PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL …repository.unib.ac.id/14157/1/Skripsi...
-
Upload
nguyentuyen -
Category
Documents
-
view
251 -
download
0
Transcript of PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL …repository.unib.ac.id/14157/1/Skripsi...
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN LEVERAGE
TERHADAP MANAJEMEN LABA DANKONSEKUENSINYA
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue di Bursa
Efek Indonesia Periode 2009-2013)
SKRIPSI
OLEH :
YAYAN SUDIYANTO
NPM. C1C010056
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2016
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN LEVERAGE
TERHADAP MANAJEMEN LABA DAN KONSEKUENSINYA
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue di Bursa
Efek Indonesia Periode 2009-2013)
SKRIPSI
OLEH :
YAYANSUDIYANTO
NPM. C1C010056
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2016
MOTTO “Berbuatlah semaumu sesuka hatimu, apapun hasil dari perbuatanmu
bertanggung jawablah” – Yayan Sudiyanto
"Hidup itu sebuah kejutan, semua orang tidak pernah tahu apa
yang akan terjadi, berjuanglah yang terbaik menurut versimu walau
terkadang perjuangan itu membutuhkan pengorbanan" - Yua_Cue
“Who is number one right now? I show you. First of all I show
who is the boss. Who is the real champ. I stay here and I am
real champion” – Gennady ‘GGG’ Golovkin
"Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua." -
Aristoteles
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya
kamu berharap” ― Q.S. Al – Insyirah: 6-8
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
Allah SWT.
Muhammad SAW
Kedua orang tuaku
Ketiga kakakku
Keluarga Besar Gedung K
Almamater tercinta
Special Thanks to…
Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya dalam setiap langkah hamba, dan Nabi besar
Muhammad SAW yang selalu menjadi pedoman hidup.
Pembimbing Skripsi Bapak Dr. Husaini, SE., M.Si., Ak, CA.
Terima kasih yang tak terhingga telah membimbing saya
dengan penuh kesabaran.
Pembimbing Akademik Ibu Nila Aprilla, SE,M.Si,Ak, CA.
Terima kasih telah membimbing saya selama mengikuti masa
perkuliahan di Jurusan Akuntasi.
Keluarga besar gedung K Universitas Bengkulu. Seluruh dosen
Akuntansi Universitas Bengkulu yang telah membimbing saya.
Elvan Oktarikhi Syafutra, Marsya Rossarzi, Franisyalya
Ramadhany yang membantu dalam penulisan skripsi ini. Tidak
pernah bosan memberi semangat kepada saya.
Teman seperjuangan menulis skripsi, Dimas Yoga Permana, selalu
semangat untuk mengajak saya berjuang dengan gigih.
Seluruh teman-teman Akuntansi 2010, terutama Akun B 2010,
sahabat terbaik, Yogie Oktora Nata, Rizki Fariz Alfan, Fredo
Valentino, Nata Chandra Buana. Terima kasih untuk kebersamaan
dan kokampakannya.
Sahabat tongkrongan di gedung K selama penulisan skripsi, Mawan,
Rendra, Tomy, Ginanjar, Yadi, Jaka, Rizal. Kalian luar biasa.
Keluarga KKN Pematang tiga lama, Roby, Agung, Juli, Amel, Wika,
Winda, Irma, Novi. Terima kasih atas kebersamaan singkat tapi
sangat berkesan.
Semua yang pernah ada dikehidupanku, yang telah memberi
dukungan atas skripsi ku, yang telah mendengar keluh kesah ku.
Terimakasih atas segalanya, meski hanya sebagian ataupun
sepenuhnya, tapi tetap itu motivator.
Serta, untuk semua yang telah memberikan dukungan baik secara
langsung dan tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.
EFFECT OF INSTITUTIONAL OWNERSHIP, MANAGERIAL
OWNERSHIP AND LEVERAGE TO EARNINGS MANAGEMENT AND
CONSEQUENCES TO CORPORATE VALUE
(Study on the company that does the Right Issue
in Indonesia stock exchange Period 2009-2013)
By:
Yayan Sudiyanto1)
Dr. Husaini, SE., M.Si., Ak., CA2)
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of institutional ownership,
managerial ownership and leverage to earnings management and the impact of
earnings management on corporate value. The variables used in this research is
the institutional ownership, managerial ownership, leverage, earnings
management and corporate value.
The sample was a company that does the right issue at the Indonesia Stock
Exchange during the period 2009-2013. A sample of 29 companies with 145
observations. Methods of data collection using purposive sampling technique.
The results show that institutional ownership effect on earnings
management. While managerial ownership and leverage no effect on earnings
management. Earnings management has a effect on corporate value.
Keywords: Institutional Ownership, Managerial Ownership, Leverage, Earning
Management, Corporate Values.
1) Student
2) Supervisor
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN LEVERAGE TERHADAP
MANAJEMEN LABA DAN KONSEKUENSINYA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2013)
Oleh:
Yayan Sudiyanto1)
Dr. Husaini, SE., M.Si., Ak., CA 2)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial dan leverage terhadap manajemen laba serta pengaruh
manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
leverage, manajemen laba dan nilai perusahaan.
Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan right issue di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2013. Data sampel sebanyak 29
perusahaan dengan 145 observasi. Metode pengumpulan data menggunakan
teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial dan leverage
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Manajemen laba berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Kata Kunci: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Leverage,
Manajemen Laba, Nilai Perusahaan.
1) Calon Sarjana (Akuntansi)
2) Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial Dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba Dan Konsekuensinya Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2013)” dapat terselesaikan dengan baik. Semoga kesejahteraan
tercurah bagi Rasul-Nya, Muhammad SAW, sang pemimpin umat manusia.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Bengkulu.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam proses penulisan
skripsi ini terutama kepada:
1. Bapak Dr. Husaini, SE., M.Si., Ak, CA selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, masukkan, serta saran
yang membangun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
2. Dewan Penguji Bapak Saiful, SE., M.Si., Ph.D., Ak, Bapak Dr. Fadli, SE.,
M.Si., Ak., CA dan Ibu Halimatusyadiah, SE., M.Si., Ak, CA yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran, koreksi, dalam peneyelesaian
skripsi ini.
3. Bapak Dr. Fadli, SE, M.Si,. Ak, CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu.
4. Ibu Nila Aprilla, SE, M.Si, Ak CA selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam
menjalankan proses belajar di Jurusan Akuntansi Universitas Bengkulu.
5. Bapak Prof. Lizar Alfansi, SE, MBA. Ph.d selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu.
6. Bapak Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc., Akselaku Rektor Universitas
Bengkulu.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Akuntansi
atas bimbingan dan pengajaran yang telah diberikan selama masa studi
penulis.
8. Pihak-pihak yang telah memberikan andil dalam penyelesaian skripsi baik
langsung ataupun tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya penyusunan skripsi ini jauh dari
kesempurnaankarena masih banyaknya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan perbaikan-perbaikan
dimasa akan datang agar skripsi ini dapat lebih baik lagi, dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan. Akhir kata, penulis mohon
maaf atas segala kekurangan dan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak
disengaja.
Bengkulu, 11 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH .................................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ......................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
ABSTRAK ..................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 8
1.5 BatasanMasalah...................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 11
2.1 Landasan Teori ..................................................................... 11
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ............................. 11
2.1.2 Right Issue .................................................................. 12
2.1.3 ManajemenLaba ......................................................... 14
2.1.4 Nilai Perusahaan ......................................................... 17
2.1.5 KepemilikanInstitusional ........................................... 29
2.1.6 KepemilikanManajerial .............................................. 20
2.1.7 Leverage ..................................................................... 21
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................. 22
2.3 PengembanganHipotesis ........................................................ 27
2.3.1 PengaruhKepemilikanInstitusionalterhadap
ManajemenLaba ......................................................... 27
2.3.2 PengaruhKepemilikanManajerialterhadap
ManajemenLaba ......................................................... 27
2.3.3 PengaruhLeverageterhadapManajemenLaba ............. 29
2.3.4 PengaruhManajemenLabaterhadapNilai Perusahaan . 30
2.4 KerangkaPemikiran ................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 30
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................... 30
3.2 VariabelPenelitiandanDefinisiOperasionalVariabel .............. 30
3.2.1 VariabelDependen ......................................................... 30
3.2.1.1 ManajemenLaba ................................................ 30
3.2.1.2 Nilai Perusahaan ............................................... 32
3.2.2 VariabelIndependen ...................................................... 33
3.2.2.1 KepemilikanInstitusional .................................. 33
3.2.2.2 KepemilikanManajerial ..................................... 34
3.2.2.3 Leverage ............................................................ 34
3.3 PopulasidanSampel ................................................................ 35
3.4 JenisdanSumber Data ............................................................. 36
3.5 MetodePengumpulan Data ..................................................... 36
3.6 MetodeAnalisis Data .............................................................. 36
3.6.1 UjiAsumsiKlasik ........................................................... 37
3.6.1.1 Uji Normalitas .............................................. 37
3.6.1.2 UjiAutokorelasi ............................................. 38
3.6.1.3 Uji Multikolinieritas ..................................... 40
3.6.1.4 Uji Heteroskedastisitas ................................. 40
3.6.2 Pengujian Hipotesis ...................................................... 40
3.6.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) .................... 41
3.6.2.2 Uji Statistik F (f-test) .................................... 41
3.6.2.3 Uji Statistik T (t-test) .................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 44
4.1 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................ 44
4.2 Statistik Deskriptif ................................................................ 44
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................... 48
4.3.1 Uji Normalitas ........................................................... 48
4.3.2 Uji Autokorelasi ........................................................ 52
4.3.3 Uji Multikolenearitas ................................................. 53
4.3.4 Uji Heterokedastisitas ................................................ 55
4.4 Pengujian Hipotesis ............................................................... 56
4.4.1 Koefisien Determinasi (R2) ........................................ 56
4.4.2 Uji Statistik F (Uji F) ................................................. 58
4.5 Hasil Analisis Regresi ............................................................ 60
4.5.1 Hasil Pengujian Hipotesi Pertama .............................. 60
4.5.2 Hasil Pengujian Hipotesi Kedua ................................ 61
4.5.3 Hasil Pengujian Hipotesi Ketiga ................................ 61
4.5.4 Hasil Pengujian Hipotesi Keempat ............................ 61
4.6 Pembahasan ............................................................................ 62
4.6.1 Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
.................................................................................... 62
4.6.2 Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba . 62
4.6.3 Leverage terhadap Manajemen Laba ......................... 63
4.6.4 Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan ............. 63
BAB V PENUTUP ................................................................................... 64
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 64
5.2 Implikasi Hasil Penelitian ..................................................... 65
5.3 Keterbatasan Penelitian ......................................................... 66
5.4 Saran ...................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 72
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 22
Tabel 3.1 Kriteria Autokorelasi Durbin – Watson .......................................... 40
Tabel 4.1 Populasi dan Sampel ....................................................................... 44
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ........................................................................... 45
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ....................................................................... 48
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Tahap 2 ......................................................... 49
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model 1 ....................................................... 51
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Model 2 ....................................................... 52
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas .............................................................. 54
Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 1 ............................................. 55
Tabel 4.9 Hasil Uji Heterokedastisitas Log ..................................................... 56
Tabel 4.10Hasil Uji Heterokedastisitas Ln ..................................................... 56
Tabel 4.11 Hasil Uji Heterokedastisitas Invers ................................................ 57
Tabel 4.12 Hasil Uji Heterokedastisitas Model 2 ............................................ 58
Tabel 4.13 Hasil Uji Heterokedastisitas Invers ................................................ 59
Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 1 ..................................... 60
Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 2...................................... 60
Tabel 4.16 Hasil Uji Signifikansi F Model 1 ................................................... 61
Tabel 4.17 Hasil Uji Signifikansi F Model 2 ................................................... 62
Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik F Diperbaiki ...................................................... 63
Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik T........................................................................ 64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Dalam Sampel Penelitian
Lampiran 2 Hasil Entri Data Penelitian
Lampiran 3 Statistik Deskriptif
Lampiran 4 Pengujian Asumsi Klasik : Uji Normalitas
Lampiran 5 Pengujian Asumsi Klasik : UjiAutokorelasi
Lampiran 6 Pengujian Asumsi Klasik : UjiMultikolinieritas
Lampiran 7 Pengujian Asumsi Klasik : UjiHeteroskedastisitas
Lampiran 8 Pengujian Hipotesis
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................ 31
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang
saham. Semakin besar nilai pemegang saham menandakan semakin besar juga
kepercayaan publik terhadap perusahaan.Laporan keuangan merupakan media
komunikasi yang umum digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak eksternal (pemegang saham,
kreditur, pemerintah) maupun pihak internal (manajemen). Dalam penyusunan
laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam
mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun disisi lain
penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen
dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku (Indrayani, 2009). Pilihan metode akuntansi
yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan
sebutan manajemen laba atau earnings management (Rahmawati, 2006).
