PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, CONTINUING …lib.unnes.ac.id/29938/1/7211413173.pdf · i pengaruh...

74
i PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT, DAN SIFAT MACHIAVELLIAN TERHADAP KUALITAS AUDIT SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh Mukhammad Ade Mizwar Noor 7211413173 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Transcript of PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, CONTINUING …lib.unnes.ac.id/29938/1/7211413173.pdf · i pengaruh...

i

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL,

CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT, DAN

SIFAT MACHIAVELLIAN TERHADAP KUALITAS

AUDIT

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Mukhammad Ade Mizwar Noor

7211413173

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

ii

iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

”Aku ucapkan terimakasih kepada Tuhan manapun atas jiwaku yang tak

tertaklukkan. Aku adalah taun dari takdirku. Aku adalah kapten dari jiwaku

(Nelson Mandela)”.

خير الناس انفعهم للناس

“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak bermanfaat bagi

orang lain (HR Bukhari Muslim”.

Persembahan

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

Kedua orangtuaku, kakak dan Adik

Keluarga besarku

Sahabat dan teman-temanku

(Akuntansi C 2013 dan Sahaja 2013)

vi

PRAKATA

Puja dan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini yang berjudul “Pengaruh

Kecerdasan Emosioanl, Continuing Prfoessional Development, dan Sifat

Machiavellian terhadap Kualitas Audit” dapat diselesaikan dengan baik dan

lancar. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah menerima

bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

menyelesaikan studi di universitas Konservasi.

2. Dr. Wahyono, M.M., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan

pelaksanaan penelitian.

3. Drs. Fachrurrozie, M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan

administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian.

4. Kiswanto, S.E., M.Si., dan Trisni Suryarini, S.E., M.Si., selaku Dosen

Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritikan dan masukan

kepada penulis.

vii

5. Kiswanto, S.E., M.Si. dan Dhini Suryandari, S.E., M.Si., Ak., selaku Dosen

Wali Akuntansi C 2013 yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan

motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan di Universitas Negeri

Semarang.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan bantuan

selama masa perkuliahan di Universitas Negeri Semarang.

7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Demikian skripsi ini penulis buat. Kritik dan saran sangat penulis butuhkan

demi sempurnanya skripsi ini. Penulis juga meminta maaf apabila dalam

penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semuanya.

Semarang, Selasa 1 Agustus

2017

viii

Penulis

SARI

Noor, Mukhammad Ade Mizwar. 2017. “Pengaruh Kecerdasan Emosional,

Continuing Professional Development dan Sifat Machiavellian terhadap Kualitas

Audit. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri

Semarang. Pembimbing I. Kiswanto, S.E., M.Si., Pembimbing II. Trisni Suryarini,

S.E., M.Si.

Kata kunci: Kecerdasan Emosional, Continuing Professional Development,

Sifat Machiavellian, Kualitas Audit

Kualitas audit kemungkinan dimana seorang auditor menemukan dan

melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran, kesalahan material, keliru, atau

kelalaian yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, continuing professional

development, dan sifat machiavellian sebagai faktor internal terhadap kualitas

audit dengan teori atribusi untuk memayungi ketiga variabel independen tersebut.

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada

kantor akuntan publik Semarang yang terdaftar Direktori Akuntan Publik (IAPI)

periode Desember 2016. Penelitian ini menggunakan metode sampel

sensus/populasi dengan sampel sebesar 255 auditor. Teknik analisis data

menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial dengan menggunakan

alat uji analisis program SPSS v.21.

Hasil penelitian ini menunjukan Kecerdasan emosional berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kualitas audit. Sifat machiavellian berpengaruh positif dan

tidak signifikan terhadap kualitas audit. Continuing professional development

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kualitas audit. Kecerdasan

emosional, continuing professional development, dan sifat machiavellian

berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit.

Simpulan penelitian ini yaitu hanya variabel kecerdasan emosional yang

sesuai dengan hipotesis yang diperkirakan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan

pada bulan maret, penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian setelah

bulan maret. Peneltian selanjutnya agar menambah faktor internal lain seperti

independensi.

ix

ABSTRACT

Noor, Mukhammad Ade Mizwar. 2017. “The Influence of Emotional Quotient,

Contiuing Professional Development, and Machiavellian Nature on the Audit

Quality. Final Project. Accounting Department. Faculty of Economics. Semarang

State University. Supervisor I. Kiswanto, S.E.,M.Si. Supervisor II. Trisni

Suryarini, S.E.,M.Si.

Keywords: Emotional Quotient, Continuing Professional Development,

Machiavellian Nature, the quality of the Audit

Quality of audit as the joint probability for an auditor to discover a breach

in the client’s accounting system and report the breach. Research aims to

understand the influence of intelligence emotional, continuing professional

development, and the nature of the machiavellian as a factor internal on the

quality of audit with the theory the attribution to cover independent variable.

The population and sample of this study is an auditor works in the public

accounting firm of Semarang registered Directory Public Accountant (IAPI)

period of December 2016. Moreover, the technique for taking sample is populasi

sampling. There are 255 respondent in this study. Data is collected by applying

questionnaire method, wheres data is analyzed throug descriptive and inferential,

analysisis with SPSS v.21 program.

The result of this research suggests emotional quotient influential positive

and significant on audit quality. Machiavellian nature it has some positive effects

and insignificant on audit quality. Continuing professional development it has

some positive effects and insignificant on audit quality. Emotional quotient,

continuing professional development , and properties machiavellian influential

simultaneously on audit quality.

Conclusions this research at only variable emotional quotient that is in

accordance with a hypothesis that it is estimated that by researchers. This

research was conducted in march, further research will be expected to conduct

research after the month of march. Next research to add the internal factor other

like the independence.

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii

PERNYATAAN ..................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

PRAKATA ............................................................................................................. vi

SARI ..................................................................................................................... viii

ABSTRACT ............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ....................................................................... 12

1.3. Cakupan Masalah ........................................................................... 13

1.4. Perumusan Masalah ........................................................................ 14

1.5. Tujuan Penelitian ............................................................................ 14

1.6. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 15

1.7. Orisinalitas Penelitian ..................................................................... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN .......................... 15

2.1. Teori Agensi ................................................................................... 17

2.2. Teori Atribusi ................................................................................. 18

2.3. Audit ............................................................................................... 22

2.4. Kualitas Audit ................................................................................. 22

2.5. Kecerdasan Emosional ................................................................... 29

2.6. Continuing Professional Development (CPD) .............................. 32

2.7. Sifat Machiavellian ........................................................................ 38

2.8. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................... 40

xi

2.9. Kerangka Berfikir .......................................................................... 44

2.9.1. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kualitas Audit .. 44

2.9.2. Pengaruh Continuing Professional Development (CPD)

Terhadap kualitas Audit ........................................................ 45

2.9.3. Pengaruh Sifta Machiavellian terhadap Kualitas Audit ....... 47

2.9.4. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Continuing Professional

Development, dan Sifat Machiavellian secara Simultan

terhadap Kualitas Audit ........................................................ 48

2.10. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 50

3.1. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................ 50

3.2. Populasi dan Sampel....................................................................... 50

3.2.1. Populasi ................................................................................. 50

3.2.2. Sampel ................................................................................... 52

3.3. Variabel Penelitian ........................................................................ 53

3.3.1. Kualitas Audit ...................................................................... 53

3.3.2. Kecerdasan emosional ........................................................... 54

3.3.3. Continuing Professional Development (CPD) ..................... 54

3.3.4. Sifat Machiavellian .............................................................. 55

3.4. Teknik Pengambilan Data ............................................................. 58

3.5. Teknik Analisis Data ..................................................................... 58

3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................. 58

3.5.2. Pengujian Kualitas Data ........................................................ 57

3.5.3. Analisis Statistik Inferensial ................................................. 62

1. Uji Normalitas ................................................................ 62

2. Uji Multikolinearitas ...................................................... 63

3. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 64

4. Analisis Regresi Linear Berganda ................................. 64

5. Pengujian Simultan (Uji F) ............................................ 65

6. Pengujian Parsial (Uji t) ................................................. 66

7. Koefisian Determinasi ................................................... 66

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................. 67

4.1. Hasil penelitian ............................................................................... 67

4.1.1. Analisis Statistik Deskriptif .................................................. 67

1. Deskripsi Objek Penelitian ............................................. 63

2. Deskripsi Responden ...................................................... 68

3. Deskripsi Variabel Kualitas Audit .................................. 71

4. Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional .................... 73

5. Deskripsi Variabel Continuing Professional Development75

6. Deskripsi Variabel Sifat Machiavellian.......................... 76

4.2. Pengujian Kualitas Data ................................................................. 78

4.2.1. Pengujian Reliabilitas ........................................................... 78

4.2.2. Pengujian Validitas ............................................................... 79

4.3. Analisis Statistik Inferensial ........................................................... 80

4.3.1. Pengujian Normalitas ........................................................... 80

4.3.2. Pengujian Multikolinearitas.................................................. 82

4.3.3. Pengujian Heteroskedastisitas .............................................. 83

4.3.4. Analisis Regresi Linear Berganda ........................................ 84

4.3.5. Pengujian Simultan (Uji F) ................................................... 85

4.3.6. Pengujian Parsial (Uji t) ....................................................... 86

4.3.7. Koefisien Determinasi .......................................................... 88

4.4. Pembahasan Hipotesis .................................................................... 89

4.4.1. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kualitas audit ... 89

4.4.2. Pengaruh Continuing Professional Development terhadap

Kualitas Audit ....................................................................... 91

4.4.3. Pengaruh Sifat Machiavellian terhadap Kualitas audit ........ 93

4.4.4. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Continuing Professional

Development, dan Sifat Machiavellian secara Simultan

berpengaruh terhadap Kualitas Audit ................................. 95

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 97

5.1. Simpulan ......................................................................................... 97

5.2. Saran ............................................................................................... 98

xiii

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 101

LAMPIRAN .................................................................................................... 105

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Penelitian Terdahulu ................................................................... 41

Tabel 3.1. Daftar dan Jumlah Auditor Kantor Akuntan Publik Kota Semarang .... 51

Tabel 3.2. Operasional Variabel............................................................................. 56

Tabel 3.3. Kategori Variabel Kualitas Audit ......................................................... 59

Tabel 3.4. Kategori Variabel Kecerdasan Emosional ............................................ 60

Tabel 3.5. Kategori Variabel Continuing Professional Development (CPD) ........ 60

Tabel 3.6. Kategori Variabel Sifat Machiavellian ................................................. 61

Tabel 4.1. Daftar KAP Pengisi Kuesioner ............................................................. 67

Tabel 4.2. Deskripsi Responden............................................................................. 68

Tabel 4.7. Deskripsi Frekuensi Indikator Kualitas Audit ...................................... 71

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Variabel Kualitas Audit ....................................... 72

Tabel 4.9. Deskripsi Frekuensi Indikator Kecerdasan Emosional ......................... 73

Tabel 4.10.Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Emosional ......................... 74

Tabel 4.11.Deskripsi Frekuensi Indikator Continuing Professional Development 75

Tabel 4.12.Distribusi Frekuensi Variabel Continuing Professional Development 75

Tabel 4.13.Deskripsi Frekuensi Indikator Sifat Machiavellian ............................. 76

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Variabel Sifat Machiavellian ............................. 77

Tabel 4.15.Uji Reliabilitas ..................................................................................... 78

Tabel 4.16.Hasil Uji Validitas ................................................................................ 79

Tabel 4.17.Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 81

Tabel 4.18.Hasil Uji Multikolinearitas................................................................... 82

Tabel 4.19.Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 83

Tabel 4.20.Hasil Uji Regresi Linier Berganda ....................................................... 84

Tabel 4.21.Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan ......................................... 86

Tabel 4.22.Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial............................................. 86

Tabel 4.23.Hasil Uji Koefisien Determinasi .......................................................... 88

Tabel 4.24.Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 88

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir .............................................................................. 49

Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas.......................................................................... 81

Gambar 4.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 83

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Responden ................................................................... 106

Lampiran 2. Analisis Statistik Inferensial ........................................................ 107

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian yang telah di isi ......................................... 110

Lampiran 4. Tabulasi Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian................... 115

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 120

Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................... 129

Lampiran 7. Surat Keterangan Pengesahan Dosen Pembimbing ..................... 135

Lampiran 8. Kuesioner Penelitian .................................................................... 136

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk dari informasi keuangan

yang dibuat oleh perusahaan sebagai pertanggungjawaban pihak manajemen

terhadap pemangku kepentingan (pimpinan perusahaan, pemgang saham,

pemerintah, kreditur, dan karyawan). Pemegang saham salah satu pemangku

kepentingan menggunakan laporan keuangan dalam pengambilan keputusan,

sebab laporan keuangan merupakan media yang penting dalam memberikan

informasi mengenai kinerja perusahaan dalam satu periode akuntansi.

Laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum

(Standar Akuntansi Keuangan), yang diterapkan secara konsisten dan tidak

mengandung kesalahan yang material (besar atau immaterial) adalah laporan

keuangan yang wajar.

Laporan keuangan seringkali disalahgunakan oleh manajemen dengan

melakukan perubahan dalam penggunaaan metode akuntansi yang digunakan

sehingga akan mempengaruhi laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan

(Sumanto. et al, 2014). Jadi, untuk mendapatkan laporan keuangan yang

merepresentasikan perusahaan yang sebenarnya dan untuk mengurangi

terjadinya konflik kepentingan (conflict interest), manajer harus

mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan oleh pemilik berupa

laporan keuangan auditan. Diperlukan jasa profesional untuk menilai kewajaran

2

laporan keuangan yang disajikan (Dewi, 2011). Profesi akuntan publik

inilahmasyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap

informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan (Mulyadi, 2009:4).

Keadaan tersebut jika dilihat menurut sudut pandang teori agensi, prinsipal

(pemilik atau manajemen puncak) membawahi agen (karyawan atau manajer

yang lebih rendah) untuk melaksanakan kinerja yang efisien. Teori ini

memfokuskan perhatian pada bagaimana agar sistem perjanjian kontrak

kompensasi bisa mencapai keseimbangan baik tertulis maupun tidak. Hubungan

kontrak antara manajemen dengan auditor independen untuk melakukan tugas

audit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya agar mendapat

kepercayaan dari pemilik. Sistem kompensasi dalam kondisi yan ideal (first best)

langsung dihubungkan dengan perilaku. Kompensasi tersebut berdasarkan

output yang dihasilkan karena agen lah yang akan menanggung resikonya (Lubis,

2014:90). Dalam kontrak, manajer terikat untuk memberikan jasa bagi pemilik

dan auditor terikat untuk memerikan jasa bagi manajer, hal ini auditor sebagai

agen dan manajer sebagai prinsipal. Pada intinya menjelaskan hubungan

kontraktual antara manajer dan auditor.

Sikap seorang auditor memiliki titik poin yang dianggap tinggi untuk

dipertanyakan. Karena bagaimanapun juga, nama baik seorang auditor

tergantung bagaimana ia bersikap dalam pekerjaannya (Idris, 2011). Profesi

akuntan publik mendapat dukungan dari pemerintah, dengan dikeluarkannya

Keputusan Menteri Keuangan nomor 20 tahun 2015 tentang Praktik Akuntan

3

Publik. Peraturan ini akuntan publik merupakan seseorang yang telah diberikan

izin untuk memberikan jasa baik assurance maupun non-assurance sebagaimana

yang telah diatur dalam Undang-undang. Auditor merupakan orang melakukan

pemeriksaan, evaluasi bukti dan memberikan pendapat atas laporan keuangan,

tugasnya disebut audit/auditing.

Agar laporan audit yang dihasilkan dapat berkualitas dalam pengambilan

keputusan, auditor harus benar-benar melaksanakan prosedur audit sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan

Publik (SPAP) yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar

pelaporan (Cholifa dan Bambang, 2015). Standar umum menekankan pada

pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki auditor baik pelatihan dan

kecakapan teknis yang memadai untuk melaksanakan prosedur audit, sedangkan

standar pekerjaan lapangan dan pelaporan berkaitan dengan pengumpulan bukti

dan aktivitas lain selama pelaksanaan audit yang sebenarnya serta auditor harus

menyiapkan laporan mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk

pengungkapan informatif.

Pemilihan tema kualitas audit karena menunjukan auditor dalam

menjalankan tugasnya mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku dan

berperilaku sesuai dengan etika profesi, sehingga laporan keuangan hasil audit

merepresentasikan keadaan perusahaan sebenarnya. Namun, hal tersebut masih

memungkinkan auditor dengan sengaja menyembunyikan informasi akibat

pegaruh internal maupun eksternal. Perilaku tersebut membuat pengurangan

4

kualitas audit. Aprianti (2010) bahwasanya kualitas audit yang tingi sangat

penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan

yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pelaku

kepentingan. Kualitas hasil pekerjaan auditor bisa dilihat dari kualitas keputusan-

keputusan yang diambil. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk yaitu

outcome oriented dan process oriented. Pendekatan outcome oriented digunakan

jika solusi dari sebuah masalah atau hasil dari sebuah pekerjaan sudah dapat

dipastikan. Untuk menilai kualitas keputusan yang akan diambil dilakukan

dengan cara membandingkan solusi atau hasil yang dicapai dengan standar hasil

yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan pendekatan process oriented

digunakan jika solusi sebuah permasalahan atau hasil dari sebuah pekerjaan

sangat sulit dipastikan. (Indrajaya, et al. 2016).

Keinginan untuk mendapatkan pengakuan oleh auditor terhadap laporan

keuangan yang dibuat oleh manajemen membuat banyak perusahaan berlomba-

lomba untuk mendapatkan jasanya. Pengakuan auditor atas laporan keuangan

manajemen sangat membantu perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan

dimata pemangku kepentingan. Meningkatknya kebutuhan akan jasa auditor

membuat profesi untuk menjadi seorang akuntan publik semakin diminati oleh

semua orang dan bersaing untuk menjadi auditor profesional. Persaingan dalam

profesi akuntan publik menjadikan auditor sulit untuk berperilaku profesional

dan tingkat profesionalisme auditor banyak dipertanyakan, hal tersebut

disebabkan oleh oknum auditor yang bekerjasama dengan pihak manajemen

5

perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Besarnya kepercayaan

pengguna laporan keuangan pada Akuntan Publik ini mengharuskan akuntan

publik memperhatikan kualitas auditnya. Ironisnya, kepercayaan yang besar dari

pemakai laporan keuangan kepada akuntan publik seringkali diciderai dengan

banyaknya skandal atau kasus.

Kasus yang terjadi pada KAP Purwantono, Suherman & Surja didenda oleh

KAP mitra Ernst dan Young’s (EY) di Indonesia sebesar US$ 1 juta (sekitar 13,3

miliar kepada regulator Amerika Serikat, akibat divonis gagal melakukan audit

laporan keuangan kliennya. Kesepakatan itu diumumkan oleh Badan Pengawas

Perusahaan Akuntan Publik AS (Public Company Accounting Oversight

Board/PCAOB) pada Kamis, 9 Februari 2017, waktu Washington. Kasus itu

merupakan insiden terbaru yang menimpa kantor akuntan publik, sehingga

menimbulkan keprihatinan apakah kantor akuntan publik bisa menjalankan

praktek usahanya di negara berkembang sesuai kode etik.

Pada dua bulan lalu, kantor akuntan publik lainnya yakni Deloitte & Touche

LLP melalui unit usahanya di Brazil setuju membayar denda kepada PCAOB

sebesar US$ 8 juta karena divonis menutupi laporan audit palsu. Sejak kasus ini

diketahui oleh publik pihak KAP Ernst & Young’s (EY) melakukan penguatan

kebijakan dan pemeriksaan audit global.

Temuan itu berawal ketika kantor akuntan mitra EY di AS melakukan

kajian atas hasil audit kantor akuntan di Indonesia. Mereka menemukan bahwa

hasil audit atas perusahaan telekomunikasi itu tidak didukung dengan data yang

akurat, yakni dalam hal persewaan lebih dari 4 ribu unit tower selular. “Namun

6

afiliasi EY di Indonesia itu merilis laporan hasil audit dengan status wajar tanpa

pengecualian,” demikian disampaikan PCAOB. PCAOB juga menyatakan tak

lama sebelum dilakukan pemeriksaan atas audit laporan pada 2012, afiliasi EY di

Indonesia menciptakan belasan pekerjaan audit baru yang “tidak benar” sehingga

menghambat proses pemeriksaan. PCAOB selain mengenakan denda US$ 1 juta

juga memberikan sanksi kepada dua auditor mitra EY yang terlibat dalam audit

pada 2011. (https://m.tempo.co/read/news/2017/02/11/087845604/mitra-ernst-

young-indonesia-didenda-rp-13-miliar-di-as)

Kasus ini menimpa KAP Biasa Sitepu yang diduga terlibat dalam korupsi

untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi

2010. Hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa

Sitepu terungkap ada kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden

Motor dalam mengajukan pinjaman ke BRI. Ada empat kegiatan data laporan

keuangan yang tidak dibuat dalam laporan tersebut oleh akuntan publik,

sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan

korupsinya.

Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat

itu harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein

Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat

semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan publik. Tersangka Effendi Syam

melalui kuasa hukumnya berharap pihak penyidik Kejati Jambi dapat

menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil dan menetapkan

7

siapa saja yang juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar,

sehingga terungkap kasus korupsinya.

Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum

mau memberikan komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir

tersangka Effendi Syam dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik

tersebut.

Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu terungkap

setelah kejaksaan mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit yang

diajukan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor. Dalam kasus

ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang tersangka, pertama Zein

Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan

tersangka Effedi Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai

pengajuan kredit.

(http://regional.kompas.com/read/2010/05/18/21371744/Akuntan.Publik.Diduga.

Terlibat)

Kasus diatas yang berkaitan dengan permasalahan auditor yang belum

dapat mengendalikan faktor internalnya dengan baik sehingga menyebabkan

terjadinya pelanggaran pidana yang berakibat pada pembekuan Kantor Akuntan

Publik. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada auditor yang bekerja pada

Kantor Akuntan Publik yang tercatat dalam direktori IAPI dan bertempat di

Semarang. Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang

memiliki KAP besar maupun kecil, yang menuntut eksistensi auditor untuk

8

melakukan pemeriksaan dan memberikan pendapat atas laporan keuangan,

sehingga keterlibatannya sangat mempengaruhi dalam penentuan kualitas audit.

Tercatat terdapat ada 17 KAP di Semarang terdaftar di IAPI. Selain itu, penulis

bertempat di Semarang dan dengan alasan keterbatasan waktu dan biaya maka

itulah yang mendasari peneliti menggunakan KAP di Kota Semarang sebagai

objek penelitian.

Karakteristik personal atau faktor internal dapat mempengaruhi baik

secara langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas audit. Peran penting

faktor internal auditor sangat berpengaruh untuk mengambil tindakan atau

langkah yang tepat sehingga tidak merugikan dirinya sendiri dan kualitas audit

semakin baik. Sebagai dasar dalam penelitian ini digunakan teori atribusi yang

menjelaskan perilaku individu yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan

faktor eksternal dengan menggunakan tempat pengendalian (locus of control).

Tempat pengendalian dibagi atas dua bagian yakni tempat pengendalian internal

yang menggambarkan perasaan seseorang yang merasa bahwa dapat

menyelesaikan pekerjaan secara personal, sedangkan tempat pengendalian

eksterna merupakan pengaruh luar yang dapat mempengaruhi perilaku individu.

