Pengaruh Ketidaksetimbangan Sudu Fan Terhadap Getaran Dan …eprints.unram.ac.id/6135/1/Jurnal -...

25
1 Pengaruh Ketidaksetimbangan Sudu Fan Terhadap Getaran Dan Arus Listrik Pada Motor Listrik DC Rogo Syafarwadi*, Achmad Zainuri, Nasmi Herlina Sari. Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram, Jln. Majapahit No. 62 Mataram Nusa Tenggara Barat Kode Pos : 83125, Telp. (0370) 636087; 636126; ext 128 Fax (0370) 636087. *Email: [email protected]. Abstract Machines that are used continuously or the lifespan of machines that have been very long often arise a problem that is the high level of vibration. This study aims to investigate the effect of unbalance of the fan blade against the resulting vibration and the required current. Tools and materials used are vibration meter, fan, ampere meter, rubber, and others. Balancing method is by addition of mass. The mass of the trial weight used was 2 grams with the mounting point at 0 °, 120 ° and 240 °. After loading of 1.6 grams at 318 ° on the fan 4 blades there was a vibration velocity decrease from 2,967 mm/s to 1,867 mm/s, current decrease from 0.153 A to 0.14 A. While on the fan 5 blades after the addition of 2 grams at 240 ° there was vibration velocity decrease from 3.283 mm/s to 2,533 mm/s and the decrease of the current 0.16 A to 0.157 A. Keywords: vibration velocity, direct current, balance, load mass, mass orientation PENDAHULUAN Pada saat ini mesin rotating (rotating machinery) banyak digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dan dalam dunia industri seperti fan, kompresor, turbin dan pompa, maka sudah tentu mesin-mesin ini harus beroperasi dengan optimal atau dalam keadaan ideal. Untuk menilai keadaan suatu mesin dapat dilihat dari tingkat getarannya (vibrasi) masing-masing mesin mempunyai standar atau tingkat vibrasinya masing- masing. Mesin yang menghasilkan getaran serendah mungkin akan menghemat energi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaanya. Sementara mesin-mesin yang digunakan secara terus-menerus atau umur pakainya sudah sangat lama sering terjadi suatu masalah yaitu tingkat getaran yang tinggi. Dimana mesin dalam keadaan ini sebagian energi akan terbuang dalam bentuk energi lain, yaitu dalam bentuk getaran (vibrasi). Apabila tingkat getaran pada suatu mesin terlalu tinggi

Transcript of Pengaruh Ketidaksetimbangan Sudu Fan Terhadap Getaran Dan …eprints.unram.ac.id/6135/1/Jurnal -...

  • 1

    Pengaruh Ketidaksetimbangan Sudu Fan Terhadap Getaran Dan Arus

    Listrik Pada Motor Listrik DC

    Rogo Syafarwadi*, Achmad Zainuri, Nasmi Herlina Sari. Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram, Jln. Majapahit No. 62 Mataram Nusa Tenggara Barat Kode Pos : 83125, Telp. (0370) 636087; 636126; ext 128 Fax (0370) 636087. *Email: [email protected].

    Abstract

    Machines that are used continuously or the lifespan of machines that have been very long

    often arise a problem that is the high level of vibration. This study aims to investigate the

    effect of unbalance of the fan blade against the resulting vibration and the required

    current. Tools and materials used are vibration meter, fan, ampere meter, rubber, and

    others. Balancing method is by addition of mass. The mass of the trial weight used was 2

    grams with the mounting point at 0 °, 120 ° and 240 °. After loading of 1.6 grams at 318 °

    on the fan 4 blades there was a vibration velocity decrease from 2,967 mm/s to 1,867

    mm/s, current decrease from 0.153 A to 0.14 A. While on the fan 5 blades after the

    addition of 2 grams at 240 ° there was vibration velocity decrease from 3.283 mm/s to

    2,533 mm/s and the decrease of the current 0.16 A to 0.157 A.

    Keywords: vibration velocity, direct current, balance, load mass, mass orientation

    PENDAHULUAN

    Pada saat ini mesin rotating (rotating machinery) banyak digunakan oleh manusia

    dalam kehidupan sehari-hari dan dalam dunia industri seperti fan, kompresor, turbin dan

    pompa, maka sudah tentu mesin-mesin ini harus beroperasi dengan optimal atau dalam

    keadaan ideal. Untuk menilai keadaan suatu mesin dapat dilihat dari tingkat getarannya

    (vibrasi) masing-masing mesin mempunyai standar atau tingkat vibrasinya masing-

    masing. Mesin yang menghasilkan getaran serendah mungkin akan menghemat energi

    yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaanya.

    Sementara mesin-mesin yang digunakan secara terus-menerus atau umur pakainya

    sudah sangat lama sering terjadi suatu masalah yaitu tingkat getaran yang tinggi. Dimana

    mesin dalam keadaan ini sebagian energi akan terbuang dalam bentuk energi lain, yaitu

    dalam bentuk getaran (vibrasi). Apabila tingkat getaran pada suatu mesin terlalu tinggi

    mailto:[email protected]

  • 2

    dapat menyebabkan noisy pada mesin, umur pakai yang semakin singkat, konsumsi daya

    semakin tinggi dan kerusakan lainnya. Terjadinya peningkatan getaran berdasarkan

    amplitudo tertentu pada mesin tersebut maka harus dilakukan penanganan yang

    mengacu pada pengukuran dan analisa vibrasi.

