Capital (RBC) dengaan Laba Asuransi

    Sinar Mas Unit Syariah tahun 2014-2016

    Tahun

    Risk Based Capital

    (RBC)

    Laba (Jutaan rupiah)

    2014 31,66% 33,535

    2015 36,32% 45,098

    2016 54,13% 54,994

    *dalam Rp Triliun

    (Sumber : Sinarmas.co.id, Data diolah)

    Selanjutnya, selain berorientasi pada kegiatan tolong-menolong,

    tentunya perusahaan asuransi juga melakukan kegiatan operasionalnya

    guna memperoleh laba perusahaan sebagai imbalan atas transaksi yang

    dilakukan. Perusahaan asuransi syariah dalam melakukan pencatatan laba

    beracuan kepada kaidah-kaidah akuntasi syariah.Laba dalam akuntansi

    syari‟ah berpegang pada dua prinsip utama, yaitukebenaran dan keadilan.

    Dalam suatu perusahaan, tingkat laba yang dihasilkan dari hasil transaksi

    atau aktivitas operasional perusahaan merupakan suatu hal yang dapat

    memengaruhi keberhasilan, eksistensi dan kesuksesan perusahaan (Adam

    dan Harto,2015:21). Tetapi hal-hal yang menjadi perbedaan antara

    asuransi syariah dengan asuransi konvensional yakni laba yang diperoleh

    asuransi syari‟ah merupakan laba yang terhindar dari unsur maysir, gharar

    dan riba. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa asuransi syariah tidak

    hanya berorientasi pada laba semata,melainkan juga memikirkan

  • 14

    bagaimana cara perolehan laba tersebut sehingga tercapainya keadilan dan

    kemaslahatan bagi masyarakat. dapat dilihat dari salah satu perusahaan

    asuaransi syariah yakni sinar mas unit syariah, yang dapat dilihat pada

    grafik 1.2, yang mana laba yang diperolehnya mengalami peningkatan

    setiap tahunnya.

    Grafik 1.3

    Laba Asuransi Sinar Mas tahun 2012-2016

    *dalam Rp Triliun

    (Sumber : Sinarmas.co.id, Data diolah)

    Informasi-informasi keuangan perusahaan asuransi syariah dicatat

    pada laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan baik dalam skala

    bulanan, triwulanan, maupun tahunan. Laporan keuangan perusahaan yang

    disusun berdasarkan kaidah-kaidah akuntansi merupakan salah satu sumber

    informasi yang digunakan untuk melakukan analisis dan keputusan

    keuangan. Data keuangan yang digunakan untuk analisis keuangan

    diambilkan dari laporan-laporan keuangan yang pokok yaitu neraca dan

    laporan laba rugi(Husnan,1996:35).

    0.00

    10.00

    20.00

    30.00

    40.00

    50.00

    60.00

    2012 2013 2014 2015 2016

    Laba Asuransi Sinar Mastahun 2012-2016

  • 15

    Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk

    menganalisis PengaruhKlaim, Hasil Investasi, Risk Based Capital(RBC)

    terhadap Laba Perusahaan Asuransi Syariah di Indoensia tahun 2016.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah ditulis diatas,

    maka penulis merumuskan masalah tersebut yaitu:

    1. Bagaimana pengaruh variabel Klaim terhadap Laba Perusahaan

    Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2016 secara parsial?

    2. Bagaimana pengaruh variabel Hasil Investasi terhadap Laba

    Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2016 secara parsial?

    3. Bagaimana pengaruh variabel Risk Based Capital (RBC) terhadap Laba

    Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2016 secara parsial?

    4. Bagaimana pengaruh variabelKlaim, Hasil Investasi, Risk Based

    Capital (RBC) terhadap Laba Perusahaan Asuransi Syariah di

    Indonesia tahun 2016 secara Simultan?

    C. Manfaat Penulisan

    Adapun manfaat dilakukannya penulisan ini antara lain:

    1. Bagiparaakademisi, dapatmemberikansumbanganpemikiran, ide

    ataugagasanuntukmenambahliteraturataubahan,

    referensipadaperpustakaanFakultasEkonomi dan Bisnis UIN

    SyarifHidayatullah Jakarta.

    2. Bagi para praktisi, khususnya praktisi asuransi syariah di Indonesia

    sebagai sarana untuk semakin giat berupaya mengembangkan dan

  • 16

    perbaikan dalam pelayanan produk terhadap nasabah agar

    meningkatkan kesehatan keuangan perusahaan.

    3. Bagi semua pihak, menambah wawasan keilmuan dan memperkaya

    khazanah pengetahuan mengenai sistem ekonomi syariah dan asuransi

    syariah di Indonesia.

  • 17

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori Asuransi Syariah

    1. Pengertian Asuransi

    Istilah asuransi dalam perkembangannya di Indonesia

    sesungguhnya berasal dari bahasa Belanda, yaitu “assurantie“, yang

    kemudian menjadi “asuransi” dalam bahasa Indonesia. Namun, istilah

    assurantie itu sendiri sebenarnyanya bukanlah istilah asli bahasa

    Belanda, melainkan berasal dari bahasa latin yang kemudian diserap ke

    dalam bahasa Belanda yaitu assecurrate yang berarti “meyakinkan

    orang”. Kata ini kemudian dikenal dalam bahasa perancis sebagai

    asurance. Demikian pula istilah assuradeur yang berarti “penanggung”

    dan geassureede yang berarti “tertanggung”, keduanya berasal dari

    perbendaharaan bahasa Belanda. Sedangkan dalam bahasa Inggris

    istilah pertanggungan dapat diterjemahkan menjadi insurance dan

    assurance. Kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda,

    insurance mengandung arti menanggung segala sesuatu yang mungkin

    terjadi. Sedangkan assurance berarti menanggung sesuatu yang pasti

    terjadi. Istilah assurane lebih lanjut diartikan dengan pertanggungan

    yang berkaitan dengan masalah jiwa seseorang. (Hadi,2015:1).

    Ditinjau dari segi hukum positif yang berlaku di indonesia,

    menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), tentang

    asuransi atau pertanggungan seumurnya, Bab 9, Pasal 246, asuransi

  • 18

    atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang

    penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

    menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya

    karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

    diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa

    yang tak tertentu (Rosidah, 2014:5).Jadi pada pasal tersebut asuransi

    dilukiskan sebagai suatu perjanjian yang mana penanggung dengan

    menikmati suatu premi, mengikatkan dirinya terhadap tertanggung

    untuk mengikatkan dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan

    dirinya dari kerugian atau risiko yang akan diderita karena suatu

    peristiwa yang tak terduga.

    Selain itu, definisi asuransi di Indonesia pun telah ditetapkan

    secara resmi dalam Undang-undang No. 40 tahun 2014 tentang

    perasuransian yang dikutip dari OJK

    (https://www.ojk.go.id/Files/201506/1UU402014Perasuransian_14337

    58676.pdf), Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu

    perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi

    penerimaan premi oleh perusahaan asuransisebagai imbalan untuk; a)

    memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis

    karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan

    keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang

    mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya

    suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b) memberikan pembayaran yang

  • 19

    didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang

    didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya

    telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

    Dari uraian di atas, terdapat paling tidak tiga unsur pokok penting

    mengenai asuransi, yaitu:

    a. Pihak penanggung merupakan pihak yang berjanji akan membayar

    uang kepada pihak tertanggung. Pembayaran tersebut baik

    dilaksanakan secara sekaligus atau pun dengan berangsur-angsur.

