PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP...

30
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PERILAKU PEGAWAI PADA KANTOR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI Oleh : YANTI KUSUMAWATI 1. PEMBIMBING UTAMA : WAHJOE PANGESTOETI 2. PEMBIMBING KEDUA : DIAN PRIMA SAFITRI JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015

Transcript of PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP...

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP

PERILAKU PEGAWAI PADA KANTOR BADAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2015

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

YANTI KUSUMAWATI

1. PEMBIMBING UTAMA : WAHJOE PANGESTOETI

2. PEMBIMBING KEDUA : DIAN PRIMA SAFITRI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2015

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa

yang disebut dibawah ini :

Nama : YANTI KUSUMAWATI

NIM : 100563201129

Jurusan/Prodi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Alamat : JL. SATRIA KP. KARANG REJO RT 02/ RW 08

Gg. SATRIA 10

No. Telp/Hp : 082390498192

Email : [email protected]

Judul Naskah : PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL

TERHADAP PERILAKU PEGAWAI PADA KANTOR

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH (BAPPEDA) KOTA TANJUNGPINANG

TAHUN 2015

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah

ilmiah dan untuk dapat diterbitkan.

Tanjungpinang, Agustus 2015

Yang Menyatakan,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Wahjoe Pangestoeti, M.Si DIAN PRIMA SAFITRI, M.AP. NIDN. 0713097001 NIDN. 1001068503

1

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PERILAKU PEGAWAI PADA KANTOR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH (BAPPEDA) KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2015

YANTI KUSUMAWATI Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, FISIP, UMRAH,

[email protected]

ABSTRAK

Dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan adakalanya perilaku pegawai terpengaruh dengan gangguan-gangguan yang ada di lapangan . Dalam hal ini kecerdasan emosional sangatlah mempengaruhi perilaku seorang khususnya dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan sehingga peneliti merasa perlu untuk meneliti mengenaipengaruh kecerdasan emosional terhadap perilaku pegawai yang berlokasi penelitian di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Tanjungpinang dikarenakan badan ini adalah bagian dari pemerintahan daerah yang merencanakan kegiatan dan pekerjaan dinas-dinas yang ada di pemerintahan Kota Tanjungpinang. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah asosiatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data-data yang diperoleh dari proses wawancara, kuesioner dan pengamatan yang dilakukan di lapangan. Sedangkan teknik analisa yang digunakan adalah asosiatif kuantitatif.Philip Carter (2010 : 1) bahwa “Orang yang memilki soft competency sering disebut memilki kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence yang sering diukur sebagai Emotional Intelligent Quotient (EQ), adalah kemampuan menyadari emosi diri sendiri dan emosi orang lain dan teori Indikator dari perilaku individu atau perilaku pegawai menurut Sopiah (2008: 23) yang mengatakan bahwa : “Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh : effort (usaha), ability (kemampuan), dan situasi lingkungan”. Hasil penelitian yang diperoleh adalah Variabel Kecerdasan Emosional pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Tanjungpinang berada pada kategori sangat baik berada pada posisi cukup tinggi yaitu dengan persentase sebesar (55,55%) dengan total responden sebanyak 30 orang sedangkan Variabel Perilaku Pegawai berada pada katagori baik pada posisi tinggi yaitu dengan persentase sebesar (90,74%) dengan total responden sebanyak 49 orang. Kemudian hubungan kecerdasan emosional terhadap perilaku pegawai pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Tanjungpinang yaitu terjadi hubungan yang kuat berada pada rentang 0,60 - 0,799. Sedangkan arah hubungan positif karena nilai r positif, artinya kecerdasan emosional tinggi maka perilaku pegawai akan baik, begitu pula sebaliknya. Kata Kunci : Kecerdasan, Emosional, Perilaku, Pegawai

2

HUBUNGAN KOMPENSASI DENGAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA DI DESA TOAPAYA SELATAN KECAMATAN TOAPAYA

KABUPATEN BINTAN

YANTI KUSUMAWATI Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, FISIP, UMRAH,

[email protected]

A B S T R A C T

In carrying out the tasks given by the supervisor sometimes the behavior of employees affected by the disturbances that exist di work places .on this emotional intelligence is affecting the behavior of a particular job in carrying out. So, researchers feel the need to examine the effects of emotional intelligence on the behavior of employees research located in regional Development Planning Board ( Bappeda ) Tanjungpinang because this entity is part of a regional government agencies to plan activities and work in government offices Tanjungpinang The research method I use is associative , ie research that produced the data the data obtained from the interviews , questionnaires and observations made in the field . While the analysis technique used is quantitative associative . Philip Carter (2010 : 1 ) that " Persons with a soft competency often referred to have the emotional intelligence or Emotional Intelligence is often measured as an Emotional Intelligent Quotient ( EQ ) , is the ability to be aware of the emotions themselves and other people's emotions and theories indicator of an individual's behavior or employee behavior according Sopiah (2008 : 23 ), which says that : " the behavior of individuals can be influenced by : the effort ( effort ) , ability ( ability ) , and environmental situation " The results obtained are variable EQ employees of Regional Development Planning Board ( Bappeda ) Tanjungpinang is the category of very well be in a position quite tinngi ie with a percentage of ( 55.55 % ) with a total of 30 people whereas respondents Variable Behavior Employees are at category either in high positions , namely with percentage ( 90.74 % ) with respondents as many as 49 people total . Then the relationship of emotional intelligence on the behavior of employees in Regional Development Planning Board ( Bappeda ) Tanjungpinang which occurred a strong relationship in the range 0.60 to 0.799 . While the direction of a positive relationship because the value of r is positive , meaning that the high emotional intelligence will be a good employee behavior , and vice versa . Keywords : Emotional, Intelligence , Employee, Behavior

3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecerdasan merupakan salah

satu anugerah besar dari Allah SWT

kepada manusia dan menjadikannya

sebagai salah satu kelebihan manusia

dibandingkan dengan makhluk

lainnya. Manusia dengan

kecerdasannya dapat terus menerus

mempertahankan dan meningkatkan

kualitas hidupnya yang semakin

menunjukan ke jenjang lebih baik.