    Salah satu metode untuk menangani masalah getaran yang tinggi adalah Balancing.

    Balancing merupakan suatu proses pengecekan untuk mengetahui distribusi massa pada

    rotor dan melakukan koreksi sehingga jumlah residual unbalance atau vibrasi rendah atau

    memenuhi standar yang diijinkan. Prinsip koreksi unbalance yaitu dengan memberikan

    efek gaya sentrifugal yang sebanding dengan gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh

    massa unbalance dengan arah berlawanan. Metode koreksi unbalance bisa dilakukan

    dengan cara penambahan massa (addition mass), pengurangan massa (removal mass)

    dan centering mass.

    Hadmoko dkk (2016)[1] yang meneliti tentang balancing rotor dengan analisis sinyal

    getaran dalam kondisi steady state menunjukan bahwa pada pungujian single plane

    balancing yang dilakukan 5 kali pengujian dengan variasi massa unbalance dan lokasi

    berbeda. Karakteristik amplitudo getaran poros single plane pada percobaan 1 sampai 5

    ketika kondisi sebelum balancing relatif lebih tinggi terlihat dari hasil pengujian sinyal

    getaran pada frekuensi 1x rpm terbaca amplitudo berturut-turut sebesar 0,0135 in/s,

    0,01204 in/s, 0,0111 in/s, 0,02152 in/s dan 0,01686 in/s. Sedangkan sinyal getaran

    setelah dilakukan balancing menunjukan terjadinya penurunan amplitudo pada 1x rpm

    berturut-turut sebesar 0,00068 in/s, 0,0005 in/s, 0,00078 in/s, 0,0011 in/s, dan 0,00029

    in/s.

    Hasil penelitian Permana (2012)[2], menunjukkan bahwa proses balancing yang

    dilakukan pada sudu rotor turbin dengan penambahan massa eksentrik sebesar 958 gram

    pada posisi 25 cm dari sumbu poros dapat menurunkan level getaran dari 8,00 mm/s.rms

    menjadi 2,73 mm/s.rms sehingga mesin dapat beroperasi dalam jangka lebih dari 15.000

    jam.

    Hasil penelitian Fatah dan Wulandari (2017)[3] menunjukan bahwa semakin besar

    massa suatu material poros maka semakin besar pula getaran yang terjadi. Hal ini terjadi

    karena adanya gaya radial statik sebagai gaya yang disebabkan oleh dirinya sendiri gaya

    pada poros yang disebabkan oleh berat poros itu sendiri. Dimana gaya radial yang

    menyebabkan melendutnya suatu poros. Adanya lendutan disebabkan karena momen

    lentur. Momen lentur muncul karena adanya gaya radial yang bekerja pada elemen poros

    dengan jarak yang tegak lurus terhadap titik tumpuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

  • 3

    massa suatu material merupakan salah satu pengaruh terhadap getaran motor listrik yang

    terjadi selama proses permesinan berlangsung.

    Lambang dan Djoko (2009)[4] telah meneliti tentang pengaruh variasi kecepatan

    putaran terhadap efektifitas metode two-plane balancing untuk sistem poros piringan

    overhung menunjukan bahwa dengan metode analisis vektor menggunakan pengukuran

    beda fasa respon getaran menghasilkan reduksi getaran antara 48,52% sampai dengan

    66,76%.

    Hasil penelitian Adiwidodo (2016)[5] menunjukan bahwa penambahan beban

    memberikan kontribusi peningkatan kerugian gesekan akibat misalignment. Peningkatan

    beban berakibat peningkatan daya input baik pada parralel misalignment maupun angular

    misalignment. Peningkatan arus input akibat parallel misalignment 8 mm sebesar 3,09 %

    dan angular misalignment 0,4 rad sebesar 2,32 %. Pengaruh misalignment poros terhadap

    kerugian energi motor listrik tidak signifikan dibandingkan dengan kerugian lain berupa

    umur operasi mesin. Konsumsi energi lebih tinggi saat misalignment dibanding dengan jika

    motor induksi dalam keadaan alignment (Ulfiana, 2011)[6].

    Triyono dkk (2010)[7] telah meneliti tentang pengaruh ketidaksetumbuan sejajar

    terhadap getaran dan konsumsi energi listrik pada kopling cakar menunjukan bahwa variasi

    misalignment pada saat ketidaksetumbuan sejajar (parallel misalignment) yang diberikan

    menghasilkan tingkat vibrasi yang signifikan dimana tingkat getaran pada

    ketidaksetumbuan sejajar (parallel misalignment) dengan beban 300 W dan pergeseran

    ketidaksetumbuan 0,45 mm sebesar 7 mm/s, tetapi daya listrik yang dikonsumsi tidak

    berpengaruh secara signifikan. Perubahan yang tidak signifikan dari daya listrik yang

    dikonsumsi disebabkan oleh jenis kopling yang memiliki karet pada sisi cakarnya. Karet

    pada sisi cakarnya mereduksi getaran yang terjadi terhadap konsumsi daya listrik.

