IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015...

18
Artikel IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU IPB Diajukan untuk memenuhi tugas individu Mata Kuliah Sistem Penjaminan Mutu diampu oleh Dr. Adil Basuki Ahza Disusun oleh: Mhd Hendra Wibowo (P056163373.22EK) MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI SEKOLAH BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Transcript of IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015...

Page 1: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

Artikel

IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO

9001:2015 UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN

MUTU IPB

Diajukan untuk memenuhi tugas individu

Mata Kuliah Sistem Penjaminan Mutu

diampu oleh

Dr. Adil Basuki Ahza

Disusun oleh:

Mhd Hendra Wibowo (P056163373.22EK)

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI

SEKOLAH BISNIS

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

1

IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015

UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU IPB

A. Pendahuluan

Pendidikan tinggi memainkan peran yang dinamis dan positif dalam masyarakat,

budaya dan ekonomi suatu negara. Tantangan yang dihadapi pendidikan tinggi Indonesia

saat ini antara lain adalah pergeseran tuntutan masyarakat akan kualitas lulusan perguruan

tinggi (PT) terkait dengan sikap, pengetahuan dan keterampilan; semakin ketatnya

kompetisi lulusan PT dalam memasuki dunia kerja; semakin ketatnya kompetisi PT dalam

memperoleh calon mahasiswa, termasuk dengan PT asing; dan perkembangan teknologi

informasi yang memungkinkan pembelajaran jarak jauh dan universitas virtual (distance

learning & virtual university). Di era liberalisasi dan globalisasi dimana PT saat ini diberi

kebebasan dengan status otonominya harus diimbangi dengan peningkatan tanggung

jawab dan akuntabilitas yang memadai. Tantangan-tantangan tersebut menuntut PT untuk

menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan.

Ada banyak pengertian mutu yang telah dikembangkan oleh para ahli manajemen

organisasi. Juran (1999) mengungkapkan dua pengertian mutu, yaitu (1) mutu berarti

fitur-fitur produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan dengan demikian

memberikan kepuasan pelanggan, dan (2) mutu berarti bebas dari kekurangan -

kebebasan dari kesalahan agar tidak mengulang pekerjaan, ketidakpuasan pelanggan,

klaim pelanggan, dan sebagainya. Campell dan Rozsnayi (2002) mengelompokkan

konsep mutu menjadi beberapa kategori, diantaranya adalah quality as excellence (selalu

berusaha untuk menjadi yang terbaik), quality as “zero errors” (tidak melakukan

kesalahan), quality as “fitness for purpose” (kesesuaian tujuan), quality as

transformation (fokus pada peserta didik), quality as threshold (sesuai kriteria tertentu),

dan quality as enhancement or improvement (peningkatan kualitas secara keberlanjutan).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun

2014 menjelaskan bahwa mutu pendidikan tinggi adalah tingkat kesesuaian antara

penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan Standar Pendidikan Tinggi yang terdiri atas

Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Standar Pendidikan Tinggi yang Ditetapkan oleh

Perguruan Tinggi.

Untuk menjawab tantangan-tantangan di atas dan membentuk budaya mutu maka

perlu dikembangkan sistem perbaikan mutu berkelanjutan melalui suatu Sistem

Manajemen Mutu. Sistem manajemen mutu (SMM) adalah sistem formal yang

mendokumentasikan proses, prosedur, dan tanggung jawab untuk mencapai kebijakan

dan sasaran mutu. SMM membantu mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan

organisasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan meningkatkan efektivitas dan

efisiensi secara terus menerus (http://asq.org/learn-about-quality/quality-management-

system/, diakses 25 Agustus 2016). Salah satu standar internasional yang menetapkan dan

menerapkan SMM adalah International Organization for Standardization (ISO),

khususnya ISO 9001, yang secara luas telah digunakan oleh banyak organisasi di dunia.

Page 3: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

2

Berdasarkan sejarahnya, ISO 9001 diperkenalkan pada tahun 1987 (ISO 9001:1987

untuk penjaminan mutu (quality assurance / QA) dalam desain, pengembangan, produksi,

instalasi dan pelayanan bagi organisasi yang memiliki aktivitas menciptakan produk baru.

Pada tahun 2000 keluar ISO 9001:2000 yang memadukan tiga standar penjaminan mutu

(ISO 9001, 9002, dan 9003) menjadi hanya satu standar yaitu 9001. ISO 9001:2000

membuat perubahan mendasar dalam SMM dengan menempatkan manajemen proses

sebagai landasan pengukuran, pengamatan dan peningkatan tugas dan aktivitas

organisasi, serta menuntut keterlibatan manajemen puncak dalam mengintegrasikan

manajemen mutu dengan sistem bisnis secara keseluruhan, dengan tujuan untuk

memenuhi kepuasan pelanggan dan peningkatan berkesinambungan. Versi selanjutnya

adalah ISO 9001:2008 yang menekankan bahwa ISO 9001 mensyaratkan “Documented

quality management system”, and not a “system of documents”

(https://kasmancepu.wordpress.com/sejarah-iso-9001/, diakses 20 Agustus 2016). Versi

terakhir yang keluar pada tahun 2015 adalah ISO 9001:2015 yang didasarkan pada

sejumlah prinsip manajemen mutu termasuk fokus yang kuat pada pelanggan, motivasi

dan implikasi dari manajemen puncak, pendekatan proses dan perbaikan terus-menerus.

ISO 9001:2015 membantu memastikan bahwa pelanggan mendapatkan produk-produk

dan layanan berkualitas baik (http://www.iso.org/iso/home/standards/management-

standards/iso_9000.htm, diakses 20 Agustus 2016).

