PENGARUH KERAPATAN TERHADAP ... -...

76
TUGAS AKHIR - SB 091358 PENGARUH KERAPATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum) VARIETAS SERUMPUNG DAN SEMBOJA BARI AKBAR NRP. 1507100013 DOSEN PEMBIMBING Mukhammad Muryono S.Si M.Si Febri Hendrayana S.P M.P PROGRAM STUDI BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012

Transcript of PENGARUH KERAPATAN TERHADAP ... -...

TUGAS AKHIR - SB 091358 PENGARUH KERAPATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum) VARIETAS SERUMPUNG DAN SEMBOJA BARI AKBAR NRP. 1507100013 DOSEN PEMBIMBING Mukhammad Muryono S.Si M.Si Febri Hendrayana S.P M.P

PROGRAM STUDI BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012

FINAL PROJECT - SB 091358 DENSITY EFFECT ON GROWTH AND PRODUCTIVITY TOBACCO (Nicotiana tabacum) VARIETIES OF SEMBOJA AND SERUMPUNG BARI AKBAR NRP. 1507100013 ADVISOR LECTURER Mukhammad Muryono S.Si M.Si Febri Hendrayana S.P M.P

DEPARTEMENT OF BIOLOGY Faculty of Mathematic and Natural Science Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN…………………………….. iiABSTRAK……………………………………………....... iiiABSTRACT………………………………………………. ivKATA PENGANTAR…………………………………….. vDAFTAR ISI……………………………………………… viiDAFTAR TABEL………………………………………… ixDAFTAR GAMBAR……………………………………… xiDAFTAR LAMPIRAN…………………………………… xii BAB I PENDAHULUAN………………………………… 1

1.1 Latar Belakang…………………………………….. 1.2 Permasalahan……………………………………… 1.3 Tujuan……………………………………………... 1.4 Batasan Masalah…………………………………... 1.5 Manfaat……………………………………….........

1 2 2 2 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………….. 3

2.1 Deskripsi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) Varietas Lokal Weleri Serumpung dan Semboja ……………………………............... 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tembakau

Serumpung …………………………............ 2.1.2 Taksonomi dan Morfologi Tembakau

Semboja..................................................... 2.2 Periode pertumbuhan Tembakau

…………………………........................................... 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas

Tembakau …………………................................... 2.4 Populasi dan Kerapatan ……................................ 2.5 Kompetisi ………………………………………...

3

3

4

5

6 9

10

vii

viii

BAB III METODOLOGI…………………………………. 11

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian…………………... 3.2 Alat dan Bahan………………….........................

3.2.1 Alat…………............................................. 3.2.2 Bahan……………......................................

3.3 Langkah Kerja……………….............................. 3.3.1 Pembibitan………….. 3.3.2 Persiapan Lahan dan Pertanaman

……………................................................ 3.3.3 Pengamatan dan Pengukuran

Parameter.............................................. 3.4 Rancangan Penelitian.................................... 3.5 Analisa Data..................................................

11 11 11 11 11 11

12 12 12 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………….. 19

4.1 Tinggi Tanaman……........................................... 4.2 Jumlah Daun……................................................ 4.3 Panjang Daun………………………………… 4.4 Lebar Daun........................................................... 4.5 Luas Daun............................................................ 4.6 Berat Basah Daun (kg/ha).............................. 4.7 Berat Kering Daun (kg/ha)............................ 4.8 Diameter Kanopi............................................

19 21 23 24 26 28 30 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………….. 355.1 Kesimpulan…………………………………....... 5.2 Saran…………………………………………......

35 35

DAFTAR PUSTAKA……………………………………... 37LAMPIRAN………………………………………………. 43BIODATA PENULIS……………………………………... 63

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel Rancangan Penelitian untuk

Variabel Respon Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun ………….................................

17Tabel 2. Tabel Rancangan Penelitian untuk

Variabel Respon Panjang, Lebar dan Luas Daun …………………………….........

17Tabel 3. Tabel Rancangan Penelitian untuk

Variabel Respon Berat Basah dan Berat Kering pada masing-masing bagian tanaman (daun, batang dan akar) serta Diameter Kanopi ………………..................

18

Tabel 4. Hasil Rata-Rata Pengamatan Tinggi Tanaman ………...........................................

19

Tabel 5. Analisis Varian Tinggi Tanaman............... 20Tabel 6. Hasil Rata-Rata Pengamatan Jumlah

Daun ..........................................................…

21Tabel 7. Analisis Varian Jumlah Daun ………….... 22 Tabel 8. Hasil Rata-Rata Pengamatan Panjang

Daun …………………..................................

23Tabel 9. Analisis Varian Panjang Daun ……….......

24Tabel 10. Hasil Rata-Rata Pengamatan Lebar Daun

……………………………….........................

25Tabel 11. Analisis Varian Lebar Daun …………....... 25Tabel 12. Hasil Rata-Rata Pengamatan Luas Daun

………………………………….....................

26Tabel 13. Analisis Varian Luas Daun ……………… 27 Tabel 14. Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Basah

Daun (kg/ha)………………………….....….

28

ix

x

Tabel 15. Analisis Varian Berat Basah Daun (kg/ha)…………………………....................

29

Tabel 16. Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Kering Daun (kg/ha)………………………

30

Tabel 17. Analisis Varian Berat Kering Daun (kg/ha)…………………………....................

31

Tabel 18. Hasil Rata-Rata Pengamatan Diameter Kanopi ……………………...........................

32

Tabel 19. Analisis Varian Diameter Kanopi …......... 33

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Tembakau Serumpung …………................ 3Gambar 2. Tembakau Semboja ..................................... 4 Gambar 3. Lahan Perkebunan Agronomi Center PT.

HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan Jawa Timur ………………...........................

11Gambar 4. Sistem penanaman Single Row ………...... 13 Gambar 5. Layout Rancangan Penelitian ………….... 14 Gambar 6. Pengukuran tinggi tanaman ….................... 14 Gambar 7. Pengukuran panjang dan lebar daun

………………….............................................

15 Gambar 8. Pengkuran Diameter Kanopi Tanaman

………………….............................................

16

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Tabel Pengamatan dan Hasil Uji

Statistik Genera Linier Model (GLM) Univariate ……......................................

43

Lampiran 2 Morfologi Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja………………..........................

59

xii

KATA PENGANTAR

Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul : “Pengaruh Kerapatan Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) Varietas Serumpung Dan Semboja”. Sholawat serta salam terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW atas petunjuknya menuju ke jalan yang benar.

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. rer. nat. Ir. Maya Shovitri, M.Si selaku ketua Jurusan Biologi FMIPA ITS, Bapak Mukhammad Muryono S.Si., M.Si. dan Bapak Febri Hendrayana S.P M.P selaku dosen pembimbing tugas akhir, Bapak Mukhammad Muryono S.Si., M.Si. selaku koordinator tugas akhir, Ibu Dr. rer. nat. Ir. Maya Shovitri, M.Si dan Ibu Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si., selaku dosen penguji proposal tugas akhir, Ibu Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si., selaku dosen wali penulis di Jurusan Biologi FMIPA ITS.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada PT. HM Sampoerna, Tbk atas kesempatan yang diberikannya, Bapak Febri Hendrayana, Bapak Bakti Kurniawan, Bapak Asta Darmawan, Bapak Munir, Bapak Yeri, Bapak Rofik, Bapak Jumingan, Mas Rohman serta Para Manager, Koordinator dan Staf PT. HM Sampoerna Tbk.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu dan Ayah atas curahan kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang selalu diberikan selama ini serta Adik yang selalu memberi kritik dan bantuannya, Saudari Hermi Ria Harmonis atas kesabaran, dukungan dan perhatianya, Saudara dan saudari mahasiswa Biologi ITS angkatan 2007 atas bantuan, dukungan, dan informasinya, serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

v

vi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini terdapat banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran membangun untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga proposal tugas akhir ini dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan, khususnya bagi para pembaca.

Surabaya, 7 Februari 2012

Penulis

PENGARUH KERAPATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum) VARIETAS SERUMPUNG DAN SEMBOJA Nama Mahasiswa : Bari Akbar NRP : 1507100013 Program Studi : Biologi FMIPA- ITS Dosen Pembimbing : Mukhammad Muryono S.Si M.Si Febri Hendrayana S.P M.P

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) varietas Serumpung dan Semboja. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan November 2011 di lahan perkebunan Agronomi Center PT. HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan Jawa Timur dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Petak Utama merupakan perbedaan populasi tanaman dengan jarak tanam dengan sistem single row yang terdiri dari : P0: 20.000 tanaman (50cm x 100cm), P1: 30.000 tanaman (A x B) (40cm x 80cm) dan P2: 40.000 tanaman (A x B) (30cm x 80cm), sedangkan Anak Petak terdiri dari tanaman Tembakau varietas Serumpung (Nicotiana tabacum var. Serumpung) dan tanaman tembakau varietas Semboja (Nicotiana tabacum var. Semboja). Berdasarkan pengolahan data statistik GLM (General Linier Model) Univariate didapatkan hasil bahwa kerapatan atau jarak tanam berpengaruh terhadap variabel respon pertumbuhan lebar daun, luas daun, dan variabel respon produktivitas berat basah daun (kg/ha) dan berat kering daun (kg/ha), sedangkan varietas tidak memiliki pengaruh terhadap semua variabel respon.