Istilah earnings management atau manajemen laba mungkin tidak terlalu
asing bagi pemerhati manajemen atau akuntansi, baik praktisi maupun akademisi.
Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan
keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan pihak tertentu, yang
dilakukan dengan pemilihan kebijakan akuntansi oleh para manajer untuk
mencapai tujuan khusus. Terdapat dua cara yang saling melengkapi dalam berfikir
tentang manajemen laba. Pertama, perilaku oportunistik manajemen untuk
memaksimumkan utilitasnya dalam kompensasi, kontrak dan kas politik. Kedua,
perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk
menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam kontrak. Akan tetapi manajemen
laba sering diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik dilakukan oleh manajer,
sehingga banyak definisi yang menekankan manajemen laba sebagai sesuatu
perilaku oportunistik manajemen.
Mayasto (2008) merangkum berbagai hal penelitian terdahulu untuk
mendeteksi faktor-faktor penyebab terjadinya praktek manajemen laba yang
terdiri dari praktek peningkatan laba dan praktek penurunan laba. Praktek
peningkatan laba terdiri dari tindakan manajer untuk meningkatkan laba bila
sedang pada pelanggaran kesepakatan kredit untuk melaporkan kinerja yang baik
pada kreditur, memaksimalkan kompensasi yang didasarkan pada kinerja
akuntansi, memperoleh atau mempertahankan kendali perusahaan, pertimbangan
pasar modal pada saat penawaran saham perdana, serta pertimbangan
memperbaiki kinerja yang dilaporkan pada stakeholder. Sedangkan penurunan
laba dilakukan manajer untuk memperoleh penghematan pajak, menyiasati
peraturan pemerintah misalnya untuk meminimalkan jumlah denda untuk
mendapatkan fasilitas pemerintah, dan pertimbangan kondisi persaingan untuk
mencegah masuknya pesaing baru.
Manajemen Laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat
mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Mayasto, 2008). Maksud
dari menambah bias laporan keuangan adalah bahwa laporan tersebut
menggunakan metode-metode akuntansi tertentu sehingga timbul laporan-laporan
keuangan yang sesuai dengan kebutuhan investor atau keinginan manajer,
sehingga dapat dikatakan bahwa laporan keuangan tersebut dapat tergantung pada
pemakai laporan keuangan tersebut. Pengertian laba yang dianut oleh struktur
akuntansi manajemen sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih
pengukuran pendapatan dan biaya. Menurut Ginanjar (2011) manajemen laba
harus dicegah karena dapat menyesatkan keputusan investor. Akan tetapi,
manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data
atau informasi akuntansi namun lebih condong dikaitkan dengan pemilihan
metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa
dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations
(Gunny, 2005).
Menurut FCGI (2001) manajemen laba muncul karena adanya agency
conflicts, yang muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dengan
pengelolaan perusahaan. Dengan pemisahan ini, pemilik perusahaan memberikan
kewenangan pada pengelola untuk mengurus jalannya perusahaan seperti
mengelola dana dan mengambil keputusan perusahaan lainnya atas nama pemilik.
Dengan kewenangan yang dimiliki ini, mungkin saja pengelola tidak bertindak
yang terbaik untuk kepentingan pemilik, karena adanya perbedaan kepentingan
(conflict of interest). Berdasarkan teori keagenan untuk mengatasi masalah
ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajemen
perusahaan (agent) adalah dengan tata kelola perusahaan (corporate governance)
(Rahmawati, 2006). Pengelolaan laba yang opportunistic oleh manajemen dalam
suatu perusahaan diyakini akan dapat dibatasi dengan adanya praktik corporate
governance. Tindakan oportunis manajemen laba ini akan dapat merugikan
pemegang saham dan dari informasi laba yang disajikan tersebut dapat
menyebabkan pengambilan keputusan yang salah (Diniartika, 2008). Kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial adalah dua praktik corporate governance
yang membantu mengendalikan masalah keagenan. Menurut Midiastuty dan
Machfoedz (2006), dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer,
diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal karena
manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kerja. Sedangkan kepemilikan
institusional dinilai dapat mengurangi praktek manajemen laba karena manajemen
menganggap institusional sebagai sophisticated investor dapat memonitor
manajemen yang dampaknya akan mengurangi motivasi manajer untuk
melakukan manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Sudibyo (2013)
menunjukkan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan
terhadap manajemen laba, sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Ma’ruf
(2006), menyatakan kepemilikan institusional tidak terbukti berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian yang dilakukan Antonia (2008)
menunjukkan bahwa struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba. Sementara itu hasil penelitian dari Agusti
dan Pramesti (2008) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
Selain kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial, terdapat
faktor lain yang dapat menimbulkan manajemen laba oleh manajer, yaitu leverage
/ hutang. Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset.
Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai hutang perusahaan.
Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi berarti
memiliki rasio hutang lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan
cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba. Hal tersebut
bertujuan untuk menghindari pelanggaran perjanian hutang (Caroline, 2012).
Saffudin (2011) mengungkapkan bahwa jika hutang yang digunakan
secara efektif dan efisien maka akan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi apabila
dilakukan dengan dalih untuk menarik perhatian para kreditur maka justru akan
memicu manajer untuk melakukan manajemen laba. Manajer sebagai pengelola
perusahaan akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham karena manajer memiliki
akses ke informasi sebelum informasi tersebut dipublikasikan kepada publik.
Situasi ini dikenal sebagai asimetri informasi (Haris, 2004). Karena adanya
asimetri informasi inilah pemilik perusahaan tidak dapat mengetahui kondisi
perusahaan yang sebenarnya sehingga manajemen perusahaan memiliki
kesempatan untuk melakukan manajemen laba. Hasil penelitian (Caroline dan
Natalita, 2012) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan
terhadap manajemen laba. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh (Husni,
2012) menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Disisi lain menurut (Haryudanto, 2011), manajer melakukan manajemen
laba untuk meningkatkan nilai perusahaan, Nilai perusahaan yang maksimal dapat
tercemin dari harga pasar saham perusahaan tersebut di pasar saham. Nilai
perusahaan dapat dipengaruhi oleh right issue, sehingga perusahaan dituntut untuk
bisa memanfaatkan rumor right issue agar dapat memaksimalkan nilai
perusahaan. Perusahaan yang melakukan right issue memiliki berbagai tujuan
diantaranya untuk melakukan ekspansi usaha, membayar hutang, melakukan
merger, melakukan akuisisi perusahaan, dan sebagainya. Karena kelangsungan
hidup perusahan sangat penting untuk dijaga perusahaan harus mampu
memaksimalkan nilai perusahaan.Penelitian yang dilakukan oleh (Haryudanto,
2011) menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara manajemen
laba terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian oleh (Herawaty, 2008)
membuktikan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Dalam penelitian ini peneliti ingin membuktikan beberapa faktor yang
mempengaruhi manajemen untuk melakukan aktivitas manajemen laba (earnings
management), terutama pada saat perusahaan yang melakukan penawaran saham
terbatas padapemegang saham lama (right issue), yang biasanya permasalahan ini
luput dari pengamatan beberapa peneliti sebelumnya. Hal itu penting karena dari
beberapa penelitian yang meneliti pada saat perusahaan melakukan penawaran
saham kepada publik (selain right issue) terdapat indikasi perbedaan earnings
management antara sebelum dan sesudah melakukan penawaran saham kepada
publik. Hal ini terkait dengan keinginan untuk menunjukkan kinerja yang lebih
bagus. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba
sudah banyak dilakukan, namun hasil penelitian menunjukkan hasil yang berbeda-
beda. Beberapa hal tersebut yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti faktor
yang mempengaruhi manajemen laba di seputar right issue dengan tujuan untuk
membuktikan permasalahan yang muncul.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penelitian ini berjudul:
“Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensinya Terhadap Nilai
Perusahaan. (Studi pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue di Bursa
Efek Indonesia Periode 2009-2013)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen
laba?
2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen
laba?
3. Apakah leverage berpengaruh terhadap manajemen laba?
4. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen
laba.
2. Menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen
laba.
3. Menganalisis pengaruh leverage terhadap manajemen laba.
4. Menganalisis pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
investor dan calon investor lebih berhati-hati dalam mencermati besar
kecilnya kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan
leverage sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi di perusahaan.
2. Emiten
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam mengelola
perusahaan terutama dalam rangka meminimalkan praktik manajemen
laba.
3. Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian
selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, leverage,
manajemen laba, dan nilai perusahaan.
1.5 Batasan Masalah
Untuk lebih memusatkan penelitian pada pokok permasalahan serta untuk
mencegah terlalu luasnya pembahasan yang menyebabkan terjadinya
kesalahan interprestasi terhadap kesimpulan yang dihasilkan, maka dalam
penelitian ini dilakukan pembatasan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menganalisa perusahaan yang melakukan right
issue.
2. Perusahaan dalam kelompok industri manufaktur, jasa dan dagang,
bukan dari perbankan, asuransi atau kelompok lembaga keuangan
lainnya.
3. Tidak melakukan double right issue selama periode pengamatan
4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.
5. Perusahaan harus memiliki data kepemilikan saham manajerial dan
institusional.
6. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan secara lengkap pada
periode pengamatan tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung
penelitian ini serta akan membantu dalam proses pembentukan kerangka
pemikiran untuk perumusan hipotesis. Penjelasan teori ini juga akan membantu
dalam menganalisis hasil penelitian. Selain itu penjelasan teori ini dilengkapi
dengan penelitian terdahulu yang terkait dengan teori tersebut.
2.1.1 Teori Agensi
Teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara anggota-anggota
dalam perusahaan. Hubungan keagenan adalah suatu kontrak dimana satu atau
lebih principal (pemilik) menggunakan orang lain atau agen (manajer) untuk
menjalankan aktivitas perusahaan yang dimilikinya. Yang dimaksud dengan
principal adalah pemegang saham/pemilik, sedangkan agen adalah manajer yang
menjalankan atau mengelola harta pemilik (Haryono, 2005). Sedangkan menurut
Setiawati (2010) hal yang mendasari konsep teori keagenan muncul dari sebuah
perluasan dari satu individu pelaku ekonomi informasi menjadi dua individu.