    Vibrasi atau getaran adalah pergerakkan maju-mundur suatu komponen mesin dari

    kedudukan awalnya. Pemodelan yang paling sederhana untuk simulasi vibrasi adalah

    sistem pegas-massa dengan massa (M) dan kekakuan (k) yang saling bertautan. Vibrasi

    dihasilkan apabila terdapat gaya yang menggerakkan sistem ini. Pada gambar 1. dengan

    menambahkan gaya pada sistem tersebut, maka massa akan bergerak ke kiri,

    memampatkan pegas. Saat massa dilepas, massa tersebut akan bergerak maju-mundur

    untuk mencapai titik setimbangnya. Pergerakkan maju-mundur ini dipengaruhi oleh pegas

    yang mempunyai nilai kekakuan (Stiffness). Massa akan berhenti apabila sudah mencapai

    titik setimbang dimana tidak ada pengaruh dari gaya pegas atau gaya lainnya (gaya

    gesek).

  • 4

    Gambar 1. Sistem pegas massa

    Penyebab-penyebab terjadinya getaran antara lain, (a) Unbalance : Unbalance atau

    ketidak-balan pembebanan merupakan permasalahan yang sering dijumpai pada vibrasi

    suatu mesin. (b) Eccentric Rotor : Keanehan pada rotor terukur saat pusat putaran pada

    rotor tidak berada pada tempatnya. (c) Misalignment : Ketidak-simetrisan mesin terjadi

    karena bearing dan coupling yang tidak sejajar. (d)Mechanical Looseness : Mechanical

    looseness biasa terlihat pada 1/2x rpm atau 1/3x rpm dan kelipatannya, namun dominan

    pada 2x rpm. (e) Resonansi : Terjadi pada saat vibrasi operasi mesin sama dengan

    frekuensi natural dari mesin tersebut. (f) Rotor Rubs : spektrum yang dihasilkan motor rubs

    mirip dengan spektrum yang dihasilkan mechanical looseness. (g) Roling element bearings

    : Sebuah rolling element bearing terdiri dari bagian inner dan outer race, sebuah cage dan

    rolling element. Kerusakan dapat terjadi pada setiap bagian dari bearing tersebut dan dapat

    menyebabkan frekuensi vibrasi yang tinggi. (h) Gearing Defects : Getaran akibat

    permasalahan roda gigi dapat diidentifikasi dengan menggunakan penganalisis getaran.

    Tejadi pada frekuensi gear meshing atau pada (jumlah roda gigi x RPM). (i) Belt Defects :

    Frekuensi cacat pada belt merupakan tipe sub-harmonic. Dalam menganalisa putaran belt,

    F-max perlu dijaga tetap rendah sehingga puncak dari amplitudo dapat terlihat. (j)

    Blade/Vane Pass Defects : Pada setiap mesin yang menangani fluida seperti air, gas,

    udara da oli secara tipikal akan menimbulkan inherent vibration frequency (plus potential

    harmonics).

    Dalam analisis getaran, terdapat istilah yang disebut vibration severity atau

    keparahan getaran yang akan menunjukkan tingkat keparahan kondisi mesin. Vibration

    severity merupakan hasil pengukuran overall yang dilakukan oleh operator untuk

    kemudian datanya diplot dalam database untuk dianalisis. Bebeapa standar internasional

    yang digunakan untuk menganalisa vibrasi pada mesin, diantaranya ISO 10816[8].

  • 5

    Gambar 2. Vibration severity

    Balancing merupakan suatu prosedur atau proses pengecekan untuk mengetahui

    distribusi massa suatu rotor dan melakukan koreksi atau perbaikan bila diperlukan

    sehingga jumlah residual unbalance atau vibrasi atau gaya sentrifugal pada journal

    bearing dapat memenuhi batas yang diijinkan sesuai dengan standar.

    Prinsip koreksi unbalance adalah dengan memberikan efek gaya sentrifugal yang

    sebanding dengan gaya centrifugal yang dihasilkan oleh massa unbalance, dengan arah

    yang berlawanan .

    METODE PENELITIAN

    Alat dan bahan yang digunakan yaitu vibration meter, amperemeter, fan, karet,

    timbangan dan lem.

    Gambar 3. Skema Uji

    Fan Kabel Pengukuran

    Arus Listrik

    Pengukuran

    Tegangan Listrik

  • 6

    Gambar 4. Titik pengujian getaran

    Tabel. 1 Nomenclature

    Kode Keterangan

    MIV Motor Inboard Vertikal (mm/s)

    MOV Motor Outboard Vertikal (mm/s)

    MIH Motor Inboard Horizontal (mm/s)

    MOH Motor Outboard Horizontal (mm/s)

    O Jari-jari lingkaran O (cm)

    t1 Jari-jari lingkaran t1 (cm)

    T2 Jari-jari lingkaran t2 (cm)

    T3 Jari-jari lingkaran t3 (cm)

    ⃗ panjang vektor O (cm)

    panjang vektor F (cm)

    Wc Beban koreksi (gr)

    Wt Beban percobaan (gr)

    I arus motor (Ampere)

    V tegangan listrik (V)

    W daya listrik (watt)

    Tabel 2. Perhitungan daya listrik fan 4 sudu sebelum balancing

    Orientasi beban (karet) Arus (A) Tegangan Listrik (V) Daya Listrik (W)

    Tanpa Beban 0.153 183 28.06

    2 gr pada 0 0.15 182 27.3

    2 gr pada 120 0.17 184 31.28

    2 gr pada 240 0.163 185 30.23

    Motor inboard

    vertikal (miv)

    Motor outboard

    vertikal (mov)

    Motor inboard

    horizontal (mih)

    Motor outboard

    horizontal (moh)