Selama ini, kata “kecerdasan”

senantiasa dikonotasikan dengan

kecerdasan intelektual atau yang

lazim dikenal sebagai Intelligence

Quotient (IQ) saja. Anggapan bahwa

kecerdasan manusia hanya ada

padadimensi intelektual saja. Namun

sudah tidak berlaku lagi pada zaman

sekarang ini. Selain IQ, manusia juga

masih memilikidimensi kecerdasan

lainnya, diantaranya yaitu:

kecerdasan emosional atau

Emotional Quotient (EQ) dan

kecerdasan spiritual atau Spiritual

Quotient (SQ) Memasuki abad ke-

21, legenda IQ sebagai satu-satunya

tolak ukur kecerdasan yang juga

sering dijadikan parameter

keberhasilan manusia, digugurkan

oleh munculnya konsep EQ dan SQ.

Kecerdasan emosional adalah

kecerdasan yang berada di dalam

bagian diri yang berhubungan

dengan rasa bijak dan

tanggungjawab yang berasal dari luar

ego atau pikiran sadar. Lain halnya

dengan kecerdasan spiritual,

kecerdasan spiritual merupakan

kesadaran yang dengannya kita tidak

hanya mengakui nilai-nilai yang ada,

tetapi kita juga secara kreatif

menemukan nilai-nilai baru. Secara

harfiah, kecerdasan spiritual

beroperasi dari pusat otak, yaitu dari

fungsi-fungsi penyatu otak.

Kecerdasan spiritual

mengintegrasikan semua kecerdasan

kita. Kecerdasan spiritual

menjadikan kita makhluk yang

benar-benar utuh secara intelektual,

emosional, dan spiritual. Seseorang

yang memiliki kecerdasan emosional

yang tinggi akan mampu

mengendalikan emosinya sehingga

dapat menghasilkan optimalisasi

pada fungsi kerjanya (RM dan Aziza,

2006).

Dari teori ini dapat

disimpulkan bahwa seseorang yang

4

memiliki kecerdasan emosional yang

baik akan mampu untuk

mengendalikan diri secara emosi,

dapat berfikir jernih dan kreatif,

mampu mengelola beragam situasi

dan kepercayaan, empati dan penuh

percaya diri untuk menjalakan tugas

dan kebijakan yang dibuat di instansi

pemerintahannya.

Hal tersebut akan

berpengaruh pada hasil terhadap

suatu perilaku para pegawai dalam

melaksanakan pekerjaan, yang

mungkin akan membuat

penyimpangan-penyimpangan,

kecurangan dan manipulasi kerja

terhadap tugas yang diberikan,

karena perilaku merupakan fondasi

peradaban modern yang mengaris

bawahi keberhasilan berfungsinya.

Pembaharuan disegala aspek

hendaknya bukanlaah hambatan bagi

organisasi untuk mencapai

tujuannya. Untuk itu diperlukan

anggota organisasi penggerak yang

memiliki kemampuan yang berbeda-

beda dalam bekerja dimana dapat

menghasilkan (barang dan jasa)

yang berkualitas. Manusia

merupakan sumber utama bagi

organisasi, yang tidak bisa

digantikan oleh teknologi apapun.

Bagaimanapun baiknya organisasi

tersebut memiliki segala

kelengkapan sarana dan fasilitas

sebagai pendukung kerja, namun

semua itu tidak akan mungkin

memiliki arti tanpa adanya manusia

yang mengatur, menggunakan, dan

memeliharanya.

Dalam dunia kerja yang

semakin kompetitif, kemampuan

seseorang menangani beban kerja,

stress, interaksi sosial pengendalian

diri menjadi kunci penting dalam

keberhasilan. Seseorang yang sukses

dalam pekerjaan biasanya adalah

orang yang mampu mengelola diri

sendiri, memotivasi dirinya sendiri

dan orang lain. Secara sosial

memiliki kemampuan dalam

berinteraksi secara positif dan saling

membangun satu sama lain. Dengan

cara ini, orang tersebut akan mampu

berpretasi baik sebagai individu

maupun tim.

Organisasi akan tetap eksis

bila didukung oleh pegawai yang

loyal dan berkomitmen tinggi

kepada organisasi. Loyalitas dan

berkomitmen akan ditunjukan dalam

kecerdasan emosional yang

5

seimbang dan perilaku individu dari

masing-masing pegawai. Kesuksesan

yang baik ditentukan oleh

kecerdasan emosional yang tidak

hanya bertumpu pada intelektual

saja, melainkan cara berperilaku

yang baik terhadap sesama.

Setiap organisasi sangat

membutuhkan kecerdasan emosional

agar mampu mendayagunakan

sumber dayanya (SDM) secara

optimal dalam mencapai kinerja

sehingga mampu mendudukkan

Organisasi pada posisi yang

lebih kuat dibandingkan dengan

kompetensi yang dimiliki organisasi-

organisasi lainnya. Sebagaimana

hasil penelitian Pengertian

kecerdasan emosional sebagaimana

yang dikemukakan oleh Philip Carter

(2010 : 1) bahwa “Orang yang

memilki soft competency sering

disebut memilki kecerdasan

emosional atau Emotional

Intelligence yang sering diukur

sebagai Emotional Intelligent

Quotient (EQ), adalah kemampuan

menyadari emosi diri sendiri dan

emosi orang lain. Menurut Philip

Carter ada dua aspek utama EQ

adalah :

1. Memahami diri anda, tujuan,

cita–cita, respon, dan perilaku

anda.

2. Memahami orang lain dan

perasaan mereka”.

Dengan demikian konsep

kecerdasan emosi berarti memilki

kesadaran diri yang memungkinkan

anda untuk mengenali perasaan -

perasaan dan mengelola emosi anda

sendiri, dan itu melibatkan motivasi

diri dan mampu untuk fokus pada

sebuah tujuan dari pada menuntut

pemenuhan segera. Seseorang

dengan EQ yang tinggi juga mampu

untuk memahami perasaan orang lain

dalam menangani hubungan.