Kata Kunci: Kerapatan, Pertumbuhan, Produktivitas, Tembakau Serumpung dan Semboja

iii

DENSITY EFFECT ON GROWTH AND PRODUCTIVITY TOBACCO (Nicotiana tabacum) VARIETIES OF SEMBOJA AND SERUMPUNG Name : Bari Akbar NRP : 1507100013 Departement : Biologi FMIPA- ITS Advisor Lecturer : Mukhammad Muryono S.Si M.Si Febri Hendrayana S.P M.P

Abstract This study aims to determine the effect of density on growth and productivity of tobacco (Nicotiana tabacum) variesties Serumpung and Serumpung. The research was conducted in May to November 2011 at the Agronomy Center PT. HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan East Java by using Group Randomimized Factorial Design. Main plot is the difference in the population with a spacing with a single row system consisting of: P0: 20,000 plants (A x B) (50cm x 100cm), P1: 30,000 plants (A x B) (40cm x 80cm) and P2: 40,000 plants (a x B) (30cm x 80cm), while the Second Plots consisted of varieties Serumpung (Nicotiana tabacum var. Serumpung) and Semboja (Nicotiana tabacum var. Semboja). Based on statistical data processing GLM (General Linier Model) univariate showed that the density or spacing influence on the response variable leaf width, leaf area, leaf wet weight (kg/ha), leaf dry weight (kg/ha), while the varieties do not have effect on all response variables.

Key word : Density, Growth, Productivity, Tobacco Serumpung and Semboja

iv

HAI,AMAN PENGESAHAN

FSNGARUE KERAPATAIY TERHADAP PERTT'MBT'HANDA]i PR.ODUKTIVTTAS TANAMAN TEMBAKAUt-\iocicro tabacum) VARIETAS SERIIMPUNG DAI\[

SEMBOJA

TUGAS AKHIRDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sainspada

S-1 Jurusan BiologiFakuhas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

oleh:BARI AKBAR

NRP. 1507 100 013

Disetujui oleh Pembimbing fugas Akhir:

\{ukhammad Muryono S.Si M.SL; g, pembimbing I)

Febri Hendrayana S.P M.P,

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal dikalangan masyarakat Indonesia. Tanaman ini tersebar di seluruh Nusantara dan mempunyai kegunaan yang sangat banyak terutama untuk bahan baku pembuatan rokok (Susilowati, 2006). Tembakau varietas lokal Weleri merupakan tembakau yang berasal dari Kendal. Area utama penanamannya berada pada lahan sawah. Tembakau ini biasa di tanam pada ketinggian 125 m, topografi datar dan pada lahan sawah dengan irigasi secara teknis atau semi teknis. Tembakau Serumpung dan Semboja merupakan salah satu contoh varietas lokal dari tembakau Weleri (Rachman, 1990). Berdasarkan data penelitian Project Report Son of Jack 2009 PT. HM Sampoerna, Tbk produktivitas Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja hanya mencapai 1,200 kg/ha dari jumlah populasi yang ditanam sebanyak 20.000 tanaman/ha sedangkan produktivitas optimum yang seharusnya bisa di dapatkan yaitu sebanyak 2,294 kg/ha dengan jumlah populasi yang ditanam sebanyak 31.000 tanaman/ha (Anonim, 2009).

Collins dan Hawks (1993), mengemukakan bahwa populasi dan jarak antar tanaman sangat menentukan tingginya laju pertumbuhan dan tingkat produktivitas lahan. Jumlah tanaman dan pengaturan jarak tanam di lahan harus diatur sedemikian rupa, sehingga sistem perakaran dapat memanfaatkan unsur hara tanah secara maksimal. Demikian pula kanopi tanaman sedapat mungkin menutupi tanah, agar mampu menangkap energi matahari yang cukup (Flower, 1999). Susunan daun juga jangan terlalu rapat, karena kemungkinan berpengaruh jelek pada hasil mutu yang disebabkan oleh penaungan yang berlebihan (Papenfus dan Quin, 1984). Tanaman tembakau yang ditanam terlalu rapat akan menghasilkan daun kering yang tipis, warna kuning lemah, aroma yang kurang kuat, kandungan pigmen coklat dan alkoloid

1

2

yang rendah (Anderson et al., 1985). Selain itu varietas tertentu dari tanaman tembakau memiliki masing-masing keunggulan tersendiri, baik dari segi laju pertumbuhan, tingkat produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit (Listyanto, 2010).

Oleh karena itu penelitian tentang pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja perlu dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas yang optimal diantara kedua varietas tersebut. 1.2 Permasalahan Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) varietas Serumpung dan Semboja. 1.3 Batasan Masalah

Suhu, pH dan kelembaban mengikuti kondisi di lahan serta pemupukan mengikuti aplikasi yang dilakukan Petani Tembakau di lahan penelitian yaitu pupuk ZA (200 kg/ha), Urea (50 kg/ha), SP36 (200 kg/ha) dan ZK (100 kg/ha). 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerapatan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) varietas Serumpung dan Semboja. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai salah satu acuan dalam menentukan kombinasi jarak tanam dan varietas yang optimal untuk mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas optimal tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) varietas Serumpung dan Semboja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum)

Varietas Lokal Weleri Serumpung dan Semboja. Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja

merupakan tembakau yang berasal dari Kendal. Area utama penanamannya berada pada tanah berjenis aluvial atau tanah yang berlumpur. Tembakau ini biasa di tanam pada ketinggian 125 m, topografi datar dan pada lahan sawah dengan irigasi secara teknis atau semi teknis dengan tipe tanah aluvial dengan tekstur fine/clay serta curah hujan rata-rata pertahun 2.000 mm (Rachman, 1990). Berikut deskripsi Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung dan Semboja: 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tembakau Serumpung

Gambar 1. Tembakau Serumpung

Nama Aksesi : Serumpung No. Aksesi : 2430 Tipe : Weleri/Kendal

(Balittas, 2011).

3

4

a. Taksonomi Tembakau Serumpung Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Nicotiana Spesies : Nicotiana tabacum

(Tjitrosoepomo, 2007). Varietas : Nicotiana tabacum var. Serumpung

(Balittas, 2011) b. Morfologi Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung merupakan tanaman berakar tunggang yang merupakan tanaman dari suku terung-terungan. Memiliki tinggi hampir 1,5 meter dengan habitus piramid. Memiliki daun yang berwarna hijau, ujungnya meruncing, tepi daun yang licin, permukaan daun yang rata, tebal dan berbentuk lonjong. Tembakau Serumpung memiliki jumlah daun ketika panen berkisar antara 19-30 daun perpohon (Balittas, 2011). 2.1.2 Taksonomi dan Morfologi Tembakau Semboja

Gambar 2. Tembakau Semboja

Nama Aksesi : Semboja No. Aksesi : 0933 Tipe : Kendal/Weleri

(Balittas, 2011).

5

a. Taksonomi Tembakau Semboja Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Nicotiana Spesies : Nicotiana tabacum

(Tjitrosoepomo, 2007). Varietas : Nicotiana tabacum var. Semboja

(Balittas, 2011) b. Morfologi Tembakau varietas lokal Weleri Semboja biasa ditanam di Kendal. Tembakau Semboja merupakan tanaman dikotil dengan akar tunggang. Memiliki tinggi tanaman kira- kira 1,2 meter dengan habitus silindris. Pada daun dan batangnya terdapat bulu dan getah yang merupakan ciri dari tanaman ini. Ujung daunya meruncing, tepi daun berombak, permukaan daun berbendol serta bentuk yang lonjong. Tembakau Semboja memiliki jumlah daun ketika panen berkisar antara 18-25 daun perpohon (Balittas, 2011). 2.2 Periode pertumbuhan Tembakau Tanaman Tembakau pada umumnya memiliki tiga tahapan atau periode pertumbuhan. Mulai dari pembibitan sampai panen yaitu: 1. Periode pertama. Pada umur tanaman sekitar 3-4 minggu

terjadi sedikit kenaikan massa melalui pertambahan sejumlah unsur yaitu: asam organik, karbohidrat dan nitrogen

2. Periode kedua. Selama periode kedua. Tembakau mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu pada umur 35 HST sampai 60 HST. Pada periode ini unsur organik dan anorganik terakumulasi dengan baik

6

pada tanaman dan juga terjadi peningkatan aktivitas metabolisme nitrogen.

3. Periode ketiga (60-75 HST). Terjadi penurunan berat basah dan berat kering karena menurunnya aktivitas metabolisme pada tanaman tembakau. Biasanya pada periode ini akan muncul bunga atau bakal buah (kantong benih).