    Pembayaran tersebut dilakukan bila terlaksana unsur ketiga

    b. Pihak tertanggung yaitu pihak yang berjanji akan membayar premi

    kepada pihak penanggung. Sama halnya dengan pembayaran klaim

    asuransi dapat dilakukan secara sekaligus maupun berangsur-

    angsur

    c. Suatu kejadian yang pada mulanya belum jelas akan terjadi disebut

    dengan risiko.

    Selanjutnya, dapat ditinjau lebih dalam lagi pengertian asuransi

    dari sudut pandang para pakar ekonomi. Menurut Robert I. Mehr,

    Asuransi adalah a device for reducing risk by combining a sufficient

    number of exposure units to make their indivisual losses collectively

    predictable. The predictable los is then shared by or distributed

    proportionately among all units in the combination (suatu alat untuk

    mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah unit-unit yang

    beresiko agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi.

  • 20

    Kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi dan

    didistribusikan secara proporsional di antara semua unit-unit dalam

    gabungan tersebut) (Sula, 2004:26). Selain itu, definisi asuransi

    menurut Prof. Mark R. Green adalah suatu lembaga ekonomi yang

    bertujuan mengurangi resiko, dengan jalan mengkombinaskan dalam

    suatu pengelolaa sejumlah objek yang cukup besar jumlahnya,

    sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam

    batas-batas tertentu (Al Arif, 2015:2). Lalu, menurut Darmawi

    (2001:2), ada beberapa sudut pandang mengenai pengertian asuransi,

    yaitu :

    a. Asuransi dari sudut pandang ekonomi

    Asuransi merupakan metode untuk mengurangi risiko dengan

    jalan memindahan dan mengombinasikan ketidakpastian akan

    adanya kerugian keuangan (financial).

    b. Asuransi dari sudut pandang hukum

    Asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian)

    pertanggungan risiko antara tertanggung dengan penanggung, di

    mana risiko penanggung berjanji akan membayarkan kerugian

    yang dialami tertanggung, sedangkan tertanggung berkewajiban

    untuk membayar premi yang telah disepakati di dalam perjanjian.

    c. Asuransi dari sudut pandang sosial

    Asuransi merupakan organisasi yang menerima pemindahan

    risiko dan pengumpulan dana dari anggota-anggotanya guna

  • 21

    membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing

    anggota.

    d. Asuransi daru sudut pandang matematika

    Asuransi merupakan aplikasi matematika dalam

    memperhitungkan biaya dan gaedah pertanggungan risiko hukum

    profitabilitas dan teknik statistik untuk mencapai hasil yang

    diramalkan.

    Selanjutnya, asuransi juga dapat digolongkan menjadi beberapa

    jenis. Pada bab III pasal 3 UU. No. 2 tahun 1992 dijelaskan tentang

    jenis-jenis bidang usaha perasuransian di Indonesia. Dalam pasal

    tersebut dijelaskan di antaranya (Ismanto, 2009:35) :

    a. Asuransi Kerugian/Asuransi Umum, yaitu perjanjian asuransi

    yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas

    kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada

    pihak ketiga yang timbil dari peristiwa yang tidak pasti.

    b. Asuransi Jiwa, yaitu perjanjian asuransi yang memberikan jasa

    pertanggungan yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya

    seseorang yang dipertanggungkan.

    c. Reasuransi, Yaitu perjanjian asuransi yang memberikan jasa dan

    pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh

    perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan asuransi jiwa.

    Dalam Al Arif (2015:4-5) disebutkan bahwa terdapat beberapa

    manfaat asuransi pada masyarakat, antara lain sebagai berikut:

  • 22

    a. Memberikan rasa aman dan perlindungan kepada masyarakat.

    Dengan memiliki asuransi, makan klien akan mendapatkan rasa

    aman dari risiko atau kerugian yang mungkin timbul. Jika terjadi

    klaim atas objek akan diasuransikan, maka pihak tertanggung

    berha atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan

    berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan penanggung.

    b. Pendistribusian dan manfaat yang lebih adil. Prinsip keadilan

    diperhitungkan dengan matang dan menentukan nilai

    pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang

    polis secara periodic dengan memperhatikan secara cermat factor-

    faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk

    mendapatkan nilai pertanggungan, pihak penanggung sudah

    membuat perhitungan yang tidak merugikan kedua belah pihak

    .semakin besar nilai pertanggungan semakin besar pula premi

    periodic yang harus dibayar oleh tertanggung.

    c. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan. Premi yang

    dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan

    tabungan. Pihak penanggung juga memperhaikan tingkat

    pengembalian atas premi yang dibayarkan. Misalkan dengan

    mengikuti asuransi pendidikan, maka seakan-akan menjadi salah

    satu sarana menabung dari masyarakat. Hal ini sangat penting,

    mengingat besarnya biaya tetap tingkat pengembalian dari

  • 23

    asuransi mungkin tidak sebesar jika menginvestasikan dana

    tersebut ke dalam bentuk surat berharga.

    d. Alat penyebar risiko. Salah satu hal utama yang dipelajari di

    manajemen keuangan ialah “jangan pernah menaruh telur dalam

    satu keranjangan” sehingga dengan mengikuti asuransi kita dapat

    menyebar berbagai risiko yang muncul dalam investasi yang kita

    lakukan. Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung

    ikut dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah

    premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.

    2. Pengertian Asuransi Syariah

    Dalam bahasa Arab, terdapat beberapa sebutan asuransi antara lain

    at-ta‟min, at-takaful, dan tadamun yang akan dijelaskan sebagai

    berikut:

    a. At-ta‟min

    At-ta‟min penanggung disebut mu‟ammin, sedangkan

    tertanggung disebut Mu‟ammanlahu atau Musta‟min. At-ta‟min

    diambil dari kata amanah yang berarti perlindungan, ketenangan,

    rasa aman, dan bebas dari rasa takut (Nopriyansyah,2016:11).

    Istilah men-ta‟min-kan sesuatu berarti seseorang membayar atau

    memberikan uang cicilan agar ia atau orang yang ditunjuk

    menjadi ahli warisnya mendapatkan ganti terhadap hartanya yang

    hilang (Rosidah, 2014:5).

  • 24

    b. Takaful

    Dalam Nopriyansyah (2016:11) dijelaskan bahwa kata Takaful

    berasal dari takafala-yatakafalu yang secara etimologis berarti

    menjamin atau saling menanggung. Takaful dalam pengertian

    muamalah adalah saling memikul risiko di antara sesama orang

    sehingga antara satu dengan yang lain menjadi penanggung atas

    risiko yang lain. konsep takaful didasarkan pada solidaritas,

    responsibilitas, dan persaudaraan di antara anggota di mana para

    pertisipan sepakat untuk sama-sama menanggung kerugian

    tertentu dan dibayar dari aset-aset yang telah ditetapkan. Kata

    takaful tidak dijumpai dalam Al-Qur‟an, namun demikian ada

    sejumlah kata yang seakar dengan kata takaful, seperti dalam QS.