  • 7

    Tabel 3. Perhitungan daya listrik fan 5 sudu sebelum balancing

    Orientasi beban (karet) Arus (A) Tegangan Listrik (V) Daya Listrik (W)

    Tanpa Beban 0.16 184 29.44

    2 gr pada 0 0.17 183 31.11

    2 gr pada 120 0.163 182 29.73

    2 gr pada 240 0.157 184 28.83

    Tabel 4. Perhitungan daya listrik fan 4 sudu sebelum balancing

    Orientasi beban (karet) Arus (A) Tegangan Listrik (V) Daya Listrik (W)

    1.6 gr pada 218 0.14 182 25.48

    Tabel 5. Perhitungan daya listrik fan 5 sudu sebelum balancing

    Orientasi beban (karet) Arus (A) Tegangan Listrik (V) Daya Listrik (W)

    2.2 gr pada 190 0.167 183 30.5

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisa kecepatan getaran pada saat tanpa beban (fan 4 sudu)

    Gambar 5. Kecepatan getaran pada saat tanpa beban (fan 4 sudu)

    Kecepatan getaran yang dihasilkan oleh fan 4 sudu sebesar 2,967 mm/s pada titik

    motor inboard horizontal (mih), motor inboard horizontal (moh) 2,867 mm/s, pada titik

    motor inboard vertikal (miv) dan motor outboard vertikal sebesar 0,467 mm/s dan 0,433

    mm/s. Mengacu pada tabel vibration severity ISO 10816 bahwa pada titik motor inboard

    horizontal tingkat getaran yang dihasilkan oleh fan 4 sudu dikategorikan unsatisfactory

    sehingga dilakukan metode balancing untuk mengurangi getaran.

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    miv mov mih moh

    Ke

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Titik pengambilan data

  • 8

    Analisa kecepatan getaran pada saat tanpa beban (fan 5 sudu)

    Gambar 6. Kecepatan getaran pada saat tanpa beban (fan 5 sudu)

    Kecepatan getaran yang dihasilkan oleh fan 5 sudu sebesar 3,233 mm/s pada titik

    motor inboard horizontal (mih), 3,033 mm/s pada titik motor outboard horizontal (moh) dan

    pada titik motor inboard vertikal (miv) dan motor outboard vertikal (mov) sebesar 0,367

    mm/s. Menurut tabel vibration severity ISO 10816 bahwa tingkat getaran pada titik motor

    inboard horizontal (mih) yang dihasilkan fan 5 sudu dikategorikan unsatisfactory sehingga

    perlu dilakukan metode balancing untuk mengurangi getaran.

    Dari data kedua gambar diatas dapat diketahui bahwa kecepatan getaran tertinggi

    terjadi pada motor input horizontal sehingga untuk menentukan besar beban koreksi dan

    letak beban koreksi mengacu pada nilai kecepatan getaran motor input horizontal (mih).

    Analisa kecepatan getaran pada saat pemasangan beban 2 gr pada titik 0 (fan 4

    sudu)

    Gambar 7. Kecepatan getaran pada saat pemasangan beban percobaan 1 (fan 4 sudu)

    Setelah dilakukan pemasangan beban 2 gr pada titik 0 terjadi penurunan

    kecepatan getaran pada titik motor inboard horizontal (mih) dan motor outboard horizontal

    (moh) menjadi 2,667 mm/s dan 2,5 mm/s. Sedangkan pada titik motor inboard vertikal

    [CELLRANGE] [CELLRANGE]

    [CELLRANGE] [CELLRANGE]

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    miv mov mih moh

    Ke

    cep

    tan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Titik pengambilan data

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    miv mov mih mohKe

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Titik pengambilan data

  • 9

    (miv) dan motor outboard vertikal (mov) getarannya sebesar 0,5 mm/s dan 0,4 mm/s.

    Analisa kecepatan getaran pada saat pemasangan beban 2 gr pada titik 0 (fan 5

    sudu)

    Gambar 8. Kecepatan getaran pada saat pemasangan beban percobaan 1 (fan 5 sudu)

    Pada fan 5 sudu setelah dilakukan pemasangan beban 2 gr pada titik 0 terjadi

    kenaikan kecepatan getaran menjadi 6,433 mm/s pada motor inboard horizontal (mih) dan

    6,167 pada motor outboard horizontal (moh) sedangkan pada titik motor inboard vertikal

    (miv) dan motor outboard vertikal (mov) tidak terjadi perubahan yang signifikan.

    Analisa kecepatan getaran pada saat pemasangan beban 2 gr pada titik 120 (fan 4

    sudu)

    Gambar 9. Kecepatan getaran pada saat pemasangan beban percobaan 2 (fan 4 sudu)

    Setelah dilakukan pemasangan beban lagi sebesar 2 gr pada titk 120 pada fan 4

    sudu terjadi peningkatan kecepatan getaran menjadi 6,633 mm/s pada motor inboard

    horizontal (mih) dan 6,367 mm/s pada motor outboard horizontal (moh) sedangkan pada

    titik motor inboard vertikal (miv) dan motor outboard vertikal (mov) tidak terjadi perubahan

    getaran dari sebelumnya.