( Tso, 1972). 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tembakau

Tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan tanaman perkebunan rakyat yang mempunyai lokasi sama yaitu lahan sawah, lahan ladang dan lahan pekarangan atau disebut dengan lahan kering. Pada masa dahulu, lahan yang digunakan untuk tembakau lebih banyak di lahan sawah dan ladang. Adanya kebutuhan pangan mengakibatkan tergesernya lahan tembakau (Listyanto, 2010). Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tembakau, diantarannya:

a. Varietas tanaman Varietas tanaman tembakau menentukan kualitas ini

bukan dikarenakan kualitas tanamannya jelek. Namun lebih banyak kepada kandungan, selera dan rasa dari tanamannya itu sendiri. Terdapat varietas-varietas tertentu yang mempunyai kualitas unggul dibandingkan dengan kualitas varietas lainnya. Dengan demikian sebelum menanam tembakau sebaiknya mengetahui varietas dan tujuan serta distribusi penjualan setelah panen nantinya (Listyanto, 2010). Setiap varietas juga memiliki kapasitas optimal produksi pada suatu lahan. Oleh karena itu berbeda varietas berbeda pula jumlah populasi yang ditanam.

b. Kondisi lahan Kondisi lahan merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi kualitas tanaman. Pada akhir-akhir ini kualitas tembakau beberapa daerah mulai merosot.

7

Kemerosotan ini dimungkinkan besar karena kandungan tanah dan unsur hara tanaman yang mulai berubah dengan adanya penambahan sarana produksi berupa bahan anorganik seperti pupuk maupun pestisida yang tidak diiringi dengan pengolah nutrisi yaitu mikroba. Akibatnya terjadi perubahan kondisi lahan secara kimia, fisik, biologi tanah (Listyanto, 2010).

Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pengolahan tanah yang dilakukan secara terus menerus secara intensif telah menurunkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah. Contohnya, pengolahan tanah yang dilakukan lebih dari sekali sampai tiga kali meningkatkan aliran permukaan, dan menurunkan kadar C organik tanah dan stabilitas agregat tanah pasir. (Packer et al., 1992).

Karakteristik tanah sebagai media tumbuh sangat menentukan pertumbuhan tanaman tembakau (Hawks dan Collins, 1983). Kualitas tanah yang baik untuk mendukung keberlanjutan tanaman berproduksi dan bermutu tinggi diindikasikan dengan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang optimal dalam mendukung pertumbuhan tanaman (Abbott dan Murphy, 2003). . Sifat-sifat fisik tanah yang mungkin sangat menentukan produksi dan mutu tembakau adalah distribusi partikel tanah atau tekstur tanah dan sifat permeabilitasnya. Tekstur tanah antara lain akan mengindikasikan mudah tidaknya penetrasi akar untuk tumbuh (Alexander dan Miller, 1991) dan pengolahan tanah (Mullins et al., 1990). Parameter permeabilitas tanah akan menentukan mudah tidaknya air tergenang di daerah perakaran. Hal ini terkait dengan sifat tanaman tembakau yang perakarannya dangkal dan menyebar, dan tidak tahan terhadap kelembaban tanah tinggi atau terhadap genangan air. Bahan organik tanah berperan sangat penting dalam mempertahankan kesuburan fisik,

8

kimia dan biologi tanah. Dalam kesuburan fisik tanah, C organik merupakan salah satu komponen terpenting sebagai penyusun makro-agregat tanah (Bronick dan Lal, 2005). Bila ketersediaannya terdapat dalam konsentrasi rendah maka menyebabkan agregat tanah mudah terurai, sehingga partikel-partikel tanah penyusun agregat menyumbat pori-pori tanah, yang akhirnya dapat menyebabkan pengerasan ter-hadap tanah pada saat kering (Djajadi, 2006).

c. Iklim Kualitas tembakau juga dipengaruhi oleh iklim.

Walaupun tanaman yang sama namun iklim yang berbeda, maka kualitasnya pun berbeda. Secara umum persyaratan pertumbuhan tanaman baik tembakau hampir sama, yaitu curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, untuk tanaman dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1.500-3.500 mm/tahun. Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Ketinggian tempat yang paling cocok adalah 0 - 900 m dpl (Listyanto, 2010).

Tanaman tembakau sangat peka terhadap perubahan iklim, terutama curah hujan. Fenomena perubahan suhu global yang menyebabkan kemarau panjang dengan siklus lebih pendek yaitu sekitas 2-3 tahun, yang nyata mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman perkebunan, termasuk tanaman tembakau (Winarso, 1992). Cuaca yang tidak mendukung menurunkan produktivitas tembakau yang sangat membutuhkan air sehingga perlu pengaturan dalam pemberian air. Hasil Penelitian Nurhayati (2008) menunjukan bahwa terdapat kolerasi antara pertumbuhan dengan iklim. Kolerasi antara pertumbuhan dengan iklim menunjukan kolerasi yang besar antara tinggi tanaman dengan curah hujan, kelembapan dan kadar air tanah.

9

2.4 Populasi dan Kerapatan Populasi merupakan sekelompok individu sejenis yang

dapat melakukan interbreeding dalam waktu dan daerah tertentu. Kerapatan populasi tanaman terkait dengan pemanfaatan ruang media tumbuh. Pada kerapatan rendah menyebabkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan tidak optimal, tetapi kerapatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuhan individu terhambat. Peningkatan kerapatan populasi tanaman akan meningkatkan produksi bahan kering tanaman, sampai suatu maksimum, yaitu pada saat peningkatan kerapatan populasi tanaman lebih lanjut tidak diikuti lagi oleh peningkatan produksi bahan kering tanaman (Donald, 1963). Kerapatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan karena keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip faktor pembatas “leibig”, materi esensial yang tersedia minimum cenderung menjadi faktor pembatas pertumbuhan. Pengaturan kerapatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman (Odum, 1959).

Collins dan Hawks (1993), mengemukakan bahwa populasi tanaman sangat menentukan tingginya laju pertumbuhan dan tingkat produktivitas serta. Jumlah tanaman dan pengaturan jarak tanam di lahan harus diatur sedemikian rupa, sehingga sistem perakaran dapat memanfaatkan unsur hara tanah secara maksimal. Demikian pula kanopi tanaman sedapat mungkin menutupi tanah, agar mampu menangkap energi matahari yang cukup (Flower, 1999). Susunan daun juga jangan terlalu rapat, karena kemungkinan berpengaruh jelek pada hasil mutu yang disebabkan oleh penaungan yang berlebihan (Papenfus dan Quin, 1984). Tanaman tembakau yang ditanam terlalu rapat akan menghasilkan daun kering yang tipis, warna kuning lemah, aroma yang kurang kuat, kandungan pigmen coklat dan alkoloid yang rendah (Anderson et al., 1985).

10

2.5 Kompetisi Apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua

spesies atau varietas maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama (Ewusie, 1990). Kompetisi akan menghasilkan adanya saling bermusuhan diantara organisme yang menggunakan sumber alam yang sama tetapi jumlahnya terbatas (Kartawinata,1986).

Pengaturan jarak tanam erat kaitannya dengan produksi yang akan dicapai. Jarak tanam yang tidak teratur akan memungkinkan terjadi kompetisi terhadap cahaya matahari, unsur hara, air dan diantara individu tanaman, sehingga pengaturan jarak tanam yang sesuai dapat mengurangi terjadinya kompetisi terhadap faktor-faktor tumbuh tanaman. Dalam budidaya tanaman, jarak tanam menentukan kepadatan populasi persatuan luas. Jarak tanam yang terlalu rapat atau tingkat kepadatan populasi yang tinggi dapat mengakibatkan persaingan antar tanaman (Gardner et al, 1991).

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan November 2011 di lahan perkebunan Agronomi Center PT. HM Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan Jawa Timur.

Gambar 3. Lahan Perkebunan Agronomi Center PT. HM

Sampoerna Tbk. Sukorejo Pasuruan Jawa Timur 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran, kertas timbang, wadah takaran, thermometer, oven, neraca analitik, meteran jahit, tabel pengamatan, sling meter/hygrometer, kertas label, kamera, pH meter, plastik penutup naungan, peralatan pertanian dan alat tulis. 3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah bibit tanaman tembakau varietas lokal Weleri Serumpung (Nicotiana tabacum var. Serumpung), Semboja (Nicotiana tabacum var. Semboja), pupuk Urea, pupuk ZA dan pupuk SP-36. 3.3 Langkah Kerja 3.3.1 Pembibitan Proses awal pembibitan yaitu persiapan bedengan, pemupukan dasar, penyiraman bedengan dan pembuatan