    Thaha (20):40:

    ُكْم َعلَى َمن َيْكفُلُهُ َهْل أَُدل ... ...

    Artinya: “... bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang

    yang akan memeliharanya?...”

    Istilah-istilah tersebut pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain.

    mengandung makna pertanggungan atau saling menanggung.

    Namun, dalam praktiknya istilah lain dari asuransi dan juga

    paling banyak digunakan di berbagai negara adalah istilah takaful.

    c. Tadhammun

    Asuransi syariah juga dapat disebut dengan tadamun yang

    berasal dari kata damana yang berarti saling menanggung,

  • 25

    bertujuan untuk menutup kerugian atas suatu peristiwa dan

    musibah yang dialami seseorang (Nopriyansyah,2016:11).

    Selanjutnya, dalam buku „aqdu at-Ta‟min wa Mauqifu asy-

    Syari‟ah al-Islamiyyah Minhu, az-Zahra mengatakan bahwa sistem

    asuransi yang dipahami oleh para ulama hukum (syariah) adalah

    sebuat sistem ta‟awun dan tadhamun yang betujuan untuk menutupi

    kerugian peristiwa-peristiwa atau musibah-musibah. Tugas ini

    dibagikan kepada sekelompok tertanggung, dengan cara memberikan

    pengganti kepad orang yang tertimpa musibah. Penggati tersebut

    diambil dari kumpulan premi-premi mereka. Mereka (para ulama ahli

    syariah) mengatakan bahwa penetapan semua hukum yang berkaitan

    dengan kehidupan sosial dan ekonomi, Islam bertujuan agar suatu

    masyarakat hidup berdasarkan atas asa saling-tolong menolong dan

    menjamin dalam pelaksanaan hak dan kewajiban (Sula,2004:28).

    Selain dari pada itu, asal-usul asuransi syariah tumbuh dari praktik

    yang dilakukan oleh suku Arab pada masa Rasulullah saw. yang

    disebut aqilah.Aqilah dalam Dictionary of Islam yang disusun oleh

    Thomas Patrick menerangkan bahwa jika salah satu anggota suku

    terbunuh oleh suku lain, keluarga korban akan dibayar sejumlah uang

    darah (diyat) sebagai kompensasi oleh saudara terdekat dari

    pembunuh. Saudara terdekat pembunuh tersebut biasa disebut aqilah

    sebagai pembayar uang darah atas nama pembunuh. Al aqilah

    mengandung pengertian saling memikil dan bertanggung jawab bagi

  • 26

    keluarga. Dalam kasus terbunuhnya seorang anggota keluarga, ahli

    waris korban akan mendapatkan uang darah (diyat) yang dibayarkan

    oleh anggota keluarga terdekat si pembunuh yang disebut aqilah.

    Aqilah mengumpulkan dana secara bergotong royong untuk

    membantu keluarga yang terlibat dalam perkara pembunuhan yang

    tidak disengaja itu (Al Arif, 2015:6).

    Selanjutnya, menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis

    Ulama Indonesia No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum

    asuransi syariah, asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan

    tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi

    dalam bentuk aset dan/atau tabarru‟ yang memberikan pola

    pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang

    sesuai dengan syariah. Asuransi syariah bersifat saling melindungi dan

    tolong menolong yang dikenal dengan istilah ta‟awun, yaitu prinsip

    hidup saling melindungi dan saling menolong atas dasar ukhuwah

    islamiyah antara sesama anggota peserta asuransi syariah dalam

    menghadapi malapetaka (Rosidah, 2014:6).

    Dalam hal ini, peserta mendonasikan sebagian atau seluruh

    kontribusi/premi yang mereka bayar untuk digunakan membayar

    klaim atas musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Jadi, jika

    dalam asuransi konvensional terjadi transfer of risk (memindahkan

    risiko) dari peserta ke perusahaan, dalam asuransi syariah mekanisme

    pertanggungannya adalah sharing of risk atau saling menanggung

  • 27

    risiko; di mana perusahaan hanya sebagai pemegang amanah dalam

    mengelola dan menginvestasikan dana dari kontribusi peserta, bukan

    sebagai penanggung. Dalam perusahaan asuransi syariah, dana tetap

    merupakan milik dari peserta asuransi, perusahaan asuransi hanya

    sebagai wali amanah atas dana yang dititipkan tersebut (Al

    Arif,2015:7).

    Selain itu, Asuransi harus dibangun dengan pondasi dan prinsip

    dasar yang kuat dan kokoh. Dalam asuransi harus tertanam prinsip

    dasar sebagai berikut (Nopriansyah,2016:24):

    a. Tauhid (Unity)

    Prinsip tauhid merupakan hal terpenting dalam melakukan

    kegatan ekonomi dan merupakan bagian dasar utama dalam

    pondasi menjalankan syari‟at Islam. Asuransi syariah tentu

    harus mengoprasionalkan nilai-nilai ketuhanan sebagaimana

    firman Allah SWT QS. Al-Hadid (57):4

    ...َوُهَو َمَعُكْم أَْيَن َماُكنُتْم َوهللاُ ِبَماَتْعَملُوَن َبِصير

    Artinya: “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada

    Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-

    Hadid (57): 4)

  • 28

    b. Keadilan (Justice)

    Prinsip berkeadilan dalam menjalankan sistem asuransi

    syariah merupakan jalan keterbukaan dan kepedulian antara

    pihak-pihak yang terikat dengan akad.

    c. Tolong-menolong (Ta‟awun)

    Dakam berasuransi harus didasari kemauan untuk saling tolong-

    menolong dan saling menghormati antar anggota yang terkait

    pada akad. Dalam hal ini ditegaskan firman Allah SWT QS. Al

    Maidah (5):2 :

    ْقَوى َوالََتَعاَوُنوا َعلَى ... َوَتَعاَوُنوا َعلَى اْلِبرِّ َوالتَّ

    ْاإلِْثِم َواْلُعْدَوانِ ...

    Artinya: “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam

    (mengerjakan) kebaikan dan takwa, jangan tolong-

    menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...”

    d. Kerjasama

    Prinsip kerja sama merupakan universal yang selalu ada pada

    dunia bisnis. Pada asuransi syariah, prinsip kerja sama dapat

    berbentuk akad perjanjian, yaitu mudharabah dan musyarakah.

    Mudharabah merupakan kerja sama di mana pemilik modal

    menyerahkan dana (premi) kepada perusahaan asuransi

    (mudarib). Dana yang terkumpul akan diinvestasikan untuk

    memperoleh keuntungan (profit) dan pembagian keuntungan

  • 29

    sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan pada

    musyarakat, kedua belah pihak bekerja sama dengan sama-sama

    menyerahkan modalnya untuk diinvestasikan pada bidang-

    bidang yang menguntungkan. Keuntungan yang diperoleh dibagi

    sesuai porsi nisbah yang disepakati.