Salah satu perubahan penting pada revisi ISO 9001:2015 adalah membangun

pendekatan sistematis untuk risiko daripada memperlakukannya sebagai komponen

tunggal dari SMM. Risk-based thinking (berpikir berbasis risiko) sebenarnya telah

dilakukan secara otomatis dan tanpa sadar untuk mendapatkan hasil terbaik. Konsep

risiko selalu tersirat dalam ISO 9001, revisi tahun 2015 membuatnya lebih eksplisit dan

membangun ke dalam sistem manajemen secara keseluruhan

(www.bsigroup.com/IS09001Revision, diakses 20 Agustus 2016). Artikel ini akan

mengkaji dan menguraikan tentang risk-based thinking (RBT) dalam ISO 9001:2015 dan

contoh implementasinya untuk pengembangan sistem manajemen mutu di IPB. Lingkup

kajian implementasi RBT dalam pengembangan sistem manajemen mutu di IPB

dilakukan berdasarkan kriteria-kritera dalam akreditasi institusi perguruan tinggi.

B. Risk-Based Thinking (RBT) dalam ISO 9001:2015

Salah satu perubahan penting dalam ISO 9001:2015 adalah membangun

pendekatan sistematis dengan mempertimbangkan risiko yang melekat dalam semua

aspek sistem manajemen mutu. Pada ISO 9001:2008, klausul pada tindakan preventif

dipisahkan dari sistem secara keseluruhan, sedangkan pada ISO 9001:2015, risiko

menjadi bagian yang terintegrasi dengan sistem secara keseluruhan. Dengan demikian,

sistem menjadi proaktif daripada reaktif dalam mencegah atau mengurangi efek yang

tidak diinginkan melalui identifikasi awal dan tindakan.

Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari awal terhadap seluruh

sistem, membuat tindakan preventif yang melekat untuk perencanaan, pengoperasian,

analisis dan evaluasi kegiatan. RBT merupakan bagian dari pendekatan proses dimana

Page 4: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

3

tidak semua proses dari sistem manajemen mutu mewakili tingkat risiko yang sama,

disesuaikan dengan kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya.

ISO 9001:2015 sering memadukan istilah risiko dan peluang. Peluang atau

kesempatan adalah seperangkat keadaan yang memungkinkan untuk melakukan sesuatu

dimana dalam menentukan untuk mengambil atau tidak mengambil kesempatan

dilakukan berdasarkan tingkat risiko yang berbeda. RBT akan menganalisis situasi saat

ini dan kemungkinan peluang untuk perbaikan.

Risiko dalam ISO 9001:2015 dibahas sebagai bagian terpadu (terintegrasi) dari

pendekatan proses. Bagian-bagian dalam ISO 9001:2015 yang membahas RBT adalah

(ISOc, 2015):

Pendahuluan – menjelaskan konsep RBT

Klausul 4 – mensyaratkan organisasi untuk membahas risiko dan peluang terkait

proses SMM

Klausul 5 – mensyaratkan manajemen puncak untuk meningkatkan kesadaran RBT

serta menentukan risiko dan peluang yang dapat mempengaruhi produk/layanan yang

sesuai

Klausul 6 – mensyaratkan organisasi untuk mengidentifikasi risiko dan peluang yang

terkait dengan kinerja SMM dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya

Klausul 7 – mensyaratkan organisasi untuk menentukan dan menyediakan sumber

daya yang diperlukan (risiko tersirat setiap kali "tepat" atau "sesuai" disebutkan)

Klausul 8 – mensyaratkan organisasi untuk mengelola proses operasional (risiko

tersirat setiap kali "tepat" atau "sesuai" disebutkan)

Klausul 9 – mensyaratkan organisasi untuk memantau, mengukur, menganalisis dan

mengevaluasi efektivitas tindakan yang diambil untuk mengatasi risiko dan peluang

Klausul 10 – mensyaratkan organisasi untuk memperbaiki, mencegah atau

mengurangi efek (dampak) yang tidak diinginkan dan meningkatkan SMM serta

memperbarui risiko dan peluang.

Dengan mempertimbangkan risiko di seluruh sistem dan semua proses yang

memungkinkan untuk mencapai tujuan dan hasil yang lebih konsisten, maka pelanggan

dapat yakin bahwa mereka akan menerima produk atau layanan yang diharapkan.

Penerapan RBT dalam SMM suatu organisasi akan memberikan manfaat, yaitu:

meningkatkan tata kelola organisasi

membangun basis pengetahuan yang kuat

membangun budaya proaktif untuk selalu melakukan perbaikan

mengikuti hukum dan peraturan yang berlaku

menjamin konsistensi kualitas produk dan layanan

meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan.

Page 5: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

4

C. Prinsip dalam ISO 9001:2015, Sistem Akreditasi Nasional dan Sistem

Manajemen Mutu Pendidikan Tinggi

Standar ISO selalu ditinjau setiap lima tahun dan direvisi jika diperlukan. Hal ini

akan membantu memastikan standar ISO sebagai alat tetap berguna bagi pelanggan

(pasar). Tantangan yang dihadapi oleh bisnis dan organisasi saat ini sangat berbeda dari

beberapa dekade yang lalu, misalnya globalisasi telah mengubah cara berbisnis dan

organisasi, operasi rantai pasokan lebih kompleks daripada yang dilakukan di masa lalu.

Selain itu, terdapat peningkatan harapan dari pelanggan dan pihak berkepentingan lainnya

agar lebih banyak akses ke informasi, masyarakat saat ini memiliki suara yang lebih kuat

daripada sebelumnya. Oleh karena itu, ISO 9001 harus mencerminkan perubahan ini agar

tetap relevan.

Perubahan yang paling terlihat dalam ISO 9001:2015 adalah struktur baru yang

sekarang mengikuti struktur yang sama secara keseluruhan dengan standar sistem

manajemen ISO lainnya, sehingga memudahkan bagi siapa saja yang menggunakan

beberapa sistem manajemen. Perubahan utama lainnya adalah fokus pada risk-based

thinking (RBT) yang sebenarnya telah menjadi bagian dari standar ISO sebelumnya,

hanya saja pada versi baru RBT diungkapkan lebih eksplisit dan masuk ke dalam sistem

manajemen secara keseluruhan (ISOa, 2015).

Revisi yang juga cukup signifikan dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2008

menjadi ISO 9001:2015 adalah perubahan prinsip manajemen mutu dari 8 menjadi 7

prinsip manajemen mutu (Tabel 1). Pada ISO 9001:2015, prinsip ke-4 dan ke-5

digabungkan menjadi satu prinsip yaitu “Process Approach”, sehingga hanya ada 7

prinsip manajemen mutu.