Secara umum istilah

kepribadian merujuk pada pola

pemikiran, perasaan dan perilaku

yang unik dalam masing - masing

kita, dan itulah karakteristik yang

membedakan kita dari orang lain.

Jadi kepribadian kita

menyiratkan prediski bagaimana kita

dan cenderung bertindak atau

bereaksi dibawah keadaan yang

berbeda beda, walaupun pada

kenyataannya tidak ada yang

6

sesederhana itu dan reaksi kita

terhadap situasi tidak dapat

diprediski sepenuhnya.

Organisasi yang juga sangat

erat kaitannya dengan perilaku yang

merupakan fungsi dari interaksi antar

individu dengan lingkungannya.

Umumnya manusia berperilaku

Karena didorong oleh serangkaian

kebutuhan. Dengan kebutuhan

tersebut dimaksudkan pada beberapa

pernyataan didalam diri seseorang

(internal state) yang menyebabkan

seseorang itu berbuat untuk

pencapaiannya sebagai suatu objek

atau hasil. Kebutuhan seseorang

berbeda yang mana dapat dipenuhi

lewat perilakunya masing-masing.

Jika ditempatkan dalam situasi yang

sama, setiap orang tidak akan

bertindak yang sama. Meski

demikian terdapat konsistensi-

konsitensi tertentu yang mendasari

perilaku dari setiap orang yang

diidentifikasikan dan kemudian

dimodifikasikan untuk

mencerminkan perbedaan individu

tersebut.

Seperti dikemukan oleh

Thoha (2007:37) yang mengatakan

bahwa “kemampuan seseorang dapat

membedakan perilakunya. Dan

karena perbedaan kemampuannya ini

maka dapat kiranya dipergunakan

untuk memprediksi pelaksanaan dan

hasil kerja seseorang yang bekerja

sama di dalam suatu organisasi

tertentu”. Jika kita berhasil

memahami sifat-sifat menusia dari

sudut ini, maka kita akan paham pula

mengapa seseorang berperilaku yang

berbeda dengan yang lain didalam

melaksanakan suatu kerja yang sama.

Dari pendapat di atas dapat

dipahami bahwa perilaku seseorang

ditentukan oleh banyak faktor.

Adakalanya perilaku seseorang

dipengaruhi oleh kemampuannya,

adapula karena kebutuhannya dan

ada juga yang karena dipengaruhi

oleh penghargaan dan

lingkungannya. Oleh karena

banyaknya faktor yang

mempengaruhi perilaku manusia,

maka seringkali suatu organisasi

akan menghadapi kesulitan didalam

menciptakan suatu keadaan yang

memimpin kearah tercapainya

efektivitas pelaksana kerja.

Pada penjelasan-penjelasan

diatas penulis menambahkan bahwa

dalam mengelola organisasi harus

7

mengetahui terdahulu bagaimana

perilaku individu yang ada di dalam

organisasi tersebut, yang dalam

perkembangannya ilmu perilaku

organisasional tidak berdiri sendiri,

tetapi dapat dipengaruhi oleh

beberapa disiplin ilmu yang lain,

seperti ilmu politik, sejarah,

sosiologi dan psikologi, sehingga

kecerdesan emosional dapat

diseimbangkan dengan perilaku yang

dilaksanakan dalam bekerja disebuah

organisasi.

Dalam penelitian pengaruh

kecerdasan emosional, perlu kiranya

untuk melihat hasil-hasil penelitian

terdahulu seperti penelitian Maryan

Kuswandi (2012) dengan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan

Emosional Terhadap Kinerja

Karyawan Pada Kantor Kementerian

Agama Kabupaten Karawang”

(http://jurnal.feunsika.ac.id)

menerangkan bahwa manajemen

sumber daya manusia adalah

pendayagunaan, pengembangan,

penilaian, pemberian balas jasa dan

pengelolaan individu anggota

organisasi atau kelompok karyawan.

Metode analisis yang

digunakan dalam penelitian di atas

adalah analisis verifikatif dan

analisis korelasi dengan kesimpulan

sebagai berikut Kecerdasan

emosional karyawan rata-rata

karyawan menjawab baik, yang

dipengaruhi oleh kekuatan karakter,

sikap, ketegasan, optimis,

keberanian, kesabaran, percaya diri,

faktor sukses, kecerdasan sosial dan

yang lainnya, Kinerja karyawan rata-

rata karyawan menjawab baik, yang

dipengaruhi oleh watak, motif,

bawaan, pengetahuan, kemampuan,

integritas, perencanaan dan

pengembangan dan lainnya.

Penelitian terdahulu

selanjutnya dalam Deny Priyana

(2013)http://lppm.universitasazzahra

.ac.id dengan judul “Kecerdasan

Emosional Dalam Meningkatkan

Kinerja Karyawan Pada Universitas

Azzahra” yang menyatakan bahwa

salah satu faktor penting yang layak

memperoleh prioritas bagi segenap

karyawan adalah kemampuan

memotivasi diri sendiri, mengatasi

frustasi, mengontrol desakan hati,

mengatur suasana hati, berempati

dan kemampuan kerjasama. Dari

penelitian ini bahwa karyawan pada

Universitas Azzahra tergolong baik,

8

hal ini yang membuat kecerdasan

emosional memberikan pengaruh

positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan dengan indikasi

koefisien korelasi sebesar 0,49

koefisien determinasi sebesar 0,24

sehingga ini dapat menunjukkan

bahwa semakin baik kecerdasan

emosional karyawan akan

berimplikasi pada meningkatnya

kinerja karyawan, dan sebaliknya

semakin buruk kecerdasan emosional

karyawan, akan berakibat pada

menurunnya kinerja kayawan.

Kantor Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Kota Tanjungpinang merupakan

organisasi pemerintahan yang

bertugas mensukseskan

pembangunan pada Kota

Tanjungpinang yang didirikan

berdasarkan Peraturan Daerah

(Perda) Kota Tanjungpinang Nomor

14 tahun 2009 tentang organisasi dan

tata kerja lembaga teknis Daerah

Kota Tanjungpinang pada “Bagian

kedua” Pasal 9 tentang perencanaan

pembangunan. Yang bertujuan untuk

melaksanakan perencanaan dalam

pembangunan daerah yang lebih

maju dan tepat guna bagi

masyarakat.

