Pengaruh Kelumpuhan Alat Artikulasi Pada Penderita Bindeng

7
PENGARUH KELUMPUHAN ALAT ARTIKULASI PADA PENDERITA BINDENG (RHINOLALIA) Pendahuluan Sering kita jumpai orang yang memiliki suara sengau atau bindeng di lingkungan kita. Jika kita mendengar orang tersebut berbicara, kita akan merasa geli atau merasa berbeda dengan suara orang – orang secara umum. Perbedaan suara sengau dengan suara orang normal membuat pemilik suara sengau atau bindeng tersebut merasa minder atau tidak percaya diri terhadap hasil ujarannya dalam berkomunikasi dengan teman atau orang di lingkungannya. Hal tersebut membuat pemilik suara sengau atau bindeng merasa terasing dan mencoba untuk tidak bersuara karena malu ditertawakan teman-temannya. Suara sengau terjadi ketika suara yang dihasilkan seseorang menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah sehingga tidak jelas dalam pengucapan kata atau kalimaatnya dan menyebabkan ujaran yang dihasilkan penderita bindeng menjadi tidak dapat difahami dan proses komunikasi akan terganggu. Dalam pandangan ilmu kesehatan dan ilmu kebahasaan, orang yang memilki suara sengau dianggap sebagai orang yang yang memiliki gangguan dalam proses berbahasa karena orang yang memilki suara sengau atau bindeng tidak mampu berbicara atau berbahasa dengan normal seperti kebanyakan orang dalam berbahasa. Ilmu kesehatan menyatakan bahwa orang yang memilki suara sengau atau bindeng ada yang sementara (jangka pendek) dan ada yang permanen (jangka panjang). Bindeng dalam yang sementara dipengaruhi karena adanya virus atau infeksi pada daerah rongga mulut sampai hidung. Bindeng sementara terjadi pada orang yang sebelumnya bersuara normal tetapi paada saat tertentu dan penyebab tertentu menjadi bersuara sengau atau bindeng. Bindeng permanen atau jangka penjang terjadi pada orang yang dari kecil sudah bersuara sengau dan terjadi permasalahan dalam alat artikulasi orang tersebut. Hal itu dipengaruhi keadaan atau kondisi alat artikulasi, khususnya rongga mulut dan hidung yang dimiliki oleh seseorang.

description

bindeng

Transcript of Pengaruh Kelumpuhan Alat Artikulasi Pada Penderita Bindeng

Page 1: Pengaruh Kelumpuhan Alat Artikulasi Pada Penderita Bindeng

PENGARUH KELUMPUHAN ALAT ARTIKULASI PADA PENDERITA BINDENG (RHINOLALIA)

           Pendahuluan             Sering kita jumpai orang yang memiliki suara sengau atau bindeng di lingkungan kita. Jika kita mendengar orang tersebut berbicara, kita akan merasa geli atau merasa berbeda dengan suara orang – orang secara umum. Perbedaan suara sengau dengan suara orang normal membuat pemilik suara sengau atau bindeng tersebut merasa minder atau tidak percaya diri terhadap hasil ujarannya dalam berkomunikasi dengan teman atau orang di lingkungannya. Hal tersebut membuat pemilik suara sengau atau bindeng merasa terasing dan mencoba untuk tidak bersuara karena malu ditertawakan teman-temannya.            Suara sengau terjadi ketika suara yang dihasilkan seseorang menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah sehingga tidak jelas dalam pengucapan kata atau kalimaatnya dan menyebabkan ujaran yang dihasilkan penderita bindeng menjadi tidak dapat difahami dan proses komunikasi akan terganggu.            Dalam pandangan ilmu kesehatan dan ilmu kebahasaan, orang yang memilki suara sengau dianggap sebagai orang yang yang memiliki gangguan dalam proses berbahasa karena orang yang memilki suara sengau atau bindeng tidak mampu berbicara atau berbahasa dengan normal seperti kebanyakan orang dalam berbahasa.