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    miv mov mih moh

    Ke

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Titik pengambilan data

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0

    2

    4

    6

    8

    miv mov mih mohKe

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Titik pengambilan data

  • 10

    Analisa kecepatan getaran pada saat pemasangan beban 2 gr pada titik 120 (fan 5

    sudu)

    Gambar 10. Kecepatan getaran pada saat pemasangan beban percobaan 2 (fan 5 sudu)

    Pada fan 5 sudu terjadi penurunan kecepatan getaran menjadi 3,333 mm/s pada

    motor inboard horizontal (mih) dan 3,1 mm/s pada motor outboard horizontal (moh)

    setelah dilakukan pemasangan beban sebesar 2 gr pada titik 120 .

    Analisa kecepatan getaran pada saat pemasangan beban 2 gr pada titik 240 (fan 4

    sudu)

    Gambar 11. Kecepatan getaran pada saat pemasangan beban percobaan 3 (fan 4 sudu)

    Pemasangan beban 2 gr pada titik 240 pada fan 4 sudu menyebabkan terjadi

    penurunan kecepatan getaran dari sebelumnya menjadi 4,233 mm/s pada motor inboad

    horizontal (mih) dan 3,8 mm/s pada motor outboard horizontal (moh) sedangkan pada

    motor inboard vertikal (miv) dan motor outboard vertikal (mov) tingkat getarannya sama

    dengan sebelumnya.

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0

    2

    4

    6

    8

    miv mov mih mohKe

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Titik pengambilan data

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    miv mov mih mohKe

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Titik pengambilan data

  • 11

    Analisa kecepatan getaran pada saat pemasangan beban 2 gr pada titik 240 (fan 5

    sudu)

    Gambar 12. Kecepatan getaran pada saat pemasangan beban percobaan 3 (fan 5 sudu)

    Setelah dilakukan pemasangan beban pada titik 240 sebesar 2 gr kecepatan

    getaran pada motor inboard horizontal (mih) dan motor outboard horizontal (moh)

    menurun dari sebelumnya menjadi 2,533 mm/s dan 2,367 mm/s sedangkan tidak terjadi

    perubahan kecepatan getaran yang signifikan pada titik motor inboard vertikal (miv) dan

    motor outboard vertikal (mov).

    Diagram penentuan beban koreksi fan 4 sudu

    Gambar 13. Diagram penentuan beban koreksi fan 4 sudu

    Kode Keterangan Nilai

    O Jari-jari lingkaran O 2,967 cm

    t1 Jari-jari lingkaran t1 2,667 cm

    t2 Jari-jari lingkaran t2 6,633 cm

    t3 Jari-jari lingkaran t3 4,233 cm

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    miv mov mih moh

    Ke

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Titik pengambilan data

  • 12

    Kemudian untuk mencari besar beban koreksi pada fan 4 sudu menggunakan cara

    panjang vektor O dibagi dengan panjang vektor F yaitu 3,7 cm kemudian dikalikan

    dengan besar beban percobaan yaitu sebesar 2 gr. Perhitungannya dapat dilihat di bawah

    ini.

    = 1,6 gr

    Diagram penentuan beban koreksi fan 5 sudu

    Gambar 14. Diagram penentuan beban koreksi pada fan 5 sudu

    Kode Keterangan Nilai

    O Jari-jari lingkaran O 3,233 cm

    t1 Jari-jari lingkaran t1 6,433 cm

    t2 Jari-jari lingkaran t2 3,333 cm

    t3 Jari-jari lingkaran t3 2,533 cm

    Kemudian untuk mencari besar beban koreksi pada fan 5 sudu menggunakan cara yang

    sama dengan fan 4 sudu yaitu panjang vektor O dibagi dengan panjang vektor F yaitu 2,9

    cm kemudian dikalikan dengan besar beban percobaan yaitu sebesar 2 gr.

    Perhitungannya dapat dilihat di bawah ini.

  • 13

    = 2,2 gr

    Analisa kecepatan getaran pada saat pemasangan beban koreksi (fan 4 sudu)

    Gambar 15. Kecepatan getaran pada saat pemasangan beban koreksi (fan 4 sudu)

    Setelah dilakukan pemasangan beban 1,6 gr pada titik 318 dapat dilihat

    kecepatan getaran yang dihasilkan oleh fan 4 sudu lebih rendah dari sebelumnya

    sehingga dapat dikatakan proses balancing yang dilakukan berhasil. Dari nilai getaran

    pada titik motor inboard horizontal (mih) sebesar 1,867 mm/s dan 1,77 mm/s pada motor

    outboard horizontal (moh), apabila dilihat pada tabel vibration severity nilai getaran

    termasuk satisfactory atau sudah sesuai dengan getaran yang diizinkan untuk mesin

    kelas I yaitu mesin dengan daya kurang dari 15 kW.

    Analisa kecepatan getaran pada saat pemasangan beban koreksi (fan 5 sudu)

    Gambar 16. Kecepatan getaran pada saat pemasangan beban koreksi (fan 5 sudu)

    Kecepatan getaran setelah pemasangan beban 2,2 gr pada titik 190 pada motor

    inboard horizontal (mih) sebesar 4,133 mm/s dan pada motor outboard horizontal (moh)

    sebesar 4,07 mm/s lebih besar dari nilai kecepatan getaran pada saat penambahan

    beban percobaan sebesar 2 gr pada titik 240 yaitu sebesar 2,533 mm/s. Dari data

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    miv mov mih moh

    Ke

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Titik pengambilan data

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    miv mov mih moh

    Ke

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Titik pengambilan data

  • 14

    kecepatan getaran setelah pemasangan beban koreksi kecepatan getaran meningkat dari

    keadaan sebelumnya sehingga dapat dikatakan proses balancing yang dilakukan tidak

    berhasil. Hal ini dikarenakan oleh kesalahan dalam pengambilan data dan ketelitian

    dalam membuat diagram penentuan beban koreksi sehingga proses balancing dihentikan

    sampai penambahan beban percobaan 2 gr pada titik 240 . Mengacu pada tabel

    vibration severity ISO 10816 tingkat getaran yang dihasilkan termasuk kategori

    satisfactory atau sudah sesuai dengan getaran yang diizinkan untuk mesin kelas I.

