PENGARUH KEGIATAN LITERASI DAN READ ALOUD TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/40920/1/tesis full.pdf ·...

146
i PENGARUH KEGIATAN LITERASI DAN READ ALOUD TERHADAP KETERAMPILAN BAHASA RESEPTIF ANAK USIA DINI TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Oleh Lely Diah Eko Priyantini 0103515037 HALAMAN JUDUL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2020

Transcript of PENGARUH KEGIATAN LITERASI DAN READ ALOUD TERHADAP ...lib.unnes.ac.id/40920/1/tesis full.pdf ·...

  • i

    PENGARUH KEGIATAN LITERASI

    DAN READ ALOUD TERHADAP

    KETERAMPILAN BAHASA RESEPTIF

    ANAK USIA DINI

    TESIS

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Pendidikan

    Oleh

    Lely Diah Eko Priyantini

    0103515037

    HALAMAN JUDUL

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

    PASCASARJANA

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    TAHUN 2020

  • ii

  • iii

  • iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto:

    “Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.. Maka apabila

    engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk

    urusan yang lain),dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

    Persembahan:

    Tesis ini saya persembahkan untuk:

    ❖ Almamaterku Universitas

    Negeri Semarang

    ❖ Keluarga yang selalu

    memberikan doa dan semangat

    ❖ Teman –teman yang selalu

    mendukung.

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto:

    “Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.. Maka apabila

    engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk

    urusan yang lain),dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

    Persembahan:

    Tesis ini saya persembahkan untuk:

    ❖ Almamaterku Universitas

    Negeri Semarang

    ❖ Keluarga yang selalu

    memberikan doa dan semangat

    ❖ Teman-teman yang selalu

    mendukung.

  • vi

    ABSTRAK

    Priyantini. Lely Diah Eko. 2020. “Pengaruh Kegiatan Literasi dan Read Aloud

    terhadap Keterampilan Bahasa Reseptif Anak Usia Dini”. Tesis. Program

    Studi Pendidikan Dasar. Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang.

    Pembimbing I Prof. Dr. Sarwi, M.Si., Pembimbing II Dr. Amin Yusuf,

    M.Si.

    Kata Kunci: literasi, read aloud, bahasa reseptif

    Salah satu keterampilan yang memegang peran penting dalam

    perkembangan bahasa anak merupakan keterampilan bahasa reseptif. Idealnya

    seorang anak memperoleh stimulasi agar perkembangan bahasa reseptif anak

    dapat berkembang. Namun, selama ini rangsangan terhadap perkembangan bahasa

    reseptif anak masih jarang dilakukan. Peningkatan keterampilan bahasa reseptif

    anak dipengaruhi intervensi dari orangtua maupun guru, yaitu dapat dilakukan

    melalui kegiatan literasi maupun read aloud. Penelitian ini bertujuan untuk

    menganalisis pengaruh kegiatan literasi dan read aloud terhadap keterampilan

    bahasa reseptif anak usia dini.

    Sampel pada penelitian ini berjumlah 138 anak usia dini, yang berasal dari

    4 sekolah di Kota Purwokerto yaitu TK Diponegoro 173, TK Aisyiyah XV, dan

    TK Al Irsyad Purwokerto, PAUD Wadas Kelir. Sampel yang terlibat pada

    penelitian ini telah bersedia dan memperoleh persetujuan dari orangtua dan guru

    untuk terlibat dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel menggunakan

    cluster random sampling. Skor keterampilan bahasa reseptif anak, kegiatan

    literasi, dan read aloud diperoleh melalui observasi. Analisis data menggunakan

    analisis regresi dengan bantuan SPSS 23.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan literasi dan read aloud

    memiliki pengaruh terhadap keterampilan bahasa reseptif. Pengaruh kegiatan

    literasi terhadap keterampilan bahasa reseptif sebesar 24,50%. Adapun pengaruh

    kegiatan read aloud terhadap keterampilan bahasa reseptif sebesar 32,49%.

    Kegiatan literasi dilakukan supaya anak memiliki kemampuan dalam

    menggunakan informasi tertulis maupun lisan. Sedangkan, kegiatan read aloud

    dapat menarik perhatian anak sehingga anak dapat menyimak informasi secara

    baik. Anak yang memiliki keterampilan bahasa reseptif mampu memahami

    informasi baik tertulis maupun lisan. Semakin baik implementasi kegiatan literasi

    dan semakin baik implementasi read aloud maka semakin baik keterampilan

    bahasa reseptif anak usia dini.

  • vii

    ABSTRACT

    Priyantini. Lely Diah Eko. 2020. “The Effect of Literacy and Read Aloud

    Activities on Early Age Receptive Language Skills”. Thesis. Primary

    Education Study Program. Postgraduate. Universitas Negeri Semarang.

    Supervisor I Prof. Dr. Sarwi, M.Si., Supervisor II Dr. Amin Yusuf, M.Si.

    Keywords: literacy, read aloud, receptive language

    One of the skills that plays an important role in children's language

    development is receptive language skills. Ideally a child gets stimulation so that

    the child's receptive language development can develop. However, during this

    time the stimulation of receptive language development in children is still rarely

    done. The improvement of children's receptive language skills is influenced by

    intervention from parents and teachers, which can be done through literacy

    activities and read aloud. This study aims to analyze the effect of literacy and read

    aloud activities on receptive language skills in early childhood.

    The sample in this study amounted to 138 early childhood, who came from

    4 schools in Purwokerto, namely TK Diponegoro 173, TK Aisyiyah XV, dan TK

    Al Irsyad Purwokerto, PAUD Wadas Kelir. The sample involved in this study was

    willing and obtained approval from parents and teachers to be involved in this

    study. The sampling technique uses cluster random sampling. Scores for children's

    receptive language skills, literacy activities, and read aloud are obtained through

    observation. Data analysis using regression analysis with the help of SPSS 23.0

    for windows.

    The results showed that literacy and read aloud activities had an influence

    on receptive language skills. The effect of literacy activities on receptive language

    skills is 24.50%. The effect of read aloud activities on receptive language skills is

    32.49%.

    Literacy activities are carried out so that children have the ability to use

    written and oral information. Meanwhile, read aloud activities can attract the

    attention of children so that children can listen to information well. Children who

    have receptive language skills are able to understand information both written and

    oral. The better the implementation of literacy activities and the better the

    implementation of read aloud, the better the receptive language skills of early

    childhood.

  • viii

    PRAKATA

    Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat serta karunia-

    Nya peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Kegiatan Literasi

    dan Read Aloud terhadap Keterampilan Bahasa Reseptif Anak Usia Dini”. Tesis

    ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

    peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu

    penyelesaian tesis ini, diantaranya:

    1. Direksi Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan

    kesempatan serta arahan selama penyelesaian studi magister pendidikan

    dasar.

    2. Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri

    Semarang, yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan

    tesis ini.

    3. Prof. Dr. Sarwi, M.Si dan Dr. Amin Yusuf, M.Si yang telah membimbing,

    mengarahkan, dan memberikan masukan dalam penelitian tesis ini

    4. Kedua orang tua dan saudara kandung, yang selalu memberikan dukungan,

    motivasi, dan doa dalam menyelesaikan studi dan penyelesaian penelitian

    dan penulisan tesis ini.

    5. Teman-teman Pascasarjana Program Studi Pendidikan Dasar (Pendidikan

    Anak Usia Dini).

    6. Berbagai pihak yang telah membantu penulisan tesis ini yang tidak dapat

    disebutkan satu persatu.

    Akhir kata, semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan merupakan

    kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

    Semarang, Februari 2020

    Lely Diah Eko Priyantini

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

    PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ iii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... ivv

    ABSTRAK .............................................................................................................. v

    ABSTRACT .......................................................................................................... vii

    PRAKATA ........................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 5

    1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 14

    1.3 Cakupan Masalah ................................................................................... 15

    1.4 Rumusan Masalah .................................................................................. 15

    1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 15

    1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 16

    BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, KERANGKA

    BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN .................................................... 17

    2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................ 17

    2.2 Kajian Teori ............................................................................................ 25

    2.2.1 Keterampilan Berbahasa Reseptif .................................................... 25

    2.2.1.1 Definisi Keterampilan Berbahasa Reseptif ................................. 25

    2.2.1.2 Aspek Keterampilan Berbahasa Reseptif .................................... 27

    2.2.1.3 Indikator Keterampilan Bahasa Reseptif ..................................... 29

    2.2.1.4 Faktor-faktor yang Mengefektifkan Proses Berbahasa ............... 30

    2.2.1.5 Tahapan Kemampuan Membaca pada Anak Usia Dini .............. 34

    2.2.2 Literasi.............................................................................................. 39

    2.2.2.1 Definisi Literasi ........................................................................... 39

    2.2.2.2 Prinsip Pembelajaran Literasi Pada AUD ................................... 41

  • x

    2.2.2.3 Indikator Kegiatan Literasi .......................................................... 43

    2.2.3 Read Aloud ....................................................................................... 44

    2.2.3.1 Definisi Read Aloud .................................................................... 44

    2.2.3.2 Peran Kegiatan Read Aloud dalam Mencapai Perkembangan

    Anak 46

    2.2.3.3 Indikator Read Aloud .................................................................. 47

    2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 47

    2.3.1 Pengaruh kegiatan literasi terhadap keterampilan bahasa reseptif ... 47

    2.3.2 Pengaruh read aloud terhadap keterampilan bahasa reseptif ........... 50

    2.4 Hipotesis ................................................................................................. 52

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 53

    3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 53

    3.2 Populasi dan Sampel .............................................................................. 54

    3.2.1 Populasi ............................................................................................ 54

    3.2.2 Sampel .............................................................................................. 55

    3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 57

    3.3.1 Variabel Bebas ................................................................................. 57

    3.3.2 Variabel Terikat ............................................................................... 57

    3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 58

    3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 58

    3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 61

    3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Data ................................................... 61