Tabel 1 Perbedaan prinsip manajemen mutu ISO 9001:2008 dengan ISO 9001:2015

ISO 9001:2008 ISO 9001:2015

1. Customer focus

2. Leadership

3. Involvement of people

4. Process approach

5. Systems approach to management

6. Continual improvement

7. Factual approach to decision making

8. Mutually beneficial supplier

relationship

1. Customer focus

2. Leadership

3. Engagement of people

4. Process approach

5. Improvement

6. Informed decision making

7. Relationship management

ISOb (2015) menjabarkan lebih rinci prinsip-prinsp manajemen mutu dalam ISO

9001:2015. Secara ringkas, penjabaran ke-7 prinsip manajemen mutu ISO 9001:2015

adalah sebagai berikut:

1. Costumer Focus: fokus utama dari manajemen mutu adalah untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan dan berusaha untuk melebihi harapan pelanggan.

Page 6: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

5

2. Leadership: pemimpin dari semua tingkatan menetapkan serta menyatukan tujuan,

arahan dan menciptakan kondisi dimana orang-orang terlibat dalam mencapai sasaran

organisasi.

3. Engagement of People: kompeten, mampu diberdayakan, dan keterlibatan orang-

orang di semua tingkatan adalah hal yang penting untuk menambah kapabilitas

organisasi dalam menciptakan dan memberikan nilai.

4. Process Approach: hasil yang dapat diprediksi dan konsisten akan tercapai lebih

efektif dan efisien jika aktifitas-aktifitas dapat dimengerti dan dikelola sebagai proses-

proses yang saling berkaitan serta berfungsi sebagai suatu sistem yang utuh.

5. Improvement: organisasi yang sukses selalu fokus terhadap perbaikan.

6. Evidence-Based Decision Making: pengambilan keputusan berdasarkan analisis dan

evaluasi data dan informasi memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mencapai

hasil yang diharapkan.

7. Relationship Management: untuk mempertahankan kesuksesan, organisasi harus

mengelola hubungannya dengan pihak-pihak yang berkepentingan diantaranya adalah

para pemasoknya.

Prinsip-prinsip dalam ISO 9001:2015 tersebut masih sejalan dengan 10 prinsip dan

empat asas dalam sistem akreditasi nasional pendidikan tinggi Indonesia. Adapun 10

prinsip sistem akreditasi nasional pendidikan tinggi Indonesia yaitu:

1. Independen: adalah prinsip yang harus ditegakkan dalam sistem manajemen dan

lembaga penjaminan mutu yang memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan

penilaian, terbebas dari konflik kepentingan maupun intervensi pihak ketiga

2. Akurat: sistem manajemen dan penjaminan mutu harus dibangun berdasarkan pada

data dan iformasi yang akurat, sahih dan andal.

3. Obyektif: sistem manajemen dan penjaminan mutu harus didasarkan atas bukti dan

informasi serta penilaian yang obyektif.

4. Transparan: sistem manajemen dan penjaminan mutu harus ditegakkan atas

persyaratan, proses dan hasilnya secara terbuka,

5. Akuntabel: sistem manajemen dan penjaminan mutu harus dibangun, diterapkan dan

dikembangkan sebagai akuntabilitas publik dengan penuh tanggungjawab

6. Imparsialitas: ketidakberpihakan adalah prinsip yang harus ditegakkan dalam sistem

manajemen dan lembaga penjaminan mutu dalam proses penilaian dan pengambilan

keputusan

7. Kredibel: kredibilitas adalah prinsip yang harus ditegakkan dalam sistem manajemen

dan lembaga penjaminan mutu dalam proses penilaian, pengambilan keputusan dan

akuntabilitas publik

8. Menyeluruh: akreditasi harus dilakukan secara komprehensif mencakup seluruh

sistem manajemen maupun penjaminan mutu pendidikan tinggi.

9. Efektif: akreditasi harus dilaksanakan dengan cerminan hasil dan daya guna dalam

membangun budaya mutu, menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi.

Page 7: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

6

10. Efisien: akreditasi harus dilaksanakan dengan menggunakan sumberdaya yang

berdaya guna dan berhasilguna.

Asas sistem akreditasi nasional pendidikan tinggi Indonesia adalah:

1. Jujur, Benar: kejujuran adalah landasan kebenaran, keadilan, keobyektifan,

impasialitas, transparansi dan integritas

2. Keamanahan: landasan membangun akuntabilitas dan pertanggungjawaban

(accountability dan responsibility) dan perilaku bertanggungjawab.

3. Keharmonisan: merupakan asas pengembangan sistem manajemen dan penjaminan

mutu yang esensial dalam menegakkan prinsip dan nilai-nilai “partisipasi total”,

perilaku akuntabel internal maupun eksternal yg harmonis, keterkaitan

(interconnection, interrelatedness), antar standar, individu, maupun perilaku

organisasional secara menyeluruh.

4. Kecerdasan: landasan keseluruhan yg utama munculnya kreatifitas dan inovasi dalam

membangun dan mengembangkan sistem manajemen & penjaminan mutu.

Kecerdasan adalah asas tumbuh kembangnya kreatifitas & kemampuan inovasi yang

kredibel, komprehensif, akurat, efektif dan efisien dalam menghasilkan peningkatan

mutu berkelanjutan.

Sistem manajemen mutu (SMM) pendidikan tinggi (Dikti) telah menerapkan 8

(delapan) prinsip manajemen mutu dalam sistem ISO 9001 versi lama. Pada

penerapannya di Dikti ditambahkan 4 (empat) prinsip untuk keberhasilan yang

berkelanjutan dalam pengelolaan Dikti. Peningkatan kinerja Dikti didasarkan pada

delapan prinsip manajemen mutu, yaitu:

1. Pendekatan proses: Organisasi pendidikan harus mengadopsi pendekatan proses

ketika mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen mutu. Organisasi harus

memahami interaksi di antara proses dan mengidentifikasi sejauh mana setiap proses

operasional menciptakan nilai bagi peserta didik sesuai dengan tujuan organisasi.