Ilmu kesehatan menyatakan bahwa orang yang memilki suara sengau atau bindeng ada yang sementara (jangka pendek) dan ada yang permanen (jangka panjang). Bindeng dalam yang sementara dipengaruhi karena adanya virus atau infeksi pada daerah rongga mulut sampai hidung. Bindeng sementara terjadi pada orang yang sebelumnya bersuara normal tetapi paada saat tertentu dan penyebab tertentu menjadi bersuara sengau atau bindeng. Bindeng permanen atau jangka penjang terjadi pada orang yang dari kecil sudah bersuara sengau dan terjadi permasalahan dalam alat artikulasi orang tersebut. Hal itu dipengaruhi keadaan atau kondisi alat artikulasi, khususnya rongga mulut dan hidung yang dimiliki oleh seseorang.

Jika alat artikulasi seseorang berjalan dengan normal,  suara yang dihasilkan pun akan normal dan jelas semantik dan sintaksisnya. Jika alat artikulasi seseorang terganggu, suara yang dihasilkan pun akan terganggu dan mengalami beberapa gangguan dalam pelafalan semantik dan sintaksisnya.

Sebagaimana kita ketahui dari penjelasan di atas, suara bindeng yang terjadi pada orang normal sering dipengaruhi karena pilek atau infeksi. Bindeng yang dialami sejak lahir akan menimbulkan beberapa pertanyaan apa penyebab suara bindeng itu terjadi pada seseorang sejak lahir.

Dalam hal ini, akan dianalisis bagaimana gangguan artikulasi dapat berpengaruh pada penderita suara bindeng (rhinolalia) dan bagaimana cara mengatasi agar penderita dapat sembuh sehingga memilki suara yang normal kembali dan ujarannya dapat difahami dari segi semantik dan sintaksisnya.

Suara Sengau atau BindengPada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas (sengau/bindeng) yang

nyata atau mempunyai suara yang monoton tanpa berhenti, sangat keras dan tidak dapat didengar serta terus menerus memperdengarkan suara serak.

Page 2: Pengaruh Kelumpuhan Alat Artikulasi Pada Penderita Bindeng

Menurut dr Irwan Kristyono SpTHT-KL, bindeng (rhinolalia) adalah keluarnya suara yang tak seperti biasa. Gejala tersebut biasanya muncul saat seseorang menderita flu berat. Pria, wanita, anak-anak, dan orang dewasa bisa mengalaminya.   Suara sengau terjadi Karena banyaknya sekret yang menutupi    hidung, sinus paranasal jadi tak berfungsi optimal, padahal salah satu fungsi sinus paranasal di hidung adalah menggemakan suara.

Warna suara tak hanya dibentuk dari pita suara. Rongga di wajah, terutama di bagian mulut dan hidung, juga berpengaruh. Jika ada hal yang membuat rongga di hidung dan mulut buntu, suara yang keluar akan sengau.

Ada dua jenis bindeng, yaitu aperta dan oklusa. Sengau oklusa terjadi akibat sumbatan benda cair atau padat. Sumbatan benda cair, antara lain, terjadi ketika kita pilek berat.  Sumbatan benda padat bisa berupa tumor, polip, atau benda asing yang sengaja atau tidak sengaja masuk ke hidung.

Bindeng aperta terjadi akibat kelumpuhan anatomis atau kerusakan tulang di hidung dan mulut. Kelumpuhan anatomis itu tidak disebabkan trauma, tetapi yang paling sering terjadi karena stroke atau kelupuhan pada organ tertentu.

Stroke tidak hanya memengaruhi saraf di kepala. Saraf yang memelihara otot di langit-langit juga ikut lumpuh. Akibatnya, pengucapan huruf seperti "ng" atau huruf lain yang menggunakan otot di langit-langit menjadi tidak normal.

Bindeng aperta juga terjadi bila ada kerusakan struktur anatomi. Misalnya, penyakit ozaena (rhinitis chronic atrophy). Penyakit itu jarang terjadi, tapi sangat bahaya. Sebab, penyakit tersebut menggerogoti struktur dalam hidung. Akibatnya, tulang rawan hidung berlubang dan rusak berat. Hal itu juga membuat suara menjadi bindeng.