Berdasarkan pengamatan

penulis, ada beberapa fenomena

masalah menyangkut lemah

kecerdasan emosional dan perilaku

pegawai pada Kantor Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota Tanjungpinang

antara lain yaitu lemah tersebut

ditandai dengan masih kurangnya

memiliki rasa kekompakan dan

keakraban antar pegawainya, mudah

marah ketika menghadapi masalah

atau ditegur atasan, dan lain-lain

perilaku yang sejenis dan masih

adanya perilaku kurang baik dalam

melaksanakan tugas dan fungsi yang

dilakukan seperti menunda pekerjaan

sesuai ketetapatan waktu yang

seharusnya dilaksanakan (sumber :

hasil observasi lapangan 12 febuari

2015) .

Sesuai dengan masalah yang

tertera pada paragraph di atas penulis

tertarik mengkaji lebih lanjut tentang

pengaruh kecerdasan emosional

terhadap perilaku dalam berkerja

pegawai. Oleh karena itu, penulis

mengambil judul pada penelitian

yaitu : “PENGARUH

9

KECERDASAN EMOSIONAL

TERHADAP PERILAKU

PEGAWAI PADA KANTOR

BADAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH

(BAPPEDA) KOTA

TANJUNGPINANG TAHUN

2015”.

A. Perumusan Masalah

Fokus penelitian ini adalah

tentang pengaruh kecerdasan

emosional terhadap perilaku

pegawai. Lebih jauh lagi, peneliti

ingin mengetahui tentang perilaku

yang diterapkan oleh pegawai Kantor

Badan Perencaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang yang digerakkan dari

kecerdasan emosional yang dimiliki

masing-masing pegawai.

Kecerdasan emosional

merupakan suatu kemauan seseorang

untuk melakukan bentuk kegiatan

positif yang bermanfaat bagi diri

sendiri maupun orang lain, mampu

mengatasi suasana hati agar berhasil

dari berbagai macam tekanan

lingkungan. Hal inilah yang

memainkan peranan penting dalam

pelaksanaan pekerjaan untuk

mencapai suatu tujuan yang

diinginkan.

Sedangkan perilaku

merupakan suatu kemampuan yang

diarahkan dalam bentuk tindakan

atau tingkah laku positif yang

menentukan seseorang kearah tujuan

yang ingin dicapai dengan usaha

serta dapat beradaptasi dengan

lingkungan sekitarnya dan mampu

menghadapi berbagai macam situasi.

Kecerdasan emosional

pegawai berhubungan erat dengan

perilaku, karena dengan adanya

kecerdasan emosional maka

seseorang memiliki kemauan untuk

melakukan hal-hal yang positif, tidak

hanya menjaga dan mengelola

perasaan diri sendiri, tetapi juga

perasaan orang lain dan tentunya

akan berakibat pada suatu perilaku

atau tindakan yang dihasilkan untuk

menuntun pegawai tersebut kearah

pelayanan yang efektif dan efesien.

Seseorang yang memiliki kecerdasan

emosional yang tinggi maka perilaku

yang dihasilkan juga akan baik bagi

orang lain maupun lingkungan

didalam organisasi.

Pegawai memiliki posisi dan

peranan yang penting dalam

10

pencapaian tujuan organisasi serta

dalam mewujudkan pembangunan

daerah Kota Tanjungpinang agar

dapat dinikmati masyarakat yang

lebih bermanfaat dan tepat guna. Hal

ini tentu saja mensyaratkan agar

setiap pegawai harus mempunyai

kemampuan kerja yang tinggi baik

secara intelektual maupun fisik,

terampil memiliki kualitas, sikap

serta perilaku yang baik dan

kemampuan untuk melaksanakan visi

dan misi, menyelenggarakan tugas-

tugas dan fungsi organisasi serta

menjalankan semua aktivitas

operasional organisasi yang menjadi

tanggung jawab bersama. Semua ini

ditujukan agar pegawai dapat

memberikan hasil kerja yang

maksimal bagi pembangunan daerah.

Dalam hal ini Kantor Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota Tanjungpinang

sebagai organisasi yang

meningkatkan koordinasi

perencanaan dan pengendalian

pembangunan Kota Tanjungpinang

secara efektif dan optimal, baik dari

pengelolaan emosional dalam

mengerjakan tugas ataupun

kerjasama terhadap sesama pegawai

maupun tindak tanduk atau perilaku

yang dihasilkan dalam pelaksanaan

pekerjaan, berdasarkan uraian

tersebut, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana kecerdasan

emosional pegawai pada

Kantor BadanPerencanaan

Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang?

2. Bagaimana perilaku pegawai

pada Kantor Badan

Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang ?

3. Bagaimana pengaruh

kecerdasan emosional

terhadap perilaku pegawai

pada Kantor Badan

Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang ?

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang ingin

dicapai pada penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui

kecerdasan emosional

11

pegawai pada Kantor

Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang.

b. Untuk mengetahui

perilaku pegawai pada

Kantor Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang.

c. Untuk mengetahui

pengaruh kecerdasan

emosional terhadap

perilaku pegawai pada

Kantor Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan akademik, hasil

penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan sebagai

bahan perbandingan antara

emosi yang telah diberikan

pada masa kuliah dengan

praktik dalam bekerja juga

menambah pengetahuan

serta sumber belajar bagi

pembaca.

b. Kegunaan praktis, hasil

penelitian ini diharapkan

dapat memberikan

masukan bagi Kantor

Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang pada

khususnya dalam upaya

peningkatan kecerdasan

emosional dan perilaku

yang baik bagi pegawai

dalam pelakasanaan tugas.

C. Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini

adalah penelitian Kuantitatif

yang berbentuk assosiatif.