11

12

plengkung dan cover penutup bedengan. Setelah itu Penyebaran benih pada bedengan setelah direndam dan ditiriskan selama 3 hari. Kemudian di siram dan pengaturan buka tutup cover bedengan. Sedangkan untuk proses akhirnya yaitu perhitungan populasi pada bedengan dan setelah 45 hari bibit di cabut. 3.3.2 Persiapan Lahan dan Pertanaman Persiapan lahan dilakukan dengan pembajakan tanah dan penjemuran tanah selama 3 minggu. Setelah itu pembutan guludan dan penanaman tanaman tembakau disesuaikan dengan jarak tanam dan rancangan penelitian ini. Kemudian dilakukan penyulaman dan pemupukan. Lalu diberi perlakuan Strees Periode sampai 20 HST (Hari Setelah Tanam) yang berfungsi untuk pemanjangan akar agar cepat tumbuh. Perlakuan Strees Periode dilakukan dengan tidak melakukan penyiraman setelah tembakau tumbuh selama 20 HST. 3.3.3 Pengamatan dan Pengukuran Parameter Pengamatan dan pengukuran Parameter dilakukan setiap minggu mulai pada 19 HST selama 9 minggu atau sampai 75 HST. Pengukuran pada 19 HST dilakukan agar tanaman tembakau memiliki akar yang kuat, panjang dan banyak karena selama stress periode akar tembakau akan mencari sumber air ke dalam tanah. 3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Cara pengacakan perlakuan unit-unit percobaan dilakukan bertahap yaitu faktor yang ditempatkan sebagai petak Utama diacak terlebih dahulu terdadap unit percobaan baru selanjutnya faktor yang ditempatkan sebagai anak petak diacak pada setiap petak utama. Petak Utama merupakan perbedaan populasi yang terdiri dari : P0: 20.000 tanaman dengan jarak tanam dengan sistem single row (A x B) (50cm x 100cm) P1: 30.000 tanaman dengan jarak tanam dengan sistem single row (A x B) (40cm x 80cm)

13

P2: 40.000 tanaman dengan jarak tanam dengan sistem single row (A x B) (30cm x 80cm)

Berikut gambar sistem single row dengan jarak tanam (A x B) :

Gambar 4. Sistem penanaman Single Row

Sistem penanaman Single Row merupakan Sistem penanaman Tembakau dengan satu baris guludan. Jarak tanam pada Sistem Single Row merupakan perkalian antara jarak antar tanaman pada guludan yang sama (A) dengan jarak antar tanaman pada guludan disebelah kanan-kirinya (B).

Sedangkan Anak Petak terdiri dari tanaman Tembakau varietas Serumpung (Nicotiana tabacum var. Serumpung) dan tanaman tembakau varietas Semboja (Nicotiana tabacum var. Semboja). Berikut Gambar Rancangan Penelitiannya :

14

Gambar 5. Layout Rancangan Penelitian V 1: Tembakau Serumpung V 2: Tembakau Semboja Total kombinasi perlakuan adalah 2 x 3 = 6 dan di ulang 3 kali maka total unit percobaan 18 unit percobaan. Variabel Respon yang diamati adalah pertumbuhan vegetatif diamati dari 10 sampel tanaman per unit percobaan di pilih secara acak. Pengamatan pengukuran dimulai pada 19 HST setelah itu setiap minggu sampai masa vegetatif berakhir (munculnya bunga). Variabel Respon yang diamati yaitu :

a. Tinggi tanaman; di ukur mulai dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi.

Gambar 6. Pengukuran tinggi tanaman

15

b. Jumlah daun; di hitung banyak daun yang sudah berkembang secara sempurna (tidak termasuk kuncup daun).

c. lebar daun; Panjang dan lebar daun yang diukur adalah pada daun yang sudah berkembang secara sempurna. Panjang diukur mulai pangkal daun hingga ujung. Lebar daun diukur tegak lurus dengan pengukuran panjang daun pada daun yang terlebar.

Panjang dan

Gambar 7. Pengukuran panjang dan lebar daun d. Luas

itentukan dengan metode Gravimetri. Luas daun di

plika Daun

luas daun sebelum panen dilakukan dengan

daun; Luas daun d

ketahui pada saat daun dipanen dengan cara : Luas daun (Ld) = Bd x (Lk/Bk) Keterangan : Bd = Berat ReLk = Luas Kertas Bk = Berat Kertas Untuk menentukanmenggunakan konstanta k (konstanta k diperoleh dari

perbandingan antara panjang kali lebar daun dengan luas daun yang diperoleh dari metode Gravimetri pada saat panen).

Konstanta k = Bd x (Lk/Bk) (p x l) Keterangan : p = panjang daun l = lebar daun

16

Diameter canopi; Diameter kanopi diukur dua kali secara tegak lurus dan dirata-rata hasil kedua pengukuran tersebut. Diameter kanopi diukur pada waktu masa vegetatif berakhir.

Gambar 8. Pengkuran Diameter Kanopi Tanaman

Kemudian untuk variabel respon Berat Basah (daun, batang dan akar) dan Berat Kering (daun, batang dan akar) di ukur setelah masa vegetatif berakhir. Pengukuran Berat basah yaitu tanaman dibersihkan kemudian dikering anginkan. Ditimbang berapa berat utuh semua bagian tanaman; daun, batang dan akar. Kemudian untuk Pengukuran Berat kering tanaman yaitu semua bagian tanaman di bungkus kertas koran kemudian di oven sampai beratnya konstan. 3.5 Analisa Data Variabel respon yang di ukur adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, luas daun, diameter kanopi, berat basah (daun, batang dan akar) dan berat kering (daun, batang dan akar) tanaman. Berikut tabel Rancangan Penelitian :

17

Tabel 1. Rancangan Penelitian untuk Variabel Respon Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Varietas : Jarak Tanam :

Tanaman Ke -

Umur Tanaman Keteranga

n 19 HST

26 HST

33 HST

40 HST

47 HST

54 HST

61 HST

68 HST

75 HST

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tabel 2. Rancangan Penelitian untuk Variabel Respon Panjang, Lebar dan Luas Daun Varietas : Jarak Tanam :

NO

Umur Tanaman Ket

19 HST

26 HST

33 HST

40 HST

47 HST

54 HST

61 HST

68 HST

75 HST

p l L p l L p l L p l L p l L p l L p l L p l L p l L1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

18

Tabel 3. Rancangan Penelitian untuk Variabel Respon Berat Basah dan Berat Kering pada masing-masing bagian tanaman (daun, batang dan akar) serta Diameter Kanopi Tanggal Panen (HST = Hari Setelah Tanam) : Varietas : Jarak Tanam :

Tanaman Ke - Berat Basah (gram) Berat Kering (gram) Diameter Kanopi daun batang Akar Daun batang akar

Hasil data variabel respon yang diukur dan diamati

dianalisa dengan statistik General Linier Model (GLM).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinggi Tanaman Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan tinggi tanaman :

Tabel 4. Hasil Rata-Rata Pengamatan Tinggi Tanaman

Tinggi Tanaman (Cm)

Jarak Tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 95,05 Semboja 101,4580x40 Serumpung 95,25 Semboja 109,39100x50 Serumpung 95,18 Semboja 106,77

Berdasarkan pengolahan data statistik dengan

menggunakan metode General Linier Model (GLM) Univariate didapatkan hasil bahwa jarak tanam dan varietas tidak berbeda nyata terhadap Tinggi Tanaman dengan nilai Sig. masing-masing 0,429 dan 0,059. Hal ini disebabkan karena varietas Serumpung dan Semboja masih toleran terhadap jarak tanam antara 80 cm x 30 cm sampai 100 cm x 50 cm sehingga belum memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman secara biologis seperti kompetisi dan interaksi antar tanaman belum terjadi secara signifikan. Berikut Tabel Analisis Varian Tinggi Tanaman :

19

20

Tabel 5. Analisis Varian Tinggi Tanaman

Source Type III Sum of

Squares dfMean

Square F Sig.Intercept 181858.774 1 181858.774 3295.151 .000Ulangan 110.380 2 55.190 2.250 .221jarak_tanam 51.599 2 25.800 1.052 .429jarak_tanam * ulangan

98.103 4 24.526 .257 .895

Varietas 516.168 1 516.168 5.419 .059jarak_tanam * varietas

46.673 2 23.337 .245 .790571.529 6 95.255c

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Haryadi (1984)

yang menyatakan bahwa jarak tanam yang lebih renggang atau populasi yang lebih jarang memungkinkan penetrasi cahaya matahari lebih besar sehingga meningkatkan efisiensi fotosintesis sehingga memiliki tanaman tembakau yang lebih tinggi. Sastrosupadi dan Oesman (1977) juga mengemukakan bahwa jarak tanam yang lebih rapat atau populasi yang lebih padat dapat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman tembakau, karena hara, air, cahaya dan CO2 yang diperoleh masing-masing individu berkurang.

Kerapatan populasi tanaman terkait dengan pemanfaatan ruang media tumbuh. Pada kerapatan rendah menyebabkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan tidak optimal, tetapi kerapatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuhan individu terhambat (Donald, 1963).