Salah satu individu ini menjadi agen untuk yang lain yang disebut principal. Agen
membuat kontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi principal, principal
membuat kontrak untuk memberi imbalan pada agen. Principal mempekerjakan
agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk
pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal ke agen. Analoginya
mungkin seperti antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan. Para
pemilik disebut evaluator informasi dan agen-agen mereka disebut pengambil
keputusan.
Teori agensi mengasumsikan bahwa CEO (agen) memiliki lebih banyak
informasi dari pada prinsipal karena prinsipal tidak dapat mengamati kegiatan
yang dilakukan agen secara terus-menerus dan berkala. Karena principal tidak
memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen, maka prinsipal tidak
pernah dapat mengetahui dengan pasti bagaimana usaha agen memberikan
kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Situasi inilah yang disebut asimetri
informasi (Indriyani, 2010). Konflik inilah yang kemudian dapat memicu biaya
agensi. Teori agensi menyatakan bahwa konflik antara prinsipal dan agen dapat
dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang dapat menyelaraskan (alignment)
berbagai kepentingan yang ada dalam perusahaan.
Teori agensi dapat digunakan untuk menjelaskan penyebab timbulnya
manajemen laba. Sebagai agen, manajer bertangung jawab secara moral untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik dengan memperoleh kompensasi sesuai
dengan kontrak. Sebagaimana pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu
akan mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan
datang dibandingkan pemilik. Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi
ini akan memicu munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi.
Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen dengan pemilik, hal ini akan
memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba,
sehingga akan menyesatkan pemilik mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
2.1.2 Right Issue
Istilah right issue dapat didefinisikan sebagai kegiatan penawaran umum
terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka penerbitan hak memesan
efek terlebih dahulu. Alat investasi ini merupakan produk turunan atau derivatif
dari saham. Untuk penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu dibutuhkan
persetujuan dari pemegang saham mayoritas, right issue inipun harus
mendapatkan persetujuan efektif dari Bappepam. Dengan adanya right issue akan
terjadi penambahan saham baru yang akan menyebabkan adanya dilusi
kepemilikan saham.
Pemegang saham lama mempunyai hak yang disebut preemptive right.
Menurut Sharpe (1997) preemptive right merupakan hak membeli efek terlebih
dahulu agar dapat mempertahankan proporsi kepemilkannya diperusahaan
tersebut. Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat untuk harus
membelinya. Apabila investor tidak mau menggunakan haknya, maka dia dapat
menjual right tersebut. Tujuan dari preemptive right adalah menjaga kontrol
kekuasaan dari pemegang saham saat ini dan untuk menghindari pemegang saham
dari dilusi.
Pengertian right issue sendiri adalah penawaran kepada pemegang saham
sekarang untuk membeli saham pro rata, yaitu secara proporsional kepemilikan
saham mereka pada harga tertentu dengan masa berlaku tertentu (Ross. et al,
1998). Menurut Koetin 1994, right issue adalah suatu hak bagi pemegang saham
yang ada untuk membeli terlebih dahulu saham baru yang akan diterbitkan oleh
suatu perusahaan. Biasanya dengan harga di bawah catatan harga saham yang
bersangkutan di bursa. Menurut Robert Ang (1997), right issue adalah kegiatan
penawaran umum terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka penerbitan
hak memesan efek terlebih dahulu. Emery Douglas R dan Finnedy John. D (1997)
mendefinisikan right issue sebagai penawaran saham baru dengan harga khusus.
Jadi perusahaan mendistribusikan right (opsi) kepada pemegang saham agar dapat
memperoleh saham-saham baru tersebut dengan harga khusus. Berdasarkan
beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa right issue adalah
penawaran saham baru secara terbatas kepada pemegang saham lama yang
disertai hak-hak tertentu yang biasanya dengan harga penawaran khusus.
Right issue dimaksudkan sebagai alternatif cara dalam memperoleh
sumber dana dan memperbaiki struktur modal perusahaan. Selain memperbaiki
struktur yang ada, adanya right issue juga merupakan solusi dalam rangka
mengatasi kesulitan likuiditas maupun solvabilitas. Dengan dikeluarkannya right
issue atau penawaran saham baru kepada pemegang saham, maka pemodal akan
mengeluarkan uang untuk membeli saham dari right issue. Uang yang diperoleh
dari investor melalui right issue akan digunakan untuk memperkuat struktur
pendanaan atau investasi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perolehan dana
melalui right issue diangggap sebagai alternatif yang menguntungkan
dibandingkan melalui bank, karena perusahaan memperoleh dana segar tanpa
harus terbeban dari suku bunga. Dengan adanya right issue investor lama
memiliki hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten dengan harga
yang lebih murah dari harga pasar. Karena merupakan hak, maka investor lama
tidak terikat untuk membeli saham baru tersebut (Sukwadi, 2006).
2.1.3 Manajemen Laba
Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses
penyusunan laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu
dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya atau perusahaannya sendiri (Saputro
dan Setiawati, 2004). Widiatmaja, 2010 menyebutkan bahwa manajemen laba
merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan
keuangan ekternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan
pribadi. Scott (dalam Halim dkk., 2005) mendefinisikan manajemen laba sebagai
berikut: “Given that managers can choose accounting policies from a set (for
example, GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to
maximize their own utility and/or the market value of the firm”. Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan pemilihan
kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara
alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting
Theory (PAT) dan Agency Theory. Dalam penelitian Halim dkk. (2005), tiga
hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar motivasi tindakan manajemen laba yang
dirumuskan oleh Watts and Zimmerman (1986) adalah:
a. The Bonus Plan Hypothesis
Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer
perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat
menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat
menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai
pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak
bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk
mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada
di bawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan
jika laba berada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bonus
tambahan. Jika laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung
memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada
periode berikutnya, demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi
hanya jika laba bersih berada di antara bogey dan cap, manajer akan
berusaha menaikkan laba bersih perusahaan.
b. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)
Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer
perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to
equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana
tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar
perjanjian utang.
c. The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis)
Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer
akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang
dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga
dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul
dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik
perhatian media dan konsumen.
Selain itu, Sanjaya dan Raharjo, 2006 menyatakan bahwa praktik
manajemen laba dilakukan oleh manajer karena ada beberapa motivasi yang
meliputi pasar modal, kontrak, dan regulator.
Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengukur manajemen
laba didasarkan pada teknik pencatatan akuntansi berbasis akrual. Pendekatan
akrual basis mewajibkan perusahaan mengakui pendapatan/biaya yang sudah
menjadi hak/kewajiban pada periode sekarang, meskipun transaksi kasnya terjadi
pada periode berikutnya (Primanita dan Setiono, 2006). Total akrual terdiri dari
komponen discretionary accrual dan nondiscretionary accrual. Discretionary
accrual adalah komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajemen,
artinya manajer memberikan intervensinya dalam proses pelaporan keuangan.
Nondiscretionary accrual adalah komponen akrual diluar kebijakan manajemen
(Kusuma dan Sari, 2003). Besarnya manajemen laba pada perusahaan
digambarkan dengan besarnya nilai discretionary accrual.
2.1.4 Nilai Perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan
melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham
(Wahidawati, 2002). Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek
salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham
perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang
dimiliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006) . Menurut Van Horne (dikutip Diyah dan
Erman, 2009) “Value is respresented by the market price of the company’s
commom stock which in turn, is afunction of firm’s investement, financing and
dividend decision.” Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral di semua
pelaku pasar, harga pasar saham merupakan barometer kinerja perusahaan.
Menurut Rika dan Ishlahuddin (2008), nilai perusahaan didefinisikan
sebagai nilai pasar. Alasannya karena nilai perusahaan dapat memberikan
kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang saham secara maksimum jika harga
saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi
keuntungan pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor
karena dengan permintaan saham yang meningkatkan menyebabkan nilai
perusahaan juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan
maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan
perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti
manajer maupun komisaris.
Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar
perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai
penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya
dimasa depan. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah
satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik,
karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham
perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan
yang dimasukkan namun seluruh asset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh
asset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor
saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber
pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga
dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Permanasari, 2010).
Jadi semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin
besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku asset
perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan
pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Permanasari, 2010).
2.1.5 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki oleh pihak
institusi pada akhir tahun yang diukur dalam persentase jumlah kepemilikan
insitusional terhadap jumlah saham secara keseluruhan (Dewi, 2008). Sedangkan
menurut Permanasari (2010) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan
yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor
institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam
setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor
institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah
percaya terhadap tindakan manipulasi laba.
Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor
manajemen perusahaan karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut
tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham karena pengaruh
kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka
yang cukup besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan yang tinggi oleh
institusi dalam suatu perusahaan akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih
besar yang dilakukan oleh investor institusional sehingga akan dapat mengontrol
manajer untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak sejalan dengan kepentingan
pemegang saham yang pada akhirnya akan mengurangi agency cost (Saffudin,
2011).
2.1.6 Kepemilikan Manajerial
Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency
conflict. Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya
suatu mekanisme yang diterapkan guna melindungi kepentingan pemegang saham
(Jensen dan Meckling, 1976). Mekanisme pengawasan terhadap manajemen
tersebut menimbulkan suatu biaya yaitu biaya keagenan, oleh karena itu salah satu
cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan adanya kepemilikan saham
oleh pihak manajemen (Permanasari, 2010).
Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
(direktur dan komisaris) (Diyah dan Erman, 2009). Dengan adanya kepemilikan
manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan dugaan yang menarik
bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajemen yang
meningkat. Kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring
aktivitas perusahaan.
Shliefer dan Vishny (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan
bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki
insentif untuk memonitor. Menurut Jensen dan Meckling (1976), ketika
kepemilikan saham oleh manajemen rendah maka ada kecenderungan akan
terjadinya perilaku opportunistic manajer yang meningkat. Dengan adanya
kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan maka dipandang dapat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang
saham lainnya sehingga permasalahan antara agen dan prinsipal diasumsikan akan
hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham.
2.1.7 Leverage
Leverage adalah hutang sumber dana yang digunakan oleh perusahaan
untuk membiayai asetnya diluar sumber dana modal atau ekuitas. Leverage dibagi
menjadi dua yaitu leverage operasi (operating leverage) dan leverage keuangan
(financial leverage) (Sam’ani, 2008). Leverage operasi adalah suatu indikator
perubahan laba bersih yang diakibatkan oleh besarnya volume penjualan.
Sedangkan leverage keuangan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang dengan equity yang dimilikinya.
Hutang merupakan perjanjian antara perusahaan sebagai debitur dengan
kreditur. Dalam perjanjian hutang ini, ada kepentingan perusahaan untuk dinilai
positif oleh kreditur dalam hal kemampuan membayar hutangnya. Semakin besar
rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Dengan demikian,
perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi
hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung
melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba. Hal ini bertujuan untuk
menghindari pelanggaran perjanjian utang (Astuti, 2004). Selain itu, adanya
perjanjian kontrak hutang memicu manajemen untuk meningkatkan discretionary
accrual dengan tujuan memperlihatkan kinerja positif pada kreditur, sehingga
memperoleh suntikan dana atau untuk memperoleh penjadwalan kembali
pembayaran hutang. Agar lebih aman, debt untuk mendanai kegiatan perusahaan
sebaiknya bersifat jangka panjang atau sesuai dengan jangka waktu aset yang
diperoleh (Ulupui, 2005).