    Pengaruh Penambahan Beban Terhadap Kecepatan Getaran

    Gambar 17. Pengaruh penambahan beban terhadap kecepatan getaran pada fan 4 sudu

    sebelum balancing

    Gambar 18. Pengaruh penambahan beban terhadap kecepatan getaran pada fan 4 sudu

    setelah balancing

    Setelah dilakukan pemasangan beban koreksi sebesar 1,6 gr pada titik 318

    tingkat kecepatan getarannya menurun dari sebelumnya menjadi sebesar 1,867 mm/s

    dapat dilihat pada gambar 18. Tingkat penurunan kecepatan getaran setelah balancing

    sebesar 37,07 % dari keadaan tanpa beban. Kecepatan getaran tertinggi yang terjadi

    [CELLRANGE] [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    Tanpa Beban 2 gr pada 0° 2 gr pada 120° 2 gr pada 240°

    Ke

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Orientasi Beban

    [CELLRANGE] [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    Tanpa Beban 2 gr pada 0° 2 gr pada 120° 2 gr pada 240° 1.6 gr pada 318°

    Ke

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Orientasi Beban

  • 15

    pada fan 4 sudu sebesar 6,633 mm/s pada saat penambahan beban 2 gr pada titik 120

    sedangkan kecepatan getaran terendah yang dihasilkan sebesar 1,867 mm/s pada saat

    penambahan beban sebesar 1,6 gr pada titik 318 . Hal ini terjadi karena karakteristik

    ketidaksetimbangan fan 4 sudu yang memberikan respon getaran terhadap besar

    penambahan beban dan lokasi penambahan beban. Dari data diketahui bahwa titik

    ketidaksetimbangan fan 4 sudu berada pada daerah titik 120 karena getaran tertinggi

    terjadi pada saat penambahan beban pada titik 120 dan getaran terendah terjadi pada

    saat penambahan beban pada titik berlawanan dengan arah 120 yaitu pada titik 318 .

    Jadi besarnya getaran yang diakibatkan oleh ketidaksetimbangan dipengaruhi

    massa beban dan lokasi beban. Jadi semakin besar massa beban atau semakin jauh

    jarak beban terhadap titik ketidaksetimbangan maka semakin besar gaya

    ketidaksetimbangan yang diakibatkan atau semakin besar getaran yang dihasilkan.

    Gambar 19. Pengaruh penambahan beban terhadap kecepatan getaran pada fan 5 sudu

    sebelum balancing

    Tingkat penurunan kecepatan getaran ketika dipasangkan beban 2 gr pada titik dari

    keadaan tanpa beban sebesar 21,65 %.

    Gambar 20. Pengaruh penambahan beban terhadap kecepatan getaran pada fan 5 sudu

    setelah balancing

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE] [CELLRANGE]

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    Tanpa Beban 2 gr pada 0° 2 gr pada 120° 2 gr pada 240°Ke

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Orientasi Beban

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE] [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    Tanpa Beban 2 gr pada 0° 2 gr pada 120° 2 gr pada 240° 2.2 gr pada 190°

    Ke

    cep

    atan

    Ge

    tara

    n (

    mm

    /s)

    Orientasi Beban

  • 16

    Berdasarkan gambar 20. setelah dilakukan pemasangan beban koreksi sebasar 2 gr

    pada titik 190 tingkat kecepatan getaran meningkat menjadi sebesar 4,133 mm/s.

    Setelah balancing tingkat kecepatan getaran meningkat sebesar 21,77% dari keadaan

    tanpa beban. Pada fan 5 sudu kecepatan getaran tertinggi sebesar 6,433 mm/s pada saat

    pemasangan beban percobaan sebesar 2 gr pada titik 0 . Sedangkan kecepatan getaran

    terendah yang dihasilkan oleh fan 5 sudu sebesar 2,533 mm/s pada saat pemasangan

    beban sebesar 2 gr pada titik 240 . Hal ini terjadi karena penyebab yang sama pada fan 4

    sudu yaitu respon getaran karena karakteristik ketidaksetimbangan yang dipengaruhi oleh

    besar penambahan beban dan lokasi penambahan beban, tetapi titik ketidaksetimbangan

    fan 5 sudu berbeda dengan fan 4 sudu. Dari gambar diketahui titik 0 merupakan titik

    ketidaksetimbangan fan 5 sudu karena getaran tertinggi terjadi pada saat penambahan

    beban pada titik 0 dan menurun ketika diberikan beban pada arah berlawanan.