Bindeng menurut Prof. Dr. Hartono Abdurrahman, Kepala Sub-Bagian Laring THT RSCM, pada umumnya hanya terjadi karena pembengkakan atau lumpuh sebelah pada salah satu pita suara, yang disebabkan oleh kelebihan kelenjar tiroid. Sehingga, sebagian serabut romawi X yang berfungsi sebagai saraf motorik pada pita suara ikut lumpuh. Penderita biasanya sulit menyebut beberapa huruf secara jelas. Nada suara itu hanya keluar lewat hidung dengan bunyi suara bersengau. Huruf T dan D bisa diucapkan menjadi N. Contohnya, tetapi menjadi nenapi. Distorsi ini terjadi karena sistem resonansi berupa dinding faring yang seharusnya mampu menutup aliran udara ke hidung tidak berfungsi secara normal. Gangguan ini bisa berakibat macam-macam bagi setiap orang.

Kelumpuhan Alat ArtikulasiProses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem

pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung, pengaturan laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.

Dalam proses berbahasa, peran alat artikulasi sangat penting. Alat artikulasi berperan dalam pengucapan dan pengaturan mengujarkan sesuatu sehingga semantik dan sintaksis dari ujaran yang dihasilkan dapat diterima dengan jelas.

Apabila salah satu bagian dari alat artikulasi terganggu, dapat dipastikan suara atau ujaran yang dihasilkan menjadi tidak jelas dalam segi semantik dan sintaksisnya. Alat artikulasi terganggu karena beberapa faktor, diantaranya kinerja salah satu bagian artikulasi yang tidak maksimal, adanya kerusakan pada salah satu bagian alat artikulasi dan terganggunya alat artikulasi karena penyakit tertentu, contoh strouke yang dapat melumpuhkan ronggoa mulut bagian atas dalam pengujaran.

Page 3: Pengaruh Kelumpuhan Alat Artikulasi Pada Penderita Bindeng

            Salah satu faktor gangguan alat artikulasi adalah gangguan akibat faktor resonansi, gangguan akibat faktor resonansi menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi tersengau. Pada orang sumbing, misalnya, suaranya manjadi tersengau (bindeng) karena rongga mulut dan rongga hidung yang digunakan untuk berkomunikasi melalui defek dilangit-langit keras (palatum), sehingga resonansi yang seharusnya menjadi terganggu.

 Hal itu dapat terjadi pada seseorang yang memiliki gangguan pada rongga mulut dengan rongga hidung yang tida dapat bekerja secara maksimal sehingga sara yang seharusnya normal menjadi sengau atau bindeng.

Gangguan Alat Artikulasi Pada Penderita Bindeng (Rhinolalia)Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa dalam proses menghasilkan ujaran atau

dalam proses berbahasa, alat artikulasi memilki peran yang penting dalam menghasilkan sebuah ujaran. Alat artikulasi berperan dalam proses artikulasi dalam proses penciptaan sebuah ujaran sebagai alat untuk mempermudah dalam menghasilkan ujaran dan mempermudah menghasilkan ujaran yang jelas baik secara semantikk maupun sintaksis.

Alat artikulasi tersebut mempengaruhi pada pelafalan pada proses penciptaan sebuah ujaran. Jika alat artikulasi bekerja dengan baik, ujaran yang dihasilkan pun akan jelas dan dapat dimengerti dari semntik dan sintaksisnya. Begitu sebaliknya, jika alat artikulasi mengalami gangguan, ujaran yang dihasilkan pun akan menjadi tidak jelas dan tidak memiliki semantik dan sintaksis yang jelas pula.

Banyak sekali gangguan berbahasa yang dijumpai karena gangguan pada alat artikulasi manusia, baik karena tidak maksimalnya kinerja salah satu bagian alat artikulasi atau karena adanya sesuatu yang menghalagi kinerja alat artikulasi, baik tumor, kanker atau kelenjar-kelenja tertentu yang mengganggu kinerja alat artikulasi.

Gangguan pada alat artikulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah gangguan akibat faktor resonansi, gangguan akibat faktor resonansi menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi tersengau. Pada orang sumbing, misalnya, suaranya manjadi tersengau (bindeng) karena rongga mulut dan rongga hidung yang digunakan untuk berkomunikasi melalui defek dilangit-langit keras (palatum), sehingga resonansi yang seharusnya menjadi terganggu. Diantara gangguan berbahasa yang disebabkan adanya gangguan pada alat artikulasi adalah bindeng.

Bindeng terjadi saat adanya gangguan alat artikulasi pada proses pengujaran. Bindeng terjadi karena gangguan alat artikulasi antara rongga mulut atas dengan rongga hidung. Gangguan tersebut dapat disebabkan adanya infeksi atau adanya penyumbatan pada rongga hidung berupa kelenjar cair atau padat.