    3.6 Analisis Data .......................................................................................... 63

    3.6.1 Analisis Data Deskriptif ................................................................... 64

    3.6.2 Analisis Data Inferensial .................................................................. 64

    3.6.3 Uji Hipotesis .................................................................................... 69

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 71

    4.1 Gambaran Umum Penelitian .................................................................. 71

    4.1.1 Keterampilan Bahasa Reseptif Anak Usia Dini ............................... 72

    4.1.2 Kegiatan Literasi Anank Usia Dini .................................................. 74

    4.1.3 Real Aloud Anak Usia Dini .............................................................. 75

  • xi

    4.2 Hasil Penelitiasn ..................................................................................... 76

    4.2.1 Kegiatan Literasi Berpengaruh terhadap Keterampilan Bahasa

    Reseptif Anak Usia Dini .................................................................. 83

    4.2.2 Read Aloud Berpengaruh terhadap Keterampilan Bahasa Reseptif

    Anak Usia Dini ................................................................................. 85

    4.2.3 Kegiatan Literasi dan Read Aloud Berpengaruh terhadap

    Keterampilan Bahasa Reseptif Anak Usia Dini ............................... 86

    BAB V PENUTUP ................................................................................................ 88

    5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 88

    5.2 Saran ....................................................................................................... 88

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90

  • 1

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.2 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Bahasa Anak Usia 4-6

    Tahun ................................................................................................... 38

    Tabel 2.3 Kurikulum 2013 Pendidikan Aak Usia Dini ........................................ 39

    Tabel 3.1 Rincian Sampel Masing-masing Sekolah ............................................ 56

    Tabel 3.2 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 58

    Tabel 3.3 Kisi-kisi Keterampilan Berbahasa Reseptif ......................................... 59

    Tabel 3.4 Kisi-kisi Kegiatan Literasi ................................................................... 60

    Tabel 3.5 Kisi-kisi Read Aloud ........................................................................... 60

    Tabel 3.6 Kriteria Validitas Instrumen ....................................................................

    Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Kegiatan literasi .................................... 61

    Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Read Aloud ........................................................... 62

    Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Variabel Keterampilan Bahasa Reseptif ............... 62

    Tabel 3.10 Uji Reliabilitas ................................................................................... 63

    Tabel 3.11 Uji Normalitas .................................................................................... 65

    Tabel 3.12. Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................... 67

    Tabel 3.13. Hasil Analisis Durbin Watsson ......................................................... 69

    Tabel 4.1 Profil Responden Penelitian ................................................................. 71

    Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Varibel Penelitian ................................................. 72

    Tabel 4.3 Hasil Uji Simultan (Uji F) Variabel X1 dan X2 Terhadap Y ..................

    Tabel 4.4 Hasil Uji Parsial (Uji T) Variabel X1 dan X2 Terhadap Y .....................

    Tabel 4.5 Hasil Uji Determinasi Simultan dan Parsial Variabel X1, X2 Terhadap

    Y .......................................................................................................... 82

    Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................................... 81

  • 2

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir ................................................................... 52

    Gambar 3.1 Grafik Normalitas P-Plot.................................................................. 66

    Gambar 3.2 Grafik Histogram Uji Normalitas .................................................... 66

    Gambar 3.3 Scatterplot ........................................................................................ 68

    Gambar 4.1 Grafik Keterampilan Bahasa Reseptif Anak Usia Dini.................... 73

    Gambar 4.2 Grafik Kegiatan Literasi Anak Usia Dini ........................................ 74

    Gambar 4.3 Grafik Read Aloud Anak Usia Dini ................................................. 75

  • 3

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Izin Penelitian PAUD Wadas Kelir ...................................... 100

    Lampiran 2. Surat Izin Penelitian TK Diponegoro 173 Teluk ............................ 101

    Lampiran 3. Surat Izin Penelitian TK Aisyiyah Bustanul Athfal XV Teluk ...... 102

    Lampiran 4. Surat Izin Penelitian TK Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto ...... 103

    Lampiran 5. Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian PAUD Wadas Kelir

    ........................................................................................................ 104

    Lampiran 6. Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian TK Diponegoro 173

    Teluk .............................................................................................. 105

    Lampiran 7. Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian TK Aisyiyah Bustanul

    Athfal XV Teluk ............................................................................ 106

    Lampiran 8. Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian TK Al Irsyad Al

    Islamiyyah Purwokerto .................................................................. 107

    Lampiran 9. Lembar Observasi Keterampilan Bahasa Reseptif ......................... 108

    Lampiran 10. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Keterampilan Bahasa Reseptif

    ........................................................................................................ 109

    Lampiran 11. Lembar Observasi Kegiatan Literasi ............................................ 110

    Lampiran 12. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Kegiatan Literasi ................ 111

    Lampiran 13. Lembar Observasi Read Aloud .................................................... 113

    Lampiran 14. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Read Aloud ........................ 114

    Lampiran 15. Data Sampel Anak Usia Dini Uji Coba Instrumen Observasi ...... 115

    Lampiran 16. Hasil Lapangan Uji Instrumen Kegiatan Literasi ......................... 116

    Lampiran 17. Hasil Lapangan Uji Instrumen Read Aloud ................................. 117

    Lampiran 18. Hasil Lapangan Uji Instrumen Keterampilan Bahasa Reseprif .... 118

    Lampiran 19. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kegiatan Literasi ................. 119

    Lampiran 20. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Read Aloud .......................... 120

    Lampiran 21. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Keterampilan Bahasa Reseptif

    ........................................................................................................ 121

    Lampiran 22. Data Sampel Anak Usia Dini Pada Penelitian .............................. 122

    Lampiran 23. Tabulasi Data Penelitian Kegiatan Literasi .................................. 126

    Lampiran 24. Tabulasi Data Kegiatan Read Aloud ............................................ 131

  • 4

    Lampiran 25. Tabulasi Data Keterampilan Bahasa Reseptif .............................. 136

    Lampiran 26. Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 141

    Lampiran 27. Hasil Uji Moltikolinieritas ............................................................ 143

    Lampiran 28. Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 144

    Lampiran 29. Hasil Uji Autokorelasi .................................................................. 145

    Lampiran 30. Hasil Uji Hipotesis ....................................................................... 146

    Lampiran 31. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 149

  • 5

    BAB I

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Salah satu aspek pada anak usia dini yang penting untuk distimulasi adalah

    aspek perkembangan bahasa (Saputri & Sri, 2016). Perkembangan bahasa pada

    anak usia dini adalah langkah yang penting dalam perkembangan kemampuannya

    untuk berpikir dan belajar, dan akan berpengaruh signifikan terhadap

    pendidikannya secara keseluruhan (Hasanah, 2018). Oleh karena itu, kemampuan

    bahasa perlu dikembangkan pada anak sejak usia dini (Kurnia dkk, 2015).

    Stimulasi terhadap aspek perkembangan bahasa diperlukan karena kehidupan

    manusia tidak lepas dari penggunaan bahasa dan pemerolehan bahasa.

    Bahasa merupakan alat komunikasi manusia untuk saling berinteraksi

    (Aniati, 2017; Susilaningsih dkk, 2018). Selain itu, bahasa merupakan suatu hasil

    kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Melalui bahasa, kebudayaan

    suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan serta dapat diturunkan

    kepada generasi-generasi mendatang. Bahasa memungkinkan manusia dapat

    memikirkan suatu permasalahan secara teratur, terus-menerus, dan berkelanjutan.

    Sebaliknya, tanpa bahasa peradaban manusia tidak dapat berkembang dengan

    baik.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Pasal 1,

    Tingkat Pencapain Perkembangan Bahasa anak usia 4 sampai 6 tahun terbagi

    menjadi 3 bagian yaitu memahami bahasa, mengungkapkan bahasa, dan

    keaksaraan. Menurut Piaget (Vygotsky, 1986) anak usia dini, khususnya anak

  • 6

    yang berusia 2-7 tahun adalah anak yang berada pada tahap pra-operasional. Pada

    tahap pra-operasional, anak memiliki ciri khusus diantaranya adalah memiliki

    pemikiran simbolis, egosentris, animisme dan intuitif. Sejalan dengan pemikiran

    ini, tokoh lain yaitu Vygotsky (1986) berpendapat, bahwa dalam berbicarapun

    anak melaksanakan tahap eksternal, egosentris, dan internal. Proses berbicara

    yang merupakan wujud pemikiran anak dari tahapan eksternal bersumber dari

    arahan orang dewasa, lalu anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya hingga

    berlanjut pada berpikir sebelum berucap. Proses berbicara yang terjadi bersumber

    dari berbagai dorongan yaitu insting, batin, dan juga dorongan berfikir (Ciptarja,

    2008). Dorongan-dorongan tersebut mengantarkan anak untuk bisa

    mengkomunikasikan segala kebutuhan, kehendak, serta gagasan dalam bentuk

    verbal yakni dengan berbicara sehingga memudahkan anak untuk berinteraksi,

    berkomunikasi, berekspresi, dan juga menjelajah dunianya secara lebih

    menyenangkan.

    Faktor genetika, lingkungan, peluang berkomunikasi mempengaruhi

    kemampuan berbicara. Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2007) bahwa

    belajar berbicara dipengaruhi oleh faktor tersebut dan juga bisa dilakukan melalui

    bantuan orang dewasa melalui percakapan. Proses percakapan ada komunikasi

    dua arah, dari pembicara sebagai pengirim ide (sender) dan pendengar sebagai

    penerima gagasan (receiver). Percakapan dan komunikasi tersebut dibutuhkan

    sejumlah keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh anak. Keterampilan

    berbahasa yang dimaksud adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis

    (Anjarsari et al, 2013; Nurlohot, 2017). Keterampilan berbahasa dapat dikatakan

  • 7

    seseorang yang terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, serta

    tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara tepat pula guna

    menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam suatu konteks

    komunikasi tertentu (Mulyati, 2014). Implementasi dari teori itu terutama untuk

    anak usia dini terlihat ketika sebelum anak dapat berbicara, anak memperoleh

    peluang menyimak berbagai informasi dalam konteks interaksi. Informasi sering

    disimak anak dalam kehidupan sehari-hari bahkan sebelum anak dilahirkan dia

    telah menyimak informasi dari sang ibu dan lingkungannya.

    Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek yaitu, membaca, menulis,

    menyimak, dan berbicara (Nuryani, 2018). Empat aspek tersebut dibagi menjadi

    dua kategori, yakni keterampilan berbahasa reseptif dan keterampilan berbahasa

    produktif. Keterampilan berbahasa reseptif adalah keterampilan bahasa yang

    diaplikasikan untuk memahami sesuatu yang disampaikan melalui bahasa lisan

    dan tulisan (Adini, 2016). Adapun yang termasuk bahasa reseptif adalah kegiatan

    menyimak dan membaca. Sedangkan, Keterampilan berbahasa produktif adalah

    keterampilan bahasa yang diaplikasikan untuk menyampaikan informasi baik

    secara tertulis maupun lisan. Adapun yang termasuk bahasa produktif adalah

    kegiatan menulis dan berbicara (Sastromiharjo, 2012). Seorang anak pada

    dasarnya menerapkan keterampilan bahasa yang ia miliki sejak kecil (menyimak

    dan berbicara) pada saat anak belajar membaca dan menulis (Defina, 2017).

    Keterampilan berbahasa menurut Moeslichatoen (2004), melibatkan dua

    kemampuan berbahasa yakni, kemampuan reseptif (menerima, menyimak), dan

    produktif (menghasilkan, berbicara, menulis). Bercakap-cakap dapat berarti

  • 8

    komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak lain melalui

    kegiatan monolog dan dialog. Vygotsky (1986) percaya bahwa dialog adalah alat

    penting dalam meningkatkan kemampuan bercakap-cakap karena anak

    sebenarnya kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan sehingga

    dengan dialog anak diajak untuk berpikir sistematis, logis, dan rasional.

    Disimpulkan bahwa dengan bercakap-cakap secara dialogis ini maka anak

    diharapkan bisa menangkap makna bicara orang lain dan mampu menanggapi

    pembicaraan orang lain secara lisan. Penjelasan para ahli di atas menegaskan

    betapa pentingnya kemampuan berbicara yang didasarkan pada kemampuan

    menyimak. Dengan semakin baiknya kemampuan menyimak, kemampuan

    berbicaranya pun berkembang dengan baik.

    Penelitian Golstein (1984) kecenderungan respons anak-anak dan peran

    peristiwa stimulus yang telah memfasilitasi perkembangan bahasa reseptif di

    antara individu normal. Ketika anak-anak mendapatkan pengetahuan tentang

    lingkungan anak secara umum, anak mengembangkan harapan yang semakin

    membatasi interpretasi anak terhadap pesan linguistik. Harapan-harapan ini dan

    kemampuan anak-anak untuk menafsirkan beberapa kata isi mungkin sangat

    menentukan tindakan yang akan dilakukan anak-anak sebagai tanggapan terhadap

    ucapan orang dewasa.

    Penggunaan media belajar big book berupa huruf yang dibesarkan, gambar

    yang menarik serta kosakata yang sering ditemui oleh anak mampu menarik

    perhatian anak sehingga anak melakukan kegiatan menyimak pada saat proses

  • 9

    pembelajaran. hal ini tentunya tanpa terlepas dari penggunaan gaya komunikasi

    guru dan model pertanyaan yang digunakan (Fitriani, 2019).

    Idealnya seorang anak memperoleh stimulasi agar perkembangan bahasa

    reseptif anak dapat berkembang. Namun, selama ini rangsangan terhadap

    perkembangan bahasa reseptif anak masih jarang dilakukan. Salah satu upaya

    yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan bahasa reseptif anak usia

    dini adalah melalui kegiatan literasi dan read aloud.

    Penelitian Faradina (2017) menunjukkan bahwa program gerakan literasi

    berpengaruh secara signifikan terhadap minat baca siswa di SD Islam Terpadu

    An-Najah Jatinom Klaten. Hal tersebut menunjukkan bahwa program gerakan

    literasi dapat meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak karena, anak

    memiliki minat untuk membaca. Anak yang memiliki minat untuk membaca

    artinya anak tersebut akan menginterpretasikan simbol atau lambang dalam yang

    terdapat dalam bacaan. Minat membaca yang membudaya pada anak sejak usia

    dini akan berdampak pada peluang kesuksesan anak yang lebih baik (Rohman,

    2017).

    Peningkatan keterampilan berbahasa reseptif dipengaruhi intervensi

    literasi yang dilakukan sekolah dalam mendukung perkembangan bahasa anak

    (Lonigan, 2011). Literasi merupakan salah satu tugas perkembangan pada anak

    usia dini yang sangat penting untuk distimulasi (Husnaini, 2018). Pengembangan

    literasi pada anak harus diintegrasikan dengan pengembangan kemampuan anak

    yang lain (Wirman dkk, 2018).

  • 10

    Literasi dapat didefinisikan sebagai suatu perkembangan membaca dan

    menulis ataupun suatu tindakan kreatif dalam memahami suatu teks serta

    perkembangan membaca dan menulis (Wasik & Carol, 2008; Lemos, 2002).

    Pendapat lain dikemukakan oleh Widyastuti (2017) bahwa literasi bersifat

    kontinum dinamis, yaitu merupakan kemampuan membaca, kemudian membaca

    dan menulis, berpikir kritis dan berbahasa lisan yang dimanfaatkan untuk belajar

    sepanjang hayat baik di rumah, di tempat kerja, maupun dalam masyarakat.

    Menurut Sari (2017) literasi perlu dikembangkan karena literasi merupakan modal

    dasar bagi anak untuk dapat belajar dan memperoleh pengetahuan pada saat anak

    mulai memasuki usia sekolah.

    Komponen dari literasi menurut Bingham dan Terry (2013) meliputi:

    kesadaran fonemik, pengetahuan tentang bentuk huruf, mengetahui dan mengerti

    akan buku. Kesuksesan membaca anak seluruhnya di sekolah dasar dapat

    diprediksi dari kemampuan literasi dasar. Kemampuan membaca dan menulis di

    awal tahap masa prasekolah atau literasi dini memiliki peranan penting dalam

    kehidupan seorang anak, terutama untuk kesuksesan akademisnya (Wilson &

    Lonigan, 2010). Adapun ciri khas dari literasi dini yaitu kegiatan pembelajaran

    dilakukan secara informal dan hal yang diajarkan adalah hal-hal yang dekat

    dengan kehidupan anak (Permatasari dkk, 2017).

    Aktivitas membaca dan menulis merupakan kunci penting dalam

    perkembangan anak-anak dalam masyarakat yang terpelajar. Anak-anak yang

    lebih awal belajar membaca dan tidak mengalami hambatan yang berat akan lebih

    mudah menjadi pembaca yang aktif daripada anak-anak yang mengalami

  • 11

    hambatan yang berat dalam belajar membaca (Ruhaena, 2013). Membaca dan

    menulis berada pada golden age tepatnya pada usia 4 – 6 tahun, hal ini membuat

    banyak orangtua yang merasa bangga bila putra-putri mereka yang belum genap

    lima tahun dapat membaca dan menulis. Frekuensi orang tua dalam membaca

    serta cara mereka melakukannya dapat mempengaruhi perkembangan literasi.

    Anak yang belajar membaca sejak dini biasanya adalah mereka yang orang tuanya

    sering membacakan mereka ketika mereka masih kecil (Papalia, 2009).

    Program intervensi literasi dini didasarkan pada bukti empiris yang

    menggambarkan bahwa kinerja literasi dini anak-anak di prasekolah adalah salah

    satu prediktor awal yang paling penting dari keberhasilan sekolah berikutnya.

    Sejumlah penelitian yang berkembang mendukung keyakinan ini dan

    menyarankan bahwa anak-anak yang mulai bersekolah dengan keterampilan

    literasi awal yang terbatas seringkali tidak mengejar ketinggalan anak-anak yang

    mulai bersekolah dengan keterampilan melek huruf awal yang lebih kuat

    (Alexander & Entwisle, 1988; Juel, 1988)

    Sementara itu, para peneliti telah menemukan perbedaan dalam

    keterampilan awal literasi anak-anak ketika mereka memasuki TK cenderung

    tetap sama atau meningkat selama tahun-tahun sekolah dasar (Cabell, Justice,

    Konold, & McGinty, 2011). Anak-anak usia dini dapat mengalami keberhasilan

    literasi awal yang signifikan ketika mereka menerima pengajaran bahasa dan

    melek huruf yang komprehensif (Bingham, Hall-Kenyon, & Culatta, 2010).

    Reading aloud (membaca nyaring) merupakan kegiatan membaca dengan

    teknik membaca dengan suara keras supaya anak dapat memfokuskan perhatianya

  • 12

    (Mahartika & Dimas, 2017). Menurut Ustianingsih & Luluk (2016) reading aloud

    bermanfaat bagi anak karena anak dapat berbagi pengalaman yang menyenangkan

    dan memberikan kesempatan bagi anak untuk mendiskusikan bacaan. Selanjutnya

    kondisi tersebut dapat merangsang untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

    Read aloud (membaca nyaring), selain menekankan penglihatan dan ingatan, juga

    turut aktif auditory memory (ingatan pendengaran) serta motor memory (ingatan

    yang bersangkut paut dengan otot-otot tubuh) (Moulton, 1970). Irfadila (2014)

    berpendapat bahwa kegiatan membaca bersuara (reading aloud) penting

    dilakukan karena memiliki beberapa manfaat yaitu membangun pengetahuan,

    mengembangkan keterampilan berbahasa peserta didik, dan memfasilitasi peserta

    didik tentang kemampuan menyimak, memahami bacaan, meningkatkan

    pengenalan kata, serta pengungkapan kata. Memang harus diakui bahwa hanya

    sedikit tujuan yang tercapai pada read loud (membaca nyaring) apabila buku yang

    dibacakan tidaklah menarik dan menyenangkan bagi anak. Read aloud adalah

    sebuah kegiatan yang dapat memuaskan serta memenuhi berbagai ragam tujuan

    serta mengembangkan sejumlah keterampilan serta minat anak salah satunya

    adalah minat baca. Oleh karena itu dalam mengajarkan keterampilan –

    keterampilan read aloud (membaca nyaring) guru harus memahami proses

    komunikasi dua arah (Sumitra, 2019).

    Seorang pembaca nyaring yang baik biasanya berhasrat sekali

    menyampaikan sesuatu yang penting kepada para pendengarnya. Sesuatu yang

    penting itu dapat berupa informasi yang baru, pengalaman berharga, dan karakter

    yang menarik hati. Tanpa ada dorongan yang kuat untuk pembaca nyaring maka

  • 13

    bacaan yang dibacakannya akan terasa hambar dan tidak hidup. Pembaca nyaring

    hendaklah mengetahui serta mendalami keinginan dan kebutuhan para

    pendengarnya, serta menginterpretasikan bahan bacaan itu secara tepat (Nuryanto,

    2017). Dalam hal ini pendengarnya adalah anak usia dini, sehingga pembaca

    harus bisa memilih bahan bacaan yang tepat dan menarik minat anak.