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil pengujian dari penelitian terdahulu dapat di lihat
dari tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Data
penelitian
Alatanali
sis
Hasil
1. Andreani
Caroline
Barus dan
Yosephine
Natalita
Sembiring
(2012)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Motivasi
Manajemen
Laba di
Seputar Right
Issue
Kepemilikan
institusional,
Kepemilikan
manajerial,
Leverage,
Ukuran
perusahaan
Data
sekunder
Regresi (1)
Kepemilikan
institusional
berpengaruh
negative
signifikan
terhadap
manajemen
laba
(2) Leverage
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
manajemen
laba
2. Arlita
Marcela
Sudibyo
Pengaruh
Struktur
Corporate
Kepemilikan
manajerial,
Kepemilikan
Data
sekunder
Regresi
berganda
(1)
Kepemilikan
manajerial
(2013) Governance
dan Ukuran
Perusahaan
terhadap
Manajemen
Laba
(Studi empiris
pada
perusahaan
jasa non
keuangan yang
terdaftar di
bursa efek
Indonesia
2009-2011)
institusional,
Proporsi
dewan
komisaris
independen
dan
kepemilikan
institusional
memiliki
pengaruh
positif
signifikan
terhadap
manajemen
laba
(2) Proporsi
dewan
komisaris
memberikan
pengaruh
negatif yang
signifikan
terhadap
manajemen
laba
3. Rahmita
Wulandari
(2013)
Analisis
Pengaruh
Good
Governance
dan Leverage
terhadap
Manajemen
Laba
(Studi pada
Perusahaan
non Keuangan
yang terdaftar
di BEI tahun
2008-2011)
Kepemilikan
institusional,
Komisaris
independen,
dewan direksi,
Ukuran
perusahaan,
Leverage
Data
sekunder
Regresi
berganda
(1)
Kepemilikan
institusional
berpengaruh
negative
signifikan
terhadap
manajemen
laba
(2) Leverage
berpengaruh
negative
secara tidak
signifikan
terhadap
manajemen
laba
4. Mega
Diniartika
dan
Febrina
Nafasati
(2011)
Analisis
Pengaruh
Kepemilikan,
Praktik
Korporate
Governance,
dan
Kompensasi
Bonus
Struktur
kepemilikan,
Korporate
governance,
Kompensasi
bonus
Data
sekunder
Regresi
berganda
(1)
Kepemilikan
manajerial
memiliki
pengaruh
negatif yang
signifikan
terhadap
manajemen
terhadap
Manajemen
Laba pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di BEI
laba
(2)
Kepemilikan
institusional
memiliki
pengaruh
yang negatif
yang
signifikan
terhadap
manajemen
laba
5. Wisnu
Arwindo
Irawan
(2013)
Analisis
Pengaruh
Kepemilikan
Institusional,
Leverage,
Ukuran
Peruahaan dan
Profitabilitas
Terhadap
Manajemen
Laba
Kepemilikan
institusional,
Leverage,
Ukuran
perusahaan,
Prifitabilitas
Data
sekunder
Regresi
berganda
(1)
Kepemilikan
institusional
terbukti
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
manajemen
laba
(2) Leverage
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
manajemen
laba
6. Setiyarini
dan Lilik
Purwanti
(2009)
Mekanisme
Corporate
Governance,
Manajemen
Laba dan
Kinerja
Perusahaan
(Studi Empiris
pada
Perusahaan
yang Terdaftar
di BEI)
Corporate
governance,
Manajemen
laba, Kinerja
Perusahaan
Data
sekunder
Analisis
jalur
(1)
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
manajemen
laba
(2)
Kepemilikan
institusional
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
manajemen
laba
7. Raudhatul
Husni
(2011)
Pengaruh
Mekanisme
Good
Corporate
Governance,
Leverage dan
Profitabilitas
Terhadap
manajemen
laba
(Studi Empiris
Perusahaan
Property dan
Real Estate
yang Terdaftar
di BEI)
Kepemilikan
institusional,
Leverage
Data
sekunder
Regresi
berganda
Kepemilikan
institusional
dan leverage
berpengaruh
negatif
terhadap
manajemen
laba
8. Achmad
Zakki
Saffudin
(2011)
Analisis
Pengaruh
Kepemilikan
Institusional,
Kualitas Audit,
Ukuran
Perusahaan
dan Leverage
terhadap
Praktik
Manajemen
Laba dan
Konsekuensi
Manajemen
Laba terhadap
Kinerja
keuangan
Kepemilikan
institusional,
Kualitas audit,
Ukuran
perusahaan,
Leverage
Data
sekunder
Regresi
berganda
(1)
Kepemilikan
institusional
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
manajemen
laba
(2) Leverage
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
manajemen
laba
9. Riske
Meitha
Anggraeni
(2013)
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan,
Ukuran
Perusahaan
dan Praktik
Corporate
Governance
terhadap
Manajemen
Laba
(Studi Empiris
Struktur
kepemilikan,
Ukuran
perusahaan,
Corporate
governance
Data
sekunder
Regresi
Linier
berganda
Struktur
kepemilikan
manajerial
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
manajemen
laba
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu Sumber: Penelitian-penelitian terdahulu
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di BEI Tahun
2009-2011)
10. Shuban,
SE. MA
(2011)
Pengaruh
Good
Corporate
Governance
dan Leverage
Keuangan
terhadap
Manajemen
Laba
Perusahaan
Perbankan
yang Terdaftar
di BEI
Good
corporate
governance,
Leverage
Data
sekunder
Regresi
linier
berganda
(1)
Kepemilikan
institusi
berpengaruh
negatif tidak
signifikan
terhadap
manajemen
laba
(2) Leverage
keuangan
berpengaruh
negatif tidak
signifikan
terhadap
manajemen
laba
11. Restu
Agusti dan
Tyas
Pramesti
(2008)
Pengaruh
Asimetri
Informasi,
Ukuran
Perusahaan,
Kepemilikan
Manajerial
Terhadap
Manajemen
Laba
Asimetri
informasi,
Ukuran
perusahaan,
Kepemilikan
Manajerial
Data
sekunder
Regresi
linier
berganda
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
manajemen
laba pada
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di
bursa efek
Indonesia
periode
pengamatan
2005-2007
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring yang dilakukan secara efektif sehingga
dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh
institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak
menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai dengan kepentingan pihak
manajemen (Ujiantho dan Pramuka, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Saffudin (2011) Carolin dan Yosephine (2012), menunjukkan bahwa variabel
kepemilikan institusional berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
manajemen laba.
H1: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba.
2.3.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Wardani (2011), mengatakan bahwa peningkatan kepemilikan manajerial
dalam perusahaan mendorong manajer untuk menciptakan kinerja perusahaan
secara optimal dan memotivasi manajer bertindak secara hati-hati, karena mereka
ikut menanggung konsekuensi atas tindakannya. Manajemen laba dapat dilakukan
oleh manajer dengan cara memilih prosedur akuntansi tertentu yang dianggap
paling menguntungkan bagi manajer. Manajemen laba juga dapat dilakukan
dengan mengendalikan transaksi akrual (Fidyati, 2004). Jensendan Meclin (1976)
dalam Fidyati (2004) menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhasil
menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dan moral hazard dari
manajer dengan menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham. `
Warfield et al (1995) dalam Midyastuti dan Machfoedz (2003) menguji
hubungan kepemilikan manajerial dengan kandungan informasi dalam laba
(information content of earnings) dan discretionary accrual dengan menggunakan
data pasar modal Amerika. Mereka menemukan bahwa kepemilikan manajerial
berhubungan negatif dengan manajemen laba. Kepemilikan manajerial dapat
mengurangi dorongan untuk melakukan tindakan manipulasi, sehingga laba yang
dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi dan perusahaan bersangkutan yang
sebenarnya.
Fidyati (2004) menguji pengaruh mekanisme corporate governance
terhadap manajemen laba pada perusahaan Seasoned Equity Offering. Peneliti
menghipotesakan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang
saham publik dan reputasi auditor terhadap manajemen laba. Dari keempat
hipotesis yang diajukan variabel kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional terbukti signifikan mempengaruhi manajemen laba.
Agusti dan Pramesti (2008), Setiyarini dan Purwanti Sudibyo (2013)
membuktikan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba.
H2: Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Positif terhadap Manajemen
Laba.
2.3.3 Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba
Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total aset.
Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan.
Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti
proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan
cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba dengan tujuan
untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang.
Penelitian Astuti (2004) dan membuat hipotesis dalam penelitiannya
bahwa perusahaan dengan leverage tinggi akan menawarkan standar akuntansi
yang menurunkan atau menaikkan laba yang dilaporkan. Hasil penelitian
konsisten dengan hipotesis bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi
cenderung mengatur laba yang dilaporkan dengan menaikkan atau menurunkan
laba dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat leverage yang rendah.
Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) yang
menyatakan bahwa leverage yang tinggi mendorong manajemen perusahaan untuk
melakukan pengelolaan laba. Serta penelitian yang dilakukan oleh Wardani dan
Masodah (2011), Caroline dan Yosephine membuktikan bahwa leverage
berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian,
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung mengatur labanya
dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat leverage yang rendah.
H3: Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba
2.3.4 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan
Para pemegang saham atau pemilik perusahaan hanya bisa mengandalkan
laporan dari manajemen peruhaan untuk mengetahui keadaan perusahaannya.
Sedangkan manajer sebagai pengelola perusahaan mengetahui lebih banyak
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang sehingga
menimbulkan kesenjangan informasi. Kondisi ini sering disebut sebagai asimetri
informasi (Jensen dan Meckling, 1976). Karena adanya asimetri informasi inilah
pemilik perusahaan tidak dapat mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya
sehingga manajemen perusahaan memiliki kesempatan untuk melakukan
manajemen laba. Pada dasarnya manajer melakukan manajemen laba untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Kegiatan ini sebenarnya dapat meningkatkan nilai
perusahaan pada periode tertentu tapi juga dapat menurunkan nilai perusahaan
dimasa mendatang.
Manajemen laba yang dilakukan manajer dilakukan dengan cara intervensi
pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual pada faktor
fundamental perusahaan. Pada akhirnya laporan keuangan tersebut akan
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang selanjutnya akan
mempengaruhi kinerja saham (Haris, 2004).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Haryudanto (2011) yang menguji
pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan menunjukkan bahwa
manajemen laba tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan.
H4 : Manajemen laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2.4 Kerangka Pemikiran
Bagian ini akan dijelaskan tentang kerangka pemikiran penelitian.
Kerangka pemikiran penelitian ini menunjukkan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan leverage sedangkan
variabel dependennya adalah manajemen laba dan nilai perusahaan. Kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar sebagai berikut :
Variabel independen
H1 Variabel dependen Variabel dependen
H2 H4
H3
Sumber: Pengembangan dari berbagai sumber
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Kepemilikan Institusional
Nilai Perusahaan
Kepemilika Manajerial
Manajemen Laba
Leverage
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
empiris. Penelitian empiris (empirical research) merupakan penelitian terhadap
fakta empiris yang diperoleh berdasarkan obsevasi atau pengalaman (Indriartoro
dan Supomo, 2002). Berdasarkan karakteristik hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen maka hubungan variabel dalam penelitian
ini adalah kausalitas (sebab-akibat).