Sebagaimana yang

dikemukakan oleh sugiyono

(2011:36) bahwa “Penelitian

assosiatif suatu permasalahan

penelitian yang bersifat

hubungan antara dua variabel

atau lebih”. Dengan

penelitian ini, maka akan

dapat dibangun suatu teori

yang dapat berfungsi untuk

menjelaskan, meramalkan

dan mengontrol suatu gejala.

12

Penelitian kuantitatif

adalah penelitian ilmiah yang

sistematis terhadap bagian-

bagian dari fenomena serta

hubungan-hubungannya.

Tujuannya yaitu

mengembangkan teori-teori

yang berkaitan dengan

fenomena yang terjadi.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini

berlokasi di Jalan Basuki

Rahmat No 1 Tanjungpinang

Kota Tanjungpinang.Alasan

penulis memilih lokasi

penelitian di Kantor Badan

Perencanaan Pembangunan

Daerah Kota Tanjungpinang,

yaitu :

a. Sepengetahuan

penulis, di Kantor

Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

Kota Tanjungpinang

ini belum ada yang

mengadakan

penelitian yang

menyangkut masalah

kecerdasan emosional

dan perilaku pegawai.

b. Penulis memandang

bahwa masalah tersebut

sangat menarik mengingat

di Kantor Badan

Perencanaan

Pembangunan Daerah

Kota Tanjungpinang

sebagai instansi

pemerintah dalam bentuk

pengembangan kualitas

sumber daya aparaturnya,

yang dalam rangka

peningkatan kinerja

sehingga diperlukan

perilaku pengendalian

emosional yang tinggi

dalam memberikan

kontribusi terhadap

penuyusunan kebijakan

pemerintah daerah dalam

perencanaan dan

pengendalian

pembangunan daerah

yang demokratis,

transparan dan akuntabel

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan

suatu cara pengamatan

dan pencatatan yang

14

sistematis terhadap

gejala-gejala yang

diteliti. Pengamatan yang

dilakukan secara

langsung atau dengan

mengadakan peninjauan

dari dekat ketempat

sumber data. Dalam

memperoleh data melalui

observasi, alat bantu

yang dipergunakan

adalah seluruh alat indera

(pengelihatan,

penciuman, pendengaran,

peraba, dan pengecap)

atau dapat dikatakan

sebagai pengamatan

langsung.

Hal ini diperjelas

menurut Sutrisno Hadi

dalam Sugiyono (2011:

166) yang

mengemukakan bahwa

“Observasi merupakan

suatu proses yang

kompleks, suatu proses

yang tersusun dari

berbagai proses biologis

dan psikologis. Dua

diantara yang terpenting

adalah proses-proses

pengamatan dan

ingatan”.

b. Kuesioner

Menurut Sutrisno Hadi

dalam Sugiyono (2011:

162) yang

mengemukakan bahwa

“Kuesioner (Angket)

merupakan teknik

pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara

memberi seperangkat

pertanyaan atau

pernyataan tertulis

kepada responden untuk

dijawabnya.

a. Wawancara

Yang dimaksud dengan

wawancara menurut

Nazir (1988) adalah

proses memperoleh

keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara

tanya jawab sambil

bertatap muka antara si

penanya atau

pewawancara dengan si

penjawab atau responden

dengan menggunakan

alat yang dinamakan

15

interview guide (panduan

wawancara).

Penulis melakukan

wawancara kepada setiap

informan yang berperan

langsung terhadap data

yang dikumpulkan,

seperti Kepala Bidang

dan kepala Badan

Perencanaan

Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang.

F. Kerangka Teori

1. Kecerdasan Emosional

a. Defenisi

Kecerdasan

Emosional menurut

Philip Carter (2010: 1)

bahwa “Orang yang

memilki soft competency

sering disebut memilki

kecerdasan emosional

atau Emotional

Intelligence yang

sering diukur

sebagai

Emotional Intelligent

Quotient (EQ), adalah

kemampuan menyadari

emosi diri sendiri dan

emosi orang lain.

Menurut Philip Carter

ada dua aspek utama EQ

adalah :

“Memahami diri

anda, tujuan, cita –

cita, respon, dan

perilaku anda dan

Memahami orang

lain dan perasaan

mereka”.

Kecerdasan emosi

tidak hanya berarti

bersikap ramah

melainkan bersikap tegar

walaupun tidak

menyenangkan dan

mengungkapkan

kebenaran yang selama

ini dihindari. Selain itu

kecerdasan emosional

bukan berarti memberi

kebebasankepada

perasaan untuk berkuasa

melainkan mengelola

perasaan

sehinggaterekspresikan

16

secara tetap dan efektif

yang memungkinkan

orang bekerja sama

dengan lancar menuju

sasaran bersama.

Defenisi tersebut

juga diperjelas menurut

Goleman, (2001: 512)

yang mengatakan bahwa

: Kecerdasan emosional

adalah kemampuan

mengenali diri sendiri

dan oranglain,

kemampuan memotivasi

diri sendiri dan

mengelola emosi dengan

baik padadiri sendiri dan

hubungannya dengan

orang lain.

b. Indikator

Adapun Indikator

Kecerdasan Emosional di

jelaskan menurut

Goleman (2003)

membagi kecerdasan

emosional menjadi lima

bagian yaitu tiga

komponen berupa

kompetensi emosional

(pengenalan diri,

pengendalian diri dan

motivasi) dan dua

komponen berrupa

kompetensi sosial

(empati dan keterampilan

sosial). Lima komponen

kecerdasan emosional

tersebut adalah sebagai

berikut:

1.1 Pengenalan Diri (Self

Awareness)

Pengenalan diri

adalah kemampuan

seseorang untuk

mengetahui perasaan

dalam dirinya dan

digunakan untuk

membuat keputusan bagi

diri sendiri, memiliki

tolak ukur yang realistis

atas kemampuan diri dan

memiliki kepercayaan

diri yang kuat. Unsur -

unsur kesadaran diri,

yaitu:

a. Kesadaran emosi

(emosional

awareness)

b. Penilaian diri secara

teliti (accurate self

awareness)