    Penelitian Harjanty (2019) kemampuan membaca permulaan anak

    kelompok B melalui membaca nyaring meningkat. Tingkat capaian

    perkembangan kemampuan membaca permulaan anak pada pra-intervensi sebesar

    32,74. Pada siklus satu menunjukkan peningkatan menjadi 42,07. Selanjutnya

    pada siklus dua meningkat menjadi 50. Proses membaca nyaring dilakukan guru

    dengan ekspresi, dramatisasi dan suara yang ekspresif untuk menarik minat anak.

    Penelitian Dickinson (1994) telah menunjukkan bahwa read-alouds yang

    paling efektif adalah dimana anak-anak terlibat aktif bertanya dan menjawab

    pertanyaan dan membuat prediksi daripada mendengarkan secara pasif.

    Penelitian Mcgee (2007) membaca nyaring yang efektif mencakup

    pendekatan sistematis yang menggabungkan pemodelan guru dari pemikiran

    tingkat tinggi, mengajukan pertanyaan bijaksana yang menyerukan pembicaraan

    analitik, mendorong anak-anak untuk mengingat cerita dengan cara tertentu dalam

    kerangka waktu yang masuk akal, membaca satu buku berulang kali, dan

    membaca buku yang berhubungan dengan topik. Ini juga melibatkan pendekatan

    sistematis untuk mengembangkan pemahaman anak tentang kosa kata, seperti

    memasukkan definisi kata dan frasa pendek selama membaca.

  • 14

    Paparan mengenai research gap dan dukungan teori yang dikemukakan di

    atas menjadi latar belakang pengajuan riset ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan

    penelitian dengan judul “Pengaruh Kegiatan Literasi dan Kegiatan Read Aloud

    terhadap Keterampilan Bahasa Reseptif Anak Usia Dini”

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan masalah yang dikemukakan, peneliti hanya akan

    memfokuskan pada masalah yang ada pada latar belakang sebelumnya, ditemukan

    beberapa masalah sebagai berikut:

    1) Keterampilan bahasa reseptif anak dapat diperoleh anak melalui kegiatan

    maupun ucapan orang lain.

    2) Frekuensi orang tua dalam membaca serta cara mereka melakukannya dapat

    mempengaruhi perkembangan literasi anak.

    3) Rendahnya minat anak terhadap buku, hal ini dapat dibuktikan dengan

    aktivitas luang anak yang tidak memilih buku sebagai teman mainnya.

    4) Pembelajaran literasi anak usia dini tidak melalui pengajaran tetapi melalui

    perilaku sederhana dengan mengamati dan berpartisipasi pada aktivitas yang

    berkaitan dengan literasi salah satunya melalui read aloud

    5) Masih memerlukan pembuktian empiris peran kegiatan literasi terhadap

    keterampilan bahasa reseptif anak usia dini.

    6) Masih memerlukan pembuktian empiris peran rasa percaya diri terhadap

    keterampilan bahasa reseptif anak usia dini.

  • 15

    1.3 Cakupan Masalah

    Penelitian ini mencakup faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

    keterampilan bahasa reseptif anak usia dini. Penelitian ini terbatas pada dua

    variabel independen yaitu kegiatan literasi dan read aloud dan variable dependen

    (keterampilan bahasa reseptif). Penelitian terbatas pada anak usia 4-6 tahun di

    Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas.

    1.4 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

    dirumuskan masalah sebagai berikut.

    1) Seberapa besar pengaruh kegiatan literasi terhadap keterampilan bahasa

    reseptif anak usia dini?

    2) Seberapa besar pengaruh read aloud terhadap keterampilan bahasa reseptif

    anak usia dini?

    3) Seberapa besar pengaruh kegiatan literasi dan read aloud terhadap

    keterampilan bahasa reseptif anak usia dini?

    1.5 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis data tentang:

    1) Pengaruh kegiatan literasi terhadap keterampilan bahasa reseptif anak usia

    dini.

    2) Pengaruh kegiatan read aloud terhadap keterampilan bahasa reseptif anak

    usia dini.

  • 16

    3) Pengaruh kegiatan literasi dan kegiatan read aloud terhadap keterampilan

    bahasa reseptif anak usia dini.

    1.6 Manfaat Penelitian

    1) Manfaat Teoritis

    a. Nilai akademis (teoritis) penelitian ini sangat berkepentingan mengkaji

    dan menguji kegiatan literasi dan read aloud terhadap keterampilan bahasa

    reseptif anak usia dini.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan bagi para

    peneliti dan pengamat masalah pendidikan terkait dengan peran kegiatan

    literasi, dan read aloud pada anak usia dini.

    2) Manfaat Praktis

    a. Nilai praktis penelitian ini berhubungan dengan sumbangan dalam cara-

    cara kegiatan literasi dan rasa percaya diri terhadap, keterampilan bahasa

    reseptif anak usia dini. Temuan penelitian diharapkan dapat memberikan

    masukan yang berarti terhadap perbaikan stimulus rasa keterampilan

    bahasa anak usia dini di Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten

    Banyumas.

    b. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian bisa digunakan sebagai

    pijakan untuk meneliti efektivitas kegiatan literasi dan read aloud terhadap

    keterampilan bahasa reseptif anak usia dini.

    c. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian baru

    dalam meningkatkan keterampilan bahasa reseptif anak usia dini.

  • 17

    BAB II

    BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, KERANGKA

    BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    2.1 Kajian Pustaka

    Kajian terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

    dilakukan oleh peneliti sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian.

    Penelitian terdahulu yang menjadi bahan rujukan dalam penelitian ini dijabarkan

    sebagai berikut.

    Penelitian yang dilakukan Faradina (2017) tentang pengaruh program

    gerakan literasi terhadap minat baca siswa di SD Islam Terpadu An-Najah

    Jatinom Klaten. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa program gerakan literasi berpengaruh secara

    signifikan terhadap minat baca siswa di SD Islam Terpadu An-Najah Jatinom

    Klaten. Hal tersebut menunjukkan bahwa program gerakan literasi dapat

    meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak karena, anak memiliki minat

    untuk membaca. Anak yang memiliki minat untuk membaca artinya anak tersebut

    akan menginterpretasikan simbol atau lambang dalam yang terdapat dalam

    bacaan. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada variabel

    independen yaitu variabel literasi. Perbedaanya, pada penelitian tersebut hanya

    melihat efek dari kegiatan gerakan literasi terhadap minat baca siswa SD,

    sedangkan pada penelitian yang dilakukan melihat efek kegiatan literasi dan read

    aloud terhadap keterampilan berbahasa reseptif anak usia dini pada anak usia dini.

  • 18

    Puspitadewi & Erny (2018) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh

    program literasi terhadap minat baca dan tulis di siswa SMP Negeri Se-kecamatan

    Lakarsantri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program literasi dapat

    meningkatkan minat baca dan minat menulis di siswa SMP Negeri Se-kecamatan

    Lakarsantri. Hal tersebut menunjukkan bahwa program literasi dapat

    meningkatkan perkembangan bahasa pada anak karena anak memiliki minat untuk

    membaca dan menulis. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang

    dilakukan yaitu terletak pada variabel program literasi. Perbedaanya, pada

    penelitian tersebut melihat efek program literasi terhadap minat membaca dan

    menulis anak, sedangkan pada penelitian yang dilakukan melihat efek kegiatan

    literasi terhadap perkembangan bahasa reseptif anak. Hasil pada penelitian

    tersebut dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian yang dilakukan

    mengenai pengaruh kegiatan literasi dan read aloud terhadap keterampilan

    berbahasa reseptif anak usia dini.

    Read aloud dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak (Gatot &

    Muhammad, 2018). Tujuan dari penelitian yaitu untuk meningkatkan kemampuan

    bahasa anak dengan read aloud. Hasil penelitian menunjukkan bahwa read aloud

    dapat meningkatkan kemampuan bahasa pada anak sebesar 83%. Kemampuan

    bahasa yang dimaksud pada penelitian tersebut meliputi kemampuan mendengar,

    kemampuan berbicara, kemampuan membaca, serta kemampuan menulis.

    Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan terletak pada

    variabel yang diteliti yaitu read aloud dan keterampilan berbahasa. Perbedaannya,

    pada penelitian yang dilakukan lebih memfokuskan pada keterampilan bahasa

  • 19

    reseptif. Selain itu, subjek pada penelitian tersebut yaitu anak usia 4-5 tahun,

    sedangkan subjek pada penelitian yang dilakukan yaitu anak usia 4-6 tahun. Hasil

    penelitian tersebut dapat dijadikan referensi dalam penelitian yang dilakukan

    mengenai pengaruh kegiatan literasi dan read aloud terhadap keterampilan

    berbahasa reseptif anak usia dini.

    Read aloud yang digunakan dapat mengembangkan keterampilan

    membaca dan menyimak pada anak (Yumnah, 2018). Apabila anak memiliki

    keterampilan membaca dan menyimak, akan berpengaruh terhadap keterampilan

    bahasa anak. Penggunaan read aloud akan dapat menumbuhkan kecintaan anak

    pada membaca, dan membangun keterampilan literasi yang diperoleh melalui

    bunyi, intonasi, membaca, berbicara, dan kemampuan mendengar.

    Liastuti & Luluk (2016) juga melakukan penelitian mengenai read aloud.

    Penelitian yang dilakukan melihat efek dari read aloud terhadap kemampuan

    membaca pemahaman mahasiswa jurusan bahasa jepang. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa reading aloud dapat mempermudah mahasiswa dalam

    memahami wacana bahasa jepang. Reading aloud dapat meningkatkan motivasi

    mahasiswa dalam membaca sehingga mempermudah mahasiswa untuk

    memahami wacana bahasa jepang. Persamaan penelitian yaitu terletak pada

    penggunaan reading aloud. Perbedaanya, pada penelitian tersebut melihat efek

    read aloud pada pemahaman wacana bahasa jepang mahasiswa. Sedangkan pada

    penelitian yang dilakukan melihat efek read aloud terhadap keterampilan bahasa

    reseptif anak usia dini.