    Kerjasama di antara pihak-pihak dibenarkan oleh agama Islam,

    sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:

    “...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan

    kebajikan dan taqwa”.

    e. Amanah

    Prinsip amanah pada sitem asuransi syariah berbasis pada

    nilai-nilai akuntabilitas. Dalam hal ini perusahaan asuransi harus

    memberi kesempatan yang besar bagi peserta untuk mengakses

    laporan keuangan. Prinsip amanah ini akan melahirkan saling

    percaya. Untuk itu setiap perusahaan asuransi syariah wajib

    memberikan laporan keuangan yang diterima dari peserta karena

    transparasi dalam menjalankan usaha ini harus sesuai dengan

    syariat Islam.

    f. Kerelaan

    Prinsip kerelaan pada asuransi syariah diterapkan pada setiap

    peserta sehingga tidak ada paksaan antara pihak-pihak yang

    terikat dalam akad. Prinsip ini didasarkan pada firman Allah

    SWT dalam QS. An-Nisa‟ (4):29 yang berbunyi:

  • 30

    ا الَِّذيَن َءاَمُنوا الََتأُْكلُوا أَْمَوالَُكم َبْيَنُكم ِباْلَباِطلِ َياأَي هَ

    نُكمْ إاِلَّ أَْن َتُكوَن ِتَجاَرًة َعنَتَراٍض مِّ

    َوالََتْقُتلُوا أَنفَُسُكْم إِنَّ هللاَ َكاَن ِبُكْم َرِحيًما

    Artinya: “.Wahai orang-orang yang beriman. Janganlah

    kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang

    batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku

    atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah

    kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang

    kepadamu.” (QS. An-Nisa‟ (4):29)

    g. Larangan Riba‟

    Dalam setiap transaksi, seorang muslim tidak dibenarkan

    untuk memperkaya diri dengan cara yang tidak dibenarkan atau

    secara bathil, sebagiamana firman Allah SWT:

    َها الَِّذيَن َءاَمُنوا الََتأُْكلُوا أَْمَوالَُكم َبْيَنُكم ِباْلَباِطلِ َياأَي

    نُكْم َوالََتْقُتلُوا أَنفَُسُكمْ إاِلَّ أَْن َتُكوَن ِتَجاَرًة َعن َتَراٍض مِّ

    إِنَّ هللاَ َكاَن ِبُكْم َرِحيًما

    Artinya: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

    saling meman harta sesamamu dengan jalan yang bathil,

    kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka

    sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh

  • 31

    dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

    kepadamu.” (QS. An-Nisa‟ (4):29)

    h. Larangan Maisir (Judi)

    Prinsip larangan maisir (judi dalam sistem asuransi syariah

    untuk menghindari satu pihak yang untung dan pihak lain yang

    rugi. Asuransi syariah harus berpegang teguh menjauhkan diri

    dari unsur judi dalam berasuransi sebagaimana firman Allah

    melarang maisir (judi):

    َما اْلَخْمُر َواْلَمْيِسُر َوْاألَنَصابُ َها الَِّذيَن ءاََمُنوا إِنَّ َياأَي

    ْيَطاِن َفاْجَتِنُبوهُ لََعلَُّكْم ْن َعَمِل الشَّ ُُ مِّ َوْاألَْزالَُم ِرْجُس

    ُتْفلُِحونَ

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya

    (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,

    mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji

    termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-

    perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-

    Maidah(5):90)

    i. Larangan Gharar (Ketidakpastian)

    Gharar dalam pandangan ekonomi Islam terjadi apabila

    dalam suatu kesepakatan/perikatan antara pihak-pihak yang

    terikat terjadi ketidakpastian dalam jumlah profit (keuntugan)

    maupun modal yang dibayarkan (premi).

  • 32

    3. Dasar Hukum Asuransi Syariah

    Allah swt. dalam Al-Qur‟an memerintahkan kepada hamba-Nya

    untuk senantiasa melakukan persiapan untuk menghadapi hari esok;

    karena itu sebagian dari kita dalam kaitan ini berusaha untuk

    menabung atau berasuransi(Sula, 2004:86). Kegiatan menabung dan

    berasuransi merupakan kegiatan perencanaan dan kecermatan yang

    dilakukan manusia dalam mengantisipasi kejadian yang tidak terduga

    di masa depan. Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyr (59):18 sebagai

    berikut:

    ُُ َها الَِّذيَن َءاَمُنوا اتَّقُوا هللاَ َوْلَتنُظْر َنْفُس َياأَي

    َمْت لِغَ اَقدَّ ُُ ِبَما َتْعَملُونَ مَّ قُوا هللاَ إِنَّ هللاَ َخِبيُر ٍد َواتَّ

    Artinya :”hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada

    Allah dan hendaklah setiap diri menperhatikan apa yang telah

    dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada

    Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

    kerjakan.” (QS. Al-Hasyr:59:18)

    Selain itu, Allah swt. memerintahkan kepada umatnya untuk saling

    menolong dalam kebaikan dan takwa(Sula,2004:89). Salah satunya

    dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan asuransi atau

    pertanggungan. Penanggung yang memiliki kemampuan dan

    pengalaman dalam bidang manajemen risiko dapat menolong

  • 33

    tertanggung agar dapat mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi di

    masa depan. Firman Allah QS. Al-Maa‟idah (5):2, sebagai berikut:

    َها ا ْهَراْلَحَرامَ َياأَي لَِّذيَن َءاَمُنوا الَُتِحل وا َشَعاِئَر هللِا َوالَ الشَّ

    يَن اْلَبْيتَ َوالَ اْلَهْدَى َوالَ اْلَقالَِئَد َوآلََءآمِّ

    ِهْم َوِرْضَواًنا بِّ اْلَحَراَم َيْبَتُغوَن َفْضالً مِّن رَّ

    ُكْم َشَنَئانُ وُكمْ َوإَِذا َحلَْلُتْمَفاْصَطاُدوا َوالَ َيْجِرَمنَّ َقْوٍم أَن َصد

    َعِن اْلَمْسِجِد اْلَحَراِم أَن َتْعَتُدوا َوَتَعاَوُنوا َعلَى

    قُوا هللاَ إِنَّ ْقَوى َوالََتَعاَوُنوا َعلَى ْاإلِْثِم َواْلُعْدَواِن َواتَّ اْلِبرِّ َوالتَّ

    هللاَ َشِديُد اْلِعَقابِ

    Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

    melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan

    bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-

    ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)

    mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang

    mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila

    kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu.

    Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum

    karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,

    mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-

    menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

  • 34

    jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

    Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat

    berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maa‟idah(5):2)

    Adapun dasar hukum positif Indonesia mengenai Asuransi yang

    dapat dilihat dalam Undang-undang No. 40 tahun 2014 tentang

    perasuransian yang dikutip dari OJK

    (https://www.ojk.go.id/Files/201506/1UU402014Perasuransian_1433

    758676.pdf), Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu

    perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi

    penerimaan premi oleh perusahaan asuransisebagai imbalan untuk; a)

    memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis

    karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan

    keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang

    mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya

    suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b) memberikan pembayaran

    yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran

    yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang

    besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan

    dana.

    Sedangkan untuk dasar hukum positif Indonesia mengenai asuransi

    syariah dapat dilihat pada Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis

    Ulama Indonesia No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum

    asuransi syariah, asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan

  • 35

    tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi

    dalam bentuk aset dan/atau tabarru‟ yang memberikan pola

    pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang

    sesuai dengan syariah. Asuransi syariah bersifat saling melindungi dan

    tolong menolong yang dikenal dengan istilah ta‟awun, yaitu prinsip

    hidup saling melindungi dan saling menolong atas dasar ukhuwah

    islamiyah antara sesama anggota peserta asuransi syariah dalam

    menghadapi malapetaka (Rosidah, 2014:6).