17

c. Percaya diri (self

confidence)

1.2 Pengendalian Diri

(Self Regulation)

Pengendalian diri

adalah kemampuan

menangani emosi diri

sehingga berdampak

positif pada pelaksanaan

tugas, peka terhadap kata

hati, sanggup menunda

kenikmatan sebelum

tercapainya suatu

sasaran, dan mampu

segera pulih dari tekanan

emosi. Unsur – unsur

pengendalian diri, yaitu:

a. Kendali diri (self

control)

b. Sifat dapat

dipercaya

(trustworthiness)

c. Kehati-hatian

(conscientiousness)

d. Adaptabilitas

(adaptability)

e. Inovasi (innovation)

1.3 Motivasi

(Motivation)

Motivasi adalah

kemampuan

menggunakan hasrat agar

setiap saat dapat

membangkitkan

semangat dan tenaga

untuk mencapai keadaan

yang lebih baik, serta

mampu mengambil

inisiatif dan bertindak

secara efektif. Unsur -

unsur motivasi, yaitu :

a. Dorongan prestasi

(achievement drive)

b. Komitmen

(commitment)

c. Inisiatif (initiative)

d. Optimisme

(optimisme)

1.4 Empati (Emphaty)

Empati adalah

kemampuan merasakan

apa yang dirasakan oleh

orang lain. Mampu

memahami perspektif

orang lain dan

menimbulkan hubungan

saling percaya, serta

mampu menyelaraskan

diri dengan berbagai tipe

individu. Unsur - unsur

empati, yaitu:

18

a. Memahami orang lain

(understanding

others)

b. Mengembangkan

orang lain (developing

other)

c. Orientasi pelayanan

(service orientation)

d. Memanfaatkan

keragaman

(leveraging diversity)

e. Kesadaran politis

(political awareness)

1.5 Keterampilan Sosial

(Social Skills)

Keterampilan

sosial adalah kemampuan

menangani emosi dengan

baik ketika berhubungan

dengan orang lain, bisa

mempengaruhi,

memimpin,

bermusyawarah,

menyelasaikan

perselisihan, dan

bekerjasama dalam tim.

Unsur - unsur

ketrampilan sosial, yaitu:

a. Pengaruh (influence)

b. Komunikasi

(communication)

c. Manajemen konflik

(conflict management)

d. Kepemimpinan

(leadership)

e. Katalisator perubahan

(change catalyst)

f. Membangun

hubungan (building

bond)

g. Kolaborasi dan

kooperasi

(collaboration and

cooperation)

h. Kemampuan tim (tim

capabilities)

2. Perilaku Pegawai

a. Defenisi

Definisi perilaku

organisasi diperjelas menurut

pendapat yang dikemukakan

oleh Gibson, Ivancevich,

Donnelly dalam (Gibson;

Ivancevich; Donnelly, 1996:

124) menyatakan “Perilaku

organisasi merupakan bidang

studi yang mencakup teori,

metode, dan prinsip-prinsip dari

berbagai disiplin ilmu guna

mempelajari persepsi individu,

dan tindakan-tindakan saat

bekerja dalam kelompok dan di

19

dalam organisasi secara

keseluruhan, menganalisis akibat

lingkungan eksternal terhadap

organisasi dan sumber dayanya,

misi, sasaran dan strategi”.

Perilaku organisasi

memfokuskan diri kepada

perilaku pegawainya di dalam

organisasi dan seperangkat

prestasi serta variabel mengenai

sikap yang sempit dari para

pegawai. Perilaku organisasi

memandang masalah organisasi

adalah masalah manusia.

Dengan demikian inti dan

determinan studi perilaku

organisasi adalah tentang

manusia.

Dengan berbagai macam

yang mempengaruhi perilaku

individu, maka yang hanya ingin

penulis bahas adalah tentang

pengaruh, karena perilaku

individu dipengaruhi oleh bakat

dan keterampilan yang dimiliki

individu ketika bergabung dalam

suatu organisasi.

Selanjutnya menurut

Nimran (Sopiah; 2008: 13)

mengatakan bahwa : “untuk

dapat memahami perilaku

individu dengan baik, terlebih

dahulu kita harus memahamii

karakteristik yang melekat pada

individu. Adapun karakteristik

yang dimaksud adalah ciri-ciri

biografis, kepribadian, persepsi,

dan sikap”. Pendapat tersebut

dipertegas lagi menurut Sopiah

(2008: 23) yang mengatakan

bahwa : “Perilaku individu dapat

dipengaruhi oleh effort (usaha),

ability (kemampuan), dan situasi

lingkungan”.

Winardi (2004: 199)

menjelaskan mengenai arti

perilaku yang merupakan hasil

riset selama bertahun-tahun,

yang dapat disimpulkan sebagai

berikut :

“(1)Perilaku merupakan

sesuatu yang disebabkan karena

sesuatu hal; (2)Perilaku

ditunjukkan ke arah sasaran

tertentu; (3)Perilaku dapat

diobservasi dan dapat diukur;

(4)Perilaku yang tidak langsung

dapat diobservasi (contoh:

berfikir, mlaksanakan, persepsi)

juga penting dalam rangka

mencapai tujuan-tujuan; dan

(5)Perilaku motivasi”.

20

Teori diatas telah

menjelaskan bahwa sikap

keperibadian berhubungan

langsung antara motivasi dan

persepsi yang juga dapat melalui

pembelajaran. Dari

pembelajaran juga berpengaruh

terhadap kemampuan. Yang

semuanya ini merupakan

variabel kunci dari perilaku

individu. Dengan berbagai

macam variabel yang

mempengaruhi perilaku

individu, maka yang hanya ingin

penulis bahas adalah tentang

kemampuan, karena perilaku

individu dipengaruhi oleh bakat

dan keterampilan yang dimiliki

individu ketika bergabung dalam

suatu organisasi.

Menurut Davies dam

Newstorm (2005:22)

mengemukakan pendapatnya

bahwa “Kecendrungan setiap

model perilaku organisasi itu

secara berturut-turut adalah

kearah manusia yang lebih

intinsik, sikap lebih baik

terhadap kebutuhan pegawai dan

organisasi”.