  • 20

    Penelitian mengenai keefektifan read aloud dalam meningkatkan

    kemampuan siswa dalam membaca teks juga dilakukan oleh Hardianto (2018).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan read aloud mampu

    meningkatkan kemampuan siswa SD kelas III dalam membaca teks. Peningkatan

    kemampuan membaca siswa dalam penelitian tersebut dilihat dari peningkatan

    aktivitas belajar dan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Adanya

    peningkatan kemampuan siswa dalam membaca teks menunjukkan bahwa siswa

    memiliki keterampilan bahasa reseptif yaitu mampu memahami informasi yang

    terdapat dalam buku teks. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang

    dilakukan terletak pada penggunaan read aloud. Perbedaanya, pada penelitian

    tersebut melihat efek metode terhadap kemampuan membaca teks siswa.

    Sedangkan pada penelitian yang dilakukan melihat efek read aloud terhadap

    keterampilan bahasa reseptif. Selain itu, subjek pada penelitian tersebut adalah

    siswa kelas III SD, sedangkan pada penelitian yang dilakukan yaitu anak usia dini.

    Read aloud dapat meningkatkan keterampilan membaca dalam

    pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Penelitian tersebut dilakukan

    oleh Noor dkk (2014) dengan tujuan untuk mendeskripsikan perencanaan

    pembelajaran menggunakan read aloud, mendeskripsikan pelaksanaan

    pembelajaran dengan read aloud, serta mendeskripsikan peningkatan hasil

    keterampilan membaca siswa dengan read aloud. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa terjadi peningkatan hasil keterampilan membaca siswa setelah diberikan

    intervensi berupa read aloud. Sehingga dapat disimpulkan bahwa read aloud

    efektif dalam meningkatkan hasil keterampilan membaca siswa. Keterampilan

  • 21

    membaca juga termasuk dalam keterampilan bahasa reseptif, Persamaan

    penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada variabel read aloud. Namun,

    pada penelitian tersebut melihat efek read aloud terhadap keterampilan membaca.

    Sedangkan pada penelitian ini melihat efek read aloud pada keterampilan bahasa

    reseptif yaitu menyimak. Penelitian tersebut dilakukan pada anak sekolah dasar,

    sedangkan penelitian ini dilakukan pada anak usia dini.

    Read aloud juga berpengaruh terhadap keterampilan menyimak anak usia

    5-6 tahun. Penelitian tersebut dilakukan oleh Kusuma, Siti, & Munif (2018). Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa read aloud efektif dalam meningkatkan

    keterampilan menyimak anak. Read aloud memberikan sumbangan efektif

    terhadap keterampilan menyimak anak usia dini sebesar 75,25. Keterampilan

    menyimak merupakan salah satu perkembangan bahasa pada anak usia dini.

    Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan yaitu terletak

    pada penggunaan read aloud dan melihat efek dari read aloud terhadap

    perkembangan bahasa anak yaitu keterampilan menyimak.

    Literasi membaca berpengaruh terhadap pemahaman bacaan. Penelitian

    tersebut dilakukan oleh Chairunnisa (2017). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    literasi membaca memiliki hubungan positif terhadap pemahaman bacaan.

    Semakin tinggi literasi membaca seseorang, maka semakin tinggi pemahaman

    bacaan seseorang. Seseorang yang dapat memahami bacaan dengan baik

    menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki kemampuan bahasa reseptif. Hal

    tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat meningkatkan keterampilan bahasa

    reseptif anak usia dini dapat dilakukan kegiatan literasi membaca. Oleh karena itu,

  • 22

    untuk meningkatkan keterampilan bahasa reseptif anak maka kegiatan literasi

    membaca pada anak usia dini juga harus ditingkatkan. Kegiatan literasi membaca

    dapat meningkatkan pemahaman membaca anak sehingga meningkatkan

    keterampilan bahasa reseptif anak. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

    tersebut yaitu terletak pada variabel literasi. Namun, pada penelitian tersebut

    mengukur keterampilan pemahaman bacaan pada mahasiswa, sedangkan pada

    penelitian ini mengukur keterampilan menyimak pada anak usia dini.

    Hasil penelitian Lawalata & Muhammad (2019) menunjukkan bahwa

    program literasi sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat baca

    dan prestasi belajar siswa SMP Islam Al-Azhar Tulungagung. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa dengan adanya program literasi siswa dapat

    mengembangkan kemampuan untuk memahami bacaan. Kemampuan siswa untuk

    memahami bacaan dapat meningkatkan kemampuan akademik. Oleh karena itu

    program literasi dapat meningkatkan minat baca dan berpengaruh terhadap

    prestasi belajar. Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut terlatak pada

    variabel literasi. Namun, pada penelitian melihat efek literasi terhadap variabel

    minat baca dan prestasi belajar, sedangkan pada penelitian ini melihat efek literasi

    terhadap variabel keterampilan bahasa reseptif. Hasil penelitian tersebut menjadi

    bahan referensi dan pembanding pada penelitian ini.

    Sumaryati (2018) melakukan penelitian mengenai membudayakan literasi

    pada anak usia dini melalui metode dongeng. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa budaya literasi harus dikembangkan pada anak sejak usia dini salah

    satunya melalui karya sastra yaitu dongeng. Dongeng efektif dalam

  • 23

    mengembangkan karakter dan moral anak usia dini. Budaya literasi pada anak

    tidak hanya membaca dan menulis, namun juga meliputi berbicara dan menyimak.

    Salah satunya menyimak cerita maupun dongeng. Persamaan penelitian tersebut

    dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti mengenai literasi pada anak usia

    dini. Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan referensi dalam melakukan

    penelitian mengenai pengaruh kegiatan literasi dan read aloud terhadap

    keterampilan bahasa reseptif anak usia dini.

    Literasi memiliki peran penting untuk pendidikan anak usia dini (Armia &

    Zuriana, 2017). Alasan pentingnya literasi bagia anak usia dini dikarenakan

    literasi memiliki beberapa manfaat yaitu (1) dapat mengembangkan kemampuan

    bahasa anak yaitu untuk membaca serta menulis; (2) mengembangkan

    kemampuan berpikir kritis anak usia dini, hal tersebut disebabkan karena melalui

    literasi anak akan belajar untuk menerima dan menyerap informasi yang

    diterimanya; (3) anak menjadi lebih siap dalam memasuki jenjang pendidikan

    selanjutnya. Selain itu, anak yang dikenalkan dengan literasi sejak dini akan

    memiliki kemampuan untuk berkomunikasi lebih baik. Hal tersebut menunjukkan

    bahwa perlunya kegiatan literasi pada anak sejak usia dini. Penelitian ini

    merespon pentingnya literasi bagi anak usia dini dengan menganalisis

    pengaruhnya terhadap keterampilan bahasa reseptif pada anak usia dini.

    Implementasi metode read aloud dapat meningkatkan kemampuan

    bercerita serta keefektifan pembelajaran. Penelitian tersebut dilakukan oleh

    Rahimah dkk (2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

    kemampuan bercerita pada anak kelompok B di TK Nur Rahimah Banjarbaru.

  • 24

    Selain itu,, keefektifan pembelajaran pada anak kelompok B di TK Nur Rahimah

    Banjarbaru semakin meningkat setalah diterapkan metode read aloud. Hal

    tersebut menunjukkan bahwa metode read aloud memberikan dampak terhadap

    kemampuan berbicara dan keefektifan pembelajaran pada anak kelompok B di TK

    Nur Rahimah Banjarbaru. Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut

    terletak pada variabel read aloud. Perbedaanya, pada penelitian tersebut

    mengukur efeknya terhadap kemampuan berbicara, sedangkan pada penelitian ini

    mengukur efeknya terhadap keterampilan bahasa reseptif yaitu menyimak. Jenis

    penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut adalah penelitian tindakan

    kelas, sedangkan penelitian ini menggunakan metode survey.

    Hasil telaah terhadap penelitian yang relevan dengan penelitian ini, dapat

    memberikan gambaran bagi peneliti mengenai tujuan, teori, variabel, serta metode

    yang digunakan dalam penelitian. Beberapa penelitian terdahulu menyatakan

    bahwa literasi memiliki peran yang sangat penting bagi anak usia dini serta

    berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak seperti membaca, menyimak,

    menulis, dan berbiacara. Selain itu, beberapa penelitian terdahulu juga

    menyatakan bahwa read aloud juga berpengaruh terhadap keterampilan bahasa

    anak.

    Berdasarkan hasil telaah terhadap penelitian terdahulu yang relevan

    dengan penelitian ini, maka dapat dsimpulkan bahwa penelitian terdahulu

    menggambarkan peran kegiatan literasi dan read aloud terhadap keterampilan

    bahasa anak. Namun, terdapat perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

    ini, yaitu keterampilan bahasa yang dimaksud masih umum. Sedangkan, pada

  • 25

    penelitian ini memfokuskan pada keterampilan bahasa reseptif yaitu menyimak.

    Baik menyimak informasi lisan maupun tertulis.

    Penelitian ini juga merespon penelitian terdahulu untuk melakukan

    penelitian lanjutan yang berkaitan dengan variabel literasi, read aloud, dan

    keterampilan bahasa reseptif. Penelitian ini dilakukan mengingat penelitian yang

    berkaitan dengan variabel tersebut juga masih terbatas. Selain itu, pada penelitian

    ini mengkombinasikan efek kegiatan literasi dan efek read aloud pada

    keterampilan bahasa reseptif anak usia dini.

    2.2 Kajian Teori

    2.2.1 Keterampilan Berbahasa Reseptif

    2.2.1.1 Definisi Keterampilan Berbahasa Reseptif

    Inerna dalam Albantani (2014), bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang

    berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi,

    sedangkan berbahasa sendiri adalah proses menyampaikan informasi dalam

    berkomunikasi itu. Proses berbahasa adalah proses mental yang terjadi pada

    waktu kita berbicara ataupun proses mental yang menjadi dasar pada waktu kita

    mendengar, mengerti, dan mengingat dapat diterangkan dengan suatu sistem

    kognitif yang ada pada manusia. Manusia mempunyai suatu sistem penggunaan

    bahasa dan psikologi bahasa yang mempelajari cara kerja dari sistem ini. Sistem

    ini dapat menerangkan misalnya, bagaimana manusia dapat menyampaikan

    pikiran dengan kata-kata (produksi bahasa) dan bagaimana manusia mengerti “isi’

    pikiran atau makna dari suatu kalimat yang diucapkan atau ditulis (persepsi

    bahasa).

