PENGARUH KESIAPAN TEKNOLOGI DAN …digilib.unila.ac.id/59479/20/TESIS TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH KESIAPAN TEKNOLOGI DAN …digilib.unila.ac.id/59479/20/TESIS TANPA BAB...
PENGARUH KESIAPAN TEKNOLOGI DAN DUKUNGAN
PEMERINTAH TERHADAP PENERIMAAN TEKNOLOGI
E – COMMERCE PADA USAHA MIKRO KECIL DAN
MENENGAH (UMKM) DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Tesis)
Oleh
WITANTRI DWI SWANDINI
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
PENGARUH KESIAPAN TEKNOLOGI DAN DUKUNGAN
PEMERINTAH TERHADAP PENERIMAAN TEKNOLOGI
E – COMMERCE PADA USAHA MIKRO KECIL DAN
MENENGAH (UMKM) DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
WITANTRI DWI SWANDINI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER SAINS AKUNTANSI
Pada
Program Studi Magister Ilmu Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGARUH KESIAPAN TEKNOLOGI DAN DUKUNGAN PEMERINTAH
TERHADAP PENERIMAAN TEKNOLOGI E-COMMERCE
PADA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Witantri Dwi Swandini
Tujuan penelitian ini adalah memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kesiapan
teknologi dan dukungan pemerintah terhadap penerimaan teknologi e-commerce pada
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Bandar Lampung. Responden
penelitian ini adalah UMKM di Kota Bandar Lampung yang sudah mengadopsi e-
commerce dalam kegiatan bisnisnya. Metode analisis data yang digunakan adalah
metode kuantitatif dengan model Structural Equation Model (SEM).Jenis data yang
digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan cara membagikan kuisioner
kepada responden, dibantu dengan hasil wawancara dengan responden. Variabel
independen penelitian ini yaitu kesiapan teknologi dan dukungan pemerintah,
sedangkan variabel dependennya yaitu penerimaan teknologi e-commerce.
Kesiapan teknologi dalam penelitian ini diukur menggunakan (Technology Readiness
Index/ TRI (Parasuraman, 2000) yang terdiri dari 4 dimensi, yaitu: optimisme,
inovasi, ketidakamanan, dan ketidaknyamanan. Dukungan pemerintah menggunakan
3 indikator , yaitu: bantuan modal, pelatihan/ pendidikan, dan pendampingan tenaga
ahli. Sedangkan penerimaan teknologi e-commercediukur menggunakan Technology
Acceptance Model/ TAM (Davis et al., 1989) yang terdiri dari 3 indikator, yaitu:
persepsi kemanfaatan, persepsi kemudahan, dan minat untuk menggunakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan teknologi diukur dari dimensi
optimisme dan inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi
kemanfaatan dan persepsi kemudahan menggunakan. Sedangkan dimensi
ketidakamanan dan ketidaknyamanan harus dihapus dari model karena memiliki
faktor loading ≤ 0,7. Dukungan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan. Persepsi kemanfaatan dan
ersepsi kemudahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat untuk
menggunakan.
Kata kunci: Kesiapan Teknologi, Dukungan Pemerintah, Penerimaan Teknologi
E-Commerce, UMKM.
ABSTRACT
THE EFFECTS OF TECHNOLOGY READINESS AND GOVERNMENT
SUPPORT TO E-COMMERCE TECHNOLOGY ACCEPTANCE
IN MICRO SMALL MEDIUM ENTERPRISE (MSMEs)
AT BANDAR LAMPUNG CITY
By
Witantri Dwi Swandini
The purpose of this study is to provide empirical evidence regarding the effects of
technology readiness and government support toe-commerce technology acceptance
in micro small and medium enterprises (MSMEs) in Bandar Lampung City.
Respondents in this study were MSMEs in Bandar Lampung City who had adopted e-
commerce in their business activities. The data analysis method used is the
quantitative method with the Structural Equation Model (SEM) model. The type of
data used is primary data obtained by distributing questionnaires assisted by the
results of interviews with respondents. The independent variable of this research is
technology readiness and government support, while the dependent variable is e-
commerce technology acceptance.
Technology readiness in this study was measured using Technology Readiness Index/
TRI (Parasuraman, 2000) which consists of 4 dimensions, namely: optimism,
innovation, insecurity, and discomfort. Government support uses 3 indicators,
namely: capital assistance, training/education, and expert assistance, while the e-
commercetechnology acceptance is measured using Technology Acceptance Model/
TAM (Davis et al., 1989) which consists of 3 indicators, namely: perceived
usefulness, perceived ease of use, and behavior intention to use.
The results showed that technology readiness had a significant positive effect on
perceived usefulness and perceived ease of use. While the dimension of discomfort
and insecurity should be removed from the model because it has a loading factor ≤
0,7. Government support has a significant positive effect on perceived usefulness and
perceived ease of use. Perceived usefulness and perceived ease of use have a
significant positive effect on behavior intention to use e-commerce technology.
Keywords: Technology Readiness, Government Support, Technology Acceptance
E-Commerce, SMEs.
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara, dilahirkan di Kota Banjarnegara,
Jawa Tengah pada tanggal 08 Januari 1990 dari pasangan Bapak Siswandi dan Ibu
Puji Rahayu. Menempuh pendidikan di SDN 1 Bakulan, SMP N 2 Purbalingga, dan
SMA N 1 Purbalingga. Kemudian melanjutkan pendidikan Strata 1 (S1) di
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan mengambil jurusan Pendidikan
Akuntansi. Setelah lulus S1 dari UNY pada tahun 2012, penulis berkesempatan
memperoleh beasiswa selama 1 tahun dari Dikti untuk mengikuti Program
Pendidikan Calon Pendidik Akademi Komunitas (PPCPAK) di Politeknik Negeri
Malang dan Tahun 2013 penulis dinyatakan lulus Ujian Negara untuk memperoleh
Sertifikat Pendidik Akademi Komunitas. Di tahun yang sama melanjutkan
pengabdian menjadi pendidik vokasi di Akademi Komunitas Bojonegoro, Jawa
Timur. Tahun 2014, penulis berpindah tempat di Bandar Lampung karena mengikuti
suami dinas dan melanjutkan sebagai guru di SMK PGRI 2 Bandar Lampung. Tahun
2016 penulis melanjutkan studi di Program Pascasarjana FEB UNILA pada Program
Studi Magister Ilmu Akuntansi. Tahun 2017 setelah diamanahi anak pertama,
penulis memutuskan untuk resign dari pekerjaannya dan fokus menjadi ibu
homeschooler dari anak pertamanya, yaitu Hazeeqa El Shanum Putri yang kini
berusia dua tahun.
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS.Al Insyirah: 5)
PERSEMBAHAN
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT tesis ini penulis persembahan untuk :
1. Suami tercinta, Putut Wisnu Kurniawan, M.Pd, terima kasih untuk semua doa,
support, kasih sayang dan kesabaran serta keikhlasannya selama mendampingi
penulis menempuh pendidikan S2 di Magister Ilmu Akuntansi, FEB UNILA.
2. Anak sulungku, El Shanum, yang selama 2 tahun lebih ikut berjuang.
3. Bapak, Ibu, dan Ibu mertua atas doa dan dukungannya.
4. Kakak - Kakak dan adik – adikku.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis dengan judul “Pengaruh
Kesiapan Teknologi dan Dukungan Pemerintah Terhadap Penerimaan
Teknologi E – Commerce Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Di
Kota Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Ilmu Akuntansi pada Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.
2. Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister
Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung sekaligus
Dosen Pembimbing II yang telah memberikan dukungan, saran, ilmu dan
waktunya selama penyusunan tesis.
3. Dr. Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt., CA., selaku Dosen Pembimbing I
atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, bantuan, ilmu saran dan
masukan dalam proses penyelesaian tesis ini.
4. Dr. Trijoko Prasetyo, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian tesis
ini.
5. Dr. Fitra Dharma, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Penguji atau Dosen Penguji II
yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam proses
penyelesaian tesis ini.
6. Seluruh Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu, wawasan serta pelajaran selama ini.
7. Staf dan Karyawan Magister Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung atas bantuannya selama ini.
8. Suami dan anakku tercinta yang selalu memanjatkan do’a kepada Allah SWT,
memberikan dukungan dan semangat sehingga tesis ini dapat diselesaikan
dengan baik dan lancar.
9. Bapak, Ibu, Ibu Mertua, Kakak – Kakak, dan Adik – Adikku yang telah banyak
membantu doa dan dukungan.
10. Bapak dan Ibu pemilik UMKM di Kota Bandar Lampung yang terlibat sebagai
responden yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dan
memberikan data yang dibutuhkan dalam penyelesaian tesis ini.
11. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Magister Ilmu Akuntansi angkatan 2016.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan dalam proses penyelesaian tesis ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna. Namun, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
sebagai sumber informasi maupun literatur bagi penulisan karya-karya ilmiah
berikutnya.