    4. Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah

    Terdapat beberapa perbedaan antara asuransi konvensional

    dengan asuransi syariah(Mannan,2012:260-262), antara lain:

    Tabel 2.1

    Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah

    No. Prinsip

    Asuransi

    Konvensional

    Asuransi Syariah

    1. Konsep Perjanjian antara dua

    pihak atau lebih,

    dengan mana pihak

    penanggung

    mengikatkan diri

    kepada tertanggung,

    dengan menerima

    premi asuransi, untuk

    Sekumpulan orang

    yang saling

    membantu, saling

    menjamin, dan bekerja

    sama, dengan cara

    masing-masing

    mengeluarkan dana

    tabarru‟.

  • 36

    memberikan

    pergantian kepada

    tertanggung.

    2. Asal Usul Dari Masyarakat

    Babilonia 4000-3000

    SM yang dikenal

    dengan Perjanjian

    Hummurabi. Pada

    1668 M di Coffe

    House London

    berdirilah Lloyd of

    London sebagai cikal

    bakal asuransi

    konvensional.

    Dari Al Aqidah,

    kebiasaan suku Arab

    jauh sebelum Islam

    datang. Kemudian

    disahkan oleh

    Rasulullah menjadi

    hukum Islam, bahkan

    telah tertuang dalam

    konstitusi pertama di

    dunia (Konstitusi

    Madina) yang dibuat

    langsung Rasulullah.

    3. Sumber

    Hukum

    Bersumber dari pikiran

    manusia dan

    kebudayaan.

    Berdasarkan hukum

    positif, hukum alami,

    dan contoh

    sebelumnya.

    Bersumber dari wahyu

    Ilahi. Sumber hukum

    dalam syariah Islam

    adalah Al-Qur‟an,

    Sunnah atau kebiasaan

    Asul, Ijma‟, Fatwa

    Sahabat, Qiyas,

    Istihsan, „Urf „tradisi‟,

  • 37

    dan Mashalih

    Mursalah.

    4. “Maghrib”

    (maisir,

    gharar, dan

    riba)

    Tidak selaras dengan

    Syariah Islam karena

    adanya maysir,

    gharar, dan riba, hal

    yang diharamkan

    dalam muamalah

    Bersih dari adanya

    praktik gharar,

    maysir, dan riba.

    5. DPS

    (Dewan

    Pengawas

    Syariah)

    Tidak ada, sehingga

    dalam banyak

    praktiknya

    bertentangan dengan

    kaidah-kaidah syara‟

    Ada, yang berfungsi

    untuk mengawasi

    pelaksanaan

    operasional

    perusahaan agar

    terbebas dari praktik-

    praktik muamalah

    yang bertentangan

    dengan prinsip-prinsip

    syariah.

    6. Akad Akad jual beli (akad

    mu‟awadhah, idz‟aan,

    gharrar, dan mulzim)

    Akad tabarru‟ dan

    tijarah (mudharabah,

    wakalah, wadiah,

    syirkah, dan

    sebagainya).

  • 38

    7. Jaminan/

    Risk

    (Resiko)

    Transfer of Risk, di

    mana terjadi transfer

    resiko dari tertanggung

    kepada penanggung.

    Sharing of Risk, di

    man aterjadi proses

    saling menanggung

    antara satu peserta

    dengan peserta lainnya

    (ta‟awun).

    8. Pengelolaan

    Dana

    Tidak ada pemisahan

    dana, yang berakibat

    pada terjadinya dana

    hangus (untuk produk

    saving life)

    Pada produk saving

    (life) terjadi

    pemisahan dana, yaitu

    dana tabarru‟ „derma‟

    dan dana peserta,

    sehingga tidak

    mengenal istilah dana

    hangus. Adapun term

    insurance (life) dan

    general insurance

    semuanya bersifat

    tabarru‟.

    9. Investasi Bebas melakukan

    investasi dalam batas-

    batas ketentuan

    perundang-undangan,

    dan tidak terbatasi

    Dapat melakukan

    investasi sesuai

    ketentuan perundang-

    undangan, sepanjang

    tidak bertentangan

  • 39

    pada halal dan

    haramnya objek atau

    sistem investasi yang

    digunakan.

    dengan prinsip-prinsip

    syariah Islam. Bebas

    dari riba dan tempat-

    tempat investasi

    terlarang.

    10. Kepemilikan

    Dana

    Dana yang terkumpul

    dari premi peserta

    seluruhnya menjadi

    milik perusahaan.

    perusahaan bebas

    menggunakan dan

    menginvestasikan ke

    mana saja.

    Dana yang terkumpul

    dari peserta dalam

    bentuk iuran atau

    kontribusi, merupakan

    milik peserta (shahibul

    maal), asuransi

    syariah hanya sebagai

    pemegang amanah

    (mudharib) dalam

    mengelola dana

    tersebut.

    11. Unsur Premi Unsur premi terdiri

    dari tabel mortalita

    (mortality tables),

    bunga (interest),

    biaya-biaya asuransi

    (cost of insurance).

    Iuran kontribusi terdiri

    dari tabarru‟ dan

    tabungan (yang

    tidakmengandung

    unsur riba), tabarru‟

    juga dihitung dari

    tabel mortalita, tetapi

  • 40

    tanpa perhitungan

    bunga teknik.

    12. Loading Loading pada asuransi

    konvensional cukup

    besar terutama

    diperuntukkan untuk

    komisi agen, bisa

    menyerap premi tahun

    pertama dan kedua.

    Karena itu, nilai tunaii

    pada tahun pertama

    dan kedua biasanya

    belum ada (masih

    hangus).

    Pada sebagian asuransi

    syariah, loading

    (komisi agen) tidak

    dibebankan pada

    peserta tetapi dari

    pemegang saham.

    Namun, sebagian yang

    lainnya mengambilkan

    dari sekitar 20-30

    persen saja dari premi

    tahun pertama.

    Dengan demikian,

    nilai tunai tahun

    pertama sudah

    terbentuk.

    13. Sumber

    Pembayaran

    Klaim

    Sumber biaya klaim

    adalah dari rekening

    perusahaan, sebagai

    konsekuensi

    penanggung terhadap

    tertanggung. Murni

    Sumber pembayaran

    klaim diperoleh dari

    rekening tabarru‟,

    yaitu peserta saling

    menanggung. Jika

    salah satu peserta

  • 41

    bisnis dan tidak ada

    nuansa spiritual.

    mendapat musibah,

    maka peserta lainnya

    ikut menanggung

    bersama risiko.

    14. Sistem

    Akuntansi

    Menurut konsep

    akuntansi,

    accrualbasis, yaitu

    proses akuntansi yang,

    mengakui terjadinya

    peristiwa atau keadaan

    nonkas. Dan,

    mengakui pendapatan,

    peningkatan asset,

    expenses, liabilities

    dalam jumlah tertantu

    yang baru akan

    diterima dalam waktu

    yang akan datang.