  • 26

    Ada dua jenis dalam keterampilan atau kemampuan berbahasa, yakni

    keterampilan berbahasa reseptif dan keterampilan berbahasa ekspresif. Fungsi

    reseptif terlihat dengan adanya reaksi terhadap suara, sedangkan fungsi ekspresif

    muncul berupa mengeluarkan suara tenggorok (Mustika, 2017). Bahasa reseptif

    merupakan penerimaan bahasa yang diperoleh anak melalui indra pendengaran

    (Alam & Lestari, 2019). Keterampilan berbahasa reseptif adalah kemampuan

    untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar untuk meningkatkan

    kemampuan merespon setiap komunikasi (Fatwikiningsih, 2014). Menurut Alam

    & Ririn (2020) bahasa reseptif diperoleh dari pengalaman belajar anak yang

    menghubungkan lambang bahasa melalui pendengaran dan bertujuan untuk

    memahami mimik serta nada suara yang kemudian mengerti arti kata. Adapun

    keterampilan bahasa reseptif pada anak usia dini merupakan kemampuan untuk

    menyimak perkataan orang lain atau menerima bahasa yang meliputi, kemampuan

    menceritakan kembali cerita, kemampuan mengenal tokoh dalam cerita,

    kemampuan memahami dan menjelaskan pesan moral dalam cerita, serta

    kemampuan mengungkapkan kembali judul cerita (Adini, 2016). Anak yang

    memiliki kemampuan bahasa reseptif yang baik akan mampu memahami cerita,

    kata-kata, kalimat, dan peraturan (Fitriani dkk, 2020). Sedangkan keterampilan

    berbahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara verbal dan

    non-verbal (Saputra & Sri, 2016; Sumiyati, Ari, & Dinar, 2018). Anak yang

    memiliki kemampuan berbahasa ekspresif akan mampu berkomunikasi baik

    simbolis maupun visual (memberi tanda dan menulis) atau auditorik. Berdasarkan

    pendapat beberapa ahli mengenai definisi keterampilan bahasa reseptif, maka

  • 27

    dapat disimpulkan bahwa keterampilan bahasa reseptif pada anak usia dini

    merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seorang anak untuk memahami dan

    merespon informasi atau cerita yang didengar. Bahasa reseptif yang dimaksud

    dalam penelitian ini adalah bahasa yang diperoleh melalui indra pendengaran.

    2.2.1.2 Aspek Keterampilan Berbahasa Reseptif

    Albantani (2014), Aspek keterampilan berbahasa reseptif meliputi

    mendengarkan/menyimak dan membaca.

    1. Menyimak

    Menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk

    reseptif lisan (Tantri, 2018). Menyimak merupakan aktivitas penggunaan alat

    pendengaran yang dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk memperoleh

    pesan atau makna dari apa yang disimak (Khoiriyah, 2019). Menyimak adalah

    mendengarkan lambang-lambang bunyi yang dilakukan dengan sengaja dan penuh

    perhatian disertai pemahaman, apresiasi, interpretasi, reaksi, dan evaluasi untuk

    memperoleh pesan, informasi, menangkap isi, dan merespon makna yang

    terkandung di dalamnya (Rosdia, 2014).

    Menyimak dapat terjadi dalam 2 situasi yang berbeda, yaitu secara

    interaktif dan non-interaktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan

    tatap muka melalui telepon/sejenisnya dimana komunikasi terjadi secara

    bergantian antara penutur yang satu dengan penutur yang lainnya (2 orang/lebih)

    yang melakukan aktivitas menyimak dan berbicara sehingga memiliki kesempatan

  • 28

    bertanya guna mendapatkan penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa

    yang telah diucapkan/meminta penutur untuk melambatkan tempo bicaranya.

    Menyimak secara non-interaktif berlangsung tanpa ada penutur yang

    berhadapan langsung dengan penuturnya. Situasi ini memiliki kelemahan yaitu

    tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak dapat meminta pembicara

    mengulangi apa yang diucapkannya, dan tidak dapat meminta pembicaraan

    diperlambat.

    2. Mendengar

    Kemampuan mendengarkan merupakan proses pemahaman secara aktif

    untuk mendapatkan informasi, dan sikap dari pembicara yang tujuannya untuk

    memahami pembicaraan tersebut secara objektif (Wulan Sari, 2016). Mendengar

    merupakan suatu proses fisiologis sementara mendengarkan menyangkut

    penerimaan rangsangan. Pengertian menerima di sini menegaskan bahwa

    seseorang dalam aktivitas mendengarkan itu berarti menyerap rangsangan yang

    diterima lalu kemudian memprosesnya dengan cara tertentu (Martoredjo, 2014).

    3. Membaca

    Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis yang bertujuan untuk

    memahami isi bacaan dan maksud penulisnya (Mulyati, 2008). Membaca

    merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca

    tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk

    memperluas pengetahuan bahasa seseorang (Irdawati, 2017). Membaca

    merupakan kegiatan melisankan atau hanya dalam hati dengan melihat tulisan

    pada sebuah teks bacaan (Khotimah, Djuanda, & Kurnia, 2016). Membaca

  • 29

    merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk reseptif tulis.

    Keterampilan membaca merupakan modal dasar yang sangat krusial untuk

    menunjang keberhasilan belajar siswa. Kurang terampilnya siswa dalam membaca

    dapat menyebabkan terhambatnya siswa untuk mempelajari bidang studi lain.

    Membaca dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu membaca permulaan dan

    membaca lanjut. Membaca permulaan adalah tahap awal dalam belajar membaca

    yang difokuskan kepada mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan

    dengan huruf-huruf, sehingga menjadi pondasi agar dapat melanjutkan ke tahap

    membaca lanjut (Dalwadi, 2002). Sedangkan membaca lanjut adalah anak tidak

    sekedar mengenal simbol atau tanda-tanda tapi sudah mulai mempergunakannya

    untuk membaca kata atau kalimat sehingga anak memahami apa yang dibacanya

    (Amin, 1995).

    Pada tahap membaca permulaan anak lebih diarahkan kepada membaca

    huruf atau kata (Shodiq, 1996). Tahap membaca permulaan dilakukan pada masa

    peka yaitu usia enam atau tujuh tahun bagi anak normal dan sembilan tahun bagi

    anak tunagrahita. Tahap membaca permulaan merupakan saat kritis dan strategis

    dikembangkannya kemampuan membaca tanpa teks yaitu membaca dengan cara

    menceritakan gambar situasional yang tersedia.

    2.2.1.3 Indikator Keterampilan Bahasa Reseptif

    Menurut Levey (2011) indikator keterampilan bahasa reseptif pada anak

    antara lain, mendengarkan, memahami aturan, memahami perintah. Sedangkan

    menurut Rusniah indikator keterampilan bahasa reseptif pada anak usia dini yaitu

  • 30

    menyimak perkataan orang lain dan memahami cerita yang dibacakan oleh guru.

    Pendapat yang lain diungkapkan oleh Adini (2016) bahwa terdapat 6 indikator

    keterampilan bahasa reseptif pada anak usia dini antara lain kemampuan

    mengungkapkan kembali judul cerita, kemampuan mengenal tokoh dalam cerita,

    kemampuan menceritakan kembali sesuai dengan alur cerita, kemampuan

    memahami pesan moral yang terdapat dalam cerita, kemampuan memahami

    peraturan tertulis, dan kemampuan memahami peraturan tidak tertulis.

    Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh ahli maka dapat

    disimpulkan bahwa indikator keterampilan berbahasa reseptif pada penelitian ini

    merujuk pada pendapat Levey (2011) antara lain mendengarkan, memahami

    aturan, dan memahami perintah.

    2.2.1.4 Faktor-faktor yang Mengefektifkan Proses Berbahasa

    Proses berbahasa adalah bagaimana sang pembicara menyampaikan pesan

    kepada penerimanya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna

    antara pembicara dengan penerimanya. Proses berbahasa ini bertujuan untuk

    menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada

    umumnya). Yang terpenting dalam berbahasa efektif adalah bagaimana kode

    bahasa yang diterima oleh penerima proses berbahasa harus sama dengan kode

    bahasa yang dikirim oleh pembicara. Ada banyak faktor yang dapat

    mempengaruhi keefektifan proses berbahasa. Faktor-faktor ini terdapat pada

    setiap unsur komunikasi seperti: komunikator, pesan, medium dan resipiens.

  • 31

    1) Pada Pembicara

    Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses berbahasa adalah:

    a) Pengetahuan tentang berbahasa dan keterampilan berkomunikasi.

    Yang dimaksudkan adalah penguasaan komunikasi dan keterampiIan

    mempergunakan bahasa; keterampilan mempergunakan media komunikasi untuk

    mempermudah proses pengertian pada resipiens; kemampuan untuk mengenal dan

    menganalisis situasi pendengar sehingga dapat memberikan sesuatu yang sesuai

    dengan kebutuhan mereka. Di samping itu jenis hubungan antara komunikator dan

    resipiens dapat juga mempengaruhi efektivitas proses komunikasi.

    b) Sikap komunikator

    Sikap komunikator seperti agresif (menyerang) atau cepat membela diri,

    sikap yang mantap dan meyakinkan; sikap rendah hati, rela mendengar dan

    menerima anjuran dapat memberi dampak yang besar dalam proses komunikasi

    retoris.

    c) Pengetahuan umum

    Demi efektivitas dalam komunikasi retoris, komunikator sebaiknya

    memiliki pengetahuan umum yang luas, karena dengan begitu dia dapat mengenal

    dan menyelami situasi pendengar dan dapat mengerti mereka secara lebih baik.

    Dia harus mengetahui dan menguasai bahan yang dibeberkan secara mendalam,

    teliti dan tepat. Dia juga hendaknya mengetahui dan mengerti hal-hal praktis dari

    kehidupan harian para pendengarnya, supaya dapat menyampaikan sesuatu yang

    mampu menggugah hati mereka.