Bandar Lampung, Agustus 2019
Penulis,
Witantri Dwi Swandini
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….. i
HALAMAN ABSTRAK ...……………………………………………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………... iv
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….... v
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………...…… vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP …………………………………….. vii
HALAMAN MOTTO ………………………………………………… viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………… ix
SANWACANA ………………………………………………………. x
DAFTAR ISI …………………………………………………………. xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………. xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2.Rumusan Masalah ……………………………………………… 7
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 8
1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Theoretical Background …………………………………………. 10
2.1.1 Teori Tindakan Beralasan ...........………………………... 10
2.1.2 Teori Perilaku Terencana ……………………………….. 12
2.2 Kesiapan Teknologi (Technology Readiness)…………………… 14
2.3 Dukungan Pemerintah …………………………………………... 16
2.4 Model Penerimaan Teknologi(TAM)…………………………… 17
2.5 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ………………….. 23
2.6 Penelitian Terdahulu …………………………………………….... 25
2.7 Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis ……………… 31
2.7.1 Pengaruh Kesiapan Teknologi Terhadap
Persepsi Kemanfaatan dan Persepsi Kemudahan ..……..………. 32
2.7.2 Pengaruh Dukungan Pemerintah Terhadap
Persepsi Kemanfaatan dan Persepsi Kemudahan ..……..………. 33
2.7.3 Pengaruh Persepsi Manfaat dan Persepsi
Kemudahaan Terhadap Minat Menggunakan ..……..………. 34
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel …………………………………………….. 35
3.2.Jenis dan Sumber Data Penelitian ……………………………… 35
3.3.Definisi Operasional Variabel …………………………………... 36
3.4. Klasifikasi Variabel ……………………………………………… 38
3.5.Teknik Analisis Data ……………………………………….......... 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif Data Responden …………………………….. 42
4.2. Demografi Responden …………………………………………… 43
4.3. Analisis Deskriptif Data …………………………………………. 52
4.4. Analisis Model …………………………………………………… 54
4.5. Uji Kualitas Data ………………………………………………… 56
4.6. Pengukuran Model Terstruktur ………………………………….. 58
4.7. Pengujian Hipotesis ……………………………………………… 59
4.8. Pembahasan ……………………………………………………… 61
BAB V. KESIMPULAN SARAN DAN IMPLIKASI
5.1. Kesimpulan ……………………………………………………… 66
5.2. Keterbatasan …………………………………………………….. 67
5.3. Saran …………………………………………………………….. 68
5.4. Implikasi ………………………………………………………… 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kriteria UMKM ……………................................... 24
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu ……………................................... 25
Tabel 3.1. Definisi Variabel Operasional ……………..................... 37
Tabel 3.2. Skala Likert ……………................................................. 39
Tabel 4.1. Jumlah Responden ……………...................................... 43
Tabel 4.2. Karakteristik Responden ……………............................ 44
Tabel 4.3. Pendapat Responden Terhadap Variabel
Kesiapan Teknologi …………….................................... 45
Tabel 4.4. Pendapat Responden Terhadap Variabel
Dukungan Pemerintah …………….................................... 47
Tabel 4.5. Pendapat Responden Terhadap Variabel
Penerimaan Teknologi …………….................................... 49
Tabel 4.6. Hasil Analisis Deskriptif ……………................................. 52
Tabel 4.7. Hasil Outer Loading ……………....................................... 56
Tabel 4.8. Hasil Estimasi Nilai AVE …………….............................. 56
Tabel 4.9. Hasil Composite Reliability ……………........................... 57
Tabel 4.10. Hasil Cronbachs Alpha ……………................................. 57
Tabel 4.11. Coefficient of Determination (R) ……………................. 58
Tabel 4.12. Path Coeffiencient (Meean, STDEV, T – Value) ………. 59
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Transaksi E- Commerce di Indonesia (2014 – 2018) …... 3
Gambar 2.1. Teori Tindakan Beralasan …………………………….... 10
Gambar 2.2. Teori Tindakan Terencana …………………………….... 12
Gambar 2.3. Model TAM........................………………………….. .... 18
Gambar 2.4. Model TAM Hwang & Yi …………………………….... 21
Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran ……………………………............. 30
Gambar 4.1. Interpretasi Outer Model ……………………………...... 54
Gambar 4.2. Interpretasi Outer Model ……………………………...... 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau biasa disebut dengan UMKM
mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan ekomoni di Indonesia
(bi.go.id). Peran yang penting dan strategis ini ditunjukkan dengan kemampuan
UMKM yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar sehingga
mengurangi angka pengangguran di masyarakat. Selain itu, UMKM juga memiliki
daya tahan yang kuat. Hal ini terbukti saat krisis moneter pada tahun 1997 – 1998,
saat kondisi perekonomian nasional porak poranda, UMKM mampu bertahan dalam
kondisi tersebut.
Kuatnya UMKM dalam membangun perekonomian karena keunggulannya
di beberapa faktor seperti kemampuan fokus yang spesifik, fleksibilitas nasional,
biaya rendah, dan kecepatan inovasi. Selain itu, penyerapan tenaga kerja yang besar
pada sektor ini berimbas pada pengurangan jumlah pengangguran sehingga mampu
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Peningkatan jumlah UMKM yang
pesat setiap tahun mencerminkan betapa pentingnya peran UMKM dalam roda
perekonomian rakyat. Berikut data perkembangan UMKM di Indonesia tahun 2014 –
2017.
2
Tabel 1.1. Perkembangan UMKM di Indonesia Tahun 2014 -2017
Tahun Jumlah UMKM (unit)
2014 57.895.721
2015 59.262.772
2016 61.651.177
2017 62.922.617
Sumber: depkop.go.id (2018)
Namun, di sisi lain UMKM menghadapi banyak permasalahan, antara lain
terbatasnya modal kerja, sumber daya manusia yang rendah, dan minimnya
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Rosianti& Mahendrawathi, 2017).
Seiring pertumbuhan ekonomi global yang semakin cepat, maka UMKM terus
mengalami penuntutan untuk meningkatkan kualitas guna menghadapi arus
globalisasi dan ketatnya persaingan. Peningkatan inovasi, pengembangan SDM dan
teknologi, serta perluasan pangsa pasar sudah saatnya menjadi prioritas bagi UMKM
untuk mempertahankan keberlangsuan usahanya. Salah satu upaya peningkatan daya
saing UMKM di pasar global adalah pemanfaatan teknlologi informasi dan
komunikasi sebagai sarana produksi dan pemasaran.
Dewasa ini, penggunaan teknologi informasi UMKM dirasa untuk
meningkatkan pangsa pasar yang lebih luas sehingga laba yang didapatkan lebih
besar. Di tambah, saat ini Indonesia sedang memasuki era revolusi industri 4.0. Oleh
sebab itu, semua UMKM diharapkan mengikuti perkembangan teknologi,
perkembangan digitalisasi, artificial intelligence, internet of things, advance
roboting, dan crypto currency. Salah satu inovasi teknologi informasi yang dapat
3
digunakan oleh UMKM adalah penggunaan e-commerce atau penjualan secara
elektronik (kominfo.go.id).
E-commerce adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang atau
jasa melalui jejaring internet. Saat ini, perkembangan e-commerce di Indonesia
sendiri sedang mengalami peningkatan yang signifikan dan dalam kurun waktu 5
tahun transaksi e-commerce naik menjadi 500%. Tahun 2014 transaksi e-commerce
mencapai Rp 25,1 triliun dan naik menjadi Rp 144,1 triliun pada tahun 2018. Jumlah
penduduk yang besar membuat potensi perkembangan e-commerce di Indonesia
tumbuh menjadi saat pesat. Hal tersebut semakin di dukung dengan jumlah pengguna
internet yang terus bertambah, harga sambungan internet yang semakin terjangkau,
serta antusiame masyarakat menggunakan layanan internet dalam kehidupan sehari –
hari. Perkembangan jumlah transaksi e-commerce di Indonesia dapat dilihat pada
grafik berikut ini.
Gambar 1.1. Transaksi E-Commerce di Indonesia (2014 – 2018)
Sumber: katadata.co.id (2018)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2014 2015 2016 2017 2018
Triliun (Rp)
4
Pengadopsian e-commerce oleh UMKM tentu memerlukan dukungan
pemerintah yang kuat, baik dari segi permodalan maupun bantuan sarana prasana. Di
dalam Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM sendiri, termuat di
dalamnya bahwa dukungan pemerintah meliputi delapan aspek yaitu: pendanaan,
sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan
berusaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan. Pesatnya industri kreatif di
Indonesia berpotensi membangun UMKM yang memiliki daya saing tinggi, hanya
saja sebagian orang tidak tahu cara membangun suatu produk menjadi dikenal dan
memiliki potensi pasar yang lebih luas dengan pemanfaatan teknologi. (bekraf.go.id).
Menurut Yasin (2007) dalam As’ad; Ahmad; & Sentosa(2012) mengatakan
bahwa teknologi e-commerce telah digunakan di hampir setiap segmen aktivitas
manusia dari perdagangan, pendidikan, pengobatan, transportasi, pariwisata, dan
hiburan. Namun fakta di lapangan, penggunaan e-commerce sendiri belum maksimal.
Hal tersebut disebabkan antara lain: kondisi geografis, kesulitan dalam akses karena
terbatasnya sarana telekomunikasi dan infrastruktur, kinerja akses internet yang
rendah karena kualitas dan kuantitas kabel yang buruk, kebijakan yang kurang
mendukung, kurangnya pengetahuan tentang teknologi, dan rendahnya sumber daya
manusia yang terampil dalam memanfaatkan teknologi.
Selain itu beberapa hambatan yang sering ditemui UMKM juga antara lain
permasalahan modal, pengelolaan manajemen, standar mutu produk, kesulitan
pemasaran dan promosi, kesulitan distribusi produk, serta kurang tepatnya
5
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan operasional (Effendi
dalam Ramadhani& Arifin, 2013).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Khristianto(2012) juga mengatakan bahwa
kesiapan sumber daya manusia, keuangan, dan ketidaktahuan di bidang teknologi
informasi dan komunikasi menjadi kendala dalam melakukan adopsi teknologi
informasi dan komunikasi pada usaha keripik pisang di Bandar Lampung. Adopsi e-
commerce belum efektif dikarenakan UMKM belum memiliki niat dan keyakinan
yang tinggi terhadap manfaat penggunaan e-commerce, kurangnya faktor pengaruh
sosial dari komunitas sesama UMKM, serta kurangnya dukungan finansial baik
sarana maupun prasarana dan tenaga ahli dari pihak pembina UMKM terkait.
Era globalisasi menjadi tantangan bagi UMKM untuk terus bertahan dan
memiliki keunggulan bersaing. Berkembangnya teknologi informasi terutama media
sosial menawarkan manfaat bagi UMKM untuk meningkatkan pemasaran dan
penjualan, memperluas pangsa pasar, dan membantu pengambilan keputusan bisnis
(Priambada, 2015). Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII), pengguna internet Indonesia tahun 2018 mencapai 51,8% dari total
penduduk yaitu sebesar 132,7 juta pengguna. Penggunaan internet sebagian besar
untuk mengakses media sosial, hiburan dan onlineshop. Hal tersebut menjadikan
potensi besar bagi UMKM di dunia maya terutama pada media sosial. Oleh karena
itu, penting untuk menginvestigasi faktor-faktor yang memengaruhi motivasi
penggunaan media sosial oleh UMKM (Purwantini, 2018).
6
Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan kesiapan
teknologi (technology readiness) dandukungan pemerintah terhadap penerimaan
teknologie-commercepada UMKM antara lain Kartiwi (2006); Aisyah, Sagoro, &
Nugroho (2014); Astuti& Nasution (2014); Tambunan (2011); Butt, Tabassam,
Chaundhry, & Nusair(2016); Walczuch, Lemmink, & Streukens(2007); serta Consoli
(2012). Hasil penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa tidak ada satu model
yang benar – benar pasti dalam menjelaskan pemahaman ini pada segala kondisi dan
situasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Technology Acceptance Model
(TAM) yang dikembangkan oleh Davis (1986) sebagai landasan teori untuk
mengetahui pengaruh dari adopsi teknologi informasi. TAM adalah sebuah teori yang
dirancang untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengerti dan menggunakan
teknologi informasi berdasarkan persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) dan
persepsi kemudahanan menggunakan(perceived ease to use, dimana kedua persepsi
ini kemudian akan memunculkan keputusan bagi pengguna apakah ada minat untuk
menggunakan (behavioral intention to use).