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan, membawa variasi pada
nilai (Ghozali, 2009). Secara garis besar, dalam penelitian ini terdapat dua
variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen.
3.2.1. Variabel Dependen
3.2.1.1 Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu tindakan manajemen perusahaan untuk
mempengaruhi laba yang dilaporkan agar terbentuk informasi mengenai
keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sebenarnya tidak dialami oleh
perusahaan. Manajemen laba pada penelitian ini menggunakan discretionary
accruals sebagai proksi, dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model
karena model ini dianggap lebih baik di antara model lain untuk mengukur
manajemen laba (Saffudin, 2011).
Untuk mendapatkan nilai discretionary accruals dilakukan dengan
menghitung langkah-langkah berikut ini:
a) Menghitung total accrual dengan persamaan.
Total accrual (TAC) = NIit – OCFit
b) Menghitung nilai accruals dengan persamaan regresi linier sederhana
atau Ordinary Least Square (OLS) dengan persamaan.
TACit/Tai,t-1= a1(1/TAi,t-1) + a2((∆REVit/TAi,t-1/) + a3(PPEit/TAi,ti)
Dari perasamaan regresi di atas, NDATC dapat dihitung dengan
memasukkan kembali koefisien-koefisien α.
NDATCit= a1(1/TAi,t-1) + a2((∆REVit- ∆RECit)/TAi,t-1) + a3(PPEit/TAi,ti)
DTACit= (TACit/TAi,t-1) - NDATCit
Dimana:
TACit : Total Accruals perusahaan i pada periode t
NIit : Net Income perusahaan i pada periode t
OCFit : Operating Cash Flow perusahaan i pada periode t
TAi,t-1 : Total aktiva perusahaan i pada perusahaan t
REVit : Revenue perusahaan i pada periode t
RECit : Receivable perusahaan i pada periode t
PPEit : Nilai aktiva tetap (gross) perusahaan i pada periode t
DTACit : Discretionery Accruals
Menurut (Anggraeni, 2013) secara empiris nilai discretionary accruals
bias nol, positif, atau negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan selalu
melakukan manajemen laba dalam mencatat dan menyusun informasi keuangan.
Nilai nol menunjukkan manajemen laba dilakukan dengan perataan laba (income
smoothing), sedangkan nilai positif menunjukkan bahwa manajemen
labadilakukan dengan pola penaikan laba (income increasing) dan nilai negatif
menunjukkan manajemen laba dengan pola penurunan laba (income decreasing).
3.2.1.2 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar.
Haryudanto (2011) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang
bersedia dibayar oleh calon pembeli seandainya perusahaan tersebut dijual. Nilai
perusahaan ini dihitung dengan menggunakan model Tobin‟s Q. Rasio yang
dikembangkan oleh James Tobin (1967) ini menunjukkan estimasi pasar
keuangan saat ini. Bila rasio Q di atas satu maka hal ini menunjukkan bahwa
investasi dalam aktiva akan menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih
tinggi dari pengeluaran investasi, hal ini akan menarik investasi baru. Sedangkan
bila rasio Q di bawah satu maka investasi dalam aktiva tersebut tidak menarik
(Herawaty, 2008).
Rasio Q ini dapat menunjukkan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa
efektif manajemen perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya ekonomi yang
dikelolanya. Penelitian yang dilakukan oleh Copelan (2002), Lindenberg dan Ross
(1981) yang dikutip oleh Darmawati (2004) dalam Haryudanto (2011),
menunjukkan bagaimana penerapan rasio Q ini terhadap masing-masing
perusahaan yang diteliti. Dari penelitian mereka dapat ditemukan beberapa
perusahaan yang dapat mencapai rasio Q yang lebih dari satu. Dalam teori
ekonomi, perusahaan yang memiliki rasio Q lebih besar dari satu akan menarik
arus sumber daya dan kompetisi baru sampai rasio Q mendekati satu.
Penghitungan nilai perusahaan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh
Haryudanto (2011), sebagai berikut:
Q =(EMV + D)
(EBV + D)
Keterangan :
Q = nilai perusahaan
EMV = nilai pasar ekuitas (EMV = closing price x jumlah saham yang beredar)
Closing price (harga penutupan saham) adalah harga saham yang
diperoleh pada saat penutupan perdagangan pada akhir periode
perdagangan di bursa saham.
D = nilai buku dari total hutang
EBV = nilai buku dari total aktiva
3.2.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial dan leverage.
3.2.2.1 Kepemilikan Institusional
Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi
proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat
akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Saffudin, 2011). Dalam
penelitian ini kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan indikator
persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang
beredar di pasar saham dan diukur dengan rumus yang dikembangkan oleh
Saffudin (2011), sebagai berikut:
Kepemilikan institusional =Jumlah saham institusi
Jumlah saham beredar di pasar
3.2.2.2 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial diukur dengan proporsi kepemilikan saham yang
dimiliki manajer, direksi, komisaris maupun pihak lain yang secara aktif ikut
dalam pengambilan keputusan perusahaan.Variabel ini digunakan untuk
mengetahui manfaat kepemilikan manajemen dalam mengurangi konflik
keagenan. Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial diukur dengan rumus yang
dikembangkan oleh Saffudin (2011), sebagai berikut :
Kepemilikan manajerial =Jumlah saham manajemen
Jumlah saham beredar di pasar
3.2.2.3 Leverage
Rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang berasal dari pinjaman
(modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai investasi dan operasional
perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing akan meningkatkan resiko
perusahaan. Oleh karena itu, makin banyak menggunakan modal asing maka besar
pula rasio leverage-nya dan berarti semakin besar pula resiko yang dihadapi
perusahaan (Dewi, 2010). Variabel ini diukur dengan menggunakan rasio total
utang terhadap total aktiva. Adapun rumus yang digunakan adalah rumus yang
dikembangkan oleh Dewi (2010), sebagai berikut:
𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =Utang
Aktiva
Keterangan:
Leverage = Rasio utang terhadap aktiva
Utang = Total utang pada tahun t
Aktiva = Total aktiva pada tahun t
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan publik yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive random sampling dengan kriteria:
(1) Perusahaan yang melakukan right issue antara tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013
(2) Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan dalam kelompok
industri, manufaktur, jasa, dan dagang, bukan dari kelompok
perusahaan perbankan, asuransi, atau kelompok lembaga keuangan
lainnya
(3) Tidak melakukan double right issue selama periode pengamatan
(4) Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.
(5) Perusahaan tersebut memiliki data kepemilikan saham manajerial dan
institusi
(6) Menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013, yang merupakan periode amatan dalam penelitian
ini.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan
tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan right
issue pada tahun 2009–2013. Data tersebut diperoleh dari Indonesian Capital
Market Directory (ICMD) dan situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yaitu cara yang dipergunakan untuk
memperoleh data yang digunakan dalam penelitian. Metode yang digunakan
dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah studi dokumentasi, yaitu
pengumpulan data dengan menelusuri laporan keuangan tahunan perusahaan yang
terpilih menjadi sampel yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) dan situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.
3.6 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan
menggunakan program SPSS. Sebelumnya, dilakukan terlebih dahulu uji asumsi
klasik untuk memastikan bahwa model yang digunakan adalah normal dan tidak
mengandung gejala multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
Kemudian dilakukan uji untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Penelitian yang dilakukan dibagi menjadi dua model, yaitu
model untuk manajemen laba dan model untuk nilai perusahaan, yang dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
Model 1 ML = α + β1KI + β2 KM + β3 Lev + e
Model 2 NP= α + β4 ML + e
Keterangan:
ML = Manajemen Laba
KI = Kepemilikan Institusional
KM = Kepemilikan Manajerial
Lev = Leverage
NP = Nilai Perusahaan
Model 1 untuk menguji pengaruh kepemilian institusional, kepemilikan
manajerial dan leverage terhadap manajemen laba. Dan untuk model 2 untuk
menguji pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan.
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Tujuan pengujian asumsi klasik ini adalah untuk menguji dan mengetahui
kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini
juga digunakan untuk memastikan bahwa model regresi yang digunakan di dalam
model ini benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala
multikolinearitas, dan gejala autokorelasi serta untuk memastikan bahwa data
yang dihasilkan berdistribusi normal (Ghozali, 2006).
Proses pengujian asumsi klasik dilakukan bersama dengan proses uji
regresi sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian asumsi klasik
menggunakan langkah kerja yang sama dengan uji regresi.
3.6.1.1 Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya data sampel.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2006). Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
3.6.1.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah model
regresi terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 sebelumnya dan apabila ini terjadi maka dinamakan
masalah autokorelasi. Untuk mengetahui apakah ada masalah autokorelasi maka
digunakan uji Durbin-Watson (uji D-W).
Uji Durbin-Watson (uji D-W) digunakan untuk autokorelasi tingkat satu
(first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya konstanta (intercept)
dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen.
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi pada suatu model diperlihatkan
dalam Tabel 3.1
Tabel 3.1
KriteriaAutokorelasi Durbin-Watson
Kesimpulan Nilai Keputusan
Tidakadaautokorelasipositif 0 < d < dl Tolak
Tidakadaautokorelasipositif dl ≤ d ≤ du No Decision
Tidakadakorelasinegatif 4 – dl < d < 4 Tolak
Tidakadakorelasinegatif 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl No Decision
Tidakadaautokorelasi, positifataunegatif du < d < 4 – du Tolak
Sumber: Ghozali (2011)
3.6.1.3 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2006). Dalam
suatu model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel
independennya. Ghozali (2006) menjelaskan bahwa pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas pada suatu model regresi adalah
dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai
tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat
multikolinearitas pada penelitian tersebut. Dan sebaliknya jika tolerance < 0,10
dan VIF > 10, maka terjadi gangguan multikolinieritas pada penelitian tersebut.
3.6.1.4 Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui terjadinya varian tidak
sama untuk variabel bebas yang berbeda (Ghozali, 2006). Jika varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan
jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Pengujian untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah
dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED
dengan nilai residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya pola tertentu ada
pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED yang pada sumbu Y adalah Y
yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studenized. Dasar analisisnya :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas.
Uji Heteroskedastisitas dengan metode grafik biasa dipergunakan
walaupun dapat menimbulkan bias. Hal ini dikarenakan oleh perbedaan
pengamatan antara pengamat satu dengan pengamat yang lain sehingga dapat
menimbulkan perbedaan persepsi. Oleh karena itu, penggunaan uji statistik
diharapkan dapat menghilangkan unsur bias tersebut. Salah satu uji statistik yang
biasa dipergunakan adalah Uji Glejser.
Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel bebas terhadap nilai
absolut residualnya (Haryudanto, 2011). Untuk melakukan Uji Glejser harus
mendapatkan nilai residual unstandardized dari persamaan regresi awal dulu.Jika
variabel bebas signifikan mempengaruhi variabel terikat (atau F hitung) berarti
ada heteroskedastisitas.
3.6.2 Uji Hipotesis
Dengan menggunakan Goodnes of fit, ketepatan fungsi regresi sampel
dalam menaksir nilai aktual dapat diukur. Setidaknya hal ini dapat diukur dari
nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Penghitungan
statik tersebut akan disebut signifikan secara statistik bila nilai uji statistiknya
berada dalam daerah kritis (daerah H₀ ditolak). Dan sebaliknya bila nilai uji
statistiknya berada di dalam daerah H₀ diterima akan diebut tidak signifikan
(Ghozali, 2006).