  • 32

    d) Sistem sosial

    Setiap komunikator berada dan hidup di dalam sistem masyarakat tertentu.

    Posisi, pangkat atau jahatan yang dimiliki komunikator di dalam masyarakat

    sangat mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris (misalnya: sebagai pemimpin

    atau bawahan; sebagai orang yang berpengaruh atau tidak).

    e) Sistem kebudayaan

    Di samping sistem sosial, sistem kebudayaan yang dimiliki seorang

    komunikator juga dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris. Tingkah

    laku, tata adab dan pandangan hidup yang diwarisinya dari suatu kebudayaan

    tertentu akan juga mempengaruhi efektivitas dalam proses komunikasi retoris

    dengan manusia lain.

    2) Pada Resipiens

    Faktor-faktor ini pada umurnnya sama dengan faktor-faktor yang

    mempengaruhi komunikator.

    a) Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampilan berkomunikasi

    Supaya dapat terjadi komunikasi, resipiens harus menguasai bahasa yang

    dipergunakan. Keduanya hanya dapat saling berkomunikasi dan saling mengerti

    apabila mereka mempergunakan perbendaharaan kata yang sama dan yang

    dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi tidak akan terjadi apabila bahasa

    yang dipergunakan oleh komunikator tidak dimengerti oleh resipiens. Dalam

    hubungan dengan hal ini, perlu diperhatikan bahwa pendengar mempunyai cara

    mendengar dan mengerti sendiri, yang dapat berbeda dari apa yang sebenarnya

    dimaksudkan oleh komunikator.

  • 33

    b) Sikap resipiens

    Faktor ini juga ikut menentukan efektivitas komunikasi retoris. Sikap-

    sikap positif seperti terbuka, senang, tertarik dan simpatik akan memberi pengaruh

    positif dalam proses komunikasi; Sebaliknya sikap-sikap negatif seperti tertutup,

    jengkel, tidak simpatik terhadap komunikator akan mendatangkan pengaruh

    negatif.

    c) Sistem sosial dan kebudayaan

    Sistem sosial dan kebudayaan tertentu dapat menghasilkan sifat dan

    karakter khusus pada resipiens. Orang dapat bersifat patuh, rendah hati. suka

    mendengar, tidak banyak bicara atau tidak berani menantang. Di lain pihak orang

    bisa menjadi kritis, suka memhantah dan tidak mudah tunduk kepada pimpinan.

    Juga cara menyampaikan sesuatu tidak sama di antara masyarakat yang satu

    dengan yang lain. Sebab itu komunikator harus memperhatikan segala faktor ini.

    apabila dia mau mengharapkan efek yang besar dalam proses komunikasi dengan

    para pendengarnya.

    3) Pada Pesan Dan Medium

    a) Antara komunikator dan resipiens ada pesan dan medium.

    Kedua faktor ini perlu diperhatikan oleh komunikator secara khusus dalam

    proses komunikasi retoris. Elemen-elemen Pesan Komunikator menerjemahkan

    pesan dengan mempergunakan medium. Dalam proses ini, komunikator harus

    memperhatikan elemen-elemen yang membentuk pesan, supaya komunikasi dapat

    membawa efek yang besar. Elemen-elemen itu berupa kata-kata dan kalimat,

    pikiran atau ide yang dibeberkan, alat peraga yang dipakai untuk

  • 34

    mengkonkretisasi pesan, suara, tekanan suara, artikulasi, mimik dan gerak-gerak

    untuk memperjelas pesan yang disampaikan.

    b) Struktur Pesan

    Struktur pesan yang ingin disampaikan juga dapat mempengaruhi

    efektivitas proses komunikasi retoris. Yang perlu diperhatikan adalah susunan

    organis di mana elemen-elemen itu dikedepankan untuk mengungkapkan pesan.

    Pada prinsipnya struktur atau susunan pesan harus jelas dan mudah dimengerti.

    c) Isi Pesan

    Isi pesan yang di ungkapkan lewat medium harus disesuaikan dengan

    situasi resipiens. Isi pesan seharusnya mudah ditangkap, tidak boleh terlalu sulit,

    karena dapat membingungkan resipiens. Sebaiknya isi pesan dibatasi pada satu

    atau dua pokok pikiran yang diuraikan secara jelas, terinci dan tepat sasaran.

    d) Proses Pembeberan

    Yang dimaksudkan adalah cara membawakan dan mengemukakan pesan

    dari komunikator. Ada tiga kemungkinan yang dapat dipilih, yaitu membawakan

    secara bebas, tanpa teks, terikat pada teks, atau setengah bebas. Ketiga

    kemungkinan ini membawa efek yang berbeda dalam proses komunikasi. Tentang

    hal ini akan dibicarakan lebih lanjut.

    2.2.1.5 Tahapan Kemampuan Membaca pada Anak Usia Dini

    Nurbiana (2005:3.15) mengatakan bahwa tahapan pertama dalam

    membaca adalah dengan melihat tulisan dan memprediksi artinya. Tahap kedua

    adalah memastikan arti tulisan yang diprediksinya sehingga diperoleh keputusan

  • 35

    untuk melanjutkan bacaan berikutnya meskipun terdapat kemungkinan kesalahan

    dalam memprediksi. Tahap katiga adalah mengintegrasikan informasi baru

    dengan pengalaman sebelumnya. Dengan demikian pemahaman tentang bacaan

    dapat diperoleh setelah anak membaca seluruh teks. Tingkat pemahaman anak

    dalam membaca sangat dipengaruhi oleh kualitas prediksi, contoh tulisan dan

    pengetahuan anak.

    Selanjutnya Raines dan Canad dalam Nurbiana (2005:3.15) mengatakan

    bahwa perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan

    sebagai berikut:

    a. Tahap Fantasi (Magical Stage). Pada tahap ini anak mulai belajar

    menggunakan buku, melihat dan membalik lembaran buku, ataupun membawa

    buku kesukaannya.

    b. Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage). Pada tahap ini anak

    mulai memandang dirinya sebagai ‘pembaca’ dimana terlihat keterlibatan anak

    dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku, memaknai gambar

    berdasarkan, pengalaman yang diperoleh sebelumnya, dan menggunakan

    bahasa baku yang tidak sesuai dengan tulisan.

    c. Tahap membaca gambar (Bridging Reading Stage). Pada tahap ini pada diri

    anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata

    yang pernah ditemuinya sebelumnya, dapat mengungkapkan kata-kata yang

    bermakna dan berhubungan dengan dirinya, sudah mengenal tulisan kata-kata

    puisi, lagu, dan sudah mengenal abjad.

  • 36

    d. Tahap pengenalan bacaan (Take off Reader Stage). Anak mulai menggunakan

    tiga sistem isyarat (graphoponik, semantic, dan sintaksis). Anak mulai tertarik

    pada bacaan, dapat mengingat tulisan dan konteks tertentu, berusaha mengenal

    tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda seperti pada papan

    iklan, kotak susu, pasta gigi, dan lainnya.

    e. Tahap membaca lancar (Independent Reader Stage). Pada tahap ini anak dapat

    membaca berbagai jenis buku.

    Morrisson (2012: 260) menyatakan bahwa kemampuan baca tulis berarti

    kemampuan untuk membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan. Para ahli

    memandang kemampuan baca-tulis sebagai proses yang dimulai pada saat lahir

    (mungkin sebelumnya) dan terus berkembang selama hidup, selama masa sekolah.

    Proses menjadi mampu membaca dan menulis juga dipandang sebagai proses

    alami, membaca dan menulis adalah proses yang diikuti anak secara alami, jauh

    sebelum mereka bersekolah. Tidak mengherankan jika Anda telah bekerja dengan

    atau mengenal balita dan murid prasekolah yang mengenal tulisan. Mereka

    “membaca” semua jenis tulisan dilingkungan sekitar seperti papan tanda (rumah

    sakit daerah), label (selamat jalan), dan menu dan simbol-simbol lain

    dilingkungan mereka.

    Suyanto (2005:162) mengatakan bahwa kemampuan membaca dan

    menulis secara bermakna sebagai kebutuhan untuk memahami lingkungannya

    disebut dengan Literasi. Nigel Hall dalam Suyanto (2005:162) mengatakan bahwa

    kemampuan membaca bukan dimulai sejak TK tetapi jauh sebelum anak masuk

  • 37

    TK. Menurutnya anak sudah berlatih membaca dan menulis (literasi) sejak kecil

    dari lingkungannya.

    Terdapat beberapa tahap dalam proses belajar membaca. Initial reading

    (membaca permulaan) merupakan tahap kedua dalam membaca menurut

    Merce (Abdurrahman, 2002:201). Membaca secara teknis juga mengandung

    makna bahwa dalam tahap ini anak belajar mengenal fonem dan

    menggabungkan (blending) fonem menjadi suku kata atau kata (Mar’at,

    2005:80). Kemampuan membaca ini berbeda dengan kemampuan membaca

    secara formal (membaca pemahaman), di mana seseorang telah memahami

    makna suatu bacaan. Tidak ada rentang usia yang mendasari pembagian

    tahapan dalam proses membaca, karena hal ini tergantung pada tugas – tugas

    yang harus dikuasai pembaca pada tahapan tertentu.

    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

    Nomer 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini

    mencantumkan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak yaitu kriteria

    tentang kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek perkembangan dan

    pertumbuhan, mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif,

    bahasa, sosial emosional serta seni.

  • 38

    Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Bahasa

    Anak Usia 4-6 Tahun

    Lingkup

    Perkembangan

    Tingkat Pencapaian Perkembangan

    Usia 4-5 tahun Usia 5-6 tahun

    Bahasa

    Memahami

    Bahasa

    1. Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau

    bahasa lainnya)

    2. Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan

    3. Memahami cerita yang dibacakan

    4. Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat

    (nakal,pelit,baik,berani,jele

    k,dsb)

    5. Mendengar dan membedakan bunyi-

    bunyian dalam Bahasa

    Indonesia (contoh bunyi

    dan ucapan harus sama)

    1. Mengerti beberapa perintah secara

    bersamaan

    2. Mengulang kalimat yang lebih kompleks

    3. Memahami aturan dalam suatu permainan

    4. Senang dan menghargai bacaan

    Mengung

    kapkan Bahasa

    1. Mengulang kalimat sederhana

    2. Bertanya dengan kalimat yang benar

    3. Menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan

    4. Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat

    5. Menyebutkan kata-kata yang dikenal

    6. Mengutarakan pendapat kepada orang lain

    7. Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang

    diinginkan atau

    ketidaksetujuan

    8. Menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah

    didengar

    9. Memperkaya perbendaharaan kata

    10. Berpartisipasi dalam percakapan

    1. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks

    2. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki

    bunyi yang sama

    3. Berkomunikasi secara lisan, memiliki

    perbendaharaan kata,

    serta mengenal symbol-

    simbol untuk persiapan

    membaca, menulis dan

    berhitung.