Selain itu, peneliti juga menggunakan Technology Readiness Index (TRI) yang
dikembangkan oleh Parasuraman (2000) untuk mengukur bagaimana kesiapan pelaku
UMKM untuk menggunakan teknologi dilihat dari empat dimensi, yaitu: optimisme,
inovasi, ketidaknyamanan, dan ketidakamanan. Dimensi optimisme dan
inovasimerupakan faktor kontibutor (pendukung), yaitu pandangan positif seseorang
dalam menggunakan teknologi. Sedangkan dimensi ketidaknyamanan dan
7
ketidakamanan merupakan faktor inhibitor (penghambat), yaitu pandangan negatif
seseorang dalam memutuskan untuk mengadopsi teknologi baru dalam kegiatan
bisnisnya. Oleh sebab itu, penelitian mengenai kesiapan teknologi dan penerimaan
teknologi para pelaku UMKM untuk menerapkan atau mengadopsi suatu teknologi
dalam kegiatan bisnis mereka dirasa perlu untuk diteliti agar ke depannya UMKM
lebih berkembang.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan hasil dari beberapa penelitian
terdahulu, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana
kesiapan UMKM untuk mengadopsi teknologi informasi dalam menjalankan usaha
mereka dan dukungan pemerintah terhadap penerimaan teknologi dalam
pengembangan UMKM. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kesiapan
Teknologi dan Dukungan Pemerintah Terhadap Penerimaan Teknologi E –
CommercePada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Studi Kasus Pada
UMKM di Kota Bandar Lampung”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kesiapan teknologi berpengaruh terhadap persepsi kemanfaatan
menggunakan e-commerce pada pelaku UMKM?
8
2. Apakah kesiapan teknologi berpengaruh terhadap persepsi kemudahan
menggunakan e-commerce pada pelaku UMKM?
3. Apakah dukungan pemerintah berpengaruh terhadap persepsi kemanfaatan
menggunakan e-commerce pada pelaku UMKM?
4. Apakah dukungan pemerintah berpengaruh terhadap persepsi kemudahan
menggunakan e-commerce pada pelaku UMKM?
5. Apakah persepsi kemanfaatan berpengaruh terhadap minat menggunakan e-
commerce pada pelaku UMKM?
6. Apakah persepsi kemudahan berpengaruh terhadap minat menggunakan e-
commerce pada pelaku UMKM?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, memprediksi, dan
mengkaji :
1. Pengaruh kesiapan teknologi terhadap persepsi kemanfaatan menggunakan e-
commerce pada pelaku UMKM.
2. Pengaruh kesiapan teknologi berpengaruh persepsi kemudahan menggunakan e-
commerce pada pelaku UMKM.
3. Pengaruh dukungan pemerintah terhadap persepsi kemanfaatan menggunakan e-
commercepada pelaku UMKM.
9
4. Pengaruh dukungan pemerintah terhadap persepsi kemudahan menggunakan e-
commerce pada pelaku UMKM.
5. Pengaruh persepsi kemanfaatan terhadap minat menggunakan e-commerce pada
pelaku UMKM.
6. Pengaruh persepsi kemudahan terhadap minat menggunakan e-commerce pada
pelaku UMKM.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Pemerintah Daerah
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk meningkatkan penyediaan
sarana dan prasarana serta infrastruktur yang lebih baik dalam hal pelayanan
teknologi informasi bagi pelaku UMKM.
2. Sebagai acuan bagi pemerintah untuk memberikan pendampingan dan
pembinaan bagi pelaku UMKM terkaitan dengan penggunaan teknologi dalam
proses bisnis.
b. Bagi Pelaku UMKM
Sebagai bahan pertimbangan untuk mulai menerapkan teknologi baik dalam
kegiatan produksi, pemasaran, maupun akuntansi.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)
Teori tindakan beralasan atauTheory Reasoned Action (TRA) pertama kali
dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun 1975.Tujuan dari TRA adalah
untuk menjelaskan perilaku manusia atas niatnya untuk mengadopsi perilaku tertentu.
TRA mengasumsikan bahwa individu berperilaku secara rasional untuk mencapai
hasil yang menguntungkan dan untuk menghindari dari perbuatan mengecewakan
orang lain. Menurut teori ini niat orang untuk berperilaku dengan cara tertentu adalah
variabel pendahulu dari perilaku aktual mereka. Selain itu, niat individu untuk
berperilaku dengan cara tertentu juga ditentukan oleh sikap terhadap perilaku tersebut
dan norma – norma subyektif.
Gambar 2.1. Model Teori Tindakan Beralasan – TRA
Sumber: Fishbein & Ajzen (1975)
Kepercayaan dan
Evaluasi
Motivasi Untuk
Mengikuti Berbagai
Usulan
Sikap
Terhadap
Perilaku
Norma
Subjektif
Niat
Perilaku
Perilaku
Sesungguhnya
11
Komponen sikap diwakili oleh keyakinan individu yang mengacu pada
kemungkinan berperilaku untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan dan dapat
dievaluasi apakah perilaku tersebut menguntungkan atau tidak.Setiap orang memiliki
keyakinan yang berbeda tentang satu perilaku tertentu.Selain itu, kinerja perilaku
tertentu mungkin menganut suatu keyakinan baru yang mungkin mempengaruhi sikap
dan kinerja (Fishbein & Ajzen, 1975).
TRA telah digunakan secara ekstensif untuk memprediksi dan menjelaskan
keinginan berperilaku dan perilaku aktual dalam psikologi sosial, pemasaran, dan
dalam mengadopsi sistem informasi.Hasil penelitian menemukan bahwa TRA efektif
digunakan dalam memprediksi perilaku yang berbeda.TRA juga dapat digunakan
untuk memprediksi perilaku dalam situasi yang di luar kondisi batas yang ditetapkan
untuk model, misalnya perilaku yang melibatkan pilihan eksplisit di antara
alternatif.Dengan demikian, pengujian perilaku menggunakan TRA terbukti efektif
dan akurat (Fayad & Paper, 2015).
TRA memproposisi proses sekuensial dan hubungan kausalitas
antarkonstruk yang mempengaruhi perilaku manusia. Teori ini berasumsi bahwa
perilaku manusia didorong oleh niat, sikap, dan kepercayaan yang dikaitkan dengan
norma subjektif dalam mengambil suatu keputusan secara sadar. TRA kemudian
menjadi model dasar perilaku yang banyak digunakan dalam penelitian mengenai
adopsi teknologi dan sistem informasi (Achjari, Abdillah, & Suratman, 2011).
12
2.1.2 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)
Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (TPB)
merupakan pengembangan dari TRA. TPB diperkenalkan oleh Ajzen pada tahun
1985 dengan menambahkan variabel baru yang disebut “perceived behavioral
control”atau kontrol terhadap perilaku. Persepsikontrol terhadap perilaku
ditambahkan dengan mengacu pada kemudahan atau kesulitan untuk mengadopsi
perilaku tertentu, dan ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan antisipasi untuk
hambatan atau rintangan (Ajzen, 1991).
Variabel perceived behavioural control(persepsi kontrol perilaku) terdiri dari
faktor situasional dan ketersediaan peluang dan sumber daya seperti waktu, uang, dan
pengetahuan yang mencerminkan tingkat nyata kontrol atas perilaku. Jika variabel
lainnya tetap tidak diubah, niat untuk berperilaku dengan cara tertentu adalah variabel
utama dalam menentukan perilaku yang sebenarnya.
Gambar 2.2. Teori Perilaku Terencana – TPB
Sumber: Ajzen(1991)
Sikap Terhadap
Perilaku
Norma Subjektif
Kontrol Perilaku
Niat Perilaku Perilaku
Sesungguhnya
13
Teori Perilaku Terencana(Theory of Planned Behavior – TPB) menggunakan
tiga konstruk yaitu sikap kita terhadap perilaku tersebut, norma subjektif, dan
perasaan mengenai kemampuan mengontrol sebagai sesuatu yang mempengaruhi
apabila hendak melakukan perilaku tersebut. Penjelasan mengenai teori perilaku
direncanakan adalah sebagai berikut:
1. Sikap (attitude)
Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh keyakinan yang diperoleh mengenai
konsekuensi dari suatu perilaku atau yang disebut dengan behavioral beliefs.Belief
berkaitan dengan penilaian subjektif seseorang terhadap sesuatu. Menurut Ajzen,
beliefs dalam teori ini dapat diungkapkan dengan cara menghubungkan suatu perilaku
dengan berbagai manfaat atau kerugian yang mungkin diperoleh apabila kita
melakukan perilaku itu.
2. Norma Subjektif (Subjective Norm)
Norma subjektif adalah perasaan atau dugaan seseorang terhadap harapan –
harapan dari orang – orang yang ada di dalam kehidupannya tentang dilakukan atau
tidak dilakukannya perilaku tertentu.Norma subjektif juga dipengaruhi oleh
keyakinan.
3. Persepsi Kontrol Perilaku (Perceived Behavioral Control)
Persepsi kontrol perilaku adalah perasaan seseorang mengenai mudah atau
sulitnya mewujudkan suatu perilaku tertentu. Persepsi kontrol perilaku dapat berubah
tergantung situasi dan jenis perilaku yang akan dilakukan. Persepsi kontrol
dintentukan oleh keyakinan individu mengenai ketersediaan sumber daya berupa
14
peralatan, kompatibilitas, kompetensi, dan kesempatan yang mendukung atau
menghambat perilaku yang akan diprediksi dan besarnya peran sumber daya tersebut
dalam mewujudkan perilaku.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka hubungan antara Teori Tindakan
Beralasan dan Teori Tindakan Terencana dengan penelitian adalah teori ini dapat
digunakan untuk memperkirakan atau memprediksi niat pemiliki UMKM untuk
mengadopsi e-commerce kemudian niat tersebut akan menjadi acuan dalam
mengambil keputusan apakah akan menggunakan atau tidak e-commerce dalam
kegiatan bisnis mereka.
2.2 Technology Readiness (Kesiapan Teknologi)
Parasuraman dan Colby (2014) mendefinisikan technology readiness sebagai
kecenderungan seseorang untuk merangkul dan menggunakan teknologi yang baik
untuk mencapai tujuan di tempat kerja. Sedangkan, metode Technology Readiness
Index (TRI) itu sendiri pertama kali dikembangkan oleh Parasuraman (2000) untuk
mengukur keyakinan dan pemikiran seseorang secara umum terhadap teknologi.
Pandangan seseorang terhadap teknologi dapat bernilai positif, yaitu berupa sikap
optimisme dan inovasi atau kecenderungan untuk menjadi pelopor dalam penggunaan
teknologi baru. Namun, pandangan seseorang juga dapat menjadi negatif terhadap
teknologi berupa perasaan tidak nyaman dan tidak aman. Dalam hal ini dapat
15
disimpulkan bahwa dalam kesiapan teknologi (technology readiness) terdapat empat
dimensi, yaitu:
1. Dimensi optimisme (optimism). Optimisme didefinisikan sebagai persepsi positif
seseorang terhadap penggunaan teknologi baru guna meningkatkan kinerja.