    Pengaruh Penambahan Beban terhadap Arus Listrik Motor

    Gambar 21. Pengaruh penambahan beban terhadap arus listrik motor pada fan 4 sudu

    sebelum balancing

    Gambar 22. Pengaruh penambahan beban terhadap arus listrik motor pada fan 4 sudu

    setelah balancing

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE] [CELLRANGE]

    0.1

    0.12

    0.14

    0.16

    0.18

    0.2

    Tanpa Beban 2 gr pada 0° 2 gr pada 120° 2 gr pada 240°

    Aru

    s (A

    )

    Orientasi beban

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    [CELLRANGE] [CELLRANGE]

    [CELLRANGE]

    0.1

    0.12

    0.14

    0.16

    0.18

    0.2

    Tanpa Beban 2 gr pada 0° 2 gr pada 120° 2 gr pada 240° 1.6 gr pada 318°

    Aru

    s (A

    )

    Orientasi Beban

  • 17

    Setelah dilakukan pemasangan beban koreksi pada titik 218 sebesar 1,6 gr

    didapatkan arus listriknya sebesar 0,14 A lebih rendah dari keadaan sebelum balancing.

    Tingkat penurunan arus listrik setelah balancing sebesar 8,50 % dari keadaan tanpa

    beban. Arus listrik motor tertinggi sebesar 0,17 A pada saat penambahan beban 2 gr

    pada 120 dan terendah pada saat penambahan beban 1,6 gr pada titik 318 yaitu

    sebesar 0,14 A. Hubungan getaran bantalan terhadap arus dipengaruhi oleh celah udara

    eksentrisitas yang menghasilkan anomali dalam kerapatan fluks celah udara. Karena

    bantalan mendukung rotor, setiap gangguan pada bantalan akan menghasilkan gerakan

    radial antara rotor dan stator mesin (Narwade et al, 2013)[9].

    Gambar 23. Pengaruh penambahan beban terhadap arus listrik motor pada fan 5 sudu

    sebelum balancing

    Tingkat penurunan arus listrik setelah pemasangan beban 2 gr pada titik 240

    sebesar 1,87 % dari keadaan tanpa beban.

    Gambar 24. Pengaruh penambahan beban terhadap arus listrik motor pada fan 5 sudu

    setelah balancing

    [CELLRANGE] [CELLRANGE] [CELLRANGE] [CELLRANGE]

    0.1

    0.12

    0.14

    0.16

    0.18

    0.2

    Tanpa Beban 2 gr pada 0° 2 gr pada 120° 2 gr pada 240°

    Aru

    s (A

    )

    Orientasi beban

    [CELLRANGE] [CELLRANGE] [CELLRANGE]

    [CELLRANGE] [CELLRANGE]

    0.1

    0.12

    0.14

    0.16

    0.18

    0.2

    Tanpa Beban 2 gr pada 0° 2 gr pada 120° 2 gr pada 240° 2.2 gr pada 190°

    Aru

    s (A

    )

    Orientasi Beban

  • 18

    Setelah balancing arus listriknya meningkat sebesar 4,19% dari keadaan tanpa

    beban. Perubahan arus listrik pada fan 5 sudu juga tidak terlalu signifikan hampir sama

    dengan fan 4 sudu. Arus listrik tertinggi terjadi pada saat penambahan beban 2 gr pada 0

    sebesar 0,17 A dan terendah pada saat penambahan beban 2 gr pada titk 240 yaitu

    0,163.

    Dari data fan 4 sudu dan 5 sudu diketahui pengaruh penambahan beban terhadap

    getaran berbanding lurus dengan getaran yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai getaran

    maka arus yang dibutuhkan juga semakin besar. Hal ini tarjadi karena getaran merupakan

    sebagian energi yang terbuang sehingga semakin tinggi getaran semakin tinggi energi

    yang terbuang maka arus yang dibutuhkan oleh motor listrik juga semakin besar.

    Pengaruh penambahan beban terhadap konsumsi daya listrik

    Gambar 25. Pengaruh penambahan beban terhadap konsumsi daya listrik pada fan 4

    sudu sebelum balancing

    Gambar 26. Pengaruh penambahan beban terhadap konsumsi daya listrik pada fan 4

    sudu setelah balancing

    28.06 27.3

    31.28 30.22

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    Tanpa Beban 2 gr pada 0° 2 gr pada 120° 2 gr pada 240°

    Day

    a Li

    stri

    k (W

    )

    Orientasi Beban

    28.06 27.3

    31.28 30.22

    25.48

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    Tanpa Beban 2 gr pada 0° 2 gr pada 120° 2 gr pada 240° 1.6 gr pada 318°

    Day

    a Li

    stri

    k (W

    )

    Orientasi Beban

  • 19

    Tingkat penurunan daya listrik setelah balancing sebesar 9,19 % dari keadaan tanpa

    beban. Besarnya konsumsi daya listrik didapatkan dari besarnya arus dikalikan dengan

    tegangan listrik. Dari rumus daya dapat diketahui bahwa semakin besar arus atau

    semakin besar tegangan listrik maka semakin tinggi pula konsumsi daya listriknya dan

    sebaliknya semakin rendah arus listrik atau semakin rendah tegangan listrik maka

    konsumsi dayapun semakin rendah.

    Gambar 27. Pengaruh penambahan beban terhadap konsumsi daya listrik pada fan 5

    sudu sebelum balancing

    Tingkat penurunan kecepatan getaran setelah pemasangan beban 2 gr pada titik

    240 sebesar 2,07 % dari keadaan tanpa beban.