Sumbatan benda cair, antara lain, terjadi ketika kita pilek berat.  Sumbatan benda padat bisa berupa tumor, polip, atau benda asing yang sengaja atau tidak sengaja masuk ke hidung.

Selain adanya penyumbatan pada rongga hidung, bindeng juga dapat disebabkan kondisi kelumpuhan pada rongga mulut atau rongga hidung. Salah satu penyebabnya adalah efek dari strouke atau pembawaan dari kecil sehingga bindeng yang terjadi pada penderita karena kelumpuhan pada rongga mulut atau rongga hidung tersebut menjadi lama untuk normal kembali, bahkan tidak dapat disembuhkan karena alat artikulasinya lumpuh.

Penanganan Pada Penderita Bindeng (Rhinolalia)Bermacammacam penanganan pada penderita bindeng. Bila bindeng masih tergolong

ringan, penanganannya cukup diterapi lewat latihan pernapasan dan latihan vokal. Latihan

Page 4: Pengaruh Kelumpuhan Alat Artikulasi Pada Penderita Bindeng

pernapasan itu berupa menahan napas selama satu menit sebanyak 18 sampai 20 kali. Juga latihan memperkuat kontraksi katup suara. Latihan ini berupa menarik dan menahan napas selama 40 detik. Cara ini dipakai untuk melatih aliran buka-tutup udara menuju paru-paru. Bila pasien mampu melewati fase itu, berikutnya adalah latihan fonetis. Latihan ini bertahap, dari pengucapan huruf A, I, O, E, U, meningkat ke suku kata, lalu kalimat.

Menurut dr Irwan Kristyono SpTHT-KL, penanganan bindeng bergantung penyebabnya. Untuk bindeng oklusa, penyebab bindeng disembuhkan lebih dulu. Jika pilek sembuh, dengan sendirinya suara kembali normal. Tapi, bila penyebabnya polip, harus dioperasi. Jika disebabkan kanker nasofaring atau hidung, bindeng ditangani sesuai stadium. Dapat berupa operasi pengambilan tumor jika masih stadium awal. Jika sudah stadium lanjut, bisa dilakukan radioterapi dan kemoterapi.            Hal serupa terjadi pada bindeng aperta. Bila penyebabnya infeksi, infeksi disembuhkan lebih dulu. Kemudia, pasien dapat menjalani operasi rekonstruksi untuk mengganti tulang rawan yang berlubang dan rusak.

Hal yang sama dilakukan bila penyebab bindeng adalah stroke. Penyakit tersebut harus disembuhkan lebih dahulu. Kemudian, pasien dapat menjalani serangkaian terapi, terutama speech therapy. 'Khusus stroke, speech therapy biasanya dilakukan oleh spesialis rehabilitasi medis.  Ada pula speech therapy yang  ditujukan khusus untuk pasien penyakit infeksi hidung dan langit-langit.

SimpulanDari penjelasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  Bindeng (rhinolalia) terjadi saat ujaran yang dihasilkan oleh seseorang tidakseperti biasa.  Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas (sengau/bindeng) yang nyata atau

mempunyai suara yang monoton tanpa berhenti, sangat keras dan tidak dapat didengar serta terus menerus memperdengarkan suara serak.

  Bindeng (rhinolalia) terjadi karena adanya gangguan dari alat artikulasi, khususnya pada rongga mulut dan rongga hidung.

  Kelumpuhan pada pada rongga mulut dan rongga hidung dapat menyebabkan bindeng dalam jangka waktu yang lama dan mungin sulit disembuhkan.

  Penanganan pada penderita bindeng (rhinolalia) bergantung pada penyebab terjadinya bindeng yang dialami oleh penderita.

Daftar Pustaka

Firdaus, winci. 2008. http://mylilcantika.multiply.com/journal/item/1/Artikel_ku_yang_sudah_di_muat_di_media_cetakChaer, abdul. 2002. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Rineka Cipta : Jakarta.Dumasar. 2008. http://thtkomunitas.org/index.php?option=com_content&task= view&id=98&I temid=64.Helvidha,yulestri. 2010. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache: 5U07INEj SrwJ : yulestri-helvidah.blogspot.com