Dapat dipahami bahwa

seseorang akan berprilaku

tertentu, akan melalui tahapan

yang umum yaitu kognitif,

afektif dan perilaku. Dengan

kata lain, seorang pegawai untuk

berperilaku tertentu akan

didasari oleh suatu pemikiran

(kognitif) untuk meperoleh

sesuatu, dengan keafektifan

seseorang akan mencari

alternatif-alternatif dalam

penyelesaian tugas dengan cepat

dan baik dengan kata lain

berprilaku kemudian

mendapatkan hasilnya menurut

penilaian pimpinan, sehingga

ketika memperoleh alternatif

penyelesaian tugas yang

dianggap tidak tepat, maka ia

akan melakukan suatu perilaku

tertentu untuk mewujudkan

keinginan tadi.

b. Indikator

Indikator dari perilaku

individu atau perilaku pegawai

menurut Sopiah (2008: 23) yang

mengatakan bahwa : “Perilaku

individu dapat dipengaruhi oleh

: effort (usaha), ability

21

(kemampuan), dan situasi

lingkungan”.

3. Pengaruh Kecerdasan

Emosional terhadap

Perilaku Pegawai

Dalam bekerja, kecerdasan

emosional bisa efektif secara

organisasi, mungkin terdapat efek

terhadap pegawai. Mengendalikan

emosi merupakan hal yang sangat

memancing stress dan itu akan

berpengaruh pada perilaku yang

dihasilkan. Mengendalikan emosi

memerlukan waktu, usaha, dan

energi. Seseorang yang memiliki IQ

yang tinggi jika tidak bias

mengendalikan emosinya maka akan

berdampak buruk bagi tindakan dan

perilaku yang dihasilkan

Individu berbeda-beda dalam

kemampuan mereka untuk

memproses informasi bersifat

emosional dan dalam kemampuan

mereka untuk secara emosional pada

pengolahan kekognisi yang lebih

luas. Kemampuan ini terlihat untuk

memanifestasikan dirinya dalam

perilaku adaptif tertentu. Menurut

pendapat Anwar Mangkunegara

(2005:49) mengatakan bahwa :

“mengolah diri dan berperilaku

positif dalam mencapai kecerdasan

emosional yaitu dengan cara :

a. Memahami tentang

pentingnya peran

emosi;

b. Mengekspresikan

kenyataan bahwa tidak

seorang pun memiliki

perasaan yang sama

tentang persoalan

serupa;

c. Mengendalikan emosi

dan bukan mengekang

emosi;

d. Mempertajam intuisi

pemecahan masalah;

e. Mengetahui

keterbatasan diri sendiri

dan tahu kapan perlu

mengubah strategi diri;

f. Memungkinkan orang

lain untuk menjadi

dirinya sendiri tanpa

memaksakan harapan

kita kepadanya;

g. Menghargai potensi diri

dan bekerja keras;

h. Membina perhatian dan

kasih sayang dan

berbagi rasa

22

i. Bersikap terbuka tetapi

tidak kehilangan

orientasi”.

Hal tersebut harus dimiliki

oleh seseorang dalam berhadapan

langsung dengan orang lain, dapat

mengendalikan emosinya untuk

melakukan tindakan-tindakan yang

positif terhadap suatu tujuan yang

ingin dicapai.

Berdasarkan teori-teori

diatas, penulis berhipotesa bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan

antara Kecerdasann Emosional

terhadap Perilaku Pegawai dalam

melaksankan suatu pekerjaan untuk

mencapai tujuan sebuah organisasi.

23

G. Konsep Operasional

No Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala

1 Kecerdasan

Emosional

Philip Carter (2010 : 1) bahwa “Orang yang

memilki soft competency sering disebut

memilki kecerdasan emosional atau Emotional

Intelligence yang sering diukur sebagai

Emotional Intelligent Quotient (EQ), adalah

kemampuan menyadari emosi diri sendiri dan

emosi orang lain. Menurut Philip Carter ada

dua aspek utama EQ adalah :

1. Memahami diri anda, tujuan, cita –cita,

respon, dan perilaku anda.

2. Memahami orang lain dan perasaan

mereka”.

1. Kesadaran diri

2. Pengaturan diri

3. Motivasi

4. Empati

5. Keterampilan

Sosial

1. Kesadaran diri

a. Kesadaran Emosi

b. Penilaian diri secara

teliti

c. Percaya diri

2. Pengaturan diri

a. Kendali diri

b. Sifat dapat dipercaya

c. Kewaspadaan

d. Adaptibilitas

e. inovasi

3. Motivasi

a. Dorongan pribadi

b. Komitmen

c. Inisiatif

d. Optimism

4. Empati

a. Memahami orang lain

b. Orientasi pelayanan

c. Mengembangkan orang

lain

d. Mengatasi keragaman

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

24

e. Kesadaran politis

5. Keterampilan Sosial

a. Pengaruh

b. Komunikasi

c. Kepemimpinan

d. Katalisator perubahan

e. Manajemen konflik

f. Pengikat jaringan

g. Kolaborasi dan

kooperasi

h. Kemampuan tim

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

2 Perilaku

Pegawai

Indikator dari perilaku individu atau perilaku

pegawai menurut Sopiah (2008: 23) yang

mengatakan bahwa : “Perilaku individu dapat

dipengaruhi oleh :

a. effort (usaha),

b. ability (kemampuan), dan

c. situasi lingkungan”.

a. effort (usaha),

b. ability (kemampuan), dan

c. situasi lingkungan”.

Ordinal

Ordinal

Ordinal

25

II. HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang

dilakukan di Badan

Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang dapat ditarik

Simpulan sebagai berikut :

1. Variabel Kecerdasan

Emosional pegawai

Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang berada

pada katagori sangat

baik berada pada

posisi cukup tinngi

yaitu dengan

persentase sebesar

(55,55%) dengan total

responden sebanyak

30 orang, yang

diperoleh melalui

hasil questioner dari

dimensi kesadaran

diri, pengaturan diri,

motivasi diri, motivasi

diri, empati dan

keterampilan sosial.