21

4.2 Jumlah Daun Pengamatan dilakukan dengan menghitung banyaknya

daun yang sudah berkembang secara sempurna (tidak termasuk kuncup daun). Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan jumlah daun :

Tabel 6. Hasil Rata-Rata Pengamatan Jumlah Daun

Jumlah Daun (lembar/tanaman)

Jarak tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 21,27 Semboja 19,6080x40 Serumpung 19,63 Semboja 20,37100x50 Serumpung 21,20 Semboja 20,80

Berdasarkan pengolahan data statistik dengan

menggunakan metode General Linier Model (GLM) Univariate didapatkan hasil bahwa jarak tanam dan varietas tidak berbeda nyata terhadap Jumlah Daun dengan nilai Sig. masing-masing 0,497 dan 0,174. Hal ini disebabkan karena varietas Serumpung dan Semboja masih toleran terhadap jarak tanam antara 80 cm x 30 cm sampai 100 cm x 50 cm sehingga belum memberikan pengaruh terhadap jumlah daun secara biologis seperti kompetisi dan interaksi antar tanaman belum terjadi secara signifikan. Berikut Tabel Analisis Varian Jumlah Daun :

22

Tabel 7. Analisis Varian Jumlah Daun

Source Type III Sum of

Squares DfMean

Square F Sig.Intercept 7548.109 1 7548.109 3490.903 .000Ulangan 4.324 2 2.162 1.200 .391jarak_tanam 3.018 2 1.509 .837 .497jarak_tanam * ulangan

7.209 4 1.802 4.813 .044

Varietas .889 1 .889 2.374 .174jarak_tanam * varietas

4.324 2 2.162 5.774 .0402.247 6 .374c

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Guinn (1976) yang menyatakan bahwa jarak tanam yang rapat akan menyebabkan banyak kompetisi cahaya matahari, nutrisi dan air sehingga menurunkan jumlah daun tembakau dan meningkatkan kemungkinan daun menjadi krosok. Penurunan jumlah daun tembakau juga mengakibatkan penurunan efektivitas tanaman dalam melakukan fotosintesis karena spectrum cahaya yang diterima menjadi lebih sedikit terutama daun bawah sehingga kemungkinan daun menjadi krosok menjadi lebih besar. Biasanya daun krosok akan gugur sebelum waktu panen tiba. Jarak tanam yang tidak teratur akan memungkinkan terjadi kompetisi terhadap cahaya matahari, unsur hara, air dan diantara individu tanaman, sehingga pengaturan jarak tanam yang sesuai dapat mengurangi terjadinya kompetisi terhadap faktor-faktor tumbuh tanaman. Dalam budidaya tanaman, jarak tanam menentukan kepadatan populasi persatuan luas. Jarak tanam yang terlalu rapat atau tingkat kepadatan populasi yang tinggi dapat mengakibatkan persaingan antar tanaman (Gardner et al, 1991).

23

4.3 Panjang Daun Pengamatan dilakukan dengan mengukur dari mulai

pangkal hingga ujung daun yang telah berkembang secara sempurna. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan panjang daun :

Tabel 8. Hasil Rata-Rata Pengamatan Panjang Daun

Panjang Daun (cm)

Jarak Tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 41,08 Semboja 40,8280x40 Serumpung 41,38 Semboja 40,78100x50 Serumpung 41,74 Semboja 41,56

Berdasarkan pengolahan data statistik dengan

menggunakan metode General Linier Model (GLM) Univariate didapatkan hasil bahwa jarak tanam dan varietas tidak berbeda nyata terhadap Panjang Daun dengan nilai Sig. masing-masing 0,317 dan 0,721. Hal ini disebabkan karena varietas Serumpung dan Semboja masih toleran terhadap jarak tanam antara 80 cm x 30 cm sampai 100 cm x 50 cm sehingga belum memberikan pengaruh terhadap panjang daun secara biologis seperti kompetisi dan interaksi antar tanaman belum terjadi secara signifikan. Berikut Tabel Analisis Varian Panjang Daun :

24

Tabel 9. Analisis Varian Panjang Daun

Source Type III Sum of

Squares dfMean

Square F Sig.Intercept 30594.309 1 30594.309 6949.742 .000Ulangan 8.804 2 4.402 8.298 .038jarak_tanam 1.647 2 .823 1.552 .317jarak_tanam * ulangan

2.122 4 .531 .138 .962

Varietas .537 1 .537 .140 .721jarak_tanam * varietas

.146 2 .073 .019 .98122.990 6 3.832c

Hal ini tidak sesuai dengan yang diungkapkan Sudibyo

(2007) bahwa semakin rapat tanaman tembakau ditanam maka akan semakin menghambat pertumbuhan ukuran daunnya. Gilchist (1999) menyatakan bahwa populasi tanaman tembakau yang padat dapat menyebabkan penurunan yang signifikan pada ukuran panjang daun tanaman karena terjadinya persaingan perolehan sinar matahari. Pada populasi yang jarang, daun akan memanfaatkan cahaya matahari secara maksimal dengan lebih sedikit naungan sehingga menghasilkan daun yang lebih panjang.

4.4 Lebar Daun

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tegak lurus dengan pengukuran Panjang Daun yang terlebar. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan Lebar Daun :

25

Tabel 10. Hasil Rata-Rata Pengamatan Lebar Daun

Lebar Daun (cm)

Jarak tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 21,53 Semboja 21,8180x40 Serumpung 22,35 Semboja 22,55100x50 Serumpung 24,22* Semboja 23,94*

Berdasarkan pengolahan data statistik dengan

menggunakan metode General Linier Model (GLM) Univariate didapatkan hasil bahwa jarak tanam berbeda nyata terhadap lebar daun dengan nilai Sig. 0,002, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap lebar daun dengan nilai Sig. 0,918. Berikut Tabel Analisis Varian Lebar Daun :

Tabel 11. Analisis Varian Lebar Daun

Source Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Intercept 9302.935 1 9302.935 15139.305 .000Ulangan 1.229 2 .614 3.150 .151jarak_tanam 18.205 2 9.103 46.666 .002Varietas .019 1 .019 .012 .918jarak_tanam * varietas

.279 2 .139 .083 .92110.056 6 1.676c

26

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sudibyo (2007) bahwa semakin rapat tanaman tembakau ditanam maka akan semakin menghambat pertumbuhan ukuran daunnya. Jarak Tanam yang rapat memungkinkan adanya mutual shading sehingga setiap individu lebih sedikit menerima sinar matahari untuk keperluan fotosintesis. Mutual shading pada populasi padat menyebabkan tanaman kurang efektif dalam menangkap spectrum cahaya merah sinar matahari yang berfungsi mengatur pertumbuhan dan perkembangan terutama bagian daun. 4.5 Luas Daun

Pengukuran Luas Daun dilakukan dengan mengkalikan antara panjang daun dengan lebar daun serta konstanta sebesar 0,71. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan Luas Daun :

Tabel 12. Hasil Rata-Rata Pengamatan Luas Daun

Luas Daun (cm2)

Jarak Tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 888,06 Semboja 893,5780x40 Serumpung 931,92 Semboja 923,19100x50 Serumpung 1017,19* Semboja 1003,02*

Berdasarkan pengolahan data statistik dengan

menggunakan metode General Linier Model (GLM) Univariate didapatkan hasil bahwa jarak tanam berbeda nyata terhadap luas daun dengan nilai Sig. 0,007, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap lebar daun dengan nilai Sig. 0,896. Berikut Tabel Analisis Varian Luas Daun :

27

Tabel 13. Analisis Varian Luas Daun

Source Type III Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.Intercept 1.600E7 1 1.600E7 2446.660 .000Ulangan 13079.496 2 6539.748 6.427 .056jarak_tanam 44784.832 2 22392.416 22.005 .007jarak_tanam * ulangan

4070.402 4 1017.600 .124 .968

Varietas 151.206 1 151.206 .018 .896jarak_tanam * varietas

309.979 2 154.990 .019 .98149156.914 6 8192.819c

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Rahman (1997) bahwa semakin padat populasi tanaman tembakau ditanam maka akan semakin menghambat pertumbuhan ukuran daunnya. Luas daun sama halnya dengan panjang dan lebar, dipengaruhi oleh spectrum cahaya matahari yang mana bila populasi terlalu padat maka akan semakin banyak daun yang ternaungi dan semakin sedikit spectrum cahaya matahari yang diterima oleh daun tembakau sehingga menghambat pertumbuhan luas daun tembakau.

Kerapatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan karena keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip faktor pembatas “leibig”, materi esensial yang tersedia minimum cenderung menjadi faktor pembatas pertumbuhan. Pengaturan kerapatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman (Odum, 1959).

28

4.6 Berat Basah Daun (kg/ha) Pengukuran Berat Basah Daun dilakukan saat panen.

Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan Berat Basah Daun (kg/ha) :

Tabel 14. Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Basah Daun (kg/ha)

Berat Basah Daun (kg/ha)

Jarak Tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 8422,08 Semboja 6436,3780x40 Serumpung 11564,19* Semboja 9491,37*100x50 Serumpung 6569,14 Semboja 6248,46

Berdasarkan pengolahan data statistik dengan

menggunakan metode General Linier Model (GLM) Univariate didapatkan hasil bahwa jarak tanam berbeda nyata terhadap berat basah daun (kg/ha) dengan nilai Sig. 0,013, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap berat basah daun (kg/ha) dengan nilai Sig. 0,177. Berikut Tabel Analisis Varian Berat Basah Daun (kg/ha) :

29

Tabel 15. Analisis Varian Berat Basah Daun (kg/ha)

Source Type III Sum of

Squares Df Mean

Square F Sig.Intercept 1.187E9 1 1.187E9 337.469 .003Ulangan 7036999.392 2 3518499.696 1.998 .250jarak_tanam 5.522E7 2 2.761E7 15.675 .013jarak_tanam * ulangan

7045316.285 4 1761329.071 .430 .783

Varietas 9588769.307 1 9588769.307 2.340 .177jarak_tanam * varietas

2924930.164 2 1462465.082 .357 .7142.459E7 6 4.098E6

Hal ini sesuai dengan penelitian Moch. Sahid (1986) bahwa populasi yang padat akan menurunkan produktivitas dikarenakan tanaman kerdil dan banyaknya tanaman yang mati. Hawks (1970) menyatakan bahwa populasi tanaman sangat mempengaruhi produktivitas sehingga apabila populasi terlalu padat menyebabkan penurunan produktivitas walaupun jumlah tanaman banyak tetapi sangat rentan terhadap kematian akibat penyakit, virus dan hama. Populasi yang lebih renggang dapat meningkatkan produktivitas karena daun yang dihasilkan akan lebih tebal dan lebih besar.