    Gambar 28. Pengaruh penambahan beban terhadap konsumsi daya listrik pada fan 5

    sudu setelah balancing

    Setelah balancing daya listriknya meningkat sebesar 3,47 % dari keadaan tanpa

    beban. Pengaruh besarnya konsumsi daya listrik pada fan 5 sudu sama dengan fan 4

    sudu yaitu dipengaruhi oleh besarnya arus listrik dikalikan dengan tegangan listrik.

    29.44 31.11

    29.73 28.83

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    Tanpa Beban 2 gr pada 0° 2 gr pada 120° 2 gr pada 240°

    Day

    a Li

    stri

    k (W

    )

    Orientasi Beban

    29.44 31.11

    29.73 28.83 30.5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    Tanpa Beban 2 gr pada 0° 2 gr pada 120° 2 gr pada 240° 2.2 gr pada 190°

    Day

    a Li

    stri

    k (W

    )

    Orientasi Beban

  • 20

    KESIMPULAN

    Setelah dilakukan penambahan beban sebesar 1,6 gr pada 318 pada fan 4 sudu

    terjadi penurunan kecepatan getaran dari 2,967 mm/s menjadi 1,867 mm/s dan

    penurunan arus listrik dari 0,153 A menjadi 0,14 A. Sedangkan pada fan 5 sudu

    setelah dilakukan penambahan 2 gr pada 240 terjadi penurunan kecepatan getaran

    dari 3,283 mm/s menjadi 2,533 mm/s dan penurunan arus listrik 0,16 A menjadi

    0.157 A.

    SARAN

    Pada penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan pengukuran sudut fase

    untuk menentukan lokasi beban koreksi dan mengunakan parameter percepatan

    getaran (vibration acceleration).

    Melakukan pergantian bantalan pada motor listrik sebelum melakukan balancing

    agar hasil balancing tidak dipengaruh oleh faktor kerusakan bantalan.

    Menggunakan bantuan alat pijakan tangan pada saat pengukuran getaran agar

    tangan tidak kontak langsung dengan mesin yang bergetar sehingga tidak

    mempengaruhi hasil pengukuran.

    Menggunakan bantuan software seperti autocad, solidwork, autodesk inventor,

    dll untuk membuat diagram penentuan beban koreksi.

    DAFTAR PUSTAKA

    [5]Adiwidodo, S., 2016, Pengaruh Angular Dan Parallel Misalignment Terhadap

    Konsumsi Energi Motor Listrik, Prosiding SENTIA, Vol.8, Hal B29-B34.

    Budynas, Nisbett. 2006. Shigley’s Mechanical Enggineering Design, Eight Edition.

    McGraw-Hill, USA.

    [3]Fatah, M.M.A, dan Wulandari, D., 2017, Studi Eksperimental Pengaruh Nilai

    Getaran Mekanis Terahadap Motor Listrik Induksi Dengan Variasi Poros

    Tambahan, JTM, Vol. 05, No. 02, Hal 93-98.

    Girdhar, Paresh Beng. 2004. Practical Machinery Vibration Analysis and predictive

    maintenance. Girdhar and Associates, London, UK.

    [1]Hadmoko, T., Widodo, A., Satrijo., D, 2016, Balancing Rotor Dengan Analisis Sinyal

    Getaran Dalam Kondisi Steady State, JTM (S-1), Vol.4, No.2, Hal 251-257.

    [8]ISO 10816 : 1998, Mechanical Vibration – Evaluation of Machine Vibration By

  • 21

    Measurement on Non Rotating Parts.

    [4]Lambang G.H, R.L., Djoko, S D., 2009, Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran

    Terhadap Efektifitas Metode Two-Plane Balancing Untuk Sistem Piringan Poros

    Overhung, MEKANIKA, Vol.7, No.2, Hal 58-76.

    [9]Narwade, S., Kulkarni, P., and Patil, C.Y., 2013, Fault Detection of Induction Motor

    Using Current and Vibration Monitoring, International Journal of Advanced

    Computer Research, ISSN, Vol. 3, No, 4, p. 272-279.

    [2]Permana, E., 2012, Analisa Dan Penanganan Getaran Pada Turbin Pembangkit

    Listrik Di PLTP Kamijang Unit I Darajat, TORSI, Vol.10, No. 1.

    [7]Triyono, B., Prasetyo, Indra A.W, D., Laksono, W., Kaji Eksperimental Pengaruh

    Ketidaksatusumbuan Sejajar Terhadap Getaran Dan Konsumsi Energi Pada

    Kopling Cakar, IRWSN, Hal 6.1-6.4.

    [6]Ulfiana, A., 2011, Analisis Pengaruh Misalignment Terhadap Vibrasi Dan Kinerja

    Motor Listrik, POLITEKNOLOGI, Vol.10, No.3, Hal 261-270.

    Wowk, Victor. 1995. Machinery vibration : balancing. McGraw-Hill, USA.

  • 22

    LAMPIRAN 1. Dokumentasi Penelitian

  • 23

    Lampiran 2. Kondisi motor tanpa pemasangan fan

    Motor inboard vertikal (miv) = 0,5 mm/s

    Motor outboard vertikal (mov) = 0,3 mm/s

    Motor inboard horizontal (mih) = 0,3 mm/s

    Motor outboard horizontal (moh) = 0,4 mm/s

    Putaran mesin = 978,2 rpm

    Arus = 0,11 A

    Tegangan = 184 V

    Lampiran 3. Vibration severity ISO 10816

  • 24

  • 25