2. Memahami kompetensi inti (fokus pada pelanggan), mencakup berbagai enabler

(pemungkin) untuk memastikan keunggulan kompetitif dari organisasi pendidikan,

yaitu teknologi, keterampilan, keahlian dan budaya organisasi. Kompetensi inti

organisasi pendidikan harus didukung inovasi yang mampu beradaptasi dengan

perubahan lingkungan pendidikan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif.

3. Jumlah optimasi (pendekatan sistem untuk manajemen) memungkinkan setiap proses

operasional untuk mencapai tujuannya dari sudut pandang administrasi.

4. Kepemimpinan visioner, Pemimpin dalam organisasi pendidikan harus menetapkan

visi, menciptakan kebijakan untuk mewujudkan visi, dan memimpin organisasi

pendidikan untuk merespon perubahan lingkungan pendidikan dengan segera.

5. Pendekatan faktual (pendekatan faktual untuk pengambilan keputusan), memastikan

keputusan administratif berdasarkan fakta yang jelas dan dipahami, bukan

berdasarkan pada spekulasi. Untuk tujuan ini diperlukan informasi dan kebijaksanaan

yang dikombinasikan dengan analisis, berpikir logis, dan pendekatan ilmiah.

Page 8: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

7

6. Kolaborasi dengan mitra (hubungan yang saling menguntungkan) adalah penting

untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas dosen dan peserta

didik.

7. Keterlibatan orang adalah cara yang paling efektif dan efisien untuk sebuah organisasi

pendidikan dalam mencapai tujuannya. Untuk itu organisasi harus dapat memfasilitasi

keterlibatan semua orang dalam organisasi pendidikan, memanfaatkan kompetensi,

pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas setiap orang secara maksimal.

8. Perbaikan terus-menerus dari proses pembelajaran organisasi pendidikan dan

pembelajaran individu dalam organisasi memungkinkan organisasi pendidikan untuk

terus menciptakan nilai. Hal ini memungkinkan pertumbuhan yang berkelanjutan

dalam lingkungan pendidikan eksternal.

Adapun empat prinsip tambahan untuk keberhasilan yang berkelanjutan dalam

pengelolaan Dikti meliputi:

1. Menciptakan nilai pembelajaran untuk mendorong peserta didik merasa puas dengan

nilai yang mereka terima. Langkah-langkah kepuasan menentukan sejauh mana nilai-

nilai kebutuhan dan memenuhi harapan peserta didik.

2. Fokus pada nilai sosial berarti membuat peserta didik dan pihak-pihak lain merasa

tertarik, merasa nyaman, memperhatikan etika, keselamatan, dan pelestarian

lingkungan. Organisasi pendidikan dapat memastikan pertumbuhan yang

berkelanjutan hanya ketika masyarakat luas menghargai nilai tambah atas luaran

peserta didik.

3. Agility (kegesitan atau kelincahan) adalah prinsip penting dalam peningkatan mutu

berkelanjutan dimana lingkungan pendidikan dapat berubah secara drastis.

4. Otonomi didasarkan pada analisis keadaan dan analisis diri.

E. Implementasi RBT ISO 9001:2015 dalam Sistem Manajemen Mutu IPB

ISOc (2015) menyebutkan bahwa RBT digunakan untuk membangun sistem

manajemen dan proses, dimana untuk mengidentifikasi risiko suatu organisasi sangat

tergantung pada konteks organisasi. Seperti dijelaskan pada bagian pendahuluan, lingkup

kajian ini dibatasi pada implementasi RBT dalam pengembangan sistem manajemen mutu

di IPB berdasarkan kriteria-kritera dalam akreditasi institusi perguruan tinggi.

Mutu dan kelayakan suatu perguruan tinggi di Indonesia dapat ditetapkan

berdasarkan standar akreditasi yang menjadi tolok ukur yang harus dipenuhi oleh institusi

perguruan tinggi. Standar akreditasi institusi perguruan tinggi terdiri atas beberapa

elemen penilaian (parameter/indikator kunci) sebagai dasar untuk mengukur dan

menetapkan mutu dan kelayakan kinerja perguruan tinggi yang bersangkutan.

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan

Tinggi (BAN-PT), terdapat tujuh standar akreditasi institusi perguruan tinggi, yaitu:

• Standar 1. Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian

• Standar 2. Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu

• Standar 3. Mahasiswa dan lulusan

Page 9: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

8

• Standar 4. Sumber daya manusia

• Standar 5. Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik

• Standar 6. Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi

• Standar 7. Penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013

Tentang Statuta Institut Pertanian Bogor (IPB), status IPB saat ini adalah sebagai

Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH), artinya IPB merupakan PTN-BH

yang mengelola bidang akademik dan nonakademik secara otonom. Visi IPB adalah

menjadi terdepan dalam memperkokoh martabat bangsa melalui pendidikan tinggi unggul

pada tingkat global di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika. Adapun misi IPB

adalah:

a. menyiapkan insan terdidik yang unggul, profesional, dan berkarakter kewirausahaan

di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika;

b. memelopori pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang unggul di

bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika untuk kemajuan bangsa; dan

c. mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni dan budaya unggul IPB

untuk pencerahan, kemaslahatan, dan peningkatan kualitas kehidupan secara

berkelanjutan.

IPB diberi mandat untuk menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi dalam

rumpun ilmu pertanian dan ilmu-ilmu yang mendukung berkembangnya pertanian dalam

arti luas untuk pembangunan pertanian Indonesia, dengan kompetensi utama pertanian

tropika. Secara struktur, organisasi IPB dipimpin oleh Rektor yang dibantu oleh empat

Wakil Rektor, dimana Rektor bertanggung jawab kepada Majelis Wali Amanat (MWA).

IPB mempunyai perusahaan induk (holding company) sebagai unit usaha komersial IPB,

yaitu PT Bogor Life Science & Technology (BLST).