3.6.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi pada dasarnya untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan veriabel dependen sangat terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan dalam memprediksi variabel dependen(Ghozali,
2006).
Ada kelemahan yang mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi
yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
model. Setiap ada tambahan satu variabel maka R² pasti akan meningkat tanpa
peduli apakah veriabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen atau tidak. Maka dari itu, banyak peneliti yang menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi
terbaik. Nilai Adjusted R² dapat naik atau turun sesuai kondisi bila satu variabel
independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2006).
3.6.2.2 Uji Statistik F (f –test)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimaksud dalam penelitian mempunyai pengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Dasar dalam pengambilan
keputusannya adalah :
a. Bila F-hitung < F-tabel, maka model regresi tidak cocok (hipotesis
ditolak).
b. Bila F-hitung > F-tabel, maka model regresi cocok (hipotesis
diterima).
3.6.2.3 Uji Statistik t (t-test)
Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen, secara individual, dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2005). Dasar pengambilan keputusannya adalah:
a. Bila nilai signifikansi t < 0.05, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel
dependen.
b. Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka H0 diterima, artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap
variabel dependen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang
melakukan right issue yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel
dipilih dengan menggunakan sampel nonprobabilitas atau disebut juga dengan
metode pemilihan sampel secara tidak acak yaitu menggunakan pemilihan sampel
bertujuan (purposive sampling).
Jumlah seluruh perusahaan yang melakukan right issue yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia adalah 114 perusahaan dengan periode pengamatan dari
tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Setelah dikurangi dengan kriteria yang
telah ditetapkan, jumlah perusahaan yang diteliti adalah sebanyak 29 perusahaan
dengan jumlah observasi sebanyak 145 observasi. Keterangan mengenai sampel
dalam Penelitian ini dapat dilihat pada table 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1
Perusahaan manufaktur 2009-2013
No Perusahaan sampel penelitian Jumlah perusahaan Persentase
1 Perusahaan yang melakukan right
issue
144 100%
2 Perusahaan dalam kelompok
perbankan, asuransi dan lembaga
keuangan lainnya
75 52%
3 Perusahaan yang melakukan double
right issue
14 10%
4 Laporan keuangan dalam mata uang
asing
4 3%
5 Perusahaan yang tidak menerbitkan
laporan keuangan secara lengkap
22 15%
Perusahaan yang memenuhi kriteria 29 20%
Jumlah observasi (29x5) 145
Sumber : Data Sekunder Diolah,2016
4.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai variabel-variabel penelitian manajemen laba, kinerja
perusahaan, nilai perusahaan. Deskriptif statistik variabel dalam penelitian ini
disajikan dalam tabel 4.2
Tabel 4.2
Deskriptif Statistik
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KI
KM
LEV
ML
NP
145
145
145
145
145
0,0585
0,0000
0,0004
-1,1604
0,2865
6,6012
0,2725
0,8273
2,7302
9,9279
0,674335
0,008118
0,432230
0,038596
1,6441840
0,5486463
0,0344484
0,1837616
0,2910011
1,2476363
Keterangan : 1) n (sampel) menjadi setelah uji asumsi klasik
Sumber :Data sekunder diolah,2016
Tabel 4.2 menunjukan nilai statistik deskriptif dari masing-masing
variabel. Penjelasan mengenai statistif deskriptif untuk masing-masing variabel
adalah sebagai berikut:
Diketahui bahwa untuk variabel kepemilikan institusional memiliki nilai
minimum sebesar 0,0585 nilai maksimum sebesar 6,6012 dengan nilai rata-rata
0,674335 dan standar deviasi sebesar 0,5486463 hal ini menunjukkan bahwa
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusi mempunyai rata-rata
kepemilikan yang tinggi. Nilai minimum kepemilikan manajerial sebesar 0,0000
menunjukkan bahwa manajemen tidak memiliki saham pada perusahaan yang
bersangkutan. Nilai maksimum sebesar 0,2725 menunjukkan bahwa nilai tertinggi
kepemilikan saham manajemen adalah sebesar 27,25%. Sedangkan nilai rata-rata
sebesar 0,008118 menunjukkan bahwa rata-rata 0,008117 saham perusahaan
dimiliki oleh pihak manajemen. Dengan standar deviasi sebesar 0,0344484
Dari hasil analisis juga diketahui bahwa nilai leverage minimum adalah
sebesar 0,0004 yang menunjukkan bahwa nilai terendah rasio hutang terhadap
total perusahaan adalah 0,0004%. Nilai maksimum sebesar 0,8273 menunjukkan
bahwa terdapat perusahaan yang memiliki hutang sebesar 0,8273% dibandingkan
dengan jumlah modal yang dimiliki perusahaan. Sedangkan nilai rata-rata sebesar
0,432230 menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan memiliki hutang 0,432230%
dari total modal yang dimiliki. Dengan standar deviasi sebesar 0,1837616.
Variabel manajemen laba diketahui memiliki nilai minimum sebesar -
1,1604 nilai maksimum sebesar 2,7302 dengan nilai rata-ratanya sebesar 0,038596
dan standar deviasi dari manajemen laba sebesar 0,2910011 hal ini
mengindikasikan bahwa manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary
accruals kebanyakan negatif, berarti terjadi income decreasing. Kondisi ini terjadi
karena kemungkinan besar manajemen bersikap konservatif dalam melaporkan
kinerjanya, yaitu dengan mengakui biaya masa depan (future cost) menjadi biaya
sekarang (current cost) yang mengakibatkan kinerja lebih rendah dari kinerja
fundamentalnya. Jika dilihat dari nilai rata-ratanya, perusahaan sampel pada
penelitian ini melakukan praktik manajemen laba dengan pola income
minimization. Nilai rata-rata yang lebih kecil dibandingkan standar deviasi yang
sebesar 0,2910011 menunjukkan bahwa manajemen laba yang dilakukan pada
sampel dalam penelitian ini bervariasi.
Variabel nilai perusahaan yang dinilai dari total hutang yang ditambah
dengan nilai pasar ekuitas yang telah di bagi dengan total aktiva. Hal ini
menunjukan bahwa nilai perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 0,2865 dan
nilai maximum sebesar 9,9279 sedangkan nilai rata-rata dari nilai perusahaan
sebesar 1,6441840 dan standar deviasinya sebesar 1,2476364. Hasil ini
menunjukkan nilai positif artinya nilai perusahaan meningkat.
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan
memastikan apakah semua asumsi-asumsi yang diperlukan telah terpenuhi dan
untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias karena tidak semua data dapat
diterapkan dalam regresi. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi
uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji heterokedastisita. Uji
asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan alat uji Statistical Package
for the Social Sciences (SPSS). Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum
melakukan persamaan regresi dalam pengujian hipotesis.
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan maksud untuk menguji apakah dalam
model regresi, kedua variabel yakni variabel independen dan variabel dependen
memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, uji
normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan melihat nilai
Asymp. Sig (2-tailed) dengan probabilitas 0,05. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed)
lebih besar dari 0,05 maka data residual terdistribusi normal. Sedangkan jika nilai
Asymp. Sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05 maka data residual terdistribusi tidak
normal. Hasil uji normalitas dirangkum dalam Tabel 4.3
Tabel 4.3
Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig.(2-tailed) Keterangan
KI 3,377 0,000 Tidak Normal
KM 4,987 0,000 Tidak Normal
LEV 0,834 0,490 Normal
ML 2,575 0,000 Tidak Normal
NP 2,112 0,000 Tidak Normal
Sumber : Data sekunder diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.3 uji normalitas yang menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov dapat dilihat bahwa variabel KI memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov
sebesar 3,377 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000. Dengan melihat Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dari pada 0,05 maka ini menunjukkan bahwa
variabel KI berdistribusi tidak normal. Untuk variabel KM dengan nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 4,987 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000. Nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil daripada 0,05 menunjukkan
bahwa variabel KM juga berdistribusi tidak normal. Untuk variable LEV dengan
nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,834 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,490.
Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,490 lebih besar dari pada 0,05 menunjukkan bahwa
variable LEV terdistribusi secara normal. Untuk variabel ML dengan nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 2,575 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000. Nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dari pada 0,05 menunjukkan
bahwa variabel ML juga berdistribusi tidak normal. Selanjutnya untuk variabel
NP memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 2,112 dengan Asymp. Sig. (2-
tailed) 0,000. Dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 lebih kecil daripada 0,05
menunjukkan bahwa variabel NP juga berdistribusi tidak normal.
Dari hasil pengujian normalitas untuk seluruh variabel yang menunjukkan
bahwa semua variabel terdistribusi tidak normal, maka dalam penelitian ini
selanjutnya dilakukan upaya untuk melakukan penormalan data dari seluruh
variable dengan casewise diagnostic yaitu membuang data ekstrim yang
diindikasikan dengan outlier dengan bantuan software SPSS versi 16. Hasil
pengujian normalitas data selanjutnya disajikan pada Tabel 4.4
Tabel 4.4
Uji Normalitas Tahap 2
Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-
tailed)
Keterangan
KI 0,978 0,294 Normal
KM 4,550 0,000 Tidak Normal
LEV 0,714 0,687 Normal
ML 1,246 0,090 Normal
NP 1,017 0,252 Normal
Sumber : Data sekunder diolah, 2016
Dari Tabel 4.4 yang merupakan hasil uji normalitas tahap 2 dalam rangka
pernormalan data didapatkan bahwa ada empat variabel yang terdistribusi normal,
dan hanya satu variabel masih terdistribusi tidak normal. Variabel KI yang
memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,978 dengan Asymp. Sig. (2-tailed)
0,294 lebih besar dari pada 0,05 menunjukkan bahwa variabel KI terdistribusi
normal setelah dilakukan penormalan data. Untuk variabel KM memiliki nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 4,550 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000
lebih kecil daripada 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel KM juga masih
terdistribusi tidak normal setelah uji normalitas tahap 2. Untuk variabel LEV yang
memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,714 dengan Asymp. Sig. (2-tailed)
0,687 lebih besar dari pada 0,05 menunjukkan bahwa variabel LEV terdistribusi
normal setelah dilakukan penormalan data. Untuk variabel ML yang memiliki
nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,246 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,090
lebih besar dari pada 0,05 menunjukkan bahwa variabel ML terdistribusi normal
setelah dilakukan penormalan data. Untuk variabel NP yang memiliki nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,017 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,252 lebih
besar daripada 0,05 menunjukkan bahwa variabel NP terdistribusi normal setelah
dilakukan penormalan data.
Dikarenakan setelah dilakukan penormalan data tahap kedua dengan
membuang data outliers masih ada variabel yang tidak normal yaitu variabel KM,
maka untuk pengujian asumsi klasik selanjutnya dan pengujian hipotesis akan
digunakan dalil central limit theorem (Dielman, 1961). Dalil central limit theorem
merupakan sebuah teorema yang menyatakan bahwa kurva distribusi sampling
(untuk ukuran sampel 30 atau lebih) akan berpusat pada nilai parameter populasi
dan akan memiliki semua sifat-sifat distribusi normal.