Pengaturan jarak tanam erat kaitannya dengan produktivitas yang akan dicapai. Kerapatan populasi tanaman terkait dengan pemanfaatan ruang media tumbuh. Pada kerapatan rendah menyebabkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan tidak optimal, tetapi kerapatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuhan individu terhambat. Peningkatan kerapatan populasi tanaman akan meningkatkan produksi bahan kering tanaman, sampai suatu maksimum, yaitu pada saat peningkatan kerapatan populasi tanaman lebih lanjut

30

tidak diikuti lagi oleh peningkatan produksi bahan kering tanaman (Donald, 1963).

4.7 Berat Kering Daun (kg/ha)

Setelah berat basah daun di timbang lalu di jemur di bawah sinar matahari mulai pagi sampai sore hingga daun menjadi krosok. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan Berat Kering Daun (kg/ha) :

Tabel 16. Hasil Rata-Rata Pengamatan Berat Kering Daun (kg/ha)

Berat Kering Daun (kg/ha)

Jarak Tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 1722,07 Semboja 1414,5980x40 Serumpung 2278,87* Semboja 1829,08*100x50 Serumpung 1186,69 Semboja 1409,53

Berdasarkan pengolahan data statistik dengan

menggunakan metode General Linier Model (GLM) Univariate didapatkan hasil bahwa jarak tanam berbeda nyata terhadap berat kering daun (kg/ha) dengan nilai Sig. 0,002, sedangkan varietas tidak berbeda nyata terhadap berat kering daun (kg/ha) dengan nilai Sig. 0,454. Berikut Tabel Analisis Varian Berat Kering Daun (kg/ha) :

31

Tabel 17. Analisis Varian Berat Kering Daun (kg/ha)

Source Type III Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.Intercept 4.842E7 1 4.842E7 454.784 .002ulangan 212939.907 2 106469.954 5.727 .067jarak_tanam 1760395.349 2 880197.674 47.347 .002jarak_tanam * ulangan

74361.194 4 18590.299 .083 .985

varietas 142807.712 1 142807.712 .640 .454jarak_tanam * varietas

376966.581 2 188483.290 .844 .4751339543.561 6 223257.260c

Hal ini sesuai dengan pendapat Papenfus dan Quin (1981)

bahwa populasi yang padat dapat menurunkan berat kering tanaman dikarenakan banyaknya daun kering dan tipis. Pada keadaan populasi yang lebih renggang, daun akan menerima lebih banyak sinar merah dari cahaya matahari sampai daun bawah sehingga daun akan lebih tebal dan meningkatkan prduktivitas tanaman (Kasperbauer, 1971).

Susunan daun juga jangan terlalu rapat, karena kemungkinan berpengaruh jelek pada hasil mutu yang disebabkan oleh penaungan yang berlebihan (Papenfus dan Quin, 1984). Tanaman tembakau yang ditanam terlalu rapat akan menghasilkan daun kering yang tipis, warna kuning lemah, aroma yang kurang kuat, kandungan pigmen coklat dan alkoloid yang rendah (Anderson et al., 1985). 4.8 Diameter Kanopi

Pengukuran Diameter Kanopi dilakukan pada saat panen, yaitu dengan mengukur dua kali panjang kanopi kemudian hasil pengukuran di rata-rata. Berikut tabel hasil rata-rata pengamatan Diameter Kanopi :

32

Tabel 18. Hasil Rata-Rata Pengamatan Diameter Kanopi Diameter Kanopi (cm)

Jarak tanam Varietas Rata-rata

80x30 Serumpung 81,06 Semboja 81,3880x40 Serumpung 81,52 Semboja 80,98100x50 Serumpung 82,49 Semboja 82,10

Berdasarkan pengolahan data statistik dengan

menggunakan metode General Linier Model (GLM) Univariate didapatkan hasil bahwa jarak tanam dan varietas tidak berbeda nyata terhadap Panjang Daun dengan nilai Sig. masing-masing 0,560 dan 0,894. Hal ini disebabkan karena varietas Serumpung dan Semboja masih toleran terhadap jarak tanam antara 80 cm x 30 cm sampai 100 cm x 50 cm sehingga belum memberikan pengaruh terhadap panjang daun secara biologis seperti kompetisi dan interaksi antar tanaman belum terjadi secara signifikan. Berikut Tabel Analisis Varian Diameter Kanopi :

33

Tabel 19. Analisis Varian Diameter Kanopi

Source Type III Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.Intercept 119821.442 1 119821.442 8450.564 .000Ulangan 28.358 2 14.179 4.254 .102jarak_tanam 4.490 2 2.245 .673 .560jarak_tanam * ulangan

13.333 4 3.333 .363 .827

Varietas .176 1 .176 .019 .894jarak_tanam * varietas

.628 2 .314 .034 .967

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Fowler dan Ray (1979) bahwa populasi yang rapat dapat menghambat pertumbuhan diameter kanopi karena terjadinya persaingan dalam memperoleh cahaya untuk proses fotosintesis. Collins dan Hawks (1993), mengemukakan bahwa populasi tanaman sangat menentukan tingginya laju pertumbuhan dan tingkat produktivitas serta. Jumlah tanaman dan pengaturan jarak tanam di lahan harus diatur sedemikian rupa, sehingga sistem perakaran dapat memanfaatkan unsur hara tanah secara maksimal. Demikian pula kanopi tanaman sedapat mungkin menutupi tanah, agar mampu menangkap energi matahari yang cukup (Flower, 1999).

34

“Halaman ini sengaja dikosongkan.”

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari Penelitian ini adalah kerapatan atau jarak tanam berpengaruh terhadap variabel respon pertumbuhan lebar daun, luas daun dan variabel respon produktivitas berat basah daun (kg/ha) dan berat kering daun (kg/ha), sedangkan varietas tidak memiliki pengaruh terhadap semua variabel respon pertumbuhan maupun produktivitas. 5.2 Saran Saran dari penelitian ini adalah perlu di adakannya penelitian lebih lanjut mengenai kerapatan dengan interval jarak tanam kurang dari 80 cm x 30 cm dan lebih dari 100 cm x 50 cm dengan varietas Serumpung dan Semboja.

35

36

“Halaman ini sengaja dikosongkan.”

LAMPIRAN 1

Tabel Pengamatan dan Hasil Uji Statistik Genera Linier Model (GLM) Univariate

Tinggi Tanaman (cm)

jarak tanam varietas ulangan

∑ Rata-rata 1 2 3

80x30 serumpung 97,06 88,94 99,15 285,15 95,05

semboja 98,43 108,60 97,32 304,35 101,45

80x40 serumpung 92,50 107,25 86,00 285,75 95,25

semboja 103,60 104,28 120,29 328,17 109,39

100x50 serumpung 85,95 99,12 100,47 285,54 95,18

semboja 105,18 100,62 114,51 320,31 106,77

∑ 582,72 608,81 617,74 1809,27

Rata-rata 97,12 101,47 102,96

43

44

Tests of Between-Subjects EffectsDependent Variable:tinggi_tanaman

Source Type III Sum of

Squares dfMean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 181858.774 1 181858.774 3295.151 .000

Error 110.380 2 55.190a ulangan Hypothesis 110.380 2 55.190 2.250 .221

Error 98.103 4 24.526b jarak_tanam Hypothesis 51.599 2 25.800 1.052 .429

Error 98.103 4 24.526b jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 98.103 4 24.526 .257 .895Error 571.529 6 95.255c

varietas Hypothesis 516.168 1 516.168 5.419 .059Error 571.529 6 95.255c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis 46.673 2 23.337 .245 .790Error 571.529 6 95.255c

a. MS(ulangan) b. MS(jarak_tanam * ulangan) c. MS(Error)

45

Jumlah Daun (lembar/tanaman)

jarak tanam varietas ulangan

∑ Rata-rata 1 2 3

80x30 serumpung 21,6 21,8 20,4 63,80 21,27

semboja 20,5 19,8 18,5 58,80 19,60

80x40 serumpung 21,6 18,6 18,7 58,90 19,63

semboja 21 20,2 19,9 61,10 20,37

100x50 serumpung 21,5 20,5 21,6 63,60 21,20

semboja 20,8 19,5 22,1 62,40 20,80

∑ 127,00 120,40 121,20 368,60

Rata-rata 21,17 20,07 20,20

46

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:jumlah_daun

Source Type III Sum of

Squares dfMean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 7548.109 1 7548.109 3490.903 .000