IPB mengelola jenjang pendidikan mulai dari Diploma (D3), Sarjana (S1),

Pascasarjana (S2, S3). Berdasarkan data tahun 2014 diketahui daya tampung Program

Sarjana adalah 60-170 Mahasiswa Per-Program Studi yang terdiri atas 9 Fakultas dan 37

Program studi. Dosen tetap IPB sebanyak 1.224 orang, dimana jumlah Doktornya 794

orang, jumlah Profesor 203 orang, dan ratio Dosen dan Mahasiswa 1:13. Jumlah alumni

IPB yang terdata pada tahun 2014 adalah 122.932 orang. Kampus IPB terdiri atas kampus

Pusat di Dramaga seluas 2.670.000 m2, kampus Baranangsiang seluas 128.800 m2,

kampus Taman Kencana seluas 34.578 m2, kampus Cilibende seluas 15.034 m2, dan

kampus Gunung Gede seluas 141.452 m2, kesemuanya adalah milik pemerintah. Nilai

aset pada neraca IPB per-31 Desember 2014 adalah Rp. 727.367.244.082, terdiri atas aset

lancar sebesar Rp. 323.809.784.146 dan aset tidak lancar sebesar Rp. 403.557.459.936.

Jumlah KI IPB yang didaftarkan paten sampai dengan tahun 2015 berjumlah 322 invensi.

Berdasarkan profil singkat tentang IPB dan standar akreditasi institusi perguruan

tinggi, maka diidentifikasi kemungkinan risiko dan prinsip atau upaya pencegahan

Page 10: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

9

terhadap risiko yang mungkin terjadi. Secara ringkas penjelasannya adalah sebagai

berikut:

Standar 1. Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian

Standar ini mencerminkan mutu pengelolaan perguruan tinggi yang memiliki

kelayakan arah masa depan yang jelas. Perguruan tinggi harus memiliki strategi dan

upaya perwujudannya yang dipahami dan didukung dengan penuh komitmen serta

partisipasi yang optimal semua pemangku kepentingan (stakeholders). Kebijakan mutu

dalam ISO 9001 harus mengungkapkan secara jelas visi dan misi organisasi. Beberapa

risiko yang mungkin terjadi dengan penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi

pencapaian (VMTS) IPB antara lain:

VMTS sulit diukur atau terlalu abstrak untuk mencapainya, sehingga sulit

diterjemahkan menjadi indikator-indikator yang terukur

VMTS gagal dipahami oleh stakeholder, karena minimnya sosialisasi atau memang

bahasanya yang sulit dipahami, sehingga arah jalannya organisasi menjadi tidak jelas.

Kedua risiko tersebut dapat dicegah dengan membuat VMTS yang mudah diukur

dan diterjemahkan ke dalam Indikator Kinerja Kunci (IKK) serta membuat VMTS yang

sederhana dan mudah dipahami, dan melakukan sosialisasi kepada semua stakeholder

terkait. Ciri visi yang baik menurut Dikti yaitu:

Understandable, jelas dan mudah dimengerti

Desirable , sesuai dengan yang diharapkan

Feasible, realistik dan dapat dicapai

Guiding, memberi arah yang jelas

Motivating, menumbuhkan motivasi

Flexible, menstimulasi inisiatif dan penyesuaian pada perubahan

Standar 2. Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu

Tata pamong (governance), kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan

mutu institusi perguruan tinggi sebagai satu kesatuan yang terintegrasi yang menjadi

kunci penting bagi keberhasilan institusi dalam mewujudkan visi, melaksanakan misi,

dan mencapai tujuan yang dicita-citakan sesuai dengan strategi-strategi yang

dikembangkan dan harapan-harapan pemangku kepentingan. Terdapat beberapa prinsip

dalam ISO 9001:2015 yang terkait dengan standar tata pamong, kepemimpinan, sistem

pengelolaan, dan penjaminan mutu antara lain prinsip Leadership, Improvement dan

Evidence-Based Decision Making. Beberapa risiko yang mungkin terjadi dengan standar

tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu antara lain:

Terdapat ketidaksatuan pendapat misal terkait visi, misi, dan tujuan antar pimpinan

perguruan tinggi atau kepemimpinan Rektor dan Wakil Rektor tidak diterima oleh

semua pihak. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya kinerja dan pencapaian tujuan

organisasi.

Page 11: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

10

Pimpinan IPB lebih mengutamakan ambisi pribadi atau berpihak pada satu golongan

tanpa memperhatikan kepentingan institusi. Hal ini harus dihindari mengingat

perguruan tinggi bukan perusahaan pribadi.

Pengelolaan organisasi perguruan tinggi tidak efisien dan efektif, misal struktur

organisasi terlalu besar dikarenakan mengakomodir kepentingan berbagai pihak,

bukan berdasarkan kebutuhan untuk mencapai tujuan organisasi.

Strategi yang ditetapkan dan keputusan yang diambil “salah” karena tidak didasarkan

pada fakta dan data yang valid, dikarenakan belum terintegrasinya sistem pangkalan

data IPB.

Risiko-risiko tersebut dapat dicegah antara lain dengan cara:

Menerapkan prinsip engagement of people seperti yang diimplementasikan pada ISO

9001:2015, dimana melibatkan setiap orang di semua tingkatan untuk turut serta

dalam menciptakan dan memberikan nilai bagi organisasi IPB.

Selalu berupaya mengutamakan musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan

Tidak menggunakan politik praktis dalam pengelolaan organisasi, amanah dalam

memimpin organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama

dan berorientasi pada kepuasan pelanggan atau stakeholder.

Membangun sistem pangkalan data IPB yang terintegrasi untuk mendukung dalam

penyusunan strategi dan pengambilan keputusan yang tepat, menerapkan prinsip

Evidence-Based Decision Making.

Standar 3. Mahasiswa dan lulusan

Standar ini merupakan acuan keunggulan mutu mahasiswa dan lulusan, serta

bagaimana seharusnya perguruan tinggi memperlakukan dan memberikan layanan

kepada mahasiswa dan lulusannya. Perguruan tinggi bertanggung jawab memberikan

jaminan mutu dan layanan untuk menjamin keberhasilan mahasiswa. Prinsip-prinsip

dalam ISO 9001:2015 yang dapat digunakan untuk standar mahasiswa dan luluasn adalah

prinsip Costumer Focus, Engagement of People, Process Approach, dan Improvement.

