Pengaruh Kekuasaan, Kewenangan, Dan Politik Dalam Organisasi

download Pengaruh Kekuasaan, Kewenangan, Dan Politik Dalam Organisasi

If you can't read please download the document

description

Tugas mata kuliah Perilaku Organisasi

Transcript of Pengaruh Kekuasaan, Kewenangan, Dan Politik Dalam Organisasi

Kekuasaan, Kewenangan, Pengaruh dan Aspek Politik dalam OrganisasiPage 1

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Organisasi adalah merupakan suatu wadah atau tempat dimana orang-orang dapat bersama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa adanya organisasi menjadi saat bagi orang-orang untuk melaksanakan suatu kerja sama, sebab setiap orang tidak mengetahui bagaimana cara bekerja sama tersebut akan dilaksanakan. Menurut Berelson dan Steiner sebuah organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya. Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut. Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung, gejala ini biasanya dikenal dengan gejala birokrasi. Lamanya, menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih lama daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.

RUMUSAN MASALAH

Apa itu kekuasaan, wewenang, aspek politik dalam organisasi?Bagaimana pengaruh kekuasaan, kewenangan, dan politik dalam organisasi?Apa hubungan kekuasaan, kewenangan dan politik dalam organisasi?

TUJUAN PENULISAN

Mengetahuo apa itu kekuasaan, wewenang, aspek politik dalam organisasi; bagaimana pengaruh kekuasaan, kewenangan, dan politik dalam organisasi; apa hubungan kekuasaan, kewenangan dan politik dalam organisasi.

BAB II

PEMBAHASAN

KEKUASAAN DALAM ORGANISASI

Pengertian dan Model Kekuasaan

Kekuasaan (power) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi individu lain ataupun kelompok lain. Kekuasaan yang dimiliki seseorang akan menempatkan orang tersebut dalam suatu kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain yang dipengaruhinya. Pada umumnya kekuasaan akan menciptakan suatu hubungan yang vertical dalam suatu organisasi. Kekuasaan juga akan menentukan siapa yang pantas dan seharusnya mengambil keputusan (decision making) dalam suatu organisasi. Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. French and Raven, Douglas Fairholm mengklasifikasi 10 jenis kekuasaan yang banyak diaplikasikan hingga saat ini, yang menurutnya adalah:

Reward Power

Reward Power adalah kekuasaan yang didasarkan kemampuan seseorang menyediakan keuntungan bagi sesuatu atau orang lain. Kekuasaan mengalir dari individu yang mampu menyediakan reward yang dibutuhkan orang lain. Kemampuan ini memungkinkan pemilik kekuasaan mengendalikan perilaku orang lain dan mencapai hasil yang diharapkan sejauh adanya kebutuhan orang lain tersebut akan reward yang disediakan olehnya. Penggunaan kekuasaan reward biasanya dilakukan oleh orang di tingkatan tertinggi hirarki organisasi. Mereka biasanya punya akses pada material, informasi atau upah psikologis (senyum, perhatian, pujian, kata-kata manis).

Coercive Power

Coercive Power adalah kekuasaan yang didasarkan atas kemampuan seseorang menyediakan dampak hukuman pada target akibat ketidakpatuhannya. Kekuasaan ini terletak pada kemampuan seseroang untuk memerintahkan kepatuhan lewat cara fisik. Seperti reward, kekuasaan jenis ini memungkinkan pemimpin mempengaruhi perilaku orang lain akibat kemampuannya menerapkan hasil yang tidak diinginkan.

Expert Power

Expert Power adalah kekuasaan yang didasarkan kemampuan dan pengetahuan khusus yang dimiliki seseorang di mana target atau orang lain kerap menggunakan atau bergantung kepadanya. Orang selalu menghargai kompetensi, dan sebab itu Expert Power merupakan sumber kekuasaan yang penting untuk diterapkan. Kekuasaan mengalir dari orang yang punya skill, pengetahuan, dan kemampuan yang dibutuhkan dan dihargai oleh orang lain. Jika orang merengek agar seorang pekerja mau menggunakan skill yang ia miliki untuk membantu mereka, maka pekerja tersebut punya kekuasaan.