    4. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur

    lengkap

    5. Memiliki lebih banyak kata-kata untuk

    mengekspresikan ide

    pada orang lain

    6. Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang

    telah diperdengarkan

    7. Menunjukan pemahaman konsep-konsep dalam

    buku cerita

  • 39

    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomer

    146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini terdiri dari

    Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.

    Tabel 2.2 Kurikulum 2013 Pendidikan Aak Usia Dini

    Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

    KI-4. Menunjukkan yang diketahui,

    dirasakan, dibutuhkan, dan dipikirkan

    melalui bahasa, musik, gerakan, dan

    karya secara produktif dan kreatif, serta

    mencerminkan perilaku anak berakhlak

    mulia

    4.10. Menunjukkan kemampuan

    berbahasa reseptif (menyimak

    dan membaca)

    4.11. Menunjukkan kemampuan

    berbahasa ekspresif

    (mengungkapkan bahasa

    secara verbal dan non-verbal)

    4.12. Menunjukkan kemampuan

    keaksaraan awal dalam

    berbagai bentuk karya

    2.2.2 Literasi

    2.2.2.1 Definisi Literasi

    Literasi yang dalam bahasa Inggrisnya Literacy berasal dari bahasa Latin

    littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan

    dan konvensi-konvensi yang menyertainya. Kendatipun demikian, literasi

    utamanya berhubungan dengan bahasa dan bagaimana bahasa itu digunakan.

    Lebih lanjut Literasi merupakan kemampuan yang terkait dengan kemampuan

    membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Sependapat yang disampaikan oleh

    Laurie & Whitehead (2004) mengemukakan bahwa literasi anak merupakan

    kemampuan yang berkaitan dengan, membaca, menulis, menyimak dan berbicara.

  • 40

    Secara sederhana, literasi berarti kemampuan membaca dan menulis, atau

    melek aksara (Resmini, 2013). Dalam konteks sekarang, literasi memiliki arti

    yang sangat luas. Literasi dapat berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis,

    dan peka terhadap lingkungan sekitar. Widayati (2011) mendefinisikan literasi

    kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan informasi

    tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga mendatangkan

    manfaat bagi masyarakat. Lebih jauh, seorang baru dapat dikatakan literat jika ia

    sudah dapat memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu

    berdasarkan pemahaman bacaannya.

    Menurut Justice dan Kaderavek (2002) mengatakan bahwa periode literasi

    anak mulai dari lahir sampai dengan usia enam tahun. Pada periode tersebut anak-

    anak memperoleh pengetahuan tentang membaca dan menulis tidak melalui

    pengajaran, tetapi melalui perilaku yang sederhana dengan mengamati dan

    berpartisipasi pada aktivitas yang berkaitan dengan literasi. Pengajaran formal

    tidak selalu diperlukan untuk mengembangkan literasi emergen. Dengan

    mengamati orang yang melakukan aktivitas literasi dan berpartisipasi dengan

    aktivitas tersebut maka anak akan memperoleh kemampuan yang merupakan

    prasyarat penting untuk mengembangkan membaca konvensional.

    Berkenaan dengan ini Kern (2000) mendefinisikan istilah literasi secara

    komprehensif sebagai berikut:

  • 41

    Literacy is the use of socially-, and historically-, and culturally- situated

    practices of creating and interpreting meaning through texts. It entails at

    least a tacit awareness of the relationships between textual conventions

    and their context of use and, ideally, the ability to reflect critically on

    those relationships. Because it is purpose-sensitive, literacy is dynamic -

    not static - and variable across and within discourse communities and

    cultures. It draws on a wide range of cognitive abilities, on knowledge of

    written and spoken language, on knowledge of genres, and on cultural

    knowledge.

    Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah dipaparkan maka dapat

    disimpulkan bawah kegiatan literasi merupakan kegiatan yang dilakukan agar

    masyarakat memiliki kemampuan dalam menggunakan informasi tertulis maupun

    informasi cetak. Sehingga masyarakat mampu mengembangkan pengetahuan,

    sehingga mendatangkan manfaat. Sedangkan kegiatan literasi untuk anak usia dini

    yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kegiatan yang dilakukan agar

    anak usia dini memiliki kemampuan untuk memahami informasi sehingga anak

    memiliki keterampilan berbahasa reseptif.

    2.2.2.2 Prinsip Pembelajaran Literasi Pada AUD

    Menurut Kern (2000) Terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi

    diantarannya yaitu: Pertama; Literasi melibatkan interpretasi; Penulis/pembicara

    dan pembaca/pendengar berpartisipasi dalam tindak interpretasi, yakni:

    penulis/pembicara menginterpretasikan dunia (peristiwa, pengalaman, gagasan,

    perasaan, dan lain-lain), dan pembaca/pendengar kemudian mengiterpretasikan

    interpretasi penulis/pembicara dalam bentuk konsepsinya sendiri tentang dunia.

    Kedua; Literasi melibatkan kolaborasi; Terdapat kerjasama antara dua

    pihak yakni penulis/pembicara dan pembaca/pendengar. Kerjasama yang

  • 42

    dimaksud itu dalam upaya mencapai suatu pemahaman bersama.

    Penulis/pembicara memutuskan apa yang harus ditulis/dikatakan atau yang tidak

    perlu ditulis/dikatakan berdasarkan pemahaman mereka terhadap

    pembaca/pendengarnya. Sementara pembaca/pendengar mencurahkan motivasi,

    pengetahuan, dan pengalaman mereka agar dapat membuat teks penulis bermakna.

    Ketiga; Literasi melibatkan konvensi; Orang-orang membaca dan menulis

    atau menyimak dan berbicara itu ditentukan oleh konvensi/kesepakatan kultural

    (tidak universal) yang berkembang melalui penggunaan dan dimodifikasi untuk

    tujuan-tujuan individual. Konvensi disini mencakup aturan-aturan bahasa baik

    lisan maupun tertulis.

    Keempat; Literasi melibatkan pengetahuan kultural; Membaca dan

    menulis atau menyimak dan berbicara berfungsi dalam sistem- sistem sikap,

    keyakinan, kebiasaan, cita-cita, dan nilai tertentu. Sehingga orang- orang yang

    berada di luar suatu sistem budaya itu rentan/beresiko salah/keliru dipahami oleh

    orang-orang yang berada dalam sistem budaya tersebut.

    Kelima; Literasi melibatkan pemecahan masalah; Karena kata-kata selalu

    melekat pada konteks linguistik dan situasi yang melingkupinya, maka tindak

    menyimak, berbicara, membaca, dan menulis itu melibatkan upaya

    membayangkan hubungan-hubungan di antara kata-kata, frase- frase, kalimat-

    kalimat, unit-unit makna, teks-teks, dan dunia-dunia. Upaya membayangkan,

    memikirkan, mempertimbangkan ini merupakan suatu bentuk pemecahan

    masalah.

  • 43

    Keenam; Literasi melibatkan refleksi dan refleksi diri; Pembaca/pendengar

    dan penulis/pembicara memikirkan bahasa dan hubungan- hubungannya dengan

    dunia dan diri mereka sendiri. Setelah mereka berada dalam situasi komunikasi

    mereka memikirkan apa yang telah mereka katakan, bagaimana mengatakannya,

    dan mengapa mengatakan hal tersebut.

    Ketujuh; Literasi melibatkan penggunaan bahasa; Literasi tidaklah sebatas

    pada sistem-sistem bahasa (lisan/tertulis) melaikan mensyaratkan pengetahuan

    tentang bagaimana bahasa itu digunakan baik dalam konteks lisan maupun tertulis

    untuk menciptakan sebuah wacana/diskurs.

    2.2.2.3 Indikator Kegiatan Literasi

    Literasi perlu dikembangkan karena literasi atau keaksaraan merupakan

    modal dasar bagi anak untuk dapat belajar dan memperoleh pengetahuan terutama

    pada saat anak mulai memasuki usia sekolah. Affrida (2018) menyatakan bahwa

    terdapat empat indikator kegiatan literasi antara lain kemampuan menyimak,

    kemampuan menulis, kemampuan berbicara, dan kemampuan membaca.

    Sedangkan menurut Lawalata dan Sholeh (2019) indikator kegiatan literasi

    meliputi pembiasaan, pengembangan minat, dan pelaksanaan. Pola kegiatan

    literasi di sekolah ditinjau dari 3 hal, yaitu (1) pola strategi dan pelaksanaan

    kegiatan literasi, (2) sumber buku dan lingkungan literasi, dan (3) kerja sama

    kegiatan literasi (Suyono, Harsiati, & Wulandari, 2017).

    Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh ahli, dapat

    disimpulkan bahwa indikator kegiatan literasi dalam penelitian ini merujuk pada

  • 44

    pendapat Affrida (2018) yaitu kemampuan menyimak, kemampuan menulis,

    kemampuan berbicara, dan kemampuan membaca.

    2.2.3 Read Aloud

    2.2.3.1 Definisi Read Aloud

    Read Aloud atau membaca nyaring merupakan bentuk kegiatan membaca

    suatu teks dengan keras yang dapat membantu memfokuskan perhatian secara

    mental menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merancang diskusi. Kegiatan ini

    mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat membuat kelompok

    yang kohesif. Read Aloud adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan

    alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau

    pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan

    seseorang pengarang (Taringan 2008: 23). Read Aloud merupakan kegiatan yang

    dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menyimak (Lestari,

    2018). Reading aloud diperlukan untuk semua siswa karena membantu siswa

    memahami suatu bacaan dan mengingat secara terus-menerus pengungkapan kata-

    kata, mengenali kata-kata baru yang pada konteks lain (Ustianingsih, Riwayanti,

    & Malang, 2016). Jadi, Read Aloud