Beberapa hal yang perlu diantisipasi yang mungkin menjadi risiko dalam standar

mahasiswa dan lulusan antara lain:

Persaingan antar perguruan tinggi yang semakin ketat tidak hanya lingkup nasional

tetapi juga global akan menyebabkan turunnya pangsa pasar IPB

Kualitas calon mahasiswa (input) yang masuk ke IPB menurun akan menyebabkan

menurunnya kualitas lulusan IPB

Waktu tunggu lulusan untuk bekerja masih terlalu lama, yang dapat disebabkan oleh

kompetensi lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.

Alumni tidak dilibatkan dalam menyusun rencana strategis dan pengembangan

kurikulum karena hubungan dengan alumni kurang kuat.

Page 12: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

11

Risiko-risiko tersebut dapat dicegah antara lain dengan cara:

Menerapkan prinsip Costumer Focus, Process Approach, dan Improvement dalam

kegiatan promosi akademik. Inovasi dalam promosi akademik harus dilakukan secera

keberlanjutan disesuaikan sasaran yang akan dicapai.

Memperketat seleksi dan mengembangkan inovasi dalam sistem perekrutan

mahasiswa

Melakukan pembinaan karir, technopreneurship, dan informasi kerja bagi mahasiswa

dan lulusan. Selain itu, pembinaan program kreativitas mahasiswa (PKM) perlu

ditindaklanjuti sampai ke tahapan inkubasi bisnis, sehingga lulusan IPB dapat

menciptakan lapangan pekerjaan.

Prinsip Engagement of People sebaiknya juga melibatkan alumni sebagai salah satu

stakeholder yang penting untuk menentukan arah pengembangan institusi.

Standar 4. Sumber daya manusia (SDM)

Pengelolaan perguruan tinggi yang baik harus didukung oleh sumber daya manusia,

terdiri atas dosen dan staf pendukung yang memiliki kompetensi relevan dan andal dalam

jumlah yang memadai. Dosen merupakan sumber daya manusia utama dalam proses

pembentukan nilai tambah yang bermutu pada diri mahasiswa yang dibimbingnya, bagi

bidang ilmu yang diampunya, dan kesejahteraan masyarakat. Dosen harus memenuhi

kualifikasi akademik dan profesional, ditandai dengan latar pendidikan yang dibuktikan

dengan ijazah dan sertifikat kompetensi yang dipersyaratkan seperti termaktub dalam

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 45 dan 46;

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal

28 Ayat (1) dan (2); dan memiliki mutu kinerja yang ditandai dengan tingkat jabatan

akademik dan rekam jejak (track record) yang baik. Staf pendukung merupakan sumber

daya manusia yang berfungsi menunjang dan memfasilitasi proses pembentukan nilai

tambah yang diharapkan. Beberapa hal yang perlu diantisipasi yang mungkin menjadi

risiko dalam standar SDM antara lain:

Pengembangan SDM tidak terarah karena belum ada perencanaan SDM yang baik,

desain atau analisis pekerjaan dan analisis jabatan tidak sesuai dengan kebutuhan dan

tujuan organisasi

Pelaksnaan beberapa kegiatan terkait teknologi informasi terhambat karena

kompetensi dan keterampilan SDM tidak sesuai dengan perkembangan teknologi

informasi dan komunikasin (TIK)

Kinerja SDM menurun karena sistem monitoring dan evaluasi (monev) dan kinerja

belum berjalan dengan baik, khususnya untuk PTN BH

Risiko-risiko tersebut dapat dicegah antara lain dengan cara:

Membuat dan mengembangkan perencanaan SDM (analisis pekerjaan dan jabatan)

sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi serta peraturan pemerintah.

Page 13: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

12

Melaksanakan program-program peningkatan keterampilan SDM, misalnya pelatihan

di bidang TIK

Membangun sistem monev dan kinerja yang wajar dan membuat suasana kerja

kondusif

Standar 5. Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik

Standar ini merupakan acuan keunggulan mutu sistem pembelajaran di perguruan

tinggi. Dalam kegiatan akademik – termasuk pengembangan dan penetapan kurikulum

program studi, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar, perguruan tinggi berfungsi

sebagai pemberi kemungkinan (enabler) bagi kegiatan program studi. Prinsip-prinspi

dalam ISO 9001:2015 yang dapat diterapkan pada standar ini terutama adalah prinsip

Process Approach, Improvement, dan Engagement of People. Beberapa risiko yang

mungkin terjadi diantaranya:

Kurikulum tidak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja karena

sistem monev pengembangan kurikulum program studi tidak berjalan dengan baik

Kurangnya interaksi mahasiswa dan dosen karena sebagian dosen mempunyai

kegiatan yang padat di luar mengajar

Media pembelajaran melalui TIK yang telah dikembangkan tidak dimanfaatkan

secara optimal, misalnya untuk sistem e-learning

Terjadi pelanggaran-pelanggaran akademik oleh mahasiswa misalnya terkait dengan

plagirisme dan lain-lain.

Risiko-risiko tersebut dapat dicegah antara lain dengan cara:

Pengembangan kurikulum harus melibatkan alumni dan pihak luar kampus, prinsip

Engagement of People dan Improvement dapat digunakan untuk mengatasi risiko ini

Mengadakan jadwal pertemuan rutin baik tatap muka langsung maupun

memanfaatkan sarana pembejaran yang ada misalnya sistem e-learning.

Memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada mahasiswa dan dosen untuk

memanfaatkan sistem TIK yang telah dikembangkan sebagai media pembelajaran

Memberikan pemahaman etika akademik secara konsisten dan sangsi tegas bagi yang

melanggar.

Standar 6. Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi

Standar ini merupakan acuan keunggulan mutu pengadaan dan pengelolaan dana,

sarana dan prasarana, data dan informasi yang diperlukan untuk penyelenggaraan

program-program dalam perwujudan visi, melaksanakan misi, dan pencapaian tujuan

perguruan tinggi. Beberapa risiko yang mungkin terjadi pada standar 6 ini diantaranya:

Fasilitas laboratorium tidak di-upgrade dan kurang terpelihara karena anggaran yang

terbatas

Fasilitas TIK yang tidak sesuai dengan perkembangan

Page 14: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

13

Penerapan sistem ISO maupun SMM tidak paperless, sehingga membuat pengeluaran

meningkat karena banyak kertas yang digunakan untuk membuat berbagai dokumen

standar yang diperlukan.