Legitimate Power

Legitimate Power adalah kekuasaan yang didasarkan atas perasaan orang lain bahwa pelaku kekuasaan punya otoritas dan hak untuk mempengaruhi tindakan mereka. Perasaan ini merupakan hasil yang diterima dari organisasi formal atau warisan historis. Kekuasaan hadir pada mereka yang ditunjuk oleh organisasi untuk memberi perintah. Delegasi otoritas melegitimasikan hak seseorang memaksakan kepatuhan pada mereka yang menyatakan wajib untuk mentaati sumber kekuasaan (organisasi). Persepsi legitimasi di benak target kekuasaan bersifat kritis. Baru setelah target ini yakin bahwa pemberi perintah punya hak yang legitimate untuk memerintah sajalah mereka akan patuh.

Identification Power with Other

Hubungan seseorang dengan orang lain yang punya kekuasaan menular pada orang yang berhubungan tersebut. Sebab itu, kekuasaan yang ada merujuk pada penguasa lain. Jenis kekuasaan ini bisa datang lewat hubungan personal seperti sekretaris atau asisten administrasi yang kerap kerja bareng boss eksekutif. Jika orang yang mendekatkan diri dengan kekuasaan tersebut juga meniru gagasan, norma, metode, dan tujuan dari orang berkuasa, kekuasaan orang tersebut akan bertambah.

Critical Power

Pada tingkat lain, seseorang berkuasa hingga derajat mana kontribusi orang tersebut bersifat kritis bagi individu lain atau bagi organisasi. Bilamana orang lain berhasrat pada energi, sumberdaya, dan keahlian seseorang, hingga derajat tersebut pula ia punya kekuasaan atas mereka. Seseorang juga menerapkan kekuasaan sejauh orang tersebut terhubung dengan sumber daya yang mereka kuasai.

Social Organization Power

Sumber kekuasaan lainnya adalah organisasi sosial. Kekuasaan juga diturunkan lewat hubungan terstruktur di mana seseorang mengkombinasikan kekuatan individual mereka guna memenuhi tujuan kelompok. James MacGregor Burns menyatakannya dalam kata-kata kekuasaan seorang pemimpin mengalir dari kekuasaan pengikut. Pencapaian tujuan hanya dapat terselenggara ketika satu individu berhasil memobilisasi dan mentransformasi pengikut, yang pada gilirannya mentransformasikan kekuasaan tersebut kepada pemimpin.

Power Using Power

Kekuasaan juga bisa bersumber tatkala seseorang menggunakan kekuasaan-nya. Kekeliruan menerapkan kekuasaan dapat berakibat hilangnya kekuasaan. Sebaliknya, penggunaan kekuasaan cenderung meningkatkan kekuasaan itu sendiri. Persepsi dari orang lain seputar kekeliruan seorang pengguna kekuasaan bisa menghasilkan berkurangnya dukungan. Kekeliruan bertindak atau sering melakukan kekuasaan secara sembrono bisa mengikis kekuasaan dan dukungan dari orang lain yang kita butuhkan agar kekuasaan kita langgeng. Kekuasaan, pada dirinya sendiri, adalah sumber bagi kekuasaan lainnya.

Charismatic Power

Karisma yang digambarkan Max Weber dan Referent Power diidentifikasi menyediakan dasar teoretis bagi dasar kekuasaan. Orang yang punya karisma biasanya punya personalitas menyenangkan, menarik, dan mendorong orang mau mematuhi si pemilik karisma. Orang yang punya kharisma biasanya ada di lingkar tengah klik-klik berpengaruh dan punya akses pada orang-orang berpengaruh di dalam komunitas.

Centrality Power

Penempatan strategis individu ke dalam organisasi juga merupakan sumber kekuasaan. Lokasi fisik di jantung kegiatan atau interaksi dengan orang-orang berkuasa menambah perkembangan dan penggunaan efektif dari kekuasaan. Sentralitas kekuasaan ini penting dalam konteks kekuasaan, baik secara fisik ataupun sosial.

Sudut pandang kekuasaan

Kekuasaan bersifat positif

merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat memengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental.

Kekuasaan bersifat Negatif

Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam memengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang baik, mereka hanya berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam dalam mengambil suatu tindakan, bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak dapat menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok yang berada di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak memiliki kemampuan atau modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya.