Lubis (2014:90) daam buku “Akuntansi Perilaku” menyebutkan bahwasanya

Teori dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku

seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal ( internal

forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti

kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (external forces), yaitu faktor-

9

faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam pekerjaan atau

keberuntungan. Atribusi adalah proses kognitif dimana orang menarik

kesimpulan mengenai faktor yang mempengaruhi atau masuk akal terhadap

perilaku orang lain. Terdapat dua jenis umum atribusi yang ada pada orang, yaitu

atribusi disposisional, yang menganggap perilaku seseorang berasal dari faktor

internal seperti ciri kepribadian, motivasi atau kemampuan, dan atribusi

situasional yang menghubungkan perilaku seseorang dengan faktor eksternal

seperti peralatan atau pengaruh sosial dari orang lain (Luthans, 2005 dalam

Dewi, 2011).

Penelitian mengenai kualitas audit telah dilakukan sebelumnya. Penelitian

yang dilakukan oleh Hakim dan Amilia (2015) pengaruh kecerdasan intelektual,

kecerdasan emosional, pengalaman auditor, dan due professional care terhadap

kualitas audit, memberikan hasil bahwa hanya variabel kecerdasan emosional

yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Tujuan penelitian ini

menguji kembali variabel kecerdasan emosional dengan menambahkan variabel

independen baru continuing professional development dan sifat machiavellian

yang merupakan faktor internal. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh bukti empiris apakah teori atribusi dapat memayungi ketiga variabel

independen (faktor internal) terhadap kualitas audit. Pemilihan variabel

didasarkan pada karakteristik personal atau faktor internal dapat mempengaruhi

baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas audit. Peran

penting faktor internal auditor sangat berpengaruh untuk mengambil tindakan

10

atau langkah yang tepat sehingga tidak merugikan dirinya sendiri dan kualitas

audit semakin baik.

Kecerdasan emosional yang dimiliki auditor akan membantu auditor dalam

berkomunikasi dengan klien dan mengerti apa yang diinginkan klien selama tidak

melanggar kode etik yang berlaku di Indonesia. Goleman (2005) dalam Hakim

dan Amilia (2015) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai berikut:

kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali diri sendiri dan

perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik

pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Zakia (2013)

kecerdasan emosi menuntut seseorang untuk belajar mengakui, menghargai

perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat dan

menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Pernyataan yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu berkaitan dengan

kecerdasan emosional dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk mengenali

emosi diri sendiri dan menghargai perasaan orang lain orang lain, mampu

memotivasi diri sendiri serta dapat menerapkan secara efektif di waktu yang

tepat.

Penelitian yang dilakukan oleh Hakim dan Amilia (2015) menyatakan

bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit dan tidak memiliki hubungan yang positif atau searah. Sedangkan dalam

penelitian Fauzan (2016) kecerdasan Emosional berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kualitas Audit. Hasil tersebut selaras dengan penelitian yang

11

dilakukan Ningsih (2015) dan Indrajaya, et al. (2016) yang menyatakan

kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kualitas audit.

Continuing Professional Development (CPD) berkaitan dengan pengetahuan

dan kompetensi auditor untuk lebih ditingkatkan lagi agar melakukan praktiknya

lebih profesional dan meningktnya kinerja auditor yang nantinya berpengaruh

terhadap kualitas audit. Memiliki kemahiran atau kemampuan dalam melakukan

sesuatu pekerjaan merupakan sesuatu yang sangat berharga dan berguna bagi

individu tersebut untuk dapat bekerja lebih profesional dengan hasil yang

memuaskan. Aisyah dan Jaka (2014) menjelaskan CPD atau Continuing

Professional Development adalah kombinasi dari pendekatan dan teknik yang

akan membantu mengelola perkembangan dan pembelajaran individu. Pradita

(2010) CPD dapat berfungsi untuk mempertahankan dan meningkatkan

pengetahuan, kemampuan dan kualitas dari sebuah individu profesional.

Purnawati (2016) berpendapat bahwa CPD atau Continuing Professional

Development adalah kombinasi dari pendekatan dan teknik yang akan

membantu mengelola perkembangan dan pembelajaran individu. Fokus CPD

adalah pada hasilnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Pebryanto (2013) Continuing profesional

development (CPD) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Sejalan dengan penelitian Aisyah dan Isgiyarta (2014) , Simorangkir dan

Ferina, (2012), Rismawati dan Sarsiti (2016) continuing profesional development

(CPD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Berbeda

12

dengan penelitian yang dilakukan oleh Reninawati, et al (2016) dan Hafidzah,

et al (2015) menyatakan bahwa pengaruh continuing professional development

terhadap kualitas audit secara parsial memiliki pengaruh positif namun tidak

signifikan.

Paham Machiavelianis diajarkan oleh seorang ahli filsuf politik dari Italian

bernama Niccolo Machiavelli (1469-1527). Sari (2015) sifat machiavellian

mempunyai kecenderungan untuk mementingkan kepentingan sendiri,

manipulatif dan agresif. Saputri dan Dewa (2015) menyatakan sifat machiavellian

merupakan sifat yang negatif karena mengabaikan pentingnya integritas dan

kejujuran dalam mencapai tujuan. Mahayani dan Ni K (2016) menjelaskan bahwa

Sifat Machiavellian merupakan sifat yang negatif karena mengabaikan

pentingnya integritas dan kejujuran dalam mencapai tujuan. Pribadi

machiavellian akan bertindak selama hal tersebut mendatangkan keuntungan

bagi dirinya. Sifat machiavellian yang tinggi akan lebih cenderung mengabaikan

norma atau peraturan dan menghalalkan segala cara seperti menggunakan taktik

manipulatif, melakukan tindakan kecurangan perilaku tidak etis lain nya, demi

mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Pribadi machiavellian tinggi akan

melakukan tindakan manipulatif merupakan sesuatu yang tidak baik, jika

dikaitkan dengan profesi akuntan publik yang bertugas sebagai pelayan

masyarakat mengharuskan dalam setiap melakukan atau menjalankan tugasnya

dengan memiliki independensi dan integritas.

13

Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2016) menyatakan bahwa sifat

machiavellian berpengaruh positif dan tidak signifikan. Hasil tersebut berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Saryati dan Dewi (2016) menjelaskan

bahwa Sifat machiavellian berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap

kualitas audit. Tinggi rendahnya sifat machiavellian dalam diri seorang auditor

akan menurunkan kualitas audit.

Paparan mengenai fenomena, research gap, dan dukungan teori yang

dikemukakan menjadi latar belakan dalam pengajuan penelitian. Penelitian ini

akan menguji pengaruh kecerdasan kecerdasan emosional, continuing

professional development (CPD), dan sifat machiavellian terhadap kualitas audit.

1.2. Identifikasi Masalah

Kualitas audit merupakan kemungkinan auditor untuk menemukan

kesalahan atau pelanggaran salah saji material dalam laporan keuangan klien.

Kualitas audit yang baik ditentukan bagaimana auditor dalam berperilaku apakah

patuh terhadap kode etik atau sebaliknya. Namun, tidak jarang ditemukan

oknum auditor yang dengan sengaja melakukan tindakan yang berseberangan

dengan kode etik profesinya. Seperti kasus yang terjadi pada KAP Purwantono,

Suherman & Surja mitra KAP Ernst & Young (EY) didenda sebesar US$ 1juta (13,3

miliar) pada Kamis, 9 Februari 2017. Kemudian, kasus yang terjadi pada akuntan

publik Bias Sitepu yang diduga terlibat dalam kasus kredit macet Radeb Motor

yang diajukan ke BRI Cabang Jambi tahun 2010.

14

Kasus diatas terjadi akibat seseorang yang belum dapat mengendalikan

faktor internlnya dengan baik. Research gap sebagai solusi untuk menyelesaikan

fenomena gap dengan memunculkan variabel independen kecerdasan

emosional, continuing professional development (CPD), dan sifat machiavellian

yang diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas audit.

Kecerdasan emosional merupakan suatu sikap seseorang yang mengerti

perasaan diri sendiri, orang lain, mampu memotivasi diri, sehingga dapat

mengeluarkan emosinya diwaktu dan diwaktu yang tepat. Continuing

professional development (CPD) merupakan keinginan seseorang untuk terus

meningkatkan, menambah dan mengembangkan kemampuan profesionalnya

sehingga memberikan pelayanan sesuair profesinya dengan lebih baik. Sifat

machiavellian suatu sikap anti sosial yang ada pada diri seseorang dan hanya

melakukan sesuatu jika memang menguntungkan bagi dirinya. Penelitian ini

berfokus pada faktor internal yang ada dalam individu atau seseorang berperan

besar atas tindakan individu.

1.3. Cakupan Masalah

Cakupan masalah penelitian sesuai dengan variabel yang telah

dimunculkan. Penelitian ini akan berfokus terhadap auditor eksternal yang

bekerja di KAP Semarang yang terdaftar dalam direktori IAIP 2016. Penelitian ini

menggunakan variabel kecerdasan emosional, continuing professional

development, dan sifat machiavellian sebagai variabel independen dan kualitas

audit sebagai variabel dependen. Penggunaan 3 variabel independen agar

15

penelitian dapat terfokus dan mendapatkan hasil yang maksimal. Sesuai dengan

penelitian terdahulu ketiga variabel independen mendapatkan hasil yang tidak

konsisten sehingga perlu dilakukan uji kembali. Kemudian, penelitian ini jugaa

digunakan untuk mengetahui apakah teori yang digunakan dapat menjadi dasar

yang kuat.

1.4. Perumusan Masalah

a. Apakah secara signifikan variabel kecerdasan emosional berpengaruh

terhadap kualitas audit?

b. Apakah secara signifikan variabel continuing professional

development (CPD) berpengaruh terhadap kualitas audit?

c. Apakah secara sigifikan variabel sifat machiavellian berpengaruh

terhadap kualitas audit?

d. Apakah variabel kecerdasan emosional, continuing professional

development (CPD), dan sifat machiavellian secara simultan berpengaruh

terhadap kualitas audit?

1.5. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional

terhadap kualitas audit.

b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh terhadap continuing

professional development (CPD) kualitas audit.

16

c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh terhadap sifat

machiavellian kualitas audit.

d. Untuk mengetahui seberapa pengaruh kecerdasan emosional,

continuing professional development (CPD), dan sifat machiavellian

secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit?

1.6. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah untuk mendukung teori agensi, yang mana

disebutkan bahwa taori agensi menyatakan antara manajemen dengan pemilik

terdapat asimetri informasi yang mana manajemen lebih mengetahui keadaan

perusahaan yang sebenarnya, sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada

pemilik maka dibuat laporan keuangan auditan. Auditor selaku pihak ketiga

yang independen dan memiliki sertifikasi untuk melakukan jasa pemeriksaan

atas laporan keuangan memiliki tujuan agar laporan keuangan yang telah dibuat

oleh manajemen dinilai kewajaran dan kesesuainnya laporan keuangan dengan

standar akuntansi yang berlaku.

Mendukung teori atribusi yang menyatakan perilaku individu dipengaruhi

oleh faktor internal dan eksternal. Pengaruh paling dominan atas tingkah laku

sesorang adalah jika lebih merasakan atribut internalnya. Penelitian ini untuk

meneliti faktor internal yang dimiliki oleh auditor seperti variabel

kecerdasan emosional, contininuing professional development (CPD), dan

variabel sifat machiavellian. Sesuai dengan teori agensi, teori atribusi dan

17

research gap yang telah dijelaskan sebelumnya penelitian ini berfokus untuk

meneliti tentang auditor dengan faktor internalnya.