4.1.1 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-
1.Autokorelasi muncul karena observasi berurutan sepanjang waktu yang
berkaitan setu dengan lainnya. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan melihat
nilai d atau koefisien Durbin Watson (D-W).Hasil uji Durbin Watson dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi Model 1
n K dl Du 4- du Dw Kriteria Keterangan
93 3 1,5991 1,7306 2,2694 2,059 du < dw< 4-du
Tidak ada
autokorelasi,
positif atau
negative
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi untuk manajemen laba dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (DW-Test) dengan jumlah variabel independen
(k) sebanyak 3 variabel, dengan jumlah observasi (n) = 93 dan dengan α = 5%
dengan nilai durbin-lower 1,5991, durbin-watson 2,059 dan nilai durbin upper
sebesar 1,7306. Diperolehnya nilai-nilai durbin tersebut tergolong kriteria du < d
< 4-du yakni 1,7306 < 2,059 < 2.2694 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada autokorelasi positif atau negatif (bebas autokorelasi) untuk model regresi
pertama.
Hasil pengujian autokorelasi selanjutnya untuk model regresi kedua yakni
nilai perusahaan disajikan pada Tabel 4.6
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi Model 2
n K dl Du 4- du Dw Kriteria Keterangan
48 1 1,4982 1,5813 2,4187 1,590 du < dw < 4-du
Tidak ada
autokorelasi,
positif atau
negative
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi untuk nilai perusahaan dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (DW-Test) dengan jumlah variabel independen
(k) sebanyak 1 variabel, dengan jumlah observasi (n) = 48 dan dengan α = 5%
dengan nilai durbin-lower 1,4982, durbin-watson 1,590 dan nilai durbin upper
sebesar 1,5813. Diperolehnya nilai-nilai durbin tersebut tergolong kriteria du < d
< 4-du yakni 1,5813 < 1,590 < 2,4187 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada autokorelasi positif atau negatif (bebas autokorelasi) untuk model regresi
pertama.
4.4.4 Uji Multikolenearitas
Uji multikolinieritas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Variabel
independen untuk penelitian ini adalah kepemilikan institusional (KI),
kepemilikan manajerial (KM) dan leverage (LEV). Model dikatakan baik jika
tidak terjadi korelasi di antara variabel indepeneden (Ghozali, 2011). Untuk
melihat ada atau tidaknya masalah multikolinieritas dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih besar
dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi masalah
multikolinieritas dan model regresi dapat dikatakan baik. Sedangkan jika nilai
tolerance lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi
masalah multikolinieritas dan model regresi dapat dikatakan tidak baik. Hasil uji
multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Collinearity Statistics
Ket. Tolerance VIF
KI 0,962 1,039 Bebas Multikolinieritas
KM 0,923 1,084 Bebas Multikolinieritas
LEV 0,952 1,050 Bebas Multikolinieritas
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari hasil uji multikolinieritas
dalam penelitian ini, variabel KI memiliki nilai tolerance sebesar 0,962 lebih
besar dari pada 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,039 lebih kecil dari pada 10. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel KI dapat dikatakan baik (bebas
multikolinieritas).
Untuk variabel KM memiliki tolerance 0,923 lebih besar dari pada 0,1
dan nilai VIF sebesar 1,084 lebih kecil dari pada 10. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel KM dapat dikatakan baik (bebas multikolinieritas).
Selanjutnya untuk variabel LEV memiliki tolerance 0,952 lebih besar dari
pada 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,050 lebih kecil dari pada 10. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel KM dapat dikatakan baik (bebas multikolinieritas).
4.3.2 Uji Heterokedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu observasi ke
observasi yang lain. Dalam penelitian ini untuk menguji heterokedastisitas
digunakan uji glejser yang dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel
independen terhadap nilai absolut residualnya (Ghozali, 2011). Jika koefisien
korelasi semua variabel terhadap residual lebih besar dari pada 0,05 dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji
heteroskedastisitas model 1 disajikan pada Tabel 4.8
Tabel 4.8
Hasil Uji Heterokedastisitas Model 1
Uji Heterokedastisitas
Variabel Koefisien T Sig. Ket.
KI -0,038 -1,558 0,123 Bebas Heterokedastisitas
KM 0,506 0,904 0,369 Bebas Heterokedastisitas
LEV 0,073 1,958 0,053 Bebas Heterokedastisitas
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas terlihat bahwa nilai signifikan KI sebesar
0,123 lebih besar dari pada 0,05 yang berarti variabel KI bebas
heterokedastisitas. Untuk variabel KM diketahui nilai signifikannya adalah 0,369
lebih besar dari pada 0,05 yang berarti variabel KM juga bebas
heterokedastisitas. Untuk variabel LEV diketahui nilai signifikannya adalah
0,053 lebih besar dari pada 0,05 yang berarti variabel LEV juga bebas
heterokedastisitas.
Selanjutnya dilakukan pengujian heterokedastisitas untuk model kedua
yaitu nilai perusahaan. Hasil uji heteroskedastisitas model 2 disajikan pada Tabel:
Tabel 4.9
Hasil Uji Heterokedastisitas Model 2
Uji Heterokedastisitas
Variabel Koefisien T Sig. Ket.
ML 0,253 1,472 0,148 Bebas Heterokedastisitas
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.9 diatas terlihat bahwa nilai signifikan ML sebesar
0,148 lebih besar dari pada 0,05 yang berarti variabel ML bebas
heterokedastisitas.
4.4 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier sederhana, dan regresi berganda. Analisis regresi linier sederhana dan
regresi linier berganda akan diuji dengan bantuan software SPSS versi 16.
4.4.1 Koefisien Determinasi (R2)
Pada penelitian ini untuk uji koefisien determinasi (R2) menggunakan nilai
Adjusted R2.Besarnya Adjusted R2 berkisar antara nol sampai dengan satu. Jika
nilai Adjusted R2 semakin mendekati satu maka semakin baik kemampuan model
dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya. Pada penelitian ini variabel
independennya adalah kepemilikan institusional (KI), kepemilikan manajerial
(KM) dan leverage (LEV) dan variabel dependennya adalah manajemen laba
(ML).
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel independen. Hasil perhitungan koefisien
determinasi model regresi 1 dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10
Koefisien Determinasi Model 1
Persamaan pertama
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,290 0,084 0,054 0,0896932
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.10 hasil dari model regresi linear pada persamaan
yang pertama yaitu hasil uji R memiliki nilai adjusted R2 yang memiliki nilai
sebesar 0,054 dan R2 sebesar 0,084 maka variabel independen mampu
menjelaskan pengaruhnya sebesar 5,4% dan sebesar 94,6% dijelaskan oleh
faktor lain.
Sedangkan untuk model regresi yang kedua dapat dilihat pada tabel 4.11
berikut.
Tabel 4.11
Koefisien Determinasi Model 2
Persamaan kedua
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
2 0,341 0,116 0,098 0,2494737
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016
Berdasarkan dari tabel 4.11 model regresi kedua yaitu hasil R memiliki
nilai adjusted R2 yang memiliki nilai sebesar 0,098 dan R2 sebesar 0,116 maka
variabel independen mampu menjelaskan pengaruhnya sebesar 9,8% dan sebesar
90,2% dijelaskan oleh factor lain.
4.4.2 Hasil Uji Kelayakan Model (Uji Statistik F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen dengan melihat
nilai signifikansi F. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah
kepemilikan institusional (KI), kepemilikan manajerial (KM) dan leverage (LEV)
sedangkan variabel dependennya adalah manajemen laba (ML). Hasil uji statistik
F persamaan pertama disajikan pada Tabel 4.12
Tabel 4.12
Uji Statistik F Model 1
Persamaan pertama
F Signifikansi Keterangan
2,759 0,047
Layak Uji
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016
Dari hasil uji F Tabel 4.12 untuk model persamaan 1 dapat dilihat bahwa
nilai F sebesar 2,759 dan signifikan pada 0,047. Karena nilai F hitung > F tabel
(2,759 > 2,700) dan signifikan lebih kecil dari 0,05 maka model regresi
menunjukan tingkatan yang baik.
Hasil uji signifikansi F selanjutnya adalah menguji persamaan kedua
yang disajikan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13
Uji Statistik F Model 2
Persamaan Kedua
F Signifikansi Keterangan
6,193 0,016
Layak Uji
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016
Dari hasil uji F Tabel 4.13 untuk model persamaan 2 dapat dilihat bahwa
nilai F sebesar 6,193 dan signifikan pada 0,016. Karena nilai F hitung > F tabel
(6,193 > 4,040) dan signifikan lebih kecil dari 0,05 maka model regresi
menunjukan tingkatan yang baik.
4.5 Hasil Analisis Regresi
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini, diperoleh dari alat analisis jalur,
dengan menggunakan alat bantu software statistik berupa SPSS 16.0 dalam
pengolahan datanya sebagai alat analisis. Hasil regresi diinformasikan pada tabel
4.14 berikut.
Tabel 4.14
Hasil Analisis Regresi
Persamaan pertama
Variabel B T Sig Kesimpulan
Hipotesis
KI -0,119 -2,785 0,007 Diterima
KM 0,104 0,108 0,915 Ditolak
LEV -0,025 -0,397 0,692 Ditolak
Persamaan kedua
Variabel B T Sig Kesimpulan
Hipotesis
ML 0,847 2,489 0,016 Ditolak
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016
4.5.1 Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama yang berbunyi bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di analisis menggunakan
persamaan pertama yang menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0.007 lebih
kecil dari pada 0,050 dengan arah yang negatif, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen sehingga
hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima.
4.5.2 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua yang berbunyi bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh positif terhadap manajemen laba di analisis menggunakan
persamaan pertama yang menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0.915 lebih
besar dari pada 0,050 dengan arah yang positif, artinya tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen
sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak.
4.5.3 Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga yang berbunyi bahwa leverage berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba di analisis menggunakan persamaan pertama yang
menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0.692 lebih besar dari pada 0,050
dengan arah yang negatif, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
satu variabel independen terhadap variabel dependen sehingga hipotesis kedua
dalam penelitian ini ditolak.
4.5.4 Hasil Pengujian Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat yang berbunyi bahwa manajemen laba berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan di analisis menggunakan persamaan kedua yang
menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0.016 lebih kecil dari pada 0,050 dengan
arah yang positif, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel
independen terhadap variabel dependen sehingga hipotesis keempat dalam
penelitian ini ditolak.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Kepemilikan institusional dengan manajemen laba
Hasil pengujian dari kepemilikan institusional terhadap manajemen laba
bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
Kepemilikan saham institusional yang besar membuat investor mempunyai
kekuatan yang lebih dalam melakukan kontrol terhadap kegiatan operasional
perusahaan. Transient investors justru akan membuat pihak manajer mengambil
kebijakan agar bisa mencapai target laba yang diinginkan para investor.
Hasil pengujian dari kepemilikan institusional terhadap manajemen laba
menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan arah yang negatif. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saffudin (2011), Carolin dan
Yosephin (2012) dan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013) yang
menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh negative
secara signifikan terhadap manajemen laba.
4.5.2 Kepemilikan manajerial dengan manajemen laba
Hasil pengujian dari kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba
menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan dengan arah positif. Hal ini
dikarenakan pada sampel penelitian ini jumlah kepemilikan saham yang dimiliki
manajerial rendah sehingga besar kemungkinan terjadi adanya ketidakselarasan
kepentingan antara pemegang saham mayoritas (controlling shareholder) dan
minoritas.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mediastuty dan Machfoeds (2003) yang membuktikan bahwa kepemilikan
manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
4.5.3 Leverage dengan manajemen laba
Hasil pengujian dari leverage terhadap manajemen laba adalah tidak ada
pengaruh leverage terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel leverage memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap manajemen
laba. Implikasi manajerial yang paling mungkin menjelaskan hubungan tidak
signifikan ini adalah dengan tingginya hutang akan meningkatkan resiko default
bagi perusahaan, tetapi manajemen laba tidak dapat dijadikan sebagai mekanisme
untuk menghindarkan default tersebut, karena pemenuhan kewajiban hutang tidak
dapat dihindarkan dengan manajemen laba.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widyastuti (2009), Wardani dan Masodah (2011) serta penelitian yang dilakukan
oleh Caroline dan Yosepphine (2012) yang membuktikan bahwa leverage
berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.