KEWENANGAN DALAM ORGANISASI

Pengertian Wewenang Organisasi

Wewenang (Authority) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai. Pengorganisasian (Organizing) merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya. T. Hani Handoko membagi dua pandangan yang saling berlawanan mengenai sumber wewenang:

Teori Formal(Pandangan klasik): wewenang adalah dianugrahkan ; wewenang ada karena seseorang diberikan atau dilimpahkan hal tersebut. Pandangan mengangap bahwa wewenang berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan kemudian secara hukum diturunkan dari tingkat ketingkat.Teori Penerimaan (acceptance theory of authority): berpendapat bahwa wewenang seseorang timbul hanya bila hal itu diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak tergantung pada penerima ( reciver)

Wewenang lini, staf dan fungsional

Wewenag lini adalah wewenang dimana atasan melakukannya atas bawahannya langsung. Yaitu atasan langsung memberi wewenang kepada bawahannya, wujudnya dalam wewenang perintah dan tercermin sebagai rantai perintah yang diturunkan ke bawahan melalui tingkatan organisasi. Wewenang staf, adalah hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau para spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia ini. Kualifikasi yang harus dipenuhi oleh orang yang duduk sebagai taf yaitu dengan menganalisa melalui metode kuisioner, metode observasi, metode wawancara atau dengan menggabungkan ketiganya. wewenang staf fungsional, adalah hubungan terkuat yang dapat dimiliki staf dengan satuan-satuan lini.

Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat di taati oleh bawahan maka diperlukan adannya :

Kekuasaan ( power ) yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi 2 yaitu:Kekuasaan posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.Kekuasaan pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab ( responsibility) yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil.Pengaruh ( influence ) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.

Keluasan wewenang dan kekuasaan. Semua anggota organisasi mempunyai peraturan, kode etik, atau batasan-atasan tertentu pada wewenang. Kewenangan diperoleh oleh seseorang melalui 2 (dua) cara yaitu dengan atribusi atau dengan pelimpahan wewenang.

1. Atribusi

Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan. Dalam tinjauan hukum tata Negara, atribusi ini ditunjukan dalam wewenang yang dimiliki oleh organ pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan kewenangan yang dibentuk oleh pembuat undang-undang. Atribusi ini menunjuk pada kewenangan asli atas dasar konstitusi (UUD) atau peraturan perundang-undangan.

2. Pelimpahan wewenang

Pelimpahan wewenang adalah penyerahan sebagian dari wewenang pejabat atasan kepada bawahan tersebut membantu dalam melaksanakan tugas-tugas kewajibannya untuk bertindak sendiri. Pelimpahan wewenang ini dimaksudkan untuk menunjang kelancaran tugas dan ketertiban alur komunikasi yang bertanggung jawab, dan sepanjang tidak ditentukan secara khusus oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PENGARUH DAN ASPEK ASPEK POLITIK DALAM ORGANISASI

Pengertian Politik

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Proses politik dalam organisasi dapat diartikan dua hal. Pertama, penggunaan kekuasaan itu sendiri, sebagaimana pemahaman Robbins (1990:263) bahwa politik dalam organisasi pada dasarnya adalah penggunaan kekuasaan (exercise of power). Kedua, proses politik dalam organisasi dapat juga diartikan sebagai upaya seseorang untuk menambah kekuasaan yang dimilikinnya. Politik dalam organisasi adalah aktivitas-aktivitas manajer dan pegawai/anggota dalam rangka meningkatkan kekuasaan mereka (menambah kekuasaan) dan mempersuasi pihak-pihak lain yang demi mencapai berbagai sasaran dan tujuan personal mereka (menggunakan kekuasaan).

Politik dalam organisasi juga dapat diartikan sebagai upaya-upaya anggota organisasi dalam menggalang dukungan untuk meloloskan atau menolak suatu kebijakan, peraturan, tujuan organisasi, atau keputusan-keputusan lain yang hasil atau efeknya akan berdampak tertentu terhadap mereka. Artinya, ada upaya-upaya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang penting agar menguntungkan (atau setidak-tidaknya jangan sampai merugikan) bagi mereka yang melakukan aktivitas mobilisasi politik tersebut.