2. Dimensi inovasi (innovativeness). Inovasi mengacu pada sejauh mana seseorang
suka melakukan eksperimen dengan teknologi dan berada di garis depan untuk
mencoba produk atau layanan berbasis teknologi baru.
3. Dimensi ketidaknyamanan (discomfort). Ketidaknyamanan didefinisikan sebagai
kurangnya kontrol terhadap teknologi dan perasaan dikuasi olehnya. Dimensi
ketidaknyamanan menunjukkan rasa kurangnya penguasaan terhadap teknologi
dan kurangnya kepercayaan terhadap teknologi baru.
4. Dimensi ketidakamanan (insecurity). Ketidakamanan merupakan ketidakpercayaan
seseorang terhadap transaksi berbasis teknologi terbarukan dan adanya keraguan
terhadap keamanan dari penggunaan teknologi tersebut.
Dalam penelitian TRI digunakan untuk mengukur kecenderungan seseorang
untuk menerima dan menggunakan suatu teknologi atau tidak dalam kehidupan sehari
– hari. Dimensi – dimensi dalam TRI dikembangkan berdasarkan pernyataan pikiran
secara keseluruhan yang dihasilkan berdasarkan faktor pendorong maupun
penghambat yang secara kolektif menentukan suatu keputusan akan menggunakan
atau tidak menggunakan teknologi baru. TRI diciptakan untuk menjelaskan pengaruh
antara hubungan individu dengan teknologi, yaitu hubungan ragam karakteristik
individu dan keyakinan terhadap berbagai aspek teknologi.
16
2.3 Dukungan Pemerintah
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM
disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah memberikan fasilitas
pengembangan usaha pada UMKM dalam bidang produksi dan pengolahan,
pemasaran, sumber daya manusia, dan desain dan teknologi. Dalam Undang –
Undang Nomor 20 Tahun 2008 juga disebutkan bahwa pemerintah berupaya
meningkatkan kinerja UMKM dari pemberian kredit atau bantuan modal dan juga
pembinaan lainnya. Adapun pembinaan yang dilakukan pemerintah terhadap UMKM
sebagai bentuk dukungan adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan teknik produksi dan pengolahan,
2. Pengembangan usaha melalui peningkatan manajemen usaha bagi UMKM,
3. Pengembangan usaha dalam bidang pemasaran dengan melakukan perbaikan
teknik pemasaran, menyediakan sarana pemasaran dan promosi, menyediakan
jaringan pemasaran baik secara manual maupun elektronik, dan menyediakan
tenaga konsultan profesional untuk UMKM.
4. Pengembangan usaha dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia,
dengan cara memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada pelaku UMKM,
membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan motivasi dan kreativitas bisnis, serta menciptakan wirausaha baru.
5. Membangun kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha,
dan masyarakat.
17
Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dan lembaga legilatif sebagai
pembuat kebijakan, juga memiliki beberapa peran yang berfungsi sebagai bentuk
dukungan dalam usaha pengembangan UMKM. Adapun peran pemerintah sesuai
dengan undang – undang adalah sebagai berikut:
1. Peran fasilitator, pemerintah sebagai penyedia fasilitas untuk pengembangan
UMKM. Peran fasilitator antara lain dilakukan melalui program pendanaan,
pengembangan SDM, dan pengembangan pasar.
2. Peran regulator. Pemerintah sebagai pemegang kontrol atas aktivitas usaha dan
bisnis yang dijalankan oleh para pelaku UMKM. Produk pemerintah sebagai
regulator adalah adanya ketentuan - ketentuan yang mengatur tentang UMKM.
3. Peran katalisator adalah pemerintah sebagai lembaga yang bertugas
mengembangkan UMKM dan mengajak masyarakat untuk menjadi wirausaha
guna menekan angka pengangguran. Peran katalisator ini juga berfungsi sebagai
peran edukasi, dimana pemerintah memegang peranan penting dalam
mensoliasisasikan kebijakan – kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas UMKM
dan mengedukasi masyarakat agar mau menjadi wirausaha.
18
2.4 Model Penerimaan Teknologi (TAM)
Model Penerimaan Teknologi/ Technology Acceptance Model atau TAM
pertama kali diperkenalkan oleh Davis (1986) dan merupakan adopsi dari Theory of
Reasoned Action (TRA) yang dibuat khusus untuk permodelan penerimaan
penggunaan terhadap sistem informasi. Tujuan utama dari TAM adalah memberikan
dasar untuk penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap, dan
tujuan penggunaan teknologi. TAM menganggap bahwa keyakinan individual, yaitu
persepsi manfaat (Persepsi Kemanfaatan/ PU) dan persepsi kemudahan untuk
menggunakan (Perceived Ease to Use / PE) adalah pengaruh utama perilaku
penerimaan teknologi. TAM merupakan adopsi komponen tetap dari model TRA dan
menerapkan komponen – komponen tersebut sebagai domain khusus dari teknologi
komputer dan informasi. Perbedaan antara TAM dan TRA terletak pada penempatan
faktor – faktor sikap dari TRA, dimana TAM memperkenalkan dua variabel kunci
yaitu PU dan PE yang memiliki relevansi untuk memprediksikan sikap penerimaan
penggunaan terhadap teknologi.
Gambar 2.3. Model Technology Acceptane Model– TAM
Sumber: Davis (1989)
Sikap
Menggunakan
Niat untuk
Menggunakan
Perilaku
Sesungguhnya
Persepsi
Kemanfaatan
Persepsi
Kemudahan
19
Perilaku (behavioral) yang diukur dalam TAM adalah perilaku seseorang
dalam menggunakan teknologi. Oleh sebab itu, TAM dituliskan lebih spesifik sebagai
berikut:
1. Perceived of Usefulness. Persepsi kemanfaatan didefinisikan sebagai sejauh mana
seseorang percaya bahwa menggunakan teknologi akan meningkatkan kinerjanya.
Persepsi ini merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan
keputusan. Dengan demikian, jika seseorang merasa percaya bahwa teknologi
berguna maka ia akan menggunakannya, sebaliknya jika merasa bahwa teknologi
tidak berguna maka ia tidak akan menggunakan.
2. Perceived Ease to Use. Persepsi kemudahaan menggunakan didefinisikan sebagai
sejauh mana seseorang percaya bahwa teknologi mudah untuk digunakan. Dengan
demikian, jika seseorang merasa percaya bahwa teknologi mudah digunakan maka
ia akan menggunakan, sebaliknya jika merasa bahwa teknologi tidak mudah untuk
digunakan maka ia tidak akan menggunakan.
3. Attitude Toward Using. Sikap terhadap penggunaan didefinisikan sebagai perasaan
positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan
ditentukan.
4. Behavioral Intention to Use, yaitu minat untuk menggunakan adalah suatu
keinginan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
5. Actual Usage, yaitu tindakan seseorang yang sesungguhnya dalam menggunakan
teknologi untuk menunjang pekerjaannya.
20
Keunggulan teori TAM dalam mengukur perilaku penggunaan teknologi
menurut Wiyono (dalam Noprianto, 2016) adalah sebagai berikut:
a. TAM merupakan model perilaku yang bermanfaat untuk menjawab mengapa
sistem teknologi informasi gagal diterapkan, jawabannya yaitu karena tidak
adanya minat untuk menggunakan.
b. TAM dibangun dengan dasar teori yang kuat.
c. TAM telah diuji dengan banyak penelitian dan sebagian besar hasilnya
mendukung dan menyimpulkan bahwa TAM merupakan model yang baik.
d. Model TAM merupakan model parsimony yaitu model yang sederhana dan valid.
Sedangkan kelemahan dari model TAM adalah sebagai berikut:
a. TAM hanya memberikan informasi atau hasil yang sangat umum saja tentang
minat dan perilaku pengguna dalam menerima teknologi baru. Penjelasan tentang
hubungan antar variabel di dalam model dirasa kurang.
b. Tidak ada kontrol perilaku pada TAM.
c. Penelitian dengan menggunakan metode TAM umumnya hanya menggunakan
sebuah sistem saja (penelitian cross sectional).
d. Seringkali hanya menggunakan objek tunggal.
Hwang & Yi (2002) kemudian melakukan pengembangan pada model TAM
dengan menambahkan satu variabel yaitu kemampuan berkomputer secara mandiri
(computer self – efficacy) termasuk di dalamnya adalah penggunaan internet yang
berpengaruh terhadap persepsi kemudahan (perceived ease to use) dan kegunaan
21
secara nyata (actual usage).Model TAM menurut Hwang & Yi (2002) dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Gambar 2.4. Model TAM – Hwang & Yi (2002)
Sumber: Hwang & Yi (2002)
Dimensi – dimensi dalam pengukuran TAM menurut Hwang & Yi (2002)
tentang penerimaan pengguna (user acceptane) adalah sebagai berikut:
1. Computer Self Efficacy (CSE).
CSE didefinisikan sebagai suatu model multilevel, yang beroperasi pada dua level
yang berbeda, yaitu: pertama, di tingkat komputasi umum sebagai penilaian
keberhasilan individu pada beberapa domain komputasi secara umum. Kedua, di
tingkat komputasi spesifik sebagai penilaian keberhasilan individu pada beberapa
aplikasi atau sistem tententu pada domain komputasi/
2. Perceived Ease to Use (PE)
PE atau persepsi kemudahan untuk menggunakan diartikan sebagai sejauh mana
seseorang percaya bahwa menggunakan teknologi akan bebas dari usaha. Persepsi
Persepsi
Kemanfaatan
Persepsi
Kemudahan
Kemampuan
Menggunakan
Komputer
Sikap
Menggunakan
Niat
Menggunakan
Perilaku
Sesungguhnya
22
tersebut mencerminkan bahwa usaha merupakan sumber daya yang terbatas bagi
seseorang yang akan mengalokasikan untuk berbagai kegiatan.
3. Perceived Usefulness (PU)
PU atau persepsi kemanfataan diartikan sebagai tingkat keyakinan seseorang
bahwa menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kinerja. Pentingnya
persepsi kemanfaatan diambil dari model aslinya yang mengatakan bahwa persepsi
ini mempengaruhi penggunaan teknologi secara langsung maupun tidak langsung
melalui sikap seseorang terhadap teknologi.
4. Attitude Toward Using (ATU)
Dalam konteks model TAM, maksud dari attitude toward using adalah sikap
terhadap penggunaan teknologi yang berbentuk penerimaan atau penolakan
sebagai akibat dari penggunaan teknologi dalam pekerjaannya. Faktor sikap
(attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap
seseorang terdiri atas unsur kognitif/ cara pandang (cognitive), afektif (affective),
dan komponen – komponen yang berkaitan dengan perilaku (behavioral
components).