    Menganut konsep

    akuntansi cashbasis,

    mengakui apa yang

    benar-benar telah ada,

    sedangkan

    accrualbasis dianggap

    bertentangan dengan

    syariah karena

    mengakui adanya

    pendapatan, harta,

    beban, atau utang yang

    akan terjadi di masa

    yang akan datang.

    Sementara apakah itu

    benar-benar dapat

    terjadi hanya Allah

    yang tahu.

    15. Keuntungan

    (Profit)

    Keuntungan yang

    diperoleh dari

    Profit yang diperoleh

    dari

  • 42

    surplusunderwriting,

    komisi reasuransi, dan

    hasil investasi

    seluruhnya adalah

    keuntungan

    perusahaan.

    surplusunderwriting,

    komisi reasuransi, dan

    hasil investasi, bukan

    seluruhnya menjadi

    milik perusahaan,

    tetapi dilakukan bagi

    hasil (mudharabah)

    dengan peserta.

    16. Misi dan

    Visi

    Secara garis besar mis

    utama dari asuransi

    konvesional adalah

    misi ekonomi dan misi

    sosial.

    Misi yang diemban

    asuransi syariah

    adalah misi akidah,

    misi ibadah (ta‟awun),

    misi ekonomi

    (iqtishodl), dan misi

    pemberdayaan umat

    (sosial).

    B. Laba

    Laba adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan

    manajemen. Maksimalisasi laba merupakan maksimalisasi penghasilan

    perusahaan setelah pajak(Moeljadi, 2006:52). Maksimalisasi laba sering

    dianggap sebagai tujan perusahaa . Keuntungan bagi perusahaan pada

    hakikatnya adalah cerminan dari keberhasilan tujuan perusahaan itu

  • 43

    sendiri, yaitu profitoriented. Perencanaan keuntungan merupakan suatu

    proses perencanaan keuangan yang sangat penting bagi perusahaan.

    Dengan perencanaan ini manajer keuangan dapat menentukan aktivitas

    perusahaan untuk mencapai target yang ditentukan.

    Menurut Sula (2004:319), profit (laba) pada asuransi syariah untuk

    asuransi kerugian, yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi

    reasuransi, dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan

    sebagaimana mekanisme yang ada di asuransi konvensional. Tetapi

    diakukan bagi hasil (al-mudharabah) antara perusahaan dengan peserta

    sebagaimana yang telah diperjanjikan atau menjadi akad di awal ketika

    baru masuk asuransi syariah. Sedangkan pada asuransi jiwa, yang

    karakteristik bisnisnya sangat tergantung pada hasil investasi, profit yang

    diperoleh dari hasil investasi, yang dilakukan melalui instrumen investasi

    yang dibenarkan secara syar‟i dilakukan juga bagi hasil (al-mudharabah)

    sebagaimana asuransi kerugian di atas, sesuai skim bagi hasil yang

    diperjanjikan.

    C. Pengertian Klaim, Hasil Investasi dan Risk Based Capital (RBC)

    1. Klaim

    Klaim adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh

    pertanggungan atas kerugiannya yang tersedia berdasarkan perjanjian.

    Sedangkan klaim adalah proses yang mana peserta dapat

    memperoleh hak- hak berdasarkan perjanjian pertanggungan untuk

    mendapatkan manfaat atas suatu kerugian. Semua usaha yang

  • 44

    diberikan untuk menjamin hak-hak tersebut dihormati sepenuhnya

    sebagaimana seharusnya. Oleh karena itu, penting bagi pengelola

    asuransi syariah untuk mengatasi klaim secara efisien (Sula,

    2004:259-260).

    Klaim asuransi adalah sebuah permintaan resmi kepada perusahaan

    asuransi, untuk meminta pembayaran berdasarkan ketentuan

    perjanjian. Klaim asuransi yang diajukan akan ditinjau oleh

    perusahaan untuk validitasnya dan kemudian dibayarkan kepada pihak

    tertanggung setelah disetujui .

    Klaim (claims) adalah proses dimana peserta dapat memperoleh

    hak- hak berdasarkan perjanjian tersebut. Secara umum kerugian

    digolongkan menjadi 3(Sula,2004:260), antara lain:

    a. Kerugian keseluruhan (total loss)

    b. Kerugian sebagian (partial loss)

    c. Kerugian pihak ketiga

    2. Hasil Investasi

    Menurut Eduardus Tandelilin (2001: 3), investasi adalah komitmen

    atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat

    ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

    Menurut Jogiyanto (2010:5), dikatakan bahwa, investasi adalah

    penundaan konsumsi sekarang untuk dapat digunakan dalam produksi

    yang efisien selama periode waktu yang tertentu.

  • 45

    Investasi keuangan adalah menanamkan dana pada suatu surat

    berharga yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa

    mendatang. Investasi keuangan syariah dapat berkaitan dengan

    kegiatan perdagangan atau kegiatan usaha, di mana kegiatan usaha

    dapat berbentuk usaha yang berkaitan dengan suatu produk atau aset

    maupun usaha jasa. Namun, investasi keuangan menurut syariah harus

    terkait secara langsung dengan suatu asset atau kegiatan usaha yang

    spesifik dan menghasilkan manfaat, karena hanya atas manfaat

    tersebut dapat dilakukan bagi hasil (Sula, 2004: 359).

    Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

    investasi adalah keuntungan yang diperoleh sehubungan dengan

    kegiatan investasi yang dilakukan dengan menanamkan atau

    menempatkan aset baik berupa dana maupun harta. Keuntungan

    tersebut dibagi pada pemilik dana dan pengelola dana sesuai nisbah

    atau bagi hasil yang telah disepakati bersama. Pada asuransi syariah,

    hasil investasi dibagikan kepada peserta asuransi sebagai pemilik dana

    dan perusahaan asuransi sebagai pengelola dana.

    3. Risk Based Capital (RBC)

    Risk Based Cpital (RBC) merupakan rasio kecukupan modal

    terhadap risiko yang ditanggung dan menjadi salah satu indikator

    utama dalam menilai kesehatan perusahaan asuransi, khususnya yang

    terkait dengan solvabilitas atau kemampuan perusahaan memenuhi

    semua kewajibannya (Rahayu dan Mubarok,

  • 46

    2017:190).RiskBasedCapital(RBC) atau disebut juga Tingkat

    Solvabilitas yaitu selisih antara kekayaan yang diperkenankan

    (admitttedassets) dengan jumlah kewajiban dan modal disetor

    perusahaan yang bersangkutan.

    Selanjutnya, menurut Amrin (2009), maksud dari rasio ini untuk

    mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jika

    perusahaan akan dilikuidasi atau dibubarkan. Kewajiban itu berupa

    kewajiban jangka pendek ataupun kewajiban jangka panjang.

    Perusahaan dikatakan solvabel jika perusahaan mempunyai aktiva

    atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utang-utang.

    Tetapi jika jumlah aktiva tidak mencukupi untuk membayar utang

    atau nilainya lebih kecil dari semua utang yang harus dibayar, berarti

    perusahaan dalam kondisi yang insolvabel. Perusahaan akan

    mengalami krisis atau kesulitan keuangan jika perusahaan dalam

    posisi insolvabel dan inlikuid.

    Dalam pemenuhan ketentuan tingkat solvabilitas atau

    solvencymargin ini, menurut Keputusan Menteri Keuangan No.