Krisis ekonomi, sumber pendapatan berkurang, terjadi pemotongan anggaran dari

negara (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara / APBN).

Risiko-risiko tersebut dapat dicegah antara lain dengan cara:

Sharing alat laboratorium, khususnya untuk alat-alat yang canggih (advance), dan

melakukan kerjasama dengan lembaga riset lain untuk sharing penggunaan alat

laboratorium.

Kerjasama dengan provider untuk meningkatkan fasilitas TIK.

Mengembangkan sistem informasi manajemen untuk mengurangi penggunaan kertas

dalam penerapan SMM dan ISO.

Melakukan efisiensi dalam operasional dan meningkatkan sumber-sumber

pemasukan yang berbasis kepakaran dan teknologi.

Standar 7. Penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama

Standar ini adalah acuan keunggulan mutu penelitian, pelayanan/pengabdian

kepada masyarakat, dan kerjasama yang diselenggarakan untuk dan terkait dengan

pengembangan mutu perguruan tinggi. Perguruan tinggi memberdayakan dan melibatkan

program studi untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, pengembangan dan

pelaksanaan program dan kegiatan penelitian, pelayanan/ pengabdian kepada masyarakat.

Perguruan tinggi merancang dan melaksanakan kerjasama dengan instansi dan

pemangku kepentingan terkait dalam rangka pendayagunaan, peningkatan kepakaran

dosen, kompetensi mahasiswa, serta sumber daya lain yang dimiliki perguruan tinggi

secara saling menguntungkan. Prinsip ISO 9001:2015 yang sangat terkait dengan standar

ini adalah prinsip Relationship Management. Beberapa risiko yang mungkin terjadi pada

standar 7 diantaranya:

Hasil riset dan pengabdian kepada masyarakat (PkM) tidak sesuai kebutuhan

masyarakat dan industri.

Riset yang dilakukan oleh dosen dan peneliti IPB hanya berdasarkan kemauan peneliti

tanpa memperhatikan trend perkembengan teknologi dan kebutuhan pasar.

Rendahnya budaya menulis menyebabkan rendahnya jumlah publikasi ilmiah.

Kerjasama riset hanya dilakukan oleh individu staf tanpa ikatan dengan institusi, staf

dimanfaatkan sebagai tenaga ahli oleh industri atau instansi lain tanpa ada ikatan

dinas.

Industri memanfaatkan teknologi (inovasi) yang dihasilkan oleh IPB tanpa izin.

Industri kurang percaya bekerjasama dengan IPB dalam hal implementasi teknologi

IPB di industri.

Page 15: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

14

Risiko-risiko tersebut dapat dicegah antara lain dengan cara:

Memperkuat kerjasama dengan industri dan masyarakat sejak awal riset dilakukan

agar riset yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pasar

Membuat payung riset, rencana induk penelitian (RIP), dan agenda riset strategis agar

arah dan fokus riset institusi IPB menjadi jelas.

Melakukan pembinaan dan pelatihan menulis artikel ilmiah untuk meningkatkan

jumlah publikasi.

Membangun sistem kerjasama 1 (satu) pintu

Melakukan perlindungan atas kekayaan intelektual yang dihasilkan dan melakukan

monitoring atas pelanggarannya

Memperkuat promosi inovasi dan kepakaran yang dimiliki IPB secara berkelanjutan.

Secara ringkas, kemungkinan risiko dan prinsip pencegahan dari setiap standar

dalam akreditasi institusi perguruan tinggi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kemungkinan risiko dan prinsip pencegahannya

No. Standar

Akreditasi

Kemungkinan Risiko Prinsip Pencegahan

1. VMTS VMTS sulit diukur, terlalu abstrak

untuk mencapainya

VMTS gagal dipahami oleh

stakeholder, khususnya staf PT

Membuat VMTS yang mudah

diukur dan diterjemahkan ke

dalam Indikator Kinerja Kunci

(IKK)

Membuat VMTS yang sederhana

dan mudah dipahami, melakukan

sosialisasi

2. Tata pamong,

kepemimpinan,

sistem

pengelolaan,

dan penjaminan

mutu

Ketidaksatuan pendapat diantara

pimpinan

Pimpinan mengutamakan ambisi

pribadi dan kepentingan golongan

Pengelolaan tidak efisien dan

efektif, misal struktur organisasi

terlalu besar

Salah menetapkan strategi

Menerapkan prinsip engagement

of people

Tidak menggunakan politik

praktis dalam pengelolaan

organisasi

Mengutamakan musyawarah

mufakat dalam pengambilan

Menerapkan prinsip Evidence-

Based Decision Making

3. Mahasiswa dan

lulusan Turunnya pangsa pasar IPB

Kualitas calon mahasiswa (input)