2. Variabel Perilaku

Pegawai Badan

Perencanaan

Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang berada

pada katagori baik

pada posisi tinggi

yaitu dengan

persentase sebesar

(90,74%) dengan total

responden sebanyak

49 orang, yang

diperoleh melalui

hasil questioner dari

dimensi usaha,

kemampuan, dan

situasi lingkungan.

Pengaruh kecerdasan

emosional terhadap perilaku

pegawai pada Badan

Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang memperoleh

koefisien determinan sebesar

42,38% sedangkan sisanya

sebesar 57,62% dipengaruhi

oleh faktor lain diluar

penelitian ini. Dari hasil uji

hipotesis berdasarkan uji t

26

dan signifikasi diperoleh hasil

diterimanya Ha yang

artinyaada pengaruh antara

kecerdasan emosional

terhadap perilaku pegawai

pada Kantor Badan

Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang.

B. Penutup

Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan di

Kantor Badan Badan

Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang maka akan

ditarik kesimpulan dan saran

sebagai berikut :

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang

dapat ditarik adalah

adanya hubungan yang

kuat antara Kecerdasan

emosional dengan

Perilaku Kerja di Badan

Perencanaan

Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota

Tanjungpinang dengan

tingkat hubungan sebesar

42,38% sehingga bisa

disebutkan bahwa

kecerdasan emosional

memiliki peran dalam

melihat perilaku kerja

seorang pegawai.

2. Saran

Peneliti memberikan

saran bahwa didalam

bekerja, pegawai

diharapkan memberikan

perhatian dalam

peningkatan kecerdasan

emosional sehingga

memberikan dampak

positif dalam kegiatan

bekerja sehari hari.

Kemudian kepala Badan

tetap memberikan

perhatian terhadap

kinerja bawahannya

karna perhatian seorang

atasan sangat dibutuhkan

guna mempercepat

kinerja yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku :

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Prakti

27

Edisi XIII. Jakarta : PT Asdi

Mahasatya.

Carter, Philip. 2010. Soft

Competencies Self-Test cetakan

pertama. Jakarta : PPM Manajemen

Faisal, sanapiah. 2007. Format-

format Penelitian Sosial. Jakarta :

Raja Grafindo Persada

Gibson, James, L. Ivanceviel John M

dan Donelly, James H. 1996.

Organisasi :Perilaku, Struktur,

Proses. Jakarta : Penerbit Binarupa

Aksara.

Handayaningrat, Soewarno. 2005.

Pengantar Studi Ilmu Administrasi

dan Manajemen. Jakarta :

GunungAgung.

Hamzah B.Uno. 2006. Orientasi

Baru dalam Psikologi

Pembelajaran,Jakarta: PT Bumi

Aksara

Goleman, Daniel. 2006. Emotional

Intelligence, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama

Goleman, D., (2009).Emotional

Intelligence; Kecerdasan Emosional,

MengapaEI Lebih Penting dari IQ,

PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta

Mangkunegara,Prabu. 2005. Perilaku

dan Budaya Organisasi. Bandung :

PT.Refika Aditama

Melandy Rissyo & Aziza, Nurna.

2006. Pengaruh Kecerdasan

Emosional terhadap tingkat

pemahaman akutansi kepercayaan

diri sebagai variabel pemoderasi.

Padang : SNA IX

Nazir, Moh., 1988. Metode

Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Soeharyo, Salamun dan Nasri,

Effendi. 2001. Sistem Administrasi

Negara Republik Indonesia (SANRI).

Jakarta : LAN

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi.

Yogyakarta : Penerbit ANDI

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian

Administrasi dilngkapi dengan

28

Metode R&D. Bandung : Penerbit

Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian

Administrasi dilngkapi dengan

Metode R&D. Bandung : Penerbit

Alfabeta.

Sutarto. 2006. Dasar-dasar

Organisasi. Yogyakarta : Gajah

Mada University Press.

Syafiie, Inu Kencana. 2011. Sistem

Administrasi Negara Republik

Indonesia (SANRI). Jakarta : PT.

Bumi Aksara.

Thoha, Miftah. 2007. Perilaku

Organisasi : Konsp Dasar dan

Aplikasinya. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Trihendradi, C. 2013. Langkah

Mudah Menguasai Statistik

Menggunakan SPSS 21. Yogyakarta :

Penerbit ANDI.

Winardi, J. 2004. Manajemen

Perilaku Organisasi. Jakarta :

Prenada Media.

Zohar, dan Marshall, 2001. Edisi

Pertama SQ Memanfaatkan

KecerdasanSpiritual dalam Berpikir

Integralistik dan Holistik untuk

Memaknai Kehidupan. Bandung :

Mizan.

Jurnal :

Jurnal Manajemen dan Organisasi

rumahkemuning.com “Pengertian

Kecerdasan Emosional Menurut Para

Ahli” (2013) di download 3 agustus

2014.

Indriyatni, Lies (2009). Pengaruh

Kecerdasan Emosional terhadap

kepemimpinan dan Organisasi.

[online]. Jurnal tersedia di

www.pena-fokus-vol-4-no-2-40-45

[23 AGUSTUS 2014]

Kuswandi, Maryan (2012). Pengaruh

Kecerdasan Emosional Terhadap

Kinerja Karyawan pada Kantor

Kementrian Agama Kabupaten

Karawang. [online]. Jurnal tersedia

di http://Jurnal.feunsika.ac.id [10

agustus 2014]

Priyana, Deni (2013). Kecerdasan

Emosional dalam meningkatkan

29

kinerja karyawan pada Universitas

azzahra. [online]. Jurnal tersedia di

http://lppm.universitasazzahra.ac.id

[29 mei 2014]

Yunita, Rini (2009). Kecerdasan

Emosional. [online]. Dalam jurnal

http ://rinnyyunita

wordpress.com/2009/01/25/kecerdas

an_emosi/ [10 mei 2014]

30