1.7. Orisinalitas Penelitian

Kecerdasan emosional belum sepenuhnya berpengaruh terhadap kualitas

audit, sesuai dengan penelitian mengenai kualitas audit yang dilakukan oleh

Hakim dan Amilia (2015) pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan

emosional, pengalaman auditor, dan due professional care terhadap kualitas

audit, memberikan hasil bahwa hanya variabel kecerdasan emosional yang

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Tujuan penelitian ini menguji

kembali variabel kecerdasan emosional dengan menambahkan variabel

independen baru continuing professional development dan sifat machiavellian

yang merupakan faktor internal. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh bukti empiris apakah teori agensi dan teori atribusi dapat

memayungi variabel baik dependen maupun independen.

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Teori Agensi

Teori ini memfokuskan perhatian pada bagaimana agar sistem perjanjian

kontrak kompensasi bisa mencapai keseimbangan baik tertulis maupun tidak. Sistem

kompensasi dalam kondisi yan ideal (first best) langsung dihubungkan dengan

perilaku. Kompensasi tersebut berdasarkan output yang dihasilkan karena agen lah

yang akan menanggung resikonya (Lubis, 2014:90). Hubungan kontrak antara

manajemen dengan auditor independen untuk melakukan tugas audit laporan

keuangan perusahaan yang dikelolanya untuk mengetahui tidak ada kecurangan

dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajer. Dalam kontrak, manajer terikat

untuk memberikan jasa bagi pemilik dan auditor terikat untuk memberikan jasa bagi

manajer, hal ini auditor sebagai agen dan manajer sebagai prinsipal. Pada intinya

menjelaskan hubungan kontraktual antara manajer dan auditor.

Diharapkan dengan adanya auditor independen, dapat mengevaluasi kinerja

manajer sehingga informasi yang dihasilkan relevan dan dapat bermanfaat dalam

pengambilan keputusan investasi. Auditor merupakan seseorang yang telah diberikan

izin untuk memberikan jasa baik assurance maupun non-assurance sebagaimana

yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan nomor 20 tahun 2015 tentang

Praktik Akuntan Publik. Hubungan kontraktual antara manajemen dengan auditor

dalam teori agensi, manajemen berkedudukan sebagai principal sedangkan auditor

berlaku sebagai agen. Auditor sebagai agen yang telah dikontrak oleh manajer untuk

19

melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan yang telah dibuat

sehingga memungkinkan menemukan dan melaporkan kesalahan bersifat material

atau kekeliruan dan kelalalian untuk mendapatkan laporan keuangan auditan yang

berkualitas. Laporan audit yang berkualitas mencerminkan seorang auditor

melaksanakan tugasnya sesuai dengan SAK yang berlaku dan patuh terhadap etika

profesi seperti indepensi yang berpengaruh besar untuk menghasilkan kualitas audit

yang baik.

2.2. Teori Atribusi

Teori atribusi telah menjelaskan bahwa faktor internal berpengaruh terhadap

perilaku yang akan diambil oleh auditor. Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider

yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara

kekuatan internal (internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (external

forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam pekerjaan

atau keberuntungan (Lubis, 2014:90). Terdapat dua jenis umum atribusi yang ada

pada orang, yaitu atribusi disposisional, yang menganggap perilaku seseorang

berasal dari faktor internal seperti ciri kepribadian, motivasi atau kemampuan, dan

atribusi situasional yang menghubungkan perilaku seseorang dengan faktor

eksternal seperti peralatan atau pengaruh sosial dari orang lain (Luthans, 2005

dalam Dewi, 2011). Teori atribusi digunakan untuk mendasari atau memperkuat

variabel dalam penelitian ini, yang mana penelitian ini berfokus terhadap faktor

internal.

20

Faktor internal merupakan salah satu yang sangat berperan penting bagi

individu dalam melakukan atau melaksanakan suatu tindakan atau pekerjaan.

Sesorang akan berbeda perilakunya apabila lebih merasakan faktor/atribut

internalnya. Mengetahui sikap/atribut internal pada diri individu, maka akan dapat

dilihat pengaruhnya terhadap perilaku yang diambil oleh individu terhadap situasi

atau masalah yang dihadapi, sehingga dapat menjawab serta menjelaskan

penyebab yang dapat mempengaruhi kualitas hasil audit.

Arfan Ikhsan Lubis (2014:90) penentuan atribusi penyebab apakah

seseorang dipengaruhi oleh faktor internal atau eksternal dipengaruhi oleh tiga

faktor, yaitu:

1. Konsensus, adalah perilaku yang ditunjukkan jika semua orang

menghadapi situasi yang serupa merespon dengan cara yang sama.

2. Perbedaan, adalah perilaku yang ditunjukkan individu berlainan dalam

situasi yang berlainan.

3. Konsistensi, adalah perilaku yang sama dalam tindakan seseorang dari

waktu ke waktu.

Faktor internal yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecerdasan

emosional, continuing professional development (CPD), dan sifat machiavellian.

Kehidupan karir sebagai auditor, kecerdasan emosional juga mempunyai peranan

besar. Menjadi seorang auditor, dibutuhkan proses yang panjang, usaha yang keras,

tanggung jawab dan dukungan dari berbagai pihak. Seorang auditor diharapkan

memiliki kompetensi dalam kualitas pekerjaan, kejujuran, kepercayaan diri,

21

keyakinan hati, kontrol diri dan emosi, inisiatif, inovasi, sikap, kerja sama, keandalan,

pengetahuan tentang pekerjaan, tanggung jawab, optimisme, komunikasi, orientasi

pelayanan, dan pemanfaatan waktu yang baik. Aplikasi kecerdasan emosional yang

tinggi atau positif dalam dunia kerja dapat membuat seorang auditor mampu

menempatkan emosinya pada porsi yang tepat pada saat berinteraksi dengan rekan

kerja dan kliennya (Ati, 2010 dalam Ningsih, 2015).

Continuing Professional Development (CPD) berkaitan keinginan auditor

untuk menambah,mengembangkan dan meningkatkan kompetensi dan

pengalaman agar melakukan praktiknya lebih profesional dan meningktnya

kinerja auditor yang nantinya berpengaruh terhadap kualitas audit. Memiliki

kemahiran atau kemampuan dalam melakukan sesuatu pekerjaan merupakan

sesuatu yang sangat berharga dan berguna bagi individu tersebut untuk dapat

bekerja lebih profesional dengan hasil yang memuaskan. Aisyah dan Jaka (2014)

menjelaskan CPD atau Continuing Professional Development adalah kombinasi

dari pendekatan dan teknik yang akan membantu mengelola perkembangan dan

pembelajaran individu. Pradita (2010) CPD dapat berfungsi untuk

mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kualitas

dari sebuah individu profesional. Fokus CPD adalah pada hasilnya.

Sifat machiavellian merupakan sikap anti sosial yang dimiliki setiap individu.

Sikap tersebut sifat yang dapat diterima umum. Sifat machiavellian yang tinggi

akan lebih cenderung mengabaikan norma atau peraturan dan menghalalkan

segala cara seperti menggunakan taktik manipulatif, melakukan tindakan

22

kecurangan perilaku tidak etis lain nya, demi mendapatkan keuntungan bagi

dirinya sendiri. Pribadi machiavellian tinggi akan melakukan tindakan manipulatif

merupakan sesuatu yang tidak baik, jika dikaitkan dengan profesi akuntan publik

yang bertugas sebagai pelayan masyarakat mengharuskan dalam setiap

melakukan atau menjalankan tugasnya dengan memiliki independensi dan

integritas yang tinggi tentunya akan sangat diragukan, jika ternyata seorang

akuntan publik tersebut memiliki tingkat machiavellian yang tinggi, yang

nantinya akan berimbas pada laporan audit yang dihasilkan menjadi tidak

berkualitas karena ada indikasi bahwa auditor telah memanipulasi laporan

tersebut agar mendapatkan keuntungan yang dijanjikan oleh klien.

2.3. Kualitas Audit

2.3.1. Audit

Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

kegiatan dan kejadian ekonomi, untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

pernyataan- pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta

penyampaian hasil- hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi,

2002). Aisyah (2014) Audit tidak hanya proses evaluasi atau review terhadap

laporan keuangan yang ada, melainkan juga mengenai pengkomunikasian yang

tepat terhadap pihak–pihak yang berkepentingan. Widyowati (2013) Audit

adalah suatu pemeriksaan secara kritis dan sistematis, terhadap laporan

keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

23

pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Audit diartikan sebagai suatu tindakan pengumpulan dan evaluasi bukti secara

objektif mengenai kebijakan ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian dengan

kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil dengan pihak yang

berkepentingan. Auditor harus mampu mengumpulkan bukti audit dan

menginterpretasikan nya agar dapat memperkuat opini auditnya. Perusahaan

menggunakan jasa auditor untuk meningkatkan kepercayaan dan memberikan nilai

lebih dalam laporan keuangan yang dibuat dan telah dilakukan audit.

2.2.2. Kualitas Audit

De Angelo (1981) “auditor quality as the joint probability for an auditor to

discover a breach in the client’s accounting system and report the breach.”

Kualitas audit sebagai kemungkinan dimana seorang auditor menemukan dan

melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran, kesalahan material, keliru, atau

kelalaian yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Fauzan (2016) kualitas

audit merupakan segala kemungkinan pada saat seorang auditor melakukan

auditing laporan keuangan klien menemukan pelanggaran, penyelewengan,

kesalahan, dan kekeliruan dalam sistem akuntansi klien tersebut. Kusumaprabu

(2015) kualitas audit adalah auditor yang “mampu” menemukan adanya

pelanggaran sedangkan auditor yang independen adalah auditor yang "mau"

mengungkapkan pelanggaran tersebut.

24

Laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP menjadi harapan dari

pemangku kepentingan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh

kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena itu, auditor dalam menjalankan profesinya

sebagai pemeriksa harus berpedoman pada kode etik akuntan, standar profesi dan

standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Selain dari sisi auditor,

kantor akuntan publik (KAP) juga harus menerapkan adanya sistem pengendalian

kualitas untuk memberikan jaminan yang memadai agar sesuai dengan standar

professional di dalam melakukan audit, jasa akuntansi, dan jasa review (Yulianti,

2016). Natalie (2007) dalam Yulianti (2016) menyebutkan bahwa Sembilan elemen

pengendalian kualitas adalah sebagai berikut:

1. Independensi

Seluruh auditor harus independen terhadap klien ketika melaksanakan

tugas. Prosedur dan kebijakan yang digunakan adalah dengan

mengkomunikasikan aturan mengenai independensi kepada staf.

2. Penugasan personel untuk melaksanakan perjanjian

Personel harus memiliki pelatihan teknis dan profesionalisme yang

dibutuhkan dalam penugasan. Prosedur dan kebijakan yang digunakan yaitu

dengan mengangkat personel yang tepat dalam penugasan untuk melaksanakan

perjanjian serta memberi kesempatan partner memberikan persetujuan

penugasan.

3. Konsultasi

25

Personel yang dapat mempunyai asisten dari orang yang mempunyai

keahlian, judgement, dan otoritas yang tepat. Prosedur dan kebijakan yang

diterapkan adalah mengangkat individu sesuai dengan keahliannya.

4. Supervisi

Pekerjaan pada semua tingkat harus disupervisi untuk meyakinkan

telah sesuai dengan standar kualitas. Prosedur dan kebijakan yang digunakan

adalah menetapkan prosedur-prosedur untuk me-review kertas kerja dan

laporan serta menyediakan supervisi pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

5. Pengangkatan

Karyawan baru harus memiliki karakter yang tepat untuk melaksanakan

tugas secara lengkap. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah selalu

menerapkan suatu program pengangkatan pegawai untuk mendapatkan

karyawan pada level yang akan ditempati.