5. Behavioral Intention To Use (BITU)
Behavioral intention to use adalah minat seseorang untuk menggunakan teknologi
dalam aktivitas pekerjaannya.Minat perilaku merupakan prediksi terbaik dari
pengunaan sistem teknologi informasi.Tingkat penggunaan sebuah teknologi
komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap
23
teknologi tersebut.Sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan
atau penolakan adalah prediksi yang baik untuk mengetahui actual usage.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model TAM dapat
menjelaskan bahwa persepsi pengguna menentukan sikapnya dalam penggunaan
teknologi informasi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan digunakan 3 (empat)
konstruk dari model TAM, yaitu: Perceived Usefulness (PU)atau persepsi
kemanfaatan, Perceived Ease To Use (PE)atau persepsi kemudahan, dan Behavioral
Intention (BI)atau minat untuk menggunakan yang dikembangkan oleh Davis (1989).
2.5 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008, UMKM diartikan sebagai:
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan
usaha perseorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang – Undang.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik secara
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
24
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik secara langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau
Usaha Besar yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Undang –
Undang.
Sedangkan kriteria UMKM menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun
2008 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Kriteria UMKM
No. Jenis Usaha Kekayaan Bersih Hasil Penjualan Tahunan
1. Usaha Mikro Maks. Rp 50.000.000,- Maks. Rp 300.000.000,-
2. Usaha Kecil ≥ Rp 50.000.000,- s.d. Rp
500.000.000,-
≥ Rp 300.000.000,- s.d. Rp
2.500.000.000,-
3. Usaha Menengah ≥ Rp 500.000.000,- s.d. Rp
10.000.000.000,-
≥ Rp 2. 500.000.000,- s.d.
Rp 50.000.000.000,-
Adapun tujuan dari UMKM adalah menumbuhkan dan mengembangkan
usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi
ekonomi yang berkeadilan.
2.6 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian - penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian
ini adalah yang memuat variabel – variabel yang akan diujikan. Variabel – variabel
tersebut adalah kesiapan teknologi, dukungan pemerintah, dan penerimaan teknologi
e-commerce pada UMKM di Kota Bandar Lampung. Penelitian terdahulu yang
menjadi acuan adalah sebagai berikut:
25
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Tahun Hasil Penelitian
1. Aisyah, M.N., Sagoro,
E.M., & Nugroho, M.A.
2014 a. Terdapat pengaruh kesiapan
teknologi terhadap persepsi
kemanfaatan dan persepsi
kemudahan.
b. Terdapat pengaruh persepsi
kemanfaatan dan persepsi
kemudahan penggunaan teknologi
terhadap minat meggunakan
teknologi komputer untuk
membantu proses bisnis pada
UMKM.
2. Khristianto, W. 2012 a. Level adopsi komputer di seluruh
UMKM terbukti tinggi, sedangkan
level adopsi internet masih rendah.
b. Penggunaan teknologi komputer
masih belum optimal untuk
memberikan nilai lebih pada
perkembangan bisnis dan strategi
lainnya.
c. Kendala dalam mengadopsi
komputer dan internet didominasi
oleh faktor internal seperti: pelaku
UMKM merasa tidak
membutuhkan internet, masalah
pendanaan dalam investasi
teknologi, dan terbatasnya sumber
daya manusia yang memiliki
kapasitas dalam mengoperasikan
teknologi.
3. Eka, S.P., Handayani,
S. T., & Zahroh, Z.A.
2010 a. Perceived -Usefulness (manfaat
yang dirasakan) tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan TI.
b. Persepsi Kemudahan
Menggunakan (kemudahan
penggunaan) berpengaruh
signifikan terhadap acceptane IT
(penerimaan TI).
c. Acceptane IT (penerimaan TI)
26
berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan daya saing
perusahaan.
4. Astuti, N.C., &
Nasution, R.A.
2014 a. Kesiapan teknologi dari
entrepreneur masih moderat. Ada
perbedaan yang signifikan dalam
hal kesiapan teknologi jika dilihat
dari latar belakang (jenis kelamin,
usia, pendidikan, dan pendapatan).
b. Sehubungan dengan tingkat adopsi
internet untuk media promosi
masih rendah, hanya ada 36,3%
yang mengadopsi. Hal ini jelas
menunjukkan perlu untuk
memberikan dukungan kepada
UKM untuk mengadopsi teknologi
khususnya untuk penggunaan e-
commerce.
5. Lubis, T. A., & Junaidi. 2016 a. Rendahnya pemahaman terhadap
manfaat teknologi informasi.
b. Rendahnya ketersediaan investasi,
dan
c. Rendahnya dukungan lembaga
pemerintah
6. Nugroho, M.A. 2015 a. Contributor dan Inhibitor memiliki
pengaruh signifikan terhadap
technology readiness.
b. Hasil pengujian technology
readiness dibehavior to use juga
menunjukkan hasil signifikan.
c. Pengujian effect of the government
support and competitor pressure
menunjukkan hasil yang tidak
signifikan.
d. Dukungan pemerintah dan tekanan
competitor tidak berpengaruh
terhadap penggunaan TI (behavior
to use) di UKM.
e. Hal ini memperkuat klaim
sebelumnya bahwa dukungan
pemerintah dan tekanan kompetitor
bukan komponen yang membuat
27
UKM siap untuk mengadopsi dan
menggunakan TI dalam proses
bisnis mereka.
7. Larasati N., & Santosa,
P.I.
2017 Kesiapan UMKM untuk menerima
implementasi ERP dalam konstruk
Technology Readiness yaitu Persepsi
Kemanfaatandan Persepsi Kemudahan
Menggunakan memiliki pengaruh
yang berbeda.
8. Sidharta, I., & Sidh, R. 2014 Persepsi kemanfaatan dan persepsi
kemudahan menggunakan
berpengaruh signifikan terhadap
attitude mahasiswa dalam online
shopping, serta berpengaruh signifikan
terhadap intention to use.
9. As’ad, I., Ahmad, F., &
Sentosa I.
2012 a. UMKM di Jakarta yang
mengimplementasikan e –
commerce sebanyak 53,1%, di
Jawa Barat sebanyak 94%, di Jawa
Tengah dan Yogyakarta sebanyak
12,5%, di Bali sebanyak 12,5% dan
sisanya di kota lain.
b. Belum maksimalnya implementasi
e – commerce di Indonesia
disebabkan oleh faktor mahalnya
biaya penggunaan teknologi
informasi dan tidak stabilnya
jaringan internet.
10. Rahayu, R., & Day, J. 2015 Adopsi e – commerce di Indonesia
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
persepsi keuntungan, kesiapan
teknologi, inovasi pemilik,
pengalaman dan kemampuan pemilik
dalam menggunakan teknologi
informasi. Hasil penelitian juga
menemukan bahwa faktor individu
memiliki peran yang signifikan dalam
adopsi teknologi e – commerce pada
UMKM di Indonesia.
11. Luthfiadi, M., &
Dhewanto, W.
2013 a. Keyakinan positif (trust
posivitively)berpengaruh terhadap
minat menggunakan(intented to
28
use), tetapi persepsi
kemudahanmenggunakan (Persepsi
Kemudahan Menggunakan) tidak
berpengaruh signifikan terhadap
minat menggunakan(intented to
use).
b. Risiko (Risk) tidak berpengaruh
negatif terhadap minat
menggunakan (intented use).
c. Status penjual dan reputasi
berpengaruh positif terhadap
keyakinan (trust).
12. Putra, T. G. 2015 Pemerintah daerah memberikan
dukungan dengan memberikan
training/ pelatihan, pendampingan
modal dan penggunaan teknologi,
menjadi fasilitator untuk
mempromosikan produk UMKM.
13. Fatmariani 2011 a. Adopsi teknologi informasi open
source e – commerce secara positif
mempengaruhi kinerja UKM.
b. Interaksi antara teknologi informasi
open source e – commerce dengan
variabel soliciduter, kemampuan
inovasi pengusaha, tekanan
pesaing, konsumen, permintaan,
dan kepercayaan tidak
mempengaruhi kinerja UKM
secara signifikan.
14. Kartiwi, M. 2006 a. Kurangnya proses awal identifikasi
strategi bisnis pada UMKM di
Indonesia sebelum memutuskan
untuk mengadopsi e – commerce.
Gagalnya adopsi e – commerce
juga disebabkan karena kurangnya
keyakinan para pemilik bahwa
transaksi elektronik dapat
mengatasi beberapa masalah dalam
proses bisnis mereka.
b. Perlunya dukungan dari pemerintah
maupun badan non-pemerintah
yang peduli terhadap
29
pengembangan UMKM. Dukungan
tersebut dapat berupa bantuan yang
lebih komprehensif, yang akan
memandu UMKM dari awal
sampai akhir proses adopsi.
c. Kurangnya SDM ahli di bidang
teknologi yang dimiliki oleh
UMKM.
15. Dharma, F. 2006 Jaminan struktural dan reputasi yang
dirasakan memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap kepercayaan
dalam sistem e-commerce.
16. Ariwibowo, D. P. J., &
Nugroho, M. A.
2013 a. Terdapat pengaruh positif Trust
terhadap Niat untuk Bertransaksi
menggunakan E-commerce pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta.
b. Terdapat pengaruh negatif
Perceived of Risk terhadap Niat
untuk Bertransaksi menggunakan
E-commerce pada Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta.
c. Terdapat pengaruh Trust dan
Perceived of Risk terhadap Niat
untuk Bertransaksi menggunakan
E-commerce pada Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta.
17. Butt, I., Tabbasam, S.,
Chaundhry, N. G., &
Nusair, K.
2016 Kepercayaan, manfaat yang dirasakan,
kemudahan penggunaan yang
dirasakan, dan sikap belanja
mempengaruhi sikap serta niat untuk
mengaodpsi sistem online (e-
shopping).
18. Ghobakhloo, M.,
Aranda, D. A., &
Amado, J.B.
2011 Adopsi e-commerce pada UKM
dipengaruhi oleh persepsi manfaat
relatif, persepsi kompatibilitas, inovasi
pemilik, intensitas informasi, tekanan
pembeli/ pemasok, dukungan dari
vendor teknologi, dan persaingan.
30
19. Sandberg, K. W.,
Wahlberg, O., & Pan,
Y.
2009 a. UKM siap untuk menerima faktur
elektronik.
b. Tekanan dari pelanggan dianggap
sebagai faktor penting untuk
penerimaan e-faktur di UKM.
c. UKM memandang bahwa
penerimaan e - faktur dapat
bermanfaat, dan mengarah pada
peningkatan efisiensi internal
jugaberdampak pada proses bisnis
dan hubungan.
d. Inovasi daripemilik / manajer
mempengaruhi penerimaan faktur
elektronik.
20. Gengatharen, D. F., &
Standing, C.
2005 Dukungan pemerintah berpengaruh
terhadap keberhasilan pasar elektronik
regional (REM) yang digunakan
untuk mempromosikan penggunaan e-
commerce oleh UMKM.