5 jenis proses politik yang biasa dilakukan dalam organisasi:

Cara-cara bersaing (competing), yaitu memaksa lawan berada pada posisi kalah menang.Cara-cara akomodasi (accommodating), yaitu bersikap kooperatif dengan mengakomodasi kepentingan lawan.Cara-cara mengajak kerja sama (collaborating), yaituberusaha mengubah lawan menjadi sekutu.Cara-cara menghindar ( avoiding), yaitu menhindari atau tidak menonjolkan adanya perbedaan kepentingan.Cara-cara kompromi (compromising), yaitu saling berbagi kepentingan atau manfaat dengan lawan.

Kekuasaan dan Taktik Politik

Taktik menyalahkan (attack and blame tactic) versus merangkul (make-everyone-a winner tactic). Taktik pertama adalah menyerang secara terbuka, baik dihadapan yang brsangkutan atau dengan menyebarkan informasi atau fakta-fakta yang menjatuhkan lawan. Taktik kedua adalah kita berusaha merangkul semua pihak dengan mencari suatu formula kebijakan atau solusi yang menguntungkan semua pihak. Atau setidaknya kelihatan menguntungkan bagi semua. Ini digunakan pada situasi-situasi yang membutuhkan konsensus.Taktik mengurangi ketidakpastian dan menggunakan informasi yang objektif (reduce-uncertanty and use-objective-information tactic). Taktik ini biasanya digunakan untuk menambah kekuasaan. Jadi, seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengatasi ketidakpastian merupakan suatu aset politik yang berharga. Pengertian ketidakpastian disini adalah kondisi-kondisi dimana fungsi atau mekanisme organisasi tidak dapat memastikan hasil-hasil yang akan dicapainya.Menduduki posisi sentral atau posisi yang tidak tergantikan dalam organisasi (be-irreeplaceable or occupy-a-central-position tactic). Posisi-posisi atau jabatan yang pentingdan menentukan dalam organisasi selalu merupakan incaran semua orang, karena setiap jabatan mengandung otoritas dan memengaruhi banyak hal dalam organisasi.Menggalang koalisi dan aliansi (building-coalitions-and-alliances tactic). Dengan menggalang dukungan atau mencari sektutu yang lebih banyak, seseorang atau sebuah unit dapat menambah kekuasaannya dalam organisasi, dan juga lebih efektif dalam menggunakan kekuasaan.Taktik mengontrol agenda (act-unobstructively-and-control-agenda tactic). Seseorang berusaha mengontrol isu-isu yang perlu diangkat dalam agenda organisasi, isu-isu yang penting dan harus menjadi prioritas, serta berusaha menghilangkan atsu mengesampingkan isu-isu yang tidak menguntungkan posisinya.

Teori Politik dalam Organisasi

Teori Kontingensi Strategis

Teori ini menjelaskan tentang darimana sumber kekuasaan dalam organisasi. Menurut teori ini, kekuasaan berasal dari kemampuan untuk menyediakan sesuatu yang oleh organisasi bernilai tinggi dan hanya bisa diperoleh dari satu aktor social tertentu.

Teori Ketergantungan Sumber Daya

Teori ini menjelaskan sumber kekuasaan dalam organisasi berasal dari ketergantungan organisasi terhadap lingkungan. Menurut teori ini, distribusi kekuasaan dalam organisasi dapat dijelaskan dari ketergantungan organisasi terhadap lingkungan. Teori ini memandang bahwa lingkungan hanya menciptakan peluang-peluang kekuasaan (opportunities) dan masing-masing aktor atau unit dalam organisasi berbeda dalam menanggapinya. Jadi, menurut teori ini, politik internal organisasi pada dasarnya independen terhadap pengaruh lingkungan.

Teori Dua Wajah Kekuasaan

Teori dua wajah kekuasaan merupakan pemikiran dari dua ahli politik Amerika, Peter Bachacrach dan Morton Baratz. Menurut mereka, kekuasaan dalam organisasi pada dasarnya memiliki dua wajah (two faces of power). Menurut teori ini, kekuasaan dapat pula diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mencegah suatu isu dikemukakan atau diangkat kepermukaan oleh aktor-aktor lain dalam organisasi.