Error 4.324 2 2.162a ulangan Hypothesis 4.324 2 2.162 1.200 .391

Error 7.209 4 1.802b jarak_tanam Hypothesis 3.018 2 1.509 .837 .497

Error 7.209 4 1.802b jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 7.209 4 1.802 4.813 .044Error 2.247 6 .374c

varietas Hypothesis .889 1 .889 2.374 .174Error 2.247 6 .374c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis 4.324 2 2.162 5.774 .040Error 2.247 6 .374c

a. MS(ulangan) b. MS(jarak_tanam * ulangan) c. MS(Error)

47

Panjang Daun (cm)

jarak tanam varietas ulangan

∑ Rata-rata 1 2 3

80x30 serumpung 41,32 40,37 41,55 123,24 41,08

semboja 40,24 42,33 39,90 122,47 40,82

80x40 serumpung 42,30 42,00 39,84 124,14 41,38

semboja 37,45 42,40 42,50 122,35 40,78

100x50 serumpung 39,55 43,45 42,22 125,22 41,74

semboja 41,77 42,28 40,62 124,67 41,56

∑ 242,63 252,83 246,63 742,09

Rata-rata 40,44 42,14 41,11

48

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:panjang_daun

Source Type III Sum of

Squares dfMean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 30594.309 1 30594.309 6949.742 .000

Error 8.804 2 4.402a ulangan Hypothesis 8.804 2 4.402 8.298 .038

Error 2.122 4 .531b jarak_tanam Hypothesis 1.647 2 .823 1.552 .317

Error 2.122 4 .531b jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 2.122 4 .531 .138 .962Error 22.990 6 3.832c

varietas Hypothesis .537 1 .537 .140 .721Error 22.990 6 3.832c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis .146 2 .073 .019 .981Error 22.990 6 3.832c

a. MS(ulangan) b. MS(jarak_tanam * ulangan) c. MS(Error)

49

Lebar Daun (cm)

jarak tanam varietas ulangan

∑ Rata-rata 1 2 3

80x30 serumpung 21,42 21,23 21,93 64,58 21,53

semboja 21,64 22,29 21,49 65,42 21,81

80x40 serumpung 22,91 22,71 21,44 67,06 22,35

semboja 21,69 22,56 23,41 67,66 22,55

100x50 serumpung 22,32 24,75 25,60 72,67 24,22

semboja 24,49 24,77 22,56 71,82 23,94

∑ 134,47 138,31 136,43 409,21

Rata-rata 22,41 23,05 22,74

50

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:lebar_daun

Source Type III Sum of

Squares dfMean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 9302.935 1 9302.935 15139.305 .000

Error 1.229 2 .614a ulangan Hypothesis 1.229 2 .614 3.150 .151

Error .780 4 .195b jarak_tanam Hypothesis 18.205 2 9.103 46.666 .002

Error .780 4 .195b jarak_tanam * ulangan

Hypothesis .780 4 .195 .116 .972Error 10.056 6 1.676c

varietas Hypothesis .019 1 .019 .012 .918Error 10.056 6 1.676c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis .279 2 .139 .083 .921Error 10.056 6 1.676c

a. MS(ulangan) b. MS(jarak_tanam * ulangan) c. MS(Error)

51

Luas Daun (cm2)

jarak tanam varietas ulangan

∑ Rata-rata 1 2 3

80x30 serumpung 888,21 859,74 916,23 2664,18 888,06

semboja 876,44 945,25 859,03 2680,72 893,57

80x40 serumpung 972,19 962,11 861,47 2795,77 931,92

semboja 812,58 958,85 998,14 2769,57 923,19

100x50 serumpung 886,84 1079,46 1085,26 3051,56 1017,19

semboja 1026,28 1053,11 929,66 3009,05 1003,02

∑ 5462,54 5858,52 5649,79 16970,84

Rata-rata 910,42 976,42 941,63

52

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:luas_daun

Source Type III Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 1.600E7 1 1.600E7 2446.660 .000

Error 13079.496 2 6539.748a ulangan Hypothesis 13079.496 2 6539.748 6.427 .056

Error 4070.402 4 1017.600b jarak_tanam Hypothesis 44784.832 2 22392.416 22.005 .007

Error 4070.402 4 1017.600b jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 4070.402 4 1017.600 .124 .968Error 49156.914 6 8192.819c

varietas Hypothesis 151.206 1 151.206 .018 .896Error 49156.914 6 8192.819c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis 309.979 2 154.990 .019 .981Error 49156.914 6 8192.819c

a. MS(ulangan) b. MS(jarak_tanam * ulangan) c. MS(Error)

53

Berat Basah Daun (kg/ha)

jarak tanam varietas

ulangan ∑ Rata-rata

1 2 3

80x30 serumpung 8624,99 6168,98 10472,2

8 25266,25 8422,08

semboja 6025,16 8142,47 5141,48 19309,11 6436,37

80x40 serumpung

11001,56

14212,06 9478,94 34692,56

11564,19

semboja 7446,33 9896,91 11130,87 28474,10 9491,37

100x50 serumpung 5559,51 6364,76 7783,17 19707,43 6569,14

semboja 4772,94 6782,85 7189,59 18745,38 6248,46

∑ 43430,49

51568,04

51196,31

146194,83

Rata-rata 7238,41 8594,67 8532,72

54

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:berat_basah_daun

Source Type III Sum of

Squares dfMean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 1.187E9 1 1.187E9 337.469 .003

Error 7036999.392 2 3.518E6 ulangan Hypothesis 7036999.392 2 3518499.696 1.998 .250

Error 7045316.285 4 1.761E6 jarak_tanam Hypothesis 5.522E7 2 2.761E7 15.675 .013

Error 7045316.285 4 1.761E6 jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 7045316.285 4 1761329.071 .430 .783Error 2.459E7 6 4.098E6

varietas Hypothesis 9588769.307 1 9588769.307 2.340 .177Error 2.459E7 6 4.098E6

jarak_tanam * varietas

Hypothesis 2924930.164 2 1462465.082 .357 .714Error 2.459E7 6 4.098E6

a. MS(ulangan) b. MS(jarak_tanam * ulangan) c. MS(Error)

55

Berat Kering Daun (kg/ha)

jarak tanam varietas ulangan

∑ Rata-rata atas tengah bawah

80x30 serumpung 1693,86 1498,84 1973,51 5166,21 1722,07

semboja 1258,07 1993,67 992,02 4243,76 1414,59

80x40 serumpung 2212,65 2873,13 1750,82 6836,60 2278,87

semboja 1573,43 1674,37 2239,43 5487,23 1829,08

100x50 serumpung 1062,34 1329,91 1167,81 3560,06 1186,69

semboja 1318,01 1329,48 1581,10 4228,59 1409,53

∑ 9118,35 10699,39 9704,69 29522,44

Rata-rata 1519,73 1783,23 1617,45

56

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:berat_kering_daun

Source Type III Sum of

Squares dfMean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 4.842E7 1 4.842E7 454.784 .002

Error 212939.907 2 106469.954a ulangan Hypothesis 212939.907 2 106469.954 5.727 .067

Error 74361.194 4 18590.299b jarak_tanam Hypothesis 1760395.349 2 880197.674 47.347 .002

Error 74361.194 4 18590.299b jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 74361.194 4 18590.299 .083 .985Error 1339543.561 6 223257.260c

varietas Hypothesis 142807.712 1 142807.712 .640 .454Error 1339543.561 6 223257.260c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis 376966.581 2 188483.290 .844 .475Error 1339543.561 6 223257.260c

a. MS(ulangan) b. MS(jarak_tanam * ulangan) c. MS(Error)

57

Diameter Kanopi (cm)

jarak tanam varietas ulangan

∑ Rata-rata 1 2 3

80x30 serumpung 80,48 80,36 82,34 243,18 81,06

semboja 82,43 82,78 78,94 244,15 81,38

80x40 serumpung 82,86 82,84 78,85 244,55 81,52

semboja 76,20 83,69 83,06 242,95 80,98

100x50 serumpung 78,09 85,88 83,49 247,46 82,49

semboja 81,86 84,24 80,21 246,31 82,10

∑ 481,92 499,79 486,89 1468,60

Rata-rata 80,32 83,30 81,15

58

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:diameter_kanopi

Source Type III Sum of

Squares dfMean

Square F Sig.