6. Pengembangan profesi

Personel harus memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk

memenuhi tanggung jawab yang disepakati. Prosedur dan kebijakan yang

diterapkan adalah menyediakan progam peningkatan keahlian spesialisasi serta

memberikan informasi kepada personel tentang aturan profesional yang baru.

7. Promosi

Personel harus memenuhi kualifikasi untuk memenuhi tanggung jawab

yang akan mereka terima di masa depan. Prosedur dan kebijakan yang

diterapkan adalah menetapkan kualifikasi yang dibutuhkan untuk setiap

26

tingkat pertanggungjawaban dalam kantor akuntan serta secara periodik

membuat evaluasi terhadap personel.

8. Penerimaan dan kelangsungan kerjasama dengan klien

Kantor akuntan publik (KAP) harus meminimalkan penerimaan penugasan

sehubungan dengan klien yang memiliki manajemen dengan integritas yang

kurang. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah menetapkan kriteria

dalam mengevaluasi klien baru serta me-review prosedur dalam kelangsungan

kerja sama dengan klien.

9. Inspeksi

Kantor akuntan publik (KAP) harus menentukan prosedur-prosedur yang

berhubungan dengan elemen-elemen yang lain yang akan diterapkan secara efektif.

Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah mendefinisikan luas dan isi program

inspeksi serta menyediakan laporan hasil inspeksi untuk tingkat yang tepat.

Prinsipnya kualitas Audit dapat dicapai jika auditor menerapkan standar-

standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak (Independen),

patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi (Yulianti, 2016).

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas audit adalah

:

1. Meningkatkan pendidikan profesionalnya,

2. Mempertahankan independensi dalam sikap mental,

3. Pelaksanakan pekerjaan audit, menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan cermat dan seksama,

27

4. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik,

5. Memahami struktur pengendalian intern klien dengan baik,

6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten, dan

7. Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi klien atau sesuai

dengan hasil temuan.

Kualitas audit adalah adanya sikap auditor dalam melaksanakan tugas

pemeriksaannya sesuai dengan SAK yang berlaku sehingga terdapat

kemungkinan menemukan adanya pelanggaran atau penyelewengan dan

melaporkannya dalam laporan hasil audit yang dapat diandalkan. Standar yang

berlaku bagi profesi akuntan publik atau auditor telah yakni ada standar umum,

standar pelaporan dan standar pekerjaan lapangan. Berpedoman pada standar

yang berlaku serta dapat mempertanggungjawabkan laporan hasil audit nya

kepada masyarakat umumnya dan kepada stakeholders khususnya dapat

meningkatkan mutu profesional auditor. Mutu profesi sangat penting bagi

auditor sebagai cerminan dari kinerja auditor baik atau tidaknya saat

melaksanakan tugas. Kusumaprabu (2015) menyatakan bahwa kualitas audit

bertujuan menyakinkan profesi bertanggung jawab kepada klien dan masyarakat

umum yang juga mencakup mengenai mutu profesional auditor.

Terdapat banyak indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas audit.

Simamora (2002) dalam Aprianti (2010) menyatakan bahwa indikator kualitas

audit adalah tanggungjawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas,

kehati- hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar

28

teknis. Sukriah et al (2009) dalam Kusumaprabu (2015) indikator kualitas audit

kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit dan kualitas hasil laporan

pemeriksaan. Harhinto (2004) dalam Fauzan (2016) indikator kualitas audit

melapokan semua kesalahan klien, pemahaman terhadap sistem informasi

akuntansi klien, komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit, berpedoman

pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan, tidak

percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, dan sikap kehati-hatian dalam

pengambilan keputusan. Penulis menggunakan indikator yang telah

dikembangkan M, Nizarul Alim et al, (2007) dalam Idris (2011). Indikator tersebut

antara lain :

1. Deteksi salah saji

Mendeteksi dan menemukan salah saji dan pelanggaran bersifat material

dalam sistem akuntansi yang dilakukan baik secara sengaja maupun tidak

ketidaksengajaan oleh klien.

2. Kesesuaian dengan standar audit

Auditor harus memiliki standar etika yang tinggi, mengetahui akuntansi

dan auditing, menjunjung tinggi prinsip auditor dan menjadikan SPAP sebagai

pedoman dalam melaksanakan pemeriksaan tugas laporan keuangan.

3. Resiko audit

Melakukan perencaan audit secara rinci untuk meminimalisir resiko audit

yang ada. Karena auditor tidak menjamin laporan yang telah diaudit telah beba

dari salah saji maupun risiko audit.

29

4. Prinsip kehati-hatian

Setiap auditor harus melaksanakan jasa professional dengan hati-hati,

termasuktidak begitu saja percaya dengan pernyataan klien atas informasi yang

disampaikan..

5. Pengendalian oleh supervisor, manajer dan rekan

Pelaksanaan audit lapangan diawasi oleh supervisor dan manajer apakh

telah sesuai dengan standar dan perikatan yang ada dan rekan berguna untuk

mengingatkan bahwa ada kesalahan dalam pengumpulan bukti.

Kualitas audit merupakan cerminan auditor yang telah bekerja sesuai SAK

dan kode etik yang berlaku selama melaksanakan tugasnya. Selain itu, laporan

keuangan auditan yang berkualitas artinya tidak adanya penyembunyian

informasi yang dilakukan oleh oknum auditor akan menambah kepercayaan

pemilik atas laporan keuangan tersebut. Namun, hal tersebut masih

memungkinan terjadinya pengurangan kualitas audit karena faktor internal dan

eksternal auditor. Penelitian kali ini lebih spesifik untuk mengetahui pengaruh

kecerdasan emosional, continuing professional development, dan sifat

machivellian sebagai faktor intenal terhadap kualitas audit dengan teori atribusi

sebagai dasarnya. Lebih memilih untuk meneliti hanya faktor internal karena

faktor internal lebih berpengaruh besar pada seseorang untuk mengambil

tindakan atau berperilaku.

30

2.3. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional diartikan sebagai sebagai salah satu sikap atau

perilaku individu yang dapa mengetahui perasaan orang lain, sadar akan

siapa dirinya sehingg amampu menempatakan dirinya dalam bergaul, memiliki

pengendalian diri yng baik, mampu memotivasi dirinya sendiri, memiliki empati,

dan mampu berkomunikasi dengan baik tanpa mnyakiti perasaan lawan

bicaranya. Hakim dan Amilia (2015) mengatakan bahwa kecerdasan emosional

adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan

daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh yang

manusiawi. Zakia (2013) kecerdasan emosi menuntut seseorang untuk belajar

mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta

menanggapinya dengan tepat dan menerapkan secara efektif energi emosi

dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan emosional menuntut seseorang untuk

belajar mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta

menanggapinya dengan tepat dan menerapkan secara efektif dalam

kehidupan seharihari.

Kemampuan untuk mengendalikan atau mengetahui perasaan diri sendiri

dan orang lain membuat seseorang dapat menempatkan dirinya atau

berperilaku sesuai dengan kedaan sekitar tanpa menyakiti perasaan orang lain

yang ada di dekatnya atau disekitarnya. Individu dengan kecerdasan emosional

yang tinggi dapat hidup bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu

menguasai emosi atau mempunyai kesehatan yang baik.

31

Indikator yang digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional

menurut Ningsih (2015) adalah kesadaran emosi diri, optimisme, inovasi,

dorongan prestasi, memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi,

kemampuan untuk memimpin, manajemen konflik, dan kemampuan

berkolaborasi atau bekerja sama dengan orang lain. Peneliti menggunakan

indikator yang dikembangkan oleh Goleman (2001) dalam Dewi (2011) indikator

tersebut antara lain:

1. Kesadaran Diri

Perilaku individu yang baik karena telah mengenal dirinya sendiri

dan bertindak sesuai dengan hati-hati dan tidak membuat sakit hati orang

lain Soemarno Soedarsono (2000) dalam Malikah (2013) menjelaskan bahwa

kesadaran diri merupakan perwujudan jati diri pribadi seseorang dapat disebut

sebagai pribadi yang berjati diri tatkala dalam pribadi orang yang bersangkutan

tercermin penampilan, rasa cipta dan karsa, sistem nilai (value system), cara

pandang (attitude) dan perilaku (behavior) yang ia miliki.

2. Pengendalian Diri

Pengendalian diri atau disebut juga kendali diri dapat pula diartikan

sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku. Pengendalian tingkah laku

mengandung makna, yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih

dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak (Ghufron, 2011:25)

dalam Fadillah (2013). Pengendalian diri merupakan sikap yang dilakukan oleh

individu untuk mengendalikan perilaku dan berperilaku sesuai dengan apa yang

32

dikehendaki. Pengendalian diri, individu mampu membuat perkiraan terhadap

perilaku yang hendak dilakukan sehingga individu mampu mencegah sesuatu hal

yang tidak menyenangkan yang akan diterimanya kelak (Fadillah, 2013).

3. Motivasi

Tindakan atau sikap yang dapat mendorong sesorang untuk bergerak untuk

mencapai tujuan tertentu. Keitner & Kinicki (2007) dalam Setiawan (2015)

mendifinisikan motivasi sebagai proses psikologis yang menyebabkan munculnya

suatu tindakan yang memiliki arah untuk mencapai tujuan tertentu. Setiawan

(2015) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi yang bersumber dari dalam

diri yang membangkitkan, mengarahkan dan memberikan kekuatan untuk tetap

berada pada arah tersebut kepada individu dalam mencapai suatu tujuan.

4. Empati

Empati adalah memahami hati, pikiran, dan jiwa orang lain termasuk

motif, latar belakang, dan perasaan mereka. Semakin besar empati pada orang

lain, semakin besar pula bisa menghargai dan menghormati mereka. Empati

dapat diartikan mengerti perasaan orang lain baik secara verbal maupun non-

verbal. Menurut Goleman (2000) dalam Untari (2014) Empati dibangun

berdasarkan kesadaran diri. Semakin terbuka seseorang kepada emosi diri

sendiri, semakin terampil pula dalam membaca perasaan.

5. Ketrampilan Sosial

Sikap individu yang dapat membaca emosi orang lain dan mengontrol emosi

yang ada dalam dirinya dan mampu menempatkan dirinya dalam kehidupan sosial.

33

Goleman (2003: 271) dalam Rahayuningtyas (2013) menyatakan bahwa

keterampilan sosial adalah seni mempelajari emosi orang lain. Rahayuningtyas

(2013) menjelaskan bahwa keterampilan sosial sebagai keterampilan yang dimiliki

seseorang dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya sesuai dengan

tuntutan dan harapan yang ada dalam lingkungan sosialnya.

Beban kerja auditor yang banyak dengan tenggat waktu yang tidak cukup

lama membuat seorang auditor selalu bekerja dibawah tekanan, oleh karena itu

dibutuhkan auditor dengan pengendalian emosi yang baik dan dapat

memotivasi diri sendiri dan mampu bertindak sesuai dengan keadaan. Auditor

dengan kecerdasan emosional yang baik akan dapat menempatkan pada porsi

yang tepat, responsif terhadap kebutuhan dan kondisi klien, dan memiliki

komitmen terhadap kode etik profesi dan kualitas audit. Kecerdasan emosional

yang tinggi akan menghasilkan laporan audit yang berkualitas.

2.4. Continuing Professional Development (CPD)

Continuing Professional Development (CPD) adalah pengembangan profesi

berkelanjutan yang dilakukan hanya dengan mengikuti pelatihan, seminar atau

workshop untuk mengembangkan tingkat kompetensi, pengetahuan,

pengalaman. Aisyah dan Jaka (2014) menjelaskan CPD atau Continuing

Professional Development adalah kombinasi dari pendekatan dan teknik yang

akan membantu mengelola perkembangan dan pembelajaran individu.