Kritik Feminis

Kritik feminis adalah teori-teori yang menekankan pada efektivitas, produkktiivitas, dan efisiensi dalam organisasi merupakan sarana legitimasi dan justifikasi kekuasaan itu sendiri. Artinya, teori-teori tersebut memberi suatu logika pembenaran yang membuat kekuasaan dan status quo tertentu dalam organisasi adalah suatu yang abash dan harus diterima. Jadi, menurut Pfeffer, literature manajemen dan teori organisasi itu sendiri adalah suatu tindakan politik. Kritik feminis memperluas gagasan ini dengan mengatakan bahwa kekuasaan dipergunakan untuk memarginalkan mereka yang tidak memiliki kekuasaan (tha powerless). Konsep merginalisasi ini direkatkan pada slogan post modern berikan suara kepada yang dibungkam (give voice to silence). Dalam hal ini kritik feminis terutama mengkaji marginalisasi kaum perempuan dalam kehidupan organisasi. Atau dengan perkataan lain, mereka mengangkat topik-topik seputar relasi gender dan politik gender dalam organisasi.

Perilaku Politik dalam Organisasi

Perilaku politik (political behaviour) adalah kegiatan yang tidak di pandang sebagian dari peran formal seseorang dalam organisasi, tetapi dapat mempengaruhi,atau berusaha mempengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi. Definisi ini mencakup elemen elemen kunci dari apa yang dimaksutkan oleh kebanyakan orang ketika mereka berbicara tentang politik berorganisasi. Selainn itu,definisi ini mencakup berbagai upaya untuk mempengaruh.i tujuan, kreteria, atau proses proses yang di gunakan dalam penganmbilan keputusan ketika kita menyatakan bahwa terkait dengan distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi. Definisi ini cukup luas untuk mencakup beragam perilaku politik seperti menahan informasi kunci dari pengambil keputusan, bergabung dalam koalisi, mencari-cari kesalahan menyebarkan rumor, membocorkan informasi rahasia tentang kegiatan organisasi kepada media, saling menyenangkan orang lain di dalam demokrasi untuk memperoleh manfaat bersama, dan melobi atas nama atau melawan seseorang atau alternatif keputusan tertentu.

Perilaku politik yang sah (legitimate political behaviour) adalah politik sehari- hari yang muncull dengan wajar. Hal tersebut seperti membangun koalisi, menentang kebijakanatau organisasi lewat pemogokan atau dengan terlalu berpegang ketat pada ketentuan yang ada, dan menjalin hubungan ke luar organisasi melalui kegiatan profesi. Sedangkan perilaku politik yang tidak sah (illegitimate political behaviour) adalah perilaku politik berat yang menyimpang dan aturan main yang telah ditentukan. Kegiatan yang tidak sah tersebut meliputi sabotase, melaporkan kesalahan, dan protes- protes simbolis seperti mengenakan pakaian nyeleneh atau memakai bros tanda protes, dan bebderapa karyawan yang secara serentak berpura- pura sakit agar tidak perlu masuk kerja.

Mayoritas tindakan politik dalam organisasi bersifat sah. Alasan secara pragmatis adalah bentuk perilaku politik yang tidak sah dan ekstrem jelas membuat pelakunya berisiko kehilangan keanggotaan dalam organisasi atau menerima sanksi berat selain, lebih jauh, hasil dan tindakan mereka itu belum bisa dipastikan positif.

Faktor- faktor yang Berkontribusi terhadap Perilaku Politik

Sejumlah faktor yang mendorong perilaku politik adalah sebagian merupakan karakteriktis individu, yang berasal dari sifat- sifat unik yang direkrut oleh organisasi; sebagian lainnya adalah hasil dari kultur atau lingkungan internal organisasi.

Faktor individu. Pada tataran individu, para peneliti telah mengindetifikasi sifat- sifat kepribadian tertentu, kebutuhan dan beberapa faktor lain yang dapat dikaitkan dengan perilaku politik seseorang. Dalam hal sifat, kita menemukan bahwa para karyawan mampu yang mampu merefleksi diri secara baik (high self monitor), memiliki pusat kendali (locus of control) internal, dan memiliki kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan punya kemungkinan lebih besar untuk terlibat dalam perilaku politik.