4.5.4 Manajemen laba dengan nilai perusahaan
Hasil pengujian dari manajemen laba terhadap nilai perusahaan adalah
terdapat pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Hal ini
mengindikasikan semakin tinggi manajemen laba maka semakin tinggi tingkat
nilai perusahaan. Manajemen laba dapat menimbulkan biaya-biaya keagenan yang
dipicu dari adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang
saham dengan pengelola. Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki
informasi lebih banyak dari pada pemegang saham, sehingga terjadi asimetri
informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktik akuntansi dengan
orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tersebut.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Haryudanto (2011) yang menguji pengaruh manajemen laba terhadap nilai
perusahaan menunjukkan bahwa manajemen laba tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh antara kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial dan leverage terhadap manajemen laba dan
pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian ini
menggunakan perusahaan yang melakukan right issue di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode tahun 2009-2013.
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengolahan data dengan
menggunakan bantuan software SPSS versi 16 dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kepemilikan institusional signifikan mempengaruhi manajemen
laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat
mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak
menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai dengan
kepentingan pihak manajemen.
2. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Peningkatan kepemilikan manajerial dalam
perusahaan mendorong manajer untuk menciptakan kinerja
perusahaan secara optimal dan memotivasi manajer untuk
bertindak secara hati-hati, karena mereka ikut menanggung
konsekuensi atas tindakannya.
3. Leverage tidak signifikan mempengaruhi manajemen laba.
Persentase leverage yang merupakan rasio antara total kewajiban
terhadap total asset tidak mempengaruhi manajemen laba.
4. Manajemen laba signifikan mempengaruhi nilai perusahaan. Hal
ini mengindikasi semakin tinggi manajemen laba maka akan
semakin tinggi tingkat nilai perusahaan.
5.2 Implikasi Hasil Penelitian
Penelitian ini akan berguna jika hasil analisisnya dapat digunakan sebagai
suatu pertimbangan untuk:
1. Bagi praktisi, dapat dijadikan sebagai tambahan referensi ketika
membuat kebijakan guna meminimalkan peluang perusahaan untuk
melakukan manajemen laba yang bertujuan negatif dan berdampak
buruk bagi dunia perekonomian.
2. Bagi akademisi, dapat digunakan sebagai literatur untuk penelitian
berikutnya mengenai manajemen laba.
3. Bagi pelaku ekonomi, dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para
pengguna laporan keuangan khususnya yang menggunakan informasi
laba dalam pengambilan keputusan terhadap perusahaan yang
melakukan manajemen laba.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu sebagai berikut:
1. Masih ada beberapa perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data
yang dibutuhkan seperti tidak melaporkan laba fiskal pada laporan
keuangan, sehingga sampel yang digunakan menjadi terbatas.
5.4 Saran
Setelah mengkaji hasil penelitian ini maka saran yang dapat penulis ajukan
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang melakukan right
issue, sehingga untuk tujuan generalisasi penelitian selanjutnya dapat
memperluas jangkauan sampel yang digunakan.
2. Menggunakan tahun penelitian yang lebih lama agar dapat memperluas
jangkauan sampel yang digunakan.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian
ini dengan menggunakan faktor-faktor lain atau mengganti variabel lain.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fr. R. R. (2006). Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan
Keuangan Tahunan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. 23-26
Agustus.
Antonia, Edgina (2008). Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage, dan Kepemilikan Manajerial dan
Proporsi Komite Audit Manajemen Laba. Tesis S2. Universitas
Diponegoro Semarang.
Boediono, Gideon. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan
Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, hal 172-178.
Caroline, Andreani Barus dan Natalita Yosephine Sembiring (2012). Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di Seputar Right
Issue. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskill Volume 2, Nomor 01, April 2012.
Dewi. (2005). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen
Laba di Seputar Right Issue.
Diniartika, Mega (2008). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik
Corporate Governance, dan Konpensasi Bonus Terhadap Manajemen
Laba pada Perusahaan Manufakturyang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi
Akuntasi. Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.
Diyah, Pujiati dan Widanar, Erman (2009). Pengaruh Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, Vol. 12. No.1,
h. 71-86
FCGI. (2001). Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II, Edisi 2.
Fidyati, Nisa (2001). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Earning Management Pada Perusahaan Seasoned Equity Offering (SEO),
Jurnal Ekonomi & Akuntansi Vol 2, No. 1, Juni 2004.
Ghozali, Imam (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS..
Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ginanjar, Adi (2011). Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Leverage Terhadap
Earning Management pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi S1. Universitas Diponegoro Semarang.
Gunny, K. 2005. What are the Consequences of real Earnings Management?.
www.papers.ssrn.com. (Diakses Tanggal 06 Desember 2012).
Haris Wibisono (2004). Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di
Seputar SEO. Tesis S2. Magister Sains Akuntansi UNDIP. Tidak
dipublikasikan
Haruman, Tendi (2008). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan
Keuangan dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI,
Pontianak.
Haryono, Slamet. (2005). Struktur Kepemilikan dalam Bingkai Teori Keagenan.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 5, No. 1, hal 63-71.
Haryudanto, Danang (2011). Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Tingkat
Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi
UNDIP. Semarang: Universitas Diponegoro.
Herawaty, Vinola. (2009). Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
Variabel Moderating dari Pengaruh Earnings Management Terhadap
Nilai Perushaan. Simposium Nasional Akuntansi XI.
Indrayani, Sita. (2009). Pengaruh Asimetri Informasi, Konsentrasi Kepemilikan
Institusional dan Leverage Terhadap Manajemen Laba pada perusahaan
Properti, Real Estate, dan Konstruksi yang Terdapat di BEI. Skripsi SI.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Indriani, Yohana. (2010). Pengaruh Kualitas Auditor, Corporate Governance,
Leverage, dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di PT BEI. Skripsi SI. Fakultas
Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Indriartoro, Nur., dan Supomo Bambang (2002). Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Komalasari, Puput dan Baridwan, Zaki. (2001). Asimetri Informasi dan Cost of
Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.4, No.1.
Listyani, Theresia Tyas (2003). Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang dan
Pengaruhnya Terhadap Kepemilikan Saham Institusional (Studi pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek di Jakarta, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia Vol.15, No.4, 2000
Marihot dan Dodi Setyawan (2007). Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia, Simposium Nasional
Akuntansi X, Unhas Makasar 26-28 Juli 2007.
Martono dan Agus Harjito (2007). Manajemen Keuangan, Penerbit Ekonisia,
Cetakan keenam, Yogyakarta.
Mayasto, Hartawan Hari (2008). Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan dan Jumlah Dewan
Komisaris Perusahaan Terhadap Pengaturan Laba (Earnings
Manajement). Skripsi S1 Jurusan Akuntansi UMS. Semarang.
Ma’ruf, M. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba
pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Universitas Islam
Indonesia.
Midiastuti, Pranata P dan M. Machfoedz (2006). Analisis Hubungan Mekanisme
Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Oktober.
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI, Surabaya
Murwaningsari, Etty (2002). Hubungan Corporate Governance, Corporate Social
Responsibilities dan Corporate Financial Performance dalam Satu
Continuum. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 11, No. 1, h. 30-41
Nurainun Bangun dan Vincent (2008), Analisis Hubungan Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba, dengan Kinerja keuangan pada Perusahaan
Manufakturyang Terdaftar di bursa efek Indonesia, Jurnal
Akuntansi/Tahun XII, No.3, hal 289-302.
Nurlela, Rika dan Ishlahuddin (2008). Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen
sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasioanal Akuntansi XI.
Pontianak.
Putri, Imanda Firmantyas dan Nasir, Mohammad (2006). Analisis Persamaan
Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Resiko,
Kebijakan Hutang dan Kebijakan Deviden dalam Perspektif Teori
Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi, Padang, 23-26 Agustus 2006
Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko (2007). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi X. Makasar, 26-28 Juli
Rahmawati, Yacob Suparto dan Nurul Qomariah. (2006). Pengaruh Asimetri
Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan
Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi X. IAI. 2007
Saffudin, Achmad Zakki. (2011). Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Praktik
Manajemen laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja
Keuangan. Skripsi SI. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Setyawati , Naim (2000). Manajemen Laba, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,
Vol.15, No. 4, 424-441.
Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, Mas’ud (2006).Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus 2006
Sufiah (2001). Study Tentang Indikasi Unsur Manajemen Laba Pada Laporan
Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia, JAAI Vol. 5. No. 1, Juni 2001.
Sugiri, Earning Management: Teori, Model, dan Bukti Empiris, Telaah, AMP
YKPN.
Sujoko dan Ugy Subiantoro (2007). Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, h. 41-48.
Sukamuja, Sukmawati (2004). Good Corporate Governance di Sektor Keuangan:
Dampak GCG Terhadap Kinerja Perusahaan (Kasus di Bursa Efek
Jakarta). BENEFIT, Vol.8, No. 1, h. 1-25.
Suranta, Edi dan Puspita, Pratama Merdistuti (2003). Analisis Hubungan Struktur
Kepemilikan Manajerial, Nilai Perusahaan dan Investasi dengan Model
Persamaan Linear Simultan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No.
1, h. 54-68
Tarjo (2008). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusiona dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang saham serta Cost of Equity
Capital. Simposium Nasioanal Akuntansi XI. Pontianak.
Ujiyanto dan Bambang A. Pramuka (2007). Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan ( Studi Pada Perusahaan go
publik Sektor Manufaktur), Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas
Makasar 26-28 Juli 2007.
Utami, Rini Budi dan Rahmawati (2008). Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris
dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktifitas Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdafar di BEI, Prosiding Seminar
Ketahanan Ekonomi Nasional(SKEN), UPN Veteran Yogyakarta, 24-25
Oktober 2008.
Verronica, Bachtiar, (2003). Hubungan Antara Manajemen Laba dengan Tingkat
Pengungkapan Laporan Keuangan,Simposium Nasional Akuntansi VI.
Wahidawati (2002). Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif
Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, h. 1-16
Wardani, Dini Tri (2011). Pengaruh Asimetri Informasi, Struktur Kepemilikan
Manajerial, dan Leverage Terhadap Praktik Manajemen Laba dalam
Industri Perbankan di Indonesia. Jurnal PESAT (Psikologi, Ekonomi,
Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol. 4 Oktober 2011
Warfield, Terry D., J.J. Wild, dan K.L. Wild. (1995). Managerial Ownership,
Accounting Choices, and Informativeness of Earnings. Journal of
Accounting and Economics 20, hal. 61-91.
Widyaningdyah, Agnes (2001). Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Go Publik di
Indonesia, Jurnal Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas
Kristen Petra.
Wulandari, Rahmita (2013). Analisis Pengaruh Good Corporate Governance dan
Leverage Terhadap Manajemen Laba. Skripsi S1. Universitas Diponegoro.
Yulius, Jogi christiawan dan Josua Marigan (2007). Kepemilikan Manajerial: ,
Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 9, No.1.