21. Nuvrianasari, A. 2012 a. Pengaruh dukungan organisasional,
kompetensi teknologi dan
lingkungan eksternal terhadap
pengadopsian e-commerce baik
secara pasial maupun simultan
memiliki pengaruh yang positip
dan signifikan.
b. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin baik dukungan organisasi
dan kompetensi teknologi yang
dimiliki UKM serta semakin kuat
dorongan lingkungan eksternal
maka akan meningkatkan kemauan
UKM untuk mengadopsi e-
commerce dalam kegiatan
bisnisnya.
c. Adapun variabel yang dominan
berpengaruh tehadap pengadopsian
e-commerce .adalah lingkungan
eksternal. Indikator lingkungan
eksternal yang memberikan
dorongan dan tekanan bagi UKM
untuk mengadopsi e -
31
commerceadalah dorongan dari
konsumen dan tuntutan dari
perkembangan pada dunia bisnis.
22. Yulimar, V. A., 2006 Kompatibilitas, dukungan manajemen
puncak, kesiapan organisasional,
dorongan eksternal, dan manfaat yang
dirasakan mempunyai pengaruh
positif signifikan terhadap adopsi e-
commerce. Dan adopsi e-commerce
mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
2.7 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
Kerangka pemikiran dalam penelitian adalah gambaran secara garis besar
hubungan antar variabel yang akan diujikan dalam penelitian. Adapun kerangka
pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar2.5. Kerangka Pemikiran
H5
H6
H4
H2
H3
H3
H1 H1 Kesiapan
Teknologi
Dukungan
Pemerintah
Persepsi
Kemanfaatan
Persepsi
Kemudahan
Minat
Menggunakan
32
2.7.1 Pengaruh Kesiapan Teknologi Terhadap Persepsi Kemanfaatan dan
Persepsi Kemudahan
Davis (1989) mengembangkan suatu model tentang sikap seseorang dalam
menerima teknologi yang dinamakan Technology Acceptance Model (TAM) yang
diadaptasi dari Theory Reasoned Action (TRA) oleh Ajzen dan Fishbein (1991).TAM
sendiri menggunakan dua konstruk, yaitu kemanfaatan yang dirasakan dan
kemudahan dalam menggunakan.TAM digunakan untuk menjelaskan tentang faktor –
faktor yang menentukan penerimaan terhadap teknologi.Faktor – faktor tersebut dapat
berupa faktor internal maupun eksternal.
Kesiapan Teknologi mengacu pada kecenderungan seseorang untuk
merangkul dan menggunakan teknologi baru guna mencapai tujuannya. Berdasarkan
Technology Readiness Index (TRI) yang dikembangkan oleh Parasuraman (2000)
bahwa TRI mencakup empat dimensi, yaitu: optimisme, inovasi, ketidaknyamanan,
dan ketidakamanan. Optimisme dan inovasi merupakan faktor pendukung
(contributor) seseorang dalam menggunakan suatu teknologi baru, adanya sikap
optimis dan inivatif maka akan memunculkan persepsi manfaat dan kemudahan
dalam menggunakan teknologi. Sedangkan ketidaknyamanan dan ketidakamanan
merupakan faktor penghambat (inhibitor) dalam mengadopsi teknologi baru.Dengan
demikian, orang yang optimis dan inovatif serta nyaman dan aman lebih cenderung
menerima dan menggunakan teknologi baru (Dewanti & Suprapto, 2015).Demikian
dapat disimpulkan bahwa kesiapan teknologi berpengaruh penerimaan untuk
menggunakan teknologi.
33
H1 : Kesiapan Teknologi berpengaruh terhadap persepsi kemanfaatan.
H2 :Kesiapan Teknologiberpengaruh terhadap persepsi kemudahan.
2.7.2 Pengaruh Dukungan Pemerintah Terhadap Persepsi Kemanfaatan dan
Persepsi Kemudahan
Dukungan pemerintah merupakan faktor kunci dalam pengembangan
UMKM terutama untuk menentukan kebijakan dalam mengadopsi teknologi atau
tidak dalam usaha mereka. Pemerintah memegang peranan penting dalam regulasi
dan peraturan melalui fasilitas yang akan mengatur pola kerja UMKM dan
kompetensi, termasuk kesiapan dan perilaku UMKM untuk menggunakan teknologi.
Dukungan pemerintah terhadap UMKM diberikan dalam bentuk pelatihan,
pendampingan, dan pemberian modal baik materi ataupun sarana dan prasarana
penunjang.Nugroho (2015) mengatakan bahwa dukungan pemerintah mempengaruhi
organisasi dalam hal ini UMKM dalam mengadopsi teknologi informasi.
Hal senada diungkapkan Endraswari (2006) yang mengatakan bahwa
dukungan lembaga pemerintah berpengaruh positif dan signifikan pada adopsi TI
oleh UMKM khususnya di daerah Bantul, Yogyakarta.Aplikasi teknologi didukung
oleh lembaga pemerintah dapat membantu mereka dalam kegiatan usaha yaitu
menjadi lebih efisien dan mudah dalam transaksi. Penelitian ini juga mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Sarosa &Zowghi (2003). Dengan demikian dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut:
34
H3 : Dukungan pemerintah berpengaruh terhadap persepsi kemanfaatan.
H4 : Dukungan pemerintah berpengaruh terhadap persepsi kemudahan.
2.7.3 Pengaruh Persepsi Kemanfaatan dan Persepsi Kemudahan Terhadap
Minat Menggunakan
Persepsi kemanfaatan adalah tingkat kepercayaan seseorang bahwa
penggunaan suatu sistem khusus akan meningkatkan performa (Davis, 1989). Dengan
adanya kemanfaatan yang dirasakan maka intensitas seseorang untuk menggunakan
suatu sistem akan semain meningkat. Sedangkan persepsi kemudahan penggunaan
(perceived ease of use) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa
menggunakan teknologi akan bebas dari usaha (Noprianto, 2016). Persepsi
kemudahan erat kaitannya dengan kepercayaan (belief) untuk mengambil keputusan.
Jika seseorang percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan makan ia akan
menggunakannya, sebaliknya jika merasa bahwa sistem informasi tersebut tidak
mudah untuk digunakan maka orang tersebut tidak akan menggunakannya. Menurut
Adanya persepsi manfaat maka akan muncul persepsi kenyamanan seseorang dalam
menggunakan teknologi, sehingga timbul minat untuk menggunakan. Berdasarkan
penjelasan tesebut maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H5 :Persepsi kemanfaatan berpengaruh terhadap minat menggunakan e-
commerce.
H6 : Persepsi kemudahan berpengaruh terhadap minat menggunakan
menggunakan e-commerce.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi
dalam penelitian ini adalah UMKM di Kota Bandar Lampung yang telah
mengadopsi e-commercedalam kegiatan usahanya.Sedangkan sampel penelitian
subjek dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi (Ferdinand,
2006).Sampel diambil karena tidak memungkinkan untuk meneliti seluruh anggota
populasi. Oleh karena itu, sampel yang diambil harus dapat digunakan untuk
mengeneralisasikan populasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling dengan pendekatan purposive sampling, yaitu peneliti memilih sampel
secara subyektif sesuai dengan tujuan penelitian (Arikunto, 2006).Sedangkan,
Hair (1998) mengatakan bahwa sampel minimal untuk penelitian dengan model
SEM yaitu antara 100 – 200 sampel.
3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini data primer, yaitu data yang
dikumpulkan dari sumber penelitian atau lapangan yang diperoleh melalui
pengamatan dan pencatatan secara cermat. Data primer yang digunakan dalam
36
penelitian ini bersumber dari kuisioner, dibantu wawancara, dokumentasi, dan studi
kepustakaan.
3.3 Definisi Operasional Variabel
3.3.1 Variabel Technology Readiness
Technology Readiness yang dimaksud adalah kecenderungan seseorang untuk
merangkul dan menggunakan teknologi baru guna mencapai tujuan dalam kehidupan
sehari – hari dan juga tujuan di tempat kerja (Parasuraman, 2000).Technology
readiness diukur dengan menggunakan metode Technology Readiness Index (TRI)
dimana pengukuran mencakup empat dimensi, yaitu: optimisme, inovasi,
ketidaknyamanan, dan ketidakamanan.
3.3.2 Variabel Dukungan Pemerintah
Variabel dukungan pemerintah dalam penelitian ini adalah program yang
dilakukan pemerintah untuk mendukung penggunaan teknologi dalam proses bisnis
UMKM dengan menggunakan Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 sebagai
acuan.
3.3.3 Variabel Technology Acceptance
Variabel technology acceptance dalam penelitian ini menggunakan model
TAM yang dikembangkan oleh Davis (1986) dan model pengintegrasian TRI.
37
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel
Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Kuisioner
Kesiapan
Teknologi (X1)-
Parasuraman &
Colby (2014);
Astuti & Nasution
(2014); Butt,
Tabassam,
Chaundry, &
Nusair (2016)
1.1 Optimisme
1.2 Inovasi
1.3 Ketidaknyamanan
1.4 Ketidakamanan
1.1.1 Teknologi
memberikan
kontrol, lebih
bermanfaat,
efisien.
1.2.1 Menjadi
pioneer dalam
mengadopsi
teknologi baru.
1.3.1 Rasa tidak
percaya untuk
mengadopsi
teknologi baru.
1.4.1 Rasa
ketidakamanan
akan privasi
saat
menggunakan
teknologi.
1-2
3-4
5
6
Dukungan
Pemerintah (X2) –
UU No. 20 Tahun
2008; Nugroho
(2015); Hadiyati
(2015).
2.1 Menyediakan
sarana dan
prasarana
2.2 Menyediakan
tenaga ahli di
bidang TI
2.3 Mengadakan
pelatihan TI
2.1.1 Adanya
bantuan
penyadaan
komputer dan
jaringan
internet
2.2.1 Memberikan
bantuan
pendampingan
tenaga ahli
2.3.1 Memberikan
pelatihan dan
7
8
9
38
pendidikan di
bidang TI
3 Penerimaan
Teknologi E –
Commerce (Y)
– Davis (1989);
Fayad & Paper
(2015); Larasati
& Santosa
(2017).
3.1 Persepsi
Kemanfaatan
3.2 Persepsi
Kemudahan
Menggunakan
3.3 Minat
menggunakan
4.1.1 Keputusan
untuk
menggunakan
atau tidak.
4.2.1 Persepsi
bahwa
menggunakan
teknologi akan
bebas dari
usaha
5.3.1 Keinginan
yang kuat
untuk
menggunakan.