Intercept Hypothesis 119821.442 1 119821.442 8450.564 .000

Error 28.358 2 14.179a ulangan Hypothesis 28.358 2 14.179 4.254 .102

Error 13.333 4 3.333b jarak_tanam Hypothesis 4.490 2 2.245 .673 .560

Error 13.333 4 3.333b jarak_tanam * ulangan

Hypothesis 13.333 4 3.333 .363 .827Error 55.037 6 9.173c

varietas Hypothesis .176 1 .176 .019 .894Error 55.037 6 9.173c

jarak_tanam * varietas

Hypothesis .628 2 .314 .034 .967Error 55.037 6 9.173c

a. MS(ulangan) b. MS(jarak_tanam * ulangan) c. MS(Error)

59

LAMPIRAN 2

Morfologi Tembakau varietas lokal Weleri Serumpung

Tinggi tanaman : 132,2 cm Habitus : Piramid Kerapatan : Rapat Panjang Ruas : Panjang Bertambah (> 4,42 cm) Warna Batang : Hijau Bulu Batang : Berbulu Sudut Batang : Tegak (< 60o) Jumlah Daun : Sedang (19-30 lembar per pohon) Ujung Daun : Meruncing Tepi Daun : Licin Permukaan Daun : Rata Tebal Daun : Tebal Warna Daun : Hijau Phylotaksi : 3/8 kanan Tangkai Daun : Duduk Panjang Daun : 53 cm Lebar Daun : 30,5 cm Sayap Daun : Lebar berploi (> 2,57 cm)

60

Telinga Daun : Lebar (2,57-5,14 cm) Getah : Bergetah Bentuk Daun : Lonjong Warna Bunga : Merah Muda

(Balittas, 2011)

Morfologi Tembakau varietas lokal Weleri Semboja

Tinggi tanaman : 117,7 cm Habitus : Silindris Kerapatan : Jarang Panjang Ruas : - Warna Batang : Hijau Bulu Batang : Berbulu Sudut Batang : Tegak (< 60o) Jumlah Daun : Sedang (18-25 lembar per pohon) Ujung Daun : Meruncing Tepi Daun : Berombak Permukaan Daun : Berbendol Tebal Daun : Tebal Warna Daun : Hijau Phylotaksi : 3/8 kanan

61

Tangkai Daun : Duduk Panjang Daun : 40,5 cm Lebar Daun : 23,5 cm Sayap Daun : Lebar berploi (> 2,57 cm) Telinga Daun : Lebar (2,57-5,14 cm) Getah : Bergetah Bentuk Daun : Lonjong Warna Bunga : Merah Muda

(Balittas, 2011)

62

“Halaman ini sengaja dikosongkan.”

DAFTAR PUSTAKA Abbott, L.K., Murphy, D.V. 2003. What is soil biological

fertility? In: Abbott, L.K., Murphy, D.V. (Eds.) A key to Sustainable Land Use in Agriculture: Kluwer Academic Publishers, The Netherlands. p. 1-15

Alexander, K.G., Miller, M.H. 1991. The effects of soil

aggregate size on early growth and shoot-root ratio. Plant and Soil 138: 189-194

Anderson, R. A. , M. J. Kasperbauer, and H. R. Burton. 1985.

Shade during growth : effects on chemical composition and leaf color of air cured burley tobacco. Agron. J.77 : 543-546

Anonim, 2009. Project Report Son of Jack 2009 PT. HM

Sampoerna, Tbk. Pasuruan Balittas, 2011. Deskripsi Tanaman Tembakau (Nicotiana

tabacum) Varietas Lokal Weleri Serumpung dan Semboja. Balittas. Malang

Bronick, C.J., Lal, R. 2005. Soil structure and management: a

review. Geoderma 124: 3-22 Collins, W. K., dan S. N. Hawks. 1993. Principles of fluecured

tobacco production. N. C.27695. (316 p) Djajadi. 2006. The roles of added clay and organic matter in

stabilizing aggregates in sandy soils. PhD Thesis. The University of Western Australia. 156 pp

Donald, C. M. 1963. Competition among Crop and Pasture

Plant. Adv. Agron 15 : 1-118

37

38

Ewusie, J.Yanney .1990. Pengantar Ekologi Tropika. ITB. Bandung

Flower, K. C. 1999. Field practices. Tobacco : Production,

Chemistry, and Technology, D. L. Davis and M. T. Nielsen eds. Blackwell Sci. pp.76-103

Fowler, J. L. and L.L Ray. 1979. Respon Of Two Cotton

Genotypes To Equidestence Spacing Of Cotton. Agron. J 69 : 734-738

Gardner, F.P., R.B. Pearce, Roger L. Mitchell. 1991. Fisiologi

Tanaman Budidaya. Penerjemah Herawati Susilo dan Pendamping Subiyanto. Cetakan pertama. Universitas Indonesia. Jakarta

Gilchrist, S.N. 1999. Oriental Tobacco, Production, Chemistry

And Technology. D.I. Davis and M. T. Nielsen, Eds Coresta- Blackwell Sci. Ltd. Pp 154-163

Guinn, G. 1976. Nutritional Stress And Ethylene Evolution

Tobacco. Crop Sci.(16) : 89-91 Haryadi, S.S. 1984. Pengantar Agronomi. P.T. Gramedia Jakarta : 91 Hawks, S.N. 1970. Principles Of Flue-Cured Tobacco

Production. NCSU. Raleigh. 239p. Hawks, S.N. dan Collins, W.K., 1989. Principles of Flue-cured

Tobacco Production. N.C State University. 358 pp Kartawinata, Kuswata, Drs. 1986. Pengantar Ekologi. CV

Remadja Karya. Bandung

39

Kasperbauer, M. 1971. Spectral Distribution Of Light In Tobacco Canopy And Effects On End Of Day Light Quality On Growth And Development Plant Physiol. 47 775-778

Listyanto. 2010. Budidaya tanaman tembakau (Nicotiana

tabacum) menggunakan pupuk hayati Bio P 2000 Z. Alami Press Seri Perkebunan. Jakarta

Mullins, C.E., MacLeod, D.A, Northcote, K.H., Tisdall, J.M.,

Young, I.M. 1990. Hardsetting soils: Behaviour, occurrence, and management. Advances in Soil Science 11: 37-108

Nurhayati, 2008. Correlation between Climate with Growth and Production of Tobbaco. Jurnal Ilmiah pendidikan tinggi vol.1 no.2. Fakultas Pertanian UISU. Medan

Odum, E. P. 1959. Fundamentals of Ecology. 2nd. WB

Saunders Co. London Packer, I.J., Hamilton, G.J., Koen, T.B. 1992. Run off, soil loss

and soil physical property changes of light textured surface soils from long-tern tillage treatments. Australian Journal of Soil Research 30:789-806

Papenfus, H. D., dan F. M. Quin. 1984. Tobacco. The Physiology

of Tropic al Field Crops. P. R. Goldworthy and N. M. Fisher eds. John Willy and Sons, Ltd. Chichester. p. 607-636

Rachman, 1990. Report on Cooperative Research. Balittas dan

PT HM Sampoerna, Tbk. Malang Rahman, A. Mahfuz, A. Kartamidjaja., Soewardjiman. 1997.

Usaha Menurunkan Kadar Cl Daun Tembakau Virginia Rajangan Bojonegoro Melalui Peningkatan Populasi Tanaman. Balittas. Malang

40

Sahid, M. 1986. Pengaruh Populasi Tanaman Dan Dosis Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Berbagai Tanaman Serat Dan Tembakau. Balittas : Malang

Sastro supadi, A., Oesman. 1977. Pengaruh Jarak Tanam

Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tembakau. Pemberitaan LPTI No. 25. Bogor : 353

Sholeh, M. 2007. Pengaruh Kerapatan Tanaman Terhadap

Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Serat. Ballitas. Malang

Sudibyo, N., Lestari, dan Djumadi. 2007. Pengaruh Kerapatan

Tanaman Jarak Pagar Terhadap Pertumbuhan Kenaf Dan Tembakau. Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pekebunan. Bogor. P. 314-322

Susilowati, Eka Yuni 2006. Identifikasi Nikotin Dari Daun

Tembakau (Nicotiana tabacum) Kering Dan Uji Efektivitas Ekstrak Daun Tembakau Sebagai Insektisida Penggerek Batang Padi (Scirpophaga innonata). UNS . Semarang

Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.

UGM Press. Yogyakarta Tso, TC. 1972. Physiology and Biochemistry of Tobacco Plants.

Plant Science Research Division U.S Department of Agriculture Beltsville. Maryland

White, G.A., W.C. Adamson., J.J. Higgins. 1971. Effects Of

Population Levels On Growth Factors Tobacco Varieties. Agron J. 63 : 233-235

41

Winarso, P.A. 1992. Evaluasi Musim Kemarau dan Antisipasi Musim Kemarau di Wilayah Indonesia. Lokakarya Antisipasi Musim Kemarau Panjang untuk Budidaya Perkebunan. AP31, Perhimpi dan BMG 19-20 Februari 1992. Bandung

42

“Halaman ini sengaja dikosongkan.”

63

BIODATA PENULIS

Penulis merupakan seorang mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA ITS Angkatan 2007. Penulis lahir pada tanggal 5 Maret 1989 di Kota Jakarta. Sebelumnya, penulis telah menyelesaikan pendidikannya di SDN 06 Setia Darma, SMPN 1 Tambun Selatan, dan SMAN 31Jakarta. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Jurusan Biologi ITS melalui jalur SNPTN dengan NRP 1507 100 013. Selama menempuh masa perkuliahan penulis aktif di dalam kegiatan Himpunan Mahasiswa Biologi ITS sebagai staff di Departement Riset dan Teknologi. Penulis juga pernah melakukan kerja praktek di JAWA POS GROUP, PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan dan PT. HM Sampoerna, Tbk.. Jika ingin berdiskusi mengenai tugas akhir ini, dapat menghubungi penulis melalui email : [email protected]

63