    224/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993, dapat dibedakan

    sebagai berikut (Hasan, 2014):

    a. Perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan reasuransi minimal

    10% dari premi bruto.

    b. Perusahaan asuransi jiwa minimal 1% dari cadangan premi untuk

    bidang usaha asuransi jiwa, ditambah dengan 10% dari premi

  • 47

    netto untuk bidang usaha asuransi kesehatan dan asuransi

    kecelakaan.

    Selain itu, dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan

    No.424/KMK.06/2003 tentang perhitungan tingkat solvabilitas dengan

    metode Risk Based Capital (RBC) yang dikutip dalam Rahayu dan

    Mubarok (2017:190-191), dijelaskan bahwa penyesuaian pemenuhan

    kebutuhan RBC dilakukan dengan target angka dan toleransi waktu

    yang sangat longgar dan protektif. Yakni, ketentuan minimum tingkat

    solvabilitas sebesar 120 persen dari Batas Tingkat Solvabilitas

    Minimum *BTSM), yang telah ditetapkan BAPEPAM sampai dengan

    tahun 2007, namun pada perusahaan yang memiliki tingkat

    solvabilitas sekurang-kurangnya 100% dari BTSM. BAPEPAM tidak

    langsung mengenakan sanksi administratif tetapi diberi kesempatan

    untuk memperbaiki kondisi keuangan sesuai dengan jangka waktu

    yang dimuat dalam rencana penyehatan.

    D. Hubungan Antar Variabel

    a. Klaim terhadap Laba

    Beban memiliki pengaruh pada kenaikan kewajiban atau

    penurunan aset. Menurut Nafarin (2009), yang dikutip dalam

    Jiwanata, dkk (2018:3), menyatakan bahwa beban merupakan

    pengurangan pendapatan untuk memperoleh laba, jika beban klaim

    rendah maka laba yang diperoleh akan tinggi dan jika beban tinggi

    maka laba yang akan diperoleh rendah. Berdasarkan pernyataan

  • 48

    tersebut, dapat dikatakan bahwa klaim memiliki pengaruh negatif

    terhadap laba asuransi. Hal ini didukung oleh penelitian Putri Imanda

    tahun 2017 yang memiliki hasil yang sama dengan konsep tersebut,

    yakni beban klaim memiliki pengaruh yang negarif dan signifikan

    terhadap profitabilitas. Didukung pula oleh penelitian Abdul Ghofar

    tahun 2012, menyatakan klaim berpengaruh secara langsung terhadap

    profitabilitas perusahaan asuransi syariah. Dapat disimpulkan bahwa

    adanya hubungan terbalik antara beban dan laba asuransi syariah.

    b. Hasil Investasi terhadap Laba

    Hasil Investasi Asuransi Syariah memiliki pengaruh terhadap

    Laba. Penelitian ini didukung oleh Putri Imanda tahun 2017

    bahwaInvestasi mempunyai pengaruh yang positif dan

    signifikanpadaPertumbuhan Aset Perusahaan Asurani Kerugian

    Syariah Di Indonesia. Kemudian penelitian Husnul Khotimah, tahun

    2014 terhadap Laba Perusahaan Asuransi Kerugian Sinarmas Cabang

    Syariah. Hasil penelitianmenyatakan Investasi memiliki

    pengaruhsignifikan terhadap laba padaperusahaan tersebut. Dan Reno

    Muhammad Iqbal tahun 2015 Pengaruh Pendapatan Premi dan

    Pendapatan Hasil Investasi Terhadap Laba pada Perusahaan Asuransi

    Jiwa Syariah Di Indonesia. Hasil Investasimempunyai pengaruh pada

    perusahaan yang diteliti.

  • 49

    c. Risk Based Capital (RBC) terhadap Laba

    Setiap perusahaan asuransi ingin mencapai target yang telah

    ditentukan, yaitu mencapai Risk Based Capital yang disyaratkan oleh

    pemerintah dan juga mencapai tingkat profitabilitas yang tinggi untuk

    memenuhi kepentingan perusahaan dan para investor.Seperti yang

    dijelaskan pada latar belakang, bahwa perusahaan asuransi akan

    cenderung menghindari penyerapan risiko yang terlalu tinggi. Selain

    itu pertanggungan yang diberikan perusahaan asuransi dibatasi oleh

    besarnya modal yang dimiliki perusahaan. dari pernyataan tersebut

    dapat dikatakan bahwa perusahaan asuransi mempunyai pengaruh

    antara Risk Based Capital dengan profitabilitas perusahaan.(Rahayu

    dan Mubarok, 2017:194).

    Hasil penelitian dari Muhammad Sabirtahun 2012, Nurhidayati

    tahun 2013 dan Clorinda Karunia tahun 2013 yang

    menunjukkanbahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak

    berpengaruh signifikan terhadapReturn On Asset (ROA). Imlikasinya,

    besar kecil kecukupan modal bank(CAR) belum tentu menyebabkan

    besar kecilnya keuntungan bank. Bank yangmemiliki modal besar

    namun tidak dapat menggunakan modalnya itu secaraefektif untuk

    menghasilkan laba, maka modal yang besar pun tidakberpengaruh

    secara signifikan terhadap kinerja keuangan bank.Hal ini selaras

    dengan penelitian yang dilakukan oleh Suci Fitrianitahun 2015 dengan

    penelitiannya yang berjudul "Pengaruh Risk BasedCapitalterhadap

  • 50

    Profitabilitas pada Asuransi Syariah AXA MandiriPeriode 2011-

    2013", dari penilitiannya menyatakan bahwa variabel Risk Based

    Capitaltidak mempunyai pengaruh secara signifikan

    terahadapProfitabilitas.Imlikasinya, kekurangan dalam pemenuhan

    kewajiban akan mengerus modalperusahaan asuransi yang telah

    disediakan. Namun, jika solvabilitas berlebihmaka akan menyebabkan

    dana menganggur sehingga tidak produktif dan jugaakan membuang

    kesempatan memperoleh laba (Profitabilitas).(Rahayu dan Mubarok,

    2017:206).

    E. Penelitian Terdahulu

    Penelitian-penelitian yang memiliki hubungan dengan permasalah

    pada penelitian ini antara lain:

    Tabel 2.2

    Daftar Penelitian Terdahulu

    N

    o

    Penelitian

    Terdahulu Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian

    1.

    “Pengaruh Risk

    Based Capital

    terhadap

    Profitabilitas

    Perusahaan

    Asuransi

    Syariah (Studi

    pada

    Perusahaan

    Asuransi yang

    terdaftar di

    AASI) tahun

    2012-2015”

    (Dede Rahayu

    dan Nurul

    Mubarok:

    Risk Based

    Capital

    Laba

    Hasil Investasi

    Klaim

    Risk Based Capital yang

    diukur oleh ROA,

    tidak berpengaruh

    signifikan

    terhadap

    profitabilitas

    Risk Based Capital yang

    diukur oleh ROE,

    berpengaruh

    signifikan

    terhadap

    profitabilitas

  • 51

    Jurnal I-

    Economic Vol.

    3 No.2,

    Desember

    2017)

    2.