10 – 12
13 – 15
16 – 18
Evaluasi masing – masing hasil diukur dengan skala ordinal dengan
pendekatan 5 point Likert. Alternatif jawaban yang diberikan adalah :
Tabel 3.2. Skala Likert
Alternatif Jawaban Nilai
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Netral (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3.4 Klasifikasi Variabel
Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
39
a. Variabel bebas (Independen), yaitu : Kesiapan Teknologi (X1) dan
Dukungan Pemerintah (X2)
b. Variabel terikat (Dependen), yaitu Persepsi Kemanfaatan (Y1), Persepsi
Kemudahan Menggunakan (Y2), Minat Menggunakan (Y3).
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode
analisis jalur dengan pengukuran Partial Least Square (PLS) yaitu merupakan
metode analisis yang powerful oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi (Ghozali,
2014). PLS merupakan salah satu metode statistika Structural Equation Model (SEM)
berbasis varian yang dapat digunakan ketika terdapat permasalahan pada data, seperti
ukuran sampel penelitian kecil, data tidak terdistribusi normal, dan adanya data yang
hilang (Hair, 1998).
PLS dapat melakukan pengujian model pengukuran (outer model) dan model
struktural (inner model) secara simultan. Model pengukuran digunakan untuk
mengetahui hubungan antara item yang diobservasi (instrumen penelitian) dengan
variabel laten dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas.
3.5.1 Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dilakukan untuk memastikan bahwa alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah valid dan reliabel.
40
a) Uji Validitas
Dilakukannya uji validitas bertujuan untuk memeriksa apakah isi kuesioner
sudah tepat untuk mengukur apa yang ingin diukur dan cukup dipahami oleh semua
responden. Pengujian validitas menggunakan Partial Least Square (PLS) dapat
dilihat dari pengujian validitas convergent dan discriminant. Convergent Validity
dinilai berdasarkan besarnya nilai loading yang menunjukkan korelasi antara item
score denganconstruct score (Ghozali, 2014).
Menurut Chin (dalam Ghozali, 2014), nilai loading refleksif dikatakan
tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur dan ini
sangat direkomendasikan, namun demikian untuk penelitian tahap awal nilai
loading0,5 sampai 0,6 dianggap cukup. Dalam penelitian ini nilai loading > 0,60
dianggap baik.
b) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana konsistensi alat ukur
yang digunakan, sehingga bila alat ukur tersebut digunakan kembali untuk meneliti
obyek yang sama dengan teknik yang sama dengan waktu yang berbeda, maka hasil
yang diperoleh tetap sama. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai Composite
Realibility Measure > 0,70 dan Cronbach Alpha > 0,70.
41
3.5.2. PengukuranModel Struktural
Model struktural dievaluasi dengan menggunakan koefisien determinasi atau
R2
untuk konstruk dependen dan Stone-Geis ser-Q-Square atau Q2
untuk mengetahui
apakah model memiliki predictive relevance. Interpretasi R2
sama dengan interpretasi
pada regresi yaitu untuk menilai pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Sementara Q2
mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh
model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q2>0 menunjukkan bahwa model
memiliki predictive relevance. Besaran Q-square memiliki nilai dengan rentang 0 <
Q2
< 1, dimana semakin mendekati 1 berarti model semakin baik (Ghozali, 2014).
66
BAB V
KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Kesiapan teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi manfaat
dan persepsi kemudahan menggunakan. Semakin baik kesiapan teknologi yang
dilakukan maka semakin tinggi keyakinan seseorang bahwa e-commerce
memiliki manfaat dan mudah untuk digunakan. Kesiapan teknologi UMKM
untuk mengadopsi e-commerce dilihat dari 4 dimensi yaitu optimisme, inovasi,
ketidakamanan, dan ketidaknyamanan. Optimisme adalah keyakinan bahwa
dengan menggunakan e-commerce maka usaha akan lebih produktif dan efisien,
serta memperluas jaringan. Selain itu inovasi juga dituntut dalam hal ini seperti
selalu mengikuti perkembangan teknologi terbaru.
2. Dukungan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi
manfaat dan persepsi kemudahan menggunakan. Semakin besar dukungan yang
diberikan oleh pemerintah kepada UMKM untuk menggunakan e-commerce
maka persepsi manfaat dan kemudahan menggunakan juga akan semakin tinggi.
Dukungan pemerintah dapat diberikan dalam bentuk pelatihan secara berkala
untuk UMKM tentang pengadopsian e-commercedalam dunia bisnis,
memberikan pendampingan tenaga ahli yang mampu membantu UMKM
67
mengatasi berbagai hambatan dan kendala dalam menjalankan e-commerce, serta
memberikan bantuan modal serta sarana prasarana bagi UMKM untuk
mengadopsi e-commerce, dan meningkatkan kualitas layanan jaringan internet di
setiap daerah masing – masing.
3. Persepsi manfaat dan persepsi kemudahan menggunakan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat menggunakan e-commerce. Semakin besar persepsi
seseorang tentang manfaat e-commerce maka akan mendorongnya untuk
menggunakan e-commerce dalam kegiatan usaha. Manfaat dari menggunakan e-
commerce itu sendiri antara lain menghemat waktu bekerja, meningkatkan
produktivitas, dan memberikan kemudahan dalam memeriksa administrasi
keuangan perusahaan.
5.2 KETERBATASAN
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya terbatas pada UMKM yang bergerak di sektor fashion,
kuliner, dan kerajinan saja sehingga populasi dan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sangat terbatas. Padahal sektor usaha UMKM itu beragam seperti
pertanian dan perkebunan, percetakan, desain, jasa, dan sebagainya.
2. Variabel penelitian ini hanya terbatas pada kesiapan teknologi dan dukungan
pemerintah, sementara masih ada variabel lain yang dapat mempengaruhi
penerimaan teknologi e-commerce. Sedangkan variabel penerimaan teknologi e-
68
commerce sendiri hanya terbatas pada persepsi manfaat, persepsi kemudahan
menggunakan, dan minat untuk menggunakan e-commerce.
5.3 SARAN
Adapun saran yang diusulkan untuk penelitian selanjutnya di bidang kajian
yang sama adalah sebaiknya memperluas wilayah geografis UMKM tidak hanya
terbatas di satu wilayah saja dengan pemilihan sektor usaha yang lebih beragam.
Selain itu, variabel penelitian juga dapat ditambahkan dengan variabel – variabel lain
misalnya kinerja perusahaan, daya saing usaha, dan sebagainya.
5.4 IMPLIKASI
Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kesiapan teknologi dan
dukungan pemerintah memiliki pengaruh terhadap penerimaan teknologi e-commerce
pada UMKM – UMKM di Kota Bandar Lampung.Namun, dalam pelaksanaannya
masih diperlukan perbaikan yang terus menerus sehingga diharapkan pemerintah
dapat memfasilitasi UMKM – UMKM agar lebih maksimal lagi dalam menggunakan
e-commerce sehingga usaha mereka lebih berkembang lagi dan memiliki pangsa
pasar yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Achjari, D; Abdillah, W; Suryaningrum, S; & Suratman.(2011). Kesiapan UsahaMikro, Kecil, dan Menengah Industri Kreatif Untuk MengadopsiTeknologi Informasi. JAAI Volume 15 No.2, Desember 2011: 143 – 160.
Ajzen, I. (1985). From Intentions To Action: A Theory of Planned Behavior. In J.Kuhl& J. Beckmann (Eds), Action – control: From Cognition ToBehavior. Page 11 – 39.
Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior.Organizational Behavior andHuman Decision Prossess. 50, 179 – 211.
Aisyah.M.N., Sagoro, E.M., &Nugroho, M.A. (2014). Pengaruh TechnologyReadiness Terhadap Penerimaan Teknologi Komputer Pada UMKM diYogyakarta. Jurnal Economia, Vol. 10, No.2, Oktober 2014.
Aribowo, D. (2013). Pengaruh Trust dan Perceived of Risk Terhadap NiatBertransaksi Menggunakan E-Commerce. Jurnal Nominal, Volume IINomor I.
Arikunto S. (1998). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :Rineka Cipta.
As’ad, I., Ahmad, F., &Sentosa, I. (2012). An Empirical Study E-CommerceImplementation Among SMEs In Indonesia. International Journal ofIndependent Research and Studies, Vol. 1, No.1, Jan. 2012.
Astuti, N.C., &Nasution, R.A. (2014). Technology Readiness and E-CommerceAdoption Among Entrepreneur of SMEs in Bandung City, Indonesia.GadjahMada International Journal of Business, Vol.16 No.1 (January –April): 69-88.
Butt, I., Tabassam, S., Chaundhry, N.G., &Nusair, K. (2016). Using TechnologyAcceptance Model To Study Adoption of Online Shopping In AnEmerging Economy. Journal of Internet Banking and Commerce, August2016, Vol. 21, No.2.
Chin, W. W. (1998). The Partial Least Squares Approach to Structural EquationModeling. Modern Method for Business Research, 295 – 336.
Consoli, D.(2012). Literature Analysis on Determinant Factors and The Impact ofICT in SMEs.Procedia, Social and Behavioral Science,62 (2012), 93 -97.
Davis, F.D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and UserAcceptance of Information Technology.MIS Quarterly, Vol.13, No.3.(Sep.,1898), pp. 319-340.
Davis, F.D.,Bagozzi, R..&Warshaw, P.R. (1989). User Acceptance of ComputerTechnology: A Comparison of Two Theoretical Models. ManagementScience, August 1989, 35,8,pg.982.
Dewanti, I.S., & Soeprapto, A. (2015). Technology Readiness dan ModelPenerimaan Teknologi Informasi Mahasiswa.The 2nd UniversityResearch Coloqium 2015.
Dharma, F. (2006).Pengaruh Structural Assurance dan Perceived ReputationTerhadap Trust Pengguna Internet Sistem E – Commerce. SimposiumNasional Akuntansi (SNA) 9 Padang.
Ediraras, D.T. (2010). Akuntansi dan Kinerja UMKM. Jurnal Ekonomi Bisnis,No.2, Vol. 15, Agustus 2010.
Eka, S.P., Handayani, S.T., & Zahroh, Z.A. (2010). Pengaruh Aplikasi TeknologiInformasi Dalam Peningkatan Daya Saing Perusahaan (Studi PadaUMKM Kota Malang). Jurnal Profit, Volume 7 Nomor 1 Tahun 2010.
Endraswari, R.M. (2006). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Aplikasi teknologiInformasi dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi PadaUKM Kerajinan Tangan Bantul, Yogyakarta). Tesis. Semarang:Universitas Diponegoro.
Fayad, R., Paper, D. (2015). The Technology Acceptance Model E-CommerceExtention: A Conceptual Framework.Procedia Economics and Finance,26 (2015) pp: 1000 – 1006.
Fatmariani.(2011). Pengaruh Adopsi Teknologi Informasi Open Source E –Commerce Terhadap Kinerja UKM Dengan Faktor – Faktor TechnologyAcceptance Model (TAM) Sebagai Moderating Variabel. JurnalTeknologi dan Informatika (Teknomatika), Vol. 1., No.1., Januari 2011.