menurun

Waktu tunggu lulusan bekerja

masih terlalu lama

Peran alumni kurang

Menerapkan prinsip Costumer

Focus, Process Approach, dan

Improvement dalam melakukan

promosi

Memperketat seleksi dan

mengembangkan inovasi dalam

sistem perekrutan mahasiswa

Pembinaan karir,

technopreneurship, dan informasi

kerja bagi mahasiswa dan lulusan

Lebih banyak melibatkan alumni

dengan prinsip Engagement of

People

Page 16: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

15

No. Standar

Akreditasi

Kemungkinan Risiko Prinsip Pencegahan

4. SDM Pengembangan SDM tidak terarah

Kompetensi SDM tidak sesuai

dengan TIK

Kinerja SDM menurun

Membuat perencanaan SDM

Meningkatkan kompetensi SDM

dengan pelatihan

Menyekolahkan dosen, mengurus

sertifikasi dosen

Membangun sistem monev dan

kinerja yang wajar dan membuat

suasana kerja kondusif

5. Kurikulum,

pembelajaran,

dan suasana

akademik

Kurikulum tidak sesuai dengan

kompetensi yang dibutuhkan

pasar

Kurangnya interaksi mahasiswa

dan dosen

TIK tidak dimanfaatkan secara

optimal

Terjadi pelanggaran-pelanggaran

akademik

Menggunakan prinsip

Engagement of People dan

Improvement untuk

pengembangan kurikulum

Mengadakan jadwal pertemuan

rutin dengan memanfaatkan

berbagai sarana dan media

Memberikan sosialisasi dan

pelatihan kepada mahasiswa dan

dosen untuk memanfaatkan sistem

TIK

Memberikan pemahaman etika

akademik secara konsisten dan

sangsi tegas bagi yang melanggar

6. Pembiayaan,

sarana dan

prasarana, serta

sistem

informasi

Fasilitas lab tidak di-upgarde dan

kurang terpelihara

Fasilitas TIK yang tidak sesuai

dengan perkembangan

Penerapan sistem ISO maupun

SMM tidak paperless

Krisis ekonomi, sumber

pendapatan berkurang

kerjasama dengan lembaga riset

lain untuk sharing alat lab

Kerjasama dengan provider untuk

meningkatkan fasilitas TIK

Mengembangkan SIM untuk

mengurangi penggunaan kertas

dalam penerapan SMM dan ISO

Melakukan efisiensi dan

meningkatkan sumber-sumber

pemasukan yang berbasis

kepakaran dan teknologi

7. Penelitian,

pelayanan/peng

abdian kepada

masyarakat, dan

kerjasama

Hasil riset dan PkM tidak sesuai

kebutuhan masyarakat dan

industri

Riset dilakukan sesuai kemauan

peneliti

Rendahnya budaya menulis

menyebabkan rendahnya jumlah

publikasi ilmiah

Kerjasama hanya dilakukan oleh

individu staf tanpa ikatan dengan

institusi

Pemanfaatan teknologi (inovasi)

PT tanpa izin

Industri kurang percaya

bekerjasama dengan PT

Memperkuat kerjasama dengan

industri dan masyarakat sejak

awal riset dilakukan

Membuat payung riset, RIP, dan

agenda riset strategis

Melakukan pembinaan dan

pelatihan menulis artikel ilmiah.

Membangun sistem kerjasama 1

pintu

Melakukan perlindungan atas

kekayaan intelektual yg dihasilkan

dan melakukan monitoring atas

pelanggarannya

Memperkuat promosi inovasi dan

kepakaran yang dimiliki PT

Page 17: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

16

F. Penutup

Salah satu perubahan penting dalam ISO 9001:2015 adalah membangun

pendekatan sistematis dengan mempertimbangkan risiko yang melekat dalam semua

aspek sistem manajemen mutu. Revisi yang juga cukup signifikan dari sistem manajemen

mutu ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015 adalah perubahan prinsip manajemen mutu

dari 8 menjadi 7 prinsip manajemen mutu. Prinsip-prinsip dalam ISO 9001:2015 tersebut

masih sejalan dengan 10 prinsip dan empat asas dalam sistem akreditasi nasional

pendidikan tinggi Indonesia. Sistem manajemen mutu (SMM) pendidikan tinggi (Dikti)

telah menerapkan 8 (delapan) prinsip manajemen mutu dalam sistem ISO 9001. Pada

penerapannya di Dikti ditambahkan 4 (empat) prinsip untuk keberhasilan yang

berkelanjutan dalam pengelolaan Dikti. Implementasi risk-based thinking (RBT) dalam

ISO 9001:2015 dapat diterapkan dalam pengembangan SMM IPB dengan

mengidentifikasi kemungkinan risiko dalam setiap standar akreditasi institusi perguruan

tinggi dan prinsip pencegahannya. Dengan demikian diharapkan risiko-risiko yang

mungkin terjadi dapat diminimalisir bahkan jika mungkin diatasi.

Daftar Pustaka

American Society for Quality. What Is a Quality Management System (QMS)? -- ISO

9001 & Other Quality Management Systems. [internet]. [diacu 2016 Agustus 25].

Tersedia dari http://asq.org/learn-about-quality/quality-management-system/.

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. 2011. Buku II Standar dan Prosedur

Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi.

British Standards Institution. ISO 9001:2015 revision. [internet]. [diacu 2016 Agustus

20]. Tersedia dari www.bsigroup.com/IS09001Revision.

Campell C, Rozsnayi C. 2002. Quality Assurance and the Development of Course

Programmes. Regional University Network on Governance and Management of

Higher Education in South East Europe, Bucharest.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Penyusunan Rencana Strategis Perguruan Tinggi. [internet]. [diacu 2016 Agustus

25]. Tersedia dari

http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/statuta/latih/2014/08PenyusunanRencanaStrategisP

T.pdf.

International Organization for Standardization. ISO 9000 - Quality management

[internet]. [diacu 2016 Agustus 20]. Tersedia dari

http://www.iso.org/iso/home/standards/management-standards/iso_9000.htm.

ISOa [International Organization for Standardization]. 2015. Moving from

ISO 9001:2008 to ISO 9001:2015. ISO Central Secretariat, Geneva-Switzerland.

ISOb. 2015. Quality Management Principles. ISO Central Secretariat, Geneva-

Switzerland.

ISOc. 2015. Risk-Based Thinking In ISO 9001:2015. [internet]. [diacu 2016 Agustus 24].

Tersedia dari www.iso.org/tc176/sc02/public.

Page 18: IMPLEMENTASI RISK BASED THINKING DALAM ISO 9001:2015 …hendra.staff.ipb.ac.id/files/2015/03/Risk-Based-Thinking-ISO-9001... · Dalam ISO 9001:2015 RBT perlu dipertimbangkan dari

17

Juran JM, Godfrey AB. 1999. Juran’s Quality Handbook. 5th edition. McGraw-Hill, New

York

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun

2014 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.

Sejarah ISO 9001. [internet]. [diacu 2016 Agustus 20]. Tersedia dari

https://kasmancepu.wordpress.com/sejarah-iso-9001.