Purnawati (2016) berpendapat bahwa CPD atau Continuing Professional

Development adalah kombinasi dari pendekatan dan teknik yang akan

34

membantu mengelola perkembangan dan pembelajaran individu. Pradita (2010)

CPD dapat berfungsi untuk mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan,

kemampuan dan kualitas dari sebuah individu profesional.

Penjelasan continuing professional development (CPD) dapat diambil

kesimpulan mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan profesi

seseorang maka diperlukan peningkatan keterampilan serta pengembangan

kualitas pribadi sehingga dapat memberikan layanan profesional yang baik bagi

klien. Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian untuk melihat apakah

variabel continuing professional development (CPD) menggunakan skala

likert dengan indikator pengukurannya adalah mengikuti pelatihan sebagai nilai

tambah bagi auditor dan hasil dari pelatihan (Aisyah, 2013). Profesi akuntan

publik atau auditor dituntut untuk memberikan pelayanan yang maksimal

terhadap klien sehingga dapat melaporkan kejadian ekonomi yang terdapat

dalam perusahaan klien kepada pihak yang berkepentingan. Cara yang dapat

dilakukan oleh akuntan publik dengan mengikuti seminar dan pelatihan

sertifikasi akuntan publik.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 25/PMK.01/2014 tentang

Akuntan Beregister Negara yang telah disahkan pada tanggal 3 Februari 2014.

Persyaratan untuk menyandang gelar Akuntan seseorang harus lulus pendidikan

profesi akuntan atau lulus ujian sertifikasi akuntan profesional. PMK juga

menyatakan bahwa pendidikan profesi akuntansi mencakup perkuliahan dan

ujian sertifikasi akuntan profesional. Gelar yang didapat setelah mengikuti ujian

35

sertifikasi adalah CPA (certified accountant public) yang dikeluarkan oleh IAPI,

CIA (certified internal auditor) yang dikeluarkan oleh IIA (Institute Internal

Auditor) yang ada di Florida, CMA (certified management accountant) yang

dikeluarkan oleh ICMA ( Institute for Certified Management Accountant) yang

ada di Australia, CMA (Chartered Management Ccountant) yang dikeluarkan

oleh CIMA (Chartered Institute for Management Accountant) yang ada di Inggris,

CPMA (Certified Professional Management of Accountant) yang dikeluarkan oleh

IAMI (Ikatan Akuntansi Manejemen Indonesia), CISA (Certified information Syste

Auditor) yang dikeluarkan oleh ISACA (Information System Audit and Control

Association) di Indonesia, sertifikat CISA dapat diambil dengan mengikuti tes

yang diselenggarakan oleh CIA, PPAK UI dan YPIA. Lembaga-lembaga tersebut

memiliki afiliasi dengan ISACA, CFA (Certified Fraud Examiners) dikeluarkan oleh

ACFE (Association of Certified Fraud Examiners), CPSAK (Certified PSAK)

dikeluarkan oleh IAI, SAS (Sertifikat Akuntansi Syariah) dikeluarkan oleh IAI,

FRM (Financial Risk manajemen) dikeluarkan oleh Global Association of Risk

Professionals (GARP) yang berkantor di New Jersey, dan BAP (Bersertifkat

Konsulran Pajak) dikeluarkan Ikatan konsultan Pajak Indonesia (IKPI)

(https://www.akuntansionline.id/sertifikasi-profesional-akuntansi-di-

indonesia/).

Sangat penting bagi seorang auditor untuk menjaga pengetahuan dan

keterampilan profesinya tersebut, karena dengan menjaga hal tersebut berarti

telah ada nilai tambah dalam dirinya. Menurut Derek Stokey (2003) dalam Savitri

36

(2013) pentingnya menjaga kualitas human capital termasuk continuing

professional development sebagai berikut.

1. Kuatnya tekanan persaingan keuntungan finansial dan nonfinansial

2. Pemimpin bisnis dan politik mulai mengakui bahwa memiliki orang

yang memiliki skill dan motivasi tinggi dapat memberikan perbedaan

peningkatan kinerja yang signifikan.

3. Terjadi perubahan yang cepat yang ditandai adanya proses dan teknologi

yang baru tidak akan bertahan lama apabila pesaing mampu mengadopsi

teknologi yang sama. Namun untuk mengimplementasikan perubahan,

tenaga kerja yang dimiliki industri harus memiliki skill dan kemampuan

yang lebih baik.

4. Untuk tumbuh dan beradaptasi, kepemimpinan organisasi harus

mengenali nilai dan kontribusi manusia.

Selain pentingnya menjaga kualitas profesi terlebih itu banyak keuntungan yang

didapat karena telah melakukan continuing professional developmrnt (CPD).

Menurut CIPD (2009) dalam Pebryanto (2013) keuntungan CPD bagi individu atau

auditor yaitu:

1. Membangun kepercayaan diri dan kredibilitas, karena individu tersebut

dapat melihat kemajuan dengan tracking pembelajaran individu

tersebut.

2. Mendapatkan banyak hal dengan memperlihatkan pencapaian

individu tersebut. Dapat juga dijadikan alat untuk penilaian.

37

3. Mencapai tujuan karir dengan berfokus pada training dan perkembangan

yang telah ditetapkan.

4. Menjadi lebih produktif dan efisien dengan melihat kembali

dari pembelajaran yang sudah diambil dan menyoroti gap pada

pengetahuan dan pengalaman.

Keuntungan yang didapat bukan hanya untuk auditor atau individu yang

melakukan CPD, tetapi ada juga keuntungan yang didapat untuk organisasi atau

lembaga atau perusahaan dari CPD, berikut beberapa keuntungan yang didapat:

1. Membantu memaksimalisasi potensi staff dengan

menghubungkan pembelajaran untuk praktek dan teori untuk

melatih

2. Membantu profesional Human Resource atau Human Capital

untuk menetapkan tujuan SMART (specific (spesifik) , measurable

(terukur), achievable (terjangkau), realistic (realistik), and time-

bound), untuk training menjadi lebih dekat dengan kebutuhan

organisasi.

3. Mempromosikan perkembangan staff. Hal ini membantu

meningkatkan moral staff dan dimotivasi kekuatan pekerja

membantu memberi gambaran positif untuk organisasi.

4. Menambah nilai, dengan merefleksikan itu akan membantu staff

untuk sadar mempergunkan pembelajaran untuk peran individu dan

perkembangan organisasi.

38

5. Menghubungkan dengan penilaian. Hal ini merupakan alat yang

baik untuk membantu individu / auditor fokus pada pencapaian

sepanjang tahun.

Indikator CPD menurut Aisyah dan Jaka (2014) intensitas mengikuti

pelatihan dan edukasi yang diadakan instansi. Pradita (2010) intensitas

mengikuti program pelatihan dan edukasi yang diadakan instansi, hasil audit

setelah mengikuti program pelatihan dan edukasi, dan seminar yang diikuti.

Savitri (2013) intensitas mengikuti program pelatihan dan edukasi yang

diadakan instansi , kemampuan dalam mengaudit setelah mengikuti program

pelatihan dan edukasi dan hasil audit setelah mengikuti program pelatihan dan

edukasi. Peneliti menggunakan indikator yang digunakan oleh Aisyah dan Jaka

(2013) indikator tersebut sebagai berikut:

1. Mengikuti pelatihan dan seminar sebagai nilai tambah bagi

auditor

Pelatihan dapat diartikan sebagai bentuk peningkatan pengetahuan yang

difasilitasi oleh suatu lembaga tertentu dan tempat kerja seseorang untuk

meningkatkan produktivitas dan meningkatkan kompetensi karyawan. Wahyuni

(2013) pelatihan merupakan usaha yang direncanakan oleh perusahaan (organisasi)

untuk memfasilitasi pembelajaran kompetensi karyawan yang berhubungan

dengan pekerjaan. Turere (2013) menjelaskan Pelatihan merupakan tugas untuk

meningkatkan pengetahun, penegrtian atau sikap para tenaga kerja.

2. Hasil dari pelatihan dan seminar

39

Hasil merupakan sesuatu yang diperoleh saat telah melakukan,

melaksanakan, mengerjakan pekerjaan atau pembelajaran. Hasil tidak akan

diperoleh ketika seseorang hanya diam tanpa adanya tindakan. Beigupun

seorang auditor untuk mendapatkan laporan audit yang berkualitas harus

melakukan atau mengikuti pelatihan.

Keuntungan bagi individu dalam mengikuti pelatihan tertentu sesuai

dengan profesi atau mengikuti pelatihan untuk menambah pengetahuan baru

memberikan nilai tambah bagi individu tersebut. Begitupun auditor dengan

mengiktui pelatihan yang sesuai dengan profesi akan menambah tingkat

pengetahuan dan menambah produktivitas nya sehingga menghasilkan laporan

audit yang berkualitas.

2.5. Sifat Machiavellian

Sifat machiavellian menjelaskan suatu sikap yang anti sosial seperti memiliki

afeksi yang rendah terhadap sesamanya, memiliki komitmen idiologis rendah

yang berbahaya bagi perusahaan atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan,

memiliki sifat egois dan bersikap manipulatif. Paham Machiavelianis diajarkan

oleh seorang ahli filsuf politik dari Italian bernama Niccolo Machiavelli (1469-

1527). Sari (2015) sifat machiavellian mempunyai kecenderungan untuk

mementingkan kepentingan sendiri, manipulatif dan agresif. Saputri dan Dewa

(2015) menyatakan sifat machiavellian merupakan sifat yang negatif karena

mengabaikan pentingnya integritas dan kejujuran dalam mencapai tujuan.

Mahayani dan Ni K (2016) menjelaskan bahwa Sifat Machiavellian merupakan

40

sifat yang negatif karena mengabaikan pentingnya integritas dan kejujuran

dalam mencapai tujuan.

Sifat machiavellian yang tinggi akan lebih cenderung mengabaikan norma

atau peraturan dan menghalalkan segala cara seperti menggunakan taktik

manipulatif, melakukan tindakan kecurangan perilaku tidak etis lain nya, demi

mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Pribadi machiavellian tinggi akan

melakukan tindakan manipulatif merupakan sesuatu yang tidak baik, jika

dikaitkan dengan profesi akuntan publik yang bertugas sebagai pelayan

masyarakat mengharuskan dalam setiap melakukan atau menjalankan tugasnya

dengan memiliki independensi dan integritas yang tinggi tentunya akan sangat

diragukan, jika ternyata seorang akuntan publik tersebut memiliki tingkat

machiavellian yang tinggi, yang nantinya akan berimbas pada laporan audit

yang dihasilkan menjadi tidak berkualitas karena ada indikasi bahwa auditor

telah memanipulasi laporan tersebut agar mendapatkan keuntungan yang

dijanjikan oleh klien.

Indikator yang digunakan untuk mengukur sifat machiavellian beberapa

peneliti menggunakan indikator yang sama Setyniduta dan Hermawan (2016)

dan Sari (2015) adalah sebagai berikut:

1. Afeksi

Afeksi bisa diartikan suasan hati atau suatu emosi yang sudah ada dalam

diri manusia dan berkembang sejalan dengan perkembangan manusia.

Chaplin (1995) dalam Sari (2015) menjelaskan afeksi sebagai “satu kelas yang

41

luas dari proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi suasana hati, dan

temperamen. Perkembangan afeksi dimulai pada masa bayi, masa kanak- kanak,

masa remaja, masa dewasa, masa lansia.

2. Komitmen Idiologis Rendah

Komitmen ideologis rendah merupakan sebuah janji terhadap diri sendiri

atau orang lain yang berorientasi pada tindakan yang dapat menguntungkan

dirinya. Individu dengan komitmen ideologis rendah akan melakukan tindakan

apabila dapat mendatangkan keuntungan bagi dirinya tanpa memikiran

resikonya. Apabila komitmen akan suatu tujuan rendah maka dapat dipastikan

bahwa untuk mencapai tujuan tersebut akan sangat sulit.