Ferdinand, A. (2006). Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponegoro.
Fishbein, M.,&Ajzen, I. (1975).Belief, Attitude, Intention, and Behaviour: AnIntrocutionTo Theory and Research. Reading, Addison – Wesley, MA.
Gengatharen, D. F., & Standing, C. (2005). A Framework To Assess The FactorsAffecting Success Or Failure of The Implementation of Government-Supported Regional E-Marketplaces for SMEs. Europe Journal ofInformation System (2005) 14, 417 – 433.
Ghobakhloo, M., Aranda, D. A., & Amado, J.B. (2011).Adoption of E-CommerceApplications in SMEs.Industrial Management & Data System Journal.Vol. 111, No. 8, 2011, pp. 1238 – 1269.
Ghozali, I. (2014). Structural Equation Modelling, Metode Alternatif denganPartial Least Squares (PLS). Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hair. (1998). Multivariate Data Analysis With Reading.3rd ed. Macmillan, NewYork. NY.
Hadiyati, E. (2015). Marketing and Government Policy on MSMEs in Indonesia:A Theoritical Framework and Empirical Study. International Journal ofBussiness and Management; Vol. 10, No.2.
Hale, J.L., Householder, B.J., & Greene, K.L. (2013). The Theory of ReasonedAction. The Persuasion Handbook: Developments in Theory andPractice. Thousand Oaks, CA: Sage. Page of 259 – 289.
Henseler, J., Ringle, C., M., &Sinkovics, R., R. (2009).The Use of Partial LeastSquares Path Modeling in International Marketing. Advances inInternational Marketing, Volume 20, 227 – 319.
Hernandez, B., Jimenez, J., & Martin, M.J. (2008). Adoption vs Acceptance of E-Commerce: Two Different Decisions. Emerald Journal of Marketing,Vol.43 No. 9.
Hwang, Y., & Yi, M., Y. (2002). Predicting the Use of Web Based InformationSystem Intrinsic Motivation and Self Efficacy. English AmericasConference on Information System.
Idris, A., Edwards, H., &Mc.Donald, A.(2017). E-Commerce Adoption inDeveloping Countries SMEs: What Do The Prevalling TheoreticalModels Offer Us?. International Conference on E-Commerce (ICoEC)2017.Malaysia: Putrajaya.
Idris, A., Edwards, H., &Mc.Donald, A.(2017). E-Commerce Readiness of SMEsin Developing Countries: A Model – Driven Systematic LiteratureReview.UK Academy for Information Systems Conference Proceedings2017.Paper 34.
Irnawati, D. (2011). Pemanfaatan E-Commerce Dalam Dunia Bisnis. JurnalIlmiah Orasi Bisnis, Edisike VI. ISSN:2085 -1375.
Kadar, J.A., Napitulu, D., &Jati, R.K. (2017). Klasifikasi UKM BerdasarkanTingkat Kesiapan Teknologi Menggunakan Algoritma K- Means. JurnalPenelitian Pos dan Informatika (JIPI), Vol. 7, No.2 (2017), 97 - 108.
Karahanna, E., &Straub, D.W. (1999).The Psychological Origins of PerceivedUsefulness and Ease of Use. Information and Management, 35 (1999)237 – 250.
Kartiwi, M. (2006).Case Studies of E – Commerce Adoption in Indonesia SMEs:The Evaluation of Strategic Use.Australian Journal of InformationSystem, 14 (1), 2006, 69 – 80.
Khristianto, W., Kalnadi, D., Lestari, B. (2015).Analysis of Acceptance andIntention To Use Technology Among Micro Small and MediumEnterprises: Using UTAUT Model. Proceding 9th InternationalConference on Malaysia – Indonesia Relations.
Larasati, N., &Santosa, P.I.(2017). Technology Readiness and TechnologyAcceptance Model in New Technology Implementation Precess in LowTechnology SMEs.International Journal of Innovation Management andTechnology, Vol.8, No.2, April 2017.
Luthfiadi, M., &Dhewanto, W. (2013).Technology Acceptance of E-Commerce inIndonesia.International Journal of Engineering Innovation andManagement, 3 (2013).
Lubis, T.A., &Junaidi.(2016). PemanfaatanTeknologiInformasiPada Usaha MikroKecil danMenengah di Kota Jambi. Jurnal Perspektif Pembiayaan danPembangunan. Vol. 3 No.3 (2016).
Noprianto, R. (2016). Studi Literatur Pengintegrasian Dua Metode Kesiapan danPenerimaan Pengguna Terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi.SENTIKA 2016. ISSN: 2089-9815.
Nurhadi.(2015). Adopsi Electronic Commerce Teori Praktek dan Implikasi PadaUsaha Kecil danMenengah. Surabaya: PT. Rivka Petra Media.
Nugroho, M.A. (2015). Impact of Government Support and Competitor Pressureon the Technology Readiness of SMEs in Indonesia in Adopting theInformation Technology.Procedia Computer Science,72 (2015) 102 –111.
Nugroho, M.A., Susilo, A.Z., Fajar, M.A., &Rahmawati, D. (2017).ExploratoryStudy of SMEs Technology Adoption Readiness Factors.ProcediaComputer Science, 124 (2017) 329 – 336.
Nuvriasari, A. (2012). Peran Dukungan Organisasional, Kompetensi Teknologidan Lingkungan Eksternal Dalam Rangka Mendorong Pengadopsian E-Commerce Pada Usaha Kecil Menengah. Jurnal Siasat Bisnis, Vol.16,No.2, Juli 2012, Hal.205-217.
Parasuraman, A. (2000). Technology Readiness Index (TRI): Multiple Item Scaleto Measure Readiness to Embrace New Technologies. Journal of ServiceResearch, 2 (4), 2000, page: 307 – 320.
Parasuraman, A.,& Colby, C.L. (2014). Un Updated and Streamlined TechnologyReadiness Index : TRI 2.0.Journal of Service Research, June 24,2014.
Priambada, A. (2015). Shopee Berambisi Jadi Pemimpin Mobile MarketplaceC2C di Indonesia (Online). Diaksesdarilamanhttp://www.dailysocial.id/post/shopee-berambisi-jadi-pemimpin-mobile-marketplace-c2c-indonesia/.
Purwantini, A.G. (2018). AnalisisPemanfaatan Social Commerce Bagi UMKM:AntesedendanKonsekuen. Kompartemen: JurnalIlmiahAkuntansiMaret2018, XVI (1), 47 – 63.
Putra, T.G. (2015). Peran Dukungan Pemerintah dan Partisipasi Pelaku UsahaDalam Pengembangan UMKM Manik – Manik Kaca di KabupatenJombang. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik. Volume 3, Nomor 1,Januari – April 2015.
Rahayu, R., & Day, J. (2015). Determinant Factors of E-Commerce Adoption bySMEs in Developing Countries: Evidence from Indonesia. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 195.pp.142-150 ISSN 18770428.
Ramadhani, F., &Arifin Y. (2013). Optimalisasi Pemanfaatan TeknologiInformasi Komunikasi Berbasis E – Commerce Sebagai MediaPemasaran Usaha Kecil Mikro dan Menengah Guna Meningkatkan Daya
Saing Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.Economics Development Analysis Journal.EDAJ 2 (2) (2013).
Rosianti, N. C., &Mahendrawathi, E.R. (2017).Analisis Tingkat KematanganProses Bisnisdan Kesiapan Teknologi Informasi Studi Kasus UsahaGarmen Mikro, Kecil, dan Menengah di JawaTimur. Jurnal Teknik ITSVol. 6, No. 2 (2017).
Rosyida, S. (2017).Technology Acceptance Model (TAM) Terhadap PenggunaanInternet dalam Belanja Online. Jurnal Sistem Informasi STMIK AntarBangsa.Vol. VI, No.2, Agustus 2017.
Sandberg, K. W., Wahlberg, O.,& Pan, Y. (2009).Acceptance of E – Invoicing inSMEs.Engin.Psychol. and Cog.Ergonomics, HCII 2009, LNAI 5639, pp.289–296, 2009. © Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2009.
Sarosa, S., &Zowhgi, D. (2003). Strategy for Adopting Information Technologyfor SMEs: Experience in Adopting Email within an Indonesia FurnitureCompany. Electronic Journal of Information System Evaluation (EJISE),Volume 6 Issue 2 (2003) 165 – 176.
Savrul, M., Incekara, A., &Sener, S. (2014). The Potential of E-Commerce forSMEs in A Globalizing Business Enviroment. Procedia – Social andBehavioral Sciences, 150 (2014) 35-45.
Sidharta, I., & Sidh, R. (2014). Pengukuran Persepsi Manfaat dan PersepsiKemudahan Terhadap Sikap Serta Dampak Atas Penggunaan OnlineShopping Pada E-Commerce. Jurnal Computech dan Bisnis, Vol.8 No.2Desember 2014, 92 - 100.
Sugiyono.(2007). StatistikaUntukPenelitian. Bandung: Alfabeta.
Tambunan, T. (2011). Development of Small and Medium Enterprises in ADeveloping Country The Indonesian Case. Journal of EnterprisingCommunities: People and Places in the Global Economy, Vol.5 No.1,pp.68-82.
Turban, E., et al.(2002).Electronic Commerce : A Managerial Perspective(International Edition).p:4.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UsahaMikro, Kecil, danMenengah.
Umar, H. (2004). Research Methods in Finance and Banking. Jakarta:GramediaPustakaUtama.
Walczuch, R., Lemmink. J., &Streukens, S. ,(2007). The Effect of ServiceEmployee Tekchnology Readiness on Technology Acceptance.Information & Management Journal, Volume 44, Issue 2, March 2007,Pages 206 – 215.
Wook, M., Yusof, Z.M., &Nazri, M.Z.A. (2014).Data Mining TechnologyAdoption in Instituions of Higher Learning: A Conceptual FrameworkIncorporating Technology Readiness Index Model and TechnologyAcceptance Model 3.Journal of Applied Sciences, 14 (18): 2129-2138,2014.
Yulimar, V. A. (2006). Analisis Faktor – Faktor yang MempengaruhiPengadopsian Electronic Commerce dan Pengaruhnya TerhadapKinerja Perusahaan. Semarang: UniversitasDiponegoro. Tesis.
Diaksesdarilamanhttps://www.bi.go.id/id/umkm/penelitian/nasional/kajian/Documents/Profil%20Bisnis%20UMKM.pdf.
Diaksesdarilamanhttp://www.depkop.go.id/ uploads/tx_rtgfiles/ SANDINGAN_DATA_UMKM_2012-2017_.pdf.
Diaksesdarilamanhttps://kominfo.go.id/content/detail/12062/masa-depan-umkm/0/sorotan_media.
Diakses dari laman https://www.bekraf.go.id/kegiatan/detail/kompetisi-model-bisnis-ukm-kreatif-dbs-big-2016