    “Pengaruh

    Premi, Klaim,

    Hasil Investasi

    dan

    Underwriting

    terhadap Laba

    Perusahaan

    Asuransi

    Syariah pada

    PT Asuransi

    Kerugian

    Sinarmas

    Cabang Syariah

    periode 2008-

    2012”, (Husnul

    Khotimah:Skrip

    si UIN Jakarta,

    2014)

    Premi

    Klaim

    Hasil Investasi

    Laba

    Underwrit-ing

    RBC

    Secara parsial hanya premi

    dan hasil

    investasi yang

    memiliki

    pengaruh

    terhadap laba.

    Sedangkan

    Klaim dan

    underwriting

    tidak.

    Secara simultan, variabel premi,

    Klaim, Hasil

    Investasi dan

    Underwriting

    memiliki

    pengaruh yang

    signifikan

    terhadap Laba

    3.

    “Pengaruh

    Hasil Investasi,

    Underwriting

    dan rasio

    Solvabilitas

    terhadap Laba

    Perusahaan

    Asuransi Jiwa

    Syariah di

    Indonesia

    Periode 2011-

    2015” (Jamilah

    Nurinda Sari:

    Skripsi UIN

    Jakarta,2017)

    Hasil Investasi

    RBC

    Laba

    Underwrit-ing

    Klaim

    Premi

    Secara parsial, Hasil Investasi

    dan

    Underwriting

    memiliki

    pengaruh yang

    signifikan

    terhadap laba,

    sementara rasio

    solvabilitas

    tidak.

    Secara Simultan, hasil

    Investasi,Under

    writing dan

    Rasio

    Solvabilitas

    berpengaruh

    signifikan

    terhadap Laba

  • 52

    F. Kerangka Pemikiran

    Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibangun oleh pemikiran

    bahwa perlunya dilakukan penelitian pada perusahaan asuransi di

    Indonesia pada tahun 2016, sesuai dengan latar belakang penelitian ini,

    bahwa potensi asuransi syariah di Indonesia sedang berkembang pesat,

    khususnya pada tahun 2016. Kemudian, variabel-variabel bebas yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah Klaim, Hasil Investasi dan Risk

    Based Capital (RBC), yang kemudian dianalisis hubungannya terhadap

    Laba. Adapun teknik analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi

    linier berganda, yang mana telah lolos uji asumsi klasik sehingga

    menghasilkan sebuah hasil analisis yang jelas. Kemudian dibuat

    kesimpulan pada akhir penelitian ini untuk menggambarkan hasil dari

    penelitian inliah ini secara lebih komperhensif.

  • 53

    Gambar 2.1

    Kerangka Pemikiran

    G. Hipotesis

    Sebuah hipotesis adalah perumusan jawaban sementara terhadap suatu

    persoalan yang dimaksud sebagai tuntutan sementara dalam penelitian

    untuk mencari jawaban yang sebenarnya (Surakhmad,1985). Hipotesis

    dalam penelitian ini sebagai berikut:

    1. Secara Parsial

    a. Hipotesis variabel X1 terhadap variabel Y secara parsial

    H0: Klaim tidak berpengaruh terhadap Laba Perusahaan Asuransi

    di Indonesia tahun 2016 secara parsial

  • 54

    H1: Klaim berpengaruh terhadap Laba Perusahaan Asuransi di

    Indonesia tahun 2016 secara parsial

    b. Hipotesis variabel X2 terhadap variabel Y secara parsial

    H0: Hasil Investasi tidak berpengaruh terhadap Laba Perusahaan

    Asuransi di Indonesia tahun 2016 secara parsial

    H1: Hasil Investasi berpengaruh terhadap Laba Perusahaan

    Asuransi di Indonesia tahun 2016 secara parsial

    c. Hipotesis variabel X3 terhdap variabel Y secara parsial

    H0: Risk Based Capital (RBC) tidak berpengaruh terhadap Laba

    Perusahaan Asuransi di Indonesia tahun 2016 secara parsial

    H1: Risk Based Capital (RBC) berpengaruh terhadap Laba

    Perusahaan Asuransi di Indonesia tahun 2016 secara parsial

    2. Hipotesis variabel X1,X2 dan X3 terhadap variabel Y secara simultan

    H0: Klaim, Hasil Investasi dan Risk Based Capital (RBC) tidak

    berpengaruh terhadap Laba Perusahaan Asuransi di Indonesia

    tahun 2016 secara parsial

    H1: Klaim, Hasil Investasi dan Risk Based Capital (RBC)

    berpengaruh terhadap Laba Perusahaan Asuransi di Indonesia

    tahun 2016 secara parsial

  • 55

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini menganalisis Klaim, Hasil Investasi dan Risk Based

    Capital (RBC) terhadap Laba Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia

    tahun 2016. Adapun penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat

    kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan angka mulai dari

    pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan hasilnya

    (Surhasini,2006). Penelitian ini menggunakan data sekunder, yang mana

    data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkanoleh orang

    yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yangtelah ada (Hasan,

    2002: 58).Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

    data laporan keuangan tahunan perusahaan asuransi syariah di Indonesia

    yang dipublikasikan di website masing-masing perusahaan asuransi

    syariah di Indonesia. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data

    tahunan setiap perusahaan asuransi syariah yang berfokus pada tahun

    2016. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross section

    pada tahun 2016

    B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel

    Populasi menunjukkan keadaan dan jumlah objek penelitian secara

    keseluruhan yang memiliki karakteristik tertentu (Teguh, 2005).Populasi

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan Asuransi Syariah

    di Indonesia tahun 2016 yang terdaftar di OJK. Data jumlah perusahaan

  • 56

    asuransi syariah di Indonesia yang terpublikasi di OJK per 31 Desember

    2015, bahwa terdapat 55 perusahaan asuransi syariah di Indonesia, terdiri

    dari dua puluh lima perusahaan asuransi umum unit syariah, tiga

    perusahaan asuransi umum full syariah, sembilan belas perusahaan

    asuransi jiwa unit syariah, lima perusahaan asuransi jiwa full syariah dan

    tiga perusahaan reasuransi unit syariah.

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling. Sampling

    merupakan teknik untuk mengambil sampel data dari populasi. Sampel

    adalah sebagian dari populasi yang akan diambil untuk diteliti dan hasil

    penelitiannya digunakan sebagai representasi dari populasi secara

    keseluruhan(Suryani dan Hendryadi, 2015). Teknik pengambilan sampel

    yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

    formula slovin. Yang mana ukuran atau jumlah sampel harus sesuai atau

    melampaui ukuran minimal yang dihitung dengan formula tersebut.

    Formula slovin antara lain (Suryani dan Hendryadi, 2015):

    n=

    Keterangan:

    N=Populasi

    n= Sampel

    D= nilai presisi 95% atau sig.= 0,05

    Jumlah populasi sebesar 55 perusahaan, dan tingkat kesalahan yang

    dikehendaki 5%, maka ukuran sampel yang digunakan adalah:

  • 57

    n =

    n = 48

    Dari jumlah populasi perusahaan asuransi syariah di Indonesia yang

    terdaftar di OJK tahun 2016 yang sebesar 55 perusahaan, setelah dihitung

    menggunakan formula slovin, maka jumlah sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini harus sesuai atau melampaui ukuran minimal yang

    didapatkan yakni sebanyak 48 perusahaan.