3. Ego

Ego merupakan faktor bagaimana individu akan bertindak tetapi,

merupakan eksekusi atau pelaksaaan dari suatu tindakan. Individu akan

bertindak sesuai dengan keinginanya sendiri tanpa berfikir terlebih dahulu dan

tanpa melihat keadaan sekitar. Eksekusi atau pelaksanaan bisa bersifat baik

maupun sebaliknya bergantung individu tersebut.

4. Manipulatif

Pengertian manipulatif adalah suatu tindakan memanipulasi yang berasal

dari kata dasar Manipulasi yang berarti sebuah proses rekayasa dengan

melakukan penambahan, pensembunyian, penghilangan atau pengkaburan

terhadap suatu bagian atau keseluruhan sebuah realitas, kenyataan, fakta-fakta

ataupun data-data yang dilakukan berdasarkan sistem perancangan sebuah tata

42

sistem nilai, manipulasi adalah bagian penting dari tindakan penanamkan

gagasa, sikap, sistem berfikir, perilaku dan kepercayaan tertentu.

5. Agresif

Perilaku agresif cenderung bersikap otoriter yang bermain perintah.

Individu yang bertipe agresif selalu tidak mempertimbangkan kepentingan

orang lain, yang ada hanya kepentingan pribadinya. Ciri-ciri seseorang yang

mempunyai sifat agresif menurut Sari (2016): jujur, terbuka namun cara

mengungkapkan perasaam tidak tepat, cenderung memaksakan kehendak,

diliputi rasa marah dan menyalahkan, ingin menjatuhkan orang lain, dan

menimbulkan ketegangan, rasa sakit, cemas dan salah. Penjelasan indikator

dalam variabel sifat machiavellian berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor

dengan sifat machiavellian tinggi membuat kualitas audit rendah dan begitu

sebaliknya.

2.6. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu.

Penelitian terdahulu berisi tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya yang dijadikan bahan referensi dan acuan pada penelitian yang

sedang dilakukan. Berikut merupakan Tabel ringkasan penelitian terdahulu yang

dijadikan acuan pada penelitian yang sedang dilakukan.

43

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu

No

Judul

Variabel Metode

Analisis

Hasil

1 Do audit tenure and firm size contribute to audit quality? Empirical evidence from Jordan (Ali Abedalqader Al-Thuneibat, Ream Tawfiq Ibrahim Al Issa, Rana Ahmad Ata Baker. 2011)

Independent 1. Audit Tenure 2. Firm Size

Variabel Dependent Kualitas Audit

Regresi Logistik

Audit tenure berhubungan negatif dengan laporan kualitas hasil audit. Firm size tidak berpengaruh signifikan dengan kualitas audit.

2 Factors

Affecting Audit Quality in Nigeria

(Semiu Babatunde ADEYEMI, Okwy OKPALA, Eyesan Leslie DABOR, 2012)

Variabel Independent 1. Financial

Literacy of Audit Committee Member

2. Frequency of Audit Committee Meetings

3. Multiple Directorship of Audit Committee Members

4. Independence of audit committee

Regresi Logistik

1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara Financial Literacy of Audit Committee Member dengan kualitas audit. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara Multiple Directorship of Audit Committee Members dengan kualitas audit. 3. Terdapat hubungan yang signifikan Frequency of Audit Committee Meetings dengan kualitas audit. 4. Audit tenure

44

No

Judul

Variabel Metode

Analisis

Hasil

5. Audit Tenure Variabel Dependent 1. Audit quality

tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

3 The Relation of Corporate Governance to Audit Quality: Case Study on Non Financial Companies (Al Mahdi Abulgasim Abusbaiha,

2015)

Variabel Independent 1. Managerial Ownership 2. Independence Board Commissioners Variabel Dependent Audit Quality

Regresi Logistik

1. Secara statistik managerial ownership mempengaruhi kualitas audit. 2. Independence Board Commissioners secara signifikan berpengaruh terhadap kualitas audit.

4 ANALISIS PENGARUH HUMAN CAPITAL TERHADAP KUALITAS AUDITOR (Yana Aisyah, Jaka Isgiyarta,

2014)

Variabel Independent 1. Tingkat

pendidikan formal

2. Pengalaman kerja kantor

3. Tingkat kualifikasi profesi

4. CPD Variabel Dependent Kualitas Auditor

Regresi Linier Berganda

1. Tingkat pendidikan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

2. Pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

3. Kualifikasi profesional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

45

No

Judul

Variabel Metode

Analisis

Hasil

4. Continuing Profesional Development (CPD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

5 Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Intelektual Dan Independensi Pada Kinerja Auditor (Yuliana Grece Setiawan, Made Yenni Latrini, 2016)

Variabel Independent

Kecerdasan Emosional Kecerdasan Spiritual Kecerdasan Intelektual Independensi

Variabel Dependent Kinerja Auditor

Regresi Linier Sederhana

1. Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. 2. Kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. 3. Kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. 4. Independensi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.

6 Pengaruh due profesional care dan sifat Machiavellian terhadap kualitas audit dengan independensi sebagai variabel intervening

(Fitri Yulianti, 2016)

Variabel Independent 1. Sifat Machiavellian 2. due profesional care

Variabel Dependent Kualitas audit Variabel intervening independensi

Regresi Linier Sederhana

1. Sifat Machiavellian berpengaruh terhadap kualitas audit 2. due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit

46

Sumber: Rangkuman penelitian terdahulu

2.7. Kerangka Berpikir

2.7.1. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kualitas Audit

Kemampuan untuk mengendalikan atau mengetahui perasaan diri sendiri

dan orang lain membuat seseorang dapat menempatkan dirinya atau

berperilaku sesuai dengan kedaan sekitar tanpa menyakiti perasaan orang lain

yang ada di dekatnya atau disekitarnya. Individu dengan kecerdasan emosional

yang tinggi dapat hidup bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu

menguasai emosi sehingga mempunyai kesehatan yang baik.

Kecerdasan emosional didukung dengan teori atribusi. Teori atribusi

menjelaskan bahwasanya yang mendasari perilaku seseorang adalah faktor

eksternal dan internal, pengaruh paling kuat dipengaruhi oleh atribut internal

atau faktor interal. Kecerdasan emosional merupakan kecerdasan manusia

dalam mengetahui perasaan orang lain tanpa harus adanya penjelasan dari

orang tersebut, orang yang memiliki kecerdasan emosional dapat

mengendalikan emosinya dan dapat memotivasi diri dan dapat bertahan

menghadapi frustasi atau stress akibat kerja atau faktor lain.

Penelitian Fauzan (2016) menyatakan bahwa kecerdasan emosional

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hasil tersebut

selaras dengan penelitian yang dilakukan Ningsih (2015) dan penelitian

Indrajaya, et al (2016). Penelitian terdahulu yang telah dijelaskan membuat

47

peneliti ingin menguji kembali apakah terdapat signifikan positif kecerdasan

emosional dengan kualitas audit.

H1: Kecerdasan Emosional berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit

2.7.2. Pengaruh Continuing Professional Development (CPD) Terhadap

Kualitas Audit

Continuing Professional Development (CPD) merupakan soft skill yang

terdapat dalam diri seorang auditor yang dapat menjadi nilai tambah. Memiliki

kemahiran atau kemampuan dalam melakukan sesuatu pekerjaan merupakan

sesuatu yang sangat berharga dan berguna bagi individu tersebut untuk dapat

bekerja lebih profesional dengan hasil yang memuaskan. Tiap sumber daya

manusia pasti memiliki nilai tambah yang menjadi pembeda dari masing-masing

sumber daya manusia. Bergantung bagaimana suatau lembaga, perusahaan

atau organisasi dapat mengembangkan modal tersebut. Karena manusia

merupakan inti dari suatu kegiatan sehingga dengan mengembangkan

manusianya maka visi dan tujuan perusahaan dapat tercapai.

Teori atribusi mendasari variabel continuing professional development

(CPD) yang merupakan masuk kedalam ciri kemampuan yakni keinginan untuk

selalu menambah kemampuan dan pengalaman profesinya sehingga maksimal

dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Continuing professional development

(CPD) yang berfokus pada individu yang dalam hal ini adalah auditor, CPD

berfungsi berfungsi untuk mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan,

48

kemampuan dan kualitas dari sebuah individu profesional. CPD dapat

meningkatkan kualitas audit.

Penelitian yang dilakukan oleh Pebryanto (2013) Continuing profesional

development (CPD) secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap

kualitas audit. Sejalan dengan penelitian Aisyah dan Isgiyarta (2014) ,

Simorangkir dan Ferina, (2012), Rismawati dan Sarsiti (2016) continuing

profesional development (CPD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kualitas audit. Dapat disimpulkan bahwa dengan continuing professional

development merupakan bukan cara efektif untuk meningkatkan kualitas audit.

Continuing professional development (CPD) yang dilakukan oleh auditor diduga

memberikan pengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit yang dihasilkan.

H2: Continuing Professional Development (CPD) berpengaruh positif secara

signifikan terhadap Kualitas Audit

2.7.3. Pengaruh Sifat Machiavellian Terhadap Kualitas Audit

Paham Machiavelianis diajarkan oleh seorang ahli filsuf politik dari Italian

bernama Niccolo Machiavelli (1469-1527). Pribadi machiavellian akan bertindak

selama hal tersebut mendatangkan keuntungan bagi dirinya.Sifat machiavellian

diartikan sebagai kepribadian atau sifat negatif yang ada dalam setiap diri

seseorang yang tidak memperhatikan moralitas dan mengabaikan pentingnya

integritas. Seseorang dengan pribadi machiavellian akan bertindak selama hal

tersebut mendatangkan keuntungan bagi dirinya.

49

Sifat machiavellian didukung oleh teori atribusi, sifat machiavellian

termasuk dalam ciri kepribadian yang berarti faktor internal auditor. Teori

atribusi sendiri lebih spesifik menjelaskan bahwa perilaku seseorang

dipengaruhi dikarenakan faktor internal dan eksternal. Sifat machiavellian

sendiri termasuk kedalam faktor internal dan sejauh mana pengaruh nya

terhadap kualitas audit. seperti yang diketahui bahwasanya sifat machiavellian

merupakan perilaku yang lebih mementingkan diri sendiri.

Penelitian yang dilakukan Saryati dan Dewi (2016) menjelaskan bahwa

Sifat machiavellian berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap

kualitas audit. Tinggi rendahnya sifat machiavellian dalam diri seorang auditor

akan menurunkan kualitas audit.

H3: Sifat Machiavellian berpengaruh negatif signifikan terhadap Kualitas

Audit

2.7.4. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Continuing Professional

Development (CPD), dan Sifat Machivaellian secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit

Kecerdasan emosional, continuing professional development (CPD), dan

sifat machiavellian merupakan sikap atau perilaku yang timbul dalam diri

auditor sendiri. Perilaku individu terjadi akibat faktor internal dirinya. Perilaku

individu terjadi akibat individu lebih merasakan atribut internalnya. Penelitian ini

menitikberatkan pada faktor internal, seberapa besar pengaruhnya terhadap

kualitas audit. Teori atribusi dijelaskan perilaku individu terjadi akibat faktor

50

internal dan eksternal. Namun, faktor internal berpengaruh lebih besar terhadap

individu dalam mmilih langkah apa yang akan diambil.