Selain itu, investasi seseorang dalam organisasi, alternatif alternatif yang diyakininya ada, dan harapan akan kesuksesan turut memengaruhi sejauh mana ia akan memanfaatkan sarana tindakan politik yang tidak sah. Semakin besar investasi seseorang dalam organisasi karena harapan akan mendapatkan keuntungan di masa depan, semakin besar pula kerugian yang harus ditanggungnya jika terpaksa harus keluar dari sana dan semakin kecil kemungkinan bahwa ia akan menggunakan sarana politik yang tidak sah.

Jika seseorang memiliki harapan akan kesuksesan yang rendah dalam menggunakan sarana yang tidak sah, ia tidak mungkin berbuat demikian. Harapan akan kesuksesan yang tinggi dalam penggunaan sarana yang tidak sah kemungkinan besar merupakan wilayah orang- orang yang berpengalaman dan berkuasa yang terampil berpolitik maupun karyawan tidak berpengalaman dan naif yang salah menilai peluang mereka.

Dapat dinyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Perilaku politi, yaitu faktor- faktor individu dan faktor- faktor organisasi. Hal- hal yang termasuk dalam faktor- faktor individu adalah kemampuan merefleksi diri dengan baik, Pusat kendali internal, Kepribadian High mach (lincah), Investasi organisasi, alternatif pekerjaanyang diyakini ada, dan harapan akan kesuksesan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor- faktor organisasi adalah realokasi sumber daya, peluang promosi, tingkat kepercayaan rendah, ambiguitas peran, Sistem evaluasi kinerja tidak jelas, praktik- praktik imbalan zero-sum, pengambilan keputusan yang demokratis, tekanan kinerja tinggi, dan para manajer senior yang egois.

Realitas Politik

Politik adalah sebuah kenyataan hidup organisasi. Orang yang mengabaikan kenyataan ini akan menanggung sendiri resikonya. Organisasi terbentuk dari individu dan kelompok dengan nilai, tujuan, dan konflik untuk memperebutkan sumber daya. Contoh yang biasa diperebutkan oleh karyawan adalah anggaran apartemen, alokasi ruamg, tanggung jawab proyek dan penyesuaian gaji.

Sumber daya yang dimiliki organisasi juga ada batasnya, sehingga potensi berubah menjadi konflik nyata. Jika sumber daya melimpah, semua konsumen yang beragam dalam organisasi dapat memenuhi kebutuhannya. Tetapi karena sumber daya terbatas, tidak setiap kepentingan dapat terlayani. Keuntungan satu orang atau kelompok sering kali dipahami akan diperoleh dengan mengorbankan orang atau kelompok lain dalam organisasi. Adanya beberapa kekuatan ini menciptakan persaingan di antara para anggota untuk memenangkan sumber daya organisaasi yang terbatas.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kekuasaan (power) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi individu lain ataupun kelompok lain. Kekuasaan yang dimiliki seseorang akan menempatkan orang tersebut dalam suatu kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain yang dipengaruhinya. Kekuasaan akan menciptakan suatu hubungan yang vertical dalam suatu organisasi. Kekuasaan juga akan menentukan siapa yang pantas dan seharusnya mengambil keputusan (decision making) dalam suatu organisasi.

Wewenang (Authority) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai.

Politik dalam organisasi juga dapat diartikan sebagai upaya-upaya anggota organisasi dalam menggalang dukungan untuk meloloskan atau menolak suatu kebijakan, peraturan, tujuan organisasi, atau keputusan-keputusan lain yang hasil atau efeknya akan berdampak tertentu terhadap mereka.

DAFTAR PUSTAKA

http://rinoan.staff.uns.ac.id/files/2009/06/kekuasaan-politik-v-1.pdfru

John R. Schemerhorn, James G. Hunt, and Richard N. Osborn, Basic Organizational Behavior, 2nd edition, 1998, hlm 195

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, edisi Revisi, 2008, hlm 20

Gitosudarmo, indriyo. Perilaku keorganisasian. 1997.BPEF- yogyakarta

http://hmti.wordpress.com/2008/02/22/definisi-dan-pengertian-organisasi/