H4 Kecerdasan Emosional, Continuing Professional Development (CPD),

dan Sifat Machivaellian secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap Kualitas Audit

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

2.7.5. Hipotesis Penelitian

H1: Kecerdasan Emosional berpengaruh positif secara signifikan terhadap

Kualitas Audit

H2: Continuing Professional Development (CPD) berpengaruh positif secara

signifikan terhadap Kualitas Audit

H3: Sifat Machiavellian berpengaruh negatif secara signifikan terhadap

Kualitas Audit

Kecerdasan Emosional

Continuing

Professional

Development (CPD)

Sifat Machiavellian Kualitas Audit

H1

H2

H3

H4

51

H4: Kecerdasan Emosional, Continuing Professional Development (CPD), dan

Sifat Machiavellian secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

Kualitas Audit

100

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional,

continuing professional development, dan sifat machiavellian terhadap kualitas

audit . Responden dalam penelitian ini berjumlah 45 auditor yang bekerja di KAP

kota Semarang yang sesuai dengan direktori KAP 2016 yang diterbitkan oleh

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Hasil analisis yang telah dilakukan dari

data yang diperoleh , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas

audit. Hipotesis diterima., untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas,

auditor dituntut untuk memiliki tingkat kecerdasan emosional yang baik.

2. Continuing professional development berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap kualitas audit. Hipotesis ditolak, continuing professional development

bukan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi auditor dan tidak

semua auditor dengan sertifikat profesi yang dimilikinya dapat membuat

laporan audit yang berkualitas.

3. Sifat machiavellian berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kualitas

audit. Hipotesis ditolak, sifat machiavellian bukan merupakan salah satu faktor

yang efektif untuk mempengaruhi kualitas audit secara signifikan.

4. Kecerdasan emosional, continuing professional development, dan sifat

machiavellian berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit. Hal ini,

101

sejalan dengan teori atribusi yang menyatakan perilaku individu dipengaruhi

oleh faktor internal dan eksternal.

5.2. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Kantor Akuntan Publik:

a. Continuing professional development merupakan keinginan seseorang

untuk terus menambah pengetahuan, pengalaman serta kompetensi

sehingga menghasilkan kualitas audit yang baik. Responden memiliki

tingkat continuing professional development tinggi. Disarankan bagi

KAP Semarang untuk memberikan pelatihan audit bagi auditor junior

yang belum memiliki sertifikasi profesi, sehingga akan meninkatkan

kinerja auditor yang lebih baik dan menghasilkan kualitas audit yang

baik pula.

b. Sifat mchiavellian merupakan perilaku antisosial dan perilaku yang

menghalalkan segala cara untuk menguntungkan diri sendiri. Sifat

machiavellian yang dimiliki oleh responden menunjukan kategori

rendah. Hasil tersebut menunjukan bahwa, responden dalam

melaksanakan tugasnya patuh terhadap standar akuntansi yang berlaku

dan kode etik profesi. Disarankan bagi KAP Semarang untuk selalu

mengingatkan kepada auditornya bahwa seorang akuntan publik

mengemban nama publik yang berarti tanggungjawab kepada masyarakat

akan hasil audit yang dilakukan.

102

2. Bagi peneliti selanjutanya:

a. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan kuesioner, sehingga

kemungkinan terjadinya ketidakjujuran dan kemungkian terjadi bias atau

responden tidak mengerti dengan pertanyaan atas soal yang dibuat oleh

peneliti. Untuk meminimalisir hal tersebut penelitian selanjutnya

diharapkan menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan data

dan informasi tiap variabel yang diteliti oleh peneliti.

b. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan faktor eksternal seperti.

tekanan klien (client pressure). Tekanan klien adalah ketika adanya

pengaruh dari klien saat proses pemeriksaan serta tuntutan-tuntutan yang

diinginkan klien mempengaruhi opini auditor, yang sifatnya cenderung

melanggar (Fauzan, 2016). Tekanan klien dapat mempengaruhi kualitas

audit, oleh karena itu diperlukan auditor yang berlandaskan moral dan

patur terhadap kode etik profesi. Hal ini disebabkan Profesi akuntan

dituntut untuk mempunyai tanggung jawab etis yang bahkan lebih

daripada tanggung jawab lainnya.

103

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Y & Isgiyarta, J. 2014. Analisis Pengaruh Human Capital Terhadap

Kualitas Publik. Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 3, Nomor 2,

Tahun 2014, Hal. 1-10.

Adeyemi, S. B, et al. (2012). Factors Affecting Audit Quality in Nigeria.

International Journal of Business and Social Science. Vol. 3, Nomor 20,

Tahun 2012.

Akuntansionline.id. 2016. Sertifikasi Profesi Akuntansi. diposkan pada tanggal 24

Maret 2016. https://www.akuntansionline.id/sertifikasi-profesional-

akuntansi-di-indonesia/ diakses pada pukul 07:12 WIB tanggal 1 Maret

2017.

Al- Thuneibat, A. A, et al. (2011). Do audit tenure and firm size contribute to

audit quality?.Managerial Auditing Journal. Vol. 26, Iss 4, Hal. 317-334.

Aprianti, D. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Keahlian Profesional

Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel

Moderating. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Cholifa, S & Suryono, B. 2015. Pengaruh Due Professional Care, Akuntabilitas,

Dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ilmu & Riset

Akuntansi. Vol. 4, Nomor 2, Tahun 2015, Hal. 1-16.

Dewi, I. S. 2011. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi, Kode Etik, Tekanan

Waktu dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor. Skripsi. Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

DeAngelo, L. E. 1981, Auditor Size and Quality, Journal of Accounting &

Economics, Philadelphia. USA. Vol. 3, Tahun 1981, Hal. 183-199.

Fadillah, G. F. 2013. Upaya Meningkatkan Pengendalian Diri Penerima Manfaat

Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Di Balai Rehabilitasi Mandiri

Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Fauzan, M. F. A. 2016. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual,

Dan Tekanan Klien Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Yogyakarta.

Universitas Negeri Yogyakarta.

Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.

Semarang: Badan Penerbit-Undip.

104

Hafidzah, N. P, et al. 2015. Pengaruh Kode Etik, Pengalaman Kerja Auditor, Dan

Continuing Professional Development Terhadap Kualitas Audit. Prosiding

Akuntansi. Bandung: Universitas Islam Bandung.

Hakim, A. R & Esfandari, A. Y. 2015. Pengaruh Kecerdasan Intelektual,

Kecerdasan Emosional, dan Due Professional Care Terhadap Kualitas

Audit. Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. 4 Nomor 1 April 2015, Hal 21-40.

Indrajaya, I. M, et al. 2016. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Budaya Kerja

Terhadap Kualitas Audit di Pemerintah Derah Bali. Jurnal Akuntansi, Vol.

6, Nomor 3, Tahun 2016 , Hal. 1-9.

Idris, M. 2011. Pengaruh Profesionalisme, Karakteristik Personal Auditor, dan

Batasan Waktu Audit terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Jakarta. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kusumaprabu, Z. R. 2015. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Berbasis Key

Performance Indikator Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Kompas.com. diakses tanggal 3 Agustus 2017. Akuntan publik diduga terlibat.

http://regional.kompas.com/read/2010/05/18/21371744/Akuntan.Publik.Did

uga.Terlibat

Lubis, A. I. 2014. Akuntansi Keprilakuan. Jakarta: Salemba Empat.

Mahayani, N. P. E & Merkusiwati, N. K. L. M. 2016. Pengaruh Persaingan

Auditor Dan Sifat Machiavellian Pada Independensi Auditor Dengan Etika

profesi Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi. Vol. 15, Nomor 2,

Tahun 2016, Hal. 1172-1200.

Malikah. 2013. Konsep Kesadaran Diri Dalam Proses Pembentukan Karakter

Islam. Jurnal Al-Ulum, Vol. 13, Nomor 1 Juni 2013, Hal. 129-150.

Malik, A. Mitra Ernst & Young’s (EY) Indonesia didenda 13 miliar di AS.

Diakses tanggal 31 Agustus 2017.

https://m.tempo.co/read/news/2017/02/11/087845604/mitra-ernst-young-

indonesia-didenda-rp-13-miliar-di-as

Mulyadi. 2009. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Ningsih, S. 2015. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Jenis Kelamin

Auditor Terhadap Kualitas Audit Dengan Kecerdasan Emosional Sebagai

Variabel Moderating. Skripsi. Jember: Universitas Jember.

105

Intan, O. N. Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi. diposkan tanggal 01

Oktober 2015.

http://oktavianinurintan.blogspot.co.id/2015/10/kasus-pelanggaran-etika-

profesi.html, diakses tanggal 17 Mei 2017.

Pebryanto, S. 2013. Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal, Pengalaman Kerja,

Tingkat Kualifikasi Profesi, Continuing Professional Development

Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Pradita, R. D. 2010. Hubungan Antara Kualitas Auditor dan Human Capital di

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP). Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Purnawati, F. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan

Continuing Professional Development Perawat Di Rumah Sakit Paru dr.

Ario Wirawan Salatiga. Thesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Rahayuningtyas, D. I. 2013. Peningkatan Keterampilan Sosial Dengan

Menggunakan Metode Sosiodrama Dalam Pembelajaran IPS. Skripsi.

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Reninawati, et al. 2016. Pengaruh Sistem Pengendalian Mutu Dan Continuing

Professional Development Terhadap Kualitas Audit. Prosiding Akuntansi.

Bandung: Universitas Islam Bandung.

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2015 tentang

Praktik Akuntan Publik. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 51. Jakarta..

Saputri, I. G. A. Y & Wirama, D. G. 2015. Pengaruh Sifat Machivellian Dan Tipe

Kepribadian Pada Perilaku Disfungsional Auditor. Jurnal Ekonomi dan

Bisnis, Vol. 4, Nomor 2, Tahun 2015, Hal 70-86.

Sari, E. V. 2015. Pengaruh Sifat Machiavellian Dan Perkembangan Moral

Terhadap Dysfunctional Behavior. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.

Saptoto, R. 2010. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Coping Adaptif. Jurnal

Psikologi. vol. 37, no. 1, tahun 2010, hal. 13-22.

Saryati & Dewi, R. R. 2016. Pengaruh Sifat Machiavellian dan Kompetensi

Terhadap Kualitas Audit. Seminar Call Paper. Surakarta: Universitas

Balikpapan.

106

Setiawan, K. C. 2015. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Level Pelaksana Di Divisi Operasi PT. Pusir Palembang. Jurnal Psikologi

Islam, Vol. 1, Nomor 2, Tahun 2015, Hal. 45-53.

Simorangkir, R. A & Ferina, I. S. 2012. Hubungan Antara Human Capital dan

Kualitas Auditor. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol. 10, Nomor 19, Tahun

2012, Hal. 1-20.

Sumanto, B. et al. 2014. Pengaruh Kepemilikian Institusional dan Ukuran Dewan

Komisaris Terhadap Manajemen Laba. Accounting Analysis Journal. Vol. 3,

Nomor 1, Tahun 2014, Hal. 44-52.

Turere, V. N. 2013. Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Peningkatan

Kinerja Karyawan. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis, Dan

Ekomoni. Vol. 1, nomor 3 Tahun 2013, Hal. 1-10.

Untari, P. 2014. Hubungan Antara Empati Dengan Sikap Pemaaf Pada Remaja

Putri Yang Mengalami Kekerasan Dalam Berpacaran. Jurnal Psikologi,

Vol. 2, Nomor 2, Tahun 2014, Hal. 279-289.

3. Wahyudin, A. 2015. Metodologi Penelitian. Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

Wahyuni, I. 2013. Pengaruh Pelatihan Dan Pengembangan Terhadap Kinerja

Karyawan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia. Skripsi. Jakarta:

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan.

Widyowati, M. P. 2013. Analisis Pengaruh Karakteristik Internal Pada Auditor

Eksternal Terhadap Praktik Pengurangan Kualitas Audit. Skripsi. Jember:

Universitas Jember.

Wulandari, P. 2015. Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi

Terhadap Organizational Citizenship Behavior. Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Yulianti, F. 2016. Pengaruh Due Professional Care dan Sifat Machiavellian

terhadap kualitas Audit dengan Independensi sebagai Variabel Intervening.

Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Zakia, F. 2013. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan

Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman Akuntansi. Skripsi. Jember:

Universitas Jember.